bab ii kajian pustaka dan rumusan hipotesis 2.1 … ii.pdfmenurut psak nomor 31 dalam standar...

28
11 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Pengertian Bank Berdasarkan undang-undang Perbankan No.10 Tahun 1998 Pasal 1(2) dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Menurut PSAK Nomor 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan (2004, 31.1) pengertian Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Menurut Kasmir (1998:11) Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan mengeluarkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Upload: nguyenmien

Post on 13-Aug-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 … II.pdfMenurut PSAK Nomor 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan (2004, 31.1) pengertian Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

2.1 Landasan Teori dan Konsep

2.1.1 Pengertian Bank

Berdasarkan undang-undang Perbankan No.10 Tahun 1998 Pasal 1(2)

dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang

menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan

kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk lainnya dalam rangka

meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Menurut PSAK Nomor 31 dalam

Standar Akuntansi Keuangan (2004, 31.1) pengertian Bank adalah suatu

lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan antara pihak-pihak yang

memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang memerlukan dana, serta sebagai

lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Menurut Kasmir

(1998:11) Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

dalam bentuk simpanan dan mengeluarkannya kepada masyarakat dalam rangka

meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 … II.pdfMenurut PSAK Nomor 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan (2004, 31.1) pengertian Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai

12

2.1.2 Jenis Bank

1) Jenis Bank Berdasarkan Fungsinya

a) Bank Sentral

Bank sentral yang dimaksud adalah Bank Indonesia. Bank Indonesia

adalah lembaga negara yang independen dalam melaksanakan tugas dan

wewenangnya, bebas dari campur tangan pemerintah dan atau pihak lain,

kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam undang-undang

ini. Menurut UU Pokok Perbankan nomor 14 Tahun 1967 jenis perbankan

menurut fungsinya terdiri atas: Bank Umum, Bank Pembangunan, Bank

Tabungan, Bank Pasar, Bank Desa, Lumbung Desa, atau Bank Pegawai.

Namun setelah keluar UU Pokok Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 dan

ditegaskan lagi dengan keluarnya UU RI nomor 10 tahun 1998, jenis

perbankan menjadi Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Bank Pembangunan dan Bank Tabungan berubah fungsi menjadi Bank

Umum, sedangkan Bank Desa, Bank Pasar, Lumbungan desa dan Bank

Pegawai menjadi Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Tugas pokok Bank

Sentral adalah:

(1) Mengatur, menjaga, dan memelihara kestabilan nilai rupiah

(2) Mendorong kelancaran produksi dan pembangunan serta

memperluas kesempatan kerja guna meningkatkan taraf hidup

rakyat.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 … II.pdfMenurut PSAK Nomor 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan (2004, 31.1) pengertian Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai

13

b) Bank Umum

Pengertian bank umum menurut Peraturan Bank Indonesia No.

9/7/PBI/2007 adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara

konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam

kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Jasa yang

diberikan oleh bank umum bersifat umum, artinya dapat memberikan

seluruh jasa perbankan yang ada. Bank umum sering disebut bank

komersial (commercial bank).

c) Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Bank Perkreditan Rakyat atau yang biasa dikenal dengan sebutan BPR

merupakan lembaga keuangan resmi yang diatur berdasarkan UU No. 10

Tahun 1998. Dalam undang-undang tersebut dijelaskan bahwa BPR

adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau

berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan

jasa dalam lalu lintas pembayaran. Dalam kegiatan operasionalnya BPR

memiliki jangkauan kegiatan operasional yang terbatas, maka dari itu

BPR dikatakan tidak dapat memberikan jasa dalam lalu lintas

pembayaran. Hal ini yang membedakan antara BPR dengan bank umum,

dimana bank umum dalam menjalankan kegiatannya dapat memberikan

jasa dalam lalu lintas pembayaran. Perbedaan yang mendasar antara bank

umum dengan BPR terletak pada kegiatan operasional masing-masing.

Kegiatan operasional yang dilakukan oleh bank umum lebih luas

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 … II.pdfMenurut PSAK Nomor 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan (2004, 31.1) pengertian Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai

14

cakupannya dibandingkan BPR. Artinya produk yang ditawarkan oleh

bank umum lebih beragam jika dibandingkan dengan BPR, hal ini

disebabkan oleh kebebasan yang dimiliki bank umum untuk menentukan

produk dan jasa, sedangkan BPR mempunyai keterbatasan tertentu

sehingga kegiatannya lebih sempit (Kasmir, 2012:38).

2) Jenis Bank Berdasarkan Kepemilikannya

Apabila ditinjau dari segi kepemilikannya, jenis bank terdiri atas bank

milik pemerintah, bank milik swasta nasional, dan bank milik swasta asing.

a) Bank Milik Pemerintah

Bank pemerintah adalah bank di mana baik akta pendirian maupun

modalnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank

dimiliki oleh pemerintah pula. Contohnya Bank Rakyat Indonesia (BRI),

Bank Mandiri. Selain itu ada juga bank milik pemerintah daerah yang

terdapat di daerah tingkat I dan tingkat II masing-masing provinsi. Ditinjau

dari segi kepemilikan adalah siapa pun yang turut andil dalam pendirian

suatu bank. Kepemilikan bank dapat dilihat dari akte pendirian dan

penguasaan saham yang dimilikinya.

(1) Bank Negara Indonesia 46 (BNI)

(2) Bank Rakyat Indonesia (BRI)

(3) Bank Tabungan Negara (BTN)

(4) Contoh Bank DKI

(5) Bank Jateng,dan sebagainya.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 … II.pdfMenurut PSAK Nomor 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan (2004, 31.1) pengertian Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai

15

Sedangkan bank milik pemerintah daerah (Pemda) terdapat di daerah

tingkat I dan tingkat II. Contoh bank pemerintah daerah adalah BPD DKI

Jakarta, BPD Jawa Barat, BPD Jawa Tengah, BPD Jawa Timur, BPD

Sumatera Utara, BPD Sumatra Selatan, BPD Sulawesi Selatan, dan BPD

lainnya

b) Bank milik swasta nasional

Bank jenis ini, seluruh atau sebagian besar sahamnya dimiliki oleh swasta

nasional. Akte pendiriannya menunjukkan kepemilikan swasta, begitu pula

pembagian keuntungannya untuk pihak swasta. Contoh bank milik swasta

nasional antara lain: Bank Muamalat, Bank Central Asia, Bank Bumi

Putra, Bank Danamon, Bank Duta, Bank Nusa Internasional, Bank Niaga,

Bank Universal, Bank Internasional Indonesia

c) Bank milik Koperasi

Kepemilikan saham-saham bank ini dimiliki oleh badan hukum koperasi,

contohnya adalah Bank Umum Koperasi Indonesia

d) Bank milik campuran

Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan pihak

swasta nasional. Saham bank campuran secara mayoritas dimiliki oleh

warga negara Indonesia. Contoh bank campuran antara lain : Sumitono

Niaga Bank, Bank Merincop, Bank Sakura Swadarma, Bank Finconesia,

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 … II.pdfMenurut PSAK Nomor 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan (2004, 31.1) pengertian Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai

16

Mitsubishi Buana Bank, Inter Pacifik Bank, Paribas BBD Indonesia, Ing

Bank, Sanwa Indonesia Bank, dan Bank PDFCI.

e) Bank Milik Asing

Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik

milik swasta asing atau pemerintah asing. Kepemilikannya dimiliki oleh

pihak luar negeri. Contohnya ABN AMRO bank, City Bank, dan lain-lain.

3) Dilihat dari segi status

Dilihat dari segi kemampuannya dalam melayani masyarakat, bank umum

dapat diklasifikasikan ke dalam dua macam. Pengklasifikasian ini berdasarkan

kedudukan atau status bank tersebut. Kedudukan atau status ini menunjukkan

ukuran kemampuan bank dalam melayani masyarakat baik dari jumlah produk,

modal, maupun kualitas pelayanannya. Oleh karena itu, untuk memperoleh

status tersebut diperlukan penilaian-penilaian dengan kriteris tertentu.

a) Bank Devisa

Bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang

berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan. Misalnya

transfer keluar negeri, inkaso keluar negeri, traveller cheque, pembukaan

dan pembayaran Letter of Credit dan transaksi lainnya. Persyaratan untuk

menjadi bank devisa ini ditentukan oleh Bank Indonesia.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 … II.pdfMenurut PSAK Nomor 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan (2004, 31.1) pengertian Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai

17

b) Bank Non-Devisa

Bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai

bank devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan kegiatan seperti halnya

bank devisa. Jadi bank non-devisa hanya dapat melakukan transaksi dalam

batas-batas negara.

4) Jenis Bank Berdasarkan Kegiatan Operasionalnya

a) Bank Konvensional

Pengertian kata “konvensional” menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia

adalah “menurut apa yang sudah menjadi kebiasaan”. Sementara itu,

menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah “berdasarkan

kesepakatan umum” seperti adat, kebiasaan, kelaziman. Berdasarkan

pengertian itu, bank konvensional adalah bank yang dalam operasionalnya

menerapkan metode bunga, karena metode bunga sudah ada terlebih

dahulu, menjadi kebiasaan dan telah dipakai secara meluas dibandingkan

dengan metode bagi hasil.

Bank konvensional pada umumnya beroperasi dengan mengeluarkan

produk-produk untuk menyerap dana masyarakat antara lain tabungan,

simpanan deposito, simpanan giro; menyalurkan dana yang telah dihimpun

dengan cara mengeluarkan kredit antara lain kredit investasi, kredit modal

kerja, kredit konsumtif, kredit jangka pendek; dan pelayanan jasa

keuangan antara lain kliring, inkaso, kiriman uang, Letter of Credit, dan

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 … II.pdfMenurut PSAK Nomor 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan (2004, 31.1) pengertian Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai

18

jasa-jasa lainnya seperti jual beli surat berharga, bank draft, wali amanat,

penjamin emisi, dan perdagangan efek.

Bank konvensional dapat memperoleh dana dari pihak luar, misalnya dari

nasabah berupa rekening giro, deposit on call, sertifikat deposito, dana

transfer, saham, dan obligasi. Sumber ini merupakan pendapatan bank

yang paling besar. Pendapatan bank tersebut, kemudian dialokasikan untuk

cadangan primer, cadangan sekunder, penyaluran kredit, dan investasi.

Bank konvensional contohnya bank umum dan BPR. Kedua jenis bank

tersebut telah kalian pelajari pada subbab sebelumnya.

b) Bank Syariah

Bank syariah muncul di Indonesia pada awal tahun 1990-an. Pemrakarsa

pendirian bank syariah di Indonesia dilakukan oleh Majelis Ulama

Indonesia (MUI) pada tanggal 18 – 20 Agustus 1990. Bank syariah adalah

bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam,

maksudnya adalah bank yang dalam operasinya mengikuti ketentuan-

ketentuan syariah Islam, khususnya yang menyangkut tata cara

bermuamalah secara Islam. Falsafah dasar beroperasinya bank syariah

yang menjiwai seluruh hubungan transaksinya adalah efesiensi, keadilan,

dan kebersamaan. Efisiensi mengacu pada prinsip saling membantu secara

sinergis untuk memperoleh keuntungan sebesar mungkin. Keadilan

mengacu pada hubungan yang tidak dicurangi, ikhlas, dengan persetujuan

yang matang atas proporsi masukan dan keluarannya. Kebersamaan

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 … II.pdfMenurut PSAK Nomor 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan (2004, 31.1) pengertian Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai

19

mengacu pada prinsip saling menawarkan bantuan dan nasihat untuk

saling meningkatkan produktivitas. Kegiatan bank syariah dalam hal

penentuan harga produknya sangat berbeda dengan bank konvensional.

Penentuan harga bagi bank syariah didasarkan pada kesepakatan antara

bank dengan nasabah penyimpan dana sesuai dengan jenis simpanan dan

jangka waktunya, yang akan menentukan besar kecilnya porsi bagi hasil

yang akan diterima penyimpan. Berikut ini prinsip-prinsip yang berlaku

pada bank syariah.

(1) Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah).

(2) Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah).

(3) Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah).

(4) Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan

(ijarah).

(5) Pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak

bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).

Dalam rangka menjalankan kegiatannya, bank syariah harus berlandaskan

pada Alquran dan hadis. Bank syariah mengharamkan penggunaan harga

produknya dengan bunga tertentu. Bagi bank syariah, bunga bank adalah

riba.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 … II.pdfMenurut PSAK Nomor 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan (2004, 31.1) pengertian Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai

20

2.1.3 Rasio Keuangan

Analisis laporan keuangan adalah suatu metode yang bertujuan untuk

menyampaikan informasi yang terkandung dalam laporan keuangan, yang

dilakukan dengan cara membandingkan antara satu pos dengan pos lainnya

dalam laporan keuangan, membandingkan dengan laporan keuangan pada

periode sebelumnya, atau membandingkan dengan laporan keuangan sejenisnya,

lalu menginterprestasikan hasil perbandingan laporan keuangan tersebut.

Analisis terhadap laporan keuangan perusahaan pada dasarnya untuk

mengetahui tingkat profitabilitas dan tingkat risiko atau tingkat kesehatan suatu

perusahaan (Mamduh, 2005:5). Menurut Muljono (1999:46) bentuk analisis

laporan keuangan bank meliputi beberapa teknik yaitu: 1) Analisis komparatif

yang meliputi Trend dan analisis common size. Tujuan dari trend adalah

membandingkan kegiatan usaha suatu bank secara absolute maupun relatif

terhadap kegiatan yang ada dengan kegiatan yang telah dicapai pada periode

sebelumnya, sedangkan analisis common size bertujuan untuk mengetahui

pemanfaatan pos-pos yang dominan dalam pencapaian tujuan bank. 2) Analisis

Bank Environment. Analisis yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana

kemampuan bersaing suatu bank atau kantor cabang atau dapat juga dalam

rangka mengetahui market share suatu bank atau kantor cabang. 3) Analisis

laporan keuangan pada masa inflasi. 4) Analisis break even point. Analisis ini

berujuan untuk profit planning dan kontrol baik untuk jangka panjang maupun

jangka pendek, untuk menetapkan target minimal baik bagi unit bank secara

keseluruhan maupun bagian yang ada, dan sebagai bahan pengukuran efisiensi

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 … II.pdfMenurut PSAK Nomor 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan (2004, 31.1) pengertian Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai

21

serta efektifitas kerja bank. 5) Analisis varians. Analisis yang bertujuan untuk

mengetahui apakah target anggaran yang telah ditetapkan oleh manajamen bank

dapat dicapai dan apakah terjadi selisih menguntungkan atau sebaliknya selisih

yang merugikan. 6) Sustainable rate of growth. Analisis ini bertujuan untuk

mengetahui perkembangan aktiva suatu bank dengan membandingkan

kemampuan bank dalam memupuk permodalannya, hal ini disebabkan dalam

prudential banking ekspansi aktiva suatu bank dibatasi oleh aturan adanya

minimum capital adequacy ratio. 7) Analisis Capital Assets Management

Earning Likuidity (CAMEL) . Analisis ini bertujuan untuk mengetahui tingkat

kesehatan manajamen suatu bank berdasarkan standar yang ditetapkan oleh

Bank Indonesia.

Rasio keuangan adalah ukuran yang digunakan dalam interprestasi dana

analysis laporan finansial suatu perusahaan. Rasio keuangan dapat dibagi kedalam

tiga bentuk umum yang sering dipergunakan yaitu : Rasio Likuiditas, Rasio

Solvabilitas ( Leverage ), dan Rasio Rentabilitas.

Jenis rasio keuangan bank seperti berikut ini:

1) Ratio Likuiditas (Liquidity Ratio)

Rasio likuiditas mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan

dengan melihat aktiva lancar peruahaan relativ terhadap hutang lancarnya (hutang

dalam hal ini merupakan kewajiban bank). Suatu bank dikatakan liquid apabila

bank bersangkutan dapat memenuhi kewajiban utang-utangnya, dapat membayar

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 … II.pdfMenurut PSAK Nomor 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan (2004, 31.1) pengertian Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai

22

kembali semua depositonya, serta dapat memenuhi permintaan kredit yang

diajukan tanpa terjadi penangguhan.

Berikut adalah suatu bank dapat dikatakan liquid apabila:

a) Bank tersebut memiliki cash assets sebesar kebutuhan yang digunakan

untuk memenuhi likuiditasnya,

b) Bank tersebut memiliki cash assets yang lebih kecil dari kebutuhan

likuiditasnya,

tetapi mempunyai aset atau aktiva lainnya (misal surat berharga) yang

dapat dicairkan sewaktu-waktu tanpa mengalami penurunan nilai

pasarnya,

c) Bank tersebut mempunyai kemampuan untuk menciptakan cash asset baru

melalui berbagai bentuk hutang. Menurut Van Horne :”Sistem

Pembelanjaan yang baik Current ratio harus berada pada batas 200% dan

Quick Ratio berada pada 100%”. Adapun yang tergabung dalam rasio ini

adalah :

a. Current Ratio ( Rasio Lancar)

Merupakan Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan

dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva

lancar yang dimiliki, Current Ratio dapat dihitung dengan rumus :

Current Ratio = Aktiva Lancar

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 … II.pdfMenurut PSAK Nomor 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan (2004, 31.1) pengertian Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai

23

b. Quick Ratio ( Rasio Cepat )

Merupakan rasio yang digunaka untuk mengukur kemampuan perusahaan

dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva

yang lebih likuid . Quick Ratio dapat dihitung dengan rumus yaitu :

Quick Ratio = Aktiva Lancar – Persediaan

c. Cash Ratio ( Rasio Lambat)

Merupakan Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan

dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan kas yang tersedia dan yang

disimpan diBank. Cash Ratio dapat dihitung dengan Rumus yaitu :

Cash Ratio = Cash + Efek

2) Rasio Solvabilitas (Capital)

Rasio ini disebut juga Ratio leverage yaitu mengukur perbandingan dana yang

disediakan oleh pemiliknya dengan dana yang dipinjam dari kreditur perusahaan

tersebut. Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva

perusahaan dibiayai oleh hutang rasio ini menunjukkan indikasi tingkat keamanan

dari para pemberi pinjaman (Bank).

Pada rasio leverage, dapat diukur antara lain: capital adequacy ratio.

a) Capital Adequacy Ratio (CAR)

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan permodalan yang ada

untuk menutup kemungkinan kerugian didalam kegiatan perkreditan dan

perdagangan surat-surat berharga.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 … II.pdfMenurut PSAK Nomor 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan (2004, 31.1) pengertian Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai

24

b) Capital to Debt Ratio

Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa jauh dana disediakan oleh

kreditor.

Adapun Rasio yang tergabung dalam Rasio Leverage adalah :

a. Total Debt to Equity Ratio (Rasio Hutang terhadap Ekuitas)

Merupakan Perbandingan antara hutang – hutang dan ekuitas dalam

pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri,

perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibanya .

Rasio ini dapat dihitung denga rumus yaitu :

Total Debt to equity Ratio = Total Hutang

b. Total Debt to Total Asset Ratio ( Rasio Hutang terhadap Total Aktiva )

Rasio ini merupakan perbandingan antara hutang lancar dan hutang jangka

panjang dan jumlah seluruh aktiva diketahui. Rasio ini menunjukkan

berapa bagian dari keseluruhan aktiva yang dibelanjai oleh hutang. Rasio

ini dapat dihitung dengan rumus yaitu :

Total Debt to Total Asset Ratio = Total Hutang

3) Rasio Rentabilitas

Rasio ini disebut juga sebagai Ratio Profitabilitas yaitu rasio yang digunakan

untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau

keuntungan, profitabilitas suatu perusahaan mewujudkan perbandingan antara

laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Rasio rentabilitas

bertujuan untuk mengetahui kemempuan bank dalam menghasilkan laba selama

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 … II.pdfMenurut PSAK Nomor 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan (2004, 31.1) pengertian Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai

25

periode tertentu, juga bertujuan untuk mengukur tingkat efektifitas manajemen

dalam menjalankan operasional perusahaannya. Pada rasio rentabilitas

(keuntungan), rasio yang dapat diukur antara lain: return on assets, biaya

operasi/pendapatan operasi, gross profit margin, dan net profit margin.

a) Return On Assets (ROA)

Rasio ini mengukur kemampuan bank didalam memperoleh laba dan

efisiensi secara keseluruhan.

b) Biaya Operasional/Pendapatan Operasional (BO/PO)

Rasio ini digunakan untuk mengukur perbandingan biaya operasi/biaya

intermediasi terhadap pendapatan operasi yang diperoleh bank. Semakin

kecil angka rasio BO/PO, maka semakin baik kondisi bank tersebut. Rasio

ini digunakan untuk mengukur perbandingan biaya operasi/biaya

intermediasi terhadap pendapatan operasi yang diperoleh bank. Semakin

kecil angka rasio BO/PO, maka semakin baik kondisi bank tersebut.

c) Gross Profit Margin

Rasio ini untuk mangetahui kemampuan bank dalam menghasilkan laba

dari operasi usahanya yang murni. Semakin tinggi rasionya, semakin baik

hasilnya. Dengan tingkat penjualan, rasio ini menggambarkan laba kotor

yang dapat dicapai dari jumlah penjualan.

Rasio ini dapat dihitung dengan rumus yaitu :

Gross Profit Margin = Laba kotor

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 … II.pdfMenurut PSAK Nomor 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan (2004, 31.1) pengertian Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai

26

4) Net Profit Margin

Rasio ini untuk mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan laba bersih

sebelum pajak (net income) ditinjau dari sudut pendapatan operasinya.

Rasio ini dapat dihitung dengan Rumus yaitu :

Net Profit Margin = Laba Setelah Pajak

5) Rasio Resiko Usaha Bank

Setiap jenis usaha selalu dihadapkan pada berbagai resiko, begitu pula didalam

bisnis perbankan, banyak pula resiko yang dihadapinya. Resiko-resiko ini dapat

pula diukur secara kuantitatif antara lain dengan: deposit risk ratio, dan interest

risk rate ratio.

a) Deposit Risk Ratio

Rasio ini memperlihatkan resiko yang menunjukkan kemungkinan

kegagalan bank dalam memenuhi kewajiban kepada para nasabah yang

menyimpan dananya diukur dengan jumlah permodalan yang dimiliki oleh

bank yang bersangkutan.

b) Interest Risk Rate Ratio

Rasio ini memperlihatkan resiko yang mengukur kemungkinan bunga

(interest) yang diterima oleh bank lebih kecil dibandingkan dengan bunga

yang dibayarkan oleh bank.

6) Rasio Efisiensi Usaha

Untuk mengukur kinerja manajemen suatu bank apakah telah menggunakan

semua faktor produksinya dengan tepat guna dan hasil guna, maka melalui rasio-

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 … II.pdfMenurut PSAK Nomor 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan (2004, 31.1) pengertian Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai

27

rasio keuangan disini juga dapat diukur secara kuantitatif tingkat efisiensi yang

telah dicapai oleh manajemen bank yang bersangkutan. Rasio-rasio yang

digunakan antara lain: leverage multiplier ratio, assets utilazation ratio, dan

operating ratio.

a) Leverage Multiplier Ratio

Rasio ini untuk mengukur kemampuan manajemen suatu bank didalam

mengelola aktiva yang dikuasainya, mengingat atas pengunan aktiva tetap

tersebut bank harus mengeluarkan sejumlah biaya yang tetap. Semakin

banyak/cepat bank mengelola aktivanya semakin efisien.

b) Assets Utilazation Ratio

Rasio ini untuk mengukur kemampuan manajemen suatu bank didalam

memanfaatkan aktiva yang dikuasainya untuk memperoleh total income.

c) Operating Ratio.

Rasio ini untuk mengukur rata-rata biaya operasional dan biaya non

operasional yang dikeluarkan bank untuk memperoleh pendapatan.

2.1.4 Profitabilitas

Menurut Grace (2011), rasio profitabilitas adalah kemampuan perusahaan

memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun

modal sendiri. Profitabilitas memberikan gambaran seberapa efektif perusahaan

beroperasi sehingga memberikan keuntungan bagi perusahaan (Ang, 1997).

Profitabilitas perusahaan yang tinggi dapat menunjukkan kemampuan

perusahaan untuk memenuhi kewajibannya. Profitabilitas perusahaan biasanya

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 … II.pdfMenurut PSAK Nomor 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan (2004, 31.1) pengertian Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai

28

diukur dengan menggunakan rasio keuangan yang diambil dari informasi

akuntansi yang tedapat dalam laporan keuangan. Rasio profitabilitas adalah

rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba dan juga untuk mengetahui efektifitas perusahaan dalam

mengelola sumber-sumber daya yang dimiliki (Sartono,2001). Secara singkat,

rasio profitabilitas mengukur sampai seberapa jauh efektifitas manajemen

secara keseluruhan dengan mengetahui tingkat pengembalian (return) yang

dihasilkan dari penjualan dan investasi.

1) Cara Menghitung Profitabilitas

Riyadi (2006:155) menyatakan bahwa terdapat dua rasio yang digunakan

untuk mengukur profitabilitas suatu perusahaan, rasio-rasio tersebut adalah

sebagai berikut:

a) Return on Asset (ROA)

ROA merupakan rasio perbandingan antara laba sebelum pajak dengan total

aset, rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi pengelolaan aset yang

dilakukan oleh bank. Semakin besar ROA berarti semakin besar tingkat

keuntungan yang diterima oleh perusahaan. Secara umum ROA

diformulasikan sebagai berikut.

…………………..…………..(1)

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 … II.pdfMenurut PSAK Nomor 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan (2004, 31.1) pengertian Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai

29

b) Return on Equity (ROE)

ROE merupakan rasio perbandingan antara laba setelah pajak dengan

modal inti, rasio ini menunjukkan tingkat persentase yang dapat dihasilkan

oleh bank. Secara umum ROE diformulasikan sebagai berikut.

……………………....………(2)

2) Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas mempunyai tujuan serta manfaat baik bagi pihak yang

memiliki usaha ataupun pihak dari luar, terutama pihak yang memiliki

kepentingan dengan perusahaan yang bersangkutan. Menurut Kasmir

(2010:197), tujuan dari pengguaan rasio profitabilitas adalah sebagai berikut.

a) Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh oleh perusahaan dalam

satu periode tertentu.

b) Untuk menilai posisi laba tahun sebelumnya dengan tahun sekarang.

c) Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.

d) Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.

e) Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik

modal pinjaman ataupun modal sendiri.

f) Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan

baik modal pinjaman maupun modal sendiri.

Manfaat dari penggunaan rasio profitabilitas adalah sebagai berikut

(Kasmir, 2010:198).

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 … II.pdfMenurut PSAK Nomor 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan (2004, 31.1) pengertian Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai

30

a) Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu

periode.

b) Megetahui posisi laba tahun sebelumnya dengan tahun sekarang.

c) Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu.

d) Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.

Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunkan

baik modal pinjaman maupun modal sendiri.

2.1.5 Risiko Perbankan

Risiko yang dihadapi oleh bank sangatlah banyak, diantaranya adalah

risiko tingkat bunga. Dana yang digunakan untuk pemberian kredit mempunyai

tingkat bunga yangrelatif konstan sedangkan tingkat bunga simpanan nasabah

bersifat fluktuatif. Tingkat bunga fluktuatif ini adalah salah satu beban yang

harus dihadapi perbankan dimana dapat mengurangi laba yang sebelumnya telah

diprediksi, selain itu manajamen bank, khususnya bagian kredit, dihadapkan

semakin tingginya non perfoming loan. Untuk mengurangi angka NPL, bank

diwajibkan lebih berhati-hati dalam memilih calon debitur dan juga melakukan

pengawasan terhadap kelancaran usaha debitur tersebut. Menurut Glen Glenardi,

Dirut Bank Bukopin (Info Bank No 327 edisi Juni 2006) manajamen bank harus

jeli memilih bidang-bidang usaha yang bisa dibiayai. Bank Indonesia melalui

Peraturan Bank Indonesia No.5/8/PBI/2003 tanggal 19 Mei 2003 menjelaskan

“risiko adalah potensi terjadinya suatu peristiwa yang dapat menimbulkan

kerugian Bank”. Berdasarkan PBI No.5/8/PBI/2003 tanggal 19 Mei 2003

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 … II.pdfMenurut PSAK Nomor 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan (2004, 31.1) pengertian Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai

31

menguraikan jenis risiko bank, yaitu: (1) Risiko Kredit, risiko akibat kegagalan

pihak debitur dalam memenuhikewajibannya. (2) Risiko Pasar, risiko yang

timbul karena adanya pergerakan variable pasar (nilai tukar dan harga option)

dari portofolio yang dimiliki bank. (3) Risiko Likuiditas, risiko yang disebabkan

bank tidak mampu memenuhi kewajibannya yang telah jatuh tempo. (4) Risiko

Operasional, risiko yang disebabkan ketidakcukupan dan tidak

berfungsinyaproses internal, kesalahan manusia, kegagalan manusia, kegagalan

sistem, atau problem eksternal yang menggangu operasional bank. (5) Risiko

Reputasi, risiko yang berkaitan dengan kegiatan bank yang dinilai negatif

dengan adanya publikasi. (6) Risiko Hukum, risiko yang disebabkan adanya

tuntutan hukum, ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung,

kelemahan perikatan. (7) Risiko Strategik, risiko yang timbul akibat

pelaksanaan strategi bank dan pengambilan keputusan bisnis yang tidak tepat

atau kurang responsif. (8) Risiko Kepatuhan, risiko yang timbul akibat bank

tidak mematuhi atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan

ketentuan yang berlaku, terutama peraturan yang dikeluarkan Bank Indonesia.

1) Risiko Kredit

Risiko kredit (Credit Risk) sering disebut juga risiko gagal tagih (default

risk) yaitu risiko yang dihadapi karena ketidakmampuan nasabah membayar

bunga kredit dan mencicil pokok pinjaman, sedangkan menurut Ayuningrum

(2011), credit risk adalah risiko yang diahadapibank karena menyalurkan

dananyadalam bentuk pinjaman terhadap masyarakat. Risiko ini semakin

besar bila bank umum tidak mampu meningkatkan atau memperbaiki

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 … II.pdfMenurut PSAK Nomor 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan (2004, 31.1) pengertian Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai

32

kualitas kredit yang disalurkan.Rasio keuangan yang digunakan sebagai

proksi terhadap nilai suatu risiko kredit adalah Non Performing Loan (NPL).

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menangani

risiko kegagalan pengembalian kredit oleh debitur. Menurut Surat Edaran BI

No. 3/30 DPNP tanggal 14 Desember 2001 Lampiran 14, NPL diukur dari

rasio perbandingan antara kredit bermasalah terhadap total kredit yang

diberikan. Bobot risiko NPL menurut Surat Edaran Bank Indonesia

No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, BPR dikatakan sehat apabila memiliki

rasio NPL lebih kecil atau sama dengan 5 persen dan tidak sehat apabila

lebih besar dari 5 persen. NPL yang tinggi akan memperbesar biaya,

sehingga berpotensi terhadap kerugian bank. Semakin tinggi rasio ini maka

akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit

bermasalah semakin besar dan oleh karena itu bank harus menanggung

kerugian dalam kegiatan operasionalnya sehingga berpengaruh terhadap

penurunan laba (ROA) yang diperoleh bank (Kasmir, 2004) kredit dalam hal

ini adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga tidak termasuk kredit

kepada bank lain.

2) Risiko Operasional

Risiko operasional dalam hal ini merupakan biaya yang dikeluarkan untuk

menghasilkan keuntungan lebih kecil daripada keuntungan yang diperoleh

dari penggunaan aktiva tersebut. Dalam penelitian ini Efisiensi operasional

diindikasikan dengan menggunakan rasio BOPO. Menurut Dendawijaya,

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 … II.pdfMenurut PSAK Nomor 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan (2004, 31.1) pengertian Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai

33

(2003), BOPO merupakan rasio antara biaya operasional terhadap

pendapatan operasional. Semakin kecil BOPO maka semakin efisien biaya

operasional yang dikeluarkan perusahaan yang besangkutan (Almilia dan

Herdiningtyas, 2005). Setiap peningkatan biaya operasional akan berakibat

pada berkurangnya laba sebelum pajak yang pada akhirnya akan

menurunkan laba atau profitabilitas (ROA) perusahaan yang bersangkutan.

Bank yang sehat ketentuan dari BI harus memiliki BOPO ≤ 93,52 persen

(Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004). Jika

sebuah bank memiliki BOPO lebih dari ketentuan BI maka bank tersebut

kategori tidak sehat dan tidak efisien. Secara sistematis dapat dirumuskan

sebagai berikut (Veithzal,dkk, 2007):

BOPO = Biaya Operasional/Pendapatan Operasional x100%

3) Risiko Likuiditas

Risiko likuiditas terjadi bila bank tidak mampu menyediakan dana tunai

untuk memenuhi kebutuhan transaksi para nasabah dan memenuhi

kewajiban-kewajiban yang harus dilunasi dalam tempo lebih kecil dari satu

tahun. Martono mendefenifikan resiko likuiditas (liquidity risk) adalah

resiko yang mungkin dihadapi oleh bank untuk memenuhi kebutuhan

likuiditasnyadalam rangka memenuhi permintaan kredit dan semua

penarikan dana oleh penabung pada suatu waktu. Faktor yang menyebabkan

bank mengalami resiko likuiditas ialah bank tidak dapat memaksimumkan

pendapatan karena adanya desakan kebutuhan likuiditas. Resiko likuiditas

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 … II.pdfMenurut PSAK Nomor 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan (2004, 31.1) pengertian Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai

34

pada umumnya berasal dari dana pihak ketiga, aset-aset dan kewajiban pada

counter-parties. LDR adalah rasio antara seluruh kredit yang diberikan bank

dengan dana yang diterima oleh bank (Dendawijaya.2009:116). Semakin

besar penyaluran dana dalam bentuk kredit relatif dibandingkan dengan

deposit atau simpanan masyarakat pada suatu bank membawa konsekuensi

semakin besar risiko yang ditanggung oleh bank yang bersangkutan. Apabila

kredit yang disalurkan mengalami kegagalan atau bermasalah, maka bank

akan mengalami kesulitan untuk mengembalikan dana yang dititipkan oleh

masyarakat. Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal

31 Mei 2004, BPR dikatakan sehat apabila memiliki rasio LDR antara 50

persen sampai 100 persen dan tidak sehat apabila memiliki rasio lebih besar

dari 100 persen.

2.2 Rumusan Hipotesis Penelitian

2.2.1 Pengaruh risiko kredit terhadap profitabilitas

Risiko kredit merupakan suatu risiko akibat kegagalan atau ketidak mampuan

nasabah dalam mengembalikan jumlah pinjaman yang diterima beserta bunganya,

sesuai jangka waktu yang telah ditentukan. Risiko kredit terjadi ketika bank

memberikan pinjaman kepada nasabah sesuai dengan jangka waktu yang telah

disepakati, kemudian nasabah tersebut tidak mampu untuk mengembalikan

pinjaman yang telah diterimanya pada saat jatuh tempo beserta bunganya, hal itu

bisa disebabkan karena kesengajaan maupun tanpa disengaja, seperti nasabah

mengalami bencana alam atau bangkrut, jadi bank terpaksa harus menanggung

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 … II.pdfMenurut PSAK Nomor 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan (2004, 31.1) pengertian Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai

35

resikonya. Dengan adanya risiko kredit yang harus ditanggung oleh bank tersebut

maka akan menyebabkan hilangnya kesempatan oleh bank untuk memproleh

pendapatan dari kredit yang diberikan sehingga berpengaruh buruk terhadap

profitabilitas perbankan itu sendiri. Resiko kredit pada penelitian ini diwakili oleh

Non Performing Loan (NPL). Menurut Surat Edaran BI No.3/30DPNP tanggal 14

Desember 2001 lampiran 14, NPL diukur dari rasio perbandingan antara kredit

bermasalah terhadap total kredit yang diberikan. Bobot risiko NPL menurut Surat

Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, BPR dikatakan sehat

apabila memiliki rasio NPL lebih kecil atau sama dengan 5 persen dan tidak sehat

apabila lebih besar dari 5 persen. NPL yang tinggi akan memperbesar biaya,

sehingga berpotensi terhadap kerugian bank. Semakin tinggi rasio ini maka akan

semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah

semakin besar dan oleh karena itu bank harus menanggung kerugian dalam

kegiatan operasionlanya sehingga berpengaruh terhadap penurunan laba (ROA)

yang diperoleh bank (Kasmir, 2004). Penelitian yang dilakukan oleh Chang

(2006) dengan judul “ Role of Non Performing Loans (NPLs) and Capital

Adequacy in Banking Structure and Competition”, menemukan hasil bahwa NPL

berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. Hasil penelitian tersebut

berlawanan dengan penelitian yang dilakukan oleh Joseph et al. (2012) yang

berjudul “Non Performing Loan in Commercial Bank: A Case of CBZ Bank

Limited in Zimbabwe”, yang menemukan bahwa NPL berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap profitabilitas. Artinya semakin besar kredit bermasalah yang

terdapat pada bank, akan mengakibatkan turunnya profitabilitas yang dihasilkan

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 … II.pdfMenurut PSAK Nomor 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan (2004, 31.1) pengertian Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai

36

oleh bank dan begitu pula sebaliknya. Hasil ini sesuai dengan teori yang ada yang

menyatakan bahwa pengaruh antara NPL terhadap ROA adalah negatif dan

signifikan. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa resiko

kredit berpengaruh signifikan negatif terhadap profitabilitas.

H1 : Risiko kredit berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas

2.2.2 Pengaruh risiko operasional terhadap profitabilitas

Risiko operasional dalam hal ini merupakan biaya yang dikeluarkan untuk

menghasilkan keuntungan lebih kecil daripada keuntungan yang diperoleh dari

penggunaan aktiva tersebut. Dalam penelitian ini Efisiensi operasional

diindikasikan dengan menggunakan rasio BOPO. Menurut Dendawijaya, (2003),

BOPO merupakan rasio antara biaya operasional terhadap pendapatan

operasional. Semakin kecil BOPO maka semakin efisien biaya operasional yang

dikeluarkan perusahaan yang besangkutan (Almilia dan Herdiningtyas, 2005).

Setiap peningkatan biaya operasional akan berakibat pada berkurangnya laba

sebelum pajak yang pada akhirnya akan menurunkan laba atau profitabilitas

(ROA) perusahaan yang bersangkutan. Bank yang sehat ketentuan dari BI harus

memiliki BOPO ≤ 93,52 persen (Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP

tanggal 31 Mei 2004). Jika sebuah bank memiliki BOPO lebih dari ketentuan BI

maka bank tersebut kategori tidak sehat dan tidak efisien.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Defri (2012) yang meneliti

mengenai “Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Likuiditas, dan Efisiensi

Operasional Terhadap Profitabilitas Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 … II.pdfMenurut PSAK Nomor 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan (2004, 31.1) pengertian Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai

37

BEI”, memperoleh hasil bahwa BOPO berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap ROA. Hal tersebut berarti apabila BOPO meningkat, maka profitabilitas

pada bank akan menurun dan begitu sebaliknya. Sementara penelitian yang

dilakukan oleh Ngandlan dan Riadi (2010) dalam penelitiannya yang berjudul

“Pengaruh CAMEL Terhadap Size Pada Bank yang Listing Pada Bursa Efek

Indonesia” berlawanan dengan penelitian yang dilakukan oleh Defri (2012).

Penelitian ini memperoleh bahwa BOPO berpengaruh positif terhadap ROA. Hasil

tersebut tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pengaruh antara BOPO

terhadap ROA adalah negatif dan signifikan.

H2 : Risiko operasional berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas

2.2.3 Pengaruh risiko likuiditas terhadap profitabilitas

Risiko likuiditas merupakan risiko yang muncul akibat bank mengalami

kesulitan atau tidak mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya (Hanafi,

2009:241). Dalam penelitian ini risiko likuiditas diproksikan oleh rasio LDR yang

membandingkan antara total kredit yang disalurkan dengan total Dana Pihak

Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank (Riyadi, 2006:165). Menurut Surat

Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, BPR dikatakan sehat

apabila memiliki rasio LDR antara 50 persen sampai 100 persen dan tidak sehat

apabila memiliki rasio lebih besar dari 100 persen. Apabila jumlah kredit yang

disalurkan oleh bank meningkat, maka profitabilitas yang dihasilkan oleh bank

juga akan semakin meningkat.

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 … II.pdfMenurut PSAK Nomor 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan (2004, 31.1) pengertian Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai

38

Penelitian yang dilakukan oleh Ngandlan dan Riadi (2010) menemukan hasil

bahwa LDR berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap ROA. Hasil

tersebut berlawan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sastrosuwito dan

Yasushi (2011). Penelitian ini memperoleh hasil bahwa LDR berpengaruh positif

dan signifikan terhadap ROA. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa

pengaruh antara LDR terhadap ROA adalah positif dan signifikan.

H3 : Risiko likuiditas berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas

Berdasarkan hipotesis yang telah dijabarkan, maka dapat disusun suatu

kerangka konseptual pada gambar 2.1 sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Pemikiran

Profitabilitas (Y)

H1 (-)

H2 (-)

H3 (+)