bab ii kajian pustaka 2.1. model pembelajaran...

34
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model Pembelajaran 2.1.1.1.Pengertian Model Pembelajaran 1. Pembelajaran Pembelajaran sama dengan proses belajar mengajar. Dalam konteks pembelajaran terdapat dua komponen penting, yaitu guru dan peserta didik yang saling berinteraksi. Pembelajaran didefinisikan sebagai pengorganisasian atau penciptaan atau pengatahuan suatu kondisi lingkungan yang sebaik-baiknya yang memungkinkan terjadinya belajar pada peserta didik. 2. Model Pembelajaran a. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. (Syaiful Sagala, 2005 dalam Indrawati dan Wanwan Setiawan 2009: 27).

Upload: duongquynh

Post on 14-Feb-2018

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1. Model Pembelajaran

2.1.1.1.Pengertian Model Pembelajaran

1. Pembelajaran

Pembelajaran sama dengan proses belajar mengajar. Dalam

konteks pembelajaran terdapat dua komponen penting, yaitu guru

dan peserta didik yang saling berinteraksi. Pembelajaran

didefinisikan sebagai pengorganisasian atau penciptaan atau

pengatahuan suatu kondisi lingkungan yang sebaik-baiknya yang

memungkinkan terjadinya belajar pada peserta didik.

2. Model Pembelajaran

a. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang

melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan

pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan belajar

tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang

pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan

aktivitas belajar mengajar. (Syaiful Sagala, 2005 dalam

Indrawati dan Wanwan Setiawan 2009: 27).

7

b. Secara luas, Joyce dan weil (2000: 13) dalam Indrawati dan

Wanwan Setiawan (2009: 27) mengemukakan bahwa model

pembelajaran merupakan deskripsi dari lingkungan belajar yang

menggambarkan perencanaan kurikulum, kursus-kursus,

rancangan unit pembelajaran, perlengkapan belajar, buku-buku

pelajaran, program multimedia, dan bantuan belajar melalui

program komputer.

2.1.2. Model Pembelajaran Inkuiri (Inquiry)

Indrawati (1999: 9) dalam Trianto (2007: 134) menyatakan, bahwa

suatu pembelajaran pada umumnya akan lebih efektif bila

diselenggarakan melalui model-model pembelajaran yang termasuk

rumpun pemrosesan informasi. Hal ini dikarenakan model-model

pemrosesan informasi menekankan pada bagaimana seseorang berpikir

dan bagaimana dampaknya terhadap cara-cara mengolah informasi.

Menurut Downey (1967) dalam Joyce (1992: 107) dalam Trianto (2007:

134) menyatakan:

The core of good thinking is the ability to solve problems. The

essence of problem solving is the ability to learn in puzzling

situations. Thus, in the school of these particular dreams,

learning how to learn pervades what is the taught, how it is

taught, and the kind of place in which it is taught.

8

Pernyataan di atas menunjukkan bahwa inti dari berpikir yang

baik adalah kemampuan untuk memecahkan masalah. Dasar dari

pemecahan masalah adalah kemampuan untuk belajar dalam situasi

proses berpikir. Dengan demikian, hal ini dapat diimplementasikan

bahwa kepada siswa hendaknya diajarkan bagaiman belajar yang

meliputi apa yang diajarkan, bagaimana hal itu diajarkan, jenis kondisi

belajar, dan memperoleh pandangan baru. Salah satu yang termasuk

dalam model pemrosesan informasi adalah model inkuiri.

2.1.2.1.Pengertian Pembelajaran Inkuiri (Inquiry)

Sund, seperti yang dikutip oleh Suryosubroto (1993: 193) dalam

Trianto (2007: 135), menyatakan bahwa discovery merupakan bagian

dari inquiry, atau inquiry merupakan perluasan proses discovery yang

digunakan lebih mendalam. Inkuiri yang dalam bahasa inggris inquiry,

berarti pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan. Inkuiri sebagai suatu

proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami

informasi. Gulo (2002) dalam Trianto (2007: 135) menyatakan strategi

inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara

maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki

secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat

merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Sasaran

utama kegiatan pembelajaran inkuiri adalah (1) keterlibatan siswa secara

9

maksimal dalam proses kegiatan belajar; (2) keterarahan kegiatan

secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran; dan (3)

mengembangan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang

ditemukan dalam proses inkuiri.

Kondisi umum yang merupakan syarat timbulnya kegiatan inkuiri

bagi siswa adalah:

(1) Aspek sosial di kelas dan suasana terbuka yang mengundang siswa

berdiskusi;

(2) Inkuiri berfokus pada hipotesis; dan

(3) Penggunaan fakta sebagai evidensi (informasi, fakta).

Untuk menciptakan kondisi seperti itu, peran guru adalah sebagai

berikut:

(1) Motivator, memberi rangsangan agar siswa aktif dan bergairah

berpikir.

(2) Fasilitator, menunjukan jalan keluar jika siswa mengalami

kesulitan.

(3) Penanya, menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka buat.

(4) Administrator, bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan kelas.

(5) Pengarah, memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan yang

diharapkan.

(6) Manajer, mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas.

(7) Rewarder, memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai siswa.

10

Pembelajaran inkuiri dirancang untuk mengajak siswa secara

langsung kedalam proses ilmiah ke dalam waktu yang relatif singkat.

Hasil penelitian Schlenker, dalam Joyce dan Weil (1992: 198) dalam

Trianto (2007: 136), menunjukkan bahwa latihan inkuiri dapat

meningkatkan pemahaman sains, produktif dalam berpikir kreatif, dan

siswa menjadi terampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi.

2.1.2.2.Proses Inkuiri

Gulo (2002) dalam Trianto (2007: 137) menyatakan, bahwa inkuiri

tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh

potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan keterampilan

inkuiri merupakan suatu proses yang bermula dari perumusan masalah,

merumuskan hipotesis, pengumpulan data, menganalisis data, dan

membuat kesimpulan.

2.1.2.3.Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri (Inquiry)

Gulo (2002) dalam Trianto (2007: 137) menyatakan, bahwa

kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan pembelajaran inkuiri

adalah sebagai berikut:

a. Mengajukan Pertanyaan atau Permasalahan

Kegiatan inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan

diajukan. Untuk meyakinkan bahwa pertanyaan sudah jelas,

11

pertanyaan tersebut dituliskan di papan tulis, kemudian siswa

diminta untuk merumuskan hipotesis.

b. Merumuskan Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi

permasalahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan

proses ini, guru menanyakan kepada siswa gagasan mengenai

hipotesis yang mungkin. Dari semua gagasan yang ada, dipilih salah

satu hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang diberikan.

c. Mengumpulkan Data

Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan

data. Data yang dihasilkan dapat berupa table, matrik, atau grafik.

d. Analisis Data

Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah

dirumuskan dengan menganalisis data yang diperoleh. Faktor

penting dalam menguji hipotesis adalah pemikiran „benar‟ atau

„salah‟. Setelah memperoleh kesimpulan, dari data percobaan, siswa

dapat menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Bila ternyata

hipotesis itu salah atau ditolak, siswa dapat menjelaskan sesuai

dengan proses inkuiri yang telah dilakukannya.

e. Membuat Kesimpulan

Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat

kesimpulan sementara berdasarkan data yang diperoleh siswa.

12

Berdasarkan tahapan-tahapan pembahasan dan menurut para

ahli di atas mengenai model pembelajaran inkuiri maka dapat

disimpulkan bahwa, model pembelajaran inkuiri berarti suatu

rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan seluruh kemampuan

siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis,

analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya

dengan penuh percaya diri.

2.1.2.4.Pembelajaran dengan Metode Inkuiri Suchman

Berdasarkan uraian pembelajaran inkuiri umum, kita dapat melihat

bahwa waktu dan sumber yang tersedia merupakan permasalahan dalam

pembelajaran. Menanggapai permasalahan ini, Richard Suchman

mengembangkan suatu pembelajaran inkuiri yang telah dimodifikasi.

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Suchman tentang model

inkuiri ini menunjukkan bahwa keterampilan inkuiri siswa meningkat

dan motivasi belajarnya juga meningkat.

Dahlan (1990: 35) dalam Trianto (2007: 139) menyatakan bahwa

Suchman berkeyakinan bahwa siswa akan lebih menyadari tentang

proses penyelidikannya dan mereka dapat diajarkan tentang prosedur

ilmiah secara langsung. Selanjutnya, Suchman berpendapat tentang

pentingnya membawa siswa pada sikap bahaw semua pengetahuan

13

bersifat tentatif. Joyce (1992: 199) dalam Trianto (2007: 139)

menyatakan, bahwa teori Suchman dapat dijabarkan sebagai berikut.

(1) Mengajak siswa membayangkan seakan-akan dalam kondisi yang

sebenarnya.

(2) Mengidentifikasi komponen-komponen yang berada di sekelilig

kondisi tersebut.

(3) Merumuskan permasalahan dan membuat hipotesis pada kondisi

tersebut.

(4) Memperoleh data dari kondisi tersebut dengan membuat pertanyaan

dan jawabannya “ya” atau “tidak”.

(5) Membuat kesimpulan dari data-data yang diperolehnya.

Pembelajaran inkuiri dengan metode Suchman menggunakan

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada siswa sebagai alternatif

untuk prosedur pengumpulan data.

Inkuiri Suchman seperti yang dikutip oleh Kardi (2003c: 10) dalam

Trianto (2007: 139) mempunyai dua kelebihan, yaitu:

(1) Penelitian dapat diselesaikan dalam waktu satu periode pertemuan.

Waktu yang singkat ini memungkinkan siswa dapat mengalami siklus

inkuiri dengan cepat, dan dengan pelatihan mereka akan terampil

melakukan inkuiri.

(2) Lebih efektif dalam semua bidang di dalam kurikulum.

14

Perbedaan utama antara inkuiri Suchman dengan inkuiri umum

adalah pada proses pengumpulan data. Suchman mengembangkan suatu

metode penemuan baru yang menuntun siswa mengumpulkan data

melalui bertanya.

2.1.2.5.Struktur Sosial Pembelajaran

Suasana kelas yang nyaman merupakan hal yang penting dalam

pembelajaran inkuiri Suchman karena pertanyaan-pertanyaan harus

berasal dari siswa agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

Kerja sama guru dengan siswa, siswa dengan siswa diperlukan juga

adanya dorongan secara aktif dari guru dan teman. Dua atau lebih siswa

yang bekerja sama dalam berpikir dan bertanya, akan lebih baik hasilnya

jika disbanding bila siswa bekerja sendiri

2.1.2.6.Peran Guru

Pembelajaran inkuiri Suchman, peran guru memonitor pertanyaan

siswa untuk mencegah agar proses inkuiri, tidak sama dengan permainan

tebakan. Hal ini memerlukan dua aturan penting, yaitu:

(1) Pertanyaan harus dapat dijawab “ya” atau “tidak” dan harus diucapkan

dengan suatu cara siswa dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan

melakukan pengamatan.

15

(2) Pertanyaan harus disusun sedemikian rupa sehingga tidak

mengakibatkan guru memberikan jawaban pertanyaan tersebut, tetapi

mengarahkan siswa untuk menemukan jawabannya sendiri.

2.1.2.7.Sintaks Pembelajaran Inkuiri

Dalam meningkat konsep, misalnya konsep IPA – Biologi pokok

bahasan saling ketergantungan pada siswa tidak cukup hanya sekedar

ceramah. Pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa diberi

kesempatan untuk tahu dan terlibat secara aktif dalam menemukan

konsep dari fakta-fakta yang dilihat dari lingkungan dengan bimbingan

guru.

Pada penelitian ini tahapan pembelajaran yang digunakan

mengadaptasi dari tahapan pembelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh

Eggen & Kauchak (1996) dalam Trianto (2007: 141) Adapun tahapan

pembelajaran inkuiri sebagai berikut.

Tabel 2.1

Tahap Pembelajaran Inkuiri

Fase

Perilaku Guru

1. Menyajikan pertanyaan

atau masalah

Guru membimbing siswa mengidentifikasi

masalah dituliskan di papan tulis. Guru

membimbing siswa dalam kolompok

2. Membuat hipotesis Guru memberikan kesempatan pada siswa

untuk curah pendapat dalam membentuk

16

hipotesis. Guru membimbing siswa dalam

menentukan hipotesis yang relevan dengan

permasalahan dan memprioritaskan hipotesis

mana yang menjadi prioritas penyelidikan

3. Merancang precobaan Guru memberikan kesempatan pada siswa

untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai

dengan hipotesis yang akan dilakukan. Guru

membimbing siswa mengurutkan langkah-

langkah percobaan

4. Melakukan percobaan

untuk memperoleh

informasi

Guru membimbing siswa mendapatkan

informasi melalui percobaan

5. Mengumpulkan dan

menganalisis data

Guru memberikan kesempatan pada tiap

kelompok untuk menyampaikan hasil

pengolahan data yang terkumpul

6. Membuat kesimpulan Guru membimbing siswa dalam membuat

kesimpulan

Sudjana (1989) dalam Trianto (2007: 142) menyatakan, ada lima

tahapan yang ditempuh dalam melaksanakan pembelajaran inkuiri yaitu:

(1) Merumuskan masalah untuk dipecahkan oleh siswa

(2) Menetapkan jawaban sementara atau lebih dikenal dengan istilah

hipotesis

(3) Mencari informasi, data, dan fakta yang diperlukan untuk

menjawab hipotesis atau permasalahan

(4) Menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi dan

(5) Mengaplikasikan kesimpulan.

17

2.1.2.8.Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajarn Inkuiri

Model pembelajaran inkuiri merupakan model pembelajarn yang

tergolong baru di dunia pendidikan khususnya di Indonesia. Oleh karena

itu model pembelajarn inkuiri memiliki beberapa keunggulan dan juga

memiliki kelemahan antara lain:

a. Menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan

psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui model

ini dianggap lebih bermakna.

b. Memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan belajar

mereka.

c. Merupakan model yang dianggap sesuai dengan perkembangan

psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses

perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.

d. Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas

rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus

tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.

Di samping memiliki keunggulan, model pembelajaran ini juga

mempunyai kelemaha, antara lain:

a. Jika menggunakan model pembelajaran ini, maka akan sulit untuk

mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.

18

b. Strategi ini suli dalam merencanakan pembelajaran oleh karena

terbentuk dengan kebiasaan siswa dalam belajar.

c. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan

waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya

dengan waktu yang telah ditentukan.

d. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan

siswa menguasai materi pelajaran, maka model pembelajaran ini

sulit diimplementasikan oleh setiap guru.

Dari uraian di atas yang telah dikemukakan oleh para ahli,

dapat disimpilkan bahwa sasaran utama kegiatan pembelajaran

inkuiri adalah: (1) keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses

kegiatan belajar; (2) keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis

pada tujuan pembelajaran; dan (3) mengembangkan sikap percaya

pada diri tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri. Dan

dalam langkah-langkah pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut:

(1) Mengajukan Pertanyaan atau Permasalah; (2) Membuat

Hipotesis; (3) Mengumpulkan Data; (4) Analisis Data; dan (5)

Membuat Kesimpulan.

19

2.1.3. Hasil Belajar

2.1.3.1.Pengertian Belajar

Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan

suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai

hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata

dalam seluruh aspek tingkah laku. Sedangkan menurut (Slameto,

2010: 2), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang

baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

dalam interaksi dengan lingkungan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam Baharuddin

dan Wahyuni, N. E, 2007: 13) secara etimologis belajar memiliki

arti “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”. Definisi ini

memiliki pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk

mencapai kepandaian atau ilmu.

Sedangkan menurut Hilgrad dan Bower (Fudyartanto,

2002) dalam Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni (2008: 13)

belajar memiliki pengertian memperoleh pengetahuan atau

menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat,

menguasai pengalaman, dan mendapatkan informasi atau

20

menemukan. Dengan demikian, belajar memiliki arti dasar

adanya aktivitas atau kegiatan dan penguasaan tentang sesuatu.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan

bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku

seseorang yang menghasilkan perubahan sebagai peningkatan

dalam kecakapan, sikap, pemahaman, keterampilan dan daya

pikir dalam interaksi dengan lingkungannya.

2.1.3.2.Ciri-Ciri Belajar

Dari beberapa definisi para ahli di atas, dapat disimpulkan

adanya beberapa ciri belajar, yaitu:

a) Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah

laku/change behavior. Ini berarti, bahwa hasil dari belajar

hanya dapat diamati dari tingkah laku, yaitu adanya

perubahan tingkah laku, dari tidak tahu menjadi tahu, dari

tidak terampil menjadi terampil. Tanpa mengamati tingkah

laku hasil belajar, kita tidak akan dapat mengetahui ada

tidaknya hasil belajar.

b) Perubahan perilaku relative permanent. Ini berarti, bahwa

perubahan tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk

waktu tertentu akan tetap atau tidak berubah-ubah. Tetapi,

21

perubahan tingkah laku tersebut tidak akan terpancang

seumur hidup.

c) Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati

pada saat proses belajar sedang berlangsung, perubahan

perilaku tersebut bersifat potensial.

d) Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau

pengalaman.

e) Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan.

Sesuatu yang memperkuat itu akan memberikan semangat

atau dorongan untuk mengubah tingkah laku.

2.1.3.3.Prinsip-Prinsip Belajar

Di dalam tugas melaksanakan proses belajar mengajar,

seorang guru perlu memperhatikan beberapa prinsip belajar

berikut (Soekamto dan Winataputra, 1997) dalam (Baharuddin

dan Esa Nur Wahyuni 2008: 13).

1. Apa pun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar,

bukan orang lain. Untuk itu, siswalah yang harus bertindak

aktif.

2. Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya.

22

3. Siswa akan dapat belajar dengan baik bila mendapat

penguatan langsung pada setiap langkah yang dilakukan

selama proses belajar.

4. Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang

dilakukan siswa akan membuat proses belajar lebih berarti.

5. Motivasi belajar siswa akan lebih meningkat apabila ia diberi

tanggung jawab dan kepercayaan penuh atas belajarnya.

2.1.3.4.Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki

siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana,

2010: 22). Sebagai alat untuk mengetahui keberhasilan guru

mengajar dan keberhasilan siswa dalam belajar, setiap akhir

pelajaran diadakan evaluasi belajar yang bertujuan untuk

mengukur keberhasilan proses belajar mengajar. Indikator

kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dikuasai anak didik

dalam proses belajar mengajar disebut juga dengan hasil belajar.

Hasil adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan

kemajuan murid yang berkenan dengan penguasaan bahan

pelajaran yang disjiakan kepada mereka dan nilai-nilai yang

terdapat di dalam kurikulum.

23

Setiap guru pasti memiliki keinginan agar dapat

meningkatkan hasil belajar siswa yang dibimbingnya. Karena itu

guru harus memiliki hubungan dengan siswa yang dapat terjadi

melalui proses belajar mengajar. Setiap proses belajar mengajar

keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang

dicapai siswa.

Horward Kingsley dalam Nana Sudjana (2010: 22)

membagi tiga macam hasil belajar, yakni: (a) keterampilan dan

kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-

cita.

Sedangkan Gagne dalam Nana Sudjana (2010: 22)

membagi lima kategori hasil belajar, yakni: (a) informasi verbal,

(b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan

(e) keterampilan motoris.

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan

pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional,

menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom

dalam Nana Sudjana (2010: 22) yang secara garis besar

membaginya menjadi tiga ranah, yakni:

(a) Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual

yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau

ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan

24

evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat

rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif

tingkat tinggi.

(b) Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari

lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi,

penilaian, organisasi, dan internalisasi.

(c) Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar

keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek

ranah psikomotoris, yakni (a) gerakan refleks, (b)

keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan perceptual, (d)

keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan keterampilan

kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan interpretative.

Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar.

Di antara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang

paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena

berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai

isi bahan pengajaran.

Dari uraian di atas yang telah dikemukakan oleh para ahli

mengenai hasil belajar, dapat disimpilkan bahwa hasil belajar

adalah perubahan pada kognitif, afektif, dan konatif sebagai

pengaruh pengalaman belajar yang dialami siswa pada suatu unit

atau bab materi tertentu yang telah dipelajari.

25

2.1.3.5.Faktor – Faktor Yang Mempengarui Hasil Belajar

Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi hasil

belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan

faktor eksternal. Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi

dalam proses belajar individu sehingga menentukan kualitas

hasil belajar.

a. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam

diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individ.

Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan

psikologis.

1) Faktor Fisiologis

Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang

berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor

ini dibedakan menjadi dua macam. Pertama, keadaan

tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani pada umumnya

sangat mempengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kedua,

keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar

berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia

sangat mempengaruhi hasil belajar, terutama pancaindra.

Pancaindra yang berfungsi dengan baik akan

26

mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula. Dalam

proses belajar, pancaindra merupakan pintu masuk bagi

segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh

manusia, sehingga manusia dapat mengenali dunia luar.

2) Faktor Psikologis

Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis

seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar.

Beberapa faktor psikologis yang utama mempengaruhi

proses belajar adalah:

1. Kecerdasan/inteligensi siswa

Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai

kemampuan psiko-fisik dalam mereaksi rangsangan

atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui

cara yang tepat. Dengan demikian, kecerdasan bukan

hanya berkaitan dengan kualtas otak saja, tetapi juga

organ-organ tubuh tubuh yang lain. Kecerdasan

merupakan faktor psikologis yang paling penting

dalam proses belajar siswa, karena itu menentukan

kualitas belajar siswa. Semakin tinggi tingkat

intelegensi seseorang individu, semakin besar

peluang individu tersebut meraih sukses dalam

belajar.

27

2. Motivasi

Motivasi adalah salah satu faktor yang

mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa.

Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan

kegiatan belajar. Menurut para ahli psikologi

mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri

individu yang aktif, mendorong, memberikan arah,

dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin, 1994)

dalam ( Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni 2008: 22).

3. Minat

Secara sederhana, minat/interest berarti

kecendrungan dan kegairahan yang tinggi atau

keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut

Reber (Ryah, 2003) dalam (Baharuddin dan Esa Nur

Wahyuni 2008: 24), minat bukanlah istilah yang

populer dalam psikologi disebabkan

ketergantungannya terhadap berbagai faktor internal

lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan,

motivasi, dan kebutuhan.

4. Sikap

Dalam proses belajar, sikap individu dapat

mempengaruhi keberhasilan proses belajarnya. Sikap

28

adalah gejala internal yang berdimensi aktif berupa

kecendrungan untuk mereaksi atau merespons

dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang,

peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun

negatif (Syah, 2003) dalam (Baharuddin dan Esa Nur

Wahyuni 2008: 24-25).

5. Bakat

Faktot psikologis lain yang mempengaruhi

proses belajar adalah bakat. Secara umum,

bakat/aptitude didefinisikan sebagai kemampuan

potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai

keberhasilan pada masa yang akan datang (Syah,

2003). Berkaitan dengan belajar, Slavin (1994)

dalam (Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni 2008: 25)

mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum

yang dimiliki seorang siswa untuk belajar. Dengan

demikia, bakat adalah kemampuan seseorang yang

menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam

proses belajar seseorang.

29

b. Faktor Eksogen/Eksternal

Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor endogen,

faktor-faktor eksternal juga dapat mempengaruhi proses

belajar siswa. Dalam hal ini, Syah (2003) dalam Baharuddin

dan Esa Nur Wahyuni (2008: 26) menjelaskan bahwa faktor-

faktor eksternal yang mempengaruhi belajar dapat

digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan

sosial dan faktor lingkungan nasional.

1) Lingkungan Sosial

(a) Lingkungan sosial sekolah, Seperti guru,

administrasi, dan teman-teman sekelas dapat

mempengaruhi proses belajar seorang siswa.

Hubungan yang harmonis antara ketiganya dapat

menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik

di sekolah. Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi

teladan seorang guru atau administrasi dapat menjadi

pendorong bagi siswa untuk belajar..

(b) Lingkungan sosial masyarakat, Kondisi lingkungan

masyarakat tempat tinggal siswa akan mempengaruhi

belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak

penganguran dan anak telantar juga dapat

mempengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak

30

siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar,

diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang

kebetulan belum dimiliki.

(c) Lingkungan sosial keluarga, Lingkungan ini sangat

mempengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan

keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga

(letak rumah), pengelolaan keluarga, semuanya dapat

memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa.

Atau adik yang harmonis akan membantu siswa

melakukan aktivitas belajar dengan baik.

2) Faktor nonsosial

(a) Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang

segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak

terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap,

suasana yang sejuk dan dingin. Lingkungan alamiah

tersebut merupakan faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya,

bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung,

proses belajar siswa akan terhambat.

(b) Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang

dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware,

31

seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas

belajar, lapangan olahraga dan lain sebagainya.

Kedua, software, seperti kurikulum sekolah,

peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi,

dan lain sebagainya.

(c) Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa).

Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia

perkembang siswa, begitu juga dengan metode

mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi

perkembanga siswa. Karena itu, agar guru dapat

memberikan kontribusi yang positif terhadap

aktivitas belajar siswa, maka guru harus menguasai

materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang

dapat diterapkan sesuai dengan kondisi siswa.

Sangat sudah jelas sekali bahwa tentang pembahasan di

atas menurut para ahli mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar dapat disimpulkan bahwa, dalam

proses belajar mengajar terdapat komponen-komponen yang

mempengaruhi diantaranya kurikulum, metode yang digunakan,

sarana prasarana dan lain sebagainya.

32

2.1.4. IPA

2.1.4.1.Hakikat IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan cara mencari

tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya

penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-

konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan proses

penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana

bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam

sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam

menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses

pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman

langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi

dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA

diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu

peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih

mendalam tentang alam sekitar.

IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk

memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-

masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu

dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap

lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan

pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan

33

masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk

merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep

IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.

Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri

ilmiah/scientific inquiry untuk menumbuhkan kemampuan

berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta

mengkomunikasikannya sebagai aspek penting hidup. Oleh

karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada

pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui

penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap

ilmiah.

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA

di SD/MI merupakan standar minimum yang secara nasional

harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam

pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan.

Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta

didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan

pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru.

34

2.1.4.2.Ruang Lingkup IPA

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006,

menyebutkan bahwa Ruang Lingkup Pelajaran IPA untuk SD/MI

meliputi aspek-aspek berikut:

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia,

hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta

kesehatan

2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair,

padat, dan gas

3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas,

magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana

4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya,

dan benda-benda langit lainnya.

2.1.4.3.Tujuan Pembelajaran IPA

Tujuan mata pelajaran IPA SD dalam Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) yaiut:

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang

Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan

keteraturan alam ciptaan-Nya

35

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-

konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan

kesadaran tentang adanya hubungan yang saling

mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan

masyarakat

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki

alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam

memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan

IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke

SMP/MTs.

Dari pembahasan di atas sudah nampak jelas bahwa

pembelajaran IPA tidak lepas dari yang namanya kurikulum

yang di dalamnya terkandung Standar Kompetensi (SK),

Kompetensi Dasar (KD), Indikator, dan Tujuan

pembelajaran dan lain sebagainya. IPA di SD/MI

36

merupakan standar minimum yang secara nasional harus

dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam

pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan.

Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan

peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja

ilmiah, dan pengetahuan sendiri.

2.2. Penelitian yang Relevan

Berdasarkan telaah pustaka yang dilakukan, berikut ini dikemukakan

beberapa penelitan yang ada kaitannya dengan variabel penelitian yang

dilakukan. Menurut Suprijanto (2006) dalam skripsi yang berjudul “Penerapan

metode inkuiri untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V pada

pembelajaran IPA di SDN Tulus Rejo 4 Magelang”. Secara umum ditinjau dari

keaktifan dan hasil belajar siswa melalui penerapan metode inkuiri memperoleh

kemajuan yang lebih baik dibandingkan sebelum menerapkan metode inkuiri.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model inkuiri sangat efektif

untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran mata pelajaran IPA. Hal itu

disebabkan oleh aktivitas siswa dapat timbul dengan sendirinya, seperti

penyampaian pendapat, menemukan sendiri materi pembelajaran dengan

melakukan percobaan, kerja sama, menghargai pendapat sesama teman dalam

berkelompok dan sebagainya.

37

2.3. Kerangka Berpikir

Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah di identifikasi sebagai masalah

yang penting.

Salah satu faktor yang berpengaruh dalam hasil belajar adalah dari faktor

model pembelajaran yang digunakan yang berpengaruh terhadap hasil belajar

siswa karena model pembelajaran sangat penting dalam keberhasilan seseorang

dalam belajar. Pada pembelajaran inkuiri (inquiry) terjadi kesepakatan antara

siswa tentang aturan-aturan dalam berkolaborasi. Masalah yang dipecahkan

bersama akan disimpulkan bersama. Peran guru hanya sebagai fasilitator yang

mengarahkan siswa untuk pencapaian tujuan pembelajaran.

Model pembelajaran inkuiri (inquiry) dapat meningkatkan hasil belajar

siswa. Siswa akan terdorong untuk belajar secara aktif, karena model

pembelajaran ini sangat diperlukan dalam proses belajar mengajar sehingga

dapat meningkatkan hasil belajar yang diharapkan. Oleh karena itu dapat

disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan hasil

belajar siswa.

38

Gambar 2.1

Alur kerangka berpikir

Dalam penelitian ini, peneliti akan membandingkan antara kelas kontrol

dan kelas eksperimen dimana kelas kontrol menggunakan model pembelajaran

konvensional yang sudah biasa digunakan dalam kelas sedangkan kelas

eksperimen menggunakan model pembelajaran inkuiri (inquiry). Dalam alat

ukur hasil evaluasi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sama.

Kelas

Eksperimen Pretest

Pembelajaran

menggunakan

Model

Pembelajaran

Inkuiri (Inquiry)

Hasil Pretest tidak

boleh ada Perbedaan

yang Signifikan

Pretest Kelas

Kontrol

Pembelajaran

menggunakan

Model

Pembelajaran

Konvensional

Posttest

Posttest

Uji Hipotesis hasil

Posttest apakah ada

pengaruh yang

signifikan dengan

penggunaan model

pembelajaran inkuiri

(inquiry)

39

Untuk pretest diambil dari alat evaluasi pada kelas uji coba dan hasil pretest

kedua kelas yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen tidak menunjukkan

adanya perbedaan yang signifikan

2.4. Hipotesa Penelitian

Diduga ada pengaruh penggunaan model pembelajaran inkuiri (inquiry)

terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam bagi siswa kelas V semester II

SD Negeri Manggihan Kecamatan Getasan Tahun Pelajaran 2011/2012.