bab ii kajian pustaka a. diskripsi teori 1....
TRANSCRIPT
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Diskripsi Teori
1. Hasil Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar merupkan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai
tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu
terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa
memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. (Dimyati dan Mudjiono, 2006
: 7).
Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan alam,
pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai sikap. Perubahan sebagai hasil
belajar ditunjukkan dalam berbagai bentuk aspek tingkah laku dan perubahan itu
bersifat relatif konstan dan berbekas. (Winkel, 1996 : 53).
Belajar pada hakikatnya adalah sebuah proses dimana siswa terlibat dalam
aktivitas yang memungkinkan mereka memiliki kemampuan atau perilaku yang
tidak dimiliki sebelumnya (Robert Gagne, 1997). Ada dua unsur utama dalam
belajar yang saling berkaitan. Pertama, adanya aktivitas yang memungkinkan siswa
memiliki kemampuan atau perilaku baru. Kedua, adanya keterlibatan siswa dalam
proses belajar.
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. (Slameto,
2010 : 2).
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses
perubahan perilaku seseorang yang dilakukan secara sadar dan aktif melalui mental dan
psikis dalam interaksi dengan.lingkungannya. Belajar juga kunci vital dalam setiap
usaha pendidikan, sehingga pada dasarnya tidak ada belajar tanpa pendidikan
Ada beberapa ciri-ciri perubahan sikap dalam belajar seseorang antara
lain:
a. Perubahan yang terjadi secara sadar
ini berarti individu yang belajar akan terjadinya perubahan dengan merasakan
terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah
terjadinya adanya suatu perubahan dalam dirinya.
b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional
Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara
berkesinambungan, tidak statis.
c. Perubahan bersifat positif dan aktif
Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan
bertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya.
Sedangkan perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak
dengan sendirinya melainkan dengan usaha individu itu sendiri.
d. Perubahan bertujuan dan terarah
Bahwa perubahan tingkah laku terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai.
Perbuatan belajar terarah kepada tingkah laku itu terjadi karena perubahan
tingkah laku yang benat-benar disadari.
e. Perubahan mencankup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar
meliputi perubahan tingkah laku. Sebagai hasilnya ia akan mengalami
perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan,
pengetahuan. (Slameto, 2010 : 3-5)
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perubahan belajar
ditandai dengan adanya pola-pola baru pada tingkah laku peserta didik sehingga
peserta didik yang telah melalui belajar akan mengalami perubahan tingkah laku
secara keseluruhan dan siswa secara sadar merasakan perubahan itu .
Ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi belajar. Faktor-faktor
tersebut dibagi menjadi dua golongan yaitu :
a. Faktor individu
Faktor individu adalah faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri antara lain :
1) Faktor kematangan dan pertumbuhan
2) Faktor kecerdasan
3) Faktor latihan
4) Faktor motivasi
5) Faktor pribadi
b. faktor sosial
faktor sosial adalah faktor di luar individu antara lain :
1) Faktor keluarga atau faktor keadaan rumah tangga
2) Faktor guru dan cara mengajar
3) Alat-alat yang dipengaruhi dalam belajar mengajar
4) Lingkungan dan kesempatan yang tersedia
5) Faktor motivasi sosial (Purwanto,N 1990 : 102 – 105 )
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar siswa adalah faktor individu antara lain kemampuan
yang dimiliki siswa, sedangkan faktor sosial antara lain strategi pembelajaran yang
digunakan guru di dalam proses belajar mengajar.
b. Hasil Belajar
Proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan
pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Horward Kingsley (Sudjana, 1999: 22)
membagi tiga macam hasil belajar yakni (a) ketempilan dan kebiasaan (b) pengetahuan
dan pengertian (c) sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi
dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne membagi lima
ketegori hasil belajar, yaitu (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi
kognitif (d) sikap, dan (e) keterampilan motoris. Dalam sistem pendidikan nasional
rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional,
menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar
membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah
psikomotoris.
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam
aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan
evaluasi. Kedua kognitif tingakat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif
tingkat tinggi.
Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni
penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan
bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yakni (a) gerakan refleks, (b)
keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan persepleks, dan (f) gerakan ekspresif dan
interpretatif.
Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. di antara ketiga ranah
tersebut itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru sekolah karena
berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.
c. Ranah Hasil Belajar
1) Ranah Kognitif
a) Tipe hasil belajar : pengetahuan
Istilah pengetahuan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata knowledge
dalam taksonomi Bloom. Sekalipun demikian, maknanya tidak sepenuhnya tepat
sebab dalam istilah tersebut termasuk pula pengetahuan faktual di samping
pengetahuan hafalan atau untuk diingat seperti rumus, batasan, definisi, istilah,
pasal dalam undang-undang, nama tokoh, nama-nama kota. Dilihat dari segi
proses belajar, istilah-istilah tersebut memang perlu dihafal dan diingat agar dapat
dikuasanya sebagai dasar bagi pengetahuan atau pemahaman konsep-konsep
lainnya.
Ada beberapa cara untuk dapat mengingat dan menyimpannya dalam
ingatan seperti teknik memo, jembatan keledai, mengurutkan kejadian, membuat
singkatan yang bermakna. Tipe hasil belajar pengetahuan termasuk kognitif
tingkat rendah yang paling rendah. Namun, tipe hasil belajar ini menjadi prasarat
bagi tipe hasil belajar berikutnya. Hafal menjadi prasarat bagi pemahaman. Hal ini
berlaku bagi semua bidang studi, baik bidang matematika, pengetahuan alam,
ilmu sosial, maupun bahasa.
b) Tipe hasil belajar pemahaman
Tipe hasil belajar yang lebih tinggi dari pada pengetahuan adalah
pemahaman. Misalnya menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri sesuatu
yang dibaca atau didengarnya, memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan,
atau menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain. Dalam taksonomi Bloom,
kesanggupan memahami setingkat lebih tinggi dari pada pengetahuan. Namun,
tidaklah berarti bahwa pengetahuan tidak perlu ditanyakan sebab, untuk dapat
memahami, perlu terlebih dahulu mengetahui atau mengenal.
Pemahaman dapat dibedakan ke dalam tiga kategori. Tingkat rendah adalah
pemahaman terjemahan, mulai dari terjemahan dalam arti yang sebenarnya,
misalnya dari bahasa inggris ke dalam bahasa Indonesia, mengartikan Bhineka
Tunggal Ika, mengartikan Merah Putih, menerapkan prinsip-prinsip listrik dalam
memasang sakelar.
Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yakni menghubungkan
bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, atau menghubungkan
beberapa bagian dari grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dan yang
bukan pokok. Menghubungkan pengetahuan tentang konjugasi kata kerja, subjek,
dan possesive pronoun sehingga tahu menyusun kalimat.
Pemahaman tingakat ketiga atau tingkat tertinggi adalah pemahaman
ekstrapolasi. Dengan ekstrapolasi diharapkan seseorang mampu melihat di balik
yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang konsekuensi atau dapat memperluas
persepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun masalahnya.
c) Tipe hasil belajar : aplikasi
Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi konkret atau situasi
khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori, atau petunjuk teknis.
Menerapkan abstraksi ke dalam situasi baru disebut aplikasi. Mengulang-ulang
menerapkannya pada situasi lama akan beralih menjadi pengetahuan hafalan atau
keterampilan. Suatu situasi akan tetap dilihat sebagai situasi baru bila tetap terjadi
proses pemecahan masalah. Kecuali itu, ada satu unsur lagi yang perlu masuk,
yaitu abstraksi tersebut perlu berupa prinsip atau generalisasi, yakni sesuatu yang
umum sifatnya perlu untuk diterapkan pada situasi khusus.
Prinsip merupakan abstraksi suatu proses atau suatu hubungan mengenai
kebenaran dasar atau hukum umum yang berlaku di bidang ilmu tertentu. Prinsip
mungkin merupakan suatu pernyataan yang berlaku pada sejumlah besar keadaan,
dan mungkin pula merupakan suatu dedukasi dari suatu teori atau asumsi.
Generalisasi merupakan rangkuman sejumlah informasi atau rangkuman
sejumlah hal khusus yang dapat dikenakan pada hal khusus yang baru.
Membedakan prinsip dengan generalisasi tidak selalu mudah, dan akan lebih
mudah dijelaskan dalam konteks cabang ilmu masing-masing.
d) Tipe hasil belajar analisis
Analisis adalah usaha memilah suatu integrasi menjadi unsur-unsur atau
bagian-bagian sehingga jelas hirarkinya dan atau susunanya. Analisis merupakan
kecakapan yang kompleks, yang memanfaatkan kecakapan dari ketiga tipe
sebelumnya. Dengan analisis diharapkan seseorang mempunyai pemahaman yang
komprehensif dan dapat memilahkan integritas menjadi bagian-bagian yang tetap
terpadu, untuk beberapa hal memahami prosesnya, untuk hal lain memahami cara
bekerjanya, untuk hal lain lagi memahami sistematikanya.
e) Tipe hasil belajar sintesis
Berpikir sintesis adalah berfikir divergen. Dalam berfikir divergen
pemecahan atau jawabannya belum dapat dipastikan. Mensintesiskan unit terbesar
tidak sama dengan mengumpulkanya ke dalam satu kelompok besar. Mengartikan
analisis sebagai memecah integritas menjadi bagian-bagian dan sintesis sebagai
menyatukan unsur-unsur menjadi intregitas perlu secara hati-hati dan penuh
telaah.
Berpikir sintesis merupakan dalah satu terminal untuk menjadikan orang
lebih kreatif. Berpikir kreatif merupakan salah satu hasil yang hendak dicapai
dalam pendidikan. Seseorang yang kreatif sering menemukan atau menciptakan
sesuatu. Kreativitas juga beroperasi dengan cara berfikir divergen. Dengan
kemempuan sintesis, orang mungkin menemukan hubungan kausal atau urutan
tertentu, atau menemukan abstraksinya atau operasionalnya.
f) Tipe hasil belajar evaluasi
Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin
dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara kerja, pemecahan, metode, materil, dll.
Dilihat dari segi tersebut maka dalam evaluasi perlu adanya suatu kriteria atas
standar tertentu. Dalam tes esai, standar atau kriteria tersebut muncul dalam
bentuk frase.
Mengembangkan kemampuan evaluasi penting bagi kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Mampu memberikan evaluasi tentang kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Mampu memberikan evaluasi tentang kebijakan
mengenai kesempatan belajar, kesempatan kerja, dapat mengembangkan
partisipasi serta tanggung jawabnya sebagai warga Negara. Mengembangkan
kemampuan evaluasi yang dilandasi pemahaman, aplikasi, analisis, dan sintesis
akan mempertinggi mutu evaluasi.
2) Ranah afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli mengatakan bahwa
sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila seseorang telah memiliki
penguasaan kognitif tingkat tinggi. Penilaian hasil belajar afektif kurang mendapat
perhatian dari guru. Para guru lebih banyak menilai ranah kognitif semata-mata. Tipe
hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti
perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan
teman sekelas, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial.
Sekalipun bahan pelajaran berisi ranah kognitif, ranah afektif harus menjadi
bagian integral dari bahan tersebut, dan harus tampak dalam proses belajar dan hasil
belajar yang dicapai oleh siswa. Oleh sebab itu, penting dinilai hasil-hasilnya.
Ada beberapa jenis katagori ranah afektif sebagai hasil belajar. Kategorinya
dimulai dari tingkat yang dasar atau sederhana sampai tingkat yang kompleks.
a) Reciving / attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan
(stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi,
gejala, dll. Dalam tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima
stimulus, control, dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar.
b) Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap
stimulus yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan,
kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya.
c) Valuing (penilaian) berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau
stimulus. Dalam evaluasi ini termasuk di dalamnya kesediaan menerima nilai,
latar belakang, atau pengalaman untuk menerima nilai atau kesepakatan terhadap
nilai tersebut.
d) Organisasi, yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi,
termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan, dan prioritas nilai
yang telah dimilikinya. Yang termasuk ke dalam organisasi ialah konsep tentang
nilai, organisasi sistem nilai, dll.
e) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua sistem nilai
yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah
lakunya. Ke dalamnya termasuk keseluruhan nilai dan karakteristiknya.
3) Ranah Psikomotorik
Hasil belajar psikomotiris tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan
kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan, yakni :
a) Gerakan reflex (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar)
b) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar
c) Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan
auditif, motoris, dan lain-lain
d) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan
e) Gerakan-gerakan skill. Mulai dari keterampilan sederhana sampai pada
keterampilan yang kompleks
f) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi seperti gerakan ekspresif dan
interpretatif
Hasil belajar yang dikemukakan di atas sebenarnya tidak berdiri sendiri, tetapi
selalu berhubungan satu sama lain, bahkan ada dalam kadar tertentu telah berubah
tingkah kognisinya sebenarnya dalam kadar tertentu telah berubah pula sikap dan
perilakunya.
Tipe hasil belajar ranah psikomotoris berkenaan dengan keterampilan atau
kemampuan bertindak setelah ia menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar
ini sebenarnya tahap lanjutan dari hasil belajar efektif yang baru tampak dalam
kecenderungan-kecenderungan untuk berperilaku.
Dalam penelitian ini, aspek kognitif yang akan lebih difokuskan yaitu pada
kategori jenis perilaku pengetahuan, pemahaman, dan penerapan.
a. Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli mengatakan
bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila seseorang telah memiliki
penguasaan kognitif tingkat tinggi. Penilaian hasil belajar afektif kurang mendapat
perhatian dari guru. Para guru lebih banyak menilai ranah kognitif semata-mata. Tipe
hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti
perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan
teman sekelas, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial.
Sekalipun bahan pelajaran berisi ranah kognitif, ranah afektif harus menjadi
bagian integral dari bahan tersebut, dan harus tampak dalam proses belajar dan hasil
belajar yang dicapai oleh siswa. Oleh sebab itu, penting dinilai hasil-hasilnya.
Ada beberapa jenis kategori ranah afektif sebagai hasil belajar. Kategorinya
dimulai dari tingkat yang dasar atau sederhana sampai tingkat yang kompleks.
1) Reciving / attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan
(stimulus) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi,
gejala, dll. Dalam tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima
stimulis, control, dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar.
2) Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap
stimulus yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan,
kepuasaan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya.
3) Valuing (penilaian) berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau
stimulus. Dalam evaluasi ini termasuk di dalamnya kesediaan menerima nilai,
latar belakang, atau pengalaman untuk menerima nilai atau kesepakatan terhadap
nilai tersebut.
4) Organisasi, yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu system organisasi,
termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan, dan prioritas nilai
yang telah memilikinya. Yang termasuk ke dalam organisasi ialah konsep tentang
nilai,organisasi system nilai, dll.
5) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua system nilai
yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah
lakunya. Ke dalam termasuk keseluruhan nilai dan karakteristiknya.
Dalam penelitian ini, aspek afektif yang akan lebih difokuskan yaitu pada
kategori jenis perilaku penerimaan, partisipasi, dan panilaian.
b. Ranah Psikomotor
Hasil belajar psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan
kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan, yakni :
1) Gerakan reflek (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar)
2) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar
3) Kemampuan perceptual, termasuk didalamnya membedakan visual, membedakan
auditif, motoris, dan lain-lain.
4) Kemampuan di belakang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan
5) Gerakan-gerakan skill. Mulai dari keterampilan sederhana sampai pada
keterampilan yang kompleks
6) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi seperti gerakan ekspresi dan
interpretative
Mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola
gerak-gerik dengan kondisi setempat atau dengan menunjukkan suatu taraf
keterampilan yang telah mencapai kemahiran.(W. S. Winkel, 1996 : 245-250)
Dalam penelitian ini, aspek psikomotor yang akan lebih difokuskan yaitu pada
kategori jenis perilaku persepsi, gerakan terbimbing, kreativitas, penyesuaian gerakan
pola.
Untuk penelitian pada aspek psikomotor akan dilakukan dengan cara unjuk
kerja. Siswa diminta untuk mencari gambar-gambar yang berkaitan dengan tokoh
proklamasi. Gambar tersebut bisa di ambil dari Koran atau majalah bekas. Kemudian
siswa mengelompokkan gambar tersebut sesuai dengan perananya.
Hasil belajar yang dikemukakan di atas sebenarnya tidak berdiri sendiri, tetapi
selalu berhubungan satu sama lain, bahkan ada dalam kadar tertentu telah berubah
tingkah kognisinya sebenarnya dalam kadar tertentu telah berubah pula sikap dan
perilakunya.
Tipe hasil belajar ranah psikomotor berkenaan dengan keterampilan atau
kemampuan bertindak setelah ia menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar
ini sebenarnya tahap lanjutan dari hasil belajar afektif yang baru tampak dalam
kecenderungan-kecenderungan untuk berperilaku.
2. Metode Demonstrasi
Metode demontrasi merupakan metode yang paling sederhana dibandingkan
dengan metode-metode mengajar lainnya. Metode demontrasi adalah pertunjukan
tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah
laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan difahami oleh peserta didik secara
nyata atau tiruanya.
Demonstrasi adalah cara mengajar dimana seorang instruktur atau guru
menunjukan,memperlihatkan suatu proses,sehingga seluruh siswa dalam kelas dapat
melihat,mengamati dan mendengar mungkin meraba,merasakan proses yang ditunjukan
oleh guru tersebut.dengan demonstrasi,proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan
lebih berkesan secara mendalam,sehingga membentuk pengertian dengan baik dan
sempurna.Siswa dapat mengamati dan memperhatikan pada apa yang diperlihatkan guru
selama pelajaran berlangsung.
Setiap metode pembelajaran memiliki keunggulan dan kelemahan masing-
masing.Pada metode pembelajaran Demontrasi juga memiliki kelebihan diantaranya:
a. Melalui metode demontrasi terjadinya verbalisme akan dapat dihindari, sebab
siswa di suruh langsung memperhatikan bahan pelajaran yang dijelaskan.
b. Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tak hanya mendengar,
tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.
c. Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki kesempatan
untuk membandingkan antara teori dan kenyataan.Dengan demikian siswa akan
lebih menyakini kebenaran materi pembelajaran
d. Menanamkan,memupuk, dan mengembangkan hasrat untuk ingin mengetahui
sesuatu.
Selain mempunyai keunggulan,metode pembelajaran Demontrasi ini juga
memiliki kelemahan dianatranya:
a Derajat visibilitasnya kurang, peserta didik tidak dapat melihat atau mengamati
keselutuhan benda atau perestiwa yang didemontrasikan, kadang-kadang terjadi
perubahan yang tidak terkontrol
b Untuk mengadakan demontrasi diperlukan alat-alat yang khusus, kadang-
kadang alat itu sukar untuk di dapat
c Memerlukan banyak waktu, dan hasilnya kadang-kadang sangat minimum
d Kadang proses yang didemontrasikan didalam kelas akan berbeda jika proses
itu didemontrasikan dalam situasi nyata / sebenarnya.
Langkah-langkah Menggunakan Metode Demontrasi yaitu :
1. Tahap persiapan
Pada tahap persiapan ada beberapa yang harus di persiapkan :
a. Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah proses demontrasi
berahir. Tujuan ini meliputi beberapa aspek seperti aspek pengetahuan,
aspek sikap, aspek keterampilan
b. Persiapkan garis besar langkah-langkah demontrasi yang akan dilakukan.
Garis-garis besar langkah demontrasi diperlukan sebagai panduan untuk
menghindari kegagalan
c. Langkah uji coba demontrasi. Uji coba meliputi segala peralatan yang
diperlukan.
2. Tahap pelaksanaan
a Langkah pembukaan
Sebelum demontrasi dilakukan ada beberapa yang harus diperhatikan, di
antaranya :
1) Aturlah tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat
memperhatikan dengan jelas apa yang di demontrasikan
2) Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa
3) Kemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan oleh siswa
b Langkah pelaksanaan demontrasi
1) Mulailah demontrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang
siswa untuk berfikir
2) Ciptakan suasana yang menyejukan, menyenagkan, dengan
menghindari suasana yang menegangkan
3) Yakinkah bahwa semua siswa mengikuti jalanya demontrasi dengan
memperhatikan reaksi seluruh siswa
4) Berilah kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan lebih
lanjut sesuai dengan apa yang dilihat.
c Langkah mengahiri demontrasi
Apabila demontrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu diakhiri
dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitanya dengan
pelaksanaan demontrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran.
3. Media Audio Visual ( CD Pembelajaran)
Audio adalah pendengaran, visual berarti penglihatan, jadi media audio visual
adalah sesuatu yang dapat dilihat dan di dengar.(Anitah,S : 2008.5)
Sedangkan upaya lain untuk meningkatkan hasil belajar siswa terhadap materi
pelajaran satu diantaranya adalah dengan menggunakan media. Dalam buku Media
Pembelajaran (Arsyad, A : 2001) disebutkan bahwa yang dimaksud dengan secara garis
besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat
siswa mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini,
guru, buku, teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus
pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat
grafis,photografis, atau elektronis untuk menagkap, memproses dan menyusun kembali
informasi visual atau verbal.
Salah satu gambaran yang paling banyak dijadikan landasan teori penggunan
media dalam proses belajar adalah Dale’s Cone Of Experience (Kerucut pengalaman
Dale’s) (Dale’s 1969). Kerucut ini (gambar 1.2) merupakan elaborasi yang rinci dari
konsep tiga tingkat pengalaman yang di kemukakan oleh Bruner yaitu pengalaman
langsung (enactive), pengalaman gambar (iconic), dan pengalam absrak (symbolic).
Keterangan Pengalaman Edgar
a. Pengalaman langsung dan bertujuan
Pengalaman langsung diperoleh dengan jalan berhubungan langsung
dengan benda, kejadian dan keadan sebenarbya, dimana siswa aktip
bekerja sendiri, mengalami sendiri, memecahkan masalah sendiri,
semuanya didasarkan atas tujuan tertentu yang telah direncanakan
sebelumnya.
b. Pengalaman tiruan
Pengalaman langsung
Pengalaman tiruan yang di atur
Dramatisasi
Karya Wisata
Televisi
Gambar hidup permanen
Gambar diam/ rekaman radio
Lambang visual
Lambang kata
abstrak
konkrit
Pengalaman ini diperoleh melalui benda-benda atau kejadian- kejadian tiruan dari
yang sebenarnya.
c. Dramatisasi
Penyampaian dalam bentuk drama, dari berbagai gerakan sampai ke permainan yang
lengkap dengan pakaian dan dekorasi.Manfaatnya juga menarik perhatian, para
pelaku mengalami watak yang diperankan, mempunyai nilai penyembuh, melatih
bekerja sama, suara, mimik, sikap, dan gaya
d. Karyawisata
Membawa anak ke objek diluar sekolah dalam rangka pengajaran di kelas itu dengan
memperluas memperkaya pengalaman siswa.
e. Pameran
Tujuanya ialah untuk mempertunjukan hasil pekerjaan para siswa, perkembangan dan
kemajuan sekolah, kepada warga sekolah dan masyarakat umumnya.
f. Televisi
Merupakan suatu alat media untuk menyampaikan pendidikan kepada anak-anak dan
masyarakat. Program pendidikan televisi dewasa ini dinilai sangat efektif, karena
selain menarik minat yang lebih besar, tetapi juga memberikan informasi yang
auntetik.
g. Gambar hidup atau film
Merupakan rangkaian gambar-gambar yang diproyeksikan ke layar dengan kecepatan
teratur, bergerak secara kontinu sehingga benar-benar mewujudkan pergerakan
normal dari pada orang-orang atau benda-benda.
h. Radio
Melalui siaran radio dapat disampaikan pengajaran secara efektif, menambah
pengalaman dan pengetahuan dan menimbulkan motivasi belajar. Bentuk siaran radio
: ceramah, cerita, wawancara, sandiwara.
i. Gambar
Adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visuil dalam bentuk dua dimensi
sebagai curahan perasaan atau pikiran. Seperti Gambar seri, potret,slide, kartun, dan
lain sebagainya.
j. Lambang visuil
Lambar visuil adalah gambar yang secara keseluruan dari sesuatu yang dijelaskan
kedalam sesuatu bentuk yang dapat divisualisasikan.
k. Lambang kata
Lambang kata di jumpai dalam buku dan bacaan, seperti : buku, majalah, koran,
folder.
Hasil belajar seseorang diperoleh melalui pengalaman langsung
(konkret), kenyataan yang ada di lingkungan kehidupan seseorang kemudian melalui
benda tiruan, sampai kepada lambang verbal
(abstrak).
Semakin keatas di puncak kerucut semakin abstrak media penyampai pesan
itu.Perlu dicatat bahwa urutan-urutan ini tidak berarti proses belajar dan interaksi
belajar mengajar harus dimulai dari pengalaman langsung, tetapi dimulai dengan jenis
pengalaman yang paling sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan kelompok siswa
yang dihadapi dengan mempertimbangkan situasi belajarnya.
Menurut Kemp dan Dayton, 1985 (Rahadi, A.2003 : 15), menyatakan bahwa
penggunaan media dalam pembelajaran sangat bermanfaat karena ada beberapa
alasan yaitu (a) Penyampaian materi dapat diseragamkan, (b) proses pembelajaran
akan lebih menarik dan jelas, (c) proses pembelajaran menjadi lebih interaktif, (d)
waktu akan menjadi efektif dan efisien, (e) meningkatkan kualitas hasil belajar siswa,
(f) proses belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, (g) dapat
menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar, dan (h)
mengubah peran guru kearah yang lebih positif dan produktif.
Sehubungan dengan hal diatas, penulis memilih media yang sesuai dengan materi
yang dijadikan bahan Penelitian Tindakan Kelas yaitu dengan menggunakan media
audio visual.).Menurut Kennet H Hoover bahwa prinsip penggunaan media Audio
Visual adalah :
a. Tidak ada media atau alat pengajaran yang di anggap paling baik
b. Media atau alat pengajaran tertentu lebih tepat daripada yang lain
c. Audio Visual dan sumber-sumber yang digunakan merupakan bagian integral dari
pengajaran
d. Perlu diadakan persiapan yang seksama oleh guru dan siswa mengenai alat Audio
Visual
e. Siswa menyadari tujuan media / alat Audio Visual dan merespon data atau
informasi yang di berikan
f. Media atau alat Audio Visual dan sumber-sumber yang digunakan untuk
menambah kemampuan komunikasi dan terjadinya interaksi belajar antar
komponen.
Hal tersebut mengisyaratkan kepada guru bahwa dalam setiap kegiatan
pembelajaran hendaknya mengusahakan media atau alat bantu dalam pembelajaran,
sehingga kegiatan belajar dapat berjalan dengan lancar, menggairahkan, dan
menyenangkan serta dapat mencapai hasil yang optimal. Hal ini sejalan dengan
Dale,1969 (dalam Arsyad,A. 2002 : 23) yang menyatakan bahwa ada 10 manfaat
media Audio Visual yaitu :
a Meningkatkan rasa saling pengertian dan simpati dalam kelas
b Membuahkan perubahan signifikan tingkah laku siswa
c Menunjukan hubungan antar mata pelajaran dan kebutuhan serta minat siswa
dengan meningkatkan motivasi belajar siswa
d Membawa kesegaran dan variasi bagi pengalaman belajar siswa
e Membuat hasil belajar siswa lebih bermakna bagi berbagai kemampuan siswa
f Mendorong pemanfaatan yang bermakna dari mata pelajaran dengan jalan
melibatkan imajinasi dan partisipasi aktif yang mengakibatkan meningkatkan
hasil belajar siswa
g Memberikan umpan balik yang dapat membantu siswa menemukan seberapa
banyak telah mereka pelajari
h Melengkapi pengalaman yang kaya dengan pengalaman itu, konsep-konsep yang
bermakna dapat dikembangkan
i Memperluas wawasan pengetahuan dan pengalaman siswa yang mencerminkan
pembelajaran yang verbalistik dan membuat generasi yang tepat
j Menyakinkan didri bahwa urutab dan kejelasan pikiran yang siswa butuhkan jika
mereka membangun setruktur konsep dan system gagasan yang bermakna.
4. Konsep Belajar IPS SD
a. Pengertian IPS SD
Ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang
diberikan di tingkat SD/MI/SDLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta,
konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI, mata
pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Melalui mata
pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga masyarakat yang
menghargai nilai-nilai sosial, bertanggung jawab, mencintai lingkungan alam, dan
menjadi warga dunia yang cinta damai.
Di masa yang akan datang, para siswa akan menghadapi tantangan berat
karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh
karena itu, mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan,
pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam
memasuki kehidupan masyarakat yang dinamis. Mata pelajaran IPS disusun secara
sistematis, komprehensif dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju
kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan bermasyarakat.
Menurut Sardjiyo,dkk (2009:26) Ilmu Pengetahuan Sosial adalah bidang studi
yang mempelajari, menelaah dan menganalisis gejala dan masalah sosial di
masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan secara terpadu. Mata
pelajaran IPS memuat materi yang cukup luas. Melalui mata pelajaran IPS siswa
diarahkan, dibimbing, dan dibantu untuk menjadi warga negara Indonesia dan warga
dunia yang efektif. Dalam era globalisasi ini, ilmu pengetahuan sosial dirancang
untuk membangun dan merefleksikn kemampuan siswa dalam kehidupan
bermasyarakat yang selalu berubah dan berkembang secara terus menerus.
b. Tujuan Mata Pelajaran IPS
Sedangkan tujuan pelajaran Ilmu pengetahuan Sosial agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut :
1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakata dan
lingkungan.
2) Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis rasa ingin tahu,
inkuiri, memecahkan masalah, dan ketrampilan dalam kehidupan sosial.
3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam
masyarakat majemuk, ditingkat lokal, nasional, dan global. (Rosdiati, N dan
Aqib, Z, 2010 : 58-59).
Ilmu pengetahuan sosial juga membahas hubungan antara manusia dan
lingkunganya. Lingkungan masyarakat tempat anak didik tumbuh dan berkembang
sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada
dan terjadi dilingkungan sekitarnya. Pendidikan IPS juga membantu peserta didik
dalam memecahkan permaslahan yang dihadapi sehingga akan menjadikan semakin
mengerti dan memahami lingkungan sosial masyarakatnya. (Kosasih, 1994).
c. Karakteristik Mata Pelajaran IPS
Karakter mata pelajaran IPS berbeda dengan disiplin ilmu yang lain yang
bersifat monolitik. Ilmu pengetahuan sosial merupakan integrasi dari berbagai
disiplin ilmu sosial. Rumusan ilmu pengetahuan sosial berdasarkan realitas dan
fenomena sosial melalui pendekatan interdisipliner .
Karakteristik mata pelajaran Ilmu pengetahuan sosial antara lain sebagai berikut :
1) Ilmu pengatahuan merupakan perpaduan unsur.
2) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dikemas sedemikian rupa sehingga
menjadi pokok bahasan, atau topik (tema) tertentu.
3) Standar Kompetensi IPS menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan
dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.
4) Standar kompetensi dan kompetensi dapat menyangkut peristiwa dan perubahan
kehidupan masyarkat dengan prinsip sebab akibat kewilayahan, adaptasi dan
pengolahan lingkungan . (Puskur, 2007 : 8 dalam Trianto, 2010 :174-175)
d. Strategi Pembelajaran IPS
Dalam sebuah konsep pembelajaran IPS memiliki strategi pembelajaran diantaranya
adalah :
1) Strategi urutan penyampaian suksesif
Strategi ini dipakai apabila guru menyampaikan materi lebih dari satu, maka
menurut strategi suksesif penyajiannya satu demi satu disajikan secara mendalam
baru kemudian secara berurutan menyajikan materi berikutnya secara berurutan
pula.
2) Strategi penyampaian fakta
Strategi ini dijalankan jika pembelajaranya adalah jenis fakta (nama-nama
benda, tempat, peristiwa sejarah, nama orang, nama lambang atau simbol, dan
sebagainya). Strategi yang tepat untuk mengajarkan masalah tersebut adalah
sebagai berikut. Pertama , sajikan materi fakta dengan lisan, tulisan atau gambar.
Kemudian berikan bantuan untuk peserta didik untuk menghafal. Bantuan
diberikan dalam bentuk penyampaian secara bermakna, menggunakan jembatan
ingatan, jembatan keledai dan asosiasi berpasangan.
3) Strategi penyampaian konsep
Materi pembelajaran jenis konsep adalah materi berupa definisi atau
pengertian. Tujuan konsep adalah agar peserta didik paham, dapat menunjukan
ciri-ciri, unsur, pembeda, membandingkan, menggeneralisasikan dan sebagainya.
Secara garis besar peneliti menyimpulkan fungsi pengajaran IPS adalah
mentransmisikan pengetahuan dan pemahaman tentang masyarakat berupa fakta-
fakta dan ide-ide kepada siswa, artinya dengan belajar IPS siswa memiliki
kemampuan menyelidiki (inkuiri) untuk menemukan ide-ide, konsep-konsep baru
sehingga mereka mampu melakukan perspektif untuk masa yang akan datang.
5. Kompetensi Dasar Menghargai Jasa Dan Peranan Tokoh Dalam
Memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia
Kemerdekaan Indonesia dicapai melalui perjuangan yang sangat panjang. Lebih
dari tiga setengah abad, bangsa Indonesia berjuang mengusir penjajah. Perjuangan
merebut kemerdekaan dilakukan dengan tiga cara, yaitu melalui perundingan,
organisasi, pergerakan, dan melalui perjunan fisik. Tokoh-tokoh yang berjuang dan
berperan dalam rangka mempersiapkan kemerdekaan Republik Indonesia antara lain,
Chaerul Saleh, Darwis, Wikana, Sajuti Melik, Ir.Soekarno, Drs.Muhammad Hatta,
Ahmad Subarja, Sukarni, Sutan Syahrir, Fatmawati, dan Laksamana Tadashi Maeda.
6. Hasil Penelitian Yang relevan
Penelitian yang telah dilakukan oleh Rismanto tahun 2007 pada kelas VIII SMP
Negeri 3 Gandrumangu, Kabupaten Cilacap dengan judul peningkatan motivasi dan
prestasi belajar Matematika siswa melalui metode demontrasi dengan media audio
visual pokok bahasan garis singgung persekutuan pada siswa kelas VIII B SMP
Negeri 3 Gandrumangu tahun pelajaran 2007-2008.
Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan yang signifikan antara siklus I dan
siklus II. Hal ini ditunjukan dengan hasil perhitungan didapat t hitung pos tes sebesar
2,51 menjadi 3,07 masing-masing indikator masuk dalam kategori termotivasi. Dan
untuk hasil evaluasi siswa ada peningkatan nilai rata-rata kelas dari 63,83 menjadi
70,83. Sedangkan untuk analisa hasil observasi siswa ada peningkatan aktivitas
motivasi dari 67,67% menjadi 71,77%.Dengan demikian ada peningkatan hasil
belajar dengan menggunakan metode demontrasi dengan media audio visual pada
mapel matematika pokok bahasan garis singgung persekutuan pada siswa kelas VIII
B SMP Negeri 3 Gandrumangu Cilacap tahun pelajaran 2007-2008.
B. Kerangka Berfikir
Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah, cara pemecahan masalah,
dan landasan teori, dapat dirumuskan kerangka berpikir seperti tampak pada bagan
berikut.
Siswa Motivasi belajar rendah Kemampuan rata-rata siswa
rendah Kurang mampu menyelesaikan
soal-soal yang berkaitan dengan mengidentifikasi proklamasi kemerdekaan Indonesia
Hasil belajar masih rendah
Proses pembelajaran. Sangat abstrak dan teoritis Kurang variatif, mebosankan, menekan pada aktivitas siswa Berpusat pada guru
Implementasi model pembelajaran audio visual
Fasilitas (Sarana penunjang) Buku pegangan siswa tidak
Gambar : Kerangka Berfikir Peneliti Dalam Meleksanakan Penelitian
C. Hipotesis tindakan
Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian yang relevan dirumuskan hipotesis
sebagai berikut:
“ Metode Demonstrasi dengan menggunakan CD Pembelajaran dapat meningkatkan hasil
belajar siswa pada materi tokoh-tokoh proklamasi kemerdekaan Indonesia Di Kelas V SD
Negeri 3 Dukuhwaluh “.