bab ii kajian pustaka a. pengertian karya sastra

44
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Karya Sastra Menurut Sumardjo dan Saini (dalam Rokhmansyah 2014:2), sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Karya sastra adalah objek manusiawi, fakta kemanusiaan atau fakta kultural, sebab merupaka hasil ciptaan manusia (Faruk, 2014:77). Sedangkan menurut Ratna (2015:342), karya sastra memberikan pemahaman terhadap masyarakat secara tidak lansung. Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa karya sastra merupakan ungkapan seseorang yang berupa pengalaman, pemikiran, dan ide seseorang yang digambarkan secara konkret sehingga memberikan pemahaman kepada orang lain. B. Hakikat Novel Novel merupakan bentuk karya sastra yang paling popular di dunia. Bentuk karya sastra yang satu ini paling banyak beredar karena daya komunikasinya yang luas pada masyrakat. Kata novel berasal dari kata Latin novellus yang diturunkan pula dari kata novies yang berarti “baru”. Dikatakan baru karena bila dibandingkan dengan jenis-jenis sastra lainnya seperti puisi, drama, dan lain-lain, maka jenis novel ini

Upload: others

Post on 19-Oct-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Karya Sastra

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Karya Sastra

Menurut Sumardjo dan Saini (dalam Rokhmansyah 2014:2), sastra merupakan

ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide,

semangat keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkret yang membangkitkan

pesona dengan alat bahasa. Karya sastra adalah objek manusiawi, fakta kemanusiaan

atau fakta kultural, sebab merupaka hasil ciptaan manusia (Faruk, 2014:77).

Sedangkan menurut Ratna (2015:342), karya sastra memberikan pemahaman

terhadap masyarakat secara tidak lansung.

Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa karya sastra

merupakan ungkapan seseorang yang berupa pengalaman, pemikiran, dan ide

seseorang yang digambarkan secara konkret sehingga memberikan pemahaman

kepada orang lain.

B. Hakikat Novel

Novel merupakan bentuk karya sastra yang paling popular di dunia. Bentuk

karya sastra yang satu ini paling banyak beredar karena daya komunikasinya yang

luas pada masyrakat. Kata novel berasal dari kata Latin novellus yang diturunkan pula

dari kata novies yang berarti “baru”. Dikatakan baru karena bila dibandingkan dengan

jenis-jenis sastra lainnya seperti puisi, drama, dan lain-lain, maka jenis novel ini

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Karya Sastra

7

muncul (Tarigan, 2015:167). Sedangkan menurut Kosasih (2014:60), mengemukakan

bahwa novel adalah karya imajinatif yang mengisahkan sisi utuh atas problematika

kehidupan seseorang atau beberapa orang tokoh. The American College Dictionary,

mengemukakan bahwa novel adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang

yang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak, serta adegan kehidupan nyata yang

representative dalam suatu atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut (Tarigan,

2015:167)

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan novel adalah karya imajinatif

yang menceritakan sisi utuh kehidupan manusia yang melukiskan para tokoh serta

adegan kehidupan yang dialami tokoh dengan menggunakan suatu alur.

C. Unsur-unsur Instrinsik

a. Tema

Menurut Hartoko dan Rahmanto (dalam Nurgiyantoro, 2015:115),

mengemukakan bahwa tema adalah gagasan abstrak utama yang terdapat dalam

sebuah karya sastra atau secara berulang-ulang dimunculkan baik secara eksplisit

maupun (yang banyak ditemukan) implisit lewat pengulangan motif. Menurut

Kosasih (2012:60), tema adalah gagasan yang menjalin struktur isi cerita. Tema suatu

cerita menyangkut segala persoalan, baik itu berupa masalah kemanusiaan,

kekuasaan, kasih saying, kecemburuan, dan sebagainya. Tema adalah gagasan, ide

atau pilihan utama yang mendasari karya sastra, (Sudjiman dalam Rokhmansyah,

2014:33).

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Karya Sastra

8

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan tema adalah gagasan utama,

inti atau ide dasar sebuah cerita yang menopang sebuah karya sastra yang terkandung

di dalam cerita.

b. Latar atau Setting

Menurut Kosasih (2012:67), latar (setting) meliputi tempat, waktu, dan

budaya yang digunakan dalam suatu cerita. Latar dalam suatu cerita bersifat faktual

atau bisa pula imajiner. Latar berfungsi untuk memperkuat atau mempertegas

keyakinan pembaca terhadap jalannya suatu cerita. Latar atau setting itu sebagai

landas tumpu, menujuk pada pengertian tempat, hubungan waktu sejarah, dan

lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan, (Abrams

dalam Nurgiyantoro, 2015:303). Menurut Semi (dalam Rokhmansyah, 2014: 38),

latar atau setting adalah lingkungan tempat terjadinya suatu peristiwa, lingkungan

yang dimaksud bukan sekedar tempat, tapi juga termasuk waktu, dan suasana ketika

sebuah peristiwa terjadi.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan latar atau setting adalah

tempat, waktu, atau sosial budaya yang memberikan pijakan cerita secara konkret dan

jelas.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Karya Sastra

9

c. Tokoh dan Penokohan

1) Tokoh

Tokoh cerita (character), adalah orang-orang yang ditampilkan dalam

sesuatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsikan memiliki

kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam

ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan, (Abrams dalam Nurgiyantoro,

2015:247).

Tokoh adalah istilah yang menunjukan pada orangnya, pelaku cerita,

misalnya jawaban terhadap pertanyaan: “Siapakah tokoh utama novel itu?”,

atau “Ada berapa orang jumlah tokoh dalam novel itu ?”, dan sebagainya.

Watak, perwatakan, dan karakter, menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh

seperti ditafsirkan oleh pembaca, lebih merujuk pada kualitas pribadi seorang

tokoh, (Nurgiyantoro, 2015:247).Menurut Sudjiman, (dalam, Rokhmansyah,

2014:34), “Tokoh merupakan individu rekaan yang mengalami peristiwa atau

berlaku andil dalam berbagai peristiwa cerita.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan tokoh adalah individu

rekaan yang ditampilkan dalam sesuatu karya naratif yang mempunyai watak

dan prilaku tertentu dalam seuatu cerita.

2) Penokohan

Menurut Kosasih (2012:67), “Penokohan merupakan salah satu unsur

intrinsik karya sastra, disamping tema, alur, latar, sudut pandang, dan amanat.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Karya Sastra

10

Penokohan adalah cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan

karakter tokoh-tokoh dalam cerita”.

Menurut Rokhmansyah, (2014:34), penokohan dan perwatakan adalah

pelukisan mengenai tokoh cerita, baik keadaan lahirnya maupun batinnya yang

dapat berubah, pandangan hidupnya, sikapnya, keyakinannya, adat istiadatnya,

dan sebagainya.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan penokohan adalah

pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang dalam seuah cerita atau cara

pengarang menggambarkan serta mengembangkan karakter tokoh dalam cerita.

d. Alur atau Plot

Menurut Stanton dalam Nurgiyantoro (2015:167), mengemukakan bahwa alur

atau plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya

dihubungkan terjadinya peristiwa yang lain.

Penampilan peristiwa demi peristiwa yang hanya mendasarkan diri pada

urutan waktu saja belum merupakan plot, agar menjadi sebuah plot, peristiwa-

peristiwa itu haruslah diolah dan disiasati secara kreatif sehingga hasil pengolahan

dan penyiasatannya itu sendiri merupakan sesuatu yang indah dan menari,

(Nurgiyantoro, 2015:167). Sedangkan menurut Kosasih (2012:63), alur atau plot

merupakan pola pengembanga cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab akibat.pola

pengembangan cerita suatu novel tidaklah seragam.Pola-pola pengembangan cerita

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Karya Sastra

11

yang kita jumpai, antara lain, jalan cerita suatu novel, kadang berbelit-belit, dan

penuh kejutan, juga kadang-kadang sederhana.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan alur atau plot adalah susunan

peristiwa dalam cerita yang berisi kejadian-kejadian atau peristiwa dalam sebuah

novel.

e. Sudut pandang

Sudut pandang (point of view), menunjuk pada cara sebuah cerita dikisahkan,

merupakan cara atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk

menyajikan cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca, (Abrams dalam

Nurgiyantoro, 2015:338).

Menurut Stanto dalam Rokhmansyah (2014:39), sudut pandang adalah posisi

yang menjadi pusat kesadaran tempat memahami setiap peristiwa dalam cerita. Sudut

pandang yang digunakan oleh pengarang pada karya sastranya merupakan cara

pengarang untuk menceritakan cerita dalam karyanya.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan sudut pandang adalah cara

atau posisi pengarang atau pandangan pengarang untuk menggambarkan para pelaku

dalam cerita atau karya fiksi.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Karya Sastra

12

Nurgiyantoro (2015:346-359), sudut pandang dapat dibedakan yaitu sebgai

berikut.

1) Sudut pandang persona ketiga “Dia”

Pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang person ketiga, gaya

“dia”, narrator adalah seseorang yang berada di luar cerita yang menampilkan

tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama, atau kata gantinya: ia, dia, dan mereka.

Nama-nama tokoh cerita, khususnya yang utama kerap atau terus menerus disebut,

dan sebagai variasi dipergunakan kata ganti.

2) Sudut pandang person pertama “Aku”

Dalam pengisahan cerita yang dipergunakan sudut pandang persona

pertama, first person point of view, “Aku”, jadi gaya “aku” narrator adalah

seseorang ikut terlibat dalam cerita. Ia adalah si “aku” tokoh yang berkisah,

mengisahkan kesadaran dirinya sendiri, mengisahkan peristiwa dan tindakan, yang

diketahui, dilihat, didengar, dialami, dan dirasakan serta sikapnya terhadap orang

(tokoh) lain kepada pembaca.

3) Sudut pandang person kedua “Kau”

Dalam pengisahan cerita dipergunakan teknik “kau” biasanya dipakai

“mengoranglainkan” diri sendiri sebagai orang lain. Keadaan ini dapat ditemukan

pada cerita fiksi yang disudutpandangi “aku” maupun “dia” sebagai variasi

penuturan atau penyebutan. Hal itu dipilih tentu juga tidak lepas dari tujuan

menuturkan sesuatu dengan yang berbeda, yang asli, yang lain daripada yang lain

sehingga terjadi kebaruan serapan indera atau penerimaan pembaca.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Karya Sastra

13

4) Sudut pandang campuran

Penggunaan sudut pandang dalam sebuah novel mungkin lebih dari satu

teknik. Pengarang dapat berganti-ganti dari teknik yang satu keteknik yang lain

untuk sebuah cerita yang ditulisnya/penggunaan sudut pandang campuran di dalam

sebuah novel, mungkin berupa penggunaan sudut pandang persona ketiga dengan

teknik “dia” mahatahu dan “dia” sebagai pengamat.

f. Gaya Bahasa

Gaya bahasa (style) merupakan cara pengucapan pengarang dalam

mengemukakan sesuatu terhadap pembaca (Nurgiyantoro, 2015:276). Menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2015:344), gaya bahasa atau majas

adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh

efek-efek tertentu, keseluruhan cirri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas

dalam menyampaian pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis.

Sedangkan menurut Aminuddin (2013:72), merupakan cara seorang pengarang

menyampaikan gagasannya dengan meneggunakan makna bahasa yang indah dan

harmonis serta mampu menuansakan makna dan suasana yang dapat menyentuh daya

intelektual dan emosional pembaca. Gaya bahasa dari segi bahasa, pengarang

menggunakan kata-kata atau kalimat dalam bahasa yang biasa dipahami dan

dimengerti sebagai pemilik dan pembaca sebagai orang yang menikmati karya sastra

itu. Sedangkan dari segi makna dan keindahannya, karya sastra itu disajikan dengan

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Karya Sastra

14

makna yang padat dan reflektif, kalimat-kalimatnya berupa bentukan dari kata-kata

dan frasa yang bermakna kiasan dan mengandung majas, (Rokhmansyah 2014:33).

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan gaya bahasa adalah

penggunaan bahasa dengan kalimat-kalimat berupa bentukan kata yang bermakna

kiasan dan mengandung majas.

g. Amanat

Amanat merupakan pesan pengarang yang disampaikan melalui tulisannya

baik berupa novel maupun cerbung, (Rokhmansyah 2014:33). Amanat yang

terkandung dalam sebuah karya sastra tentunya diharapkan dapat member manfaat

bagi pembacanya. Menurut Kosasih (2012:71) amanat merupakan ajaran moral atau

pesan didaktis yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca melalui

karyanya itu.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan amanat adalah pesan-pesan

yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca atau pendengar melalui sebuah

karya sastra.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Karya Sastra

15

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Menurut Faruk (2014:23), metode harus sesuai dengan kenyataan adanya

objek yang bersangkutan, sesuai dengan apa yang disebut sebagai kodrat keberadaan

objek itu. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

Menurut Siswantoro (2016:56), metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur

pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan

keadaan subjek atau objek penelitian (novel, drama, cerita pendek, puisi) pada saat

sekaramg berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Sedangkan

menurut Arikunto (2013:3) metode deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan

untuk menyelidiki keadaan, kondisi, atau hal-hal yang sudah disebutkan, yang

hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan metode deskriftip

merupakan metode yang digunakan untuk memecahkan masalah berdasarkan hal-hal

yang sudah disebutkan yang hasilnya berbentuk laporan penelitian.

B. Sumber Data

Sumber data adalah subjek penelitian dari mana data diperoleh. (Siswantoro,

2016:72). Sedangkan menurut Arikunto (2013:172), sumber datadalam penelitian

adalah subjek dari mana data diperoleh. Sumber data penelitian ini adalah novel Ibuk

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Karya Sastra

16

karya Iwan Setyawan, terbit tahun 2012 yang diterbitkan PT Gramedia Pustaka

Utama Jakarta dengan ketebalan 289 halaman.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi.

Menurut Arikunto (2013:274), teknik dokumentasi yaitu teknik yang dilakukan untuk

mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku,

surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.

Dokumen utama yang penulis gunakan adalah novel Ibuk karya Iwan Setyawan selain

itu penulis menggunakan buku-buku dan sumber lainnya yang berhubungan dengan

karya sastra yang ada kaitannya dengan penelitian ini.

D. Analisis Data

Untuk melakukan pengkajian terhadap unsur-unsur pembentuk teks

kesastraan, khususnya teks fiksi, pada umumnya kegiatan itu disertai oleh kerja

analisis.Istilah analisis, misalnya analisis teks fiksi menunjuk pada pengertian

mengurai karya itu atas unsur-unsur pembentuknya, yaitu yang berupa unsur-unsur

intrinsik (Nurgiyantoro, 2015:52).

Dalam menganalisis novel Ibuk karya Iwan Setyawan, peneliti melakukan

langkah-langkah sebagai berikut.

1. Membaca novel Ibuk karya Iwan Setyawan secara teliti, dan cermat sehingga

dapat memahami maksud cerita.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Karya Sastra

17

2. Membuat sinopsis novel Ibuk karya Iwan Setyawan, untuk memberikan

gambaran cerita secara keseluruhan baik bagi peneliti maupun pembaca.

3. Menganalisis cerita dengan unsur-unsur intrinsik yang tepat pada novel Ibuk

karya Iwan Setyawan.

4. Mendeskripsikan unsur-unsur intrinsik yang terkandung dalam novel Ibuk

karya Iwan Setyawan.

5. Menyimpulkan hasil penelitian.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Karya Sastra

18

BAB IV

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Paparan Data

Setelah dianalisis novel Ibuk karya Iwan Setyawan peneliti menemukan

dan memaparkan data sebagai berikut. (1) Sinopsis novel Ibuk karya Iwan

Setyawan dan (2) Subjudul novel Ibuk karya Iwan Setyawan.

1. Sinopsis Novel Ibuk karya Iwan Setyawan

Novel ini berkisah tentangperjalanan hidup sebagai anak sopir angkot

yang berhasil menaklukan New York City. Berawal dari Sim seorang playboy

pasar yang juga seorang kernet angkot, yang jatuh hati pada Tinah, gadis

penjual pakaian bekas bermata teduh di pasar batu. Tanpa persiapan, tanpa

rasa takut, hanya karna kesederhaan dan ketulusan cinta, mereka melawan

rasa takut itu dan memulai kehidupan baru. Hingga mereka memiliki lima

orang anak yaitu Isa, Nani, Bayek, Rini dan Mira. Ibu beretekad untuk

mengubah takdir anak-anaknya kelak, ibu ingin anak-anaknya

sekolah sampai jenjang sarjana, karna dulu ibu tidak lulus SD, bapak pun

tidak lulus SMP. Ibu selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk

anak-anaknya.

Kehidupan ibu selalu berkisar di dapur kecilnya yang penuh dengan

jelaga, sama halnya dengan kehidupannya, namun anak-anak ibu dapat

menjadi penerang dan penghapus jelaga di kehidupan ibu, mereka adalah

harta paling berharga bagi ibu. Semua yang keluar dari rahimnya harus hidup

bahagia tanpa jelaga, begitulah tekad ibu.

Suatu pagi ibu yang sedang mengandung Rini mengangkat dua

ember plastik merah dengan Bayek yang terus mengikuti ibu sambil menarik-

narik dasternya bertemu dengan Mbah Carik, nenek tua yang dianggap orang

pintar di kampung itu. Mbah Carik berkata “ Nah sabar, sekarang hidupmu

susah. Tapi percaya aku, Nah anak lanang yang ada dibelakangmu itu kelak

akan membahagiakanmu” (Setyawan, 2012:81). Sehari-hari bapak menarik

angkot milik pamannya, namun dengan ketekunan ibu yang selalu

menyisihkan uang belanja akhirnya dapat membelikan angkot untuk bapak.

Bapak sangat senang karna telah memiliki angkot sendiri walaupun angkot itu

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Karya Sastra

19

hanyalah angkot tua. Ternyata angkot itu hanya membawa kesusahan bagi

keluarga bapak, uang yang seharusnya bapak setor untuk belanja harus

dipakai untuk membetulkan kerusakan-kerusakan angkot bapak. Keadaan itu

membuat ibu sedih, melihat ibu seperti itu Bayek berjanji akan

membahagiakan keluarganya.

Berkat kegigihan dan keuletannya, anak-anak ibu berhasil

mengenyam pendidikan yang tinggi, dengan keseriusan janjinya ibu

meminjam uang dari bang Udin, sehingga telah mengantarkan Bayek

kegerbang kesuksesan. Empat tahun mengenyam pendidikan di IPB Bogor,

jurusan Statistika dengan beasiswa, Bayek lulus dengan predikat lulusan

terbaik. Bayek bekerja di Jakarta selama tiga tahun, dengan doadan dukungan

yang diberikan ibu tanpa henti mengantarkan Bayek berkarier di New York.

Mulai dari sanalah Bayek mulai menepati janjinya untuk membahagiakan

keluarganya dan dirinya sendiri.

New York memberikan banyak pelajaran untuk Bayek, lika-liku

kehidupan berhasil dia hadapi dengan kekuatan dari doa dan dukungan ibu

dan keluarganya. Bayek memiliki misi yang membuatnya harus menahan

rindu pada keluarganya.Misi itu akhirnya berhasil diwujudkan setelah Bayek

melewati 9 musim panas dan 10 musim dingin, Bayekpun kembali ke

keluarga kecilnya di kotaBatu.

Bayekpun menjalani aktivitasnya dengan bahagia karna dikelilingi

keluarga kecilnya, namun kebahagiaan tak akan sepenuhnya ada. Kesedihan

itu datang, sabtu 4 Februari 2012 bapak dipanggil oleh yang maha

kuasa.Sungguh terpukul hati ibu, perempuan tangguh itu merasa sangat

kehilangan belahan jiwa yang selama 40 tahun menemani ibu membangun

keluarga, tak terhitung suka duka yang mereka lewati bersama. Cinta ibu dan

bapak yang sederhana namun kokoh,cinta ibu yang menyelamatkan keluarga.

2. Subjudul Novel Ibuk Karya Iwan Setyawan

Novel yang berjudul Ibuk karya Iwan Setyawan terdiri dari 49 subjudul,

sebagai berikut.

1) Pagi di Pasar Batu

2) Sebuah Awal Sebuah Keberanian

3) Mengenalmu Mencuntaimu

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Karya Sastra

20

4) Maukah Kau Hidup Susah Denganku

5) Berlabuh

6) Awal Pelayaran

7) Lima

8) Nasi Goring Terasi

9) Empat Sehat Lima Sempurna

10) Jelaga di Langit-Langit Dapur

11) Menjaring Pagi

12) Obrolan di Ruang Tamu

13) Membawa Pulang Harapan

14) Kunci di Tangan Bapak

15) Sedikit tentang Aku

16) Atap untuk Kita

17) Mbah Carik dan Misteri

18) Sepatu Jebol

19) Sendang Biru dan Roti Meisis Cokelat

20) Mencoba Berdiri Sendiri

21) Hidup Baruku

22) Di Tengah Malam

23) Janji Bayek

24) Di Wajah Isa

25) Pesta Pertama

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Karya Sastra

21

26) Berlayar Terus Berlayar

27) Doa Ibuk Mengantar Bayek ke New York

28) Sebuah Awal Perjalanan

29) Dua Pilar yang Runtuh

30) Menelusuri Mahattan

31) Rumah Kecil Baru

32) Buah untuk Bapak dan Ibuk

33) Wisdom

34) Kematian dan New York City

35) Vertigo

36) Kembali ke Mahattan

37) Misi Terselesaikan

38) Menyambut Bayek Kembali

39) Buku Pertama

40) Buku Keluarga

41) Perjalanan Baru

42) Cinta yang Kokoh

43) Tak Bisa Jauh: Awal September

44) Menjagamu

45) Siapa yang Mengantar Cucu?

46) Pesan Terakhir

47) Mengantar Bapak Pulang

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Karya Sastra

22

48) Cinta Ibuk

49) Aku

B. Temuan Penelitian

Temuan novel Ibuk karya Iwan Setyawan adalh sebagai berikut. (1)

Tema, (2) Latar atau setting, (3) Tokoh dan penokohan, (4) Alur atau plot, (5)

Sudut pandang atau point of view, (6) Gaya bahasa dan, (7) Amanat.

1. Tema

Tema adalah gagasan, ide atau pilihan utama yang mendasari karya sastra,

(Sudjiman dalam Rokhmansyah, 2014:33). Tema novel Ibuk karya Iwan Setyawan ini

adalah perjuangan seorang Ibu. Memberikan penghidupan yang layak bagi anak-

anaknya melalui jalur pendidikan. Harapan Ibu adalah dengan pendidikan yang

tinggi, anak-anaknya akan memiliki kehidupan yang lebih baik. Hal ini dapat

dibuktikan dalam kutipan berikut ini.

“Nduk, sekolah nang SMP iku mesti.Koen kudu sekolah. Uripmu cek gak

soro koyok aku, Nduk! Aku gak lulus SD. Gak iso opo-opo.Aku mek iso

masak tok. Ojo koyok aku yo Nduk! Cukup aku ae sek gak sekolah…,”

kata ibuk.

(Setyawan, 2012:61)

Kutipan di atas menggambarkan keinginan seorang Ibu agar anaknya

mendapatkan pendidikan yang lebih baik dari pada orang tuanya, dengan

pendidikan yang tinggi diharapkan anak-anak tidak hidup dalam kesengsaraan.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Karya Sastra

23

“Bayek juga, mesti ke SMP 1 terus ke SMA 1 Batu, dan kuliah.Anak-anak

perempuan juga, mesti kuliah.Gak cukup SMP atau SMA saja.Biar kamu

semua dapat kerjaan yang bagus.Biar semua bisa mandiri.biar jadi

manusia yang bermartabat,” lanjut Ibuk ke adik-adik Isa.

(Setyawan, 2012:66)

Kutipan di atas masih membahas tentang pentingnya pendidikan.

Pendidikan bukan hanya penting bagi anak laki-laki tapi juga penting bagi para anak

perempuan.

2. Latar atau Setting

Menurut Kosasih (2012:67), latar (setting) meliputi tempat, waktu, dan

budaya yang digunakan dalam suatu cerita.

a. Latar Tempat

Secara umum ada dua latar tempat yang digunakan dalam novel Ibuk yakni

kota Batu dan New York.

1) Kota Batu

Berikut ini kutipan yang menerangkan latar tempat berada di kota Batu, Malang.

Pagi yang biasa.Pagi yang ramai di Pasar Batu. Di depan kios Mbok Pah,

jajaran angkot mulai menurunkan penumpang. Sebagian besar adalah ibu-

ibu yang akan berbelanja.

(Setyawan, 2012:4)

Meskipun harus bolak-balik dari satu sekolah ke sekolah yang lain, Ibuk

tak pernah meminta bantuan orang lain untuk mengambilkan rapor anak-

anaknya. Dari SD Negeri Ngaglik 1, tempat Bayek dan Rini sekolah, Ibuk

jalan kaki ke sekolah Nani, SD Ngaglik 2. Tempat Isa sekolah di SD

Ngaglik 3, yang paling jauh.

(Setyawan, 2012:63)

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Karya Sastra

24

SD Negri Ngaglik merupakan SD yang di sebuah desa di Kota Batu, tempat

anak-anak Ibu menuntut ilmu, dan tempat yang selalu didatangi Ibu untuk

mengambil rapor anak-anaknya. Dilihat dari kutipan di atas.

Sebuah toko sepatu yang terletak di alun-alun kota Batu menjadi salah satu

tempat yang dituliskan pengarang untuk menceritakan sepenggal adegan cerita di

dalam novel. Dilihat dari kutipan di bawah ini.

“Ni, beli sepatu yang agak gedean ya, biar bisa dipakai sampai kamu kelas

6 entar,” pesan Ibuk sembari memilihkan sepatu untuk Nani di Toko bata

yang terletak di alun-alun Batu.

(Setyawan, 2012:89)

Kelurahan Desa Ngaglik juga merupakan tempat yang sering dikunjungi Ibu

untuk mengurus surat keringanan. Hal itu dilakukan Ibu agar anak-anaknya bisa

melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Dilihat dari kutipan di bawah ini.

Siang harinya Ibuk mengurus surat-surat untuk keringanan uang

bangunan sekolah. Dengan sandal jepit dan daster batik, Ibuk mengajak

Bayek, Mira dan Rini ke kantor kelurahan di dekat SD Ngaglik 1 Batu.

(Setyawan, 2012:122)

2) New York City

Latar tempat berikutnya dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan adalah

kota New York. Di kota tersebut diceritakan kehidupan dan perjuangan Bayek untuk

mewujudkan misinya. Dilihat dari kutipan di bawah ini.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Karya Sastra

25

Bayek menerima tawaran kerja di New York. Dalam hati Ia ingin dekat

dengan keluarga. Tapi keinginan untuk mengubah hidup telah

membulatkan tekadnya untuk pergi ke NewYork.

(Setyawan, 2012:144)

Di belahan dunia yang lain Bayek tiba di New York! Ya, akhirnya Bayek

tiba di New York dan menghirup udara musim gugur untuk pertama

kalinya!

(Setyawan, 2012:146)

Di ruang tamu sebuah apartemen di New York, Bayek akan memulai hidup

barunya. Ia berjuang keras untuk dapat mengubah nasibnya dan nasib keluarganya.

Dilihat dari kutipan di bawah ini.

Dari ruang tamu apartemen yang dia tumpangi inilah Bayek memulai

hidup baru. Mbak Ati, yang membuka jalan Bayek di Amerika,

memperkenalkan kehidupan di New York…

(Setyawan, 2012:148)

Manhattan adalah salah satu kota yang paling indah di New York. Bayek

seringkali berjalan-jalan di area kota tersebut untuk sekedar melepas penat. Tetapi

keadaan Manhattan berubah menjadi sendu karena sebuah tragedi, runtuhnya

gedung Wold Trade Center karena serangan teroris mengubah suasana Manhattan.

Dilihat dari kutipan di bawah ini.

Keesokan paginya Bayek langsung ke Manhattan. Sendirian Ia menelusuri

jalanan di daerah itu dan merasakan hawa kota yang sebelumnya sangat

hidup berganti menjadi melankolis.

(Setyawan, 2012:161)

Minggu-minggu pertama di Manhattan, kaki Bayek selalu bergerak

menelusuri jalanan kota. Ia mulai mengenal beberapa teman tapi ia sering

menikmati hutan beton ini sendiri.

(Setyawan, 2012:169)

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Karya Sastra

26

b. Latar Waktu

Latar waktu yang digunakan dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan adalah

pagi hari, sore hari, dan malam hari.

1) Pagi Hari

Latar waktu pagi hari dapat dilihat dari kutipan di bawah ini.

Pagi yang biasa.Pagi yang ramai di pasar Batu. Di depan kios Mbok Pah,

jajaran angkot mulai menurunkan penumpang.

(Setyawan, 2012:4)

Sebelum ayam berkokok, Bapak sudah terbangun.Ia masih mengenakan

baju yang dipakai tadi malam. Sandal jepit swallow warna biru tua

menanti di depan pintu rumahnya. Ia segera menghidupkan mesin mobil.

(Setyawan,2012:69)

2) Sore Hari

Latar waktu sore hari dapat dilihat dari kutipan di bawah ini.

Minggu depannya, Sim menjemput Tinah selepas azan magrib. Untuk

pertama kalinya Tinah memberanikan diri keluar dengan lelaki yang baru

saja ia kenal.

(Setyawan, 2012:13)

Selepas azan magrib adalah keterangan waktu yang bisa dikatakan sore hari.

3) Malam Hari

Latar waktu malam hari dapat dilihat dari kutipan di bawah ini.

Jam 11 malam. Gang Buntu senyap. Semua pintu tertutup rapat.Korden

menyelimuti jendela di setiap rumah. Hampir semua rumah gelap, hanya

lampu depan yangmenyala.

(Setyawan, 2012:67)

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Karya Sastra

27

Air mata Bayek meleleh setelah salat Isya. terlintas bayangan orang-orang

yang terjebak dalam gedung saat pesawat menabrak.

(Setyawan, 2012:158)

c. Latar Sosial

Latar sosial atau suasana dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan

menggambarkan kehidupan keluarga yang tergolong dalam ekonomi menengah

kebawah. Mengisahkan sebuah keluarga yang bekerja keras demi memenuhi

kebutuhan. Perjuangan untuk mengubah nasib melalui pendidikan dan pekerjaan

yang layak.

…Terob kecil, tempat melempar janur kuning di pasang di depan rumah

Mbok Pah. Mempelai duduk di atas kursi rotan dengan hiasan rangakaian

bunga melati yang sederhana dan harum.Tak ada tenda di depanrumah.

(Setyawan, 2012:24)

Pernikahan Tinah dan Sim digelar begitu sederhana dengan dekorasi

seadanya. Dilihat dari kutipan di atas.

“Meskipun banyak kebocoran di sana-sini, kita mesti bersyukur.Kita ada

di rumah sendiri.Ada tempat untuk makan pisang goreng bersama-sama.

(Setyawan, 2012:79)

Rumah yang ditempati keluarga Ibu tidaklah mewah. Tidak banyak perabot

dan perlengkapan di dalam rumah, bahkan atap rumah sering bocor ketika hujan

turun. Dilihat dari kutipan di atas.

Adalah Ibuk yang senantiasa menemani Bayek lewat obrolan sederhana

dan bening. Adalah Ibuk juga yang selalu mengingatkan Bayek agar tidak

terjebak manisnya kota. Untuk tidak terseret dalam keceriaan yang hampa.

(Setyawan, 2012:174)

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Karya Sastra

28

Peringatan Ibu kepada Bayek untuk selalu menjaga diri dari hingar bingar

kota yang menyesatkan adalah salah satu wujud keprihatinan seorang Ibu terhadap

anaknya yang tinggal jauh dari rumah. Dilihat dari kutipan di atas.

3. Tokoh dan Penokohan

Tokoh- tokoh dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan sebanyak delapan

belas yang tergolong kedalam tokoh utama dan tokoh tambahan.

a. Tokoh

Adapun tokoh-tokoh dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan terbagi menjadi

dua jenis yaitu sebagai berikut.

1) Tokoh Utama

a) Ngatinah (Ibu)

b) Abdul Hasyim (Bapak)

c) Isa

d) Nani

e) Bayek

f) Rini

g) Mira

2) Tokoh Tambahan

a) Mak Gini

b) Mbok Pah

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Karya Sastra

29

c) Cak Ali

d) Mbak Gik

e) Bapak Mun

f) Mbak Ati

g) Pak Lurah

h) Rachel

i) Lek Giyono

j) Bang Udin

k) Mbah Carik

b. Penokohan

Penokohan novel Ibuk karya Iwan Setyawan sebagai berikut.

1) Ibuk/Ngatinah

Ngatinah yang biasa disapa Tinah adalah seorang gadis yang lugu, lembut,

dan pemalu. Dibuktikan dalam kutipan berikut.

Tinah tumbuh menjadi gadis yang lugu.

(Setyawan, 2012:2)

Pada kutipan di atas, penulis langsung menyebutkan watak tokohnya yang

bernama Tinah. Tinah disebutkan memiliki watak lugu.

Di wajah Tinah ada ketenangan seperti kabut yang diam-diam menyelinap disela-sela rumah bambu.Seperti angin pagi yang membawa

kesejukan.Seperti awan yang menggumpal di atas Gunung Arjuno.Sebuah

keluguan yang bisa meluluhkan siapa saja yang mengenalnya.

(Setyawan, 2012:3)

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Karya Sastra

30

Pada kutipan di atas penulis mempertegas watak lugu Tinah dengan

menggambarkan wajahnya. Selain lugu pengarang juga menyebutkan watak Tinah

yang pemalu. Watak itu disebutkan pengarang dalam kalimat di bawah ini.

Tapi Tinah pemalu, ia jarang berbincang dengan pemuda itu. (Setyawan, 2012:3)

Begitulah penggambaran watak Tinah ketika masih gadis. Pengarang

menyebutkan secara langsung bahwa Tinah adalah gadis yang lugu dan pemalu.

Namun seiring berjalannya waktu, ketika Tinah telah membina rumah

tangga dan menjadi serorang istri juga seorang ibu, maka keluguan Tinah pun pelan-

pelan berganti menjadi sosok seorang Ibu yang rajin, kuat, pintar, bijaksana, dan

penuh kasih sayang.

Setelah melihat lima anaknya sudah kenyang, melihat mereka tidur siang,

Ibuk baru menikmati makan siangnya.

(Setyawan, 2012:51)

Dari kutipan di atas juga dapat diketahui bahwa Tinah memiliki sikap yang

prihatin, dan mengalah. Selain itu, diceritakan pula bahwa Ibu adalah perempuan

perkasa yang sanggup bekerja keras dan juga rajin. Hal tersebut dapat diketahui dari

kutipan-kutipan berikut ini.

Ibuk sudah bangun dari jam 4 tadi pagi. Ia langsung menuju dapur,

mencuci piring kotor, semalam, membuatkan kopi untuk Bapak, dan

mencuci pakaian di belakangrumah.

(Setyawan, 2012:40)

Tak ada istilah libur buat Ibuk. Seperti biasa, sudah dari subuh tadi Ia

mencuci baju di belakang rumah.

(Setyawan, 2012:54–55)

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Karya Sastra

31

Begitu banyak aktivitas yang dilakoni Ibu disetiap harinya, semua kegiatan

rumah tangga dilakukan oleh Ibu dengan senang hati.

Lima orang anak pada suatu pagi.Kicau burung pun tak terdengar.Sebuah

pesta kehidupan yang dipimpin oleh seorang perempuan yang sederhana

tapi perkasa.

(Setyawan, 2012:42)

Setelah gagal mengambil rapor Bayek, Ibuk masih harus mengambil rapor

Isa, Nani, dan Rini. Meskipun harus bolak-balik dari sekolah satu ke

sekolah yang lain, Ibuk tak pernah meminta tolong orang lain untuk

mengambilkan raporanak-anaknya.

(Setyawan, 2012:63)

Kutipan- kutipan di atas menggambarkan bahwa Ibu adalah sosok yang

pekerja keras, dan rajin.

Selain penggambaran watak atau sifat, pengarang juga menggambarkan

fisik tokoh Ibu yang mana diceritakan oleh pengarang dalam kutipan berikut ini.

Ibuk mungkin melihat dirinya dalam diri Isa. Puluhan tahun yang lalu di

usia yang hampir sama dengan Isa, Ibuk sekurus Isa. Secantik Isa. Rambutnya sama. Gaya berjalannya sama. Jalan hidupnya saja yang

berbeda.

(Setyawan, 2012:123)

Perawakan Ibu digambarkan sama dengan perawakan Isa, kurus, cantik,

dan memiliki gaya rambut juga cara berjalan yang sama.

2) Bapak/Hasyim

Abdul Hasyim atau biasa dipanggil Sim adalah seorang pemuda yang

berprofesi sebagai kenek angkot di Pasar Batu. Sim yang mudah bergaul juga karena

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Karya Sastra

32

ketampanannya Sim dicap sebagai playboy pasar. Dapat dilihat dari kutipan berikut.

Para sopir angkot dan kenek pun banyak yang turun untuk sarapan.Salah

satunya, anak muda berusia sekitar 23 tahun.Seorang kenek yang telah

lebih dari setahun datang dan pergi bersama angkotnya di Pasar Batu.Ia

terlihat berbeda dengan sopir atau kenek lain. Pakaiannya selalu

rapi.Tatapan matanya melankolis tapi tajam.Badannya tidak tinggi tapi

gagah.Gayanya flamboyant.Alisnya tebal dan bibirnya penuh.Ia dekat

dengan semua orang, dari ibu- ibu sampai preman.Ia dicap sebagai

playboy pasar.

(Setyawan, 2012:4)

Kutipan di atas menggambarkan fisik dan karakter Sim ketika berusia

muda, yakni sekitar 23 tahun. Dikenal sebagai pria yang tampan juga mudah

bergaul.

Sim sekarang menjadi seorang kepala rumah tangga dan juga seorang

bapak bagi anak-anaknya. Kerja keras Sim dalam menjalankan kewajiban sebagai

suami dan bapak, dapat dilihat dari kutipan berikut ini.

Dengan tabungan yang ada, Bapak bertekad memberi satu atap untuk

keluarganya. Setelah menarik angkot, Bapak mengangkat pasir dan batu

bata dari depan gang ke rumah ini. Bapak juga ikut membantu para tukang

membangun fondasi, menaikkan genting, dan menyusunnya di atap rumah

kita.

(Setyawan, 2012:77)

“Aku capek, Nah. Iki godaan datang terus. Aku berangkat lagi, ya! Gak

bisa lihat anak-anak seperti ini.Saaken!”

(Setyawan, 2012:116)

Berpuluh-puluh tahun Bapak menelusuri jalanan untuk menghidupi

keluarga.Ia tak pernah berhenti.Ia tidak pernah menyerah. Terus berjuang

untuk anak-anak dan keluarga.

(Setyawan, 2012:141)

Kerja keras Bapak juga tergambar dalam kutipan di atas, rasa capek yang

dirasakan tidak menjadi penghalang untuk terus bekerja agar bisa memenuhi

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Karya Sastra

33

kebutuhan keluarga.

Di usia senjanya, bapak masih rajin. Ia selalu bekerja, apapun yang dapat ia

kerjakan, mulai dari membantu Ibuk mengurusi kebutuhan rumah tangga, sampai

mengurus cucunya. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut ini.

Bapak juga yang mengantar-jemput cucu-cucunya ke sekolah.Bapak bisa

bolak-balik sampai lima-enam kali dari Gang Buntu ke sekolah.Ketika

pembantu di salah satu rumah anaknya sedang libur, Bapaklah yang

membantu memandikan dan menyiapkan sarapan untuk cucu-cucunya.Ibu

mereka harus berangkat kerja di pagi hari.Bapak selalu bangun sebelum

azan subuh berkumandang dan membersihkan rumah.Ia kemudian jalan

pagi bersama Ibuk. Tiap bulan, Bapak mengurusi tagihan listrik, air,

internet di semua rumah anak-anaknya.Ia juga yang selalu siap siaga

ketika ada atap yang bocor, tabung LPG yang sudah kosong, membeli

susu buat cucu, membuang sampah, atau menghijaukan taman di rumah

anak-anaknya.

(Setyawan, 2012:242–243)

3) Isa

Isa adalah anak pertama, bayi yang cantik dan sehat. Dilihat kutipan

berikut ini.

Isa terlihat semakin cantik.Kamar kecil di rumah Mbak Gik kini semangin

hangat dengan kehadiran Isa.Ia bukan bayi yang rewel.Ia menangis kalau

haus saja. Sekali dikasih Asi, Ia akan tidur lagi. Isa juga bayi yang sehat.

(Setyawan, 2012:32)

Isa juga tumbuh menjadi gadis yang cantik. Dilihat dari kutipan berikut ini.

Ibuk mungkin melihat dirinya dalam diri Isa. Puluhan tahun yang lalu di usia yang hampir sama dengan Isa, Ibuk sekurus Isa. Secantik Isa.

Rambutnya sama. Gaya berjalannya sama.jalan hidupnya saja yang

berbeda.

(Setyawan, 2012:123)

Isa tumbuh menjadi seorang yang mandiri, pintar, dan rajin. Watak- watak

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Karya Sastra

34

Isa tersebut dapat diketahui dari kutipan berikut ini.

Untungnya, Isa mulai mandiri.Ia bahkan sudah bisa menjaga Bayek ketika Ibuk harus mencucui baju atau memasak.

(Setyawan, 2012: 36)

Setengah jam setelah Bayek dan Rini menghabiskan makan siang, Nani

dan Isa pulang dari sekolah. Seperti biasa, Nani membersikan rumah

dulu.Ia menyapu lantai dan mengepel.Isa membersihkan kaca jendela dan

meja kaca kecil di ruang tamu.

(Setyawan, 2012:50)

Tak ada nilai merah! Rini ranking 9 besar, Nani ranking 3, dan Isa ranking

1!

(Setyawan, 2012:64)

4) Nani

Nani adalah anak perempuan kedua, umurnya terpaut sekitar satu tahun

dengan umur Isa. Tidak jauh berbeda dengan kakaknya, tetapi Nani lebih gembil dari

pada Isa. Dilihat dari kutipan berikut ini.

Nani adalah bayi yang sangat mudah disusui.Dua tahun pipi gembilnya di

dada Ibuk.Ia bayi yang sehat dan kuat.

(Setyawan, 2012:33)

Nani pun tidak jauh berbeda dari kakaknya yaitu rajin, tangguh, dan gagah.

Dapat dilihat dari kutipan berikut ini.

Setengah jam setelah Bayek dan Rini menghabiskan makan siang, Nani

dan Isa pulang dari sekolah. Seperti biasa, Nani membersikan rumah

dulu.Ia menyapu lantai dan mengepel.Isa membersihkan kaca jendela dan

meja kaca kecil di ruang tamu.

(Setyawan, 2012:50)

Nani biasanya jarang meminta.Ia adalah kakak Bayek yang tangguh dan

tak pernah merepotkan keluarga.

(Setyawan, 2012:59)

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Karya Sastra

35

Nani, anak Ibuk yang paling gagah, membersihkan got di depan

rumah di tengah hujan deras.

(Setyawan, 2012:74)

Nani juga merupakan anak yang pandai dan mandiri, hal tersebut terlihat

dalam kutipan di bawah.

Tak ada nilai merah! Rini ranking 9 besar, Nani ranking 3, dan Isa ranking

1!

(Setyawan, 2012:64)

Nani mulai belajar berdagang.Ia menjual pisang goreng, keripik, arau Citos di sekolah.

(Setyawan, 2012:118)

5) Bayek

Bayek adalah anak ke tiga ia juga menjadi satu-satunya anak laki-laki di

keluarga tersebut. Tetapi Bayek kecil adalah seorang anak yang pemalu dan tidak

bisa jauh dari ibunya. Dilihat dari kutipan di bawah ini.

Disepanjang jam sekolah matanya tak pernah terlepas dari jendela kelas,

memastikan Ibuk masih menungguinya. Bayek anak yang penyendiri.Ia

selalu merasa takut akan dunia luar sana.

(Setyawan, 2012:42–43)

Bayek masih belum bisa bermain dengan teman-teman barunya.Ia masih ingin menempel dengan Ibuk.

(Setyawan, 2012:44)

Bayek merupakan anak yang rajin. Ia selalu membantu Ibu dan saudara-

saudaranya membersihkan rumah ketika pulang sekolah. Dilihat dari kutipan di

bawah ini.

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Karya Sastra

36

“Bentar Buk,” balas Bayek yang sedang mengelap kaca depan. Ini sudah

menjadi kebiasaan Bayek setiap pulang sekolah.Ia langsung menyapu

ruang tamu, mengepel lantai, dan mengelap kaca jendela.

(Setyawan, 2012: 86–87)

Bayek kecil suka merengek apabila menginginkan sesuatu, ia akan terus

merajuk hingga keinginannya dapat terpenuhi. Dilihat dari kutipan di bawah ini.

“ Bener Buk, sekarang ya, Buk,” Bayek kembali merengek.

(Setyawan, 2012:89)

“Emoh!” jawab Bayek, singkat.“ Ayo, Buk, sekarang. Mumpung masih di

sini!” rengek Bayek tak menyerah.

(Setyawan, 2012:90)

Bayek yang telah tumbuh menjadi lelaki dewasa, bisa hidup lebih mandiri,

berani, dan bekerja keras untuk dapat membahagiakan Ibu dan keluarganya. Dilihat

dari kutipan berikut ini.

Buk, jangan nangis lagi ya. Kalau Bayek sudah besar, Bayek janji akan

membahagiakan Ibuk. Bayek janji, ikrar Bayek dalam hati.

(Setyawan, 2012:117)

Bayek melewati tahun pertama di SMP Negeri 1 Batu dengan lancar.Ia

bahkan meraih ranking 1 di semester 2.

(Setyawan, 2012:125)

“Dan, lulusan terbaik dari Jurusan MIPA, Bayek Setyawan dari Jurusan

Statiska dengan IPK 3.25!” seru pembawa acara memanggilBayek.

(Setyawan, 2012:136)

Dari kutipan di atas, dapat diketahui bahwa Bayek adalah orang yang pintar

dan cerdas. Menjadi juara di kelas dan lulusan terbaik adalah cara awal Bayek untuk

membahagiakan Ibu.

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Karya Sastra

37

Bayek bertekad untuk maju.Ia tak keberatan bekerja lebih lama dari rekan

kerja yang lain. Kadang Bayek lembur sampai jam 10 bahkan jam 2 pagi.

Bayek juga sering bekerja di akhir pekan dan membaca buku

statistikalagi.

(Setyawan, 2012:142)

Tekad yang Bayek ikrarkan dari dulu tidak berubah. Ia masih berjuang untuk

dapat dapat memenuhi janji dan tekadnya. Dilihat dari kutipan di bawah ini.

Bapak dan Ibuk telah memberikan segalanya. Hidupnya. Kini saatnya aku

berjuang seperti mereka! tekad Bayek.

(Setyawan, 2012:144)

Bayek pun digambarkan sebagai seseorang yang religius. Dilihat dari kutipan

berikut ini.

Air mata Bayek meleleh setelah salat Isya. Terlintas bayangan orang-

orang yang terjebak dalam gedung saat pesawat menabrak.

(Setyawan, 2012:158)

“Hey, are you still fasting?” Tanya Rachel yang baru datang di kantor.

“Of course! I am a good moslem,” jawab Bayek bangga.

(Setyawan, 2012:197)

6) Rini

Rini merupakan anak keempat. Lahir satu setengah tahun setelah Bayek lahir,

Rini tidak begitu banyak diceritakan.Rini adalah anak yang mandiri dan pemberan.

Dilihatdari kutipan berikut ini.

Bayek anak penyendiri.Ia selalu merasa takut akan dunia luar sana.

Rumahnya begitu nyaman.Ia merasa terlindung oleh kehangatan saudara

dan orang tuanya.Rini malah sudah bisa ditinggal Ibuk di kelas.

(Setyawan, 2012:43)

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Karya Sastra

38

Pada jenjang pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) orang Rini hanya diantar

ke sekolah kemudian ditinggal oleh ibu, Rini sudah merasa berani dan tidak lagi

bergantung pada ibu untuk ditunggui di sekolah.

7) Mira

Seperti Rini, Mira tidak begitu banyak diceritakan dalam novel ini. Mira

adalah anak bungsu. Mira lahir setelah Rini berusia lima tahun. Ketika Mira telah

dewasa dan berumah tangga ia adalah satu- satunya anak permpuan ibu yang tinggal

jauh dari Gang Buntu. Mira ikut suaminya tinggal di Karawang. Mira selalu

menyempatkan diri untuk menelpon ibu, Itulah salah satu cara yang dilakukan Mira

untuk menjaga hubungan yang harmonis dengan keluarga, selalu memberi dan

menerima kabar satu sama lain. Perhatian Mira terhadap ibu dan bapak dapat dilihat

dari kutipan di bawah ini.

Dua cucu Ibuk, anak Mira, tinggal di karawang.Hampir setiap hari mereka

menelepon Ibuk dan Bapak. Kadang, Arti, cucu yang paling kecil, masih belum setahun, hanya bisa merengek di telepon. Ibuk dan Bapak kadang

mengunjungi mereka meskipun taksering.

(Setyawan, 2012:244–245)

4. Alur atau Plot

Menurut Waluyo (2011:13), alur terbagi menjadi tiga yakni alur maju, alur

sorot balik, dan alur campuran. Alur dalam novel Ibuk adalah alur campuran, karena

tidak semua kisah dalam novel ini dirangkai secara kronologis. Pada awalnya kisah

yang disajikan berjalan maju, diawali dari citraan masa kecil Tinah yang tidak lulus

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Karya Sastra

39

SD, kemudian pertemuannya dengan kenek angkot bernama Sim. Keputusan Tinah

dan Sim untuk menjalani kehidupan keluarga bersama, dan akhirnya keduanya

dikaruniai lima orang anak. Seiring berjalannya waktu, melalui ingatan Tinah, Ia

bercerita kepada anak-anaknya tentang masa lalu. Tentang bagaimana

perjuangannya bersama Bapak dalam mendirikan rumah kecil yang sekarang mereka

tempati. Kemudian pengarang membawa cerita tersebut pada masa kini, ketika

Bayek bekerja di New York hingga meninggalnya Bapak. Hal tersebut tergambar

dalam beberapa kutipan di bawahini.

Waktu Ibuk hamil Rini, kita mulai membangun rumah ini.Setelah

menabung bertahun-tahun, Bapak ingin punya rumah sendiri.Masa’ anak

sudah mau empat, masih juga menumpang di rumah orang, kata

Bapakmu.

(Setyawan, 2012:76)

Ah, begitulah rumah ini dibangun. Ibuk mengakhiri ceritanya.Hujan mulai

reda.Mata Ibuk menerawang ke langit-langit.

(Setyawan, 2012:79)

Kutipan di atas menggambarkan kejadian dimana tokoh Ibu mengenang

masa lalu melalui cerita terhadap anak-anak. Ibu menceritakan bagaimana awal

mula keinginan Bapak untuk memiliki rumah sendiri. Dari kutipan tersebut dapat

diketahui bahwa pengarang melakukan penceritaan dengan alur mundur.

“Ibuk hampir lupa!Ketika membangun rumah ini, Ibuk mendapat

wejangan dari wongpinter di Gang Buntu.Tentang si Bayek,” kata Ibuk

setelah mematikan lampu di dapur.

“ Besok malam ya, Ibuk cerita tentang Mbah Carik,” janji Ibuk.

(Setyawan, 2012:79)

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Karya Sastra

40

Ketika Ibu telah selesai menceritakan bagaimana dulu Bapak dan Ibu

berusaha untuk membangun rumah, ibu teringat juga tentang Mbah Carik yang

pernah memberikan wejangan. Alur maju tergambar dalam kutipan di atas

menggambarkan hal yang baru akan terjadi.

5. Sudut Pandang atau Point of View

Pengarang memposisikan dirinya sebagai narator serba tahu. Posisi ini

pengarang menceritakan kehidupan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para

tokoh, pengarang bisa mengetahui perasaan dan pikiran para tokoh. Dilihat dari

kutipan berikut ini.

Keesokan harinya Sim sarapan di tempat yang sama. Seperti biasa ia

menyapa Mbok Pah. Matanya kembali berbicara dengan mata Tinah. Ah,

mungkin dia hanya menggodaku. Gadis desa yang tidak lulus SD ini, pikir

Tinah.

(Setyawan, 2012:7)

Melahirkan ituseperti berdiri di ambang batas kehidupan dan

kematian.Itu yang terlintas di benak Ibuk. (Setyawan, 2012:31)

Pada kutipan di atas, dapat diketahui bahwa pengarang menceritakan apa

yang muncul di benak tokoh Ibu yang sedang berjuang melahirkan anaknya,

pengarang mengetahui isi pikiran Ibu.

Pengarang mulai mengganti posisinya menggunakan kata aku dalam

menyampaikan ceritanya. Walau demikian, pengarang tidak mengungkapkan

identitas sejati dirinya, ia berada dalam cerita bersama seorang tokohnya. Dilihat

dari kutipan berikut ini.

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Karya Sastra

41

“Le, ini Ibuk sudah terima rapormu!” Tak hanya melegakan Bayek tapi

juga melegakanku! Aku tarik napas panjang setelah menuliskannya!

(Setyawan, 2012:72)

Dari kutipan di atas, dapat diketahui bahwa posisi pengarang berubah dari

narator yang serba tahu menjadi narator yang (ikut) aktif dalam cerita. Jadi dapat

disimpulkan sudut pandang dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan menggunakan

sudut pandang campuran.

6. Gaya Bahasa

Dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan, pengarang menuliskan ceritanya

dengan santai, ringan, dan sederhana. Hal tersebut diketahui penulis dari

penggunaan bahasa yang digunakan oleh pengarang. Bahasa yang digunakan oleh

pengarang adalah bahasa yang digunakan dalam kehidupan masyarakat pada

umumnya.

Setalah makan siang, Isa langung mengerjakan PR dan mempersiapkan

buku-buku untuk pelajaran besok.Nani dan Bayek mengikuti kebiasaan

ini.Tak ada satu pun dari mereka yang mempunyai meja belajar.Bayek sering meminta Ibuk untuk membelikannya tapi belum pernah

keampaian.Mereka beramai-ramai mengelinlingi meja kecil di ruang tamu

untuk mengerjakan PR masing-masing.Isa adalah guru les yang andal

untukadik-adiknya.

(Setyawan, 2012:51)

Kutipan di atas dapat menggambarkan bahwa pengarang dalam

menyampaikan ceritanya menggunakan kalimat yang lugas, tidak berbelit- belit dan

menggunakan kata-kata denotatif.

Page 37: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Karya Sastra

42

Bayek menelepon keluarganya hampir tiap hari. Mananyakan kabar empat

saudara perempuannya, perkembangan keponakan- keponakannya,

kesibukan Bapak, atau kadang hanya menanyakan: Ibuk masak opo?

Keluarga yang jauh adalah teman terdekat Bayek.Merekalah yang

menjadi penyegar hidup dan napas dalam hari- harinya.

(Setyawan, 2012:165)

Percakapan dalam novel ini juga tidak terlalu dibuat-buat, maksudnya

bahasa dalam percakapan pada novel Ibuk karya Iwan Setyawan adalah bahasa yang

digunakan untuk percakapan sehari-hari, karena keluarga ibu berasal dari Kota Batu

yang masyarakatnya terbiasa menggunakan bahasa Jawa untuk berkomunikasi maka

dalam novel ini terkadang juga diselipkan bahasa Jawa. Dilihat dari kutipan di atas.

7. Amanat

Amanat yang bisa diambil dari cerita dalam novel Ibuk karya Iwan

Setyawan adalah bahwa manusia hidup dengan segala kekurangan dan kelebihan

masing-masing. Tetapi, asalkan kita sebagai manusia mau giat berusaha, berdoa, dan

tekun tidak ada hal yang mustahil. Tekad yang kuat dengan segala usaha dan

konsitensi banyak hal yang dirasa berat akan lebih mudah dicapai.

Berbagai pesan disampaikan oleh pengarang melalaui dialog-dialog dan

tingkah laku para tokoh. Dilihat dari kutipan berikut ini.

Ibuk pun sebetulnya tak pernah menyuruh anak-anaknya utuk

membersihkan rumah sebelum siang.Isa dan Nani melakukan itu dengan

sendirinya.Dua gadis kecil ini ingin membuat rumah mereka sebagai

tempat ternyaman.

(Setyawan, 2012:50--51)

Page 38: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Karya Sastra

43

Ibuk dan Bapak tak pernah menentukan aturan kapan dan berapa lama

anak-anak harus belajar.Isa dan adik-adiknya telah membuka hati mereka

sendiri.Membuka buku mereka sendiri.

(Setyawan, 2012:64)

Pada dua kutipan, di atas terdapat pesan yang tersirat dari pengarang.

Walau tidak dituliskan dalam cerita tetapi tentunya pengarang berharap bahwa

pembaca bisa meniru kebiasaan anak-anak Ibu.

Berkat kerja keras Bapak dan kelincahan Ibuk dalam mengatur kebutuhan rumah tangga, Ibuk hampir tak percaya melihat anak sulungnya, Isa

akhirnya memakai seragam putih abu-abu.

(Setyawan, 2012:121)

Kutipan di atas menerangkan bahwa untuk mendapatkan suatu pencapaian

seseorang harus mau bekerja keras.

Tiga tahun sudah Bayek di Jakarta. Tiga tahun sudah ia berusaha membangun hidup baru. Tiga tahun penuh tantangan. Ibuk menjaga

Bayek lewat doa. Benih yang Bayek tanam selama tiga tahun,

mendatangkan sebuah kesempatan besar. Kesempatan yang akan

mengubah hidup Bayek dan keluarganya.

(Setyawan, 2012:143)

Pekerjaan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dan konsisten akan

selalu menghasilkan yang terbaik. Dilihat dari kutipan di atas.

Ia sadar bahwa ia bisa setara dengan siapa pun lewat belajar dan kerja keras. Tak peduli dari keluarga mana ia dilahirkan.

(Setyawan, 2012:175)

Melalui pikiran tokoh, pengarang menekankan bahwa belajar dan kerja keras

adalah hal yang sangat penting, dengan semangat belajar dan kerja keras seseorang

akan bisa mencapai tujuan dengan lebih maksimal. Dilihat dari kutipan di atas.

Page 39: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Karya Sastra

44

BAB V

PEMBAHASAN

A. Deskripsi Novel Ibuk Karya Iwan Setyawan

Novel Ibuk karya Iwan Setyawan mendeskripsikan tentang seorang Ibu yang

ingin anak-anaknya meraih kesuksesan. Jenjang pendidikan apa pun diberikan Ibu

untuk kesuksesan anak-anaknya. Kerja keras dan ketekunan anaknya berhasil

membuat keluarganya bangga dan menuai kesuksesan. Cerita novel ini merupakan

kisah nyata pengarang tentang perjalanan hidupnya. Dilahirkan sebagai anak sopir

angkot yang dapat meraih cita-cita sehingga dapat membahagiakan keluarganya.

B. Unsur-unsur Intrinsik Novel Ibuk Karya IwanSetyawan

1. Tema

Tema yang terdapat dalam ini adalah kegigihan dan perjuangan Ibu untuk

membawa anak-anaknya pada kehidupan yang lebih baik, (Wijajanti, 2017:510-

518). Tema novel Ibuk karya Iwan Setyawan adalah perjuangan seorang Ibu.

Perjuangannya untuk memberikan penghidupan yang layak bagi anak-anaknya.

Ditempuh melalui jalur pendidikan sehingga dapat mengantarkan kesuksesan.

Seorang Ibu tidak akan membiarkan anaknya susah. Apalagi tidak mengenyam

pendidikan. Apa pun pasti dilakukan untuk anaknya agar meraih kesuksesan.

Ingatlah tidak ada orang yang sukses tanpa perjuangan seorang Ibu.

2. Latar atau Setting

Page 40: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Karya Sastra

45

Latar (setting) novel Ibuk karya Iwan Setyawan secara keseluruhan ada tiga

latar yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Latar waktu menunjukkan

keadaan yang terjadi berdasarkan hari, bulan, dan tahun kejadian. Latar tempat yaitu

Pasar Batu Malang, dan New York. Latar sosial berlangsung pada latar kelas sosial

tingkat menengah ke bawah, (Dermawan, 2016:50-66). Latar tempat berada di dua

kota dan dua Negara, yakni Kota Batu di Indonesia dan New York City di Amerika.

Pastinya, seorang Ibu sangat mengkhawatirkan anaknya yang berada jauh darinya.

Tanpa diketahui, Ibu selalu berdoa untuk keselamatan dan kesuksesan anaknya. Latar

waktu, pengarang menggunakan kata keterangan waktu seperti pagi hari, sore hari,

dan malam hari. Latar sosial adalah kesederhanaan dan keprihatinan yang dialami

sebuah keluarga kelas ekonomi menengah ke bawah.

3. Tokoh dan Penokohan

Tokoh dalam novel berjumlah delapan belas, yakni Ngatinah atau sering

disebut Tinah (Ibu), Abdul Hasyim (Bapak), Isa, Nani, Bayek, Rini, Mira, Mak Gini,

Mbok Pah, Cak Ali, Mbak Gik, Bapak Mun, Mbak Ati, Pak Lurah, Rachel, Lek

Giyono, Bang Udin, dan Mbah Carik.

Tokoh utama dalam novel ini yaitu tokoh yang berhubungan dengan

banyak tokoh lain, (Wijajanti, 2017:510-518). Tokoh utama adalah Tinah (Ibu), Sim

(Bapak), Isa, Nani, Bayek, Rini, dan Mira. Ibu memiliki watak rajin, kuat, penuh

kasih sayang terhadap anak-anaknya dan pekerja keras. Bapak juga seorang yang

kerja keras. Isa, Nani, Bayek, Rini, dan Mira memiliki watak yang tidak jauh beda

Page 41: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Karya Sastra

46

yaitu mandiri, pintar, kerja keras dan rajin. Pengarang tidak banyak membuat variasi

untuk perwatakan para tokoh. Hampir semua tokoh terutama tokoh utama

digambarkan memiliki watak yang baik (protagonis). Tokoh-tokoh tersebut sama-

sama memiliki sifat kerja keras, mandiri, sederhana, dan tidak main-main.

Tokoh tambahan novel Ibuk karya Iwan Setyawan adalah Mak Gini, Mbok

Pah, Cak Ali, Mbak Gik, Bapak Mun, Mbak Ati, Pak Lurah, Rachel, Lek Giyono,

Bang Udin, dan Mbah Carik.

4. Alur atau Plot

Alur dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan adalah alur campuran. Cerita

dalam novel ini diawali pengarang melakukan pengenalan suasana dan tokoh.

Menceritakan asal-asul keluarga Ibu mulai dari pertemuannya dengan Sim sehingga

keputusan untuk membina rumah tangga. Kemudian kelahiran lima anak, hingga

perjuangan bapak dan ibu dalam membangun rumah kecil mereka. Cerita tersebut

disampaikan secara kronologis. Kemudian tiba-tiba pengarang menceritakan masa

lalu ketika Ibu bertemu dengan Mbah Carik. Ibu mendapatkan nasihat, serta

bagaimana Bayek kecil mengalami mati suri.

5. Sudut Pandang atau Point of View

Pengarang sebagai narator yang menceritakan kehidupan para tokoh,

kemudian berubah dari narrator menjadi narator yang (ikut) aktif dalam cerita. Jadi

dapat disimpulkan sudut pandang dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan

Page 42: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Karya Sastra

47

menggunakan sudut pandang campuran.

6. Gaya Bahasa

Bahasa yang digunakan oleh pengarang sangat ringan dan sederhana.

Terutama penulisan dialog-dialog di dalamnya. Tidak ada dialog yang berlebihan.

Kata-kata yang digunakan juga cenderung bermakna denotatif. Narasi yang

digunakan juga menggunakan kalimat-kalimat yang bermakna tunggal. Hal tersebut

membuat cerita dan pesan yang disampaikan oleh pengarang menjadi mudah

diterima dan dimengerti oleh para pembaca.

7. Amanat

Amanat yang disampaikan pengarang dalam novel Ibuk karya Iwan

Setyawan adalah kita sebagai manusia harus giat berusaha, berdoa, dan tekun

terhadap apa yang ingin kita capai. Tidak ada hal yang mustahil. Tekad yang kuat

dengan segala usaha dan konsistensi. Banyak hal yang dirasa berat akan lebih

mudah dicapai dengan bekerja keras dan bersabar untuk dapat mencapai apa yang

dicita-citakan.

Page 43: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Karya Sastra

48

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan pembahasan dalam bab-bab sebelumnya, dapat

disimpulkan sebagai berikut.

Pertama, tema novel Ibuk karya Iwan Setyawan adalah perjuangan seorang

Ibu. Kedua, latar dibedakan menjadi tiga. Latar tempat berada di dua kota dan dua

negara, yakni Kota Batu di Indonesia dan New York City di Amerika. Latar waktu

tidak dinyatakan secara spesifik. Pengarang banyak menggunakan kata keterangan

waktu seperti pagi, sore, dan malam. Latar sosial yaitu kesederhanaan dan

keprihatinan yang dialami keluarga kelas ekonomi menengah ke bawah. Ketiga,

tokoh dan penokohan sebanyak delapan belas tokoh. Keempat, alur menggunakan

alur campuran. Jalan cerita disusun berdasarkan waktu yang berjalan ke masa lalu

dilanjutkan ke masa sekarang. Kelima, sudut pandang yaitu campuran. Pengarang

berubah dari narator yang serba tahu menjadi narator yang aktif dalam cerita.

Keenam, gaya bahasa yang digunakan yaitu sangat ringan dan sederhana. Narasi

yang digunakan juga menggunakan kalimat-kalimat yang bermakna tunggal. Cerita

dan pesan yang disampaikan mudah diterima oleh para pembaca. Ketujuh, amanat

adalah sebagai manusia harus berusaha, berdoa, dan tekun terhadap apa yang ingin

dicapai. Tidak ada hal yang mustahil. Tekad yang kuat dengan segala usaha

membuat hal yang dirasa berat akan lebih mudah dicapai. Selalu bekerja keras dan

bersabar untuk dapat mencapai apa yang dicita-citakan.

Page 44: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Karya Sastra

49

B. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan di atas, dapat disarankan sebagai berikut.

1. Penikmat sastra, novel ini dapat memberikan pengetahuan yang dijadikan sebagai

bahan bacaan serta pentingnya usaha dan kerja keras untuk meraih cita-cita.

2. Pengajaran sastra, diharapkan banyak memberikan manfaat dan pesan yang baik.

Sehingga dijadikan sebagai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan bahan

materi pelajaran bagi guru yang berkaitan dengan sastra.

3. Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi peneliti lanjutan untuk

mengembangkan teori yang baru.