bab ii kajian pustaka 2.1 2.1 -...

25
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Kebiasaan 2.1.1.1 Definisi Kebiasaaan Kebiasaaan adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat. Kebiasaan Mengkonsumsi minuman beralkohol biasanya dimulai dengan kebiasaan merokok, seorang perokok biasanya akan mudah menjadi seorang pengkonsumsi minuman keras. Jadi alangkah baiknya kita juga menghindari kebiasaan merokok untuk kesehatan kita. Alkohol sebenarnya memiliki pengertian yang sangat luas, namun kebanyakan jenis alkohol yang dijadikan bahan dasar campuran berbagai minuman dan makanan adalah alkohol jenis etanol, sehingga orang menyebutnya misal sebagai minuman beralkohol. Begitu banyaknya merek makanan ataupun minuman yang menggunakan Alkohol membuat kita berpikir bahwa zat tersebut jamak dan wajar untuk di konsumsi. Belum lagi begitu banyaknya minuman beralkohol yang diracik sendiri alias oplosan, mencampur-campurnya dengan zat-zat lain untuk meningkatkan "kekerenan" minuman tersebut. Sudah tidak aneh di masyarakat kita, terutama remaja, mengkonsumsi alkohol adalah hal yang lumrah, baik itu untuk meningkatkan kesan keren dan terlihat seperti macho. Padahal mengkonsumsi alkohol tidaklah keren, karena efek mabuk/trance, halusinasi dan ketidakmampuan mengontrol diri

Upload: dangkien

Post on 06-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teoritis

2.1.1 Kebiasaan

2.1.1.1 Definisi Kebiasaaan

Kebiasaaan adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi

bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat. Kebiasaan Mengkonsumsi

minuman beralkohol biasanya dimulai dengan kebiasaan merokok, seorang perokok

biasanya akan mudah menjadi seorang pengkonsumsi minuman keras. Jadi alangkah

baiknya kita juga menghindari kebiasaan merokok untuk kesehatan kita. Alkohol

sebenarnya memiliki pengertian yang sangat luas, namun kebanyakan jenis alkohol

yang dijadikan bahan dasar campuran berbagai minuman dan makanan adalah

alkohol jenis etanol, sehingga orang menyebutnya misal sebagai minuman

beralkohol.

Begitu banyaknya merek makanan ataupun minuman yang menggunakan

Alkohol membuat kita berpikir bahwa zat tersebut jamak dan wajar untuk di

konsumsi. Belum lagi begitu banyaknya minuman beralkohol yang diracik sendiri

alias oplosan, mencampur-campurnya dengan zat-zat lain untuk meningkatkan

"kekerenan" minuman tersebut. Sudah tidak aneh di masyarakat kita, terutama

remaja, mengkonsumsi alkohol adalah hal yang lumrah, baik itu untuk meningkatkan

kesan keren dan terlihat seperti macho. Padahal mengkonsumsi alkohol tidaklah

keren, karena efek mabuk/trance, halusinasi dan ketidakmampuan mengontrol diri

7

menunjukkan bahwa kita lemah, pengecut dan kekanak-kanakan. Padahal jika kita

tahu bahaya alkohol, sebagai mana zat-zat kimiawi lainnya, Alkohol memiliki

kemampuan destruktif yang mematikan terhadap organ-organ tubuh manusia, bahkan

lebih luas mampu mematikan fungsi-fungsi sosial moral etika manusia.

2.1.1.2 Faktor-Faktor Kebiasaan Mengkonsumsi Minuman Beralkohol

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Remaja Mengkonsumsi minuman beralkohol

Menurut Burhan arifin (2007) adalah sebagai berikut :

a. Faktor Individual

Kebanyakan penyalahgunaan minuman beralkohol terdapat pada usia remaja

sebab remaja sedang mengalami perubahan biologik, psikologik, maupun sosial.

Kepribadian individu sangat berpengaruh dalam hal ini antara lain yaitu rasa

kurang percaya diri, sifat mudah kecewa, rasa ingin tahu dan ingin coba-coba,

pelarian dari suatu masalah.

b. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga, sekolah, teman sebaya dan masyarakat.

1. Lingkungan keluarga.

Dalam lingkungan keluarga factor-faktor yang mempengaruhi adalah komunikasi

orang tua dan anak kurang baik, hubungan kurang harmonis, orang tua yang

otoriter, serta disiplin orang tua yang tidak konsisten.

2. Lingkungan Sekolah

Dalam lingkungan sekolah faktor-faktor yang mempengaruhi adalah sekolah

kurang disiplin/tidak tertib, sekolah terletak dekat tempat hiburan, sekolah

8

kurang memberi kesempatan untuk mengembangkan minat dan bakat dan adanya

siswa yang mengkonsumsi minuman beralkohol.

3. Lingkungan Teman Sebaya

Dalam lingkungan teman sebaya faktor-faktor yang mempengaruhi adalah,

terteman dengan penyalahguna, tekanan atau ancaman dari teman, bujukan teman

dan ikut-ikutan teman

4. Lingkungan Masyarakat

Dalam lingkungan masyarakat faktor-faktor yang mempengaruhi adalah mudah

diperolehnya minuman beralkohol kurang kepedulian masyarakat, kurangnya

ketegasan aparat pemerintah, kurang adanya penyuluhan tentang penyalahgunaan

minuman beralkohol.

2.1.1.3 Cara Mengatasi Kebiasaan Mengkonsumsi Minuman Beralkohol

Ada beberapa cara untuk mengatasi kebiasan minum minuman berakohol

adalah sebagai berikut :

1. Canangkan dua hari bebas alkohol setiap minggunya (khusus bagi para

pecandu).

2. Mempelajari berapa banyak minuman beralkohol standar yang anda minum.

3. Minum perlahan.

4. Mengganti minuman anda dengan air putih atau cairan nonalkohol lainnya.

5. Mulai mengurangi minum minuman beralkohol secara bertahap.

6. Pikirkanlah kerugian-kerugian yang ditimbulkan karena minuman beralkohol

seperti kerugian finansial, emosi, sosial dsb.

9

7. Mengetes sendiri dengan menggunakan mesin pemeriksa pernafsan berstandar

umum untuk mengetahui bagaimana jumlah alkohol dapat mempengaruhi

tingkat kadar alkohol dalam darah.

2.1.1.4 Efek Samping Berhenti Dari Kebisaan Mengkonsumsi Minuman

Beralkohol

Jika orang yang mengalami ketergantungan ini pada suatu saat

menghentikan kebiasaannya minum minuman beralkohol, akan timbul berbagai

gangguan fisik maupun psikis. Misalnya tangan, lidah, dan kelopak mata bergetar,

mual, lesu, detak jantung bertambah cepat, berkeringat, resah, sedih, mudah

tersinggung, penurunan kesadaran yang akut (delirium), kehilangan daya ingat

(amnesia), dan melihat atau mendengar sesuatu yang tidak ada (halusinasi).

Kebiasaan minum minuman beralkohol dalam jumlah banyak dan dalam

jangka panjang dapat pula menimbulkan kerusakan pada hati (kanker hati atau

cirrhosis hepatis), otak, jantung, pankreas, lambung, impotensi, dan pembesaran

payudara pada pria. Kerusakan permanen pada otak dapat menyebabkan gangguan

daya ingat, gangguan kemampuan belajar, dan gangguan jiwa tertentu.

2.1.2 Minuman Beralkohol

2.1.2.1 Definisi Minuman Beralkohol

Minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung etanol. Etanol

adalah bahan psikoaktif dan konsumsinya menyebabkan penurunan kesadaran. Di

berbagai negara, penjualan minuman beralkohol dibatasi ke sejumlah kalangan saja,

umumnya orang-orang yang telah melewati batas usia tertentu.

10

Yang dimaksud dengan minuman keras ialah segala jenis minuman yang

memabukan, sehingga dengan meminumnya menjadi hilang kesadarannya, yang

termasuk minuman keras seperti arak (khamar) minuman yang banyak mengandung

alkohol, seperti wine, whisky brandy, sampagne, malaga dan lain-lain, selain itu juga

ada benda padat yang bias memabukkan seperti ganja, morfin, candu, pil BK, nipan,

magadon, dan lain-lain atau biasa yang di sebut dengan narkoba dan lain-lain sama

termasuk kategori minuman keras (Zulvikar, 2008).

Dari pengertian di atas kita dapat melihat bahwa banyak di sekitar kita yaitu

jenis minum-minuman keras, bahkan di sekitar kita tanpa kita sadari sudah banyak

orang-orang yang telah mengkonsumsi minuman keras dan bisa saja orang itu adalah

keluarga, saudara atau teman-teman kita yang ada di sekeliling kita.

Dari pengertian di atas kita dapat melihat bahwa banyak di sekitar kita yaitu

jenis minman-minuman keras, bahkan di sekitar kita, tanpa kita sadari sudah banyak

orang-orang yang telah mengkonsumsi minuman keras,dan bisa saja orang itu adalah

keluarga,saudara atau teman-teman kita yang ada di sekeliling kita.

Dalam banyak kasus, alkohol dan khamar adalah identik.Namun sebenarnya

yang dimaksud dengan khamar di dalam Islam itu tidak selalu merujuk pada

alkohol.Yang disebut khamar adalah segala sesuatu minuman dan makanan yang bisa

menyebabkan mabuk.Perlu diingat bahwa alkohol hanyalah salah satu bentuk zat

kimia.Zat ini juga digunakan untuk berbagai keperluan lain seperti dalam

desinfektans, pembersih, pelarut, bahan bakar dan sebagai campuran produk-produk

kimia lainnya.Untuk contoh-contoh pemakaian tersebut, maka alkohol tidak bisa

11

dianggap sebagai khamar, oleh karenanya pemakaiannya tidak dilarang dalam Islam

(Obrolan Islam, 2008).

2.1.2.2 Jenis Minuman Beralkohol Dan Kandungan Minuman Beralkohol

Jenis minuman keras yang beralkohol yang beredar di masyarakat terbagi 3

golongan yaitu :

1. Golongan A berkadar alkohol 0,1% - 0,5% Contoh : Bir Bintang, Grand Sand, dll

2. Golongan B berkadar alkohol 0,5% - 20% Contoh : Anggur, Malaga, dll

3. Golongan C berkadar alkohol 20% - 50% Contoh : Brandy, Wisky, Jonovor, dll

( Hikmat, 2008 hal : 23)

Pengaturan minuman beralkohol yang pada umunnya disebut sebagai minuman

keras, terdapat dalam peraturan mentri kesehatan tentang minuman keras Nomor

86/Men/Kes/Per/IV/77. Di dalam peraturan tersebut, minuman keras digolongkan

sebagai berikut:

1) Golongan A : Kadar Etanol 1-5%

2) Golongan B : Kadar etanol 5-20%

3) Golongan C : Kadar etanol 20-55% (Sasangka dalam Ulfah, 2005).

Di bawah ini contoh-contoh minuman keras dengan kadar kandungannya.

1) Anggur : mengandung 10-15%

2) Bir : mengandung 2-6%

3) Brandy (Bredewijn) : mengandung 45%

4) Rum : mengandung 50-60 %

5) Likeur : mengandung 35- 40 %

12

6) Sherry/Port : mengandung 15-20%

7) Wine (anggur) : mengandung 10-15%

8) Wisky (Jenewer) : mengandung 35-40%

2.1.2.3 Jenis Minuman Beralkohol Dan Yang Tidak Mengandung Alkohol di

Gorontalo

Ada pun jenis minuman yang beralkohol dan yang tidak mengandung alcohol

yang ada di gorontalo yaitu :

a. Jenis minuman yang mengandung alcohol :

1. Pinaraci

2. Kase garam

3. Bir Valentin

4. Bir Bintang

5. Bir Itam

6. Bir Zero

7. Cap tikus

b. Minuman yang tidak mengandung alcohol :

1. Tuak (Bohito)

Dari prosentase alkohol yang terdapat dalam bermacam-macam minuman

tersebut diatas, dapat dikategorikan dari golongan mana minuman tersebut, apakah

golongan A, golongan B, golongan C. Pada umumnya seseorang yang minum-

minuman keras untuk bersantai dan akan berhenti minum tanpa kesukaran. Namun

13

apabila seseorang mualai tergantung pada minuman keras, maka timbulah apa yang

disebut alkoholisme.

2.1.2.4 Bahan Pembuat Minuman Beralkohol

Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan minuman beralkohol adalah

bahan-bahan alami yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Secara umum ada dua jenis

tanaman yang sering dipakai, yaitu perasan buah (jus) dan biji-bijian, meskipun

kadang-kadang nira atau tebu juga dipakai untuk minuman beralkohol tradisional.

Perasan buah yang paling banyak dipakai adalah anggur, sedangkan biji-bijian yang

banyak digunakan adalah barley, gandum, hope dan beras.

Dalam pembuatannya bahan-bahan tersebut kemudian difermentasi. Fermentasi

adalah proses pengolahan yang menggunakan peranan mikroorganisme (jasad renik),

sehingga dihasilkan produk-produk yang dikehendaki. Jasad renik adalah makhluk

hidup yang sangat kecil, sehingga mata biasa tidak mampu melihatnya.Ia hanya bisa

dilihat dengan menggunakan mikroskop.

Mikroorganisme ada di mana-mana di sekeliling kita, seperti pada tanah, air,

bahan makanan, bahkan melayang-layang di udara yang kita hirup setiap hari.Jenis

mikroorganisme ini sangat banyak.Dalam mikrobiologi pangan, kita mengenal tiga

jenis jasad renik, yaitu kapang (jamur), bakteri dan khamir (yeast).Jamur dan bakteri

lebih dikenal masyarakat karena juga berkaitan dengan penyakit. Kalau kita terserang

penyakit kulit, seperti panu, kadas dan kurap, maka penyebabnya adalah sejenis

jamur penyebab penyakit. Sedangkan bakteri banyak menyebabkan berbagai jenis

penyakit menular, seperti TBC, Thypus, Colera, Desentri, dan sebagainya.

14

Seseorang pecandu minuman beralkohol tidak dapat lagi berhenti minum tanpa

merasakan akibat yang buruk bagi dirinya. Ia menjadi tergantung pada minuman

keras, secara fisik maupun psikologis. Minuman beralkohol merupakan penekanan

(depresant) terdapat aktifitas di bagian susuan saraf pusat. Peminum minuman

beralkohol akan kekuranagn rasa pencegah atau sifat menghalangi. Ia merasa bebas

dari rasa tanggung jawab dan kegelisahan. pengawasan terhadap pikiran dan badan

terancam akibat dirinya mabuk.

Pemakai merasa tegas, euforia, hambatan dirinya kurang sehingga berbicara

lebih banyak dari biasanya, merasa lebih bebas dalam hubungan antar personal, muka

kelihatan kemerah-merahan karena tekanan darah dan denyut jantung meningkat.

Peminum akan gelisah, tingkah lakunya kacau, berjalan semponyongan.

2.1.2.5 Efek Samping Minuman Beralkohol

Adapun efek samping dari mengkonsumsi minuman beralkohol yaitu :

1. Bekurangnya kemampuan hati dalam mengoksidasikan lemak.

2. Bisa menimbulkan kanker.

3. Menyebabkan gangguan fungsi hati.

4. Kecendrungan melakukan tindakan kriminal.

5. Rentan terhadap infeksi.

6. Hipertensi atau tekanan darah tinggi. (Sofyan, 2007 Hal : 55)

Bila dikonsumsi berlebihan, minuman beralkohol dapat menimbulkan ganggguan

mental organik (GMO), yaitu gangguan dalam fungsi berpikir, merasakan, dan

berprilaku. Timbulnya GMO itu disebabkan reaksi langsung alkohol pada sel-sel

15

saraf pusat. Karena sifat adiktif alkohol itu, orang yang meminumnya lama-kelamaan

tanpa sadar akan menambah takaran/dosis sampai pada dosis keracunan atau mabuk.

Mereka yang terkena GMO biasanya mengalami perubahan perilaku, seperti

misalnya ingin berkelahi atau melakukan tindakan kekerasan lainnya, tidak mampu

menilai realitas, terganggu fungsi sosialnya, dan terganggu pekerjaannya. Perubahan

fisiologis juga terjadi, seperti cara berjalan yang tidak mantap, muka merah, atau

mata juling. Perubahan psikologis yang dialami oleh konsumen misalnya mudah

tersinggung, bicara ngawur, atau kehilangan konsentrasi.

Mereka yang sudah ketagihan biasanya mengalami suatu gejala yang disebut

sindrom putus alkohol, yaitu rasa takut diberhentikan minum alkohol. Mereka akan

sering gemetar dan jantung berdebar-debar, cemas, gelisah, murung, dan banyak

berhalusinasi.

2.1.2.6 Dampak Kalangan Remaja Mengkonsumsi Minuman Beralkohol

1). Farmakologi

Bahwa minuman beralkohol larut dalam air sebagai molekul-molekul kecil

sehingga dengan waktu yang relatif singkat dapat dengan cepat di serap melalui

pencernaan kemudian disebarluaskan keseluruh jaringan dan cairan. Pada

jaringan otak, kadar minuman beralkohol lebih banyak dari pada yang berada

dalam darah sehingga dalam waktu 30 menit pertama penyerapan mencapai 58%

kemudian 88% dalam 60 menit pertama selanjutnya 935% dalam 90 menit

pertama.

16

2). Gangguan kesehatan fisik

a. Meminum minuman beralkohol dalam jumlah yang banyak dan dalam waktu

yang lama menimbulkan kerusakan dalam hati, jantung pankreas, lambung dan

otot. Pada pemakaian kronis minuman keras dapat terjadi pergeseran hati,

peradangan pangkreas dan peradangan lambung.

b. Meminum minuman beralkohol banyak, akan menimbulkan kerusakan hati,

jantung, pangkreas dan peradangan lambung, otot syaraf, mengganggu

metabolisme tubuh, membuat penis menjadi cacat, impoten serta gangguan seks

lainnya.

3). Gangguan kesehatan jiwa

a. Meminum minuman beralkohol secara kronis dalam jumlah berlebihan dapat

menimbulkan kerusakan jaringan otak sehingga menimbulkan gangguan daya

ingatan, kemampuan penilaian, kemapuan belajar, dan gangguan jiwa tertentu.

b. Akibat minuman beralkohol, alam perasan seseorang menjadi berubah, orang

menjadi mudah tersinggung dan perhatian terhadap lingkungan terganggu yang

pada giliranya tersingkirkan dari lingkungan sosialnya dan atau dikeluarkan dari

pekerjaannya.

c. Dapat merusak secara permanen jaringan otak sehingga menimbulkan gangguan

daya ingatan, kemampuan penilaian, kemampuan belajar dan gangguan jiwa

tertentu.

4). Gangguan terhadap Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (KAMTIBMAS)

17

Akibat dari mengkonsumsi minuman beralkohol akan menekan pusat

pengendalian seseorang, sehingga yang bersangkutan menjadi berani dan agresif.

Karena keberaniannya dan keagresipan serta tertekannya pengendalian diri tersebut

seseorang melakukan gangguan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat

(KAMTIBMAS) baik dalam bentuk pelanggaran norma-norma dan sikap moral

bahkan tidak sedikit melakukan tindakan pidana dan kriminal (Ulfah, 2005, hal. 14).

Perasaan seorang tersebut mudah tersinggung dan perhatian terhadap lingkungan

juga terganggu, menekan pusat pengendalian diri sehingga yang bersangkutan

menjadi berani dan agresif dan bila tidak terkontrol akan menimbulkan tindakan-

tindakan yang melanggar norma-norma dan sikap moral yang lebih parah lagi akan

dapat menimbulkan tindakan pidana atau criminal.

Kerugian ekononomi akibat minuman beralkohol sangat luar biasa besarnya,

sebagai contoh di Amerika Serikat biaya yang harus dikeluarkan untuk mengatasi

masalah kesehatan yang berhubungan dengan dampak negatif minuman beralkohol di

negara tersebut mencapai 176 milyar USD (sekitar 1600 triliun rupiah) setiap tahun

[baca Health Care Costs of Alcohol]. Bayangkan, angka ini setara dengan dua kali

lipat besar seluruh pengeluaran APBN negara Indonesia (tahun 2008)

18

2.1.2.7 Hukum Minuman Beralkohol

1) Dalam Hukum Negara

Keppres No 3/1997 Pengawasan dan Pengendalian Minuman Beralkohol (Z.fikri,

2007 hal ; 23):

Pasal 3 ayat (2) Produksi minuman beralkohol secara tradisional dilarang, kecuali

untuk keperluan masyarakat sesuai kebiasaan dan adat setempat berdasarkan izin

Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II.

Pasal 4 ayat (1) Dilarang mengedarkan dan atau menjual minuman beralkohol

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) di tempat umum, kecuali di hotel, bar,

restoran dan di tempat tertentu lainnya yang ditetapkan oleh Gubernur Kepala Daerah

Tingkat I setelah mendengar pertimbangan Bupati/Walikotamadya.

Pasal 4 ayat (2) Tempat tertentu lainnya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),

dilarang berdekatan dengan tempat peribadatan, sekolah, rumah sakit, atau lokasi

tertentu lainnya yang dilarang oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I setelah

mendengar pertimbangan Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II.

Pasal 5 Dilarang mengedarkan dan atau menjual minuman beralkohol sebagai-

mana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) kepada yang belum berusia 25 (dua puluh

lima) tahun.

2.1.3 Alkoholisme

2.1.3.1 Pengertian Alkoholisme

Alkoholisme adalah penyakit menahun yang ditandai dengan kecenderungan

untuk meminum lebih dari yang di rencanakan. Alkoholisme dapat diartikan sebagai

19

kekacauan dan kerusakan kepribadian yang disebabkan karna safsu untuk minum

yang bersifat kompulsif, sehingga penderita akan minum minuman beralkohol secara

berlebihan dan dijadikan kebiasaan (Chaplin, 2005) Pengertian alkoholisme tersebut

juga mencakup tidak dapat dikendalikannya kemampuan berpantang atau adanya

perasaan tidak dapat hidup tanpa minum.

2.1.3.2 Tahapan Dalam Alkoholisme

Penderita alkoholisme umumnya melewati empat tahap yang meliputi : Pra

Alkoholik, Prodormal, Gawat, Koronis. Steven Boyages dan Roz Townsend (2011)

a. Pra Alkoholik

Pada tahap ini individu minum-minum bersama-sama teman sebayanya dan

terkadang minum agak banyak untuk meredakan ketegangan dan melupakan

masalah yang dialaminya.

b. Prodormal

Pada tahap ini individu minum secara sembunyi-sembunyi. Ia masih tetap

sadar dan relatif koheren tetapi kemudian tidak lagi dapat mengingat

kejadian-kejadian yang pernah dialaminya.

c. Gawat

Pada tahap ini semua kendali hilang. Penderita akan minum dan

melanjutkannya sampai pingsan atau sakit. Pergaulan sosial menjadi makin

buruk dan ia terang-terangan minum di hadapan keluarga, teman-teman atau

kantor. Penderita pada tahap ini mulai minum pada pagi hari, lalu minum

terus-menerus sampai berhari-hari tanpa mengindahkan aturan makannya.

20

d. Kronis

Pada tahap ini hidup penderita hanya untuk minum, minum terus-menerus

tanpa berhenti. Kondisi tubuhnya sudah terbiasa dengan alkohol, sehingga ia

mengalami gejala-gejala penarikan diri tanpa alkohol dan gejala-gejala

gangguan fisiologis.

2.1.3.3 Penyebab Alkoholisme

Penyebab seseorang menjadi pecandu alkohol belum diketahui secara pasti,

namun penggunaan alkohol bukan satu satunya faktor penyebab. Dari orang-orang

yang meminum alkohol, sekitar 10% menjadi pecandu. Pecandu alkohol memiliki

angka kejadian yang lebih tinggi dibandingkan pecandu zat lainnya. Alkoholisme

lebih sering diderita para anak-anak pecandu dari pada anak-anak yang diadopsi,

yang memperlihatkan bahwa alkoholisme melibatkan kelainan genetik atau biokimia.

Selain kemungkinan kelainan genetik, latar belakang dan kepribadian tertentu dapat

menjadi faktor pendukung seseorang menjadi pecandu. Pecandu sering berasal dari

keluarga yang pecah dan dari mereka yang hubungan dengan orang tuanya kurang

harmonis. Pecandu alkohol cenderung merasa terisolasi, sendiri, malu, depresi atau

bermusuhan. Mereka biasa memamerkan perilaku perusakan diri, dan mungkin secara

seksual tidak dewasa.

2.1.4 Remaja

2.1.4.1 Definisi Remaja

Masa remaja secara psikologi merupakan masa peralihan dari masa anak–anak

ke masa dewasa, pada masa remaja terjadi kematangan secara kognitif yaitu interaksi

21

dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas yang

memungkinkan remaja untuk berfikir abstrak (Komalasari, 2008 dalam Hutagalung

C, 2008 ).

Masa remaja telah didefinisikan oleh beberapa ahli seperti yang dijelaskan

dibawah ini:

Masa remaja secara psikologi merupakan masa peralihan dari masa anak–anak

ke masa dewasa, pada masa remaja terjadi kematangan secara kognitif yaitu interaksi

dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas yang

memugkinkan remaja untuk berfikir abstrak (Komalasari, 2008 dalam Hutagalung C,

2008 : 1).

Menurut knopka dalam Yusuf (2007 : 184) Fase remaja merupakan segmen

perkembangan individu yang sangat penting, yang diawali matangnya organ-organ

fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi.

Slazman mengemukakan, bahwa remaja merupakan masa perkembangan sikap

tergantung (dependence) terhadap orangtua kearah kemandirian (independence),

minat-minat seksual, perenungan diri, dan perhatian dan nilai-nilai estetika dan isu-

isu moral (Yusuf, 2007 :184).

Fase remaja merupakan masa perkembangan individu yang sangat penting.

Conger berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa yang amat kritis yang

mungkin dapat erupakan the best of time and the worst of time (Sudrajat, A. 2008)

22

2.1.4.2 Klasifikasi Remaja Menurut Umur

Masa remaja ini meliputi: remaja awal (12-15 tahun), remaja madya (15-18

tahun) dan remaja akhir (19-22 tahun) (Yusuf, 2007). Analisis cermat mengenai

semua aspek perkembangan masa remaja, yang secara global berlangsung antara

umur 12-21 tahun, dengan pembagian 12-15 tahun adalah masa remaja awal, 15-18

tahun adalah masa remaja pertengahan, 18-21 tahun adalah masa remaja akhir, akan

mengemukakan banyak faktor yang masing-masing perlu mandapat tinjauan

tersendiri.

Pada rentangan periode ini terdapat beberapa indikator perbedaan yang

signifikan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Oleh karena itu, para ahli

mengklasifikasikan masa remaja ini ke dalam dua bagian yaitu: remaja awal (11-13 th

s.d. 14-15 th), remaja akhir (14-16 th s.d.18-20 th) (Sudrajat, A. 2008).

Menurut Sarwono, S. W. dalam Ulfah (2005 : 27) Batasan umur kapan

diketahui atau dikatakan remaja dijelaskan sebagai berikut : Sebagai pedoman umur

dapat mengunakan batasan usia 11-24 tahun yang belum menikah, untuk remaja

Indonesia dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :

1) Usia 11 tahun adalah usia dimana pada umumnya tanda-tanda seksual mulai

tampak.

2) Kebanyakan masyarakat Indonesia usia 12 tahun dianggap belum dewasa tapi

masyarakat tidak memperlakukan mereka sebagai anak-anak.

23

3) Batas usia 24 tahun merupakan batas usia maksimum untuk memberi peluang

bagi mereka yang batas usia tersebut masih menggantungkan diri pada orang

lain.

4) Dalam definisi di atas status perkawinan sangat menentukan karena arti

perkawinan sangat penting di negara kita secara menyeluruh, seseorang yang

sudah menikah dalam usia berapapun dianggap dan diperlakukan sebagai seorang

yang sudah dewasa, baik secara hukum.

2.1.4.3 Perkembangan Masa Remaja

1) Fase pubertas dan adolesensi

Arti adolesensi telah diterngakan diatas, sedangakan kata pubertas berasal dari

kata puber (pubescent). Kata lain pubescere berarti mendapatkan pubes atau rambut

kemaluan, yaitu suatu tanda kelamin sekunder yang menunjukan perkembangan

seksual.(MÐnks/Knoers/S.R.Haditono, 2004 : 263). Remplein dalam

MÐnks/Knoers/S.R.Haditono (2004 : 264) masih menyisipkan apa yang disebutnya

”jugencrise” (krisis remaja) di antara masa pubertas daan adolesensi. Dengan begitu

maka usia antara 11-21 tahun dibaginya menjadi pra pubertas 10-13 tahun (wanita),

12-14 tahun (pria), pubertas 13-15 tahun (wanita), 14-16 (pria), krisis remaja 15-16

tahun (wanita), 16-17 tahun (pria), dan adolesensi 16-20 tahun (wanita), 17-21 tahun

(pria). Pecahan–pecahan tahun yang di ungkapkan Remplein diatas memberikan

kesan yang sukar dapat dibuktikan secara empiris. Menurut Remplein krisis remaja

adalah suatu masa dengan gejala-gejala krisis yang menunjukkan adanya pembelokan

dalam perkembangan suatu kepekaan dan labilitas yang meningkat.Usia yang

24

diungkapkan Remplein tidak dapat dipastikan bagi keadaan di Indonesia, meskipun

adanya krisis disalah satu titik dimasa remaja kemungkinannya ada. Hal ini sangat

tergantung pada keadaan lingkungan remaja.

2) Fase atau karakteristik perkembangan

a) Perkembangan fisik dan seksual

Masa remaja merupakan salah satu di antara dua masa rentangan kehidupan

individu, dimana terjadi pertumbuhan fisik yang sangat pesat.Dalam perkembangan

seksualitas remaja, ditandai dengan dua ciri, yaitu ciri-ciri seks primer dan ciri-ciri

seks sekunder. Yang diuraikan lebih lanjut sebagai berikut:

(1) Ciri-ciri seks primer

Pada masa reamaja pria ditandai dengan sangat cepatnya pertumbuhan testis,

yaitu pada tahun pertama dan kedua, kemudian

(2) Ciri-ciri seks sekunder

Ciri-ciri seks sekunder pada masa remaja,baik pria maupun wanita adalah:

(wanita) tumbuh rambut pubik disekitar kemaluan, bertambah besar buah dada,

bertambah besar pingul; (pria) tumbuh rambut pubik disekitar kemaluan, terjadi

perubahan suara, tumbuh kumis, tumbuh gondok laki (jakun) (Yusuf, 2007 :

194).

b) Perkembangan kognitif

Berzonsky dalam Yusuf (2007 : 196) mengajukan suatu model cabang-cabang

yang membangun berpikir operasi formal. Menurut dia, berfikir formal itu memiliki

dua isi yang khusus, yaitu:

25

1. pengetahuan estetika: yang bersumber dari pengalaman main musik, membaca

literatur atau seni; dan

2. pengetahuan personal: yang bersumber dari hubungan interpersonal dan

pengalaman-pengalaman kongkrit. Lebih lanjut, kemampuan mengaplikasikan

operasi formal tidak hanya berkaitan dengan pengalaman belajar khusus, tetapi

juga dengan

(a) tingkah laku nonverbal: sikap, motif atau keinginan,

(b) simbolik: simbol-simbol tertulis,

(c) sistematik: gagasan dan makna, dan

(d) figural: representasi visual dari obyek-obyek konkrit.

c) Perkembangan emosi

Gessel dalam Yusuf (2007 : 197) mengemukakan bahwa remaja empat belas tahun

seringkali mudah marah, mudah terangsang, dan emosinya cenderung “meledak”,

tidak berusaha mengendalikan perasaannya. Sebaliknya, remaja enam belas tahun

mengatakan bahwa mereka “tidak mempunyai keprihatinan”.Jadi adanya badai

dan tekanan dalam periode ini berkurang menjelang berakhirnya awal masa

remaja.

d) Perkembangan sosial

Remaja sebagai bunga dan harapan bangsa serta pemimpin dimasa depan sangat

diharapkan dapat mencapai perkembangan sosial secara matang, dalam arti dia

memiliki penyesuaian sosial (social adjusment) yang tepat.

26

Penyesuaian sosial ini dapat diartikan sebagai “kemampuan untuk mereaksi secara

tepat terhadap realitas sosial, situasi dan relasi”.Remaja dituntut untuk memiliki

kemampuan penyesuaian sosial ini, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah dan

masyarakat. Karakteristik penyesuaian sosial remaja ditiga lingkungan tersebut

adalah sebagai berikut:

1) Dilingkungan keluarga

a. Menjalin hubungan baik dengan anggota keluarga

b. Menerima otoritas oarang tua

c. Menerima tenggung jawab dan batasan-batasan (norma) keluarga

d. Berusaha membantu anggota keluarga

2) Di lingkungan sekolah

a. Bersikap respek dan mau menerima peraturan sekolah

b. Berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan sekolah

c. Menjalin persahabatan dengan teman-teman disekolah

d. Bersikap hormat terhadap guru, pemimpin sekolah dan staf

e. Membantu sekolah dalam merealisasikan tujuan-tujuan

3) Dilingkungan masyarakat

a. Mengakui dan respek terhadap hak-hak orang lain

b. Memelihara jalinan persahabatan dengan orang lain

c. Bersikap simpati dan altruis terhadap kesejahteraan orang lain

d. Bersikap respek terhadap nilai-nilai, hukum, tradisi, dan kebijakan- kebijakan

masyarakat (Schneiders dalam Yusuf, 2007 : 198-199).

27

e) Perkembangan moral

Keragaman tingkat moral remaja disebabkan oleh faktor penentunya yang

beragam juga.Salah satu faktor faktor penentu atau mempengaruhi perkembangan

moral remaja itu adalah orang tua.

f) Perkembangan kepribadian

Ada empat alternatif bagi remaja dalam menguji diri dan plihan pilihannya,

yaitu:

(1) “Identity Achievement”, yang berarti bahwa setelah remaja memahami pilihan

yang realistik, maka dia harus membuat pilihan dan perilaku sesuai dengan

pilihannya.

(2) “Identity Foreclosure”, yang berarti menerima pilihan orang tua tanpa

mempertimbangkan plihan-pilihan.

(3) “Identity Diffusion ”, yaitu kebingunagn tentang siapa dirinya dan mau apa dalam

hidupnya.

(4) Mora torium yang berarti penundaan dalam komitmen remaja terhadap pilihan-

pilihan aspek pribadi atau okupasi (Yusuf, 2007 : 201-202).

Perkembangan identitas dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah:

(1) Iklim keluarga, yaitu berkaitan dengan iteraksi sosio-emosional antara anggota

keluarga, sikap dan perlakuan orang tua terhadap anak.

(2) Tokoh idola, yaitu orang-orang yang dipresepsi oleh remaja sebagai figur yang

memiliki posisi dimasyarakat.

28

Peluang pengembangan diri, yaitu kesempatan untuk melihat kedepan dan

menguji dirinya dalam setting (adegan) kehidupan yang beragam (Yusuf, 2007 : 202).

g) Perkembangan kesadaran beragama

Kemampuan berfikir abstrak remaja memungkinkannya untuk dapat

mentransformasikan keyakinan beragamanya. Dia dapat mengapresiasi kualitas

keabstrakan Tuhan sebagai yang Maha Adil, Maha Kasih Sayang (Yusuf, 2007 :

202).

29

2.2 Kerangka Berpikir

Kebiasaan mengkonsumsi

minuman beralkohol Factor-faktor :

1. Factor

Individu

2. Factor

lingkungan

a. Lingkungan

keluarga

b. Lingkungan

sekolah

c. Lingkungan

teman

sebaya

d. Lingkungan

masyrakat

(Burhan

arifin 2007)

alkoholisme

Tahap alkoholisme :

1. Pra alcohol

2. Prodormal

3. Gawat

4. Kronis

Steven Boyages dan

Roz Townsend

(2011)

Seseorang mengkonsumsi

minuman beralkohol

Remaja

30

2.3 Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan modal konseptual yang berkaitan dengan

bagaimana seorang penelitian atau menghubungkan secara logis beberapa factor yang

dianggap sebagai masalah (Azis alimul Hidayat, 2007). Dalam penelitian ini

dikembangkan kerangka konsep yang akan mengarahkan peneliti dalam melakukan

penelitian.

Skema 2.3 Kerangka Konsep

KET :

Di teliti

Faktor-faktor remaja dalam

mengkonsumsi minuman beralkohol

Faktor individu

- Situasi kepribadian

Faktor lingkungan :

1. Lingkungan keluarga

2. Lingkungan sekolah

3. Lingkungan teman sebaya

4. Lingkungan masyrakat