bab ii kajian pustaka -...
TRANSCRIPT
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
Dalam melaksanakan suatu penelitian perlu mengkaji pendapat para
ahli mengenai masalah yang diteliti. Penulis akan melakukan kajian teori,
berdasarkan pendapat dari para ahli untuk mendukung penelitian:
2.1.1 Hakekat Pembelajaran IPA SD
Pada hakikatnya IPA terdiri dari tiga komponen dasar yakni produk
ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. IPA juga dipandang sebagai
proses, produk dan prosedur.
Trianto (2010:137) menyatakan bahwa IPA, sebagai proses
diartikan semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan
tentang alam maupun pengetahuan baru. Sebagai produk diartikan sebagai
hasil proses, berupa pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah atau di
luar sekolah ataupun bahan untuk penyebaran atau disminasi pengetahuan.
Sebagai prosedur dimaksudkan adalah metodologi atau cara yang dipakai
untuk memenuhi sesuatu (riset pada umumnya) yang lazim disebut model
ilmiah (scientific method).
Menurut Sri Sulistyorini (2007:8) menyatakan bahwa pembelajaran
IPA harus melibatkan keaktifan anak secara penuh (active learning)
dengan cara guru dapat merealisasikan pembelajaran yang mampu
memberi kesempatan pada anak didik untuk melakukan keterampilan
proses meliputi: mencari, menemukan, menyimpulkan,
mengkomunikasikan sendiri berbagai pengetahuan, nilai-nilai, dan
pengalaman yang di butuhkan.
Berdasarkan pendapat Trianto dan Sri Sulistyorini dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran IPA merupakan pembelajaran yang
melibatkan siswa secara langsung sehingga siswa dapat mengkontruksikan
ide atau gagasan mereka menjadi pengalaman dan pengetahuan baru.
10
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan
pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan
kurikulum KTSP (Depdiknas, 2016) bahwa “IPA berhubungan dengan
cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau
prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”. Selain itu IPA
juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas tentang fakta
serta gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut menjadikan pembelajaran
IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual. Hal ini menunjukkan bahwa,
hakikat IPA sebagai proses diperlukan untuk menciptakan pembelajaran
IPA yang empirik dan faktual. Hakikat IPA sebagai proses diwujudkan
dengan melaksanakan pembelajaran yang melatih ketrampilan proses
bagaimana cara produk sains ditemukan.
Menurut De Vito et al. Tahun 1993 (dalam Samatowa, 2011:104)
menyatakan bahwa pembelajaran IPA yang baik harus mengaitkan IPA
dengan kehidupan sehari-hari siswa. Berdasarkan pendapat dari De Vito
tersebut maka pembelajaran dengan mengaitkan lingkungan belajar siswa
sangat diperlukan untuk membangun rasa ingin tahu siswa tentang segala
sesuatu yang ada di lingkungannya dan menimbulkan kesadaran tentang
perlunya belajar IPA menjadi sangat diperlukan. Salah satunya karena IPA
merupakan salah satu dari lima pelajaran wajib di sekolah dasar yang
masuk dalam kriteria mata pelajaran yang diujikan secara nasional.
Tentunya upaya yang dilakukan bukan hanya sekedar mempelajari IPA
atau sains itu sendiri secara teoritis namun juga lebih pada aplikasi dan
kebermaknaan mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan fenomena
nyata.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa IPA atau sains
merupakan ilmu yang dipandang sebagai proses, produk dan prosedur,
dalam mempelajari fenomena-fenomena alam yang erat kaitannya dengan
kehidupan sehari-hari.
11
IPA perlu diajarkan di Sekolah Dasar karena beberapa alasan,
seperti yang dikemukakan oleh Samatowa (2011:6) yang menggolongkan
menjadi empat mengapa IPA dimasukkan dalam kurikulum sekolah,
antara lain:
a. Bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa.
b. Bila diajarkan IPA menurut cara yang tepat, maka IPA
merupakan suatu mata pelajaran yang melatih/mengembangkan
kemampuan berpikir kritis.
c. Bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan
sendiri oleh anak, maka IPA tidaklah merupakan mata pelajaran
yang bersifat hafalan belaka.
d. Mata pelajaran ini mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu
mempunyai potensi yang dapat membentuk kepribadian anak
secara keseluruhan.
Dengan belajar IPA siswa diharapkan mampu mempelajari
diri sendiri dan alam sekitar. Pendidikan IPA menekankan pada
pemberian pemahaman langsung dan kegiatan praktis untuk
mengembangkan kompetensi supaya siswa mampu menjelajahi dan
mengeksplore alam sekitar secara ilmiah.
2.1.2 Tujuan Pembelajaran IPA
2.1.2.1 Tujuan Pembelajaran IPA
Mata pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut (Depdiknas, 2016) :
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha
Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam
ciptaan-Nya.
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep
IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
12
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran
adanya hubungan saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi dan masyarakat.
4. Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam
sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,
menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
kateraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA
sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs.
2.1.3 Ruang Lingkup Pembelajaran IPA SD
Ruang lingkup pembelajaran IPA SD menurut Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (Depdiknas 2006) secara terperinci adalah:
1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,
tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan;
2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat,
dan gas;
3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet,
listrik, cahaya dan pesawat sederhana;
4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya,
dan benda-benda langit lainnya.
Dilihat dari ruang lingkup IPA tersebut maka dapat diambil
kompentensi yang akan dicapai. “Standar kompetensi dan
kompetensi dasar menjadi arah dan landasan untuk mengembangkan
materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian
kompetensi untuk penilaian” (KTSP, 2006). Standar kompetensi dan
kompetensi dasar pada penelitian ini sebagai berikut:
13
Tabel 2.1
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPA kelas 6
Sekolah Dasar Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017 Kurikulum KTSP
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Makhluk Hidup dan
Proses Kehidupan
1. Memahami hubungan
antara ciri-ciri
makhluk hidup
dengan lingkungan
tempat hidupnya
1.1 Mendeskripsikan hubungan antara ciri-ciri khusus
yang dimiliki hewan (kelelawar, cicak, bebek) dan
lingkungan hidupnya
1.2 Mendeskripsikan hubungan antara ciri-ciri khusus
yang dimiliki tumbuhan (kaktus, tumbuhan
pemakan serangga) dengan lingkungan hidupnya
2. Memahami cara
perkembang biakan
makhluk hidup
2.1 Mendeskripsikan perkembangan dan pertumbuhan
manusia dari bayi sampai lanjut usia
2.2 Mendeskripsikan ciri-ciri perkembangan fisik anak
laki-laki dan perempuan
2.3 Mengidentifikasi cara perkembangbiakan tumbuhan
dan hewan
2.4 Mengidentifikasi cara perkembangbiakan manusia
3. Memahami pengaruh
kegiatan manusia
terhadap
keseimbangan
lingkungan
3.1 Mengidentifikasi kegiatan manusia yang dapat
mempengaruhi keseimbangan alam (ekosistem)
3.2 Mengidentifikasi bagian tumbuhan yang sering
dimanfaatkan manusia yang mengarah pada
ketidakseimbangan lingkungan
3.3 Mengidentifikasi bagian tubuh hewan yang sering
dimanfaatkan manusia yang mengarah pada
ketidakseimbangan lingkungan
4. Memahami
pentingnya pelestarian
jenis makhluk hidup
untuk mencegah
kepunahan
4.1 Mengidentifikasi jenis hewan dan tumbuhan yang
mendekati kepunahan
4.2 Mendeskripsikan pentingnya pelestarian jenis
makhluk hidup untuk perkembangan Ilmu
Pengetahuan Alam dan kehidupan masyarakat
Benda dan Sifatnya 5. Memahami saling
hubungan antara
suhu, sifat hantaran
dan kegunaan benda
5.1 Membandingkan sifat kemampuan menghantarkan
panas dari berbagai benda
5.2 Menjelaskan alasan pemilihan benda dalam
kehidupan sehari-hari berdasarkan kemampuan
menghantarkan panas
6. Memahami faktor
penyebab perubahan
benda
6.1 Menjelaskan faktor-faktor penyebab perubahan
benda (pelapukan, perkaratan, pembusukan) melalui
pengamatan
6.2 Mengidentifikasi faktor-faktor yang menentukan
pemilihan benda/bahan untuk tujuan tertentu (karet,
logam, kayu, plastik) dalam kehidupan sehari-hari
14
2.1.4 Model Pembelajaran Quiz Team
Suyatno (2009:107) berpendapat bahwa pembelajaran aktif (active
learning) merupakan salah satu pembelajaran yang melibatkan siswa
dalam melakukan sesuatu dan berfikir tentang apa yang mereka lakukan.
Hal ini berarti bahwa siswa yang mendominasi aktifitas pembelajaran.
Menurut Silberman (2007:1) berpendapat bahwa pembelajaran aktif
adalah belajar yang meliputi berbagai cara untuk membuat siswa aktif
sejak awal melalui aktivitas-aktivitas yang membangun kerja kelompok
dan dalam waktu singkat membuat mereka berpikir tentang materi
pelajaran.
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran aktif (active
learning) bermaksud menjadikan siswamampu memberikan perhatian
lebih terhadap proses pembelajaran dengan menggunakan cara berfikir
yang tepat mengenai apa yang sedang dihadapi, kemudian dapat
mencetuskan solusi, dan melaksanakan tindakan yang berakhir pada
peningkatan hasil belajar sesuai dengan karakteristik yang dimiliki oleh
masing-masing siswa.
Quiz Team merupakan model pembelajaran aktif yang
dikembangkan oleh seorang tokoh bernama Mel Silberman, dimana Quiz
Team sendiri lebih menonjolkan mobilisasi kelompok secara konsisten,
mengutamakan efektifitas dalam belajar, mengedepankan kegiatan yang
menyenangkan, serta menciptakan kreativitas-kreativitas baru. Dalvi
(2006:68) mengemukakan bahwa model pembelajaran aktif tipe Quiz
Team merupakan salah satu tipe pembelajaran yang mampu meningkatkan
keaktifan siswa dalam proses belajar.
Model pembelajaran aktif tipe Quiz Team dapat menghidupkan
suasana dan mengaktifkan siswa untuk bertanya ataupun menjawab (Dalvi
2006:53). Menurut Hisyam Zaini (2011: 54) pembelajaran quiz team
merupakan salah satu pembelajaran yang membangkitkan semangat dan
pola pikir kritis.
15
Dari pendapat Dalvi dan Hisyam Zaini tersebut, dapat ditarik
kesimpulan bahwa model pembelajaran aktif tipe Quiz Team merupakan
sebuah alternative model yang memfokuskan pada pembelajaran aktif
yang menarik dan menyenangkan. Supaya tercipta pembelajaran yang
demikian maka prosedur serta alasan yang dapat dilakukan oleh guru
dengan menggunakan model aktif tipe Quiz Team ini yaitu membagi siswa
kedalam tiga kelompok besar, jika dilihat dari aspek sosial hal tersebut
akan mendorong siswa untuk terlibat aktif berinteraksi dalam hal ini
berdiskusi dengan teman sebaya. Dengan waktu yang ditentukan secara
singkat maka akan melatih tanggungjawab siswa dalam membuat
pertanyaan ketika mereka berdikusi, tentunya penanaman karakter yang
dikembangkan melalui model ini sangatlah baik untuk menunjang tumbuh
kembang siswa, karakter yang akan terbentuk dengan menggunakan model
pembelajaran Quiz Team ini antara lain, siswa mampu bertanggung jawab
terhadap tugas yang diberikan guru, mampu bekerjasama dalam bertukar
pikiran dan pendapat dengan teman sebaya, juga belajar menghargai
pendapat orang lain. Pembelajaran aktif pada hakekatnya memperlancar
stimulus dan memperkuat respons siswa dalam pembelajaran, sehingga
pembelajaran yang berlangsung menciptakan kondisi pembelajaran yang
efektif dan menyenangkan.
2.1.4.1 Karakteristik Model Pembelajaran Quiz Team
Model Pembelajaran Quiz Team memiliki karakteristik khusus
(Handayani Tri, 2012) sebagai berikut:
1. Belajar dimulai dengan suatu topik
2. Pembentukan tim untuk mengenal satu sama lain dalam
menciptakan satu kerjasama dan saling ketergantungan
3. Melibatkan secara langsung untuk menciptakan minat awal
terhadap pelajaran
4. Penilaian serentak untuk mempelajari sikap, pengetahuan dan
pengalaman siswa
16
Pembelajaran aktif tipe Quiz Team ini diawali dengan guru
membagi siswa menjadi tiga kelompok besar. Semua anggota kelompok
mempelajari materi dan saling memberikan masukan dan arahan,
melakukan tanya jawab untuk memahami materi tersebut. Setelah kegiatan
tersebut dirasa sudah dilakukan oleh siswa maka berlanjut dengan
pertandingan akademis. Pertandingan akademis ini akan menumbuhkan
semangat belajar yang tinggi dan menciptakan kompetisi antar kelompok
sehingga masing-masing siswa sama giatnya berusaha untuk mendapatkan
nilai yang tinggi dalam pertandingan tersebut. Salah satu cara untuk
menciptakan keaktifan siswa dalam proses belajar yaitu dengan
menggunakan model pembelajaran Quiz Team. Menurut Silberman dan
Komarudin Hidayat (2002:163), pembelajaran Quiz Team ini dapat
meningkatkan kemampuan tanggung jawab peserta didik terhadap apa
yang mereka pelajari melalui cara yang menyenangkan dan tidak
menakutkan.
Dari beberapa definisi diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
model pembelajaran aktif tipe Quiz Team merupakan cara yang digunakan
guru dalam mengolah proses pembelajaran supaya siswa lebih aktif
terlibat dalam proses belajar mengajar yang menyenangkan sehingga
menciptakan kebermaknaan pada diri siswa.
2.1.4.2 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Quiz Team
Kelebihan Model Pembelajaran Quiz Team:
1. Berpusat pada peserta didik
2. Penekanan pada menemukan pengetahuan bukan menerima
pengetahuan
3. Sangat menyenangkan
4. Memberdayakan semua potensi dan indera peserta didik
5. Menggunakan model yang bervariasi
6. Menggunakan banyak media
7. Disesuaikan dengan pengetahuan yang sudah ada
Kelemahan Model Pembelajaran Quiz Team:
17
1. Peserta didik sulit mengorientasikan pemikirannya, ketika tidak
didampingi oleh pendidik.
Solusi : Pendidik memang bukan satu-satunya sumber belajar
untuk itu sebaiknya tetap mendampingi peserta didik namun
sebagai fasilitator, jadi dalam hal ini guru tidak berperan secara
langsung dalam penyampaian materi melainkan memfasilitasi
peserta didik dalam mengorientasikan pemikirannya.
2. Pembahasan terkesan ke segala arah atau tidak terlalu fokus.
Solusi : Guru membatasi materi yang digunakan dalam kegiatan
ini.
2.1.4.3 Prosedur Pembelajaran Dengan Menggunakan Model
Pembelajaran Quiz Team
Siberman dalam Komarudin Hidayat (2002: 163)
mengungkapkan prosedur pembelajaran aktif tipe quiz team adalah
sebagai berikut :
1. Guru memilih topik yang dapat disajikan dalam tiga segmen
2. Siswa dibagi kedalam tiga kelompok besar yaitu A, B, dan C
3. Guru menjelaskan bentuk sesinya kemudian memulai untuk
menjelaskan topik materi yang akan digunakan untuk
pertandingan akademis.
4. Guru meminta tim A untuk menyiapkan kuis yang berjawaban
singkat. Kuis ini tidak memakan waktu lebih dari 5 menit untuk
persiapan. Tim B dan C memanfaatkan waktu untuk meninjau
catatan mereka.
5. Tim A menguji anggota tim B. Jika tim B tidak bisa menjawab,
Tim C diberi kesempatan untuk menjawabnya.
6. Tim A melanjutkan ke pertanyaan selanjutnya kepada anggota
tim C. Jika tim C tidak bisa menjawab tim B diberi kesempatan
untuk menjawabnya dan mengulang proses tersebut.
18
7. Ketika kuisnya selesai, lanjutkan ke segmen kedua dari
pelajaran dan mintalah tim B sebagai pemandu kuis.
8. Setelah tim B menyelesaikan kuisnya, lanjutkan dengan segmen
ketiga dari pelajaran dan tunjukkan tim C sebagai pemandu kuis.
Suprijono mengungkapkan prosedur pembelajaran dengan
menggunakan tipe team quiz sebagai berikut:
1. Pilihlah topik yang dapat disampaikan dalam tiga bagian.
2. Bagilah siswa menjadi tiga kelompok yaitu A, B dan C.
3. Sampaikan kepada siswa format penyampaian pelajaran
kemudian mulai penyampaian materi. Batasi penyampaian
materi maksimal 10 menit.
4. Setelah penyampaian, minta kelompok A menyiapkan
pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan materi yang baru saja
disampaikan. Kelompok B dan C menggunakan waktu ini untuk
melihat lagi catatan mereka.
5. Mintalah kepada kelompok A untuk memberi pertanyaan kepada
kelompok B. Jika kelompok B tidak dapat menjawab pertanyaan
lempar pertanyaan tersebut kepada kelompok C.
6. Kelompok A memberikan pertanyaan kepada kelompok C, jika
kelompok C tidak bisa menjawab, lemparkan kepada kelompok
B.
7. Jika tanya jawab selesai, lanjutkan pertanyaan ke dua dan tunjuk
kelompok B untuk menjadi kelompok penanya. Lakukan seperti
proses untuk kelompok A.
8. Setelah kelompok B selesai dengan pertanyaanya, lanjutkan
penyampaian pelajaran ke tiga dan tunjuk kelompok C sebagai
kelompok penanya.
9. Akhiri pelajaran dengan menyimpulkan tanya jawab dan
jelaskan sekiranya ada pemahaman siswa yang keliru.
Variasi :
19
1. Berikan kesempatan kepada tim ini untuk menyiapkan
pertanyaan kuis dari yang mereka seleksi ketika mereka menjadi
pemimpin kuis
2. Lakukan satu pelajaran yang berkelanjutan. Bagilah peserta
didik ke dalam dua tim. Di akhir pelajaran, biarkan kedua tim
saling memberi kuis satu sama lain.
Menurut Sutardi Sintak metode pembelajaran quiz team adalah
sebagai berikut :
1. Secara klasikal mempelajari materi pelajaran.
2. Siswa kemudian dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil.
Semua anggota kelompok bersama-sama mempelajari materi
tersebut melalui lembaran kerja.
3. Selama melakukan diskusi, para siswa saling memberi arahan,
saling mengajari satu sama lain, saling memberi pertanyaan
dan jawaban untuk memahami materi tersebut dipandu oleh
guru.
4. Setelah selesai berdiskusi, selanjutnya diadakan suatu
pertandingan akademis. Dalam pertandingan akademis ini,
dimungkinkan dilakukan variasi melalui game yang dapat
menghidupkan suasana.
Dari langkah-langkah yang telah dijabarkan, yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu menurut Siberman dalam Komarudin Hidayat (2002:
163) dikarenakan langkah-langakah tersebut lebih mudah dipahami, dan
lebih terstruktur.
Hasil Belajar
Hasil belajar adalah sebagai hasil yang telah dicapai seseorang
setelah mengalami proses belajar dengan terlebih dahulu mengadakan
evaluasi dari proses belajar yang dilakukan (Arikunto, 2001:63). Hal
tersebut sependapat dengan Dimyanti (2002:297) yang mengemukakan
bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai siswa dalam bentuk angka-
20
angka atau skor melalui tes hasil belajar di akhir pembelajaran. Hamalik
(2002:146) mengatakan bahwa hasil belajar itu sendiri dapat diartikan
sebagai tingkat keberhasilan murid dalam mempelajarai materi pelajaran di
sekolah, yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes
mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Dimyati dan Mudjiono (2006:
3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi
tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri
dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar
merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar. Anni
(2004:4) mengemukakan hasil belajar adalah perubahan perilaku yang
diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar.
Terdapat beberapa jenis penilaian yang dapat digunakan dalam
proses ataupun evaluasi pembelajaran, baik tes ataupun non tes, salah
satunya yang akan peneliti gunakan yaitu bentuk tes.
Menurut Widoyoko (2014:51) “Tes merupakan salah satu alat untuk
melakukan pengukuran, yaitu alat untuk mengumpulkan informasi
karakteristik suatu objek. Di antara objek tes adalah kemampuan siswa”.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar merupakan hasil yang telah dicapai peserta didik berdasarkan
kemampuan dari pengalaman belajar yang dimiliki oleh peserta didik
tersebut.
2.2 Kajian Penelitian Yang Relevan
Peneliti mencantumkan empat penelitian yang relevan dengan
penelitian ini, antara lain:
Tutik Anggraeni (2012) dengan judul skripsi “Penerapan Model
Quiz Team dalam Proses Pembelajaran untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika Kelas IV Di SD Negeri Begalon 1 Surakarta Tahun Ajaran
2011/2012.” Dari hasil Penelitian yang dilakukan terlihat bahwa penerapan
model Team Quiz dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
pembelajaran Matematika Kelas IV SDN Begalon 1 Surakarta Tahun
21
Pelajaran 2011/2012 . Hal ini terbukti pada hasil awal sebelum dilaksanakan
tindakan nilai rata-rata siswa 62,44 dengan presentase ketuntasan sebesar
51,11%. Siklus I nilai rata-rata kelas 69,11 dengan presentase ketuntasan
sebesar 84,44%. Siklus II nilai rata-rata kelas 77,11 dengan presentase
ketuntasan sebesar 93,33%. Dengan demikian peningkatan hasil belajar
siswa jelas terjadi cukup signifikan. Kelebihan penelitian ini yaitu memilih
topik yang dapat disajikan kedalam tiga atau lebih segmen, pembagian
kelompok disesuaikan dengan topik yang dapat disajikan lebih dari tiga
segmen tersebut, maka secara otomatis kelompok terbagi menjadi
kelompok-kelompok kecil yang akan mempermudah siswa dalam berdiskusi
dengan teman satu kelompok. Kekurangan penelitian ini, apabila kelompok
terbagi menjadi banyak, maka dapat dimungkinkan melebihi alokasi waktu
dalam satu kali pertemuan dalam pembelajaran, untuk itu sebaiknya guru
mampu membatasi waktu ketika Quiz Team berlangsung, guru yang
memegang kendali berjalannya quiz.
Penelitian relevan lain yang relevan dengan penelitian ini yaitu
penelitian yang dilakukan oleh Ni Putu Sukma Srijayanti, dkk (2014)
dengan judul penelitian “Model Pembelajaran Quiz Team Berbantuan Media
Gambar Berpengaruh Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V” Dari hasil
analisis data dengan menggunakan analisis uji-t yaitu diperoleh t hitung > t
tabel (4,02 > 2.000), maka Ho ditolak dan Ha diterima. Nilai rata-rata
menunjukkan bahwa hasil belajar IPS siswa yang dibelajarkan dengan
model pembelajaran Team Quiz berbantuan media gambar lebih tinggi
daripada rata-rata hasil belajar IPS yang dibelajarkan dengan pembelajaran
konvensional (80,53 > 68,13). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran Team Quiz berbantuan media gambar berpengaruh
terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD Gugus IV Kecamatan Kuta
Utara tahun ajaran 2013/2014. Kelebihan penelitian ini yaitu menggunakan
media gambar. Penggunaan media gambar lebih menarik perhatian siswa
terhadap pembelajaran terlebih diterapkan pada siswa kelas V SD maka
penggunaan media gambar tersebut juga merupakan salah satu faktor
22
keberhasilan penelitian ini. Kekurangan penelitian ini yaitu, dapat
diidentifikasi bahwa terdapat beberapa siswa yang cenderung hanya
menyukai kegiatan pembelajaran ketika ditambilkan gambar sehingga
bagian-bagian penting dalam materi terlupakan. Solusi untuk mengatasi
siswa yang berfokus pada gambar saja maka sebaiknya guru mampu
membawakan materi dengan penekanan-penekanan pada bagian yang
penting.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Nurhayati Eva yang
berjudul “Pengaruh Penggunaan Model Belajar Aktif tipe Quiz Team
Terhadap Minat Belajar dan Hasil Belajar Akuntansi Siswa Kelas X SMK
Negeri 3 Jepara Tahun 2006/2007. Dari hasil analisis data awal kedua
kelompok tidak ada perbedaan. Untuk minat belajar dua kelompok memiliki
varian yang sama. Hasil uji belajar kelompok eksperimen (83,18) hasil
belajarnya lebih dari 70% telah mencapai ketuntasan belajar, sedangkan
untuk kelompok control belajar (79,66) telah mencapai ketuntasan belajar.
Minat belajar siswa setelah pembelajaran antara kelas eksperimen dan kelas
control terdapat perbedaan. Minat belajar kelompok eksperimen lebih baik
daripada kelompok Kontrol. Kelebihan penelitian ini yaitu menyebutkan
terdapat ketrampilan dalam mengadakan variasi dalam proses pembelajaran
antara lain variasi dalam menggunakan media, dan bahan pelajaran, dan
variasi dalam interaksi antara guru dan siswa. Kekurangan penelitian ini
yaitu belum mengaplikasikan variasi-variasi tersebut. Solusinya, sebaiknya
peneliti menuangkan variasi-variasi yang sudah dituliskan untuk dapat
diaplikasikan.
Penelitian oleh Vigustina Tika dengan judul “Upaya Meningkatkan
Hasil Belajar Sejarah dengan pembelajaran Quiz Team pada Siswa kelas XI
IPS SMA Kristen Satya Wacana Salatiga Semester I Tahun Ajaran 2012-
2013”. Terdapat peningkatan hasil belajar siswa kelas XII IPS 1 dari jumlah
rata-rata pra siklus 61, 70 meningkat pada siklus 1 menjadi 78,10 dan
kemuadian pada siklus II meningkat menjadi 92, 48. Kelebihan penelitian
ini terdapat sistematika pembelajaran yang efektif menurut ahli sebagai
23
acuan dalam proses belajar mengajar menggunakan model pembelajaran
aktif tipe Quiz Team supaya tercipta kondisi kelas yang kondusif dan
terarah. Kekurangan penelitian ini yaitu bila menggunakan Quiz Team pada
mata pelajaran sejarah dengan materi yang banyak cenderung menghabiskan
alokasi waktu. Solusinya guru sebaiknya menyiapkan ringkasan materi atau
lembar materi yang ditekankan pada kata kunci atau bagian-bagian penting,
supaya tidak terkesan ke segala arah.
Dari hasil analisis terdapat empat tahap untuk meningkatkan hasil
belajar siswa yaitu tahap pembentukan kelompok, tahap diskusi, tahap
tanya jawab, dan tahap evaluasi. Terdapat peningkatan hasil belajar siswa
kelas XI IPS 1 dari jumlah rata-rata prasiklus 61,70 meningkat pada siklus
I menjadi 78,10 dan kemudian pada siklus II meningkat menjadi 92,48.
Hal ini berarti penerapan model pembelajaran aktif Quiz Team
berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa.
Tabel 2.2
Rekapitulasi Hasil Penelitian yang Relevan
No Nama Peneliti Kelas
Variabel Penelitian Hasil
Model
Pembelajaran
Quiz Team
Hasil
Belajar Ada Tidak
1 Tutik IV √ √ √ -
2 Sukma Putu V √ √ √ -
3 Hayati Nur X √ √ √ -
4 Vigustina Tika XI √ √ √ -
Berdasarkan analisis beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh
peneliti di atas, pembelajaran dengan menggunakan model Quiz Team dapat
diupayakan meningkatkan hasil belajar IPA siswa. Perbedaan penelitian ini
dengan penelitian yang lalu yaitu pada perangakt RPP, guru juga
menambakan media LKS sebagai panduan percobaan untuk guru dan siswa,
supaya siswa dapat melakukan percobaan secara sistematis dengan
bimbingan guru, maka berdasarkan analisis tersebut akan dilakukan
penelitian dengan model pembelajaran Quiz Team berbantuan LKS pada
24
siswa kelas VI SD Negeri Salatiga 08 Semester 1 tahun pelajaran
2016/2017.
2.3 Kerangka Berpikir
Pemilihan model pembelajaran menjadi suatu tantangan bagi para
guru, karena sukses tidaknya suatu pembelajaran tergantung pada kualitas
pengajaran guru. Penerapan suatu model dalam pembelajaran IPA,
merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan kemampuan siswa
dan mengarah pada penguasaan materi, oleh karena itu seorang guru harus
memiliki strategi atau model pembelajaran yang tepat, efektif, menarik
minat dan perhatian siswa, menciptakan keaktifan belajar, dan tentunya
dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa.
Proses pembelajaran yang cenderung berpusat pada guru dan
kurangnya aktivitas siswa akan membuat siswa yang pasif menjadi semakin
pasif dan pembelajaran di dalam kelas akan didominasi oleh siswa yang
aktif saja. Pembelajaran di kelas yang seperti ini akan mengakibatkan siswa
yang pasif akan menggantungkan pekerjaannya pada siswa yang aktif. Aktif
dalam hal ini siswa melakukan komunikasi seputar materi pelajaran yang
sedang dipelajari bukan aktif melakukan atau berkomunikasi diluar koridor
materi yang sedang dipelajari. Kerja sama antar siswa untuk belajar bersama
dalam pembelajaran yang berpusat pada guru juga masih belum terlihat,
sehingga siswa yang berkemampuan rendah akan selalu mendapatkan nilai
hasil belajar yang rendah.
Bertolak dari hal tersebut maka harus dicari alternatif lain supaya
dalam pembelajaran di kelas semua siswa dapat lebih aktif. Penggunaan
model pembelajaran aktif tipe quiz team merupakan salah satu model yang
dapat dipakai untuk mengatasi kesulitan dan kebosanan siswa karena
mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran, yaitu dengan
menekankan ketepatan dan kecepatan berpikir kritis dan berkomunikasi
dengan baik. Ciri khas model pembelajaran aktif tipe quiz team yaitu games
atau dapat disebut juga pertandingan akademik. Langkah pembelajaran aktif
25
tipe quiz team yaitu siswa dibagi menjadi tiga kelompok, kelompok A
membuat pertanyaan beserta jawaban dengan waktu kurang dari lima menit,
kemudian kelompok A memberikan pertanyaan kepada kelompok B, jika
kelompok B tidak dapat menjawab maka pertanyaan dilempar kepada
kelompok C, begitu seterusnya hingga kelompok B dan C menjadi pemandu
kuis (membuat pertanyaan dan jawaban). Tujuannya supaya siswa lebih
efektif dan efisien dalam mengkontruksi pengetahuan yang bermakna
melalui keterlibatannya secara aktif dalam kelompok atau tim.
Penerapan model pembelajaran aktif tipe quiz team dianggap dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri Salatiga 08 pada
materi pokok Perubahan Benda. Menggunakan model pembelajaran aktif
tipe quiz team dapat menciptakan proses pembelajaran yang efektif, efisien
dan sesuai dengan yang diharapkan peneliti dimana siswa memperoleh
pengetahuan secara mendalam melalui keterlibatan aktif dalam tim.
26
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berfikir Peningkatan Hasil Belajar IPA
Melalui Model Pembelajaran Aktif tipe Quiz Team
Kompetensi Dasar : 6.1 Menjelaskan faktor-faktor
penyebab perubahan benda (pelapukan, perkaratan,
pembusukan) melalui pengamatan.
Model pembelajaran aktif tipe
Quiz Team
Pembelajaran Klasik
Hasil belajar siswa rendah
tidak mencapai KKM
Membentuk kelompok A, B, C
Kelompok A Kelompok B
Kelompok C
Kelompok A membuat kuis
beserta jawaban, kelompok
B dan C melengkapi catatan
Kelompok A memberikan
kuis kepada tim B dan C
Kelompok C membuat kuis
beserta jawaban, kelompok
A dan B melengkapi catatan
Kelompok B membuat kuis
beserta jawaban, kelompok
A dan C melengkapi catatan
Kelompok C memberikan
kuis kepada tim A dan B Kelompok B memberikan
kuis kepada tim A dan C
Menyimak topik materi
Perubahan Benda
Tes
Hasil Belajar IPA
Skor Tes
27
2.4 Hipotesis
Berdasarkan landasan teori dan analisis model pembelajaran aktif
tipe quiz team, maka hipotesis yang dapat diajukan yaitu peningkatan hasil
belajar IPA diduga dapat diupayakan melalui model pembelajaran aktif tipe
quiz team siswa kelas VI SDN Salatiga 08 Kecamatan Sidorejo Kota
Salatiga semester 1 tahun pelajaran 2016/2017.