bab ii kajian pustaka a. 1. - umprepository.ump.ac.id/4744/3/wendi prastomo bab ii.pdf · 2017. 10....
TRANSCRIPT
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Pengertian Pendidikan Karakter
Naim (2013:60) menyatakan bahwa “manusia berkarakter adalah
manusia yang dalam perilaku dan segala hal yang berkaitan dengan
aktivitas hidupnya sarat dengan nilai-nilai kebaikan.” Menurut Naim
(2013:55) Dari kata karakter kemudian berkembang menjadi
karakteristik. Karakteristik adalah realisasi perkembangan positif sebagai
individu (intelektual, sosial, emosional, dan etika). Individu yang
berkarakter baik seseorang yang berusaha melakukan hal terbaik. Prof.
Suyanto (dalam Muslich, 2011:70) menyatakan bahwa „karakter adalah
cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas dari diri individu
untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat,
bangsa dan negara.‟
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa karakter
sangat erat kaitannya dengan sikap moral dan pribadi manusia. Karakter
dapat disamakan serta dianggap sebagai ciri perilaku individu manusia
yang bersifat positif. Jadi orang yang berkarakter yaitu orang yang
mempunyai ciri khas kepribadian atau perilaku bermoral yang positif
dalam lingkup kehidupan.
Pembangunan karakter yang dikembangkan secara tepat dapat
membantu memajukan bangsa yang tertinggal, namun dalam
Pengaruh Kreativitas Belajar..., Wendi Prastomo, FKIP UMP, 2014
9
pelaksanaannya terdapat banyak kendala yang dihadapi, misalnya di
negara Indonesia. Menurut Raka, „krisis karakter bangsa kita disebabkan
oleh hal-hal berikut :
a. Terlampau terlena oleh Sumber Daya Alam yang melimpah.
b. Pembangunan ekonomi yang terlalu bertumpu pada modal fisik.
c. Surutnya idealisme, berkembangnya pragmatisme ‘overdoses.’
d. Kurang berhasil belajar dari pengalaman bangsa sendiri.‟
(Muslich, 2011:72).
Karakter itulah yang membuat negara Indonesia belum mampu
mewujudkan sumber daya yang baik terutama dibidang Sumber Daya
Manusianya. Karakter dalam aspek pendidikan lah yang perlu dibangun
agar karakter dan moral bangsa penerus dapat menjadi lebih baik.
“Pendidikan karakter adalah proses internalisasi budaya ke dalam
diri seseorang dan masyarakat sehingga membuat orang dan masyarakat
sehingga membuat orang dan masyarakat jadi beradab.” (Muslich,
2011:75). Definisi lain dikemukakan oleh Frakry Gaffar (2010:1) (dalam
Kesuma, dkk., 2012:5): „Sebuah proses transformasi nilai-nilai
kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang
sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu.‟
“Pendidikan karakter dalam setting sekolah sebagai Pembelajaran
yang mengarah pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara
utuh yang didasarkan pada suatu nilai tertentu yang dirujuk oleh sekolah.
Pengaruh Kreativitas Belajar..., Wendi Prastomo, FKIP UMP, 2014
10
Definisi tersebut mengandung makna:
a. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang terintegrasi
dengan pembelajaran yang terjadi pada semua mata pelajaran;
b. Diarahkan pada penguatan dalam pengembangan perilaku anak
secara utuh. Asumsinya anak merupakan organisme manusia yang
memiliki potensi untuk dikuatkan dan dikembangkan.
c. Penguatan dan pengembangan perilaku didasari oleh nilai yang
dirujuk sekolah (lembaga).” (Kesuma, dkk., 2012:5-6).
Berdasarkan definisi para ahli dapat disimpulkan bahwa pendidikan
karakter yaitu proses pengembangan dan penguatan budaya dalam aspek
sikap atau perilaku pada diri seseorang untuk mendapatkan kepribadian
yang baik dan utuh. Pendidikan karakter telah ada sejak dulu, namun
untuk diterapkan pada proses pembelajaran di sekolah di Indonesia masih
untuk mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional sebagaimana
tertuang dalam UUSPN No. 20 tahun 2003 Bab 2 Pasal 3:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mendiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggungjawab.
Fungsi dan tujuan pendidikan nasional tersebut dapat terwujud jika
pengembangan karakter yang dilakukan dalam sekolah dilaksanakan
secara maksimal oleh setiap pendidik didalam instansi yang terkait.
Pengaruh Kreativitas Belajar..., Wendi Prastomo, FKIP UMP, 2014
11
Beberapa karakter yang diharapkan mengembangkan pendidikan nasional
yaitu kreativitas dan kejujuran.
2. Kreativitas
a. Pengertian Kreativitas
Wahyudin (2007:3) mengartikan kreativitas merupakan
kemampuan menghasilkan sesuatu yang baru dan orisinil yang
berwujud ide-ide dan alat-alat, serta lebih spesifik lagi, keahlian
menemukan sesuatu yang baru (inventiveness). Menurut Satiadarma
dan W. Fidelis (2003:107) arti kreativitas yang popular
mendefinisikan kreatif dalam empat dimensi yang dikenal Four P’s
of Creativity, yakni dimensi Person, Process, Press dan Product.
Kreativitas pada dasarnya merupakan kemampuan
seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa
gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk ciri-ciri
berpikir afektif, baik dalam karya baru maupun kombinasi
dengan hal-hal yang ada. (Satiadarma dan W. Fidelis,
2003:109).
Berbagai definisi mengenai kreativitas, yang paling menonjol
adalah orisinalitas. Menurut Pamilu (2007:9) orisinalitas artinya
bahwa suatu produk, proses atau orang mampu menciptakan sesuatu
hal yang belum diciptakan oleh orang lain. Pamilu (2007:9)
menambahkan, setiap orang dituntut untuk kreatif, dan kreativitas ini
sebenarnya ada pada setiap orang, namun dalam kadar dan bentuk
yang berbeda-beda. Sifat kreatif sangat dibutuhkan oleh semua
orang, tanpa adanya kreativitas maka tidak akan ada kemajuan.
Pengaruh Kreativitas Belajar..., Wendi Prastomo, FKIP UMP, 2014
12
Menurut Munandar (2009:19) kreativitas adalah suatu gaya hidup,
suatu cara dalam mempersepsi dunia.
Supriadi (2001:6) (dalam Narwanti, 2011:4) menyatakan ada
banyak pemahaman tentang definisi kreativitas, namun tidak ada
satupun definisi yang dianggap dapat mewakili pemahaman tersebut.
Hal ini disebabkan karena dua alasan, yaitu:
1) Kreativitas merupakan ranah psikologis yang kompleks dan
multidimensional, yang mengandung berbagai tafsiran yang
beragam.
2) Definisi-definisi kreativitas memberikan tekanan yang
berbeda-beda, tergantung dasar teori yang menjadi acuan
pembuat definisi.
Supriadi (2001:6) (dalam Narwanti, 2011:4) menyimpulkan
bahwa “kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan
sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang
relatif berbeda dengan yang sudah ada sebelumnya.”
Berdasarkan istilah dari para ahli, kreativitas dapat
disimpulkan sebagai suatu dasar pemikiran atau kemampuan berpikir
untuk menciptakan hal yang baru dan bersifat orisinil dari hal yang
sudah ada dengan tujuan agar lebih mempermudah suatu pekerjaan.
Orang dapat berpikir kreatif apabila terdapat motivasi yang tinggi
untuk menyelesaikan sebuah masalah yang dihadapinya dan
penyelesaiannya menuntut pengembangan suatu yang lebih baik atau
Pengaruh Kreativitas Belajar..., Wendi Prastomo, FKIP UMP, 2014
13
baru. Peserta didik dapat dikatakan kreatif jika mereka dapat
menghasilkan suatu hal yang baru berdasarkan hasil pemikirannya
sendiri.
“Orang kreatif adalah orang yang tidak bisa diam, dalam arti
selalu berusaha mencari hal-hal yang telah ada.” (Naim, 2013:152).
“Ada 5 (lima) tahapan berpikir kreatif, yaitu :
1) Orientasi (pandangan)
2) Preparasi (sediaan)
3) Inkubasi (masa tunas)
4) Iluminasi (penerangan)
5) Verifikasi (pemeriksaan kebenaran).” (Wahyudin, 2007:5).
Amabile (1983) menyampaikan bahwa penentuan kriteria
kreativitas menyangkut tiga dimensi yaitu:
1) Dimensi proses, segala produk yang dihasilkan dari proses itu
dianggap sebagai produk kreatif.
2) Dimensi person, sering dikatakan sebagai kepribadian kreatif.
3) Dimensi produk-produk kreatif, menunjuk pada hasil
perbuatan, kinerja atau karya seseorang dalam bentuk barang
atau gagasan.
(Narwanti, 2011:7).
Dimensi-dimensi yang menyangkut tentang tindakan kreatif di
atas telah mewakili segala perbuatan yang bersifat kreatif dan
kreativitas. Tindakan kreatif menurut Narwanti (2011:6) yaitu
Pengaruh Kreativitas Belajar..., Wendi Prastomo, FKIP UMP, 2014
14
menyingkap, menyeleksi, mengubah susunan, menggabungkan,
menyintesiskan fakta-fakta, ide-ide, keahlian dan keterampilan yang
sudah ada.
Menurut Wahyudin (2007:6) membangun kreativitas anak
berarti membangun fondasi kreativitas itu sendiri, sehingga
kreativitas dalam masa anak-anak sangat penting untuk dibangun
sejak dini. Membangun sifat kreativitas peserta didik merupakan
suatu tantangan bagi guru dalam proses pembelajaran karena
kemauan dan kemampuan peserta didik untuk kreatif susah
didapatkan, perlu adanya rangsangan dan dorongan dari guru
terhadap peserta didik. Pembelajaran yang aktif dapat merangsang
kreativitas peserta didik dalam menciptakan hal baru secara terarah.
Sehingga dengan pembelajaran aktif, peserta didik dapat
berkreativitas dalam belajar sesuai dengan porsinya.
Munandar (2009:45) menyatakan bahwa “Setiap orang pada
dasarnya memiliki bakat kreatif dan kemampuan untuk
mengungkapkan dirinya secara kreatif, meskipun masing-masing
dalam bidang dan dalam kadar yang berbeda-beda. Oleh karena itu,
sikap kreatif dapat dikembangkan oleh setiap orang yang mau belajar
untuk menjadi kreatif dengan bantuan pendidikan yang berorientasi
kepada pendidikan karakter.
Pengaruh Kreativitas Belajar..., Wendi Prastomo, FKIP UMP, 2014
15
b. Penilaian Kreativitas dalam Matematika
Penilaian kreativitas dalam pelajaran Matematika ada penilaian
tersendiri karena proses berpikirnya berkaitan dengan otak kanan
dan otak kiri. Kreativitas anak dalam Matematika memiliki konsep
bahwa anak dinilai kreatif dari seberapa kreatif dia menyelesaikan
masalah. Menurut Pehkonen (1997) yang berpendapat bahwa:
Dalam usaha mendorong kreativitas berpikir dalam
Matematika akan digunakan konsep masalah dalam suatu
situasi tugas yang meminta peserta didik menghubungkan
informasi-informasi yang diketahui dan informasi dalam tugas
yang harus dikerjakan tersebut merupakan hal baru bagi
peserta didik.
Tujuan pembelajaran Matematika yang tertuang dalam
kurikulum Matematika mengajarkan tentang pemecahan masalah.
Kategori pemecahan masalah dalam Matematika yaitu:
1) Pemecahan masalah mengembangkan ketrampilan kognitif
secara umum.
2) Pemecahan masalah mendorong kreativitas.
3) Pemecahan masalah merupakan bagian dari proses aplikasi
Matematika.
4) Pemecahan masalah memotivasi peserta didik untuk belajar
Matematika.
(Pehkonen, 1997)
Berdasarkan pendapat tersebut jadi pandangan mengenai
kreativitas dalam belajar Matematika merupakan suatu kemampuan
kreatif yang ditujukan pada peserta didik dengan memberi masalah
Pengaruh Kreativitas Belajar..., Wendi Prastomo, FKIP UMP, 2014
16
dan peserta didik diminta untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Dengan demikian kreativitas atau berpikir kreatif dapat dilihat
melalui tugas pengajuan masalah.
Silver (1997) menyatakan bahwa untuk menilai berpikir kreatif
dalam Matematika pada anak-anak dan orang dewasa sering
digunakan “The Torance Tests of Creative Thinking (TTCT)”. Tiga
komponen kunci yang dinilai dalam kreativitas menggunakan TTCT
adalah kefasihan (fluency), fleksibilitas dan kebaharuan (novelty).
Silver (1997) menambahkan, kefasihan mengacu pada
banyaknya ide-ide yang dibuat dalam merespon sebuah perintah.
Sedangkan Fleksibilitas tampak pada perubahan-perubahan
pendekatan ketika merespon perintah. Kebaharuan merupakan
keaslian ide yang dibuat dalam merespon perintah.
Jadi secara garis besar penilaian kreativitas dalam Matematika
dapat dilihat dari seseorang memecahkan suatu masalah berdasarkan
kefasihan, fleksibilitas dan kebaharuannya. Lebih jelasnya dapat
dilihat sesuai kriteria penilaiannya sebagai berikut.
1) Kefasihan dalam pemecahan masalah mengacu pada
bermacam-macam interpretasi, metode penyelesaian atau
jawaban masalah, sedang dalam pengajuan masalah mengacu
pada banyaknya masalah yang diajukan.
2) Fleksibilitas dalam pemecahan masalah mengacu pada
kemampuan peserta didik memecahkan masalah dalam satu
Pengaruh Kreativitas Belajar..., Wendi Prastomo, FKIP UMP, 2014
17
cara, kemudian dengan menggunakan cara lain. Sedang
fleksibilitas dalam pengajuan masalah mengacu pada
kemampuan peserta didik mengajukan masalah yang cara
penyelesaian berbeda-beda.
3) Kebaruan (novelty) dalam pemecahan masalah mengacu pada
kemampuan peserta didik memeriksa beberapa metode
penyelesaian atau jawaban , kemudian membuat lainnya yang
berbeda. Kebaruan dalam pengajuan masalah mengacu pada
kemampuan peserta didik memeriksa beberapa masalah yang
diajukan, kemudian mengajukan suatu masalah yang berbeda.
Berbeda yang dimaksud adalah berbeda dalam konteks atau
konsep matematika yang digunakan.
(Siswono, 2009)
Karakteristik pemikiran kreatif menurut Guilford berkaitan
erat dengan lima ciri yang menjadi sifat kemampuan berpikir:
1) Kelancaran (fluency)
2) Keluwesan (flexibility)
3) Keaslian (originality)
4) Penguraian (elaboration)
5) Perumusan kembali (redefinition)
(Satiadarma dan W. Fidelis, 2003:108).
Karakter peserta didik inilah yang dapat menggambarkan
watak orang yang kreatif dalam pemecahan masalahnya.
Pengaruh Kreativitas Belajar..., Wendi Prastomo, FKIP UMP, 2014
18
Berdasarkan kemampuan peserta didik yang sesuai dengan masalah
di atas dan proses pemecahannya maka sudah sesuai dengan ciri
yang menjadi sifat kemampuan berpikir kreatif tersebut. Jadi ciri
kemampuan berpikir kreatif menurut Guilford menjadi tolak ukur
dalam pembuatan indikator kreativitas belajar Matematika.
Tabel 2.1. Kisi-kisi Kreativitas belajar Matematika
No Aspek
Penilaian
Indikator-indikator kreativitas belajar
Matematika
1. Kelancaran
(fluency)
Menyelesaikan masalah dengan cepat dan
tepat waktu.
2. Keluwesan
(flexibility)
Menyelesaikan masalah dengan berbagai
pendekatan atau pemecahan.
3. Keaslian
(originality)
Mampu melahirkan gagasan baru yang
asli dari pemikiran sendiri.
4. Penguraian
(elaboration)
Menguraikan masalah secara terperinci
untuk diselesaikan.
5. Perumusan
Kembali
(redefinition)
Mengkaji persoalan melalui cara yang
berbeda dengan sebelumnya.
Sumber: Satiadarma dan W. Fidelis (2003:108)
3. Pengertian Kejujuran
Menurut Mustari (2011:15) jujur merujuk pada suatu karakter moral
yang mempunyai sifat-sifat positif dan mulia seperti integritas, penuh
kebenaran, lurus, tidak bohong, curang ataupun mencuri. Pepatah kuno
(dalam Naim, 2013:132) mengatakan, kejujuran adalah mata uang yang
laku dimana-mana, bawalah sekeping kejujuran dalam saku Anda, maka
itu telah melebihi mahkota raja diraja sekalipun. Makna jujur menurut
Pengaruh Kreativitas Belajar..., Wendi Prastomo, FKIP UMP, 2014
19
Kesuma, dkk. (2012:16) merupakan “sebuah karakter yang kami anggap
dapat membawa bangsa ini menjadi bangsa yang bebas dari korupsi,
kolusi, dan nepotisme.” Menurut Naim (2013:135) mengajarkan sifat jujur
tidak cukup hanya dengan penjelasan lisan semata, namun dibutuhkan
suatu pemahaman, metode yang tepat serta keteladanan.
Mustari (2011:16) menganggap bahwa jujur bersifat moral,
sedangkan dusta dianggap immoral. Jujur sebagai nilai merupakan
keputusan seseorang untuk mengungkapkan (dalam bentuk perasaan, kata-
kata dan/atau perbuatan) bahwa realitas yang ada tidak dimanipulasi
dengan cara berbohong atau menipu orang lain untuk keuntungan dirinya.
Menurut Samani dan Hariyanto (2012:51) jujur menyatakan apa adanya,
terbuka, konsisten antara apa yang dikatakan dan dilakukan, berani karena
benar, dapat dipercaya dan tidak curang. Orang yang memiliki karakter
jujur dicirikan oleh perilaku berikut:
1) Jika bertekad (inisiasi keputusan) untuk melakukan sesuatu,
tekadnya adalah kebenaran dan kemaslahatan;
2) Jika berkata tidak berbohong (benar apa adanya);
3) Jika adanya kesamaan antara yang dikatakan hatinya dengan apa
yang dilakukannya.
(Kesuma, dkk., 2012:17)
Jadi kejujuran dapat diartikan sebagai sikap baik berupa ucapan yang
nyata dan tidak dibuat-buat atau dimanipulasi dari keadaan yang
sebenarnya sehingga ucapan tersebut sesuai dengan kenyataan yang
Pengaruh Kreativitas Belajar..., Wendi Prastomo, FKIP UMP, 2014
20
sebenarnya dan apa adanya. Kejujuran berkaitan erat dengan hal positif
manusia yang susah dilakukan dengan iklas. Terkadang sifat jujur berat di
lakukan apabila seseorang sedang mengalami masalah yang menuntut
untuk tidak jujur agar terbebas dari masalah tersebut.
Sifat jujur di sekolah ditunjukkan oleh setiap peserta didik yang
menjadi subjek pada saat pembelajaran di kelas. Guru mempunyai peran
penting dalam mengembangkan sifat jujur kepada peserta didik, sehingga
pendidikan kejujuran harus diterapkan sejak dini khususnya di sekolah.
Perbuatan jujur peserta didik pada saat pembelajaran berlangsung dapat
ditunjukkan apabila:
1) Menyampaikan sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya.
2) Bersedia mengakui kesalahan, kekurangan ataupun keterbatasan diri.
3) Tidak suka mencontek.
4) Tidak suka berbohong.
5) Tidak memanipulasi fakta/informasi.
6) Berani mengakui kesalahan.
(Mustari, 2011:19)
Berdasarkan penjabaran di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
indikator kejujuran yang mencerminkan pembelajaran di sekolah yaitu
peserta didik yang mampu membiasakan diri dengan beberapa ciri sifat
jujur menurut Mustari. Keenam ciri sifat tersebut yang dijadikan sebagai
acuan pembuatan indikator kejujuran siswa dalam mengerjakan tugas.
Pengaruh Kreativitas Belajar..., Wendi Prastomo, FKIP UMP, 2014
21
Tabel 2.2. Kisi-kisi Kejujuran Siswa dalam Mengerjakan Tugas
No Aspek Penilaian Indikator-indikator Kejujuran Siswa
dalam Mengerjakan Tugas
1. Berkata benar
a. Mengatakan sesuai dengan kenyataan.
b. Melaporkan kecurangan yang terjadi saat
pelajaran Matematika.
2. Mengakui
kekurangan
a. Meminta bantuan kepada teman jika
mengalami kesulitan belajar.
b. Tetap menyimpan semua hasil tugas
Matematika yang rendah.
3. Tidak menyontek
a. Menyelesaikan masalah (tugas) secara
mandiri.
b. Mengerjakan tugas dengan tuntas tanpa
bantuan orang lain.
4. Tidak berbohong
a. Selalu berkata jujur kepada orang lain.
b. Mengakui hasil pekerjaan Matematika
sendiri meskipun hasilnya tidak bagus.
5.
Tidak
memanipulasi
fakta
a. Dapat mengembangkan diri sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki.
b. Menilai tugas sesuai kenyataan saat
pencocokan jawaban.
6. Mengakui
kesalahan
a. Menyelesaikan masalah dengan sabar.
b. Menerima segala resiko atas perbuatan
yang dilakukan.
Sumber: Mustari (2011:19)
4. Pengertian Belajar dan Prestasi Belajar
a. Belajar
Pengertian belajar secara umum telah diketahui oleh sebagian
orang, namun pengertian belajar yang bersifat objektif perlu
Pengaruh Kreativitas Belajar..., Wendi Prastomo, FKIP UMP, 2014
22
dirumuskan secara jelas berdasarkan sumber-sumber. Menurut
pengertian secara psikologis (dalam Slameto, 2010:2), „belajar
merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya.‟ Slameto (2010:2) mengemukakan bahwa
belajar merupakan proses serta usaha manusia untuk memperoleh
suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Abdillah (2002) (dalam Aunurrahman, 2011:35) menyimpulkan
bahwa belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu
dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman
yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotorik untuk
memperoleh tujuan tertentu.
Berdasarkan pengertian belajar menurut para ahli dapat
disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu usaha sadar yang
menginginkan perubahan tingkah laku melalui pengalaman serta
latihan dalam proses yang positif serta diharapkan dapat mengubah
tingkah laku menjadi positif dengan berinteraksi dengan lingkungan.
b. Prestasi belajar
Menurut Arifin (2011:12) kata „prestasi‟ berarti „hasil usaha.‟
Istilah „prestasi belajar‟ (achievement) berbeda dengan „hasil belajar‟
(learning outcome). Arifin (2011:12) menambahkan prestasi belajar
Pengaruh Kreativitas Belajar..., Wendi Prastomo, FKIP UMP, 2014
23
pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan sedangkan
hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak peserta didik.
Fungsi prestasi belajar yang utama antara lain:
1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas
pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.
2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.
Para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai „tendensi
keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum
manusia.‟
3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi
pendidikan asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan
sebagai pendorong bagi peserta didik dalam meningkatkan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Serta berperan sebagai umpan balik
(feedback) dalam meningkatkan mutu pendidikan.
4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu
institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi
belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu
institusi pendidikan.
5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap
(kecerdasan) peserta didik. Dalam proses pembelajaran, peserta
didik menjadi fokus utama yang harus diperhatikan, karena
peserta didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi
pelajaran. (Arifin, 2011:12-13)
Pengaruh Kreativitas Belajar..., Wendi Prastomo, FKIP UMP, 2014
24
Berdasarkan beberapa pendapat tentang prestasi belajar, maka
dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang
didapat oleh individu melalui proses ketika individu tersebut telah
belajar atau mempelajari suatu hal yang ditekuni dengan baik
sehingga pada akhirnya mendapat suatu hasil dari perbuatannya
(belajar) yang dapat berupa nilai. Prestasi belajar dapat dihasilkan
dengan belajar baik formal maupun nonformal, suatu bentuk
perbuatan belajar dapat dilihat dari segi proses.
Gagne menyebutkan bahwa perbuatan belajar dari segi proses
ada delapan tipe yaitu:
a. Belajar signal
b. Belajar mereaksi perangsang melalui penguatan
c. Belajar membentuk rangkain
d. Belajar asosiasi verbal
e. Belajar membedakan hal yang majemuk
f. Belajar konsep
g. Belajar kaidah atau belajar prinsip
h. Belajar memecahkan masalah
(Sudjana, 2011:46)
Perbuatan belajar ini telah tersusun secara berurutan, sehingga
mulai dari yang sederhana sampai kepada yang kompleks seluruhnya
mempunyai hubungan secara hirarki. Hal ini diharapkan dapat
menjadi acuan dalam berbuat ketika dalam proses belajar.
Pengaruh Kreativitas Belajar..., Wendi Prastomo, FKIP UMP, 2014
25
Belajar merupakan langkah yang baik untuk mewujudkan
kesuksesan seseorang, namun banyak hal yang dapat merubah
pendapat seperti itu jika orang yang sedang belajar tidak
bersungguh-sungguh dan hanya membuang waktunya. Prestasi yang
didapat ketika masih duduk di bangku pendidikan adalah
kebanggaan tersendiri untuk orang yang mau belajar.
Prestasi belajar mempunyai indikator yang pada prinsipnya
menurut Syah (2006:150) yaitu hasil belajar yang ideal dapat
diungkapkan dengan memandang segenap ranah psikologis yang
berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar peserta didik.
Pada pengungkapan ini wajib diketahui garis-garis besar indikator
prestasi belajar yang berkaitan dengan jenis prestasi yang akan
diungkapkan atau diukur. (Syah, 2006:150). Selanjutnya Syah
(2006:150) menerangkan bahwa untuk lebih memahami
pengungkapan prestasi belajar ini, maka yang harus dilakukan adalah
menentukan alat evaluasi yang tepat, realibel dan valid.
Tolak ukur tercapainya tujuan pembelajaran dapat dilihat dari
keberhasilan peserta didik dalam menyelesaikan belajarnya dan telah
memenuhi setiap indikator yang dijadikan sebagai pedoman
keberhasilan peserta didik. Indikator-indikator tersebut nantinya
akan disesuaikan dengan KKM mata pelajaran yang di tempuh.
Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.3 di bawah ini:
Pengaruh Kreativitas Belajar..., Wendi Prastomo, FKIP UMP, 2014
8
Tabel 2.3. Kisi-kisi Prestasi Belajar Matematika
Standar
Kompetensi
Kompetensi
Dasar
Sub Pokok
Materi Indikator Soal
Perilaku
yang
diukur
Aspek
Teknik
Penilaian
dan
Bentuk
Instrumen
Banyak
butir
soal
No
soal
5. Menggunakan
Pecahan dalam
pemecahan
masalah
5.1.Mengubah
bentuk
pecahan
kebentuk
persen dan
desimal
serta
sebaliknya.
Pecahan 5.1.1. Mengubah Pecahan
biasa menjadi
persen.
5.1.2. Mengubah pecahan
Biasa menjadi
decimal
Rincian:
a. Peserta didik dapat
menyebutkan bilangan
pecahan, persen dan
desimal.
b. Peserta didik dapat
C1
C2
Pengeta-
huan
konsep
Pemaha-
Tertulis
Tertulis
1
4
1
2, 3,
Pengaruh Kreativitas Belajar..., Wendi Prastomo, FKIP UMP, 2014
mengubah bilangan
pecahan menjadi
persen dan sebaliknya.
c. Peserta didik dapat
membandingkan
bilangan persen,
pecahan dan desimal
secara benar.
d. Peserta didik dapat
menganalisis soal cerita
untuk mengubah
bentuk bilangan.
C2 dan
C3
C3 dan
C4
man
konsep
Pemaha-
man
konsep
dan
penerapan
Penerapan
dan
analisis
Tertulis
Tertulis
1
4
4, 5
10
6, 7,
8, 9
Sumber: Panduan KTSP (2006)
Pengaruh Kreativitas Belajar..., Wendi Prastomo, FKIP UMP, 2014
28
8
Setelah mengetaui indikator prestasi belajar, maka perlu
adanya suatu usaha untuk menetapkan batas minimal keberhasilan
peserta didik dalam perkembangan prestasi belajarnya. Syah
(2006:152) mengemukakan bahwa keberhasilan peserta didik dalam
arti yang luas yaitu keberhasilan yang meliputi ranah cipta, rasa dan
karsa peserta didik.
5. Pembelajaran Matematika
a. Pengertian Matematika
Matematika menurut Ruseffendi, (1991) (dalam Heruman,
2012:1), adalah:
bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima
pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan
struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak
didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau
postulat, dan akhirnya ke dalil.
Hakikat Matematika menurut Soejadi (2000) (dalam Heruman,
2012:1) yaitu memiliki tujuan yang abstrak sebagai objeknya,
bertumpu pada kesepakatan dan mempunyai pola pikir yang bersifat
deduktif.
Berdasarkan beberapa pengertian para ahli dapat disimpulkan
bahwa Matematika adalah ilmu pengetahuan yang konkret dan
bersifat deduktif yang didapatkan dengan berpikir secara logika
dengan tujuan objek abstrak bertumpu pada kesepakatan dan pola
pikir deduktif. Matematika dalam pendidikan merupakan konsep
yang dapat berupa abstrak menjadi konkret tergantung dari
Pengaruh Kreativitas Belajar..., Wendi Prastomo, FKIP UMP, 2014
29
ketersediaan alat bantu misalnya, media dan alat peraga untuk
memperjelas pemahaman mempelajari konsepnya. Matematika
menekankan pada kegiatan yang berupa penalaran kemudian dapat
menjadi konkret, namun pengetahuan tentang Matematika harus
ditanamkan beriringan dengan mengaitkan media dan alat peraga
yang sesuai dengan penalaran konsep.
Menurut Heruman (2012:2-3), konsep-konsep pada kurikulum
matematika SD dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar yaitu
penanaman konsep dasar (penanaman konsep), pemahaman konsep
dan pembinaan keterampilan. Berikut ini adalah pemaparan
pembelajaran yang ditekankan pada konsep-konsep matematika.
1) Penanaman Konsep Dasar (Penanaman Konsep)
Penanaman konsep yaitu pembelajaran suatu konsep baru
Matematika, ketika peserta didik belum pernah mempelajari
konsep tersebut. Kita dapat mengetahui konsep ini dari isi
kurikulum, yang dicirikan dengan kata “mengenal”.
Pembelajaran penanaman konsep dasar merupakan jembatan
yang harus dapat menghubungkan kemampuan kognitif peserta
didik yang kongkret dengan konsep baru matematika yang
abstrak. Dalam kegiatan pembelajaran konsep dasar ini media
atau alat peraga diharapkan dapat digunakan untuk membantu
kemampuan pola pikir peserta didik.
Pengaruh Kreativitas Belajar..., Wendi Prastomo, FKIP UMP, 2014
30
2) Pemahaman Konsep
Pemahaman konsep yaitu pembelajaran lanjutan dari
penanaman konsep, yang bertujuan agar peserta didik lebih
memahami suatu konsep matematika. Pemahaman konsep terdiri
atats dua pengertian. Pertama, merupakan kelanjutan dari
pembelajaran penanaman konsep dalam satu pertemuan.
Sedangkan kedua, pembelajaran pemahaman konsep dilakukan
pada pertemuan yang berbeda, tetapi masih merupakan lanjutan
dari penanaman konsep. Pada pertemuan tersebut, penanaman
konsep dianggap sudah disampaikan pada pertemuan
sebelumnya, disemester atau kelas sebelumnya.
3) Pembinaan Keterampilan
Pembinaan keterampilan yaitu pembelajaran lanjutan dari
penanaman konsep dan pemahaman konsep. Pembelajaran
pembinaan ketrampilan bertujuan agar peserta didik lebih
terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika.
Seperti halnya pada pemahaman konsep, pembinaan ketrampilan
juga terdiri atas dua pengertian. Pertama, merupakan lanjutan
dari pembelajaran penanaman konsep dan pemahaman konsep
dalam satu pertemuan. Sedangkan kedua, pembelajaran
pembinaan ketrampilan dilakukan pada pertemuan yang
berbeda, tapi masih merupakan lanjutan dari penanaman dan
pemahaman konsep. Pada pertemuan tersebut, penanaman dan
Pengaruh Kreativitas Belajar..., Wendi Prastomo, FKIP UMP, 2014
31
pemahaman konsep dianggap sudah disampaikan pada
pertemuan sebelumnya, di semester atau kelas sebelumnya,
(Heruman, 2012:2-3).
b. Pembelajaran Matematika
Pembelajaran Matematika dilaksanakan dengan perlakuan
seperti biasa oleh guru kelas dan sama sekali tidak ada perubahan
cara belajar siswa. Hal ini dimaksudkan agar penelitian yang
dilakukan mendapatkan data yang orisinil dan dapat dipercaya. Pada
pelaksanaan pembelajaran Matematika di kelas VA dilakukan oleh
guru kelas menggunakan metode pembelajaran langsung. Pada
pelaksanaannya tentu menyesuaikan tujuan dari pelajaran
Matematika itu sendiri.
1) Tujuan Pelajaran Matematika
Mata pelajaran Matematika di SD mempunyai tujuan agar
peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
a) Memahami konsep Matematika, menjelaskan keterkaitan
antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau alogaritma
secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam penyelesaian
masalah.
b) Menggunakan penelaran pada pola dan sifat, melakukan
manipulasi metematika dalam membuat generalisasi,
menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan
matematika.
Pengaruh Kreativitas Belajar..., Wendi Prastomo, FKIP UMP, 2014
32
c) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan
memahami masalah, merancang model matematika,
menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang
diperoleh.
d) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol. Tabel,
diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau
masalah.
e) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam
kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan
minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan
percaya diri dalam penyelesaian masalah. (BSNP, 2007:11).
2) Materi Matematika
Pada penelitian ini, materi yang digunakan yaitu Pecahan
pada kelas V semester II. Adapun standar kompetensi (SK) dan
kompetensi dasar (KD) yang akan dijadikan bahan penelitian
yaitu:
Tabel 2.4. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar kelas V
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
5. Menggunakan pecahan
dalam pemecahan
masalah
5.1 Mengubah pecahan ke
bentuk persen dan
desimal serta
sebaliknya
Sumber : Panduan KTSP (2006)
Pengaruh Kreativitas Belajar..., Wendi Prastomo, FKIP UMP, 2014
33
Berdasarkan tabel tersebut maka dapat diketahui mengenai
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan digunakan
untuk penelitian. Standar kompetensi poin 5 yaitu menggunakan
pecahan dalam pemecahan masalah. Kemudian kompetensi
dasar poin 5.1 yaitu mengubah pecahan ke bentuk persen dan
desimal serta sebaliknya dalam bentuk tabel pada materi
pecahan. Materi yang akan digunakan untuk penelitian ini yaitu
mengenai pecahan pada pembelajaran Matematika kelas V
semester II.
B. KERANGKA BERPIKIR
Menurut Riduwan (2011:8) kerangka berpikir atau kerangka pemikiran
adalah dasar pemikiran yang disintesiskan dari fakta-fakta, observasi dan
kajian kepustakaan. Sekaran, (1992) (dalam Sugiyono, 2010:91)
mengemukakan bahwa, kerangka berpikir merupakan model konseptual
tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah
diidentifikasi sebagai masalah yang penting.
Berdasarkan pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
kerangka berpikir adalah dasar pemikiran yang dimiliki oleh peneliti dengan
diperkuat dengan anggapan bahwa masalah yang akan diteliti merupakan
masalah yang penting dan harus diteliti.
Kerangka berpikir memuat banyak teori, dalil atau konsep yang akan
dijadikan sebagai dasar dari penelitian. Uraian dalam kerangka berpikir
menjelaskan hubungan dan keterkaitan antar variabel penelitian. (Riduwan,
Pengaruh Kreativitas Belajar..., Wendi Prastomo, FKIP UMP, 2014
34
2011:8). Kerangka berpikir yang baik menurut Sugiyono (2010:91) dapat
menjelaskan pertautan atau hubungan antar variabel yang akan diteliti secara
teoritis. Berkaitan dengan kerangka pemikiran yang baik juga dijelaskan
Riduwan (2011:8) yaitu “apabila mengidentifikasi variabel-variabel penting
yang sesuai dengan permasalahan penelitian dan secara logis mampu
menjelaskan keterkaitan antar variabel.” Jadi secara umum kerangka
pemikiran yang baik adalah yang isinya mampu menjelaskan hubungan antar
variabel sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti sesuai dengan
hipotesis yang diajukan.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka pada penelitian yang akan
dilakukan dapat dituliskan bahwa kerangka berpikir yang dihasilkan
merupakan hubungan yang terjadi antar variabel yang akan diteliti. Teori
yang tepat dalam pelaksanaan penelitian ini yaitu membahas setiap variabel
yang akan dijadikan sebagai subjek dalam penelitian untuk menjawab setiap
masalah yang akan diteliti secara relevan. Kerangka pemikiran pada
penelitian ini yaitu:
1. Pengaruh Kreativitas belajar terhadap prestasi belajar
Matematika
Kreativitas merupakan istilah berupa karakter dari seseorang yang
mampu menciptakan hal yang dianggap bernilai dalam menyelesaikan
tugas. Kreatif merupakan salah satu faktor yang dapat mempengeruhi
hasil kerja atau prestasi dalam belajar peserta didik. Kreativitas yang
dimaksud yaitu kreativitas peserta didik dalam belajar Matematika.
Pengaruh Kreativitas Belajar..., Wendi Prastomo, FKIP UMP, 2014
35
Peserta didik membutuhkan tanggap kreativitas dalam bentuk
pengerjaan soal maupun pada proses pembelajaran Matematika.
Adapun Kreativitas belajar dimaksudkan agar peserta didik mencari
dengan cara sendiri pada saat mengerjakan suatu soal atau pada
kegiatan belajar Matematikanya khususnya pada materi pecahan. Oleh
karena itu, kreativitas peserta didik yang baik akan dapat
mengoptimalkan kerja otak secara baik dalam pembelajaran
Matematika. Jika peserta didik mempunyai sifat kreatif maka mereka
tidak selalu kebingungan dalam mengumpulkan data secara tepat untuk
disajikan dalam bentuk angka.
2. Pengaruh kejujuran siswa dalam mengerjakan tugas terhadap
prestasi belajar Matematika
Kejujuran adalah karakter yang mestinya wajib dimiliki oleh
setiap orang untuk kebaikan diri sendiri dan orang lain. Sifat jujur
merupakan tolak ukur yang dapat diterapkan dalam segala perbuatan
manusia agar setiap perbuatan maupun perkataan mudah dipercaya oleh
orang lain. Begitu juga dengan kejujuran dalam lingkup pendidikan di
sekolah dasar, sifat jujur dapat mempengaruhi peserta didik dalam
pembelajaran di sekolah. Pada pembelajaran Matematika materi
pecahan, karakter kejujuran seringkali diuji pada saat peserta didik
mengerjakan tugas, ulangan maupun tes. Matematika sering dianggap
sebagai pelajaran yang sulit sehingga saat peserta didik menghadapi
kesulitan tersebut maka segala sesuatu akan dilakukan untuk mencapai
Pengaruh Kreativitas Belajar..., Wendi Prastomo, FKIP UMP, 2014
36
keberhasilan mengerjakan soal sehingga kejujuran jarang terlihat saat
peserta didik mengerjakan suatu tugas dari guru. Hal ini dikarenakan
menyontek dianggap sebagai jalan keluar dalam menyelesaikan
masalah oleh kebanyakan peserta didik. Kejujuran dapat mempengaruhi
prestasi belajar secara keseluruhan karena dengan terbiasa jujur maka
peserta didik akan senantiasa belajar ketika menghadapi ulangan serta
tidak kaget ketika mendapat tugas dari guru.
3. Pengaruh Kreativitas belajar dan kejujuran siswa dalam
mengerjakan tugas terhadap prestasi belajar Matematika
Kreativitas dan kejujuran merupakan sifat yang positif dan sangat
baik apabila diterapkan dalam lingkup pendidikan. Oleh karena itu
kreativitas dan kejujuran yang direalisasikan akan berdampak positif
terutama dalam menunjang prestasi belajar. Kreativitas peserta didik
dalam belajar Matematika tentu saja dibutuhkan agar peserta didik
dapat berpikir secara mandiri dan kreativitas peserta didik yang baik
pasti akan mempengaruhi prestasi belajarnya. Hubungan ini pasti akan
menjadi kenyataan di dunia pendidikan, karena dengan sikap positif
maka hal yang dihasilkan juga positif. Hal ini tidak sertamerta sama
dengan kejujuran siswa dalam mengerjakan tugas. Prestasi belajar yang
baik belum dapat membuktikan bahwa kejujuran individu baik pula.
Oleh karena itu sikap jujur dapat mempengaruhi prestasi belajar
matematika namun tingkat pengaruhnya dapat sangat lemah.
Pengaruh Kreativitas Belajar..., Wendi Prastomo, FKIP UMP, 2014
37
Gambar 2.1. Skema hubungan antar variabel
C. HIPOTESIS PENELITIAN
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir, maka hipotesis yang
dapat diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Terdapat pengaruh yang signifikan antara kreativitas belajar terhadap
prestasi belajar Matematika pada materi pecahan.
2. Terdapat pengaruh yang signifikan antara kejujuran siswa dalam
mengerjakan tugas terhadap presatasi belajar Matematika pada materi
pecahan.
3. Terdapat pengaruh yang signifikan antara kreativitas belajar dan
kejujuran siswa dalam mengerjakan tugas terhadap prestasi belajar
Matematika pada materi pecahan.
Kreativitas belajar (X1)
Aspek Indikator:
1. Kelancaran
2. Keluwesan
3. Keaslian
4. Elaborasi
5. Perumusan kembali
Kejujuran Siswa dalam
Mengerjakan Tugas
(X2)
Aspek Indikator:
1. Berkata benar
2. Mengakui kekurangan
3. Tidak menyontek
4. Tidak berbohong
5. Tidak memanipulasi
fakta
6. Mengakui kesalahan
Prestasi Belajar Matematika
(Y)
Feed Back (Umpan Balik)
Pengaruh Kreativitas Belajar..., Wendi Prastomo, FKIP UMP, 2014