bab ii kajian pustaka a. landasan teori 1. minat...

17
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Minat Beli Minat beli konsumen adalah sebuah perilaku konsumen dimana konsumen mempunyai keinginan dalam membeli atau memilih suatu produk, berdasarkan pengalaman dalam memilih, menggunakan dan mengkonsumsi atau bahkan menginginkan suatu produk (Kotler dan Keller, 2003: 206). Bila manfaat mengkonsumsi produk yang dirasakan lebih besar dibandingkan pengorbanan untuk mendapatkannya, maka dorongan untuk membelinya semakin tinggi. Sebaliknya bila manfaatnya lebih kecil dibandingkan pengorbanannya maka biasanya pembeli akan menolak untuk membeli dan pada umumnya beralih mengevaluasi produk lain yang sejenis. Minat beli diperoleh dari suatu proses belajar dan proses pemikiran yang membentuk suatu persepsi. Minat beli ini menciptakan suatu motivasi yang terus terekam dalam benaknya dan menjadi suatu keinginan yang sangat kuat yang pada akhirnya ketika seorang konsumen harus memenuhi kebutuhannya akan mengaktualisasikan apa yang ada didalam benaknya itu. Menurut Keller (1998), minat konsumen adalah seberapa besar kemungkinan konsumen membeli suatu merk atau seberapa

Upload: others

Post on 12-Mar-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Minat Beli

Minat beli konsumen adalah sebuah perilaku konsumen dimana

konsumen mempunyai keinginan dalam membeli atau memilih suatu

produk, berdasarkan pengalaman dalam memilih, menggunakan dan

mengkonsumsi atau bahkan menginginkan suatu produk (Kotler dan

Keller, 2003: 206). Bila manfaat mengkonsumsi produk yang dirasakan

lebih besar dibandingkan pengorbanan untuk mendapatkannya, maka

dorongan untuk membelinya semakin tinggi. Sebaliknya bila manfaatnya

lebih kecil dibandingkan pengorbanannya maka biasanya pembeli akan

menolak untuk membeli dan pada umumnya beralih mengevaluasi produk

lain yang sejenis.

Minat beli diperoleh dari suatu proses belajar dan proses

pemikiran yang membentuk suatu persepsi. Minat beli ini menciptakan

suatu motivasi yang terus terekam dalam benaknya dan menjadi suatu

keinginan yang sangat kuat yang pada akhirnya ketika seorang konsumen

harus memenuhi kebutuhannya akan mengaktualisasikan apa yang ada

didalam benaknya itu. Menurut Keller (1998), minat konsumen adalah

seberapa besar kemungkinan konsumen membeli suatu merk atau seberapa

10

besar kemungkinan konsumen untuk berpindah dari satu merk ke merk

lainnya.

a) Faktor-Faktor Minat Beli Konsumen

Beberapa faktor yang membentuk minat beli konsumen

(Kotler,2005:101) :

1) Perbedaan pekerjaan, artinya dengan adanya perbedaan pekerjaan

seseorang dapat diperkirakan minat terhadap tingkat pekerjaan

yang ingin dicapainya, aktivitas yang dilakukan penggunaan waktu

senggangnya dan lain-lain.

2) Perbedaan sosial ekonomi, artinya seseorang yang mempunyai

sosial ekonomi tinggi akan lebih mudah mencapai apa yang

diinginkan daripada yang mempunyai sosial ekonomi rendah.

3) Perbedaan hobi atau kegemaran, artinya bagaimana seseorang

menggunakan waktu senggangnya.

4) Perbedaan jenis kelamin, artinya minat wanita akan berbeda

dengan dengan minat pria, misalnya dalam pola belanja.

5) Perbedaan usia, artinya usia anak- anak, remaja, dewasa dan orang

tua akan berbeda minatnya terhadap suatu barang, aktivitas benda,

dan seseorang.

Bisa diambil kesimpulan pengertian minat beli adalah sikap

kecendrungan perilaku konsumen untuk membeli suatu produk yang

dalam proses pembeliannya dari mencari informasi produk hingga

11

tindakan berhubungan dengan pembelian dipengaruhi sebagai faktor,

dan bisa diukur tingkat kecendrungan untuk membeli.

b) Indikator-Indikator Minat Beli Konsumen

Menurut Ferdinand (2002:129), minat beli dapat

diidentifikasi melalui indikator-indikator sebagai berikut:

1) Minat transaksional, yaitu kecenderungan seseorang untuk

membeli produk.

2) Minat refrensial, yaitu kecenderungan seseorang untuk

mereferensikan produk kepada orang lain.

3) Minat preferensial, yaitu minat yang menggambarkan perilaku

seseorang yang memiliki preferensi utama pada produk tersebut,

Preferensi ini hanya dapat diganti jika terjadi sesuatu dengan

produk preferensinya.

4) Minat eksploratif, minat ini menggambarkan perilaku seseorang

yang selalu mencari informasi mengenai produk yang diminatinya

dan mencari informasi untuk mendukung sifat-sifat positif dari

produk tersebut.

Berdasarkan diatas dapat ditarik kesimpulan minat beli

konsumen terjadi sebelum konsumen mengambil keputusan untuk

membeli. Konsumen sebelumnya melakukan evaluasi terlebih dahulu

terhadap produk atau jasa yang akan digunakan, melihat dari sisi

manfaat atas produk atau jasa tersebut apakah benar- benar sesuai

dengan manfaat yang dibutuhkan oleh konsumen. Jika produk

12

memiliki manfaat sesuai dengan apa yang diinginkan konsumen,

sehingga muncullah minat konsumen untuk membeli.

2. Gaya Hidup (lifestyle)

Menurut Kotler dan Keller (2009:175), gaya hidup adalah pola

hidup seseorang di dunia yang tercermin dalam kegiatan, minat dan

pendapat. Menurut Mowen (2002:282), gaya hidup adalah menunjukkan

bagaimana orang hidup, bagaimana membelanjakan uangnya, dan

bagaimana mengalokasikan waktu. Konsep gaya hidup diatas sangat

umum dan luas, oleh karena itu konstruk gaya hidup perlu difokuskan pada

gaya hidup tertentu yakni gaya hidup teknologi. Gaya hidup secara luas

sebagai cara hidup yang diidentifikasi oleh bagaimana orang

menghabiskan waktu mereka (aktivitas) apa yang dianggap penting dalam

lingkungannya (ketertarikan) dan apa yang mereka pikirkan tentang diri

mereka sendiri dan dunia sekitarnya (pendapat).

Gaya hidup suatu masyarakat akan berbeda dengan masyarakat

lainnya, bahkan dari masa ke masa gaya hidup suatu individu dan

kelompok masyarakat. mendefinisikan gaya hidup atau lifestyle adalah

pola kehidupan seseorang untuk memahami kekuatan-kekuatan ini kita

harus mengukur dimensi AIO utama konsumen aktivitas (pekerjaan, hobi,

belanja, olahraga, kegiatan social), minat (makanan, mode, keluarga,

rekreasi), pendapat (mengenai diri mereka sendiri, masalah-masalah sosial,

bisnis, produk).

13

1) Dimensi Gaya Hidup

a) Aktifitas, dimensi meliputi apa yang dilakukan konsumen dalam

menghabiskan waktunya. dimensi ini berkaitan dengan values yang

dianut oleh seseorang seperti motives, values dan preferences

inventory.

b) Interest, dimensi minat meliputi bagaimana konsumen memilih

sesuatu yang dianggap penting (preferensi dan prioritas) baginya

dan hal ini berkaitan dengan motivasi.

c) Opinions, dimensi opini merupakan pandangan dan perasaan

konsumen terhadap dirinya atau orang lain serta terhadap dunia

sekitarnya yang dapat dihubungkan dengan persepsi. Persepsi

disini meliputi proses dari individu mengatur dan

menginterpretasikans kesan-kesan yang ditangkap oleh sensori

mereka yang memunculkan dampak pada nilai, pengalaman,

pendidikan, dan lainnya.

2) Indikator- Indikator Gaya Hidup

Menurut Danziger dalam Widjaja (2009:43) terdapat empat

indikator yang menjadi motif keputusan pembelian berdasarkan

lifestyle:

a. Utilitarian purchases ( pembelian produk bermanfaat)

Konsumen membelanjakan produk ini, dalam kondisi tidak

sangat mendesak membutuhkan, tetapi memberikan keyakinan

14

bahwa produk/jasa yang dibelinya akan meningkatkan kehidupan

yanglebih baik atau lebih mudah.

b. Indulgences (kesukaan/ memanjakan diri)

Individu mencoba untuk hidup menikmati sedikit kemewahan

tanpa banyak menambah pengorbanan dari pengeluarannya.

Gratifikasi dari produk/jasa ini terletak pada faktor emosional.

c. Lifetyle luxuries (gaya hidup mewah )

Lifestyle luxuries menawarkan manfaat dan kegunaan bagi

konsumen berupa meningkatkan prestige, image dan superior quality

dari sebuah merk. Dalam hal ini, peranan merk menjadi gratifikasi

konsumen untuk membeli produk atau jasa.

d. Aspirational luxuries (hasrat kemewahan)

Seiring dengan indulgences, aspiration luxuries akan

memuaskan konsumen dari aspek kebutuhan emosionalnya. Melalui

pembelian konsumen dapat mengekspresikan dirinya sistem nilai

minat dan hasratnya. Kepuasan muncul dari emosi lebih besar

daripada kepuasan pemenuhan kebutuhan praktis atau fungsional.

B. Kualitas Produk

Kualitas produk adalah kemampuan suatu barang untuk memberikan

hasil atau kinerja yang sesuai dari apa yang diinginkan konsumen sehingga

produk tersebut dapat memenuhi kebutuhan pemakainya (Kotler, 2003: 84).

Kualitas yang baik dari suatu produk akan mengahsilkan kepuasan konsumen.

Suatu produk dapat dikatakan berkualitas apabila produk tersebut dapat

15

memenuhi keinginan dan kebutuhan sesuai dengan yang diharapkan atau

melebihi apa yang diinginkan konsumen.

Menurut Amstrong (2001:346), produk adalah segala sesuatu yang

dapat ditawarkan kepasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan, atau

dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Secara

konseptual produk adalah pemahaman subyektif dari produsen atas sesuatu

yang bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui

pemenuhan kebutuhan dan kegiatan konsumen, sesuai dengan kompetensi dan

kapasitas organisasi serta daya beli pasar. Selain itu produk dapat pula

didefinisikan sebagai persepsi konsumen yang dijabarkan oleh produsen

melalui hasil produksinya. Produk dipandang penting oleh konsumen dan

dijadikan dasar pengambilan keputusan.

Konsumen seringkali menilai kualitas dari sebuah produk berdasarkan

berbagai keadaan penelitian yang berhubungan dengan produk tersebut,

penilaian tersebut dapat didasarkan pada keadaan luar produk itu seperti harga

dan merk, serta penilaian lainnya mengenai karakteristik spesifik produk itu

sendiri. Kotler & Amstrong mengatakan definisi ini merupakan pengertian

kualitas yang merupakan kemampuan suatu produk untuk melakukan suatu

produk untuk melakukan fungsi- fungsinya, kemampuan itu meliputi daya

tahan, kehandalan, ketelitian yang dihasilkan, kemudian dioperasikan dan

diperbaiki, dan atribut lain yang berharga pada produk secara keseluruhan.

16

1) Dimensi Kualitas Produk

Menurut Tjiptono (2001:25) apabila perusahaan ingin

mempertahankan keunggulan kompetitifnya dalam pasar, perusahaan harus

mengerti aspek dimensi apa saja yang digunakan oleh konsumen untuk

membedakan produk yang dijual perusahaan tersebut dengan produk

pesaing. Berikut dimensi kualitas produk :

a) Kinerja (performance), kinerja merupakan karakteristik atau fungsi

utama suatu produk, manfaat atau khasiat utama produk yang kita beli.

Biasanya menjadi pertimbangan pertama kita dalam membeli suatu

produk.

b) Daya Tahan (durability), yang berarti berapa lama atau umur produk

yang bersangkutan bertahan sebelum produk tersebut harus diganti.

Semakin besar frekuensi pemakaian konsumen terhadap produk maka

semakin besar pula daya tahan produk.

c) Kehandalan (reliability), adalah peluang suatu produk bebas dari

kegagalan saat menjalankan fungsinya.

d) Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specification), yaitu

sejauh mana karakteristik operasi dasar dari sebuah produk memenuhi

spesifikasi tertentu dari konsumen atau tidak ditemukannya cacat pada

produk.

e) Fitur (features), adalah karakteristik produk yang dirancang untuk

menyempurnakan fungsi produk atau menambah ketertarikan

konsumen terhadap produk.

17

f) Kemampuan memperbaiki (serviceability), sesuai dengan maknanya,

disini kualitas produk ditentukan atas dasar kemampuan diperbaiki:

mudah, cepat, dan kompeten. Produk yang mampu diperbaiki tentu

kualitasnya lebih tinggi dibandingkan dengan produk yang tidak atau

sulit diperbaiki.

g) Keindahan (aesthetics), berhubungan dengan bagaimana penampilan

produk bisa dilihat dari tanpak rasa, bau, dan bentuk dari produk.

h) Kesan Kualitas (perceived quality), sering dibilang merupakan hasil

dari penggunaan pengukuran yang dilakukan secara tidak langsung

karena terdapat kemungkinan bahwa konsumen tidak mengerti atau

kekuarangan informasi atas produk yang bersangkutan. Jadi, persepsi

konsumen terhadap produk didapat dari harga, merk, periklanan,

reputasi, dan Negara asal.

2) Merk

1) Pengertian merk

Merk merupakan nama, istilah, tanda, simbol/ lambang/ logo,

desain,warna, gerak, atau kombinasi atribut- atribut produk lainnya yang

diharapkan dapat memberikan identitas dan diferensiasi yang

membedakannya dengan produk pesaing. Pada dasarnya merek juga

merupakan janji produsen untuk secara kosisten menyampaikan

serangkaian ciri- ciri/ fitur, manfaat, dan layanan tertentu kepada para

konsumen. Merk yang baik juga menyampaikan jaminan tambahan

berupa jaminan kualitas.

18

Kotler (2002: 460) mengatakan, merk adalah nama, istilah, tanda,

simbol, rancangan, atau kombinasi dari hal – hal tersebut, yang

dimaksud untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang atau

kelompok penjual dan untuk membedakan dari produk pesaing. Itu

adalah perasaan terdalam seseorang karena akhirnya merek didefinisikan

oleh individu, bukan oleh perusahaan, pangsa pasar atau yang disebut

publik.

2) Brand Trust (kepercayaan merk)

Kepercayaan merk didefinisikan sebagai persepsi akan

kehandalan dari sudut pandang konsumen didasarkan pada pengalaman

atau terpenuhinya harapan akan kinerja produk. Keyakinan konsumen

tersebut sangat perlu dijaga oleh perusahaan agar perusahaan dapat

bersaing dengan perusahaan lain yang memproduksi produk yang sama

(Ferrinadewi 2008:147). Perusahaan harus mampu menciptakan suatu

ciri khas terhadap produk yang mereka tawarkan agar calon pembeli

potensial dapat tertarik untuk membelinya. Kepercayaan pelanggan pada

merek (brand trust) didefinisikan sebagai keinginan pelanggan untuk

bersandar pada sebuah merk dengan resiko-resiko yang dihadapi karena

ekspektasi terhadap merk itu akan menyebabkan hasil yang positif, kesediaan

seseorang untuk menggantungkan dirinya pada suatu merk dan risikonya

karena adanya harapan bahwa merk itu akan memberikan hasil yang positif.

(Lau da Lee 2009:92)

19

Kepercayaan bersumber dari harapan konsumen akan

terpenuhinya janji yang diberikan oleh merk. Ketika harapan mereka

tidak terpenuhi maka kepercayaan merk akan berkurang bahkan hilang.

Akan tetapi, jika harapan tersebut dapat dipenuhi oleh perusahaan maka

konsumen akan terus percaya terhadap merk tersebut

(Ferrinadewi,2008:153) mengemukakan, terdapat tiga aktivitas yang

dapat dilakukan oleh perusahaan untuk menumbuhkan kepercayaan

konsumen yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

a) Achieving result harapan konsumen tidak lain adalah janji

konsumen yang harus dipenuhi bila ingin mendapatkan

kepercayaan konsumen.

b) Acting with integrity bertindak dengan integritas berarti adanya

konsistensi antara ucapan dan tindakan dalam setiap situasi.

Adanya integritas merupakan faktor kunci bagi salah satu pihak

untuk percaya akan ketulusan dan pihak lain.

c) Demonstrate concern, kemampuan perusahaan untuk menunjukkan

perhatiannya kepada konsumen dalam bentuk menunjukkan sikap

pengertian konsumen jika menghadapi masalah dengan produk,

akan menumbuhkan kepercayaan dengan merk.

Kepercayaan pada merk dapat diwujudkan apabila sebuah

produk telah memenuhi harapan dan kebutuhan konsumen, dimana

mereka akan puas terhadap produk tersebut. Kepercayaan akan timbul

apabila konsumen telah merasakan kepuasan karena telah

20

mengkonsumsi atau menggunakan produk dengan merk tertentu.

Konsumen yang merasa nyaman dan percaya karena sebuah produk,

tidak akan mudah meninggalkan atau mengganti produk tersebut dengan

produk merk lain. Oleh karena itu merk juga berperan penting untuk

menjadi identitas produk tersebut. Suatu merk harus dapat memberikan

kepercayaan terhadap konsumen bahwa merk tersebut benar-benar dapat

dipercaya.

3) Indikator Kepercayaan Merk

Menurut Mowen (2002:312) ada dua indikator variabel yang

membentuk kepercayaan merk (Brand trust).

a) Brand Reliability

Brand reliability adalah kehandalan merk yang bersumber

pada keyakinan konsumen bahwa produk tersebut mampu memenuhi

nilai yang dijanjikan atau dengan kata lain persepsi bahwa merk

tersebut mampu memenuhi kebutuhan dan memberikan kepuasan.

Brand trust merupakan hal yang esensial bagi terciptanya

kepercayaan terhadap merk, karena kemampuan merk memenuhi

nilai yang dijanjikannya akan membuat konsumen menaruh rasa

yakin akan mendapatkan apa yang dibutuhkan dalam hal ini

kebutuhan keluar dari perasaan terancamnya.

b) Brand Intentions

Brand Intentions atau minat pada merk mencerminkan

keyakinan konsumen bahwa merk tersebut mampu mengutamakan

21

kepentingan konsumen ketika masalah dalam konsumsi produk

muncul secara tidak terduga. Oleh karena itu, intentionality berkaitan

dengan kepercayaan bahwa merk akan tertarik pada apa yang

dibutuhkan konsumen dan tidak akan mengambil keuntungan dari

ketidaktahuan konsumen.

C. Kerangka Pikir, Perumusan Hipotesis dan Penelitian Terdahulu

Kerangka pikir merupakan konseptual mengenai bagaimana suatu

teori berhubungan antara berbagai faktor yang telah diidentifikasi penting

terhadap masalah penelitian. Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah

dipaparkan maka konsep yang akan dikembangkan dalam penelitian ini yaitu

menggambarkan pengaruh gaya hidup, brand trust, dan kualitas produk

terhadap minat beli konsumen. Maka model konsep pada penelitian ini

disajikan dalam gambar 1.2 sebagai berikut :

Gambar 1.2 Kerangka Pikir

22

Kerangka pikir diatas menjelaskan bahwa variabel gaya hidup, variabel

brand trust dan kualitas produk berpengaruh terhadap minat beli konsumen,

karena ketika konsumen puas atau cocok pada produk tersebut maka konsumen

akan membelinya. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat

secara detail diuraikan sebagai berikut:

1. Pengaruh Gaya Hidup Terhadap Minat Beli Konsumen.

Penelitian yang dilakukan oleh Bramantyo (2013) menyatakan

bahwa gaya hidup secara parsial maupun simultan berpengaruh positif dan

signifikan terhadap minat beli Honda Vario Techno 125 PGM – F1, berarti

semakin tinggi gaya hidup konsumen akan semakin tinggi pula minat beli

konsumen Honda Vario Techno 125 PGM – F1. Hal ini dikarenakan

tingginya gaya hidup pada kalangan remaja terutama mahasiswa.

Dian (2013) menyatakan bahwa gaya hidup mempengaruhi minat

beli BlackBerry Curve 9300. Hal ini dikarenakan gaya hidup masyarakat

Indonesia sekarang terutama para pengguna internet sangat bergantung pada

telepon pintar yang mampu menunjang aktivitas sehari-hari dan gaya hidup

mereka untuk itulah penggunaan BlackBerry sangat digemari masyarakat.

Danziger (2004) variabel lifestyle yang mempengaruhi nilai konsumen

(customer value) terhadap apartemen di Semarang : gaya hidup praktis, gaya

hidup mewah , investasi dan prestige. Dari uraian diatas maka dapat diambil

hipotesis sebagai berikut:

H1 : Variabel Lifestyle (gaya hidup) berpengaruh positif terhadap minat

beli konsumen.

23

2. Pengaruh Brand Trust Terhadap Minat Beli konsumen

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Prescilia, Pamasang dan

Asnawati (2013) dapat dismpulkan bahwa iklan, brand trust, dan brand

image secara parsial dan simultan mempunyai pengaruh yang signifikan dan

positif terhadap variabel dependen minat beli konsumen Smartfren 4G

WiMax di kota Balikpapan. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Desi dan Rahayu (2011), yang menemukan bahwa

Variabel kepercayaan merek mempengaruhi minat pembelian dengan hasil

semuanya menunjukkannilai positif dan taraf signifikansi di bawah 5% yaitu

0.00. Kepercayaan konsumen terhadap merek jelas mempengaruhi minat

pembelian, karena konsumen memiliki sikap yang lebih waspada terhadap

merk yang belum dikenal. Prabowo (2014), menemukan bahwa brand trust

berpengaruh positif signifikan terhadap minat beli konsumen Smartphone

Asus di Kota Malang. Hal ini menunjukkan citra merk yang dibentuk dari

produk oleh perusahaan mampu memberikan presepsi yang baik kepada

konsumennya, sehingga dapat menjaga dan mengelola hubungan dengan

konsumen untuk dapat mempercayai produknya tersebut. Arista (2011),

menyatakan bahwa variabel brand trust secara parsial maupun simultan

berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli konsumen Telkom

Speedy di Kota Semarang. Dari uraian diatas maka dapat diambil hipotesis

sebagai berikut :

H2 : Variabel Brand Trust (kepercayaan merk) berpengaruh positif terhadap

minat beli konsumen.

24

3. Pengaruh Product quality Terhadap Minat Beli Konsumen.

Berdasarkan kajian teori dan hasil-hasil penelitian sebelumnya serta

tujuan penelitian maka hipotesis yang dihasilkan adalah sebagai berikut. Hasil

penelitian Bachriansyah (2011) menunjukan bahwa kualitas produk berpengaruh

secara simultan dan parsial terhadap minat beli konsumen pada produk ponsel

Nokia. Hal yang serupa terdapat dalam penelitian yang dilakukan oleh Rahardjo

(2012) yang menjelaskan bahwa kualitas produk berpengaruh secara simultan

dan parsial terhadap minat beli konsumen Laptop merk Acer, dalam hal ini minat

beli konsumen akan membuat konsumen cenderung untuk berkeinginan membeli

produk tersebut.

Sundalagi (2014) menyatakan bahwa kualitas produk secara parsial

dan simultan berpengaruh positif terhadap minat beli konsumen pada Pizza

Hut Manado. Kualitas produk yang terjaga dengan sendirinya dapat

digunakan sebagai dalam usaha pencapaian tujuan perusahaan secara

maksimal. Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Bayu dan Ni nyoman

(2014) memperlihatkan bahwa variabel kualitas produk memiliki pengaruh

yang positif dan signifikan terhadap minat beli produk handphone Samsung

Galaxy di Kota Denpasar. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kualitas

produk adalah salah satu dari berbagai faktor yang mempengaruhi minat

beli. Dari uaraian diatas dapat disimpulkan bahwa:

H3 : Variabel Product quality (kualitas produk) berpengaruh positif

terhadap minat beli konsumen.

25

Pada Hakikatnya seseorang membeli barang atau jasa untuk

memuaskan kebutuhan atau keinginan seseorang membeli barang bukan

hanya fisik semata, melainkan manfaat yang ditimbulkan oleh barang atau

jasa yang dibeli. Maka dari itu pengusaha dituntut untuk selalu kreatif,

dinamis, dan berpikiran luas. Pemasar yang tidak memperhatikan kualitas

produk yang ditawarkan akan menanggung tidak loyalnya konsumen

sehingga penjualan produknya pun akan cenderung menurun. Jika suatu

produk dibuat sesuai dengan dimensi kualitas, bahkan diperkuat dengan

periklanan dan harga yang ditawarkan maka akan mempengauhi minat

konsumen untuk membeli.