bab ii kajian pustaka 2.1 2.1 - institutional repository...

14
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajar Gagne (dalam Siddiq, 2008) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses di mana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Dari pengertian tersebut ada tiga unsur pokok dalam belajar, yaitu: proses, perubahan perilaku, dan pengalaman. 1) Proses Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berfikir dan merasakan. Seseorang dikatakan belajar jika pikiran dan perasaannya aktif. 2) Perubahan perilaku Hasil belajar perubahan-perubahan perilaku atau tingkah laku seseorang yang belajar akan berubah atau bertambah perilakunya. 3) Pengalaman Belajar adalah mengalami, dalam arti belajar terjadi di dalam interaksi antar individu dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Menurut William James, John Dewey, James cartel dan Edward (dalam Winataputra, 2007) belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies, skills and attitude. Kemampuan (competencies), keterampilan (skill), dan sikap (attitude) tersebut di peroleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian belajar sepanjang hayat. Slameto (dalam Kurnia, 2007: 1-3) merumuskan belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Pembelajaran merupakan kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dengan bantuan guru dalam mencapai tujuannya. Tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan siswa.

Upload: lemien

Post on 08-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Hakikat Belajar

Gagne (dalam Siddiq, 2008) menyatakan bahwa belajar adalah suatu

proses di mana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.

Dari pengertian tersebut ada tiga unsur pokok dalam belajar, yaitu: proses,

perubahan perilaku, dan pengalaman.

1) Proses

Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berfikir dan

merasakan. Seseorang dikatakan belajar jika pikiran dan perasaannya aktif.

2) Perubahan perilaku

Hasil belajar perubahan-perubahan perilaku atau tingkah laku seseorang yang

belajar akan berubah atau bertambah perilakunya.

3) Pengalaman

Belajar adalah mengalami, dalam arti belajar terjadi di dalam interaksi antar

individu dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.

Menurut William James, John Dewey, James cartel dan Edward

(dalam Winataputra, 2007) belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia

untuk mendapatkan aneka ragam competencies, skills and attitude. Kemampuan

(competencies), keterampilan (skill), dan sikap (attitude) tersebut di peroleh secara

bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui

rangkaian belajar sepanjang hayat.

Slameto (dalam Kurnia, 2007: 1-3) merumuskan belajar sebagai suatu

proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku

secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan

lingkungannya.

Pembelajaran merupakan kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa

dengan bantuan guru dalam mencapai tujuannya. Tujuan pembelajaran adalah

terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan siswa.

8

Pihak-pihak yan terlibat dalam pembelajaran adalah guru dan siswa yang

berinteraksi edukatif antara satu dengan yang lainnya. Isi kegiatan adalah materi

belajar yang bersumber dari kurikulum suatu program pendidikan. Proses kegiatan

adalah guru dan siswa yang berinteraksi edukatif antara satu dengan lainnya. Isi

kegiatan adalah materi belajar yang bersumber dari kurikulum suatu program

pendidikan. Proses kegiatan adalah langkah-langkah atau tahapan yang dilalui

guru dan siswa dalam pembelajaran.

Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa Degeng (1989).

Kegiatan pengupayaan ini akan mengakibatkan siswa dapat mempelajari sesuatu

dengan cara efektif dan efisien. Upaya-upaya yang dilakukan dapat berupa

analisis tujuan dan karakteristik studi dan siswa, analisis sumber belajar,

menetapkan strategi pengorganisasian,isi pembelajaran, menetapkan strategi

penyampaian pembelajaran, menetapkan strategi pengelolaan pembelajaran, dan

menetapkan prosedur pengukuran hasil pembelajaran. Oleh karena itu, setiap

pengajar harus memiliki keterampilan dalam memilih strategi pembelajaran untuk

setiap jenis kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, dengan memilih strategi

pembelajaran yang tepat dalam setiap jenis kegiatan pembelajaran, diharapkan

pencapaian tujuan belajar dapat terpenuhi. Gilstrap dan Martin (1975) juga

menyatakan bahwa peran pengajar lebih erat kaitannya dengan keberhasilan

pebelajar, terutama berkenaan dengan kemampuan pengajar dalam menetapkan

strategi pembelajaran.

2.1.2 Hasil Belajar

Menurut Gagne ( dalam Dimyati 1999:10-12) memaparkan bahwa hasil

belajar terdiri dari informasi verbal yang berupa pengetahuan, ketrampilan,

intelek, keterampilan motorik, sikap dan siasat kognitif. Untuk mengetahui

seberapa penyampaian hasil belajar yang diperoleh individu (siswa) harus

dilakukan suatu penilaian. Penilaian adalah suatu proses untuk mengambil

keputusan degan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran

hasil belajar, baik yang menggunakan instrument test maupun non test.

9

Berdasarkan paparan di atas dapat di simpulan bahwa yang dimaksud

dengan hasil belajar adalah suatu perubahan tingkah laku pada subyek belajar

yang diinginkan, setelah proses kegiatan belajar dilalui dan dapat dilihat tingkat

keberhasilan melalui penilaian dengan tes maupun non test.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah

menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004 : 22). Sedangkan menurut

Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar

mengajar : (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan,

(3). Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004 : 22).

Sedangkan menurut Robert M. Gagne, membagi lima hasil belajar yaitu:

a) Kemampuan intelektual: diskriminasi, identifikasi/konsep yang nyata,

klasifikasi, demonstrasi, generalisasi/menghasilkan sesuatu.

b) Strategi Kognitif: menghasilkan suatu pemecahan.

c) Informasi verbal: menyatakan sesuatu secara oral.

d) Keterampilan motoris: melaksanakan/menjalankan sesuatu dan

e) Sikap: kemampuan untuk memilih sesuatu. (Sudjana, 2004 : 14).

Dari berbagai ahli pendidikan di atas, yang paling populer dan sering

dipakai di Indonesia adalah klasifikasi hasil belajarnya Benyamin S. Bloom yang

lebih dikenal “Taxonomi Bloom”. Beliau membagi hasil belajar menjadi tiga

ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.

a. Aspek Kognitif (cognitive domain)

Aspek kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan,

kemampuan dan kemahiran intelektual. Aspek kognitif mencakup kategori

berikut: (1) pengetahuan (knowledge), (2) pemahaman (comprehension), (3)

penerapan (application), (4) analisis (analysis), (5) sintesis (synthesis), (6)

penilaian (evaluation).(Anni, Tri Chatarina, 2008 : 7)

b. Aspek Afektif (affective domain)

Taksonomi tujuan pembelajaran afektif, dikembangkan oleh

Krathwohl dan kawan-kawan, merupakan hasil belajar yang paling sukar

diukur. (Anni, Tri Chatarina, 2008 : 8) Tujuan pembelajaran ini berhubungan

10

dengan perasaan, sikap, minat dan nilai. Kategori tujuan pembelajaran

mencerminkan hirarkhi yang bertentangan dari keinginan untuk menerima

sampai dengan pembentukan pola hidup. Kategori pembelajaran afektif

adalah sebagai berikut: (1) penerimaan (receiving), (2) penanggapan

(responding), (3) penilaian (valving), (4) pengorganisasian (organization), (5)

pembentukan pola hidup (organization by a value complex). (Anni, Tri

Chatarina, 2008 : 8-10)

c. Aspek Psikomotorik (psychomotoric domain)

Tujuan pembelajaran aspek psikomotorik menunjukkan adanya

kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek,

dan koordinasi saraf. Penjabaran aspek psikomotorik ini sangat sukar karena

seringkali tumpang tindih dengan kognitif dan afektif. Kategori jenis perilaku

untuk aspek psikomorik menurut Elizabeth Simpson adalah sebagai berikut:

(1) persepsi (perseption), (2) kesiapan (set), (3) gerakan terbimbing (guided

response), (4) gerakan terbiasa (mechanism), (5) gerakan kompleks (complex

overt response), (6) penyesuaian (adaptasion), (7) kreativitas (originality).

(Anni, Tri Chatarina, 2008 : 10-12)

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Belajar dan mengajar sebagai suatu proses tiga unsur yang dapat dibedakan

yakni tujuan pengajaran (intruksional), pengalaman (proses) belajar mengajar, dan

hasil belajar. (Sudjana, 2004 : 4).

Guru sebagai institusi pendidikan dalam melaksanakan kegiatan belajar

mengajar sudah pasti mengharapkan keberhasilan dalam setiap interaksi

belajarnya. Namun kenyataannya harapan tersebut tidaklah seratus persen dapat

tercapai, karena terdapat banyak faktor yang turut mempengaruhinya. Faktor-

faktor tersebut adalah:

11

a. Faktor guru

Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab untuk

membimbing dan membina anak didik, baik secara individual maupun

klasikal di sekolah maupun di luar sekolah. ( Djamarah, 2005:32)

Menurut hasil penelitian Turney, sebagaimana dikutip Syaiful Bahri

Djamarah terdapat delapan keterampilan dasar mengajar yang dianggap

sangat berperan dalam keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Kedelapan

keterampilan tersebut adalah:

1) Keterampilan bertanya

2) Keterampilan memberi peringatan

3) Keterampilan mengadakan variasi

4) Keterampilan menjelaskan

5) Keterampilan membuka dan menutup Keterampilan

6) Keterampilan membimbing kelompok kecil

7) Keterampilan mengelola kelas, serta

8) Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan. ( Djamarah,

2005:99-163)

b. Faktor Siswa

Siswa adalah subyek yang belajar atau disebut pembelajar. Menurut

Muhibbin Syah, dalam bukunya berjudul “Psikologi Pendidikan dengan

Pendekatan Baru”, menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam:

1) Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani

dan rohani siswa.

2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa) yakni kondisi lingkungan di

sekitar siswa.

3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya

belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa

untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.

(Muhibbin Syah, 2002:132)

12

Sedangkan menurut Slameto, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

digolongkan menjadi dua saja yakni:

1) Faktor intern, di antaranya dipengaruhi oleh:

(a) Faktor jasmaniah, di antaranya faktor kesehatan dan cacat tubuh.

(b) Faktor psikologis, di antaranya intelegensi, perhatian, minat, bakat,

motif, kematangan dan kelelahan.

(c) Faktor kelelahan, di antaranya kelelahan jasmani dan kelelahan

rohani.

2) Faktor ekstern, dipengaruhi oleh:

(a) Faktor keluarga, di antaranya cara orang tua mendidik, relasi antara

anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi

keluarga.

(b) Faktor sekolah, yang turut mempengaruhi antara lain: metode mengajar,

kurikulum, relasi guru dan siswa, relasi siswa dan siswa, disiplin

sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan

gedung, metode belajar dan tugas rumah.

(c) Faktor masyarakat, di antaranya dipengaruhi oleh kegiatan siswa dalam

masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan

masyarakat. (Slameto, 2003:54-71)

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari

dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa (Sudjana, 2004 : 39). Dari

pendapat ini faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri siswa perubahan

kemampuan yang dimilikinya seperti yang dikemukakan oleh Clark (1981 :

21) menyatakan bahwa hasil belajar siswa disekolah 70 % dipengaruhi

oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian

juga faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan yang paling dominan berupa

kualitas pembelajaran (Sudjana, 2004 : 39).

13

c. Faktor Kurikulum

Kurikulum dapat diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan

kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran

kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran

itu. Jelaslah bahwa kurikulum yang kurang baik akan sangat berpengaruh

pada hasil belajar siswa. Kurikulum yang tidak baik itu misalnya kurikulum

yang terlalu padat, di atas kemampuan siswa, tidak sesuai dengan bakat,

minat dan perhatian siswa. (Slameto, 2003:65-66)

d. Faktor Lingkungan

Lingkungan di dalam interaksi belajar mengajar merupakan konteks

terjadinya pengalaman belajar, dapat berupa lingkungan fisik (kelas,

laboratorium, tata ruang, situasi fisik yang ada di sekitar kelas, laboratorium

sekolah) dan lingkungan non fisik (cahaya, ventilasi, suasana belajar, musik

latar).

Lingkungan yang ada di sekitar siswa baik itu kelas, sekolah, atau di

luar sekolah lebih efektif dan efisien. Artinya, lingkungan fisik dapat

difungsikan sebagai sumber belajar yang direncanakan untuk menciptakan

suasana belajar yang nyaman dan kondusif, seperti musik yang digunakan

sebagai latar pada saat interaksi belajar mengajar berlangsung dimaksudkan

agar suasana belajar terasa santai, siswa dapat belajar dan siap untuk

berkonsentrasi.

"Belajar adalah suatu perubahan perilaku, akibat interaksi dengan

lingkungannya" (Muhammad Ali, 2004 : 14). Perubahan perilaku dalam proses

belajar terjadi akibat dari interaksi dengan lingkungan. Interaksi biasanya

berlangsung secara sengaja. Dengan demikian belajar dikatakan berhasil apabila

terjadi perubahan dalam diri individu. Sebaliknya apabila terjadi perubahan dalam

diri individu maka belajar tidak dikatakan berhasil.

14

Dari sedikit uraian yang telah penulis paparkan di atas, dapat diketahui

bahwa hasil belajar itu dipengaruhi oleh beberapa faktor yang sangat kompleks,

dan bisa dikatakan sistemik. Artinya tidak boleh dianggap sepele salah satu faktor

tersebut. Karena antara satu faktor dengan lainnya saling berhubungan. Dengan

demikian maka harus dapat menciptakan suasana yang paling kondusif agar

tujuan yang diharapkan dari setiap proses pembelajaran dapat tercapai secara

optimal.

Dengan demikian hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh

siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut di nyatakan dalam

bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam

berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri indivdu penggunaan

penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam

berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu perubahan tingkah

laku secara kuantitatif.

2.1.4 Pembelajaran IPA

Powler (dalam Winata Putra, 1992:122) menyatakan bahwa IPA

merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala alam dan kebendaan

yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa

kumpulan dari hasil obervasi dan eksperimen. Mata pelajaran ini pula di gunakan

dalam UN dan UASBN. Sains adalah ilmu pengetahuan yang mempunyai Obyek,

menggunakan metode Ilmiah sehingga perlu diajarkan di Sekolah Dasar. Setiap

guru harus paham akan alasan mengapa sains perlu diajarkan di sekolah dasar.

Ada berbagai alasan yang menyebabkan satu mata pelajaran itu dimasuk ke dalam

kurikulum suatu sekolah.

Menurut Fisher (1975) yang dikutip oleh Muh. Amin (1987:3)

mengatakan bahwa “Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah salah satu kumpulan

pengetahuan yang tersusun secara sistematik yang didalamnya secara umum

terbatas pada gejala-gejala alam”.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa IPA (sains) merupakan salah satu

kumpulan ilmu pengetahuan yang mempelajari alam semesta, baik ilmu

15

pengetahuan yang mempelajari alam semesta yang bernyawa ataupun yang tak

bernyawa dengan jalan mengamati berbagai jenis dan perangkat lingkungan alam

serta lingkungan alam buatan.

IPA (sains) merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematik

untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses

penemuan, dan memiliki sikap ilmiah. Pendidikan Sains di SD bermanfaat bagi

siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Pendidikan Sains

menekankan pada pemberian pengalaman langsung dan kegiatan praktis untuk

mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam

sekitar secara ilmiah. Pendidikan Sains diarahkan untuk “mencari tahu” dan

“berbuat” sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang

lebih mendalam tentang alam sekitar (Depdiknas 2004:33).

Menurut Leo Sutrisno (2007) IPA merupakan usaha manusia dalam

memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat (correct) pada sasaran,

serta menggunakan prosedur yang benar (true), dan dijelaskan dengan penalaran

yang sahih (valid) sehingga dihasilkan kesimpulan yang betul (truth). Jadi, IPA

mengandung tiga hal: proses (usaha manusia memahami alam semesta), prosedur

(pengamatan yang tepat dan prosedurnya benar), dan produk (kesimpulannya

betul).

Beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA

adalah hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang

terorganisasi tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman melalui

serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian

gagasan.Dalam IPA mengandung tiga hal: proses (usaha manusia memahami alam

semesta), prosedur (pengamatan yang tepat dan prosedurnya benar), dan produk

(kesimpulannya betul).

2.1.5 Metode Pembelajaran Picture and Picture

Metode pembelajaran picture and picture (dalam Ras Eko Budi Santoso,

2011) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran

kooperatif tidak hanya memperlajari materi saja, namun siswa juga harus

16

mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan

kooperatif. Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan

kerja dan tugas. Peranan huungan kerja dapat dibangun dengan mengembangkan

komunikasi antar anggota kelompok. Sedangkan peranan tugas dilakukan dengan

membagi tugas antar kelompok selama kegiatan. Lingkungan belajar untuk

pembelajaran kooperatif dicirikan oleh proses demokrasi dan peran aktif siswa

dalam menentukan apa yang harus dipelajari dan bagaimana mempelajarinya.

Metode pembelajaran picture and picture ini dapat digunakan dalam

berbagai mata pelajaran dan tentunya dengan kemasan dan kreatifitas guru. Sejak

di populerkan sekitar tahun 2002, metode pembelajaran ini mulai menyebar di

kalangan guru di Indonesia. Dengan menggunakan metode pembelajaran tertentu

maka pembelajaran menjadi menyenangkan. Selama ini hanya guru sebagai aktor

di depan kelas, dan seolah-olah guru-lah sebagai satu-satunya sumber belajar.

Metode Pembelajaran picture and picture, mengandalkan gambar sebagai media

dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi factor utama dalam

proses pembelajaran ini. Sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah

menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau dalam

bentuk carta dalam ukuran besar. Atau jika di sekolah sudah menggunakan ICT

(information comunication technology) dapat menggunakan Power Point atau

software yang lain.

Selain itu metode pembelajaran ini juga memiliki kelebihan dan

kekurangan dalam penerapannya. Adapun kelebihan dari metode pembelajaran

Picture and Picture ini adalah :

a. Guru dengan metode inovatif ini akan dapat dengan mudah mengetahui

kemampuan masing-masing siswa.

b. Melatih berpikir logis dan sistematis siswa

c. Dengan model ini dapat mendorong siswa untuk aktif dalam pembelajaran

d. Guru hanya sebagai pendamping dalam proses belajar

e. Proses belajar akan dapat diikuti secara seragam oleh siswa

17

Sedangkan kekurangan dari metode pembelajaran ini adalah :

a. Memakan banyak waktu.

b. Harus mempersiapkan banyak alat dan bahan yang berhubungan dengan

materi yang akan diajarkan dengan model tersebut.

c. Membutuhkan biaya yang tidak sedikit

d. Guru dituntut untuk lebih terampil dalam menyajikan gambar sehingga

mendorong motivasi siswa untuk belajar aktif

Kesuksesan metode pembelajaran ini di ukur dari kelengkapan materi

pelajaran dan dipusatkan media yang digunakan dalam pembelajaran.(Ras Eko

Budi Santoso, 2011 dalam http://www.ras-eko.co.cc/2011/05/model-

pembelajaran-picture-and-picture.html)

Adapun langkah-langkah metode pembelajaran picture and Picture :

1. Menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai

2. Guru menyajikan materi sebagai pengantar

3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar gambar berkaitan dengan materi.

4. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok untuk mendiskusikan

urutan gambar.

5. Siswa secara bergantian mengelompokkan/ mengurutkan gambar-gambar

menjadi urutan yang logis.

6. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.

7. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan

konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai

8. Kesimpulan / rangkuman. (lihat Ras Eko Budi Santoso, 2011 dalam

http://www.ras-eko.co.cc/2011/05/model-pembelajaran-picture-and-

picture.html)

2.2 Kajian Empiris

Penelitian ini juga di dasarkan pada penelitian yang telah dilakukan oleh

peneliti terhadap metode pembelajaran picture and picture. Adapun hasil

penelitian tersebut antara lain :

18

Menurut Feny Novyanti (2009), dalam penelitiannya yang berjudul “

Model Pembelajaran Picture and Picture Untuk Meningkatkan Hasil Belajar PKn

Siswa Di Kelas IV SDN 17 Kota Bengkulu”. Hasil yang dicapai dalam penelitian

ini adalah aktivitas guru pada siklus I diperoleh rata-rata skor 31 dengan kriteria

baik dan pada siklus II rata-rata skor aktivitas guru meningkat menjadi 32 dengan

kriteria baik. Untuk aktivitas siswa pada siklus I diperoleh rata-rata skor 23

dengan kriteria cukup dan pada siklus II rata-rata skor aktivitas siswa meningkat

menjadi 29,5. Kemudian untuk data hasil tes siklus I mendapat nilai rata-rata 6,33

dengan ketuntasan klasikal 54,77 % dan untuk siklus II diperoleh nilai rata-rata

7,66 dengan ketuntasan belajar klasikal 90,84 %. Berdasarkan hasil penelitian

tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa melalui metode pembelajaran picture

and picture dapat meningkatkan hasil belajar siswa serta dapat meningkatkan

aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran PKn khususnya di kelas IV

SD Negeri 17 Kota Bengkulu. Dari Analisis data disimpulkan bahwa metode

pembelajaran picture and picture sangat efektif digunakan untuk meningkatkan

hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 17 Kota Bengkulu.

Menurut Deden M. La Ode (2011), dalam penelitiannya yang berjudul

“Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SDN 237 Atue Kabupaten

Luwu Timur melalui Metode Pembelajaran Picture and Picture” menunjukkan

bahwa adanya peningkatan hasil belajar IPA setelah penerapan metode

pembelajaran picture and picture dengan nilai ketuntasan belajar siswa secara

klasikal pada siklus I 52 % (13 dari 25 siswa yang dapat mencapai KKM (≥63)

dan pada siklus II 84 % (21 dari 25 siswa yang dapat mencapai KKM (≥63). Ini

berarti bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II

setelah penerapan metode pembelajaran picture and picture sebesar 32 %.

Berdasarkan analisis data dan pembahasan disimpulkan bahwa metode

pembelajaran picture and picture sangat efektif digunakan untuk meningkatkan

hasil belajar IPA Siswa Kelas IV SDN 237 Atue Kabupaten Luwu Timur.

19

2.3 Kerangka Berpikir

Jika pembelajaran IPA siswa kelas IV Semester I menggunakan metode

picture and picture maka hasil belajar IPA akan meningkat.

Dalam kondisi awal guru belum menggunakan metode pembelajaran yang

tepat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA materi simbiosis

mutualisme, komensalisme dan parasitisme sehingga kualitas pembelajaran IPA

Pra Siklus

Tindakan

• Pembelajaran berpusat pada guru

• Siswa kurang aktif dan kurang berpartisipasi dalam

pembelajaran

• Siswa tidak tertarik mempelajari materi

• Sebagian besar siswa tidak tuntas dalam

pembelajaran

• Nilai rendah

Guru menggunakan metode pembelajaran picture and

Picture dengan langkah-langkah :

1. Menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai

2. Guru menyajikan materi sebagai pengantar

3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar gambar

berkaitan dengan materi.

4. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok untuk

mendiskusikan urutan gambar.

5. Siswa secara bergantian mengelompokkan/ mengurutkan

gambar-gambar menjadi urutan yang logis.

6. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar

tersebut.

7. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai

menanamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi

yang ingin dicapai

8. Kesimpulan / rangkuman.

Aktivitas siswa meningkat

Ketrampilan guru meningkat

Hasil belajar siswa

meningkat

Hasil Akhir Kualitas

Pembelajaran

IPA meningkat

Siklus I

Siklus II

20

(aktifitas, ketrampilan guru, hasil belajar siswa) rendah. Untuk perbaikan

selanjutnya, tindakan yang dilakukan guru adalah dengan menggunakan metode

pembelajaran kooperatif tipe Picture and Picture. Dalam metode pembelajaran

kooperatif Picture and Picture, guru menggunakan gambar sebagai medianya,

sehingga siswa dengan mudah mempelajari IPA terutama pada materi simbiosis

mutualisme, parasitisme dan komensalisme. Dengan menerapkan metode

pembelajaran Picture and Picture, maka kualitas pembelajaran IPA (aktivitas

siswa, ketrampilan guru, hasil belajar siswa) akan meningkat.

2.4 Hipotesis Tindakan

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Penggunaan

metode pembelajaran picture and picture dapat meningkatkan hasi belajar IPA

pada siswa kelas IV SD Negeri Slungkep 02 kecamatan Kayen kabupaten Pati

tahun 2011/2012.

2.5 Indikator Kinerja

untuk mengetahui tingkat keberhasilan penelitian tindakan ini, dapat

dilihat dengan indikator sebagai berikut :

1. Meningkatnya hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SD Negeri Slungkep

02 kecamatan Kayen kabupaten Pati tahun 2011/2012 setelah melakukan

tindakan dengan menggunakan metode picture and picture yang ditandai

rata-rata nilai hasil nilai sesuai KKM yaitu 65. Dan rata siswa yang

mendapatkan nilai tersebut adalah 80 %

2. Adanya peningkatan keaktifan belajar siswa pada proses pembelajaran IPA

pada siswa kelas IV SD Negeri Slungkep 02 kecamatan Kayen kabupaten

Pati tahun 2011/2012 setelah melakukan tindakan dengan menggunakan

metode picture and picture pada kategori baik yang mencapai 80%.