bab ii kajian pustaka - repository.uksw.edu · pengantar evaluasi pendidikan, menjelaskan evaluasi...

28
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Evaluasi 2.1.1. Pengertian Evaluasi Umar Husein (2002) dalam buku Evaluasi Kinerja Perusahaan, menjelaskan evaluasi adalah salah satu tahap penting dalam manajemen yang berguna untuk memberikan feet-back atas pelaksanaan suatu kegiatan yang telah direncanakan agar pelaksanaan tersebut tetap berada pada jalur yang telah ditetapkan. Sedangkan Sudijono (2011) dalam bukunya yang berjudul Pengantar Evaluasi Pendidikan, menjelaskan evaluasi adalah kegiatan atau proses untuk menilai sesuatu. Evaluasi mencakup dua kegiatan yaitu “pengukuran” dan “penilaian”. Evaluasi bersifat kualitatif, karena evalasi pada dasarnya adalah merupakan penafsiran atau interpretasi yang sering bersumber pada data kuantitatif. Evaluasi sering dilihat sebagai sebuah upaya pencegahan. Ia bertujuan untuk menemukan apa yang benar dan apa yang salah, serta menggunakan hasil evaluasi untuk meningkatkan kinerja dimasa yang akan datang. Pencegahan dari kesalahan agar tidak terulang kembali merupakan fungsi evaluasi yang valid (Sallis 2012).

Upload: others

Post on 05-Feb-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1. Evaluasi 2.1.1. Pengertian Evaluasi

    Umar Husein (2002) dalam buku Evaluasi Kinerja

    Perusahaan, menjelaskan evaluasi adalah salah satu

    tahap penting dalam manajemen yang berguna untuk

    memberikan feet-back atas pelaksanaan suatu kegiatan

    yang telah direncanakan agar pelaksanaan tersebut

    tetap berada pada jalur yang telah ditetapkan.

    Sedangkan Sudijono (2011) dalam bukunya yang

    berjudul Pengantar Evaluasi Pendidikan, menjelaskan

    evaluasi adalah kegiatan atau proses untuk menilai

    sesuatu. Evaluasi mencakup dua kegiatan yaitu

    “pengukuran” dan “penilaian”. Evaluasi bersifat

    kualitatif, karena evalasi pada dasarnya adalah

    merupakan penafsiran atau interpretasi yang sering

    bersumber pada data kuantitatif. Evaluasi sering dilihat

    sebagai sebuah upaya pencegahan. Ia bertujuan untuk

    menemukan apa yang benar dan apa yang salah, serta

    menggunakan hasil evaluasi untuk meningkatkan

    kinerja dimasa yang akan datang. Pencegahan dari

    kesalahan agar tidak terulang kembali merupakan

    fungsi evaluasi yang valid (Sallis 2012).

  • Dari pendapat tiga pakar tersebut diatas, dapat

    disimpulkan bahwa Evalasi merupakan kegiatan

    pengukuran dan penilaian yang bertujuan untuk

    menemukan apa yang benar dan apa yang salah

    sebagai feet-back atas pelaksanaan suatu kegiatan yang

    dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja dimasa

    yang akan datang.

    2.1.2. Tujuan Evaluasi

    Menurut Wirawan (2012), tujuan melaksanakan

    evaluasi antara lain adalah: (1) Mengukur pengaruh

    program terhadap masyarakat; (2) menilai apakah

    program telah dilaksanakan sesuai dengan rencana; (3)

    mengukur apakah pelaksanaan program sesuai dengan

    standar; (4) evaluasi program dapat mengidentifikasi

    dan menemukan mana dimensi program yang jalan,

    mana yang tidak jalan; (5) pengembangan staf program;

    (6) memenuhi ketentuan undang-undang; (7) akreditasi

    program ( apakah lembaga-lembaga yang melayani

    kebutuhan masyarakat seperti sekolah, hotel, rumah

    sakit, telah menyajikan layanan kepada masyarakat

    sesuai dengan standar layanan yang ditentukan); (8)

    mengukur cost effectiveness (kesepadanan nilai

    anggaran dengan akibat atau manfaat yang

    ditimbulkan oleh program) dan cost-efficiency (apakah

    biaya yang dikeluarkan untuk membiayai program

    telah dikeluarkan secara efektif atau tidak) ; (9)

  • mengambil keputusan mengenai program; (10)

    accountabilitas (pertanggungjawaban); (11) memberikan

    balikan kepada pimpinan dan staff program; (12)

    memperkuat posisi politik; (13) mengembangkan teori

    ilmu evaluasi atau riset evaluasi.

    Tujuan evaluasi adalah mengumpulkan informasi

    untuk menentukan nilai dan manfaat objek evaluasi

    ( apa yang akan dievaluasi ), mengontrol, memperbaiki,

    dan mengambil keputusan mengenai objek tersebut.

    Informasi tersebut kemudian dibandingkan atau dinilai

    dengan indikator objek evaluasi. Hasil perbandingan

    dapat memenuhi atau tidak memenuhi tolok ukur

    keberhasilan. (Wirawan 2012).

    2.1.3. Jenis Evaluasi

    Wirawan (2012) memaparkan bahwa evaluasi dapat

    dikelompokkan berdasarkan objeknya dan menurut

    focus dalam suatu program.

    Menurut objeknya, evaluasi dapat

    dikelompokkan menjadi : (1) Evaluasi Kebijakan,

    adalah menilai kebijakan yang sedang atau telah

    dilaksanakan. Setiap kebijakan harus dievaluasi untuk

    menentukan apakah kebijakan bermanfaat, dapat

    mencapai tujuannya, dilaksanakan secara efisien dan

    untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaannya.;

    (2) Evaluasi Program, adalah metode sistematik untuk

    mengumpulkan, menganalisis, dan memakai informasi

  • untuk menjawab pertanyaan dasar mengenai program.

    Evaluasi program dapat dikelompokkan menjadi

    evaluasi proses (process evaluation), evaluasi manfaat

    (outcome evaluation) dan evaluasi akibat (impact

    evolution). Evaluasi proses meneliti dan menilai apakah

    entervensi atau layanan program telah dilaksanakan

    seperti yang direncanakan; dan apakah target populasi

    yang direncanakan dilayani. Evaluasi ini juga menilai

    mengenai strategi pelaksanaan program. Evaluasi

    manfaat meneliti, menilai, dan menentukan apakah

    program telah menghasilkan perubahan yang

    diharapkan ; (3) Evaluasi proyek, adalah kegiatan atau

    aktivitas yang dilaksanakan untuk jangka waktu

    tertentu untuk mendukung pelaksanaan program.

    Jangka waktu tersebut dapat satu atau dua tahun,

    enam bulan, tiga bulan, sebulan, seminggu bahkan

    sehari. Setelah jangka waktu tersebut suatu proyek

    berakhir. Pelaksanaan proyek perlu dievaluasi untuk

    mengukur kinerja dan manfaat proyek; (4) Evaluasi

    Material. Untuk melaksanakan kebijakan, program

    atau proyek diperlukan sejumlah material atau produk-

    produk tertentu; (5) Evaluasi Sumber Daya manusia.

    Keberhasilan organisasi pendidikan, lembaga bisnis,

    dan lembaga pemerintah sangat ditentukan oleh kinerja

    para pendidik (guru dan dosen) dan para pegawai

    organisasi tersebut, oleh karena itu mereka harus

    dievaluasi kinerjanya secara periodik.

  • Menurut fokusnya, evaluasi dapat digolongkan

    menjadi : (1) Asesmen kebutuhan program (program

    need assessment), adalah mengidentifikasi dan

    mengukur level kebutuhan yang diperlukan dan

    diinginkan oleh organisasi atau masyarakat. Asesmen

    kebutuhan perlu dilakukan sebelum merencanakan

    suatu kebijakan, program atau proyek. Dalam asesmen

    kebutuhan , evaluator mengumpulkan semua informasi

    yang berkaitan dengan perencanaan program. Hasil

    evaluasi kebutuhan dipergunakan untuk menyusun

    rencana program sebagai entervensi sosial untuk

    masyarakat; (2) Evaluasi proses program (process

    program evaluation), merupakan evaluasi formatif

    yang berfungsi mengukur kinerja program untuk

    mengontrol pelaksanaan program. Dalam satu

    cakupannya adalah mengukur apakah terjadi

    penyimpangan dalam pelaksanaan program. Jika

    terjadi penyimpangan dari yang direncanakan,

    diputuskan apa yang harus dilakukan untuk

    mengontrol ketimpangan dan mengembalikan

    pelaksanaan program ke treknya dalam pengertian:

    kinerja yang diharapkan, penggunaan man, money,

    material, machine, dan method yang dipergunakan

    untuk melaksanakan program. Evaluasi proses

    program dimulai ketika program mulai dilaksanakan. ;

    (3) Evaluasi keluaran program (outcame program

    evaluation, merupakan evaluasi sumatif (summative

  • evaluation) yaitu mengukur dan menilai keluaran dan

    akibat atau pengaruh dari program. Data yang dijaring

    antara lain mengenal : (a) hasil atau keluaran program

    apakah sesuai dengan yang direncanakan; (b) jumlah

    dan jenis orang yang dilayani apakah sesuai dengan

    yang direncanakan; (c) pengaruh atau akibat dari

    program terhadap orang yang mendapatkan layanan;

    apakah terjadi perubahan atau perbedaan dari sebelum

    dan sesudah mendapatkan layanan program; (d)

    evaluasi keluaran juga mengidentifikasi apa yang harus

    dilakukan agar pengaruh program dapat berlangsung

    terus-menerus. ; dan (4) evaluasi efisiensi (program

    efficiency evaluation). Sumber biaya terbatas, maka

    anggaran yang baik dan tepat adalah anggaran yang

    pas tidak kurang dan tidak lebih daripada yang

    dibutuhkan program. Cost yang digunakan untuk

    membiayai program perlu dievaluasi.

    2.1.4. Evaluasi Kinerja

    Menurut Ivancevich JM, Konopaske R dan

    Matteson MT (2005), ada delapan tujuan spesifik dalam

    evaluasi kinerja yaitu : (1) menyediakan dasar untuk

    alokasi penghargaan, termasuk kenaikan ,

    pemberhentian, dan sebagainya; (2) mengidentifikasi

    karyawan yang berpotensi tinggi; (3) memvalidasi

    efektivitas dari prosedur pemilihan karyawan; (4)

    mengevaluasi program pelatihan sebelumnya; (5)

  • menstimulasi perbaikan kinerja; (6) mengembangkan

    cara untuk mengatasi hambatan dan penghambat

    kinerja; (7) mengidentifikasi kesempatan

    pengembangan dan pelatihan; (8) membentuk

    kesepakatan supervisor-karyawan mengenai ekspektasi

    kinerja.

    Kedelapan tujuan spesifik tersebut dapat

    dikelompokkan kedalam dua kategori yang lebih luas.

    Empat yang pertama memiliki orientasi pertimbangan,

    empat yang terakhir memiliki orientasi pengembangan.

    Evaluasi dengan orientasi pertimbangan memusatkan

    perhatian pada kinerja masa lalu dan menyediakan

    dasar untuk membuat pertimbangan mengenai

    karyawan mana yang seharusnya diberi penghargaan

    dan seberapa efektif program organisasi yang ada.

    Evaluasi dengan orientasi pengembangan lebih

    menaruh perhatian pada memperbaiki kinerja masa

    depan dengan memastikan ekspektasi dengan jelas dan

    dengan mengidentifikasikan cara untuk memfasilitasi

    kinerja karyawan. Kedua kategori ini tentu saja tidak

    saling terpisah.

    Evaluasi kinerja yang efektif merupakan proses

    yang berkesinambungan dan dapat dikatakan

    melibatkan dua pertanyaan : “ Apakah pekerjaan telah

    dikerjakan secara efektif ? dan Apakah keterampilan

    dan kemampuan karyawan telah sepenuhnya

    digunakan?” Pertanyaan pertama cenderung

  • berorientasi pertimbangan, sementara yang kedua lebih

    berorientasi pengembangan.

    Pada umumnya, evaluasi seharusnya berfokus

    menerjemahkan tanggungjawab pekerjaan kedalam

    aktivitas sehari-hari karyawan. Tanggungjawab

    pekerjaan ditentukan atas dasar suatu analisis

    pekerjaan yang menyeluruh. Evaluasi seharusnya

    membantu karyawan memahami tanggungjawab

    pekerjaan tersebut, tujuan kerja yang dihubungkan

    dengan tanggungjawab tersebut, dan tingkat di mana

    tujuan telah dicapai. Evaluasi kinerja seharusnya

    memusatkan perhatian pada kinerja pekerjaan, bukan

    individu.

    Jadi suatu evaluasi dikatakan evaluasi kinerja jika kita

    menilai seberapa baik seseorang melakukan pekerjaan

    (Ivancevich JM, Konopaske R dan Matteson MT, 2005).

    2.1.5. Evaluasi atau Penilaian Kinerja Kepala

    Sekolah

    Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor

    28 tahun 2010 tentang Penugasan guru sebagai kepala

    sekolah/madrasah, Pasal 12 antara lain menjelaskan

    bahwa:(1) Penilaian kinerja kepala sekolah/madrasah

    dilakukan secara berkala setiap tahun dan secara

    kumulatif setiap empat tahun; (2) Penilaian kinerja

    tahunan dilaksanakan oleh pengawas sekolah/

    madrasah; (3) Penilaian kinerja empat tahunan

  • dilaksanakan oleh atasan langsung dengan

    mempertimbangkan penilaian kinerja oleh tim penilai

    yang terdiri dari pengawas sekolah/ madrasah,

    pendidik, tenaga kependidikan, dan komite sekolah/

    madrasah dari tempatnya bertugas; (4) Hasil penilaian

    kinerja dikategorikan dalam tingkatan amat baik,

    baik, cukup, sedang atau kurang.

    Dalam Buku Pedoman Penilaian Kinerja Kepala

    Sekolah/Madrasah (Kemendikbud.BPSDMPdanK dan

    PMPPPTK, 2012) dijelaskan bahwa : Penilaian kinerja kepala sekolah meliputi (1) dimensi tugas utama manajerial; dan (2) supervisi. Dalam dua dimensi tersebut terkandung dua belas unsur tugas utama yang secara nyata harus kepala sekolah penuhi sebagai implementasi berbagai peraturan mendasari pemenuhan standar pelaksanaan tugasnya... Penilaian kinerja guru dengan tugas tambahan sebagai kepala sekolah/madrasah yang selanjutnya disebut penilaian kinerja kepala sekolah/madrasah merupakan proses pengumpulan, pengolahan, analisis, dan interpretasi data yang sesungguhnya kepala sekolah/madrasah kerjakan pada setiap indikator pemenuhan standar. Efektivitasnya ditentukan dengan mengukur keberhasilan mencapai target pada tiap indikator dibandingkan dengan target yang ditetapkan dalam program. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 35

    Tahun 2010 menjelaskan bahwa penilaian kinerja guru

    yang memiliki tugas tambahan sebagai kepala

    sekolah/madrasah meliputi enam komponen penilaian,

    yaitu kepribadian dan sosial, kepemimpinan

    pembelajaran, pengembangan sekolah/madrasah,

  • manajemen sumber daya, kewirausahaan, dan

    supervisi pembelajaran.

    Penilaian Kinerja Kepala Sekolah khususnya

    terkait dengan kompetensi supervisi Pembelajaran,

    dalam buku Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja

    Guru (Kementerian Pendidikan Nasional Direktorat

    Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga

    Kependidikan,2011) ditentukan ada tiga Kriteria

    Penilaian sebagai berikut : Tabel 1. Kriteria Kompetensi sapervisi Pembelajaran Penilaian

    Kinerja Kepala Sekolah (PKKS), mengacu Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru

    (Kem.dik.Nas. Dir.Jen. PMP dan TK,2011)

    No. Kriteria Indikator 1. Menyusun

    program supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.

    Mampu menyusun program tahunan supervisi akademik dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru yang meliputi. 1) Fokus pada perbaikan proses dan

    hasil belajar 2) Jadwal pelaksanaan dan instrumen

    supervisi akademik 3) Dikomunikasikan pada bulan

    pertama di awal tahun 4) Pendelegasian dan pemnbagian

    tugas supervisor kepada guru senior

    2. Melaksana kan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat.

    1) Mampu membagi tugas pelaksanaan supervisi akademik kepada wakil dan guru senior yang memenuhi syarat (contohmembuat tim pelaksana supervisi akademik, menugaskan wakil dan guru senior yang sesuai dengan mata pelajaran dan pangkatnya lebih tinggi)

    2) Mampu menerapkan prosedur, pendekatan, dan teknik supervisi yang tepat (contoh ada praobservasi, observasi dan post observasi)

  • 3) Mampu mengembangkan instrumen supervisi yang relevan dengan tuntutan perubahan dan sesuai dengan perkembangan kurikulum dari pemerintah (contoh ada muatan nilai-nilai karakter)

    4) Mampu mengevaluasi pelaksanaan supervisi akademik.

    3. Menilai dan menindak lanjuti kegiatan supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.

    1) Mampu memanfaatkan hasil penilaian supervisi akademik dalam rangka evaluasi program sekolah dibidang akademik (contoh: evaluasi pengembangan silabus yang terintegrasi dengan nilai karakter, alokasi dana menambahan alat peraga dan multimedia)

    2) Mampu menindaklanjuti hasil penilaian supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru (contoh: efektivitas metode pembelajaran, relevansi media pembelajaran, efektivitas tehnik penilaian)

    3) Mampu menindaklanjuti hasil penilaian supervisi akademik dengan mengefektifkan dan lebih mengaktifkan MGMP sekolah, mengirim guru dalam pelatihan-pelatihan

    4) Mampu menindaklanjuti hasil penilaian supervisi akademik dengan menyelenggarakan workshop dan mengundang nara sumber yang kompeten sesuai dengan hasil evaluasi supervisi akademik.

    Sedangkan dalam buku Pedoman Penilaian Kinerja

    Kepala Sekolah/Madrasah (Kemendikbud.BPSDMP dan

    K dan PMPPPTK, 2012) ditentukan Indikator Penilaian

    Kinerja sebagai berikut

  • Tabel 2. Tugas Utama Supervisi dan Indikator Kinerja Kepala Sekolah/Madrasah, mengacu Pedoman Penilaian Kinerja Kepala

    Sekolah/Madrasah

    No. Tugas Utama Supervisi No. Indikator Kinerja

    1. Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalis me guru.

    1. Kepala sekolah mengidentifikasi masalah pengelolaan.

    2. Kepala sekolah merumuskan tujuan yang dilengkapi dengan target pencapaian yang terukur.

    3. Kepala sekolah mengembangkan instrumen supervisi.

    2. Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat.

    1. Kepala sekolah mengadakan pertemuan awal untuk menjaring data rencana pembelajaran dan menetapkan fokus kegiatan supervisi.

    2. Kepala sekolah melaksanakan kegiatan pemantauan pembelajaran dan membuat catatan yang objektif dan selektif sebagai bahan pemecahan masalah supervisi.

    3. Kepala sekolah melakukan pertemuan refleksi, menganalisis catatan hasil observasi, dan menyimpulkan hasil observasi

    4. Kepala sekolah memfasilitasi guru dalam merencanakan tindak lanjut perbaikan sistem penilaian hasil belajar.

    3. Menindak lanjuti hasil evaluasi program dalam rangka peningkatan pemenuhan standar .

    1. Kepala sekolah bersama guru menyusun rekomendasi tindaklanjut perbaikan dalam bentuk kegiatan analisis butir soal, remedial, dan pengayaan.

    2. Kepala sekolah mengecek ulang keterlaksanaan rekomendasi oleh guru

    3. Kepala sekolah melaksanakan pembinaan dan pengembangan guru sebagai tindaklanjut kegiatan supervisi.

    4. Kepala sekolah menggunakan data hasil supervisi sebagai bahan perbaikan perbaikan kinerja pelaksanaan program.

    Selanjutnya, dalam buku pedoman penilaian kinerja

    Kepala Sekolah/ Madrasah (Kemendikbud.BPSDMP

  • dan K dan PMPPPTK, 2012) menjelaskan bahwa setelah

    bukti-bukti kinerja diperoleh melalui pengamatan ,

    wawancara dengan warga sekolah, penilai dapat

    menentukan nilai Kinerja Kepala Sekolah dengan

    langkah – langkah sebagai berikut: (1) Penentuan Skor Indikator Kinerja, yang dinyatakan dengan nilai kualitatif “ya” atau “tidak”... “Ya“ diberikan apabila Kepala Sekolah /Madrasah mampu menunjukkan bukti-bukti yang lengkap dan sangat meyakinkan bahwa data otentik yang diperoleh oleh Kepala Sekolah/ Madrasah yang bersangkutan mencapai minimal 70 % dari data kinerja yang diharapkan. “Tidak”, diberikan apabila Kepala Sekolah / Madrasah tidak mampu menunjukkan bukti-bukti yang cukup bahwa data otentik yang diperoleh oleh Kepala Sekolah/ Madrasah yang bersangkutan tidak mencapai 70% dari data kinerja yang diharapkan. (2)Penentuan skor indikator, dengan rumus jumlah jawaban “ya” dibagi jumlah “ya”maksimal kali 100... (3) Penentuan Nilai Kinerja Kepala Sekolah, dinyatakan dalam rentang nilai 1 sampai dengan 100 dan dibedakan menjadi lima ketegori penilaian yaitu : Amat Baik (91 – 100) , baik (76 – 90) , Cukup (61 – 75), Sedang (51 - 60), Kurang ( kurang dari 51 ).

    2.2. Dimensi Kompetensi Supervisi Kepala

    Sekolah 2.2.1. Supervisi sebagai salah satu Kompetensi dan

    Tupoksi. Kepala Sekolah

    Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI

    nomor 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/

    Madrasah (2007), dijelaskan ada lima kompetensi

    Kepala Sekolah/ Madrasah , salah satunya adalah

    dimensi kompetensi supervisi . Dimensi kompetensi

    Supervisi dirinci menjadi tiga kompetensi, yaitu : (1)

  • merencanakan program supervisi akademik dalam

    rangka peningkatan profesionalisme guru ; (2)

    melaksanakan supervisi akademik terhadap guru

    dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi

    yang tepat ; (3) menindaklanjuti hasil supervisi

    akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan

    profesionalisme guru.

    Selain itu ada lima Tugas pokok dan fungsi

    (Tupoksi) Kepala Sekolah/ Madrasah yang dipaparkan

    dalam buku kerja Kepala Sekolah yang diterbitkan oleh

    Pusat Pengembangan tenaga Kependidikan, Badan

    PSDM dan PMP Kementerian Pendidikan Nasional

    (2011), yaitu : (1) Perencanaan Program; (2)

    Pelaksanaan Rencana Kerja ; (3) Pengawasan dan

    Evaluasi ; (4) Kepemimpinan Sekolah; dan (5)Sistem

    Informasi Manajemen.

    Berdasarkan Permendiknas. RI nomor 13 tahun

    2007 serta uraian dalam Buku Kerja kepala Sekolah

    diatas, menunjukkan bahwa Supervisi atau

    pengawasan selain menjadi salah satu kompetensi

    Kepala Sekolah/ Madrasah, juga merupakan salah satu

    tugas pokok dan fungsi (tupoksi) Kepala Sekolah/

    Madrasah.

    Dalam Permen. No. 41 tahun 2007 tentang

    Standar Proses dijelaskan bahwa kegiatan supervisi

    proses pembelajaran pada tahap perencanaan,

    pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran

  • dilakukan oleh Kepala Sekolah dan Pengawas satuan

    pendidikan dengan cara pemberian contoh, diskusi,

    pelatihan, dan konsultasi.

    2.2.2. Pengertian dan fungsi Supervisi Kepala

    Sekolah

    Mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh

    tenaga kependidikan merupakan salah satu tugas

    kepala sekolah. Supervisi merupakan suatu proses

    yang dirancang secara khusus untuk membantu para

    guru dan supervisor dalam mempelajari tugas sehari-

    hari di sekolah; agar dapat menggunakan pengetahuan

    dan kemampuannya untuk memberikan layanan yang

    lebih baik pada orang tua peserta didik dan sekolah,

    serta berupaya menjadikan sekolah sebagai masyarakat

    belajar yang lebih efektif (Mulyasa 2005).

    Supervisi dapat berarti pengawasan yang

    dilakukan oleh seorang yang ahli atau profesional

    dalam bidangnya sehingga dapat memberikan

    perbaikan dan peningkatan atau pembinaan agar

    pembelajaran dapat dilakukan dengan baik dan

    berkualitas (Engkoswara, 2010).

    Selanjutnya Mulyasa (2005) dalam buku Menjadi

    Kepala Sekolah Profesional menjelaskan : Jika supervisi dilakukan oleh kepala sekolah, maka ia harus mampu melakukan berbagai pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan. Pengawasan dan Pengendalian

  • ini merupakan kontrol agar kegiatan pendidikan di sekolah terarah pada tujuan yang telah ditetapkan. Pengawasan dan pengendalian juga merupakan tindakan preventif untuk mencegah agar para tenaga kependidikan tidak melakukan penyimpangan dan lebih berhati-hati dalam melaksanakan pekerjaannya... Kepala sekolah sebagai supervisor harus diwujudkan dalam kemampuan menyusun, dan melaksanakan program supervisi pendidikan, serta memanfaatkan hasilnya. Kemampuan menyusun program supervisi pendidikan harus diwujudkan dalam penyusunan program supervisi kelas, pengembangan program supervisi untuk kegiatan ekstra kurikuler, pengembangan program supervisi perpustakaan, laboratorium, dan ujian. Kemampuan melaksanakan program supervisi pendidikan harus diwujudkan dalam pelaksanaan program supervisi klinis, program supervisi nonklinis, dan program supervisi kegiatan ekstra kurikuler. Sedangkan kemampuan memanfaatkan hasil supervisi pendidikan harus diwujudkan dalam pemanfaatan hasil supervisi untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan, dan pemanfaatan hasil supervisi untuk mengembangkan sekolah.

    Berdasarkan uraian Mulyasa (2005) diatas, jelas

    bahwa fungsi supervisi Kepala Sekolah sebagai kontrol

    supaya kegiatan pendidikan di sekolah terarah ke

    tujuan, juga sebagai preventif atau pencegahan agar

    para guru tidak melakukan penyimpangan dalam

    melaksanakan tugas dan kewajibannya.

    2.2.3. Tugas Kepala Sekolah sebagai supervisor

    Dalam menjalankan perannya sebagai supervisor,

    Kepala Sekolah/ Madrasah diharapkan dapat

    menyusun, melaksanakan atau melakukan Supervisi

    Akademik kepada para guru di sekolah/ madrasahnya

  • dengan rutin, serta memanfaatkan hasilnya untuk

    meningkatkan kinerja guru. Hal ini sejalan dengan apa

    yang dipaparkan oleh Agung dan Yufridawati (2013)

    dalam buku Pengembangan Pola Kerja Harmonis dan

    Sinergis antara Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas

    bahwa : Kepala Sekolah senantiasa melakukan pemantauan (monitoring) dan pengawasan (supervisi) terhadap pelaksanaan kerja personil atau staf di sekolah secara rutin maupun berkala. Untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan pembelajaran... Dari hasil supervisi ini, dapat diketahui kelemahan sekaligus keunggulan guru dalam melaksanakan pembelajaran – tingkat penguasaan kompetensi guru – selanjutnya diupayakan solusi, pembinaan dan tindak lanjut tertentu sehingga guru dapat memperbaiki kekurangan yang ada sekaligus mempertahankan keunggulannya dalam melaksanakan pembelajaran.

    Selanjutnya Mulyasa (2005) memaparkan, dalam

    melaksanakan tugas dan tanggung jawab Kepala

    Sekolah sebagai supervisor harus memperhatikan

    prinsip-prinsip : (1) hubungan konsultatif, kolegkial

    dan bukan hirarkhis, (2) dilaksanakan secara

    demokratis, (3) berpusat pada tenaga kependidikan

    (guru), (4) dilakukan berdasarkan kebutuhan tenaga

    kependidikan (guru), (5) merupakan bantuan

    profesional.

  • 2.2.4. Teknik dalam supervisi Kepala Sekolah

    Mulyasa (2005) , Kepala Sekolah dalam

    melakukan tugasnya sebagai supervisor dapat

    dilakukan secara efektif antara lain melalui diskusi

    kelompok, kunjungan kelas, pembicaraan individual,

    dan simulasi pembelajaran.

    Diskusi kelompok, merupakan suatu kegiatan

    yang dilakukan bersama para guru untuk memecahkan

    berbagai masalah di sekolah, dalam mencapai suatu

    keputusan. Dalam hal supervisi, biasanya

    membicarakan masalah-masalah hasil temuan kepala

    sekolah pada kegiatan observasi di dalam atau di luar

    kelas. Diskusi dapat dilakukan di ruang guru atau

    ruang kelas pada saat anak-anak sudah pulang

    sekolah, sehingga tidak mengganggu kegiatan

    pembelajaran, atau bisa juga dilaksanakan setelah

    selesai rapat. Hendaknya kegiatan ini tidak dilakukan

    pada jam efektif, seandainya terpaksa dilaksanakan

    pada jam efektif, guru harus memberikan tugas kepada

    para peserta didik. Tugas yang diberikan harus

    menarik agar agar tidak menjadi beban.

    Kunjungan kelas, dapat digunakan oleh kepala

    sekolah sebagai salah satu teknik untuk mengamati

    kegiatan pembelajaran secara langsung. Kunjungan

    kelas merupakan teknik yang sangat bermanfaat untuk

    mendapatkan informasi secara langsung tentang

    berbagai hal yang berkaitan dengan profesionalisme

  • guru dalam melaksanakan tugas pokoknya mengajar.

    Berdasarkan hasil kunjungan kelas, kepala sekolah

    bersama guru bisa mendiskusikan berbagai

    permasalahan yang ditemukan, mencari jalan keluar

    atas permasalahan yang ditemukan dan menyusun

    program- program pemecahan untuk masa yang akan

    datang, baik yang menyangkut peningkatan

    profesionalisme guru maupun yang menyangkut

    pembelajaran. Pelaksanaan kunjungan kelas dapat

    diberitahukan terlebih dahulu, tetapi dapat pula

    dilakukan secara mendadak sesuai dengan kebutuhan

    dan program kerja kepala sekolah, atau atas undangan

    guru.

    Pembicaraan individual, dapat digunakan oleh

    kepala sekolah untuk memberikan konseling kepada

    guru, baik berkaitan dengan kegiatan pembelajaran

    maupun masalah yang menyangkut profesionalisme

    guru. Pembicaraan individual dapat menjadi strategi

    pembinaan tenaga kependidikan yang sangat efektif,

    terutama dalam memecahkan masalah-masalah yang

    menyangkut pribadi tenaga kependidikan. Namun hal

    ini kadang-kadang dipandang negatif oleh sebagian

    guru, yang merasa terusik privasinya.

    Simulasi pembelajaran, perupakan suatu teknik

    supervisi berbentuk demonstrasi pembelajaran yang

    dilakukan oleh kepala sekolah, sehingga guru dapat

    menganalisa penampilan yang diamatinya sebagai

  • introspeksi diri, walaupun sebenarnya tidak ada cara

    mengajar yang paling baik. Kegiatan ini dapat

    dilakukan kepala sekolah secara terprogram, misalnya

    sebulan sekali dikelas-kelas tertentu ataupun tidak

    terprogram sesuai kebutuhan.

    Selanjutnya Mulyasa (2005) menegaskan bahwa

    pada prinsipnya setiap tenaga kependidikan (guru)

    harus disupervisi secara periodik dalam melaksanakan

    tugasnya. Jika jumlah guru cukup banyak, maka

    kepala sekolah dapat meminta bantuan wakilnya atau

    guru senior untuk membantu melaksanakan supervisi.

    Keberhasilan kepada sekolah sebagai supervisor antara

    lain dapat ditunjukkan oleh (1) meningkatnya

    kesadaran tenaga kependidikan (guru) untuk

    meningkatkan kinerjanya, dan (2) meningkatnya

    keterampilan tenaga kependidikan (guru) dalam

    melaksanakan tugasnya.

    2.3. penelitian yang relevan Ada lima hasil penelitian yang relevan dengan

    penelitian yang akan dilakukan yaitu :

    Pertama, penelitian tentang Pelaksanaan

    Supervisi Akademik oleh Kepala Sekolah di SMP Negeri

    269 Jakarta (2013), oleh Larasati A.M (2014). Penelitian

    ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran

    pelaksaanaan supervisi akademik yang dilakukan oleh

  • Kepala Sekolah di SMP 269 Jakarta. Penelitian yang

    menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan

    kualitatif ini diperoleh hasil penelitian sebagai berikut :

    secara umum Kepala Sekolah telah melakukan

    tugasnya sebagai supervisor dengan melakukan

    supervisi akademik untuk guru dengan terstruktur dan

    terencana. Pelaksanaan supervisi/ pengawasan

    dilakukan oleh Kepala Sekolah dengan metode

    kunjungan kelas, selanjutnya Kepala Sekolah menilai

    guru dengan memberikan beberapa penilaian kinerja

    guru dan menganalisis kekurangan pengajaran dan

    sistem pembelajaran. Kepala Sekolah akan memberikan

    penghargaan bagi guru yang memiliki nilai supervisi

    terbaik, hal tersebut dilakukan sebagai langkah Kepala

    Sekolah dalam meningkatkan kinerja guru dalam

    mengajar. Tindak lanjut supervisi akademik dilakukan

    dengan mengajak diskusi terhadap guru dan

    memberikan bimbingan terhadap guru agar lebih baik

    lagi dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

    Upaya penyelesaian kegiatan supervisi akademik,

    Kepala Sekolah mengikutsertakan guru-guru yang

    kurang kompeten dalam kegiatan seminar dan

    pelatihan sehingga diharapkan setelah mengikuti

    pelatihan kompetensi guru menjadi lebih baik dan

    mampu mencapai tujuan pendidikan yang telah

    ditetapkan. Berdasarkan analisa mengenai supervisi

    yang dilakukan kepala sekolah pada SMP 269 Jakarta,

  • kegiatan supervisi sangat berperan dalam proses

    peningkatan kegiatan belajar dan mengajar siswa

    dalam mewujudkan siswa berprestasi, maka perlu

    adanya perbaikan dalam hal kegiatan supervisi.

    Kedua, penelitian tentang Pelaksanaan Supervisi

    Akademik oleh Kepala Sekolah dalam Upaya Pembinaan

    Profesionalisme Guru di SMA oleh Lie , Radiana

    Usman,Djudin Tomo (2013).

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan

    supervisi akademik oleh Kepala Sekolah dalam upaya

    pembinaan profesionalisme guru di SMA Santu Petrus

    Pontianak. Penelitian bersifat kualitatif, dengan

    pendekatan studi kasus (case study). Hasil penelitian

    ditemukan sebagai berikut : 1) Perencanaan, (a) dalam

    melakukan supervisi akademik Kepala Sekolah selalu

    menggunakan insrument pengamatan, (b) belum semua

    guru mengetahui tentang jadwal dan tujuan supervisi

    akademik, (c) penggunaan strategi/ metode sangat

    bervariasi dan ,(d) sasaran belum terarah ; 2)

    pelaksanaan supervisi akademik sering menggunakan

    teknik yang bersifat individual; 3) tindak lanjut yang

    dilakukan oleh Kepala Sekolah lebih banyak melalui

    pembinaan kelompok.

    Ketiga, penelitian tentang Pelaksanaan Supervisi

    Akademik oleh Kepala Sekolah di Sekolah Menengah

    Atas dan Sekolah menengah Kejuruan se-Kecamatan

    Ngaglik Kabupaten Sleman, oleh Wibowo A.S (...).

  • Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan

    supervisi akademik oleh kepala sekolah di Sekolah

    Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan se-

    kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman, meliputi

    supervisi akademik pada ; (1) perencanaan

    pembelajaran; (2) pelaksanaan pembelajaran; dan (3)

    evaluasi pembelajaran. Penelitian ini merupakan

    penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi 186 guru dari

    lima sekolah, yaitu dua SMA dan tiga SMK di

    Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman. Pengumpulan

    data menggunakan metode angket dan wawancara. Uji

    validitas menggunakan validitas internal dengan uji

    validitas isi yang kemudian diteruskan dengan

    diujicobakan kepada 30 guru, sedangkan uji reliabilitas

    menggunakan teknik Alpha Cronbach dengan hasil

    0,978. Analisis data dalam penelitian mengunakan

    perhitungan persentase.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan

    supervisi akademik oleh kepala SMA berada pada

    kategori kurang baik (58,74%), sedangkan pelaksanaan

    supervisi akademik oleh kepala SMK berada pada

    kategori baik (68,08%). Supervisi akademik oleh kepala

    sekolah pada: (1) perencanaan pembelajaran di SMA

    berada pada kategori kurang baik (58,71%), sedangkan

    di SMK berada pada kategori baik (69,08%), supervisi

    akademik pada perencanaan pembelajaran di SMA

    dilakukan dengan menyelenggarakan workshop,

  • sedangkan di SMK dilakukan dengan memberikan

    arahan pada guru dalam pembuatan silabus dan

    Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP); (2) supervisi

    akademik pada pelaksanaan pembelajaran di SMA

    berada pada kategori kurang baik (59,68%), sedangkan

    di SMK berada pada kategori baik (67,69%), supervisi

    akademik pada pelaksanaan pembelajaran di SMA

    dilakukan dengan cara kunjungan kelas, sedangkan di

    SMK dilakukan dengan mengajarkan pada guru dalam

    memanfaatkan media pembelajaran; (3) supervisi

    akademik pada evaluasi pembelajaran di SMA berada

    pada kategori kurang baik (57,37%), sedangkan di SMK

    berada pada kategori baik (67,43%), supervisi akademik

    pada evaluasi pembelajaran di SMA dilakukan dengan

    memeriksa perangkat penilaian yang dipersiapkan oleh

    guru, sedangkan di SMK dilakukan dengan pemberian

    arahan serta masukan mengenai instrumen penilaian

    yang dipersiapkan oleh guru.

    Keempat, penelitian tentang Concerns of

    Teachers and Principals on Inctructional Supervision in

    Three Asian Countries ( Keprihatinan Guru dan Kepala

    Sekolah dalam Supervisi Pembelajaran di tiga Negara

    Asia), oleh Sailesh Sharma, Marohaini Yusoff,

    Sathiamoorthy Kannan, dan Suria Binti Baba (2011).

    Penelitian ini bertujuan untuk membahas tentang sifat

    supervisi pembelajaran yang dilakukan di sekolah-

    sekolah di tiga negara Asia yaitu India, Malaysia dan

  • Thailand. Penelitian menggunakan metode kualitatif

    dengan kuesioner dan wawancara. Sekitar 100 orang

    guru dan 25 Kepala Sekolah dari tiga negara

    berpartisipasi dalam penelitian ini.

    Pembahasan difokuskan pada empat tema yang terkait

    dengan masalah dalam penelitian yaitu supervision as a

    continuous, developmental and corporate process;

    supervision as a specialists’ area, the role of principals

    and teachers in instructional supervision and benefits to

    the teachers through instructional supervision.(supervisi

    sebagai proses yang berkesinambungan,

    pengembangan dan korporasi; supervisi sebagai daerah

    khusus/spesifik, peran kepala sekolah dan guru dalam

    supervisi pembelajaran dan manfaat pembelajaran bagi

    guru melalui supervisi pembelajaran).

    Hasil penelitian tercatat bahwa supervisi pembelajaran

    hanya untuk mencuci mata, penyelesaian tugas dan

    proses hukuman dan tidak menguntungkan bagi para

    guru. Para partisipan menekankan untuk melibatkan

    guru, kepala sekolah, guru mata pelajaran dan subyek

    khusus untuk melaksanakan praktik supervisi

    pembelajaran yang lebih bermakna. Temuan

    menganjurkan bagi supervisor untuk menjadi

    continuous development and corporate process .

    Kelima, penelitian tentang Assessment of

    Principals’Supervisory Roles for Quality Assurance In

    Secondary Schools in Ondo State, Nigeria ( Penilaian

  • Peran pengawasan Kepala Sekolah untuk penjaminan

    mutu di Sekolah menengah di Ondo, Nigeria). oleh

    Adeolu Joshua Ayeni (2012).

    Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sifat

    peran pengawasan kepala Sekolah dan efektivitas yang

    dirasakan oleh pelaku dalam pengawasan tugas-tugas

    pembelajaran guru. Selain itu, meneliti kendala yang

    dihadapi kepala sekolah dalam pelaksanaan tugas

    pengawasan dalam proses belajar mengajar. Penelitian

    ini dengan maksud untuk memberikan informasi

    mengenai pemanfaatan peran kepala sekolah dalam

    meningkatkan jaminan mutu di sekolah menengah.

    Penelitian menggunakan model survei deskriptif.

    Populasi sasaran terdiri dari kepala sekolah dan guru

    di sekolah menengah di negara bagian Ondo.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar

    kepala sekolah memberikan perhatian untuk

    memantau kehadiran guru, catatan persiapan mengajar

    dan kelengkapan buku harian pekerjaan seperti

    penyediaan bahan ajar, buku referensi, umpan balik

    dan ulasan kegiatan dengan para pemangku

    kepentingan yang banyak dilakukan kepala sekolah di

    sekolah menengah. Penelitian ini menyimpulkan bahwa

    tantangan yang dihadapi kepala sekolah dalam tugas-

    tugas kelembagaan pemerintahan, input sumber daya,

    pengiriman kurikulum dan pembelajaran siswa

    membutuhkan kerjasama yang efektif dan berorientasi

  • pada tujuan keterkaitan sinergis antara sekolah dan

    pemangku kepentingan terkait dalam lingkungannya.

    Berdasarkan hasil penelitian dari lima penelitian diatas, walaupun metode, pendekatan maupun model

    penelitian berbeda-beda, diperoleh hasil yang hampir

    sama, yaitu Kepala Sekolah telah melaksanakan

    tugasnya sebagai supervisor, tetapi belum dapat

    melaksanakan tugas supervisi akademik secara

    sempurna (sesuai dengan ketentuan yang berlaku).

    2.4. Kerangka Pikir Penelitian Penelitian ini menggunakan evaluasi kinerja,

    dengan kerangka pikir sebagai berikut :

    Gambar 1. Kerangka pikir Penelitian

    PERENCANAAN

    SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH PELAKSANAAN

    TINDAK LANJUT

    REKOMENDASI / USULAN SOLUSI

  • Evaluasi kinerja supervisi akademik Kepala

    Sekolah, meliputi tiga tugas utama dalam supervisi

    akademik, yaitu Perencanaan, Pelaksanaan dan tindak

    lanjut. Evaluasi kinerja dilakukan dengan melakukan

    penilaian kinerja masing-masing tugas utama tersebut,

    kemudian membandingkannya dengan indikator

    kinerja Kepala Sekolah mengacu Pedoman Penilaian

    Kinerja Kepala Sekolah/ Madrasah yang berlaku. Gap yang

    ada diberikan usulan solusi atau rekomendasi untuk

    perbaikan pelaksanaan supervisi akademik Kepala Sekolah.