bab ii kajian teori 2.1 penegakan hukum -...

30
9 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Penegakan Hukum Penegakan hukum dalam bahasa belanda disebut dengan rechtstoepassing atau rechtshandhaving dan dalam bahasa inggris law enforcement, meliputi pengertian yang bersifat makro dan mikro. Bersifat makro mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara, sedangkan dalam pengertian mikro terbatas dalam proses pemeriksaan di pengadilan termasuk proses penyelidikan, penyidikan, penuntutan hingga pelaksanaan putusan pidana yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. 1 Penegakan hukum sebagai suatu proses yang pada hakikatnya merupakan penerapan direksi yang menyangkut membuat keputusan yang tidak secara ketat diatur oleh kaidah hukum akan tetapi mempunyai unsur- unsur penilaian pribadi (Wayne La-Favre). Secara konsepsional, maka inti dan arti penegakan hukum terletak pada kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan di dalam kaidah-kaidah yang mantap dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir, untuk menciptakan, melahirkan dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup. 2 Atas dasar uraian tersebut dapat dikatakan bahwa gangguan terhadap penegakan hukum mungkin terjadi apabila ada ketidakserasian 1 Chaerudin, Syaiful Ahmad Dinar, Syarif Fadillah, 2008. Strategi Pencegahan Dan Penegakan Hukum Tindak Pidana Korupsi, Refika Editama, Bandung, hlm. 87 2 Soerjono Soekanto, 2012, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, hlm. 5.

Upload: ngotram

Post on 09-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Penegakan Hukum - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/762/6/2013-2-74201-271409126-bab2-10012014082638.pdf · c. Kepentingan politik kenegaraan 5) Corspgeits

9

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Penegakan Hukum

Penegakan hukum dalam bahasa belanda disebut dengan

rechtstoepassing atau rechtshandhaving dan dalam bahasa inggris law

enforcement, meliputi pengertian yang bersifat makro dan mikro. Bersifat

makro mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat, berbangsa dan

bernegara, sedangkan dalam pengertian mikro terbatas dalam proses

pemeriksaan di pengadilan termasuk proses penyelidikan, penyidikan,

penuntutan hingga pelaksanaan putusan pidana yang telah mempunyai

kekuatan hukum tetap.1

Penegakan hukum sebagai suatu proses yang pada hakikatnya

merupakan penerapan direksi yang menyangkut membuat keputusan yang

tidak secara ketat diatur oleh kaidah hukum akan tetapi mempunyai unsur-

unsur penilaian pribadi (Wayne La-Favre). Secara konsepsional, maka inti

dan arti penegakan hukum terletak pada kegiatan menyerasikan hubungan

nilai-nilai yang terjabarkan di dalam kaidah-kaidah yang mantap dan sikap

tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir, untuk menciptakan,

melahirkan dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup.2

Atas dasar uraian tersebut dapat dikatakan bahwa gangguan

terhadap penegakan hukum mungkin terjadi apabila ada ketidakserasian

1 Chaerudin, Syaiful Ahmad Dinar, Syarif Fadillah, 2008. Strategi Pencegahan Dan

Penegakan Hukum Tindak Pidana Korupsi, Refika Editama, Bandung, hlm. 87 2 Soerjono Soekanto, 2012, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, PT.

Rajagrafindo Persada, Jakarta, hlm. 5.

Page 2: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Penegakan Hukum - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/762/6/2013-2-74201-271409126-bab2-10012014082638.pdf · c. Kepentingan politik kenegaraan 5) Corspgeits

10

antara ”tritunggal” nilai, kaidah dan pola perilaku gangguan tersebut terjadi

apabila ada ketidakserasian antara nilai-nilai yang berpasangan, yang

menjelma di dalam kaidah-kaidah yang bersimpang siur, dan pola perilaku

tidak terarah yang mengganggu kedamaian pergaulan hidup.3

Penegakan hukum merupakan suatu upaya pemerintah untuk

menciptakan keadilan dalam kehidupan masyarakat. Akan tetapi penegakan

hukum yang dilakukan sampai saat ini sangat bertolak belakang dengan

prinsip penegakan hukum yang sebenarnya. Masyarakat yang seharusnya

memperoleh perlindungan hukum akan hak-haknya malahan menjadi

merasa ditindas.

Fenomena yang menganggap hukum belum mampu sepenuhnya

member rasa aman, adil dan kepastian perlu dicermati dengan hati-hati. Dari

fenomena tersebut muncul ekspektasi agar hukum dapat ditegaskan secara

tegas dan konsisten, karena ketidakpastian hukum dan kemerosotan wibawa

hukum akan melahirkan krisis hukum.4

Menurut Mastra Liba ada 14 faktor yang mempengaruhi kinerja

penegakan hukum yaitu :5

1) Sistem ketatanegaraan yang menempatkan “jaksa agung” sejajar

menteri

2) Sistem perundangan yang belum memadai

3) Faktor sumber daya alam (SDM)

3 Ibid

4 Chaerudin, Syaiful Ahmad Dinar, Syarif Fadillah, 2008. Op.Cit, hlm. 55

5 Rena Yulia, 2010. Viktimologi (Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kejahatan), Graha

Ilmu, Yogyakarta, hlm. 85

Page 3: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Penegakan Hukum - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/762/6/2013-2-74201-271409126-bab2-10012014082638.pdf · c. Kepentingan politik kenegaraan 5) Corspgeits

11

4) Faktor kepentingan yang melekat pada aparat pelaksana

a. Kepentingan pribadi

b. Kepentingan golongan

c. Kepentingan politik kenegaraan

5) Corspgeits dalam institusi

6) Tekanan yang kuat pada aparat penegak hukum

7) Faktor budaya

8) Faktor agama

9) Legislatif sebagai “lembaga legislasi” perlu secara maksimal

mendorong dan memberi contoh tauladan yang baik dalam penegakan

hukum

10) Kemauan politik pemerintah

11) Faktor kepemimpinan

12) Kuatnya jaringan kerja sama pelaku kejahatan (organize crime)

13) Kuatnya pengaruh kolusi “dalam jiwa pensiunan aparat penegak

hukum”

14) Pemanfaatan kelemahan peraturan perundang-undangan

Penegakan hukum bukanlah semata-mata berarti pelaksanaan

perundang-undangan, walaupun di dalam kenyataan di Indonesia

kecenderungannya adalah demikian, sehingga pengertian law enforcement

begitu populer. Selain itu ada kecenderungan lain yang mengartikan

penegakan hukum sebagai pelaksanaan keputusan-keputusan hakim.namun

pendapat-pendapat seperti itu mempunyai kelemahan apabila pelaksanaan

Page 4: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Penegakan Hukum - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/762/6/2013-2-74201-271409126-bab2-10012014082638.pdf · c. Kepentingan politik kenegaraan 5) Corspgeits

12

undang-undang atau keputusan hakim tersebut malahan mengganggu

kedamaian di dalam pergaulan hidup. Berdasarkan penjelasan tersebut maka

dapat ditarik kesimpulan bahwa pokok penegak hukum sebenarnya terletak

pada faktor-faktor yaang mempengaruhinya, faktor tersebut mempunyai arti

netral sehingga dampak positif dan negatifnya terletak pada isi faktor

tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum tersebut

adalah:6

1) Faktor hukumnya sendiri

2) Faktor penegak hukum

3) Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum

4) Faktor masyarakat yakni lingkungan di mana hukum tersebut berlaku

dan diterapkan

5) Faktor kebudayaan yakni sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang

didasarkan pada rasa kemanusiaan di dalam pergaulan hidup

Tujuan penegakan hukum sejalan dengan tujuan hukum itu sendiri,

adalah untuk mencapai hasil-hasil tertentu yang diinginkan dan tujuan

hukum merupakan upaya mewujudkan tercapainya ketertiban dan keadilan

(Bodenheimer, 1974). Suatu ketertiban mustahil akan dapat diwujudkan,

jika hukum diabaikan. Kesadaran dan kepatuhan masyarakat terhadap

hukum, tidak saja berpengaruh terhadap ketertiban dan keadilan, tetapi

6 Soerjono Soekanto, Op.Cit, hlm. 7-8.

Page 5: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Penegakan Hukum - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/762/6/2013-2-74201-271409126-bab2-10012014082638.pdf · c. Kepentingan politik kenegaraan 5) Corspgeits

13

berperan membentuk kultur (budaya) hukum suatu masyarakat karena

mengatur perilaku.7

2.2 Perbandingan

Menurut kamus bahasa Indonesia istilah perbandingan berasal dari

kata banding yang berarti suatu proses atau cara menyeimbangkan, atau

persamaan. Maka perbandingan merupakan suatu proses atau cara yang

dilakukan untuk menemukan keseimbangan, persamaan dan perbedaan

antara suatu objek dengan objek lainya.

Perbandingan hukum adalah suatu metode penelitian dan bukan

hanya suatu ilmu hukum dengan mempergunakan metode membending-

bandingkan hukum yang satu dengan yang lainya.8

Dr. G. Guitens Bourgois mengemukakan bahwa perbandingan

hukum merupakan suatu metode perbandingan yang diterapkan dalam ilmu

hukum perbandingan hukum buknlah suatu ilmu hukum melainkan hanya

suatu metode studi, suatu metode untuk meneliti suatu cara kerja yakni

perbandingan.9

Sunaryati Hartono juga berpendapat bahwa perbandingan hukum

bukanlah suatu bidang hukum tertentu. Misalnya hukum tanah, hukun

perburuan, atau hukum acara, akan tetapi sekedar cara menyelidiki suatu

7 Chaerudin, Syaiful Ahmad Dinar, Syarif Fadillah, 2008. Op.Cit, hlm. 88

8 R. Soeroso, 2008, Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 326.

9 Barda Nawawi, 2003, Perbandingan Hukum Pidana, Rajawali perss, Jakarta, hlm. 4.

Page 6: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Penegakan Hukum - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/762/6/2013-2-74201-271409126-bab2-10012014082638.pdf · c. Kepentingan politik kenegaraan 5) Corspgeits

14

metode untuk membahas suatu persoalan hukum dalam bidang apapun

juga.10

Menurut Soerjono Soekanto perbandingan hukum mungkin

diterapkan dengan memakai unsur-unsur sistem hukum sebagai titik tolak

perbandingan hukum yang mencakup tiga unsur pokok yaitu :11

1) Struktur hukum yang mencakup lembaga-lembaga hukum

2) Substansi hukum yang mencakup perangkat kaidah atau perilaku teratur

3) Budaya hukum yang mencakup perangkat nilai-nilai yang dianut.

Perbandingan dapat dilakukan terhadap masing-masing unsur atau

cara kumulatif terhadap semuanya. Dengan metode penelitian hukum dapat

dilakukan penelitian terhadap berbagai substansi hukum yang berlaku

didalam masyarakat tertentu atau cara lintas sektoral terhadap sistem-sistem

hukum berbagai masyarakat yang berbeda-beda.

2.3 Tinjauan Penyidikan

2.3.1 Pengertian Penyelidik Dan Penyidik

Dalam anggapan umum yang disebut sebagai penyidik hanya

pejabat Polisi Negara Republik Indonesia (Polri). Namun secara

yuridis formal tidak demikian. Selain Polri masih ada Penyidik lain

seperti penyidik pegawai negeri sipil (PPNS), Jaksa dan perwira TNI

Angkatan laut. Ketentuan yang mengatur hal itu, antara lain dapat

disimak dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang

10

Ibid. 11

Ibid. hlm 11

Page 7: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Penegakan Hukum - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/762/6/2013-2-74201-271409126-bab2-10012014082638.pdf · c. Kepentingan politik kenegaraan 5) Corspgeits

15

KUHAP dan peraturan pemerintah (PP) Nomor 27 Tahun 1983

tentang pelaksanaan KUHAP.12

Pengertian penyidik menurut Pasal 1 butir 1 KUHAP adalah

pejabat polisi Negara Republik Indonesia atau pegawai negeri sipil

tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk

melakukan penyelidikan. Butir 4 mengatakan bahwa:

“Penyelidik adalah pejabat polisi Negara Republik Indonesia yang

diberi wewenang oleh undang-undang untuk melakukan

penyelidikan. Pada pasal 1 butir 4 KUHAP penyelidik adalah pejabat

polisi Negara Republik Indonesia yang diberi wewenang oleh

undang-undang untuk melakukan penyelidikan.”13

Penyelidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 KUHAP

tersebut karena kewajibannya mempunyai wewenang yakni sebagai

berikut :14

1) Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya

tindak pidaana

2) Mencari keterangan dan barang bukti

3) Menyuruh berhenti seseorang yang dicurigai dan menanyakan

serta memeriksa tanda pengenal diri

4) Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung

jawab

Selanjutnya penyelidik karena atas perintah penyidik dapat

melakukan tindakan berupa :15

12

Bambang Waluyo, 2008. Pidana Dan Pemidanaan, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 41 13

Andi Hamzah , 2001. Hukum Acara Pidana Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 77. 14

Fence M. Wantu., 2011. Hukum Acara Pidana Dalam Teori Dan Praktek., Reviva Cendekia

Yogyakarta , hlm. 26.

Page 8: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Penegakan Hukum - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/762/6/2013-2-74201-271409126-bab2-10012014082638.pdf · c. Kepentingan politik kenegaraan 5) Corspgeits

16

1) Penangkapan, berupa larangan meninggalkan tempat,

penggeledahan dan penyitaan

2) Pemeriksaan dan penyitaan surat

3) Mengambil sidik jari dan memotret seseorang

4) Membawa dan menghadapkan seseorang pada penyidik (pasal 5

ayat (1) KUHAP)

Dalam pasal 6 ayat (2) KUHAP mengatur tentang syarat

kepangkatan pejabat sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1) akan

diatur lebih lanjut dalam peraturan pemerintah. Kemudian pada pasal

7ayat (1) menyatakan penyidik karena kewajibannya mempunyai

wewenang sebagai berikut :16

1) Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya

tindak pidana

2) Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian

3) Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda

pengenal diri tersangka

4) Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan

5) Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat

6) Mengambil sidik jari dan memotret seseorang

7) Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka

atau saksi

15

Ibid. 16

Ibid.

Page 9: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Penegakan Hukum - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/762/6/2013-2-74201-271409126-bab2-10012014082638.pdf · c. Kepentingan politik kenegaraan 5) Corspgeits

17

8) Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya

dengan pemeriksa perkara

9) Mengadakan penghentian penyidikan

10) Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung

jawab

Ketentuan selanjutnya dalam Pasal 8 KUHAP menyatakan

penyidik membuat berita acara tentang pelaksanaan tindakan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 dengan tidak mengurangi

ketentuan lain dalam undang-undang ini. Ayat (1) penyidik

menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum. Ayat (2)

penyerahan berkas perkara sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)

dilakukan :17

1) Pada tahap pertama penyidik hanya menyerahkan berkas perkara.

2) Dalam hal penyidikan sudah dianggap percaya selesai, penyidik

menyerahkan tanggung jawab atas tersangka dan barang bukti

kepada penuntut umum (Pasal 8 ayat (3) KUHAP).

2.3.2 Pengertian Penyidikan Dan Penyelidikan

Pennyidikan berasal dari istilah yang sejajar dengan

investigation dari bahasa Inggris dan menurut de Pinto penyidikan

dalam bahasa Belanda yaitu opsporing yang berarti pemeriksaaan

permulaan oleh pejabat-pejabat yang untuk itu ditunjuk oleh undang-

undang segera setelah mereka dengan jalan apapun mendengar kabar

17

Ibid.

Page 10: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Penegakan Hukum - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/762/6/2013-2-74201-271409126-bab2-10012014082638.pdf · c. Kepentingan politik kenegaraan 5) Corspgeits

18

yang sekadar beralasan, bahwa ada terjadi pelanggaran hukum. Dalam

Kitab Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) Pasal 1 butir 2

pengertian penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam

hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk

mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat

terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan

tersangkanya. 18

Dalam KUHAP pada Pasal 1 butir 5 pengertian penyelidikan:

“Serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan

suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan

dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur

dalam undang-undang”19

Penyidikan adalah serangkaian tindakan untuk mencari dan

menggumpulkan bukti yang melibatkan langsuk pihak penyidik.

Sedangkan penyelidikan merupaakan serangkaian tindakan dalam

menemukan suatu peristiwa yang dianggap sebagai suatu tindak

pidana yang melibatkan pihak penyelidik. Dimana kedua tindakan

tersebut berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan pemahaman di atas, maka yang termasuk dalam

proses penyidikan yakni sebagai berikut :20

1) Ketentuan tentang alat-alat penyidikan

18

Andi Hamzah, Op.Cti, hlm. 118 19

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana 20

Fence M. Wantu, Ioc.Cit

Page 11: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Penegakan Hukum - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/762/6/2013-2-74201-271409126-bab2-10012014082638.pdf · c. Kepentingan politik kenegaraan 5) Corspgeits

19

2) Ketentuan tentang diketahui terjadinya delik

3) Pemeriksaan di tempat kejadian

4) Pemanggilan tersangka atau terdakwa

5) Penahanan sementara

6) Penggeledahan

7) Pemeriksaan atau interogasi

8) Berita acara

9) Penyitaan

10) Penyampingan perkara

11) Pelimpahan kepada penuntut umum dan pengembaliannya

kepada penyidik untuk disempurnakan

Pada tahap penyidikan kadang-kadang penyelidik

menggunakan atau dibantu oleh seorang informan. Informan artinya

orang yang memberikan informasi atau orang yang biasa membantu

memberikan suatu keterangan kepada seorang penyelidik atau kepada

seorang penyidik yang sedang menyelidiki atau menyidik suatu tindak

pidana tertentu (Drs. P.A.F. Lamintang, SH : 1984). Sebenarnya bukan

hanya seorang informan, tetapi kewajiban bagi setiap orang untuk

menyampaikan laporan atau pengaduan kepada penyelidik atau

penyidik (Pasal 108 KUHAP) apabila terjadi berikut ini :21

1) Mengalami, melihat, menyaksikan, dan atau menjadi korban

peristiwa tindak pidana.

21

Bambang Waluyo, Op.Cit, hlm. 41

Page 12: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Penegakan Hukum - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/762/6/2013-2-74201-271409126-bab2-10012014082638.pdf · c. Kepentingan politik kenegaraan 5) Corspgeits

20

2) Mengetahui permufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana

terhadap ketentraman dan keamanan umum atau terhadap jiwa atau

terhadap hak milik.

Setiap pegawai negeri sipil dalam melaksanakan tugasnya yang

mengetahui tentang terjadinya peristiwa yang merupakan tindak pidana.

2.3.3 Penyidik Tindak Pidana Khusus

Berdasarkan KUHAP dan PP Nomor 27 Tahun 1983

pelaksanaan penyidikan tindak pidana khusus dilakukan oleh penyidik

Polri dan Jaksa. Tindak pidana khusus dimaksud adalah tindak pidana

yang diatur dalam undang-uandang:22

1) Undang-Undang Nomor 7 Drt Tahun 1955 Tentang Pengusutan,

Penuntutan, Dan Peradilan Tindak Pidana Ekonomi.

2) Undang-Undang Nomor 11 PnPs Tahun 1963 Tentang

Pemberantasan Subversi.

3) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971 Tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi

Dasar hukum pelaksanaan penyidikan, kecuali diatur oleh

masing-masing undang-undang, diatur pula dalam KUHAP Pasal 284

ayat (2) dan penjelasanya seta Pasal 17 PP Nomor 27 Tahun 1983.

Dinyatakan bahwa penyidikan menurut ketentuan khusus acara pidana

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 284 ayat (2) KUHAP

22

Ibid, hlm. 51

Page 13: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Penegakan Hukum - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/762/6/2013-2-74201-271409126-bab2-10012014082638.pdf · c. Kepentingan politik kenegaraan 5) Corspgeits

21

dilaksanakan oleh penyidik, jaksa, dan pejabat penyidik yang

berwewenang lainya berdasarkan peraturan perundang-undangan

(Pasal 17 PP Nomor 27 Tahun 1983). Penjelasan Pasal 17 PP Nomor

27 Tahun 1983 yang berwewenang melakukan penyidikan dalam

tindak pidana tertentu yang diatur secara khusus oleh undang-undang

tertentu dilakukan dilakukan oleh penyidik, jaksa, dan pejabat

penyidik yang berwewenang lainya yang di tunjuk berdasarkan

peraturan perundang-undangan. 23

2.4 Penyidikan Menurut Peraturan Perundang-Undangan Kepolisian

Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disingkat

Polri adalah alat Negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan

ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan

perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka

terpeliharanya keamanan dalam negeri.24

Lembaga kepolisisan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang

Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Polisi Republik Indonesia sebagai alat penegak hukum terutama bertugas

memelihara keamanan dalam negeri, dalam menjalankan tugasanya selalu

menjunjung tinggi hak-hak asasi rakyat dan hukum Negara. Polisi dituntut

melaksanakan profesinya dengan adil dan bijaksana serta mendatangkan

keamanan dan ketentraman. Kepolisian Negara Republik Indonesia

23

Ibid 24

PERKAP No. 14 Tahun 2002 Tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik

Indonesia.

Page 14: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Penegakan Hukum - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/762/6/2013-2-74201-271409126-bab2-10012014082638.pdf · c. Kepentingan politik kenegaraan 5) Corspgeits

22

merupakan alat Negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan

ketertiban masyarakat, menegakan hukum, serta memberikan perlindungan,

pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka

terpeliharanya keamanan dalam negeri. Sebagai alat Negara, Kepolisian

Negara Republik Indonesia juga mempunyai kewajiban untuk menghormati,

melindungi, dan menegakan hak asasi manusia dalam menjalankan tugas

dan fungsinya.25

1. Tugas dan Wewenang Kepolisian26

Tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah :

1) Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat

2) Menegakan hukum

3) Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada

masyarakat

Selain itu dalam proses penanganan perkara pidana, kepolisian mempunyai

wewenang antara lain :

1) Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan.

2) Melarang orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian perkara

untuk kepetingan penyidikan.

3) Membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka

penyidikan.

25

Pramudya Kelik Dan Ananto Widiatmoko, 2010. Etika Profesi Aparat Hukum, pustaka

yustisia, Yogyakarta, hlm. 52 26

Ibid, hlm. 58-59

Page 15: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Penegakan Hukum - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/762/6/2013-2-74201-271409126-bab2-10012014082638.pdf · c. Kepentingan politik kenegaraan 5) Corspgeits

23

4) Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta

memeriksa tanda pengenal diri.

5) Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat

6) Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau

saksi.

7) Mendatangkan ahli yang diperlukan dalam hubungan pemeriksaan

perkara.

8) Menghentikan penyidikan.

9) Menyerahkan berkas kepada penuntut umum.

10) Member petunjuk dan bantuan penyidikan kepada pentidik pegawai

negeri sipil serta menerima hasil penyidikan penyidik pegawai negeri

sipil untuk diserahkan kepada penuntut umum.

11) Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.

Dalam peraturan undang-undang kepolisian, penyidikan adalah

serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut dan cara yang diatur

dalam undang untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti

itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan

tersangkanya. sedangkan penyelidikan merupakan serangkaian tindakan

penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga

sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan

penyidikan menurut cara yang diatur dalam undang-undang.27

27

Sadjijono, 2010, Memahami Hukum Kepolisian, LaksBang PRESSindo, Yogyakarta, hlm. 220.

Page 16: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Penegakan Hukum - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/762/6/2013-2-74201-271409126-bab2-10012014082638.pdf · c. Kepentingan politik kenegaraan 5) Corspgeits

24

Langkah awal dalam penegakan hukum merupakan tahapan

penyidikan, karena itu unsur kepolisian merupakan gerbang yang utama

dalam sistem peradilan pidana. Peradilan ini sangat diharapkan dapat

mewujudkan keinginan masyarakat untuk memperoleh keadilan. Untuk itu

dalam melakukan penyidikan kepolisian harus bersikap profesional dalam

melaksan tugas dan wewenangnya.

Tugas dan wewenang kepolisian dalam melakukan tindak

penyidikan pada umumnya telah diatur pada Kitab Undang Hukum Acara

Pidana (KUHAP) demikian juga pada undang-undang No. 2 tahun 2002

tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia yakni pada Pasal 14 ayat (1)

huruf g menyatakan tugas pokok kepolisian Negara Republik Indonesia

adalah melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak

pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-

undangan lainnya.

Adapun kewenangan kepolisian dalam penyidikan sebagaimana

diatur dalam undang-undang No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara

Republik Indonesia pada Pasal 16 ayat (1) sebagai berikut :

“1) Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan

penyitaan; 2) Melarang setiap orang meninggalkan atau

memasuki tempat kejadian perkara untuk kepentingan penyidikan; 3)

Membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka

penyidikan; 4) Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan

menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri; 5) Melakukan

pemeriksaan dan penyitaan surat; 6) Memanggil orang untuk didengar

dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; 7) Mendatangkan orang

ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara;

8) Mengadakan penghentian penyidikan; 9) Menyerahkan berkas

perkara kepada penuntut umum; 10) Mengajukan permintaan secara

langsung kepada pejabat imigrasi yang berwenang di tempat

Page 17: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Penegakan Hukum - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/762/6/2013-2-74201-271409126-bab2-10012014082638.pdf · c. Kepentingan politik kenegaraan 5) Corspgeits

25

pemeriksaan imigrasi dalam keadaan mendesak atau mendadak untuk

mencegah atau menangkal orang yang disangka melakukan tindak

pidana; 11) Memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada

penyidik pegawai negeri sipil serta menerima hasil penyidikan

penyidik pegawai negeri sipil untuk diserahkan kepada penuntut

umum; 12) Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang

bertanggung jawab”28

Tindakan penyidikan memang sangat dibutuhkan dalam mengusut

suatu peristiwa pidana mengingat maraknya peristiwa-peristiwa yang terjadi

akhir-akhir ini. Terutama dalam mengungkap tersangka dalam perkara

pidana. Akan tetapi kenyataanya masih banyak masyarakat yang merasa

kecewa dengan kinerja dari penyidik selaku alat peradilan sosial. Hal ini

karena adanya pengaruh penguasa dan kekuasaan dalam penegakan hukum,

sehingga seolah-olah keadilan hukum hanya dapat dimiliki oleh penguasa

dan pemiliki kekuasaan bukan masyarakat. Untuk itu Dalam pelaksanaan

penyidikan dan penyelidikan, pihak penyidik harus memenuhi syarat-syarat

yang telah ditentukan dalam pasal 16 ayat (2) sebagai berikut:29

1) Tidak bertentangan dengan suatu aturan hukum

2) Selaras dengan kewajiban hukum yang mengharuskan tindakan tersebut

dilakukan

3) Harus patut, masuk akal, dan termasuk dalam lingkungan jabatannya

4) Pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan yang memaksa

5) Menghormati hak asasi manusia.

28

Ibid. 29

Ibid.

Page 18: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Penegakan Hukum - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/762/6/2013-2-74201-271409126-bab2-10012014082638.pdf · c. Kepentingan politik kenegaraan 5) Corspgeits

26

Dalam menerapkan tugas pelayanan dan perlindungan terhadap

warga masyarakat, setiap anggota polri wajib memperhatikan :30

1) Asas Legalitas

Setiap tindakan petugas/anggota polri sesuai dengan prosedur dan

hukum yang berlaku, baik dalam perundang-undang nasional maupun

internasional.

2) Asaa Nesesitas

Setiap tindakan petugas/anggota polri didasari oleh suatu kebutuhan

untuk mencapai tujuan penegakan hukum, yang mengharuskan anggota

polri untuk melakukan suatu tindakan yang membatasi kebebasan

seseorang ketika menghadapi kejadian yang tidak dapat dihindari.

3) Asas Proporsionalitas

Tindakan petugas/anggota polri yang seimbang antara tindakan yang

dilakukan dengan ancaman yang dihadapi dalam penegakan hukum.

2.5 Penyidikan Menurut Peraturan Perundang-Undangan Kejaksaan

Jaksa adalah pejabat fungisional yang diberi wewenag oleh

undang-undang untuk bertindak sebagai penuntut umum dan melaksanakan

putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap

serta wewenang lain berdasarkan undang-undang. Peran yang demikian

penting dalam sistim hukum Indonesia tersebut menuntut seorang jaksa

bukan hanya menguasai disiplin hukum pidana, tetapi juga disiplin hukum

perdata dan hukum tata usaha Negara. Jaksa tidak hanya dituntut menguasai

30

Pramudya kelik dan ananto widiatmoko,Op.Cit, hlm. 59

Page 19: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Penegakan Hukum - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/762/6/2013-2-74201-271409126-bab2-10012014082638.pdf · c. Kepentingan politik kenegaraan 5) Corspgeits

27

hukum positif yang bersifat umum (lex generalis), tetapi juga bersifat

khusus (lex specialist) yang banyak lahir akhir-akhir ini.31

Dalam Kitab Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) pada Pasal

13 bahwa penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh undang-

undang ini untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan

hakim.32

Dalam undang-undang ini tidak dijelaskan secara langsung

tentang jaksa sebagai penyidik. Namun seiring perkembangan politik,

kewenagan kejaksaan sudah dibentuk dalam undang-undang tersendiri

sebagai penegak hukum.

Landasan hukum kejaksaan di Indonesia adalah undang-undang

Nomor 15 tahun 1961 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kejaksaan

Republik Indonesia yang kemudian pada order baru diubah menjadi undang-

undang Nomor 5 Tahun 1991 yang dibentuk pada tanggal 20 November

1991 yang saat ini digantikan oleh undang-undang Nomor 16 Tahun 2004

tentang kejaksaan Republik Indonesia dengan harapan dalam pelaksanan

tugas dan wewenagnya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan

pengaruh kekuasaan ainnya.

Dalam Undang-Undang No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan

Republik Indonesia, Pasal 2 ayat (1) ditegaskan bahwa Kejaksaan Republik

Indonesia adalah lembaga pemerintah yang melaksanakan kekuasaan negara

31

Ibid, hlm. 39 32

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2004 Tentang Kejaksaan Republik

Indonesia

Page 20: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Penegakan Hukum - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/762/6/2013-2-74201-271409126-bab2-10012014082638.pdf · c. Kepentingan politik kenegaraan 5) Corspgeits

28

dalam bidang penuntutan serta kewenangan lain berdasarkan undang-

undang.33

Tugas dan kewenangan jaksa dalam bidang hukum pidana yakni

pada Pasal 30 ayat (1) sebagai berikut :34

1) Melakukan penuntutan

2) Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap

3) Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat,

putusan pidana pengawasan, dan keputusan lepas bersyarat

4) Melakukan penyelidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan

undang-undang

5) Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan

pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam

pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik.

Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, kejaksaan dipimpin

oleh Jaksa Agung yang membawahi enam Jaksa Agung Muda serta 31

kepala Kejaksaan Tinggi pada tiap provinsi. Undang-Undang No.16 Tahun

2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia juga mengisyaratkan bahwa

lembaga kejaksaan berada pada posisi sentral dengan peran strategis dalam

pemantapan ketahanan bangsa karena kejaksaan berada di poros dan

menjadi filter antara proses penyidikan dan proses pemeriksaan di

persidangan serta sebagai pelaksana penetapan dan keputusan pengadilan.

33

Ibid.

Page 21: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Penegakan Hukum - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/762/6/2013-2-74201-271409126-bab2-10012014082638.pdf · c. Kepentingan politik kenegaraan 5) Corspgeits

29

Sehingga kejaksaan berfungsi mengadili proses perkara, karena hanya

institusi kejaksaan yang dapat menentukan apakah suatu kasus dapat

diajukan kepengadilan atau tidak berdasarkan alat bukti yang sah menurut

hukum acara pidana.35

Dibidang penyidikan kejaksaan memiliki peran sebagai penyidik

dalam tindak pidana khusus yang meliputi tindak pidana korupsi dan tindak

pidana ekonomi. Walaupun pada Pasal 284 KUHAP ditegaskan bahwa

semua ketentuan khusu tersebut hanya bersifat sementara dan akan diadakan

peninjauan kembali. Lain halnya dalam penyidikan tindak pidana umum

yang dipegang sepenuhnya oleh pihak kepolisia.

Berdasarkan ketentuan Pasal 284 ayat (2) KUHAP jo. Pasal 17 PP

No. 27 Tahun 1983 jo. Pasal 26 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi jo. Pasal 44 ayat (4) serta ayat 1,2,3 dan 4 Undang-Undang

Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi jo. Pasal 30 huruf d Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004

tentang Kejaksaan Republik Indonesia, menjelaskan bahwa kejaksaan

adalah salah satu institusi penegak hukum yang masih berwewenang

melakukan penyidikan dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi.36

Sebagai landasan pijak kejaksaan dalam melaksanakan tugas dan

kewenangannya melakukan penyidikan dan penuntutan terhadap tindak

pidana korupsi mengacu kepada Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo.

35

Pramudya kelik dan ananto widiatmoko, Op.Cit, hlm. 36 36

Chaerudin, Syaiful Ahmad Dinar, Syarif Fadillah, Op.Cit, hlm. 18

Page 22: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Penegakan Hukum - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/762/6/2013-2-74201-271409126-bab2-10012014082638.pdf · c. Kepentingan politik kenegaraan 5) Corspgeits

30

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi sebagai hukum pidana materil dan Undang-Undang No. 8

Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP) sebagai hukum pidana

formil.37

2.6 Tindak Pidana

Tindak pidana dalam bahasa belanda disebut straafbaarfeit. Terdapat

dua unsur kata yaitu straafbaar dan feit. Kata feit dalam bahasa belanda

diartikan sebagai dari kenyataan, sedangkan straafbaar berarti dapat

dihukum. Sehingga secara harfiah kata straafbaarfeit berarti sebagian dari

kenyataan yang dapat dihukum.38

2.6.1 Unsur-Unsur Tindak Pidana

Adapun suatu tindakan dapat dikatakan tindak pidana apabila

memenuhi unsur-unsur di bawah ini :39

a. Unsur Subjektif

1) Kesengajaan atau kelalaian

2) Maksud dari suatu percobaan atau poging seperti yang

dimaksud dalam Pasal 53 ayat (1) KUHP

3) Berbagai maksud seperti yang terdapat dalam kejahatan

pencurian, penipuan, pemerasan, pemalsuan dan lain-lain.

4) Merencanakan terlebih dahulu seperti yang terdapat dalam

rumusan tindak pidana menurut Pasal 340 KUHP

37

Ibid 38

Evi Hartati, 2012. Tindak Pidana Korupsi (Edisi Dua), Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 5 39

Ibid, hlm. 7

Page 23: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Penegakan Hukum - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/762/6/2013-2-74201-271409126-bab2-10012014082638.pdf · c. Kepentingan politik kenegaraan 5) Corspgeits

31

5) Perasaan takut seperti yang terdapat dalam rumusan tindak

pidana menurut Pasal 308 KUHP.

b. Unsur Objektif

1) Sifat melawan hokum

2) Kualtas dari pelaku, misalnya seorang pegawai negeri sipil

melakukan kejahatan yang diatur dalam Pasal 415 KUHP.

3) Kausalitas, yaitu hubungan antara suatu tindakan sebagai

penyebab dengan kenyataan sebagai akibat.

2.6.2 Jenis Tindak Pidana

Jenis tindak pidana terdiri atas pelanggaran dan kejahatan.

Pembagian tindak pidana ini membawa akibat hokum materil yaitu : 40

a. Undang-undang tidak membuat perbedaan antara opzet dan culpa

dalam suatu pelanggaran.

b. Percobaan suatu pelanggaran tidak dapat dihukum.

c. Keikutsertaan dalam pelanggaran tidak dapat dihukum.

d. Pelanggaran yang dilakukan pengurus atau anggota pengurus

ataupun para komisaris dapat dihukum apabila pelanggaran

tersebut terjadi sepengetahuan mereka.

e. Dalam pelanggaran itu tidak terdapat ketentuan bahwa adanya

pengaduan yang merupakan syarat bagi penuntutan.

40

Ibid

Page 24: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Penegakan Hukum - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/762/6/2013-2-74201-271409126-bab2-10012014082638.pdf · c. Kepentingan politik kenegaraan 5) Corspgeits

32

2.7 Tinjauan Korupsi

2.7.1 Pengertian Korupsi

Ensiklopedia Indonesia kata korupsi berasal dari bahasa

latin yakni ‘corruptio’ yang dapat diartikan dalam bahasa sehari-

hari yakni penyuapan. Istilah asing lain juga ada yakni ‘corruptore’

berasal dari kata asal ‘corrumpiere’ . Perkembangan yang ada saat

ini didiuga istilah korupsi berasal dari bahasa Belanda yang

kemudian diadopsi ke dalam bahasa Indonesia berarti korupsi.

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia istilah korupsi dapat

diartikan kejahatan, kebusukan, dapat disuap, tidak bermoral,

kebejatan dan ketidakjujuran. Korupsi juga dapat diterjemahkan

sebagai perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang,

penerimaan uang sogok dan sebagainya41

.

Secara harfiah korupsi merupakan sesuatu yang busuk,

jahat, dan merusak. Jika membicarakan tentang korupsi memang

akan menemukan kenyataan semacam itu karena korupsi

menyangkut segi-segi moral, sifat dan keadaan yang busuk, jabatan

dalam instansi atau aparatur pemerintah, penyelewengan

kekuasaan dalam jabatan karena pemberian, faktor ekonomi dan

politik, serta penempatan keluarga atau golongan ke dalam

kedinasan dibawah kekuasaan jabatannya. Dengan demikian dapat

41

Fence M. Wantu, Rustam Akli, dan Ibrahim Ahmad, Op.Cit, hlm. 29

Page 25: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Penegakan Hukum - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/762/6/2013-2-74201-271409126-bab2-10012014082638.pdf · c. Kepentingan politik kenegaraan 5) Corspgeits

33

ditarik kesimpulan bahwa sesungguhnya istilah korupsi memiliki

arti yang ssangat luas.

Istilah korupsi mengacu pada berbagai aktivitas/tindakan

secara tersembunyi dan ilegal demi kepentingan pribadi dan

golongan. Dalam perkembangannya terdapat penekanan bahwa

korupsi adalah tindakan penyalahgunaan kekuasaan (abuse of

power) ataukedudukan public untuk kepentingan pribadi.42

2.7.2 Ciri-ciri Korupsi

Ciri-ciri korupsi yang dijelaskan oleh Shed Husein Alatas

dalam buknya sosiologi korupsi yaitu:43

a. Korupsi senantiasa melibatkan lebih dari satu orang. Hal ini tidak

sama dengan kasus pencurian atau penipuan.

b. Korupsi secara umum dilakukan secara rahasia.

c. Korupsi melibatkan elemen kewajiban dan keuntungan timbale

balik.

d. Mereka yang mempraktikkan cara-cara korupsi biasanya

berusaha untuk menyelubungi perbuatannya dengan berlindung

dibalik pembenaran hukum.

e. Mereka yang terlibat korupsi menginginkan keputusan yang

tegass dan mampu untuk mempengaruhi keputusan-keputusan

itu.

42

Chaerudin, Syaiful Ahmad Dinar, Syarif Fadillah, Op.Cit, hlm. 2 43

Evi Hartati, Op.Cit, hlm. 10-11

Page 26: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Penegakan Hukum - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/762/6/2013-2-74201-271409126-bab2-10012014082638.pdf · c. Kepentingan politik kenegaraan 5) Corspgeits

34

f. Setiap perbuatan korupsi mengandung penipuan, biasanya

dilakukan oleh badan public atau umum (masyarakat).

g. Setiap bentuk korupsi adalah suatu bentuk penghianatan

kepercayaan.

2.7.3 Faktor-faktor penyebab korupsi

Foktor-faktor penyebab terjadinya korupsi adalah sebagai berikut :44

a. Setiap pelaku yang melakukan korupsi adalah orang yang

penghasilannya sudah cukup tinggi, bahkan sudah berlebih bila

dibandingkan dengan kebutuhan hidupnya.

b. Setiap pelku yang melakukan korupsi karena adanya godaan dari

pihak lain.

c. Pelaku korupsinya memiliki sifat-sifat tamak, serakah, sombong,

takabur, rakus yang memang ada pada manusia

2.7.4 Dasar Hukum Pengaturan Korupsi

Berdasarkan sumber hukum perundang-undangan formil yang

berlaku, serta berdasarkan UU No. 12 tahun 2011 tentang Tata Urutan

Peraturan Perundang-undangan yang berlaku, maka yang menjadi dasar

hukum pengaturan korupsi di Indonesia yakni sebagai berikut:45

a. Pancasila dan UUD 1945;

44

Fence M. Wantu, Rustam Akli, dan Ibrahim Ahmad, Op.Cit, hlm. 64 45

Ibid, hlm. 30-31

Page 27: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Penegakan Hukum - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/762/6/2013-2-74201-271409126-bab2-10012014082638.pdf · c. Kepentingan politik kenegaraan 5) Corspgeits

35

b. Tap MPR Nomor XI/MPR/1998 Tentang Penyelenggaraan Negara

yang bersih dan bebas korupsi, kolusi dan nepotisme;

c. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana;

d. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab-Kitab Undang-

Undang Hukum Acara Pidana atau KUHAP;

e. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi yang sudah dicabut dengan Undang-Undang

Nomor 31 Tahun 1999 dan saat ini sudah diganti lagi dengan

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001 tentang pemberantasan

tindak pidana korupsi;

f. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan

Negara yang bersih dan bebas korupsi, kolusi dan nepotisme;

g. Undang-undang nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;

h. PP RI No. 65 Tahun 1999 Tentang Tata Cara Pemeriksaan Kekayaan

Penyelenggara Negara.

i. PP RI No. 66 Tahun 1999 Tentang Persyaratan Tata Cara

Pengangkatan serta Pemberhentian Anggota Komisi Pemeriksa;

j. PP RI No. 67 Tahun 1999 Tentang Tata Cara Pemantauan dan

Evaluasi Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Komisi Pemeriksa;

k. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2000 Tentang Tata Cara

Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan

dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;

Page 28: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Penegakan Hukum - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/762/6/2013-2-74201-271409126-bab2-10012014082638.pdf · c. Kepentingan politik kenegaraan 5) Corspgeits

36

l. PP RI No. 68 Tahun 1999 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran

Serta Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Negara;

m. Keputusan Presiden Nomor 59 Tahun 2004 Tentang Pengadilan

Tindak Pidana Korupsi;

n. Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2005 Tentang Tim Koordinasi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;

o. Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional

Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (Stranas PPK);

p. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 sebagaimana telah dirubah

dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 tentang Tindak

Pidana Pencucian Uang.

q. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2009 Tentang

Pengadilan Tindak Pidana Korupsi.

Selain peraturan perundang-undangan di atas, sebelumnya

dasar hukum dari pengaturan tindak pidana korupsi sebelum peroide

tahun 1970-an dapat dilihat berbagai peraturan yang ada hubungannya

dengan tindak pidana korupsi sebagai berikut:46

a. Peraturan Penguasa Militer Nomor PRT/PM/06/1957 dan Peraturan

Penguasa Merang Nomor PRT/Perpu/013/1958 tentang Peraturan

Pemberantasan Korupsi;

b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24/Prp/1960 tentang

Pengusutan Penuntutan dan Pemeriksaan Tindak Pidana Korupsi;

46

Ibid. hlm. 32

Page 29: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Penegakan Hukum - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/762/6/2013-2-74201-271409126-bab2-10012014082638.pdf · c. Kepentingan politik kenegaraan 5) Corspgeits

37

c. Keputusan Presiden Nomor 228 Tahun 1967 tentang Tim

Pemberantasan Korupsi;

d. Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 1970 tentang Pembentukan

Komisi Empat

Pada dasarnya tindak pidana korupsi selain diatur dalam

berbagai peraturan yang telah disebutkan tersebut, sebenarnya sudah

diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana atau KUHP. Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana sebenarnya terdapat ketentuan-

ketentuan yang mengancam dengan pidana orang yang melakukan

korupsi terutama kaitannya dengan penyalahgunaan jabatan.47

Ketentuan-ketentuan tindak pidana korupsi yang tindak pidana

korupsi yang belum diatur secara lengkap dalam KUHP. Sebenarnya

ketentuan tindak pidana korupsi dalam KUHP dapat dilihat dalam

berbagai pasal yakni Pasal 209 KUHP, Pasal 210 KUHP, Pasal 387

KUHP, Pasal 388 KUHP, Pasal 415 KUHP, Pasal 416 KUHP, Pasal 417

KUHP, Pasal 418 KUHP, Pasal 419 KUHP, Pasal 420 KUHP, Pasal 423

KUHP, Pasal 425 KUHP, dan Pasal 434 KUHP.48

Pengaturan lain dalam peraturan perundang-undangan selain

ketentuan yang ada di berbagai pasal KUHPidana tersebut tidak lain

untuk memberi penegasan yang lebih jelas tentang tindak pidana korupsi

sebagai tindak pidana yang dapat menghancurkan negara. Dengan

pengaturan yang ada diberbagai perundang-undangan sebagaimana telah

47

Ibid 48

Ibid, hlm. 33

Page 30: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Penegakan Hukum - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/762/6/2013-2-74201-271409126-bab2-10012014082638.pdf · c. Kepentingan politik kenegaraan 5) Corspgeits

38

disebutkan dalam dasar ataupun landasan hukum di atas, tindak pidana

korupsi merupakan tindak pidana yang harus dicarikan solusi atau upaya

penyelesaian hukumnya sebagaimana diharapkan oleh berbagai

peraturan perundang-undangan di atas yang menjadi dasar hukum tindak

pidana korupsi sendiri.49

49

Ibid