bab ii kajian pustaka dan rumusan hipotesis 2.1 … ii.pdf · menjelaskan pengertian anggaran,...
TRANSCRIPT
1
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS
2.1 Landasan Teori
Bagian ini membahas mengenai teori-teori dan pendekatan yang
menjelaskan pengertian anggaran, partisipasi penganggaran, senjangan anggaran,
asimetri informasi, budaya organisasi, dan komitmen organisasi serta teori yang
menjelaskan hubungan dari beberapa variabel tersebut. Landasan teori juga
digunakan sebagai acuan dalam pemecahan masalah yang sedang diteliti.
2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan merupakan hubungan agensi yang muncul ketika satu
orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan
suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang dalam pengambilan
keputusan kepada agent. Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan hubungan
keagenan di dalam teori agensi bahwa perusahaan merupakan kumpulan kontrak
(nexus of contract) antara satu atau lebih pihak (principal) dengan pihak lain
(agent).
Messier et al., (2006:7) menyatakan bahwa hubungan keagenan
mengakibatkan dua permasalahan yaitu: (1) terjadinya informasi asimetri,
manajemen secara umum memiliki lebih banyak informasi mengenai posisi
keuangan yang sebenarnya dan posisi operasi entitas dari pemilik; dan (2)
2
terjadinya konflik kepentingan (conflict of interest) akibat ketidaksamaan tujuan,
manajemen tidak selalu bertindak sesuai dengan keadaan kepentingan pemilik.
Teori keagenan yang dimaksudkan dalam praktik senjangan anggaran
dipengaruhi oleh adanya konflik kepentingan antara manajemen dengan pemilik
yang timbul saat setiap pihak berusaha untuk mencapai tingkat keberhasilan yang
dikehendakinya. Konflik yang dimaksud dapat dilihat dalam hal pemberian
reward dari principal kepada manajemen atas dasar pencapaian target anggaran di
suatu perusahaan.
Dalam proses penyusunan anggaran perusahaan, manajer yang ikut
berpartisipasi cenderung akan memberikan informasi berbeda dari sumber daya
yang seharusnya, dengan cara meninggikan biaya dari yang seharusnya atau
menurunkan pendapatan dari yang seharusnya dapat dicapai oleh perusahaan. Hal
ini bertujuan agar target anggaran dapat dengan mudah dicapai sehingga manajer
akan mendapatkan kompensasi atau penghargaan. Kondisi yang terjadi akan
menimbulkan senjangan anggaran dalam suatu perusahaan.
2.1.2 Pengertian Anggaran
Hansen dan Mowen (2009:423) menyatakan bahwa anggaran merupakan
rencana keuangan masa depan, rencana tersebut mengidentifikasi tujuan dan
tindakan yang diperlukan untuk mencapainya. Anggaran menunjukkan tujuan dari
perusahaan dan perencanaan untuk dicapai dengan sumber yang terbatas.
Anggaran merupakan rencana kegiatan yang terdiri dari sejumlah target yang akan
3
dicapai oleh para manajer unit suatu perusahaan untuk melaksanakan kegiatan
tertentu di masa yang akan datang.
Anggaran merupakan alat yang digunakan untuk merencanakan berbagai
aktivitas suatu pusat pertanggungjawaban agar pelaksanaan aktivitasnya sesuai
dengan apa yang direncanakan. Anggaran juga merupakan rencana laba jangka
pendek yang komperhensif, yang membuat tujuan dan target manajemen
dilaksanakan. Mulyadi (2001:490) menyatakan bahwa anggaran memiliki
beberapa karakteristik adalah sebagai berikut.
1) Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan dan satuan selain keuangan.
2) Anggaran umumnya mencakup jangka waktu satu tahun.
3) Anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajemen, yang berarti bahwa
para manajer setuju untuk menerima tanggung jawab untuk mencapai sasaran
yang ditetapkan dalam anggaran.
4) Usulan anggaran di-review dan disetujui oleh pihak yang berwenang lebih
tinggi dari pihak yang menyusun anggaran.
5) Sekali disetujui, anggaran hanya dapat dirubah dibawah kondisi tertentu.
6) Secara berkala, kinerja keuangan sesungguhnya dibandingkan dengan
anggaran dan selisihnya dianalisis dan dijelaskan.
Anggaran disusun oleh manajemen untuk jangka waktu satu tahun dan
membawa perusahaan ke kondisi tertentu yang diinginkan dengan sumber daya
tertentu yang diperhitungkan. Anggaran harus memiliki inovasi dan fleksibelitas
untuk menghadapi kejadian-kejadiaan yang tidak diduga dicapai (Shim dan
Siegel, 2000:6). Penyusunan anggaran memiliki tujuan sebagai berikut.
4
1) Untuk digunakan sebagai landasan yuridis formal dalam memilih sumber dan
penggunaan dana.
2) Untuk mengadakan pembatasan jumlah dana yang dicari dan digunakan.
3) Untuk merinci jenis sumber dana yang dicari maupun jenis penggunaan dana,
sehingga dapat mempermudah pengawasan.
4) Untuk merasionalkan sumber dan penggunaan dana agar dapat mencapai hasil
yang maksimal.
5) Untuk menyempurnakan rencana yang telah disusun, karena dengan
anggaranlah rencana lebih jelas dan nyata terlihat.
6) Untuk menampung dan menganalisa serta memutuskan setiap usulan
penelitian yang berkaitan dengan keuangan.
Anggaran telah menjadi alat manajemen yang digunakan untuk
merencanakan dan mengendalikan aktivitas organisasi. Sekali anggaran
ditetapkan, pencapaian sasaran anggaran hanya dapat dilakukan melalui
serangkaian aktivitas yang ditetapkan sebelumnya dalam anggaran. Anggaran
memiliki fungsi sebagai berikut.
1) Anggaran merupakan hasil akhir proses penyusunan rencana kerja.
2) Anggaran merupakan cetak biru aktivitas yang akan dilaksanakan perusahaan
di masa yang akan datang.
3) Anggaran berfungsi sebagai alat komunikasi internal yang mengubungkan
berbagai unit organisasi dalam perusahaan dan yang menghubungkan manajer
bawahan dengan manajer atas.
5
4) Anggaran berfungsi sebagai tolak ukur yang dipakai sebagai pembanding
hasil operasi sesungguhnya.
5) Anggaran berfungsi sebagai alat pengendalian yang memungkinkan
manajemen menunjuk bidang yang kuat dan lemah bagi perusahaan.
6) Anggaran berfungsi sebagai alat untuk memengaruhi dan memotivasi manajer
dan karyawan agar senantiasa bertindak secara efektif dan efisien sesuai
dengan tujuan organisasi.
Proses penyusunan anggaran merupakan tahap yang paling menentukan
dalam pengalokasian dana dan sumber daya. Penyusunan anggaran didasarkan
pada aktivitas dan target kinerja yang hendak dicapai serta menekankan pada
kebutuhan untuk mengukur masukan dan keluaran. Adanya berbagai kepentingan
dan kebutuhan serta terbatasnya dan yang tersedia memerlukan pola pikir yang
mampu mentransformasikan arah dan kebijakan umum yang telah diformulasikan
dalam bentuk program kerja dan strategi, baik strategi jangka pendek maupun
jangka panjang. Ikhsan dan Ishak (2011:228) menyatakan bahwa terdapat tiga
tahapan utama dalam proses penyusunan anggaran sebagai berikut.
1) Penetapan Tujuan
Aktivitas perencanaan dimulai dengan menerjemahkan tujuan organisasi yang
luas ke dalam tujuan aktivitas yang khusus. Controller dan direktur
perencanaan memainkan peranan kunci dalam proses penyusunan anggaran
yang disesuaikan dengan struktur organisasi, maupun gaya kepemimpinanya.
Manajer tingkat bawah dan para karyawan sebaiknya diberikan kesempatan
untuk berpartisipasi dalam proses penetapan tujuan, karena mereka
6
merupakan bagian dari organisasi tersebut, dengan demikian proses
penyusunan anggaran akan terlaksana lebih efektif.
2) Implementasi
Pada tahap implementasi, rencana formal digunakan untuk
mengkomunikasikan tujuan dan strategi organisasi, serta untuk memotivasi
orang secara positif dalam orgnanisasi. Konsep ilmu keperilakuan utama yang
mempengaruhi tahap implementasi adalah komunikasi, kerjasama, dan
koordinasi.
3) Pengendalian dan Evaluasi Kinerja
Setelah anggaran diimplementasikan, maka anggaran tersebut berfungsi
sebagai element kunci dalam sistem pengendalian. Anggaran menjadi tolak
ukur terhadap kinerja aktual sebanding dengan kinerja yang direncanakan.
2.1.3 Partisipasi Penganggaran
Partisipasi dalam penyusunan angggaran dapat diartikan sebagai
keikutsertaan manager tingkat bawah dalam memutuskan bersama dengan komite
anggaran mengenai rangkaian kegiatan di masa yang akan datang dalam mencapai
sasaran anggaran. Brownell (1982) menyatakan partisipasi penganggaran sebagai
suatu proses dalam organisasi yang melibatkan para manajer dalam penentuan
tujuan anggaran yang menjadi tanggung jawabnya. Kenis (1979) menyatakan
bahwa partisipasi penganggaran adalah sejauhmana manajer berpartisipasi dalam
menyiapkan anggaran dan memengaruhi sasaran anggaran dari masing-masing
pusat pertanggungjawaban.
7
Partisipasi penganggaran terutama dilakukan oleh manajer tingkat
menengah yang memegang pusat-pusat pertanggungjawaban dengan menekankan
pada keikutsertaan dalam proses penyusunan dan penentuan sasaran anggaran
yang menjadi tanggung jawabnya. Keterlibatkan manajer dalam penyusunan
anggaran, akan menambah informasi bagi atasan mengenai lingkungan yang
sedang dan yang akan dihadapi serta membantu menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan anggaran.
Partisipasi juga dapat mengurangi tekanan serta kegelisahan pada
bawahan.Hal ini karena manajer dapat mengetahui suatu tujuan yang relevan,
yang dapat diterima dan dapat dicapai. Keikutsertaan dalam penyusunan anggaran
merupakan suatu cara efektif untuk menciptakan keselarasan tujuan setiap
pertanggungjawaban dengan tujuan organisasi secara umum. Partisipasi akan
mengarah pada komunikasi yang positif, karena dengan partisipasi akan terjadi
mekanisme pertukaran informasi.
Manfaat partisipasi penganggaran dalam penyusunan anggaran secara
partisipasi akan menyebabkan manajer tingkat bawah memiliki rasa tanggung
jawab atas realisasi dari pelaksanaan anggaran tersebut (Sugiwardani, 2012).
Partisipasi anggaran merupakan keikutsertaan berbagai pihak yang
berkepentingan dengan anggaran untuk bersama-sama mengambil peran guna
menentukan dan mencapai anggaran yang merupakan suatu cerminan tujuan
organisasi.
8
Peningkatan tanggung jawab dan kreativitas akan memberikan kontribusi
yang baik bagi organisasi terutama menyangkut kinerja dan produktivitas
karyawan. Kelemahan partisipasi penganggaran adalah sebagai berikut.
1) Penetapan standar yang terlalu tinggi atau rendah.
2) Masuknya senjangan dalam anggaran.
3) Partisipasi semu.
2.1.4 Senjangan Anggaran
Individu dalam organisasi kadang-kadang atau tidak mau berperilaku baik
untuk kepentingan terbaik organisasi, oleh karena itu serangkaian pengendalian
perlu diterapkan untuk mencegah perilaku yang tidak diharapkan dan mendorong
perilaku yang diharapkan. Perilaku disfungsional adalah perilaku individu yang
pada dasarnya bertentangan dengan tujuan organisasi. Sistem pengendalian yang
memadai setidaknya tidak akan mendorong individu untuk bertindak melawan
kepentingan organisasi.
Teori dasar (grand theory) dari konsep senjangan anggaran adalah teori
keagenan (agency theory). Senjangan Anggaran menjelaskan fenomena yang
terjadi apabila atasan mendelegasikan wewenangnya kepada bawahan untuk
melakukan suatu tugas atau otoritas untuk membuat keputusan (Anthony dan
Govindarajan, 2005). Jika bawahan (agent) yang berpartisipasi dalam proses
penyusunan anggaran dan yang terlibat dalam pekerjaan mempunyai informasi
khusus tentang kondisi lokal, akan memungkinkan bawahan memberikan
informasi yang dimilikinya untuk membantu kepentingan perusahaan. Namun,
9
sering keinginan atasan tidak sama dengan bawahan sehingga menimbulkan
konflik diantara mereka.
Hal ini dapat terjadi misalnya, jika dalam melakukan kebijakan pemberian
penghargaan perusahaan kepada bawahan didasarkan pada pencapaian anggaran.
Bawahan cenderung memberikan informasi yang bias agar anggaran mudah
dicapai dan mendapatkan penghargaan berdasarkan pencapaian anggaran tersebut.
Kondisi ini jelas akan menyebabkan terjadinya senjangan anggaran.
Senjangan anggaran adalah selisih atau perbedaan antara sumber daya
yang sebenarnya dibutuhkan untuk melaksanakan sebuah pekerjaan dengan
sumber daya yang diajukan dalam anggaran. Senjangan anggaran dapat pula
diartikan sebagai perbedaan antara anggaran yang dilaporkan dengan anggaran
yang sesuai dengan estimasi terbaik bagi perusahaan yaitu ketika membuat
anggaran penerimaan lebih rendah dan menganggarkan pengeluaran yang lebih
tinggi daripada estimasi sesungguhnya (Sugiwardani, 2012).
Hasen dan Mowen (2000:373) yang mengurai mengenai tiga permasalahan
yang timbul dari partisipasi penganggaran. Salah satunya adalah masuknya
senjangan kedalam anggaran.Sedangkan menurut Ikhsan dan Ishak (2005:176)
senjangan anggaran adalah selisih antara sumber daya yang sebenarnya diperlukan
untuk secara efisien menyelesaikan suatu tugas dan jumlah sumber daya yang
lebih besar yang diperuntukkan bagi tugas tersebut. Manajer menciptakan
senjangan dengan mengestimasi pendapatan lebih rendah, mengestimasi biaya
lebih tinggi jumlah input yang dibutuhkan untuk memproduksi suatu unit output.
10
Menurut Young (1985) budgetary slack is the amount by which
subordinate understate his productive capability when given chance to select
work standard against which his performance will be evaluated. Artinya ketika
bawahan diberi kesempatan untuk menentukan standar kerjanya, bawahan
cenderung mengecilkan kapabilitas produktifnya.
Teori Anthony dan Govindarajan, (2005:85) menjelaskan senjangan
anggaran adalah perbedaan jumlah anggaran yang diajukan oleh bawahan dengan
jumlah estimasi yang terbaik dari organisasi. Senjangan anggaran atau yang lebih
dikenal dengan senjangan anggaran dilakukan oleh bawahan yaitu dengan
menyajikan anggaran dengan tingkat kesulitan yang rendah agar mudah dicapai
dan kesenjangan ini cenderung dilakukan oleh bawahan karena mengetahui bahwa
kinerja mereka diukur berdasarkan tingkat pencapaian anggaran yang telah
ditetapkan bersama.
Persoalan-persoalan senjangan anggaran terjadi karena perhatian yang
tidak memadai terhadap pembuatan keputusan, komunikasi, proses persetujuan
anggaran dan kepemimpinan yang tidak selektif. Permasalahan ini sering
diidentifikasi dengan anggaran pemerintah. Anggaran seperti ini lebih berbahaya
di pemerintahan, karena yang memberikan persetujuan adalah badan legislatif
yang tidak terlibat dalam proses manajemen setelah memberikan persetujuan.
Anggaran daerah harus bisa menjadi tolak ukur pencapaian kinerja yang
diharapkan sehingga perencanaan anggaran harus bisa menggambarkan sasaran
kinerja secara jelas. Adanya sasaran anggaran yang jelas maka akan
mempermudah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan
11
pelaksanaan tugas organisasi dalam rangka mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-
sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
2.1.5 Asimetri Informasi
Teori asimetri mengatakan bahwa pihak-pihak yang berkaitan dengan
perusahaan tidak mempunyai informasi yang sama mengenai prospek dan resiko
perusahaan. Informasi yang lebih banyak dimiliki oleh manajer dapat memicu
untuk melakukan tindakan-tindakan yang sesuai dengan keinginan dan
kepentingan untuk memaksimumkan utility bagi dirinya dikarenakan pihak
tertentu mempunyai informasi yang lebih baik dibandingkan dengan pihak
lainnya.
Atasan atau pemegang kuasa anggaran mungkin mempunyai pengetahuan
yang lebih dari pada bawahan atau pelaksana anggaran mengenai unit tanggung
jawab bawahan atau pelaksana anggaran ataupun sebaliknya. Kemungkinan yang
pertama terjadi, akan muncul tuntutan yang lebih besar dari atasan atau pemegang
kuasa anggaran kepada bawahan atau pelaksana anggaran terlalu tinggi.
Kemungkinan yang kedua terjadi, bawahan atau pelaksana anggaran akan
menyatakan target lebih rendah daripada yang dimungkinkan untuk dicapai.
Anthony dan Govindarajan (2005: 270) menyatakan bahwa kondisi asimetri
informasi muncul dalam teori keagenan (agency theory), yakni principal (atasan)
memberikan wewenang kepada agen (bawahan) untuk mengatur perusahaan atau
organisasi. Menurut teori keagenan, agen mempunyai lebih banyak informasi
tentang kinerja aktual, motivasi dan tujuan yang ingin dicapai. Informasi asimetri
12
timbul dalam teori keagenan (agency theory) yaitu teori yang menjelaskan
hubungan antara prinsipal dan agen yang diungkapkan oleh Jensen Meckling
(1976).
Dalam teori keagenan salah satu pihak yang bertindak sebagai prinsipal
membuat suatu kontrak dengan pihak lain yang bertindak sebagai agen dengan
harapan bahwa agen akan melaksanakan pekerjaan seperti yang diinginkan
prinsipal. Menurut teori keagenan, agen mempunyai lebih banyak informasi
tentang kinerja aktual, motivasi, dan tujuan yang ingin dicapai. Manajamen
tingkat atas harus menggunakan informasi yang akurat baik dalam hal waktu dan
kondisi yang ada pada saat itu.
Teori keagenan (agency theory) mengimplikasikan adanya asimetri informasi
antara manajer sebagai agen dan pemilik (dalam hal ini adalah pemegang saham)
sebagai prinsipal.Para manajemen tingkat bawah lebih mengetahui informasi yang
sebenarnya mengenai aktivitas perusahaan di lapangan dibanding atasan. Jika
atasan dapat memperoleh semua informasi yang dimiliki oleh bawahan maka
atasan akan lebih mudah membuat keputusan.
Konsep asimetri informasi yaitu atasan anggaran mungkin mempunyai
pengetahuan dan wawasan yang lebih daripada bawahan, ataupun sebaliknya. Bila
kemungkinan yang pertama terjadi, akan muncul tuntutan atau motivasi yang
lebih besar dari atasan kepada bawahan mengenai pencapaian target anggaran
yang menurut bawahan terlalu tinggi. Namun bila kemungkinan yang kedua
terjadi, bawahan akan menyatakan target lebih rendah daripada yang
dimungkinkan untuk dicapai.
13
Keadaan dimana salah satu pihak mempunyai pengetahuan dan informasi
lebih daripada yang lainnya terhadap sesuatu hal disebut asimetri informasi.
Dengan adanya asimetri informasi memungkinkan adanya konflik yang terjadi
antara principal dan agent untuk saling mencoba memanfatkan pihak lain untuk
kepentingan sendiri. Eisenhardt (1989) mengemukakan tiga asumsi sifat dasar
manusia yaitu:
1. Manusia pada umunya mementingkan diri sendiri (self interest),
2. Manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang
(bounded rationality)
3. Manusia selalu menghindari resiko (risk adverse).
Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut menyebabkan bahwa
informasi yang dihasilkan manusia untuk manusia lain selalu dipertanyakan
reliabilitasnya dan dapat dipercaya tidaknya informasi yang disampaikan.
2.1.6 Budaya Organisasi
Budaya organisasi adalah sebuah karakteristik yang dijunjung tinggi oleh
organisasi dan menjadi panutan organisasi sebagai pembeda antara satu organisasi
dengan organisasi yang lain. Budaya organisasi juga diartikan sebagai nilai-nilai
dan norma perilaku yang diterima dan dipahami secara bersama oleh anggota
organisasi sebagai dasar dalam aturan perilaku yang terdapat dalam organisasi
tersebut.
14
Asal muasal budaya organisasi bersumber dari pendirinya karena pendiri
dari organisasi tersebut memiliki pengaruh besar akan budaya awal organsiasi
baik dalam hal kebiasaan atau ideologi. Contohnya misi yang dapat dipaksakan
pada seluruh anggota organisasi. Dimana hal ini dilakukan dengan pertama
merekrut dan mempertahankan anggota yang sepaham. Kedua, memaksakan atau
mensosialisasikan cara pikir dan berperilaku kepada karyawan.
Lalu yang terakhir adalah pendiri bertindak sebagai model peran yang
mendorong anggota untuk mengidentifikasi diri, dan jika organisasi mengalami
kemajuan maka organisasi akan mencapai kesuksesan, visi, dan pendiri akan
dilihat sebagai faktor penentu utama keberhasilan. Konteks perusahaan, budaya
organisasi dianggap sebagai salah satu strategi dari perusahaan dalam meraih
tujuan serta kekuasaan.
Penelitian-penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini
diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Sugiwardani, 2012. Hasil
penelitian ini diketahui bahwa variabel penganganggaran, informasi simetris,
budaya dan komitmen organisasi secara keseluruhan berpengaruh signifikan
terhadap budgetary slack di SKPD Kota Kediri dan secara parsial partisipasi
penganggaran, informasi asimetris, dan komitmen organisasi memiliki pengaruh
signifikan terhadap budgetary slack di SKPD Kota Kediri dan secara parsial
budaya tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap budgetary slack.
Penelitian yang dilakukan oleh Djasuli dan Fadilah (2011) menunjukkan
bahwa partisipasi penganggaran memiliki hubungan yang positif dan signifikan
terhadap budgetary slack, maksudnya bahwa partisipasi penganggaran akan
15
meningkatkan budgetary slack di SKPD Bangkalan. Informasi asimetri
merupakan variabel yang memoderasi pada pengaruh partisipasi penganggaran
terhadap budgetary slack.Informasi asimetri membuat pegawai lebih berpartisipasi
dalam penyusunan anggaran untuk meningkatkan senjangan anggaran.Budaya
organisasi bukan merupakan variabel pemoderasi pada pengaruh partisipasi
penganggaran terhadap budgetary slack.
SKPD Bangkalan tipe budaya yang paling dominan adalah budaya
birokratis, ditandai dengan lingkungan yang terstruktur, teratur, tertib, berurutan
dan memiliki regulasi yang jelas. Group cohesiveness merupakan variabel
pemoderasi pada pengaruh partisipasi penganggaran terhadap budgetary slack di
SKPD Bangkalan.
Dalam kaitannya dengan senjangan anggaran, proses pengambilan
keputusan tergantung pada keselarasan sikap kelompok terhadap tujuan formal
dan tujuan organisasi. Jika sikap tersebut menguntungkan dan tingkat kohesivitas
tinggi, maka efisiensi dan efektifitas pengambilan keputusan juga tinggi, maka
tingkat efisiensi dan efektivitas akan menurun. Motivasi merupakan variabel yang
memoderasi pada pengaruh partisipasi penganggaran terhadap budgetary
slack.Jadi motivasi yang tinggi dapat meningkatkan senjangan anggaran.
Widyaningsih (2011) melakukan penelitian yang menunjukkan hasil bahwa
Partisipasi penganggaran berpengaruh langsung dan positif terhadap munculnya
senjangan anggaran. Artinya semakin tinggi tingkat partisipasi dalam penyusunan
anggaran maka akan semakin tinggi budgetary slack (senjangan anggaran) yang
ditimbulkan dan Pengaruh partisipasi penganggaran terhadap senjangan anggaran
16
tidak dimoderasi oleh gaya kepemimpinan, dalam hal ini gaya kepemimpinan
yang berorientasi pada hubungan.
2.1.7 Komitmen Organisasi
Mowday, Porter, dan Steers (1982) mengatakan bahwa karyawan yang
memiliki komitmen organisasi yang tinggi akan lebih termotivasi untuk hadir
dalam organisasi dan berusaha mencapai tujuan organisasi. Sementara itu,
Randall, Fedor, dan Longenecker (dalam Greenberg & Baron, 1993) menyatakan
bahwa komitmen organisasi berkaitan dengan keinginan yang tinggi untuk
berbagi dan berkorban bagi organisasi.
Komitmen organisasional merupakan komitmen seseorang terhadap
organisasi tempatnya bekerja. Komitmen seseorang terhadap organisasi
merupakan salah satu jaminan untuk menjaga kelangsungan organisasi tersebut.
Selain itu seseorang yang mempunyai tingkat komitmen yang tinggi terhadap
organisasinya cenderung untuk bertahan sebagai anggota dalam waktu yang relatif
panjang. Komitmen organisasi adalah tingkatan dimana seseorang memposisikan
dirinya pada organisasi dan kemauan untuk melanjutkan upaya pencapaian
kepentingan organisasinya.Individu yang memiliki komitmen yang rendah pada
organisasi seringkali hanya menunggu kesempatan yang baik untuk keluar dari
pekerjaan mereka.
Komitmen organisasi adalah bagaimana seseorang menempatkan dirinya
dalam sebuah organisasi dan bagaimana seseorang memiliki kemauan untuk tetap
mempertahankan dirinya dalam organisasi. Dengan adanya komitmen organisasi
17
yang tinggi, maka senjangan anggaran akan dapat dihindari. Sebaliknya, jika
individu memiliki komitmen organisasi yang rendah, maka akan memungkinkan
terjadinya senjangan anggaran.
Komitmen organisasi sebagai derajat dimana karyawan percaya dan mau
menerima tujuan-tujuan organisasi dan akan tetap tinggal atau tidak akan
meninggalkan organisasinya. Komitmen organisasi merupakan alat bantu
psikologis dalam menjalankan organisasi untuk pencapaian kinerja yang
diharapkan. Komitmen karyawan, baik yang tinggi maupun yang rendah akan
berdampak pada : 1) karyawan itu sendiri, misalnya terhadap pengembangan karir
karyawan itu di organisasi atau perusahaan; 2) organisasi, karyawan yang
berkomitmen tinggi pada organisasi akan menimbulkan kinerja organisasi yang
tinggi, tingkat obsensi berkurang, loyalitas karyawan dan lain-lain.
Bagi individu dengan komitmen organisasi yang tinggi, pencapaian tujuan
organisasi merupakan hal yang penting. Sebaliknya, bagi individu atau karyawan
dengan komitmen organisasi yang rendah akan mempunyai perhatian yang rendah
pada pencapaian tujuan organisasi dan cenderung berusaha memenuhi
kepentingan pribadi.
Pada konteks pemerintahan daerah, aparat yang memiliki komitmen
organisasi yang tinggi, akan menggunakan informasi yang dimilki untuk membuat
anggaran menjadi relatif lebih tepat. Adanya komitmen organisasi yang tinggi
berimplikasi terjadinya senjangan anggaran dapat dihindari.
18
2.2 Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam
bentuk pertanyaan (Sugiyono, 2013:93).Berdasarkan rumusan masalah, tujuan
penelitian, kajian teori serta hasil penelitian sebelumnya maka dapat ditarik
hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
2.2.1 Pengaruh Partisipasi Penganggaran pada Senjangan Anggaran
Partisipasi penganggaran merupakan keterlibatan para manager dalam
proses penyusunan anggaran dan mempengaruhi penentuan jumlah anggaran.
Tingginya partisipasi dalam pembuatan anggaran dapat membuka kesempatan
kepada bawahan untuk melakukan senjangan anggaran. Pernyataan ini sesuai
dengan yang diungkapkan oleh Young (1985) yang mendifinisikan senjangan
anggaran yaitu suatu besaran dimana kesenjangan para manajer melebihkan
sumber daya yang dimasukan kedalam anggaran dan sengaja tidak memaparkan
produktif yang sebenarnya.
Penelitian-penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini
diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Sugiwardani, 2012. Hasil
penelitian ini diketahui bahwa variabel partisipasi penganggaran, informasi
simetris, budaya dan komitmen organisasi secara keseluruhan berpengaruh
signifikan terhadap senjangan anggaran di SKPD Kota Kediri dan secara parsial
penganganggaran, informasi asimetris, dan komitmen organisasi memiliki
pengaruh signifikan terhadap senjangan anggaran di SKPD Kota Kediri dan
19
secara parsial budaya tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap senjangan
anggaran.
Penelitian yang dilakukan oleh Djasuli dan Fadilah (2011) menunjukkan
bahwa partisipasi penganggaran memiliki hubungan yang positif dan signifikan
terhada senjangan anggaran, maksudnya bahwa partisipasi penganggaran akan
meningkatkan senjangan anggaran di SKPD Bangkalan. Informasi asimetri
merupakan variabel yang berpengaruh pada partisipasi penganggaran terhadap
senjangan anggaran. Informasi asimetri membuat pegawai lebih berpartisipasi
dalam penyusunan anggaran untuk meningkatkan senjangan anggaran.
Dalam kaitannya dengan senjangan anggaran, proses pengambilan
keputusan tergantung pada keselarasan sikap kelompok terhadap tujuan formal
dan tujuan organisasi. Jika sikap tersebut menguntungkan dan tingkat kohesivitas
tinggi, maka efisiensi dan efektifitas pengambilan keputusan juga tinggi, maka
tingkat efisiensi dan efektivitas akan menurun. Widyaningsih (2011) melakukan
penelitian yang menunjukkan hasil bahwa Partisipasi penganggaran berpengaruh
langsung dan positif terhadap munculnya senjangan anggaran. Artinya semakin
tinggi tingkat partisipasi dalam penyusunan anggaran maka akan semakin tinggi
senjangan anggaran yang ditimbulkan.
H1: Partisipasi penganggaran berpengaruh positif pada senjangan anggaran.
20
2.2.2 Pengaruh Asimetri Informasi pada Senjangan Anggaran
Semakin tingginya kesenjangan informasi akan mengakibatkan pegawai
semakin mengetahui teknis pekerjaannya dan pemahaman akan apa yang telah
dicapai di area tugas masing-masing yang lebih baik sehingga menyebabkan
adanya senjangan anggaran. Asimetri informasi mengacu pada ketidakpastian
yang disebabkan oleh agen yang memiliki informasi lebih tentang bidangnya
dibandingkan prinsipal.
Asimetri informasi sering kali dimanfaatkan oleh bawahan untuk
memenuhi kebutuhan pribadinya, dimana bawahan cenderung memberikan
informasi bias kepada atasannya. Penelitian yang dilakukan oleh Paingga Rukman
(2013) menunjukkan bahwa adanya pengaruh positif dari asimetri informasi pada
senjangan anggaran.
H2: Asimetri informasi berpengaruh positif pada senjangan anggaran.
2.2.3 Pengaruh Budaya Organisasi pada Senjangan Anggaran
Organisasi dengan budaya yang kuat akan berupaya
mengimplementasikan anggaran sesuai dengan apa adanya tanpa tujuan lain.
Manajer tidak akan melakukan suatu hal yang dapat dikatakan menyimpang yang
dapat merugikan organisasi tempat bekerja. Penelitian Ramadina (2013)
didapatkan kesimpulan bahwa budaya organisasi berpengaruh negatif pada
senjangan anggaran, yang artinya budaya memberikan dampak positif bagi
perkembangan organisasi seperti loyalitas anggota, gaya kepemimpinan yang baik
dan sebagainya. Budaya yang tertanam kuat dalam diri para anggota organisasi
21
akan menurangi kecenderungan yang mengarah pada terjadinya senjangan
anggaran.
H3: Budaya organisasi berpengaruh negatif pada senjangan anggaran.
2.2.4 Pengaruh Komitmen Organisasi pada Senjangan Anggaran
Komitmen organisasi menunjukkan tingkat keterikatan individu kepada
organisasi yang dicerminkan dengan adanya keyakinan dan ingin
mempertahankan keikutsertaan dalam organisasi tersebut (Soejoso, 2004).
Semakin tinggi komitmen organiasi, menyebabkan menurunnya senjangan
anggaran. Hal ini menggambarkan bahwa karyawan yang memiliki komitmen
organisasi yang tinggi akan mempergunakan anggaran untuk mencapai tujuan
organiasi. Sedangkan karyawan yang memiliki komitmen organisasi yang rendah
akan menggunakan anggaran untuk kepentingannya sendiri.
H4: Komitmen organisasi berpengaruh negatif pada senjangan anggaran.