bab ii kajian pustaka dan kerangka pemikiranrepository.unpas.ac.id/38371/1/bab 2.pdfsempit, misalnya...

33
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Literatur 2.1.1 Review Penelitian Sejenis Sebagai bahan perbandingan dalam penelitian ini, akan dicantumkan beberapa penelitian terdahulu yang dianggap relevan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti lain sebagai berikut : 1. Soleh Solihun, jurusan Jurnalistik Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran tahun 2004, dengan judul Perjalanan Majalah Musik Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh Soleh berjudul “Perjalanan Majalah Musik di Indonesiayang menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan sejarah. Dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa penelitian ini lebih mengacu pada sejarah majalah musik di Indonesia. 2. Idhar Resmadi, jurusan Jurnalistik Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran tahun 2011, dengan judul “Wacana Industri Musik Digital dalam Pemberitaan Special Feature Majalah Musik Bulanan Rolling Stone Indonesia” Penelitian yang dilakukan oleh Idhar berjudul “Wacana Industri Musik Digital dalam Pemberitaan Special Feature Majalah Musik Bulanan Rolling Stone Indonesia” menggunakan metode penelitian kuantitatif dan pendekatan Analisis Wacana Kritis Teun Van Djik. Dapat

Upload: buikhanh

Post on 03-Aug-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Kajian Literatur

2.1.1 Review Penelitian Sejenis

Sebagai bahan perbandingan dalam penelitian ini, akan dicantumkan beberapa

penelitian terdahulu yang dianggap relevan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh

peneliti lain sebagai berikut :

1. Soleh Solihun, jurusan Jurnalistik Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran

tahun 2004, dengan judul Perjalanan Majalah Musik Indonesia.

Penelitian yang dilakukan oleh Soleh berjudul “Perjalanan Majalah Musik di

Indonesia” yang menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan sejarah. Dapat

disimpulkan oleh peneliti bahwa penelitian ini lebih mengacu pada sejarah majalah musik di

Indonesia.

2. Idhar Resmadi, jurusan Jurnalistik Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas

Padjadjaran tahun 2011, dengan judul “Wacana Industri Musik Digital dalam

Pemberitaan Special Feature Majalah Musik Bulanan Rolling Stone Indonesia”

Penelitian yang dilakukan oleh Idhar berjudul “Wacana Industri Musik Digital dalam

Pemberitaan Special Feature Majalah Musik Bulanan Rolling Stone Indonesia” menggunakan

metode penelitian kuantitatif dan pendekatan Analisis Wacana Kritis Teun Van Djik. Dapat

disimpulkan oleh peneliti bahwa penelitian ini lebih mengacu pada pergeseran medium

informasi ke arah media digital dalam penyajian berita di Majalah Rolling Stone Indonesia.

Nama

Peneliti

Judul Penelitian Metodologi

Penelitian

Perbedaan

Penelitian

Persamaan

Penelitian

Soleh

Solihun

Perjalanan Majalah

Musik di Indonesia

(2004)

Kuantitatif/

Sejarah

Menggunakan

metode

kuantitatif dan

mengulas

sejarah majalah

musik di

Indonesia

Sama-sama

menjadikan

majalah

musik

sebagai

topik

skripsi.

Idhar

Resmadi

Wacana Industri

Musik Digital

dalam Pemberitaan

Special Feature

Majalah Musik

Bulanan Rolling

Stone Indonesia

(2011)

Kualitatif/

Analisis

Wacana

Kritis

Menggunakan

pendekatan

analisis wacana

kritis dan

mengulas

mengenai

konvergensi

media digital

dalam penyajian

berita di

Majalah Rolling

Stone Indonesia

Sama-sama

menjadikan

Majalah

Rolling

Stone

Indonesia

sebagai

objek

penelitian

skripsi.

Rayhadi

Shadiq

Kandasnya

Perjalanan Majalah

Musik Indonesia

Kualitatif/

Persepsi

Tabel 2.1 Review Penelitian Sejenis

2.1.2 Kerangka Konseptual

1. Pengertian Komunikasi

Istilah komunikasi atau dalam Bahasa inggris communication berasal dari Bahasa latin

atau communication dan bersumber dari kata yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah

satu makna. Dalam pengertian khusus komunikasi, Hovland (dalam Effendy) di buku Ilmu

Komunikasi Teori dan Praktek mengatakan bahwa komunikasi adalah :

“Proses mengubah perilaku orang lain (communication is the procces to

modifiy the behaviour of other individuals). Jadi dalam berkomunikasi

bukan sekedar memberitahu, tetapi juga berupaya mempengaruhi agar

seseorang atau sejumlah orang melakukan kegiatan atau tindakan yang

diinginkan oleh komunikator, akan tetapi seseorang akan dapat

mengubah sikap pendapat atau perilaku orang lain, hal ini bisa terjadi

apabila komunikasi yang disampaikan bersifat komunikatif yaitu dalam

menyampaikan pesan-pesan harus benar-benar dimengerti dan

dipahami oleh komunikan untuk mencapai tujuan komunikasi yang

komunikatif”. (2001:10)

Pengetian komunikasi juga datang dari Everett M. Rogers yang dipaparkan oleh

Cangara dalam buku karyanya Pengantar Ilmu Komunikasi yang mengatakan bahwa

komunikasi adalah :

“Proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima

atau lebih dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka”.

(1998:19)

Berbagai pengertian komunikasi yang dipaparkan oleh para pakar komunikasi diatas

dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah penyampaian informasi dan pengertian dari

seseorang kepada yang lain. Komunikasi hanya bisa terjadi bila ada seseorang yang

menyampaikan pesan kepada orang lain dengan mempunyai maksud dan tujuan tertentu.

Berbicara tentang definisi komunikasi, tidak ada definisi yang benar atau yang salah.

Seperti model atau teori, definisi harus dilihat dari kemanfaatan untuk menjelaskan fenomena

atau perstiwa yang didefinisikan dan mengevaluasinya. Beberapa definisi mungkin terlalu

sempit, misalnya komunikasi adalah penyampaian pesan melalui media elektronik, atau terlalu

luas misalnya komunikasi adalah interaksi antara dua orang atau lebih sehingga peserta

komunikasi memahami pesan yang disampaikan.

2. Unsur-Unsur Komunikasi

Dalam melakukan komunikasi setiap individu berharap tujuan dari komunikasi itu

sendiri dapat tercapai dan untuk mencapainya ada unsur-unsur yang harus dipahami, menurut

Effendy dalam bukunya yang berjudul Dinamika Komunikasi bahwa dari berbagai

pengertian komunikais yang telah ada tampak adanya sejumlah komponen atau unsur yang

dicakup, merupakan persyaratan terjadinya komunikasi. Komponen atau unsur-unsur tersebut

adalah adalah sebagai berikut :

Komunikator adalah orang yang menyampaikan pesan. Pesan adalah

persayaratan yang didukung oleh lambang. Komunikan adalah orang

yang menerima pesan. Media adalah sarana atau saluran yang

mendukung pesan bila komunikan jauh tempatnya atau banyak

jumlahnya. Efek adalah dampak sebagai pengaruh dari pesan. (2002:6)

Unsur-unsur dari proses komunikasi diatas merupakan faktor penting dalam

komunikasi, bahwa pada setiap unsur tersebut oleh para ahli ilmu komunikasi dijadikan objek

ilmiah untuk ditelaah secara khusus. Menurut Mulyana dalam bukunya yang berjudul Ilmu

Komunikasi Suatu Pengantar proses komunikasi dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua)

bagian yaitu :

1. Komunikasi verbal : Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis

symbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Hampir semua

rangsangan wicara yang kita sadari masuk kedalam kategori pesan

verbal disengaja yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk

berhubungan dengan orang lain secara lisan. Bahasa dapat juga

dianggap sebagai suatu sistem kode verbal.

2. Komunikasi non verbal : Secara sederhana pesan non verbar adalah

semua isyarat yang bukan kata-kata mencakup semua rangsangan

(kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang

dihasilkan oleh individu pengguna lingkungan oleh individu, yang

mempunyai pesan potensial bagi pengirim atau penerima pesan.

(2000:237)

Perilaku non-verbal dapat menggatikan perilaku verbal, jadi tanpa berbicara

komunikasi nonverbal biasanya menggunkan definisi tidak menggunakan kata dengan ketat,

dan tidak menyamakan komunikasi non-verbal dengan komunikasi non-lisan. Contohnya,

Bahasa isyarat dan tulisan tidak dianggap sebagai komunikasi non-verbal karena menggunakan

kata, sedangkan intonasi dan gaya berbicara tergolong sebagai komunikasi non-verbal.

3. Fungsi Komunikasi

1. Komunikasi Sosial

Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa

komunikasi itu penting untuk mebangunkonsep diri kita, untuk kelangsungan hidup, untuk

memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi

yang bersifat menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang lain.

a. Pembentukan konsep diri.

Konsep diri adalah pandangan kita mengenai siapa diri kita yang diperoleh lewat

informasi yang diberikan orang lain kepada kita. Konsep diri yang paling dini umumnya

dipengaruhi oleh keluarga, dan orang-orang terdekat lainnya di sekitar kita. Termasuk kerabat,

mereka itulah yang disebut dengan significan others.

b. Pernyataan eksistensi diri.

Orang berkomunikasi untuk menunjukkan dirinya eksis. Inilah yang disebut dengan

aktualisasi diri atau lebih tepatnya lagi pernyataan eksistensi diri.

c. Untuk keberlangsungan hidup, memupuk hubungan, dan memperoleh kebahagiaan.

Komunikasi dalam konteks apapun ialah bentuk dasar adaptasi terhadap lingkungan.

Melalui komunikasi pula kita dapat memenuhi kebutuhan emosional kita dan meningkatkan

kesehatan mental kita. Komunikasi sosial mengisyaratkan bahwa komunikasi dilakukan untuk

pemenuhan diri, untuk merasa terhibur, nyaman dan tentram dengan diri sendiri dan juga orang

lain.

2. Komunikasi Ekspresif

Erat kaitannya dengan komunikasi sosial adalah komunikasi ekspresif yang dapat

dilakukan baik sendirian maupun dalam bentuk kelompok. Komunikasi ekspresif tidak

bertujuan mempengaruhi orang lain, namun dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut

menjadi instrument untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) kita.

3. Komunikasi Ritual

Erat kaitannya dengan komunikasi ekspresif adalah komunikasi ritual, yang biasanya

dilakukan secara kolektif.

4. Komunikasi Instrumental

Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum seperti yang

dimaksudkan oleh Mulyana dalam Pengantar Ilmu Komunikasi adalah sebagai berikut :

Menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan

keyakinan, dan mengubah perilaku atau menggerakkan tindakan, dan

juga menghibur. Bila diringkas, maka kesemua tujuan tersebut dapat

disebut membujuk (bersifat persuasif). Komunikasi yang bersifat

memberitahukan atau menerangkan (to inform) mengandung muatan

persuasif dalam arti bahwa pembicara menginginkan pendengarnya

mempercayai fakta atau informasi yang disampaikannya akurat dan

layak untuk ketahui. (2005:5-30)

4. Proses Komunikasi

Komunikasi dapat berlangsung dengan baik apabila proses komunikasinya berjalan

dengan baik dan lancer. Sebagai suatu proses komunikasi, komunikasi mempunyai persamaan

dengan bagaiman seseorang mengekspresikan perasaan, hal-hal yang berlawanan

(kontradiktif), yang sama dengan (selaras/serasi) serta melewati proses menulis mendengar dan

mempertukarka informasi.

Menurut Effendy proses komunikasi adalah sebagai berikut :

Berlangsungnya penyampaian ide, informasi, opini, kepercayaan,

perasaan dan sebagainya oleh komunikator kepada komunikan dengan

menggunakan lambing, misalnya Bahasa, gambar, warna, dan

sebagainya yang mempunyai syarat. (1989:63-64)

Menurut Courtland L. Bovee dan John V. Thil dalam Business Communication Today

Purwanto Komunikasi Bisnis, proses komunikasi (communication process) terdiri dari enam

tahap, yaitu :

1. Pengirim mempunyai suatu ide atau gagasan sebelum proses

penyampaian pesan dapat dilakukan, maka pengirim pesan harus

menyiapkan ide atau gagasan apa yang ingin disampaikan kepada

pihak lain atau audience. Ide dapat diperoleh dari berbagai sumber

yang terbentang luas dihadapan kita. Dunia ini penuh dengan

berbagai macam informasi, baik yang dapat dilihat, didengar,

dicium, maupun diraba. Ide-ide yang ada dalam benak kita disaring

dan disusun kedalam suatu memori yang ada dalam jaringan otak,

yang merupakan gambaran persepsi kita terhadap kenyataan.

2. Pengirim mengubah ide menjadi suatu pesan. Dalam suatu proses

komunikasi, tidak semua ide dapat diterima atau dimengerti dengan

sempurna. Proses komunikasi dimulai dengan adanya ide dalam

pikiran, yang kemudian diubah ke dalam bentuk pesan-pesan seperti

dalam bentuk kata-kata, ekspresi wajah, dan sejenisnya, untuk

kemudian dipindahkan kepada orang lain. Agar ide dapat diterima

dan dimengerti secara sempurna, pengirim pesan harus

memperhatikan beberapa hal, yaitu subjek (apa yang ingin

disampaikan), maksud (tujuan), audiens, gaya personal, dan latar

belakang budaya.

3. Pengirim menyampaikan pesan. Setelah mengubah ide-ide ke dalam

suatu pean, tahap berikutnya adalah memindahkan atau

menyampaikan pesan melalui berbagai saluran yang ada kepada

penerima pesan.

4. Penerima menerima pesan. Komunikasi antara seseorang dengan

orang lain akan terjadi, bila pengirim mengirimkan suatu pesan dan

penerima pesan tersebut. Pesan yang diterima adakalanya sempurna,

namun tidak jarang hanya kecil saja.

5. Penerima menafsirkan pesan. Setelah penerima menerima suatu

pesan, tahap berikutnya ialah bagaimana ia dapat menafsirkan

pesan. Suatu pesan yang disampaikan pengirim harus mudah

dimengerti dan tersimpan di dalam benak pikiran penerima pesan.

Selanjutnya, suatu pesan baru dapat ditafsirkan secara benar bila

penerima pesan telah memahami isi pesan bsebagaimana yang

dimaksud oleh pengirim pesan.

6. Penerima memberi tanggapan dan mengirim umpan balik kepada

pengirim. Umpan balik (feedback) adalah penghubung akhir dalam

suatu mata rantai komunikasi. Ia merupakan tanggapan penerima

pesan yang memungkinkan pengirim untuk menilai efektivitas suatu

pesan. Setelah menerima pesan, penerima akan memberi tanggapan

dengan cara tertentu dan memberi sinyal terhadap pengirim pesan.

Umpan balik memegang peranan penting dalam proses komunikasi,

karena ia memberi kemungkinan bagi pengirim untuk menilai

efektivitas suatu pesan. Disamping itu, adanya umpan balik dapat

menunjukan adanya faktor-faktor penghambat komunikasi,

misalnya perbedaan latar belakang, perbedaan penafsiran kata-kata,

dan perbedaan reaksi secara emosional. (2003:11-14)

Agar lebih jelas maka peneliti akan membahas proses komunikasi dengan peninjauan

dari Carl I Hovland dalam Effendy yang menjelaskan bahwa :

“Komunikasi adalah suatu upaya yang sistematis untuk memutuskan

secara tegas asas-asas dan atas dasar asas-asas tersebut disampaikan

informasi serta bentuk pendapat dan sikap”. (Effendy, 1993:16)

Dari penjelasan tersebut, komunikasi jelas merupakan suatu kegiatan yang dilakukan

oleh seseorang untuk menyatakan atau tidak menyatakan suatu gagasan kepada orang lain

dengan menggunakan lambing-lambang berupa Bahasa, gambar-gambar atau tanda-tanda yang

berarti bersikap umum.

Proses komunikasi terdiri dari dua tahap, meliputi proses komunikasi primer dan proses

komunikasi sekunder. (Effendy, dalam Mondry, 2008:3)

1. Proses komunikasi secara primer, merupakan proses penyampaian

pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan

menggunakan lambing (simbol) sebagai media. Lambing sebgai media

primer dalam proses komunikasi meliputi Bahasa, kial (gesture),

gambar, warna, dan sebagainya. Syarat secara langsung dapat

“menerjemahkan” pikiran atau perasaan komunikator kepada

komunikan.

2. Proses komunikasi sekunder, merupakan proses penyampaian pesan

dari seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau

sarana sebagai media kedua setelah menggunakan lambing sebagai

media pertama. Komunikator menggunakan media kedua dalam

berkomunikasi karena komunikan sebagai sasarannya berada

ditempat relative jauh atau dalam jumlah yang banyak. (Effendy,

2002:15)

Pada media primer, lambing yang paling banyak digunakan adalah Bahasa. Bahasa

merupakan sarana yang paling penting banyak dipergunakan dalam komunikasi, karena hanya

dengan bahasa (lisan atau tulisan) kita mampu menerjemahkan pikiran seseorang kepada orang

lain, baik berbentuk ide, informasi atau opini, bisa dalam bentuk konkret ataupun abstrak. Hal

ini bukan hanya suatu hal atau peristiwa yang sedang terjadi sekarang, tetapi juga pada masa

lalu atau waktu yang akan datang.

Kial (gesture) memang dapat “menejermahkan” pikiran seseorang sehingga ekspresi

secara fisik, tetapi menggapaikan tangan atau memainkan jemari, mengedipkan mata atau

menggerakkan anggota tubuh lainnya hanya dapat mengkomunikasikan hal-hal tertentu saja

(sangat teratas). Demikian pula dengan isyarat yang menggunakan alat seperti bedug,

kentongan, sirine, dan lain-lain, juga warna yang memiliki makna tertentu. Kedua lambing

(isyarat warna) tersebut sangat terbatas kemampuannya dalam mentransmisikan pikiran

seseorang kepada orang lain.

Sementara proses komunikasi sekunder meruapakan kelanjutan dari proses komunikasi

primer, yaitu untuk menembus dimensi dan ruang waktu. Maka dalam menata lambing-

lambang untuk memformulasikan isi pesan komunikasi, komunikator harus

mempertimbangkan ciri-ciri atau sifat-sifat media yang akan digunakan. Penentuan media yang

akan digunakan perlu didasari pertimbangan mengenai siapa komunikan yang akan dituju.

Setelah pembahasan diatas mengenai proses komunikasi, kini kita mengenal unsur-

unsur dalam proses komunikasi. Penegasan tentang unsur-unsur dalam proses komunikasi

adalah sebagai berikut :

1. Sender : komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang.

2. Encoding : penyandian, yakni proses pengalihan pikiran kedalam bentuk lambing.

3. Message : pesan, informasi yang disampaikan oleh komunikator.

4. Media : saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan.

5. Decoding : pengawasandian, yaitu proses dimana komunikan menetapkan makna pada

lambing yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.

6. Recciver : komunikan yang menerima pesan dari komunikan.

7. Response : tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan setelah diterpa pesan.

8. Feedback : umpan balik, yakni tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau

disampaikan kepada komunikator.

9. Noise : gangguan tak terrencana yang terjadi dalam proses komunikasi sebagai akibat

diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berada dengan pesan yang disampaikan oleh

komunikator kepadanya.

5. Tujuan Komunikasi

Komunikasi bertujuan untuk menyampaikan suatu pesan atau informasi sehingga pesan

tersebut diterima oleh penerima setepat mungkin, apapun bentuk dan cara penyampainnya.

Menurut Effendy dalam bukunya Dimensi-Dimensi Komunikasi, tujuan komunikasi

adalah sebagai berikut :

1. Mengubah Sikap (To Change To Attitude)

2. Mengubah Opini/Pendapat/Pandangan (To Change To Opinion)

3. Mengubah Perilaku (To Change To Behavior)

4. Mengubah Masyarakat (To Change To Society)

(Effendy, 2002:55)

Penjelasan dari ke-empat tujuan komunikasi diatas adalah sebagai berikut :

1. Mengubah Sikap (To Change To Attitude)

Komunikasi bertujuan untuk mengubah perilaku seseorang. Setelah seseorang

mengemukakan informasi apa yang ingin disampaikan (komunikasi) maka tahap

selanjutnya adalah apakah seseorang akan terpengaruhi atau tidak terhadap informasi

atau pesan yang disampaikan dan selanjutnya apakah hal tersebut akan merubah sikap

orang tersebut atau tidak. Komunikasi diharapkan dapat merubah sikap seseorang

sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikannya.

2 Mengubah Opini/Pendapat/Pandangan (To Change To Opinion)

Selanjutnya komunikasi bertujuan untuk mengubah pendapat atau opini seseorang

sesuai yang diharapkan oleh komunikannya. Selaras dengan kata dasar dari

communication yaitu common, yang bila kita definisikn dalam Bahasa Indonesia

berarti “sam”, maka kita sudah dapat melihat dengan jelas bahwa memang tujuan dari

komunikasi yaitu mencapai suatu kesamaan dalam hal pendapat atau opini.

3. Mengubah Perilaku (To Change To Behavior)

Setetelah memperoleh suatu informasi, tujuan dari komunikasi adalah agar

seseorang penerima informasi tersebut akan berperilaku sesuai dengan stimulus yang

diberikan atau dengan kata lain berperilaku sesuai dengan yang diharapkan oleh

pemberi informasi.

4. Mengubah Masyarakat (To Change To Society)

Dalam poin selanjutnya, perubahan perilaku yang diharapkan lebih kepada

individu atau perorangan, pada poin ini perubahan yang dititikk beratkan

pada suatu kelompok manusia yang lebih luas jangkauannya. Sehingga perubahan yang

terjadi sifatnya secara masal.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan komunikasi secara umum

adalah terwujudnya partisipasi dalam bentuk perubahan atau pembentukan sikap, opini

atau pendapat ataupun pandangan, perilaku dan perubahan masyarakat dari komunikasi

sesuai dengan tujuannya yang ditentukan pihak komunikator.

6. Bentuk-Bentuk Komunikasi

Komunikasi dapat terjadi dalam beberapa bentuk diantaranya dalam bentuk komunikasi

personal dan kelompok. Selain itu komunikasi juga dapat bersifat tatap muka dan melalui

perantara media. Dalam prosesnya, komunikasi terbagi menjadu dua macam komunikasi yaitu

komunikasi aktif dan komunikasi pasif. Komunikasi aktif merupakan suatu proses komunikasi

yang berlangsung dengan aktif antara komunikator dengan komunikan. Dimana keduanya

sama-sama aktif berkomunikasi, sehingga terjadi timbal balik diantara keduanya. Sedangkan

komunikasi pasif terjadi dimana komunikator menyampaikan informasi atau ide terhadap

khalayak atau komunikan sebagai penerima informasi, akan tetapi tidak mempunyai

kesempatan untuk meberikan respon atau timbal balik dari proses komunikasi. Sedangkan

dalam konteks pendidikan, teori dan fakta diatas membuat komunikais menjadi bagian yang

tidak terpisahkan. Komunikasi dapat dibagi menjadi beberapa bentuk yaitu :

1. Komunikasi Intrapersonal

Komunikasi intrapersonal adalah komunikasi dengan diri sendiri. Hal ini menyangkut

proses disaat diri menerima stimulus dari lingkungan untuk kemudian melakukan proses

internalisasi. Hal ini sering dijelaskan dengan proses ketika seseorang melakukan proses

persepsi, yaitu proses ketika seseorang menginterpretasikan dan memberikan makna pada

stimulus atau objek yang diterima panca inderanya. Berikut fungsi dari komunikasi

intrapersonal adalah :

a. Untuk mengembangkan kreatifitas, imajinasi, memahami, dan mengendalikan diri,

serta meningkatkan kematanan berpikir sebelum mengambil keputusan.

b. Komunikasi ini akan membantu seseorang atau individu agar tetap sadar akan

kejadian di sekitarnya.

2. Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal ialah komunikasi yang dilakukan antara dua orang dan terjadi

kontak langsung dalam percakapan. Komunikasi ini juga dapat berlangsung dengan

berhadapan muka atau melalui media komunikasi antara lain dengan melalui pesawat

telpon. Komunikasi ini bisa disebut efektif apabila komunikasi dapat menghasilkan

perubahan sikap pada orang yang yang terlibat dalam tersebut. Dibawah ini efektifitas

antarpribadi dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu :

– Efektifitas perspektitif humaris, ciri-ciri efektifitas ini adalah :

a. Keterbukaan (Openness)

b. Empati (Empathy)

c. Dukungan (Supportiveness)

d. Rasa Posotif (Positiveness)

e. Kesetaraan (Equality)

– Efektifitas perspektif pragmatis, ciri-cirinya ialah :

a. Bersikap yakin

b. Kebersamaan

c. Manajemen interaksi

d. Orientasi pada orang lain

3. Komunikasi Kelompok

Komunikasi kelompok dengan sendirinya melibatkan pula komunikasi antarpribadi.

Selain itu, komunikasi kelompok cenderung spontan dan belum adanya bagian atau tugas dari

masing-masing anggota yang terstruktur jelas. Jadi, dalam komunikasi kelompok ini setiap

orang bisa memegang peranan apa saja.

Kelompok merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari aktivitas kita sehari-hari.

Kelompok baik yang bersifat primer maupun sekunder, merupakan wahan bagi setiap orang

untuk dapat mewujudkan harapan dan keinginannya berbagi semua informasi dalam hamper

semua aspek kehidupan. Ia bisa merupakan media untuk menggungkapkan persoalan-persoalan

pribadi(keluarga sebagai kelompok primer), ia dapat merupakan sarana meningkatkan

pengetahuan para anggotanya (kelompok belajar) dan bisa pula merupakan alat untuk

memecahkan persoalan bersama yang dihadapi seluruh anggota (kelompok pemecah masalah).

4. Komunikasi Organisasi

Komunikasi organisasi secara sederhana dapat didefinisikan sebagai komunikasi antar

manusia (human communication) yang terjadi dalam konteks organisasi.

Dari pengertian tersebut, maka kita dapat memahami bahwasannya komunikasi

organisasi adalah proses komunikasi yang berlangsung secara formal maupun non-formal

dalam sebuah sistem yang disebut organisasi, yang bentuknya bisa didefinisikan sebagai

berikut :

a. Downward Communication

b. Upward Communication

c. Horizontal Communication

5. Komunikasi Massa

Komunikasi massa ialah suatu proses dimana suatu organisasi memproduksi dan

menyebar luaskanpesan kepada publik atau suatu proses komunikasi dimana pesan dari media

dicari, digunakan, dan dikonsumsi oleh audiens. Oleh karena itu, komunikasi massa

mempunyai karakteristik utama yaitu “Media Massa” sebagai alat penyebar pesannya.

Fungsi komunikasi massa itu sendiri ialah :

a. Sebagai informasi : kegiatan untuk mengumpulkan, menyimpan data, pesan dan fakta,

opini dan komentar sehingga orang bisa mengetahui keadaan yang terjadi diluar sana.

b. Sebagai sosialisasi : menyediakan dan mengajarkan ilmu pengetahuan bagaimana

orang bersikap sesuai nila-nilai yang ada serta bertindak sebagai anggota masyarakat

secara efektif.

c. Motivasi

d. Bahan diskusi

e. Pendidikan

f. Kemajuan budaya

g. Hiburan

h. Integrase

7. Jurnalistik

Secara etimologis jurnalistik dari kata journ. Dalam Bahasa Prancis journ berarti catatan

atau laporan harian. Secara sederhana jurnalistik diartikan sebagai kegiatan yang berhubungan

dengan pencatatan atau pelaporan setiap hari. Dengan demikian, jurnalistik bukan lah pers dan

bukan pula media massa. Jurnalistik adalah kegiatan yang memungkinkan pers atau media

massabekerja dan diakui eksistensinya dengan baik.

Sumadaria mengatakan dalam bukunya yang berjudul Jurnalistik Indonesia bahwa :

Secara teknis jurnalistik dapat didefinisikan sebagai kegiatan

menyiapkan, mencari, mengumpulkan, mengolah, menyajikan, dan

menyebarkan berita melalui media berkala kepada khalayak seluas-

luasnya dengan secepat-cepatnya. (2005:2-3)

Dari pernyataan diatas menunjukan bahwa jurnalistik adalah suatu cabang ilmu yang

mempelajari hal ihwal tentang pers. Atau ilmu jurnalistik adalah ilmu pengetahuan

kemasyarakatan yang mempelajari gejala pers dalam segala seginya.

Dalam definisi jurnalistik yang dimaksud dengan informasi adalah :

1. News (berita)

2. View (pandangan atau opini)

3. Karangan bebas yang disebut feature (berisikan fakta dan opini)

Penulisan informasi adalah aktivitas atau penyusunan berita, opini, dan feature untuk

dipublikasikan atau dimuat di media massa. Pelakunya adalah wartawan (journalist) dan

penulis (writer).

Jurnalistik merupakan bagian dari ilmu komunikasi, yang mempunyai hubungan sangat

erat dengan perkembangan pers saat ini. Jurnalistik sendiri merupakan suatu proses dari mulai

mencari, mengolah, sampai dengan menyajikan kepada masyarakat atau khalayak.

Perkembangan pers saat dari dahulu sampai saat ini mengalami perkembangan yang sangat

pesat.

8. Bentuk-Bentuk Jurnalistik

Jurnalistik mempunyai bentuk, dari bentuk itulah yang membantu kita untuk

membedakan jurnalistik satu dengan yang lainnya, dilihat dari segi bentuk dan

pengelolaannya, jurnalistik dibagi menjadi tiga bagian besar, seperti disampaikan oleh

Sumadiria dalam bukunya Jurnalistik Indonesia diantaranya :

1. Jurnalistik Media Cetak

2. Jurnalistik Media Elektronik Auditif

3. Jurnalistik Media Elektronik Audivisual

(2005:4)

Berdasarkan pemaparan diatas yang termasuk kedalam jurnalistik media cetak yaitu

surat kabar harian, surat kabar mingguan, tabloid harian, tabloid mingguan, dan majalah.

Jurnalistik media cetak ini dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor verbal dan fak visual.

Faktor verbal artinya jurnalistik menekankan pada kemampuan kita memilih dan menyusun

kata dalam rangkaian kalimat dan paragraph yang efektif dan komunikatif. Dalam faktor

visualnya, menunjukkan pada kemampuan kita dalam menata, menempatkan, mendesain tata

letak atau hal-hal yang menyangkut segi perwajahan dari produk yang dihasilkan.

Jurnalistik media elektronik auditif atau disebut sebagai juga sebagai jurnalistik radio

siaran, lebih banyak di pengaruhi dimensi verbal, teknoligikal, dan fisikal. Selanjutnya adalah

jurnalistik media elektronik audiovisual atau disebut juga jurnalistik televisi siaran, yang

berarti merupakan gudang dari segi verbal, visual, teknoligikal, dan dimensi dramatikal.

Setiap bentuk jurnalistik tersebut memiliki ciri dan kekhasannya masing-masing. Ciri

dan kekhasaanya itu terletak pada aspek filosofi penerbitan, dinamika teknis persiapan dan

pengolahan, serta asumsi dampak yang ditimbulkan terhadap khalayak pembaca, pendengar,

atau pemirsa.

9. Jenis-Jenis Jurnalistik

Jurnalistik memiliki berbagai jenis tersendiri, karena jurnalistik mempunyai aliran-aliran

dan karakteristik yang beragam jenis. Romli dalam bukunya yang berjudul Jurnlistik Praktis

menjelaskan mengenai jenis-jenis jurnalistik meliputi yakni :

1. Jazz journalism, yaitu jurnalistik yang mengacu pada pemberian hal-

hal sensasional, yang menggemparkan, menggegerkan.

2. Adversary journalism, yaitu jurnalistik yang membawa misi

pertentangangan, yakni beritanya sering menentang kebijakan

pemerintah atau penguasa.

3. Government-say-so journalism, yaitu jurnalistik yang memberitakan

apa saja yang disiarkan pemerintah layaknya koran pemerintah.

4. Checkbook journalism, yaitu jurnalistik yang untuk memperoleh

bahan berita harus memberi uang pada sumber berita.

5. Alcohol journalism, yaitu jurnalistik liberal yang tidak menghargai

urusan pribadi seseorang atau lembaga.

Istilah-istilah jurnalistik juga ditemukan pada jenis-jenis jurnalistik seperti yang dikutip

oleh Romli dari Malik dalam bukunya Jurnalistik Praktis yaitu sebagai berikut :

1. Electronic journalism, yakni pengetahuan tentang berita-berita yang

melalui media massa modern seperti televisi, radio, film dan lain

sebagainya.

2. Junker journalism, yaitu praktik yang tercela, yakni wartawan yang

mengadakan perjalanan jurnalistik atas biaya dan perjalanan yang

berlebihan, yang diongkosi oleh pengundang.

3. Gutter journalism, yakni tekni jurnalistik yang lebih menonjolkan

pemberitaan tentang seks dan kejahatan.

4. Gossip journalism, yaitu jurnalistik yang menekankan berita kasak

kusuk dan isu yang kebenarannya masih diragukan.

5. Development journalism, yaitu jurnalistik yang mengutamakan

peranan pers dalam rangka pembangunan nasional negara dan

bangsanya. (1997:71)

Jurnalistik terus berkembang dari masa kemasa. Jurnalistik juga dikenalkan pada

lembaga-lembaga pendidikan formal. Kemudian dengan seiringnya perkembangan zaman dan

majunya teknologi yang begitu pesat dapat menghasilkan radio dan televisi, jurnalistik menjadi

semakin luas karena tidak lagi mengolah laporan harian untuk sarana surat kabar, tetapi juga

untuk sarana radio dan televisi. Oleh karena itu di zaman modern seperti ini jurnalistik

merupakan salah satu bidang ilmu komunikasi yang di minati oleh banyak kalangan, baik

hanya untuk sekedar mengerti atau bahkan sebagai media pembelajaran.

10. Produk Jurnalistik

Jurnalistik adalah surat kabar, tabloid, majalah, bulletin, atau berkala lainnya seperti

radio, televisi dan media online internet. Namun tidak setiap surat kabar disebut produk

jurnalistik. Surat kabar, tabloid, majalah, dan bulletin dapat digolongkan tiga kelompok besar

: 1. Bertia (news), 2. Opini (views), 3. Iklan (advertising).

Dari tiga komponen besar itu, hanya berita dan opini saja yang disebut produk

jurnalistik. Iklan bukanlah produk jurnalistik walaupun teknik yang digunakannya merujuk

pada teknik jurnalistik.

Enam produk jurnalistik dijelaskan oleh Sumadaria dalam bukunya yang berjudul

Jurnalistik Indonesia adalah :

1. Tajuk Rencana

Tajuk rencana atau editorial adalah opini berisi pendapat dan sikap

resmi suatu media sebagi institusi penerbiatan terhadap persoalan

actual, fenomena, dan atau kotrovesial yang berkembang dalam

masyarakat.

2. Karikatural

Secara jenis jurnalistik, karikatural diartikan sebagai opini redaksi

media dalam bentuk gambar yang syarat dengan muatan kritik sosial

dengan memasukan unsur kelucuan, anekdot, atau hunor agar

siapapun yang melihatnya bisa tersenyum, termasuk tokoh atau objek

yang dikarikaturkan itu sendiri.

3. Pojok

Pojok adalah kutipan pernyataan singkat narasumber atau peristiwa

tentunya yang dianggap menarik atau kontrovesial, untuk kemudian

dikomentari oleh pihak redaksi dengan kata-kata atau kalimat yang

mengusik, menggelitik da nada kalanya reflektif.

4. Artikel

Artikel adalah tulisan lepas berisi opini seseorang yang mengupas

tuntas suatu masalah tertentu yang bersifat actual dan atau

kontrovesial dengan tujuan untuk memberi tahu, mempengaruhi, dan

meyakinkan atau gambar khayalan pembaca.

5. Kolom

Kolom adalah opini singkat seseorang lebih banyak menekankan

aspek pengamatan dan pemaknaan terhadap suatu persoalan atau

keadaan yang terdapat dalam masyarakat.

6. Surat Pembaca

Surat pembaca adalah opini singkat yang ditulis oleh pembaca dimuat

dalam rubric khusus surat pembaca.

(2006:17)

Dari pemaparan diatas kita bisa mendapatkan informasi dari surat kabar, tabloid,

majalah, bulletin atau berkalanya seperti radio, televise, dan media online internet yang bisa

kita nikmati.

11. Komunikasi Intrapersonal

Komunikasi intrapersonal adalah penggunaan bahasa atau pikiran yang terjadi di

dalam diri komunikator sendiri antara self dengan God. Komunikasi intrapersonal

merupakan keterlibatan internal secara aktif dari individu dalam pemrosesan simbolik

dari pesan-pesan. Seorang individu menjadi pengirim sekaligus penerima pesan,

memberikan umpan balik bagi dirinya sendiri dalam proses internal yang berkelanjutan.

Komunikasi intrapersonal dapat menjadi pemicu bentuk komunikasi yang lainnya.

Dalam buku Trans–Per Understanding Human Communication, 1975, disebutkan

bahwa komunikasi intrapersonal adalah proses di mana individu menciptakan pengertian. Di

lain pihak Ronald L. Applbaum dalam buku Fundamental Concept in Human

Communication mendefinisikan komunikasi intrapersonal sebagai: Komunikasi yang

berlangsung dalam diri kira, ia meliputi kegiatan berbicara kepada diri sendiri dan kegiatan-

kegiatan mengamati dan memberikan makna (intelektual dan emosional) kepada lingkungan

kita (Uchayana 1993)

Gambar 2.1

Komunikasi Intrapersonal

Sumber : Cunningham, dalam Deetz (1992)

Dari berbagai definisi di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa komunikasi

intrapersonal adalah komunikasi yang berlangsung dalam diri seseorang. Orang ini berperan

baik sebagai komunikator maupun sebagai komunikan, dia berbicara pada dirinya sendiri,

berdialog dengan dirinya sendiri, dia bertanya kepada dirinya sendiri, dan dijawab oleh dirinya

sendiri.

12. Sistem Komunikasi Intrapersonal

Dalam komunikasi intrapersonal, akan dijelaskab bagaimana orang menerima

informasi, mengolahnya, menyumpannya dan menghasilkannya kembali. Proses pengolahan

informasi, yang di sini kita sebut komunikasi intrapersonal meliputi sensasi, persepsi, memori,

dan berpikir.

Gambar 2.2

Proses Komunikasi Intrapersonal

Sumber : Deddy Mulyana

1. Sensasi

Sensasi berasal dari kata “sense” yang artinya alat pengindraan, yang menghubungkan

organisme dengan lingkungannya. Menurut Dennis Coon, “Sensasi adalah pengalaman

elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian verbal. Simbolis, atau konseptual,

dan terutama sekali berhubungan dengan kegiatan alat indera.”

Definisi sensasi, fungsi alat indera dalam menerima informasi dari lingkungan sangat

penting. Kita mengenal lima alat indera atau pancaindera. Kita mengelompokannya pada tiga

macam indera penerima, sesuai dengan sumber informasi. Sumber informasi boleh berasal dari

dunia luar (eksternal) atau dari dalam diri (internal). Informasi dari luar diindera oleh

eksteroseptor (misalnya, telinga atau mata). Informasi dari dalam diindera oleh ineroseptor

(misalnya, system peredaran darah). Gerakan tubuh kita sendiri diindera oleh propriseptor.

2. Persepsi

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang

diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan

makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli). Sensasi adalah bagian dari persepsi. Persepsi,

seperti juga sensasi ditentukan oleh faktor personal dan faktor situasional. Faktor lainnya yang

memengaruhi persepsi, yakni perhatian.

3. Memori

Dalam komunikasi Intrapersonal, memori memegang peranan penting dalam

memengaruhi baik persepsi maupun berpikir. Memori adalah system yang sangat berstruktur,

yang menyebabkan organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan

pengetahuannya untuk membimbing perilakunya (Schlessinger dan Groves). Memori

meleawai tiga proses:

a. Perekaman (encoding) adalah pencatatan informasi melalui reseptor inera dan sirkit saraf

internal.

b. Penyimpanan (strorage) adalah menentukan berapa lama informasi itu berada berserta kita,

dalam bentuk apa, dan di mana.

c. Pemanggilan (retrieval), dalam bahasa sehari-hari, mengingat lagi, adalah menggunakan

informasi yang disimpan.

Jenis-jenis memori diketahui dengan empat cara :

a. Pengingatan (Recall), Proses aktif untuk menghasilkan kembali fakta dan informasi secara

verbatim (kata demi kata), tanpa petunjuk yang jelas.

b. Pengenalan (Recognition), Agak sukar untuk mengingat kembali sejumlah fakta;lebih

mudah mengenalnya.

c. Belajar lagi (Relearning), Menguasai kembali pelajaran yang sudah kita peroleh termasuk

pekerjaan memori.

d. Redintergrasi (Redintergration), Merekontruksi seluruh masa lalu dari satu petunjuk memori

kecil.

4. Berpikir

Dalam berpikir kita melibat semua proses yang kita sebut sensasi, persepsi, dan

memori. Berpikir merupakan manipulasi atau organisasi unsure-unsur lingkungan dengan

menggunakan lambing-lambang sehingga tidak perlu langsung melakukan kegiatan yang

tampak. Berpikir menunjukan berbagai kegiatan yang melibatkan penggunaan konsep dan

lambang, sebagai pengganti objek dan peristiwa. Berpikir kita lakukan untuk memahami

relaitas dalam rangka mengambil keputusan (decision making), memecahkan persoalan

(problem solving). Dan menghasilkan yang baru (creativity).

A. Menetapkan Keputusan (Decision Making)

Salah satu fungsi berpikir adalah menetapkan keputusan. Keputusan yang kita ambil

beraneka ragam. Tanda-tanda umumnya:

1) Keputusan merupakan hasil berpikir, hasil usaha intelektual.

2) Keputusan selalu melibatkan pilihan dari berbagai alternative.

3) Keputusan selalu melibatkan tindakan nyata, walaupun pelaksanaanya boleh ditangguhkan

atau dilupakan.

B. Memecahkan persoalan (Problem Solving)

Proses memecahkan persoalan berlangsung melalui lima tahap :

1) Terjadi peristiwa ketika perilaku yang biasa dihambat Karena sebab-sebab tertentu.

2) Anda mencoba menggali memori anda untuk mengatahui cara apa saja yang efektif pada

masa lalu.

3) Pada tahap ini, anda mencoba seluruh kemungkinan pemecahan yang pernah anda ingat

atau yang dapat anda pikirkan.

4) Anda mulai menggunakan lambing-lambang vergal atau grafis untuk mengatasi masalah.

5) Tiba-tiba terlintas dalam pikiran anda suatu pemecahan. Pemecahan masalah ini biasa

disebut Aha-Erlebnis (Pengalaman Aha), atau lebih lazim disebut insight solution.

Pemecahan masalah dipengaruhi faktor-faktrot situasional dan personal. Faktor-faktor

situasional terjadi, misalnya, pada stimulus yang menimbulkan masalah. Pengaruh faktor-

faktor biologis dan sosiopsikologis terhadap proses pemecahan masalah.

C. Berpikir Kreatif (Creative Thinking)

Berpikir kreatif menurut James C. Coleman dan Coustance L. Hammen, adalah

“thinking which produces new methods, new concepts, new understanding, new invebtions,

new work of art.” Berpikir kreatif harus memenui tiga syarat:

1) Kreativitas melibatkan respons atau gagasan yang baru, atau yang secara statistic sangat

jarang terjadi. Tetapi kebauran saja tidak cukup.

2) Kreativitas ialah dapat memecahkan persoalan secara realistis.

3) Kreativitas merupakan usaha untuk memertahankan insight yang orisinal, menilai dan

mengembangkannya sebaik mungkin.

Ketika orang berpikir kreatif, cara berpikir yang digunakan adalah berpikir analogis.

Guilford membedakan antara berpikir kreatif dan tak kreatif dengan konsep konvergen dan

divergen. Kata Guilford, orang kreatif ditandai dengan cara berpikir divergen. Yakni, mencoba

menghasilkan sejumlah kemungkinan jawaban. Berpikir konvergen erat kaitannya dengan

kecerdasan, sedangkan divergen kreativitas. Berpikir divergen dapat diukur dengan fluency,

flexibility, dan originality.

2.1.3 Kerangka Teoritis

1. Persepsi

Salah satu komponen penting dalam berkomunikasi adalah persepsi. Persepsi menjadi

penting karena persepsi merupakan inti dari sebuah komunikasi. Dalam kehidupan dan

komunikasi sehari-hari betapa sering kita menampilkan persepsi terhadap realitas dunia.

Contohnya, setiap hari kita memandang beragam objek yang ditangkap oleh panca indera kita,

yaitu mata. Kita melihat pemandangan di sekitar kita. Kemudian, apa yang kita lihat tersebut

di proses dalam pikiran kita sehingga membentuk suatu persepsi, tentu terdapat faktor yang

mempengaruhinya, tetapi sebelumnya kita akan memperhatikan terlebih dahulu pengertian

tentang persepsi.

Pada penjelasan sebelumnya, kita mengetahui bahwa persepsi merupakan suatu proses

yang didahului oleh pengindraan. Pengindraan disini maksudnya suatu proses menerima

stimulus oleh individu melalui alat penerima yaitu alat indra. Lalu, stimulus tersebut akan

segera diteruskan oleh syaraf ke otak sebagai pusat susunan saraf, dan proses selanjutnya

adalah proses persepsi yang dilakukan oleh masing-masing individu, dengan hasil persepsi

yang tentu akan berbeda-beda satu sama yang lainnya.

Ada beberapa batasan yang diberikan oleh para ahli mengenai persepsi. Pengertian

persepsi dapat dijelaskan bahwa persepsi adalah kemampuan membeda-bedakan,

mengelompokkan, memfokuskan perhatian terhadap suatu objek rangsangan.

Jalaludin Rakhmat dalam bukunya yang berjudul Psikologi Komunikasi mengatakan

bahwa :

Persepsi adalah pengamatan tentang objek, peristiwa atau hubungan-

hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan

menafsirkan informasi. (2001:51)

Selain itu juga, persepsi adalah proses aktif pemilihan, pengorganisasian, dan

interpretasi objek orang, kejadian, situasi, dan kegiatan. Hal pertama yang harus diingat tentang

definisi ini bahwa persepsi adalah proses yang aktir. Manusia tidak pasif dalam menerima

rangsangan stimuli. Sebaliknya, manusia aktif berinteraksi dan merespon suatu pesan dalam

memaknai suatu obejk atau fenomena. Dalam prosesnya, ketika orang menerima pesan, ia akan

menyeleksi (memusatkan perhatian dari apa yang ia anggap penting dalam beberapa hal),

kemudian menyusun dan menafsirkannya, yang pada akhirnya ia memberikan makna pada

suatu objek atau peristiwa.

Menurut Julia T.Wood dalam bukunya Communication In Our Lives, Fourth Edition

mengatakan terjadinya sebuah persepsi terbagi tiga yaitu :

1. Selecting

Pada situasi tertentu orang memusatkan pribadinya pada apa yang ia

anggap penting, mereka tidak peduli pada beberapa hal lain yang ada

disekitar objek. Contohnya, ketika anak sedang mendengarkan lagu

tiba-tiba orang tuanya mengaji dengan suara lebih keras, dia akan

mengalihkan perhatiannya pada suara yang lebih keras. Rangsangan

yang orang maknai berdasarkan beberapa unsur pemicu perhatian,

seperti halpenting, relevan dan mendalam.

2. Organizing

Orang mengorganisasikan pesan itu dengan cara yang berbeda, dan

pesan tersebut harus dipahaminya. Setelah menyeleksi suatu pesan,

kemudian dia akan menyusunnya dalam beberapa macam kategori.

Teori yang menjelaskan bagaimana kita mengornasasikan persepsi

adalah Contruvism, yang mana situasi yang telah dioraganisasikan,

dan pengalaman menginterpretasikan dari percobaan struktur

kognitif yang disebut schemata.

3. Interpretasi

Interpretasi adalah proses subjektif menjelaskan persepsi untuk

mendapatkan maknanya kepada suatu objek. Untuk mengartikan

makna, orang merancang penjelasan dari apa yang mereka katakana

dan lakukan.

(2006:39-45)

Persepsi terdiri dari tiga proses yaitu : memilih, pengorganisasian, dan

interpretasiproses ini tumpeng tindih dan berkesinambungan, sehingga mereka berbaur dan

mempengaruhi satu sama lain. Mereka juga interaktif, sehingga saling mempengaruhi satu

sama lainnya.

Gambar 2.3

Proses Persepsi

Sumber : Deddy Mulyana

2. Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi

Menurut Jalaludin Rakhmat dalam bukunya Psikologi Komunikasi (2009:52)

banyak faktor yang dapat mempengaruhi persepsi, faktor-faktor tersebut antara lain sebagai

berikut :

1. Perhatian (Attention)

Perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli

menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah.

Perhatian terjadi bila kita mengkonsentrasikan diri pada salah satu alat

indra kita, dan mengesampingkan masukan-masukan alat indra

lainnya.

2. Faktor-faktor fungsional

Faktor-faktor fungsional (personal) yang menentukan persepsi berasal

dari kebutuhan, pengalaman masalah hal-hal lain yang termasuk apa

yang disebut faktor-faktor personal, tetapi karakteristik orang yang

memberikan respon pada stimuli itu.

3. Faktor-faktor structural

Faktor-faktor structural(stimuli) yang menentukan persepsi berasal

dari sifat stimuli fisik dan efek-efek sadar (karakteristik fisik, warna,

ukuran, dan intensitas) yang ditimbulkan pada sistem saraf individu.

(2009:52)

Dalam sebuah persepsi jika tidak ada faktor-faktor yang mempengaruhinya maka

sebuah persepsi itupun tidak akan timbul dalam individu tertentu atupun sebuah kelompok

publik yang lain, sehingga individu harus mampu mengerti tentang terjadinya sebuah persepsi

dalam dirinya ataupun orang lain.

3. Hakikat Persepsi

Persepsi ternyata banyak melibatkan kegiatan kognitif, orang yang telah menentukan

apa yang telah akan diperhatikan. Setiap kali kita memusatkan perhatian lebih besar

kemungkinan tak akan memperoleh makna dari apa yang kita tangkap, lalu

menghubungkannya dengan pengalaman yang lalu, dan dikemudian hari akan diingat kembali.

Kesadaran juga mempengaruhi persepsi, bila kita dalam keadaan bahagia, maka

pemandangan yang kita lihat akan sangat indah sekali. Tetapi sebaliknya, jika kita dalam

keadaan murung, pemandangan yang indah yang kita lihat akan membuat kita merasa bosan,

ingatan akan berperan juga dalam persepsi. Indra kita akan secara teratur akan menyimpan data

yang kita terima, dalam rangka memberi arti. Orang cenderung terus-menerus untuk

membanding-bandingkan penglihatan, suara dan pengidraan yang lainnya dengan ingatan

pengalaman lalu yang mirip. Proses informasi juga mempunyai peran data persepsi. Bahasa

jelas dapat mempengaruhi kognisi kita, memberikan bentuk secara tidak langsung seseorang

mempersepsi dunia.

Persepsi mempunyai sifat objektif, karena bergantung pada kemampuan dan keadaan

diri masing-masing individu, sehingga akan ditafsirkan oleh individu yang satu dengan yang

lainnya. Dengan demikian persepsi merupakan proses perlakuan individu yaitu pemberian

tanggapan, arti gambaran, atau penginterprestasian terhadap apa yang dilihat, didengar, atau

ditafsirkan oleh indranya dalam bentuk sikap, pendapat, dan tingkah laku atau disebut sebagai

perilaku individu.

Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah anggapan

seseorang terhadap sesuatu. Anggapan tersebut muncul setelah seseorang menerima informasi

ataupun stimulus yang telah dialami sebelumnya untuk dijadikan suatu referensi dalam

bertindak. Meskipun persepsi muncul secara disadari ataupun tidak disadari oleh seseorang.

2.2 Kerangka Pemikiran

Sebagai landasan untuk memecahkan masalah yang telah dikemukakan oleh peneliti,

maka diperlukan kerangka pemikiran yang berupa teori atau pendapat para ahli yang tidak

diragukan lagi kebenarannya, yaitu teori mengenai hal yang terkait dengan penelitian yang

sekarang dilakukan oleh peneliti.

Berhenti terbitnya majalah Rolling Stone Indonesia beberapa waktu belakangan ini

turut menciptakan beberapa dampak bagi perkembangan informasi di industri musik. Hal ini

didukung oleh kenyataan bahwa industri media massa di Indonesia sampai saat ini belum punya

majalah musik alternatif untuk menggantikan peran majalah Rolling Stone Indonesia. Dari

kejadian ini, peneliti terfokus untuk mencari tahu persepsi masyarakat di kalangan industri

musik mengenai kandasnya perjalanan majalah Rolling Stone Indonesia.

Persepsi terbentuk karena suatu stimulus di dalam diri individu yang menerima suatu

rangsangan sehingga rangsangan tersebut dapat diterima oleh diri individunya itu sendiri.

Rangsangan tersebut membentuk suatu aksi yang dilakukan untuk mengatasi keadaan yang

dikehendaki.

Menurut Deddy Mulyana dalam bukunya Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar,

mengatakan bahwa :

Persepsi adalah proses yang memungkinkan kita memilih,

mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita,

dan proses tersebut mempengaruhi perilaku kita. (2007 : 179)

Selanjutnya, Mulyana mengemukakan definisi-definisi persepsi sebagai berikut: 1.)

Sensasi, 2.) Atensi, 3.) Interpretasi. (hal;th)

Merujuk pada pemikiran tersebut, maka peneliti menyimpulkan bahwa sensasi merujuk

pada pesan yang dikirimkan ke otak lewat penglihatan, pendengaran, sentuhan, penciuman,

dan pengecapan. Makna pesan yang dikirimkan ke otak harus dipelajari. Seseorang tidak lahir

untuk kemudian mengetahui bahwa rasa gula itu manis dan api itu membakar. Semua indra itu

punya andil bagi berlangsungnya komunikasi manusia. Penglihatan menyampaikan pesan

nonverbal ke otak untuk diinterpretasikan. Oleh karena otak menerima kira – kira dua pertiga

pesan melalui rangsangan visual, penglihatan mungkin merupakan indra yang paling penting.

Pendengaran juga menyampaikan pesan verbal ke otak untuk ditafsirkan. Tidak seperti pesan

visual yang menuntut mata mengarah pada objek, suara diterima dari semua arah. Penciuman,

sentuhan dan pengecapan terkadang memainkan peran penting dalam komunikasi, seperti

lewat bau parfume yang menyengat, jabatan tangan yang kuat, dan rasa air garam dipantai.

Atensi tidak terelakkan karena sebelum kita merespon atau menafsirkan kejadian atau

rangsangan apapun, kita harus terlebih dulu memperhatikan kejadian atau rangsangan tersebut.

Ini berarti bahwa persepsi masyarakat kehadiran suatu objek untuk dipersepsi, termasuk orang

lain dan juga diri sendiri. Dalam banyak kasus, rangsangan yang menarik perhatian kita

cenderung kita anggap lebih penting daripada yang tidak menarik perhatian kita.

Sedangkan interpretasi adalah pemberian kesan atas informasi yang kita peroleh

melalui salah satu atau lebih indra kita. Namun anda tidak dapat menginterpretasikan makna

setiap objek secara langsung, melainkan menginterpretasikan makna informasi yang anda

percayai mewakili objek tersebut. Jadi pengetahuan yang kita peroleh melalui persepsi bukan

pengetahuan mengenai objek yang sebenarnya, melainkan pengetahuan mengenai bagaimana

tampaknya objek tersebut.

Persepsi juga dapat dikatagorikan sebagai sesuatu yang dapat dirasakan oleh panca

indra disertai adanya suatu pengalaman, peristiwa yang sedang terjadi dan menimbulkan

sebuah pesan, seperti pengindraan kita mengenai lingkungan dimana yang kita ketahui bersama

bahwa lingkungan sangat mempengaruhi terjadinya suatu persepsi akibat suatu perubahan

(Fenomena) yang terjadi.

Adanya persepsi seolah menjadi aspek penting dalam berkomunikasi. Tanpa kita sadari

di kehidupan sehari-hari dalam berkomunikasi kita akan mengeluarkan persepsi-persepsi kita

atas suatu hal yang berkembang di masyarakat. Persepsi terbentuk karena suatu stimulus di

dalam diri individu yang menerima suatu rangsangan sehingga rangsangan tersebut dapat

diterima oleh diri individunya itu sendiri. Rangsangan tersebut membentuk suatu aksi yang

dilakukan untuk mengatasi keadaan yang dikehendaki.

Persepsi juga bertautan dengan cara pandang seseorang terhadap suatu objek tertentu

dengan cara yang berbeda-beda dengan menggunakan alat indera yang dimiliki, kemudian

berusaha untuk menafsirkannya. Persepsi baik positif maupun negatif ibarat file yang sudah

tersimpan rapi di dalam alam pikiran bawah sadar kita. File itu akan segera muncul ketika ada

stimulus yang memicunya, ada kejadian yang membukanya. Persepsi merupakan hasil kerja

otak dalam memahami atau menilai suatu hal yang terjadi di sekitarnya. Berorientasi pada

kerangka pemikiran yang telah peneliti paparkan, berikut uraian bagan kerangka pemikiran

dari permasalahan yang peneliti angkat sebagai berikut :

Gambar 2.4

Bagan Kerangka Pemikiran

Sumber : Deddy Mulyana, Pembimbing & Olahan Peneliti

PERSEPSI MASYARAKAT PELAKU INDUSTRI

MUSIK DI KOTA BANDUNG MENGENAI BERHENTI

TERBITNYA MAJALAH ROLLINGSTONE

INDONESIA

Teori Persepsi

(Perception

Theory)

Deddy Mulyana

Sensasi

Atensi

Interpretasi