bab ii gambaran umum kondisi daerah a. aspek … filekabupaten/ kota di provinsi jawa tengah dengan...

144
Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-1 BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH A. Aspek Geografi dan Demografi 1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah a. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Wonosobo merupakan salah satu dari 35 (tiga puluh lima) kabupaten/ kota di Provinsi Jawa Tengah dengan luas wilayah 98,468 ha. Berjarak sekitar 120 km dari Semarang, ibukota Provinsi Jawa Tengah dan sekitar 520 km dari Jakarta, ibukota negara. Kabupaten Wonosobo terbagi dalam 15 Kecamatan, 236 desa dan 29 kelurahan, dengan pembagian seperti tabel berikut : Tabel II. 1 Pembagian Wilayah Kabupaten Wonosobo No. Kecamatan Luas (ha) Persentase Luas Wilayah (%) Jumlah Desa Jumlah Kelurahan Desa dan Kelurahan 1 Wonosobo 3.238 3,29 7 13 19 2 Kertek 6.214 6,31 19 2 21 3 Selomerto 3.971 4,03 22 2 24 4 Leksono 4.407 4,48 13 1 14 5 Garung 5.122 5,20 14 1 15 6 Mojotengah 4.507 4,58 16 3 19 7 Kejajar 5.762 5,85 15 1 16 8 Watumalang 6.823 6,93 15 1 16 9 Sapuran 7.772 7,89 16 1 17 10 Kalikajar 8.330 8,46 18 1 19 11 Kepil 9.387 9,53 20 1 21 12 Kaliwiro 10.008 10,16 20 1 21 13 Wadaslintang 12.716 12,91 16 1 17 14 Sukoharjo 5.429 5,51 17 - 17 15 Kalibawang 4.782 4,86 8 - 8 98.468 100,00 236 29 265 Sumber :BPS Kabupaten Wonosobo

Upload: danganh

Post on 30-Mar-2019

240 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-1

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

A. Aspek Geografi dan Demografi

1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah

a. Letak dan Luas Wilayah

Kabupaten Wonosobo merupakan salah satu dari 35 (tiga puluh lima)

kabupaten/ kota di Provinsi Jawa Tengah dengan luas wilayah 98,468 ha.

Berjarak sekitar 120 km dari Semarang, ibukota Provinsi Jawa Tengah dan

sekitar 520 km dari Jakarta, ibukota negara. Kabupaten Wonosobo terbagi

dalam 15 Kecamatan, 236 desa dan 29 kelurahan, dengan pembagian seperti

tabel berikut :

Tabel II. 1

Pembagian Wilayah Kabupaten Wonosobo

No.

Kecamatan

Luas (ha) Persentase Luas

Wilayah (%)

Jumlah

Desa

Jumlah

Kelurahan

Desa dan

Kelurahan

1 Wonosobo 3.238 3,29 7 13 19

2 Kertek 6.214 6,31 19 2 21

3 Selomerto 3.971 4,03 22 2 24

4 Leksono 4.407 4,48 13 1 14

5 Garung 5.122 5,20 14 1 15

6 Mojotengah 4.507 4,58 16 3 19

7 Kejajar 5.762 5,85 15 1 16

8 Watumalang 6.823 6,93 15 1 16

9 Sapuran 7.772 7,89 16 1 17

10 Kalikajar 8.330 8,46 18 1 19

11 Kepil 9.387 9,53 20 1 21

12 Kaliwiro 10.008 10,16 20 1 21

13 Wadaslintang 12.716 12,91 16 1 17

14 Sukoharjo 5.429 5,51 17 - 17

15 Kalibawang 4.782 4,86 8 - 8

98.468 100,00 236 29 265

Sumber :BPS Kabupaten Wonosobo

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-2

Batas administratif wilayah Wonosobo adalah :

- Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Kendal dan Batang;

- Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Temanggung dan

Magelang;

- Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Kebumen dan

Purworejo;

- Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara dan

Kebumen.

Batas wilayah administrasi Kecamatan di Kabupaten Wonosobo dapat

dilihat pada gambar berikut:

Sumber : Peta Digital Bappeda Kab. Wonosobo, diolah 2016

Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Wonosobo

Secara astronomis, Kabupaten Wonosobo terletak antara 7˚.11’ dan

7˚.36' lintang selatan, 109˚.43' dan 110˚.'04' bujur timur, pada ketinggian 200 –

2.250 meter dpl. Secara geografis, Kabupaten Wonosobo berada di tengah

wilayah Jawa Tengah, bahkan berada pada tengahnya Pulau Jawa. Wilayah

Wonosobo dilintasi jalur tengah. Kabupaten Wonosobo yang merupakan

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-3

wilayah jalur transit dan penghubung antar Pusat Kegiatan Nasional (PKN)

Cilacap dan PKN Semarang. Dilalui jalur penghubung PKN Cilacap-PKN

Semarang dan PKN Yogyakarta serta koridor KSPN Borobudur-Dieng. Kondisi

ini juga menunjukkan adanya letak strategis ekonomi yang harus ditangkap

peluangnya sebagai jalur yang dilalui tersebut.

b. Klimatologi

Wonosobo beriklim tropis dengan dua musim dalam setahun yaitu

musim kemarau dan musim penghujan. Rata rata suhu udara di Wonosobo

antara 14,3 – 26,5 derajat Celcius dengan curah hujan rata-rata per tahun

berkisar antara 1713 - 4255 mm/tahun. Dengan kondisi tersebut Kabupaten

Wonosobo sangat baik untuk pertanian sehingga sektor pertanian merupakan

sektor dominan dalam perekonomian.

c. Kondisi Topografi, Geologi dan Geomorfologi

1) Topografi

Topografi wilayah Kabupaten Wonosobo memiliki ciri yang berbukit

dan bergunung, terletak pada ketinggian antara 200 sampai 2.250 m di

atas permukaan laut. Kelerengan merupakan suatu kemiringan tanah

dimana sudut kemiringan dibentuk oleh permukaan tanah dengan bidang

horizontal dan dinyatakan dalam persen. Kabupaten Wonosobo dibagi

menjadi 6 wilayah kemiringan, yaitu:

- Wilayah dengan kemiringan antara 0,00-2,00 % seluas 1052,263 ha

atau 1,04 % dari seluruh luas wilayah, banyak dijumpai di

Kecamatan Selomerto dan Kecamatan Kertek;

- Wilayah dengan kemiringan antara 2,00-5,00 % seluas 22.969,5 ha

atau 22,89 % dari luas seluruh wilayah, banyak terdapat di 13

Kecamatan selain Kecamatan Watumalang dan Kecamatan

Kalibawang;

- Wilayah dengan kemiringan antara 5,00-8,00 % seluas 8.143,769 ha

atau 8,11 % dari luas wilayah total, tersebar merata di 14 Kecamatan

selain Kecamatan Watumalang;

- Wilayah dengan kemiringan antara 8,00-15,00 % seluas 55.434,85

ha atau 55,2 % dari seluruh luas wilayah tersebar secara merata di

semua kecamatan;

- Wilayah dengan kemiringan antara 15,00-25,00 % seluas 11.101,6

ha atau 11,06 % dari seluruh luas wilayah terdapat di semua

kecamatan kecuali Kecamatan Wonosobo.

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-4

- Wilayah dengan kemiringan antara 25,00-40,00 % seluas 1.479,631

ha atau 1,47 % dari luas wilayah total, terdapat di Kecamatan

Kejajar, Garung dan Kalikajar; dan

- Wilayah dengan kemiringan lebih dari 40,00 % seluas 142,362 ha

atau 0,14 % dari luas wilayah total, terdapat di Kecamatan Kejajar.

Daerah tersebut merupakan wilayah yang harus dilindungi agar

dapat berfungsi sebagai pelindung hidrologis dan menjaga

keseimbangan ekosistem dan lingkungan hidup. Jenis penggunaan saat

ini adalah hutan, tegalan, perkebunan.

Sumber : Peta Digital Bappeda Kab. Wonosobo, 2016 (diolah)

Gambar 2.2 Peta Kemiringan Lereng Kab.Wonosobo

2) Geologi

Berdasarkan pembagian zona fisiografi Pulau Jawa oleh Van

Bemmelen (1949), Wilayah Kabupaten Wonosobo termasuk dalam jalur

fisiografi Pegunungan Serayu Selatan Bagian Utara dan menempati bagian

tengah zona fisiografi tersebut. Zona ini didominasi oleh endapan

gunungapi kuarter. Endapan gunungapi kuarter masih dapat diamati

kenampakan kerucut vulkaniknya seperti Gunung Sundoro dan Gunung

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-5

Sumbing, sedangkan dibagian lain gunung api Dieng yang berumur lebih

tua meninggalkan sisa erupsi yang membentuk plateau (dataran tinggi).

Secara fisiografi Wonosobo terletak pada ujung timur Depresi Serayu

yang terbentuk oleh proses orogenesa dan epirogenesa, kemudian diikuti

oleh kegiatan vulkanisme dan denudasional yang cepat. Di sebelah timur

Depresi Serayu dibatasi oleh Gunung Sumbing dan Sindoro yang

terbentuk pada jaman Kuarter (±1,8 juta tahun yang lain), rangkaian

gunung api tersebut terus berlanjut dan bersambung dengan kompleks

gunung api Dieng dan Rogojembangan.

Sebagai daerah yang terletak di sekitar gunung api muda, tanah di

Wonosobo termasuk subur. Hal ini sangat mendukung pengembangan

pertanian, sebagai mata pencaharian utama masyarakat Wonosobo.

Komoditi utama pertanian yang dihasilkan adalah teh, tembakau, berbagai

jenis sayuran dan kopi. Selain itu, juga cocok untuk pengembangan

budidaya Jamur, Carica Papaya dan Asparagus dan beberapa jenis kayu

yang merupakan komoditi ekspor non migas serta beberapa jenis

tanaman yang merapakan tanaman khas Kabupaten Wonosobo seperti

Purwaceng, Gondorukem dan kayu putih.

Di Kawasan Dieng banyak dijumpai depresi yang terbentuk oleh

pusat erupsi vulkanik pada jaman Pleistocene yang kemudian terisi oleh

endapan dan sisa tumbuhan. Di samping itu terdapat hulu sungai serayu

dengan anak sungai yang berada di bagian selatan, yakni di ujung timur

Pegunungan Serayu Selatan yanair minumg dibatasi oleh Zone Patahan.

Banyaknya gunung di Wonosobo juga menjadi sumber mata air yang

mengalir ke sungai Serayu, Bogowonto, Kali Galuh, Kali Semagung, Kali

Sanggrahan dan Luk Ulo. Sungai-sungai ini sebagian telah digunakan

untuk irigasi, pertanian dan air minum. Sungai Serayu yang menambah

debit air di telaga Menjer telah dapat dimanfaatkan airnya untuk

membangkitkan listrik tenaga air. Yang tidak kalah penting dari

Kabupaten Wonosobo adalah potensi wisata Dataran Tinggi Dieng (Dieng

Plateau} dengan panas bumi (yang telah dimanfaatkan sebagai PLTU),

kawah dan panorama yang indah. Selain itu, juga terdapat candi-candi

peninggalan Kerajaan Mataram Hindu. Semuanya itu adalah daya tarik

utama bagi wisatawan manca negara maupun domestik untuk berkunjung

ke Wonosobo (pemanfaatan panas bumi Dieng).

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-6

Sumber : Peta Digital Bappeda Kab. Wonosobo, 2016 (diolah)

Gambar 2.3 Peta Geologi Kabupaten Wonosobo

3) Geomorfologi

Secara geomorfologi, bentang lahan di Kabupaten Wonosobo,

didominasi oleh bentanglahan bentukan dari proses vulkanik.

Bentanglahan lainnya berasal dari bentukan denudasional, bentanglahan

struktural, bentanglahan fluvial (aliran sungai). Bentukan bentang lahan

proses vulkanik yang ada yaitu kubah lava, kerucut gunung api, lereng

gunung api, kaki gunung api, perbukitan intrusif batuan gunung api,

pegunungan medan lava, perbukitan medan lava, kaldera, danau kaldera,

lembah antar gunungapi material piroklastik, sebagaimana terlihat pada

Gambar 2.5. Konsekuensinya dengan bentanglahan yang didominasi oleh

vulkanik, menjadikan wilayah Kabupaten Wonosobo mempunyai topografi

yang dominan tidak datar. Hal ini tentunya menjadi salah satu

pertimbangan dalam menentukan arah perkembangan dan pembangunan

wilayah Kabupaten Wonosobo. Pengembangan wilayah disesuaikan

dengan bentukan lahan agar prinsip pembangunan berkelanjutan.

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-7

Sumber : Peta Digital Bappeda Kab. Wonosobo

Gambar 2.4 Peta Geomorfologi Kabupaten Wonosobo

d. Kondisi Penggunaan Lahan

Berdasarkan karakteristik fisografi tersebut poin di atas, dapat

mempengaruhi penggunaan lahan yang ada. Penggunaan lahan yang ada di

Kabupaten Wonosobo masih didominasi hutan dan tanaman

pertanian/perkebunan. Dari sisi kemampuan lahan secara singkat, lahan yang

dapat dibudidayakan pun hanya terbatas pada kelerengan yang mendekati

datar, dan secara ekoregion berada pada bentanglahan kaki gunungapi.

Sebaran penggunaan lahan yang ada di wilayah Kabupaten Wonosobo dapat

dilihat pada Gambar 2.5.

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-8

Sumber : Peta Digital Bappeda Kab. Wonosobo

Gambar 2.5 Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Wonosobo

2. Potensi Pengembangan Wilayah

Potensi pengembangan wilayah berdasarkan kajian dalam Peraturan Daerah No 2

Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Wonosobo.

a. Kawasan Budidaya

Kawasan Budidaya di Jawa Tengah terdiri atas kawasan peruntukan hutan

produksi, hutan rakyat, pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan,

pertambangan, industri, pariwisata dan permukiman.

1) Kawasan Peruntukan Hutan Produksi

Kawasan peruntukan hutan produksi meliputi kawasan hutan

produksi tetap dan terbatas. Penetapan kawasan hutan produksi ini

mengacu pada Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor

359/Menhut II/2004 tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Wilayah

Perairan Provinsi Jawa Tengah. Kawasan hutan produksi tetap di

Kabupaten Wonosobo, seluas kurang 6.134 (enam ribu seratus tiga

puluh empat) ha, terdapat di Kecamatan Mojotengah, Kecamatan

Kertek, Kecamatan Wonosobo, Kecamatan Leksono, Kecamatan

Kalikajar, Kecamatan Selomerto, Kecamatan Sapuran, Kecamatan

Kepil, Kecamatan Kaliwiro, Kecamatan Kalibawang, dan Kecamatan

Wadaslintang. Luas Hutan produksi terbatas seluas.

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-9

2) Kawasan Hutan Rakyat

Kawasan peruntukan hutan rakyat adalah kawasan hutan yang

berada pada tanah yang telah dibebani hak atas tanah yang

dibuktikan dengan alas titel atau hak atas tanah dan dikelola

masyarakat, yang diatasnya didominasi pepohonan dalam satu

ekosistem. Di Kabupaten Wonosobo hasil pendataan tahun 2009

seluas ± 19.185 (sembilan belas ribu seratus delapan puluh lima)

hektar, berada di seluruh kecamatan. Pada kondisi di lapangan, hutan

rakyat yang ada di Kabupaten Wonosobo, tercampur dengan tanaman

pertanian dan perkebunan lainnya, sehingga luasan yang mencapai 19

ribu hektar tersebut, dapat dikatakan tidak murni hutan rakyat, namun

ada tanaman pertanian dan perkebunan lainnya.

3) Kawasan Peruntukan Pertanian

Kawasan Peruntukan Pertanian adalah wilayah budidaya

pertanian pangan dan hortikultura pada kawasan lahan pertanian

basah maupun kering baik berupa lahan beririgasi, dan/atau lahan

tidak beririgasi. Kawasan lahan pertanian basah di Kabupaten

Wonosobo berada di Kecamatan Wadaslintang, Kecamatan Kepil,

Kecamatan Sapuran, Kecamatan Kalibawang, Kecamatan Kaliwiro,

Kecamatan Leksono, Kecamatan Sukoharjo, Kecamatan Selomerto,

Kecamatan Kalikajar, Kecamatan Kertek, Kecamatan Wonosobo,

Kecamatan Watumalang, Kecamatan Mojotengah, Kecamatan Garung.

Kawasan peruntukan pertanian lahan kering di Kabupaten Wonosobo

terletak di Kecamatan Wadaslintang, Kecamatan Kepil, Kecamatan

Sapuran, Kecamatan Kalibawang, Kecamatan Kaliwiro, Kecamatan

Leksono, Kecamatan Sukoharjo, Kecamatan Selomerto, Kecamatan

Kalikajar, Kecamatan Kertek, Kecamatan Wonosobo, Kecamatan

Watumalang, Kecamatan Mojotengah, Kecamatan Garung dan

Kecamatan Kejajar.

4) Kawasan Peruntukan Perkebunan

Kawasan ini adalah kawasan yang dapat diperuntukkan bagi

tanaman tahunan/perkebunan sebagai bahan baku industri dalam

pengembangan agribisnis dan agroindustri maupun usaha peternakan

(baik ternak besar maupun kecil). Terdapat 9 komoditas yang

berkembang di Kabupaten Wonosobo, yaitu kelapa sayur, kelapa

deres, kopi arabika, kopi, kakao, tembakau, teh, kapulogo, dan

cengkeh. Komoditas yang menjadi andalan perkebunan di Kabupaten

Wonosobo adalah kelapa deres dan kopi.

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-10

5) Kawasan Peruntukan Peternakan

Kawasan peternakan adalah kawasan untuk usaha

pengembangan peternakan. Secara umum dapat digolongkan dalam 3

kelompok, yaitu ternak besar (sapi, kerbau dan kuda), ternak kecil

(kambing, domba dan kelinci), dan aneka unggas (ayam, itik, dan jenis

unggas lainnya). Ternak besar yang meliputi sapi perah, kerbau, kuda,

dan ternak sapi potong tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten

Wonosobo. Ternak kecil meliputi ternak kambing, domba dan kelinci

hampir tersebar di seluruh kecamatan, sedangkan ternak babi. Ternak

unggas meliputi ternak itik yang berada di seluruh kecamatan, ternak

ayam ras pedaging yang berada di Kecamatan Kepil, Kecamatan

Kertek, Kecamatan Leksono,Kecamatan Mojotengah, Kecamatan

Sapuran, Kecamatan Selomerto, Kecamatan Sukoharjo, Kecamatan

Wadaslintang, Kecamatan Watumalang dan Kecamatan Wonosobo.

6) Kawasan Peruntukan Perikanan

Kawasan peruntukan perikanan di Kabupaten Wonosobo

meliputi perikanan keramba, budidaya kolam air tawar dan perikanan

waduk. Kawasan budidaya kolam air tawar berada di seluruh

kecamatan. Kawasan peruntukan perikanan keramba terdapat di

Kecamatan Wonosobo, Wadaslintang dan Garung. Kawasan

peruntukan perikanan waduk dan/atau telaga terdapat di Kecamatan

Wadaslintang dan Garung. Kawasan budidaya mina padi berada di

pertanian sawah baik irigasi teknis maupun setengah teknis; yang

terdapat di Kecamatan Wonosobo, Kertek, Selomerto, Leksono,

Mojotengah, Sapuran dan Kecamatan Kepil.

7) Kawasan Peruntukan Industri

Kawasan Peruntukan industri besar dan sedang di Kabupaten

Wonosobo terdapat di Kecamatan Kertek, Wonosobo, Selomerto

Leksono, Sapuran, Kalikajar dan Kecamatan Kepil. Kawasan Peruntukan

industri kecil atau mikro berada di di seluruh kecamatan.

8) Kawasan Peruntukan Pariwisata

Pusat pertumbuhan potensial sebagai kawasan pengembangan

wisata di Kabupaten Wonosobo yaitu Kecamatan Kejajar, Garung,

Wonosobo, Kertek, dan Wadaslintang.

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-11

9) Kawasan Peruntukan Permukiman

Kawasan pemukiman adalah kawasan yang diperuntukkan bagi

pemukiman atau dengan kata lain untuk menampung penduduk yang

ada di Kabupaten Wonosobo sebagai tempat hunian dengan fasilitas

sosialnya. Lokasi kawasan permukiman terdiri permukiman kota dan

permukiman desa. Kawasan permukiman kota mencakup wilayah

pengembangan pusat kegiatan wilayah (PKW), Pusat Kegiatan Lokal

dipromosikan (PKLp) dan Pusat Pengembangan Kawasan (PPK).

Kawasan permukiman perkotaan meliputi perkotaan Kertek, perkotaan

Selomerto, perkotaan Mojotengah. perkotaan Kejajar dan perkotaan

Sapuran.

Kebijakan pemanfaatan ruang permukiman pedesaan

didasarkan pada tujuan untuk mengembangkan kawasan permukiman

yang terkait dengan kegiatan budidaya pertanian yang meliputi

pengembangan desa-desa pusat pertumbuhan yang terdapat dan

utamanya di wilayah PPL yaitu Kecamatan Kepil, Kecamatan Kaliwiro,

Kecamatan Wadaslintang, Kecamatan Leksono, Kecamatan Kalikajar,

Kecamatan Garung, Kecamatan Watumalang, Kecamatan Sukoharjo

dan Kecamatan Kalibawang.

b. Kawasan Lindung

1) Kawasan Hutan Lindung

Kawasan hutan lindung yang dikelola Negara terletak di

Kecamatan Kejajar, Kecamatan Watumalang, Kecamatan Garung,

Kecamatan Mojotengah, Kecamatan Kertek, Kecamatan Kalikajar,

Kecamatan Sapuran, dan Kecamatan Kepil. Kawasan hutan lindung

yang dikelola masyarakat terletak di Kecamatan Garung, Kalikajar,

Kejajar, Kepil, Mojotengah, Sapuran, Sukoharjo dan Watumalang.

2) Kawasan yang Memberikan Perlindungan bagi Kawasan Bawahannya

Kawasan ini merupakan kawasan yang memberikan

perlindungan bagi kawasan bawahannya berbentuk kawasan resapan

air. Kawasan ini tersebar Kecamatan Kejajar, Mojotengah,

Watumalang, Wonosobo, Kertek, Kalikajar, Sapuran dan Kepil.

Kawasan perlindungan setempat terdiri dari kawasan sempadan

sungai, sempadan pantai, sekitar mata air, dan sekitar

danau/waduk/rawa. Kawasan ini meliputi:

a) Kawasan Sempadan Sungai

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-12

Kawasan sepanjang kiri kanan sungai, termasuk sungai

buatan/kanal/ saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat

penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai.

Kawasan ini meiputi Sub DAS Begaluh, Sub DAS Bogowonto, Sub

DAS Jali, Sub DAS Medono, Sub DAS Luk Ulo Hulu, Sub DAS

Cokroyasan, Sub DAS Meneng dan Sub DAS Serayu;

b) Kawasan Sempadan Waduk

Kawasan ini meliputi Waduk Wadaslintang di Kecamatan

Wadaslintang, Kawasan Telaga (Telaga Menjer, Telaga Warno,

Telaga Pengilon, dan Telaga Cebong) di Kecamatan Kejajar dan

Kecamatan Garung dan Kawasan sekitar Bendung Sungai Serayu,

Capar, Gintung, Bleber, Kalitulang, Preng, Begaluh, Begaluh Kecil,

Bogowonto, Medono dan Cecep.

c. Kawasan Lindung Geologi

1) Kawasan Imbuhan Air

Kawasan ini merupakan kawasan resapan air yang mampu

menambah jumlah air tanah dalam secara alamiah pada cekungan air

tanah. Kecamatan Kejajar, Kecamatan Watumalang, Kecamatan

Garung, Kecamatan Mojotengah, Kecamatan Wonosobo, Kecamatan

Kertek, Kecamatan Kalikajar, Kecamatan Sapuran, dan Kecamatan

Kepil.

2) Kawasan Sekitar Mata Air

Kawasan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat

penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi mata air. Terdapat

di kawasan sekitar mata sepeti misalnya Silutung, Sewu, Muncar,

Mlandi, Mangur, Rancah, Jalaksono, Kajaran, Mbeji, Citrolangu, Prigi,

Kayubimo, Gajah, Mangli, Jogopati, Plodongan, Rogojati, Mudal,

Deroduwur, Sumber, Lamuk, Sunten, Brunyahan, Pager Gunung,

Banyuwangi, Sibangkong, Gondang, Kidang, Sendang, Siklenteng dan

Dadungan Siring, serta mata air lainnya yang ada di Kabupaten

Wonosobo (970 mata air).

d. Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam, dan Cagar Budaya

Kawasan lindung ini terdiri dari cagar alam, suaka marga satwa,

suaka alam laut dan perairan, kawasan pantai berhutan bakau, taman

wisata alam serta kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan, meliputi :

1) Kawasan Cagar Alam

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-13

Kawasan cagar alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu

baik di daratan maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok

sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan

satwa serta ekosistemnya yang berlangsung secara alami. Kawasan ini

berada di CA Pantodomas (Desa Pacekelan Kecamatan Sapuran);

2) Kawasan taman wisata alam

Kawasan taman wisata alam adalah kawasan yang ditunjuk

memiliki keadaan yang menarik dan indah baik secara alamiah

maupun bantuan manusia. Kawasan ini berada di Kompleks Telaga

Pengilon dan Telaga Warno di Kecamatan Kejajar serta Cagar Alam

Pantodomas;

3) Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan

Kawasan yang mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu

pengetahuan dan kebudayaan. Lokasi kawasan ini berada di Situs Tuk

Bimalukar di Desa Dieng (Kecamatan Kejajar), Situs Watu Kelir di Desa

Dieng (Kecamatan Kejajar), Situs Ondho Budho di Desa Sikunang

(Kecamatan Kejajar), Candi Bogang di Kecamatan Selomerto dan Situs

Bongkotan di Kecamatan Kertek.

3. Wilayah Rawan Bencana

Sebagian besar wilayah Kabupaten Wonosobo adalah daerah

pegunungan. Bagian timur (perbatasan dengan Kabupaten Temanggung)

terdapat dua gunung berapi: Gunung Sindoro (3.136 meter) dan Gunung

Sumbing (3.371 meter). Daerah utara merupakan bagian dari Dataran Tinggi

Dieng yang memiliki puncak di Gunung Prahu (2.565 meter). Bentuk lahan

vulkanik ini berpengaruh terhadap kondisi geologis, klimatologis, hidrologis dan

geografis di Kabupeten Wonosobo yang berpotensi menimbulkan wilayah rawan

bencana. Wilayah rawan bencana merupakan wilayah yang sering atau berpotensi

tinggi mengalami bencana dan dampaknya mengancam atau mengganggu

kehidupan masyarakat dan berakibat timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan

lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Berdasarkan Rencana

Tata Ruang Wilayah Kabupaten Wonosobo Tahun 2011-2031. Berikut ini uraian

daerah rawan bencana di Kabupaten Wonosobo:

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-14

a. Daerah rawan tanah longsor terdapat di Kecamatan Kepil, Kecamatan

Sapuran, Kecamatan Kalikajar, Kecamatan Kejajar, Kecamatan Watumalang,

Kecamatan Garung, Kecamatan Mojotengah, Kecamatan Wonosobo,

Kecamatan Kertek, Kecamatan Selomerto, Kecamatan Leksono, Kecamatan

Sukoharjo, Kecamatan Kaliwiro, Kecamatan Wadaslintang dan Kecamatan

Kalibawang.

Sumber : Peta Digital Bappeda Kab. Wonosobo, 2016 (diolah)

Gambar 2.6 Peta Rawan Bencana Longsor Kabupaten Wonosobo

b. Daerah rawan angin topan terdapat di Kecamatan Wonosobo, Kecamatan

Mojotengah, Kecamatan Kertek, Kecamatan Sapuran, Kecamatan Kalikajar dan

Kecamatan Watumalang.

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-15

Sumber : Peta Digital Bappeda Kab. Wonosobo

Gambar 2.7 Peta Rawan Bencana Angin Topan Kabupaten Wonosobo

c. Daerah rawan kebakaran hutan terdapat di kecamatan yang memiliki wilayah

hutan.

d. Daerah rawan bencana gas beracun terdapat di Kecamatan Kejajar yang ada

di Desa Sikunang, Sembungan, Jojogan, Patak Banteng, Parikesit dan Dieng.

e. Daerah rawan bencana gunung api terdiri dari rawan gunungapi di kompleks

pegunungan Dieng yang meliputi Kecamatan Kejajar, Watumalang, Garung

dan Mojotengah. Kemudian daerah rawan gunungapi Sindoro-Sumbing yang

meliputi hampir seluruh wilayah Kabupaten. Gunung Sindoro dan Gunung

Sumbing yang sebagian besar wilayahnya ada di Kabupaten merupakan

gunung tipe C yang bersifat padam, dimana erupsinya tidak diketahui dalam

sejarah manusia, namun masih terdapat tanda-tanda kegiatan masa lampau

berupa lapangan solfatra/fumarola pada tingkat lemah. Meskipun bukan

gunung api aktif, kedua gunung ini tetap harus diiwaspadai sewaktu-waktu

dapat terjadi peningkatan aktivitas yang boleh jadi akan menimbulkan letusan

gunung api.

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-16

Sumber : Peta Digital Bappeda Kab. Wonosobo, diolah 2016

Gambar 2.8 Peta Rawan Gunungapi Sindoro Kabupaten Wonosobo

f. Kawasan rawan angin topan/ribut di Kecamatan Wonosobo, Mojotengah,

Kertek, Sapuran, Kalikajar, dan Watumalang.

4. Demografi

Kondisi dan perkembangan demografi berperan penting dalam

perencanaan pembangunan. Penduduk menjadi salah satu modal dalam

keberhasilan pembangunan suatu wilayah. Dinamika penduduk yang terdiri dari

besaran, komposisi, dan distribusi penduduk berpengaruh besar terhadap kondisi

sosial ekonomi masyarakat dan struktur ruang. Dalam proses pembangunan

penduduk merupakan target utama yang akan dituju, yakni meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Analisa kependudukan yang menyangkut masalah

perubahan keadaan penduduk seperti kelahiran, kematian, jumlah penduduk

berdasarkan jenis kelamin, proyeksi jumlah penduduk dan perkembangan

penduduk sangat penting dalam proses perencanaan pembangunan.

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-17

Berdasarkan Tabel II.2 jumlah Penduduk Kabupaten Wonosobo

cenderung meningkat dengan rata-rata pertumbuhan 0,50%. Lebih detail tentang

data demografis Wonosobo bisa dilihat pada tabel-tabel berikut:

Tabel II. 2

Penduduk Kabupaten Wonosobo Tahun 2010 – 2015

No. Kecamatan 2010 2011 2012 2013 2014 2015

1 Wadaslintang 51.411 51.411 53.570 53.612 52.923 52.142

2 Kepil 56.522 57.004 57.917 57.963 57.558 56.992

3 Sapuran 54.022 54.303 55.457 55.664 55.088 55.824

4 Kaliwiro 44.220 44.619 45.313 45.349 45.278 44.611

5 Leksono 39.334 39.638 40.231 40.306 40.171 40.556

6 Selomerto 44.971 45.400 45.974 46.062 45.946 46.494

7 Kalikajar 57.509 57.795 58.642 58.688 58.960 58.302

8 Kertek 76.610 77.110 77.882 78.116 78.137 78.874

9 Wonosobo 83.324 83.557 86.076 75.715 84.346 86.977

10 Watumalang 48.749 49.081 49.046 49.085 49.913 49.266

11 Mojotengah 58.257 58.766 58.524 58.742 59.415 60.368

12 Garung 48.191 48.572 48.351 48.387 48.996 49.131

13 Kejajar 41.120 41.422 41.684 41.761 41.740 42.417

14 Sukoharjo 31.430 31.814 31.775 31.846 32.001 32.574

15 Kalibawang 22.408 22.654 22.801 22.820 22.808 22.588

Jumlah 758.078 763.146 773.243 764.116 773.280 777.116

Sumber: BPS Kabupaten Wonosobo, 2015

Jumlah penduduk Kabupaten Wonosobo pada tahun 2015 sejumlah

777.116 atau naik 2,5 % dibandingkan pada tahun 2010. Kepadatan penduduk

dalam kurun waktu lima tahun sebagaimana tabel berikut :

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-18

Tabel II.3

Perkembangan Kepadatan Penduduk Tahun 2010-2015 (jiwa/km2)

No Kecamatan 2010 2011 2012 2013 2014 2015

1 Wadaslintang 405 408 411 413 409 410

2 Kepil 599 603 607 610 606 607

3 Sapuran 694 698 702 705 714 718

4 Kalibawang 466 469 472 474 471 472

5 Kaliwiro 440 443 446 449 445 446

6 Leksono 890 896 901 907 915 920

7 Sukoharjo 576 580 583 586 596 600

8 Selomerto 1.131 1.138 1.145 1.151 1.163 1171

9 Kalikajar 691 695 700 704 698 700

10 Kertek 1.232 1.239 1.246 1.252 1.262 1269

11 Wonosobo 2.554 2.568 2.582 2.594 2.66 2694

12 Watumalang 713 718 723 727 721 722

13 Mojotengah 1.294 1.301 1.307 1.313 1.331 1339

14 Garung 939 944 949 954 955 959

15 Kejajar 712 715 718 721 732 736

Rata- rata 768 773 777 781 785 789

Kepadatan penduduk tertinggi berada di wilayah Kecamatan Wonosobo

dengan kepadatan 2.694 jiwa/km2, disusul Kecamatan Mojotengah 1.339

jiwa/km2 dan Kertek dengankepadatan penduduk 1.269 jiwa/km2. Sedangkan

komposisi penduduk menurut kelompok umur di Kabupaten Wonosobo dapat

dilihat pada gambar berikut :

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-19

Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Wonosobo, 2015

Gambar 2.9 Piramida Penduduk Kabupaten Wonosobo Tahun 2015

Berdasarkan piramida penduduk Kabupaten Wonosobo, jumlah penduduk usia

muda mendominasi komposisi penduduk terutama di usia 0-4 tahun sebanyak

68.667 jiwa, kelompok usia 5-9 tahun sebanyak 67.469 jiwa dan kelompok 10-14

tahun sebanyak 65.596 jiwa.

Tabel II. 4

Jumlah Penduduk Kabupaten Wonosobo Menurut Agama

Agama 2011 2012 2013 2014

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Islam 749.550 98,53 752.476 98,47 758.029 98,53 761.536 98,48

Katholik 4.085 0,54 4.185 0,55 4.315 0,56 4.131 0,53

Kristen 5.539 0,73 5.415 0,71 5.880 0,76 5.406 0,70

Budha 915 0,12 915 0,12 866 0,11 692 0,09

Hindu 639 0,08 1.162 0,15 150 0,02 1.479 0,19

Lainnya 36 0,00 36 0,00 78 0,01 36 0,00

Jumlah 760.764 100,00 764.189 100,00 769.315 100,00 773.280 100,00

Sumber : BPS, 2015

Mayoritas penduduk Kabupaten Wonosobo beragama Islam dengan persentase

98,48 % disusul agama Kristen sebesar 0,70% , Katholik 0,53%, Hindu 0,19%, dan

Budha sebesar 0,09%.

TAHUN 2015

75+

70 - 74

65 - 69

60 - 64

55 - 59

50 - 54

45 - 49

40 - 44

35 - 39

30 - 34

25 - 29

20 - 24

15 - 19

10 - 14

5 - 9

0 - 4

(40.000) (20.000) 0 20.000 40.000

Laki-Laki Series1

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-20

B. Aspek Kesejahteraan Masyarakat

1. Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

Setiap daerah pastinya memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

ekonomi masyarakat. Kesejahteraan tidak hanya meningkatkan tetapi juga

dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Pemerataan ekonomi menjadi aspek

yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan pembangunan.

a. Pertumbuhan PDRB

Pertumbuhan ekonomi di berbagai sektor akan memberikan pengaruh

yang semakin kompleks dengan makin beragam jenis dan macam kegiatan

usaha. Informasi yang dapat memberikan gambaran mengenai pembangunan

di bidang ekonomi sangat diperlukan untuk menyongsong era globalisasi.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu ukuran tingkat

keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi sekaligus diperlukan untuk

menyusun perencanaan dan evaluasi pembangunan ekonomi regional.

Terdapat 2 (dua) jenis penilaian PDRB yaitu atas dasar harga berlaku dan atas

dasar harga konstan. Selain menjadi bahan dalam penyusunan perencanaan,

angka PDRB juga bermanfaat untuk bahan evaluasi hasil-hasil pembangunan

yang telah dilaksanakan. Adapun beberapa kegunaan angka PDRB ini antara

lain : (1) untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan

setiap sektor ekonomi; (2) untuk mengetahui struktur perekonomian; (3)Untuk

mengetahui besarnya PDRB perkapita penduduk sebagai salah satu indikator

tingkat kemakmuran/kesejahteraan; (4) untuk mengetahui tingkat

inflasi/deflasi, berdasarkan pertumbuhan harga produsen.

Dalam kurun waktu 2011-2015, pertumbuhan PDRB Kabupaten

Wonosobo cenderung fluktuatif. Tahun 2011 sebesar 5,37 menurun di tahun

2012 sebesar 4,70 kemudian meningkat di tahun 2013 menjadi 5,25 tetapi di

tahun 2014 mengalami penurunan menjadi 4,16 dan meningkat di tahun 2015

menjadi 5,70. Meskipun berfluktuatif ada kecenderungan meningkat yang

mengindikasikan kinerja ekonomi makro di Kabupaten Wonosobo pada tahun

tersebut terus membaik. Peningkatan pertumbuhan PDRB Kabupaten

Wonosobo lebih didominasi oleh sektor tersier dan sekunder sedangkan

sektor primer mengalami penurunan. Pertumbuhan PDRB Kabupaten

Wonosobo dari tahun 2011 hingga 2015 dapat dilihat pada tabel II.5.

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-21

Tabel II. 5

Pertumbuhan PDRB Wonosobo Atas Dasar Harga Konstan

Tahun 2011-2015

Tahun 2011 2012 2013 2014 2015**)

Pertumbuhan 5,37 4,70 5,25 4,16 5,70

Sumber : BPS Kabupaten Wonosobo Ket : **) Angka sementara

Sumber: BPS Kabupaten Wonosobo

Gambar 2.10 Grafik Pertumbuhan PDRB Wonosobo 2011-2015

Pertumbuhan ekonomi yang lambat disebabkan oleh melemahnya

lapangan usaha pertanian kehutanan dan perikanan yang menjadi sektor

utama di Kabupaten Wonosobo dan juga sektor industri pengolahan juga

belum bisa menunjukkan hasil yang optimal. Apabila dibandingkan dengan

kabupaten lain di wilayah Kedu, pertumbuhan ekonomi Kabupaten

Wonosobo relatif lebih rendah. Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten

Wonosobo, Jawa Tengah dan Nasional selama kurun waktu Tahun 2010– 2015

dapat dilihat pada Gambar 2.7.

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-22

Gambar 2.11 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa

Tengah, Nasional Tahun 2010– 2015

1) PDRB ADHB (Atas Dasar Harga Berlaku)

PDRB ADHB (Atas Dasar Harga Berlaku) merupakan salah satu

indikator ekonomi yang memberikan gambaran secara menyeluruh

mengenai produk barang dan jasa yang diproduksi di suatu wilayah

tertentu. Adapun pencapaian PDRB ADHB dengan masing-masing sektor

Kabupaten Wonosobo adalah sebagai berikut :

Tabel II. 1

PDRB Kabupaten Wonosobo Tahun 2011 – 2015

Atas Dasar Harga Berlaku (Juta Rupiah)

LAPANGAN

USAHA 2011 2012 2013 2014 2015

Pertanian,

Kehutanan, dan

Perikanan

3.507.330,3 3.740.261,6 4.164.680,6 4.481.777,5 4.896.968,5

Pertambangan dan

penggalian

99.019,6 102.249,3 109.516,0 130.731,5 147.538,6

Industri pengolahan 1.673.139,5 1.832.247,3 1.974.569,7 2.226.545,8 2.426.448,7

Pengadaan listrik

dan gas

3.582,6 3.853,4 3.980,2 4.147,0 4.167,4

Pengadaan air,

pengelolaan

sampah, limbah

dan daur ulang

12.869,3 13.043,1 13.745,9 15.146,0 16.025,9

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-23

LAPANGAN

USAHA 2011 2012 2013 2014 2015

Konstruksi 589.378,3 654.249,9 712.641,0 814.143,1 916.284,4

Perdagangan besar

dan eceran, reparasi

mobil dan sepeda

motor

1.790.433,2 1.873.949,5 2.032.311,9 2.194.016,4 2.348.430,6

Transportasi dan

pergudangan

473.289,0 508.514,1 559.877,6 658.701,1 740.025,6

Penyediaan

akomodasi dan

makan minum

296.925,6 333.365,7 376.504,0 428.914,4 475.437,4

Informasi dan

komunikasi

109.505,1 118.629,6 126.730,3 136.464,7 148.223,9

Jasa keuangan dan

asuransi

276.164,5 314.367,9 353.154,4 411.251,4 465.727,8

Real estate 150.017,8 159.396,1 177.814,8 205.972,4 228.050,2

jasa perusahaan 19.990,2 21.842,0 25.375,6 28.369,0 32.577,3

Administrasi

pemerintahan,

pertahanan dan

jaminan sosial wajib

266.829,5 297.262,8 321.057,9 347.224,4 379.462,2

Jasa pendidikan 467.842,9 589.278,9 700.220,2 810.307,7 878.417,7

Jasa kesehatan dan

kegiatan sosial

104.309,0 125.576,1 143.806,2 167.070,2 186.859,3

Jasa lainnya 204.481,4 205.358,8 235.351,4 272.487,9 293.700,1

PDRB 10.045.107,8 10.893.446,1 12.031.337,7 13.333.270,5 14.584.345,6

10.045.107,

9

10.893.446,

2

12.031.337,7 13.333.270,

5

14.584.345,

7

Sumber: BPS Wonosobo, 2012-2016

Ket : *) Angka sementara

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat nilai PDRB berdasarkan

harga berlaku meningkat setiap tahunnya dari Rp. 10.045.107,9 juta rupiah

menjadi Rp 14.584.483345,7 juta rupiah. Pendorong pertumbuhan

terbesar ada di sektor tersier yaitu di lapangan usaha informasi dan

komunikasi, jasa pendidikan serta jasa kesehatan dan kegiatan sosial

yang dalam tahun 2011-2015 pertumbuhannya cukup tinggi.

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-24

2) PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun Dasar 2010 Tahun 2011 s.d 2015

PDRB ADHK (Atas Dasar Harga Konstan) adalah pertumbuhan riil yang

tidak terpengaruh oleh unsur kenaikan harga atau inflasi. Adapun

pencapaian PDRB ADHK 2010 dengan masing-masing lapangan usaha

Kabupaten Wonosobo adalah sebagai berikut :

Tabel II. 7

Nilai PDRB Kabupaten Wonosobo Tahun 2011 – 2015 Atas Dasar

Harga Konstan Tahun Dasar 2010 (Juta Rupiah)

No. Kategori 2011 2012 2013 2014 2015

1 Pertanian, kehutanan dan

perikanan

3.301.681,8 3.406.757,0 3.503.177,0 3.486.208,6 3.665.439,1

2 Pertambangan dan penggalian 93.342,4 96.128,8 99.758,5 108.821,6 111.585,7

3 Industri pengolahan 1.537.632,4 1.621.383,2 1.712.942,2 1.785.785,0 1.878.557,0

4 Pengadaan listrik dan gas 3.549,6 3.899,8 4.192,4 4.359,4 4.205,9

5 Pengadaan air, pengelolaan

sampah, limbah dan daur ulang

12.771,0 12.864,9 13.376,8 14.386,7 14.621,8

6 Konstruksi 561.767,5 601.526,3 637.351,2 671.148,1 720.276,1

7 Perdagangan besar dan eceran;

reparasi mobil dan sepeda motor

1.716.251,0 1.766.536,7 1.862.820,6 1.958.338,2 2.040.784,9

8 Transportasi dan pergudangan 472.695,2 506.975,2 553.527,6 609.050,4 661.642,5

9 Penyediaan akomodasi dan

makan minum

282.782,3 302.170,5 318.665,1 342.229,6 369.778,2

10 Informasi dan komunikasi 108.053,1 119.768,0 130.688,8 146.518,3 160.320,4

11 jasa Keuangan dan asuransi 260.533,2 272.561,7 292.689,4 324.080,2 351.132,9

12 Real estate 147.395,7 155.184,7 171.608,8 188.900,8 203.235,2

13 Jasa perusahaan 18.730,9 19.838,0 22.188,0 24.182,8 26.533,0

14 Administrasi pemerintahan,

pertahanan dan jaminan sosial

wajib

262.178,0 264.073,5 272.266,1 275.826,2 291.162,0

15 Jasa pendidikan 414.690,9 478.709,9 524.196,7 581.432,8 622.947,1

16 Jasa kesehatan dan kegiatan sosial 97.209,8 108.512,0 117.809,1 131.542,8 140.855,8

17 Jasa lainnya 198.285,7 199.014,8 220.559,8 240.127,6 250.405,1

9.489.550,5 9.935.905,0 10.457.818,1 10.892.939,1 11.513.482,7

Sumber: BPS Wonosobo, 2012-2016

Ket : *) Angka sementara

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-25

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat nilai PDRB berdasarkan

harga konstan meningkat setiap tahunnnya dari Rp. 9.489.550,5 juta

rupiah menjadi Rp. 11.513.483,1 juta rupiah. Pendorong pertumbuhan

terbesar ada di sektor tersier yaitu di lapangan usaha informasi dan

komunikasi, jasa pendidikan serta jasa kesehatan dan kegiatan sosial yang

dalam tahun 2011-2015 pertumbuhannya cukup tinggi.

Tabel II.8

Struktur PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku

Tahun 2011-2015 (%)

LAPANGAN USAHA KONTRIBUSI Rata-

rata 2011 2012 2013 2014 2015*)

Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 34,92 34,33 34,62 33,61 33,58 34,21

Pertambangan dan Penggalian 0,99 0,94 0,91 0,98 1,01 0,97

Industri Pengolahan 16,66 16,82 16,41 16,70 16,64 16,65

Pengadaan Listrik dan Gas 0,04 0,04 0,03 0,03 0,03 0,03

Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah,Limbah dan Daur Ulang 0,13 0,12 0,11 0,11 0,11 0,12

Konstruksi 5,87 6,01 5,92 6,11 6,28 6,04

Perdagangan Besar dan Eceran,

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 17,82 17,20 16,89 16,46 16,10 16,89

Transportasi dan Pergudangan 4,71 4,67 4,65 4,94 5,07 4,81

Penyediaan Akomodasi dan Makan

Minum 2,96 3,06 3,13 3,22 3,26 3,13

Informasi dan Komunikasi 1,09 1,09 1,05 1,02 1,02 1,05

Jasa Keuangan dan Asuransi 2,75 2,89 2,94 3,08 3,19 2,97

Real Estate 1,49 1,46 1,48 1,54 1,56 1,51

Jasa Perusahaan 0,20 0,20 0,21 0,21 0,22 0,21

Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

2,66

2,73

2,67

2,60

2,60

2,65

Jasa Pendidikan 4,66 5,41 5,82 6,08 6,02 5,60

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,04 1,15 1,20 1,25 1,28 1,18

Jasa Lainnya 2,04 1,89 1,96 2,04 2,01 1,99

PDRB 100,03 100,01 100,00 99,98 99,98 100,00

Sumber: BPS Wonosobo, 2012-2016

Ket : *) Angka sementara

Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa sektor pertanian

selama tahun 2011 hingga 2015 menempati posisi tertinggi dalam

memberikan kontribusi kepada PDRB dengan rata-rata 34,2% disusul

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-26

lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan

sepeda motor sebesar 16,9% dan industri pengolahan sebesar 16,6%.

Meskipun sektor pertanian memberikan kotribusi terbesar bagi

perekonomian di Wonosobo, setiap tahunnya kontribusi sektor pertanian

terhadap PDRB mengalami penurunan. Hal ini dapat disebabkan oleh

berkurangnya lahan pertanian menjadi permukiman akibat dampak dari

peningkatan jumlah penduduk, sehingga kebutuhan ruang untuk

permukiman semakin berkurang atau dapat disebabkan oleh

berkurangnya jumlah petani yang beralih ke sektor lain yang lebih

menguntungkan seperti sektor bangunan dan jasa. Sedangkan lapangan

usaha yang memberikan kontribusi yang semakin meningkat dari tahun ke

tahun adalah pertambangan dan penggalian; konstruksi; transportasi dan

pergudangan; penyediaan akomodasi dan makan minum; jasa keuangan

dan asuransi; jasa perusahaan serta jasa kesehatan dan kegiatan sosial.

Sumber: BPS Wonosobo 2016

Gambar 2.12 Kontribusi Sektor PDRB ADHB Kab Wonosobo Tahun 2015

Lapangan usaha yang kontribusinya terhadap PDRB paling sedikit

adalah pengadaan listrik dan gas yaitu sebesar 0,03% disusul jasa

perusahaan sebesar 0,22% dan pertambangan dan penggalian sebesar

1,01%.

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-27

3) Inflasi

Inflasi merupakan salah satu indikator penting yang dapat

memberikan informasi tentang dinamika perkembangan harga barang

dan jasa yang dikonsumsi masyarakat dan berpengaruh terhadap

kemampuan daya beli masyarakat. Perkembangan harga barang dan jasa

tersebut menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat

daya beli.

Tabel II. 9

Nilai Inflasi Rata-Rata Tahun 2010 s.d 2015

Inflasi 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-Rata

Provinsi 2,68 4,24 7,99 8,22 2,73 5,17

Wonosobo 2,66 3,84 8,82 8,44 2,71 5,29

Sumber: BPS Wonosobo 2016

Berdasarkan tabel di atas, nilai inflasi tertinggi terjadi pada tahun

2013 seiring dengan peningkatan inflasi di Jawa Tengah dan juga nasional.

Tahun 2013 inflasi Kabupaten Wonosobo mencapai 8,82. Inflasi terendah

tahun 2011 dan 2015, di pembahasan bisa dibahas bahwa nilai inflasi rata-

rata mengalami kenaikan dari tahun 2011 dan tertinggi di tahun 2013.

Pada tahun 2013 nilai inflasi Kabupaten Wonosobo meningkat cukup

tajam. Kenaikan inflasi ini salah satunya dipengaruhi oleh kenaikan harga

bbm, makanan dan minuman jadi, minuman, rokok dan tembakau.

Peningkatan inflasi makanan jadi dapat diinterpretasikan sebagai kenaikan

harga bahan-bahan makanan, yang termasuk didalamnya adalah beras,

daging ayam ras, telur ayam, daging sapi dan bawang merah yang

mendorong peningkatan harga makanan jadi. Rokok dan tembakau juga

menjadi penyebab tingginya inflasi di Kabupaten Wonosobo. Pada tahun

2014, nilai inflasi kembali menurun, bahkan di tahun 2015 dapat menjadi

2,71.

4) Indeks Gini

Indeks Gini merupakan satu ukuran untuk melihat ketimpangan

pendapatan antar penduduk. Semakin mendekati nol maka ketimpangan

semakin kecil. Standar penilaian ketimpangan Gini Rasio (GR) ditentukan

dengan menggunakan kriteria seperti berikut:

- GR < 0,35 dikategorikan sebagai ketimpangan rendah

- 0,35<GR<0,5 dikategorikan sebagai ketimpangan sedang

(moderat)

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-28

- GR >0,5 dikategorikan sebagai ketimpangan tinggi

Secara umum tingkat ketimpangan pendapatan antar penduduk

yang terjadi di Kabupaten Wonosobo masih tergolong pada kriteria

rendah, atau dengan kata lain pembagian pendapatan yang diterima

penduduk cukup merata. Hal ini tergambar dari GR Kabupaten Wonosobo

di mana sejak tahun 2010 angka Indeks Gini Kabupaten Wonosobo berada

pada kriteria ketimpangan rendah (<0,35) kecuali pada tahun 2012. Pada

tahun 2012 nilai indeks sebesar 0,38 di mana nilai ini masuk dalam

ketimpangan sedang, akan tetapi di tahun 2013 menurun menjadi sebesar

0,34 dalam arti ketimpangan pendapatan antar penduduk kembali rendah

atau merata. Pelaksanaan otonomi daerah menjadikan pemerintah daerah

lebih terfokus dalam menentukan arah pembangunan yang bermanfaat

bagi masyarakat secara keseluruhan. Tujuan pembangunan ekonomi

Kabupaten Wonosobo yang telah dan sedang dilaksanakan dapat

dikatakan telah berada pada jalur yang cukup baik. Perkembangan Indeks

Gini Wonosobo dapat dilihat pada Tabel. II.10.

Tabel II. 10

Perkembangan Indeks Gini Wonosobo

Tahun Gini Ratio Kabupaten Wonosobo

2010 0,25

2011 0,35

2012 0,38

2013 0,34

2014 0,35

Sumber: BPS Kabupaten Wonosobo &BPS Jawa Tengah, 2015

5.) Pemerataan pendapatan versi bank dunia

Kriteria ketimpangan pendapatan versi Bank Dunia didasarkan atas porsi

pendapatan yang dinikmati oleh tiga lapisan penduduk.

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-29

Tabel II. 11

Kriteria ketimpangan pendapatan versi Bank Dunia

Distribusi Pendapatan Tingkat Ketimpangan

atau Kesenjangan

Kelompok 40% penduduk termiskin

pengeluarannya <12% dari keseluruhan

pengeluaran

Tinggi

Kelompok 40% penduduk termiskin

pengeluarannya 12% sampai 17% dari

keseluruhan pengeluaran

Sedang

Pengeluarannya >17% dari keseluruhan

pengeluaran Rendah

Sumber: BPS Kabupaten Wonosobo, 2015

Berdasarkan kriteria Bank Dunia, distribusi pendapatan penduduk

Kabupaten Wonosobo tergolong merata pada ketimpangan rendah. Hal

tersebut ditunjukkan sebesar 20,09% pendapatan dinikmati oleh 40%

masyarakat berpenghasilan rendah, sebesar 36,19% oleh 40% masyarakat

berpenghasilan menengah dan sebesar 43,72% oleh 20% masyarakat

berpenghasilan tinggi. Data dapat dilihat pada Tabel II.12.

Tabel II. 12

Pemerataan Pendapatan Versi Bank Dunia

Tahun Kriteria Bank Dunia

40% I 40% II 20% III

2010 25,33 39,40 35,27

2011 18,71 33,36 47,93

2012 17,15 29,69 53,16

2013 20,09 36,19 43,72

Sumber: BPS Kabupaten Wonosobo, 2015

6.) Indeks Ketimpangan Regional

Proses pembangunan di Kabupaten Wonosobo ternyata tidak

lepas dari adanya ketimpangan kewilayahan. Ketimpangan terjadi salah

satunya karena akibat dari kegiatan ekonomi yang belum merata.

Secara makro terdapat kesenjangan kewilayahan khususnya antara

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-30

daerah atas yang dalam hal ini termasuk beberapa kecamatan di

dataran tinggi dan daerah bawah yang merupakan kota beserta

beberapa kecamatan di daerah datar. Dikotomi ini tentunya menjadi

salah satu hal yang harus diselesaikan secara simultan, komprehensif

dan berkelanjutan mengingat bahwa potensi kemiskinan dapat timbul

akibat adanya kesejangan wilayah tersebut.

Ketimpangan pembangunan antar kecamatan yang terjadi di

Kabupaten Wonosobo dari tahun 2010-2014 dapat dianalisis dengan

menggunakan indeks ketimpangan regional yang dinamakan indeks

ketimpangan Williamson. Indeks ini dihitung dengan menggunakan

komponen utama yaitu PDRB per Kapita serta jumlah penduduk masing-

masing kecamatan. Angka indeks ketimpangan Williamson yang semakin

kecil atau mendekati nol menunjukan ketimpangan yang semakin kecil

atau dengan kata lain semakin merata, dan apabila semakin besar atau

semakin jauh dari nol menunjukan ketimpangan yang semakin melebar.

Tabel II. 13

Indeks Ketimpangan Regional

Indeks

Ketimpangan

Regional

2010 2011 2012 2013 2014

0,17 0,22 0,29 0,28 0,35

Sumber: BPS Kabupaten Wonosobo, 2015

Dari angka Indeks Williamson diketahui bahwa kondisi

kesenjangan antar wilayah di Kabupaten Wonosobo relatif rendah, yang

ditunjukkan dengan nilai Indeks Williamson mendekati nol. Namun terjadi

peningkatan nilai dari tahun ke tahun sehingga ada kecenderungan

bahwa tingkat kesenjangan antar wilayah semakin besar. Perkembangan

angka ketimpangan di Kabupaten Wonosobo dari tahun 2010-2014

tergolong meningkat dari 0,17 pada tahun 2010 menjadi 0,35 pada tahun

2014. Hal ini berarti ketimpangan kewilayahan di Kabupaten Wonosobo

dari tahun ke tahun semakin meningkat. Perbedaan potensi antar wilayah

akan menyebabkan produktivitas wilayah dalam menghasilkan nilai

tambah juga berbeda karena pengaruh kondisi lingkungan serta

pemanfaatan potensi yang dimiliki masing-masing wilayah dan kualitas

sumber daya manusia yang berbeda. Proses akumulasi dan mobilisasi

sumber-sumber berupa akumulasi modal, ketrampilan tenaga kerja dan

sumber daya alam yang dimiliki oleh suatu daerah merupakan pemicu

dalam laju pertumbuhan ekonomi wilayah yang bersangkutan. Sehingga

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-31

akselerasi perkembangan wilayah pun akan berbeda. Adanya

heterogenitas dan beragam karakteristik suatu wilayah menyebabkan

kecenderungan terjadinya konsentrasi aktivitas ekonomi secara parsial

dan memunculkan kondisi ketimpangan antar daerah. Semakin

meningkatnya kesenjangan antar wilayah dikhawatirkan akan berdampak

pada peningkatan kemiskinan daerah. Kondisi ini memerlukan perhatian

lebih serius dari pemerintah agar kesenjangan antar wilayah tidak semakin

tinggi.

7.) PDRB Perkapita (Rp ribu)

PDRB per kapita dapat dijadikan salah satu indikator guna melihat

keberhasilan pembangunan perekonomian di suatu wilayah.

Tabel II. 14

PRDB Perkapita Tahun 2011-2015

Tahun Atas Dasar Harga

Berlaku

Atas Dasar Harga

Konstan

2011 13.203.960 12.473.690

2012 14.236.280 12.984.900

2013 15.638.970 13.593.620

2014 17.242.490 14.086.670

2015*) 18.767.270 14.815.660

Sumber: BPS Wonosobo, 2012-2016

Ket : *) Angka sementara

Dari tabel II.13 dapat dilihat bahwa PDRB perkapita dari tahun

2011 sampai 2015 baik PDRB atas dasar harga berlaku maupun konstan

terus mengalami peningkatan. PDRB pada tahun 2011 atas Dasar Harga

Berlaku sebesar 13.203.960 terus meningkat setiap tahunnya hingga

mencapai 18.767.270 pada tahun 2015 dengan pertumbuhan rata-rata

pertahun 9,2%. Begitu juga dengan PDRB Atas Dasar Harga Konstan, pada

tahun 2011 sebesar Rp 12.473.690 dan terus meningkat hingga pada

tahun 2015 mencapai Rp 14.815.660 dengan pertumbuhan rata-rata

pertahun 4,4%.

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-32

b. Kemiskinan

1) Persentase Penduduk Diatas Garis Kemiskinan

Perkembangan tingkat kemiskinan di Kabupaten Wonosobo

mengalami penurunan pada tahun 2014 . Tingkat kemiskinan pada tahun

2014 sebesar 21,428 % turun sebesar 0,56 % dibandingkan tahun 2013.

Sebagaimana ditunjukkan pada grafik berikut :

Sumber: LP2KD Kab. Wonosobo, 2014

Gambar 2.13 Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Wonosobo Tahun 2010-2014

Sumber: LP2KD Kab. Wonosobo, 2014

Gambar 2.14 Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Wonosobo Tahun 2010-2014

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-33

Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Wonosobo mengalami

penurunan yang cukup signifikan dari 170.100 jiwa menjadi 165.800 jiwa

pada tahun 2014 dimana inflasi pada tahun yang sama juga mengalami

penurunan. Penurunan jumlah penduduk miskin ini juga berimplikasi

pada menurunnya persentase penduduk miskin dari 22,08 menjadi 21,42

persen pada tahun 2014.

Sumber: LP2KD Kab. Wonosobo, 2014

Gambar 2.15 Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Keparahan Kemiskinan

(P2) Kab. Wonosobo Th 2010-2014

Pada periode tahun 2010-2014, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)

dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kecenderungan

menurun. Indeks Kedalaman dan keparahan Kemiskinan mengalami

kenaikan tajam pada tahun 2011. Dengan kenaikan sebesar 0,56 indeks

kedalaman kemiskinan pada tahun 2011 bergeser naik menjadi 4,52

demikian juga dengan indeks keparahan kemiskinan yang mengalami

kenaikan menjadi 1,25 pada tahun 2011. Pada periode 2 tahun berikutnya

indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan meskipun melambat namun

mengalami penurunan menjadi 3,74 untuk indeks kedalaman kemiskinan

dan 1,07 untuk indeks keparahan kemiskinan pada tahun 2014. Grafik

perkembangan Indeks kedalaman kemiskinan yang semakin mendekati

nol menunjukkan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin

cenderung makin mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan

pengeluaran penduduk miskin juga semakin menyempit, dengan

demikian ada peningkatan rata-rata pengeluaran penduduk miskin.

Sedangkan penurunan indeks keparahan kemiskinan menunjukkan

semakin menyempitnya ketimpangan pengeluaran di antara penduduk

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-34

miskin.

Berdasarkan Pemutahiran Basis Data terpadu (PBDT) 2015 jumlah

rumah tangga miskin di Kabupaten Wonosobo sebanyak 88.062 dengan

kriteria sangat miskin, miskin, hampir miskin dan rentan miskin lainnya.

Beberapa indikator mikro sebagaimana data PBDT 2015 digambarkan

sebagai berikut :

Tabel II. 15

Jumlah Rumah Tangga Miskin Berdasarkan Data PBDT 2015

KECAMATAN STATUS KESEJAHTERAAN

DESIL 1 DESIL2 DESIL 3 DESIL 4 TOTAL

GARUNG

2.143

2.084

1.588

1.111

6.926

KALIBAWANG

668

887

834

538

2.927

KALIKAJAR

2.890

2.458

1.691

1.099

8.138

KALIWIRO

719

1.411

1.428

1.207

4.765

KEJAJAR

1.974

1.949

1.349

801

6.073

KEPIL 2.321 2.746 2.106 1.491 8.664

KERTEK 3.028 2.916 2.140 1.514 9.598

LEKSONO 563 907 931 942 3.343

MOJOTENGAH 2.070 1.875 1.312 960 6.217

SAPURAN 2.353 2.444 1.614 1.044 7.455

SELOMERTO 710 1.053 1.109 1.076 3.948

SUKOHARJO 630 801 672 519 2.622

WADASLINTANG 1.500 2.191 1.827 1.335 6.853

WATUMALANG 1.975 1.948 1.246 673 5.842

WONOSOBO 950 1.204 1.259 1.278 4.691

TOTAL 24.494 26.874 21.106 15.588 88.062

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-35

Jumlah Rumah tangga miskin berdasarakan data Pemutahiran

Basis Data Terpadu (PBDT) 2015 sejumlah 88.062 yaang dibagi dalam 4

desil. Jumlah rumah tangga miskin terbesar berada di Kecamatan Kertek.

Tabel. II.16

Fasilitas Tempat Buang Air besar (BAB) pada Rumaha Tangga Miskin

KECAMATAN FASILITAS TEMPAT BAB RUTA MISKIN

JUMLAH Sendiri Bersama Umum Tidak ada

GARUNG 3.707 556 2.621 42 6.926

KALIBAWANG 1.413 1.179 141 194 2.927

KALIKAJAR 2.780 662 4.467 229 8.138

KALIWIRO 3.353 606 140 666 4.765

KEJAJAR 2.824 691 2.408 150 6.073

KEPIL 3.005 2.582 2.199 878 8.664

KERTEK 2.937 695 5.929 37 9.598

LEKSONO 2.294 219 535 295 3.343

MOJOTENGAH 3.784 529 1.593 311 6.217

SAPURAN 2.435 2.478 2.025 517 7.455

SELOMERTO 2.371 201 1.075 301 3.948

SUKOHARJO 1.519 238 364 501 2.622

WADASLINTANG 3.964 1.174 167 1.548 6.853

WATUMALANG 3.705 797 687 653 5.842

WONOSOBO 2.836 702 1.049 104 4.691

Total 42.927 13.309 25.400 6.426 88.062

Sampai dengan tahun 2015, jumlah rumah tangga miskin yang

tidak memiliki fasilitas jamban sejumlah 6.426 atau 7,2% dari total rumah

tangga miskin.

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-36

Tabel.II.17

Rumah Tidak Layak Huni Berdasarkan PBDT 2015

NO

KECAMATAN KONDISI RTLH

TOTAL 1 2 3

1 GARUNG 3.341 2.389 683 6.413

2 KALIBAWANG 870 787 4 1.661

3 KALIKAJAR 3.768 1.416 363 5.547

4 KALIWIRO 1.568 780 20 2.368

5 KEJAJAR 2.157 1.930 1.167 5.254

6 KEPIL 2.118 2.562 12 4.692

7 KERTEK 5.343 1.059 248 6.650

8 LEKSONO 1.215 644 58 1.917

9 MOJOTENGAH 2.401 2.278 744 5.423

10 SAPURAN 2.606 1.655 368 4.629

11 SELOMERTO 1.137 533 85 1.755

12 SUKOHARJO 677 397 4 1.078

13 WADASLINTANG 1.908 2.129 13 4.050

14 WATUMALANG 1.399 2.250 1.458 5.107

15 WONOSOBO 1.670 1.626 311 3.607

Grand Total 32.178 22.435 5.538 60.151

Sumber : PBDT,2015

Jumlah rumah tangga yang memiliki Rumah Tidak Layak Huni

(RTLH) sejumlah 60.151, atau 68,31% dari jumlah rumah tangga pada desil

1-4 dengan jumlah RTLH tertinggi di Kecamatan Kertek.

Tabel. II.18

Akses Rumah Tangga Miskin Terhadap KUR, Raskin dan Jamkesmas

N

O

Kecamatan

Kredit Usaha Rakyat

(KUR)

RASKIN

Jamkesmas/KIS/BPJS

Ya Tidak Jumlah Ya Tidak

Jumlah Ya

Tidak

Jumlah

1

GARUNG

161

6.764

6.925

6.728

197

6.925

5.368

1.557

6.925

2

KALIBAWANG

74

2.853

2.927

2.864

63

2.927

2.291

636

2.927

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-37

N

O

Kecamatan

Kredit Usaha Rakyat

(KUR)

RASKIN

Jamkesmas/KIS/BPJS

Ya Tidak Jumlah Ya Tidak

Jumlah Ya

Tidak

Jumlah

3

KALIKAJAR

148

7.989

8.137

7.755

382

8.137

6.673

1.464

8.137

4

KALIWIRO

59

4.705

4.764

4.535

228

4.763

2.861

1.903

4.764

5

KEJAJAR

75

5.998

6.073

5.675

398

6.073

4.939

1.134

6.073

6

KEPIL

113

8.550

8.663

8.340

323

8.663

6.959

1.705

8.664

7

KERTEK

328

9.270

9.598

9.345

253

9.598

8.036

1.562

9.598

8

LEKSONO

44

3.299

3.343

3.114

229

3.343

2.420

923

3.343

9

MOJOTENGAH

62

6.155

6.217

5.932

285

6.217

4.623

1.594

6.217

10

SAPURAN

92

7.363

7.455

7.105

350

7.455

5.841

1.614

7.455

11

SELOMERTO

48

3.899

3.947

3.730

217

3.947

2.951

996

3.947

12

SUKOHARJO

63

2.558

2.621

2.428

194

2.622

1.495

1.127

2.622

13

WADASLINTAN

G

69

6.784

6.853

6.358

495

6.853

5.169

1.684

6.853

14

WATUMALANG

32

5.810

5.842

5.545

297

5.842

4.245

1.597

5.842

15

WONOSOBO

62

4.629

4.691

4.301

390

4.691

3.393

1.298

4.691

TOTAL

1.43

0

86.626

88.056

83.755

4.301

88.056

67.26

4

20.79

4

88.058

Sumber : BPDT,2015

Berdasarkan data PBDT 2015, masih ada 20.794 rumah tangga

yang belum terakses jaminan Kesehatan (Jamkesmas, KIS/BPJS), 4.301

rumah tangga belum mendapatkan program raskin, dan hanya 1.430

rumah tangga yang sudah dan sedang mendapatkan kredit usaha melalui

KUR.

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-38

2. Kesejahteraan Masyarakat

Kualitas kehidupan manusia secara individu atau masyarakat secara

kelompok tidak hanya didasarkan pada tingkat ekonomi melainkan juga

kesehatan dan pendidikan. Dalam subbab ini akan diuraikan analisis kinerja atas

fokus kesejahteraan sosial yang dilakukan terhadap indikator yang relevan.

a. Indeks Pembangunan Manusia

IPM merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan

dalam upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk).

IPM merupakan indeks komposit hasil agregasi tiga jenis indeks yang masing-

masing mewakili dimensi pembangunan manusia, yakni indeks kesehatan,

indeks pendidikan, dan indeks standar hidup. Mulai tahun 2015 Badan Pusat

Statistik telah merllis angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) metode baru

dengan perubahan mendasar mencakup penggunaan indikator harapan lama

sekolah (HLS) menggantikan indikator angka melek huruf (AMH) dalam

perhitungan indeks pendidikan dan penggunaan indikator pendapatan

nasional bruto (PNB) per kapita menggantikan produk domestik bruto (PDB)

per kapita dalam perhitungan indeks standar hidup.

Tabel II. 19

Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2010-2015

Kabupaten Wonosobo

Uraian Tahun

2010 2011 2012 2013 2014 2015

Angka Harapan

Hidup (tahun)

70,37 70,5 70,63 70,76 70,82 71,02

Harapan Lama

Sekolah (tahun)

9,96 10,09 10,83 11,03 11,34 11,43

Rata-rata lama

sekolah (tahun)

5,81 5,87 5,9 5,92 6,07 6,11

Pengeluaran per

kapita

disesuaikan (ribu

rupiah ppp)

9.032 9.275 9.404 9.458 9.491 9.736

IPM 62,5 63,07 64,18 64,57 65,2 65,7

Sumber: BPS Kabupaten Wonosobo, 2015

Perkembangan IPM Kabupaten Wonosobo dari tahun 2010 sampai

dengan 2015 menunjukkan adanya peningkatan. IPM tahun 2015 sebesar

65,70 meningkat 3,20 poin jika dibanding tahun 2010 sebesar 62,50. Mengacu

pada

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-39

klasifikasi UNDP, sepanjang tahun 2010 sampai dengan 2015 IPM Kabupaten

Wonosobo termasuk kategori sedang (66 ≤ IPM< 80).

b. Ketenagakerjaan

1) Rasio Penduduk Yang Bekerja

Rasio penduduk yang bekerja merupakan perbandingan antara

jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja dengan angkatan

kerja. Rasio ini menggambarkan hubungan antara angkatan kerja dengan

kemampuan penyerapan tenaga kerja atau bisa disebut sebagai gambaran

permintaan tenaga kerja.

Dari tabel di bawah ini dapat diketahui bahwa terjadi jumlah

penduduk yang bekerja dari tahun 2010 hingga 2014 cenderung

meningkat, meskipun pada tahun 2011, rasio penduduk yang bekerja

menurun drastis, tetapi kembali meningkat pada tahun 2012. Data rasio

penduduk yang bekerja pada tahun 2014 yang diperoleh dari website

resmi Kemenakertrans menunjukkan nilai 0,947 atau 94,7% penduduk

yang memperoleh pekerjaan sedangkan sisanya masih mencari kerja atau

belum mendapatkan pekerjaan.

Tabel II.20

Rasio Penduduk yang Bekerja

Tahun

Penduduk

yang bekerja

Angkatan Kerja

Rasio Penduduk

yang bekerja

2010 381.326 397.392 0,96

2011 369.940 392.465 0,94

2012 394.042 416.421 0,95

2013 354.967 376.939 0,94

2014 397.002 419.388 0,95

Sumber: BPS Sakernas 2010-2014

2) Tingkat Pengangguran Terbuka (%)

3) Pengangguran terbuka adalah penduduk yang telah masuk dalam

angkatan kerja tetapi tidak memiliki pekerjaan dan sedang mencari

pekerjaan, mempersiapkan usaha, serta sudah memiliki pekerjaan tetapi

belum mulai bekerja. Berdasarkan data BPS tahun 2014 angka

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-40

pengangguran terbuka Kabupaten Wonosobo 5,40 % masih di bawah

angka provinsi (5,68%) dan nasional (5,94%).

Sumber: LP2KD Kab Wonosobo Tahun 2014

Gambar 2.16 Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka (%) Kab. Wonosobo

Tahun 2007-2014

Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten Wonosobo tahun 2014

mengalami penurunan dari tahun 2013, yaitu 5,83 menjadi 5,34 atau mengalami

penurunan 0,49%. Meskipun pengangguran menurun, Pemerintah Kabupaten

Wonosobo masih harus melakukan intervensi untuk penduduk yang belum

memiliki pekerjaan, seperti pelatihan yang berkelanjutan, yang berarti setelah

dilatih, peserta tetap harus dipantau.

3. Seni Budaya dan Olahraga

Strategi pembangunan urusan kepemudaan, olahraga dan kebudayaan

diarahkan untuk peningkatan peran pemuda dalam pembangunan; peningkatan

sarana dan prasarana olahraga; peningkatan prestasi olahraga; pelestarian seni,

budaya serta nilai-nilai budaya lokal serta peningkatan kelembagaan organisasi

seni, olahraga dan budaya.

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-41

Tabel II. 21

Perkembangan Seni Budaya

No.

Indikator Kinerja Capaian Kinerja

2011 2012 2013 2014 2015

1 Penyelenggaraan festival seni

dan budaya

37

39

39

38

38

2 Jumlah sarana

penyelenggaraan seni dan

budaya

6 8 10 10 11

3 Benda, Situs dan Kawasan

Cagar Budaya yang

dilestarikan

52% 49% 49% 48% 48%

4 Jumlah Sanggar kesenian 240 240 250 265 265

5 Jumlah kelompok Seni 240 240 250 265 265

6 Jumlah Seniman 2.650 2.650 2.650 2.650 2.650

7 Persentase grup kesenian aktif 40% 40% 40% 40% 60%

Sumber : Evaluasi Capaian RPJMD, 2015, data diolah

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa penyelenggaraan festival

seni dan budaya di Kabupaten Wonosobo cenderung fluktuatif, tetapi nilainya hampir

sama. Tahun 2011, jumlah penyelenggaraan festival seni dan budaya sekitar 37 dan

meningkat menjadi 39 pada tahun 2012 dan 2013, tetapi menurun pada tahun 2014

menjadi 38. Jumlah sarana penyelenggraan seni dan budaya tergolong meningkat

dari enam pada tahun 2011 menjadi sebelas pada tahun 2015.

Benda, situs dan kawasan cagar budaya yang dilestarikan di Kabupaten

Wonosobo terus mengalami penurunan. Hal ini harus menjadi perhatian bagi

pemerintah Kabupaten Wonosobo, mengingat cagar budaya sangat penting bagi

ilmu pengetahuan dan sebagai bukti sejarah Kabupaten Wonosobo.

1. Olahraga

Pembangunan di bidang olahraga berkaitan erat dengan kualitas hidup

manusia dan masyarakat. Oleh karena itu, ketersediaan sarana dan prasarana olah

raga yang layak dan memadai menjadi salah satu perhatian penting

pemerintah.Perkembangan jumlah gedung olahraga per 1.000 penduduk dan

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-42

gelanggang/ balai remaja (selain milik swasta) per 1.000 penduduk

selama periode 2011-2014 dapat dilihat dalam Tabel II.22.

Tabel II. 22

Capaian Kinerja Urusan Pemuda dan Olahraga Tahun 2015

No.

Indikator Capaian Kinerja

2011 2012 2013 2014 2015

1 Jumlah

Gelanggang/balai

remaja /1.000

penduduk

0,002 0,002 0,002 0,002 0,002

2 Jumlah lapangan

olahraga/1.000

penduduk

1,69 1,99 1,99 1,99 1,99

3 Jumlah Sanggar

Olahraga

25 25 25 25 25

Sumber : LPPD AMJ 2010-2015

Berdasarkan tabel di atas, dapat terlihat bahwa dalam kurun waktu 2011

hingga 2014, jumlah gelanggang atau bali remaja per 1.000 penduduk dan lapangan

olahraga/1.000 penduduk tidak mengalami perubahan atau sama

C. Aspek Pelayanan Umum

Peningkatkan kualitas pelayanan publik yang menuntut efesiensi dan akurasi

pelayanan birokrasi yang cepat, murah, dan berorientasi pada kebutuhan serta

kepuasan masyarakat menjadi isu utama. Dalam penyelenggaraan otonomi daerah,

pemerintah daerah memiliki kewenangan mengatur dan mengurus pemerintahan

sendiri baik urusan wajib maupun pilihan. Hal ini merupakan ruang bagi Pemerintah

Daerah untuk merealisasikan peningkatan kualitas pelayanan publik dimaksud.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah, Urusan wajib adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh

pemerintah daerah yang terdiri atas urusan pemerintahan yang berkaitan dengan

pelayanan dasar dan urusan pemerintahan yang tidak berkaitan dengan pelayanan

dasar. Urusan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar meliputi pendidikan,

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-43

kesehatan, pekerjaan umum dan penataan ruang, perumahan rakyat dan kawasan

permukiman, ketentraman, ketertiban umum dan perlindungan masyarakat.

1. Pelayanan Dasar

a. Urusan Pendidikan

1) Angka Partisipasi Sekolah (APS)

Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, tingkat partisipasi sekolah

penduduk Kabupaten Wonosobo telah meningkat, baik perempuan

maupun laki-laki. Keadaan ini cukup menggembirakan karena partisipasi

sekolah memang diharapkan dari tahun ke tahun semakin meningkat.

Peningkatan penduduk yang bersekolah selama tahun 2012-2014

merupakan keberhasilan Kabupaten Wonosobo dalam upaya memperluas

pelayanan pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari tingkat partisipasi sekolah

penduduk di Kabupaten Wonosobo yang cenderung semakin meningkat.

Selama kurun waktu tersebut, Angka Partisipasi Sekolah (APS) perempuan

dan laki-laki usia SD (7-12 tahun) dan usia SLTP (13-15 tahun) relatif sama.

Ini menunjukkan bahwa laki-laki dan perempuan di Kabupaten Wonosobo

telah mendapat kesempatan yang sama untuk duduk di bangku

pendidikan dasar. Angka Partisipasi Sekolah (APS) menurut kelompok

umur dan jenis kelamin selama tahun 2010-2014 dapat dilihat pada Tabel

II.20.

Perbandingan antara kelompok usia penduduk tingkat pendidikan

tampak bahwa APS anak usia tingkat pendidikan SD (7-12 tahun) lebih

tinggi dibandingkan APS usia SLTP (13-15 tahun). Pada tahun 2014 APS

usia 7-

12 tahun mencapai 100,00 persen dan APS usia SLTP sebesar 83,42

persen. APS usia penduduk tingkat pendidikan SLTP yang lebih rendah

dibanding APS usia SD dapat dipahami karena kondisi geografis wilayah

Kabupaten Wonosobo yang berbukit–bukit dan sulit ditempuh dan juga

jarak rumah ke sekolah tingkat SLTP yang jauh, sehingga belum meliputi

seluruh anak usia 13-15 tahun yang ada.

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-44

Tabel II. 23

Angka Partisipasi Sekolah menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

Kabupaten Wonosobo Tahun 2012-2015

Kelompok

Umur

2012 2013 2014 2015

LK Pr L + P LK Pr L + P LK Pr L + P LK Pr L + P

-1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 -8 -9 -10 -8 -9 -10

7-12 99,29 93,32 99,31 100,00 99,05 99,51 100,00 100,00 100,00 96,00 95,70 95,69

13-15 87,64 84,88 86,31 82,34 84,56 83,42 86,00 86,83 86,40 87,47 92,54 90,00

16-18 47,18 39,23 43,39 37,18 37,78 37,42 44,38 42,79 43,66 48,35 46,67 47,55

19-24 9,00 10,12 9,52 19,26 26,67 20,02 23,67 20,63 22,07 23,67* 20,63* 22,07*

Sumber : BPS, Data diolah, 2016

2) Angka Melek Huruf

Angka Melek Huruf adalah proporsi penduduk berusia 15 tahun ke

atas yang dapat membaca dan menulis dalam huruf latin atau lainnya.

Selama periode 2010-2014, capaian angka melek huruf terus mengalami

peningkatan.

Tabel II. 24

Angka Melek Huruf 2010-2015 Penduduk Usia 15 tahun ke atas

Kabupaten Wonosobo

Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Capaian

Melek Huruf

90,47

91,16

91,43

92,30

92,55

96,1

Sumber: LPPD AMJ Kab. Wonosobo, 2016

Angka Melek Huruf (AMH) dari tahun ke tahun belum mencapai nilai

100%. Hal ini menunjukkan masih ada masyarakat Kabupaten Wonosobo

yang buta aksara. Meskipun capaian Melek huruf Kabupaten Wonosobo dari

tahun 2011 hingga 2015 terus mengalami peningkatan, tetapi belum

memenuhi target. Ada beberapa hal penyebab capaian angka melek huruf

belum mencapai 100%. Pertama, penduduk yang telah melek huruf menjadi

buta huruf kembali karena faktor usia mereka tidak menggunakan

kemampuan baca tulisnya untuk aktvitas sehari- hari. Kedua, penduduk yang

sudah berusia diatas 60 tahun sulit untuk diajarkan baca tulis.

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-45

3) Angka Rata-rata Lama Sekolah

Angka rata-rata lama sekolah adalah rata-rata jumlah tahun yang

dihabiskan oleh penduduk usia 15 tahun ke atas untuk menempuh semua

jenis pendidikan formal yang pernah dijalani. Lamanya bersekolah

merupakan ukuran akumulasi investasi pendidikan individu. Rata-rata

lama sekolah Kabupaten Wonosobo masih jauh dari RLS 12 tahun. Pada

tahun 2015 rata-rata lama sekolah hanya 6,14 tahun meningkat dari tahun

sebelumnya yang hanya 6,07 tahun. Banyak faktor yang jadi penyebab

dari ketidaktercapaiannya RLS 12 tahun, antara lain persepsi masyarakat

tentang pendidikan, yang dianggap belum menjanjikan, serta mahalnya

biaya pendidikan juga menjadi kendala selanjutnya.

Sumber : BPS Wonosobo 2010-2015

Gambar 2. 17 Grafik Rata-rata Lama Sekolah

Capaian rata-rata lama sekolah dari tahun 2011 hingga 2015 masih

jauh dari target RPJMD 2010-2015, seperti yang tergambar pada Gambar

2.8. Rata- rata lama sekolah penduduk Wonosobo usia 15 tahun keatas

hanya 6,11 yang artinya hanya lulus SD atau SMP. Sedangkan rata-rata

lama belajar disajikan dalam tabel berikut:

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-46

Tabel II. 25

Rata-rata Lama Belajar Kabupaten Wonosobo Tahun 2010-2014

Tahun

2010

2011

2012

2013

2014

Rata-Rata

Lama

Belajar

SD = 6,26

SMP=3,09

SMA=3,07

SD =6,28

SMP=3,03

SMA=3,06

SD=6,27

SMP=3,01

SMA=2,95

SD=6,28

SMP=3,0

1

SMA=2,9

5

SD=6,20

SMP=3

SMA=2,96

Sumber: SIPD Kab Wonosobo, 2015

Rata-rata lama belajar di Kabupaten Wonosobo pada tahun 2010

hingga 2014 menunjukkan peningkatan. Rata-rata lama belajar SD dari

tahun 2010 hingga 2014 cenderung mengalami fluktuasi. Tahun 2010

rata-rata lama belajar SD 6,26 tahun, meningkat pada tahun 2011 menjadi

6,28 tahun dan menurun pada tahun 2012, kemudian kembali meningkat

pada tahun 2013 dan menurun pada tahun 2014 hingga 6,20 tahun. Hal

ini menunjukkan bahwa sebagian siswa SD di Kabupaten Wonosobo

belum mampu menyelesaikan pendidikan SD enam tahun atau tingkat

mengulang atau tidak naik kelas meningkat. Rata-rata belajar SMP

cenderung stabil. Nilai tertinggi pada tahun 2010 yang mencapai 3,09

tahun kemudian terus menurun hingga tahun 2014 hanya 3 tahun. Angka

rata-rata lama belajar SMA/MA/SMK kurang dari 3 tahun pada tahun

2012 hingga 2014. Hal ini menggambarkan masih banyak siswa

SMA/MA/SMK yang putus sekolah.

4) Angka Partisipasi Murni (APM) Jenjang PAUD – SMA/K

Angka Partisipasi Murni (APM) adalah persentase siswa dengan

usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikannya dari jumlah penduduk

di usia yang sama. APM berfungsi untuk mengukur proporsi anak yang

bersekolah tepat waktu.

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-47

Tabel II. 26

Angka Partisipasi Murni SD, SMP dan SMA Tahun 2010-2015

APM Target

capaian

2010

2011

2012

2013

2014 2015

SD Capaian 91,21 92,07 92,13 91,44 91,70 94,23

Target - 87,00 90,00 92,5 93,50 95,00

SMP Capaian 59,04 66,82 65,48 64,81 70,13 75,71

Target - 65,00 70,00 75,00 80,00 85,00

SMA Capaian 32,53 31,59 32,78 34,47 35,65 38,29

Target - 26,00 29,00 32,00 35,00 38,00

Sumber: BPS Wonosobo, 2016

Angka Partisipasi Murni Sekolah Dasar (APM SD) merupakan

persentase siswa dengan usia 7-12 tahun yang bersekolah di tingkat SD

dibandingkan dengan jumlah penduduk yang berusia 7-12 tahun.

Perkembangan APM SD mengalami peningkatan dalam kurun waktu 2010

ingga 2014. Tahun 2010 nilai APM SD hanya 91,21 meningkat menjadi 91,7

pada tahun 2014. Meskipun nilai APM SD pada tahun 2012 sudah

mencapai 92,13, kemudian mengalami penurunan sebesar 0,69% pada

tahun 2013. PePenurunan ini terjadi karena banyak anak usia dibawah 7

tahun yang telah memasuki pendidikan SD dan anak usia diatas 12 tahun

yang masih duduk di bangku SD. Tahun 2015, APM SD meningkat menjadi

94,23. dan sudah mencapai target RPJMD 2010-2015.

Sumber : BPS Wonosobo, 2016

Gambar 2. 18 Grafik APM SD, SMP dan SMA Kab. Wonosobo Tahun 2010-

2015

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-48

Angka Partisipasi Murni (APM) SMP merupakan persentase siswa

dengan usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikannya dari jumlah

penduduk di usia yang sama. Kelompok usia yang dihitung adalah siswa

yang sekolah di tingkat SMP dengan usia 13-15 tahun di bandingkan

dengan kelompok usia 13-15 tahun secara keseluruhan di Kabupaten

Wonosobo. Nilai APM SMP di Kabupaten Wonosobo cenderung

mengalami peningkatan. Peningkatan APM pada tahun 2014 sebesar 5,32

dari 64,81% pada tahun 2013 menjadi 70,13% disusul pada tahun 2015

peningkatan APM SMP mencapai 75,71. Peningkatan nilai APM ini dimulai

tahun 2012, setelah tahun-tahun sebelumnya cenderung dinamis.

Meskipun mengalami peningkatan, APM SMP di Kabupaten Wonosobo

masih belum mencapai target RPJMD 2010-2015.

Angka Partisipasi Murni Sekolah Menengah (SMA, MA dan SMK)

merupakan persentase siswa dengan usia yang berkaitan dengan jenjang

pendidikannya dari jumlah penduduk dengan usia yang sama. Jumlah

siswa Sekolah Menengah usia 16-18 tahun yang bersekolah di Kabupaten

Wonosobo dibandingkan dengan jumlah penduduk usia 16-18 secara

keseluruhan. Perkembangan APM SLTA mengalami peningkatan sejak

tahun 2010, data tahun 2014 menunjukkan nilai APM Kabupaten

Wonosobo meningkat 1,18 dari tahun 2013 34,47% menjadi 35,65%. APM

SMA/MA juga mengalami kenaikan pada tahun 2013 sebesar 34,47% dari

tahun sebelumnya 32,78%.

Sebagian besar capaian angka partisipasi SD, SMP , dan SMA

sudah mencapi target RPJMD tahun 2011-2015, hanya saja Angka

partisipasi Murni SD/MI/Paket A pada tahun 2013 dan 2014 masih belum

memenuhi target. Tahun 2015, APM SMA juga meningkat menjadi 38,29

dan sudah mencapai target RPJMD 2010-2015.

5) Angka Partisipasi Kasar (APK) Jenjang PAUD – SMA/K

PAUD merupakan upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak

sejak lahir hingga usia enam tahun melalui pemberian rangsangan

pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani

dan rohani agar anak memiliki kesiapan untuk memasuki

jenjang pendidikan

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-49

selanjutnya.Angka Partisipasi Kasar PAUD di Kabupaten Wonosobo selama

kurun waktu 2011-2015 mengalami peningkatan dari 25,3% pada Tahun

2011 menjadi 35,49 % pada Tahun 2015. Kondisi ini menunjukkan bahwa

kesadaran orang tua untuk menyekolahkan anak meningkat.

Pendidikan Usia Dini (PAUD) di Kabupaten Wonosobo selama

kurun waktu 2011-2014 usia 4-6 tahun mengalami peningkatan dari

45,11% pada Tahun 2011 menjadi 66,05% pada Tahun 2014. Kondisi ini

menunjukkan bahwa kesadaran orang tua untuk menyekolahkan anak

meningkat selengkapnya sebagaimana tabel di bawah ini.

Tabel II. 27

APK Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) 2011-2015

Kabupaten Wonosobo usia 4-6 tahun

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

Tahun

2011 2012 2013 2014 2015

45,11 47,35 48,52 66,05 68,3

Sumber : BPS Wonosobo, 2015

Tabel II. 28

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) 2011-2015

Kabupaten Wonosobo Usia 0-3 tahun

No.

Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Capaian Kinerja

2011 2012 2013 2014 2015

1 APK PAUD 25,3 26,4 30,67 31,14 37,34

Sumber : BPS Wonosobo, 2015

Angka Partisipasi PAUD umur 0-3 tahun masih rendah pada tahun

2015 baru mencapai 37,34 yang menunjukkan bahwa kesadaran

masyarakat untuk mengikutsertakan anak anaknya pada pendidikan dini

masih rendah. Upaya untuk mengintegrasikan PAUD Holistik integratif

perlu segera didorong untuk meningkatkan partisipasi PAUD usia 0-3

tahun.

Angka Partisipasi Sekolah Dasar (APK SD) merupakan rasio jumlah

siswa yang sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah

penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan

tersebut. Rasio APK SD Kabupaten Wonosobo dihitung dengan

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-50

membandingkan antara jumlah siswa SD dengan jumlah penduduk

kelompok usia 7-12 tahun yang dinyatakan dalam persentase.

Perkembangan APK SD Kabupaten Wonosobo selama periode 5 tahun

terakhir dapat dilihat pada tabel II.29.

Tabel II. 29

Angka Partisipasi Kasar SD, SMP, dan SMA Tahun 2011-2015

Sekolah Pencapaian 2011 2012 2013 2014 2015

SD Capaian 105,67 102,11 104,15 103,35 109,39

Target 99,00 100,00 100,00 100,00 105,00

SMP Capaian 87,91 86,42 86,13 91,13 95,32

Target 83,00 88,00 91,00 94,00 100,00

SMA Capaian 47,40 45,71 47,79 51,36 54,72

Target 35,00 40,00 45,00 52,50 60,00

Sumber : BPS Wonosobo

Perkembangan angka partisipasi kasar SD mengalami penurunan

pada tahun 2014 sebesar 0,80% menjadi 103,35%. Nilai APK yang menurun

menunjukkan penurunan tingkat partisipasi sekolah (tanpa

memperhatikan ketepatan usia sekolah pada jenjang pendidikannya). Jika

nilai APK lebih dari 100 persen menunjukkan bahwa ada penduduk yang

sekolah belum mencukupi umur dan atau melebihi umur yang seharusnya.

Salam kurun waktu 2007 hingga 2014, nilai APK SD lebih dari 100 yang

berarti banyak siswa SD yang sekolah belum mencukupi umur dan atau

melebihi umur yang seharusnya. Tahun 2015, APK SD meningkat mencapi

109,39, meskipun sudah mencapai target, tetapi harus diwaspadai

peningkatan jumlah siswa SD yang belum mencukupi umur atau melebihi

umur 12 tahun.

Angka Partisipasi Sekolah Menengah Pertama (APK SMP)

merupakan rasio jumlah siswa yang sedang sekolah di tingkat pendidikan

terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang

pendidikan SMP (12-15 tahun). Tingkat perkembangan APK SMP

Kabupaten Wonosobo selama periode tiga tahun terakhir dapat dilihat

pada grafik berikut:

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-51

Sumber : LKPJ-AMJ 2011-2015

Gambar 2. 19 Grafik APK SMP Tahun 2011-2015

Perkembangan APK SMP mengalami peningkatan dari 5,8% tahun

2013 dari 86,13% menjadi 91,13%pada tahun 2014. Namun tahun 2013,

Angka Partisipasi Kasar SMP mengalami penurunan dari tahun 2012 turun

0,29% menjadi 86,13%. Tahun 2015, APK SMP hanya meningkat menjadi

95,32 atau dengan kata lain belum mencapai target RPJMD 2010-2015.

Nilai partisipasi kasar SMP kurang dari 100 yang menunjukkan bahwa

masih banyak penduduk 12-14 tahun yang tidak melanjutkan sekolah

SMP.

APK Sekolah Menengah merupakan perhitungan rasio jumlah

siswa berapapun usianya yang sedang sekolah di tingkat pendidikan

Sekolah Menengah (SMA, MA dan SMK) terhadap jumlah penduduk

kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan Sekolah

Menengah (SMA, MA dan SMK). Tingkat perkembangan APK Sekolah

Menengah (SMA, MA dan SMK) di Kabupaten Wonosobo selama 5 tahun

terakhir dapat dilihat pada Gambar 2.20.

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-52

Sumber: LPPD AMJ Kab. Wonosobo

Gambar 2.20 Grafik APK SMA Kabupaten Wonosobo Tahun 2011-2015

Angka partisipasi Kasar SMA menunjukkan perkembangan relatif

meningkat pada 5 tahun terakhir, meskipun tahun 2012 APK SMA

menurun dari 47,4% pada tahun 2011 menjadi 45,71% pada tahun 2012.

APK SMA kembali naik pada tahun 2013 dan 2014. Jika dibandingkan

dengan Capaian APK Jawa Tengah, Wonosobo berada jauh tertinggal.

Data pada tahun 2012, APK Jawa Tengah sudah mencapai 67%,

sedangkan Wonosobo masih berada pada dibawah dengan nilai 45,71

pada tahun 2012. Hal ini seharusnya menjadi tugas pemerintah untuk

memberikan kesadaran akan pentingnya pendidikan pada masyarakat,

terutama orang tua maupun siswa. Capaian APK SMA meskipun fluktuatif

tetapi selalu di atas target RPJMD 2010-2015, kecuali pada tahun 2014,

capaian APK SMA lebih rendah dibandingkan target RPJMD.

6) Angka Putus Sekolah (APS) Pendidikan Dasar

Angka putus Sekolah Dasar (SD) merupakan siswa SD yang tidak

mampu melanjutkan pendidikannya atau putus sekolah atau anak-anak

usia sekolah SD yang sudah tidak bersekolah lagi atau yang tidak

menamatkan SD. Perkembangan angka putus Sekolah Dasar di Kabupaten

Wonosobo dapat dilihat pada grafik berikut :

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-53

Gambar II. 30

Perkembangan Angka Putus Sekolah Usia 7-15 tahun

Kabupaten Wonosobo Tahun 2010-2015

No Indikator

Kinerja

Pembangunan

Daerah

Tahun

2010

Tahun

2011

Tahun

2012

Tahun

2013

Tahun

2014

Tahun

2015

1 Angka Putus

Sekolah SD

0,14 0,1 0,1 0,1 0,1 0,08

2 Angka Putus

Sekolah SMP

1,15 0,87 0,61 0,39 0,35 0,27

Sumber: LPPD AMJ 2010-2015

Perkembangan angka putus sekolah usia 7-12 tahun di Kabupaten

Wonosobo secara umum cenderung stagnan, terutama pada tahun 2011

hingga 2014 dengan nilai sebesar 0,1. Namun pada tahun 2015 angka

putu sekolah tahun 2015 menurun menjadi 0,08. Jika jumlah murid SD

74.746, maka 75 siswa SD yang putus sekolah dari tahun 2011 hingga

2015. Jika diakumulasikan total jumlah siswa yang putus sekolah dasar 405

orang dari 2010-2015, yang berarti ada 405 penduduk yang belum

mempunyai pengetahuan yang cukup untuk kerja di sektor formal, yang

akhirnya lapangan kerjaaan mereka di sektor informal dengan penghasilan

rendah.

7) Angka Putus Sekolah (APS) SMP/MTs

Angka Putus Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah siswa SMP

yang tidak mampu melanjutkan pendidikannya atau putus sekolah atau

anak- anak usia sekolah SMP yang sudah tidak bersekolah atau yang tidak

menamatkan SMP.

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-54

Sumber : LPPD AMJ 2010-2015

Gambar 2. 21 Grafik APS SMP Kab. Wonosobo Tahun 2011-2014

Angka putus sekolah SMP cenderung menurun dari tahun 2011

hingga 2014. Penurunan terbaik terjadi pada tahun 2014 yakni 0,35.

Namun meskipun menurun, nilai angka putus sekolah masih tergolong

tinggi, sehingga pemerintah Kabupaten Wonosobo masih perlu

menggiatkan intervensi untuk pelajar SMP, baik pengadaan buku

pelajaran atau beasiswa untuk yang tidak mampu atau yang lain yang bisa

mencegah anak putus sekolah.

8) Angka Putus Sekolah (APS) SMA/SMK/MA

Angka Putus Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah siswa SMA

yang tidak mampu melanjutkan pendidikannya atau putus sekolah atau

anak-anak usia sekolah SMA yang sudah tidak bersekolah atau yang tidak

menamatkan SMA. Perkembangan angka putus sekolah usia SMA di

Kabupaten Wonosobo dapat dilihat pada gambar 2.20.

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-55

Sumber : LPPD AMJ 2010-2015

Gambar 2.22 Grafik APS SMA Kab. Wonosobo Tahun 2010-2014

Perkembangan angka putus sekolah SMA pada tahun 2011 hingga

2014 cenderung mengalami peningkatan, meskipun pada tahun 2011 nilai

Angka putus sekolah menurun drastis dari 1,31% pada tahun 2010

menurun menjadi 0,9% pada tahun 2011. Namun APS SMA mengalami

peningkatan drastis pada tahun 2012 menjadi 1,38%. Tahun-tahun

selanjutnya cenderung stagnan dari angka 1,36 hingga 1,39. Capaian

Angka Putus Sekolah SMA/SMK/MA selalu lebih tinggi dibandingkan

target RPJMD 2010-2015, kecuali pada tahun 2011 dengan target putus

sekolah 1,1 dan capaiannya sekitar 0,9. Tidak tercapainya traget putus

sekolah memberikan indikasi bahwa pemerintah Kabupaten Wonosobo

seyogyanya bekerja sama dengan guru untuk mengidentifikasi penyebab

putus pekolah siswa SMA, sehingga target pendidikan 12 tahun terpenuhi

untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang lebih baik.

9) Angka Kelulusan (AL) SD/MI, SMP/MTS dan SMA

Angka Lulus menunjukkan tingkat kelulusan siswa dalam

menyelesaikan pendidikan pada masing-masing jenjang pendidikan.

Capaian Angka Lulus pada Tahun 2010-2014 mengalami fluktuasi di

semua jenjang pendidikan, sebagaimana terlihat pada Gambar 2.21.

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-56

Sumber : Evaluasi Capaian Tahun Ketiga (2013) RPJMD

Gambar 2. 23 Grafik Angka Kelulusan SD, SMP dan SMA Kab. Wonosobo

2011-2015

Angka Kelulusan (AL) SD/MI, SMP dan SMA/SMK/MA mencapai nilai

tertinggi pada tahun 2012. AL SD pada tahun 2012 mencapai 106,7%, SMP

mencapai 106,7 dan AL SMA sekitar 109,1, nilai AL pada semua jenjang

kemudian terus menurun hingga pada tahun 2014 AL SD 99,92Al SMP

99,25 dan AL SMA 99,42.

10) Angka Melanjutkan (AM)

Persentase siswa lulusan SD/MI dan SMP/MTs yang melanjutkan ke

jenjang pendidikan lebih tinggi dalam kurun waktu Tahun 2010-2015

cenderung fluktuatif seperti yang terlihat pada tabel berikut :

Tabel II. 31

Angka Melanjutkan

Indikator Kinerja Capaian Kinerja

2011 2012 2013 2014 2015

Angka Melanjutkan (AM) dari SD/MI ke

SMP/MTs 88,96 89,78 88,49 91,03 93,22

Target Angka Melanjutkan dari SD/MI

ke SMP/ MTS 61,01 63,00 65,00 68,00 70,00

Angka Melanjutkan (AM) dari

SMP/MTs ke SMA/SMK/MA 70,66 59,85 61,77 68,96 74,10

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-57

Indikator Kinerja Capaian Kinerja

2011 2012 2013 2014 2015

Target Angka Melanjutkan (AM) dari

SMP/MTs ke SMA/SMK/MA 68,00 70,00 74,00 78,00 80,00

Sumber : LPPD AMJ 2010-2015

Berdasarkan tabel 2.20, pada tahun 2010 angka melanjutkan dari SD

ke SMP mencapai 94,85, kemudian angka melanjutkan pada tahun 2011

menurun menjadi 88,96%, dan meningkat pada tahun 2012 menjadi 89,78.

Namun pada tahun 2013, angka melanjutkan menurun mencapai nilai

terandah dalam kurun waktu 2011 hingga 2014, yaitu hanya 88,49. Pada

tahun 2014, Angka Melanjutkan (AM) dari SD/MI ke SMP/MTs meningkat

mencapai 91,03%. Peningkatan terus berlanjut hingga pada tahun 2015

mencapai 93,22 dan sudah mencapai target RPJMD tahun 2010-2015. Hal

ini berarti masih ada 6,78% lulusan SD yang tidak melanjutkan sekolah

hingga SMP.

Angka Melanjutkan (AM) dari SMP/MTs ke SMA/SMK/MA pada

tahun 2011 hingga 2014 cenderung menurun. Nilai tertinggi pada tahun

2011 yang mencapai 70,66% lulusan SMP yang melanjutkan ke SMA,

kemudian menurun drastis pada tahun 2012 hingga mencapai 59,85%,

yang berarti 39,15% lulusan SMP tidak melanjutkan sekolah.tahun 2013 dan

2014 Angka Melanjutkan (AM) dari SMP/MTs ke SMA/SMK/MA terus

meningkat hingga tahun 2014 mencapai 68,96. Hal ini berarti 31,04%

lulusan SMP tidak melanjutkan sekolah. Meskipun pada tahun

2015, Angka melanjutkan ke SMA/MA sudah meningkat menjadi 74,10,

namun angka ini masih jauh dari target RPJMD tahun 2010-2015.

11) Guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV

Kualitas pendidik salah satunya ditunjukkan melalui indikator

kualifikasi S1/D4 pendidik. Selama kurun waktu Tahun 2010-2015,

persentase pendidik yang memiliki kualifikasi S1/D4 di berbagai jenjang

pendidikan mengalami peningkatan hingga pada tahun 2015 , guru yang

memenuhi kualitas S1/D-IV mencapai 77,71%. sebagaimana tertera pada

gambar 2.24.

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-58

Sumber : LPPD AMJ 2010-2015

Evaluasi Capaian Tahun Ketiga (2013) RPJMD

Gambar 2. 24 Guru yang Memenuhi Kualifikasi S1/D-IV Tahun 2010-2015

Kualitas pendidik salah satunya ditunjukkan melalui indikator

kualifikasi S1/D4 pendidik. Selama kurun waktu Tahun 2010-2014,

persentase pendidik yang memiliki kualifikasi S1/D4 di berbagai jenjang

pendidikan mengalami peningkatan. Namun demikian persentase Guru

SD/MI/SDLB yang memenuhi yang memenuhi kualifikasi S1/D-IVmasih

relatif rendah, bahkan pada tahun 2010, hanya 16,49% guru yang

memenuhi kualifikasi S1/D-IV, yang berarti ada 83,51% guru belum

memenuhi kualifikasi S1/D- IV sebagaimana tertera pada Tabel II.32.

Tabel II. 32

Guru yang Memenuhi kualifikasi S1/D-IV Berdasarkan Jenjang Sekolah

Tingkat

Sekolah

Target/Capaian

2010

2011

2012

2013

2014

2015

SD/MI

Capaian 16,49 39,00 41,10 53,57 65,9 74,12

Target 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00 90,00

SMP/Ms.

Capaian 73,37 83,00 87,13 88,16 88,48 94,07

Target 85,00 90,00 95,00 100,00 100,00 100,00

SMA/MA

Dan SMK

Capaian 93,10 94,30 93,97 95,57 95,52 95,52

Target 98,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber : Evaluasi Capaian RPJMD

Persentase guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV berdasarkan

jenjang sekolah baik SD, SMP dan SMA tidak mencapi target RPJMD 2010-

2015. Capain guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV SD paling jauh dari

target, sebagian besar nilai hanya mencapai nilai 50% dari target yang telah

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-59

ditentukan pada RPJMD 2010-2015.

12) Rasio Ketersediaan Sekolah (SD s/d SMA) per penduduk usia pendidikan

(SD s/d SMA)

Rasio Ketersediaan Sekolah terhadap penduduk usia sekolah adalah

indikator untuk mengukur kemampuan jumlah sekolah dalam menampung

penduduk usia pendidikan. Rasio ini bisa diartikan jumlah sekolah

berdasarkan tingkat pendidikan per 10.000 jumlah penduduk usia

pendidikan.

Tabel II. 33

Rasio Ketersediaan Sekolah (SD s/d SMA)

per penduduk usia pendidikan (SD s/d SMA)

Jenjang Pendidikan 2010 2011 2012 2013 2014

SD/MI

Jumlah Sekolah 495 492 487 483 481

Jumlah Penduduk (7-12) 98.868 88.774 89.445 85.523 76.701

Rasio Ketersediaan

Sekolah SD per penduduk

usia pendidikan SD

1 : 200

1 : 180

1 : 184

1 : 177

1 : 159

SMP/MTS

Jumlah Sekolah 99 105 94 106 96

Jumlah Penduduk (13-15) 47.620 41.663 42.174 42.112 29.041

Rasio Ketersediaan

Sekolah SMP per

penduduk usia pendidikan

SMP

1 : 481

1 : 397

1 : 449

1 : 397

1 : 303

SMA/MA/SMK

Jumlah Sekolah 34 35 35 41 42

Jumlah Penduduk (16-18) 46.308 35.315 35.940 37.789 12.431

Rasio Ketersediaan

Sekolah SMA per

penduduk usia pendidikan

SMA

1 : 468

1 : 336

1 : 382

1 : 357

1 : 129

Sumber : SIPD 2014 (data tabular Pendidikan, Kebudayaan Nasional Pemuda dan Olahraga Kabupaten

Wonosobo)

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-60

Selama kurun waktu 2011-2014 rasio ketersediaan sekolah untuk

jenjang pendidikan SD/MI mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan

jumlah sekolah SD/MI di Kabupaten Wonosobo yang cenderung menurun

dan diikuti oleh penurunan jumlah penduduk usia 7-12 tahun. Penurunan

jumlah sekolah SD/MI disebabkan oleh program penggabungan sekolah,

sedangkan penurunan julah penduduk usia 7-12 dapat mengindikasikan

keberhasilan KB. Pada tahun 2014, perbandingan ketersediaan sekolah

SD/MI di Kabupaten Wonosobo adalah 1 : 159. Angka ini menunjukkan

bahwa 1 sekolah SD/MI menampung 159 siswa. Rasio ideal Ketersediaan

Sekolah per penduduk usia sekolah adalah 1:190, sehingga jumlah sekolah

SD/ MI di Kabupaten Wonosobo cukup memadai.

Rasio ketersediaan sekolah untuk jenjang pendidikan SMP/MTS

cenderung mengalami peningkatan. Nilai Tahun 2011, nilai rasio sekitar 1 :

481 kemudian meningkat menjadi 1 : 303 atau dengan kata lain satu

sekolah SMP dan MTS di Kabupaten Wonosobo menampung 303

penduduk usia 13-15 tahun. Namun demikian kondisi tersebut

menunjukkan bahwa jumlah SMP/MTs relatif kurang memadai, karena

idealnya mencapai rasio satu sekolah idealnya menampung 190.

Rasio ketersediaan sekolah untuk jenjang pendidikan SMA/MA/SMK

mengalami peningkatan. Peningkatan ini dapat disebabkan oleh dua hal,

yaitu meningkatnya jumlah sekolah SMA/MA/MK atau tingginya angka

putus sekolah pada jenjang SMP/MTs. Rasio Ketersediaan Sekolah SMA per

penduduk usia pendidikan SMA pda tahun 2014 adalah 1:129 artinya 1

sekolah menampung 129. Hal ini menggambarkan bahwa jumlah sekolah

SMA/MA/SMK di Kabupaten Wonosobo sudah memadai.

13) Rasio Guru / Murid (SD – SMA/K)

Rasio guru terhadap murid adalah jumlah guru berdasarkan tingkat

pendidikan per 10.000 jumlah murid berdasarkan tingkat pendidikan. Rasio

ini mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar juga mengukur jumlah

ideal murid untuk satu guru agar tercapai mutu pengajaran. Selama kurun

waktu tahun 2010-2014 rasio ketersediaan guru di Kabupaten Wonosobo

cukup stabil untuk seluruh jenjang pendidikan, baik SD/MI, SMP/MTs.

maupun SMA/MA/SMK per 10.000 jumlah murid mengalami kenaikan.

Pada tahun 2014, perbandingan jumlah guru terhadap jumlah murid

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-61

SD/MI di Kabupaten Wonosobo adalah 1:15. Hal ini dapat diinterpretasikan

bahwa 1 guru SD/MI melayani (mengajar) 15 murid SD, sedangkan 1 guru

SMP/MTS melayani 14 murid dan 1 guru SMA/MA/SMK melayani 13 murid.

Berikut secara lengkap disajikan data mengenai kondisi ketersediaan

guru/murid di Kabupaten Wonosobo per jenjang pendidikan selama kurun

waktu tahun 2010-2014.

Tabel II. 34

Rasio Guru dengan Peserta Didik

Jenjang Pendidikan 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Rasio Guru dengan peserta didik

SD/MI 1:16 1:20 1:16 1:15 1:15 1:15

Rasio Guru dengan peserta didik

SMP/MTs 1:15 1:20 1:15 1:14 1:14 1:14

Rasio Guru dengan peserta didik

SMA/SMK/MA 1:12 1:13 1:13 1:13 1:13 1:13

Sumber : LPPD AMJ 2010-2015

b. Urusan Kesehatan

Berikut ini diuraikan gambaran umum indikator kinerja dalam aspek

kesehatan selama lima tahun terakhir.

1) Angka Usia Harapan Hidup

Aspek kesehatan merupakan unsur penting yang berkaitan dengan

kapabilitas penduduk. Derajat kesehatan pada dasarnya dapat dilihat dari

seberapa lama harapan hidup yang mampu dicapai. Semakin lama

harapan hidup yang mampu dicapai merefleksikan semakin tinggi derajat

kesehatannya. Angka harapan hidup menunjukkan kualitas kesehatan

masyarakat, yaitu mencerminkan “lamanya hidup” sekaligus “hidup sehat”

suatu masyarakat.Dalam kurun waktu Tahun 2010-2014, Usia Harapan

Hidup di Wonosobo sebesar 69,8 tahun meningkat menjadi 70,8 tahun.

Meningkatnya Usia Harapan Hidup penduduk di Wonosobo disebabkan

semakin tingginya kesadaran masyarakat dalam memperhatikan

kesehatannya melalui perilaku hidup bersih dan sehat.

Tabel II. 35

Angka Harapan Hidup Kab. Wonosobo Tahun 2010-2015

Angka Harapan

Hidup

2010 2011 2012 2013 2014 2015

69,80 70,23 70,48 70,64 70,80 71,02

Sumber : LPPD AMJ 2010-2015

: Evaluasi Capaian Tahun Ketiga (2013) RPJMD

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-62

Sumber : LPPD AMJ 2010-2015

: Evaluasi Capaian Tahun Ketiga (2013) RPJMD

Gambar 2. 25 Angka Harapan Hidup Kab. Wonosobo Tahun 2011-2015

Berdasarkan gambar 2.23 capaian Angka harapan hidup selalu

lebih tinggi dibandingkan target RPJMD 2010-2015 dan diikuti pula

dengan peningkatan harapan hidup setiap tahun. Hal ini menunjukkan

kinerja pemerintah dalam meningkatkan kualitas kesehatan di Kabupaten

Wonosobo.

2) Persentase Balita Gizi Buruk

Prevalensi Balita Gizi Buruk di Kabupaten Wonosobo Tahun 2010–

2014 mengalami fluktuasi. persentase balita gizi buruk terendah pada

Tahun 2013 sebesar 0,015% (11 Balita) dan tertinggi Tahun 2010 sebesar

0,032% (23 balita). Prevalensi Balita Gizi Buruk di Kabupaten Wonosobo

Tahun 2010–2014 dapat dilihat pada Tabel II.36.

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-63

Tabel II. 36

Jumlah Balita Gizi Buruk Tahun 2010-2014 Kab. Wonosobo

Indikator

Capaian Kinerja

2010 2011 2012 2013 2014 2015

Persentase

Balita Gizi

Buruk

0,032

0,03 %

0,026%

0,0157%

0,020%

0,082%

Sumber : LPPD AMJ 2010-2015

Persentase gizi buruk di Kabupaten Wonosobo mengalami

penurunan dalam kurun waktu Tahun 2010 hingga Tahun 2013.

Penurunan tersebut terjadi karena berbagai upaya telah dilakukan

diantaranya melalui pemberian makanan tambahan dan perawatan

kepada balita gizi buruk. namun kembali meningkat di Tahun 2014 dan

2015. Peningkatan persentase gizi buruk bisa disebabkan oleh pola asuh

ibu terhadap anaknya, faktor ekonomi yang tidak mampu membeli

makanan bergizi dan dapat pula disebabkan oleh penyakit balita.

3) Angka Kematian Ibu per 100.000 kelahiran hidup

Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI) adalah kematian perempuan

pada saat hamil atau melahirkan dalam kurun waktu 42 hari sejak

terminasi kehamilan, tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat

persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau

pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan,

terjatuh dan lain sebagainya.

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-64

Tabel II. 37

Angka Kematian Ibu Kab. Wonosobo Tahun 2011-2015

Indikator Capaian/

Target

2011

2012

2013

2014

2015

Angka Kematian Ibu

Capaian 112,72 129,07 84,25 85,38 84,33

Target 114,00 111,00 108,00 105,00 102,00

Sumber : Evaluasi Capaian Tahun Ketiga RPJMD

Setelah mengalami peningkatan pada tahun 2012 hingga

mencapai 129,07, angka kematian ibu turun secara signifikan pada tahun

2013 menjadi 84,25. Akan tetapi terjadi kenaikkan pada tahun 2014

sebesar 1,34% atau nilai angka kematian Ibu sekitar 85,38 per 100.000

kelahiran hidup. Penyebab tertinggi kematian ibu antara lain hipertensi,

pendarahan, masih rendahnya deteksi dini kehamilan risiko tinggi oleh

masyarakat dan masih kurangnya kesiapsiagaan keluarga dalam rujukan

persalinan pada kehamilan risiko tinggi. Tahun 2015, angka kematian ibu

menurun menjadi 84,33, tetapi masing tergolong tinggi. Kondisi ini

menggambarkan derajat kesehatan masyarakat khususnya status

kesehatan ibu masih perlu ditingkatkan.

4) Angka Kematian Bayi per 1.000 kelahiran hidup

Angka Kematian Bayi adalah kematian yang terjadi antara saat

setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun, dinyatakan

sebagai angka per 1.000 Kelahiran Hidup (KH), sebagaimana tercantum

dalam tabel II.38.

Tabel II. 38

Angka Kematian Bayi Kab. Wonosobo 2010-2015

Indikator Capaian/Target 2011 2012 2013 2014 2015

Angka

Kematian

Bayi

Capaian

13,23

12,98

13,10

9,55

7,50

Target 14,63 13,42 12,21 11,00 9,80

Sumber : Evaluasi Capaian Tahun Ketiga (2013) RPJMD

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-65

Capaian AKB dalam kurun waktu lima tahun cenderung menurun

dari 15,35 per 1.000 KH Tahun 2010 menjadi 7,5 per 1.000 KH pada tahun

Penyebab kematian bayi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu

penyebab kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah

dilahirkan antara lain kehamilan risiko tinggi, berat badan lahir bayi rendah

serta penyakit konginetal dan penyebab kematian bayi yang terjadi setelah

usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun, antara lain karena masih

rendahnya pemberian ASI eksklusif, penyakit infeksi serta belum

optimalnya pola asuh bayi dan balita.

5) Angka Kematian Balita

Akaba adalah jumlah anak yang dilahirkan pada tahun tertentu dan

meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun, dinyatakan sebagai angka per

1000 kelahiran hidup. Nilai normatif Akaba > 140 sangat tinggi, antara 71–

140 sedang dan < 20 rendah. Perkembangan angka kematian balita dapat

dilihat pada grafik berikut :

Sumber: LP2KD Kab Wonosobo Tahun 2014

Gambar 2. 26 Angka Kematian Balita Kab. Wonosobo Tahun 2010-2014

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-66

Angka kematian balita pada tahun 2011 menurun sebesar 0.59 dan

pada tahun 2012 dan 2013 adanya peningkatan walaupun melambat sebesar

0.23 dan 0.04 dan pada tahun 2014 mengalami penurunan yang cukup

tajam, melampau batas terendah indeks normatif AKABA yaitu sebesar

kurang dari 20. Maka dari itu tingkat kematian balita di Kabupaten

Wonosobo tergolong rendah.

6) Prevalensi Kekurangan Gizi (underweight) pada anak balita (persen)

Prevalensi Kekurangan Gizi (underweight) pada anak balita di Wonosobo

Tahun 2010–2015 cenderung mengalami penurunan.

Prevalensi Kekurangan Gizi (underweight) pada anak balita di Wonosobo

terendah pada Tahun 2015 sebesar 2,2% dan tertinggi Tahun 2010

sebesar 10%. Penyebab balita kurang gizi dipengaruhi oleh pola asuh dan

pengetahuan ibu tentang makanan bergizi. Prevalensi Kekurangan Gizi

(underweight) pada anak balita di Wonosobo selama Tahun 2010 – 2015

dapat dilihat pada Tabel II.39.

Tabel II. 39

Prevalensi Gizi Kurang Kab. Wonosobo 2010-2015

Indikator 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Prevalensi Gizi

Kurang 10,00 6,90 2,35 2,49 2,29 2,20

Sumber : Dinas Kesehatan

7) Prevalensi Stunting (pendek dan sangat pendek) pada anak baduta

(bawah 2 tahun)

Permasalahan gizi, khususnya anak stunting merupakan salah satu

keadaan kekurangan gizi yang menjadi perhatian utama di dunia terutama

di negara-negara berkembang, memberikan dampak lambatnya

pertumbuhan anak, daya tahan tubuh yang rendah, kurangnya kecerdasan

dan produktivitas yang rendah.

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-67

Tabel II. 40

Prevalensi Stunting Kab. Wonosobo 2010-2015

Tahun

Stunting

2011 45,00%

2012 16,86%

2013 19,50%

2014 16,00%

2015 16,85%

Sumber: Dinas Kesehatan

Prevalensi stunting balita di bawah dua tahun menurun dari 45%

pada tahun 2011 menjadi 16,85% pada Tahun 2015. Penurunan ini

disebabkan oleh kebijakan pemerintah Kabupaten Wonosobo tentang

PMT dan kesadaran masyarakat terhadap gizi pada anaknya.

8) Rasio Posyandu Per Satuan Balita

Posyandu merupakan wadah peran serta masyarakat untuk

menyampaikan dan memperoleh pelayanan kesehatan dasar, diharapkan

pula strategi operasional pemeliharaan dan perawatan kesejahteraan ibu

dan anak secara dini, dapat dilakukan di setiap posyandu. Terkait dengan

hal tersebut perlu dilakukan analisis rasio posyandu terhadap jumlah

balita dalam upaya peningkatan fasilitas pelayanan pemenuhan

kebutuhan tumbuh kembang anak sejak dalam kandungan, dan agar

status gizi maupun derajat kesehatan ibu dan anak dapat dipertahankan

dan atau ditingkatkan. Adapun perkembangan rasio jumlah posyandu

terhadap balita di Kabupaten Wonosobo dapat dilihat pada tabel berikut:

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-68

Tabel II.41

Rasio Posyandu Per Satuan Balita

Tahun Jumlah Balita Posyandu Rasio Posyandu Per Satuan

Balita

2010 71.273 1.312 0,0184

2011 71.038 1.312 0,0185

2012 70.563 1.312 0,0186

2013 69.988 1.321 0,0189

2014 62.813 1.257 0,0201

Rata-rata 0,0189

Sumber: SIPD (Diolah), 2015

9) Rasio Puskesmas, Poliklinik, Pustu Per Satuan Penduduk

Sarana kesehatan seperti Puskesmas, Poliklinik maupun Puskesmas

Pembantu merupakan faktor penting dalam pembangunan kesehatan

utamanya berfungsi sebagai pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang

tersebar di pelosok. Dengan tersebarnya sarana kesehatan sampai ke

pelosok berarti memudahkan jangkauan pelayanan kesehatan kepada

masyarakat. Berikut ini disajikan tabel jumlah puskesmas, poliklinik dan

puskesmas pembantu di Kabupaten Wonosobo.

Tabel II. 42

Rasio Puskesmas, Poliklinik, Pustu Per Satuan Penduduk

Tahun

Jumlah

penduduk

Posyandu

Puskesmas

Puskesmas

Pembantu

(Pustu)

Poliklinik

Jumlah

Puskesmas,

Pustu dan

Poliklinik

Rasio

2010 758.078 1.312 23 46 128 1.509 1:10.000

2011 763.146 1.312 23 46 128 1.509 1:10.000

2012 773.243 1.312 24 45 128 1.509 1:10.000

2013 764.116 1.321 24 46 128 1.519 1:10.000

2013 773.280 1.257 24 43 138 1.462 1:10.000

Sumber: SIPD (Diolah), 2015

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-69

10) Rasio Rumah Sakit Per Satuan Penduduk

Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis

professional yang terorganisasi serta sarana kedokteran yang permanen

menyelenggarakan pelayanan kesehatan, asuhan keperawatan yang

berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita

oleh pasien. Rasio rumah sakit per satuan penduduk di Kabupaten

Wonosobo adalah sebagai berikut:

Tabel II. 43

Rasio Rumah Sakit Per Satuan Penduduk

Tahun Rumah

sakit

jumlah

penduduk

Rumah sakit per satuan

penduduk

2010 3 758.078 0,0040

2011 3 763.146 0,0039

2012 3 773.243 0,0039

2013 3 764.116 0,0039

2014 4 773.280 0,0052

2015 4 849.112 0,0049

Sumber: SIPD (Diolah), 2015

Jumlah rumah sakit di Kabupaten Wonosobo selama periode

2010-2015 mengalami kenaikan. Jika pada tahun 2010 tercatat terdapat 3

rumah sakit, maka pada tahun 2015 telah mencapai 4 rumah sakit. Rasio

rumah sakit per satuan penduduk di Kabupaten Wonosobo pada tahun

2015 mencapai 0,0049. Pada tahun 2015 dapat dikatakan bahwa 1 rumah

sakit melayani penduduk sebanyak 220.000 penduduk.

11) Rasio Dokter Per Satuan Penduduk

Indikator rasio dokter per jumlah penduduk menunjukkan tingkat

pelayanan yang dapat diberikan oleh dokter dibandingkan julah

penduduk yang ada. Apabila dikaitkan dengan standar sistem pelayanan

kesehatan terpadu, idealnya satu orang dokter melayani 2.500 penduduk.

Jumlah Dokter dan Dokter spesialis di Kabupaten Wonosobon belum

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-70

memenuhi kebutuhan sesuai rasio jumlah penduduk di Kabupaten

Wonosobo. Selain itu distribusi dokter spesialis tidak merata serta

kualitasnya masih perlu ditingkatkan. Berikut ini disajikan tabel rasio

dokter per satuan penduduk.

Tabel II. 44

Rasio Dokter Per Satuan Penduduk

Tahun Dokter jumlah penduduk Rasio dokter per satuan penduduk

2010 78 758.078 1: 10.000

2011 101 763.146 1: 10.000

2012 101 773.243 1: 10.000,

2013 131 764.116 1: 10.000,

2014 138 773.280 2 :10.000

2015 138 849.112 2 :10.000

Sumber: SIPD (Diolah), 2015

12) Rasio Tenaga Medis Per Satuan Penduduk

Tabel II. 45

Rasio Tenaga Medis Per Satuan Penduduk

Tahun

Jumlah Jumlah

penduduk

Rasio tenaga medis per satuan

penduduk

2010 1.089 758.078 0,0014

2011 1.464 763.146 0,0019

2012 1.700 773.243 0,0022

2013 1.821 764.116 0,0024

2014 1.889 773.280 0,0024

Sumber: SIPD (Diolah), 2015

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-71

Tabel II. 46

Capaian Indikator Cakupan

Kesehatan

No.

Indikator Kinerja Berdasarkan EKPPD Capaian Kinerja

2011 2012 2013 2014 2015

1 Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani 100,00% 107,36% 112,72% 111,87% 100,00%

2 Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga

kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan

98,13%

98,88%

99,53%

99,67%

99,77%

3 Cakupan Desa/kelurahan Universal Child

Immunization (UCI) 96,23% 98,87% 100,00% 100,00% 100,00%

4 Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat perawatan 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00%

5 Cakupan penemuan dan penanganan penderita

penyakit TBC BTA 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00%

6 Cakupan penemuan dan penanganan penderita

penyakit DBD 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00%

7 Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien

masyarakat miskin

31,63%

10,72%

31,82%

-

1.70%

8 Cakupan kunjungan bayi 100,92% 100,92% 105,79% 96,90% 99,26%

Sumber: Buku LKPJ 2011-2015, Dinas Kesehatan, 2015 (diolah)

Untuk perkembangan cakupan komplikasi kebidanan yang

ditangani di Kabupaten Wonosobo selama periode 2011-2015

mengalami fluktuasi. Dalam hal ini, komplikasi kebidanan yang

dimaksud adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas yang

dapat mengancam jiwa ibu dan/atau bayi. Pada tahun 2015 cakupan

komplikasi kebidanan yang ditangani sudah mencapai 100%,

Perkembangan cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga

kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di Kabupaten

Wonosobo mengalami perbaikan setiap tahunnya. Jika pada tahun 2011

cakupannya baru mencapai 98,13%, maka pada tahun 2015 sudah

mencapai 99,77%.

Perkembangan cakupan desa/kelurahan Universal Child

Immunization (UCI) di Kabupaten Wonosobo selama periode 2013-2014

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-72

telah mencapai 100%. Cakupan desa/kelurahan Universal Child

Immunization (UCI) adalah desa/kelurahan dimana >80% dari jumlah

bayi yang ada di desa/kelurahan tersebut sudah mendapat imunisasi

dasar lengkap dalam waktu satu tahun.

Untuk kinerja cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan di

Kabupaten Wonosobo sudah mencapai tingkat yang optimal, dimana dari

periode 2011 hingga 2014 sudah mencapai 100%. Hal ini menunjukkan

bahwa kasus balita gizi buruk sudah tertangani seluruhnya.

Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC BTA

di Kabupaten Wonosobo juga sudah cukup optimal dilakukan, dari

periode 2011 hingga 2015 sudah mencapai 100%. Dalam cakupan

penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD selama ini di

Kabupaten Wonosobo telah menunjukkan tingkat yang optimal. Selama

periode 2011-2014 cakupan penemuan dan penanganan penderita

penyakit DBD sudah mencapai 100%.

Perkembangan cakupan kunjungan bayi selama lima tahun terakhir

mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Cakupan kunjungan bayi di tahun

2011 dan 2012 telah mencapai 100,92% dan kemudian meningkat lagi

pada tahun 2013 mencapai 105,79%. Namun mengalami penurunan di

tahun 2015 menjadi sebesar 99,26%.

TB dan HIV menjadi penyakit menular yang menjadi prioritas

program di Kabupaten Wonosobo. Angka Prevalensi TB di Kabupaten

Wonosobo Tahun 2010-2014 cenderung mengalami penurunan,

sedangkan penemuan kasus HIV mengalami peningkatan. Kondisi

tersebut menjadi perhatian untuk meningkatkan langkah preventif melalui

advokasi, dan pemberian pemahaman bagi masyarakat serta

pendampingan bagi Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). Kondisi prevalensi

Tb dan HIV yang terdeteksi di Kabupaten Wonosobo dapat dilihat pada

Tabel II.47.

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-73

Tabel II. 47

Prevalensi HIV dan TB

Tahun Jumlah

penduduk

Kasus

TB

Kasus

HIV

Prevalesi TB Prevalensi

HIV

2011 763.146 347 8 0,455 0,010

2012 773.243 347 8 0,449 0,010

2013 764.116 236 20 0,309 0,026

2014 773.280 223 42 0,288 0,054

2015 849.112 223 42 0,288 0,038

Sumber : Dinas Kesehatan Kab Wonosobo

13) Jumlah Kecamatan yang memiliki Minimal 1 Puskesmas Terakreditasi

Tabel II. 48

Jumlah Kecamatan yang Memiliki Minimal 1 Puskesmas

Terakreditasi

Tahun Jumlah

2011 1 (Kaliwiro) ISO 9001 tahun 2008

2012 1 (Kaliwiro) ISO 9001 tahun 2008

2013 1 (Kaliwiro) ISO 9001 tahun 2008

2014 4 (Mojotengah, Wonosobo, Garung, Selomerto)

2015 4 (Mojotengah, Wonosobo, Garung, Selomerto)

Sumber : Dinas Kesehatan Kab Wonosobo

Jumlah Kecamatan Yang memiliki Minimal 1 Puskesmas

Terakreditasi di Kabupaten Wonosobo meningkan selama 4 tahun

terakhir. Tahun 2011 hanya ada satu kecamatan yang memiliki puskesmas

terakreditasi, yaitu kecamatan Kaliwiro, tahun 2012 hingga 2013, masih

sama. Sedangkan tahun 2015 meningkat menjadi 4 kecamatan, yaitu

kecamatan Kaliwiro, Wonosobo, Garung, Selomerto. Peningkatan ini

disebabkan oleh faktor manajemen puskesmas, ketersediaan tenaga

kesehatan, dan pelayanan puskemas.

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-74

c. Urusan Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

Kondisi capaian urusan pekerjaan umum dan penataan ruang dapat

dilihat berdasarkan aspek sub urusan sumber daya air, air minum,

persampahan, air limbah, drainase, permukiman, bangunan gedung,

penataaan bangunan dan lingkungannya, jalan, jasa konstruksi, penataan

ruang. Urusan PU dan PR didominasi penyediaan infrastruktur.

Ketersediaan infrastruktur yang layak dan memadai merupakan aspek

dasar yang diperlukan dalam proses pembangunan. Berikut ini diuraikan hasil

kinerja Urusan Pekerjaan Umum dan penataan ruang di Kabupaten

Wonosobo selama periode 2011-2015.

Tabel II.49

Capaian Indikator Urusan Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

NO

Indikator Tahun

2011 2012 2013 2014 2015

sumberdaya air (SDA)

1

Persentase tersedianya air

baku untuk memenuhi

kebutuhan pokok minimal

92,00%

91,00%

92,00%

87,00%

82,00%

2

Persentase tersedianya air

irigasi untuk pertanian

rakyat pada sistem irigasi

kewenangan kabupaten

62,39%

68,21%

67,97%

69,41%

67,27%

3 Rasio jaringan irigasi 0,0713 0,0713 0,0714 0,0714 0,0714

4 Persentase Luas Irigasi

Kabupaten Baik 64,99% 71,05% 70,80% 72,30% 70,07

Air Minum

5

Persentase penduduk

yang mendapatkan akses

air minum yang aman

64,23%

76,50%

80,45%

83,58%

85,34%

6

Persentase Rumah Tangga

(RT) yang menggunakan

air minum

63,16%

75,32%

79,28%

82,42%

84,19%

7 Persentase desa yang

memiliki Badan Pengelola

Sistem Penyediaan Air

20,00%

24,00%

33,00%

36,00%

42,00%

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-75

NO

Indikator Tahun

2011 2012 2013 2014 2015

Minum (BPSPAM)

Persampahan

8 Persentase pengurangan

sampah di perkotaan 0,50% 1,50% 2,00% 5,00% 7,50%

9 Persentase pengangkutan

sampah 15,65% 16,36% 18,39% 19,20% 21,00%

10 Persentase pengoperasian

TPA 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%

11 Persentase penanganan

sampah 8,10% 7,66% 7,99% 6,48% 6,94%

12

Persentase Tempat

Pengolahan Sampah

Terpadu (TPST) 3R skala

kecamatan

0

0

0

0

0

Air Limbah

13

Persentase penduduk

yang terlayani sistem air

limbah yang memadai

0,41%

0,60%

0,91%

1,13%

1,46%

14 Persentase rumah tinggal

bersanitasi 22,22% 24,37% 30,03% 45,02% 47,75%

15 Persentase penduduk

berakses sanitasi 22,60% 24,75% 30,47% 45,65% 48,40%

16

Persentase Satuan

Permukiman (RW) yang

memiliki IPAL komunal

0,5%

0,8%

1,2%

1,54%

1,95%

17

Persentase Instalasi

Pengolah Lumpur Tinja

(IPLT) Tingkat Kecamatan

0%

0%

0%

0%

0%

Drainase

18

Persentase panjang

drainase perkotaan kondisi

baik

60%

59%

63%

58%

57%

19 Persentase jalan

lingkungan permukiman

perkotaan yang dilengkapi

57,5%

59 %

63%

68%

72%

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-76

NO

Indikator Tahun

2011 2012 2013 2014 2015

saluran drainase

20

Jumlah titik genangan

(luapan limpasan saluran)

pada jalan utama

perkotaan

10

15

14

16

15

Bangunan Gedung

21

Persentase jumlah Izin

Mendirikan Bangunan

(IMB) yang diterbitkan

1,88%

2,10%

2,40%

2,51%

2,66%

Penataan Bangunan dan Lingkungan

22

Persentase kawasan

prioritas yang disusun

RTBL-nya

75,00%

50,00%

50,00%

75,00%

75,00%

23

Persentase berkurangnya

luasan permukiman

kumuh di kawasan

perkotaan

0%

0%

0%

0%

0,071%

jalan

24 Proporsi panjang jalan

dalam kondisi baik 0,51 0,52 0,51 0,43 0,46

25

Persentase panjang jalan

kabupaten dalam kondisi

baik

(jenis aspal dan agregat)

65,25%

65,93%

62,28%

54,12%

58,64%

26

Persentase panjang jalan

kabupaten dalam kondisi

baik dan sedang (hanya

jenis aspal sesuai SPM)

65,88%

66,47%

66,33%

60,22%

63,64%

27

Persentase terhubungnya

pusat-pusat kegiatan dan

pusat produksi di wilayah

kabupaten

100%

100%

100%

100%

100%

28 Tersedianya jalan lingkar 2 ruas 2 ruas 2 ruas 2 ruas 2 ruas

Jasa Konstruksi

29 Persentase tersedianya 7

(tujuh) layanan informasi 75% 75% 75% 75% 75%

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-77

NO

Indikator Tahun

2011 2012 2013 2014 2015

jasa konstruksi tingkat

kabupaten pada SIPJAKI

30

Persentase tersedianya

layanan Izin Usaha Jasa

Konstruksi (IUJK) dengan

waktu penerbitan paling

lama 10 (sepuluh) hari

kerja setelah persyaratan

lengkap

100%

100%

100%

100%

100%

Penataan Ruang

31

Persentase tersedianya

informasi mengenai

Rencana Tata Ruang (RTR)

wilayah kabupaten beserta

rencana rincinya melalui

peta analog dan peta

digital

25%

43,75%

62,5%

68,75%

68,75%

32

Persentase peta dasar

RDTR yang mendapatkan

rekomendasi Badan

Informasi Geospasial (BIG)

0

0

0

0

0

33 Persentase RDTR yang

dilegalisasi 0 0 0 0 0

34

Persentase kesesuaian

pemanfaatan ruang

dengan rencana tata

ruang (ketaatan terhadap

RTRW)

66%

68%

72%

76%

78,15%

35

Persentase penjabaran

Rencana Tata Ruang

Wilayah

53,33%

66,66%

73,33

86,66%

86,66%

36 Persentase luas

permukiman yang tertata

68%

69%

70%

72%

76%

37

Rasio Ruang Terbuka

Hijau per satuan luas

wilayah (ber-HPL/HGB)

0,0464

0,0460

0,0458

0,0450

0,0446

38 Persentase luas RTH

perkotaan per luas wilayah

38,39%

38,45%

38,57%

38,62%

38,78%

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-78

NO

Indikator Tahun

2011 2012 2013 2014 2015

perkotaan

39 Persentase luas RTH publik

per luas wilayah perkotaan

12%

12%

12%

13%

14%

40

Persentase tersedianya

luasan RTH publik sebesar

20% dari luas wilayah

perkotaan

60%

60%

60%

65%

70%

Sumber : analisis studio, 2016

ket: *kondisi baik dan sedang berdasarkan SPM PUPR tahun 2014, yaitu hanya pada jenis jalan aspal saja yang

memenuhi kriteria SPM indeks kekerasan,

Kondisi sumberdaya air di Kabupaten Wonosobo dapat diketahui

melalui gambaran indikator tersedianya air baku untuk kebutuhan pokok

minimal, Ketersediaan air baku ini tergolong tinggi di Kabupaten Wonosobo,

Hal ini didukung dengan kondisi wilayah Wonosobo yang berada di daerah

hulu Daerah aliran sungai dan berada pada kondisi bentanglahan vulkan,

Lebih lanjut yang perlu diwaspadai adalah adanya kecenderungan dari tahun

ke tahun ada n sumber air baku untuk air minum, Penurunan hampir 10%

menunjukkan ada gejala gangguan dalam peresapan airtanah sebagai sumber

mata air, Gangguan ini boleh jadi diakibatkan oleh pola guna lahan yang

kurang baik di daerah tangkapan air, Hal ini menjadi hal yang perlu

diwaspadai untuk konservasi mata air.

Adapun yang terkait dengan air baku untuk jaringan irigasi,

Ketersediaan air irigasi untuk pertanian rakyat dalam kategori cukup,

Sementara itu untuk rasio jaringan irigasi beserta persentase luas irigasi

kabupaten baik masih tergolong tinggi sesuai standar perlayanan minimal,

Berdasarkan data “time series”, capaian kondisi bersifat fluktuatif, Pada tahun

2011-2012, Kabupaten Wonosobo memperoleh dana DAK dan Banprov yang

nilainya cukup besar dengan paket yang banyak untuk irigasi, Hal ini turut

mendukung meningkatnya kinerja irigasi, sementara itu pada tahun 2013

rendahnya dana operasi dan pemeliharaan dan kurangnya SDM di bidang

pengairan turut menyebabkan memburuknya capaian kinerja irigasi,

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-79

selanjutnya, pada tahun 2014 ada peningkatan dana operasional dan

pemeliharaan, serta penambahan tenaga SDM dalam OP, serta suntikan dana

rehabilitasi dari DAK dan Banprov yang cukup signifikan terhadap

meningkatnya kinerja sektor irigasi, Pada tahun 2015 terjadi penurunan

kinerja irigasi yang disebabkan adanya bencana alam yang menyebabkan

saluran irigasi rusak dan beberapa bendung besar juga rusak, contoh D,I

Jimat.

Selanjutnya, terkait dengan kondisi pelayanan air minum, capaian

sudah termasuk tinggi yaitu mencapai 85,34%, Capaian baik ini diwujudkan

melalui beberapa program yang bersumber dari APBD Provinsi, APBD

kabupaten, swadaya, dan layanan PDAM, Secara kelembagaan kinerja sektor

air minum juga terlihat dari keberadaan lembaga badan pengelola sistem

penyediaan air minum (BPSPAM), namun baru 42% desa yang memiliki

BPSPAM.

Kinerja persampahan Kabupaten Wonosobo termasuk masih sangat

kecil, Persentase penanganan sampah hanya 6,94%, Penanganan ini baru

yang terangkut ke TPA dari sumber di perkotaan Wonosobo dan beberapa

pasar di tingkat kecamatan, Capaian yang kecil ini menunjukkan masih

banyaknya penduduk dan/atau rumah tangga yang membuang sampah

sembarangan, Kemudian jika dilihat dari indikator persentase pengoperasian

TPA hanya 0%, Hal ini karena, pengoperasian TPA Wonorejo masih open

dumping, nilai efluent air lindi masih di bawah baku mutu, dan tidak

berfungsinya pipa pengumpul gas.

Terkait capaian air limbah, persentase penduduk berakses sanitasi

masih tergolong rendah, meskipun telah ada kecenderungan peningkatan

dari tahun 2011-2015, akses sanitasi ini masih dalam kategori sanitasi dasar

berupa jamban layak yang terhubung septictank, Kondisi fisik Kabupaten

Wonosobo yang banyak ditemui saluran air permukaan dan kolam

menjadikan kondisi jamban banyak yang tidak dilengkapi septictank, Dalam

perkembangannya, kondisi sanitasi rendah mulai ditangani melalui kegiatan

sanitasi lingkungan berbasis masyarakat (SLBM), namun baru ditangani di

Rukun Warga (RW) di kelurahan-kelurahan di Kecamatan Wonosobo, Jika

dilihat dari total jumlah RW di kabupaten, baru ada 1,95% RW yang memiliki

IPAL komunal.

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-80

Selanjutnya, terkait dengan drainase, persentase panjang drainase

perkotaan kondisi baik baru pada tahap 57%, Beberapa drainase terganggu

dengan adanya sumbatan sampah, Pada jalan nasional ruas Buntu-Pringsurat

yang ada di wilayah Wonosobo khususnya yang tegak lurus dengan kontur

banyak terkena luapan/limpasan air hujan sehingga menyebabkan genangan,

namun masih dibawa standar genangan nasional, Berdasarkan survei singkat

2016, terdapat 15 titik genangan akibat luapan limpasan saluran di sepanjang

jalan S,Parman hingga Kertek, Untuk persentase jalan lingkungan permukiman

perkotaan yang dilengkapi saluran drainase semakin meningkat.

Kondisi capaian kinerja dalam suburusan bangunan dan gedung

terlihat dari persentase jumlah izin mendirikan bangunan (IMB) yang

diterbitkan, Capaian IMB masih sangat rendah, Hal ini menjadi tantangan

dalam penataan bangunan dan gedung.

Kondisi infrastruktur dominan yang paling terlihat yaitu dari sisi

kondisi jalan, Kebutuhan jalan memiliki keterkaitan yang sangat kuat dengan

pertumbuhan ekonomi suatu wilayah maupun terhadap kondisi sosial budaya

kehidupan masyarakat, Infrastruktur jalan yang baik adalah modal sosial

masyarakat dalam menjalani roda perekonomian, sehingga pertumbuhan

ekonomi yang tinggi tidak mungkin dicapai tanpa ketersediaan infrastruktur

jalan yang baik dan memadai.

Pada tahun 2015, proporsi panjang jalan dalam kondisi baik sebanyak

0,46, kondisi baik pada rasio ini diukur pada jalan baik dengan jenis aspal dan

agregat, Indikator ini berdasarkan data EKPOD, Fluktuasi terutama penurunan

capaian kondisi panjang jalan dalam kondisi baik ini disebabkan oleh

beberapa hal yaitu adanya gagal lelang, keterbatasan waktu pelaksanaan

(terlambat lelang) dan anggaran pembangunan jalan dialokasikan pada jalan-

jalan di luar jalan kewenangan kabupaten, Selanjutnya pasca penerapan UU

no 23 tahun 2014 dan UU no 6 tentang desa, mulai dilakukan pengaturan

pelaksanaan pekerjaan pembangunan jalan, jalan-jalan desa diluar

kewenangan kabupaten mulai tidak didanai oleh APBD kabupaten,

Harapannya, pembangunan jalan desa didanai oleh anggaran dana desa, Pada

tahun 2015, sebanyak rasio 0,46 kondisi jalan di Wonosobo kondisinya baik

dari panjang total di Kabupaten Wonosobo 779,89 km, Namun, sejak tahun

2015 telah diberlakukan standar pelayanan minimal terkait jalan, Pada SPM ini

yang dihitung sebagai standar pelayanan minimal bukan hanya jalan kondisi

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-81

baik, kondisi sedang pun masuk kategori, Panjang jalan wewenang kabupaten

dalam kondisi baik dan sedang mencapai 63,64%, Jika berdasarkan standar

pelayanan minimal, kondisi jalan yang diukur yaitu yang dalam kondisi baik

dan sedang hanya pada jenis aspal, Hal ini karena menurut SPM,

menggunakan kondisi tingkat kekerasan yang baik dengan asumsi jalan aspal,

Jika melihat konektivitas wilayah, semua pusat kegiatan dan produksi

berdasarkan RTRW telah 100% terhubung, hanya saja ada beberapa ruas jalan

memiiliki lebar jalan yang sempit, Selain itu, tersedianya jalan lingkar untuk

mengurai kemacetan dan memperluas pertumbuhan wilayah baru ada jalan

lingkar utara dan lingkar selatan Wonosobo.

Terkait urusan penataan ruang digunakan indikator persentase

tersedianya informasi mengenai rencana tata ruang (RTR) wilayah kabupaten

beserta rencana rincinya yang baru sampai pada angka 68,75%, Aturan tata

ruang baru dalam tahap RTRW/rencana tata ruang wilayah yang pada tahun

2016 memasuki masa peninjauan kembali, Untuk penjabaran RTRW berupa

rencana detail tata ruang (RDTR), telah tersusun 13 RDTR kecamatan, namun

belum dapat dilegalisasi, karena terkendala tersedianya peta dasar yang

mendapat rekomendasi Badan Informasi Geospasial (BIG).

Selanjutnya untuk persentase ruang terbuka hijau (RTH) perkotaan per

luas wilayah perkotaan telah tercapai 38,78% yang telah melebihi standar

30%, Hal ini menunjukkan kondisi perkotaan Wonosobo yang masih cukup

nyaman, Masalahnya hanya pada kepemilikan RTH publik yang baru capaian

14%, Jika dikaitkan dengan capaian standar 20% RTH publik, maka perkotaan

Wonosobo telah mencapai 70%.

d. Urusan Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman

Pasca UU no 23 tahun 2014, bidang perumahan dan kawasan

permukiman secara eksplisit telah menjadi urusan tersendiri, Pemerintah wajib

memberikan pelayanan bidang perumahan rakyat yang layak huni dan

terjangkau dalam lingkungan yang sehat dan aman yang didukung dengan

parasarana, sarana dan utilitas umum (PSU), Capaian indikator perumahan

rakyat dan kawasan permukiman Kabupaten Wonosobo dari tahun 2011 s,d

2015 sebagaimana terlampir pada tabel II.50 dibawah ini :

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-82

Tabel II.50

Capaian Indikator Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman

No Indikator 2011 2012 2013 2014 2015

1 Rasio Rumah Layak Huni 0,208 0,211 0,254 0,257 0,201

2 Rasio Permukiman Layak Huni 0,858 0,864 0,869 0,874 0,884

3 Lingkungan Permukiman Kumuh 0,25% 0,25% 0,25% 0,87% 0,79%

4 Jumlah Backlog rumah -24,264 -24,891 -27,025 -30,482 -34,416

5

Cakupan ketersediaan Rumah

Layak Huni

0,74

0,76

0,91

0,92

0,72

6

Cakupan layanan Rumah Layak

Huni yang terjangkau

3,15%

11,22%

4,28%

7,10%

3,57%

7

Cakupan Lingkungan yang Sehat

dan Aman yang didukung dengan

PSU

6,42%

10,57%

13,21%

15,85%

17,74%

8

Rasio tempat pemakaman umum

per satuan penduduk

1,048

1,075

1,120

1,138

1,152

Sumber : LPPD AMJ 2010-2015

Cakupan ketersediaan rumah layak huni menunjukkan cakupan

pemenuhan kebutuhan rumah yang memenuhi persyaratan keselamatan

bangunan dan kecukupan minimum luas bangunan beserta kesehatan

penghuninya, Jumlah Rumah tidak layak huni di kabupaten Wonosobo

cenderung meningkat. Hal ini terjadi karena penggunaan data base sebagai

acuan berubah pada beberapa tahun, Pada tahun 2011 base data RTLH

Kabupaten menggunakan data rumah type A,B,C dari Bapermasdes karena

belum ada pendataan RTLH, Baru pada tahun 2013 dilakukan pendataan RTLH

oleh Bapermasdes, Namun demikian pada tahun 2015 sesuai dengan arahan

provinsi base data kembali berubah dengan mengacu data dari TNP2K dari

pendataan PBDT dengan angka base data RTLH pada tahun 2015 Kabupaten

Wonosobo sebanyak 60,151 unit rumah.

Pada tahun 2015, rasio rumah layak huni di Kabupaten Wonosobo

mencapai 0,201 yang diambil dari perhitungan jumlah rumah layak huni

dibagi jumlah penduduk, Solusi yang bisa diterapkan adalah dengan

memberikan bantuan stimulan untuk perbaikan rumah tidak layak huni

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-83

menjadi rumah layak huni dan sehat kepada Masyarakat Berpenghasilan

Rendah (MBR) yang tersebar di Kabupaten Wonosobo, Selain itu pemerintah

juga harus memaksimalkan Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya

(BSPS), yakni pemberian stimulan bedah rumah untuk Masyarakat

Berpenghasilan Rendah (MBR) yang memiliki rumah tidak layak huni.

Pada indikator rumah layak huni yang terjangkau capaiannya masih

rendah, hal ini menunjukkan sedikitnya rumah dengan harga jual atau harga

sewa yang mampu dimiliki atau disewa oleh seluruh lapisan masyarakat,

Cakupan lingkungan yang sehat dan aman yang didukung dengan PSU

semakin lama semakin meningkat, meskipun angka masih kecil, Saat ini baru

terdapat 17,74% ckaupan lingkungan yang sehat dan aman didukung dengan

PSU.

Salah satu sasaran universal accsess 2019 adalah Pencapaian 0%

kawasan kumuh, Berdasarkan SK Bupati Wonosobo No, 653/247/2014 tanggal

11 Agustus 2014 lokasi Kawasan Kumuh Perkotaan Kabupaten Wonosobo

tersebar di 5 (lima) kelurahan Kecamatan Wonosobo yakni Kelurahan Mlipak,

Kelurahan Jaraksari, Kelurahan Sambek, Kelurahan Wonosobo Barat dan

Kelurahan Wonosobo Timur, Yang berada di 7 (tujuh) lokasi/kawasan yakni

Mlipak, Jaraksari, Sambek, Longkrang, Sumberan Barat, Puntuk dan Kliwonan,

Dari persentase kawasan kumuh terhadap kawasan permukiman di Kabupaten

Wonosobo pada tahun 2015 pada angka 0,79%, Selama tahun 2011 hingga

2014, lingkungan permukiman kumuh stabil pada angka 0,25%, kemudian

meningkat drastis, Meningkatnya kawasan kumuh lebih disebabkan adanya

perhitungan ulang dengan metode cepat di tahun 2014.

e. Urusan Sosial

Konsep pembangunan sosial dilaksanakan untuk meningkatkan

kualitas kesejahteraan masyarakat yang memiliki komponen dasar yakni

kecukupan (sustenance), jati diri (self-esteem), serta kebebasan (freedom),

Target pembangunan sosial diarahkan pada pencapaian Standar Pelayanan

Minimal Bidang Sosial mencakup 2 (dua) komponen penting yaitu

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) dan Potensi dan Sumber

Kesejahteraan Sosial (PSKS).

Jumlah PMKS di Kabupaten Wonosobo yang terdiri dari 23 jenis PMKS

yaitu Anak Jalanan, Penderita Sakit Jiwa, Gepeng (Gembel dan Pengemis),

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-84

Jumlah Penderita HIV/AIDS, Jumlah Pecandu Narkoba, Sarana Rehabilitasi

Sosial, Fakir Miskin, Bayi Terlantar, Anak Terlantar, Lanjut Usia Terlantar,

Komunitas Adat Terpencil, Penyandang Tuna, Penyandang Tuna Rungu,

Penyandang Tuna Wicara, Penyandang Tuna Wicara-Rungu, Penyandang

Tuna Daksa, Penyandang Tuna Grahita, Penyandang Cacat Jiwa, Penyandang

Cacat Ganda, Tuna Susila, Bekas Narapidana, Pengidap HIV/AIDS, dan Korban

Penyalahgunaan NAPZA, Selama tahun 2010–2014, jumlah anak jalana

mengalami penurunan, sedangkan jumalh penderita sakit jiwa, pecandu

narkoba, anak terlantar, penyandang tuna netra, pengidap HIV/AIDS, tuna

susila dan bekas narapidana cenderung meningkat, Untuk lebih jelasnya

berikut gambaran jumlah PMKS di Kabupaten Kabupaten yang tergambar

dalam tabel berikut.

Tabel II. 51

Jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)

Kab, Wonosobo Tahun 2010-2014

Penduduk rawan Sosial dan Sarana

*

Tahun

2010 2011 2012 2013 2014

Anak Jalanan 127 96 57 57 13

Penderita Sakit Jiwa *) 24 24 47 47 *) 47

Gepeng (Gembel dan Pengemis) 39 58 94 21 23

Jumlah Penderita HIV/AIDS 92 104 *) 104 89 89

Jumlah Pecandu Narkoba 51 73 65 57 *) 57

Sarana Rehabilitasi Sosial 57 *) 73 *) 73 15 15

Fakir Miskin 226.097 93.780 93.780 243.596 69.940

Bayi Terlantar 552 682 682 682 682

Anak Terlantar 9.492 8.876 8.876 9.759 9.759

Lanjut Usia Terlantar 7.327 9.492 9.492 4.549 4.549

Komunitas Adat Terpencil 3.274 4.549 4.549 *) 4.549 *)4.549

Penyandang Tuna Netra 1.075 1.075 1.075 1.311 1.505

Penyandang Tuna Rungu *) 935 *) 935 *) 935 *) 935 935

Penyandang Tuna Wicara

Penyandang Tuna Wicara-Rungu 925 925 935 595 935

Penyandang Tuna Daksa 2.125 2.125 2.125 2.125 1.220

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-85

Penduduk rawan Sosial dan Sarana

*

Tahun

2010 2011 2012 2013 2014

Penyandang Tuna Grahita 900 900 900 795 535

Penyandang Cacat Jiwa 904 904 904 47 205

Penyandang Cacat Ganda 343 343 703

Tuna Susila 82 104 82 109 112

Bekas Narapidana 271 287 287 188 222

Pengidap HIV/AIDS 51 58 51 89 89

Korban Penyalahgunaan NAPZA 57 58 57 54 2

Jumlah 253.498 124.513 124.401 264.185 91.533

Sumber: SIPD Kabupaten Wonosobo

Tabel II. 52

PMKS yang Memperoleh Bantuan Sosial

No

,

Indikator Kinerja Pembangunan

Daerah

Capaian Kinerja

2011 2012 2013 2014 2015

1

% PMKS yang memperoleh bantuan

sosial untuk pemenuhan kebutuhan

dasar

10,00

30,00

31,5

32,00

42,84

2 % PMKS mandiri 5,00 22,00 32,00 33,00 46,35

3 % PMKS terlayani jaminan sosial 5,89 40,00 100,00 100,00 98,61

4 % Anak Berhadapan dengan Hukum

(ABH) yang ditangani 70,00 60,00 100,00 100,00 100,00

5 % Korban bencana yang mendapat

pendampingan 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

6 Jumlah panti social 15,00 15,00 14,00 14,00 17,00

7 % Meningkatnya rehabilitasi berbasis

masyarakat (RBM) 10,00 55,00 66,90 66,94 72,23

Sumber : Dinas Sosial, 2014,

Persentase PMKS yang mendapatkan bantuan sosial untuk

pemenuhan kebutuhan dasar meningkat dalam kurun waktu 2011 hingga

2015, Pada tahun 2011, persentase PMKS yang mendapat bantuan hanya

10%, pada tahun 2015 menjadi 42,84%, Hal ini berarti ada 57,16%

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-86

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang tidak mendapatkan

bantuan.

2. Urusan Wajib Non Pelayanan Dasar

a. Urusan Tenaga Kerja

Urusan ketenagakerjaan memiliki aspek multi dimensi dan lintas

sektoral sehingga peranannya menjadi salah satu aspek yang strategis dalam

pembangunan daerah, Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) selama

tahun 2011-2015 fluktuatif antara 66%-84,15%, hal tersebut menunjukkan

bahwa dari 100 orang penduduk usia kerja, sekitar 66-84 orang termasuk

angkatan kerja, Atau dapat diartikan juga bahwa dari 1,000 orang penduduk

usia kerja, sekitar 660-841 orang diantaranya aktif secara ekonomi, Dengan

demikian sisanya atau sekitar 34%-16% merupakan penduduk usia kerja

yang tidak aktif secara ekonomi, baik itu dalam bentuk pengangguran

maupun setengah pengangguran, Kondisi ini tentunya menjadi

tanggungjawab pemerintah untuk mengupayakan agar semakin banyak

penduduk usia kerja yang bisa berpenghasilan atau aktif secara ekonomi

sehingga tidak menjadi beban bagi anggota keluarga lainnya.

Sumber : BPS Sakernas Tahun 2015

Gambar 2, 27 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

Tingkat pencari kerja yang mendaftar selama tahun 2011-2014, yang

telah ditempatkan sebesar 50%-57%, sedangkan sisanya sekitar 43%-50%

masih belum memperoleh pekerjaan, atau masih menjadi pengangguran dan

setengah pengangguran, Hal ini tentu juga masih menjadi permasalahan,

yaitu jumlah kesempatan dan peluang kerja yang tersedia masih lebih sedikit

dibanding jumlah tenaga kerja yang siap untuk mengisinya, Apabila dilihat

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-87

dari kualitas tenaga kerja, ternyata jumlah tenaga kerja yang telah

berpendidikan tinggi, yaitu yang telah mengenyam pendidikan di perguruan

tinggi selama tahun 2011-2014 hanya sekitar 3,53%, sementara angka

terbesar adalah hanya berpendidikan SD sebesar 71,02%, Dengan demikian

secara kualitas, para pencari kerja memang masih terbatas pendidikan dan

ketrampilannya, sehingga menyulitkan untuk mengisi lapangan kerja yang

membutuhkan pendidikan dan ketrampilan tinggi atau berketrampilan

khusus.

Sementara itu, angka tingkat ketergantungan rasio ketergantungan

selama tahun 2011-2014 sebesar 36%-51,47% menunjukkan bahwa

tanggungan penduduk Kabupaten Wonosobo adalah sebesar 36%-51,47%,

yang berarti bahwa setiap 100 penduduk usia produktif harus menanggung

antara 36-51 penduduk usia non produktif (usia anak-anak dan penduduk

usia lanjut), dan angka tersebut termasuk dalam kategori sedang.

Tabel II. 53

Urusan Tenaga Kerja Kab, Wonosobo Tahun 2010-2015

No,

Indikator Kinerja

Kunci (IKK)

Rumus Capaian Kinerja

2011

2012

2013

2014

2015

1 Tingkat partisipasi

angkatan kerja

(∑penduduk angkatan

kerja)/ (∑penduduk usia

kerja (15-64)) x 100%

66,00% 84,15% 76,24% 69,50% 73,90%

2 Pencari Kerja yang

ditempatkan

(∑pekerja yg ditempatkan)/

(∑pencari kerja yang

mendaftar) x 100%

57,86% 57,90% 50,21% 54,44% 45,43%

3 Kualitas tenaga kerja

rasio kelulusan S1,

S2, S3

(∑lulusan S1,S2,S3)/

(∑penduduk) x 10000

142,0229771 142,0229771 134,4974 3,53% 299,28

4 Tingkat

ketergantungan

rasio

ketergantungan

(∑penduduk usia<15th-

usia>64th)/ (∑penduduk

usia (15-64th) x 100%

36,00% 0,08% 50,49% 51,47% 56,76%

Sumber : Evaluasi Capaian RPJMD, 2015

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-88

b. Urusan Pemberdayaan Peremupuan dan Perlindungan Anak

1) Indeks Pembangunan Gender (IPG)

Indeks Pembangunan Gender (IPG) adalah indeks pencapaian

kemampuan dasar pembangunan manusia yang sama seperti IPM

dengan memperhitungkan ketimpangan gender, Implikasi kebijakan

pengarusutamaan Gender (PUG) berpengaruh terhadap capaian IPG dan

IDG, IPG merupakan indeks pencapaian kemampuan dasar

pembangunan manusia dalam dimensi yang sama dengan IPM, namun

lebih diarahkan untuk mengetahui kesenjangan pembangunan manusia

antara laki-laki dan perempuan, terutama pada indikator pembentuk

UHH, rata-rata lama sekolah, angka melek huruf, dan sumbangan dalam

pendapatan kerja.

Tabel II. 54

Perkembangan IPG Tahun 2011-2014 Kabupaten Wonosobo

Tahun

2012 2013

Sumber : Statistik Makro 2015

Membangun kesetaraan dan keadilan gender adalah hal yang

sudah diupayakan oleh Pemerintah Kabupaten Wonosobo melalui

beberapa kebijakan, Jaminan tidak adanya perbedaan dalam status dan

kedudukan perempuan dan laki-laki dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara tercermin berbagai program pembangunan, IPG Kabupaten

Wonosobo terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, pada

Jenis Kelamin

2011 2014

Angka Harapan Hidup

Laki-laki 68,56 68,69 68,83 68,9

Perempuan 72,32 72,45 72,59 72,66

Harapan Lama Sekolah

Laki-laki 10,06 10,79 10,97 11,22

Perempuan 10,09 10,83 11,12 11,50

Rata-rata Lama Sekolah

Laki-laki 6,27 6,29 6,31 6,32

Perempuan 5,48 5,61 5,63 5,80

Pengeluaran

Laki-laki 12.990.554 13.046.852 13.103.394 13.158.719

Perempuan 7.578.625 8.032.222 8.226.211 8.421.036

IPG 90,04 91,15 91,67 92,51

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-89

Tahun 2010 sebesar 90,04 meningkat menjadi 92,51 pada Tahun 2014,

Angka tersebut lebih tinggi dari rata- rata Jawa Tengah dengan IPG

91,89 yang menunjukkan bahwa berbagai upaya pemberdayaan

perempuan yang dilakukan setiap tahun menghasilkan angka IPG yang

terus naik untuk menghilangkan kesenjangan gender dan mewujudkan

adanya kesetaraan gender.

2) Indeks Pemberdayaan Gender (IDG)

Indek Pemberdayaan Gender (IDG) merupakan indek yang

digunakan untuk mengkaji peranan perempuan dalam pengambilan

keputusan dalam bidang politik ekonomi, yang didasarkan pada tiga

komponen, yaitu keterwakilan perempuan dalam parlemen, perempuan

sebagai tenaga profesional, dan sumbangan pendapatan, Selama tahun

2010-2014 angka IDG cenderung naik yang menunjukkan bahwa

peranan perempuan dalam pengambilan keputusan di Kabupaten

Wonosobo semakin besar dan berarti.

Partisipasi pekerja perempuan di lembaga pemerintah cukup

tinggi yaitu berkisar antara 48% - 54%, dengan kata lain proporsi

perempuan hampir seimbang dengan jumlah laki-laki yang ada di

lembaga pemerintah, Hal ini menunjukkan bahwa kesempatan

perempuan untuk mengabdikan diri di lembaga pemerintah sangat

terbuka dan berimbang, Namun di lain sisi, tingkat partisipasi

perempuan dalam lembaga legislatif atau keterwakilan perempuan

dalam bidang politik masih rendah atau masih di bawah 30% yaitu pada

tahun 2011-2013 hanya 3 orang anggota DPRD atau sebesar 6,67% dan

pada tahun 2014 hanya 2 orang anggota DPRD atau sebesar 4,44%,

Berbagai faktor yang menjadi penyebab rendahnya keterwakilan

perempuan di lembaga legislatif terutama adalah karena pandangan

masyarakat yang masih kurang yakin dan kurang percaya bahwa

perempuan mampu berkarya dan beraktualisasi di bidang politik.

Dalam bidang pendidikan, dari data diatas tampak bahwa

tingkat partisipasi perempuan di bidang pendidikan selama tahun 2011-

2014 cukup tinggi jika dilihat dari angka melek huruf perempuan di atas

usia 15 tahun, yaitu berkisar antara 93% - 99%, Angka tersebut

menunjukkan bahwa hampir semua perempuan usia di atas 15 tahun

telah dapat membaca dan menulis, atau dapat dikatakan hampir semua

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-90

perempuan usia di atas 15 tahun telah memperoleh pendidikan

sehingga dapat membaca dan menulis dengan baik, Namun demikian,

tingkat partisipasi perempuan di bidang pendidikan juga perlu dilihat

dari tingkat pendidikan yang berhasil diraih oleh perempuan.

Tabel II. 55

Capaian Kinerja Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

No,

Indikator Capaian Kinerja

2010 2011 2012 2013 2014

1 Indek Pembangunan

Gender (IPG)

90,04 90,04 91,15 91,67 92,51

2 Indek Pemberdayaan

Gender (IDG)

47,43 48,06 43,66 58,80 45,36

3 Jumlah kasus kekerasan

terhadap perempuan dan

anak

89,84 374,00 208,00 221,00 200,00

4 % kasus kekerasan

terhadap perempuan dan

anak yang ditangani

98,78 89,84 100,00 100,00 100,00

Sumber : Evaluasi Capaian RPJMD, 2015

Tabel II. 56

Perkembangan Jumlah Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak Tahun

2010-2015

No,

Indikator Capaian Kinerja

2010 2011 2012 2013 2014 2015

1 Kasus Kekerasan

Terhadap Perempuan

182 159 147 150 133 107

2 Kasus Kekerasan

Terhadap Anak

66 132 61 71 79 71

Sumber : BKBPPPA, 2015

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-91

Data yang diperoleh dari BPS yaitu persentase penduduk 10

tahun ke atas menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan, diperoleh

bahwa perempuan usia 10 tahun ke atas persentase tertinggi adalah

tamat SD/MI (40% - 44%) disusul dengan tamat SLTP (12% - 14%),

sedangkan lulus perguruan tinggi hanya sekitar 3%, sedangkan proporsi

antara laki-laki dan perempuan untuk masing-masing kategori tersebut

relatif sama, atau perbedaan angkanya kecil (BPS,2014), Data tersebut

menunjukkan bahwa sebagian besar perempuan hanya lulus SD/MI dan

SLTP, sedangkan lulus perguruan tinggi hanya sedikit saja, sehingga

dapat disimpulkan bahwa secara umum tingkat pendidikan perempuan

masih rendah.

Dalam konteks ketenagakerjaan, tingkat partisipasi angkatan

kerja wanita pada umumnya dipengaruhi oleh perubahan dalam struktur

ekonomi yang terjadi dalam proses pembangunan, Jika dilihat

perkembangannya, partisipasi angkatan kerja perempuan di Kabupaten

Wonosobo cenderung menurun, Jika pada tahun 2011 tingkat

partisipasi berada di posisi 59,5%, kemudian meningkat menjadi 60,65%,

kemudian tahun 2013 dan 2014 menurun dengan nilai 51,56%.

Jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak selama

tahun 2011-2015 mengalami penurunan yang signifikan yaitu sebanyak

374 kasus pada tahun 2011 menjadi 178 kasus pada tahun 2015, hal

tersebut merupakan hasil dari berbagai upaya untuk menyerukan dan

mengkampanyekan perlindungan terhadap perempuan dan anak,

Walaupun mengalami penurunan, namun angka ini tetap menunjukkan

bahwa kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak masih cukup

tinggi, Kondisi ini selayaknya menjadi perhatian bersama baik pihak

Pemkab Wonosobo maupun masyarakat secara umum, dan menjadi

alasan kuat untuk lebih menguatkan kembali fungsi dan peran keluarga

sebagai benteng pertahanan utama dimana perempuan dan anak-anak

tinggal dan tumbuh berkembang.

Semua kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak

tersebut selama tahun 2010-2015 dapat tertangani semua atau 100%

dapat ditangani, hanya pada tahun 2010 dan 2011 saja yang tidak

sepenuhnya tertangani (89,78% dan 89,84%), hal tersebut merupakan

bentuk perhatian yang serius terhadap upaya perlindungan kepada

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-92

perempuan dan anak oleh Pemkab Wonosobo, Selain itu, tertanganinya

semua kasus tersebut juga dipengaruhi oleh dua hal, yaitu tersedianya

lembaga dan unit-unit pengaduan korban kekerasan berbasis gender

dan anak, dan juga meningkatnya kesadaran dan kepedulian masyarakat

serta korban sendiri untuk melapor.

c. Urusan Pertanahan

Tanah adalah aset masyarakat, aset rakyat, aset bangsa, Manajemen

aset tanah sangat penting dirasakan bagi mereka yang berpendapatan

sebagai pengusaha dari pada sebagai pegawai atau buruh, Petani adalah

pengusaha, sehingga tanah adalah aset yang penting bagi usaha taninya,

Begitu pentingnya manajemen aset tanah bagi semua, sehingga pada

awalnya UUPA (UU No, 5 Tahun 1960, dalam konsideran) telah

mengamanatkan bahwa dengan dibuatnya UUPA pemerintah/negara

berkewajiban memimpin penggunaan tanah, dan mengatur hak atas tanah,

Hal itu perlu disadari bahwa mengatur penggunaan tanah berpengaruh

sekali terhadap pendapatan dan kesejahteraan.

Dalam rangka pengamanan serta meningkatkan tertib administrasi

pertanahan khususnya yang berkaitan dengan aset Pemerintah Daerah yaitu

tanah, saat ini terus diupayakan secara bertahap dan periodik melaksanakan

pensertifikatan tanah menjadi atas nama Pemerintah Kabupaten, Sampai

dengan Tahun 2015, dari 1,419 bidang tanah aset Daerah yang ada, telah

bersertifikat sebanyak 43,91%, sedangkan 56,09% belum bersertifikat yang

sebagian besar adalah tanah eks bengkok desa yang berubah menjadi

kelurahan, tanah yang digunakan untuk sekolah dan tanah jalan.

Tabel II. 57

Capaian Kinerja EKPPD Urusan Pertanahan

Kabupaten Wonosobo Tahun 2011-2015

Indikator IKK EKPPD Capaian Kinerja

2011 2012 2013 2014 2015

Luas lahan bersertifikat 30,02% 30,12% 30,13% 30,98% 43,91

Penyelesaian Kasus Tanah

Negara

Tidak

ada

kasus

Tidak

ada

kasus

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-93

Indikator IKK EKPPD Capaian Kinerja

2011 2012 2013 2014 2015

Penyelesaian Ijin Lokasi Tidak

ada

kasus

100%

Sumber : Bagian Pemerintahan Setda, 2016

d. Urusan Penanaman Modal

Jumlah Nilai Investasi Berskala Nasional (PMDN/PMA)

Tabel II.58

Capaian Kinerja Urusan Penanaman Modal Tahun 2011 – 2015

No

,

Indikator Kinerja

Pembangunan

Daerah

Capaian Kinerja

2011 2012 2013 2014 2015

1, Jumlah Investasi 1.747 2.348 2.966 2.611 2.856

2, Nilai Investasi (milyar

rupiah) 293,20 225,10 191,21 789,91 1.098,86

Sumber : LPPD AMJ 2010-2015, LKPJ 2015

Semakin banyak nilai realisasi investasi PMDN dan PMA maka semakin

menggambarkan ketersediaan pelayanan penunjang yang dimililiki daerah

berupa ketertarikan investor untuk meningkatkan investasinya di daerah,

Dan semakin banyak realisasi proyek maka akan semakin menggambarkan

keberhasilan daerah dalam memberi fasilitas penunjang pada investor untuk

merealisasikan investasi yang telah direncanakan.

Jumlah investasi di Kabupaten Wonosobo berasal dari Penanaman

Modal Dalam Negeri (PMDN) yang dilihat dari jumlah modal usaha

berdasarkan penerbitan ijin usaha, Pada tahun 2011 jumlah investasi

sebanyak 1,747 dengan nilai sebesar 293,20 milyar, Jumlah investasi terus

meningkat hingga tahun 2015 sebesar 2,856 dengan nilai investasi 1,098,86

miliyar, Berdasarkan Tabel 2,48 nilai Investasi tidak selalu mengikuti jumlah

investasi, Jumlah investasi tertinggi pada tahun 2013 sebesar 2,966 dengan

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-94

nilai investasi 191,21 milyar, tetapi nilai investasi tertinggi justru pada tahun

2015 yaitu sebesar 1,098,86 dengan jumlah investasi 2,856.

1) Permasalahan Kemiskinan dan Kesempatan Kerja

Kesempatan kerja pada suatu negara merupakan peluang bagi

penduduk untuk melaksanakan fungsinya sebaga sumber ekonomi

dalam proses produksi untuk mencapai kesejahteraan, Kesempatan kerja

adalah jumlah penduduk yang berpartisipasi dalam pembangunan

dengan melakukan suatu pekerjaan dan menghasilkan pendapatan.

Kesempatan kerja meliputi kesempatan untuk bekerja,

kesempatan untuk bekerja sesuai dengan pendidkan dan keterampilan,

dan kesempatan untuk mengembangkan diri, Semakin banyak orang

yang bekerja berarti semakin luas kesempatan kerja, Kesempatan kerja

dibedakan menjadi dua golongan, yaitu : kesempatan kerja permanen

dan kesempatan kerja temporer.

Banyaknya Pencari Kerja Menurut Kecamatan di Kabupaten

Wonosobo pada tahun 2014 dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel II. 59

Banyaknya Pencari Kerja Menurut Kecamatan

di Kabupaten Wonosobo tahun 2014

No Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5)

1 Wadaslintang 199 302 501

2 Kepil 212 226 438

3 Sapuran 74 176 250

4 Kalibawang 38 123 161

5 Kaliwiro 170 287 457

6 Leksono 189 310 499

7 Sukoharjo 178 182 360

8 Selomerto 154 370 524

9 Kalikajar 147 178 325

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-95

No Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah

10 Kertek 208 314 522

11 Wonosobo 407 576 983

12 Watumalang 265 272 537

13 Mojotengah 189 214 403

14 Garung 75 115 190

15 Kejajar 60 88 148

Jumlah 2014 2.565 3.733 6.298

2013 2.630 4.286 6.916

2012 2.233 3.770 6.003

2011 2.333 3.269 5.602

2010 3.242 4.074 7.316

2009 2.842 2.903 5.745

Sumber : Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten Wonosobo, 2014

Sedangkan berdasarkan pendidikannya, pencari kerja dapat dilihat dari

tabel berikut ini:

Tabel II. 60

Pencari Kerja Menurut Pendidikan

Di Kabupaten Wonosobo Tahun 2014

Pendidikan

Sisa

Pencari

Kerja 2013

Pencari

Kerja

2014

Penempatan

2014

Sisa Pencari

Kerja 2014

(1) (2) (3) (4) (6)

SD 598 2.264 2.229 633

SLTP 1.657 984 774 1.867

SLTA 7.134 1.774 221 8.687

D1/D2 1.298 49 0 1.347

D3 2.830 290 4 3.116

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-96

Pendidikan

Sisa

Pencari

Kerja 2013

Pencari

Kerja

2014

Penempatan

2014

Sisa Pencari

Kerja 2014

D4/S1/S2/S3 3.522 937 3 4.456

Jumlah 17.039 6.298 3.231 20.106

Sumber : Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten Wonosobo, 2014

Banyaknya Angkatan Kerja berdasarkan tingkat pendidikan di Kabupaten

Wonosobo, 2010-2015, dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel II. 61

Banyaknya Angkatan Kerja Berdasarkan Tingkat Pendidikan di

Kabupaten Wonosobo 2010- 2015

No Kecamatan 2010 2011 2012 2013 2014 2015

(1) (2) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

1 SD 281.798 58.051 75.674 63.567 300.429 383.868

2 SMP 60.003 93.603 97.258 85.834 71.099 104.720

3 SMA 42.715 98.415 80.903 90.044 28.989 65.227

4 Diploma/D3 7.539 78.712 64.883 75.975 6.024 7.152

5 PT/S1/S2 5.337 63.684 97.703 62.419 12.667 12.336

Jumlah 397.392 392.465 416.421 377.839 419.388 573.303

Sumber : Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten Wonosobo, 2014

Perkiraan tingkat partisipasi angkatan kerja merupakan persentase

rasio perkiraan angkatan kerja terhadap perkiraan penduduk usia kerja, Pada

tahun 2014, TPAK Kabupaten Wonosobo sebesar 73,90%, Dengan tingkat

pengangguran 5,34.

Dengan demikian memang sudah banyak penduduk Kabupaten

Wonosobo yang bekerja, namun bila dilihat dari tempat bekerjanya, maka

dapat dikatakan bahwa sebagian yang bekerja tidaklah di wilayah Kabupaten

Wonosobo, Mereka bekerja melalui Antar Kerja Antar Negara, yaitu sebagai

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-97

TKI di luar negeri yang sebagian besar pada sektor non formal dan juga

melalui Antar Kerja Antar Daerah, yang sebagian besar ke luar pulau yang

bekerja sebagai buruh perkebunan kelapa sawit.

2) Permasalahan Kemiskinan Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Penduduk usia kerja adalah penduduk yang berusia 15 hingga

65 tahun, Pada usia tersebut mereka dapat melakukan pekerjan, baik di

dalam maupun di luar hubungan kerja untuk menghasilkan barang atau

jasa dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat.

Angkatan kerja adalah penduduk berumur lima belas tahun ke

atas yang selama seminggu sebelum pencacahan bekerja atau

mempunyai pekerjaan, sementara tidak bekerja, dan mereka tidak

bekerja tetapi mencari pekerjaan, Dari keseluruhan angkatan kerja

dalam suatu negara tidak semua mendapat kesempatan untuk bekerja

sehingga angkatan kerja dikelompokkan menjadi angkatan kerja yang

bekerja dan angkatan kerja yang menganggur (pengangguran terbuka).

Angkatan Kerja yang bekerja pada tahun 2014 berdasarkan

lapangan usaha dan daerahnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel II. 62

Angkatan Kerja yang bekerja berdasarkan lapangan usaha

dan daerahnya Tahun 2014

Lapangan Usaha Daerah (orang)

Total Perkotaan Perdesaan

Pertanian, kehutanan, perburuan

dan perikanan

16.636

197.946

214.582

Pertambangan dan penggalian 452 0 452

Industri Pengolahan 7.630 23.847 31.477

Listrik, gas dan air 226 0 226

Bangunan 6.122 9.460 15.582

Perdagangan besar, eceran, rumah

makan dan hotel

26.125

39.105

65.230

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-98

Lapangan Usaha Daerah (orang)

Total Perkotaan Perdesaan

Angkutan, pergudangan dan

komunikasi

4.296

7.148

11.444

Keuangan, asuransi, usaha

persewaan bangunan, tanah dan

jasa perusahaan

2.803

1.430

4.233

Jasa kemasyarakatan 24.375 29.401 53.776

JUMLAH 88.665 308.337 397.002

Sumber: BPS, Survei Angkatan Kerja Nasional Agustus 2014, diolah Pusdatinaker,

Angkatan Kerja yang bekerja pada tahun 2014 berdasarkan lapangan usaha

dan jenis kelaminnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel II. 63

Angkatan Kerja yang Bekerja Berdasarkan Lapangan Usaha

dan Jenis Kelaminnya, Tahun 2014

Golongan Umur

Jenis Kelamin (orang)

Total Laki-Laki Perempuan

Pertanian, kehutanan, perburuan dan

perikanan

145.318

69.264

214.582

Pertambangan dan penggalian 452 0 452

Industri Pengolahan 13.660 17.817 31.477

Listrik, gas dan air 226 0 226

Bangunan 15.078 504 15.582

Perdagangan besar, eceran, rumah

makan dan hotel

30.073

35.157

65.230

Angkutan, pergudangan dan

komunikasi

11.444

0

11.444

Keuangan, asuransi, usaha persewaan

bangunan, tanah dan jasa perusahaan

4.233

0

4.233

Jasa kemasyarakatan 20.130 33.646 53.776

JUMLAH 240.614 156.388 397.002

Sumber: BPS, Survei Angkatan Kerja Nasional Agustus 2014, diolah Pusdatinaker,

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-100

Tabel II. 64

Penduduk yang bekerja menurut Lapangan usaha

dan Status Pekerjaannya

Lapangan Usaha

Status Pekerjaan (Orang)

Total

Beru

sah

a

sen

dir

i

Beru

sah

a

dib

an

tu

bu

ruh

tid

ak

teta

p

Beru

sah

a

dib

an

tu

bu

ruh

teta

p

Bu

ruh

/

Kary

aw

an

/

Peg

aw

ai

Pekerj

a

beb

as

di

Pert

an

ian

P

ekerj

a

beb

as

di

No

n

Pert

an

ian

Pekerj

a

tid

ak

dib

ayar

Pertanian, kehutanan,

perburuan dan

perikanan

21.023

91.121

5.638

3.211

15.379

0

7.8210

21.4582

Pertambangan dan

penggalian

226

0

0

226

0

0

0

452

Industri Pengolahan 5.574 5.345 1.648 11.387 0 1.289 6.234 31.477

Listrik, gas dan air 0 0 0 226 0 0 0 226

Bangunan 5.102 0 875 1.467 0 7.462 676 15.582

Perdagangan besar,

eceran, rumah makan

dan hotel

19.282

13.031

8.308

10.737

0

5.709

8.163

65.230

Angkutan, pergudangan

dan komunikasi

6.034

999

409

3.260

0

742

0

11.444

Keuangan, asuransi,

usaha persewaan

bangunan, tanah dan

jasa perusahaan

484

0

226

3.222

0

0

301

4.233

Jasa kemasyarakatan 6.139 1.063 709 28.409 0 2.701 14.755 53.776

JUMLAH 63.864 111.559 17.813 62.145 15.379 17.903 108.339 397.002

Sumber: BPS, Survei Angkatan Kerja Nasional Agustus 2014, diolah Pusdatinaker,

Dari data yang tersaji di atas, maka bisa dibaca bahwa 54% lebih lapangan

usaha adalah pada sektor Pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan,

e. Urusan Kepemudaan dan Olah Raga

Pemuda sebagai motor penggerak pembangunan mempunyai peran

serta dan arti penting bagi pelaksanaan pembangunan, Pembangunan

kepemudaan dan olahraga merupakan salah satu upaya penting dalam

peningkatan terhadap kualitas sumber daya manusia yang seutuhnya, Upaya

pembangunan kepemudaan dilakukan melalui kegiatan produktif

kepemudaan di Wonosobo sejumlah 7 pada Tahun 2012, sedangkan jumlah

Organisasi Kepemudaan yang difasilitasi dalam pelatihan kepemimpinan,

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-101

manajemen dan perencanaan program sebanyak 142 Organisasi

Kepemudaan dalam kurun waktu 2011 dan 2014, Selain itu, jumlah sarpras

olahraga standar nasional selama 4 tahun terahir hanya ada dua, Capaian

indikator Jumlah kegiatan produktif kepemudaan, jumlah organisasi

kepemudaan dan jumlah sarpras olahraga standar nasional tidak mengalami

pengurangan ataupun penambahan pada tahun 2011 hingga 2014,

Seharusnya pemerintah kabupaten Wonosobo lebih proaktif dalam

menggerakkan aktivitas produksi pemuda, hal ini dikarenakan pemuda calon

pemimpin masa depan, Perkembangan Kepemudaan selengkapnya dapat

dilihat pada Tabel II.65.

Tabel II. 65

Capaian Urusan Kepemudaan dan Olah Raga

Kab, Wonosobo Tahun 2011-2015

No Indikator Kinerja

Pembangunan Daerah

Capaian Kinerja

2011 2012 2013 2014 2015

1 Jumlah kegiatan produktif

kepemudaan 7 7 7 7 7

2 Jumlah organisasi

kepemudaan 142 142 142 142 142

4 Jumlah sarpras olahraga

standar nasional 2 2 2 2 2

Sumber : LPPD AMJ 2010-2015

f. Urusan Lingkungan Hidup

Urusan pemerintahan di bidang lingkungan hidup merupakan salah

satu kewenangan wajib pemerintahan daerah yang penyelenggaraannya

berpedoman pada standar pelayanan minimal bidang lingkungan hidup,

Pemerintah kabupaten menyelenggaran pelayanan di bidang lingkungan

hidup yang terdiri atas pelayanan pencegahan pencemaran air, pelayanan

pencegahan pencemaran udara, pelayanan informasi status kerusakan lahan

dan/atau tanah untuk produksi biomassa, serta pelayanan tindak lanjut

pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan/atau

perusakan lingkungan hidup.

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-102

Kondisi lingkungan hidup di Kabupaten Wonosobo dapat dilihat dari

salah dua unsur pendukung indeks kualitas lingkungan hidup, yaitu indeks

tutupan vegetasi dan indeks pencemaran air.

Tabel II. 66

Indeks Tutupan Vegetasi dan Indeks Pencemaran Air

Tahun 2015

No Indeks Nilai

1 Indeks Tutupan Vegetasi 46,51

2 Indeks Pencemaran Air 60,00

Sumber: analisis studio, 2016

Persoalan pengelolaan sampah di Kabupaten Wonosobo, harus

mendapat perhatian khusus, Jumlah sampah yang terangkut di empat tahun

terakhir cenderung mengalami peningkatan dari 842,860 pada tahun 2011

meningkat menjadi 846,741 pada tahun 2014, dengan jumlah sampah yang

terangkut hanya 8% pada tahun 2011 dan meningkat 9% sampah pada tahun

2014, yang berarti 91% sampah yang belum terangkut, bisa jadi 91% sampah

yang tidak terangkut ini dikelola oleh masyarakat sendiri atau dibuang ke

sungai, lahan kosong atau di pinggir jalan, perilaku ini yang harus segera

diubah.

Rasio Tempat Pembuangan Sampah (TPS) per satuan penduduk di

Kabupaten Wonosobo selama periode 2011-2014 relatif stagnan di angka

sekitar 0,15-0,17 TPS/satuan penduduk, Ini menunjukkan bahwa daya

tampung TPS (m3) mengalami sedikit peningkatan dibandingkan dengan

jumlah penduduk yang ada, Namun peningkatan TPS masih sangat kecil

dibandingkan jumlah penduduk yang ada, yang berarti hanya 17% penduduk

di Wonosobo yang membuang sampahnya di TPS.

Cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan AMDAL di Kabupaten

Wonosobo dalam kurun waktu 2011 sampai 2014 cenderung menurun,

Cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan AMDAL pada tahun 2010 dan

2011 sudah mencapai 100 persen, tetapi pada tahun 2014 hanya 50%,. Hal ini

berarti jumlah perusahaan wajib AMDAL yang telah diawasi berkurang,

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-103

Pemerintah kabupaten Wonosobo harus mengawasi perusahaan wajib

AMDAL.

Penegakan hukum lingkungan dihitung dari hasil pembagian jumlah

kasus lingkungan yang diselesaikan Pemda dengan jumlah kasus lingkungan

yang ada, Penegakan hukum di Kabupaten Wonosobo dari tahun 2011

hingga 2014 mengalami peningkatan hingga mencapai 100% pada tahun

2012 sampai 2014, Peningkatan ini menunjukkan jumlah kasus lingkungan

yang diselesaikan Pemda sudah 100%.

Tabel II. 67

Capaian Urusan Lingkungan Hidup Kab, Wonosobo Tahun 2011-2015

No, Indikator Kinerja Kunci (IKK)

EKPPD

Capaian Kinerja (%)

2011 2012 2013 2014 2015

1

Persentase jumlah usaha dan/atau

kegiatan yang mentaati persyaratan

administrasi dan teknis pencegahan

pencemaran air

58,00%

62,00%

64,00%

67,00%

68,00%

2

Persentase jumlah usaha dan/atau

kegiatan sumber tidak bergerak

yang memenuhi persyaratan

administratif dan teknis pencegahan

pencemaran udara

66,00%

70,00%

72,00%

75,00%

76,00%

3

Persentase luasan lahan dan/atau

tanah untuk produksi biomassa

yang telah ditetapkan dan

diinformasikan status kerusakannya

14,24%

14,68%

12,45%

13,66%

14,87%

4

Persentase jumlah pengaduan

masyarakat akibat adanya dugaan

pencemaran dan /atau perusakan

lingkungan hidup yang

ditindaklanjuti

70,00%

100,00%

100,00%

100,00%

100,00

%

5 Persentase Terbentuknya Bank

Sampah Aktif per desa 5,66% 6,79% 7,54% 9,40% 11,30%

6 Rasio tempat pembuangan sampah

(TPS) per satuan penduduk 0,15 0,16 0,17 0,17 0,3

7

Persentase Tempat Pengolahan

Sampah Terpadu (TPST) skala

Desa/Kelurahan

0

0

0

0,37%

1,13%

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-104

No, Indikator Kinerja Kunci (IKK)

EKPPD

Capaian Kinerja (%)

2011 2012 2013 2014 2015

8 Indeks kualitas lingkungan hidup - - - - -

9 Jumlah sungai percontohan bebas

sampah 0 0 0 0 0

10

Persentase panjang sempadan

sungai utama (Serayu, Begaluh,

Semagung) berupa ruang terbuka

hijau

92,00%

91,00%

89,00%

89,00%

88,00%

Sumber : Analisis Studio, 2016

Pelayanan pencegahan pencemaran air terlihat adari indikator

Persentase jumlah usaha dan/atau kegiatan yang mentaati persyaratan

administrasi dan teknis pencegahan pencemaran air semakin meningkat dan

kondisi tahun 2015 mencapai layanan 68%, Hal itu menunjukkan masih

adanya kegiatan industri yang mencemaru badan air, misalnya dari limbah

industri rumah tangga tahu, pembuatan tapioka yang langsung membuang

limbah ke sungai tanpa pengolahan terlebih dahulu, Capaian ini masih

menjadi tantangan dalam meningkatkan capaian hingga 100%.

Pelayanan pencegahan pencemaran udara dari sumber tidak bergerak

ditunjukkan melalui indikatir yang menunjukkan persentase jumah usaha

dan/atau kegiatan sumber tidak bergerak yang memenuhi persyaratan

admin dan teknis pencemaran udara, capaian layanan ini masih pada level

76%, Beberapa industri kayu dan agroindustri lainnya yang menimbulkan

polutan udara telah dilengkapi cerobong udara, namun yang masih

memerlukan pantauan lebih lanjut yaitu ketinggian teknis cerobong asap

dan juga operasionalnya.

Pelayanan informasi status kerusakan lahan dan/atau tanah untuk

produksi biomassa terlihat dari indikator persentase luasan lahan dan/atau

tanah untuk produksi biomassa yang telah ditetapkan dan diinformasikan

status kerusakannya, Capaian yang diperoleh Wonosobo baru dalam angka

14,87%, Capaian ini hanya pada luasan lahan perhitungan luasan lahan rusak

akibat produksi biomassa namun belum ditetapkan.

Pelayanan tindak lanjut pengaduan masyarakat menunjukkan

persentase jumlah pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-105

pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang ditindaklanjuti,

Capaian pada tahun 2015 sudah mencapai 100%, jika dilihat dari tren, maka

selama 5 tahun hampir 100% aduan pasti akan ditindaklanjuti.

Selain indikator dari SPM, urusan lingkungan hidup berdasarkan UU

23/2014 juga telah sama mengamanatkan suburusan persampahan

sebagaimana telah diamanatkan juga dalam urusan pekerjaan umum dan

penataan ruang, Jika pada urusan lingkungan hidup penanganan

persampahan lebih pada pengelolaan sampah terutama dari sumbernya,

Indikator yang terlihat dalam suburusan persampahan urusan lingkungan

hidup misalnya rasio TPS per satuan penduduk yang berdasarkan EKPOD,

Rasio TPS per satuan penduduk baru mencapai 0,3, Selanjutnya untuk

persentase TPST skala desa/kelurahan juga masih sangat rendah yaitu hanya

1,13%, Hal ini menunjukkan adanya tantangan berat dalam pelayanan

persampahan yang harus ditingkatkan pelayanannya.

Pada urusan lingkungan hidup terdapat indikator makro berupa

indeks kualitas lingkungan hidup (IKLH) yang diinisiasi juga oleh

Kementerian Lingkungan Hidup, indeks ini bersifat makro dan merupakan

komposit dari indeks pencemaran udara, pencemaran air dan indeks tutupan

vegetasi, jika ketahanan udara, air dan hutan baik maka IKLH meningkat

maka akan tercapai keseimbangan ekosistem sehingga ada ketahanan

energi, lingkungan dan ketahanan pangan sehingga kesejahteraan

masyarakat meningkat.

g. Urusan Administrasi Kependudukan Dan Catatan Sipil

Dengan jumlah penduduk sebanyak 773,280 pada tahun 2014, maka

penyenggaraan pelayanan kependudukan dan catatan sipil menjadi sangat

penting untuk dapat dikelola secara baik, Pada tahun 2011 penduduk yang

sudah memiliki KTP sebanyak 95,98%, kemudian meningkat pada tahun

2012 dan menurun pada tahun 2014 yang hanya mencapai 85,68%, Nilai ini

menurun tajam dari tahun 2013 yang sudah mencapai 98,08%.

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-106

Sumber : Evaluasi Capaian RPJMD, 2014

Gambar 2. 28 Persentase Jumlah Pemilik KTP Berbasis NIK

Adapun kepemilikan akta kelahiran di Kabupaten Wonosobo pada

tahun 2010 hanya sekitar 56,84% meningkat hingga pada tahun 2015 sekitar

79,03%, Berikut secara lengkap disajikan data mengenai kepemilikan

administrasi kependudukan (KTP, KK, dan Akte Kelahiran) selama kurun

waktu tahun 2010-2015.

Tabel II. 68

Capaian Urusan Administrasi Kependudukan Dan Catatan Sipil

Kab, Wonosobo Tahun 2010-2015

No Indikator Kinerja

Pembangunan Daerah

Capaian Kinerja (Tahun)

2010 2011 2012 2013 2014 2015

1 % jumlah pemilik KTP berbasis

NIK 79,23 95,98 99,53 98,08 85,68 88,52

2 % Jumlah kepemilikan KK 99,58 99,95 98,66 99,71 97,31 99,80

3 % kepemilikan Akta kelahiran 56,84 60,71 62,04 76,68 71,76 79,03

4 % penduduk yang

teregristrasi (jumlah

penduduk yang mempunyai

NIK)

99,95

98,66

99,71

97,31

100,00

5 % Anak Lahir yang membuat

Akta Kelahiran 90,84 97,53 99,38 96,65 96,42 99,58

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-107

No Indikator Kinerja

Pembangunan Daerah

Capaian Kinerja (Tahun)

2010 2011 2012 2013 2014 2015

6 % penduduk meninggal yang

membuat Akta Kematian 0,51 1,70 2,20 14,89 20,08 10,74

7 lama pengurusan Akte

kelahiran 14 hari 14 hari 14 hari 14 hari 10 hari 5 hari

8 lama pengurusan KTP 1 hari 1 hari 1 hari 1 hari 1 hari 5 hari

Sumber : LPPD AMJ 2010-2015 dan Evaluasi Capaian RPJMD, 2015

Meskipun Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang

Administrasi Kependudukan yang mengamanatkan bahwa setiap penduduk

wajib memiliki Nomor Induk Kependudukan (NIK) yang berlaku seumur

hidup yang tertera di dalam KTP (Kartu Tanda Penduduk) telah direvisi

dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi

Kependudukan namun kesadaran masyarakat untuk melengkapi dirinya

dengan dokumen kependudukan mengalami anomali.

Hal ini dapat ditunjukkan pada tabel di atas bahwa persentase jumlah

pemilik KTP berbasis NIK pada tahun 2015 mengalami penurunan hampir 10

persen apabila dibandingkan perolehan pada tahun 2011, Penurunan jumlah

tersebut antara lain disebabkan oleh masih banyaknya penduduk wajib KTP

baik itu wajib KTP baru (usia 17 tahun) maupun wajib KTP lama yang belum

melaksanakan perekaman KTP-E dan masih kurangnya kuantitas sosialisasi

terhadap masyarakat baik dari masyarakat penduduk lokal atau pun

penduduk pendatang tentang tata cara prosedur untuk pembuatan

dokumen identitas diri berupa KTP-E.

Selama kurun waktu empat tahun (2011-2015), persentase jumlah

kepemilikan Kartu Keluarga (KK) juga mengalami penurunan sebesar 0,05 %,

Hal ini disebabkan oleh masih adanya penduduk yang sudah menikah

namun belum memisah KK-nya dan masih menumpang KK pada orang

tuanya, Selanjutnya, persentase kepemilikan akte kelahiran dari tahun 2011-

2015 mengalami kenaikan, dimana pada tahun 2011 sebesar 60,71 persen

menjadi 79,03 persen, Meningkatnya persentase kepemilikan akte kelahiran

ini disebabkan oleh adanya kebijakan penerbitan akte kelahiran secara gratis

atau bebas bea bagi bayi yang berusia kurang dari 60 hari, dan tumbuhnya

kesadaran dari orang tua akan pentingya dokumen kependudukan dalam hal

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-108

ini akte kelahiran sebagai identitas diri pertama dan hak sipil anak paling

utama yang dimiliki anak, Selain itu akta kelahiran juga merupakan bukti

yang diperlukan untuk mendapatkan perlindungan, kesehatan, pendidikan,

pemukiman, dan hak-hak lainnya sebagai warga negara, Capaian indikator

persentase penduduk meninggal yang membuat akte kematian dari tahun

2011-2015 mengalami kenaikan secara signifikan dari 1,70 persen pada

tahun 2011 menjadi 10,74 persen pada tahun 2015, Peningkatan persentase

penduduk meninggal yang membuat akte kematian membuktikan bahwa

masyarakat Wonosobo kini sudah menyadari pentingnya akte kematian,

karena adminstrasi kependudukan (Adminduk) bukan saja dibutuhkan bagi

Warga Negara Indonesia (WNI), yang masih hidup namun juga berlaku bagi

warga yang sudah meninggal dunia, Laporan masyarakat atau keluarga

perihal kematian seseorang sangat penting guna menghindari kesalahan

data jumlah penduduk.

h. Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

Pemberdayaan masyarakat adalah proses pembangunan di mana

masyarakat berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial untuk

memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri, Pemberdayaan masyarakat

hanya bisa terjadi apabila warganya ikut berpartisipasi, Suatu usaha hanya

berhasil dinilai sebagai "pemberdayaan masyarakat" apabila kelompok

komunitas atau masyarakat tersebut menjadi agen pembangunan atau

dikenal juga sebagai subyek, Disini subyek merupakan motor penggerak,

dan bukan penerima manfaat atau obyek saja.

Rukun Waga atau Rukun Tetangga (RW/RT) sebagai ujung tombak

pelayanan kepada masyarakat hendaknya didorong untuk lebih berperan

dalam penyelenggaraan proses pembangunan mulai dari perencanaan

sampai dengan evaluasinya, Selain RT/RW, PKK menjadi aktor lain yang juga

perlu mendapat perhatian, Jumlah tim Penggerak Pemberdayaan dan

Kesejahteraan Keluarga (PKK) aktif di Kabupaten Wonosobo selama periode

2011-2014 mengalami peningkatan, Jika pada tahun 2011 hanya 3,27% PKK

yang aktif, maka di tahun 20124 capaian PKK aktif telah mencapai 78,98%,

Selama periode 2011-2014, Rata-rata jumlah kelompok binaan lembaga

pemberdayaan masyarakat (LPM) di Kabupaten Wonosobo mengalami

penurunan drastis, dari tahun 2011 yang telah mencapai 856, pada tahun

2014 hanya 217 LPM yang aktif sebagaimana terangkup dalam tabel 2,60

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-109

Tabel II. 69

Capaian Kinerja Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

Kab, Wonosobo Tahun 2011 - 2015

No, Indikator 2011 2012 2013 2014 2015

1 Jumlah LPM Aktif 856 212 227 217 265

2

Jumlah kelompok

PKK aktif

281/8591x

100%=3,2

7%

6,726/8,969

x 100%

(74,99%)

6,726/8,969

x 100% =

74,99%

7,084/8,96

9 x 100%

= 78,98%

8,731/8,96

9 x 100%

=97,34%

3 Jumlah kelompok

binaan PKK 15 15 30 45 281

Sumber : Evaluasi Capaian RPJMD, 2015

i. Urusan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana

Keluarga merupakan penopang dasar perkembangan individu dalam

masyarakat, Semua aspek kehidupan berawal dari keluarga, Unggul dan

kuatnya individu dalam masyarakat pada awal selalu ditopang oleh institusi

keluarga yang baik, Keluarga yang bahagia dan sejahtera akan membentuk

masyarakat Kabupaten Wonosobo yang saling asih, bergotong dan

terdorong untuk maju, Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan

urusan keluarga berencana dan keluarga sejahtera salah satunya dapat

dilihat dari indikator kinerja sebagai berikut :

Tabel II. 70

Capain Urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera

Kab, Wonosobo Tahun 2010-2015

No, Indikator Capaian Kinerja

2010 2011 2012 2013 2014 2015

1 Total Fertility Rate

(TFR)

2,35% 2,26% 2,00% 1,87% 1,78% 2,2

2 Contrasepsi

Participatory Rate

(CPR)

81,41% 81,15% 82,07% 80,98% 80,27% 80,2

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-110

No, Indikator Capaian Kinerja

2010 2011 2012 2013 2014 2015

3 Peserta KB baru Pria 4,10% 3,30% 2,57% 2,49% 2,40% 2,5

4 Cakupan PUS yang

ingin ber KB tidak

terpenuhi

8,14% 9,97% 9,39% 9,73% 8,51% 7,93

5 Dropout KB 9,65% 19,23% 17,30% 20,64% 19,63% 18,15

6 Terbentuknya PIK

KRR di setiap

kecamatan

29 35 39 55 63 63

7 Pasangan Usia Subur

(PUS) yang istrinya di

bawah usia 20 tahun

3,14% 3,12% 2,78% 3,00% 3,26% 3,26

Sumber : Evaluasi Capaian RPJMD

Tujuan Program Keluarga Berencana secara demografi adalah untuk

menurunkan angka kelahiran dan secara filosofis adalah untuk mewujudkan

keluarga kecil bahagia dan sejahtera, Jumlah anak dalam keluarga yang

dianjurkan oleh Pemerintah adalah 2 (dua) anak lebih baik, Berkaitan dengan

hal di atas, dapat diketahui bahwa Total Fertility Rate (TFR) di Kabupaten

Wonosobo tahun 2010 adalah 2,35% menurun menjadi 2,2 pada tahun 2015,

Hal ini berarti jumlah anak dalam keluarga di Kabupaten Wonosobo selama

kurun waktu tahun 2011-2015 rata-rata berjumlah 2-3 orang anak,

Penurunan rata-rata jumlah anak dapat berarti menurunnya rata-rata jumlah

anak yang dilahirkan oleh seorang wanita sampai dengan akhir masa

reproduksinya.

Laju pertumbuhan Kabupaten Wonosobo dari tahun 2010 hingga

2013 cenderung menurun, Tahun 2010 laju pertumbuhan penduduk

Kabupaten Wonosobo sekitar 1,01 kemudian menurun hingga pada tahun

2013 mencapai 0,82, Penurunan ini salah satunya pengaruh penurunan nilai

TFR yang berarti jumlah kelahiran semakin kecil dan sebagai indikator

keberhasilan KB, Peningkatan laju pertumbuhan penduduk pada tahun 2014

dimungkinkan karena faktor migrasi penduduk mengingat TFR tidak naik

tapi justru menurun.

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-111

Angka partisipasi KB (CPR) yang selama 5 tahun mengalami fluktuasi

dan cenderung turun disebabkan karena pertambahan jumlah peserta KB

tidak sebanding dengan pertambahan pasangan usia subur, Menurut teori

demografi jika angka TFR turun maka CPR naik, namun kejadian di

Kabupaten Wonosobo dengan angka TFR yang naik dan CPR turun

disebabkan karena jumlah pengguna KB jangka panjang terus meningkat

sehingga angka kegagalan KB menurun, Perkembangan penggunaan

metode kontrasepsi peserta KB sebagai berikut :

Tabel II. 71

Persentase Metode Kontrasepsi Kab, Wonosobo Tahun 2011-2015

No,

Metode

Kontrasepsi

2011

(%)

2012

(%)

2013

(%)

2014 (%)

2015

(%)

1 IUD 10,02 10,15 10,34 10,32 10,38

2 MOW 8,75 8,56 8,37 7,89 7,43

3 MOP 1,39 1,33 1,3 1,35 1,32

4 Kondom 0,89 0,97 0,91 1,05 1,17

5 Implant 18,45 19,49 20,95 20,95 21,91

6 Suntik 49,95 49,58 49,46 50,38 49,72

7 Pil 10,55 9,92 8,67 8,07 8,03

Sumber : LPPD AMJ 2010-2015

: Evaluasi Capaian Tahun Ketiga (2013) RPJMD

j. Urusan Perhubungan

Penyelenggaraan pelayanan perhubungan merupakan aspek strategis

yang berdampak lintas sektoral, Kondisi pelayanan perhubungan Kabupaten

Wonosobo dapat dilihat dari indikator kinerja yang diambil dari EKPOD dan

SPM bidang perhubungan sebagai berikut :

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-112

Tabel II. 72

Capaian Indikator Urusan Perhubungan

Kab Wonosobo Tahun 2010-2014

No Indikator 2011 2012 2013 2014 2015

1 Persentase Pelayanan

Angkutan Jalan

46,66% 46,66% 46,66% 48,47% 45,14%

2 Persentase jaringan trayek yang

sudah dilayani angkutan umum

yang menghubungkan daerah

tertinggal dan terpencil

43% 46% 50% 54% 57%

3 Persentase tersedianya halte

terhadap total kebutuhan halte

2% 4% 6% 8% 10%

4 Persentase jumlah terminal

penumpang yang telah dilayani

angkutan umum

6% 6% 6% 6% 6%

5 Persentase tersedianya

perlengkapan jalan (rambu,

marka, dan guard rail) dan

penerangan jalan umum (PJU)

pada jalan kabupaten

62,5% 64,75% 65% 66,75% 68%

6 Persentase pelayanan

pengujian kendaraan bermotor

54,53 63,43% 69,75% 54,23% 56,34%

7 Persentase terpenuhinya

standar keselamatan bagi

angkutan umum yang melayani

trayek dalam kabupaten

81,25% 81% 82% 82% 85%

8 Rasio ijin trayek 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001

9 Rasio panjang jalan per jumlah

kendaraan * (hanya panjang

jalan kabupaten)

0,017 0,014 0,013 0,012 0,010

10 Rasio jumlah kendaraan (unit)

per panjang jalan (km)

60 70 77 86 95

Sumber: SIPD Kab, Wonosobo, 2015

Berdasarkan tabel di atas, persentase pelayanan angkutan baru

mencapai 45,14%, Hal ini menunjukkan tersedianya angkutan umum yang

melayani awilayah yang telah tersedia jaringan jalan untuk jaringan jalan

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-113

kabupaten masih di bawah SPM yang mencapai 75%, Seluruh angkutan

umum yang ada di Kabupaten Wonosobo wajib memiliki izin trayek, Hal ini

dimaksudkan untuk penataan, pengaturan dan pengendalian trayek

angkutan umum, sehingga ini dapat meminimalisasi trayek ilegal yang

dilakukan para pengendara angkutan umum, secara persentase jaringan

trayek yang sudah dilayani angkutan umum yang menghubungkan daerah

tertinggal dan terpencil baru mencapai 57%, Pemerintah Kabupaten masih

memiliki tantangan kenaikan 3% untuk mencapai nilai SPM layanan yang

seharusnya minmal 60%, Selanjutnya jika dilihat rasio jumlah kendaraan per

panjang kendaraan, ada kecenderuangan kenaikan dari setiap 1 km terdapat

60 kendaraan menjadi setiap 1 km terdapat 95 kendaraan.

Izin trayek yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten

Wonosobo pada tahun 2010 sebanyak 517 izin, yang terdiri izin trayek

pedesaan dan perkotaan, Izin trayek perkotaan sebanyak 345 dan izin trayek

pedesaan sejumlah 172 izin, Tahun 2014 cenderung menurun dengan jumlah

izin trayek yang dikeluarkan pemerintah Kabupaten Wonosobo sebanyak

489.

Sumber: SIPD Kab, Wonosobo, 2015

Gambar 2. 29 Perkembangan Izin Trayek Kab, Wonosobo 2010-2014

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-114

Seluruh angkutan umum yang diimpor di Kabupaten Wonosobo, baik

yang dibuat dan/atau dirakit di dalam negeri dan akan dioperasikan di jalan

wajib memiliki pengujian agar memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan,

Hal ini dimaksudkan menjamin keselamatan penumpang angkutan umum

dan menjaga keseimbangan ekosistem lingkungan, Adapun persentase

layanan pengujian kendaraan bermotor telah mencapai 56,34%.

1) Jumlah Uji Kir Angkutan Umum

Sumber: SIPD Kab, Wonosobo

Gambar 2. 30 Jumlah Uji Kir Angkutan Umum

Jumlah angkutan umum yang telah melakukan uji kir pada tahun 2010

sebanyak 2,181 unit kendaraan kemudian meningkat pada tahun-tahun

berikutnya hingga mencapai 2790 pada tahun 2012, tetapi kemudian

menurun pada tahun 2013 yang hanya mencapai 2169 unit.

Jika diihat dari prasarana yang ada seperti persentase tersedianya

halte dan terminal pun masih rendah, saat ini, jumlah terminal penumpang

yang resmi baru ada 2 unit (terminal tipe A Mendolo yang menjadi

wewenang Pemerintah Provinsi dan terminal tipe C Sawangan), dan layanan

tersebut setara dengan layanan 6%, Sementara itu yang lainnya masih dalam

bentuk areal pangkal kendaraan yang terdapat di ibukota kecamatan untuk

menampung angkutan perkotaan dan perdesaan, Selain itu, kurang

optimalnya terminal Mendolo menyebabkan adanya pangkalan bus yang

tidak resmi seperti di area Jl, Muntang dan Pertigaan Pasar Kertek.

Selanjutnya terkait dengan sarana perlengkapan jalan berupa rambu,

marka, dan guard rail, capaian di Kabupaten Wonosobo telah mencapai angka

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-115

68%, Hal ini menunjukkan sebagian besar ruas jalan kabupaten telah

dilengkapi dengan rambu, marka dan guard rail, namun secara ragam kualitas

dan kuantitas tetap harus ditingkatkan meski telah melebihi nilai SPM 60%.

k. Urusan Komunikasi dan Informatika

Teknologi informasi dan komunikasi yang saat ini berkembang sangat

pesat menuntut kesiapan pengguna dalam hal ini Pemerintah Daerah dalam

memberikan layanan informasi yang mutakhir, Selain itu peningkatan

kualitas pengawasan dan pengevaluasian oleh publik, salah satunya

ditempuh melalui pemanfaatan e-government, Oleh karenanya sasaran

utama dari program dan kebijakan di bidang urusan komunikasi dan

informatika diarahkan untuk mencapai sasaran “ terinformasikanya hasil-

hasil penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan

kepada masyarakat dan swasta” sehingga masyarakat dapat mengetahui,

menilai dan memberikan masukan atas jalannya pemerintahan dan

pembangunan, baik menyangkut input, ouput, outcome, benefit maupun

impact yang dirasakan dari keluarnya suatu kebijakan.

Tabel II. 73

Capaian kinerja Urusan Komunikasi dan Informatika

Tahun 2011-2015 berdasarkan Indikator Kinerja Kunci (IKK)

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Indikator IKK EKPPD

Rumus Capaian Kinerja

2011 2012 2013 2014 2015

Web site milik

pemerintah daerah

Ada / tidak ada Ada Ada ada ada ada

Pameran/expo Menunjukkan

Jumlah

pameran/expo

per tahun

1 1 1 1 1

Sumber: Bagian Komtel Setda, diolah, 2016

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-116

Tabel II. 74

Capaian kinerja Urusan Komunikasi dan Informatika

Tahun 2011-2015 Berdasarkan Indikator RPJMD 2010-2015

No,

Indikator Kinerja

Pembangunan Daerah

Capaian Kinerja

2011 2012 2013 2014 2015

1 Tersedianya media

informasi publik yang

diterbitkan oleh

Pemerintah

2 paket 2 paket 2 paket 14 paket 17

paket

2 Tersedianya website

pemerintah daerah

Ada

(1,019

pengunjun

g)

Ada

(978

pengunjun

g)

ada

(10445

pengunjun

g)

ada

(10688

pengunjun

g)

Ada

(60,167

pengunj

ung)

3 % paket informasi yang

terpublikasikan secara

langsung maupun melalui

media

100 100 100 100 100

4 Jumlah SKPD yang

memiliki Sistem Informasi

Manajemen

8 9

(2 online 7

offline)

10

(3 online 7

offline)

12

(8 online 4

offline)

16 (16

online)

5 % Ter-Update-nya atribut

data spasial

100 100 100 100 100

6 % Jumlah Koneksi WAN

ke seluruh Kecamatan

100 100 100 93 93

7 % Terpasangnya VOIP di

setiap SKPD

2,50 2,50 2,50 2,50 2,50

Sumber: Bagian Komtel Setda, diolah, 2016

Dari tabel capaian kinerja Urusan Komunikasi dan Informasi dapat

dilihat pemanfaatan Sistem Informasi mengalami kenaikan, dengan

peningkatan pada jumlah SKPD yang memiliki Sistem Informasi Manajemen

yang diharapkan dapat mendukung pelaksanaan tugas menjadi lebih mudah

murah dan cepat.

Tahun 2013 terjadi kenaikan pengunjung yang signifikan dari 978

pengunjung menjadi 10,445 pengunjung, Hal ini mengindikasikan bahwa

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-117

daya minat masyarakat untuk memanfaatkan website resmi Pemkab

Wonosobo untuk mencari informasi semakin tinggi.

Pada indikator Jumlah SKPD yang memiliki Sistem Informasi

Manajemen juga mengalami peningkatan dari angka 5 di awal RPJMD 2010-

2015menjadi 12 (8 online 4 offline), peningkatan yang sangat mencolok dari

7 yang offline di tahun 2013 menjadi 8 online di tahun 2014 dikarenakan

perluasan jaringan WAN dan peningkatan kesadaran SKPD dalam kebutuhan

dan keterbukaan informasi dalam mendukung pelaksanaan tugas dalam

upaya peningkatan pelayanan kepada masyarakat.

l. Urusan Koperasi dan UMKM

Peran koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah sangat strategis

dalam perekonomian, sehingga perlu menjadi fokus pembangunan ekonomi

pada masa mendatang, Koperasi juga memegang peran penting dalam

pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan pemberdayaan masyarakat,

Peran koperasi dalam pembangunan perekonomian antara lain sebagai

penyedia lapangan kerja,pencipta pasar baru dan sumber inovasi, serta

sumbangannya dalam menjaga neraca pembayaran melalui kegiatan ekspor.

Kinerja koperasi dapat diukur dari tingkat keaktifan koperasi, dan

tingkat kesehatan koperasi khususnya pada unit Koperasi Simpan Pinjam

(KSP), Tingkat keaktifan koperasi dalam kurun waktu 2011–2015 cenderung

meningkat, dari 189 koperasi aktif pada tahun 2011 meningkat menjadi 222

koperasi aktif pada Tahun 2015 atau selama lima tahun terjadi peningkatan

17,46%, Meningkatnya persentase koperasi aktif dipengaruhi oleh keaktifan

pengurus dalam melakukan pengelolaan koperasi dan juga meningkatnya

jumlah koperasi yang bermanajemen baik dalam mengembangkan usaha

koperasi, Perkembangan tingkat keaktifan koperasi dapat dilihat pada Tabel

2,50.

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-118

Tabel II. 75

Capaian Indikator Urusan Koperasi dan UMKM Kab, Wonosobo Tahun

2010-2015

No,

Indikator Capaian

2011 2012 2013 2014 2015

1, Jumlah UMKM 55.909 57.192 58.216 59.794 59.192

2, Jumlah Koperasi 330 339 341 361 359

3, Jumlah Koperasi Aktif 189 200 206 223 222

4, Jumlah aset Koperasi (juta) 560 748 983 1.100 3.392

5, Jumlah asset UMKM (juta) 29.350 32.210 32.820 35.613 38.521

6, Usaha Mikro dan Kecil Aktif 99,98% 99,98% 98,78% 98,85% 98,99%

Sumber : LPPD AMJ 2010-2015, LKPJ 2015

Jumlah usaha mikro dan kecil juga mengalami peningkatan dari 55,909

di tahun 2011 menjadi 59,192 di tahun 2015 atau meningkat 5,87%,

Peningkatan ini terjadi seiring bertambahnya wirausaha muda yang semakin

banyak mengembangkan usahanya, Begitu pula untuk persentase usaha

mikro kecil di tahun 2015 meningkat dibandingkan tahun 2014 yaitu sebesar

98,99%.

Jumlah asset koperasi meningkat cukup tajam dari tahun 2011 sebesar

560 juta rupiah menjadi 3,392 juta rupiah pada tahun 2015, apabila

dibandingka tahun 2014 naik sebesar 208,36%, sedangkan jumlah asset

UMKM meningkat dari tahun 2011 sebesar 29,350 juta rupiah menjadi

38,521 juta rupiah pada tahun 2015 atau dalam lima tahun meningkat

31,25%.

m. Urusan Statistik

Menurut Pasal 31 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, data adalah keterangan

objektif tentang suatu fakta baik dalam bentuk kuantitatif, kualitatif, maupun

gambar visual (images) yang diperoleh baik melalui observasi langsung

maupun dari yang sudah terkumpul dalam bentuk cetakan atau perangkat

penyimpan lainnya, Sedangkan, informasi adalah data yang sudah terolah

yang digunakan untuk mendapatkan interpretasi tentang suatu fakta. Data

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-119

dan informasi yang dihimpun berhubungan dengan potensi dan kondisi

daerah dan merupakan bahagian penting demi hasil perencanaan yang baik

dan komprehensif, Data dan informasi yang berkualitas harus dijadikan

rujukan bagi penentuan kebijakan dan program sasaran yang akan

dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Capaian kinerja urusan Statistik tahun

2011-2015 dapat dilihat pada beberapa indikator sebagai berikut:

Tabel II. 76

Capaian Kinerja Urusan Statistik

Berdasarkan IKK Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah

(EKPPD)

No,

Indikator Capaian kinerja

2011 2012 2013 2014 2015

1, Buku "Kabupaten

dalam angka” Ada Ada Ada Ada Ada

2, Buku ”PDRB

Kabupaten” Ada Ada Ada Ada Ada

3, Buku “Statistik Daerah” Tidak

ada Ada Ada Ada Ada

4, Buku “Nilai Tukar

Petani”

Tidak

ada

Tidak

ada Ada Ada Tidak ada

Sumber : Bappeda Kab, Wonosobo, 2016

Tabel II. 77

Capaian Kinerja Urusan Statistik Berdasarkan

Indikator RPJMD 2011-2015

No

Indikator Kinerja

Pembangunan

Daerah

Capaian Kinerja

2011 2012 2013 2014 2015

1 Tersedianya data

statistik daerah ada ada ada Ada Ada

2 % validitas data 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber : Bappeda Kab, Wonosobo, 2016

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-120

n. Urusan Persandian

Urusan persandian adalah urusan pemerintahan konkuren yang

bersifat wajib bagi seluruh pemerintah daerah di tingkat provinsi, kabupaten,

dan kota, Dalam pengaturannya secara jelas diamanatkan bahwa instansi

pusat wajib melakukan pembinaan dan pengawasan teknis kepada

pemerintah provinsi, selanjutnya pemerintah provinsi melakukan pembinaan

dan pengawasan kepada kabupaten/kota di bawahnya, Selama ini di tingkat

pusat, Lembaga Sandi Negara sebagai instansi pemerintah yang bertugas di

bidang persandian secara aktif melakukan pembinaan persandian di lingkup

nasional baik untuk pemerintah pusat maupun pemerintah daerah

provinsi/kabupaten/kota.

Fungsi Persandian untuk pengamanan informasi merupakan

tantangan berat karena SDM Persandian yang ada saat ini belum

mempunyai kompetensi yang mencukupi untuk mengamankan informasi

berbasis IT, Adapun penjabaran fungsi persandian pada Pemerintah

Kabupaten Wonosobo diarahkan pada : tata kelola penjaminan keamanan

informasi berklasifikasi; pengelolaan sumber daya persandian; dukungan

layanan operasional persandian untuk keamanan informasi; dan pengawasan

penyelenggaraan persandian untuk keamanan informasi internal.

o. Urusan Perpustakaan

1) Jumlah Perpustakaan

Perpustakaan daerah mempunyai peran sangat strategis dalam

meningkatkan taraf hidup masyarakat, sebagai wahana belajar

sepanjang hayat mengembangkan potensi masyarakat agar menjadi

manusia yang beriman dan bertaqwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggungjawab dalam mendukung penyelenggaraan pendidikan

nasional, serta merupakan wahana pelestarian kekayaan budaya bangsa,

hal ini sesuai dengan apa yang telah diamanatkan oleh Undang-undang

Dasar 1945 yaitu sebagai wahana mencerdaskan kehidupan bangsa.

Jumlah perpustakaan Kabupaten di Wonosobo dalam kurun waktu

2011 hingga 2015 hanya satu, sedangkan perpustakaan desa mengalami

peningkatan, Tahun 2011 jumlah perpustakaan desa hanya 58,

sedangkan tahun 2015 meningkat menjadi 85, begitu juga dengan

perpustakaan sekolah yang meningkat 197 pada tahun 2011 menjadi

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-121

641 pada tahun 2015, Hal ini mengindikasikan semakin banyak sekolah

yang sadar akan pentingnya perpustakaan.

Tabel II. 78

Jumlah Perpustakaan di Kabupaten Wonosobo

No, Jenis / Tipe 2011 2012 2013 2014 2015

1 Perpustakaan Kabupaten 1 1 1 1 1

2 Perpustakaan Kecamatan 0 0 0 0 0

3 Perpustakaan Desa 58 62 67 58 85

4 Perpustakaan

Kelurahan/Instansi 12 13 14 14 9

5 Perpustakaan Sekolah 197 197 360 641 641

6 Perpustakaan Rumah

Ibadah 24 24 24 16 26

7 Perpustakaan Pribadi 1 1 2 2 2

8 Rumah Belajar 19 19 19 21 21

9 Taman Bacaan

Masyarakat 0 0 0 23 23

10 Perpustakaan Khusus - - - - -

Jumlah 312 317 487 796 796

Sumber : Kantor Arpusda Kab, Wonosobo, 2015

2) Jumlah Pengunjung Pepustakaan Per Tahun

Jumlah kunjungan ke perpustakaan selama 5 tahun di Kabupaten,

Jumlah pengunjung pada tahun 2011 mencapai 521,610, kemudian

menurun drastis pada tahun 2015 yang hanya 470,774, Hingga saat ini,

peran perpustakaan dirasa masih kurang dalam rangka menarik minat

baca masyarakat agar mau membaca diperpustakaan, Selain itu,

ketersediaan sarana prasarana yang kurang memadai dan letak

perpustakaan yang masih relatif jauh dengan tempat tinggal masyarakat

juga menjadi salah satu penyebab minimnya pengunjung perpustakaan,

Di sisi lain, makin mudahnya akses internet juga menjadi salah satu

penyebab makin minimnya pengunjung perpustakaan.

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-122

Koleksi buku yang tersedia di perpustakaan daerah Kabupaten

Wonosobo di tahun 2014 mencapai 0,45, Jika dibandingkan dengan tahun

2011, capaian ini mengalami penurunan, Koleksi buku yang tersedia di

perpustakaan daerah pada tahun 2011 mencapai 0,53. REVISI : Koleksi buku

yang tersedia merupakan jumlah koleksi judul buku yang tersedia dibagi

dengan jumlah buku yang tersedia. Dari tabel di bawah dapat kita lihat

bahwa pada tahun 2015 terjadi penurunan dalam jumlah judul buku yang

tersedia maupun dari jumlah buku yang tersedia dibanding pada tahun-

tahun sebelumnya.

Tabel II. 79

Capaian Kinerja Urusan Perpustakaan Kab, Wonosobo Tahun 2011-2014

No, IKK Berdasarkan

EKPPD

Capaian Kinerja

2011 2012 2013 2014 2015

1

Koleksi buku yang

tersedia di

perpustakaan daerah

34,564/66,

019

= 0,53

46,679/7

4,480

= 0,63

46,850/74,

980 = 0,62

47,774/72,9

13 = 0,65

30,932/68,

5,15

=0,45

2 Pengunjung

perpustakaan 521.610 434.875 481.137 470.774 255.842

Sumber : LPPD AMJ 2010-2015

: Evaluasi Capaian Tahun Ketiga (2013) RPJMD

p. Urusan Kearsipan

Dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan, arsip

merupakan rekaman kegiatan atau peristiwa dalam berbagai bentuk dan media

sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang dibuat

dan diterima oleh lembaga negara, pemerintahan daerah, lembaga pendidikan,

perusahaan, organisasi politik, organisasi kemasyarakatan, dan perseorangan

dalam pelaksanaan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Bagi pemerintah daerah, arsip merupakan rekaman informasi

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, bukti otentik, sumber

informasi, memori kolektif dan bahan pertangungjawaban, sehingga arsip

merupakan bagian yang terpenting dalam suatu organisasi pemerintah daerah,

Tertib arsip merupakan suatu keharusan bagi pemerintah daerah, Selain sebagai

referensi, bukti kegiatan, maupun pilar dalam proses administrasi, arsip juga

merupakan bukti akuntabilitas kinerja instansi kepada masyarakat baik dari sisi

keberhasilan atau kegagalan misi instansi dalam mencapai tujuan dan sasaran

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-123

yang telah ditetapkan. Capaian kinerja urusan kearsipan tahun 2011-2015 dapat

dilihat pada beberapa indikator sebagai berikut:

Tabel II. 80

Capaian kinerja Urusan Kearsipan

Berdasarkan IKK Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah

(EKPPD)

No, Indikator Kinerja

Kunci (IKK) 2011 2012 2013 2014 2015

1 Penerapan

Pengelolaan arsip

secara baku

92,59 %

75,47 %

75,47 %

83,03 %

82,50%

2 Kegiatan

peningkatan

kualitas SDM

pengelola

pengarsipan

80

52

30

6

-

Sumber: Kantor Arsip, Kab, Wonosobo, 2016

Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat bahwa persentase SKPD yang

telah menerapkan pengelolaan arsip secara baku mengalami penurunan dari

92,59 persen pada tahun 2011 menjadi 82,50 persen pada tahun 2015,

Tabel II.81

Capaian kinerja Urusan Kearsipan Tahun 2011-2015

No Indikator Kinerja

Pembangunan Daerah

Capaian Kinerja

2011 2012 2013 2014 2015

1 Jumlah SKPD yg

melaksanakan akuisisi

arsip

5

5

6

3

1

2 Tersedianya akses arsip/

dokumen elektronik

Ada (SIM

arsip aktif,

dan arsip in

aktif)

Ada (SIM arsip

aktif/ arsip in

aktif, dan arsip

satis

Ada

-

3 Jumlah tenaga kearsipan

yang memiliki sertifikat

kearsipan

5

5

5

5

5

4 Tersedianya kebijakan

pedoman kearsipan

Ada

1. Peraturan

Bupati No,

Ada

1. Peraturan

Bupati

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-124

No Indikator Kinerja

Pembangunan Daerah

Capaian Kinerja

2011 2012 2013 2014 2015

36 tahun

2012

tentang

Jadwal

Retensi

Arsip

Keuangan

No,26

tentang

Jadwal

Retensi

Arsip

Kepegawai

an

2. Peraturan

Bupati No,

30 Tahun

2013

tentang

Penyelengg

araan

Kearsipan

di

Wonosobo

Ada

Ada

5 Jumlah arsip yang

terseleksi

578 boks

(7,432

lembar arsip

tekstual, 16

buah arsip

peta, 612

arsip foto, 26

keping arsip

video, dan

442 buku)

548 boks

(7,432

lembar

arsip

tekstual, 16

buah arsip

peta, 612

arsip foto,

26 keping

arsip video)

2014

bungkus

2425

bungk

us

Sumber: Kantor Arsip Kab, Wonosobo, 2016

Tabel II. 82

Jumlah Layanan Peminjaman Arsip

No, Peminjam arsip Capaian kinerja/frekuensi

2011 2012 2013 2014 2015

1 Instansi Pemerintah 2 10 33 39 15

2 Masyarakat Umum - 4 5 - 4

3 Akademisi 5 5 14 4 6

Jumlah 7 19 52 42 25

Sumber: Kantor Arsip Kab, Wonosobo, 2016

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-125

q. Urusan Pariwisata

Kabupaten Wonosobo merupakan salah satu destinasi wisata

unggulan Provinsi Jawa Tengah bahkan Nasional, Perkembangan pariwisata

Kabupaten Wonosobo ditopang oleh kondisi geografis dan budaya seperti:

wisata alam, sejarah, budaya, heritage, kuliner dan lainnya, Kabupaten

Wonosobo saat ini didominasi oleh kegiatan wisata alam, khususnya wisata

Dieng.

Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB dari tahun 2011 hingga

2015 cenderung meningkan, meskipun peningkatannya tidak signifikan,

Tahun 2011 kontribusi sektor pariwisata hanya 1,08%, meningkat drastis

pada tahun 2015 sebesar 7,62% yang berasal dari sub sektor hotel, restoran

dan jasa hiburan/rekreasi.

Jumlah kunjungan wisatawan nusantara ke Kabupaten Wonosobo

selama periode 2011-2015 meningkat tajam, Lonjakan terbesar ada di tahun

2015, Pada tahun 2014 jumlah wisatawan nusantara yang tercatat sebanyak

593,665 wisatawan, di tahun 2015 meningkat menjadi 864,735 atau

mengalami pertumbuhan sebesar 45,66%, Akan tetapi wisatawan manca

negara justru mengalami penurunan drastis sejak tahun 2013 di mana pada

tahun 2012 tercatat 19,089 wisatawan mancanegara yang berkunjung di

Wonosobo dan pada tahun 2013 menurun menjadi 10,335 tahun 2014

menurun lagi menjadi 7,294 dan menurun lagi di tahun 2015 menjadi 5,056,

Atau dalam tiga tahun terakhir rata-rata menurun 35,32%, Hal ini harus

menjadi perhatian bagi pemerintah, Salah satu caranya dengan

meningkatkan fasilitas pariwisata, seperti jalan, penginapan dan sebagainya,

Objek wisata juga seharusnya diperhatikan, karena sebagian wisata di

Wonosobo merupakan objek wisata alam, maka perawatan objek harus

bersifat holistik, dengan mempertimbangkan kelestarian alam melalui

intervensi fisik dan juga mempertimbangkan sosial masyarakat.

Kendati Kabupaten Wonosobo sudah menjadi destinasi wisata

unggulan, namun terdapat beberapa permasalahan yang dirasakan

mengganggu bagi wisatawan sehingga mengurangi kepuasan kunjungan di

Kabupaten Wonosobo, diantaranya kualitas jalan yang berlubang, fasilitas di

objek wisata seperti toilet, kualitas objek wisata yang menurun, seperti Objek

Wisata Tlaga Warna, dan transportasi antara objek wisata.

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-126

Tabel II. 83

Capaian Urusan Pariwisata Kab, Wonosobo Tahun 2010-2015

INDIKATOR CAPAIAN

2011 2012 2013 2014 2015

Kontribusi terhadap PDRB 1,08 1,24 1,26 1,26 7,62

Wisatawan Manca Negara

(orang) 17.632 19.089 10.335 7.294 5.056

Wisatawan Nusantara

(kunjungan)

272.542

393.638

473.093

593.665

864.735

PAD (Juta Rupiah) 670,5 1.542,27 1.769,83 2.092,97 3.056,70

Sumber : LPPD AMJ 2010-2015, LKPJ 2015

Tabel II. 84

Jenis, Kelas dan Jumlah Hotel/Penginapan

Hotel 2010 2011 2012 2013 2014

Bintang Lima 0 0 0 0 0

Bintang Empat 1 1 1 1 1

Bintang Tiga 1 1 1 1 1

Bintang Dua 0 0 1 0 1

Bintas Satu 0 0 1 0 0

Non Bintang 30 16 15 16 16

Sumber: BPS, 2015

Jumlah hotel di Kabupaten Wonosobo terus mengalami penurunan,

Hal ini dikarenakan menurunnya hotel berbintang karena kurangnya

pengunjung hotel, selain itu meningkatnya jumlah homestay sekitar objek

wisata Dieng juga menjadi faktor turunnya jumlah hotel non bintang, Pada

tahun 2011 jumlah hotel sekitar 32, dengan hotel berbintang empat dan

tiga, Namun tahun 2014 menurun drastis menjadi 18, dan tidak ada hotel

berbintang empat.

r. Urusan Industri

Perkembangan kontribusi sektor industri Kabupaten Wonosobo

cenderung berfluktuasi selama periode 2011-2015, Pada tahun 2011 sektor

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-127

industri bisa memberikan kontribusi sebesar 16,66% terhadap perekonomian

Kabupaten Wonosobo, di tahun 2012 meningkat menjadi 16,82 tetapi di

tahun 2013 mengalami penurunan menjadi 16,41%, Tahun 2014 meningkat

menjadi 16,70% dan menurun di tahun 2015 menjadi 16,64%.

Semakin tingginya tingkat persaingan di sektor industri pengolahan,

baik secara nasional ataupun global, juga mempengaruhi kinerja industri

pengolahan lokal Kabupaten Wonosobo, khususnya yang berorientasi

ekspor, Adanya penandatanganan kesepakatan Perdagangan Bebas ASEAN

China Free Trade Area (ACFTA) juga memberikan tekanan pada tingkat daya

saing industri lokal, Makin meningkatnya serbuan produk-produk yang

berasal dari China seperti tekstil, mainan, elektronik, dan lain-lain

memberikan tekanan yang cukup signifikan atas kinerja industri pengolahan

Kabupaten Wonosobo.

Perkembangan industri yang positif ditunjukan oleh perkembangan

industri makanan dan minuman, Tahun 2011, jumlah industri makanan

sebesar 13,120 unit meningkat pada tahun 2015 menjadi 13,934 unit, Salah

satu industri olahan makanan dan minuman yang mengalami peningkatan

adalah minuman olahan buah carica, yang merupakan salah satu komoditas

buah-buahan yang tidak mudah ditemukan di daerah lain, namun tumbuh

subur di Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Wonosobo, Pengolahan carica

menjadi makanan khas unggulan daerah Wonosobo yang banyak diincar

oleh wisatawan atau sebagai buah tangan masyarakat Wonosobo yang

mengunjungi rekan di luar kota, Dengan dukungan sumber daya manusia

dan kondisi alam Kabupaten Wonosobo, ke depan industri ini diprediksi

akan semakin berkembang, Kabupaten Wonosobo memiliki potensi yang

sangat besar untuk menjadi kota wisata.

Capaian kinerja pertumbuhan industri di Kabupaten Wonosobo

cenderung mengalami fluktuasi, Pada tahun 2011 pertumbuhan industri

mencapai 4,99% kemudian meningkat menjadi 5% pada tahun 2012, Tahun

2013 pertumbuhan industri justru mengalami penurunan drastis menjadi

2,71% yang disebabkan oleh jumlah industri yang muncul lebih sedikit, dan

kembali meningkat pada tahun 2014 menjadi 4,99% dan meningkat kembali

di tahun 2015 menjadi 5,35%, Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-128

Tabel II. 85

Capaian Indikator Urusan Perindustrian

Kab, Wonosobo Tahun 2011-2014

Indikator 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Kontribusi Sektor

Industri Terhadap PDRB

(%)

12,3

10,37

10,56

16,39

16,32

Pertumbuhan Industri

(%) 4,93 4,99 5 2,71 4,99 5,35

Sumber : LPPD AMJ 2010-2015

s. Urusan Perdagangan

Nilai ekspor bersih perdagangan di Kabupaten Wonosobo pada tahun

2015 mencapai $50,123,595, Nilai ini mengalami penurunan bila

dibandingkan dengan tahun 2014, Penurunan ekspor ini terjadi karena

barang-barang ekspor Wonosobo kurang bersaing dengan barang-barang

sejenis dari negara lain.

Sektor perdagangan (perdagangan, hotel dan restoran) mempunyai

kontribusi cukup signifikan terhadap perolehan nilai PDRB Kabupaten

Wonosobo terbukti sektor ini berkontribusi nomor tiga paling besar setelah

sektor pertanian dan industri pengolahan, Dalam kurun waktu 2011 hingga

2015 kontribusi sektor perdagangan terhadap capaian PDRB Kabupaten

Wonosobo cenderung mengalami penurunan di mana pada tahun 2011

sebesar 17,82% dan menurun di tahun 2015 menjadi 16,10%.

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-129

Tabel II. 86

Capaian Indikator Urusan Perdagangan

Kab, Wonosobo Tahun 2011-2015

No Indikator Kinerja Berdasarkan

EKPPD

Capaian Kinerja

2011 2012 2013 2014** 2015**

1 Kontribusi Sektor

Perdagangan terhadap

PDRB, (Jumlah Kontribusi

PDRB dari sektor

perdagangan) / (Jumlah total

PDRB)x100%

12,02%

11,35%

11,64%

17,98%

17,73%

2 Ekspor Bersih Perdagangan,

Nilai ekspor bersih = nilai

ekspor – nilai impor

$34,78

9,779,0

0

$40,43

0,534,0

0

$41,896,

616,50

$56,063,1

46,47

$50,123,

595

Sumber : LPPD AMJ 2010-2015

: Evaluasi Capaian Tahun Ketiga (2013) RPJMD

1) Transmigran Swakarsa

Tabel II. 87

Jumlah Calon Transmigran yang Ditempatkan

Tahun Jumlah Calon (KK) Transmigran yang ditempatkan

2010 46

2011 14

2012 25

2013 18

2014 5

2015 5

Sumber : LPPD AMJ 2010-2015

Jumlah calon (KK) transmigran yang ditempatkan dari tahun 2010

hingga 2014 cenderung menurun, Tahun 2010 calon transmigran sudah

mencapai 56 kk, Jumlah calon transmigran pada tahun 2011 menurun

menjadi 14 keluarga, kemudian meningkat pada tahun 2012 sebanyak 25 kk,

kembali menurun pada tahun 2013 dan terus menurun pada tahun 2015

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-130

yang hanya lima kk, walaupun sebenarnya jumlah peminat yang mendaftar

sejumlah 60 KK, Oleh karena itu untuk memberikan gambaran yang obyektif

dalam menilai kinerja urusan Ketransmigrasian harus dikaitkan dengan

tujuan pembangunan transmigarsi itu sendiri yaitu untuk menanggulangi

kemiskinan, akses penduduk untuk memperoleh tempat tinggal yang layak

serta fasilitasi dalam mobilitas penduduk.

D. Aspek Daya Saing Daerah

1. Kemampuan Ekonomi Daerah

a. Angka Konsumsi RT per Kapita

Rata-rata pengeluaran penduduk per kapita sebulan di Kabupaten

Wonosobo pada tahun 2011 sampai 2014 menunjukkan trend yang semakin

meningkat di mana pada tahun 2011 sebesar Rp, 473,437,- meningkat sampai

tahun 2014 menjadi sebesar Rp, 682,016,-, Pengeluaran penduduk ini

digunakan untuk memenuhi kebutuhan makanan dan non makanan, Di mana

pengeluaran untuk kebutuhan makanan cenderung lebih besar daripada

pengeluaran untuk kebutuhan non makanan.

Tabel II. 88

Rata-rata Pengeluaran Per Kapita Penduduk dan

Persentase Makanan/Non Makanan Kabupaten Wonosobo

Tahun 2011-2014

Tahun

Rata-rata pengeluaran Per

Kapita Sebulan (Rp)

Persentase

Makanan Non Makanan

2011 473,537 53,18 46,82

2012 552,525 49,57 50,43

2013 607,431 50,67 49,33

2014 682,016 50,74 49,26

Sumber : BPS 2015

Pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita per tahun selalu

meningkat, berdasarkan harga konstan tahun 2010 maka peningkatan

konsumsi rumah tangga mulai tahun 2012 hingga 2014 berturut-turut yaitu

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-131

sejumlah Rp, 7,666,642,00 pada tahun 2012, Rp, 7,903,436,16 pada tahun

2013 dan Rp, 8,099,968,54 pada tahun 2014,

Regulasi Ketahanan Pangan

Tabel II. 89

Capaian Indikator Ketahanan Pangan Kab Wonosobo

Tahun 2010-2015

No Indikator Kinerja Berdasarkan

EKPPD

Capaian Kinerja

2011 2012 2013 2014 2015

1 Ketersediaan Bahan Pangan

Utama, 124,15 120,91 112,47 172,63 178,23

2 Produktivitas Padi atau bahan

pangan utama lainnya per hektar 5,50 5,43 5,20 5,10 5,49

Sumber : LPPD AMJ 2010-2015, LKPJ 2015

Ketersediaan pangan berfungsi menjamin pasokan untuk memenuhi

kebutuhan seluruh penduduk dari segi kuantitas, kualitas, keragaman dan

keamanannya, dan merupakan prasyarat penting bagi keberlanjutan konsumsi

tingkat daerah serta rumah tangga, Sumber ketersediaan pangan berasal dari

produksi dalam negeri, pemasokan pangan dan pengelolaan cadangan

pangan, Dalam kerangka ketersediaan, secara umum Kabupaten Wonosobo

merupakan daerah yang berbasis pertanian yang mempunyai kemampuan

produksi yang mampu memenuhi kebutuhan pangan masyarakatnya.

Apabila kita melihat capaian kinerja, bahwa ketersediaan bahan

pangan utama pada tahun 2011 sampai tahun 2013 menunjukkan nilai yang

cenderung menurun tetapi di tahun 2014 dan 2015 ada peningkatan yang

cukup tajam, Pada tahun 2011 sebesar 124,15 dan menurun sampai tahun

2013 dengan nilai 112,47 atau menurun 9,4%, Sedangkan untuk tahun 2014

ketersediaan bahan pangan meningkat cukup besar yaitu menjadi 172,63 dan

di tahun 2015 meningkat lagi menjadi 178,23, Kondisi ketersediaan bahan

pangan utama tidak dapat lepas dari produksi padi atau bahan pangan utama

lainnya di mana pada tahun 2011 produksi padi sebesar 5,50 mengalami

penurunan sampai tahun 2014 sebesar 5,10 dan meningkat di tahun 2015

menjadi 5,49. Meskipun ketersediaan bahan pangan utama dan produktivitas

padi di tahun 2015 mengalami peningkatan, tetapi kondisi ini tetap harus

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-132

diwaspadai karena sampai saat ini kebutuhan akan bahan pangan utama

terutama beras masih sangat tinggi dibandingkan komoditas lainnya, dan

kondisi kebutuhan ini akan semakin meningkat seiiring peningkatan jumlah

penduduk yang terus bertambah, Di sisi lain Kabupaten Wonosobo

dihadapkan pada kenyataan bahwa kualitas lahan dan air semakin menurun

serta adanya kecenderungan alih fungsi lahan pertanian dari tahun ke tahun

yang semakin meningkat, Hal ini tentunya merupakan ancaman bagi

ketahanan pangan Kabupaten Wonosobo, Untuk itu upaya yang dilakukan

adalah di samping melakukan intensifikasi pertanian juga harus

mempertahankan agar luas lahan pertanian tidak semakin menurun serta

tidak ada alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian melalui

pencanangan lahan pertanian pangan berkelanjutan (LP2B).

Berdasarkan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kabupaten

Wonosobo tahun 2011-2031 bahwa arahan pemanfaatan pola ruang untuk

LP2B sebesar 16.358 Ha, Sedangkan berdasarkan identifikasi yang

dilaksanakan pada tahun 2014 lahan sawah yang diusulkan menjadi LP2B di

Kabupaten Wonosobo sebesar 13.980,96 Ha, Nilai tersebut telah memenuhi

kebutuhan yang disyaratkan yaitu sebesar 16.358 Ha.

Selanjutnya dalam rangka mencapai dan mewujudkan ketahanan

pangan dan kelestarian sumber daya alam di Kabupaten Wonosobo dapat

dilihat dari capaian SPM Ketahanan Pangan sebagaimana tertera di Tabel

II.90.

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-133

Tabel II. 90

Capaian Standar Pelayanan Minimal Ketahanan Pangan Kab Wonosobo

Tahun 2011-2015

No,

Indikator Target

2015

Capaian

2011 2012 2013 2014 2015

1 Ketersediaan Energi dan

Protein Per kapita

90,00 82,88 91,06 88,19 86,00 91,50

2 Penguatan Cadangan

Pangan

60,00 52,44 53,05 52,08 55,00 56,00

3 Ketersediaan Informasi

Pasokan, Harga dan Akses

Pangan di Daerah

90,00 81,17 82,00 85,30 87,43 85,00

4 Stabilitas Harga dan

Pasokan Pangan

90,00 80,00 84,00 86,00 88,00 86,00

5 Skor Pola Pangan Harapan

(PPH)

90,00 84,14 82,00 87,10 90,10 86,60

6 Pengawasan dan

Pembinaan Keamanan

Pangan

80,00 83,33 80,00 80,76 81,04 75,00

7 Penanganan Daerah Rawan

Pangan

60,00 49,00 50,00 52,00 55,00 53,00

Sumber : Kantor Ketahanan Pangan, 2015,

Pencapaian standar pelayanan minimal ketersediaan pangan

dioperasionalkan melalui dua indikator yaitu: 1) Ketersediaan energi dan

protein per kapita, 2) Penguatan cadangan pangan, Capaian kinerja kedua

indikator tersebut dalam lima tahun terakhir menunjukkan adanya

peningkatan, Capaian ketersediaan energi dan protein per kapita pada tahun

2011 sebesar 82,88 meningkat di tahun 2015 menjadi 91,50 dan sudah

melebihi target SPM 2015, Demikian pula untuk indikator penguatan

cadangan pangan pada tahun 2011 sebesar 52,44 meningkat pada tahun

2015 menjadi 56,00. Tetapi indikator ini masih berada di bawah target SPM

2015 sebesar 60,00, Untuk mencapai target SPM masih diperlukan kegiatan-

kegiatan yang mendukung penguatan cadangan pangan melalui kegiatan

peningkatan ketahanan pangan.

Pencapaian standar pelayanan minimal distribusi pangan dan akses

pangan, dioperasionalkan melalui dua indikator yaitu : 1) Ketersediaan

informasi pasokan, harga dan akses pangan, berupa penyediaan data dan

informasi mencakup komoditas gabah/beras, jagung, kedele, daging sapi,

daging ayam, telur, minyak goreng, gula pasir, cabe merah dan komoditas

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-134

lainnya yang disajikan dalam periode mingguan/bulanan/kuartalan/tahunan,

Untuk Kabupaten Wonosobo kondisinya di tahun 2011 mencapai 81,17 dan di

tahun 2015 sudah mencapai 85,00%, 2) Stabilisasi harga dan pasokan pangan,

kondisi tahun 2010 sebesar 80,00 dan meningkat tahun 2015 menjadi 86,00,

Untuk capaian indicator distribusi pangan di Kabupaten Wonosobo masih

keduanya masih di bawah target SPM sehingga perlu dibenahi supaya lebih

efektif dan efisien agar seluruh rumah tangga dapat memperoleh pangan

dalam jumlah dan kualitas yang cukup sepanjang waktu dengan harga yang

terjangkau, Untuk menjamin agar seluruh rumah tangga dapat memperoleh

pangan yang cukup dalam jumlah maupun kualitas secara berkelanjutan

sangat sulit diwujudkan, Hal ini terjadi karena masih ada sebagian masyarakat

yang tidak mampu mengakses pangan yang cukup, di mana penyebab

utamanya adalah kemiskinan, Sebagian besar penduduk miskin tersebut

adalah petani diperdesaan yang bekerja pada usaha tanaman pangan

khususnya padi dan jagung dengan skala usaha kecil bahkan buruh tani.

Pencapaian standar pelayanan minimal konsumsi pangan,

dioperasionalkan melalui dua indikator yaitu : 1) Skor Pola Pangan Harapan

(PPH), dan 2) Pengawasan dan Pembinaan Keamanan Pangan, berupa

informasi keamanan pangan, koordinasi/pengawasan/ monitoring pangan,

pengawasan mutu dan keamanan produk pangan, Di mana kondisinya untuk

skor PPH pada tahun 2011 sebesar 84,14 meningkat di tahun 2015 menjadi

86,60, Sedangkan apabila dibandingkan dengan capaian tahun 2014 yaitu

sebesar 90,10 capaian tahun 2015 mengalami penurunan, dan nilai ini juga

masih di bawah target SPM, Penurunan capaian tahun 2015 ini terjadi karena

mulai tahun 2016 penghitungan score PPH menggunakan aplikasi software

terbaru berdasarkan pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 75 Tahun 2013 pasal 4 bahwa rata-rata kecukupan energy dan protein

bagi penduduk Indonesia masing-masing sebesar 2,150 kkal/kap/hari dan 57

gr/kap/hr (semula proporsi energy sebesar 2,200 kkal/kap/hr) sehingga ada

penurunan proporsi energy sebesar 50 kkal/kap/hr, Untuk itu pemerintah

pusat/provinsi/kabutaten/kota perlu melakukan rasionalisasi target dan

capaian PPH, Sedangkan untuk pengawasan dan pembinaan keamanan

mengalami penurunan menjadi 75,00, capaian ini masih jauh di bawah target

SPM yaitu sebesar 80,00.

Keadaan rawan pangan merupakan bagian akhir dari rentetan tiga sub

sistem yang terjadi melalui proses perubahan situasi, Rawan pangan adalah

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-135

keadaan situasi daerah dimana banyak penduduk mengalami kekurangan

pangan, Dampak buruk akibat kerawanan pangan terlihat pada penurunan

status gizi masyarakat dan status kesehatan masyarakat, sedangkan dampak

buruk langsung dari terganggunya ketersediaan pangan serta berkurangnya

daya beli masyarakat dapat menimbulkan kemiskinan struktural sehingga

dengan usaha apapun pendapatannya tidak mencukupi kebutuhan

keluargannya, Kondisi yang terpuruk kerawanan pangan dapat menjurus

kepada adanya bencana kelaparan, Indikator pencapaian SPM dari kondisi

rawan pangan ini adalah penanganan daerah rawan pangan, Di mana pada

tahun 2011 mencapai 49,00 dan meningkat di tahun 2015 menjadi 53,00,

Kondisi ini masih di bawah target SPM sebesar 60,00 sehingga masih perlu

adanya kegiatan-kegiatan dalam rangka mengatasi kerawana pangan,, Untuk

mengatasi kondisi rawan pangan tersebut perlu kegiatan-kegiatan yang

terkait Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG), Ketahanan dan

Kerentanan Pangan, pengembangan desa mandiri pangan serta

penyediaan/optimalisasi lumbung pangan.

Produksi tanaman pangan khususnya padi dan jagung pada tahun

2015 mengalami peningkatan sebesar 5,41% untuk padi dan 3,80% untuk

tanaman jagung, Kenaikan produksi pada tanaman padi dan jagung ini

menunjukkan intensifikasi pertanian berjalan dengan baik, Hal ini merupakan

hasil dari kerja keras semua pihak dalam pembangunan pertanian, Kita

berharap tren positif ini akan terus berlanjut pada tahun-tahun mendatang

karena tantangan ke depan akan lebih berat dan komplek.

Produksi daging dalam lima tahun terakhir menunjukkan peningkatan,

Pada tahun 2011 sebesar 6,441 ton meningkat dari tahun ke tahun dan pada

tahun 2015 menjadi 9,849 ton, Meskipun produksi daging semakin meningkat

tetap perlu diwaspadai karena kebutuhan akan daging juga meningkat dan

untuk kebutuhan daging ini belum bisa dipenuhi dari produksi daging local

sehingga masih perlu mendatangkan dari luar daerah.

Sementara pembangunan perikanan budidaya telah menunjukkan

peningkatan yang signifikan, dengan meningkatnya volume produksi

perikanan budidaya dari 5,830,24 kg pada tahun 2011 menjadi 53,033,24 kg

pada tahun 2015 atau mengalami kenaikan rata-rata tiap tahun sebesar

15,62%, Konsumsi ikan juga mengalami kenaikan dari 12,86 (2011) menjadi

13,25 (2014) atau mengalami peningkatan sebesar 3,03 %. Peningkatan

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-136

produksi ikan ini berperan dalam mendukung tingkat konsumsi ikan di

Kabupaten Wonosobo yang pada tahun 2014 sebesar 101,92% dan

mengalami peningkata di tahun 2015 menjadi 102,38%, Hal ini menunjukan

bahwa tingkat kesadaran masyarakat Kabupaten Wonosobo dalam

memperoleh asupan protein hewani melalui produk perikanan semakin

meningkat.

Tabel II. 91

Produktivitas Padi Atau Bahan Pangan Utama Lainnya Per Hektar

No,

Indikator Kinerja

Berdasarkan EKPPD

Capaian Kinerja

2011 2012 2013 2014 2015

1 Produktivitas padi atau

bahan pangan utama

5,50

5,43

5,28

5,10 5,49

2 Kontribusisektor

pertanian terhadap

PDRB

34,92%

34,33%

34,62%

33,61%

33,58%

Sumber : LPPD AMJ 2010-2015, LKPJ 2015

Capaian kinerja urusan pertanian dapat dilihat dari produktivitas padi

atau bahan pangan utama, dimana dari tahun ke tahun selama 2011-2014,

Penurunan produktivitas ini terjadi karena menurunnya produksi, adanya

curah hujan yang lebih rendah menyebabkan pengisian malai kurang optimal

sehingga gabah kurang bernas/berisi serta adanya penurunan produktivitas

jagung, produktivitasnya semakin menurun, Akan tetapi di tahun 2015

produktivitas padi mengalami peningkatan mencapai 5,49, Peningkatan ini

terjadi adanya upaya intensifikasi pertanian dalam rangka meningkatkan

swasembada pangan dalam rangka mencapai target swasembada pangan

melalui rehabilitasi jaringan irigasi tersier (RIJT), percepatan optimalisasi lahan

(POL) dan gerakan penerapan pengelolaan tanaman terpadu (GPTT), Yang

dilaksanakan dengan cara menerapkan teknologi penanaman menggunakan

model pengelolaan tanaman terpadu yaitu memilih bibit unggul, pupuk yang

sesuai serta pengairan secara proporsional dan menerapkan metode jajar

legowo ketika menanam padi sehingga diharapkan produksi padi akan

meningkat hingga 0,3 ton per hektar lahan.

Terkait upaya perlindungan dalam lahan pertanian, Kabupaten

Wonosobo mendapatkah alokasi luas lahan pertanian berkelanjutan sebesar

16,458 hektar.

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-137

Berdasarkan data dari neraca penggunaan tanah dari Kantor

pertanahan/BPN Kab, Wonosobo alih fungsi lahan pertanian khususnya sawah

menjadi penggunaan lain mencapai 16,2 hektar selama kurun waktu 2011-

2015.

Selanjutnya, apabila dilihat dari kontribusi sektor pertanian terhadap

PDRB juga semakin menurun dari tahun ke tahun, Sektor pertanian

merupakan kontribusi terbesar dari delapan sektor lainnya, Kontribusi

terbesar berasal dari sub sektor tanaman bahan makanan diikuti peternakan,

kehutanan, tanaman perkebunan dan perikanan, Untuk meningkatkan

kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB dapat dilakukan melalui

peningkatan produksi pertanian, Selain itu, kemampuan pengusahaan dan

pengelolaan serta penerapan teknologi yang tepat pada usaha-usaha

pertanian perlu dilanjutkan dan ditingkatkan.

2. Fasilitas Wilayah / Infrastruktur

Kondisi infrastruktur di wilayah kabupaten Wonosobo dapat dilihat dari indikator

terkait jalan, air minum, listrik dan irigasi yang tercantum pada tabel di bawah ini.

Tabel II. 92

Capaian Kondisi Fasilitas Wilayah

No,

Indikator Kinerja Capaian Kinerja

2011 2012 2013 2014 2015

1 Persentase penduduk yang

mendapatkan akses air

minum yang aman

64,23%

76,5%

80,45%

83,58%

85,34%

2 Persentase panjang jalan

kabupaten dalam kondisi

baik dan sedang

65,88%

66,47%

66,33%

60,22%

63,64%

3 Persentase tersedianya air

irigasi untuk pertanian

rakyat pada sistem irigasi

kewenangan kabupaten

62,39%

68,21%

67,97%

69,41%

67,27%

4 Persentase berkurangnya

luasan permukiman kumuh

di kawasan perkotaan

0%

0%

0%

0%

0,071%

5 Persentase penduduk

berakses sanitasi 22,60% 24,75% 30,47% 45,65% 48,40%

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-138

No,

Indikator Kinerja Capaian Kinerja

2011 2012 2013 2014 2015

6 % dusun berlistrik 94,76 94,83 99,80 100 100

7 % rumah tangga yg

terlektrifikasi 53,50 55,30 99,16 99,16 99,32

8 Rasio penyediaan daya

listrik terhadap kebutuhan 109 109 109 109 109

Sumber : LPPD AMJ 2010-2015

Dusun yang berlistrik di Kabupaten Wonosobo sudah mencapai 100%

dari total 1,393 dusun pada tahun 2015, Dari tahun 2010 hingga 2014,

pesentase dusun yang berlistrik terus meningkat dari 88% menjadi 100%,

Sedangkan untuk rumah tangga yang terelektrifikasi dari tahun 2010 hingga

2014 mengalami peningkatan hingga mencapi 99,32% pada tahun 2015,

Rasio penyediaan daya listrik terhadap kebutuhan di Kabupaten Wonosobo

stabil pada tahun 2011 hingga 2015 dengan nilai 109, dengan nilai 62,5.

3. Iklim Berinvestasi

a. Kenaikan / Penurunan Nilai Realisasi PMDN

Tabel II. 93

Kenaikan / Penurunan Nilai Realisasi PMDN

No,

Indikator Kinerja Kunci (IKK) Capaian Kinerja

2011 2012 2013 2014

1, Kenaikan/ penurunan nilai realisasi

PMDN

-0,81%

-23,23%

-15,04%

15,29%

Sumber : LPPD AMJ 2010-2015 : Evaluasi Capaian Tahun Ketiga (2013) RPJMD

Dilihat dari kenaikan/penurunan nilai realisasi PMDN dari tahun 2011

sampai dengan 2014 tampak menurun nilai realisasi PMDN pada tahun 2011,

2012 dan 2013, Hal ini terjadi karena pengusaha dalam negeri mengetahui

kondisi riil, resiko bisnis dan suku bunga yang lebih tinggi dari asing

sedangkan bisnis yang digeluti tidak spesifik sehingga untuk prospek jangka

panjang kurang bagus, Apabila dilihat dari kurangnya minat pengusaha luar

dimungkinkan karena mereka tidak mempunyai lahan atau tempat usaha di

Wonosobo, sedangkan harga tanah di Wonosobo yang relatif tinggi sehingga

tidak menguntungkan secara bisnis, sementara apabila melalui sewa lahan

pemerintah, luas lahan kurang memenuhi syarat, Pada tahun 2014, nilai

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-139

realisasi PMDN mengalami kenaikan dibanding tahun 2013, Hal ini

menunjukkan bahwa masyarakat semakin berminat untuk membuka bisnis

baru dan sudah mulai melihat prospek dan peluang pasar yang lebih baik, Hal

ini didukung pula dengan kemudahan dalam proses pengurusan ijin usaha

yang telah menerapkan Sistem Pelayanan Informasi dan Perijinan Investasi

Secara Elektronik (SPIPISE), Peningkatan dan penurunan realisasi investasi

secara umum dipengaruhi oleh: (1) faktor internal : regulasi, infrastruktur

(ketersediaan kawasan industri, sarana dan prasarana), bahan baku, upah

buruh, kemudahan perizinan/pelayanan investasi dan promosi investasi,

kualifikasi/kompetensi SDM/tenaga kerja; 2) faktor eksternal : suku bunga

kredit investasi, tingkat money policy, nilai tukar, inflasi, stabilitas polhukkam,

peluang pasar/usaha, kebijakan nasional dan perekonomian global.

b. Urusan Perencanaan

Pelaksanaan perencanaan pembangunan nasional sebagaimana

dimaksud dalam undang undang No, 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional bahwasanya dalam sistem perencanaan

pembangunan nasional dan daerah mengamanatkan adanya partisipasi dan

keterlibatan masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan, selain itu

mengemban juga dua misi utama di dalamnya, Pertama, terciptanya

penyelenggaraan pembangunan di tingkat daerah yang partisipatif, Kedua,

Pemerataan pembangunan di seluruh daerah dengan mengoptimalkan

kemampuan, prakarsa, kreativitas, inisiasi dan partisipasi masyarakat, serta

kemampuan untuk mengurangi dominasi pemerintah dalam melaksanakan

pembangunan dengan prinsip-prinsip good governance.

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-140

Tabel II. 94

Capaian kinerja Urusan Perencanaan Pembangunan Tahun 2011-2015

Berdasarkan Indikator Kinerja Kunci (IKK) Penyelenggaraan Pemerintahan

Daerah

No,

Indikator Kinerja Capaian Kinerja

2011 2012 2013 2014 2015

1 Tersedianya

dokumen

perencanaan

RPJPD yg telah

ditetapkan dgn

PERDA

Perda RPJP

ada

Perda

nomor 1

Tahun

2010

tentang

RPJP 2005-

2025

ada

Perda

nomor 1

Tahun

2010

tentang

RPJP 2005-

2025

Ada

Perda

nomor 1

Tahun

2010

tentang

RPJP 2005-

2025

Ada

Perda

nomor 1

Tahun

2010

tentang

RPJP 2005-

2025

Ada

Perda nomor

1 Tahun 2010

tentang RPJP

2005-2025

2 Tersedianya

Dokumen

Perencanaan :

RPJMD yg telah

ditetapkan dgn

PERDA/PERKADA

ada

Perda no, 1

Tahun

2011

tentang

RPJMD

Kab

Wonosobo

Tahun

2011-2015

Ada

Perda no, 1

Tahun

2011

tentang

RPJMD

Kab

Wonosobo

Tahun

2011-2015

Ada

Perda no, 1

Tahun

2011

tentang

RPJMD

Kab

Wonosobo

Tahun

2011-2015

Ada

Perda no, 1

Tahun

2011

tentang

RPJMD

Kab

Wonosobo

Tahun

2011-2015

Ada

Perda no, 1

Tahun 2011

tentang

RPJMD Kab

Wonosobo

Tahun 2011-

2015

3 % Ketepatan

waktu tahapan

Musrenbang RKPD

100% 100% 100% 100% 100%

4 % kesesuaian

program RKPD

dengan APBD

85,12% 85,12% 83,69% 1060/1667

x100%=

63,59

81,29%

5 Tersedianya

Dokumen

Perencanaan :

RKPD yg telah

ditetapkan dgn

PERDA

ada

Perbup no,

19 tahun

2011

tentang

Rencana

Kerja

Pemerinta

han

Daerah

Kab,

Wonosobo

Ada

Perbup no,

19 tahun

2011

tentang

Rencana

Kerja

Pemerinta

han

Daerah

Kab,

Wonosobo

Ada

Perbup No,

12 tahun

2012

tentang

Rencana

Kerja

Pemerinta

han

Daerah

Kab,

Wonosobo

Ada

Perbup

No,20

tahun 2014

tentang

Rencana

Kerja

Pemerinta

han

Daerah

Kab,

Wonosobo

Ada

Perbup No,51

tahun 2015

tentang

Rencana Kerja

Pemerintahan

Daerah Kab,

Wonosobo

Tahun 2016

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-141

No,

Indikator Kinerja Capaian Kinerja

2011 2012 2013 2014 2015

Tahun

2012

Tahun

2012

Tahun

2013

Tahun

2015

6 Persentase

ketersediaan data

profil daerah

1 00% 1 00% 100% 1 00% 100%

7 Persentase

ketersediaan

dokumen evaluasi

pembangunan

100% 100% 100% 100% 100%

8 Penjabaran

Program RPJMD

ke dalam RKPD

(Jumlah program

RKPD tahun

berkenaan) /

(Jumlah program

RPJMD yang harus

dilaksanakan

tahun berkenaan)

x 100 %

121

---- x100

158

= 76,58%

131

---- x100

158

= 82,91%

128

---- x100

181

= 68,50%

142

---- x100

181

= 78,45%

150

---- x100

181

= 82,87%

Sumber: Buku LKPJ 2011-2014, Bappeda, 2015 (diolah)

c. Urusan Keuangan

Di era reformasi pengelolaan keuangan daerah sudah mengalami

berbagai perubahan regulasi dari waktu ke waktu, Perubahan tersebut

merupakan rangkaian bagaimana suatu Pemerintah Daerah dapat

menciptakan good governance dan clean goverment dengan melakukan tata

kelola pemerintahan dengan baik, Pengelolaan Keuangan Daerah adalah

keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,

penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan

daerah, Pengelolaan keuangan daerah harus dikelola secara tertib, taat pada

peraturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan, dan

bertanggung jawab dengan memperhatikan azas keadilan, kepatutan, dan

manfaat untuk masyarakat.

Pengelolaan keuangan daerah yang transparan dan akuntabel

diimplementasikan melalui Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIMDA) yang

mendasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-142

Standar Akuntansi Pemerintahan, Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang

Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa

kali terakhir dengan Permendagri Nomor 21 Tahun 2011.

Tabel II. 95

Capaian kinerja Urusan Keuangan Pembangunan

Tahun 2011-2015

No Indikator

Kinerja

Pembangunan

Daerah

Capaian Kinerja

2011 2012 2013 2014 2015

1, Ketepatan waktu

penyelenggaraan

agenda rutin daerah

eksekutif-legislatif:

KUPA PPA, APBD,

LKPJ/LPPD,

Pertanggungjawaban

Pengelolaan Keuangan)

100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

2, % kenaikan pendapatan

Asli Daerah (PAD)

31,05 22,19 32,1 51,50 4,16

3, % SKPD yang

melaporkan inventaris

barang tepat waktu,

100,00 100,00 98,60 98,60 50,00

% kesesuaian catatan

barang dalam buku

inventaris barang

dengan keadaan barang

74,00 75,00 98,60 98,60 91,00

Sumber: LKPJ 2011-2015

Berdasarkan tabel capaian kinerja pembangunan daerah Urusan

Keuangan di atas dapat terlihat bahwa capaian persentase kenaikan PAD pada

tahun 2011 hingga 2015 mengalami fluktuasi, yaitu dari dari 31,05 % pada

tahun 2011 menjadi 4,16% pada tahun 2015, Sementara itu untuk capaian

persentase SKPD yang melaporkan inventaris barang tepat waktu juga

mengalami penurunan dari 100 % pada tahun 2011 menjadi 50% pada tahun

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-143

2015, Rendahnya pencapaian indikator ini disebabkan oleh adanya perubahan

SOTK yang mulai berlaku pada tahun 2015 ini.

d. Urusan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan

Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia khususnya Sumber Daya

Aparatur menjadi prioritas utama sejalan dengan upaya pemerintah untuk

mewujudkan Pegawai Negeri Sipil yang profesional, Upaya yang dilakukan

antara lain melalui pendidikan dan pelatihan, pembelajaran lansung di tempat

bekerja secara informal, guna meningkatkan kompetensi seorang Pegawai

Negeri Sipil, Undang undang Nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil

Negara menjadi pendorong untuk merealisasikan terwujudnya Sumber Daya

Manusia dalam hal ini Sumber Daya Aparatur yang berkualitas, mempunyai

Kompetensi di bidangnya, profesional dalam bekerja serta berdaya saing

tinggi dalam mengejar kualitas kerja, Sehingga kedepannya pemerintah tidak

akan ragu merancang program khususnya sumber daya aparatur yang

bermuara pada pemenuhan kebutuhan dan peningkatan pelayanan kepada

masyarakat.

Untuk meningkatkan kompetensi Pegawai Negeri Sipil pastilah perlu

pendidikan dan pelatihan baik secara formal maupun informal yang tentunya

berkaitan dengan penganggaran, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan

pengevaluasian, Sejauh ini perencanaan terhadap peningkatan kapasitas dan

kompetensi pegawai sudah dilakukan antara lain pengadaan CPNS,

pengiriman tugas belajar, bintek, kursus, tes kompetensi, pembinaan disiplin,

dan sebagainya.

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-144

Tabel II. 96

Capaian kinerja Urusan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan

Pembangunan Tahun 2011-2015 Berdasarkan Indikator Kinerja Kunci (IKK)

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

No

Indikator Kinerja Pembangunan

Daerah

Capaian Kinerja

2011 2012 2013 2014 2015

1 % Jumlah struktur jabatan

struktural yang terisi

92,00 92,00 92,00 86,00 98,91

2 % Jumlah jabatan fungsional yang

terisi

82,00 82,00 80,00 80,0 60,90

3 % Jumlah pejabat struktural yang

memenuhi persyaratan

kepangkatan

100,00 95,00 100,0

0

100,0

0

100,0

0

%Jumlah pejabat fungsional yang

memenuhi persyaratan

kepangkatan

100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

% jumlah pelanggaran disiplin

ringan

- - - - -

% jumlah pelanggaran disiplin

sedang

0,022 0,01 0,01 0,04 -

% jumlah pelanggaran disiplin

berat

0,022 0,01 0,01 0,04 0,024

% penyelesaian pengelolaan

pensiun pegawai

100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: LKPJ 2011-2015

Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat bahwa persentase jumlah

struktur jabatan struktural yang terisi dari tahun 2011 sampai 2015 mengalami

peningkatan yaitu 92 % menjadi 98,91 %, Sedangkan persentase jumlah

jabatan fungsional yang terisi pada tahun 2011 sebesar 82% menurun

Bab II - RPJMD Kabupaten Wonosobo 2016-2021 II-145

menjadi 60,9%, Penurunan jumlah tersebut disebabkan oleh adanya kebijakan

moratorium sehingga tidak ada penambahan jumlah pegawai fungsional.

e. Urusan Penelitian dan Pengembangan

Pada dasarnya penelitian dan pengembangan harus berjalan seiring

dan sejalan dengan pembangunan termasuk di tingkat daerah. Hasil-hasil

penelitian dan pengembangan, secara valid harus mampu menopang seluruh

kerangka pembangunan. Kelitbangan terdiri dari kelitbangan utama dan

pendukung dan melalui tahapan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan,

evaluasi, dan pelaporan. Kelitbangan utama di arahkan pada penelitian,

pengkajian, pengembangan, perekayasaan, penerapan, pengoperasian, dan

evaluasi kebijakan. Sedangkan kelitbangan pendukung dirahkan untuk

peningkatan kapasitas kelembagaan; penguatan ketatalaksanaan;

peningkatan kapasitas sumberdaya manusia; peningkatan kualitas

perencanaan dan evaluasi program; fasilitasi inovasi daerah; pengembangan

basis data kelitbangan; penguatan kerjasama kelitbangan; dan pemenuhan

sumberdaya organisasi lainnya.