bab ii kajian pustaka 2.1.belajar dan mengajar 2.1.1...
TRANSCRIPT
6
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.Belajar dan Mengajar
2.1.1.Pengertian Belajar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia secara etimologis belajar
memiliki arti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Definisi ini memiliki
pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian
atau ilmu. Disini, usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha
manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu atau kepandaian yang
belum didapatkan sebelumnya. Sehingga dengan belajar itu manusia menjadi
tahu, memahami, mengerti dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu.
Definisi etimologis di atas mungkin sangat singkat dan sederhana,
sehingga masih diperlukan penjelasan terminalogis mengenai belajar yang lebih
mendalam. Dalam hal ini, banyak ahli yang mengemukakan pengertian belajar.
Pertama Chronbach dalam Baharudin (2007:13), menurut Chronbach, “ Learning
is shown by change in behavivour as result of experience”. Belajar yang terbaik
adalah melalui pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Morgan dan kawan – kawan dalam Baharudin (2007:14) menyatakan
bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relative tetap dan terjadi
sebagai hasil latihan atau pengalaman. Pernyataan Morgan dan kawan – kawan
ini senada dengan Syaiful B. Djamarah dalam Bustalin (2008) yang menyatakan
bahwa belajar adalah rangkaian kegiatan jiwa raga yang menuju perkembangan
pribadi manusia seutuhnya, yang menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah
kognitif, efektif dan psikomotorik yang diperolah secara sengaja dan bukan karena
proses pertumbuhan yang bersifat fisiologis.
Seperti halnya para ahli yang menekankan pengalaman dan latihan
sebagai mediasi bagi kegiatan pembelajaran, Wooflock (1995) dalam Baharudin
(2007:14) juga merasakan bahwa “ Learning occurs when experience causes
relatively permanent change in an individuals’s knowledge or behavior “.
Sedangkan menurut Syaiful B.Djamarah dalam Bustalin (2008) menyatakan
belajar adalah suatu proses ynag ditandai adanya perubahan perilaku. Tapi tidak
7
7
semua perubahan merupakan hasil belajar. Untuk disebut hasil belajar maka
perubahan tingkah laku tersebut harus memenuhi syarat – syarat sebagai berikut :
a. Merupakan beberapa pencapaian tujuan belajar.
b. Sebagai hasil latihan atau uji coba yang disengaja.
c. Merupakan tindak lanjut yang berfungsi efektif dalm kurun waktu tertentu.
d. Merupakan buah dari proses kegiatanyang disadari.
Jadi perubahan tingkah laku disebut belajar apabila perubahan
tersebut merupakan hasil upaya yang dilakukan individu secara sadar dan
disengaja. Disengaja atau tidak, perubahan yang terjadi melalui proses belajar ini
bisa ke arah yang lebih baik atau malah sebaliknya kearah yang salah. Yang jelas
kualitas belajar seseorang ditentukan olah pengalaman – pengalaman yang
diperolehnya saat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Dari beberapa
devinisi di atas dapat disimpulkan adanya beberapa ciri – ciri belajar yaitu :
a. Belajar ditandai dengan adanya tingkah laku (change behavior )
b. Perubahan perilaku relative permanen.
c. Perubahan tingkah laku tidak segera dapat diamati.
d. Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman.
e. Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan.
2.1.2.Prinsip – prinsip Belajar
Menurut Soekanto dan Winata Putra (1997), dalam tugas
melaksanakan proses belajar mengajar seorang guru perlu memperhatikan
beberapa prinsip belajar sebagai berikut :
a. Apapun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar, bukan orang lain.
b. Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya.
c. Siswa akan belajar dengan baik bila mendapat penguatan langsung pada
setiap langkah yang dilakukan selama proses belajar.
d. Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan oleh
siswa akan membuat proses belajar akan lebih berarti.
e. Motivasi belajar siswa akan lebih meningkat apabila ia diberi tanggung
jawab dan kepercayaan atas belajarnya.
8
8
2.1.3.Pengertian Hasil Belajar
Kata hasil belajar sering disebut prestasi belajar. Kata prestasi berasal
dari bahasa Belanda yaitu “ prestatie” kemudian dalam bahasa Indonesia disebut
prestasi yang artinya hasil usaha. Kata prestasi juga berarti kemampuan
ketrampilan, sikap seseorang dalam menyelesaikan sesuatu (Arifin I,1999 :78)
Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang diperoleh setelah
mengalami aktifitas belajar (Tri Anni,2004: 4)
Menurut Syaiful B. Djamarah dalam Bustalin (2008) prestasi adalah
penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan
dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka dan nilai –
nilai yang terdapat di dalam kurikulum. Sedangkan dalam Depdiknas (2002)
disebutkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai dalam
penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dikembangkan melalui
mata pelajaran lazimnya ditujukan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru.
Berdasarkan Tirtonegoro dalam Josua Subadar (2003) prestasi belajar
adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk
simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah
dicapai oleh anak dalam periode tertentu.
Dari beberapa pendapat di atas maka penulis mengambil kesimpulan
bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku dari siswa setelah melaksanakan
aktifitas belajar dengan di buktikan oleh hasil yang dicapai telah memenuhi KKM
setelah diadakan evaluasi belajar pada akhir pembelajaran
Sebagai alat untuk mengetahui keberhasilan guru mengajar dan
keberhasilan siswa dalam belajar, setiap akhir pelajaran diadakan evaluasi belajar
yang bertujuan untuk mengukur keberhasilan proses belajar mengajar. Dengan
demikian dapat dibuat pengertian prestasi belajar adalah sebagai indikator kualitas
dan kuantitas pengetahuan yang dikuasai anak didik dalam memahami mata
pelajaran di sekolah. Menurut Badarudiin (2007:19) faktor – faktor yang
mempengaruhi hasil belajar siswa adalah sebagai berikut :
9
9
a. Faktor Intern, yaitu faktor yang terdapat dalam diri individu dan dapat
mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor – faktor internal ini meliputi
faktor fisiologis dan psikologis.
b. Faktor Ekstern, yaitu faktor yang berada di luar individu diantaranya
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
2.2Hakikat Matematika
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan
teknologi modern mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin memajukan daya
pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi
dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar,
analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai teknologi di masa
depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.
Kata “matematika” berasal dari kata mathema dalam bahasa Yunani yang
diartikan sebagai “sains belajar” ilmu penegtahuan, atau belajar”, juga mathematikos
yang diartikan sebagai “suka belajar”. Matematika secara umum ditegaskan sebagai
penelitian pola – pola dari struktur, perubahan dan ruang, seorang mungkin
mengatakan adalah penelitian bilangan dan angka. Dalam pandangan formalis,
matematika adalah pemeriksaan aksioma yang menegaskan struktur abstrak
menggunankan logika simbolik dan notasi matematika. Ada pendapat yang terkenal
yang memandang matematika sebagai pelayan dan sekaligus raja dari ilmu – ilmu
lain. Sebagai pelayan, matematika adalah ilmu dasar yang mendasari dan melayani
berbagai ilmu pegetahuan lain (Wikipedia Indonesia).
Matematika yaitu pengkajian logis mengenai bentuk, susunan, besaran
dan konsep – konsep yang berkaitan; matematika seringkali dikelompokkan ke dalam
tiga bidang : aljabar, analisis, dan geometris, walaupun demikian tidak dibuat
pembagian yang jelas karena cabang – cabang ini telah bercampur baur; pada
dasarnya aljabar melibatkan bilagan dan pengabstrakannya analisis melibatkan
kokontinuan dan limit, sedangkan geometri membahas bentuk dan kosep – konsep
yang berkaitan (Kamus Matematika, Balai Pustaka, Jakarta 2003).
10
10
Garis Besar Program Pengajaran sekolah Dasar (1994 : 4) menyebutkan
Matematika Sekolah Dasar sebagai salah satu unsur mamasukkan instrumental, yang
memiliki dasar abstrak dan berdasarkan kebenaran konsisten, dianjurkan di sekolah
dasar bertujuan untuk a) siswa memiliki keterampilan matematika sebagai dasar
peningkatan dan perluasan dari Matematika sekolah dasar untuk digunakan dalam
kehidupan sehari – hari ; b) siswa mempunyai pandangan yang luas, memiliki sikap
logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin, serta menghargai kegunaan matematika.
Sesuai dengan hakikat pendidikan Matematika maka tujuan pendidikan
Matematika tidaklah hanya sekedar agar siswa yang dapat dialihgunakan, serta
membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin, sekaligus juga
mempersiapkan siswa agar dapat siswa Sekolah Dasar adalah semua yang berada
pada rentang usia 6 – 12/13 tahun yang sedang berada dalam jenjang pendidikan
SD/MI, dan merupakan subyek yang menjadi focus utama dalam penyelenggaraan
pendidikan dan pembelajaran. Hal ini sangat penting untuk dipahami guru kelas SD,
karena pemahaman dan perlakuan terhadap peserta didik sebagai suatu totalitas atau
kesatuan.
2.3.Metode Pemecahan Masalah
1). Pengertian Pemecahan Masalah
Metode pemecahan masalah atau penemuan adalah cara penyajian
pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan
informasi dengan atau tanpa bantuan guru.
Dienes (dalam Russefendi, 1980 :136), dalam kesimpulannya menguraikan
bahwa belajar matematika dimulai dari tahap yang konkret ke tahap abstrak. Salah
satu cara yang dapat ditempuh guru untuk menjawab hal itu adalah dengan
menggunakan metode pemecahan masalah dalam pembelajarannya.
Joice (dalam Sudjana, 2002) menguraikan metode pemecahan masalah
berarti suatu rangkaian kegiatan yang melibatkan secara maksimal seluruh
kemampuan siswa mencari dan menyelidiki secara sistematis, krirtis, logis,
analisis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan
penuh percaya diri.
11
11
Pemecahan masalah tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual
tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan
pengembangan keterampilan. Pada hakekatnya, pemecahan masalah ini
merupakan suatu proses. Proses ini bermula dari merumuskan masalah,
mengembangkan hipotesis, menyimpulkan bukti, menguji hipotesis dan menarik
kesimpulan sementara, menguji kesimpulan sementara supaya sampai pada
kesimpulan yang pada taraf tertentu diyakini oleh peserta didik yang
bersangkutan.
Dari pendapat yang telah di kemukakan oleh Dienes dalam Russefendi,
1980: 136 dan Joice dalam Sudjana, 2002 yang penulis amati dan baca, Maka
penulis mengambil kesimpulan bahwa metode pemecahan masalah adalah suatu
cara penyajian pembelajaran dimana siswa dihadapkan pada suatu masalah yang
berupa pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan
bersama dengan peserta didik dilibatkan secara maksimal untuk mencari dan
menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan analisis sehingga mereka dapat
merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
Selain itu dalam pembelajaran matematika dengan melakukan inkuiri untuk
menemukan pola bilangan tertentu, pembelajaran akan lebih menarik minat siswa
dan dapat membantu siswa dalam memahami konsep – konsep bilangan.
2) Tujuan penggunaan pembelajaran pemecahan masalah
1. Meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam menemukan dan memproses
bahan pembelajaran.
2. Mengurangi ketergantungan peserta didik kepada guru untuk mendapatkan
pengalaman belajarnya.
3. Melihat peserta didik menggali dan memanfaatkanlingkungan sebagai sumber
belajar yang tidak ada habisnya.
4. Memberi pengalaman seumur hidup.
3) Alasan penggunaan Metode Pemecahan Masalah
Penulis memilih metode inkuiri sebagai metode pembelajaran dengan
alasan :
12
12
1. Metode inkuiri dapat melatih siswa untuk berfikir secara sistematis, kritis,
logis, dan analisis.
2. Dengan metode pemecahan masalah melatih siswa untuk belajar
merumuskan penemuan – penemuan baru.
3. Metode pemecahan masalah mengembangkan rasa kerjasama diantara
siswa dalam kelompok terutama dalam menyelesaikan tugas /
permasalahan.
4. Metode pemecahan masalah dapat meningkatkan pasa percaya diri siswa
karena merasa mampu untuk melakukan penemuan – penemuan baru
yang diyakini kebenarannya.
4) Kelebihan dan Kelemahan Penggunaan Metode Pemecahan Masalah :
a. Kelebihan Pengunaan Metode Pemecahan Masalah
1. Dapat mempertajam proses pengolahan informasi yang ada dalam diri
peserta didik.
2. Menumbuhkan dan memupuk konsep diri peserta didik.
3. Hasil dan pengalaman dalam proses penemuan dapat menjadi kepemilikan
yang melekat yang sulit dilupakan.
4. Melatih dan membuka wawasan peserta didik dan guru bukan satu –
satunya sumber pembelajaran.
b. Kelemahan penggunaan metode pemecahan masalah :
1. Terbatas untuk kelas kecil
2. Membutuhkan fasilitas yang memadai
3. Membutuhkan persiapan yang matang dan terstruktur baik dalam diri
peserta didik maupun guru.
4. Membutuhkan kesiapan mental guru untuk mengubah kebiasaan
pembelajaran tradisional ke CBSA.
Cara mengatasi kelemahan metode pemecahan masalah :
1) Untuk kelas yang besar dapat digunakan metode kerja kelompok
13
13
2) Mengkaji dengan cermat materi yang akan dibahas, kemudian berusaha untuk
menyediakan fasilitas yang harus ada dalam proses KBM yang akan
berlangsung.
3) Mempersiapkan dengan matang materi ajar, tugas - tugas yang diberikan
pada siswa, evaluasi yang akan dilakukan.
4) Guru harus mengubah gaya mengajar dari cara tradisonal.
5 Langkah- langkah penggunaan metode pemecahan masalah :
a. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari
siswa sesuai dengan taraf kemampuannya.
b. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan
masalah tersebut dengan jalan membaca buku-buku, meneliti, bertanya,
berdiskusi dan lain-lain.
c. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini
tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh.
d. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut yaitu dengan langkah siswa
harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin jawaban
tersebut betul-betul cocok.
e. Menarik kesimpulan yaitu siswa harus sampai pada kesimpulan terakhir
tentang jawaban dari masalah tadi.
2.4. Metode Kerja Kelompok
1. Pengertian Metode Kerja Kelompok
Sagala (2006) mengatakan bahwa metode kerja kelompok adalah cara pembelajaran di
mana siswa dalam kelas dibagi dalam beberapa kelompok, di mana setiap kelompok
dipandang sebagai satu kesatuan tersendiri untuk mempelajari materi pelajaran yang
telah ditetapkan untuk diselesaikan secara bersama – sama.
Metode Kerja Kelompok (Pendekatan Cooperative Leraning) diartikan sebagai
pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil yang dapat menumbuhkan
kerjasama secara maksimal dan masing – masing siswa belajar satu dengan lainnya.
Dalam kelompok pembelajaran, para siswa mempunyai dua tanggungjawab belajar
14
14
konten yang telah dirancang dan menjadikan semua anggota kelompok bekerja sama.
Dalam pembelajaran cooperative learning ini harus ditunjukkan 4 hal, yaitu :
a. Cooperative Structure (memberikan suatu insentive kepada semua orang dalam
kelomopok.
b. Incentive structure (memberikan suatu insentive kepada semua orang dalam
kelompoknya)
c. Cooperative task structure (terjadinya saling membantu dan bekerja sama antara
yang kuad dan yang lemah dalam satu kelompok.
d. Cooperative Moties (mengembangkan motibe atau budata kerja sama
yang baik.
(Dunne dan Wregg, 1988)
Pada umumnya materi pelajaran yang harus dikerjakan secara bersama – sama
dalam kelompok itu diberikan atau disiapkan olah guru. Materi itu harus cukup
komplek isinya dan cukup luas ruang lingkupnya sehingga dapat dibagi – bagi
menjadi bagian yang cukup memadai bagi setiap kelompok. Materi hendaknya
membutuhkan bahan dan informasi dari berbagai sumber pemecahannya. Masalah
yang bisa diselesaikan hanya dengan membaca satu sumber saja tentu tidak cocok
untuk ditanganin melalui kerja kelompok. Kelompok data dibentuk berdasarkan
perbedaan individual dalam kemampuan belajar, pebedaan bakat dan minat belajar,
jika jenis kegiatan materi pelajaran, dan tujuan yang ingin dicapai. Berdasarkan tugas
yang harus diselesaikan, siswa dapat dibagi atas kelompok paralel yaitu setiap
kelompok menyelesaikan tugas yang sama, dan kelompok koplementer di mana setiap
kelompok berbeda – beda tugas yang harus diselesaikan.
2. Tujuan Penggunaan Pembelajaran Kerja Kelompok
Metode kerja kelompok yang digunakan dalam suatu strategi pembelajaran
bertujuan untuk :
a. Memecahkan masalah pembelajaran melalui prosees kelompok.
b. Mengembangkan kemampuan bekerja sama di dalam kelompok.
3. Alasan Penggunaan Metode Kerja Kelompok
15
15
Guru memilih kerja kelompok sebagai metode pembelajaran karena :
a. Kerja kelompok dapat mengembangkan perilaku gotong royong dan demokratis.
b. Kerja kelompok dapat memacu siswa kerja aktif.
c. Kerja kelompok tidak membosankan siswa melakukan kegiatan belajar di luar
kelas bahkan di luar sekolah yang bervariasi, seperti observasi, wawancara, cari
buku di perpustakaan dan sebagainya.
4. Karakteristik Kerja Kelompok :
Ciri – ciri model pembelajaran kooperatif adalah :
a. Belajar bersama dengan teman,
b. Selama proses belajar terjadi tatap muka antar teman,
c. Saling mendengarkan pedapat di antara anggota kelompok,
d. Belajar dari teman sendiri dalam kelompok,
e. Produktif dalam kelompok kecil,
f. Produktif berbicara atau saling mengemukakan pendapat,
g. Keputusan tergantung pada siswa sendiri,
h. Siswa aktif.
5. Kelebihan dan kekurangan metode kerja kelompok
1) Kelebihan Metode Keoompok
a. Membiasakan siswa bekerja sama, musyawarah dan bertanggungjawab.
b. Menimbulkan kompetisi yang sehat antar kelompok, sehingga mmebangkitkan
kamauan belajar yang sungguh – sungguh.
c. Guru dipermudah tugasnya karena tugas kerja kelompok cukup disampaikan
kepada para ketua kelompok.
d. Ketua kelompok dilatih mejadi pimpinan yang bertanggungjawab, dan
anggotanya dibiasakan patuh pada aturan yang ada.
2) Kekurangan Metode Kerja Kelompok
a. Sulit membentuk kelompok yang homogen, baik segi minat, bakat, prestasi
maupun intelegensi.
16
16
b. Pemimpin kelompok sering sukar untuk memberikan pengertian kepada
anggota, menjelaskan, dan pembagian tugas.
c. Anggota kadang – kadang tidak mematuhi tugas – tugas yang diberikan
pemimpin kelompok.
d. Dalam menyelesaikan tugas sering menyimpang dari rencana karena kurang
kontrol dari pemimpin keoompok atau guru.
e. Sulit membuat tugas yang sama sulit dan luasnya terutama bagi kerja
kelompok yang komplementer.
Cara mengatasi kelemahan kerja metode kelompok? Kelemahan metode kerja
kelompok dapat diatasi dengan :
a. Mengkaji lebih dulu materi pelajaran dengan cermat, lalu buat garis besar
rincian tugasnya untuk setiap kelompok agar bobot tugas tersebut sama
beratnya.
b. Adalah tes sosiometri dan hasilnya digunakan untuk pembentukan kelompok
yang mereka kehendaki.
c. Bimbingan dan pengawasan kepada setiap kelompok haru dilakukan terus
menerus.
d. Jumlah anggota dalam satu kelompok jangan terlalu banyak.
e. Motivasi yang diberikan jangan sampai menimbulkan persaingan antar
kelompok yang kurang sehat.
6. Langkah – langkah Pembelajaran dengan metode pemecahan masalah dalam
kerja kelompok.
1) Kegiatan Persiapan
1.1) Merumuskan tujuan pembelajaran dan menjabarkan materi tersebut.
1.2) Menyiapkan materi pembelajaran dan menjabarkan materi tersebut ke dalam
tugas – tugas kelompok.
1.3) Mengidentifikasi sumber – sumber yang akan menjadi sasaran kegiatan kerja
kelompok.
1.4) Menyusun peraturan pembentukan kelompok, cara kerja, saat memulai dan
mengakhiri, dan tata tertib lainnya.
17
17
1.2) Kegiatan Pelaksanaan
1.1) Kegiatan Membuka Pelajaran
Melaksanakan apersepsi, yaitu pertanyaan tentang materi pelajaran
sebelumnya.
Memotivasi belajar dengan mengemukakan kasus yang ada kaitannya dengan
materi pelajaran yang akan diajarkan.
Mengemukakan tujuan pelajaran dan berbagai kegiatan yang akan dikerjakan
dalam mencapai tujuan pelajaran itu.
1.2) Kegiatan Inti Pelajaran
Mengemukakan lingkup materi pelajaran yang akan dipelajari
Membentuk kelompok
Mengemukakan tugas setiap kelompok kepada kedua kelompok atau
langsung kepada semua siswa.
Mengemukakan peraturan dan tata tertib serta saat memulai dan mengakhiri
kegiatan kerja kelompok.
Mengawasi, memonitor, dan bertindak sebagai fasilitator selama siswa
melakukan kerja kelompok.
Pertemuan klasikal untuk pelaporan hasil kerja kelompok, pemberian balikan
dari kelompok atau dari guru.
1.3) Kegiatan Mengakhiri Pelajaran
Meminta siswa merangkum isi pelajaran yang telah dikaji melalui kerja
kelompok.
Melakukan evaluasi hasil dan proses.
Melaksanakan tindak lanjut baik berupa mengajari ulang materi yang belum
dikuasai siswa maupun memberi tugas pengayaan bagi siswa yang telah
menguasai materi tersebut.
18
18
2.5. Penelitian yang Relevan
Peneliti Nuryanah, 2008. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika dengan
Menerapkan Metode Kerja Kelompok dan Latihan Siswa Kelas VI Semester I SD
Negeri 02 Wonodadi Kecamatan Plantungan Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran
2008/2009, Semarang; UPBJJ Semarang dengan hasil bahwa metode tesebut dapat
meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada pelajaran matematika.
2.6.Kerangka Berpikir
Guru :
Menjelaskan cara
pemecahan masalah
yang berkaitan dengan
pecahan sederhana.
Siswa :
Hasil pengerjaan siswa
dalam mengerjakan soal
tentang pemecahan masalah
yang berkaitan dengan
pecahan sederhana masih
rendah.
Dalam pembelajaran
guru menggunakan
metode pemecahan
,masalah dalam kerja
kelompok
Siklus I :
Meyelesaikan soal dengan
metode pemecahan masalah
dalam kerja kelompok.
Diperkirakan dengan
metode pemecahan
masalah dalam kerja
kelompok dapat
meningkatkan hasil
belajar matematika
pada pemecahan
masalah yang
berkaitan dengan
pecahan sederhana.
Siklus II :
Meyelesaikan soal
perbaikan dengan memakai
metode pemecahan masalah
dalam kerja kelompok
hasilnya meningkat.
Kondisi
Awal
Tindakan
Kondisi
Akhir
19
19
2.7.Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori tersebut maka hipotesis yang penulis ajukan adalah
dengan menggunakan metode inkuiri dalam kerja kelompok tentang pemecahan
masalah yang berkaitan dengan pecahan sederhana pada pelajaran matematika dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Krengseng 03 Kecamatan
Gringsing Kabupaten Batang Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012.