bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori hakikat pembelajaran...

19
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembahasan kajian teori dalam penelitian ini berisi tentang hakikat pembelajaran matematika, proses pembelajaran, hasil belajar, menyelesaikan soal cerita matematika, dan model pembelajaran. 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika Matematika merupakan buah pikir manusia yang kebenarannya bersifat umum (deduktif). Kebenarannya tidak bergantung pada metode ilmiah yang mengandung proses induktif, tetapi bersifat koheren. Berdasarkan hal tersebut, beberapa ahli sangat berhati-hati untuk tidak menggunakan istilah “ilmu matematika”. Matematika sering dideskripsikan dengan cara yang berbeda-beda tergantung dari sudut pandang mana yang dipakai. Berikut ini beberapa deskripsi matematika yang sering digunakan: a. Matematika sebagai struktur yang terorganisir. b. Matematika sebagai alat. c. Matematika sebagai pola pikir deduktif. d. Matematika sebagai cara bernalar. e. Matematika sebagai bahasa artifisial. f. Matematika sebagai seni yang kreatif. Dalam matematika sangat penting adanya abstraksi dan generalisasi. Abstraksi adalah pemahaman melalui pengamatan tentang sifat-sifatyang dimiliki dan tidak dimiliki dalam matematika. Sedangkan generalisasi adalah membuat perkiraan berdasarkan pengetahuan yang dikembangkan melalui contoh-contoh khusus. Di dalam pembelajaran matematika, materi yang akan diajarkan harus diperkenalkan terlebih dahulu konsep dasarnya sebagai prasyarat untuk dapat mengikuti materi selanjutnya yang masih berkaitan dengan materi tersebut. Brunner (dalam Hudoyo, 1988:56) mengatakan tentang belajar matematika sebagai berikut: “Belajar matematika adalah belajar tentang konsep-konsep dan

Upload: truongthuy

Post on 10-Apr-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat Pembelajaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15238/2/T1... · 2018-07-06 · kegiatan belajar mengajar yang sengaja dilakukan

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

Pembahasan kajian teori dalam penelitian ini berisi tentang hakikat

pembelajaran matematika, proses pembelajaran, hasil belajar, menyelesaikan soal

cerita matematika, dan model pembelajaran.

2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika

Matematika merupakan buah pikir manusia yang kebenarannya bersifat

umum (deduktif). Kebenarannya tidak bergantung pada metode ilmiah yang

mengandung proses induktif, tetapi bersifat koheren. Berdasarkan hal tersebut,

beberapa ahli sangat berhati-hati untuk tidak menggunakan istilah “ilmu

matematika”.

Matematika sering dideskripsikan dengan cara yang berbeda-beda

tergantung dari sudut pandang mana yang dipakai. Berikut ini beberapa deskripsi

matematika yang sering digunakan:

a. Matematika sebagai struktur yang terorganisir.

b. Matematika sebagai alat.

c. Matematika sebagai pola pikir deduktif.

d. Matematika sebagai cara bernalar.

e. Matematika sebagai bahasa artifisial.

f. Matematika sebagai seni yang kreatif.

Dalam matematika sangat penting adanya abstraksi dan generalisasi.

Abstraksi adalah pemahaman melalui pengamatan tentang sifat-sifatyang dimiliki

dan tidak dimiliki dalam matematika. Sedangkan generalisasi adalah membuat

perkiraan berdasarkan pengetahuan yang dikembangkan melalui contoh-contoh

khusus.

Di dalam pembelajaran matematika, materi yang akan diajarkan harus

diperkenalkan terlebih dahulu konsep dasarnya sebagai prasyarat untuk dapat

mengikuti materi selanjutnya yang masih berkaitan dengan materi tersebut.

Brunner (dalam Hudoyo, 1988:56) mengatakan tentang belajar matematika

sebagai berikut: “Belajar matematika adalah belajar tentang konsep-konsep dan

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat Pembelajaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15238/2/T1... · 2018-07-06 · kegiatan belajar mengajar yang sengaja dilakukan

8

struktur-struktur matematika yang terdapat dalam materi-materi yang dipelajari

serta menjalankan hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur itu”.

Untuk mempelajari matematika diperlukan suatu kegiatan pembelajaran

yang dinamakan dengan pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika

adalah proses interaksi antara guru dan siswa yang melibatkan pengembangan

pola berfikir dan mengolah logika pada suatu lingkungan belajar yang sengaja

diciptakan oleh guru dengan berbagai metode agar program belajar matematika

tumbuh dan berkembang secara optimal serta siswa dapat melakukan kegiatan

belajar secara efektif dan efisien.

Pembelajaran matematika menurut Russeffendi (1993:109) adalah suatu

kegiatan belajar mengajar yang sengaja dilakukan untuk memperoleh pengetahuan

dengan memanipulasi simbol-simbol dalam matematika sehingga menyebabkan

perubahan tingkah laku.

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah proses yang

sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan yang

menyenangkan sehingga memungkinkan seseorang melaksanakan kegiatan belajar

matematika dengan baik.

Menurut Depdiknas (2004) tujuan pengajaran matematika di SD sebagai

berikut:

a. Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung (menggunakan

bilangan sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari).

b. Menumbuhkan kemampuan siswayang dapat dialihgunakan melalui kegiatan

matematika.

c. Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih

lanjut di Sekolah Menengah Pertama (SMP).

d. Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif, dan disiplin.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa siswa-siswa SD setelah

selesai mempelajari matematika bukan saja diharapkan memiliki sikap kritis,

jujur, cermat, serta cara berpikir logis dan rasional dalam menyelesaikan suatu

masalah, melainkan juga harus mampu menerapkan matematika dalam kehidupan

sehari-hari, serta memiliki pengetahuan matematika yang cukup kuat sebagai

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat Pembelajaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15238/2/T1... · 2018-07-06 · kegiatan belajar mengajar yang sengaja dilakukan

9

bekal untuk mempelajari matematika lebih lanjut dan ilmu-ilmu lain. Tujuan akhir

pembelajaran matematika di sekolah yaitu agar siswa terampil dalam

menggunakan berbagai konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari”

(Heruman, 2007: 02).

Salah satu materi yang dibahas dalam matematika adalah persoalan

memecahkan soal cerita. Soal cerita adalah soal yang disajikan dalam bentuk

uraian atau cerita baik secara lisan maupun tulisan. Soal cerita wujudnya berupa

kalimat verbal sehari-hari yang makna dari konsep dan ungkapannya dapat

dinyatakan dalam simbol dan relasi matematika. Menyelesaikan soal cerita

diperlukan keterampilan dan kemampuan berpikir, sehingga siswa perlu ada

bimbingan dari guru baik secara lisan maupun tertulis dalam menyelesaikan soal

cerita. Apabila tanpa bimbingan maka akan menjadi masalah bagi siswa.

2.1.2 Proses Pembelajaran

Proses adalah serangkaian kegiatan yang saling terkait atau berinteraksi,

yang mengubah input menjadi output (id.wikipedia.org/wiki/Proses). (Gagne,

1977:4) dalam kutipan idsejarah.net, menjelaskan bahwa belajar merupakan

sebuah sistem yang di dalamnya terdapat berbagai unsur yang saling kait-mengait

sehingga menghasilkan perubahan perilaku. Jadi dapat disimpulkan bahwa proses

pembelajaran adalah suatu kegiatan di mana terjadi perubahan dalam diri peserta

didik baik berupa pengetahuan, keterampilan, ataupun sikap dan perilaku yang

dilakukan dengan interaksi antara peserta didik dan pendidik/guru dengan sumber

belajar pada suatu lingkungan belajar.

Terdapat 3 (tiga) faktor utama yang dapat mempengaruhi proses

pembelajaran di kelas, antara lain adalah faktor yang datang dari guru, peserta

didik, dan lingkungan. Faktor yang berasal dari guru antara lain: kondisi dalam

diri guru, kemampuan mengajar, dan kemampuan mengatur kondisi kelas. Faktor

yang berasal dari peserta didik dipengaruhi beragam aspek dari dalam diri peserta

didik dan lingkungan sekitarnya yang nantinya akan berdampak pada kesiapannya

dalam menerima pelajaran. Sedangkan faktor lingkungan yang mempengaruhi

proses pembelajaran di dalam kelas mencakup lingkungan kelas dan lingkungan

sekitar sekolah (idsejarah.net).

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat Pembelajaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15238/2/T1... · 2018-07-06 · kegiatan belajar mengajar yang sengaja dilakukan

10

2.1.3 Hasil Belajar

Anni (2007: 5) menyebutkan bahwa “Hasil belajar merupakan perubahan

perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar”. Oleh

karena itu, hasil belajar dapat dilihat dari sikap, keterampilan, dan pengetahuan

yang dimiliki oleh pembelajar setelah mengalami proses belajar. Hasil belajar

mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian

terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan

siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan

pembelajaran. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan

membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut.

Hasil belajar mengacu pada segala sesuatu yang menjadi milik siswa

sebagai akibat dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan (Hernawan, 2007:

10.20). Jenis-jenis hasil belajar menurut Bloom (dalam Hernawan, 2007: 10.29)

antara lain:

1. Kognitif, yaitu hasil belajar yang berkenaan dengan pengembangan

kemampuan otak dan penalaran siswa,

2. Afektif, yaitu hasil belajar mengacu pada sikap dan nilai yang diharapkan

dikuasai siswa setelah mengikuti pembelajaran

3. Psikomotor, yaitu hasil belajar yang mengacu pada kemampuan bertindak.

Hasil belajar merupakan hal penting yang dapat dijadikan sebagai tolak

ukur keberhasilan belajar siswa dan sejauh mana sistem pembelajaran yang

diberikan oleh guru berhasil atau tidak. Proses pembelajaran dapat dikatakan

berhasil jika indikator yang terdapat dalam kompetensi dasarnya tercapai. Untuk

mengetahui tercapai tidaknya tujuan tersebut dapat dilakukan tes. Melalui hasil tes

ini dapat diketahui keberhasilan siswa dalam belajar dan keberhasilan guru dalam

mengajar.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat Pembelajaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15238/2/T1... · 2018-07-06 · kegiatan belajar mengajar yang sengaja dilakukan

11

2.1.4 Menyelesaikan Soal Cerita Matematika

2.1.4.1 Pengertian Soal Cerita Matematika

Menurut Mardjuki (1999: 17), soal cerita matematika adalah soal

matematika yang disajikan dalam bahasa atau cerita berdasarkan pengalaman

dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Abidia (dalam Marsudi Raharjo, 2009: 2),

soal ceritaadalah soal yang disajikan dalam bentuk cerita pendek. Soal cerita

wujudnya berupa kalimat verbal sehari-hari yang makna dari konsep ungkapannya

dapat dinyatakan dalam simbol dan relasi matematika. Soal cerita merupakan

permasalahan yang dinyatakan dalam bentuk kalimat bermakna dan mudah

dipahami (Wijaya, 2008:14). Sedangkan Raharjo dan Astuti (2011:8) mengatakan

bahwa soal cerita yang terdapat dalam matematika merupakan persoalan-

persoalan yang terkait dengan permasalahan-permasalahan dalam kehidupan

sehari-hari yang dapat dicari penyelesaiannya dengan menggunakan kalimat

matematika. Kalimat matematika yang dimaksud adalah kalimat matematika yang

memuat operasi hitung bilangan.

Soal cerita merupakan soal yang dapat disajikan dalam bentuk lisan

maupun tulisan, soal cerita yang berbentuk tulisan berupa sebuah kalimat yang

mengilustrasikan kegiatan dalam kehidupan sehari-hari (Ashlock,2003:80). Soal

cerita yang diajarkan diambil dari hal-hal yang terjadi dalam kehidupan sekitar

dan pengalaman siswa. Di samping itu, soal cerita berguna untuk menerapkan

pengetahuan yang dimiliki oleh siswa sebelumnya. Penyelesaian soal cerita

merupakan kegiatan pemecahan masalah. Pemecahan masalah dalam suatu soal

ceritamatematika merupakan suatu proses yang berisikan langkah-langkah yang

benar dan logis untuk mendapatkan penyelesaian (Jonassen, 2004:8). Dalam

menyelesaikan suatu soal cerita matematika tidak sekedar memperoleh hasil

berupa jawaban dari hal yang ditanyakan, tetapi yang lebih penting adalah siswa

harus mengetahui dan memahami proses berpikir atau langkah-langkah untuk

mendapatkan jawaban tersebut.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat Pembelajaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15238/2/T1... · 2018-07-06 · kegiatan belajar mengajar yang sengaja dilakukan

12

Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa soal cerita

matematika adalah soal matematika yang disajikan dalam bentuk cerita dan

berkaitan dengan keadaan yang dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari yang

di dalamnya terkandung konsep matematika.

2.1.4.2 Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita

Ruseffendi (1992: 20) menyatakan bahwa:

“Jika siswa memahami soal cerita, berarti siswa tersebut

mengerti sesuatu, misalnya mampu mengubah informasi ke

dalam bentuk pernyataan yang lebih bermakna, dapat

memberikan interpretasi, mampu mengubah soal kata-kata ke

dalam bentuk simbol dan sebaliknya, mampu mengartikan suatu

kesamaan, mampu mengartikan suatu kecenderungan dari suatu

diagram dan sebagainya”.

Seorang siswa yang dihadapkan dengan soal cerita matematika harus

memahami langkah-langkah sistematik untuk menyelesaikan soal cerita

matematika. Haji (1992: 12) mengungkapkan bahwa untuk menyelesaikan soal

cerita dengan benar diperlukan beberapa kemampuan, yaitu kemampuan untuk:

a. Menentukan hal yang diketahui dalam soal.

b. Menentukan hal yang ditanyakan.

c. Membuat model matematika.

d. Melakukan perhitungan.

e. Menginterpretasikan jawaban model ke permasalahan semula.

Cooney (1975: 227-229) berpendapat bahwa ketidakmampuan siswa

dalam memahami soal matematika bentuk cerita adalah sebagai berikut:

a. Kurangnya pengetahuan tentang konsep-konsep, termasuk didalamnya arti

kata-kata atau istilah-istilah tertentu.

b. Ketidakmampuan menyatakan soal tersebut dengan kata-kata sendiri, termasuk

menyatakan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan serta prinsip

matematika yang menghubungkan apa yang diketahui dan apa yang

ditanyakan.

c. Kurangnya pengetahuan tentang prinsip-prinsip yang dapat digunakan untuk

menafsirkan cerita.

d. Ketidakmampuan menerapkan prinsip soal cerita.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat Pembelajaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15238/2/T1... · 2018-07-06 · kegiatan belajar mengajar yang sengaja dilakukan

13

Sedangkan kemampuan yang harus dimiliki siswa dalam menyelesaikan

soal cerita matematika adalah:

a. Kemampuan memahami masalah.

Dalam memahami masalah, siswa menuliskan apa yang diketahui dan apa yang

ditanyakan dari soal cerita.

b. Kemampuan membuat perencanaan.

Dalam membuat perencanaan, siswa membuat strategi ataumenentukan cara

untuk menyelesaikan soal cerita. Untuk langkah ini siswa menuliskan kalimat

matematika.

c. Kemampuan melaksanakan rencana.

Dalam melaksanakan rencana, siswa mengerjakan soal dengan cara yang telah

ditentukan sebelumnya, misalnya siswa menyelesaikan kalimat matematika.

d. Kemampuan menjawab pertanyaan.

Dapat menjawab pertanyaan soal cerita sesuai konteks masalah pada soal cerita

berdasarkan penyelesaian dari kalimat matematika.

Dari permasalahan di atas, maka langkah-langkah yang diperlukan untuk

menyelesaikan soal cerita adalah:

a. Membaca soal dengan cermat.

b. Menentukan hal yang diketahui dalam soal cerita.

c. Menentukan hal yang ditanyakan dalam soal cerita.

d. Membuat model/kalimat matematika.

e. Melakukan perhitungan (menyelesaikan kalimat matematika).

f. Menuliskan jawaban akhir sesuai dengan permintaan soal cerita.

2.1.5 Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan cara penyajian yang digunakan guru

dalam proses pembelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran. Dalam

pembelajaran, beberapa masalah sering dialami oleh guru. Untuk mengatasi

masalah-masalah dalam pembelajaran, maka perlu adanya model-model

pembelajaran yang dipandang dapat membantu guru dalam proses belajar

mengajar. Dalam mengajarkan suatu pokok bahasan (materi) tertentu harus dipilih

model pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Oleh

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat Pembelajaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15238/2/T1... · 2018-07-06 · kegiatan belajar mengajar yang sengaja dilakukan

14

karena itu dalam memilih suatu model pembelajaran harus memiliki

pertimbangan-pertimbangan. Seperti: materi pelajaran, tingkat perkembangan

kognitif siswa, dan sarana atau fasilitas yang tersedia, sehingga tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.

Kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika mempunyai peranan

penting dalam kehidupan sehari-hari siswa. Untuk menyelesaikan masalah yang

ada siswa ditantang untuk kreatif dan memerlukan keaslian berpikir dalam

menyelesaikan masalah. Guru hendaknya menggunakan model pembelajaran yang

dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika. Model

pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita

matematika salah satunya adalah Creative Problem Solving. Selama pembelajaran

berlangsung guru bertindak sebagai fasilitator dan motivator, disamping

memberikan kemudahan (fasilitas) belajar kepada siswa dan siswa berinteraksi

dengan sumber-sumber belajar yang dapat mempermudah proses belajarnya. Jadi

dalam pembelajaran dengan model Creative Problem Solving, aktivitas siswa

mendominasi proses pembelajaran, atau pembelajaran berpusat pada siswa. Hal

ini selaras dengan saran Nasution (1995: 23) bahwa pengajaran modern

hendaknya mengutamakan aktivitas siswa. Demikian pula teori belajar Bruner,

yang menyatakan bahwa pembelajaran adalah siswa belajar melalui keterlibatan

aktif dengan konsep dan prinsip-prinsip dalam memecahkan masalah, dan guru

berfungsi sebagai motivator bagi siswa dalam mendapatkan pengalaman yang

memungkinkan siswa menemukan dan memecahkan masalah. Hal tersebut

relevan dengan penjabaran implikasi teori kognitif Piaget yang antara lain

menyatakan bahwa dalam pembalajaran memusatkan perhatian kepada berpikir

atau proses mental peserta didik, mengutamakan peran peserta didik dalam

berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar mengajar

(Hidayat, 2005: 7).

Pada dasarnya, jika guru melaksanakan proses belajar mengajar dengan

menerapkan model pembelajaran yang berfokus pada aktifitas dan kreatifitas

siswa, maka siswa akan menjadi kritis. Menurut Myrmel (2003: 93) model

pembelajaran Creative Problem Solving membangkitkan kemampuan berpikir

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat Pembelajaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15238/2/T1... · 2018-07-06 · kegiatan belajar mengajar yang sengaja dilakukan

15

secara kritis dan kreatif sehingga dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi.

Menurut Yudianto (2003: 26) Creative Problem Solving merupakan teknik

sistematik dalam mengorganisasikan dan mengolah keterangan dan gagasan,

sehingga masalah dapat dipahami dan dipecahkan.

2.1.5.1 Model Pembelajaran Creative Problem Solving

Model pembelajaran Creative Problem Solving merupakan model

pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir tinggi

(Wiederhold dalam Suyitno, 2004:37; dalam http://leeva-news.com/260/model-

pembelajaran-creative-problem-solving-cps). Hal tersebut terjadi karena model

pembelajaran memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk

memecahkan masalah matematika dengan strateginya sendiri.

Model pembelajaran Creative Problem Solving merupakan suatu kegiatan

yang didesain guru dalam rangka memberi tantangan kepada siswa melalui

penugasan. Fungsi guru adalah memotivasi siswa agar mau menerima tantangan

dan membimbing siswa dalam proses pemecahan masalah. Masalah yang

diberikan kepada siswa harus masalah yang pemecahannya terjangkau oleh

kemampuan siswa. Masalah di luar jangkauan kemampuan siswa dapat

menurunkan motivasi siswa.

Model pembelajaran Creative Problem Solving adalah suatu model

pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan keterampilan

memecahkan masalah, yang diikuti dengan penguatan keterampilan (Karen dalam

Cahyono, 2009: 3). Ketika dihadapkan dengan suatu pertanyaan/permasalahan,

siswa dapat melakukan keterampilan memecahkan masalah untuk memilih dan

mengembangkan tanggapannya. Tidak hanya dengan cara menghafal tanpa

dipikir, keterampilan memecahkan masalah memperluas proses berpikir (Pepkin

dalam Muslich M, 2007: 221).

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

Creative Problem Solving cocok digunakan dalam peningkatan kemampuan

memecahkan masalah karena dalam model pembelajaran ini pengalaman

sebelumnya dalam menyelesaikan suatu masalah merupakan faktor yang penting

dalam menyelesaikan masalah baru yang berbeda, disamping faktor minat siswa.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat Pembelajaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15238/2/T1... · 2018-07-06 · kegiatan belajar mengajar yang sengaja dilakukan

16

Menurut Noller (Sujarwo, 2006), solusi kreatif sebagai upaya pemecahan

masalah yang dilakukan melalui sikap dan pola kritis kreatif, memiliki banyak

alternatif pemecahan masalah, memiliki ide baru dalam pemecahan masalah,

terbuka dalam perbaikan, menumbuhkan kepercayaan diri, keberanian

menyampaikan pendapat, berpikir divergen, dan fleksibel dalam upaya

pemecahan masalah. Dalam model pembelajaran Creative Problem Solving guru

berperan sebagai fasilitator, yaitu guru memberikan kesempatan secara luas

kepada siswa untuk berlatih belajar mandiri. Guru membantu memberikan

kemudahan bagi siswa dalam proses pembelajaran (Sujarwo, 2006).

2.1.5.2 Sintak Model Pembelajaran Creative Problem Solving

Adapun langkah-langkah dari model pembelajaran Creative Problem

Solving adalah sebagai berikut:

a. Klarifikasi masalah

Klarifikasi masalah meliputi pemberian penjelasan kepada siswa tentang

masalah yang diajukan, agar siswa dapat memahami tentang penyelesaian

seperti apa yang diharapkan.

b. Brainstorming/ Pengungkapan pendapat

Pada tahap ini siswa dibebaskan untuk mengungkapkan pendapat tentang

berbagai macam strategi penyelesaian masalah.

c. Evaluasi dan pemilihan

Pada tahap evaluasi dan pemilihan, setiap kelompok mendiskusikan

pendapat atau strategi mana yang cocok untuk menyelesaikan masalah.

d. Implementasi

Pada tahap ini siswa menentukaan strategi mana yang dapat diambil untuk

menyelesaikan masalah, kemudian menerapkannya sampai menemukan

penyelesaian dari masalah tersebut (Pepkin dalam Muslich M, 2007: 221).

Tahapan-tahapan Creative Problem Solving yang dikemukakan di atas

dapat melatih siswa untuk mengkomunikasikan ide matematisnya, berpikir kritis

untuk memecahkan masalah yang dihadapinya, berpikir sistematis dan logis

sesuai data/fakta yang tersedia serta dapat melatih siswa untuk saling berinteraksi

satu sama lain.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat Pembelajaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15238/2/T1... · 2018-07-06 · kegiatan belajar mengajar yang sengaja dilakukan

17

Langkah-langkah pemecahan masalah menurut Solso (dalam Made Wena,

2008: 56) yakni:

a. Identifikasi permasalahan.

b. Representasi permasalahan.

c. Perencanaan pemecahan.

d. Menerapkan/ mengimplementasikan perencanaan.

e. Menilai perencanaan, dan

f. Menilai hasil pemecahan.

Berdasarkan beberapa langkah di atas, maka implementasi Creative

Problem Solving dalam pembelajaran matematika terdiri dari langkah-langkah

sebagai berikut:

1. Kegiatan Awal

Guru menanyakan kesiapan siswa untuk mengikuti pelajaran, guru

mengulas kembali materi sebelumnya sebagai prasyarat pada materi saat ini

kemudian guru menjelaskan aturan main dalam pelaksanaan model pembelajaran

Creative Problem Solving serta memberi motivasi kepada siswa akan pentingnya

pembahasan materi melalui pembelajaran Creative Problem Solving.

2. Kegiatan Inti

Siswa membentuk kelompok kecil untuk melakukan small discussion.

Secara berkelompok, siswa memecahkan permasalahan yang disajikan sesuai

dengan petunjuk yang tersedia. Siswa mendapat bimbingan dan arahan dari guru

dalam memecahkan permasalahan (peranan guru dalam hal ini menciptakan

situasi yang dapat memudahkan munculnya pertanyaan dan mengarahkan

kegiatan brainstorming serta menumbuhkan situasi dan kondisi lingkungan yang

dihasilkan atas dasar interest siswa). Adapun penekanan dalam pendampingan

siswa dalam menyelesaikan permasalahan dengan sintak sebagai berikut:

a) Klarifikasi Masalah

Klarifikasi masalah meliputi pemberian penjelasan kepada siswa tentang

masalah yang diajukan agar siswa dapat memahami tentang penyelesaian seperti

apa yang diharapkan.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat Pembelajaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15238/2/T1... · 2018-07-06 · kegiatan belajar mengajar yang sengaja dilakukan

18

b) Brainstorming/ Pengungkapan pendapat

Pada tahap ini siswa dibebaskan untuk mengungkapkan pendapat tentang

berbagai macam strategi penyelesaian masalah, tidak ada sanggahan dalam

mengungkapan ide gagasan satu sama lain.

c) Evaluasi dan Seleksi

Pada tahap ini, setiap kelompok mendiskusikan pendapat-pendapat atau

strategi-strategi mana yang cocok untuk menyelesaikan masalah.

d) Implementasi

Pada tahap ini, siswa menentukan strategi mana yang dapat diambil untuk

menyelesaikan masalah kemudian menerapkannya sampai menemukan

penyelesaian dari masalah tersebut.

3. Kegiatan Akhir

Dalam tahap ini, siswa bersama kelompoknya mempresentasikan hasil

kerjanya di depan kelas dengan menggunakan media sesuai dengan kreatifitasnya

untuk menyampaikan gagasannya dan mendapatkan saran dan kritik dari

kelompok lain sehingga diperoleh solusi yang optimal berkaitan dengan

pemecahan masalah. Kemudian guru bersama siswa menyimpulkan materi

pembelajaran ke arah matematika formal.

2.1.5.3 Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Creative Problem

Solving

Keungulan teknik ini adalah siswa akan belajar mengenai suatu konsep

dalam suasana yang menyenangkan dan teknik ini dapat digunakan dalam semua

mata pelajaran serta semua tingkatan usia anak didik, Lorna Curran dalam (Huda,

2011: 118). Dengan menerapkan model pembelajaran Creative Problem Solving

siswa diajak untuk aktif dan kreatif. Pembelajaran matematika menjadi lebih

menarik, siswa dapat menyukai pembelajaran Matematika, siswa lebih mudah

memahami isi materi yang di sampaikan oleh guru sehingga hasil belajar siswa

akan meningkat. Ada beberapa keunggulan model Creative Problem Solving

yaitu:

1. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.

2. Berpikir dan bertindak kreatif.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat Pembelajaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15238/2/T1... · 2018-07-06 · kegiatan belajar mengajar yang sengaja dilakukan

19

3. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis.

4. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.

5. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.

6. Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan

masalah yang dihadapi dengan tepat.

7. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan,

khususnya dunia kerja.

Selain memiliki kelebihan, model pembelajaran Creative Problem Solving

juga mempunyai kelemahan, yaitu sebagai berikut:

1. Memerlukan perencanaan yang teratur dan matang.

2. Tidak semua materi pelajaran mengandung masalah.

3. Tidak efektif jika terdapat beberapa siswa yang pasif.

4. Memerlukan cukup banyak waktu dan melibatkan lebih banyak orang.

2.1.5.4 Solusi untuk Kelemahan Model Pembelajaran Creative Problem Solving

Pada dasarnya model Creative Problem Solving adalah suatu metode

pembelajaran yang berpusat pada keterampilan pemecahan masalah yang diikuti

dengan penguatan kreativitas,tetapi masih ada beberapa kelemahan dari model

tersebut. Solusi untuk kelemahan-kelemahan model pembelajaran Creative

Problem Solving adalah sebagai berikut:

1. Problem yang diajukan hendaknya benar-benar sesuai dengan tingkat

perkembangan dan kemampuan murid.

2. Para murid hendaknya terlebih dahulu diberikan penjelasan tentang maksud

dan tujuan serta cara-cara memecahkan masalah yang dimaksud.

3. Masalah-masalah yang harus dipecahkan hendaknya bersifat aktual dan erat

hubungannya dengan kehidupan masyarakat, sehingga menimbulkan motivasi

dan minat belajar para murid.

4. Disamping bimbingan guru secara continue hendaknya tersedia sarana

pembelajaran yang memadai serta waktu yang cukup untuk memecahkan

masalah-masalah yang dihadapi.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat Pembelajaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15238/2/T1... · 2018-07-06 · kegiatan belajar mengajar yang sengaja dilakukan

20

2.2 Kajian Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan tentang penerapan model pembelajaran

Creative Problem Solving baik dalam pembelajaran Matematika maupun mata

pelajaran lainnya telah banyak dipublikasikan. Hasil Penelitian yang dilakukan

Hikmah (2010: vii) dengan judul “Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah

Tipe Creative Problem Solving untuk Meningkatkan Ketuntasan Belajar Fisika

Siswa Kelas VIII-E SMPN 1 Ma’rang Kabupaten Pangkep” menyimpulkan

bahwa dengan penerapan model pembelajaran Creative Problem Solving dapat

meningkatkan ketuntasan belajar fisika. Pada siklus I, skor rata-rata hasil belajar

siswa mencapai 62,12 dari skor ideal 100, dan persentase siswa yang mencapai

kriteria ketuntasan minimal sebesar 66,67%. Pada siklus II, skor rata-rata hasil

belajar siswa mencapai 79,74 dari nilai ideal 100 dan persentase siswa yang

mencapai kriteria ketuntasan minimal sebesar 91,30%. Keaktifan siswa dalam

proses pembelajaran juga mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II.

Penelitian Widiani (2016) tentang “Penerapan Model Pembelajaran

Creative Problem Solving (CPS) untuk Meningkatkan Keaktifan Siswa dalam

Pembelajaran PKn di Kelas IV SD Negeri Jeruksari Wonosari

Gunungkidul”mengemukakan bahwa model pembelajaran Creative Problem

Solving dapat meningkatkan hasil belajar PKn kelas IV, hal ini dapat dibuktikan

pada hasil belajar siswa yang meningkat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

penggunaan model pembelajaran CPS dalam pembelajaran PKn dapat

meningkatkan keaktifan siswa kelas IV SD Negeri Jeruksari. Persentase jumlah

siswa yang berhasil mencapai indikator keberhasilan penelitian pada pra tindakan

0%, siklus I/1 hanya 7,14%, siklus I/2 menjadi 28,57%. Hasil pengamatan

keaktifan siklus I belum berhasil mencapai indikator keberhasilan penelitian yaitu

>75% siswa memperoleh skor akhir >2,66 sehingga perlu dilanjutkan penelitian

tindakan siklus II. Pada siklus II/1 64,29% siswa kemudian siklus II/2 menjadi

100%. Penelitian tindakan siklus II berhasil mencapai indikator keberhasilan

penelitian sehingga tidak perlu dilaksanakan penelitian tindakan lanjutan.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat Pembelajaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15238/2/T1... · 2018-07-06 · kegiatan belajar mengajar yang sengaja dilakukan

21

Penelitian Supriyadi (2014) tentang “Peningkatan Kemandirian dan

Prestasi Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Creative Problem

Solving (CPS) (PTK Pembelajaran Matematika di Kelas IX Semester 1 MTs

Negeri Surakarta 1 Tahun Pelajaran 2013/2014)” mengemukakan bahwa model

pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dapat meningkatkan kemandirian

dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika. Data hasil penelitian

menunjukkan adanya peningkatan kemandirian dan prestasi belajar siswa. Hal ini

dapat dilihat dari: (1) Menyelesaikan tugasnya sendiri sebelum tindakan 20% dan

di akhir tindakan 71,43%, (2) Mengatasi masalah belajarnya sendiri sebelum

tindakan 14,29% dan di akhir tindakan 71,43%, (3) Percaya pada diri sendiri

sebelum tindakan 14,29% dan di akhir tindakan 77,14%, (4) Mengatur dirinya

sendiri sebelum tindakan 22,86% dan di akhir tindakan 74,29%. Nilai siswa yang

mencapai KKM ≥ 65 sebelum tindakan 17,41% dan di akhir tindakan 82,86%.

Tabel 2.1

Perbandingan Kajian Penelitian yang Relevan

No Penulis Judul Tahun Persamaan Perbedaan

1 Dewi

Hikmah

Penerapan

Pembelajaran

Berbasis Masalah

Tipe Creative

Problem Solving

untuk Meningkatkan

Ketuntasan Belajar

Fisika Siswa Kelas

VIII-E SMPN 1

Ma’rang Kabupaten

Pangkep

2010 Penelitian

menggunakan

model

pembelajaran

Creative

Problem Solving

Mata

pelajaran

yang

ditetiti

adalah

Fisika

pada kelas

VIII

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat Pembelajaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15238/2/T1... · 2018-07-06 · kegiatan belajar mengajar yang sengaja dilakukan

22

2 Ninu

Widiati

Penerapan Model

Pembelajaran

Creative Problem

Solving (CPS) untuk

Meningkatkan

Keaktifan Siswa

dalam Pembelajaran

PKn di Kelas IV SD

Negeri Jeruksari

Wonosari

Gunungkidul

2016 a. Penelitian

menggunakan

model

pembelajaran

Creative

Problem

Solving

b. Penelitian

sama-sama

dilakukan

pada tahun

2016

Mata

pelajaran

yang

ditetiti

adalah

PKn pada

kelas IV

3 Bambang

Supriyadi

Peningkatan

Kemandirian dan

Prestasi Belajar

Matematika Melalui

Model Pembelajaran

Creative Problem

Solving (CPS) (PTK

Pembelajaran

Matematika di Kelas

IX Semester 1 MTs

Negeri Surakarta 1

Tahun Pelajaran

2013/2014)

2014 a. Penelitian

menggunakan

model

pembelajaran

Creative

Problem

Solving

b. Mata

pelajaran

yang ditetiti

adalah sama-

sama

Matematika

Penelitian

dilakukan

pada kelas

IX

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Creative

Problem Solving dapat digunakan pada mata pelajaran yang berbeda dan pada

jenjang kelas yang berbeda pula. Penerapan model pembelajaran Creative

Problem Solving menjadi sarana penyampaian materi ajar hingga mampu

memenuhi ketercapaian tujuan pembelajaran.

2.3 Kerangka Pikir

Kondisi awal pada proses pembelajaran matematika, siswa memperoleh

hasil belajar yang rendah, terbukti masih banyak siswa yang hasil belajarnya

belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) atau masih banyak siswa

yang medapatkan nilai dibawah 70. Salah satu penyebabnya yaitu karena pada

saat menyampaikan materi pembelajaran guru hanya ceramah saja tanpa

menggunakan media ataupun alat peraga sehingga siswa menjadi bosan, jenuh

dan sering kali mengabaikan proses belajar mengajar di kelas atau siswa kurang

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat Pembelajaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15238/2/T1... · 2018-07-06 · kegiatan belajar mengajar yang sengaja dilakukan

23

aktif dalam mengikuti pembelajaran. Untuk mengatasi masalah tersebut peneliti

melakukan pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran Creative Problem

Solving. Dengan cara ini diharapkan dapat membantu siswa kelas 5 SDN Blaru 02

dalam meningkatkan proses pembelajaran sehingga hasil belajar matematika dapat

meningkat.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu diadakan perbaikan yaitu

dengan menggunakan alternatif model pembelajaran lain. Dalam hal ini akan

digunakan model pembelajaran Creative Problem Solving untuk meningkatkan

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita. Kegiatan inti dari model

pembelajaran Creative Problem Solving adalah mengungkapkan dan memilih

strategi yang akan digunakan untuk menyelesaikan soal cerita matematika, tanpa

ada contoh penyelesaian sebelumnya. Dalam menyelesaikan masalah tersebut,

dilakukan secara berkelompok. Dalam kelompok tersebut siswa bebas

mengungkapkan pendapatnya tentang strategi apa yang akan digunakan untuk

menyelesaikan masalah. Di sini guru memfasilitasi jalannya diskusi. Setelah siswa

memilih strategi apa yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah,

siswakemudian menerapkan strategi tersebut untuk menyelesaikan suatu masalah.

Kemudian guru membantu siswa untuk menganalisis hasil jawaban yang disajikan

di depan kelas, jika jawaban yang dihasilkan benar guru cukup menegaskan

jawaban tersebut. Apabila jawaban yang dihasilkan masih salah maka guru

menunjuk siswa lain untuk menjawab soal tersebut sampai diperoleh jawaban

yang benar. Setelah itu siswa dapat memperbaiki jawabannya, selanjutnya guru

mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan.

Dalam implementasinya, Creative Problem Solving dilakukan sebagai

solusi kreatif. Solusi kreatif sebagai upaya pemecahan masalah yang dilakukan

melalui sikap dan pola pikir kreatif, memiliki banyak alternatif pemecahan

masalah, terbuka dalam perbaikan, menumbuhkan kepercayaan diri, keberanian

menyampaikan pendapat, berpikir divergen, dan fleksibel dalam upaya

pemecahan masalah. Creative Problem Solving dibangun atas tiga macam

komponen, yaitu: ketekunan, masalah dan tantangan. Ketiga komponen tersebut

dapat diimplementasikan dengan berbagai komponen pembelajaran. Dari uraian di

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat Pembelajaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15238/2/T1... · 2018-07-06 · kegiatan belajar mengajar yang sengaja dilakukan

24

atas pembelajaran Creative Problem Solving dapat meningkatkan kemampuan

menyelesaikan soal cerita matematika.

Adapun kerangka pikir mengenai penerapan model pembelajaran Creative

Problem Solving pada mata pelajaran matematika dapat ditunjukkan melalui peta

konsep sebagai berikut:

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir

Kondisi Nyata

1. Pembelajaran berpusat pada guru.

2. Masih terdapat siswa yang pasif

dalam belajar

3. Siswa tidak dituntut untuk berpikir

kritis dan kreatif

4. Siswa kurang tertantang dengan

kegiatan pembelajaran.

5. Guru tidak memberikan

penghargaan terhadap siswa

Kondisi Ideal

1. Guru memfasilitasi siswa dalam

pembelajaran

2. Siswa belajar menemukan sendiri

dari pengalaman yang relevan dan

bekerja dalam kelompok.

3. Siswa dapat mengembangkan

keterampilan berpikir kritis dan kreatif

4. Guru melakukan penemuan-

penemuan baru dalam meningkatkan

semangat belajar.

5. Guru memberikan penghargaan

kepada siswa

Solusi

Klarifikasi masalah

1. Guru memberikan permasalahan kepada siswa.

2. Siswa mempelajari LKS yang diberikan oleh guru.

3. Siswa berdiskusi dengan teman kelompoknya tentang strategi apa

yang akan digunakan dalam penyelesaian masalah.

4. Siswa berkumpul dengan kelompoknya masing-masing dan

mengerjakan LKS secara mandiri.

Pengungkapan pendapat

5. Siswa bebas mengungkapkan pendapat dalam menyelesaikan

masalah dan mendiskusikannya dengan kelompok masing-masing.

Evaluasi dan Seleksi

6. Siswa mendiskusikan hasil LKS bersama kelompoknya.

7. Siswa memilih pemecahan masalah yang tepat dalam kelompok.

Implementasi

8. Siswa mempresentasikan hasil yang telah didiskusikan

dikelompoknya di depan kelas dengan menggunakan strategi

sesuai dengan kreatifitasnya dan guru membimbing serta memberi

masukan terhadap pendapat anak

Proses dan hasil belajar

matematika meningkat

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat Pembelajaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15238/2/T1... · 2018-07-06 · kegiatan belajar mengajar yang sengaja dilakukan

25

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka fikir seperti diuraikan di atas dapat

diajukan hipotesis sebagai berikut:

a. Penerapan model Creative Problem Solving dalam proses pembelajaran dengan

langkah-langkah mengklarifikasi masalah, pengungkapan pendapat

(brainstorming), evaluasi dan seleksi, serta implementasi dapat meningkatkan

proses belajar siswa.

b. Peningkatan proses pembelajaran melalui model pembelajaran Creative

Problem Solving dapat meningkatkan hasil belajar matematika secara

signifikan dengan kriteria 80% siswa atau minimal 26 siswa mencapai Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM).