bab ii kajian pustaka 2.1 landasan teori 2.1.1 metode...

13
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Metode Discovery 2.1.1.1 Pengertian Metode Discovery Menurut Bruner (dalam Udin S.Winataputra, 2008:3.18) belajar penemuan (discovery) adalah proses belajar dimana guru harus menciptakan situasi belajar yang problematis, menstimulus siswa dengan pertanyaan-pertanyaan, mendorong siswa mencari jawaban sendiri dan melakukan eksperimen. Belajar penemuan (discovery) pada akhirnya dapat meningkatkan penalaran dan kemampuan untuk berpikir secara bebas dan melatih keterampilan kognitif siswa dengan cara menemukan dan memecahkan masalah yang ditemui dengan pengetahuan yang telah dimiliki dan menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna bagi dirinya. Discovery dapat diartikan dalam bahasa Indonesia ”penemuan”, maksudnya kata tersebut mengandung arti ditemukannya sesuatu yang baru, baik sebenarnya barangnya itu sendiri sudah ada lama kemudian baru diketahui atau memang benar- benar baru dalam arti sebelumnya tidak ada. Menurut Udin Syaefudin (2010:3) discovery adalah penemuan sesuatu yang sebenarnya benda atau hal yang ditemukan itu sudah ada, tetapi belum diketahui orang. Menurut Suryobroto (dalam Paul Suparno, 2007:73) metode penemuan (discovery) diartikan sebagai cara mengajar yang mementingkan pengajaran perseorangan, manipulasi obyek dan lain-lain percobaan, sebelum sampai generalisasi umum. Metode penemuan (discovery) adalah metode dimana dalam proses belajar siswa diperkenankan menemukan sendiri informasinya. Maka keaktifan siswa sangat penting. Menurut Trowbridge & Bybee (dalam Paul Suparno, 2007:73) menjelaskan discovery sebagai proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Proses mental yang dimaksud antara lain: mengamati, mencerna,

Upload: hanhan

Post on 03-Apr-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Metode ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/803/3/T1_292008037_BAB II.pdf2.1 Landasan Teori 2.1.1 Metode Discovery 2.1.1.1 Pengertian

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Metode Discovery

2.1.1.1 Pengertian Metode Discovery

Menurut Bruner (dalam Udin S.Winataputra, 2008:3.18) belajar penemuan

(discovery) adalah proses belajar dimana guru harus menciptakan situasi belajar yang

problematis, menstimulus siswa dengan pertanyaan-pertanyaan, mendorong siswa

mencari jawaban sendiri dan melakukan eksperimen. Belajar penemuan (discovery)

pada akhirnya dapat meningkatkan penalaran dan kemampuan untuk berpikir secara

bebas dan melatih keterampilan kognitif siswa dengan cara menemukan dan

memecahkan masalah yang ditemui dengan pengetahuan yang telah dimiliki dan

menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna bagi dirinya.

Discovery dapat diartikan dalam bahasa Indonesia ”penemuan”, maksudnya

kata tersebut mengandung arti ditemukannya sesuatu yang baru, baik sebenarnya

barangnya itu sendiri sudah ada lama kemudian baru diketahui atau memang benar-

benar baru dalam arti sebelumnya tidak ada. Menurut Udin Syaefudin (2010:3)

discovery adalah penemuan sesuatu yang sebenarnya benda atau hal yang ditemukan

itu sudah ada, tetapi belum diketahui orang.

Menurut Suryobroto (dalam Paul Suparno, 2007:73) metode penemuan

(discovery) diartikan sebagai cara mengajar yang mementingkan pengajaran

perseorangan, manipulasi obyek dan lain-lain percobaan, sebelum sampai

generalisasi umum. Metode penemuan (discovery) adalah metode dimana dalam

proses belajar siswa diperkenankan menemukan sendiri informasinya. Maka

keaktifan siswa sangat penting.

Menurut Trowbridge & Bybee (dalam Paul Suparno, 2007:73) menjelaskan

discovery sebagai proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan suatu

konsep atau prinsip. Proses mental yang dimaksud antara lain: mengamati, mencerna,

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Metode ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/803/3/T1_292008037_BAB II.pdf2.1 Landasan Teori 2.1.1 Metode Discovery 2.1.1.1 Pengertian

6

6

mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur,

membuat kesimpulan dan sebagainya. Dengan teknik ini siswa dibiarkan

menemukan sendiri atau mengalami proses mental sendiri, guru hanya membimbing

dan memberikan intruksi. Dengan demikian pembelajaran discovery ialah suatu

pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar

pendapat dengan berdiskusi, membaca dan mencoba sendiri agar anak dapat belajar

sendiri.

Jadi metode discovery adalah metode pembelajaran dimana guru

memberikan kebebasan siswa untuk menemukan sesuatu sendiri karena dengan

menemukan sendiri siswa dapat lebih mengerti. Dengan menemukan sendiri, siswa

akan merasa senang dan lebih mudah mengingat materi yang dipelajari.

2.1.1.2 Langkah-langkah Metode Discovery

Langkah-langkah pembelajaran dengan metode discovery menurut

Depdikbud (SEQIP, 2002:7) adalah sebagai berikut:

a) Motivasi

Langkah ini bertujuan menuntun siswa ke arah materi pembelajaran, untuk

membangkitkan rasa ingin tahu siswa, antusiasme dan kesediaan belajar siswa.

b) Perumusan Masalah

Memfokuskan perhatian siswa agar mengenali masalah yang akan dibahas.

c) Penyusunan Opini

Pendapat siswa berdasarkan pengalaman atau interprestasinya sehingga dapat

memberikan hipotesis dari permasalahan yang diberikan.

d) Perencanaan dan Konstruksi Alat

Melakukan persiapan peralatan percobaan yang akan digunakan.

e) Pelaksanaan percobaan

Langkah percobaan merupakan titik perhatian pembelajaran, jawaban terhadap

pertanyaan ilmiah, disini akhirnya akan ditemukan hasil melalui pengalaman

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Metode ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/803/3/T1_292008037_BAB II.pdf2.1 Landasan Teori 2.1.1 Metode Discovery 2.1.1.1 Pengertian

7

percobaan menggunakan peralatan yang khusus dikembangkan untuk tujuan

ini.

f) Kesimpulan

Berupa hasil dari kesimpulan suatu prosedur pemecahan masalah.

g) Abstraksi

Abstraksi merupakan perumusan pengetahuan terperinci yang diperoleh

melalui kasus khusus dalam melakukan penelitian untuk mencapai syarat-syarat

umum. Abstraksi merupakan suatu idealisasi dan suatu generalisasi sejumlah

pernyataan yang menggunakan istilah-istilah teknis terperinci dan konsep-

konsep yang tepat. Jadi dalam langkah ini akan didapatkan hasil ilmiah yang

sah.

h) Konsolidasi Pengetahuan

Langkah ini bertujuan agar siswa semakin menguasai pengetahuan yang baru

diperoleh, untuk memungkinkan integrasi dan internalisasi pengetahuan itu ke

dalam struktur pengetahuan yang sudah ada.

2.1.1.3 Kelebihan dan Kelemahan Metode Discovery

Menurut Bruner (dalam Paul Suparno, 2007:75) beberapa keuntungan dari

penggunaan metode discovery antara lain sebagai berikut:

1. Mengembangkan potensi intelektual. Siswa hanya akan dapat mengembangkan

pikirannya dengan berpikir, dengan menggunakan pikiran itu sendiri.

2. Mengembangkan motivasi intrinsik. Dengan menemukan sendiri dalam discovery

siswa merasa puas secara intelektual.

3. Belajar menemukan sesuatu. Untuk terampil dalam menemukan sesuatu, siswa

hanya dapat lewat praktik menemukan sesuatu.

4. Ingatan lebih tahan lama. Dengan menemukan sendiri, siswa lebih ingat akan

yang dipelajari. Sesuatu yang ditemukan sendiri biasanya tahan lama dan tidak

mudah dilupakan.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Metode ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/803/3/T1_292008037_BAB II.pdf2.1 Landasan Teori 2.1.1 Metode Discovery 2.1.1.1 Pengertian

8

5. Discovery juga menimbulkan keingintahuan siswa dan memotivasi siswa untuk

terus berusaha menemukan sesuatu sampai ketemu (Byrden & Byrd, hal.104).

6. Melatih keterampilan memecahkan persoalan sendiri dan melatih siswa untuk

dapat mengumpulkan dan menganalisis data sendiri.

Keuntungan belajar discovery (Herdian, 2010) yaitu: (1) pengetahuan

bertahan lama dan mudah diingat; (2) hasil belajar discovery mempunyai efek

transfer yang lebih baik dari pada hasil lainnya; (3) secara menyeluruh belajar

discovery meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir bebas.

Secara khusus belajar penemuan melatih keterampilan-keterampilan kognitif siswa

untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain.

Selain memiliki beberapa keuntungan, metode discovery (penemuan) juga

memiliki beberapa kelemahan, diantaranya: 1) membutuhkan waktu belajar yang

lebih lama dibandingkan dengan belajar menerima, 2) penemuan akan dimonopoli

oleh siswa yang lebih pandai dan menimbulkan perasaan frustasi pada siswa yang

kurang pandai, 3) kurang sesuai untuk kelas dengan jumlah siswa yang banyak, dan

4) kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan ketrampilan karena yang lebih

diutamakan adalah pengertian. Untuk mengurangi kelemahan tersebut maka

diperlukan bantuan guru. Bantuan guru dapat dimulai dengan mengajukan beberapa

pertanyaan dan dengan memberikan informasi secara singkat. Pertanyaan dan

informasi tersebut dapat dimuat dalam lembar kerja siswa (LKS) yang telah

dipersiapkan oleh guru sebelum pembelajaran dimulai.

2.1.2 Belajar

2.1.2.1 Pengertian belajar

Belajar adalah proses perubahan di dalam diri manusia. Apabila setelah

belajar tidak terjadi perubahan dalam diri manusia, maka tidaklah dapat dikatakan

bahwa padanya telah berlangsung proses belajar. (Zainal Aqip, 2002:43).

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Metode ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/803/3/T1_292008037_BAB II.pdf2.1 Landasan Teori 2.1.1 Metode Discovery 2.1.1.1 Pengertian

9

Menurut Cronbach (dalam Agus Suprijono, 2009:2) learning is shown by a

change in behavior as a result of experience. Belajar adalah perubahan perilaku

sebagai hasil dari pengalaman.

John Dewey (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2009:44) menyatakan bahwa

belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri,

maka inisiatif harus datang dari siswa sendiri. Guru sekedar pembimbing dan

pengarah.

Dari berbagai pendapat tentang belajar, semua dapat digunakan dalam

pembelajaran karena belajar harus diterapkan dalam siswa untuk memperoleh

perubahan siswa dalam hal perilaku siswa.

2.1.2.2 Hasil Belajar

Menurut Agus Suprijono (2009:5) hasil belajar adalah: “Pola-pola perbuatan,

nilai-nilai pengertian, sikap, apresiasi, dan ketrampilan’. Hasil belajar merupakan

tolok ukur yang utama untuk mengetahui keberhasilan belajar seseorang. Seseorang

yang hasil belajarnya tinggi dapat dikatakan, bahwa dia telah berhasil dalam belajar.

Demikian pula sebaliknya. Sedangkan dalam usaha untuk mencapai suatu hasil

belajar dari proses belajar mengajar, seorang siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor

baik faktor internal maupun faktor eksternal.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:17), hasil belajar merupakan hal yang

dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil

belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan

pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada

jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil

belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran.

Dimyati dan Mudjiono (2009:26) mengemukakan bahwa, ranah tujuan

pendidikan berdasarkan hasil belajar siswa secara umum dapat diklasifikasikan

menjadi 3, yakni: ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Metode ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/803/3/T1_292008037_BAB II.pdf2.1 Landasan Teori 2.1.1 Metode Discovery 2.1.1.1 Pengertian

10

2.1.2.2.1 Ranah Kognitif

Bloom dalam Dimyati dan Mudjiyono (2009:26) mengemukakan adanya

enam kelas/tingkatan yaitu:

1) Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan

tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa,

pengertian, kaidah, teori, prinsip, atau metode.

2) Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang

dipelajari.

3) Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk

menghadapi masalah yang nyata dan baru.

4) Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian

sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.

5) Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru.

6) Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal

berdasarkan kriteria tertentu.

2.1.2.2.2 Ranah Afektif

Kratwohl & Bloom dalam Dimyati dan Mudjiyono (2009:27) mengemukakan

ranah afektif sebagai berikut:

1) Penerimaan, yang mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan kesediaan

memperhatikan hal tersebut.

2) Partisipasi, yang mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan, dan

berpartisipasi dalam suatu kegiatan.

3) Penilaian dan penentuan sikap, yang mencakup menerima suatu nilai,

menghargai, mengakui, dan menentukan sikap.

4) Organisasi, yang mencakup kemampuan membentuk suatu sistem nilai sebagai

pedoman dan pegangan hidup.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Metode ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/803/3/T1_292008037_BAB II.pdf2.1 Landasan Teori 2.1.1 Metode Discovery 2.1.1.1 Pengertian

11

5) Pembentukan pola hidup, yang mencakup kemampuan menghayati nilai dan

membentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi.

Penilaian afektif pada penelitian ini menggunakan motivasi belajar siswa.

Dengan mengetahui tingkat motivasi belajar siswa akan lebih mudah menilai hasil

belajar siswa pada ranah afektif. Karena siswa yang motivasi belajarnya baik, maka

hasil belajar pada ranah kognitif dan psikomotor juga akan lebih baik.

2.1.2.2.2.1 Motivasi Belajar

Motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai

dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Motivasi memiliki

komponen dalam dan komponen luar. Ada kaitan yang erat antara motivasi dan

kebutuhan, serta drive dengan tujuan dan insentif. ( Zainal Aqib, 2010:50).

Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada peserta

didik yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan perilaku. Motivasi belajar

adalah proses yang memberi semangat belajar, arah dan kegigihan perilaku. Artinya,

perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan

lama. (Agus Suprijono, 2009:163).

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar

adalah dorongan untuk melakukan kegiatan belajar, baik internal maupun eksternal

yang dapat merubah perilaku. Perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh

energi, terarah, dan bertahan lama. Mc Clleland dalam Henry Widya Arfiandi

(2011:13) mengemukakan 6 (enam) aspek motivasi belajar pada individu :

a) Tanggung jawab pribadi terhadap tugas, yaitu individu yang mempunyai

motivasi belajar yang tinggi kan selalu bertanggung jawab terhadap pekerjaannya

dan selalu menerima tugas dengan senang hati.

b) Umpan balik atau perbuatan (tugas) yang dilakukannya, yaitu individu akan

selalu mengharapkan hasil atau feedback dari setiap pekerjaan yang

dilakukannya.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Metode ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/803/3/T1_292008037_BAB II.pdf2.1 Landasan Teori 2.1.1 Metode Discovery 2.1.1.1 Pengertian

12

c) Tugas yang bersifat moderat yang tingkat kesulitannya tidak terlalu sulit tetapi

juga tidak terlalu mudah, yang penting adanya tantangan dalam tugas, serta

dimungkinkan diraih dengan hasil yang memuaskan, yaitu individu akan tertarik

dengan tugas yang menantang serta memberikan hasil yang maksimal.

d) Tekun dan ulet dalam bekerja, yaitu individu yang mempunyai motivasi belajar

tinggi akan selalu berusaha melakukan tugas pekerjaannya sebaik mungkin dan

pantang menyerah.

e) Dalam melakukan tugas penuh pertimbangan dan perhitungan (spekulasi dan

untung-untungan), yaitu individu yang mempunyai motivasi belajar tinggi akan

menghindari pekerjaan yang asalasalan atau berspekulasi karena setiap tugas

yang dikerjakan penuh dengan pertimbangan.

f) Keberhasilan tugas merupakan faktor yang penting bagi dirinya yang akan

meningkatkan aspirasi dan tetap bersifat relisties, yaitu individu yang mempunyai

motivasi belajar tinggi akan selalu bersikap realistis dan mengutamakan

keberhasilan dalam tugas.

2.1.2.2.3 Ranah psikomotor

Ranah psikomotor (Simpson) terdiri dari tujuh jenis perilaku (Dimyati dan

Mudjiyono (2009:29).

1) Persepsi, yang mencakup kemampuan memilah-milahkan (mendiskriminasikan)

hal-hal secara khas, dan menyadari adanya perbedaan yang khas tersebut.

2) Kesiapan, yang mencakup kemampuan menempatkan diri dalam keadaan dimana

akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan.

3) Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh,

atau gerakan peniruan.

4) Gerakan yang terbiasa, mencakup kemampuan melakukan gerakan-gerakan tanpa

contoh.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Metode ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/803/3/T1_292008037_BAB II.pdf2.1 Landasan Teori 2.1.1 Metode Discovery 2.1.1.1 Pengertian

13

5) Gerakan kompleks, yang mencakup kemampuan melakukan gerakan atau

keterampilan yang terdiri dari banyak tahap, secara lancer, efisien, dan tepat.

6) Penyesuaian pola gerakan, yang mencakup kemampuan mengadakan perubahan

dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan pernyataan khusus yang berlaku.

7) Kreativitas, mencakup kemampuan melahirkan pola gerak-gerak yang baru atas

dasar prakarsa sendiri.

2.1.3 Pendidikan IPA

Pendidikan IPA adalah lebih dari sekedar kumpulan yang dinamakan fakta.

IPA merupakan kumpulan pengetahuan dan juga proses. Pembelajaran IPA di

sekolah diharapkan memberi berbagai pengalaman pada anak yang mengijinkan

mereka melakukan berbagai penelusuran ilmiah yang relevan (Agus. S, 2003 : 11)

Menurut Suyoso (dalam Danang, 2011:13) IPA sendiri berasal dari kata sains

yang berarti alam. Sains merupakan pengetahuan hasil kegiatan manusia melalui

metode tertentu yaitu teratur, sistematis, berobyek, bermetode dan berlaku secara

universal. Menurut Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara

sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang

berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan

suatu proses penemuan.

Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk

mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut

dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya

menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan

kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan

IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik

untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Metode ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/803/3/T1_292008037_BAB II.pdf2.1 Landasan Teori 2.1.1 Metode Discovery 2.1.1.1 Pengertian

14

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Triyono (2010) dalam penelitiannya “Penggunaan metode discovery untuk

meningkatkan prestasi belajar siswa mata pelajaran IPA dalam materi Gaya kelas IV

semester II di SD Negeri Seloprojo Kabupaten Magelang Tahun Ajaran 2009/2010”.

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terjadi peningkatan prestasi belajar siswa

yang signifikan. Pada siklus I kondisi awal, prestasi belajar peserta didik termasuk

dalam kategori rendah yang ditunjukkan dengan rata-rata nilai 55, sedangkan pada

pembelajaran siklus I, prestasi belajar siswa meningkat ke kategori tinggi yang

ditunjukkan dengan rata-rata nilai 78,95. Selanjutnya pada siklus II, terjadi

peningkatan prestasi belajar siswa yang ditunjukkan dengan rata-rata nilai 83,75

dengan pencapaian ketuntasan belajar 100%. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa penggunaan metode discovery dapat meningkatkan prestasi belajar siswa

kelas IV Mata Pelajaran IPA SD Negeri Seloprojo.

Dewi Kurnia Sari (2011) dalam penelitiannya “Studi eksperimental tentang

pengaruh penggunaan metode discovery terhadap hasil belajar siswa pada pelajaran

IPA kelas IV SDN Nogosaren Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun

Ajaran 2010/2011”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penggunaan metode

discovery pada pelajaran IPA berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hal ini

ditunjukkan pada hasil akhir nilai rata-rata sebesar 79,38. Sedangkan yang

menggunakan metode konvensional nilai rata-ratanya hanya sebesar 69,69. Jadi

kesimpulannya penelitian ini adalah bahwa metode discovery pada pembelajaran IPA

berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Nogosaren Kecamatan

Getasan Kabupaten Semarang Tahun ajaran 2010/2011. Metode discovery

disarankan untuk menunjang pembelajaran IPA yang pada akhirnya dapat

meningkatkan hasil belajar.

Dengan demikian peneliti dapat merumuskan efektivitas penggunaan metode

discovery dapat meningkatkan hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor siswa

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Metode ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/803/3/T1_292008037_BAB II.pdf2.1 Landasan Teori 2.1.1 Metode Discovery 2.1.1.1 Pengertian

15

pada pelajaran IPA kelas V Sekolah Dasar Gugus Pangeran Diponegoro Kecamatan

Geyer Kabupaten Grobogan Semester 2 tahun pelajaran 2011/2012.

2.3 Kerangka Berpikir

Pembelajaran IPA menggunakan metode discovery sangat memungkinkan

siswa dapat terlibat langsung dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) sehingga siswa

lebih tertarik dengan mata pelajaran IPA. Selain itu, dengan metode discovery, siswa

dimungkinkan untuk mengalami sendiri bagaimana caranya menemukan keterkaitan-

keterkaitan baru dan bagaimana cara meraih pengetahuan melalui kegiatan mandiri.

Berdasarkan uraian diatas, maka pelaksanaan pembelajaran IPA dengan

metode discovery pada dasarnya adalah untuk mengetahui keefektifan penggunaan

metode discovery terhadap hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor siswa kelas

V SD gugus pangeran Diponegoro Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan.

Adapun skema kerangka berpikir sebagai berikut:

Gambar. 2.1. Skema Kerangka Berpikir

Kognitif Siswa membuat hipotesis, menemukan sendiri, dan membuat kesimpulan.

Afektif Siswa mengemukakan pendapat dan saling

bekerjasama

Psikomotor Siswa aktif melakukan

percobaan

Metode

pembelajaran

discovery

Pengamatan

Menggolongkan

Membuat dugaan

Menjelaskan

Menarik kesimpulan

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Metode ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/803/3/T1_292008037_BAB II.pdf2.1 Landasan Teori 2.1.1 Metode Discovery 2.1.1.1 Pengertian

16

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka dirumuskan suatu hipotesis.

Menurut Sugiyono (2009:64) mengemukakan Hipotesis merupakan jawaban

sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian

telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Adapun hipotesis dalam

penelitian ini yaitu :

1) Ho1 : µ1 = µ2 (metode discovery tidak efektif terhadap hasil belajar kognitif

bagi siswa kelas V SD).

Ha1 : µ1 ≠ µ2 (metode discovery efektif terhadap hasil belajar kognitif bagi

siswa kelas V SD).

2) Ho2 : µ3 = µ4 (metode discovery tidak efektif terhadap hasil belajar afektif bagi

siswa kelas V SD).

Ha2 : µ3 ≠ µ4 (metode discovery efektif terhadap hasil belajar afektif bagi siswa

kelas V SD).

3) Metode discovery efektif terhadap hasil belajar psikomotor siswa kelas V SD

dengan aspek mengidentifikasi pengertian pesawat sederhana, menggolongkan

pengungkit berdasarkan letak titik tumpu, titik beban, dan titik kuasa,

mengidentifikasi prinsip kerja bidang miring, menggolongkan katrol

berdasarkan posisinya, dan mengidentifikasi prinsip kerja roda berporos jika

hasil penilaian unjuk kerja lebih besar dari 34.

Keterangan:

μ1 = Rata-rata hasil belajar kognitif siswa yang belajar menggunakan metode

konvensional.

μ2 = Rata-rata hasil belajar kognitif siswa yang belajar menggunakan metode

discovery.

μ3 = Rata-rata hasil belajar afektif siswa yang belajar menggunakan metode

konvensional.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Metode ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/803/3/T1_292008037_BAB II.pdf2.1 Landasan Teori 2.1.1 Metode Discovery 2.1.1.1 Pengertian

17

μ4 = Rata-rata hasil belajar afektif siswa yang belajar menggunakan metode

discovery.