bab ii gambaran kondisi umum daerah (gabungan)

47
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Samarinda Tahun 2011-2015 BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah - 1 BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1. Aspek Geografi Dan Demografi 2.1.1. Letak Geografis Kota Samarinda terletak di Daerah Khatulistiwa, yaitu 0 0 21’ 18” - 1 0 09’16” Lintang Selatan dan 116 0 15’ 16” - 117 0 24’16” Bujur Timur. Luas wilayah Kota Samarinda adalah 718 km 2 , hal ini berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1987. Oleh karena itu, selain memiliki modal dasar pembangunan dengan jumlah penduduk dan letak geografis serta peranan regional yang relatif besar, Kota Samarinda juga memiliki keterbatasan ruang sebagai bagian daya dukung lingkungan. Namun demikian sebagai salah satu pusat perekonomian regional terpenting di Kalimantan Timur, Kota Samarinda memiliki posisi dan kedudukan strategis bagi berbagai kegiatan jasa, industri, perdagangan barang serta pemukiman yang berwawasan lingkungan. Kota Samarinda yang berkedudukan sebagai Ibu Kota Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Kutai Kartanegara, dengan batas sebagai berikut : - Sebelah Utara : berbatasan dengan Kecamatan Muara Badak Kabupaten Kutai Kartanegara. - Sebelah Timur : berbatasan dengan Kecamatan Muara Badak, Kecamatan Anggana dan Kecamatan Sanga-Sanga Kabupaten Kutai Kartanegara. - Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kecamatan Loa Janan Kabupaten Kutai Kartanegara. - Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan Muara Badak, dan Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara. a. Luas Wilayah Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1987, Tentang Penetapan Batas Wilayah Kota Madya Daerah Tingkat II Samarinda. Kotamadya Daerah Tingkat II Balikpapan, Kabupaten Daerah Tingkat II Kutai dan Kabupaten Daerah Tingkat II Pasir yang tertuang dalam Lembaran Negara Nomor 3364, Luas Wilayah Kota Samarinda adalah ± 718 Km 2 dan berdasarkan Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2010 tentang Pembentukan Kecamatan Sambutan, Kecamatan Samarinda Kota, Kecamatan Sungai Pinang, dan Kecamatan Loa Janan Ilir, maka wilayah Kota

Upload: fandi

Post on 17-Sep-2015

26 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Daerah samarinda

TRANSCRIPT

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Samarinda Tahun 2011-2015

    BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah - 1

    BAB II

    GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

    2.1. Aspek Geografi Dan Demografi

    2.1.1. Letak Geografis

    Kota Samarinda terletak di Daerah Khatulistiwa, yaitu 0021 18 - 100916

    Lintang Selatan dan 116015 16 - 11702416 Bujur Timur. Luas wilayah Kota

    Samarinda adalah 718 km2, hal ini berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 21

    Tahun 1987. Oleh karena itu, selain memiliki modal dasar pembangunan dengan

    jumlah penduduk dan letak geografis serta peranan regional yang relatif besar, Kota

    Samarinda juga memiliki keterbatasan ruang sebagai bagian daya dukung lingkungan.

    Namun demikian sebagai salah satu pusat perekonomian regional terpenting di

    Kalimantan Timur, Kota Samarinda memiliki posisi dan kedudukan strategis bagi

    berbagai kegiatan jasa, industri, perdagangan barang serta pemukiman yang

    berwawasan lingkungan.

    Kota Samarinda yang berkedudukan sebagai Ibu Kota Provinsi Kalimantan

    Timur dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Kutai Kartanegara, dengan batas

    sebagai berikut :

    - Sebelah Utara : berbatasan dengan Kecamatan Muara Badak Kabupaten Kutai

    Kartanegara.

    - Sebelah Timur : berbatasan dengan Kecamatan Muara Badak, Kecamatan

    Anggana dan Kecamatan Sanga-Sanga Kabupaten Kutai Kartanegara.

    - Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kecamatan Loa Janan Kabupaten Kutai

    Kartanegara.

    - Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan Muara Badak, dan Kecamatan

    Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara.

    a. Luas Wilayah

    Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1987, Tentang Penetapan

    Batas Wilayah Kota Madya Daerah Tingkat II Samarinda. Kotamadya Daerah

    Tingkat II Balikpapan, Kabupaten Daerah Tingkat II Kutai dan Kabupaten Daerah

    Tingkat II Pasir yang tertuang dalam Lembaran Negara Nomor 3364, Luas Wilayah

    Kota Samarinda adalah 718 Km2 dan berdasarkan Peraturan Daerah No. 2 Tahun

    2010 tentang Pembentukan Kecamatan Sambutan, Kecamatan Samarinda Kota,

    Kecamatan Sungai Pinang, dan Kecamatan Loa Janan Ilir, maka wilayah Kota

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Samarinda Tahun 2011-2015

    BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah - 2

    Samarinda saat ini terbagi dalam 10 (sepuluh) Kecamatan dan 53 Kelurahan yang

    terdiri dari :

    1) Kecamatan Samarinda Ilir membawahi koordinasi 5 Kelurahan dengan luas

    wilayah 17.18 Km

    2) Kecamatan Samarinda Utara membawahi koordinasi 5 Kelurahan dengan luas

    wilayah 229.50 Km

    3) Kecamatan Samarinda Ulu membawahi koordinasi 8 Kelurahan dengan luas

    wilayah 22.12 Km

    4) Kecamatan Sungai Kunjang membawahi koordinasi 7 Kelurahan dengan luas

    wilayah 43.04 Km

    5) Kecamatan Samarinda Seberang membawahi koordinasi 3 Kelurahan dengan

    luas wilayah 12.49 Km

    6) Kecamatan Palaran membawahi koordinasi 5 Kelurahan dengan luas wilayah

    221.28 Km

    7) Kecamatan Samarinda Kota membawahi koordinasi 5 Kelurahan dengan luas

    wilayah 11.12 Km

    8) Kecamatan Loa Janan Ilir membawahi koordinasi 5 Kelurahan dengan luas

    wilayah 26.13 Km

    9) Kecamatan Sungai Pinang membawahi koordinasi 5 Kelurahan dengan luas

    wilayah 34.16 Km

    10) Kec. Sambutan membawahi koordinasi 5 Kelurahan dengan luas wilayah

    100.95 Km

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Samarinda Tahun 2011-2015

    BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah - 3

    Gambar 2.1

    Peta Kecamatan Kota Samarinda

    b. Iklim dan Hidrologi

    Kondisi klimatologi Kota Samarinda menurut Stasiun BMG Bandara Temindung,

    suhu minimum berkisar antara 24,50C dan suhu maksimum berkisar antara

    33,20C. Kelembaban udara terendah untuk Kota Samarinda rata-rata berkisar

    sekitar 76% dan kelembaban tertinggi berkisar sekitar 85%. Kota Samarinda

    beriklim tropis, rata-rata hari hujan pada tahun 2010 adalah 22 hari. Kecepatan

    angin terendah berkisar sekitar 2 kts dan tertinggi berkisar sekitar 4 kts. Sungai-

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Samarinda Tahun 2011-2015

    BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah - 4

    sungai yang Melintas di Kota Samarinda memiliki pengaruh yang cukup besar

    pada perkembangan Kota Samarinda. Sungai-sungai ini digunakan sebagai

    sumber air untuk masyarakat, sekaligus berfungsi sebagai drainase primer dalam

    rangka pengendalian banjir serta tempat pembuangan air hujan.

    c. Topografi

    Sedangkan luasan Topografi Kota Samarinda merupakan dataran rendah

    yang terdiri dari:

    1. Lembah Aluvial 9,02%

    2. Daerah Dataran 15,94%

    3. Dataran Berombak 8,15%

    4. Dataran Bergelombang 14,59%

    5. Dataran Patahan 2,31%

    6. Dataran Berbukit 44,73%,

    Yang mempuyai luas kemiringan datar (0-2%) 20,011 Ha, bergelombang

    (2-15%) 18,276 Ha, curam (15-40%) 15,540 Ha, sangat curam (>40%)

    2,469 Ha. Jenis tanah di wilayah Kota Samarinda sebagian besar tanah

    Podsolik, selebihmya berupa tanah aluvial 3.453 Ha (4,81%), gambut

    16.294 Ha (24,68%) Lesteset 8.266 Ha (12,52%) Podsolik 30.010 Ha

    (45,45 %) lain-lain 13.777 Ha (12,12 %).

    d. Kemiringan

    Berdasarkan kemiringan maka wilayah Kota Samarinda terbagi dalam

    kemiringan 0-2% seluas 25.987 Ha atau 36.19% dari luas Kota Samarinda, diikuti 3-

    14% seluas 18.275 Ha atau 25.45%, kemiringan 15-39% seluas 17.860 Ha atau

    24.88% kemiringan 40-59% seluas 7.205 Ha atau 10.04% dan kemiringan > 60%

    seluas 2.473 Ha atau 3.44%. 24.88

    Tabel 2.1

    Kemiringan lahan Kota Samarinda

    No Kemiringan

    (%) Luas (Km

    2)

    Persentase

    (%)

    1 0-2 25.987 36.19

    2 3-14 18.275 25.45

    3 15-39 17.860 24.88

    3 40-59 7.205 10.04

    4 > 60 2.473 3.44

    Sumber: BPS Samarinda Kota

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Samarinda Tahun 2011-2015

    BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah - 5

    e. Fisiografi

    Fisiografi menunjukkan bentuk permukaan bumi dipandang dari faktor dan

    proses pembentukannya. Proses pembentukan permukaan bumi dipandang sebagai

    penciri suatu satuan fisiografi.

    Gambar 2.2

    Fisiografi Samarinda

    Pembagian bentuk permukaan bumi berdasarkan tipe fisiografinya

    dimaksudkan untuk memberikan gambaran dan memudahkan dalam perencanaan

    penggunaan tanah sehubungan dengan perencanaan pengembangan daerah.

    Ditinjau dari fisiografinya, wilayah Kota Samarinda dapat dikelompokkan

    dalam 7 (tujuh) deskripsi masing-masing satuan fisiografi tersebut adalah sebagai

    berikut :

    1) Daerah Patahan (daerah dimana terjadi patahan ) yakni patahan menurun dan

    kasar, dengan permukaan yg besar dengan kemiringan tanah sangat bervariasi

    2) Daerah rawa pasang surut (tidal swamp) yaitu daerah dataran rendah ditepi

    pantai yang selalu dipengaruhi pasang surut air laut dan ditumbuhi hutan

    mangrove dan nipah, bentuk wilayah datar dengan variasi lereng kurang dari

    2% dan perbedaan tinggi kurang dari 2 meter.

    3) Daerah dataran alluvial (alluvial plain) yaitu daerah dataran yang terbentuk

    dengan proses pengendapan, baik didaerah muara maupun daerah pedalaman.

    4) Daerah berombak/bergelombang yakni daerah dengan konfigurasi medan

    berat ditandai dengan penyebaran daerah perbukitan 8,15%

    5) Daerah dataran (plain) yaitu daerah endapan, dataran karst, dataran vulkanik,

    dataran batuan beku (metamorf) masam, dataran basalt dengan bentuk

    wilayah bergelombang sampai berbukit, variasi lereng 2 sampai 15,94%

    dengan beda ketinggian kurang dari 50 meter.

    6) Daerah berbukit (hill) yaitu daerah bukit endapan dan ultra basa, sistem

    punggung sedimen, metamorf dan kerucut vulkanik yang terpotong dengan

    pola drainase radial. Bentuk wilayah bergelombang sampai agak bergunung,

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Samarinda Tahun 2011-2015

    BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah - 6

    variasi lereng 16 sampai 60%, dan beda ketinggian antara 50 sampai 150

    meter.

    7) Daerah Sungai (River). Daerah ini berfungsi sebagai daerah reterdam, daerah

    pengendali atau waterponds.

    Gambar 2.3 Gambar 2.4

    Daerah Sungai Daerah Aliran Sungai

    Penyebaran dan luas masing-masing satuan fisiografi di wilayah Kota

    Samarinda disajikan pada tabel berikut ini:

    Tabel 2.2 Luas Satuan Fisiografi di Wilayah Kota Samarinda

    No Satuan Fisiografi Luas (Ha) %

    Jumlah 71.800 100

    1 Lembah Aluvial 9.479 13.20

    2 Daerah Daratan 10.524 14.66

    3 Daratan Berombak 9.636 13.42

    4 Daratan Bergelombang 1.527 2.13

    5 Daerah Patahan 29.536 41,12

    6 Daerah Berbukit 634 0,88

    7 Lain-lain 10.474 14,58

    Sumber: BPN Samarinda Kota

    f. Jenis Tanah

    Sesuai dengan kondisi iklim di Kota Samarinda yang tergolong dalam tipe

    iklim tropika humida, maka jenis-jenis tanah yang terdapat di daerah inipun tergolong

    ke dalam tanah yang bereaksi masam.

    Jenis-jenis tanah yang terdapat di Kota Samarinda, menurut Soil Taxanomy

    USDA tergolong kedalam jenis tanah: Ultisol, Entisol, Histosol, Inceptiols dan

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Samarinda Tahun 2011-2015

    BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah - 7

    Mollisol atau bila menurut Lembaga Penelitian Tanah Bogor terdiri dari jenis tanah:

    Podsolik, Alluvial, Organosol.

    Ciri dan sifat tanah-tanah Podsolik (Ultisol) biasanya ditandai dengan:

    1) Pencucian yang intensif terhadap basa-basa, sehingga tanah bereaksi masam

    dan dengan kejenuhan basa yang rendah.

    2) Karena suhu yang cukup tinggi dan pencucian yang berlangsung terus

    menerus mengakibatkan pelapukan terhadap mineral liat sekunder dan oksida-

    oksidanya.

    3) Terjadi pencucian liat di lapisan atas (eluviasi) dan penimbunan liat di lapisan

    bawahnya (illuviasi).

    Tanah Podsolik (Ultisol) merupakan jenis tanah yang arealnya terluas di Kota

    Samarinda dan masih tersedia untuk dikembangkan sebagai daerah pertanian.

    Persediaan air di daerah ini umumnya cukup tersedia dari curah hujan yang tinggi.

    Penggunaan tanah dari jenis tanah ini sebagai daerah pertanian, biasanya

    memungkinkan produksi yang baik pada beberapa tahun pertama selama unsur-unsur

    hara dipermukaan belum habis melalui proses biocycle. Pada dasarnya jenis-jenis

    tanah di Kota Samarinda (menurut Lembaga Penelitian Tanah Bogor dan Padanannya

    menurut Soil Taxanomy) terdiri dari:

    Podsolik (Ultisol)

    Alluvial (Entisol)

    Gleisol (Entisol)

    Organosol (Histosol)

    Lithosol (Entisol)

    Luas jenis tanah dan penyebarannya di Kota Samarinda dapat disajikan pada

    tabel berikut ini:

    Tabel 2.3

    Luas masing-masing Jenis Tanah di Wilayah Kota Samarinda.

    No Jenis Tanah Luas (Ha) %

    1 Alluvial 3.755 5,23

    2 Gambut 17.720 24,68

    3 Asosiasi Podsolik/Listeset 8.990 12,52

    4 Podsolik 41.331 57,57

    5 Lain-Lain 3.755 5,23

    Jumlah 71.800 100

    Sumber :BPS Kota Samarinda

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Samarinda Tahun 2011-2015

    BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah - 8

    Dari tabel di atas ternyata bahwa jenis tanah Podsolik mempunyai luasan yang

    tertinggi di wilayah Kota Samarinda dengan 41.331Ha atau 57,57%, sedangkan jenis

    tanah Alluvial tidak bergambut mencapai luas 3.755Ha atau 5,23% dari luas Kota

    Samarinda.

    g. Penggunaan Lahan

    Penggunaan tanah dalam daerah Kota Samarinda cenderung mengikuti

    keadaan penyebaran penduduk, penempatannya di sesuaikan dengan Master

    Plan dan atau Rencana Umum Tata Ruang Wilayah (RUTRW) atau Rencana

    Umum Tata Ruang Kota (RUTRK). Berikut adalah penggunaan lahan di

    Kota Samarinda.

    Tabel 2.3 Persentase Penggunaan Lahan Kota Samarinda,

    tahun 2006-2010

    Uraian 2006 2007 2008 2009 2010

    1. Lahan sawah (yang ditanami

    padi)

    a. Sawah irigasi 2.52 2.52 1.83 1.02 1.02

    b. Sawah non irigasi 0.95 0.47 3.50 2.85 2.48

    c. Sementara tidak diusahakan 9.10 9.21 5.94 7.30 7.03

    2. Lahan pertanian bukan

    sawah

    a. Tegal / kebun 8.15 7.69 6.14 5.90 5.90

    b. Ladang / huma 3.25 4.35 3.09 3.54 3.53

    c. Lahan yang sementara

    tidak diusahakan

    13.76 16.68 13.31 5.36 5.36

    d. Lainnya ( perkebunan,

    hutan rakayat, tambak,

    kolam/empang , dll)

    8.75 12.00 14.46 23.12 23.12

    3. Lahan bukan pertanian

    (rumah, bangunan dan

    halaman, hutan Negara, rawa-

    rawa yang tidak ditanami dll)

    53.53 47.10 51.73 50.92 51.56

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Samarinda Tahun 2011-2015

    BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah - 9

    h. Pertambangan dan Energi

    Sektor pertambangan dan Sumber Energi Listrik di Kota Samarinda

    menyimpan potensi, berupa :

    1. Gas Alam

    Samarinda memiliki potensi gas alam yang melimpah yang hasilnya

    merupakan salah satu pendapatan terbesar dalam APBD Kota Samarinda. Pada

    tahun 2007 hasil produksi gas alam mencapai angka 388.341 ton. Pada tahun

    2008 jumlah tersebut meningkat 81,84% menjadi 706.154 ton. Jumlah tersebut

    meningkat kembali di tahun 2009 sebesar 7,91% atau 760.467%. Kuartal 1 2010

    produksi gas alam mencapai 173.911 dan akan berpotensi melampaui angka

    produksi pada tahun 2009.

    Gambar 2.5 Jumlah Produksi Gas Alam Kota Samarinda 2006-2010

    2. Batubara

    Samarinda memiliki potensi batubara yang melimpah yang hasilnya

    merupakan salah satu pendapatan terbesar dalam APBD Kota Samarinda. Pada

    tahun 2006 hasil produksi batubara mencapai angka 4.030.000 ton. Pada tahun

    2007 jumlah tersebut meningkat 4.842.639,67 ton. Jumlah tersebut mengalami

    penurunan di tahun 2008 yakni 4.397.739 ton. Pada awal tahu 2009 produksi

    batubara mencapai angka 574.812.

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Samarinda Tahun 2011-2015

    BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah - 10

    Gambar 2.6. Jumlah Produksi Batubara Kota Samarinda 2006-2010

    3. PLTG

    Pembangkit listrik yang digunakan oleh penduduk Kota Samarinda ada

    beberapa macam salah satunya adalah Pembangkit Listrik Tenaga Gas Alam

    (PLTG). Tahun 2008, Kota Samarinda memiliki 2 unit PLTG. Sumber listrik dari

    Gas memungkinkan efisiensi biaya sehingga pada tahun 2009 jumlah pembangkit

    listrik ini meningkat menjadi 4 unit pembangkit. Kekuatan yang dimiliki oleh 4

    unit PLTG tersebut sebesar 100 Kilo Watt.

    Gambar 2.7: Pembangkit Listrik Tenaga Gas Alam (PLTG) Kota

    Samarinda 2008-2010

    4. PLTD

    Pembangkit listrik lainnya yang digunakan oleh penduduk Kota Samarinda

    dan merupakan pembangkit listrik terbanyak adalah Pembangkit Listrik Tenaga

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Samarinda Tahun 2011-2015

    BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah - 11

    Diesel (PLTD). Tahun 2008, Kota Samarinda memiliki PLTD sebanyak 15 unit.

    Dan Jumlah tersebut tidak mengalami perubahan atau mengalami penurunan di

    tahun berikutnya dalam artian dalam jumlah tetap yakni 15 unit di tahun 2009.

    Pembangkit listrik tenaga diesel merupakan pembangkit listrik dengan daya yang

    paling besar dan memasok energi listrik ke hampir seluruh penduduk di Kota

    Samarinda.

    Gambar 2.8 Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD)

    Kota Samarinda 2008-2010

    2.1.2. Gambaran Umum Demografis

    a. Kependudukan dan Ketenagakerjaan

    Ciri penting dari penduduk Kota Samarinda adalah kemajemukan atau plural,

    baik dilihat dari pengelompokan agama, maupun adat istiadat, seni budaya dan suku.

    Dalam demografi dikenal istilah transisi demografis. Istilah ini mengacu pada suatu

    proses pergeseran dari suatu keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian tinggi ke

    keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian rendah. Penurunan pada tingkat

    kelahiran ini disebabkan oleh banyak faktor, antara lain perubahan pola berfikir

    masyarakat akibat pendidikan yang diperolehnya, dan juga disebabkan oleh

    perubahan pada aspek sosial ekonomi.

    Penurunan tingkat kematian disebabkan oleh membaiknya gizi masyarakat

    akibat dari pertumbuhan pendapatan masyarakat. Pada tahap ini pertumbuhan

    penduduk mulai menurun. Pada akhir proses transisi ini, baik tingkat kelahiran

    maupun kematian sudah tidak banyak berubah lagi, akibatnya jumlah penduduk juga

    cenderung untuk tidak banyak berubah, kecuali disebabkan faktor migrasi. Ciri

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Samarinda Tahun 2011-2015

    BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah - 12

    demografi Kota Samarinda cenderung menuju transisi tingkat kelahiran dan kematian

    rendah.

    Di samping itu, ciri kependudukan Kota Samarinda juga menggambarkan

    berbagai dinamika yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial maupun kultural.

    Menurunnya tingkat kelahiran (fertilitas) dan tingkat kematian (mortalitas),

    meningkatnya arus perpindahan antar daerah (migrasi) dan proses urbanisasi,

    termasuk arus ulang alik (commuters), juga mempengaruhi kebijakan kependudukan

    yang diterapkan.

    Tabel 2.4

    Jumlah, Laju Pertumbuhan Dan Kepadatan Penduduk

    Di Kota Samarinda Tahun 2006 2010

    Tahun Jumlah

    Penduduk

    Laju

    Pertumbuhan

    Penduduk

    (%)/Tahun

    Luas

    Wilayah

    (Km2)

    Kepadatan

    penduduk

    Jiwa/Km2)

    (1) (2) (3) (4) (5)

    2006 588.135 2,10 718 819

    2007 593.827 0,97 718 827

    2008 602.117 1,40 718 839

    2009 607.675 0,92 718 846

    2010 727.500 3,36 718 1.013

    Sumber: BPS Kota Samarinda

    Data 2006-2009 hasil proyeksi penduduk

    Data 2010 hasil SP2010 (pertumbuhan rata-rata pertahun terhadap SP2000)

    Tingkat kepadatan penduduk di Kota Samarinda pada tahun 2010

    adalah 1.013 jiwa/km. Kepadatan penduduk pada setiap kecamatan

    menggambarkan pola persebaran penduduk secara keseluruhan. Berdasarkan

    pola persebaran dan luas wilayahnya, terlihat belum merata, sehingga

    terlihat adanya perbedaan kepadatan penduduk yang mencolok antar

    kecamatan.

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Samarinda Tahun 2011-2015

    BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah - 13

    Tabel 2.5

    Jumlah, Laju Pertumbuhan Dan Kepadatan Penduduk

    Di Kota Samarinda Tahun 2010

    Kecamatan

    Jumlah

    Penduduk

    Luas Wilayah

    (Km2)

    Kepadatan

    Penduduk

    (Jiwa/Km2)

    (1) (2) (3) (4)

    Palaran 49,079 182.53 269

    Samarinda Ilir 120,936 89.7 1,348

    Samarinda Seberang 114,183 40.48 2,821

    Sungai Kunjang 114,044 69.23 1,647

    Samarinda Ulu 126,651 58.26 2,174

    Samarinda Utara 202,607 277.8 729

    Jumlah 727,500 718 1,013

    Sumber: BPS Kota Samarinda

    Dari semua kecamatan yang ada, terlihat bahwa Kecamatan

    Samarinda Seberang memiliki kepadatan penduduk tertinggi, yaitu 2.821

    jiwa/km2 diikuti oleh Kecamatan Samarinda Ulu dengan kepadatan 2.174

    jiwa/km2. Sedangkan untuk Kecamatan Samarinda Utara dan Palaran yang

    mempunyai wilayah lebih luas, kepadatan penduduk hanya 729 jiwa/km2

    dan 269 jiwa/km2. Jumlah Penduduk menurut jenis kelamin tahun 2010

    Kota Samarinda 377.283 jiwa penduduk laki-laki dan 350.217 jiwa

    penduduk perempuan.

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Samarinda Tahun 2011-2015

    BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah - 14

    Tabel 2.6

    Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur

    Di Kota Samarinda Tahun 2009

    No Golongan

    Umur

    Laki-Laki Perempuan Total

    Jiwa Persen Jiwa Persen

    1 0 4 39,183 10.39 36,745 10.49 75,928

    2 5 9 35,731 9.47 33,627 9.60 69,358

    3 10 14 31,497 8.35 29,633 8.46 61,130

    4 15 19 31,921 8.46 31,342 8.95 63,263

    5 20 24 38,333 10.16 37,344 10.66 75,677

    6 25 29 40,986 10.86 38,037 10.86 79,023

    7 30 34 36,812 9.76 33,516 9.57 70,328

    8 35 39 31,869 8.45 29,825 8.52 61,694

    9 40 49 27,894 7.39 25,332 7.23 53,226

    10 45 49 21,779 5.77 19,597 5.60 41,376

    11 50 54 16,071 4.26 13,344 3.81 29,415

    12 55 59 11,276 2.99 8,308 2.37 19,584

    13 60 64 6,414 1.70 5,290 1.51 11,704

    14 65 + 7,517 1.99 8,277 2.36 15,794

    Jumlah 377,283 100.00 350,217 100.00 727,500

    Sumber : BPS Kota Samarinda

    Jumlah pencari kerja terdaftar menurut pendidikan di Kota

    Samarinda selama kurun waktu tahun 2006 -2009 cenderung

    menunjukkan penurunan, dan sedikit mengalami peningkatan

    di tahun 2010 yang mencapai 9.970 orang. Selama tahun 2006 -

    2010 jumlah pencari kerja terdaftar di Disnaker Kota

    Samarinda yang terbanyak adalah berpendidikan SMU dari total

    keseluruhan pencari kerja .Rincian secara detail dapat dilihat pada tabel

    berikut :

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Samarinda Tahun 2011-2015

    BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah - 15

    Tabel 2.7

    Pencari Kerja yang Terdaftar Menurut Pendidikan Kota samarinda 2006-2010

    No Pendidikan 2006 2007 2008 2009 2010

    1. SD 2.397 234 368 73 225

    2. SMP 1.460 512 732 136 551

    3. SMU 8.245 6,350 4,645 3,222 5.231

    4. DIPLOMA 1.192 1,418 1,730 888 1.320

    5. S1/S2 1.213 2,648 2,962 1,027 2.643

    Jumlah 14.507 11.162 10.437 5.346 9.970

    Sumber : Dinas Tenaga Kerja Kota Samarinda

    2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat

    a. Fokus Kesejahteraan dan Pertumbuhan Ekonomi

    Selama kurun waktu lima tahun terakhir, perekonomian Kota Samarinda

    berkembang cukup pesat. Ini ditunjukkan oleh besaran nilai PDRB atas dasar harga

    konstan 2000 yang terus meningkat sejak tahun 2006 hingga 2010. Selama

    periode tersebut, Kota Samarinda mengalami pertumbuhan ekonomi rata-rata sebesar

    6,83 persen per tahun. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan yang konsisten terjadi

    selama periode yang sama di hampir seluruh sektor ekonomi di Kota Samarinda.

    Terjadi penurunan pada besaran pertumbuhan atau perlambatan ekonomi selama

    tahun 2006-2009. Pada tahun 2006, besaran pertumbuhan adalah 5,50 persen

    kemudian menurun hingga tahun 2007 menjadi sebesar 3,11 persen. Pada tahun 2008,

    terjadi percepatan ekonomi dimana besaran pertumbuhan meningkat menjadi sebesar

    4,82 persen. Percepatan tersebut sebagian bersumber dari aktivitas Pekan Olahraga

    Nasional (PON) di tahun 2008. Pada tahun 2010, kegiatan ekonomi Kota Samarinda

    berjalan cukup pesat yakni ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi

    dari 4,79 di tahun 2009 menjadi 5,95 pada tahun 2010. Sektor dominan Kota

    Samarinda, yaitu Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran serta Industri Pengolahan

    masih memegang peranan penting dalam perekonomian di Kota Samarinda.

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Samarinda Tahun 2011-2015

    BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah - 16

    Perkembangan ekonomi Kota Samarinda selama tahun 2000 dan 2006-2010 dapat

    dilihat pada Grafik 2.1

    Gambar 2.8

    PDRB Kota Samarinda Tahun 2000, 2006-2010 ( Milyar Rupiah )

    Sumber: BPS Kota Samarinda

    *) Angka Sangat Sementara

    Berdasarkan Grafik 2.1 terlihat bahwa selama kurun waktu 10

    (sepuluh) tahun, terdapat kecenderungan peningkatan pada nilai PDRB

    baik itu harga berlaku maupun harga konstan. Selama periode 2000-

    2006, rata-rata pertumbuhan ekonomi kota Samarinda sebesar 8,42 persen

    per tahun. Bila dibandingkan dengan periode berikutnya, yaitu tahun

    2006-2010, perekonomian wilayah mengalami perlambatan (rata-rata

    pertumbuhan sebesar 3,71 persen per tahun). Namun, dengan percepatan

    ekonomi yang terjadi di tahun 2010, diharapkan akan terjadi perubahan

    trend ekonomi, sehingga pada periode selanjutnya perekonomian Kota

    Samarinda dapat terus mengalami percepatan. Untuk itu, perlu dicermati

    faktor-faktor yang menjadi pendorong percepatan ekonomi, serta bagaimana

    upaya yang perlu dilakukan untuk mempertahankan atau bahkan mendorong

    kinerja ekonomi Kota Samarinda.

    Perlambatan yang terjadi di tahun 2006, dimana besaran pertumbuhan

    ekonomi mengalami penurunan, dari 8,05 persen pada tahun 2005 menjadi

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Samarinda Tahun 2011-2015

    BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah - 17

    5,50 persen pada tahun 2006 grafik 2.1, terutama disebabkan oleh adanya

    kenaikan harga BBM pada bulan Oktober 2005. Dampak dari kenaikan

    harga tersebut dirasakan pada tahun 2006. Peningkatan harga BBM

    berdampak pada peningkatan biaya produksi, dimana harga barang-barang

    input menjadi lebih mahal. Akibatnya, hal yang sering dilakukan oleh para

    produsen dengan mengurangi jumlah input yang digunakan sehingga

    mengakibatkan terjadinya penurunan jumlah produksi yang dihasilkan.

    Selain kenaikan harga, faktor lain yang menyebabkan terjadinya

    perlambatan pada tahun 2006 adalah faktor kondisi alam yang tidak

    menentu. Kondisi tersebut berdampak pada terhambatnya distribusi

    barang-barang kebutuhan pokok masyarakat yang sebagian besar

    didatangkan dari luar Pulau Kalimantan. Akibat suplai barang menurun,

    sementara hal tersebut tidak diikuti oleh penurunan pada sisi permintaan,

    akibatnya terjadi kenaikan harga. Hal ini berakibat pada penurunan daya

    beli masyarakat, yang pada akhirnya berdampak pada perlambatan ekonomi

    wilayah Kota Samarinda.

    Lebih lanjut, PDRB menurut penggunaan dapat memperlihatkan

    kebutuhan untuk investasi (pembentukan modal) yang diperlukan untuk

    mencapai pertumbuhan ekonomi yang diharapkan berdasarkan

    perencanaan pembangunan Kota Samarinda. Sehingga setiap tahun dapat

    disusun skala prioritas perencanaan pembangunan yang berorientasi kepada

    peningkatan kesejahteraan melalui pemberdayaan masyarakat sebagaimana

    tertuang dalam perencanaan pembangunan daerah.

    Tabel 2.9

    Pertumbuhan PDRB 2006 2010

    Tahun

    PDRB ( Juta Rp ) Laju

    Pertumbuhan

    per tahun (%) Harga Berlaku

    Harga Konstan

    2000

    (1) (2) (3) (4)

    2006 14.500.247 9,803,725 5,50

    2007 15.930.651 10.108.378 3,11

    2008 18.616.882 10.595.535 4,82

    2009r) 20.271.686 11.068.640 4,79

    2010*)

    22,900,781

    11,763,289

    5,95

    Sumber: BPS Kota Samarinda

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Samarinda Tahun 2011-2015

    BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah - 18

    Pada tahun 2006, besaran nilai PDRB atas dasar harga berlaku sebesar

    14,50 trilyun rupiah atau lebih dari dua kali lipat PDRB di tahun 2000, sebesar

    6,08 trilyun rupiah. Kenaikan pada nilai PDRB atas dasar harga berlaku

    berlanjut hingga tahun 2010 nilainya mencapai 22,90 trilyun rupiah atau lebih

    dari tiga kali lipat dibandingkan nilai PDRB di tahun 2000. Hal ini

    menunjukkan adanya pertumbuhan ekonomi yang konsisten selama kurun

    waktu 10 (sepuluh) tahun terakhir. Percepatan pertumbuhan terjadi terutama

    di sektor dominan, yaitu Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, serta

    sektor-sektor jasa lainnya dengan kontribusi yang cukup besar.

    Peranan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran tersebut selama lima

    tahun terakhir terus meningkat, dari sekitar 21,59 persen pada tahun 2006

    menjadi 29,82 persen pada tahun 2010. Sektor yang mempunyai kontribusi

    terbesar kedua adalah sektor Industri Pengolahan. Pertumbuhan sektor

    tersebut belum mampu tumbuh di atas lima persen sepanjang kurun waktu

    2006-2009, sehingga kontribusi relatif menurun dari 31,90 persen pada tahun

    2006 menjadi menjadi 20,87 persen pada tahun 2010. Hal ini dikarenakan

    pada kurun waktu 20062009, industri pengolahan di Kota Samarinda

    bergantung pada industri kayu lapis (plywood). Dimana pada tahun 2008,

    industri ini mengalami kesulitan pasokan hingga membuat beberapa

    perusahaan melakukan efisiensi tenaga kerja di awal tahun 2008. Bahkan di

    akhir tahun 2008, terdapat 2 (dua) industri kayu lapis yang terpaksa

    menghentikan kegiatan produksinya. Pada kasus industri plywood ini, faktor

    ketersediaan input, yaitu kayu, merupakan faktor yang menyebabkan

    terjadinya penurunan kontribusi sektor industri pengolahan terhadap total

    perekonomian. Namun pada tahun 2010, sektor Industri Pengolahan mulai

    menggeliat kembali, yakni dengan meningkatnya kegiatan industri mikro

    kecil. Diharapkan dengan makin aktifnya industri mikro kecil ini dapat

    meningkatkan kembali kontribusi Industri Pengolahan terhadap perekonomian

    di Kota Samarinda. Jika melihat berdasarkan kontribusi terhadap masing-

    masing sektor maka akan terlihat seperti tabel berikut:

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Samarinda Tahun 2011-2015

    BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah - 19

    Tabel 2.10

    Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku

    Tahun 2006-2010 Kota Samarinda

    LAPANGAN

    USAHA 2006 2007 2008 2009 2010*)

    (1) (2) (3) (4) (5) (6)

    1. Pertanian 319.155,92 360,458.52 407.379,20 436.358,20 497.487,83

    (2,38) (2,26) (2,19) (2,14) (2,17)

    2. Pertambangan & Penggalian

    850.373,95 960,579.73 1.204.849,57 1.332.292,52 1.645.855,33

    (5,39) (6,03) (6,47) (6,89) (7,19)

    3. Industri Pengolahan 3.167.772,01 3,425,269.40 3.944.764,64 4.209.562,62 4.778.344,62

    (31,90) (21,50) (21,19) (20,67) (20,87)

    4. Listrik, Gas & Air Minum

    191.082,58 198,611.45 234.691,33 260.618,01 240.755,84

    (1,55) (1,25) (1,26) (1,28) (1,05)

    5. Bangunan 826.010,00 890,678.57 1.030.078,26 1.118.885,84 1.227.388,76

    (4,16) (5,59) (5,53) (5,49) (5,36)

    6. Perdagangan, Hotel & Restoran

    3.959.674,42 4.474.672,09 5.275.597,71 5.766.889,35 6.829.166,60

    (21,59) (28,09) (28,34) (28,43) (29,82)

    7. Pengangkutan & Komunikasi

    1.658.004,26 1.754.562,76 1.914.434,29 2.132.790,55 2.286.023,78

    (11,02) (11,01) (10,28) (10,47) (9,98)

    8. Keuangan, Persewaan & Jasa

    Perusahaan

    1.779.986,85 1.982.582,32 2.422.367,73 2.585.093,80 2.769.756,84

    (12,85) (12,45) (13,01) (12,69) (12,09)

    9. Jasa - Jasa 1.748.186,66 1.883.236,62 2.182.718,88 2.429.195,48 2.626.001,35

    (9,16) (11,82) (11,72) (11,93) (11,47)

    PDRB 14.500.246,66 15.930.651,47 18.616.881,60 20.271.686,36 22.900.780,94

    Keterangan : r) Angka Revisi *) Angka Sementara

    Sumber : BPS Kota Samarinda

    Selain kedua sektor di atas, lapangan usaha atau sektor ekonomi lain

    yang juga cukup signifikan (memiliki kontribusi sekitar 10%) dalam

    perekonomian Kota Samarinda adalah sektor Keuangan, sektor Jasa-jasa,

    serta sektor Angkutan dan Komunikasi. Sedangkan kontribusi yang relatif

    kecil diberikan oleh sektor Listrik dan Air Minum dan sektor Pertanian.

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Samarinda Tahun 2011-2015

    BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah - 20

    Tabel 2.11

    Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000

    Tahun 2006-2010 Kota Samarinda

    LAPANGAN USAHA 2006 2007 2008 2009 2010*)

    (1) (2) (3) (4) (5) (6)

    1. Pertanian 219.79,21 219.545,83 234.058,71 244.797,67 261.305,74

    (4,13) (-0,11) (6,61) (4,59) (6,74)

    2. Pertambangan & Penggalian

    559.118,75 586.618,22 589,715,31 654.480,84 709.898,15

    (7,85) (4,92) (0,53) (10,98) (8,47)

    3. Industri Pengolahan 2.322.724,57 2.339.014,98 2.316.054,99 2.348.344,90 2.513.360,00

    (1,27) (0,70) (-0,98) (1,39) (7,03)

    4. Listrik, Gas & Air Minum

    122.800,70 127.678,73 132.634,95 135.017,92 118.709,44

    (-2,21) (3,97) (3,88) (1,80) (-12,08)

    5. Bangunan 574.018,80 591.371,59 615.874,43 646.287,98 677.085,98

    (11,95) (3,02) (4,14) (4,94) (4,77)

    6. Perdagangan, Hotel & Restoran

    2.554.214,42 2.676.424,09 2.902.196,62 3.031.640,30 3.283.607,42

    (8,94) (4,78) (8,44) (4,46) (8,31)

    7. Pengangkutan & Komunikasi

    1.131.396,61 1.150.231,41 1.198.614,75 1.288.368,72 1.348.556,86

    (7,19) (1,66) (4,21) (7,49) (4,67)

    8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan

    1.119.677,92 1.176.404,96 1.281.435,62 1.347.497,93 1.382.118,67

    (4,24) (5,07) (8,93) (5,16) (2,57)

    9. Jasa - Jasa 1.199.978,58 1.241.088,42 1.324.950,11 1.406.727,93 1.468.647,16

    (3,67) (3,43) (6,76) (6,17) (4,40)

    PDRB 9.803.724,56 10.108.378,23 10.595.535,49 11.103.164,19 11.763.289,42

    (5,50) (3,11) (4,82) (4,79) (5,95)

    Sumber: Evaluasi Outcome RPJM Kota Samarinda

    Secara riil, pada tahun 2010 terdapat kenaikan sekitar 660,13 milyar rupiah,

    sehingga nilai nominal atas dasar harga konstan pada tahun 2010 mencapai 11,76

    trilyun rupiah. Hal tersebut terjadi karena adanya peningkatan terjadi di hampir

    seluruh sub sektor ekonomi. Kenaikan tersebut menciptakan pertumbuhan sebesar

    5,95 persen pada tahun 2010. Selama kurun waktu 2006 2010, Sektor Perdagangan,

    Hotel dan Restoran sebagai sektor dominan selalu sangat signifikan dalam

    menciptakan pertumbuhan ekonomi, bahkan percepatan ekonomi. Pelaksanaan PON

    Juli 2008 berpengaruh sangat signifikan dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi.

    Seiring dengan selesainya pelaksanaan PON, walaupun terjadi pertumbuhan yang

    positif, aktivitas sektor tersebut menjadi bergerak lebih lambat dibandingkan periode

    sebelumnya. Geliat sektor Bangunan cukup signifikan dalam mempengaruhi

    pergerakan ekonomi di wilayah Kota Samarinda yakni adanya kegiatan

    pembangunan properti yang cukup meningkat. Ini ditandai dengan munculnya

    perumahan baru, serta ruko dan mall yang tersebar di wilayah Kota Samarinda.

    Pertumbuhan ekonomi yang dirasakan selama periode tersebut merupakan salah

    satu dampak positif dari otonomi daerah, melalui peningkatan peran Pemerintah

    Daerah dalam pembangunan. Akan tetapi pertumbuhan ekonomi tersebut juga tidak

    terlepas dari peran swasta dalam melakukan aktivitas ekonominya di Kota

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Samarinda Tahun 2011-2015

    BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah - 21

    Samarinda. Sehingga kedepan, perlu sinergi serta kerjasama dari kedua pihak dalam

    menjamin kelangsungan pertumbuhan ekonomi di Kota Samarinda yang dapat

    meningkatkan penciptaan lapangan kerja serta kesejahteraan masyakarat.

    Nilai PDRB per kapita dan pendapatan per kapita Kota Samarinda

    selama tahun 2006 hingga 2010 terus mengalami peningkatan baik secara

    nominal rupiah maupun US dollar. Pada tahun 2006 PDRB per kapita

    menunjukkan nilai 16,67 juta rupiah (1.834 US dollar) per orang dan terus

    meningkat menjadi 18,94 juta rupiah pada tahun 2010.

    Selama 2006 hingga 2010, terjadi peningkatan yang kontinyu pada nilai

    Pendapatan per Kapita yaitu sebesar 3,89 persen per tahun. Hal ini menggambarkan

    perkembangan pendapatan masyarakat dimana terdapat kecenderungan peningkatan

    pendapatan riil. Kondisi ini mengimplikasikan adanya peningkatan kemampuan pada

    daya beli masyarakat di masa yang akan datang. Untuk itu, perlu diteliti faktor-faktor

    penyebab serta bagaimana cara yang tepat guna semakin meningkatkan daya beli

    masyarakat lebih lanjut.

    Tabel 2.12

    PDRB Per Kapita dan Pendapatan Regional Per Kapita

    Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2006-2010

    Tahun

    PDRB per Kapita Pendapatan Per Kapita Pertumbuhan

    PDRB Per Kapita

    per tahun (%) Rupiah US$ Rupiah US$

    (1) (2) (3) (4) (5) (6)

    2006 16.669.174 1.834 14.635.124 1.610 3,33

    2007 17.022.429 1.751 15.793.139 1.625 2,12

    2008 17.597.137 1.694 16.347.309 1.573 3,38

    2009 18.271.550 1.944 17.000.544 1.809 3,83

    2010*)

    18.942.495 2.096 17.663.320 1.955 3,67

    Sumber : BPS Kota Samarinda

    b. Laju Inflasi

    Pada tahun 2008, angka inflasi menembus dua dijit sebesar 12,69%. Hal ini

    perlu mendapat perhatian, karena peningkatan laju inflasi yang berkesinambungan

    akan berdampak terhadap pendapatan riil dan daya beli masyarakat. Sehingga agar

    pertumbuhan ekonomi tersebut dapat berdampak pada peningkatan kesejahteraan

    masyarakat, maka perlu dilakukan langkah-langkah pengendalian terhadap laju

    inflasi.

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Samarinda Tahun 2011-2015

    BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah - 22

    Laju inflasi Kota Samarinda pada tahun 2010 sebesar 7,00%, lebih tinggi

    dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya mencapai 4,06%. Inflasi

    yang cukup tinggi pada tahun 2010 ini disebabkan oleh kenaikan harga bahan

    makan yang sangat signifikan, yaitu 11,81%. Kondisi cuaca buruk mempengaruhi

    distribusi barang sehingga menyebabkan kelangkaan komoditi. Dengan

    menurunnya penyediaan barang, terutama barang kebutuhan pokok seperti

    makanan yang sebagian besar merupakan barang impor dari luar pulau Kalimantan,

    maka terjadi kenaikan harga yang cukup tinggi. Selain itu, krisis global secara

    tidak langsung juga memberikan dampak terhadap kondisi ekonomi nasional, yang

    pada akhirnya berdampak pada kondisi ekonomi regional. Melemahnya nilai rupiah

    akibat krisis tersebut juga merupakan salah satu penyebab kenaikan harga

    barang komoditi di wilayah Kota Samarinda. Karena barang-barang kebutuhan

    masyarakat Kota Samarinda sebagian besar berasal dari luar wilayah.

    Tabel 2.13

    Perkembangan Laju Inflasi Kota Samarinda

    Menurut Kelompok Komoditi Tahun 2006 2010 (Persen)

    Kelompok Komoditi 2006 2007 2008 2009 2010

    Bahan makanan 8,05 13,96 20,38 5,97 11,81

    Makanan jadi, minuman, rokok

    dan tembakau 6,11 9,14 12,94 7,57 7,74

    Perumahan 8,65 5,49 15,91 4,67 5,09

    Sandang 10,14 14,78 7,85 5,54 10,86

    Kesehatan 4,07 10,15 7,64 6,64 5,87

    Pendidikan dan olahraga 5,02 16,01 8,50 1,35 3,68

    Transpor dan komunikasi 1,30 1,38 3,53 -2,99 1,59

    Gabungan Samarinda 6,50 9,18 12,69 4,06 7,00

    Kaltim 6,04 8,30 13,06 4,31 7,28

    Nasional 6,60 6,59 11,06 2,78 6,96

    Sumber Data : BPS Kota Samarinda

    Inflasi memberikan dampak yang cukup luas terhadap kebijakan dan

    perencanaan pembangunan, terutama terkait penyediaan anggaran dan daya beli

    masyarakat. Oleh karena itu angka inflasi sangat diperlukan dalam setiap penyusunan

    perencanaan dan kebijakan pembangunan agar hasil yang diperoleh dapat lebih

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Samarinda Tahun 2011-2015

    BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah - 23

    realistis dan tajam.Inflasi sangat dipengaruhi oleh kondisi penawaran dan permintaan

    barang/jasa dalam suatu wilayah. Beberapa kondisi yang memungkinkan terjadinya

    inflasi adalah:

    1) Faktor jumlah persediaan barang atau jasa tetap, sedangkan permintaan naik

    2) Jumlah persediaan barang atau jasa berkurang tetapi pada saat yang sama

    jumlah permintaan naik

    3) Jumlah barang atau jasa naik karena adanya kebijakan di bidang keuangan.

    Gambar 2.14 Grafik Perkembangan Laju Inflasi dan

    Implisit PDRB Tahun 2006-2010

    Sumber : BPS Kota Samarinda

    Membandingkan perkembangan inflasi dan laju implisit, terlihat bahwa

    perubahan harga produsen dan konsumen relatif sejalan.Ini ditunjukkan oleh pola

    gerakan perubahan kedua jenis harga tersebut yang sejalan yang mengindikasikan

    keterkaitan yang cukup tinggi antara kedua indeks tersebut (Gambar 3). Berdasarkan

    grafik, terlihat bahwa secara umum perekonomian Samarinda relatif stabil selama 12

    tahun.Perubahan dramatis terjadi di tahun 1998 pada saat krisis ekonomi

    berlangsung.Ini menunjukkan bahwa kondisi nasional sangat berpengaruh terhadap

    perekonomian suatu daerah. Keterkaitan yang sama ditunjukkan melalui inflasi pada

    tahun 2008, dimana pada saat krisis finansial global terjadi yang berdampak pada

    pelemahan nilai tukar rupiah, mengakibatkan laju inflasi mencapai dua dijit atau

    12,96 %.

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Samarinda Tahun 2011-2015

    BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah - 24

    c. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

    Pembangunan ekonomi dan sosial harus berjalan searah guna menciptakan

    kesejahteraan masyarakat. Pendidikan yang baik membantu peningkatan kesehatan,

    dan kondisi kesehatan yang baik memberikan kontribusi positif bagi pendidikan yang

    lebih baik. Lebih lanjut, pendidikan yang baik memberikan dampak positif bagi

    pertumbuhan ekonomi dan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Dengan

    peningkatan kesehatan, juga dapat memberikan manfaat secara ekonomis bagi

    masyarakat. Kemajuan pembangunan manusia dapat ditunjukkan dengan melihat

    perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang tersusun dari dimensi

    kesehatan, pendidikan, dan ekonomi.

    Terdapat trend positif pada IPM Kota Samarinda, dimana ada kecenderungan

    semakin meningkat walaupun tidak terlalu signifikan. Tercatat angka IPM Kota

    Samarinda tahun 2010 sebesar 77,07. Menurut ukuran skala internasional, angka

    tersebut termasuk dalam tingkat pembangunan manusia menengah atas (66 79,99).

    Dibandingkan angka IPM tahun 2006, yaitu sebesar 75,48 terdapat peningkatan pada

    besaran IPM.

    Dibandingkan dengan Kabupaten/Kota lainnya di Provinsi Kalimantan Timur,

    Kota Samarinda memiliki nilai IPM yang relatif baik. Ini ditunjukkan oleh ranking

    IPM Kota Samarinda yang selalu berada pada posisi tiga besar dalam kurun waktu

    2006-2010. Hal tersebut merupakan indikator keberhasilan yang telah dicapai dalam

    melaksanakan pembangunan daerah, dimana pembangunan manusia menjadi bagian

    di dalamnya.

    Tabel 2.15

    IPM Kota Samarinda dan Variabel Pendukungnya Tahun 2006-2010

    Variabel IPM 2006 2007 2008 2009 2010*)

    Angka Harapan

    Hidup 70,40 70,61 70,81 71,01 71,21

    Melek Huruf 96,60 96,95 97,23 97,91 97,96

    Rata-rata Lama

    Sekolah 9,70 9,73 9,73 9,77 9,77

    Paritas daya beli

    (rupiah) 639,44 639,50 643,80 647,22 649,38

    IPM Samarinda 75,48 75,62 76,12 76,68 77,07

    Sumber data : BPS Kota Samarinda

    *) Angka sementara

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Samarinda Tahun 2011-2015

    BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah - 25

    Peningkatan pembangunan manusia dipengaruhi oleh peningkatan yang

    terjadi pada 3 (tiga) komponen yakni kesehatan, pendidikan serta standar hidup layak.

    Ketiga komponen pembentuk IPM telah memberikan kontribusi secara signifikan

    terhadap keberhasilan pembangunan manusia di Kota Samarinda. Secara umum,

    terjadi peningkatan terhadap jumlah penduduk yang mampu membaca dan menulis.

    Pada tahun 2006, nilai indikator angka melek huruf sebagai bagian dari komponen

    pendidikan sebesar 96,60 dan terus mengalami peningkatan menjadi 97,96 pada tahun

    2010.

    Pada tahun 2010, tercatat rata-rata lama sekolah 9,77 tahun, artinya secara

    rata-rata penduduk menghabiskan 9,77 tahun untuk duduk di bangku sekolah atau

    telah dapat menyelesaikan sekolah hingga jenjang SLTP. Angka ini sedikit lebih

    tinggi jika dibandingkan dengan tahun 2006 yakni sebesar 9,70 tahun. Dengan

    demikian dapat disimpulkan program wajib belajar 9 tahun dapat dikatakan cukup

    berhasil.

    Selain itu, dari besaran rata-rata lama sekolah sekitar 9 tahun menunjukkan

    bahwa masyarakat Kota Samarinda yang mengikuti pendidikan formal tingkat SLTA

    masih relatif rendah. Sehingga hal ini merupakan tantangan tersendiri bagi

    Pemerintah Daerah, sebagai upaya pengembangan kualitas manusia yang lebih baik.

    Kecilnya peningkatan rata-rata lama sekolah ini dikarenakan perkembangan

    penduduk migran yang cukup tinggi di Kota Samarinda, dimana umumnya para

    migran tersebut memiliki tingkat pendidikan yang rendah dengan motif mencari

    pekerjaan. Di samping itu, indikator angka rata-rata sekolah memiliki sifat yang

    kurang responsif terhadap perubahan jangka pendek, dan hanya mampu menangkap

    perubahan yang terjadi pada periode yang cukup lama.

    Pencapaian pembangunan kesehatan dapat dilihat melalui indikator usia rata-

    rata hidup masyarakat sebagai komponen penyusun IPM untuk aspek kesehatan.

    Selama periode 2006-2010, terjadi peningkatan usia rata-rata hidup masyarakat dari

    70,4 tahun menjadi 71,21 tahun. Peningkatan merepresentasikan perkembangan

    kesehatan masyarakat sebagai hasil dari berbagai program kesehatan yang dilakukan

    oleh Pemerintah Daerah seperti berobat gratis dan keringanan biaya berobat bagi

    masyarakat miskin. Dengan mempertahankan kinerja seperti tahun-tahun

    sebelumnya yaitu dengan tetap melakukan perbaikan dan penetapan standar

    kesehatan yang lebih baik, maka diharapkan pada tahun-tahun berikutnya angka

    harapan hidup dapat terus meningkat.

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Samarinda Tahun 2011-2015

    BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah - 26

    Indikator hidup layak yang digunakan dalam penghitungan IPM Kota

    Samarinda adalah rata-rata pengeluaran riil sebagai pendekatan dari pendapatan.

    Selama periode 2006-2010, nilai rata-rata pengeluaran riil per kapita masyarakat Kota

    Samarinda berkisar Rp 639 hingga 649 ribu rupiah dengan trend yang terus

    meningkat.

    d. Kesehatan

    Pembangunan bidang kesehatan pada dasarnya bertujuan untuk memberikan

    pelayanan kesehatan secara mudah, murah dan merata. Dengan meningkatnya

    pelayanan kesehatan, pemerintah berupaya meningkatkan derajat kesehatan

    masyarakat. Salah satu upaya pemerintah dalam rangka pemerataan pelayanan

    kesehatan kepada masyarakat adalah dengan penyediaan fasilitas kesehatan terutama

    puskesmas dan Puskesmas Pembantu. Karena kedua fasilitas tersebut dapat

    menjangkau segala lapisan masyarakat.

    Tabel 2.16

    Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kota Samarinda (2006-2010)

    Uraian 2006 2007 2008 2009 2010 *)

    Rumah Sakit Umum 6 7 7 7 7

    Rumah Sakit Bersalin

    5 5 5 5 5

    Rumah Sakit Jiwa 1 1 1 1 1

    Puskesmas 20 20 20 21 21

    Puskesmas Pembantu 43 41 41 41 41

    Apotik 58 80 25 26 26

    Dokter Praktek 150 126 213 198 198

    Sumber: Kota Samarinda Dalam Angka 2009 Data apotek tahun 2008-2009 adalah apotek baru *) Angka sementara

    Banyaknya fasilitas kesehatan yang tersedia tentu tidak bisa lepas dari

    peran serta tenaga Paramedis dan non medis. Untuk menunjang kelancaran pelayanan

    diperlukan tenaga-tenaga dalam jumlah yang memadai. Dari tabel dibawah dapat

    dilihat, periode tahun 2006 - 2010 terdapat tambahan jumlah tenaga kesehatan yang

    cukup memadai di Kota Samarinda. Penambahan tenaga kesehatan tersebut tentunya

    sangat berperan dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat baik secara

    langsung maupun tidak langsung. Karena pelayanan tersebut dapat menjangkau

    sampai kepada masyarakat luas, sehingga akan lebih mempercepat proses penanganan

    kesehatan. Selain itu dapat dilakukan tindakan preventif melalui penyuluhan

    kesehatan, agar masyarakat dapat menerapkan perilaku hidup sehat. Diharapkan

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Samarinda Tahun 2011-2015

    BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah - 27

    dengan semakin sadarnya masyarakat, maka penularan penyakit muntaber, kolera,

    dan demam berdarah akan menurun.

    Tabel 2.17

    Perkembangan Jumlah Tenaga Medis masing-masing Rumah Sakit

    Kota Samarinda (2006-2010)

    Sumber: Kota Samarinda Dalam Angka 2009

    *) Data sementara

    e. Kemiskinan dan Pengangguran

    Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang dipengaruhi oleh banyak

    faktor, seperti tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, akses terhadap barang dan

    jasa, lokasi, kondisi, geografis, gender, dan kondisi lingkungan. Permasalahan

    kemiskinan yang cukup kompleks dan membutuhkan intervensi semua pihak secara

    bersama dan terkoordinasi. Namun penanganannya selama ini cenderung parsial dan

    tidak berkelanjutan. Peran dunia usaha dan masyarakat pada umumnya juga belum

    optimal. Kemiskinan sebagai masalah multidimensi, tidak dipahami hanya sebatas

    ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan pemenuhan hak-hak dasar dan

    perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang. Penanggulangan

    kemiskinan dilakukan melalui berbagai upaya untuk menjamin kehormatan,

    perlindungan dan pemenuhan hak-hak dasar masyarakat miskin, perwujudan keadilan

    dan kesetaraan gender, serta percepatan pembangunan pedesaan, perkotaan.

    Secara teoritis peningkatan pertumbuhan ekonomi seharusnya dapat

    diikuti dengan penurunan jumlah penduduk miskin dan jumlah penduduk yang

    menganggur. Namun dalam perkembangannya pertumbuhan ekonomi yang tinggi

    tidak selamanya akan mengurangi jumlah penduduk miskin. Hal ini tergantung pada

    Tenaga

    Kesehatan

    2006 2007 2008 2009 2010*)

    Dokter Umum 74 89 106 121 121

    Dokter Gigi 12 15 19 76 76

    Dokter Spesialis 86 88 100 130 130

    Perawat 833 899 944 832 882

    Bidan 97 117 124 98 100

    Non Medis 437 317 239 561 585

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Samarinda Tahun 2011-2015

    BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah - 28

    kebijakan yang diambil oleh pemerintah untuk dalam mengejar pertumbuhan

    ekonomi. Kondisi secara nasional tersebut tidak terlepas berdampak pada

    pembangunan ekonomi dalam wilayah yang lebih kecil seperti kota Samarinda.

    Di Kota Samarinda persentase kemiskinan selama periode 2006-2010

    mengalami fluktuasi dimana p e r s e n t a s e p e n d u d u k m i s k i n

    t e r t i n g g i t e r j a d i p a d a t a h u n 2 0 0 7 y a i t u 6 , 6 0 p e r s e n d a n

    y a n g t e r e n d a h pada tahun 2008 mencapai 4,67 persen. Persentase penduduk

    miskin Samarinda pada tahun 2010 sedikit menunjukkan peningkatan dibanding

    tahun sebelumnya, hal ini disebabkan karena adanya kenaikan BBM dan beberapa

    permasalahan ekonomi lainnya, selain itu juga karena krisis global yang efeknya

    merata ke seluruh penjuru dunia.

    Gambar 2.18

    Persentase Jumlah Penduduk Miskin

    Sumber: BPS Kota Samarinda

    Kinerja pengentasan kemiskinan melalui program pemberian bantuan modal

    usaha, keringanan biaya berobat, dana BOS, meletakkan dasar kebijakan ekonomi

    padat karya, dan sebagainya merupakan upaya pemerintah menurunkan angka

    kemiskinan hingga 8,2 persen (target Pemerintah Pusat dalam Triple Track Strategy)

    sehingga kesejahteraan penduduk meningkat. Upaya ini bagi Kota Samarinda dapat

    dilaksanakan dengan baik dalam kondisi dinamika perpindahan penduduk dan arus

    migran masuk dapat dikendalikan.

    Sebagai bagian dari penduduk, pertumbuhan jumlah penduduk usia kerja

    biasanya mengikuti pola perkembangan penduduk. Bahkan untuk daerah yang

    mempunyai kecenderungan tingkat migrasi neto tinggi seperti Samarinda, kelompok

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Samarinda Tahun 2011-2015

    BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah - 29

    penduduk ini berpengaruh besar terhadap pola pertumbuhan penduduk. Pada

    umumnya kelompok penduduk ini memiliki tingkat produktivitas tinggi sehingga

    sangat potensial untuk suatu daerah, terlebih untuk daerah berkembang seperti

    Samarinda. Tidak dapat dipungkiri bahwa Samarinda yang mengandalkan sektor

    perdagangan, jasa-jasa dan industri sangat terbantu dengan keberadaan migran

    produktif tersebut.

    Gambar 2.19

    Tingkat Pengangguran Terbuka Kota Samarinda

    Tahun 2006-2010

    Sumber: BPS Kota Samarinda

    Selama kurun waktu 2006-2010 tingkat kesempatan kerja di Kota

    Samarinda cenderung mengalami peningkatan. Hal ini diikuti dengan

    tingkat pengangguran terbuka (TPT) yang cenderung menunjukkan

    penurunan pada periode waktu yang sama.

    2.3. Aspek Pelayanan Umum

    Indikator variabel aspek pelayanan umum terdiri dari:

    2.3.1 Fokus Layanan Urusan Wajib

    Analisis kinerja atas layanan urusan wajib dilakukan terhadap indikator-

    indikator kinerja penyelenggaraan urusan wajib pemerintahan daerah, yaitu bidang

    urusan pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum, perumahan, penataan ruang,

    perencanaan pembangunan, perhubungan, lingkungan hidup, pertanahan,

    kependudukan dan catatan sipil, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak,

    keluarga berencana dan keluarga sejahtera, sosial, ketenagakerjaan, koperasi dan

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Samarinda Tahun 2011-2015

    BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah - 30

    usaha kecil menengah, penanaman modal, kebudayaan, kepemudaan dan olah raga,

    kesatuan bangsa dan politik dalam negeri, otonomi daerah, pemerintahan umum,

    administrasi keuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaian, dan persandian,

    ketahanan pangan, pemberdayaan masyarakat dan desa, statistik, kearsipan,

    komunikasi dan informatika dan perpustakaan. Berikut ini disajikan hasil analisis dari

    beberapa indikator kinerja pada fokus layanan urusan wajib pemerintahan daerah

    sebagai berikut:

    a. Angka Partisipasi Kasar dan Angka Partisipasi Murni

    Indikator ini menggambarkan persentase jumlah siswa usia sekolah pada

    setiap jenjang pendidikan, dimana pengukurannya didasarkan pada jumlah siswa usia

    sekolah untuk jenjang pendidikan tertentu dibagi jumlah penduduk usia sekolah untuk

    jenjang pendidikan tersebut.

    APM (Angka Partisipasi Murni) merupakan indikator yang menunjukkan

    proporsi penduduk yang bersekolah pada jenjang pendidikan dan berusia sesuai

    dengan usia sekolah pada jenjang pendidikannya, dengan kata lain APM mengukur

    proporsi anak yang sekolah tepat waktu. APM dibagi dalam 3 jenjang pendidikan

    yaitu SD untuk penduduk usia 7-12 tahun, SLTP untuk penduduk usia 13-15 tahun

    dan SLTA untuk penduduk usia 16-18 tahun. Program pemerintah wajib belajar 9

    tahun berarti yang menjadi sasaran program tersebut adalah anak-anak usia 7-12

    tahun (SD) dan 13-15 tahun (SLTP). APM di Kota Samarinda tahun 2010 untuk

    jenjang SLTP dan SLTA cenderung mengalami penurunan dibandingkan tahun

    sebelumnya sebaliknya untuk tingkat pendidikan SD menunjukkan peningkatan

    dinadingkakan tahun sebelumnya.

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Samarinda Tahun 2011-2015

    BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah - 31

    Tabel 2.20

    Angka Partisipasi Murni (APM) Kota Samarinda Tahun 2006-2010

    Uraian 2006 2007 2008 2009 2010

    APM

    7 12 89,65 92,46 93,48 91,40 92,68

    13 15 70,28 76,74 74,16 73,50 68,51

    16 18 56,37 55,20 62,37 54,85 54,19

    APK

    7 12 110,71 110,22 116,47 110,16 95,79

    13 15 100,20 98,73 90,27 92,44 95,80

    16 - 18 72,06 71,50 76,97 85,08 70,44

    Sumber data : BPS Kota Samarinda

    APK (Angka Partisipasi Kasar) memberikan gambaran secara umum tentang

    banyaknya anak yang menerima pendidikan pada jenjang tertentu. APK di Kota

    Samarinda kurun waktu tahun 2006 - 2010 semua jenjang pendidikan SD, SLTP

    maupun SLTA mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

    Secara umum APK di Kota Samarinda mempunyai pola yang spesifik untuk setiap

    jenjang pendidikan dengan korelasi terbalik dimana semakin tinggi jenjang

    pendidikan, semakin kecil nilai APK sebaliknya.

    b. Ketersediaan Sekolah dan Rasio Murid Guru

    Ada beberapa hal yang berpengaruh terhadap proses belajar mengajar yang

    baik diantaranya adalah fasilitas pendidikan. Fasilitas pendidikan dalam hal ini adalah

    sekolah dan guru sebagai tenaga pengajar. Sekolah merupakan tempat

    berlangsungnya proses belajar dam mengajar sedangkan guru merupakan tenaga

    utama dalam proses belajar mengajar itu sendiri. Tanpa kedua hal tersebut, proses

    belajar mengajar tidak akan dapat berjalan dengan baik.

    Upaya untuk memperluas jangkauan pelayanan pendidikan bertujuan

    meningkatkan pemerataan fasilitas pendidikan, sehingga akan semakin banyak

    penduduk yang dapat bersekolah. Pembangunan sarana prasarana pendidikan yang

    menjangkau sampai ke pelosok daerah, serta adanya program wajib belajar dapat

    mendorong peningkatan partisipasi sekolah penduduk.

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Samarinda Tahun 2011-2015

    BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah - 32

    Untuk meningkatkan angka partisipasi sekolah, khususnya pada jenjang SD

    harus ditunjang dengan ketersediaan fasilitas pendidikan yang memadai sehingga

    program wajib belajar 9 tahun yang dicanangkan oleh pemerintah dapat terlaksana.

    Upaya lainnya yang dapat dilakukan adalah penambahan guru dengan melakukan

    pengadaan guru baru maupun mengangkat guru kontrak untuk ditempatkan pada

    sekolah yang kekurangan guru.

    Dari aspek ketersediaan sarana untuk pendidikan dasar di Kota Samarinda

    sepanjang tahun 2006-2010 cenderung meningkat. Jika pada tahun 2006 jumlah

    sekolah dasar sebanyak 235 pada akhir tahun 2010 jumlahnya mencapai 239 sekolah.

    Sayangnya peningkatan jumlah sarana sekolah dasar ini tidak diikuti perbaikan rasio

    antara murid dan guru. Angka ini menunjukkan beban kerja guru dalam mengajar

    juga dapat digunakan untuk melihat mutu pengajaran karena semakin tinggi nilai

    rasio berarti semakin berkurang tingkat pengawasan atau perhatian guru terhadap

    murid sehingga mutu pengajaran cenderung rendah. Besaran rasio murid guru dapat

    dilihat pada tabel berikut. Terlihat bahwa rasio murid guru selama kurun waktu tahun

    2006-2010 menunjukkan fluktuasi, dan menunjukkan penurunan yang signifikan pada

    tahun 2008 yang mencapai angka 21,15 yang artinya setiap guru mengajar 21 murid.

    Diharapkan pada tahun 2010 rasio murid guru ini menunjukkan penurunan mengingat

    implementasi program, pemerintah daerah sebenarnya cukup serius meningkatkan

    kualitas dan ketersediaan sarana pendidikan serta tenaga pengajar.

    Tabel 2.21

    Jumlah Fasilitas dan Rasio Murid Guru Pendidikan Dasar

    (Negeri dan Swasta), Tahun 2006 - 2010

    Tahun Jumlah Sekolah SD

    Negeri & Swasta

    Rasio Murid dan

    Guru SD Negeri &

    Swasta

    1 2 3

    2006 235 21.96

    2007 236 22.07

    2008 240 21.15

    2009 239 21.59

    2010*) 239 21.45

    Sumber : BPS Kota Samarinda

    *) Angka Sementara

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Samarinda Tahun 2011-2015

    BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah - 33

    2.3.2 Fokus Layanan Urusan Pilihan

    a. Investasi

    Besarnya investasi yang telah direalisasi di suatu negara/wilayah pada suatu

    tahun adalah sama dengan jumlah pembentukan modal tetap bruto (PMTB) dengan

    perubahan inventori. Komponen PMTB yang merupakan komponen dari investasi,

    semakin berperan dalam menggerakkan roda perekonomian Kota Samarinda.

    Pembentukan modal tetap bruto ini bersumber dari 5 hal, yaitu: biaya

    bangunan/konstruksi, mesin dan alat perlengkapannya, perluasan atau penanaman

    baru, penambahan ternak/unggas untuk dipelihara, dan margin perdagangan termasuk

    jasa makelar. Sedangkan inventori menggambarkan output suatu sektor yang belum

    selesai diproses, yang dapat berbentuk output setengah jadi, atau input yang belum

    digunakan, termasuk juga stok berupa barang jadi yang belum dijual. Inventori

    termasuk sebagai bagian dari investasi, karena inventori termasuk dalam modal kerja

    (working capital) yang merupakan bagian dari investasi yang direncanakan.

    Nilai Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) di Kota Samarinda atas dasar

    harga berlaku mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun,

    yakni dari 6,01 triliun rupiah pada tahun 2006 hingga menjadi 7,60 triliun rupiah di

    tahun 2010.

    Peranan PMTB terhadap PDRB cukup tinggi yaitu 33,19 persen pada tahun

    2010. Namun perlu dicermati, bahwa terdapat kecenderungan penurunan pada

    peranan komponen tersebut dalam pembentukan PDRB. Hal ini menjadi penting,

    karena pertumbuhan ekonomi yang ditopang oleh kegiatan investasi akan

    memberikan manfaat yang lebih serta efek pengganda yang lebih besar terhadap

    sektor-sektor ekonomi lainnya.

    Keterkaitan (hubungan) antara investasi (PMTB ditambah perubahan

    inventori) dengan PDRB digambarkan oleh suatu ukuran yang disebut dengan

    Incremental Capital Output Ratio (ICOR). Ukuran ini merupakan gambaran

    mengenai tambahan nilai investasi yang dibutuhkan untuk menciptakan satu unit

    tambahan PDRB dalam periode waktu tertentu di suatu wilayah yang dihitung

    dengan menggunakan harga konstan 2000. ICOR juga dapat digunakan sebagai

    indikator tingkat efisiensi dalam berinvestasi di Kota Samarinda pada periode

    tertentu.

    Perhitungan angka ICOR biasanya bukan dari perubahan kapital dan output

    tahun per tahun, melainkan dihitung dalam selang waktu yang relatif panjang,

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Samarinda Tahun 2011-2015

    BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah - 34

    misalnya 5 tahun. Sebab penambahan kapital pada tahun ini tidak otomatis diikuti

    oleh penambahan output pada tahun ini juga, melainkan baru akan muncul pada satu

    atau dua tahun yang akan datang. Selain itu masa yang dibutuhkan dari waktu

    penambahan kapital sampai dengan menghasilkan output akan berbeda-beda dari

    sektor yang satu dengan sektor lainnya. Sebagai contoh penambahan kapital

    (investasi) pada sektor bangunan akan mendatangkan output paling cepat pada 23

    tahun yang akan datang. Di sisi lain penambahan kapital (investasi) untuk kegiatan

    perdagangan, dipastikan akan mendatangkan output dalam jangka waktu kurang dari

    satu tahun setelah investasi, misalnya 5 tahun.

    Selama tahun 2006-2010, ICOR rata-rata Kota Samarinda berkisar antara 5,36

    hingga 6,75. ICOR tertinggi terjadi pada periode 2000-2010 mencapai 6,75 dan yang

    terendah pada periode 2000-2006 sebesar 5,36. Dengan melihat besar ICOR rata-rata

    antara tahun 2000 sampai tahun 2002 menurun yaitu dari 5,17 menjadi 4,54.

    Sedangkan antara periode 2000-2002 sampai 2000-2008 cenderung terjadi

    peningkatan dari 4,54 periode 2000-2002 menjadi 6,41 periode 2000-2008. Hal

    tersebut menunjukkan perbandingan bahwa pertambahan modal yang diperlukan

    untuk menaikkan output (nilai tambah) pada tahun 2000-2008, lebih tinggi bila

    dibanding dengan periode tahun 2000-2007 tercermin pada Tabel berikut:

    Tabel 2.22 Incremental Capital Output Ratio (ICOR)

    Periode ICOR

    Rata-rata

    Tahun Investasi

    (Milyar

    Rupiah)

    ICOR

    (1) (2) (3) (4) (5)

    2000 2006 5,36 2006 4.186,73 8,20

    2000 2007 6,02 2007 4.298,54 14,11

    2000 2008 6,37 2008 4.523,83 9,29

    2000 2009 6,67 2009 4.750,30 9,36

    2000 2010 6,75 2010 4.837,73 7,33

    Sumber: BPS Kota Samarinda

    Apabila dibandingkan dengan ICOR Nasional, yaitu berkisar 4,5 hingga 5,

    ICOR Kota Samarinda selama 2006-2010 lebih besar. Hal tersebut mengindikasikan

    bahwa perekonomian Kota Samarinda kurang efisien dibandingkan perekonomian

    Nasional. Namun hal tersebut pada dasarnya disebabkan oleh perbedaan karakteristik

    ekonomi Samarinda dengan nasional, dimana kegiatan investasi di Kota Samarinda

    mayoritas berada di sektor konstruksi. Penambahan kapital pada sektor tersebut

    cenderung baru dapat mendatangkan output pada kurun waktu yang lebih panjang.

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Samarinda Tahun 2011-2015

    BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah - 35

    b. Produktivitas Tenaga Kerja

    Produktivitas tenaga kerja diperoleh dengan menggunakan pendekatan

    penghitungan rasio antara nilai tambah dengan jumlah tenaga kerja. Indikator tersebut

    menunjukkan besaran nilai tambah yang dihasilkan oleh setiap tenaga kerja. Semakin

    tinggi nilai produktivitas, maka tenaga kerja dinilai semakin produktif. Peningkatan

    pada produktivitas tenaga kerja diharakan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi

    yang lebih tinggi, sehingga manfaat ekonomi yang diperoleh dapat lebih banyak.

    Terdapat pergeseran struktur ekonomi wilayah Kota Samarinda dari tahun ke tahun.

    Perekonomian Kota Samarinda terus berkembang dari ekonomi agraris tradisional

    menjadi struktur ekonomi yang lebih maju, yaitu ekonomi yang didukung oleh sektor

    jasa-jasa dan industri yang makin kuat.

    Dengan menggunakan klasifikasi 3 (tiga) kelompok besar sektor PDRB, yaitu

    Agriculture (sektor A atau pertanian), Manufacturing (sektor M, terdiri dari

    pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, gas, listrik dan air, serta

    konstruksi), dan Services (sektor S, terdiri dari perdagangan, transportasi, lembaga

    keuangan dan jasa-jasa). Sektor padat karya seperti sektor pertanian dan bangunan

    cenderung bersifat massal dalam menyerap tenaga kerja yang berpendidikan rendah

    dengan teknologi yang sederhana. Hal tersebut menyebabkan terdapat kesulitan

    dalam memacu tingkat produktivitas yang tinggi. Sebaliknya sektor padat modal,

    yang diasumsikan sebagai sektor modern, mempunyai kecenderungan melibatkan

    investasi yang besar dengan menyerap jumlah tenaga kerja sedikit dan berkualitas

    dengan latar belakang pendidikan yang sesuai dan biasanya menggunakan teknologi

    tinggi dalam operasional kegiatannya. Beberapa sektor yang termasuk sektor modern

    adalah sektor Keuangan dan Lembaga Keuangan Bukan Bank, sektor Pertambangan

    dan Penggalian, sektor Industri Pengolahan, dan sektor Listrik, Gas dan Air Minum.

    Secara rinci, tenaga kerja di sektor-sektor tersebut memiliki tingkat produktivitas

    tinggi ini ditunjukkan oleh tingginya nilai tambah yang dihasilkan oleh setiap tenaga

    kerja.

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Samarinda Tahun 2011-2015

    BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah - 36

    Gambar 2.23

    Produktivitas Tenaga Kerja Tahun 2006 -2010

    Sumber: BPS Kota Samarinda

    2.4. Aspek Daya Saing Daerah

    1. SEKTOR PERTANIAN

    Sektor pertanian adalah segala pengusahaan yang didapat dari alam dan

    merupakan barang-barang biologis atau hidup, dimana hasilnya akan digunakan

    untuk memenuhi hidup sendiri atau dijual kepada pihak lain, tidak termasuk

    kegiatan yang tujuannya untuk hobi saja. Kegiatan pertanian pada umumnya

    berupa cocok tanam, pemeliharaan ternak, penangkapan ikan, pengambilan hasil

    laut, penebangan kayu dan pengambilan hasil hutan serta perburuan binatang liar.

    Sektor Pertanian meliputi lima sub sektor yaitu : sub sektor Tanaman Bahan

    Makanan (Tanaman Pangan), Tanaman Perkebunan, Peternakan dan hasil-

    hasilnya, Kehutanan dan Perikanan.

    Pendekatan yang digunakan dalam memperkirakan nilai tambah bruto (NTB)

    sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan adalah melalui pendekatan

    dari sudut produksi. Pendekatan ini didasarkan pada pertimbangan ketersediaan

    data produksi dan data harga dari masing-masing komoditi pertanian. Secara

    umum, nilai output setiap komoditi diperoleh dari hasil perkalian antara produksi

    yang dihasilkan dengan harga produsen komoditi bersangkutan. Menurut sifatnya,

    output diibedakan atas dua jenis yaitu output utama dan output ikutan. Total output

    suatu subsektor merupakan penjumlahan dari nilai output utama dan ikutan dari

    seluruh komoditi ditambah dengan nilai pelengkapnya. NTB suatu sub sektor

    diperoleh dari penjumlahan NTB tiap-tiap komoditi. NTB ini didapat dari

    pengurangan nilai output atas dasar harga produsen terhadap seluruh biaya-biaya

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Samarinda Tahun 2011-2015

    BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah - 37

    antara, yang didalam prakteknya biasa dihitung melalui perkalian antara rasio

    NTB terhadap output komoditi tertentu. Untuk keperluan penyajian data NTB atas

    dasar harga konstan 2000 (2000=100), digunakan metode revaluasi yaitu metode

    dimana seluruh produksi dan biaya-biaya antara dinilai berdasarkan harga tahun

    dasar 2000. Khusus untuk subsektor Peternakan, penghitungan produksinya tidak

    dapat dilakukan secara langsung, tetapi diperoleh melalui suatu rumus persamaan

    yang menggunakan tiga peubah, yakni : banyaknya ternak yang dipotong ditambah

    selisih antara ekspor dan impor ternak.

    a. Tanaman Bahan Makanan

    Sub sektor ini mencakup komoditi tanaman bahan makanan seperti padi,

    jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai,

    sayur-sayuran, buah-buahan dan tanaman bahan makanan lainnya. Data produksi

    diperoleh dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kota Samarinda, sedangkan harga

    produsen yang dipergu-nakan bersumber dari Survei Harga Perdagangan Besar

    dan sebagian bersumber dari instansi yang bersangkutan.

    Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara pendekatan

    produksi, yaitu mengalikan jumlah produksi dengan harga masing-masing

    komoditi. Kemudian hasilnya dikurangi dengan biaya antara atas dasar harga

    berlaku pada setiap tahun. Biaya antara tersebut diperoleh dari hasil Survei Khusus

    Pendapatan Regional (SKPR) Kota Samarinda. Nilai tambah bruto atas dasar

    harga konstan 2000 dihitung dengan cara revaluasi.

    b. Tanaman Perkebunan

    1. Tanaman Perkebunan Rakyat

    Tanaman perkebunan rakyat mencakup semua jenis kegiatan tanaman

    perkebunan yang diusahakan oleh rakyat (tidak berbadan hukum).

    Komoditi yang dihasilkan meliputi karet, kelapa, kopi, teh, tebu,

    tembakau, cengkeh, pala, kakao, lada, kayu manis, jarak dan kapas.

    Data produksi dapat diperoleh dari Direktori Jenderal Perkebunan

    dan Dinas Perkebunan Kota Samarinda.Data harga perdagangan besar

    diperoleh dari Dantor Perkebunan dan BPS Kota Samarinda.

    Output atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara mengalikan

    produksi dengan harga pada tahun yang bersangkutan, kemudian

    dikurangi dengan biaya pengangkutan dan margin perdagangan. Nilai

    tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara mengurangi

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Samarinda Tahun 2011-2015

    BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah - 38

    output tersebut dengan biaya antaranya (metode produksi). Sedang output

    atas dasar harga konstan diperoleh dengan cara revaluasi.

    2. Tanaman Perkebunan Besar

    Tanaman perkebunan besar mencakup semua jenis kegiatan tanaman

    perkebunan yang diusahakan oleh perusahaan perkebunan yang

    mempunyai bentuk badan hukum dan dilakukan secara profesional.

    Komoditi yang dicakup meliputi: karet, kopi, teh, kelapa sawit, rami, serat

    manila, serta tanaman perkebunan lainnya. Produk ikutannya sama seperti

    pada tanaman perkebunan rakyat.

    Data produksi dan harga perdagangan besar diperoleh dari Dinas

    Perkebunan setempat atau dari BPS Kota Samarinda. Rasio biaya antara

    dan rasio biaya pengangkutan dan margin perdagangan diperoleh dari

    survei khusus. Penghitungan output dan NTB atas dasar harga berlaku

    menggunakan pendekatan produksi, sedang penghitungan output atas

    dasar harga konstan menggunakan cara revaluasi.

    c. Peternakan dan Hasil-hasilnya

    Sub sektor peternakan meliputi kegiatan pemeliharaan ternak dengan tujuan

    untuk dikembangkan, dibesarkan, digemukkan, baik untuk bibit serta

    dimanfaatkan untuk dipotong dan keperluan lainnya. Jenis ternak meliputi ternak

    besar, ternak kecil, unggas, dan hasil ikutan lainnya termasuk kulit, tulang dan

    tanduk Data yang digunakan berupa data populasi (yang dianggap sebagai stok

    awal dan akhir tahun), dapat diperoleh dari Dinas Peternakan Kota Samarinda.

    Karena data ekspor dan impor antar daerah masih sulit diperoleh maka ekspor neto

    diasumsikan sama dengan nol. Sedang data harga perdagangan besar perkomoditi

    bisa diperoleh dari Dinas Peternakan Kota Samarinda dan BPS Kota Samarinda.

    Produksi ternak diperkirakan sama dengan jumlah ternak yang dipotong ditambah

    perubahan stok populasi ternak dan ekspor ternak netto. Data mengenai jumlah

    ternak yang dipotong, populasi, produksi telur dan hasil ikutan lainnya diperoleh

    dari Dinas Peternakan Kota Samarinda. Harga produsen diperoleh dari survei

    harga perdagangan besar dan sebagian dari Dinas Peternakan Kota Samarinda.

    Nilai produksi bruto atas dasar harga berlaku diperoleh dari perkalian antara

    jumlah produksi dengan harga produsen. Nilai produksi atas dasar harga konstan

    diperoleh dengan cara revaluasi. Nilai tambah bruto baik atas dasar harga berlaku

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Samarinda Tahun 2011-2015

    BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah - 39

    maupun atas dasar harga konstan diperoleh dengan cara mengeluarkan biaya

    antara dari nilai produksi bruto.

    d. Kehutanan dan Hasil-hasilnya

    Subsektor ini mencakup semua kegiatan penebangan segala jenis kayu serta

    pengambilan daun-daunan, getah-getahan dan akar-akaran, termasuk kegiatan

    perburuan. Hasil penebangan yang utama adalah kayu gelondongan (baik yang

    berasal dari hutan rimba maupun hutan budidaya), sedangkan hasil penebangan

    lainnya meliputi kayu bakar, arang dan bambu. Pemungutan hasil hutan antara lain

    damar, kopal dan nipah. Kegiatan perburuan meliputi penangkapan binatang liar

    seperti buaya, babi hutan, biawak, menjangan, dan harimau, baik untuk

    dikonsumsi dagingnya maupun diambil kulit, bulu, dan tanduknya (tidak termasuk

    rusa). Termasuk juga hasil buruan lainnya seperti pengambilan sarang burung,

    telur dan tanduk.Akan tetapi perburuan yang lebih menekankan unsur hobi tidak

    dimasukkan sebagai kegiatan perburuan.

    Sumber data adalah Unit Pelaksana Teknis Daerah - Peredaran Hasil Hutan

    (UPTD-PHH) Samarinda, yaitu berupa data produksi dan harga produsen.

    Penghitungan nilai tambah sub sektor ini dilakukan melalui pendekatan produksi

    sama seperti yang dilakukan pada sub sektor lain sebelumnya. Nilai tambah bruto

    atas dasar harga berlaku dihitung dengan cara pendekatan produksi. Biaya

    antaranya diperoleh dari Survei Khusus Pendapatan Regional (SKPR) Kota

    Samarinda. Nilai tambah brutto atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan

    cara revaluasi.

    e. Perikanan

    Sub sektor ini meliputi semua kegiatan penangkapan, pembenihan, dan

    budidaya segala jenis ikan dan biota air lainnya (kerang, siput, dan udang), baik

    yang berada di air tawar maupun air asin. Termasuk juga kegiatan pengambilan

    hasil-hasil binatang air seperti telur ikan, telur penyu, sirip ikan, bibit ikan tuna

    dan jenis ikan laut lainnya, ikan mas dan jenis ikan darat lainnya, ikan bandeng

    dan ikan payau lainnya, udang dan binatang berkulit keras lainnya, cumi-cumi dan

    binatang lunak lainnya, rumput laut serta tumbuhan lainnya. Secara umum, sub

    sektor ini terbagi menjadi: (1). Penangkapan dan pengumpulan ikan darat (2).

    Penangkapan dan pengumpulan ikan laut (3).Pengolahan ikan basah laut maupun

    darat.

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Samarinda Tahun 2011-2015

    BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah - 40

    Pada kegiatan penangkapan dan pengumpulan ikan darat dan ikan laut serta

    hasil-hasilnya adalah berupa ikan dan binatang air dengan kualitas basah dan

    segar. Sedangkan kegiatan pengolahan meliputi pengeringan dan penggaraman

    ikan. Proses pengasinan disini adalah dilakukan dengan memanaskan/ pengeringan

    melalui sinar matahari. Data produksi diperoleh melalui Dinas Perikanan Kota

    Samarinda. Rasio biaya antara dan penyusutan diperoleh melalui Survei Khusus

    Pendapatan Regional (SKPR) Kota Samarinda. Penghitungan nilai tambah bruto

    atas dasar harga berlaku dengan jalan mengalikan jumlah produksi dengan rata-

    rata harga masing-masing komoditi. Sedang nilai tambah bruto atas dasar harga

    konstan 2000 diperoleh dengan cara revaluasi.

    f. Jasa Pertanian

    Kegiatan jasa pertanian dikategorikan sebagai jasa-jasa khusus yang diberikan

    untuk menunjang kegiatan ekonomi pertanian berdasarkan suatu pungutan atau

    kontrak tertentu. Termasuk dalam jasa pertanian adalah penyewaan alat pertanian

    dengan operatornya dengan syarat pengelolaan dan resiko usaha tersebut

    dilakukan secara terpisah oleh orang lain (contohnya: pelelangan ikan,

    penyemprotan hama dan lain-lain). Kegiatan ini pada umumnya masih banyak

    dilakukan oleh rumah tangga tani dan sulit untuk memisahkan datanya dari

    kegiatan lainnya di bidang pertanian. Dalam penghitungan nilai tambah sektor

    pertanian, secara konsep nilai tambah jasa pertanian ini terdistribusi pada masimg-

    masing sub-sektor (misalnya jasa dokter hewan pada sub- sektor peternakan, jasa

    memetik kopi pada sub sektor perkebunan). Akan tetapi karena sampai saat ini

    belum dapat diperoleh informasi yang lengkap mengenai jasa pertanian, maka

    untuk praktisnya nilai tersebut dianggap terwakili dalam besaran persentase

    mark-up tiap-tiap subsektor pertanian.

    2. SEKTOR PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN

    Kegiatan pertambangan dan Penggalian adalah kegiatan yang mencakup

    penggalian, pengeboran, penyaringan, pencucian, pemilihan dan pengambilan

    segala macam barang tambang, mineral dan barang galian yang tersedia di alam,

    baik berupa benda padat, benda cair maupun gas. Kegiatan ini dapat dilakukan di

    bawah tanah maupun di atas permukaan bumi. Sektor ini dikelompokkan dalam

    tiga sub sektor, yaitu sub sektor Pertambangan Migas, sub sektor Pertambangan

    Tanpa Migas, serta sub sektor Penggalian.

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Samarinda Tahun 2011-2015

    BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah - 41

    a. Pertambangan Migas

    Sub sektor ini mencakup semua kegiatan pertambangan minyak dan gas bumi.

    Pertambangan Minyak dan Gas Bumi meliputi kegiatan pencarian kandungan

    minyak bumi dan gas bumi, penyiapan pengeboran, penambangan, penguapan,

    pemisahan serta penampungan untuk dapat dijual dan dipasarkan. Komoditi yang

    dihasilkan adalah minyak bumi kondensat dan gas bumi. Metode penghitungan

    yang digunakan adalah melalui pendekatan produksi. Output utama diperoleh

    melalui perkalian antara kuantum barang yang dihasilkan dengan harga per unit

    produksi, ditambah nilai barang dan jasa lainnya yang merupakan produk

    sampingan perusahaan pertambangan. Untuk beberapa komoditi tambang, harga

    produsen dianggap sama dengan harga ekspor (f.o.b) dengan alasan bahwa

    sebagian besar barang tambang yang dihasilkan dipasarkan ke luar negeri (di

    ekspor). Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara

    mengeluarkan biaya antara dari nilai produksi bruto. Sedangan output atas dasar

    harga konstan 2000, diperoleh dengan cara revaluasi. Kemudian melalui perkalian

    antara output dengan rasio NTB terhadap output tahun 2000 diperoleh NTB atas

    dasar harga konstan 2000.

    b. Pertambangan Tanpa Migas

    Pertambangan tanpa migas meliputi pengambilan dan persiapan untuk

    pengolahan lanjutan dari benda padat, baik di bawah maupun di atas permukaan

    bumi serta seluruh kegiatan yang bertujuan untuk memanfaatkan biji logam dan

    hasil tambang lainnya. Hasil kegiatan ini di Kota Samarinda adalah batubara.

    Sumber data mengenai produksi dan harga serta penghitungan output dan NTB

    atas dasar harga berlaku dan konstan sama seperti penghitungan sub sektor

    Pertambangan Migas.

    c. Penggalian

    Subsektor ini mencakup penggalian dan pengambilan segala jenis barang

    galian seperti batu-batuan, pasir dan tanah yang pada umumnya berada pada

    permukaan bumi dan biasa disebut dengan Galian Golongan C. Hasil kegiatan ini

    antara lain batu gunung, batu kali, batu kapur, koral, kerikil, batu karang, batu

    marmer, pasir bahan bangunan, pasir silika, pasir kwarsa, kaolin, tanah liat dan

    sebagainya.

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Samarinda Tahun 2011-2015

    BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah - 42

    Perkiraan output sub sektor ini dihitung dengan pendekatan tenaga kerja, yaitu

    melalui hasil perkalian antara jumlah tenaga kerja dengan rata-rata output per

    tenaga kerja. Data mengenai jumlah tenaga kerja diperoleh dari Bagian

    Perekonomian Pemda dan Dinas Pertambangan Kota Samarinda. Data mengenai

    rata-rata output dan rasio biaya antara diperoleh dari hasil Survei Khusus

    Pendapatan Regional (SKPR) Kota Samarinda. Nilai tambah bruto atas dasar

    harga berlaku diperoleh setelah mengeluarkan komponen biaya antara terhadap

    output sub sektor ini. Sedangkan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 1993

    dipeoleh dengan cara revalusi.

    3. FOKUS IKLIM BERINVESTASI

    Analisis kinerja atas iklim berinvestasi dilakukan terhadap indikator angka

    kriminalitas, jumlah demo, lama proses perijinan, jumlah dan macam pajak dan

    retribusi daerah, jumlah perda yang mendukung iklim usaha, dan persentase desa

    berstatus swasembada terhadap total desa.

    Berikut ini disajikan hasil analisis dari beberapa indikator kinerja pada fokus

    iklim berinvestasi, sebagai berikut:

    a. Ekspor dan Impor Kota Samarinda

    Indikator ekonomi lainnya yang terus mengalami peningkatan adalah nilai

    ekspor Kota Samarinda terutama ekspor non migas. Dari tahun 2006

    hingga 2010 ekspor masih didominasi oleh ekspor komoditi non migas.

    Dari data yang ada ekspor pada tahun 2006 mencapai 1.015,86 juta US

    dollar dan meningkat mencapai 4.460,2 juta US dollar pada tahun 2010.

    Tabel 2.24

    Perkembangan Realisasi Ekspor Menurut Komoditi

    Tahun 2006 - 2010 (US $)

    Sumber : BPS Kota Samarinda

    Tahun Migas Non Migas Jumlah

    2006 - 1.015.868.852 1.015.868.852

    2007 - 1.158.831.967 1.158.831.967

    2008 - 1.799.916.712 1,799,916,712

    2009 - 2.286.554.377 2.286.554.377

    2010 - 4.460.232.345 4.460.232.345

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Samarinda Tahun 2011-2015

    BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah - 43

    Impor Kota Samarinda selama tahun 2006 2010 menunjukkan kondisi

    yang fluktuatif. Selama periode 2006 - 2010 ini jumlah impor rata- rata

    mencapai 273,3 juta US dollar pertahun. Dalam periode yang sama nilai

    impor di atas rata-rata terjadi pada tahun 2008 dan 2010.

    Tabel 2.25

    Perkembangan Realisasi Impor Menurut Komoditi

    Tahun 2006-2010 (US $)

    Tahun Migas Non Migas Jumlah

    2006 2.315.029 171.347.699 173.662.728

    2007 - 152.070.160 152.070.160

    2008 5,973,555 292,879,794 298,853,349

    2009 6,156,444 249.374.556 255.531.000

    2010 25.887.085 460.311.117 486.198.202

    Sumber : BPS Kota Samarinda

    b. Sumber Daya Manusia

    Analisis kinerja atas sumber daya manusia dilakukan terhadap indikator rasio

    ketergantungan dan rasio lulusan S1/S2/S3.

    Tabel 2.26

    Rasio lulusan S1/S2Kota Samarinda

    No. Uraian 2009

    1. Jumlah lulusan S1 3.003

    2. Jumlah lulusan S2 493

    3. Jumlah lulusan S1/S2 3.496

    4. Jumlah penduduk 607.675

    5. Rasio lulusan S1/S2/S3 (4/5) 0,58% Sumber : Pemkot Samarinda

    c. Angka Kriminalitas

    Pembangunan yang diharapkan dapat membawa penduduk ke arah yang lebih

    maju masih sering dibarengi dengan angka-angka kriminalitas terutama dari segi

    kuantitasnya. Akibatnya keamanan dan ketertiban masyarakat menjadi terganggu.

    Meskipun mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya namun angka

    kriminalitas khususnya tindak kejahatan di daerah ini masih cukup tinggi Ini terlihat

    dari jumlah peristiwa kejahatan yang dilaporkan pada POLTABES Kota

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Samarinda Tahun 2011-2015

    BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah - 44

    Samarinda. Peristiwa kejahatan di Kota Samarinda secara umum menurun selama

    periode 2006-2008, pada tahun 2009 meningkat menjadi 3.076 dan kembali

    menunjukkan penurunan pada tahun 2010 yaitu sekitar 2.943 kejadian yang masuk di

    poltabes Samarinda

    Tabel 2.27

    Banyaknya Perkara Kejahatan yang Masuk di Poltabes Kota Samarinda

    No Jenis Kejahatan 2006 2007 2008 2009 2010

    1. Pembakaran 1

    - 1 3 1

    2. Sumpah dan Keterangan Palsu -

    2 1 - -

    3. Pemalsuan Surat 16

    25 10 13 9

    4. Membawa Lari Anak Perempuan 17

    13 6 15 11

    5. Perbuatan Cabul 30

    28 39 41 59

    6. Perkosaan 23

    19 8 17 49

    7. Perjudian 17

    55 63 72 -

    8. Karena Kelalaian Mengakibatkan

    Orang Lain Meninggal -

    - 1 - -

    9. Pembunuhan 7

    5 10 10 4

    10 Penganiayaan Ringan 185

    73 65 64 61

    11 Penganiayaan Berat 323

    299 188 186 198

    12 Pencurian Biasa 428

    276 241 260 212

    13 Pencurian dengan Pemberatan 703

    653 644 663 700

    14 Pencurian dengan Kekerasan 33

    50 34 74 86

    15 Pemerasan dan Ancaman 34 20 17 27 22

    16 Penggelapan 219 233 171 235 201

    17 Penipuan/Perbuatan Curang 313 245 154 233 217

    18 Merusak Barang - 43 43 36 26

    19 Penadahan - - - - -

    20 Penyelundupan - - - - -

    21 Narkoba 62 - 175 - 31

    22 Senjata Tajam/Senjata Api 67 37 / - 22 30 11

    23 Penyerobotan Tanah 50 57 15 32 536

    24 Pencurian Sepeda motor 139 228 368 314 -

    25 Pencurian Mobil - - - 2 157

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Samarinda Tahun 2011-2015

    BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah - 45

    Sumber : Poltabes kota Samarinda

    d. Tingkat ketergantungan (rasio ketergantungan)

    Hasil analisis rasio ketergantungan dapat disajikan dalam contoh tabel