bab ii kajian literatur a. tinjauan museum 1. pengertian ... · benda bahan pembuktian tentang...
TRANSCRIPT
BAB II
KAJIAN LITERATUR
A. Tinjauan Museum
1. Pengertian museum :
a. Museum berasal dari kata “Mouseion ” yang merupakan kuil klasik tempat
pemujaan Dewi Muse dalam mitologi Yunani, yang dipercaya sebagai lambang
cabang ilmu pengetahuan dan kesenian. (Moh. Amir Sutaarga, 1989:17)
b. Museum adalah suatu lembaga yang bersifat badan hukum, tidak mencari
keuntungan dalam pelaksanaannya kepa masyarakat, tetapi untuk memajukan
masyarakat lingkungannya serta terbuka untuk umum. Museum mengadakan
kegiatan pengadaan, pengawetan, riset, komunikasi dan pameran segala macam
benda bahan pembuktian tentang kehadiran umat manusia dan lingkungannya
untuk tujuan tertentu, pengkajian dan pendidikan maupun kesenangan. (Moh.
Amir Sutaarga, 1989 :33 )
c. Merupakan gedung yang digunakan sebagai tempat untuk pameran tetap benda-
benda yang patut mendapat perhatian umum sepert peninggalan sejarah, seni dan
ilmu, tempat penyimpanan barang- barang kuno. (Kamus Bahasa Indonesia: 1962
:675)
2. Sejarah dan Perkembangan Museum
Sejarah Museum diawali dengan munculnya naluri ilmiah manusia, yaitu
naluri untuk melakukan pengumpulan sejak 85.000 tahun silam sudah merupakan
tukang himpun terbukti oleh hasil penelitian dari para arkeolog. Di dalam gua-gua
berdiam manusia Neanderthal dimana didalam gua ini terdapat kepingan-kepingan
batu yang disebut juga fosil .
Koleksi ini merupakan penyajian pertama dan merupakan yang tertua.
Akhir abad 18 di Eropa Barat, banyak muncul kegiatan - yang dilakukan oleh
masyarakat Eropa dalam bidang ilmiah, hingga banyak pula berdiri perkumpulan
atau lembaga ilmiah, salahsatunya berdiri sejenis museum yang disebut dengan
institusional museum.Diawali dengan pecahnya revolusi perancis, yang kemudian
dikenal dengan semboyan Liberte, Egalite et Fratemite, membawa perubahan
pada sendi yang lama dengan lahirnya bibit - bibit demokrasi barat yang menjadi
sebuah tatanan kehidupan bagi bangsa Eropa.Perubahan tatanan kehidupan ini
menyebabkan disitanya banya istana milik raja maupun para bangasawan oleh
negara dan semua awalnya hanya diperuntukkan khusus bagi keluarga raja
kerabatnya dan para bangsawan, menjadi terbuka untuk rakyat. Sebagai contoh
adalah museum Le Louvre di Paris, Perancis, yang berasal dari Raja Frans 1 yang
seianjumya oleh Raja Louis XIV dari Fotainebleau ke istana Louvre
Sejak saat itulah kemudian museum menjadi salah satu lambang bagi
kedaulatan rakyat khususnya dibidang ilmu kebudayaan maupun seni dan tidak
lagi hanya menjadi monopoli ilmu bangsawan dan kaum cendikiawan saja, tetapi
telah menjadi milik umum dan seluruh lapisan masyarakat. Pada perkembangan
berikutnya museum lebih menonjolkan fungsi rekreasi daripada fungsi
edukatifnya. Setelah perang dunia II banyak negara yang sadar bahwa kehidupan
cultural, seperti halnya dunia pendidikan dipandang perlu untuk dimasukkan
dalam jangakauan strategis kebudayaan dan dikelola oleh sistem adminstrasi
kebudayaan. Secara internasional perlu adanya kerjasama di bidang tersebut, dan
tugas ini kemudian dipercayakan pada UNESCO, salahsatu badan PBB yang
mengurusi masalah pendidikan, dan ilmu pengetahuan. Selanjutnya dibidang
permuseuman, UNESCO membentuk lembaga yang mengurusi masalah
permuseuman yang disebut dengan International Council of Museum, disingkat
ICOM. Pada tahun 1981, ICOM memiliki anggota kurang 7600 anggota dari
semua negara anggota PBB.
Di Indonesia sendiri mempunyai sejarah ilmu dan kesenian tua diantara
Negara-negara Asia Tenggara lainnya. Hal ini dibuktikan dengan adanya sejarah
jaman kolonialisme dan Imperialisme.Pada tanggal 24 April 1778, Bataviaasch
Genootschap van en Wetenschappen, badan usaha yang bertujuan memajukan
dalam bidang seni, ilmu, khususnya bidang ilmu sejarah,arkeologi, etnografi, dan
fisika serta menerbitkan berbagai penelitian, suatu lembaga ilmu pengetahuan.
JCM Radermacher, sebagai pendiri menyumbangkan sebuah rumah berikut
koleksi budaya sebagai cikal bakal museum di indonesia.
Dan dengan bertambahnya jumlah koleksi, pada awal abad ke19 Sir
Thomas Stamford Raflles membangun gedung baru di Jalan Majapahit nomor 3,
yang diberi nama Literzuy Society. Dan pada tahun 1862, pemerintah Hindia
Belanda memutuskan untuk membangun gedung museum baru yang dapat
digunakan sebagai kantor sekaligus untuk memamerkan koleksi. Gedung itu
terletak di jalan Medan Merdeka Barat nomor 12, Jakarta Pusat. Diresmikan pada
tahun 1868, yang kemudian dikenal dengan nama Museum Gajah, karena terdapat
patung Gajah yang terbuat dari perunggu, yang merupakan hadiah dari raja
Culalongkom dari Thailand.
Museum ini juga disebut Museum Arca, karena didalamnya tersimpan
berbagai jenis dan bentuk arca yang berasal dari berbagai daerah. Pada tanggal 29
Febuari 1950, lembaga tersebut menjadi lembaga Kebudayaan Indonesia, dan
pada tanggal 17 September diserahkan kepada pemerintah Indonesia dan menjadi
Museum dan pada tanggal 28 Mei 1979 berubah nama menjadi MuseumNasional
yang merupakan museum tertua di Indonesia.
Pada tahun 1662 didirikan De Ambonsche Raritteinkamer, Rumpuis, tetapi
kemudian lenyap dimakan tahun. Pada abad 20 didirikan museum Aceh pada
masa pemerintahan hindia belanda dan diresmikan oleh gubemur sipil pada
tanggal 31 Iuli 1915. Museum Ini dkembangkan menjadi museum negeri provinsi
Aceh. Tahun 1922 , warga Surabaya keturunan Jerman mendirikan museum
Steelijk historish museum Surabaya, yang saat ini berubah namanya menjadi
Museum Negeri Mpu Tantular.
Di Bali pada tanggal 8 September 1932 diresmikan sebuah nama Bali
museum, yang kemudian pada tahun 1965 diserahkan pemerintah, dan saat ini
namanya menjadi Museum Negeri propinsi bali. Di Yogyakarta sejak tahun 1924
dirintis Sebuah museum oleh java institute yang pada tahun 1935 dirresmikan
menjadi Museum sonobudoyo, kemudian setelah proklamasi museum ini Dikelola
oleh pemerintah daerah, dan akhirnya pada tahun 1974 museum ini diserahkan
pada pemerintah pusat . Setelah tahun 1945 Museum-Museum di Indonesia terus
bermunculan baik yang didirikan oleh pihak pemerintah maupun saat ini telah
berdiri sekitar 140 buah museum di indonesia
3. Fungsi, tujuan dan tugas museum
a) Fungsi
Menurut IOCM, fimgsi Museum dengan praktek museum sehari-hari,
sebagai berikut:
a) Pengumpulan dan pengamatan warisan dan budaya
b) Dokumentasi, infomasi, dan penelitian alam
e) Konservasi dan preservasi
d) Penyebaran dan pemerataan ilmu pengetahuan untuk masyarakat
umum
e) Pengenalan dan penghayatan kesenian
f) Pengenalan kebudayaan lintas daerah dan lintas bangsa
g) Visualisasi warisan budaya alam dan budaya
h) Cerminan tumbuhnya dan berkembangnya peradaban umat
manusia
i) Pembangkit rasa bertaqwa dan bersyukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa
j) Rekreasi dan berbagai aktivitas masyarakat.
b) Tujuan Museum
Tujuan museum menurut Sampumo Kadarsan, dapat dibagimenjadi dua
tujuan, yaitu tujuan institutional dan tujuan fungsional
1) Tujuan institutional
Memberikan pengertian kepada Bangsa lndonesia,khususnya generasi
muda tentang kebudayaan yang pemah ada, hal ini merupakan watak dan
kesadaran bangsa, bahwa kebudayaan yang dimililki Indonesia khususnya, sangat
agung juga sebagai pelindung dan pemelihara dari pengaruh budaya asing yang
tidak sesuai.
2. Tujuan Fungsional
sebagai wadah tujuan fungsional agar dapat berlaku secara efektif
terhadap dua kepentingan yang saling berpengaruh yaitu :
(a) kepentingan obyek
Memberikan wadah atau tempat untuk menyimpan Serta melindungi
benda - benda koleksi yang mempunyai nilai budaya, dari kerusakan
atau kemusnahan yang disebabkan antara lain pengaruh iklim, alam,
biologis maupun manusia
(b) kepentingan umum
menyimpulkan penemuan - penemuan benda,pemeliharaan dari
kerusakan, penyajian benda – benda koleksi kepada masyarakat umum
agar dapat:
(1) Menarik sehingga menimbulkan rasa bangga dan
bertanggungjawab.
(2) Dipelajari dan menunjang ilmu pengetahuan.
c) Tugas museum
Tugas museum disamping sebagai koleksi, preparasi.edukasi maupun
rekreasi, tugas pokok museum dapat diterangkan
a) Melaksanakan pengumpulan, perawatan dan penyajian benda yang
bernilai budaya dan bemilai historis
b)Memperkenalkan dan menyebarluaskan hasil penelitian kebudayaan
daerah dan bangsa berdasarkan koleksi
c)Menjadi pusat perpustakaan,dokumentasi ,dan penelitian ilmiah
d)Membuat reproduksi karya kebudayaan nasiomal
e)Melaksanakan tata usaha.
4. Jenis Museum
Muhammad Amir Sutaarga dalam buku Persoalan Museum di Indonesia,
membagi - bagi jenis museum yang ada dewasa ini berdasarkan macam - macam
ilmu pengetahuan. Adanya perbedaan materi yang dipelajari dalam setiap ilmu
pengetahuan dengan sendirinya membawa pengaruh dalam segala hal yang
berkaitan dengan ilmu pengetahuan tersebut, seperti halnya teori, obyek – obyek
yang dipelajari dan sebagainya.
Pembagian museum berdasarkan perbedaan dalam ilmu pengetahuan
adalah sebagai berikut :
a) Museum ilmu pengetahuan alam dan teknologi, yang termasuk museum
ini adalah museum zoologi, museum botani, museum industri, museum
kesehatan, museum pertanian, museum lalu lintas dan lain-lain.
b) Museum sejarah dan kebudayaan, termasuk di dalamnya adalah
museum seni rupa, museum etnografi, museum arkeologi, museum
kesenian, museum antropologi, museum perjuangan, museum pendidikan
jasmani dan lain - lain.
Disamping perbedaan berdasarkan kategori ilmu pengetahuan,pembagian
museum dapat diklasifikasikan berdasarkan tipenya, seabagai berikut :
1) Museum ilmu hayat
2) Museum sejarah dan asetropologi
3) Museum ilmu pengetahuan dan teknologi
4) Museum seni
Dalam surat keputusan mentri Pendidikan dan Kebudayaan no
075/1975bagian XFVI. pasal 728, dikemukakan bahwa sistem klasifikasi museum
lebih bersifat fleksibel agar dapat menuju kearah tujuan yang hendak dicapai yaitu
pembinaan dan pengembangan - pengembangan museum di lndonesia. Hal
tersebut di atas dikemukakan lagi dalam seminar pengelolaan dan pendayagunaan
museum di Indonesia, yang selanjutnya diterbitkan dalam buku dengan judul yang
sama dengan tema tersebut di atas. Dalam buku tersebut disebutkan bahwa,
Direktorat Permuseuman membagi museum menjadi tiga tipe :
(berdasarkan jenis koleksinya), sebagai berikut:
1) Museum Umum, yaitu museum yang tidak membatasi jenis koleksinya,
berupa kumpulan bukti material manusia dan lingkungannya yang
berkaitan dengan berbagai disiplin ilmu pengetahuan dan teknologi
maupun berbagai cabang - cabang seni.
2) Museum Khusus, yaitu museum yang membatasi jenis
koleksinya,berupa kumpulan bukti material atau lingkungannya yang
berkaitan dengan satu cabang ilmu pengetahuan atau satu cabang seni atau
satu cabang teknologi.
3) Museum Pendidikan, yaitu museum yang jenis koleksinya dikhususkan
pada tingkat pendidikan umum.
Museum juga dapat digolongkan menurut kedudukannya(ruang lingkup
wilayah tugas), sebagai berikut :
1) Museum Nasional, adalah museum yang koleksinya terdiri dari
kumpulan benda - benda yang mewakili maupun yang berkaitan dengan
bukti material manusia dan atau lingkungannya dari seluruh wilayah
Indonesia yang bernilai nasional.
2) Museum Regional Propinsi, adalah museum yang benda koleksinya
merupakan kumpulan benda yang berasal, mewakili, serta berkaitan
dengan bukti material manusia atau lingkungannya dari wilayah propinsi
tertentu.
3) Museum Lokal, adalah museum yang benda koleksinya terdiri
kumpulan benda yang berasal, mewakili, dan berkaitan dengan bukti
material manusia dan lingkungannya dari wilayah lokal setempat,
kabupaten atau kotamadya tertentu.
Sedangkan menurut penyelenggaraannya(berdasarkan status hukumnya),
museum dapat dibagi dalam kategori, sebagai berikut :
1) Museum Pemerintah, yaitu museum yang diselenggarakan serta
dikelola oleh pemerintah.Museum ini dapat dibagi lagi menjadi museum
yang dikelola oleh pemerintah pusat dan museum yang dikelola oleh
pemerintah daerah.
2) Museum swasta, yaitu museum yang diselenggarakan serta dikelola
oleh pihak swasta.
Sedangkan Berdasarkan Bentuk Bangunannya, museum dapat dibagi
dalam kategori, sebagai berikut :
1) Museum Tertutup, museum yang koleksinya berada didalam suatu
bangunan permanen.
2) Museum Terbuka, museum yang sebagian besar koleksinya berada di
luar bangunan pennanen.
3) Museum Kombinasi, museum yang koleksinya berada di dalam dan di
luar bangunan permanen.
5. Persyaratan Museum
a) Lingkungan Museum
1) Lokasi museum harus strategis, mudah dijangkau untuk umum.
2) Lokasi museum harus sehat;
(a) Tidak terletak di daerah industri yang udaranya sudah tercemar
(b) Tidak berada pada daerah berawa, tanah berlumpur, tanah
berpasir, dengan elemen-elemen iklim yang berpengaruh pada
lokasi tersebut.
(c) Nilai lingkungan sekitar museum yang bersifat sebagai pusat
rekreasi.
(d) Sesuai dengan peruntukkan bangunan umum.
b) Persyaratan Bangunan
1) Persyaratan Umum:
(a) Bangunan dikelompokkan dan dipisahkan menurut:
(1) Fungsi dan aktivitasnya
(2) Ketenangan dan keramaian
(3) Keamanan
(b) Pintu masuk utama (main entrance) adalah untuk pengunjung museum
(c) Pintu masuk khusus (service entrance) untuk bagian pelayanan,
perkantoran, rumah serta ruang-ruang pada bangunan khusus.
(d) Area publik (Public Area), terdiri dari bagian:
(1) Bagian utama (Pameran tetap dan pameran temporer)
(2) Auditorium, gift shop, kafetaria, pos jaga, ticket box,dan
penitipan barang, ruang duduk, toilret, dan sebagainya.
(e) Area semi publik (Semi Public Area), terdiri dari:Bangunan
administrasi (perpustakaan dan ruang penerangan, ruang rapat, dan lain-
lain)
(f) Area privat (Private Area), terdiri dari:
(1) Pelayanan teknis (laboratorium, storage, dan lain-lain)
(2) Kantor pengelola
2) Persyaratan Khusus:
(a) Bangunan Utama (pameran tetap dan temporer)
(1) Memuat benda-benda koleksi yang dipamerkan
(2) Mudah dicapai dari luar maupun dalam
(3) Merupakan bangunan yang harus memiliki daya tarik sebagai
bangunan pertama yang dikunjungi oleh pengunjung museum
(4)Memiliki sistem keamanan yang baik ,baik dari segi konstruksi
ataupun aplikasi ruangan.
(b) Bangunan Auditorium
(1) Mudah dipakai untuk umum
(2) Dapat dipakai untuk ruang pertemuan, diskusi, dan ceramah.
(c) Bangunan Khusus
(1) Terletak pada ruang tenang
(2) Mempunyai pintu masuk khusus
(3) Memiliki sistem keamanan yang baik (terhadap kerusakan,
kebakaran, kriminalitas) yang menyangkut segi-segi konstruksi
maupun spesifikasi ruang.
(d) Bangunan Administrasi;
(1) Terletak strategis baik terhadap pencapaian umum maupun
bangunan-bangunan lain
(2) Mempunyai pintu masuk khusus
6. Koleksi Museum
a) Pengertian koleksi
Pengertian koleksi secara harafiah adalah “kumpulan (gambar,
benda - benda bersejarah, lukisan dan sebagainya) yang sering dikaitkan
dengan minat atau hobby obyek (yang lengkap),berarti pula sebagai
kumpulan segala hal yang berhubungan dengan studi penelitian. (KBBI,
1995: 450)
b) Syarat-syarat koleksi Museum
Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh koleksi Museum,
yaitu antara lain:
1) Mempunyai nilai sejarah dan ilmiah (tennasuk nilai estetika)
2) Dapat didefinisikan mengenai wujudnya (morfologi),tipenya
(tipologi), gayanya (style),fungsinya,maknanya,asalnya secara
historis dan geografis genusnya, (dalam orda biologi), atau
periodenya (dalam geologi khususnya benda-benda sejarah alam
dan teknologi).
3) Harus dapat dijadikan dokumen dalam arti sebagai bukti
kenyataan dan kehadirannya realitas dan eksistensinya bagi
penelitian ilmiah.
4) Dapat dijadikan suatu monumen atau bakal jadi monumen
dalam sejarah alam atau budaya.
5) Benda asli, replika atau reproduksi yang sah menurut
persyaratan permuseuman.
c) Jenis-jenis Koleksi Museum
Terbagi dalam dua kategori:
1) Koleksi Umum, yang berkaitan dengan berbagai cabang
seni,disiplin ilmu dan teknologi
2) Koleksi Khusus, yang berkaitan dengan satu cabang seni,disiplin
ilmu dan teknologi.
Adapun koleksi dari sebuah museum itu dapat bermacam -macam
bentuknya, yaitu dapat berupa :
a) Emografika : yaitu kumpulan benda - benda hasil budaya suku -
suku bangsa
b) Prehistorika : yaitu kumpulan benda - benda prasejarah
c) Arkeologika : yaitu kumpulan benda ~ benda arkeologi
d) Historika : yaitu kumpulan benda - benda bemilai sejarah
e) Numisfika dan heraldika, yaitu kumpulan benda - benda alat
tukar dan lambang peninggalan sejarah, misalnya mata uang,cap,
lencana, tanda jasa, dan surat - surat berharga.
f) Naskah - naskah kuno dan bersejarah
g) Keramik asing
h) Buku dan majalah anti kuariat
i) Karya seni dan seni kiiya
j) Benda - benda grafika, berupa foto, peta asli atau setiap
reproduksi yang dapat dijadikan dokumen
k) Diorama, yaitu gambaran berbentuk tiga dimensi.
l) Benda - benda sejarah alam, berupa flora, fauna, benda batu
maupun mineral
m) Replika yaitu tiruan dari benda sesungguhnya
n) Miniatur yaitu tiruan dari benda sesungguhnya namun berukuran
kecil
o) Koleksi hasil abstraksi Alam S. Wittlin merumuskan tentang
koleksi museum sebagai berikut:
a) Economic hoard collection (koleksi persediaan ekonomi).
b) Social prestige collection (koleksi kebanggaan social).
c) Magic collectioan (koleksi kepercayaan magis). '
d) Collection as an expression of group loyalty (koleksi sebagai
sebuah pemyataan kesetiaan kelompok).
e) Collection stimulating curiosity and inguire (koleksi memancing
keingintahuan dan pertanyaan).
f) Collection of art stimulating emotional experience (koleksi seni
yang memancing pengalaman emosional).(Moh. Amir Sutaarga,
1989 : 77)
Berdasarkan sumber dasar materialnya, terdiri dari dua sumber, yaitu:
a) In Organik
Merupakan koleksi yang berupa batuan dan kekayaan alam-Seperti
batu alam, metal, keramik, kaca,
b) Organik
Merupakan koleksi yang sumber dasamya terbuat dari tanaman
dan hewan.
d) Pengadaan
Sebuah museum, untuk melengkapi koleksinya diperlukan adanya
suatu proses pengadaan koleksi museum, yaitu suatu kegiatan
pengumpulan benda - benda realita atau pembuatan replika,yang dapat
dijadikan suatu koleksi museum dan berguna sebagai bahan pembuktian
sejarah alam dan budaya manusia serta lingkungannya.
Tujuan dari pengadaan koleksi museum ini sendiri adalah untuk
menghimpun, mencatat, melestarikan dan mengkomunikasikan benda -
benda sejarah dan budaya untuk kepentingan studi, pendidikan dan
rekreasi yang sehat, sehingga terhimpunnya dan termanfaatkannya benda -
benda sejarah dan budaya tersebut bagi masyarakat.Adapun pengadaan
koleksi dilakukan dengan :
a) Penemuan/penggalian.
b) Pembelian.
c) Hadiah/hibah.
d) Titipan dari perorangan atau badan hukum.
5) Konservasi Koleksi
Pada suatu bangunan museum terdapat beberapa hal yang harus
menjadi perhatian khusus, agar keutuhan koleksi didalamnya dapat terjaga
dengan baik dan aman. Diantaranya hal-hal yang harus diperhatikan antara
lain:
a) Debu dan Sinar
Debu dan sinar cahaya dalam banyak hal dapat masuk dengan
mudah ke ruang-ruang penyimpanan dan ruang pameran. Hal ini
dapat dihindari dengan mengadakan perbaikan-perbaikan pada
bangunan, seperti dengan mengunakan penolak debu, penolak
cahaya pada jendela-jendela, dan sebagainya.
b) Gas
Ada kerusakan yang disebabkan oleh gas-gas yang merusakkan
yang dapat disebabkan oleh bahan vitrin. Hal ini dapat dihindari
dengan pemilihan bahan vitrin yang tidak mengandung asam dan
pengutamaan pada ventilasi.
c) Perlindungan terhadap pencurian.
Di ruang pamer harus terdapat suatu instruksi agar para
pengunjung tidak dapat memegang obyek.
d) Ruang penyimpanan
Syarat-syarat pada mang penyimpanan, antara lain:
(1) Tempatkan obyek koleksi pada lemari yang cukup
vetilasi.
(2) usahakan mang gerak secukupnya untuk dapat
menangani obyek.
(3) Jangan meletakkan obyek di tempat orang-orang
berjalan.
(4) Kumpulkan bagian obyek di satu tempat.
(5) Jangan saling menumpuk obyek.
e) Sinar Cahaya dan Penolakan Sinar Matahari
Cahaya terlihat dan sinar UV dapat merusakkan obyek-obyek,
seperti rapuhnya dan lunturnya wama-wama tekstil, kertas, kayu.
Kerusakan ini dalam kebayakan hal permanen dan komulatif. Banyaknya
cahaya yang terlihat dinyatakan dalam Lux, banyaknya sinar UV dengan
mikro-Watt per Lumen. Nilai ini diukur dengan meteran Lux dan UV.
Standar yang berlaku adalah 50 Lux dan 75 Mikro Watt per lumen untuk
bahan peka cahaya seperti kertas dan tekstil, maksimal 200 Lux dan
75Mikro-Watt per Lumen untuk bahan kurang peka cahaya seperti kayu
yang tidak di cat dan lukisan. Untuk batu tidak berlaku nilai Lux.
Penerangan didalam vitrin mempunyai kerugian tambahan yaitu
temperature dalam vitrin naik dan kelembaban udara relative turun. Tetapi
kalau lampu dimatikan yang terjadi kebalikannya. Didalam ruang-ruang
pameran semua museum dipakai berbagai macam lampu, dengan
temperature wama berbeda.Lampu fluoresensi bertemperatur lebih tinggi
dari pada lampu pijar, yang terlihat cahaya putih. Lampu pijar memberi
cahaya kekuning-kuningan.
f) Kutu dan Serangga
Di gedung-gedung banyak digunakan pemakaian bahan kimia
seperti penyemprotan insektisida, dengan memperhatikan cara
pertahanan, pencegahan. dan pensialiran adanya serangga
tersebut,yaitu disebut pendekatan IPM (Integrated Pest Management)
Di gedung-gedung tidak terdapat alat penahan masuknya serangga,
pintu dan jendela terbuka untuk waktu yang lama dan bercelah-celah
dibagian sambungan-sambungan dan ambang-ambang pintu.Inspeksi
memang sulit karena ruangan-ruangan museum tidak teratur secara
sistematis.
g) Musibah
Dilengkapi alat pemadam kebakaran C02 pada tiap ruang dan
disertai penjaga malam pada gedung. Lima menit pertama sangat
menentukan apakah kebakaran tersebut menjalar atau tidak.
7. Metode Penyajian Koleksi
a) Pengertian Metode Penyajian Koleksi
Merupakan sebuah cara yang bertujuan untukmengkomunikasikan suatu
gagasan yang berhubungan dengan koleksi terhadap pihak lain.
b) Jenis Jenis Metode Penyajian Koleksi
Metode Penyajian Koleksi terbagi 3, yaitu:
1) Metode Intelektual/ Edukatif
Memamerkan benda-benda beserta segi-segi yang berkaitan
dengan benda tersebut, seperti proses pembuatan,cara penggunaan,
fungsi dan lainnya dalam rangka penyebarluasan informasi tentang
arti, guna dan fungsi koleksi.
2) Artistik/ Estetik
Memamerkan benda-benda yang mengandung unsur keindahan
untuk mengangkat penghayatan terhadap nilai-nilai artistik dari
koleksi tersebut.
3) Romantik/ Evokatif
Benda-benda yang dipamerkan disertai unsur lingkungan dirnana
benda tersebut berada untuk menggugah suasana penuh pengertian
dan harmoni pengunjung
8. Peralatan museum
a) Pengertian Peralatan Museum
Setiap alat atau benda yang dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan-
kegiatan administrasi dan teknik permuseuman
b) Jenis-Jenis Peralatan Museum
Peralatan museum terbagi menjadi:
1) Peralatan kantor
Setiap benda bergerak yang dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan-
kegiatan administratif perkantoran museum.
2) Peralatan teknis
Setiap jenis alat atau benda bergerak yang dipergunakan untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan teknik permuseuman.
9. Struktur Organisasi Museum
Sistem dan struktur permuseuman di Indonesia diatur antara lain :
a) Keputusan Presiden RINo. 45 Th. 1974
b) Surat Keputusan Mentri P & K No. 079 / O / Th. 1975
Pada dasamya museum di Indonesia ditangani langsung oleh Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan (sekarang Depdiknas) termasuk di dalamnya adalah
Direktorat Museum, direktorat sejarah dan kebudayaan, sedangkan direktorat
Jendral Kebudayaan akan menugaskan kepada unit - unit pembina teknis terhadap
masing -masing badan dengan bidangnya.
Berdasarkan tugas dan fungsi museum, setiap museum mempunyai
struktur organisasi sebagai berikut :
1) Bidang Tata Usaha, meliputi kegiatan dalam registrasi
ketertiban/kearnanan, kepegawaian dan keuangan.
2) Bidang Pengelolaan Koleksi yang meliputi kegiatan yang berhubungan
dengan identifikasi, klasifikasi, katalogisasi koleksi sesuai dengan jenis
koleksi. Menyusun konsepsi dalam kegiatan presentasi,
penelitian/pengkajian koleksi termasuk penulisan ilmiah dan persiapan
bahan koleksi.
3) Bidang Pengelola Koleksi yang meliputi konservasi preventif dan
kuratif serta mengendalikan keadaan kelembaban suhu ruang koleksi dan
gudang serta penanganan laboratorium koleksi.
4) Pembidangan Preparasi yang meliputi pelaksanaan restorasi koleksi,
reproduksi, penataan pameran, pengadaan alat untuk menunjang kegiatan
edukatif cultural dan penanganan bengkel reparasi.
5) Bidang Bimbingan dan Publikasi yang meliputi kegiatan bimbingan
edukatif cultural dan penerbitan yang bersifat ilmiah dan popular dan
penanganan peralatan audiovisual.
10. Pengunjung Museum
a) Pembagian pengunjung museum Berdasarkan jumlahnya, terbagi menjadi 2
bagian, yaitu:
1) Perorangan
(a) Pengunjung perorangan pada umumnya sudah tahu seluk beluk
museum.
(b) Yang sudah biasa berurusan dengan “orang dalam”
(c) Mntuk keperluan studi atau riset.
(d) Mengisi waktu luang dengan melihat pameran
2) Kelompok
Berdasarkan Status Sosial, terbagi atas;
(a) Pelajar/ Mahasiswa
(b) Seniman
(c) Tamu Bisnis
(2) Berdasarkan Asalnya, terbagi atas:
(a) Pengunjung Lokal, dikunjungi oleh pengunjung pada radius 5 mil dari
museum
(b) Pengunjung Regional, mencakup pengunjung pada jarak 2jam dari
sekitar museum,
(c) Pengunjung Nasional, mencakup seluruh penduduk satu negara
(d) Pengunjung lntemasional, untuk dikunjungi oleh pengunjung dari luar
Negara pada waktu-waktu tertentu.
A. Tinjauan Wayang
Wayang adalah seni pertunjukkan asli Indonesia yang berkembang pesat di
Pulau Jawa dan Bali. Selain itu beberapa daerah seperti Sumatera dan
Semenanjung Malaya juga memiliki beberapa budaya wayang yang terpengaruh
oleh kebudayaan Jawa dan Hindu.
UNESCO, lembaga yang membawahi kebudayaan dari PBB, pada 7
November 2003 menetapkan wayang sebagai pertunjukkan bayangan boneka
tersohor dari Indonesia, sebuah warisan mahakarya dunia yang tak ternilai dalam
seni bertutur (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity).
Sebenarnya, pertunjukan boneka tak hanya ada di Indonesia karena banyak
pula negara lain yang memiliki pertunjukan boneka. Namun pertunjukan
bayangan boneka (Wayang) di Indonesia memiliki gaya tutur dan keunikan
tersendiri, yang merupakan mahakarya asli dari Indonesia. Untuk itulah UNESCO
memasukannya ke dalam Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan
Manusia pada tahun 2003.
Tak ada bukti yang menunjukkan wayang telah ada sebelum agama Hindu
menyebar di Asia Selatan. Diperkirakan seni pertunjukan dibawa masuk oleh
pedagang India. Namun demikian, kejeniusan lokal dan kebudayaan yang ada
sebelum masuknya Hindu menyatu dengan perkembangan seni pertunjukan yang
masuk memberi warna tersendiri pada seni pertunjukan di Indonesia. Sampai saat
ini, catatan awal yang bisa didapat tentang pertunjukan wayang berasal dari
Prasasti Balitung di Abad ke 4 yang berbunyi si Galigi mawayang
Ketika agama Hindu masuk ke Indonesia dan menyesuaikan kebudayaan yang
sudah ada, seni pertunjukan ini menjadi media efektif menyebarkan agama Hindu.
Pertunjukan wayang menggunakan cerita Ramayana dan Mahabharata.
Demikian juga saat masuknya Islam, ketika pertunjukan yang menampilkan
“Tuhan” atau “Dewa” dalam wujud manusia dilarang, munculah boneka wayang
yang terbuat dari kulit sapi, dimana saat pertunjukan yang ditonton hanyalah
bayangannya saja. Wayang inilah yang sekarang kita kenal sebagai wayang kulit.
Untuk menyebarkan Islam, berkembang juga wayang Sadat yang
memperkenalkan nilai-nilai Islam.
Ketika misionaris Katolik, Pastor Timotheus L. Wignyosubroto, SJ pada tahun
1960 dalam misinya menyebarkan agama Katolik, ia mengembangkan Wayang
Wahyu, yang sumber ceritanya berasal dari Alkitab.
Jenis- jenis Wayang menurut Bahan Pembuatannya
1. Wayang Kulit Purwa, dibagi menjadi dua :
a.Wayang kulit Gragag yogyakarta
Wayang Kulit Gagrag Yogyakarta atau Wayang Kulit Gaya Yogyakarta
merupakan wayang kulit yang secara morfologi memiliki ciri bentuk, pola
tatahan, dan sunggingan (pewarnaan) yang khas. Selain itu dalam pertunjukan
Wayang Kulit Gagrag Yogyakarta juga memiliki unsur-unsur khas yaitu, lakon
wayang ( penyajian alur cerita dan maknanya), catur ( narasi dan percakapan) ,
karawitan ( gendhing, sulukan dan properti panggung ).
b. Wayang Kulit Gragag Banyumasan
Wayang Kulit Gagrag Banyumasan merupakan salah satu gaya pedalangan
di tanah Jawa, yang lebih dikenal dengan istilah pakeliran, dan berperan sebagai
bentuk seni klangenan serta dijadikan wahana untuk mempertahankan nilai etika,
devosional dan hiburan, yang kualitasnya selalu terjaga dan ditangani sungguh-
sungguh oleh para pakar yang memahami benar. Pakeliran ini mencakup unsur-
unsur yaitu, lakon wayang (penyajian alur cerita dan maknanya), sabet (seluruh
gerak wayang), catur (narasi dan cakapan) , karawitan (gendhing, sulukan dan
properti panggung).
2. Wayang Madya
Wayang madya adalah Wayang kulit yang diciptakan oleh Mangkunegara IV
sebagai penyambung cerita Wayang Purwa dengan Wayang Gedog. Cerita
Wayang madya merupakan peralihan cerita Purwa ke cerita Panji. Salah satu
cerita Wayang Madya yang terkenal adalah cerita Anglingdarma. Wayang madya
tidak sempat berkembang di luar lingkungan Pura Mangkunegaran.Cerita Wayang
madya menceritakan sejak wafatnya Prabu Yudayana sampai Prabu Jayalengkara
naik tahta. Cerita Wayang Madya ditulis oleh R.Ngabehi Tandakusuma dengan
judul Pakem Ringgit Madya yang terdiri dari lima jilid, dan tiap jilid berisi 20
cerita atau lakon.
3. Wayang Gedog
Wayang Gedog atau Wayang Panji adalah wayang yang memakai cerita dari
serat Panji. Wayang ini mungkin telah ada sejak zaman Majapahit. Bentuk
wayangnya hampir sama dengan wayang purwa. Tokoh-tokoh kesatria selalu
memakai tekes dan rapekan. Tokoh-tokoh rajanya memakai garuda mungkur dan
gelung keling. Dalam cerita Panji tidak ada tokoh raksasa dan kera. Sebagai
gantinya, terdapat tokoh Prabu Klana dari Makassar yang memiliki tentara orang-
orang Bugis. Namun, tidak selamanya tokoh klana berasal dari Makassar, terdapat
pula tokoh-tokoh dari Bantarangin (Ponorogo), seperti Klana Siwandana,
kemudian dari Ternate seperti prabu Geniyara dan Daeng Purbayunus, dari Siam
seperti Prabu Maesadura, dan dari negara Bali.
Wayang gedog yang kita kenal sekarang, konon diciptakan oleh Sunan Giri
pada tahun 1485 (gaman naga kinaryeng bathara) pada saat mewakili raja Demak
yang sedang melakukan penyerbuan ke Jawa Timur (invasi Trenggono ke
Pasuruan).
Wayang Gedog baru memakai keris pada zaman panembahan Senapati di
Mataram. Barulah pada masa Pakubuwana III di Solo wayang gedog diperbarui,
dibuat mirip wayang purwa, dengan nama Kyai Dewakaton.
Dalam pementasannya, wayang gedog memakai gamelan berlaras pelog dan
memakai punakawan Bancak dan Doyok untuk tokoh Panji tua , Ronggotono dan
Ronggotani untuk Klana, dan Sebul-Palet untuk Panji muda.Seringkali dalam
wayang gedog muncul figur wayang yang aneh, seperti gunungan sekaten, siter
(kecapi), payung yang terkembang, perahu, dan lain-lain.
4. Wayang Wahyu
Wayang Wahyu secara resmi ada sejak tanggal 02 Februari 1960, didirikan di
Solo-Jawa Tengah dengan nama "Wayang Wahyu Ngajab Rahayu" oleh seorang
biarawan Katolik, Bruder L. Timotius Wignyosubroto, FIC. Wayang Wahyu ini
merupakan upaya pendalaman Kitab Suci kepada umat Katolik Jawa. Maka,
wayang tuntunan ini terbatas untuk keperluan renungan umat di Gereja-gereja dan
instansi- instansi yang terkait.
Pada tanggal 12 Desember 2009, Wayang Wahyu Keuskupan Purwokerto
diperkenalkan kepada umat Paroki Tyas Dalem Kroya-Cilacap, oleh Romo
Agustinus Handi Setyanto, Pr. Paguyuban Wayang Wahyu di Keuskupan
Purwokerto ini bernama "Hamangunsih," yang artinya: membangun kasih.
5. Wayang Suluh
Wayang Suluh adalah wayang yang terbuat dari kulit dan berbentuk manusia
biasa, dengan tokoh wayang keseharian, misalnya P Lurah, P Haji, Ibu Guru,
Bapak Guru, petani, saudagar, anak sekolah, mahasiswa dan lainya. Ceritanya pun
tentang permasalahan sehari-hari dalam keluarga, masyarakat,dan kehidupan
masyarakat pedesaan, sangat sederhana sesuai dengan keadaan masyarakat waktu
itu.
Suluh berarti "secercah sinar" terang. Wayang Suluh pada jaman setelah
kemerdekaan digunakan untuk kepentingan Departemen Penerangan dalam
melakukan penuluhan pembangunan kepada masyarakat. Menteri Penerangan Ali
Murtopo, Boediharjo dan Harmoko maberarti sih sempat wayang suluh dijadikan
media penerangan yang handal. Bahkan Dalang wayang Kulit waktu itu dalam
adegan Intermeso Limbukan, diselingi dengan memainkan wayang Suluh. Mbah
Cermo dari Pacitan adalah Dalang wayang suluh ternama di daerah Pacitan
tsekitar Tahun 70an.
"Sesuluh" berarti memberikan penjelasan atau membuat hati yang gelap
menjadi terang, memberikan pencerahan dari yang belum tahu menjadi mengerti.
"Penyuluhan" memberikan pengertian, penjelasan suatu hal baru kepada
masyarakat yang belum mengerti sehingga mereka paham akan suatu program
pembangunan yang dilakukan pemerintah Orde Baru, bahasa sekarang
"Sosialisasi"."Penyuluh" atau Juru penerang, adalah orang atau pegawai
pemerintah yang tugasnya memberikan penyuluhan atau penerangan tentang
berbagai program pemerintah kepada masyarakat."Dalang" pada jaman itu juga
berlaku sebagai juru penerang pemerintah ikut menyebar luaskan program-
program pembangunan, dan salah satu medianya dengan menggunakan Wayang
Suluh.
6. Wayang Kancil
Pencipta Wayang Kancil adalah bangsa Cina bernama Babah Bo Liem, tahun
1925. Pembuat Wayang Babah Liem Too Hien. Pada kiri dan kanan kelir
digambar hutan, di tengah ada bundaran tanpa gambar untuk paseban kalau
wayang keluar.
Wayang Berupa binatang buruan, binatang merangkak, binatang merayap,
binatang yang terbang yang termasuk dalam dongeng kancil. Wujud orang hanya
sedikit. Jumlah wayang hanya 100 buah. Dalang yang mampu menjalankan
wayang hanya dua orang:
1. Ki Lagutama dari Kampung Badran Mangkubumen. Sala
2. Ki Sutapradangga dari kampung Sangkrah. Sala.
7. Wayang Calonarang
Wayang Calonarang juga sering disebut sebagai Wayang Leyak, adalah salah
satu jenis wayang kulit Bali yang dianggap angker karena dalam pertunjukannya
banyak mengungkapkan nilai-nilai magis dan rahasia pangiwa dan panengen.
Wayang ini pada dasarnya adalah pertunjukan wayang yang mengkhususkan
lakon-lakon dari ceritera Calonarang. Sebagai suatu bentuk seni perwayangan
yang dipentaskan sebagai seni hiburan, wayang Calonarang masih tetap
berpegang pada pola serta struktur pementasan wayang kulit tradisional Bali
(Wayang parwa).
Pagelaran wayang kulit Calon arang melibatkan sekitar 12 orang pemain
yang terdiri dari:1 orang dalang ,2 orang pembantu dalang ,9 orang penabuh. Di
antara lakon-lakon yang biasa dibawakan dalam pementasan wayang Calonarang
ini adalah: Katundung Ratnamangali, Bahula Duta, Pangesengan Beringin.
Kekhasan pertunjukan wayang Calonarang terletak pada tarian sisiya-nya dengan
teknik permainan ngalinting dan adegan ngundang-ngundang di mana sang dalang
membeberkan atau menyebutkan nama-nama mereka yang mempraktekkan
pangiwa. Hingga kini wayang Calonarang masih ada di beberapa Kabupaten di
Bali walaupun popularitasnya masih di bawah wayang Parwa.
8. Wayang Krucil
Wayang krucil adalah kesenian khas Ngawi, Jawa Timur dari bahan kulit dan
berukuran kecil sehingga lebih sering disebut dengan Wayang Krucil. Wayang ini
dalam perkembangannya menggunakan bahan kayu pipih (dua dimensi) yang
kemudian dikenal sebagai Wayang Klithik.
Di daerah Jawa Tengah wayang krucil memiliki bentuk yang mirip dengan
wayang gedog. Tokoh-tokohnya memakai dodot rapekan, berkeris, dan
menggunakan tutup kepala tekes (kipas). Sedangkan, di Jawa Timur tokoh-
tokohnya banyak yang menyerupai wayang kulit purwa , raja-rajanya bermahkota
dan memakai praba. Di Jawa Tengah, tokoh-tokoh rajanya bergelung Keling atau
Garuda Mungkur saja.
Cerita yang dipakai dalam wayang krucil umumnya mengambil dari zaman
Panji Kudalaleyan di Pajajaran hingga zaman Prabu Brawijaya di Majapahit.
Namun, tidak menutup kemungkinan wayang krucil memakai cerita wayang
purwa dan wayang menak, bahkan dari babad tanah jawa sekalipun.
Gamelan yang dipergunakan untuk mengiringi pertunjukan wayang ini amat
sederhana, berlaras slendro dan berirama playon bangomati (srepegan). Namun,
ada kalanya wayang krucil menggunakan gendhing-gendhing besar.
9. Wayang Sasak
Wayang Kulit Sasak berasal dari Lombok, Nusa Tenggara Barat. Disebut
Sasak karena pembuatannya berasal dari etnis Sasak. Penatah wayang Sasak
sampai saat ini ialah Amak Rahimah. Dahulu wayang Sasak dipergunakan untuk
berdakwah agama Islam di pulau Lombok. Sekarang dipertontonkan dan untuk
upacara adat, misalnya di masyarakat Malang kecamatan Gerung, kabupaten
Lombok Barat. Bentuk wayang Sasak mirip dengan wayang kulit Gedog. Koleksi
wayang kulit Sasak yang ada di Museum Wayang dibuat tahun 1925. Cerita
wayang Sasak mengisahkan Amir Hamzah (paman Nabi Muhammad SAW).
Amir Hamzah dalam wayang kulit Sasak, namanya diganti sesuai dengan nama
indonesia (Jawa) yaitu Wong Agung Menak Jayengrana. Pedoman yang dipakai
huruf bahasa Jawa, diambil dari serat Menak karangan Yosodipura.
10. Wayang Sadat
Suryadi Warnosuharjo, 48 tahun (1986) Klaten, Jawa Tengah, selaku
pencipta dan sekaligus dalang wayang Sadat, menyatakan “kalau umat Nasrani
memiliki wayang Wahyu, maka umat Islam mempunyai wayang Sadat ”.
Wujud wayang kulit Sadat, jelas bukan berbentuk wayang Purwa ataupun wayang
Gedog, juga bukan berbentuk wayang Menak atau wayang Beber. Bentuk wayang
Sadat ber-wanda mendekati realistis dan hampir serupa dengan wayang Suluh
atau wayang Wahyu. Bahkan sebuah gending utama sengaja diciptakan untuk
pergelaran tersebut bernama gending Istigfar.
Suryadi menciptakan wayang Sadat tersebut pada pertengahan tahun
1985 sebagai imbangan bagi umat Islam di Jawa yang berkaitan dengan
pengembangan sejarah agama Islam dalam penyebarannya oleh para Wali, di
samping itu untuk melanjutkan roh Islam yang pernah terdapat dalam sejumlah
gubahan pakeliran wayang purwa di masa zaman Demak antara lain cerita Jimat
Kalimusadha.
Kata Sadat berasal dari kata Syahadattain atau sebagai akronim dari kata
dakwah dan Tabligh. Misi pergelarannya bernafaskan dakwah agama Islam serta
melanjutkan tradisi para Wali yang pernah berdakwah pada perayaan Sekatenan di
zaman kerajaan Demak. Sebagaimana diketahui, Sekatenan merupakan
pembacaan Syahadat secara massal.
11. Wayang Parwa
Wayang Parwa adalah Wayang kulit yang membawakan lakon - lakon yang
bersumber dari wiracarita Mahabrata yang juga dikenal sebagai Astha Dasa
Parwa. Wayang Parwa adalah Wayang Kulit yang paling populer dan terdapat di
seluruh Bali. Wayang Parwa dipentaskan pada malam hari, dengan memakai kelir
dan lampu blencong dan diiringi dengan Gamelan Gender Wayang.
Walaupun demikian, ada jenis Wayang Parwa yang waktu
penyelenggaraannya tidak harus pada malam hari. Jenis itu adalah Wayang
Upacara atau wayang sakral, yaitu Wayang Sapuh Leger dan Wayang Sudamala.
Waktu penyelenggaraannya disesuaikan dengan waktu upacara keseluruhan.
Wayang Parwa dipentaskan dalam kaitannya dengan berbagai jenis upacara
adat dan agama walaupun pertunjukannya sendiri berfungsi sebagai hiburan yang
bersifat sekuler. Dalam pertunjukannya, dalang Wayang Parwa bisa saja
mengambil lakon dari cerita Bharata Yudha atau bagian lain dari cerita
Mahabharata. Oleh sebab itu jumlah lakon Wayang Parwa adalah paling banyak.
12. Wayang Arja
Wayang arja adalah sebuah wayang ciptaan baru yang diciptakan pada tahun
1975 oleh dalang I Made Sidja dari desa Bona, atas dorongan almarhum I Ketut
Rindha. Permunculan wayang ini banyak dirangsang oleh kondisi kehidupan
Dramatari Arja yang ketika itu memprihatinkan, didesak oleh Drama Gong.
Walaupun masih tetap mempertahankan pola pertunjukan wayang tradisional
Bali, Wayang Arja menampilkan lakon-lakon yang bersumber pada cerita Panji
(Malat).
Dalam Wayang Arja, peran utama yang memegang pokok cerita adalah
tentang kerajaan-kerajaan yang terbagi dalam sisi "kanan" dan "kiri". Kerajaan-
kerajaan yang terangkum dalam sekutu "kanan" antara lain adalah seperti Daha,
Koripan, Singasari, dan Gegelang, sementara pihak "kiri"-nya adalah Lasem
Metaum, Pajang Mataram, Cemara, dan Pajarakan.
Dalam wayang ini plot dramatik disusun hampir sama dengan yang terdapat
di dalam Dramatari Arja. Oleh sebab itu pertunjukan Wayang Arja berkesan
pagelaran Arja dalam bentuk Wayang Kulit. Pertunjukan Wayang Arja
melibatkan sekitar 12 orang pemain yang terdiri dari: 1 orang dalang, 2 orang
pembantu dalang, 9 orang penabuh Gamelan Gaguntangan yang berlaras pelog
dan slendro.
Di antara lakon-lakon yang biasa ditampilkan antara lain adalah:Waringin
Kencana, Klimun Ilang Srepet Teka, Pakang Rara, Banda Kencana
Kekhasan pertunjukan Wayang Arja terasa pada seni suara vokalnya yang
memakai tembang-tembang macapat yang biasa dipergunakan dalam pertunjukan
Dramatari Arja. Juga, bentuk wayangnya menirukan tokoh-tokoh utama dalam
Arja dengan segala atributnya. Wayang Arja kurang begitu populer di Bali,
walaupun dalang yang biasa membawakan wayang ini terdapat hampir di seluruh
Bali.
13. Wayang Gambuh
Wayang Gambuh adalah salah satu jenis wayang Bali yang langka, pada
dasarnya adalah pertunjukan wayang kulit yang melakonkan ceritera Malat,
seperti wayang panji yang ada di Jawa.Karena lakon dan pola acuan pertunjukan
adalah Dramatari Gambuh, maka dalam banyak hal wayang Gambuh merupakan
pementasan Gambuh melalui wayang kulit. Tokoh-tokoh yang ditampilkan
ditransfer dari tokoh-tokoh Pegambuhan, demikian pula gamelan pengiring dan
bentuk ucapan-ucapannya.
Konon perangkat wayang Gambuh yang kini tersimpan di Blahbatuh adalah
pemberian dari raja Mengwi yang bergelar I Gusti Agung Sakti Blambangan,
yang membawa wayang dari tanah Jawa (Blambangan) setelah menaklukan raja
Blambangan sekitar tahun 1634. Almarhum I Ketut Rinda adalah salah satu
dalang wayang Gambuh angkatan terakhir yang sebelum meninggal sempat
menurunkan keahliannya kepada I Made Sidja dari (Bona) dan I Wayan Nartha
(dari Sukawati).
14. Wayang Cupak
Wayang Cupak termasuk wayang kulit Bali yang sangat langka, adalah
pertunjukan wayang kulit yang melakonkan cerita Cupak Grantang yang
mengisahkan perjalanan hidup dari dua putra Bhatara Brahma yang sangat
berbeda wataknya.Bentuk pertunjukan wayang ini tidak jauh berbeda dengan
wayang kulit Bali lainnya hanya saja tokoh-tokoh utamanya terbatas pada Cupak
dan Grantang, Men Bekung dan suaminya Pan Bekung, Raksasa Benaru, Galuh
Daha, Prabu Gobagwesi dan lain sebagainya
Pertunjukan wayang Cupak pada dasarnya masih tetap berpegang kepada pola
serta struktur pementasan wayang kulit tradisional Bali (wayang Parwa).Pagelaran
Wayang Cupak melibatkan sekitar 12 orang pemain yang terdiri dari:1 orang
dalang, 2 orang pembantu dalang, 9 orang penabuh gamelan batel gender
wayang.Di antara lakon-lakon yang biasa dibawakan dalam pementasan wayang
Cupak, adalah:Matinya Raksasa Benaru, Cupak Dadi Ratu, Cupak Nyuti Rupa
(Cupak ke sorga)
Kekhasan pertunjukan wayang Cupak ini terasa pada seni suara vokalnya
yang memakai tembang-tembang macapat (ginada) dan penampilan tokoh-tokoh
Bondres yang sangat ditonjolkan. Wayang Cupak sangat populer di daerah
Kabupaten Tabanan.
15. Wayang Beber
Wayang Beber adalah seni wayang yang muncul dan berkembang di Jawa
pada masa pra Islam dan masih berkembang di daerah daerah tertentu di Pulau
Jawa. Dinamakan wayang beber karena berupa lembaran lembaran (beberan) yang
dibentuk menjadi tokoh tokoh dalam cerita wayang baik Mahabharata maupun
Ramayana.Wayang beber muncul dan berkembang di Pulau Jawa pada masa
kerajaan Majapahit. Gambar-gambar tokoh pewayangan dilukiskan pada selembar
kain atau kertas, kemudian disusun adegan demi adegan berurutan sesuai dengan
urutan cerita. Gambar-gambar ini dimainkan dengan cara dibeber. Saat ini hanya
beberapa kalangan di Dusun Gelaran, Desa Bejiharjo, Karangmojo Gunung Kidul,
yang masih menyimpan dan memainkan wayang beber ini.
Konon oleh para Wali di antaranya adalah Sunan Kalijaga wayang beber ini
dimodifikasi bentuk menjadi wayang kulit dengan bentuk bentuk yang bersifat
ornamen yang dikenal sekarang, karena ajaran Islam mengharamkan bentuk
gambar makhluk hidup (manusia, hewan) maupun patung serta menambahkan
Pusaka Hyang Kalimusada. Wayang hasil modifikasi para wali inilah yang
digunakan untuk menyebarkan ajaran Islam dan yang kita kenal sekarang. nSalah
satu Wayang Beber tua ditemukan di Daerah Pacitan, Donorojo, wayang ini
dipegang oleh seseorang yang secara turun-temurun dipercaya memeliharanya dan
tidak akan dipegang oleh orang dari keturunan yang berbeda karena mereka
percaya bahwa itu sebuah amanat luhur yang harus dipelihara. Selain di Pacitan
juga sampai sekarang masih tersimpan dengan baik dan masing dimainkan ada di
Dusun Gelaran Desa Bejiharjo, Karangmojo Gunungkidul.
B. Tinjauan Wilayah Yogyakarta
1. Etimologi
Nama Yogyakarta terambil dari dua kata, yaitu Ayogya atau
'''Ayodhya''' yang berarti "kedamaian" (atau tanpa perang, a "tidak", yogya
merujuk pada yodya atau yudha, yang berarti "perang"), dan Karta yang
berarti "baik". Ayodhya merupakan kota yang bersejarah di India dimana
wiracarita Ramayana terjadi. Tapak keraton Yogyakarta sendiri menurut
babad (misalnya Babad Giyanti) dan leluri telah berupa sebuah dalem yang
bernama Dalem Gerjiwati; lalu dinamakan ulang oleh Sunan Pakubuwana II
sebagai Dalem Ayogya.
2. Letak Geografis
Kota Yogyakarta terletak di lembah tiga sungai, yaitu Sungai Winongo,
Sungai Code (yang membelah kota dan kebudayaan menjadi dua), dan Sungai
Gajahwong. Kota ini terletak pada jarak 600 KM dari Jakarta, 116 KM dari
Semarang, dan 65 KM dari Surakarta, pada jalur persimpangan Bandung -
Semarang - Surabaya - Pacitan. Kota ini memiliki ketinggian sekitar 112 m
dpl. Meski terletak di lembah, kota ini jarang mengalami banjir karena sistem
drainase yang tertata rapi yang dibangun oleh pemerintah kolonial, ditambah
dengan giatnya penambahan saluran air yang dikerjakan oleh Pemkot
Yogyakarta.