bab ii kajian teori a. definisi pembelajarandigilib.uinsby.ac.id/3606/5/bab...

48
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id BAB II KAJIAN TEORI A. Definisi Pembelajaran Kata pembelajaran diinterpretasikan sebagai aktivitas guru, yang merencanakan kegiatan belajar dan siswa yang melakukan aktivitas belajar. Istilah pembelajaran diterjemahkan instruction, yang menurut Ramiszowsky merujuk pada proses pengajaran yang berpusat pada tujuan atau goal directed teaching process yang direncanakan sebelumnya. Menurut Merill, pembelajaran merupakan suatu kegiatan dimana seseorang sengaja diubah dan dikontrol dengan maksud agar dapat bertingkah laku atau bereaksi sesuai kondisi tertentu. Sedangkan menurut Degeng, pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa. 1 Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa melalui kegiatan memilih, menetapkan dan mengembangkan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai hasil yang diinginkan. Konsep pembelajaran dapat dikemukakan bahwasanya kegiatan belajar bisa terjadi karena disengaja (direncanakan) atau tidak disengaja (tidak direncanakan). Pembelajaran berkaitan dengan bagaimana (how to) membelajarkan siswa atau bagaimana membuat siswa dapat belajar dengan mudah dan terdorong oleh 1 Sutiah, Buku Ajar Teori Belajar dan Pembelajaran (Malang : Universitas Negeri Malang, 2003), 8.

Upload: lenga

Post on 19-Jun-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN TEORI A. Definisi Pembelajarandigilib.uinsby.ac.id/3606/5/Bab 2.pdfdigilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Definisi Pembelajaran

Kata pembelajaran diinterpretasikan sebagai aktivitas guru, yang

merencanakan kegiatan belajar dan siswa yang melakukan aktivitas belajar. Istilah

pembelajaran diterjemahkan instruction, yang menurut Ramiszowsky merujuk

pada proses pengajaran yang berpusat pada tujuan atau goal directed teaching

process yang direncanakan sebelumnya. Menurut Merill, pembelajaran

merupakan suatu kegiatan dimana seseorang sengaja diubah dan dikontrol dengan

maksud agar dapat bertingkah laku atau bereaksi sesuai kondisi tertentu.

Sedangkan menurut Degeng, pembelajaran merupakan upaya membelajarkan

siswa.1

Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa pembelajaran adalah upaya

membelajarkan siswa melalui kegiatan memilih, menetapkan dan

mengembangkan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai hasil yang

diinginkan. Konsep pembelajaran dapat dikemukakan bahwasanya kegiatan

belajar bisa terjadi karena disengaja (direncanakan) atau tidak disengaja (tidak

direncanakan).

Pembelajaran berkaitan dengan bagaimana (how to) membelajarkan siswa

atau bagaimana membuat siswa dapat belajar dengan mudah dan terdorong oleh

1 Sutiah, Buku Ajar Teori Belajar dan Pembelajaran (Malang : Universitas Negeri Malang, 2003),

8.

Page 2: BAB II KAJIAN TEORI A. Definisi Pembelajarandigilib.uinsby.ac.id/3606/5/Bab 2.pdfdigilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

kemauannya, untuk mempelajari apa (what to) yang harus dipelajari siswa.

Karena itu sebelum terjadi proses pembelajaran diawali kegiatan memilih,

menetapkan dan mengembangkan cara-cara yang tepat untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang ditetapkan.2

B. Definisi Tah}fi>z} al-Qur’a>n

Dalam kamus umum bahasa Indonesia W.J.S. Poerwadarminta tah}fi>z},

h}a>fiz}, h}afaz} yang berarti telah masuk dalam ingatan, telah dapat mengucapkan

dengan ingatan (tidak usah melihat surat, buku-buku).3 Dalam kamus bahasa Arab

al-Munawwir h}a>fiz} al-Qur’a>n berarti penghafal al-Qur’a>n.4

Secara bahasa atau etimologi, al-h}ifz} bermakna selalu ingat dan sedikit

lupa. H}a>fiz} (penghafal), adalah orang yang menghafal dengan cermat dan

termasuk sederetan kaum yang menghafal. Al-h}ifz} juga bermakna memelihara,

menjaga, menahan diri ataupun terangkat. Dalam kaitan menghafal al-Qur’a>n

maka harus memperhatikan tiga unsur pokok yaitu menghayati bentuk-bentuk

visual sehingga bisa diingat kembali meski tanpa melihat mushaf, membacanya

secara rutin ayat-ayat yang dihafalkannya serta mengingat ayat-ayat yang

dihafalkannya.

Secara istilah atau terminologi pengertian al-h}ifz} sebenarnya tidak berbeda

dengan pengertian secara bahasa atau etimologi, tetapi ada dua hal yang secara

prinsip membedakan seorang penghafal al-Qur’a >n dengan penghafal hadith, shair,

2 Ibid., 9.

3WJS Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1993), 338.

4 Achmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir Indonesia Arab Terlengkap (Surabaya:

Pustaka Progresif, 2007), 303.

Page 3: BAB II KAJIAN TEORI A. Definisi Pembelajarandigilib.uinsby.ac.id/3606/5/Bab 2.pdfdigilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

hikmah, tamsil ataupun lainnya. Yaitu penghafal al-Qur’a>n dituntut untuk

menghafal secara keseluruhan baik hafalan maupun ketelitiannya, karena itu

tidaklah dikatakan al-h}a>fiz} orang yang menghafal setengahnya atau dua

pertiganya atau kurang sedikit dari tiga puluh juz dan tidak menyempurnakannya.

Hendaklah hafalannya dalam keadaan cermat dan teliti. Menekuni, merutinkan

dan mencurahkan segenap tenaga untuk melindungi hafalannya dari kelupaan.5

Pengertian h}a>fiz} pada masa Rasulullah adalah h}ufa>zuhu>, (para penghafal al-

Qur‟an pada zaman nabi adalah orang yang menghafalkan dalam hati).6

Dalam al-Qur’a >n surat al-Ankabut : 49

ب ل ه ب اإلوهلب هف ب ب ل ب ه ف ب اف ب وليب ووهل ف اه لب ه ل وهل ف ل ف ل ه ه ب ات ف ي ب ب ات ب بنل ه

Artinya : Sebenarnya, (Al-Qur’a>n) itu adalah ayat-ayat yang jelas di dalam dada

orang-orang yang berilmu. Hanya orang-orang yang z}alim yang mengingkari

ayat-ayat Kami.7

Dalam ayat ini dijelaskan bahwa betapa tinggi dan agungnya orang yang

menjaga al-Qur’a >n dalam hatinya, dalam ayat tersebut dijelaskan pula bahwa

orang yang bersama al-Qur’a>n adalah orang yang selalu menuntut ilmu dan Allah

akan memilih orang-orang yang selalu menjaga al-Qur’a >n dihatinya.8 Al-Qur’a>n

adalah Kalam Allah yang bernilai mukjizat yang diturunkan kepada penutup para

5 Achmad Syakir, Sejarah Penjagaan al-Qur’a>n dalam http : //rumah

tahfidz.multiply.com/journal/item/268, diakses 10 Mei 2015 6 Manna Khalil al-Qattan, Maba>h}ith fi „Ulu>m al-Qur’a>n terj. Studi Ilmu-ilmu al-Qur’a>n (Jakarta :

Litera Antar Nusa, 2004), 178. 7Al-Qur‟an, 29 (al-Ankabut): 49.

8 Yahya ibn Muhammad Abd al-Razaq, Kayfa Tah}faz}u al-Qur’a>n Qawa >‟id al-Asa>siyyah wa Turu>q

al-Ilmiyah terj. Metode Praktis Menghafal al-Qur’a>n (Jakarta: Pustaka Azzam, 2004), 43-44.

Page 4: BAB II KAJIAN TEORI A. Definisi Pembelajarandigilib.uinsby.ac.id/3606/5/Bab 2.pdfdigilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

Nabi dan Rasul dengan perantaraan Malaikat Jibril diriwayatkan kepada kita

dengan mutawatir, membaca terhitung sebagai ibadah dan tidak akan ditolak

kebenarannya.

Pendidikan menghafal al-Qur’a>n adalah program menghafal al-Qur’a>n

dengan mutqi>n (hafalan yang kuat) terhadap lafaz }-lafaz } al-Qur’a>n dan menghafal

makna-maknanya dengan kuat yang memudahkan untuk menghadirkannya setiap

menghadapi berbagai masalah kehidupan, yang mana al-Qur’a>n senantiasa ada

dan hidup di dalam hati sepanjang waktu sehingga memudahkan untuk

menerapkan dan mengamalkannya. Definisi program pendidikan menghafal al-

Qur’a>n terdapat tiga rukun yaitu menghafal lafaz }, menghafal makna dan

menghafal amalan.9

C. Komponen Pembelajaran Tah}fi>z}

1. Perencanaan Pembelajaran Tah}fi>z}

a. Mengetahui keutamaan h}a>fiz} al-Qur’a>n

Menghafal al-Qur’a>n merupakan suatu keutamaan yang besar dan posisi itu

selalu didambakan oleh semua orang yang benar dan seseorang yang bercita-cita

tulus, berharap atas kenikmatan dunia dan akhirat agar manusia nanti menjadi

warga Allah dan dihormati dengan penghormatan yang sempurna. Seseorang

dapat meraih tuntutan dan keutamaan tersebut, serta menjadikannya masuk ke

dalam deretan malaikat baik kemuliaan maupun derajatnya dengan cara

9 Khalid ibn Abd al-Karim al-Lahim, Al-h}ifz} al-Tarbawi > li al-Qur’a>n wa Sina>‟ah al-Insa>n terj.

Mengapa Saya Menghafal al-Qur’a>n (Solo: Da>r al-Naba‟,2008), 19.

Page 5: BAB II KAJIAN TEORI A. Definisi Pembelajarandigilib.uinsby.ac.id/3606/5/Bab 2.pdfdigilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

mempelajari dan mengamalkan al-Qur’a>n.10

Keutamaan h}a>fiz} al-Qur’a >n, seperti

diterangkan pada banyak hadith di bawah ini :

ب فوبة ابقلرب ه رف ل ب خف انه وه ، إ زهتك عف لتب اهرب هقب مه هص ب وهقرو وقر و اق ان ك كه

Artinya : Dikatakan kepada pemilik (orang yang hafal) al-Qur’a>n, “Bacalah (al-

Qur’a>n), teruslah naiki (derajat-derajat surga) dan bacalah dengan tartil (pelan-

pelan) sebagaimana kami membacanya dengan tartil di dunia, karena

sesungguhnya tempatmu (di surga) berada pada akhir ayat yang kamu baca”. (HR.

Abu Dau>d dan al-Tirmiz}i).11

Hadith di atas menunjukkan betapa mulianya orang yang h}a>fiz} al-Qur’a>n.

Diriwayatkan pula, bahwa Rasulullah s.a.w membedakan sahabat-sahabatnya

menurut kadar hafalan al-Qur’a>n mereka. Ketika mengumpulkan para shuhada‟ di

medan jihad, beliau selalu mendahulukan orang yang paling banyak hafalan al-

Qur’a>nnya untuk dimasukkan ke liang lahad dan beliau menguburkan dengan

tangannya sendiri. Dalam peperangan jihad beliau juga mengamanatkan untuk

memegang panji jihad kepada sahabat yang paling banyak menghafal al-Qur’a>n.12

Menghafal al-Qur’a>n akan menjadikan diri sebagai teman para Malaikat di

akhirat.

ف و رب ف ب و ب ل ل وب ب عب ه ب ، بتب ب ب ه ب ه ل بقلرب ه ل بقلرب هوهقر و ف من وهلسرر وهلروى وهلر رف،وهل ف وهل ف

10

Sa‟dullah, 9 Cara Praktis Menghafal al-Qur’a>n (Jakarta: Gema Insani, 2008), 23. 11

Hadith yang diriwayatkan oleh Tirmiz}i dari Abi Hurairah r.a dalam Abi Isa Muhammad ibn Isa

ibn Surah, Jami‟ al-S}ahi>h wa Huwa Sunan al-Tirmiz}i (Bairut: Da>r al-Kutu>b „Alamiyah, t.t), juz 5,

163. 12

Yahya ibn Muhammad Abd al-Razaq, Kayfa Tahfazu al-Qur’a>n Qawa>‟id al-Asa>siyyah wa

Turu>q al-Ilmiyah terj. Metode Praktis Menghafal al-Qur’a>n, 44-45.

Page 6: BAB II KAJIAN TEORI A. Definisi Pembelajarandigilib.uinsby.ac.id/3606/5/Bab 2.pdfdigilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

Artinya : Barang siapa membaca al-Qur’a>n dan dia menghafalnya maka dia

bersama para malaikat yang mulia yang selalu taat. Dan orang yang membaca al-

Qur’a>n dengan masih mengulang-ulang terus (kurang lancar) sedangkan dia

merasa kesusahan melakukannya, maka baginya dua pahala.13

Menghafal al-Qur’a>n mengangkat derajat baik di dunia dan di akhirat serta

melebihkan kita disbanding orang lain yang memiliki kemuliaan, kedudukan dan

keturunan. Pernyataan ini tertuang dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari

„Amir ibn Wathilah :

رب ف ب ب عه وه رف هقف لل ف ف عب ل ب ف ب ل ف واو ب رف ل ف ل عب ب )عب سب لل ةب، بقب مب (عه لل ب وب وله عب ب تب ل بلل ره ب ب عه كب ل :ب ب

، بقب مب ل واف ب لنف وهل وب وب ولتب عب ب تب ل :اف ل ب ب لزب ىقب مب :قب مب : ب ل ب ب لزب ل اف ل ب لب :ب وهف ب ب ل ف هب ل فيل : بقب مب .ب ل وب وبسلتب عب تبخل ب ل

هىقب مب ل ل قرر هفلتب عز ن،ا ع هيت هسروائف :ب اف

Artinya : Dari‟Amir ibn Wathilah Bahwasanya Nafi‟ ibn „Abd Harith gubernur

Makkah dari Khalifah „Umar ibn Khattab bertemu dengan „Umar ibn Khattab di

Usfan, „Umar berkata kepadanya : “Siapa yang menggantikanmu mengurus

penduduk lembah Makkah?”. Nafi‟ menjawab, “Wahai Amirul Mukminin!. Aku

menunjuk Ibn Abza sebagai penggantiku. Lalu „Umar bertanya, “Siapa Ibnu

Abza?”, Nafi‟ menjawab, “Dia salah satu diantara hamba sahaya kami”. „Umar

terperanjat dan berkata, “Kamu menunjuk seorang budak untuk mengurus

penduduk Makkah?”. Nafi‟ menjawab, “Wahai Amirul Mukminin!.

Sesungguhnya dia adalah seorang yang hafal Kitab Allah dan pandai dalam ilmu

faraid. Kemudian „Umar berkata, “Sesungguhnya Nabi s.a.w bersabda” :

13

Diriwayatkan oleh al-Baihaqy dari „Aisyah r.a, lihat Abi Bakar Ahmad ibn Husayn al-Baihaqy,

Kitab Sunan al-S>}aghi>r, jilid 1 (Bairut: Da>r al-Fikr, 1993), 265.

Page 7: BAB II KAJIAN TEORI A. Definisi Pembelajarandigilib.uinsby.ac.id/3606/5/Bab 2.pdfdigilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

ب ل رف ف وخب ب ب ه ف ب م و ب قللل ا ه برل ب ه ف ووهللفتب ف ب ل ب ه اف

Artinya : Sesungguhnya Allah „Azza wa Jalla mengangkat suatu kaum dengan

Kitab ini, dan merendahkan kaum lainnya dengan Kitab ini pula.14

Al-Qur’a>n akan menyambut ketika bangkit dari kubur, kemudian

menuntun menuju surga.

ك هر نه وهش وب، قم ه قه هب وهقلره لشف ب ب ل ةف وف ب ب ىب وهلقف ل لب ب ل وهقر بولقب ب وف ، قمه :اف ف رف ه رف هكب :نل اب ل وعل

لوبكب : قمه ال هب برب ،و ل و ف ب لهكب وهقر وه واماكب وه ب ب وف وب

Artinya : Sesungguhnya al-Qur’a>n akan menemui pembacanya (penghafalnya)

pada hari kiamat nanti ketika k uburnya dibuka dengan menyerupai seorang laki-

laki yang pucat, ia kemudian berkata kepadanya : Apakah engkau mengetahui

siapa diriku? Dia berkata : aku tidak tahu!. Ia kemudian berkata : aku adalah

temanmu al-Qur’a >n yang telah membuatmu haus di tengah hari yang panas dan

membuatmu bangun di malam hari.15

Menghafal al-Qur’a>n menjadikan sebagian dari keluarga Allah dan orang-

orang istimewa disisiNya. Dari Anas ibn Malik r.a berkata bahwa Rasulullah

s.a.w bersabda :

لنب ب وهل اف،قف ف ف ل لوب ف ا ه ب ل ل ف ل هيل ب مب ىق م و عو وي:اف ف لنه :ب ف هيل ب لنه وهلقهرل ب

خ تله

14

Diriwayatkan oleh Muslim dari „Amir ibn Wathilah, lihat al-H}a>fiz} Dhaki al-Din „Abd al-„Azim

al-Munziri, Mukhtas}ar S}ah}i>h Muslim terj. Ringkasan S}ah}i>h Muslim (Bandung: Mizan, 2002),

1228. 15

Diriwayatkan oleh al-Hakim dari Abdillah ibn Buraydah, lihat Imam Hafiz Abi „Abdillah

Muhammad ibn „Abdillah al-Hakim al-Naysaburi, al-Mustadrak „ala> S}ahi>hayn, cet.1 (Bairut: Da>r

al-Kutu>b „Alamiyah, 1990), 742.

Page 8: BAB II KAJIAN TEORI A. Definisi Pembelajarandigilib.uinsby.ac.id/3606/5/Bab 2.pdfdigilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

Artinya : Sesungguhnya Allah memiliki keluarga diantara umat manusia,

kemudian dikatakan padanya : Wahai Rasulullah! Siapakah mereka itu?

Rasulullah s.a.w menjawab, Pemilik al-Qur’a>n adalah keluarga Allah dan orang

keistimewaanNya.16

Menghafal al-Qur’a>n mengharumkan jiwa dan hati. Pernyataan ini

dibuktikan oleh sebuah hadith yang diriwayatkan oleh Abu Musa al-„Ash‟ari, dia

berkata Rasulullah s.a.w bersabda :

ب ،من وهؤ وه إقروهوهقر يبت طب ه طب ل ب ب طبت ل ه ب كمنف وإار ةف ف وهقر مبنه وهؤ وه قر ه ب

ت ول ،منه .كمنف وهتررف إ يب ه ط وه ر ه منه وه فقف وه قر هوهقر منه وهر بةف طبت ط

ر ه ه وه قف وه إقر وهقر كمنف وه لوةف إ يب ه ط

Artinya : Perumpamaan seorang mukmin yang membaca al-Qur’a>n adalah seperti

buah “utrujah”, baunya harum dan rasanya enak. Perumpamaan seorang mukmin

yang tidak membaca al-Qur’a>n adalah seperti buah kurma, yang tak ada baunya

dan rasanya manis. Sedangkan perumpamaan seorang muna>fiq yang membaca al-

Qur’a>n adalah seperti “raiha>nah”, baunya enak tetapi rasanya pahit dan

perumpamaan orang muna>fiq yang tidak membaca al-Qur’a>n adalah seperti buah

“hanz}alah” yang tidak mempunyai bau dan rasanya pahit.17

Allah memberkahi setiap waktu dan keperluan para penghafal al-Qur’a>n,

orang yang menghafalkan al-Qur’a>n adalah orang-orang yang tidak menyia-

nyiakan waktu untuk hal yang tidak bermanfaat. Allah memberkahi waktu demi

16

Diriwayatkan oleh al-H}a>kim dari Anas r.a, ibid., 743. 17

Diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Musa al-„Ash‟ari r.a, lihat al-H}a>fiz} Dhaki al-Din „Abd al-

„Azim al-Munziri, 1229-1230.

Page 9: BAB II KAJIAN TEORI A. Definisi Pembelajarandigilib.uinsby.ac.id/3606/5/Bab 2.pdfdigilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

waktu yang dilalui, meskipun sibuk dengan menghafal, membaca dan mura>ja’ah

al-Qur’a >n.18

Do‟a ahli al-Qur’a >n tidak tertolak, dalam sebuah hadith disebutkan bahwa

do‟a seorang yang banyak berzikir kepada Allah tidak tertolak. Orang yang hafal

al-Qur’a >n adalah mereka yang paling banyak berzikir kepada Allah, do‟a mereka

dikabulkan dan keperluan mereka dipenuhi oleh Allah.19

b. Niat yang ikhlas

Ikhlas merupakan landasan pokok dari berbagai macam ibadah, ini

merupakan salah satu dari dua rukun yang menjadi dasar diterimanya sebuah

ibadah. Pertama kali yang harus diperhatikan oleh orang yang akan menghafal al-

Qur’a>n, adalah membulatkan niat menghafal al-Qur’a>n hanya mengharap rid}a

Allah. Seseorang yang mempunyai keinginan kuat untuk menjadi seorang h}a>fiz}

hendaklah menetapkan niatnya untuk ikhlas, tidak sekali-kali mengharapkan

pujian dari orang lain, tidak mengharapkan penghormatan dan kewibawaan dari

orang lain, tidak berbuat riya‟ dengan menjadikan hafalan al-Qur’a>n untuk

musa>baqah (perlombaan) demi mengharapkan hadiah serta tidak mengharapkan

penghidupan yang layak dengan mengandalkan hafalan al-Qur’a>n.20

Menetapkan niat menghafal al-Qur’a >n hanya semata-mata mengharap rid}a

Allah s.w.t, di hari kiamat nanti akan mendapatkan shafa‟at dari al-Qur’a >n yang

18

Yahya Abd al-Fattah al-Zawawi, Khayru Mu‟in fi H}ifz} al-Qur’a>n al-Kari>m terj. Revolusi

Menghafal al-Qur’a>n (Surakarta: Penerbit Insan Kamil, 2010), 36. 19

Ibid., 38. 20

Sa‟dullah, 9 Cara Praktis Menghafal al-Qur’a>n, 29.

Page 10: BAB II KAJIAN TEORI A. Definisi Pembelajarandigilib.uinsby.ac.id/3606/5/Bab 2.pdfdigilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

30

selalu dibacanya. Orang yang berminat dalam menghafalkan al-Qur’a>n

diwajibkan untuk membersihkan niat dalam menekuni, memusatkan tujuan hanya

karena Allah. Selalu waspada agar tidak menjadikan al-Qur’a>n sebagai jalan

untuk mencari maksud-maksud duniawi baik berupa harta, kekuasaan,

kewibawaan dan pujian dari manusia.21

Niat yang kuat dan sungguh-sungguh, akan mengantar seseorang ke tempat

tujuan dan akan membentengi kendala-kendala yang mungkin akan datang

merintanginya. Niat memiliki peranan penting dalam melakukan sesuatu, antara

lain sebagai motor dalam usaha untuk mencapai tujuan. Disamping itu, niat

berfungsi sebagai pengaman dari hal yang menyimpang dari proses yang sedang

dilakukan dalam rangka mencapai cita-cita. Tanpa adanya niat yang jelas, maka

perjalanan untuk mencapai tujuan akan mudah terganggu oleh munculnya kendala

yang setiap saat siap menghancurkan.

Niat yang bermuatan dan berorientasi ibadah dan ikhlas karena semata

mencapai rid}a Allah, akan memacu tumbuhnya kesetiaan dalam menghafal al-

Qur’a>n. Karena dengan demikian bagi orang yang memiliki niat ibadah maka

menghafal al-Qur’a >n tidak lagi menjadi beban yang dipaksakan, akan tetapi justru

sebaliknya ia akan menjadi senang dan butuh. Kesadaran seperti ini yang

seharusnya mendominasi jiwa setiap penghafal al-Qur’a >n.22

Hadirnya niat dan

tujuan sangat penting dalam menguatkan ingatan, manusia yang beramal tanpa

21

Mustafa Qasim al-Tahtawi, Murshidu al-Hairani ila Turu>qi Tah}fi>z}i al-Qur’a>n al-Kari>m terj.

Petunjuk Praktis Menghafal al-Qur’a>n menurut Metode Rasulullah dan Para Sahabat, 75. 22

Ahsin Wijaya al-H}a>fiz}, Bimbingan Praktis Menghafal al-Qur’a>n (Jakarta : Amzah, 2008),

49-50.

Page 11: BAB II KAJIAN TEORI A. Definisi Pembelajarandigilib.uinsby.ac.id/3606/5/Bab 2.pdfdigilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

31

disertai niat yang ikhlas maka amalannya seperti debu yang dihembuskan. Ia tidak

mendapat pahala. Keikhlasan niat, ketulusan hati dalam menghafal al-Qur’a>n

hanya untuk meraih rid}aNya merupakan modal utama untuk meraih sukses.

Barangsiapa menghafal al-Qur’a>n hanya untuk berbangga-bangga, maka itu

merupakan perbuatan riya‟ dan sum‟ah.

Orang yang menghafal al-Qur’a>n hanya karena mengharap rid}a Allah, akan

merasakan kebahagiaan pada hatinya. Murabbi atau ustad hendaknya meluruskan

niat dan tujuan para siswanya, agar mengikhlaskan niat hanya untuk Allah s.w.t.

Hati para penghafal al-Qur’a>n hendaknya terbebas dari penyakit riya‟, karena

riya‟ adalah penyakit berbahaya bagi hati. Selain itu murabbi atau pengasuh tah}fi>z}

hendaknya tidak berlebih-lebihan dalam memuji anak didiknya, karena pujian

dapat membawa anak didik ke jurang fatamorgana.23

Ciri-ciri orang yang ikhlas dalam menghafal al-Qur’a>n adalah :

1) Berusaha dengan sungguh-sungguh dalam menghafal, walaupun menemui

berbagai hambatan dan rintangan.

2) Selalu mudawwamah (langgeng) membaca al-Qur’a>n atau mengulang hafalan

untuk menjaga hafalannya.

3) Mengulang hafalan tidak hanya sekedar mau musa>baqah atau karena mau ada

undangan khataman atau sima >‟an.

4) Tidak mengharapkan pujian atau penghormatan ketika membaca al-Qur’a>n.

23

Yahya ibn Muhammad Abd al-Razaq, Kayfa Tah}faz}u al-Qur’a>n Qawa >‟id al-Asa>siyyah wa

Turu>q al-Ilmiyah terj. Metode Praktis Menghafal al-Qur’a>n, 64-65.

Page 12: BAB II KAJIAN TEORI A. Definisi Pembelajarandigilib.uinsby.ac.id/3606/5/Bab 2.pdfdigilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

32

5) Tidak menjadikan al-Qur’a>n untuk mencari kekayaan dan kepopuleran.24

c. Mulai memperbaiki bacaan al-Qur’a>n terlebih dahulu

Sebelum mulai menghafal, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

seorang calon h}a>fiz} adalah dengan menyimak atau mendengarkan seorang h}a>fiz}

yang terpercaya. Kemudian hendaklah membaca beberapa halaman al-Qur’a>n

dihadapannya, untuk meyakinkan pengucapan yang benar. Lakukan hal tersebut

terus-menerus, hingga selesai menghafal al-Qur’a>n.

Sebelum mulai menghafal satu surah, seorang h}a>fiz} harus memperbaiki

bacaan al-Qur’a>n hingga baik dan benar. Tata cara memperbaiki bacaan al-Qur’a>n

disebut dengan tah}si>n atau tas}}h}i>h. Tah}si>n atau tas}h}i>h yaitu pembenaran harakat,

makha>rij al-huru>f dan kriteria setiap huruf yang membedakan satu sama lain. Hal

itu harus melibatkan orang lain, seperti bertalaqqi > langsung kepada shaykh yang

menguasai makha>rij al-huru>f.25

Al-Qur’a>n mempunyai banyak keistimewaan, diantaranya memiliki

perbedaan yang jelas dengan bahasa Arab secara umum. Misalnya mempunyai

kelebihan ghunnah dalam lafal (nun, mim, shiddah, idhgham dan ikhfa‟),

mempunyai kelebihan madd di setiap hukum madd dan memiliki lagu yang khas

dari para pembaca ketika membacanya. Oleh karena itu membaca al-Qur’a>n

dengan dilagukan sangat dianjurkan, akan tetapi harus sesuai dengan tajwi>d dan

hukum-hukumnya. Membaca al-Qur’a>n dengan dilagukan, akan memudahkan

24

Sa‟dullah, 9 Cara Praktis Menghafal al-Qur’a>n, 30. 25

Yahya ibn Muhammad Abd al-Razaq, Kayfa Tah}faz}u al-Qur’a>n Qawa >‟id al-Asa>siyyah wa

Turu>q al-Ilmiyah terj. Metode Praktis Menghafal al-Qur’a>n, 78.

Page 13: BAB II KAJIAN TEORI A. Definisi Pembelajarandigilib.uinsby.ac.id/3606/5/Bab 2.pdfdigilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

33

dalam menghafal dan mengulangi kembali hafalan al-Qur’a>n yang telah terdahulu.

Ketika seorang penghafal al-Qur’a>n lupa satu huruf atau satu kata, maka lidah

akan mengingatkannya secara otomatis. Demikian pula jika lidah yang salah

melafalkan ayat, maka pendengaran yang terbiasa mendengar bacaan dengan lagu

tertentu akan mengingatkan seorang yang hafal al-Qur’a>n.26

Sebelum seorang calon h}a>fiz} melangkah pada periode menghafal,

hendaknya terlebih dahulu meluruskan dan memperlancar bacaannya. Sebagian

besar „Ulama tidak memperkenankan anak didiknya menghafal al-Qur’a>n,

sebelum terlebih dahulu mengkhatamkan al-Qur‟an bi al-naz}ar. Ini dimaksudkan,

agar calon penghafal benar-benar lurus dan lancar membacanya serta ringan

lisannya untuk mengucapkan fonetik arab. Seseorang yang hendak menghafal al-

Qur’a>n terlebih dahulu harus :

1) Meluruskan bacaannya sesuai kaidah ilmu tajwi>d.

2) Memperlancar bacaannya.

3) Membiasakan lisan dengan fonetik arab.

4) Memahami bahasa dan tata bahasa arab.

Masalah di atas mempunyai nilai fungsional penting dalam menunjang

tercapainya tujuan dalam menghafal al-Qur’a >n.27

26

Ibid., 73. 27

Ahsin Wijaya al-H}a>fiz}, Bimbingan Praktis Menghafal al-Qur’a>n (Jakarta: Amzah, 2008), 55.

Page 14: BAB II KAJIAN TEORI A. Definisi Pembelajarandigilib.uinsby.ac.id/3606/5/Bab 2.pdfdigilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

34

Sebelum memulai usaha dalam menghafal al-Qur’a>n, seorang calon h}a>fiz}

wajib memperbaiki dan membenarkan bacaan al-Qur’a>nnya sampai tidak terdapat

kesalahan sedikitpun dalam harakat. Selain itu juga wajib menerapkan hukum

bacaan al-Qur’a>n sesuai kaidah tajwi>d. Para ilmuwan muslim menyebutkan,

bahwa membaca al-Qur’a>n dengan disertai penerapan yang tepat dalam tajwi>d

akan mempunyai pengaruh besar dalam proses hafalan. Hal itu juga akan

memudahkan dalam menghadirkan kembali ayat-ayat yang telah dihafal.28

Sebelum seorang h}a>fiz} menghafal al-Qur’a>n, hendaknya memastikan

bahwa apa yang dihafal itu benar. Ada beberapa hal yang perlu dibenarkan antara

lain memperbaiki makhraj, mengakuratkan harakat dan mengakuratkan kata.29

Memperbaiki bacaan al-Qur’a>n, bisa membantu hafalan dengan baik dan

menghemat waktu. Cara pengucapan lafaz }> al-Qur’a>n dengan benar, merupakan

salah satu sebab membuat hafalan menjadi baik. Apabila bacaan seseorang benar,

maka hafalan itu akan semakin kuat terekam dalam pikiran dan tertaut dalam

hati.30

Allah s.w.t akan memudahkan orang yang menghafal al-Qur’a>n, seperti

dalam firmanNya :

هق لر وهقر هو كر ن كر

28

Mustafa Qasim al-Tahtawi, Murshi>du al-Haira>ni ila > Turu>qi Tah}fi>z}i al-Qur’a>n al-Kari>m terj.

Petunjuk Praktis Menghafal al-Qur’a>n menurut Metode Rasulullah dan Para Sahabat, 120. 29

Amjad Qasim, Kayfa Tah}faz}u al-Qur’a>n al-Kari>m fi Shahr terj. Hafal al-Qur’a>n dalam Sebulan

(Solo: Qiblat Press, 2008), 137. 30

Yahya Abd al-Fattah al-Zawawi, Khayru Mu‟in fi H}ifz} al-Qur’a>n al-Kari>m terj. Revolusi

Menghafal al-Qur’a>n, 77.

Page 15: BAB II KAJIAN TEORI A. Definisi Pembelajarandigilib.uinsby.ac.id/3606/5/Bab 2.pdfdigilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

35

Artinya : Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan al-Qur’a >n untuk pelajaran,

maka adakah orang yang mengambil pelajaran?. (QS. Al-Qamar: 17).31

d. Membuat target hafalan

Untuk mempercepat proses menghafal tiga puluh juz al-Qur’a>n, seorang

penghafal al-Qur’a>n hendaknya membuat target hafalan. Target hafalan

tergantung dari kemampuan masing-masing, ada yang punya target hafalan

banyak ada pula yang kurang atau lebih dari itu.

1) Menghafal per halaman pada mushaf ayat pojok. Jika hal ini dilakukan, maka

seseorang akan selesai menghafalkan al-Qur’a>n dalam waktu enam ratus hari

atau kurang dari dua tahun. Jika target menghafalnya separuh halaman, maka

seseorang akan mengkhatamkan al-Qur’a >n setelah seribu dua ratus hari atau

kurang dari empat tahun.

2) Menghafalkan per thumun atau seperdelapan. Perlu diketahui bahwa setiap juz

terbagi menjadi dua h}izb (bagian), setiap h}izb terbagi menjadi empat bagian.

Jadi, setiap juz ada delapan bagian. Satu bagian dinamakan thumun. Jika hal

itu dilakukan maka seseorang akan selesai menghafalkan al-Qur’a>n selama

dua ratus empat puluh hari, yaitu delapan thumun dikalikan tiga puluh juz.

Berarti kurang dari satu tahun. Jika target hafalannya setengah thumun,

berarti dia baru selesai menghafal setelah empat ratus empat puluh hari atau

setahun lebih.

31

Al-Qur’a>n, 54 (al-Qamar): 17.

Page 16: BAB II KAJIAN TEORI A. Definisi Pembelajarandigilib.uinsby.ac.id/3606/5/Bab 2.pdfdigilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

36

3) Menghafal beberapa ayat saja, semisal tiga atau lima ayat. Jika hal itu

dilakukan, maka waktu selesai menghafal menjadi bertambah panjang.32

Untuk melihat seberapa banyak waktu yang diperlukan untuk

menyelesaikan program yang direncanakan, maka penghafal perlu membuat target

harian. Alokasi waktu dapat dikomposisikan sebagai berikut :

1) Menghafal pada waktu pagi selama satu jam, dengan target hafalan satu

halaman untuk hafalan awal dan satu jam lagi untuk hafalan pemantapan pada

sore hari.

2) Mengulang (takri>r) pada waktu siang selama satu jam dan mengulang pada

waktu malam selama satu jam. Pada waktu siang untuk takri>r atau pelekatan

hafalan-hafalan yang masih baru, sedang pada malam hari untuk mengulang

juz pertama sampai kepada bagian terakhir yang dihafalnya secara terjadwal

dan tertib seperti setiap hari takri>r satu, dua atau tiga juz dan seterusnya.33

e. Izin orang tua, wali atau suami

Izin orang tua, wali atau suami tidak merupakan keharusan secara mutlak,

namun harus ada kejelasan. Karena hal demikian akan menciptakan saling

pengertian antara dua belah pihak yakni antara orang tua dengan anak, antara

suami dengan istri atau antara wali dengan orang yang berada dibawah

perwaliannya. Adanya izin dari orang tua, wali atau suami memberikan pengertian

bahwa :

32

Sa‟dullah, 9 Cara Praktis Menghafal al-Qur’a>n, 56. 33

Ahsin Wijaya al-H}a>fiz}, Bimbingan Praktis Menghafal al-Qur’a>n, 77-78.

Page 17: BAB II KAJIAN TEORI A. Definisi Pembelajarandigilib.uinsby.ac.id/3606/5/Bab 2.pdfdigilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

37

1) Orang tua, wali atau suami telah merelakan waktu kepada anak, istri atau orang

yang berada dibawah perwaliannya untuk menghafal al-Qur’a>n.

2) Merupakan dorongan moral yang amat besar bagi tercapainya tujuan menghafal

al-Qur’a >n, karena tidak adanya kerelaan orang tua, wali atau suami akan

membawa pengaruh batin yang kuat sehingga penghafal menjadi bimbang dan

kacau pikirannya.

Penghafal mempunyai kebebasan dan kelonggaran waktu sehingga merasa

bebas dari tekanan dan dengan pengertian yang besar dari orang tua, wali atau

suami maka proses menghafal menjadi lancar.

f. Berakhlaq terpuji dan menjauhi sifat tercela

Orang yang h}a>fiz} al-Qur’a>n hendaknya selalu berakhlaq terpuji sesuai

dengan ajaran syariat yang diajarkan oleh Allah s.w.t, tidak berbangga diri dengan

dunia. Hendaknya bersifat murah hati, dermawan, tidak mengumbar keinginan

dirinya, santun, sabar dan menjaga diri dari perbuatan buruk. Melatih sikap wara‟

dalam diri, khusu‟, tenang, tawad}u’, rendah hati, menjauhi senda gurau dan

tertawa terbahak-bahak. Orang yang sedang menghafal al-Qur’a>n hendaknya

membiasakan diri dengan aktivitas yang diatur oleh agama, seperti menjaga

kebersihan badan dan lingkungan tempat belajarnya. Hal-hal yang harus dihindari

adalah sifat-sifat tercela seperti iri hati, dengki, pamer, bangga diri dan

meremehkan orang lain.34

34

Sa‟dullah, 9 Cara Praktis Menghafal al-Qur’a>n, 33.

Page 18: BAB II KAJIAN TEORI A. Definisi Pembelajarandigilib.uinsby.ac.id/3606/5/Bab 2.pdfdigilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

38

Perbuatan tercela harus dijauhi bukan saja oleh orang yang menghafal al-

Qur’a>n, tetapi juga kaum muslimin pada umumnya. Karena keduanya mempunyai

pengaruh besar terhadap perkembangan jiwa dan mengusik ketenangan hati orang

yang sedang proses menghafal al-Qur’a >n, sehingga akan menghancurkan

keistiqa>mahan dan konsentrasi yang telah dibina. Diantara sifat-sifat tercela itu

antara lain khianat, bakhil, pemarah, membicarakan aib orang lain, memencilkan

diri dari pergaulan, iri hati, memutuskan tali silaturrahmi, cinta dunia, berlebih-

lebihan, sombong, dusta, ingkar, mengumpat, riya‟, banyak cakap, banyak makan,

angkuh, meremehkan orang lain, penakut, takabbur dan sebagainya. Apabila

seorang penghafal al-Qur’a>n dihinggapi penyakit-penyakit tersebut, maka usaha

dalam menghafal al-Qur’a>n akan menjadi lemah. Sifat-sifat tersebut harus

disingkirkan oleh orang yang sedang menghafal al-Qur’a >n, karena sifat-sifat

tersebut merupakan penyakit hati yang akan sangat mengganggu kelancaran

menghafal al-Qur’a >n.35

Orang yang ingin menghafal al-Qur’a >n, sebaiknya mempersiapkan diri

dengan membersihkan diri dari segala macam maksiat dan menggantinya dengan

ketaatan.

2. Pelaksanaan Pembelajaran Tah}fi>z}

a. Mempunyai kemauan yang kuat

Menghafal al-Qur’a>n sebanyak tiga puluh juz, seratus empat belas surah

dan kurang lebih enam ribu enam ratus enam puluh enam ayat bukanlah pekerjaan

35

Ahsin Wijaya al-H}a>fiz}, Bimbingan Praktis Menghafal al-Qur’a>n, 53.

Page 19: BAB II KAJIAN TEORI A. Definisi Pembelajarandigilib.uinsby.ac.id/3606/5/Bab 2.pdfdigilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

39

mudah. Menghafal ayat-ayat al-Qur’a >n sangat berbeda dengan menghafal bacaan-

bacaan yang lain, apalagi bagi orang „ajam (non arab) yang tidak menggunakan

bahasa Arab sebagai bahasa sehari-hari. Sehingga sebelum menghafal al-Qur’a>n,

harus pandai terlebih dahulu membaca huruf-huruf arab dengan baik dan benar.

Oleh karena itu, diperlukan kemauan yang kuat dan kesabaran yang tinggi agar

cita-cita menjadi seorang h}a>fiz} bisa tercapai.

Keteguhan dan kesabaran merupakan faktor yang sangat penting bagi

orang yang sedang dalam proses menghafal al-Qur’a>n, hal ini disebabkan karena

dalam proses menghafal al-Qur’a >n akan banyak ditemui berbagai macam kendala.

Mungkin jenuh, gangguan lingkungan seperti gaduh, gangguan batin dan mungkin

karena menghadapi ayat-ayat tertentu yang dirasakan sulit menghafal.36

Dalam menjaga kelestarian menghafal al-Qur’a>n Rasulullah s.a.w bersabda :

بلبتل ل بطلوبقل اب ل ع بعو لل اف ب من وب وهقرو كمنف وب وا نف وه قوةف اف اف

Artinya : Sesungguhnya perumpamaan orang yang menghafal al-Qur’a>n itu,

seperti perumpamaan orang yang memiliki seekor unta yang sedang ditambatkan.

Jika ia ingin untanya itu tetap di tempat, maka ia harus menjaga dan menahannya

dan kalau sampai dilepas maka unta itu akan lari. (HR. Muslim).37

Untuk senantiasa dapat melestarikan hafalan perlu k eteguhan dan

kesabaran, karena kunci utama keberhasilan menghafal al-Qur’a>n adalah

ketekunan menghafal dan mengulang-ulang ayat yang telah dihafal.

36

Ibid., 50. 37

Diriwayatkan oleh Muslim dari Abdillah ibn Amr, lihat al-H}a>fiz} Dhaki al-Di>n „Abd al-„Az}i>m al-

Munziri, 1232.

Page 20: BAB II KAJIAN TEORI A. Definisi Pembelajarandigilib.uinsby.ac.id/3606/5/Bab 2.pdfdigilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

40

Menghindari sikap mensia-siakan waktu, waktu adalah umur kehidupan

manusia. Seorang penghafal al-Qur’a>n harus menghindari sikap mengulur-ulur

waktu dan menyibukkan diri dengan hal-hal yang memalingkan diri dari al-

Qur‟an, jangan meninggalkan aktivitas menghafal harian dan harus tetap

melaksanakan hafalan tepat pada waktunya dan jangan ditunda-tunda.

Menghindari berbagai penghalang diantaranya :

1) Hawa nafsu yang selalu condong untuk bersenang-senang dan benci terhadap

muja>hadah.

2) Setan yang selalu membisikkan, bahwa yang dilakukan sekarang akan

membutuhkan waktu bertahun-tahun dan tidak akan mencapai tujuan.

3) Merasa bahwa teman-teman tidak mau lagi berjalan-jalan bersama, ketika

menghafal al-Qur’a >n.38

Hendaknya dalam menuntut ilmu dan menghafal al-Qur’a>n selalu bersikap

tamak dan berambisi untuk mendapatkan ilmu yang lebih banyak, karena tidak

ada orang yang meraih derajat tinggi hanya dengan berangan-angan. Sebagai

seorang mukmin, ambisi untuk mendapatkan ilmu atau hafalan al-Qur’a>n yang

baik sebaiknya melebihi ambisi untuk mendapatkan emas, permata atau harta

benda. Kesungguh-sungguhan dapat menggerakkan semua kekuatan untuk meraih

38

Hasan ibn Ahmad ibn Hasan Hamam, Menghafal al-Qur’a>n itu Mudah, 39-40.

Page 21: BAB II KAJIAN TEORI A. Definisi Pembelajarandigilib.uinsby.ac.id/3606/5/Bab 2.pdfdigilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

41

sesuatu yang ditargetkan, kesungguhan adalah keinginan yang kuat selalu

mengintrospeksi diri dan banyak mengulang serta mengkaji.39

Banyak orang berharap dapat menghafalkan al-Qur’a>n namun yang

mempunyai kemauan keras serta keseriusan hanya sedikit, sehingga kepada

setiap orang yang mempunyai keinginan untuk menghafalkan al-Qur’a>n modal

utamanya kemauan keras dan kesegeraan untuk mempraktekkan amal. Menghafal

al-Qur’a >n bukan perkara yang mudah, jika dilihat dari besarnya pahala disisi

Allah serta ujian yang harus dihadapi sehingga menghafal al-Qur’a>n memerlukan

kesungguhan yang tahan lama.

b. Disiplin, istiqa>mah menambah hafalan

Diantara hal yang harus diperhatikan bagi seorang yang ingin menghafal al-

Qur’a>n hendaknya selalu bersemangat setiap waktu dan menggunakan seluruh

waktunya untuk belajar semaksimal mungkin, tidak boleh berpuas diri dengan

ilmu yang sedikit. Seorang calon ha}f>iz} harus disiplin dan istiqa>mah dalam

menambah hafalan, harus gigih dalam memanfaatkan waktu senggang, cekatan,

kuat fisik, bersemangat tinggi, mengurangi kesibukan-kesibukan yang tidak ada

gunanya seperti bermain dan bersenda gurau.40

Istiqa>mah yakni, konsisten tetap

menjaga keajegan dalam proses menghafal al-Qur’a>n. Dengan perkataan lain,

seorang penghafal al-Qur’a>n harus senantiasa menjaga kontinuitas dan efisiensi

39

Yahya ibn Muhammad Abd al-Razaq, Kayfa Tah}faz}u al-Qur’a>n Qawa >‟id al-Asasiyyah wa

Turu>q al-Ilmiyah terj. Metode Praktis Menghafal al-Qur’a>n, 57-58. 40

Sa‟dullah, 9 Cara Praktis Menghafal al-Qur’a>n, 31.

Page 22: BAB II KAJIAN TEORI A. Definisi Pembelajarandigilib.uinsby.ac.id/3606/5/Bab 2.pdfdigilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

42

waktu. Seorang penghafal al-Qur’a>n yang konsisten akan sangat menghargai

waktu, begitu berharga waktu bagi para h}a>fiz}.41

Kaidah yang paling penting dalam menghafal adalah membiasakan

menghafal al-Qur’a>n setiap hari beberapa ayat sesuai dengan target, kemudian

konsekuen dengan target. Apabila dapat mengerjakannya setiap hari,

meninggalkan godaan setan dan membuang jauh kemalasan maka hafalan akan

selalu di otak. Bahkan dapat menghafalnya lebih baik dari yang lain. Orang yang

pertama kali menuntut ilmu file-file otaknya masih kosong dari ilmu pengetahuan,

tetapi setelah menuntut ilmu (menghafal, membaca, menelaah, berijtihad) maka

hatinya akan penuh ilmu pengetahuan.42

Kunci yang kita perlukan dalam program

hafalan yang lama khususnya dalam menghafal al-Qur’a>n semakna dengan

pepatah, “tetesan air bisa melubangi batu”. Pepatah ini memberikan isyarat bahwa

sesuatu yang kecil yang dilakukan terus menerus, meskipun hanya sedikit akan

memberikan kekuatan dan kekokohan seiring dengan berjalannya waktu. Tetesan

air yang lembut dan lemah ini bisa menimbulkan kekuatan, karena sebab kontinu

dan terus menerus sehingga bisa melubangi batu.43

c. Talaqqi > kepada seorang guru

Talaqqi>, adalah belajar secara langsung kepada seseorang yang ahli dalam

membaca al-Qur’a>n. Musa>fahah, adalah melihat langsung bibir seorang yang ahli

41

Ahsin Wijaya al-H}a>fiz}, Bimbingan Praktis Menghafal al-Qur’a>n, 52. 42

Yahya ibn Muhammad Abd al-Razaq, Kayfa Tah}faz}u al-Qur’a>n Qawa >‟id al-Asasiyyah wa

Turu>q al-Ilmiyah terj. Metode Praktis Menghafal al-Qur’a>n, 85. 43

Khalid ibn Abd al-Kari>m al-Lahim, Al-h}ifz} al-Tarbawi li al-Qur’a>n wa Sina>‟ah al-Insa>n terj.

Mengapa Saya Menghafal al-Qur’a>n, 198.

Page 23: BAB II KAJIAN TEORI A. Definisi Pembelajarandigilib.uinsby.ac.id/3606/5/Bab 2.pdfdigilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

43

membaca untuk mengetahui makhraj-makhraj huruf. Menghafal al-Qur’a>n, harus

belajar secara langsung kepada ahli qira‟at dan tajwid.44

Seorang calon hafiz hendaknya berguru (talaqqi >) kepada seorang guru yang

h}a>fiz} al-Qur’a>n, telah mantap agama dan ma‟rifat serta guru yang dikenal mampu

menjaga dirinya. Menghafal al-Qur’a>n tidak diperbolehkan sendiri tanpa seorang

guru, karena di dalam al-Qur‟an banyak terdapat bacaan-bacaan (muskil) yang

tidak bisa dikuasai hanya dengan mempelajari teorinya saja.45

Al-Qur’a>n tidak

sebagaimana kitab-kitab lain yang hanya dengan melihat huruf yang ada di

dalamnya, lalu dibaca sesuai dengan lafaz } masing-masing. Tetapi, membaca dan

menghafal al-Qur’a>n harus belajar secara langsung kepada para ahli qira‟at dan

tajwi>d yang sumber bacaan mereka berasal dari Nabi. Orang yang menghafal al-

Qur’a>n sendiri tanpa belajar kepada para shaykh, pasti akan mendapati kesalahan

dalam bacaannya. Hal itu disebabkan karena mus}h}af uthma>ni> terkadang tidak

dapat dibaca sesuai dengan z}ahir tulisannya, karena itu agar bacaan al-Qur’a>n

benar harus belajar langsung kepada para shaykh.

Sejak semula, al-Qur’a>n diturunkan juga secara talaqqi > dan secara hafalan.

Rasulullah s.a.w menerima al-Qur’a>n, secara talaqqi > dari malaikat Jibri>l dan

beliau mengajarkan kepada sahabat juga secara talaqqi>. Sehubungan dengan itu

belajar al-Qur’a>n harus dengan guru yang memiliki sanad s}ah}i>h yakni guru yang

jelas tertib sanadnya, tidak cacat dan bersambung kepada Rasulullah s.a.w.

Adapun beberapa peran guru dalam proses menghafal al-Qur’a>n, antara lain :

44

Hasan ibn Ahmad ibn Hasan Hamam, Menghafal al-Qur’a>n itu Mudah, 20. 45

Sa‟dullah, 9 Cara Praktis Menghafal al-Qur’a>n, 32.

Page 24: BAB II KAJIAN TEORI A. Definisi Pembelajarandigilib.uinsby.ac.id/3606/5/Bab 2.pdfdigilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

44

1) Sebagai penjaga kemurnian al-Qur’a>n.

2) Sebagai sanad yang menghubungkan mata rantai sanad sehingga bersambung

kepada Rasulullah s.a.w.

3) Menjaga dan mengembangkan minat menghafal siswa.

4) Shaykh atau guru berperan sebagai pentas}h}i>h hafalan.

5) Mengikuti dan mengevaluasi perkembangan anak asuhnya.46

Menghafal al-Qur’a >n merupakan satu ilmu terpenting yang diistimewakan

Allah, pengajarannya ditempuh dengan perantara lisan dan belajar dari seorang

shaykh yang hafal dan ahli dalam ilmu al-Qur’a>n. Hubungan keterikatan dengan

guru, pengajar merupakan perkara yang sangat penting dalam proses penghafalan

dan dapat menjamin sukses atau tidaknya murid dalam menghafal al-Qur’a >n. Hal

tersebut dikarenakan banyak kata dalam teks al-Qur’a >n, lafaz}nya tidak sama

dengan shakal. Disamping itu, hukum-hukum tajwi>d juga merupakan hukum

sima >‟i > yang tidak dapat dipelajari kecuali dengan talaqqi >. Musa>fah}ah (dari mulut

ke mulut) tidak mungkin mempelajarinya hanya dengan membaca kitab atau

buku-buku yang membahas ilmu tersebut, maka dari itu seorang yang

berkeinginan untuk menghafal al-Qur’a>n apabila tidak mendapatkan seorang

shaykh maka seorang yang ingin menghafal al-Qur’a>n harus berusaha mencari

h}a>fiz} yang mengetahui tentang hukum-hukum tajwi>d dan tila>wah.47

46

Ahsin Wijaya al-H}a>fiz}, Bimbingan Praktis Menghafal al-Qur’a>n, 74. 47

Mustafa Qasim al-Tahtawi, Murshi>du al-Haira>ni> ila > Turu>qi Tah}fi>zi al-Qur’a>n al-Kari>m terj.

Petunjuk Praktis Menghafal al-Qur’a>n menurut Metode Rasulullah dan Para Sahabat, 186.

Page 25: BAB II KAJIAN TEORI A. Definisi Pembelajarandigilib.uinsby.ac.id/3606/5/Bab 2.pdfdigilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

45

Orang yang menuntut ilmu khususnya menghafal al-Qur’a>n, sebaiknya

memilih guru yang memenuhi kriteria sebagai berikut :

a) Memiliki aqidah yang benar (aqidah ahlu al-sunnah wa al-jama>‟ah).

b) Memiliki kapasitas keilmuan yang tinggi. Menguasai ilmu al-Qur’a>n dengan

sempurna dan detail, bertaqwa, s}ali>h, wara‟ dan hati-hati.

c) Mempunyai kemampuan mentransfer ilmu kepada orang lain.

d) Sangat lancar menghafal al-Qur’a>n.48

d. Metode Tah}fi>z} al-Qur’a >n

1) Bi al-Naz}ar, yaitu membaca dengan cermat ayat-ayat al-Qur’a >n yang akan

dilihat dengan melihat mus}h}af al-Qur’a >n secara berulang-ulang. Proses bi al-

naza}r ini, hendaknya dilakukan sebanyak mungkin atau empat puluh satu kali

seperti yang biasa dilakukan oleh „ulama terdahulu. Hal ini dilakukan, untuk

memperoleh gambaran menyeluruh tentang lafaz } maupun urutan ayat-ayatnya.

Agar lebih mudah dalam proses menghafal, maka selama proses bi al-naz}ar

diharapkan calon h}a>fiz} juga mempelajari makna dari ayat-ayat tersebut.

Metode lain yang mirip dengan metode bi al-naz}ar adalah metode wahdah,

yang dimaksud metode ini adalah menghafal satu persatu terhadap ayat yang

hendak dihafal. Untuk mencapai hafalan awal setiap ayat bisa dibaca sebanyak

sepuluh kali, dua puluh kali atau lebih. Setelah benar-benar hafal barulah

dilanjutkan pada ayat-ayat berikutnya dengan cara yang sama, demikian

48

Yahya ibn Muhammad Abd al-Razaq, Kayfa Tah}faz}u al-Qur’a>n Qawa >‟id al-Asasiyyah wa

Turu>q al-Ilmiyah terj. Metode Praktis Menghafal al-Qur’a>n, 94.

Page 26: BAB II KAJIAN TEORI A. Definisi Pembelajarandigilib.uinsby.ac.id/3606/5/Bab 2.pdfdigilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

46

seterusnya hingga mencapai satu muka atau halaman. Setelah ayat-ayat dalam

satu muka telah dihafalnya, maka gilirannya menghafal urut-urutan ayat dalam

satu muka. Untuk menghafal yang demikian, maka langkah selanjutnya ialah

membaca dan mengulang-ulang lembar tersebut hingga lisan benar-benar

mampu memproduksi ayat-ayat dalam satu muka tersebut secara alami dan

refleks.49

2) Tah}fi>z}, yaitu menghafalkan sedikit demi sedikit ayat-ayat al-Qur’a >n yang telah

dibaca berulang-ulang secara bi al-naz}ar. Misalnya menghafal satu baris,

beberapa kalimat atau sepotong ayat pendek sampai tidak ada kesalahan.

Setelah satu baris atau beberapa kalimat sudah dapat dihafal dengan baik, lalu

ditambah dengan merangkaikan baris atau kalimat berikutnya sehingga

sempurna. Kemudian rangkaian ayat tersebut, diulang kembali sampai benar-

benar hafal. Setelah materi satu ayat telah mampu dihafal secara lancar

kemudian pindah kepada materi berikutnya, begitu seterusnya sampai al-

Qur’a>n dapat dihafal keseluruhan.

3) Takri>r, yaitu mengulang hafalan yang diperdengarkan kepada guru tah}fi>z}.

Takri>r dimaksudkan, agar hafalan yang pernah dihafal tetap terjaga dengan

baik. Selain dengan guru, takri>r juga dilakukan sendiri-sendiri dengan

maksud melancarkan hafalan yang telah dihafal sehingga tidak mudah lupa.

Misalnya, pagi hari untuk menghafal materi hafalan baru dan sore harinya

untuk mentakri>r materi yang telah dihafalkan. Beberapa langkah dalam

mengulang hafalan al-Qur’a>n, adalah :

49

Ahsin Wijaya al-H}a>fiz}, Bimbingan Praktis Menghafal al-Qur’a>n, 63.

Page 27: BAB II KAJIAN TEORI A. Definisi Pembelajarandigilib.uinsby.ac.id/3606/5/Bab 2.pdfdigilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

47

a) Meluangkan waktu sehari atau dua hari dalam seminggu, untuk mengulang

hafalan.

b) Jangan menghafal ayat baru di waktu itu.

c) Ketika mengulang hafalan, tutuplah mus}h}af dan letakkan mus}h}af di depan kita.

Jika ada kesulitan, segeralah buka mus}h}af lalu tutup kembali.

d) Dengarkanlah surah-surah yang telah kita hafal, dari kaset-kaset murattal tanpa

membuka mus}h}af.

e) Tetapkanlah waktu untuk mengulang hafalan dan jangan diubah-ubah. Pilihlah

waktu yang tepat baik setelah s}alat subuh maupun setelah s}alat maghrib,

sebab kedua waktu itulah yang paling tepat.50

Dianjurkan untuk mengulang setiap ayat yang telah dihafal sebanyak dua

puluh lima kali atau lebih dan sebagian „ulama ada yang mengulang-ulang

suatu permasalahan sebanyak seratus kali, ada juga yang mengulang-ulang

sampai empat ratus kali.

4) Tasmi >‟, yaitu memperdengarkan hafalan kepada perseorangan maupun kepada

jama>‟ah. Dengan tasmi >‟ ini, seorang penghafal al-Qur’a>n akan diketahui

kekurangan pada dirinya karena bisa saja ia lengah dalam mengucapkan h}uru>f

atau h}arakat.51 Dengan tasmi >‟, seseorang akan lebih berkonsentrasi dalam

hafalan.

50

Hasan ibn Ahmad ibn Hasan Hamam, Menghafal al-Qur’a>n itu Mudah, 38. 51

Sa‟dullah, 9 Cara Praktis Menghafal al-Qur’a>n, 52-54.

Page 28: BAB II KAJIAN TEORI A. Definisi Pembelajarandigilib.uinsby.ac.id/3606/5/Bab 2.pdfdigilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

48

Memperdengarkan tasmi >‟ kepada orang lain memiliki beberapa faidah,

diantaranya :

a) Akan bertambah giat dan semangat, jika memiliki seorang pengawas. Setiap

kali teringat bahwa harus memperdengarkan hafalan kepada ustadh, maka akan

bertambah giat untuk menghafal dan berusaha untuk mengulang-ulang hafalan.

b) Tasmi >‟ kepada orang lain merupakan salah satu sebab yang menumbuhkan

ketekunan untuk senantiasa menghafal.

c) Memperbaiki kesalahan-kesalahan dari awal. Hal ini sangat memungkinkan

para penghafal untuk memperdengarkan hafalan pada diri sendiri.

d) Tidak akan lupa pada satu kata, jika melakukan kesalahan. Karena ketika

melakukan tasmi >‟, kesalahan penghafal al-Qur’a>n akan dibetulkan oleh

ustadh dan akan benar-benar terekam dalam pikiran.

e) Ketika seorang penghafal melakukan kesalahan sekali atau dua kali, maka akan

bersungguh-sungguh pada berikutnya agar tidak terjatuh dalam kesalahan yang

sama seperti sebelumnya.

f) Melalui majelis tasmi >‟ akan mendapatkan faidah memahami dan belajar seputar

ilmu al-Qur’a>n seperti hukum tajwi>d, makna kata al-Qur’a>n atau belajar adab

dan akhlaq dari ustadh atau pengajar.

Page 29: BAB II KAJIAN TEORI A. Definisi Pembelajarandigilib.uinsby.ac.id/3606/5/Bab 2.pdfdigilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

49

g) Dengan menunjukkan semangat dan giat menghafal al-Qur’a>n, maka sudah

menjadi seorang penyeru kepada al-Qur’a >n dengan perbuatan dan keadaan.52

Memperdengarkan hafalan ada dua jenis, memperdengarkan diri sendiri dan

memperdengarkan kepada orang lain. Hal tersebut sangat penting dalam

memantapkan hafalan. Memperdengarkan hafalan kepada orang lain melebihi

memperdengarkan terhadap diri sendiri. Diantara metode memperdengarkan

hafalan, yaitu membenarkan secara langsung atau secara perlahan-lahan.

Faidahnya adalah untuk memantapkan hafalan dan mengokohkan sebagian

kekurangan dalam hafalan, termasuk penerapan memperdengarkan hafalan adalah

mendengarkan kaset murattal al-Qur’a>n dengan niat mendengarkan hafalan

pembacanya.53

5) Metode tulisan

Metode ini mensyaratkan para penghafal al-Qur’a>n untuk menuliskan

potongan ayat dengan tangannya sendiri di papan tulis atau di atas kertas dengan

pensil, kemudian menghafalnya dan menghapus secara perlahan untuk pindah ke

potongan yang lain.54

Satu cara lagi yang dapat memudahkan menghafal kitab Allah, adalah

menulis apa yang telah dihafal dari ayat al-Qur’a >n baik di kertas maupun di papan

tulis. Secara ilmiah sudah diketahui, bahwa tangan manusia mempunyai pengaruh

52

Yahya Abd al-Fattah al-Zawawi, Khayru Mu‟in fi H}ifz} al-Qur’a>n al-Kari>m terj. Revolusi

Menghafal al-Qur’a>n, 87. 53

Khalid ibn Abd al-Kari>m al-Lahim, Al-h}ifz} al-Tarbawi li al-Qur’a>n wa Sina>‟ah al-Insa>n terj.

Mengapa Saya Menghafal al-Qur’a>n, 224. 54

Ahmad Salim Badwilan, Cara Mudah Bisa Menghafal al-Qur’a>n, 101.

Page 30: BAB II KAJIAN TEORI A. Definisi Pembelajarandigilib.uinsby.ac.id/3606/5/Bab 2.pdfdigilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

50

terhadap memori dan daya ingat. Sebagaimana ia juga memiliki pengaruh besar

dalam goresan tulisan yang dihasilkan, kesemuanya terekam penuh dalam akal

dan hati.55

Menerapkan metode menulis sangat memberikan faidah dalam

membaguskan tulisan (imla‟), karena benarnya imla‟ diperoleh dengan hafalan

tulisan yang benar terhadap suatu kata.56

6) Metode gabungan

Metode ini merupakan gabungan antara metode wahdah dan metode

kita>bah. Hanya saja, kita>bah disini lebih memiliki fungsional sebagai uji coba

terhadap ayat-ayat yang telah dihafal. Dalam metode ini seorang penghafal setelah

selesai menghafal ayat yang dihafalnya, kemudian mencoba menuliskan di atas

kertas yang telah disediakan. Jika ia mampu mereproduksi kembali ayat-ayat yang

telah dihafalnya dalam bentuk tulisan, maka bisa melanjutkan kembali untuk

menghafal ayat-ayat berikutnya. Tetapi jika penghafal belum mampu

mereproduksi hafalannya ke dalam tulisan secara baik, maka ia kembali

menghafalkannya sehingga benar-benar mencapai nilai hafalan yang valid

demikian seterusnya. Kelebihan metode ini adalah adanya fungsi ganda, yakni

berfungsi untuk menghafal dan sekaligus berfungsi untuk pemantapan hafalan.

Pemantapan hafalan dengan cara ini akan baik sekali, karena dengan menulis akan

memberikan kesan visual yang mantab.57

7) Metode tari>qah jama‟

55

Mustafa Qasim al-Tahtawi, Murshi>du al-Haira>ni> ila > Turu>qi Tah}fi>z}i al-Qur’a>n al-Kari>m terj.

Petunjuk Praktis Menghafal al-Qur’a>n menurut Metode Rasulullah dan Para Sahabat, 203. 56

Khalid ibn Abd al-Kari>m al-Lahim, Al-h}ifz} al-Tarbawi li al-Qur’a>n wa Sina>‟ah al-Insa>n terj.

Mengapa Saya Menghafal al-Qur’a>n, 202. 57

Ahsin Wijaya al-H}a>fiz}, Bimbingan Praktis Menghafal al-Qur’a>n, 65.

Page 31: BAB II KAJIAN TEORI A. Definisi Pembelajarandigilib.uinsby.ac.id/3606/5/Bab 2.pdfdigilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

51

Yang dimaksud dengan metode ini adalah cara menghafal yang dilakukan

secara kolektif, yakni ayat-ayat yang dihafal dibaca secara kolektif atau bersama-

sama dipimpin oleh seorang instruktur. Pertama, instruktur membacakan satu ayat

atau beberapa ayat dan siswa menirukan secara bersama-sama. Kemudian,

instruktur membimbingnya dengan mengulang kembali ayat-ayat tersebut dan

siswa mengikutinya. Setelah ayat-ayat itu dapat dibaca dengan baik dan benar,

selanjutnya mengikuti bacaan instruktur dengan sedikit demi sedikit mencoba

melepaskan mushaf (tanpa melihat mus}h}af) demikian seterusnya sehingga ayat-

ayat yang sedang dihafal benar-benar masuk dalam bayangan. Setelah semua

siswa hafal, barulah diteruskan pada ayat-ayat berikutnya dengan cara yang sama.

Cara ini termasuk metode yang baik untuk dikembangkan, karena dapat

menghilangkan kejenuhan disamping akan banyak membantu menghidupkan daya

ingat terhadap ayat-ayat yang dihafalkannya.58

8) Metode Uzbekistan

Ada beberapa langkah dalam menggunakan metode Uzbekistan, yaitu :

a) Siswa menyetorkan hafalan dari awal al-Qur’a >n kepada shaykh.

b) Shaykh menyuruh mengulang tiga ratus kali dengan mus}h}af.

c) Apabila telah mengulang tiga ratus kali, maka seorang penghafal al-Qur’a>n

harus menghafalkannya dihadapan shaykh. Jika telah menghafalkan dengan

baik, maka dilanjutkan menghafalkan halaman berikutnya dengan cara yang

sama. 58

Ibid., 66.

Page 32: BAB II KAJIAN TEORI A. Definisi Pembelajarandigilib.uinsby.ac.id/3606/5/Bab 2.pdfdigilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

52

d) Apabila telah hafal al-Qur’a>n secara sempurna, maka shaykh menyuruh

membaca hafalan sebanyak seratus lima puluh kali khatam al-Qur’a >n.

e) Apabila telah menyelesaikan semua, maka ia diberi gelar h}a>fiz}. Orang yang

sudah menyelesaikan tahapan ini, lidahnya sudah lancar dan terbiasa dengan

al-Qur’a >n.59

9) Metode Turki

Turki mempunyai metode dalam membaca al-Qur’a>n yang perlu

diperhatikan. Langkah-langkahnya antara lain :

a) Membiasakan anak membaca al-Qur’a >n dengan melihat mus}h}af, dimulai

dengan mengajarkan cara membaca al-Qur’a >n dengan baik dan benar.

b) Menghafal dengan menggunakan mushaf h}uffa>z}, yang membagi mus}h}af satu

juz menjadi dua puluh halaman dan setiap halaman menjadi lima belas baris.

c) Menghafal halaman terakhir pada juz pertama. Pada hari kedua ia menghafal

halaman sebelum terakhir juz dua. Demikian selanjutnya hingga sebulan

penuh, sehingga hafal tiga puluh halaman dan akhirnya hafal tiga puluh juz.60

10) Metode menghafal berdua

Jika seorang ingin menghafal al-Qur’a>n dengan metode menghafal berdua,

maka harus melalui tahapan-tahapan berikut :

59

Yahya ibn Muhammad Abd al-Razaq, Kayfa Tah}faz}u al-Qur’a>n Qawa >‟id al-Asasiyyah wa Turu>q

al-Ilmiyah terj. Metode Praktis Menghafal al-Qur’a>n, 166. 60

Ibid., 167.

Page 33: BAB II KAJIAN TEORI A. Definisi Pembelajarandigilib.uinsby.ac.id/3606/5/Bab 2.pdfdigilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

53

a) Memilih sahabat yang mempunyai kepentingan sama dan buat perjanjian untuk

saling mensima‟ hafalan.

b) Bersepakat untuk mulai menghafal salah satu surah.

c) Membuka mushaf masing-masing, kemudian salah satu membaca dan yang lain

mendengarkan dengan memperhatikan mus}h}af masing-masing. Kemudian

mengulangnya dengan melihat mus}h}af salah satu mulai menghafalnya dan

yang satu lagi mendengarkan (dilakukan secara bergantian).

d) Mulai proses mengikat akhir ayat dengan awal ayat, sehingga masing-masing

berdua merasa sudah sangat hafal.

e) Menguji pasangan masing-masing secara bergantian (seperti ustad dengan

murid), menulis kesalahan masing-masing dan menginformasikan letak

kesalahan masing-masing. Sehingga tidak mengalami kesalahan untuk kedua

kalinya.61

3. Evaluasi Pembelajaran Tah}fi>z}

a. Memelihara hafalan

1) Memelihara hafalan bagi yang belum khatam

Pada dasarnya seorang yang menghafal al-Qur’a>n, harus berprinsip yang

sudah dihafal tidak boleh lupa lagi. Untuk bisa demikian, selain harus benar-benar

61

Ibid., 118.

Page 34: BAB II KAJIAN TEORI A. Definisi Pembelajarandigilib.uinsby.ac.id/3606/5/Bab 2.pdfdigilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

54

baik sewaktu menghafalnya juga harus menjaga hafalannya yaitu dengan cara

mengulang-ulang (takri>r) hafalan sambil menambah hafalan baru.

a) Takri>r sendiri

Seseorang yang menghafal, harus bisa memanfaatkan waktu untuk takri>r

atau untuk menambah hafalan. Hafalan yang baru harus selalu ditakri>r, minimal

setiap hari dua kali dalam jangka waktu satu minggu. Sedangkan hafalan yang

lama harus ditakri>r setiap hari atau dua hari sekali, artinya semakin banyak

hafalan harus semakin banyak pula waktu yang dipergunakan untuk takri>r.62

b) Takri>r dalam s}alat

Seseorang yang menghafal al-Qur’a>n, hendaknya bisa memanfaatkan

hafalannya sebagai bacaan dalam s}alat baik sebagai imam atau untuk s}alat

sendiri. Selain menambah keutamaan, cara demikian juga akan menambah

kemantapan hafalan.63

Metode mengulang pada waktu salat sangat bervariasi, ada

yang melakukannya ketika salat malam ada juga yang melakukan ketika s}alat

tara>wi>h.

c) Takri>r bersama

Seseorang yang menghafal perlu melakukan takri>r bersama dengan dua

teman atau lebih. Dalam takri>r ini setiap orang membaca materi takri>r yang

ditetapkan secara bergantian dan ketika seorang membaca, maka yang lain

mendengarkan. Takri>r bersama teman dilakukan bersama teman yang juga hafal

62

Sa‟dullah, 9 Cara Praktis Menghafal al-Qur’a>n, 68. 63

Ibid., 69.

Page 35: BAB II KAJIAN TEORI A. Definisi Pembelajarandigilib.uinsby.ac.id/3606/5/Bab 2.pdfdigilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

55

al-Qur’a >n, metode ini caranya adalah membaca berulang-ulang bersama teman

tersebut setiap hari satu halaman dan meninggalkan halaman yang lama pada hari

berikutnya. Setiap menghafal halaman baru, penghafal harus mengulang hafalan

yang lalu sehingga penghafal mengulang-ulang halaman yang banyak.64

Sistem

belajar berdua ini disebut sistem mu‟aradah yaitu saling mendengarkan hafalan

dengan cara duduk bersama saudara yang telah hafal sebagaimana yang kita hafal

kemudian membacakan kepadanya dua, tiga rubu‟ atau sesuai kesepakatan. Lalu

mengikuti bacaannya dengan mushaf, demikian seterusnya sampai selesai. Cara

belajar inilah, yang dipraktekkan dan dicontohkan oleh Jibril dan Nabi

Muhammad s.a.w.65

d) Takri>r di hadapan guru

Seseorang yang menghafal al-Qur’a>n harus selalu menghadap guru untuk

takri>r hafalan yang sudah diajukan, materi takri>r yang dibaca harus lebih banyak

dari materi hafalan yang baru. Yaitu satu banding sepuluh artinya apabila seorang

penghafal sanggup mengajukan hafalan baru setiap hari dua halaman, maka harus

diimbangi dengan takri>r dua puluh halaman.66

Diantara metode yang dilakukan guru dalam mensima‟ murid yang

menghafal al-Qur’a >n adalah guru mensima‟ lebih dari satu siswa, hal tersebut

dilakukan dengan cara seorang shaykh menyuruh kepada siswanya (tiga atau

64

Yahya ibn Muhammad Abd al-Razaq, Kayfa Tah}faz}u al-Qur’a>n Qawa >‟id al-Asasiyyah wa

Turu>q al-Ilmiyah terj. Metode Praktis Menghafal al-Qur’a>n, 186. 65

Mustafa Qasim al-Tahtawi, Murshi>du al-Haira>ni> ila > Turu>qi Tah}fi>zi al-Qur’a>n al-Kari>m terj.

Petunjuk Praktis Menghafal al-Qur’a>n menurut Metode Rasulullah dan Para Sahabat, 212. 66

Sa‟dullah, 9 Cara Praktis Menghafal al-Qur’a>n, 69.

Page 36: BAB II KAJIAN TEORI A. Definisi Pembelajarandigilib.uinsby.ac.id/3606/5/Bab 2.pdfdigilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

56

empat siswa) untuk mengulang. Maka mereka membacanya bersama-sama dan

mereka masing-masing mengulang satu surah yang berbeda dengan surah yang

dihafal orang yang kedua, dengan suara sedang. Akan tetapi shaykh dapat

mensima‟ masing-masing anak, bahkan dapat meluruskan kesalahan mereka tanpa

terjadi kekhilafan. Hal tersebut karena hafalan shaykh benar-benar kuat.67

2) Memelihara hafalan yang sudah khatam tiga puluh juz

a) Istiqa>mah takri>r al-Qur‟an di dalam s}alat.

Yang dimaksud istiqa>mah takri>r al-Qur’a >n di dalam s}alat yaitu yang

dilakukannya baik s}alat wajib atau sunnah selalu memakai ayat-ayat al-Qur’a>n

dari surah al-Baqarah sampai surah al-Na>s secara berurutan.

b) Istiqa>mah takri>r al-Qur’a>n di luar s}alat.

Membaca al-Qur’a >n di luar waktu salat berarti membaca al-Qur’a >n tidak

dalam keadaan s}alat, baik s}alat lima waktu maupun s}alat sunnah.

Takri>r bisa dilakukan pada waktu sebelum tidur, tengah malam setelah s}alat

tahajjud. Bagi seseorang yang telah menyandang gelar h}a>fiz} atau h}a>fiz}ah,

istiqa>mah dalam membaca al-Qur’a>n tentunya harus pandai mengatur waktu

dengan sebaik-baiknya. Jadikan al-Qur’a>n sebagai kebutuhan pokok yang tidak

bisa ditinggalkan setiap waktu, setiap saat dan kesempatan. Sebagaimana jasmani

kita membutuhkan makan dan minum setiap hari, begitu juga rohani kita

membutuhkan makan dan minuman berupa membaca al-Qur’a>n dan siraman

67

Yahya ibn Muhammad Abd al-Razaq, Kayfa Tah}faz}u al-Qur’a>n Qawa >‟id al-Asasiyyah wa

Turu>q al-Ilmiyah terj. Metode Praktis Menghafal al-Qur’a>n, 190.

Page 37: BAB II KAJIAN TEORI A. Definisi Pembelajarandigilib.uinsby.ac.id/3606/5/Bab 2.pdfdigilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

57

rohani. Artinya, dua kebutuhan pokok rohani tersebut sudah semestinya dipenuhi

menurut takaran dan ukuran masing-masing sesuai kemampuan.

Adapun takri>r di luar s}alat dapat dilakukan dengan cara :

a) Khatam seminggu sekali

b) Khatam dua minggu sekali

c) Khatam sebulan sekali

d) Sering mengikuti sima >‟an atau tasmi >‟

e) Mengikuti perlombaan atau musa>baqah h}ifz} al-Qur’a>n.

Mura>ja’ah hafalan sendirian dilakukan seorang h}a>fiz} al-Qur’a>n setiap hari.

Dalam mura>ja’ah sendiri, dilakukan dengan membagi al-Qur’a>n menjadi beberapa

bagian yang dapat dikhatamkan dalam jangka waktu tertentu. Beberapa metode

dalam mengulang hafalan sendirian, yaitu :

a) Seperenam, yakni membaca setiap hari sebanyak lima juz al-Qur’a>n al-Kari>m.

Dengan ini dapat mengkhatamkan al-Qur’a >n dalam waktu enam hari sekali.

b) Sepertujuh, yaitu dengan cara membagi al-Qur’a>n menjadi tujuh bagian

sebagaimana yang lazim dilakukan oleh para sahabat, para tabi‟in dan para

„ulama setelah mereka. Dengan pembagian ini dapat mengkhatamkan al-

Qur’a>n dalam masa tujuh hari.

c) Khatam sepuluh hari, yaitu dengan cara membaca setiap hari tiga juz al-Qur’a>n.

Dengan ini akan mengkhatamkan al-Qur’a >n dalam masa sepuluh hari.

Page 38: BAB II KAJIAN TEORI A. Definisi Pembelajarandigilib.uinsby.ac.id/3606/5/Bab 2.pdfdigilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

58

d) Khatam lima belas hari, yaitu setiap hari membaca dua juz al-Qur’a>n.

e) Khatam tiap bulan, setiap hari membaca satu juz al-Qur’a>n.

f) Khatam empat puluh hari, dalam setiap hari membaca sebanyak seratus lima

puluh lima sampai seratus lima puluh enam ayat. Dengan ini akan mampu

mengkhatamkan al-Qur’a>n dalam masa empat puluh hari.68

b. Beberapa upaya dalam melestarikan hafalan al-Qur’a>n

1) Yang dilakukan Rasulullah s.a.w.

Dalam proses pemeliharaan terhadap al-Qur’a>n yang diterima Rasulullah

s.a.w selalu mencocokkan hafalan kepada malaikat Jibri>l pada setiap bulan

ramad}an.

2) Yang dilakukan para sahabat.

Diantara para sahabat yang membaca al-Qur’a>n ada yang satu kali khatam

dalam dua hari, ada yang satu malam sekali khatam. Ada yang satu hari satu

malam sekali khatam, ada pula yang satu minggu sekali khatam atau dua kali

khatam. Namun yang paling banyak adalah satu minggu satu kali khatam,

walaupun ada yang satu bulan atau dua bulan hanya satu kali khatam.

3) Yang dilakukan „ulama muta’akhiri >n.

Kebanyakan „ulama di Indonesia, mengkhatamkan al-Qur’a>n dengan

mengambil masa satu minggu sekali khatam. Diantara mereka itu adalah KH.

68

Mustafa Qasim al-Tahtawi, Murshi>du al-Haira>ni> ila > Turu>qi Tah}fi>z}i al-Qur’a>n al-Kari>m terj.

Petunjuk Praktis Menghafal al-Qur’a>n menurut Metode Rasulullah dan Para S}ahabat, 208.

Page 39: BAB II KAJIAN TEORI A. Definisi Pembelajarandigilib.uinsby.ac.id/3606/5/Bab 2.pdfdigilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

59

Idris Kamali (Cirebon), KH. Adlan Ali (Tebuireng), KH. Zaini Miftah (Madura)

dan lain sebagainya.

Ada beberapa metode dalam mura>ja’ah hafalan :

a) Takhmi>s al-Qur’a>n, yaitu mengkhatamkan al-Qur’a>n setiap lima hari.

b) Tasbi >‟ al-Qur’a>n, yaitu mengkhatamkan al-Qur’a>n setiap seminggu sekali.

c) Mengkhatamkan al-Qur’a>n setiap sepuluh hari sekali.

d) Mengkhususkan dan mengulang-ulang (satu juz) selama seminggu, sambil

terus melakukan mura>ja’ah secara umum.

e) Mengkhatamkan mura>ja’ah hafalan al-Qur’a >n setiap bulan sekali.

f) Mengkhatamkan dengan dua metode. Pertama, dengan menggunakan metode

mengkhatamkan mura>ja’ah setiap bulan. Kedua, menghafal dengan metode

keempat yaitu berkonsentrasi terhadap juz tertentu.

g) Mengkhatamkan saat s}alat.

h) Konsentrasi melakukan mura>ja’ah terhadap lima juz terlebih dahulu dan

mengulang-ulangnya pada waktu yang ditentukan.69

c. Kaidah melakukan mura>ja’ah

Kaidah dalam melakukan mura>ja’ah sesuai untuk mereka yang belum

khatam dan ingin memantapkan juz-juz tertentu, adalah :

69

Amjad Qasim, Kayfa Tah}faz}u al-Qur’a>n al-Kari>m fi Shahr terj. Hafal al-Qur’a>n dalam Sebulan

(Solo : Qiblat Press, 2008), 162.

Page 40: BAB II KAJIAN TEORI A. Definisi Pembelajarandigilib.uinsby.ac.id/3606/5/Bab 2.pdfdigilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

60

1) Apabila hafalan berkisar antara satu sampai sepuluh juz, maka harus

melakukan mura>ja’ah terhadap semua yang telah dihafal dalam waktu

seminggu.

2) Apabila hafalan berkisar antara sepuluh sampai lima belas juz, maka harus

melakukan mura>ja’ah terhadap semua yang telah dihafal dalam waktu dua

minggu.

3) Apabila hafalan berkisar antara lima belas sampai dua puluh juz, maka harus

melakukan mura>ja’ah terhadap semua yang telah dihafal dalam waktu tiga

minggu.

Apabila hafalan berkisar antara dua puluh sampai tiga puluh juz, maka

harus melakukan mura>ja’ah terhadap semua yang dihafal dalam waktu sebulan.70

D. Perbedaan Siswa dari Sekolah Umum dan Siswa Sekolah Keagamaan

Pada dasarnya, perolehan pendidikan agama di sekolah umum lebih sedikit

dibandingkan dengan sekolah agama. Pada sekolah umum SMP atau SMA bidang

studi sebanyak sebelas atau dua belas bidang studi, tetapi di MTs atau MA bidang

studi ada sebanyak sembilan belas sampai dua puluh bidang studi dan kelebihan

tersebut memuat materi tentang agama. Di madrasah, jenis dan jumlah mata

pelajaran yang ditawarkan lebih kompleks disbanding sekolah umum ditambah

bidang studi keagamaan. Materi pendidikan agama di madrasah ataupun sekolah

keagamaan berdasarkan kurikulum yang berlaku meliputi al-Qur’a>n hadith,

aqidah akhlaq, fiqh, sejarah peradaban Islam dan bahasa arab. Sedangkan untuk

70

Ibid., 164.

Page 41: BAB II KAJIAN TEORI A. Definisi Pembelajarandigilib.uinsby.ac.id/3606/5/Bab 2.pdfdigilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

61

sekolah umum lebih menitikberatkan pada ilmu-ilmu fisika, ilmu-ilmu biologi

(MIPA), ilmu sosial dan pengetahuan budaya sedangkan ilmu agama hanya

diberikan secara umum saja.

Hal tersebut sangat mempengaruhi kualitas out put siswa, dimana

logikanya siswa yang berlatar belakang sekolah agama akan lebih mengerti

tentang agama. Misalnya seperti lebih bisa membaca al-Qur’a >n dengan lancar,

baik dan benar, memiliki akhlaq yang lebih baik daripada siswa sekolah umum.

Menurut hasil penelitian Puslitbang Departemen Agama dilihat dari

kualitas kepribadian menunjukkan bahwa pada umumnya lulusan madrasah

menunjukkan sikap pengabdian, kejujuran, kesabaran dan akhlaq relatif lebih baik

dibandingkan dengan lulusan sekolah umum. Norma dan nilai agama yang

didapat di sekolah nampak berkorelasi dengan sikap-sikap tersebut.

Selain sikap kepemimpinan dan kemandirian (enterpreneurship) pada

umumnya juga lebih menonjol.71

E. Sharat-Sharat Menghafal al-Qur’a>n

Menghafal al-Qur’a>n bukanlah suatu ketentuan hukum yang harus

dilakukan oleh setiap orang yang memeluk agama Islam. Oleh karena itu ia tidak

memiliki sharat-sharat yang mengikat sebagaimana ketentuan hukum. Sharat-

sharat yang ada harus dimiliki seorang calon penghafal al-Qur’a>n adalah sharat-

71

Chairul Fuad Yusuf, Inovasi Pendidikan Agama dan Keagamaan (Jakarta: Puslitbang

Pendidikan Agama dan Keagamaan, Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama, 2006), 357.

Page 42: BAB II KAJIAN TEORI A. Definisi Pembelajarandigilib.uinsby.ac.id/3606/5/Bab 2.pdfdigilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

62

sharat yang berhubungan dengan naluri insaniah semata. Sharat-sharat tersebut

adalah :

1.Niat Ikhlas

Niat yang ikhlas dan matang bagi calon penghafal sangat diperlukan sebab

apabila sesudah adanya niat dari calon penghafal berarti sudah ada hasrat, dan

kalau kemauan sudah tertanam di dalam hati tentu kesulitan apapun yang

menghalanginya akan ditanggulangi. Penghafal al-Qur’a >n yang karena terpaksa

atau dipaksa oleh seseorang atau karena tujuan fasilitas atau materi belaka, banyak

yang tidak berhasil disebabkan karena tidak ada kesadaran dan tanggung jawab

apabila yang memaksa atau menyuruh sudah jenuh maka dia akan jenuh pula

dalam menghafal.

2. Menjauhi Sifat-Sifat Tercela

Sifat tercela (madhmumah) adalah suatu sifat tercela yang harus dijauhi

oleh setiap muslim, terutama dalam menghafal al-Qur’a >n. Sifat madhmumah

sangat besar pengaruhnya terhadap orang-orang yang menghafal al-Qur’a>n,

karena al-Qur’a>n adalah kitab suci bagi umat Islam yang tidak boleh dinodai oleh

setiap orang muslim dengan bentuk apapun.

3.Izin Orang Tua atau Wali

Izin orang tua atau wali ini juga ikut menentukan keberhasilan menghafal

al-Qur’a >n, apabila orang tua atau wali sudah memberi izin terhadap anak untuk

menghafal al-Qur’a >n berarti sudah mendapatkan keberhasilan menggunakan

Page 43: BAB II KAJIAN TEORI A. Definisi Pembelajarandigilib.uinsby.ac.id/3606/5/Bab 2.pdfdigilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

63

waktu dan rela menggunakan waktunya tidak untuk kepentingan lain kecuali

hanya untuk menghafal.

4. Istiqa>mah

Istiqa>mah dalam arti disiplin segalanya termasuk disiplin terhadap materi-

materi yang hafalannya sangat diperlukan. Dengan disiplin waktu ini dituntut

untuk jujur, konsekwen dan tanggung jawab. Tidak akan berhenti menghafal al-

Qur‟a>n sebelum berhasil menghafalnya.

F. Problematika Menghafal al-Qur’a >n

Sebagaimana menggeluti dan memahami bidang ilmu pengetahuan,

mendalami bidang ilmu pengetahuan, menghafal juga mempunyai problem dan

hambatan yang tidak jauh berbeda dengan hambatan yang biasa dihadapi pencari

ilmu. Menghafal al-Qur‟a>n laksana menyeberangi samudra yang luas dan lebar,

oleh karena itu seseorang yang tidak kuat mental akan merasa ketakutan dan

mundur sebelum melangkah. Untuk itu mental perlu dipersiapkan sungguh-

sungguh.

Adapun kendala dan hambatan yang sering dirasakan oleh para penghafal

al-Qur’a >n, antara lain :

1.Ayat-ayat yang sudah dihafal lupa lagi

Page 44: BAB II KAJIAN TEORI A. Definisi Pembelajarandigilib.uinsby.ac.id/3606/5/Bab 2.pdfdigilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

64

Lupa adalah lawan dari ingat, al-Jurjani mengatakan bahwa lupa adalah

suasana tidak ingat yang bukan keadaan mengantuk atau tidur.72

Jumhur ulama

mengatakan bahwa lupa adalah tidak ingat akan suatu pengetahuan.

Lupa merupakan suatu problem yang tidak hanya dialami oleh sebagian

kecil penghafal al-Qur’a >n, namun hampir seluruh para penghafal al-Qur’a>n

mengalaminya. Hal yang biasa terjadi adalah bahwa ayat di pagi hari yang telah

dihafal dengan lancar, namun saat mengerjakan soal suatu yang lain sore harinya

sudah tidak membekas, bahkan bila dicoba langsung diperdengarkan pada guru

pembimbing satu ayatpun tidak ada yang terbayang.

Ahli psikologi Ebbinghaus merupakan salah seorang pioneer yang

menyelidiki persoalan ingatan. Hasil percobaan menunjukkan, sebagaimana

dikutip oleh Ilham Agus bahwa sesudah satu jam 50% dari bahan yang telah

dipelajari dilupakan, sesudah sembilan jam 8% lagi yang dilupakan, sesudah dua

hari tambah lagi 6% yang dilupakan dan sesudah satu bulan tambah lagi 7% lagi

dengan kata lain 70% dari jumlah yang dilupakan dalam sebulan terjadi pada satu

jam pertama (50/71X100%). Jadi alangkah lebih ekonomis bila secepat mungkin

kita menyegarkan ingatan tanpa menunggu lebih lama lagi.73

Dengan demikian

solusi yang harus dilakukan adalah, tidak meninggalkan hafalan baru terlalu lama

karena hafalan baru sangat mudah hilang.

2. Banyaknya ayat yang serupa

72

Ahmad Yaman Syamsudin, Cara Mudah Menghafal al-Qur’a>n, Cet I (Sukoharjo : Insan Kamil,

2007), 83. 73

Ilham Agus Suyanto, Kiat Praktis Menghafal al-Qur’a>n (Bandung : Mujahid Press, 2004), 101.

Page 45: BAB II KAJIAN TEORI A. Definisi Pembelajarandigilib.uinsby.ac.id/3606/5/Bab 2.pdfdigilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

65

Dalam menghafal al-Qur’a>n banyak terdapat ayat serupa, akan tetapi tidak

sama maksudnya. Pada awalnya sama tetapi pada pertengahan atau akhir ayatnya

berbeda, atau sebaliknya pada awalan tidak sama akan tetapi pada pertengahan

atau akhir ayatnya sama, seperti contoh :

Surat al-Mukminun : 8374

هق ع ؤ و قلن ا واإ طروأله

Surat an-Naml : 6875

هق ع و ؤ قلن ا واإ طروأله

Adapun cara penyelesaiannya adalah dengan cara memberi catatan pinggir

pada al-Qur’a >n yang dipakai untuk menghafal bahwa ayat tersebut sama halaman

sekian atau surat apa, juz berapa dan ayat berapa, kemudian ayat-ayat yang serupa

tersebut diberi garis apabila perlu.76

3. Ada rasa bosan karena rutinitas yang terus menerus

Hal ini bisa diantisipasi dengan melaksanakan aktifitas lain yang bisa

menghilangkan kebosanan atau aktifitas-aktifitas yang variatif sebagai penyela

dan apabila rasa bosan pudar maka bisa dilanjutkan rutinitas menghafal tersebut.77

4. Sukar menghafal

74

Al-Qur’a>n, 23 (al-Mukminu>n): 83. 75

Al-Qur’a>n, 27 (an-Naml): 68. 76

Mengenai ayat-ayat yang serupa, sekarang sudah diterbitkan beberapa buku yang membahas

mengenai keserupaan ayat-ayat al-Qur’a>n untuk lebih memudahkan dalam menghafal. Sebagai

contoh adalah tulisan M. Fatoni Dimyati, Ensiklopedi al-Qur’a>n (Jombang: PP. Madrasah al-

Qur’a>n). 77

Agus, Kiat Praktis, 100.

Page 46: BAB II KAJIAN TEORI A. Definisi Pembelajarandigilib.uinsby.ac.id/3606/5/Bab 2.pdfdigilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

66

Keadaan seperti ini bisa terjadi karena beberapa faktor antara lain tingkat

intelegensi quisioner (IQ) yang rendah atau sedang kacau, badan kurang sehat

atau tidak fres, kondisi di sekitar sedang gaduh sehingga sulit untuk

berkonsentrasi dan lain-lain. Persoalan ini sebenarnya bisa diantisipasi sendiri

oleh penghafal, karena dialah yang paling mengerti akan dirinya.78

5. Gangguan asmara

Persoalan ini muncul karena kebanyakan penghafal itu berada pada usia

pubertas (aqi>l bali>gh), sehingga mulai tertarik pada lawan jenis. Hal ini akan

mengganggu aktifitas dalam menghafal, sering membicarakan lawan jenis, bahkan

sampai berkirim surat. Sebenarnya hal ini wajar karena proses alamiah yang

muncul pada pubertas tersebut, namun akan mempengaruhi keberhasilan dalam

menghafal. Persoalan ini bisa diantisipasi dengan tidak membiarkan pergaulan

secara bebas dengan lawan jenisnya, atau dipalingkan pada kegiatan-kegiatan

yang lebih bermanfaat seperti membaca buku ilmu pengetahuan, olahraga dan

lain-lain.79

6. Melemahnya semangat menghafal al-Qur’a >n

Hal ini biasanya terjadi pada waktu menghafal berada pada juz-juz

pertengahan. Ini disebabkan santri melihat pekerjaan yang harus digarap masih

panjang, untuk mengantisipasinya dengan kesabaran yang terus menerus dengan

menekankan pada keyakinan atau optimis kalau pekerjaan ini akan berangsur-

78

Ibid., 101. 79

Ibid., 102.

Page 47: BAB II KAJIAN TEORI A. Definisi Pembelajarandigilib.uinsby.ac.id/3606/5/Bab 2.pdfdigilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

67

angsur bisa terlewati dan sampai khatam. Sebagaimana seorang pendaki gunung

yang pada mulanya terasa berat, karena terbiasa menjadi ringan.80

7. Tidak istiqa>mah

Persoalan ini sering dihadapi oleh para penghafal al-Qur’a >n. Hal ini

penyebabnya antara lain pengaruh teman-teman yang bukan penghafal al-Qur’a>n

untuk mengadakan aktifitas yang tidak ada kaitannya dengan belajar, sehingga

waktu yang terbuang, adakalanya juga penghafal al-Qur’a>n yang mempunyai

tingkat IQ sedang atau rendah terpengaruh dengan cara dan pola penghafal yang

memiliki tingkat IQ tinggi yang membutuhkan waktu sebentar dalam menghafal.

Untuk mengantisipasi ini kembali pada tingkat kesadaran penghafal itu sendiri

dan arahan atau bimbingan guru.81

G. Teknik Menjaga Hafalan al-Qur’a>n

Adapun upaya untuk menjaga hafalan al-Qur’a>n agar tidak mudah lupa

dan hilang, maka dibutuhkan beberapa teknik yaitu :

1.Materi yang sudah dihafal hendaknya diperdengarkan atau disima‟kan kepada

orang lain yang ahli seperti guru atau teman dan jangan mempercayai diri

sendiri karena kerap kali sering salah, Nabi Muhammad s.a.w sendiri disima‟

hafalannya oleh Malaikat Jibri>l setiap tahun di bulan Ramad}an.

2.Untuk memperkokoh hafalan yang ada perlu diulang-ulang pada waktu s}alat

sendirian, menjadi imam dalam s}alat berjama >‟ah atau para penghafal lainnya

80

Ibid., 104. 81

Ibid., 106.

Page 48: BAB II KAJIAN TEORI A. Definisi Pembelajarandigilib.uinsby.ac.id/3606/5/Bab 2.pdfdigilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

68

secara darusan (muda>rasah) yang menjadikan kita aktif dalam membaca. Kalau

hafalan sudah betul-betul melekat sebagaimana hafal surat al-Fa>tih}ah, maka

sulit akan lupa lagi.

3.Lakukan proses menghafal secara istiqa>mah tanpa ada rasa jeda (bosan) kecuali

pada saat-saat istirahat. Karena sesekali ditinggalkan suasananya akan menjadi

baru, dan ini merupakan pekerjaan tersendiri. Dengan kata lain perlu tekun dan

istiqa>mah tanpa mengenal lelah.

4. Usahakan tidak melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama, karena akan

mengganggu pikiran sehingga konsentrasi terhadap hafalan akan hilang.

5. Lakukan hafalan dengan konsentrasi penuh pada hafalan, karena apabila tidak

dengan konsentrasi maka akan memakan waktu yang lama.

6. Dengan mempelajari tafsir atau terjemah, hal ini akan membantu melekatkan

hafalan.

7. Bagi yang sudah hafal al-Qur’a>n sekitar 15 juz, maka harus mencari waktu

luang untuk muda>rasah secara terencana dan teratur. Maka perlu diadakan

target khataman al-Qur‟an, seperti dalam seminggu sekali harus khatam.82

82

Anas Ahmad Kanzun, 15 Kiat Menghafal al-Qur’a >n (Bandung : Miskat, 2004), 9-25.