bab ii kajian pustaka 2.1.pacaran...5 bab ii kajian pustaka 2.1.pacaran pacar adalah kekasih atau...
TRANSCRIPT
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.Pacaran
Pacar adalah kekasih atau teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai
hubungan batin berdasarkan cinta kasih. Berpacaran adalah bercinta, berkasih-
kasihan. Memacari adalah mengencani, menjadikan dia sebagai pacar
(KBBI,:863).
Dalam berpacaran laki-laki dan perempuan saling mencintai. Kata cinta
merupakan padanan kata dari bahasa inggris love atau dari bahasa arab al-
hubb atau al-muhabbah. Cinta sebenarnya sulit diungkapkan apalagi
didefinisikan, sebab jika didefinisikan maka semakin membatas ruang
lingkupnya. Cinta dapat dirasakan oleh setiap individu, tetapi tidak menjamin
masing-masing individu tersebut mampu mengungkapkanya dalam bahasa
verbal.
Begitu banyak definisi cinta, sehingga masing-masing definisi sulit
disintesiskan dalam satu kalimat yang sangat sederhana. Namun, kiranya dapat
dipahami bahwa cinta itu merupakan reaksi dan ekspresi emosi yang
kompleks, sekomplek kehidupan manusia ituu sendiri. Sebagai prinsip kiranya
dapat dikatakan bahwa masa pacaran adalah masa untuk belajar saling
mencintai dengan harapan kelak akan menjadi suami istri bahagia. Sehingga
kedua muda-mudi yang sedang berpacaran mempunyai hak dan kewajiban
untuk semakin mengenal dan menyayangi. Tentu saja kasih saying itu buka
hanya dibicarakan dan dirasakan, melainkan juga diungkapkan dan
diwujudkan. Ungkapan dan perwujudan kasih saying antara laki-laki dan
perempuan pada umumnya memuat juga kemesraan, kehangatan , rasa
tertarik, bahkan juga hawa nafsu (Mujib, 2004:13-14).
Menurut Reksoprojo (2000) berpacaran merupakan suatu hubungan yang
tumbuh diantara anak laki-laki dan perempuan menuju kedewasaan. Pacaran
merupakan masa pencarian pasangan, penjajakan dan pemahaman akan
berbagai sifat yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. Disebut pula
sebagai masa penjajakan ketika masing-masing pihak mencoba untuk saling
6
mengerti kepribadian pasanganya. Hal ini terjadi sebelum mereka melanjutkan
hubungan lebih jauh lagi ke jenjang pernikahan.
Pacaran adalah pergaulan yang terbatas antara muda-mudi dengann
menekankan pengelompokan yang kompak dan berarti khusus, ditandai
dengan adanya perasaan bergelora dan perjemuan. Tahapan dalam berpacaran
meliputi ketertarikan pada lawan jenis yang dikenal, senyuman dan pendangan
bersahabat, saling berkunjung, saling bergandengan dan sebagainya (Siti dan
Rony, 2008:63-64).
2.2.Pesan Komunikasi
Pesan pada dasarnya bersifat abstrak. Untuk membuatnya konkret agar
dapat dikirim dan diterima oleh komunikan, manusia dengan akal budinya
menciptakan sejumlah lambang komunikasi berupa suara, mimik, gerak-gerik,
bahasa lisan dan bahasa tulisan. Apabila pesan bersifat abstrak, komunikan
tidak akan tahu apa yang ada dalam benak komunikator sampai pesan tersebut
diwujudkan dalam salah satu bentuk atau kombinasi lambang-lambang
komunikasi. Karena itu, lambang komunikasi disebut juga bentuk pesan, yakni
wujud konkret dari pesan. Hal tersebut berfungsi mewujudkan pesan yang
abstrak menjadi konkret. Suara, mimik dan gerak-gerik lazim digolongkan
dalam pesan nonverbal, sedangkan bahasa lisan dan bahasa tulisan
dikelompokkan dalam pesan verbal (Daryanto,2011:27)
Pesan komunikasi merupakan informasi yang disampaikan oleh
komunikator kepada komunikan. Pesan tersebut bisa berupa tentang
pendidikan, pengetahuan dan sebagainya. Pesan yang disampaikan bisa berupa
pesan verbal dan pesan non verbal.Pesan yang biasanya disampaikan oleh
komunikator terhadap komunikan terkadang tidak selalu bisa langsung
diartikan oleh penerima pesan, contohnya jika komunikator menyampaikan
pesan dengan berupa simbol atau lambang maka komunikan harus lebih
memahami terlebih dahulu simbol atau lambang tersebut untuk mencerna
pesan yang disampaikan.
Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang
disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya
bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda.
7
Dalam bahasa inggris pesan biasanya diterjemahkan dengan kata message,
content dan information.
Pesan yang disampaikan komunikator kepada komunikan terdiri atas
rangkaian simbol-simbol dan kode. Simbol merupakan lambang yang
memiliki suatu objek. Sedangkan kode adalah seperangkat simbol yang telah
disusun secara sistematis dan teratur sehingga memiliki arti. Dengan
demikian, pesan dalam proses komunikasi haruslah berbentuk simbol yang
memiliki makna atau disebut kode.
Simbol yang bermakna atau kode dalam proses komunikasi terbgai dua
macam yakni verbal dan nonverbal. Lazimnya disebut sebagai pesan verbal
berupa bahasa dan pesan nonverbal berupa isyarat.
1. Pesan verbal
Pesan verbal adalah suatu pernyataan yang disampaikan
komunikator kepada komunikan dengan menggunakan bahasa. Secara
umum, bahasa diartikan sebagai seperangkat kata yang telah disusun
secara berstruktur, sehingga menjadi himpunan kalimat yang mengandung
makna. Makna itulah yang menjadi substansi utama dalam suatu proses
komunikasi. Bilamana pesan yang disampaikan komunikator maknanya
berbeda dengan apa yang diterima komunikan, maka komunikasinya tidak
berjalan dengan efektif.
Pesan verbal dikenal juga dengan istilah komunikasi verbal, yaitu
salah satu jenis pesan yang menggunakan bahasa, dimana cara
penyampaianya terdiri dari dua cara lisan dan tulisan. Dalam kehidupan
sehari-hari, komunikasi secara verbal dapat ditemukan dalam percakapan
(obrolan) yang dilakukan dua orang atau lebih, ceramah, pidato, orasi,
membaca berita dan lain sebagainya. Sedangkan komunikasi secara tertulis
dapat berbentuk surat, wesel, memo, artikel, opini dan lain sebagainya.
Dalam sebuah ceramah yang dilakukan oleh Ustadz juga
merupakan pesan verbal. Dalam sebuah ceramah dakwah, seorang Ustadz
menjadi komunikator yang menyampaikan pesan kepada jamaah sebagai
komunikan. Pesan yang disampaikan tentunya telah disusun agar pesan
8
tersebut maknanya dapat sampai kepada komunikan sesuai dengan yang
diinginkan oleh komunikator tersebut (Jupendri, 2016:111-113).
Dalam dakwah tentunya penceramah mengajak komunikan untuk
menerima apa yang disampaikan, karena tujuan dakwah adalah untuk
mengubah masyarakat untuk menjalani kehidupan yang lebih baik. Tujuan
yang demikian merupakan definisi dari komunikasi persuasif, yakni
adanya perubahan situasi orang lain. Perubahan dimaksud bukan hanya
sekadar perubahan yang bersifat sementara, melainkan perubahan yang
mendasar berdasarkan kesadaran dan keyakinan.
Sebagaimana diketahui bahwa komunikasi persuasif adalah proses
komunikasi untuk mempengaruhi pendapat, sikap dan tindakan orang
dengan menggunakan manipulasi psikologis sehingga orang tersebut
bertindak seperti kehendaknya sendiri. (Rubani, 2010:3).
2. Pesan nonverbal
Pesan nonverbal adalah pesan yang menggunakan isyarat atau
gerakan tubuh yang menyampaikan maksud dan tujuan oleh komunikator
kepada komunikan.
Jenis pesan ini tidak menggunakan bahasa sebagaimana pesan
verbal. Oleh karena itu, pesan nonverbal dikenal juga dengan istilah
bahasa diam (silent message). Dalam kehidupan sehari-hari, komunikator
yang selalu menggunakan pesan nonverbal adalah komunitas atau orang-
orang tuna bicara (bisu) dan anak-anak kecil yang belum pandai berbicara.
Selain itu, pesan nonverbal juga ditemukan pada rambu-rambu lalu lintas,
larangan buang sampah, larangan membuang kotoran, larangan merokok
dan lain sebagainya.
Pesan nonverbal mempunyai hubungan yang erat dengan pesan
verbal. Kedua pesan saling mendukung dan melengkapi satu sama lain.
Berkaitan dengan itu, ada empat fungsi pesan nonverbal. Pertama, pesan
nonverbal dapat meyakinkan apa yang diucapkan. Para komunikan
(khalayak) akan kuat kepercayaanya terhadap pesan verbal yang
disampaikan komunikator bilamana didukung atau diperkuat dengan
bahasa tubuh yang serius dan meyakinkan. Kedua, pesan verbal dapat
9
menunjukkan perasaan dan emosi yang tidak bisa diutarakan dengan kata-
kata.
Ungkapan senang, ceria, sedih, terharu, merasa bersalah dan lain
sebagainya akan mudah disampaikan dalam bentuk pesan nonverbal.
Kalaupun, kondisi itu dapat di verbalkan atau disusun dengan kata-kata,
tetap saja harus didukung dengan pesan nonverbal. Ketiga, pesan
nonverbal dapat menunjukkan jati diri sehingga orang lain mengenalnya.
Karakter dan sifat komunikator akan mudah dikenali dari bahasa
tubuhnya. Sebab pesan verbal komunikator belum bisa menjamin apa yang
sebenarnya terjadi. Seorang komunikator dapat saja berbohong atau tidak
mengungkapkan sesuatu secara benar. Akan tetapi, pesan nonverbal
komunikator sulit dibohongi. Keempat, pesan nonverbal dapat menambah
atau melengkapi ucapan-ucapan yang dirasakan belum sempurna.
Memerintahkan seseorang untuk mengambil sesuatu diatas meja akan
lebih efektif bilamana diikuti pesan nonverbal berupa menunjukkan tempat
sesuatu itu yang mau diambil. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya
pesan nonverbal bagi pesan verbal. Sehingga makna yang dimaksud oleh
komunikator sama dengan yang diterima oleh komunikan (Jupendri,
2016:113-116).
Pada pesan nonverbal, komunikator menyampaikan pesan dengan
menggunakan simbol tertentu. Pesan nonverbal yang disampaikan
tentunya dilakukan tanpa menggunakan bahasa verba melainkan dengan
sebuah isyarat ataupun gerakan tubuh. Seperti ketika seseoarng bertanya
dengan temanya, kemudian teman tersebut mengangkat bahu menandakan
bahwa tidak tahu dengan apa yang ditanyakan oleh temanya. Namun tidak
selalu pesan non verbal hanya memakai isyarat, karena terkadang apa yang
ingin disampaikan oleh komunikator terhadap komunikan tidak dapat
dipahami dengan baik.
Dan pada saat seorang pendakwah menyampaikan dakwahnya
melalui media social, pendakwah menggunakan pesan verbal dan
nonverbal agar pesan sampai kepada komunikan seperti yang diinginkan
oleh komunikator.
10
2.2.1. Pesan Dakwah
Pesan ialah apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima,
dan pesan merupakan seperangkat simbol verbal dan nonverbal yang
mewakili perasaan, nilai, gagasan, maksud sumber pesan. Pesan itu sendiri
memiliki tiga komponen yaitu makna simbol yang digunakan untuk
menyampaikan makna dan bentuk atau organisasi pesan.
Pesan yang dimaksud dalam komunikasi dakwah adalah yang
disampaikan da’i kepada mad’u. Dalam istilah komunikasi pesan juga
disebut message, content atau informasi. Berdasarkan cara penyampaianya,
pesan dakwah dapat disampaikan lewat tatap muka atau dengan
menggunakan sarana media. Komunikasi dakwah terdiri atas isi pesan, akan
tetapi lambang yang digunakan dalam komunikasi dakwah ialah bahasa,
gambar, visual dan sebagainya.
Lambang yang digunakan dalam dakwah ialah bahasa karena hanya
bahasalah yang dapat mengungkapkan pikiran dan perasaan, fakta dan opini
(ilaihi,2010:97-98).
Pesan dakwah merupakan isi dakwah berupa kata, gambar, lukisan
dan sebagainya yang diharapkan dapat memberikan pemahaman bahkan
berupa sikap dan perilaku mitra dakwah. Maka dapat disimpulkan bahwa
pesan dakwah adalah semua materi yang berbentuk simbol-simbol yang
berupa kata, gambar dan sebagainya yang berdasarkan Al-Qur’an dan
Sunnah dan diharapkan dapat memberikan pemahaman bahkan perubahan
sikap dan perilaku mitra dakwah (Aziz,2009:318).
Berikut sumber materi dakwah:
a) Al-Qur’an
Terhitung sejak diturunkanya ayat terakhir dari Al-Qur’an
yang menyatakan bahwa hari itu seluruh syari’at islam telah
sempurna dan dijadikan sebagai ad-diin (agama) yang diridhai oleh
Allah SWT, maka menjadi tetaplah dalam kehidupan umat islam
bahwa sumber utama dan terutama dari syari’at ini adalah Al-
11
Qur’an. Sebagaimana Firman Allah SWT dalam Surat Al-Maidah
ayat 3 yang artinya :
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan
telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai
Islam itu jadi agama bagimu.” (QS. Al-Maidah Ayat 3).
b) Sunnah
Dan kemudian Rasulullah SAW, menegaskan kembali
dalam satu Sabdanya yang menyaktakan bahwa ada dua hal yang
wajib dipegang oleh umatnya bila ingin selamat dunia dan akhirat,
yaitu Al-Qur’an dan Sunnah.
Sebagaimana Firman Allah SWT dalam surat An-Nisa ayat
59 yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman.Ta‟atilah Allah
dan ta‟atilah Rasul (Nya), dan ulil amri diantara kamu. Kemudian
jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah iakepada Allah (Al-Qur‟an) dan Rasul
(Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan
hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih
baik akibatnya.” (QS. An-Nisa Ayat 59).
2.2.2. Materi/Isi Pesan Dakwah
Yang menjadi materi dakwah adalah ajaran islam itu sendiri, sebab
semua ajaran islam dapat dijadikan pesan dakwah. Secara umum materi
dakwah dapat diklasifikasikan menjadi masalah yaitu:
Berikut adalah beberapa kategori dalam materi dakwah:
1) Pesan Aqidah (keimanan)
Aqidah berasal dari bahasa arab„aqidahyang bentuk
jamaknya adalah „aqa‟id yang berarti kepercayaan atau
keyakinan. Oleh karena itu aqidah menjadi pondasi utama bagi
umat muslim.Aqidah dalam islam berarti bersifat I‟tiqad
batiniyah yang mencakup masalah-masalah yang erat
hubunganya dengan rukun iman, yakni iman atau percaya
kepada Allah, malaikat-malaikat, kitab-kitab, Rasul-rasul, hari
akhir serta qada‟ dan qadar.
12
Pesan aqidah intinya adalah “tauhidullah” dan cabang-
cabang iman lainya, yaitu hal-hal yang menyangkut tentang
Allah dan seluruh asma dan sifat-Nya, para Malaikatnya, alam
barzakh dan alam akhiratnya. Pada dasarnya dakwah para
Rasul dan Anbiya’ adalah dakwah tauhid (Malim dan
Solihin,2010:19).
Sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an Surat Al-
Anbiya’ ayat 25 yang artinya: “Dan kami tidak mengutus
seorang Rasulpun sebelum kamu melainkan kami wahyukan
kepadanya:Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan
aku, Maka sembahlah olehmu sekalian akan aku.” (QS. Al-
Anbiya Ayat 25).
2) Pesan Syari’ah (keislaman)
Materi syari’ah adalah materi dakwah yang berkenaan
dengan masalah-masalah hukum atau aturan-aturan kehidupan
sehari-hari. Materi syari’ah ini antara ain mencakup seluk-
beluk dan aturan hidup umat islam, atau fiqih islam (Malim dan
Solihin,2010:19).
Syari’ah terbagi dua yaitu ibadah dan muamalah. Syari’ah
dalam islam berhubungan erat dengan amal lahir dalam rangka
mentaati semua peraturan dan hukum Allah guna mengatur
hubungan antar manusia dengan Tuhannya dan mengatur
pergaulan hidup antara sesama manusia. Yang meliputi ibadah
dalam arti Thaharah, Shalat, Zakat, Puasa dan Haji dan
muamalah dalam arti luas hukum perdata yang meliputi hukum
niaga, hukum nikah dan hukum waris ataupun hukum public
yang meliputi hukum pidana, hukum Negara, hukum perang
dan damai (ilaihi,2010:102).
3) Pesan Akhlak (Budi Pekerti)
Kata akhlak berasal dari kata khuluqun yang dalam bahasa
arab artinya watak, kelakuan, tabi’at, perangai, budi pekerti,
tingkah laku dan kebiasaan. Sedangkan dari segi istilah, akhlak
13
merupakan suatu keadaan jiwa atau sifat yang tetap pada
seseorang yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu
perbuatan tanpa memerlukan pemikiran pertimbangan atau
penelitian.
Jika keadaan hal tersebut melahirkan perbuatan yang baik
dan terpuji menurut pandangan akal dan hukum islam, disebut
akhlak yang mulia. Jika perbuatan yang timbul itu tidak baik,
maka dinamakan akhlak yang buruk. Adapun akhlak terdiri dari
akhlak terhadap khaliq (pencipta) dan akhlak terhadap mahluk
baik itu manusia maupun bukan sesama manusia
(Aziz,2004:117-118).
Akhlak islam adalah materi dasar (pokok) dalam dakwah.
Karena misi Rasulullah diutus kepermukaan bumi adalah untuk
memperbaiki akhlak manusia.
Seperti sabda Rasulullah yang artinya: “Aku hanya diutus
untuk menyempurnakan keluhuran Akhlak.”(HR.Malik).
Akhlak yang mulia terlihat dalam penampilan sikap
pengabdianya kepada Allah dan kepada lingkunganya, baik
kepada sesama manusia maupun terhadap alam sekitarnya
(Malim dan Solihin,2010:20).
2.3.Media Komunikasi
Media adalah bentuk jamak dari medium yang berarti tengah atau
perantara.Massa berasal dari bahasa inggris yaitu mass yang berarti kelompok
atau kumpulan. Dengan demikian, pengertian media massa adalah perantara
atau alat-alat yang digunakan oleh massa dimana proses penyampaian pesan,
gagasan, atau informasi kepada orag banyak (publik) secara serentak.
Sebuah media bisa disebut media massa jika memiliki karakteristik
tertentu. Karakteristik media massa menurut (Cangara, 2010:126-127) antara
lain:
1. Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media terdiri dari
banyak orang, yakni dari pengumpulan, pengelolaan sampai pada
penyajian informasi.
14
2. Bersifat satu arah, artinya komunikasi yang dilakukan kurang
memungkinkan terjadinya dialog antara pengirim dan penerima.
Kalau pun terjadi reaksi atau umpan balik, biasanya memerlukan
waktu dan tertunda.
3. Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan
jarak, karena ia memiliki kecepatan. Bergerak secara luas dan
simultan, dimana informasi yang disampaikan diterima oleh banyak
orang dalam waktu yang sama.
4. Memakai peralatan teknis atau mekanis, seperti radio, televise, surat
kabar dan semacamnya.
5. Bersifat terbuka, artinya pesanya dapat diterima oleh siapa saja dan
dimana saja tanpa mengenal batas usia, jenis kelamin dan suku
bangsa.
Menurut (Effendy, 2006:65), media massa digunakan dalam komunikasi
apabila komunikasi berjumlah banyak dn bertempat tinggal jauh. Media massa
yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari umumnya adalah surat
kabar, radio, televise dan film bioskop yang beroperasi dibidang informasi,
edukasi dan rekreasi atau dalam istilah lain penerangan, pendidikan dan
hiburan.
Dengan demikian media massa adalah suatu alat untuk melakukan atau
menyebarkan informasi kepada komunikan yang luas, berjumah banyak dan
bersifat heterogen. Media massa adalah alat yang sangat efektif dalam
melakukan komunikasi massa karena dapat mengubah sikap, pendapat dan
perilaku komuikanya. Keuntungan komunikasi dengan menggunakan media
massa adalah bahwa media massa menimbulkan keserempakan yaitu suatu
pesan dapat diterima oleh komunikan yang berjumlah ralatif banyak.
Menurut (Effendy, 2003:54) mengemukakan fungsi komunikasi massa
secara umum adalah:
1) Fungsi informasi
Fungsi memberikan informasi ini diartikan bahwa media massa
adalah penyebar informasi bagi pembaca, pendengar atau pemirsa.
2) Fungsi pendidikan
15
Media massamerupakan sarana pendidikan bagi khalayaknya,
karena media massa banyak menyajikan hal-hal yang sifatnya
mendidik. Salah satu cara mendidiknya dilakukan media massa
adalah melalui pengajaran nilai, etika serta aturan-aturan yang
berlaku kepada pemirsa atau pembaca.
3) Fungsi mempengaruhi
Fungsi mempengaruhi diri dari media massa secara implisit
terdapat pada tajuk/editorial, feature, iklan, artikel dan sebagainya.
Media massa memang merupakan suatu alat yang berfungsi untuk
menyampaikan informasi, saluran pendidikn, hiburan dan lain sebagainya.
Namun media massa juga memberikan efek terhadap khalayak, yang diluar
fungsi tersebut.
Efek media massa tidak hanya mempengaruhi sikap seseorang, namun
juga dapat mempengaruhi perilaku, bahkan dalam tataran yang lebih jauh
lagi mungkin media massa dapat mempengaruhi sistem-sistem sosial
maupun sistem budaya masyarakat baik dalam waktu yang pendek maupun
dalam waktu yang lama, yang mana dalam hal ini bisa terjadi karena efek
dari media massa yang terjadi secara disengaja maupunn yang media massa
yang diterima oleh masyarakat atau khalayak tanpa disengaja.
Masyarakat pun secara bebas bisa menggunakan media (apa saja) untuk
keperluan yang juga berbeda-beda satu sama lain. Selain itu, dilihat dari
fungsi media itu sendiri, tetap akan dipengaruhi oleh aspek ruang dan
waktu. Fungsi media dulu dan sekarang tentu berbeda, juga pengguna dari
media tersebut yang sudah pasti berbeda pula.
Terakhir, fungsi media juga bergeser manakala dihadapkan kepada
masalah pengorganisasian kekuatanya. Orang media mengetahui bahwa
masyarakat membutuhkan sesuatu dan orang media mencoba memenuhinya
melalui penyesuaian-penyesuaian terhadap isi media yang
bersangkutan.Untuk yang terakhir ini fungsi media sudah diubah menjadi
alat untuk melakukan atau mencapai tujuan-tujuan tertentu.
(Rubani,2010:261-262).
16
2.3.1. Media Sosial
Media social memiliki beberapa pengertian, yakni: Interaksi social antara
manusia dalam memproduksi, berbagi dan bertukar informasi, hal ini
mencakup gagasan dan berbagai konten dalam komunitas virtual.Media
social adalah kelompok dari aplikasi yang berbasiskan internet yang
dibangun atas dasar ideologi dan teknologi web versi 2.0 yang
memungkinkan terciptanya website interaktif.
Dari kedua pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa media social
mampu menghadirkan serta mentranslasikan cara berkomunikasi baru
dengan teknologi yang sama sekali berbeda dari media social tradisional.
Berikut karakteristik yang dijumpai pada media social modern:
1. Transparansi
Keterbukaan informasi karena konten media social ditujukan untuk
konsumsi publik atau sekelompok orang.
2. Dialog dan komunikasi
Terjalin hubungan dan komunikasi interaktif menggunakan ragam
fitur, misalnya antara “Brand Bisnis” dengan para “Fansnya”.
3. Jejaring relasi
Hubungan antara pengguna layaknya jaring-jaring yang terhubung
satu sama lain dan semakin kompleks seraya mereka menjalin
komunikasi dan terus membangun pertemanan. Komunikasi
jejaring social memiliki peranan kuat yang akan mempengaruhi
audiensinya.
4. Multi opini
Setiap orang dengan mudahnya berargumen dan mengutarakan
pendapatnya.
5. Multi form
Informasi disajikan dalam ragam konten dan ragam channel,
wujudnya dapat berupa: social media press release, video news
release, portal web dan elemen lainya.
17
6. Kekuatan promosi online
Media sosial dapat dipandang sebagai tool yang memunculkan
peluang-peluang guna mewujudkan visi misi organisasi (Sulianta,
2015:5-7).
Sosial media adalah media online yang mendukung interaksi sosial.
Media sosial memudahkan interaksi tanpa harus mengkhawatirkan jarak, dan
dapat menjangkau khalayak luas. Dengan media social juga komunikator
dapat menyampaikan pesan melalui sebuah postingan foto berupa video
seperti halnya dalam media youtube terdapat video motivasi, ceramah dan
sebagainya.
2.4. Youtube
Youtube adalah situs portal video yang sering diakses para pengguna
internet, juga mempunyai fitur berbagi video (video sharing) sehingga dapat
dilihat oleh siapapun yang mengklik video tersebut. Terdapat didalamnya
berbagai macam video seperti tutorial, video, music, berita dan lain-lain
(Kindarto,2008:1).
Seiring perkembanganya, peran youtube bertambah menjadi jaur
distribusi bagi berbagai kalangan , mulai dari pembuat konten sampai
pengiklan, sebagai ajang berbagi, menginformasikan dan menginspirasi para
pengguna internet di berbagai belahan dunia (Abraham, 2011:45).
Fitur-fitur yang ada dalam youtube, diantaranya sebagai berikut:
1) Mencari video
Situs ini adalah kumpulan berbagai macam video yang telah
diunggah, jelas bahwa youtube terdapat berbagai macam video.
Penggunanya dapat mencari berbagai video dengan mengetikkan
kata kunci dibagian pencarian.
2) Memutar video
Setelah penggunanya mendapatkan video yang diinginkan, hanya
dengan mengkliknya penonton dapat langsung memutar video
18
tersebut, tentu saja agar video lancer saat diputar koneksi internet
sangat penting demi kelancaran saat menontonya.
3) Mengunggah video
Akun penonton yang sudah terdaftar dengan youtube, mereka dapat
mengunggah video kedalam akun. Dengan syarat telah terdaftar,
semakin besar videonya maka semakin mempengaruhi lamanya
waktu saat mengunggah video tersebut.
4) Mengunduh video
Video yang ada dalam youtube dapat juga bisa di download
penonton dan gratis. Ada banyak cara seperti meng-copy alamat
URL yang ada dalam video tersebut. Banyak cara penggunanya
dapat mendownload video, cara lebih lanjut dengan mencarinya di
Google.
5) Berlangganan (subscribe)
Fitur gratis ini berfungsi bagi pengguna untuk bisa berlangganan
(subscribe) video terbaru dari akun yang sudah di klik tombol
subscribenya. Pemberitahuan langsung didapatkan melalui kotak
masuk yang ada dalam email penggunanya.
6) Siaran langsung (Live Streaming)
Fitur live streaming ini adalah fitur yang dimiliki internet bagi
pemilik konten ataupun pengguna yang sudah memiliki akun
youtube tentunya sangat berguna. Asalkan terhubung dengan
koneksi internet ataupun memiliki kuota yang memadai, semua
dapat menyiarkan video yang sedang berlangsung saat itu juga
(Tamburaka, 2013:84).
2.5. Analisis Isi
Analisis isi merupakan teknik penelitian untuk memperoleh gambaran isi
pesan komunikasi massa yang dilakukan secara objektif, sistematik dan
relevan secara sosiologis. Uraian dalam analisisnya boleh saja menggunakan
tata cara pengukuran kuantitatif atau kualitatif, atau bahkan keduanya
sekaligus. (Nasution, 2002:32).
19
Analisis isi digunakan untuk memperoleh keterangan dari isi
komunikasi yang disampaikan dalam bentuk lambang. Tidak hanya itu
analisis isi juga dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk
komunikasi seperti surat kabar, buku, puisi, lagu, cerita rakyat, lukisan,
pidato, surat, teater bahkan novel dan lain sebagainya. (Rakhmat, 2002:89)
Selain itu dalam menganalisis isi, yang digunakan untuk memperoleh
keterangan dari isi komunikasi yang apabila disampaikan dalam bentuk
lambang tersebut.Teknik penelitian yang digunakan dalam analisis isi yaitu
untuk mendapat gambaran isi pesan komunikasi yang diuraikan
menggunakan tata carapengukuran kualitatif atau kuantitatif. Analisis isi
menurut R. Holsty, adalah suatu metode analisis isi pesan suatu cara yang
sistematis yang menjadi petunjuk untuk mengamati dan menganalisa tertentu
yang dapat disampaikan oleh komunikator. Sedangkan yang kualitatif dimana
pendekatan ini menggunakan seperangkat tema sebagai pedoman dalam
membahas seluruh isi pesan dan mencoba menerangkan bagaimana tema
tersebut dikembangkan oleh suatu sumber media dan cenderung untuk
meneliti masalah yang tidak mencakup jumlah atau kuantitas.
Jika komunikasi itu adalah antara teks (bahan bacaan) dengan
pembacanya, maka yang diperlukan disini tidak lagi hanya proses kognitif
dalam arti umum, tetapi mencakup proses analisis untuk mencapai tujuan
penelitian (Zed, 2001:72).
Adapun lima tujuan analisis isi, antara lain:
1) Menggambarkan isi komunikasi
2) Menguji hipotesis karakteristik-karakteristik suatu pesan
3) Membandingkan isi media dengan “dunia nyata”
4) Melalui image suatu kelompok tertentu dan masyarakat
5) Menciptakan titik awal terhadap studi efek media (Bulaeng,
2004:171).
Analisis isi adalah metode ilmiah untuk mempelajari dan menarik
kesimpulan atas suatu fenomena dengan memanfaatkan dokumen (teks). Pada
titik inilah, analisis isi kemudian banyak dipakai oleh disiplin ilmu lain.
Penggunaan analisis isi terdapat dalam tiga aspek. Pertama, analisis isi
20
ditempatkan sebagai media utama. Kedua, analisis isi dipakai sebagai salah
satu metode saja dalam penelitian. Peneliti menggunakan banyak metode
(survey, eksperimen) dan analisis isi menjadi salah satu metode.
Ketiga, analisis isi dipakai sebagai bahan pembanding untuk menguji
kesahihan dari kesimpulan yang telah didapat dari metode lain. Peneliti telah
memperoleh data yang diperoleh dari metode lain (survey, eksperimen dan
sebagainya) dan menggunakan analisis isi untuk mengecek apakah
kesimpulan yang dibuat oleh peneliti sahih atau tidak dalam hal ini didukung
oleh temuan dalam analisis isi (Eriyanto,2011:10-11).
2.5.1. Bentuk Unit Analisis
Ada beberapa jenis unit analisis. Sejumlah ahli merumuskan beberapa
jenis unit analisis dalam analisis isi. Holsti (1969) dan Budd, Thorp dan
Donohew (1971), mengidentifikasi ada dua unit analisis penting dalam
analisis isi, yakni unit pencatatan (recording units) dan unit konteks (context
units).
Dari berbagai jenis unit analisis yang ada dalam analisis isi, dapat
dibagi kedalam tiga bagian besar, yakni unit sampel (sampling units), unit
pencatatan (recording units), dan unit konteks (context units). Unit sampel
adalah bagian dari objek yang dipilih (diseleksi) oleh peneliti untuk
didalami. Unit sampel ini ditentukan oleh topik dan tujuan dari riset. Lewat
unit sampel, peneliti secara tegas menentukan mana isi (content) yang akan
diteliti dan mana yang tidak diteliti.
Unit pencatatan (recording units) adalah bagian atau aspek dari isi yang
menjadi dasar dalam pencatatan dan analisis. Isi (content) dari suatu teks
mempunyai unsur atau elemen, unsur atau bagian ini yang harus
didefinisikan sebagai dasar peneliti dalam melakukan pencatatan. Sebuah
berita dimedia cetak terdiri atas kata, kalimat, gambar (foto). Sebuah
sinetron (film televisi) terdiri atas unsur karakter, sudut pengambilan
gambar, tata cahaya, jalan cerita dan pengadeganan. Peneliti harus memilih,
bagian mana dari isi yang akan dicatat. Bagian ini yang disebut sebagai unit
pencatatan (recording units). Unit pencatatan adalah unit analisis yang
paling penting dalam analisis isi. Unit ini berkaitan dengan apa dari isi yang
21
akan dicatat, dihitung dan dianalisis. Unit pencatatan beda dengan unit
sampling, unit sampling hanya menentukan isi apa yang dianalisis,
sementara unit pencatatan berbicara mengenai bagian apa dari isi yang akan
dicatat, dihitung dan dianalisis.
Sementara unit konteks (context units) adalah konteks apa yang
diberikan oleh peneliti untuk memahami atau memberi arti pada hasil
pencatatan. Jika peneliti ingin mengetahui status social-ekonomi dalam
karakter di cerita televisi. Peneliti akan mencatat (recording units) berupa
pakaian, cara bicara, perhiasan yang dipakai dan bentuk tubuh. Aspek-aspek
yang dicatat itu (pakaian, cara bicara) harus diberi konteks tertentu sebagai
status social-ekonomi.
Unit sampel, pencatatan dan konteks saling berkaitan satu sama lain.
Masing-masing unit analisis ini harus didefinisikan secara jelas oleh peneliti
sebelum mulai melakukan analisis isi. Unit ini menentukan isi apa yang
akan dipilih (sampling units), bagian apa dari isi yang dicatat (recording
units), dan bagaimana hasil pencatatan itu diberikan penilaian (context
units). Pilihan atas unit-unit analisis ini akan menentukan bagaimana
analisis ini dikerjakan. Ilustrasi berikut ini menunjukkan pilihan unit analisis
akan menentukan bagaimana bentuk analisis isi yang dibuat
(Eriyanto,2011:60-63).
2.5.2. Unit Tematik (Thematic Units)
Sesuai namanya, unit tematik adalah unit analisis yang lebih melihat
tema (topik) pembicaraan dari suatu teks. Unit tematik secara sederhana
berbicara mengenai “teks berbicara tentang apa atau mengenai apa”. Unit
tematik tidak berhubungan dengan kandungan kata atau kalimat, seperti
halnya dalam analisis sintaksis, proporsional dan referensial. Analisis
terhadap suatu iklan misalnya, jika memakai unit tematik lebih focus kepada
iklan ini berbicara mengenai apa atau apa yang ingin disampaikan lewat
iklan. Unit analisis ini tidak berpretensi untuk melihat penggunaan kata-kata
atau proposisi dalam iklan.
Unit tematik merupakan salah satu unit analisis yang banyak digunakan
dalam analisis isi karena unit analisis ini relatif mudah untuk dikerjakan.
22
Peneliti membaca suatu teks (berita, foto, iklan, pidato, selebaran) dan
menyimpulkan apa tema atau topic dari teks ini. Unit analisis ini, seperti
dikatakan Holsti (1969), juga memungkinkan peneliti melihat
kecenderungan, sikap, kepercayaan dari suatu teks.
Meski relatif mudah dilakukan, unit analisis ini adalah unit yang paling
problemtik. Berbeda dengan unit fisik, sintaksis, referensial dan
proporsional yang benar-benar didasarkan pada teks yang eksplisit, pada
unit tematik peneliti menggunakan penalaran. Peneliti mengaitkan antara
satu kata dan kata lain, kalimat satu dan kalimat lain, keterkaitan
antarparagraf sehingga dapat menyimpulkan gagasan atau ide tertentu dari
suatu teks. Pada titik ini, unit analisis ini paling besar kemungkinan terjadi
perbedaan penilaian diantara para penilai (coder). Karena unit analisis ini
berpotensi menimbulkan beda penafsiran, ada cara yang diusulkan oleh
Holsti (1969) untuk mengidentifikasi tema dari suatu teks.
Menurut Holsti (1969), tematik dari suatu teks dapat dilihat dari subjek
yang terdapat dalam teks. Jika didalam teks terdapat tiga subjek, berarti
dalam teks tersebut terdapat tiga tema. Peneliti tinggal melihat rangkaian
kata dan kalimat dalam teks ketika berbicara mengenai subjek tersebut.
Misalnya kalimat, pemerintah Indonesia protes keras terhadap Malaysia
ayang mengirim kapal perang ke perairan Ambalat. Dalam kalimat ini
terdapat dua subjek, yakni Indonesia dan Malaysia dalam teks berita. Teks
berita ini demikian terdiri atas dua tematik.
Dalam suatu teks kemungkinan ada lebih dari satu tema. Suatu teks
berita misalnya, umumnya terdiri atas beberapa tema yang disajikan dalam
suatu berita. Salah satu cara lain yang dapat dilakukan untuk mengurangi
perbedaan penilaian diantara coder ialah dengan memecah (membagi) teks
kedalam beberapa bagian. Dalam satu teks kemungkinan terdapat bebrapa
tema. Peneliti dapat membagi teks kedalam beberapa bagian, misalnya
untuk berita, dapat dibagi kedalam paragraph, untuk televisi dapat dibagi
dalam sejumlah segmen, dimasing-masing paragraf atau segmen ini baru
diidentifikasi unit tematiknya (Eriyanto,2011:84-87).
23
2.6. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu ini merupakan referensi dan juga sebagai acuan
untuk melakukan penelitian sehingga peneliti dapat memperkaya teori yang
digunakan dalam mengkaji penelitian yang dilakukan. Dari penelitian
terdahulu peneliti tidak menemukan penelitian dengan judul yang sama
seperti judul penelitian yang diteliti oleh penulis. Berikut beberapa penelitian
terdahulu yang berupa beberapa jurnal terkait dengan penelitian yang
dilakukan oleh penulis:
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
N
o
Nama
Instansi
Judul
Penelitian
Metode
Penelitian
Hasil
1 Ahmad Rian
Lisandi/UIN
Syarif
Hidayatullah
Jakarta
Analisis Isi
Pesan Dakwah
Dalam Buku
Pejuang Subuh
Karya Hadi E.
Halim
Jenis penelitian
ini
menggunakan
metode analisis
isi kualitatif
Pesan dakwah yang
terkandung dalam
buku pejuang
subuh ialah pesan
akidah, pesan
akhlak dan pesan
syariah.
Perbedaan:
Judul yang diteliti oleh Ahamd Rian Lisandi berbeda dengan judul yang diteliti
oleh penulis. Ahmad Rian Lisandi meneliti tentang analisis isi pesan dakwah
dalam buku Pejuang Subuh karya Hadi E. Halim. Sedangkan penulis
menganalisis dilema pacaran bagi kaum perempuan dalam perspektif islam
menurut isi pesan dakwah Ustadz Felix Siauw tentang “Udah Putusin Aja”
Persamaan:
- Metode penelitian yang digunakan oleh Ahmad Rian Lisandi adalah
jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan analisis isi. Begitu juga
dengan metode penelitian yang digunakan oleh penulis yaitu
menggunakan metode analisis isi kualitatif.
24
2 Muh. Reski
Pangestu/UIN
ALAUDDIN
Makassar.
Pesan Dakwah
Dalam Film
Munafik Karya
Syamsul Yusof
(Studi Analisis
Isi).
Jenis penelitian
ini
menggunakan
metode analisis
isi kualitatif.
Film Munafik
mengandung pesan
dakwah tentang
akidah, syariah dan
akhlak.
Perbedaan:
Judul yang diteliti oleh Muh. Reski Pangestu berbeda dengan judul yang diteliti
oleh penulis. Muh. Reski Pangestu meneliti tentang Pesan Dakwah Dalam Film
Munafik Karya Syamsul Yusof (Studi Analisis Isi). Sedangkan penulis
menganalisis tentang dilema pacaran bagi kaum perempuan dalam perspektif
islam menurut isi pesan dakwah Ustadz Felix Siauw tentang “Udah Putusin
Aja”.
Persamaan:
- Metode penelitian yang digunakan oleh Muh. Reski Pangestu adalah
jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan analisis isi. Begitu juga
dengan metode penelitian yang digunakan oleh penulis yaitu
menggunakan metode analisis isi kualitatif.
3 Zamal Abdul
Nasir/UIN
Syarif
Hidayatullah
Jakarta.
Analisis Isi
Pesan Dakwah
Dalam Lagu
Abatasa Karya
Grup Band
Wali.
Jenis penelitian
ini
menggunakan
metode analisis
isi kualitatif.
Lagu Abatasa
memuat pesan-
pesan dakwah yang
meliputi akidah,
syariah dan akhlak.
Pesan utama yang
paling dominan
dalam lagu Abatasa
ialah pesan akidah.
Perbedaan:
Judul yang diteliti oleh Zamal Abdul Nasir berbeda dengan judul yang diteliti
oleh penulis. Zamal Abdul Nasir meneliti tentang Analisis Isi Pesan Dakwah
Dalam Lagu Abatasa Karya Grup Band Wali. Sedangkan penulis menganalisis
tentang dilema pacaran bagi kaum perempuan dalam perspektif islam menurut
25
isi pesan dakwah Ustadz Felix Siauw tentang “Udah Putusin Aja”.
Persamaan:
- Metode penelitian yang digunakan oleh Zamal Abdul Nasir adalah jenis
penelitian kualitatif dengan menggunakan analisis isi. Begitu juga
dengan metode penelitian yang digunakan oleh penulis yaitu
menggunakan metode analisis isi kualitatif.
2.7.Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran memberikan langkah-langkah penelitian, supaya
terbentuknya kerangka alur yang jelas dan dapat diterima secara akal dan
logika sehingga terbentuknya persepsi yang sama antara peneliti dan pembaca
terhadap alur-alur berpikir mengenai penelitian tentang dilema pacaran bagi
kaum perempuan dalam perspektif islam menurut isi pesan dakwah Ustadz
Felix Siauw tentang “Udah Putusin Aja”.
Dalam penelitian ini penulis akan membuat kerangka pemikiran dengan
menggunakan pendekatan analisis isi kualitatif:
26
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Sumber: Olahan Dari Peneliti
Pada penelitian ini penulis akan meneliti bagaimana pacaran dalam
perspektif islam menurut Ustadz Felix Siauw pada youtube dengan menggunakan
metode analisis isi dengan cara membagi dalam dua unit analisis. Yang pertama
adalah dari segi unit tematik. Unit tematik ialah unit analisis yang lebih melihat
kepada tema (topik) pembicaraan dari suatu teks. Dalam penelitian ini, tema yang
dibahas ialah terbagi menjadi tiga menurut materi isi dakwah yaitu akhlak,
muamalah dan juga syariah. Yang kedua yaitu unit konteks ialah konteks yang
diberikan oleh peneliti untuk memahami atau memberi arti pada hasil pencatatan
Pacaran Dalam Perspektif Islam
Video Dakwah Ustadz Felix
Siauw Tentang “Udah Putusin
Aja” Pada Youtube
Metode Analisis Isi
1. Akidah (keimanan) materi
aqidah yang membahas tentang
“tauhidillah” dan hal yang
menyangkut tentang Allah.
2. Syari’ah (keislaman) materi
yang berkenaan dengan
masalah-masalah hukum atau
aturan kehidupan sehari-hari.
3. Ahlak (budi pekerti) merupakan
tingkah laku atau kebiasaan
yang meliputi ahlak terhadap
(Khaliq) maupun ahlak sesama
mahluk.
Unit Konteks
Pacaran Dalam Perspektif Islam
berdasarkan Isi Pesan Dakwah
Ustadz Felix Siauw tentang
“Udah Putusin Aja”.
Unit Tematik
27
dalam unit tematik. Unit konteks dalam penelitian ini ialah Pacaran Dalam
Perspektif Islam menurut dakwah Ustadz Felix Siauw tentang “Udah Putusin
Aja”.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif, yaitu metode penelitian yang sistematis yang digunakan untuk
mengaji atau meneliti suatu objek pada latar alamiah tanpa ada manipulasi
didalamnya dan tanpa ada pengujian hipotesis, dengan metode-metode yang
alamiah ketika hasil penelitian yang diharapkan bukanlah generalisasi
berdasarkan ukuran-ukuran kuantitas, namun makna (segi kualitas) dari
fenomena yang diamati (Prastowo, 2014:24).
Analisis isi media kualitatif lebih banyak dipakai untuk dokumen yang
berupa teks, gambar, simbol dan sebagainya untuk memahami budaya dari
suatu konteks social tertentu. Dalam analisis isi media kualitatif semua jenis
data atau dokumen yang dianalisis lebih cenderung disebut dengan istilah