bab ii kajian pustaka -...

19
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pembelajaran IPS Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran di SD. Trianto (2010:171) mengemukakan bahwa IPS merupakan integrasi berbagai cabang-cabang ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya. IPS dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu sosial. Ilmu pengetahuan sosial adalah mata pelajaran yang merupakan suatu panduan sejumlah mata pelajaran sosial. Dapat juga dikatakan bahwa ilmu pengetahuan sosial merupakan mata pelajaran yang menggunakan bagian- bagian tertentu dari ilmu sosial. Ilmu pengetahuan sosial. Ilmu pengetahuan sosial mempelajari manusia dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisiknya untuk memahami masalah-masalahsosial (Depdikbud, 2004). Konsep dasar IPS meliputi 1) interaksi, 2) saling ketergantungan, 3) kesinambungan dan perubahan, 4) keragaman/ kesamaan/ perbedaan, 5) konflik dan konsensus, 6) pola, 7) tempat, 8) kekuasaan, 9) nilai kepercayaan, 10) keadilan dan pemerataan, 11) kelangkaan, 12) kekhususan, 13) budaya, 14) nasionalisme (Etin Solihatin, 2009: 15-21). Jadi IPS merupakan mata pelajaran yang mengkaji tentang manusia, kehidupan sosial dan berbagai permasalahannya. Dari uraian pendapat para ahli di atas menyimpulkan bahwa ilmu pengetahuan sosial adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari kehidupan manusia dalam masyarakat yang didasarka pada bahan kajian geografi, sosiologi, antropologi, tata Negara, sejarah, kehidupan sosial dan berbagai permasalahannya. Memperhatikan uraian tersebut, maka pembelajaran IPS perlu diberikan di jenjang sekolah Dasar, di mana peserta didik dapat mengenal sejarah dan kehidupan sosial. Berikut dijabarkan beberapa aspek dalam pembelajaran IPS di SD.

Upload: lythuy

Post on 14-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11167/2/T1_292012625_BAB II...untuk memahami masalah ... Dari uraian pendapat para ahli di atas menyimpulkan

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Pembelajaran IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran di

SD. Trianto (2010:171) mengemukakan bahwa IPS merupakan integrasi

berbagai cabang-cabang ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi,

ekonomi, politik, hukum dan budaya. IPS dirumuskan atas dasar realitas dan

fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek

dan cabang-cabang ilmu sosial.

Ilmu pengetahuan sosial adalah mata pelajaran yang merupakan suatu

panduan sejumlah mata pelajaran sosial. Dapat juga dikatakan bahwa ilmu

pengetahuan sosial merupakan mata pelajaran yang menggunakan bagian-

bagian tertentu dari ilmu sosial. Ilmu pengetahuan sosial. Ilmu pengetahuan

sosial mempelajari manusia dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisiknya

untuk memahami masalah-masalahsosial (Depdikbud, 2004).

Konsep dasar IPS meliputi 1) interaksi, 2) saling ketergantungan, 3)

kesinambungan dan perubahan, 4) keragaman/ kesamaan/ perbedaan, 5)

konflik dan konsensus, 6) pola, 7) tempat, 8) kekuasaan, 9) nilai kepercayaan,

10) keadilan dan pemerataan, 11) kelangkaan, 12) kekhususan, 13) budaya,

14) nasionalisme (Etin Solihatin, 2009: 15-21). Jadi IPS merupakan mata

pelajaran yang mengkaji tentang manusia, kehidupan sosial dan berbagai

permasalahannya.

Dari uraian pendapat para ahli di atas menyimpulkan bahwa ilmu

pengetahuan sosial adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari kehidupan

manusia dalam masyarakat yang didasarka pada bahan kajian geografi,

sosiologi, antropologi, tata Negara, sejarah, kehidupan sosial dan berbagai

permasalahannya. Memperhatikan uraian tersebut, maka pembelajaran IPS

perlu diberikan di jenjang sekolah Dasar, di mana peserta didik dapat

mengenal sejarah dan kehidupan sosial. Berikut dijabarkan beberapa aspek

dalam pembelajaran IPS di SD.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11167/2/T1_292012625_BAB II...untuk memahami masalah ... Dari uraian pendapat para ahli di atas menyimpulkan

6

1) Kajian Pokok

Ilmu pengetahuan yang diajarkan di SD terdiri atas dua bahan kajian

pokok, yaitu: pengetahuan sosial dan sejarah. Bahan kajian pengetahuan

sosial, mencakup lingkungan sosial, ilmu bumi, ekonomi dan

pemerintahan. Bahan kajian sejarah meliputi, perkembangan masyarakat

Indonesia sejak masa lampau hingga masa kini. (Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan, 2004)

2) Fungsi

Pelajaran IPS di SD berfungsi mengembangkan pengetahuan dan

ketrampilan dasa untuk melihat kenyataan sosial yang dihadapi siswa

dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan pengajaran sejarah berfungsi

sebagai menumbuhkan rasa kebanggaan dan bangga perkembangan

masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga masa sekarang. (Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan, 2004)

3) Tujuan Belajar IPS

Tujuan pendidikan IPS adalah mendidik dan memberi bekal kemampuan

dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat

kemampuan dan lingkungannya serta berbagai bekal siswa untuk

melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (Trianto, 2010:

174).Selanjutnya Trianto (2010: 176) juga mengemukakan tujuan utama

ilmu pengetahuan sosial adalah untuk mengembangkan potensi peserta

didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat,

memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang

terjadi dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik

yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat.

Jadi pembelajaran IPS di SD bertujuan untuk mengembangkan

pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, sikap, nilai dan analisis siswa

terhadap masalah sosial sehingga siswa peka dan mampu mengatasi

masalah sosial yang menimpa diri maupun masyarakatnya yang pada

akhirnya akan menjadi seorang warga negara yang baik. Berikut beberapa

tujuan siswa belajar mengenai IPS:

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11167/2/T1_292012625_BAB II...untuk memahami masalah ... Dari uraian pendapat para ahli di atas menyimpulkan

7

a) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat

dan lingkungannya

b) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin

tahu, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial

c) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan, ditingkat lokal, nasional dan global

d) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetensi

dalam masyarakat yang majemuk.

2.2. Model Pembelajaran

Model secara harfiah berarti “bentuk”, dalam pemakaian secara umum

model merupakan interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukurannya

yang diperoleh dari beberapa sistem. Sedangkan menurut Agus Suprijono

(2011: 45), model diartikan sebagai bentuk representasi akurat sebagai proses

aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba

bertindak berdasarkan model itu.

Pengertian menurut Syaiful Sagala (2005: 175) sebagaimana dikutip

oleh Indrawati dan Wanwan Setiawan (2009: 27), mengemukakan bahwa

model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur

yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik

untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi

perancang pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan

aktivitas belajar mengajar. Model pembelajaran ialah pola yang digunakan

sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial

(Agus Suprijono, 2011: 46). Dari beberapa pengertian tersebut di atas dapat

disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang

digunakan sebagai pedoman dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan

tertentu.

2.2.1 Model Cooperatif Learning Tipe Two Stay Two Stray (TSTS)

Model pembelajaran Two Stay Two Stray/Dua Tinggal Dua Tamu

merupakan model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada kelompok

untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lainnya (Spencer

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11167/2/T1_292012625_BAB II...untuk memahami masalah ... Dari uraian pendapat para ahli di atas menyimpulkan

8

Kagan,1990: 140). Hal ini dilakukan dengan cara saling mengunjungi/bertamu

antar kelompok untuk berbagi informasi. Model pembelajaran kooperatif tipe

Two Stay Two Stray (TSTS) sangat diperlukan dan bukan saja untuk mengatasi

kesulitan belajar dan berinteraksi oleh siswa akan tetapi juga membantu guru

dalam mengajar siswa secara lebih dalam sehingga dengan adanya

pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Spray (TSTS) yang diterapkan

oleh guru lebih sistimatis dan bermutu.Dalam model pembelajaran kooperatif

TSTS ini memiliki tujuan dimana Siswa di ajak untuk bergotong royong

dalam menemukan suatu konsep. Penggunaan model pembelajaran kooperatif

TSTS akan mengarahkan siswa untuk aktif, baik dalam berdiskusi, tanya

jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan juga menyimak materi yang

dijelaskan oleh teman. Selain itu, alasan menggunakan model pembelajaran

Two Stay Two Stray ini karena terdapat pembagian kerja kelompok yang jelas

tiap anggota kelompok, siswa dapat bekerjasama dengan temannya, dapat

mengatasi kondisi siswa yang ramai dan sulit diatur saat proses belajar

mengajar.

Pembelajaran dengan model two stay two stray, secara sadar ataupun

tidak sadar membuat siswa melakukan salah satu kegiatan berbahasa yang

menjadi kajian untuk ditingkatkan yaitu keterampilan menyimak. Dengan

menerapkan model pembelajaran kooperatif TSTS seperti itu, siswa akan lebih

banyak melakukan kegiatan menyimak secara langsung, dalam artian tidak

selalu dengan cara menyimak apa yang guru utarakan yang dapat membuat

siswa jenuh. Dengan penerapan model pembelajaran TSTS, siswa juga akan

terlibat secara aktif, sehingga akan memunculkan semangat siswa dalam

belajar (aktif).

2.2.2 Manfaat Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray

(TSTS).

Manfaat model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray yaitu,

membantu kelancaran pendidikan dan pengajaran di sekolah, artinya dengan

adanya model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray secara intensif

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11167/2/T1_292012625_BAB II...untuk memahami masalah ... Dari uraian pendapat para ahli di atas menyimpulkan

9

akan memberi dampak baik secara langsung maupun secara tidak langsung

yang akhirnya akan kembali pada keberhasilan pendidikan.

Selain itu, adapun manfaat dari model pembelajaran kooperatif teknik

Two Stay Two Stray bagi siswa adalah sebagai berikut: 1) dapat diterapkan

pada semua kelas/tingkatan; 2) melatih siswa untuk bekerjasama dalam

kelompok; 3) mendorong siswa untuk dapat berbicara dalam sebuah diskusi;

4) menarik minat siswa dalam pembelajaran dikelas, dan, 5) membantu siswa

untuk lebih memahami topik diskusi lebih mendalam. Sementara itu, bagi

guru bermanfaat sebagai alternatif cara menyampaikan pembelajaran dengan

lebih inovatif dan kreatif.

2.2.3 Cara-cara Pelaksanaan Model Pembelajran Kooperatif tipe Two

Stay Two Stray (TSTS).

Pembagian kelompok dalam pembelajaran kooperatif tipe Two Stay

Two Stray (TSTS) memperhatikan kemampuan akademis siswa. Guru

membuat kelompok yang heterogen dengan alasan memberi kesempatan siswa

untuk saling mengajar (peer tutoring) dan saling mendukung, meningkatkan

relasi dan interaksi antar ras, etnik dan gender serta memudahkan pengelolaah

kelas karena masing-masing kelompok memiliki siswa yang berkemampuan

tinggi, yang dapat membantu teman lainnya dalam memecahkan suatu

permasalahan dalam kelompok (Jarolimek& Parker dalam Isjoni, 2009: 32).

Menurut Lin. E. (2008: 102) kelompok pembelajaran kooperatif yang terdiri

dari 4-5 orang diberi nomor 1, 2, 3 dan 4 dan masing-masing memiliki peran

sebagai berikut:

Nomor 1 sebagai pemimpin/manajer yang mengatur kelompok dan

memastikan anggota menyelesaikan perannya dan bekerja secara

kooperatif tepat pada waktunya; Nomor 2 sebagai pencatat yang mencatat

jawaban kelompok dan hasil diskusi; Nomor 3 sebagai teknisi/mengatur

bahan yang mengumpulkan bahan untuk kelompok dan membuat analisis

teknik untuk kelompok; Nomor 4 sebagai reflektor yang memastikan

bahwa semua kemungkinan telah digali dengan mengajukan pertanyaan:

ada ide lain? Serta mengamati dinamika kelompok; Pada pembelajaran

kooperatiftwo stay two stray setiap kelompok terdiri dari 4 orang, keempat

orang (A, B, C, D) bersama-sama mengkaji suatu bahasan, kemudian

siswa B dan C meninggalkan kelompok untuk bertamu ke dua kelompok

lainnya. Sementara siswa A dan D tinggal dalam kelompok dan bertugas

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11167/2/T1_292012625_BAB II...untuk memahami masalah ... Dari uraian pendapat para ahli di atas menyimpulkan

10

memberikan informasi hasil kerja kelompok kepada tamu yang datang

dari dua kelompok lain.

Cara belajar kooperatif two stay two stray (dua tinggal dua tamu)

menurut Spencer Kangan (1990: 122). sebagai berikut:

1. Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat ssebagaimana biasa.

2. Guru memberikan tugas pada setiap kelompok untuk didiskusikan dan

dikerjakan bersama.

3. Setelah selesai, 2 anggota masing-masing kelompok diminta meninggalkan

kelompoknya dan masing-masing bertamu kedua anggota kelompok lain.

4. Dua orang yang inggal dalam kelompok bertugas mensharing informasi dan

hasil kerja mereka ke tamu mereka.

5. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok yang semula dan melaporkan

apa yang mereka temukan dari kelompok lain.

6. Setiap kelompok lalu membandingkan dan membahas hasil pekerjaan

mereka semua.

Berikut ini bagan kooperatif two stay two stray (dua tinggal dua tamu)

menurut Lie, Anita (2008: 61). Yaitu:

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11167/2/T1_292012625_BAB II...untuk memahami masalah ... Dari uraian pendapat para ahli di atas menyimpulkan

11

Keterangan:

Siswa B dan C bertugas mencari informasi artikel yang tidak dibahas

oleh kelompoknya dan berbagi hasil diskusi dengan kelompok yang

dikunjungi. Siswa A dan D bertugas memberikan informasi mengenai artikel

yang telah dibahas oleh kelompoknya kepada tamu yang berkunjung.

2.2.4 Fungsi Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS)

Pembelajaran kooperatif two stay two stray digunakan untuk mengatasi

kebosanan anggota kelompok, karena guru biasanya membentuk kelompok

secara permanen. Two stay two stray memungkinkan siswa untuk berinteraksi

dengan anggota kelompok lain. Menurut Lie, Anita (2008: 61) membentuk

kelompok berempat memiliki kelebihan yaitu kelompok mudah dipecah

menjadi berpasangan, lebih banyak ide muncul, lebih banyak tugas yang bisa

dilakukan dan guru mudah memonitor. Kekurangan kelompok berempat

adalah membutuhkan lebih banyak waktu, membutuhkan sosialisasi yang

lebih baik, jumlah genap menyulitkan proses pengambilan suara, kurang

kesempatan untuk kontribusi individu dan mudah melepaskan diri dari

keterlibatan.

2.2.5 Karateristik Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray

(TSTS)

Teknik pembelajaran TSTS dikembangkan oleh Spencer Kagan tahun

1990. Teknik ini dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk

semua tingkatan anak usia didik. Menurut Lie, Anita (2008: 61), Struktur Two

Stay Two Stray/Dua Tinggal Dua Tamu, memberikan kesempatan kepada

kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengn kelompok lain.

Adapun proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay Two Stray, dua

orang siswa tinggal dikelompok dan dua orang siswa yang lainnya bertamu

kekelompok lain. Dua orang yang tinggal harus bertugas untuk memberikan

informasi kepada tamu dari kelompok lain tentang hasil diskusinya, sementara

itu yang bertamu bertugas untuk mencatat penjelasan hasil diskusi kelompok

yang dikunjunginya. Adapun langkah-langkah model pembelajaran Dua

Tinggal Dua Tamu (Lie, Anita 2008: 61-62) adalah sebagai berikut.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11167/2/T1_292012625_BAB II...untuk memahami masalah ... Dari uraian pendapat para ahli di atas menyimpulkan

12

1. Bekerjasama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang. Dimana

anggotanya bersifat hiterogenitas atau beraneka ragam yaitu satu orang

siswa yamg berkemampuan tinggi, dua orang siswa yang berkemampuan

sedang dan satu orang yang berkemampuan rendah.

2. Setelah selesai berdiskusi dalam kelompoknya, kemudian dua orang dari

masing-masing kelompok yanng berkemampuan sedang akan

meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertemu kedua

kelompok lain.

3. Dua orang yang tinggal dalam kelompok memiliki kemampuan yang

tinggi dan rendah bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka

ke tamu mereka.

4. Tamu mohon diri dan kembali kekelompok masing-masing dan

melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.

5. Kelompok mencocokan dan membahas hasil mereka.

2.2.6 Kelebihan Dan Kekurangan Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray

(TSTS)

Berikut dipaparkan kelebihan dan kekurangan dari model pembelarjaran

Kooperatif tipa TSTS menurut Lie, Anita (2008: 61-69).

1) Kelebihan Two Stay Two Stray

a) Mengatasi kebosanan anggota kelompok, karena guru biasanya

membentuk kelompok secara permanen.

b) Memungkinkan siswa untuk berinteraksi dengan anggota

kelompok lain.

c) Menurut Lie, A. (2008: 61) lebih banyak ide muncul, lebih

banyak tugas yang bisa dilakukan dan guru mudah memonitor.

d) Lebih berorientasi pada keaktifan.

e) Dapat diterapkan pada semua kelas.

2) Kekurangan Two Stay Two Stray

a) Membutuhkan lebih banyak waktu

b) Membutuhkan sosialisasi atau penjelasan yang lebih jelas

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11167/2/T1_292012625_BAB II...untuk memahami masalah ... Dari uraian pendapat para ahli di atas menyimpulkan

13

c) Siswa terkadang sulit untuk menjelaskan materi (permasalahan)

kepada tamu.

Berdasarkan uraian tersebut dapat dipahami bahwa kelebihan

pembelajaran Two Stay Two Stray adalah siswa dapat berinteraksi dengan

kelompok yang lain dan dapat mengeluarkan ide-ide kreatif dalam

menjelaskan materi kepada kelompok lain, sehingga siswa terdorong untuk

lebih dalam lagi dan termotivasi mempelajari permasalahan tersebut dan

mudah terekam dalam ingatan siswa sehingga tidak mudah di lupakan dan

akan membekas dalam ingatan siswa. Disamping itu juga siswa sudah mulai

belajar tanggung jawab sebagai tuan rumah atau sebagai tamu. Sedangkan

kekurangan pembelajaran Two Stay Two Stray adalah sulitnya dalam

mengkondisikan siswa karena aktifitas belajarnya di dalam kelompok-

kelompok kecil dan sulitnya guru dalam memonitori siswa yang bertindak

sebagai tamu ataupun tuan rumah.

2.3. Hasil Belajar

2.3.1 Pengertian Hasil Belajar

Proses pembelajaran merupakan sebuah aktivitas sadar untuk membuat

siswa belajar, yang berarti pembelajaran merupakan sebuah proses yang

direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Sehingga dapat dikatakan

bahwa hasil belajar merupakan porolehan dari dari proses belajar siswa sesuai

dengan tujuan pembelajaran. Keberhasilan suatu pembelajaran dapat dilihat

dari hasil belajar siswa. Bila hasil belajar tinggi pembelajaran tersebut

dikatakan berhasil, tetapi jika hasil belajar rendah pembelajaran tersebut

dikatakan tidak berhasil.

Menurut Winkel (Purwanto 2008: 45), “hasil belajar adalah perubahan

yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya,

perubahan itu mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik”. Sepaham

dengan Winkel, Purwanto (2008: 46) mengungkapkan “hasil belajar adalah

perubahan perilaku manusia akibat belajar, dapat berupa perubahan dalam

aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.”Winkel menekankan bahwa hasil

belajar merupakan perubahan mengenai sikap dan tingkah lakunya.Sedangkan

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11167/2/T1_292012625_BAB II...untuk memahami masalah ... Dari uraian pendapat para ahli di atas menyimpulkan

14

Purwanto hanya menyebutkan perubahan perilaku manusia setelah

belajar.Meskipun demikian, mereka mempunyai kesepahaman bahwa

perubahan akibat belajar tersebut berupa 3 aspek, yaitu aspek kognitif, afektif

dan psikomotorik.

Perubahan perilakuaspek kognitif, afektif dan psikomotorik disebabkan

karena telah mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam

proses belajar mengajar. Perubahan akibat pengalaman belajar, tidak semata-

mata hanya pada perubahan secara kognitif (pengetahuan) saja, tetapi siswa

juga dapat mengalami perubahan secara afektif (sikap) serta mampu

melaksanakan tugas – tugas yang berhubungan dengan performanya

(psikomotorik).

Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan

hanya salah satu aspek kompetensi kemanusiaan saja.Hasil belajar

yangdiharapkan dicapai siswa pada ranah kognitif yaitu siswa dapat

mengetahui atau menyebutkan konsep, misalnya dari menghitung luas dan

menggunakannya dalam masalah yang berkaitan dengan luas.Pada ranah

afektif yaitu siswa dapat mengembangkan karakter yang diharapkan (tekun,

kerjasama, dan tanggung jawab), siswa juga dapat berpikir kreatif dan berlatih

berkomunikasi.Pada ranah psikomotor yaitu siswa mampu menggunakan alat

peraga dan memecahkan aktivitas pemecahan masalah menggunakan alat

peraga.Jadi ketiga ranah menurut taksonomi Bloom tersebut, kesemuanya

harus dapat dicapai oleh siswa setelah mendapatkan pembelajaran.Jika ketiga

ranah tersebut telah tercapai, dapat dikatakan bahwa siswa telah berhasil

dalam belajarnya.

Dari pendapat para ahli di atas, maka penulis mengambil kesimpulan

bahwa yang disebut dengan hasil belajar adalah perubahan tingkah laku

belajar pada siswa, dimana untuk mengukur perubahan tingkah laku belajar

tersebut digunakan alat yang disebut tes. Nilai yang diperoleh dari hasil tes

tersebut kemudian yang diukur untuk melihat siswa tersebut telah berhasil

mencapai belajarnya atau masih belum. Agar lebih terukur, kriteria nilai

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11167/2/T1_292012625_BAB II...untuk memahami masalah ... Dari uraian pendapat para ahli di atas menyimpulkan

15

sebagai bukti keberhasilan bahwa siswa tersebut telah berhasil mengikuti

proses pembelajaran.

2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Diakui bahwa sukses atau gagalnya seorang siswa dalam mencapai

prestasi belajar sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut

dapat saja berasal dari dalam diri siswa, dan dapat pula berasal dari luar diri

siswa. Slameto (2010: 2), menyebutkan ada dua faktor yaitu faktor internal

dan faktor eksternal. Sementara itu Syah (2002: 132) menyebutkan bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa terdiri atas tiga, yaitu

faktor internal eksternl dan pendeketan belajar.Faktor ini sebenarnya telah

disebutkan oleh Slameto (2010: 2) dalam paparannya, namun dipisahkan oleh

Syah (2002: 64) sebagai faktor yang berdiri sendiri dari faktor

eksternal.Sependapat dengan Slameto, Muhadi (2008: 6) juga menyebutkan

bahwa faktor-faktor yang berkontribusi terhadap prestasi belajar ada dua yaitu

faktor internal dan faktor eksternal. Detailnya, pemikiran ketiga ahli ini

diuraikan berikut di bawah ini:

Pertama, menurut Slameto (2010: 4), secara garis besarnya faktor-faktor

yang dapat mempengaruhi prestasi belajar dapat dikelompokkan atas:

a) Faktor Internal

Faktor internal ini sering disebut faktor instrinsik yang meliputi

kondisi fisiologi dan kondisi psikologis yang mencakup minat, kecerdasan,

bakat, motivasi, dan lain-lain.

1) Kondisi Fisiologis Secara Umum

Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap

keberhasilan belajar seseorang. Contoh: Orang yang ada dalam

keadaan segar jasmaninya akan berlainan belajarnya dari orang yang

ada dalam keadaan lelah.

2) Kondisi Psikologis

Belajar pada hakikatnya adalah proses psikologi. Oleh karena itu

semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja mempengaruhi belajar

seseorang. Itu berarti belajar bukanlah berdiri sendiri, terlepas dari

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11167/2/T1_292012625_BAB II...untuk memahami masalah ... Dari uraian pendapat para ahli di atas menyimpulkan

16

faktor lain seperti faktor dari luar dan faktor dari dalam. Faktor

psikologis sebagai faktor dari dalam tentu saja merupakan hal yang

utama dalam menentukan intensitas belajar seorang anak. (Djamarah,

2008: 56).

3) Kondisi Panca Indera

Sebagian besar yang dipelajari manusia dipelari menggunakan

penglihatan dan pendengaran. Orang belajar dengan membaca, melihat

contoh atau model, melakukan observasi, mengamati hasil eksperimen,

mendengarkan keterangan guru dan orang lain, mendengarkan

ceramah, dan lain sebagainya.

4) Intelegensi/Kecerdasan

Intelegensi adalah suatu kemampuan umum dari seseorang untuk

belajar dan memecahkan suatu permasalahan. Jika intelegensi

seseorang rendah bagaimanapun usaha yang dilakukan dalam kegiatan

belajar, jika tidak ada bantuan orang tua atau pendidik niscaya usaha

belajar tidak akan berhasil.

5) Bakat

Bakat merupakan kemampuan yang menonjol disuatu bidang tertentu

misalnya bidang studi matematika atau bahasa asing. Bakat adalah

suatu yang dibentuk dalam kurun waktu, sejumlah lahan dan

merupakan perpaduan taraf intelegensi.

6) Motivasi

Kuat lemahnya motivasi belajar seseorang turut mempengaruhi

keberhasilan belajar. Karena itu motivasi belajar perlu diusahakan

terutama yang berasal dari dalam diri (motivasi intrinsik) dengan cara

senantiasa memikirkan masa depan yang penuh tantangan dan harus

untuk mencapai cita-cita.

b) Faktor Eksternal

Faktor yang bersumber dari luar diri individu yang bersangkutan.

Faktor ini sering disebut dengan faktor ekstrinsik yang meliputi segala

sesuatu yang berasal dari luar diri individu yang dapat mempengaruhi

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11167/2/T1_292012625_BAB II...untuk memahami masalah ... Dari uraian pendapat para ahli di atas menyimpulkan

17

prestasi belajarnya baik itu di lingkungan sosial maupun lingkungan lain

(Djamarah, 2008: 56).

1) Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu:

a) Lingkungan Alami

Belajar pada keadaan udara yang segar akan lebih baik hasilnya

daripada belajar pada suhu udara yang lebih panas dan pengap.

b) Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial, baik yang berwujud manusia dan

representasinya (wakilnya), walaupun yang berwujud hal yang lain

langsung berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Seseorang

yang sedang belajar memecahkan soal akan terganggu bila ada

orang lain yang mondar-mandir di dekatnya atau keluar masuk

kamar.

Kedua, menurut Syah (2002: 64-65), faktor-faktor yang mempengaruhi

belajar dibedakan menjadi tiga yaitu:

a. Faktor internal (faktor-faktor yang berasal dari dalam diri peserta

didik), di antaranya:

1) Aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) diantaranya kondisi

kesehatan, daya pendengaran dan penglihatan, dan sebagainya.

2) Aspek psikologis yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas

perolehan pembelajaran peserta didik, diantaranya yaitu kondisi

rohani peserta didik, tingkat kecerdasan/intelegensi, sikap, bakat,

minat, dan motivasi peserta didik.

b. Faktor Eksternal (faktor-faktor yang berasal dari luar diri peserta

didik), diantaranya:

1) Lingkungan sosial, seperti para guru, staff administrasi, dan teman-

teman sekelas, masyarakat, tetangga, teman bermain, orangtua dan

keluarga peserta didik itu sendiri.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11167/2/T1_292012625_BAB II...untuk memahami masalah ... Dari uraian pendapat para ahli di atas menyimpulkan

18

2) Lingkungan non sosial, seperti gedung sekolah dan letaknya,

rumah tempat keluarga peserta didik dan letaknya, alat-alat belajar,

keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan peserta didik.

c. Faktor pendekatan belajar, dapat dipahami sebagai cara atau strategi

yang digunakan peserta didik dalam menunjang efektivitas belajar dan

efisiensi proses pembelajaran materi tertentu.

Ketiga, pendapat yang disampaikan oleh Muhadi (2008: 6). Senada

dengan pendapat Slameto (2010: 2), Muhadi memamparkan bahwa faktor-

faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain, yaitu:

a. Faktor internal

1. Faktor Fisiologis

Secara umum kondisi fisiologis, seperti kondisi kesehatan yang

prima, tidak dalam keadaan yang lelah dan capek, tidak dalam

keadaan cacat jasmani dan sebagainya. Hal-hal tersebut dapat

mempengaruhi siswa dalam menerima materi pelajaran.

2. Faktor Psikologis

Dalam hal ini setiap manusia memiliki kondisi psikologis yang

berbeda-beda, tentunya hal ini turut mempengaruhi hasil belajar

siswa. Beberapa faktor psikologis meliputi intelegensi, perhatian,

minat, bakat, motif, motivasi, kognitif dan daya nalar siswa.

b. Faktor eksternal

1. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan ini meliputi lingkungan fisik dan sosial.

2. Faktor instrumental

Faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan

penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang

diharapkan. Faktor intrumental ini berupa kurikulum, sarana dan

guru.

Berdasarkan pemikiran ketiga ahli kita dapat mengatakan bahwa faktor-

faktor yang mempengaruhi prestasi belajar seorang siswa terdiri dari faktor

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11167/2/T1_292012625_BAB II...untuk memahami masalah ... Dari uraian pendapat para ahli di atas menyimpulkan

19

internal yang disampaikan oleh Slameto (2010: 2) antara lain faktor fisiologis,

faktor psikologis, kondisi panca indera, inteligensi/kecerdasan, bakat dan

motivasi. Sementara itu Syah (2002: 64) meskipun juga mengatakan bahwa

faktor internal yang ikut mempengaruhi prestasi belajar seorang siswa adalah

faktor fisiologis, Syah memaparkan secara berbeda dengan paparan yang

disampaikan oleh Slameto. Paparan yang disampaikan Slameto terlihat lebih

rinci, dimana faktor fisiologis, bagi Slameto adalah faktor-faktor yang terkait

dengan kondisi jasmani siswa secara umum misalnya kelelahan, sedangkan

bagi Syah faktor fisiologis adalah kondisi yang dalam paparannya Slameto

masuk pada kondisi panca indra siswa. Perbedaan paparan yang lain adalah

pada faktor psikologis. Syah memasukkan inteligensi, bakat, motivasi sebagai

faktor psikologis, sementara Slameto lebih terurai dan memisahkan secara

tegas; dimana dengan meminjam pemikiran Djamarah (2008: 55) kondisi

psikologis dimaksudkan sebagai suasana batin siswa ketika proses

pembelajaran sedang berlangsung. Muhadi, lebih sependapat dengan Slameto

ketika menyebutkan salah satu faktor internal yang mempengaruhi prestasi

belajar siswa, yaitu kondisi fisiologis. Muhadi sependapat dengan Slameto

bahwa kondisi fisiologis adalah kondisi dimana siswa tidak dalam keadan

prima atau berada dalam kondisi lelah; namun demikian, Muhadi juga

mengikuti Syah dengan menambahkan hal lain lagi dalam kondisi fisiologis

yaitu keadaan tubuh seperti cacat dimana kondisi ini dipisah secara tegas oleh

Slameto sebagai kondisi panca indera siswa. Kondisi internal kedua Muhadi

lebih mengikut Syah dengan memasukkan faktor psikologis antara lain

inteligensi, bakat, motivasi sebagai bagian dari kondisi psikologis, dimana

kondisi ini jelas secara tegas dipisahkan oleh Slameto.

Selain faktor internal di atas, ketiga ahli ini sepakat bahwa faktor lain

yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah faktor eksternal. Slameto

menyebutkan faktor eksternal ini adalah lingkungan dengan memberikan

pemisahan yaitu lingkungan alami dan lingkungan sosial. Syah juga

mengatakan hal yang sama bahwa faktor eksternal adalah lingkungan, dan

juga sepikiran dengan Slameto, yaitu memisahkan lagi lingkungan itu menjadi

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11167/2/T1_292012625_BAB II...untuk memahami masalah ... Dari uraian pendapat para ahli di atas menyimpulkan

20

dua yaitu lingkungan sosial dan non sosial menurut bahasanya Syah. Namun,

pembeda dari keduanya adalah bahwa Slameto lebih tepat memaparkan

lingkungan alami sebagai lingkungan fisik yang tidak hidup yang benar-benar

alami seperti udara, dan kondisi cuaca. Sedangkan kondisi rumah, kondisi

sekolah yang dipaparkan sebagai lingkungan non sosial dimasukkan oleh

Slameto sebagai kondisi sosial, dan pemilihan ini lebih tepat dibandingkan

pemilahan yang dilakukan oleh Syah. Muhadi tampaknya lebih sependapat

dengan Slameto dimana ia menjelaskan serupa dengan Slameto bahwa faktor

eksternal yang mempengaruhi adalah lingkungan. Dalam pemilahannya

tentang lingkungan, Muhadi lebih dekat kepada pemikiran Slameto

dibandingkan dengan Syah, karena Muhadi mengikuti Slameto memisahkan

lingkungan sebagai lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Kedua Muhadi

lebih terbatas membahas faktor eksternal kedua dengan membatasi hanya pada

instrument dalam hal ini yaitu guru, kurikulum; dimana faktor ini lebih tegas

dikatakan oleh Slameto sebagai faktor sosial.

Mengacu pada ketiga ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa faktor-

faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah faktor internal dan faktor

eksternal.Namun demikian, agar penelitian ini lebih terarah, penulis hanya

memilih salah satu dalam faktor eksternal yaitu faktor sosial seperti yang

dipaparkan oleh Slameto.Agar lebih spesifik dan sesuai dengan penelitian ini,

penulis mengambil kondisi sekolah yaitu metode pembelajaran yang

diterapkan sekolah.Sesuai dengan pendapat ketiga ahli di atas, dimana mereka

bersepakat bahwa faktor sosial yaitu metode pembelajaran atau yang disebut

Muhadi sebagai faktor instrumental turut berkontribusi dalam mempengaruhi

prestasi belajar siswa. Karena itu, dalam penelitian ini, terkait dengan faktor-

faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, penulis mengambil model

pembelajaran sebagai fokus kajian. Kata lainnya adalah bahwa penulis

memutuskan untuk melihat model pembelajaran sebagai faktor yang

mempengaruhi hasil belajar siswa.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11167/2/T1_292012625_BAB II...untuk memahami masalah ... Dari uraian pendapat para ahli di atas menyimpulkan

21

2.4. Kajian Penelitian Yang Relevan

Yuhendrawati (2012) telah melakukan penelitian dengan judul

“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray untuk

meningkatkan hasil belajar IPS Siswa Kelas IV A SDN 164 Pekanbaru. Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa ada peningkatan, pada kondisi siklus I

jumlah ketuntasan sebesar 85.37% kemudian setelah dilanjutkan pada siklus II

jumlah ketuntasan meningkat menjadi 100%, dengan demikian hasil ini

menunjukkan bahwa model kooperatif tipe TSTS telah dapat meningkatkan

hasil belajar siswa.

Putri Hannika Sitorus Pane 2015 telah melakukan penelitian dengan

judul “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Model

pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) Pada mata pelajaran IPS Di Kelas

IV SDN. Hasil penelitiannya menunjukkan dari 28 siswa bahwa 4 siswa (14,

286%) tuntas dan 24 siswa (85, 714%) siswa tidak tuntas. Pada siklus I rata-

rata kelas meningkat yaitu menjadi 67, 321 di mana 16 siswa lulus (57, 142

%) dan 12 siswa (42,858 %) tidak lulus. Maka dilaksanakan siklus II, dan

hasilnya mengalami peningkatan yaitu nilai ratarata menjadi 88, 75 di mana

26 siswa (92,857 %) tuntas dan 2 siswa (7, 143 %) tidak tuntas.

Robi Muslim (2012) Melakukan Penelitian Dengan Judul “Peningkatan

Hasil Belajar IPS Melalui Metode “Two Stay Two Stray (Tsts) Pada Siswa

Kelas IV SDN 02 Jatiharjo Kecamatan Jatipurotahun Ajaran 2011/2012”.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPs

melalui metodepembelajaran Two Stay Two Stray bagi siswa kelas IV Sekolah

Dasar Negeri 02 Jatiharjo Kecamatan Jatipuro Kabupaten Karanganyar Tahun

Pelajaran 2011/2012. Hasil penelitian ini adalah (1) Adanya peningkatan rata-

rata nilai yang diperoleh siswa dari kondisi awal 60,00 menjadi 75,77 pada

siklus I dan 84,23 pada siklus ke II. (2) Adanya peningkatan prosentase

ketuntasan belajar siswayang pada tes awal hanya 31%, pada tes siklus I 62%

dan pada silkus ke II menjadi 92%. Berdasarkan hasil penelitian di atas maka

dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan metode Two Stay Two Stray

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11167/2/T1_292012625_BAB II...untuk memahami masalah ... Dari uraian pendapat para ahli di atas menyimpulkan

22

dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas IV SDN 02 Jatiharjo

Kecamatan Jatipuro tahun ajaran 2011/2012.

Dari data penelitian terdahulu membuktikan bahwa Two Stay Two Stray

dapat membantu proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Mengacu pada penelitian terdahulu, maka peneliti ingin melakukan penelitian

lagi dengan menggunakan metode yang pembelajaran yang sama. Meskipun

demikian, terdapat beberapa perbedaan antara penelitian yang dilakukan kali

ini, dengan penelitian-penelitian terdahulu. Perbedaan tersebut yaitu pada

penelitian terdahulu subyek, tempat, dan waktu penelitiannya. Penulis

berhipotesis bahwa ada perbedaan pendekatan pembelajaran, meskipun

dengan menggunakan metode yang sama. Hal ini dikarenakan psikologis

peserta didik, serta akumulasi peserta didik berbeda. Dengan menggunakan

Two Stay Two Stray, peneliti akan melakukan penerapan Two Stay Two

Strayuntuk siswa kelas IV SD. Selain itu penelitian ini akan fokus pada mata

pelajaran IPS kelas IV SD. Kemudian terdapat perbedaan waktu dan tempat

penelitian dimana penelitian ini akan dilakukan di SD Negeri Salatiga 8

Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016.

2.5. Kerangka Berpikir

Berdasarkan kajian pustaka dan landasan teori dari pakar dan berberapa

penelitian yang pernah dilakukan peneliti, pembelajaran dikelas memerlukan

strategi dan model yang bisa menarik minat siswa sehingga siswa akan aktif

dan tertarik dalam pembelajaran. Maka dari itu memilih model yang tepat dan

sesuai dengan tujuan pembelajaran harus digunakan untuk menarik perhatian

siswa, dengan begitu proses pembelajaran akan berhasil dengan baik dan

mendapat prestasi belajar yang baik pula. dari uraian diatas, dapat disusun

kerangka berpikir sebagai berikut:

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11167/2/T1_292012625_BAB II...untuk memahami masalah ... Dari uraian pendapat para ahli di atas menyimpulkan

23

Kerangka Berfikir

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir

2.6. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini yakni diduga dengan penerapan model

pembelajaran TSTS diduga dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas

IV SD Negeri Salatiga 8.

Siswa : hasil belajar siswa

kelas IV rendah. Kegiata

nAwal

Guru

menggunakan

metode ceramah

,tanya jawab

Siklus I :mengunakan

model pembelajaranTwo

Stay Two Strayhasil belajar

IPS siswa menjadi lebih

baik.

Guru

menggunakan

model Two Stay

Two Stray

Tindaka

n

Siklus II : mengunakan

model pembelajaran Two

Stay Two Strayhasil

belajar IPS siswa tuntas

semua. Melalui model TSTS dapat

meningkatkan hasil belajarIPS

bagi siswa kelas IV SD Negeri

Salatiga 8pada semester I tahun

pelajaran 2016/2017

Kondisi

Akhir