bab ii kajian pustaka a. metodeeprints.stainkudus.ac.id/300/5/5. bab ii.pdf · 1. pengertian...
TRANSCRIPT
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Metode Read, Repeat dan Distribute
1. Pengertian Metode Read, Repeat dan Distribute
Metode adalah cara atau siasat yang dipergunakan dalam
pengajaran. Sebagai strategi, metode ikut memperlancar kearah
pencapaian tujuan pembelajaran. Peranan metode ini akan nyata jika guru
memilih metode yang sesuai dengan tingkat kemampuan yang hendak
dicapai oleh tujuan pembelajaran.1 Menurut Abudin Nata metode berarti
cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.2
Sedangkan pembelajaran merupakan bagian atau elemen yang memiliki
peran sangat dominan untuk mewujudkan kualitas baik proses maupun
lulusan (output) pendidikan.3 Pembelajaran juga memiliki pengaruh yang
menyebabkan kualitas pendidikan menjadi rendah. Artinya pembelajaran
sangat tergantung dari kemampuan guru dalam melaksanakan atau
mengemas proses pembelajaran. Pembelajaran yang di laksanakan secara
baik dan tepat akan memberikan kontribusi sangat dominan bagi siswa,
sebaliknya pembelajaran yang dilaksanakan dengan cara yang tidak baik
akan menyebabkan potensi siswa sulit dikembangkan atau diberdayakan.4
Sementara itu, tentang pengertian pembelajaran adalah suatu kombinasi
yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,
perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan
pembelajaran.5
1Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Rineka Cipta,Jakarta, 2000, hlm. 70
2Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Logos Wacana Ilmu, Jakarta, 1997, hlm. 913M. Saekhan Muchith, Pembelajaran Kontekstual, Rasail Media Group, Semarang, 2008,
hlm. 14Ibid, hlm. 15Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Bumi Aksara, Jakarta, 2005, hlm. 57
7
Melihat pengertian di atas, dapat dipahami bahwa metode
pembelajaran didefinisikian sebagai cara yang digunakan guru dalam
menjalankan fungsinya dan merupakan alat untuk mencapai tujuan
pembelajaran.6
Menurut Darmiyati Zuchdi, dkk sebagaimana yang dikutip oleh Rini
Dwi Susanti mendefinisikan membaca sebagai penafsiran yang bermakna
terhadap bahasa tulis.7 Menurut Acep Hermawan mendefinisikan
membaca adalah 1) mengenali simbol-simbol tertulis, 2) memahami
makna yang terkandung, 3) menyikapi makna yang terkandung dan
4) implementasi makna dalam kehidupan sehari-hari.8
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan
oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh
penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Suatu proses menuntut agar
kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu
pandangan sekilas dan makna kata-kata secara individual akan dapat
diketahui.9
Membaca dalam Islam memang dianjurkan, sebagaimana firman
Allah SWT:
6Hamzah B. Uno, Nurdin Mohamad, Belajar dengan Pendekatan Pailkem, Bumi aksara,Jakarta, 2015, hlm. 7
7Rini Dwi Susanti, Strategi Pembelajaran Bahasa, Nora Media Enterprise, Kudus, 2011,hlm. 47
8Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Remaja Rosdakarya,Bandung, 2011, hlm. 144
9Henry Guntur Tarigan, Membaca; Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, Angkasa,Bandung, 2008, hlm. 7
8
Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, bacalah,dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar(manusia) dengan perantaran kalam, dia mengajar kepadamanusia apa yang tidak diketahuinya.” (Qs. Al-‘Alaq:1-5)10
Berdasarkan dalil di atas, dapat dipahami bahwa membaca sangat
dianjurkan sekali bagi seseorang, baik masih anak-anak maupun dewasa.
Terlebih-lebih membaca buku agama atau buku PAI, sebab dalam buku
PAI ini banyak mengajak para pembacanya untuk selalu ingat kepada
Allah SWT, seperti membaca buku PAI yang berisi tentang sejarah Islam,
sejarah para Rasul, dan lain sebagainya.
Metode membaca yaitu menyajikan materi pelajaran dengan cara
lebih dulu mengutamakan membaca, yakni guru mula-mula membacakan
topik-topik bacaan, kemudian diikuti oleh siswa. Tapi kadang-kadang guru
dapat menunjuk langsung siswa untuk membacakan pelajaran tertentu
lebih dulu, dan tentu siswa lain memperhatikan dan mengikutinya.11
Repetitive atau pengulangan memang sebuah metode yang dikenal
dalam dunia pembelajaran. Seorang guru kerap meminta murid-muridnya
untuk mengulang kembali pelajaran yang telah diberikan ketika belajar
kembali di rumah. Tujuannya agar pelajaran yang telah diterima melekat
dalam ingatan.12 Dalam Al-Qur’an terdapat sebuah ayat yang menjelaskan
pentingnya metode pengulangan. Sebagaimana firman Allah SWT:
Artinya: “Dan Sesungguhnya dalam Al-Quran ini Kami telah ulang-ulangi
(peringatan-peringatan), agar mereka selalu ingat. Dan ulanganperingatan itu tidak lain hanyalah menyebabkan mereka tidaksuka (terhadap pelajaran yang diberikan).” (Qs. Al-Isra’:41)13
10Al-Qur’an Surat Al-‘Alaq ayat 1-5, Yayasan Penyelenggara Penafsir dan PenerjemahAl-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Depag RI, Jakarta, 2010, hlm. 597
11Hafiz Muthoharoh, “Metode Membaca”, Artikel Pendidikan, diakses tanggal 19September 2016
12Artikel diambil melalui http://www.voa-islam.com/read/article/2012/03/28/18400/dahsyatnya-metode-repetitive-mengulang-untuk-mendidik-anak-shalih/ diakses tanggal 19 September 2016
13Al-Qur’an Surat Al-Isra’ ayat 41, Yayasan Penyelenggara Penafsir dan Penerjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Depag RI, Jakarta, 2010, hlm. 287
9
Berdasarkan dalil di atas, dapat dipahami bahwa metode repeat
atau pengulangan adalah cara untuk memberikan pemahaman pada siswa
dengan meminta siswanya untuk mengulang kembali pelajaran yang telah
diberikan. Pengulangan dan dukungan nantinya akan memberikan
kemudahan bagi siswa untuk memahami materi yang disampaikan oleh
guru saat pembelajaran berlangsung. Sebagaimana firman Allah SWT:
Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat
yang dibaca berulang-ulang dan Al Quran yang agung.” (Qs.Al-Hijr:87)14
Metode distribute atau metode praktek merupakan metode
pembelajaran dimana siswa melaksanakan kegiatan latihan atau praktek
agar memiliki ketegasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari teori
yang telah dipelajari.15 Metode ini umumnya dilaksanakan dalam
pendidikan kejuruan, pendidikan profesi, dan diklat.
Praktek merupakan upaya untuk memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk mendapatkan pengalaman langsung. Ide dasar belajar
berdasarkan pengalaman mendorong siswa untuk merefleksi atau melihat
kembali pengalaman-pengalaman yang mereka pernah alami.
2. Teknik Metode Read, Repeat dan Distribute
Teknik metode membaca ini dapat dilakukan dengan cara guru
langsung membacakan materi pelajaran dan siswa disuruh memperhatikan/
mendengarkan bacaan-bacaan gurunya dengan baik, setelah itu guru
menunjuk salah satu di antara siswa untuk membacakannya, dengan jalan
berganti-ganti (bergiliran). Setelah masing-masing siswa mendapat giliran
membaca, maka guru mengulangi bacaan itu sekali lagi dengan diikuti
14Al-Qur’an Surat Al-Hijr ayat 87, Yayasan Penyelenggara Penafsir dan PenerjemahAl-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Depag RI, Jakarta, 2010, hlm. 180
15Ribut Purwo Juono, ”Metode Pembelajaran”, Artikel Pendidikan, diakses tanggal 17September 2015
10
oleh semua siswa hal ini terutama pada tingkat-tingkat pertama; lalu
kemudian guru mencatatkan kata-kata sulit atau baru yang belum
diketahui siswa di papan tulis untuk dicatat di buku catatan untuk
memperkaya perbendaharaan kata-kata dan begitulah selanjutnya, hingga
selesai topik-topik yang telah ditetapkan/ditentukan.16
Teknik metode pengulangan meliputi dua hal yaitu pengulangan
berurut dan pengulangan serentak. Pengulangan berurut adalah guru
menyampaikan hal yang sama dengan cara yang sama pada waktu yang
berbeda. Pengulangan serentak adalah Guru menyampaikan hal yang sama
dengan teknik berbeda dalam satu waktu.17
Teknik adalah sebagai suatu cara mengajar di mana siswa
melaksanakan kegiatan-kegiatan praktek, agar siswa memiliki ketangkasan
atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah di pelajari. Teknik
mengajar ini biasanya digunakan untuk tujuan agar siswa memiliki
kerampilan motorik/gerak, mengembangkan kecakapan intelek dan
memiliki kemampuan menghubungkan antara sesuatu keadaan dengan hal
lain. Untuk kesuksesan pelaksanakan teknik praktek, seorang guru
haruslah memperhatikan prosedur yang disusun demikian:18
a. Guru harus memilih praktek yang mempunyai arti luas ialah yang dapat
menanamkan pengertian pemahaman akan makna dan tujuan praktek
sebelum mereka melakukan.
b. Perlu mengutamakan ketepatan, agar siswa melakukan praktek secara
tepat, kemudian diperhatikan kecepatan, agar siswa dapat melakukan
kecepatan atau keterampilan menurut waktu yang di tentukan.
16Hafiz Muthoharoh, Loc. Cit17Artikel diambil melalui http://khoirulumam92.blogspot.co.id/2013/05/makalah-metode-
pembelajaran.html diakses tanggal 19 September 201618Abdul Kadir Arno, “Metode Pembelajaran Praktek”, Artikel Pendidikan, diakses tanggal
19 September 2016
11
c. Guru memperhitungkan waktu/masa praktek yang singkat saja agar
tidak meletihkan dan membosankan, dan masa praktek itu harus
menyenangkan dan menarik.
3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Read, Repeat dan Distribute
Setiap metode dalam proses belajar mengajar tak lepas dari
kelebihan dan kekurangan, satu sama lain saling melengkapi. Adapun
kelebihan dan kekurangan metode read, repeat dan distribute adalah
sebagai berikut:
Kelebihan metode membaca/read adalah sebagai berikut:19
a. Siswa dapat dengan lancar membaca dan memahami bacaan-bacaan
berbahasa asing dengan fasih dan benar.
b. Siswa dapat menggunakan intonasi bacaan bahasa asing sesuai dengan
kaidah membaca yang benar.
c. Tentu saja dengan pelajaran membaca tersebut siswa diharapkan
mampu pula menerjemahkan kata-kata atau memahami kalimat-kalimat
bahasa asing yang diajarkan, dengan demikian pengetahuan dan
penguasaan bahasa anak menjadi utuh.
Kekurangan metode membaca/read adalah sebagai berikut:20
a. Pada metode membaca ini, untuk tingkat-tingkat pemula terasa agak
sukar diterapkan, karena siswa masih sangat asing untuk membiasakan
lidahnya, sehingga kadang-kadang harus terpaksa untuk berkali-kali
menuntun dan mengulang-ulang kata dan kalimat yang sulit ditiru oleh
lidah siswa yang bukan dari bahasa asing yang sedang diajarkan. Dan
dengan demikian metode ini relatif banyak menyita waktu.
b. Dilihat dari segi penguasaan bahasa, metode membaca lebih
menitikberatkan pada kemampuan siswa untuk
mengucapkan/melafalkan kata-kata dalam kalimat-kalimat bahasa asing
yang benar dan lancar. Adapun arti dan makna kata dan kalimat
kadang-kadang kurang diutamakan.
19Hafiz Muthoharoh, Loc. Cit20Ibid
12
c. Pengajaran sering terasa membosankan, terutama apabila guru yang
mengajarkan tidak simpatik/metode diterapkan secara tidak menarik
bagi siswa. Dari segi tensi suarapun kadang-kadang cukup
menjenuhkan karena masing-masing guru dan siswa terus-menerus
membaca topik-topik pelajaran.
Kelebihan metode pengulangan/repeat adalah sebagai berikut:21
a. Mengingatkan siswa pada pelajaran yang sebelumnya.
b. Memperkuat pemahaman siswa pada materi.
c. Mengoreksi kesalahpahaman siswa pada materi sebelumnya.
Kekurangan metode pengulangan/repeat adalah sebagai berikut:22
a. Membuang waktu yang berlebihan.
b. Membutuhkan waktu yang lebih banyak.
c. Seringkali membuat siswa bosan.
d. Ketidaksingkronan antara materi sebelumnya dengan materi yang di
ulang.
Kelebihan metode praktek/distribute adalah sebagai berikut:23
a. Diperolehnya perubahan perilaku ranah psikomotor dalam bentuk
ketrampilan melakukan pekerjaannya sesuai dengan tuntutan profesinya
kelak.
b. Mempermudah dan memperdalam pemahaman tentang berbagai teori
yang terkait dengan praktek yang sedang dikerjakannya.
c. Meningkatkan motivasi dan gairah belajar siswa karena pekerjaan yang
dilakukan memberikan tantangan baru baginya.
d. Meningkatkan kepercayaan diri siswa tentang profesionalisme yang
dimilikinya.
21Artikel diambil melalui http://khoirulumam92.blogspot.co.id/2013/05/makalah-metode-pembelajaran.html diakses tanggal 19 September 2016
22Ibid23Ribut Purwo Juono, Loc. Cit
13
Kekurangan metode praktek/distribute adalah sebagai berikut:24
a. Memerlukan persiapan yang matang.
b. Siswa memerlukan waktu yang relatif lama untuk mencapai kompetensi
standar yang diperlukan dilapangan kerja sebenarnya.
c. Memerlukan biaya yang tinggi untuk pengadaan bahan dan peralatan
praktek.
d. Membutuhkan biaya yang tinggi untuk pengoprasian serta pemeliharaan
peralatan praktek.
e. Memerlukan guru yang benar-benar terampil dalam melakukan
pekerjaan yang akan dipraktekkan oleh siswa.
B. Kognitif
1. Pengertian Kognitif
Istilah “cognitive” berasal dari kata cognition yang padanannya
knowing, berarti mengetahui. Dalam arti yang luas, cognition (kognisi)
ialah perolehan, penataan dan penggunaan pengetahuan. Dalam
perkembangan selanjutnya, istilah kognitif menjadi popular sebagai salah
satu domain atau wilayah/ranah psikologis manusia yang meliputi setiap
perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan,
pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan dan kenyakinan.
Ranah kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi
(kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan ranah rasa.25
Menurut para ahli psikologi kognitif, pendayagunaan kapasitas
ranah kognitif manusia sudah mulai berjalan sejak manusia itu mulai
mendayagunakan kapasitas motor dan sensorinya. Hanya cara dan
intensitas pendayagunaan ranah kognitif tersebut tentu masih belum jelas
benar.
24Ibid25Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan; dengan Pendekatan Baru, Remaja Rosdakarya,
Bandung, 2008, hlm. 66
14
Al-Qur’an menyebutkan tentang kemampuan kognitif manusia
dalam suarat As-Shood ayat 43 dan surat Al-Qiyamah ayat 17-18 yang
berbunyi:
Artinya: “Dan Kami anugerahi Dia (dengan mengumpulkan kembali)
keluarganya dan (kami tambahkan) kepada mereka sebanyakmereka pula sebagai rahmat dari kami dan pelajaran bagiorang-orang yang mempunyai fikiran”. (Qs. As-Shood:43)26
Artinya: “Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di
dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila kamitelah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu” (Qs.Al-Qiyamah:17-18)27
2. Klasifikasi Perkembangan Kognitif
Selanjutnya, seorang pakar terkemuka dalam disiplin psikologi
kognitif dan psikologi anak, Jean Pieget mengklasifikasikan
perkembangan kognitif anak menjadi empat tahapan:28
a. Tahap sensory-motor yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi
pada usia 0-2 tahun
b. Tahap pre-operasional yakni perkembangan ranah kognitif yang
terjadi pada usia 2-7 tahun
c. Tahap concrete-operasional yang terjadi pada usia 7-11 tahun
d. Tahap formal- operasional yakni perkembangan ranah kognitif yang
terjadi pada usia 11-15 tahun.
Domain kognitif berkenaan dengan perilaku yang berhubungan
dengan berpikir, mengetahui dan memecahkan masalah. Domain ini
memiliki enam tingkatan, mulai dari tingkatan yang paling rendah sampai
tingkatan yang paling tinggi. Tingkatan yang paling rendah menunjukkan
26Al Qur’an Surat As-Shood ayat 43, Al-Qur’an dan Terjemahnya, YayasanPenyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al Qur’an, Departemen Agama, Jakarta, 2012, hlm. 408
27Al Qur’an Surat Al-Qiyamah ayat 17-18, Al-Qur’an dan Terjemahnya, YayasanPenyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al Qur’an Departemen Agama, Jakarta, 2012, hlm. 461
28Muhibbin Syah, Op. Cit, hlm. 67
15
kemampuan yang sederhana , sedang yang paling tinggi menunjukkan
kemampuan yang cukup komplek. Keenam tingkatan tersebut terdiri atas
knowledge (pengetahuan), comprehension (pemahaman), application
(penerapan), analysis (analisis), syntesis (sintesis) dan evaluation
(evaluasi).29
Knowledge atau pengetahuan berhubungan dengan mengingat
kepada bahan yang sudah dipelajari sebelumnya atau disebut dengan
recall konsep-konsep yang khusus dan umum. Tingkatan ini merupakan
tingkatan yang paling rendah.
Comprehensif atau pemahaman adalah kemampuan memahami arti
suatu bahan pelajaran, seperti menafsirkan, menjelaskan atau meringkas/
merangkum pengertian. Kemampuan seperti ini lebih tinggi dari pada
pengetahuan.
Application atau penerapan adalah kemampuan menggunakan atau
menafsirkan suatu bahan yang sudah dipelajari kedalam situasi yang
kongkrit, seperti menerapkan suatu dalil, metode, konsep, prinsip atau
teori. Kemampuan ini lebih tinggi nilainya dari pada pemahaman.
Analysis (analisis) adalah kemampuan menguraikan atau
menjabarkan sesuatu kedalam komponen atau bagian-bagian, sehingga
susunannya dapat dimengerti. Kemampuan ini meliputi mengenal bagian-
bagian, hubungan antar bagian serta prinsip yang digunakan dalam
organisasinya.
Synthesis (sintesis) kemampuan ini menunjukkan kepada upaya
menghimpun bagian kedalam suatu keseluruhan. Seperti merumuskan
tema rencana atau melihat hubungan abstrak dan berbagai informasi/fakta.
Kemampuan semacam ini merupakan kemampuan merumuskan suatu pola
atau struktur baru berdasarkan kepada berbagai informasi atau fakta.
Evaluation (evaluasi) berkenaan dengan kemampuan membuat
penilaian terhadap sesuatu berdasarkan pada maksud atau kriteria tertentu.
29Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Alfabeta,Bandung, 2012, hlm. 156
16
Kriteria yang digunakan dapat bersifat internal (seperti organisasinya),
ataupun eksternal (relevansinya untuk maksud tertentu).30
Keenam jenjang di atas berkelanjutan dan tumpang tindih dimana
aspek yang lebih tinggi, evaluasi, meliputi aspek lainnya. Maka
kemampuan kognitif adalah subtaksonomi yang mengungkapkan tentang
kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai
tingkat yang paling tinggi, evaluasi. Aspek kognitif dapat diukur melalui
tes atau pertanyaan lisan di kelas, pilihan ganda, uraian obyektif, uraian
non-obyektif atau uraian bebas, jawaban atau isian singkat, menjodohkan,
portofolio dan performance.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif pada seorang anak tidak serta merta tumbuh
begitu saja. Hal ini berarti bahwa setiap manusia (anak) memiliki
karakteristik yang berbeda-beda. Perkembangan kognitif pada anak
memang tidak dapat dikatakan sama dari anak yang satu dengan anak yang
lain. Perbedaan perkembangan ini tidak lepas dari beberapa faktor.
Terdapat 4 (empat) faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif
pada diri seorang anak.
a. Perkembangan organik dan kematangan sistem syaraf.
Hal ini erat kaitannya dengan pertumbuhan fisik dan
perkembangan organ tubuh anak itu sendiri. Seorang anak yang
memiliki kelainan fisik belum tentu mengalami perkembangan kognitif
yang lambat. Begitu juga sebaliknya, seorang anak yang pertumbuhan
fisiknya sempurna bukan merupakan jaminan pula perkembangan
kognitifnya cepat. Sistem syaraf dalam diri anak turut mempengaruhi
proses perkembangan kognitif anak itu sendiri. Bila syaraf dalam
otaknya terdapat gangguan tentu saja perkembangan kognitifnya tidak
seperti anak-anak pada umumnya (dalam hal ini anak dalam kondisi
normal), bisa jadi perkembangannya cepat tetapi bisa juga sebaliknya.
30Ibid, hlm. 157
17
b. Latihan dan Pengalaman
Hal ini berkaitan dengan pengembangan diri anak melalui
serangkaian latihan-latihan dan pengalaman yang diperolehnya.
Perkembangan kognitif seorang anak sangat dipengaruhi oleh latihan-
latihan dan pengalaman.
c. Interaksi Sosial
Perkembangan kognitif anak juga dipengaruhi oleh hubungan
anak terhadap lingkungan sekitarnya, terutama situasi sosialnya, baik
itu interaksi antara teman sebaya maupun orang-orang terdekatnya.
d. Ekuilibrasi
Ekuilibrasi merupakan proses terjadinya keseimbangan yang
mengacu pada keempat tahap perkembangan kognitif menurut Jean
Piaget. Keseimbangan tahapan yang dilalui si anak tentu menjadi
faktor penentu bagi perkembangan kognitif anak itu sendiri.31
Ketika individu berkembang menuju kedewasaan akan mengalami
adaptasi biologis dengan lingkungannya yang akan menyebabkan adanya
perubahan-perubahan kualitatif di dalam sruktur kognitifnya.
C. Psikomotorik
1. Pengertian Ranah Psikomotor
Dalam psikologi, kata motor diartikan sebagai istilah yang menunjuk
pada hal, keadaan, dan kegiatn yang melibatkan otot-otot juga gerakan-
gerakannya. Secara singkat, motor dapat pula dipahami sebagai segala
keadaan yang meningkat atau menghasilkan stimulus atau rangsangan
terhadap kegiatan organ-organ fisik.32
Perkataan psikomotor berhubungan dengan kat “motor, sensory
motor perceptual motor”. Jadi ranah psikomotor berhubungan erat dengan
31http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/self-publishing/2267897-faktor-yang-mempengaruhi-perkemban gan-kognitif, 15/04/2015
32Muhibbin Syah, Op. Cit, hlm. 61
18
kerja otot sehingga menyebabkan gerakanya tubuh atau bagian-bagiannya.
Yang dimaksud gerak disini mulai dari gerak yang paling sederhana.33
Kompetensi psikomotor guru meliputi segala keterampilan atau
kecakapan yang bersifat jasmaniah yang pelaksanaannya berhubungan
dengan tugas-tugas selaku pengajar. Guru yang profesional memerlukan
penguasaan yang prima atas sejumlah ketermpilan ranah karsa yang
berlangsung berkaitan dengan bidang studi garapannya.
Secara garis besar, kompetensi ranah karsa guru terdiri atas dua
kategori, yaitu:
a. Kecakapan fisik umum, yang direfleksikan dalam benuk gerakan dan
tindakan umum jasmani guru seperti duduk, berdiri, berjalan, berjabat
tangan, dan sebaginya yang tidak langsung berhubungan dengan
aktifitas mengajar.
b. Kecakapan ranah karsa guru yang khusus, meliputi keterampilan-
keterampilan ekspresi verbal dan non verbal tertentu yang
direfleksikan guru terutama ketika mengelola proses belajar mengajar.
Dalam merefleksikan ekspresi verbal, guru sangat diharapkan
terampil, dalam arti fasih dan lancar berbicara baik ketika menyampaikan
uraian materi pelajaran maupun ketika menjawab pertanyaan-pertanyaan
para siswa atau mengomentari anggapan dan pendapat mereka.
Adapun mengenai keterampilan ekspresi nonverbal yang harus
dikuasi guru dalam hal mendemonstrasikn apa-apa yang terkandung dalam
materi pelajaran. Kecakapan itu meliputi: memperagakan proses terjadinya
sesuatu, memperagakan penggunaan alat atau sesuatu yang sedang
dipelajari, dan memperagakan prosedur melakukan keterampilan praktis
tertentu sesuai dengan penjelasan verbal yang telah dilakukan guru.34
33Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta, 2002,hlm. 122
34Ibid, hal. 234-236
19
2. Evaluasi Hasil Belajar Psikomotor
Cara yang dipandang tepat mengevaluasi keberhasilan belajar yang
berdimensi ranah psikomotor (ranah karsa) adalah observasi. Observasi
dalam hal ini, dapat diartikan sebagai sejenis tes mengenai peristiwa,
tingkah laku, atau fenomena lain, dengan pengamatan langsung.35
Pengukuran ranah psikomotorik dilakukan tehadap hasil-hasil belajar
yang berupa penampilan. Namun demikian biasanya pengukuran ranah ini
disatukan atau dimulai dengan pengukuran ranah kognitif sekaligus.
Misalnya penampilannya dalam praktek shalat sunnah dimulai dari
pengetahuan mengenai syarat dan rukun shalat, pemahaman tentang alat
atau perlengkapan yang digunakan dalam shalat dan penggunannya
(aplikasinya), kemudian baru cara menggunakan dalam bentuk
keterampilan. Untuk pengukuran yang terakhir ini harus diperinci antara
lain cara memakai perlengkapan shalat dan benar, kemudian melaksanakan
rukun dan syarat shalat, cara membaca lafad-lafadh shalat dan sebagainya.
Ini semua tergantung kehendak kita, asal tujuan pengukuran dapat
tercapai.36
Indikator dan cara evaluasi prestasi ranah psikomotor, adalah sebagai
berikut:37
a. Keterampilan bergerak dan bertindak, artinya dapat
mengkoordinasikan gerak mata, tangan, kaki dan anggota tubuh
lainnya.
b. Kecekapan ekspresi verbal dan non verbal, artinya dapat
mengucapkan, membuat mimik dan gerakan jasmani.
Hasil belajar ranah psikomotor tampak dalam bentuk ketrampilan
(skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan
ketrampilan, yaitu:
1) Gerakan refleks (kerampilan pada gerakan yang tidak sadar).
35Muhibbin Syah, Op. Cit, hal. 15636Suharsimi Arikunto, Op. Cit, hal. 18237Muhibbin Syah, Op. Cit, hal. 152
20
2) Ketrampilan pada gerakan-gerakan dasar.
3) Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual,
auditif, motoris, dan lain-lain.
4) Kemampuan dibidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan
ketepatan.
5) Gerakan-gerakan skill, mulai dari ketrampilan yang sederhana sampai
pada ketrampilan yang kompleks.
6) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non- decursive
seperti gerakan ekspresif dan interpreatif.
Hasil belajar yang ditentukan diatas sebenarnya tidak berdiri sendiri,
tetapi selalu berhubungan satu sama lain, bahkan ada dalam kebersamaan.
Seseorang yang berubah tingkat kognisinya sebenaryna dalam kadar
tertentu telah berubah pula sikap dan perilakunya.38
D. Mata Pelajaran Fiqih
1. Pengertian Mata Pelajaran Fiqih
Mata pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah merupakan salah satu
mata pelajaran PAI yang mempelajari tentang Fiqih Ibadah, terutama
menyangkut pengenalan dan pemahaman tentang cara-cara pelaksanaan
rukun Islam dan pembiasaannya dalam kehidupan sehari-hari, serta Fiqih
Muamalah yang menyangkut pengenalan dan pemahaman sederhana
mengenai ketentuan tentang makanan dan minuman yang halal dan haram,
khitan, kurban, serta tata cara pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam
melalui keteladanan dan pembiasaan.39 Fiqih sendiri secara etimologis
artinya memahami sesuatu secara mendalam, adapun secara terminologis
Fiqih adalah hukum-hukum syara’ yang bersifat praktis (amaliah) yang
diperoleh dari dalil-dalil yang rinci.40
38Nana Sujdana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Remaja Rosdakarya,bandung, 2009, hal. 31
39Tim Penyusun, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Fiqih, Depag RI,Jakarta, t.th, hal. 141
40Ahmad Falah, Materi dan Pembelajaran Fiqih MTs-MA, STAIN Kudus, Kudus, 2009,hlm. 2
21
2. Standar Kompetensi Bahan Kajian
Landasan al Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad SAW, peserta
didik beriman dan bertaqwa kepada Allah, berkahlak mulia yang tercermin
dalam perilaku sehari-hari dalam hubungannya dengan Allah SWT,
sesama manusia dan alam sekitar, mampu menjaga kemurniaan syariat
Islam. Memiliki keimanan yang kokoh yang dilandasi dengan dalil-dalil
naqli (al Qur’an dan Hadits) dan dalil-dalil aqli, menumbuhkan ketaatan
menjalankan syariat Islam, disiplin dan tanggung jawab sosial yang tinggi
dalam kehidupan pribadi maupun sosialnya.41 Sehingga kompetensi mata
pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah adalah sekumpulan kemampuan
minimal yang harus dikuasai peserta didik selama belajar, yang tercermin
dari perilaku afektif dan psikomotorik siswa dengan didukung oleh
kualitas akademis yang memadai.
3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Fiqih
Adapun ruang lingkup mata pelajaran Fiqih di Madrasah
Tsanawiyah kelas VII meliputi:42
a. Fiqih ibadah, yang menyangkut pengenalan dan pemahaman tentang
cara pelaksanaan rukun Islam yang benar dan baik, seperti tata cara
taharah, salat, puasa, zakat dan ibadah haji.
b. Fiqih muamalah, yang menyangkut pengenalan dan pemahaman
mengenai ketentuan tentang makanan dan minuman yang halal dan
haram, khitan, kurban, serta tata cara pelaksanaan jual beli dan pinjam
meminjam.
4. Tujuan Mata Pelajaran Fiqih
Mata pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah bertujuan untuk
membekali peserta didik agar dapat:43
41Tim Penyusun, Op.Cit, hlm. v42Tim Penyusun, Op.Cit, hlm. v43Ibid, hlm. v
22
a. Mengetahui dan memahami cara-cara pelaksanaan hukum Islam baik
yang menyangkut aspek ibadah maupun muamalah untuk dijadikan
pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial.
b. Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan
benar dan baik, sebagai perwujudan dari ketaatan dalam menjalankan
ajaran agama Islam baik dalam hubungan manusia dengan Allah
SWT, dengan diri manusia itu sendiri, sesame manusia, dan makhluk
lainnya maupun hubungan dengan lingkungannya.
5. Fungsi Mata Pelajaran Fiqih
Fungsi dari pembelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah adalah
sebagai berikut:44
a. Penanaman nilai-nilai dan kesadaran beribadah peserta didik kepada
Allah SWT sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup di dunia
dan akhirat.
b. Penanaman kebiasaan melaksanakan hukum Islam dikalangan peserta
didik dengan ikhlas dan perilaku yang sesuai dengan peraturan yang
berlaku di madrasah dan masyarakat.
c. Pembentukan kedisiplinan dan rasa tanggung jawab sosial di
madrasah dan masyarakat.
d. Pengembangan keimanan dan ketaqwaan Allah SWT serta akhlaq
mulia peserta didik seoptimal mungkin, melanjutkan yang telah
ditanamkan lebih dahulu dalam lingkungan keluaraga.
e. Pembangunan mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan
sosial melalui ibadah dan muamalah.
f. Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik
dalam keyakinan dan pelaksanaan ibadah dalam kehidupan sehari-
hari.
44Irzu, “Tujuan dan Fungsi Pembelajaran Fiqih”, Artikel diambil darihttp://id.shvoong.com/social-sciences/education/2244868-tujuan-dan-fungsi-pembelajaran-fiqih/,diakses tanggal 23 September 2015
23
g. Pembekalan peserta didik untuk mendalami Fiqih/hukum Islam pada
jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
E. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Siti Khomsiatun dengan judul Peranan
Orang Tua terhadap Membaca Buku PAI Siswa Kelas VII di SMP 1 Todanan
Blora Tahun Pelajaran 2010/2011, bahwa hasil analisis product moment
bahwa studi tentang peranan orang tua terhadap membaca buku PAI siswa
kelas VII di SMP 1 Todanan Blora tahun pelajaran 2010/2011 sebesar adalah
0,824 kemudian dikonsultasikan dengan taraf signifikan 5% = 0,195 dan 1% =
0,256, sehingga r hitung lebih besar daripada r tabel (ro > rt), artinya adanya
hubungan yang positif dan signifikan antara kedua variabel, yaitu variabel
peranan orang tua terhadap membaca buku PAI siswa kelas VII di SMP 1
Todanan Blora tahun pelajaran 2010/2011. Besarnya koefisien determinasi (R)
sebesar 0,678976 atau 67,89%. Hal ini berarti pengaruh peranan orang tua
terhadap membaca buku PAI siswa kelas VII di SMP 1 Todanan Blora tahun
pelajaran 2010/2011 sebesar 67,89%, sedang sisanya 100%-67,89% = 32,11%
yang merupakan pengaruh variabel lain yang belum diteliti oleh penulis. Dari
hasil tersebut terdapat persamaan regresi y = a + bx, dimana y = 8,261 + 0,794
(10) = 8,261 + 7,94 = 16,201.45
Penelitian yang dilakukan oleh Juipah judul Pengaruh Metode
Demonstasi terhadap Peningkatan Psikomotorik Siswa di SD 1 Sumber Agung
Blora Tahun Pelajaran 2007/2008, bahwa dijelaskan dalam proses belajar
mengajar, guru harus berusaha memaksimal metode belajar yang digunakan
agar siswa aktif dan kreatif secara optimal. Oleh sebab itu guru harus pandai
berinteraksi dengan siswa dengan cara-cara yang membuat aktif para siswa.
Agar di dalam mengajar tidak terjadi pembelajaran yang monoton, maka
seorang guru harus tahu strategi pembelajaran yang efektif. Di antaranya
adalah dengan metode pembelajaran, yaitu demonstrasi. Dengan demikian
45Siti Khomsiatun, “Peranan Orang Tua terhadap Membaca Buku PAI Siswa Kelas VII diSMP 1 Todanan Blora Tahun Pelajaran 2010/2011”, Skripsi, Jurusan Tarbiyah/PAI, STAINKudus, 2010
24
keterampilan siswa akan menjadi luas dan dalam serta dapat bertahan lama
apabila didapatkan melalui suatu proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
Sebaliknya kalau dalam proses belajar mengajar itu kurang terjadi keterlibatan
intelektual-emosional siswa, maka kulaitas dan kuantitas pengetahuan siswa
juga akan berkurang. Hal yang sama juga akan terjadi pada bidang
ketrampilan (skill) maupun bidang sikap dan nilai (afektif), yakni kualitas dan
kuantitasnya akan sangat bergantung kepada tingkat keterlibatan siswa dalam
proses belajar mengajar.46
F. Kerangka Berpikir
Komunikasi memegang peranan penting dalam pengajaran. Agar
komunikasi antara siswa dan guru berlangsung baik dan informasi yang
disampaikan guru dapat diterima siswa, guru perlu menggunakan media
pembelajaran. Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan
pemahaman yang cukup tentang media pendidikan, karena media pendidikan
merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar
mengajar. Dengan demikian, media pendidikan merupakan dasar yang sangat
diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral demi
berhasilnya proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Salah satunya
menggunakan metode.
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan
oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai setelah pengajaran berakhir. Metode membaca adalah sebagai
penafsiran yang bermakna terhadap bahasa tulis. Metode repeat atau
pengulangan adalah cara untuk memberikan pemahaman pada siswa dengan
meminta siswanya untuk mengulang kembali pelajaran yang telah diberikan
ketika belajar kembali di rumah. Pengulangan dan dukungan nantinya akan
46Juipah, “Metode Demonstrasi terhadap Peningkatan Psikomotorik Siswa di SD 1Sumber Agung Blora Tahun Pelajaran 2007/2008” Skripsi, Jurusan Tarbiyah/PAI, STAIN Kudus,2007
25
memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami materi yang
disampaikan oleh guru saat pembelajaran berlangsung.
Metode distribute atau metode praktek merupakan metode
pembelajaran dimana siswa melaksanakan kegiatan latihan atau praktek agar
memiliki ketegasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari teori yang telah
dipelajari. Metode ini umumnya dilaksanakan dalam pendidikan kejuruan,
pendidikan profesi, dan diklat.
Dengan adanya metode tersebut akan memberikan kemampuan
kognitif dan psikomotorik siswa. Menurut para ahli psikologi kognitif,
pendayagunaan kapasitas ranah kognitif manusia sudah mulai berjalan sejak
manusia itu mulai mendayagunakan kapasitas motor dan sensorinya. Hanya
cara dan intensitas pendayagunaan ranah kognitif tersebut tentu masih belum
jelas benar. Psikomotor berhubungan erat dengan kerja otot sehingga
menyebabkan gerakannya tubuh atau bagian-bagiannya. Yang dimaksud gerak
disini mulai dari gerak yang paling sederhana.