bab ii kajian pustaka a. kemampuan menyimak …repository.ump.ac.id/516/3/ranny puspitarini bab...

24
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Menyimak Wawancara 1. Pengertian Kemampuan Menyimak Wawancara Salah satu kemampuan berbahasa adalah kemampuan menyimak. Setiap orang dapat melakukan kegiatan menyimak, jika ada bunyi bahasa atau lambang-lambang lisan yang didengar. Dengan kata lain, kegiatan menyimak dilakukan manusia apabila ada penutur dan lawan tutur. Secara sederhana, istilah menyimak dapat dipahami sebagai sebuah kegiatan mendengarkan atau memperhatikan baik-baik apa yang diucapkan orang, menangkap dan memahami makna yang didengar. Menurut Tarigan (Nurbaya dan Nurhadi, 2011: 7), menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, dan interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi serta memahami makna komunikasi yang disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Di lain pihak, ada orang yang memaknai menyimak sebagai suatu proses penulisan bahasa yang dimaknai ke dalam pikiran (listening the process by which spoken language is cinverted to meaning in the mind). Menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, mengintepretasi, menilai, dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya. Menyimak melibatkan pendengaran, penglihatan, penghayatan, ingatan, pengertian. Bahkan situasi yang menyertai bunyi bahasa yang disimak pun harus diperhitungkan dalam menentukan maknanya. Selanjutnya juga 7 Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013

Upload: hadieu

Post on 19-Jul-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Menyimak …repository.ump.ac.id/516/3/RANNY PUSPITARINI BAB II.pdf · Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013. 8

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kemampuan Menyimak Wawancara

1. Pengertian Kemampuan Menyimak Wawancara

Salah satu kemampuan berbahasa adalah kemampuan menyimak. Setiap orang

dapat melakukan kegiatan menyimak, jika ada bunyi bahasa atau lambang-lambang

lisan yang didengar. Dengan kata lain, kegiatan menyimak dilakukan manusia apabila

ada penutur dan lawan tutur. Secara sederhana, istilah menyimak dapat dipahami

sebagai sebuah kegiatan mendengarkan atau memperhatikan baik-baik apa yang

diucapkan orang, menangkap dan memahami makna yang didengar.

Menurut Tarigan (Nurbaya dan Nurhadi, 2011: 7), menyimak adalah suatu

proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian,

pemahaman, apresiasi, dan interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi

serta memahami makna komunikasi yang disampaikan oleh pembicara melalui ujaran

atau bahasa lisan. Di lain pihak, ada orang yang memaknai menyimak sebagai suatu

proses penulisan bahasa yang dimaknai ke dalam pikiran (listening the process by

which spoken language is cinverted to meaning in the mind).

Menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi

bahasa, mengidentifikasi, mengintepretasi, menilai, dan mereaksi atas makna yang

terkandung di dalamnya. Menyimak melibatkan pendengaran, penglihatan,

penghayatan, ingatan, pengertian. Bahkan situasi yang menyertai bunyi bahasa yang

disimak pun harus diperhitungkan dalam menentukan maknanya. Selanjutnya juga

7

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Menyimak …repository.ump.ac.id/516/3/RANNY PUSPITARINI BAB II.pdf · Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013. 8

8

dikemukakan oleh Tarigan (1994: 27), bahwa menyimak merupakan suatu proses

yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi,

menginterpretasi, menilai, dan mereaksi atas makna yang dikandung di dalamnya.

Pendapat yang dikemukakan oleh Heriyanto (2011: 3), mendengarkan adalah proses

menangkap bunyi bahasa dengan disengaja tetapi belum memahami. Sementara

menyimak adalah proses menangkap bunyi bahasa yang direncanakan, dipahami,

diinterpretasi, diapresiasi, dievaluasi, ditanggapi, dan ditindaklanjuti.

Jadi yang dimaksud dengan menyimak adalah suatu proses mendengarkan

lambang-lambang lisan atau bunyi-bunyi bahasa yang dilakukan dengan sengaja,

penuh perhatian disertai pemahaman, apresiasi, dan interpretasi sehingga pesan atau

maksud yang terkandung dalam lambang lisan yang disimak dapat diungkapkan

secara baik.

Salah satu kegiatan menyimak dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah

menyimak wawancara. Menyimak wawancara termasuk salah satu jenis menyimak

pemahaman/komprehensif (comprehensive listening), yaitu menyimak untuk

memahami isi pesan yang disampaikan para tokoh atau nara sumber dalam sebuah

wawancara.

2. Tujuan Menyimak Wawancara

Menyimak merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang masing-masing

keterampilan tersebut mempunyai tujuan yang ingin dicapai dalam setiap

pembelajaran bahasa. Tujuan orang menyimak itu beraneka ragam, seperti (Shrope

dalam Tarigan 1987: 35) :

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Menyimak …repository.ump.ac.id/516/3/RANNY PUSPITARINI BAB II.pdf · Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013. 8

9

a. Menyimak dengan tujuan utama agar dapat memperoleh pengetahuan dari bahan

ujar sang pembicara, dengan perkataan lain, dia menyimak untuk belajar.

b. Menyimak dengan penekanan pada penikmatan terhadap sesuatu dari materi yang

diujarkan atau yang diperdengarkan atau dipergelarkan (terutama sekali dalam

bidan seni), pendeknya dia menyimak untuk menikmati keindahan audial.

c. Menyimak dengan maksud agar dapat menilai apa-apa yang dia simak itu (baik-

buruk, indah-jelek, dll), dia menyimak untuk mengevaluasi.

d. Menyimak agar dia dapat menikmati serta menghargai apa-apa yang disimaknya

itu (pembacaan cerita, dialog, dll) orang itu menyimak untuk mengapresiasi

materi simakan.

e. Menyimak dengan maksud agar dapat mengkomunikasikan ide-ide, gagasan-

gagasan, maupun perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan lancar dan

tepat. Dia menyimak untuk mengkomunikasikan ide-ide.

f. Menyimak dengan maksud dan tujuan agar dia dapat membeda-bedakan bunyi

dengan tepat. Biasanya ini terlihat nyata pada seseorang yang sedang belajar

bahasa asing yang asyik mendengarkan ujaran pembicarara asli.

g. Menyimak dengan maksud agar dia memecahkan masalah secara kreatif dan

analisis, sebab dari sang pembicara dia mungkin memperoleh banyak masukan

berharga.

h. Selanjutnya ada lagi orang yang tekun menyimak sang pembicara untuk

meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini

diragukan dengan perkataan lain, dia menyimak secara persuasif.

Tujuan menyimak adalah untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta

memahami makna komunikasi yang hendak disampaikan sang pembicara melalui

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Menyimak …repository.ump.ac.id/516/3/RANNY PUSPITARINI BAB II.pdf · Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013. 8

10

ujaran (Tarigan, 1987: 35). Jadi pada situasi apapun harus diusahakan untuk selalu

menentukan tujuan yang ingin didapatkan dari menyimak tersebut, misalnya agar

lebih memahami topik yang sedang dipelajari, atau agar bisa mengungkapkan hasil

simakan degan lebih baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan menyimak adalah

untuk memberikan informasi, untuk memperoleh pengetahuan, atau untuk

mendapatkan hiburan.

Menyimak wawancara termasuk salah satu jenis menyimak pemahaman atau

komprehensif (comprehensive listening), yaitu menyimak untuk memahami isi pesan

yang disampaikan para tokoh atau narasumber dalam sebuah wawancara. Tujuan

pembelajaran menyimak wawancara adalah melatih kepekaan siswa dalam menerima

atau mencari informasi. Informasi ini digunakan untuk mendukung keterampilan

berbahasa yang lainnya seperti berbicara dan menulis. Menurut Wijayanti (2010),

tujuan menyimak wawancara meliputi :

a. Menyimpulkan pikiran, pendapat, dan gagasan seorang tokoh atau narasumber

yang disampaikan dalam wawancara.

b. Menulis dengan singkat hal-hal penting yang dikemukakan narasumber dalam

wawancara.

3. Manfaat Menyimak Wawancara

Menurut Setiawan (dalam Darmawan, 2001: 11-12), manfaat dari kegiatan

menyimak adalah sebagai berikut: pertama menambah ilmu pengetahuan dan

pengalaman hidup yang berharga bagi kemanusiaan, sebab menyimak memiliki nilai

informatif, yaitu memberikan masukan-masukan tertentu yang menjadikan seseorang

lebih berpengalaman. Kedua, meningkatkan intelektualitas serta memperdalam

penghayatan keilmuan dan khazanah ilmu. Ketiga, memperkaya kosa kata, menambah

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Menyimak …repository.ump.ac.id/516/3/RANNY PUSPITARINI BAB II.pdf · Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013. 8

11

perbendaharaan ungkapan yang tepat, bermutu, dan puitis. Orang yang banyak

menyimak komunikasinya lebih lancar dan kata-kata yang digunakan lebih fariatif.

Keempat, memperluas wawasan, meningkatkan penghayatan hidup, serta membina

sifat terbuka, dan objektif. Orang yang banyak menyimak tidak picik, tidak sempit

lapang dada, tidak fanatik kata, tetapi cenderung lebih lapang dada, dapat menghargai

pendapat dan keberadaan orang lain. Kelima, meningkatkan kepekaan dan kepedulian

sosial. Melalui menyimak akan dikenal berbagai seluk-beluk kehidupan dengan segala

dimensinya. Keenam, meningkatkan citra artistik, karena dengan banyak menyimak

dapat menumbuhsuburkan sikap apesiatif, sikap menghargai karya atau pendapat

orang lain dan kehidupan serta meningkatkan selera estetis. Ketujuh, menggugah

kreativitas dan semangat mencipta untuk mampu menghasilkan ujaran-ujaran dan

tulisan-tulisan yang berjati diri.

Jadi dengan banyak melakukan kegiatan menyimak, maka akan didapatkan

ide-ide yang cemerlang dan segar, sehingga pengalaman hidup akan berharga. Semua

itu akan mendorong seseorang untuk lebih giat berkarya dan kreatif. Dalam kaitannya

dengan pembelajaran menyimak wawancara, kompetensi yang akan dicapai melalui

pembelajaran menyimak adalah agar siswa mampu menyimpulkan pikiran, pendapat,

dan gagasan seorang tokoh atau narasumber yang disampaikan dalam wawancara serta

siswa mampu menulis dengan singkat hal-hal penting yang dikemukakan narasumber

dalam wawancara.

4. Jenis-jenis Menyimak

Menyimak sebagai salah satu bagian dari keterampilan berbahasa memiliki

banyak jenis. Secara garis besar, Tarigan (1994: 35) membagi jenis menyimak

menjadi dua jenis yaitu: (a) menyimak ekstensif, dan (b) menyimak intensif. Kedua

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Menyimak …repository.ump.ac.id/516/3/RANNY PUSPITARINI BAB II.pdf · Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013. 8

12

jenis menyimak ini sangatlah berbeda dan perbedaan itu tampak dalam cara

melakukan kegiatan menyimak.

a. Menyimak Ekstensif

Menyimak ekstensif adalah kegiatan menyimak mengenai hal-hal yang lebih

umum dan lebih bebas terhadap suatu ujaran, tidak perlu di bawah bimbingan

langsung seorang guru. Pada kegiatan menyimak ekstensif, proses menyimak yang

dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti: menyimak radio, televisi, percakapan

orang di pasar, pengumuman, dan sebagainya. Menyimak siperti ini sering pula

diartikan sebagai kegiatan menyimak yang berhubungan dengan hal-hal yang umum

dan bebas terhadap suatu bahasa. Dalam prosesnya di sekolah tidak perlu langsung di

bawah bimbingan guru. Pelaksanaannya tidak terlalu dituntut untuk memahami isi

bahan simakan.

b. Menyimak Intensif

Menyimak intensif adalah kegiatan menyimak yang diarahkan pada suatu

kegiatan yang jauh lebih diawasi, dikontrol terhadap suatu hal tertentu. Menyimak

intensif merupakan kegiatan menyimak yang harus dilakukan dengan sungguh-

sungguh dan konsentrasi yang tinggi untuk menangkap makna yang dikehendaki.

Dengan cara menyimak yang intensif, penyimak melakukan penyimakan dengan

penuh perhatian, ketelitian, dan ketekunan, sehingga penyimak memahami secara luas

bahan simakannya.

Pada penelitian ini, jenis menyimak yang digunakan yaitu menyimak intensif.

Melalui kegiatan menyimak intensif maka siswa akan memperoleh fakta yang

diperlukan. Penyimak menilai gagasan, ide, informasi dari pembicara. Pada

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Menyimak …repository.ump.ac.id/516/3/RANNY PUSPITARINI BAB II.pdf · Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013. 8

13

pelaksanaan kegiatan menyimak intensif, guru mengawasi dan memantau proses

jalannya kegiatan menyimak.

5. Tahap-tahap Menyimak

Ruth G. Strickland dalam Tarigan (1994: 29) menyebutkan ada sembilan tahap

menyimak. Tahap-tahap menyimak tersebut adalah:

a. Menyimak berkala, yang terjadi pada saat-saat sang anak merasakan keterlibatan

langsung dalam pembicaraan mengenai dirinya.

b. Menyimak dengan perhatian dangkal karena sering mendapat gangguan dengan

adanya selingan-selingan perhatian kepada hal-hal di luar pembicara.

c. Setengah menyimak karena terganggu oleh kegiatan menunggu untuk

mengekspresikan isi hati, mengutarakan apa yang telah terpendam dalam hati

sang anak.

d. Menyimak serapan, yaitu kegiatan menyimak yang dilakukan karena anak

keasyikan menyerap atau mengaborsi hal-hal yang kurang penting, jadi

merupakan penjaringan pasif yang sesungguhnya.

e. Menyimak sesekali-sesekali, yaitu menyimak sebentar-sebentar apa yang

disimak, karena perhatian berganti dengan keasyikan lain, hanya memperhatikan

kata-kata sang pembicara yang menarik hatinya saja.

f. Menyimak asosiatif, hanya menyimak pengalaman-pengalaman pribadi secara

konstan, yang mengakibatkan sang anak benar-benar tidak memberikan reaksi

terhadap pesan yang disampaikan sang pembicara.

g. Menyimak dengan reaksi berkala terhadap pembicara dengan membuat komentar

ataupun mengajukan pertanyaan.

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Menyimak …repository.ump.ac.id/516/3/RANNY PUSPITARINI BAB II.pdf · Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013. 8

14

h. Menyimak secara seksama, dengan sungguh-sungguh mengikuti jalan pikiran

sang pembicara.

i. Menyimak secara aktif untuk mendapatkan serta menemukan pikiran, pendapat,

dan gagasan sangat pembicara.

Sementara ini tahap-tahap menyimak menurut Logan (1972: 39) dan Loban

(1969: 243) (dalam Tarigan, 1994: 58-59) antara lain:

a. Tahap mendengar (hearing)

b. Tahap memahami (understanding)

c. Tahap menginterpretasi (interpreting)

d. Tahap mengevaluasi (evaluating)

e. Tahap menanggapi (responding)

Dari dua tahap menyimak tersebut, peneliti setuju dengan pendapat Logan dan

Loban yang menyatakan bahwa tahap menyimak meliputi: tahap mendengar dari

sebuah wawancara. Setelah tahap mendengar kemudian tahap memahami isi dalam

wawancara yang terdapat hal-hal penting yang dikemukakan oleh nara sumber,

sehingga penyimak memahami isi dari wawancara tersebut. Tahap menginterpretasi

yaitu pemberian kesan, pendapat atau pandangan teoritis terhadap wawancara. Tahap

mengevaluasi yaitu memberikan penilaian terhadap isi wawancara dan yang terakhir

yaitu tahap menanggapai apa yang disampaikan di dalam sebuah wawancara.

6. Ragam Menyimak

Menyimak memiliki beberapa tujuan yang beraneka ragam, diantaranya adalah

sebagai berikut:

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Menyimak …repository.ump.ac.id/516/3/RANNY PUSPITARINI BAB II.pdf · Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013. 8

15

a. Menyimak ekstensif

Menyimak ekstensif adalah sejenis kegiatan menyimak yang mengenai hal-

halyang lebih umum dan lebih bebas terhadap suatu ujaran, tidak perlu di bawah

bimbingan langsung dari seorang guru. Menyimak ekstensif dapat memberi

kesempatan dan kebebasan bagi para siswa untuk mendengar dan menyimak butir-

butirkosa kata dan struktur-struktur yang masih asing atau baru yang terdapat dalam

arus ujaran yang berada di dalam jangkauan dan kapasitas untuk menanganinya.

Jenis-jenis menyimak yang termasuk ke dalam kelompok menyimak ekstensif

antaralain:

1) Menyimak Sosial

Menyimak sosial atau menyimak sopan biasanya berlangsung dalam situasi-

situasisosial tempat orang-orang mengobrol atau bercengkeraman mengenai hal-

halyang menarik perhatian semua orang yang hadir dan saling mendengarkan satu

samalain untuk membuat responsi-responsi yang wajar, mengikuti hal-hal yang

menarik, dan memperlihatkan perhatian yang wajar terhadap apa-apa yang

dikemukakan, dikatakan oleh seorang rekan. Dawson [et all], dalam Tarigan (1994:

37).

2) Menyimak Sekunder

Menyimak sekunder adalah sejenis kegiatan menyimak secara kebetulan dan

secara ekstensif. Berikut ini merupakan dua contoh menyimak sekunder.

(a) Menyimak pada musik yang mengiringi ritme-ritme atau tari-tarian rakyat

disekolah dan pada acara-acara radio yang terdengar sayup-sayup sementara kita

menulis surat pada seorang teman di rumah.

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Menyimak …repository.ump.ac.id/516/3/RANNY PUSPITARINI BAB II.pdf · Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013. 8

16

(b) Menikmati musik sementara ikut berpartisipasi dalam kegiatan tertentu di sekolah

seperti melukis, hasta karya tanah liat, membuat sketsa, dan latihan menulis

indah. Dawson (1963: 153) dan Anderson (1972: 69) (dalam Tarigan, 1994: 38).

b. Menyimak Ekstetik

Menyimak ekstetif atau menyimak apresiasif adalah fase teakhir dari kegiatan

menyimak kebetulan termasuk ke dalam menyimak ekstensif. Berikut ini merupakan

dua contoh menyimak ekstetik.

(a) Menyimak musik, puisi, pembacaan bersama, atau drama radio dan rekaman-

rekaman.

(b) Menikmati cerita, puisi, teka-teki, gemrincing irama, dan lakon-lakon yang

dibacakan atau diceritakan oleh guru, siswa, atau aktor. Dawson [et all], dalam

Tarigan (1994:38).

c. Menyimak Pasif

Menyimak pasif ialah menyimak suatu bahasan yang dilakukan tanpa upaya

sadar. Misalnya, dalam kehidupan sehari-hari, seseorang mendengarkan bahasa

daerah, setelah itu dalam masa dua atau tiga tahun ia sudah mahir memahami pesan

dalam bahasa daerah tersebut. Kemudian, dia mahir pula menggunakan bahasa daerah

tersebut. Kemahiran menggunakan bahasa daerah tersebut dilakukan sebagai hasil

menyimak pasif. Namun, pada akhirnya, orang itu dapat menggunakan bahasa daerah

dengan baik. Kegiatan menyimak pasif banyak dilakukan oleh masyarakat awam

dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pendidikan di sekolah tidak dikenal istilah

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Menyimak …repository.ump.ac.id/516/3/RANNY PUSPITARINI BAB II.pdf · Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013. 8

17

menyimak pasif. Pada umumnya, menyimak pasif terjadi karena kebetulan dan

ketidaksengajaan.

d. Menyimak Intensif

Menyimak intensif adalah menyimak yang diarahkan pada suatu yang jauh

lebih diawasi, dikontrol, terhadap suatu hal tertentu. Dalam hal ini harus diadakan

suatu pembagian penting yaitu diarahkan pada butir-butir bahasa sebagai bagian dari

program pengajaran bahasa atau pada pemahaman serta pengertian umum. Jelas

bahwa dalam kasus yang kedua ini maka bahasa secara umum sudah diketahui oleh

para murid. Menyimak intensif diarahkan pada suatu kegiatan yang jauh lebih

diawasi, dikontrol, terhadap suatu hal tertentu. Jenis-jenis yang termasuk ke dalam

kelompok menyimak intensif antara lain.

1) Menyimak Kritis

Menyimak kritis adalah sejenis kegiatan menyimak yang berupa untuk

mencari kesalahan atau kekeliruan bahkan juga butir-butir yang baik dan benar

dariujaran seorang pembicara, dengan alasan-alasan yang kuat yang dapat diterima

olehakal sehat. Pada umumnya menyimak kritis lebih cenderung meneliti di mana

letak kekurangan, kekeliruan, ketidaktelitian yang terdapat dalam ujaran atau

pembicaraan seseorang. Dalam menyimak kritis para penyimak perlu menilai dengan

teliti dan menyimak secara kritis segala ucapan atau informasi lisan yang diucapkan

oleh pembicara.

2) Menyimak Konsentratif

Menyimak konsentratif sering juga disebut study-type listening atau menyimak

yang merupakan jenis telaah. Kegiatan-kegiatan tercakup dalam menyimak

konsentratif antara lain: menyimak untuk mengikuti petunjuk-petunjuk serta

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Menyimak …repository.ump.ac.id/516/3/RANNY PUSPITARINI BAB II.pdf · Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013. 8

18

menyimak urutan-urutan ide, fakta-fakta penting, dan sebab akibat. Menyimak

konsentratif disebut juga menyimak yang merupakan sejenis telaah. Kegiatan-kegiatan

yang tercakup dalam menyimak konsentratif antara lain.

a) Mengikuti petunjuk-petunjuk yang terdapat dalam pembicaraan.

b) Mencari dan merasakan hubungan-hubungan, seperti kelas, tempat, kualitas,

waktu, urutan serta sebab-akibat.

c) Mendapatkan atau memperoleh butir-butir informasi tertentu.

d) Memperoleh pemahaman dan pengertian yang mendalam.

e) Merasakan serta menghayati ide-ide sang pembicara, sasaran maupun

pengorganisasiannya.

f) Memahami urutan ide-ide sang pembicara.

g) Mencari dan mencatat fakta-fakta penting. Anderson (1972:70) dan Dawson

[etall] (1963:153) (dalam Tarigan, 1994:45).

3) Menyimak Kreatif

Menyimak kreatif adalah jenis menyimak yang mengakibatkan dalam

pembentukan atau rekonstruksi seorang anak secara imaginatif kesenangan-

kesenangan akan bunyi, visual atau penglihatan, gerakan, serta perasaan-perasaan

kinestetik yang disarankan oleh apa-apa didengarnya. Menurut Dawson (et all) dalam

Tarigan (1987: 46), menyimak kreatif adalah sejenis kegiatan dalam menyimak yang

dapat mengakibatkan kesenangan rekonstruksi imajinatif para penyimak terhadap

bunyi, penglihatan, gerakan, serta perasaan-perasaan kinestik yang disarankan atau

dirangsang oleh apa-apa yang disimaknya.

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Menyimak …repository.ump.ac.id/516/3/RANNY PUSPITARINI BAB II.pdf · Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013. 8

19

4) Menyimak Eksploratif

Menyimak eksploratif, menyimak yang bersifat menyelidiki adalah sejenis

kegiatan menyimak intensif dengan maksud dan tujuan menyelidiki sesuatu lebih

terarah dan lebih sempit. Dalam kegiatan menyimak seperti ini sang penyimak

menyiagakan perhatiannya untuk menjelajahi serta menemukan hal-hal baru yang

menarik perhatian, informasi tambahan mengenai suatu topik, isyu, pergunjingan, atau

buah mulut yang menarik.

5) Menyimak Interogatif

Menyimak interogatif adalah sejenis kegiatan menyimak intensif yang

menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian dan pemilihan

butir-butir dan ujaran sang pembicara, karena sang penyimak akan mengajukan

sebanyak pertanyaan. Dalam kegiatan menyimak interogatif ini sang penyimak

mempersempit serta mengarahkan perhatiannya pada pemerolehan informasi dengan

cara menginterogasi atau menanyai sang pembicara. Dawson [et all], dalam Tarigan

(1994: 48).

6) Menyimak Selektif

Beberapa bahasa menuntut adaptasi atau penyesuaian tertentu terhadap urutan

prosedur yang disarankan berikut ini, tetapi bagi sebagian terbesar ciri-ciri bahasayang

berurutan ini hendaklah disimak secara selektif dalam urutan sebagai berikut; nada

suara, bunyi-bunyi asing, bunyi-bunyi yang bersamaan, dan bentuk-bentuk

ketatabahasaan (Tarigan, 1987:35).

7. Standar Kompetensi Menyimak Wawancara

Ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia yang diajarkan pada sekolah

biasanya terbagi dalam empat aspek yakni menyimak (mendengarkan), berbicara,

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Menyimak …repository.ump.ac.id/516/3/RANNY PUSPITARINI BAB II.pdf · Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013. 8

20

menulis dan membaca. Aspek keterampilan yang difokuskan dalam penelitian ini

adalah tentang keterampilan menyimak.

Dalam Standar Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (SI KTSP) untuk

SMP dan MTs yang diberlakukan oleh pemerintah dan dalam tahap menuju penerapan

di sekolah-sekolah, dinyatakan bahwa ruang lingkup mata pelajaran bahasa dan sastra

Indonesia dibagi menjadi dua aspek, yaitu kemampuan kebahasaan dan kesusastraan.

Masing-masing aspek ini dibagi lagi menjadi empat sub aspek, yaitu: menyimak,

berbicara, membaca, dan menulis.

Menyimak dalam KTSP disebut juga sub aspek mendengarkan. Sub aspek ini

memiliki beberapa standar kompetensi, yaitu standar kompetensi aspek kebahasaan

dan standar kompetensi aspek kesusastraan. Berikut ini standar kompetensi (SK) dan

kompetensi dasar (KD) keterampilan menyimak pada kelas VII semester 2 pada

jenjang pendidikan SMP/MTs (Kemendiknas, 2011: 18):

a. Standar Kompetensi

Memahami wacana lisan melalui kegiatan wawancara.

b. Kompetensi Dasar

Mampu menuliskan dengan singkat hal-hal penting yang dikemukakan narasumber

dalam wawancara.

Aspek yang dinilai dalam menyimak didasarkan pada ruang lingkup dan

tingkat kedalaman pembelajaran serta kompetensi dasar yang ditetapkan dalam

kurikulum. Dalam melakukan penilaian menyimak harus menyesuaikan diri dengan

indikator pencapaian suatu materi simakan terlebih dahulu, sehingga untuk mengukur

keterampilan hasil belajar menyimak, maka alat tes yang dibuat oleh guru harus

disesuaikan dengan indikator. Tujuan dari penilaian pembelajaran menyimak sesuai

dengan kompetensi dasar khususnya dalam indikator.

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Menyimak …repository.ump.ac.id/516/3/RANNY PUSPITARINI BAB II.pdf · Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013. 8

21

8. Pembelajaran Menyimak Wawancara

Berdasarkan uraian terdahulu bahwa menyimak adalah suatu penerimaan

pesan, gagasan atau pikiran sesorang. Pesan itu harus dipahami dengan jelas oleh

penyimak. Sebagai bukti seseoraang memahami pesan itu, orang tersebut harus

bereaksi memberi tanggapan atau respons. Jadi, kegiatan menyimak merupakan

kegiatan disengaja, direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Kesadaran untuk

mencapai tujuan itu menimbulkan aktivitas berfikir dalam menyimak. Aktivitas

menyimak yang tidak tepat akan menimbulkan tujuan menyimak tidak tercapai.

Dalam proses pembelajaran di kelas, sebagian besar waktu yang digunakan

oleh siswa adalah untuk kegiatan mendengar atau menyimak. Akan tetapi kegiatan

tersebut bukanlah merupakan pengertian kegiatan menyimak dalam proses

pembelajaran keterampilan menyimak yang sedang difokuskan. Proses menyimak ada

dua aspek tujuan yang perlu diperhatikan yaitu; pertama adanya pemahaman dan

tanggapan penyimak terhadap pesan pembicara. Kedua pemahaman dan tanggapan

penyimak terhadap pesan itu sesuai dengan kehendak pembicara.

Berdasarkan dua aspek di atas kalau diperinci lebih jauh maka tujuan

menyimak dapat disusun (Sutari, 1998: 44) sebagai berikut: (a) mendapatkan fakta,

(b) menganalisis fakta, (c) emngevaluasi fakta, (d) mendapatkan isnpirasi, (e)

mendapatkan hiburan, dan (f) memperbaiki kemampuan berbicara.

B. Model Pembelajaran Kooperatif TipeNumbered Head Together

1. Pengertian Model PembelajaranKooperatif TipeNumbered Head Together

Pembelajaran kooperatif menurut Wena (2009: 189), merupakan salah satu

model pembelajaran kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu. Prinsip dasar

pembelajaran kooperatif adalah siswa membentuk kelompok, yang memiliki aturan-

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Menyimak …repository.ump.ac.id/516/3/RANNY PUSPITARINI BAB II.pdf · Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013. 8

22

aturan tertentu. Prinsip dasar pemelajaran kooperatif adalah siswa membentuk

kelompok-kelompok kecil dan saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan

bersama. Lie (2008: 12) mengatakan, pembelajaran kooperatif atau pembelajaran

gotong royong adalah sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik

untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas terstruktur.

Menurut Suyatno (2009: 51), model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan

pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu

mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan. Menurut teori dan pengalaman agar

kelompok kohensif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri atas 4-5

orang, siswa heterogen (kemampuan, gender, karakter), ada kontrol dan fasilitasi, dan

meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi.

Jadi pembelajaran kooperatif memiliki orientasi untuk menciptakan ikatan

yang kuat antar siswa, membangun kecerdasan sosial dan emosional, sehingga pada

akhirnya siswa bisa berinteraksi terhadap lingkungannya dengan segala kemampuan

dan potensi diri yang berkembang dengan baik. Menurut Slavin (2005: 8), inti dari

pembelajaran kooperatif adalah siswa akan duduk bersama dalam kelompok untuk

menguasai materi yang disampaikan guru.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang berusaha memanfaatkan

teman sejawat (siswa lain) sebagai sumber belajar, di samping guru dan sumber

belajar yang lain. Pada pembelajaran kooperatif, guru bukan lagi berperan sebagai

satu-satunya nara sumber dalam kegiatan pembelajaran, tetapi berperan sebagai

mediator, stabilisator, dan manajer pembelajaran.

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Menyimak …repository.ump.ac.id/516/3/RANNY PUSPITARINI BAB II.pdf · Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013. 8

23

Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah NHT (Numbered Heads)

yang dikembangkan oleh Spencer Kagan (Lie: 2008). Tekhnik ini merupakan tekhnik

pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan

ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, tekhnik ini juga

mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka.

Menurut Huda (2011: 130), NHT merupakan varian dari diskusi kelompok.

Teknis pelaksanaannya hampir sama dengan diskusi kelompok. Pertama-tama, guru

meminta siswa untuk duduk berkelompok-kelompok. Masing-masing anggota diberi

nomor. Setelah selesai, guru memanggil nomor (baca: anggota) untuk

mempresentasikan hasil diskusinya.

Menurut Trianto (2009: 82), Numbered Head Together (NHT) atau penomoran

berpikir bersama merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk

mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas

tradisional. Jadi pembelajaran kooperatif tipe NHT ini merupakan salah satu tipe

pembelajaran yang dirancang khusus untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dalam

memiliki tujuan untuk meningkatkan kemampuan akademik.

2. Kelebihan dan Kelemahan Numbered Heads Together (NHT)

Numbered Head Together pada dasarnya merupakan sebuah variabs diskusi

kelompok. Ciri khasnya adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili

kelompoknya, tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili

kelompok itu. Cara ini menjadi keterlibatan total semua siswa, cara ini juga

merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual

dalam diskusi kelompok. Setiap model pembelajaran tentu memiliki kelebihan dan

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Menyimak …repository.ump.ac.id/516/3/RANNY PUSPITARINI BAB II.pdf · Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013. 8

24

kekurangan, demikian juga model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Menurut A’la

(2010: 100), model pembelajaran kooperatif tipe NHT memiliki kelebihan dan

kekurangan sebagai berikut:

a. Kelebihan

1) Setiap siswa dalam belajar menjadi siap semua.

2) Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh,

3) Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.

b. Kekurangan

1) Kemugkinan nomor yang sudah dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.

2) Tidak semua anggota kelompok dipanggil guru.

Dari kelebihan dan kekurangan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam

pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT guru harus lebih berhati-hati

dan teliti agar tidak ada kesalahan dalam memanggil nomor, namun demikian proses

pembelajaran siswa tidak hanya sekedar paham dengan konsep yang diberikan, tetapi

juga memiliki kemampuan untuk bersosialisasi dengan teman-temannya. Siswa juga

belajar untuk mengemukakan pendapat dan menghargai pendapat teman. Rasa

kepedulian kepada teman satu kelompok agar dapat menguasai konsep, siswa dapat

saling berbagi ilmu dan informasi, serta suasana kelas yang menyenangkan dan tidak

terdapatnya siswa yang mendominasi dalam kegiatan pembelajaran karena semua

siswa memiliki peluang yang sama untuk tampil menjawab pertanyaan.

3. Langkah-langkah Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)

Menurut Nurhadi (2004: 121) model pembelajaran kooperatif tipe Numbered

Head Together (NHT) dikembangkan dengan melibatkan siswa dalam melihat

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Menyimak …repository.ump.ac.id/516/3/RANNY PUSPITARINI BAB II.pdf · Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013. 8

25

kembali bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek atau memeriksa

pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut. Pada pelaksanaan kegiatan

pembelajaran.

Langkah-langkah pembelajaran tipe Numbered Heads Together sebagaimana

dijelaskan oleh Suprijono (2009: 93) di bawah.

a. Apesepsi

b. Membagi siswa menjadi beberapa kelompok, jumlah anggota minimal 4 orang

dan setiap siswa dalam kelompok diberi nomor.

c. Guru menjelaskan kompetensi yang akan dicapai.

d. Guru membagikan lembar tugas pada masing-masing kelompok supaya

dikerjakan.

e. Setiap kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan setiap

siswa dalam kelompoknya mengerjakan dan mengetahui jawabannya.

f. Guru memanggil salah satu nomor siswa untuk melaporkan hasil kerja

kelompoknya.

g. Siswa yang lain memberikan tanggapan atas laporan tersebut, kemudian guru

menunjuk nomor yang lain untuk melaporkan hasil kerja kelompoknya secara

bergantian.

h. Guru menyimpulkan dari laporan hasil kelompok siswa.

i. Evaluasi.

Pada modelpembelajaran kooperatif tipe NHT siswa lebih bertanggungjawab

terhadap tugas yang diberikan karena dalam tipe pembelajaran ini siswa dalam

kelompok diberi nomor yang berbeda dan tiap anggota tahu bahwa hanya satu murid

yang dipanggil untuk mempresentasikan jawaban. Setiap kelompok melakukan

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Menyimak …repository.ump.ac.id/516/3/RANNY PUSPITARINI BAB II.pdf · Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013. 8

26

diskusi untuk berbagi informasi antar anggota sehingga tiap anggota mengetahui

jawabannya. Langkah-langkah pembelajaran dikemukakan sebagai struktur empat fase

sintaksis NHT, yaitu (Trianto, 2009: 82):

a. Fase 1 : Penomoran

Dalam fase ini, guru membagi siswa ke dalam kelompok 3 – 5 orang dan kepada

setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5.

b. Fase 2 : Mengajukan Pertanyaan

Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat diambil dari

materi pelajaran yang memang sedang dipelajari. Pertanyaan dapat amat spesifik

dalam bentuk kalimat tanya.

c. Fase 3 : Berpikir Bersama

Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap

anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.

d. Fase 4 : Menjawab

Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai

mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh

kelas.

C. Pembelajaran Menyimak Wawancara melalui Model Pembelajaran

Kooperatif TipeNumbered Head Together (NHT)

Keberhasilan siswa dalam menguasai suatu materi pembelajaran sangatlah

tergantung dari bagaimana cara guru mengorganisasi kegiatan pembelajaran. Bagi

pembelajaran bahasa, sangat ideal jika kegiatannya melibatkan aktivitas siswa selama

mengikuti kegiatan pembelajaran. Salah satu alternatif model pembelajaran yang bisa

menjadi strategi untuk meningkatkan aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Menyimak …repository.ump.ac.id/516/3/RANNY PUSPITARINI BAB II.pdf · Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013. 8

27

adalah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT).

Lungdren (dalam http://wawan-junaidi. blogspot. com, diakses tanggal 5 November

2012), menjelaskan bahwa manfaat dari pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah

sebagai berikut: penerimaan terhadap perbedaan individual lebih besar, perselisihan

antar pribadi berkurang, sikap apatis berkurang, pemahaman lebih mendalam,

motivasi lebih besar, hasil belajar lebih baik, dan meningkatkan budi pekerti,

kepekaan dan toleransi.

Dengan memperhatikan karakteristik pembelajaran NHT yaitu memberikan

kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan

jawaban yang paling tepat dan mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja

sama mereka, maka dapat diterapkan pada pembelajaran menyimak karena siswa

diarahkan untuk menyimpulkan pikiran, pendapat, dan gagasan yang disampaikan

nara sumber. Dengan kata lain, melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT,

maka kegiatan pembelajaran dapat dilakukan secara berdiskusi kelompok sehingga

hal-hal penting yang ada didalam sebuah wawancara dapat disimpulkan melalui

diskusi bersama yang pada akhirnya point-point penting dalam wawancara yang

disimpulkan akan lebih baik karena mempertimbangkan masukan dari seluruh

anggota.

Pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia materi menyimak wawancara

melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT dilakukan dengan langkah-langlah

sebagai berikut:

1. Kegiatan Awal

Pada kegiatan awal, guru mengkondisikan siswa untuk mengikuti kegiatan

pembelajaran dengan membagi siswa menjadi beberapa kelompok/tim yang

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Menyimak …repository.ump.ac.id/516/3/RANNY PUSPITARINI BAB II.pdf · Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013. 8

28

beranggotakan 4 – 5 kemudian memberikan nomor yang berbeda, melakukan

apersepsi berkaitan dengan materi, menjelaskan tujuan pembelajaran, dan memberikan

pemahaman terhadap siswa tentang pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Head Together (NHT).

2. Kegiatan Inti

Kegiatan inti, terdiri dari eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Pada tahap

eksplorasi guru mengajukan pertanyaan (questioning) untuk menggali pemahaman

awal, memberikan penjelasan materi tentang menyimak, langkah-langkah menyimak

dan pelaksanaannya. Kemudian guru mengajak siswa untuk melakukan kegiatan

menyimak secara klasikal dan sesudah siswa dianggap memahami, guru membagikan

LKS yang harus diselesaikan oleh tiap kelompok. Pelaksanaan menyimak wawancara

dilakukan dengancara guru memutar kaset wawancara sebanyak 2 kali kemudian

masing-masing kelompok mendiskusikan untuk menyimpulkan pertanyaan yang ada

dalam LKS. Disini siswa diarahkan untuk berpikir bersama (Head Together) agar

diperoleh kesimpulan yang tepat dan sesuai dengan materi. Setelah diskusi selesai,

guru memanggil satu nomor tertentu dari tiap kelompok untuk pemberian jawaban

(answering) dan siswa lain melakukan penilaian. Tahap konfirmasi, guru dan siswa

mengulas materi dan dilanjutkan dengan pemberian motivasi oleh guru.

3. Kegiatan Akhir

Kegiatan akhir pelajaran, guru dan siswa menyimpulkan materi secara

bersama-sama degan tujuan untuk menyamakan pemahaman siswa terhadap materi

yang sudah dipelajari. Guru kemudian melanjutkan kegiatan untuk mengukur

kemampuan siswa dalam menyerap materi melalui evaluasi. Pesan moral berkaitan

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Menyimak …repository.ump.ac.id/516/3/RANNY PUSPITARINI BAB II.pdf · Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013. 8

29

dengan pendidikan karakter yang dikembangkan antara lain disiplin, kejujuran dan

kerjasama diberikan oleh guru. Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan doa dan salam.

D. Kerangka Pikir

Menyimak merupakan suatu proses kegiatan mendengarkan dengan penuh

pemahaman untuk memperoleh suatu informasi dan menangkap isi atau pesan yang

disampaikan oleh orang lain melalui ujaran atau bahasa lisan. Menyimak berperan

penting dalam kehidupan sehari-hari, baik di masyarakat maupun di sekolah, sebab

keterampilan menyimak memiliki pengaruh terhadap keterampilan berbahasa lainnya

seperti berbicara, membaca dan menulis.

Dalam setiap kegiatan menyimak terdapat suatu tujuan yang hendak dicapai

oleh sang penyimak. Salah satunya adalah memperoleh informasi dari hasil

komunikasi dua orang atau lebih. Tujuan tersebut mengacu pada kegiatan menyimak

wawancara. Wawancara yang dimaksud adalah tanya jawab dengan seseorang

(tokoh/narasumber) yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau pendapat

mengenai suatu hal. Untuk itu, penyimak (siswa) perlu mendengar proses wawancara

tersebut. Dengan demikian, siswa akan mudah memahami informasi yang

disampaikan.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan supaya kemampuan menyimak

wawancara dapat meningkat adalah menggunakan metode audio berupa kaset dan

dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together. Penggunaan

media kaset dalam pembelajaran sangat penting, salah satunya untuk mendukung

proses pembelajaran menyimak wawancara.

Pembelajaran menyimak wawancara dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan dukungan media kaset bertujuan agar siswa

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Menyimak …repository.ump.ac.id/516/3/RANNY PUSPITARINI BAB II.pdf · Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013. 8

30

saling bekerja sama dengan teman satu kelompok dalam mengatasi suatu masalah,

saling berbagi pikiran dan pendapat. Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered

Head Together dalam pembelajaran menyimak wawancara, dimaksudkan supaya

siswa tidak hanya tergantung pada teman yang lebih pandai, masing-masing siswa

harus tahu dan paham terhadap hasil yang disepakati dalam kelompok. Model

pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk membagikan ide-ide

dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Model pembelajaran kooperatif

tipe NHT ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama.

Numbered Head Together terdiri atas empat unsur, yaitu penomoran,

pengajuan pertanyaan, berpikir bersama, dan pemberian jawaban. Penomoran

dimaksudkan untuk mempermudah penelitian memberikan identitas kepada siswa dan

kelompoknya. Pengajuan pertanyaan dimaksudkan agar siswa aktif, tanggap dan

paham terhadap materi atau penjelasan yang mereka dapatkan dari guru. Berpikir

bersama dimaksudkan agar siswa dapat bekerja sama dalam berdiskusi dan

menentukan simpulan akhir dari hasil diskusi secara bersama-sama. Sedangkan

pemberian jawaban dimaksudkan agar siswa memberikan jawaban dari soal-soal yang

diberikan oleh guru, sehingga dapat diketahui tingkat pemahaman siswa tentang hasil

diskusi kelompoknya.

E. Hipotesis Tindakan

Hipotesis merupakan dugaan sementara yang akan diuji kebenarannya.

Berdasarkan kerangka berpikir diatas dapat diajukan hipotesis “Model pembelajaran

kooperatif tipe Numbered Head Together dapat meningkatkan kemampuan menyimak

wawancara pada siswa kelas VII A SMP Negeri 3 Bobotsari”.

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013