bab ii kajian pustaka 2.1 2.1 - institutional repository...
TRANSCRIPT
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Hakikat Belajar
Gagne (dalam Siddiq, 2008) menyatakan bahwa belajar adalah suatu
proses di mana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.
Dari pengertian tersebut ada tiga unsur pokok dalam belajar, yaitu: proses,
perubahan perilaku, dan pengalaman.
1) Proses
Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berfikir dan
merasakan. Seseorang dikatakan belajar jika pikiran dan perasaannya aktif.
2) Perubahan perilaku
Hasil belajar perubahan-perubahan perilaku atau tingkah laku seseorang yang
belajar akan berubah atau bertambah perilakunya.
3) Pengalaman
Belajar adalah mengalami, dalam arti belajar terjadi di dalam interaksi antar
individu dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.
Menurut William James, John Dewey, James cartel dan Edward
(dalam Winataputra, 2007) belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia
untuk mendapatkan aneka ragam competencies, skills and attitude. Kemampuan
(competencies), keterampilan (skill), dan sikap (attitude) tersebut di peroleh secara
bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui
rangkaian belajar sepanjang hayat.
Slameto (dalam Kurnia, 2007: 1-3) merumuskan belajar sebagai suatu
proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku
secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan
lingkungannya.
Pembelajaran merupakan kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa
dengan bantuan guru dalam mencapai tujuannya. Tujuan pembelajaran adalah
terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan siswa.
8
Pihak-pihak yan terlibat dalam pembelajaran adalah guru dan siswa yang
berinteraksi edukatif antara satu dengan yang lainnya. Isi kegiatan adalah materi
belajar yang bersumber dari kurikulum suatu program pendidikan. Proses kegiatan
adalah guru dan siswa yang berinteraksi edukatif antara satu dengan lainnya. Isi
kegiatan adalah materi belajar yang bersumber dari kurikulum suatu program
pendidikan. Proses kegiatan adalah langkah-langkah atau tahapan yang dilalui
guru dan siswa dalam pembelajaran.
Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa Degeng (1989).
Kegiatan pengupayaan ini akan mengakibatkan siswa dapat mempelajari sesuatu
dengan cara efektif dan efisien. Upaya-upaya yang dilakukan dapat berupa
analisis tujuan dan karakteristik studi dan siswa, analisis sumber belajar,
menetapkan strategi pengorganisasian,isi pembelajaran, menetapkan strategi
penyampaian pembelajaran, menetapkan strategi pengelolaan pembelajaran, dan
menetapkan prosedur pengukuran hasil pembelajaran. Oleh karena itu, setiap
pengajar harus memiliki keterampilan dalam memilih strategi pembelajaran untuk
setiap jenis kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, dengan memilih strategi
pembelajaran yang tepat dalam setiap jenis kegiatan pembelajaran, diharapkan
pencapaian tujuan belajar dapat terpenuhi. Gilstrap dan Martin (1975) juga
menyatakan bahwa peran pengajar lebih erat kaitannya dengan keberhasilan
pebelajar, terutama berkenaan dengan kemampuan pengajar dalam menetapkan
strategi pembelajaran.
2.1.2 Hasil Belajar
Menurut Gagne ( dalam Dimyati 1999:10-12) memaparkan bahwa hasil
belajar terdiri dari informasi verbal yang berupa pengetahuan, ketrampilan,
intelek, keterampilan motorik, sikap dan siasat kognitif. Untuk mengetahui
seberapa penyampaian hasil belajar yang diperoleh individu (siswa) harus
dilakukan suatu penilaian. Penilaian adalah suatu proses untuk mengambil
keputusan degan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran
hasil belajar, baik yang menggunakan instrument test maupun non test.
9
Berdasarkan paparan di atas dapat di simpulan bahwa yang dimaksud
dengan hasil belajar adalah suatu perubahan tingkah laku pada subyek belajar
yang diinginkan, setelah proses kegiatan belajar dilalui dan dapat dilihat tingkat
keberhasilan melalui penilaian dengan tes maupun non test.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004 : 22). Sedangkan menurut
Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar
mengajar : (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan,
(3). Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004 : 22).
Sedangkan menurut Robert M. Gagne, membagi lima hasil belajar yaitu:
a) Kemampuan intelektual: diskriminasi, identifikasi/konsep yang nyata,
klasifikasi, demonstrasi, generalisasi/menghasilkan sesuatu.
b) Strategi Kognitif: menghasilkan suatu pemecahan.
c) Informasi verbal: menyatakan sesuatu secara oral.
d) Keterampilan motoris: melaksanakan/menjalankan sesuatu dan
e) Sikap: kemampuan untuk memilih sesuatu. (Sudjana, 2004 : 14).
Dari berbagai ahli pendidikan di atas, yang paling populer dan sering
dipakai di Indonesia adalah klasifikasi hasil belajarnya Benyamin S. Bloom yang
lebih dikenal “Taxonomi Bloom”. Beliau membagi hasil belajar menjadi tiga
ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
a. Aspek Kognitif (cognitive domain)
Aspek kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan,
kemampuan dan kemahiran intelektual. Aspek kognitif mencakup kategori
berikut: (1) pengetahuan (knowledge), (2) pemahaman (comprehension), (3)
penerapan (application), (4) analisis (analysis), (5) sintesis (synthesis), (6)
penilaian (evaluation).(Anni, Tri Chatarina, 2008 : 7)
b. Aspek Afektif (affective domain)
Taksonomi tujuan pembelajaran afektif, dikembangkan oleh
Krathwohl dan kawan-kawan, merupakan hasil belajar yang paling sukar
diukur. (Anni, Tri Chatarina, 2008 : 8) Tujuan pembelajaran ini berhubungan
10
dengan perasaan, sikap, minat dan nilai. Kategori tujuan pembelajaran
mencerminkan hirarkhi yang bertentangan dari keinginan untuk menerima
sampai dengan pembentukan pola hidup. Kategori pembelajaran afektif
adalah sebagai berikut: (1) penerimaan (receiving), (2) penanggapan
(responding), (3) penilaian (valving), (4) pengorganisasian (organization), (5)
pembentukan pola hidup (organization by a value complex). (Anni, Tri
Chatarina, 2008 : 8-10)
c. Aspek Psikomotorik (psychomotoric domain)
Tujuan pembelajaran aspek psikomotorik menunjukkan adanya
kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek,
dan koordinasi saraf. Penjabaran aspek psikomotorik ini sangat sukar karena
seringkali tumpang tindih dengan kognitif dan afektif. Kategori jenis perilaku
untuk aspek psikomorik menurut Elizabeth Simpson adalah sebagai berikut:
(1) persepsi (perseption), (2) kesiapan (set), (3) gerakan terbimbing (guided
response), (4) gerakan terbiasa (mechanism), (5) gerakan kompleks (complex
overt response), (6) penyesuaian (adaptasion), (7) kreativitas (originality).
(Anni, Tri Chatarina, 2008 : 10-12)
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Belajar dan mengajar sebagai suatu proses tiga unsur yang dapat dibedakan
yakni tujuan pengajaran (intruksional), pengalaman (proses) belajar mengajar, dan
hasil belajar. (Sudjana, 2004 : 4).
Guru sebagai institusi pendidikan dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar sudah pasti mengharapkan keberhasilan dalam setiap interaksi
belajarnya. Namun kenyataannya harapan tersebut tidaklah seratus persen dapat
tercapai, karena terdapat banyak faktor yang turut mempengaruhinya. Faktor-
faktor tersebut adalah:
11
a. Faktor guru
Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab untuk
membimbing dan membina anak didik, baik secara individual maupun
klasikal di sekolah maupun di luar sekolah. ( Djamarah, 2005:32)
Menurut hasil penelitian Turney, sebagaimana dikutip Syaiful Bahri
Djamarah terdapat delapan keterampilan dasar mengajar yang dianggap
sangat berperan dalam keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Kedelapan
keterampilan tersebut adalah:
1) Keterampilan bertanya
2) Keterampilan memberi peringatan
3) Keterampilan mengadakan variasi
4) Keterampilan menjelaskan
5) Keterampilan membuka dan menutup Keterampilan
6) Keterampilan membimbing kelompok kecil
7) Keterampilan mengelola kelas, serta
8) Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan. ( Djamarah,
2005:99-163)
b. Faktor Siswa
Siswa adalah subyek yang belajar atau disebut pembelajar. Menurut
Muhibbin Syah, dalam bukunya berjudul “Psikologi Pendidikan dengan
Pendekatan Baru”, menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam:
1) Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani
dan rohani siswa.
2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa) yakni kondisi lingkungan di
sekitar siswa.
3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya
belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa
untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.
(Muhibbin Syah, 2002:132)
12
Sedangkan menurut Slameto, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
digolongkan menjadi dua saja yakni:
1) Faktor intern, di antaranya dipengaruhi oleh:
(a) Faktor jasmaniah, di antaranya faktor kesehatan dan cacat tubuh.
(b) Faktor psikologis, di antaranya intelegensi, perhatian, minat, bakat,
motif, kematangan dan kelelahan.
(c) Faktor kelelahan, di antaranya kelelahan jasmani dan kelelahan
rohani.
2) Faktor ekstern, dipengaruhi oleh:
(a) Faktor keluarga, di antaranya cara orang tua mendidik, relasi antara
anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi
keluarga.
(b) Faktor sekolah, yang turut mempengaruhi antara lain: metode mengajar,
kurikulum, relasi guru dan siswa, relasi siswa dan siswa, disiplin
sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan
gedung, metode belajar dan tugas rumah.
(c) Faktor masyarakat, di antaranya dipengaruhi oleh kegiatan siswa dalam
masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan
masyarakat. (Slameto, 2003:54-71)
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari
dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa (Sudjana, 2004 : 39). Dari
pendapat ini faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri siswa perubahan
kemampuan yang dimilikinya seperti yang dikemukakan oleh Clark (1981 :
21) menyatakan bahwa hasil belajar siswa disekolah 70 % dipengaruhi
oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian
juga faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan yang paling dominan berupa
kualitas pembelajaran (Sudjana, 2004 : 39).
13
c. Faktor Kurikulum
Kurikulum dapat diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan
kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran
kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran
itu. Jelaslah bahwa kurikulum yang kurang baik akan sangat berpengaruh
pada hasil belajar siswa. Kurikulum yang tidak baik itu misalnya kurikulum
yang terlalu padat, di atas kemampuan siswa, tidak sesuai dengan bakat,
minat dan perhatian siswa. (Slameto, 2003:65-66)
d. Faktor Lingkungan
Lingkungan di dalam interaksi belajar mengajar merupakan konteks
terjadinya pengalaman belajar, dapat berupa lingkungan fisik (kelas,
laboratorium, tata ruang, situasi fisik yang ada di sekitar kelas, laboratorium
sekolah) dan lingkungan non fisik (cahaya, ventilasi, suasana belajar, musik
latar).
Lingkungan yang ada di sekitar siswa baik itu kelas, sekolah, atau di
luar sekolah lebih efektif dan efisien. Artinya, lingkungan fisik dapat
difungsikan sebagai sumber belajar yang direncanakan untuk menciptakan
suasana belajar yang nyaman dan kondusif, seperti musik yang digunakan
sebagai latar pada saat interaksi belajar mengajar berlangsung dimaksudkan
agar suasana belajar terasa santai, siswa dapat belajar dan siap untuk
berkonsentrasi.
"Belajar adalah suatu perubahan perilaku, akibat interaksi dengan
lingkungannya" (Muhammad Ali, 2004 : 14). Perubahan perilaku dalam proses
belajar terjadi akibat dari interaksi dengan lingkungan. Interaksi biasanya
berlangsung secara sengaja. Dengan demikian belajar dikatakan berhasil apabila
terjadi perubahan dalam diri individu. Sebaliknya apabila terjadi perubahan dalam
diri individu maka belajar tidak dikatakan berhasil.
14
Dari sedikit uraian yang telah penulis paparkan di atas, dapat diketahui
bahwa hasil belajar itu dipengaruhi oleh beberapa faktor yang sangat kompleks,
dan bisa dikatakan sistemik. Artinya tidak boleh dianggap sepele salah satu faktor
tersebut. Karena antara satu faktor dengan lainnya saling berhubungan. Dengan
demikian maka harus dapat menciptakan suasana yang paling kondusif agar
tujuan yang diharapkan dari setiap proses pembelajaran dapat tercapai secara
optimal.
Dengan demikian hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh
siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut di nyatakan dalam
bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam
berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri indivdu penggunaan
penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam
berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu perubahan tingkah
laku secara kuantitatif.
2.1.4 Pembelajaran IPA
Powler (dalam Winata Putra, 1992:122) menyatakan bahwa IPA
merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala alam dan kebendaan
yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa
kumpulan dari hasil obervasi dan eksperimen. Mata pelajaran ini pula di gunakan
dalam UN dan UASBN. Sains adalah ilmu pengetahuan yang mempunyai Obyek,
menggunakan metode Ilmiah sehingga perlu diajarkan di Sekolah Dasar. Setiap
guru harus paham akan alasan mengapa sains perlu diajarkan di sekolah dasar.
Ada berbagai alasan yang menyebabkan satu mata pelajaran itu dimasuk ke dalam
kurikulum suatu sekolah.
Menurut Fisher (1975) yang dikutip oleh Muh. Amin (1987:3)
mengatakan bahwa “Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah salah satu kumpulan
pengetahuan yang tersusun secara sistematik yang didalamnya secara umum
terbatas pada gejala-gejala alam”.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa IPA (sains) merupakan salah satu
kumpulan ilmu pengetahuan yang mempelajari alam semesta, baik ilmu
15
pengetahuan yang mempelajari alam semesta yang bernyawa ataupun yang tak
bernyawa dengan jalan mengamati berbagai jenis dan perangkat lingkungan alam
serta lingkungan alam buatan.
IPA (sains) merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematik
untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses
penemuan, dan memiliki sikap ilmiah. Pendidikan Sains di SD bermanfaat bagi
siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Pendidikan Sains
menekankan pada pemberian pengalaman langsung dan kegiatan praktis untuk
mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam
sekitar secara ilmiah. Pendidikan Sains diarahkan untuk “mencari tahu” dan
“berbuat” sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang
lebih mendalam tentang alam sekitar (Depdiknas 2004:33).
Menurut Leo Sutrisno (2007) IPA merupakan usaha manusia dalam
memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat (correct) pada sasaran,
serta menggunakan prosedur yang benar (true), dan dijelaskan dengan penalaran
yang sahih (valid) sehingga dihasilkan kesimpulan yang betul (truth). Jadi, IPA
mengandung tiga hal: proses (usaha manusia memahami alam semesta), prosedur
(pengamatan yang tepat dan prosedurnya benar), dan produk (kesimpulannya
betul).
Beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA
adalah hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang
terorganisasi tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman melalui
serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian
gagasan.Dalam IPA mengandung tiga hal: proses (usaha manusia memahami alam
semesta), prosedur (pengamatan yang tepat dan prosedurnya benar), dan produk
(kesimpulannya betul).
2.1.5 Metode Pembelajaran Picture and Picture
Metode pembelajaran picture and picture (dalam Ras Eko Budi Santoso,
2011) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran
kooperatif tidak hanya memperlajari materi saja, namun siswa juga harus
16
mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan
kooperatif. Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan
kerja dan tugas. Peranan huungan kerja dapat dibangun dengan mengembangkan
komunikasi antar anggota kelompok. Sedangkan peranan tugas dilakukan dengan
membagi tugas antar kelompok selama kegiatan. Lingkungan belajar untuk
pembelajaran kooperatif dicirikan oleh proses demokrasi dan peran aktif siswa
dalam menentukan apa yang harus dipelajari dan bagaimana mempelajarinya.
Metode pembelajaran picture and picture ini dapat digunakan dalam
berbagai mata pelajaran dan tentunya dengan kemasan dan kreatifitas guru. Sejak
di populerkan sekitar tahun 2002, metode pembelajaran ini mulai menyebar di
kalangan guru di Indonesia. Dengan menggunakan metode pembelajaran tertentu
maka pembelajaran menjadi menyenangkan. Selama ini hanya guru sebagai aktor
di depan kelas, dan seolah-olah guru-lah sebagai satu-satunya sumber belajar.
Metode Pembelajaran picture and picture, mengandalkan gambar sebagai media
dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi factor utama dalam
proses pembelajaran ini. Sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah
menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau dalam
bentuk carta dalam ukuran besar. Atau jika di sekolah sudah menggunakan ICT
(information comunication technology) dapat menggunakan Power Point atau
software yang lain.
Selain itu metode pembelajaran ini juga memiliki kelebihan dan
kekurangan dalam penerapannya. Adapun kelebihan dari metode pembelajaran
Picture and Picture ini adalah :
a. Guru dengan metode inovatif ini akan dapat dengan mudah mengetahui
kemampuan masing-masing siswa.
b. Melatih berpikir logis dan sistematis siswa
c. Dengan model ini dapat mendorong siswa untuk aktif dalam pembelajaran
d. Guru hanya sebagai pendamping dalam proses belajar
e. Proses belajar akan dapat diikuti secara seragam oleh siswa
17
Sedangkan kekurangan dari metode pembelajaran ini adalah :
a. Memakan banyak waktu.
b. Harus mempersiapkan banyak alat dan bahan yang berhubungan dengan
materi yang akan diajarkan dengan model tersebut.
c. Membutuhkan biaya yang tidak sedikit
d. Guru dituntut untuk lebih terampil dalam menyajikan gambar sehingga
mendorong motivasi siswa untuk belajar aktif
Kesuksesan metode pembelajaran ini di ukur dari kelengkapan materi
pelajaran dan dipusatkan media yang digunakan dalam pembelajaran.(Ras Eko
Budi Santoso, 2011 dalam http://www.ras-eko.co.cc/2011/05/model-
pembelajaran-picture-and-picture.html)
Adapun langkah-langkah metode pembelajaran picture and Picture :
1. Menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Guru menyajikan materi sebagai pengantar
3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar gambar berkaitan dengan materi.
4. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok untuk mendiskusikan
urutan gambar.
5. Siswa secara bergantian mengelompokkan/ mengurutkan gambar-gambar
menjadi urutan yang logis.
6. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
7. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan
konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
8. Kesimpulan / rangkuman. (lihat Ras Eko Budi Santoso, 2011 dalam
http://www.ras-eko.co.cc/2011/05/model-pembelajaran-picture-and-
picture.html)
2.2 Kajian Empiris
Penelitian ini juga di dasarkan pada penelitian yang telah dilakukan oleh
peneliti terhadap metode pembelajaran picture and picture. Adapun hasil
penelitian tersebut antara lain :
18
Menurut Feny Novyanti (2009), dalam penelitiannya yang berjudul “
Model Pembelajaran Picture and Picture Untuk Meningkatkan Hasil Belajar PKn
Siswa Di Kelas IV SDN 17 Kota Bengkulu”. Hasil yang dicapai dalam penelitian
ini adalah aktivitas guru pada siklus I diperoleh rata-rata skor 31 dengan kriteria
baik dan pada siklus II rata-rata skor aktivitas guru meningkat menjadi 32 dengan
kriteria baik. Untuk aktivitas siswa pada siklus I diperoleh rata-rata skor 23
dengan kriteria cukup dan pada siklus II rata-rata skor aktivitas siswa meningkat
menjadi 29,5. Kemudian untuk data hasil tes siklus I mendapat nilai rata-rata 6,33
dengan ketuntasan klasikal 54,77 % dan untuk siklus II diperoleh nilai rata-rata
7,66 dengan ketuntasan belajar klasikal 90,84 %. Berdasarkan hasil penelitian
tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa melalui metode pembelajaran picture
and picture dapat meningkatkan hasil belajar siswa serta dapat meningkatkan
aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran PKn khususnya di kelas IV
SD Negeri 17 Kota Bengkulu. Dari Analisis data disimpulkan bahwa metode
pembelajaran picture and picture sangat efektif digunakan untuk meningkatkan
hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 17 Kota Bengkulu.
Menurut Deden M. La Ode (2011), dalam penelitiannya yang berjudul
“Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SDN 237 Atue Kabupaten
Luwu Timur melalui Metode Pembelajaran Picture and Picture” menunjukkan
bahwa adanya peningkatan hasil belajar IPA setelah penerapan metode
pembelajaran picture and picture dengan nilai ketuntasan belajar siswa secara
klasikal pada siklus I 52 % (13 dari 25 siswa yang dapat mencapai KKM (≥63)
dan pada siklus II 84 % (21 dari 25 siswa yang dapat mencapai KKM (≥63). Ini
berarti bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II
setelah penerapan metode pembelajaran picture and picture sebesar 32 %.
Berdasarkan analisis data dan pembahasan disimpulkan bahwa metode
pembelajaran picture and picture sangat efektif digunakan untuk meningkatkan
hasil belajar IPA Siswa Kelas IV SDN 237 Atue Kabupaten Luwu Timur.
19
2.3 Kerangka Berpikir
Jika pembelajaran IPA siswa kelas IV Semester I menggunakan metode
picture and picture maka hasil belajar IPA akan meningkat.
Dalam kondisi awal guru belum menggunakan metode pembelajaran yang
tepat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA materi simbiosis
mutualisme, komensalisme dan parasitisme sehingga kualitas pembelajaran IPA
Pra Siklus
Tindakan
• Pembelajaran berpusat pada guru
• Siswa kurang aktif dan kurang berpartisipasi dalam
pembelajaran
• Siswa tidak tertarik mempelajari materi
• Sebagian besar siswa tidak tuntas dalam
pembelajaran
• Nilai rendah
Guru menggunakan metode pembelajaran picture and
Picture dengan langkah-langkah :
1. Menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Guru menyajikan materi sebagai pengantar
3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar gambar
berkaitan dengan materi.
4. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok untuk
mendiskusikan urutan gambar.
5. Siswa secara bergantian mengelompokkan/ mengurutkan
gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
6. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar
tersebut.
7. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai
menanamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi
yang ingin dicapai
8. Kesimpulan / rangkuman.
Aktivitas siswa meningkat
Ketrampilan guru meningkat
Hasil belajar siswa
meningkat
Hasil Akhir Kualitas
Pembelajaran
IPA meningkat
Siklus I
Siklus II
20
(aktifitas, ketrampilan guru, hasil belajar siswa) rendah. Untuk perbaikan
selanjutnya, tindakan yang dilakukan guru adalah dengan menggunakan metode
pembelajaran kooperatif tipe Picture and Picture. Dalam metode pembelajaran
kooperatif Picture and Picture, guru menggunakan gambar sebagai medianya,
sehingga siswa dengan mudah mempelajari IPA terutama pada materi simbiosis
mutualisme, parasitisme dan komensalisme. Dengan menerapkan metode
pembelajaran Picture and Picture, maka kualitas pembelajaran IPA (aktivitas
siswa, ketrampilan guru, hasil belajar siswa) akan meningkat.
2.4 Hipotesis Tindakan
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Penggunaan
metode pembelajaran picture and picture dapat meningkatkan hasi belajar IPA
pada siswa kelas IV SD Negeri Slungkep 02 kecamatan Kayen kabupaten Pati
tahun 2011/2012.
2.5 Indikator Kinerja
untuk mengetahui tingkat keberhasilan penelitian tindakan ini, dapat
dilihat dengan indikator sebagai berikut :
1. Meningkatnya hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SD Negeri Slungkep
02 kecamatan Kayen kabupaten Pati tahun 2011/2012 setelah melakukan
tindakan dengan menggunakan metode picture and picture yang ditandai
rata-rata nilai hasil nilai sesuai KKM yaitu 65. Dan rata siswa yang
mendapatkan nilai tersebut adalah 80 %
2. Adanya peningkatan keaktifan belajar siswa pada proses pembelajaran IPA
pada siswa kelas IV SD Negeri Slungkep 02 kecamatan Kayen kabupaten
Pati tahun 2011/2012 setelah melakukan tindakan dengan menggunakan
metode picture and picture pada kategori baik yang mencapai 80%.