bab ii kajian pustakaeprints.umm.ac.id/48277/3/bab ii.pdf · konsep untuk memperkuat pondasi dimasa...

20
15 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar Pembelajaran merupakan suatu proses belajar yang berulang-ulang dan menyebabkan adanya perubahan perilaku yang disadari dan cenderung bersifat tetap (Thobroni,2016). Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran juga merupakan proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik (Restian,2015). Matematika merupakan salah satu bidang studi yang ada pada semua jenjang pendidikan, mulai dati tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi (Susanto,2013). Matematika ini diperlukan untuk proses perhitungan dan proses berpikir yang sangat dibutuhkan orang dalam menyelesaikan berbagai masalah. Matematika ini diperlukan untuk proses perhitungan dan proses berpikir yang sangat dIbutuhkan orang dalam menyelesaikan berbagai masalah.Matematika di Sekolah Dasar merupakan mata peajaran penting, Maka dari itu matematika menjadi penting diajarkan mulai Sekolah Dasar karena pada usia Sekolah Dasar inilah waktu yang tepat untuk penanaman konsep untuk memperkuat pondasi dimasa yang akan datang. Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran Matematika adalah suatu interaksi guru dan peserta didik yang dilaksanakan berulang-ulang. Pembelajaran matematika bertujuan

Upload: others

Post on 08-Feb-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 15

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Kajian Teori

    1. Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar

    Pembelajaran merupakan suatu proses belajar yang berulang-ulang

    dan menyebabkan adanya perubahan perilaku yang disadari dan cenderung

    bersifat tetap (Thobroni,2016). Pembelajaran adalah proses interaksi

    peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan

    belajar. Pembelajaran juga merupakan proses untuk membantu peserta

    didik agar dapat belajar dengan baik (Restian,2015).

    Matematika merupakan salah satu bidang studi yang ada pada

    semua jenjang pendidikan, mulai dati tingkat sekolah dasar hingga

    perguruan tinggi (Susanto,2013). Matematika ini diperlukan untuk proses

    perhitungan dan proses berpikir yang sangat dibutuhkan orang dalam

    menyelesaikan berbagai masalah.

    Matematika ini diperlukan untuk proses perhitungan dan proses

    berpikir yang sangat dIbutuhkan orang dalam menyelesaikan berbagai

    masalah.Matematika di Sekolah Dasar merupakan mata peajaran penting,

    Maka dari itu matematika menjadi penting diajarkan mulai Sekolah Dasar

    karena pada usia Sekolah Dasar inilah waktu yang tepat untuk penanaman

    konsep untuk memperkuat pondasi dimasa yang akan datang.

    Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa

    Pembelajaran Matematika adalah suatu interaksi guru dan peserta didik

    yang dilaksanakan berulang-ulang. Pembelajaran matematika bertujuan

  • 16

    mengembangkan kreatifitas peserta didik dan meningkatkan kemampuan

    berpikir peserta didik terhadap materi matematika.

    2. Karakteristik Peserta didik Sekolah Dasar

    Peserta didik yang berada pada periode Sekolah Dasar (SD) berada

    dalam periode late childhood atau akhir masa kanak-kanak, yaitu kurang

    lebih berada dalam rentang usia 6-13 tahun. Periode SD ini ditandai

    dengan kondisi yang sangat berpengaruh terhadap penyesuaian pribadi

    serta penyesuaian sosial peserta didik SD (Wijayani,2013).

    Masa usia SD ini dapat diperinci menjadi 2 fase, antara lain: masa

    kelas rendah dan masa kelas tinggi. Pada masa kelas rendah SD, saat

    peserta didik berada pada kelas 1,2,3 pada usia sekitar 6 sampai dengan 9

    tahun. Sedangkan pada masa kelas tinggi SD, saat peserta didikberada

    pada kelas 4,5,6 pada usia sekitar 9 tahun sampai dengan 13 tahun

    (Wijayani,2013).

    Pada masa usia SD terjadi perubahan fisik yang menonjol yang

    dapat mengakibatkan perubahan dalam sikap, nilai dan perilaku. Selain itu

    perubahan intelektual peserta didik juga mengalami perubahan dan dapat

    dilihat melalui perkembangan kognitif (Wijayani,2013)

    Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan berpikir

    atau intelektual peserta didik. Dalam kurikulum 2013, kemampuan

    kognitif peserta didik diarahkan untuk mengetahui, memahami,

    menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi. Jean Piaget menjelaskan

    bahwa kmampuan kognitif peserta didik SD masuk dalam tahap

    pemikiran operasional konkret, yaitu masa dimana aktifitas peserta

  • 17

    didiklebih terfokus pada objek-objek yang konkret atau nyata. Maka sifat

    khasatau karakteristikpeserta didik SD adalah realistic, mereka belum

    mampu memahami konsep yang abstrak. Perhatian peserta didik SD

    tertuju pada kehidupan yang praktis dan konkret sehingga membuat

    mereka memiliki rasa ingin tahu yang tinggi serta gemar melakukan

    berbagai kegiatan yang bersifat praktis (Wiyani, 2013).

    Dari pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa

    karakteristik peserta didik berada pada perkembangan fisik maupun

    kognitif. Pada usia 6-13 tahunpeserta didik masuk tahapan operasional

    konkret. Pada usia tersebut peserta didik lebih tertarik pada kehidupan

    yang praktis dan konkret. Hal itu karena peserta didik SD masih belum

    mampu memahami konsep abstrak. Teori Bruner dianggap tepat untuk

    mendukung peserta didik belajar menemukan konsep matematika, teori ini

    sangat tepat dengan karakteristik peserta didik sekolah dasar yang belum

    mampu memahami konsep abstrak. Hal itu karena Teori Bruner memiliki

    tahapan yang sistematis untuk menemukan konsep mulai dari menggunkan

    benda konkret hingga menggunkan simbol matematika, sehingga sangat

    membantu peserta didik dalam menemukan konsep dengan mandiri.

    3. Teori Bruner

    Bruner menjelaskan bahwa belajar merupakan suatu proses aktif yang

    memungkinkan peserta didik utnuk menemukan informasi hal-hal baru

    (Utama, 2014). Teori Bruner menyebutkan bahwa perkembangan kognitif

    seseorang terjadi mulai 3 tahap yang ditentukkan oleh cara melihat

    lingkungannya (Thobroni, 2013). Berikut tahapan Teori Bruner yaitu:

  • 18

    a. Tahap Enaktif

    Aktifitas-aktifitas yang dilakukan guru dan peserta didik dalam upaya

    untuk memahami lingkungan sekitarnya. Suatu tahap pembelajaran

    ketika materi pembelajaran yang bersifat abstrak dipelajari peserta

    didik dengan menggunakan benda-benda konkret. Hal itu dapat

    membantu mempermudah peserta didik memahami konsep yang

    dipelajari. Dengan demikian, topic pembelajaran tersebut

    dipresentasikan atau diwujudkan dalam bentuk benda-benda

    (Thobroni, 2013)

    b. Tahap Ikonik

    Suatu tahap pembelajaran ketika materi pembelajaran yang bersifat

    abstrak dipelajari peserta didik. Pada tahap ini kegiatan penyajian

    dilakukan dengan menggunakan serangkaian gambar atau grafik yang

    dilakukan langsung oleh peserta didik. Hal itu karena adanya

    keterhubungan mental yang merupakan gambaran dari objek-objek

    yang memanipulasinnya (Syahdan, 2016)

    c. Tahap Simbolik

    Tahap ini konsep pengetahuan peserta didik mulai dibangun dengan

    menggunakan simbol matematika dan bahasa. Pada penyajian simbol

    matematika membuktikan bahwa kemauan peserta didik terhadap

    suatu pembelajaran dan lebih memperhatikan pernyataan dari pada

    obyek-obyek (Nuryadi, 2011)

    Djamarah menjelaskan keunggulan Teori Bruner yaitu: Belajar

    penemuan dapat digunakan untuk menguji apakah belajar sudah

  • 19

    bermakna, pengetahuan yang diperoleh peserta didik mudah diingat,

    peserta didik dapat mendemonstrasikan pengetahuan yang diterima. Selain

    itu peserta didik juga dapat meningkatkan penalaran dan kemampuan

    untuk memahami secara bebas (dalam Utama, 2014).

    Pada penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa Teori

    Brunermemiliki 3 tahapan yaitu tahap enaktif, ikonik dan simbolik. (1)

    pada tahap enaktif peserta didik menggunakan benda konkret untuk

    memahami konsep matematika, (2) pada tahap ikonik peserta didik mulai

    menggunakan gambar-gambar untuk proses peralihan dari konkret menuju

    semikonkret dalam memahami suatu permasalahan, (3) pada tahap

    simbolik peserta didik mulai mempelajari matematika secara semiabstrak-

    abstrak menggunakan simbol-simbol matematika untuk menyelesaikan

    permaslahan pada soal.Teori Bruner memiliki keunggulan yaitu

    memudahkan peserta didik mengembangkan pengetahuannya dengan

    mendemontrasikan. Hal itu menjadikan pembelajaran bermakna bagi

    peserta didik, meningkatkan penalaran dan mempermudah peserta didik

    mengingat pengetahuannya. Berikut tahap belajar Teori Bruner yang akan

    dikembangkan oleh peneliti yaitu:

    Tahap Enaktif: pada tahap ini peserta didik diberikan beberapa

    benda konkret berupa kue, peserta didik diminta untuk memotong kue dan

    menyatakan nilai pecahan untuk kue yang dipotong.Tahap ikonik: pada

    tahap ini pada LKPD disajikan gambar-gambar pecahan/potongan kue dan

    peserta didik diminta untuk menjawab dan menentukan nilai pecahan

    untuk gambar yang ada di LKPD.Tahap simbolik: tahap ini peneliti

  • 20

    menyajikan angka-angka dan simbol-simbl matematika lainnya pada

    LKPD dan meminta peserta didik untuk menyelsaikan soal pecahan yang

    ada di LKPD.

    3. Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD)

    a. Pengertian LKPD

    Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) merupakan salah satu

    sarana untuk membantu dan mempermudah dalam kegiatan belajar

    mengajar sehingga akan terbentuk interaksi yang efektif anatara

    peserta didik dengan guru (Jowita,2017). LKPD merupakan perangkat

    pembelajaran sebagai pelengkap atau sarana pendukung pelaksanaan

    RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Dengan penggunaan

    LKPD akan membuka kesempatan peserta didik untuk aktif dan kreatif

    dalam proses pembelajaran (Apherta, 2018).LKPD merupakan suatu

    bahan ajar cetakberupa lembar-lembar kertas yang berisi ringkasan

    materi,petunjuk pelaksanaan dan tugas pembelajaran yang harus

    dikerjakan oleh peserta didik, yang mengacu pada kompetensi dasar

    yang harus dicapai(Prastowo,2014).

    Berdasarkan pengertian LKPD menurut para ahli maka dapat

    disimpulkan bahwa LKPD merupakan kepanjangan dari Lembar

    Kegiatan Peserta Didik yang dulu sering disebut juga LKS (Lembar

    Kegiatan Peserta Didik). LKPD merupakan perangkat pembelajaran

    berupa bahan ajar cetak yang berisi ringkasan materi, petunjuk langkah

    pembelajaran, tugas-tugas sesuai dengan kompetensi dasar yang

    ditetapkan. Hal itu bertujuan untuk mempermudah interaksi antara

  • 21

    peserta didik dan guru untuk mencapai suatu kompetensi dasar serta

    membuat peserta didik lebih aktif pada saat proses pembelajaran

    berlangsung.

    b. Pentingnya LKPD dalam Pembelajaran

    Sebagai sarana dalam proses pembelajaran, LKPD menjadi

    penting karena memiliki fungsi,tujuan dan manfaat. Berikut fungsi,

    tujuan dan manfaat LKPD yaitu:

    1) Fungsi LKPD

    LKPD merupakan bahan ajar cetak yang memiliki beberapa

    fungsi. LKPD memiliki empat fungsi diantanya yaitu: Sebagai

    bahan ajar yang bisa meminimalkan peran guru namun lebih

    mengaktifkan peserta didik, Sebagai sarana mempermudah peserta

    didik untuk memahami materi yang diberikan, Sebagai sarana yang

    berisi ringkas dan kaya tugas untuk berlatih, Memudahkan

    pelaksanaan pengajaran kepada peserta didik (Prastowo, 2014).

    Dzamarah menjelaskan bahwa fungsi LKPD ada 6 yaitu:

    sebagai alat bantu pembelajaran yang efektif, sebagai alat bantu

    untuk menjadikan pembelajaran yang menarik, untuk mempercepat

    proses pembelajaran, menjadikan peserta didik lebih aktif,

    menumbuhkan pemikiran yang kreatif dan untuk meningkatkan

    kualitas belajar mengajar dikelas (dalam Asma, 2018)

    Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan fungsi

    LKPD adalah sebagai bahan ajar yang membantu peserta didik

    dalam proses pembelajara. Fungsi lainnya membantu peserta

  • 22

    didikuntuk aktif di kelas dan mempermudah peserta didik

    memahami materi sehingga terlaksana dengan efektif serta lebih

    terfokus pada peserta didik bukan pada guru.

    2) Tujuan Penyusunan LKPD

    LKPD memiliki empat tujuan yaitu:Menyajikan bahan ajar

    yang memudahkan peserta didik untuk berinteraksi dengan materi

    yang diberikan, Menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan

    penguasaan peserta didik terhadap materi yang diberikan, Melatih

    kemandirian belajar peserta didik, Memudahkan guru dalam

    memberikan tugas kepada peserta didik (Prastowo, 2014). Tujuan

    LKPD menyajikan urutan langkah-langkah yang bereguna untuk

    memahami isi materi secara urut dan mencapai tujuan

    pembelajaran (Asma, 2018).

    Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa

    tujuan penyusunan LKPD yaitu Menyajikan bahan ajar yang berisi

    tugas-tugas untuk mempermudah interaksi peserta didik dengan

    materi, meningkatkan penugasan peserta didik terhadap materi. Hal

    itu bertujuan untuk memahami materi secara urut dan pembelajaran

    dapat melatih kemandirian peserta didik terhadap proses

    pembelajaran matematika.

    b. Unsur-Unsur LKPD

    Dilihat dari strukturnya, LKPD lebih sederhana dari pada Modul,

    namun lebih komplek dari pada buku, berikut unsur-unsur LKPD

  • 23

    yaitu:Judul, Petunjuk belajar, Kompetensi dasar, Materi pokok, Informasi

    pendukung, Tugas atau langkah kerja(Prastowo, 2014).

    Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan LKPD yaitu dari

    segi penyajian materi: judul harus sesuai dengan materinya, materi sesuai

    dengan perkembangan anak, materi disajikan secara sistematis dan logis,

    materi yang disajikan secara sederhana dan jelas, menunjang keterlibatan

    dan kemampuan peserta didik untuk ikut aktif (Zahari, 2017). Dari

    penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam pembuatan LKPD harus

    memperhatikan unsur-unsur LKPD serta memperhatikan cara penyajian

    materi yang tepat untuk LKPD.

    c. Langkah-Langkah Pengembangan LKPD

    Keberadaan LKPD yang inovatif dan kreatif menjadi harapan

    semua peserta didik. Hal itu karena LKPD yang inovatif dan kreatif akan

    menciptakan proses pembelajaran menjadi lebih menyengkan. Untuk

    mengembangkan LKPD yang inovatif dan kreatif berikut langkah-langkah

    penyusunan LKPD yaitu: melakukan analisis kurikulum, menyusun peta

    kebutuhan LKPD, menentukan judul-judul LKPD, Penulisan LKPD

    (Prastowo, 2014)

    Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat dijelaskan langkah-

    langkah pengembangan LKPD yang akan dikembangkan oleh peneliti

    yaitu:

    1) Melakukan analisis kurikulum

    Kurikulum di MI Wahid Hasyim menggunakan kurikulum 2013,

    dimana pada kurikulum 2013 matematika sudah terpisah dari mata

  • 24

    pelajaran lainnya atau sudah tidak terpadu. Pemilihan Kompetensi

    Dasar (KD) 3.2 yaitu menjelaskan berbagai bentuk pecahan (biasa,

    campuran, decimal, dan persen) dan hubungan diantaranya; dan 4.2

    yaitu mengidentifikasi berbagai bentuk pecahan (biasa, campuran,

    decimal, dan persen) dan hubungan diantaranya. Materi yang

    digunakan yaitu materi pecahan biasa dan campuran.

    2) Menyusun peta kebutuhan LKPD

    Berdasarkan permasalahan yang ada di kelas IV MI Wahid Hasyim

    maka dIbutuhkan LKPD yang sesuai dengan karakteristik peserta didik

    kelas IV yaitu LKPD berbasis Teori Bruner. Peta kebutuhan LKPD

    berbasis Teori Bruner ini hanya dalam lingkup materi pecahan biasa

    dan pecahan campuran serta pengurutan pecahan.

    3) Menentukan judul LKPD

    Judul LKPD yang akan dikembangkan yaitu “LKPD materi pecahan

    berbasis Teori Bruneruntuk kelas IV SD”, hal ini berdasarkan

    kompetensi dasar (KD) yang dipilih serta pengembangan LKPD

    dengan mengaplikasikan Teori Bruner didalam langkah-langkah

    pembelajarannya.

    4) Penulisan LKPD

    Menggunakan Kompetensi Dasar (KD) 3.2 yaitu menjelaskan berbagai

    bentuk pecahan (biasa, campuran, decimal, dan persen) dan hubungan

    diantaranya; dan 4.2 yaitu mengidentifikasi berbagai bentuk pecahan

    (biasa, campuran, decimal, dan persen) dan hubungan diantaranya.

  • 25

    Materi pecahan biasa dan campuran dengan alat penlaian berupa rubrik

    dan pedoman penskoran.

    d. Syarat Pengembangan LKPD

    Dalam mengembangakan LKPD terdapat syarat yang harus

    dipenuhi untuk menciptakan LKPD yang baik dan layak digunakan.

    Berikut ini adalah penjelasan dari para ahli syarat-syarat yang

    digunakan untuk mrnyusun LKPD.

    Widjayanti menjelaskan dalam penyusnan LKPD yang layak

    terdapat 3 syarat yaitu syarat didaktif, syarat kontruksi dan syarat

    teknis. Syarat didaktif meliputi: kesesuaian materi dengan konsep,

    kegiatan yang terdapat pada LKPD memuat kegiatan untuk melatihkan

    keterampilan proses pada peserta didik. Syarat Kontruksi meliputi:

    kesesuaian bahasa, kalimat yang digunakan sesuai dengan bahasa

    anak, bahasa yang digunakan tidak menimbulkan makna ganda. Syarat

    teknis meliputi: kesesuaian tulisan pada LKPD, kesesuaian gambar

    serta kesesuaian tampilan LKPD (dalam Widyastuti, 2015).

    Trianto menjelaskan bahawa syarat penyusunan LKPD ada 2

    yaitu syarat konstruksi dan syarat teknis. Syarat Kontruksi, LKPD

    menggunakan bahasa yang sesuai tingkatperkembangan peserta didik,

    bahasa sesuai EYD, menggunakan struktur kalimat yangsederhana,

    pendek, dan jelas tidak berbelit. LKPD juga harus memiliki tata urutan

    yangsistematik, memiliki tujuan belajar yang jelas, memiliki identitas

    untukmemudahkan pengadministrasian (dalam Rohmah, 2018).

  • 26

    Syarat teknis, LKPD mencakup tulisan, gambar, dan tampilan.

    Tulisanmenggunakan huruf tebal yang agak besar untuk topik, bukan

    huruf biasayang diberi garis bawah, jumlah kata di dalam satu baris

    tidak lebih dari 10 kata, dan sebagainya. Gambar harus dapat

    menyampaikan pesan/isin secara efektif. Gambar harus cukup besar

    dan jelas detailnya. Tampilann disusun sedemikian rupa sehingga ada

    harmonisasi antara gambar dan tulisan. Tampilan harus menarik dan

    menyenangkan untuk meningkatkan motivasi(dalam Rohmah, 2018).

    Berdasarkan penjelasan dari para ahli maka dapat disimpulkan

    bahwa syarat pengembangan LKPD ada 3 yarat didaktif, syarat

    kontruksi dan syarat teknis. Pada syarat didaktif, LKPD yang baik

    terdapat kesesuaian materi dengan konsep, mengajak peserta didik

    aktif untuk melatih keterampilan. Syarat konstruksi lebih terfokus pada

    penggunaan kalimat yang jelas dan mudah dipahami peserta didik.

    Pada syarat teknis lebih terfokus pada tampilan LKPD yang baik dan

    benar yaitu pada tulisan, gambar dan tampilan.

    e. Mengembangkan LKPD yang Bermanfaat

    Dalam mengembangkan LKPD yang bermanfaat bagi peserta didik

    perlu memperhatikan desain pengembangan dan langkah

    pengembangannya (Prastowo, 2014).

    1. Menentukan Desain Pengembangan LKPD

    LKPD didesain secara mandiri guna mempermudah peserta didik

    untuk memahami suatu materi yang akan dipelajari. Apabila

  • 27

    desainLKPD terlalu sulit dan rumit bagi peserta didik, maka

    mereka akan kesulitan dalam memahami materi

    a) Ukuran, penggunaan ukuran yang tepat bagi peserta didik

    sangat penting dilakukan, hal itu guna untuk mempermudah

    peserta didik untuk menggunakan LKPD. Misalnya pada

    ukuran kertas menggunakan A4, menggunakan gambar yang

    tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil.

    b) Kepadatan Halaman, dalam hal ini harus diperhatikan karena

    kepadatan halaman mempengaruhi minat peserta didik ntuk

    menggunakan LKPD dan sulit memfokuskan perhatian.

    c) Penomoran, dengan adanya penomoran dapat membantu

    peserta didik untuk memahami materi yang ada di LKPD.

    d) Kejelasan, dalam hal ini sangat penting dilakukan guna

    mempermudah guru untuk memahami dan menjelaskan kepada

    peserta didik. Kejelasan tulisan yang sesuai pada LKPD sangat

    berpengaruh terhadap pehaman peserta didik, sehingga harus

    memperhatikan EYD dan kualitas cetakan LKPD agar tidak

    mudah tembus ke halaman baliknya.

    2. Langkah Pengembangan LKPD

    a) Menentukan Tujuan Pembelajaran

    b) Pengumpulan Materi, menentukan materi dan tugas yang

    sejalan dengan tujuan pembelajaran.

  • 28

    c) Penyusunan Elemen dan Unsur, hal ini sangat penting guna

    mengembangkan LKPD yang baik dan tepat maka unsur

    penyusunan harus lengkap.

    d) Pemeriksaan dan Penyempurnaan, sebelum LKPD digunakan

    oleh peserta didik harus dilakukan pengecekan kembali. Ada 4

    variabel yang harus diperhatikan sebelum LKPD digunakan

    oleh peserta didik. Keempat variabel tersebut adalah variabel

    Kesesuaian desain dengan tujuan pembelajaran, kesesuaian

    materi dengan tujuan pembelajaran, kesesuaian elemen atau

    unsur dengan tujuan pembelajaran, kejelasan penyampaian.

    f. LKPD yang Layak Bagi Peserta Didik

    Kata layak berarti pantas digunakan, LKPD yang layak

    merupakan LKPD yang pantas digunakan untuk peserta didik.

    Berdasarkan standar kelayakan bahan ajar menurut BNSP (Badan

    Standar Nasional Pendidikan), kelayakan bahan ajar dibagi menjadi

    beberapa komponen yaitu: kelayakan isi, kelayakan penyajian dan

    kelayakan bahasa (Susanti, 2015). Kelayakan LKPD dapat dinilai dari

    beberapa aspek yaitu: aspek identitas, aspek bahasa, aspek

    penyajian/tampilan, aspek isi (Rukmana, 2015).Dari penjelasan diatas

    dapat disimpulkan bahwa LKPD dapat dikatakan layak atau pantas

    digunakan apabila memenuhi beberapa aspek yaitu: aspek tampilan,

    aspek isi, aspek bahasa dan aspek identitas. LKPD yang layak dapat

    diukur dengan menggunkan validasi ahli, respon peserta didik serta

    respon guru.

  • 29

    4. Materi Pecahan

    Pecahan merupakan salah satu mata pelajaran matematika yang

    mulai diajarkan di tingkat sekolah dasar. Pemahaman konsep pecahan

    dapat dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari misalnya, ibu memiliki ¼

    kue. ¼ merupakan bilangan pecahan.

    a. Macam-Macam Pecahan

    1) Pecahan Biasa

    Pecahan biasa adalah pecahan yang terdiri dari pembilang dan

    penyebut berupa bilangan bulat.Pembilangnya lebih kecil dari

    penyebut; a

  • 30

    maka 1 bagian semangka bernilai ¼ (Satu per empat)

    2) Pecahan Campuran

    Pecahan campuran yaitu pecahan yang terdiri dari bilangan bulat utuh

    dan bilangan pecah biasa. Pembilangnya lebih besar dari penyebut; a >b

    Contoh:

    a) Perhatikan gambar dibawah ini, Rara memiliki semangka

    Maka semangka yang dimiliki rara adalah 2 ½ ( Dua setengah)

    b) Perhatikan gambar dibawah, Ibu memiliki tomat

    Maka tomat yang dimiliki Ibu bernilai 1 ¼ (Satu satu perempat)

    3) Membandingkan Pecahan

    Kemampuan prasyarat yang harus dikuasai peserta didik dalam

    membandingkan pecahan ini adalah pemahaman tentang nilai

    pecahan. Berikut langkah-langkah membangdingkan pecahan

    menurut (Heruman, 2013)

    a) Sebagai pengantar peserta didik diingatkan lagi tentang

    pecahan

  • 31

    b) Peserta didik menyediakan 2 lembar kertas yaitu kertas a dan b.

    Kertas a dilipat menjadi 2 bagian yang sama, dan salah satu

    bagian diarsir untuk menunjukkan pecahan

    . Kemudian kertas

    yang b dilipat menjadi 4 bagian yang sama, salah satu bagian

    diarsir untuk menunjukkan pecahan

    c) Peserta didik kemudian membandingkan 2 kertas a dan b, hasil

    lipatan yang telah diarsir.

    Pecahan ½ lebih besar dari ¼ , ditulis ½ > ¼

    d) Dari peragaan ini akan terbangun pemikiran bahwa penyebut

    angka 2 lebih besar dibandingkat penyebut angka 4.

    1

    2

    1

    4

  • 32

    B. Kajian Penelitian yang Relevan

    Padapengembangan LKPD matematika berbasis Teori Bruner,

    peneliti menggunakan penelitian yang relevan yang pertama milik Dewi

    Rahayu dengan judul “Pengembangan Lembar Kegiatan Peserta Didik

    (LKPD) berbasis pemecahan masalah materi bangun datar”. Pada

    penelitian tersebut mengembangan LKPD berbasis pemecahan masalah

    pada materi bangun datar untuk peserta didik kelas IV di SDN Bangkingan

    II/442. Penelitian ini menggunakan metode penelitian pengembangan R &

    D Borg and Gall dengan untuk mengetahui proses pengembangan serta

    kelayakan LKPD berbasis pemecahan masalah.Pada penelitian tersebut

    didapatkan hasil yaitu: uji kelayakan LKPD yang dikembangkan valid

    dengan presentase 77%. Hal itu berdasarkan kesesuaian dengan

    kurikulum, keakuratan serta kemutakhiran materi, teknik penyajian, soal

    berdasarkan langkah polya dan desain isi.

    Pada penelitian tersebut memiliki kesamaan dan perbedaan dengan

    penelitian yang akan dilakukan peneliti. Persamaan, pada penelitian yakni:

    (1) sama-sama melakukan penelitian pengembangan, (2) mengembangkan

    bahan ajar jenis LKPDmatematika, (3) sama-sama menggunaka peserta

    didik Sekolah Dasar sebagai subjek penelitian. Sedangkan untuk

    perbedaannya yakni: (1) penelitian terdahulu mengembangan LKPD pada

    materi bangun datar sedangkan pengembangan LKPD yang akan

    dikembangkan peneliti memuat materi pecahan, (2) penelitian terdahulu

    menggunakan model penelitian R & D Borg and Gall sedangkan model

    yang akan digunakan oleh peneliti yaitu model ADDIE.

  • 33

    Penelitian kedua milik Dewi Lestari dengan judul “Penerapan

    Teori Bruner untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada

    pembelajaran simetri lipat di kelas IV SDN 02 Makmur Jaya”. Penelitian

    ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas untuk mengetahui hasil

    belajar peserta didik setelah dilakukan penerapan Teori Bruner pada

    pembelajarannya. Hasil dari penelitian tersebut yaitu pada siklus I dan II

    terdapat peningkatan hasil belajar peserta didik dengan nilai ketuntasan

    73% menjadi 95%. Hal itu karena penerapan Teori Bruner mampu

    meningkatkan hasil belajar peserta didik dengan metode diskusi kelompok

    dan pemberian LKS yang membuat peserta didik lebih aktif dalam

    mengikuti kegiatan pembelajaran.

    Pada penelitian tersebut memiliki kesamaan dan perbedaan dengan

    penelitian yang akan dilakukan peneliti. Persamaan, pada penelitian yakni:

    (1) sama-sama melakukan penelitian menggunakan Teori Bruner, (2)

    sama-sama menggunakan mata pelajaranmatematika, (3) sama-sama

    menggunaka peserta didik Sekolah Dasar sebagai subjek penelitian.

    Sedangkan untuk perbedaannya yakni: (1) penelitian terdahulu memuat

    materi simeteri lipat sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti memuat

    materi pecahan, (2) penelitian terdahulu menggunakan model penelitian

    tindakan kelas dengan 2 siklus sedangkan model yang akan digunakan

    oleh peneliti yaitu model pengembangan ADDIE.

  • 34

    C. Kerangka Pikir

    Gambar 2.1 Kerangka Pikir

    Kondisi Ideal:

    1. Peserta didik berpartisipasi aktif

    dalam kegiatan pembelajaran

    2. Adanya LKPD yang sesuai

    dengan karakteristikpeserta.

    3. Materi pecaha mudah dan

    menyengkan

    4. Pembelajaran matematika yang

    bermakna bagipeserta didik

    Kondisi Lapangan:

    1. Peserta didik belum berpartisipasi

    aktif dalam kegiatan pembelajaran

    2. Belum adanya LKPD yang berbasis

    Teori Brunerdan LKPD yang Efektif.

    3. Peserta didik mengalami kesulitan

    dalam memahami materi “Pecahan”.

    4. Pembelajaran matematika yang

    kurang bermakna bagi peserta didik

    Analisis kebutuhan: Peserta didik kelas IV membutuhkan pengembangan

    LKPD

    Mengembangkan

    LKPD materi pecahan Berbasis Teori Bruner

    Penerapan Pengembangan

    LKPDmateri pecahan Berbasis Teori Bruner

    Model ADDIE

    Analyze, Design, Development, Implementatition, Evaluation

    Peserta didik aktif dan kreatif menggunakan

    LKPD materi pecahan Berbasis Teori Bruner

    serta lebih mudah memahami materi pecahan

    LKPD materi pecahan Berbasis Teori Bruner

    efektif dan layak digunakan untuk pembelajaran

    matematika materi pecahan.

    Pengembangan

    LKPD materi pecahan berbasis Teori Bruner