bab ii kajian pustaka 2.1. sepak bola 2.1.1. pengertian .... bab...memasukkan bola ke gawang lawan...

63
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Sepak Bola 2.1.1. Pengertian Sepak Bola Pengertian Sepakbola Menurut Sujarwadi dan Sarjiyanto (2010: 2) sepakbola merupakan permainan beregu masing- masing regu terdiri dari 11 orang pemain. Wujud permainannya adalah menendang bola kian kemari yang diperebutkan dengan lawan dengan tujuan mendapatkan nilai. Nilai itu sendiri diperoleh dengan cara memasukkan bola ke gawang lawan sebanyak-banyaknya. Bersama itu mereka juga menjaga gawang supaya tidak kemasukan bola dari pihak lawan. Dalam permainan yang sebenarnya sepak bola dilakaukan dilapangan yang berbentuk empat persegi panjang serta bola yang yang digunakan mempunyai ukuran tertentu. Ukuran lapangan dan bola sebagai berikut, panjang garis samping 100 - 110 meter, lebar lapangan 64 - 75 meter, jari-jari lingkaran tengah 9,15 meter, daerah gawang dengan ukuran 18,32 x 5,5 meter, daerah hukuman (Penalty area) 40,39 x 15,5 meter, jarak titik tendang pinalti dari gawang 11 meter. Sedangkan untuk ukuran gawang, tinggi gawang 2,44 meter, lebar gawang 7,32 meter serta diameter tiang dan palang gawang 12 meter. Ketentuan bola sebagai berikut bola terbuat dari kulit atau sejenisnya berbentuk bundar. Bentuk bola bulat dengan berat 396 - 453 gram, keliling lingkaran 68 - 71 cm dan untuk tekanan udara: 0,60 - 0,70 atmosfer.

Upload: truonghuong

Post on 24-Mar-2019

238 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Sepak Bola

2.1.1. Pengertian Sepak Bola

Pengertian Sepakbola Menurut Sujarwadi dan Sarjiyanto (2010: 2) sepakbola

merupakan permainan beregu masing- masing regu terdiri dari 11 orang pemain.

Wujud permainannya adalah menendang bola kian kemari yang diperebutkan dengan

lawan dengan tujuan mendapatkan nilai. Nilai itu sendiri diperoleh dengan cara

memasukkan bola ke gawang lawan sebanyak-banyaknya. Bersama itu mereka juga

menjaga gawang supaya tidak kemasukan bola dari pihak lawan. Dalam permainan

yang sebenarnya sepak bola dilakaukan dilapangan yang berbentuk empat persegi

panjang serta bola yang yang digunakan mempunyai ukuran tertentu. Ukuran

lapangan dan bola sebagai berikut, panjang garis samping 100 - 110 meter, lebar

lapangan 64 - 75 meter, jari-jari lingkaran tengah 9,15 meter, daerah gawang dengan

ukuran 18,32 x 5,5 meter, daerah hukuman (Penalty area) 40,39 x 15,5 meter, jarak

titik tendang pinalti dari gawang 11 meter. Sedangkan untuk ukuran gawang, tinggi

gawang 2,44 meter, lebar gawang 7,32 meter serta diameter tiang dan palang gawang

12 meter.

Ketentuan bola sebagai berikut bola terbuat dari kulit atau sejenisnya berbentuk

bundar. Bentuk bola bulat dengan berat 396 - 453 gram, keliling lingkaran 68 - 71 cm

dan untuk tekanan udara: 0,60 - 0,70 atmosfer.

9

2.1.2. Gerak Dasar Sepak Bola.

Pada prinsipnya, gerakan dasar pada manusia adalah lokomosi (locomotion),

yaitu gerakan siklus atau perputaran dari kaki ke kaki yang lain secara silih berganti.

Untuk itu diperlukan kemampuan keterampilan yang baik agar pemain dapat

melakukan setiap gerak yang di ajarkan. Menurut Martens (1990: 170) keterampilan

gerak memiliki dua makna, yaitu kemampuan pada tugas gerak tertentu dan kualitas

individu dalam menampilkan kemampuan motorik. Menurut Sucipto, dkk (2000: 8)

menyatakan bahwa gerakan-gerakan dalam permainan sepakbola meliputi: lari,

lompat, loncat, menendang, menghentakkan dan menangkap bola bagi penjaga

gawang. Semua gerakan tersebut diperlukan oleh semua pemain untuk menjalankan

tugasnya bermain sepakbola gerak dasar manusia adalah jalan, lari, lompat.

2.1.3. Teknik Dasar Menendang bola

Mengoper berarti memindahkan bola dari kaki Anda ke kaki pemain lain dengan

cara menendangnya (Koger, 2007:19). Menendang bola paling banyak dilakukan

dalam permaian sepakbola bila dibandingkan dengan teknik lain, maka wajarlah bila

dalam setiap latihan banyak banyak diajarkan teknik menendang bola. Menurut

Abdoellah, (1981: 421) menendang bola berfungsi untuk: memberikan (passing)

bola, menembak (shooting) bola kegawang, membersihkan (clearing), dan

tendangan- tendangan khusus. Dilihat dari perkenaan kaki kebola, menendang

dibedakan beberapa macam yaitu:

a. Menendang dengan Kaki Bagian Dalam

10

Menurut Sucipto dkk (2000: 17-18), pada umumnya teknik menendang

dengan kaki bagian dalam digunakan untuk mengumpan jarak pendek (short

passing). Analisis gerak menendang dengan kaki bagian dalam adalah sebagai

berikut:

1) Badan menghadap sasaran di belakang bola.

2) Kaki tumpu berada di samping bola ± 15 cm, ujung jari kaki menghadap

sasaran, lutut sedikit ditekuk.

3) Kaki tending ditarik ke belakang dan ayunkan ke depan sehingga mengenai

bola.

4) Perkenaan kaki pada bola tepat pada mata kaki dan tepat di tengah bola.

5) Pergelangan kaki ditegangkan pada sat mengenai bola.

6) Gerak lanjut kaki tendang diangkat menghadap sasaran.

7) Pandangan ditujukan ke bola dan mengikuti arah jalannya bola terhadap

sasaran.

8) Kedua lengan terbuka di samping badan.

11

Gambar 2.1. Menendang dengan Kaki Bagian Dalam

Sumber: Sucipto dkk, (2000: 18)

b. Menendang dengan Kaki Bagian Luar

Menurut Sucipto dkk (2000: 19), pada umumnya teknik menendang

dengan kaki bagian luar digunakan untuk mengumpan jarak pendek (short

passing). Analisis gerak menendang dengan kaki bagian luar adalah sebagai

berikut:

1) Posisi badan di belakang bola, kaki tumpu di samping belakang bola ±

25 cm, ujung kaki menghadap ke sasaran, dan lutut sedikit ditekuk.

2) Kaki tendang berada di belakang bola, dengan ujung kaki menghadap ke

dalam.

3) Kaki tending ditarik ke belakang dan ayunkan ke depan sehingga

mengenai bola.

4) Perkenaan kaki pada bola tepat pada punggung kaki bagian luar dan

tepat pada tengah-tengah bola, pada saat perkenaan dengan bola

pergelangan kaki ditegangkan.

5) Gerak lanjut kaki tending diangkat serong ± 45˚ menghadap sasaran.

6) Pandangan ke bola dan mengikuti jalannya bola ke sasaran.

7) Kedua lengan terbuka menjaga keseimbangan

12

Gambar 2.2. Menendang dengan Kaki Bagian Luar

Sumber: Sucipto dkk, (2000: 19)

c. Menendang dengan Punggung Kaki

Menurut Sucipto dkk (2000: 20), pada umumnya menendang dengan

punggung kaki digunakan untuk menembak ke gawang (shooting at the

goal). Analisis gerak menendang dengan punggung kaki adalah sebagai

berikut:

1) Badan di belakang bola sedikit condong ke depan, kaki tumpu diletakkan

di samping bola dengan ujung kaki menghadap ke sasaran, dan lutut

sedikit ditekuk.

2) Kaki tending berada di belakang bola dengan punggung kaki menghadap

ke depan/sasaran.

3) Kaki tending tarik ke belakang dan ayunkan ke depan sehingga mengenai

bola.

13

4) Perkenaan kaki tepat pada punggung kaki penuh dan tepat pada tengah-

tengah bola dan pada saat mengenai bola pergelangan kaki ditegangkan .

5) Gerak lanjut kaki tending diarahkan dan diangkat ke arah sasaran.

6) Pandangan mengikuti jalannya bola dan ke sasaran.

Gambar 2.3. Menendang dengan Punggung Kaki

Sumber: Sucipto dkk, (2000: 20)

d. Menendang dengan punggung kaki bagian dalam

Menurut Sucipto dkk (2000: 21), pada umumnya menendang dengan

punggung kaki bagian dalam digunakan untuk mengumpan jarak jauh (long

passing). Analisis gerak menendang dengan punggung kaki bagian dalam

adalah sebagai berikut:

1) Posisi badan berada di belakang bola, sedikit serong ± 40˚ dari garis lurus

bola. Kaki tumpu diletakkan di samping belakang bola ± 30 cm dengan

ujung kaki membuat sudut 40˚ dengan garis lurus bola.

14

2) Kaki tendang berada di belakang bola dengan ujung kaki serong ± 40˚ ke

arah luar. Kaki tending tarik ke belakang dan ayunkan ke depan sehingga

mengenai bola. Perkenaan kaki pada bola tepat di punggung kaki bagian

dalam dan tepat pada tengah bawah bola dan pada saat kaki mengenai

bola, pergelangan kaki ditegangkan.

3) Gerak lanjutan kaki tending diangkat dan diarahkan ke depan.

4) Pandangan mengikuti jalannya bola ke sasaran.

5) Lengan dibuka berada di samping badan sebagai keseimbangan.

Gambar 2.4. Menendang dengan Punggung Kaki Bagian Dalam

Sumber: Sucipto dkk, (2000: 21)

2.1.4. Tendangan Sepak bola

a. Akurasi Tendangan pada Sepakbola

Akurasi tendangan pada sepakbola adalah keberhasilan tendangan yang

dilakukan untuk dapat mencapai tujuan. Secara umum tujuan dari tendangan

dalam sepakbola terbagi 3 jenis yaitu mengumpan, menembak ke arah gawang

15

dan menghalau serangan lawan. Keberhasilan sebuah tendangan tentunya juga

diukur dari berhasil tidaknya sebuah tendangan dilakukan.

b. Komponen Akurasi Tendangan

Akurasi tendangan dapat dilakukan secara maksimal jika komponen akurasi

tendangan mempunyai kemampuan yang optimal juga, untuk itu perlu diketahui

komponen-komponen utama akurasi tendangan. Komponen terbesar yang

mempengaruhi kemampuan akurasi tendangan didasari oleh faktor genetik,

artinya akurasi tendangan akan dipengaruhi oleh rasio dari otot tonic (red

muscle) dan otot phasic (white muscle). Koordinasi neuromuscular berperan

penting dalam kerjasama otot yang efektif. Koordinasi, gerakan dan

proprioseptif merupakan hal yang penting untuk memahami bagaimana otot

bekerja pada waktu yang tepat dan meningkatkan penampilan kerjanya secara

menyeluruh.

Kekuatan otot tungkai juga merupakan komponen pendukung utama untuk

meningkatkan akurasi tendangan, dalam hal ini yang berperan utama adalah otot

Quadriceps Femoris, Hamstring, Gastrocnemius serta Tibialis Anterior.

Kekuatan otot yang menghasilkan power dan stabilitas, penempatan kaki serta

kekuatan ankle berpengaruh terhadap akurasi tendangan.

Diluar komponen genetik dan kekuatan otot tungkai, komponen lain yang

juga mempengaruhi akurasi tendangan adalah core stability. Peningkatan pola

aktivasi core stability akan menghasilkan peningkatan level aktivasi pada

anggota gerak sehingga mengembangkan kapabilitas untuk mendukung atau

menggerakkan anggota gerak

16

c. Faktor- faktor yang mempengaruhi akurasi tendangan

Selain komponen dari akurasi tendangan, terdapat faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi akurasi tendangan. Jika faktor-faktor ini meningkat maka akan

meningkatkan kemampuan akurasi tendangan juga.

Faktor-faktor tersebut adalah :

1) Technical skills (keterampilan teknis)

Keterampilan teknis diartikan sebagai kemampuan teknis seseorang dalam

melakukan suatu aktivitas. Dalam hal tendangan sepakbola, skill berarti

kemampuan seseorang dalam melakukan tendangan sesuai dengan tehnik

dasar tendangan sepak bola. Hal ini dipengaruhi beberapa hal, diantaranya

adalah:

a) Pandangan mata

Pandangan mata diperlukan untuk membantu memastikan posisi bola

yang akan ditendang, arah sasaran dan juga arah bola menuju sasaran.

b) Kaki tumpu

Kaki tumpu merupakan letak titik berat badan (center of gravity). Posisi

kaki tumpu terhadap letak bola akan mempengaruhi arah lintasan bola

dan tinggi rendahnya lambungan bola.

c) Kaki yang menendang

Hal utama terkait dengan kaki yang menendang adalah perkenaan

bagian kaki dengan bola, yang terbagi menjadi beberapa bagian yaitu:

17

kaki bagian dalam, kura-kura kaki bagian dalam, kurakura kaki bagian

luar, kura-kura kaki penuh, ujung jari dan tumit.

d) Bagian bola yang ditendang

Hal ini akan menentukan arah jalannya bola serta tinggi rendah

lambungan bola.

e) Sikap badan

Sikap badan saat menendang sangat dipengaruhi oleh posisi atau letak

kaki tumpu terhadap bola. Posisi kaki tumpu tepat disamping bola maka

pada saat menendang badan akan berada tepat diatas bola dan sikap

badan sedikit condong. Sikap badan ini untuk tendangan mengalir

rendah atau melambung sedang. Bila posisi kaki berada sedikit di

belakang samping bola maka badan berada di atas belakang bola

sehingga sikap badan condong ke belakang dan tendangan bola akan

melambung tinggi.

2) Keterampilan Fisik

Keterampilan fisik diartikan sebagai kapasitas dan kemampuan fisik dalam

melakukan aktifitas. Dalam hal ini keterampilan fisik dalam tendangan

sepak bola diantaranya adalah:

3) Daya tahan jantung paru

Merupakan kemampuan sistem tubuh untuk mendapatkan, memproses dan

mendistribusikan oksigen ke seluruh tubuh. Kemampuan sistem subuh yang

terkait dengan oksigen ini akan sangat berpengaruh terhadap kekuatan otot,

daya tahan otot dan juga power atau daya ledak otot. Daya tahan jantung

18

dan paru juga bisa diartikan kemampuan untuk melakukan kegiatan yang

ringan sampai dengan tingkat intensitas submaksimal, dengan melibatkan

kelompok otot-otot besar secara terus menerus tanpa mengalami kelelahan

yang berarti.

Tendangan sepakbola melibatkan otot-otot besar pada trunk dan extremitas

bawah, sehingga dengan daya tahan jantung paru yang baik tingkat akurasi

tendangan juga lebih baik.

4) Kekuatan otot

Kekuatan otot merupakan kemampuan otot atau group otot untuk

menghasilkan tegangan dan tenaga selama usaha maksimal baik secara

dinamis maupun statis.39 Kekuatan maksimal otot ditunjang oleh cross-

sectional otot yang merupakan kemampuan otot untuk menahan beban

maksimal pada aksis sendi. Saat melakukan kontraksi otot menghasilkan

tegangan dan kekuatan. Tenaga yang dihasilkan dari kontraksi otot dan

secara

langsung berhubungan dengan jumlah tegangan yang dihasilkan oleh

kontraksi otot, sehingga dapat meningkatkan kekuatan otot berupa level

tegangan, hipertropi dan rekruitmen serabut otot.

Kekuatan selain dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin dapat dipengaruhi

oleh beberapa faktor seperti: faktor biomekanik, faktor neuromuskular,

faktor metabolisme (ketersediaan energi) serta faktor psikologis. Kekuatan

otot merupakan salah satu komponen dari power yang akan dihasilkan.

Semakin besar kekuatan dalam melakukan suatu gerakan maka semakin

19

besar pula tenaga eksplosif yang terjadi sehingga akan mampu

mempengaruhi akurasi tendangan pada sepakbola.

5) Daya tahan otot

Daya tahan otot merupakan kemampuan otot untuk melakukan

gerakan/bekerja secara berulang dengan intensitas rendah dalam waktu yang

lama. Untuk menghasilkan kinerja yang optimal tidak hanya diperlukan

tingkat kekuatan yang tepat namun juga kesanggupan mempertahankan dan

mengontrol tingkat persentase yang tinggi dari kekuatan tersebut selama

beberapa waktu atau selama serangkaian usaha otot itu melakukan

pengulangan aktivitas. Karena itulah daya tahan otot juga berperan penting

dalam peningkatan akurasi tendangan.

6) Power atau Daya ledak otot

Power merupakan fungsi dari kekuatan dan kecepatan suatu gerakan. Power

atau daya ledak otot adalah gabungan antara kekuatan dan kecepatan yang

dilakukan dengan mengerahkan gaya (force) otot secara maksimum dengan

kecepatan maksimum. Power adalah unsur yang penting dalam menilai

kapasitas seseorang saat melakukan olahraga. Kualitas power seseorang

tergantung kemampuan otot untuk berkontraksi dengan kuat dan cepat.

Artinya dalam power tidak hanya memerlukan kekuatan otot saja tetapi juga

dibutuhkan kecepatan kontraksi otot. Hal ini dihubungkan dengan tipe

serabut otot yaitu otot tonic (red muscle) dan otot phasic (white muscle),

semakin tinggi kualitas power yang dihasilkan akan semakin kuat dan cepat

20

suatu gerakan yang akan dilakukan. Kecepatan saat otot berkontraksi dan

timbulnya tenaga sepanjang luas gerak sendi (Range Of Motion/ROM)

7) Proprioseptik

Propriosepsi diartikan sebagai sadar akan posisi dan gerak yang dilakukan

yang terkait dengan sistem neuromuskuloskeletal. Propriosepsi merupakan

satu tipe khusus sensitivitas yang menginformasikan tentang sensasi dan

kedalaman organ serta hubungan antara otot dan sendi. Propriosepsi akan

berpengaruh terhadap gerak yang dilakukan, gerakan yang ditimbulkan

akibat impuls yang diberikan oleh stimulus yang diterima dari reseptor, dan

selanjutnya informasi tersebut akan diolah di otak yang kemudian akan

informasi tersebut akan diteruskan oleh reseptor kembali ke bagian tubuh

yang bersangkutan. Propriosepsi sangat dibutuhkan dalam melakukan

tendangan agar saat melakukan tendangan reseptor sendi dan otot sudah siap

untuk digerakkan karena informasi yang sudah diolah dan direkam otak

akan memudahkan untuk memberikan stimulus kembali kepada reseptor

agar gerakan tendangan menjadi terkendali sehingga tendangan lebih akurat.

8) Kelenturan

Kelenturan merupakan kemampuan untuk menggerakkan sendisendi dalam

jangkauan gerakan penuh dan bebas. Kelenturan otot dan kebebasan gerak

sendi sering dikaitkan dengan hasil pergerakan yang terkoordinasi dan

efisien. Kelenturan diarahkan pada kebebasan luas gerak sendi. Kelenturan

juga menjadi faktor yang penting dalam akurasi tendangan. Dalam hal

latihan, penguatan dan kelenturan saling berhubungan, sehingga jika

21

seseorang melakukan latihan kelenturan juga berpengaruh terhadap

penguatan.

9) Kelincahan (agility)

Kelincahan diartikan sebagai kemampuan mengubah arah atau posisi tubuh

dengan cepat yang dilakukan bersama-sama dengan gerakan lainnya.

Tendangan sepakbola adalah gerakan dinamis dan selalu ada perubahan

posisi dari fase awal (fase preparation) sampai fase akhir (follow through).

Dengan kelincahan yang baik, pesepakbola mampu mengubah posisi tubuh

dengan cepat sehingga memudahkan untuk melakukan tendangan yang

akurat.

10) Koordinasi

Koordinasi didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan gerakan

secara halus, tepat dan terkendali. Sebagai gerak dinamis yang ditujukan

untuk mencapai sasaran tertentu, tendangan sepakbola menuntut koordinasi

yang baik dari masing-masing komponen yang terkait.

11) Keseimbangan

Keseimbangan didefinisikan sebagai kemampuan relatif untuk mengontrol

pusat massa tubuh (center of mass) atau pusat gravitasi (center of gravity)

terhadap bidang tumpu (base of support). Saat dilakukan tendangan dengan

kaki kanan maka kaki kiri akan berperan sebagai bidang tumpu. Dengan

kemampuan keseimbangan yang baik akan didapatkan tumpuan/stabilisasi

yang baik sehingga akan terjadi fasilitasi pada kaki yang menendang untuk

mencapai tendangan yang akurat.

22

12) Mental skills (Keterampilan mental)

Keterampilan mental adalah keterampilan praktis dan metode yang

membantu atlet untuk bisa mengeksplorasi keterampilan fisik, teknik dan

taktik sehingga dapat mencapai hasil terbaik serta bersaing mencapai hasil

terbaik.40 Keterampilan mental meliputi: berpikir positif, motivasi,

pengendalian emosi, kepercayaan diri serta konsentrasi.

13) Environment (lingkungan)

Faktor lingkungan umumnya memberikan pengaruh tidak langsung

terhadap akurasi tendangan, kecuali hal tersebut merupakan kondisi yang

ekstrim. Beberapa faktor yang menjadi perhatian diantaranya adalah: cuaca,

kecepatan angin, suhu udara serta ketinggian lokasi.

14) Sensory Motor Channel

Sensory motor channel yang terdiri atas sensoris, body scheme, body

preparation dan biomekanik akan mempengaruhi komponenkomponen dalam

faktor fisik untuk mencapai kinerja yang optimal. Terkait dengan komponen

yang mempengaruhi akurasi tendangan diatas maka sistem muskuloskeletal

akan berperan sangat besar disamping juga komponen pendukung lain. Oleh

karena itu perlu diketahui mengenai anatomi muskuloskeletal yang

mendukung terjadinya akurasi tendangan pada sepakbola.

d. Biomekanika Tendangan pada sepak bola

Saat menendang awalnya tubuh berperan sebagai pivot/sumbu untuk kaki

yang menedang dan dalam posisi yang seangat kuat untuk gerak dalam bidang

sagital. Saat menendang, kaki yang mengayun/ menendang tidak menyentuh

23

tanah. Otot-otot fleksor panggul dan ekstensor lutut akan terekrut secara

maksimal dan menempatkan kekuatan yang utama pada kaki ketika menendang.

gluteus maksimus, hamstring dan adductor harus bergerak secara lambat ketika

kaki kontak dengan bola. Gerakan menendang pada sepak bola dapat diuraikan

dalam tiga fase, yaitu:

1) Fase preparation

Dimulai dari jarak 3-4 meter yang dilakukan sambil berlari untuk memperoleh

percepatan. Lari yang dilakukan seenaknya dengan percepatan yang diatur

sedemikian rupa dengan tetap melihat letak bola. Sambil berlari ayunkan tangan

seenaknya mengikuti irama langkah kaki. Jika melangkah kaki kanan, maka

tangan kiri mengayun ke depan demikian sebaliknya saat melangkah kaki kiri

maka ayunan tangan pada sisi kanan. Posisi fase ini sebaiknya dibelakang bola

dan jika ditarik garis lurus, sejajar dengan sasaran.

Berikut adalah detail gerakan menendang (tendangan kaki kanan) pada fase

preparation dilihat dari bagian tubuh, gerak dan otot yang bekerja

a) Trunk

Gerak yang terjadi adalah stabilisasi untuk rotasi trunk ke arah kanan,

dimana otot-otot yang bekerja adalah otot-otot abdominal, otot-otot

postural, erector spine serta dibantu m. iliopsoas

b) Hip dextra

Gerak yang terjadi adalah extensi dengan otot-otot yang bekerja meliputi m.

gluteus maksimus serta hamstring.

c) Hip sinistra

24

Gerak yang terjadi adalah external rotasi serta extensi eksentrik/memanjang

dengan otot-otot yang bekerja meliputi m. gluteus medius, m. gluteus

minimus serta hamstring.

d) Knee dextra

Gerak yang terjadi adalah flexi dengan otot-otot yang bekerja meliputi

hamstring dan m. popliteus.

e) Knee sinistra

Gerak yang terjadi adalah extensi eksentrik/memanjang dengan otot yang

bekerja adalah m. quadriceps.

f) Ankle dextra

Gerak yang terjadi adalah plantar flexi konsentrik/memendek dengan otot

yang terjadi adalah plantar flexor.

g) Ankle sinistra

Gerak yang terjadi adalah plantar flexi eksentrik/memanjang dengan otot

yang bekerja adalah plantar flexor.

2) Fase Kicking

Sebelum melakukan tendangan (menggunakan kaki kanan) maka letakkanlah

kaki kiri disisi kiri dan agak ke belakang dari bola yang jika ditarik garis lurus

membentuk sudut 45°. Posisi kaki kiri akan menentukan luncuran bola. Jika

kaki kiri berada di belakang bola, maka jalannya bola akan melambung karena

dengan sendirinya perkenaan bola tepat di bagian bawah. Jika kaki tepat di sisi

kiri bola, jalannya bola akan mendatar atau menggelinding di tanah, karena

perkenaannya berada pada bagian atas bola. Jika letak kaki kiri agar ke

25

belakang sekitar 45° maka dapat diprediksi jalannya bola lurus dan mendatar,

sebab perkenaan bola pada bagian tengah antara atas dan bawah. Menendang

dengan punggung kaki maksudnya adalah perkenaan bola pada kaki tepat pada

bagian punggung kaki. Menendang dengan punggung kaki adalah yang paling

sering digunakan bila yang diharapkan adalah tendangan dengan kekuatan

maksimal dan laju bola yang cepat. Setelah dirasa letak kaki kiri cukup nyaman

maka ayunlah kaki kanan yang masih di belakang sekuat-kuatnya dengan tetap

memperhatikan perkenaan kaki dengan bola dan perkenaan bola dengan kaki.

Perkenaan pada punggung kaki

berarti keadaan ankle adalah ekstensi atau jika ditarik garis lurus sejajar dengan

tulang kering. Berikut adalah detail gerakan menendang (tendangan kaki kanan)

pada fase kicking dilihat dari bagian tubuh, gerak dan otot yang bekerja.

a) Trunk

Gerak yang terjadi adalah stabilisasi dengan otot-otot yang bekerja adalah

otot-otot abdominal, otot-otot postural, erector spine serta dibantu m. ilio

psoas.

b) Hip dextra

Gerak yang terjadi adalah internal rotasi dan flexi dengan otot-otot yan

bekerja meliputi m. tensor fascia lata, m. rectus femoris, m. ilio psoas, m.

Sartorius serta grup adductor.

c) Hip sinistra, gerak yang terjadi adalah extensi dengan otot-otot yang bekerja

meliputi m. gluteus maksimus, m. hamstring serta m. adductor magnus.

d) Knee dextra

26

Gerak yang terjadi adalah extensi dengan otot yang bekerja adalah m.

quadriceps.

e) Knee sinistra

Gerak yang terjadi adalah extensi dengan otot yang bekerja adalah m.

quadriceps.

f) Ankle dextra

Gerak yang tejadi adalah plantar flexi dengan otot yang bekerja adalah

plantar flexor.

3) Fase follow through

Dimulai dari pelepasan obyek/bola sampai dengan flexi hip secara penuh.

Setelah bola ditendang oleh kaki kanan, bisa diikuti dengan melangkah ke

depan satu atau dua langkah.

Berikut adalah detail gerakan menendang (tendangan kaki kanan) pada fase

follow through dilihat dari bagian tubuh, gerak dan otot yang bekerja.

a) Hip dextra

Gerak yang terjadi adalah external rotasi eksentrik, extensi eksentrik serta

abduksi eksentrik. Otot yang bekerja meliputi hamstring, m. gluteus medius,

m quadratus lumborum, m. gluteus maximus serta m. piriformis.

b) Knee dextra

Gerak yang terjadi adalah flexi eksentrik dengan otot yang bekerja adalah

hamstring.

Tiap perbedaan variasi tendangan akan menghasilkan perbedaan/variasi

lamanya tiap fase. Seperti pada kebanyakan latihan rantai terbuka (open

27

chain exercise), kebebasan dari segmen sebelah distal memberikan variasi

inti dalam performa skill.

2.2. Neurac (Neuromuscular Activation)

Neurac adalah metode terapi atau pengobatan yang melibatkan stimulasi

neuromuscular pada level yang tinggi dalam mengatur pelaksanaan pola gerak

fungsional normal. Metode ini digunakan untuk menangani masalah musculoskeletal

yang menyebabkan nyeri dan atau tidak aktifnya otot. Sub kelompok terbesar yang

dapat menggunakan metode neurac adalah kondisi gangguan muskuloskeletal

mencakup pasien dengan masalah leher, punggung, panggul, dan gangguan bahu,

kondisi untuk latihan kekuatan dan pengkondisian, serta pelatihan pribadi dan

spesialis olahraga (Gitle Kirkesola, 2009).

Tindakan neurac atau neurac treatment merupakan unsur penting dari metode

yang dikenal dengan sebutan S-E-T (Sling -Exercise- Therapy) dan dikenal dengan

nama redcord. Pada awalnya ini dikembangkan oleh fisioterapis dan dokter di

Norwegia. Ditemukan pada 1991, (belum lama ini disebut TerapiMaster). Neurac

merupakan dasar dari tehnik tindakan redcord.

Terapi selempang Tradisional yang sudah ada sebelumnya berfokus terutama

pada tehnik latihan dalam rantai kinetik terbuka (Open Kinetic Chain (OKC)) dan

latihan yang dilakukan tanpa efek gravitasi.

Namun sebaliknya pada prosedur Redcord, berfokus pada rantai kinetik tertutup

(Closed Kinetic Chain (CKC)) latihan secara sistematis memanfaatkan manfaat dari

fenomena biomekanik dan fisiologi fungsional yang tidak bergantung pada gravitasi

(yaitu, berat tubuh individu karena perlawanan diterapkan ke dalam pelaksanaan

28

selama gerakan). Konfigurasi workstation redcord atau pelatih tunggal redcord

menggunakan sistem tahanan pada neuromuskuler-skeletal untuk meningkatkan

kondisi fisik aktif neuromuskular dan rehabilitasi. Sistem redcord menggunakan

paten dari neurac method untuk menstimulasi otot yang tidur atau tidak aktif dan

mengembalikan fungsi normal mereka.

Manusia diprogram untuk bergerak yang dikendalikan dan dimodifikasi oleh

neuromuskular dan sensorimotor (visual, vestibular, dan mechanoreceptor atau

proprioceptor) sistem. Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa penstabil

otot cenderung untuk beralih "off" ketika nyeri timbul (Moseley, 2005; Botti,

2004; Berhala, 2002; le, 2001, Moseley, 2006). Hal ini dapat menyebabkan

kualitas gerakan yang buruk, penurunan kekuatan otot dan kontrol

neuromuskular, kelelahan, dan penurunan kualitas hidup secara keseluruhan.

Bahkan jika nyeri yang sesungguhnya mereda , "program saraf" bisa tetap

dimatikan, hal ini dapat menyebabkan cedera kembali dan mengalami sakit

tambahan. kondisi Ini, tampaknya sering berulang dan tidak pernah berakhir dan

akan tetap kronis bila tidak ada intervensi pengobatan aktif. Ini adalah salah satu

alasan mengapa kesehatan Uni Eropa guidelines merekomendasikan pengobatan

aktif untuk nyeri non-spesifik punggung bawah.

2.2.1. Latar belakang untuk pengobatan neurac (aktivasi neuromuskuler)

Neurac adalah metode pengobatan/penanganan yang bertujuan untuk

mencapai atau mendapatkan kembali fungsi pola gerak normal dari pasien dengan

masalah musculoskeletal dengan menggunakan stimulasi neuromuscular pada

tingkat atau level yang tinggi.

29

Pendekatan pengobatan /tindakan aktif yang memiliki empat elemen utama :

a. Latihan menumpu berat badan menggunakan system sling redcord

b. Control vibrasi dipilih pada bagian-bagian tubuh tertentu

c. Peningkatan resisten/tahanan secara bertahap

d. Tidak ada nyeri atau tidak ada peningkatan nyeri

Selain itu, aparat getaran yang baru dikembangkan, Redcord stimulasi, bisa

digunakan untuk meningkatkan adaptasi saraf.

Neurac method selalu disertai dengan prosedur tes untuk mengevaluasi fungsi

rantai kinetic neuromuscular, dengan penekanan pada integrasi fungsi otot lokal

dan otot global. Neurac didirikan berdasarkan penelitian terbaru yang

mendukung penggunaan tubuh dalam menahan beban latihan ketika

menggunakan rantai biomekanik. Selain itu, neuroscience dan uji klinis

menyarankan penggunaan getaran untuk meningkatkan dorongan saraf dan untuk

mengurangi rasa sakit.

2.2.2. Latihan Kekuatan pada rantai kinetik tertutup

Fokusnya adalah pada pelatihan fungsi dimana beberapa otot direkrut dalam

rantai tertutup dan otot-otot bekerja bersama sebagai latihan yang sedang

dilakukan. Pelatihan dalam rantai kinetik tertutup didefinisikan sebagai berikut

dimana, segmen distal tetap dan menumpu semua berat atau sebagian dari berat

tubuh. Ini mencapai kompresi lebih pada sendi bersama dengan stabilisasi yang

dinamis dan aktivasi agonis, antagonis dan synergists.

30

Gambar 2.21. Latihan pada rantai kinetic tertutup

Sumber :(Neurac 1, 2008)

a. Latihan stabilisasi

Studi terbaru menunjukkan bahwa otot-otot tertentu memiliki fungsi

stabilisasi yang sangat khusus. Otot Ini disebut otot-otot "lokal", yang

dekat dengan sendi dan dianggap penting untuk stabilitas sendi, sedangkan

otot "global" untuk melakukan gerakan. Cedera pada sistem

muskuloskeletal dapat mengubah mekanisme ini, menyebabkan

kerusakan abadi dalam berfungsi.

Terapi Master, diterapkan dalam konsep SET, menunjukkan hasil

yang baik dalam mempengaruhi dalam sistem stabilisasi

Gambar 2.22 Latihan stabilisasi

Sumber :(Neurac 1, 2008)

b. Latihan sensorimotor

31

Kontrol neuromuskular yang tepat sangat penting untuk

mempertahankan tingkat fungsi normal. Keluhan kronis mempengaruhi

fungsi sensorimotor. Efektivitas pelatihan Neuromuskuler yang terkontrol

pada ekstremitas bawah didokumentasikan dengan baik. Studi terbaru

menunjukkan bahwa jenis pelatihan ini juga penting untuk leher,

punggung dan bahu. Pelatihan sensorimotor ialah elemen penting dari

konsep S-E-T.

Ketidakstabilan dicapai pada kain TerapiMaster itu. Selain itu, bantalan

karet berisi udara, tikar karet tebal / matras dan menggunakan papan

miring.

Gambar 2.23 Latihan sensorimotor.

Sumber : (Neurac 1, 2005)

2.2.3. Sling Exercise Terapi (SET)

Sebuah metode baru yang dikembangkan SET disebut Neurac, yang

merupakan singkatan dari aktivasi neuromuskuler. Pengalaman klinis

menunjukkan bahwa dalam banyak situasi telah memungkinkan untuk mencapai

perbaikan spontan dalam kontrol neuromuskular saat menstabilkan otot-otot inti

32

dan juga fungsi otot. Hal ini didasarkan pada latihan yang dilakukan dalam rantai

kinetik tertutup, dengan beban seberat yang dapat dikelola oleh pasien, dengan

ketidakstabilan maksimum dan tanpa meningkatkan atau memprovokasi rasa

sakit. Untuk mendapatkan hasil yang baik hal terpenting adalah individu harus

mengatur pembagian beban latihan terhadap ketidakstabilan sling TerapiMaster.

Penelitian telah menunjukkan bahwa aliran sinyal ke otot meningkat jauh ketika

latihan dilakukan pada permukaan penyangga yang tidak stabil.

Inti dari teknik neurac melibatkan dua progresi pelatihan neuromuskuler yang

disesuaikan:

a. Terus menerus tergantung dengan berat tubuh individu selama latihan dan

terapi

b. Selempang dan tali yang Adjustable (dapat disesuaikan) untuk memberikan

gerakan olahraga yang aman, semakin menantang untuk menjaga

keseimbangan dan kontrol postural.

Keberhasilan neurac tergantung pada integrasi dari tiga faktor berikut:

1) Merencanakan gerakan ekstremitas atas dan bawah dan atau dasar

(corset) yang melibatkan berat tubuh dalam lingkungan yang tidak stabil

dengan menggunakan sling Redcord, tali dan bantal keseimbangan.

2) Bebas rasa sakit, intensitas kontraksi otot dengan upaya yang tinggi

dilakukan dalam gerakan CKC.

3) Getaran variabel diterapkan pada tali dan sling.

Redcord telah mengembangkan sistem evaluasi disfungsi otot yang

disebut Weak Link Testing (WTL) untuk mengidentifikasi otot yang tidak

33

aktif atau sleeping muscles dan secara simultan, kemampuan usaha atau

kerja otot individu yang dihasilkan dapat digunakan untuk menentukan

kelemahan otot serta keterbatasan gerak. Ketika kelemahan otot

teridentifikasi terapis mulai melaksanakan proses neurac treatment.

2.2.4. Prosedur penerapan latihan Neurac

a. Tehnik Aplikasi

1) Sebelum latihan terlebih dahulu melakukan pemanasan berupa

peregangan pada otot trunk dan anggota gerak bawah

2) Latihan neurac terdiri dari: push-up standing, prone bridging, supine

pelvic lift, side lying bridging

3) Fisioterapis memberikan instruksi dalam penggunaan sling yaitu

dengan

b. Dosis

1) Frekwensi : 3 X seminggu

2) Intensitas : 3 set latihan

3) Time : tiap posisi ditahan selama 6 detik

4) Repetisi : 6 kali

5) Rest : 30 detik/ pengulangan satu posisi

c. Tehnik latihan Neurac ( Neuromuskuler Activation)

1) Push-up standing

Posisi awal peserta berdiri tegak sambil memegang tali sling kemudian

tubuh bergerak miring ke depan sejauh 450

dari posisi awal, gerakan

ini diulang 6x/set. Masing masing posisi dipertahankan selama 6 detik

34

kemudian kembali ke posisi awal dan istirahat selama 30 detik, 3 set,

frekuensi latihan 3x seminggu dengan waktu atau durasi latihan 20

sampai 30 menit.

1 2 11

Gambar . 2. 24: Push-Up

Sumber: A Practical Guide for Physical Therapy

2) Prone bridging

Posisi awal posisi tengkurap dengan kedua lutut menggantung pada

sling, lengan bawah menyangga pada matras, flexi 900

kemudian

tubuh dan panggul diangkat lurus setinggi bahu pertahankan selama 6

hitungan turunkan dan istirahat 30 detik ulangi 4x dalam 1 set latihan,

gerakan ini dapat dilakukan 4set latihan, kemudian pindahkan sling

dibawah pergelangan kaki dengan posisi awal sama kemudian angkat

panggul dan tubuh setinggi punggung lalu dipertahankan 6 detik,

turunkan dan istirahat 30 detik, ulangi kembali gerakkan sebanyak 6x

dalam 1 set latihan, lakukan selama 10-20 menit

35

Gambar .2. 25: Prone Bridging

Sumber: Redcord medical active sport,2013

3) Supine pelvis lift

Posisi awal pasien terlentang dengan sling diletakkan di bawah lutut

kemudian pasien disuruh mengangkat pantat dan pertahankan posisi

selama 4-6 hitungan kemudian istirahat selama 30 detik dan ulang

kembali sebanyak 4x pengulangan untuk satu set pertama , set kedua

posisi sling di letakkan di bawah pergelangan kaki kemudian pasien

disuruh mengangkat pantat dan mempertahankan posisi 6 detik,

istirahat 30 detik dan diulang 6x gerakan. Latihan dilakukan selama

10-20 menit

Gambar gGgg

Gambar 2.26. Supine pelvis lift Sumber: A Practical Guide for Physical Therapy

36

4) Side lying bridging

Posisi awal tidur miring dengan sling diletakkan pada lutut bagian

lateral kemudian angkat panggul dan pertahankan posisi tersebut

selama 6 hitungan dengan istirahat 30 detik dan pegulangan gerak 4x

setiap set latihan, setelah itu untuk meningkatkan beban latihan sling

digeser ke pergelangan kaki lateral kemudian angkat panggul dan

pertahankan posisi selama 6 detik dengan istirahat 30 detik dan

gerakan di ulang sebanyak 6x dalam tiap set. Latihan dilakkukan

selama 10-20 menit

Gambar. 2.26: Side lying Bridging

Sumber: Redcord medical active sport,2013

2.2.5. Mekanisme latihan Neurac terhadap ketepatan tendangan pada

olahraga sepak bola.

Neurac adalah metode latihan/penanganan yang bertujuan untuk mencapai

atau mendapatkan kembali fungsi pola gerak normal dari pasien dengan masalah

musculoskeletal dengan menggunakan stimulasi neuromuscular pada tingkat atau

level yang tinggi dengan aktifasi otot-otot core trunk. Fisiologi otot-otot core

menghasilkan beberapa efek biomekanik lokal yang efisien dan fungsional pada

37

bagian distal gerakan atau eksekusi gerak terjadi, aktivasi otot menghasilkan

penyesuaian antisipasi postural/anticipatory postural adjustments (APAs),

yang memberikan posisi tubuh bertahan dari gangguan untuk membuat

keseimbangan baik berupa menendang, melangkah atau berlari. Otot-otot

core menghasilkan stabilisasi yang fungsi utamanya bekerja untuk

menghasilkan APAs. APAs menciptakan stabilisasi proksimal untuk

mobilisasi pada distal., sehingga saat eksekusi gerak menendang proses

menjadi tidak terganggu oleh faktor eksternal lain.

Menendang bola melibatkan banyak komponen. Pada tendangan

yang dilakukan dengan kaki kanan maka kaki kanan yang melakukan

tendangan akan menjadi bagian mobilitas, sementara kaki kiri menjadi

bagian stabilitas. Stabilitas tungkai kiri bisa terjaga jika didukung oleh

stabilitas postur yang adekuat karena faktor perubahan letak center of gravity

(COG) saat menendang akan mempengaruhi stabilitas tungkai kiri. Hal ini

dapat diminimalisir dengan aktivasi dari core stability. Dengan kata lain

akurasi menendang dapat dicapai jika eksekusi gerak menendang tidak

dipengaruhi oleh instabilitas postur.

Adanya perpindahan saat menendang merupakan bagian dari aktivasi

otot-otot core yang saling bersinergis. Aktivasi otot-otot core digunakan

untuk menghasilkan rotasi spine. Aktivasi otot sebuah pola gerak dalam

tendangan akan saling cross-sectional dari bagian mobilitas. Hal ini

memberikan pengaruh alignment dari kepala sampai pelvis dalam

membentuk alignment postur. Saat dilakukan gerak ayunan tungkai, akan

38

terjadi pelvic tilt dimana otot-otot core sisi kontra lateral berkontraksi

sebagai stabilisasi terhadap mobilitas distal.

Di sisi lain dibutuhkan banyak dan lebih kecil di dalam pheriperal

segment, pergerakan dari inersia dalam area distal tersebut berkurang,

mengakibatkan penyajian dalam kecepatan tinggi. Pengaruh aktivasi otot-

otot postural akan membentuk suatu pola midline dimana adanya suatu

antisipasi postural akan mempengaruhi persiapan anggota gerak bagian

distal dalam membentuk midline sebagai perkembangan potensial dari linear

akselerasi dalam persiapan untuk bergerak.

2.3. Core Stability

Core stability secara definisi adalah kemampuan untuk mengontrol

posisi dan gerakan batang badan melalui panggul dan kaki untuk

memungkinkan produksi optimal, transfer dan control kekuatan dan gerakan

ke segmen terminal dalam aktifitas rantai kinetic terintegrasi (Kibler, 2006).

Core adalah daerah lumbo-pelvic-hip kompleks. Daerah core adalah

letak atau tempat dari pusat perkenaan gaya gravitasi dan tempat dari awal

semua gerakan. Pada daerah ini terdapat 29 otot yang terkait atau terdapat

pada daerah lumbo-pelvic- hip kompleks. Efisiensi daripada core

dimaksudkan untuk memelihara hubungan pemanjangan normal dari fungsi

agonis dan antagonis, yang mana akan meningkatkan hubungan dari kedua

kekuatan pada daerah lumbo-pelvic-hip complex. ( Kibler, 2006)

39

Core stability yang baik berfungsi untuk meningkatkan penampilan

gerak serta untuk mencegah terjadinya cedera, kekuatan daripada otot-otot

inti batang badan berasal dari regio batang badan dan sesungguhnya bertugas

untuk membantu mengontrol kondisi kekuatan, memperhalus gerakan, serta

koordinasi gerak yang efisien dan lebih baik pada anggota gerak. Selebihnya

kondisi core muscle yang baik juga membantu mengurangi resiko terjadinya

cedera akibat posisi postur yang buruk.

Otot utama dari Core Muscle adalah otot panggul, transversus abdominis,

multifidus, internal dan eksternal obliques, rektus abdominis, sacrospinalis

khususnya longissimus thoracis, dan diafragma. Minor core muscle termasuk

latisimus dorsi, gluteus maximus, dan trapezius.

Dilihat dari letak core muscle tersebut, maka tidak heran jika setiap gerakan

fungsional dari anggota gerak akan berkaitan erat dengan core muscle ini. Core

muscle merupakan "inti" atau bagian pusat untuk semua kekuatan yang

dibutuhkan untuk meningkatkan melaksanakan kegiatan fisik yang berbeda.

Fungsi umum dari core muscle untuk menstabilkan dada dan panggul selama

gerakan dinamis dan juga memberikan tekanan internal untuk mengusir zat

(muntah, kotoran, udara penuh karbon, dll). Berdasarkan pergerakan tubuh, fungsi

core musle dapat dibagi menjadi dua, yaitu; static core function dan dynamic

core function

a. Static core muscle

40

Fungsi statis core adalah kemampuan seseorang untuk menyelaraskan dan

menstabilisasi atau menjaga tubuh tetap diam melawan dorongan kekuatan

dari luar.

Contoh fungsi statis adalah ketika atlet menembak menjaga tubuhnya tetap

diam melawan dorongan tolakan yang ditimbulkan dari tembakan peluru.

b. Dinamik core muscle

Sifat gerakan dinamis harus memperhitungkan struktur kerangka kita

(sebagai tuas) di samping kekuatan resistensi eksternal, dan akibatnya

menggabungkan sebuah kompleks yang sangat berbeda dari otot-otot dan

sendi melawan posisi statis. Karena itu desain fungsional, selama gerakan

dinamis ada ketergantungan lebih pada otot inti dari hanya kekakuan kerangka

seperti dalam situasi statis. Hal ini karena tujuan gerakan ini tidak melawan

tahanan, statis tidak berubah, tapi untuk melawan kekuatan yang

berhubungan dengan perubahan bidang gerak . Dengan menggabungkan

gerakan, tulang-tulang tubuh harus menyerap perlawanan dengan cara cairan,

dan dengan demikian tendon, ligamen, otot, dan persarafan mengambil

tanggung jawab yang berbeda. Tanggung jawab ini meliputi reaksi postural

dengan perubahan dalam kecepatan (kecepatan dari kontraksi), gerak (reaksi

waktu kontraksi) dan kekuatan (jumlah perlawanan menolak dalam periode

waktu).

Fungsi dinamis core muscle adalah menjaga keseimbangan tubuh saat

bergerak. Sebelum seseorang melakukan gerakan yang lebih dulu mesti

dilakukan adalah menciptakan keseimbangan tubuh untuk dapat

41

menggerakkan anggota tubuh lainya secara fungsional. Sebagai contoh dari

ini adalah berjalan di lereng. Tubuh harus melawan gravitasi sambil bergerak

dalam arah, serta menyeimbangkan dirinya sendiri di tanah yang tidak rata.

Hal ini akan memaksa tubuh untuk menyesuaikan tulang dengan cara yang

menyeimbangkan tubuh, sementara pada saat yang sama mencapai

momentum melalui mendorong terhadap tanah yang berlawanan arah gerakan

dengan yang dikehendaki. Pada awalnya, mungkin tampak bahwa kaki adalah

penggerak utama dari tindakan ini, tetapi tanpa keseimbangan, kaki hanya

akan menyebabkan orang jatuh. Oleh karena itu, penggerak utama berjalan

adalah inti mencapai stabilitas, dan kemudian kaki melangkah hal

menjelaskan tentang inti yang stabil dengan menggunakan otot kaki.

Dalam kasus lereng licin, seseorang mungkin harus bereaksi dan menangkap

diri

mereka sendiri untuk menjaga keseimbangan. Ini adalah fungsi dari seberapa

cepat otot-otot seseorang dapat bereaksi terhadap situasi, ukuran kecepatan

dan kecepatan (seberapa cepat mereka bereaksi dan seberapa cepat mereka

dapat merekrut otot-otot yang diperlukan). Seseorang yang dapat bereaksi

dengan cepat tetapi tidak merekrut cukup cepat otot-otot mereka akan tahu

bahwa mereka sedang jatuh, tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Seseorang yang

tidak dapat bereaksi cukup cepat (atau tepat) tetapi dapat merekrut otot-otot

mereka dengan kecepatan, akan bereaksi berlebihan dengan mudah. Akhirnya,

dengan asumsi subjek memiliki reaksi dalam waktu dan dengan kecepatan,

mereka harus memiliki kekuatan untuk menerima berat badan mereka, karena

42

tergelincir mengurangi beban pada otot-otot mereka, namun singkat.

Kemampuan otot untuk memiliki kekuatan, akan memastikan bahwa beban

langsung dapat diambil oleh otot dan mereka akan mampu mengembalikan

keseimbangan dan, akhirnya, mencapai tujuan mereka.

2.3.1.1. Manfaat melatih core muslce

a. Memperkuat core muscles akan memperbaiki postur tubuh dan

mencegah sakit pinggang (low back).

b. Membantu menjaga kesehatan otot, sehingga mencegah cidera

pinggang lebih lanjut.

c. Meningkatkan kinerja tubuh

d. Latihan memperkuat core muscle tidak menyebabkan sakit nyeri

otot.

e. Memperpanjang otot dan mencegah ketidak seimbangan pijakan saat

anda menjadi tua.

2.3.1.2. Fisiologi Core Stability

Otot Inti digunakan untuk menstabilkan dada dan panggul selama gerakan

dinamis dan juga memberikan tekanan internal untuk mengusir zat (muntah,

kotoran, karbon-saratudara, dll).

a. Valsava manuver

Otot inti sangat penting dalam manuver Valsava, yang adalah ketika

thorax seseorang mengencangkan sementara menahan napas mereka.

Tindakan ini biasanya sukarela dapat diinduksi dengan menghubungkan

43

tangan seseorang di depan dada sambil berdiri, dan kemudian menarik

terhadap tangan tanpa melepaskan.

Manuver Valsava membantu dalam mengangkat, ekskresi, mendorong,

dan melahirkan.

b. Tarak (kemampuan menahan buang air)

Kontinensia adalah kemampuan untuk menahan buang air besar, dan

inkontinensia stres kemih (kurangnya kontrol kandung kemih karena dasar

panggul dapat menyebabkan disfungsi otot inti lemah).

c. Kehamilan

Wanita menggunakan otot inti mereka, khususnya transversus

abdominis , selama persalinan dan melahirkan. Sebuah contoh dari fungsi

inti statis adalah menembak senapan dalam posisi tengkurap. Untuk

menjaga akurasi, penembak harus mampu mentransfer berat tubuh mereka

sendiri dan berat senapan ke tanah.

Gambar 2.5. Contoh fungsi inti statis.

Dari Tentara dalam posisi tiarap akan menembak

Pada daerah lumbar spine, otot local dan global bekerja dalam harmony

untuk memberikan keseimbangan biomekanik . Dengan mempertimbangkan

lumbar spine sebagai contoh; distribusi kekuatan pada sistem local

menunjukkan respon untuk mempertahankan atau memelihara kondisi

44

postural, selama system global menghasilkan gerakan dan membantu dalam

stabilisasi seperti yang seharusnya atau dibutuhkan. Local muscles (segmental

stabilization) dan Otot global mengontrol range of movement dan alignment.

(Comerford MJ, Mottram SL, 2001)

d. Proses pembentukan stabilisasi pada core muscle

Postural External Loads

Adjustments

Lumbopelvic Muscle

Region Activation

Spinal Ligament

Deformation

Muscle Spindles Golgi Tendon

Organs

Neural

Feedback Stability

Requirement

Gambar 2.6. Model of core stability (Core Stability Training: Application To Sport

Condition Programs) (Jeffrey, 2007)

Berdasarkan gambar diagram tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa

mekanisme terbentuknya stabilisasi oleh otot inti (core muscle) terjadi karena

stimulasi dari gerak ekstremitas ( aktifitas proprioceptor) melalui

pembebanan(external load) serta kondisi postural adjustments yang kemudian di

interpretasikan oleh sistem saraf pusat sebagai keputusan akan adanya kebutuhan

untuk melakukan stabilisasi pada regio lumbopelvic, lalu di sampaikan ke otot inti

45

(stabilisator) serta mengaktivasi otot tersebut yang kemudian akan menghasilkan

stabilisasi serta kontrol saraf.

Hal tersebut di atas juga dikenal sebagai mekanisme feed forward mechanism

(FFM) yang memiliki hubungan erat dengan otot-otot inti pada tubuh manusia

2.3.2. Stabilisasi Lumbo Pelvic

Pada tahun 1970-an, para peneliti mulai menggambarkan konsep stabilitas

Spinal. Bahwa stabilitas adalah sebuah proses dinamis yang meliputi dua hal :

posisi statis dan gerakan yang terkontrol, mereka berteori bahwa cedera punggung

dan nyeri dapat disebabkan oleh degenerasi sendi dan secara bertahap jaringan

lunak dari waktu ke waktu mengalami microtrauma berulang, yang disebabkan

oleh kontrol yang kurang dari struktur tulang belakang. (Barr, 2005)

Berdasarkan penelitian biomekanik Punjab dan kawan-kawan, maka

diperkenalkan konsep stabilitas lumbopelvic fungsional. Stabilitas sebagai suatu

tindakan yang dilakukan oleh kerja antara tiga subsistem; pasif, aktif dan

persarafan. subsistem pasif terdiri dari struktur osseus atau vertebrae dan diskus

atau artikular, ligamen dan tulang belakang, serta pembatasan gerakan segmental

mereka. Adapun tugas daripada subsistem pasif adalah memonitor gerak dan

posisi spine. Struktur aktif mengacu pada otot dan tendo sendiri, yang

menstabilkan segmen tulang belakang saat bergerak. Otot-otot harus memiliki

ketahanan dan kekuatan yang memadai untuk melakukan fungsi ini agar

memuaskan (karakteristik fungsional otot). Subsistem kontrol mengacu pada

kontrol otot yang menyediakan sokongan pada tulang belakang. Neuromuskular

46

kontrol menyediakan aksi bersama antara input aferen (proprioception) dan output

eferen dari sistem saraf (koordinasi), dan memungkinkan otot untuk berkontraksi

dengan kekuatan yang diperlukan dan pada waktu yang tepat. Dengan kata lain

bahwa stabilitas tulang belakang dan juga daerah lumbo-pelvic adalah hasil kerja

yang sinergis dari 3 elemen utama menurut Punjab, 1992:

Dukungan dari struktur pasif osseoligamentous. (Osteo-ligamentous subsystem

(passive)), dukungan aktif dari sistem otot. (muscle subsystem (active)),

pengendalian sistem otot oleh SSP (Central Nervous Subsystem)

Stabilitas lumbo pelvic atau panggul mengacu pada kemampuan otot-otot

punggung dan panggul untuk menjaga tulang belakang dan panggul dalam posisi

yang optimal selama aktivitas gerak dan olahraga. Jika struktur ini dipertahankan

atau dijaga dalam keselarasan yang optimal maka otot-otot dan sendi pada tungkai

bawah dapat berfungsi secara efisien. Jika struktur ini tidak dijaga dalam

keselarasan yang optimal, maka sendi kurang berhasil dan fungsi otot dapat

menyebabkan cedera dan nyeri di tulang belakang serta tungkai bawah.

Ketika lumbo-pelvis kompleks stabil, otot-otot perifer memerlukan kontraksi

yang sedikit untuk menghasilkan jumlah gerak yang dibutuhkan.

Stabilitas panggul yang memadai memungkinkan untuk transfer efisien daya dari

ekstremitas bawah ke ekstremitas atas. Misalnya, tindakan melempar

membutuhkan kaki dan dasar untuk memulai gerakan dan untuk mentransfer

kekuatan sampai lengan untuk melempar bola.

Postur tubuh yang kurang baik di saat istirahat atau bergerak, misalnya, saat

berdiri dengan otot fleksor pinggul dalam kondisi kontraksi dan kurangnya

47

tahanan pada glutealis dapat menunjukkan rendahnya kontraksi aktif otot

gluteal. Hal ini menjadi lebih nyata saat menjalankan aktivitas dengan level yang

tinggi. kontrol postural, adalah kapasitas untuk menjaga proyeksi pusat gravitasi

tubuh terhadap base of support. Spasme otot dan contoh di atas, yaitu

keterbatasan fleksor pinggul dapat berarti kontrol otot yang buruk pada otot

panggul dan ketidakseimbangan antara pinggul dan otot-otot panggul. Hal lain

yang harus dicari adalah kelemahan otot. Melakukan beberapa tes sederhana

dapat mengidentifikasi masalah, namun melakukan tes fungsional yang lebih,

seperti; satu langkah kaki turun atau kegiatan melompat akan mengidentifikasi

masalah yang lebih halus yang perlu dikoreksi. Stabilisasi tulang belakang lumbo-

pelvic melibatkan co-kontraksi otot lumbar multifidus dan transversus

abdominis. Secara mekanis, stabilitas tergantung pada posisi, gerak, dan beban.

Pola gerakan yang berubah oleh karena kekuatan dan fleksibilitas yang salah,

kelelahan oleh karena kurangnya daya tahan, atau kontrol saraf yang abnormal

pada akhirnya akan menyebabkan kerusakan jaringan. Kerusakan jaringan akan

mengakibatkan penurunan stabilitas struktur tulang belakang, meningkatkan

tahanan atau beban ke otot-otot yang sudah tidak efisien, dan mengakibatkan

kelangsungan dari proses degenerasi. Keseimbangan agonis dan antagonis

diperlukan untuk membantu ligamen dalam memberikan stabilitas sendi dan

untuk menyeimbangkan distribusi tekanan pada permukaan artikular (Barrata,

1988)

Stabilitas sendi merupakan akibat dari mekanisme kerja baik statis maupun

dinamis.

48

Stabilitas statis berasal dari struktur pasif seperti kesesuaian tulang, ligamen, dan

kapsul sendi. Stabilitas dinamis diciptakan oleh kontraksi otot dan sendi yang

disebut sebagai stabilisasi fungsional.

Postural stabilitas (biasanya disebut sebagai keseimbangan) didefinisikan sebagai

kemampuan tubuh untuk mempertahankan pusat gravitasi (COG) dalam bidang

tumpu (BOS) pada batas-batas stabilitas (line of stability) (LOS)) pengaturan ini

disebut sebagai kerucut terbalik

Stabilitas postural adalah hasil dari input, proses, dan output informasi dari PNS

dan SSP. khususnya, informasi yang terlibat dalam stabilitas postural meliputi

visual, vestibular dan informasi somatosensori.(neurac 1, 2008)

2.3.3. Anatomi Lumbo-pelvic

a. Tulang :

Secara anatomi, struktur kolumna vertebralis terdiri atas 33 ruas, dibagi

menjadi 7 ruas tulang servikal, 12 ruas tulang thorakalis, 5 ruas lumbalis, 5

ruas tulang sakrum dan 4 ruas tulang koksigeus. Secara fungsional kolumna

vertebralis merupakan satu kesatuan, baik dalam fungsi dinamik maupun

fungsi statis. Secara keseluruhan tulang belakang harus menggerakan dan

meneruskan berat badan dan melindungi medula spinalis. Pada posisi berdiri

tegak segmen lumbal akan lordosis dan kolumna vertebralis bekerja seperti

derek, otot paravertebral merupakan kabel-kabel yang mengimbangi setiap

beban yang dibawa ke depan.

b. Persendian

49

Pada kolumna vertebra ada dua jenis persendian, yaitu persendian

antara dua korpus vertebra dan antara 2 arkus vertebra, yang mana

dihubungkan oleh fibrokartilago diskus atau oleh ligamentum interoseus.

Gambar.2.7 Kurva Spine di lihat dari anterior, posterior dan lateral

Sumber http://www.spineuniverse.com

(Jason M. Highsmith, MD)

Gambar. 2.8 Struktur tulang Vertebra Lumbal

Sumber http://www.spineuniverse.com

(Jason M. Highsmith, MD)

c. Diskus Intervertebralis

Tiap diskus intervertebralis terdiri dari lapisan luar annulus fibrosus dan

inti lunak serta licin seperti jeli, nucleus pulposus yang berisi sisa notochord

(Chordda Dorsalia). Annulus fibrosus mengandung lapisan serabut kolagen

dan kartilago fibrosa tersusun konsentris melingkari nukleus pulposus yang

50

berada dalam tegangan. Diskus intervertebralis terletak antara tiap-tiap korpus

vertebra. Pada potongan sagital tampak seperti kerucut.

Gambar 2.9 Discus Intervertebralis

Sumber.http://www.alphaklinik.de

d. Foramen Intervertebralis

Foramen intervertebralis terletak disebelah dorsal kolumna vertebralis

antara vertebra atas dan bawahnya. Pada bagian superior dibatasi oleh

pediculus vertebra bawahnya dan pada bagian anterior oleh sisi dorso lateral

discusserata sebagian korpus dan pada bagian dorsal oleh prosesus artikularis

dan sendi facetnya dan tepi lateral ligamentum flavum.

e. Radiks

Radiks merupakan sepertiga sampai setengah isi foramen yang terdiri atas

saraf sensorik dan motorik, diselubungi oleh jaringan ikat fibrosus dan

setinggi foramen masih terdapat cairan serebrospinal sebagai lanjutan dura.

51

Gambar 2.10. Persyarafan pd regio Lumbal

Sumber. www.back. Com

f. Saraf Sinuvertebra

Saraf sinuvertebra merupakan cabang rami vertebralis yang melewati

foramen ke kanalis vertebra kemudian bercabang dan mensarapi satu segmen

di atasnya, segmen yang bersangkutan dan dua segmen di bawahnya.

g. Pembuluh darah

Pada bagian bawah foramen terdapat lebih dari dua vena yang cukup

besar. Selain itu terdapat pula cabang kecil dari arteri segmental. Arteri ini

terbagi menjadi tiga cabang, yaitu satu cabang mensuplai corpus vertebra, satu

cabang lagi mensuplai bagian posterior. Kemudian juga terdapat arteri

vertebralis pada sisi kiri dan kanan medulla spinalis dan batang otak. Kedua

arteri ke atas bersama-sama setelah memasuki foramen magnum bergabung

membentuk arteri basilaris.

h. Facet

Merupakan bagian yang sensitif pada spine dan memiliki banyak jaringan

pengikat untuk membentuk sendi yang normal. Facet terdiri dari kartilago,

kapsule, cairan sendi dan ligamen. Facet joint merupakan sendi yang terdapat

pada tubuh yang dapat bergerak dan termasuk jenis sendi datar dengan gerak

utamanya adalah gerak geser atau glide dan menekuk atau tilting serta banyak

52

mengandung cairan sinovium. Ketika mengalami iritasi, kompresi, trauma

atau injuri dapat mengakibatkan nyeri yang hebat dan bengkak.

Facet dibentuk oleh facies artikularis inferior pada vertebra atas dan facies

artikularis superior dari vertebra bawahnya. Tidak semua facet berada dalam

bidang yang sama, pada segmen tertentu lebih convex atau concave.

i. Ligamen

1) Ligamentum interspinosus, ligamentum ini berperan dalam mencegah

terpisahnya dua vertebra.

2) Ligamentum supraspinosus,

3) Ligamentum intertransversus,

4) Ligamentum iliolumbal, merupakan ligamentum penting yang mengikat

prosesus transversus L3 ke ilium. Ligamentum ini menahan meluncurnya

ke depan menekuk ke lateral dan rotasi aksial vertebra L5 terhadap

sakrum.

5) Ligamentum flapum, Berperan sedikit dalam menahan fleksi lumbal

tetapi tidak membatasi gerakan. Peran utamanya memelihara keutuhan dan

permukaan yang mulus sepanjang atap kanalis vertebralis.

6) Ligamentum longitudinale anterior,

7) Ligamentum longitudinal posterior, ligamen ini berfungsi untuk

membatasi

gerakan utama pada gerakan fleksi ektensi dan melindungi diskus

intervertebralis. Ligamen ini kaya akan capiler dan saraf afferen IVC.

53

Gambar 2.11. Ligamen-ligamen pada columna Vertebra

Sumber. www.spineuniverse.com

j. Innervasi

Persarafan mengikuti saraf segmental dimana segmen of junghan disarafi

oleh sinuvertebral nerve segmen yang bersangkutan dan satu segmen atas,

serta satu segmen bawahnya. Saraf persegmen yang terdapat pada columna

vertebra terdiri dari saraf sensorik, motorik dan vegetatif.

Pada lumbal bagian posterior terdapat foramen intervertebral dan semua

persarafan yang percabangannya terletak disana. Setiap dorsal ramus berjalan

menyilang dan dapat bercabang dua hingga tiga percabangan.

Sisi lateral percabangan berjalan hingga ke lateral lumbal dan mensarafi otot

erector spine hingga iliocostalis. Percabangan lateral L1 – L3 muncul dari otot

dan menyilang ke iliaca dan menjadi cutaneus dan berakhir di bokong.

Percabangan bagian tengah berdiri sendiri berasal dari dari setiap percabangan

lateral dan mensarafi bagian medial lumbal otot longissimus thorasic.

Percabangan medial mensarafi otot multifidus dan interspinosus, ligamen dan

facet joint.

54

Bagian anterior terdapat korfus vertebra dan diskus intervertebralis juga

ligamen. Persarafan bagian anterior mensarafi ligament longitudinal antereior,

sedangkan bagian posterior mensarafi ligament longitudinal posterior. Dari

kedua bagian itu interior dan posterior pleksus banyak terdapat percabangan

yang masuk pada korpus dan diskus intervertebralis. Percabangan yang di

diskus hanya mensarafi bagian luar yaitu pada bagian anulus fibrosus dan

tidak sampai ke dalam.

Untuk persarafan pada korpus tidak terlalu dalam hanya sampai pada

spongiosa.

Gambar 2.12. Radiks Vertebra Lumbal

Sumber. http://www.spineuniverse.com

k. Otot – otot Para lumbal

Otot secara umum dibagi atas 3 jenis yaitu, otot rangka, otot jantung dan otot

polos. Otot rangka merupakan masa besar yang menyusun jaringan otot

somatic. Otot merupakan jaringan yang kerjanya dapat diatur dan kerja otot

adalah berkontraksi, yaitu memendekan dirinya, sehingga dengan demikian

kerja otot dapat dimanfaatkan untuk memindahkan bagian bagian skelet, yang

55

berarti bahwa suatu gerakan terjadi. Otot spine terdiri atas otot intrinsik dan

ekstrensik muscle dengan fungsi utama sebagai stabilisator, di samping

sebagai penggerak. Otot spine termasuk otot tipe I sehingga bila ada patologi

akan terjadi tighness dan contraktur. Otot – otot spine terdiri atas :

1) M.Rectus abdominis untuk fleksi dan lateral fleksi, berasal dari krista

iliaka dan simpisis pubis dan berinsersio di kosta 5- 7, procesus

xyphoideus.

2) M.Obliquus externus abdominis untuk fleksi dan rotasi. Dengan origo

dari slips bagian luar diantara costa 8 dan berinsersio di abnominal

aponeurosis, anterior dari krista illiacum.

3) M.Obliquus internus untuk fleksi dan lateral fleksi,

4) M. Transversus Abdominis, berfungsi untuk gerak flexi

5) M. Semispinalis (thoracic) bila berkontraksi secara bilateral berfungsi

untuk ektensi kolumna vertebra, bila secara unilateral berfungsi untuk

rotasi kolumna vertebra pada sisi yang berlawanan.

6) M.Quadratus lumborum

bila bilateral action untuk ekstensi lumbar spine dan bila unilateral action

untuk lateral fleksi lumbar spine dan elevasi pelvis.

7) M. Multifidus bila berkontraksi secara bilateral untuk ektensi kolumna

vertebrae dan bila secara unilateral untuk lateral fleksi dan rotasi pada sisi

yang berlawanan.

8) M.Erector spine terdiri atas M. Illiocostalis thoracis berfungsi untuk

56

ekstensi trunk bila berkontraksi secara bilateral dan lateral fleksi-rotasi

bila berkontraksi secara unilateral.

9) M.Illiocostalis lumborum berfungsi untuk ekstensi bila berkontraksi

secara bilateral dan lateral fleksi-rotasi-elevasi pelvis bila berkontraksi

secara unilateral, M.Longisimus thoracis dan prosessus tranversus

vertebrae thorakal, berfungsi untuk ekstensi trunk bila berkontraksi secara

bilateral dan lateral fleksi bila berkontraksi secara unilateral, M.Spinalis

thoracis Berfungsi untuk ekstensi trunk.

10) M. Psoas sebagai otot pembantu termasuk otot tipe I berfunsi untuk fleksi

hip.

Gambar 2.13. A Otot-otot Spine bagian posterior

Sumber. www.med.uottawa.com

Gambar 2.14 Otot-otot Spine bagian anterior dan penampang otot

Sumber. www.med.uottawa.com

57

2.3.4. Fisiologi Lumbo-pelvic

Aktivasi Otot dalam fungsi rantai kinetik didasarkan pada program sebelum

pola aktifasi otot yang berorientasi pada tugas, khususnya untuk kegiatan atletik,

dan ditingkatkan dengan pengulangan gerak.

Pola-pola ini dikelompokkan ke dalam dua kelas berikut:

Pola memanjang-tergantung, yang memberikan stabilitas di satu sendi, dan

dimediasi oleh masukan gamma afferent serta melibatkan hambatan timbal balik

otot untuk memberikan kekakuan di sekitar sendi;

Pola kekuatan-menggantung merupakan aktivasi terintegrasi pada beberapa otot,

untuk menggerakkan beberapa sendi dan meningkatkan kekuatan, serta dimediasi

oleh reseptor tendon golgi. Dalam pola aktivasi Kekuatan-menggantung lebih

banyak ditunjukkan pada aspek yang berhubungan dengan kegiatan inti. Evaluasi

pola aktivasi otot dalam hubungan dengan gerakan lengan yang cepat

menunjukkan bahwa otot-otot pertama yang diaktifkan adalah gastrocnemius

kontralateral / soleus, dan bahwa pola aktivasi dilanjutkan sampai ke lengan

melalui otot - otot pada daerah sangkar torax (corset). Kecepatan Kaki maksimum

dalam menendang sangat berkaitan dengan aktivasi otot fleksor pinggul daripada

ekstensi lutut. Pada sebuah penelitian tentang melempar cepat bola bisbol -

didemonstrasikan bahwa di semua tingkat kesulitan ada pola aktivasi otot yang

dimulai dari eksternal oblik kontralateral dan memberikan hasil kerja untuk

lengan.

58

Pola aktivasi otot ini juga mengakibatkan peningkatan tingkat aktivasi otot di

ekstremitas, meningkatkan kemampuan mereka untuk mendukung atau

memindahkan ekstremitas.

Gerakan plantarflexi maksimal otot gastrocnemius merupakan hasil stimulasi dari

otot-otot pinggul. Aktivasi lebih dari dua puluh enam persen dapat terjadi di

pergelangan kaki sebagai akibat dari aktivasi otot proksimal. Demikian pula,

peningkatan 23-24% dalam aktivasi rotator cup maksimal terjadi ketika skapula

distabilkan oleh otot trapezius dan rhomboid, baik pada individu tanpa gejala atau

dengan gejala. Selain itu, aktivitas otot distal dapat lebih diarahkan presisi dan

terkontrol, dari pusat, ketika aktivasi otot proksimal maksimum. Hal ini dapat

dilihat dalam fungsi otot-otot siku saat melempar. Aktivasi otot inti digunakan

untuk menghasilkan torsi rotasi sekitar tulang belakang. Sebagian besar dari studi

aktivasi otot menunjukkan pola diferensial intensitas dan waktu aktivasi otot,

yang dimulai pada sisi kontralateral, yang menciptakan rotasi serta generasi

kekuatan. Akhirnya, aktivasi otot inti memberikan kekakuan ke seluruh pusat

massa, membuat silinder kaku yang membuat tuas lengan panjang disekitar

daerah rotasi dapat terjadi dan terhadap otot-otot yang dapat distabilkan karena

mereka berkontraksi. (Kibler, 2006)

2.3.5. Biomekanik Lumbo-pelvic

Secara fisiologis hasil aktivasi otot dalam beberapa efek biomekanik

memungkinkan fungsi lokal dan distal menjadi efisien. Program sebelum aktivasi

otot mengakibatkan penyesuaian postur antisipatif (APAs-anticipatory postural

adjustments), dimana posisi tubuh untuk menahan gangguan dalam

59

menyeimbangkan tubuh diciptakan oleh kekuatan menendang, melempar, atau

berlari. APAs menciptakan stabilitas proksimal untuk mobilitas distal. Pada

aktivasi otot juga menciptakan momen interaktif yang mengembangkan dan

mengendalikan kekuatan serta beban pada sendi. Momen interaktif pada sendi

dibuat oleh gerakan dan posisi segmen yang berdekatan. Momen interaktif

dikembangkan dalam segmen pusat tubuh dan merupakan kunci untuk

mengembangkan gaya yang tepat pada sendi distal dan relatif untuk menciptakan

pengurangan momen inersia dari posisi tulang di daerah-daerah distal, serta

memungkinkan kecepatan penjumlahan yang lebih tinggi. Akhirnya,

memungkinkan untuk mengendalikan gaya bersama yang akan sangat

dipengaruhi dan dikendalikan oleh program sebelum pola aktivasi otot dan saat

interaktif dikembangkan melalui aktivasi inti, bukannya berdasarkan ukuran

ligamen lokal atau umpan balik berbasis aktivasi otot lokal, ligamen bisa lebih

kecil dalam ukuran, dan otot-otot lokal yang lebih kecil dapat diaktifkan untuk

presisi dan kontrol kinerja variabel. ( Kibler, 2006)

a) Osteokinematik dan arthrokinematik Vertebra Lumbal

Osteokinematik adalah gerak sendi yang dilihat dari gerak tulangnya saja.

Pada osteokinematik gerakan yang terjadi berupa gerak rotasi ayun, rotasi

putar, dan rotasi spin.

b) Arthrokinematik adalah gerakan yang terjadi pada permukaan sendi, pada

arthrokinematik gerakan yang terjadi berupa gerak roll dan slide. Dari kedua

gerak tersebut dapat diuraikan lagi menjadi gerak traksi-kompresi, translasi

dan spin. Gerak fisiologis spine dalam klinis berupa fleksi-ekstensi, lateral

60

fleksi dan rotasi. Hal ini terjadi karena facet pada lumbal berada dalam bidang

sagital. Saat gerakan fleksi di bagian anterior akan terjadi kompresi pada

korpus vertebra, diskus intervertebralis, ligamen anterior memendek dan otot-

otot abdominal terjadi kontraksi pemendekan. Sedangkan bagian posterior

terjadi penguluran pada ligamen longitudinal posterior, ligament plavum,

interspinosus, supraspinosus dan otot-otot back ekstensor, facet membuka,

foramen intervertebralis menjadi lebar, spinal cord teregang.

Saat gerakan ekstensi bagian anterior terjadi peregangan pada otot-otot

abdominal, ligamentum longitudinal anterior dan diskus intervertebralis

terjadi peregangan dan korpus vertebra membuka sedangkan pada bagian

posterior terjadi kompresi pada diskus intervertebralis, facet, prosessus

spinosus, foramen intervertebralis menyempit, ligamen longitudinal posterior

memendek serta otot-otot back ekstensor kontraksi memendek.

Saat lateral fleksi terjadi kompresi facet homolateral, gapping facet kontra

lateral, penyempitan foramen intervertebralis homolateral, diskus kontra

lateral merenggang, kompresi ligamen intertranverse homo lateral kompresi,

ligamen intertransverse kontralateral terulur dan ipsi lateral relaksasi. Saat

rotasi facet bagian superior menghadap ke posterior, dan medial facet ini tidak

datar tapi cenderung konkaf dan tegak lurus. Saat terjadi rotasi pada bagian

atas lumbal dengan bagian bawah terlihat gerakan yang kecil disebabkan

karena bentuk disebabkan karena bentuk dari facet yang tidak datar melainkan

cenderung konkaf.

Gerak Osteokinematik vertebra lumbal yaitu :

61

1) Gerak fleksi, terjadi kompresi pada pilar anterior, dari beberapa

penelitian

telah dilakukan pengukuran tekanan intradiskal untuk mendukung teori

mengenai pengaruh perubahan postur terhadap fungsi diskus. Tekanan

paling kecil terjadi pada saat terlentang (25%) dan terbesar pada posisi

berdiri tegak (100%), ini terjadi dalam postur lordosis

Pada otot-otot abdominal terjadi kontraksi memendek, sedangkan pada

bagian posterior terjadi penguluran yaitu pada ligamen longitudinal

posterior, ligamen plavum, supra spinalis dan otot-otot back ekstensor,

facet membuka dan spinal cord teregang.

2) Gerak ekstensi, pada bagian anterior terjadi peregangan sedang pada

bagian

posterior terjadi kompresi, pada otot-otot back ekstensor akan terjadi

kontraksi yang kuat karena menahan beban ke arah anterior.

3) Gerak fleksi kemudian melakukan gerakan lateral fleksi maka akan

terjadi gerakan rotasi kearah sisi konkaf.

Gambar 2.15 Gerakan nukleus karena pengaruh tekanan

Sumber: http://www.spineuniverse.com

62

2.3.6. Mekanisme core stability dalam tendangan sepak bola

Aktifasi fisiologi otot-otot core menghasilkan beberapa efek biomekanik

lokal yang efisien dan fungsional pada bagian distal ya gerakan atau eksekusi

gerak terjadi, aktivasi otot menghasilkan penyesuaian antisipasi

postural/anticipatory postural adjustments (APAs), yang memberikan posisi

tubuh bertahan dari gangguan untuk membuat keseimbangan baik berupa

menendang, melangkah atau berlari. Otot-otot core menghasilkan stabilisasi

yang fungsi utamanya bekerja untuk menghasilkan APAs. APAs menciptakan

stabilisasi proksimal untuk mobilisasi pada distal., sehingga saat eksekusi

gerak menendang proses menjadi tidak terganggu oleh faktor eksternal lain.

Menendang bola melibatkan banyak komponen. Pada tendangan yang

dilakukan dengan kaki kanan maka kaki kanan yang melakukan tendangan

akan menjadi bagian mobilitas, sementara kaki kiri menjadi bagian stabilitas.

Stabilitas tungkai kiri bisa terjaga jika didukung oleh stabilitas postur yang

adekuat karena faktor perubahan letak center of gravity (COG) saat

menendang akan mempengaruhi stabilitas tungkai kiri. Hal ini dapat

diminimalisir dengan aktivasi dari core stability. Dengan kata lain akurasi

menendang dapat dicapai jika eksekusi gerak menendang tidak dipengaruhi

oleh instabilitas postur.

Adanya perpindahan saat menendang merupakan bagian dari aktivasi

otot-otot core yang saling bersinergis. Aktivasi otot-otot core digunakan untuk

menghasilkan rotasi spine. Aktivasi otot sebuah pola gerak dalam tendangan

63

akan saling cross-sectional dari bagian mobilitas. Hal ini memberikan

pengaruh alignment dari kepala sampai pelvis dalam membentuk alignment

postur. Saat dilakukan gerak ayunan tungkai, akan terjadi pelvic tilt dimana

otot-otot core sisi kontra lateral berkontraksi sebagai stabilisasi terhadap

mobilitas distal.

Di sisi lain dibutuhkan banyak dan lebih kecil di dalam pheriperal

segment, pergerakan dari inersia dalam area distal tersebut berkurang,

mengakibatkan penyajian dalam kecepatan tinggi. Pengaruh aktivasi otot-otot

postural akan membentuk suatu pola midline dimana adanya suatu antisipasi

postural akan mempengaruhi persiapan anggota gerak bagian distal dalam

membentuk midline sebagai perkembangan potensial dari linear akselerasi

dalam persiapan untuk bergerak.

2.4. Resistance Tube Exercise

Resistance Tube Exercise merupakan bentuk latihan dengan menggunakan

elastis tube sebagai tahanan/beban. Latihan dengan menggunakan elastis tube

resistance bertujuan untuk mempertahankan massa otot, merehabilitasi dan

memulihkan otot dan fungsi tubuh, meningkatkan kekuatan dinamik,

meningkatkan stabilitas, endurance dan power otot dengan menggunakan tahanan

yang berasal dari external force (Wess 2006).

Perbedaan dasar dari tabung resistance dengan bentuk lain dari latihan resistance

adalah tabung yang digunakan menghasilkan kontrol dan konsistensi dari

kekuatan sesuai dengan kebutuhan (Patterson, 2001)

64

Elastis tube merupakan bahan elastis yang terbuat dari karet lateks berbentuk

tabung dengan pemegang pada kedua ujungnya. Secara progresif produk Elastis

tube resistance memiliki elastisitas dan fleksibilitas yang cukup tinggi untuk

latihan pada atlit. Hal ini dikarenakan karet elastic resistance dapat di gunakan

secara mandiri. Untuk latihan harus di sesuaikan dengan warna karet yang

berdasarkan elastisitas karet dan kekuatan otot. Tersedia berbagai warna elastis

tube resistance sesuai dengan progresif tingkat tahanan yaitu warna kuning,

merah, hijau, biru, hitam dan perak.

Intensitas yang biasa digunakan adalah dengan menggunakan repetisi maksimal

(RM), yaitu beban maksimal yang dapat dilakukan/diangkat selama satu kali

gerakan atau kontraksi. Repetisi untuk meningkatkan kekuatan otot repetisi yang

harus diberikan adalah 60% sampai 100% dari 1 RM.

Latihan isotonik adalah suatu bentuk latihan dimana adanya kontraksi otot dengan

beban konstant dari awal sampai akhir gerakan. Latihan isotonik bertujuan untuk

meningkatkan kekuatan dinamik, endurance otot dan power sehingga dapat

meningkatkan tekanan intramuskuler dan menyebabkan meningkatakan aliran

darah, mencegah peradangan, dan peningkatan kelenturan jaringan yang dapat

menurunkan nyeri (Sherwood, 2009)

2.4.1. Prosedur penerapan latihan elastis tube resistance pada anggota gerak

bawah

65

a. Teknik Aplikasi

1) Sebelum latihan terlebih dahulu melakukan pemanasan berupa

peregangan pada otot anggota gerak bawah (hamstrings, quadriceps,

calf muscle dan adductor)

2) Latihan elastis tube resistance terdiri dari: one-leg press, knee lift,

seat leg extension, side leg raise, dan standing leg curl)

3) Fisioterapis memberikan instruksi dalam penggunaan elastis tube

resistance yaitu dengan gerakan menarik karet elastis sampai batas

regangan tertentu sesuai dengan lingkup gerak sendi yang ditentukan,

kemudian kembali keposisi awal secara perlahan-lahan.

4) Elastis tube resistance yang dipakai adalah warna merah

b. Dosis

1) Frekwensi : 3 X seminggu

2) Intensitas : 3 set latihan

3) Time : 30 menit

4) Repetisi : 10 kali

5) Rest : 30 detik per 1 set latihan

c. Teknik latihan elastis tube resistance

1) One-leg press

Peserta duduk di lantai dengan tungkai ke depan dan lutut sedikit

ditekuk. Elastis tube resistence diletakkan di sekitar telapak kaki kanan

untuk menjaga lutut kanan tetap posisi sedikit menekuk. Masing-

masing ujungnya elastis tube dipegang tangan. Peserta meluruskan

66

lutut kanan tetapi tidak sampai penguncian pada lutut. Sambil

mempertahankan regangan elastis tube perlahan-lahan tungkai kembali

ke posisi semula.

Gambar. 2.16. One leg press

2) Knee lift

Peserta duduk nyaman dengan posisi pinggul dan lutut tegak lurus satu

sama lain. Elastis tube resistance diletakkan pada bagian paha kanan,

dan ujung masing-masing elastis tube dipegang masing-masing

tangan.

Peserta menarik lutut kana kearah dada dengan melawan tahanan ari

elastis tube resistance. Kemudian dengan perlahan kembali ke posisi

semula dengan mempertahankan tahanan elastis tube.

67

Gambar. 2.17. Knee lift

3) Seat leg extension

Peserta duduk tegak dengan pinggul dan lutut posisi fleksi. Letakkan

elastis tube resistance pada telapak kaki dan ujung tube elastis

dipegang masing-masing tangan. Peserta diminta meluruskan kaki kiri

perlahan-lahan sampai tungkai terangkat pada posisi 90 derajat dengan

batang tubuh. Kemudian kembali ke posisi awal sambil

mempertahankan tahanan pada elastis tersebut.

68

Gambar. 2.18. Seat leg extension

4) Standing leg curl

Dua peserta terlibat dalam latihan. Peserta pertama memegang kedua

ujung elastis tube resistance yang diletakkan pada kaki peserta kedua

dengan posisi lutut menekuk 90 derajat dan sendi paha menekuk ke

depan sekitar 45 derajat. Peserta kedua diminta menurunkan tumit

perlahan-lahan kemudian kembali ke posisi semula dengan perlahan.

Selama gerakan di pertahankan posisi lutut dan paha tetap stabil.

Gambar. 2.19. Standing leg curl

5) Side leg raise

Peserta berdiri tegak. Ujung elastis tube resistance dilingkarkan pada

pergelangan kaki kanan sementara kaki kiri menginjak elastis tube

resistance. Gerakkan kaki kanan kesamping kanan sampai kaki

terangkat sekitar 30cm dari lantai. Kemudian perlahan-lahan kembali

ke posisi awal. Saat melakukan gerakan posisi tubuh dan tungkai tetap

dalam posisi stabil.

69

Gambar.2.20. Side leg raise

2.4.2. Mekanisme Resistance Tube Exercise terhadap ketepatan

tendangan

Latihan resistance tube dalam bentuk isotonic kontraksi dapat

mempertahankan massa otot, merehabilitasi dan memulihkan otot dan fungsi

tubuh, meningkatkan kekuatan dinamik, meningkatkan stabilitas, endurance

dan power otot dengan menggunakan tahanan yang berasal dari external force.

Peningkatan recruitment motor unit akan meningkatkan kekuatan otot.

Kontraksi otot dengan tenaga kecil akan mengaktifkan sedikit mototr unit,

tetapi kontraksi otot dengan tenaga yang besar akan mengaktifkan banyak

motor unit. Tidak semua motor unit pada serabut otot aktif pada saat yang

sama. Hal ini berarti kontrol neural fast twitch fiber dan slow twitch fiber

akan memodulasi secara selektif jenis serabut yang akan digunakan sesuai

dengan karakteristiknya. Jenis latihan akan mempengaruhi motor unit yang

70

aktif, pada resistance exercise atau latihan untuk meningkatkan kekuatan otot

akan mengaktifkan fast twitch fiber sedangkan pada latihan untuk

meningkatkan endu-rance akan mengaktifkan slow twitch fiber. Elastis tube

yang digunakan sebagai stimulus untuk meningkatkan kontrol gerakan dan

konsistensi tonus otot selama latihan.

Pelatihan yang dilakukan secara continue dapat meningkatkan

kekuatan otot phasik anggota gerak bawah, peningkatan sirkulasi pembuluh

darah kapiler hingga meningkatkan kekuatan otot phasik mengakibatkan

terjadinnya penambahan recuitment motor unit pada otot yang akan

mengaktifasi badan golgi sehingga otot akan bekerja secara optimal. Dalam

keadaan tersebut akan terjadi peningkatan kordinasi gerak anggota gerak

bawah dikarenakan stabilisasi pada daerah distal mengalami peningkatan.

Kondisi ini yang dapat meningkatkan ketepatan tendangan pada olahraga

sepak bola.