bab ii kajian pustaka 2.1. kajian teori 2.1.1 model...

21
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Kajian teori ini mengenai model pembelajaran kooperatif, langkah-langkah model pembelajaran Berpikir Berpasangan Berbagi, hakikat hasil belajar, hakikat belajar mengajar, dan bahasa Indonesia. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di bawah ini. 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Metode Think Pair Share Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktifivitas pembelajaran (Suprijono, 2009: 45-46). Pendapat lain menyatakan model pembelajaran adalah pedoman perencanaan dan pelaksanaan pengajaran serta evaluasi belajar mengajar yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan tertentu pengajaran (Muhibin, 2004 : 189). Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar . Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang menganut falsafah homo homoni socius, falsafah ini menekankan saling ketergantungan antar mahkluk hidup atau lebih menekankan pada kerja sama antar kelompok sehingga menumbuhkan nilai gotong royong (Anita Lie, 2010 : 88). Model Think-Pair-Share tumbuh dari penelitian pembelajaran kooperatif, model Think-Pair-Share dapat juga disebut sebagai model belajar-mengajar berpasangan. Model ini pertama kali dikembangkan oleh Frank Lyman dari Universitas Maryland pada tahun 1985 (Think-Pair-Share) sebagai struktur kegiatan pembelajaran gotong royong. Model ini memberikan siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerjasama dengan orang lain. Think-Pair-Share

Upload: tranthuan

Post on 03-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8114/2/T1_292009077_BAB II.pdf · antar mahkluk hidup atau lebih menekankan pada kerja

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

Kajian teori ini mengenai model pembelajaran kooperatif, langkah-langkah

model pembelajaran Berpikir Berpasangan Berbagi, hakikat hasil belajar, hakikat

belajar mengajar, dan bahasa Indonesia. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di

bawah ini.

2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Metode Think Pair Share

Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan

prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk

mencapai tujuan tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang

pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan

aktifivitas pembelajaran (Suprijono, 2009: 45-46). Pendapat lain menyatakan

model pembelajaran adalah pedoman perencanaan dan pelaksanaan pengajaran

serta evaluasi belajar mengajar yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai

tujuan tertentu pengajaran (Muhibin, 2004 : 189).

Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang

melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar

untuk mencapai tujuan belajar .

Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang menganut

falsafah homo homoni socius, falsafah ini menekankan saling ketergantungan

antar mahkluk hidup atau lebih menekankan pada kerja sama antar kelompok

sehingga menumbuhkan nilai gotong royong (Anita Lie, 2010 : 88).

Model Think-Pair-Share tumbuh dari penelitian pembelajaran kooperatif,

model Think-Pair-Share dapat juga disebut sebagai model belajar-mengajar

berpasangan. Model ini pertama kali dikembangkan oleh Frank Lyman dari

Universitas Maryland pada tahun 1985 (Think-Pair-Share) sebagai struktur

kegiatan pembelajaran gotong royong. Model ini memberikan siswa kesempatan

untuk bekerja sendiri serta bekerjasama dengan orang lain. Think-Pair-Share

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8114/2/T1_292009077_BAB II.pdf · antar mahkluk hidup atau lebih menekankan pada kerja

6

memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu

lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain.

Model Think-Pair-Share sebagai ganti dari tanya jawab seluruh kelas (Anita lie,

2010: 57).

Thinking, pembelajaran diawali dengan guru mengajukan pertanyaan atau

isu terkait dengan pelajaran untuk dipikirkan oleh peserta didik. Guru memberi

kesempatan kepada mereka memikirkan jawabanya. Selanjutnya Pairing, guru

meminta peserta didik berpasang-pasangan. Beri kesempatan pada pasangan-

pasangan itu untuk berdiskusi. Diskusi ini diharapkan memperdalam jawaban

yang telah dipikirkannya melalui itersubjektif dengan pasangannya. Hasil diskusi

intersubjektif di tiap-tiap pasangan hasilnya dibicarakan dengan pasangan seluruh

kelas, tahap ini dikenal dengan Sharing, sehingga pada akhirya diharapkan terjadi

Tanya jawab yang mendorog pengonstruksian pengetahuan secara integratif

(Suprijono, 2009 : 91).

Kesimpulannya, ketika guru menyampaikan pelajaran di kelas, para siswa

duduk berpasangan duduk dengan timnya masing-masing. Guru memberikan

pertanyaan, siswa diminta untuk memikirkan sebuah jawaban dari mereka sendiri,

lalu berpasangan untuk mencapai sebuah kesepakatan terhadap jawaban.

Akhirnya, guru meminta para siswa untuk berbagi jawaban yang telah mereka

sepakati dengan seluruh kelas.

2.1.2 Langkah Model Pembelajaran Berpikir Berpasangan Berbagi

Pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) merupakan struktur

kelompok yang dibuat secara berpasangan atau terdiri dari 2 siswa. Siswa

dibentuk dalam kelompok dengan cara berpasangan.

Langkah-langkah penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Think-

Pair-Share (TPS) adalah sebagai berikut:

a. Tahap 1 Think (Berpikir)

Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran,

kemudian peserta didik diminta untuk memikirkan pertanyaan atau isu

tersebut secara mandiri beberapa saat.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8114/2/T1_292009077_BAB II.pdf · antar mahkluk hidup atau lebih menekankan pada kerja

7

b. Tahap 2 Pairing (Berpasangan)

Guru meminta peserta didik berpasangan dengan peserta didik lain untuk

mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama. Interaksi

pada tahap ini diharapkan dapat berbagi jawaban jika telah diajukan suatu

pertanyaan atau berbagi ide dengan batas waktu yang diberikan untuk

berpasangan adalah 4 – 5 menit.

c. Tahap 3 Sharing (Berbagi)

Guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang

apa yang telah mereka bicarakan. Ini efektif dilakukan dengan cara

bergiliran pasangan demi pasangan dan dilanjutkan sampai sekitar

seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan.

Langkah-langkah pembelajaran metode berpikir berpasangan berbagi dapat

dilihat pada tabel di bawah ini:

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8114/2/T1_292009077_BAB II.pdf · antar mahkluk hidup atau lebih menekankan pada kerja

8

Tabel 2.1

Langkah-langkah Pembelajaran Metode Berpikir Berpasangan Berbagi

No Langkah

pembelajaran

Aktivitas

1 Langkah 1:

Guru

menyampaikan

pertanyaan

Guru melakukan apersepsi, menjelaskan tujuan

pembelajaran dan menyampaikan pertanyaan

yang berhubungan dengan materi yang akan

disampaikan

2 Langkah 2:

Siswa berpikir

secara individual

Guru memberikan kesempatan kepada siswa

untuk memikirkan jawaban dari permasalahan

yang disampaikan guru. Langkah ini dapat

dikembangkan dengan meminta siswa untuk

menuliskan hasil pemikiran masing-masing.

3 Langkah 3:

Setiap siswa

mendiskusikan

hasil pemikiran

masing-masing

dengan pasangan.

Guru mengorganisasikan siswa untuk

berpasangan dan memberikan kesempatan

kepada siswa untuk mendiskusikan jawaban

yang menurutnya paling benar atau meyakinkan.

Guru memotivasi siswa untuk aktif dalam kerja

kelompoknya. Pelaksanaan model ini dapat

dilengkapi dengan LKS (Lembar Kerja Siswa)

sehingga kumpulan soal latihan atau pertanyaan

yang dikerjakan secara kelompok.

4 Langkah 4:

siswa berbagi

jawaban dengan

seluruh kelas

Siswa mempresentasikan jawaban atau

pemecahan masalah secara individual/ kelompok

di depan kelas.

5 Langkah 5:

menganalisis dan

mengevaluasi hasil

pemecahan

masalah.

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi

atau evaluasi terhadap hasil pemecahan masalah

yang telah mereka diskusikan.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8114/2/T1_292009077_BAB II.pdf · antar mahkluk hidup atau lebih menekankan pada kerja

9

2.1.3 Hakikat Hasil Belajar

Proses belajar yang dilaksanakan oleh peserta didik akan menghasilkan hasil

belajar. Di dalam proses pembelajaran, guru sebagai pengajar sekaligus pendidik

memegang peranan dan tanggung jawab yang besar dalam rangka membantu

meningkatkan keberhasilan peserta didik dipengaruhi oleh kualitas pengajaran dan

faktor intern dari siswa itu sendiri. Dalam setiap mengikuti proses pembelajaran di

sekolah sudah pasti setiap peserta didik mengharapkan mendapatkan hasil belajar

yang baik, sebab hasil belajar yang baik dapat membantu peserta didik dalam

mencapai tujuannya. Hasil belajar yang baik hanya dicapai melalui proses belajar

yang baik pula. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya

hasil belajar yang baik.

Menurut Hamalik (2001:159) bahwa hasil belajar menunjukkan kepada

prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya derajat

perubahan tingkah laku siswa.

Menurut Nasution (2006:36) hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi

tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan

guru.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:36) hasil belajar adalah hasil yang

ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan dengan

nilai tes yang diberikan guru.

Pengertian hasil belajar menurut Winkel dalam Sunarto (2009) yang

menyatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau

kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan

bobot yang dicapainya.

Pengertian hasil belajar menurut Anni (2004:4) merupakan perubahan

perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar.

Pengertian hasil belajar menurut Sudjana (1990:22) adalah kemampuan

yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajaranya.

Pengertian hasil belajar menurut Sukmadinata (2005), prestasi atau hasil

belajar (achievement) merupakan realisasi dari kecakapan-kecakapan potensial

atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar dapat dilihat dari

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8114/2/T1_292009077_BAB II.pdf · antar mahkluk hidup atau lebih menekankan pada kerja

10

perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan

berpikir maupun keterampilan motorik. Di sekolah, hasil belajar atau prestasi

belajar ini dapat dilihat dari penguasaan siswa akan mata pelajaran yang telah

ditempuhnya. Alat untuk mengukur prestasi/hasil belajar disebut tes prestasi

belajar atau achievement test.

Pengertian hasil belajar menurut Sadly (1977: 904), yang memberikan

penjelasan tentang hasil belajar sebagai berikut, Hasil yang dicapai oleh tenaga

atau daya kerja seseorang dalam waktu tertentu.

Pengertian hasil belajar menurut Nasution dalam Sunarto (2005)

mendefinisikan prestasi belajar adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang

dalam berpikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila

memenuhi tiga aspek yakni: kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan

psikomotor (keterampilan), sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika

seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.

Pengertian hasil belajar menurut Marimba (1978: 143) mengatakan bahwa

hasil adalah kemampuan seseorang atau kelompok yang secara langsung dapat

diukur.

Pengertian hasil belajar menurut Nawawi (1981: 100): Keberhasilan murid

dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk

nilai atau skor dari hasil tes mengenai sejumlah pelajaran tertentu.

Menurut Nawawi (1981: 127), berdasarkan tujuannya, hasil belajar dibagi

menjadi tiga macam, yaitu:

1) Hasil belajar yang berupa kemampuan keterampilan atau kecapakan di

dalam melakukan atau mengerjakan suatu tugas, termasuk di dalamnya

keterampilan menggunakan alat.

2) Hasil belajar yang berupa kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan

tentang apa yang dikerjakan.

3) Hasil belajar yang berupa perubahan sikap dan tingkah laku.

Gagne mengungkapkan ada lima kategori hasil belajar, yakni: informasi

verbal, kecakapan intelektul, strategi kognitif, sikap dan keterampilan. Sementara

Bloom mengungkapkan tiga tujuan pengajaran yang merupakan kemampuan

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8114/2/T1_292009077_BAB II.pdf · antar mahkluk hidup atau lebih menekankan pada kerja

11

seseorang yang harus dicapai dan merupakan hasil belajar yaitu: kognitif, afektif

dan psikomotorik (Sudjana, 1990:22).

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu:

a. Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya,

motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar,

ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.

b. Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, terutama

kualitas pengajaran.

Hasil belajar yang dicapai siswa menurut Sudjana (1990:56), melalui proses

belajar mengajar yang optimal ditunjukkan dengan ciri-ciri sebagai berikut.

a. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar

intrinsik pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi yang rendah

dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau setidaknya

mempertahankan apa yang telah dicapai.

b. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan

dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari

orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya.

c. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama

diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain,

kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan

kreativitasnya.

d. Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni

mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif (sikap)

dan ranah psikomotorik, keterampilan atau perilaku.

e. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri

terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan

mengendalikan proses dan usaha belajarnya.

Menurut Suprijono (2009:5) mengemukakan bahwa, hasil belajar adalah

pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan

keterampilan. Hasil belajar berupa: Informasi verbal yaitu kapabilitas

mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan mapun tertulis.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8114/2/T1_292009077_BAB II.pdf · antar mahkluk hidup atau lebih menekankan pada kerja

12

Kemampuan merespons secra spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan

tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun

penerapan aturan. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan

konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan

mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan

prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan

melakukan aktivitas kognitif bersifat khas. Strategi kognitif yaitu kecakapan

menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini

meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani

dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. Sikap

adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap

objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi

nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar

perilaku.

Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, psikomotorik. Domain

kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman,

menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis

(menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan,

merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain

afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respon),

valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi). Domain

psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, rountinized, keterampilan produktif,

teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual.

2.1.4 Hakikat Belajar Mengajar

Belajar dilakukan manusia seumur hidupnya, kapan saja, dan di mana saja,

baik di sekolah, kelas, jalanan, dan dalam waktu yang tidak ditentukan

sebelumnya. Sekalipun demikian belajar dilakukan manusia senantiasa oleh

iktikad dan maksud tertentu. Belajar terjadi ketika ada interaksi antara individu

dan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8114/2/T1_292009077_BAB II.pdf · antar mahkluk hidup atau lebih menekankan pada kerja

13

fisik adalah buku, alat peraga, dan alam sekitarnbya. Adapun lingkungan

pembelajaran adalah lingkungan yang merangsang dan menantang siswa untuk

belajar.

Respons belajar menjadi kuat ketika seseorang belajar, apabila ia tidak

belajar, responsnnya menurun. Dalam belajar ditemukan: a. kesempatan terjadinya

peristiwa yang menimbulkan respon belajar; b. respon pembelajaran; c.

konsekuensi yang besifat menguatkan respon tersebut.

Mengajar pada hakikatnya merupakan suatu proses yaitu proses mengatur

dan mengorganisasikan lingkungan yang ada disekitar siswa sehingga dapat

menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar. Pada tahap

berikutnya mengajar adalah proses memberikan bimbingan atau bantuan kepada

siswa dalam melakukan proses belajar.

Hakikat belajar adalah perubahan, hakikat belajar mengajar adalah proses

pengaturan yang dilakukan oleh guru.

Proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan yang diharapkan, dibutuhkan

metode atau strategi mengajar yang tepat, sesuai dengan kapasitas siswa.

1) Pengertian strategi

Strategi dapat diartikan sebagai suatu upaya yang dilakukan oleh seorang

atau organisasi untuk sampai pada tujuan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,

strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran

khusus. Joni (1983) berpendapat bahwa yang dimaksud strategi adalah suatu

prosedur yang digunakan untuk suasana yang konduktif kepada siswa dalam

rangka mencapai tujuan pembelajaran. Adapun ciri-ciri strategi menurut Stroner

dan Sirait (1996:140) adalah sebagai berikut.

a. Wawasan waktu, meliputi cakrawala yang jauh kedepan, yaitu waktu yang

diperlukan untuk melaksanakan kegiatan tersebut dan mengamati

dampaknya.

b. Dampak. Walaupun hasil akhir dengan mengikuti strategi tertentu tidak

langsung terlihat untuk jangka waktu lama, dampak akhir akan sangat

berarti.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8114/2/T1_292009077_BAB II.pdf · antar mahkluk hidup atau lebih menekankan pada kerja

14

c. Pemusatan upaya. Sebuah strategi yang efektif biasanya mengharuskan

pemusatan kegiatan, upaya, atau perhatian terhadap rentang sasaran yang

sempit.

d. Pola keputusan. Kebanyakan strategi mensyaratkan bahwa sederetan

keputusan tertentun harus diambil sepanjang waktu. Keputusan-keputusan

tersebut harus saling menunjang, artinya mengikuti suatu pola yang

konsisten.

e. Peresapan. Sebuah strategi mencakup suatu spektrum kegiatan yang luas

mulai dari proses alokasi sumber daya sampaai dengan kegiatan operasi

harian. Selain itu, adanya konsistensi sepanjang waktu dalam kegiatan-

kegiatan ini mengharuskan semua tingkatan organisasi bertindak secara

naluri dengan cara-cara yang akan memperkuat strategi.

Strategi dapat diartikan sebagai suatu susunan, pendekatan, atau kaidah-

kaidah untuk mencapai suatu tujuan dengan menggunakan tenaga, waktu, serta

kemudahan secara optimal.

Proses belajar mengajar, strategi adalah cara yang dipilh untuk

menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan pengajaran tertentu, yang

meliputi sifat, lingkup, dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman

belajar kepada siswa (Gerlach dan Ely). Strategi belajar mengajar tidak hanya

terbatas pada prosedur kegiatan, tetapi juga termasuk di dalamnya materi atau

paket pengajaran (Dick dan Carey).

Strategi belajar mengajar terdiri atas semua komponen materi pengajaran

dan prosedur yang akan digunakan untuk membantu siswa mencapai tujuan

pengajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi belajar mengajar juga merupakan

pemilihan jenis latihan tertentu yang cocok dengan tujuan yang akan di capai

(Gropper). Setiap tingkah laku yang dipelajari harus dipraktikan. Karena setiap

materi dan tujuan pengajaran berbeda satu sama lain, jenis kegiatan yang harus

dipraktikan oleh siswa memerlukan persyaratan yang berbeda pula.

2) Strategi Pengajaran

Strategi pengajaran terdiri atas metode dan teknik atau prosedur yang

menjamin siswa mencapai tujuan. Strategi pengajaran lebih luas dari pada metode

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8114/2/T1_292009077_BAB II.pdf · antar mahkluk hidup atau lebih menekankan pada kerja

15

atau teknik pengajaran. Dengan kata lain, metode atau teknik pengajaran

merupakan bagian dari strategi pengajaran.

Peranan strategi pengajaran lebih penting apa bila guru mengajar siswa yang

berbeda dari segi kemampuan, pencapaian, kecenderungan, serta minat. Hal

tersebut karena guru harus memikirkan strategi pengajaran yang mampu

memenuhi keperluan semua siswa. Di sini, guru tidak saja harus menguasai

berbagai kaidah mengajar, tetapi yang lebih penting adalah mengintegrasikan

serta menyusun kaidah-kaidah itu untuk membentuk strategi pengajaran yang

paling berkesan dalam pengajarannya.

Kaidah-kaidah mengajar harus diatur untuk membentuk strategi pengajaran.

Kaidah yang paling baik bergantung pada situasi dan kondisi tempat proses

pengajaran itu berlaku. Jelasnya, suatu kaidah pengajaran tidak menjamin

pencapaian tujuan pengajaran, tetapi yang lebih penting adalah interaksi kaidah itu

dengan kaidah-kaidah lain.

3) Pengertian belajar

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2010:2).

Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas. Dalam kaitan ini, proses

belajar dan perubahan merupakan bukti hasil yang diproses. Belajar tidak hanya

mempelajari mata pelajaran tetapi juga penyusunan, kebiasaan, persepsi,

kesenangan atau minat, penyesuaian sosial, bermacam-macam keterampilan lain,

dan cita-cita. Dengan demikian, seseorang dikatakan belajar apabila terjadi

perubahan pada dirinya akibat adanya latihan dan pengalaman melalui interaksi

dengan lingkungan.

Pengertian secara psikologis, bahwa belajar merupakan suatu proses

perubahan, yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan

lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan terjadi dalam

diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu

tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti

belajar (Slameto, 2010: 2).

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8114/2/T1_292009077_BAB II.pdf · antar mahkluk hidup atau lebih menekankan pada kerja

16

Beberapa pendapat tentang definisi belajar adalah sebagai berikut :

a. Menurut Gage dan Berliner dalam Hamdani (2010: 21), belajar adalah suatu

proses perubahan perilaku yang muncul karena pengalaman.

b. Menurut Sardiman (2005), definisi belajar adalah sebagai berikut: 1. Belajar

adalah memperlihatkan perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari

pengalaman; 2. Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba

sesuatu sendiri, mendengarkan mengikuti petunjuk; 3. Belajar adalah

perubahan dalam penampilan sebagai hasil praktik.

c. Menurut Witherington (1952), belajar merupakan perubahan dalam

kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respon yang baru

berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan kecakapan.

d. Menurut Crow and Crow (1958), Belajar adalah upaya pemerolehan

kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru.

e. Menurut Hilgard (1962), belajar adalah proses muncul atau berubahnya

suatu perilaku karena adanya respons terhadap suatu situasi.

f. Menurut Di Vista dan Thompson (1970), belajar adalah perubahan perilaku

yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman.

g. Menurut Fontana, bahwa belajar mengandung pengertian proses perubahan

yang relatif tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman.

h. Menurut Thursan Hakim (2000), bahwa belajar adalah suatu proses

perubahan dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan

dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku, seperti

peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap kebiasaan, pemahaman,

keterampilan, dan daya pikir. Hal ini berarti peningkatan kualitas dan

kuantitas tingkah laku seseorang diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya

kualitas dan kuantitas kemampuan seseorang dalam berbagai bidang.

Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan

serangkaian kegiatan. Misalnya, dengan membaca, mengamati, mendengarkan,

dan meniru. Selain itu, belajar akan lebih baik jika subjek belajar mengalami atau

melakukannya. Jadi, tidak bersifat verbalistik. Belajar sebagai kegiatan individu.

yang dikirim kepadanya oleh lingkungan.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8114/2/T1_292009077_BAB II.pdf · antar mahkluk hidup atau lebih menekankan pada kerja

17

2.1.5 Bahasa Indonesia

Membaca suatu teks agar nyaring dan enak didengar berarti membacakan

teks tersebut harus sesuai dengan lafal yang tepat, intonasi, dan ekspresi yang

sesuai dengan isi teks. Bisa dikatakan lafal adalah cara seseorang atau kelompok

orang dalam mengucapkan bunyi bahasa. Dalam pelafalan suatu bunyi bahasa

haruslah jelas. Bunyi-bunyi itu tidak boleh tertukar dengan bunyi-bunyi bahasa

lain. Untuk melatih ketepatan dalam melafalkan bunyi bahasa, harus dilakukan

oleh vokal, misalnya mengucapkan bunyi-bunyi vokal dan konsonan secara tepat.

Lafal yang jelas berarti pengartikulasian harus tepat, artikulasi adalah

ketepatan penggunaan alat-alat ucap sehingga menghasilkan suara atau lafal yang

jelas. Pembicara harus dapat mengucapkan setiap kata dengan lafal tepat sehingga

tidak menimbulkan kesalahan pemahaman isi. Volume suara juga mempengaruhi

palafalan, maka volume suara adalah suara keras-lemahnya suara pembicara saat

berbicara sesuai dengan intonasi kalimat. Sehingga pendengar dapat mengikuti

pembicara dengan baik.

Pelafalan merupakan salah satu hal yang diatur dalam ejaan ialah cara

pelafalan atau cara pengucapan dalam bahasa Indonesia. Pelafalan dapat terjadi

karena lambang (huruf) diucapkan sesuai dengan bunyi yang melambangkan

huruf tersebut. Dalam bahasa Indonesia, ketentuan pelafalan yang berlaku dalam

bahasa Indonesia cukup sederhana, yaitu bunyi-bunyi dalam bahasa Indonesia

harus dilafalkan sesuai dengan apa yang tertulis. Lafal dalam bahasa Indonesia

disesuaikan dengan tulisan. Dalam pelafan yang harus diperhatikan yaitu: Ucapan

atau lafal sesuai dengan diaturnya sistem tata tulis atau ejaan dalam Pedoman

Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Pelafalan yang harus dipatuhi setiap pemakai

bahasa tulis bahasa Indonesia sebagai ukuran bakunya. Dalam melafalkan huruf e

harus jelas dan tidak tersamarkan. fonem / e / dilafalkan tiga bunyi yaitu: [ e ] , [ ə

] atau e lemah, dan [ε] atau e lebar. Contoh pemakaian katanya; lafal [ e ] pada

kata < sate >, lafal [ə ] pada kata < pəsan >, lafal [ε ] pada kata < n ε n ε k >.

fonem / o / terdiri atas lafal [ o ] biasa dan lafal [o] atau o bundar. Contoh

pemakaian katanya: lafal [ o ] pada kata [ orang ], lafal [ o] pada kata [pohon],

saat mengucapkannya bibir lebih maju dan bundar.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8114/2/T1_292009077_BAB II.pdf · antar mahkluk hidup atau lebih menekankan pada kerja

18

Variasi lafal fonerm / e / dan / o / ini memang tak begitu dirasakan,

cenderung tersamar karena pengucapannya tidak mengubah arti kecuali pada kata-

kata tertentu yang termasuk jenis homonim. Dalam melafalkan tidak dipengaruhi

oleh bahasa daerah. Pelafalan kata juga tidak dipengaruhi oleh bahasa sehari-hari

yang tidak baku. Dalam melafalkan huruf tidak dipengaruhi oleh lafal bahasa

asing.

Ucapan atau lafal harus jelas. Maksudnya, huruf dan kata-kata yang

diucapkan harus benar, tepat, dan jelas.

Lafal juga dipengaruhi oleh tekanan, sehingga tekanan juga mempengaruhi

makna yang dilafalkan, maka tekanan adalah ucapan yang ditekankan pada suku

kata atau kata sehingga bagian itu lebih keras (tinggi) ucapannya dibanding bagian

yang lain. Dalam bahasa tulis tekanan tidak membedakan arti dan ditandai dengan

garis bawah, sedangkan dalam bahasa lisan tekanan berpengaruh terhadap

perubahan makna. Dalam melafalkan sebuah kalimat harus disesuaikan dengan

intonasi, intonasi adalah naik turun atau tinggi rendahnya nada dalam pelafalan

kalimat (lagu kalimat). Jadi intonasi final dibagi menjadi tiga, yaitu:

1) Kalimat Tanya (interogatif), intonasi naik dan agak panjang serta

menggunakan lambang tanda tanya di akhir kalimat (?). Kalimat tanya

berfungsi untuk menanyakan sesuatu. Kalimat ini memiliki pola intonasi

yang berbeda dengan pola intonasi kalimat berita. Perbedaannya terutama

terletak pada nada akhirnya. Pola intonasi kalimat berita bernada akhir

turun, sedangkan pola intonasi kalimat tanya bernada akhir naik, di samping

nada suku terakhir yang lebih tinggi sedikit di bandingkan dengan nada suku

terakhir pola intonasi kalimat berita. Pola intonasinya ialah : [2] 3 // [2] 3 2

#. Di sini pola intonasi kalimat tanya itu digambarkan dengan tanda tanya.

Kalimat-kalimat itu berpola intonasi tanya, yaitu [2] 3 // [2] 3 2 #.

2) Kalimat berita (deklaratif), intonasi akhir turun dan menggunakan lambang

tanda baca titik pada akhir kalimat (.). Kalimat berita memiliki pola intonasi

yang disebut pola intonasi berita, yaitu [2] 3 // [2] 3 1 # dan [2] 3 // [2] 3 #

apabila P-nya terdiri dari kata-kata yang suku kedua dari belakangnya

bervokal / ə /, seperti kata keras, cepat, kering, tepung, bekerja.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8114/2/T1_292009077_BAB II.pdf · antar mahkluk hidup atau lebih menekankan pada kerja

19

3) Kalimat perintah (imperatif), intonasi tinggi dan menggunakan lambang

tanda baca seru di akhir kalimat (!). Kalimat Suruh, berdasarkan fungsinya

dalam hubungan situasi, kalimat suruh mengharapkan tanggapan yang

berupa tindakan dari orang yang diajak berbicara. Berdasarkan ciri

formalnya, pola intonasinya ialah 2 3 # atau 2 3 2 #.

Intonasi atau lagu kalimat berkaitan dengan ketepatan dalam menentukan

keras-lemahnya pengucapan suatu kata. Intonasi dan artikulasi sangat berkaitan

dengan irama. Irama adalah totalitas dari tinggi rendah, keras lembut, dan panjang

pendek suara. Irama tercipta dengan melakukan intonasi. Ketika membahas

tentang intonasi, itu berarti juga harus mengenal apa itu jeda. Jeda adalah

penghentian atau kesenyapan. Jeda juga berhubungan dengan intonasi,

penggunaan intonasi yang baik dapat ditentukan pula oleh penjedaan kalimat yang

tepat. Untuk kalimat panjang penempatan jeda dalam pengucapan menentukan

ketersampaian pesan. Dengan jeda yang tepat pendengar dapat memahami pokok-

pokok isi kalimat yang diungkapkan.

Penggunaan jeda yang tidak baik membuat kalimat terasa janggal dan tidak

dapat dipahami. Dalam bahasa lisan, jeda ditandai dengan kesenyapan. Tanda

tersebut adalah koma [,], tanda titik koma [;], tanda titik dua [:], tanda hubung [-],

atau tanda pisah [--]. Pada bahasa tulis jeda ditandai dengan spasi atau

dilambangkan dengan garis miring [/], artinya membacanya berhenti sejenak

kemudian menarik napas sejenak. Akan tetapi, jika tanda baca garis miring ada

dua (//) artinya berhenti lebih lama. Tanda tersebut berfungsi sebagai tanda baca

titik (.). Jeda juga dapat mempengaruhi pengertian atau makna kalimat. Agar

terdengar jelas suatu pengertian atau makna kalimat, maka pembaca harus

membacakan dengan suara nyaring.

Membaca suatu teks agar enak didengar, pembaca harus menyajikan bahan

bacaannya dengan nyaring sesuai dengan lafal dan intonasi, membaca nyaring

berarti kegiatan membaca dengan menyuarakan tulisan yang dibacanya dengan

ucapan dan intonasi yang tepat agar pendengar dan pembaca dapat menangkap

informasi yang disampaikan oleh penulis, baik yang berupa pikiran, perasaan,

sikap, ataupun pengalaman penulis. Maka membaca nyaring adalah membaca

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8114/2/T1_292009077_BAB II.pdf · antar mahkluk hidup atau lebih menekankan pada kerja

20

dengan suara keras dan jelas. Tujuan membaca nyaring adalah agar semua orang

dapat mendengarkan apa yang dibaca dan memahami isinya.

Membaca nyaring harus dapat pula mengelompokkan kata sesuai dengan

kelompoknya agar jelas maknanya bagi pendengar. Pembaca nyaring juga dituntut

keterampilan penafsiran lambang tulis, penyusunan kata-kata, serta penekanan

sehingga sesuai dengan ujaran nyata dalam kehidupan sehari-hari. Pembaca

nyaring juga dituntut memiliki kecepatan mata yang tinggi serta pandangan yang

jauh karena di samping membaca juga harus menjaga hubungan harmonis dengan

pendengar.

Membaca nyaring merupakan aktifitas antara guru dan murid atau pembaca

dengan pendengar untuk bersama-sama memahami makna suatu bacaan. Pembaca

nyaring juga dituntut keterampilan memahami makna dan perasaan yang

terkandung dalam bacaan. Pembaca nyaring juga dituntut keterampilan penafsiran

lambang tulis, penyusunan kata-kata, serta penekanan sehingga sesuai dengan

ujaran nyata dalam kehidupan sehari-hari. Pembaca nyaring juga dituntut

memiliki kecepatan mata yang tinggi serta pandangan yang jauh karena di

samping membaca juga harus menjaga hubungan harmonis dengan pendengar.

Membaca nyaring merupakan proses komunikasi dua arah. Proses

komunikasi tidak lengkap kalau pendengar belum memberikan tanggapan

terhadap pikiran dan perasaan yang diekspresikan oleh pembaca.

Membaca nyaring pertama menuntut pemahaman terhadap rentetan huruf

dan kemudian menyuarakan dengan tepat dan bermakna. Membaca nyaring lebih

tepat jika diarahkan pada ucapan.

Kompetensi yang harus diperhatikan dalam pembelajaran membaca nyaring

diambil dari Tarigan (1984).

1) Menyuarakan huruf dengan tepat dan lancar.

2) Menyuarakan kata dengan tepat dan lancar.

3) Mempergunakan intonasi yang wajar.

4) Membaca dengan terang dan jelas.

5) Membaca dengan penuh perasaan dan ekspresi.

6) Membaca dengan tanpa tertegun-tegun, terbata-bata.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8114/2/T1_292009077_BAB II.pdf · antar mahkluk hidup atau lebih menekankan pada kerja

21

7) Menguasai tanda baca sederhana seperti. a. titik (.); b. koma (,); c. tanda

tanya (?); d. tanda seru (!).

8) Membaca dengan penuh perasaan dan ekspresi.

9) Mengerti serta memahami bahan bacaan.

10) Memahami bacaan pada tingkat dasar.

11) Kecepatan mata dan suara: 3 kata dalam satu detik.

12) Membaca dengan pemahaman dan perasaan.

13) Aneka kecepatan membaca dalam jenis bacaan.

14) Dapat membaca tanpa terus-menerus melihat bahan bacaan.

15) Membaca nyaring dengan penuh ekspresi/perasaan.

16) Membaca nyaring dengan penuh percaya diri.

17) Mempergunakan frasa atau maka majemuk yang tepat.

Kesimpulan kompetensi dalam membaca nyaring adalah membacakannya

dengan suara yang cukup terdengar oleh pendengar. Berarti untuk kata

pengumuman yang biasanya ditulis sentering diberikan aksen pada awal dan

suku akhirnya. Kata atau frasa yang menjadi hal penting diberikan aksen

(tekanan). Perincian dibaca dengan tempo yang lebih lembut. Kalimat yang

panjang dibaca per frasa atau klausa. Dalam setiap frasa atau klausa yang biasanya

dijeda karena terdapat tanda koma (,) diberi aksen menaik atau diucapkan lebih

panjang.

Membaca pengumuman merupakan proses, cara, perbuatan mengumumkan.

Pengumuman adalah pesan atau informasi yang disampaikan kepada umum.

Kalimat yang diucapkan harus jelas dan mudah dipahami. Apa yang disampaikan

pada pengumuman tersebut tentulah sesuatu yang penting. Agar informasi dalam

pengumuman itu dapat diterima dengan baik oleh pendengar, suara harus

keras dan jelas terdengar. Intonasi dan pengucapan harus tepat agar tidak salah

dalam memahami isi pengumuman.

Pengumuman berkaitan dengan kejelasan suara, intonasi, jeda, dan volume

suara, yaitu: pembaca harus tenang, lalu mengatur volume suara dan intonasi agar

dapat mempengaruhi emosi penonton saat membacakan pengumuman.

Pengumuman yang dikemas secara menarik dan dibacakan dengan penuh

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8114/2/T1_292009077_BAB II.pdf · antar mahkluk hidup atau lebih menekankan pada kerja

22

penghayatan. Kejelasan merupakan unsur dalam membaca pengumuman.

Kejelasan membaca kalimat demi kalimat dengan jelas atau lugas sehingga isinya

mudah dipahami. Melafalkan huruf atau kata dengan benar, sehingga kalimat

yang dibaca tidak menimbulkan makna yang berbeda. Intonasi Tinggi rendahnya

suara, keras lembutnya, dan cepat lambatnya perlu diperhatikan. Dengan intonasi

yang tepat, maksud pembicaraan akan mudah dipahami dan dimengerti. Jeda

yaitu waktu berhenti sesaat ketika pembaca membacakan tek tersebut. Yang

dimaksud berhenti sesaat adalah waktu menarik napas. Jeda juga menentukan isi

pada saat membaca pengumuman. Volume suara suara atau ucapan harus jelas

terdengar.

Membaca kalimat pengumuman yang harus diperhatikan adalah dalam

membaca harus jelas dan persuasif (membujuk). Tidak menimbulkan banyak

penafsiran (ambigu). Sehingga Isi dan maksud pengumuman mudah dipahami.

Artinya, pengumuman itu tidak bertele-tele agar jelas maksud dan tujuannya.

Khalayak yang dituju dinyatakan secara eksplisit (terang-terangan).

2.2 Penelitian yang Relevan

Nuraini, Dian. 2009. Penerapan pembelajaran kooperatif model think pair

share (TPS) untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar ekonomi siswa kelas

X-E di MAN Malang I. Berdasarkan observasi awal diketahui bahwa

pembelajaran di kelas X-E MAN Malang I kurang menarik aktivitas dan perhatian

siswa dalam proses pembelajaran di dalam kelas karena sebagian besar proses

pembelajaran yang dilakukan masih di domonasi oleh guru atau teacher center.

Hasil belajar siswa dalam kelas belum memenuhi Kriteria Kelulusan Minimum

(KKM) yaitu 70 ke atas. Upaya peningkatan aktivitas dan hasil belajar ekonomi

siswa dilakukan pembelajaran kooperatif model Think Pair Share(TPS). Penelitian

ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang penerapan pembelajaran

kooperatif model Think Pair Share dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar

siswa kelas kelas X-E di MAN Malang I. Jenis penelitian ini adalah penelitian

tindakan kelas (PTK) dengan pendekatan kualitatif Penelitian ini dilaksanakan

dalam 2 siklus melalui 4 tahap yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan,

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8114/2/T1_292009077_BAB II.pdf · antar mahkluk hidup atau lebih menekankan pada kerja

23

observasi, dan refleksi. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X-E di MAN

Malang I yang berjumlah 39 siswa, yang terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 22

siswa perempuan. Data-data yang dipergunakan untuk menilai proses selama PTK

berlansung bersumber dari nilai siswa, data observasi aktvitas guru dan siswa,

angket balikan siswa, catatan lapangan. Teknik analisis data yang digunakan

meliputi reduksi data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan. Hasil penelitian

yang diperoleh dari skor klasikal aktivitas belajar siswa tingkat keaktifan siswa,

dilihat dari hasil analisa observasi aktivitas siswa yaitu pada siklus 1 mencapai

60% meningkat meningkat menjadi 80% pada siklus 2 sehingga peningkatan

aktifitas sebanyak 20%. Hasil belajar siswa dari ranah kognitif mengalami

peningkatan dari hasil tugas yang diperoleh siswa pada siklus 1 Kelulusan belajar

siswa dari 39 siswa 9 siswa yang belum lulus. Pada siklus 2 siswa yang belum

lulus belajarnya menjadi 3 siswa.

Saputri, Dwi Lindasari. 2009. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model

Think Pair Share (TPS) untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa

Kelas X-4 pada Mata Pelajaran Ekonomi di SMA Negeri 5 Malang. Jumlah siswa

38 orang, yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 25 siswa perempuan. Jenis

penelitian yang digunakan adala penelitian tindakan kelas (PTK), yang terdiri dari

dua siklus. Instrumen yang digunakan adalah observasi untuk mengetahui

motivasi belajar siswa, serta tes dalam bentuk tes tulis (post test) berupa tes

subjektif (uraian terbatas) untk menilai hasil belajar siswa. Dari hasil penelitian,

ditemukan bahwa pembelajaran kooperatif model Think Pair Share (TPS) dapat

diterapkan pada mata pelajaran ekonomi di SMA Negeri 5 Malang pokok bahasan

perilaku konsumen dan produsen dalam kegiatan ekonomi. Motivasi belajar siswa

pada siklus I dan siklus II, yang diperoleh dengan observasi meningkat 11% (83%

pada siklus I meningkat menjadi 94% pada siklus II). Sedangkan hasil belajar

siswa pada siklus I dan siklus II juga mengalami peningkatan, yaitu pada siklus I

siswa yang tuntas dalam belajar sebanyak 31 siswa (82%) dan yang belum tuntas

dalam belajar sebanyak 7 siswa (18%), serta pada siklus II siswa yang tuntas

dalam belajar adalah seluruh siswa, yaitu 38 orang (100%).

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8114/2/T1_292009077_BAB II.pdf · antar mahkluk hidup atau lebih menekankan pada kerja

24

Putra, Dani Surya. 2011. Penerapan model pembelajaran kooperatif (Think

Pair Share) TPS untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran ekonomi siswa

kelas VIII B SMP Negeri 3 Batu semester gasal 2011. Penelitian ini merupakan

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus. Data penelitian

berupa Hasil belajar kognitif siswa diperoleh melalui skor yang berupa tes yang

dilakukan setiap akhir siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Hasil belajar

Kognitif siswa mengalami peningkatan sebesar 23,54% dari nilai rata-rata yang

sebelumnya 50,78% menjadi 74,12% pada siklus 1 dan pada siklus II meningkat

sebesar 16,56% dari rata-rata 67,81 % menjadi 84,37%. Hasil belajar afektif di

peroleh dari pengamatan rubrik penilaian aspek afektif yang dilakukan selama

kegiatan pembelajaran, dalam pengamatan pada siklus 1 jumlah nilai rata-rata

58,8% pada siklus II meningkat sebesar 80,1% ada peningkatan 21,3%. Pada

aspek afektif hasil belajar siklus I ke siklus II ada peningkatan 21,3% dan

penilaian aspek afektif siklus II lebih tinggi dari pada siklus I. Adanya

peningkatan tersebut dikarenakan siswa sudah memahami prosedur pembelajaran

yang menggunakan pembelajaran kooperatif model TPS pada saat proses belajar

mengajar.

Persamaan dengan hasil penelitian Saya, yaitu: Penerapan model

pembelajaran kooperatif (Think Pair Share) TPS untuk meningkatkan hasil

belajar, hasil belajar afektif di peroleh dari pengamatan rubrik penilaian aspek

afektif yang dilakukan selama kegiatan pembelajaran.

Perbedaan dengan penelitian Saya, yaitu: Jenis penelitian dan setting

penelitian serta rubrik penilaian aspek psikomotor, aspek kognitif.

2.3 Kerangka Pikir

Bahasa Indonesia sering dianggap sebagai mata pelajaran yang susah untuk

dimengerti meliputi proses mendengarkan, menyimak, membaca, dan menulis.

Indikasinya berupa hasil belajar Bahasa Indonesia yang kurang memuaskan.

Untuk meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia peneliti menggunakan model

pembelajaran kooperatif metode Berpikir Berpasangan Berbagi. Pada kondisi

awal diduga guru kelas 4 masih menggunakan metode ceramah dan teknik teacher

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8114/2/T1_292009077_BAB II.pdf · antar mahkluk hidup atau lebih menekankan pada kerja

25

center, di mana pembelajaran berpusat pada guru, siswa pasif, dan kurang terlibat.

Hal ini menyebabkan siswa jenuh, bosan dan partisipasi siswa rendah.

Model pembelajaran kooperatif metode Berpikir Berbagi Berpasangan

merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif sebagai alternatif bagi guru

dalam mengajar siswa dengan variasi diskusi kelompok yang ciri khasnya adalah

guru memberikan pertanyaan berkaitan dengan materi kemudian siswa di dalam

pasangan berdiskusi bersama untuk menemukan jawaban, setelah beberapa menit

masing-masing pasangan tersebut berbagi ke seluruh siswa terkait jawaban

tersebut. Cara ini menjamin keterlibatan total semua siswa dan upaya yang sangat

baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok.

Dengan adanya keterlibatan semua siswa tentunya akan berdampak positif

terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia.

2.4 Hipotesis Tindakan

Kerangka berpikir yang telah dikemukakan dapat dirumuskan hipotesis

tindakan sebagai berikut: Diduga melalui model pembelajaran kooperatif metode

Berpikir Berpasangan Berbagi dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia

khususnya tentang membaca teks pengumuman kelas 4 SD Negeri 3 Tanggung

Kecamatan Tanggungharjo Kabupaten Grobogan.