bab ii kajian teori a. dual banking system secara tegas ...digilib.uinsby.ac.id/3085/5/bab 2.pdfunit...
TRANSCRIPT
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
16
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Dual Banking System
Secara tegas, Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perbankan menjelaskan bahwa perbankan di Indonesia terdapat dua sistem
(Dual Banking System) yaitu perbankan konvensional dan perbankan syariah.
Selanjutnya, Bank Indonesia sebagai pemegang otoritas perbankan Indonesia
perlu mempersiapkan perangkat peraturan dan juga fasilitas yang berfungsi
sebagai penunjang yang mampu mendukung operasional bank syariah, dan
hal tersebut sudah diatur dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999
tentang Bank Indonesia.
Perbankan Syariah dimulai perkembangannya sejak tahun 1992,
dipicu juga oleh UU Nomor 10 Tahun 1998 yang memungkinkan bagi
perbankan untuk menjalankan Dual Banking System, dan bank-bank
konvensional yang sudah menguasai pasarpun mulai melirik dan membuka
unit usaha syariah.
Atas dasar bahwa Bank Indonesia merupakan otoritas perbankan saat
ini, menganggap penting adanya pengawasan dan pengaturan kepada Bank
Syariah agar kepentingan masyarakat dapat terlindungi dan terpenuhi, maka
terbitlah atau berlakulah Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perbankan yang didalamnya diatur tentang perbankan syariah, Undang-
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
17
undang tersebut sebagai penyempurnaan dari UU Nomor 7 Tahun 1992.
Undang-undang perbankan yang baru tersebut mengungkapkan secara tegas
bahwa di Indonesia terdapat dua system perbankan (Dual Banking System)
yaitu system perbankan konvensional dan system perbankan syariah.
Pada dualbanking system, bank dapat melakukan dua kegiatan
sekaligus, yaitu kegiatan perbankan yang berbasis bunga dan kegiatan
perbankan yang berbasis syariah. Bagi yang mengkonversi banknya menjadi
perbankan syariah, maka seluruh mekanisme kerjanya mengikuti prinsip-
prinsip perbankan syariah, sedangkan bagi yang melakukan kedua-duanya
maka mekanisme kerjanya diatur sedemikian rupa, terutama yang
menyangkut interaksi antara kegiatan-kegiatan yang berbasis bunga yang
merupakan kekhasan dari perbankan konvensional dengan kegiatan yang
bebas bunga yang merupakan kekhasan dari perbankan syariah, sehingga
antara keduanya dapat dipisahkan.
Pada bank yang beroperasi secara konvensional, pendapatan bank
yang utama berasal dari bunga yang dihitung berdasarkan pada prosentase
tertentu dari pinjaman yang diberikan oleh bank, dan selain itu bank
konvensional juga mempunyai kewajiban untuk membayar sebesar prosentase
tertentu atas simpanan dari nasabahnya.
Sementara bank yang beroperasi secara prinsip syariah, memperoleh
pendapatannya dengan adanya pembagian laba yang dihitung secara
proporsional antara pinjaman atau kredit yang diberikan bank dengan modal
keseluruhan yang dipunyai perusahaan dalam hal ini adalah nasabah
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
18
pembiayaan/kredit. Hasil usaha tersebut dibagi sesuai dengan kesepakatan
pada waktu akad pembiayaan yang sudah disetujui keduanya dan dituliskan
dalam bentuk nisbah. Seperti halnya pada bank konvensional, bank yang
beroperasi secara prinsip syariah juga mempunyai kewajiban untuk
memeberikan imbalan bagi penyimpan dana, imbalan tersebut juga diberikan
dalam bentuk bagi hasil setelah dihitung secara proporsional terhadap jumlah
total masing-masing jenis simpanan.
Perbandingan antara bank konvensional dengan bank syariah disajikan
dalam table berikut:
Tabel 1:
Perbedaan Bank Konvensional dan Bank Syariah1
Pembeda Bank Konvensional Bank Syariah Jenis investasi halal dan haram Halal saja Pembagian keuntungan
Bagi hasil, jual beli atau sewa
bunga
Hubungan dengan nasabah
Debitur-kreditur kemitraan
Dasar kegiatan Fatwa DSN MUI Tidak ada fatwa Orientasi kegiatan Profit dan falah oriented Profit oriented
Dalam UU Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia,
menegaskan bahwa BI selaku otoritas perbankan perlu untuk mempersipakan
perangkat peraturan dan fasilitas penunjang yang mendukung operasional
bank syariah. Berdasarkan pada undang-undang tersebut, Bank Indonesia
adalah otoritas moneter yang memiliki tugas pokok, yaitu: (a) menetapkan
1 www.bi.go.id dan www.ojk.go.id/
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
19
dan melaksanakan kebijakan moneter; (b) mengatur dan menjaga kelancaran
system pembayaran dan (c) mengatur dan mengawasi bank.2
Islamic finance in Indonesia, the largest Muslim country, has evolved
since around 1990, mainly in response to political demands from muslim
scholars and organizations. The first Islamic cooperatives were established in
1990, followed by rural banks in 1991 and the first Islamic commercial bank
in 1992. In 1998, Bank Indonesia gave official recognition, as part of a new a
banking act, to the existence of a dual banking system, conventional and
Islamic, or shariah based.3
Landasan prinsipil Islamic Banking dalam Q.S An-Nisa’ ayat 58:
Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada
yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum
di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya
2 Maulana Hamzah, “Optimalisasi Peran Dual Banking System Melalui Fungsi Strategis JUB dalam Rangka Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan di Indonesia”, La_Riba, Vol 3, No 2, Desember 2009, 202. 3 Hans Dieter Seibel, Islamic Microfinance in Indonesia:The Challenge of Instutional Diversity, Regulation and Supervision, University of Cologne, Germany, 14 April 2007
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
20
Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya
Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat.4
1. Asset
Bisnis perbankan mempunyai kekhususan yang dapat diuraikan
sebagai berikut5:
a. Produk dari industri perbankan berupa jasa di bidang keuangan yang
mempunyai bentuk dan dimensi beragam.,
b. Sebagian besar asset bank berupa monetary assets dan di sisi lain
fisical assets relative sangat kecil.,
c. Sebagian besar asset bank berupa alat likuid (current assets)
sedangkan fixed assets juga relatif kecil.,
d. Dalam operasinya bank terlibat dengan jenis mata uang asing yang
beraneka ragam, dimana mata uang asing tersebut mempunyai nilai
yang beraneka ragam dan cepat mengalami perubahan (volatile).,
e. Bank beroperasi dengan cabang yang banyak dan tersebar dengan
area yang luas.,
f. Uang dalam bisnis perbankan mempunyai 2 fungsi, pertama sebagai
barang yang diperdagangkan dan yang kedua sebagai alat likuid yang
harus dipertahankan dalam bank.,
g. Dan lain-lain.
4 Al-Qur’an, 4:58 5 Teguh Pudjo Mulyono, Bank Budgeting Profit Planning & Control (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 1996), 1.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
21
Kualitas aset yang rendah bagi suatu bank akan merupakan tekanan
yang berat terhadap kebutuhan dana bagi bank yang bersangkutan,
karena adanya negative multiplier effect terhadap penurunan dana. Hal
ini terlihar antara lain:
a. Asset (earning assets) suatu bank akan merupakan sumber
pendapatan/laba yang akan menjadi salah satu sumber dana bagi bank
yang bersangkutan. Dengan rendahnya kualitas asset suatu bank akan
menimbulkan kerugian yang justru akan mengurangi volume dana
yang dimilikinya.
b. Asset suatu bank yang rendah kualitasnya berarti mempunyai turn
over yang lambat, dan akan mengakibatkan pemborosan sumber dana
karena dana tersebut berarti dan tidak dapat ditanamkan ke earning
assets lainnya.
c. Asset suatu bank yang rendah akan mengakibatkan besarnya
cadangan aktiva yang diklasifikasikan untuk bank yang bersangkutan
semakin besar. Cadangan ini nantinya akan dipakai untuk write off
assets tersebut apabila benar-benar tidak dapat lagi ditarik dari
debitur. Hal ini berarti akan mengakibatkan berkurangnya volume
dana (modal) yang dimiliki.6
Kondisisnya tentu akan berlainan apabila sebagian besar (100%)
dari asset bank yang bersangkutan merupakan asset produktif maka akan
6 Ibid., 140.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
22
menciptakan sumber dana secara positive multiplier effect terhadap bank
yang bersangkutan. Hal ini dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Asset yang produktif akan menciptakan pendapatan/laba yang dapat
digunakan untuk menumpuk modal
b. Turn over assets yang cepat akan mengakibatkan efisiensi pemakaian
asset
c. Asset yang produktif tersebut dapat juga dipakai untuk melakukan
penetrasi pasar produk dan jasa bank lainnya, sehingga bank yang
bersangkutan dapat memanfaatkan overhead secara maksimal dan
biaya overhead akhirnya dapat ditekan lebih rendah. Disamping itu,
dengan asset yang produktif ini, dapat dikembangkan sumber-sumber
dana baru yang berupa derivative product dari assets itu sendiri.
d. Apabila sebagian besar asset bank berupa asset yang produktif, maka
bank yang bersangkutan tidak perlu membentuk cadangan aktiva
yang diklasifikasikan terlalu besar, dan tidak perlu melakukan write
off dari assetnya.7
Dari uraian di atas dapat dilihat justru dari asset yang produktif
tersebut dapat diciptakan timbulnya sumber-sumber dana baru yang
dapat ditanamkan ke earning assets lainnya untuk mendapatkan laba dan
seterusnya.8
7 Ibid., 141. 8 Ibid., 141.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
Selanjutnya, kualitas asset suatu bank dapat ditunjukkan dengan
indikator tingginya Return of Assets, Profit Margin, Interest Margin,
Return on Risk Assets, Return on Earning Assets dan lain-lain. Atau
sebaliknya, kualitas asset dapat juga ditunjukkan dengan rendahnya
persentase cadangan aktiva yang diklasifikasikan, rendahnya
penghapusan (write off) debitur macet, rendahnya biaya dana dan
seterusnya.9
Berikut adalah gambar tentang pengelolaan asset perbankan syariah
pada sumber dan penggunaan dana dengan pendekatan pusat
pengumpulan dana (Pool of Fund Approach)10
9 Ibid., 141-142. 10 Ismail Nawawi Uha, Manajemen Perbankan Syariah (Jakarta: VIV press, 2014), 188.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
24
Gambar 2:
Pool of Fund
Berikut adalah gambar tentang pengelolaan asset perbankan syariah
pada sumber dan penggunaan dana dengan Assets Allocation Approach.11
11 Ibid., 189.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
25
Gambar 3:
Asset Allocation Approach
2. DPK (Dana Pihak Ketiga)
Sumber dana pihak ketiga merupakan porsi sumber dana terbesar
bagi setiap bank dibanding dengan sumber dana dari ke-3 kelompok
lainnya. Dana pihak ketiga ini dihimpun oleh bank dengan melalui
berbagai macam produk dana yang ditawarkan kepada masyarakat luas,
yang menaruh kepercayaan terhadap bank yang bersangkutan untuk
menyimpan dan memutarkan uangnya untuk kemudian ditarik kembali
pada saat jatuh temponya dengan imbalan bunga maupun capital gain
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
26
dari bank tersebut. Ada beberapa kelompok anggota masyarakat yang
menjadi sumber dana bank antara lain12:
a. Kelompok masyarakat perorangan/rumah tangga
b. Kelompok perusahaan, swasta, pemerintah, asing
c. Kelompok bank dan lembaga keuangan
d. Kelompok yayasan, lembaga pemerintah, lembaga non profit.
Dalam Q.S Al-Baqoroh ayat 198 dijelaskan tentang Sistem Bagi
Hasil (Profit Sharing) Atau Prinsip Mudharabah Dan Murabahah
Artinya: Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil
perniagaan) dari Tuhanmu. Maka apabila kamu Telah bertolak dari
'Arafat, berdzikirlah kepada Allah di Masy'arilharam. dan berdzikirlah
(dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu;
dan Sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang
yang sesat. 13
12 Mulyono, Bank Budgeting, 1. 13 Al-Qur’an, 2:198
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
27
3. Kredit/Pembiayaan UMKM
Kredit bagi setiap bank mempunyai arti yang strategis dalam
pengembangan bisnis bank yang bersangkutan. Mengingat kedit
mempunyai berbagai manfaat yang besar bagi bank, antara lain:
a. Sebagai sumber pendapatan yang terbesar yang berupa bunga.
Dengan adanya pendapatan bunga ini memungkinkan setiap bank
untuk dapat mengembangkan usahanya, apabila kredit yang diberikan
dapat berjalan lancer
b. Untuk menjaga solvabilitasnya, sebab kredit merupakan salah satu
bentuk penyaluran dana bank yang terbesar. Dengan semikian
diharapkan dari kredit yang lancer tersebut dapat dipakai sebagai
sarana untuk pembayaran kembali dana dan bunga yang dipinjam dari
masyarakat.
c. Kredit dapat dipakai sebagai alat yang sangat baik untuk memasarkan
produk jasa bank lain, bahkan saat ini ada suatu pameo yang
mengatakan pemberian kredit semata-mata hanya untuk mendapatkan
bunga sudah mubazir.
d. Dengan menyalurkan kredit akan mampu mengembangkan para
stafnya untuk mengenal dunia bisnis yang lain.14
Didalam pelaksanaan fungsi bank sebagai agent of development
pemerintah (Bank Indonesia, Departemen Keuangan) juga menugaskan
dunia perbankan untuk menyediakan permodalan dalam bentuk
14 Ibid., 207.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
28
perkreditan bagi sektor-sektor usaha/golongan ekonomi tertentu agar
dapat berkembang lebih cepat. Jenis kredit ini ada yang bersifat wajib
seperti kredit usaha kecil atau kredit lainnya yang bersifat moral
obligation dari bank terhadap masyarakat. Adapun kredit-kredit dalam
jenis ini antara lain:15
a. Kredit Usaha Kecil dan Kredit Kelayakan Usaha
Sebagai pengembangan dari scheme kredit investasi investasi
kecil, kredit modal kerja pemanen yang di introdusir pada tahun 1974
kemudian diperluas menjadi kredit kelayakan, dan akhirnya dikenal
dengan istilah kredit usaha kecil yang mempunyai scheme sebagai
berikut:
1) Total kredit yang diberikan maksimum Rp 250 juta.,
2) Total maksimum assets Rp 600 juta tidak termasuk nilai tanah
dan rumah yang ditempati.,
3) Untuk pembelian, pembangunan, renovasi rumah.16
Kredit ini merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh
semua bank dengan minimum jumlah sebesar 20% dari portofolio
kredit yang ada pada bank tersebut, dengan rumus sebagai berikut:
% ��� = ����� ���
������ �����ℎ − ���� ��� ��� − ���� ��������
15 Ibid., 238. 16 Ibid., 238.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
29
b. Kredit kepada Koperasi
Dalam rangka mendorong pertumbuhan koperasi pemerintah
memberikan kesempatan kepada koperasi atau anggotanya baik
dengan mendapatkan bantuan likuiditas ataupun tidak. Jenis kredit ini
dapat diberikan kepada Koperasi Unit Desa, koperasi primeir,
koperasi pasar mandiri, koperasi serba usaha mandiri. Pemberian
kepada koperasi di sini selain bank dituntut untuk dapat memperoleh
pendapatan biaya juga dituntut untuk dapat membantu perkembangan
koperasi tersebut dalam rangka memperluas kesempatan kerja dan
peningkatan kesejahteraan para anggotanya.
c. Kredit kepada Perusahaan Inti Rakyat
Proyek perusahaan inti rakyat mencakup pembiayaan kebun
inti, kebun plasma, sarana penunjang ataupun juga untuk
perunggasan, tambak udang dan lain-lain, yang mengandalkan para
petani, petambak yang kecil, kecil mempunyai kesempatan untuk
melakukan usahanya dan hasil produksinya ditampung untuk
dipasarkan. Kredit ini biasanya berjangka panjang dan ada
kesempatan untuk mendapatkan bantuan dana likuiditas dari Bank
Indonesia.
B. Islamic Microfinance
Istilah microfinance banyak dikaitkan dengan masalah keterbatasan
(inferiority). Karena itu, konsep microfinance diuraikan sebagai bentuk
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
30
inferioritas dari masyarakat miskin (the poors) yang sulit dan terbatas
aksesnya terhadap layanan keuangan pada lembaga keuangan perbankan.17
Microfinance means “programme that extend small loans to very poor
people for self employment prokects that generate income in allowing them to
take care of themselve and their families”18
Microfinance initiative is widely acclaimed as a new innovative
approach to alleviate proverty. Trough various microfinance mechanisms, the
poor who were normally denied access to mainstream banking services are
now able to benefit from various financial products and services.19
Lembaga keuangan mikro (LKM) jika mengacu pada Undang-undang
Nomor.1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro. Di dalam undang-
undang tersebut LKM didefinisikan sebagai lembaga keuangan yang khusus
didirikan untuk memberikan jasa pengembangan usaha dan pemberdayaan
masyarakat, baik melalui pinjaman atau pembiayaan dalam usaha skala mikro
kepada anggota dan masyarakat, pengelolaan simpanan, maupun pemberian
jasa konsultasi pengembangan usaha yang tidak semata-mata mencari
keuntungan.20
Comprehensive Islamic Microfinance should involve not only credit
trough debt finance, but the provision of equity financing via mudharabah
17 Yunan Saifullah, Microfinance Anlisis dan Teori (Malang: Bayu Media Publishing, 2013), 11. 18 Abdul Rahim Abdul Rahman, “Islamic Microfinance: a Missing Component in Islamic Banking”, Kyoto Bulletin of Islamic Area Studies, 1-2 (2007), 38 19 Asyraf Wajdi Dusuki, Empowering Islamic Microfinance: Lesson From Group Based Lending Scheme and Ibn Khaldun’s Concept of ‘Abasiyah, Departemen of Accounting, Kulliyyah of Economics and Management Sciences, International Islamic University Malaysia, 2006, Abstract 20 I Gde Kajeng Baskara, “Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia”, Jurnal Buletin Studi Ekonomi, Vol.18, No. 2, Agustus 2013, 114
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
31
and musharakah, saving schemes via wadiah and mudharabah deposits,
money transfers such as trough sakat and sadaqoh, and insurance via takaful
concept.21
BMT is one kind of Islamic Microfinance institute which save and
distribute fund for micro entrepreneur. Most members of Baitul Ma>l wat
Tamwil (BMT) in Indonesia are unbankable. They need financial instution
which is not only giving a financing but also spporting the members to be
survival in their business. BMT as a shariah microfinance is more innovative
than the others financial instution, hopefully,it will become the one of
solutions to alleviate poor peoples.22
BMT adalah kependekan kata Balai Usaha Mandiri Terpadu atau
Baitul Ma@l wat Tamwil, yaitu kembaga keuangan mikro (LKM) yang
beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah.23
BMT adalah salah satu bagian dari Islamic Microfinance. BMT
merupakan lembaga keuangan bukan bank, yang melayani simpan pinjam dan
secara konsep dasar sama dengan koperasi simpan pinjam, hanya saja, BMT
merupakan alternative bagi pelaku usaha kecil yang membutuhkan dana dan
memperhatikan aspek keislaman sebagai bentuk totalitas sebagai muslim.
Conceptually, BMT has two functions, namely: (1) Baitul Ma@l is to
collect and distribute charity fund such as infaq and shodaqoh (2) Baitul
21 Comptroller of the Currency Administrator of National Banks, “Nasional Banks and The Dual Banking System” , Washington, DC 20219, September 2013, 1. 22 Muhammad Nadratuzzaman Hosen dan Lia Syukriyah Sa’roni, “Determinant Factors of the Successful of Baitul Ma@l Wat Tamwil (BMT)”, International Journal of Academic Research in Economic and Management Sciences, Agustus 2012, 1. 23 Andri Soemitra, Bank & Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), 451.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
32
Tamwil is to manage charity fund to increase economic quality of micro
entrepreneurs.24
Berbagai tulisan telah banyak menyebutkan bahwa Baitul Ma@l wat
Tamwil (BMT) merupakan alternatif lembaga keuangan Islam untuk usaha
mikro. Salah satunya dalam tulisan karya Andriani25, yang intinya adalah dari
akar sejarah, telah nampak bahwasannya fungsi dari Baitul Ma@l wat Tamwil
(BMT) adalah menjembatani konsepsi Islam yang merupakan alternatif
secara kelembagaan keuangan syariah yang memiliki dimensi sosial dan
produktif dalam skala nasional, dan denyut nadi perekonomian umatpun
terpusat pada fungsi kelembagaan ini. Sedangkan prinsip yang digunakan
oleh BMT yaitu: Prinsip bagi hasil, prinsip jual beli dengan keuntungan dan
prinsip non profit.
Prinsip bagi hasil ini merupakan suatu sistem yang meliputi tata cara
pembagian hasil usaha antara pemodal (penyedia dana) dengan pengelola
dana dan antara BMT dengan penyedia dana (penyimpan dan penabung).
Bentuk produk yang bersandarkan prinsip ini adalah mud}orobah dan
musharokah.26
Prinsip jual beli dengan keuntungan, prinsip ini merupakan suatu tata
cara jual beli yang dalam pelaksanaannya BMT mengangkat nasabah sebagai
agen (yang diberi kuasa) melakukan pembelian barang atasnama BMT,
24 Nadratuzzaman Hosen dan Syukriyah Sa’roni, “Determinant Factors of the Successful”, International Journal of Academic Research in Economic and Management Sciences, (Agustus 2012), 1. 25 Andriani, “Baitul Ma@l wat Tamwil (Konsep dan Mekanisme), Empirisma, volume 14, Nomor.2 (Juli, 2005), 252. 26 Ibid., 252
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
33
kemudian BMT bertindak sebagai penjual, menjual barang tersebut kepada
nasabah dengan harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan bagi BMT
atau sering disebut margin mark-up. Keuntungan yang diperoleh BMT akan
dibagi juga kepada penyedia/penyimpan dana. Bentuk produk prinsip ini
adalah Mudhorobah dan Ba’i bi thaman ajil.27
Prinsip non profit, prinsip ini disebut juga dengan pembiayaan
kebijakan, prinsip ini lebih bersifat sosial dan tidak profit oriented. Sumber
dana untuk pembiayaan ini tidak membutuhkan biaya (non cost of money)
yang disebut pembiayaan qarzul h}asan.28
Baitul Ma@l wat Tamwil (BMT) tidak takut bersaing dengan bank
syariah dalam memberikan pinjaman di sektor mikro. Pasalnya bank syariah
memiliki level yang berbeda dengan BMT dalam memberikan pinjaman.29
Definisi level mikro antara perbankan dengan BMT/koperasi jasa
keuangan syariah (KJKS) memiliki perbedaan mendasar. Level mikro bagi
perbankan formal termasuk BPR dan BPRS, adalah pembiayaan skala Rp 50-
100 juta. Sedangkan BMT/KJKS, bereoperasi pada skala mikro artinya
dibawah Rp 50 juta, bahkan memberikan pembiayaan sekitar Rp 100 ribu.30
Di Indonesia saat ini, jumlah BMT sudah lebih dari 5.500.
kebanyakan tersebar di wilayah urban pedesaan. Namun Aries mengakui
27 Ibid., 252-253 28 Ibid., 253 29 Hafidz Muftisany, “BMT Tak Takut Bersaing dengan Bank Syariah”, Republika Online, dalam www.republika.co.id (28 Juni 2012), diakses pada 5 Desember 2014 30 Dadi Haryadi, “Masa Depan BMT Semakin Cerah”, InilahKoranCom, dalam www.inilahkoran.com (27 Juni 2014), diakses pada 5 Desember 2014
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
34
belum semua desa memiliki BMT, padahal keberadaan BMT sangatlah
penting bagi pengembangan usaha-usaha kecil yang ada di satu desa.31
BMT juga merupakan lembaga keuangan syariah yang jumlahnya
paling banyak dibandingkan lembaga-lembaga keuangan syariah lainnya.
Pada tahun 2001 jumlah BMT yang terdaftar sebanyak 2938, sedangkan Pusat
Inkubasi Bisnis dan Usaha Kecil (PINBUK) menargetkan terdapat 30.000
BMT di akhir tahun 2014.32
BMT dapat menjangkau kelompok masyarakat terbawah karena
berbasis koperasi atau perkumpulan masyarakat. Sekitar 90% dana disalurkan
kepada sektor produktif seperti perdagangan dan hanya sebagian kecil kepada
sektor konsumtif.33
C. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau
badan usaha perorangan. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50 juta
tidak termasuk tanah dan bangunan dan memiliki hasil penjualan tahunan
paling banyak Rp 300 juta.34
Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah
31 Muftisany, “BMT Tak Takut Bersaing” Republika Online, dalam www.republika.co.id (28 Juni 2012), diakses pada 5 Desember 2014 32 Nendra Nugraha, “BMT, Sejauh Mana Manfaatnya bagi Ekonomi Ummat?”, GP Anshor, dalam www.ansor.or.id (22 April 2014), diakses pada 5 Desember 2014 33 Haryadi, “Masa Depan”, InilahKoranCom, dalam www.inilahkoran.com (27 Juni 2014), diakses pada 5 Desember 2014 34 Bagian Data-Biro Perencanaan, Narasi Statistic UMKM 2010-2011.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
35
atau usaha besar. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.50 juta sampai
dengan paling banyak Rp.500 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan atau
memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.300 juta sampai dengan
paling banyak Rp.2,5 miliar.35
Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai,
atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha
kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan
tahunan. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.500 juta sampai dengan
paling banyak Rp.10 miliar tidak termasuk tanah dan bangunan atau
memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.2,5 miliar sampai dengan
paling banyak Rp.50 miliar.36
D. Produk Domestik Bruto (PDB)
Suatu negara dapat dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi yang
positif apabila kuantitas barang dan jasa yang dihasilkan negara tersebut
mengalami kenaikan. Namun demikian dalam kenyataannya sangat sulit
untuk mengetahui berapa jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu
negara dalam kurun waktu tertentu. Oleh karena itu, untuk mengukur
pertumbuhan ekonomi atau pertumbuhan output dilakukan dengan
menggunakan perubahan nilai moneternya (uang) yang tercermin dalam
produk domestic bruto. Semakin tinggi produk domestic bruto maka
35 Ibid 36 Ibid
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
36
pendapat perkapita masyarakat juga meningkat sehingga penerimaan pajak
akan meningkat melalui penerimaan pajak penghasilan dan pajak lainnya.37
Produk Domestik Bruto sering dianggap sebagai ukuran terbaik dari
kinerja perekonomian. Statistik ini dihitung setiap bulan oleh Biro Analisis
Ekonomi (bagian dari Departemen Perdagangan AS) dari sejumlah besar
sumber data primer. Tujuan GDP adalah meringkas aktivitas ekonomi dalam
nilai uang tunggal selama periode waktu tertentu.38
Ada dua cara untuk melihat statistik ini. Salah satunya adalah dengan
melihat GDP sebagai pendapatan total dari setiap orang di dalam
perekonomian. Cara lain untuk melihat GDP adalah sebagai pengeluaran
total atas output barang dan jasa perekonomian. Dari sudut pandang lain,
jelaslah mengapa GDP merupakan cerminan dari kinerja ekonomi. GDP
mengukur sesuatu yang diperdulikan banyak orang. Demikian pula,
perekonomian dengan output barang dan jasa yang besar bisa secara lebih
baik memenuhi permintaan rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah.39
Kedua cara penghitungan GDP ini harus sama karena pengeluaran
pembeli untuk membeli produk adalah, berdasarkan kaidah akuntansi,
pendapat bagi penjual produk itu. Setiap transaksi yang mempengaruhi
pengeluaran harus mempengaruhi pendapatan, dan setiap transaksi yang
mempengaruhi pendapatan harus mempengaruhi pengeluaran.40
37 Rahmanta, “Pengaruh Produk Domestik Bruto dan SBI terhadap Penerimaan Pajak di Indonesia”, De Journal, Vol. 01 No. 01, 28. 38 N. Gregory Mankiw, Teori Ekonomi Makro (Jakarta: Erlangga, 2003), 16. 39 Ibid., 16. 40 Ibid., 17.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
37
Untuk menghitung GDP dalam perekonomian yang lebih kompleks,
akan sangat membantu jika kita memiliki definisi yang tepat: Produk
Domestik Bruto (GDP) adalah nilai pasar dan jasa akhir yang diproduksi
dalam perekonomian selama kurun waktu tertentu.41
Dicontohkan dalam buku Teori Makro Ekonomi karya N. Gregory
Mankiw sebagai berikut: perekonomian memproduksi empat apel dan tiga
jeruk, maka akan dengan mudah menghitung GDP nya yaitu sebanyak tujuh
potong buah, namun, hal tersebut terjadi apabila apel dan jeruk dianggap
mempunnyai nilai yang sama, yang sudah diketahui bahwa anggapan
tersebut pada umumnya adalah tidak benar, dapat dibuktikan dengan adanya
perekonomian yang memproduksi empat melon dan tiga anggur. Untuk
menghitung nilai total dari barang dan jasa yang berbeda, pos pendapatan
nasional (national income accounts) menggunakan harga pasar karena
mencerminkan banyaknya barang yang bersedia membayar untuk barang
atau jasa. Jadi, jika harga apel $0,50 dan harga jeruk $1,00, maka GDP akan
menjadi (dengan hasil perhitungannya adalah GDP = $5,00).42
��� = (����� ���� × �����ℎ ����) + (����� ����� × �����ℎ �����)
Dalam perekonomian tersebut, GDP adalah jumlah dari nilai seluruh
apel dan seluruh jeruk yang diproduksi sehingga dapat digambarkan dengan
rumus diatas. Dengan mudah kita bisa melihat bahwa GDP yang dihitung
dengan cara ini bukan ukuran kemakmuran yang baik. Ukuran ini tidak
secara akurat mencerminkan sejauhmana perekonomian bisa memuaskan
41 Ibid., 18. 42 Ibid., 19.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
38
permintaan rumah tangga, perusahaan dan pemerintah. Jika seluruh harga
digandakan tanpa perubahandalam jumlah, GDP akan berlipat ganda. Tetapi
tidak benar jika kita mengatakan bahwa kemampuan perekonomian untuk
memuaskan permintaan telah berlipat ganda, karena jumlah produk yang
diproduksi tetap sama. Para ekonom menyebut nilai barang dan jasa yang
diukur dengan harga berlaku sebagai GDP nominal (nominal GDP).43
Ukuran kemakmuran ekonomi yang lebih baik akan menghitung output
barang dan jasa perekonomian dan tidak akan dipegaruhi oleh perubahan
harga. Untuk tujuan ini, para ekonom menggunakan GDP riil, yang nilai
barang dan jasanya diukur dengan menggunakan harga konstan, yaitu, GDP
riil menunjukkan apa yang akan terjadi terhadap pengeluaran atas output jika
jumlah berubah tetapi harga tidak. (untuk menghitung GDP riil tahun
2003)44
��� ���� = (����� ���� 2002 × �����ℎ ���� 2003) + (����� ����� 2002
× �����ℎ ����� 2003)
Berdasarkan pada pengelompokan kegiatan ekonomi, PDB
dikelompokkan menjadi tiga sektor, yaitu sektor primer (sektor pertanian dan
sektor pertambangan) , sektor sekunder (sektor industri, sektor listrik, gas dan
air bersih, dan sektor konstruksi), dan sektor tersier (sektor perdagangan,
sektor pengangkutan, sektor keuangan dan sektor jasa-jasa).
43 Ibid., 22. 44 Ibid., 22.