bab ii kajian pustaka a. kemandirian pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/bab 2.pdf · melakukan...

94
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1. Kemandirian Kemandirian berasal dari kata mandiri. Secara bahasa mandiri adalah keadaan atau hal dapat berdiri sendiri dan tidak tergantung pada orang lain. 1 Mandiri adalah sikap yang meliputi perilaku mampu berinisiatif, mampu mengatasi hambatan atau masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain. 2 Mandiri adalah hasrat untuk melakukan segala sesuatu bagi dirinya sendiri. Secara singkat dapat dipahami bahwa mandiri mengandung pengertian: a. Suatu keadaan di mana seseorang yang memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya. b. Mampu mengambil keputusan dan berinisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi. c. Memiliki kepercayaan diri dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. d. Bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukan. 2. Pesantren Pesantren terdiri dari kata asal “santri” berawalan “pe” dan berakhiran “an”, yang menentukan tempat, yang berarti “tempat para santri”, dalam artian yang lebih luas dan lebih umum kata santri mengacu pada seorang anggota bagian penduduk Jawa yang menganut Islam dengan sungguh-sungguh, yang sembahyang, pergi ke masjid pada hari Jum’at dan sebagainya. 3 Secara bahasa pesantren adalah asrama tempat santri atau tempat 1 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed. Dendy Suganda, et al. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), 872. 2 Laurence Steinberg, Adolescene (Sanfrancisco: MC Graw-Hill Inc, 1995), 5. 3 Manfred Ziemek Dhofier, Pesantren Dalam Perubahan Sosial (Jakarta: Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M), 1986), 18.

Upload: others

Post on 04-Nov-2019

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kemandirian Pesantren

1. Kemandirian

Kemandirian berasal dari kata mandiri. Secara bahasa mandiri adalah keadaan

atau hal dapat berdiri sendiri dan tidak tergantung pada orang lain.1 Mandiri adalah sikap

yang meliputi perilaku mampu berinisiatif, mampu mengatasi hambatan atau masalah,

mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang

lain.2 Mandiri adalah hasrat untuk melakukan segala sesuatu bagi dirinya sendiri. Secara

singkat dapat dipahami bahwa mandiri mengandung pengertian:

a. Suatu keadaan di mana seseorang yang memiliki hasrat bersaing untuk maju demi

kebaikan dirinya.

b. Mampu mengambil keputusan dan berinisiatif untuk mengatasi masalah yang

dihadapi.

c. Memiliki kepercayaan diri dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.

d. Bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukan.

2. Pesantren

Pesantren terdiri dari kata asal “santri” berawalan “pe” dan berakhiran “an”, yang

menentukan tempat, yang berarti “tempat para santri”, dalam artian yang lebih luas dan

lebih umum kata santri mengacu pada seorang anggota bagian penduduk Jawa yang

menganut Islam dengan sungguh-sungguh, yang sembahyang, pergi ke masjid pada hari

Jum’at dan sebagainya.3 Secara bahasa pesantren adalah asrama tempat santri atau tempat

1Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed. Dendy Suganda, et al. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), 872. 2Laurence Steinberg, Adolescene (Sanfrancisco: MC Graw-Hill Inc, 1995), 5. 3Manfred Ziemek Dhofier, Pesantren Dalam Perubahan Sosial (Jakarta: Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M), 1986), 18.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

murid-murid belajar mengaji4, yang sama artinya dengan kata pondok (kamar, gubuk,

rumah kecil) dipakai dalam bahasa Indonesia dengan menekankan kesederhanaan

bangunan. Pondok Pesantren di Indonesia adalah lembaga pendidikan Islam yang

diperkenalkan di Jawa sekitar 500 tahun yang lalu. Pondok Pesantren merupakan sebuah

lembaga pendidikan non formal, tempat para murid (santri) mempelajari ilmu-ilmu

keagamaan Islam. Sistemnya biasanya menggunakan sistem asrama (islamic boarding

school). Para santri berada di Pesantren akan mengalami suatu kondisi totalitas untuk

belajar sepenuh waktu.5 Pondok pesantren yang mengandung unsur pokok kyai, masjid,

santri, asrama dan kitab kuning, sehingga bisa dikatakan bahwa pesantren adalah lembaga

pendidikan agama Islam dengan sistem asrama atau pondok, di mana kyai sebagai figur

sentralnya, masjid sebagai pusat kegiatan yang menjiwainya dan pengajaran agama Islam

di bawah bimbingan kyai yang diikuti santri sebagai kegiatan utamanya. Pesantren

dulunya juga berada pada pola dan sebutan istilah yang sama yaitu pondok pesantren

salaf. Dalam perkembangan sekarang pondok pesantren dapat digolongkan menjadi

pesantren salaf (klasik) dan pesantren khala >f (modern).

Lembaga pendidikan pondok pesantren dalam bidikan sejarah perkembangannya

telah mengalami banyak perubahan dan memainkan berbagai macam peran dalam

masyarakat Indonesia. Pada zaman walisongo, pondok pesantren memainkan peran dalam

penyebaran agama Islam di Pulau Jawa. Juga pada zaman penjajahan belanda, hampir

semua peperangan melawan Pemerintah Kolonial Belanda juga selalu melibatkan unsur

pondok pesantren.6 Pada era kebangkitan Islam di Indonesia, pesantren juga merespon

4Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1064. 5Abdurrahman Wahid, Menggerakkan Tradisi; Esai-Esai Pesantren (Yogyakarta: LKIS, 2001), 171. 6Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,1999), 149.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

dan berusaha menyesuaikan dengan melakukan inovasi sistem pendidikannya. Berikut ini

penjelasan dari unsur-unsur pesantren adalah an :

a. Kyai. Kyai adalah Alim Ulama’ atau sapaan bagi para Alim Ulama.’7 Sebagai

pesantren, watak dan keberhasilan pesantren banyak dipengaruhi oleh keahlian dan

kedalaman ilmu, karismatik dan wibawa serta ketrampilan kyai. Fungsi kyai sebagai

sentral figur (uswah h}asanah) yang berperan sebagai guru (mu’allim), pendidik

(murabbi) dan pembimbing (murshid). Kyai dalam pesantren merupakan hal yang

mutlak bagi sebuah pesantren, karenanya kyai menjadi salah satu unsur yang paling

dominan dalam kehidupan suatu pesantren.8

b. Santri. Santri adalah orang yang mendalami Agama Islam atau orang yang beribadah

dengan sungguh-sunggah.9 Kata santri dalam khasanah kehidupan bangsa Indonesia,

khususnya umat Islam mempunyai 2 makna:

1) Menunjuk sekelompok peserta dalam pesantren.

2) Menunjuk akar budaya sekelompok pemeluk Agama Islam.10

Santri merupakan unsur pokok dari suatu pesantren. Tradisi santri salaf biasanya

terdapat santri yang mukim yang berasal dari daerah jauh dan menetap di pondok

pesantren dan santri kalong yang berasal dari daerah-daerah sekitar pesantren,

biasanya mereka tidak menetap dalam pesantren.11

c. Asrama. Asrama adalah bangunan tempat tinggal bagi kelompok orang untuk

sementara waktu, terdiri dari orang/ anak, yang dipimpin oleh ketua asrama.12 Dalam

7Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 694. 8Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, 144. 9Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1224. 10Abdul Munir Mulkan, Runtuhnya Mitos Politik Santri (Yogyakarta:t.p.,1993), 1. 11Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, 18. 12Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 95.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

bentuknya yang paling sederhana, pondok terdiri hanya dari suatu sarana dengan

perlengkapan minimal. Sedangkan dalam pesantren sebaliknya, terdiri dari banyak

ruangan untuk tinggal/tidur dalam suatu kompleks tersendiri.

d. Masjid. Masjid adalah bangunan tempat beribadah umat Islam.13 Masjid yang

merupakan unsur pokok kedua dari pesantren di samping berfungsi sebagai tempat

melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid

merupakan aspek kehidupan sehari-hari yang sangat penting bagi masyarakat muslim.

Dalam kaitannya dengan pesantren, masjid dianggap sebagai tempat yang paling tepat

untuk mendidik para santri, terutama dalam praktik sholat lima waktu, khutbah dan

pengajaran kitab-kitab Islam klasik. 14 Sebuah tempat yang pertama-tama dibangun

oleh seorang kyai ketika ingin mendirikan sebuah pesantren adalah masjid. Masjid

tersebut biasanya dibangun di dekat rumah kyai.

e. Materi yang diajarkan adalah kitab-kitab Islam klasik yang sekarang disebut dengan

kitab kuning. 15 Pelajaran dimulai dari kitab-kitab yang paling sederhana dulu,

kemudian dilanjutkan dengan kitab-kitab tentang berbagai ilmu yang mendalam.

Unsur-unsur tersebut merupakan ciri umum lembaga pesantren. Sedangkan ciri

khususnya berupa sifat kharismatik dan suasana keagamaan yang mendalam. Kedua ciri

tersebut membedakan pesantren dari lembaga pendidikan lainnya.16

3. Pesantren dan Kemandirian

Sebagai Institusi Pendidikan Keagamaan khas Indonesia, pesantren memiliki

karakteristik mandiri yang lahir dari tradisi sejarah yang kuat. Melalui peranannya 13 Ibid., 883. 14Zamakhsari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai (Jakarta: LP3ES, 1985), 49. 15Abdullah Syukri Zarkasyi, Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2005), 67. 16Ridlwan Nasir, Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal: Pondok Pesantren di Tengah Arus Perubahan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), 82.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

sebagai institusi pendidikan sekaligus keagamaan, pesantren tumbuh menjadi basis sosial

yang melekat pada masyarakat sekitarnya. Salah satu karakter pada santri pesantren

adalah kemandirian, dimana sejak awal berada di pesantren, santri sudah jauh dari orang

tua dan diharuskan mengurus segala keperluannya sendiri.17

Kemandirian yang merupakan salah satu nilai yang dikembangkan dan

ditransformasikan dalam dunia pesantren memiliki akar historis sejarah dari proses

islamisasi di Jawa dan kepulaun Nusantara. Pesantren sendiri merupakan adopsi terhadap

nama lembaga dan sistem pendidikan yang terdapat dalam masa pra-Islam. Kenyataan ini

adalah bukti bahwa islamisasi di Indonesia bersifat akomodatif terhadap budaya lokal

yang berkembang dan keberadaan pesantren dijadikan salah satu kekuatan untuk

menopang proses islamisasi tersebut. Proses islamisasi di negeri ini yang lebih bersifat

“dari bawah” melalui proses perniagaan dan menjadi penganut tarekat tertentu dari

kebanyakan penduduk Indonesia dan bukan “dari atas” melalui proses islamisasi

kekuasaan misalnya hinduisasi Kerajaan-kerajaan Nusantara pada abad ke-4 dan ke-5

sebagaimana direkonstruksi oleh Van Leur. Kemandirian pesantren sebagai sebuah

lembaga pendidikan berbasis pedesaan dan dukungan masyarakat dapat dilihat dari

berbagai aspek baik sosial, budaya, politik, maupun ekonomi. Aspek-aspek kemandirian

pesantren tersebut juga didukung oleh watak indigenous (keaslian) pesantren berupa

keikhlasan, zuhud dan kecintaan pada ilmu sebagai bentuk ibadah. 18

Nilai-nilai kehidupan termasuk kemandirian, idealnya ditulartanamkan pesantren

kepada para santrinya dalam pendidikan dan pengajaran. Menurut Nasir19 Kemandirian di

Pesantren diterapkan secara menyeluruh baik dalam sistem pendidikan dan pengajaran

pesantren yang mencakup agama, mental, intelektualitas dan ketrampilan kerja. 17Dari Pesantren untuk Indonesia Mandiri, Tempo, Edisi 5 (11 Mei 2014), 43. 18Amin Haidari, Masa Depan Pesantren dalam Tantangan Modernitas dan Tantangan Komplesitas Global (Jakarta: IRD Press, 2004), 188. 19Abdullah Syukri Zarkasyi, Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren, 89.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

Diharapkan dengan paduan ini akan dilahirkan tenaga-tenaga produsen dan bukan tenaga

konsumen. Paradigma baru pendidikan nasional memberikan kesempatan kepada

pesantren untuk mengembangkan pendidikan agama yang bertumpu pada tiga hal, yaitu

kemandirian, akuntabilitas dan jaminan mutu.

Dari uraian terdahulu dapat dipahami bahwa kemandirian pesantren memiliki

makna ketidakbergantungan pesantren kepada siapapun sehingga memiliki

”kemerdekaan” untuk menentukan hidupnya. Kemandirian ini berdimensi cukup luas.

Bentuknya dapat berupa kemandirian dalam politik, ekonomi, sosial, maupun dalam

sistem pengajaran.

B. Wakaf

1. Definisi Wakaf

Kata wakaf atau waqf (الوقف) berasal dari bahasa Arab yang berasal dari kata

wa-qa-fa (وقف) berarti menahan, berhenti, diam di tempat atau berdiri.20 Kata wakafa-

yaqifu-waqfan semakna dengan kata habasa-yahbisu-tahbisan maknanya: ( الحبس عن

terhalang untuk menggunakan. Kata waqf dalam Bahasa Arab mengandung (التصرف

makna (الوقف بمعى التحبیس التسبیل) artinya menahan, menahan harta untuk

diwakafkan, tidak dipindahmilikkan21

Dalam Bahasa Arab, istilah wakaf kadang-kadang bermakna objek atau benda

yang diwakafkan (al-mauqu>f bih) atau dipakai dalam pengertian wakaf sebagai institusi

20A. Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir (Surabaya: Pustaka Progresif, 2002), 1576. 21Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al Islami wa ‘Adillatuhu, Juz. 8 (Mesir: Da>r al-Fikr al-Mu’ashir,1987), 7599.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

seperti yang dipakai dalam perundang-undangan Mesir. Di Indonesia term wakaf dapat

bermakna objek yang diwakafkan atau institusi 22

Menurut istilah meskipun terdapat perbedaan penafsiran, disepakati bahwa makna

wakaf adalah menahan dzatnya dan menyedekahkan manfaatnya. 23 Adapun perbedaan

pendapat para ulama fiqh dalam mendefinisikan wakaf, diakibatkan cara penafsiran yang

berbeda dalam memandang hakikat wakaf. 24 Perbedaan pandangan tersebut dapat

diuraikan sebagai berikut:

a. Abu Hanifah

Menurut pendapat Imam Abu Hanifah, “Wakaf adalah menahan suatu benda

yang menurut hukum tetap dimiliki si wa >qif, dalam rangka mempergunakan

manfaatnya untuk kebajikan”. 25 Berdasarkan definisi itu maka kepemilikan harta

wakaf tidak lepas dari si wa >qif artinya bahwa kedudukan harta wakaf masih tetap

tertahan atau terhenti di tangan wa >qif itu sendiri dan wa >qif masih menjadi pemilik

harta yang diwakafkannya dan perwakafan hanya terjadi di atas manfaat harta

tersebut, bukan termasuk asset hartanya, sehingga wa >qif dapat menariknya sewaktu-

waktu dan dapat pula menjualnya. Jika si wa >qif wafat, maka harta tersebut menjadi

harta warisan buat ahli warisnya. Jadi yang timbul dari wakaf hanyalah

“menyumbangkan manfaat”, karena itu madzhab Hanafiyah mendefinisikan “wakaf

adalah tidak melakukan suatu tindakan atas suatu benda, yang berstatus tetap sebagai

22Juhaya S. Praja, Perwakafan di Indonesia: Sejarah, Pemikiran, Hukum dan Perkembangannya (Bandung: Yayasan Piara, 1995), 6. 23Abu Zahrah, Muh }}}ad }arat fi al-Waqf (Beirut: Da>r al-Fikr al-‘Arabi, 1971), 41 . 24Muhammad Abid Abdullah Al-Kabisi, Hukum Wakaf, Terj. Ahrul Sani Faturrahman & Rekan KMCP (Jakarta: Dompet Dhuafa Republika & IIMaN, 2004), 38-60. 25M. Cholil Nafis, “Rethinking” Fiqih Wakaf, dalam http:// www.bwi.or.id/artikel (21 April 2011).

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

hak milik dengan menyedekahkan manfaatnya kepada suatu kebajikan (sosial) baik

sekarang maupun yang akan datang”. 26

b. Madzhab Maliki

Madzhab Maliki berpendapat bahwa wakaf itu tidak melepaskan harta yang

diwakafkan dari kepemilikan wa >qif , namun wakaf tersebut mencegah wa >qif

melakukan tindakan yang dapat melepaskan kepemilikannya atas harta tersebut

kepada yang lain dan wa >qif berkewajiban menyedekahkan manfaatnya serta tidak

boleh menarik hartanya untuk digunakan oleh mustah}iq (penerima wakaf), walaupun

yang dimilikinya itu berbentuk upah atau menjadikan hasilnya untuk dapat digunakan

seperti mewakafkan uang. Wakaf dilakukan dengan mengucakpan lafadz wakaf untuk

masa tertentu sesuai dengan keinginan pemilik. Dengan kata lain, pemilik harta

menahan benda itu dari penggunaan secara kepemilikan, tetapi membolehkan

pemanfaatan hasilnya untuk tujuan kebajikan, yaitu pemberian manfaat benda secara

wajar sedang benda itu tetap milik si wa >qif . Perwakafan itu berlaku untuk suatu masa

tertentu dan karenanya tidak boleh disyaratkan sebagai wakaf kekal (selamanya).

c. Madzhab Syafi‘iyah

Menurut Madzhab Syafi‘iyah, wakaf adalah menahan harta yang bisa memberi

manfaat serta kekal materi bendanya (al-‘ain) dengan cara memutuskan hak

pengelolaan yang dimiliki oleh wa >qif untuk diserahkan kepada Naz}ir yang

dibolehkan oleh shari’ah. wa >qif sudah melepaskan hartanya untuk wakaf, sehingga

tidak boleh melakukan apa saja terhadap harta wakaf, tidak boleh menjual,

mewariskan dan tidak boleh dihibahkan serta tidak boleh menariknya kembali. 27

Golongan ini mensyaratkan harta yang diwakafkan harus harta yang kekal materi

26Muhammad Abid Abdullah Al-Kabisi, Hukum Wakaf, 60.

27M. Cholil Nafis, “Rethinking” Fiqih Wakaf.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

bendanya (al-‘ain) dengan artian harta yang tidak mudah rusak atau musnah serta

dapat diambil manfaatnya secara berkelanjutan.28

d. Madzhab Hanabilah.

Madzhab Hanabilah mendefinisikan wakaf dengan bahasa yang sederhana,

yaitu menahan asal harta (tanah) dan menyedekahkan manfaat yang dihasilkan. 29

e. Menurut Majelis Ulama Indonesia.

MUI mendefinisikan wakaf sebagai berikut, yakni "menahan harta yang dapat

dimanfaatkan tanpa lenyap bendanya atau pokoknya, dengan cara tidak melakukan

tindakan hukum terhadap benda tersebut (menjual, memberikan atau mewariskannya),

untuk disalurkan (hasilnya) pada sesuatu yang mubah } (tidak haram) yang ada". 30

f. Menurut Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf.

Dalam ketentuan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Wakaf, pengertian wakaf

adalah perbuatan hukum wa >qif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian

harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya dan dalam jangka waktu tertentu

sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum

menurut shari’ah.31

28Abu Ishak Ibrahim bin Ali bin Yusuf, al-Muhadhdhab (Mesir: Isa al-Babi al-Hulabi, tt), 575. 29M. Cholil Nafis, “Rethinking” Fiqih Wakaf. 30Pendapat Rapat Komisi Fatwa MUI pada Sabtu, Tanggal 11 Mei 2002 tentang rumusan definisi wakaf dalam Keputusan Fatwa MUI tentang Wakaf Uang. 31Pasal 1, Undang Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Ketentuan Umum Wakaf.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

Dari beberapa definisi wakaf tersebut, para ulama ahli fiqh menyimpulkanm bahwa wakaf

bertujuan untuk memberikan manfaat atau faedah harta yang diwakafkan kepada orang

yang berhak dan dipergunakan sesuai dengan ajaran shari’ah Islam.

2. Dasar Hukum Wakaf

Secara khusus tidak ditemukan nash al-Qur’an, maupun H}adith yang secara tegas

menyebutkan dasar hukum yang melegitimasi dianjurkannya wakaf. Tetapi secara umum

banyak ditemukan ayat-ayat al-Qur’an dan H}adith yang menganjurkan agar orang yang

beriman mau menyisihkan sebagian dari kelebihan hartanya digunakan untuk proyek

yang produktif bagi masyarakat. Diantara nash al-Qur’an dan H}adith yang dapat

dijadikan sumber legitimasi wakaf ialah:

a. Al-Qur’an.

Secara umumnya ayat-ayat Al-Qur’an mengajarkan umat Islam untuk banyak

beribadah sosial yaitu berinfaq dalam arti yang luas. Ibadah sosial ini selalu

disambung dan didampingkan dengan perkataan beriman. Sehingga ada korelasi yang

kuat antara keimanan dan kepedulian sosial. Ayat-ayat Al-Qur’an yang menganjurkan

umat Islam berinfaq dengan harta terbaik diantaranya:

32

Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.

32al-Qur’an, 3: 92.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

Ketika ayat itu turun, sahabat Nabi yang bernama Abu Thalhah berkata, “ Wahai

Rasul Allah, saya ingin mendermakan kebunku karena Allah. Kemudian, Nabi

menasehatinya agar kebun tersebut didermakan untuk kepentingan orang-orang fakir

miskin.33

Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Dan Allah akan melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. 34

Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. 35

33Masykuri Abdillah, “Filosofi dan Hikmah Wakaf”, dalam http:// www.bwi.or.id/artikel (10 Januari 2009). 34al-Qur’an, 2: 261. 35Ibid., 2: 267.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.36

Ayat-ayat di atas menganjurkan agar orang yang beriman mau menyisihkan

sebagian hartanya untuk kepentingan masyarakat dan wakaf adalah salah satu cara

mentasyarufkan sebagian harta untuk kemaslahatan umat.

b. Al H}adith

قال رسول اهللا صلى اهللا عليه : وعن أيب هريرة رضي اهللا عنه قال إذا مات ابن آدم انقطع عمله إال من ثالث صدقة جارية : و سلم

أو علم ينتفع به أو ولد صاحل يدعو له )رواه مسلم(

“Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: " Apabila anak keturunan Adam meningal dunia maka putuslah semua amal ibadahnya, kecuali tiga perkara, yaitu: S }odaqah ja >riyah, ilmu yang bermanfaat dan anak saleh yang selalu mendo’akannya.” (HR. Muslim)37

H }adith ini dikemukakan dalam bab wakaf, karena s}adaqah jariyah oleh para

ulama ditafsirkan sebagai wakaf.38 Di antara para ulama yang menafsirkan dan

mengelompokkan s}adaqah jariyah sebagai wakaf adalah Asy-Syaukani, Sayyid

36Ibid., 22: 77. 37Imam Muslim, Shahih Muslim (Riyadh: Da>r ‘A >lam al-Kutub, 1996), 405. 38Muhammad Syakir Sula, “Sinergi Wakaf dengan Instrumen Asuransi Shari’ah” dalam http:// www.bwi.or.id/artikel (30 Desember 2010).

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

Sabiq, Imam Taqiyuddin dan Abu Bakr.39 Para ahli H }adith juga mengidentifikasi

bahwa wakaf termasuk s}adaqah ja >riyah, kecuali al-Dzahiri. Dalam H }adith tersebut

bahwa s}adaqah ja >riyah direalisasikan dalam bentuk wakaf yang pahalanya mengalir

terus-menerus kepada si wa >qif .

م ي نا سل ر ىي التميمي أخبـ ن حي ىي ب ا حي ع حدثـن ن عن ناف ن عو ن أخضر عن اب بال ر ق م ن ع سلم عن اب ه و ي عل أتى النيب صلى الله ر ف بـ ي ضا خب ر أر م أصاب عين سول الله إ ا ر قال ي ا فـ يه ف ه ر أم ست ا ي ر مل أصب م بـ ي ضا خب ت أر ط أصب ال ق

ت ق تصد ا و ه ست أصل ن شئت حب ال إ ين به ق ر ا تأم م ف ه ن و أنـفس عندي م هوهب ال ي ورث و ال ي اع و ت ب ال يـ ا و ه اع أصل ب ال يـ ر أنه ا عم ق تصد ا قال فـ

ر يف ال ال فـتصدق عم ن ق اب يل الله و يف سب اب و يف الرق ىب و قر يف ال اء و فقرم طع وف أو ي ر ع ا بالم ه نـ أكل م ا أن ي ه يـ ل ن و ى م اح عل ف ال جن الضي يل و ب الس

يه ل ف و تم ر م صديقا غيـ

)خباري رواه(

Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya At Tamimi telah mengabarkan kepada kami Sulaim bin Ahdlar dari Ibnu 'Aun dari Nafi' dari Ibnu Umar dia berkata, "Umar mendapatkan bagian tanah perkebunan di Khaibar, lalu dia datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan meminta saran mengenai bagian tersebut, dia berkata, "Wahai Rasulullah, saya mendapat bagian tanah perkebunan di Khaibar dan saya belum pernah mendapatkan harta yang sangat saya banggakan seperti kebun itu, maka apa yang anda perintahkan mengenai kebun tersebut?" beliau menjawab: "Jika kamu mau, peliharalah pohonnya dan sedekahkanlah hasilnya." Ibnu Umar berkata, "Kemudian Umar mensedekahkannya, tidak dijual pohonnya dan hasilnya, tidak diwariskan dan tidak dihibahkan." Ibnu Umar melanjutkan, "Umar menyedekahkan hasilnya kepada orang-orang fakir, karib kerabat,

39Masykuri Abdillah, “Filosofi dan Hikmah Wakaf”.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

pemerdekaan budak dana perjuangan di jalan Allah, untuk pejuang-pejuang dan untuk menjamu tamu. Dan dia juga membolehkan orang lain untuk mengolah kebun tersebut dan memakan dari hasil tanamannya dengan sepantasnya atau memberi makan temannya dengan tidak menyimpannya.(HR. Bukhori).40

Selain dasar dari Al-Qur’an dan H }adith di atas, para ulama sepakat (ijma’) menerima

wakaf sebagai satu amal ja >riah yang dishari’ahkan dalam Islam.41

Demikian di antara beberapa nash al-Qur’an dan al H}adith yang dapat

dijadikan landasan utama dishari’atkannya wakaf dalam Islam. Hanya saja, jika kita

cermati dari nash-nash al-Qur’an dan H}adith yang menjadi sumber hukum wakaf,

maka tampak sedikit sekali dan juga tidak dijelaskan secara tegas, jika dibandingkan

dengan aturan-aturan yang ditetapkan berdasarkan ijtihad fuqaha yang didasarkan

pada pertimbangan istih }san, maslah }ah dan urf. Karenanya, wakaf merupakan salah

satu konsep fiqh ijtihadi. Artinya, ia sebagai hasil ijtihad yang lahir dari pemahaman

ulama terhadap nash-nash yang menjelaskan tentang pembelanjaan harta. Kendati

demikian para mujtahid, sebagai para pemuka umat Islam, berupaya mengembangkan

lebih lanjut mengenai masalah tersebut dari sumber aslinya yaitu al-Qur’an serta

diikuti oleh beberapa H}adith yang mendukung.42

3. Rukun dan Syarat Wakaf

Wakaf dinyatakan sah apabila telah memenuhi rukun dan syaratnya. ”Rukun”

adalah unsur yang terlibat pada saat pelaksanaan akad. Rukun wakaf menurut fiqh ada 4

(empat) macam, yaitu (1) wa >qif (orang yang mewakafkan), (2) mauqu >f ‘alaih (pihak

yang diserahi wakaf), (3) mauqu >f (harta yang diwakafkan), (4) s}ighat atau iqrar

40 Nasa’i, Sunan Nasa>’i (Beirut: Da>r al-Fikr, 1415 H/1995 M), 233. 41“PengertianWakaf”, dalam http:// www.bwi.or.id/artikel (27 Desember 2007). 42Hendra Kholid, “Wakaf Uang Perspektif Hukum dan Ekonomi Islam”, dalam http:// www.bwi.or.id/artikel (16 Agustus 2011).

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

(pernyataan atau ikrar wa >qif sebagai suatu kehendak untuk mewakafkan). 43Sedangkan

”Syarat” adalah suatu unsur yang harus terpenuhi sebelum akad dilaksanakan. Berikut

penjelasannya:

a. Wa >qif (الواقف) adalah orang mewakafkan hartanya atau orang yang melakukan

perbuatan wakaf. Syarat-syarat orang yang berwakaf (Wa>qif) ada empat. 44

1) Orang yang berwakaf harus memiliki secara penuh terhadap harta yang

diwakafkan, artinya dia menguasai untuk mewakafkan harta itu kepada siapa yang

ia kehendaki.

2) Wa >qif mestilah orang yang berakal, maka tidak s}ah wakaf orang ideot, orang gila

atau orang yang sedang mabuk.

3) Wa >qif mestilah baligh (dewasa).

4) Wa >qif harus orang yang mampu bertindak secara hukum (rashid). Implikasinya

orang yang belum cukup umur, tidak cakap hukum, orang yang sedang muflis

(bangkrut) dan orang lemah ingatan tidak sah mewakafkan hartanya.

b. Mauqu>f Alaih (موقوف علیھ) adalah sasaran yang berhak menerima hasil dari

manfaat wakaf atau peruntukan harta benda wakaf;

Mauqu >f ‘alaih dalam literatur fiqh kadang diartikan orang yang diserahi untuk

mengelola harta wakaf, yang sering disebut naz}ir, kadang juga diartikan peruntukkan

harta wakaf. Bila mauqu>f ‘alaih diartikan sebagai naz}ir, dalam literatur fiqh kurang

mendapat porsi pembahasan yang detail oleh para ahli fiqh, yang terpenting adalah

keberadaan mauqu>f ‘alaih mampu mewujudkan peruntukkan benda wakaf.

Syarat-syarat orang yang menerima manfaat wakaf (al-Mauqu>f alaih)

43M. Cholil Nafis, “Rethinking” Fiqih Wakaf. 44al-Baijuri, Has}iyyah al-Baiju>ri, Jus 2 (Beirut: Da>r ul al-Fikr, tt), 44.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

Dari segi klasifikasinya orang yang menerima wakaf ini ada dua macam,

1) Tertentu (mu’ayyan). Maksudnya, jelas orang yang menerima wakaf itu, apakah

seorang, dua orang atau satu kumpulan yang semuanya tertentu dan tidak boleh

dirubah.Persyaratan bagi orang yang menerima wakaf tertentu ini (al-mawquf

mu’ayyan) bahwa ia haruslah orang yang boleh untuk memiliki harta (ahlan li al-

tamlik), maka orang muslim, merdeka dan kafir dhimmi yang memenuhi syarat ini

boleh memiliki harta wakaf. Adapun orang bodoh, hamba sahaya dan orang gila

tidak sah menerima wakaf.

2) Tidak tertentu (ghairu mu’ayyan). Maksudnya tempat berwakaf itu tidak

ditentukan secara terperinci, umpamanya wakaf seseorang untuk orang fakir,

miskin, tempat ibadah, dll. Syarat-syarat yang berkaitan dengan ghairu mu’ayyan

ialah, bahwa yang akan menerima wakaf itu haruslah dapat menjadikan wakaf

tersebut untuk kebaikan yang dengannya dapat mendekatkan diri kepada Allah

dan wakaf ini hanya ditujukan untuk kepentingan Islam saja.45

c. Mauqu>f (موقوف) adalah harta benda yang akan diwakafkan

Perbincangan fiqh mengenai benda wakaf, bertolak pada ketentuan Pasal 1

angka 5 Undang-Undang Wakaf, harta benda wakaf adalah harta benda yang memiliki

daya tahan lama dan/atau manfaat jangka panjang serta mempunyai nilai ekonomi

menurut shari’ah yang diwakafkan oleh wa >qif . Dalam Undang-Undang ini, mauqu >f

bih tidak hanya benda tidak bergerak saja, melainkan juga termasuk benda bergerak

seperti uang giral dan uang kartal, kendaraan, HAKI (hak atas kekayaan intelektual),

hak sewa dan sebagainya.

Syarat-syarat harta yang diwakafkan (al- Mauqu>f)

1) Barang yang diwakafkan itu adalah barang yang berharga (mutaqawwam).

45Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam, Zakat dan Wakaf (Jakarta: UI Press, 1988), 93.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

2) Harta yang diwakafkan itu haruslah diketahui kadarnya (’ainu ma’lum) atau jelas

wujudnya dan bila tanah harus jelas batas-batasnya. Jadi apabila harta itu tidak

diketahui jumlahnya (majhul), maka pengalihan hak milik menjadi tidak sah.

3) Harta yang diwakafkan itu pasti dimiliki oleh orang yang berwakaf (wa >qif).

4) Harta itu haruslah sudah berdiri sendiri, tidak melekat kepada harta lain

(mufarrazan) atau disebut juga dengan istilah (ghaira shai’).

d. Si>ghat (صیغة) adalah pernyataan pemberian wakaf, baik dengan lafaz}, tulisan

maupun isyarat. Dalam ketentuan Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Wakaf, pengertian

ikrar wakaf adalah pernyataan kehendak wa >qif yang diucapkan dengan lisan dan/atau

tulisan kepada naz}ir untuk mewakafkan harta benda miliknya. Dalam ketentuan Pasal

17 Undang-Undang Wakaf, ikrar wakaf dilaksanakan oleh wa >qif kepada naz}ir

dihadapan PPAIW (Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf) dengan disaksikan oleh 2

(dua) orang saksi. Ikrar yang dimaksud dinyatakan secara lisan dan/atau tulisan serta

dituangkan dalam akta ikrar wakaf oleh PPAIW. Selanjutnya dalam Pasal 18 Undang-

Undang Wakaf menyebutkan dalam hal wa >qif tidak dapat menyatakan ikrar wakaf

secara lisan atau tidak dapat hadir dalam pelaksanaan ikrar wakaf karena alasan yang

dibenarkan oleh hukum, maka wa >qif dapat menunjuk kuasanya dengan surat kuasa

yang diperkuat oleh 2 (dua) orang saksi.46

Syarat-syarat S}ighah berkaitan dengan isi ucapan, ada beberapa syarat, al:

1) Ucapan itu haruslah mengandung kata-kata yang menunjukkan untuk wakaf.

2) Ucapan itu dapat direalisasikan segera (tanjiz), tanpa disangkutkan atau

digantungkan kepada syarat tertentu.

3) Ucapan itu bersifat pasti.

46Helza Nova Lita,” Tinjauan Hukum HAKI sebagai Objek Wakaf”, dalam http:// www.bwi.or.id/artikel (14 Oktober 2011).

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

4) Ucapan itu tidak diikuti oleh syarat yang membatalkan. 47

Apabila semua persyaratan di atas dapat terpenuhi maka penguasaan atas tanah wakaf

bagi penerima wakaf adalah sah.

4. Macam-macam Wakaf dalam Islam

Pembentukan wakaf dan pertumbuhannya yang berkembang sangat pesat dalam

Islam serta pemeliharaannya yang baik, telah menjadikan asset wakaf berlimpah. Ada

banyak macam-macam wakaf dalam Islam yang berdasarkan substansi ekonominya.

Berikut macam-macam wakaf tersebut.

a. Macam-macam Wakaf berdasarkan substansi Ekonominya;

1) Wakaf langsung, yaitu wakaf untuk memberikan pelayanan langsung kepada

masyarakat, berupa barang untuk bisa dikonsumsi secara langsung oleh orang

yang berhak atas wakaf tersebut. Pelayanan ini benar-benar dirasakan manfaatnya

secara langsung, seperti wakaf masjid disediakan untuk tempat shalat, wakaf

madrasah disediakan untuk tempat belajar santri, wakaf rumah sakit disediakan

untuk mengobati orang sakit, rumah yatim piatu, pemukiman dan lain sebagainya.

2) Wakaf produktif, yaitu wakaf yang dikelola untuk tujuan investasi dan produksi

barang dan jasa pelayanan yang diperbolehkan menurut hukum Islam. Dalam

bentuk ini, modalnya (harta wakaf) diinvestasikan, kemudian hasil investasi

tersebut didistribusikan kepada mereka yang berhak 48atau harta digunakan untuk

kepentingan produksi, baik di bidang pertanian, perindustrian, perdagangan dan

jasa yang manfaatnya bukan pada benda wakaf secara langsung, tetapi dari

47Uswatun Hasanah, “Agar Wakaf tidak disalahgunakan”, dalam http:// www.bwi.or.id/artikel (04 Desember 2008). 48Uswatun Hasanah, “Potensi Wakaf Uang untuk Pembangunan Perumahan Rakyat” dalam http:// www.bwi.or.id/artikel (11 November 2010).

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

keuntungan bersih hasil pengembangan wakaf yang diberikan kepada orang-orang

yang berhak sesuai dengan tujuan wakaf.

b. Macam-macam Wakaf berdasarkan bentuk Hukumnya, ada dua kategori.

1) Macam-macam wakaf berdasarkan cakupan tujuannya, yaitu:

a) Wakaf Umum adalah wakaf yang tujuannya mencakup semua orang yang

berada dalam tujuan wakaf, baik cakupan ini untuk seluruh manusia atau kaum

muslimin atau orang-orang yang berada di daerah mereka dengan tidak

terbatas pada aspek penggunaannya yang mencakup semua aspek untuk

kepentingan dan kesejahteraan umat manusia pada umumnya. Kepentingan

umum tersebut bisa untuk keagamaan, jaminan sosial, pendidikan, kesehatan,

keamanan dan lain-lain, yang dapat berwujud seperti pembangunan masjid,

sekolah, jembatan, rumah sakit, panti asuhan anak yatim dan sarana sosial

lainnya.

b) Wakaf khusus atau wakaf keluarga, yaitu wakaf yang manfaat dan hasilnya

hanya diberikan oleh wa >qif kepada seseorang atau sekelompok orang

berdasarkan hubungan dan pertalian yang dimaksud oleh wa >qif . Wakaf ahli

juga sering disebut wakaf dhurri atau wakaf ‘alal aulad yakni wakaf yang

diperuntukan bagi kepentingan dan jaminan sosial dalam lingkungan keluarga

atau lingkungan kerabat sendiri.49

c) Wakaf gabungan, yaitu wakaf yang sebagian manfaat dan hasilnya diberikan

khusus untuk anak dan keturunan wa >qif serta selebihnya disalurkan untuk

kepentingan umum.

2) Macam-macam wakaf berdasarkan kelanjutannya sepanjang zaman, yaitu:

49Muhammad Syakir Sula, “Sinergi Wakaf dengan Instrumen Asuransi Shari’ah”,……

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

a) Wakaf abadi, yaitu wakaf yang diikrarkan selamanya dan tetap berlanjut

sepanjang zaman.

b) Wakaf sementara, yaitu wakaf yang sifatnya tidak abadi, baik dikarenakan

oleh bentuk barangnya maupun keinginan wa >qif sendiri.

5. Perbedaan antara Wakaf Langsung dan Wakaf Produktif terletak pada pola

Manajemen dan cara Pelestarian Wakaf.

a. Wakaf langsung membutuhkan biaya perawatan yang dananya diperoleh dari luar

benda wakaf. Contohnya, seorang yang mewakafkan satu unit bangunan untuk

komplek pendidikan atau madrasah, tentunya masih membutuhkan biaya operasional,

misalnya untuk menggaji guru, kebutuhan kantor, perawatan gedung dan kebutuhan-

kebutuhan lainnya.

b. Sedangkan wakaf produktif, sebagian hasilnya dapat digunakan untuk merawat dan

melestarikan benda wakaf dan selebihnya dibagikan kepada mustah }iq wakaf sesuai

dengan kehendak wa >qif .

C. Wakaf dalam Perspektif Sejarah

Wakaf merupakan salah satu ibadah sunah yang dilakukan seorang Muslim untuk

mendekatkan dirinya kepada Sang Kha>liq. Wakaf adalah permasalahan yang sudah lama

dikenal masyarakat, bahkan sejak generasi pertama dikenalnya peradaban manusia. Para ahli

hukum Islam, menurut John L Esposito dalam Ensiklopedi Oxford: Dunia Islam Modern, ide

wakaf sama tuanya dengan usia manusia. Ia menyebutkan bahwa wakaf yang pertama ada

adalah bangunan suci Ka'bah di Makkah. Al-Qur’an menyebutkan bahwa Ka‘bah adalah

harta wakaf pertama di dunia yang dibangun oleh Nabi Adam as, direnovasi oleh Nabi

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

Ibrahim as dan anaknya Nabi Ismail as dan akhirnya sampai ke zaman Nabi Muhammad Saw

dan umatnya saat ini.50 Allah SWT berfirman dalam surah Ali ‘Imran (3:96),

Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. 51

1. Perkembangan Wakaf pada Zaman Nabi Muhammad Saw dan para Sahabat

Sejarah mencatat, wakaf keagamaan yang terjadi pada masa Rasulullah Saw, yaitu

ketika Nabi Muhammad Saw hijrah bersama kaum Muhajirin ke Madinah, umat Islam

membangun Masjid Quba (berada sebuah kota yang berjarak 400 kilometer sebelah utara

dari Makkah). Pembangunan itu terjadi pada tahun 622 M. Enam bulan kemudian, Nabi

membangun Masjid Nabawi yang didirikan di atas tanah anak yatim dari Bani Najjar.

Tanah itu telah dibeli Nabi dengan harga delapan ratus dirham dari Sahl dan Suhail.

Sampai hari ini, masih berdiri di tempat yang sama dengan struktur diperpanjang dan

diperbesar. Peristiwa ini dijadikan sebagai penanda wakaf pertama untuk sarana

peribadatan umat Islam yang terjadi dalam sejarah peradaban Islam. 52

Pada tahun ketiga Hijriyah (626 M) Rasulullah Saw juga pernah menerima dari

seseorang bernama Mukhairiq yang mendermakan kepada Nabi Saw tujuh bidang kebun

kurma miliknya yang ada di Madinah diantaranya ialah Kebun A’raf, Shafiyah, Dalal,

Barqah dan kebun lainnya. Maka setelah dia meninggal Nabi Saw segera mengambil alih

kepemilikan tujuh bidang kebun tersebut dan menetapkannya sebagai wakaf derma untuk

diambil manfaatnya bagi fakir miskin.53

50Sirodjul Munir, “Kemitraan Usaha dalam Wakaf Produktif”, dalam http:// www.bwi.or.id/artikel (18 Februari 2008). 51al-Qur’an, 3: 96. 52Reazul Karim, ‘Zakat and Waqf Bank’ – for Social Development and Improved Management of Endowment, (Dhaka, Bangladesh: Institute of Hazrat Mohammad, t.t).

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

Kemudian shari’ah wakaf diteruskan oleh Umar bin Khattab ra terhadap tanahnya

yang terletak di Khaibar, Utsman bin ‘Affan r.a yang mewakaf kan sumber mata air yang

dibutuhkan oleh masyarakat yang dikenal dengan ‘Ainur Raumah yaitu sumur yang

dibelinya dari seorang Yahudi dari Bani Ghifar seharga 35.000 (tiga puluh lima ribu)

dirham, disusul oleh Abu Thalhah yang mewakafkan kebun kesayangannya, kebun

“Bairaha”. Selanjutnya Abu Bakar yang mewakafkan sebidang tanahnya di Mekkah yang

diperuntukkan kepada anak keturunannya yang datang ke Mekkah, Ali bin Abi Thalib

mewakafkan tanahnya yang subur, Mu’adz bin Jabal yang mewakafkan rumahnya yang

populer dengan sebutan “Da >r Al-Ans}ar”. Kemudian pelaksanaan wakaf disusul oleh Anas

bin Malik, Abdullah bin Umar, Zubair bin Awwam dan “Aisyah Istri Rasulullah Saw. 54

2. Perkembangan Wakaf pada Zaman Dinasti Umayyah 41-132 H/ 661-750 M

Sejarah telah mencatat bahwa di Mesir, pada masa pemerintahan Daulah Dinasti

Bani Umayyah, perhatian terhadap wakaf nampak cukup tinggi sehingga masalah wakaf

diserahkan kepada sebuah lembaga khusus di bawah pengawasan hakim. Menurut Abu

Zahra, orang yang pertama kali melakukan hal tersebut adalah Taubah bin Ghar al-

Hadhramiy, seorang Qadli Mesir di masa pemerintahan Khalifah Hisyam ibn Abdul

Malik (724-743 M). Taubah menegaskan bahwa tujuan utama dari peruntukan wakaf ini

adalah untuk orang-orang fakir miskin. 55

Upaya ini mencapai puncaknya dengan didirikannya kantor wakaf untuk

pendaftaran dan melakukan kontrol yang dikaitkan dengan kepala pengadilan, yang biasa

disebut dengan "hakimnya para hakim". Lembaga wakaf inilah yang pertama kali

53Musthofa Dibal Bigho, at-Tadhhib fi> ‘Adillati Matan al-Ghoyyah wa at-Taqrib (Surabaya : Bungkul, 1978), 144-145 dalam Direktorat Pemberdayaan Wakaf Depag. R.I., Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf (Jakarta : Depag, 2006), 4-5. 54Suparman Usman, Hukum Perwakafan di Indonesia (Jakarta : Da>rul ‘Ulum Press, 1999), 27 dalam Direktorat Pemberdayaan Wakaf Depag. R.I., Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf (Jakarta : Depag, 2006), 6. 55 Muhammad Abu Zahra, Muh }ad }arat fi> al-Waqf (Beirut: Da>rul al-fikr al-‘Arabi, 1959), 11.

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

dilakukan dalam administrasi wakaf di Mesir, bahkan di seluruh negeri Islam pada masa

itu. Pendirian lembaga khusus yang serupa juga telah dilakukan oleh hakim Taubah di

Basrah sehingga sejak itulah pengelolaan wakaf berada di bawah kewenangan lembaga

kehakiman. 56

3. Perkembangan Wakaf pada Zaman Dinasti Abbasiyah (132 H s.d. 656 H) atau

(750 M s.d. 1258 M)

Pada masa Daulah Abbasiyyah, wakaf dikelola dan menjadi sumber pendapatan

negara. Wakaf pada waktu itu meliputi berbagai macam asset seperti masjid, mus}olla,

sekolah, tanah pertanian, toko, kebun, pabrik roti, bangunan kantor, gedung pertemuan,

tempat perniagaan, pasar, tempat pemandian, gudang beras dan lainnya sebagai salah satu

instrumen untuk pendapatan negara.57 Di samping itu, pada masa ini juga terbentuk

lembaga wakaf yang disebut dengan “s}adr al-Wuqu >f” yang mengurus administrasi dan

memilih staff pengelola lembaga wakaf. Dana hasil pengelolaan harta benda wakaf juga

digunakan untuk membantu pembangunan pusat seni dan telah berperan bagi

perkembangan arsitektur Islam terutama arsitektur dalam pembangunan masjid, sekolah

dan rumah sakit. 58

4. Perkembangan Wakaf pada Zaman Dinasti Fathimiyah di Mesir (910-1171 M)

Universitas Al Azhar berdiri pada 970 M atau 359 H yang awalnya hanya sebuah

masjid, didirikan oleh seorang panglima perang Dinasti Fathimiyah bernama Jauhar al-

Shaqali al-Azhar yang memang didanai dari harta wakaf. Pengelolaan wakaf lembaga ini

di bawah salah satu Badan Wakaf bernama al-Jam’iyyah al-Syar’iyyah didirikan tahun

56M. Cholil Nafis, Petunjuk dan Gagasan Administrasi Perwakafan, dalam http:// www.bwi.or.id/artikel (27 Januari 2011). 57Achmad Djunaidi dkk. Menuju Era Wakaf Produktif (Depok: Mumtaz Publishing, 2008), 33-40.

58Direktorat Pemberdayaan Wakaf Depag. R.I., Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf (Jakarta : Depag, 2006), 7.

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

1912 M. Pada awal abad ke-19, harta wakaf yang dikelola secara produktif, yang juga

meliputi pengelolaan wakaf uang yang dilakukan secara profesional, sehingga hasil

pengelolaan wakaf tersebut pernah mencapai sepertiga dari kekayaan Mesir. Bahkan

dikabarkan pemerintah Mesir sempat meminjam dana wakaf Al-Azhar untuk

operasionalnya.

Universitas Al-Azhar mampu menjalankan aktivitasnya secara mandiri dengan

menggunakan dana wakaf. Universitas itu mengelola gudang atau perusahaan di Terusan

Suez. Selaku naz}ir atau pengelola wakaf, Universitas Al-Azhar hanya mengambil hasil

dari investasi wakaf uang untuk keperluan pendidikan.

Berbekal pengelolaan asset dan dana wakaf, Universitas Al-Azhar telah mampu

bertahan selama lebih dari 1.000 tahun. Perguruan tinggi itu juga bisa menggratiskan

biaya pendidikan dari SD sampai universitas dan juga sanggup mendatangkan para

mahasiswa muslim dari berbagai penjuru dunia dengan beasiswa yang dihasilkan dari

pengelolaan wakaf. Setiap tahun menyediakan beasiswa bagi mahasiswa asing yang

belajar di Universitas Al-Azhar Kairo. Saat ini jumlah penerima beasiswa mencapai 7000

orang berasal dari berbagai negara, Indonesia termasuk penerima beasiswa yang paling

banyak. 59

5. Perkembangan Wakaf pada Zaman Dinasti Ayyubiah (1171-1249M)

Pada masa dinasti Ayyubiyah di Mesir perkembangan wakaf cukup

menggembirakan, di mana hampir semua tanah-tanah pertanian menjadi harta wakaf dan

semua dikelola oleh negara dan menjadi milik negara (bait al-ma >l). Shalahuddin Al-

Ayyubi banyak mewakafkan lahan milik negara untuk kegiatan pendidikan, seperti

mewakafkan beberapa desa (qaryah) untuk pengembangan madrasah madzhab asy-

59“Wakaf Ringankan Biaya Pendidikan”, dalam http:// www.bwi.or.id/berita (12 Januari 2012).

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

Syafi’iyah, madrasah madzhab al-Malikiyah dan madrasah madzhab al-Hanafiyah dengan

dana melalui model wakaf kebun dan lahan pertanian.

6. Perkembangan Wakaf pada Zaman Dinasti Mamluk (1250-1517 M)

Perkembangan wakaf pada masa dinasti Mamluk sangat pesat dan beraneka

ragam, sehingga apapun yang dapat diambil manfaatnya boleh diwakafkan. Akan tetapi

paling banyak yang diwakafkan pada masa itu adalah tanah pertanian dan bangunan,

seperti gedung perkantoran, penginapan dan tempat belajar. Pada masa Mamluk terdapat

wakaf hamba sahaya atau budak yang di wakafkan untuk memelihara masjid dan

madrasah. Hal ini dilakukan pertama kali oleh penguasa Dinasti Utsmani yakni Sulaiman

Basya, ketika menaklukan Mesir.

Pada abad pertengahan pengelolaan wakafnya sudah mengalami kemajuan.

Lembaga administratif yang mengelola wakaf disebut Diwan al-Ah }bas dan menangani

masalah perwakafan di kedua wilayah, Mesir dan Syam, yang sepadan dengan

kementerian perwakafan di dunia Islam masa kini. Tugasnya adalah mengawasi dan

membina masjid, mus}allah, madrasah, tanah dan bangunan yang diwakafkan dan

menyalurkan sedekah kepada fakir, miskin dan orang-orang yang membutuhkan.60

7. Perkembangan Wakaf pada Zaman Imperium Turki Ottoman Usmani (1516-1918

M)

Sejak abad lima belas, kerajaan Turki Utsmani dapat memperluas wilayah

kekuasaannya, sehingga Turki dapat menguasai sebagian besar wilayah negara Arab.

Kekuasaan politik yang diraih oleh Dinasti Utsmani secara otomatis mempermudah untuk

menerapkan Shari’ah Islam, diantaranya ialah peraturan tentang perwakafan. Bahkan

untuk menangani persoalan wakaf ini, pada awal abad ke-19 M, pemerintahan Turki

60Amany Lubis, Sistem Pemerintahan Oligarki dalam Sejarah Islam (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), 157-158.

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

Utsmaniyah membentuk kabinet khusus untuk masalah wakaf. Diantara undang-undang

yang dikeluarkan pada dinasti Utsmani ialah:

a. Peraturan tentang pembukuan pelaksanaan wakaf, yang dikeluarkan pada tanggal 19

Jumadil Akhir Tahun 1280 Hijriyah. Undang-undang tersebut mengatur tentang

pencatatan wakaf, sertifikasi wakaf, cara pengelolaan wakaf, upaya mencapai tujuan

wakaf dan melembagakan wakaf dalam upaya realisasi wakaf dari sisi administrasi

dan perundang-undangan.

b. Pada tahun 1287 Hijriyah dikeluarkan undang-undang yang menjelaskan tentang

kedudukan tanah-tanah kekuasaan Turki Utsmani dan tanah-tanah produktif yang

berstatus wakaf.

c. Undang-undang perwakafan yang paling penting yang pernah dikeluarkan oleh

pemerintahan Turki Utsmaniyah adalah yang dikeluarkan pada tanggal 29 November

1863. Undang-undang ini mengatur pengelolaan dan pengawasan wakaf.

Dari implementasi undang-undang tersebut di negara-negara Arab masih banyak tanah

yang berstatus wakaf dan dipraktekkan sampai saat ini.61

8. Perkembangan Wakaf pada Zaman Kerajaan Mughal (1526 – 1858 M)

Kerajaan Mughal memberi dukungan kepada t}ariqat (organisasi sufi), bukan saja

dukungan politik dengan memberikan keleluasaan untuk berkembang bagi t}ariqat, tetapi

juga dukungan-dukungan ekonomi, di mana Pemerintah Mughal telah menyediakan

sejumlah subsidi kepada ulama, termasuk syeikh t}ariqat dan mewakafkan sejumlah tanah

untuk menambah pendapatan tempat-tempat keramat, makam dan madrasah 62 Akibatnya,

di Delhi misalnya, menurut catatan al-Qalqasyandi (w. 1418) terdapat lebih darti 700

61“Nostalgia Wakaf Era Daulah Islamiah Wakaf, antara Peran Sosial dan Politik,” dalam http:// www.bwi.or.id/berita, (04 April 2011). 62Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, Bagian Kesatu dan Dua, Terj. Gufran A. Masadi (Jakarta: Rajawali Pers, 2000), 694-710.

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

rumah sakit dan 2000 padepokan sufi (ribâth atau khân) yang semuanya didanai oleh

harta wakaf.

9. Perkembangan Wakaf pada Zaman penjajahan Bangsa Barat

Perubahan besar yang terjadi pada dunia Islam mulai dari abad ke-19 sampai

pertengahan abad ke-20, yaitu terjadinya invasi negara-negara Eropa ke sebagian besar

negara-negara Islam. Ini merupakan suatu hal yang belum pernah terjadi sebelumnya

dalam sejarah Islam. Invasi yang tidak hanya budaya dan ekonomi tetapi juga militer dan

politik. Semua itu mengakibatkan situasi baru di mana penguasa kolonial memulai

menerapkan kebijakan di banyak bagian dunia Islam yang bertujuan untuk memerangi

dan melecehkan Shariáh Islam. Suasana umum dari keterbelakangan dan ketertinggalan

di dunia Islam juga berdampak pada properti Wakaf. Akibat sistem pendidikan barat yang

diperkenalkan oleh pemerintah kolonial, yang kemudian didukung oleh peluang ekonomi

yang baru dibuat, memberikan pukulan berat bagi pendidikan Islam yang sudah

terbelakang. 63

10. Perkembangan Wakaf setelah Zaman penjajahan Bangsa Barat

Pada akhir masa kolonial dan dengan kemerdekaan sebagian besar negara Islam,

maka terbentuklah Negara Nasional dengan kepemimpinan yang baru. Pemerintah yang

baru di beberapa negara Islam mewarisi praktik masa kolonial dalam hal institusi, hukum

dan kebijakan. Diantaranya dengan kebijakan penghapusan lembaga-lembaga Islam yang

sudah melemah selama periode kolonial.

Pada sisi lain ada beberapa negara Islam seperti Lebanon, Turki, Yordania dan

Aljazair, mencoba untuk menghidupkan kembali Shari’ah Waqf. Mereka berlakukan

undang-undang baru Wakaf dalam membantu untuk memulihkan, melestarikan dan

63Reazul Karim, “Zakat and Waqf Bank”.

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

mengembangkan Harta milik Wakaf dan mendorong orang untuk menciptakan Wakaf

baru.64

11. Perkembangan Wakaf di Indonesia

a. Pada Zaman sebelum datangnya Islam ke Indonesia(358 – 1475 M)

Di Indonesia, praktek wakaf sudah berlangsung lama. Bahkan, sebelum

masuknya Islam ke Nusantara, masyarakat sudah mengenal lembaga sejenis wakaf.

Lembaga Wakaf yang dipraktekkan di Indonesia walaupun tidak sepenuhnya persis

dengan yang terdapat dalam Ajaran Islam, namun spiritnya sama dengan shari’ah

wakaf. Hal ini dapat dilihat pada kenyataan sejarah yang sebagian masih berlangsung

sampai sekarang diberbagai daerah di Indonesia.

Pada suku badui di Banten terdapat Huma Serang, yakni sebuah ladang yang

diolah dan dikerjakan secara bersama-sama dan hasilnya digunakan untuk

kepentingan bersama. Di Lombok (Nusa Tenggara Barat), terdapat Tanah Pareman

yakni tanah negara yang dibebaskan dari pajak yang diserahkan kepada desa-desa,

subak dan candi untuk kepentingan bersama. Di Jawa Timur terdapat Tanah Pardikan

ialah sebidang tanah yang merupakan pemberian Raja kepada seseorang atau

kelompok yang berjasa. Menurut Rachmat Djatnika, bahwa bentuk ini menyerupai

wakaf keluarga (al-waqf al-ahly) dan dari segi fungsi dan pemanfaatan yang tidak

boleh diperjual-belikan. Tradisi sejenis wakaf juga terdapat pada adat suku-suku

lainnya di Indonesia dengan nama yang berbeda- beda. 65

b. Pada Zaman Kerajaan Islam (1475- 1683 M)

Pada masa pra-kemerdekaan Republik Indonesia, Lembaga Perwakafan sering

dilakukan oleh masyarakat yang beragama Islam. Hal ini sebagai konsekwensi logis

dari banyaknya kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia seperti kerajaan Demak,

64Ibid. 65Suparman Usman, Hukum Perwakafan di Indonesia, 3-4.

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

Kerajaan Samudra Pasai dsb. Praktek wakaf ini telah diatur oleh hukum adat yang

sifatnya tidak tertulis dengan berlandaskan ajaran yang bersumber dari nilai-nilai

Ajaran Islam. Karena diterimanya lembaga Wakaf ini berasal dari suatu kebiasaan

dalam pergaulan kehidupan Masyarakat Indonesia. Maka tidak jarang orang Indonesia

membangun Masjid, Pesantren dan Sekolah untuk bersama-sama secara bergotong

royong.

Seiring dengan perkembangan dakwah Islam di Nusantara. Di samping

melakukan dakwah Islam, para ulama juga sekaligus memperkenalkan ajaran wakaf.

Hal ini terbukti dari banyaknya masjid-masjid yang bersejarah yang dibangun di atas

tanah wakaf. Ajaran wakaf ini terus berkembang di bumi Nusantara, sehingga harta

benda wakaf sudah menyebar di negeri ini, mulai dari Aceh, Gayo, Tapanuli,

Gorontalo, Lombok, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan lain-lain. Di antara

beberapa daerah tersebut berbeda-beda dalam menyebut harta benda wakaf. Di Aceh

wakaf disebut dengan Wakeuh, di Gayo disebut dengan Wakos, di Payakumbuh

disebut dengan Ibah dan lain-lain. Benda yang diwakafkan ada yang berbentuk benda

tidak bergerak seperti sawah, tanah kering, masjid, langgar, rumah, kebun karet,

kebun kelapa dan benda bergerak seperti Al-Qur’an, sajadah dan batu bata. 66

c. Pada Zaman Penjajahan Belanda (1600- 1942)

Di Indonesia pada masa penjajahan Hindia Belanda sudah berlaku hukum

perwakafan dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang berdasarkan hukum Islam.

Namun karena sejak semula tidak diiringi dengan kebijakan dan peraturan perundang-

undangan yang memadai, harta benda wakaf tersebut tidak teradministrasikan dengan

baik dan bahkan tidak sedikit yang sering menimbulkan permasalahan (sengketa). Hal

inilah antara lain yang memunculkan kesadaran pemerintah Hindia Belanda untuk

66Imam Suhadi, Wakaf untuk Kesejahteraan Umat (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 2002), 38.

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

menertibkan tanah wakaf di Indonesia. Pada waktu Priesterraad (Pengadilan Agama)

didirikan berdasarkan Staatsblad No. 152 Tahun 1882, salah satu yang menjadi

wewenangnya adalah menyelesaikan masalah wakaf. Menurut Ter Haar,67 lembaga

hukum wakaf Islam telah diterima (gerecipereed) di banyak daerah di Nusantara.

Praktek ini disebut juga dengan istilah Belanda ”Vrome Stichting” dan dalam aspek

kodifikasi hukumnya, menjadi salah satu bagian hukum adat yang bersumber dari

hukum Islam (godsdienstig bestanddeel van het adatrecht).68

Pada masa pemerintahan kolonial merupakan momentum kegiatan wakaf.

Karena pada masa itu, perkembangan organisasi keagamaan, sekolah, madrasah,

pondok pesantren, masjid, yang semuanya merupakan swadaya dan berdiri di atas

tanah wakaf. Namun, perkembangan wakaf di kemudian hari tak mengalami

perubahan yang berarti. Kegiatan wakaf dilakukan terbatas pada kegiatan keagamaan,

seperti pembangunan masjid, mus}alla, langgar, madrasah, perkuburan, sehingga

kegiatan wakaf di Indonesia kurang bermanfaat secara ekonomis bagi rakyat banyak.

Ini semua disebabkan oleh sikap paradox pemerintah kolonial terhadap wakaf, yaitu

membiarkan wakaf status quo di satu sisi dan memandang wakaf sebagai properti

tidak produktif, di sisi lain. Akibatnya, wakaf direkonstruksi ke dalam hukum

keluarga atau hukum publik. Kebijakan pemerintah kolonial ini juga diadopsi oleh

para penguasa negara-negara Muslim yang baru merdeka. Mereka melihat wakaf

tidak produktif dalam mendukung pembangunan ekonomi dan industri.

d. Pada Zaman Kemerdekaan (1945-Sekarang)

Peraturan-peraturan tentang perwakafan tanah yang dikeluarkan dimasa

penjajahan Belanda, sejak Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada 67Suparman Usman, Hukum Perwakafan di Indonesia, 3-4. 68Depag RI, Perkembangan Pengelolaan Wakaf di Indonesia (Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2006), 13-14.

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

Tanggal 17 Agustus 1945 masih terus diberlakukan, berdasarkan bunyi Pasal II aturan

peralihan UUD 1945: “ Segala Badan Negara dan peraturan yang ada masih langsung

berlaku, selama belum diadakan yang baru menurut UUD ini. Untuk menyesuaikan

dengan alam Kemerdekaan Negara Republik Indonesia, maka telah dkeluarkan

beberapa petunjuk tentang perwakafan, yaitu Petunjuk dari Departemen Agama

Republik Indonesia Tanggal 22 Desember 1953 tentang petunjuk mengenai wakaf.

Untuk selanjutnya perwakafan menjadi wewenang Bagian D (Ibadah Sosial), Jabatan

urusan Agama. 69 Berikut ini adalah Undang-Undang Hukum Negara yang mengatur

keberadaan Wakaf yang pernah dikeluarkan Pemerintah RI sampai sekarang ini, an:

1) Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960, pada Pasal 5, Pasal 14 ayat

1 dan Pasal 49.

2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1977 tentang

Perwakafan Tanah Milik.

3) Peraturan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 1978 tentang Peraturan Pelaksanaan

Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik.

4) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 1977 tentang Tata Cara

Pendaftaran Tanah mengenai Perwakafan Tanah Milik.

5) Instruksi Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun

1978 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 tentang

Perwakafan Tanah Milik.

6) Instruksi Bersama Menteri Agama dan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor

4 Tahun 1990, Nomor 24 Tahun 1990 tentang Sertifikasi Tanah Wakaf.

7) Badan Pertanahan Nasional Nomor 630.1-2782 tentang Pelaksanaan

Penyertifikatan Tanah Wakaf.

69Tholhah Hasan, “Perkembangan Kebijakan Wakaf di Indonesia, ” dalam http:// www.bwi.or.id/artikel (15 April 2008).

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

8) Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam.

9) Surat Keputusan Direktorat Bank Indonesia Nomor 32/34/KEP/DIR tentang Bank

Umum berdasarkan Prinsip Shari’ah.

10) Surat Keputusan Direktorat Bank Indonesia Nomor 32/36/KEP/DIR tentang Bank

Perkreditan Rakyat berdasarkan Prinsip Shari’ah.

11) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf.

12) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2006 tentang

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf.

13) Keputusan Bersama Menteri Agama Republik Indonesia dan Kepala Badan

Pertanahan Nasional Nomor 422 Tahun 2004 dan Nomor 3/SKB/BPN/2004

tentang Sertifikat Tanah Wakaf.70

D. Timbulnya Paradigma Wakaf Produktif

Paradigma wakaf di Indonesia sejak masa penjajahan sampai era reformasi dipahami

hanyalah sebagai benda mati, tidak produktif dan menjadi tanggungan masyarakat.

Masyarakat Indonesia secara umumnya kurang memahami permasalahan wakaf dalam Islam

secara benar dan menyeluruh. Hal ini terbukti bahwa wakaf yang banyak dikelola masyarakat

Indonesia adalah wakaf yang dikelola seperti pada zaman sebelum Islam seperti wakaf untuk

tempat ibadah, kuburan, gedung madrasah dan wakaf lain yang tidak produktif dan tidak

bernilai ekonomi. Hal ini tercermin dari peraturan perundang-undangan tentang wakaf dan

peruntukan tanah wakaf di Indonesia. Peraturan wakaf di Indonesia pra-kemerdekaan hanya

berdasarkan kebiasaannya masyarakat yang bersumber dari ajaran Islam dan diatur

berdasarkan surat-surat edaran Pemerintahan Hindia Belanda.71

70Ibid. 71Sirodjul Munir, “Kemitraan Usaha dalam Wakaf Produktif”, dalam http:// www.bwi.or.id/artikel (18 Februari 2008).

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

Dalam perjalanan waktu, bersamaan dengan perkembangan dan penyebaran

Islam ke berbagai tempat dan komunitas, serta lahirnya masyarakat Islam yang

kosmopolitan, maka wakafpun mengalami perkembangan yang dinamis dan mengundang

pemahaman dan pendapat tentang wakaf dan pengelolaannya yang dinamis juga. Maka

terjadi perbedaan-perbedaan pendapat di kalangan ulama’ fiqh dalam menyikapi

dinamika wakaf dan hukum-hukum yang terkait dengan wakaf dan pengelolaannya.

Perbedaan-perbedaan tersebut ada yang sifatnya substansial dan ada pula yang

praktikal. 72

Di beberapa Negara Islam diselenggarakan konferensi, seminar atau lokakarya

tentang wakaf, seperti :

1. Konferensi Internasional Menteri-menteri Wakaf & Agama (1979) di Jakarta.

2. Nadwah“Mu’assasah al-Awqaf fi al-‘Alam al-‘Arabi al-Islami“ (1983)

di Rabat Maroko.

3. Nadwah“Ida >rah wa Tathmir Mumtalak>at al-Awqaf“ (1984) di Jeddah Arab Saudi.

4. Nadwah“al-At}t}ar al-Ijtima >’iyyah wal Iqtis}a >diyyah lil Waqfi fi al-‘Alam al-Isla>mi al-

Mu’ashi “ (1992) di Istambul Turkey.

5. Nadwah “Nahwa Daur Tanmawiy lil Waqfi “ (1992) di Kuwait.

6. Nadwah “Ahammiyyah al-Awqaf al-Islamiyyah fi> al‘Alam al-Yaum“(1996) di Amman

Yordan, dan lain-lain.

Munculnya paradigma yang lebih berkonsentrasi pada prinsip “ pelestarian dan

peningkatan manfaat wakaf “ (tasbil al-thamrah), menggeser paradigma yang selama

ini lebih berkonsentrasi pada prinsip “penjagaan keabadian barang wakaf“ (h }absu al-

as}l). Yang menarik dari pembahasan forum-forum tersebut adalah adanya semangat

“kompromi antar madzhab” atau talfiq yang selama ini dapat dikatakan belum pernah

72Tholhah Hasan,” Istibdal Harta Benda Wakaf” dalam http:// www.bwi.or.id/artikel.

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

terjadi. Talfiq yang merupakan metode kombinasi berbagai pandangan dalam berbagai

madzhab untuk membentuk peraturan tunggalyang secara h }arfiyah melipat sesuatu menjadi

satu atau mempertemukan sesuatu menjadi satu, secara operasional bermakna beramal dalam

suatu masalah menurut hukum yang merupakan gabungan dari dua madzhab atau lebih atau

menyatukan dua qaul dari dua madzhab yang berbeda ke dalam persoalan tertentu, sehingga

menjadi satu komponen hukum. Dan pada akhirnya keputusan-keputusan yang ditetapkan

melalui forum-forum tersebut dapat dikatakan sebagai gambaran terjadinya

“pluralisme madzhab” dalam kajian fiqh seperti : wakaf mu’aqqat (wakaf temporal),

wakaf uang, istibdal al-waqf (penukaran barang wakaf), istitsmar amwal al-waqf

(investasi dana wakaf), profesionalisasi naz}ir. Issu-issu wakaf kontemporer tersebut

mempengaruhi agenda pertemuan wakaf baik dalam skala nasional maupun

internasional, juga dalam penulisan buku-buku per-undangan wakaf serta kajian-kajian

ilmiah dan produk-produk akademis, seperti munculnya banyak tesis dan disertasi

wakaf.

Pada abad ke 20 mulailah muncul berbagai ide untuk mengimplementasikan berbagai

ide-ide besar Islam dalam bidang ekonomi. Berbagai lembaga keuangan lahir seperti bank,

asuransi, pasar modal, institusi zakat, institusi wakaf, lembaga tabungan haji dll. Lembaga-

lembaga keuangan Islam sudah menjadi istilah yang familiar baik di dunia Islam maupun non

Islam.

Tahun 1997 (1418 H), Indonesia sebagai negara berpenduduk Islam terbesar di dunia,

menggagas dan menjadi tuan rumah Muktamar Menteri-Menteri Wakaf dan Urusan Islam

dari negara-negara anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI). Hasil pertemuan tersebut

merekomendasi kepada Islamic Development Bank (IDB) untuk membentuk Badan Wakaf

Dunia (Hay’a>tu al- Awqaf al-‘A>lamiyyah) di bawah struktur IDB. Dan ternyata pada tanggal

10 September 2001 (1422 H) IDB mendirikan Badan Wakaf Dunia tersebut.

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

Badan ini mengembangkan perwakafan produktif disektor riil dan perdagangan

saham. Investasi dilakukan dibeberapa negara seperti di Qatar, Kuwait, Malaysia dan

beberapa negara lainnya berupa perhotelan, perkantoran dan pertanian. 73 Manajemen

investasi wakaf uang dapat dilakukan dengan cara menginvestasikan dana wakaf ke berbagai

sektor, seperti sektor riil, investasi langsung ke perusahaan-perusahaan ataupun unit-unit

usaha produktif, maupun sektor keuangan shari’ah, seperti deposito mud}a >rabah dan

reksadana shari’ah. Keuntungan dari investasi wakaf uang tersebut dapat didistribusikan ke

pihak-pihak yang berhak menerima dalam rangka memberdayakan ekonomi mereka.74

Pemerintah pun merespon positif desakan masyarakat luas untuk membentuk

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf dan Peraturan Pemerintah Nomor 42

Tahun 2006 tentang Pelaksanaannya.75 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 memiliki

beberapa pengaturan baru yang dibuat guna mendukung pengembangan wakaf di Indonesia.

Beberapa hal yang baru, antara lain mengenai naz}ir, mauqu>f bih (harta benda yang

diwakafkan), mauqu>f ‘alaih (peruntukan harta wakaf) dan pembentukan Badan Wakaf

Indonesia (BWI).

1. Praktik Wakaf di Negara-negara Islam

a. Perkembangan Perwakafan di Negara Mesir

Mesir adalah salah satu negara yang sudah cukup lama mengelola wakaf

produktif. Pada awalnya, seorang hakim Mesir di zaman Hisyam bin Abdul Malik,

Taubah bin Namiroh adalah orang yang pertama kali melakukan wakaf berupa tanah

73 “ Menggagas Naz}ir Wakaf Profesional”, dalam http:// www.bwi.or.id/artikel (Selasa, 09 Juni 2009). 74M. Cholil Nafis, “Peluang Kemitraan Investasi Wakaf Produktif”, dalam http:// www.bwi.or.id/artikel (03 Desember 2010). 75“BWI Terus Sosialisasikan Program,” dalam http:// www.bwi.or.id/berita (12 Januari 2010).

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

untuk bendungan. Kemudian setelah itu proses pengembangan wakaf produktif di

Mesir ini terus dikaji dan disempurnakan. Pada waktu pemerintahan Muhammad Ali

Pasha tahun 1891 dibentuklah Diwa >nu al-Awqa>f yang berwenang untuk mengatur,

mengurus dan mengelola wakaf secara produktif. Perkembangan selanjutnya pada

tanggal 20 November 1913 Diwa >nu al-Awqaf dirubah menjadi sebuah Departemen,

sehingga masalah wakaf di Mesir diurus oleh kementrian khusus “Wiza>ratu al-

Awqa>f.”76

Perkembangan selanjutnya didirikanlah Badan Wakaf pada tahun 1971. Badan

Wakaf di Mesir berada di bawah Departemen Perwakafan atau Wiza >ratu al-Auqa >f.

Sebagai negara yang cukup berpengalaman dalam menangani masalah wakaf, orang-

orang yang mereka tempatkan dalam Badan Wakaf adalah orang-orang yang

profesional dalam bidang mereka masing-masing. Untuk memperlancar kegiatannya,

Badan Wakaf Mesir juga mengundang para profesional di luar mereka yang sudah

menjadi pengurus. Kegiatan Badan Wakaf Mesir yang cukup penting adalah

mengembangkan wakaf produktif. Dalam hal ini Badan Wakaf bekerjasama dengan

perusahaan-perusahaan, rumah sakit, bank-bank atau para pengembang untuk

mengelola asset wakaf. Di samping itu, Badan Wakaf juga membeli saham dan

obligasi dari perusahaan-perusahaan besar. Semua kegiatan Badan Wakaf di Mesir

diatur dengan peraturan perundang-undangan yang memadai.77 Hingga saat ini, hasil

wakaf di Mesir dalam batas-batas tertentu masih didistribusikan untuk keadilan sosial.

Untuk bidang yang lain, diantaranya:

1) Bidang Dakwah Islam; antara lain untuk para khatib, takmir masjid, pemeliharaan

Masjid, para penghafal al-Qur’an dan penerjemahan al-Qur’an.

76Achmad Djunaidi dkk. Menuju Era Wakaf Produktif, 27-44. 77Uswatun Hasanah “Menyelami Badan Wakaf Indonesia,” dalam http:// www.bwi.or.id/artikel (26 Mei 2008).

Page 37: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

2) Bidang pendidikan dan pelatihan; antara lain untuk lembaga pendidikan yatim

piatu dan beasiswa bagi sebagian mahasiwa al-Azhar pengkaji Islam, baik dari

dalam maupun luar negeri. Jumlahnya sebanyak 700 orang yang terbagi dalam 4

angkatan. Di mana setiap orangnya memperoleh 160 Found Mesir (sekitar Rp.

240.000).

3) Bidang penyebaran kebudayaan Islam seperti penerbitan buletin Islam,

pencetakan buku-buku dan ensiklopedi Islam, penelitian filologis naskah kuno

Islam dan penyelenggaraan pameran kebudayaan Islam.

4) Bidang sosial, seperti bantuan ekonomi bagi yang tidak mampu dan bantuan

kesehatan.78

b. Perkembangan Perwakafan di Arab Saudi

Untuk memperkuat kedudukan harta wakaf, Pemerintah Saudi Arabia

membentuk Kementerian Haji dan Wakaf. Kementerian ini mempunyai kewajiban

mengembangkan dan mengarahkan wakaf sesuai dengan syarat-syarat yang telah

ditetapkan oleh wa >qif . Untuk itu Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia membuat

peraturan bagi Majelis Tinggi Wakaf dengan ketetapan Nomor. 574 tanggal 16 Rajab

1386 sesuai dengan Surat Keputusan Kerajaan Nomor. 35/M tanggal 18 Rajab 1386.

Majelis Tinggi Wakaf diketuai oleh Menteri Haji dan Wakaf, yakni Menteri

yang mengawasi wakaf dan menguasai permasalahan-permasalahan perwakafan.

Adapun anggota Majelis Tinggi Wakaf terdiri atas wakil Kementerian Haji dan

Wakaf, ahli hukum Islam dari Kementerian Kehakiman, wakil dari Kementerian

(Departemen) Keuangan dan Ekonomi, Direktur Kepurbakalaan serta tiga anggota

dari kalangan cendekiawan dan wartawan. Majelis Tinggi Wakaf mempunyai

78Muhammad Abd al-Halim Umar, ”Tajri >batu al-‘Ida>ratu al-Awqaf fi Jumhuriyyah Mis}r al-’Arabiyyah, dalam Muhammad ’Abd al-Halim ’Umar (Ed.), Buhuth wa ad-dirasat: Silsalatu al- Buhuth al-Awqaf (Kairo: Markazu as-Shalih al-Kamil, tt), 34.

Page 38: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

wewenang untuk membelanjakan hasil pengembangan wakaf dan menentukan

langkah-langkah dalam mengembangkan wakaf berdasarkan syarat-syarat yang

ditentukan wa >qif dan manajemen wakaf.

Wakaf yang ada di Saudi Arabia bentuknya bermacam-macam seperti hotel,

tanah, bangunan (rumah) untuk penduduk, toko, kebun dan tempat ibadah. Sementara

dalam pengelolaan wakaf, Arab Saudi juga melakukan praktik dengan menunjuk

pengelola (naz}ir). Di mana naz}ir tersebut bertugas untuk membuat perencanaan dalam

pengembangan harta wakaf, mensosialisasikan program yang telah disepakati,

melaksanakan pendistribusian hasil wakaf kepada yang membutuhkan, memelihara

dan mengawasi untuk kelanggengan asset wakaf dan membuat laporan kepada

kerajaan (mamlakah) dalam pelaksanaan dan pengelolaan wakaf. 79

Proyek pengembangan yang diutamakan oleh Kementerian Haji dan Wakaf

adalah pembuatan hotel-hotel di tanah wakaf yang terdapat di Makkah al-Mukaramah

terutama yang ada di dekat Masjid al-Haram. Proyek-proyek pengembangan wakaf

lain yang juga diutamakan adalah pembangunan perumahan penduduk di sekitar

Masjid Nabawi. Di kota ini juga dibangun toko-toko dan tempal-tempat

perdagangan.80

Pemanfaatan hasil wakaf yang utama adalah untuk memperbaiki dan

membangun wakaf yang ada agar wakaf tersebut kekal dengan tetap melaksanakan

syarat-syarat yang diajukan oleh Wa >qif. Khusus terhadap dua kota suci yakni Makkah

dan Madinah, pemerintah membantu dua kota tersebut dengan memberikan manfaat

hasil wakaf terhadap segala urusan yang berkaitan untuk membantu keperluan

jama’ah haji dan orang-orang yang pergi melakukan ziarah ke Madinah.

c. Perkembangan Perwakafan di Negara Turki 79Achmad Djunaidi dkk. Menuju Era Wakaf Produktif, 33-40. 80M. Cholil Nafis, “Peluang Kemitraan Investasi Wakaf Produktif”, dalam http:// www.bwi.or.id/artikel (03 Desember 2010).

Page 39: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

Di Turki misalnya, wakaf ada yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Wakaf

dan ada pula yang dikelola mutawalli. Direktorat Jenderal Wakaf ditunjuk oleh

Perdana Menteri dan berada di bawah Kantor Perdana Menteri. Di samping mengelola

wakaf, Direktorat Jenderal Wakaf juga melakukan supervisi dan kontrol terhadap

wakaf yang dikelola oleh mutawalli maupun wakaf yang baru. Dalam peraturan

perundang-undangan di Turki, lembaga wakaf mempunyai dewan manajemen dan

hasil pengembangan wakaf Turki yang harus diaudit dua tahun sekali. Dalam hal ini

Direktorat Jenderal Wakaf mendapat 5% dari pendapatan bersih wakaf sebagai biaya

supervisi dan auditing, namun tidak boleh lebih dari TL 1 juta.

Adapun wakaf yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Wakaf antara lain

adalah: Masjid : 4.400 buah, Asrama Mahasiswa : 500 buah, Rumah untuk usaha :

453 buah, Hotel dan caravan : 150 buah, Toko : 5.348 buah, Rumah/apartemen :

2.254 buah, Depahs: 543 buah, Properti lainnya : 24.809 buah, Total 37.917 buah.81

Pada tahun 1925, harta wakaf Turki sudah mencapai tiga perempat dari luas lahan

produktif di Turki.82

Direktorat Jenderal Wakaf dan Direktorat juga mendirikan Turkish Auqaf

Bank dengan kepemilikan saham sebanyak 75 persen. Bank ini merupakan bank

terbesar di Turki dengan modal 17 miliard TL (45 juta dolar AS) dan bank ini

mempunyai 300 cabang di seluruh Turki. Laba yang dibukukan pada tahun 1983

berjumlah 2 miliar TL (5 juta dolar AS). Pendapatan dari bank tersebut dipergunakan

untuk manajemen, perbaikan dan berbagai keperluan wakaf properti. Pengembangan

harta wakaf di Turki dilakukan lewat investasi di bidang industri minyak, hotel, bank,

81Uswatun Hasanah, “Inovasi Pengembangan Wakaf di Berbagai Negara”, dalam http:// www.bwi.or.id/artikel (13 Mei 2008). 82Achmad Djunaidi dkk. Menuju Era Wakaf Produktif, 33-40.

Page 40: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

tekstil dan konstruksi. 83 Adapun pelayanan yang diberikan Direktorat Jenderal Wakaf

antara lain adalah sebagai berikut:

1) Pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan diberikan melalui wakaf-wakaf rumah

sakit. Salah satu di antaranya adalah rumah sakit yang didirikan pada tahun 1843

di Istambul oleh ibu dari Sultan Abdul Mecit yang kemudian dikenal dengan

Bezmi Alan Valid Sultan Guraki Muslim. Saat ini rumah sakit tersebut masih

merupakan salah satu rumah sakit moderen di Istambul yang memiliki 1.425

tempat tidur dan kurang lebih 400 dokter, perawat dan staff.

2) Pelayanan pendidikan dan sosial. Pada saat ini Turki tetap mempertahankan

kelembagaan Imaret. Lembaga ini sudah dikenal sejak Zaman Turki Utsmani.

Beberapa bangunan wakaf juga digunakan untuk asrama mahasiswa yang tidak

mampu. Tercatat ada 50 asrama di 46 kota yang menampung lebih kurang 10.000

mahasiswa.

d. Perkembangan Perwakafan di Negara Yordania

Pemanfaatan wakaf di Yordania sungguh menarik untuk dikaji. Pengelolaan

wakaf di Yordania bisa dikatakan sangatlah produktif. Hasil pengelolaan wakaf itu

dipergunakan berbagai proyek kemaslahatan umat.

1) Memperbaiki perumahan penduduk di beberapa kota. Salah satu di antaranya

adalah kota yang arealnya seluas 79 dunum (dunum adalah ukuran empat persegi

dengan luas kira-kira 900m²). Di areal tersebut terdapat tanah pertanian, yang

berisi 1.346 pohon zaitun, anggur, kurma dan buah badam. Pembangunan rumah

penduduk dan pengembangan pertanian tersebut kedua-duanya merupakan proyek

pertanian Kementerian Perwakafan.

83Tuti A. Najib dan Ridwan Al-Makassary (Ed), Wakaf, Tuhan dan Agenda Kemanusiaan (Jakarta: CSRC UIN Jakarta dan The Ford Foundation, 2006), 51-53.

Page 41: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

2) Membangun perumahan petani dan pengembangan tanah pertanian di dekat kota

Amman. Wilayah tersebut luasnya 84 dunum dan di dalamnya terdapat 1.600

pohon anggur, zaitun, buah badam dan kurma.

3) Mengembangkan tanah pertanian sebagai tempat wisata di dekat Amman. Di

tanah pertanian ini terdapat 2300 pohon zaitun, anggur, kurma dan buah badam.

4) Membangun Masjid di daerah selatan. Areal tersebut luasnya 122 dunum, terdapat

350 pohon zaitun dan tanah pertanian ini akan dikembangkan terus-menerus

dengan dana wakaf.

5) Di samping daerah-daerah Tepi Timur, proyek wakaf bidang pertanian juga

dilakukan di wilayah Tepi Barat, antara lain pertanian pohon zaitun di al-Khalil

(Hebron) yang memiliki tanah wakaf berupa tanah pertanian yang cukup luas.

Pelaksanaan kebijaksanaan Kementerian Wakaf tetap bersandar pada

kebijaksanaan yang ada untuk mewujudkan tujuan wakaf yang telah dijelaskan dalam

Undang-undang Wakaf. Adapun hasil yang sudah dicapai dari pengembangan wakaf

yang dilakukan oleh Wiza >ratu al-Awqa>f Kerajaan Yordania antara lain adalah:

1) Membuka beberapa lembaga pendidikan tinggi antara lain: Fakultas Da'wah,

Us}uluddin dan Shari’ah.

2) Mendirikan beberapa lembaga pendidikan di Aman dan Yerusalem serta

Qalqi}liyyah, Khalil, Nablus dan Junain.

3) Mendirikan 53 tempat belajar al-Qur'a >n dan al-H}adith.

4) Mengalokasikan dana wakaf pada madrasah, rumah-rumah yatim Islam yang

mengajarkan keterampilan.

5) Mendirikan percetakan mus}h}af al-Qur'a>n dan percetakan di Amman yang

mencetak barang-barang cetakan yang diperdagangkan.

Page 42: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

6) Mendirikan kurang lebih 250 perpustakaan di masjid-masjid dan kota-kota

kerajaan.

7) Setiap tahun Kementerian memberikan beasiswa bagi mahasiswa yang belajar di

Universitas Yordania.

8) Mendirikan lima kantor (semacam Islamic Centre) di kota-kota kerajaan.

9) Memberikan bantuan kepada rumah sakit, membantu fakir-miskin dan orang-

orang yang membutuhkan.

10) Menerbitkan majalah Islam di Amman serta menerbitkan buku-buku agama.

11) Mendirikan dua lembaga yang cukup penting, yakni lembaga Arkeologi Islam dan

lembaga peninggalan-peninggalan Islam. Bagian Arkeologi Islam bertugas untuk

mengurusi dan menjaga beberapa dokumen-dokumen yang berkenaan dengan

benda-benda tidak bergerak dan tradisi-tradisi Islam. Adapun Lembaga

Peninggalan Islam bertugas menghidupkan kembali peninggalan-peninggalan

Islam. Sedangkan tugas utamanya adalah mengumpulkan manuskrip-manuskrip

Islam yang ada pada masa kejayaan Islam. Selain itu, lembaga tersebut juga

berkewajiban membuktikan keaslian naskah-naskah, memperbaiki dan

menyusunnya.

Dari pembahasan yang sudah dikemukakan tampak jelas bahwa pengelolaan

wakaf di kerajaan Yordania ditangani dengan baik. Untuk mengembangkan harta

wakaf, dilakukan berbagai program yang sangat menunjang peningkatan harta wakaf

yang banyak mendapat dukungan dari Kabinet dan Kerajaan.84

e. Perkembangan Perwakafan di Negara Malaysia

84Uswatun Hasanah, “Inovasi Pengembangan Wakaf di Berbagai Negara”,…

Page 43: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

Semua hal yang berkaitan dengan asset wakaf dikelola di bawah Dewan

Agama Islam Negara Malaysia (SRIC), sesuai dengan Daftar Negara dari Konstitusi

Federal Malaysia. Dalam pengelolaan wakaf, SRICs menunjuk Komite untuk

menghasilkan pendapatan melalui hasil pengelolaan dan sewa asset wakaf. Berbeda

dengan pengelolaan wakaf di masa lalu, otoritas wakaf sekarang ini tidak hanya

mengembangkan wakaf untuk mendirikan tempat-tempat keagamaan tetapi juga

membangun banyak toko dan properti komersial di lahan wakaf.85 Di Malaysia, untuk

menjamin pengelolaan wakaf uang di negara ini, dibentuk Pekan Takaful Wakaf oleh

Syarikat Takaful Malaysia Berhad yang telah berdiri sejak tahun 1997. Syarikat

Takaful ini dioperasikan berdasarkan prinsip mud }a>rabah. Keuntungan dari investasi

pada portofolio keuangan shari’ah merupakan jumlah dari tiga portofolio yaitu

deposito perbankan shari’ah, obligasi shari’ah dan pasar modal shari’ah. Keuntungan

akan digabung dengan keuntungan portofolio lainnya kemudian didistribusikan untuk

rakyat miskin. 86 Malaysia juga telah mengembangkan harta wakaf investasi melalui

instrumen sukuk dan Pasar Modal Malaysia yang diterbitkan oleh Suruhanjaya

Sekuriti pada Februari 2001.

Dalam beberapa tahun terakhir, berbagai langkah telah diambil oleh

pemerintah dan perusahaan swasta menuju percepatan dan merangsang perkembangan

wakaf di negeri ini. Pembentukan Departemen Wakaf, Haji dan Umrah tahun 2004 di

bawah Kementerian Departemen Perdana Menteri. Departemen Wakaf, Haji dan

Umrah menunjukkan komitmen Pemerintah Federal untuk mengkonsolidasikan

kegiatan wakaf di tingkat nasional. Diantara tugas utama Departemen adalah untuk

85Mustafa Mohd Hanefah, Financing the Development of Waqf Property: The Experience of Malaysia and Singapore (Kualalumpur : Fakulti Ekonomi dan Muamalat Universiti Sains Islam Malaysia, tt). 86M. Cholil Nafis, “Peluang Kemitraan Investasi Wakaf Produktif”.

Page 44: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

mengkoordinasikan, memfasilitasi dan meningkatkan SRIC dalam pengadministrasian

dan mengembangkan sifat wakaf di daerah masing-masing.87

Pada tahun 2006, Malaysia meluncurkan wakaf Perusahaan oleh Jcorp sebagai

jaminan perusahaan untuk mempromosikan tanggung jawab sosial perusahaan melalui

praktik wakaf filantropis. Kumpulan Wakaf An-Nur, anak perusahaan dari JCorp

telah berhasil membangun dan mengembangkan sejumlah klinik yang dikenal sebagai

An Nur-Waqf Clinic di berbagai tempat dan rumah sakit di Pasir Gudang88 Pada tahun

2008, didirikanlah Wakaf Yayasan Malaysia (YWM) untuk memperkuat

Perkembangan wakaf di negeri ini. Saat ini, yayasan aktif mempromosikan proyek-

proyek dana wakaf.89

f. Perkembangan Perwakafan di Negara Singapura

Administrasi wakaf di Singapura dipegang di bawah Majlis Ulama Islam

Singapura (MUIS). Berlakunya Administrasi Hukum Undang-Undang Muslim

(KLSLM) pada tahun 1968 diberdayakan MUIS untuk mengelola semua hal yang

berhubungan dengan wakaf. MUIS-pun selesai menertibkan semua tanah wakaf pada

tahun 2000. Sehingga diketahui seluruh asset wakaf di Singapura dan jika dikruskan

berjumlah S$ 250 juta.

Menjadi wali wakaf, MUIS telah mengambil langkah dengan

mendirikan lembaga komersial bernama Wakaf Real Estate Singapura (WAREES)

pada tahun 2002. 90 WAREES bertujuan mengelola semua asset wakaf untuk

kepentingan pemberdayaan masyarakat. 91 Dalam prakteknya WAREES tak hanya

87Mustafa Mohd Hanefah, “Financing the Development of Waqf Property,”… 88Ibid., 89Ariffhidayat Ali, “Waqf Continued Relevance The Third Sector in Term of Mobilizing Resources for Productive use in Islamic Economic System,” dalam Incief (Kualalumpur : The Global University in Islamic Finance, Sept 2009). 90Abdullah Ubaid Matraji, “Membangkitkan Perwakafan di Indonesia”.

Page 45: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

sekadar membangun phisik, melainkan juga menjadi konsultan manajemen dan bisnis

untuk pengembangan asset wakaf tersebut. Bentuk asset ini beragam. Untuk masjid

sudah ada lima masjid yang dibangun dengan sistem WAREES dengan bentuk arsitek

yang menarik dari gaya tradisional hingga yang paling modern. WARESS juga

berhasil membangun proyek perumahan mewah yang diberi nama The Chancery

Residence. WARESS juga berhasil membangun 20 unit perumahan Wakaf Kassim,

sekaligus sebuah bangunan komersial dan institusi pendidikan Wisma Indah di

Changi Road. 92

g. Perkembangan Perwakafan di Negara Bangladesh.

Pengelolaan Wakaf Produktif di Bangladesh ditandai dengan didirikannya

Social Investment Bank Limited (SIBL). Bank ini merupakan jawaban dari persoalan

keuangan dalam masyarakat miskin di negara tersebut. Bank tsb bertujuan untuk

mengumpulkan dana murah dan menyalurkannya masyarakat lemah yang

membutuhkan dan mereka dapat memutar dana tersebut untuk berbagai kepentingan

bisnis dan sosial93

Wakaf tunai (cash waqf) merupakan istilah yang dipopulerkan oleh Profesor

M.A. Mannan, dengan Social Investment Bank. Ltd (SIBL)-nya merupakan bagian

yang menjadikan wakaf uang sebagai sumber dana tunai. Konsep Temporary Waqf,

dikemas dalam mekanisme instrumen Cash Waqf Certificate dan pemanfaatan dana

wakaf dibatasi pada jangka waktu tertentu dan nilai pokok wakaf dikembalikan pada

Wa >qif.94 Manfaat dari sertifikat wakaf ini adalah kemampuan mengubah kebiasaan

91“Asset Wakaf, Sangat Besar tapi Belum Produktif”, Republika (8 Juli 2008), dimuat dalam http:// www.bwi.or.id/artikel (02 Juni 2008). 92 “ Menggagas Naz}ir Wakaf Profesional”, dalam http:// www.bwi.or.id/artikel (Selasa, 09 Juni 2009). 93Jafril Khalil, “Pengelolaan Wakaf Uang di SIBL, Bangladesh”, dalam http:// www.bwi.or.id/artikel (19 November 2010). 94M. Cholil Nafis, “Aplikasi Wakaf Uang di Indonesia”, dalam http:// www.bwi.or.id/artikel (16 Mei 2012).

Page 46: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

lama, di mana kesempatan wakaf seolah-olah hanya untuk orang-orang kaya saja.

Sertifikat Wakaf Uang seperti yang diterbitkan SIBL dibuat dalam nominal sekitar

US$21, maka sertifikat tersebut dapat terbeli oleh sebagian besar masyarakat muslim.

Bahkan, sertifikat tersebut dapat dibuat dalam pecahan yang lebih kecil lagi.

Dipandang dari sisi ini, maka penerbitan Sertifikat Wakaf Uang diharapkan

dapat menjadi sarana bagi rekonstruksi sosial, di mana mayoritas penduduk dapat

berpartisipasi aktif. 95Model ini di anggap sangat tepat untuk mewujudkan

kesejahteraan sosial dan membantu merangsang pertumbuhan ekonomi ditingkatan

masyarakat bawah. Wakaf Uang sangat relevan memberikan model mutual fund

melalui mobilisasi dana abadi yang digarap melalui tangan professional yang amanah

dalam fund management-nya.

h. Perkembangan Perwakafan di USA

Sebenarnya pengembangan wakaf tidak hanya terjadi di negara-negara Islam

atau negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Di Amerika Serikat

misalnya, sebagai negara yang penduduk Muslimnya masih minoritas, mereka mampu

mengembangkan wakaf yang ada secara produktif. Pada mulanya umat Islam di

Amerika selalu mendapatkan bantuan dana dari negara-negara Timur Tengah, namun

sejak tahun 1990 terutama setelah Perang Teluk jumlah dana yang mereka terima

relatif berkurang. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan umat Islam di Amerika

Serikat, khususnya di New York, Kuwait Awgaf Public Foundation (KAPF)

memberikan sejumlah wakafnya untuk pembangunan lahan yang dimiliki oleh The

Islamic Cultural Center of New York (ICCNY).

95Jafril Khalil, “Pengelolaan Wakaf Uang di SIBL, Bangladesh”.

Page 47: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

Sebagai lembaga yang mengelola wakaf, KAPF juga menerima dana zakat,

infaq, s}adaqah dan pendapatan dari investasi-investasi yang sesuai dengan Shari’ah

Islam. Untuk mengembangkan wakaf yang ada, lembaga ini menyewakan 80 %

apartemen yang mereka miliki, sedangkan 20 % diperuntukkan bagi mereka yang

tidak mampu. Untuk mengelola wakaf, mereka benar-benar mempertimbangkan aspek

bisnis, dengan demikian wakaf yang mereka kelola menghasikan dana yang cukup

besar yang selanjutnya akan memperbesar dana wakaf yang mereka kelola. Dalam

mengembangkan wakaf, mereka juga melibatkan A-Manzil Islamic Financial Services

yang merupakan divisi The United Bank of Kuwait. 96

E. Paradigma Wakaf Produktif

1. Periode Pengelolaan Wakaf

Sebelum membahas pengelolaan wakaf produktif, maka terlebih dahulu perlu

mengetahui beberapa periode pengelolaan wakaf. Menurut masanya pengelolaan wakaf

terbagi menjadi 3 (tiga) periode;

a. Periode Pengelolaan Wakaf secara Tradisional. Wakaf dianggap sebagai ajaran agama

murni yang dimasukkan dalam kategori ibadah mahz}ah di mana hampir semua benda

wakaf diperuntukkan untuk kepentingan pembangunan fisik, seperti masjid, mus}alla,

pesantren, perkuburan, yayasan dan sebagainya. Sehingga bentuk pengelolaan

semacam ini belum memberikan kontribusi sosial yang lebih luas karena hanya

digunakan untuk kepentingan yang bersifat konsumtif. Periode ini terjadi Zaman

Penjajahan bangsa Barat, yang disebabkan oleh sikap paradox pemerintah kolonial

terhadap wakaf, yaitu membiarkan wakaf dalam status quo di satu sisi, dan

memandang wakaf sebagai properti tidak produktif, di sisi lain. Akibatnya, wakaf

direkonstruksi ke dalam hukum keluarga atau hukum publik. Kebijakan pemerintah

96Uswatun Hasanah, “Inovasi Pengembangan Wakaf di Berbagai Negara”,…

Page 48: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

kolonial ini juga diadopsi oleh para penguasa negara-negara Muslim yang baru

merdeka, yang masih mewarisi praktik masa kolonial dalam hal institusi, hukum, dan

kebijakan. Mereka melihat wakaf tidak produktif dalam mendukung pembangunan

ekonomi dan industri.

b. Periode Pengelolaan Wakaf secara Semi-Profesional. Periode pengelolaan wakaf

semacam ini secara umum hampir sama dengan periode tradisional, namun ada

beberapa yang membedakan diantaranya pembangunan sarana ibadah seperti masjid

dengan menambahkan beberapa sarana umum yang bisa dikomersilkan seperti gedung

pernikahan, ruang untuk usaha seperti koperasi dan atau gedung pertemuan. Periode

pengelolaan wakaf semacam ini sebenarnya sudah pernah terjadi semenjak masa Nabi

Muhammad Saw dan Para Sahabat, pada Zaman Dinasti Umayyah 41-132 H./ 661-

750 M, pada Zaman Dinasti Abbasiyah132 H (750 M) s.d. 656 H (1258 M), pada

Zaman Dinasti Fathimiyah di Mesir ( 910-1171 M), pada Zaman Dinasti Ayyubiah

(1171-1249M), pada Zaman Dinasti Mamluk (1250-1517 M), pada Zaman Kerajaan

Mughal ( 1526 – 1858 M), pada Zaman Imperium Turki Ottoman Usmani (1516-

1918). Apabila kita pelajari sejarah perwakafan pada masa lalu, maka akan kita dapati

model pengelolaannya sudah masuk dalam kriteria pengelolaan jenis Wakaf Produktif

meskipun masih semi profesional, selain berbentuk Wakaf Langsung.

c. Periode Pengelolaan Wakaf secara Profesional. Pada masa ini, pengelolaan wakaf

sudah dilaksanakan secara profesional-produktif. Profesionalisme yang dilakukan

meliputi aspek manajemen, SDM kenaz}iran, pola kemitraan usaha dan bentuk benda

wakaf sudah meliputi wakaf benda bergerak seperti uang, saham dan surat berharga

dan lainnya.97 Periode pengelolaan wakaf ini terjadi semenjak Tahun 1979, ketika

mulai muncul paradigma yang lebih berkonsentrasi pada prinsip “ pelestarian

97Direktorat Pemberdayaan Wakaf Depag. R.I, Bunga Rampai Perwakafan (Jakarta: Departemen Agama, 2006), 21-22.

Page 49: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

dan peningkatan manfaat wakaf “ (tasbil al-thamrah), menggeser paradigma

yang selama ini lebih berkonsentrasi pada prinsip “penjagaan keabadian

barang wakaf“ (h }absu al-as}l). Tahun 1997 (1418 H), ketika Indonesia menjadi tuan

rumah Muktamar Menteri-Menteri Wakaf dan Urusan Islam dari negara-negara

anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI), dimana dari hasil pertemuan tersebut

merekomendasi kepada Islamic Development Bank (IDB) untuk membentuk Badan

Wakaf Dunia (Hay’atul Awqaf al-‘Alamiyah) di bawah struktur IDB. Dan pada

tanggal 10 September 2001 (1422 H) IDB mendirikan Badan Wakaf Dunia tersebut.

Maka semenjak saat itu banyak Negara negara Islam yang mulai mempraktekkan

Paradigma Wakaf Produktif seperti Negara Malaysia, Singapura, Bangladesh, USA,

meskipun ada Negara negara Islam lainnya ada yang sudah mempraktekkan

Paradigma Wakaf Produktif tersebut semenjak masa lampau seperti Negara Mesir,

Arab Saudi, Turki, Yordania dll.

2. Pengertian Wakaf Produktif

Wakaf produksi dapat didefinisikan sebagai harta yang digunakan untuk

kepentingan produksi baik di bidang pertanian, perindustrian, perdagangan dan jasa yang

manfaatnya bukan pada benda wakafnya secara langsung, tetapi dari keuntungan bersih

dari hasil pengembangan wakaf, yang diberikan kepada orang-orang yang berhak sesuai

dangan tujuan wakaf.98

Dalam kaitannya dengan kata “produktif” bahwa dalam ilmu manajemen terdapat

satu mata kuliah yang disebut dengan manajemen produksi/operasi. Operasi atau produksi

berarti proses pengubahan/transformasi input menjadi output untuk menambah nilai atau

manfaat lebih. Proses produksi berarti proses kegiatan yang berupa; pengubahan fisik,

98Agustianto,” Wakaf Produktif untuk Kesejahteraan Umat” dalam http:/Agustianto. Niriah. com.

Page 50: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

memindahkan, meminjamkan dan menyimpan.99 Dengan demikian, dapat dikatakan

bahwa wakaf produktif secara terminologi adalah transformasi dari pengelolaan wakaf

yang profesional untuk meningkatkan atau menambah manfaat wakaf. Sedangkan

Muhammad Syafi’i Antonio mengatakan bahwa wakaf produktif adalah pemberdayaan

wakaf yang ditandai dengan ciri utama, yaitu: pola manajemen wakaf harus terintegrasi,

asas kesejahteraan naz}ir dan asas transformasi & tanggungjawab. 100

3. Kerangka Dasar Paradigma Wakaf Produktif

a. Pola Manajemen. Pola manajemen harus dalam bingkai “proyek terintegrasi”.

Manajemen Proyek Terintegrasi maksudnya mengintegrasikan manajemen proyek

meliputi koordinasi semua area pengetahuan proyek ke dalam aktifitas tahapan –

tahapan pelaksanaan proyek guna mencapai keberhasilan proyek sesuai dengan

komponen proyek (kualitas, waktu, biaya, ruang lingkup). Untuk memperoleh hasil

proyek yang memiliki kualitas sesuai dengan standart, dapat diselesaiakan tepat

waktu, biaya sesuai anggaran dan ruang lingkup sesuai dengan kesepakatan

membutuhkan siklus proses ; Pendefinisian, Perencanaan, Pelaksanaan,

Pengendalian, Penyerahan dan persetujuan. Dan untuk masing-masing proses tersebut

diperlukan; Manajemen ruang lingkup, Manajemen kualitas, Manajemen biaya,

Manajemen Waktu, Manajemen SDM, Manajemen Komunikasi, Manajemen Resiko

dan Manajemen Pengadaan. Untuk manajemen pengelolaan wakaf produktif di

Indonesia saat ini sudah menjadi tanggung jawab Badan Wakaf Indonesia (BWI).

Kehadiran BWI adalah untuk memajukan dan mengembangkan perwakafan di

Indonesia. Badan Wakaf Indonesia beserta Departemen Agama sesuai peraturan

pemerintah berfungsi sebagai regulator, motivator, fasilitator, pengawas, pembina,

99Jaih Mubarok, Wakaf Produktif (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2008), 15. 100Ibid., 35-36.

Page 51: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

dan koordinator dalam pemberdayaan dan pengembangan terhadap harta benda

wakaf.

b. Asas Kesejahteraan Naz}ir. Wakaf produktif konteks profesional pada pengelolaannya

tidak mengesampingkan peran naz}ir sebagai leader pengelola dan pelaksana benda

wakaf. Di Indonesia pada saat sekarang ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 41

Tahun 2004 bahwa naz}ir mendapatkan 10% dari hasil bersih pengelolaan dan

pengembangan harta benda wakaf.

c. Asas Transformasi dan Transparansi. Azas Tranformasi adalah merupakan

Transformasi input menjadi output untuk menambah nilai atau manfaat lebih. Proses

produksi berarti proses kegiatan yang berupa; pengubahan fisik, memindahkan,

meminjamkan, dan menyimpan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa wakaf

produktif secara terminologi adalah transformasi dari pengelolaan wakaf secara

tradisional menjadi pengelolaan wakaf secara profesional untuk meningkatkan atau

menambah manfaat wakaf.

Asas transparansi menjadi penting sebagai bentuk kredibilitas dan accountabilitas

termasuk di dalamnya pencatatan dalam bentuk akuntansi, di mana badan wakaf dan

lembaga yang dibantunya harus melaporkan tiap tahun akan proses pengelolaan dana

kepada umat dalam bentuk audited financial report atau laporan keuangan yang telah

di audit termasuk tingkat materialitas “kewajaran dari setiap biaya.

F. Manajemen Pengelolaan Wakaf Produktif di Indonesia

Dalam pembahasan Manajemen Pengelolaan Wakaf di Indonesia saat ini, Lembaga

lembaga/ komponen komponen yang sangat berperan menurut Undang undang Nomor 41

tahun 2004 antara lain: Wa >qif , Naz}ir, Badan Wakaf Indonesia (BWI).

1. Wa >qif .

Page 52: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

Wa >qif adalah pihak yang mewakafkan harta benda miliknya. Dalam Undang Undang

Nomor 41 tahun 2004 ditetapkan bahwa Wa >qif meliputi:

a. Perorangan.

b. Organisasi.

c. Badan Hukum.

Sementara dalam Pasal 1, Peraturan Pemerintah, Nomor 42 Tahun 2006 tidak terdapat

ketentuan mengenai Wa >qif . Wa>qif perseorangan dapat melakukan wakaf dengan syarat:

a. Dewasa.

b. Berakal Sehat.

c. Tidak terhalang melakukan perbuatan hukum.

d. Pemilik sah dari harta benda yang diwakafkan.

Wa >qif yang berupa Organisasi dapat melakukan wakaf apabila memenuhi ketentuan

organisasi untuk mewakafkan harta benda milik organisasi sesuai dengan anggaran dasar

organisasi yang bersangkutan.

Wa >qif yang berupa Badan Hukum dapat melakukan wakaf apabila memenuhi ketentuan

organisasi untuk mewakafkan harta benda milik badan hukum sesuai dengan anggaran

dasar badan hukum yang bersangkutan.101

2. Badan Wakaf Indonesia.

Kelahiran Badan Wakaf Indonesia (BWI) merupakan perwujudan amanat yang

digariskan dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf. Kehadiran

101Tanah Masjid Harus Berstatus Wakaf, dalam http:// www.bwi.or.id/berita (04 Juni 2012).

Page 53: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

BWI adalah untuk memajukan dan mengembangkan perwakafan di Indonesia. Untuk kali

pertama, keanggotaan BWI diangkat oleh Presiden Republik Indonesia, sesuai dengan

Keputusan Presiden (Kepres) Nomor. 75/M Tahun 2007 tentang keanggotaan BWI, yang

ditetapkan di Jakarta pada tanggal 13 Juli 2007. BWI adalah lembaga independen untuk

mengembangkan perwakafan di Indonesia dimana dalam melaksanakan tugasnya bersifat

bebas dari pengaruh kekuasaan manapun serta bertanggung jawab kepada masyarakat. 102

Dalam peraturan pemerintah ditetapkan bahwa kedudukan Departemen Agama

dan Badan Wakaf Indonesia adalah sebagai regulator, motivator, fasilitator, pengawas,

pembina dan koordinator dalam pemberdayaan dan pengembangan terhadap harta benda

wakaf. Dalam melaksanakan pembinaan, pemerintah (Departemen Agama)

harus memperhatikan saran dan pertimbangan MUI sesuai dengan tingkatannya.

BWI berkedudukan di Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia dan dapat

membentuk perwakilan di Provinsi dan/atau Kabupaten/Kota sesuai dengan kebutuhan.

Jumlah anggota Badan Wakaf Indonesia terdiri dari paling sedikit 20 (dua puluh) orang

dan paling banyak 30 (tiga puluh) orang yang berasal dari unsur masyarakat. 103

Keanggotaan Badan Wakaf Indonesia diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.

Keanggotaan Perwakilan Badan Wakaf Indonesia di daerah diangkat dan diberhentikan

oleh Badan Wakaf Indonesia. Keanggotaan Badan Wakaf Indonesia diangkat untuk masa

jabatan selama 3 (tiga) tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan.

Untuk pertama kali, pengangkatan keanggotaan Badan Wakaf Indonesia diusulkan oleh

Menteri kepada Presiden. Pengusulan pengangkatan keanggotaan Badan Wakaf Indonesia

kepada Presiden untuk selanjutnya dilaksanakan oleh Badan Wakaf Indonesia.104

a. Tugas dan Wewenang BWI

102Pasal 47, Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf. 103Ibid., Pasal 51-53. 104Ibid., Pasal 55, 56, 57.

Page 54: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

Sesuai dengan Pasal 49 Ayat 1, Undang-Undang Nomor. 41 Tahun 2004

tentang Wakaf disebutkan, BWI mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut:

1) Melakukan pembinaan terhadap naz}ir dalam mengelola dan mengembangkan

harta benda wakaf.

2) Melakukan pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf berskala nasional

dan internasional.

3) Memberikan persetujuan dan atau izin atas perubahan peruntukan dan status harta

benda wakaf.

4) Memberhentikan dan mengganti naz}ir.

5) Memberikan persetujuan atas penukaran harta benda wakaf.

6) Memberikan saran dan pertimbangan kepada Pemerintah dalam penyusunan

kebijakan di bidang perwakafan.

Pada ayat 2 dalam pasal yang sama dijelaskan bahwa dalam melaksanakan

tugasnya BWI dapat bekerja sama dengan instansi Pemerintah baik pusat maupun

daerah, organisasi masyarakat, para ahli, badan internasional dan pihak lain yang

dianggap perlu. Dalam melaksanakan tugas-tugas itu BWI memperhatikan saran dan

pertimbangan Menteri dan Majelis Ulama Indonesia.105 Terkait dengan tugas dalam

membina naz}ir, BWI melakukan beberapa langkah strategis, sebagaimana disebutkan

dalam Pasal 53, Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2006, meliputi:

1) Penyiapan sarana dan prasarana penunjang operasional Naz}ir wakaf baik

perseorangan, organisasi dan badan hukum.

2) Penyusunan regulasi, pemberian motivasi, pemberian fasilitas, pengkoordinasian,

pemberdayaan dan pengembangan terhadap harta benda wakaf.

105Ibid.

Page 55: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

3) Penyediaan fasilitas proses sertifikasi wakaf.

4) Penyiapan dan pengadaan blanko-blanko AIW, baik wakaf benda tidak bergerak

dan/atau benda bergerak.

5) Penyiapan penyuluh penerangan di daerah untuk melakukan pembinaan dan

pengembangan wakaf kepada naz}ir sesuai dengan lingkupnya.

6) Pemberian fasilitas masuknya dana-dana wakaf dari dalam dan luar negeri dalam

pengembangan dan pemberdayaan wakaf.

b. Visi BWI adalah “Terwujudnya lembaga independen yang dipercaya masyarakat,

mempunyai kemampuan dan integritas untuk mengembangkan perwakafan nasional

dan internasional”.

c. Misi BWI yaitu “Menjadikan Badan Wakaf Indonesia sebagai lembaga profesional

yang mampu mewujudkan potensi dan manfaat ekonomi harta benda wakaf untuk

kepentingan ibadah dan pemberdayaan masyarakat”.

d. Strategi

Adapun strategi untuk merealisasikan Visi dan Misi Badan Wakaf Indonesia

adalah sebagai berikut:

1) Meningkatkan kompetensi dan jaringan Badan wakaf Indonesia, baik nasional

maupun internasional.

2) Membuat peraturan dan kebijakan di bidang perwakafan.

3) Meningkatkan kesadaran dan kemauan masyarakat untuk berwakaf.

4) Meningkatkan profesionalitas dan keamanahan naz}ir dalam pengelolaan dan

pengembangan harta wakaf.

5) Mengkoordinasi dan membina seluruh naz}ir wakaf.

6) Menertibkan pengadministrasian harta benda wakaf.

Page 56: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

7) Mengawasi dan melindungi harta benda wakaf.

8) Menghimpun, mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf yang berskala

nasional dan internasional.

Untuk merealisasikan visi, misi dan strategi tersebut, BWI mempunyai 6

divisi, yakni Divisi Pembinaan Naz}ir, Divisi Pengelolaan dan Pemberdayaan Wakaf,

Divisi Kelembagaan, Divisi Hubungan Masyarakat dan Divisi Penelitian dan

Pengembangan Wakaf dan Devisi Kerjasama Luar Negeri.

e. Susunan Badan Wakaf Indonesia Periode 2011-2014

DEWAN PERTIMBANGAN

Ketua : Dr. H.M. Anwar Ibrahim Wakil Ketua : Bahrul Hayat, Ph.D : Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, A.

Anggota : Drs. H. Achmad Djunaidi, MBA : Dr. H. Mulya E. Siregar : H. Muhammad Abbas Aula, Lc., MHI : Prof. Dr. Suparman Abdullah

BADAN PELAKSANA

Ketua : Prof. DR. K.H. Muhammad Tholhah Hasan Wakil Ketua : H. Mustafa Edwin Nasution, Ph.D : Drs. K.H. A. Hafizh Utsman Sekretaris : Dr. H.M. Attamimy, M.Ag. Wakil Sekretaris : H.M. Cholil Nafis, Lc., Ph.D : Drs. H. Sutami, M.Pd.I Bendahara : H.M. Mardini Wakil Bendahara : H. Abdul Qodir, SH, MA

DEVISI- DEVISI

Pembinaan Naz}ir : Dr. K.H. Maghfur Usman : Prof. Dr. H. Fathurrahman Djamil, MA : Dr. H. Jafril Khalil, MCL

Page 57: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

Pengelolaan dan Pemberdayaan Wakaf : Ir. H. Suhaji Lestiadi, ME : Iggi Haruman Achsien, SE : Ir. H.M. Khairul Huda Hubungan Masyarakat : Prof. Dr. H. Masykuri Abdillah, MA : Ir. H. Muhammad Syakir Sula, AAIJ, FIIS Kelembagaan : Dr. Wahiduddin Adams, SH, MA : Drs. H. Arifin Nurdin, SH : Mohammad Soleh Amin, SH Penelitian dan Pengembangan : Prof. Dr. Hj. Uswatun Hasanah, MA : Dr. Amelia Fauzia Kerjasama Luar Negeri : Dr. H. Nur Samad Kamba : H. Arif Zamhari, Ph.D

1) Program Kerja Divisi Pembinaan Naz}ir.

Hal-hal yang terkait dengan tugas BWI sebagai pembina naz}ir, akan

diimplementasikan melalui divisi pembinaan naz}ir. Pembinaan ini diarahkan

untuk membentuk naz}ir professional, baik perseorangan, organisasi atau badan

hukum. Adapun program dari divisi ini adalah sebagai berikut:

a) Menyusun kurikulum dan modul untuk pelatihan naz}ir.

b) Menyelenggarakan pelatihan atau workshop untuk naz}ir.

c) Menyusun standar etika dan profesionalitas naz}ir.

d) Mendata dan memetakan naz}ir.

2) Program Kerja Divisi Pengelolaan dan Pemberdayaan Wakaf.

Sesuai dengan namanya, divisi ini berperan untuk mengelola dan

mengembangkan harta benda wakaf ke arah produktif. Program-programnya

adalah sebagai berikut:

a) Memetakan tanah wakaf untuk tujuan produktif.

b) Mengatur dan mengembangkan wakaf uang.

c) Membangun Gedung Wakaf Centre.

d) Mengembangkan program investasi harta benda wakaf.

Page 58: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

3) Program Kerja Divisi Hubungan Masyarakat.

Divisi Humas berperan sebagai pusat informasi BWI, baik dari dalam ke

luar atau sebaliknya. Kebijakan-kebijakan serta program-program BWI harus

dapat tersosialisasikan dengan baik melalui divisi ini. Program-programnya

meliputi;

a) Sosialisasi Badan Wakaf Indonesia.

b) Sosialisasi Wakaf Uang.

4) Program Kerja Divisi Kelembagaan.

Divisi ini memiliki wilayah kerja dalam penyusunan peraturan, pedoman

dan petunjuk teknis pelaksanaan perwakafan sebagai tindak lanjut pengaturan baik

yang diperintahkan secara langsung oleh Undang-Undang Nomor. 41 Tahun 2004

maupun PP Nomor. 42 Tahun 2006. Program-programnya yaitu;

a) Menyiapkan berbagai peraturan perwakafan.

b) Menyiapkan dan menyusun Pedoman Penyelesaian Sengketa mengenai

Perwakafan baik Musyawarah, Mediasi, Arbitrase atau Pengadilan.

c) Menyiapkan dan menyusun pedoman perubahan status dan penukaran harta

benda wakaf.

d) Pengembangan Lembaga (capacity building), pembentukan perwakilan BWI

di Provinsi dan atau Kabupaten/Kota sesuai kebutuhan bersama Departeman

Agama dan Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Pemerintah Kota.

Page 59: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

e) Publikasi dan Edukasi Publik tentang perwakafan khususnya BWI, melalui

berbagai media, antara lain: konferensi pers, seminar, talkshow, penerbitan

dan website.

5) Program Kerja Divisi Penelitian dan Pengembangan.

Divisi ini berperan penting sebagai sentral riset BWI yang diharapkan

dapat meningkatkan keupayaan divisi-divisi lain. Riset ini juga dilakukan dengan

bersinergi dan berkoordinasi dengan divisi-divisi yang berkaitan dengan bidang

yang diteliti dan program-program yang dikembangkan. Adapun program kerja

Divisi Penelitian dan Pengembangan adalah sebagai berikut;

a) Inventarisasi dan pemetaan asset-asset wakaf di seluruh Indonesia.

b) Pemetaan dan analisis potensi ekonomi asset-asset wakaf.

c) Publikasi ilmiah dan populer terkait dengan perwakafan.

d) Studi banding.

6) Divisi Kerjasama Luar Negeri mempunyai tugas dan fungsi;

a) Menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga wakaf di dunia Islam dalam

bidang pembinaan naz}ir, pengelolaan harta benda wakaf dan pengembangan

informasi perwakafan.

b) Memperkenalkan BWI dan perwakafan di Indonesia kepada lembaga-lembaga

wakaf di luar negeri.

c) Sosialisasi program-program BWI ke luar negeri.

d) Menjembatani hubungan lembaga-lembaga wakaf di Indonesia dengan

lembaga-lembaga wakaf internasional dan sebaliknya.

e) Berpartisipasi dalam pengembangan wakaf produktif di dunia Islam

f. Penghimpunan Wakaf Uang oleh BWI

Page 60: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

Penghimpunan wakaf uang ini dilakukan oleh BWI dengan bekerja sama

dengan 12 LKS PWU (Lembaga Keuangan Shari’ah Penerima Wakaf Uang) saat ini.

Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan menggerakkan masyarakat untuk ikut serta

dalam berwakaf. Selain itu, penghimpunan ini juga dalam rangka penyediaan dana

investasi wakaf produktif secara umum. Sebagai Laporan Perolehan Wakaf Uang per-

Desember 2011 berjumlah Rp 2.973.393.876,-

g. Pengelolaan Wakaf Uang oleh BWI

Dari wakaf uang yang terkumpul itu dikelola dan dikembangkan pada

beberapa instrument: Giro 12 LKS PWU saat ini, Deposito Bank Shari’ah Mandiri

dan Pembiayaan RSIA.

h. Adapun Laporan Keuangan BWI Tahun 2011 dapat di lihat dalam Tabel 2.1

Page 61: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

Tabel 2.1 : Laporan Keuangan BWI Tahun 2011

Page 62: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

3. Naz}ir

Page 63: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

a. Pengertian Naz}ir

Naz}ir berasal dari kata kerja bahasa Arab naz}ara, yang mempunyai arti

menjaga, memelihara, mengelola dan mengawasi. Adapun naz}ir adalah isim fa’il dari

kata naz}ara yang kemudian dapat diartikan dalam bahasa Indonesia dengan

pengawas. Sedangkan naz}ir wakaf atau biasa disebut naz}ir adalah orang yang diberi

tugas untuk mengelola wakaf.106 Pengertian “naz}ir” dalam kontek wakaf adalah orang

atau sekelompok orang yang bertanggungjawab untuk mengurusi, mengelola,

menjaga dan mengembangkan barang wakaf.

b. Macam-macam Naz}ir

Dalam Undang-Undang Nomor. 41 Th. 2004 tentang Wakaf, dijelaskan bahwa

naz}ir ada tiga macam: naz}ir perorangan, naz}ir organisasi dan naz}ir badan

hukum. Di dalam Pasal 10 ayat 1 disebutkan, naz}ir perseorangan yang dimaksud

dalam Pasal 9 huruf a hanya dapat menjadi naz}ir apabila memenuhi persyaratan:

1) Warga Negara Indonesia.

2) Beragama Islam.

3) Dewasa.

4) Amanah.

5) Mampu secara jasmani dan rohani dan

6) Tidak terhalang melakukan perbuatan hukum.

c. Penunjukkan Naz}ir .

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf tidak menegaskan

siapa yang berhak menunjuk naz}ir. Hanya saja pada Pasal 6 Ayat 4 Peraturan

106Majelis Wakaf dan ZIS, Panduan Wakaf (Jakarta: PP. Muhammadiyah, 2010), 25-26.

Page 64: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 tentang Wakaf, dijelaskan, bahwa naz}ir dalam

jangka waktu 1 (satu) tahun sejak Akte Ikrar Wakaf (AIW) dibuat tidak melaksanakan

tugasnya, maka kepala KUA baik atas inisiatif sendiri maupun atas usul wa >qif atau

ahli warisnya berhak mengusulkan kepada BWI untuk pemberhentian dan

penggantian naz}ir. Pasal 6 ini menunjukkan bahwa penunjukan naz}ir dapat diusulkan

oleh wa >qif, baik dalam penunjukan awal saat pendaftaran akte ikrar wakaf maupun

pada saat naz}ir tidak lagi memenuhi untuk melaksanakan kewajibannya dalam

mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan peruntukannya.

d. Syarat-Syarat Naz}ir

1) Syarat-Syarat Naz}ir Wakaf Profesional itu dapat diungkapkan sebagai berikut:

a) Syarat Moral, meliputi:

(1) Paham tentang hukum wakaf dan ZIS, baik dalam tinjauan shari’ah

maupun perundang-undangan negara RI.

(2) Jujur, amanah dan adil sehingga dapat dipercaya dalam proses pengelolaan

dan pentasharrufan kepada sasaran wakaf.

(3) Tahan godaan, terutama menyangkut perkembangan usaha.

(4) Pilihan, sungguh-sungguh dan suka tantangan.

(5) Punya kecerdasan, baik emosional maupun spiritual.

b) Syarat Manajemen, meliputi:

(1) Mempunyai kapasitas dan kapabilitas yang baik dalam leadership.

(2) Visioner.

(3) Mempunyai kecerdasan yang baik secara intelektual, sosial dan

pemberdayaan.

(4) Profesional dalam bidang pengelolaan harta.

Page 65: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

(5) Ada masa bakti naz}ir.

(6) Memiliki program kerja yang jelas.

c) Syarat Bisnis, meliputi:

(1) Mempunyai keinginan.

(2) Mempunyai pengalaman dan atau siap untuk dimagangkan.

(3) Punya ketajaman melihat peluang usaha sebagaimana layaknya

entrepreneur.

Sebagai naz}ir harus memenuhi syarat-syarat sebagaimana tersebut di atas

sehingga mampu melaksanakan tugas dan kewajibannya dalam mengelola wakaf

dengan maksimal dan optimal sesuai dengan harapan para wa >qif secara khusus

dan kaum muslimin secara umum. Sehingga pengalaman-pengalaman pengelolaan

harta wakaf yang tidak produktif seperti yang terjadi pada masa lalu tidak terulang

lagi.107

2) Persyaratan Naz}ir Wakaf Uang.

Naz}ir wakaf uang tidak bisa disamakan dengan naz}ir wakaf tanah.

Tanggung jawab naz}ir wakaf uang jauh lebih besar dan berat. Sebab, yang

dikelola adalah kategori jenis harta bergerak. Jika tidak berhati-hati dan

sembarangan, kemungkinan besar uang wakaf jadi lenyap. Karena itu, BWI harus

ekstra hati-hati dalam memilih naz}ir wakaf uang. Dalam draf aturan tersebut,

syarat yang harus dipenuhi oleh seorang naz}ir wakaf adalah;

a) Telah memiliki sertifikat naz}ir wakaf uang yang diterbitkan BWI.108

b) Naz}ir wakaf uang hanya boleh berbentuk organisasi atau badan hukum.

c) Harus mengerti administrasi keuangan atau harus mengerti pengelolaan

keuangan.

107Dir. Pemberdayaan Wakaf, Paradigma Baru Wakaf di Indonesia (Jakarta: Kemendepag RI, 2008), 51-52. 108“Rencana Sertifikasi Naz}ir Wakaf Uang,” dalam http:// www.bwi.or.id/berita (25 Maret 2010).

Page 66: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

d) Harus mengetahui pula manajemen pengelolaan wakaf yang telah

dikemukakan para mujtahid.

e) Memahami hukum wakaf dan peraturan perundang-undangan yang terkait

masalah perwakafan. Seorang naz}ir sudah seharusnya memahami dengan baik

hukum wakaf yang ada dalam Shari’ah Islam dan dalam perundang-undangan

positif di Indonesia.

f) Memahami ilmu pengetahuan mengenai ekonomi shari’ah dan instrumen

keuangan shari’ah.

g) Memahami praktik perwakafan khususnya praktik wakaf uang di berbagai

negara. Dengan demikian yang bersangkutan mampu melakukan inovasi

dalam mengembangkan wakaf uang.

h) Mengelola keuangan secara profesional dan sesuai dengan prinsip-prinsip

shari’ah, seperti melakukan investasi dana wakaf. Investasi ini dapat berupa

investasi jangka pendek, menengah maupun jangka panjang.109

Naz}ir juga harus memperhatikan beberapa poin yang dijelaskan di bawah :

a) Transparansi. Naz}ir harus mengelola dana wakaf tunai secara transparan dan

teratur dengan membuat laporan keuangan dan kinerja, yang dapat diakses

oleh wa >qif .

b) Produktivitas. Naz}ir harus mampu untuk mengelola dana secara produktif,

sehingga orang yang kurang beruntung bisa mendapatkan keuntungan dari

dana wakaf tunai secara terus-menerus .

c) Terpercaya. Integritas naz}ir yang sangat penting. Dan semua kegiatan usaha

yang diusulkan harus dinilai dari segi hukum Islam.110

109Majelis Wakaf dan ZIS, Panduan Wakaf , 28-29.

Page 67: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

Pada saat ini, ada delapan Koperasi dan dua pesantren yang telah disahkan

oleh BWI menjadi naz}ir wakaf uang yang sah dan legal sesuai undang-undang.

Sepuluh naz}ir wakaf uang itu adalah;

a) Yayasan Pendidikan Islam Darunna’im, Cirende, Banten.

b) Yayasan Islam Qudwatul Ummah, Lebak, Banten.

c) KJKS BMT An Najah, Jl. S. Parman 206 Kauman Wiradesa Pekalongan.

d) KJKS Bina Umat Mandiri, Jl. Perintis Kemerdekaan No. 61 Tegal.

e) KJKS Surya Abadi, Jl. Tanung Harapan No. 06 Lampung Tengah.

f) KJKS BMT Hudatama, Jl. Tumpang Raya No. 32 Semarang.

g) KJKS BMT Beringharjo, Jl. Pabringan Komp. Masjid Muttaqien Yogyakarta.

h) KJKS BMT Mitra Usaha Mulia, Pasar Tempel Sleman Yogyakarta.

i) Koperasi BMT Bina Ummah, Jl. JAE Sumantoro 24 Godean Sleman

Yogyakarta.

j) KJKS BMT Al Ikhlas, Jl. Prof Dr. Herman Yohanes No.103 E Yogyakarta. 111

Dengan pengesahan itu, sepuluh lembaga itu kini bisa secara legal menarik

dana wakaf uang dari masyarakat melalui lembaga-lembaga keuangan shari’ah

penerima wakaf uang (LKS-PWU). Dana itu nantinya harus dikelola secara

profesional oleh para naz}ir tersebut, lalu keuntungannya didistribusikan untuk

kemaslahatan umat. Perlu diketahui bahwa menurut aturan perundang-undangan

yang berlaku, wakaf uang sejatinya hanya boleh disetorkan melalui LKS-PWU

dan dikelola oleh naz}ir wakaf uang yang sudah disahkan oleh BWI melalui

110Dian Masyita, “A Dynamic Model for Cash Waqf Management as One of The Alternative Instruments for The Poverty Alleviation in Indonesia”dalam Working Papers in Business, Management and Finance (Bandung: Padjadjaran University, 2007) 111 Rapat Pleno BWI pada Selasa, 27 Agustus 2013.

Page 68: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

produk-produk perbankan shari’ah. Ini tidak lain untuk menjaga keutuhan uang

yang diwakafkan. 112

e. Hak dan Kewajiban Naz}ir Wakaf Tanah

Di dalam Peraturan Pemerintah dan juga Peraturan Menteri Agama disebutkan

beberapa pasal dan ayat mengenai hak dan kewajiban naz}ir. Adapun Kewajiban naz}ir

Wakaf Tanah antara lain:

1) Mengurus dan mengawasi harta wakaf, yaitu:

a) Menyimpan lembar kedua salinan akta ikrar.

b) Memelihara tanah wakaf.

c) Memanfaatkan tanah wakaf.

d) Memelihara dan berusaha meningkatkan hasil.

e) Menyelenggarakan pembukuan wakaf, yaitu: buku tentang keadaan tanah

wakaf, buku tentang pengelolaan dan hasil dan buku tentang penggunaan

hasil. 113

2) Memberikan laporan kepada KUA Kecamatan, yaitu:

a) Hasil pencatatan wakaf tanah milik oleh pejabat agraria

b) Perubahan status tanah dan perubahan penggunaannya.

c) Pelaksanaan kewajiban naz}ir Pasal 20 ayat 1 Peraturan Pemerintah setiap

tahun sekali pada akhir bulan Desember.

3) Melaporkan anggota naz}ir yang berhenti dari jabatan

112BWI sahkan 8 Koperasi dan 2 Pesantren menjadi Naz}ir Wakaf Uang, dalam http:// www.bwi.or.id/berita (23 September 2013).

113Pasal 7 Ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Wakaf, Pasal 10 Ayat 1 Peraturan Menteri Agama tentang Administrasi Pendaftaran Wakaf Uang.

Page 69: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

4) Mengusulkan anggota pengganti kepada Kepala KUA Kecamatan tempat tanah

wakaf berada, untuk disahkan keanggotaannya.

Semua ini dilakukan untuk memudahan koordinasi dan pengawasan dan oleh

sebab itu naz}ir berhak mendapatkan penghasilan dan fasilitas yang wajar atas usaha

dan jerih payahnya (Pasal 8 PP) untuk menghindari penyalahgunaan tujuan wakaf.

f. Tugas Naz}ir Wakaf Uang

Adapun tugas Naz }ir Wakaf Uang adalah untuk mengelola dan

mengembangkan wakaf sesuai dengan peruntukannya, yaitu yang berkenaan dengan

melakukan pengadministrasian harta benda wakaf; mengelola dan mengembangkan

harta benda wakaf sesuai dengan tujuan, fungsi dan peruntukannya; mengawasi dan

melindungi harta benda wakaf; melaporkan pelaksanaan tugas kepada Badan Wakaf

Indonesia.

G. Pengelolaan Wakaf Produktif di Indonesia

1. Macam Benda Wakaf Produktif

Dalam Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004, yang mengatur permasalahan

perwakafan di Indonesia yang meliputi perwakafan semua benda baik benda bergerak

maupun benda tidak bergerak. Hal ini tertuang dalam Pasal 16 ayat (1) Undang-Undang

Wakaf yang menyebutkan bahwa harta benda wakaf terdiri: a) benda tidak bergerak; dan

b) benda bergerak.

a. Benda tidak bergerak. Jenis harta benda tidak bergerak yang dapat diwakafkan

adalah meliputi harta benda sebagai berikut;

1) Hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku baik yang sudah maupun yang belum terdaftar.

2) Bangunan atau bagian bangunan yang berdiri di atas tanah yang sesuai ketentuan

di atas.

Page 70: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

3) Tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan tanah.

4) Hak milik atas satuan rumah susun sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

5) Benda tidak bergerak lain sesuai dengan ketentuan shari’ah dan peraturan

perundang – undangan yang berlaku.

b. Benda bergerak.

Jenis harta benda bergerak yang dapat diwakafkan adalah harta benda yang

tidak habis karena dikonsumsi, yang meliputi;

1) Uang.

2) Logam mulia.

3) Surat berharga.

4) Kendaraan.

5) Hak atas kekayaan intelektual.

6) Benda bergerak lain sesuai dengan ketentuan shari’ah dan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.114

2. Pengelolaan Wakaf secara Produktif menurut Undang-Undang Nomor 41 Tahun

2004

Adapun pengelolaan harta benda wakaf secara produktif dilakukan dengan

berbagai cara diantaranya:

a. Investasi.

b. Penanaman Modal.

c. Produksi.

d. Kemitraan.

e. Perdagangan.

j. Teknologi Pembangunan Gedung.

k. Apartemen.

l. Rumah Susun.

m. Pasar Swalayan.

n. Pertokoan.

114Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf.

Page 71: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

f. Agrobisnis.

g. Pertambangan.

h. Perindustrian.

i. Pengembangan.

o. Perkantoran.

p. Sarana Pendidikan dan atau usaha-usaha

yang tidak bertentangan dengan Shari’ah

Islam.

3. Jenis Wakaf Produktif dan Pengelolaannya

a. Wakaf Tanah

1) Langkah- Langkah dalam Pengelolaan Tanah Wakaf secara Produktif

Sebelum melakukan pengelolaan secara produktif, Tanah Wakaf yang

belum disertifikasi harus disertifikasikan terlebih dahulu, karena Tanah Wakaf

yang belum disertifikasi menyimpan potensi konflik di masa mendatang. Ini

dimaksudkan, agar dikemudian hari tidak terjadi sengketa antara ahli waris dan

pengelola yang memperebutkan hak kepemilikan tanah wakaf. 115 Selanjutnya

untuk menjadikan harta wakaf, khususnya tanah wakaf menjadi produktif maka

ada beberapa langkah yang harus dilakukan.

a) Naz}ir wakaf harus memiliki data yang lengkap tentang potensi tanah wakaf

yang dikelolanya. Hal ini penting karena dalam rangka memproduktifkan

tanah wakaf penting diperhatikan lokasi tanah wakaf itu sendiri. Perlakuan dan

keputusan bisnis yang akan diambil tentu berbeda antara tanah pedesaan,

tanah perkotaan dengan tanah tepi pantai. Dengan kata lain, lokasi tanah akan

menentukan jenis usaha yang akan dikembangkan. Sekedar untuk memberikan

115Tanah Wakaf harus segera disertifikatkan, dalam http:// www.bwi.or.id/berita (27 November 2009).

Page 72: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

gambaran kepada kita jenis usaha yang sangat bergantung pada lokasi tanah

dan jenis usaha yang tepat terhadap tanah yang diwakafkan, seperti penjelasan

berikut ini:

(1) Posisi Tanah Wakaf

Tujuan adanya kategorisasi tanah dari segi letaknya dimaksudkan

agar tanah wakaf dapat dimanfaatkan dan didayagunakan secara

maksimum dengan menggunakan pendekatan ekonomi produksi. Naz}ir

sebagai pengelolah wakaf harus berfikir cerdas untuk meningkatkan

produk yang berupa barang dan jasa sehingga manfaat yang didapat

bertambah atau meningkat. Secara Umum Tanah Wakaf dikategorikan

menjadi tiga, yaitu; Tanah Pedesaan, Tanah Perkotaan, Tanah tepi/ pinggir

pantai.

(a) Tanah Pedesaan. Berdasarkan segi lokasinya tanah wakaf di pedesaan

di bedakan menjadi 5 macam yaitu : Tanah persawahan, Tanah

perkebunan, Tanah ladang, Tanah rawa, Tanah perbukitan.116 Jenis

usaha yang cocok untuk masing-masing tanah menurut lokasinya

adalah sbb:

Tabel 2.2 : Lokasi Tanah Pedesaan

No

Jenis Lokasi Tanah

Jenis Usaha

1 Tanah persawahan Pertanian, Tambak Ikan 2 Tanah perkebunan Perkebunan, Home Industri, Tempat Wisata, Perkebunan 3 Tanah ladang Palawija, Real estate, Pertamanan, Home Industri 4 Tanah rawa Perikanan, Tanaman sayuran 5 Tanah perbukitan Tempat wisata, Perkebunan, Bangunan, Home Industri,

Penyulingan air mineral

116 Jaih Mubarok, Wakaf Produktif, 76.

Page 73: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

(b) Tanah Perkotaan. Berdasarkan lokasinya, tanah wakaf di perkotaan

juga dibedakan menjadi lima macam adalah sbb:

Tabel 2.3 : Lokasi Tanah Perkotaan

No Jenis Lokasi Tanah Jenis Usaha 1 Tanah pinggir jalan raya/

dekat dengan jalan protocol. Perkantoran, Pusat pembelanjaan, Apartemen, Hotel/ penginapan, Gedung pertemuan. 2 Tanah pinggir jalan raya/

dekat dengan jalan utama. Perkantoran, Pertokoan, Pusat Pembelanjaan, Rumah Sakit, Rumah Makan, Sarana Pendidikan, Hotel/ penginapan, Apartemen, Gedung pertemuan, POM Bensin, Apotek, Wartel/ Warnet, Bengkel mobil.

3 Tanah pinggir jalan raya/ dekat dengan jalan tol.

POM bensin, Bengkel, Rumah makan, Outlet, Warung, Wartel.

4 Tanah dekat/ dalam perumahan.

Sarana Pendidikan, Klinik, Apotek, Warung, Catering, BMT. 5 Tanah dekat pusat keramaian. Pertokoan, Rumah makan, Bengkel, BPRS/ BMT, Warung, Wartel/ Warnet, Klinik, Jasa Penitipan.117

(c) Tanah di pinggir Pantai. Berdasarkan lokasinya, tanah wakaf di pinggir

pantai dibedakan menjadi dua:

Tabel 2.4 : Lokasi Tanah Pinggir Pantai

No Jenis Lokasi Tanah Jenis Usaha 1 Pinggir Laut Tambak Ikan, Obyek Wisata, Home Industri kerajinan 2 Rawa Bakau Perkebunan118

(2) Fungsi Ekonomis & Bisnis Tanah Wakaf.

117Ibid., 77-79. 118Ibid., 80.

Page 74: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

Luas tanah pertanian sebagai ukuran produktivitas yang layak dan

memakmurkan masih bersifat sementara karena bergantung kepada jenis

dan bidang pertanian yang dikembangkan.

(a) Untuk budidaya padi dalam satu manajemen adalah 200 ha.

(b) Untuk budidaya kedelai diperlukan lahan minimum 200 ha.

(c) Untuk usaha dibidang Holtikultura (tanaman hias dan sayuran)

diperlukan lahan minimum 20 ha dalam satu manajemen.

(d) Untuk usaha di bidang buah-buahan diperlukan lahan minimum 200 ha

dalam satu manajemen.

Di samping pertanian, tanah wakaf juga dapat digunakan untuk

penanaman pohon yang layak ditebang sampai umur tertentu, an:

(a) Pohon albasiah dapat ditebang setelah berumur 5 tahun.

(b) Pohon Jati dapat ditebang setelah berumur 20 tahun dan atau 30 tahun.

Dalam konteks kekinian tanah wakaf dapat didayagunakan dalam berbagai

bentuk, antara lain;

(a) Dijadikan lahan parkir atau garasi.

(b) Dijadikan tempat usaha seperti café atau toko kelontong.

(c) Dijadikan gudang yang disewakan kepada pihak lain.

(d) Dijadikan Tempat Wisata Islami yang dilengkapi dengan berbagai

fasilitas seperti tempat olah raga, penginapan, outbond, dsb.

Tanah wakaf juga dapat digunakan untuk usaha peternakan. Hanya

saja usaha peternakan harus diperhatikan aspek lingkungan secara hati-

hati. Jenis peternakan yang bisa dilakukan antara lain ;

Page 75: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

(a) Peternakan Ikan (Mujaer, Emas atau Lele Jumbo).

(b) Peternakan Unggas (Ayam, burung atau bebek).

(c) Peternakan Mamalia (Sapi, Kambing dan Domba).

(d) Beternak Kambing yang bernilai bisnis minimal 50 ekor.

(e) Beternak Sapi yang bernilai bisnis minimal 20 ekor.

Luas lahan yang diperlukan untuk memelihara ternak terdiri dari

lahan untuk kandang, tempat pemandian dan tempat penanaman rumput

untuk pakan. Naz}ir juga perlu memperhatikan keadaan alam dan

lingkungan karena peternakan memerlukan air terutama beternak ikan.

Peternakan Ayam, bebek, sapi, kerbau dan kambing menimbulkan bau

yang kurang sedap sehingga harus jauh dari lingkungan pemukiman

penduduk. Naz}ir yang akan bergerak dibidang peternakan harus memiliki

ketrampilan dengan pengetahuan khusus mengenai pembenihan, kwalitas

kolam atau kandang yang diperlukan untuk memaksimumkan

pemeliharaan, pemberian pakan secara teratur, pengobatan ke dokter

hewan jika hewan ternak berpenyakit, jagal, pasar dll.119

b) Langkah selanjutnya adalah mempersiapkan perencanaan bisnisnya dalam

bentuk proposal bisnis. Di dalam proposal itulah naz}ir menjelaskan analisis

bisnisnya, yang memuat prospek bisnis, peluang dan tantangan yang ada dan

cara mengatasinya. Di dalam proposal itu juga dijelaskan cashflow uang

masuk dan keluar serta keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh. Tidak

kalah pentingnya di dalamnya juga harus dijelaskan pemanfaatan keuntungan

tersebut. misalnya, untuk bea siswa, modal usaha dan kebajikan-kebajikan

lainnya. Dengan kata lain, di dalam proposal bisnis harus dapat “dipastikan” 119Ibid., 80-83.

Page 76: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

bahwa bisnis yang akan dijalankan benar-benar menguntungkan dan

bermanfaat bagi umat.

c) Langkah selanjutnya menyiapkan modal. Dalam berbagai kesempatan

sosialisasi wakaf produktif, masalah yang sering dipertanyakan peserta adalah

yang berkaitan dengan modal. Modal ini pulalah yang kerap dijadikan alasan

mengapa tanah wakaf sulit untuk diproduktifkan. Sesungguhnya modal

pengembangan wakaf produktif dapat dilakukan dengan beberapa cara:

(1) Mencari investor yang bersedia membiayai proyek usaha yang ingin

dijalankan. Skim yang dipilih dapat saja dalam bentuk mud}a >rabah (s}ah }ib

al-ma >l dengan mud}arib) ataupun skim musyarakah (kerjasama para pihak).

(2) Melakukan komunikasi dan interaksi bisnis dengan lembaga perbankan

shari’ah. Skim yang dipakai dapat saja musharakah ataupun mud }a>rabah.

(3) Modal juga dapat diperoleh melalui wakaf uang.

d) Pelaksanaan wakaf produktif itu sendiri. Sebaik apapun gagasan tentang

pengembangan harta wakaf, jika tidak diikuti dengan keinginan kuat untuk

mewujudkannya, semuanya menjadi sia-sia. Maka untuk memproduktifkan

harta wakaf harus menjadi kesadaran batin setiap naz}ir.

2) Pengelolaan Tanah Wakaf oleh BWI

a) Pengelolaan Tanah Wakaf untuk Lahan Pertanian

Lahan sawah adalah media utama untuk menanam padi. Akibat

banyaknya lahan pertanian yang banyak dikonversi mengakibatkan produksi

pangan nasional tidak bisa memenuhi kebutuhannya. Di tengah krisisnya lahan

pertanian, Badan Wakaf Indonesia (BWI) yang kewalahan mengelola wakaf

tanah saluran dari masyarakat yang perlu dikelola supaya menghasilkan

multiplier efek dengan jangkauan yang lebih luas.

Page 77: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

Badan Wakaf Indonesia sebagai lembaga yang mengurus, mengelola

dan mengawasi perwakafan nasional bekerjasama dengan Kementerian

Agama dalam administrasi wakaf di Indonesia. Kementerian Agama

menyebutkan bahwa tahun 2012 asset wakaf nasional mencapai 3,49 miliar m²

pada 420.003 titik yang tersebar di seluruh nusantara, yang mayoritas berada

di daerah Gorontalo, Jambi dan Sulawesi Selatan. Krisis lahan pertanian yang

jika tidak dijaga maka Indonesia akan mengalami krisis pangan yang semakin

memburuk setiap tahunnya. Wakaf tanah Badan Wakaf Indonesia yang belum

dikelola dengan baik meminta untuk dimanfaatkan untuk lebih mengalirkan

amal jariyahnya. Salah satunya untuk lahan pertanian.

Dengan skema perserikatan shari’ah, lahan pertanian dapat dikelola

secara muzara’ah atau ijarah. Badan Wakaf Indonesia (BWI) sebagai pemilik

tanah bekerjasama dengan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) untuk

membiayai benih, alat dan pengairan lahan yang akan dikelola. BWI

melakukan akad muzara’ah dengan pengelola dan menentukan bagi hasil di

awal perjanjian sesuai kesepakatan. Menyewa lahan untuk dikelola sebagai

lahan pertanian juga bisa menjadi alternative. BWI menyewakan tanah wakaf

untuk lahan pertanian dan pengelola hanya membayar upah sewa tanah

tersebut. Upah dapat diambil dari persentase hasil pertanian sehingga tidak

memberatkan pengelola. Di awal perjanjian, BWI dan pengelola menyepakati

nisbah bagi hasil. Tidak untuk disewakan selamanya, tapi memiliki jangka

waktu.120

b) Pengelolaan Tanah Wakaf untuk Perumahan Rakyat

120“Analisis dampak konversi lahan pertanian terhadap produksi padi dan land rent (Kasus Perumahan Pakuan Regency, Bogor Barat, Kota Bogor),” diakses pada tanggal 6 November 2013 dari http:/ /repository. ipb.ac.id/ handle.

Page 78: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

Problem ketersediaan rumah yang kurang ini dapat diatasi dengan

proyek pembangunan perumahan dan melalui sinergi kerjasama antara BWI

dengan Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera). "Saat ini masih cukup

banyak tanah wakaf yang belum dimanfaatkan atau diberdayakan secara

produktif. Karena itu, salah satu cara memanfaatkannya adalah dengan

pembangunan perumahan. Pemanfaatan model ini sangat memungkinkan, baik

sebagai bentuk pelayanan umum yang berarti tidak komersial, maupun sebagai

bentuk investasi (komersial) untuk dimanfaatkan hasilnya. Dari segi fiqh jelas,

yakni jika tanah ini masih tetap dipertahankan statusnya sebagai wakaf dan

para penghuninya hanya sebagai penyewa (seperti rusunawa), maka

hukumnya diperbolehkan." Sedangkan dari sisi Pasal 43 ayat 2, Undang-

Undang Nomor. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf, menyebutkkan, “Pengelolaan

dan pengembangan harta benda wakaf sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan secara produktif.”Dengan demikian, kerjasama antara BWI dengan

Kemenpera untuk memanfaatkan tanah wakaf sebagai perumahan sangat

sesuai dengan fiqh, Undang-Undang dan kebutuhan umat akan perumahan.121

b. Wakaf Uang

1) Kemanfaatan Wakaf Uang

Uang, sebagai nilai harga sebuah komoditas, yang tidak lagi dipandang

semata- mata sebagai alat tukar, melainkan juga komoditas yang siap dijadikan

alat produksi. Dari segi kemanfaatannya menurut Antonio, 122 wakaf uang dewasa

ini mempunyai empat manfaat utama;

121“Terobosan Pemanfaatan Wakaf untuk Perumahan,” dalam http:// www.bwi.or.id/berita (03 Agustus 2010). 122Muhammad Syafii Antonio, “Kata Pengantar” dalam Al-Kabisi, Hukum Wakaf, xiv.

Page 79: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

a) Wakaf uang jumlahnya bisa bervariasi sehingga seseorang yang memiliki dana

terbatas sudah bisa mulai memberikan dana wakafnya tanpa harus menunggu

menjadi tuan tanah terlebih dahulu.

b) Melalui wakaf uang, asset-asset wakaf yang berupa tanah-tanah kosong bisa

mulai dimanfaatkan dengan pembangunan gedung atau diolah untuk lahan

pertanian.

c) Dana wakaf tunai juga bisa membantu sebagian lembaga-lembaga pendidikan

Islam yang cash flow-nya terkadang kembang-kempis dalam menggaji civitas

akademika yang ala kadarnya yang pada gilirannya, Insya Allah umat Islam

dapat lebih mandiri dalam mengembangkan dunia pendidikan tanpa harus

terlalu tergantung pada anggaran pendidikan negara yang memang semakin

lama semakin terbatas.

2) Pengumpulan (Fundraising) Wakaf Uang

Gerakan Pengumpulan Wakaf Uang dinamakan juga fundraising.

Fundraising adalah suatu kegiatan penggalangan dana dari individu, organisasi,

maupun badan hukum. Fundraising juga merupakan proses mempengaruhi

masyarakat atau calon wa >qif agar mau melakukan amal kebajikan dalam bentuk

penyerahan hartanya untuk diwakafkan. Ini adalah penting, sebab sumber harta

wakaf adalah berasal dari donasi masyarakat. Agar target bisa terpenuhi dan

proyek wakaf produktif bisa terwujud, maka diperlukan langkah-langkah strategis

dalam menghimpun aset, yang selanjutnya akan dikelola dan dikembangkan.

Dalam fundraising, selalu ada proses “mempengaruhi”. Proses ini

meliputi kegiatan: memberitahukan, mengingatkan, mendorong, membujuk,

merayu atau mengiming-iming, termasuk juga melakukan penguatan (stressing),

jika hal tersebut memungkinkan atau diperbolehkan. Fundraising sangat

Page 80: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

berhubungan dengan kemampuan perseorangan, organisasi, badan hukum untuk

mengajak dan mempengaruhi orang lain sehingga menimbulkan kesadaran,

kepedulian dan motivasi untuk melakukan wakaf .

Pengumpulan wakaf uang di Indonesia telah dimulai sejak pencanangan

wakaf uang dengan Gerakan Nasional Wakaf Uang (GNWU) yang telah

dideklarasikan langsung oleh Presiden Republik Indonesia di Istana Negara pada

tanggal 8 Januari 2010. Badan wakaf Indonesia berupaya terus mengkampanyekan

penghimpunan wakaf uang yang berskala nasional dan internasional. Sementara

wakaf uang ditingkat lokal dan nasional diserahkan kepada lembaga wakaf yang

dikelola oleh masyarakat yang sudah lama bergerak dan aktif mengelola wakaf.

3) Sertifikat Wakaf Uang

Sertifikat wakaf tunai adalah salah satu instrument yang sangat potensial

dan menjanjikan, yang dapat dipakai untuk menghimpun dana umat dalam jumlah

besar. Sertifikat wakaf tunai merupakan semacam dana abadi yang diberikan oleh

individu maupun lembaga muslim yang mana keuntungan dari dana tersebut akan

digunakan untuk kesejahteraan masyarakat. Menurut Abdul Mannan, tujuan

sertifikat wakaf tunai ;

a) Untuk melengkapi bank dan lembaga pengelola wakaf lainnya dengan

sertifikat wakaf tunai.

b) Untuk membantu mengumpulkan tabungan sosial melalui cash wakaf

sertifikat (sertifikasi wakaf tunai bisa dilakukan atas nama anggota keluarga

dalam rangka untuk memperkuat integrasi familiy di kalangan keluarga kaya).

c) Untuk membantu mengubah tabungan sosial yang dikumpulkan untuk sebagai

modal sosial serta untuk membantu mengembangkan pasar modal sosial,

d) Untuk meningkatkan investasi sosial.

Page 81: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

e) Untuk mendorong kesadaran masyarakat kaya akan tanggung jawab mereka

dalam pembangunan sosial di lingkungan mereka.

f) Untuk merangsang integrasi antara jaminan sosial dan kesejahteraan sosial. 123

4) Alur Wakaf Uang

a. Wa >qif datang ke 12 LKS-PWU Lembaga Keuangan Shari’ah (LKS) Penerima Wakaf Uang (PWU) berikut ini: 1. Bank Shari’ah Mandiri. No. Rek. 0090012345 2. BNI Shari’ah. No. Rek. 333000003 3. Bank Muamalat. No. Rek. 3012345615 4. Bank DKI Shari’ah. No. Rek. 7017003939 5. Bank Mega Shari’ah Indonesia. No. Rek. 10.00011.111 6. Bank BTN Shari’ah No. Rek. 701.100.2010 7. Bank Bukopin Shari’ah. No. Rek. 8800 888 108 8. Bank Pembangunan Daerah (BPD) Jogja Shari’ah 9. Bank Pembangunan Daerah (BPD) Kalimantan Barat Shari’ah 10.Bank Pembangunan Daerah (BPD) Jateng Shari’ah 11.Bank Pembangunan Daerah (BPD) Riau Shari’ah 12.Bank Pembangunan Daerah (BPD) Jatim Shari’ah Catatan: Wakaf uang dapat ditransfer melalui ATM ke No. rekening LKS-PWU. Setelah itu, konfirmasi ke LKS-PWU yang bersangkutan. Atau, hubungi BWI Call Service di (021) 87799232, (021) 87799311.124

b. Mengisi akta Ikrar Wakaf (AIW) dan melampirkan fotokopi kartu identitas diri yang berlaku c. Wa >qif menyetor nominal wakaf dan secara otomatis dana masuk ke rekening BWI / Naz}ir

yang ditunjuk wa >qif d. Wa >qif Mengucapkan Shighah wakaf dan menandatangani AIW bersama dengan:

1) 2 orang saksi 2) 1 pejabat bank sebagai Pejabat Pembuat AIW (PPAIW)

e. LKS-PWU mencetak Sertifikat Wakaf Uang (SWU) f. LKS-PWU memberikan AIW dan SWU ke wa>qif .125

5) Pengelolaan Wakaf Uang secara Produktif

123Dian Masyita, “A Dynamic Model for Cash Waqf Management as One of The Alternative Instruments for The Poverty Alleviation in Indonesia” ,…… 124“Mau Berwakaf Uang? Di Sini Tempatnya,” dalam http:// www.bwi.or.id/berita (08 Mei 2013). 125“Cara Mudah Wakaf Uang”, dalam http:// www.bwi.or.id/berita, (25 Januari 2008).

Produk LKS Wa >qif LKS PWU

Sertifikat Wakaf Uang

Naz}ir Investasi

Sektor Riil

Keuntungan Keuntungan dari dana wakaf yang dikelola dapat dialokasikan untuk : 1 . Rehabilitasi Keluarga Miskin. 2 . Pendidikan dan Pengembangan Budaya 3 . Kesehatan dan Sanitasi 4 . Pelayanan sosial 5 . Fasilitas bangunan keagamaan 6 . Memperbaiki fasilitas sosial .

Gambar 2.1 : Alur Wakaf Uang

Page 82: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

Naz}ir wakaf uang bertugas menginvestasikan wakaf uang, bisa diinvestasikan

secara langsung dengan menyalurkan pada usaha di sektor Riil atau

diinvestasikan secara tidak langsung yaitu diinvestasikan pada Produk Lembaga

Keuangan Shari’ah.

a) Apabila diinvestasikan secara langsung dengan menyalurkan pada aktivitas

Usaha disektor Riil, maka ada beberapa model Investasi yang dapat

diterapkan, antara lain yaitu:

(1) Investasi Mud}a >rabah. Salah satu contoh yang dapat dilakukan oleh

pengelola wakaf dengan sistem ini adalah membangkitkan sektor usaha

kecil dan menengah dengan memberikan modal usaha kepada petani,

pedagang kecil dan menengah (UKM). Dalam hal ini pengelola wakaf

uang (naz }ir) berperan sebagai s}ahibul ma >l yang menyediakan modal 100%

dari usaha/proyek dengan sistem bagi hasil. Pengusaha adalah sebagai

mudharib yang memutarkan dana wakaf tersebut. Hasil keuntungan yang

diperoleh dibagi bersama antara Naz}ir dengan pengusaha.

Naz}ir Investasi

Investasi scr Langsung

Sektor Riil

KEUNTUNGAN

Mauqu>f ‘alaih

Investasi scr Tidak Langsung

Produk LKS

1. Investasi Mud }a >rabah 2. Investasi Musyârakah 3. Investasi Murâbah }ah. 4. Investasi Muzara’ah 5. Investasi Ijârah 6. Istibdal 7. Model Istishna

1. Deposito Mud }a >rabah 2. Obligasi Shari’ah

a. Obligasi Ijârah b. Obligasi Mud }a >rabah

3. Pasar Modal Shari’ah

Gambar 2.2 : Model Pengelolaan Wakaf Uang secara Produktif

Page 83: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

(2) Investasi Mushârakah. Investasi ini hampir sama dengan investasi

mud}a >rabah. Hanya saja pada investasi Mushârakah risiko yang

ditanggung oleh pengelola wakaf lebih sedikit karena modal ditanggung

bersama oleh pemilik modal. Investasi ini memberi peluang bagi pengelola

wakaf untuk menyertakan modalnya pada sektor usaha kecil dan

menengah yang dianggap memiliki kelayakan usaha, namun kekurangan

modal untuk mengembangkan usahanya.

(3) Investasi Murâbah }ah. Dalam investasi Murâbah}ah, pengelola wakaf

berperan sebagai pengusaha (entrepreneur) yang membeli peralatan dan

material yang diperlukan melalui suatu kontrak Murâbah}ah. Pengelola

wakaf dalam investasi ini dapat mengambil keuntungan dari selisih harga

pembelian dan penjualan. Dari investasi ini, pengelola wakaf dapat

membantu pengusaha-pengusaha kecil yang membutuhkan alat-alat

produksi.

(4) Investasi Muzara’ah (Kerja Sama Lahan Pertanian). Investasi harta wakaf

dalam bentuk pertanian, ini dapat dilakukan dengan cara menanami tanah

wakaf untuk pertanian atau pekebunan, baik dengan cara menyewakan

(ijârah), maupun dengan cara kerja sama bagi hasil, seperti muzara’ah dan

musaqah ataupun naz}ir sendiri yang mengelola tanah tersebut. Bentuk

kegiatan ini jelas akan memberi dampak posistif bagi pemberdayaan

ekonomi masyarakat.

(5) Investasi Ijârah (Sewa-menyewa). Investasi ijarah dapat dilakukan dengan

mendayagunakan tanah wakaf yang ada dengan menginvestasikan wakaf

uang ke bentuk wakaf property seperti membangun real estate dan pusat-

pusat bisnis, kemudian menyewakannya kepada masyarakat. Menyewakan

Page 84: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

harta wakaf dapat mendatangkan keuntungan pasti (fix of return) hingga

dapat menutup modal pokok. Kemudian hasil selanjutnya dapat disalurkan

kepada mustah }iq.

(6) Istibdal yakni mengganti uang tersebut dengan benda tidak bergerak yang

memungkinkan manfaat dari benda tersebut kekal. Istibdal dapat

dilakukan dalam bentuk pembelian benda-benda yang dimanfaatkan dalam

jangka waktu lama atau diinvestasikan dalam kegiatan bisnis sehingga

nilai harta wakaf tetap terjaga. Misalnya, jika harta wakaf itu berupa

rumah, naz}ir dapat mengubahnya menjadi apartemen atau pun pertokoan

atau dalam bentuk lain untuk disewakan walaupun wa >qif tidak

memberikan syarat apa pun. Hal ini dilakukan karena terdapat

kemaslahatan yang lebih utama dan manfaat yang lebih besar yang akan

dirasakan oleh mustah }iq.

(7) Model Istishna’. Naz}ir wakaf mengelola wakaf tanah yang layak untuk

menjadi bangunan. Ia boleh menawarkan pada kontraktor untuk

membangun kantor dan menjualnya kembali kepada pihak manajemen

wakaf dengan sistem angsuran. Kontraktor mendapat pembayaran dari

pendapatan sewa. Ini merupakan formula istishna’ yaitu akad pesanan

bangunan dengan pembayaran tunda. Model ini memungkinkan pengelola

wakaf untuk memesan pengembangan harta wakaf yang diperlukan kepada

lembaga pembiayaan atau bank shari’ah dengan akad istishna’. Bank

kemudian, membuat kontrak dengan kontraktor untuk memenuhi pesanan

naz}ir atas nama bank. Model pembiayaan istishna’ menimbulkan hutang

bagi naz}ir namun dapat dilunasi dari hasil pengembangan harta wakaf.

Page 85: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

b) Dana wakaf yang terkumpul dapat diinvestasikan secara tidak langsung pada

portofolio Lembaga Keuangan Shari’ah. Misalnya diinvestasikan pada Produk

Lembaga Keuangan Shari’ah, misalnya di Bank Muamalah, Bank Mandiri

Shari’ah, Bank Rakyat Indonesia Shari’ah atau Bank Shari’ah lainnya.

Investasi dana wakaf tunai di Produk LKS dapat dilakukan dalam berbagai

bentuk investasi, antara lain sbb:

(1) Deposito Mud}a >rabah. Deposito mud }a>rabah merupakan salah satu produk

yang dapat dijadikan sebagai wadah untuk investasi dana wakaf uang di

perbankan shari’ah.

(2) Obligasi Shari’ah atau Sukuk. Obligasi Shari’ah dapat dijadikan sebagai

wadah untuk menginvestasikan dana wakaf uang. Portofolio ini terdiri dari

obligasi ijârah dan obligasi mud }a>rabah .

(a) Obligasi Ijârah (Ijârah Bonds). Ijârah bonds merupakan surat berharga

yang menunjukkan bagian yang sama dalam penyewaan bangunan.

Obligasi ini dikeluarkan oleh manajemen wakaf untuk menanggung

biaya bangunan yang berada di atas tanah wakaf. Naz}ir menawarkan

obligasi ijârah kepada masyarakat dan menjualnya pada harga yang

sama dengan biaya bangunan. Kontrak ini memberikan hak perwakilan

dari pemegang obligasi kepada naz}ir wakaf untuk melaksanakan

pembangunan dan menyewakan bangunan dengan harga sewa yang

telah disepakati jumlah serta waktu pembayarannya. Pemegang

obligasi juga menjadi wakil naz}ir dalam menyerahkan bangunan

kepada manajemen wakaf dengan pembayaran yang telah disepakati

sejak bangunan itu selesai dan dapat dipergunakan. Cicilan

pembayaran dapat dimulai pada kuartal pertama sekalipun bangunan

Page 86: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

belum selesai. Cicilan yang dibayarkan menjadi uang muka untuk

pembayaran periode berikutnya. Inilah yang membedakan antara

obligasi ijârah dengan saham bagi hasil (mud}a >rabah dan mushârakah).

Obligasi dapat dikeluarkan untuk waktu tertentu dan berakhir dengan

membeli pokok dengan harga pasar oleh naz}ir, juga bisa berakhir

dengan mungubahnya menjadi wakaf setelah dua puluh tahun masa

sewa. Besarnya dana pokok wakaf uang yang diinvestasikan ke sektor

obligasi shari’ah dapat ditarik kembali oleh naz}ir apabila tidak

menguntungkan. Selain itu apabila return (pendapatan) investasi ini

lebih kecil dari pada return minimum yang dipersyaratkan maka

obligasi akan ditarik untuk diinvestasikan ke portofolio lainnya.

(b) Obligasi Mud}a >rabah. Obligasi mud }a>rabah adalah kontrak kerjasama

yang didasarkan pada akad bagi hasil, sama seperti investasi deposito

di bank shari’ah, namun naz}ir yang menerima uang dalam

kapasitasnya sebagai mudharib mengeluarkan obligasi yang nilainya

sama dengan nilai uang yang diterima. Pengelola wakaf bertugas

mempelajari sisi ekonomis proyek yang direncanakan

pembangunannya. Karena tidak adanya pendanaan wakaf untuk

membangun proyek, manajer wakaf dapat menerbitkan beberapa sukuk

yang total nilainya sama dengan biaya proyek. Para pemegang sukuk

yang mendanai pembangunan harus membagi pendapatan sewa dengan

rasio tertentu. Kemudian mendapatkan keuntungan proyek wakaf

sesuai dengan kesepakatan dan menanggung kerugian sesuai dengan

saham yang ada pada modal proyek. Bagian profit yang dimiliki

manajemen wakaf diperuntukkan untuk membeli sukuk kembali dari

Page 87: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

para pemegangnya sedikit demi sedikit. Naz}ir mempergunakan harta

untuk tujuan investasi terbatas pada apa yang disepakati dengan

pemilik modal. Misalnya untuk membangun rumah sakit kemudian

dibisniskan. Pada setiap periode naz}ir membagi keuntungan dan

kerugian sesuai dengan perjanjian. Kemudian, setelah mud }a>rabah

berakhir, modal dikembalikan kepada pemegang obligasi.

(3) Pasar Modal Shari’ah. Instrumen pasar modal shari’ah dapat dijadikan

sebagai wadah untuk menginvestasikan dana wakaf uang, diantaranya

pada saham mud}a >rabah, saham mushârakah dan saham hukr. Harta wakaf

dapat diinvestasikan melalui penanaman pada sektor perbankan dan sektor

keuangan dalam bentuk saham dan sukuk mud}a >rabah. Berapa besar dana

yang disalurkan ke deposito shari’ah, obligasi shari’ah, pasar modal

shari’ah dan reksadana shari’ah sangat tergantung kepada tingkat

penghasilan (return) periode sebelumnya serta tingkat risiko dari investasi

tersebut. Keuntungan dari investasi tersebut digunakan untuk mendanai

kebutuhan masyarakat miskin yang kurang mampu.126

c. Wakaf Saham

Termasuk juga bagian yang disebut dalam wakaf produktif adalah wakaf

saham. Saham sebagai barang yang bergerak juga dipandang mampu menstimulus

hasil-hasil yang dapat didedikasikan untuk kepentingan umat kebanyakan. Bahkan,

dengan modal yang besar, saham malah justru akan memberi konstribusi yang cukup

besar di banding jenis komoditas perdagangan yang lain. Dalam sebuah perusahaan,

seorang penguasa dapat mengkhususkan peruntukan sebagian sahamnya sebagai harta

126M. Cholil Nafis, “Peluang Kemitraan Investasi Wakaf Produktif”, dalam http:// www.bwi.or.id/artikel (03 Desember 2010).

Page 88: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

wakaf yang hasilnya (deviden) digunakan untuk kemaslahatan umat. Wakaf saham

boleh juga diambil dari keuntungan seluruh saham yang dimiliki pemiliknya. Semua

itu tergantung pada keinginan dan kehendak pemilik saham. Sebab, yang penting

bukanlah nominal besar kecilnya hasil saham, melainkan lebih pada komitmen

keberpihakan para wa >qif terhadap kesejahteraan umat Islam. Pangsa pasar yang

dibidik oleh wakaf saham hanya terbatas para pemegang saham yang kebanyakan

kelas menengah ke atas. Demikian ini sangat tepat, mengingat kebanyakan umat

Islam, terutama mereka yang secara ekonomi telah mapan, bingung untuk

mendayagunakan hartanya di jalan Allah SWT. Dengan adanya wakaf saham, maka

sedikit banyak harta mereka dapat digunakan untuk kesejahteraan ekonomi umat yang

ada di bawah garis kemiskinan.

1) Pengelolaan Wakaf Saham secara Produktif

Pengelolaannya dengan cara disalurkan untuk investasi

saham, maksudnya adalah si wa >qif dapat ikut serta menyertakan modalnya pada

suatu perseroan terbatas (PT) untuk suatu usaha, kemudian dari hasil keuntungan

perusahaan tersebut dibagi dengan pemegang saham sesuai kesepakatan yang

dibuat dan sebagian lainnya dari keuntungan tersebut dijadikan sebagai dana

wakaf si wa >qif guna kepentingan kemaslahatan umat. Ada beberapa model

Investasi Saham yang dapat diterapkan, antara lain yaitu:127

a) Saham Mud }a >rabah. Saham mud }a>rabah adalah perjanjian kerja sama sekuritas

yang dikeluarkan oleh naz}ir untuk para investor. Naz}ir wakaf dapat

menawarkan saham untuk pembangunan proyek di tanah wakaf. Misalnya

membangun rumah sakit kemudian disewakan kepada dinas kesehatan atau

organisasi kedokteran. Pada sekuritas ini pemilik saham mempunyai hak dari

127Muhammad Iqbal, Dinar Solution (Jakarta: Gema Insani, 2008), 107.

Page 89: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

pendapatan dan bagian dari produksi seluruh proyek secara bersamaan. Saham

ini dapat diputarkan setelah proyek investasi mulai beroperasi dan dapat dijual

lebih dari harga nominalnya di pasar modal shari’ah.

Saham mud }a>rabah untuk investasi wakaf dapat diterbitkan dengan ketentuan:

(1) Ada izin dari naz}ir wakaf terhadap pemegang saham untuk membangun

bangunan tertentu di tanah wakaf.

(2) Adanya pembagian keuntungan antara manajemen wakaf dengan

pemegang saham.

(3) Pembagian pendapatan proyek yang dilakukan setelah proyek selesai

dibangun dan mulai beroperasi.

(4) Naz}ir melakukan pembangunan sebagai wakil dari pemilik saham.

(5) Setelah bangunan selesai naz}ir akan menerima dan mengelola proyek.

(6) Naz}ir mendistribusikan pendapatan sesuai dengan kesepakatan.

Dalam kontrak ini, naz}ir wakaf harus mementingkan pemeliharaan dan

penjaminan dari asuransi yang ditanggung oleh naz}ir. Jangka waktu yang

dapat dipergunakan dalam saham mud}a >rabah adalah terbatas, tidak lebih dari

20 tahun setelah itu bangunan menjadi milik wakaf.

b) Saham Mushârakah. Mekanisme sekuritas ini hampir sama dengan saham

mud }a>rabah. Naz}ir wakaf dapat menawarkan saham kepada masyarakat untuk

pembangunan suatu proyek di tanah wakaf. Dalam kontrak ini pemilik saham

ikut dalam kepemilikan bangunan sesuai dengan jumlah saham yang dimiliki.

Sedangkan naz}ir wakaf menjadi manajer bangunan dengan gaji yang layak.

Seperti halnya perseroan, keuntungan bersih proyek dibagikan kepada para

pemilik saham setelah seluruh biaya-biaya dikeluarkan. Untuk instrumen ini

Page 90: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

juga diperlakukan hal yang sama, keuntungan yang dibagikan kepada pemilik

saham adalah pendapatan bersih. Kepemilikan bangunan bisa tetap berada di

tangan pemilik saham secara berlanjut, sehingga tidak terjadi pemindahan

kepemilikan kepada wakaf. Namun di sisi lain, manajemen wakaf juga bisa

memiliki bangunan secara bertahap dengan membeli saham dari pasar atau

dengan hibah, wakaf kepada perusahaan itu sendiri setelah para pemilik saham

mendapatkan bagi hasil dan pokok saham dikembalikan.

c) Saham Hukr. Saham hukr adalah saham berupa kerjasama dalam

pembangunan di atas tanah wakaf dengan akad sewa dalam jangka waktu yang

lama. Dalam karakternya, saham hukr berada antara obligasi ijârah dengan

saham Mushârakah. Di mana saham hukr merupakan saham penyewaan

benda, mendapat bagian yang sama dalam kepemilikan bangunan sejak

dilakukan akad sewa selama masa investasi. Saham hukr juga dikatakan sama

dengan saham Mushârakah karena bagi hasil tidak ditetapkan diawal tapi

tergantung pada pendapatan proyek, hal ini berbeda dengan pendapatan sewa.

Pemilik saham hukr terikat dengan manajemen wakaf yang telah melakukan

akad penyewaan tanah wakaf dan membayar sewa tanah untuk kepentingan

wakaf. Naz}ir bertindak sebagai wakil pemilik saham untuk membangun

bangunan di atas tanah wakaf. Dalam akad ini naz}ir wakaf menjadi manajer

bangunan mewakili pemegang saham. Keuntungan bersih dibagikan kepada

para pemegang saham.

d. Wakaf HAKI. 128

Hak atas kekayaan intelektual (HAKI) atau Intelectual Property. Rights adalah

hak hukum yang bersifat eksklusif (khusus) yang dimiliki oleh para pencipta/penemu

128Jaih Mubarok, Wakaf Produktif , 101.

Page 91: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

sebagai hasil aktivitas intelektual dan kreativitas yang bersifat khas dan baru. Karya-

karya intelektual tersebut dapat berupa hasil karya cipta di bidang ilmu pengetahuan,

seni dan sastra serta hasil penemuan (invensi) di bidang teknologi. Karya-karya di

bidang HAKI dihasilkan berkat kemampuan intelektual manusia melalui pengorbanan

tenaga, waktu, pikiran, perasaan dan hasil intuisi/ilham/hati nurani129

HAKI secara umum dapat digolongkan ke dalam dua kategori utama, yaitu

hak cipta dan hak kekayaan industri. Ruang lingkup hak cipta adalah karya cipta

dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra, sedangkan ruang lingkup hak

kekayaan industri adalah dalam bidang teknologi. Dalam terminologi HAKI dikenal

istilah “pencipta” dan/atau “penemu”. Istilah pencipta digunakan dalam bidang hak

cipta sedangkan istilah “penemu” lebih diarahkan dalam bidang hak kekayaan

industri. 130

Dalam Pengelolaan Wakaf HAKI artinya keuntungan yang diperoleh dari HAKI akan

digunakan untuk kemaslahatan umat. 131 Wakaf Hak Atas Kekayaan Intelektual

(HAKI), antara lain :

1) Hak cipta. Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk

mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu

dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-

undangan yang berlaku.132

2) Hak merek. Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf,

angka angka, susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang

129Iswi Hariyani, Prosedur Mengurus HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual) yang benar (Yogyakarta : Pustaka Yustisia, 2010), 16. 130Helza Nova Lita, “Tinjauan Hukum HAKI sebagai Objek Wakaf”, dalam http:// www.bwi.or.id/artikel (14 Oktober 2011). 131BWI Lirik Wakaf Hak Kekayaan Intelektual, dalam http:// www.bwi.or.id/berita,(08 Mei 2013) 132Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.

Page 92: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau

jasa.133

3) Hak Paten. Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada

Inventor atas hasil Invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu

tertentu melaksanakan sendiri Invensinya tersebut atau memberikan

persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya.134

4) Hak Desain Industri. Desain industri adalah suatu kreasi tentang bentuk,

konfigurasi atau komposisi garis atau warna atau garis dan warna atau gabungan

daripadanya yang berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang memberikan

kesan estetis dan dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi serta

dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang, komoditas industri atau

kerajinan tangan. Hak desain industri adalah hak eksklusif yang diberikan oleh

Negara Republik Indonesia kepada pendesain atas hasil kreasinya untuk selama

waktu tertentu melaksanakannya sendiri atau memberikan persetujuannya kepada

pihak lain untuk melaksanakan hak tersebut.135

5) Hak Rahasia Dagang. Rahasia Dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh

umum di bidang teknologi dan atau bisnis, mempunyai nilai ekonomi karena

berguna dalam kegiatan usaha dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik Rahasia

Dagang.136 Hak Rahasia Dagang adalah hak atas rahasia dagang yang timbul

berdasarkan Undang-undang ini. Lingkup perlindungan Rahasia Dagang meliputi

metode produksi, metode pengolahan, metode penjualan atau informasi lain di

133Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Hak Merek. 134Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Nomor 14 tentang Hak Paten. 135Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000. 136Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Hak Rahasia Dagang.

Page 93: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

bidang teknologi dan/atau bisnis yang memiliki nilai ekonomi dan tidak diketahui

oleh masyarakat umum (Pasal 2).

6) Hak Sirkuit Terpadu. Sirkuit Terpadu adalah suatu produk dalam bentuk jadi atau

setengah jadi, yang di dalamnya terdapat berbagai elemen dan sekurang-

kurangnya satu dari elemen tersebut adalah elemen aktif, yang sebagian atau

seluruhnya saling berkaitan serta dibentuk secara terpadu di dalam sebuah bahan

semikonduktor yang dimaksudkan untuk menghasilkan fungsi elektronik.137

Desain Tata Letak adalah kreasi berupa rancangan peletakan tiga dimensi dari

berbagai elemen, sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut adalah elemen

aktif serta sebagian atau semua interkoneksi dalam suatu Sirkuit Terpadu dan

peletakan tiga dimensi tersebut dimaksudkan untuk persiapan pembuatan Sirkuit

Terpadu (Pasal 1 angka 2).

7) Hak Perlindungan Varietas Tanaman. Hak Perlindungan Varietas Tanaman adalah

hak khusus yang diberikan negara kepada pemulia dan/atau pemegang hak

Perlindungan Varietas Tanaman untuk menggunakan sendiri varietas hasil

pemuliaannya atau memberi persetujuan kepada orang atau badan hukum lain

untuk menggunakannya selama waktu tertentu 138.

H. Hikmah dan Keutamaan Wakaf

Ibadah wakaf yang tergolong pada perbuatan sunnah banyak sekali mengandung

hikmah, antara lain:

1 Harta benda yang diwakafkan dapat tetap terpelihara dan terjamin kelangsungannya. Tidak

perlu ada kekhawatiran harta benda yang diwakafkan akan hilang atau pindah tangan,

karena secara prinsip barang wakaf tidak boleh ditasyarrufkan, baik dijual, dihibahkan,

maupun diwariskan.

137Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2000 tentang Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu. 138Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman.

Page 94: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Pesantren 1.digilib.uinsby.ac.id/895/5/Bab 2.pdf · melakukan shalat berjama’ah juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Masjid merupakan

2 Selama benda wakaf itu masih ada dan dapat dimanfaatkan, maka pahala dan

keuntungannnya bagi wa >qif akan tetap mengalir walaupun suatu ketika dia meninggal

dunia.

3 Wakaf merupakan salah satu sumber dana yang sangat penting manfatnya bagi kehidupan

agama dan umat, yang bisa dialokasikan untuk pembinaan mental spiritual dan

pembangunan segi fisik.

Adapun Keutamaan Ibadah Wakaf adalah sebagai berikut:

1 Melalui wakaf dapat menumbuhkan sifat zuhud dan melatih seseorang untuk saling

membantu atas kepentingan orang lain.

2 Menanamkan kesadaran bahwa di dalam setiap harta benda itu ada hak kaum d}uafa’ di

dalamnya yang harus diserahkan sebagaimana halnya zakat.

3 Menyadarkan seseorang bahwa kehidupan di akhirat memerlukan persiapan yang cukup,

maka persiapan bekal itu di antaranya wakaf, sebagai tabungan akhirat.

4 Keutamaan lain dapat menopang dan penggerak kehidupan sosial kemasyarakatan umat

Islam, baik aspek ekonomi, pendidikan, sosial budaya dan lainnya.