bab ii kajian pustakaeprints.umm.ac.id/48277/3/bab ii.pdf · konsep untuk memperkuat pondasi dimasa...
TRANSCRIPT
-
15
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar
Pembelajaran merupakan suatu proses belajar yang berulang-ulang
dan menyebabkan adanya perubahan perilaku yang disadari dan cenderung
bersifat tetap (Thobroni,2016). Pembelajaran adalah proses interaksi
peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar. Pembelajaran juga merupakan proses untuk membantu peserta
didik agar dapat belajar dengan baik (Restian,2015).
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang ada pada
semua jenjang pendidikan, mulai dati tingkat sekolah dasar hingga
perguruan tinggi (Susanto,2013). Matematika ini diperlukan untuk proses
perhitungan dan proses berpikir yang sangat dibutuhkan orang dalam
menyelesaikan berbagai masalah.
Matematika ini diperlukan untuk proses perhitungan dan proses
berpikir yang sangat dIbutuhkan orang dalam menyelesaikan berbagai
masalah.Matematika di Sekolah Dasar merupakan mata peajaran penting,
Maka dari itu matematika menjadi penting diajarkan mulai Sekolah Dasar
karena pada usia Sekolah Dasar inilah waktu yang tepat untuk penanaman
konsep untuk memperkuat pondasi dimasa yang akan datang.
Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
Pembelajaran Matematika adalah suatu interaksi guru dan peserta didik
yang dilaksanakan berulang-ulang. Pembelajaran matematika bertujuan
-
16
mengembangkan kreatifitas peserta didik dan meningkatkan kemampuan
berpikir peserta didik terhadap materi matematika.
2. Karakteristik Peserta didik Sekolah Dasar
Peserta didik yang berada pada periode Sekolah Dasar (SD) berada
dalam periode late childhood atau akhir masa kanak-kanak, yaitu kurang
lebih berada dalam rentang usia 6-13 tahun. Periode SD ini ditandai
dengan kondisi yang sangat berpengaruh terhadap penyesuaian pribadi
serta penyesuaian sosial peserta didik SD (Wijayani,2013).
Masa usia SD ini dapat diperinci menjadi 2 fase, antara lain: masa
kelas rendah dan masa kelas tinggi. Pada masa kelas rendah SD, saat
peserta didik berada pada kelas 1,2,3 pada usia sekitar 6 sampai dengan 9
tahun. Sedangkan pada masa kelas tinggi SD, saat peserta didikberada
pada kelas 4,5,6 pada usia sekitar 9 tahun sampai dengan 13 tahun
(Wijayani,2013).
Pada masa usia SD terjadi perubahan fisik yang menonjol yang
dapat mengakibatkan perubahan dalam sikap, nilai dan perilaku. Selain itu
perubahan intelektual peserta didik juga mengalami perubahan dan dapat
dilihat melalui perkembangan kognitif (Wijayani,2013)
Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan berpikir
atau intelektual peserta didik. Dalam kurikulum 2013, kemampuan
kognitif peserta didik diarahkan untuk mengetahui, memahami,
menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi. Jean Piaget menjelaskan
bahwa kmampuan kognitif peserta didik SD masuk dalam tahap
pemikiran operasional konkret, yaitu masa dimana aktifitas peserta
-
17
didiklebih terfokus pada objek-objek yang konkret atau nyata. Maka sifat
khasatau karakteristikpeserta didik SD adalah realistic, mereka belum
mampu memahami konsep yang abstrak. Perhatian peserta didik SD
tertuju pada kehidupan yang praktis dan konkret sehingga membuat
mereka memiliki rasa ingin tahu yang tinggi serta gemar melakukan
berbagai kegiatan yang bersifat praktis (Wiyani, 2013).
Dari pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa
karakteristik peserta didik berada pada perkembangan fisik maupun
kognitif. Pada usia 6-13 tahunpeserta didik masuk tahapan operasional
konkret. Pada usia tersebut peserta didik lebih tertarik pada kehidupan
yang praktis dan konkret. Hal itu karena peserta didik SD masih belum
mampu memahami konsep abstrak. Teori Bruner dianggap tepat untuk
mendukung peserta didik belajar menemukan konsep matematika, teori ini
sangat tepat dengan karakteristik peserta didik sekolah dasar yang belum
mampu memahami konsep abstrak. Hal itu karena Teori Bruner memiliki
tahapan yang sistematis untuk menemukan konsep mulai dari menggunkan
benda konkret hingga menggunkan simbol matematika, sehingga sangat
membantu peserta didik dalam menemukan konsep dengan mandiri.
3. Teori Bruner
Bruner menjelaskan bahwa belajar merupakan suatu proses aktif yang
memungkinkan peserta didik utnuk menemukan informasi hal-hal baru
(Utama, 2014). Teori Bruner menyebutkan bahwa perkembangan kognitif
seseorang terjadi mulai 3 tahap yang ditentukkan oleh cara melihat
lingkungannya (Thobroni, 2013). Berikut tahapan Teori Bruner yaitu:
-
18
a. Tahap Enaktif
Aktifitas-aktifitas yang dilakukan guru dan peserta didik dalam upaya
untuk memahami lingkungan sekitarnya. Suatu tahap pembelajaran
ketika materi pembelajaran yang bersifat abstrak dipelajari peserta
didik dengan menggunakan benda-benda konkret. Hal itu dapat
membantu mempermudah peserta didik memahami konsep yang
dipelajari. Dengan demikian, topic pembelajaran tersebut
dipresentasikan atau diwujudkan dalam bentuk benda-benda
(Thobroni, 2013)
b. Tahap Ikonik
Suatu tahap pembelajaran ketika materi pembelajaran yang bersifat
abstrak dipelajari peserta didik. Pada tahap ini kegiatan penyajian
dilakukan dengan menggunakan serangkaian gambar atau grafik yang
dilakukan langsung oleh peserta didik. Hal itu karena adanya
keterhubungan mental yang merupakan gambaran dari objek-objek
yang memanipulasinnya (Syahdan, 2016)
c. Tahap Simbolik
Tahap ini konsep pengetahuan peserta didik mulai dibangun dengan
menggunakan simbol matematika dan bahasa. Pada penyajian simbol
matematika membuktikan bahwa kemauan peserta didik terhadap
suatu pembelajaran dan lebih memperhatikan pernyataan dari pada
obyek-obyek (Nuryadi, 2011)
Djamarah menjelaskan keunggulan Teori Bruner yaitu: Belajar
penemuan dapat digunakan untuk menguji apakah belajar sudah
-
19
bermakna, pengetahuan yang diperoleh peserta didik mudah diingat,
peserta didik dapat mendemonstrasikan pengetahuan yang diterima. Selain
itu peserta didik juga dapat meningkatkan penalaran dan kemampuan
untuk memahami secara bebas (dalam Utama, 2014).
Pada penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa Teori
Brunermemiliki 3 tahapan yaitu tahap enaktif, ikonik dan simbolik. (1)
pada tahap enaktif peserta didik menggunakan benda konkret untuk
memahami konsep matematika, (2) pada tahap ikonik peserta didik mulai
menggunakan gambar-gambar untuk proses peralihan dari konkret menuju
semikonkret dalam memahami suatu permasalahan, (3) pada tahap
simbolik peserta didik mulai mempelajari matematika secara semiabstrak-
abstrak menggunakan simbol-simbol matematika untuk menyelesaikan
permaslahan pada soal.Teori Bruner memiliki keunggulan yaitu
memudahkan peserta didik mengembangkan pengetahuannya dengan
mendemontrasikan. Hal itu menjadikan pembelajaran bermakna bagi
peserta didik, meningkatkan penalaran dan mempermudah peserta didik
mengingat pengetahuannya. Berikut tahap belajar Teori Bruner yang akan
dikembangkan oleh peneliti yaitu:
Tahap Enaktif: pada tahap ini peserta didik diberikan beberapa
benda konkret berupa kue, peserta didik diminta untuk memotong kue dan
menyatakan nilai pecahan untuk kue yang dipotong.Tahap ikonik: pada
tahap ini pada LKPD disajikan gambar-gambar pecahan/potongan kue dan
peserta didik diminta untuk menjawab dan menentukan nilai pecahan
untuk gambar yang ada di LKPD.Tahap simbolik: tahap ini peneliti
-
20
menyajikan angka-angka dan simbol-simbl matematika lainnya pada
LKPD dan meminta peserta didik untuk menyelsaikan soal pecahan yang
ada di LKPD.
3. Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD)
a. Pengertian LKPD
Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) merupakan salah satu
sarana untuk membantu dan mempermudah dalam kegiatan belajar
mengajar sehingga akan terbentuk interaksi yang efektif anatara
peserta didik dengan guru (Jowita,2017). LKPD merupakan perangkat
pembelajaran sebagai pelengkap atau sarana pendukung pelaksanaan
RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Dengan penggunaan
LKPD akan membuka kesempatan peserta didik untuk aktif dan kreatif
dalam proses pembelajaran (Apherta, 2018).LKPD merupakan suatu
bahan ajar cetakberupa lembar-lembar kertas yang berisi ringkasan
materi,petunjuk pelaksanaan dan tugas pembelajaran yang harus
dikerjakan oleh peserta didik, yang mengacu pada kompetensi dasar
yang harus dicapai(Prastowo,2014).
Berdasarkan pengertian LKPD menurut para ahli maka dapat
disimpulkan bahwa LKPD merupakan kepanjangan dari Lembar
Kegiatan Peserta Didik yang dulu sering disebut juga LKS (Lembar
Kegiatan Peserta Didik). LKPD merupakan perangkat pembelajaran
berupa bahan ajar cetak yang berisi ringkasan materi, petunjuk langkah
pembelajaran, tugas-tugas sesuai dengan kompetensi dasar yang
ditetapkan. Hal itu bertujuan untuk mempermudah interaksi antara
-
21
peserta didik dan guru untuk mencapai suatu kompetensi dasar serta
membuat peserta didik lebih aktif pada saat proses pembelajaran
berlangsung.
b. Pentingnya LKPD dalam Pembelajaran
Sebagai sarana dalam proses pembelajaran, LKPD menjadi
penting karena memiliki fungsi,tujuan dan manfaat. Berikut fungsi,
tujuan dan manfaat LKPD yaitu:
1) Fungsi LKPD
LKPD merupakan bahan ajar cetak yang memiliki beberapa
fungsi. LKPD memiliki empat fungsi diantanya yaitu: Sebagai
bahan ajar yang bisa meminimalkan peran guru namun lebih
mengaktifkan peserta didik, Sebagai sarana mempermudah peserta
didik untuk memahami materi yang diberikan, Sebagai sarana yang
berisi ringkas dan kaya tugas untuk berlatih, Memudahkan
pelaksanaan pengajaran kepada peserta didik (Prastowo, 2014).
Dzamarah menjelaskan bahwa fungsi LKPD ada 6 yaitu:
sebagai alat bantu pembelajaran yang efektif, sebagai alat bantu
untuk menjadikan pembelajaran yang menarik, untuk mempercepat
proses pembelajaran, menjadikan peserta didik lebih aktif,
menumbuhkan pemikiran yang kreatif dan untuk meningkatkan
kualitas belajar mengajar dikelas (dalam Asma, 2018)
Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan fungsi
LKPD adalah sebagai bahan ajar yang membantu peserta didik
dalam proses pembelajara. Fungsi lainnya membantu peserta
-
22
didikuntuk aktif di kelas dan mempermudah peserta didik
memahami materi sehingga terlaksana dengan efektif serta lebih
terfokus pada peserta didik bukan pada guru.
2) Tujuan Penyusunan LKPD
LKPD memiliki empat tujuan yaitu:Menyajikan bahan ajar
yang memudahkan peserta didik untuk berinteraksi dengan materi
yang diberikan, Menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan
penguasaan peserta didik terhadap materi yang diberikan, Melatih
kemandirian belajar peserta didik, Memudahkan guru dalam
memberikan tugas kepada peserta didik (Prastowo, 2014). Tujuan
LKPD menyajikan urutan langkah-langkah yang bereguna untuk
memahami isi materi secara urut dan mencapai tujuan
pembelajaran (Asma, 2018).
Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa
tujuan penyusunan LKPD yaitu Menyajikan bahan ajar yang berisi
tugas-tugas untuk mempermudah interaksi peserta didik dengan
materi, meningkatkan penugasan peserta didik terhadap materi. Hal
itu bertujuan untuk memahami materi secara urut dan pembelajaran
dapat melatih kemandirian peserta didik terhadap proses
pembelajaran matematika.
b. Unsur-Unsur LKPD
Dilihat dari strukturnya, LKPD lebih sederhana dari pada Modul,
namun lebih komplek dari pada buku, berikut unsur-unsur LKPD
-
23
yaitu:Judul, Petunjuk belajar, Kompetensi dasar, Materi pokok, Informasi
pendukung, Tugas atau langkah kerja(Prastowo, 2014).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan LKPD yaitu dari
segi penyajian materi: judul harus sesuai dengan materinya, materi sesuai
dengan perkembangan anak, materi disajikan secara sistematis dan logis,
materi yang disajikan secara sederhana dan jelas, menunjang keterlibatan
dan kemampuan peserta didik untuk ikut aktif (Zahari, 2017). Dari
penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam pembuatan LKPD harus
memperhatikan unsur-unsur LKPD serta memperhatikan cara penyajian
materi yang tepat untuk LKPD.
c. Langkah-Langkah Pengembangan LKPD
Keberadaan LKPD yang inovatif dan kreatif menjadi harapan
semua peserta didik. Hal itu karena LKPD yang inovatif dan kreatif akan
menciptakan proses pembelajaran menjadi lebih menyengkan. Untuk
mengembangkan LKPD yang inovatif dan kreatif berikut langkah-langkah
penyusunan LKPD yaitu: melakukan analisis kurikulum, menyusun peta
kebutuhan LKPD, menentukan judul-judul LKPD, Penulisan LKPD
(Prastowo, 2014)
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat dijelaskan langkah-
langkah pengembangan LKPD yang akan dikembangkan oleh peneliti
yaitu:
1) Melakukan analisis kurikulum
Kurikulum di MI Wahid Hasyim menggunakan kurikulum 2013,
dimana pada kurikulum 2013 matematika sudah terpisah dari mata
-
24
pelajaran lainnya atau sudah tidak terpadu. Pemilihan Kompetensi
Dasar (KD) 3.2 yaitu menjelaskan berbagai bentuk pecahan (biasa,
campuran, decimal, dan persen) dan hubungan diantaranya; dan 4.2
yaitu mengidentifikasi berbagai bentuk pecahan (biasa, campuran,
decimal, dan persen) dan hubungan diantaranya. Materi yang
digunakan yaitu materi pecahan biasa dan campuran.
2) Menyusun peta kebutuhan LKPD
Berdasarkan permasalahan yang ada di kelas IV MI Wahid Hasyim
maka dIbutuhkan LKPD yang sesuai dengan karakteristik peserta didik
kelas IV yaitu LKPD berbasis Teori Bruner. Peta kebutuhan LKPD
berbasis Teori Bruner ini hanya dalam lingkup materi pecahan biasa
dan pecahan campuran serta pengurutan pecahan.
3) Menentukan judul LKPD
Judul LKPD yang akan dikembangkan yaitu “LKPD materi pecahan
berbasis Teori Bruneruntuk kelas IV SD”, hal ini berdasarkan
kompetensi dasar (KD) yang dipilih serta pengembangan LKPD
dengan mengaplikasikan Teori Bruner didalam langkah-langkah
pembelajarannya.
4) Penulisan LKPD
Menggunakan Kompetensi Dasar (KD) 3.2 yaitu menjelaskan berbagai
bentuk pecahan (biasa, campuran, decimal, dan persen) dan hubungan
diantaranya; dan 4.2 yaitu mengidentifikasi berbagai bentuk pecahan
(biasa, campuran, decimal, dan persen) dan hubungan diantaranya.
-
25
Materi pecahan biasa dan campuran dengan alat penlaian berupa rubrik
dan pedoman penskoran.
d. Syarat Pengembangan LKPD
Dalam mengembangakan LKPD terdapat syarat yang harus
dipenuhi untuk menciptakan LKPD yang baik dan layak digunakan.
Berikut ini adalah penjelasan dari para ahli syarat-syarat yang
digunakan untuk mrnyusun LKPD.
Widjayanti menjelaskan dalam penyusnan LKPD yang layak
terdapat 3 syarat yaitu syarat didaktif, syarat kontruksi dan syarat
teknis. Syarat didaktif meliputi: kesesuaian materi dengan konsep,
kegiatan yang terdapat pada LKPD memuat kegiatan untuk melatihkan
keterampilan proses pada peserta didik. Syarat Kontruksi meliputi:
kesesuaian bahasa, kalimat yang digunakan sesuai dengan bahasa
anak, bahasa yang digunakan tidak menimbulkan makna ganda. Syarat
teknis meliputi: kesesuaian tulisan pada LKPD, kesesuaian gambar
serta kesesuaian tampilan LKPD (dalam Widyastuti, 2015).
Trianto menjelaskan bahawa syarat penyusunan LKPD ada 2
yaitu syarat konstruksi dan syarat teknis. Syarat Kontruksi, LKPD
menggunakan bahasa yang sesuai tingkatperkembangan peserta didik,
bahasa sesuai EYD, menggunakan struktur kalimat yangsederhana,
pendek, dan jelas tidak berbelit. LKPD juga harus memiliki tata urutan
yangsistematik, memiliki tujuan belajar yang jelas, memiliki identitas
untukmemudahkan pengadministrasian (dalam Rohmah, 2018).
-
26
Syarat teknis, LKPD mencakup tulisan, gambar, dan tampilan.
Tulisanmenggunakan huruf tebal yang agak besar untuk topik, bukan
huruf biasayang diberi garis bawah, jumlah kata di dalam satu baris
tidak lebih dari 10 kata, dan sebagainya. Gambar harus dapat
menyampaikan pesan/isin secara efektif. Gambar harus cukup besar
dan jelas detailnya. Tampilann disusun sedemikian rupa sehingga ada
harmonisasi antara gambar dan tulisan. Tampilan harus menarik dan
menyenangkan untuk meningkatkan motivasi(dalam Rohmah, 2018).
Berdasarkan penjelasan dari para ahli maka dapat disimpulkan
bahwa syarat pengembangan LKPD ada 3 yarat didaktif, syarat
kontruksi dan syarat teknis. Pada syarat didaktif, LKPD yang baik
terdapat kesesuaian materi dengan konsep, mengajak peserta didik
aktif untuk melatih keterampilan. Syarat konstruksi lebih terfokus pada
penggunaan kalimat yang jelas dan mudah dipahami peserta didik.
Pada syarat teknis lebih terfokus pada tampilan LKPD yang baik dan
benar yaitu pada tulisan, gambar dan tampilan.
e. Mengembangkan LKPD yang Bermanfaat
Dalam mengembangkan LKPD yang bermanfaat bagi peserta didik
perlu memperhatikan desain pengembangan dan langkah
pengembangannya (Prastowo, 2014).
1. Menentukan Desain Pengembangan LKPD
LKPD didesain secara mandiri guna mempermudah peserta didik
untuk memahami suatu materi yang akan dipelajari. Apabila
-
27
desainLKPD terlalu sulit dan rumit bagi peserta didik, maka
mereka akan kesulitan dalam memahami materi
a) Ukuran, penggunaan ukuran yang tepat bagi peserta didik
sangat penting dilakukan, hal itu guna untuk mempermudah
peserta didik untuk menggunakan LKPD. Misalnya pada
ukuran kertas menggunakan A4, menggunakan gambar yang
tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil.
b) Kepadatan Halaman, dalam hal ini harus diperhatikan karena
kepadatan halaman mempengaruhi minat peserta didik ntuk
menggunakan LKPD dan sulit memfokuskan perhatian.
c) Penomoran, dengan adanya penomoran dapat membantu
peserta didik untuk memahami materi yang ada di LKPD.
d) Kejelasan, dalam hal ini sangat penting dilakukan guna
mempermudah guru untuk memahami dan menjelaskan kepada
peserta didik. Kejelasan tulisan yang sesuai pada LKPD sangat
berpengaruh terhadap pehaman peserta didik, sehingga harus
memperhatikan EYD dan kualitas cetakan LKPD agar tidak
mudah tembus ke halaman baliknya.
2. Langkah Pengembangan LKPD
a) Menentukan Tujuan Pembelajaran
b) Pengumpulan Materi, menentukan materi dan tugas yang
sejalan dengan tujuan pembelajaran.
-
28
c) Penyusunan Elemen dan Unsur, hal ini sangat penting guna
mengembangkan LKPD yang baik dan tepat maka unsur
penyusunan harus lengkap.
d) Pemeriksaan dan Penyempurnaan, sebelum LKPD digunakan
oleh peserta didik harus dilakukan pengecekan kembali. Ada 4
variabel yang harus diperhatikan sebelum LKPD digunakan
oleh peserta didik. Keempat variabel tersebut adalah variabel
Kesesuaian desain dengan tujuan pembelajaran, kesesuaian
materi dengan tujuan pembelajaran, kesesuaian elemen atau
unsur dengan tujuan pembelajaran, kejelasan penyampaian.
f. LKPD yang Layak Bagi Peserta Didik
Kata layak berarti pantas digunakan, LKPD yang layak
merupakan LKPD yang pantas digunakan untuk peserta didik.
Berdasarkan standar kelayakan bahan ajar menurut BNSP (Badan
Standar Nasional Pendidikan), kelayakan bahan ajar dibagi menjadi
beberapa komponen yaitu: kelayakan isi, kelayakan penyajian dan
kelayakan bahasa (Susanti, 2015). Kelayakan LKPD dapat dinilai dari
beberapa aspek yaitu: aspek identitas, aspek bahasa, aspek
penyajian/tampilan, aspek isi (Rukmana, 2015).Dari penjelasan diatas
dapat disimpulkan bahwa LKPD dapat dikatakan layak atau pantas
digunakan apabila memenuhi beberapa aspek yaitu: aspek tampilan,
aspek isi, aspek bahasa dan aspek identitas. LKPD yang layak dapat
diukur dengan menggunkan validasi ahli, respon peserta didik serta
respon guru.
-
29
4. Materi Pecahan
Pecahan merupakan salah satu mata pelajaran matematika yang
mulai diajarkan di tingkat sekolah dasar. Pemahaman konsep pecahan
dapat dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari misalnya, ibu memiliki ¼
kue. ¼ merupakan bilangan pecahan.
a. Macam-Macam Pecahan
1) Pecahan Biasa
Pecahan biasa adalah pecahan yang terdiri dari pembilang dan
penyebut berupa bilangan bulat.Pembilangnya lebih kecil dari
penyebut; a
-
30
maka 1 bagian semangka bernilai ¼ (Satu per empat)
2) Pecahan Campuran
Pecahan campuran yaitu pecahan yang terdiri dari bilangan bulat utuh
dan bilangan pecah biasa. Pembilangnya lebih besar dari penyebut; a >b
Contoh:
a) Perhatikan gambar dibawah ini, Rara memiliki semangka
Maka semangka yang dimiliki rara adalah 2 ½ ( Dua setengah)
b) Perhatikan gambar dibawah, Ibu memiliki tomat
Maka tomat yang dimiliki Ibu bernilai 1 ¼ (Satu satu perempat)
3) Membandingkan Pecahan
Kemampuan prasyarat yang harus dikuasai peserta didik dalam
membandingkan pecahan ini adalah pemahaman tentang nilai
pecahan. Berikut langkah-langkah membangdingkan pecahan
menurut (Heruman, 2013)
a) Sebagai pengantar peserta didik diingatkan lagi tentang
pecahan
-
31
b) Peserta didik menyediakan 2 lembar kertas yaitu kertas a dan b.
Kertas a dilipat menjadi 2 bagian yang sama, dan salah satu
bagian diarsir untuk menunjukkan pecahan
. Kemudian kertas
yang b dilipat menjadi 4 bagian yang sama, salah satu bagian
diarsir untuk menunjukkan pecahan
c) Peserta didik kemudian membandingkan 2 kertas a dan b, hasil
lipatan yang telah diarsir.
Pecahan ½ lebih besar dari ¼ , ditulis ½ > ¼
d) Dari peragaan ini akan terbangun pemikiran bahwa penyebut
angka 2 lebih besar dibandingkat penyebut angka 4.
1
2
1
4
-
32
B. Kajian Penelitian yang Relevan
Padapengembangan LKPD matematika berbasis Teori Bruner,
peneliti menggunakan penelitian yang relevan yang pertama milik Dewi
Rahayu dengan judul “Pengembangan Lembar Kegiatan Peserta Didik
(LKPD) berbasis pemecahan masalah materi bangun datar”. Pada
penelitian tersebut mengembangan LKPD berbasis pemecahan masalah
pada materi bangun datar untuk peserta didik kelas IV di SDN Bangkingan
II/442. Penelitian ini menggunakan metode penelitian pengembangan R &
D Borg and Gall dengan untuk mengetahui proses pengembangan serta
kelayakan LKPD berbasis pemecahan masalah.Pada penelitian tersebut
didapatkan hasil yaitu: uji kelayakan LKPD yang dikembangkan valid
dengan presentase 77%. Hal itu berdasarkan kesesuaian dengan
kurikulum, keakuratan serta kemutakhiran materi, teknik penyajian, soal
berdasarkan langkah polya dan desain isi.
Pada penelitian tersebut memiliki kesamaan dan perbedaan dengan
penelitian yang akan dilakukan peneliti. Persamaan, pada penelitian yakni:
(1) sama-sama melakukan penelitian pengembangan, (2) mengembangkan
bahan ajar jenis LKPDmatematika, (3) sama-sama menggunaka peserta
didik Sekolah Dasar sebagai subjek penelitian. Sedangkan untuk
perbedaannya yakni: (1) penelitian terdahulu mengembangan LKPD pada
materi bangun datar sedangkan pengembangan LKPD yang akan
dikembangkan peneliti memuat materi pecahan, (2) penelitian terdahulu
menggunakan model penelitian R & D Borg and Gall sedangkan model
yang akan digunakan oleh peneliti yaitu model ADDIE.
-
33
Penelitian kedua milik Dewi Lestari dengan judul “Penerapan
Teori Bruner untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada
pembelajaran simetri lipat di kelas IV SDN 02 Makmur Jaya”. Penelitian
ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas untuk mengetahui hasil
belajar peserta didik setelah dilakukan penerapan Teori Bruner pada
pembelajarannya. Hasil dari penelitian tersebut yaitu pada siklus I dan II
terdapat peningkatan hasil belajar peserta didik dengan nilai ketuntasan
73% menjadi 95%. Hal itu karena penerapan Teori Bruner mampu
meningkatkan hasil belajar peserta didik dengan metode diskusi kelompok
dan pemberian LKS yang membuat peserta didik lebih aktif dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran.
Pada penelitian tersebut memiliki kesamaan dan perbedaan dengan
penelitian yang akan dilakukan peneliti. Persamaan, pada penelitian yakni:
(1) sama-sama melakukan penelitian menggunakan Teori Bruner, (2)
sama-sama menggunakan mata pelajaranmatematika, (3) sama-sama
menggunaka peserta didik Sekolah Dasar sebagai subjek penelitian.
Sedangkan untuk perbedaannya yakni: (1) penelitian terdahulu memuat
materi simeteri lipat sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti memuat
materi pecahan, (2) penelitian terdahulu menggunakan model penelitian
tindakan kelas dengan 2 siklus sedangkan model yang akan digunakan
oleh peneliti yaitu model pengembangan ADDIE.
-
34
C. Kerangka Pikir
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
Kondisi Ideal:
1. Peserta didik berpartisipasi aktif
dalam kegiatan pembelajaran
2. Adanya LKPD yang sesuai
dengan karakteristikpeserta.
3. Materi pecaha mudah dan
menyengkan
4. Pembelajaran matematika yang
bermakna bagipeserta didik
Kondisi Lapangan:
1. Peserta didik belum berpartisipasi
aktif dalam kegiatan pembelajaran
2. Belum adanya LKPD yang berbasis
Teori Brunerdan LKPD yang Efektif.
3. Peserta didik mengalami kesulitan
dalam memahami materi “Pecahan”.
4. Pembelajaran matematika yang
kurang bermakna bagi peserta didik
Analisis kebutuhan: Peserta didik kelas IV membutuhkan pengembangan
LKPD
Mengembangkan
LKPD materi pecahan Berbasis Teori Bruner
Penerapan Pengembangan
LKPDmateri pecahan Berbasis Teori Bruner
Model ADDIE
Analyze, Design, Development, Implementatition, Evaluation
Peserta didik aktif dan kreatif menggunakan
LKPD materi pecahan Berbasis Teori Bruner
serta lebih mudah memahami materi pecahan
LKPD materi pecahan Berbasis Teori Bruner
efektif dan layak digunakan untuk pembelajaran
matematika materi pecahan.
Pengembangan
LKPD materi pecahan berbasis Teori Bruner