bab ii kajian pustaka dan landasan...
TRANSCRIPT
-
18
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian ini menggunakan tiga penelitian terdahulu sebagai acuan
penelitian. Ketiga penelitian tersebut dijelaskan dalam tabel dibawah ini:
Tabel 1. Penelitian Terdahulu
No Judul Isi Relevansi
1. “ Dampak Program Usaha
Peningkatan Pendapatan
Keluarga (up2k) Terhadap
Peningkatan Pendapatan
Keluarga di Kecamatan Cerenti
Kabupaten Kuantansingingi”
oleh:
Rahmita Budiartiningsih dan
Reni Gusfrianti
(2011)
Program UP2K merupakan
salah satu upaya untuk
meningkatkan kesejahteraan
dan ketahanan keluarga yang
dicerminkan oleh
meningkatnya kemampuan
keluarga dalam memenuhi
kebutuhan keluarga.
Harapannya adalah dengan
meningkatnya kondisi
ekonomi keluarga, maka
mereka akan memiliki
kemampuan untuk
meningkatkan kondisi
kesehatan, pendidikan dan
keterampilan.
Ada relevansi yang sangat
kuat antara penelitian saya
yang berjudul “Pemberdayaan
perempuan melalui program
usaha peningkatan pendapatan
keluarga (up2k) pkk (studi
pada kelompok UP2K
dikelurahan Pandanwangi kota
Malang) dengan penelitian
yang dilakukan oleh Rahmita
Budiartiningsih dan Reni
Gusfrianti (2011) yang
berjudul “Program usaha
peningkatan pendapatan
keluarga (up2k) terhadap
peningkatan pendapatan
keluarga di kecamatan cerenti
-
19
Program ini dilakukan
melalui peningkatan
pemberdayaan keluarga
dalam bidang usaha
ekonomi produktif.
Penelitian ini dilaksanakan
di Kecamatan Cerenti
Kabupaten Kuantan
Singingi, berlangsung pada
bulan April-September
2010. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui
Peranan Program Usaha
Peningkatan Pendapatan
Keluarga (UP2K) terhadap
peningkatan pendapatan
keluarga di Kecamatan
Cerenti Kabupaten Kuantan
Singingi. Penelitian ini
diharapkan dapat
memberikan informasi dan
bahan masukan kepada
masyarakat dan pihak yang
berkepentingan.
Adapun data yang
digunakan dalam penelitian
kabupaten kuantan singingi”
yaitu sama-sama
menggunakan obyek
penelitian yang sama dalam
hal ini kelompok usaha
peningkatan pendapatan
keluarga.
Adapun perbedaan dari kedua
penelitia ini adalah skala
penelitian dari Rahmita
Budiartiningsih dan Reni
Gusfrianti (2011) dilakukan
ditingkat kecamatan dengan
kelompok UP2K yang banyak
sedangkan penelitian kami
skalanya ditingkat kelurahan
dengan hanya satu kelompok
UP2K saja.
-
20
ini adalah data primer dan
data sekunder, dengan
sampel 65 responden
penerima bantuan dana
bergulir UP2K yang juga
merupakan populasi. Data
primer adalah data yang
diperoleh dari responden
yang menjadi objek
penelitian ini secara
langsung, yaitu kelompok
UP2K yang menerima
bantuan dana bergulir tahun
2007, sedangkan data
sekunder adalah data-data
yang diperoleh dari instansi-
instansi yang terkait dalam
penelitian ini. Metode
analisis data yang digunakan
adalah analisis data
Deskriptif Kualitatif dan
Kuantitatif.
Metode Deskriptif Kualitatif
adalah menguraikan keadaan
yang sebenarnya sesuai
dengan karakteristik data
yang ada. Metode Deskriptif
Kuantitatif adalah
pengolahan data yang
-
21
menggunakan Uji Tanda
(Sign Test). Sesuai dengan
pengujian hipotesis yang
menyatakan bahwa x2
hitung (23,290) lebih besar
dari x2 tabel (3,841) ini
berarti adanya
Perkembangan dan
Penngkatan Pendapatan
keluarga setelah adanya
Program Usaha Peningkatan
Pendapatan Keluarga
(UP2K).
2. “Analisis Kelompok Usaha
Peningkatan Pendapatan
Keluarga Sejahtera Di Dki
Jakarta, 2014”
oleh:
Menara Simanjuntak
Penelitian ditujukan untuk
menggali dan menemukan
faktor-faktor determinan
bagi pengembangan
pengelolaan kelompok
Usaha Peningkatan
Pendapatan Keluarga
Sejahtera (UPPKS) di
Provinsi DKI Jakarta
melalui pendekatan
deskriptif kualitatif. Jumlah
responden terbatas hanya 2
(dua) kelompok yang masih
aktif di wilayah kotamadya
administrasi Jakarta Timur,
kelurahan Pulogebang dan
Ada relevansi yang sangat
kuat antara penelitian saya
yang berjudul “Pemberdayaan
Perempuan Melalui Program
Usaha Peningkatan
Pendapatan Keluarga (Up2k)
Pkk (studi pada kelompok
UP2K dikelurahan
Pandanwangi kota Malang)
dengan penelitian yang
dilakukan oleh Menara
Simanjuntak yang berjudul
“Analisis Kelompok Usaha
Peningkatan Pendapatan
Keluarga Sejahtera Di Dki
Jakarta, 2014” yaitu sama-
-
22
Jakarta Barat di kelurahan
Kemanggisan. Wawancara
mendalam dilakukan kepada
2 orang pengurus dan 2
orang anggota kelompok,
diskusi kelompok terfokus
yang diikuti 8 anggota pada
masing-masing lokasi
kelurahan tersebut. Temuan
penelitian ini kecilnya
dana/modal awal yang
diperoleh tidak memiliki
daya ungkit yang memadai,
tidak adanya sumber dana
lain, kenyataannya hampir
semua merupakan usaha
perorangan, sehingga
pengurus kelompok seperti
simpan-pinjam. Usaha
berkembang karena
didukung oleh tambahan
modal usaha yang
diupayakan anggota sendiri
dan juga karena pemilihan
kegiatan usaha yang
menguntungkan.
Pengurus dan anggota lebih
menyukai bentuk pelatihan
teknis, barang tertentu yang
sama memakai obyek
penelitian yang sama yaitu
kelompok usaha peniongkatan
pendapatan keluarga.
Sedangkan perbedaan dari
penelitian ini adalah penelitian
yang dilakukan oleh Manara
Simanjuntak skalanya tingkat
provinsi sedangkan penelitian
kami skalanya tingkat
kelurahan.
-
23
lebih laku. Usaha
perorangan lebih banyak
berdagang makanan dan
minuman karena lebih cepat
perputaran uangnya,
selebihnya kerajinan tangan
yang produknya belum tentu
laku cepat, dan inilah
keuntungan proses
pembelajaran melalui
UPPKS. Rekomendasi
kepada Pemda DKI Jakarta
untuk membuat aturan dan
bekerjasama dengan pihak
BRI dan Bank DKI untuk
mendukung Modal
Kelompok UPPKS.
3. “dampak program kelompok
pemberdayaan dan
kesejahteraan keluarga (pkk)
terhadap peningkatan
pemberdayaan ekonomi
Perempuan di dusun sosoran
desa candimulyo kecamatan
kedu kabupaten temanggung”
oleh:
Radika Wahyu Setyoaji
(2012)
Penelitian ini bertujuan
untuk mendeskripsikan: 1)
dampak program kelompok
PKK terhadap peningkatan
pemberdayaan ekonomi
perempuan di Dusun
Sosoran Desa Candimulyo
Kecamatan Kedu Kabupaten
Temanggung,
2) faktor penghambat dan
pendukung program
kelompok PKK di Dusun
Ada relevansi yang sangat
kuat antara penelitian saya
yang berjudul “Pemberdayaan
perempuan melalui program
usaha peningkatan pendapatan
keluarga (up2k) pkk (studi
pada kelompok UP2K
dikelurahan Pandanwangi kota
Malang) dengan penelitian
yang dilakukan oleh Radika
Wahyu Setyoaji (2012) yang
berjudul “dampak program
-
24
Sosoran Desa Candimulyo
Kecamatan Kedu Kabupaten
Temanggung.
Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif.
Subjek penelitian ini adalah
pengurus PKK, anggota
PKK, tokoh masyarakat dan
masyarakat yang tidak
mengikuti PKK.
Pengumpulan data dilakukan
dengan menggunakan
metode observasi,
wawancara, dan
dokumentasi. Peneliti
merupakan instrumen utama
dalam melakukan penelitian
yang dibantu oleh pedoman
observasi, pedoman
wawancara, dan pedoman
dokumentasi. Teknik yang
digunakan dalam analisis
data adalah display data,
reduksi data, dan
pengambilan kesimpulan.
Trianggulasi dilakukan
untuk menjelaskan
keabsahan data dengan
kelompok pemberdayaan dan
kesejahteraan keluarga (pkk)
terhadap peningkatan
pemberdayaan ekonomi
perempuan di dusun sosoran
desa candimulyo kecamatan
kedu kabupaten temanggung”
yaitu sama-sama
menggunakan obyek
penelitrian yang sama yaitu
kelompok usaha peningkatan
pendapatan keluarga.
Sedangkan perbedaan dari
penelitian ini adalah skala
penelitian yang dilakukan oleh
Radika Wahyu Setioaji skala
penelitiannya di tingkat
kecamatan sedangkan
penelitian kami di tingkat
kelurahan.
-
25
menggunakan berbagai
sumber dengan berbagai
cara, dan berbagai waktu.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa:
1) Dampak program
kelompok PKK terhadap
peningkatan kegiatan
ekonomi menunjukkan
dampak yaitu masyarakat
dapat meningkatkan
kegiatan ekonomi keluarga
dengan mengikuti pelatihan
keterampilan seperti
pembuatan krupuk, molen
pisang, membuka warung
dan pembuatan mie basah
yang diterapkan dikehidupan
sehari-hari untuk
meningkatkan pendapatan,
2) dampak program
kelompok PKK terhadap
peningkatan pendapatan
ekonomi yaitu kenaikan
tingkat penghasilan dari
responden yang telah
diwawancarai sebesar 4,77%
3) faktor pendukung dari
program kelompok PKK
-
26
adalah peran serta atau
partisipasi dan minat dari
anggota PKK yang cukup
tinggi, motivasi dari
pengurus kepada anggota
PKK, 4) faktor penghambat
dari program kelompok
adalah tingkat pendidikan
anggota yang rata-rata masih
rendah, sarana transportasi
kurang memadahi dan
perilaku anggota PKK yang
kurang mengetahui apa itu
organisasi PKK.
Sumber: Data primer diolah.
2.2 Kajian Pustaka
2.2.1 Pemberdayaan Perempuan
Secara umum pemberdayaan perempuan didefinisikan sebagai upaya
peningkatan kemampuan perempuan untuk memperoleh akses dan kontrol
terhadap sumberdaya, ekonomi, politik, sosial dan budaya agar perempuan dapat
mengatur diri dan meningkatkan rasa percaya diri untuk berperan dan
berpartisipasi aktif dalam memecahkan permasalahan sehingga mampu
membangun kemampuan dan konsep diri (Pranarka dan Vidhyandika Moeljarto:
1996) .
Proses pembangunan di Indonesia selama ini dirasakan kurang
menyentuh kaum perempuan terutama ibu rumah tangga kalangan bawah. Peranan
-
27
perempuan masih sangat belum optimal peranannya sebagai subyek
pembangunan. Hal ini bisa dilihat dari tingginya rasio kesenjangan partisipasi
kaum pria dibanding perempuan didalam ruang publik. Menurut publikasi
Kementerian Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Republik
Indonesia yang berjudul Kebijakan dan Strategi Peningkatan Produktifitas
Ekonomi Perempuan (PPEP) tahun 2014 menyebutkan bahwa potensi kuantitatif
dari SDM perempuan dilihat menurut jenis kelamin, komposisi penduduk
produktif ternyata lebih banyak penduduk perempuannya dibandingkan laki-laki,
yaitu 66,11 persen berbanding 65,36 persen. Walaupun jumlahnya seimbang,
namun kualitas hidup perempuan masih lebih rendah daripada kaum laki-laki.
Potensi kuantitatif dari SDM perempuan Indonesia ini belum diimbangi dengan
potensi kualitatif secara seimbang. Dengan kata lain, walaupun saat ini cukup
banyak perempuan Indonesia yang menunjukkan bahwa dirinya mampu bersaing
sekaligus memberikan kontribusi yang tidak kalah besarnya dalam berbagai
bidang pembangunan, mulai dari ilmu pengetahuan, teknologi, politik, ekonomi,
sosial, dan bahkan pertahanan dan keamanan, namun masih lebih banyak lagi
perempuan Indonesia yang belum mampu menunjukkan potensi dan jati dirinya
secara optimal, karena masih terkungkung oleh keterbatasan/ kemiskinan secara
struktural, kultural, dan alamiah.
2.2.2 Strategi Pemberdayaan Perempuan
Selama ini cukup banyak konsep-konsep pemberdayaan perempuan
yang diajukan, diantaranya adalah Perempuan dalam pembangunan (Women in
Development), Gender dan Pembangunan (Gender and Development).
a. Perempuan dalam Pembangunan (Women in Development)
-
28
Strategi ini merupakan strategi yang tertua yang dinamakan strategi
“meningkatkan peranan perempuan” atau melibatkan kaum perempuan dalam
pembangunan (Slamet Widodo: 2008). Strategi ini menjadi strategi dominan di
tahun 1970-an. Setelah PBB menetapkan dekade pertama pembangunan
perempuan. Sejak saat itulah hampir semua pemerintahan dunia ketiga mulai
mengembangkan Kementerian Peranan Perempuan dengan fokus utama
meningkatkan peranan perempuan dalam pembangunan. Fokusnya adalah
perempuan dengan asumsi permasalahan kaum perempuan berakar pada
rendahnya kualitas sumberdaya kaum perempuan dan hal tersebut mengakibatkan
mereka tidak mampu bersaing dengan kaum lelaki dalam masyarakat termasuk
dalam pembangunan.
Pada tahun 1980-an pemerintahan dunia ketiga, melalui dukungan dan
tekanan negara dan lembaga dari Utara, mendesakkan pentingnya memasukkan
peran perempuan dalam pembangunan. Sebagai reaksi selanjutnya banyak
perencanaan pembangunan tidak saja memanfaatkan perempuan untuk
mengefektifkan pembangunan, namun juga meletakkan perempuan sebagai target
pembangunan.
Gagasan ini telah melahirkan diskursus baru dalam teori dan
kebijakan pembangunan yang dikenal Women in Development atau yang lebih
dikenal dengan WID (Khofifah Indar Parawansa: 2003). Jenis-jenis kegiatan atau
program/proyek dengan strategi ini adalah “Pengentasan Kemiskinan” (Anty
Poverty). Dasar pemikirannya perempuan miskin karena mereka kurang
sumberdaya atau ataupun tidak produktif, oleh karena itu perlu diciptakan “proyek
peningkatan pendapatan”. Dengan demikian, apa yang dikerjakan perempuan di
-
29
sektor “reproduksi dan segenap pekerjaan “domestik” tidak dinilai. Akibat dari
persoalan ini, proyek yang dikembangkan justru dapat menambah beban kerja
kaum perempuan.
Paham analisis yang lain adalah “pendekatan efisiensi” yakni
pemikiran bahwa pembangunan mengalami kegagalan karena perempuan tidak
dilibatkan (Erna Sofyan Syukrie: 2003). Dengan perkataan lain pelibatan
perempuan itu sendiri demi efisiensi pembangunan. Dengan paham ini pula peran
gender perempuan di sektor produksi dan reproduksi tidak dihargai. Analisis ini
tidak membebaskan dan mengemansipasi kaum perempuan, melainkan justru
menggunakan perempuan untuk tujuan pembangunan. Kedua analisis tersebut
lebih berorientasi pada kebutuhan praktis semata dengan faham liberal feminisme
yakni kesempatan yang sama dan hak yang sama bagi setiap individual.
b. Gender dan Pembangunan
Strategi ini muncul sebagai kritik dan reaksi dari strategi yang
berfokus kepada perempuan (Women in Development) karena asumsinya
peningkatan peran publik akan meningkatkan status kaum perempuan. Padahal
dalam kenyataannya malah menimbulkan beban ganda , karena mereka tetap
berposisi subordinatif. Oleh karena itu strategi kedua ini lebih memfokuskan pada
sistem struktur, ideologi, dan budaya yang hidup dalam masyarakat yang
melahirkan bentuk-bentuk ketidakadilan yang bersumber pada keyakinan gender.
Bagi strategi kedua ini letak persoalannya bukanlah kaum perempuan seperti
diasumsikan semula, akan tetapi letak pesoalannnya ditujukan kepada bagaimana
menghapuskan segala bentuk diskriminasi dan ketidakadilan gender (Titien Woro
Murtini: 2005).
-
30
Agenda utama perjuangan perspektif ini tidak hanya sekedar
menjawab kebutuhan praktis untuk merubah kondisi perempuan, melainkan juga
menjawab kebutuhan strategis kaum perempuan, yakni memperjuangkan
perubahan posisi perempuan. Bentuk kegiatan dengan starategi ini adalah dengan
adanya ratifikasi atau pembuatan kebijakan-kebijakan yang meningkatkan posisi
perempuan. Dalam kata lain konsep ini menggunakan pendekatan dimana
perempuan dan laki-laki tidak lagi dilecehkan dan memikul beban yang
berlebihan, melainkan perempuan dan laki-laki secara bersama-sama menjadi
subyek dan sekaligus obyek pembangunan.
c. Perempuan dan Kerja
Kerja dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kerja produktif dan
kerja reproduktif. Perempuan selama ini diidentikkan dengan kerja reproduktif.
Kerja reproduktif merupakan kerja yang berhubungan dengan kegiatan rumah
tangga serta tidak menghasilkan pendapatan bagi keluarga. Pada masyarakat
dengan basis pertanian, perempuan terlibat dalam pekerjaan produktif seperti
mengelola lahan dan ternak. Selain itu, perempuan memiliki tanggung jawab
untuk melakukan pekerjaan reproduktif seperti mengasuh anak, memasak,
mencuci dan sebagainya. Hal ini bertolak belakang dengan laki-laki yang hanya
melaksanakan kerja produktif dan tidak memiliki tanggung jawab untuk
melakukan pekerjaan reproduktif (Endry Fatimaningsih: 2008).
Penetrasi kapitalis yang ditandai dengan munculnya industri serta
transformasi pertanian yang merubah pertanian subsistensi atau semi-subsistensi
menuju pertanian berorientasi bisnis telah menyebabkan perubahan dalam pola
relasi gender. Kerja yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan direlokasi dari
-
31
kebutuhan keluarga atau rumah tangga menjadi kebutuhan untuk pemenuhan
pasar. Modal produksi kapitalis didasarkan pada tiga bentuk transformasi sosial
ekonomi (Slamet Widodo: 2008) , yaitu :
1) Pemisahan antara produsen dari alat produksi dan subsistensi.
2) Munculnya formasi kelas sosial yang menguasai alat produksi, yang
dikenal sebagai kelas kapitalis atau borjuis.
3) Komoditisasi tenaga kerja.
Komoditisasi tenaga kerja ini kemudian melahirkan adanya kelas
pekerja atau proletar. Kelas ini dicirikan oleh ketidakadaan akses terhadap alat
produksi serta sehingga untuk bertahan hidup, kelas ini harus menjual tenaganya
kepada kaum pemilik alat produksi.
Kapitalisme menyebabkan tenaga kerja menjadi sebuah komoditas
yang diperjual belikan seperti halnya dengan komoditas lainnya. Nilai tenaga
kerja dicerminkan dari upah yang didapatkan. Posisi perempuan dalam ekonomi
dijelaskan oleh relasi antara perkembangan produksi kapitalis melalui
pertentangan antara kapitalis dan pekerja serta antara laki-laki dan perempuan.
Posisi perempuan pada masyarakat modern kapitalis dicirikan oleh:
1) Perempuan didentikkan dengan kerja rumah tangga yang dalam kehidupan
sehari-hari kerja ini tidak diberikan imbalan nilai.
2) Perempuan merasa sebagai tenaga kerja sekunder dalam bidang produktif.
3) Partisipasi perempuan terbatas pada kerja produktif sosial.
4) Konsentrasi perempuan dalam sektor ekonomi utama dan level utama
tenaga kerja.
5) Upah perempuan yang relatif lebih rendah.
-
32
2.3 Teori Tindakan Sosial (Max Webber, 2012)
Landasan teori sosiologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teori tindakan sosial yang di kemukakan oleh Max Webber. Max Weber adalah
salah satu ahli sosiologi dan sejarah bangsa Jerman, lahir di Erfurt, 21 April 1864
dan meninggal dunia di Munchen, 14 Juni 1920. Weber adalah guru besar di
Freiburg pada tahun 1894 sampai1897, Heidelberg pada tahun 1897, dan
Munchen pada tahun 1919 sampai 1920 (Hotman M. Siahan: 1989). Weber
melihat sosiologi sebagai sebuah studi tentang tindakan sosial antar hubungan
sosial dan itulah yang dimaksudkan dengan pengertian paradigma definisi sosial
ilmu sosial. Tindakan manusia dianggap sebagai sebuah bentuk tindakan sosial
manakala tindakan itu ditujukan pada orang lain (George Ritzer: 2012).
Pokok persoalan Weber sebagai pengemuka dari paradigma ini
mengartikan sosiologi sebagai studi tentang tindakan sosial antar hubungan sosial.
Dua hal itulah yang menurutnya menjadi pokok persoalan sosiologi. Inti tesis ini
adalah tindakan yang penuh arti dari individu. Yang dimaksdudnya dengan
tindakan sosial itu adalah tindakan individu sepanjang tindakannya itu
mempunyai makna atau arti subjektif bagi dirinya dan diarahkan kepadan
tindakan orang lain. Sebaliknya tindakan invidu yang diarahkan kepada benda
mati atau objek fisik semata tanpa di hubungkannya dengan tindakan orang lain
bukan merupakan tindakan sosial.
Max Weber mengatakan, individu manusia dalam masyarakat
merupakan aktor yang kreatif dan realitas sosial bukan merupakan alat yang statis
dari pada paksaan fakta sosial. Artinya tindakan manusia tidak sepenuhnya
ditentukan oleh norma, kebiasaan, nila, dan sebagainya yang tercakup di dalam
-
33
konsep fakta sosial. Walaupun pada akhirnya Weber mengakui bahwa dalam
masyarakat terdapat struktur sosial dan pranata sosial. Dikatakan bahwa struktur
sosial dan pranata sosial merupakan dua konsep yang saling berkaitan dalam
membentuk tindakan sosial (I.B Wirawan: 2012).
Max Weber mendefinisikan sosiologi sebagai ilmu tentang institusi
sosial. Sosiologi Weber adalah ilmu tentang perilaku sosial. Menurutnya terjadi
suatu pergeseran tekanan ke arah keyakinan, motivasi, dan tujuan pada diri
anggota masyarakat, yang semuanya memberi isi dan bentuk kepada kelakuannya.
Kata perikelakuan dipakai oleh Weber untuk perbuatan-perbuatan yang bagi si
pelaku mempunyai arti subyektif. Pelaku hendak mencapai suatu tujuan atau ia
didorong oleh motivasi. Perikelakuan menjadi sosial menurut Weber terjadi hanya
kalau dan sejauh mana arti maksud subyektif dari tingkahlaku membuat individu
memikirkan dan menunjukan suatu keseragaman yang kurang lebih tetap.
Max Weber dalam memperkenalkan konsep pendekatan verstehen
untuk memahami makna tindakan seseorang, berasumsi bahwa seseorang dalam
bertindak tidak haya sekedar melaksanakannya tetapi juga menempatkan diri
dalam lingkungan berfikir dan perilaku orang lain. Konsep pendekatan ini lebih
mengarah pada suatu tindakan bermotif pada tujuan yang hendak dicapai in order
to motive (I.B Wirawan: 2012).
Interaksi sosial merupakan perilaku yang bisa dikategorikan sebagai
tindakan sosial. Dimana tindakan sosial merupakan proses aktor terlibat dalam
pengambilan-pengambilan keputusan subjektif tentang sarana dan cara untuk
mencapai tujuan tertentu yang telah dipilih, tindakan tersebut mengenai semua
-
34
jenis perilaku manusia, yang di tujukan kepada perilaku orang lain, yang telah
lewat, yang sekarang dan yang diharapkan diwaktu yang akan datang.
tindakan sosial (social action) adalah tindakan yang memiliki makna
subjektif (a subjective meaning) bagi dan dari aktor pelakunya. Tindakan sosial
seluruh perilaku manusia yang memiliki arti subjektif dari yang melakukannya.
Baik yang terbuka maupun yang tertutup, yang diutarakan secara lahir maupun
diam-diam, yang oleh pelakunya diarahkan pada tujuannya. Sehingga tindakan
sosial itu bukanlah perilaku yang kebetulan tetapi yang memiliki pola dan struktur
tertentudan makna tertentu.
Weber secara khusus mengklasifikasikan tindakan sosial yang
memiliki arti-arti subjektif tersebut kedalam empat tipe (George Ritzer: 2012)
yaitu:
1. Tindakan Rasionalitas Instrumental (Zwerk Rational)
Tindakan ini merupakan suatu tindakan sosial yang dilakukan
seseorang didasarkan atas pertimbangan dan pilihan sadar yang berhubungan
dengan tujuan tindakan itu dan ketersediaan alat yang dipergunakan untuk
mencapainya. Contohnya : Seorang siswa yang sering terlambat dikarenakan tidak
memiliki alat transportasi, akhirnya ia membeli sepeda motor agar ia datang
kesekolah lebih awal dan tidak terlambat. Tindakan ini telah dipertimbangkan
dengan matang agar ia mencapai tujuan tertentu. Dengan perkataan lain menilai
dan menentukan tujuan itu dan bisa saja tindakan itu dijadikan sebagai cara untuk
mencapai tujuan lain.
-
35
2. Tindakan Rasional Nilai (Werk Rational)
Sedangkan tindakan rasional nilai memiliki sifat bahwa alat-alat yang
ada hanya merupakan pertimbangan dan perhitungan yang sadar, sementara
tujuan-tujuannya sudah ada di dalam hubungannya dengan nilai-nilai individu
yang bersifat absolut. Contoh : perilaku beribadah atau seseorang mendahulukan
orang yang lebih tua ketika antri sembako. Artinya, tindakan sosial ini telah
dipertimbangkan terlebih dahulu karena mendahulukan nilai-nilai sosial maupun
nilai agama yang ia miliki.
3. Tindakan Afektif (Affectual Action)
Tipe tindakan sosial ini lebih didominasi perasaan atau emosi tanpa
refleksi intelektual atau perencanaan sadar. Tindakan afektif sifatnya spontan,
tidak rasional, dan merupakan ekspresi emosional dari individu. Contohnya:
hubungan kasih sayang antara dua remaja yang sedang jatuh cinta atau sedang
dimabuk asmara.Tindakan ini biasanya terjadi atas rangsangan dari luar yang
bersifat otomatis sehingga bias berarti
4. Tindakan Tradisional (Traditional Action)
Dalam tindakan jenis ini, seseorang memperlihatkan perilaku tertentu
karena kebiasaan yang diperoleh dari nenek moyang, tanpa refleksi yang sadar
atau perencanaan. Kedua tipe tindakan yang terakhir sering hanya menggunakan
tanggapan secara otomatis terhadap rangsangan dari luar. Karena itu tidak
termasuk kedalam jenis tindakan yang penuh arti yang menjadi sasaran penelitian
sosiologi. Namun demikian pada waktu tertentu kedua tipe tindakan tersebut
dapat berubah menjadi tindakan yang penuh arti sehingga dapat
dipertanggungjawabkan untuk dipahami.
-
36
Tindakan sosial menurut Max Weber adalah suatu tindakan individu
sepanjang tindakan itu mempunyai makna atau arti subjektif bagi dirinya dan
diarahkan kepada tindakan orang lain. Suatu tindakan individu yang diarahkan
kepada benda mati tidak masuk dalam kategori tindakan sosial, suatu tindakan
akan dikatakan sebagai tindakan sosial ketika tindakan tersebut benar-benar
diarahkan kepada orang lain (individu liannya). Meski tak jarang tindakan sosial
dapat berupa tindakan yang bersifat membatin atau bersifat subyektif yang
mungkin terjadi karena pengaruh positif dari situasi tertentu. Bahkan terkadang
tindakan dapat berulang kembali dengan sengaja sebagai akibat dari pengaruh
situasi yang serupa atau berupa persetujuan secara pasif dalam situasi tertentu.
Bertolak dari konsep dasar tentang tindakan sosial dan antar hubungan
sosial itu Weber mengemukakan lima ciri pokok yang menjadi sasaran penelitian
sosiologi (George Ritzer: 2012) yaitu:
1) Jika tindakan manusia itu menurut aktornya mengandung makna
subjektif dan hal ini bisa meliputi berbagai tindakan nyata.
2) Tindakan nyata itu bisa bersifat membatin sepenuhnya.
3) Tindakan itu bisa berasal dari akibat pengaruh positif atas suatu situasi,
tindakan yang sengaja diulang, atau tindakan dalam bentuk persetujuan
secara diam-diam dari pihak mana pun.
4) Tindakan itu diarahkan kepada seseorang atau kepada beberapa
individu.
5) Tindakan itu memperhatikan tindakan orang lain dan terarah kepada
orang lain itu.
-
37
Selain dari pada ciri-ciri tersebut diatas tindakan sosial masih
mempunyai ciri-ciri lain. Tindakan sosial dapat pula dibedakan dari sudut waktu
sehingga ada tindakan yang diarahkan pada waktu sekarang, waktu lalu, atau
waktu yang akan datang. Di liat dari segi sasaranya, maka “ pihak sana” yang
menjadi sasaran tindakan sosial si aktor dapat berupa seorang individu atau
sekelompok orang. Dengan membatasi suatu perbuatan sebagai suatu tindakan
sosial, maka perbuatan-perbuatan lainnya tidak termasuk kedalam obyek
penyelidikan sosiologi. Tindakan nyata tidak termasuk tindakan sosial kalu secara
khusus diarahkan kepada obyek mati. Karena itu pula Weber mengeluarkan
beberapa jenis interaksi sosial dari teori aksinya.
Beberapa asumsi fundamental teori aksi (George Ritzer: 2012) antara
lain:
1) Tindakan manusia muncul dari kesadaran sendiri sebagai subjek dan
dari situasi eksternal dalam posisinya sebagai objek.
2) Sebagai subjek manusia bertindak atau berperilaku untuk mencapai
tujuan-tujuan tertentu.
3) Dalam bertindakmanusia menggunakan cara teknik prosedur, metode
serta perangkat yang diperkirakan cocok untuk mencapai tujuan
tersebut.
4) Kelangsungan tindakan manusia hanya di batasi oleh kondisi yang tak
dapat di ubah dengan sendirinya.
5) Manusia memilih, menilai, dan mengevaluasi terhadap tindakan yang
sedang terjadi dan yang akan dilakukan.
-
38
6) Ukuran-ukuran, aturan-aturan atau prinsip-prinsip moral diharapkan
timbul pada saat pengambilan keputusan.
7) Studi mengenai antar hubungan sosial memerlukan pemakaian teknik
penemuan yang bersifat subyektif.
Pelaku individual mengarahkan kelakuannya kepada penetapan atau
harapan-harapan tertentu yang berupa kebiasaan umum atau dituntut dengan tegas
atau bahkan dibekukan dengan undang-undang. Menurut Weber, tidak semua
tindakan yang dilakukan merupakan tindakan sosial. Tindakan sosial adalah
tindakan yang dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku orang lain dan
berorientasi pada orang lain. Contohnya adalah seseorang yang bernyanyi-nyanyi
kecil untuk menghibur dirinya sendiri bukan merupakan tindakan sosial. Namun
jika tujuannya untuk menarik perhatian orang lain, maka itu merupakan tindakan
sosial. Contoh lain adalah orang yang dimotivasi untuk membalas atas suatu
penghinaan di masa lampau, mengorientasikan tindakannya kepada orang lain,Itu
perilaku sosial.
Menurut Weber perilaku sosial juga berakar dalam kesadaran
individual dan bertolak dari situ. Tingkah laku individu merupakan kesatuan
analisis sosiologis, bukan keluarga, negara, partai, dll. Weber berpendapat bahwa
studi kehidupan sosial yang mempelajari pranata dan struktur sosial dari luar saja,
seakan-akan tidak ada inside-story, dan karena itu mengesampingkan pengarahan
diri oleh individu, tidak menjangkau unsur utama dan pokok dari kehidupan sosial
itu. Sosiologi sendiri haruslah berusaha menjelaskan dan menerangkan kelakuan
manusia dengan menyelami dan memahami seluruh arti sistem subyektif.
-
39
Dalam kontek penelitian yang kami lakukan, peneliti ingin
mengetahui kategori atau klasifikasi tipe tindakan anggota kelompok Usaha
Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K) dikelurahan Pandanwangi dalam
perspektif tindakan Weber. Seperti di uraikan di dalam latar belakang masalah
bahwa ada tindakan sosial anggota kelompok UP2K kelurahan Pandanwangi
adalah program yang memfokuskan pada pemberdayaan ekonomi perempuan
yang dalam hal ini ibu rumah tangga dari kalangan bawah untuk meningkatkan
usahanya sehingga pendapatan keluarga dapat lebih baik. Dalam hal ini beberapa
tindakan sosial yang dilakukan oleh kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan
Keluarga (UP2K) nantinya akan dianalisis oleh tipe tindakan rasional instrumental
(zwerk rational).