bab ii kajian pustaka - repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/30922/4/17. bab ii.pdf · 16...

57
16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum a. Pengertian Kurikulum Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional bahwa, “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan menegenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”. Dalam pengertian kurikulum yang digunakan mengacu pada pengertian seperti yang tertera dalam UU tersebut dengan penekanan pada rencana dan pengaturan tentang kompetensi yang dibakukan untuk mencapai tujuan nasional dan cara pencapaiannya yang disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan daerah dan sekolah/madrasah. b. Fungsi Kurikulum Pada dasaranya kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman atau acuan. Bagi guru, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran. Bagi kepala sekolah dan pengawas, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan supervise atau pengawasan. Bagi orangtua, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman dalam membimbing anaknya belajar dirumah. Bagi masyarakat, kurikulum itu berfungsi untuk memberikan bantuan bagi terselenggaranya proses pendidikan di sekolah. Bagi siswa itu sendiri, kurikulum sebagai suatu pedoman belajar. Berkaitan dengan fungsi kurikulum bagi siswa sebagai subjek didik, terdapat empat fungsi kurikulum, yaitu: 1) Kurikulum sebagai rencana. Kurikulum sebagai rencana kegiatan belajar mengajar (rencana pembelajaran) dikembangkan berdasarkan suatu tujuan yang ingin dicapai Taba dalam (Tedjo Narsono Reksoatmodjo, 2010, hlm. 4). Sebagai suatu rencana

Upload: lylien

Post on 12-Aug-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/30922/4/17. BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum a. Pengertian Kurikulum Menurut

16

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Kurikulum

a. Pengertian Kurikulum

Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional bahwa, “Kurikulum adalah seperangkat

rencana dan pengaturan menegenai tujuan, isi dan bahan pelajaran

serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

tertentu”.

Dalam pengertian kurikulum yang digunakan mengacu pada

pengertian seperti yang tertera dalam UU tersebut dengan penekanan

pada rencana dan pengaturan tentang kompetensi yang dibakukan

untuk mencapai tujuan nasional dan cara pencapaiannya yang

disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan daerah dan

sekolah/madrasah.

b. Fungsi Kurikulum

Pada dasaranya kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman atau

acuan. Bagi guru, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman dalam

melaksanakan proses pembelajaran. Bagi kepala sekolah dan

pengawas, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman dalam

melaksanakan supervise atau pengawasan. Bagi orangtua, kurikulum

itu berfungsi sebagai pedoman dalam membimbing anaknya belajar

dirumah. Bagi masyarakat, kurikulum itu berfungsi untuk memberikan

bantuan bagi terselenggaranya proses pendidikan di sekolah. Bagi

siswa itu sendiri, kurikulum sebagai suatu pedoman belajar.

Berkaitan dengan fungsi kurikulum bagi siswa sebagai subjek

didik, terdapat empat fungsi kurikulum, yaitu:

1) Kurikulum sebagai rencana. Kurikulum sebagai rencana kegiatan

belajar mengajar (rencana pembelajaran) dikembangkan

berdasarkan suatu tujuan yang ingin dicapai Taba dalam (Tedjo

Narsono Reksoatmodjo, 2010, hlm. 4). Sebagai suatu rencana

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/30922/4/17. BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum a. Pengertian Kurikulum Menurut

17

tertulis, kurikulum juga dipandang sebagai dokumen tertulis

Beauchamp dalam (Tedjo Narsono Reksoatmodjo, 2010, hlm. 4).

Untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan itu, dalam

kurikulum perlu pula ditetapkan kriteria evaluasi Taba dalam

(Tedjo Narsono Reksoatmodjo, 2010, hlm. 4).

2) Kurikulum sebagai pengaturan. Pengaturan dalam kurikulum

dapat diartikan sebagai pengorganisasian pada arah horizontal

berkaitan dengan lingkup dan integrasi, sedangkan

pengorganiasian pada arah vertical berkaitan dengan urutan dan

kontinuitas Zais dalam (Tedjo Narsono Reksoatmodjo, 2010, hlm.

4).

3) Kurikulum sebagai cara. Pengorganisasian kurikulum

mengisyaratkan penggunaan metode pembelajaran yang efektif

berdasarkan konteks pembelajaran. Pemilihan metode mengajara

erat hubungannya dengan sifat materi pelajaran atau praktikum

dan tingkat penguasaan yang ingin dicapai. Penggunaan alat

peraga akan meningkatkan pemahaman, metode pemecahan

masalah melatih kemampuan menalar, sedangkan latihan

membuat benda kerja dengan mesin atau peralatan serta prosedur

krja yang benar akan meningkatkan keterampilan psikomotor,

pemahaman konsep produktivitas dan mutu.

4) Kurikulum sebagai pedoman. Kurikulum sebagi pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran harus memiliki kejelasan

tentang gagasan-gagasan dan tujuan yang hendak dicapai melalui

penerapan kurikulum.perumusan tujuan yang jelas akan

meningkatkan efektivitas penerapan kurikulum.

Dengan demikian kurikulum dapat menjadi pedoman dalam

melaksananakan pembelajaran di kelas. Kurikulum bagi seoranag guru

diibaratkan kompas, yakni kurikulum adalah pedoman bagi guru

dalam usaha pembelajaran. Seperti diketahui bahwa setiap proses

pembelajaran memiliki target capaian berupa tujuan. Dengan kata lain

tujuan pendidikan dan pengajaran telah harus diketahui oleh guru

sebelum melakukan proses pembelajaran, guru harus sudah

mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan, termasuk strategi

yang tepat dari mata pelajaran yang akan disajikan untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan.

c. Karakteristik Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 menurut Permendikbud No. 67 Tahun 2013

dirancang dengan karakteristik sebagai berikut:

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/30922/4/17. BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum a. Pengertian Kurikulum Menurut

18

1) Menegembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap

spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerjasama

dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik.

2) Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan

yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana siswa

menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan

memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar.

3) Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta

menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan

masyarakat.

4) Memebri waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan

berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

5) Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas

yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar

matapelajaran.

6) Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi

(organizing elemnts) kompetensi dasar, dimana semua

kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan

untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam

kompetensi inti.

7) Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip

akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya

(enriched) antarmatapelajaran dan jenjang pendidikan

(oragnisasi horizontal dan vertical).

d. Strategi Implementasi Kurikulum 2013

1) Pelaksanaan kurikulum di seluruh sekolah dan jenjang pendidikan

sebagai berikut:

a) Juli 2013: Kelas I, IV terbatas pada sejumlah SD/MI (30%),

dan seluruh VII (SMP/MTs), dan X (SMA/MA, SMK/MAK).

Ini adalah tahun pertama implementasi dan dilakukan di

seluruh wilayah NKRI. Untuk SD akan dipilih 30% SD dari

setiap kabupaten/kota di setiap propinsi.

b) Juli 2014: Kelas I, II, IV, V, VII, VIII, X, dan XI: tahun 2014

adalah tahun kedua implementasi. Seperti tahun pertama

maka SD akan dipilih sebanyak 30% sehingga secara

keseluruhan implementasi kurikulum pada tahun kedua sudah

mencakup 60% SD di seluruh wilayah NKRI. Pada tahun

kedua ini, hanya kelas terakhir SMP/MTs, SMA/MA,

SMK/MAK yang belum melaksanakan kurikulum.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/30922/4/17. BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum a. Pengertian Kurikulum Menurut

19

c) Juli 2015: seluruh kelas dan seluruh sekolah SD/MI,

SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK telah melaksanakan

sepenuhnya Kurikulum 2013.

2) Pelatihan Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas, dari tahun 2013-

2016. Pelatihan guru, kepala sekolah dan pengawas adalah untuk

guru, kepala sekolah yang akan melaksanakan Kurikulum 2013

dan dilakukan sebelum Kurikulum 2013 diimplementasikan.

Prinsip ini menjadi prinsip utama implementasi dimana guru,

kepala sekolah dan pengawas di wilayah sekolah terkait yang

akan mengimplemntasikan kurikulum adalah mereka yang sudah

terlatih. Dengan demikian, ketika Kurikulum 2013 akan

diimplementasikan pada tahun pembelajaran 2015-2016, seluruh

guru, kepala sekolah dan pengawas di seluruh Indonesia sudah

mendapatkan pelatihan untuk melaksanakan kurikulum.

3) Pengembangan buku babon, dari tahun 2013-2016. Sejalan

dengan strategi implementasi, penulisan dan percetakan serta

distribusi buku babon akan seluruhnya selesai pada awal tahun

terakhir implementasi kurikulum atau sebelumnya. Pada

prinsipnya ketika implementasi Kurikulum 2013 memasuki tahun

2015-2016 seluruh buku babon sudah teredia di setiap sekolah.

Buku babon terdiri atas buku untuk peserta didik dan buku untuk

guru. Isi buku babon guru adalah sama dengan buku babon

peserta didik dengan tambahan strategi pembelajaran dan

penilaian hasil belajar. Sedangkan pedoman pembelajaran dan

penilaian hasil belajara secara rinci tercantum dalam buku

pedoman pembelajaran dan penilaian.

4) Pengembangan manajemen, kepemimpinan, sistem administrasi,

dan pengembangan budaya sekolah (budaya kerja guru) terutama

untuk SMA/MA dan SMK/MAK, dimulai dari bulan Januari-

Desember 2013. Implementasi Kurikulum 2013 mensyaratkan

penataan administrasi, manajemen, kepemimpinan dan budaya

kerja guru yang baru. Oleh karena itu dalam persiapan

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/30922/4/17. BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum a. Pengertian Kurikulum Menurut

20

implementasi Kurikulum 2013, pelatihan juga berkenaan dengan

tata kerja baru para guru dan kepemimpinan kepala sekolah.

Dengan penerapan pelatihan ini maka implementasi Kurikulum

tidak hanya berkenaan dengan upaya realisasi ide dan rancangan

kurikulum tetapi juga pembenahan pada pelaksanaan pendidikan

di satuan pendidikan.

5) Pendampingan dalam bentuk Monitoring dan Evaluasi untuk

menemukan kesulitan dan masalah implementasi dan upaya

penanggulangan: Juli 2013-2016. Strategi implementasi

Kurikulum 2013 menghindari pelatihan yang dinamakan one-shot

training sebagai strategi implementasi mengingat kelemahan

strategi tersebut. Pleatihan yang dilakukan untuk para guru,

kepala sekolah, dan pengawas akan diikuti dengan monitoring

dan evaluasi sepanjang pelaksanaan paling tidak dari tahun

pertama sampai tahun ketiga implementasi. Pada akhir tahun

ketiga implementasi diharapkan permasalahan yang dihadapi para

pelaksana sudah tidak lagi merupakan masalah mendasar dan

kurikulum sudah dapat dilaksanakan sebagaimana seharusnya.

Permasalahan lapangan yang muncul adalah yang dapat

diselesaikan oleh kolaborasi guru, kepala sekolah dan pengawas

di bawah supervisi dinas pendidikan kabupaten/kota.

2. Belajar dan Pembelajaran

a. Pengertian Belajar

Belajar pada hakekatnya akan terus menerus terjadi di dalam

kehidupan manusia. Sejak manusia itu dilahirkan proses belajar

dimulai hingga manusia mendapati kematian maka proses belajar itu

akan terhenti. Manusia belajar melalui berbagai peristiwa yang

dialaminya, baik itu dari lingkungan sekolah, lingkungan keluarga,

maupun lingkungan masyarakat.

Menurut Muhamad Ali dalam (Cucu Suhana, 2014, hlm. 5)

menyatakan bahwa “Pengertian belajar maupun yang dirumuskan

para ahli anatara yang satu dengan yang lainterdapat perbedaan.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/30922/4/17. BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum a. Pengertian Kurikulum Menurut

21

Perbedaan ini disebabkan oleh latar belakang pandangan maupun

teori yang dipegan”. Sedangkan menurut Witherington dalam

(Cucu Suhana, 2014, hlm. 7) menyatakan bahwa “Belajar

merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan

sebagai pola-pola respon yang baru, yang berbentuk keterampilan,

sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan kecakapan”.

Berdasrakan pengertian belajar yang telah dikemukakan diatas,

dapat peneliti simpulkan bahwa belajar merupakan proses perubahan

tingkah laku pada individu berupa kecakapan, sikap, kepandaian, dan

kebiasaan yang terjadi secara alami melalui pengalaman hidup.

Apabila setelah belajar tidak terjadi perubahan dalam diri manusia,

maka tidaklah dapat dikatakan bahwa padanya telah berlangsung

proses belajar. Perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman

individu dalam inetraksi dengan lingkungannya menyangkut ranah

kognitif afektif, dan psikomotor.

b. Tujuan Belajar

Perubahan perilaku dalam belajar mencakup seluruh aspek siswa

yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagaimana yang

dikemukakan Benyamin Bloom dalam (Cucu Suhana, 2014, hlm. 19-

20) sebagai berikut:

1) Indikator Aspek Kognitif

a) Ingatan atau pengetahuan (knowledge), yaitu kemampuan

mengingat bahan yang telah dipelajari.

b) Pemahaman (Comprehension), yaitu kemampuan menangkap

pengertian, menerjemahkan, dan menafsrkan.

c) Penerapan (application), yaitu kemampuan menggunakan

bahan yang telah dipelajari dalam situasi baru dan nyata.

d) Analisis (analisys), yaitu kemampuan menguraikan,

mengidentifikasi, dan mempersatukan bagian yang terpisah,

menghubungkan antar bagian guna membangun suatu

keseluruhan.

e) Sintesis (synthesis), yaitu kemampuan penyimpulan,

mempersatukan bagian yang terpisah guna membangun suatu

keseluruhan, dan sebagainya.

f) Penilaian (evaluation), yaitu kemampuan mengjkaji nilai atau

harga sesuatu seperti pernyataan, laporan penelitian yang

didasarkan suatu kriteria.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/30922/4/17. BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum a. Pengertian Kurikulum Menurut

22

2) Indikator Aspek Afektif

a) Penerimaan (receiving), yaitu kesediaan untuk menghadirkan

dirinya untuk menerima atau memerhatikan pada suatu

perangsang.

b) Penanggapan (responding), yaitu keturut sertaan, memberi

reaksi, menunjukkan kesenangan memberi tanggapan secara

sukarela.

c) Penghargaan (valuing), yaitu kepekatanggapan terhadap nilai

atas suatu rangsangan, tanggung jawab, konsisten, dan

komitmen.

d) Pengorganisasian (organization), yaitu mengintegrasikan

berbagai nilai yang berbeda, memecahkan konflik antara

nilai, dan membangun sistem nilai, dan pengkonsetualisasian

suatu nilai.

e) Pengkarakterisasain (characterization), yaitu proses afeksi

dimana individu memiliki suatu sistem nilai sendiri yang

mengendalikan perilakunya dalam waktu yang lama yang

membentuk gaya hidupnya, hasil belajar ini berkaitan dengan

pola umum penyesuaian diri secara personal, sosial dan

emosional.

3) Indikator Aspek Psikomotor Menurut Samson (Cucu Suhana,

2014, hlm. 20)

a) Persepsi (perception), yaitu pemakaian alat-alat perasa untuk

membimbing efektifitas gerak.

b) Kesiapan (set), yaitu kesediaan untuk mengambil tindakan.

c) Respon terbimbing (guide respon), yitu tahap awal belajar

keterampilan lebih kompleks, meliputi peniruan gerak yang

dipertunjukan kemudian mencoba-coba dengan

menggunakan tanggapan jamak dalam menangkap suatu

gerak.

d) Mekanisme (mechanism), yaitu gerakan penampilan yang

melukiskan proses dimana gerak yang telah dipelajari

kemudian diterima atau diadopsi menjadi kebiasaan, sehingga

dapat ditampilkan dengan penuh percaya diri dan mahir.

e) Respon nyata kompleks (complex over respons), yaitu

penampilan gerakan secara mahir dan cermat dalam bentuk

gerakan yang rumit, aktivitas motoric berkedar tinggi.

f) Penyesuaian (adaptation), yaitu keterampilan yang telah

dikembangkan secara lebih baik sehingga tampak dapat

mengolah gerakan dan meyesuaikannya dengan tuntutan dan

kondisi yang khusus dalam suasana yang lebih problematis.

g) Penciptaan (origination), yaitu penciptaan pola gerakan baru

yang sesuai dengan situasi dan masalah tertentu sebagai

kreativitas.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/30922/4/17. BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum a. Pengertian Kurikulum Menurut

23

c. Karakteristik Belajar

Seseorang dikatakan belajar apabila ia memberikan sebuah hasil

dari sesuatu yang dipelajarainya berupa perubahan. Secara implisit

beberapa karakteristik perubahan yang merupakan perilaku belajar

menurut Makmun Abin Syamsudin (2007, hlm. 158) sebagai berikut:

1) Perubahan intensional, perubahan berupa pengalaman atau latihan

yang dialkukan dengan sengaja dan bukan secara kebetulan.

Dengan demikian, perubahan karena kemantapan dan kematangan

atau keletihan karena penyakit tidak dapat dipandang sebagai

perubahan hasil belajar.

2) Perubahan itu positif, dalam arti sesuai yang diharapkan

(normatif) atau kriteria keberhasilan (criteria of succes) baik

dipandang dari segi siswa (tingkat abilitas dan bakat khususnya,

tugas perkembangan dan sebagainya) maupun dari segi guru

(tuntutan masyarakat orang dewasa sesuai dengan tingkatan

standar kulturalnya).

3) Perubahan efektif, dalam arti membawa pengaruh dan makna

tertetu bagi pelajar itu (setidak-tidaknya sampai batas waktu

tertentu) relatif tetap dan setiap saat diperlukan dapat diproduksi

dan dipergunakan seperti dalam memcahkan suatu masalah

(inkuiri learning), baik dalam ujian, ulangan, maupun dalam

penyesuaian diri dalam kehidupan sehari-hari dalam rangka

mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Pendapat lain tentang ciri-ciri belajar menurut Hilgard dan Gordon

(dalam Zainal Aqib, 2010, hlm 48-49) adalah sebagai berikut:

1) Belajar berbeda dengan kematangan

Pertumbuhan adalah saingan utama sebagai pengubah tingkah laku.

Bila serangkaian tingkah laku matang melalui secara wajar tanpa

adanya pengaruh dari latihan, maka dikatakan bahwa

perkembangan itu adalah berkat kematangan dan bukan karena

belajar. Memang banyak perubahan tingkah laku yang disebabkan

oleh kematangan, tetapi juga tidak sedikit perubahan tingkah yang

disebabkan oleh interaksi antara kematangan dan belajar yang

berlangsung dalam proses yang rumut. Misalnya, anak mengalami

kematangan untuk berbicara, kemudian berkat pengaruh

percakapan masyarakat di sekitarnya.

2) Belajar dibedakan dari perubahan fisik dan mental

Perubahan tingkah laku juga dapat terjadi yang disebabkan oleh

terjadinya perubahan tingkah laku karena melakukan suatu

perbuatan berulang-ulang yang mengakibatkan badan menjadi

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/30922/4/17. BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum a. Pengertian Kurikulum Menurut

24

letih, hal ini tidak dapat dinyatakan sebagai hasil perbuatan belajar.

Gejala-gejala seperti kelelahan mental, konsentrasi menjadi kurang,

melemahnya ingatan, terjadi kejenuhan. Misalnya pada saat belajar

anak terdiam, bingung, dan kelelahan. Akan tetapi perubahan

tersebut tidak digolongkan sebagai belajar. Itu terjadi karena

perubahan yang disebabkan oleh perubahan fisik dan mental.

3) Ciri belajar yang hasilnya relatif menetap

Belajar berlangsung dalam bentuk latihan (praktik) dan

pengalaman. Hal ini bahwa perilaku itu dikuasai secara mantap.

Kemantapan ini berkat latihan dan pengalaman. Tingkah laku ini

berupa perilaku yang nyata dan dapat diamati. Misalnya, seseorang

bukan hanya mengetahui sesuatu yang perlu diperbuat, melainkan

juga melakukan perbuatan itu sendiri.

Berdasarkan karakteristik di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri

belajar adalah beberapa bentuk perubahan selama proses belajar

terjadi pada seseorang melalui pengalamannya serta dipengaruhi oleh

lingkungan dan perbedaan-perbedaan individual. Belajar itu sendiri

tidak hanya dari kita belajar di sekolah saja namu, belajar pun bisa

dari lingkungan dimana kita tinggal.

d. Prinsip-prinsip Belajar

Belajar sebagai kegiatan sistematis dan kontinyu memiliki prinsip-

prinsip dasar, inilah prinsip-prinsip belajar menurut Ausubel dalam

(Cucu Suhana, 2014, hlm. 16-18) sebagai berikut:

1) Subsumption, yaitu proses penggabungan ide atau pengalaman

baru terhadap pola ide-ide yang telah lalu dan telah dimiliki.

2) Oragnizer, yaitu ide baru yang telah dicoba digabungkan dengan

pola ide-ide lama di atas, dicoba diintegrasikan sehingga

menjadi suatu kesatuan pengalaman. Dengan prinsip ini,

dimaksudkan agar pengalaman yang diperoleh itu bukan

sederetan pengalaman yang satu dengna yang lainnya terlepas

dan hilang kembali.

3) Progressive differentiation, yaitu bahwa belajar suatu

keseluruhan secara umum harus terlebih dahulu muncul sebelum

sampai kepada suatu bagian yang lebih spesifik.

4) Concolidation, yaitu suatu pelajaran harus terlebih daulu

dikuasai sebelum sampai ke pelajaran berikutnya, bilamana

pelajaran tersebut menjadi dasar atau prasyarat untuk pelajaran

berikutnya.

5) Integrative reconciliation, yaitu ide atau pelajaran baru yang

dipelajari itu harus dihubungkan dengan ide-ide atau pelajaran

yang telah dipelajari terdahulu. Prinsip ini hamper dengan

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/30922/4/17. BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum a. Pengertian Kurikulum Menurut

25

prinsip subsumption, hanya dalam prinsip integrative

reconciliation menyangkut pelajaran yang lebih luas, seperti

antara unit pelajaran yang satu dengan yang lainnya.

e. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

Keberhasilan dalam belajar sangat dipengaruhi oleh berfungsinya

secara integrative dari setiap faktor pendukungnya. Adapun beberapa

faktor yang memengaruhi keberhasilan belajar menurut Cucu Suhana

(2014, hlm. 8-10). Sebagai berikut:

1) Siswa dengan sejumlah latar belakangnya, yang mencakup:

a) Tingkat kecerdasan (intelligent quotient)

b) Bakat (aptitude)

c) Sikap (attitude)

d) Minat (interest)

e) Motivasi (motivation)

f) Keyakinan (belief)

g) Kesadaran (consciousness)

h) Kedisiplinan (discipline)

i) Tanggung jawab (responsibility)

2) Pengajar yang professional yang memiliki:

a) Kompetensi pedagogok

b) Kompetensi kepribadian

c) Kompetensi sosial

d) Kompetensi professional

3) Atmosfer pembelajaran partisipatif dan interaktif yang

dimanifestasikan dengan adanya komunikasi timbal balik dan

multiarah (multiple communication) secara aktif kreatif, efektif,

inovatif, dan menyenangkan yaitu:

a) Komunikasi antar guru dengan siswa.

b) Komunikasi antara siswa dengan siswa.

c) Komunikasi kontekstual dan integratife antar guru, siswa

dengan lingkunganya.

4) Sarana dan prasarana yang menunjang proses pembelajaran,

sehingga siswa merasa betah dan bergairah (enthuse) untuk

belajar, yang mencakup:

a) Lahan tanah, antar lain: kebun sekolah, halaman, dan

lapangan olah raga.

b) Bangunan, antara lain: ruang kantor, kelas, laboraturium,

perpustakaan, dan ruang aktivitas ekstrakulikuler.

c) Perlengkapan, antara lain: alat tulis kantor, media

pembelajaran baik elektronik maupun manual.

5) Kurikulum sebagai kerangka dasar atau arahan khusus

mengenai perubahan perilaku (behavior change) siswa secara

integral, baik yang berkaitan dengan kognitif, afektif maupun

psikomotor.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/30922/4/17. BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum a. Pengertian Kurikulum Menurut

26

6) Lingkungan agama, sosial, budaya, politik, ekonomi, ilmu dan

teknologi, serta lingkungan alam sekitar, yang mendukung

terlaksana proses pembelajaran secara aktif, inovatif, dan

menyenangkan. Iingkungan ini merupakan faktor peluang

(opportunity) untuk terjadinya belajar kontekstual (contextual

learning).

7) Atmosfer kepemimpinan pembelajaran yang sehat, partisifatif,

demokratis dan situasionalyang dapat membangun kebahagian

intelektual (intellectual happiness), kebahagian emosional

(emotional happiness), kebahagian dalam merekayasa ancaman

menjadi peluang (adversity happiness), dan kebahagian

spiritual (spiritual happiness).

8) Pembiayaan yang memadai, baik biaya rutin (recurrent budget)

maupun biaya pembangunan (capital budget) yang datangnya

dari pihak pemerinta, orang tua maupun stakeholder lainnya,

sehingga sekolah mampu melangkah maju dari sebagai

pengguna dana (cost) menjadi penggali dana (revenue).

Sedangkan menurut Cronbach dalam (Cucu Suhana, 2014, hlm. 10)

bahwa unsur-unsur belajar terdiri dari:

1) Tujuan.

2) Kesipan.

3) Situasi.

4) Interpretasi, yaitu dengan melihat hubungan antara komponen

situasi belajar, melihat makna dalam mencapai tujuan.

5) Respon dengan berpegang dari hasil interprestasi. Respon ini

mungkin trial and error atau usaha penuh perhitungan.

6) Konsekuensi, yaitu setiap usaha akan membawa hasil, akibat

baik keberhasilan maupun kegagalan.

7) Reaksi terhadap kegagalan, bisa menimbulkan perasaan sedih,

menurunkan semangat, atau sebaliknya yang membangkitkan

semangat dalam rangka menutupi kegagalan tersebut.

f. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran menurut Bogner (dalam Miftahul Huda, 2013,

hlm. 37) didefinisikan sebagai rekonstruksi atau reorganisasi

pengalaman yang dapat memberi nilai lebih pada makna

pengalaman tersebut dan meningkatkan kemampuan untuk

mengarahkan model pengalaman selanjutnya. Menurut Hamzah

B. Uno (2007, hlm. 54) pembelajaran dapat diartikan sebagai

suatu proses interaksi antara peserta belajar dengan

pengajar/instruktur dan/ atau sumber belajar pada suatu

lingkungan belajar untuk pencapaian tujuan belajar tertentu.

Sedangkan menurut Heri Gunawan (2012, hlm. 108)

Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru

secara terprogram dalam desain intruksional (instructional

design) untuk membuat siswa atau peserta didik belajar secara

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/30922/4/17. BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum a. Pengertian Kurikulum Menurut

27

aktif (student acrive learning) yang menekankan pada

penyediaan sumber belajar.

Maka dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran merupakan

serangkaian proses atau kegiatan interaksi antara guru dengan siswa.

g. Tujuan Pembelajaran

Menurut Zainal Aqib (2010, hlm. 19) bahwa “Tujuan

pembelajaran adalah tujuan yang hendak dicapai setelah selesai

diselenggarakannya suatu proses pembelajaran, misalnya satuan

acara pertemuan, yang bertitik tolak pada perubahan tingkah laku

siswa’’.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan

pembelajaran merupakan tujuan yang diharapkan oleh siswa untuk

mendapatkan perubahan tingkah laku pada diri siswa setelah

mengikuti proses pembelajaran.

h. Karakteristik Pembelajaran

Pembelajaran memiliki ciri-ciri dalam pandangan kontruktivis

yaitu penyediaan lingkungan belajar yang kontruktif ciri-ciri

pembelajaran menurut Kustandi dan Sutjipto (2011, hlm. 5) sebagai

berikut:

1) Pada proses pembelajaran guru harus menganggap siswa sebagai

individu yang mempunyai unsur-unsur dinamis yang dapat

berkembang bila disediakan kondisi yang menunjang.

2) Pembelajaran lebih menekankan pada aktivitas siswa, karena

yang belajar adalah siswa, bukan guru.

3) Pembelajaran adalah upaya sadar dan sengaja.

4) Pembelajaran bukan kegiatan insidental tanpa persiapan.

5) Pembelajaran merupakan pemberian bantuan yang

memungkinkan siswa dapat belajar.

Ciri-ciri pembelajaran yang lain menurut Hudoyo (dalam Ibnu

Badar, 2014, hlm. 21), yaitu:

1) Menyediakan pengalaman belajar yang mengaitkan pengetahuan

baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sehingga

belajar merupakan proses pembentukan pengetahuan.

2) Menyediakan berbagai alternatif pengalaman belajar.

3) Mengintegrasikan pembelajaran dengan situasi realistik dan

relevan dengan melibatkan pengalaman konkrit.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/30922/4/17. BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum a. Pengertian Kurikulum Menurut

28

4) Mengintegrasikan pembelajaran yang memungkinkan terjadinya

interaksi dan kerja sama antar siswa.

5) Memanfaatkan berbagai media agar pembelajaran lebih menarik.

6) Melibatkan siswa secara emosional dan sosial sehingga siswa

lebih tertarik untuk belajar.

Berdasarkan uraian karakteristik diatas, peneliti dapat

menyimpulkan bahwa di dalam pembelajaran harus ada keterlibatan

siswa serta interaksinya dengan berbagai sumber belajar seperti

media, pengalaman, juga pembelajaran yang menekankan pada

aktivitas siswa.

i. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran

Dalam peningkatan kualitas pembelajaran, maka perlu

memperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi pembelajaran,

faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran menurut Yamin dan

Maisah (2009, hlm. 165) adalah sebagai sebagai berikut:

a) Siswa meliputi lingkungan/ lingkungan sosial ekonomi, budaya

dan geografis, intelegensi, kepribadian, bakat dan minat.

b) Guru meliputi latar belakang pendidikan, pengalaman kerja,

bahan mengajar, kondisi ekonomi, motivasi kerja, komitmen

terhadap tugas disiplin dan kreatif.

c) Kurikulum

d) Sarana dan prasarana pendidikan, meliputi alat peraga/ alat

praktik, laboratorium, perpustakaan, ruang keterampilan, ruang

bimbingan konseling, ruang UKS dan ruang serba guna.

e) Pengelolaan sekolah, meliputi pengelolaan kelas, pengelolaan

guru, pengelolaan siswa sarana dan prasarana, peningkatan tata

tertib/ disiplin, dan kepemimpinan.

f) Pengelolaan proses pembelajaran, meliputi penampilan guru,

penguasaan materi/ kurikulum, penggunaan metode/ strategi

pembelajaran, dan pemanfaatan fasilitas pembelajaran.

g) Pengelolaan dana, meliputi perencanaan anggaran (RAPBS),

sumber dana, penggunaan dana, laporan dan pengawasan.

h) Monitoring dan evaluasi, meliputi Kepala Sekolah sebagai

supervisor di sekolahnya, pengawas sekolah, dan Komite Sekolah

sebagai supervisor.

i) Kemitraan, meliputi hubungan sekolah dengan instansi

pemerintah, hubungan dengan dunia usaha dan tokoh mayarakat,

dan lembaga pendidikan lainnya.

Berdasarkan uraian di atas, bahwa berbagai faktor yang

mempengaruhi pembelajaran yaitu siswa, guru, kurikulum, sarana dan

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/30922/4/17. BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum a. Pengertian Kurikulum Menurut

29

prasarana, pengelolaan sekolah, pengelolaan proses pembelajaran,

pengelolaan dana, monitoring dan evaluasi, serta kemitraan, dimana

semua faktor yang diuraikan tersebut saling berkaitan satu sama lain.

Artinya, akan mengalami ketimpangan ketika salah satu dari faktor

tersebut tidak ada.

3. Hakikat Pembelajaran Tematik

a. Pengertian Pembelajaran Tematik

Konsep pembelajaran tematik merupakan pengembangan dari

pemikiran dua orang tokoh pendidikan yakni Jacon tahun 1989

dengan konsep pembelajaran interdisipliner dan Fogarty pada tahun

1991 dengan konsep pembelajaran terpadu. Pembelajaran tematik

merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja

mengaitkan beberapa aspek baik dalam intramata pelajaran maupun

antar-mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan ini peserta didik akan

memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga

pembelajaran jadi bermakna bagi peserta didik.

Bermakna artinya bahwa pembelajaran tematik peserta didik kan

dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui

pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan antar-

konsep dalam intra maupun antar mata pelajaran. Jika

dibandingkan dengan pendekatan konvensional, pembelajaran

tematik tampak lebih menekankan pada keterlibatan peserta didik

dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik terlibat dalam

proses pembelajaran untuk pembuatan keputusan (Majid, 2014,

hlm. 85).

BNSP (2006, hlm. 35) (dalam Majid, 2014, hlm. 85-86)

menyatakan bahwa :

Pengalaman belajar peserta didik menempati posisi penting dalam

usaha peningkatan kualitas lulusan. Untuk itu pendidik dituntut

harus mampu merancang dan melaksanakan pengalaman belajar

dengan tepat. Setiap peserta didik memerlukan bekal pengetahuan

dan kecakapan agar dapat hidup di masyarakat, dan bekal ini

diharapkan diperoleh melalui pengalaman belajar di sekolah.

Oleh sebab itu, pengalaman belajar di sekolah sedapat mungkin

memberikan bekal bagi peserta didik dalam mecapai kecakapan untuk

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/30922/4/17. BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum a. Pengertian Kurikulum Menurut

30

berkarya. Kecakapan ini disebut dengan kecakapan hidup yang

cakupannya lebih luas dibandingkan hanya sekedar keterampilan.

Pengertian pembelajaran tematik dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) Pembelajaran yang berangkat dari suatu tema tertentu sebagai

pusat yang digunakan untuk memahami gejala-gejala, dan

konsep-konsep, baik yang berasal dari bidang studi yang

bersangkutan maupun dari bidang studi lainnya.

2) Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai

bidang studi yang mencerminkan dunia riil di sekeliling dan

rentang kemampuan dan perkembangan anak.

3) Suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan

anak secara simultan.

4) Menggabungkan suatu konsep dalam beberapa bidang studi yang

berbeda dengan harapan anak akan belajar lebih baik dan

bermakna (Majid, 2014, hlm. 86-87).

b. Karakteristik Pembelajaran Tematik

Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran

tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:

1) Berpusat pada siswa

Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student center). Hal

ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak

menetapkan siswa sebagai subjek belajar, sedangkan guru lebih

banyak berperan sebagai fasilitator yang memberikan

kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas

belajar.

2) Memberikan pengalaman langsung

Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung

kepada siswa (direct experience). Dengan pengalaman langsung

ini, siswa dihadapkan pada suatu yang nyata (konkret) sebagai

dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.

3) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas

Dalam pembelajaran tematik, pemisahana antar pemlajaran

menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada

pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dnegan

kehidupan siswa.

4) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran

Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari mata

pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian,

siswa dapat memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal

ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memcahkan

masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

5) Bersifat fleksibel

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/30922/4/17. BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum a. Pengertian Kurikulum Menurut

31

Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat

mengaitkan bahan ajar dari suatu mata pelajaran dengan mata

pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan

siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.

6) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan

(Majid, 2014, hlm. 89-90).

c. Pelaksanaan Pembelajaran Tematik

1) Kegiatan Awal/Pembukaan (Opening)

Tujuan dari kegiatan membuka pelajaran adalah pertama, untuk

menarik perhatian, yang dapat dilakukan dengan cara seperti

meyakinkan siswa bahwa materi atau pengalaman belajar yang

akan dilakukan berguna untuk dirinya, melakukan hal-hal yang

dianggap aneh dilakukan oleh siswa, melakukan interaksi yang

menyenangkan. Kedua, menumbuhkan motovasi belajar yang

dapat dilakukan dengan cara seperti membangun suasana akrab

sehingga siswa merasa dekat, misalnya menyapa dan

berkomunikasi secara kekeluargaan, menimbulkan rasa ingin

tahu, misalnya mengajak siswa untuk mempelajari suatu kasus

yang sedang hangat dibicarakan, mengaitkan materi atau

pengalaman belajar yang akan dilakukan, yang dapat dilakukan

dengan cara seperti mengemukakan tujuan yang akan dicapai

serta tugas-tugas yang harus dilakukan hubungannya dengan

pencapaian tujuan. Sanjaya W. dalam (Majid, 2015, hlm. 129)

2) Kegiatan Inti

Kegiatan inti merupakan kegiatan pokok dalam pembelajaran.

Dalam kegiatan ini dilakukan pembahasan terhadap tema dan

subtema melalui berbagai kegiatan belajar dengan menggunakan

multimetode dan media sehingga siswa mendapatkan pengalaman

belajar yang bermakna. Pada waktu penyajian dan pembahasan

tema, guru dalam penyajiannya hendaknya lebih berperan sebagai

fasilitator (Majid, 2015, hlm. 129).

3) Kegiatan Akhir (Penutup)

Kegiatan akhir dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan

oleh guru untuk mengakhiri pelajaran dengan maksud untuk

memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah

dipelajari siswa serta keterkaitannya dengan pengalaman

sebelumnya, mengetahui tingkat keberhasilan siswa serta

kebehasilan guru dalam menutup pembelajaran (Majid, 2015,

hlm. 130).

Pembelajaran tematik merupakan pembelajan dengan cara

menghubungkan antar konsep dalam antar mata pelajaran serta

pembelajarannya lebih berpusat pada siswa sehingga guru

bertugas menjadi fasilitator. Selain itu, pembelajaran tematik

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/30922/4/17. BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum a. Pengertian Kurikulum Menurut

32

dapat memberikan pengalaman secara langsung pada siswa dan

lebih fleksibel dilaksanakan karena pada kegiatan pendahuluan,

guru memberikan motivasi sebelum pembelajaran dimulai,

membangun suasana akrab dan menyenangkan serta lebih baik

lagi jika guru dan siswa dapat berkomunikasi secara kekeluargaan

dan membicarakan kasus-kasus yang sedang hangat dibicarakan

yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan.

4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

a. Definisi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RPP merupakan persiapan yang harus dilakukan guru sebelum

mengajar. Di dalamnya mencakup kompetensi inti, Kompetensi dasar,

indikator pembelajaran, tujuan pembelajaran, media dan alat

pembelajaran, model pembelajaran, sumber belajar, langkah-langkah

kegiatan pembelajaran, dan penilaian. Dalam KBBI (2007, Hlm. 17)

Perangkat adalah alat atau perlengkapan, sedangkan pembelajaran

adalah proses atau cara menjadikan orang belajar.

Menurut Zuhdan, dkk (2011, Hlm.16). http://www. eureka

pendidikan com/2015/02/ definisi-perangkat-

pembelajaran.html?m=1. Diunduh 27-04-2017. 23.45. “Perangkat

pembelajaran adalah alat atau perlengkapan untuk melaksanakan

proses yang memungkinkan pendidik dan peserta didik

melakukan kegiatan pembelajaran”.

Selain itu, menurut Panduan Teknis Penyusunan RPP di Sekolah

Dasar (Kemendikbud, 2013, Hlm. 9) mengatakan bahwa RPP adalah

rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau

lebih. RPP dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok atau

tema tertentu yang mengacu pada silabus untuk mengarahkan kegiatan

pembelajaran siswa dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD).

Menurut Permendikbud Tahun 2016 tentang Standar Proses

mengatakan bahwa:

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana

kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau

lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/30922/4/17. BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum a. Pengertian Kurikulum Menurut

33

kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai

Kompetensi Dasar (KD). Setiap pendidik pada satuan

pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan

sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif,

inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi

peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang

yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai

dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis

peserta didik. RPP disusun berdasarkan KD atau subtema yang

dilaksanakan kali pertemuan atau lebih.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa RPP

merupakan persiapan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru

sebelum mengajar. Penyusunan RPP ini merupakan upaya untuk

mencapai tujuan dari proses pembelajaran yang telah ditetapkan dalam

rencana pelaksanaan pembelajaran dan juga upaya mencapai

kompetensi yang diharapkan, yakni kompetensi kognitif, afektif dan

kompetensi psikomotor.

b. Prinsip Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Pelaksanaan pembelajaran didahului dengan penyusunan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dikembangkan oleh guru baik

secara individual maupun kelompok yang mengacu pada buku

pegangan guru, buku pegangan peserta didik dan silabus yang telah

ditetapkan.

Menurut Abdul Majid (dalam Kasful dan Hendra 2011, Hlm. 182)

menjelaskan prinsip-prinsip yang perlu menjadi perimbangan dalam

pengembangan RPP, sebagai berikut:

1) Kompetensi yang dirumuskan dalam RPP harus jelas, makin

konkret kompetensi makin mudah diamati, dan makin tepat

kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan untuk membentuk

kompetensi tersebut.

2) RPP harus sederhana dan fleksibel, serta dapat dilaksanakan

dalam kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi

peserta didik.

3) Kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam RPP harus

menunjang dan sesuai dengan kompetensi dasar yang akan

diwijudkan.

4) RPP yang dikembangkan harus utuh dan menyeluruh, serta jelas

pencapaiannya.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/30922/4/17. BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum a. Pengertian Kurikulum Menurut

34

5) Harus ada koordinasi antar komponen pelaksana program di

madrasah, terutama apabila pembelajaran dilaksanakan secara tim

(team teaching) atau dilaksanakan di luar kelas, agar tidak

mengganggu jam pelajaran yang lain.

Adapun menurut Badan Standar Nasional Pendidikan menetapkan

pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran harus

memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Memperhatikan perbedaan individu peserta didik, RPP disusun

dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemapuan awal,

tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi,

kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus,

kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau

lingkungan peserta didik.

2) Mendorong partisipasi aktif peserta didik, proses pembelajaran

dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk mendorong

motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan

semangat belajar.

3) Mengembangkan budaya membaca dan menulis. Proses

pembelajaran dirancang untuk mengembangkan kegeramaran

membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam

berbagai bentuk tulisan.

4) Memberikan umpan balik dan tindak lanjut, RPP memuat

rancangan program pemberian umpan balik postif, penguatan,

pengayaan, dan remedial.

5) Keterkaitan dan keterpaduan, RPP disusun dengan

memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara SK, KD,

materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian

kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan

pengalaman belajar.

6) Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi, RPP disusun

dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan

komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai

dengan situasi dan kondisi.

Berdasarkan Permendikbud Tahun 2016 Tentang Standar Proses,

ada beberapa Penyusunan RPP, yakni:

1) Perbedaan individual peserta didik antara lain kemampuan awal,

tingkat intelektual, bakat, potensi, minat, motivasi belajar,

kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus,

kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau

leingkungan peserta didik.

2) Partisipasi aktif peserta didik.

3) Berpusat pada peserta didik untuk mendorong semangat belajar,

motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi dan

kemandirian.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/30922/4/17. BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum a. Pengertian Kurikulum Menurut

35

4) Pengembangan budaya membaca dan menulis yang dirancang

untuk mengembangkan kegeramaran membaca, pemahaman

beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.

5) Pemberian umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan

program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan,

dan remedi.

6) Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi

pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian

kompetensi, penilaian dan sumber belajar dalam satu keutuhan

pengalaman belajar.

7) Mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu, keterpadua lintas

mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keberagaman budaya.

8) Penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara

terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dan kondisi.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ada

beberapa prinsip yang harus ditaati agar tujuan kegiatan pembelajaran

dapat tercapai, yaitu: a) Berdasarkan kurikulum yang berlaku, b)

memperhatikan karakteristik atau kondisi peserta didik, c) mendorong

partisipasi aktif peserta didik, d) mengembangkan budaya membaca

dan menulis, e) memperhitungkan waktu yang tersedia, f) dilengkapi

dengan lembaran kerja/ tugas dan atau lembar observasi, g)

mengakomodasi keterkaitan dan keterpaduan, h) memberikan umpan

balik dan tidak lanjut, i) menerapkan teknologi informasi dan

komunikasi.

c. Komponen-komponen RPP

Komponen-komponen RPP menurut Permendikbud No 22 Tahun

2016 sebagai berikut:

1) Identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan.

2) Identitas mata pelajaran atau tema/subtema.

3) Kelas/semester.

4) Materi pokok.

5) Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk

pencapaian KD dan beban belajar dengan mempertimbangkan

jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam silabus dan KD yang

harus dicapai.

6) Tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan

menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan

diukur, yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

7) Kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/30922/4/17. BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum a. Pengertian Kurikulum Menurut

36

8) Materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur

yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan

rumusan indikator ketercapaian kompetensi.

9) Metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa

mencapai KD yang disesuaikan dengan karakteristik siswa dan

KD yang akan dicapai.

10) Media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk

menyampaikan materi pelajaran.

11) Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik,

alam sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan.

12) Langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan

pendahuluan, inti, dan penutup.

13) Penilaian hasil pembelajaran.

5. Model Pembelajaran Discovery Learning (DL)

a. Pengertian Model Pembelajaran Discovery Learning

Discovery Learning adalah suatu model pemecahan masalah yang

akan bermanfaat bagi anak didik dalam menghadapi kehidupannya

dikemudian hari. Penerapan model Discovert Learning bertujuan agar

siswa mampu memahami materi peruahan wujud benda dengan dengan

sebaik mungkin dan pembelajaran lebih terasa bermakna, sehingga

hasil belajar siswa pun akan meningkat.

Model Discovery Learning ini dalam prosesnya menggunakan

kegiatan dan pengalaman langsung sehingga akan lebih menarik

perhatian anak didik dan memungkinkan pembentukan konsep-

konsep abstrak yang mempunyai makna, serta kegiatannya pun

lebih realitas. Ilahi dalam (Gina Rosarina, 2016, hlm. 4). http://

jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/tadib/article/view/16. Diunduh

22-05-2017. 09:00.

Dalam tataran aplikasinya, discovery strategy disajikan dalam

bentuk yang cukup sederhana, fleksibel, dan mandiri. Kendati

demikian, masih diperlukan adanya pengkajian-pengkajian secara

empiris dan praktis yang menuntut peserta didik lebih peka dalam

mengoptimalkan kecerdasan intelektualnya dengan matang, tanpa

banyak bergantung pada arahan guru.

Kegiatan penemuan yang dilakukan oleh manuisa itu sendiri dan

dilakukan secara aktif akan memberikan hasil yang paling baik,

serta akan lebih bermakna bagi dirinya sendiri. Bruner dalam

(Gina Rosarina, 2016, hlm. 4). http://

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/30922/4/17. BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum a. Pengertian Kurikulum Menurut

37

jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/tadib/article/view/16. Diunduh

22-05-2017. 09:00.

Dalam sistem belajar-mengajar, guru tidak langsung menyajikan

bahan pelajaran dalam bentuk final, tetapi anak didik diberi peluang

untuk mencari dan menemukan sendiri dengan menggunakan

pendekatan pemecahan masalah (problem solving) yang sudah menjadi

pijakan dalam menganalisis masalh kesulitan belajar.

Pada proses pembelajaran, sebenarnya tidak ada pakem khusus

yang digunakan. Namun, partisipasi kelas harus mampu menemukan

metode yang tepat dalam pelaksanaan pembelajaran. Dalam hal ini,

prinsip yang paling penting adalah experiential, yaitu metode

pembelajaran harus menggunakan pengalaman anggota kelas, sehingga

pemahaman suatu konsep atau teori pembelajaran benar benar

terealisasikan dengan baik. Itulah sebabnya, discovery strategy

menjadi salah satu metode pembelajaran yang memeberikan

pengalaman tersendiri bagi anak didik agar terlibat langsung dengan

kondisi lingkungan sekitar.

Dari beberapa pengertian di atas peneliti menyimpulkan bahwa

model discovery learning adalah ditemukannya konsep dan prinsip

yang sebelumnya tidak di ketahui melalui proses pembelajaran yang

disajikan oleh guru dalam suatu masalah yang mampu siswa telaah

hingga sampai kepada suatu kesimpulan.

b. Kelebihan Model Pembelajaran Discovery Learning

Menurut Hanafiah dan Suhana (2009, hlm. 79) ada beberapa

keunggulan model discovery learning yaitu:

1) Membantu peserta didik untuk mengembangkan, kesiapan,

serta penguasaan ketarampilan dalam proses kognitif.

2) Peserta didik memperoleh pengetahuan secara individual

sehingga dapat dimengerti dan mengendap dalam pikirannya.

3) Dapat membangkitkan motivasi dan gairah belajar peserta

didik untuk belajar lebih giat lagi.

4) Memberikan peluang untuk berkembang dan maju sesuai

dengan kemampuan dan minat masing-masing.

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/30922/4/17. BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum a. Pengertian Kurikulum Menurut

38

5) Memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri

dengan proses menemukan sendiri karena pembelajaran

berpusat pada peserta didik dengan peran guru yang sangat

terbatas.

Menurut Hosnan (2014, hlm. 287) kelebihan penerapan discovery

learning yaitu:

1) Membantu peserta didik untuk memperbaiki dan meningkatkan

keterampilan-keterampilan dan proes-proses kognitif. Usaha

penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang

tergantung bagaimana cara belajarnya.

2) Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan

masalah.

3) Pengetahuan yang diperoleh melalui strategi ini sangat pribadi

dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan

transfer.

4) Strategi ini memungkinkan peserta didik berkembang dengan

cepat dan sesuai dengan kecepetannya sendiri.

5) Menyebabkan peerta didik , mengarahkan kegiatan belajarnya

sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.

6) Strategi ini dapat membnatu peserta didik memperkuat konsep

dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan

yang lainnya.

7) Berpusat pada peserta didik dan guru berperan sama-sama aktif

mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan, guru pun dapat

bertindak sebagai peserta didik, dan sebagai peneliti di dalam

situasi diskusi.

8) Membantu peserta didik menghilangkan skeptimisme (keragu-

raguan) karena mengarah pada kebenaran yang final dan

tertentu atau pasti.

9) Peserta didik akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih

baik.

10) Membantu dan mengembangkan ingatan dan trasnfer pada

situasi proses belajar yang baru.

11) Mendorong peserta didik berpikir dan bekerja atas inisiatif

sendiri.

12) Mendorong peserta didik berpikir intuisi dan merumuskan

hipotesis sendiri.

13) Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik.

14) Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.

15) Menimbulkan rasa senang pada peserta didik, karena

tumbuhnya rasa menyelididki dan berhasil.

16) Proses belajar meliputi sesama aspeknya peserta didik menuju

pada pembentukan manuasia seutuhnya.

17) Mendorong keterlibatan siswa.

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/30922/4/17. BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum a. Pengertian Kurikulum Menurut

39

18) Menimbulkan rasa puas bagi siswa. Kepuasan batin ini

mendorong ingin melakukan penemuan lagi sehingga minat

belajarnya meningkat.

19) Siswa akan dapat mentransfer pengetahuannya ke berbagai

konteks.

20) Dapat meningkatkan motivasi

21) Meningkatkan tingkat penghargaan pada peserta didik.

22) Kemungkinan peserta didik belajar dengan memanfaatkan

berbagai jenis sumber belajar.

23) Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.

24) Melatih siswa belajar mandiri.

25) Siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar, sebab ia berpikir

dan menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir.

Menurut Marzano dalam (Hosnan, 2014, hlm. 288) selain

kelebihan yang telah diuraikan di atas, masih ditemukan beberapa

kelebihan dari model penemuan itu, yaitu sebagai berikut:

1) Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang

disajikan

2) Menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inquiry (mencari-

tetumakan)

3) Mendukung kemampuan problem solving siswa

4) Memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun siswa

dengan guru, dengan demikian siswa juga terlatih untuk

menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

5) Materi yang dipelajari dapat mencapai tingkat kemampuan

yang tinggi dan lebih lama membekas karena siswa dilibatkan

dalam proses penemuan.

6) Siswa belajar bagaimana belajar (learn how to learn).

7) Belajar menghargai diri sendiri.

8) Memotivasi diri dan lebih mudah mentransfer.

9) Pengetahuan bertahan lama dan mudah diingat.

10) Hasil belajar discovery mempunyai efek transfer yang lebih

baik dari pada hasil lainnya.

11) Meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir

bebas.

12) Melatih keterampilan-keterampilan kognitif siswa untuk

menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan

orang lain.

Berdasarkan pendapat diatas, kelebihan dalam pembelajaran

discovery learning yaitu membantu siswa untuk mengembangkan,

kesiapan, serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif, siswa

memperoleh pengetahuan secara individual sehingga dapat dimengerti

dan mengendap dalam pikirannya, dapat membangkitkan motivasi,

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/30922/4/17. BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum a. Pengertian Kurikulum Menurut

40

rasa senang dan gairah belajar siswa untuk belajar lebih giat lagi,

memberikan peluang untuk berkembang dan maju sesuai dengan

kemampuan dan minat masing-masing, memperkuat dan menambah

kepercayaan pada diri sendiri dengan proses menemukan sendiri

karena pembelajaran berpusat pada peserta didik dengan peran guru

yang sangat terbatas, siswa dapat berpartisipasi aktif dalam

pembelajaran yang disajikan, menumbuhkan sekaligus menanamkan

sikap inquiry (mencari-temukan), mendukung kemampuan problem

solving siswa, memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun

siswa dengan guru, dengan demikian siswa juga terlatih untuk

menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, materi yang

dipelajari dapat mencapai tingkat kemampuan yang tinggi dan lebih

lama membekas, melatih kemandirian siswa dan pengetahuan lama

dan mudah diingat.

c. Kelemahan Model Pembelajaran Discovery Learning

1) Berkenaan dengan waktu. Belajar-mengajar menggunakan

discovery learning membutuhkan waktu yang lebih lama

dibandingkan dengan metode langsung.

2) Bagi peserta didik yang berusia muda, kemampuan berpikir

rasional mereka masih terbatas.

3) Kesukaran dalam menggunakna faktor subjektifitas ini

menimbulkan kesukajaran dalam memahami suatu persolaan dalam

pembelajaran.

4) Faktor kebudayaan dan kebiasan. Belajar discovery learning

menuntut kemandirian, kepercayaan kepad dirinya sendiri, dan

kebiasan bertindak sebagi subjek.

d. Langkah-langkah dan Prosedur Pembelajaran Discovery Learning

1) Adanya masalah yang akan dipecahkan

2) Sesuai dengan tingkat kemampuan kognitif peserta didik

3) Konsep atau prinsip yang ditemukan harus Ditulis secara jelas

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/30922/4/17. BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum a. Pengertian Kurikulum Menurut

41

4) Harus tersedia alat atau bahan yang diperlukan

5) Suasana kelas harus diatur sedemikian rupa

6) Guru memberi kesempatan peserta didik untuk mengumpulkan

data

7) Harus Dapat Memberikan Jawaban secara Tepat Sesuai dengan

Data yang Diperlukan Peserta Didik.

6. Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil Belajar

Penilaian (assesment) adalah proses pengumpulan dan pengolahan

informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Pada

Standar Nasional Pendidikan, penilaian pendidikan merupakan salah satu

standar yang yang bertujuan untuk menjamin: perencanaan penilaian

peserta didik sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan

berdasarkan prinsip-prinsip penilaian; pelaksanaan penilaian peserta

didik secara profesional, terbuka, edukatif, efektif, efisien, dengan

konteks sosial budaya, dan pelaporan hasil penilaian peserta didik secara

objektif, akuntabel, dan informatif.

a. Penilaian Autentik dan Hasil Belajar

Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan

ilmiah dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013,

karena, penilaian semacam ini mampu menggambarkan peningkatan

hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi,

menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain. Penilaian

autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau

kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan

kompetensi mereka dalam pengaturan yang lebih

autentik.Karenanya, penilaian autentik sangat relevan dengan

pendekatan tematik terpadu dalam pembejajaran, khususnya jenjang

sekolah dasar atau untuk mata pelajaran yang sesuai.

Menurut Hart dalam (Yunus Abidin, 2016, hlm. 71) bahwa

“Penilaian autentik yaitu penilaian yang melibatkan siswa di

dalam tugas-tugas autentik yang bermanfaat, penting, dan

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/30922/4/17. BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum a. Pengertian Kurikulum Menurut

42

bermakna yang selanjutnya dapat dikatakan sebagai penilaian

performa”.

Kata lain dari penilaian autentik adalah penilaian kinerja,

portofolio, dan penilaian proyek. Penilaian autentik adakalanya

disebut penilaian responsif, suatu metode yang sangat populer untuk

menilai proses dan hasil belajar peserta didik yang miliki ciri-ciri

khusus, mulai dari mereka yang mengalami kelainan tertentu,

memiliki bakat dan minat khusus, hingga yang jenius.

Penilaian autentik dapat juga diterapkan dalam bidang ilmu

tertentu seperti seni atau ilmu pengetahuan pada umumnya, dengan

orientasi utamanya pada proses atau hasil pembelajaran. Penilaian

autentik mencoba menggabungkan kegiatan guru mengajar, kegiatan

siswa belajar, motivasi dan keterlibatan peserta didik, serta

keterampilan belajar. Karena penilaian itu merupakan bagian dari

proses pembelajaran, guru dan peserta didik berbagi pemahaman

tentang kriteria kinerja. Dalam beberapa kasus, peserta didik bahkan

berkontribusi untuk mendefinisikan harapan atas tugas-tugas yang

harus mereka lakukan.

Penilaian autentik sering digambarkan sebagai penilaian atas

perkembangan peserta didik, karena berfokus pada kemampuan

mereka berkembang untuk belajar bagaimana belajar tentang

subjek.Penilaian autentik harus mampu menggambarkan sikap,

keterampilan, dan pengetahuan apa yang sudah atau belum dimiliki

oleh peserta didik, bagaimana mereka menerapkan pengetahuannya,

dalam hal apa mereka sudah atau belum mampu menerapkan

perolehan belajar, dan sebagainya. Atas dasar itu, guru dapat

mengidentifikasi materi apa yang sudah layak dilanjutkan dan untuk

materi apa pula kegiatan remidial harus dilakukan.

b. Penilaian Autentik dan Belajar Autentik

Penilaian Autentik meniscayakan proses belajar yang Autentik

pula. Belajar autentik mencerminkan tugas dan pemecahan masalah

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/30922/4/17. BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum a. Pengertian Kurikulum Menurut

43

yang dilakukan oleh peserta didik dikaitkan dengan realitas di luar

sekolah atau kehidupan pada umumnya. Penilaian semacam ini

cenderung berfokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual bagi

peserta didik, yang memungkinkan mereka secara nyata

menunjukkan kompetensi atau keterampilan yang dimilikinya.

Contoh penilaian autentik antara lain keterampilan kerja,

kemampuan mengaplikasikan atau menunjukkan perolehan

pengetahuan tertentu, simulasi dan bermain peran, portofolio,

memilih kegiatan yang strategis, serta memamerkan dan

menampilkan sesuatu. Dalam pembelajaran autentik, peserta didik

diminta mengumpulkan informasi dengan pendekatan saintifik,

memahahi aneka fenomena atau gejala dan hubungannya satu sama

lain secara mendalam, serta mengaitkan apa yang dipelajari dengan

dunia nyata yang luar sekolah.

Di sini, guru dan peserta didik memiliki tanggung jawab atas apa

yang terjadi. Peserta didik pun tahu apa yang mereka ingin pelajari,

memiliki parameter waktu yang fleksibel, dan bertanggungjawab

untuk tetap pada tugas. Penilaian autentik pun mendorong peserta

didik mengkonstruksi, mengorganisasikan, menganalisis,

mensintesis, menafsirkan, menjelaskan, dan mengevaluasi informasi

untuk kemudian mengubahnya menjadi pengetahuan baru. Sejalan

dengan deskripsi di atas, pada pembelajaran autentik, guru harus

menjadi “guru autentik”. Peran guru bukan hanya pada proses

pembelajaran, melainkan juga pada penilaian. Untuk bisa

melaksanakan pembelajaran autentik, guru harus memenuhi kriteria

tertentu seperti disajikan berikut ini.

1) Mengetahui bagaimana menilai kekuatan dan kelemahan peserta

didik serta desain pembelajaran.

2) Mengetahui bagaimana cara membimbing peserta didik untuk

mengembangkan pengetahuan mereka sebelumnya dengan cara

mengajukan pertanyaan dan menyediakan sumberdaya memadai

bagi peserta didik untuk melakukan akuisisi pengetahuan.

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/30922/4/17. BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum a. Pengertian Kurikulum Menurut

44

3) Menjadi pengasuh proses pembelajaran, melihat informasi baru,

dan mengasimilasikan pemahaman peserta didik.

4) Menjadi kreatif tentang bagaimana proses belajar peserta didik

dapat diperluas dengan menimba pengalaman dari dunia di luar

tembok sekolah.

c. Prinsip dan Pendekatan Penilaian

Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan

dasar danmenengah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

(Standar Penilaian Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013) sebagai

berikut:

1) Objektif, berarti penilaian berbasis pada standar dan tidak

dipengaruhi faktor subjektivitas penilai.

2) Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara

terencana,menyatu dengan kegiatan pembelajaran, dan

berkesinambungan.

3) Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam

perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporannya.

4) Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan

dasar pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak.

5) Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan

kepada pihak internal sekolah maupun eksternal untuk aspek

teknik, prosedur, dan hasilnya.

6) Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan

guru.

Pendekatan penilaian yang digunakan adalah penilaian acuan

kriteria (PAK). PAK merupakan penilaian pencapaian kompetensi

yang didasarkan pada kriteria ketuntasan minimal (KKM). KKM

merupakan kriteria ketuntasan belajar minimal yang ditentukan oleh

satuan pendidikan dengan mempertimbangkan karakteristik

Kompetensi Dasar yang akan dicapai, daya dukung, dan karakteristik

peserta didik.

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/30922/4/17. BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum a. Pengertian Kurikulum Menurut

45

7. Sikap pada Subtema Pembelajaran

a. Sikap Peduli

1) Definisi Peduli

Menurut Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa (2002, hlm.

841) “Peduli berarti mengindahkan, menghiraukan,

memperhatikan. Jadi orang yang peduli adalah orang yang

memperhatikan objek. Menurut Hamzah (dalam jurnal

Amirul Mukminin Al-Anwari, 2014, hlm. 228). Diunduh 08-

06-2017. 14:24. Mengatakan bahwa “Kepedulian lingkungan

hidup merupakan wujud sikap mental individu yang

direfleksikan dalam perilakunya.

Jadi dapa disimpulkan bahwa peduli adalah perasaan yang

ditujukan kepada orang lain, dan itulah yang memotivasi dan

memberikan kekuatan untuk bertindak atau beraksi, dan

mempengaruhi kehidupan secara konstruktif dan positif, dengan

meningkatkan kedekatan dan self actualization satu sama lain.

2) Karakter Individu yang Peduli

Pilar kepedulian dirumuskan didalam beberapa lembaga

diantaranya Indonesia Heritage Foundation merumuskan

Sembilan karakter dasar yang menjadi tujuan pendidikan

karakter, yaitu:

a) Cinta Tuhan dan alam semesta beserta isinya.

b) Tanggung jawab, kedisiplinan, dan kemandirian.

c) Kejujuran.

d) Hormat dan santun.

e) Kasih sayang, kepedulian dan kerjasama.

f) Percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah.

g) Keadilan dan kepemimpinan.

h) Baik dan rendah hati.

i) Toleransi, cinta damai dan persatuan.

3) Faktor Penghambat Peduli

Kepedulian merupakan fenomena universal, dimana sebuah

perasaan yang secara alami menimbulkan pikiran tertentu dan

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/30922/4/17. BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum a. Pengertian Kurikulum Menurut

46

mendorong perilaku tertentu di seluruh budaya di dunia. Faktor-

faktor penghambat sikap peduli, yaitu:

a) Budaya mempengaruhi bagaimana kepedulian tersebut

diekspresikan dan diwujudkan ke dalam tindakan. Budaya

mengendalikan bagaimana aksi atau tindakan tersebut

diwujudkan. Penerimaan sosial dan harapan sosial juga

mempengaruhi bagaimana kepedulian diberikan di tempat

tertentu.

b) Nilai yang dianut oleh individu berpengaruh terhadap

proses pengambilan keputisan bagi seseorang, seperti

bagaimana menentukan prioritas, mengatur keuangan,

waktu dan tenaga. Motvasi, maksud dan tujuan juga

bergantuk pada nilai yang dianut.

c) Faktor selanjutnya merupakan harga. Harga apa yang kita

dapatkan ketika kita bersedia memberikan waktu, tenaga,

bahkan uang, harus sesuai dengan nilai dari hubungan kita

dengan orang lain. Kepedulian yang sungguh-sungguh tidak

akan membuat waktu, uang, dan tenaga yang bersedia kita

berikan menjadi sia-sia atau tidak bijaksana. Untuk

mencapau suatu tujuan yang sangat penting (misalnya demi

keselamatan nyawa), orang yang peduli mungkin akan

melukai dirinya sendiri. Tetapi mengarah kepada hal yang

membahayakan tentu saja bukan termasuk wujud dari

kepedulian.

4) Ciri-ciri Peduli

Menurut Samani dan Hariyanto (2011, hlm. 151) indikator

sikap peduli, yaitu: 1) Memperlakukan orang lain dengan

sopan, 2) Bertindak sastun, 3) Toleran terhadap perbedaan,

4) Tidak suka menyakiti orang lain, 5) Tidak mengambil

keuntungan dari orang lain, 6) Mampu bekerja sama, 7)

Mau terlibat dalam kegiatan masyarakat, 8) Menyayangi

manusia dan makhluk lain, 9) Cinta damai menghadapi

persoalan.

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/30922/4/17. BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum a. Pengertian Kurikulum Menurut

47

Indikator sikap peduli menurut buku panduan penilaian SD

(2016, hlm. 25) sebagai berikut:

a) Ingin tahu dan ingin membantu teman yang kesulitan dalam

pembelajaran, perhatian kepada orang lain.

b) Berpartisipasi dalam kegiatan sosial di sekolah, misal:

mengumpulkan sumbangan untuk membantu yang sakit

atau kemalangan.

c) Meminjamkan alat kepada teman yang tidak

membawa/memiliki.

d) Menolong teman yang mengalami kesulitan.

e) Menjaga keasrian, keindahan, dan kebersihan lingkungan

sekolah.

f) Melerai teman yang berselisih (bertengkar).

g) Menjenguk teman atau pendidik yang sakit.

h) Menunjukkan perhatian terhadap kebersihan kelas dan

lingkungan sekolah.

b. Sikap Santun

1) Definisi Santun

Sikap sopan santun adalah perilaku yang menghormati

orang lain melalui komunikasi menggunakan bahasa yang

tidak meremehkan atau merendahkan orang lain. Dalam

budaya jawa sikap sopan salah satunya ditandai dengan

perilaku menghormati kepada orang yang lebih tua,

menggunakan bahasa yang sopan, tidak memiliki sifat yang

sombong. Ujiningsih dalam (Eky Dayanti, 2015, hlm. 2).

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/paud/article/viewFile/7

352/5187. Diunduh 08-062017. 14:41.

Sopan santun bila kita lihat lebih dalam adalah sikap yang

secara universal adalah sikpa yang sering diperlihatkan oleh

keluraga yang harmonis, dimna menguji kita agar bertutur kata

yang lebih dijaga dan diperhatikan dengan lawan bicara, dengan

siapa saja kita berbicara harus lebih menjaga ucapan yang kita

lontarkan, ini yang kita lihat dalam kehidupan sehari-hari

contohnya: anak yang berbicara dengan nada rendah dan ramah

terhadap orangtua, menghormati lawan bicara, dan menghormati

teman seperjuangan.

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/30922/4/17. BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum a. Pengertian Kurikulum Menurut

48

2) Karakter Individu yang Santun

Karakter sopan santun dalam keluarga dan masyarakat

diantaranya sebagai berikut:

a) Menghormati orang yang lebih tua.

b) Menerima sesuatu selalu dengan tangan kanan.

c) Tidak berkata-kata kotor dan kasar.

d) Tidak sombong.

e) Berpakaian sopan.

f) Tidak meludah di sembarang tempat.

g) Menghargai usaha orang lain.

h) Menghargai pendapat orang lain.

i) Memberi salam setiap berjumpa dengan guru.

j) Tidak menyela pembicaraan.

3) Faktor Penghambat Santun

Menurut Mahfudz (2010, hlm. 3) berpendapat bahwa faktor

penghambat sopan santun pada anak disebabkan oleh beberapa

hal yaitu:

a) Anak-anak tidak mengerti aturan yang ada, atau ekspektasi

yang diharapkan dari dirinya jauh melebihi apa yang dapat

mereka cerna pada tingkatan pertumbuhan mereka saat itu.

b) Anak-anak ingin melakukan hal-hal yang diinginkan dan

kebebasannya.

c) Anak-anak meniru perbuatan orang tua.

d) Adanya perbedaan perlakuan disekolah dan dirumah.

e) Kurangnya pembiasaan sopan santun yang sudah diajarkan

oleh orang tua sejak dini.

Faktor penghambat sering kita lihat pada anak-anak yang

kurang dari sopan santun, mungkin perlu adanya perhatian lebih

yang harus dilakukan oleh orangtua dalam menjaga anak, faktor

lingkungan dan mendidik juga mempengaruhi penghambat

sopan santun dan latar belakang orangtua pun sangat

mempengaruhi.

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/30922/4/17. BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum a. Pengertian Kurikulum Menurut

49

4) Ciri-ciri Santun

Menurut buku panduan penilaian sekolah dasar (2016, hlm.

24) indikator sikap santun adalah sebagai berikut:

a) Menghormati orang lain dan menghormati cara bicara

yang tepat.

b) Menghormati pendidik, pegawai sekolah, penjaga kebun,

dan orang yang lebih tua.

c) Berbicara atau bertutur kata halus tidak kasar.

d) Berpakaian rapi dan pantas.

e) Dapat mengendalikan emosi dalam menghadapi masalah,

tidak marah-marah.

f) Mengucapkan salam ketika bertemu pendidik, teman, dan

orang-orang di sekolah.

g) Menunjukkan wajah ramah, bersahabat, dan tidak

cemberut.

h) Mengucapkan terima kasih apabila menerima bantuan

dalam bentuk jasa atau barang dari orang lain.

8. Hasil Belajar

a. Definisi Hasil Belajar

Belajar dan mengajar merupakan merupakan konsep yang tidak

bisa dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan

seseorang sebagai subjek dalam belajar. Sedangkan mengajar

menunjukan pada apa yang seharusnya dilakukan seorang guru

sebagai pengajar. Dua konsep belajar mengajar yang dilakukan oleh

siswa dan guru terpadu dalam suatu kegiatan, diantara keduanya itu

terjadi interaksi dengan guru. Keampuan yang dimiliki siswa dari

proses belajar mengaar saja harus bisa mendapatkan hasil bisa juga

melalui kreatifitas seseorang itu tanpa adanya intervensi orang lain

sebagai pengajar. Oleh karena hasil belajar yang dimaksud disini

adalah kemampuan kemampuan yang dimiliki seorang siswa setelah

ia menerima perlakuan dari pengajar (guru), seperti yang

dikemukakan oleh DR. Nana Sujana.

Nana Sujana (2004, hlm. 87) mengemukakan bahwa “Hasil

belajar adalah perubahan prilaku yang ditunjukan pembelajar

sebagai hasil sesluruh interaksi yang disasari oleh guru dan

siswa, berbentuk aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/30922/4/17. BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum a. Pengertian Kurikulum Menurut

50

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, hasil

belajar adalah suatu hasil usaha (mamfu memanfaatkan kemampuan,

keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia

menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat

mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari),

secara maksimal bagi seseorang dalam menguasai bahan-bahan yang

dipelajari atau kegiatan yang dilakukan.

b. Prinsip Hasil Belajar

Menurut Permendikbud No 53 Tahun 2015 Pasal 4 tentang

Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang Pendidikan Dasar

dan Pendidikan Menengah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai

berikut:

1) Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang

mencerminkan kemampuan yang diukur.

2) Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria

yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.

3) Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan

peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar

belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial

ekonomi, dan gender.

4) Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu

komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.

5) Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar

pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang

berkepentingan.

6) Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh

pendidik mencakup semua aspek kompetensi dengan

menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk

memantau perkembangan kemampuan peserta didik.

7) Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan

bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku.

8) Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran

pencapaian kompetensi yang ditetapkan.

9) Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik

dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya.

c. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Di dalam proses belajar terdapat persoalan diantaranya ada input,

proses dan output. Input merupakan asupan dari guru berupa materi,

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/30922/4/17. BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum a. Pengertian Kurikulum Menurut

51

proses merupakan proses teradinya perubahan kemampuan pada diri

siswa, sedangkan output adalah hasil dari proses.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar

mengajar diantaranya :

1) Kondisi jasmani dan rohani siswa

2) Fakor lingkungan yang merupakan masukan dari lingkungan

dan seumlah faktor instrumental yang dirancang untuk mencapai

hasil yang diharapkan, untuk menghasilkan perubahan tingkah

laku sesuai dengan hasil belajar yang telah dicapai. Faktor

keluarga, sekolah dan masyarakat memegang peranan yang

cukup penting dalam tingkat keberhasilan belajar siswa itu

sendiri.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor yang

mempengaruhi hasil belajar adalah proses belajar itu sendiri yang

meliputi kondisi jasmani dan rohani,selain dari itu ada juga faktor

lain diantaranya faktor lingkungan, faktor instrumental juga keluarga

dan masyarakat sekitar.

d. Upaya Guru untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Pendidikan di sekolah dasar perlu adanya upaya-upaya yang

untuk mengembangkan hasil belajar peserta didik. Berikut

diantaranya upaya-upaya guru dalam meningkatkan hasil belajar

peserta didik, diantaranya:

1) Guru mengkondisikan siswa sebelum memulai pembelajaran.

2) Guru memberikan motivasi kepada peserta didik untuk

meningkatkan konsentrasi, agar siswa mampu mengikuti

pembelajaran dengan baik.

Menurut Ilawati Pristiani. http://www.ilawati-apt.com/cara-

meningkatkan-hasil-belajar/. Diunduh 16-06-2017. 08:56.

menyatakan ada beberapa cara untuk meningkatkan hasil belajar

siswa, yakni:

1) Menyiapkan mental dan fisik siswa

Page 37: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/30922/4/17. BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum a. Pengertian Kurikulum Menurut

52

Persipkan fisik da mental siswa. Karena apabila siswa tidak siap

fisik dan mentalnya dalam belajar, maka pembelaaran akan

berlangsung sia-sia atau tidak efektif. Dengan adanya persiapan

fisik dan mental, maka siswa akan bisa belajar lebih efektif dan

hasil belajar meningkat.

2) Meningkatkan konsentrasi

Lakukan sesuatu agar konsentrasi belajar siswa meningkat. Hal

ini tentu akan berkaitan dengan lingkungan dimana tempat

mereka belajar. Apabila siswa tidak dapat konsentrasi dan

terganggu oleh berbagai hal diluar kaitan dengan belajar, maka

proses dan hasil belajar tidak akan maksimal.

3) Meningkatkan motivasi belajar

Motivasi sangatlah penting. Motivasi merupakan faktor yang

penting dalam belajar. Tidak akan ada keberhasilan belajar

diraih apabila siswa tidak memiliki motivasi yang tinggi.

4) Menggunakan strategi belajar

Pengajar bisa juga harus membantu siswa agar bisa dan terampil

menggunakan berbagai strategi belajar yang sesuai dengan

materi yang sedang dipelajari. Setiap pembelaaran akan

memiliki karakter strateginya juga berbeda-beda.

5) Belajar sesuai gaya belajar

Setiap siswa punya gaya belajar yang berbeda-beda satu sama

lain. Pengajar harus mampu memberikan situasi dan suasana

belajar yang memungkinkan agar gaya belajar siswa

terakomodasi dengan baik.

6) Belajar secara menyeluruh

Maksudnya disini adalah mempelajari secara menyeluruh adalah

mempelajari semua pelajarn yang ada, tidak hanya sebagian

saja. Perlu untuk menekankan hal ini kepada siswa, agar mereka

belajar secara menyeluruh tentang materi yang sedang mereka

pelajari.

7) Biasakan berbagi

Tingkat pemahaman siswa pastilah berbeda-beda satu sama

yang lainnya. Bagi yang sudah dulu memahami pelajaran yang

ada, maka siswa tersebut diajarkan untuk bisa berbagi dengan

yang lain. Sehingga mereka terbiasa juga mengajarkan atau

berbagi ilmu dengan teman-teman yang lainnya.

Penjelasan di atas dapat disimpilkan bahwa upaya guru yang dapat

mempengaruhi pencapaian hasil belajar yang lebih baik, yaitu

dengan cara:

1) Menyiapkan fisik dan mental siswa, meningkatkan konsentrasi

dan motivasi siswa dalam belajar untuk memperoleh hasil

belajar yang memuaskan.

Page 38: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/30922/4/17. BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum a. Pengertian Kurikulum Menurut

53

2) Penggunaan metode, strategi dan gaya belajar yang baik tentu

sangat menunjang hasil belaar peserta didik setelah mengikuti

pembelajaran.

e. Hasil Belajar Kognitif

Hasil belajar merupakan hasil dari ketika pembelajaran

berlangsung baik dari segi afektif, kognitif , dan psikomotor. Hasil

belajar adalah suatu perubahan ketika siswa melaksanakan

pembelajaran telah berlangsung.

Hasil belajar kognitif adalah perubahan perilaku yang terjadi

dalam kawasan kognisi. Proses belajar yang melibatkan

kognisi meliputi kegiatan sejak dari penerimaan stimulus

eksternal oleh sensori, penyimpanan dan pengolahan dalam

otak menjadi informasi sehingga pemanggilan informasi ketika

diperlukan untuk menyelesaikan masalah. Oleh karena belajar

melibatkan otak maka perubahan perilaku akibatnya juga

terjadi dalam otak berupa kemampuan tertentuoleh otak untuk

menyelesaikan masalah. Purwanto (2016, hlm 50).

Hasl belajar kognitif adalah suatu perubahan perilaku yang terjadi

pada peserta didik ketika pelaksanaan pembelajaran telah

berlangsung. Adanya suatu perubahan dimana pengetahuan atau

kognitif akan menjadi suatu informasi baru.

Menurut Benyamin S Blom dkk. 1990:72,1987:57,1987:59-

61,1995:115-117, 1990:506, 2001:17. (dalam Purwanto, hlm 50)

Blom membagi dan menyusun secara hiraksis tingkat hasil

belajar kognitif mulai yang dari yang paling rendah dan

sederhana yaitu hafalan sampai yang paling tinggi dan

kompleks yaitu evaluasi. Makin tinggi tingkat maka makin

kompleks dan penguasaan suatu tingkat mempersyaratkan

penguasaan tingkat sebelumnya. Enam tingkat itu adalah

hafalan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4),

sintesis (C5), dan evaluasi (C6).

Hasil belajar kognitif yaitu dibagi menjadi 6, dari C1 sampai C6.

Meliputi hafalan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan

evaluasi.

Kemampuan menghafal (knowledge) merupakan kemampuan

kognitif yang paling rendah. Kemampuan ini merupakan

Page 39: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/30922/4/17. BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum a. Pengertian Kurikulum Menurut

54

kemampuan memanggil kembali fakta yang disimpan dalam

otak digunakan untuk merespon suatu masalah. Dalam

kemampuan tingkat ini fakta dipanggil kembali persisi seperti

ketika disimpan, misalnya hari proklamasi kemerdekaan

Republik Indonesia adalah 17 Agustus. Kemampuan

pemahaman (comprehension) adalah kemampuan untuk

melihat hubungan fakta dengan fakta. Menghafal fakta tidak

lagi cukup karena pemahaman menuntut pengetahuan akan

fakta dan hubungannya. (Purwanto, 2016, hlm 50-51).

Kemampuan menghafal merupakan kemampuan dimana siswa

diberi kesempatan penyimpan pengetahuan yang sudah dimiliki,

yang berhubungan dengan fakta.

f. Hasil Belajar Afektif

Taksonomi hasil belajar afektif dikemukakan oleh Krathwol

dkk. 1996:247, 1990: 29-30, 1987:23-26, 1990:508, 2001:19.

(dalam Purwanto, 2016, hlm 51-52).“Hasil belajar afektif dibagi

menjadi lima tingkat yaitu pnerimaan, partisipasi, penilaian,

organisasi dan internalisasi. Hasil belajar disusun secara hirakris

mulai dari tingkat yang paling rendah dan sederhana hingga

yang paling tinggi dan kompleks”.

Hasil belajar afektif merupakan suatu penilaian ketika

pelakasanaan pembelajaran telah berlangsung, penilaian tersebut

mengetahui perubahan perilaku pada siswa.

g. Hasil Belajar Psikomotorik

Menurut Harrow (dalam Purwanto, 2016, hlm 52-53)

menyatakan hasil belajar afektif: “Hasil belajar psikomotoriik

dapat diklasifikasikan menjadi enam: gerakan reflex, gerakan

fundamental dasar, kemampuan perseptual, kemampuan fisis,

gerakan keterampilan, dan komunikasi tanpa kata”.

Hasil belajar psikomotorik merupakan yang dapat menghasilkan

suatu produk atau karya yang telah dilakukan oleh siswa.

Sedangkan menurut Simpson dkk. 1996:249-250, 1990:510.

(dalam Purwanto, 2016, hlm. 53). Hasil belajar psikomotorik dibagi

menjadi enam: presepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan

terbiasa, gerakan kompleks, dan gerakan kreatifitas.

Page 40: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/30922/4/17. BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum a. Pengertian Kurikulum Menurut

55

a) Presepsi adalah kemampuan hasil belajar psikomotorik yang

paling rendah. Presepsi merupkan kemampuan membedakan

suatu gejala dengan gejala lain.

b) Kesiapan adalah kemampuan menempatkan diri untuk memulai

suatu gerakan.

c) Gerakan terbimbing adalah kemampuan gerakan meniru model

yang dicontohkan.

d) Gerakan terbiasa adalah kemampuan melakukan tanpa ada

model contoh.

e) Gerakan kompleks adalah kemampuan melakukan serangkaian

gerakan dengan cara, urutan dan irama yang tepat.

f) Kreativitas adalah kemampuan menciptakan gerakan-gerakan

baru yang tidak ada sebelumnya atau mengombinasikan

gerakan-gerakan yang ada menjadi kombinasi gerakan baru

yang orisinal.

Hasil belajar psikomotorik merupakan hasil belajar mengenai

kemampuan yang didapat oleh peserta didik ketika pelaksanaan

pembelajaran sudah berlangsung. Kemampuan yang dihasilkan ada

enam yaitu, kemampuan terbiasa, terbimbing, kompleks, kesiapan,

presepsi, dan kreativitas.

9. Pemetaan Ruang Lingkup Materi Ajar

Kurikulum 2013 tentunya berbeda dengan kurikulum KTSP hal

tersebut diperlihatkan juga pada Standar Kompetensi dan Lulusan (SKL)

dan Kompetensi Inti (KI). Kompetensi Inti merupakan pembaharuan dari

Standar Kompetensi pada Kurikulum KTSP. Pedoman ketercapaian

siswa dalam memperoleh pembelajaran yang baik dilihat dari perilaku

yang menunjukkan kompetensi-kompetensi lulusan. Guru dituntut untuk

mengetahui setiap detail Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar untuk

dapat mencapai Kompetensi Lulusan. Pemenuhan SKL merupakan syarat

siswa untuk mencapai lulusan dengan menggunakan 3 ranah kognitif

yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Ranah tersebut sesuai

dengan pendapat Bloom mengenai 3 kawasan yang mungkin dikuasai

oleh siswa.yaitu kawasan afektif (sikap), kognitif (pengetahuan) dan

psikomotor (keterampilan).

Penelitian yang penulis lakukan melibatkan siswa kelas IV pada Tema

Indahnya Kebersamaan Subtema Bersyukur atas Keberagaman.

Page 41: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/30922/4/17. BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum a. Pengertian Kurikulum Menurut

56

Kompetensi pertama menunjukkan siswa dituntut untuk memiliki sikap

secara agama. Kompetensi kedua menunjukkan siswa dituntut memiliki

kemampuan sosial. Kompetensi ketiga menunjukkan siswa dituntut

memiliki kemampuan pengetahuan yang baik dan yang keempat siswa

dituntut untuk memiliki keterampilan dalam meningkatkan kreativitas

dirinya. Keempat kompetensi ini menjadi pedoman bagi guru dalam

menyampaikan pembelajaran yang bermakna.

Kompetensi inti memiliki turunan yang lebih detail yaitu kompetensi

dasar pada setiap mata pelajaran. Subtema Bersyukur atas Keberagaman

memiliki kompetensi dasar yang telah ditetapkan pemerintah pada setiap

pembelajaran dengan cara pemetaan. Pemetaan kompetensi dasar ini

dibagi kedalam enam pembelajaran dengan setiap pembelajaran yang

harus diselesaikan secara tuntas selama satu minggu.

Tema yang akan diteliti oleh penulis adalah tema Indahnya

Kebersamaan dengan Subtema Bersyukur atas Keberagaman. Di dalam

tema ini terbagi menjadi empat subtema dan tersusun dalam 6

pembelajaran. Adapun materi pembelajaran pada subtema Bersyukur atas

Keberagaman ini antara lain: Bahasa Indonesia, Ilmu Pengetahuan Alam.

Ilmu Pengetehuan Sosial, SBdP, PPKn, PJOK. Kemampuan yang

dikembangkan pada tiap pembelajarannya berbeda-beda.

a. Kegitan pembelajaran 1 di dalamnya memuat mata pelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, dan Bahasa indonesia.

Kegiatan yang ada dalam pembelajaran 1 ini yaitu menemukan

gagasan pokok dan gagasan pendukung dari teks lisan, menceritakan

pengalaman diri bekerjasama dalam keberagaman, melakukan

percobaan.

b. Kegiatan pembelajaran 2 di dalamnya memuat mata pelajaran

Matematika, PPKn dan SBdP. Kegiatan yang ada dalam

pembelajaran 2 ini yaitu menemukan hubungan antara sisi dan sudut

pada segi banyak beraturan, menari tarian daerah “Bungong

jeumpa”, mendiskusikan pentingnya kerjasama dalam keberagaman.

Page 42: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/30922/4/17. BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum a. Pengertian Kurikulum Menurut

57

c. Kegiatan Pembelajaran 3 di dalamnya memuat mata pelajaran PJOK,

Ilmu Pengetahuan Alam dan Bahasa Indonesia. Kegiatan yang ada

dalam pembelajaran 3 ini yaitu melakukan permainan tradisional

engklek, menemukan gagasan pokok dan pendukung dari teks lisan,

melakukan percobaan.

d. Kegiatan pembelajaran 4 di dalamnya memuat mata pelajaran

Matematika, PPKn dan Bahasa Indonesia. Kegiatan yang ada dalam

pembelajaran 4 ini yaitu menceritakan pengalaman diri bekerjasama

dalam keberagaman, menemukan jumlah sudut pada segitiga,

menemukan gagasan pokok dan pendukung dari teks.

e. Kegiatan pembelajaran 5 di dalamnya memuat mata pelajaran

Matemtika, Ilmu Pengetahuan Sosial dan SBdP. Kegiatan yang ada

dalam pembelajaran 5 ini yaitu mempresentasikan keragaman sosial

dan budaya, menari tarian Bungong Jeumpa, mengukur sudut.

f. Kegiatan pembelajaran 6 di dalamnya memuat mata pelajaran PJOK,

PPKn dan Bahasa Indonesia. Kegiatan yang ada dalam pembelajaran

6 ini yaitu menceritakan sikap kerjasama, meringkas teks lisan

Wedang Jahe, mempraktikan gerak dasar lokomotor dalam

permainan engklek.

Adapun pemetaan kompetensi dasar 1, 2, 3 dan 4 serta ruang lingkup

dari materi yang akan dibahas pada Subtema Indahnya Kebersamaan di

Indonesia ini adalah sebagai berikut:

Page 43: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/30922/4/17. BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum a. Pengertian Kurikulum Menurut

58

BERSYUKUR ATAS KEBERAGAMAN

PEMETAAN KI 3 & KI 4

Bagan 2.1

Pemetaan Kompetensi Dasar KI 3 & KI 4

Page 44: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/30922/4/17. BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum a. Pengertian Kurikulum Menurut

59

RUANG LINGKUP PEMBELAJARAN

Bagan 2.2 Ruang Lingkup Pembelajaran

Page 45: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/30922/4/17. BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum a. Pengertian Kurikulum Menurut

60

PEMBELAJARAN 1

Bagan 2.3 Pemetaan Kegiatan Pembelajaran 1

Page 46: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/30922/4/17. BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum a. Pengertian Kurikulum Menurut

61

PEMBELAJARAN 2

Bagan 2.4 Pemetaan Kegiatan Pembelajaran 2

Page 47: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/30922/4/17. BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum a. Pengertian Kurikulum Menurut

62

PEMBELAJARAN 3

Bagan 2.5 Pemetaan Kegiatan Pembelajaran 3

Page 48: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/30922/4/17. BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum a. Pengertian Kurikulum Menurut

63

PEMBELAJARAN 4

Bagan 2.6 Pemetaan Kegiatan Pembelajaran 4

Page 49: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/30922/4/17. BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum a. Pengertian Kurikulum Menurut

64

PEMBELAJARAN 5

Bagan 2.7 Pemetaan Kegiatan Pembelajaran 5

Page 50: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/30922/4/17. BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum a. Pengertian Kurikulum Menurut

65

PEMBELAJARAN 6

Bagan 2.8 Pemetaan Kegiatan Pembelajaran 6

Page 51: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/30922/4/17. BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum a. Pengertian Kurikulum Menurut

66

B. Hasil Penelitain Yang Relevan

1. Skripsi Rani Fittriani

Hasil penelitian dari Rani Fitriani (105060169) mahasiswa dari unpas

tahun pembuatan 2014 berjudul penggunaan model discovery learning

untuk meningkatkan kreatifitas dan hasil belajar kelas I SDN 7 Lembang

pada subtema aku merawat tubuhku. Peneliti menemukan dari hasil

penelitian menunujukan bahwa penggunaan model discovery learning

dapat meningkatkan kemampuan kreatifitas siswa dan hasil belajar siswa.

Hal tersebut dapat nilai yang meningkat dalam kemampuannya

kreatifitas dan hasil belajar siswa yang mencapai ketuntasan pada siklus I

mencapai 13 siswa atau 52%, siklus II mencapai 17 siswa atau 68%, siklus

III mencapai 25 siswa atau 100%. Sedangkan nilai pada hasil belajar

(sikap, pengetahuan dan keterampialn) pada aspek sikap siklus I mencapai

11 siswa atau 44%, siklus II mencapai 17 siswa atau 68%, siklus III

mencapai 23 siswa atau 92%. Aspek penegtahuan siklus I mencapai 10

siswa atau 40%, siklus II mencapai 16 siswa atau 64%, siklus III mencapai

23 siswa atau 92%. Pada aspek keterampilan siklus I mencapai 10 siswa

atau 40%, siklus II mencapai 15 siswa atau 60%, siklus III mencapai 23

atau 92%.

2. Skripsi Yeni Haryani

Hasil Penelitian dari Yeni Haryani (1107023) mahasiswa dari UPI

tahun pembuatan 2013 berjudul pendekatan discovery learning untuk

meningkatkan hasil belajar siswa pada materi alat indra manusia. Peneliti

tindakan kelas dalam pembelajaran IPA siswa kelas IV SDN Pendeuy

Kecamatan Sukabumi Kabupaten Sukabumi). Peneliti menemukan

kenyataan di lapangan tujuan dari pembelajaran di SDN Pendeuy belum

tercapai secara maksimal. Ukuran pencapain itu melalui nilai perolehan

siswa hanya mampu mencapai 5,24. Hasil pembelajaran dengan

menggunakan model belajar pendekatan discovery mampu meningkatkan

nilai siswa untuk mencapai KKM yaitu 65, dimana terjadi peningkatan

dari tiap siklus pembelajaran, siklus I rata-rata siswa mencapai 53, 24

Page 52: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/30922/4/17. BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum a. Pengertian Kurikulum Menurut

67

siklus II rata-rata siswa mencapai 68, 24 dan pada siklus III rata-rata siswa

mencapai 78, 82.

C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan pengamatan kelas, dalam proses pembelajran terasa

monoton, pengembangan sikap peduli dan santun serta pengetahuan kurang

dikembangkan. Caranya adalah dengan melatih pengetahuan guru tentang

model-model tentang model-model pembelajaran khususnya model

Discovery Learning, kemudian mengaplikasikanya secara baik dan benar.

Hasilnya diharapkan proses pembelajaran di kelas tidak lagi monoton

dengan menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan materi

pembelajaran, sehingga sikap peduli dan santun serta pengetahhuan dapat

meningkat. Berikut peneliti rumuskan poin-poin penting dalam kerangka

pemikiran ini.

Pada kondisi awal guru masih melakukan pembelajaran yang monoton

dan masih kurang pengetahuannya mengenai model pembelajaran yang

tepat di gunakan dalam setiap materi sehingga hasil belajar belum terlihat.

Sehingga siswa menjadi pasif tidak tumbuh sikap peduli dan santun dalam

dirinya dan hasil belajar menjadi kurang baik.

Hal demikian peneliti melakukan tindakan untuk lebih meningkatkan

sikap peduli dan santun yang akan mempengaruhi pada hasil belajar.

Tindakan yang diambil dengan menggunakan model Discovery Learning

diharapkan siswa akan menjadi peduli dan santun.

Model Discovery Learning adalah teori belajar yang didefiniskan sebagai

proses pembelajaran yang terjadi bila siswa tidak disajikan dengan dengan

pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharpkan mengorganisasi sendiri.

Model Discovery Learning ini dalam prosesnya menggunakan kegiatan dan

pengalaman langsung sehingga akan lebih menarik perhatian anak didik dan

memungkinkan pembentukan konsep-konsep abstrak yang mempunyai

makna, serta kegiatannya pun lebih realitas. Ilahi dalam (Gina Rosarina,

2016, hlm. 4). Diunduh 22-05-2017. 09:00. Sedangkan menurut Mohammad

Takdir Ilahi (2012, hlm. 40) bahwa “Discovery strategi dalam proses

Page 53: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/30922/4/17. BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum a. Pengertian Kurikulum Menurut

68

pembelajaran harus ditumbuhkan secara komprehensif, karena belajar

dengan menggunakan strategi penemuan mempunyai relevansi dengan masa

depan anak didik”. Dari beberapa pengertian di atas peneliti menyimpulkan

bahwa model Discovery Learning adalah ditemukannya konsep dan prinsip

yang sebelumnya tidak diketahui melalui proses pembelajaran yang

disajikan oleh guru dalam suatu masalah yang mampu siswa telaah hingga

sampai kepada suatu kesimpulan.

Penggunaan model Discovery Learning ini adalah guru berusaha

meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar. Menurut

Hanafiah dan Suhana (2009, hlm. 79) ada beberapa keunggulan model

discovery learning yaitu:

1) Membantu peserta didik untuk mengembangkan, kesiapan, serta

penguasaan ketarampilan dalam proses kognitif.

2) Peserta didik memperoleh pengetahuan secara individual sehingga

dapat dimengerti dan mengendap dalam pikirannya.

3) Dapat membangkitkan motivasi dan gairah belajar peserta didik untuk

belajar lebih giat lagi.

4) Memberikan peluang untuk berkembang dan maju sesuai dengan

kemampuan dan minat masing-masing.

5) Memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan

proses menemukan sendiri karena pembelajaran berpusat pada peserta

didik dengan peran guru yang sangat terbatas.

Dengan adanya hasil penelitian terdahulu, peneliti dapat mengetahui

gambaran keberhasilan hasil yang didapat dengan menggunakan model

Discovery Learning dan menjadi tolak ukur peneliti dalam menyusun

skripsi.

Hal tersebut di atas dapat dilihat pada hasil penelitian terdahulu yang

pertama ditulis oleh Rani Fitriani (105060169) mahasiswa dari unpas tahun

pembuatan 2014 berjudul penggunaan model discovery learning untuk

meningkatkan kreatifitas dan hasil belajar kelas I SDN 7 Lembang pada

subtema aku merawat tubuhku. Hasil pembelajaran dengan menggunakan

discovery learning, Hal tersebut dapat nilai yang meningkat dalam

kemampuannya kreatifitas dan hasil belajar siswa yang mencapai ketuntasan

pada siklus I mencapai 13 siswa atau 52%, siklus II mencapai 17 siswa atau

68%, siklus III mencapai 25 siswa atau 100%. Sedangkan nilai pada hasil

Page 54: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/30922/4/17. BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum a. Pengertian Kurikulum Menurut

69

belajar (sikap, pengetahuan dan keterampialn) pada aspek sikap siklus I

mencapai 11 siswa atau 44%, siklus II mencapai 17 siswa atau 68%, siklus

III mencapai 23 siswa atau 92%. Aspek penegtahuan siklus I mencapai 10

siswa atau 40%, siklus II mencapai 16 siswa atau 64%, siklus III mencapai

23 siswa atau 92%. Pada aspek keterampilan siklus I mencapai 10 siswa

atau 40%, siklus II mencapai 15 siswa atau 60%, siklus III mencapai 23 atau

92%.

Penelitian terdahulu yang kedua dari Yeni Haryani (1107023) mahasiswa

dari UPI tahun pembuatan 2013 berjudul pendekatan discovery learning

untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi alat indra manusia.

Peneliti tindakan kelas dalam pembelajaran IPA siswa kelas IV SDN

Pendeuy Kecamatan Sukabumi Kabupaten Sukabumi). Peneliti menemukan

kenyataan di lapangan tujuan dari pembelajaran di SDN Pendeuy belum

tercapai secara maksimal. Ukuran pencapain itu melalui nilai perolehan

siswa hanya mampu mencapai 5,24. Hasil pembelajaran dengan

menggunakan model belajar pendekatan discovery mampu meningkatkan

nilai siswa untuk mencapai KKM yaitu 65, dimana terjadi peningkatan dari

tiap siklus pembelajaran, siklus I rata-rata siswa mencapai 53, 24 siklus II

rata-rata siswa mencapai 68, 24 dan pada siklus III rata-rata siswa mencapai

78, 82.

Berdasarkan uraian pendekatan model Discovery Learning di atas dapat

disimpulkan bahwa ditemukannya konsep dan prinsip yang sebelumnya

tidak diketahui melalui proses pembelajaran yang disajikan oleh guru dalam

suatu masalah yang mampu siswa telaah hingga sampai kepada suatu

kesimpulan. Model ini pun memiliki kelebihan yaitu membantu siswa untuk

memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses

penemuan, sedangkan kelemahannya metode ini tidak efesien untuk

mengajar jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu yang

lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah

lainnya.

Hasil akhir akan meningkat baik dari segi sikap peduli dan santun siswa

maupun hasil belajar siswa seiring dengan terlaksananya proses

Page 55: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/30922/4/17. BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum a. Pengertian Kurikulum Menurut

70

pembelajaran yang sesuai dengan perencanaan peneliti. Kerangka pemikiran

yang dijelaskan secara deskripsi di atas dapat dijabarkan secara singkat pada

bagan dibawah ini:

Bagan 2.9

Kerangka Pemikiran

1. Belajar (Cucu

Suhana, 2014, hlm.

5).

2. Rendahnya hasil

belajar, mencakup 3

aspek yaitu:

a. Pengetahuan

(purwanto, 2016,

hlm. 50).

b. Sikap yang

dikembangkan

pada subtema

Bersyukur atas

Keberagaman

(Krathwol dalam

purwanto, 2016,

hlm. 51-52).

c. Keterampilan

(Harrow dalam

Purwanto, 2016,

hlm. 52-53).

3. Kurangnya

pemakaian model

dalam setiap proses

kegiatan

pembelajaran

Pembelajaran adalah

salah satu strategi

yang bisa digunakan

untuk memotivasi

siswa dengan cara

penggunaan model

pembelajaran

Discovery Learning

dalam pembelajaran

tematik Kurikulum

2013 yang

diharapkan dapat

meningkatkan hasil

belajar siswa dalam

pembelajaran

subtema Bersyukur

atas Keberagaman.

1. Pembelajaran

(Hamzah B. Uno,

2007, hlm. 54)

2. Model

Pembelajaran

Discovery

Learning (Ilahi

dalam Gina R,

2016, hlm. 4)

3. Kurikulum 2013

(UU No. 20

Tahun 2003)

1. Siswa dapat

memahami konsep

pembelajaran dalam

tematik pada subtema

Bersyukur atas

Keberagaman.

2. Hasil belajar dalam

aspek pengetahuan

siswa meningkat di

atas KKM yang telah

ditentukan di SDN

184 Buah Batu.

3. Sikap peduli dan

santun sudah mulai

muncul.

4. Keterampilan sudah

mulai berkembang.

INPUT PROSES OUTPUT

EVALUASI AWAL

Melakukan

pembelajaran tematik

kurikulum 2013 dengan

menggunakan model

Discovery Learning.

EVALUASI AKHIR

Page 56: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/30922/4/17. BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum a. Pengertian Kurikulum Menurut

71

D. Asumsi dan Hipotesis Tindakan

1. Asumsi

Menurut buku panduan penulisan skripsi (2017, hlm 18) adalah sebagai

berikut:

Asumsi merupakan titik tolak pemikiran yang kebenarannya di

terima peneliti. Asumsi berfungsi sebagiai landasan perumusan

hipotesis. Oleh karena itu, asumsi penelitian yang diajukan berupa

teori-teori, evidensi-evidensi, atau dapat pula dari pemikiran

peneliti. Rumusan asumsi berbentuk kalimat yang bersifat

deklaratif, bukan kalimat pertanyaan, perintah, pengharapan, atau

kalimat yang bersifat saran.

Berdasarkan penjelasan mengenai asumsi, bahwa asumsi merupakan

suatu kebenaran yang tidak memerlukan lagi suatu pengujian untuk

mengetahui atau menentukan kebenaranya. Berdsarkan rujukan menurut

para ahli diatas, bahwa peneliti peneliti membuat asumsi berupa teori-teori

yang berfungsi sebagai landasan untuk perumusan hipotesis. Asumsi

peneliti yang di ajukan adalah sebagai berikut:

a. Penggunaan perencanaan pelaksanaan pembelajaran dengan

menggunkan model Discovery Learning sehingga dapat meningkatkan

hasil belajar siswa di kelas IV SDN 184 Buah Batu Kota Bandung.

b. Penggunaan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunkan model

Discovery Learning sehingga dapat meningkatkan sikap peduli dan

santun siswa pada tema 1 subtema 3 di kelas IV SDN 184 Buah Batu

Kota Bandung.

2. Hipotesis Tindakan

Hipotesis merupakan suatu jawaban sementara terhadap tujuan dari

penelitian. Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka secara umum

hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah penggunaan model

Discovery Learning untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV di

SDN 184 Bauh Batu Kota Bandung pada subtema bersyukur atas

keberagaman. Adapun secara khusu hipotesis tindakan sebagai berikut:

1. Jika guru menyusun perencanaan RPP sesuai dengan permendikbud

No. 65 Tahun 2013 dengan menggunakan model Discovery Learning

Page 57: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/30922/4/17. BAB II.pdf · 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum a. Pengertian Kurikulum Menurut

72

maka hasil belajar siswa kelas IV SDN 184 Buah Batu Kota Bandung

pada subtema bersyukur atas kebergaman dapat meningkat.

2. Jika guru melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan sintks

model Discovery Learning maka hasil belajar siswa kelas IV SDN 184

Buah Batu Kota Bandung pada subtema bersyukur atas keberagaman

dapat meningkat.

3. Jika guru menerapkan model Discovery Learning pada subtema

bersyukur atas keberagaman maka sikap peduli dan santun siswa kelas

IV SDN 184 Buah Batu Kota Bandung dapat meningkat.

4. Jika guru menerapkan model Discovery Learning pada subtema

bersyukur atas keberagaman maka hasil belajar siswa kelas IV SDN

184 Buah Batu Kota Bandung dapat meningkat.