bab ii kajian pustaka 2.1.belajar dan mengajar 2.1.1...

14
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Belajar dan Mengajar 2.1.1.Pengertian Belajar Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia secara etimologis belajar memiliki arti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Disini, usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum didapatkan sebelumnya. Sehingga dengan belajar itu manusia menjadi tahu, memahami, mengerti dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu. Definisi etimologis di atas mungkin sangat singkat dan sederhana, sehingga masih diperlukan penjelasan terminalogis mengenai belajar yang lebih mendalam. Dalam hal ini, banyak ahli yang mengemukakan pengertian belajar. Pertama Chronbach dalam Baharudin (2007:13), menurut Chronbach, “ Learning is shown by change in behavivour as result of experience”. Belajar yang terbaik adalah melalui pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Morgan dan kawan kawan dalam Baharudin (2007:14) menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relative tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman. Pernyataan Morgan dan kawan kawan ini senada dengan Syaiful B. Djamarah dalam Bustalin (2008) yang menyatakan bahwa belajar adalah rangkaian kegiatan jiwa raga yang menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, efektif dan psikomotorik yang diperolah secara sengaja dan bukan karena proses pertumbuhan yang bersifat fisiologis. Seperti halnya para ahli yang menekankan pengalaman dan latihan sebagai mediasi bagi kegiatan pembelajaran, Wooflock (1995) dalam Baharudin (2007:14) juga merasakan bahwa “ Learning occurs when experience causes relatively permanent change in an individuals’s knowledge or behavior “. Sedangkan menurut Syaiful B.Djamarah dalam Bustalin (2008) menyatakan belajar adalah suatu proses ynag ditandai adanya perubahan perilaku. Tapi tidak

Upload: phamdat

Post on 18-Feb-2018

224 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Belajar dan Mengajar 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/764/3/T1... · Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia secara etimologis belajar memiliki

6

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1.Belajar dan Mengajar

2.1.1.Pengertian Belajar

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia secara etimologis belajar

memiliki arti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Definisi ini memiliki

pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian

atau ilmu. Disini, usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha

manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu atau kepandaian yang

belum didapatkan sebelumnya. Sehingga dengan belajar itu manusia menjadi

tahu, memahami, mengerti dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu.

Definisi etimologis di atas mungkin sangat singkat dan sederhana,

sehingga masih diperlukan penjelasan terminalogis mengenai belajar yang lebih

mendalam. Dalam hal ini, banyak ahli yang mengemukakan pengertian belajar.

Pertama Chronbach dalam Baharudin (2007:13), menurut Chronbach, “ Learning

is shown by change in behavivour as result of experience”. Belajar yang terbaik

adalah melalui pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Morgan dan kawan – kawan dalam Baharudin (2007:14) menyatakan

bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relative tetap dan terjadi

sebagai hasil latihan atau pengalaman. Pernyataan Morgan dan kawan – kawan

ini senada dengan Syaiful B. Djamarah dalam Bustalin (2008) yang menyatakan

bahwa belajar adalah rangkaian kegiatan jiwa raga yang menuju perkembangan

pribadi manusia seutuhnya, yang menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah

kognitif, efektif dan psikomotorik yang diperolah secara sengaja dan bukan karena

proses pertumbuhan yang bersifat fisiologis.

Seperti halnya para ahli yang menekankan pengalaman dan latihan

sebagai mediasi bagi kegiatan pembelajaran, Wooflock (1995) dalam Baharudin

(2007:14) juga merasakan bahwa “ Learning occurs when experience causes

relatively permanent change in an individuals’s knowledge or behavior “.

Sedangkan menurut Syaiful B.Djamarah dalam Bustalin (2008) menyatakan

belajar adalah suatu proses ynag ditandai adanya perubahan perilaku. Tapi tidak

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Belajar dan Mengajar 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/764/3/T1... · Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia secara etimologis belajar memiliki

7

7

semua perubahan merupakan hasil belajar. Untuk disebut hasil belajar maka

perubahan tingkah laku tersebut harus memenuhi syarat – syarat sebagai berikut :

a. Merupakan beberapa pencapaian tujuan belajar.

b. Sebagai hasil latihan atau uji coba yang disengaja.

c. Merupakan tindak lanjut yang berfungsi efektif dalm kurun waktu tertentu.

d. Merupakan buah dari proses kegiatanyang disadari.

Jadi perubahan tingkah laku disebut belajar apabila perubahan

tersebut merupakan hasil upaya yang dilakukan individu secara sadar dan

disengaja. Disengaja atau tidak, perubahan yang terjadi melalui proses belajar ini

bisa ke arah yang lebih baik atau malah sebaliknya kearah yang salah. Yang jelas

kualitas belajar seseorang ditentukan olah pengalaman – pengalaman yang

diperolehnya saat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Dari beberapa

devinisi di atas dapat disimpulkan adanya beberapa ciri – ciri belajar yaitu :

a. Belajar ditandai dengan adanya tingkah laku (change behavior )

b. Perubahan perilaku relative permanen.

c. Perubahan tingkah laku tidak segera dapat diamati.

d. Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman.

e. Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan.

2.1.2.Prinsip – prinsip Belajar

Menurut Soekanto dan Winata Putra (1997), dalam tugas

melaksanakan proses belajar mengajar seorang guru perlu memperhatikan

beberapa prinsip belajar sebagai berikut :

a. Apapun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar, bukan orang lain.

b. Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya.

c. Siswa akan belajar dengan baik bila mendapat penguatan langsung pada

setiap langkah yang dilakukan selama proses belajar.

d. Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan oleh

siswa akan membuat proses belajar akan lebih berarti.

e. Motivasi belajar siswa akan lebih meningkat apabila ia diberi tanggung

jawab dan kepercayaan atas belajarnya.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Belajar dan Mengajar 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/764/3/T1... · Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia secara etimologis belajar memiliki

8

8

2.1.3.Pengertian Hasil Belajar

Kata hasil belajar sering disebut prestasi belajar. Kata prestasi berasal

dari bahasa Belanda yaitu “ prestatie” kemudian dalam bahasa Indonesia disebut

prestasi yang artinya hasil usaha. Kata prestasi juga berarti kemampuan

ketrampilan, sikap seseorang dalam menyelesaikan sesuatu (Arifin I,1999 :78)

Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang diperoleh setelah

mengalami aktifitas belajar (Tri Anni,2004: 4)

Menurut Syaiful B. Djamarah dalam Bustalin (2008) prestasi adalah

penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan

dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka dan nilai –

nilai yang terdapat di dalam kurikulum. Sedangkan dalam Depdiknas (2002)

disebutkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai dalam

penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dikembangkan melalui

mata pelajaran lazimnya ditujukan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru.

Berdasarkan Tirtonegoro dalam Josua Subadar (2003) prestasi belajar

adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk

simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah

dicapai oleh anak dalam periode tertentu.

Dari beberapa pendapat di atas maka penulis mengambil kesimpulan

bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku dari siswa setelah melaksanakan

aktifitas belajar dengan di buktikan oleh hasil yang dicapai telah memenuhi KKM

setelah diadakan evaluasi belajar pada akhir pembelajaran

Sebagai alat untuk mengetahui keberhasilan guru mengajar dan

keberhasilan siswa dalam belajar, setiap akhir pelajaran diadakan evaluasi belajar

yang bertujuan untuk mengukur keberhasilan proses belajar mengajar. Dengan

demikian dapat dibuat pengertian prestasi belajar adalah sebagai indikator kualitas

dan kuantitas pengetahuan yang dikuasai anak didik dalam memahami mata

pelajaran di sekolah. Menurut Badarudiin (2007:19) faktor – faktor yang

mempengaruhi hasil belajar siswa adalah sebagai berikut :

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Belajar dan Mengajar 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/764/3/T1... · Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia secara etimologis belajar memiliki

9

9

a. Faktor Intern, yaitu faktor yang terdapat dalam diri individu dan dapat

mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor – faktor internal ini meliputi

faktor fisiologis dan psikologis.

b. Faktor Ekstern, yaitu faktor yang berada di luar individu diantaranya

lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.

2.2Hakikat Matematika

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

teknologi modern mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin memajukan daya

pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi

dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar,

analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai teknologi di masa

depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

Kata “matematika” berasal dari kata mathema dalam bahasa Yunani yang

diartikan sebagai “sains belajar” ilmu penegtahuan, atau belajar”, juga mathematikos

yang diartikan sebagai “suka belajar”. Matematika secara umum ditegaskan sebagai

penelitian pola – pola dari struktur, perubahan dan ruang, seorang mungkin

mengatakan adalah penelitian bilangan dan angka. Dalam pandangan formalis,

matematika adalah pemeriksaan aksioma yang menegaskan struktur abstrak

menggunankan logika simbolik dan notasi matematika. Ada pendapat yang terkenal

yang memandang matematika sebagai pelayan dan sekaligus raja dari ilmu – ilmu

lain. Sebagai pelayan, matematika adalah ilmu dasar yang mendasari dan melayani

berbagai ilmu pegetahuan lain (Wikipedia Indonesia).

Matematika yaitu pengkajian logis mengenai bentuk, susunan, besaran

dan konsep – konsep yang berkaitan; matematika seringkali dikelompokkan ke dalam

tiga bidang : aljabar, analisis, dan geometris, walaupun demikian tidak dibuat

pembagian yang jelas karena cabang – cabang ini telah bercampur baur; pada

dasarnya aljabar melibatkan bilagan dan pengabstrakannya analisis melibatkan

kokontinuan dan limit, sedangkan geometri membahas bentuk dan kosep – konsep

yang berkaitan (Kamus Matematika, Balai Pustaka, Jakarta 2003).

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Belajar dan Mengajar 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/764/3/T1... · Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia secara etimologis belajar memiliki

10

10

Garis Besar Program Pengajaran sekolah Dasar (1994 : 4) menyebutkan

Matematika Sekolah Dasar sebagai salah satu unsur mamasukkan instrumental, yang

memiliki dasar abstrak dan berdasarkan kebenaran konsisten, dianjurkan di sekolah

dasar bertujuan untuk a) siswa memiliki keterampilan matematika sebagai dasar

peningkatan dan perluasan dari Matematika sekolah dasar untuk digunakan dalam

kehidupan sehari – hari ; b) siswa mempunyai pandangan yang luas, memiliki sikap

logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin, serta menghargai kegunaan matematika.

Sesuai dengan hakikat pendidikan Matematika maka tujuan pendidikan

Matematika tidaklah hanya sekedar agar siswa yang dapat dialihgunakan, serta

membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin, sekaligus juga

mempersiapkan siswa agar dapat siswa Sekolah Dasar adalah semua yang berada

pada rentang usia 6 – 12/13 tahun yang sedang berada dalam jenjang pendidikan

SD/MI, dan merupakan subyek yang menjadi focus utama dalam penyelenggaraan

pendidikan dan pembelajaran. Hal ini sangat penting untuk dipahami guru kelas SD,

karena pemahaman dan perlakuan terhadap peserta didik sebagai suatu totalitas atau

kesatuan.

2.3.Metode Pemecahan Masalah

1). Pengertian Pemecahan Masalah

Metode pemecahan masalah atau penemuan adalah cara penyajian

pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan

informasi dengan atau tanpa bantuan guru.

Dienes (dalam Russefendi, 1980 :136), dalam kesimpulannya menguraikan

bahwa belajar matematika dimulai dari tahap yang konkret ke tahap abstrak. Salah

satu cara yang dapat ditempuh guru untuk menjawab hal itu adalah dengan

menggunakan metode pemecahan masalah dalam pembelajarannya.

Joice (dalam Sudjana, 2002) menguraikan metode pemecahan masalah

berarti suatu rangkaian kegiatan yang melibatkan secara maksimal seluruh

kemampuan siswa mencari dan menyelidiki secara sistematis, krirtis, logis,

analisis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan

penuh percaya diri.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Belajar dan Mengajar 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/764/3/T1... · Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia secara etimologis belajar memiliki

11

11

Pemecahan masalah tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual

tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan

pengembangan keterampilan. Pada hakekatnya, pemecahan masalah ini

merupakan suatu proses. Proses ini bermula dari merumuskan masalah,

mengembangkan hipotesis, menyimpulkan bukti, menguji hipotesis dan menarik

kesimpulan sementara, menguji kesimpulan sementara supaya sampai pada

kesimpulan yang pada taraf tertentu diyakini oleh peserta didik yang

bersangkutan.

Dari pendapat yang telah di kemukakan oleh Dienes dalam Russefendi,

1980: 136 dan Joice dalam Sudjana, 2002 yang penulis amati dan baca, Maka

penulis mengambil kesimpulan bahwa metode pemecahan masalah adalah suatu

cara penyajian pembelajaran dimana siswa dihadapkan pada suatu masalah yang

berupa pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan

bersama dengan peserta didik dilibatkan secara maksimal untuk mencari dan

menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan analisis sehingga mereka dapat

merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.

Selain itu dalam pembelajaran matematika dengan melakukan inkuiri untuk

menemukan pola bilangan tertentu, pembelajaran akan lebih menarik minat siswa

dan dapat membantu siswa dalam memahami konsep – konsep bilangan.

2) Tujuan penggunaan pembelajaran pemecahan masalah

1. Meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam menemukan dan memproses

bahan pembelajaran.

2. Mengurangi ketergantungan peserta didik kepada guru untuk mendapatkan

pengalaman belajarnya.

3. Melihat peserta didik menggali dan memanfaatkanlingkungan sebagai sumber

belajar yang tidak ada habisnya.

4. Memberi pengalaman seumur hidup.

3) Alasan penggunaan Metode Pemecahan Masalah

Penulis memilih metode inkuiri sebagai metode pembelajaran dengan

alasan :

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Belajar dan Mengajar 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/764/3/T1... · Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia secara etimologis belajar memiliki

12

12

1. Metode inkuiri dapat melatih siswa untuk berfikir secara sistematis, kritis,

logis, dan analisis.

2. Dengan metode pemecahan masalah melatih siswa untuk belajar

merumuskan penemuan – penemuan baru.

3. Metode pemecahan masalah mengembangkan rasa kerjasama diantara

siswa dalam kelompok terutama dalam menyelesaikan tugas /

permasalahan.

4. Metode pemecahan masalah dapat meningkatkan pasa percaya diri siswa

karena merasa mampu untuk melakukan penemuan – penemuan baru

yang diyakini kebenarannya.

4) Kelebihan dan Kelemahan Penggunaan Metode Pemecahan Masalah :

a. Kelebihan Pengunaan Metode Pemecahan Masalah

1. Dapat mempertajam proses pengolahan informasi yang ada dalam diri

peserta didik.

2. Menumbuhkan dan memupuk konsep diri peserta didik.

3. Hasil dan pengalaman dalam proses penemuan dapat menjadi kepemilikan

yang melekat yang sulit dilupakan.

4. Melatih dan membuka wawasan peserta didik dan guru bukan satu –

satunya sumber pembelajaran.

b. Kelemahan penggunaan metode pemecahan masalah :

1. Terbatas untuk kelas kecil

2. Membutuhkan fasilitas yang memadai

3. Membutuhkan persiapan yang matang dan terstruktur baik dalam diri

peserta didik maupun guru.

4. Membutuhkan kesiapan mental guru untuk mengubah kebiasaan

pembelajaran tradisional ke CBSA.

Cara mengatasi kelemahan metode pemecahan masalah :

1) Untuk kelas yang besar dapat digunakan metode kerja kelompok

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Belajar dan Mengajar 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/764/3/T1... · Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia secara etimologis belajar memiliki

13

13

2) Mengkaji dengan cermat materi yang akan dibahas, kemudian berusaha untuk

menyediakan fasilitas yang harus ada dalam proses KBM yang akan

berlangsung.

3) Mempersiapkan dengan matang materi ajar, tugas - tugas yang diberikan

pada siswa, evaluasi yang akan dilakukan.

4) Guru harus mengubah gaya mengajar dari cara tradisonal.

5 Langkah- langkah penggunaan metode pemecahan masalah :

a. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari

siswa sesuai dengan taraf kemampuannya.

b. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan

masalah tersebut dengan jalan membaca buku-buku, meneliti, bertanya,

berdiskusi dan lain-lain.

c. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini

tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh.

d. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut yaitu dengan langkah siswa

harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin jawaban

tersebut betul-betul cocok.

e. Menarik kesimpulan yaitu siswa harus sampai pada kesimpulan terakhir

tentang jawaban dari masalah tadi.

2.4. Metode Kerja Kelompok

1. Pengertian Metode Kerja Kelompok

Sagala (2006) mengatakan bahwa metode kerja kelompok adalah cara pembelajaran di

mana siswa dalam kelas dibagi dalam beberapa kelompok, di mana setiap kelompok

dipandang sebagai satu kesatuan tersendiri untuk mempelajari materi pelajaran yang

telah ditetapkan untuk diselesaikan secara bersama – sama.

Metode Kerja Kelompok (Pendekatan Cooperative Leraning) diartikan sebagai

pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil yang dapat menumbuhkan

kerjasama secara maksimal dan masing – masing siswa belajar satu dengan lainnya.

Dalam kelompok pembelajaran, para siswa mempunyai dua tanggungjawab belajar

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Belajar dan Mengajar 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/764/3/T1... · Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia secara etimologis belajar memiliki

14

14

konten yang telah dirancang dan menjadikan semua anggota kelompok bekerja sama.

Dalam pembelajaran cooperative learning ini harus ditunjukkan 4 hal, yaitu :

a. Cooperative Structure (memberikan suatu insentive kepada semua orang dalam

kelomopok.

b. Incentive structure (memberikan suatu insentive kepada semua orang dalam

kelompoknya)

c. Cooperative task structure (terjadinya saling membantu dan bekerja sama antara

yang kuad dan yang lemah dalam satu kelompok.

d. Cooperative Moties (mengembangkan motibe atau budata kerja sama

yang baik.

(Dunne dan Wregg, 1988)

Pada umumnya materi pelajaran yang harus dikerjakan secara bersama – sama

dalam kelompok itu diberikan atau disiapkan olah guru. Materi itu harus cukup

komplek isinya dan cukup luas ruang lingkupnya sehingga dapat dibagi – bagi

menjadi bagian yang cukup memadai bagi setiap kelompok. Materi hendaknya

membutuhkan bahan dan informasi dari berbagai sumber pemecahannya. Masalah

yang bisa diselesaikan hanya dengan membaca satu sumber saja tentu tidak cocok

untuk ditanganin melalui kerja kelompok. Kelompok data dibentuk berdasarkan

perbedaan individual dalam kemampuan belajar, pebedaan bakat dan minat belajar,

jika jenis kegiatan materi pelajaran, dan tujuan yang ingin dicapai. Berdasarkan tugas

yang harus diselesaikan, siswa dapat dibagi atas kelompok paralel yaitu setiap

kelompok menyelesaikan tugas yang sama, dan kelompok koplementer di mana setiap

kelompok berbeda – beda tugas yang harus diselesaikan.

2. Tujuan Penggunaan Pembelajaran Kerja Kelompok

Metode kerja kelompok yang digunakan dalam suatu strategi pembelajaran

bertujuan untuk :

a. Memecahkan masalah pembelajaran melalui prosees kelompok.

b. Mengembangkan kemampuan bekerja sama di dalam kelompok.

3. Alasan Penggunaan Metode Kerja Kelompok

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Belajar dan Mengajar 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/764/3/T1... · Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia secara etimologis belajar memiliki

15

15

Guru memilih kerja kelompok sebagai metode pembelajaran karena :

a. Kerja kelompok dapat mengembangkan perilaku gotong royong dan demokratis.

b. Kerja kelompok dapat memacu siswa kerja aktif.

c. Kerja kelompok tidak membosankan siswa melakukan kegiatan belajar di luar

kelas bahkan di luar sekolah yang bervariasi, seperti observasi, wawancara, cari

buku di perpustakaan dan sebagainya.

4. Karakteristik Kerja Kelompok :

Ciri – ciri model pembelajaran kooperatif adalah :

a. Belajar bersama dengan teman,

b. Selama proses belajar terjadi tatap muka antar teman,

c. Saling mendengarkan pedapat di antara anggota kelompok,

d. Belajar dari teman sendiri dalam kelompok,

e. Produktif dalam kelompok kecil,

f. Produktif berbicara atau saling mengemukakan pendapat,

g. Keputusan tergantung pada siswa sendiri,

h. Siswa aktif.

5. Kelebihan dan kekurangan metode kerja kelompok

1) Kelebihan Metode Keoompok

a. Membiasakan siswa bekerja sama, musyawarah dan bertanggungjawab.

b. Menimbulkan kompetisi yang sehat antar kelompok, sehingga mmebangkitkan

kamauan belajar yang sungguh – sungguh.

c. Guru dipermudah tugasnya karena tugas kerja kelompok cukup disampaikan

kepada para ketua kelompok.

d. Ketua kelompok dilatih mejadi pimpinan yang bertanggungjawab, dan

anggotanya dibiasakan patuh pada aturan yang ada.

2) Kekurangan Metode Kerja Kelompok

a. Sulit membentuk kelompok yang homogen, baik segi minat, bakat, prestasi

maupun intelegensi.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Belajar dan Mengajar 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/764/3/T1... · Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia secara etimologis belajar memiliki

16

16

b. Pemimpin kelompok sering sukar untuk memberikan pengertian kepada

anggota, menjelaskan, dan pembagian tugas.

c. Anggota kadang – kadang tidak mematuhi tugas – tugas yang diberikan

pemimpin kelompok.

d. Dalam menyelesaikan tugas sering menyimpang dari rencana karena kurang

kontrol dari pemimpin keoompok atau guru.

e. Sulit membuat tugas yang sama sulit dan luasnya terutama bagi kerja

kelompok yang komplementer.

Cara mengatasi kelemahan kerja metode kelompok? Kelemahan metode kerja

kelompok dapat diatasi dengan :

a. Mengkaji lebih dulu materi pelajaran dengan cermat, lalu buat garis besar

rincian tugasnya untuk setiap kelompok agar bobot tugas tersebut sama

beratnya.

b. Adalah tes sosiometri dan hasilnya digunakan untuk pembentukan kelompok

yang mereka kehendaki.

c. Bimbingan dan pengawasan kepada setiap kelompok haru dilakukan terus

menerus.

d. Jumlah anggota dalam satu kelompok jangan terlalu banyak.

e. Motivasi yang diberikan jangan sampai menimbulkan persaingan antar

kelompok yang kurang sehat.

6. Langkah – langkah Pembelajaran dengan metode pemecahan masalah dalam

kerja kelompok.

1) Kegiatan Persiapan

1.1) Merumuskan tujuan pembelajaran dan menjabarkan materi tersebut.

1.2) Menyiapkan materi pembelajaran dan menjabarkan materi tersebut ke dalam

tugas – tugas kelompok.

1.3) Mengidentifikasi sumber – sumber yang akan menjadi sasaran kegiatan kerja

kelompok.

1.4) Menyusun peraturan pembentukan kelompok, cara kerja, saat memulai dan

mengakhiri, dan tata tertib lainnya.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Belajar dan Mengajar 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/764/3/T1... · Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia secara etimologis belajar memiliki

17

17

1.2) Kegiatan Pelaksanaan

1.1) Kegiatan Membuka Pelajaran

Melaksanakan apersepsi, yaitu pertanyaan tentang materi pelajaran

sebelumnya.

Memotivasi belajar dengan mengemukakan kasus yang ada kaitannya dengan

materi pelajaran yang akan diajarkan.

Mengemukakan tujuan pelajaran dan berbagai kegiatan yang akan dikerjakan

dalam mencapai tujuan pelajaran itu.

1.2) Kegiatan Inti Pelajaran

Mengemukakan lingkup materi pelajaran yang akan dipelajari

Membentuk kelompok

Mengemukakan tugas setiap kelompok kepada kedua kelompok atau

langsung kepada semua siswa.

Mengemukakan peraturan dan tata tertib serta saat memulai dan mengakhiri

kegiatan kerja kelompok.

Mengawasi, memonitor, dan bertindak sebagai fasilitator selama siswa

melakukan kerja kelompok.

Pertemuan klasikal untuk pelaporan hasil kerja kelompok, pemberian balikan

dari kelompok atau dari guru.

1.3) Kegiatan Mengakhiri Pelajaran

Meminta siswa merangkum isi pelajaran yang telah dikaji melalui kerja

kelompok.

Melakukan evaluasi hasil dan proses.

Melaksanakan tindak lanjut baik berupa mengajari ulang materi yang belum

dikuasai siswa maupun memberi tugas pengayaan bagi siswa yang telah

menguasai materi tersebut.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Belajar dan Mengajar 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/764/3/T1... · Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia secara etimologis belajar memiliki

18

18

2.5. Penelitian yang Relevan

Peneliti Nuryanah, 2008. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika dengan

Menerapkan Metode Kerja Kelompok dan Latihan Siswa Kelas VI Semester I SD

Negeri 02 Wonodadi Kecamatan Plantungan Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran

2008/2009, Semarang; UPBJJ Semarang dengan hasil bahwa metode tesebut dapat

meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada pelajaran matematika.

2.6.Kerangka Berpikir

Guru :

Menjelaskan cara

pemecahan masalah

yang berkaitan dengan

pecahan sederhana.

Siswa :

Hasil pengerjaan siswa

dalam mengerjakan soal

tentang pemecahan masalah

yang berkaitan dengan

pecahan sederhana masih

rendah.

Dalam pembelajaran

guru menggunakan

metode pemecahan

,masalah dalam kerja

kelompok

Siklus I :

Meyelesaikan soal dengan

metode pemecahan masalah

dalam kerja kelompok.

Diperkirakan dengan

metode pemecahan

masalah dalam kerja

kelompok dapat

meningkatkan hasil

belajar matematika

pada pemecahan

masalah yang

berkaitan dengan

pecahan sederhana.

Siklus II :

Meyelesaikan soal

perbaikan dengan memakai

metode pemecahan masalah

dalam kerja kelompok

hasilnya meningkat.

Kondisi

Awal

Tindakan

Kondisi

Akhir

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Belajar dan Mengajar 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/764/3/T1... · Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia secara etimologis belajar memiliki

19

19

2.7.Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori tersebut maka hipotesis yang penulis ajukan adalah

dengan menggunakan metode inkuiri dalam kerja kelompok tentang pemecahan

masalah yang berkaitan dengan pecahan sederhana pada pelajaran matematika dapat

meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Krengseng 03 Kecamatan

Gringsing Kabupaten Batang Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012.