bab ii kajian pustaka 2.1 2.1 -...

16
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pendidikan Matematika 2.1.1.1 Pengertian Pembelajaran Matematika Pembelajaran tematik merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran dalam berbagai tema. Shoemaker (1989) mendefinisikan kurikulum terintegrasi (tematik) sebagai “...pendidikan yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga melintasi garis-garis batas mata pelajaran, membawa bersama beragam aspek kurikulum ke dalam asosiasi yang bermakna agar terfokus kepada bidang-bidang studi yang luas. Ia memandang belajar dan mengajar secara holistik dan merefleksikan dunia nyata, yang interaktif”. Pembelajaran dengan pendekatan tematik ini mencakup kompetensi mata pelajaran yaitu: PPKn, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, Seni Budaya dan Prakarya, dan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Sedangkan mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti tidak termasuk mata pelajaran dalam tematik. Pengembangan kurikulum matematika ke depan diarahkan untuk meningkatkan kecakapan hidup (life skill), terutama dalam membangun kreatifitas, kemampuan berpikir kritis, berkolaborasi atau bekerjasama dan keterampilan berkomunikasi. Selain itu, pengembangan kurikulum matematika juga menekankan kemahiran atau keterampilan menggunakan perangkat teknologi untuk melakukan perhitungan teknis (komputasi) dan penyajian dalam bentuk gambar dan grafik (visualisasi), yang penting untuk mendukung keterampilan lainnya yang bersifat keterampilan lintas disiplin ilmu dan keterampilan yang bersifat nonkognitif serta pengembangan nilai, norma dan etika ( soft skill). Pada tingkat SD/MI, kompetensi mata pelajaran matematika disajikan sebagai mata pelajaran tersendiri, tetapi pembelajarannya dilakukan secara tematik terpadu dengan mata pelajaran lain dengan mempertimbangkan konteksnya.

Upload: vuongnhu

Post on 28-Apr-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/17116/2/T1_292014074_BAB II... · luas. Ia memandang belajar dan mengajar secara holistik

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Hakikat Pendidikan Matematika

2.1.1.1 Pengertian Pembelajaran Matematika

Pembelajaran tematik merupakan pendekatan pembelajaran yang

mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran dalam

berbagai tema. Shoemaker (1989) mendefinisikan kurikulum terintegrasi (tematik)

sebagai “...pendidikan yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga melintasi

garis-garis batas mata pelajaran, membawa bersama beragam aspek kurikulum ke

dalam asosiasi yang bermakna agar terfokus kepada bidang-bidang studi yang

luas. Ia memandang belajar dan mengajar secara holistik dan merefleksikan dunia

nyata, yang interaktif”. Pembelajaran dengan pendekatan tematik ini mencakup

kompetensi mata pelajaran yaitu: PPKn, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS,

Seni Budaya dan Prakarya, dan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan.

Sedangkan mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti tidak termasuk

mata pelajaran dalam tematik.

Pengembangan kurikulum matematika ke depan diarahkan untuk

meningkatkan kecakapan hidup (life skill), terutama dalam membangun

kreatifitas, kemampuan berpikir kritis, berkolaborasi atau bekerjasama dan

keterampilan berkomunikasi. Selain itu, pengembangan kurikulum matematika

juga menekankan kemahiran atau keterampilan menggunakan perangkat teknologi

untuk melakukan perhitungan teknis (komputasi) dan penyajian dalam bentuk

gambar dan grafik (visualisasi), yang penting untuk mendukung keterampilan

lainnya yang bersifat keterampilan lintas disiplin ilmu dan keterampilan yang

bersifat nonkognitif serta pengembangan nilai, norma dan etika (soft skill). Pada

tingkat SD/MI, kompetensi mata pelajaran matematika disajikan sebagai mata

pelajaran tersendiri, tetapi pembelajarannya dilakukan secara tematik terpadu

dengan mata pelajaran lain dengan mempertimbangkan konteksnya.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/17116/2/T1_292014074_BAB II... · luas. Ia memandang belajar dan mengajar secara holistik

9

Mata pelajaran Matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib

yang harus diberikan kepada siswa pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.

Matematika adalah produk dari pikiran manusia, utamanya berpusat pada ide-ide,

proses, dan pemberian alasan atau penjelasan. Matematika merupakan sebuah pola

pikir, sebuah jalan, metode pengaturan dari bukti-bukti logis (Yustinus, 2017:1).

Menurut Susilo dalam (Ibrahim, 2012:12), bahwa matematika dipandang dari

aspek metode, cara penalaran, bahasa, dan objek penyelidikannya memiliki

kekhasan, yang keseluruhannya itu merupakan bagian dari kebudayaan manusia

yang bersifat universal. Matematika juga merupakan sebuah bahasa, sebuah

struktur yang terorganisasi dari pengetahuan, ilmu tentang keteraturan suatu pola,

juga bisa disebut sebagai bentuk seni (Yustinus, 2017:2-3). Jadi matematika

merupakan ilmu deduktif mengenai pola keteraturan, berpikir logika dan

terorganisir sehingga terdapat hubungan antar konsep satu dengan lainnya.

Matematika sangat penting dan menjadi dasar dalam perkembangan teknologi

modern, peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir

manusia. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan

penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

2.1.1.2 Tujuan Pendidikan Matematika

Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki

kemampuan: (1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan

antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat,

efisien, dan tepat, daam pemecahan masalah, (2) Menggunakan penalaran pada

pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuaut generalisasi,

menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, (3)

Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang

model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh,

(4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain

untuk memperjelaskeadaan atau masalah, (5) Memiliki sikap menghargai

kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian,

dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/17116/2/T1_292014074_BAB II... · luas. Ia memandang belajar dan mengajar secara holistik

10

pemecahan masalah (Yustinus, 2017:5-6). Jadi matematika membekali siswa

dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta

kemampuan bekerjasama. Kompetensi ini diperlukan agar siswa dapat memiliki

kemampuan memperoleh informasi, mengelola, dan memanfaatkan informasi

untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan

kompetitif.

2.1.1.3 Ruang Lingkup Pendidikan Matematika

Ruang lingkup Matematika SD/MI mencakup:

1. Bilangan,

2. Geometri dan pengukuran,

3. Statistika.

Peta Materi pada Mata Pelajaran Matematika Sekolah Dasar/Madrasah

Ibtidaiyah sebagai berikut ini.

Tabel 2.1

Ruang Lingkup Matematika

Ruang

Lingkup

Kelas

IV

Bilangan Pecahan senilai

Bentuk pecahan (biasa, campuran, decimal, persen)

Taksiran hasil pengoperasian dua bilangan pecahan

Faktor dan Kelipatan

Bilangan Prima

FPB dan KPK

Pembulatan hasil pengukuran ke satuan, pululuhan atau ke

ratusan terdekat

Geometri dan

Pengukuran

Segi banyak (beratutan dan tak beraturan)

Keliling dan luas daerah (persegi, persegipanjang,

segitiga)

Hubungan antar garis (sejajar, berpotongan, berhimpit)

Pengukuran sudut dengan busur derajat

Statistika Data dan pengukuran (diagram batang)

Sumber: Silabus Matematika SD versi 2016 hal 7

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/17116/2/T1_292014074_BAB II... · luas. Ia memandang belajar dan mengajar secara holistik

11

Menurut Permendikbud tahun 2016 No.24, Kompetensi Inti (KI) pada

kurikululum 2013 merupakan tingkatan kemampuan untuk mencapai standar

kompetensi lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap tingkat

kelas. Sedangkan Kompetensi Dasar (KD) adalah kemampuan dan materi

pembelajaran minimal yang harus dicapai peserta didik untuk suatu mata

pelajaran pada masing-masing satuan pendidikan yang mengacu pada kompetensi

inti. Kurikulum 2013 mencakup empat kompetensi yang harus dicapai oleh siswa,

yaitu (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4)

keterampilan. Rumusan Kompetensi Sikap Spiritual yaitu, “Menerima dan

menjalankan ajaran agama yang dianutnya”. Adapun rumusan Kompetensi Sikap

Sosial yaitu, “Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun,

peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru”.

Kedua kompetensi tersebut dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect

teaching), yaitu keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah dengan

memperhatikan karakteristik mata pelajaran, serta kebutuhan dan kondisi peserta

didik.

KI pengetahuan dan KI keterampilan beserta dengan KD mata pelajaran

Matematika kelas 4 Sekolah Dasar Tahun Pelajaran 2017/2018 kurikulun 2013

disajikan secara rinci melalui tabel 2.1 berikut ini.

Tabel 2.2

Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Matematika Kelas 4

KOMPETENSI INTI 3

(PENGETAHUAN)

KOMPETENSI INTI 4

(KETERAMPILAN)

3. Memahami pengetahuan faktual dan

konseptual dengan cara mengamati,

menanya dan mencoba berdasarkan

rasa ingin tentang dirinya, makhluk

ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan

benda-benda yang dijumpainya di

rumah, di sekolah dan tempat bermain.

4. Menyajikan pengetahuan faktual

dan anak sehat, dan dalam

tindakan yang mencerminkan

perilaku anak beriman dan

berakhlak mulia

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/17116/2/T1_292014074_BAB II... · luas. Ia memandang belajar dan mengajar secara holistik

12

KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR

3.2 Menjelaskan berbagai bentuk

pecahan (biasa, campuran,

desimal, dan persen) dan

hubungan di antaranya

4.2 Mengidentifikasi berbagai

bentuk pecahan (biasa,

campuran, desimal, dan persen)

dan hubungan di antaranya

3.3 Menjelaskan dan melakukan

penaksiran dari jumlah, selisih,

hasil kali, dan hasil bagi dua

bilangan cacah maupun pecahan

dan desimal

4.3 Menyelesaikan masalah

penaksiran dari jumlah, selisih,

hasil kali, dan hasil bagi dua

bilangan cacah maupun pecahan

dan desimal

Sumber: Permendikbud Tahun 2016 Nomor 024 Lampiran 14 halaman 7

2.1.2 Model Pembelajaran Think Pair Share

2.1.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Think Pair Share

Think Pair Share merupakan salah satu tipe model kooperatif yaitu dengan

berkelompok secara pasangan. Think Pair Share (TPS) atau Berpikir Berpasangan

Berbagi dikembangkan oleh Frank Lyman dan kawan-kawannya dari Universitas

Maryland. TPS menurut Slavin dalam (Thobroni, 2015) adalah sebuah metode

yang sederhana, tetapi sangat berguna yang dikembangkan oleh Frank Lyman dari

Universitas Maryland. Ketika guru menerangkan pelajaran di depan kelas, siswa

duduk berpasangan dalam kelompoknya. Guru memberikan pertanyaan di kelas.

Lalu, siswa diperintahkan untuk memikirkan jawaban, kemudian siswa

berpasangan dengan masing-masing pasangannya untuk mencari kesepakatan

jawaban. Terakhir guru meminta siswa untuk membagi jawaban kepada seluruh

siswa di kelas. Sedangkan menurut Frank Lyman dalam (Tampubolon, 2014)

berpendapat bahwa model pembelajaran kooperatif TPS adalah pembelajaran

yang dilakukan dengan pertukaran pemikiran melalui pengalaman belajar peserta

didik. Selanjutnya Suprijono dalam (Thobroni, 2015) berpendapat bahwa TPS

memiliki makna: thinking, siswa diberi kesempatan untuk memikirkan ide-ide

mereka tentang pertanyaan atau wacana yang diberikan oleh guru; pairing, siswa

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/17116/2/T1_292014074_BAB II... · luas. Ia memandang belajar dan mengajar secara holistik

13

menentukan dengan siapa mereka akan berpasangan; sharing, ide-ide yang telah

ditemukan dibagikan kepada kelompok lain melalui kegiatan diskusi dan tanya

jawab.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa

TPS adalah pembelajaran yang mengharuskan siswa untuk berfikir secara

individual yang dilanjutkan dengan bertukar pikiran secara berpasangan, dimana

hasil ide-ide atau pemecahan masalah dibagikan kepada kelompok lain melalui

diskusi.

2.1.2.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Think Pair Share

Langkah-langkah penggunaan TPS menurut Lyman dan kawan-kawan dalam

(Thobroni, 2015) sebagai berikut:

1) Langkah 1: Berpikir (Thinking)

Langkah pertama, guru mengajukan pertanyaan atau isu yang terkait

dengan pelajaran dan siswa diberi waktu satu menit untuk berpikir sendiri

mengenai jawaban atau isu tersebut.

2) Langkah 2: Berpasangan (Pairing)

Selanjutnya, pada langkah kedua, guru meminta kepada siswa untuk

berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang telah dipikirkan.

Interaksi selama periode ini dapat menghasilkan jawaban bersama jika

suatu pernyataan telah diajukan atau penyampaian ide bersama jika suatu

isu khusus telah diidentifikasi. Biasanya, guru mengizinkan tidak lebih

dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.

3) Langkah 3: Bebagi (Sharing)

Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi atau

bekerja sama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang telah

mereka bicarakan. Pada langkah ini, akan menjadi efektif jika guru

berkeliling kelas dari pasangan satu ke pasangan yang lain.

Kemudian menurut Miftahul Huda (2014), langkah-langkah model

pembelajaran TPS sebagai berikut:

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/17116/2/T1_292014074_BAB II... · luas. Ia memandang belajar dan mengajar secara holistik

14

1) Siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok. Setiap kelompok terdiri

dari empat anggota/siswa.

2) Guru memberikan tugas pada setiap kelompok.

3) Masing-masing kelompok memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut

sendiri-sendiri terlebih dahulu.

4) Kelompok membentuk anggota-anggotanya secara berpasangan. Setiap

pasangan mendiskusikan hasil pengerjaan individu.

5) Kedua pasangan lalu bertemu kembali dalam kelompoknya masing-masing

untuk menshare hasil diskusinya.

Pendapat serupa juga disampaikan oleh Saur Tampubolon (2014) bahwa

langkah-langkah model TPS sebagai berikut:

1) Pengelompokkan peserta didik dengan jumlah anggota 5 orang.

2) Pendidik memberikan permasalahan yang dapat dijawab oleh peserta didik

dengan mempelajari buku ajar/handout.

3) Pertama peserta didik memikirkan sendiri jawaban permasalahan tersebut.

4) Selanjutnya, peserta didik berbagi pemikiran dalam kelompok.

5) Setelah pekerjaan kelompok tuntas, selanjutnya peserta didik berbagi

pemikiran antar kelompok.

6) Peserta didik bersama pendidik menyimpulkan jawaban atas masalah yang

diberikan.

7) Penilaian dilakukan untuk mengukur keberhasilan pembelajaran.

Berdasarkan ketiga pendapat para ahli mengenai langkah-langkah model

pembelajaran TPS, maka dapat disimpulkan langkah model TPS sebagai berikut:

1) Guru memberikan permasalahan terkait dengan pelajaran.

2) Siswa berpikir secara individu mengenai jawaban permasalahan.

3) Masing-masing siswa mengemukakan hasil pemikirannya kepada

pasangannya.

4) Setiap pasangan menshare hasil diskusi pasangan ke kelompok.

5) Masing-masing kelompok menshare hasilnya ke dalam diskusi kelas.

6) Simpulan.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/17116/2/T1_292014074_BAB II... · luas. Ia memandang belajar dan mengajar secara holistik

15

2.1.2.3 Kelebihan Model Pembelajaran Think Pair Share

Menurut Hartina (dalam Rosita, Leonad, 2013: 7-8), model pembelajaran

Think Pair Share memiliki kelebihan, antara lain: 1) memungkinkan siswa untuk

merumuskan dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang

diajarkan karena secara tidak langsung memperoleh contoh pertanyaan yang

diajukan oleh guru, serta memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi yang

diajarkan, 2) siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan

pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam memecahkan

masalah, 3) siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya

dalam kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang, 4) siswa

memperoleh kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusinya dengan

seluruh siswa sehingga ide yang ada menyebar, 5) memungkinkan guru untuk

lebih banyak memantau siswa dalam proses pembelajaran.

2.1.2.4 Kelemahan Model Pembelajaran Think Pair Share

Adapun kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share

adalah sangat sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan siswanya

rendah dan waktu yang terbatas, sedangkan jumlah kelompok yang terbentuk

banyak (Hartina, dalam Rosita, Leonard, 2013:8). Dalam hal ini dapat dijabarkan

antara lain: 1) untuk siswa yang memiki kemampuan akademik yang tinggi,

mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki

kemampuan. Akibatnya, keadaan semacam ini dapat menggangu iklim kerja sama

dalam kelompok. 2) Ciri utama pembelajaran kooperatif adalah siswa saling

membelajarkan. Oleh karena itu jika tanpa pertemuan yang efektif, dibandingkan

dengan pengajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar yang demikian,

apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah dicapai oleh siswa. 3)

Penilaian yang diberikan didasarkan kepada hasil kerja kelompok, namun guru

perlu menyadari bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah

prestasi setiap individu siswa. 4) Upaya mengembangkan kesadaran berkelompok

memerlukan periode waktu yang cukup panjang sehingga hal ini tidak dapat

tercapai hanya dengan satu kali atau sekali-sekali penerapan strategi ini. 5)

Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat penting

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/17116/2/T1_292014074_BAB II... · luas. Ia memandang belajar dan mengajar secara holistik

16

untuk siswa akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan

kepada kemampuan secara individu.

2.1.3 Motivasi

2.1.3.1 Pengertian

Motivasi sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran. Motivasi belajar

yang tinggi akan menghasilkan proses pembelajaran yang baik. Hal ini dapat

dilihat dari hasil belajar siswa yang tinggi. Motivasi belajar adalah dorongan

internal dan eksternal pada peserta didik yang sedang belajar untuk mengadakan

perubahan perilaku (Suprijono, 2011). Dorongan intrinsik merupakan dorongan

dari dalam diri seseorang yang akan berusaha karena merasa senang melakukan

pembelajaran yang baik serta mengalami kepuasan atas hasil belajarnya.

Sedangkan dorongan ekstrinsik merupakan dorongan yang timbul oleh

rangsangan yang berasal dari luar diri seseorang. Crawford dalam (Tampubolon,

2013) berpendapat bahwa motivasi adalah dorongan yang menimbulkan kemauan

pada diri seseorang untuk melakukan sesuatu. Kemudian Sardiman berpendapat

bahwa motivasi adalah suatu daya penggerak seseorang untuk melakukan

kegiatan dalam mencapai tujuan tertentu. Dari pengertian beberapa ahli diatas,

dapat disimpulkan pengertian dari motivasi yaitu dorongan yang timbul baik

secara internal maupun eksternal sebagai daya penggerak seseorang untuk

melakukan kegiatan dalam mencapai tujuan tertentu.

Motivasi belajar dapat dilihat dari indikator-indikator seperti keantusiasan

dalam belajar, minat atau perhatian pada pembelajaran, keterlibatan dalam

kegiatan belajar, rasa ingin tahu pada isi pembelajaran, ketekunan dalam belajar,

selalu berusaha mencoba, dan aktif mengatasi tantangan yang ada dalam

pembelajaran (Wena, 2013).

Indikator motivasi belajar menurut Hamzah B. Uno dalam (Suprijono, 2011)

dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil.

2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar.

3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan.

4) Adanya penghargaan dalam belajar.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/17116/2/T1_292014074_BAB II... · luas. Ia memandang belajar dan mengajar secara holistik

17

5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.

6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan

peserta didik dapat belajar dengan baik.

Pengukuran motivasi diperlukan untuk mengetahui indikator-indikator

motivasi telah tercapai. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk

mengukur motivasi, yaitu observasi langsung, penilaian skala oleh individu lain,

dan pelaporan diri. Observasi, menurut Sutrisno Hadi dalam (Sugiyono, 2013)

mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks,

tersusun dari berbagai proses biologis dan psikhologis. Dua diantara yang

terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Observasi langsung

mengacu pada contoh-contoh perilaku dari pilihan tugas, usaha yang dikeluarkan,

dan kegigihan. Penilaian skala oleh Individu lain merupakan penilaian yang

dilakukan oleh pengamat terhadap murid pada berbagai karakteristik yang

mengindikasikan motivasi. Sedangkan metode pelapor diri merupakan penilaian

individu mengenai dirinya sendiri.

Langkah penilaian:

a. Penilaian pelaksanaan proses pembelajaran di kelas. Tim kolaborator yang

terdiri dari 2 orang (guru dan mahasiswa) melakukan penilaian

berdasarkan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan

oleh peneliti. Penilaian pelaksanaan pembelajaran diberikan dalam bentuk

centang atau ceklist pada instrumen yang sama.

b. Melakukan pengisian angket tentang motivasi belajar oleh siswa setelah

pembelajaran selesai. (Tampubolon, 2014)

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Sigit Rizkiawan (2013)

terkait penggunaan model pembelajaran Think Pair Share untuk meningkatkan

motivasi belajar dan hasil belajar Matematika pada siswa kelas IV SD Negeri 01

Ampel Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali, menunjukkan bahwa pada kondisi

awal, dari total keseluruhan siswa sebanyak 46 siswa, ditemukan yaitu 24 siswa

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/17116/2/T1_292014074_BAB II... · luas. Ia memandang belajar dan mengajar secara holistik

18

yang lulus KKM atau 52,17% kemudian setelah diberikan tindakan perbaikan

pada siklus I siswa yang lulus KKM menjadi 36 siswa atau meningkat menjadi

78,26%, pada siklus II 43 siswa lulus KKM dengan prosentase 93,48%. Motivasi

belajar siswa juga meningkat dari siklus I ke siklus II, yaitu pada siklus I motivasi

belajar Matematika dengan penerapan model kooperatif tipe Think Pair Share

sebesar 72,80% menjadi 87,66% pada siklus II.

Penelitian serupa juga telah dilakukan oleh Normalasarie, Muhammad Rizki

Zukkarnain (2017) dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Think Pair

Share (TPS) menggunakan alat peraga untuk meningkatkan motivasi dan hasil

belajar Matematika pada siswa kelas V SDN Pakauman 1 Banjarmasin

menunjukkan telah berhasil meningkatkan hasil belajar dan motivasi siswa. Pada

kondisi awal hasil belajar dan motivasi siswa berada di 50% masih di bawah

ketuntasan minimal. Pada siklus pertama diperoleh data dengan kriteria baik,

namun ada beberapa siswa yang masih belum memahami konsep. Hasil belajar

siswa secara klasikal tuntas sebanyak 60% sehingga tindakan ini belum mencapai

keberhasilan. Setelah perbaikan pembelajaran dilakukan siklus kedua mencapai

80% dengan rata-rata nilai keseluruhan sebesar 86,31%.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Dian Febriani (2016) terkait

penggunaan model pembelajaran Think Pair Share untuk meningkatkan hasil

belajar Matematika pada siswa kelas IV SDN Kutowinangun 01 Kota Salatiga,

hasilnya menunjukkan peningkatan dari kondisi awal 63,84% meningkat pada

siklus I menjadi 68,71% dan telah meningkat lagi mencapai 88,43% pada siklus

II. Penelitian seupa juga dilakukan oleh Supardi (2013) dalam meningkatkan hasil

belajar matematika melalui pembelajaran Kooperatif Think Pair Share pada siswa

kelas IV semester 1 SD Negeri 3 Tambakrejo tahun Pelajaran 2012/2013 telah

berhasil. Diketahui hasil penelitian yang dilakukan melalui dua siklus

menunjukkan adanya peningkatan pada siklus ke II. Dari hasil analisis didapatkan

bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II

yaitu, siklus I (60,25%), siklus II (89,00%).

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/17116/2/T1_292014074_BAB II... · luas. Ia memandang belajar dan mengajar secara holistik

19

Penelitian juga telah dilakukan oleh Sri Novianti (2013) yaitu peningkatan

hasil belajar Matematika melalui model pembelajaran Think Pair Share pada kelas

V SDN Karangwage 02 Trangkil Pati Semester 1 tahun pelajaran 2013/2014

berhasil meningkatkan hasil belajar siswa. pada kondisi awal hanya 35% dari 20

siswa yang memenuhi hasil belajar sesuai KKM 75. Setelah dilakukan tindakan

penelitian yang berlangsung dalam dua siklus diketahui hasil penelitian siklus I

siswa memperoleh nilai >75 mencapai 45%. Pada siklus II telah mengalami

peningkatan yaitu siswayang memperoleh nilai >75 mencapai 90%. Sehingga

penelitian yang dilakukan telah berhasil.

Maka, dari beberapa hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran TPS dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV SD pada

mata pelajaran Matematika.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/17116/2/T1_292014074_BAB II... · luas. Ia memandang belajar dan mengajar secara holistik

20

2.3 Kerangka Pikir

Pembelajaran yang kurang menarik dapat mengakibatkan rendahnya motivasi

belajar Matematika, sehingga diperlukan adanya model pembelajaran yang dapat

membangkitkan motivasi belajar Matematika pada siswa. Model pembelajaran

TPS merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan motivasi belajar

Matematika pada siswa. Model pembelajaran TPS adalah kegiatan pembelajaran

Matematika SD yang melibatkan secara maksimal kemampuan siswa pada proses

berfikir secara kritis dan analisis untuk merumuskan sendiri penemuannya yang

dilanjutkan dengan bertukar pikiran secara berpasangan, dimana hasil ide-ide atau

pemecahan masalah dibagikan kepada kelompok lain melalui diskusi. Adapun

langkah-langkah model pembelajaran TPS yaitu: (1) Guru memberikan

permasalahan terkait dengan pelajaran, (2) Siswa berpikir secara individu

mengenai jawaban permasalahan, (3) Masing-masing siswa mengemukakan hasil

pemikirannya kepada pasangannya, (4) Setiap pasangan menshare hasil diskusi

pasangan ke kelompok, (5) Masing-masing kelompok menshare hasilnya ke

dalam diskusi kelas, (6) Simpulan.

Model pembelajaran TPS merupakan salah satu pemecahan masalah yang

digunakan untuk mengatasi rendahnya motivasi belajar Matematika. Motivasi

belajar adalah dorongan yang timbul baik secara internal maupun eksternal

sebagai daya penggerak seseorang untuk melakukan kegiatan dalam mencapai

tujuan pembelajaran Matematika SD. Adapun indikator dari motivasi belajar

siswa: 1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil, 2) Adanya dorongan dan

kebutuhan dalam belajar, 3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan, 4) Adanya

penghargaan dalam belajar, 5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, 6)

Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan peserta didik

dapat belajar dengan baik. Melaui model pembelajaran TPS ini, diharapkan siswa

lebih aktif dalam pembelajaran sehingga motivasi belajar siswa meningkat.

Penjelasan lebih rinci disajikan dalam gambar berikut ini.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/17116/2/T1_292014074_BAB II... · luas. Ia memandang belajar dan mengajar secara holistik

21

Kompetensi Dasar 3.8 Menganalisis sifat-sifat segi

banyak beraturan dan segi

banyak tidak beraturan

4.8 Mengidentifikasi segi banyak

beraturan dan segi banyak tidak

beraturan.

3.9 Menjelaskan dan menentukan

keliling dan luas persegi,

persegi panjang, dan segitiga

serta hubungan pangkat dua

dengan akar pangkat dua.

4.9 Menyelesaikan masalah

berkaitan dengan keliling dan

luas persegi, persegi panjang,

dan segitiga termasuk

melibatkan pangkat dua dengan

akar pangkat dua.

Masalah Pembelajaran + Motivasi

Belajar Siswa

Pembelajaran Inovatif

Model Pembelajaran TPS

Lembar

Observasi dan

Angket

Motivasi, tes

Jumlah skor

penilaian motivasi

belajar Matematika

2. Siswa berpikir secara individu mengenai

jawaban permasalahan.

3. Masing-masing siswa mengemukakan hasil pemikirannya kepada pasangannya.

4. Setiap pasangan menshare hasil diskusi

pasangan ke kelompok.

Pengukuran

Motivasi

Gambar peningkatan motivasi belajar Matematika melalui model TPS

5. Masing-masing kelompok menshare

hasilnya ke dalam diskusi kelas.

6. Simpulan.

Indikator Motivasi Belajar Matematika

1. Guru memberikan permasalahan terkait

dengan pelajaran.

4) Adanya lingkungan belajar yang

kondusif sehingga memungkinkan

peserta didik dapat belajar dengan baik.

1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil.

2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam

belajar.

3) Adanya harapan dan cita-cita masa

depan.

5) Adanya penghargaan dalam belajar.

6) Adanya kegiatan yang menarik dalam

belajar.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/17116/2/T1_292014074_BAB II... · luas. Ia memandang belajar dan mengajar secara holistik

22

Bagan Siklus Pembelajaran

Tindakan

Model Pembelajaran

Think Pair Share Kondisi Akhir

Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Matematika Melalui Model

Pembelajaran Think Pair Share Siswa Kelas 4 SDN Sidorejo Lor

01 Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2017/2018

Siklus 1 guru sudh

menggunakan

model

pembelajaran Think

Pair Share (TPS)

Siklus 2 memperbaiki

siklus 1 dengan

menggunakan model

pembelajaran Think Pair

Share (TPS)

Kondisi Awal Guru sudah

menggunakan model

pembelajaran inovatif

namun belum optimal.

Motivasi belajar

siswa rendah

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/17116/2/T1_292014074_BAB II... · luas. Ia memandang belajar dan mengajar secara holistik

23

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian pada kajian pustaka dan kerangka pemikiran di atas

maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas peningkatan motivasi

belajar Matematika diduga dapat diupayakan melalui model pembelajaran Think

Pair Share siswa kelas 4 SD Negeri Sidorejo Lor 01 Kota Salatiga tahun pelajaran

2017/2018.