bab ii kajian pustaka a. penelitian terdahulueprints.umm.ac.id/40878/3/bab ii.pdfpesan dan media...
TRANSCRIPT
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Makasenda dkk (2012) melakukan penelitian dengan judul “Makna Pesan
Komunikasi Tradisional Kesenian Masamper (Studi Pada Kelompok Masamper
yang ada di Kecamatan Tuminting Kota Manado)”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui makna pesan dan simbol komunikasi tradisional kesenian masamper
pada kelompok masamper yang ada di Kecamatan Tuminting. Penelitian
mengambil lokasi di Kecamatan Tuminting Kota Manado, dengan objeknya
kelompok kesenian masamper yang ada di kecamatan tersebut. Penelitian
menggunakan metode kualitatif, dan penentuan informan menggunakan purposive
sampling, sehingga yang menjadi informan adalah ketua-ketua kelompok
masamper, anggota kelompok yang mengetahui secara mendalam tentang
masamper. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik, observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian adalah, pesan-pesan yang
disampaikan melalui kesenian masamper menggunakan simbol nyanyian, gerakan,
dan pakaian. Dalam nyanyian, telah ditetapkan beberapa tema yang dapat
dibawakan dalam setiap pementasan, antara lain: tema pertemuan, pujian rohani,
sastra daerah, perjuangan, percintaan, dan tema perpisahan. Sedangkan simbol
gerakan hanya sebagai kombinasi dalam setiap penampilan. Simbol pakaian hanya
sederhana yaitu menggunakan pakaian bebas dalam pementasan biasa dan
meggunakan pakaian adat Sangihe dalam perlombaan. Kesimpulannya adalah
masamper secara sosial merupakan sarana komunikasi dengan berbagai pihak
8
yang berisi pesan-pesan sosial yang mengacu pada aspek kehidupan sepanjang
masa yang di dalamnya menggunakan simbol-simbol komunikasi.
Iqbal dan Yohana (2017) melakukan penelitian dengan judul “Makna
Pesan Budaya Dalam Seni Pertunjukan Musik Tradisional Calempong di Desa
Kuok Kabupaten Kampar”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
pesan dan media komunikasi budaya di dalam musik tradisional calempong di
Desa Kuok Kabupaten Kampar. Penelitian ini mengggunakan metode kualitatif
dengan pendekatan interaksi simbolik. Informan penelitian adalah pemain
calempong, pelatih sanggar, masyarakat dan tokoh desa Kuok Kampar. Data
dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa makna situasi simbolik dalam seni pertunjukan calempong di
Desa Kuok Kabupaten Kampar terdiri dari alat utama, alat musik, calempong,
drum, saluang, sedangkan objek sosial seni pertunjukan calempong adalah
perilaku non verbal dalam bentuk gerakan dan kronemik. Makna produk interaksi
sosial seni pertunjukan calempong dalam bentuk pemain yang baik, tokoh
masyarakat dan penonton. Pemain menafsirkan seni pertunjukan memiliki nilai
seni budaya. Tokoh masyarakat Kampar menafsirkan seni pertunjukan memiliki
nilai solidaritas. Sedangkan penafsir menafsirkan seni pertunjukan sebagai
motivasi, sekaligus perasaan senang dan bangga. Tindakan terbuka pemain
calempong meliputi ekspresi wajah pemutar musik calempong melawan ritme
musik dan sikap pemain calempong dalam melakukan seni pertunjukan
calempong.
Prihatini (2017) melakukan penelitian dengan judul “Dakwah Melalui
Kesenian (Deskripsi Pesan Dakwah Dalam Kesenian Topeng Ireng di Desa
9
Kuwaderan, Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang)”. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mendeskripsikan isi dan pesan-pesan dakwah yang terkandung
dalam kesenian topeng ireng di Desa Kuwaderan Kecamatan Kajoran Kabupaten
Magelang. Penelitian ini menggunakan metode penelitian lapangan (field
research). Subjek penelitian ini adalah grup kesenian Topeng Loreng Macan
Kawedar yang ada di Desa Kuwaderan Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang.
Objek penelitian ini adalah seniman topeng ireng. Penelitian ini difokuskan pada
permasalahan yang berkaitan dengan pesan-pesan dakwah dalam syair lagu yang
dinyanyikan dan juga gerakan tari kesenian topeng ireng. Data yang diperoleh
dengan teknik pencatatan, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: pesan dakwah yang terkandung dalam kesenian topeng
ireng dapat ditinjau dari tiga aspek, yakni: (1) pesan aqidah yang mengacu pada
rukun iman, (2) pesan syariah yang meliputi ibadah, thaharah, shalat, zakat,
puasa, haji, dan mu’amalah, (3) pesan akhlak yang mencakup mahmudah dan
madzmumah.
B. Konsep Komunikasi Pembangunan
1. Komunikasi
Komunikasi secara terminologi berasal dari bahasa Latin communico yang
artinya membagi, dan communis yang artinya sama, sama disini diartikan sebagai
sama makna (Effendy, 2007:9). Jadi berkomunikasi berarti berusaha untuk
mencapai kesamaan makna atau kesamaan arti antara kedua belah pihak yang
berkomunikasi. Agar orang mempunyai kesamaan makna maka komunikasi tidak
hanya bersifat informatif saja, melainkan juga harus bersifat persuasif. Menurut
10
Gie, komunikasi adalah penyampaian warta yang mengandung macam-macam
kepentingan dari seseorang kepada orang lain (Somad dan Priansa, 2014:115).
Dalam hal ini terdapat penyaluran gagasan dari seseorang ke orang lain guna
mendapatkan pengertian yang sama serta menimbulkan suatu tindakan.
Sedangkan menurut Hovland komunikasi berarti proses individu mengirim
stimulus yang biasanya dalam bentuk verbal untuk mengubah tingkah laku orang
lain. Komunikasi merupakan proses sosial yang terjadi antara sedikitnya dua
orang, dimana individu mengirim stimulus kepada orang lain. Stimulus dapat
disebut sebagai pesan yang biasanya dalam bentuk verbal, dimana proses
penyampaian dilakukan melalui saluran komunikasi, dan terjadi perubahan atau
respons terhadap pesan yang disampaikan (Somad dan Priansa, 2014:116).
Sebagai suatu disiplin ilmu, definisi komunikasi hingga saat ini telah
sangat banyak diutarakan oleh ilmuwan komunikasi itu sendiri. Setiap definisi
memiliki perspektif yang berbeda-beda. Seperti halnya yang disampaikan oleh
Lasswell tahun 1948, dia membuat definisi komunikasi dengan merumuskan
“Who Says What in Which Channel to Whom with What Effect”, dalam
pandangan Lasswell komunikasi meliputi 5 (lima) unsur, yaitu; komunikator,
pesan, media, komunikan, dan efek. Jadi komunikasi adalah proses penyampaian
pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan
efek tertentu (Effendy, 2007:10).
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan berupa lambang-
lambang yang di dalamnya terdapat unsur rangsangan kepada orang lain dengan
tujuan menyamakan pemikiran antara pengirim dan penerima (Widjaja, 2000:15).
Hal yang sama disampaikan oleh Rogers bersama Lawrence Kincaid bahwa
11
komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau
melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya
akan tiba pada saling pengertian yang mendalam (Cangara, 1998:19).
Terdapat banyak definisi komunikasi yang telah disampaikan oleh para
pakar komunikasi. Namun seiring perkembangan zaman membuat pengertian
komunikasi terus berkembang, yang dahulu mendefinisikan komunikasi hanya
sebatas dua orang atau lebih tanpa menggunakan media, kini komunikasi tidak
hanya sebatas seperti itu saja, bahkan media kini menjadi salah satu alat vital guna
kesuksesan komunikasi yang dilakukan. Dari pengertian di atas pula dapat
dianalisis beberapa komponen yang membentuk suatu proses komunikasi. Adapun
komponen-komponen tersebut antara lain:
a. Komunikator, merupakan pelaku yang menyampaikan atau mengirimkan
pesan, baik individu maupun kelompok.
b. Pesan, merupakan ide, gagasan, pendapat, informasi, ataupun materi yang
disampaikan. Sesuatu yang disampaikan harus dirancang sedemikian rupa
sehingga pesan tersebut dapat menarik perhatian sasaran yang dituju.
c. Channel, saluran komunikasi yang digunakan. Adapula yang mengartikan
channel ini sebagai media komunikasi.
d. Komunikan, pelaku yang menerima pesan. Komunikan dapat bertindak
sebagai komunikan individu ataupun komunikan kelompok.
e. Efek, sesuatu yang timbul karena proses komunikasi, hal ini dapat berupa
tanggapan, respon, ataupun umpan balik (Effendy, 2003:253).
Komunikasi sebagai suatu disiplin ilmu, juga dapat berhubungan dengan
disiplin ilmu lainnya. Ilmu komunikasi kemudian melahirkan sub-sub baru antara
12
lain: komunikasi politik, manajemen komunikasi, sosiologi komunikasi, psikologi
komunikasi, komunikasi organisasi, komunikasi pemasaran, komunikasi lintas
budaya, hingga komunikasi pemerintahan.
2. Pembangunan
Pembangunan sering dirumuskan sebagai suatu proses perubahan yang
terencana dari situasi satu ke situasi lain yang dinilai lebih tinggi, dengan kata lain
pembangunan menyangkut proses perbaikan (Moeljarto T., 1995:3). Dalam
kehidupan sehari-hari individu akan menemukan terjadi pembangunan di segala
bidang, mulai infrastruktur, keilmuan dan sebagainya. Menurut Rogers,
pembangunan sebagai suatu proses perubahan sosial dengan kemajuan sosial dan
material (termasuk bertambah besarnya kebebasan, keadilan dan kualitas lainnya
yang dihargai) untuk mayoritas rakyat melalui kontrol yang lebih besar yang
mereka peroleh terhadap lingkungan mereka. Pembangunan sebagai suatu proses
perubahan sosial yang bersifat partisipatori sacara luas untuk memajukan keadaan
sosial dan kebendaan (Nasution, 2004:66). Sedangkan menurut Seers,
pembangunan berarti membangkitkan masyarakat di negara-negara berkembang
dari keadaan kemiskinan, tingkat melek huruf (literacy rate) yang rendah,
penganguran, dan ketidakadilan sosial. Pada kalangan neoekonomi, disepakati
bahwa pembangunan diartikan tidak semata-mata sebagai usaha peningkatan
kehidupan material saja, melainkan sama pentingnya dengan itu, adalah juga
bidang nonmaterial kehidupan manusia. Dalam GBHN pembangunan
didefinisikan sebagai proses meningkatnya kemajuan lahiriah dan kepuasan
batiniah yang dalam keselarasnnya dirasakan secara merata oleh seluruh rakyat
Indonesia (Efffendy, 1997:92).
13
Pembangunan adalah proses sosial yang direkayasa, yang kata intinya
adalah perubahan sosial, dan rekayasa sosial model pembangunan terjadi secara
besar-besaran. Istilah pembangunan kini menyebar dan digunakan sebagai visi,
teori, dan proses yang diyakini oleh rakyat di hampir semua negara (Harun dan
Ardianto, 2012:4). Setiap pembangunan bukan hanya upaya untuk membangun
hal-hal yang bersifat modern saja. Pembangunan harus kembali pada tujuan
semula bahwa untuk memberi kualitas hidup yang lebih baik bagi masyarakat.
Dalam Perang Dunia II gagasan pembangunan mempunyai 2 (dua) tujuan penting:
a. Pembangunan sebagai alat menyebarluaskan tata ekonomi Amerika
Serikat, di mana model ini berdasrkan pada mekanisme pasar dan
liberalisasi perdagangan.
b. Pembangunan bertujuan politis untuk menahan ide dan penerapan
komunisme yang dianggap membahayakan kepentingan Amerika Serikat
dan sekutunya.
Adapun tujuan pembangunan terbagi atas 2 bagian, yaitu:
a. Tujuan umum pembangunan adalah suatu proyeksi terjauh dari harapan-
harapan dan ide-ide manusia, komponen-komponen dari yang terbaik atau
masyarakat ideal terbaik yang dapat dibayangkan.
b. Tujuan khusus pembangunan ialah tujuan jangka pendek, pada tujuan
jangka pendek biasanya yang dipilih sebagai tingkat pencapaian sasaran
dari suatu program tertentu.
14
3. Pola Komunikasi
Menurut Effendy (2007:32) bahwa pola komunikasi terdiri atas 3 (tiga)
macam, yaitu:
a. Pola komunikasi satu arah adalah proses penyampaian pesan dari
komunikator kepada komunikan baik menggunakan media maupun tanpa
media, tanpa ada umpan balik dari komunikan dalam hal ini komunikan
bertindak sebagai pendengar saja.
b. Pola Komunikasi dua arah atau timbal balik (two way traffic
communication) yaitu komunikator dan komunikan menjadi saling tukar
fungsi dalam menjalani fungsi mereka, komunikator pada tahap pertama
menjadi komunikan dan pada tahap berikutnya saling bergantian fungsi.
Namun pada hakikatnya yang memulai percakapan adalah komunikator
utama, komunikator utama mempunyai tujuan tertentu melalui proses
komunikasi tersebut, prosesnya dialogis, serta umpan balik terjadi secara
langsung.
c. Pola komunikasi multi arah yaitu proses komunikasi terjadi dalam satu
kelompok yang lebih banyak dimana komunikator dan komunikan akan
saling bertukar pikiran secara dialogis.
Penelitian ini menggunakan bentuk pola komunikasi satu arah, yaitu
proses penyampaian pesan dari komunikator (Pemerintah) kepada komunikan
(masyarakat) dengan menggunakan media pentas kesenian ludruk, tanpa ada
umpan balik dari masyarakat penonton kesenian ludruk, karena dalam hal ini
masyarakat penonton tersebut bertindak sebagai pendengar dan penonton saja.
15
4. Komunikasi Pembangunan
Komunikasi pembangunan seperti halnya dengan komunikasi bisnis,
komunikasi pendidikan, dan sebagainya dimana terdapat 2 (dua) disiplin ilmu
yang dikombinasikan menjadi suatu disiplin ilmu. Dalam hal ini 2 (dua) disiplin
ilmu tersebut antara lain: komunikasi dan pembangunan. Quebral dan Gomez
telah merumuskan komunikasi pembangunan, dimana komunikasi pembangunan
adalah disiplin ilmu dan praktikum komunikasi dalam konteks negara-negara
berkembang, terutama kegiatan komunikasi untuk mencapai peubahan sosial yang
berencana. Komunikasi pembangunan ini lebih mengutamakan kegiatan mendidik
dan memberi motivasi kepada masyarakat agar menjadi lebih baik. Komunikasi
pembangunan ini bertujuan untuk menanamkan gagasan-gagasan, sikap mental,
dan mengajarkan keterampilan yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Komunikasi pembangunan dapat dilihat dalam arti luas dan arti sempit.
Dalam arti luas, komunikasi pembangunan meliputi peran dan fungsi komunikasi
(sebagai aktivitas pertukaran pesan secara timbal-balik) di antara semua pihak
yang terlibat dalam usaha pembangunan, terutama antara pemerintah dengan
masyarakat. Dalam hal ini bukan hanya dalam proses pembangunan saja,
melainkan dari proses perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian terhadap
pembangunan itu sendiri. Sedangkan dalam arti sempit, komunikasi pembangunan
merupakan segala upaya dan cara, serta teknik penyampaian gagasan, dan
keterampilan-keterampilan pembangunan yang berasal dari pihak yang
memprakarsai pembangunan kepada masyarakat luas. Dalam arti sempit ini
kegiatan komunikasi pembangunan bertujuan agar masyarakat yang dituju dapat
16
memahami, menerima, dan berpartipasi dalam melakasanakan pembangunan
(Nasution, 2004:92).
Sedangkan Effendy (2007) merumuskan komunikasi pembangunan adalah
proses penyebaran pesan oleh seseorang atau sekelompok orang kepada khalayak
guna mengubah sikap, pendapat, dan perilakunya guna meningkatkan kemajuan
lahiriah dan kepuasan batiniah yang dalam keselarasannya dirasakan secara
merata oleh seluruh rakyat.
Keberhasilan pembangunan berawal dari adanya komunikasi dalam
pembangunan. Komunikasi memiliki peran dalam pelaksanaan pembangunan.
Hedebro mengidentifikasi tiga aspek komunikasi dan pembangunan yang
berkaitan dengan tingkat analisanya (Nasution, 2004:79), yaitu:
a. Pendekatan yang berfokus pada pembangunan suatu bangsa, dan
bagaimana media massa dapat menyumbang dalam upaya tersebut. Di sini,
politik dan fungsi-fungsi media massa dalam pengertian yang umum
merupakan objek studi, sekaligus masalah-masalah yang menyangkut
struktur organisasional dan pemilikan, serta kontrol terhadap media. Untuk
studi jenis ini, sekarang digunakan istilah kebijakan komunikasi dan
merupakan pendekatan yang paling luas dan bersifat general (umum).
b. Pendekatan yang juga dimaksudkan untuk memahami peranan media
massa dalam pembangunan nasional, namun lebih jauh spesifik. Persoalan
utama dalam studi ini adalah bagaimana media dapat dipakai secara
efisien, untuk mengajarkan pengetahuan tertentu bagi masyarakat suatu
bangsa.
17
c. Pendekatan yang berorientasi kepada perubahan yang terjadi pada suatu
komunitas lokal atau desa. Studi jenis ini mendalami bagaimana aktivitas
komunikasi dapat dipakai untuk mempromosikan penerimaan yang luas
akan ide-ide dan produk baru.
Dalam pembangunan, komunikasi berperan penting, tidak hanya
menginformasikan pembangunan saja, melainkan komunikasi memiliki 12 (dua
belas) peranan dalam pembangunan, seperti halnya yang disampaikan Hedebro.
Mulai dari komunikasi dapat membentuk iklim perubahan, komunikasi dapat
mengajarkan keterampilan, hingga komunikasi dapat mempermudah perencanaan
dan implementasi program-program pembangunan (Nasution, 2004:86). Tujuan
komunikasi pembangunan adalah untuk memajukan pembangunan. Dalam suatu
pembangunan, Sanders meilhat komunikasi dari 4 (empat) perspektif, yaitu
komunikasi sebagai proses, metode, program, dan gerakan sosial.
Dalam penelitian ini, setiap pentas kesenian ludruk terdapat komunikasi
pembangunan yang dilakukan kelompok ludruk Karya Budaya guna menyebarkan
pesan-pesan pembangunan dari Pemerintah Kabupaten Mojokerto kepada
khalayak. Artinya terdapat suatu proses komunikasi pembangunan yang dilakukan
oleh kelompok ludruk Karya Budaya guna menyampaikan tujuan sebenarnya dan
menyerap aspirasi dari masyarakat.
5. Bentuk Komunikasi Pembangunan
Bentuk komunikasi pembangunan hampir sama dengan dengan bentuk
komunikasi pada umumnya. Hanya saja dalam komunikasi pembangunan hanya
pada pesan yang disampaikanlah yang membedakannya. Bentuk-bentuk
komunikasi (Nurdin, 2013:119), antara lain:
18
a. Komunikasi Persona
Komunikasi persona terbagi menjadi dua, yaitu komunikasi
interpersona (antar pribadi) dan komunikasi intrapesona. Komunikasi
interpersona menurut Deddy Mulyana adalah komunikasi antara orang-
orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya
menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun
non verbal. Bentuk komunikasi interpersonal ini dapat dibedakan menjadi
dua; pertama, komunikasi diadik, yaitu komunikasi yang berlangsung
antara dua orang. Dan yang kedua adalah komunikasi triadik, yakni
komunikasi yang berlangsung antara tiga orang, satu orang sebagai
komunikator dan dua orang lainnya sebagai komunikan (Nurdin,
2013:121).
Sedangkan komunikasi intrapersona menurut Ronald L. Applbaum
adalah komunikasi yang berlangsung pada diri seorang individu, baik
berupa kegiatan berbicara kepada diri sendiri, mengamati, serta memberi
makna terhadap lingkungan. Dari segi psikologis, komunikasi intrapersona
meliputi:
1. Aspek kognitif
Aspek kognitif ini meliputi sensasi dan persepsi. Sensasi berasal dari
kata “sense” yang diartikan alat penginderaan yang menghubungkan
organisme dengan lingkungannya. Sensasi merupakan proses
penginderaan yang kemudian diubah menjadi bahasa yang dapat
diterjemahkan oleh otak. Sedangkan persepi merupakan pengalaman
19
tentang suatu objek, peristiwa, yang diperoleh dan kemudian
disimpulkan sehingga membentuk suatu informasi.
2. Aspek afektif
Dalam aspek afektif ini terdapat motivasi dan kebutuhan. Motivasi
merupakan dorongan yang timbul dari dalam diri untuk melakukan
sesuatu. Motivasi dapat diterpakan dalam setiap segi kehidupan. Tidak
sering manusia termotivasi karena suatu kebutuhan. Sedangkan
kebutuhan itu merupkan sesuatu hal yang harus terpenuhi oleh manusia
itu sendiri. Setiap manusia memiliki kadar kebutuhan yang berbeda-
beda. Kebutuhan dapat dibedakan menjadi: kebutuhan fisiologis, rasa
aman, kasih sayang, harga diri, prestasi, dan sebagainya.
3. Aspek konatif
Aspek ini berhubungan dengan kecenderungan seorang manusia untuk
bertindak, menggambarkan jiwa seseorang yang aktif dan dinamis.
b. Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara
seorang komunikator dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari
2 orang (Effendy, 2003:75). Komunikasi kelompok terbagi menjadi
komunikasi kelompok kecil dan komunikasi kelompok besar. Komunikasi
kelompok kecil adalah komunikasi yang ditujukan kepada kognisi
komunikan dan prosesnya berlangsung secara dialogis. Dalam komunikasi
kelompok kecil komunikator menyampaikan pesan lebih kepada pikiran
komunikan, misalnya kuliah, ceramah, seminar, dialog interaktif.
Sedangkan komunikasi kelompok besar adalah komunikasi yang ditujukan
20
kepada afeksi komunikasn dan prosesnya berlangsung linear. Komunikasi
kelompok dapat berupa diskusi panel, simposium, seminar, brainstroming,
general study, komunikasi dalam kelompok kecil ataupun besar (Somad
dan Priansa, 2014:121).
Kelompok menurut Devito terbagi menjadi 5 (lima), kelompok kecil,
kelompok nominal, kelompok pengembangan ide, kelompok
pengembangan pribadi, dan kelompok pendidikan. Kelompok kecil adalah
merupakan sekumpulan perorangan yang relatif kecil, yang masing-masing
memiliki hubungan dan beberapa tujuan yang sama. Untuk kelompok
nominal merupakan suatu kelompok yang dapat diuraikan dengan cara
mengikuti suatu prosedur dalam suatu masalah yang spesifik. Sedangkan
kelompok pengembangan ide merupakan kelompok yang memiliki dua
tahap, yaitu tahap sumbang saran dan tahap evaluasi. Kelompok
pengembang diri merupakan kelompok yang dibentuk untuk mengubah
aspek kepribadian atau perilaku yang mendasar. Kemudian kelompok
pendidikan merupakan kelompok yang bertujuan untuk mendapatkan
informasi dan keterampilan baru melalui pertukaran pengetahuan.
c. Komunikasi Massa
Komunikasi massa menurut Effendy (2003) adalah komunikasi
melalui media massa modern yang meliputi surat kabar yang mempunyai
sirkulasi yang luas, siaran radio, dan televisi yang ditujukan kepada umum,
dan film yang dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop. Komunikasi
massa ini lebih kepada komunikasi satu arah, sehingga umpan balik secara
langsung tidak dapat dirasakan oleh komunikator. Penyebaran pesan
21
melalui media massa berlangsung begitu cepat, serempak dan luas. Pesan
ini mampu mengatasi jarak dan waktu, serta tahan lama apabila
didokumentasikan (Cangara, 1998:37).
Oleh karena komunikannya bersifat massa yang tentunya memiliki
kepribadian berbeda-beda, maka sifat pesan yang disampaikan pun lebih
bersifat umum, tidak memihak kepada kepentingan pribadi komunikan.
Setiap pesan dalam komunikasi massa mengandung citra komunikator,
karena dalam pesan tersebut khalayak umum akan juga menilai
bagaimanakah komunikator.
C. Pesan Dalam Komunikasi
1. Pengertian Pesan
Pesan adalah serangkaian isyarat/simbol yang diciptakan oleh
seseorang untuk maksud tertentu dengan harapan bahwa penyampaian
isyarat/simbol itu akan berhasil dalam menimbulkan sesuatu (Cangara,
2004:14). Pesan adalah sesuatu yang bisa disampaikan dari seseorang
kepada orang lain, baik secara individu maupun kelompok yang dapat
berupa buah pikiran, keterangan, pernyataan dari sebuah sikap (Tasmara,
1997:9).
Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu
yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan merupakan
seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator
kepada komunikan (Effendy, 2007:18). Sementara Susanto (1997:7)
mengatakan bahwa pesan adalah, ide, gagasan, informasi, dan opini yang
22
dilontarkan seorang komunikator kepada komunikan yang bertujuan untuk
mempengaruhi komunikan ke arah sikap yang diinginkan oleh
komunikator.
Berdasarkan pengertian-pengertian masyarakat di atas, dapat
disimpulkan bahwa pesan adalah sesuatu yang disampaikan oleh
komunikator kepada komunikan yang bertujuan untuk mempengaruhi
komunikan ke arah sikap yang diinginkan oleh komunikator.
2. Unsur Pesan
Effendy (2007:18) menyatakan bahwa pesan dapat diartikan
pernyataan yang dihadirkan dalam bentuk lambang-lambang/simbol-
simbol yang mempunyai arti. Hal tersebut dapat terbentuk melalui
beberapa unsur di antaranya:
a. Verbal simbol diucapkan/tertulis.
b. Non verbal simbol disampaikan tertulis dan diucapkan juga dalam
bentuk gerak-gerak garis dan isyarat/gambar lukisan dan warna.
Jadi, pesan merupakan suatu hal yang dijadikan sebagai isyarat dalam
kegiatan berkomunikasi, karena dengan suatu pesan hubungan
komunikasi seseorang dengan lainnya akan berjalan dengan baik untuk
mencapai tujuan yang dinginkan.
Pesan dapat dimengerti dalam tiga unsur yaitu kode pesan, isi
pesan dan wujud pesan.
b. Kode pesan adalah sederetan simbol yang disusun sedemikian rupa
sehingga bermakna bagi orang lain. Contoh bahasa Indonesia adalah
23
kode yang mencakup unsur bunyi, suara, huruf dan kata yang disusun
sedemikian rupa sehingga mempunyai arti.
c. Isi pesan adalah bahan untuk atau materi yang dipilih yang ditentukan
oleh komunikator untuk mengomunikasikan maksudnya.
d. Wujud pesan adalah sesuatu yang membungkus inti pesan itu sendiri,
komunikator memberi wujud nyata agar komunikan tertarik akan isi
pesan di dalamnya (Siahaan, 1991:62).
3. Bentuk Pesan
Pesan juga dapat dilihat dari segi bentuknya, menurut Widjaja dan
Wahab (2000:61) terdapat tiga bentuk pesan, yaitu:
a. Informatif, yaitu untuk memberikan keterangan fakta dan data
kemudian komunikan mengambil kesimpulan dan keputusan sendiri,
dalam situasi tertentu pesan informatif tentu lebih berhasil
dibandingkan persuasif.
b. Persuasif, yaitu berisikan bujukan yakni membangkitkan pengertian dan
kesadaran manusia bahwa apa yang kita sampaikan akan memberikan
sikap berubah. Tetapi berubahnya atas kehendak sendiri. Jadi perubahan
seperti ini bukan terasa dipaksakan akan tetapi diterima dengan
keterbukaan dari penerima.
c. Koersif, yaitu menyampaikan pesan yang bersifat memaksa dengan
menggunakan sanksi-sanksi bentuk yang terkenal dari penyampaian
secara inti adalah agitasi dengan penekanan yang menumbuhkan
tekanan batin dan ketakutan dikalangan publik. Koersif berbentuk
perintah-perintah, instruksi untuk penyampaian suatu target.
24
4. Kriteria Penyampaian Pesan
Untuk menciptakan komunikasi yang baik dan tepat antara
komunikator dan komunikan, pesan harus disampaikan sebaik mungkin,
hal yang perlu dipertimbangkan dalam penyampaian pesan, yaitu:
a. Pesan itu harus cukup jelas (clear). Bahasa yang mudah dipahami, tidak
berbelit-belit tanpa denotasi yang menyimpang dan tuntas.
b. Pesan itu mengandung kebenaran yang sudah diuji (correct). Pesan itu
berdasarkan fakta, tidak mengada-ada dan tidak meragukan.
c. Pesan itu ringkas (concise) tanpa mengurangi arti sesungguhnya.
d. Pesan itu mencakup keseluruhan (comprehensive). Ruang lingkup pesan
mencakup bagian-bagian yang penting yang patut diketahui komunikan.
e. Pesan itu nyata (concrete), dapat dipertanggung jawabkan berdasarkan
data dan fakta yang ada dan tidak sekedar kabar angin.
f. Pesan itu lengkap (complete) dan disusun secara sistematis.
g. Pesan itu menarik dan meyakinkan (convinsing). Menarik karena
dengan dirinya sendiri menarik dan meyakinkan karena logis.
h. Pesan itu disampaikan dengan segar.
i. Nilai pesan itu sangat mantap, artinya isi di dalamnya mengandung
pertentangan antara bagian yang satu dengan yang lainnya (Siahaan,
1991:73).
25
D. Media Tradisional
1. Pengertian Media Tradisional
Penggolongan media dari segi sifatnya menurut Aziz (2004) dapat dibagi
menjadi dua golongan. Pertama, media tradisional, yaitu berbagai macam seni
pertunjukan yang secara tradisional dipentaskan di depan umum (khalayak)
terutama sebagai sarana hiburan yang memiliki sifat komunikatif, seperti ludruk,
wayang, drama, dan sebagainya. Kedua, media modern, yang diistilahkan juga
dengan “media elektronika” yaitu media yang dilahirkan dari teknologi. Media
yang termasuk media modern antara lain televisi, radio, pers dan sebagainya.
Menurut Everertt M. Rogers bahwa selain media modern, juga terdapat
media tradisional di antaranya adalah teater rakyat, juru dongeng keliling, dan juru
pantun (Effendy, 2007:20). Media tradisional tidak bisa dipisahkan dari seni
tradisional, yakni suatu bentuk kesenian yang digali dari cerita-cerita rakyat
dengan memakai media tradisional. Media tradisional sering disebut sebagai
bentuk folklor (Nurudin, 2004).
2. Ragam Media Tradisional
Nurudin (2004) mengatakan bahwa membicarakan media tradisional tidak
bisa dipisahkan dari seni tradisional, yakni suatu bentuk kesenian yang digali dari
cerita-cerita rakyat dengan memakai media tradisional. Media tradisional sering
disebut sebagai bentuk folklor. Bentuk-bentuk folklore tersebut antara lain:
a. Cerita prosa rakyat (mite, legenda, dongeng);
b. Ungkapan rakyat (peribahasa, pemeo, pepatah);
c. Puisi rakyat;
d. Nyanyian rakyat;
26
e. Teater rakyat;
f. Gerak isyarat (memicingkan mata tanda cinta);
g. Alat pengingat (mengirim sirih berarti meminang); dan
h. Alat bunyi-bunyian (kentongan, gong, bedug, dan lain-lain).
Ditinjau dari aktualitasinya, ada seni tradisional seperti wayang purwa,
wayang golek, ludruk, kethoprak, dan sebagainya. Saat ini media tradisional telah
mengalami transformasi dengan media massa modern. Dengan kata lain, media
tradisional tidak lagi dimunculkan secra apa adanya, melainkan sudah masuk ke
media televisi (transformasi) dengan segala penyesuaiannya. Misal acara seni
tradisional wayang kulit yang disiarkan oleh oleh suatu televisi swasta.
3. Fungsi Media Tradisional
William Boscon (dalam Nurudin, 2004) mengemukakan fungsi-fungsi
pokok folklor sebagai media tradisional adalah sebagai berikut:
a. Sebagai sistem proyeksi. Folklor menjadi proyeksi angan-angan atau
impian rakyat jelata, atau sebagai alat pemuasan impian (wish fulfilment)
masyarakat yang termanifestasikan dalam bentuk stereotipe dongeng.
Contohnya adalah cerita Bawang Merah dan Bawang Putih, cerita ini
hanya rekaan tentang angan-angan seorang gadis desa yang jujur, lugu,
menerima apa adanya meskipun diperlakukan buruk oleh saudara dan ibu
tirinya, namun pada akhirnya berhasil menikah dengan seorang raja, cerita
ini mendidik masyarakat bahwa jika orang itu jujur, baik pada orang lain
dan sabar akan mendapat imbalan yang layak.
b. Sebagai penguat adat. Cerita Nyi Roro Kidul di daerah Yogyakarta dapat
menguatkan adat (bahkan kekuasaan) Raja Mataram. Seseorang harus
27
dihormati karena mempunyai kekuatan luar biasa yang ditunjukkan dari
kemampuannya memperistri “makhluk halus”. Rakyat tidak boleh
menentang raja, sebaliknya rasa hormat rakyat pada pemimpinnya harus
dipelihara. Cerita ini masih diyakini masyarakat, terlihat ketika masyarakat
terlibat upacara labuhan (sesaji kepada makhluk halus) di Pantai Parang
Kusumo.
c. Sebagai alat pendidik. Contohnya adalah cerita Bawang Merah dan
Bawang Putih, cerita ini mendidik masyarakat bahwa jika orang itu jujur,
baik pada orang lain dan sabar akan mendapat imbalan yang layak.
d. Sebagai alat paksaan dan pengendalian sosial agar norma-norma
masyarakat dipatuhi. Cerita ”Katak yang Congkak” dapat dimaknai sebai
alat pemaksa dan pengendalian sosial terhadap norma dan nilai
masyarakat. Cerita ini menyindir kepada orang yang banyak bicara namun
sedikit kerja.
E. Kesenian Ludruk
1. Pengertian Ludruk
Menurut Surjadi (dalam Pratignjo, 2017) bahwa ludruk adalah salah satu
kesenian tradisional yang berbentuk drama. Ludruk merupakan kesenian asli dari
Jawa Timur. Pertunjukan ludruk ini diawali dengan adanya tari Ngrema,
kemudian dilanjutkan dengan kidungan, dan yang terakhir adalah drama yang
membawakan sebuah lakon cerita.
Kata ludruk berasal dari bahasa Jawa tingkat ngoko di daerah Jawa Timur
yang berarti badut. Ludruk memiliki makna etimologis yang diperoleh dari
28
berbagai informasi yang relevan. Istilah ludruk diperoleh dari tokoh- tokoh
seniman dan budayawan ludruk. Secara etimologis, kata ludruk berasal dari kata
molo-molo dan gedrak- gedruk. Molo-molo berarti mulutnya penuh dengan
tembakau sugi (dan kata “molo”, adalah suatu kegiatan pada saat berbicara masih
ada tembakau sugi di dalam mulut pembicara), kegiatan tersebut seolah-olah
hendak ingin dimuntahkan, dan setelah itu keluarlah kata-kata kidungan dan
berdialog. Sedangkan gedrak-gedruk berarti kakinya menghentak-hentak pada
saat menari di pentas.
Pendapat lain mengatakan bahwa ludruk berasal dari kata-kata gela- gelo
dan gedrak-gedruk. Gela-gelo berarti menghentakkan kaki di pentas pada saat
menari. Unsur bahasa dalam ludruk terdiri atas dua macam bentuk verbal, yaitu
(1) nyanyian (kidungan); dan (2) dialog (narasi). Menurut data statistik Van
Grisse Van 1822 dikatakan bahwa ludruk adalah tari-tarian yang dilengkapi
dengan cerita lucu yang diperankan oleh pelawak dan travesty atau lelaki yang
merias diri sebagi wanita. Ludruk mempunyai unsur tarian, cerita lucu, pelawak
dan pemain yang terdiri dari pria semua, meskipun yang diperankan ada peran
wanitanya. Seiring berkembangnya ludruk, masuk juga pemain wanita.
Ludruk sebagai tontonan yang berasal dari kalangan masyarakat bawah
(Sugiri, 2003:4). Ludruk mengandung arti penari wanita (teledhek) yang suka
meledek/menggoda lelaki atau badhut yang artinya adalah pelawak yang lucu
(Jawoto, 2008:7). Mengenai asal usul kata ludruk terdapat beberapa pendapat. Cak
Markaban, tokoh Ludruk Triprasetya RRI Surabaya mengatakan bahwa ludruk
berasal dari kata gela-gelo dan gedrak-gedruk.
29
Jadi yang membawakan ludrukan itu, kepalanya menggeleng-geleng (gela-
gelo) dan kakinya gedrak-gedruk (menghentak lantai) seperti penari Ngrema.
Sedangkan menurut Cak Kibat, tokoh Ludruk Besutan bahwa ludruk itu berasal
dari kata molo-molo lan gedrak-gedruk. Artinya seorang peludruk itu mulutnya
bicara dengan kidungan dan kakinya menghentak lantai gedrak-gedruk. Menurut
Widodo (2004:100) bahwa ludruk berasal dari bahasa Belanda. Pada masa itu
banyak anak-anak Belanda muda yang senang menonton. Mereka berkata kepada
teman-temanya, “Mari kita leuk en druk.” Artinya yang penting enjoy, happy
sambil nonton pertunjukan yang lucunya luar biasa ini, begitu kira-kira
maksudnya. Kalau demikian halnya, kesenian itu sudah ada sebelumnya, tetapi
belum punya nama “baku”. Lalu lahirlah ucapan bahasa Belanda “Leuk en Druk”
itu. Lama kelamaan, leuk en druk diadopsi menjadi bahasa sini ludruk.
Kidungan adalah kidung yang sudah diiramakan. Kidung berarti nyanyian;
syair yang dinyanyikan, sedangkan kidungan adalah nyanyian dengan lirik yang
melukiskan perasaan. Secara singkat kidung mempunyai makna yang lebih luas,
yaitu berupa tulisan yang belum mendapatkan tambahan notasi (Indarti, 2008:11).
Pada pertunjukan ludruk, kidungan biasanya dibawakan oleh satu atau dua orang.
Apabila satu orang, maka orang yang sedang ngidung tidak ada bedanya dengan
orang yang sedang menyanyi. Namun, apabila dua orang maka mereka bersahut-
sahutan kidung, dan seperti terjadi dialog di antara keduanya. Bahasa yang
digunakan pada pertunjukan ludruk ini adalah bahasa Jawa dialek Surabaya, akan
tetapi tidak jarang pula terdapat bahasa Indonesia pada lirik-lirik kidung dan juga
dialog dramanya. Pada setiap dialog atau monolog dalam pertunjukan ludruk,
bahasa yang digunakan adalah bahasa yang lugas dan sederhana. Pilihan kata
30
yang lugas dan sederhana ini membuat setiap dialog, monolog dan kidung dalam
ludruk ini mudah dimengerti, dipahami, dan dinikmati semua lapisan masyarakat.
Menurut Surjadi (dalam Pratignjo, 2017) bahwa ludruk menyajikan sebuah
bentuk kesenian yang sarat dengan adat tradisi masyarakat Surabaya dan
sekitarnya, dan seperti karya sastra pada umumnya, ludruk bercerita tentang
segala aspek hidup dan kehidupan masyarakat Surabaya dan sekitarnya. Cerita
yang dimainkan di dalam pertunjukan ludruk mengambil kisah dari kehidupan
sehari-hari, cerita perjuangan, dan juga cerita legenda. Walaupun mengambil
cerita dari kehidupan sehari-hari, cerita perjuangan ataupun legenda, tetap saja
dialog dan monolog yang ada pada pertunjukan ini disampaikan dalam bentuk
bahasa yang jenaka.
2. Sejarah Ludruk
Seni pertunjukan di Indonesia berangkat dari suatu keadaan yang
berkembang di dalam lingkungan etnik yang berbeda satu dengan yang lain.
Perubahan-perubahan dan pengaruh dari luar adat bisa membawa suatu
pertunjukan tradisi mengalami perubahan-perubahan bentuk maupun konsep
(Sedyawati, 1981:41-52). Hal tersebut terjadi juga pada kesenian dan seni
pertunjukan yang ada di Surabaya dan daerah di sekitarnya. Daerah Surabaya,
sesuai dengan letak geografisnya memiliki sejarah perkembangan kebudayaan
yang unik. Dalam hubungannya dengan perkembangan kebudayaan pada
khususnya kesenian, kedudukan daerah Surabaya memang istemewa, karena
dalam beberapa hal Surabaya telah mengembangkan coraknya tersendiri.
Perkembangan corak khas Surabaya atau dapat disebut Surabayaan, baik di bidang
kebudayaan maupun kesenian, memang sukar (diganti sulit) untuk diterangkan
31
(diganti, dijelaskan) mungkin sekali hal tersebut disebabkan karena kedudukan
Surabaya sebagai kota besar pantai dengan masyarakatnya yang sangat heterogen,
melebihi heterogenitas masyarakat kota-kota pantai tentangnya. Kontak pengaruh
berbagai macam kebudayaan dan kesenian inilah yang membentuk corak khas
Surabaya-an.
Selain itu, dipandang dari segi kebudayaan kawasan Selat Madura. Kota
Surabaya merupakan titik temu dari berbagai macam pengaruh kebudayaan.
Pengaruh kebudayaan tersebut ialah kebudayaan jawa yang bersumber dari Jawa
Tenga, Kebudayaan Madura, kebudayaan Bali, maupun kebudayaan asing seperti
Islam, Cina, dan Eropa. Unsur-unsur ini tampak jelas pada cabang-cabang budaya
yang berkembang dikawasan ini, terutama bentuk-bentuk kesenian, seperti seni
bangun, seni ukir, seni suara, seni tari dan seni pertunjukan rakyat.
Salah satu bentuk seni pertunjukan yang dihasilkan dari percampuran
berbagai macam pengaruh kebudayaan di Surabaya adalah Ludruk. Pada mulanya
ludruk adalah suatu bentuk pertunjukan rakyat yang dibawa oleh kaum urban dari
daerah Jombang. Setelah sampai di Surabaya, seni pertunjukan tersebut
mengalami perkembangan dan mendapat bermacam-macam pengaruh dari daerah
lain, sehingga akhirnya menjadi satu bentuk kesenian tradisional yang berbentuk
drama.
a. Ludruk Bandan
Pada mulanya ludruk Bandan merupakan istilah untuk menyebut
suatu pertunjukan yang berbeda dengan drama tradisional yang dikenal
sebagai ludruk pada saat ini. Ludruk Badan, adalah pertunjukan yang
mengawali kelahiran suatu bentuk pertunjukan rakyat, yang kemudian
32
mengalami beberapa kali perubahan dan mendapat tambahan bermacam-
macam unsur dari kesenian yang berbeda. Ludruk Bandan tidak diketahui
penciptanya, proses kelahirannya dan kapan timbulnya. Akan tetapi hanya
di ketahui bahwa ludruk bandan dimainkan pada sekitar abad ke-15.
Bentuk kesenian yang ada pada saat ini dan diperkirakan sebagai sisa
ludruk Bandan adalah pertunjukan jaran dhor, yang ada di Tulungagung,
Blitar, Jombang, dan daerah sekitarnya.
Pada pementasan ludruk Bandan dipertontonkan Ilmu kesaktian,
kemahiran bela diri, dan kekuatan tenaga batin. Ludruk Bandan
dipentaskan di halaman rumah, di tanah lapang, atau ditempat keramaian
masyarakat. Pemain beratraksi dengan diiringi musik yang sangat
sederhan, mirip dengan musik pengiring pertunjukan reog atau jaran dhor
sekarang. Penonton berdiri melingkari disekeliling pemain ludruk dan
pemain musik. Pada sekitar abad XVII ludruk Bandan berangsur-angsur
menghilang. Kemudian muncul pertunjukan yang disebut Lerok
(Adjiwongsokoesoemo, 1985:312).
b. Ludruk Lerok
Ludruk lerok diperkirakan muncul pada abad ke-16 sampai sekitar
abad ke-18. Pergantian nama ludruk Bandan menjadi ludruk Lerok
ditandai dengan pemakaian alat musik semacam sitar dan beberapa alat
musik (gamelan) yang lain. Kalau dalam ludruk Bandan pertunjukan tanpa
disertai nyanyian, maka pada pertunjukan ludruk Lerok mulai dilagukan
nyanyian-nyanyian. Nyanyian tersebut kemudian terkenal sebagai
gandhangan. Dalam pementasan ludruk Lerok, atraksi yang disajikan
33
mirip dengan atraksi pada pertunjukan ludruk Bandan, yaitu permainan
yang mempertontonkan kesaktian dan kekuatan tenaga batin pemainnya.
Akan tetapi dalam pementasan ludruk Lerok pemain beratraksi sambil
bernyanyi, bahkan kadang juga melucu. Pada sekitar tahun 1990 terkenal
sebuah ludruk Lerok yang bernama Luduk Lerok Pak Santik, kelompok
tersebut berasal dari daerah Jombang, beranggotakan hanya dua orang,
yaitu Pak Santik dan pembantunya. Dalam pementasan Ludruk Lerok Pak
Santik tanpa menggunakan gamelan sebagai pengiring. Musik
pengiringnya hanyalah bunyi-bunyian mulut (Surjadi dalam Pratignjo,
2017).
c. Ludruk Besutan
Setelah ludruk lerok menghilang kemudian muncul ludruk Besutan,
yang muncul pada sekitar tahun 1911. Pada awalnya ludruk Besutan
sangat mirip dengan ludruk Lerok, hanya sedikit berbeda dengan tambahan
pemakaian unsur drama dalam pementasannya. Drama hanya terdiri dari
dua pemain, yaitu Besut dan istrinya Ning Asmonah.
Sekitar tahun 1920 ludruk Besutan mengalami perubahan besar
dengan penambahan beberapa pemain, yaitu paman Jamina, Somagambar,
dan beberapa tokoh tambahan yang tidak pasti namanya. Gamelan
pengiringpun bertambah lengkap, seperti perangkat gamelan yang
mengiringi pentas ludruk sekarang. Cerita dan nyanyianyang disajikan
dalam pentas Ludruk Besutan umumnya berisi pelajaran tentang hidup dan
kehidupan, maka pemain yang memerankan tokoh Besut haruslah orang
yang berilmu, ilmu agama, bermasyarakat dan memiliki wawasan hidup
34
yang luas. Tokoh Besut dalam suatu pementasan, bertanggung jawab atas
kelancaran cerita dan kesuksesan pertunjukan. Selain itu tokoh Besut harus
mempunyai cita rasa dan kemampuan seni tinggi, karena dia merupakan
pemain sekaligus sutradara dalam pementasan Ludruk Besutan.
Ludruk Besutan pada dasarnya merupakan kelanjutan Ludruk Lerok
yang mendapat pengaruh dalam gaya dan pementasan dari Komedie
Stamboel Jawi. Komedi Stamboel Jawi adalah kelompok drama modern
yang pertama kali hadir dipanggung pertunjukan Indonesia, yang berdiri di
Surabaya pada tahun 1891. Pengaruh Komedie Stamboel Jawi ternyata
juga sangat kuat dalam perkembangan Ludruk Besutan, sehingga Ludruk
Besutan akhirnya mengalami perubahan besar, terutama dalam pemasukan
unsur-unsur drama yang bersifat lebh modern. Misalnya dalam penokohan
dan lakon yang dipentaskan. Adapun ciri-ciri Ludruk Besutan yang
kemudian terdapat pada ludruk yang selanjutnya adalah penari ngrema,
kidungan, dan tokoh pelawak.
d. Ludruk Sandiwara
Pada tahun 1932 Ludruk Besutan mengalami perubahan besar,
sehingga dalam pementasannya mirip dengan kelompok sandiwara
Komedie Stamboel Jawi. Akhirnya ludruk yang ada pada saat itu disebut
Ludruk Stamboel Jawi. Ludruk Stamboel Jawi hanya berumur satu tahun,
tahun berikutnya ludruk berganti nama sebagai Ludruk Sandiwara atau
Ludruk Senidrama. Meskipun hanya hidup selama satu tahun Ludruk
Stamboel Jawi membawa perubahan besar pada bentuk pemetasan ludruk.
Ludruk Stamboel Jawi mementaskan bermacam-macam lakon, tidak hanya
35
berkisar pada keluarga Besut, tetapi juga mulai melakoni cerita rakyat,
lengenda, bahkan juga cerita yang diambil dari buku roman dan cerita dari
luar negeri. Beberapa tahun kemudian sebutan Ludruk Sandiwara atau
Ludruk Senidrama berganti menjadi Ludruk saja tanpa tambahan
sandiwara atau senidrama. Penamaan tersebut digunakan sampai sekarang.
Penamaan ludruk tanpa tambahan sandiwara atau senidrama pertama
kali dipergunakan oleh kelompok ludruk pimpinan Cak Gondo Durasim.
Ludruk Cak Gondo Durasim akhirnya disebut sebagai kelompok ludruk
modern pertama kali yang muncul di Surabaya. Setelah Ludruk Cak
Gondo Durasim, maka muncul beberapa kelompok ludruk yang lain,
misalnya Ludruk Jawa Timur, Ludruk Sekar Mulya, Ludruk Marhein,
Ludruk Masa, yang semua meniru bentuk konsep dan pertunjukan dari
Ludruk Cak Gondo Durasim. Mulai saat itu ludruk menyebar ke berbagai
wilayah di sekitar Surabaya sebagai kesenian rakyat khas Surabaya.
F. Teori Kredibilitas Sumber
Penelitian ini menggunakan teori yang dikemukakan oleh Hovland, Janis
dan Kelley, yaitu Teori Kredibilitas Sumber (Source Credibility Theory) dalam
buku Communication and Persuasion pada tahun 1953. Asumsi dasar dari teori
ini adalah menyatakan bahwa seseorang dimungkinkan lebih mudah dipersuasi
jika sumber-sumber persuasinya cukup kredibel. Individu biasanya akan lebih
percaya dan cenderung menerima dengan baik pesan-pesan yang disampaikan
oleh orang yang memiliki kredibilitas di bidangnya. “High credibility sources had
a substantially greater immediate effect on the audience’s opinions than low
36
credibility sources” (Hovland, 2007:270). Artinya bahwa sumber dengan
kredibilitas tinggi memiliki dampak besar terhadap opini audiens daripada sumber
dengan kredibilitas rendah. Sumber yang memiliki kredibilitas tinggi lebih banyak
menghasilkan perubahan sikap dibandingkan dengan sumber yang memiliki
kredibilitas rendah.
“When acceptance is sought by using arguments in support of the
advocated view, the perceived expertness and trustworthiness or the
communicator may determine the credence given them” (Hovland, 2007:20).
Ketika penerimaan bisa diterima dengan argumen dalam mendukung pandangan,
maka keahlian dan kehandalan komunikator bisa menentukan kepercayaan yang
diberikan kepadanya. Keahlian komunikator adalah kesan yang dibentuk
komunikan tentang kemampuan komunikator dalam hubungannya dengan topik
yang dibicarakan. Komunikator yang dinilai tinggi pada keahlian dianggap
sebagai cerdas, mampu, ahli, tahu banyak, berpengalaman, atau terlatih.
Kepercayaan, kesan komunikan tentang komunikator yang berkaitan dengan
sumber informasi yang dianggap tulus, jujur, bijak dan adil, objektif, memiliki
integritas pribadi, serta memiliki tanggung jawab sosial yang tinggi (Venus,
2009:57).
Hovland menggambarkan peranan kredibilitas dalam proses penerimaan
pesan dengan mengemukakan bahwa para ahli akan lebih persuasif dibandingkan
dengan bukan ahli. Suatu pesan persuasif akan lebih efektif apabila kita
mengetahui bahwa penyampai pesan adalah orang yang ahli di bidangnya (Azwar,
2011:64-65). Seorang komunikator dalam proses komunikasi akan sukses apabila
berhasil menunjukkan source credibility, artinya menjadi sumber kepercayaan
37
bagi komunikan. Kepercayaan kepada komunikator mencerminkan bahwa pesan
yang diterima komunikan dianggap benar dan sesuai dengan kenyataan.
Kepercayaan bagi komunikan kepada komunikator ditentukan oleh keahlian
komunikator dalam bidang tugas pekerjaannya dan dapat tidaknya ia dipercaya.
Kredibilitas komunikator terbentuk oleh keahlian komunikator dalam menguasai
informasi mengenai objek yang dimaksud dan memiliki keterpercayaan terhadap
derajat kebenaran informasi yang ia sampaikan.
Rakhmat dalam Azwar (2011:76) mengatakan bahwa Seorang
komunikator menjadi source of credibility disebabkan adanya “ethos” pada
dirinya, yaitu apa yang dikatakan oleh Aristoteles, dan yang hingga kini tetap
dijadikan pedoman, adalah good sense, good moral character, dan goodwill.
Adanya daya tarik adalah sebagai salah satu komponen pelengkap dalam
pembentukan kredibilitas sumber. Apabila sumber merupakan individu yang tidak
menarik atau tidak disukai, persuasi biasanya tidak efektif. Kadang-kadang efek
persuasi yang disampaikan komunikator yang tidak menarik bahkan dapat
mengubah ke arah yang berlawanan dengan yang dikehendaki. Source Credibility
Theory adalah sebuah pendekatan yang mengizinkan setiap individu untuk
memberikan pandangannya masing-masing terhadap suatu objek. Secara nyata
teori ini memberikan penjelasan semakin kredibel sumber maka akan semakin
mudah mempengaruhi cara pandang audiens. Dengan kata lain kredibilitas
seseorang mempunyai peranan yang penting dalam mempersuasi audiens untuk
menentukan pandangannya.
38
Penelitian yang dilakukan Hovland, Janis dan Kelley dalam Venus
(2009:57-60) menemukan tiga aspek yang mempengaruhi kredibilitas sumber,
yakni:
1. Keterpercayaan (trustworthiness)
Berkaitan dengan penilaian khalayak bahwa sumber informasi
dianggap tulus, bijak dan adil, objektif, memiliki integritas pribadi, serta
memiliki tanggung jawab sosial yang tinggi. Umumnya penilaian
dilakukan berdasarkan pada perilaku sumber pada masa lalu dan dugaan
akan perilakunya pada saat sekarang. Dengan kata lain track record
seseorang akan menjadi acuan apakah yang bersangkutan dianggap
memiliki keterpercayaan atau tidak. Yang menarik, ialah tentang
konsistensi, yang ternyata juga menjadi salah satu kriteria keterpercayaan.
Khalayak percaya pada sikap sosok yang konsisten, dan sebaliknya hilang
kepercayaan pada sosok yang tidak konsisten.
2. Keahlian (expertise)
Faktor keahlian berhubungan dengan penilaian dimana
sumberdianggap mahir dalam berkomunikasi antar internal organisasi dan
eksternal dengan organisasi yang lain.
3. Daya Tarik (attractiveness)
Secara umum konsep ini meliputi penampilan fisik dan identifikasi
psikologis. Harap dipahami, pada konteks ini daya tarik berbeda dengan
karisma. Seseorang mungkin saja menarik, tapi tidak karismatik.
Sebaliknya seseorang bisa saja berkarisma tapi nilai-nilai yang ada pada
39
orang tersebut sangat berbeda dan tidak menarik hati orang lain untuk
melakukan identifikasi psikologis.
a. Daya tarik fisik
Penampilan fisik seseorang akan mempengaruhi bagaimana
khalayak mempersepsi sumber. Berbagai penelitian dalam bidang
persuasi menyimpulkan bahwa orang yang menarik secara fisik dapat
lebih mempersuasi orang lain. Penelitian menyatakan bahwa daya tarik
fisik bukanlah hal yang dapat diremehkan. Daya tarik fisik mampu
menciptakan karakteristik kepribadian yang berbeda. Orang yang
mempunyai daya tarik fisik secara sosial lebih mendapat perhatian,
lebih dihargai dan lebih diterima. Mereka juga lebih banyak
mendapatkan umpan balik yang positif pada setiap awal interaksi yang
dilakukan.
b. Daya tarik psikologis
Komponen daya tarik psikologis biasanya menyangkut kesamaan
(similarity). Artinya kemiripan antara pembicara dengan khalayak dapat
meningkatkan daya tarik, yang membuat upaya persuasi menjadi lebih
efektif.
G. Definisi Konsep/Ruang Lingkup
Pesan : Adalah sesuatu yang disampaikan oleh komunikator
kepada komunikan yang bertujuan untuk
mempengaruhi komunikan ke arah sikap yang
diinginkan oleh komunikator. Komunikator yang
40
dimaksud adalah anggota kelompok ludruk atau
subyek penelitian, dan komunikan yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah masyarakat penonton
ludruk tersebut.
Komunikasi : Adalah suatu proses penyampaian pesan berupa
lambang-lambang yang di dalamnya terdapat unsur
rangsangan kepada orang lain dengan tujuan
menyamakan pemikiran antara komunikator dan
komunikan.
Pesan Komunikasi : Adalah proses penyampaian ajakan dari Pemerintah
untuk menyebarkan informasi pembangunan kepada
masyarakat agar dapat mengubah sikap dan perilaku
masyarakat menjadi lebih baik.
Pembangunan : Adalah suatu proses perubahan sosial yang bersifat
partisipatori sacara luas untuk memajukan keadaan
sosial (pemberdayaan, kesejahteraan) dan kebendaan
(fasilitas umum, sarana prasarana) masyarakat.
Pesan Pembangunan : Adalah ajakan-ajakan yang disampaikan oleh
kelompok Ludruk Karya Budaya dalam pementasan
ludruk agar masyarakat mengikuti atau berpartisipasi
dalam program-program pembangunan yang
dicanangkan oleh Pemerintah. Pesan-pesan
pembangunan yang sering disampaikan oleh
kelompok Ludruk Karya Budaya dalam pementasan
41
ludruk adalah ajakan untuk berpartisipasi dalam
program Keluarga Berencana (KB), Pilkada, dan
hemat energi listrik.
Bentuk Pesan : Adalah bentuk pesan yang disampaikan komunikator
yang terdiri dari tiga bentuk, yaitu: pertama,
informatif yang memberikan keterangan fakta dan
data; kedua, persuasif yang berisi bujukan dengan
membangkitkan pengertian dan kesadaran
komunikan; ketiga, koersif yang menyampaikan pesan
yang bersifat memaksa, keharusan, agitasi
(menghasut) dalam bentuk perintah atau instruksi.
Ludruk : Adalah salah satu kesenian tradisional dari Jawa
Timur yang berbentuk drama yang diawali dengan
adanya tari ngremo, kemudian dilanjutkan dengan
kidungan, dan yang terakhir adalah lawakan dan
drama yang membawakan sebuah lakon cerita.
Kelompok ludruk yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah kelompok Ludruk Karya Budaya dari Desa
Canggu Kecamatan Jetis Kabupaten Mojokerto.