bab ii kajian teori a. dual banking system secara tegas ...digilib.uinsby.ac.id/3085/5/bab 2.pdfunit...

23
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 16 BAB II KAJIAN TEORI A. Dual Banking System Secara tegas, Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan menjelaskan bahwa perbankan di Indonesia terdapat dua sistem (Dual Banking System) yaitu perbankan konvensional dan perbankan syariah. Selanjutnya, Bank Indonesia sebagai pemegang otoritas perbankan Indonesia perlu mempersiapkan perangkat peraturan dan juga fasilitas yang berfungsi sebagai penunjang yang mampu mendukung operasional bank syariah, dan hal tersebut sudah diatur dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Perbankan Syariah dimulai perkembangannya sejak tahun 1992, dipicu juga oleh UU Nomor 10 Tahun 1998 yang memungkinkan bagi perbankan untuk menjalankan Dual Banking System, dan bank-bank konvensional yang sudah menguasai pasarpun mulai melirik dan membuka unit usaha syariah. Atas dasar bahwa Bank Indonesia merupakan otoritas perbankan saat ini, menganggap penting adanya pengawasan dan pengaturan kepada Bank Syariah agar kepentingan masyarakat dapat terlindungi dan terpenuhi, maka terbitlah atau berlakulah Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang didalamnya diatur tentang perbankan syariah, Undang-

Upload: trandang

Post on 06-May-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Dual Banking System

Secara tegas, Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

Perbankan menjelaskan bahwa perbankan di Indonesia terdapat dua sistem

(Dual Banking System) yaitu perbankan konvensional dan perbankan syariah.

Selanjutnya, Bank Indonesia sebagai pemegang otoritas perbankan Indonesia

perlu mempersiapkan perangkat peraturan dan juga fasilitas yang berfungsi

sebagai penunjang yang mampu mendukung operasional bank syariah, dan

hal tersebut sudah diatur dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999

tentang Bank Indonesia.

Perbankan Syariah dimulai perkembangannya sejak tahun 1992,

dipicu juga oleh UU Nomor 10 Tahun 1998 yang memungkinkan bagi

perbankan untuk menjalankan Dual Banking System, dan bank-bank

konvensional yang sudah menguasai pasarpun mulai melirik dan membuka

unit usaha syariah.

Atas dasar bahwa Bank Indonesia merupakan otoritas perbankan saat

ini, menganggap penting adanya pengawasan dan pengaturan kepada Bank

Syariah agar kepentingan masyarakat dapat terlindungi dan terpenuhi, maka

terbitlah atau berlakulah Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

Perbankan yang didalamnya diatur tentang perbankan syariah, Undang-

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

undang tersebut sebagai penyempurnaan dari UU Nomor 7 Tahun 1992.

Undang-undang perbankan yang baru tersebut mengungkapkan secara tegas

bahwa di Indonesia terdapat dua system perbankan (Dual Banking System)

yaitu system perbankan konvensional dan system perbankan syariah.

Pada dualbanking system, bank dapat melakukan dua kegiatan

sekaligus, yaitu kegiatan perbankan yang berbasis bunga dan kegiatan

perbankan yang berbasis syariah. Bagi yang mengkonversi banknya menjadi

perbankan syariah, maka seluruh mekanisme kerjanya mengikuti prinsip-

prinsip perbankan syariah, sedangkan bagi yang melakukan kedua-duanya

maka mekanisme kerjanya diatur sedemikian rupa, terutama yang

menyangkut interaksi antara kegiatan-kegiatan yang berbasis bunga yang

merupakan kekhasan dari perbankan konvensional dengan kegiatan yang

bebas bunga yang merupakan kekhasan dari perbankan syariah, sehingga

antara keduanya dapat dipisahkan.

Pada bank yang beroperasi secara konvensional, pendapatan bank

yang utama berasal dari bunga yang dihitung berdasarkan pada prosentase

tertentu dari pinjaman yang diberikan oleh bank, dan selain itu bank

konvensional juga mempunyai kewajiban untuk membayar sebesar prosentase

tertentu atas simpanan dari nasabahnya.

Sementara bank yang beroperasi secara prinsip syariah, memperoleh

pendapatannya dengan adanya pembagian laba yang dihitung secara

proporsional antara pinjaman atau kredit yang diberikan bank dengan modal

keseluruhan yang dipunyai perusahaan dalam hal ini adalah nasabah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

pembiayaan/kredit. Hasil usaha tersebut dibagi sesuai dengan kesepakatan

pada waktu akad pembiayaan yang sudah disetujui keduanya dan dituliskan

dalam bentuk nisbah. Seperti halnya pada bank konvensional, bank yang

beroperasi secara prinsip syariah juga mempunyai kewajiban untuk

memeberikan imbalan bagi penyimpan dana, imbalan tersebut juga diberikan

dalam bentuk bagi hasil setelah dihitung secara proporsional terhadap jumlah

total masing-masing jenis simpanan.

Perbandingan antara bank konvensional dengan bank syariah disajikan

dalam table berikut:

Tabel 1:

Perbedaan Bank Konvensional dan Bank Syariah1

Pembeda Bank Konvensional Bank Syariah Jenis investasi halal dan haram Halal saja Pembagian keuntungan

Bagi hasil, jual beli atau sewa

bunga

Hubungan dengan nasabah

Debitur-kreditur kemitraan

Dasar kegiatan Fatwa DSN MUI Tidak ada fatwa Orientasi kegiatan Profit dan falah oriented Profit oriented

Dalam UU Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia,

menegaskan bahwa BI selaku otoritas perbankan perlu untuk mempersipakan

perangkat peraturan dan fasilitas penunjang yang mendukung operasional

bank syariah. Berdasarkan pada undang-undang tersebut, Bank Indonesia

adalah otoritas moneter yang memiliki tugas pokok, yaitu: (a) menetapkan

1 www.bi.go.id dan www.ojk.go.id/

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

dan melaksanakan kebijakan moneter; (b) mengatur dan menjaga kelancaran

system pembayaran dan (c) mengatur dan mengawasi bank.2

Islamic finance in Indonesia, the largest Muslim country, has evolved

since around 1990, mainly in response to political demands from muslim

scholars and organizations. The first Islamic cooperatives were established in

1990, followed by rural banks in 1991 and the first Islamic commercial bank

in 1992. In 1998, Bank Indonesia gave official recognition, as part of a new a

banking act, to the existence of a dual banking system, conventional and

Islamic, or shariah based.3

Landasan prinsipil Islamic Banking dalam Q.S An-Nisa’ ayat 58:

Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada

yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum

di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya

2 Maulana Hamzah, “Optimalisasi Peran Dual Banking System Melalui Fungsi Strategis JUB dalam Rangka Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan di Indonesia”, La_Riba, Vol 3, No 2, Desember 2009, 202. 3 Hans Dieter Seibel, Islamic Microfinance in Indonesia:The Challenge of Instutional Diversity, Regulation and Supervision, University of Cologne, Germany, 14 April 2007

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya

Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat.4

1. Asset

Bisnis perbankan mempunyai kekhususan yang dapat diuraikan

sebagai berikut5:

a. Produk dari industri perbankan berupa jasa di bidang keuangan yang

mempunyai bentuk dan dimensi beragam.,

b. Sebagian besar asset bank berupa monetary assets dan di sisi lain

fisical assets relative sangat kecil.,

c. Sebagian besar asset bank berupa alat likuid (current assets)

sedangkan fixed assets juga relatif kecil.,

d. Dalam operasinya bank terlibat dengan jenis mata uang asing yang

beraneka ragam, dimana mata uang asing tersebut mempunyai nilai

yang beraneka ragam dan cepat mengalami perubahan (volatile).,

e. Bank beroperasi dengan cabang yang banyak dan tersebar dengan

area yang luas.,

f. Uang dalam bisnis perbankan mempunyai 2 fungsi, pertama sebagai

barang yang diperdagangkan dan yang kedua sebagai alat likuid yang

harus dipertahankan dalam bank.,

g. Dan lain-lain.

4 Al-Qur’an, 4:58 5 Teguh Pudjo Mulyono, Bank Budgeting Profit Planning & Control (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 1996), 1.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

Kualitas aset yang rendah bagi suatu bank akan merupakan tekanan

yang berat terhadap kebutuhan dana bagi bank yang bersangkutan,

karena adanya negative multiplier effect terhadap penurunan dana. Hal

ini terlihar antara lain:

a. Asset (earning assets) suatu bank akan merupakan sumber

pendapatan/laba yang akan menjadi salah satu sumber dana bagi bank

yang bersangkutan. Dengan rendahnya kualitas asset suatu bank akan

menimbulkan kerugian yang justru akan mengurangi volume dana

yang dimilikinya.

b. Asset suatu bank yang rendah kualitasnya berarti mempunyai turn

over yang lambat, dan akan mengakibatkan pemborosan sumber dana

karena dana tersebut berarti dan tidak dapat ditanamkan ke earning

assets lainnya.

c. Asset suatu bank yang rendah akan mengakibatkan besarnya

cadangan aktiva yang diklasifikasikan untuk bank yang bersangkutan

semakin besar. Cadangan ini nantinya akan dipakai untuk write off

assets tersebut apabila benar-benar tidak dapat lagi ditarik dari

debitur. Hal ini berarti akan mengakibatkan berkurangnya volume

dana (modal) yang dimiliki.6

Kondisisnya tentu akan berlainan apabila sebagian besar (100%)

dari asset bank yang bersangkutan merupakan asset produktif maka akan

6 Ibid., 140.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

menciptakan sumber dana secara positive multiplier effect terhadap bank

yang bersangkutan. Hal ini dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Asset yang produktif akan menciptakan pendapatan/laba yang dapat

digunakan untuk menumpuk modal

b. Turn over assets yang cepat akan mengakibatkan efisiensi pemakaian

asset

c. Asset yang produktif tersebut dapat juga dipakai untuk melakukan

penetrasi pasar produk dan jasa bank lainnya, sehingga bank yang

bersangkutan dapat memanfaatkan overhead secara maksimal dan

biaya overhead akhirnya dapat ditekan lebih rendah. Disamping itu,

dengan asset yang produktif ini, dapat dikembangkan sumber-sumber

dana baru yang berupa derivative product dari assets itu sendiri.

d. Apabila sebagian besar asset bank berupa asset yang produktif, maka

bank yang bersangkutan tidak perlu membentuk cadangan aktiva

yang diklasifikasikan terlalu besar, dan tidak perlu melakukan write

off dari assetnya.7

Dari uraian di atas dapat dilihat justru dari asset yang produktif

tersebut dapat diciptakan timbulnya sumber-sumber dana baru yang

dapat ditanamkan ke earning assets lainnya untuk mendapatkan laba dan

seterusnya.8

7 Ibid., 141. 8 Ibid., 141.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

Selanjutnya, kualitas asset suatu bank dapat ditunjukkan dengan

indikator tingginya Return of Assets, Profit Margin, Interest Margin,

Return on Risk Assets, Return on Earning Assets dan lain-lain. Atau

sebaliknya, kualitas asset dapat juga ditunjukkan dengan rendahnya

persentase cadangan aktiva yang diklasifikasikan, rendahnya

penghapusan (write off) debitur macet, rendahnya biaya dana dan

seterusnya.9

Berikut adalah gambar tentang pengelolaan asset perbankan syariah

pada sumber dan penggunaan dana dengan pendekatan pusat

pengumpulan dana (Pool of Fund Approach)10

9 Ibid., 141-142. 10 Ismail Nawawi Uha, Manajemen Perbankan Syariah (Jakarta: VIV press, 2014), 188.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

Gambar 2:

Pool of Fund

Berikut adalah gambar tentang pengelolaan asset perbankan syariah

pada sumber dan penggunaan dana dengan Assets Allocation Approach.11

11 Ibid., 189.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

Gambar 3:

Asset Allocation Approach

2. DPK (Dana Pihak Ketiga)

Sumber dana pihak ketiga merupakan porsi sumber dana terbesar

bagi setiap bank dibanding dengan sumber dana dari ke-3 kelompok

lainnya. Dana pihak ketiga ini dihimpun oleh bank dengan melalui

berbagai macam produk dana yang ditawarkan kepada masyarakat luas,

yang menaruh kepercayaan terhadap bank yang bersangkutan untuk

menyimpan dan memutarkan uangnya untuk kemudian ditarik kembali

pada saat jatuh temponya dengan imbalan bunga maupun capital gain

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

dari bank tersebut. Ada beberapa kelompok anggota masyarakat yang

menjadi sumber dana bank antara lain12:

a. Kelompok masyarakat perorangan/rumah tangga

b. Kelompok perusahaan, swasta, pemerintah, asing

c. Kelompok bank dan lembaga keuangan

d. Kelompok yayasan, lembaga pemerintah, lembaga non profit.

Dalam Q.S Al-Baqoroh ayat 198 dijelaskan tentang Sistem Bagi

Hasil (Profit Sharing) Atau Prinsip Mudharabah Dan Murabahah

Artinya: Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil

perniagaan) dari Tuhanmu. Maka apabila kamu Telah bertolak dari

'Arafat, berdzikirlah kepada Allah di Masy'arilharam. dan berdzikirlah

(dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu;

dan Sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang

yang sesat. 13

12 Mulyono, Bank Budgeting, 1. 13 Al-Qur’an, 2:198

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

3. Kredit/Pembiayaan UMKM

Kredit bagi setiap bank mempunyai arti yang strategis dalam

pengembangan bisnis bank yang bersangkutan. Mengingat kedit

mempunyai berbagai manfaat yang besar bagi bank, antara lain:

a. Sebagai sumber pendapatan yang terbesar yang berupa bunga.

Dengan adanya pendapatan bunga ini memungkinkan setiap bank

untuk dapat mengembangkan usahanya, apabila kredit yang diberikan

dapat berjalan lancer

b. Untuk menjaga solvabilitasnya, sebab kredit merupakan salah satu

bentuk penyaluran dana bank yang terbesar. Dengan semikian

diharapkan dari kredit yang lancer tersebut dapat dipakai sebagai

sarana untuk pembayaran kembali dana dan bunga yang dipinjam dari

masyarakat.

c. Kredit dapat dipakai sebagai alat yang sangat baik untuk memasarkan

produk jasa bank lain, bahkan saat ini ada suatu pameo yang

mengatakan pemberian kredit semata-mata hanya untuk mendapatkan

bunga sudah mubazir.

d. Dengan menyalurkan kredit akan mampu mengembangkan para

stafnya untuk mengenal dunia bisnis yang lain.14

Didalam pelaksanaan fungsi bank sebagai agent of development

pemerintah (Bank Indonesia, Departemen Keuangan) juga menugaskan

dunia perbankan untuk menyediakan permodalan dalam bentuk

14 Ibid., 207.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

perkreditan bagi sektor-sektor usaha/golongan ekonomi tertentu agar

dapat berkembang lebih cepat. Jenis kredit ini ada yang bersifat wajib

seperti kredit usaha kecil atau kredit lainnya yang bersifat moral

obligation dari bank terhadap masyarakat. Adapun kredit-kredit dalam

jenis ini antara lain:15

a. Kredit Usaha Kecil dan Kredit Kelayakan Usaha

Sebagai pengembangan dari scheme kredit investasi investasi

kecil, kredit modal kerja pemanen yang di introdusir pada tahun 1974

kemudian diperluas menjadi kredit kelayakan, dan akhirnya dikenal

dengan istilah kredit usaha kecil yang mempunyai scheme sebagai

berikut:

1) Total kredit yang diberikan maksimum Rp 250 juta.,

2) Total maksimum assets Rp 600 juta tidak termasuk nilai tanah

dan rumah yang ditempati.,

3) Untuk pembelian, pembangunan, renovasi rumah.16

Kredit ini merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh

semua bank dengan minimum jumlah sebesar 20% dari portofolio

kredit yang ada pada bank tersebut, dengan rumus sebagai berikut:

% ��� = ����� ���

������ �����ℎ − ���� ��� ��� − ���� ��������

15 Ibid., 238. 16 Ibid., 238.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

b. Kredit kepada Koperasi

Dalam rangka mendorong pertumbuhan koperasi pemerintah

memberikan kesempatan kepada koperasi atau anggotanya baik

dengan mendapatkan bantuan likuiditas ataupun tidak. Jenis kredit ini

dapat diberikan kepada Koperasi Unit Desa, koperasi primeir,

koperasi pasar mandiri, koperasi serba usaha mandiri. Pemberian

kepada koperasi di sini selain bank dituntut untuk dapat memperoleh

pendapatan biaya juga dituntut untuk dapat membantu perkembangan

koperasi tersebut dalam rangka memperluas kesempatan kerja dan

peningkatan kesejahteraan para anggotanya.

c. Kredit kepada Perusahaan Inti Rakyat

Proyek perusahaan inti rakyat mencakup pembiayaan kebun

inti, kebun plasma, sarana penunjang ataupun juga untuk

perunggasan, tambak udang dan lain-lain, yang mengandalkan para

petani, petambak yang kecil, kecil mempunyai kesempatan untuk

melakukan usahanya dan hasil produksinya ditampung untuk

dipasarkan. Kredit ini biasanya berjangka panjang dan ada

kesempatan untuk mendapatkan bantuan dana likuiditas dari Bank

Indonesia.

B. Islamic Microfinance

Istilah microfinance banyak dikaitkan dengan masalah keterbatasan

(inferiority). Karena itu, konsep microfinance diuraikan sebagai bentuk

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

30

inferioritas dari masyarakat miskin (the poors) yang sulit dan terbatas

aksesnya terhadap layanan keuangan pada lembaga keuangan perbankan.17

Microfinance means “programme that extend small loans to very poor

people for self employment prokects that generate income in allowing them to

take care of themselve and their families”18

Microfinance initiative is widely acclaimed as a new innovative

approach to alleviate proverty. Trough various microfinance mechanisms, the

poor who were normally denied access to mainstream banking services are

now able to benefit from various financial products and services.19

Lembaga keuangan mikro (LKM) jika mengacu pada Undang-undang

Nomor.1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro. Di dalam undang-

undang tersebut LKM didefinisikan sebagai lembaga keuangan yang khusus

didirikan untuk memberikan jasa pengembangan usaha dan pemberdayaan

masyarakat, baik melalui pinjaman atau pembiayaan dalam usaha skala mikro

kepada anggota dan masyarakat, pengelolaan simpanan, maupun pemberian

jasa konsultasi pengembangan usaha yang tidak semata-mata mencari

keuntungan.20

Comprehensive Islamic Microfinance should involve not only credit

trough debt finance, but the provision of equity financing via mudharabah

17 Yunan Saifullah, Microfinance Anlisis dan Teori (Malang: Bayu Media Publishing, 2013), 11. 18 Abdul Rahim Abdul Rahman, “Islamic Microfinance: a Missing Component in Islamic Banking”, Kyoto Bulletin of Islamic Area Studies, 1-2 (2007), 38 19 Asyraf Wajdi Dusuki, Empowering Islamic Microfinance: Lesson From Group Based Lending Scheme and Ibn Khaldun’s Concept of ‘Abasiyah, Departemen of Accounting, Kulliyyah of Economics and Management Sciences, International Islamic University Malaysia, 2006, Abstract 20 I Gde Kajeng Baskara, “Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia”, Jurnal Buletin Studi Ekonomi, Vol.18, No. 2, Agustus 2013, 114

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

31

and musharakah, saving schemes via wadiah and mudharabah deposits,

money transfers such as trough sakat and sadaqoh, and insurance via takaful

concept.21

BMT is one kind of Islamic Microfinance institute which save and

distribute fund for micro entrepreneur. Most members of Baitul Ma>l wat

Tamwil (BMT) in Indonesia are unbankable. They need financial instution

which is not only giving a financing but also spporting the members to be

survival in their business. BMT as a shariah microfinance is more innovative

than the others financial instution, hopefully,it will become the one of

solutions to alleviate poor peoples.22

BMT adalah kependekan kata Balai Usaha Mandiri Terpadu atau

Baitul Ma@l wat Tamwil, yaitu kembaga keuangan mikro (LKM) yang

beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah.23

BMT adalah salah satu bagian dari Islamic Microfinance. BMT

merupakan lembaga keuangan bukan bank, yang melayani simpan pinjam dan

secara konsep dasar sama dengan koperasi simpan pinjam, hanya saja, BMT

merupakan alternative bagi pelaku usaha kecil yang membutuhkan dana dan

memperhatikan aspek keislaman sebagai bentuk totalitas sebagai muslim.

Conceptually, BMT has two functions, namely: (1) Baitul Ma@l is to

collect and distribute charity fund such as infaq and shodaqoh (2) Baitul

21 Comptroller of the Currency Administrator of National Banks, “Nasional Banks and The Dual Banking System” , Washington, DC 20219, September 2013, 1. 22 Muhammad Nadratuzzaman Hosen dan Lia Syukriyah Sa’roni, “Determinant Factors of the Successful of Baitul Ma@l Wat Tamwil (BMT)”, International Journal of Academic Research in Economic and Management Sciences, Agustus 2012, 1. 23 Andri Soemitra, Bank & Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), 451.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

32

Tamwil is to manage charity fund to increase economic quality of micro

entrepreneurs.24

Berbagai tulisan telah banyak menyebutkan bahwa Baitul Ma@l wat

Tamwil (BMT) merupakan alternatif lembaga keuangan Islam untuk usaha

mikro. Salah satunya dalam tulisan karya Andriani25, yang intinya adalah dari

akar sejarah, telah nampak bahwasannya fungsi dari Baitul Ma@l wat Tamwil

(BMT) adalah menjembatani konsepsi Islam yang merupakan alternatif

secara kelembagaan keuangan syariah yang memiliki dimensi sosial dan

produktif dalam skala nasional, dan denyut nadi perekonomian umatpun

terpusat pada fungsi kelembagaan ini. Sedangkan prinsip yang digunakan

oleh BMT yaitu: Prinsip bagi hasil, prinsip jual beli dengan keuntungan dan

prinsip non profit.

Prinsip bagi hasil ini merupakan suatu sistem yang meliputi tata cara

pembagian hasil usaha antara pemodal (penyedia dana) dengan pengelola

dana dan antara BMT dengan penyedia dana (penyimpan dan penabung).

Bentuk produk yang bersandarkan prinsip ini adalah mud}orobah dan

musharokah.26

Prinsip jual beli dengan keuntungan, prinsip ini merupakan suatu tata

cara jual beli yang dalam pelaksanaannya BMT mengangkat nasabah sebagai

agen (yang diberi kuasa) melakukan pembelian barang atasnama BMT,

24 Nadratuzzaman Hosen dan Syukriyah Sa’roni, “Determinant Factors of the Successful”, International Journal of Academic Research in Economic and Management Sciences, (Agustus 2012), 1. 25 Andriani, “Baitul Ma@l wat Tamwil (Konsep dan Mekanisme), Empirisma, volume 14, Nomor.2 (Juli, 2005), 252. 26 Ibid., 252

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

33

kemudian BMT bertindak sebagai penjual, menjual barang tersebut kepada

nasabah dengan harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan bagi BMT

atau sering disebut margin mark-up. Keuntungan yang diperoleh BMT akan

dibagi juga kepada penyedia/penyimpan dana. Bentuk produk prinsip ini

adalah Mudhorobah dan Ba’i bi thaman ajil.27

Prinsip non profit, prinsip ini disebut juga dengan pembiayaan

kebijakan, prinsip ini lebih bersifat sosial dan tidak profit oriented. Sumber

dana untuk pembiayaan ini tidak membutuhkan biaya (non cost of money)

yang disebut pembiayaan qarzul h}asan.28

Baitul Ma@l wat Tamwil (BMT) tidak takut bersaing dengan bank

syariah dalam memberikan pinjaman di sektor mikro. Pasalnya bank syariah

memiliki level yang berbeda dengan BMT dalam memberikan pinjaman.29

Definisi level mikro antara perbankan dengan BMT/koperasi jasa

keuangan syariah (KJKS) memiliki perbedaan mendasar. Level mikro bagi

perbankan formal termasuk BPR dan BPRS, adalah pembiayaan skala Rp 50-

100 juta. Sedangkan BMT/KJKS, bereoperasi pada skala mikro artinya

dibawah Rp 50 juta, bahkan memberikan pembiayaan sekitar Rp 100 ribu.30

Di Indonesia saat ini, jumlah BMT sudah lebih dari 5.500.

kebanyakan tersebar di wilayah urban pedesaan. Namun Aries mengakui

27 Ibid., 252-253 28 Ibid., 253 29 Hafidz Muftisany, “BMT Tak Takut Bersaing dengan Bank Syariah”, Republika Online, dalam www.republika.co.id (28 Juni 2012), diakses pada 5 Desember 2014 30 Dadi Haryadi, “Masa Depan BMT Semakin Cerah”, InilahKoranCom, dalam www.inilahkoran.com (27 Juni 2014), diakses pada 5 Desember 2014

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

34

belum semua desa memiliki BMT, padahal keberadaan BMT sangatlah

penting bagi pengembangan usaha-usaha kecil yang ada di satu desa.31

BMT juga merupakan lembaga keuangan syariah yang jumlahnya

paling banyak dibandingkan lembaga-lembaga keuangan syariah lainnya.

Pada tahun 2001 jumlah BMT yang terdaftar sebanyak 2938, sedangkan Pusat

Inkubasi Bisnis dan Usaha Kecil (PINBUK) menargetkan terdapat 30.000

BMT di akhir tahun 2014.32

BMT dapat menjangkau kelompok masyarakat terbawah karena

berbasis koperasi atau perkumpulan masyarakat. Sekitar 90% dana disalurkan

kepada sektor produktif seperti perdagangan dan hanya sebagian kecil kepada

sektor konsumtif.33

C. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau

badan usaha perorangan. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50 juta

tidak termasuk tanah dan bangunan dan memiliki hasil penjualan tahunan

paling banyak Rp 300 juta.34

Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan

anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau

menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah

31 Muftisany, “BMT Tak Takut Bersaing” Republika Online, dalam www.republika.co.id (28 Juni 2012), diakses pada 5 Desember 2014 32 Nendra Nugraha, “BMT, Sejauh Mana Manfaatnya bagi Ekonomi Ummat?”, GP Anshor, dalam www.ansor.or.id (22 April 2014), diakses pada 5 Desember 2014 33 Haryadi, “Masa Depan”, InilahKoranCom, dalam www.inilahkoran.com (27 Juni 2014), diakses pada 5 Desember 2014 34 Bagian Data-Biro Perencanaan, Narasi Statistic UMKM 2010-2011.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

35

atau usaha besar. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.50 juta sampai

dengan paling banyak Rp.500 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan atau

memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.300 juta sampai dengan

paling banyak Rp.2,5 miliar.35

Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,

yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai,

atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha

kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan

tahunan. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.500 juta sampai dengan

paling banyak Rp.10 miliar tidak termasuk tanah dan bangunan atau

memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.2,5 miliar sampai dengan

paling banyak Rp.50 miliar.36

D. Produk Domestik Bruto (PDB)

Suatu negara dapat dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi yang

positif apabila kuantitas barang dan jasa yang dihasilkan negara tersebut

mengalami kenaikan. Namun demikian dalam kenyataannya sangat sulit

untuk mengetahui berapa jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu

negara dalam kurun waktu tertentu. Oleh karena itu, untuk mengukur

pertumbuhan ekonomi atau pertumbuhan output dilakukan dengan

menggunakan perubahan nilai moneternya (uang) yang tercermin dalam

produk domestic bruto. Semakin tinggi produk domestic bruto maka

35 Ibid 36 Ibid

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

36

pendapat perkapita masyarakat juga meningkat sehingga penerimaan pajak

akan meningkat melalui penerimaan pajak penghasilan dan pajak lainnya.37

Produk Domestik Bruto sering dianggap sebagai ukuran terbaik dari

kinerja perekonomian. Statistik ini dihitung setiap bulan oleh Biro Analisis

Ekonomi (bagian dari Departemen Perdagangan AS) dari sejumlah besar

sumber data primer. Tujuan GDP adalah meringkas aktivitas ekonomi dalam

nilai uang tunggal selama periode waktu tertentu.38

Ada dua cara untuk melihat statistik ini. Salah satunya adalah dengan

melihat GDP sebagai pendapatan total dari setiap orang di dalam

perekonomian. Cara lain untuk melihat GDP adalah sebagai pengeluaran

total atas output barang dan jasa perekonomian. Dari sudut pandang lain,

jelaslah mengapa GDP merupakan cerminan dari kinerja ekonomi. GDP

mengukur sesuatu yang diperdulikan banyak orang. Demikian pula,

perekonomian dengan output barang dan jasa yang besar bisa secara lebih

baik memenuhi permintaan rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah.39

Kedua cara penghitungan GDP ini harus sama karena pengeluaran

pembeli untuk membeli produk adalah, berdasarkan kaidah akuntansi,

pendapat bagi penjual produk itu. Setiap transaksi yang mempengaruhi

pengeluaran harus mempengaruhi pendapatan, dan setiap transaksi yang

mempengaruhi pendapatan harus mempengaruhi pengeluaran.40

37 Rahmanta, “Pengaruh Produk Domestik Bruto dan SBI terhadap Penerimaan Pajak di Indonesia”, De Journal, Vol. 01 No. 01, 28. 38 N. Gregory Mankiw, Teori Ekonomi Makro (Jakarta: Erlangga, 2003), 16. 39 Ibid., 16. 40 Ibid., 17.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

37

Untuk menghitung GDP dalam perekonomian yang lebih kompleks,

akan sangat membantu jika kita memiliki definisi yang tepat: Produk

Domestik Bruto (GDP) adalah nilai pasar dan jasa akhir yang diproduksi

dalam perekonomian selama kurun waktu tertentu.41

Dicontohkan dalam buku Teori Makro Ekonomi karya N. Gregory

Mankiw sebagai berikut: perekonomian memproduksi empat apel dan tiga

jeruk, maka akan dengan mudah menghitung GDP nya yaitu sebanyak tujuh

potong buah, namun, hal tersebut terjadi apabila apel dan jeruk dianggap

mempunnyai nilai yang sama, yang sudah diketahui bahwa anggapan

tersebut pada umumnya adalah tidak benar, dapat dibuktikan dengan adanya

perekonomian yang memproduksi empat melon dan tiga anggur. Untuk

menghitung nilai total dari barang dan jasa yang berbeda, pos pendapatan

nasional (national income accounts) menggunakan harga pasar karena

mencerminkan banyaknya barang yang bersedia membayar untuk barang

atau jasa. Jadi, jika harga apel $0,50 dan harga jeruk $1,00, maka GDP akan

menjadi (dengan hasil perhitungannya adalah GDP = $5,00).42

��� = (����� ���� × �����ℎ ����) + (����� ����� × �����ℎ �����)

Dalam perekonomian tersebut, GDP adalah jumlah dari nilai seluruh

apel dan seluruh jeruk yang diproduksi sehingga dapat digambarkan dengan

rumus diatas. Dengan mudah kita bisa melihat bahwa GDP yang dihitung

dengan cara ini bukan ukuran kemakmuran yang baik. Ukuran ini tidak

secara akurat mencerminkan sejauhmana perekonomian bisa memuaskan

41 Ibid., 18. 42 Ibid., 19.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

38

permintaan rumah tangga, perusahaan dan pemerintah. Jika seluruh harga

digandakan tanpa perubahandalam jumlah, GDP akan berlipat ganda. Tetapi

tidak benar jika kita mengatakan bahwa kemampuan perekonomian untuk

memuaskan permintaan telah berlipat ganda, karena jumlah produk yang

diproduksi tetap sama. Para ekonom menyebut nilai barang dan jasa yang

diukur dengan harga berlaku sebagai GDP nominal (nominal GDP).43

Ukuran kemakmuran ekonomi yang lebih baik akan menghitung output

barang dan jasa perekonomian dan tidak akan dipegaruhi oleh perubahan

harga. Untuk tujuan ini, para ekonom menggunakan GDP riil, yang nilai

barang dan jasanya diukur dengan menggunakan harga konstan, yaitu, GDP

riil menunjukkan apa yang akan terjadi terhadap pengeluaran atas output jika

jumlah berubah tetapi harga tidak. (untuk menghitung GDP riil tahun

2003)44

��� ���� = (����� ���� 2002 × �����ℎ ���� 2003) + (����� ����� 2002

× �����ℎ ����� 2003)

Berdasarkan pada pengelompokan kegiatan ekonomi, PDB

dikelompokkan menjadi tiga sektor, yaitu sektor primer (sektor pertanian dan

sektor pertambangan) , sektor sekunder (sektor industri, sektor listrik, gas dan

air bersih, dan sektor konstruksi), dan sektor tersier (sektor perdagangan,

sektor pengangkutan, sektor keuangan dan sektor jasa-jasa).

43 Ibid., 22. 44 Ibid., 22.