bab ii kajian pustaka dan landasan...

22
18 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian ini menggunakan tiga penelitian terdahulu sebagai acuan penelitian. Ketiga penelitian tersebut dijelaskan dalam tabel dibawah ini: Tabel 1. Penelitian Terdahulu No Judul Isi Relevansi 1. Dampak Program Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (up2k) Terhadap Peningkatan Pendapatan Keluarga di Kecamatan Cerenti Kabupaten Kuantansingingi” oleh: Rahmita Budiartiningsih dan Reni Gusfrianti (2011) Program UP2K merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan dan ketahanan keluarga yang dicerminkan oleh meningkatnya kemampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Harapannya adalah dengan meningkatnya kondisi ekonomi keluarga, maka mereka akan memiliki kemampuan untuk meningkatkan kondisi kesehatan, pendidikan dan keterampilan. Ada relevansi yang sangat kuat antara penelitian saya yang berjudul “Pemberdayaan perempuan melalui program usaha peningkatan pendapatan keluarga (up2k) pkk (studi pada kelompok UP2K dikelurahan Pandanwangi kota Malang) dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmita Budiartiningsih dan Reni Gusfrianti (2011) yang berjudul “Program usaha peningkatan pendapatan keluarga (up2k) terhadap peningkatan pendapatan keluarga di kecamatan cerenti

Upload: others

Post on 23-Oct-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 18

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

    2.1 Penelitian Terdahulu

    Penelitian ini menggunakan tiga penelitian terdahulu sebagai acuan

    penelitian. Ketiga penelitian tersebut dijelaskan dalam tabel dibawah ini:

    Tabel 1. Penelitian Terdahulu

    No Judul Isi Relevansi

    1. “ Dampak Program Usaha

    Peningkatan Pendapatan

    Keluarga (up2k) Terhadap

    Peningkatan Pendapatan

    Keluarga di Kecamatan Cerenti

    Kabupaten Kuantansingingi”

    oleh:

    Rahmita Budiartiningsih dan

    Reni Gusfrianti

    (2011)

    Program UP2K merupakan

    salah satu upaya untuk

    meningkatkan kesejahteraan

    dan ketahanan keluarga yang

    dicerminkan oleh

    meningkatnya kemampuan

    keluarga dalam memenuhi

    kebutuhan keluarga.

    Harapannya adalah dengan

    meningkatnya kondisi

    ekonomi keluarga, maka

    mereka akan memiliki

    kemampuan untuk

    meningkatkan kondisi

    kesehatan, pendidikan dan

    keterampilan.

    Ada relevansi yang sangat

    kuat antara penelitian saya

    yang berjudul “Pemberdayaan

    perempuan melalui program

    usaha peningkatan pendapatan

    keluarga (up2k) pkk (studi

    pada kelompok UP2K

    dikelurahan Pandanwangi kota

    Malang) dengan penelitian

    yang dilakukan oleh Rahmita

    Budiartiningsih dan Reni

    Gusfrianti (2011) yang

    berjudul “Program usaha

    peningkatan pendapatan

    keluarga (up2k) terhadap

    peningkatan pendapatan

    keluarga di kecamatan cerenti

  • 19

    Program ini dilakukan

    melalui peningkatan

    pemberdayaan keluarga

    dalam bidang usaha

    ekonomi produktif.

    Penelitian ini dilaksanakan

    di Kecamatan Cerenti

    Kabupaten Kuantan

    Singingi, berlangsung pada

    bulan April-September

    2010. Tujuan penelitian ini

    adalah untuk mengetahui

    Peranan Program Usaha

    Peningkatan Pendapatan

    Keluarga (UP2K) terhadap

    peningkatan pendapatan

    keluarga di Kecamatan

    Cerenti Kabupaten Kuantan

    Singingi. Penelitian ini

    diharapkan dapat

    memberikan informasi dan

    bahan masukan kepada

    masyarakat dan pihak yang

    berkepentingan.

    Adapun data yang

    digunakan dalam penelitian

    kabupaten kuantan singingi”

    yaitu sama-sama

    menggunakan obyek

    penelitian yang sama dalam

    hal ini kelompok usaha

    peningkatan pendapatan

    keluarga.

    Adapun perbedaan dari kedua

    penelitia ini adalah skala

    penelitian dari Rahmita

    Budiartiningsih dan Reni

    Gusfrianti (2011) dilakukan

    ditingkat kecamatan dengan

    kelompok UP2K yang banyak

    sedangkan penelitian kami

    skalanya ditingkat kelurahan

    dengan hanya satu kelompok

    UP2K saja.

  • 20

    ini adalah data primer dan

    data sekunder, dengan

    sampel 65 responden

    penerima bantuan dana

    bergulir UP2K yang juga

    merupakan populasi. Data

    primer adalah data yang

    diperoleh dari responden

    yang menjadi objek

    penelitian ini secara

    langsung, yaitu kelompok

    UP2K yang menerima

    bantuan dana bergulir tahun

    2007, sedangkan data

    sekunder adalah data-data

    yang diperoleh dari instansi-

    instansi yang terkait dalam

    penelitian ini. Metode

    analisis data yang digunakan

    adalah analisis data

    Deskriptif Kualitatif dan

    Kuantitatif.

    Metode Deskriptif Kualitatif

    adalah menguraikan keadaan

    yang sebenarnya sesuai

    dengan karakteristik data

    yang ada. Metode Deskriptif

    Kuantitatif adalah

    pengolahan data yang

  • 21

    menggunakan Uji Tanda

    (Sign Test). Sesuai dengan

    pengujian hipotesis yang

    menyatakan bahwa x2

    hitung (23,290) lebih besar

    dari x2 tabel (3,841) ini

    berarti adanya

    Perkembangan dan

    Penngkatan Pendapatan

    keluarga setelah adanya

    Program Usaha Peningkatan

    Pendapatan Keluarga

    (UP2K).

    2. “Analisis Kelompok Usaha

    Peningkatan Pendapatan

    Keluarga Sejahtera Di Dki

    Jakarta, 2014”

    oleh:

    Menara Simanjuntak

    Penelitian ditujukan untuk

    menggali dan menemukan

    faktor-faktor determinan

    bagi pengembangan

    pengelolaan kelompok

    Usaha Peningkatan

    Pendapatan Keluarga

    Sejahtera (UPPKS) di

    Provinsi DKI Jakarta

    melalui pendekatan

    deskriptif kualitatif. Jumlah

    responden terbatas hanya 2

    (dua) kelompok yang masih

    aktif di wilayah kotamadya

    administrasi Jakarta Timur,

    kelurahan Pulogebang dan

    Ada relevansi yang sangat

    kuat antara penelitian saya

    yang berjudul “Pemberdayaan

    Perempuan Melalui Program

    Usaha Peningkatan

    Pendapatan Keluarga (Up2k)

    Pkk (studi pada kelompok

    UP2K dikelurahan

    Pandanwangi kota Malang)

    dengan penelitian yang

    dilakukan oleh Menara

    Simanjuntak yang berjudul

    “Analisis Kelompok Usaha

    Peningkatan Pendapatan

    Keluarga Sejahtera Di Dki

    Jakarta, 2014” yaitu sama-

  • 22

    Jakarta Barat di kelurahan

    Kemanggisan. Wawancara

    mendalam dilakukan kepada

    2 orang pengurus dan 2

    orang anggota kelompok,

    diskusi kelompok terfokus

    yang diikuti 8 anggota pada

    masing-masing lokasi

    kelurahan tersebut. Temuan

    penelitian ini kecilnya

    dana/modal awal yang

    diperoleh tidak memiliki

    daya ungkit yang memadai,

    tidak adanya sumber dana

    lain, kenyataannya hampir

    semua merupakan usaha

    perorangan, sehingga

    pengurus kelompok seperti

    simpan-pinjam. Usaha

    berkembang karena

    didukung oleh tambahan

    modal usaha yang

    diupayakan anggota sendiri

    dan juga karena pemilihan

    kegiatan usaha yang

    menguntungkan.

    Pengurus dan anggota lebih

    menyukai bentuk pelatihan

    teknis, barang tertentu yang

    sama memakai obyek

    penelitian yang sama yaitu

    kelompok usaha peniongkatan

    pendapatan keluarga.

    Sedangkan perbedaan dari

    penelitian ini adalah penelitian

    yang dilakukan oleh Manara

    Simanjuntak skalanya tingkat

    provinsi sedangkan penelitian

    kami skalanya tingkat

    kelurahan.

  • 23

    lebih laku. Usaha

    perorangan lebih banyak

    berdagang makanan dan

    minuman karena lebih cepat

    perputaran uangnya,

    selebihnya kerajinan tangan

    yang produknya belum tentu

    laku cepat, dan inilah

    keuntungan proses

    pembelajaran melalui

    UPPKS. Rekomendasi

    kepada Pemda DKI Jakarta

    untuk membuat aturan dan

    bekerjasama dengan pihak

    BRI dan Bank DKI untuk

    mendukung Modal

    Kelompok UPPKS.

    3. “dampak program kelompok

    pemberdayaan dan

    kesejahteraan keluarga (pkk)

    terhadap peningkatan

    pemberdayaan ekonomi

    Perempuan di dusun sosoran

    desa candimulyo kecamatan

    kedu kabupaten temanggung”

    oleh:

    Radika Wahyu Setyoaji

    (2012)

    Penelitian ini bertujuan

    untuk mendeskripsikan: 1)

    dampak program kelompok

    PKK terhadap peningkatan

    pemberdayaan ekonomi

    perempuan di Dusun

    Sosoran Desa Candimulyo

    Kecamatan Kedu Kabupaten

    Temanggung,

    2) faktor penghambat dan

    pendukung program

    kelompok PKK di Dusun

    Ada relevansi yang sangat

    kuat antara penelitian saya

    yang berjudul “Pemberdayaan

    perempuan melalui program

    usaha peningkatan pendapatan

    keluarga (up2k) pkk (studi

    pada kelompok UP2K

    dikelurahan Pandanwangi kota

    Malang) dengan penelitian

    yang dilakukan oleh Radika

    Wahyu Setyoaji (2012) yang

    berjudul “dampak program

  • 24

    Sosoran Desa Candimulyo

    Kecamatan Kedu Kabupaten

    Temanggung.

    Penelitian ini merupakan

    penelitian deskriptif dengan

    pendekatan kualitatif.

    Subjek penelitian ini adalah

    pengurus PKK, anggota

    PKK, tokoh masyarakat dan

    masyarakat yang tidak

    mengikuti PKK.

    Pengumpulan data dilakukan

    dengan menggunakan

    metode observasi,

    wawancara, dan

    dokumentasi. Peneliti

    merupakan instrumen utama

    dalam melakukan penelitian

    yang dibantu oleh pedoman

    observasi, pedoman

    wawancara, dan pedoman

    dokumentasi. Teknik yang

    digunakan dalam analisis

    data adalah display data,

    reduksi data, dan

    pengambilan kesimpulan.

    Trianggulasi dilakukan

    untuk menjelaskan

    keabsahan data dengan

    kelompok pemberdayaan dan

    kesejahteraan keluarga (pkk)

    terhadap peningkatan

    pemberdayaan ekonomi

    perempuan di dusun sosoran

    desa candimulyo kecamatan

    kedu kabupaten temanggung”

    yaitu sama-sama

    menggunakan obyek

    penelitrian yang sama yaitu

    kelompok usaha peningkatan

    pendapatan keluarga.

    Sedangkan perbedaan dari

    penelitian ini adalah skala

    penelitian yang dilakukan oleh

    Radika Wahyu Setioaji skala

    penelitiannya di tingkat

    kecamatan sedangkan

    penelitian kami di tingkat

    kelurahan.

  • 25

    menggunakan berbagai

    sumber dengan berbagai

    cara, dan berbagai waktu.

    Hasil penelitian

    menunjukkan bahwa:

    1) Dampak program

    kelompok PKK terhadap

    peningkatan kegiatan

    ekonomi menunjukkan

    dampak yaitu masyarakat

    dapat meningkatkan

    kegiatan ekonomi keluarga

    dengan mengikuti pelatihan

    keterampilan seperti

    pembuatan krupuk, molen

    pisang, membuka warung

    dan pembuatan mie basah

    yang diterapkan dikehidupan

    sehari-hari untuk

    meningkatkan pendapatan,

    2) dampak program

    kelompok PKK terhadap

    peningkatan pendapatan

    ekonomi yaitu kenaikan

    tingkat penghasilan dari

    responden yang telah

    diwawancarai sebesar 4,77%

    3) faktor pendukung dari

    program kelompok PKK

  • 26

    adalah peran serta atau

    partisipasi dan minat dari

    anggota PKK yang cukup

    tinggi, motivasi dari

    pengurus kepada anggota

    PKK, 4) faktor penghambat

    dari program kelompok

    adalah tingkat pendidikan

    anggota yang rata-rata masih

    rendah, sarana transportasi

    kurang memadahi dan

    perilaku anggota PKK yang

    kurang mengetahui apa itu

    organisasi PKK.

    Sumber: Data primer diolah.

    2.2 Kajian Pustaka

    2.2.1 Pemberdayaan Perempuan

    Secara umum pemberdayaan perempuan didefinisikan sebagai upaya

    peningkatan kemampuan perempuan untuk memperoleh akses dan kontrol

    terhadap sumberdaya, ekonomi, politik, sosial dan budaya agar perempuan dapat

    mengatur diri dan meningkatkan rasa percaya diri untuk berperan dan

    berpartisipasi aktif dalam memecahkan permasalahan sehingga mampu

    membangun kemampuan dan konsep diri (Pranarka dan Vidhyandika Moeljarto:

    1996) .

    Proses pembangunan di Indonesia selama ini dirasakan kurang

    menyentuh kaum perempuan terutama ibu rumah tangga kalangan bawah. Peranan

  • 27

    perempuan masih sangat belum optimal peranannya sebagai subyek

    pembangunan. Hal ini bisa dilihat dari tingginya rasio kesenjangan partisipasi

    kaum pria dibanding perempuan didalam ruang publik. Menurut publikasi

    Kementerian Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Republik

    Indonesia yang berjudul Kebijakan dan Strategi Peningkatan Produktifitas

    Ekonomi Perempuan (PPEP) tahun 2014 menyebutkan bahwa potensi kuantitatif

    dari SDM perempuan dilihat menurut jenis kelamin, komposisi penduduk

    produktif ternyata lebih banyak penduduk perempuannya dibandingkan laki-laki,

    yaitu 66,11 persen berbanding 65,36 persen. Walaupun jumlahnya seimbang,

    namun kualitas hidup perempuan masih lebih rendah daripada kaum laki-laki.

    Potensi kuantitatif dari SDM perempuan Indonesia ini belum diimbangi dengan

    potensi kualitatif secara seimbang. Dengan kata lain, walaupun saat ini cukup

    banyak perempuan Indonesia yang menunjukkan bahwa dirinya mampu bersaing

    sekaligus memberikan kontribusi yang tidak kalah besarnya dalam berbagai

    bidang pembangunan, mulai dari ilmu pengetahuan, teknologi, politik, ekonomi,

    sosial, dan bahkan pertahanan dan keamanan, namun masih lebih banyak lagi

    perempuan Indonesia yang belum mampu menunjukkan potensi dan jati dirinya

    secara optimal, karena masih terkungkung oleh keterbatasan/ kemiskinan secara

    struktural, kultural, dan alamiah.

    2.2.2 Strategi Pemberdayaan Perempuan

    Selama ini cukup banyak konsep-konsep pemberdayaan perempuan

    yang diajukan, diantaranya adalah Perempuan dalam pembangunan (Women in

    Development), Gender dan Pembangunan (Gender and Development).

    a. Perempuan dalam Pembangunan (Women in Development)

  • 28

    Strategi ini merupakan strategi yang tertua yang dinamakan strategi

    “meningkatkan peranan perempuan” atau melibatkan kaum perempuan dalam

    pembangunan (Slamet Widodo: 2008). Strategi ini menjadi strategi dominan di

    tahun 1970-an. Setelah PBB menetapkan dekade pertama pembangunan

    perempuan. Sejak saat itulah hampir semua pemerintahan dunia ketiga mulai

    mengembangkan Kementerian Peranan Perempuan dengan fokus utama

    meningkatkan peranan perempuan dalam pembangunan. Fokusnya adalah

    perempuan dengan asumsi permasalahan kaum perempuan berakar pada

    rendahnya kualitas sumberdaya kaum perempuan dan hal tersebut mengakibatkan

    mereka tidak mampu bersaing dengan kaum lelaki dalam masyarakat termasuk

    dalam pembangunan.

    Pada tahun 1980-an pemerintahan dunia ketiga, melalui dukungan dan

    tekanan negara dan lembaga dari Utara, mendesakkan pentingnya memasukkan

    peran perempuan dalam pembangunan. Sebagai reaksi selanjutnya banyak

    perencanaan pembangunan tidak saja memanfaatkan perempuan untuk

    mengefektifkan pembangunan, namun juga meletakkan perempuan sebagai target

    pembangunan.

    Gagasan ini telah melahirkan diskursus baru dalam teori dan

    kebijakan pembangunan yang dikenal Women in Development atau yang lebih

    dikenal dengan WID (Khofifah Indar Parawansa: 2003). Jenis-jenis kegiatan atau

    program/proyek dengan strategi ini adalah “Pengentasan Kemiskinan” (Anty

    Poverty). Dasar pemikirannya perempuan miskin karena mereka kurang

    sumberdaya atau ataupun tidak produktif, oleh karena itu perlu diciptakan “proyek

    peningkatan pendapatan”. Dengan demikian, apa yang dikerjakan perempuan di

  • 29

    sektor “reproduksi dan segenap pekerjaan “domestik” tidak dinilai. Akibat dari

    persoalan ini, proyek yang dikembangkan justru dapat menambah beban kerja

    kaum perempuan.

    Paham analisis yang lain adalah “pendekatan efisiensi” yakni

    pemikiran bahwa pembangunan mengalami kegagalan karena perempuan tidak

    dilibatkan (Erna Sofyan Syukrie: 2003). Dengan perkataan lain pelibatan

    perempuan itu sendiri demi efisiensi pembangunan. Dengan paham ini pula peran

    gender perempuan di sektor produksi dan reproduksi tidak dihargai. Analisis ini

    tidak membebaskan dan mengemansipasi kaum perempuan, melainkan justru

    menggunakan perempuan untuk tujuan pembangunan. Kedua analisis tersebut

    lebih berorientasi pada kebutuhan praktis semata dengan faham liberal feminisme

    yakni kesempatan yang sama dan hak yang sama bagi setiap individual.

    b. Gender dan Pembangunan

    Strategi ini muncul sebagai kritik dan reaksi dari strategi yang

    berfokus kepada perempuan (Women in Development) karena asumsinya

    peningkatan peran publik akan meningkatkan status kaum perempuan. Padahal

    dalam kenyataannya malah menimbulkan beban ganda , karena mereka tetap

    berposisi subordinatif. Oleh karena itu strategi kedua ini lebih memfokuskan pada

    sistem struktur, ideologi, dan budaya yang hidup dalam masyarakat yang

    melahirkan bentuk-bentuk ketidakadilan yang bersumber pada keyakinan gender.

    Bagi strategi kedua ini letak persoalannya bukanlah kaum perempuan seperti

    diasumsikan semula, akan tetapi letak pesoalannnya ditujukan kepada bagaimana

    menghapuskan segala bentuk diskriminasi dan ketidakadilan gender (Titien Woro

    Murtini: 2005).

  • 30

    Agenda utama perjuangan perspektif ini tidak hanya sekedar

    menjawab kebutuhan praktis untuk merubah kondisi perempuan, melainkan juga

    menjawab kebutuhan strategis kaum perempuan, yakni memperjuangkan

    perubahan posisi perempuan. Bentuk kegiatan dengan starategi ini adalah dengan

    adanya ratifikasi atau pembuatan kebijakan-kebijakan yang meningkatkan posisi

    perempuan. Dalam kata lain konsep ini menggunakan pendekatan dimana

    perempuan dan laki-laki tidak lagi dilecehkan dan memikul beban yang

    berlebihan, melainkan perempuan dan laki-laki secara bersama-sama menjadi

    subyek dan sekaligus obyek pembangunan.

    c. Perempuan dan Kerja

    Kerja dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kerja produktif dan

    kerja reproduktif. Perempuan selama ini diidentikkan dengan kerja reproduktif.

    Kerja reproduktif merupakan kerja yang berhubungan dengan kegiatan rumah

    tangga serta tidak menghasilkan pendapatan bagi keluarga. Pada masyarakat

    dengan basis pertanian, perempuan terlibat dalam pekerjaan produktif seperti

    mengelola lahan dan ternak. Selain itu, perempuan memiliki tanggung jawab

    untuk melakukan pekerjaan reproduktif seperti mengasuh anak, memasak,

    mencuci dan sebagainya. Hal ini bertolak belakang dengan laki-laki yang hanya

    melaksanakan kerja produktif dan tidak memiliki tanggung jawab untuk

    melakukan pekerjaan reproduktif (Endry Fatimaningsih: 2008).

    Penetrasi kapitalis yang ditandai dengan munculnya industri serta

    transformasi pertanian yang merubah pertanian subsistensi atau semi-subsistensi

    menuju pertanian berorientasi bisnis telah menyebabkan perubahan dalam pola

    relasi gender. Kerja yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan direlokasi dari

  • 31

    kebutuhan keluarga atau rumah tangga menjadi kebutuhan untuk pemenuhan

    pasar. Modal produksi kapitalis didasarkan pada tiga bentuk transformasi sosial

    ekonomi (Slamet Widodo: 2008) , yaitu :

    1) Pemisahan antara produsen dari alat produksi dan subsistensi.

    2) Munculnya formasi kelas sosial yang menguasai alat produksi, yang

    dikenal sebagai kelas kapitalis atau borjuis.

    3) Komoditisasi tenaga kerja.

    Komoditisasi tenaga kerja ini kemudian melahirkan adanya kelas

    pekerja atau proletar. Kelas ini dicirikan oleh ketidakadaan akses terhadap alat

    produksi serta sehingga untuk bertahan hidup, kelas ini harus menjual tenaganya

    kepada kaum pemilik alat produksi.

    Kapitalisme menyebabkan tenaga kerja menjadi sebuah komoditas

    yang diperjual belikan seperti halnya dengan komoditas lainnya. Nilai tenaga

    kerja dicerminkan dari upah yang didapatkan. Posisi perempuan dalam ekonomi

    dijelaskan oleh relasi antara perkembangan produksi kapitalis melalui

    pertentangan antara kapitalis dan pekerja serta antara laki-laki dan perempuan.

    Posisi perempuan pada masyarakat modern kapitalis dicirikan oleh:

    1) Perempuan didentikkan dengan kerja rumah tangga yang dalam kehidupan

    sehari-hari kerja ini tidak diberikan imbalan nilai.

    2) Perempuan merasa sebagai tenaga kerja sekunder dalam bidang produktif.

    3) Partisipasi perempuan terbatas pada kerja produktif sosial.

    4) Konsentrasi perempuan dalam sektor ekonomi utama dan level utama

    tenaga kerja.

    5) Upah perempuan yang relatif lebih rendah.

  • 32

    2.3 Teori Tindakan Sosial (Max Webber, 2012)

    Landasan teori sosiologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    teori tindakan sosial yang di kemukakan oleh Max Webber. Max Weber adalah

    salah satu ahli sosiologi dan sejarah bangsa Jerman, lahir di Erfurt, 21 April 1864

    dan meninggal dunia di Munchen, 14 Juni 1920. Weber adalah guru besar di

    Freiburg pada tahun 1894 sampai1897, Heidelberg pada tahun 1897, dan

    Munchen pada tahun 1919 sampai 1920 (Hotman M. Siahan: 1989). Weber

    melihat sosiologi sebagai sebuah studi tentang tindakan sosial antar hubungan

    sosial dan itulah yang dimaksudkan dengan pengertian paradigma definisi sosial

    ilmu sosial. Tindakan manusia dianggap sebagai sebuah bentuk tindakan sosial

    manakala tindakan itu ditujukan pada orang lain (George Ritzer: 2012).

    Pokok persoalan Weber sebagai pengemuka dari paradigma ini

    mengartikan sosiologi sebagai studi tentang tindakan sosial antar hubungan sosial.

    Dua hal itulah yang menurutnya menjadi pokok persoalan sosiologi. Inti tesis ini

    adalah tindakan yang penuh arti dari individu. Yang dimaksdudnya dengan

    tindakan sosial itu adalah tindakan individu sepanjang tindakannya itu

    mempunyai makna atau arti subjektif bagi dirinya dan diarahkan kepadan

    tindakan orang lain. Sebaliknya tindakan invidu yang diarahkan kepada benda

    mati atau objek fisik semata tanpa di hubungkannya dengan tindakan orang lain

    bukan merupakan tindakan sosial.

    Max Weber mengatakan, individu manusia dalam masyarakat

    merupakan aktor yang kreatif dan realitas sosial bukan merupakan alat yang statis

    dari pada paksaan fakta sosial. Artinya tindakan manusia tidak sepenuhnya

    ditentukan oleh norma, kebiasaan, nila, dan sebagainya yang tercakup di dalam

  • 33

    konsep fakta sosial. Walaupun pada akhirnya Weber mengakui bahwa dalam

    masyarakat terdapat struktur sosial dan pranata sosial. Dikatakan bahwa struktur

    sosial dan pranata sosial merupakan dua konsep yang saling berkaitan dalam

    membentuk tindakan sosial (I.B Wirawan: 2012).

    Max Weber mendefinisikan sosiologi sebagai ilmu tentang institusi

    sosial. Sosiologi Weber adalah ilmu tentang perilaku sosial. Menurutnya terjadi

    suatu pergeseran tekanan ke arah keyakinan, motivasi, dan tujuan pada diri

    anggota masyarakat, yang semuanya memberi isi dan bentuk kepada kelakuannya.

    Kata perikelakuan dipakai oleh Weber untuk perbuatan-perbuatan yang bagi si

    pelaku mempunyai arti subyektif. Pelaku hendak mencapai suatu tujuan atau ia

    didorong oleh motivasi. Perikelakuan menjadi sosial menurut Weber terjadi hanya

    kalau dan sejauh mana arti maksud subyektif dari tingkahlaku membuat individu

    memikirkan dan menunjukan suatu keseragaman yang kurang lebih tetap.

    Max Weber dalam memperkenalkan konsep pendekatan verstehen

    untuk memahami makna tindakan seseorang, berasumsi bahwa seseorang dalam

    bertindak tidak haya sekedar melaksanakannya tetapi juga menempatkan diri

    dalam lingkungan berfikir dan perilaku orang lain. Konsep pendekatan ini lebih

    mengarah pada suatu tindakan bermotif pada tujuan yang hendak dicapai in order

    to motive (I.B Wirawan: 2012).

    Interaksi sosial merupakan perilaku yang bisa dikategorikan sebagai

    tindakan sosial. Dimana tindakan sosial merupakan proses aktor terlibat dalam

    pengambilan-pengambilan keputusan subjektif tentang sarana dan cara untuk

    mencapai tujuan tertentu yang telah dipilih, tindakan tersebut mengenai semua

  • 34

    jenis perilaku manusia, yang di tujukan kepada perilaku orang lain, yang telah

    lewat, yang sekarang dan yang diharapkan diwaktu yang akan datang.

    tindakan sosial (social action) adalah tindakan yang memiliki makna

    subjektif (a subjective meaning) bagi dan dari aktor pelakunya. Tindakan sosial

    seluruh perilaku manusia yang memiliki arti subjektif dari yang melakukannya.

    Baik yang terbuka maupun yang tertutup, yang diutarakan secara lahir maupun

    diam-diam, yang oleh pelakunya diarahkan pada tujuannya. Sehingga tindakan

    sosial itu bukanlah perilaku yang kebetulan tetapi yang memiliki pola dan struktur

    tertentudan makna tertentu.

    Weber secara khusus mengklasifikasikan tindakan sosial yang

    memiliki arti-arti subjektif tersebut kedalam empat tipe (George Ritzer: 2012)

    yaitu:

    1. Tindakan Rasionalitas Instrumental (Zwerk Rational)

    Tindakan ini merupakan suatu tindakan sosial yang dilakukan

    seseorang didasarkan atas pertimbangan dan pilihan sadar yang berhubungan

    dengan tujuan tindakan itu dan ketersediaan alat yang dipergunakan untuk

    mencapainya. Contohnya : Seorang siswa yang sering terlambat dikarenakan tidak

    memiliki alat transportasi, akhirnya ia membeli sepeda motor agar ia datang

    kesekolah lebih awal dan tidak terlambat. Tindakan ini telah dipertimbangkan

    dengan matang agar ia mencapai tujuan tertentu. Dengan perkataan lain menilai

    dan menentukan tujuan itu dan bisa saja tindakan itu dijadikan sebagai cara untuk

    mencapai tujuan lain.

  • 35

    2. Tindakan Rasional Nilai (Werk Rational)

    Sedangkan tindakan rasional nilai memiliki sifat bahwa alat-alat yang

    ada hanya merupakan pertimbangan dan perhitungan yang sadar, sementara

    tujuan-tujuannya sudah ada di dalam hubungannya dengan nilai-nilai individu

    yang bersifat absolut. Contoh : perilaku beribadah atau seseorang mendahulukan

    orang yang lebih tua ketika antri sembako. Artinya, tindakan sosial ini telah

    dipertimbangkan terlebih dahulu karena mendahulukan nilai-nilai sosial maupun

    nilai agama yang ia miliki.

    3. Tindakan Afektif (Affectual Action)

    Tipe tindakan sosial ini lebih didominasi perasaan atau emosi tanpa

    refleksi intelektual atau perencanaan sadar. Tindakan afektif sifatnya spontan,

    tidak rasional, dan merupakan ekspresi emosional dari individu. Contohnya:

    hubungan kasih sayang antara dua remaja yang sedang jatuh cinta atau sedang

    dimabuk asmara.Tindakan ini biasanya terjadi atas rangsangan dari luar yang

    bersifat otomatis sehingga bias berarti

    4. Tindakan Tradisional (Traditional Action)

    Dalam tindakan jenis ini, seseorang memperlihatkan perilaku tertentu

    karena kebiasaan yang diperoleh dari nenek moyang, tanpa refleksi yang sadar

    atau perencanaan. Kedua tipe tindakan yang terakhir sering hanya menggunakan

    tanggapan secara otomatis terhadap rangsangan dari luar. Karena itu tidak

    termasuk kedalam jenis tindakan yang penuh arti yang menjadi sasaran penelitian

    sosiologi. Namun demikian pada waktu tertentu kedua tipe tindakan tersebut

    dapat berubah menjadi tindakan yang penuh arti sehingga dapat

    dipertanggungjawabkan untuk dipahami.

  • 36

    Tindakan sosial menurut Max Weber adalah suatu tindakan individu

    sepanjang tindakan itu mempunyai makna atau arti subjektif bagi dirinya dan

    diarahkan kepada tindakan orang lain. Suatu tindakan individu yang diarahkan

    kepada benda mati tidak masuk dalam kategori tindakan sosial, suatu tindakan

    akan dikatakan sebagai tindakan sosial ketika tindakan tersebut benar-benar

    diarahkan kepada orang lain (individu liannya). Meski tak jarang tindakan sosial

    dapat berupa tindakan yang bersifat membatin atau bersifat subyektif yang

    mungkin terjadi karena pengaruh positif dari situasi tertentu. Bahkan terkadang

    tindakan dapat berulang kembali dengan sengaja sebagai akibat dari pengaruh

    situasi yang serupa atau berupa persetujuan secara pasif dalam situasi tertentu.

    Bertolak dari konsep dasar tentang tindakan sosial dan antar hubungan

    sosial itu Weber mengemukakan lima ciri pokok yang menjadi sasaran penelitian

    sosiologi (George Ritzer: 2012) yaitu:

    1) Jika tindakan manusia itu menurut aktornya mengandung makna

    subjektif dan hal ini bisa meliputi berbagai tindakan nyata.

    2) Tindakan nyata itu bisa bersifat membatin sepenuhnya.

    3) Tindakan itu bisa berasal dari akibat pengaruh positif atas suatu situasi,

    tindakan yang sengaja diulang, atau tindakan dalam bentuk persetujuan

    secara diam-diam dari pihak mana pun.

    4) Tindakan itu diarahkan kepada seseorang atau kepada beberapa

    individu.

    5) Tindakan itu memperhatikan tindakan orang lain dan terarah kepada

    orang lain itu.

  • 37

    Selain dari pada ciri-ciri tersebut diatas tindakan sosial masih

    mempunyai ciri-ciri lain. Tindakan sosial dapat pula dibedakan dari sudut waktu

    sehingga ada tindakan yang diarahkan pada waktu sekarang, waktu lalu, atau

    waktu yang akan datang. Di liat dari segi sasaranya, maka “ pihak sana” yang

    menjadi sasaran tindakan sosial si aktor dapat berupa seorang individu atau

    sekelompok orang. Dengan membatasi suatu perbuatan sebagai suatu tindakan

    sosial, maka perbuatan-perbuatan lainnya tidak termasuk kedalam obyek

    penyelidikan sosiologi. Tindakan nyata tidak termasuk tindakan sosial kalu secara

    khusus diarahkan kepada obyek mati. Karena itu pula Weber mengeluarkan

    beberapa jenis interaksi sosial dari teori aksinya.

    Beberapa asumsi fundamental teori aksi (George Ritzer: 2012) antara

    lain:

    1) Tindakan manusia muncul dari kesadaran sendiri sebagai subjek dan

    dari situasi eksternal dalam posisinya sebagai objek.

    2) Sebagai subjek manusia bertindak atau berperilaku untuk mencapai

    tujuan-tujuan tertentu.

    3) Dalam bertindakmanusia menggunakan cara teknik prosedur, metode

    serta perangkat yang diperkirakan cocok untuk mencapai tujuan

    tersebut.

    4) Kelangsungan tindakan manusia hanya di batasi oleh kondisi yang tak

    dapat di ubah dengan sendirinya.

    5) Manusia memilih, menilai, dan mengevaluasi terhadap tindakan yang

    sedang terjadi dan yang akan dilakukan.

  • 38

    6) Ukuran-ukuran, aturan-aturan atau prinsip-prinsip moral diharapkan

    timbul pada saat pengambilan keputusan.

    7) Studi mengenai antar hubungan sosial memerlukan pemakaian teknik

    penemuan yang bersifat subyektif.

    Pelaku individual mengarahkan kelakuannya kepada penetapan atau

    harapan-harapan tertentu yang berupa kebiasaan umum atau dituntut dengan tegas

    atau bahkan dibekukan dengan undang-undang. Menurut Weber, tidak semua

    tindakan yang dilakukan merupakan tindakan sosial. Tindakan sosial adalah

    tindakan yang dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku orang lain dan

    berorientasi pada orang lain. Contohnya adalah seseorang yang bernyanyi-nyanyi

    kecil untuk menghibur dirinya sendiri bukan merupakan tindakan sosial. Namun

    jika tujuannya untuk menarik perhatian orang lain, maka itu merupakan tindakan

    sosial. Contoh lain adalah orang yang dimotivasi untuk membalas atas suatu

    penghinaan di masa lampau, mengorientasikan tindakannya kepada orang lain,Itu

    perilaku sosial.

    Menurut Weber perilaku sosial juga berakar dalam kesadaran

    individual dan bertolak dari situ. Tingkah laku individu merupakan kesatuan

    analisis sosiologis, bukan keluarga, negara, partai, dll. Weber berpendapat bahwa

    studi kehidupan sosial yang mempelajari pranata dan struktur sosial dari luar saja,

    seakan-akan tidak ada inside-story, dan karena itu mengesampingkan pengarahan

    diri oleh individu, tidak menjangkau unsur utama dan pokok dari kehidupan sosial

    itu. Sosiologi sendiri haruslah berusaha menjelaskan dan menerangkan kelakuan

    manusia dengan menyelami dan memahami seluruh arti sistem subyektif.

  • 39

    Dalam kontek penelitian yang kami lakukan, peneliti ingin

    mengetahui kategori atau klasifikasi tipe tindakan anggota kelompok Usaha

    Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K) dikelurahan Pandanwangi dalam

    perspektif tindakan Weber. Seperti di uraikan di dalam latar belakang masalah

    bahwa ada tindakan sosial anggota kelompok UP2K kelurahan Pandanwangi

    adalah program yang memfokuskan pada pemberdayaan ekonomi perempuan

    yang dalam hal ini ibu rumah tangga dari kalangan bawah untuk meningkatkan

    usahanya sehingga pendapatan keluarga dapat lebih baik. Dalam hal ini beberapa

    tindakan sosial yang dilakukan oleh kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan

    Keluarga (UP2K) nantinya akan dianalisis oleh tipe tindakan rasional instrumental

    (zwerk rational).