bab ii kajian pustaka, konsep, landasan teori, dan 2.1 ... ii ( thesis ).pdfketerampilan berbicara...

45
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN Pada bab ini berturut-turut disajikan kajian pustaka, konsep, landasan teori, dan model penelitian. 2.1 Kajian Pustaka Penelitian mengenai keterampilan berbahasa pada umumnya dan keterampilan berbicara pada khususnya bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan. Para mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Inggris telah banyak melakukannya. Penelitian-penelitian tersebut merupakan penelitian tindakan kelas untuk memperbaiki pembelajaran keterampilan berbicara yang telah berlangsung selama ini. Pustaka-pustaka yang mendasari penelitian ini adalah tulisan hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Beberapa penelitian yang mengangkat permasalahan pembelajaran keterampilan berbicara, antara lain dilakukan oleh Sumarwati (1999), Mudairin ( 2003 ), Panca Lukita Sari (2008), Flaurensia Agustine Randong (2011), dan Citra Kusumaningsih (2012 ). Sumarwati (1999) melakukan penelitian tentang peningkatan keterampilan berbicara siswa melalui teknik bermain peran ( roleplay ) yang berlokasi di SLTPN 8 Denpasar. Penelitian tersebut menghasilkan simpulan bahwa teknik bermain peran dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Secara kuantitatif, hasil penelitian melalui dua siklus itu menunjukkan peningkatan sebesar 10,6% untuk aspek kebahasaan dan 11,6% untuk aspek nonkebahasaan. 9

Upload: others

Post on 14-Oct-2019

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN 2.1 ... II ( THESIS ).pdfketerampilan berbicara pada khususnya bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan. Para mahasiswa Jurusan Pendidikan

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN

MODEL PENELITIAN

Pada bab ini berturut-turut disajikan kajian pustaka, konsep, landasan

teori, dan model penelitian.

2.1 Kajian Pustaka

Penelitian mengenai keterampilan berbahasa pada umumnya dan

keterampilan berbicara pada khususnya bukanlah hal baru dalam dunia

pendidikan. Para mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Inggris telah

banyak melakukannya. Penelitian-penelitian tersebut merupakan penelitian

tindakan kelas untuk memperbaiki pembelajaran keterampilan berbicara yang

telah berlangsung selama ini.

Pustaka-pustaka yang mendasari penelitian ini adalah tulisan hasil

penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Beberapa penelitian yang

mengangkat permasalahan pembelajaran keterampilan berbicara, antara lain

dilakukan oleh Sumarwati (1999), Mudairin ( 2003 ), Panca Lukita Sari (2008),

Flaurensia Agustine Randong (2011), dan Citra Kusumaningsih (2012 ).

Sumarwati (1999) melakukan penelitian tentang peningkatan keterampilan

berbicara siswa melalui teknik bermain peran ( roleplay ) yang berlokasi di

SLTPN 8 Denpasar. Penelitian tersebut menghasilkan simpulan bahwa teknik

bermain peran dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Secara

kuantitatif, hasil penelitian melalui dua siklus itu menunjukkan peningkatan

sebesar 10,6% untuk aspek kebahasaan dan 11,6% untuk aspek nonkebahasaan.

9

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN 2.1 ... II ( THESIS ).pdfketerampilan berbicara pada khususnya bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan. Para mahasiswa Jurusan Pendidikan

10

Penelitian yang dilakukan oleh Sumarwati berbeda dengan penelitian ini

karena jenis penelitian sebelumnya merupakan penelitian secara deskriptif untuk

mendeskripsikan fenomena dan permasalahan permasalahan yang terjadi di

lapangan sehubungan dengan prosedur yang diterapkan oleh guru dalam proses

pengajaran speaking di SLTPN 8 Denpasar. Di pihak lain penelitian ini selain

bersifat deskriptif kualitatif untuk mendeskripsikan penerapan langkah-langkah

sebuah metode pembelajaran guided conversation, karakteristik berbicara bahasa

Inggris melalui guided conversation dapat tercermin dalam melakukan

keterampilan berbicara dalam bahasa Inggris Profesi. Namun, penelitian ini juga

mendekripsikan sebuah penelitian linguistik yang diawali dengan memberikan

instruksi kepada mahasiswa untuk menulis sebuah wacana lisan yang berbentuk

percakapan (conversation) yang bertemakan tentang prosedur kerja seorang

pramusaji di restoran kemudian mempraktikan wacana tersebut dalam

keterampilan berbicara sebagi transaksi. Penelitian ini selain bersifat perbaikan

yaitu bertujuan untuk mendeskripsikan perbedaan hasil belajar mahasiswa dalam

pengajaran speaking sebelum dan sesudah tindakan dilakukan, juga memberikan

gambaran tentang analisis sebuah wacana lisan yang berbentuk percakapan

dengan topik dan situasi percakapan yang telah ditentukan.

Mudarin melakukan penelitian yang berjudul “Role Play : Suatu Alternatif

Pembelajaran yang Efektif dan Menyenangkan dalam Meningkatkan

Keterampilan Berbicara Siswa SLPT Islam Manbaul Ulum Gresik.‖ Penelitian ini

dilakukan untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa dengan

menggunakan metode role play sebagai bentuk kegiatan pembelajaran bahasa

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN 2.1 ... II ( THESIS ).pdfketerampilan berbicara pada khususnya bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan. Para mahasiswa Jurusan Pendidikan

11

Inggris di kelas. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan English atmosphere di

dalam kelas. Dalam penelitian ini lebih difokuskan pada pendeskripsian metode

pembelajaran role play untuk peningkatan kemampuan berbicara dan penelitian

ini bersifat perbaikan dengan melakukan treatment dengan siklus penelitian yang

telah dilakukan. Perbedaan dari kajian tersebut tidak dilakukan penelitian

linguistik yang lebih mendalam seperti yang dilakukan pada kajian ini.

Panca Lukita Sari melakukan penelitian dengan mengikuti model yang

dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart (1988:47), yaitu ‖action reseach is

cyclic process of planning, action, observation, and reflection” atau model yang

berdasarkan suatu siklus spiral yang terdiri dari atas empat komponen, yang

meliputi (1) rencana tindakan (planning), (2) pelaksanaan (action), (3) observasi

(observation), dan (4) refleksi (reflection). Penelitian ini menggunakan rancangan

penelitian deskriptif kualitatif dan jenis penelitian yang digunakan adalah

penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam

dua siklus.

Penelitian selanjutnya berjudul “Improving Students‟ Ability In Speaking

About Asking And Giving Opinion Through Guided Conversation” oleh

Flaurensia Agustine Randong, Rismaya Marbun, dan Dewi Novita. Dalam kajian

ini penelitian dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam berbicara

mengenai meminta dan memberikan pendapat menggunakan percakapan-

percakapan terpandu. Penelitian itu adalah sebuah penelitian tindakan kelas pada

siswa kelas delapan B di SMP N 21 Terpadu Pontianak tahun ajaran 2011/2012.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana percakapan-percakapan

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN 2.1 ... II ( THESIS ).pdfketerampilan berbicara pada khususnya bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan. Para mahasiswa Jurusan Pendidikan

12

terpandu dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam berbicara mengenai

meminta dan memberikan pendapat. Peneliti menggunakan penelitian tindakan

kelas sebagai metode dalam penelitian ini. Berdasarkan analisis pada hasil tes

siswa, penulis menyimpulkan bahwa kualifikasi nilai rata-rata siswa pada putaran

kedua (70,8) yang mencapai nilai ketuntasan 100% dikategorikan Good to

Excellent. Penelitian yang dilakukan oleh Flaurensia, hanya menekankan pada dua

aspek kemampuan yaitu meminta dan memberikan pendapat sedangkan pada

penelitian ini dilakukan dalam beberapa aspek yang terbentuk dalam satu kesatuan

standar pedoman pekerjaan ( SOP ) seorang pramusaji yang terdiri dari sebelas

bahasa ekpresi dengan topik receiving the guest in the restaurant, dengan urutan-

urutan pekerjaan ( sequencing ) sehingga akan dilakukan kajian linguistik yang

lebih mendalam.

Citra Kusumaningsih dalam penelitiannya yang berjudul “The

Effectiveness of Communicative Groups Activity in Teaching Speaking Viewed on

Students‟Risk Taking (An Experimental Study at The Second Semester Sudents of

STKIP Pontianak at Academic Year 2011/ 2012. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui (1) apakah communicative group activity lebih efektif daripada guided

conversation activity untuk pengajaran speaking pada siswa semester dua STKIP

PGRI Pontianak tahun akademik 2011/2012; (2) Apakah kemampuan berbicara

bahasa Inggris siswa yang memiliki tingkat risk taking yang tinggi lebih baik dari

pada siswa yang memiliki tingkat risk taking yang rendah ; dan (3) apakah ada

sebuah interaksi antara teknik-teknik pengajaran dan risk taking siswa dalam

pengajaran speaking. Penelitian ini merupakan penelitian ekperimental. Populasi

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN 2.1 ... II ( THESIS ).pdfketerampilan berbicara pada khususnya bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan. Para mahasiswa Jurusan Pendidikan

13

yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa semester dua

STKIP PGRI Pontianak. Sample di dalam penelitian ini diperoleh dengan

menggunakan teknik cluster random sampling dan memperoleh hasil dua kelas,

yaitu kelas B terpilih sebagai kelas eksperimen dan kelas C sebagai kelas kontrol.

2.2 Konsep

Studi yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri atas beberapa konsep

yang memerlukan penjelasan. Konsep-konsep tersebut, antara lain peningkatan,

pendekatan, metode dan teknik pembelajaran berbicara, keterampilan berbicara,

kompetensi komunikatif dan metode guided conversation.

2.2.1 Peningkatan

Peningkatan adalah suatu proses, cara, perbuatan meningkatkan (usaha,

kegiatan, dsb) (Purwadarminta, 1976: 118). Peningkatan dalam hal ini adalah

suatu proses meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Inggris mahasiswa.

2.2.2 Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran Berbicara

Pendekatan adalah konsep dasar yang melingkupi metode dengan cakupan

teoretis tertentu. Metode merupakan jabaran dari pendekatan. Metode adalah

prosedur pembelajaran yang difokuskan ke pencapaian tujuan. Satu metode dapat

diaplikasikan melalui berbagai teknik pembelajaran. Teknik adalah cara konkret

yang dipakai saat proses pembelajaran berlangsung, guru dapat berganti-ganti

teknik meskipun dalam koridor metode yang sama (Sugandi, 2004:15).

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN 2.1 ... II ( THESIS ).pdfketerampilan berbicara pada khususnya bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan. Para mahasiswa Jurusan Pendidikan

14

Pembelajaran berbicara memiliki banyak sekali teknik pembelajaran.

Teknik- teknik tersebut, antara lain wawancara, cerita berpasangan, pidato tanpa

teks, pidato dengan teks, mengomentari film/sinetron/cerpen/novel, debat,

membawakan acara, memimpin rapat, menerangkan obat/makanan/minuman atau

benda lainnya, bermain peran, info berantai, dan cerita berangkai (Sugandi,

2004:112 -- 121).

2.2.3 Keterampilan Berbicara

Keterampilan berbicara pada hakikatnya adalah ―kemampuan

mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan,

menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan‖ (Tarigan,

1981:15). Keterampilan ini merupakan suatu indikator terpenting bagi

keberhasilan mahasiswa terutama dalam belajar bahasa Inggris. Dengan

penguasaan keterampilan berbicara yang baik, mahasiswa dapat

mengomunikasikan ide-ide mereka, baik di kmapus maupun dengan penutur

asing, dan juga menjaga hubungan baik dengan orang lain.

2.2.4 Kompetensi Komunikatif.

Kompetensi bahasa adalah pengetahuan seseorang tentang rumusan

linguistik yang bercorak abstrak terhadap sebuah bahasa. Kompetensi komunikatif

ini dibagi menjadi empat komponen kompetensi, yaitu dua komponen merujuk

kepada penggunaan sistem linguistik dan dua komponen berikutnya merujuk

kepada komponen aspek fungsi komunikasi ( Canale dan Swain, 1980 ).

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN 2.1 ... II ( THESIS ).pdfketerampilan berbicara pada khususnya bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan. Para mahasiswa Jurusan Pendidikan

15

Kompetensi tersebut adalah (1) kompetensi tata bahasa, yaitu pengetahuan

seseorang mengenai tata bahasa sebuah bahasa : tata bahasa, kosakata, morfologi,

semantic, dan fonologi ; (2) kompetensi wacana adalah pelengkap kompetensi tata

bahasa yaitu seseorang mampu menerapkan aturan-aturan tata bahasa dalam

merangkai sebuah tuturan; (3) kompetensi sosiolinguistik yaitu pengetahuan dan

kemampuan menghasilkan dan memahami ujaran-ujaran sesuai dengan konteks

sosial di mana bahasa tersebut digunakan; dan ( 4) kompetensi strategi yaitu

kemampuan seseorang menyelesaikan masalah komunikasi dengan menggunakan

berbagai strategi.

2.2.5 Metode Guided Conversation

Dalam proses pembelajaran berbagai mata kuliah memiliki cara-cara yang

terbaik. Tujuannya adalah untuk membangkitkan potensi mahasiswa belajar aktif,

menyenangkan, dan benar-benar menaruh minat terhadap mata kuliah yang

diberikan khususnya adalah mata kuliah bahasa Inggris. Kata guided berasal dari

bahasa Inggris yang artinya membimbing, mengarahkan, menuntun, memberi

tahu, menunjukkan, memandu, dan memberikan semangat (Sadli, 1989: 201 dan

Oxford, 1986: 308). Makna kosakata tentang guided tersebut dapat digambarkan

bahwa dalam proses pembelajaran salah satu tugas dosen adalah memberikan,

menuntun, dan memandu mahasiswa dengan sebaik mungkin untuk mendapatkan

sesuatu yang diinginkan. Dalam hal ini, keinginan yang berkaitan dengan

penguasaan dan peningkatan hasil belajar dalam bidang keterampilan berbicara

bahasa Inggris.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN 2.1 ... II ( THESIS ).pdfketerampilan berbicara pada khususnya bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan. Para mahasiswa Jurusan Pendidikan

16

2.3 Landasan Teori

Sejumlah pandangan ahli yang digunakan sebagai landasan teori penelitian

ini bersangkutan dengan (1) berbicara dan keterampilan berbicara, (2) faktor-

faktor keefektifan berbicara, (3) tata bahasa Inggris, (4) Wacana, (5) pramusaji,

(6) guided conversation, (7) penilaian dan evaluasi, dan (8) penelitian tindakan

kelas ( PTK ).

2.3.1 Berbicara dan Kemampuan Berbicara

Berbicara berarti menggunakan bahasa untuk bermacam-macam

bergantung pada para penuturnya. Keterampilan berbicara adalah kemampuan

mengungkapkan pendapat atau pikiran dan perasaan kepada seseorang atau

sekelompok orang secara lisan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Harmer (1983) menyatakan bahwa berbicara merupakan alat komunikasi yang

alami antaranggota masyarakat untuk mengungkapkan pikiran dan sebagai sebuah

bentuk tingkah laku sosial. Lebih jauh lagi, Harmer (1983) menyatakan bahwa

keterampilan berbicara adalah kemampuan menyusun kalimat-kalimat karena

komunikasi terjadi melalui kalimat-kalimat untuk menampilkan perbedaan

tingkah laku yang bervariasi dari masyarakat yang berbeda.

Keterampilan berbicara merupakan suatu keterampilan yang kompleks dan

berkaitan dengan berbagai keterampilan mikro (Brown, 2001), seperti (1)

menghasilkan ujaran-ujaran bahasa yang bervariasi; (2) menghasilkan fonem-

fonem dan varian-varian alofon lisan yang berbeda dalam bahasa Inggris; (3)

menghasilkan pola-pola tekanan, kata-kata yang mendapat dan tidak mendapat

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN 2.1 ... II ( THESIS ).pdfketerampilan berbicara pada khususnya bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan. Para mahasiswa Jurusan Pendidikan

17

tekanan, struktur ritmis dan intonasi; (4) menghasilkan bentuk-bentuk kata dan

frasa yang diperpendek; (5) menggunakan sejumlah kata yang tepat untuk

mencapai tujuan-tujuan pragmatis; (6) menghasilkan pembicaraan yang fasih

dalam berbagai kecepatan yang berbeda; (7) mengamati bahasa lisan yang

dihasilkan dan menggunakan berbagai strategi yang bervariasi, yang meliputi

pemberhentian sementara, pengoreksian sendiri, pengulangan, untuk kejelasan

pesan; (8) menggunakan kelas kata (kata benda, kata kerja, dan lain-lain.), sistem

( tenses, agreement dan plural), pengurutan kata, pola-pola, aturan-aturan, dan

bentuk elipsis; (9) menghasilkan pembicaraan yang menggunakan elemen-elemen

alami dalam frasa, stop, nafas dan kalimat yang tepat; (10) mengekspresikan

makna tertentu dalam bentuk-bentuk gramatika yang berbeda; (11) menggunakan

bentuk-bentuk kohesif dalam diskursus lisan; (12) menyelesaikan fungsi-fungsi

komunikasi dengan tepat menurut situasi, partisipan, dan tujuan; (13)

menggunakan register, implikatur, aturan-aturan pragmatik, dan fitur-fitur

sosiolinguistik yang tepat dalam komunikasi langsung; (14) menunjukkan

hubungan antara kejadian dan mengomunikasikan hubungan-hubungan antara ide

utama, ide pendukung, informasi lama, informasi baru, generalisasi, dan contoh;

(15) menggunakan bahasa wajah, kinetik, bahasa tubuh dan bahasa-bahasa non-

verbal yang lainnya bersamaan dengan bahasa verbal untuk menyampaikan

makna; dan (16) mengembangkan dan menggunakan berbagai strategi berbicara,

seperti memberikan tekanan pada kata kunci, parafrasa, menyediakan konteks

untuk menginterpretasikan makna-makna kata, meminta pertolongan dan secara

tepat menilai seberapa baik interlokutor memahami apa yang dikatakan.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN 2.1 ... II ( THESIS ).pdfketerampilan berbicara pada khususnya bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan. Para mahasiswa Jurusan Pendidikan

18

Richard (2008: 21 – 28) membagi fungsi berbicara menjadi tiga sebagai

berikut.

1. Berbicara sebagai interaksi (talk as interaction)

Fungsi berbicara sebagai interaksi mengacu pada kegiatan

percakapan yang biasa dilakukan dan berhubungan dengan fungsi sosial.

Fokus utamanya adalah kepada si penutur dan bagaimana mereka

menunjukkan diri mereka kepada orang lain. Bahasa tuturannya bisa

formal ataupun berupa tuturan yang sering digunakan dalam percakapan

sehari-hari. Beberapa kemampuan yang ikut dilibatkan dalam kegiatan

berbicara sebagai sebuah interaksi, antara lain : (a) membuka dan menutup

percakapan, (b) memilih topic, (c) membuat percakapan-percakapan

kecil/ringan, (d) bergurau, ( e) menceritakan kejadian dan pengalaman

pribadi, (f) dilakukan secara bergantian, (g) adanya interupsi/menyela

percakapan, (h) bereaksi terhadap satu sama lain, dan (i) menggunakan

gaya berbicara yang sesuai.

2. Berbicara sebagai transaksi (talk as transaction)

Kegiatan berbicara sebagai transaksi lebih memfokuskan kepada

pesan yang ingin disampaikan dalam kegiatan berbicara (Richard, 2008:

21— 28). Ada dua tipe dalam kegiatan berbicara sebagai transaksi yaitu

(a) kegiatan yang fokus utamanya memberi dan menerima informasi, (b)

kegiatan yang fokus utamanya adalah untuk memperoleh barang atau jasa,

misalnya dalam percakapan seseorang yang memesan makanan di

restoran.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN 2.1 ... II ( THESIS ).pdfketerampilan berbicara pada khususnya bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan. Para mahasiswa Jurusan Pendidikan

19

3. Berbicara sebagai penampilan (talk as performance)

Berbicara sebagai penampilan mengacu pada kegiatan berbicara

untuk menyampaikan informasi di depan umum atau peserta. Berbicara

model ini lebih cenderung mengarah kepada berbicara satu arah daripada

dua arah (dialog) dan lebih terkesan seperti bahasa tulis daripada

percakapan. Ciri utama kegiatan berbicara sebagai penampilan adalah (a)

fokus pada pesan yang ingin disampaikan dan kepada peserta, (b)

mementingkan bentuk dan ketepatan ucapan, (c) bahasa yang digunakan

terkesan seperti bahasa tulis, (d) lebih sering monolog, dan (e) struktur dan

urutannya dapat diprediksikan (Richard, 2008: 21— 28).

2.3.2 Faktor Keefektifan Berbicara

Seorang pembicara dapat memiliki keterampilan berbicara secara efektif

dan baik, jika ia dapat dan mampu memberikan kesan bahwa ia menguasai

masalah yang dibicarakan. Penguasaan topik secara baik dan tepat akan

menumbuhkan keberanian dan kelancaran. Selain menguasai topik, seorang

pembicara harus berbicara (mengucapkan bunyi-bunyi bahasa) dengan jelas dan

tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat dapat mengalihkan perhatian

pendengar. Terdapat beberapa faktor yang menunjang keefektifan dalam

berbicara, yang dapat dibedakan menjadi faktor verbal dan faktor nonverbal.

Kedua faktor tersebut harus diperhatikan oleh seorang pembicara untuk dapat

menjadi pembicara yang baik dan efektif (Arsjad dan Mukti, 1988:17).

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN 2.1 ... II ( THESIS ).pdfketerampilan berbicara pada khususnya bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan. Para mahasiswa Jurusan Pendidikan

20

2.3.2.1 Faktor Verbal

a) Ketepatan ucapan

Pengucapan bunyi-bunyi bahasa secara tepat harus menjadi hal yang

sangat penting diperhatikan dan dibiasakan untuk dilakukan oleh seorang

pembicara. Jika pengucapan bunyi-bunyi bahasa dilakukan dengan kurang tepat,

akan menyebabkan terjadinya kekurangefektifan dalam berbicara dan perhatian

pendengar akan menjadi teralihkan. Kebosanan akan timbul jika pengucapan

bunyi-bunyi bahasa yang kurang tepat, pembicaraan akan menjadi kurang

menyenangkan, kurang menarik, atau setidaknya dapat mengalihkan perhatian

pendengar. Terjadinya penyimpangan terlalu jauh dalam pengucapan bunyi-bunyi

bahasa dari ragam lisan, juga akan mengganggu komunikasi artinya pesan yang

akan disampaikan tidak tepat sasaran (Arsjad dan Mukti, 1988:19).

b) Penempatan tekanan dan nada

Hal yang merupakan daya tarik tersendiri dalam berbicara adalah

kesesuaian tekanan dan nada, bahkan hal tersebut kadang-kadang merupakan

faktor penentu dalam keberhasilan sebuah pembicaraan. Pembicaraan akan

menjadi menarik jika terdapat penyesuaian dalam penempatan tekanan dan nada

walaupun masalah yang dibicarakan kurang menarik. Sebaliknya, timbulnya

kejemuan dan kekurangefektifan dalam pembicaraan jika penyampaiannya

dilakukan dengan datar saja. Kejanggalan akan terjadi jika ketidaksesuain

penempatan tekanan pada kata atau suku kata (Arsjad dan Mukti, 1988:19).

Penempatan tekanan dan nada dalam sebuah kata, klausa, dan kalimat

mengacu kepada fungsi kata, klausa, dan kalimat tersebut jika ditinjau dari

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN 2.1 ... II ( THESIS ).pdfketerampilan berbicara pada khususnya bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan. Para mahasiswa Jurusan Pendidikan

21

pendekatan tata bahasa ( Mc.Carthy, 2000;106). Pendapat ini dapat dijelaskan

dengan kata lain bahwa penempatan tekanan dan jenis nada akan berbeda jika

kalimat tersebut merupakan tanya, question tags, kalimat imperatif dan lainnya.

Pada kalimat bertanya jenis –yes-no interrogative, tekanan ditempatkan pada kata

kerja bantu (auxiliary verbs) atau to be dan penempatan nada pada akhir kalimat

dengan nada menurun kemudian meninggi ( fall rise tone ), contoh; / IS it

INteresting / ? Pada kalimat bertanya yang menggunakan kata tanya ( question

words ), tekanan ditempatkan pada kata tanya yang digunakan dan suku kata

pertama pada kata yang terletak pada akhir kalimat dengan tekanan menurun ( a

fall tone ), contoh / WHAT‟S the PROBlem ?/. Selanjutnya pada kalimat yang

mengandung question taq penempatan tekanan terletak pada inti pembicaraan dan

question taq dengan nada menurun, contoh : / It was BOB SMITH, WASN‟T it ?

Selanjutnya ditinjau dari pendekatan sikap dan emosi ( attitudinal approaches)

bahwa penempatan tekanan dan nada sangat erat berhubungan dengan sikap dan

emosi pembicara, penempatan tekanan dan jenis nada yang digunakan pada

sebuah kalimat akan mengungkapkan perasaan ramah, terkejut, kagum, bahagia

dan lain sebagainya ( McCharty, 2000; 1067), contoh : /JOHN !/ HOW nice to

SEE you !/, tekanan ditempatkan pada kata –John, -how dan -see dengan

menggunakan nada menurun ( high fall ) pada kata John dan see yang

menunjukkan perasaan terkejut pembicara.

c) Pilihan Kata (Diksi)

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN 2.1 ... II ( THESIS ).pdfketerampilan berbicara pada khususnya bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan. Para mahasiswa Jurusan Pendidikan

22

Pemilihan kata yang dilakukan secara tepat, jelas dan bervariasi juga

merupakan hal yang sangat penting dalam keefektifan berbicara. Munculnya rasa

ingin tahu sering disebabkan oleh penggunaan kata-kata yang belum dikenal, dan

hal ini akan mengakibatkan terhambatnya proses komunikasi (Arsjad dan Mukti,

1988:19). Perhatian pendengar akan menjadi teralih jika terjadi kejanggalan

sehingga pokok pembicaraan atau pokok pesan yang disampaikan kurang

diperhatikan. Akibatnya, keefektifan komunikasi akan terganggu. Pengetahuan

pembicara tentang siapa pendengarnya, penyesuaian pilihan kata dengan pokok

pembicaraannya dan pendengarnya, merupakan pengetahuan yang sangat penting

dimiliki oleh pembicara untuk menghasilkan pembicaran yang lebih menarik dan

tentunya pendengar senang mendengarkan kalau pembicara berbicara dengan jelas

dalam bahasa yang dikuasainya.

d) Ketepatan sasaran pembicaraan

Ketepatan sasaran pembicaraan berhubungan dengan pemakaian kalimat

dalam sebuah proses pembicaraan. Pendengar akan mudah menangkap isi

pembicaraan jika pembicara menggunakan kalimat-kalimat efektif. Kalimat

efektif adalah kalimat yang mengenai sasaran sehingga mampu menimbulkan

pengaruh, meninggalkan kesan atau menimbulkan akibat. Dengan demikian,

pembicaraan akan berhasil dan menarik jika pembicara mampu menyusun kalimat

efektif, dan sesuai dengan sasaran pembicaraan (Arsjad dan Mukti, 1988:20).

2.3.2.2 Faktor Nonverbal

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN 2.1 ... II ( THESIS ).pdfketerampilan berbicara pada khususnya bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan. Para mahasiswa Jurusan Pendidikan

23

a) Pandangan harus diarahkan kepada lawan bicara

Pendengar merasa kurang diperhatikan jika pandangan kita sebagai

seorang pembicara hanya tertuju pada satu arah. Perhatian pendengar akan

berkurang jika pembicara tidak memperhatikan pendengar, melihat ke samping

atau menunduk, ataupun melihat ke atas. Pandangan pembicara hendaknya

diarahkan kepada semua pendengar dan pendengar harus dilibatkan dan

diperhatikan (Arsjad dan Mukti, 1988:21).

b) Kesediaan menghargai pendapat orang lain

Memiliki sikap terbuka dalam menyampaikan isi pembicaraan, dalam

arti dapat menerima pendapat pihak lain, bersedia menerima kritik, bersedia

mengubah pendapatnya kalau ternyata memang keliru merupakan sikap yang

harus dimiliki oleh seorang pembicara (Arsjad dkk., 1988:21). Namun, hal ini

tidak berarti bahwa si pembicara mengubah pendapatnya dan mengikuti pendapat

orang lain. Kemampuan untuk mempertahankan pendapat dan meyakinkan orang

lain dengan argumentasi yang kuat dan dapat dibuktikan kebenarannya juga harus

dimiliki oleh pembicara.

c) Sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku

Kesan pertama yang kurang menarik akan muncul jika sikap pembicara

tidak tenang, lesu, dan kaku. Pembicara dapat menunjukkan otoritas dan integritas

dirinya jika ia bersikap yang wajar (Arsjad, dkk., 1988:21). Penguasaan materi,

situasi dan tempat merupakan tiga hal yang dapat memengaruhi sikap wajar

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN 2.1 ... II ( THESIS ).pdfketerampilan berbicara pada khususnya bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan. Para mahasiswa Jurusan Pendidikan

24

tersebut. Jika materi pembicaraan benar-benar dikuasai, sudah barang tentu sikap

yang gugup akan dapat diatasi.

d) Gerak-gerik dan mimik yang tepat

Keefektifan berbicara juga ditunjang oleh gerak-gerik dan mimik yang

tepat. Gerakan tangan atau mimik dapat membantu keefektifan dalam berbicara

selain adanya penekanan dalam pembicaraan (Arsjad, dkk., 1988:21) sehingga

komunikasi akan menjadi hidup atau tidak kaku. Namun, gerak-gerik yang

berlebihan akan menggangu keefektifan berbicara. Gerak gerik yang berlebihan

ini akan mengganggu keefektifan dalam berbicara karena perhatian pendengar

lebih tertuju pada gerakan tersebut sehingga pesan kurang dipahami.

e) Kenyaringan suara

Situasi, tempat, dan jumlah pendengar dapat menentukan tingkat

kenyaringan suara pembicara (Arsjad dkk.,1988:22). Hal yang perlu diperhatikan

adalah jangan berteriak. Pengaturan kenyaringan suara dapat membuat pendengar

dapat mendengar dengan jelas.

f) Kelancaran

Jika seorang pembicara dapat berbicara dengan lancar maka isi

pembicaraan akan dengan mudah akan dapat ditangkap oleh si pendengar (Arsjad

dkk., 1988:23). Jika pembicaraan terputus-putus dan juga di bagian-bagian yang

terputus itu diselipkan bunyi-bunyi tertentu seperti ee, oo, aa maka penangkapan

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN 2.1 ... II ( THESIS ).pdfketerampilan berbicara pada khususnya bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan. Para mahasiswa Jurusan Pendidikan

25

isi pembicaraan akan sangat terganggu. Namun jika pembicara berbicara dalam

tempo yang sangat cepat belum tentu akan memberikan hasil yang baik, bahkan

akan menyulitkan pendengar untuk menangkap isi pembicaraan tersebut.

g) Relevansi/Penalaran

Proses berpikir untuk menghasilkan suatu simpulan harus bersifat logis.

Hubungan kalimat yang satu dengan yang lain, hubungan bagian-bagian yang

terdapat dalam kalimat harus sesuai dan berhubungan logis dengan pokok

pembicaraan. Gagasan demi gagasan haruslah berhubungan dengan logis (Arsjad

dkk., 1988:24).

h) Penguasaan Topik

Pembicara harus melakukan persiapan terutama dalam pembicaraan

formal. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan penguasaan topik secara maksimal.

Kelancaran dan keberanian akan muncul jika topik pembicaraan dikuasai dengan

baik. Jadi, penguasaan topik ini sangat penting, bahkan merupakan faktor utama

dalam berbicara (Arsjad dan Mukti, 1988:24).

2.3.3. Tata bahasa Inggris

Tata bahasa adalah suatu kumpulan sistem yang harus dipatuhi oleh

pengguna bahasa itu dan menjadi dasar untuk melahirkan aspirasi bahasa yang

baik dan indah serta menjamin kemantapan bahasa. Tata bahasa berfungsi dalam

memisahkan bentuk-bentuk bahasa yang gramatis dari yang tidak gramatis.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN 2.1 ... II ( THESIS ).pdfketerampilan berbicara pada khususnya bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan. Para mahasiswa Jurusan Pendidikan

26

Dalam mempelajari bahasa Inggris, diperlukan pemahaman terhadap kaidah-

kaidah yang mengatur penggunaan bahasa yang dalam bahasa Inggris dikenal

dengan grammar (Gebhard, 1996: 3). Bagian-bagian grammar tersebut adalah

sebagai berikut.

2.3.3.1 Kata-kata Benda Tunggal dan Jamak (Singular and Plural Nouns)

Kata benda tunggal dan kata benda jamak dalam bahasa Inggris perlu

diperhatikan karena berpengaruh terhadap penggunaan kata kerja ( baik verb to

be, verb to have maupun kata kerja ). Kata benda jamak menggunakan kata kerja

jamak, sedangkan kata benda tunggal menggunakan kata kerja tunggal (Murphy,

1985:213).

Contoh :

1. A glass of orange juice is expensive in this restaurant „ harga segelas jus jeruk

di restoran ini mahal ‗ : a glass of orange juice bentuk tunggal, menggunakan

is.

2. These tables are expensive „meja-meja ini mahal‘ : tables bentuk jamak,

menggunakan are.

Penambahan –s atau –es pada kata benda tunggal digunakan untuk

pembentukan kata benda jamak dengan beberapa perkecualian. Cara membentuk

kata benda jamak adalah seperti di bawah ini :

a) Dengan menambahkan –s pada kata benda tunggal

Tunggal Jamak Arti

window windows ‘ jendela‟

table tables ‘ meja‟

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN 2.1 ... II ( THESIS ).pdfketerampilan berbicara pada khususnya bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan. Para mahasiswa Jurusan Pendidikan

27

guest guests „ tamu‟

(Murphy, 1985:213)

b) Dengan menambahkan –es jika kata benda tunggal itu berakhir huruf –s, -

x, –z, –ch, dan –sh.

Tunggal Jamak Arti

glass glasses „gelas„

box boxes „kotak„

brush brushes „sikat„

bench benches „bangku‟

(Murphy, 1985:213)

Kata benda juga dapat dibedakan menjadi kata benda yang dapat dihitung

(countable nouns) dan kata benda yang tidak dapat dihitung (uncountable nouns).

Kata benda yang dapat dihitung pada umumnya menggunakan artikel a/an

sebelum kata benda tunggal tersebut atau sebelum diubah menjadi kata benda

jamak, sedangkan kata benda tidak dapat dihitung adalah kata benda yang tidak

menggunakan artikel a/an ( Hewings, 1999:100).

Contoh :

a) We book a table in this restaurant. A table adalah kata benda yang dapat

dihitung

b) Could I have mineral water, please. Mineral water adalah kata benda yang

tidak dapat dihitung

Namun, pada penggunaannya kata benda yang tidak dapat dihitung digunakan

dalam bentuk jamak ketika kita berbicara dalam ruang lingkup yang lebih luas

(Martin Hewings, 1999:100), misalnya : I prefer tea to coffee and three teas

please ! „ teas : cups of tea‟

2.3.3.2 Adalah (to be)

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN 2.1 ... II ( THESIS ).pdfketerampilan berbicara pada khususnya bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan. Para mahasiswa Jurusan Pendidikan

28

To be (is, am, are) berarti ada atau adalah, tetapi dalam bahasa Indonesia,

pada umumnya to be tidak diterjemahkan (Murphy, 1985:215). To be digunakan

sebagai penghubung antara subjek dan predikat. Predikat suatu kalimat dapat

terdiri atas :

a) Kata sifat (adjective)

b) Kata benda (noun)

c) Kata keterangan/tambahan (adverb)

d) Kata kerja (verb) yang menyatakan sedang melakukan sesuatu.

To be menghubungkan subjek dan predikat, to be dapat berubah-ubah

sesuai dengan subjek (pelaku) (Murphy, 1985:215). Contoh:

a) Predikat kalimat kata sifat

1) She is clever. ‗Ia ( perempuan) pintar‗

2) He is handsome. ‗Ia (laki-laki) tampan‘

3) You are kind. ‗Kamu baik‘

4) We are right. „Kami benar‘.

(Murphy, 1985:215)

b) Predikat kalimat kata benda

1) I am a waitress. „ Saya seorang pramusaji ‘.

2) You are a head waiter. „ Anda seorang kepala pramusaji‘.

3) He is a guest. „ Ia seorang tamu‘.

4) She is a restoran manager. „ Ia seorang manajer restoran‘.

(Murphy, 1985:215)

c) Predikat kalimat kata keterangan

1) I am in the kitchen. „ Saya di dapur‘.

2) You are in restaurant. „ Anda di restoran‘.

3) We are at hotel. ‗Kami di hotel‘.

(Murphy, 1985:215)

d) Predikatnya kata kerja yang menyatakan sedang melakukan sesuatu

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN 2.1 ... II ( THESIS ).pdfketerampilan berbicara pada khususnya bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan. Para mahasiswa Jurusan Pendidikan

29

1) I am greeting the guest. ‗Saya sedang menyapa tamu‘

2) You are explaining the menu. ‗Anda sedang menjelaskan daftar

makanan‘

3) We are booking a table in the restaurant. ‗Kami sedang memesan

meja di sebuah restoran‘

4) She is waiting a desset. „ Dia sedang menunggu makanan penutup‘.

(Murphy, 1985:215)

2.3.3.3 Kalimat Verbal

Kalimat yang predikatnya terdiri atas kata kerja ( verba ) disebut kalimat

verbal. Infinitive atau non infintive verbal adalah kata kerja yang belum berfungsi

dalam kalimat dan diawali dengan to ( Murphy, 1985:216), misalnya : to study

(belajar), to learn (belajar), to talk (berbicara), to cook ( memasak).

Jika dalam kalimat itu kata kerja (verba) telah dipakai sebagai predikat,

maka tidak dipakai lagi to tersebut.

Contoh :

Subject Predicate Object

I/We Study English everyday

You learn English everyday

He/She makes letter everyday

They cook fried rice everyday

(Murphy, 1985:216)

Kalimat verba dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu sebagai berikut :

(1) Kalimat negatif, disertai kata kerja bantu ( auxiliary verbs )

a) Do not, bila subjeknya jamak, seperti we, you, dan they atau kalau

subjeknya tunggal, seperti I dan You. ( Murphy, 1985:216 ), misalnya

I do not make a cup of coffee Sir

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN 2.1 ... II ( THESIS ).pdfketerampilan berbicara pada khususnya bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan. Para mahasiswa Jurusan Pendidikan

30

b) Does not, bila subjeknya tunggal dan diletakkan sesudah subjek, seperti

he, she dan it, misalnya She does not read a newspaper today

(Murphy, 1985:216).

(2) Kalimat negatif interogatif, peraturan seperti kalimat negatif di atas,

tetapi dengan meletakkan kata kerja bantu itu di depan subjek dalam

kalimat (Murphy, 1985:216). Contoh (1) Don‟t they write a letter ?, (2)

Doesn‟t she speak English everyday?

(3) Kalimat Tanya (interrogative)

Penggunaan kata kerja bantu Do, untuk subjek I, you, we, they dan Does,

untuk subjek he, she , I. Contoh (1) Do you have a salad today?, (2) Does

he work in this restaurant ?

(4) Kalimat perintah ( imperative )

Verba atau kata kerja diletakkan paling depan atau sesudah please/don‟t

(Murphy, 1985:217). Contoh: (1) Cook, please, (2) Please, drink your

orange Juice, (3) Don‟t go (Murphy, 1985:217).

2.3.3.4 Kata Kerja Bantu ( Auxiliary Verbs )

Kata kerja bantu diletakkan di depan kata kerja pokok untuk

membentuk waktu (tense), ragam gramatikal (voice) dan modus ( mood )

(Murphy, 1985:226) misalnya can, could, may, might, must, shall, should, will,

would, ought, dsb. Be (is, am, are, was, were, been), do (do, does, did), have

(have, has,had ), need, dan used to kadang-kadang juga dipakai sebagai auxiliary

verbs ( kata kerja bantu ).

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN 2.1 ... II ( THESIS ).pdfketerampilan berbicara pada khususnya bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan. Para mahasiswa Jurusan Pendidikan

31

2.3.4 Wacana

2.3.4.1 Pengertian Wacana

Wacana adalah suatu bahasa terlengkap, tertinggi, dan terbesar di atas

kalimat dan klausa dengan koherensi dan kohesi yang tertinggi yang disusun

secara berkesinambungan yang memiliki awal dan akhir nyata, disampaikan

secara tertulis dan lisan (Tarigan, 1987:27). Ditinjau dari wujudnya, wacana dapat

dibedakan menjadi dua jenis, yaitu (1) wacana lisan dan (2) wacana tulisan.

Wacana lisan dapat dikategorikan sebagai sumber primer data kebahasaan karena

bahasa muncul pertama kali dalam bentuk ujaran (Samsuri, 1987:32). Percakapan

sehari-hari, cerita-cerita pantun, dongeng merupakan sumber-sumber wacana

lisan. Percakapan adalah jenis pembicaraan antara dua partisipan atau lebih yang

secara bebas memilih dalam berbicara yang secara umum terjadi di luar setting

institusi khusus seperti keagamaan, ruang kelas, dan pengadilan ( Levinson,1983 :

286).

Suatu upaya penelitian penggunaan bahasa, baik secara medium

pernyataan fakta maupun perasaan seseorang terhadap orang lain, merupakan

analisis wacana yang khusus diterapkan dalam wacana percakapan ( Brown dan

Yule, 1994:128)

2.3.4.2 Unsur-Unsur Pembentuk Wacana

a. Kohesi

Hubungan yang diciptakan sebagai hasil ketika interpretasi suatu unsur

tekstual bergantung pada unsur lain di dalam teks disebut kohesi ( Renkema,

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN 2.1 ... II ( THESIS ).pdfketerampilan berbicara pada khususnya bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan. Para mahasiswa Jurusan Pendidikan

32

1993:35). Aspek semantik yang terdapat dalam sebuah teks sangat erat berkaitan

dengan kohesi. Makna yang digambarkan di dalam teks adalah makna yang

diiterpretasikan oleh penutur dan petutur berdasarkan simpulan yang dibuat

tentang hubungan proposisi yang melandasi apa yang diujarkan merupakan hal

yang diidentifikasikan dalam kajian kohesi (Schiffrin, 1992:9).

b. Koherensi

Perangkat kontekstual suatu teks yang berupa situasi yang

melatarbelakangi teks sehingga teks tersebut dapat dipahami sebagai sebuah

wacana yang padu merupakan unsur koherensi dari sebuah teks ( Paltrigde,

2000:139). Upaya menciptakan koherensi dalam sebuah teks bukan merupakan

sesuatu yang mudah bagi seorang penulis. Hal ini disebabkan oleh

kekurangmampuan penulis dalam mengorganisasikan sebuah informasi dan ide ke

dalam sebuah teks secara baik dan teratur. Koherensi berarti kepaduan dan

keterpahaman antarsatuan yang terdapat dalam sebuah teks. Aspek koherensi

sangat diperlukan keberadaannya untuk menata pertalian antara proposisi yang

satu dan yang lainnya untuk mendapat keutuhan. Hubungan-hubungan makna

yang terjadi antarunsur-unsur atau bagian dalam teks secara semantik merupakan

keutuhan yang koheren (Brown and Yule, 2005:30). Perhatikanlah contoh berikut

Mr.Brown : Your Orange Juice is on Table

Mrs. Brown : I‟m Taking a shower

Mr. Brown : Alright

( Widdowson, 1978: 29)

Dalam percakapan di atas tidak ada pemarkah kohesi yang digunakan.

Namun, partisipan dalam percakapan tersebut saling memahami. Pembaca juga

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN 2.1 ... II ( THESIS ).pdfketerampilan berbicara pada khususnya bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan. Para mahasiswa Jurusan Pendidikan

33

dapat memahami percakapan di atas, yaitu ketika Mr. Brown (penutur A)

menginformasikan bahwa jus jeruk (orange juice) yang dipesan oleh istrinya Mrs.

Brown telah dibawakan oleh staf hotel dan dibawa ke kamarnya dan ditaruh di

atas meja, Mrs Brown (penutur B) memberikan respons dengan menjawab atau

menuturkan bahwa ia sedang mandi. Dalam aturan gramatikal tidak terdapat sama

sekali relasi antara ujaran Mr. and Mrs. Brown. Namun ketika dihubungkan

dengan konteks di luar teks, yaitu kegiatan partisipan Mrs. Brown yang sedang

mandi, partisipan Mr.Brown dapat memahami bahwa karena kegiatan yang belum

selesai dilakukan partisipan Mrs. Brown tersebut, partisipan Mrs. Brown tidak bisa

menerima dan menikmati jus jeruk pada saat percakapan terjadi. Pada dasarnya

kedua partisipan tersebut dapat saling memahami karena adanya pengetahuan

bersama berdasarkan pengalaman atau kebiasaan yang dimiliki kedua partisipan

tersebut. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa percakapan di atas merupakan

wacana yang koheren.

c) Konteks dalam Wacana

Dalam melakukan analisis wacana, peranan konteks sangat penting karena

pada intinya yang dikaji dalam analisis wacana adalah makna kata-kata di dalam

konteks, yaitu menganalisis bagaimana bagian-bagian makna dapat dijelaskan

melalui pengetahuan dunia fisik dan sosial serta faktor-faktor sosio psikologis

yang memengaruhi komunikasi. Pengetahuan tentang latar, tempat, dan waktu

kata-kata tersebut diujarkan atau dituliskan pun menjadi bagian yang dianalisis

(Peccei, 1999; Yule, 1996 dalam Cutting, 2002). Peranan penting dan sangat

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN 2.1 ... II ( THESIS ).pdfketerampilan berbicara pada khususnya bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan. Para mahasiswa Jurusan Pendidikan

34

esensial dari konteks dalam sebuah teks untuk menafsirkan makna yang

terkandung baik, dalam wacana lisan maupun wacana tulisan.

Konteks juga merupakan konsep yang sangat dinamis dan bukan konsep

yang statis. Dengan demikian, konteks dipahami sebagai situasi yang selalu

berubah, yang membuat penutur ( partisipan ) dalam proses komunikasi dapat

berinteraks. Di samping itu, dengan konteks, ekspresi bahasa yang mereka

gunakan dalam berinteraksi menjadi dapat dipahami (Mey,2001 :39)

2.3.4.3 Analisis Percakapan

Pada dasarnya percakapan adalah manifestasi penggunaan bahasa untuk

berinteraksi. Mey (2001: 137) berpendapat bahwa wujud penggunaan bahasa

tersebut dapat dilihat dari dua aspek, yaitu sebagai berikut

a) Aspek pertama adalah isi, yaitu (1) aspek yang memperhatikan hal-hal

seperti topik apa yang didiskusikan dalam percakapan ; (2) bagaimana

topik disampaikan dalam percakapan: apakah secara eksplisit, melalui

presuposisi, atau diimplisitkan dengan berbagai macam cara; (3) jenis

topik apa yang mengarah pada topik lain dan apa alasan yang

melatarbelakangi hal semacam ini terjadi, dsb.

b) Aspek kedua adalah (1) organisasi topik dalam percakapan dan bagaimana

topik dikelola, baik disampaikan dengan cara terbuka maupun dengan

manipulasi secara tertutup: biasanya dalam bentuk tindak ujar tak langsung

(2) aspek formal percakapan. Fokus utama dalam aspek ini adalah hal-hal

seperti bagaimana percakapan bekerja; aturan-aturan apa yang dipatuhi;

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN 2.1 ... II ( THESIS ).pdfketerampilan berbicara pada khususnya bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan. Para mahasiswa Jurusan Pendidikan

35

dan bagaimana sequencing ‗keberurutan‘ dapat dicapai (memberikan dan

memperoleh giliran atau mekanisme turn-taking, jeda, interupsi, overlap,

dan lain lain).

2.3.5 Pramusaji

Industri makanan dan minuman berhubungan sangat erat dengan persiapan

dan penyajian beratus-ratus jenis makanan dan minuman kepada berjuta-juta

manusia sepanjang hidup. Industri penyajian makanan dan minuman adalah suatu

industri yang melayani kebutuhan orang lain yang jauh dari rumah atau kantor.

Perkembangan industri penyajian makanan dan minuman yang makin pesat ini di

samping menguntungkan juga menimbulkan beberapa masalah di antaranya (1)

masalah sanitasi restoran, (2) pengadaan bahan-bahan yang diperlukan untuk

industri tersebut, (3) pendidikan kejuruan di bidang restoran dan perhotelan a.l.

juru masak, pramusaji ( waiter dan waitress), (4) accounting dan chasier yang

dapat diawasi, (5) cara penciptaan fast food service untuk makanan Indonesia

yang dapat dihidangkan secara cepat, dan (6) manajemen yang terpadu secara

menyeluruh yang dapat memberikan kepuasan kepada para tamu (Arief, 2005:35).

Perkembangan industri makanan dan minuman memerlukan seorang

pramusaji yang andal dan cekatan. Pramusaji adalah seseorang yang menyajikan

makanan dan minuman di dalam sebuah restoran atau bar, yang bertugas

menunggu para tamu, membuat para tamu merasa mendapat sambutan dengan

baik dan nyaman, mengambil pesanan makanan dan minuman serta

menyajikannya, juga membersihkan restoran dan lingkungannya, serta

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN 2.1 ... II ( THESIS ).pdfketerampilan berbicara pada khususnya bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan. Para mahasiswa Jurusan Pendidikan

36

mempersiapkan meja makan ( table setting) untuk tamu berikutnya ( Marsum

W.A., 2005:90—99).

Seorang pramusaji harus melengkapi dirinya dengan pengetahuan yang

berkaitan dengan tugasnya. Agar dapat berkomunikasi yang baik dan efektif

dengan tamu, pramusaji harus selalu berusaha meningkatkan kemampuan

berbahasanya sebagaimana bahasa tamu yang dilayaninya. Pekerjaan pramusaji

juga menyangkut kesatuan kerja, baik dengan rekan sekerja maupun dengan para

atasan ( Marsum W.A., 2005:91). Courtesy ( budi bahasa ) dan alletness

(kewaspadaan ) merupakan dua faktor penting yang dimiliki oleh seorang

pramusaji di dalam menjalani pekerjaannya. Urutan-urutan kerja di restoran pada

saat restoran beroperasi yang disusun dalam sebuah pedoman standar pekerjaan

seorang pramusaji (SOP) harus dikuasai oleh pramusaji dengan kemampuan

berkomunikasi bahasa Inggris yang baik, lancar, dan efektif (Arief, 2005:57—70).

Urutan-urutan kerja tersebut adalah sebagai berikut.

1) Menyambut dan mengucapkan salam ‗greeting the guest‟ : good afternoon

Mr. Brown, Could I help you please ?

2) Mendudukkan tamu ‗sitting the guest‟: Take a sit please Mr. Brown.

3) Menuangkan air es

4) Memberikan daftar makanan dan minuman, makan siang dan makan malam,

‗presenting menu‟: Excuse me, this is our menu, Mr. Brown

5) Serving bread and butter

6) Mengambil pesanan tamu „taking order‟ and writing the guest order: may I

take your order please ?; are you ready to order sir ?

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN 2.1 ... II ( THESIS ).pdfketerampilan berbicara pada khususnya bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan. Para mahasiswa Jurusan Pendidikan

37

7) Mengulangi pesanan ‗ repeat the order „ : may I repeat your order Sir ?

8) Mengantarkan pesanan

9) Mengambil pesanan dari dapur ‗picking up the guest order‟

10) Menghidangkan makanan kepada tamu ‗service the guest‟: Excuse me, These

are your orders, Sir

11) Memberikan cek ‗presenting the bill‟ : This is bill Sir

12) Tamu meninggalkan tempat ‗leaving the guest‟: Thank you for your coming

Sir. I hope you can enjoy your food in our restaurant. Thank you and have a

nice day Sir

2.3.6 Guided Conversation

Metode guided conversation dalam pembelajaran BIP dapat dijabarkan

sebagai berikut.

2.3.6.1 Pengertian Guided Conversation

Kata guided, yang erat kaitannya dengan proses pembelajaran

keterampilan berbicara bahasa Inggris adalah “membimbing dan memandu”

mahasiswa dalam belajar. Antara membimbing dan memandu memiliki kesamaan

makna dan tujuan karena kedua kata tersebut sama-sama menuntun mahasiswa ke

arah yang cemerlang dalam berbicara bahasa Inggris. Mahasiswa yang

sebelumnya masih banyak belum tahu bagaimana mengucapkan sebuah kata

dalam bahasa Inggris (misalnya, mengucapkan book ) yang kadang-kadang dibaca

oleh siswa dengan bo-ok. Dengan tuntunan dosen maka dari bo-ok menjadi (buk)

dan banyak lagi kosakata atau kalimat yang sulit dikatakan oleh mahasiswa

karena terbiasa dengan bahasa ibu atau bahasa Indonesia dan bahasa daerah.

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN 2.1 ... II ( THESIS ).pdfketerampilan berbicara pada khususnya bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan. Para mahasiswa Jurusan Pendidikan

38

Tuntunan semacam ini dilakukan dosen dalam proses pembelajaran

keterampilan berbicara bahasa Inggris di dalam atau di luar kelas. Tujuannya

memantapkan ucapan-ucapan mahasiswa dalam bentuk percakapan sederhana

seperti ungkapan di bawah ini

a. Salam (Greetings)

Biasanya setelah mengucapkan salam, diiringi dengan menanyakan

kabar orang yang disapa. Di bawah ini, dicontohkan beberapa bahasa ekpresi

yang digunakan untuk memberikan salam. Selain itu bahasa ekpresi yang

digunakan untuk menanyakan kondisi seseorang yang disertai dengan tuntunan

dosen bahasa Inggris seperti dalam tabel di bawah ini

Table 2.1 Tuntunan Percakapan dalam Bahasa Inggris

Selamat Pagi Nona Siska Good Morning Miss Siska

Selamat Siang Tuan Teguh Good Afternoon Mr. Teguh

Selamat Malam Richard Good Evening Richard

Selamat Malam/Selamat Tinggal/Selamat

Tidur Tuan Steven Good Night Mr. Steven

Selamat Tinggal Tuan Brown Good Bye Mr. Brown

Sampai Jumpa semuanya See you all

Halo atau Hai Hello atau Hi

Apa kabar? How are you?; How do you do ?

Baik-baik saja I'm fine ; Thank you ; Good. I‟m

Well, thanks you

Apakah kamu baik-baik saja? Are you alright ?; Are you OK?;

Are you well ?

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN 2.1 ... II ( THESIS ).pdfketerampilan berbicara pada khususnya bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan. Para mahasiswa Jurusan Pendidikan

39

a. Perkenalan diri

Berikut dikemukakan ungkapan - ungkapan yang biasa digunakan untuk

bertanya tentang identitas seseorang / memperkenalkan diri kepada orang lain

dalam bentuk/kalimat bahasa Inggris sederhana dan disertai tuntunan atau

bimbingan dosen bahasa Inggris.

1) May I introduce myself ? : ‗ Izinkan saya memperkenalkan diri ‘

2) My name is Teguh : ‟ Salam perkenalan, Teguh‘

3) My name is Richard : „ Nama saya Richard‘

4) How do you do Richard ? : „ Salam perkenalan, Richard‘

Selanjutnya, kata ―conversation‖ berarti ― percakapan atau perbincangan‖

(Sadili, 1989: 105). Menurut kamus Oxford (1986: 123), conversation is a spoken

exchange of news and ideas between people. Selanjutnya, dalam

http://www.answers.com/topic/conversation (yang dikutip pada Senin, tanggal 1

April 2013) dinyatakan bahwa conversation adalah A conversation is

communication between two or more people. Conversations are the ideal form of

communication in some respects, since they allow people with different views on a

topic to learn from each other. Dari kutipan di atas, dapat digambarkan bahwa

percakapan adalah terjadinya komunikasi yang dilakukan oleh beberapa orang

dalam rangka memberikan pandangan, pemikiran, usulan, dan solusi. Dalam

percakapan yang panjang akan dihasilkan sebuah kesepakatan bersama secara

positif dan hasilnya disebarkan kepada semua orang yang berkepentingan

terhadap hasil kesepakatan itu. Semua kesepakatan dari percakapan itu harus

dipatuhi bersama-sama karena kegunaannya untuk bersama.

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN 2.1 ... II ( THESIS ).pdfketerampilan berbicara pada khususnya bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan. Para mahasiswa Jurusan Pendidikan

40

Terkait dengan keterampilan berbicara bahasa Inggris, berarti

memberdayakan mahasiswa agar dapat melakukan keterampilan berbicara dengan

cara yang paling mudah. Mahasiswa merasa senang terhadap mata kuliah bahasa

Inggris karena diajarkan melalui strategi, metode, atau teknik yang jauh lebih

menyenangkan sehingga terdorong untuk belajar aktif dan kreatif. Apabila

mahasiswa sudah merasa senang, aktif, dan kreatif terhadap mata kuliah bahasa

Inggris, kemampuannya, baik secara tertulis maupun lisan akan meningkat.

Menurut Pattison (1987:210) dan Zainil (2008) ada beberapa klasifikasi

percakapan yang bisa memperlancar keterampilan berbicara bahasa Inggris

mahasiswa sekaligus mempermudah menguasai seluruh komponen keterampilan

berbicara. Adapun klasifikasi percakapan yang dimaksud adalah sebagai berikut

1) Structural Conversation.

Penggunaan bahasa Inggris, baik dalam percakapan sehari-hari maupun

penggunaan bahasa tulisan, harus tepat dan benar dalam segi apa pun karena

berhubungan dengan waktu lampau, sekarang, dan akan datang. Selain itu,

penggunaan struktur bahasa Inggris terkait dengan penggunaan bentuk noun,

pronoun, articles, dan bermacam bentuk kata : adjective, verbs, dan adverbs.

Cobalah amati percakapan di bawah ini

Staff : Room service, how can I help you?

Guest : Yes, could you send up a BLT, a bag of chips, and an ice tea.

Staff : Of course sir, could I have your room number?

Guest : It‟s 1515.

Staff : OK, your order will be there in about 15 minutes.

Guest : Thank you, goodbye.

Yang perlu diamati adalah bentuk percakapan di atas, yaitu memfungsikan

struktur dalam penggunaan bahasa. Dengan kata lain, dalam setiap

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN 2.1 ... II ( THESIS ).pdfketerampilan berbicara pada khususnya bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan. Para mahasiswa Jurusan Pendidikan

41

percakapan/perbincangan mahasiswa diharapkan memperbaiki penyusunan

kalimat bahasa Inggris sesuai dengan tata bahasa Inggris agar menjadi baik dan

benar.

2) Functional Conversation.

Functional conversation adalah pelajaran conversation yang ditujukan

untuk membentuk kemampuan mahasiswa dalam memfungsikan bahasa menurut

tempat dan keberadaannya. Dalam percakapan sehari-hari (daily conversation)

sering dihadapkan kepada sesuatu yang objektif. Perhatikan bentuk percakapan di

bawah dengan cermat

Dialogue 1

Richard : May I borrow your pen?

Diana : Yes, please!

Dialogue 2 :

Richard :By the way, will you come to my house this afternoon?

Diana :With my pleasure.

Richard :Waiter, give me two cups of coffee, please!

3) Situational Conversation

Perhatikan bentuk percakapan di bawah dengan cermat :

Dialogue 1

Rirchard : May I borrow your pen?

Diana : Yes, please!

Dialogue 2

Richard : By the way, will you come to my house this afternoon?

Diana : With my pleasure.

Richard : Waiter, give me two of coffee, please!

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN 2.1 ... II ( THESIS ).pdfketerampilan berbicara pada khususnya bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan. Para mahasiswa Jurusan Pendidikan

42

Lihat pada frasa 2 coffees – itu adalah salah satu contoh bagaimana

penggunaan fungsi-fungsi khusus dalam komunikasi berdasarkan situasi. Di

restoran, sudah biasa dikatakan 2 of coffees walaupun secara grammar hal tersebut

salah, karena „coffee‟ biasanya dianggap sebagai uncountable noun.

Berdasarkan makna conversation di atas, dapat disimpulkan bahwa setiap

mahasiswa terlibat dalam komunikasi bahasa Inggris dalam mata kuliah bahasa

Inggris baik dalam bentuk dua arah (bersemuka), kelompok, mahasiswa dengan

dosen, maupun dosen dengan mahasiswa untuk mengkomunikasikan bahan

ajar yang telah ditentukan sesuai dengan silabus dan buku ajar. Dengan demikian,

antara guided dan conversation merupakan paduan percakapan atau perbincangan

yang dilakukan mahasiswa dalam bahasa Inggris sederhana dalam rangka

memperlancar komunikasi dan meningkatkan hasil belajar dalam keterampilan

berbicara bahasa Inggris bagi mahasiswa. Perlakuan dalam percakapan tersebut

dilaksanakan dengan panduan atau petunjuk dan bimbingan dalam durasi panjang

dan singkat (Blowerk 2008: 103), baik di dalam maupun di luar ruangan belajar.

Pelaksanaan keterampilan berbicara bahasa Inggris melalui guided

conversation, baik di luar maupun di dalam kelas sangat dipengaruhi oleh

beberapa faktor yang terkait. Pertama, keterkaitan antara pernyataan dan

kenyataan yang ada di lapangan. Setiap pernyataan akan sangat berarti apabila

ditinjau secara langsung ke lapangan sehingga memberikan kepuasan secara

pribadi. Artinya realita itu muncul lebih banyak lagi bentuk ucapan lain yang

bersamaan dengan konteks. Kedua, situasi baru kebiasaan mahasiswa dalam

melakukan keterampilan berbicara bahasa Inggris dengan bentuk guided

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN 2.1 ... II ( THESIS ).pdfketerampilan berbicara pada khususnya bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan. Para mahasiswa Jurusan Pendidikan

43

conversation lebih suka kepada hal-hal yang baru karena di samping

memperbanyak praktik keterampilan berbicara dengan kosakata yang baru juga

belum pernah membanyangkan keberadaan yang baru sehingga muncul beragam

pertanyaan dan jawaban mahasiswa. Ketiga, keterkaitan antara materi dan

pengalaman belajar mahasiswa. Koneksitas keduanya semakin memperlancar

praktik keterampilan berbicara maha siswa yang dilakoninya secara berulang-

berulang.

Dalam hal ini, learning conversational English is not easy, especially for

those living in countries where English is not the first language for the speakers

(ww.physorg.com/news 81096427.html). Proses pembelajaran dalam bidang

keterampilan berbicara bahasa Inggris membutuhkan strategi yang tepat untuk

menumbuhkembangkan minat mahasiswa dan meningkatkan keterampilan

berbicara bahasa Inggris sebaik mungkin. Belajar keterampilan berbicara

diperlukan persiapan matang baik oleh dosen sebagai pengajar/pembimbing

maupun mahasiswa.

Persiapan mahasiswa dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan

berbicara bahasa Inggris adalah penguasaan kosakata, penguasaan grammar,

penguasaan strategi belajar, media belajar, fasilitas belajar, penetapan jadwal

belajar yang tepat, dan lingkungan belajar yang baik. Tujuannya adalah dapat

memberikan nuansa berbeda dari pembelajaran konvensional, disamping mampu

meningkatkan minat mahasiswa untuk kegiatan belajar tanpa bosan.

2.3.6.2 Tahap-Tahapan Pelaksanaan Guided Conversation

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN 2.1 ... II ( THESIS ).pdfketerampilan berbicara pada khususnya bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan. Para mahasiswa Jurusan Pendidikan

44

Dalam melakukan keterampilan berbicara bahasa Inggris dengan baik

melalui guided conversation terdapat delapan cara yang sering menjadi acuan

dalam metode guided conversation ( Peterson, 2007 : 101 ). Kedelapan acuan

tersebut adalah sebagai berikut

a. Mengetahui ukuran kesulitan dan kemudahan information gap yang ada

dalam bentuk percakapan. Dengan demikian, mahasiswa dapat menduga

atau mempersiapkan alternatif jawaban yang mendekati kebenaran.

b. Membuat pertanyaan yang berbobot sehingga jawaban yang diberikan

mahasiswa bisa menarik perhatian dan perlu adanya kajian lebih lanjut.

Bentuk pertanyaan sebaiknya dengan menggunakan kata-kata mengapa

(why) karena dengan pertanyaan ―why” bisa dilakukan proses yang

menghasilkan keterampilan mahasiswa dalam melakukan praktik berbicara

bahasa Inggris.

c. Mendengarkan dengan saksama dan mengingat apa yang

dikatakan/ditanyakan sehingga jawaban akan menjadi jelas dan terarah.

d. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menggunakan

bukti/alasan. Perolehan bukti atau alasan membantu mahasiswa untuk

mengungkap atau menggambarkan secara detail melalui percakapan

sederhana dalam bahasa Inggris.

e. Menyuruh semua mahasiswa berpartisipasi dalam percakapan terbuka

sehingga secara tidak langsung dapat melatih diri untuk melakukan

komunikasi yang terpimpin.

Page 37: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN 2.1 ... II ( THESIS ).pdfketerampilan berbicara pada khususnya bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan. Para mahasiswa Jurusan Pendidikan

45

f. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menggali lebih dalam

sampai mendapatkan jawaban pasti dari berbagai sumber buku agar

tercipta suasana aktif berbicara bahasa Inggris.

g. Mahasiswa diberikan kesempatan untuk melakukan pengamatan pada satu

sumber/bedah buku sekadar pembuktian akurat sehingga dapat

memberikan laporan dalam bentuk lisan (bahasa Inggris).

h. Laporan lisan berarti mahasiswa telah melakukan praktik keterampilan

berbicara bahasa Inggris melalui guided conversation karena memberikan

waktu yang cukup sambil memberikan pengarahan terhadap hasil laporan

mahasiswa. Bimbingan dan pengarahan itu tidak hanya diberikan oleh

dosen bahasa Inggris, tetapi bisa juga diberikan oleh mahasiswa sambil

memperaktikkan keterampilan berbicara yang sudah dimilikinya.

2.3.6.3 Karakteristik Berbicara Bahasa Inggris Melalui Guided

Conversation

Untuk melakukan keterampilan berbicara bahasa asing seperti bahasa

Inggris memang dirasakan sulit karena harus mengintegrasikan keterampilan

lainnya ( listening skill, reading skill, dan writing kill) ke dalam bentuk speaking

yang baik. Dengan demikian, proses keterampilan berbicara bisa menjadi lebih

sempurna dan aktif. Sedikitnya ada empat karakteristik berhasilnya kegiatan

keterampilan berbicara bahasa asing (Brown and Yule, 1983: 120, Hyland, 1991:

122) sebagai berikut.

a. Mahasiswa harus berbicara sesering mungkin

Page 38: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN 2.1 ... II ( THESIS ).pdfketerampilan berbicara pada khususnya bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan. Para mahasiswa Jurusan Pendidikan

46

Dalam proses kegiatan keterampilan berbicara bahasa Inggris, peserta

justru harus melakukan lebih banyak komunikasi. Dalam hal ini membicarakan

atau yang membahas permasalahan sesuai dengan topik. Keuntungannya adalah

semakin sering melakukan keterampilan berbicara semakin lancar pula refleksi

berbicara (Zainil, 2010).

b. Partisipasi

Sebaiknya dalam proses penerapan keterampilan berbicara melalui guided

conversation tidak didominasi oleh individu atau sebagian kecil peserta yang bisa

berbicara ( mampu berbicara bahasa Inggris ), tetapi meibatkan semua

peserta/mahasiswa. Artinya, semua mahasiswa berhak mengeluarkan pendapat

dan harus berbicara untuk memperlancar diri sampai mahir. Tujuannya adalah

membiasakan komunikasi lisan yang logis bukannya sekadar berbicara tanpa

menggunakan kaedah bahasa yang baik, penggunaan tata bahasa yang jelas,

ucapan yang tepat, penggunaan kosakata yang benar, intonasi yang sempurna,

dan dapat dipahami oleh lawan bicara.

c. Tanggung Jawab

Tanggung jawab berarti kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu

sesuai dengan kadar kemampuan. Dalam hal ini adalah kemampuan untuk

berbicara bahasa Inggris yang dilakukan secara berdiskusi atau berpasangan dan

harus bertanggung jawab untuk mempertahankannya. Jadi, dalam berpasangan

atau secara individu harus merasa bertanggungjawab.

Page 39: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN 2.1 ... II ( THESIS ).pdfketerampilan berbicara pada khususnya bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan. Para mahasiswa Jurusan Pendidikan

47

d. Tingkatan Bahasa yang digunakan

Dalam melakukan komunikasi lisan terhadap bahasa asing (bahasa

Inggris) harus berterima oleh antarpeserta. Bahasa yang digunakan berbentuk

simpel, ucapan yang tepat, dan mudah dimengerti oleh pendengar lainnya.

Artinya, mudah, teratur, dan tepat dalam berbicara. Dengan demikian, secara

keseluruhan memiliki tingkat kebahasaan yang epistemic (mampu

mengungkapkan pengetahuan ke dalam bahasa sasaran, yaitu bahasa Inggris).

2.3.6.4 Pembelajaran Melalui Guided Conversation

Pada dasarnya belajar bahasa Inggris tidak sesulit yang dibayangkan

mahasiswa pemula. Padahal hanya tergantung kepada cara mempelajarinya dan

bagaimana penerapannya di lapangan. Pembelajaran keterampilan berbicara

bahasa Inggris sebaiknya disesuaikan secara kontekstual agar bisa membantu

mahasiswa menguasai bahasa Inggris (Zainil, 2006). Di pihak lain, Dragsten

(2005) menyatakan bahwa bentuk proses pembelajaran yang dilakukan melalui

guided conversation untuk mempelajari keterampilan berbicara bahasa Inggris

yang sesuai dengan kondisi dan mempermudah mahasiswa untuk menguasainya,

yakni (a) practice your English as often as possible, (b) participate in any and all

class activities.(c) review both presents and old materials. (d) listen to the

directions at all times, (e) know your grammar, (f) know your English classroom

in order to fully understand what the teacher is saying and for you to be

understood by the teacher.

Page 40: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN 2.1 ... II ( THESIS ).pdfketerampilan berbicara pada khususnya bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan. Para mahasiswa Jurusan Pendidikan

48

2.3.7 Penilaian dan Evaluasi Keterampilan Berbicara

Penilaian adalah proses pengumpulan informasi untuk menentukan sejauh

mana tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan tercapai. Informasi itu dapat

berupa pendapat dosen, orang tua, kualitas buku, hasil penilaian, dan sikap

mahasiswa. Alat evaluasi dapat berupa tes, kuesioner, wawancara, dan observasi.

Penilaian merupakan semua metode yang digunakan untuk mengumpulkan

informasi mengenai pengetahuan, kemampuan, pemahaman, sikap, dan motivasi

mahasiswa. Penilaian dapat dilakukan di antaranya melalui tes, penilaian diri, baik

secara formal maupun informal.

Trianto (2011: 61) memberikan definisi tes sebagai alat yang digunakan

untuk mengukur tingkat ketuntasan belajar mahasiswa berupa nilai yang diperoleh

dari pelaksanaan tes, sedangkan nontes adalah cara lain mengukur segala sesuatu

yang tidak teramati dalam proses belajar mengajar. Alat pengukuran nontes,

antara lain berupa pedoman observasi, skala sikap, daftar cek, catatan riwayat

kelakuan, dan jaringan sisiomentrik. Namun, untuk kemudahan dalam tulisan ini

istilah evaluasi merujuk, baik kepada penilaian, pengetesan, maupun penilaian.

Evalusi tidak dapat dilepaskan dari kegiatan pengajaran. Dalam pengajaran

terdapat elemen mahasiswa sebagai input, pembelajaran di kampus atau di kelas

sebagai proses, kompetensi lulusan sebagai hasil, kegiatan evaluasi terjadi, baik

pada awal proses, maupun pada akhir pembelajaran.

Pengalaman belajar dilakukan untuk mencapai tujuan (menguasai

kompetensi tertentu ) dan evaluasi dilakukan untuk melihat sejauh mana

Page 41: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN 2.1 ... II ( THESIS ).pdfketerampilan berbicara pada khususnya bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan. Para mahasiswa Jurusan Pendidikan

49

kompetensi yang telah dilakukan oleh mahasiswa dalam bentuk hasil belajar yang

diperlihatkan setelah mereka menempuh pengalaman belajar. Selain itu, dalam

pengembangan kurikulum, evaluasi dilakukan dalam setiap tahap pengembangan

kurikulum, yaitu mulai dari analisis kebutuhan, penetapan tujuan, penilaian,

pengembangan bahan, hingga kegiatan pembelajaran ( Brown, 2002:28 ).

Prinsip penilaian yang penting dipaparkan adalah (1) kepraktisan

(practicity), yaitu apabila tes tersebut dilakukan dengan biaya yang tidak terlalu

mahal, (2) keterandalan (reliability),yaitu apabila tes tersebut konsisten dan dapat

diandalkan, (3) validitas (validity), yaitu sejauh mana kesimpulan yang diperoleh

dari tes yang dilakukan tepat dan bermakna sesuai dengan tujuan penilaian yang

diinginkan, (4) keotentikan (authenticity), yaitu apabila tingkat kesejalanan antara

ciri-ciri sebuah tes bahasa dan pitur-pitur tugas bahasa yang akan dilakukan

dalam bahasa target.

2.3.7.1 Tes Keterampilan Berbicara ( Test of Speaking Skill )

Keterampilan berbicara dapat dibagi menjadi (1) keterampilan makro

dan (2) keterampilan mikro. Keterampilan berbicara mikro mencakupi

kemampuan memproduksi bahasa sederhana, seperti fonem, morfem, kata,

kolokasi (meja berkolokasi dengan kursi), menghasilkan fonem bahasa Inggris

yang berbeda, menghasilkan bahasa dengan panjang yang berbeda,

menghasilkan pola tekanan bahasa Inggris, menggunakan sejumlah unit leksikal

yang memadai ( kosakata ), menghasilkan ujaran yang lancar, serta memonitor

ujaran yang dihasilkan. Keterampilan berbicara makro meliputi kemampuan

Page 42: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN 2.1 ... II ( THESIS ).pdfketerampilan berbicara pada khususnya bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan. Para mahasiswa Jurusan Pendidikan

50

mencapai fungsi komunikatif berdasarkan situasi yang diberikan, menggunakan

gaya dan register yang tepat, menggunakan raut wajah, gerakan dan bahasa tubuh,

menggunakan strategi berbicara, dan menggunakan penghubung antara ujaran

yang satu dan lainnya.

Penerapan metode guided conversation dalam keterampilan berbicara

berbahasa Inggris ini berhubungan dengan berbicara interaktif yang dapat

dievaluasi dengan menggunakan wawancaara, bermain peran, diskusi, dan

percakapan untuk menilai kemampuan memilih topik, memberikan perhatian,

menyela, menjelaskan, bertanya, melakukan negosiasi makna, mengecek pola

intonasi dan bahasa tubuh, serta sopan santun.

2.3.8 Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas (PTK) atau disebut juga dengan classroom

action research (CAR) adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan

memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas (Burns, 2009: 6). Fokus PTK

adalah pada mahasiswa atau pada proses belajar mengajar yang terjadi di kelas.

Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi

di kelas dan meningkatkan kegiatan nyata dosen dalam pengembangan

keprofesionalannya. Secara terperinci, tujuan PTK adalah (1) meningkatkan mutu

isi, masukan, proses, dan hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah ; (2)

membantu dosen dan tenaga kependidikan lainnya mengatasi masalah

pembelajaran; (3) meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga

kependidikan; dan (4) menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan

Page 43: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN 2.1 ... II ( THESIS ).pdfketerampilan berbicara pada khususnya bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan. Para mahasiswa Jurusan Pendidikan

51

sekolah sehingga tercipta sikap proaktif dalam melakukan perbaikan mutu

pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan (Burns, 2009: 8)

PTK ini memiliki keunggulan antara lain (1) peneliti atau dosen tidak

perlu meninggalkan kelas atau pekerjaannya; (2) tidak memerlukan biaya yang

tinggi dan dapat dilakukan kapan saja; (3) hasil penelitian yang direncanakan

dapat dirasakan; (4) bila treatment (perlakuan) dilakukan kepada responden,

mereka dapat merasakan hasilnya; dan (5) treatment yang dilakukan memberikan

motivasi kepada subjek didik untuk menghasilkan perubahan sikap. Penelitian

tindakan kelas sangat bermanfaat untuk memperluas kemampuan dan

memperoleh pemahaman yang lebih tentang kelas, mahasiswa, dan diri sendiri

sebagai dosen (Trianto, 2011: 18).

Lewin (dalam Suparno, 2008: 11) mengembangkan model spiral dalam

penelitian tindakan yang kemudian menjadi sumber acuan dan banyak

dikembangkan oleh para ahli lainnya. Adapun model yang dimaksud adalah (1)

Refleksi, (2) Perencanaan, (3) Tindakan, dan (4) aksi berikutnya.

Gambar 2.1 Penelitian Tindakan Kelas ( PTK )

Perencanaan

Refleksi

Observasi

Tindakan

Aksi Berikutnya

Page 44: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN 2.1 ... II ( THESIS ).pdfketerampilan berbicara pada khususnya bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan. Para mahasiswa Jurusan Pendidikan

52

Lewin ( dalam Suparno, 208:11)

2.3.9 Model Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain penelitian tindakan

kelas. Dalam penelitian tindakan kelas, terdapat empat aspek pokok, yaitu (1)

penyusunan rencana, (2) tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Keempat aspek

pokok tersebut dikaji secara bertahap dan sistematis yang diterapkan dalam dua

siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Dimana dalam setiap siklus disajikan tiga kali

penyajian dan satu kali refleksi. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan

kuantitatif dan kualitatif, sebagaimana dapat dilihat pada diagram di bawah ini.

Data kualitatif diperoleh melalui analisis linguistik yang dilakukan pada

transkrip rekaman interaksi mahasiswa yang berperanan sebagai pramusaji dan

tamu dalam bentuk wacana lisan ( percakapan ), data wawancara, field note dalam

interaksi di kelas.

Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes mahasiswa pada saat melakukan

tes keterampilan berbicara dengan metode guided conversation, baik pada tes

awal (pratindakan ), tes akhir pada siklus I, tes akhir pada siklus II, dan kuesioner.

Setelah diperoleh hasil tes pratindakan dan hasil tes akhir siklus I dan siklus II

dicari nilai rerata ( mean ), nilai tengah ( median ) dan nilai yang paling sering

muncul ( modus ). Berikut model penelitian kajian ini.

Page 45: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN 2.1 ... II ( THESIS ).pdfketerampilan berbicara pada khususnya bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan. Para mahasiswa Jurusan Pendidikan

53

Gambar 2.2 Model Penelitian

KETERAMPILAN BERBICARA TALKS AS

TRANSACTION

SIKLUS PTK

YANG DILAKUKAN SECARA BERULANG DALAM PROSES

PEMBELAJARAN MELALUI EMPAT TAHAPAN

( PLANING, ACTION, OBSERVASI, REFLEKSI, ( BURN, 2009 : 6 )

METODE PEMBELAJARAN GUIDED CONVERSATION

DESKRIPTIF KUALITATIF

( OBSERVASI, KUESIONER,

TRANSKRIP REKAMAN )

DESKRIPTIF

KUANTITATIF ( HASIL

TES PRATINDAKAN, TES

AKHIR SIKLUS I DAN

SIKLUS II

TABEL DAN PERSENTASE

YANG DISAJIKAN SECARA

DESKRIPTIF

LINGUISTIK TERAPAN

PEMBELAJARAN

KETERAMPILAN BERBICARA

BERDASARKAN EMPAT

ASPEK; ASPEK KEFASIHAN

BERBAHASA, KETEPATAN

BERBAHASA, TATA BAHASA,

METODE PENYELESAIAN

TUGAS

HASIL PENELITIAN

DESKRIPTIF

INTERPRETATIF

LINGUISTIK

BERBICARA SEBAGAI

TRANSAKSI

( TALKS AS TRANSACTION )