bab ii evaluasi hasil pelaksanaan rkpd tahun 2014...
TRANSCRIPT
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 1
BAB II
EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2014 DAN
CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN
A. Gambaran Umum Kondisi Daerah
Kota Magelang merupakan salah satu Kota di wilayah Provinsi Jawa Tengah
dengan luas sekitar 0.06% dari keseluruhan wilayah Provinsi Jawa Tengah. Kota ini
terletak tepat di tengah pulau Jawa seakan menjadi penghubung kedua kota utama di
bagian tengah Pulau Jawa melalui jalur arteri primernya. Letak Kota ini secara historis-
morfologis berbentuk linear dengan kecenderungan arah utara-selatan yang dominan
menyebabkan kuatnya jalur transportasi yang menghubungkan Yogyakarta dan
Semarang. Hal ini menjadi keunggulan lokal dan daya tarik yang bersifat geografis
alami.
1) Aspek Geografi dan Demografi
a. Letak, Luas dan Batas Wilayah
Kota Magelang secara administratif juga terletak di tengah-tengah
Kabupaten Magelang serta berada di persilangan lalu lintas ekonomi dan
transportasi antara Semarang-Magelang-Yogyakarta dan Purworejo-Temanggung.
Kota Magelang juga berada pada persimpangan jalur wisata lokal maupun regional
antara Yogyakarta–Borobudur–Kopeng-Ketep Pass dan dataran tinggi Dieng,
disamping obyek wisata yang berada di dalam Kota Magelang sendiri yaitu
Kawasan wisata Taman Kyai Langgeng. Letak strategis Kota Magelang ini juga
ditunjang dengan penetapan Kota Magelang sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
Kawasan Purwo-manggung (Kabupaten Purworejo, Kabupaten Wonosobo,
Kabupaten Temanggung, Kota Magelang, dan Kabupaten Magelangdalam Rencana
Tata Ruang Nasional dan Rencana Tata Ruang Provinsi Jawa Tengah. Kawasan ini
merupakan andalan Provinsi Jawa Tengah yang memiliki potensi unggulan utama
meliputi industri besar, menengah dan kecil yang menghasilkan berbagai produk;
pertanian, perkebunan, perikanan, perdagangan dan jasa, termasuk perguruan
tinggi dan simpul pariwisata. Posisi tersebut menjadikan Kota Magelang sebagai
kota kecil dengan nilai strategis dalam katagori sebagai Pusat Pelayanan Kegiatan
Wilayah (PKW) yang didukung dengan kondisi sarana prasarana yang memadai
sehingga diharapkan mampu memberikan pengaruh terhadap daerah sekitarnya
dan juga mampu melayani beberapa kabupaten dan kota yang berada disekitarnya
yang termasuk dalam PKW.
Sebagai Kota yang menggantungkan harapan besar di sektor jasa, Kota
Magelang dari sisi geografis mempunyai keunggulan komparatif (comparative
advantage) dan berada dijalur strategis perekonomian antara Kota Yogyakarta
dengan Kota Semarang, maka Kota Magelang dapat dikatakan sebagai Kota transit
yang mempunyai keunggulan komparatif dibanding dengan daerah di sekitarnya.
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 2
Banyak layanan jasa yang dapat disediakan oleh Kota Magelang, baik yang
berhubungan dengan transportasi maupun layanan jasa pariwisata.
Gambar II.1
Peta Kedudukan Kota Magelang Terhadap Jawa Tengah
Sumber : Dokumen Perencanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Kota Magelang, 2013
Batas wilayah administrastif Kota Magelang pada sebelah utara berbatasan
dengan Kecamatan Secang, Sebelah Timur berbatasan dengan Sungai Elo/
Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang, Sebelah Selatan berbatasan dengan
Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang; dan Sebelah Barat berbatasan
dengan Sungai Progo/ Kecamatan Bandongan Kabupaten Magelang
Luas wilayah Kota Magelang adalah 1.812 Ha (18,12 km2) secara
administratif terbagi atas 3 kecamatan dan 17 kelurahan yang rata-ratanya luas
wilayahnya tidak lebih dari 2 km². Gambaran secara rinci luas tiap kecamatan/
kelurahan di Kota Magelang Tahun 2013, dapat dilihat pada tabel dan gambar
berikut:
Tabel ll.1 Luas Kecamatan dan Kelurahan di Kota Magelang
No. Kecamatan dan Kelurahan Luas / Area (Km2) Persentase (%)
01. KEC. MAGELANG SELATAN 6,89 38,01
1. Kel. Jurangombo Utara 0,58 3,17
2. Kel. Jurangombo Selatan 2,26 12,49
3. Kel. Magersari 1,38 7,60
4. Kel. Tidar Utara 0,97 5,35
5. Kel. Tidar Selatan 1,27 7,00
6. Kel. Rejowinangun Selatan 0,43 2,39
02. KEC. MAGELANG TENGAH 5,10 28,17
1. Kel. Magelang 1,25 6,88
2. Kel. Kemirirejo 0,88 4,86
3. Kel. Cacaban 0,83 4,56
4. Kel. Rejowinangun Utara 0,99 5,48
5. Kel. Panjang 0,35 1,90
6. Kel. Gelangan 0,81 4,49
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 3
No. Kecamatan dan Kelurahan Luas / Area (Km2) Persentase (%)
03. KEC. MAGELANG UTARA 6,13 33,82
1. Kel. Wates 1,17 6,47
2. Kel. Potrobangsan 1,30 7,17
3. Kel. Kedungsari 1,33 7,36
4. Kel. Kramat Utara 0,86 4,77
5. Kel. Kramat Selatan 1,46 8,05
JUMLAH 18,12 100,00
Sumber: Daerah Dalam Angka Kota Magelang Tahun 2014.
Gambar II.2
Luas Daerah Kota Magelang Menurut Kecamatan
Daerah Datar (2-5%)
Kawasan Gunung Tidar
b. Topografi
Secara topografi dan fisiografis, Kota Magelang merupakan wilayah dataran
yang di kelilingi oleh Gunung Merapi, Merbabu, Sindoro dan Sumbing, Pegunungan
Gianti, Menoreh, Andong dan Telomoyo. Kota Magelang termasuk dataran rendah
dengan sudut kemiringan relatif bervariasi. Morfologi pendataran antar gunung api,
medannya landai, berelief sedang-halus. Dilihat dari ketinggian-nya, Kota
Magelang berada di antara 375–500 mdpl dengan titik ketinggian tertinggi pada
Gunung Tidar yaitu 503 mdpl dengan kemiringan hingga 30–40%. Kemiringan
topografi Kota Magelang yang terjal di bagian barat (sepanjang Sungai Progo) dan
di sebelah timur (di sekitar Sungai Elo) sampai dengan kemiringan 15-30%. Di
sekitar daerah timur kompleks AKMIL ke Utara hingga daerah di sekitar RSJ
Magelang, dengan kemiringan 2–5%.
MAGELANG UTARA
Luas Wilayah 6.128 km2 terdiri dari 5 Kelurahan yaitu Kelurahan Potrobangsan, Wates, Kedungsari, Kramat Selatan dan Kramat Utara
MAGELANG TENGAH
Luas wilayah 5.104 km2 terdiri dari 6 Kelurahan yaitu Kemirirejo, Cacaban, Magelang, Panjang, Gelangan dan Rejowinangun Utara
MAGELANG SELATAN
Luas wilayah 6.888 km2. Terdiri dari 6 Kelurahan yaitu Jurangombo Selatan, Jurangombo Utara, Magersari, Rejowinangun Selatan, Tidar Utara dan Tidar Selatan
Sumber : DDA Kota Magelang, 2014
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 4
Gambar II.3 Peta Topografi Kota Magelang
Sumber : Dokumen Perencanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Kota Magelang, 2013
Dengan kondisi topografi tersebut, maka kawasan permukiman pada
umumnya berlokasi di daerah yang relatif datar, tetapi dengan kondisi luas lahan
yang terbatas ada kemungkinan arah pengembangan pemukiman ke daerah-
daerah yang bertopografi dan kolektor kontur tajam. Bentuk fisik Kota Magelang
yang relatif memanjang mengikuti jaringan jalan arteri. Dengan kondisi fisik
tersebut, kecenderungan pertumbuhan alamiahnya adalah ke arah utara dan
selatan dengan dominasi area terbangun yang mempunyai topografi relatif datar.
c. Geologi
Struktur dan karakteristik geologi Kota Magelang berupa dataran alluvium
yang tersebar sampai di bagian selatan dan tempat-tempat di pinggir Sungai Progo
dan Sungai Elo. Dataran ini tersusun oleh batuan hasil rombakan bebatuan yang
lebih tua, yang bersifat lepas. Kondisi geologi Kota Magelang juga tidak bisa
dilepaskan dari keberadaannya di tengah wilayah Kabupaten Magelang, dimana
secara umum wilayah tersebut tersusun dari 4 formasi batuan, yaitu batuan
sedimen (berupa formasi andesit tua yang terdiri dari breksi, andesit, tufa, tufa
lapili, anglomerat dan lava andesit), batuan gunung api (berupa material yang
dihasilkan gunung api yang terdiri dari breaksi piroklastik, lelehan lava, batuan
pasir tufaan dan lahar), batuan beku trobosan (berupa andesit dan desit) serta
batuan endapan alluvial (berupa material lepas terdiri dari kerakal, kerikil, pasir,
lanau, lumpur dan lempung disepanjang tepian sungai-sungai besar seperti sungai
Progo dan Elo). Dalam klasifikasi tersebut, formasi batuan di Kota Magelang
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 5
termasuk batuan gunung api, sehingga litologi yang menempati Kota Magelang
sebagian besar berupa batu pasir tufaan (lepas) dan breksi.
Potensi kandungan tanah Kota Magelang sebagian besar berupa batu pasir
lepas dan konglomerat. Hasil produksi gunung berapi yang merupakan endapan
kwarter. Ditinjau dari satuan morfologi, pendataran alluvium tersebar sampai di
bagian selatan dan tempat-tempat di pinggir Sungai Progo dan Sungai Elo.
Tersusun oleh batuan hasil rombakan batuan yang lebih tua, yang bersifat lepas.
Umumnya berada pada ketinggian antara 250–350 m, berelief halus dengan
kemiringan 3-8 %. Daerah ini dialiri oleh Sungai Progo dan Sungai Elo yang
mengalir dengan pola Sum Meander. Litologi yang menempati daerah Kota
Magelang sebagian besar berupa batu pasir lepas dan konglomerat. Sifat batuan
pasir dan breksi/ konglomerat sangat poreous (kelulusan air tinggi), serta
penurunan terhadap beban kecil, mendekati nol (0). Daya dukung terhadap
bangunan berkisar antara 5kg/ cm2 – 19 kg/ cm2.
Dilihat dari kondisi yang ada di wilayah Kota Magelang berkaitan dengan
keadaan geologi maka di dalam pembangunan perlu diingat terkait dengan kondisi
Kelerengan alam yang cukup curam di sekitar Sungai Progo dan Sungai Elo serta
pengaturan treatment pembuangan – pembuangan limbah agar tidak mencemari
lingkungan mengingat porositas tanah yang cukup tinggi. Kewaspadaan pada
resiko bencana terutama pada daerah bantaran sungai dengan kelerengan curam
adalah tanah longsor mengingat sebagian besar tanah berupa batuan pasir dan
breksi/ konglomerat yang memiliki kelulusan air tinggi.
d. Hidrologi
Kota Magelang dilewati oleh dua sungai yang cukup besar yaitu Sungai Elo
di sebelah Timur dan Sungai Progo di sebelah Barat. Keberadaan dua sungai ini
juga merupakan batas alamiah yang menentukan letak adminstrasi Kota Magelang
dan termasuk ke dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) Progo-Opak-Serang.
Keberadaan Sungai Progo dan Sungai Elo menurut hasil penelitian geologi yang
dilakukan PDAM Kota Magelang didapat bahwa aquifer terdapat di kedalaman 10–
30 m dan 90–120 m.
Sumber air di Kota Magelang dapat digolongkan dari air pemukaan dan air
tanah. Air permukaan merupakan air limbah dan air hujan. Potensi air hujan perlu
dilestarikan dengan membuat sumur resapan. Sedangkan potensi air tanahnya
juga tergantung pada pelestarian pemanfaatan air permukaan yaitu air hujan. Air
tanah di Kota Magelang kurang menguntungkan jika dikembangkan mengingat air
tanah yang ada mayoritas cukup dalam dengan aquifer yang dangkal, sehingga
sulit untuk dikembangkan (dipompa).
Untuk kebutuhan air bersih Kota Magelang sampai saat ini bergantung pada
sumber-sumber air yang ada di luar wilayah Kota Magelang yaitu dari mata air
yang berada di wilayah Kabupaten Magelang dan satu-satunya mata air yang
berada di Kawasan Kota Magelang adalah Mata Air Tuk Pecah. Di kawasan Kota
Magelang juga terdapat 2 (dua) saluran air yaitu: (i) Kali Bening (Kali Kota), dan
(ii) Kali Progo Manggis. Saluran tersebut juga dapat berfungsi sebagai saluran
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 6
irigasi teknis dan juga dapat berfungsi sebagai saluran irigasi dan sumber air untuk
menyirami taman-taman kota, maka potensi tersebut merupakan penunjang untuk
mencapai kebersihan dan keindahan kota.
Berdasarkan data Kapasitas total distribusi mata air yang terpasang pada
tahun 2012 sebesar 467.283 ltr/detik dengan kebutuhan air bersih perorangan
adalah sebesar 60 liter/hari maka jika dikalikan dengan jumlah penduduk Kota
Magelang pada tahun 2013, kebutuhan air bersih adalah sebesar 83.48 ltr/detik.
Berdasarkan data tersebut maka kapasitas mata air yang tersedia masih mampu
untuk mencukupi kebutuhan air bersih masyarakat Kota Magelang walaupun masih
mengandalkan sumber air yang berasal dari kabupaten selama tidak ada faktor lain
yang mempengaruhi distribusi seperti kebocoran pipa distribusi.
e. Klimatologi
Kota Magelang mempunyai temperatur maksimum 32˚C dan terendah
20˚C, dengan kelembaban sekitar 88,8%, dengan kondisi yang demikian maka
Kota Magelang termasuk wilayah beriklim sejuk. Berdasarkan data iklim diketahui
rata-rata curah hujan bulanan di kawasan berkisar antara 234 mm dan termasuk
dalam kategori Bulan Basah (>200 mm per bulan) sepanjang tahun. Rata-rata
curah hujan harian (7.10 mm) memungkinkan ketersediaan air untuk tanaman
tercukupi
Tabel ll.3
Rata-Rata Curah Hujan Per Hari Di Kota Magelang (mm) Tahun 2009-2013
Bulan 2009 2010 2011 2012 2013
01. Januari 24.31 9.07 20,90 22.58 19.04
02. Februari 21.10 27.95 20,89 23.44 18.63
03. Maret 29.33 12.74 34,10 24.69 22.00
04. April 32.65 16.05 16,05 20.28 15.74
05. Mei 23.94 11.71 24,00 11.89 17.94
06. Juni 10.13 12.75 21,50 20.40 10.44
07. Juli 0.00 18.23 40,00 10.00 17.00
08. Agustus 0.00 12.18 0,00 0.00 0.00
09. September 0.00 9.77 0,00 0.00 2.00
10. Oktober 7.11 16.91 16,11 16.80 20.44
11. November 10.78 5.37 12,43 20.42 13.00
12. Desember 14.47 6.67 28,17 17.70 14.25
Jumlah 173.82 159.41 234,15 188.20 170.48
Rata-rata 14.49 13.28 19,51 15.68 14.21
Sumber: Kantor Litbang Statistik Kota Magelang. Magelang Dalam Angka Tahun 2014. Balai Pengelolaan Sumber Daya Air.
Menurut data Badan Pengelolaan Sumber Daya Air, dalam kurun waktu
Tahun 2013, rata – rata curah hujan per hari sebanyak 14.21 mm 15.68 mm
dengan total curah hujan sepanjang tahun 2013 sebanyak 170.48 mm dengan hari
hujan terpanjang pada bulan Maret sebanyak 22 hari. Apabila dibandingkan
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 7
dengan tahun 2012 maka jumlah rata-rata curah hujan perhari mengalami
penurunan.
Dari kondisi topografi, geologi, hidrologi, dan klimatologi Kota Magelang
perlu diperhatikan dalam kewaspadaan terhadap bencana seperti longsor atau
bencana lain khususnya pada daerah dengan kelerengan curam mengingat sifat
tanah yang memiliki kelulusan air yang tinggi. Perlu diwaspadai juga adanya
bencana terkait dengan tingginya curah hujan pada bulan – bulan tertentu seperti
bulan Oktober, Juli, bulan Januari sampai dengan Maret. Bahaya yang perlu
diwaspadai seperti adanya bahaya banjir, longsor dan wabah penyakit terkait
dengan cuaca ekstrim.
f. Penggunaan Lahan
Sesuai dengan karakteristik perkotaan, dari luas total wilayah Kota
Magelang sebesar 1.812 Ha, tata guna lahan di Kota Magelang didominasi
pekarangan/lahan untuk bangunan dan halaman sementara lahan pertanian
semakin tahun semakin berkurang luasnya atau menunjukkan pola yang menurun
seiring dengan perkembangan Kota Magelang sebagai Kota Jasa yang semakin
pesat. Lahan pertanian banyak yang berubah peruntukannya menjadi rumah
tinggal, perumahan, pekarangan, gudang maupun untuk kegiatan ekonomi seperti
ruko dan rumah makan.
Dari luas lahan secara keseluruhan di Kota Magelang pada tahun 2014,
terdiri dari lahan untuk penggunaan Tanah Sawah sekitar 194.20 Ha dan Tanah
Bukan Sawah (Tanah Kering) sekitar 1.617.79 Ha. Gambaran penggunaan lahan di
Kota Magelang dari tahun 2008 hingga tahun 2014, selengkapnya dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel ll.4
Luas Tanah (Ha) Menurut Penggunaannya
di Kota Magelang Tahun 2008-2014
No Jenis Sawah Tahun 2008
Tahun 2009
Tahun 2010
Tahun 2011
Tahun 2012
Tahun 2013
Tahun 2014
1. TANAH SAWAH 211.73 210.55 206.99 201.42 199.96 197.64 194.20
Pengairan Teknis 211.73 210.55 206.99 201.42 199.96 197.64 194.20
Pengairan ½ Teknis - - - - - - -
Tadah Hujan - - - - - - -
Lainnya - - - - - - -
2. TANAH KERING 1,600.27 1,601.45 1,605 1,610.58 1,612.03 1,614.35 1,617.79
Pekarangan/lahan Untuk Bangunan dan Halaman
1,325.71 1,329.36 1.333.48 1.339.31 1.341.48 1.344.45 1.348.13
Tegal/kebun/Ladang/ Huma
13.43 10.96 10.40 10.11 9.25 8.60 8.36
Tambak - - - - - - -
Kolam/Tebat/Empang 6.68 6.68 6.68 6.68 6.68 6.68 6.68
Perkebunan/Hutan Rakyat 99.56 99.56 99.56 99.56 99.56 99.56 99.56
Industri 51.97 51.97 51.97 51.97 51.97 51.97 51.97
Lainnya (Makam dll) 102.91 102.91 102.91 102.95 103.09 103.09 103.09
JUMLAH 1,812.00 1,812.00 1,812.00 1,812.00 1,812.00 1,812.00 1,812.00
Sumber: Data alih fungsi lahan pada DDA Tahun 2009 s/d 2014 Kantor Litbang Kota Mgl data diolah.
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 8
Dalam tiga tahun terakhir ini alih fungsi lahan yang terjadi di Kota Magelang
relatif cukup besar. Potensi pengembangan wilayah di Kota Magelang sebagaimana
kawasan berkarakteristik perkotaan banyak mengalami kendala terkait dengan
keterbatasan lahan. Kecenderungan pertumbuhan dan perkembangan pembangu-
nan fisik sarana prasarana perkotaan termasuk permukiman menyebabkan
berkurangnya lahan pertanian selain itu masalah yang timbul di antaranya,
Kepemilikan lahan yang dimiliki masyarakat sendiri sehingga sulit dikendalikan,
terbatasnya ketersediaan lahan yang akan dijadikan dan ditetapkan sebagai lahan
sawah berkelanjutan sebagai penopang pangan baik tingkat Provinsi maupun
nasional serta penyusutan luas lahan pertanian tersebut membawa dampak pada
penurunan produksi dan produktivitas pertanian di Kota Magelang
Data dari kantor BPN Magelang mencatat adanyanya peningkatan di tahun
2013 seluas 3.68 Hadengan rincian alih fungsi lahan sawah seluas 3.44 Ha, dan
tegal/ kebun seluas 0,24 Ha yang beralih fungsi menjadi perumahan/ halaman/
bangunan seluas 3.68 Ha. Alih fungsi lahan pertanian tersebut bisa dilihat dari
beberapa tahun ini. Pada tahun 2008 seluas 211,73 Ha menjadi 194.20 Ha pada
tahun 2014 atau mengalami penyusutan setiap tahunnya rata–rata seluas ±2,5
Ha.
Upaya pengendalian alih fungsi lahan pertanian dapat dilakukan melalui
perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan. Menurut Undang-Undang
No.41 Tahun 2009, perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan adalah
sistem dan proses dalam merencanakan dan menetapkan, mengembangkan,
memanfaatkan dan membina, mengendalikan, dan mengawasi lahan pertanian
pangan dan kawasannya secara berkelanjutan. Dimana lahan yang dapat
ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan yaitu: lahan beririgasi,
lahan reklamasi rawa pasang surut dan non pasang surut, maupun lahan tidak
beririgasi.
Salah satu upaya perlindungan lahan pertanian produktif terhadap alih
fungsi lahan sawah melalui Peraturan Daerah Kota Magelang terkait LP2B. Sejalan
dengan hal tersebut Pemerintah Daerah Kota Magelang perlu merumuskan
kebijakan insentif kepada pemilik lahan, petani penggarap, dan/ atau kelompok
tani yang lahan sawahnya ditetapkan sebagai LP2B. Kebijakan insentif
perlindungan LP2B yang dapat diterapkan di Kota Magelang diantaranya:
Keringanan Pajak Bumi dan Bangunan; Pengembangan infrastruktur pertanian;
Kemudahan dalam mengakses informasi dan teknologi; Jaminan penerbitan
sertifikat bidang tanah pertanian pangan melalui pendaftaran tanah secara
sporadik dan sistemik; Fasilitasi sarana dan prasarana produksi pertanian;
Penghargaan bagi petani berprestasi.
Analisis dari data yang dipaparkan di atas adalah persoalan terkait alih
fungsi lahan di kota Magelang, yaitu menurunnya lahan persawahan dan lahan
tegal/ kebun/ ladang/ huma, dan meningkatnya lahan untuk bangunan. Kondisi ini
memberi tantangan bagi jaminan ketahanan pangan masyarakat kota Magelang.
Data ini juga membawa konsekuensi penurunan PDRB sektor pertanian, namun di
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 9
sisi lain kemungkinan mempengaruhi kenaikan PDRB sektor jasa konstruksi.
Tantangan lainnya adalah kebutuhan penyediaan air bersih dan fasilitas umum
seiring dengan pertumbuhan bangunan di kota Magelang.
g. Potensi Pengembangan Wilayah
Faktor-faktor yang merupakan daya dukung kota, dan yang menjadi potensi
bagi pengembangan kota telah di akomodasi kedalam Rencana Pembangunan
Jangka Panjang (RPJP) Kota Magelang Tahun 2005-2025 dan juga dalam dokumen
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Magelang Tahun 2011-2031. Kedua
dokumen tersebut menjadi landasan bagi pengembangan wilayah Kota Magelang,
agar diarahkan untuk bisa lebih merata kesemua wilayah kota.
Potensi Pengembangan wilayah di Kota Magelang, akan lebih diarahkan
untuk menjadi kota jasa. Faktor pendukung sebagai kota jasa, adalah posisi
strategis kota yang berada pada simpul jalur ekonomi dan wisata regional yang
dipadukan dengan penataan fisik wajah kota yang sudah dilaksanakan sampai
tahun 2013, akan menjadi potensi yang dominan dalam mempertegas fungsi kota
sebagai kota jasa.
Potensi Pengembangan Kota Magelang sebagaimana terdapat dalam
Rencana Pola Ruang Kota Magelang adalah sebagai berikut :
1) Kawasan Lindung
Arahan pengunaan lahan kawasan lindung Kota Magelang berdasarkan Kota
Magelang Tahun 2011-2031 adalah:
Kawasan Perlindungan Setempat meliputi : sempadan sungai dan ruang
terbuka hijau (hutan kota). Kota Magelang memiliki kawasan hutan lindung
dan hutan wisata yang keberadaannya penting untuk memenuhi kebutuhan
ruang terbuka hijau kota, yaitu kawasan konservasi Gunung Tidar.
Kelestarian Gunung Tidar perlu di jaga dan dipertegas fungsinya, jika tidak
semakin lama kawasan ini akan semakin mengalami degradasi lingkungan,
menginggat letak kawasan ini sangat strategis dinilai dari sudut pandang
investasi.
Kawasan Rawan Bencana Longsor merupakan kawasan yang
diidentifikasi sering dan berpotensi tinggi mengalami bencana longsoran.
Daerah-daerah yang termasuk kawasan rawan bencana longsor di Kota
Magelang meliputi daerah yang terdapat di sekitar DAS Progo dan Elo.
2) Kawasan Budidaya
Arahan pengunaan lahan kawasan budidaya Kota Magelang berdasarkan RTRW
Kota Magelang Tahun 2011-2031 adalah :
Kawasan Permukiman
Pengembangan kawasan permukiman diarahkan menyebar di seluruh unit
lingkungan atau BWK yang ada di wilayah Kota Magelang dengan luas
keseluruhan ± 701,36 ha. Secara eksisting perumahan di Kota Magelang
memiliki kepadatan yang sangat tinggi, sehingga pengembangannya dimasa
mendatang diarahkan secara vertikal. Selain itu diperlukan pengembangan
rumah susun untuk mencukupi kebutuhan perumahan bagi masyarakat yang
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 10
tidak memiliki lahan untuk bermukim. Kawasan yang masih memungkinkan
adanya pengembangan permukiman adalah BWK III dan V.
Kawasan Perdagangan/Jasa
Pengembangan kawasan perdagangan/jasa diarahkan di sekitar jalan arteri
primer di BWK IV khusus untuk perdagangan/jasa skala regional, jalan arteri
sekunder di BWK I, BWK II, BWK IV dan BWK V dan jalan lokal
primer/sekunder di BWK I dengan luas keseluruhan ± 120,86 ha.
Kawasan Perkantoran
Fasilitas perkantoran utama yang diarahkan untuk dikembangkan di
kawasan perkantoran antara lain meliputi perkantoran pusat pemerintahan,
kantor dinas/instansi pemerintahan Kota Magelang, kantor instansi vertikal
di Kota Magelang, kantor pemerintahan kecamatan, maupun sarana
perkantoran niaga. Fasilitas/ kegiatan lain yang mendukung peri kehidupan
dan penghidupan ekonomi, sosial dan budaya yang layak dan dapat
dikembangkan di kawasan perkantoran antara lain meliputi kantor
pemerintah kelurahan, kantor niaga dan perbankan, koperasi, kantor jasa,
gedung pertemuan, museum, fasilitas kesehatan skala lokal, peribadatan
skala lokal, rekreasi/olah raga skala lokal, dan kegiatan-kegiatan lain yang
layak peruntukannya. Pengembangan kawasan perkantoran diarahkan di
seluruh unit lingkungan atau BWK yang ada di wilayah Kota Magelang
dengan luas keseluruhan ± 48,76 ha.
Kawasan Pendidikan
Pengembanganfasilitas pendidikan diarahkan menyebar di seluruh unit
lingkungan atau BWK yang ada di wilayah Kota Magelang agar sistem
pelayanan kepada masyarakat merata. Lluas keseluruhannya ± 107,92 ha.
Kawasan Kesehatan
Rencana pengembangan fasilitas kesehatan diarahkan tersebar pada seluruh
wilayah perkotaan guna memeratakan sistem pelayanan kepada
masyarakat. Pengembangan kawasan kesehatan diarahkan di BWK I, BWK
II, BWK III dan BWK V dengan luas keseluruhan ± 42,46 ha.
Kawasan Peribadatan
Ketersediaan fasilitas peribadatan di Kota Magelang jika dilihat pada kondisi
eksisting yang ada saat ini sudah sangat mencukupi. Sehingga dalam
pengembangannya hanya berorientasi pada perbaikan atau peningkatan
kondisi dari fasilitas peribadatan yang ada. Pengembangan kawasan
peribadatan penting diarahkan di seluruh unit BWK yang ada di Kota
Magelang dengan luas keseluruhan ± 2,80 ha.
Kawasan Rekreasi/Olah Raga
Rencana pengembangan kawasan rekreasi di Kota Magelang diarahkan
dalam dua bentuk, yaitu rekreasi terbuka dan rekreasi tertutup. Untuk
rekreasi terbuka direncanakan dengan memanfaatkan arena olahraga,
lapangan dan taman-taman kota yang direncanakan ada di setiap pusat
kawasan sebagai sarana interaksi sosial bagi masyarakatnya. Untuk rekreasi
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 11
yang tertutup direncanakan berbentuk sarana rekreasi bioskop, tempat
olahraga, arena permainan dan sebagainya. Fasilitas rekreasi tersebut
berada pada kawasan pusat kota dan sub pusat kota, serta kawasan
perdagangan terutama yang berupa pasar swalayan.
Fasilitas dan/atau kegiatan lain yang mendukung kegiatan ekonomi, sosial
dan budaya yang layak dan dapat dikembangkan di kawasan rekreasi/
olahraga antara lain fasilitas rekreasi/olah raga skala lokal, kesehatan skala
lokal, peribadatan skala lokal, gedung pertemuan, gedung kesenian/
pertunjukan, dan kegiatan-kegiatan lain yang layak peruntukannya.
Pengembangan kawasan rekreasi olah raga diarahkan di BWK II, BWK III
dan BWK V dengan luas keseluruhan ± 89,39 ha.
Kawasan Industri/Perdagangan
Dalam penataan ruang untuk industri, diprioritaskan untuk industri sedang
dan industri kecil/rumah tangga yang rata-rata berkembang dikawasan
permukiman, sehingga perlu diatur dengan dukungan penyediaan prasarana
sarana seperti pengelolaan limbah dan showroom sekaligus outlet sebagai
sarana promosi dan pemasaran. Pengembangan kawasan industri/
perdagangan diarahkan di BWK IV dengan luas keseluruhan ± 68,03 ha.
Kawasan Militer
Sebagaimana kondisi yang ada saat ini, di luar kawasan-kawasan milik TNI
yang pemanfaatannya untuk fungsi non kemiliteran lain (seperti lapangan
golf, gedung pertemuan A. Yani, gelanggang remaja dan lainnya) berada di
BWK II, BWK III dan BWK V dengan luas keseluruhan ± 151,05 ha.
Kawasan Pertanian
Pengembangankawasan pertanian diarahkan di BWK II, BWK III, BWK IV
dan BWK Vdengan luas keseiuruhan ± 185,56 ha.
Kawasan Terbuka Non Hijau
Adapun RTNH yang ada di Kota Magelang, meliputi : plasa, parkir, lapangan
olahraga, tempat bermain dan rekreasi, pembatas (median jalan), dan
koridor rumah. Pengembangan RTNH merupakan salah satu alternatif untuk
penganti RTH yang bisa di terapkan pada kawasan-kawasan padat Kota
Kawasan Transportasi (Terminal)
Sarana (fasilitas) terminal yang diarahkan untuk dikembangkan di kawasan
terminal antara lain meliputi terminal regional, terminal angkutan kota dan
terminal barang. Fasilitas dan/atau kegiatan yang mendukung perikehidupan
dan penghidupan ekonomi, sosial dan budaya yang dapat dikembangkan di
kawasan terminal antara lain fasilitas perdagangan skala lokal (kios),
kesehatan skala lokal, peribadatan skala lokal, dan kegiatan-kegiatan lain
yang layak peruntukannya. Pengembangan kawasan terminal diarahkan di
BWK I, BWK II dan BWK IV dengan luas keseluruhan ± 4,85 ha.
Kawasan Pemakaman
Kawasan pemakaman merupakan kawasan budidaya yang mempunyai
fungsi utama dan satu-satunya sebagai tempat pemakaman umum ataupun
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 12
taman makam pahlawan. Pengembangan kawasan pemakaman diarahkan di
seluruh unit lingkungan atau BWK yang ada di Kota Magelang dengan luas
keseluruhan ± 35,65 ha.
Kawasan Khusus Sektor Informal
Pengembangan kawasan khusus sektor informal untuk PKL secara umum
dapat dikembangkan di daerah-daerah yang merupakan simpul-simpul
perdagangan, memiliki tingkat aksesibilitas untuk dijangkau dengan berjalan
kaki, ruang terbuka aktif, daerah-daerah yang memiliki tingkat keramaian
dan merupakan area bebas yang cukup luas dan memiliki potensi untuk
dikunjungi penduduk sebagai lokasi untuk bersantai dan melepas lelah.
Arahan pengembangan kawasan khusus sektor informal untuk PKL dapat
dikembangkan dan ditata di kawasan Jalan Jenggolo dengan melakukan
penutupan akses di malam hari di Jalan Pajajaran dan Jalan Pajang.
Kawasan khusus ini diperuntukan bagi pedagang kuliner khas Kota Magelang
dan sekitar (yang berupa makanan unggulan). Area untuk mewadahi PKL di
waktu siang hari adalah di sepanjang jalan Pemuda dengan memanfaatkan
jalur lambat. Pengembangan PKL di sebelah utara Kota Magelang akan
diakomodasi di Kawasan Armada Estate dengan membuka waktu jualan di
siang dan malam hari di sekitar tanah kosong milik Armada Estate.
Gambar II.4 Peta Rencana Pola Ruang Kota Magelang
Sumber : Dokumen Perencanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Kota Magelang, 2013
Kota Magelang termasuk dalam kawasan strategis Sub Regional PURWO-
MANGGUNG (Purworejo-Wonosobo–Magelang–Temanggung) yang merupakan
kawasan andalan Provinsi Jawa Tengah. Dengan kedudukannya sebagai Pusat
Kegiatan Wilayah (PKW), maka Kota Magelang memiliki beberapa fungsi, antara
lain sebagai: Pusat jasa pelayanan keuangan/ bank yang melayani beberapa
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 13
kabupaten, Pusat pengolahan/pengumpul barang yang melayani beberapa
kabupaten, Simpul transportasi untuk beberapa kabupaten, Pusat jasa pemerin-
tahan untuk beberapa kabupaten dan Pusat jasa-jasa yang lain untuk beberapa
kabupaten
h. Wilayah Rawan Bencana
Bentuk-bentuk bencana yang sering terjadi di Kota Magelang adalah pada
umumnya adalah bencana tanah longsor. Kondisi tersebut terutama disebabkan
karena sebagian wilayah Kota Magelang termasuk dalam wilayah dengan tingkat
kelerengan yang cukup tinggi. Pada musim penghujan ada beberapa wilayah di
Kota Magelang yang rawan terjadi longsor, khususnya di bagian barat yaitu pada
lereng-lereng yang cukup terjal di sepanjang Sungai Progo dan sepanjan Daerah
Aliran Sungai (DAS) Elo. Kota Magelang memiliki ketinggian kurang lebih 500-750
meter di atas permukaan laut dengan kontur tanah yang bergelombang, dan
dikelilingi beberapa sungai. Data yang ada menunjukkan bahwa terdapat wilayah
khusus rawan bencana longsor karena sifat kelerengan tanah dan persungaian,
yaitu: a).Wilayah Barat Kota Magelang dalam lingkup Daerah Aliran Sungai Progo
meliputi Kelurahan Kramat Utara, Kelurahan Kramat Selatan, Kelurahan Magelang
Utara, Kelurahan Potrobangsan, Kelurahan Magelang, Kelurahan Cacaban; b)
Wilayah Timur Kota Magelang dalam lingkup Daerah Aliran Sungai Elo meliputi
Kelurahan Kedungsari , Kelurahan Rejowinangun Utara dan Kelurahan Wates.
Selain bencana yang berkaitan dengan alam, kepadatan penduduk dan
bangunan juga mejadi ancamana utama munculnya bencana kebakaran, wabah
penyakit. Akibatnya kepadatan penduduk cukup tinggi, dan juga banyak rumah
penduduk tinggal pada daerah lereng yang mudah atau rentan longsor.
Pemukiman padat juga dapat mengakibatkan rentan terjadinya bencana
kebakaran. Kelurahan yang memiliki potensi (rawan) bencana kebakaran karena
faktor kepadatan penduduk dan jaringan jalan yang sempit (3-6 meter) yaitu:
Kramat Utara dan Selatan, Potrobangsan, Cacaban, Panjang, Kemirirejo,
Rejowinangun Utara, Rejowinangun Selatan. Untuk antisipasi terhadap bencana
kebakaran, kebijakan Pemerintah Kota Magelang adalah meningkatkan manajemen
penanganan bencana kebakaran, peningkatan kapasitas personil di unit pemadam
kebakaran, dan meningkatkan kualitas mobil pemadam kebakaran.
Di lihat dari potensi terjadinya kejadian bencana dalam wilayah perkotaan
yang padat penduduknya, maka potensi bencana yang sangat mungkin di masa
depan, seperti kejadian ancaman tanah longsor, banjir karena limpahan selokan
dan drainage perkotaan, Limbah industri atau jasa yang meresap dalam air bawah
tanah serta air permukaan (selokan, kolam dan pemukiman), pencemaran
lingkungan akibat limbah rumah tangga dan sampah yang tidak tertangani dengan
baik kebakaran perkotaan pada kompleks perdagangan dan pemukiman padat
dengan akses jalan yang sulit dilewati mobil pemadam kebaran, jalur pengungsian
lokasi evakuasi yang belum terencana dan tertata.
Hal yang perlu diwaspadai terkait dengan bencana banjir perkotaan adalah
banjir yang diakibatkan banjir limpasan atau limpahan air drainase karena hujan
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 14
dan drainase tersumbat; penyebab kedua adalah banjir bandang atau banjir
kiriman melanda wilayah tepi sungai Progo dan Elo. Wilayah-wilayah yang memiliki
potensi rawan bencana banjir karena faktor air melimpah antara lain adalah:
Potrobangsan, Cacaban, Kemirirejo, Panjang, Tidar Utara, Rejowinangun Utara.
Selain hal tersebut di atas, bencana yang perlu mendapat perhatian dari
adalah bencana yang bersifat konflik sosial muncul di pusat-pusat perdagangan,
pergerakan dan daerah padat penduduk dan Kawasan dengan tingkat
pertumbuhan dan aktivitas yang tinggi sebagai simpul pergerakan dan pusat-pusat
perdagangan. Indikator penentu prioritas pencegahan dan penanganan bencana
sosial perlu dilakukan pada wilayah yang memiliki: pusat perdagangan dan tujuan
pergerakan atau transportasi; wilayah dengan tingkat sosial ekonomi yang berada
di level pra-sejahtera; wilayah dengan kondisi pemukiman belum tertata atau
kumuh, perkembangan kawasan yang kurang sehat dengan tingkat kepadatan
tinggi.
Fungsi penganggulan bencana di Kota Magelang mengacu pada pedoman
yang ada pada Pola penanggulangan Bencana nasional dalam rangka untuk
mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh Bencana terutama di daerah
perkotaan. Adapun strategi umum yang diterapkan Pemerintah Kota Magelang
terkait dengan penanggulangan bencana meliputi tahap pencegahan, tahap
tanggap darurat, rehabilitasi dan tahap rekonstruksi.
i. Aspek Demografi
Penduduk Kota Magelang pada pertengahan tahun 2014 sebanyak 120.653
jiwa berada pada wilayah Kota Magelang yang memiliki luas 18.12km2. Tingkat
kepadatan penduduk di Kota Magelang menunjukkan trend yang meningkat seiring
dengan pertambahan jumlah penduduk di Kota Magelang yang meningkat.
Semakin tinggi kepadatan penduduk mengindikasikan pada tingkat kerapatan
penggunaan lahan untuk kawasan terbangun, sehingga bisa dikatakan semakin
tinggi beban lingkungan hidup
Tabel II.5
Kepadatan Penduduk di Kota Magelang Tahun 2008-2014
Tahun Jumlah Penduduk (jiwa) Kepadatan Penduduk (jiwa /
km2)
2014 120.653 6.659
2013 120.207 6.634
2012 119.329 6.585
2011 118.805* 6.557
2010 126.443 6.978
2009 125.604 6.932
2008 124.627 6.878
Sumber: Kantor Litbang Statistik, Daerah Dalam Angka Kota Magelang-sumber BPS, 2008-2014 (data
jumlah penduduk tahun 2011 menyesuaikan hasil sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk
tahun 2014 merupakan jumlah penduduk tengah tahun 2014)
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 15
Data Badan Pusat Statistik Kota Magelang menunjukkan, Jumlah penduduk
terpadat di Kelurahan Rejowinangun selatan (17.938 jiwa/km2), disusul Kelurahan
Panjang (16.586 jiwa/km2) dan Rejowinangun Utara (10.640 jiwa/km2). Sementara
Kelurahan dengan tingkat kepadatan penduduk yang relatif kecil ada di
Jurangombo Selatan (3.468 jiwa/km2) dan Kelurahan Tidar Selatan (4.388
jiwa/km2)
Kepadatan penduduk yang relatif cukup padat ini merupakan salah satu
permasalahan bagi Pemerintah terkait dengan penataan ruang dan kota serta
pemenuhan pelayanan dasar masyarakat. Hal ini sekaligus juga merupakan
tantangan untuk menyediakan sarana dan prasarana pemukiman seperti drainase,
sanitasi, air bersih yang layak dan terpenuhi merata bagi penduduk di atas lahan
yang terbatas sehingga dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di
bidang permukiman
Pertumbuhan penduduk di Kota Magelang beberapa tahun terakhir ini relatif
stabil. Meskipun laju pertumbuhan penduduk relatif stabil namun perlu untuk tetap
menjaga kestabilan pertumbuhan dengan langkah-langkah pengendalian penduduk
dalam rentang 5 sampai 10 tahun mendatang di antaranya dengan pengurangan
penduduk melalui penekanan kelahiran (preventif check) sehingga laju
pertumbuhan penduduk ke depan akan dapat dikendalikan
Tabel II.7
Perkembangan Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Tingkat Pertumbuhan Penduduk di Kota Magelang Tahun 2009-2014
(dalam jiwa dan persen)
Jenis Kelamin Tahun
2009 2010 2011 2012 2013 2014
Laki-Laki 61.349 61.776 58.612 58.924 59.142
Perempuan 64.255 64.667 60.193 60.405 60.795
Jumlah Total 125.604 126.443 118.805* 119.329 120.207 120.653
Laju Pertumbuhan(%)
0,78 0.67 -6.04 0.44 0.74 0.37
Sumber: Kantor Litbang Statistik, Daerah Dalam Angka Kota Magelang-sumber BPS, 2008-2014 (datajumlah penduduk tahun 2011 menyesuaikan hasil sensus Penduduk 2010)
Tabel II.8 Perkembangan Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Tingkat Pertumbuhan
Penduduk di Kota Magelang Tahun 2009-2013 (dalam jiwa dan persen)
Jenis Kelamin Tahun
2009 2010 2011 2012 2013 2014
Laki-Laki 64.467 63.185 63.898 64.569 64.462 64.841
Perempuan 66.221 65.012 65.658 66.386 66.374 66.749
Jumlah Total 130.688 128.197 129.556 130.955 130.836 131.590
Laju Pertumbuhan(%)
0.44 -1.91 1.06 1.08 -0.09 0.58
Sumber: Kantor Litbang Statistik, Daerah Dalam Angka Kota Magelang-sumber Dispendukcapil, 2009-2014
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 16
Tabel II.9 Banyaknya Rumah Tangga dan Rata-rata Anggota Rumah Tangga
di Kota Magelang (Tahun 2009-2014)
Tahun Jumlah Penduduk Rumah Tangga Rata-rata Anggota RT
2014 131.590 41.741 3
2013 130.836 41.246 3
2012 130.955 40.623 3
2011 129.556 39.457 3
2010 128.197 38.490 3
2009 130.688 35.608 4
Sumber: Bappeda Kota Magelang, Profil Daerah Kota Magelang 2013-sumber Dispendukcapil, 2009-2014
Tingkat kesejahteraan masyarakat dan kegiatan perekonomian di suatu
daerah sangat tergantung pada sumber daya yang dimiliki daerah tersebut. Salah
satu sumber daya daerah yang sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan
masyarakat adalah penduduk. Banyaknya penduduk yang bekerja akan berdampak
pada peningkatan kemampuan daya beli. Peningkatan pendapatan penduduk
sangat menentukan pemenuhan kebutuhan hidup yang lengkap dan tingkat
kesejateraan penduduk. Mata pencaharian penduduk Kota Magelang cukup
beragam, tapi pada umumnya bergerak di bidang perdagangan dan usaha. Data
penduduk Kota Magelang menurut mata pencarian pada tahun 2009-2013 secara
rinci dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel II.10 Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kota Magelang Tahun 2010-2013
Mata Pencaharian 2010 2011 2012 2013
Jumlah % +/-
1. Pertanian 212 206 215 215 0.19 9
2. Buruh Tani 51 54 60 60 0.05 (6)
3. Pengusaha 13.089 12.762 12.680 12.476 11.04 (82)
4. Buruh Industri 22.259 23.074 23.599 23.682 20.96 2.825
5. Buruh Bangunan 8.818 8.932 9.058 9.006 7.97 126
6. Pedagang 2.950 3.022 3.040 3.002 2.66 18
7. Angkutan 194 220 227 233 0.21 7
8. PNS/TNI/Polri 5.843 5.909 5.925 5.825 5.16 26
9. Guru/Dosen 1.484 1.442 1.436 1.447 1.28 (6)
10. Pensiunan 3.837 3.813 3.772 3.667 3.25 (41)
11. Lain - lain 51.266 53.961 52.890 53.376 47.24 (1.070)
JUMLAH 110.003 113.395 112.902 112.989 100
Sumber : Kantor Litbang dan Statistik - Kota Magelang,Kota Magelang Dalam Angka Tahun 2010-2012
Seperti halnya fenomena yang banyak terjadi di daerah perkotaan, jumlah
penduduk bermata pencaharian sebagai petani semakin menurun jumlahnya
apabila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Kondisi ini dihadapkan pada lahan
pertanian yang tersedia semakin berkurang disebabkan alih fungsi lahan pertanian
menjadi permukiman, pertokoan dan industri. Struktur ini dapat membawa bagi
SKPD yang menangani ketenagakerjaan untuk perlu menjaga stabilitas hubungan
industrial dan keadilan bagi hak–hak pekerja
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 17
2) Aspek Daya Saing Daerah
Daya Saing Daerah adalah kemampuan perekonomian daerah dalam
meningkatkan kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan dengan tetap terbuka
pada persaingan domestik dan internasional. Kondisi daya saing daerah akan
berpengaruh terhadap daya tarik investasi daerah. Daya saing yang relatif rendah
tentunya akan menyebabkan daya tarik investor yang akan melakukan investasi di
daerah menjadi relatif kecil begitu pula sebaliknya. Perlu adanya upaya Pemerintah
untuk meningkatkan daya saing daerah dengan mengoptimalkan potensi dan
kemampuan daerah melalui kebiajakan–kebijakan, program dan kegiatan yang
dapat meningkatkan/ mengembangkan daya saing dan keunggulan petensi daerah
yang dimiliki untuk lebih menarik investor masuk ke daerah. Hal ini dalam rangka
peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat
Selain kebijakan, program dan kegiatan yang dilakukan untuk
meningkatkan daya saing daerah, Pemerintah daerah harus memperhatikan hal–
hal yang dapat menghambat peningkatan daya saing diantaranya korupsi, birokrasi
pemerintahan yang tidak efisien, infrastruktur yang tidak memadai bagi
pengembangan investasi di daerah, ketidakstabilan politik, keamanan dan
ketertiban di daerah, tenaga kerja yang tidak terdidik, etika kerja yang buruk,
inflasi, peraturan pajak, buruknya pelayanan birokrasi di daerah dan lain
sebagainya.
Ada beberapa indikator yang dapat dipergunakan untuk mengukur daya
saing daerah (Pedoman Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah,
2007) yaitu (1) perekonomian daerah, (2)keterbukaan, (3) sistem keuangan,(4)
infrastruktur dan sumber daya alam,(5) ilmu pengetahuan dan tehnologi, (6)
Sumber Daya Manusia, (7) kelembagaan, (8) governance dan kebijakan
pemerintah dan (9) manajemen dan ekonomi mikro.
Aspek Daya Saing Daerah merupakan salah satu Indikator Kinerja Daerah,
dimana aspek ini mempunyai empat fokus yaitu :
a. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah;
b. Fokus Fasilitas Wilayah/ Infrastruktur;
c. Fokus Iklim Berinvestasi
d. Fokus Sumber Daya Manusia
a. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah
Salah satu indikator yang dipergunakan untuk mengukur aspek kemampuan
ekonomi daerah adalah pendapatan per kapita dan tingkat pemerataan pendapatan
karena dua hal ini mencerminkan kemampuan daerah untuk dapat memberikan
kesejahteraan bagi masyarakatnya.
Tabel II.11 PDRB Per Kapita Kota Magelang Tahun 2008-2013
Tahun Jumlah Penduduk PDRB Per Kapita
adhb adhk
2013 120.207 24.311.511,02 11.012.910,88
2012 119.329 21.973.065,07 10.467.119,69
2011 118.805* 19.589.887,22 9.859.052,16
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 18
Tahun Jumlah Penduduk PDRB Per Kapita
adhb adhk
2010 126.443 17.807.999,88 9.377.621,81
2009 125.604 15.741.712,50 8.827.831,27
2008 124.627 14.174.863,94 8.390.193,45
Sumber : Kantor Litbang dan Statistik, Analisis PDRB Kota Magelang Tahun 2014,
Pendapatan penduduk selama rentang waktu beberapa tahun ini berdasarkan
harga berlaku menunjukkan trend yang meningkat. Hal ini akan mencerminkan
tingkat kesejahteraan masyarakat apabila di imbangi dengan adanya pemerataan
pendapatan. Tingkat pemerataan pendapatan di Kota Magelang dalam beberapa
tahun ini yang direpresentasikan melalui indeks gini menunjukkan trend yang
semakin meningkat. Indeks Gini dalam rentang tahun 2010 sampai dengan tahun
2012 berada di kisaran 0.3 dan diprediksi meningkat di tahun 2013 sebesar 0.416.
Hal ini menunjukka bahwa pertumbuhan pendapatan masyarakat di Kota Magelang
masih menyisakan permasalahan yang berupa distribusi pendapatan yang belum
merata. Tingkat kesejahteraan masyarakat juga dapat di lihat dari prosentase
pengeluaran non makanan. Semakin tinggai tingkat pendapatan masyakat maka
pola konsumsi masyarakat akan bergeser ke konsumsi non makanan.
Tabel II.12 Tabel Perbandingan Indeks GIni, % Konsumsi Non Makanan, LPE
dan Paritas Daya Beli Kota Magelang Tahun 2008 - 2012
Tahun Gini Rasio
% Konsumsi
Non
Makanan
% Laju
Pertumbuhan
ekonomi
Paritas Daya
Beli - PPP (Rp.
000)
2013* 0.416
2012 0.3715 57.53 6.48 655.1
2011 0.3418 53.83 5.48 651.9
2010 0.3138 52.92 6.12 649.5
2009 0.2816 49.61 5.11 648.1
2008 0.2571 48.60 5.05 645.9
Sumber : Kantor Litbang dan Statistik, Analisis ASPM Kota Magelang Tahun 2014,
Dari tabel di atas, maka apabila didasarkan dengan teori kesejahteraan
dimana peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dari tingkat konsumsi
non pangannya ≥ 50%, menunjukkan kondisi rumah tangga yang baik sedangkan
apabila tingkat konsumsi non pangannya menunjukkan nilai 20-49% menunjukkan
kondisi sedang dan ≥ menunjukkan kondisi yang buruk. Tingkat konsumsi non
pangan masyakarat Kota Magelang sejak tahun 2010 menunjukkan trend yang
meningkat di atas 50% sehingga apabila di dasarkan dari teori di atas maka dapat
di golongkan ke dalam kondisi rumahtangga yang baik
Kemampuan Ekonomi Daerah juga dapat direpresentasikan melalui
produktivitas total daerah yang tercermin pada Pendapatan Domestik Regional
Bruto (PDRB) pada sembilan sektor atau lapangan usaha, sebagaimana tersaji pada
tabel di bawah ini:
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 19
Tabel II.13 PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan
di Kota Magelang Tahun 2010-2013 (dalam Juta Rupiah)
Lapangan Usaha
Berdasarkan Harga Berlaku Berdasarkan Harga Konstan
2010 2011 2012 2013 2010 2011 2012 2013
Pertanian 66.125,1 58.716,2
5
78.908,0
4
84.260,1
0 30,468.4
25.854.4
3
32.832.6
7
33.270,2
8
Industri
Pengolahan 65.097,2
74.276,4
6
78.638,6
4
86.172,4
1 37,093.6
39.622,5
7
40.610,8
8
43.022,9
1
Listrik, Gas
& Air Bersih
77.158,6
3
84.899,1
4
92.952,3
2
104.727,
69 27,825.2
29.785,7
2
31.713,8
8
34.034,8
3
Konstruksi
&
Bangunan
315.225,
1
341.274,
29
382.301,
86
412.725,
83 163,152.7
170.070,
40
178.586,
47
189.429,
29
Perdagangn
, Hotel &
Restoran
147.724,
5
170.142,
62
191.588,
21
214.729.
43 85,944.1
91.788,5
1
97.424,5
8
104.198,
86
Angkutan &
Komunikasi
395.272,
7
428.926,
45
464.809,
21
520.894,
90 218,274.2
231.663,
45
237.399,
95
251.541,
95
Keuangan,
Persewaan
& Jasa
Perusahaan
214.427,
1
239.373,
39
265.290,
94
304.405,
59 123,577.1
132.690,
20
142.171,
62
153.550,
19
Jasa-jasa 824.195,
6
925.869.
57
1.059.40
4,63
1.183.19
2,99 422,268.1
447.867,
46
484.418,
05
509.661,
57
Total 2.105.2
26,13
2.323.4
78,16
2.613.8
93,85
2.911.1
08,95
1,108,603
.6
1.169.3
42,7
1.245.15
8,09
1.318.70
7,97
Sumber : Kantor Litbang dan Statistik Kota Magelang, Analisis PDRB Kota Magelang Tahun 2013
Nilai PDRB Kota Magelang pada tahun 2013 secara agregat atas dasar harga
berlaku (2.911.108,95 juta rupiah) tumbuh 11,37 persen dari capaian angka
tahun sebelumnya (2.613.893,85 juta rupiah). Pertumbuhan ekonomi atas dasar
harga konstan pada tahun 2013 sebesar 5,91% sedikit menurun jika dibandingkan
dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2012 yang sebesar 6,48%. Perkembangan
perekonomian secara riil terlihat dari angka PDRB Kota Magelang menurut harga
konstan (1.318.707,97 juta rupiah) yang berhasil berkembang 179,60% (adhk)
dan hampir 4 kali lipat adhb (396,48%) dari perekonomian tahun 2000. Struktur
perekonomian Kota Magelang didominasi oleh sektor jasa-jasa yang pada tahun
2013 memberikan kontribusi 40,64% terhadap struktur PDRB total. Masih sama
seperti struktur perekonomian pada tahun 2012, sektor dominan setelah Jasa-jasa
yang berkontribusi besar terhadap PDRB berturut-turut adalah sektor
Pengangkutan & Komunikasi (17,89%), sektor Konstruksi (14,18%) dan sektor
Keuangan, Real Estate dan jasa Perusahaan (10,46%). Dalam satu dekade
terakhir (2003-2013) rata-rata pencapaian PDRB atas dasar harga berlaku Kota
Magelang mencapai 1.803.531,01 juta rupiah dengan pencapaian PDRB riil rata-
rata sebesar 1.023.408,13 juta rupiah. Pertumbuhan ekonomi rata-rata berada
pada angka 4,87% dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi dicapai oleh sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran disusul oleh sektor Keuangan, Real Estate dan
Jasa Perusahaan dan sektor Jasa-jasa. Jasa-jasa sebagai sektor dengan share
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 20
rata-rata tertinggi (37,78%) dalam 10 tahun terakhir mampu tumbuh rata-rata
5,14% masih di bawah rata-rata laju sektor Keuangan, Real Estate dan Jasa
Perusahaan yang mampu tumbuh 5,61%.
Indikator selanjutnya dari aspek Kemampuan Keuangan Daerah adalah
Jumlah bank dan lembaga keuangan non bank yang ada di Kota Magelang.
Keberadaan lembaga perbankan dan lembaga keuangan non bank tersebut
diharapkan akan mampu mencukupi kebutuhan pembiayaan masyarakat dan
mendukung perekonomian daerah khususnya dalam memberikan kontribusi
terhadap PDRB Kota Magelang serta meningkatkan kesejateraan masyarakat.
Dengan luas wilayah 18.12 km2, pada tahun 2012Kota Magelang mempunyai 31
lembaga keuangan perbankan yang terdiri dari 4 lembaga bank milik pemerintah,
2 lembaga perbankan milik daerah dan serta 25 bank swasta yang tersebar di
tiga kecamatan yang ada di Kota Magelang.
Terkait dengan lembaga keuangan Koperasi yang ada di Kota Magelang pada
tahun tahun 2013 terdapat 198 koperasi yang terdiri dari 2 Koperasi Konsumen
dan 196 Koperasi simpan pinjam. Apabila dibandingkan dengan tahun 2012 maka
terdapat penurunan jumlah Koperasi yang ada, dimana tahun 2012 jumlah
koperasi di Kota Magelang sebanyak 201. Di bawah ini disajikan tabel jumlah bank
dan jumlah lembaga keuangan non bank yang dalam hal ini adalah lembaga
keuangan koperasi yang ada di Kota Magelang sebagai berikut :
Tabel II.14 Banyaknya Koperasi berdasarkan Jenis usaha dan Jumlah Anggota
Tahun 2011 dan 2012
No Jenis
Koperasi
Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013
Banyak Koperasi
Jumlah Anggota Banyak Koperasi
Jumlah Anggota Banyak Koperasi
Jumlah Anggota
Koperasi Anggota Koperasi Anggota Koperasi Anggota
1 Konsumen 2 31 383 2 31 383 2 31 383
2 Produsen - - - - - - - - -
3 Pemasaran - - - - - - - - -
4 Simpan
Pinjam
215 49 34.037 199 50 34.559 196 50 35.767
Sumber : Kantor Litbang dan Statistik Kota Magelang, Kota Magelang Dalam Angka Tahun 2013
Tabel II.15
Banyaknya Koperasi di Kota Magelang, Jumlah Anggota,
Modal dan Volume Usaha Tahun 2012 dan Tahun 2013
No Jenis
Koperasi
Tahun 2012 Tahun 2013
Ban
yak
Ko
pra
si
Ju
mla
h
An
gg
ota
Mo
dal
(rib
u
ru
pia
h)
Vo
lum
e
Usah
a
Ban
yak
Ko
pra
si
Ju
mla
h
An
gg
ota
Mo
dal
(rib
u
ru
pia
h)
Vo
lum
e
Usah
a
1 KPRI 36 5.756 28.068.250 31.489.751 33 5.933 30.025.218 29.391.235
2 Koperasi Karyawan
26 3.245 10.915.584 4.716.852 25 2.905 6.702.030 3.506.995
3 PRIMKOPAD 26 5.891 27.460.012 27.009.739 27 6.674 33.845.121 34.799.111
4 PRIMKOPPOL 1 618 3.555.224 7.607.489 1 613 3.871.559 5.414.340
5 Koperasi Serba Usaha
58 5.030 4.627.916 2.896.093 53 5.491 5.807.910 3.851.119
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 21
No Jenis
Koperasi
Tahun 2012 Tahun 2013
Ban
yak
Ko
pra
si
Ju
mla
h
An
gg
ota
Mo
dal
(rib
u
ru
pia
h)
Vo
lum
e
Usah
a
Ban
yak
Ko
pra
si
Ju
mla
h
An
gg
ota
Mo
dal
(rib
u
ru
pia
h)
Vo
lum
e
Usah
a
6 Koperasi Pasar
4 499 1.091.172 701.132 4 480 1.089.896 687.126
7 Koperasi Simpan Pinjam
23 9.319 18.349.971 33.632.445 33 10.842 17.977.982 36.244.170
8 Koperasi Wanita
7 908 960.598 398.759 6 737 550.672 568.156
9 Koperasi Pensiuan
4 1.601 332.141 211.298 3 1.419 203.875 218.887
10 Koperasi Mahasiswa
3 1.098 161.336 20.920 2 300 150.244 3.810
11 Koperasi Lainnya
13 988 1.317.959 741.901 8 788 3.018.255 1.002.236
12 Koperasi Sekunder
3 81
Koperasi 4.166.585 2.365.176 3
81
Koperasi 3.963.645 2.365.176
Jumlah 201
34.942 +
81koperasi
101.006.748
111.791.555
198
36.182 +
81koperasi
101.006.748
118.052.361
Sumber : Kantor Litbang dan Statistik Kota Magelang, Kota Magelang Dalam Angka Tahun 2013 dan Tahun 2014
Keberadaan koperasi yang tidak aktif di Kota Magelang menjadi harus
menjadi perhatian dari Pemerintah mengingat ini menjadi indikator kinerja dalam
RPJMD yaitu indakator jumlah koperasi akrif sehingga perlu peran dan dukungan
pemerintah untuk memecahkan permasalahan tersebut diantaranya dengan
bekerjasama dengan pihak–pihak terkait seperti PT, LSM dan unsur-unsur
masyarakat dalam pengembangan koperasi di Kota Magelang. Dalam rangka
pengembangan koperasi di berbagai bidang dan lokasi usaha Pemerintah perlu
memberikan bantuan atau umpan balik seperti adanya fasilitasi yang akan dikelola
bersama untuk meningkatkan kemampuan menciptakan lapangan kerja dan
pedapatan, selain itu juga diperlukan implementasi pinjaman dana bergulir bagi
koperasi secara efektif sesuai dengan peraturan yang berlaku
Guna mencapai target jumlah koperasi aktif tersebut maka selain dilakukan
revitalisasi koperasi, bisa juga dilakukan reorganisasi koperasi yang sudah
dibubarkan menjadi kelompok–kelompok usaha bersama (KUBE) yang telah
terbentuk di masyarakat atau yang sudah berstatus pra koperasi. Pengawasan dan
pembinaan koperasi yang sudah aktif dan berkembang juga perlu dilakukan oleh
Pemerintah melalui tahap ofisialisasi yaitu mendukung perintisan pembentukan
Organisasi Koperasi.
Indikator lain yang merepresentasikan Aspek Kemampuan Keuangan daerah
adalah jumlah penginapan/ hotel yang ada di Kota Magelang beserta sarana
pendukung pariwisata di Kota Magelang. Pengembangan wisata di Kota Magelang
dapat dilihat dari dua aspek yaitu aspek produk wisata yang meliputi obyek
wisata, daya tarik wisata,serta aksebilitas. Sementara aspek yang kedua adalah
pasar wisatawan baik lokal, regional maupun mancanegara. Objek dan daya tarik
wisata di Kota Magelang terdiri dari wisata budaya, wisata pendidikan, wisata
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 22
religius/ ziarah, wisata alam dan wisata buatan. Adapun fasilitas wisata terutama
di dukung dengan keberadaan jasa akomodasi pariwisata berupa hotel, rumah
makan dan fasilitas lainnya.
Dalam Pengembangan jasa pariwisata di Kota Magelang ada beberapa hal
yang perlu mendapat perhatian diantaranyanya peningkatan kualitas produk dan
jasa pariwisata, penyediaan sarana dan prasarana yang memadai di sekitar objek
wisata untuk mendukung jasa pariwisata di Kota Magelang, peningkatan kualitas
sumberdaya manusia pengelola objek dan daya taris wisata seperta pramuwisata
maupun para pelaku pariwisata lainnya.
Pada tahun 2013 di Kota Magelang terdapat 15 buah hotel dengan klasifikasi
5 buah hotel berbintang dan 10 buah hotel kelas melati. Fasilitas lain selain hotel
yang mendukung jasa pariwisata di Kota Magelang yaitu keberadaan Rumah
makan yang tersebar cukup banyak di Kota Magelang yaitu sebanyak 84 buah.
Selain itu jumlah agen perjalanan wisata, dimana sampai dengan tahun 2013
tercatat jumlahnya sebanyak 19 agen perjalanan wisata. Upaya Pemerintah untuk
meningkatkan potensi daerah dan memajukan sektor jasa Pariwisata dapat dilihat
dengan beberapa kebijakan yang dilaksanakan di antara penataan dan
pengembangan kawasan lembah tidar untuk mendukung wisata religi Gunung
Tidar, pengembangan kawasan budaya Mantyasih, pengembangan kawasan
kuliner di beberapa titik di Kota Magelang.
b. Fokus Fasilitas Wilayah/ Infrastuktur
Fokus Kedua dari Aspek daya Saing Daerah adalah Fokus Fasilitas Wilayah
atau ketersediaan Insfrastruktur yang memadai di daerah. Menyediakan sarana dan
prasarana yang memadai bagi masyarakat merupakan kewajiban bagi Pemerintah
Daerah sebagai amanat dari Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah khususnya pasal 176, yang mengamatkan bahwa Pemerintah
Daerah agar memberikan kemudahan bagi masyarakat atau investor dengan
penyediaan sarana dan prasarana. Pembangunan sarana dan prasarana wilayah
dalam rangka untuk meningkatkan daya saing dan daya tarik daerah tentunya juga
harus memperhatikan tingkat aksesibilitas (dipengaruhi oleh jarak, kondisi sarana
prasarana perhubungan, ketersediaan berbagai sarana penghubung termasuk
frekuensi dan tingkat keamanan serta kenyamanan untuk melalui jalur tersebut)
karena tingkat aksesibilitas tersebut yang akan menjadi potensi bagi daerah
tersebut dalam menarik investor. Fasilitas Wilayah yang meliputi ketersediaan
sarana dan prasarana perkotaan merupakan aspek yang sangat penting dalam
mengelola kawasan perkotaan
Ketersediaan sarana prasarana wilayah yang didukung dengan infrastruktur
yang memadai baik kualitas dan kuantitasnya yang memadai serta persebarannya
yang merata akan menumbuhkan daya tarik dan daya saing daerah sehingga
diharapkan akan memberikan nilai lebih atau keunggulan kompetitif yang bersifat
dinamis bagi Kota Magelang disamping keungulan kompetitif statis yang sudah
dimiliki sejak lama terkait dengan kondisi geografis Kota Magelang yang letaknya
sangat strategis Ketersediaan sarana prasarana wilayah dan infrastruktur yang
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 23
terus dibenahi oleh Pemerintah Kota Magelang meliputi sarana perkotaan yaitu
sarana pendidikan, kesehatan, permukiman, perdagangan, sarana perhu-bungan
darat, serta sarana rekreasi dan olah raga. Prasarana perkotaan meliputi prasarana
permukiman; prasarana perhubungan; prasarana jaringan, yang terdiri dari
jaringan drainase perkotaan, jaringan irigasi, serta jaringan utilitas lainnya; serta
prasarana persampahan.
Ada beberapa indikator yang dapat dipergunakan untuk mengukur Fokus
Fasilitas Wilayah/ Infrastruktur diantaranya adalah Ketaatan terhadap RTRW,
Prasarana Jalan, Kondisi Permukiman dan Infrastruktur, Sumber daya Air,
Persentase rumah tangga yang menggunakan listrik, Persentase Rumah tangga
yang menggunakan air bersih.
i. Ketaatan Terhadap Perda RTRW
Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota Magelang Tahun 2011–2031 yang ditetapkan pada
tanggal 30 Desember 2011 merupakan pelaksanaan amanat dari Undang–
Undang Tata Ruang yang baru yaitu Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007.
Perda tersebut akan digunakan sebagai landasan hukum (legal instrument)
dalam perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian tata ruang sampai 20
tahun ke depan. RTRW Kota sebagai salah satu rencana tata ruang skala kota
yang juga merupakan penjabaran arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan
ruang wilayah nasional dan provinsi ke dalam struktur wilayah Daerah dan
pola pemanfaatan ruang Daerah.
RTRW juga memuat rumusan kebijakan dan strategi pengembangan,
serta koordinasi antar instansi terkait dalam proses perencanaan,
pemanfaatan, dan pengendalian ruang, selain itu juga berisi rencana struktur
dan pola ruang, serta penetapan kawasan strategis kota yang perwujudannya
dilakukan melalui pelaksanaan indikasi program. RTRW berfungsi sebagai
pedoman dalam menyusun rencana struktur dan pola ruang wilayah Daerah
serta dalam menetapkan kawasan strategis,memantapkan pemanfaatan dan
pengendalian penataan ruang yang meliputi: a). penyelarasan dan
sinkronisasi program-program pembangunan Daerah dengan rencana tata
ruang; b). peningkatan kejelasan dan perincian dari program-program utama
yang telah ditetapkan kedalam implementasi rencana tindak yang mampu
menjawab kebutuhan masyarakat Daerah; c). penyempurnaan pedoman
pemanfaatan ruang agar sesuai dengan daya dukung dan daya tampung
Daerah; d). penyempurnaan kegiatan pemantauan dan pelaporan kegiatan-
kegiatan dan program pembangunan Daerah secara menerus dan berlanjut
berkaitan dengan tingkat kesesuaian pemanfaatan ruang yang terdapat dalam
rencana tata ruang; e). penyempurnaan mekanisme perizinan pemanfaatan
ruang; f). pengoptimalan sistem koordinasi antar instansi terkait dalam
penataan ruang.
Dalam pelaksanaan (implementation) pengendalian ruang dan
pemanfaatan ruang perlu disusun Rencana Detail Tata Ruang (RDTRK).
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 24
RDTRK merupakan tindak lanjut dari Rencana Umum Tata Ruang, perlu
disusun dengan skala peta 1:10.000, karena Rencana Umum Tata Ruang Kota
(RURTK) masih mencakup skala yang luas yaitu 1:25.000 dan RUTRK masih
memerlukan perincian sebelum dioperasionalkan. Pemerintah Kota Magelang
merencanakan akan menyusun Raperda RDTRK pada tahun 2013 yang
dilengkapi dengan Peraturan Zonasi.
Rencana Tata Ruang Kota Magelang secara Umum membagi Kota
Magelang menjadi 5 (lima) Bagian Wilayah Kota (BWK) selain itu Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota Magelang juga memuat adanya kebijakan dan
strategi dalam pentaan ruang yaitu adanya Kawasan strategis kota artinya
wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempuyai pengaruh
sangat penting dalam lingkup Kota Magelang terhadap ekonomi, sosial,
budaya dan/atau lingkungan. Rencana pengembangan kawasan strategis
Kota meliputi:
a. Kawasan strategis untuk pertahanan dan keamanan;
b. Kawasan strategis pertumbuhan ekonomi;
c. Kawasan strategis untuk kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan
hidup;
d. Kawasan strategis sosial budaya.
Skenario pengembangan Kota Magelang adalah dengan menciptakan
pusat-pusat kegiatan baru yang berfungsi sebagai generator pertumbuhan
ekonomi. Kota Magelang juga dirancang dalam skala kawasan yang lebih luas
yang masuk dalam kategori berpotensi dalam pengembangan pusat
pelayanan perekonomian, kesehatan, dan pendidikan di Kota Magelang, yang
mempunyai jangkauan pelayanan skala kota dan/atau regional. Potensi
pengembangan wilayah Kota Magelang pada masa-masa mendatang adalah
sebagai berikut:
i. Kawasan Sidotopo sebagai pusat pelayanan pendidikan, perdagangan dan
jasa, pada kawasan ini direncanakan untuk mewadahi pendirian
perguruan tinggi negeri;
ii. Kawasan Sukarno Hatta sebagai pusat pelayanan kegiatan transportasi
dan perdagangan jasa, pada kawasan ini sudah disiapkan sebidang lahan
untuk pembangunan pasar induk yang dipadukan dengan pergudangan;
iii. Kawasan Kebonpolo sebagai pusat pelayanan kegiatan transportasi dan
perdagangan,
iv. Kawasan Alun-alun sebagai pusat pelayanan perdagangan jasa dan
perkantoran, Kawasan Alun-Alun juga sebagai kawasan pusat kota yang
mewadahi kegiatan rekreasi masyarakat;
v. Kawasan GOR Samapta sebagai pusat pelayanan rekreasi dan olahraga,
saat ini sedang dalam tahap penyelesaian pembangunan stadion madya
dengan kapasitas 15.000 penonton, disamping itu terdapat juga kolam
renang standar internasional;
vi. Kawasan Sentra Perekonomian Lembah Tidar sebagai pusat pelayanan
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 25
perdagangan jasa dan kesehatan;
vii. Kawasan Objek Wisata Taman Kyai Langgeng sebagai kawasan pusat
pelayanan rekrasi dan olahraga, dan untuk lebih meningkatkan pelayanan
kawasan, maka pada lokasi sekitar Taman Kyai Langgeng telah dibangun
Showroom Mudalrejo yang mewadahi pemasaran hasil-hasil UMKM Kota
Magelang.
Seiring dengan tersususunnya dokumen-dokumen pengendalian ruang
tersebut di atas (RTRW, RDTRK, Rencana Tata Ruang Rinci Kawasan
Prioritas/Strategis) yang keluarannya berupa struktur pola ruang dan indikasi
program serta kegiatan dengan periode tahun yang telah ditentukan yang
harus dilaksanakan Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) di lingkungan
Pemerintah Kota Magelang, Pemerintah Kota Magelang juga telah menyusun
Perda Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) yaitu Peraturan Daerah Kota Magelang
Nomor 5 Tahun 2012 tentang Bangunan Gedung dan Peraturan Daerah
Nomor 19 Tahun 2011 tentang Retribusi Perijinan Tertentu.
Salah satu wujud ketaatan terhadap pelaksanaan RTRW maka Pemerintah
Kota Magelang senantiasa berupaya untuk memenuhi target pencapaian
ruang terbuka hijau sebesar 30% sebagaimana yang diamanatkan oleh - oleh
Undang – undang. Ruang terbuka hijau merupakan salah satu kebutuhan
utama perkotaan yang berkaitan langsung dengan upaya pengelolaan
lingkungan hidup, yang berfugsi sebagai daerah resapan air. Dengan adanya
Ruang Terbuka Hijau maka mutu lingkungan hidup di perkotaan dapat
meningkat, sehingga lingkungan terasa nyaman, segar, indah, bersih dan
juga dapat berfungsi sebagai sarana pengaman lingkungan perkotaan. Secara
perhitungan ideal luasan RTH di Kota Magelang memiliki kekurangan
sebanyak 22,41 Ha. Pengembangan RTH terus diupayakan sebagai salah satu
prioritas pembangunan di Kota Magelang, dengan melibatkan masyarakat dan
instansi-instansi seperti sekolah, perusahaan, pihak swasta dan lain
sebagainya. Dari aspek sosiologis perlu dicermati lagi adalah Keterlibatan
masyarakat dalam ikut menjaga / memantau penggunaan RTH seiring
dengan meningkatnya RTH Perkotaan di Kota Magelang. Pemantauan RTH
untuk tempat-tempat yang sepi penduduk memerlukan konsekuensi
penerangan kota dan pantauan masyarakat akan kebersihan maupun aspek
penggunaan ruangnya.
ii. Prasarana Jalan
Transportasi merupakan salah satu elemen perkotaan yang tidak dapat
dipisahkan, dan menjadi struktur utama pembentuk kawasan perkotaan.
Transporatsi menjadi tumpuan aktivitas masyarakat dalam beraktivitas.
Pengembangan transportasi menjadi prioritas penanganan di Kota Magelang.
Selain untuk meningkatkan aksesibilitas masyarakat, pengem-bangan
transportasi menjadi salah satu upaya pengembangan ekonomi dan sosial .
Kota Magelang dengan luas wilayah 18,12 km2, mempunyai prasarana jalan
yang cukup memadai. Pemerintah Kota Magelang mempunyai komitmen
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 26
dalam peningkatan kualitas jalan. Berdasarkan Undang-Undang No. 38 Tahun
2004 tentang Jalan, sistem jaringan jalan secara garis besar terbagi atas
sistem primer (sistem jaringan jalan yang disusun dengan mengikuti
ketentuan pengaturan struktur ruang pengembangan wilayah yang
menghubungkan simpul-simpul jasa distribusi dalam struktur wilayah) dan
sistem sekunder (sistem jaringan jalan yang disusun dengan mengikuti
ketentuan pengaturan struktur ruang kota/ kawasan yang menghubungkan
kawasan-kawasan/ sub kawasan yang mempunyai fungsi baik primer maupun
sekunder).
Di Kota Magelang terdapat beberapa jaringan jalan primer yaitu Jalan
Ahmad Yani, Jalan Soekarno Hatta dan Jalan Urip Sumoharjo yang menjadi
jalan penghubung utama antara 2 (dua) Kota yang berperan sebagai PKN,
yaitu Semarang dan Yogyakarta. Jalur ini memiliki tingkat intensitas
pergerakan yang cukup tinggi, khusunya untuk angkutan bus dan angkutan
barang. Sementara itu, untuk jaringan jalan di dalam kota yang memiliki
intensitas tinggi antara lain adalah Jalan Pahlawan, Jalan Pemuda, Jalan
Sudirman, dan Jalan Ikhlas. Penyebab adanya intensitas tinggi di kawasa ini
karena adanya pusat pelayanan kegiatan masyarakat yang memiliki daya
tarik tinggi seperti sarana perdagangan dan pendidikan serta adanya parkir
on street.Letak Magelang yang strategis secara geografis dan dilalui lajur
jalan regional memberikan dampak positif yaitu perkembangan wilayah Kota
Magelang berkembang cukup pesat.
Di Kota Magelang sistem transportasi adalah merupakan kebutuhan
utama untuk mendukung aktivitas kota. Di Kota Magelang sendiri terdapat
Terminal Tidar yang berfungsi sebagai pusat sistem pergerakan angkutan
darat yang didukung dengan beberapa terminal pendukung atau sub terminal,
dengan skala pelayanan kota. Diarahkan sebagai titik simpul jaringan
transportasi di dalam wilayah Kota Magelang dan sekitarnya.
Struktur dan kondisi fisik jaringan jalan Kota Magelang secara umum
hampir 100% dalam kondisi baik dan terawat baik jalan kota maupun jalan
lingkungan. Struktur jalan di Kota Magelang sebagian besar berupa jalan
aspal dengan perkerasan hotmix terutama untuk jalan utama kota dan
lingkungan serta sebagian dengan perkerasan rigid pavement atau betonisasi
untuk jalan-jalan lingkungan.
Tabel II.16 Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaan, Kondisi, fungsi dan Status Jalan
di Kota Magelang Tahun 2013
Uraian Tahun 2013
Panjang jalan berdasarkan kelas
a. Jalan Nasional
b. Jalan Provinsi
c. Jalan Kabupaten/ Kota
13,512
3.92
77,964
Kondisi Jalan
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 27
Uraian Tahun 2013
a. Aspal
b. Berbatu
c. Hotmix
d. Kerikil
15,508
4,340
73,624
7.26
Panjang jalan berdasarkan kondisi
a. Jalan baik
b. Jalan sedang
c. Jalan rusak ringan
43,988
39,879
6,092
Panjang jalan berdasarkan fungsi
a. Jalan arteri
b. Jalan kolektor
2,574
10.938
Status Jalan
a. Kabupaten/Kota
b. Nasional
c. Provinsi
77,964
13,512
3,920
Sumber : Bappeda Kota Magelang, Profil Daerah Kota Magelang Tahun 2014
Secara umum permasalahan transportasi di Kota Magelang diantaranya:
Meningkatnya mobilitas orang dan barang, Masih banyak pengemudi yang
tidak mentaati rambu-rambu lalu-lintas, Menurunnya kondisi fisik angkutan,
Kurangnya penataan parkir pada pusat-pusat aktivitas, Kurangnya fasilitas
pendukung transportasi seperti halte, jalur penyeberangan, jalur lambat dan
pedestrian dan Kepadatan lalulintas pada waktu tertentu dikarenakan tarikan
pergerakan aktivitas pelayanan seperti pendidikan dan perdagangan jasa
iii. Drainase
Drainase di Kota Magelang banyak menggunakan drainase tertutup
utamanya pada kawasan pusat perdagangan dan jasa. Sistem pengelolaan
drainase lingkungan di Kota Magelang pada dasarnya telah diatur
sebagaimana pola permukiman yang ada, namun seiring dengan berjalannya
waktu, jumlah penduduk meningkat dan secara fisik mengalami
perkembangan terutama adalah target pemenuhan kualitas lingkungan hidup,
penurunan permukaan tanah, peningkatan debit air, kerusakan – kerusakan
ekologi lingkungan. Secara umum, setiap kawasan permukiman telah
memiliki saluran drainase sekunder dan tersier sampai ke tiap – tiap rumah
dan terintegrasi ke dalam saluran drainase primer namun genangan pada
musim penghujan akibat dari naiknya debit air pada saluran drainase primer
dan adanya penurunan sudut elevasi pada saluran drainase sekunder
sehingga air yang seharusnya mengalir dari saluran drainase tersier menuju
saluran drainase sekunder kemudian berakhir di saluran drainase berbalik
arah. Hal ini yang harus menjadi perhatian Pemerintah untuk memperbaiki
sarana drainase di Kota Magelang. Implementasi pengembangan jaringan
drainase di Kota Magelang dapat dilakukan dengan memanfaatkan potensi
jaringan sungai dan jaringan drainase utama yang ada, berperan sebagai
main drain (drainase induk). Pola jaringan drainase yang dikembangkan
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 28
mengikuti pola jaringan jalan yang dikembangkan. Untuk beberapa kawasan
yang cepat mengalami sedimentasi maka perlu adanya normalisasi irigasi
(tanggul, saluran) secara bertahap. Upaya untuk perbaikan jaringan
draianase perkotaan diupayakan untul meminimalisir merusak atau
mengganggu keberadaan jalur hijau jalan mengingat kita masih mempunyai
kewajiban untuk mencapai batas minimal 30% ruang hijau di Kota Magelang.
Prasarana drainase penting untuk menekan terjadinya genangan air di jalan
yang seringkali terjadi ketika musim hujan. Jaringan draenase kota terdiri
dari jaringan primer dan jaringan sekunder. Jaringan draenase primer
ditampung oleh Sungai Progo dan Sungai Elo. Hampir seluruh prasarana jalan
dilengkapi dengan saluran draenase sebagai jaringan draenase sekunder,
namun sirkulasi air terhambat oleh adanya endapan lumpur, dimensi saluran
yang tidak sesuai dengan volume limpahan air, atau tersumbat oleh timbunan
sampah.
iv. Kondisi Permukiman dan Infrastruktur
Pemerintah Kota Magelang mempunyai tantangan di dalam aspek
penyediaan sarana pemukiman bagi penduduk di atas lahan yang terbatas
sehingga dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di bidang
permukiman Pemerintah Kota Magelang berusaha mengoptimalisasi
pemanfaatan lahan dengan pola pembangunan vertikal terutama di kawasan -
kawasan yang padat penduduk. Selain itu Pemerintah Kota Magelang juga
terus berupaya untuk meningkatkan kualitas prasarana pelayanan dasar
permukiman perkotaan prasarana pemukiman yang meliputi prasarana jalan
lingkungan, prasarana drainase lingkungan, prasarana air bersih dan sanitasi
lingkungan. Dalam menghadapi tantangan dalam peningkatan prasarana
dasar pemukiman khususnya untuk kawasan permukiman pada maka harus
ditempuh upaya pemberdayaan masyarakat dalam peningkatan kualitas
lingkungan pemukimannya sehingga sarana dan prasarana dasar pemukiman
dapat terpelihara dengan baik dan memperpanjang usia pemakaian sarana
prasarana tersebut Upaya Pemerintah untuk terus meningkatkan kejahteraan
masyarakat salah satunya adalah dengan program pengembangan
perumahan, yang mempunyai indikator kinerja adalah rehabilitasi rumah
tidak layak huni
v. Sumber Daya Air
Prasarana air bersih di Kota Magelang telah manjangkau ke 17 Kelurahan.
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, sebagian besar penduduk
mendapatkan layanan air bersih dari Perusahaan Air minum Kota Magelang.
Sampai dengan saat ini Kondisi mata air di Kota Magelang cukup banyak,
namun yang harus mulai dipikirkan oleh Pemerintah adalah tidak seluruhnya
mata air dimanfaatkan dengan baik ketika kebutuhan permukiman
meningkat, bahkan terdapat mata air yang ditutup untuk bangunan. Kondisi
ini cukup memprihatinkan di mana tingkat kebutuhan air bersih cukup tinggi
seiring dengan pertumbuhan penduduk. Sekain itu perlunya peningkatan
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 29
kualitas dari saluran–saluran air agar tidak terjadi kebocoran sehingga
kebutuhan air bersih masyarakat tidak terganggu.
Sumber air bersih berasal dari 7 sumber dan hanya satu yang berlokasi di
wilayah Kota Magelang, yaitu sumber air Tuk Pecah. Sumber air lainnya
berlokasi di wilayah Kabupaten Magelang, yaitu mata air Kalimas I, mata air
Kalimas II, mata air Wulung, mata air Kalegen, mata air Kanoman I, dan
mata air Kanoman II. Sumber air di Kota Magelang juga dimanfaatkan untuk
sistem irigasi yang berasal dari aliran Kalli Bening dan Kali Manggis yang
membelah Kota Magelang dari utara ke selatan Prasarana irigasi di Kota
Magelang terdiri dari 5.000 m saluran irigasi Kali Kota, 9.700 m saluran irigasi
Kali Manggis, dan 7.850 m saluran irigasi Kali Bening.
vi. Persentase Rumah tangga yang menggunakan air bersih
Sistem jaringan air bersih di Kota Magelang terbagi menjadi sistem
perpipaan dan sumur air dalam. Sistem perpipaan dikelola oleh PDAM dengan
jumlah pelanggan 23.785 dan tigkat penggunaan air bersih 7.507.332 liter/
tahun.
Selain penyediaan air bersih dengan sistem perpipaan, di Kota Magelang
juga masih terdapat masyarakat yang menggunakan sistem penyediaan air
bersih melalui sumur air tanah sementara Prosentase rumah tangga yang
menggunakan air bersih/Pelanggan PDAM sebesar 56.98% sedangkan sisanya
mendapatkan air bersih dari beberapa hidran umum air bersih yang
disediakan Pemerintah Kota Magelang. Sebagian lainnya dengan
memanfaatkan mata air baik yang diambil dari sumur maupun dari sumber-
sumber mata air lainnya.
Beberapa upaya pengembangan sistem jaringan air bersih di Kota
Magelang antara lain adalah sebagai berikut: Pengoptimalan sumber mata air
yang sudah ada, Revitalisasi jaringan air bersih perpipaan dan Penyediaan
sumber pengaliran air bersih komunal seperti hydrant pada pusat pusat
kegiatan dan permukiman.
Tabel II.17
Jumlah Pelanggan Air Minum, Total Pemakaian Air Minum,
Jumlah Rumah Tangga dan Prosentase RT yang menggunakan air bersih
di Kota Magelang Tahun 2010 - 2013
2010 2011 2012 2013
Jumlah Pelanggan Air Minum 22.658 23.280 23.396 23.785
Total Pemakaian Air (m3) 7.721.631 7.652.245 7.202.615 7.507.332
Jumlah Rumah tangga 38.490 39.457 40.623 41.741
Prosentase rumah tangga yang
menggunakan air bersih
(Pelanggan PDAM Kota
Magelang)
58.87% 59.00% 57.59% 56.98%
Sumber: Kantor Litbang dan Statistik Kota Magelang, Kota Magelang Dalam Angka Tahun 2014, Profil Kota Magelang tahun 2013 (jumlah Rumah Tangga Sumber Kantor Dispenduk Capil)
data diolah
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 30
vii. Persentase Rumah tangga yang menggunakan listrik
Pemenuhan kebutuhan listrik penduduk Kota Magelang dipenuhi melalui
layanan listrik dari Perusahan Listrik Negara (PLN). Jumlah pelanggan yang
menggunakan jasa layanan listrik negara di Kota Magelang terus mengalami
peningkatan. Untuk meningkatkan pelayanan terkait dengan adanya
peningkatan jumlah pelanggan listrik dari tahun per tahun maka PLN terus
berupaya untuk memperluas jaringan listrik di wilayah Kota Magelang. seiring
dengan peningkatan jumlah pelanggan listrik di Kota Magelang juga dapat
dilihat dari meningkatnya pemakaian Kwh listrik.
Pada tahun 2013 dengan jumlah pelanggan sebanyak 33.293, jumlah
pemakaian Kwh listrik sebanyak 8.148.981 Kwh sementara pada tahun 2012
pemakaian Kwh listrik sebanyak 7.595.544 Kwh dengan jumlah pelanggan
pada tahun 2012 sebanyak 32.790. Hampir 90% pelanggan listrik di Kota
Magelang merupakan rumah tangga sementara sisanya merupakan pelanggan
dari kelompok usaha, kelompok industri dan umum.
Tabel II.18
Jumlah Pelanggan Listrik, Jumlah Rumah Tangga dan Prosentase RT yang
menggunakan Listrik di Kota Magelang Tahun 2010 - 2013
2010 2011 2012 2013
Jumlah Pelanggan Litrik pada PT.PLN
30.681 31.821 32.790 33.293
Jumlah Rumah tangga 38.490 39.457 40.623 41.741
Prosentase rumah tangga yang
menjadi Pelanggan Litrik pada PT.PLN
79.71% 80.65% 80.72% 79.76%
Sumber: Kantor Litbang dan Statistik Kota Magelang, Kota Magelang Dalam Angka Tahun 2014, Profil Kota Magelang tahun 2014 (jumlah Rumah Tangga Sumber Kantor Dispenduk Capil) data diolah
c. Fokus Iklim Berinvestasi
Investasi yang pada dasarnya merupakan mesin penggerak pertumbuhan
pembangunan melalui peningkatan aktivitas sektor-sektor ekonomi pembentuk
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), juga mendorong percepatan
perkembangan tehnologi informasi, telekomunikasi dan transportasi. Peran
investasi terhadap pembangunan di daerah sangat besar dalam menumbuhkan
perekonomian di daerah karena efek pengganda dari investasi akan meningkatkan
produktivitas, memacu pertumbuhan dan berpeluang meningkatkan pendapatan
masyarakat dan mengurangi kemiskinan,di samping itu juga bermanfaat bagi
peningkatan kualitas hidup masyarakat daerah. Kajian daya tarik tersebut
didasarkan pada persepsi para pengusaha yang mempunyai usaha di daerah baik
pengusaha lokal, nasional maupun multinasional dan menyimpulkan bahwa daya
tarik investasi daerah (KPPOD, 2006) dipengaruhi oleh: a). Kelembagaan yang
meliputi kepastian hukum, aparatur dan pelayanan, kebijakan daerah dan
kepemimpinan lokal; b). Keamanan, politik dan sosial budaya; c). Ekonomi daerah
yang meliputi potensi ekonomi dan struktur ekonomi; d) Tenaga kerja yaitu
ketersediaan tenaga kerja, kualitas tenaga kerja dan biaya tenaga kerja. e).
Infrastruktur fisik baik ketersediaan/ kualitas infrastruktur.
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 31
Peningkatan peluang investasi dilaksanakan dengan meningkatkan daya tarik
investasi, yaitu dengan perbaikan pelayanan perijinan,penciptaan keamanan dan
ketertiban kota, mengembangkan penanaman modal dan investasi daerah,
meningkatkan promosi dan kerjasama investasi, mendorong tumbuhnya industri
kreatif. Hal lain yang tidak kalah penting dalam menumbuhkan investasi di Kota
Magelang adalah dengan meningkatkan partisipasi swasta melalui kemitraan antara
pemerintah, masyarakat dan swasta (public-private partnership). Tantangan ini
menjadi cukup penting karena terbatasnya sumber daya pemerintah dalam
pembiayaan pembangunan, terutama terkait dengan efisiensi pembiayaan
penyediaan infrastruktur yang bervariasi dan berkualitas.
Ada beberapa indikator yang dapat dipergunakan untuk merepresentasikan
Fokus Iklim Berinvestasi diantaranya adalah Angka Kriminalitas, jumlah demo, lama
proses perijinan, jumlah dan macam pajak dan retribusi daerah, Perda yang
mendukung iklim usaha
Salah satu indikator Iklim Investasi di daerah di antaranya adalah Kondisi
keamanan di daerah. Gambaran umum kondisi keamanan dan ketertiban di Kota
Magelang digambarkan sebagai berikut:
Tabel II.19 Kondisi Keamanan dan Ketertiban Masyarakat
Kota Magelang Tahun 2011-2013
No Uraian Tahun 2011
Tahun 2012
Tahun 2013
1 Jumlah Demo/Unjuk Rasa 9 7 6
a. Unjuk rasa bidang politik 2 0 0
b. Unjuk rasa bidang ekonomi 7 7 1
c. Unjuk rasa bidang lainnya - - 5
2 Kasus pertikaian antar warga 4 2 0
a. Antar etnis - - -
b. Antar wilayah desa 2 1 -
c. Antar agama - - -
d. Antar simpatisan partai - - -
e. Antar pelajar 2 1 -
3 Jumlah Kriminalitas 196 192 121
4 Kasus pemogokan kerja - - -
5 Kasus sengketa pengusaha dan pekerja - - -
6 Sarana prasarana keamanan
a. Jumlah aparat keamanan (polisi) 552 550 546
b. Jumlah pos keamanan (polisi) 10 10 10
c. Jumlah mobil kebakaran 5 5 5
d. Amarat Linmas 65 65 65
e. Jumlah patrol petugas satpol PP Peman-tauan dan Penyelesaian Pelanggaran K3 dalam 24 jam
262
f. Jumlah petugas perlindungan masy 783
Sumber: Bappeda Kota Magelang Sistem Informasi Profil Daerah Kota Magelang 2014 (Badan Kesbangpolinmas dan Polres Magelang Kota)
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 32
Terkait dengan Angka kriminalitas di Kota Magelang pada dalam 3 tahun
terakhir ini terus mengalami penurunan. Pada tahun 2011 jumlah kriminalitas yang
dilaporkan sebanyak 196 kasus dan menurun menjadi 192 kasus pada tahun 2012
dan 121 kasus di tahun 2013. Data dari Daerah dalam Kota Provinsi Jawa tengah
menyebutkan bahwa indeks kejahatan di Kota Magelang sebesar 107 kejadian yang
dilaporkan dan sebesar 57 yang terselesaikan. Gambaran angka kriminalitas di Kota
Magelang disajikan tabel berikut.
Tabel II.20
Angka Kriminalitas di Kota Magelang Tahun 2010-2013
2010 2011 2012 2013
JUMLAH KEJAHATAN YANG TERJADI DI KOTA MAGELANG
166 196 192 121
JUMLAH PENDUDUK (data Dispendukcapil)
128.197 129.556 130.955 130.387
JUMLAH PENDUDUK (data BPS) 126.443 118.805 119.329 119.742
ANGKA KRIMINALITAS 12.95 /
13.13
15.13/
16.50
14.66/
16.09
9.28 /
10.11
Sumber : 1. Bappeda Kota Magelang, Sistem Informasi Profil Daerah Kota Magelang 2013, data diolah
2. Kantor Litbang dan Statistik Kota Magelang, Kota Magelang Dalam Angka Tahun 2013,
data diolah
Terkait dengan Indikator demo atau unjuk rasa di Kota Magelang dalam dua
tahun ini mengalami penurunan dari 9 kasus di tahun 2011 menjadi 9 kali di tahun
2012. Sementara di tahun 2013 jumlah demo yang terjadi di Kota Magelang
sebanyak 6 kasus. Penurunan kasus unjuk rasa di Kota Magelane mengindikasikan
semakin stabilnya kondisi perpolitikan di Kota Magelang .Demo atau unjuk rasa yang
terjadi di Kota Magelang masih dalam batas wajar sebagai penyampaian aspirasi
beberapa elemen masyarakat namun demo atau unjuk rasa dilaksanakan secara
tertib dan sesuai dengan prosedur hingga secara umum tidak mengganggu
ketertiban dan tidak menimbulkan keresahan massa/merusak fasilitas umum.
Tabel II.21
Jumlah Demo/Unjuk Rasa di Kota Magelang 2008-2013
N
o Uraian
Tahun
2008
Tahun
2009
Tahun
2010
Tahun
2011
Tahun
2012
Tahun
2013
1 Jumlah Demo/ Unjuk Rasa 13 15 25 9 7 6
Sumber : KesbangLinmas data tahun 2008—2013
Upaya untuk menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif merupakan
tantangan bagi Pemerintah Kota Magelang. Perbaikan iklim investasi perlu
dilakukan pemerintah daerah dengan mensikapi atas perbaikan di bidang peraturan
perundang-undangan di daerah, perbaikan pelayanan, dan penyederhanaan
birokrasi dan dalam hal pelayanan perijinan dan non perijinan baik secara langsung
maupun tidak langsung memiliki peran strategis terutama dalam memberikan
kemudahan dan penyederhanaan pelayanan publik.
Dalam bidang perijinan, dapat disampaikan bahwa berbagai inovasi dan upaya
yang telah dilakukan oleh Pemerintah dalam meningkatkan kinerja pemerintah
utamanya dalam meningkatkan kinerja pelayanan. Hal ini menuntut adanya
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 33
peningkatan pelayanan perizinan kepada masyarakat, lebih menyederhanakan
jumlah dan jenis perizinan serta mempermudah dan mempersingkat prosedur
perizinan. Berkaitan dengan peningkatan pelayanan terhadap masyarakat,
Pemerintah Kota Magelang melalui Badan Pelayanan Perizinan Terpadu telah
menyelenggarakan bentuk pelayanan satu pintu terhadap berbagai macam perijinan.
Badan Pelayanan Perizinan Terpadu ini yang menangani perijinan terpadu, yaitu BP2T
(Badan Pelayanan Perijinan Terpadu) yang menangani 31 Perijinan dan 1 Non
Perijinan.
Dalam pengelolaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) harus diperhatikan upaya
untuk peningkatan pendapatan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah tanpa harus
menambah beban bagi masyarakat. Untuk itu, dalam rangka pemantapan kekuatan
fiskal daerah, optimalisasi sumber-sumber pendapatan daerah mempunyai peranan
yang sangat strategis, dalam pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan,
pembangunan dan pelayanan umum. Langkah-langkah optimalisasi pendapatan
daerah dalam beberapa tahun terakhir telah menunjukkan trend yang cukup positif.
Dalam UU No.33/2004, Pasal 1, angka 18 telah dinyatakan bahwa Pendapatan
Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh Daerah yang dipungut
berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Khusus terkait dengan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, daerah harus
memperhatikan UU No.28/2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, beserta
peraturan pendukung lainnya dalam menentukan Perda yang terkait dengan Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah. Terkait dengan Pajak yang dikelola oleh Pemerintah
Kota Magelang ada 9 macam yaitu: (i) Pajak Hotel; (ii) Pajak Restoran; (iii) Pajak
Hiburan; (iv) Pajak Reklame; (v) Pajak Penerangan Jalan; (vi) Pajak Parkir; (vii)
Pajak Sarang Burung; (viii) Pajak Air Tanah dan (ix). Pajak Bea Perolehan Hak
atas Tanah dan Bangunan. Retribusi daerah yang dikelola oleh Pemerintah Kota
Magelang meliputi tiga macam yaitu: Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa usaha dan
Retribusi Perizinan.
Retribusi daerah yang dikelola oleh Pemerintah Kota Magelang meliputi tiga
macam yaitu: Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa usaha dan Retribusi Perizinan.
Dibawah ini disajikan tabel Retribusi daerah yang dikelola oleh Pemerintah Daerah
sebagai berikut:
Tabel II.22 Retribusi Daerah yang dikelola oleh Pemerintah Kota Magelang
No Retribusi Jasa Umum Retribusi Jasa usaha Retribusi Perizinan
1 Retribusi Pelayanan kesehatan
Retribusi jasa usaha kekayaan daerah
Retribusi Izin mendirikan bangunan
2 Retribusi pelayanan persambahan/kebersihan
Retribusi usaha terminal Retribusi izin gangguan
3 Retribusi penggantian biaya cetak KTP dan akte pencatatan sipil
Retribusi tempat khusus parkir
Retribusi izin trayek
4 Retribusi Pelayanan Pemakaman
Retribusi Penyedotan kakus
Retribuasi izin tempat penjualan minuman
beralkohol
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 34
No Retribusi Jasa Umum Retribusi Jasa usaha Retribusi Perizinan
5 Retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum
Retribusi rumah potong hewan
6 Retribusi Pelayanan pasar
7 Retribusi Pelayanan Pengujian kendaraan bermotor
8 Retribusi Pemeriksaan alat Pemadam Kebakaran
9 Retribusi Penyediaan dan / atau penyedotan kakus
10 Retribusi Pengedalian
menara telekomunikasi
Sumber : Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Magelang
d. Fokus Sumber Daya Manusia
i. Rasio Ketergantungan (Dependency Racio)
Indikator lain yang dapat dipergunakan untuk merepresentasikan Fokus
Sumber Daya manusia adalah Indikator rasio ketergantungan penduduk.
Indikator tersebut merupakan indikator yang dipergunakan untuk melihat
seberapa besar beban tanggungan yang harus ditanggung oleh penduduk usia
produktif terhadap penduduk usia tidak produktif. Angka beban tanggungan
penduduk atau yang sering disebut dengan Dependency Ratio (DR) adalah
perbandingan antara penduduk usia kerja dengan penduduk di luar usia kerja.
Apabila Dependency Ratio menunjukkan angka yang semakin tinggi maka
beban tanggungan penduduk semakin besar karena ini berarti bahwa tingkat
beban yang harus ditanggung setiap penduduk yang produktif semakin besar.
Kondisi Rasio Ketergantungan di Kota Magelang bisa dilihat pada tabel
berikut:
Tabel II.23
Angka Beban Tanggungan Penduduk
Kota Magelang Tahun 2007-2013
Tahun Penduduk Kelompok Umur Angka Beban
Tanggungan
Peningkatan/
Penurunan (%) 0-14 th 15-64 th ≥ 65 th
2007 28.542 84.351 7.956 43,27 (0,42)
2008 29.511 86.960 8.156 43,32 0,12
2009 29.688 87.467 8.449 43,60 0,64
2010 29.934 88.220 8.289 43,33 (0,62)
2011 27.387 82.773 8.645 43,53 0,46
2012 27.509 83.142 8.678 43.52 0.3
2013 27.353 83.870 8.984 43.33 0.3
Sumber : Kantor Litbang dan Statistik Kota Magelang, Kota Magelang Dalam Angka Tahun 2012, (sumber jumlah penduduk - data BPS) ; data diolah
Pada tabel di atas diperlihatkan bahwa Angka Beban Tanggungan
penduduk di Kota Magelang relatif stabil walaupun berfluktuatif rendah dan
masih pada kisaran angka 43. Pada tahun 2013 jumlah penduduk usia
produktif di Kota magelang tumbuh 0.88%. Pertumbuhan ini merupakan
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 35
pertumbuhan tertinggi di dalam lima tahun terakhir. Namun yang perlu
mendapat perhatian pemerintah selain kenaikan usia produktif adalah adanya
pertumbuhan penduduk usia di atas 65 tahun yang tumbuh 3.53% lebih cepat
daripada pertumbuhan penduduk usia produktif sementara pertumbuhan
jumlah penduduk usia 0-14 tahun mengalami penurunan 0.57%.
Adanya Bonus demografi di mana jumlah penduduk usia produktif lebih
tinggi apabila dibandingkan dengan penduduk usia produktif akan menjadi
bonus investasi sumber daya manusia apabila Pemerintah Kota Magelang
dapat memanage dengan baik sehingga hal ini akak menjadi suatu asset yang
menguntungkan. Perlu adanya kebijakan melalui program, kurikulum yang
responsif terhadap kearifan lokal yang di miliki daerah atau melalui kegiatan –
kegiatan yang mampu untuk membentuk generasi yang berkualitas sehingga
mampu membawa kemajuan bagi Kota Magelang
ii. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Penduduk di Kota Magelang pada umumnya minimal sudah mengenyam
pendidikan setingkat SLTA yaitu sebanyak 40.289 jiwa (27,96%) dan sudah
banyak pula penduduk di Kota Magelang yang menempuh pendidikan di
universitas/akademi atau sederajat sebanyak 12.045 jiwa (11.05%). Dengan
demikian tingkat kualitas sumberdaya manusia di Kota Magelang cukup tinggi
dan dapat memacu pembangunan wilayah Kota Magelang ke arah lebih baik
lagi. Selengkapnya jumlah penduduk dan prosentase menurut tingkat
pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel II.24 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Kota Magelang Tahun 2012
No BWP Tidak/ Belum
Tamat SD SD SMP SMA SMK Univ
Belum Pernah Sekolah
Jumlah
1 BWP I Panjang 760 1.193 1.360 1.708 276 332 5.629
Rejowinangun Selatan
1.210 1.949 1.514 1.708 559 509 7.449
Rejowinangun Utara
551 979 828 917 117 220 3.611
Magersari 252 423 278 365 39 85 1.442
Kemirirejo 505 609 624 1.129 144 520 3.531
Magelang 219 286 326 484 78 202 1.595
Cacaban 268 377 367 549 111 236 1.908
Jumlah BWP I 3.765 5.816 5.298 6.859 1.324 2.104 25.166
2 BWP II Protobangsan 1.126 1.245 1.374 2.252 533 1.184 7.714
Wates 991 1.224 1.390 1.919 433 792 6.750
Gelangan 1.174 1.361 1.361 2.281 413 571 7.161
Cacaban 781 1.098 1.071 1.599 325 686 5.560
Magelang 706 924 1.051 1.560 253 653 5.147
Jumlah BWP II 4.778 5.852 6.247 9.612 1.957 3.887 32.331
3 BWP III
Jurangombo Utara
513 767 615 1.253 65 468 3.681
Jurangombo Selatan
903 967 1.005 3.195 213 1.333 7.616
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 36
No BWP Tidak/ Belum
Tamat SD SD SMP SMA SMK Univ
Belum Pernah Sekolah
Jumlah
Magersari 784 1.313 865 1.134 120 264 4.480
Kemirirejo 196 237 243 438 56 202 1.372
Jumlah BWP III 2.396 3.284 2.728 6.021 454 2.267 17.149
4 BWP IV
Tidar Utara 1.215 2.173 1.402 1.860 318 429 7.397
Tidar Selatan 780 1.492 1.104 1.362 259 363 5.360
Magersari 240 401 264 347 37 81 1.369
Rejowinangun Utara
984 1.746 1.478 1.636 208 393 6.446
Wates 143 177 201 278 63 115 976
Jumlah BWP IV 3.362 5.990 4.449 5.483 885 1.380 21.548
5 BWP V Kramat Utara 772 804 747 1.630 302 1.197 5.452
Kramat Selatan 1.002 1.272 1.172 1.892 422 1.339 7.099
Kedungsari 1.031 1.200 1.216 1.865 537 1.012 6.861
Jumlah BWP V 2.805 3.276 3.135 5.387 1.261 3.548 19.412
Jumlah Kota Magelang 17.106 24.217 21.857 33.361 5.880 13.186 115.607
Sumber : DDA Kota Magelang, 2013
Dari deskripsi data pendidikan per wilayah, maka prioritas pengembangan
kualitas pendidikan perlu diarahkan pada kelurhan Magersari, Kemirirejo, dan
Wates.
3) Aspek Kesejahteraan Masyarakat
Bagian ini akan mendeskripsikan (1) gambaran Kesejahteraan dan
Pemerataan Ekonomi, dengan indikator: pertumbuhan PDRB, laju inflasi, PDRB per
kapita, indeks gini, pemerataan pendapatan versi Bank Dunia, indeks ketimpangan
Williamson (indeks ketimpangan regional), persentase penduduk diatas garis
kemiskinan, angka kriminalitas yang tertangani; (2) fokus kesejahteraan sosial
dengan indikator: angka melek huruf, angka rata-rata lama sekolah, angka
partisipasi kasar, angka pendidikan yang ditamatkan, angka partisipasi murni,
angka kelangsungan hidup bayi, angka usia harapan hidup, persentase penduduk
yang memiliki lahan, rasio penduduk yang bekerja; (3) Fokus seni budaya dan
olahraga, dengan indikator: jumlah grup kesenian, jumlah klub olahraga, dan
jumlah gedung olahraga.
Dalam rangka Menuju Masyarakat Ekonomi Asia (MEA) 2015 Kota Magelang
secara kontinu selalu melakukan peningkatan kualitas pembangunan seiring dengan
kedinamisan kondisi perekonomian dan fenomena sosial yang terjadi. Pemerintah
Kota Magelang berupaya mensinergikan sektor-sektor ekonomi strategis sedemikian
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 37
hingga tercipta stabilitas ekonomi, kesejahteraan masyarakat dan menelurkan SDM
yang potensial dan produktif. Keberhasilan pembangunan Kota Magelang yang
dicapai sampai dengan tahun 2014 dapat terlihat dari performa beberapa indikator
makro sosial-ekonomi sebagai berikut:
a. Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
Kesejahteraan masyarakat merupakan kebijakan nasional yang sangat penting
dan strategis yang ditangkap oleh pemerintah daerah, baik propinsi maupun
kabupaten/ kota disamping penguatan perekonomian. Pemerintah Kota Magelang
berkomitmen untuk terus meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang
indikatornya adalah meningkatnya angka IPM, rendahnya pengangguran dan
turunnya Indeks Kemiskinan Masyarakat, melaui berbagai program dan kegiatan.
Sejalan dengan hal itu, tema kebijakan pembangunan RKPD 2016 adalah
Meluaskan Jangkauan: dikenal di tingkat nasional atau dunia, melalui
Pengembangan perluasan kerjasama dan cakupan investasi untuk
melanjutkan pengembangan kesejahteraan masyarakat di bidang ekonomi,
sarana dan prasarana daerah, social dan budaya yang berkeadilan bagi
semua kelompok tanpa diskriminasi menuju Kota Magelang sebagai Kota
Jasa yang Maju, Profesional, Sejahtera, Mandiri dan berkeadilan .
Dalam rangka Menuju Masyarakat Ekonomi Asia (MEA) 2015 Kota Magelang
secara kontinyu selalu melakukan peningkatan kualitas pembangunan seiring dengan
kedinamisan kondisi perekonomian dan fenomena sosial yang terjadi. Pemerintah
Kota Magelang berupaya mensinergikan sektor-sektor ekonomi strategis sedemikian
rupa sehingga tercipta stabilitas ekonomi, kesejahteraan masyarakat dan dapat SDM
yang potensial dan produktif. Keberhasilan pembangunan Kota Magelang yang
dicapai sampai dengan tahun 2014 dapat terlihat dari performa beberapa indikator
makro sosial-ekonomi sebagai berikut:
a. Fokus Kesejahteraan Ekonomi
1) Kondisi Perekonomian Nasional dan Jawa Tengah Tahun 2014
Kondisi perekonomian nasional selama tahun 2014 mengalami
fluktuasi luar biasa, nilai mata uang Rupiah cenderung melemah
dibandingkan mata uang Dollar Amerika maupun Euro. Harga minyak
dunia juga bergejolak sehingga pada akhir tahun 2014 di berbagai wilayah
Indonesia mengalami gejolak atas penyesuaian harga BBM, dengan
pengurangan subsidi. Premium yang sebelumnya dapat diakses oleh
siapapun dengan harga berkisar Rp 6.400,- s/d Rp 6.500,- per liter,
menjadi sekitar Rp 8.500,- per November 2014. Antrian panjang hampir
terjadi di setiap Pom Bensin, demo mewarnai hari-hari menjelang tutup
tahun.
Gejolak tersebut berakibat menukiknya harga-harga, sehingga
inflasi (y-o-y) Nasional yang pada November 2014 pada angka 6,23%
bergerak menjadi 8.36% pada akhir tahun 2014, dari target 4,5% (±1%).
Kondisi inflasi Nasional sejak Mei 2013 hingga Desember 2014 tercermin
pada grafik pada Gambar II.5.
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 38
5,47 5,9
8,61 8,79 8,4 8,32 8,37 8,38 8,22 7,75 7,32 7,25 7,32 6,7
4,53 3,99
4,53 4,83
6,23
8,3
0
2
4
6
8
10
May
-13
Jun
-13
Jul-
13
Au
g-1
3
Sep
-13
Oct
-13
No
v-1
3
Dec
-13
Jan
-14
Feb
-14
Mar
-14
Ap
r-1
4
May
-14
Jun
-14
Jul-
14
Au
g-1
4
Sep
-14
Oct
-14
No
v-1
4
Dec
-14
GRAFIK KONDISI PERGERAKAN INFLASI NASIONAL MAY-2013-DES-2013
6,24
5,44
7,72 7,98
7,08 7,26
5
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
TW1-2013 TW2-2013 TW2-2013 TW4-2013 TW1-2014 TW2-2014 Tw3-2014
GRAFIK KONDISI PERGERAKAN INFLASI JATENG TW1-2013-TW3 2014
Pada hakekatnya pasca bangsa ini mengalami kondisi inflasi yang
sangat puncak pada Agustus 2013 inflasi berangsur-angsur kian menurun,
tanpa ada kondisi yang dramatis hingga Juni 2014, bulan Juli yang
bertepatan dengan puasa Ramadhan dan menjelang Idul Fitri 1435H tidak
mengakibatkan inflasi meningkat, namun justru turun sangat tajam sekitar
2,2 poin, tidak stabilnya kondisi politik serta efek kebijakan penghapusan
susbidi BBM mengantarkan inflasi nasional yang pada Agustus hanya
3,99% menjadi 8,36% pada akhir tahun.
Gambar II.5
Grafik Perkembangan Inflasi Nasional (%),
Mei 2013 – Desember 2014
Sumber : www.bi.go.id/moneter/inflasi/dara/default.aspx, download 16/01/2015 12:35
Kondisi inflasi di provinsi Jawa tengah memiliki pola yang tidak
terlampau jauh dari perekonomian nasional, terutama kondisi 2014 hingga
triwulan III. Deflasi yang terjadi pada triwulan III hingga 2,26%
mencerminkan kondisi yang serupa dengan kondisi perekonomian nasional.
Berdasarkan publikasi BPS inflasi Jawa Tengah year on year 2014 tercatat
sebesar 8,22% dengan posisi inflasi bulan Desember sebesar 2,25%
Gambar II.6 Grafik Kondisi Pergerakan Inflasi Jawa Tengah
Triwulan I 2013-Triwulan III 2014
Sumber : Bank Indonesia, tabel indikator ekonomi jawa tengah, diolah
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 39
2) Kondisi Perekonomian Kota Magelang Tahun 2014
a) Kondisi Makro Ekonomi Kota Magelang
Perekonomian Kota Magelang pada tahun 2013 tetap pada posisi
tumbuh positif dengan laju pertumbuhan ekomomi sebesar 5,91% sedikit
lebih rendah dari pertumbuhan tahun 2012 sebesar 6,48%. Namun
demikian perolehan angka ini masih di atas pertumbuhan ekonomi pada
skala yang lebih luas yaitu Provinsi Jawa Tengah yang hanya tumbuh
5,81% dan Nasional 5,78%. Turunnya persentase pertumbuhan ekonomi
Kota Magelang pada tahun 2013 terutama disebabkan karena
melambatnya pertumbuhan sektor Jasa-jasa baik Sub Sektor
Pemerintahan Umum (melambat 3,15% dari tahun 2012) maupun Sub
Sektor Swasta (melambat 0,54% dari tahun sebelumnya). Perekonomian
makro di Kota Magelang diprediksi akan terus tumbuh dengan slope positif
mencapai 6,07% pada tahun 2014 dan 6,53% pada tahun 2015. Kondisi
tersebut tercermin pada Gambar II.7.
Perkembangan harga di Kota Magelang pada tahun 2014 mengalami
fluktuasi yang sangat intens. Sampai dengan bulan November 2014 secara
year on year tercatat sebesar 5,61% lebih rendah daripada perubahan
indeks harga di Jawa Tengah yang mencapai 6,19% dan Nasional sebesar
6,23%. Inflasi y-o-y tahun 2014 mencapai 7,92%. Hal ini disebabkan
karena masih adanya efek dari penetapan kenaikan harga BBM yang
mempengaruhi harga beberapa komoditi di pasaran.
Gambar II.7
Pola Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi dan
Jumlah Penduduk Kota Magelang Tahun 2002-2015
(2014-2015 angka prediksi)
Sumber : DDA dan analisis Inflasi Kota Magelang, diolah
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 40
Apabila kondisi ekonomi makro Nasional, Provinsi Jawa Tengah
serta Kota Magelang dibandingkan sebagaimana tersebut pada Tabel II.25,
dapat diketahui bahwa rata-rata Pertumbuhan ekonomi Kota Magelang
selama 2009-2013 tidak terlampau jauh dengan kondisi Provinsi dengan
perbedaan -0,01% dan jika dibandingkan dengan nasional hanya selisih
0,06%. Inflasi rata-rata di atas nasional maupun provinsi, Inflasi terendah
berada pada tahun 2009 yaitu 3,48% dan puncaknya pada tahun 2013
yang hampir menyentuh angka 8%.
Tabel II.25
Kondisi Ekonomi Makro Indonesia, Jawa Tengah dan
Kota Magelang Tahun 2009-2013
NO KETERANGAN 2009 2010 2011 2012 2013
Rata-rata
2009-2013
IN
DO
NES
IA
Pertumbuhan Ekonomi (%) 4,63 6,22 6,49 6,26 5,78 5,88
Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 7,87 7,14 6,56 6,14 6,25 6,79
IPM (%) 71,76 72,27 72,77 73,29 73,81 72,78
Inflasi (%) 2,78 6,96 3,79 4,30 8,38 5,24
Indeks Gini 0,37 0,38 0,41 0,41 0,41 0,40
Persentase Penduduk Miskin (Maret-%) 14,15 13,33 12,49 11,96 11,37 12,66
JA
WA
TEN
GA
H
Pertumbuhan Ekonomi (%) 5,14 5,84 6,03 6,34 5,81 5,83
Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 7,33 6,21 5,93 5,63 6,02 6,22
IPM (%) 72,1 72,49 72,94 73,36 74,05 72,99
Inflasi (%) 3,32 6,88 2,68 4,3 7,98 5,03
Indeks Gini 0,32 0,34 0,38 0,38 0,39 0,36
Persentase Penduduk Miskin (Maret-%) 17,72 16,56 15,76 15,34 14,56 15,99
KO
TA
MA
GELA
NG
Pertumbuhan Ekonomi (%) 5,11 6,12 5,48 6,48 5,91 5,82
Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 14,95 13,28 8,28 8,71 6,80 10,40
IPM (%) 76,37 76,6 76,83 77,26 77,91 76,99
Inflasi (%) 3,48 6,80 4,15 6,05 7,78 5,65
Indeks Gini 0,28 0,31 0,34 0,37 0,330 0,328
Persentase Penduduk Miskin (Maret-%) 10,87 9,81 11,03 10,14 11,25 10,6181
Sumber: BPS
Rata-rata tingkat pengangguran Terbuka di Kota Magelang dalam
kurun waktu yang sama hasilnya cukup jauh dibandingkan kondisi provinsi
maupun nasional, pada dua tahun pertama hampir dua kali lipat, namun
pada 3 tahun terakhir cenderung turun yang cukup signifikan, bahkan pada
tahun ke lima mampu tertekan lebih dari 50%, sebuah prestasi luar biasa.
Menurunnya tingkat pengangguran terbuka, secara teori akan berakibat
berkurangnya jumlah penduduk miskin.
Di Kota Magelang, secara absolut jumlah penduduk miskin
cenderung selalu berkurang, namun karena sesuai publikasi BPS jumlah
penduduk juga cenderung berkurang bahkan hasil PPLS 2011 terjadi
perubahan data yang cukup signifikan, maka data selama kurun waktu
tersebut tidak mudah diperbandingkan. Penduduk miskin Indonesia pada
bulan Maret 2014 berdasarkan database BPS tercatat sebanyak
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 41
28.280.010 jiwa (11,25%), sedangkan pada skala Provinsi Jawa Tengah
mencapai 4.836.450 jiwa (14,46%).
Kondisi ekonomi makro tersebut mengantarkan IPM Kota Magelang
selalu menunjukkan tren positif yang bergerak meningkat dari tahun
pertama 76,37 hingga pada tahun kelima 7,78 dengan rata-rata 76,99%.
Hal itu memposisikan Kota Magelang cukup jauh di atas rata-rata IPM
provinsi (72,99) dan Nasional (72,78). Demikian pula ketimpangan
pendapatan penduduk yang tercermin pada indeks gini, rata-rata kota
magelang 0,328, hal itu menggambarkan bahwa tingkat kesejahteraan
masyarakat secara makro lebih baik dari tahun sebelumnya. Harapan
berikutnya, pada tahun-tahun berikutnya indeks gini semakin rendah.
Selanjutnya dengan asumsi ceteris paribus prediksi Ekonomi Makro
Kota Magelang tahun 2014-2016 adalah sebagaimana tercermin pada tabel
II.26.
Tabel II.26
Target & Prediksi Kondisi Ekonomi Makro
Kota Magelang Tahun 2014-2015
Keterangan Prediksi
2014 Prediksi
2015 Prediksi
2016 Deviasi
Keterangan
Pertumbuhan Ekonomi (%) 6,07 6,53 6,77 ±0,437
Penduduk dalam Angkatan Kerja yang masuk dalam Kelompok Mencari Kerja/Pengangguran (ribu orang)
4,916 4,587 4,281 ±1,063
Jumlah Penduduk 120.921 121.579 127.658
Asumsi
pertambahan penduduk meingkat ± 0,5% per tahun
IPM (%) 78,48 79,21 80,02 ±0,059
Inflasi (%) 7,92* 5,33 5,15 ±2,00
Pertumbuhan Jumlah Penduduk (%)
0,594 0,544 0,499 ±1,258
Persentase Penduduk Miskin (%) 10.6875 10.1531 9.6455 Target per tahun berkurang 5%
Gini ratio 0,3201 0,3105 3,012 Setiap tahun diharapkan turun 5%
Sumber: Kantor Litbang & Statistik * angka resmi BPS
Pada tahun 2013 Kota Magelang mengalami peningkatan angka IPM
menjadi 77,91%. Komponen-komponen pendukung indeks komposit IPM
seluruhnya juga mengalami peningkatan. Angka Melek Huruf Kota
Magelang naik 0,59% menjadi 98,11%. Rata-rata lama sekolah hanya
mampu meningkat lambat 0,06 tahun. Tercatat bahwa Masyarakat Kota
Magelang secara rata-rata mengenyam pendidikan sampai dengan tingkat
I SLTA (rata-rata lama sekolah 10,42 tahun). Pemerintah Kota Magelang
perlu menggiatkan terus program dan kegiatan untuk meningkatkan
capaian indikator pendidikan utamanya dalam mendongkrak angka rata-
rata lama sekolah guna menciptakan SDM dengan level pendidikan dan
daya saing yang lebih tinggi.
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 42
Seiring dengan peningkatan angka IPM pada tahun 2013 yang
mencapai 77,91%, Tingkat Pengangguran Terbuka di Kota Magelang
mengalami penurunan menjadi 6,80% setelah sebelumnya mencapai
8,71% di tahun 2012. Menurut publikasi BPS, jumlah angkatan kerja di
Kota Magelang pada tahun 2013 turun 819 orang menjadi 62.351 orang.
Dari total 90.452 orang penduduk usia kerja, 68,93% masuk dalam
kategori angkatan kerja.
Pada tahun 2014 hingga 2016 IPM mampu terus meningkat dengan
fokus peningkatan rata-rata lama sekolah penduduk usia 15-65 tahun
hingga mencapai 11,5 tahun dan pada akhir tahun 2016 diharapkan
mampu mencapai 12 tahun.
b) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Magelang
Untuk memahami capaian PDRB Kota Magelang perlu dilihat dari sisi
struktur dan pertumbuhan ekonomi Kota Magelang, Inflasi dan PDRB Per
Kapita
i. Struktur & Pertumbuhan Ekonomi Kota Magelang
Pertumbuhan ekonomi Kota Magelang terutama didorong oleh
sektor Industri Pengolahan, sektor Listrik, Gas & Air Bersih, sektor
Konstruksi, sektor Perdagangan, Hotel & Restoran, Sektor
Pengangkutan & Komunikasi dan sektor Keuangan, Real Estat & Jasa
Perusahaan yang semuanya mampu tumbuh di atas rata-rata
pertumbuhan ekonomi secara umum (5,91%). Pada tahun 2014 sektor
Primer diprediksi mulai menujukkan geliat naik. Sektor Sekunder dan
Tersier juga diprediksi akan tetap tumbuh positif dengan pertumbuhan
tertinggi pada sektor sektor Keuangan, Real Estat & Jas Perusahaan
(8,53%).
Namun demikian sebagai daerah perkotaan, pergerakan sektor
primer tidak bisa dijadikan andalan dalam pengembangan
perekonomian daerah. Tabel II.27 secara rinci menunjukan laju
pertumbuhan masing-masing lapangan usaha pembentuk PDRB atas
Dasar harga berlaku untuk kurun waktu 2009-3013 serta angka
prediksi tahun 2014 hingga 2016.
Dari tabel tersebut terlihat bahwa Sektor tersier masih merupakan
sektor dengan kontribusi NTB yang paling dominan dalam mendorong
pertumbuhan PDRB pada tahun 2013. Meskipun demikian, sektor ini
mengalami penurunan laju pertumbuhan sebesar 2,95% menjadi
5,21% pada tahun 2013.
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 43
Tabel II.27
Laju Pertumbuhan Ekonomi Masing-masing Lapangan Usaha Pembentuk PDRB adhk Kota Magelang Tahun 2009-2013
serta Angka Prediksi Tahun 2014-2016
Lapangan Usaha 2009 2010 2011 2012 2013 Rata-rata
2009-2013 Prediksi 2014 Prediksi 2015 Prediksi 2016
Pertanian 2,37 0,12 -15,14 26,99 1,33 3,13 1,75 1,68 2,05
Pertambangan dan Penggalian - - - - - - - - -
Industri Pengolahan 3,14 4,11 6,82 2,49 5,94 4,50 5,08 6,20 7,85
Listrik, Gas & Air Bersih 4,39 0,36 7,05 6,47 7,32 5,12 6,95 6,91 7,06
Konstruksi & Bangunan 3,90 3,83 4,24 5,01 6,07 4,61 5,11 5,39 5,52
Perdagangan, Hotel & Restoran 6,11 7,56 6,80 6,14 6,95 6,71 6,63 7,96 7,66
Pengangkutan & Komunikasi 5,60 7,02 6,13 2,48 5,96 5,44 4,86 5,59 6,29
Keuangan, Jasa Perusahaan dan Persewaan 5,49 6,04 7,37 7,15 8,00 6,81 8,53 8,78 8,87
Jasa-jasa 5,49 7,36 6,06 8,16 5,21 6,46 6,48 6,72 6,78
PDRB 5,11 6,12 5,48 6,48 5,91 5,82 6,07 6,53 6,77
Sumber: Analisis PDRB Kota Magelang Tahun 2014 (diolah)
Tabel II.28
PDRB adhb Kota Magelang Menurut Lapangan Usaha dan Distribusinya Tahun 2011 – 2013
Lapangan Usaha
Rata-rata NTB
2000-2010 (Juta Rp)
NTB 2011
(Juta Rp)
Distribusi
(%)
NTB 2012
(Juta Rp)
Distribusi
(%)
NTB 2013
(Juta Rp)
Distribusi
(%)
PRIMER
Pertanian 47.464,01 58.716,25 2,53 78.908,04 3,02 84.260,10 2,83
Pertambangan & Penggalian - - - -
SEKUNDER
Industri Pengolahan 44.751,83 74.276,46 3,20 78.638,64 3,01 86.172,41 2,96
Listrik, Gas & Air Bersih 50.297,22 84.899,14 3,65 92.952,32 3,56 104.727,69 3,60
Konstruksi & Bangunan 205.273,69 341.274,29 14,69 382.301,86 14,63 412.725,83 14,18
TERSIER
Perdagangan, Hotel & Restoran 89.036,92 170.142,62 7,32 191.588,21 7,33 214.729,43 7,38
Pengangkutan & Komunikasi 255.239,38 428.926,45 18,46 464.809,21 17,78 520.894,90 17,89
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan
137.169,00 239.373,39 10,30 265.290,94 10,15 304.405,59 10,46
Jasa-jasa 489.104,71 925.869,57 39,85 1.059.404,63 40,53 1.183.192,99 40,64
TOTAL PDRB 1.318.336,76 2.323.478,16 2.613.893,85 2.911.108,95
Sumber: Analisis PDRB Kota Magelang Tahun 2014 (diolah)
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 44
Pengangkutan & Komunikasi 17,60%
Keuangan, Real Estat & Jasa Perusahaan 10,47%
Jasa-jasa 41,30%
Konstruksi 13,99%
Perdagangan, Hotel & Restoran (7,43%)
Listrik, Gas & Air Bersih (3,53%)
Industri Pengolahan (2,89%)
Pertanian (2,79%)
Profil dan struktur perekonomian Kota Magelang relatif stabil dari
tahun ke tahun. Berdasarkan asumsi dari hasil prediksi pertumbuhan
ekonomi Kota Magelang tahun 2014 yang mencapai 6,07%, maka
struktur perekonomian pembentuk PDRB tahun 2014 sebagaimana
pada Gambar II.8.
Gambar II.8
Diagram Prediksi Struktur Perekonomian Kota Magelang Tahun 2014
Selanjutnya, menurut Lapangan Usaha, distribusi PDRB tertinggi
didominasi kelompok sektor tersier, posisi berikutnya kelompok sektor
sekunder dan pada urutan terakhir adalah kelompok sektor primer.
Lebih jauh 3 (tiga) sektor yang memiliki peran tertinggi-terendah
dalam pembentukan PDRB adalah sektor Jasa-jasa, sektor
pengangkutan dan komunikasi serta sektor konstruksi dan bangunan.
Kondisi tersebut dapat dicermati pada tabel II.28.
Prediksi pertumbuhan ekonomi dan distribusi lapangan usahan
pembentuk PDRB Kota Magelang untuk tahun 2014 hingga 2016
sebagaimana terlihat pada tabel II.29. Pertumbuhan ekonomi
diperkirakan 11,68% untuk tahun 2014, 11,62% untuk tahun 2015
dan pada 2016 diperkirakan mencapai 11,82%. Selama 3 tahun
tersebut, sektor jasa-jasa diperkirakan mengalami laju pertumbuhan
tertinggi, diikuti perdagangan, hotel dan restoran serta Keuangan,
Persewaan dan jasa perusahaan. Sektor pengangkutan dan komunikasi
menempati urutan berikutnya dan kelompok sektor sekunder
diperkirakan memiliki laju pertumbuhan yang hampir sama dan sektor
primer yaitu pertanian diperkirakan tetap memiliki kekuatan tumbuh
walaupun tidak setinggi sektor-sektor yang terdahulu.
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 45
Tabel II.29
Prediksi Pertumbuhan dan Distribusi Lapangan Usaha Pembentuk
PDRB Kota Magelang Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2014-2016
Lapangan Usaha Prediksi Pertumbuhan (%) Prediksi Distribusi (%)
2014 2015 2016 2014 2015 2016
PRIMER
Pertanian 7,65 7,68 8,08 2,79 2,69 2,60
Pertambangan & Penggalian - - - - -
SEKUNDER
Industri Pengolahan 9,15 8,85 9,10 2,89 2,82 2,75
Listrik, Gas & Air Bersih 9,50 8,92 8,89 3,53 3,44 3,35
Konstruksi & Bangunan 10,24 9,41 9,12 13,99 13,72 13,39
TERSIER
Perdagangan, Hotel & Restoran 12,52 12,49 12,87 7,43 7,49 7,56
Pengangkutan & Komunikasi 9,84 10,03 9,99 17,60 17,35 17,06
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan
11,82 11,74 11,73 10,47 10,48 10,47
Jasa-jasa 13,48 13,55 13,96 41,30 42,01 42,81
TOTAL PDRB 11,68 11,62 11,82
Sumber: Analisis PDRB Kota Magelang Tahun 2014 (diolah)
ii. Inflasi
Selama sembilan tahun terakhir, inflasi Kota Magelang
berfluktuasi. Selama kurun waktu tersebut terdapat perubahan tahun
dasar, yang sebelumnya (hingga tahun 2013) menggunakan tahun
dasar 2007, kebijakan pemerintah pusat bahwa mulai tahun 2014
indeks harga konsumen menggunakan tahun dasar 2012, hal ini
sejalan dengan kondisi perekonomian dunia.
Hampir inflasi kota magelang lebih rendah dari inflasi Nasional ,
kecuali pada tahun 2009 (saat Kota Magelang memasuki tahun politik)
juga tahun 2011 dan 2012. Kerentanan kota magelang atas inflasi
memang cukup logis, karena hampir semua sumber produksi tidak
berada di Kota Magelang. Series kondisi Inflasi dan IHK Kota Magelang
tercermin pada tabel II.30.
Tabel II.30
Perkembangan IHK dan Inflasi Kota Magelang
serta Inflasi Nasional Tahun 2006-2014
Tahun Inflasi (%) IHK Inflasi (%)
2006 3,14 138,98 6.6
2007 5,90 147,18 6.59
2008 9,53 161,21 11.06
2009 3,48 116,10 2.78
2010 6,80 123,99 6.96
2011 4,15 129,14 3.79
2012 6,05 136,95 4.3
2013 7,78 147,61 8.38
2014 7,92 118,27 8.36
2015* 5,33
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 46
Tahun Inflasi (%) IHK Inflasi (%)
2015* 5,15
Deviasi ±2,00
(Sumber: BPS Kota Magelang) Keterangan:
* Prediksi
2001-2013 : 2007=100 ; 2014 : 2012=100
iii. PDRB Per Kapita
PDRB/Kapita Masyarakat Kota Magelang dari sisi nominal selama
6 (enam) tahun terakhir selalu mengalami kenaikan baik atas dasar
harga berlaku (adhb) maupun atas dasar harga konstan (adhk) dengan
rata-rata pertumbuhan per tahun mencapai 11,61% untuk adhb dan
5,52% untuk adhk. Dengan jumlah pengeluaran per kapita riil sebesar
Rp. 658.280,-, tiap penduduk di Kota Magelang pada tahun 2013
memiliki PDRB/kapita sebesar Rp. 2.025.959,25/bulan.
PDRB per kapita ini pada hakekatnya merupakan hasil pembagian
dari PDRB (Rp/tahun) baik adhb maupun adhk dibagi jumlah penduduk
tengah tahun. Secara series PDRB/Kapita Penduduk Kota Magelang
dari tahun 2008-2013 serta prediksi untuk tahun 2014-2016 tercermin
pada tabel II.31.
Diperbandingkan dengan kabupaten/kota se Jawa Tengah,
walaupun angka absolut PDRB Kota Magelang jauh di bawah
kabupaten/kota yang lain, namun jika PDRB per kapita disandingkan,
akan memposisikan Kota Magelang pada rangking 10 besar di Jawa
Tengah.
Tabel II.31
Perkembangan PDRB/Kapita Penduduk Kota Magelang Tahun 2008-2013
serta Angka Prediksi Tahun 2014-2016
TAHUN PENDUDUK
TENGAH TAHUN (jiwa)
PDRB/KAPITA
adhb (Rp/tahun)
Growth PDRB/Kapita
adhb (%)
PDRB/KAPITA
adhk (Rp/tahun)
Growth PDRB/Kapita
adhk (%)
2008 118.452 14.174.863,94 12,63 8.390.193,45 5,14
2009 118.336 15.741.712,50 11,05 8.827.831,27 5,22
2010 118.218 17.807.999,88 13,13 9.377.621,81 6,23
2011 118.606 19.589.887,22 10,01 9.859.052,16 5,13
2012 118.959 21.973.065,07 12,17 10.467.119,69 6,17
2013 119.742 24.311.511,02 10,64 11.012.910,88 5,21
P r e d i k s i
TAHUN PENDUDUK
TENGAH TAHUN (jiwa)
PDRB/KAPITA
adhb (Rp/tahun)
Growth PDRB/Kapita
adhb (%)
PDRB/KAPITA
adhk (Rp/tahun)
Growth PDRB/Kapita
adhk (%)
2014 120.653 26.947.200,72 10,84 11.593.193,28 5,27
2015 121.182 29.946.872,59 11,13 12.296.315,92 6,06
2016 121.673 33.352.542,63 11,37 13.075.796,56 6,34
Deviasi ±0,2593
Sumber: Analisis PDRB Kota Magelang Tahun 2014 (diolah)
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 47
iv. Ketimpangan Wilayah
Dengan Data Dasar PDRB Kabupaten/Kota se-wilayah provinsi
serta dihitungn dengan formula tertentu (indeks williamson), kita
dapat mengetahui sampai seberapa jauh ketimpangan wilayah yang
terjadi dalam wilayah tertentu yang lebih luas dan dalam waktu
tertentu.
Tabel II.32 memuat indeks williamson pemerintah kota magelang
maupun propinsi jawa tengah untuk tahun 2011-2013. Dari tabel
tersebut dapat dijelaskan bahwa Kota Magelang, hingga tahun 2013
kondisi perekonomiannya semakin timpang dibandingkan dengan
kabupaten/ kota se-Jawa Tengah, namun demikian 2014 hingga 2016
diharapkan gap perekonomian Kota Magelang semakin kecil. Propinsi
Jawa Tengah untuk adhk juga memiliki semakin lebar dibandingkan
propinsi lain di Indonesia, polanya hampir sama dengan kondisi
perekonomian di Kota Magelang.
Indeks Williamson dikategorikan sebagai berikut :
Kesenjangan level rendah, jika IW ≤ 0,35
Kesenjangan level sedang, jika 0,35 ≤IW≤0,5
Kesenjangan level tinggi, jika IW≥0,5
Tabel II.32
Indeks Williamson Kota Magelang tahun 2011-2013
Tahun
Indeks Williamson
Kota Magelang
(adhb)
Indeks Williamson
Kota Magelang
(adhk)
Indeks Williamson
Jawa Tengah
(adhb)*
Indeks Williamson
Jawa Tengah
(adhk)*
2011 0,0812 0,0888 0,6961 0,6373
2012 0,0857 0,0909 0,6932 0,6616
2013 0,1353 0,1364 0,6951 0,6579
2014 0,1325 0,1349
2015 0,1304 0,1338
2016 0,1299 0,1339
* Data resmi BPS
Sumber: Analisis PDRB Kota Magelang Tahun 2013-2014
(diolah disesuaikan dengan angka prediksi)
c) Perekonomian Kecamatan di Kota Magelang
Setelah memahami perekonomian Kota Magelang perlu diketahui pula
kondisi perekonomian di masing-masing wilayah kecamatan se Kota
Magelang, baik dari sisi PDRB, Laju Pertumbunan serta PDRB per Kapitanya.
Selanjutnya akan dapat kita ketahui peran masing-masing wilayah dalam
memberikan sumbangan pembentukan PDRB di Kota Magelang.
i. PDRB per Kecamatan dan Laju Pertumbuhan
Kondisi perekonomian Kota Magelang dilihat dari ketiga
kecamatan. Dari ketiga kecamatan tersebut belum tentu
menggambarkan kondisi yang sama, ada kemungkinan ada yang
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 48
kondisi di atas rata-rata, ada yang diberada pada kondisi rata-rata dan
bahkan tidak menutup kemungkinan di bawah rata-rata.
Namun demikian perekonomian 3 (tiga) Kecamatan di Kota
Magelang sampai dengan tahun 2013 masih didominasi oleh kontribusi
Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku (NTB adhb) dari
Kecamatan Magelang Selatan (36,28%) disusul Kecamatan Magelang
Tengah (32,13%) dan Kecamatan Magelang Utara (31,59%).
Sementara dari sisi pertumbuhan ekonomi, ketiga Kecamatan tumbuh
melambat dari tahun 2012. Meskipun memiliki kontribusi NTB terkecil
namun Kecamatan Magelang Utara pada tahun 2013 mampu tumbuh
dengan laju tercepat sebesar 6,3%.
Secara lengkap kondisi perekonomian tersebut terangkum pada
tabel II.33 dan tabel II.34.
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 49
Tabel II.33
Kondisi Perekonomian Skala Kecamatan di Kota Magelang Tahun 2012-2013
Uraian Magelang Selatan Magelang Tengah Magelang Utara
2012 2013 2012 2013 2012 2013
Atas Dasar Harga Berlaku 950,621.33 1.056.056,57 837,984.99 935.277,42 825,287.53 919.774,96
Atas Dasar Harga Konstan 453,549.90 478.301,27 395,885.55 419.757,99 395,722.64 420.648,71
Pertumbuhan Ekonomi 6,83 5,46 6,19 6,03 6,39 6,30
Sumber: Analisis PDRB Kota Magelang Tahun 2014
Tabel II.34
Kontribusi Sektor Pembentuk PDRB Skala Kecamatan (adhb-%) di Kota Magelang Tahun 2012-2013
Uraian Magelang Selatan Magelang Tengah Magelang Utara
2012 2013 2012 2013 2012 2013
PRIMER
Pertanian 3,60 3,44 0,83 0,73 4,58 4,47
Pertambangan dan Penggalian - - - -
SEKUNDER
Industri Pengolahan 4,49 4,48 2,83 2,71 1,48 1,47
Listrik, Gas & Air Bersih 0,00 - 11,09 11,20 - -
Konstruksi & Bangunan 10,71 10,33 9,00 8,79 24,84 24,08
TERSIER
Perdagangan, Hotel & Restoran 8,18 8,34 9,30 9,21 4,35 4,41
Pengangkutan & Komunikasi 14,10 14,11 22,35 22,50 17,39 17,55
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 7,70 7,96 11,08 11,08 12,02 12,70
Jasa-jasa 51,21 51,35 33,51 33,78 35,35 35,33
Kontribusi terhadap PDRB Kota Magelang 36,37 36,28 32,06 32,13 31,57 31,59
Sumber: Analisis PDRB Kota Magelang Tahun 2014
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 50
ii. PDRB per kapita per masing-masing kecamatan
Kondisi pendapatan perkapita penduduk ketiga kecamatan selama
2 (dua) tahun yaitu 2012-2013 tertinggi adalah penduduk di
Kecamatan Magelang Selatan, disusul Kecamatan Magelang Utara dan
yang terakhir adalah di Kecamatan Magelang Tengah. Pada tahun 2013
Di ketiga kecamatan tersebut, kondisi tahun 2013 lebih baik
dibandingkan tahun sebelumnya seiring dengan meningkatnya
pendapatan per kapita penduduk Kota Magelang. Kondisi
perkembangan PDRB per Kapita penduduk kecamatan se Kota
Magelang dapat dicermati pada tabel II.35.
Tabel II.35
Perkembangan PDRB/Kapita Penduduk Kecamatan
di Kota Magelang Tahun 2013
Keterangan Tahun Mgl
Selatan
Mgl
Tengah Mgl Utara
Kota
Magelang
Penduduk Tengah
Tahun (Jiwa)
2013 40.426,00 43.264,00 36.052,00 119.742,00
2012 40.186,00 43.014,00 35.759,00 118.959,00
PDRB Per Kapita adhb (ribu Rp/tahun)
2013 26.123,20 21.617,91 25.512,45 24.311,51
2012 23.655,53 19.481,68 23.07,16 21.973,07
Pertumbuhan adhb (%)
2013 10,43 10,97 10,54 10,64
2012 12,54 11,43 12,48 12,17
PDRB Per Kapita adhk (Ribu Rp/tahun)
2013 11.831,53 9.702,25 11.667,83 11.012,91
2012 11.286,27 9.203,64 11.066,38 10.467,12
Pertumbuhan adhk (%)
2013 4,83 5,42 5,43 5,21
2012 6,39 5,86 6,22 6,17
Sumber: Analisis PDRB Kota Magelang Tahun 2013-2014
b. Fokus Kesejahteraan Sosial
Berbicara tentang Kesejahteraan sosial perlu melihat kondisi tingkat
ketergantungan penduduk, indeks pembangunan manusia; Indeks Pembangunan
Gender; Indeks pemberdayaan gender serta Kemiskinan dan ketimpangan
pemerataan pendapatan serta aspek ketenagakerjaan.
1) Ketergantungan Penduduk
Kota Magelang merupakan kota dengan bonus demografi dimana
jumlah penduduk produktif jauh lebih besar daripada penduduk non-
produktif. Pada tahun 2013 jumlah penduduk usia produktif di Kota
Magelang tumbuh 0,88% yang merupakan pertumbuhan tertinggi dalam 5
(lima) tahun terakhir. Namun demikian di sisi lain, perlu diwaspadai karena
pada tahun 2013 jumlah penduduk usia 65 tahun ke atas tumbuh
signifikan 3,53% jauh lebih cepat melebihi pertumbuhan penduduk usia
produktif sedangkan penduduk usia 0-14 tahun justru turun 0,57%.
Kondisi penduduk tersebut dapat dicermati pada tabel II.36.
Pada tahun 2014 diharapkan kelompok usia produktif terus tumbuh
dengan prediksi sebesar 1,41% seiring dengan laju pertumbuhan
penduduk yang diprediksi naik 0,594%.
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 51
Tabel II.36
Jumlah Penduduk Produktif dan Non-Produktif di Kota Magelang Tahun 2007-2013 serta Angka Prediksi Tahun 2014-2016
Keterangan 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Prediksi
Deviasi 2014 2015 2016
Penduduk Usia 0-14 tahun (jiwa) 28.574 29.511 29.688 29.934 27.387 27.509 27.353 ±0,743 26.943 28.137 28.146
Pendudukk Usia 15-64 tahun (jiwa) 84.472 86.960 87.467 88.220 82.773 83.142 83.870 ±1,464 85.052 84.389 84.858
Penduduk usia 65 ke atas (jiwa) 7.964 8.156 8.449 8.289 8.645 8.678 8.984 ±0,095 8.926 9.053 9.181
Jumlah Penduduk (jiwa) 121.010 124.627 125.604 126.443 118.805 119.329 120.207 120.921 121.579 122.185
Angka Ketergantungan (%) 43,25 43,32 43,60 43,33 43,53 43,52 43,33 42,17 44,07 43,99
Pertumbuhan Penduduk Usia Produktif (%)
2,95 0,58 0,86 -6,17 0,45 0,88 1,41 -0,78 0,56
Sumber: BPS Kota Magelang, Prediksi oleh Kantor Litbang & Statistik
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 52
2) Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Salah satu alat ukur keberhasilan pembangunan manusia adalah
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index
(HDI). Indeks ini lazim digunakan baik pada skala internasional, nasional
maupun regional. Dari indeks ini bisa diketahui tingkat kemajuan suatu
wilayah (maju, berkembang atau terbelakang), serta mengukur pengaruh
kebijakan ekonomi terhadap kualitas hidup. Semakin tinggi nilai IPM
berarti tingkat pencapaian pembangunan manusia semakin baik.
Untuk mengukur IPM, diperlukan beberapa indikator sebagai
berikut:
a. Usia Hidup
b. Pengetahuan
c. Standar Kelayakan Hidup
Pada Tabel II.37 dapat dilihat perkembangan nilai IPM beserta
komponen-komponen pembentuknya dari tahun 2009 sampai 2013, serta
prediksinya di tahun 2014.
Tabel II.37
Pencapaian Indeks Pembangunan Manusia dan Komponennya
di Kota Magelang Tahun 2009-2014
Uraian 2009 2010 2011 2012 2013 2014*
Indeks Pembangunan Manusia [%] 76,37 76.60 76.83 77.26 77,91 78,48
Angka Harapan Hidup (e0) [Tahun] 70,17 70.22 70.28 70.34 70,74 70,87
Angka Melek Huruf [%] 97,25 97.25 97.29 97.52 98,11 98,57
Rata-rata lama sekolah [Tahun] 10,10 10.21 10.22 10.36 10,42 10,49
Pengeluaran Perkapita Riil Disesuaikan [Rp. 000]
648,06 649.52 651.91 655.08 658,26 661,98
Sumber: Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Magelang 2014 *): 2014 angka prediksi
Pada tabel tersebut dapat dilihat, bahwa secara perlahan, angka IPM
beserta komponen pendukungnya merambat naik.
Walaupun secara kesejahteraan hal ini bisa dikatakan sebagai hal
yang bagus, tetapi jika Angka Melek Huruf dan Rata-rata Lama Sekolah
tidak bisa mengikuti secara signifikan, maka bisa menimbulkan masalah
baru yaitu menambah angka pengangguran. Meningkatnya Angka Harapan
Hidup juga pada akhirnya nanti bisa meningkatkan Angka Ketergantungan
Penduduk, bila tidak diikuti penurunan Angka Pengangguran.
Harapan agar IPM Kota Magelang mampu meningkat hanya dapat
didorong dari meningkatkan Rata-rata lama sekolah, bila pada 2013 rata-
rata lama sekolah penduduk baru setara kelas satu sma, perlu terus
didorong agar mampu mencapai lulus sma atau 12.00.
3) Indeks Pembangunan Gender (IPG) dan Indeks Pemberdayaan Gender
(IDG)
IPG dan IDG digunakan untuk mengukur mengukur pencapaian
pelaksanaan pengarusutamaan gender di daerah. IPG mengukur kualitas
hidup perempuan dengan menggunakan komponen pendidikan, kesehatan
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 53
dan ekonomi, sedangkan IDG mengukur partisipasi perempuan di bidang
ekonomi, politik, dan pengambilan keputusan.
Dengan menggunakan IPG, dapat diketahui kesenjangan
pembangunan manusia antara laki-laki dan perempuan. Nilai IPG berkisar
antara 0% - 100%. Makin tinggi nilai IPG, berarti makin tinggi
kesenjangannya. Kesetaraan gender terwujud apabila nilai IPM sama
dengan nilai IPG.
Dengan menggunakan IDG, dapat diukur ketimpangan gender pada
bidang-bidang kunci yaitu dalam partisipasi ekonomi dan politik serta
pengambilan keputusan. IDG juga memiliki kisaran nilai 0% - 100%,
dengan makin tinggi nilainya berarti semakin tinggi perempuan dalam
mengambil peran aktif yang penting dalam kehidupan ekonomi dan politik,
atau dapat dikatakan semakin sempurna pemberdayaan perempuannya.
Kondisi IPG dan IDG Kota Magelang bila disandingkan dengan IPM
tampak sebagaimana Tabel II.38 berikut.
Tabel II.38
Nilai IPG, IDG, dan IPM Kota Magelang
Tahun 2009 – 2013
Tahun IPG IDG IPM
2009 73.35 76.00 76.37
2010 73,52 65,29 76.60
2011 73,96 66,29 76,83
2012 74,57 67,29 77,26
2013 75,52 68,03 77,91
Sumber: BPS dan Kemenneg PP
IPM dan IDG merupakan angka-angka penilaian nasional. Sampai
dengan tahun 2013, Angka IPG dan IPM memiliki kecenderungan
meningkat, sedangkan IDG sempat turun cukup tajam pada tahun 2010,
walaupun sampai tahun 2013 kembali meningkat.
Untuk nilai Pembangunan Gender di Kota Magelang, sampai dengan
tahun 2013, memiliki trend yang baik, diperlihatkan dari selisih nilai antara
IPG dan IPM yang semakin mengecil.
Penghargaan yang cukup prestisius pada skala nasional dalam
rangka pelaksanaan pengarusutamaan gender di daerah telah diterima
oleh Pemerintah Kota Magelang dengan keberhasilannya meraih
penghargaan Parahita Ekapraya Tingkat Pratama pada tahun 2006,
dilanjutkan anugerah tingkat utama (Parahita Ekapraya Tingkat Utama) di
tahun 2007 yang dipertahankan sampai dengan tahun 2008 dan 2009.
Pada tahun 2011 dan 2012, Pemerintah Kota Magelang kembali
mendapatkan anugerah, kali ini tingkat menengah (Parahita Ekapraya
Madya).
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 54
4) Kemiskinan dan Ketimpangan Pemerataan
Penduduk miskin merupakan sebuah dilema pembangunan dan di
manapun penduduk miskin akan selalu ada. Pada daerah dengan
pendapatan per kapita tinggi belum tentu tidak ada penduduk miskin, yang
dapat diperbuat oleh semua pengambil kebijakan baik di daerah maupun di
pusat adalah menekan bagaimana agar penduduk miskin semakin
turun/berkurang, malaupun anagat sulit untuk mencapai 0%.
Ada berbagai batasan dan cara mendefinisikan penduduk miskin,
namun dalam sebuah perencanaan kebijakan yang lebih pendting adalah
konsistensi data. Di Kota Maglag, menurut BPS garis kemiskinan seiring
pergantian tahun, selalu meningkat, namun demikian data jumlah
penduduk miskin yang tersedia mengisyaratkan bahwa meningkatnya nilai
garis kemiskinan tidak secara otomatis penduduk yang berkategori miskin
berkurang, seperti halnya yang trjadi antara tahun 2010-2011. Kondisi
tersebut dialami oleh seluruh pemerintahan baik di daerah maupun di
pusat.
Tabel II.39
Jumlah Penduduk Miskin Kota Magelang (jiwa) Tahun 2008-2012
Tahun Garis
kemiskinan Penduduk
Miskin
Penduduk Kota
Magelang
2008 228,385 14.870 124.627
2009 237,967 13.650 125.604
2010 258,921 12.400 126.443
2011 280,877 13.100 118.805
2012 304,695 12.100 119.329
Sumber: BPS Kota Magelang
Sesuai Berita Resmi Statistik nomor 06/01/Th XVIII, 2 Januari 2015
bahwa antara kondisi september 2013 dan kondisi september 2014 garis
kemiskinan daerah perkotaan di Inonesia bergerak dari Rp 308.826,-
/kapita/ bulan meningkat menjadi Rp 326.853,-/ kapita/ bulan dengan
persentase penduduk miskin dari 8,55% pada tahun 2013 menjadi 8,16%
per september 2014.
Sementara itu tingkat kedalaman kemiskinan secara nasional turun
dari 1,41 menjadi 1,25 dan tingkat keparahan kemiskinan turun dari 0,37
menjadi 0,31, dengan demikian secara makro walaupun masih ada
penduduk miskin namun tingkat keparahannya semakin rendah atau
dengan kata lain, dari angka tersebut tampak adanya peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
Lebih jauh apabila dari indeks gini, antara tahun 2012-2013
terdapat penurunan yang cukup signifikan, yang menggambarkan tingkat
kesejahteraan penduduk Kota Magelang semakin baik atau ketimpangan
pendapatan antar penduduk kian menipis. Selanjutnya pada akhir tahun
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 55
2014 gini rasio akan turun kembali yang kondisi tersebut juga diperkirakan
akan terjadi pula di tahun 2015.
Tabel II.40
Indeks Gini Kota Magelang tahun 2006-2013 serta
Angka Prediksi Tahun 2014-2015
Tahun Indeks Gini
Kota Magelang
Penduduk Kota
Magelang
Indeks Gini Jawa
Tengah
2006 0,2466 118.646
2007 0,2675 121.010 0,326
2008 0,2571 124.627 0,31
2009 0,2816 125.604 0,32
2010 0,3138 126.443 0,34
2011 0,3418 118.805 0,38
2012 0,3715 119.329 0,38
P r e d i k s i
Tahun Indeks Gini Penduduk
2013 0,330* 120.207* 0,387*
2014 0,3201 120.921
2015 0,3105 121.579
* Data resmi BPS
Sumber: BPS Kota Magelang, Prediksi oleh Kantor Litbang & Statistik
5) Kemiskinan
Kemiskinan adalah salah satu persoalan mendasar yang fokus
perhatian setiap pemerintahan. Berbagai macam strategi penanggulangan
dan pengentasan kemiskinan terus dilancarkan, namun kemiskinan hingga
saat ini tetap belum terselesaikan dengan baik karena begitu kompleksnya
dimensi dan komponen penyebabnya.
Kemiskinan menjadi salah satu fokus utama dalam MDGs, sehingga
merupakan kewajiban untuk setiap negara agar lebih berkonsentrasi pada
upaya-upaya penanggulangan dan penurunan kemiskinan. Di Indonesia,
untuk menanggulangan dan pengentasan kemiskinan, telah dibentuk Tim
Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K), yang diikuti
pembentukan di daerah berupa Tim Koordinasi Penanggulangan
Kemiskinan Daerah (TKPKD), sejak tahun 2010.
Kota Magelang juga turut berupaya mereduksi angka kemiskinan,
dengan berbagai macam program penanggulangan kemiskinan. Hasilnya
dapat dilihat pada Tabel II.41 berikut.
Tabel II.41
Jumlah Penduduk Miskin dan Persentase (%) terhadap
Total Penduduk Kota Magelang Tahun 2008-2012
Tahun Garis
kemiskinan (Rp) Penduduk
Miskin (jiwa) Penduduk Kota
Magelang (jiwa) % Penduduk
Miskin
2008 228,385 14,870 124,627 11.93%
2009 237,967 13,650 125,604 10.87%
2010 258,921 12,400 126,443 9.81%
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 56
Tahun Garis
kemiskinan (Rp)
Penduduk
Miskin (jiwa)
Penduduk Kota
Magelang (jiwa)
% Penduduk
Miskin
2011 280,877 13,100 118,805 11.03%
2012 304,695 12,100 119,329 10.14%
Sumber: BPS Kota Magelang
Dari Tabel II.41 tersebut dapat dilihat, bahwa persentase penduduk
miskin di Kota Magelang berkisar antara 9%-11%. Akan tetapi, bila dilihat
dari jumlah penduduk miskin yang terus menurun dan garis kemiskinan
yang terus dinaikkan, bisa dikatakan bahwa sebenarnya Pemerintah Kota
Magelang cukup berhasil dalam mengurangi angka kemiskinan.
Menurunnya jumlah penduduk di tahun 2011, yang berdampak pada
meningkatnya persentase Penduduk Miskin, dikarenakan adanya koreksi
jumlah penduduk oleh Sensus Penduduk 2010.
6) Tingkat Kesempatan Kerja (TKK)
Tingkat kesempatan kerja menunjukkan peluang seorang penduduk
usia kerja yang termasuk angkatan kerja untuk bekerja. Angka ini didapat
dari perbandingan antara penduduk yang bekerja dengan angkatan kerja.
Semakin besar angka TKK, semakin baik pula kondisi ketenagakerjaan
dalam suatu wilayah.
Kondisi ketenagakerjaan Kota Magelang dapat dicermati pada Tabel
II.42 berikut.
Tabel II.42
Kondisi Penduduk Usia Kerja di Kota Magelang
Tahun 2008-2014 (ribu jiwa / orang)
Tahun
Angkatan Kerja (ribu orang)
Bukan Angkatan
Kerja (ribu
orang)
Penduduk Usia Kerja/
Tenaga Kerja
(ribu orang)
TPT (%)
TPAK (%)
TKK (%)
Bekerja Mencari Kerja
(Penggangguran)
2008 54,550 7,640 41,210 103,400 12,28 60,15 87.72
2009 56,110 9,860 39,590 105,560 14,95 62,50 85.05
2010 53,719 8,226 28,540 90,490 13,28 68,46 86.72
2011 58,919 5,319 26,750 90,990 8,28 70,60 91.72
2012 57,669 5,501 27,775 90,945 8,71 69,46 91.29
2013 58,110 4,241 28,101 90,452 6,80 68,93 93.20
2014* 58,760 4,916 29,852 93,528 6,26-7,72
68,08-72,86
92.28
Sumber: BPS Kota Magelang; Prediksi (2014) oleh Kantor Litbang & Statistik
Dari Tabel II.42 tersebut dapat dilihat, bahwa angka TKK selalu
berada di atas nilai 85%, yang berarti rasio kesempatan kerjanya cukup
tinggi. Perubahan nilai TKK, TPT, dan TPAK yang cukup mencolok dari
tahun 2010 ke 2011, juga dikarenakan adanya koreksi jumlah penduduk
saat Sensus Penduduk 2010. Secara garis besar, kondisi ketenagakerjaan
di Kota Magelang bisa dinilai cukup baik.
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 57
7) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT)
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah perbandingan
antara jumlah angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja. Angka ini
berguna untuk mengindikasikan besarnya persentase penduduk usia kerja
yang aktif secara ekonomi di suatu negara/wilayah. Semakin tinggi TPAK
menunjukkan bahwa semakin tinggi pula pasokan tenaga kerja (labour
supply) yang tersedia untuk memproduksi barang dan jasa dalam suatu
perekonomian.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah perbandingan jumlah
pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja. Angka ini berguna untuk
mengindikasikan besarnya persentase angkatan kerja yang termasuk
dalam pengangguran. TPT yang tinggi menunjukkan bahwa terdapat
banyak angkatan kerja yang tidak terserap pada pasar kerja.
Dari Tabel 2.2.17. dapat dilihat, bahwa dari tahun 2008 sampai
2014, angka TPT memiliki tren menurun, sedangkan angka TPAK memiliki
fluktuasi di kisaran angka 60% - 70%. Kondisi ini disebabkan karena
banyak warga Kota Magelang yang bekerja di luar wilayah. Untuk semakin
menurunkan angka pengangguran, maka diharapkan bisa untuk
mengarahkan potensi tenaga kerja ini ke dalam wilayah, atau dibuat
situasi yang kondusif untuk investasi/industri, sehingga meningkatkan
kebutuhan tenaga kerja. Dengan juga melihat angka rata-rata lama
sekolah yang masih kurang dari 12 tahun, sebaiknya juga dapat disiapkan
lembaga-lembaga pendidikan non-formal untuk meningkatkan kemampuan
angkatan kerja, sehingga memiliki daya saing yang lebih tinggi di dunia
kerja.
8) Ketergantungan Penduduk (Depedency Ratio – DR)
Rasio Ketergantungan adalah perbandingan antara jumlah
penduduk umur 0-14 tahun, ditambah dengan jumlah penduduk 65 tahun
ke atas (keduanya disebut dengan penduduk udia tidak produktif)
dibandingkan dengan jumlah penduduk usia 15-64 tahun (usia produktif).
Angka ini dapat digunakan sebagai indikator yang secara kasar dapat
menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara/wilayah apakah tergolong
maju atau sedang berkembang. DR merupakan salah satu indikator
demografi yang penting. Semakin tingginya persentase DR menunjukkan
semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif
untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak
produktif lagi. Sedangkan persentase DR yang semakin rendah
menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang
produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak
produktif lagi.
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 58
Pada Tabel II.43 dapat dilihat Rasio Ketergantungan Kota Magelang
Tahun 2005-2013.
Tabel II.43
Rasio Ketergantungan Penduduk Kota Magelang
Tahun 2005-2013
Tahun Penduduk Umur Rasio
Ketergantungan Naik/ Turun 0-14 15-64 65+
2005 27.921 82.090 7.733 43,43 -
2006 28.135 82.711 7.800 43,45 0,05
2007 28.542 84.351 7.956 43,27 (0,4)
2008 29.511 86.960 8.156 43,32 0,12
2009 29.688 87.467 8.449 43,60 0,64
2010 29.934 88.220 8.289 43,33 (0,62)
2011 27.387 82.773 8.645 43,53 0,46
2012 27.089 83.142 8.678 43,52 (0,44)
2013 27.353 83.870 8.984 43,32 (0,45)
Sumber: DDA Kota Magelang Tahun 2014
Dari Tabel II.43 tersebut dapat dilihat bahwa Rasio Ketergantungan
di Kota Magelang cenderung stabil di sekitar angka 43%, dengan angka
kenaikan/penurunan per tahun kurang dari 1%. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa rata-rata penduduk Kota Magelang yang masuk usia tidak
produktif memiliki ketergantungan yang sedang terhadap penduduk usia
produktif.
c. Fokus Seni Budaya, Olahraga, Ilmu Pengetahuan dan Agama
Analisis kinerja pada bidang seni budaya dan olahraga diambil dari data jumlah
kelompok seni dan budaya yang ada di Kota Magelang, jumlah lapangan olahraga,
jumlah klub olahraga dan jumlah gedung olahraga dan data prestasi tingkat
nasional.
1) Seni–Budaya
Dari data tentang seni budaya yang tersedia, jumlah organisasi
kesenian tahun 2014 di Kota Magelang sebanyak 117 kelompok seni
budaya, yang terbagi menurut kelompok-kelompok jathilan, seni
karawitan, rebana, kuda lumping, topeng ireng, campursari, kethoprak,
orkes keroncong, grup tari daerah, marching band, wayang kulit, kesenian
reog.
Untuk seniman/seniwati terdapat sejumlah 172 orang yang
meliputi: paduan suara, musik tiup/piano, dangdut/kasidah, dan
waranggono/pesinden. Adapun untuk cagar budaya terdapat sejumlah 82
buah yang antara lain terdiri dari bangunan-bangunan kuno, arsitektur
kuno, petilasan, tempat-tempat ziarah, dan sebagainya.
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 59
2) Olahraga
Perkembangan olah raga di Kota Magelang sepertinya tidak
didukung dengan pembangunan sarana prasarana yang memadai. Fasilitas
gedung olahraga yang sangat minim, membuat prestasi olah raga di Kota
Magelang belum menunjukkan kemajuan yang signifikan. Gedung Olah
Raga atau GOR Madya Magelang yang dibangun sejak tahun ..... sampai
sekarang belum maksimal untuk digunakan, sebatas untuk latihan sepak
bola. Akibat dari telatnya pembangunan sarana prasana olah raga, maka
akan menghambat proses pembinaan atau latihan dari berbagai cabang
olah raga, sehingga berbagai cabang olah raga masih meminjam fasilitas
umum atau fasilitas dari instansi seperti balai pertemuan, aloon-aloon,
halaman sekolah dan sebaginya. Dengan kondisi seperti ini, pembinaan
atlet tidak bisa maksimal untuk mencetak seorang atlet yang berprestasi.
Beberapa klub olah raga yang hidup dan berkembang di Kota
Magelang dapat diidentifikasi sebagai berikut:
Tabel II.44
Cabang Olahraga dan Jumlah Klub di Kota Magelang
No. Cabang Olahraga Jml Klub No. Cabang Olahraga Jml Klub
01. Sepak Bola 5 19. Sepak Takraw 2
02. Bulu Tangkis 20 20. Tenis Lapangan 11
03. Panahan 1 21. Gulat 2
04. Panjat Tebing 4 22. Golf 3
05. Basket 16 23. Judo 1
06. Angkat Besi Binaraga 2 24. Catur 2
07. Tarung Derajat 1 25. Kempo 3
08. Tenis Meja 2 26. Karate 5
09. Tinju 2 27. Menembak 1
10. Wushu 1 28. Billyard 1
11. Bridge 2 29. Pencak Silat 5
12. Dansa 5 30. Balap Sepeda 2
13. Tae Kwon Do 10 31. Renang 4
14. Atletik 2 32. Bola Volly 3
15. Arung Jeram 1 33. Senam 32
16. Judo 1 34. Selam 1
17. Futsal 20 35. Paralayang 1
18. Sepatu Roda 1 Jumlah 175
Sumber : Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kota Magelang
3) Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi menjadi salah satu
unggulan dari Kota Magelang, sebagai unggulan kompetitif dari sisi
Sumber Daya Manusia. Beberapa warga Kota Magelang telah berhasil
mengharumkan nama Kota Magelang baik di tingkat Provinsi, Nasional,
bahkan Internasional. Beberapa prestasi tersebut antara lain:
- Baharuddin Maghfuri, siswa SMA Negeri 1 Kota Magelang, meraih
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 60
Medali Perunggu Olimpiade Sains Nasional (2005) Bidang Kimia.
- Rizka Rahmani, siswa SD Mutual 1 Kota Magelang, meraih Medali Perak
Olimpiade Sains dan Matematika JSM Se-Jateng DIY (2006) bidang
Sains.
- Ahmad Priatama, siswa SMA Negeri 1 Kota Magelang, meraih Medali
Perunggu Olimpiade Sains Nasional (2007) Bidang Komputer.
- Andrew S dan Liwiryon Sudarso, siswa SMP Negeri 1 Kota Magelang,
memenangkan kontes Imagine Ristek 2011 kategori Rule of Robo Cup
tingkat nasional yang diselenggarakan di Jakarta, dan mewakili
Indonesia ke kontes robot internasional di Istanbul Turki.
- SMP Negeri 1 Kota Magelang Menduduki peringkat pertama nasional
dalam perolehan nilai hasil ujian nasional (UN) 2012/2013, dengan
nilai rata-rata hasil UN 9,14.
- Jingga Mutiara, siswa SMP 1 Kota Magelang meraih medali perak
Olimpiade Sain Nasional (OSN) mata pelajaran IPS di Padang akhir Mei
2014. Keberhasilan itu mengulangi prestasi kakak kelasnya, Gabriella
Krista Anindit, yang juga meraih medali perak OSN mata pelajaran IPS
di Batam tahun 2013.
- Fun Nagede Adinsyah (medali perunggu cabang ekonomi), Kurniawati
Yuli Ashari (medali perak, cabang ekonomi), dan Husen Wahyu Adi
(medali emas, cabang astronomi). Ketiganya berasal dari SMA Negeri 1
Kota Magelang, mengikuti Olimpiade Sains SMA 2013, yang
diselenggarakan oleh ITB.
- Immanuel William Suryowidagdo, siswa SMP Negeri 1 Kota Magelang,
meraih peringkat 16 dunia di World Robotic Olimpiade (WRO) Sochi,
Rusia (2014).
- Achmad Haulian Yoga, siswa SMP Negeri 1 Kota Magelang, meraih
juara matematika Sains dan Bahasa Inggris (MSI) tingkat nasional
(2014).
Selain prestasi yang diraih siswa-siswinya, ada pula prestasi yang
diraih warga dari aneka kegiatan terkait IPTEK yang diselenggarakan oleh
Pemerintah Kota Magelang, yang dalam hal ini dilaksanakan oleh Kantor
Penelitian, Pengembangan dan Statistik Kota Magelang dengan kegiatan
Krativitas dan Inovasi Masyarakat (KRENOVA). Dari tahun 2005-2011 dan
2013, Kota Magelang selalu mendapatkan penghargaan 10 besar di tingkat
Provinsi Jawa Tengah.
Sebagai upaya Pemerintah memfasilitasi dan menggali kemampuan
sumber daya manusia di lembaga penelitian dan pengembangan baik
pemerintah, swasta dan perguruan tinggi dan mendorong peran aktif
mereka dalam rangka mendukung upaya penyelesaian masalah-masalah
pembangunan dalam jangka pendek dan menengah, maka Pemerintah
Kota Magelang mulai tahun 2010 melaksanakan kegiatan Riset Unggulan
Daerah (RUD). Selain itu, RUD dilaksanakan dalam rangka membangun
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 61
jaringan keterpaduan kerjasama antara peneliti dalam bidang yang sama
dan menumbuhkan kapasitas inovasi sejalan kemajuan teknologi, dan
memanfaatkan berbagai sumberdaya riset yang tersedia di daerah untuk
kegiatan litbang daerah. Aplikasi RUD yang telah dilaksanakan sampai
dengan tahun 2013 bisa dilihat pada Tabel II.45 berikut :
Tabel II.45
Daftar Hasil Riset Unggulan Daerah
Tahun Judul
2010 1. Pembangkit Listrik Terbarui Hybrid Convertible Tenaga Angin dan Matahari untuk Lampu Penerangan yang Tidak Terganggu Kondisi Listrik Byar Pet dari PLN;
2. Peningkatan Pendapatan Petani Bercocok Tanam Tumpang Sari;
3. Pengembangan Model Penghitungan Biaya Operasional Satuan Pendidikan Dasar di Kota Magelang.
2011 Perakitan dan pembuatan kendaraan Spyder, bekerjasama antara BPPT-Putra Agung Setia dan Pemerintah Kota Magelang.
2012 1. Optimalisasi / pemanfaatan LPG kemasan tabung 12 kg untuk bahan bakar kendaraan sebagai solusi penghematan energi sektor transportasi;
2. Tabulampot pada Berbagai Ukuran Pot dan Dosis Pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Strobery Guna Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Kota Magelang;
3. Pembangkit Tenaga Mikrohidro Model Drum.
2013 1. Kajian Program Magelang Kota Sejuta Bunga sebagai Dasar Perancangan Model Pemberdayaan Masyarakat “Multi Directional Cycle”.
2. Pemanfaatan Tong “Takashimura” untuk Pembuatan Kompos dalam Skala Rumah Tangga bagi Warga Tidar Baru RT 01/XI Magersari, Kecamatan Magelang Selatan Kota Magelang.
3. Menggali Potensi Aliran Sungai sebagai Sumber Energi Alternatif Terbarukan. Studi Kasus: Aliran Kali Manggis dan Kalibening Kota Magelang.
2014 1. Persepsi Masyarakat terhadap City Branding Magelang Kota Sejuta Bunga dan Model
Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal. Studi kasus: Peserta didik dan pendidik di lingkungan Dinas Pendidikan Menengah Umum Kota Magelang.
2. Kajian Daya Guna Mesin Pencacah Sampah Organik.
3. Videotron dalam Percepatan Pembangunan. Studi kasus: Peran Videotron dalam
Percepatan Pembangunan Kota Magelang.
Sumber: Kantor Litbang dan Statistik, 2014
Pemerintah Kota Magelang mendapat anugerah prestasi tertinggi di
tingkat nasional di bidang IPTEK, yaitu penghargaan Anugrah RISTEK dari
Pemerintah Pusat selama 3 tahun berturut-turut (2009 -2011).
Penghargaan ini diberikan pada Pemerintah Kabupaten dan Kota yang
telah menunjukkan kontribusi optimal dalam membangun IPTEK, sebagai
dasar penyelesaian masalah-masalah aktual yang dihadapi daerah guna
mendorong daya saing daerah. Selain Anugrah RISTEK, penghargaan lain
yang sudah diterima adalah, Best Practice APEKSI, Penghargaan 102
Inovasi (tahun 2010), dan Penghargaan 103 Inovasi (tahun 2011).
Sedangkan pada 2012 penghargaan yang sebelumnya diberikan kepada
Kabupaten/kota telah dialihkan pada Provinsi, sehingga pemerintah Kota
Magelang tidak memiliki peluang mendapatkannya.
Dari sisi pelayanan masyarakat, Pemerintah Kota Magelang juga
telah melengkapi diri dengan beragam teknologi demi meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat, beberapa di antaranya adalah:
- Web resmi Pemerintah Kota Magelang, untuk menyalurkan informasi
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 62
kepada masyarakat secara cepat.
- Web resmi SKPD, dimana di dalam website tersebut terdapat aplikasi
dan informasi untuk mempercepat pelayanan kepada masyarakat.
- Penggunaan Sistem Informasi untuk meningkatkan kecepatan dan
keakuratan layanan, seperti e-KTP (KTP Elektronik), SIMPUS (SIM
PUSKESMAS), Perijinan, SIM Keuangan, DataGO, dan lain-lain.
- Free-access WiFI & Internet di beberapa tempat umum, seperti Alun-
alun.
- Traffic Management Center, yang memantau kondisi lalu lintas di
beberapa titik dengan menggunakan CCTV.
4) Agama
Sikap saling toleransi dan menghargai satu sama lain menjadi kunci
harmonisnya kehidupan antar umat beragama di Kota Magelang. Berkaca
pada apa yang terjadi di beberapa daerah, dimana kerusuhan terjadi
karena adanya friksi antar umat beragama maka perlu dikembangkan
sikap saling terbuka dengan membangun sistem dialog lintas agama.
Dialog yang terbuka dapat menghindarkan kita dari hal-hal yang tidak
diinginkan yang pada akhirnya akan menimbulkan perpecahan. Pada tahun
2011, sebagian besar yaitu 84,86% penduduk Kota Magelang memeluk
Agama Islam, kemudian Kristen Protestan 9,46%, Katolik sebesar 5,13%,
Budha 0,36%, Hindu 0,11%, Kong-Hu-Chu sebesar 0,05%, dan lainnya
sebesar 0,02%.
Kerukunan antar umat beragama di Kota Magelang ditunjukkan
dengan tersedianya tempat peribadatan yang diantaranya berdekatan
lokasinya. Jumlah tempat peribadatan di tahun 2011 adalah 145 unit
masjid,191 unit musholla, 2 unit gereja Katolik, 28 unit gereja Kristen
Protestan, dan 1 unit vihara. Adapun jumlah jemaah haji yang diberang-
katkan pada tahun 2010 sebanyak 238 orang, meningkat 18,41% dari
tahun 2009 yang berjumlah 201 orang. Pada tahun 2011, 209 orang
diberangkatkan ke Tanah Suci, turun sebesar 12,18% dari tahun 2010.
Jumlah ini kemudian menurun lagi di tahun 2012 dengan jumlah jemaah
haji sebanyak 148 orang.
4) Aspek Pelayanan Umum
a. Fokus Urusan Pelayanan Wajib
Analisis kinerja atas layanan urusan wajib dilakukan terhadap indikator-
indikator kinerja penyelenggaraan urusan wajib pemerintahan daerah yaitu bidang
urusan: (i) pendidikan, (ii) kesehatan, (iii) pekerjaan umum, (iv) perumahan, (v)
penataan ruang, (vi) perencanaan pembangunan, (vii) perhubungan, (viii)
lingkungan hidup, (ix) pertanahan, (x) kependudukan dan catatan sipil, (xi)
pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, (xii) keluarga berencana dan
keluarga sejahtera, (xiii) sosial, (xiv) ketenagakerjaan, (xv) koperasi dan usaha kecil
menengah, (xvi) penanaman modal, (xvii) kebudayaan, (xviii) kepemudaan dan olah
raga, (xix) kesatuan bangsa dan politik dalam negeri, (xx) otonomi daerah,
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 63
pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat daerah,
kepegawaian, dan persandian, (xxi) ketahanan pangan, (xxii) pemberdayaan
masyarakat dan desa, (xxiii) statistik, (xxiv) kearsipan, (xxv) komunikasi dan
informatika, dan (xxvi) perpustakaan. Gambaran masing-masing penjelasan urusan
pelayanan wajib tersebut adalah sebagai berikut:
1) Pendidikan
Dalam upaya pemenuhan 3 pilar pembangunan pendidikan dilakukan
melalui program pendidikan anak usia dini, wajib belajar pendidikan dasar
sembilan tahun, program pendidikan menengah, pendidikan non formal,
pendidikan luar biasa, program peningkatan mutu pendidik dan tenaga
kependidikan, dan program manajemen pelayanan pendidikan.
Alokasi anggaran untuk pembangunan urusan Pendidikan pada tahun
2014 adalah Rp 44.012.596.000,- baik itu berasal dari sumber dana APBD Kota
Magelang maupun Dana Alokasi Khusus dan sumber lainnya dengan serapan
sebesar Rp 34.341.881.757,-.
Kinerja urusan Pendidikan diukur melalui 91 indikator yang terdistribusi
dalam 7 program dan 7 Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidkan, dengan
capaian sampai dengan triwulan IV Tahun 2014 sebagai berikut:
Tabel II.46
Target Indikator Urusan Pendidikan Tahun 2014
Dan Realisasi Pencapaian hingga Triwulan IV Tahun 2014
NO INDIKATOR KINERJA TARGET
2014
CAPAIAN
TW IV
2014
TARGET 2015
KET
Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
1 APK PAUD 88% 96,89% 90%
Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun
1 APM SD/MI/Paket A 116,92% 114,87% 116,95% ◊
2 APM SMP/MTs/Paket B 142,37% 117,77% 142,40% ◊
3 APK SD/MI/Paket A 133,93% 129,53% 133,95% ◊
4 APK SMP/MTs/Paket B 182,60% 159,53% 182,63% ◊
5 Angka Rata-rata Lama Sekolah SD/MI 6 6 6
6 Angka Rata-rata Lama Sekolah SMP/MTs 3 3 3
7 Angka pendidikan yang ditamatkan SD/MI 1,90 1,90 1,90
8 Angka pendidikan yang ditamatkan SMP/MTs 2,37 2,37 2,37
9 Rasio Ketersediaan sekolah per penduduk usia sekolah 1:74 1:161 1 : 70
10 Angka Melanjutkan (AM) dari SD/MI ke SMP/MTs 134,8% 135% 135%
Program Pendidikan Menengah
1 APK SMA/SMK/MA 108,83% 186,00% 108,85%
2 APM SMA/SMK/MA 80,67% 89% 80,70%
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 64
NO INDIKATOR KINERJA TARGET
2014
CAPAIAN TW IV
2014
TARGET
2015 KET
3 Angka Rata-rata Lama Sekolah SMA/SMK/MA 3 3 3
4 Angka pendidikan yang ditamatkan 3,28 3,62 3,11
5 Angka Partisipasi Sekolah SMA/SMK/MA 92% 88,50% 94% ◊
6 Rasio Ketersediaan Sekolah terhadap penduduk usia sekolah 100% 100%
100%
7 Rasio Guru terhadap murid 1:10 1:11 1:10 ◊
8 Rasio Guru per murid per kelas rata-rata 1:10:31 1:11:31 1:10:31 ◊
9 Penduduk yang berusia>15 Tahun melek huruf (tidak buta aksara)
87.364 88.364 87.164
10 Angka Melanjutkan (AM) dari SMP/MTs ke SMK/SMA/MA 80% 120% 85%
Pendidikan Non Formal
1 Angka Melek Huruf 96% 98,89% 97%
2 Angka lulus pendidikan kesetaraan Paket A 96% 68,75%
97% ◊
3 Angka lulus pendidikan kesetaraan Paket B 94% 85,47% 95% ◊
4 Angka lulus pendidikan kesetaraan Paket C 88% 89,95% 90%
5 Usia dewasa yang belum bersekolah terlayani pendidikan kesetaraan
58% 51% 60% ◊
6 Persentase pengangguran usia 15-44 th memperoleh layanan
pendidikan Kecakapan Hidup 8% 8% 9%
7 Persentase Lembaga PNF terakreditasi C 75% 28,51% 80% ◊
8 Jumlah model layanan PNF unggulan 42% 6,6% 50% ◊
Program Pendidikan Luar Biasa
1 Pendidikan Khusus Terakreditasi 75% 75% 80%
Program Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
1 Pendidik yang berkualifikasi dan prasarana pada pendidikan
khusus terpenuhi 95% 95% 100%
2 Rasio Guru / murid 1 : 25 1 : 32 1 : 30 ◊
3 Rasio Guru / murid per kelas rata-rata 1 : 27 :
1 1 : 32 : 1 1 : 30 : 1 ◊
4 Guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV 95% 95% 100%
5 Pendidik yang berkualifikasi dan prasarana pada pendidikan
khusus terpenuhi 100% 95% 100% ◊
6 Penerapan Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9 13 10
Program Manajemen Pelayanan Pendidikan
1 Prosentase sekolah melaksanakan kurikulum Bahasa Jawa 100% 100% 100%
SPM pendidikan keaksaraan :
1 Semua penduduk usia pro-duktif (15-44 tahun) bisa membaca dan menulis.
98% 99,74%
2 Persentase (%) buta aksara dalam kelompok usia 15-44 tahun. 2% 0,26%
3 Persentase (%) buta aksara dalam kelompok usia di atas 44 tahun.
2% 2,29%
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 65
NO INDIKATOR KINERJA TARGET
2014
CAPAIAN TW IV
2014
TARGET
2015 KET
4 Tersedianya data dasar keaksaraan yang diperbarui secara terus-
menerus. Tersedia Tersedia
SPM kesetaraan Sekolah Dasar (SD) :
1 Persentase (%) penduduk usia sekolah yang belum bersekolah di SD/MI menjadi peserta didik Program Paket A.
0,15% 0,13% ◊
2 Persentase (%) Peserta didik program paket A yang tidak aktif. 47% 47,27%
3 Persentase (%) peserta didik memiliki modul Program Paket A. 52.73% 52.73%
4 Persentase (%) peserta didik yang mengikuti ujian akhir Program Paket A lulus ujian kesetaraan.
43.66% 43.66%
5
Persentase (%) lulusan Program Paket A dapat melanjutkan ke
jenjang pendidikan yang lebih tinggi (SMP, MTs, atau Program
Paket B).
62.5% 62.5%
6 Persentase (%) peserta didik yang mengikuti uji sampel mutu pendidikan mendapat nilai memuaskan.
0 0
7 Persentase (%) terpenuhinya tutor Program Paket A yang diperlukan.
100% 75% ◊
8 Persentase (%) tutor Program Paket A memiliki kualifikasi sesuai
dengan standar kompetensi yang ditetapkan secara nasional. 87.5% 87.5%
9
Persentase (%) pusat kegiatan belajar masyarakat memiliki sarana dan prasarana minimal sesuai dengan standar teknis
pembelajaran. 75% 75%
10 Persentase (%) peserta didik memiliki sarana belajar. 76.92% 76.92%
11 Tersedianya data dasar kesetaraan sekolah dasar yang diperbarui
secara terus menerus. Tersedia Tersedia
SPM Kesetaraan Sekolah Menengah Pertama (SMP) :
1 Persentase (%) penduduk usia sekolah yang belum bersekolah di
SMP/MTs menjadi peserta didik Program Paket B. 3% 2,9% ◊
2 Persentase (%) peserta didik Program Paket B yang tidak aktif. 30.37% 30.37%
3 Persentase (%) peserta didik memiliki modul Program Paket B. 69.63% 69.63%
4 Persentase (%) peserta didik yang mengikuti ujian akhir Program Paket B lulus ujian kesetaraan.
44.07% 44.07%
5 Persentase (%) lulusan Program Paket B dapat memasuki dunia kerja.
22.22% 22.22%
6
Persentase (%) lulusan Program Paket B dapat melanjutkan ke
jenjang pendidikan yang lebih tinggi (SMA, SMK, MA, atau
Program Paket C).
28.89% 28.89%
7 Persentase (%) peserta didik Program Paket B yang mengikuti uji sampel mutu pendidikan mendapat nilai memuaskan.
12 12
8 Persentase (%) terpenuhinya tutor Program Paket B yang
diperlukan. 100% 100%
9 Persentase (%) tutor Program Paket B memiliki kualifikasi sesuai dengan standar kompetensi yang ditetapkan secara nasional.
65,452% 65.52%
10 Persentase (%) pusat kegiatan belajar masyarakat memiliki sarana dan prasarana minimal sesuai dengan standar teknis
pembelajaran.
4 4
11 Tersedianya data dasar ke-setaraan Sekolah Menengah Pertama
(SMP) yang diperbarui secara terus menerus. Tersedia Tersedia
SPM Kesetaraan Sekolah Menengah Atas (SMA) terdiri atas:
1 Persentase (%) penduduk usia sekolah yang belum bersekolah di SMA/MA, SMK menjadi peserta didik Program Paket C.
6% 6,1%
2 Persentase (%) peserta didik Program Paket C yang tidak aktif. 19.15% 19.15%
3 Persentase (%) peserta didik memiliki modul Program Paket C. 25.15% 25.15%
4 Persentase (%) peserta didik yang mengikuti ujian akhir Program
Paket C lulus ujian kesetaraan. 35.59% 35.59%
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 66
NO INDIKATOR KINERJA TARGET
2014
CAPAIAN TW IV
2014
TARGET
2015 KET
5 Persentase (%) lulusan Program Paket C dapat memasuki dunia
kerja. 45.07% 45.07%
6 Persentase (%) lulusan Program Paket C dapat melanjutkan ke
jenjang pendidikan yang lebih tinggi. 6.19% 6.19%
7 Persentase (%) peserta didik Program Paket C yang mengikuti uji sampel mutu pendidikan mendapat nilai memuaskan.
0 0
8 Persentase (%) terpenuhinya tutor Program Paket C yang
diperlukan terpenuhi. 100% 100%
9 Persentase (%) tutor Program Paket C memiliki kualifikasi sesuai dengan standar kompetensi yang ditetapkan secara nasional.
85.71% 85.71%
10
Persentase (%) pusat kegiatan belajar masyarakat memiliki
sarana dan prasarana minimal sesuai dengan standar teknis
pembelajaran.
50% 50%
11 Tersedianya data dasar kesetaraan Sekolah Menengah Atas
(SMA) yang diperbarui secara terus-menerus. ada ada
SPM Pendidikan Keterampilan dan Bermata pencaharian :
1
Persentase (%) anggota masyarakat putus sekolah,
pengangguran, dan dari ke-luarga pra sejahtera menjadi peserta
didik dalam kursus-kursus / pelatihan / kelompok belajar
usaha/magang.
40% 35% ◊
2 Persentase (%) lembaga kursus memiliki ijin operasional dari pemerintah atau pemerintah daerah.
29% 29%
3 Persentase (%) lembaga kursus dan lembaga pelatihan
terakreditasi. 10% 10,71%
4 Persentase (%) kursus / pelatihan / kelompok belajar usaha /
magang dibina secara terus-menerus. 40% 40%
5 Persentase (%) lulusan kursus, pelatihan, magang, kelompok belajar usaha dapat memasuki dunia kerja.
60% 50% ◊
6
Persentase (%) tenaga pendidik, instruktur, atau penguji praktek
kursus-kursus/ pelatihan/kelompok belajar usaha/magang yang
diperlukan terpenuhi.
60% 55% ◊
7
Persentase (%) tenaga pendidik, instruktur, atau penguji praktek kursus/pelatihan/kelompok belajar usaha/magang
memiliki kualifikasi sesuai dengan standar kompetensi yang
dipersyaratkan.
50%
45%
◊
8 Persentase (%) peserta ujian kursus-kursus memperoleh ijazah
atau sertifikat. 70% 65% ◊
9
Persentase (%) kursus–kursus / pelatihan / kelompok belajar usaha / magang memiliki sarana dan prasarana minimal sesuai
dengan standar teknis yang ditetapkan.
65%
63,64% ◊
10 Tersedianya data dasar kursus - kursus/pelatihan/kelompok
belajar usaha/magang yang diperbarui secara terus menerus. Tersedia Tersedia
SPM Pendidikan Taman Kanak-kanak :
1 Persentase (%) anak usia 4-6 tahun mengikuti program TK/RA. 61.96% 61.96%
2
Persentase (%) guru layak mendidik TK/RA dengan kualifikasi sesuai dengan standar kompetensi yang ditetapkan secara
nasional. 39.53% 39.53%
3 Persentase (%) TK/RA memiliki sarana dan prasarana belajar/
bermain. 98% 98,61%
4 Persentase (%) TK/RA menerapkan manajemen berbasis sekolah
sesuai dengan manual yang ditetapkan oleh Menteri. 80% 88,9%
SPM Pendidikan pada Taman Penitipan Anak, Kelompok Bermain atau yang sederajat :
1
Persentase (%) anak dalam kelompok 0–4 tahun mengikuti
kegiatan Tempat Penitipan Anak, Kelompok Bermain atau yang
sederajat.
13.87% 13.87%
2
Persentase (%) anak usia 4-6 tahun yang belum terlayani pada program PAUD jalur formal mengikuti program PAUD jalur non
formal. 38.01% 38.01%
3 Persentase (%) guru PAUD jalur non formal telah mengikuti
pelatihan di bidang PAUD. 85% 84,58%
Sumber: Dinas Pendidikan
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 67
Keterangan:
: Sudah tercapai/melampaui (Realisasi hingga TW IV tahun 2014 ≥ 100% target 2014)
◊ : Tidak tercapai (Realisasi hingga TW IV tahun 2014 < target tahun 2014)
: Akan tercapai (Realisasi hingga TW IV tahun 2014 >70% target tahun 2015)
: Perlu Upaya keras (Realisasi hingga TW IV tahun 2014 ≤ 70% target tahun 2015)
Berdasarkan tabel di atas, capaian kinerja urusan pendidikan sampai
dengan triwulan IV Tahun 2014 dari total 91 indikator, 67 indikator telah
mampu memenuhi atau bahkan melebihi target yang ditetapkan, sedangkan 24
indikator lainnya tidak memenuhi target tahun 2014. Apabila dihadapkan
dengan target 2015, dari 37 indikator yang termasuk dalam program-program
pendidikan, 10 indikator telah memenuhi atau melebihi target, 24 optimis akan
tercapai pada tahun 2015, 2 indikator perlu upaya keras, sedangkan 1 indikator
sulit tercapai.
Terdapat 2 indikator yang memerlukan upaya keras yaitu persentase
lembaga PNF terakreditasi C dengan capaian 28,51 % jauh dari target 75%,
dan jumlah model layanan PNF unggulan dengan capaian 6,6% terpaut jauh
dari target 42%. Dari 270 lembaga PNF baru 77 yang terakreditasi dikarenakan
belum siapnya lembaga PNF untuk mengikuti akreditasi. Untuk meningkatkan
capaian layanan PNF unggulan diperlukan terobosan dan inovasi agar
bertambah lembaga yang unggul sehingga akan menambah jumlah layanan
PNF unggul baik dari PAUD, LKP, PKBM, KBU, TBM dan program kesetaraan.
Untuk indikator yang sulit tercapai yaitu rasio Ketersediaan sekolah per
penduduk usia sekolah disebabkan terlalu rendahnya penetapan target yaitu 1 :
74 pada tahun 2014 dan 1 : 70. Jumlah Penduduk usia sekolah sebanyak
17.034 jiwa, sedangkan jumlah lembaga pendidikan dasar di Kota Magelang
sebanyak 106 terdiri dari SD/SDLB/MI sebanyak 81 sekolah,
SMP/SMPLB/SMPT/MTs sebanyak 25 Sekolah. Dengan demikian rasio
ketersediaan sekolah per penduduk usia sekolah 1 : 161.
Ditinjau per jenjang pendidikan, di bidang Pendidikan Anak Usia Dini,
target APK PAUD usia 3-6 sudah tercapai, bahkan sudah melampaui baik
terhadap target 2014 maupun target 2015. Demikian pula 4 indikator dalam
SPM Pendidikan Taman Kanak-Kanak dan 3 indikator SPM Pendidikan pada TPA,
KB atau sederajat semuanya sudah memenuhi target 2014. Permasalahan yang
dihadapi pada jenjang PAUD diantaranya: belum terpenuhinya kualifikasi
tenaga pendidik PAUDNI, belum terpenuhinya Sarpras PAUDNI, belum adanya
tenaga penilik PAUD, dan masih kurangnya pemahaman dan kesadaran
masyarakat terhadap pentingnya pendidikan anak sejak usia anak sedini
mungkin. Disamping itu belum terbentuknya lembaga PAUD terpadu yang
memberikan layanan anak usia dini 0-6 tahun dengan beberapa layanan dalam
satu lembaga serta masih adanya lembaga sekolah dasar yang menerima anak
usia 5-6 tahun juga menjadi penyebab kurangnya partisipasi pendidikan anak
usia dini. Disamping itu bagi tenaga pendidik PAUD khusunya Kelompok
Bermain masih mengalami kendala terutama dari 227 Tenaga Pendidik PAUD
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 68
baru 14 Tenaga Pendidik yang memiliki NUPTK atau Nomor Unik Pendidik dan
Tenaga Kependidikan atau baru 6.2%
Upaya yang perlu dilakukan untuk mengatasi berbagai permasalahan
pendidikan pada jenjang pendidikan PAUD diantaranya inventarisasi dan
fasilitasi Pemerintah Kota Magelang melalui bantuan rehab sekolah dan bantuan
permainan edukasi, dan sosialisasi parenting education untuk meningkatkan
pengetahuan dan kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan anak sedini
mungkin. Selain itu kegiatan peningkatan kualifikasi tenaga PAUD yang selama
ini didanai anggaran dari provinsi masih kurang memadai, sehingga perlu
pendampingan anggaran dari Pemerintah Kota Magelang.
Pada jenjang pendidikan dasar, dari 10 indikator pada program wajib
belajar pendidikan dasar sembilan tahun, 6 indikator telah memenuhi target
tahun 2014, sedangkan 4 indikator lainnya tidak tercapai. Dihadapkan dengan
target 2015, 3 indikator telah memenuhi target, 6 indikator optimis tercapai,
sedangkan 1 indikator lainnya sulit tercapai. Permasalahan pada jenjang
pendidikan dasar adalah belum optimalnya kualifikasi, kompetensi, pendidik
dan tenaga kependidikan. Salah satu indikatornya masih adanya kelebihan
jumlah Guru Mata Pelajaran tertentu dikarenakan adanya perubahan struktur
kurikulum. Namun disatu pihak masih terdapat kekurangan Guru Pendidikan
Agama Islam untuk jenjang SD dan SMP. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya
untuk mengatasi permasalahan ini seperti perekrutan tenaga pendidik secara
internal, penataan kembali atau distribusi tenaga pendidik maupun kembali
dibukanya penerimaan PNS tenaga pendidik.
Pada jenjang pendidikan menengah, dari 10 indikator, 7 indikator telah
tercapai atau melampaui, sedangkan 3 indikator lainnya tidak tercapai.
Dibandingkan dengan target 2015, dari 10 indikator, 5 indikator telah tercapai,
sedangkan 5 indikator lainnya optimis akan tercapai. Berdasarkan peraturan
perundang-undangan, pengelolaan Pendidikan Menengah dan Pendidikan
Khusus merupakan kewenangan Pemerintah Provinsi. Adanya perubahan aturan
tersebut memerlukan transisi yang berdampak pada pengelolaan aset,
personalia, pembiayaan dan dokumen.
Permasalahan utama urusan pendidikan lainnya adalah terkait dengan
kebijakan pemerintah tentang pemberlakuan kurikulum baru 2013. Mulai tahun
pelajaran 2013-2014, pemerintah telah memberlakukan kurikulum baru 2013
sebagai pengganti KTSP 2006, yang dilaksanakan secara bertahap sampai
tahun 2016. Dalam implementasinya, kurikulum 2013 belum bisa dilaksanakan
secara optimal dalam aspek pemahaman, pembelajaran, penilaian dan
pemanfaatan media. Disamping itu sarana buku sebagai penunjang kurikulum
masih belum terpenuhi, sumber daya pendidik juga masih perlu peningkatan
kompetensi melalui pelatihan-pelatihan. Permasalahan lainnya adalah belum
efektifnya pendidikan karakter di sekolah diindikasikan dengan masih adanya
vandalisme, kurangnya ketertiban dan kedisiplinan siswa.
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 69
2) Kesehatan
Urusan kesehatan termasuk urusan wajib karena kesehatan individu dan
masyarakat merupakan modal utama pembangunan. Pembangunan di bidang
kesehatan merupakan salah satu investasi untuk memperoleh manusia yang
sehat dan produktif sehingga memiliki daya cipta dan daya guna.
Alokasi anggaran Urusan Kesehatan tahun 2014 adalah sebesar Rp
126.959.706.000,- dengan serapan Rp 112.991.290.116,- dengan sumber dari
APBD KOTA MAGELANG, DAK, dan APBN menghasilkan beberapa capaian
indikator. Secara lengkap capaian indikator Urusan Kesehatan Tahun 2014 yang
digambarkan melalui target Tahun 2014 dan realisasi Capaian Tahun 2014
serta Target s/d Tahun 2015 adalah sebagai berikut:
Tabel II.47
Target dan Realisasi Indikator Urusan Kesehatan Tahun 2014
No Uraian Target Th. 2014 Realisasi Th.
2014
Target RPJMD
s/dTahun 2015 Ket
1 Angka kelangsungan hidup bayi 995,19/100 KH 996.6/1000KH 995,19/1000 KH
2 Angka usia harapan hidup 70,81 70.74 70,93
3 Persentase (%) balita gizi buruk 1% 0.25% 1%
4 Rasio posyandu per satuan balita 20,26 23.13 20.26
5 Rasiopuskesmas,poliklinik,pustu
persatuan penduduk.
18% 17% 18%
6 Rasio Rumah Sakit per satuan
penduduk
8% 7% 8%
7 Rasio dokter per satuan penduduk 0,965 1.170 0,995
8 Rasio tenaga medis per satuan
penduduk
1.883
(15.60)
1.610
(13.34)
1.936
(16.00)
9 Cakupan kunjungan Ibu hamil K4 95% 94.84%
10 Cakupan komplikasi kebidanan
yangditangani
100% 110.51% 100%
11 Cakupan pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan yang
memiliki kompetensi kebidanan
90% 99.94%
12 Cakupan pelayanan nifas 90% 100%
13 Cakupan neonatus dengan komplikasiyang Ditangani
80% 41.01 %
14 Cakupan kunjungan bayi 90% 105.17%
15 Cakupan Desa/Kelurahan Universal
ChildImmunization (UCI)
100% 100% 100%
16 Cakupan pelayanan anak balita 90% 86.47%
17 Cakupan pemberian makanan
pendamping ASI pada anak usia 6
– 24 bulan keluarga miskin
100% 100% 100%
18 Cakupan balita gizi buruk
mendapatperawatan
100% 100% 100%
19 Cakupan Penjaringan kesehatan
siswa SD dan setingkat
100% 100% 100%
20 Cakupan peserta KB aktif 70% 78.14% 78%
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 70
No Uraian Target Th. 2014 Realisasi Th.
2014
Target RPJMD
s/dTahun 2015 Ket
21 Cakupan penemuan dan
penangananpenderita Penyakit
100% 100% 100%
22 Cakupan pelayanan kesehatan
dasarmasyarakat Miskin
100% 125.11%
23 Cakupan pelayanan kesehatan
rujukanpasien masyarakat miskin
100% 7.32% 100%
24 Cakupan pelayanan gawat darurat
level 1 yang harus diberikan
sarana kesehatan (RS)
dKabupaten/Kota
100% 100%
25 Cakupan Desa/ Kelurahan
mengalami KLB yang dilakukan
penyelidikan epidemiologi < 24
jam
100%
0%
100%
26 Cakupan Desa Siaga Aktif 100% 100% 100%
Keterangan :
: Tercapai / melampaui ( Realisasi tahun 2014 ≥ 100% target 2014 atau ≥ 100% target RPJMD)
: Akan tercapai (Realisasi tahun 2014 >80% target 2014 atau > 80% Target RPJMD)
: Perlu Upaya keras (Realisasi tahun 2014 ≤ 80% target 2014 atau ≤ 80 % target RPJMD)
Urusan kesehatan yang dilaksanakan di Pemerintah Kota Magelang diukur
dalam 26 indikator yang 22 indikator (85%) telah terrealisasi sesuai rencana
dan 4 indikator (15%) belum terrealisasi sesuai rencana. Dari 4 indikator yang
belum memenuhi target: 3 indikator diharapkan dapat terpenuhi di tahun 2015
sedangkan 1 indikator perlu upaya keras agar dapat terpenuhi di tahun 2015.
Indikator yang diharapkan dapat terpenuhi di tahun 2015 antara lain
indikator angka harapan hidup, rasio tenaga medis per satuan penduduk dan
indikator cakupan pelayanan anak balita.
Indikator angka harapan hidup baru mencapai usia 70,74 dari usia 70,81
yang ditargetkan di tahun 2014 atau 99,99%. Penggiatan Posyandu LANSIA
dan peningkatan pelayanan bagi para LANSIA diharapkan akan dapat
mewujudkan target di tahun akhir RPJMD sehingga usia harapan hidup di Kota
Magelang adalah 70,93 tahun. Hingga saat ini terdapat 96 Posyandu LANSIA
mandiri di Kota Magelang yang telah melaksanakan kegiatan secara rutin.
Kegiatan antara lain berupa senam LANSIA dan pemeriksaan kesehatan dengan
tenaga keperawatan yang bersifat sukarela.
Indikator rasio tenaga medis per satuan penduduk hingga saat ini baru
tercapai 13.34% dimana jumlah tenaga medis sebanyak 1.610 orang dengan
jumlah penduduk sebanyak 120.674 orang. Masalah penyediaan tenaga medis
dapat ditangani dengan penambahan tenaga medis di berbagai sarana
pelayanan kesehatan dan pemberian ijin praktek bagi para tenaga medis yang
telah memenuhi syarat. Bila dilihat dari target di tahun 2015, maka masih
terdapat kekurangan tenaga medis sebanyak 326 orang.
Indikator lain yang diharapkan terpenuhi di tahun 2015 adalah indikator
cakupan pelayanan anak balita, dimana dari 6.115 balita yang ada di Kota
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 71
Magelang baru terlayani 7.072 balita (86,47%). Dengan pendataan kembali
jumlah balita, penambahan unit posyandu, sosialisasi serta pendekatan kepada
masyarakat terutama keluarga yang memiliki balita maka diharapkan target
100% seluruh balita terlayani di tahun 2015 akan dapat tercapai.
Sementara itu 1 (satu) target yang perlu upaya keras di tahun 2015
adalah cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani. Indikator ini
menjelaskan cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani secara
definitif oleh tenaga kesehatan yang berkompeten pada tingkat pelayanan
dasar dan rujukan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Indikator
ini menunjukkan kemampuan sarana pelayanan kesehatan dalam menangani
kasus – kasus kegawatdaruratan neonatal, yang kemudian ditindaklanjuti
sesuai dengan kewenangannya, atau dapat dirujuk ke tingkat pelayanan yang
lebih tinggi. Pemangku bidang kesehatan harus bekerja keras untuk dapat
memenuhi target indikator ini melalui berbagai upaya antara lain peningkatan
promosi kesehatan, peningkatan kualitas tenaga kesehatan, serta peningkatan
kualitas dan kuantitas sarana kesehatan.
3) Pekerjaan Umum
Urusan pekerjaan umum meliputi penanganan sarana prasarana jalan
jembatan, pengelolaan sumber daya air serta pelayanan air bersih dan sanitasi.
Alokasi yang dianggarkan untuk Urusan Pekerjaan Umum Tahun 2014 sebesar
Rp 55.594.813.000,- yang berasal dari DAU, DAK, dan Bantuan Keuangan
Provinsi dengan serapan sebesar Rp 44.280.624.289,-
Kinerja pembangunan urusan pekerjaan umum antara lain ditunjukkan
dengan 18 indikator yang mencakup 18 target seperti tertuang dalam Tabel
II.48 berikut :
Tabel II.48
Target dan Realisasi Indikator Urusan Pekerjaan Umum Tahun 2014
NO URAIAN Target 2014
Realisasi 2014
Target 2015
KET
1 Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik 90% 85% 90%
2 Tersedianya jalan yang menghubungkan pusat-pusat kegiatan dalam wilayah kabupaten/kota
100% 58% 100%
3 Tersedianya jalan yang memudahkan masyarakat perindividu melakukan perjalanan.
100% 94,32% 100%
4 Tersedianya jalan yang menjamin pengguna jalan berkendara dengan selamat
60% 84% 60%
5 Tersedianya jalan yang menjamin kendaraan dapat berjalan dengan selamat dan nyaman
60% 99,2% 60%
6 Tersedianya jalan yang menjamin perjalanan dapat dilakukan sesuai dengan kecepatan rencana
60% 68,86%(94%) 60%
7 Rasio jaringan irigasi 65% 60,36 65%
8 Tersedianya air baku untuk memenuhi kebutuhan pokok minimal sehari hari
100% 91,52% 100%
9 Tersedianya air irigasi untuk pertanian rakyat pada sistem irigasi yang sudah ada
90% 96% 90%
10
Tersedianya akses air minum yang aman melalui Sistem Penyediaan Air Minum dengan jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan terlindungi dengan kebutuhan pokok minimal 60 liter/orang/ hari
100% 89,27 100%
11 Tersedianya sistem air limbah setempat yang memadai
60% 84 % 60%
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 72
NO URAIAN Target 2014
Realisasi 2014
Target 2015
KET
12 Tersedianya sistem air limbah skala komunitas/ kawasan/kota
5% 1.4% 5%
13
Tersedianya sistem jaringan drainase skala kawasan dan skala kota sehingga tidak terjadi genangan (lebih dari 30 cm, selama 2 jam) dan tidak lebih dari 2 kali setahun
50% 33,72% 50%
14 Tersedianya pedoman Harga Standar Bangunan Gedung Negara di kabupaten/kota
100% 100% 100%
15 Penerbitan IUJK dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja setelah persyaratan lengkap
100% 100% 100%
16 Tersedianya Sistem Informasi Jasa Konstruksi setiap tahun
100% 100% 100%
17 cakupan pelayanan bencana kebakaran kabupaten/kota
1 mobil: 20000
100% 1 mobil: 20000
18 Tingkat waktu tanggap (response time rate) daerah layanan Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK)
100% 100% 100%
Keterangan :
: Tercapai / melampaui ( Realisasi tahun 2014 ≥ 100% target 2014 atau ≥ 100% target
RPJMD) : Akan tercapai (Realisasi tahun 2014 >80% target 2014 atau
> 80% Target RPJMD)
: Perlu Upaya keras (Realisasi tahun 2014 ≤ 80% target 2014 atau ≤ 80 % target RPJMD)
Dari 18 (delapan belas) indikator Urusan Pekerjaan Umum, di Tahun 2014
Sebagian besar indikator kinerja yang telah melampaui target yang ditetapkan.
Indikator Proporsi panjang jalan dalam kondisi baik. Kondisi jalan di
bawah pengelolaan Pemerintah Kota Magelang 90 % dalam keadaan baik, hal
ini di dukung adanya dukungan pendanaan dari DAU, DAK, APBD Provinsi Jawa
Tengah. Selain itu juga karena dukungan data dari luas wilayah kota yang
terbatas/kecil, sehingga panjang jalan menjadi terbatas dan kondisi tanah yang
stabil. Oleh karena itu untuk menjaga agar kondisi jalan tetap dalam kondisi
baik, maka kegiatan yang diperlukan adalah melakukan kegiatan pemeliharaan
secara rutin dan berkala.
Yang menjadi permasalahan di Kota Magelang yaitu kondisi Jalan
Soekarno-Hatta dan Jalan Urip Sumoharjo yang sering dalam keadaan rusak,
dan macet, akibat dilalui truk yang bermuatan pasir dengan frekwensi yang
cukup padat. Selain itu kecepatan yang lambat dari pengangkutan pasir serta
jalan yang menyempit di Jalan Urip Sumoharjo, maka kecepatan yang
direncanakan di jalan arteri primer tidak dapat terpenuhi. Jalan arteri primer ini
dalam pengelolaan jalan provinsi dan jalan Negara.
Indikator tersedianya jalan yang menghubungkan pusat-pusat kegiatan
dalam wilayah kabupaten/kota. Belum terinformasikan secara jelas dimensi
rencana pembangunan jalan baru, karena belum ditetapkannya peraturan
daerah Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) dan belum tersusunnya
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan RTBL yang dialokasikan di kawasan
pengembangan kegiatan-kegiatan baru.
Oleh karena itu percepatan untuk menetapkan peraturan daerah RDTRK
dan percepatan penyusunan RTBL sangat diperlukan untuk mengimbangi
tuntutan kebutuhan ruang terhadap dinamika masyarakat kota di pusat-pusat
kegiatan baru yang ditetapkan dalam Perda RTRWK dan raperda RDTRK.
Kunci dari pusat-pusat kegiatan baru adalah terbentuknya pola jalan baru
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 73
dan pembangunannya, untuk itu perlu segera diselenggarakan kegiatan
konsolidasi tanah sekaligus sosialisasi Perda RTRWK dan Raperda RDTRK
kepada pemilih lahan yang masuk dalam pengembangan pusat-pusat
pengembangan kegiatan baru.
Selain itu, permasalahan tersebut di atas, infra struktur yang berupa aset
jalan baru untuk kawasan pengembangan kegiatan baru yang berupa
pembangunan rumah layak huni, secara formal belum diserahkan kepada
Pemerintah Kota Magelang, sehingga jalan tersebut belum tercatat dalam daftar
jalan kota dan akibatnya instansi terkait (DPU) belum bisa secara rutin /berkala
memelihara jalannya.
Untuk mengantisipasi penyerahan infra struktur dari hasil pembangunan
lingkungan permukiman/perumahan baru, perlu diselenggarakan identifikasi
infra struktur baik yang sudah maupun yang akan dibangun.
Indikator kinerja tersedianya jalan yang memudahkan masyarakat
perindividu melakukan perjalanan. Mengingat Kota Magelang luas wilayahnya
hanya 18,12 km2, dan akses ke jalan arteri primer, kolektor, dan jalan-jalan
lingkungan telah terhubung maka perindividu dari masyarakat sangat mudah
untuk melakukan perjalanan ke pusat-pusat kegiatan yang dituju.
Untuk dapat memenuhi indikator jalan agar sesuai dengan SPM urusan
Pekerjaan Umum dari Kementerian Pekerjaan Umum khususnya jalan, maka
akses yang telah terhubung dengan baik antara klas jalan di Kota Magelang
hendaknya dijaga kondisi jalannya agar terawatt secara rutin/berkala.
Indikator kinerja tersedianya jalan yang menjamin pengguna jalan dengan
keadaan selamat. Sehubungan indikator kinerja ini diberlakukan setelah SPM
urusan Pekerjaan Umum ditetapkan pada tahun 2013, maka indikator kinerja ini
akan digunakan untuk mengukur kinerja SKPD terkait untuk urusan pekerjaan
umum khususnya urusan jalan. Penekanan indikator tersebut yaitu pada
keterawatan kondisi jalan agar tetap rata permukaannya sehingga para
pengguna jalan yang berkendaraan dapat melaluinya dengan selamat.
Indikator kinerja tersedianya jalan yang menjamin kendaraan dapat
berjalan dengan selamat dan nyaman. Indikator kinerja ini belum bisa dipenuhi,
karena peralatan yang diperlukan belum diadakan, alat tersebut antara lain
Roughometer. Alat ini penting diadakan karena dapat mengetahui kondisi jalan
yang tidak rata yang mengganggu kenyamanan jalan. Kenyamanan jalan sangat
penting untuk mewujudkan Kota Magelang menjadi Kota Tujuan (destination).
Indikator kinerja jalan yang menjamin perjalanan yang menjamin
perjalanan dapat dilakukan sesuai dengan kecepatan rencana. Indikator kinerja
ini belum dapat dipenuhi, karena instansi terkait belum menyelenggarakan
kegiatan survey untuk mengukur kecepatan minimal. Apabila kegiatan survey ini
belum dilakukan akan mengakibatkan belum diperolehnya informasi status
jalan, klas jalan, apakah sudah sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan
oleh kementerian PU belum bisa dievaluasi.
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 74
Indikator kinerja Rasio jaringan irigasi. Belum adanya data jaringan irigasi
yang teridiri dari pasangan batu kali, atau yang kondisi salurannya masih
berbentuk tanah. Mengingat kondisi kedepan dalam Perda RTRW konversi lahan
persawahan selama 20 tahun mendatang menjadi permukiman yang diijinkan
sebesar 100 Ha, maka akan terjadi perubahan fungsi dari saluran irigasi menjadi
fungsi yang lain. Oleh karena itu perlu didentifikasi lahan persawahan yang
mana yang kemungkinan akan terjadi konversi menjadi permukiman.
Selain itu yang perlu diperhatikan debit air yang mengalir di saluran irigasi
apakah konstan atau tidak, seandainya terjadi penurunan debit, maka
persawahan yang semakin kecil debit air direkomendasikan untuk konversi lahan
ke permukiman.
Indikakator kinerja tersedianya air baku untuk memenuhi kebutuhan pokok
minimal sehari-hari. Ketersediaan air bersih untuk masyarakat cukup untuk
memenuhi kebutuhan pokok minimal sehari-hari, namun karena masyarakat
mempunyai sumber air baku sendiri dari mata air, sumur, maka target
pemenuhan air bersih dari PDAM tidak 100% melainkan sebesar 94%.
Untuk kualitas kesehatan air bersih yang dimiliki masyarakat perlu selalu
dipantau secara rutin/berkala melalui instansi terkait dengan cara pengambilan
sampel air untuk diteliti di laboratorium. Apabila air tersebut tidak baik untuk
dikonsumsi maka masyarakat direkomendasikan untuk memasang sambungan
rumah (SR) air bersih dari PDAM.
Indikator tersedianya air irigasi untuk pertanian rakyat pada sistim irigasi
yang sudah ada. Air irigasi teknis untuk lahan pertanian masih dapat dicukupi
melalui Saluran Irigasi teknis Kali Bening dan kali Manggis. Namun yang perlu
dicermati bila terjadi konversi lahan persawahan menjadi permukiman, maka air
irigasi yang tersedia tidak dapat lagi dimanfaatkan lagi oleh kegiatan pertanian.
Kondisi ini perlu diantisipasi dengan kegiatan perikanan agar sumber air yang
ada dapat dimanfaatkan.
Indikator kinerja tersedianya air minum yang aman melalui Sistim
Penyediaan Air Minum dengan jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan
terlindungi dengan kebutuhan pokok minimal 60 liter/orang/hari. PDAM telah
memenuhi indikator kinerja ini, karena realisasi targetnya telah melampui target
yang ditetapkan MDGs yaitu sebesar 68,87% masyarakat yang mengakses air
bersih/air minum. Namun pelayanan air bersih belum sepenuhnya selama 24
jam mengalir terus, ada wilayah tertentu yang tidak terlayani, kondisi ini perlu
disikapi dengan melakukan identifikasi wilayah tertentu mana yang tidak tidak
terlayani selama 24 jam dan agar masyarakat perlu diberi informasi secara jelas
kapan waktu air bersih mengalir kapan berhenti. Mengingat kondisi yang
dihadapi masih seperti itu maka perlu diperhitungkan berapa ambang batas
pelayanan air bersih kepada masyarakat kota Magelang, dan strategi
penanganan untuk menambah debit air bersih agar permasalahan air bersih
dapat diatasi.
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 75
Indikator Kinerja Tersedianya system air limbah setempat yang memadai.
Melihat data realisasi pencapaian target indikator kinerja, telah melampui target
yang ditetapkan Kementerian Pekerjaan Umum. Hal ini didukung dari
peningkatan kualitas pelayanan IMB, dan program sosialisasi rumah dan
lingkungan sehat dari SKPD terkait.
Indikator Kinerja Tersedianya Sistem Air Limbah Skala
Komunitas/Kawasan/Kota. Realisasi indikator kinerja ini kecil karena
ketergantungan yang sangat besar dari alokasi dana pemerintah pusat, maupun
provinsi. Sedangkan kemampuan pemerintah kota Magelang untuk penyediaan
lahan bagi system tersebut asetnya kebanyakan menggunakan aset tanah eks
bengkok dan semakin lama semakin berkurang luasannya.
Jumlah timbulan air limbah domestik didasarkan data Kantor Lingkungan
Hidup Kota Magelang di Tahun 2011 diestimasikan sebesar 11.047.959 ltr/hari
untuk 39.457 KK, sedang ketersediaan pusat pengelolaan air limbah domestik
hingga tahun 2011 sebanyak 8 unit dengan kapasitas 50 - 166 m3/unit. Jumlah
rumah tangga yang tersambung pusat pengelolaan air limbah domestic (IPAL
Komunal) sebanyak 1.400 KK, dan sebanyak 31.524 KK yang menggunakan
septic tank (stempat), sedang 6.533 KK belum menggunakan system
pengelolaan air limbah (langsung ke sungai dan lain-lain).
Untuk layanan dasar Air Limbah Permukiman sesuai SPM ada 2 Indikator
yaitu; Tersedianya sistem air limbah setempat yang memadai, dengan target
SPM Tahun 2014 sebesar 60% telah tercapai di Tahun 2012 sebesar 84%, dan
Tersedianya sistem air limbah skala komunitas/ kawasan/kota, dengan target
SPM 5% baru tercapai 1.4%.
Sistem terpusat (sistem air limbah skala komunitas/ kawasan/ kota) ini
dikembangkan melalui program Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat
(SLBM) dengan sytem Mix (gabungan) MCK++ dan IPAL yang sudah terbangun
di 17 Kelurahan pendanaan dari DAK APBN dan USRI.
Sebagaimana dokumen Strategi Sanitasi Kota Magelang Tahun 2012, untuk
jangka pendek dengan optimalisasi sistem on-site, arah pengembangan tahapan
ini meliputi antara lain:
1. Pengembangan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat ( SLBM) melalui
sytem Mix (gabungan) MCK++ dan IPAL Komunal pada tahun 2014) dengan
jaringan perpipaan dengan cakupan 1.9 % dari jumlah KK seluruh kota,
yang diprioritaskan di kawasan CBD dan kawasan yang beresiko sanitasi.
2. Optimalisasi pemanfaatan IPLT terbangun, dengan peningkatan kapasitas
IPLT, optimalisasi manajemen dan Peningkatan kapasitas armada penyedot
lumpur tinja.
3. Mengurangi perilaku BABS ( Buang Air Besar Sembarangan)
Indikator kinerja tersedianya system jaringan drainase skala kawasan dan
skala kota sehingga tidak terjadi genangan (lebih dari 30 cm, selama 2 jam) dan
tidak lebih dari 2 kali setahun. Untuk Kota Magelang, indikator ini telah tercapai,
karena realisasi target kinerjanya di bawah target (genangan yang terjadi
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 76
33,72%) baik dari SPM Kementerian PU tahun 2014 (50%) dari Dokumen SSK
tahun 2015 (55%). Kondisi ini didukung kondisi geogafis Kota Magelang, dan
telah disusunnya dokumen Master Plan Drainase Kota.
Capaian indikator kinerja tersedianya edoman Harga Standar Bangunan
Gedung Negara di Kabupaten/Kota ini telah tercapai, yaitu dengan
diterbitkannya Harga Standar Bangunan Gedung Negara, hanya saja menurut
Kementerian Pekerjaaan Umum dan Perumahan Rakyat, harga dinilai masih
terlalu tinggi. Mengingat hal ini, SKPD terkait perlu mengkaji/meneliti kembali
apa saja faktor penyebabnya, dan selain itu perlu dikonsultasikan dengan Dinas
PU Provinsi Jawa Tengah baik Permukiman dan Tata Ruang, Bina Marga,
Pengairan. Disamping kegiatan tersebut, SKPD terkait perlu melakukan survey
harga-harga material bangunan setiap 3 (tiga) bulanan dan dinformasikan ke
masyarakat melalui penerbitan standarisasi pedoman harga material bangunan.
Indikator kinerja Penerbitan IUJK dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja
setelah persyaratan lengkap. Realisasi indikator kinerja ini dapat tercapai sesuai
yang ditetapkan dalam SPM Kementerian Pekerjaan Umum (100%).
Keberhasilannya didukung kinerja SKPD terkait yaitu BP2T, DKPT, DPU. Untuk
meningkatkan kinerja agar lebih berkualitas dan waktu yang lebih pelayanan
lebih cepat, perlunya kiranya mulai menggunakan Komputer dan Sistem
Informasi (Teknologi Informasi) yang lebih canggih.
Realisasi Indikator Kinerja Tersedianya Sistem Informasi Jasa Konstruksi
tahun dapat tercapai, karena didukung oleh Sistem Informasi yang telah
disiapkan oleh Pemerintah Pusat secara Nasional, sehingga software bisa online
di seluruh wilayah Republik Indonesia. Software tersebut total ada 7 buah,
dengan distribusi 2 di DPU dan 5 di SKPD yang lain ( BP2T dan LPSE).
Terkait Indikator kinerja Cakupan Pelayanan Bencana Kebakaran
Kabupaten/Kota realisasi mobil pemadam kebakaran yang harus tersedia baru
sebesar 6 unit mobil (55%) dari kebutuhan total sejumlah 11 unit mobil.
Mengingat Kota Magelang daerah hunian padat bangunan makin bertambah,
maka pengadaan mobil pemadam kebakaran perlu menjadi prioritas dalam
penganggarannya, disamping SDM yang direkrut khusus hanya untuk melayani
kegiatan pemadam kebakaran dan tidak dimutasi ke SKPD lain.
Selain itu dengan adanya Perda Manajemen Proteksi Kebakaran, maka
kegiatan Unit Pemadam Kebakaran dapat dijabarkan secara jelas, baik itu
kegiatan yang sifatnya rutin maupun berkala, dan lebih baik lagi kalau Unit
Pemadam Kebakaran berdiri sendiri supaya pelayanan lebih professional.
Kinerja tingkat waktu tanggap (response time rate) daerah Wilayah
Manajemen Kebakaran (WMK). Realisasi indikator kinerja ini sudah sesuai
dengan yang diharapkan dalam SPM, hanya yang perlu diantisipasi yaitu bila
kejadian kebakaran berada di lingkungan hunian padat bangunan yang aksesnya
tidak memungkinkan untuk dimasuki mobil pemadak kebakaran. Kondisi ini perlu
disikapi dengan stake holder terkait (pemerintah, masyarakat, swasta), melalui
penelitian, studi, kajian, agar mendapatkan pemecahan permasalahan yang
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 77
tepat agar masyarakat yang tinggal di kota Magelang merasa nyaman, aman
dan tenteram dalam kehidupannya sehari-hari.
4) Perumahan
Setelah Target MDGs Tahun 2015, tantangan terberat di bidang
infrastruktur Perumahan permukiman dengan target yang tercantum dalam
rancangan RPJMN 2015-2019 yaitu 100% akses air minum, 0% kawasan
permukiman kumuh, dan 100% akses sanitasi layak. Sehingga berdampak
kebutuhan pendaaan disektor tersebut yang harus disediakan daerah.
Urusan Perumahan dengan alokasi anggaran Tahun 2014 sebesar Rp
5.144.835.000,- yang berasal dari DAU dengan serapan Rp 1.753.727.890,-.
Adapun target indikator Urusan Perumahan dan Realisasi Tahun 2014 adalah
sebagai berikut:
Tabel II.49 Target dan Realisasi Indikator Urusan Perumahan Tahun 2013
No Uraian Target
2014 Realisasi
2014 Target
2015 Ket
1 Persentase rumah tinggal bersanitasi
88% 88,3% 98.5%
2 Rasio rumah layak huni 83% 84% 85%
3 Rasio lingkungan permukiman kumuh
47 % 4.67% 44%
4 Berkurangnya luasan permukiman kumuh di kawasan perkotaan
2,97% 4.67% 3.22%
5 Cakupan ketersediaan rumah layak huni
92% 92,48% 100%
6 Cakupan layanan rumah layak huni yang terjangkau
58% 58,72% 70%
7
Cakupan Lingkungan Yang Sehat
dan Aman yang didukung dengan PSU
89% 89,013% 100%
Keterangan :
: Tercapai / melampaui ( Realisasi tahun 2013 ≥ 100% target 2013 atau ≥ 100% target RPJMD)
: Akan tercapai (Realisasi tahun 2013 >80% target 2013 atau > 80% Target RPJMD)
: Perlu Upaya keras (Realisasi tahun 2013 ≤ 80% target 2013 atau ≤ 80 % target RPJMD)
Dari 7 (tujuh) indikator terkait dengan pelaksanaan Urusan Perumahan,
dari target yang ditetapkan di Tahun 2014, semua target indikator telah tercapai
sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Indikator Kinerja Presentase Rumah
Tinggal Bersanitasi Indikator ini tidak termasuk dalam SPM dari Kementerian
Pekerjaan Umum, namun kondisi ini perlu didukung dengan pendataan bersama
dengan SKPD terkait, agar pengatasan permasalahannya dapat diselesaikan
secara bertahap dan terpadu, khususnya untuk wilayah permukiman yang padat
hunian, dan kumuh. Khusus untuk kawaan kawasan padat hunian dan
bangunan, penyediaan rumah tinggal bersanitasi akan menghadapi masalah
ketersediaan tanah. Peran pemerintah sangat strategis untuk untuk penyelesaian
masalah ini melalui penyediaan septic tank comumnal dalam dokumen SSK yang
telah disusun. Partisipasi masyarakat sangat menentukan untuk menyukseskan
program-program untuk menyelesaikan permasalahan sanitasi.
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 78
Untuk indikator rumah layak huni secara nasional SPMnya dari
Kementerian Perumahan Rakyat 100% dengan kurun waktu tahun 2009-2025,
untuk mempercepat terwujudnya indikator kinerja tersebut perlu dukungan
kesepakatan kriteria Rumah Tidak layak Huni (RTLH) antara SKPD terkait,
dengan maksud agar dilakukan survey data RTLH akan memudahkan untuk
melaksanakan program rumah layak huni.
Indikator kinerja rasio lingkungan permukiman kumuh menjumpai
permasalahan, yaitu belum adanya Surat Keputusan Walikota tentang
lingkungan permukiman kumuh, yang diawali dengan penelitian / kajian
penentuan kriteria lingkungan permukiman kumuh dan pelaksanakan survey.
Setelah tahap tersebut diselesaikan maka kegiatan, waktu pelaksanakan, dan
biaya yang diperlukan dapat diperkirakan secara jelas.
Indikator kinerja berkurangnya luasan permukiman kumuh di kawasan
perkotaan belum didukung dengan adanya data luas permukiman kumuh di kota
Magelang, oleh karena itu indikator kinerja ini pengukurannya masih perkiraan.
SPM dari Kantor Kementerian PU target tahun 2014 berkurangnya luasan
permukiman kumuh sebesar 10%. Sedangkan kebijakan MDGs yang
ditindaklanjuti dalam program nasional 100-0-100, 100% rumah bersanitasi, 0%
permukiman kumuh, 100% pelayanan air bersih.
Indikator kinerja cakupan ketersediaan rumah layak huni memerlukan
data jumlah rumah layak huni dan jumlah rumah keseluruhan rumah di suatu
wilayah. Untuk mengetahui jumlah rumah layak huni terlebih dahulu ditetapkan
kriteria rumah layak huni, setelah itu baru dilakukan survey yang melibatkan
SKPD terkait, seperti DKPTK, DPU, Bappeda, Kantor Statistik, Kantor Litbang dan
Statistik, BPMPKB.
Indikator kinerja cakupan rumah layak huni terjangkau.Indikator diperoleh
dari ; a) indeks keterjangkauan yang dihasilkan dari pembagian data berupa
median harga rumah,dan data median penghasilan rumah tangga, b) cakupan
layanan rumah layak huni yang terjangkau yang diperoleh dari pembagian dari
data jumlah rumah tangga masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang
menempati rumah layak huni dalam jangka waktu tertentu dibagi data jumlah
rumah tangga MBR pada kurun waktu tertentu dikalikan 100%.
Target SPM dari Kementerian Perumahan Rakyat dengan kurun waktu 2009
– 2025 sebesar 70%, dengan melihat realisasi indikator kinerja di Kota Magelang
di atas 90%, maka indikator kinerja cakupan rumah layak huni terjangkau telah
tercapai. Namun yang menjadi permasalahan data-data pendukung untuk proses
perhitungan indikator kinerja tersebut belum difasilitasi, sehingga indikator
kinerja yang dicantumkan masih bersifat asumsi.
Indikator kinerja cakupan lingkungan yang sehat dan aman yang didukung
Prasarana dan Utilitas Umum (PSU) ini diperoleh dari jumlah lingkungan yang
didukung PSU pada kurun waktu tertentu dibagi jumlah lingkungan perumahan
pada kurun waktu tertentu dikalikan 100%, oleh karena itu dalam proses
perhitungan indikator kinerja ini diperlukan data jumlah yang lingkungan yang
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 79
didukung kelengkapan PSU (jalan, drainase, persampahan, sanitasi, air bersih,
dan listrik).
Untuk Indikator kinerja Norma Standar Pedoman Kriteria (NSPK)
Permukiman belum dapat disusun, karena tahapnya baru disosialisasikan oleh
Kementerian PU kepada Pemerintah Provinsi, kabupaten/Kota. Pemerintah Kota
Magelang perlu segera menindaklanjuti, hal ini dimaksudkan untuk memenuhi
hak rakyat untuk menempati rumah layak huni.
5) Penataan Ruang
Penyelenggaraan penataan ruang di daerah merupakan urusan wajib yang
telah diserahkan oleh pemerintah pusat dan menjadi kewenangan pemerintah
daerah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota. Desain kebijakan penataan
ruang yang diatur dalam UU No. 26 Tahun 2007, menempatkan pemerintah
daerah sebagai ujung tombak dalam melaksanakan fungsi pengaturan,
pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Pelaksanaan penyelenggaraan
urusan wajib penataan ruang dengan anggaran Rp 963.113.000,- dan realisasi
sebesar Rp 885.187.285,- kinerjanya ditunjukkan dengan beberapa indikator
sesuai yang tertuang dalam tabel berikut ini:
Tabel II.50
Target dan Realisasi Indikator Urusan Penataan Ruang Tahun 2014
No Uraian Target 2014
Realisasi Target 2015
Ket
1 Rasio bangunan ber-IMB per satuan bangunan
45 % (SPM100%)
40 % 50%
2 Terlayaninya masyarakat dalam pengurusan IMB di kabupaten/kota
100% 100% 100%
3 Tersedianya informasi mengenai Rencana Tata Ruang (RTR) wilayah kabupaten/kota beserta rencana rincinya melalui peta analog dan peta digital
100 % 90 % 100%
4 Terlaksananya penjaringan aspirasi masyarakat melalui forum konsultasi publik yang memenuhi syarat inklusif dalam proses penyusunan RTR dan program pemanfaatan ruang, yang dilakukan minimal 2 (dua) kali setiap disusunnya RTR dan program pemanfaatan ruang
Terlaksana Terlaksana terlaksana
5 Terlayaninya masyarakat dalam pengurusan izin pemanfaatan ruang sesuai dengan Peraturan Daerah tentang RTR wilayah kabupaten/kota beserta rencana rincinya
100% 100 % 100%
6 Terlaksanakannya tindakan awal terhadap pengaduan masyarakat tentang pelanggaran di bidang penataan ruang, dalam waktu 5 (lima) hari kerja
100% 100 % 100%
7 Tersedianya luasan RTH publik sebesar 20% dari luas wilayah kota/kawasan perkotaan
20% 17% 20%
8 Tersedianya dokumen RTRW dan Perda RTRW 2010 -2030, RDTRK dan Perda RDTRK 2010 -2020, RTH, dan RTBL Kawasan Strategis Lingkungan Hidup (Gunung Tidar)
70% 90% 70%
9 Tersedianya sarana informasi Rencana tata Ruang Wilayah Kota Magelang kepada masyarakat
100% 100% 100%
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 80
No Uraian Target 2014
Realisasi Target 2015
Ket
10 Jumlah Ijin Lokasi yang sesuai dengan peruntukan ruang
100% 100% 100%
11 Pengembangan RTH Publik Pusat Kota (kawasan alon-alon)
90% 100% 100%
Keterangan :
: Tercapai / melampaui ( Realisasi tahun 2014 ≥ 100% target 2014 atau ≥ 100% target RPJMD)
: Akan tercapai (Realisasi tahun 2014 >80% target 2014 atau > 80% Target RPJMD)
: Perlu Upaya keras (Realisasi tahun 2014 ≤ 80% target 2014 atau ≤ 80 % target RPJMD)
: Tidak akan / sulit tercapai
Dari 11 indikator urusan wajib penataan ruang, realisasi 8 (delapan)
indikator sudah memenuhi target. Realisasi indikator tersedianya informasi
mengenai rencana tata ruang (RTR) wilayah kabupaten/kota beserta rencana
rincinya melalui peta analog dan peta digital belum memenuhi target tetapi akan
tercapai, indikator rasio bangunan ber-IMB per satuan bangunan sebesar 50%
sedaperlu upaya keras untuk mencapai, sedangkan realisasi indikator
tersedianya luasan RTH publik sebesar 20% dari luas wilayah kota/kawasan
perkotaan akan sulit untuk tercapai pada akhir tahun rencana RPJMD.
Ketersediaan informasi mengenai rencana tata ruang wilayah kota melalui
peta analog dan peta digital sudah terpenuhi dengan sudah disosialisasikannya
peta RTRW Kota Magelang tahun 2011 – 2031 melalui billboard di ruang publik
(alun-alun, taman badaan, kompleks pemerintah Kota Magelang, dll) serta peta
yang di seluruh kantor kelurahan dan kecamatan di Kota Magelang. Peta
tersebut sudah mendapat koreksi dari Badan Informasi Geospasial (BIG)
Republik Indonesia. Kendala penyediaan informasi mengenai rencana tata ruang
ada pada peta analog dan digital rencana rinci (RDTR). Ada 5 BWP yang harus
disusun RDTR nya, dari kelima BWP tersebut yang sudah dalam pembahasan
raperda ada 4 BWP yaitu BWP I, II, III, dan V. Sedangkan untuk BWP IV masih
dalam tahap revisi pada tahun anggaran 2015. Belum selesainya proses
legalisasi RDTR menjadi produk hukum berdampak pada belum dapat
disampaikannya informasi rencana tata ruang kepada masyarakat.
Indikator rasio bangunan ber-IMB per satuan bangunan sebesar 50% akan
sulit untuk tercapai, karena hingga akhir tahun 2014 baru terealisir sebesar
40%. Hal ini disebabkan kesadaran masyarakat dalam pengurusan IMB masih
rendah. IMB belum dianggap sebagai suatu kewajiban terutama untuk
bangunan-bangunan rumah tinggal di dalam kampung / kawasan permukiman.
IMB baru akan diurus apabila secara administrasi dibutuhkan oleh pemilik
bangunan, misalnya untuk persyaratan pengajuan kredit. Banyak bangunan
yang sudah lama berdiri akan tetapi belum memilki IMB, untuk kasus seperti ini
diperlukan program / kegiatan semacam pemutihan IMB bangunan lama.
Masyarakat dan investor perlu diberikan pemahaman akan arti penting IMB
sebagai instrumen pengendalian ruang yang menjamin andal teknis suatu
bangunan.
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 81
Indikator tersedianya luasan RTH publik sebesar 20% dari luas wilayah
kota/kawasan perkotaan pada tahun 2014 baru terealisir sebesar 17%.
Kekurangan luasan RTH sebesar 3% sangat sulit dipenuhi, mengingat
keterbatasan lahan di Kota Magelang. Program dan kegiatan pada bidang RTH
harus difokuskan pada upaya peningkatan jumlah (kuantitas) luasan, tidak
hanya pada peningkatan kualitas aspek visual (estetika) dari RTH khususnya
taman kota.
6) Perencanaan Pembangunan
Perencanaan Pembangunan dengan alokasi anggaran pada tahun 2014
sebesar Rp 7.660.042.000,- bersumber dari APBD Kota Magelang, sampai
dengan akhir periode tahun anggaran 2014 telah terserap sebesar Rp
6.410.036.559,-. Berikut ini target indikator Perencanaan Pembangunan dan
Realisasi Tahun 2014:
Tabel II.51
Target dan Realisasi Indikator Urusan Perencanaan Pembangunan Tahun 2014
INDIKATOR TARGET
2014 REALISASI
2014 TARGET
2015 KET
1 Dokumen RPJPD yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah. ada Ada ada
2 Dokumen RPJMD yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah. ada ada ada
3 Dokumen RKPD yang ditetapkan dengan Peraturan Walikota ada ada ada
4 Dokumen Perencanaan Pembangunan Bidang Ekonomi, Sosial
dan Budaya, serta Fisik Prasarana yang berkualitas (update dan valid)
6 14 6
5 Tingkat Konsistensi Penjabaran program RPJMD kedalam RKPD
90% 90% 90%
6 Jumlah Krenova yang terdata 13 35 15
7 Jumlah rakor dan monev TKPK 5 kali 12 kali 6 kali
Keterangan :
: Tercapai / melampaui ( Realisasi tahun 2013≥100%target 2013 atau ≥100%target RPJMD)
: Akan tercapai (Realisasi tahun 2013>80%target 2013 atau > 80% Target RPJMD)
: Perlu Upaya keras (Realisasi tahun 2013 ≤ 80% target 2013 atau ≤ 80 % target RPJMD)
Pada tahun 2014, keseluruhan indikator di atas telah memenuhi target
yang ditargetkan. Indikator pertama Urusan Perencanaan Pemba-ngunan adalah
ketersediaan Dokumen RPJP yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Pada
tahun 2009 Pemerintah Kota Magelang telah menetapkan Peraturan Daerah Kota
Magelang Nomor 4 Tahun 2009 tanggal 23 Februari 2009 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025.
Sementara itu untuk Dokumen Perencanaan Pembangunan Jangka
Menengah yang berupa Dokumen perencanaan RPJMD telah ditetapkan oleh
Pemerintah Kota Magelang pada tanggal 28 Pebruari 2011 melalui Peraturan
Daerah Kota Magelang Nomor 4 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Kota Magelang Tahun 2011-2015. Di dalam dokumen tersebut
termuat Visi dan Misi dari Kepala Daerah terpilih yang dijabarkan ke dalam
sasaran, kebijakan dan program yang dijadikan sebagai pedoman dalam
penyusunan Rencana Pembangunan Kerja Daerah (RKPD) Pemerintah Kota
Magelang setiap tahunnya. Indikator Kinerja yang ketiga adalah tersedianya
Dokumen Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). Dokumen Rencana Kerja
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 82
Pemerintah Daerah Kota Magelang Tahun 2015 telah ditetapkan melalui
Peraturan Walikota Nomor 15 Tahun 2014 tentang Rencana Kerja Pemerintah
Daerah Kota Magelang Tahun 2015.
Terkait dengan indikator tingkat konsistensi Penjabaran Program RPJMD ke
dalam program RKPD pada tahun 2015, capaian yang ditetapkan telah dapat
dipenuhi namun ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian terkait dengan
konsistensi program RPJM ke dalam program RKPD dalam rangka pencapaian
dan percepatan Visi dan Misi Kepala Daerah diantaranya adalah perlunya
kerjasama yang sinergi antar SKPD dalam menangani berbagai macam
permasalahan dan pencapaian target sasaran dalam RPJM yang bersifat lintas
sektor sehingga kebijakan dan program yang ditetapkan nantinya benar - benar
mampu menyentuh dan menyelesaikan persoalan yang sebenarnya.
Permasalahan lain yang juga perlu mendapat perhatian adalah lemahnya
data dan informasi dalam mendukung suatu perencanaan sehingga berpengaruh
terhadap proyeksi arah kebijakan perencanaan yang diambil sehingga nantinya
diharapkan dokumen perencanaan yang dihasilkan mampu mengakomodasi
kebutuhan dan permasalahan yang sebenarnya. Hal lain yang perlu segera
dilaksanakan untuk meningkatkan konsistensi antara dokumen RKPD dan RPJM
adalah kesadaran dari semua SKPD untuk mengimplementasi sistem
perencanaan dan penganggaran yang berbasis kinerja dan mengarah kepada
pengalokasian sumber daya yang lebih rasional dan strategis serta didukung
dengan indikator kinerja yang jelas dan terukur sehingga harapan ke depan
bahwa program dan kegiatan yang dilaksanakan akan benar - benar mampu
mendukung dan mempercepat pencapaian target dan sasaran yang telah
ditetapkan di dalam dokumen RPJMD. Untuk mendukung hal tersebut sejak
penyusunan RKPD 2015 sistem penganggarannya sudah menggunakan
Analisis Standar Belanja (ASB) dan untuk Tahun 2016 ASB sudah semakin
disempurnakan. Implementasi ASB tersebut dimulai dari fase perencanaan
hingga penganggaran. Selanjutnya diharapkan perencanaan dan penganggaran
berbasis kinerja dapat berjalan secara efektif dan efisien.
Indikator Kinerja Kunci yang ke enam dari Urusan Perencanaan
Pembangunan adalah jumlah Kreativitas dan Inovasi Masyarakat (Krenova) yang
terdata. Pemerintah Kota Magelang mulai tahun 2006 melalui Kantor Penelitian
dan Statistik Kota Magelang berupaya untuk menumbuhkan budaya kreatif dan
inovatif masyarakat Kota Magelang serta melalui peningkatan kreativitas dan
inovasi masyarakat dalam menggali dan mengembangkan potensi di bidang
Iptek yang bermanfaat bagi masyarakat dengan melaksana-kan kegiatan
Penjaringan Kreativitas dan Inovasi Masyarakat (Krenova) tingkat Kota
Magelang. Kegiatan tersebut dilaksanakan sebagai bentuk apresiasi pemerintah
terhadap berbagai temuan kreativitas dan inovasi masyarakat.
Pada tahun 2014, sejumlah 35 krenova berhasil dijaring. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin banyaknya kreativitas dan inovasi dari masyarakat.
Hal ini semakin membuka ruang sekaligus tantangan untuk implementasi lebih
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 83
lanjut baik bagi masyarakat maupun bagi pengambilan kebijakan di tingkat Kota
Magelang.
Indikator kinerja lainnya dari urusan Perencanaan adalah jumlah rakor dan
monev Tim Koordinasi Penganggulan Kemiskinan (TKPK). Pembentukan Tim
TKPK dan mengoptimalkan kinerja Tim tersebut merupakan salah satu langkah
yang diambil Pemerintah Kota Magelang dalam rangka mengatasi masalah
Kemiskinan di Kota Magelang. Angka kemiskinan yang relatif statis dalam
beberapa tahun ini, menunjukkan bahwa program – program dan penanganan
kemiskinan yang masih bersifat parsial sehingga hal ini menuntut adanya
komitmen bersama antar semua SKPD untuk meningkat-kan upaya dalam
pengentasan kemiskinan. Yang perlu mendapat perhatian terkait dengan
penanggulangan kemiskinan adalah peletakan kantong – kantong kemiskinan di
Kota Magelang ada di mana dan apa saja yang dibutuhkan. Berangkat dari sini
maka harus disatukan konsep kemiskinan sehingga menghasilkan sinergisitas
program–program pengentasan kemiskinan yang didasarkan pada identifikasi
kantong–kantong kemiskinan yang ada sehingga akan bisa ditarik akar
permasalahannya. Terkait dengan capaian kinerja dari indikator
terselenggaranya rakor dan monev TKPK, pada tahun 2014 berhasil melebihi
target yang ditetapkan yaitu sebanyak 12 adapun target yang ditetapkan pada
tahun 2013 adalah sebanyak 6 kali dalam setahun.
Urusan Perencanaan Pembangunan pada tahun 2014 dilaksanakan melalui
beberapa program yang meliputi: 1). Program Perencanaan Bidang Ekonomi; 2).
Program Perencanaan Bidang Sosial Budaya; 3). Program Perencanaan Tata
Ruang dan 4). Program Perencanaan Pembangunan Daerah 5) Program
Perencanaan Tata Ruang; 6) Program Pengembangan Perumahan; 7) Program
Pengembangan Lingkungan Sehat; 8) Program Pengembangan Kinerja
Pengelolaan Persampahan; 9) Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau.
Meskipun secara umum keseluruhan target dari indikator kinerja Urusan
Perencanan Pembangunan telah tercapai namun demikian, ke depan upaya
meningkatkan kualitas perencanan, kebijakan dan keterpaduan
program/kegiatan pembangunan maka dalam pelaksanaannya harus tetap
memperhatikan pencapaian target sasaran pembangunan daerah dalam
mendukung ketercapaian dan percepatan pencapaian visi misi Kepala Daerah.
7) Perhubungan
Operasional sistem transportasi merupakan salah satu upaya akselerasi
mobilitas masyarakat. Pengembangan sistem transportasi mempunyai peranan
yang sangat penting dalam menunjang pengembangan wilayah dimana
transportasi mempunyai fungsi penghubung fungsional dan spasial antar
kegiatan sosial, ekonomi, maupun budaya.
Penyelenggaraan transportasi yang efektif dan efisien diarahkan untuk
antara lain: penyediaan alternatif pilihan pelayanan sesuai kepentingan
pengguna jasa transportasi. Hal lain yang dilakukan adalah mengakomodasikan
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 84
kepentingan penyedia jasa untuk peningkatan kualitas pelayanan yang
diberikan.
Implementasi penyelenggaraan transportasi yang efektif dan efisien
termanifestasikan dalam pelayanan transportasi antar moda yang mampu
memberikan pelayanan yang berkesinambungan, tepat waktu, dan dapat
memberikan pelayanan antar sarana dan fasilitas yang ada di perkotaan serta
kesetaraan tingkat pelayanan yang sesuai dengan standar yang ditentukan.
Urusan Perhubungan dengan alokasi anggaran tahun 2014 sebesar Rp
7.271.149.000,- yang berasal dari APBD Kota Magelang dan Bantuan Keuangan
Provinsi. Dengan serapan sebesar Rp 6.361.396.721,-.Target indikator dan
realisasi Urusan Perhubungan Tahun 2014:
Tabel II.52
Target dan Realisasi Indikator Urusan Perhubungan Tahun 2014
No Indikator 2014 Target
2015 Ket
Target Realisasi
1 Jumlah arus penumpang angkutan umum (orang) 175,000 2.972.853 170,000
2 Rasio ijin trayek (%) 0.82 0.256 0.82
3 Jumlah uji kir angkutan umum (KBWU) 2.218 10.097 2.218
4 Lama pengujian kelayakan angkutan umum /KIR (menit)
30 15 30
5 Biaya pengujian kelayakan angkutan umum (Rupiah)
36000 42000 36000
6 Rasio kepemilikan KIR angkutan umum (%) 5 2,59 5
7 Jumlah pelabuhan laut/udara/terminal bis (unit) tambahan dari SPM
1 1
8 Tersedianya Sarana dan Prasarana serta fasilitas
Terminal tipe A dg kondisi yg baik di Kota Magelang (%)
80 70 80
9 Prasarana angkutan darat berupa terminal angkutan barang dengan kondisi baik (%)
75 70 75
10 Jumlah tempat-tempat pemberhentian Angkutan
Umum (Halte/Sub terminal yang ada di Kota Magelang (unit)
13 9 15
11 Jumlah Sub terminal (TERMINAL Type c) yang tertata (unit)
65% 2 70%
12 Rasio prasarana parkir dengan kondisi baik (%) 85 85 90
13 Tingkat pelayanan parkir di tepi jalan umum (%) 85 85 90
Keterangan :
:Tercapai / melampaui ( Realisasi tahun 2014≥100%target 2014 atau ≥100%target RPJMD)
: Akan tercapai (Realisasi tahun 2014>80%target 2014 atau>80% Target RPJMD)
: Perlu Upaya keras (Realisasi tahun 2014 ≤ 80% target 2014 atau ≤ 80 % target RPJMD)
Dari capaian ketiga belas indikator tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut. Jumlah arus pernumpang angkutan umum yang dimaksud adalah
jumlah arus penumpang angkutan umum yang masuk/keluar daerah. Angka
yang ditargetkan dalam RPJMD untuk tahun akhir 2015 perlu dikoreksi karena
pada saat melakukan penyusunan target belum menggunakan pengertian sesuai
dengan peraturan. Target yang ditetapkan menggunakan persepsi penumpang
angkutan kota sementara yang dimaksudkan dalam SPM merupakan jumlah arus
penumpang keluar masuk daerah.
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 85
Transportasi darat adalah sarana angkutan penumpang umum yang
memegang peranan penting dalam menunjang aktifitas dan mobilitas
masyarakat sehingga angkutan penumpang umum harus dipertahankan
keberadaannya. Namun jumlah arus penumpang angkutan umum Kota Magelang
dari tahun ke tahun mengalami penurunan dikarenakan semakin meningkatnya
penggunaan kendaraan pribadi yang didorong oleh kemudahan mendapatkan
kendaraan baru seperti kemudahan kredit dari perbankan dan lembaga lain.
Kota Magelang terus berupaya dalam mewujudkan kenyamanan dan
keamanan dalam menggunakan angkutan umum. hal-hal yang dilakukan
diantaranya melakukan pemeliharaan terminal, pembinaan angkutan umum,
pengadaan seragam bagi sopir angkutan kota, memberikan tambahan moda
taksi untuk pelayanan umum. Hal ini tentu mendorong meningkatnya jumlah
penumpang dan memberikan kenyamanan bagi penumpang angkutan umum.
Izin trayek adalah izin untuk mengangkut orang dengan mobil bus
dan/atau mobil penumpang umum pada jaringan trayek. Realisasi indikator rasio
ijin trayek sampai pada triwulan tiga tahun 2014 sudah memenuhi target yaitu
0,804% dari target pada tahun terakhir yaitu tahun 2015 sebesar 0,77%. Angka
rasio ini diperoleh melalui perbandingan jumlah ijin trayek yang dikeluarkan
dengan jumlah penduduk. Dari tahun 2012 ke tahun 2013, rasio ijin trayek
mengalami penurunan dari 0,88% menjadi 0,76% lalu naik kembali pada tahun
2014 menjadi 0,804%. Hal ini dikarenakan ada pembatasan usia kendaraan
dalam pemberian ijin trayek yang mengakibatkan jumlah kendaraan umum
menurun. Seluruh angkutan umum yang ada di Kota Magelang memiliki ijin
trayek. Hal ini dimaksudkan untuk penataan, pengaturan, dan pengendalian
trayek angkutan umum.
Namun indikator rasio ijin trayek sudah memenuhi angka yang ditargetkan
untuk tahun akhir yaitu tahun 2015 (0,77%). Faktor yang mempengaruhi
keberhasilan dalam mencapai target adalah sudah tersedianya Peraturan Daerah
tentang angkutan di Kota Magelang.
Uji KIR angkutan umum merupakan pengujian setiap angkutan umum yang
diimpor, baik yang dibuat dan/atau dirakit di dalam negeri yang akan
dioperasikan di jalan agar memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan. Hal ini
dimaksudkan untuk menjamin keselamatan dan kenyamanan penumpang
angkutan umum. Selain itu juga untuk keseimbangan ekosistem lingkungan
mengurangi polusi udara yang diakibatkan asap kendaraan agar udara Kota
Magelang bersih dan sehat.
Melihat data jumlah kendaraan yang melakukan uji kir, indikator yang
direncanakan telah mencapai target bahkan melebih dari angka target
kendaraan bermotor wajib uji Hal tersebut dikarenakan dikarenakan masih
terdapat banyak kendaraan yang melakukan numpang uji.
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan dari indikator ini adalah sudah
adanya Peraturan Daerah yang mengatur tentang Uji Kendaraan dan adanya
Peraturan walikota tentang SOP pelaksanaan uji kendaraan juga adanya
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 86
pembinaan Organda. Permasalahan dalam melaksanakan indikator Jumlah uji kir
angkutan umum diantaranya peralatan yang digunakan untuk uji kir sudah tua,
terbatasnya tenaga uji kir, kurangnya penghargaan atau perhatian kepada
tenaga kir melihat beban tanggung jawab yang diemban.
Target lama pengujian kelayakan angkutan umum adalah 30 menit.
Realisasi pengujian kelayakan angkutan umum lamanya pada tahun 2014 adalah
15 menit. Semakin cepat waktu pengujian kelayakan angkutan umum semakin
baik pelayanan.
Terkait dengan indikator kondisi terminal di Kota Magelang, bahwa
Terminal merupakan titik dimana penumpang dan barang masuk atau keluar dari
sistem jaringan transportasi. Terminal merupakan simpul utama dalam jaringan
dimana sekumpulan rute secara keseluruhan bertemu. Terminal mempunyai
peran dan fungsi yang sangat penting. Terminal bus dapat diartikan sebagai
prasarana transportasi jalan untuk keperluan menurunkan dan menaikkan
penumpang, perpindahan intra dan/ atau antar moda transportasi serta
mengatur kedatangan dan pemberangkatan umum. Berdasarkan kondisi fisik
Kota Magelang, Kota Magelang tidak mempunyai pelabuhan laut dan udara.
Namun Kota Magelang mempunyai 1 terminal bus.
Untuk indikator jumlah sarana prasarana lalu lintas jalan raya (APILL),
bahwa keamanan dan kenyamanan menjadi faktor penting dalam pengaturan
lalu lintas dengan menggunakan APILL. Lampu pemberi sinyal diatur sedemikian
rupa sehingga menjadi satu sistem yang dapat diandalkan untuk mengatur laju
arus lalu lintas simpang. Teknologi yang digunakan dalam pengaturan laju arus
lalu lintas kemudian dilengkapi kembali dengan pemasangan countdown timer
untuk lebih memberikan kenyamanan dan keamanan kepada para pengguna
jalan raya. Kelancaran dan keamanan mengemudi saat melintasi simpang sangat
dipengaruhi oleh sarana dan prasarana yang tersedia pada simpang tersebut.
Untuk indikator tersedianya sarana dan prasarana serta fasilitas terminal
tipe A dengan kondisi yang baik di Kota Magelang dapat dijelaskan sebagai
berikut. Bahwa terminal angkutan umum merupakan penyedia jasa angkutan
umum yang berfungsi untuk dapat memberikan pelayanan kemudahan,
kenyamanan, dan rasa aman kepada pengguna jasa angkutan umum di dalam
perjalanan. Terminal merupakan salah satu fasilitas umum yang menunjang
pergerakan manusia dan barang lain dari satu tempat ke tempat lain. Sebagai
fasilitas umum, terminal harus dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat
dengan sebaik-baiknya.
Kondisi terminal Kota Magelang pada saat ini perlu dilakukan pembenahan
baik dari kondisi fisik maupun non fisik seperti banyaknya kerusakan pada
infrastruktur dan belum optimalnya pengoperasian pada layanan sirkulasi
penumpang dan angkutan umum. Bangunan dari terminal maupun jalan di
terminal mempengaruhi kelancaran operasinya terminal yang mengurangi
kenyamanan bagi pengguna terminal.
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 87
Namun Kota Magelang saat ini sudah mempunyai DED untuk perbaikan
terminal. Apabila DED terminal dapat terealisasi baik dengan menggunakan dana
pemerintah secara efisien maka Kota Magelang mampu mempunyai terminal
sesuai dengan standard. Namun pada saat ini sesuai dengan DED, terminal Kota
Magelang masih mencapai 60% dari target RPJMD 80%. Masih banyak yang
harus diperbaiki dari terminal Kota Magelang saat ini. Perlu dilakukan upaya
peningkatan terminal melalui pengembangan fasilitas terminal sebagai upaya
untuk meningkatkan pelayanan, kenyamanan, dan keamanan pengguna jasa
angkutan umum.
Dengan pengembangan terminal diharapkan kedepannya Terminal Kota
Magelang mampu mengatasi permasalahan pada terminal saat ini dan mampu
memberikan fasilitas secara baik untuk penumpang maupun untuk moda
transportasi tujuan dalam maupun luar kota.
Sedangkan indikator Prasarana angkutan darat berupa terminal angkutan
barang dengan kondisi baik dapat dijelaskan bahwa terminal barang adalah
prasarana transportasi jalan yang digunakan untuk keperluan membongkar dan
memuat barang serta perpindahan intra dan/atau antar moda transportasi. Kota
Magelang saat ini sudah tidak mempunyai terminal barang. Terminal barang
tidak berfungsi karena sudah digunakan oleh pihak lain dan tidak lagi
dimanfaatkan untuk terminal barang. Terminal barang di Kota Magelang
digunakan oleh pihak Polisi untuk samsat dan posko patwal.
Indikator jumlah subterminal (terminal tipe C) yang tertata Terminal tipe C
terwujud dalam fungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan pedesaan.
Jumlah sub terminal (terminal tipe C) di Kota Magelang adalah 2 buah, yaitu
terminal Kebonpolo dan terminal Ikhlas. Sub terminal Kebonpolo tanahnya
merupakan bukan milik pemerintah Kota Magelang dan Terminal Ikhlas saat ini
digunakan sebagai parkir wisata Gunung Tidar. Sampai saat ini sudah disusun
Studi Kelayakan terminal tipe C di Kota Magelang.
Untuk indikator rasio prasarana parkir dengan kondisi baik dapat
dielaborasikan bahwa parkir merupakan tempat untuk menyimpan kendaraan
sementara dan fasilitas yang harus dimiliki. Penyediaan parkir seharusnya
diupayakan sesuai dengan permintaan. Penyediaan parkir yang tidak memadai
dapat menimbulkan dampak negatif seperti kemacetan lalu lintas, berkurangnya
lebar efektif jalan. Masih terdapat pelanggaran parkir di Jalan Tidar, dan di
Aloon-aloon. Pemerintah sudah melalukan beberapa upaya dalam menjaga
ketertiban parkir di Kota Magelang. Sudah ada Peraturan Daerah yang mengatur
tentang Pengelolaan Parkir dan Peraturan Daerah yang mengatur tentang jasa
umum.
Indikator pelayanan parkir di tepi jalan umum disediakan untuk menjamin
kenyamanan pengguna jalan. Beberapa titik disediakan parkir di tepi jalan
umum. Indikator ini ditetapkan dalam RPJMD, namun dalam perjalanan waktu
indikator ini tidak dilanjutkan karena penyesuaian indikator dengan SPM
Perhubungan. Namun, pelayanan parkir di tepi jalan umum di Kota Magelang
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 88
masih mengalami banyak masalah yang untuk ke depannya harus lebih
diperhatikan. Berikut beberapa masalah terkait tingkat pelayanan parkir di tepi
jalan umum di Kota Magelang dan beberapa faktor pendukung/upaya yang
sudah dilakukan oleh Pemerintah Kota Magelang dalam memberikan pelayanan
parkir di tepi jalan umum.
Tempat pemberhentian angkutan umum seperti halte dan sub terminal
merupakan hal yang penting dalam sebuah sistem transportasi. Halte sebagai
tempat pemberhentian angkutan umum harus menjadi nyaman karena juga
digunakan bagi penumpang untuk mennunggu angkutan umum. Angkutan
umum pada dasarnya hanya boleh berhenti di halte yang sudah disediakan. Hal
ini dilakukan untuk mengurangi tingkat kemacetan. Angkutan umum yang
berhenti di sembarang tempat akan mengganggu kelancaran lalu lintas.
Indikator ini telah ditetapkan dalam RPJMD, namun dalam perjalanan waktu
indikator jumlah tempat-tempat pemberhentian angkutan umum tidak
dilanjutkan. Hal ini dikarenakan penyesuaian indikator urusan perhubungan
dengan SPM yang ditetapkan oleh kementerian perhubungan. Merujuk pada
target yang ditetapkan pada RPJMD dan kondisi pada tahun 2014, jumlah
tempat-tempat pemberhentian angkutan umum di Kota Magelang masih belum
memenuhi target. Sarana tempat pemberhentian angkutan umum di Kota
Magelang sampai pada tahun 2014 masih dikatakan belum memadai.
8) Lingkungan Hidup
Penyelenggaraan urusan lingkungan hidup merupakan urusan wajib yang
harus ditangani oleh pemerintah daerah (kabupaten/kota). Lingkungan
merupakan sumber penunjang kehidupan bagi manusia dan makluk hidup
lainnya demi kelangsungan dan peningkatan kualitas hidup itu sendiri. Manusia
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya memerlukan sumberdaya alam, yang
berupa tanah, air dan udara dan sumberdaya alam yang lain yang termasuk ke
dalam sumber daya alam yang terbarukan maupun yang tak terbarukan. Namun
demikian harus disadari bahwa sumberdaya alam yang kita perlukan mempunyai
keterbatasan di dalam banyak hal, yaitu keterbatasan tentang ketersediaan
menurut kuantitas dan kualitasnya.Sumberdaya alam tertentu juga mempunyai
keterbatasan menurut ruang dan waktu. Oleh sebab itu diperlukan pengelolaan
sumberdaya alam yang baik dan bijaksana. Antara lingkungan dan manusia
saling mempunyai kaitan yang erat. Ada kalanya manusia sangat ditentukan
oleh keadaan lingkungan di sekitarnya,sehingga aktivitasnya banyak ditentukan
oleh keadaan lingkungan di sekitarnya. Pada tahun 2014, urusan ini mendapat
alokasi dana sebesar Rp 27.810.464.000,- bersumber dari APBD dan DAK,
dengan serapan anggaran sebesar Rp 22.264.399.697,-.
Adapun target indikator urusan Lingkungan Hidup dan realisasi tahun 2014
adalah sebagai berikut:
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 89
Tabel II.53
Target dan Realisasi Indikator Urusan Lingkungan Hidup Tahun 2014
No Uraian Target 2014 Realisasi Target 2015 Ket
1 Prosentase jumlah usaha
dan/atau kegiatan yang mentaati persyaratan administrasi dan teknis pencegahan pencemaran air
100 % (spm 2013)
100% 100%
2 Prosentase jumlah usaha
dan/atau kegiatan yang mentaati persyaratan administrasi dan teknis pencegahan pencemaran udara
100 % (spm 2013)
Tidak ada 100%
3 Prosentase luas lahan dan/atau tanah untuk biomassa yang telah ditetapkan dan diinformasikan status kerusakannya
100 % (spm 2013)
100% 100%
4 Prosentase jumlah
pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang ditindaklanjuti
90 % (spm 2013)
100% 90%
5 Pencemaran status mutu air pada kegiatan industri
13% 50%
6 Tersedianya NSPK
pengolahan dan pembuangan Air Limbah domestik dan Industri serta Bahan Berbahaya dan Beracun
ada belum ada ada
7 Rasio ketersediaan IPAL 27% 78% 30%
8 Cakupan pengawasan
terhadap pelaksanaan AMDAL
65% 100% 75%
9 Jumlah industri berpotensi mencemari udara
Tidak ada tidak ada Tidak ada
10 Tersedianya Dokumen SLHD
ada ada ada
11 Penegakan hukum lingkungan hidup
100% 100% 100%
12 Jumlah penduduk terlayani jaringan sampah
93% 95% 96%
13 Persentase (%) penanganan sampah 78%
85%
80%
14 Rasio penanganan sampah perkotaan (pengangkutan)
100 %
95% 100%
15 Prosentase penanganan
sampah di TPSA (pengolahan sanitary landfill)
100% 100% 100%
16 Sempadan sungai yang dipakai bangunan liar
15% 20%/50 15%
Keterangan :
: Tercapai / melampaui ( Realisasi tahun 2014 ≥ 100% target 2014 atau ≥ 100% target RPJMD)
: Akan tercapai (Realisasi tahun 2014 >80% target 2014 atau > 80% Target RPJMD)
: Perlu Upaya keras (Realisasi tahun 2014 ≤ 80% target 2014 atau ≤ 80 % target RPJMD)
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 90
Dari 16 indikator urusan lingkungan hidup, 12 (dua belas) indikator sudah
memenuhi target, 1 (satu) indikator belum tercapai tetapi akan tercapai di akhir
target RPJMD, sedangkan 3 (tiga) indikator perlu upaya keras untuk memenuhi.
Indikator yang terkai dengan SPM bidang lingkungan hidup, sudah tercapai pada
tahun 2013 yang lalu sehingga saat ini hanya perlu upaya untuk
mempertahankan pencapaian target tersebut.
Indikator yang akan tercapai adalah tersedianya NSPK pengolahan dan
pembuangan Air Limbah domestik dan Industri serta Bahan Berbahaya dan
Beracun. Meskipun pada tahun 2014 target belum terpenuhi, akan tetapi pada
akhir 2015 diharapkan NSPK sudah terwujud karena saat ini raperda sudah
tersusun menunggu pembahasan dan proses legalisasi menjadi peraturan
daerah.
Indikator yang perlu upaya keras untuk mencapai adalah pencemaran
status mutu air pada kegiatan industri, rasio penanganan sampah perkotaan
(pengangkutan), dan sempadan sungai yang dipakai bangunan liar. Untuk
indikator pencemaran status mutu air pada kegiatan industri dilakukan pengujian
terhadap dua perusahaan sebagai sampel. Hasilnya pada masing-masing
perusahaan mempunyai satu parameter yang belum memenuhi baku mutu. Hal
ini perlu upaya sosialisasi secara terus menerus agar perusahaan dapat
mengolah limbahnya agar tidak mencemari status mutu air. Untuk indikator
rasio penanganan sampah perkotaan khususnya dari aspek pengangkutan
diperlukan upaya pengoptimalan melalui pembinaan terhadap SDM,
pemeliharaan terhadap sarana, dan peningkatan kesadaran masyarakat untuk
membuang sampah sesuai jadwal yang telah ditentukan. Untuk indikator
sempadan sungai yang dipakai bangunan liar, diperlukan langkah-langkah
kongkret agar pemanfaatan sempadan sesuai dengan fungsi yang ditentukan
yaitu sebagai kawasan perlindungan setempat. Ada beberapa pemanfaatan
sempadan yang sebenarnya sudah mendapatkan ijin baik dari Balai PSDA
Probolo di Kutoarjo maupun dari DPU Kota Magelang, akan tetapi pada
pelaksanaan di lapangan, pemanfaatan ruangnya berbeda dengan apa yang
diijinkan. Sebagai contoh, dijinkan untuk membangun semi permanen akan
tetapi pada kenyataannya membangun secara permanen. Untuk bangunan liar
yang disebabkan karena penyalahgunaan ijin yang diberikan diperlukan
kerjasama yang baik antar pemerintah daerah dan pemerintah provinsi dalam
hal pengawasan di lapangan. Sedangkan untuk bangunan liar yang disebabkan
karena tidak berizin, perlu dilakukan relokasi misalnya ke rumah susun yang
sudah dibangun atau ke tempat lain yang memenuhi syarat sebagai lahan
terbangun di Kota Magelang.
9) Pertanahan
Urusan Pertanahan dengan alokasi anggaran tahun 2014 sebesar Rp
636.696.000,- bersumber dari APBD KOTA MAGELANG dengan realisasi serapan
anggaran sebesar Rp 396.055.900,-. Target indikator persentase (%) luas lahan
bersertifikat pada Tahun 2014 adalah sebesar 80,74%.
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 91
10) Kependudukan dan Catatan Sipil
Kinerja kependudukan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kesadaran
penduduk, pentingnya dokumen kependudukan, kemudahan akses,
kesederhanaan prosedur dan aspek biaya pengurusan. Untuk melaksanakannya,
pelayanan administrasi kependudukan di Kota Magelang pada tahun 2014
didukung anggaran sebesar sebesar Rp 260.3662.000,- dengan sumber dana
berasal dari APBD Kota Magelang dengan serapan anggaran sebesar Rp
2.008.649.144,-
Gambaran capaian target kinerja Pelayanan Administrasi Kependudukan di
tahun 2014 adalah sebagai berikut:
Tabel II.54 Target dan Realisasi Indikator Urusan Kependudukan dan Catatan Sipil Tahun
2014
INDIKATOR TARGET
2014 REALISASI
2014 TARGET
2015 KET
1 Rasio penduduk berKTP per satuan penduduk 100% 90,10% 100% 2 Rasio bayi berakte kelahiran 100% 94,18% 100% 3 Rasio pasangan berakte nikah 100% 100% 100% ● 4 Kepemilikan KTP 100% 90% 100% 5 Kepemilikan akta kelahiran per 1000 penduduk 790 870 847 ● 6 Cakupan Penerbitan KTP 100 % 100 % 100% ● 7 Penerapan KTP Nasional berbasis NIK ada ada Ada ●
Keterangan :
: Tercapai / melampaui ( Realisasi tahun 2014 ≥ 100% target 2014 atau ≥ 100% target RPJMD)
: Akan tercapai (Realisasi tahun 2014 >80% target 2014 atau > 80% Target RPJMD)
: Perlu Upaya keras (Realisasi tahun 2014 ≤ 80% target 2014 atau ≤ 80 % target RPJMD)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa 3 indikator urusan kependudukan
dan catatan sipil telah tercapai sesuai dengan target yang telah ditetapkan dan 1
indikator telah melampaui target tahun 2014. Ini menunjukkan kinerja yang baik
dari para aparatur pengelola urusan kependudukan dan catatan sipil.
Meskipun demikian terdapat 3 indikator yang belum mencapai target,
namun demikian ketiganya diproyeksikan akan tercpai pada tahun 2015.
Lebih dari itu semua, yang paling penting adalah adanya upaya keras
pelayanan kepada masyarakat dan lebih dioptimalkan lagi baik dalam konteks
peningkatan profesionalisme SDM-nya maupun sarana prasarana yang
diperlukan.
Pendataan kependudukan yang akurat menjadi faktor yang krusial dalam
penentuan sasaran program pembangunan daerah, pengambilan kebijakan,
maupun dalam penentuan proyeksi dan prediksi ke depan di ranah perencanaan
pembangunan daerah. Karena itu kebijakan atau tindakan perencanaan dan
penganggaran yang perlu diambil dalam kerangka optimalisasi penataan
admistrasi kependudukan adalah disamping secara internal peningkatan kualitas
SDM dan peningkatan sarana dan prasarana yang diperlukan, juga secara
eksternal meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya dokumen
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 92
administrasi kependudukan. Dalam konteks ini, praksis administrasi
kependudukan merefleksikan akan pentingnya pemenuhan hak-hak warga
negara terhadap pengakuan eksistensi identitas diri yang di dalamnya tercakup
pula pemenuhan hak-hak anak dan penduduk rentan lainnya. Peningkatan
kualitas pelayanan dalam penerbitan akte kelahiran, khususnya bagi anak-anak
yang menjadi salah satu indikator penting dalam kerangka mewujudkan Kota
Layak Anak di Kota Magelang.
11) Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Indonesia diprediksikan akan mendapat bonus demografi pada tahun 2020-
2030. Bonus demografi merupakan kondisi demografi dengan penduduk usia
produktif sangat besar sementara usia muda semakin kecil dan usia lanjut belum
banyak. Untuk Provinsi Jawa Tengah, prediksi jumlah penduduk pada tahun
2020 adalah 34.940.100 jiwa, dengan 67,7% diantaranya dalam usia produktif
atau usia 15-64 tahun (BPS, 2013). Dari jumlah tersebut, komposisi jumlah
penduduk laki-laki dengan perempuan diprediksikan berimbang. Hal ini sejalan
dengan kecenderungan di Kota Magelang sejak tahun 2008-2012, dimana
jumlah penduduk laki-laki sekitar 49% dan jumlah penduduk perempuan 51%.
Tidak kalah penting adalah jumlah anak-anak (usia 0-14 tahun) yang
diprediksikan mencapai 23,2% dari total jumlah penduduk atau 8.106.103 jiwa
pada tahun 2020 (BPS, 2013).
Besarnya jumlah penduduk usia produktif merupakan potensi yang
menguntungkan apabila didukung dengan strategi pengembangan sumber daya
manusia, namun sebaliknya akan menjadi tambahan beban bagi pembangunan
apabila tidak diantisipasi dengan tepat. Melihat prediksi dan kecenderungan
tersebut di atas maka bonus demografi membawa konsekuensi tuntutan strategi
pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak yang lebih komprehensif,
agar bonus demografi tersebut memberi dampak sosial – ekonomi yang positif.
Komposisi penduduk perempuan dan laki-laki yang diprediksikan seimbang pada
tahun tersebut, maka perempuan selayaknya memegang peranan dan tanggung
jawab yang strategis dan sama pentingnya dengan laki-laki dalam
pembangunan, termasuk anak-anak di dalamnya.
Alokasi anggaran untuk urusan pemberdayaan perempuan dan
perlindungan anak di Kota Magelang pada tahun 2014 sebesar Rp 588.276.000,-
dan terserap sebesar Rp 360.198.650,-. Pencapaian kinerja masing-masing
indikator pada urusan ini dapat dilihat pada tabel…… di bawah ini. Terdapat 9
indikator kinerja, 3 indikator secara spesifik mengarah pada pemberdayaan
perempuan sedangkan 6 indikator lainnya terkait perlindungan perempuan dan
anak. Terdapat 1 indikator yang belum dapat dilaksanakan yaitu indikator
pemulangan dan reintegrasi sosial bagi perempuan dan anak korban kekerasan
karena belum adanya sarana yang dibutuhkan berupa penampungan bagi korban
kekerasan tersebut.
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 93
Tabel II.55
Target dan Realisasi Indikator Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Tahun 2014
NO URAIAN Target 2014
Realisasi Target 2015
Keterangan
1 Persentase partisipasi
perempuan di lembaga pemerintah
63.23% 54.79% 70.03%
2 Partisipasi perempuan di lembaga swasta
55% 60%
3 Jumlah KDRT 0.15% 0.8% 0.16%
4 Persentase jumlah tenaga kerja dibawah umur
5 Penanganan
pengaduan/laporan korban kekerasan terhadap perempuan dan anak;
94% 100% 95% ●
6 Pelayanan kesehatan bagi
perempuan dan anak korban kekerasan
70% 100% SPM ●
7 Rehabilitasi sosial bagi
perempuan dan anak korban kekerasan
75% 100% SPM ●
8 Penegakan dan bantuan
hukum bagi perempuan dan anak korban kekerasan
75% 75% SPM ●
9 Pemulangan dan reintegrasi sosial bagi perempuan dan anak korban kekerasan
50% - - -
Keterangan :
: Tercapai / melampaui ( Realisasitahun 2014≥100% target 2014atau≥100% target RPJMD)
: Akan tercapai (Realisasitahun 2014>80% target 2014atau>80% Target RPJMD)
: Perlu Upaya keras (Realisasitahun 2014 ≤ 80% target 2014atau≤ 80 % target RPJMD)
Berdasarkan tabel di atas, dari 9 indikator yang ditetapkan terdapat 4
indikator yang mencapai atau bahkan melebihi target yaitu penanganan
pengaduan/laporan korban kekerasan terhadap perempuan dan anak, pelayanan
kesehatan bagi perempuan dan anak korban kekerasan, rehabilitasi sosial bagi
perempuan dan anak korban kekerasan dan penegakan dan bantuan hukum bagi
perempuan dan anak korban kekerasan. Sementara untuk persentase
partisipasi perempuan di lembaga pemerintah dan rasio jumlah KDRT masih
belum dapat memenuhi target.
Belum tercapainya target partisipasi perempuan dalam lembaga
pemerintah maupun swasta dapat dirunut dari kondisi ketenagakerjaan Kota
Magelang. Tenaga kerja perempuan hanya berkesempatan rata-rata 40,45%
dalam mengisi penempatan kerja sementara selebihnya diisi tenaga kerja laki-
laki. Porsi penempatan untuk tenaga kerja laki-laki juga memiliki kecenderungan
untuk terus meningkat, sebaliknya porsi pekerja perempuan pada tahun 2013
lebih rendah.
Apabila dilihat dari kesenjangan angka IPM dan IPG di Kota Magelang pada
5 tahun terakhir sebenarnya cenderung tetap pada kisaran angka 3, meskipun
mengalami sedikit penurunan setiap akhirnya, maka kesenjangan pembangunan
antara laki-laki dan perempuan tidak begitu besar, meskipun belum sepenuhnya
setara (yang ditunjukkan dengan kesenjangan angka antara IPM dan IDG 0).
Namun apabila dilihat dari kesenjangan IPM dan IDG justru cenderung semakin
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 94
meningkat angkanya dalam 5 tahun terakhir, seperti pada tahun 2011 yang
mencapai 10 poin, yang berarti partisipasi perempuan pada bidang-bidang kunci
(yaitu ekonomi dan politik serta pengambilan keputusan) cenderung menurun
dibanding laki-laki. Dapat diartikan bahwa perempuan lebih terkonsentrasi pada
pekerjaaan-pekerjaan pelayanan dibandingkan laki-laki yang lebih banyak
menduduki posisi pengambilan keputusan dan manajerial dari tingkat tertinggi
sampai pada posisi manajerial terendah (Astuti, Ismi Dwi, 2005). Semakin tinggi
jenjang kepangkatannya maka semakin tinggi kesenjangan gendernya.
Pemerintah sendiri sebenarnya telah membuka akses bagi perempuan
untuk berperan aktif dalam pembangunan melalui kebijakan-kebijakan yang
dituangkan dalam peraturan perundang-undangan, misalnya melalui Program
Pengarusutamaan Gender yang termuat dalam Instruksi Presiden Nomor 9
Tahun 2000. Pada bidang politik, Undang-undang No. 10 tahun 2008 tentang
Pemilu Legislatif dan Undang-undang No. 2 tahun 2008 tentang Partai Politik
(Parpol) menyatakan bahwa kuota keterlibatan perempuan dalam dunia politik
adalah sebesar 30 persen, terutama untuk duduk di dalam parlemen.
Indikator dalam aksi perlindungan anak di Kota Magelang hingga tahun
2014 hanya mencakup program-program untuk penanganan terhadap anak
korban kekerasan (dilihat dari indikator 5 hingga 9), belum menunjukkan upaya
pencegahan terjadinya kekerasan. Meskipun sebenarnya sudah ada forum-forum
untuk pemberdayaan masyarakat dan perlindungan anak di masing-masing
kecamatan, yang sebenarnya bias dioptimalkan untuk upaya pencegahan tindak
kekerasan terhadap perempuan maupun anak. Contoh beberapa program yang
dapat dilakukan untuk strategi pencegahan tindak kekerasan terhadap anak
antara lain:
1. Kampanye Anti Kekerasan Terhadap Anak melalui kegiatan-kegiatan
berbasis masyarakat dan program pendidikan secara formal (dimasukkan
dalam kurikulum) dan informal (pelatihan, semiloka, talk show, ceramah,
dll).
2. Fasilitasi, pelatihan-pelatihan Pencegahan dan Penanganan Kekerasan
Terhadap Anak bagi aparat pemerintah, penegak hukum, tenaga medis dan
para medis, tokoh agama, tokoh masyarakat, pendidik, wartawan,
orangtua/keluarga dan pelatihan tentang pengasuhan dan perawatan anak
serta hak anak
3. Penyusunan model pencegahan Kekerasan Terhadap Anak berbasis
masyarakat dan kebudayaan; model deteksi dini pencegahan anak dari
kekerasan, pembentukan kelompok pemantau.
4. Penyusunan model mekanisme pencegahan tindak kekerasan terhadap anak.
5. Penyusunan modul pengorganisasian anak, sosialisasi dan pembentukan
kelompok anak pemantau, bagi anak-anak sekolah dan anak-anak di
masyarakat.
6. Penyusunan pedoman pemantauan dan pembentukan kelompok pemantau
tindak kekerasan anak di tempat-tempat khusus.
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 95
7. Penyusunan data base, pelatihan pengoperasian data base, dan
pemberdayaan anak dalam pembuatan media ramah anak.
8. Penyusunan kode etik bagi pendidik/guru, petugas Lapas dan panti serta
pedoman proses konsultasi dengan anak dan pelatihan fasilitator konsultasi
anak.
Perhatian untuk upaya yang lebih efektif dan intensif terkait penghapusan
kejadian KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) perlu ditekankan, melihat
terjadinya kenaikan cukup signifikan untuk indikator ini. Penjelasan atas
kenaikan angka ini adalah bahwa pencatatan kejadian KDRT berbasis lokasi
kejadian (yaitu Kota Magelang) sementara pelaku tindak kekerasan mayoritas
justru bukan warga Kota Magelang. Untuk itu perlu dilakukan koordinasi dengan
instansi terkait di daerah asal pelaku kekerasan untuk penanganan kasus KDRT.
Namun upaya pencegahan juga perlu diintensifkan oleh Pemerintah Kota
Magelang melalui kegiatan-kegiatan pemberdayaan perempuan maupun
kegiatan-kegiatan pencegahan seperti disebutkan di atas, untuk meningkatkan
kesdaran perempuan dan anak, sehingga diharapkan mereka dapat lebih
waspada.
12) Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
Keluarga berencana merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan
keluarga sejahtera. Secara umum, keluarga berencana meliputi berbagai
tindakan untuk mengatur interval dan mengontrol waktu kelahiran serta
menentukan jumlah anak dalam keluarga. Tindakan-tindakan tersebut
dimaksudkan untuk mewujudkan keluarga sejahtera, yaitu keluarga yang
mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materi yang layak, bertakwa
kepada tuhan yang maha esa, memiliki hubungan yang selaras, serasi, dan
seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan
(BKKBN, 1994). Kesejahteraan keluarga yang mencakup pemenuhan kebutuhan
manusia secara menyeluruh baik jasmani maupun rohani dipandang relatif lebih
memungkinkan untuk diwujudkan apabila jumlah anggota keluarga dibatasi.
Anggaran tahun 2014 teralokasi sebesar Rp 963.523.000,- dengan serapan
sebesar Rp 865.423.500,-. Terdapat 2 indikator untuk menilai kinerja dalam
urusan keluarga berencana dan keluarga sejahtera, yaitu rata-rata jumlah anak
per keluarga (yang secara nasional ditetapkan sebanyak 2 anak per keluarga)
dan rasio akseptor KB. Indikator rasio akseptor KB sendiri merupakan salah satu
faktor penunjang capaian indikator rata-rata jumlah anak per keluarga. Capaian
indikator urusan keluarga berencana dan keluarga sejahtera di Kota Magelang
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel II.56
Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
NO URAIAN Target 2014
Realisasi Target 2015
Keterangan
1 Rata-rata jumlah anak per keluarga 2 2 2
●
2 Rasio akseptor KB 90% 75% 90%
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 96
Keterangan :
: Tercapai / melampaui ( Realisasitahun 2014≥100% target 2014atau≥100% target RPJMD)
: Akan tercapai (Realisasitahun 2014>80% target 2014atau>80% Target RPJMD)
: Perlu Upaya keras (Realisasitahun 2014 ≤ 80% target 2014atau≤ 80 % target RPJMD)
Rata-rata jumlah anak per keluarga di Kota Magelang secara riil adalah 1,9
atau dibulatkan menjadi 2, maka target dari program keluarga berencana dapat
dikatakan tercapai. Meskipun demikian target rasio akseptor KB sebesar 90%
baru tercapai 75%. Kegagalan pencapaian target ini sebenarnya tidak bisa dilihat
murni sebagai kegagalan namun terdapat kekeliruan dalam penentuan target.
Dengan kondisi demografi Kota Magelang maka secara statistik target 90% tidak
mungkin tercapai. Pertumbuhan jumlah penduduk Kota Magelang yang relatif
tidak signifikan, ditambah dengan akseptor KB yang bersifat in-out (dengan
adanya akseptor yang memasuki menopause) maka target tersebut tidak
mungkin tercapai. Meskipun tetap diperlukan upaya untuk meningkatkan rasio
akseptor KB terutama dari akseptor pria.
13) Sosial
Masalah sosial termasuk salah satu urusan wajib mengingat pentingnya
urusan ini bagi penciptaan stabilitas keamanan dan ketertiban. Beberapa sumbu
masalah yang umum terjadi di banyak daerah antara lain tingginya angka
urbanisasi, kemiskinan, dan rendahnya pendidikan yang berpotensi
menumbuhkan kriminalitas, prostitusi, anak terlantar, anak putus sekolah,
pengangguran, kenakalan remaja, dan lain-lain. Pembangunan daerah juga
mempunyai sumbangan terhadap munculnya masalah sosial seperti
memudarnya nilai-nilai sosial, menurunnya solidaritas sosial, dan lemahnya
ikatan norma sosial yang melahirkan berbagai perilaku menyimpang
masyarakat. Oleh karenanya, pemerintah daerah seyogyanya mampu
menyediakan pelayanan sosial yang memadai, pendampingan kepada para PMKS
melalui berbagai bentuk pembinaan, serta melakukan penguatan kelembagaan
yang mampu mengendalikan penanganan masalah sosial.
Urusan Sosial dengan alokasi anggaran Tahun 2014 sebesar
Rp 1.044.242.000,- yang bersumber dari APBD Kota Magelang dan DAK dengan
serapan Rp 895.602.650,-. Target dan realisasi indikator Urusan Sosial tahun
2014 nampak sebagaimana tabel berikut:
Tabel II.57 Target dan realisasi Indikator Urusan Sosial Tahun 2014
INDIKATOR TARGET
2014 REALISASI
2014 TARGET
2015 KET
1 Jumlah sarana sosial (panti jompo, panti asuhan, panti rehabilitasi)
8 12 9
2 Persentase panti sosial skala kabupaten/kota yang menyediakan sarana prasarana pelayanan kesejahteraan sosial
100% 100% 80%
3 Persentase wahana kesejahteraan sosial berbasis
masyarakat (WKBSM) yang menyediakan sarana prasarana pelayanan kesejahteraan sosial
30 %
2 kel
0%
60 %
10 kel
4 Persentase penyandang cacat fisik dan mental serta lanjut usia tidak potensial yang telah menerima jaminan sosial
20% 9,3% 40 %
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 97
Keterangan :
: Tercapai / melampaui ( Realisasi tahun 2014 ≥ 100% target 2014 atau ≥ 100% target RPJMD)
: Akan tercapai (Realisasi tahun 2014 >80% target 2014 atau > 80% Target RPJMD)
: Perlu Upaya keras (Realisasi tahun 2014 ≤ 80% target 2012 atau ≤ 80 % target RPJMD)
Capaian indikator yang disampaikan di atas nampak bahwa dari 4
indikator, 1 indikator telah melampaui target, 1 indikator dimungkinkan tercapai
di tahun 2015, sementara 2 indikator lain sangat sulit tercapai. Indikator yang
sulit dicapai di akhir RPJMD digambarkan dalam tanda segitiga merah, yaitu
indikator Persentase wahana kesejahteraan sosial berbasis masyarakat (WKBSM)
yang menyediakan sarana prasarana pelayanan kesejahteraan sosial dan
indikator persentase penyandang cacat fisik dan mental serta lanjut usia tidak
potensial yang telah menerima jaminan sosial. Wahana kesejahteraan sosial
berbasis masyarakat (WKBSM) telah dibentuk oleh Pemerintah Provinsi Jawa
Tengah, namun karena keterbatasan anggaran maka belum dapat berfungsi
sebagaimana yang diharapkan. Dalam hal ini sebenarnya sangat diharapkan
keterlibatan dari berbagai pihak, baik pemerintah daerah, sektor swasta,
maupun masyarakat luas, untuk dapat berpartisipasi memberikan dukungan baik
secara moril maupun materiil guna peningkatan peran WKBSM.
Sedangkan indikator persentase penyandang cacat fisik dan mental serta
lanjut usia tidak potensial yang telah menerima jaminan sosial hingga saat ini
baru berupa bantuan dari pemerintah pusat, yang di tahun 2014 hanya dapat
mencukupi 9,3% dari jumlah penyandang cacat fisik. Dalam hal ini pemerintah
daerah perlu memberikan perhatian lebih kepada para penyandang cacat fisik
dalam bentuk jaminan sosial yang memadai.
Berikut ini data PMKS di Kota Magelang yang meningkat sekitar 10% bila
dibanding tahun 2013.
Tabel II.58 Jumlah Penduduk Penyandang Masalah sosial di Kota Magelang
Tahun 2014
NO JENIS PMKS/URAIAN JUMLAH PMKS JUMLAH
KK L P TOTAL
1 Anak Balita Terlantas (ABT) 39 43 82
2 Anak Terlantar (AT) 167 118 285
3 Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum (AMH)
13 - 13
4 Anak Jalanan (AJ) 29 3 32
5 Anak Dengan Kedisabilitasan (ADK) 112 60 172
a Anak dengan kedisabilitasan fisik : 56 38 94
1.Tubuh (tuna daksa) 39 25 64
2. Mata (tuna netra) 8 11 19
3. Rungu / wicara (bisu tuli) 9 2 11
b Disabilitas Mental : 28 10 38
1 mental retardasi 20 8 28
2. mental eks psikotik (tuna laras) 8 2 26
c Disabilitas Fisik Dan Mental (disabilitas ganda)
28 12 40
6 Anak Yang Menjadi Korban Tindak Kekerasan / Diperlakukan Salah
3 - 3
7 Anak Yang Memerlukan Perlindungan 2 1 3
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 98
NO JENIS PMKS/URAIAN JUMLAH PMKS JUMLAH
KK L P TOTAL
Khusus
8 Lanjut Usia Terlantar 259 483 742
9 Penyandang Disabilitas 198 149 347
a Penyandang Disabilitas Fisik : 106 69 175
1. Tubuh (tuna daksa) 68 43 111
2. Mata (tuna netra) 23 13 36
3. Rungu / wicara (bisu tuli) 15 13 28
b Penyandang Disabilitas Mental : 62 59 121
1 Mental Retardasi 32 40 72
2. Mental Eks Psikotik (Tuna Laras) 30 19 49
c Disabilitas Fisik Dan Mental (Disabilitas Ganda)
13 21 34
10 Tuna Susila - 4 4
11 Gelandangan 3 - 3
12 Pengemis 15 31 46
13 Pemulung 91 56 147
14 Kelompok Minoritas 2 - 2
15 Bekas Warga Binaan Lembaga Permasyarakatan (BWBLP)
116 5 121
16 Orang Dengan HIV / AIDS (ODHA) - 2 2
17 Korban Penyalahgunaan Napsa 44 - 44
18 Korban Trafficing - - -
19 Korban Tindak Kekerasan 1 - 1
20 Pekerja Migran Bermasalah Sosial (pmbs)
- 1 1
21 Korban Bencana Alam 8 5 13
22 Korban Bencana Sosial - - -
23 Perempuan Rawan Sosial Ekonomi - 860 860
24 Fakir Miskin 3,274 1,210 4,484
25 Keluarga Bermasalah Sosial Psikologis 5 1 6
26 Komunitas Adat Terpencil - - -
JUMLAH 4,364 3,032 7,396
Sumber : Disnakertransos Kota Magelang,2014
Melihat perkembangan di atas, maka seyogyanya pemerintah Kota
Magelang memberikan porsi lebih terhadap masalah-masalah PMKS. Menimbang
peningkatan jumlah PMKS di kota Magelang kiranya di masa yang akan datang
perlu dipertimbangkan penyediaan sarana prasarana publik dengan konsep
“universal design”. Dimana sarana prasarana yang disediakan di ruang publik
dan ruang pelayanan pemerintah memperhatikan keperluan seluruh masyarakat,
baik yang normal, maupun yang cacat fisik.
14) Ketenagakerjaan
Penanganan urusan Ketenagakerjaan yang alokasi dananya sebesar Rp.
7.104.746.000,- bersumber dari dana APBD Kota Magelang, Rp. 6.736.957.700,-
dan dari dana Tugas Pembantuan APBN Rp. 398.535.000,- dilakukan dalam 3
(tiga) fungsi yaitu (1) pelatihan kepada pencari kerja dan pekerja untuk
meningkatkan ketrampilan dan produktivitas (2) fasilitasi penempatan tenaga
kerja (bekerja sektor formal, informal dan transmigrasi) dan (3) fasilitasi dan
pengawasan terhadap tenaga kerja dengan serapan secara keseluruhan Rp.
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 99
3.625.751.600,- Dengan melaksanakan ketiga fungsi tersebut capaian realisasi
indikator urusan Ketenagakerjaan Tahun 2014 dapat dilihat sebagaimana tabel
berikut:
Tabel II.59
Target dan Realisasi Indikator Urusan Ketenagakerjaan Tahun 2014
No Uraian Target 2014 Realisasi 2014 Target 2016
KET
1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 62,9% 68,49% 60% 2. Besaran pencari kerja yang terdaftar yang
ditempatkan 30,5% 97,54% 40%
3. Besaran tenaga kerja yang mendapatkan pelatihan :
9,3% 68,8%% 60%
a. Berbasis kompetensi 50 orang 50 orang 60% b. Berbasis masyarakat 60 orang 60 orang - c. Kewirausahaan 25 orang 80 orang 60%
4. Angka Sengketa pengusaha dengan pekerja 18 9 - 5. Besaran kasus yang diselesaikan dengan
Perjanjian Bersama (PB) 50% 100% 50%
6. Besaran pekerja/buruh yang menjadi peserta program Jamsostek
50% 62,3% 50%
7. Besaran pemeriksaan perusahaan 216 216 45% 8. Besaran pengujian peralatan di perusahaan 74 74 50%
Keterangan :
: Tercapai / melampaui ( Realisasi tahun2014 ≥100%target 2014 atau ≥100%target RPJMD)
: Akan tercapai (Realisasi tahun 2014>80%target 2014 atau > 80% Target RPJMD)
: Perlu Upaya keras (Realisasi tahun 2014 ≤ 80% target 2014 atau ≤ 80 % target RPJMD)
Berdasarkan capaian kinerja bidang ketenagakerjaan diatas, dapat
disimpulkan bahwa ke-8 (delapan) indikator ketenagakerjaan telah mencapai
target yang telah ditetapkan. Adapun masing-masing indikator dapat dijelaskan
sebagai berikut :
Tingkat partisipasi angkatan kerja menunjukkan jumlah orang yang aktif
ekonomi (labor supply) terhadap penduduk usia kerja (15 – 64 tahun). Dari
Tabel realisasi capaian menunjukkan bahwa 68 orang adalah orang yang aktif
secara ekonomi (labor supply)dari 100 orang penduduk usia kerja (termasuk
anak sekolah, ibu rumah tangga, penerima dividen dsb). Dari data hasil
sakernas bulan Agustus 2014 yang telah diolah oleh Pusat Data dan Informasi
ketenagakerjaan, jumlah angkatan kerja sebanyak 64.382 orang yang terdiri
dari 35.169 orang laki-laki dan 29.213 orang perempuan. Sementara penduduk
yang aktif secara ekonomi ini dibagi menjadi penduduk yang bekerja baik di
sektor formal dan informal, dan penganggur. Adapun data sakernas yang telah
diolah menunjukkan bahwa dari 100 orang yang aktif secara ekonomi ada 8
orang penganggur. Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang
bersama–sama dengan instansi terkait lainnya bertanggung jawab terhadap
fasilitasi 8 orang penganggur ini agar dapat aktif secara nyata serta 92 orang
yang bekerja baik di sektor formal dan informal sesuai dengan bidang tugasnya
masing-masing. Adapun data secara rinci dapat dilihat di tabel berikut :
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 100
Tabel II.60
Data TPAK, TPT dan TKK Tahun 2014
Sumber : Sakernas Agustus 2014 diolah oleh Pusdatinaker, Kemenaker RI
Prosentase pencari kerja yang ditempatkan merupakan indikator
ketenagakerjaan yang mencerminkan kinerja instansi secara langsung, dimana
fungsi pelayanan bursa kerja daerah terlaksana. Tahun 2014 ini capaian
indikatornya melebihi target SPM nasional yang telah ditetapkan yaitu 40 persen.
Adapun capaian indikator pencari kerja ditempatkan dari Tahun 2010 – 2014
adalah sebagai berikut:
Tabel II.61
Indikator pencari kerja ditempatkan
Tahun Target RPJMD Target SPM sesuai
Permenakertrans no. 15/2010 dan no. 2/2014
Realisasi
2010 28% - 24.71%
2011 29% 70% 66,05%
2012 30% 70% 82,85%
2013 30,50% 70% 74,80%
2014 31% 40% 97,54%
Sumber : Disnakertransos dan RPJMD, 2010-2013
Peningkatan persentase penempatan tenaga kerja ini dipengaruhi adanya
kebijakan pemerintah untuk tidak mensyaratkan kartu antar kerja (AK-1) ketika
melakukan pendaftaran seleksi Pegawai Negeri Sipil dan mewajibkan kartu AK-1
ketika melakukan pemberkasan penerimaan Pegawai Negeri Sipil. Disamping itu
pemanfaatan teknologi informasi yang ada sangat membantu dalam
penyebarluasan informasi kebutuhan tenaga kerja yang tersedia.
Adapun jumlah pencari kerja di Tahun 2014 sebanyak 529 orang
sementara jumlah lowongan yang tersedia sebanyak 1.792 jenis jabatan yang
terdiri dari 655 jabatan laki-laki dan 1.137 jabatan perempuan dan yang berhasil
ditempatkan sebanyak 516 orang pencari kerja terdiri dari 489 orang
ditempatkan di perusahaan/industri di wilayah Provinsi Jawa Tengah, 17 pencari
kerja ditempatkan di luar Provinsi Jawa Tengah (DKI Jakarta, DI Yogyakarta dan
Kepulauan RIAU) dan 15 orang ditempatkan di luar negeri (7 orang di Malaysia,
Laki-Laki Perempuan Jumlah
ANGKATAN KERJA 35.169 29.213 64.382
BEKERJA 32.060 27.568 59.628
PENGANGGUR 3.109 1.645 4.754
BUKAN ANGKATAN KERJA 10.594 19.031 29.625
SEKOLAH 4.104 4.445 8.549
MENGURUS RUMAH TANGGA 3.238 12.805 16.043
LAINNYA 3.252 1.781 5.033
PENDUDUK USIA KERJA 45.763 48.244 94.007
TPAK (%) 76,85 60,55 68,49
TPT (%) 8,84 5,63 7,38
TKK (%) 91,16 94,37 92,62
KEGIATAN2014
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 101
2 orang di Singapura, 3 orang Hongkong, dan 3 orang di Jepang melalui program
magang).
Fasilitasi penempatan tenaga kerja ini dilakukan dengan 2 (dua)
mekanisme yaitu melalui matching system dimana petugas antar kerja
melakukan penawaran kepada pencari kerja sesuai dengan kualifikasi jabatan
yang dibutuhkan oleh perusahaan dan job fair dimana perusahaan yang
membutuhkan tenaga kerja dan pencari kerja bertemu secara langsung dalam
suatu waktu tertentu. Adapun lowongan pekerjaan yang tersedia didapatkan
oleh pengantar kerja melalui job canvassing ke perusahaan-perusahaan di
wilayah Kota Magelang dan sekitarnya maupun perusahaan yang secara aktif
mengirimkan kebutuhan tenaga kerja.
Adapun target penempatan tenaga kerja di tahun 2016 disesuaikan dengan
target standar pelayanan minimal yang ditetapkan yaitu sebesar 40 persen.
Capaian tersebut seiring dengan capaian persentase pencari kerja terlatih,
dimana dari 100 pencari kerja terdaftar 36 orang mendapatkan pelatihan yang
diselenggarakan oleh Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota
Magelang dan 97 pencari kerja berhasil ditempatkan. Sementara dari 100
pencari kerja yang mendaftarkan diri untuk mengikuti pelatihan, sebanyak 69
orang mengikuti pelatihan, sementara yang 31 orang belum bisa diakomodir
dalam pelatihan yang dilaksanakan oleh Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan
Sosial Kota Magelang.
Secara rinci pelatihan ketenagakerjaan dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu
pelatihan berbasis kompetensi, pelatihan berbasis masyarakat dimana dalam
pelaksanaan pelatihan melibatkan partisipasi masyarakat dan pelatihan
kewirausahaan. Untuk penetapan target di Tahun 2016 disesuaikan dengan
standar pelayanan minimal yang ditetapkan oleh Kemetrian Tenaga Kerja RI
dalam PERMENAKERTRANS No. 2 Tahun 2014, dimana hanya 2 (dua) jenis
pelatihan yang ditetapkan SPMnya sebagai kewajiban kabupaten/kota untuk
menyelenggarakan pelatihan. Adapun jenis pelatihan, jumlah pendaftar dan
jumlah peserta pelatihan yang telah dilaksanakan pada Tahun 2014 dapat dilihat
dalam tabel berikut ini:
Tabel II.62
Jenis Pelatihan, Jumlah pendaftar dan Jumlah Peserta Tahun 2014
No Jenis Pelatihan Jumlah pendaftar Jumlah Peserta
A Diklat Berbasis Kompetensi
1 Diklat montir sepeda motor bagi pencari kerja 32 orang 25 orang
2 Diklat service HP bagi pencari kerja 14 orang 10 orang
3 Diklat service komputer bagi pencari kerja 17 orang 15 orang
B Diklat berbasis masyarakat
1 Diklat tata boga bagi pencari kerja 32 orang 10 orang
2 Diklat menjahit bagi pencari kerja 23 orang 20 orang
3 Diklat bordir bagi pencari kerja 24 orang 15 orang
4 Diklat rias bagi pencari kerja 33 orang 15 orang
C Pelatihan Kewirausahaan
1 Pelatihan pembuatan sangkar burung 20 orang 20 orang
2 Pelatihan pembuatan batu tiruan 20 orang 20 orang
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 102
No Jenis Pelatihan Jumlah pendaftar Jumlah Peserta
3 Pelatihan sablon 20 orang 20 orang
4 Pelatihan mebelair orang 20 orang
Sumber : Disnakertransos Kota Magelang, 2014
Penyelenggaraan pelatihan kompetensi selama ini belum memasukkan
unsur sertifikasi kompetensi, sementara sertifikasi kompetensi merupakan salah
satu kualifikasi jabatan yang akan dipersyaratkan oleh pengguna tenaga kerja di
masa yang akan datang, untuk itu perlu mempertimbangkan penganggarannya.
Disamping itu lokasi penyelenggaraan pelatihan masih menjadi kendala
tersendiri disamping belum adanya instruktur tetap, hal ini sangat berpengaruh
terhadap ketepatan waktu penyelenggaraan pelatihan karena penyelenggara
harus menyesuaikan dengan jadwal pemilik lokasi pelatihan maupuninstruktur
yang dibutuhkan.
Indikator ketenagakerjaan selanjutnya adalah angka sengketa pengusaha
dengan pekerja, dimana dari 18 kasus yang diperkirakan akan muncul di Tahun
2014, hanya 9 kasus yang dilaporkan ke Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan
Sosial Kota Magelang. Sebagian besar kasus yang muncul adalah pemutusan
hubungan kerja (PHK) yang dilakukan oleh perusahaan. Dari 9 kasus yang ada
seluruhnya bisa diselesaikan dengan perjanjian bersama (PB). Indikator ini
merupakan indikator kinerja mediator ketenagakerjaan yang ada di
Disnakertransos Kota Magelang, dimana keberhasilan memediasi kedua belah
pihak dengan output perjanjian bersama/kesepakatan antara kedua belah pihak
tanpa perlu meneruskan kasus yang ada ke jenjang pengadilan.
Untuk indikator angka sengketa pengusaha dengan pekerja, diharapkan di
tahun 2016 tidak perlu dimunculkan lagi karena indikator ini bisa terwakilkan
dalam indikator kasus yang diselesaikan dengan perjanjian bersama. Kedua
indikator tersebut menunjukkan bahwa kondisi ketenagakerjaan cukup kondusif,
dimana semakin rendah kasus yang muncul dan semakin tinggi kasus yang
diselesaikan dengan perjanjian bersama mengimplikasikan norma perlindungan
ketenagakerjaan sebagian besar telah diterapkan oleh perusahaan yang ada di
wilayah Kota Magelang.Dari data wajib lapor ketenagakerjaan, dimana 165
perusahaan yang telah melaporkan kondisi ketenagakerjaannya, ada sebanyak
14 perusahaan yang masih memberikan upah dibawah UMK yang telah
ditetapkan oleh Gubernur Jawa Tengah berdasarkan usulan Walikota Magelang.
Dalam kondisi ini, penegakan pelaksanaan norma perlindungan ketenagakerjaan
belum sepenuhnya bisa dilakukan,melihat kemampuan ke-14 pengguna tenaga
kerja secara finansial dan produksi. Apabila pelaksanaan norma ditegakkan bisa
berimplikasi pada pengurangan jumlah pekerja/pemutusan hubungan kerja yang
pada akhirnya akan meningkatkan jumlah penganggur dan penduduk miskin di
wilayah Kota Magelang.
Sementara indikator besaran buruh/pekerja yang menjadi peserta program
jamsostek melebihi dari target yang ditetapkan dimana dari 10.orang pekerja
formal yang ada di ...... perusahaan dalam wilayah Kota Magelang, sebanyak
7.146 pekerja telah menjadi peserta jamsostek (62,3 persen).
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 103
Capaian besaran pengujian peralatan perusahaan merupakan indikator
kondisi penguji/pengawas ketenagakerjaan dan kesadaran pengusaha untuk
menerapkan norma keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Semakin besar
capaiannya maka semakin banyak pengusaha yang berusaha menerapkan
norma K3 dalam lingkungan kerjanya. Untuk besaran pengujian peralatan di
perusahaan telah melampaui target yang telah ditetapkan, meskipun
keterbatasan personil penguji menjadi permasalahan tersendiri dalam
pelaksanaan kegiatan ini. Oleh karena itu fasilitasi pemerintah kepada
perusahaan yang membutuhkan pengujian peralatan sangat diperlukan, baik
melalui pemberian stimulan biaya pelatihan bagi penguji, maupun biaya
pengujian sehingga standar pelayanan minimal bisa tercapai. Dari .....peralatan
yang membutuhkan pengujian, baru 74 peralatan yang teruji dan telah
mencapai target yang ditentukan.
Sementara capaian pemeriksaan perusahaan merupakan indikator kinerja
pengawas ketenagakerjaan, dimana dari ........ perusahaan yang ada dengan
jumlah 3 personil penguji/pengawas ketenagakerjaan, di Tahun 2014 ini baru216
perusahaan dan telah memenuhi target jumlah perusahaan yang akan diperiksa.
Kondisi keterbatasan personil bisa disiasati dengan penambahan peralatan untuk
mempercepat proses pelaksanaan kegiatan ini nantinya.
15) Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
Alokasi dana untuk Koperasi dan Usaha Kecil Menengah tahun 2014
sebesar Rp 2.551.958.000,- dengan serapan sebesar Rp 1.958.747.875,-.
Capaian indikator Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Tahun 2014 :
Tabel II.63
Target dan Realisasi Indikator Urusan Koperasi
dan Usaha Kecil MenengahTahun 2014
INDIKATOR
TARGET 2014
REALISASI 2014
TARGET 2015
KET
1 Jumlah UMKM yang sudah memanfaatkan teknologi dan terpenuhi sarana prasarana
250 250 350
2 Persentase UMKMK yang produktif 60% 60% 100%
3 Persentase Koperasi Aktif 74% 93% 75%
4 Jumlah koperasi 218 207 220
5 Jumlah promosi UMKMK 13 7 16
6 Jumlah kontak dagang dan temu usaha 20 14 24
7 Jumlah UMKMK,jumlah UKM non BPR/LKM, usaha mikro dan kecil
900 2886 950
8 Jumlah UMKMK yang memanfaatkan kredit 380 797 350
Keterangan :
: Tercapai / melampaui ( Realisasi tahun 2014≥100%target 2014 atau ≥100%target RPJMD)
: Akan tercapai (Realisasi tahun 2014>80%target 2014 atau > 80% Target RPJMD)
: Perlu Upaya keras (Realisasi tahun 2014 ≤ 80% target 2014 atau ≤ 80 % target RPJMD)
Dari kedelapan indikator di atas, empat indikator telah terpenuhi, satu
indikator akan tercapai dan tiga indikator perlu upaya yang keras agar bisa
tercapai target sesuai RPJMD 2011-2015.
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 104
Program peningkatan kualitas kelembagaan koperasi dengan indikator
persentase koperasi aktif telah melampaui target RPJMD 2011-2015. Persentase
koperasi aktif telah mencapai 93%. Namun demikian jumlah keseluruhan
koperasi di Kota Magelang tahun 2014 adalah sebanyak 207 koperasi, masih
kurang dari target yang ditetapkan pada tahun 2014.
Sementara itu untuk Program pengembangan kewirausahaan dan
keunggulan kompetitif UKM dengan indikator jumlah UMKM yang sudah
memanfaatkan teknologi dan terpenuhi sarana prasarana pada tahun 2014
mencapai realisasi sebesar 250 UKM dari target yang ditetapkan yaitu 250 UKM.
Namun jika merujuk target yang ingin diraih di tahun 2015 yaitu sebesar 350
UKM maka kondisi ini masih sangat jauh dari harapan, untuk itu perlu akselerasi
terhadap kegiatan-kegiatan yang mendukung pencapaian indikator tersebut.
Demikian juga dengan indikator persentase UMKMK yang produktif yang di tahun
2014 mentargetkan 60 % berhasil mencapai realisasi 60 %, namun perolehan ini
masih jauh dari target yang ditetapkan pada tahun 2015 sebesar 100 %.
Untuk indikator Jumlah UMKMK, Jumlah UKM non BPR/LKM, usaha mikro
dan kecil dan indikator jumlah UMKMK yang memanfaatkan kredit telah
melampaui dan mudah mencapai target di dalam RPJMD 2011-2015. Jumlah
yang mencapai 2886 unit jauh melebihi target tahun 2014 yang sebesar 900
unit, bahkan melebihi target 2015 sebesar 950 unit.
Program peningkatan efisiensi perdagangan dalam negeri dengan indikator
jumlah promosi UMKMK dan jumlah kontak dagang dan temu usaha, keduanya
memerlukan konsetrasi pembiayaan yang lebih terhadap kegiatan-kegiatan
pendukungnya untuk mempercepat pencapaian target di tahun 2015.Realisasi di
tahun 2014 sebesar 7 kali promosi dan 14 kontak dagang masih jauh dari target
yang ingin di capai di tahun 2015 yakni sebesar 16 kali promosi dan 24 kontak
dagang. Untuk itu upaya peningkatan jumlah promosi baik melalui pameran
maupun memanfatkan tekonologi informasi serta kontak kontak dagang
potensial mulai diupayak di tahun 2015 maupun pada saatnya nanti tahun 2016.
16) Penanaman Modal
Dialokasikan dana perencanaan Penanaman Modal Tahun 2014 sebesar Rp
1.196.892.000,- bersumber dari APBD Kota Magelangdengan serapan sebesar
Rp 1.076.517.981,-. Berikut ini capaian indikator perencanaan Penanaman Modal
Tahun 2014 dan realisasinya:
Tabel II.64 Target dan Realisasi Indikator Urusan Penanaman Modal Tahun 2014
INDIKATOR TARGET 2014 REALISASI 2014 TARGET 2015 KET
1 Bertambahnya laju pertumbuhan investasi
315 125 358
2 Kenaikan/penurunan Nilai Realisasi PMDN
24.640.000.000 45.063.096.864 24.650.000 3 Rasio daya serap tenaga kerja 16500 768 36.533
4 Jumlah investor berskala nasional (PMDN/PMA)
170 254 180
5 Jumlah nilai investasi berskala nasional (PMDN/PMA)
79.793.468.775 99.457.848.728 52.210.541.297
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 105
INDIKATOR TARGET 2014 REALISASI 2014 TARGET 2015 KET
6 Jumlah Perda yang mendukung iklim usaha
2 4 2
7 Jumlah investor dan nilai investasi
baru yang masuk (nasional & regional)
1 76 3
8 Jumlah pengembangan kawasan strategis dan cepat tumbuh
2 2 3
9 Jumlah investasi swasta 618 618 533
Keterangan :
: Tercapai / melampaui ( Realisasi tahun 2014≥100%target 2014 atau ≥100%target RPJMD)
: Akan tercapai (Realisasi tahun 2014 >80%target 2014 atau > 80% Target RPJMD)
: Perlu Upaya keras (Realisasi tahun 2014 ≤ 80% target 2014 atau ≤ 80 % target RPJMD)
Hasil pelaksanaan program peningkatan promosi dan kerjasama investasi
nampak dalam pencapaian indikator bertambahnya laju pertumbuhan laju
investasi masih sangat jauh dari target yang diharapkan yakni sebesar 358 pada
tahun 2015 baru tercapai 125 di tahun 2014. Diperlukan penekanan dan
konsentrasi yang lebih agar target yang diharapkan bisa tercapai di akhir tahun
2015.
Program peningkatan iklim investasi dan realisasi investasi dengan
indikator kenaikan/penurunan nilai realisasi PMDN tahun 2014 mentargetkan
24.640.000.000 terealisasi sebesar 45.063.096.864, hal ini menunjukkan kondisi
yang masih jauh dari target yang ingin dicapai baik ditahun 2014 maupun di
tahun 2015 sebagaimana diamanatkan dalam RPJMD Kota Magelang. Sehingga
perlu ditingkatkan kegiatan-kegiatan yang mendukung pencapain indikator
tersebut di akhir tahun 2015, maupun dalam tahun 2016. Untuk indikator jumlah
investor berskala nasional (PMDN/PMA), jumlah nilai investor berskala nasional
(PMDN/PMA), dan jumlah perda yang mendukung iklim investasi ketiganya telah
melampaui target yang diharapkan. Selanjutnya hanya diperlukan upaya
pembiayaan untuk mempertahankan pencapaian target tersebut.
17) Kebudayaan
Kinerja urusan kebudayaan diindikasikan dari 11 indikator yang
terdistribusi ke dalam 4 indikator yang termasuk dalam 2 Program yaitu Program
Pengelolaan Keragaman Budaya dan Program Pengelolaan Kekayaan Budaya,
dan 7 indikator yang termasuk dalam SPM kebudayaan. Alokasi anggaran pada
urusan kebudayaan sebesar Rp 1.517.899.000,- dan tereserap sebesar Rp
1.222.349.300,-. Kinerja dari urusan pembangunan sampai dengan tahun 2014
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel II.65
Target Indikator Urusan Kebudayaan Tahun 2014
dan Realisasi Pencapaian hingga Triwulan IV Tahun 2014
No Uraian TARGET
2014 CAPAIAN
2014 TARGET
2015 KET
Program Pengelolaan Keragaman Budaya
1 Jumlah kelompok seni dan budaya yang ada di seluruh Kota Magelang
164 164 165 2 Jumlah gedung kesenian 2 1 2 ◊
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 106
No Uraian TARGET
2014 CAPAIAN
2014 TARGET
2015 KET
Program Pengelolaan Kekayaan Budaya
1 Jumlah festival seni dan budaya. 4 5 5 2 Jumlah Benda, Situs dan Kawasan Cagar
Budaya yang dilestarikan 36 35 36 ◊
SPM Perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan bidang kesenian :
1 Persentase (%) cakupan kajian seni sampai tahun 2014;
50% 53% -
2 Persentase (%) cakupan fasilitas seni sampai tahun 2014;
30% 85% -
3 Persentase (%) cakupan gelar seni sampai tahun 2014; dan
75% 75% -
4 Persentase (%) cakupan misi kesenian sampai tahun 2014.
100% 100% -
SPM Sarana dan prasarana :
1 Persentase (%) cakupan sumberdaya manusia kesenian sampai tahun 2014;
25% 87% -
2 Persentase (%) cakupan tempat sampai tahun 2014; dan
100% 100% -
3 Persentase (%) cakupan organisasi sampai tahun 2014.
34% 50% - Sumber : Disporabudpar, 2014
Keterangan:
: Sudah tercapai/melampaui (Realisasi hingga TW IV tahun 2014 ≥ 100% target 2014)
◊ : Tidak tercapai (Realisasi hingga TW IV tahun 2014 < target tahun 2014)
: Tercapai/melampaui (Realisasi hingga TW IV tahun 2014 ≥ 100% target tahun 2015)
: Akan tercapai (Realisasi hingga TW IV tahun 2014 >70% target tahun 2015)
: Perlu Upaya keras (Realisasi hingga TW IV tahun 2014 ≤ 70% target tahun 2015)
□ : Sulit Tercapai
Dari tabel di atas, apabila dibandingkan dengan target tahun 2014, kinerja
urusan kebudayaan sampai dengan triwulan IV tahun 2014, dari 11 indikator, 9
diantaranya telah memenuhi target yang telah ditetapkan, sedangkan 2 indikator
lainnya tidak tercapai yaitu jumlah gedung kesenian dan Jumlah Benda, Situs
dan Kawasan Cagar Budaya yang dilestarikan. Kesembilan indikator kebudayaan
yang telah mencapai atau melampaui target didominasi indikator yang termasuk
dalam SPM sebanyak 7 buah. Dari kedua indikator yang tidak mampu memenuhi
target tahun 2014, apabila dihadapkan dengan target 2015, 1 indikator
memerlukan upaya keras yaitu jumlah gedung kesenian, dan 1 indikator lainnya
sulit tercapai yaitu Situs dan Kawasan Cagar Budaya yang dilestarikan.
Jumlah gedung kesenian dengan target 2 buah tidak tercapai mengingat
Kota Magelang hanya memiliki 1 buah Gedung kesenian yang dibangun
menempati areal eks Gedung Sasana Bumi Kyai Sepanjang dan digunakan
bersama dengan Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah yang selesai dibangun
pada tahun 2013. Berbagai aktivitas kebudayaan, kesenian dan aktivitas lainnya
saat ini dapat difasilitasi di Gedung Kesenian Kota Magelang yang cukup
representatif. Sedangkan indikator Jumlah Benda, Situs dan Kawasan Cagar
Budaya yang dilestarikan dengan target 36 buah sulit tercapai karena terjadinya
musibah kebakaran di Klenteng Liong Hok Bio Kota Magelang pada tahun 2014
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 107
sehingga jumlah benda cagar budaya Kota Magelang berkurang dari 36 menjadi
35 buah.
Kendala-kendala yang dihadapi dalam pembangunan bidang kebudayaan
adalah masih kurangnya perlindungan dan pelestarian terhadap Benda Cagar
Budaya, dan peninggalan sejarah. Kota Magelang telah memiliki instrumen
Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2013 tentang Cagar Budaya di Kota Magelang
sebagai dasar hukum bagi upaya Perlindungan dan Pelestarian Benda Cagar
Budaya. Namun demikian perlu dilaksanakan berbagai upaya sebagai tindak
lanjut dari Peraturan Daerah tersebut diantaranya perlunya inventarisasi,
penggalian dan pengelolaan berbagai benda, situs dan cagar budaya yang
dimiliki Kota Magelang. Selain itu diperlukan mekanisme pelestarian berbagai
benda, situs dan kawasan cagar budaya baik yang dikelola pemerintah maupun
masyarakat. Mekanisme pelestarian itu dapat berupa fasilitasi pemerintah
kepada masyarakat dalam bentuk stimulan ataupun reward bagi masyarakat
agar mereka secara sadar berpartisipasi menjaga dan melestarikan berbagai
benda, situs, dan kawasan cagar budaya.
Saat ini perlindungan dan pelestarian terhadap kekayaan budaya nasional/
daerah masih sangat lemah sehingga rentan diambil alih/diakui oleh pihak-pihak
lain. Sebagai akibatnya beberapa karya seni dan budaya ciptaan masyarakat
Kota Magelang ada yang diakui oleh masyarakat Kabupaten/ Kota lain. Oleh
karenanya perlu perlindungan hak cipta terhadap berbagai kekayaan budaya,
kesenian karya cipta dan warisan masyarakat Kota Magelang.
Budaya daerah saat ini masih kurang mendapatkan apresiasi dari
masyarakat dan kurang mendapatkan pembinaan dan pengembangan. Disisi lain
berbagai potensi, ragam dan keunikan budaya khas Kota Magelang sampai saat
ini belum diinventarisasi, digali, dikelola dan dikembangkan dengan baik. Salah
satu warisan budaya dan sejarah yang dimiliki Kota Magelang yang bernilai
tinggi adalah Prasasti Mantyasih sebagai salah satu bukti sejarah berdirinya Kota
Magelang. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk mengembangkan dan
mengelola kawasan Mantyasih sebagai kawasan sejarah dan budaya dengan
dengan baik.
Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian adalah peningkatan kualitas
sumber daya manusia seni dan budaya, pembinaan seni dan budaya serta tindak
lanjut dari program Ayo ke Magelang Tahun 2015 yaitu menuju Kota Budaya.
Pelestarian dan pengelolaan Benda, Situs dan Kawasan Cagar Budaya perlu lebih
dioptimalkan, promosi seni dan budaya daerah perlu ditingkatkan dengan
memanfaatkan berbagai media dan tekhnologi informasi. Selain itu perlu
diantisipasi terjadinya degradasi nilai-nilai moral, etika, budaya dan jati diri
bangsa sebagai akibat pengaruh kebudayaan asing yang tidak sesuai dengan
budaya bangsa dan berpotensi merusak tatanan norma dan budaya bangsa.
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 108
18) Kepemudaan dan Olahraga
Urusan kepemudaan dan Olahraga mendapatkan alokasi anggaran sebesar
Rp 3.605.440.000,- dan terserap sejumlah Rp 2.921.735.228,-. Kinerja urusan
kepemudaan dan olah raga diindikasikan dari 9 indikator yang terdistribusi
dalam 4 program dengan capaian kinerja sampai dengan Triwulan IV tahun 2014
sebagaimana terlihat pada tabel di bawah ini:
Tabel II.66
Target Indikator Urusan Kepemudaan dan Olahraga Tahun 2014,
Dan Realisasi Pencapaian Hingga Triwulan IV Tahun 2014
NO URAIAN TARGET
2014 CAPAIAN
2014 TARGET
2015 KET
Program Pengembangan dan Keserasian Kebijakan Pemuda
1 Jumlah kegiatan kepemudaan 16 16 20 Program Peningkatan Peran Serta Kepemudaan
1 Jumlah organisasi pemuda 29 31 30 Program Pembinaan dan Pemasyarakatan Olahraga
1 Jumlah klub olahraga 174 169 180 2 Jumlah organisasi olahraga 33 32 35 3 Jumlah even/ kegiatan olahraga yang
diselenggarakan 25 30 30
4 Jumlah prestasi olah raga dalam even nasional 43 3 50 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Olahraga
1 Jumlah gedung olah raga 28 28 29 2 Gelanggang/ balai remaja (selain milik swasta) 0 0 0 3 Jumlah lapangan olah raga 245 240 250
Sumber : Disporabudpar
Keterangan:
: Sudah tercapai/melampaui (Realisasi hingga TW IV tahun 2014 ≥ 100% target 2014)
: Akan tercapai (Realisasi hingga TW IV tahun 2014 >50% target tahun 2015)
: Perlu Upaya keras (Realisasi hingga TW IV tahun 2014 ≤ 50% target tahun 2015)
Berdasarkan tabel di atas, sampai dengan akhir triwulan IV tahun 2014,
dari 9 indikator, hanya 5 indikator yang telah tercapai atau melampaui target
tahun 2014, sedangkan sisanya yaitu 4 indikator lainnya tidak mencapai target.
Keempat indikator yang tidak mencapai target tersebut termasuk dalam bidang
olahraga. Dari keempat target yang tidak tercapai tersebut, apabila dihadapkan
pada target tahun 2015, terdapat 2 indikator optimis akan tercapai sedangkan 2
indikator lainnya perlu upaya keras untuk mencapainya.
Indikator bidang olahraga yang optmis akan tercapai pada tahun 2015
adalah jumlah klub olahraga, jumlah organisasi olahraga, dan jumlah gedung
olah raga. Sedangkan indikator yang memerlukan upaya keras diantaranya
jumlah prestasi olah raga dalam even nasional dan jumlah lapangan olah raga.
Jumlah prestasi olah raga dalam even nasional pada tahun 2014 hanya tercapai
3 buah, jauh dari target 2014 sebanyak 43 buah dan juga target 2015 sebanyak
50 buah. Jumlah lapangan olahraga pada tahun 2014 sebanyak 240 terpaut 5
buah dari target tahun 2014 dan 10 buah dari target tahun 2015. Walaupun
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 109
capaian tahun 2014 hanya kurang 10 buah dari target tahun 2015, namun perlu
upaya keras untuk mewujudkannya mengingat keterbatasan lahan Kota
Magelang.
Berbagai permasalahan yang berpotensi menjadi kendala dalam
pembangunan bidang kepemudaan adalah masih rendahnya partisipasi pemuda
dalam pembangunan daerah disebabkan rendahnya tingkat pendidikan dan
ketrampilan, daya tangkal, kepedulian terhadap masalah-masalah
pembangunan, keterbatasan akses dan kemitraan, serta lemahnya lembaga
pemuda. Penyalahgunaan narkoba dan obat-obatan terlarang di kalangan
pemuda juga merupakan permasalahan krusial yang harus ditanggulangi.
Demikian pula sarana prasarana kepemudaan di Kota Magelang yang masih
kurang mendukung kegiatan kepemudaan.
Permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan bidang olah raga adalah
belum optimalnya prestasi olahraga disebabkan lemahnya pembibitan,
pembinaan, pemanduan dan pemasyarakatan olahraga serta tidak adanya
penelitian dan pengembangan keolahragaan. Masih rendahnya kualitas dan
kapasitas sumber daya manusia dan kelembagaan olah raga, kurangnya
kuantitas dan kualitas sarana prasarana olah raga juga menjadi penghambat
dalam pembangunan bidang olah raga.
19) Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
Alokasi anggaran untuk penanganan urusan Kesatuan Bangsa dan Politik
Dalam Negeri Anggaran APBD sebesar Rp 5.668.139.000,- dengan serapan
sebesar Rp 4.713.324.000,- digunakan untuk mendukung terciptanya suasana
kondusif di Kota Magelang. Keamanan dan ketertiban ditunjukkan oleh indikator-
indikator di bawah ini:
Tabel II.67 Target dan Realisasi Indikator Urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
Tahun 2014
INDIKATOR TARGET
2014 REALISASI
2014 TARGET
2015 KET
1 Frekuensi kegiatan Forum Persaudaraan Bangsa Indonesia (FPBI)
2 3 2
2 Frekwensi dialog antara warga masyarakat dengan Forum Pimpinan Daerah
2 1 2
3 Persentase partisipasi masyarakat dalam Pemilu, Pilpres, Pilkada (pembinaan politik daerah) 74,67% 79,21% 79,21
Blm ada
pilpres/ pilkada
4 Jumlah ormas yang mengikuti kegiatan wawasan kebangsaan di tingkat Provinsi dan Nasional
25 26 15
5 Frekuensi koordinasi FKUB dan dialog antar umat agama
3 4 3
6 Angka kriminalitas yang tertangani 14% 8,20% 14%
7 Jumlah Polisi Pamong Praja per 10.000 penduduk 4 5 7
8 Jumlah Linmas per 10.000 penduduk 83,85 59.38 84,62
9 Petugas Linmas di Kota 800 782 1100
10 Jumlah Pos Kamling aktif per jumlah Kelurahan 13 15,41 13
11 Penegakan Perda dan Peraturan KDH yang
berkaitan dengan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat
9 5 10
12 jumlah aparat yg mendapatkan diklat 150
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 110
INDIKATOR TARGET
2014 REALISASI
2014 TARGET
2015 KET
linmas/ kamtibmas/SAR
Satpol PP
295
55
295
55
13 Tersedianya Satlinmas inti penanggulangan bencana
(pelatihan tenaga pengendali bencana)
62 62 90
14 Cakupan pelayanan bencana kebakaran Kota 1
mobil:26000 2 mobil: 26000
1
mobil:26000
15 Tingkat waktu tanggap daerah layanan Wilayah Manajemen Kebakaran
100% 100% 100%
Keterangan :
: Tercapai / melampaui ( Realisasi tahun 2014≥100% target 2014 atau ≥100% target RPJMD)
: Akan tercapai (Realisasi tahun 2014>80% target 2014 atau>80% Target RPJMD)
: Perlu Upaya keras (Realisasi tahun 2014 ≤ 80% target 2014 atau ≤ 80 % target RPJMD)
Pembangunan di bidang keamanan dan ketertiban masyarakat menghadapi
tantangan yang cukup berat terutama dalam hal menghadapi ancaman dan
perubahan tuntutan dan dinamika perkembangan masyarakat yang begitu cepat
seiring dengan perubahan social politik dalam negeri yang membawa implikasi
dalam segala bidang kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat.
Tantangan-tantangan yang dihadapi dalam rangka menciptakan dan
mempertahankan stabilitas keamanan dan ketertiban masyarakat adalah
kemungkinan menghindari konflik regional, dan pengaruh negative dari luar
yang semakin terbuka dikarenakan era globalisasi dan keterbukaan di berbagai
bidang kehidupan, sehingga kesadaran bela Negara dan wawasan kebangsaan
perlu ditingkatkan dan dipahami oleh semua komponen masyarakat secara lebih
efektif dan efisien.
Terciptanya stabilitas keamanan daerah merupakan persyaratan harus
dipenuhi, bagi terselenggaranya proses pembangunan daerah. Adanya
kerawanan dan masalah sosial akan berdampak negatif terhadap kehidupan
masyarakat dan jalannya pelaksanaan pemerintahan daerah. Selain itu, suasana
ketidakamanan dan ketidaktertiban juga berpotensi melahirkan berbagai
penyakit masyarakat seperti, kriminalitas, penyalahgunaan narkoba, minuman
keras, perjudian, pelacuran, premanisme, dan sebagainya. Untuk memantapkan
iklim sejuk dan kondusif di Kota Magelang, adanya kerjasama antara Pemerintah
dan masyarakat untuk bersama - sama menciptakan suasana yang kondusif.
Tindakan penegakan hukum dan operasi penertiban yang dilakukan selama ini
secara simultan juga dibarengi dengan langkah-langkah alternatif solusi lewat
pembinaan dan pemberdayaan secara konstruktif dengan melibatkan berbagai
unsur atau lembaga terkait.
Adapun jumlah personil SATPOL PP yang ada 58 orang, artinya bahwa Dari
data tersebut dapat dihitung bahwa setiap 10.000 penduduk Kota Magelang
dilayani oleh kurang lebih 4 personil SATPOL PP.
Jumlah personil Perlindungan Masyarakat (Linmas) se-Kota Magelang pada
Tahun 2014 adalah sebanyak 782 orang. Sementara target pada tahun 2014
sebanyak 800 personil. Apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk pada
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 111
tahun 2014 maka, cakupan pelayanan yang diberikan petugas Linmas di Kota
Magelang per 10.000 penduduk adalah sebesar 59,38 %. Adapun makna dari
cakupan indikator tersebut adalah dari 10.000 penduduk Kota Magelang
terlayani oleh kurang lebih 60 personil linmas. Aparat Linmas yang ada di
masyarakat memiliki tugas utama sebagai pengendali keamanan dan
kenyamanan lingkungan.
Pemerintah berkewajiban untuk memberikan rasa aman kepada
masyarakat di wilayahnya. Pemenuhan rasa aman akan berdampak positif pada
proses pembangunan di berbagai sektor. Rasa aman yang dibutuhkan
masyarakat adalah rasa aman dari segala bentuk kerawanan dan masalah sosial
berupa berbagai penyakit sosial serta rasa aman dari adanya bencana alam. Hal
lain yang sangat penting untuk diwaspadai dari waktu ke waktu adalah adanya
ancaman konflik yang bersifat SARA, dan bahaya laten lain dengan daya
destruktif yang luas.
Dari itulah maka kebijakan dan perencanaan termasuk penganggaran ke
depannya diorientasikan kepada satu upaya pencegahan yang dilakukan adalah
dengan penguatan KOMINDA (Komunitas Intelijen Daerah) dan berbagai macam
forum komunikasi antara lain Forum Komunikasi Kewaspadaan Dini Masyarakat
(FKDM), Forum Komunikasi Lintas Beragama (FKLB) dan Forum Persaudaraan
Bangsa Indonesia (FPBI). Dalam rangka mewujudkan kondisi daerah yang aman
dan nyaman perlu adanya dukungan dari seluruh masyarakat yang didasari oleh
adannya kesadaran dalam berwawasan kebangsaan.
Program perencanaan pada tahun-tahun mendatang juga sudah
seharusnya menyertakan pendidikan politik bagi semua elemen masyarakat.
Kesadaran politik yang tinggi mengindikasikan dan memberi implikasi pada
pemenuhan kebutuhan hak dan kewajiban politik warga dalam konteks
penguatan konsilidasi politik di daerah.
20) Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan
Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian
Urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan
Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian dengan alokasi
anggaran Tahun 2014 sebesar Rp75.303.602.000,- yang berasal dari APBD Kota
Magelang, dan DBHCHT, terserap sebesar Rp 55.928.394.248,-. Berikut ini
target indikator Urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi
Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian Tahun 2014
dan realisasinya ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel II.68 Target dan RealisasiIndikatorUrusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum,
Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian Tahun 2014
INDIKATOR TARGET
2014 REALISASI
2014 TARGET
2015 KET
1 Hasil opini BPK untuk laporan keuangan WDP WDP WTP
2 Tingkat capaian kinerja pemerintah kota Sangat baik Sangat baik Sangat baik
3 Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) memuaskan memuaskan Memuaskan
4 Penyederhanaan prosedur pelayanan publik 100% 100% 100%
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 112
INDIKATOR TARGET
2014 REALISASI
2014 TARGET
2015 KET
5 Ketersediaan Standar Operasional Prosedur bidang perizinan dan pelayanan umum
100% 100% 100%
6 Penyelesaian aduan masyarakat 100% 100% 100%
7 Tingkat kompetensi aparataur 91% 83,18% 90%
8 Tingkat pelanggaran etika aparat
- Persentase PNS yang mendapat hukuman disiplin 7,38% 0,06% 2%
- Persentase Rata-rata tingkat kehadiran PNS dalam 1 Tahun
95,5% 98% 96%
- Penanganan kasus pelanggaran disiplin PNS 20 orang 10 orang 15 orang
9 Jumlah & jenis peraturan yang mengatur
penyelenggaraan pelayanan publik yang dikeluarkan daerah
3 3 3
10 Tingkat penyelesaian permasalahan hukum 100% 100% 100%
11 Jumlah Perda/ Raperda yang mengakomodasi masukan masyarakat
12 5 35
12 Jumlah dengar pendapat dengan masyarakat dalam penyusunan Perda
4 kali 5 kali 20 kali
13 Ditetapkannya Perda APBD tepat waktu Tepat waktu Tepat waktu Tepat waktu
14 Ditetapkannya dokumen perencanaan sesuai peraturan yang berlaku (RPJM, RKPD)
sesuai Sesuai sesuai
15 Kesesuaian kelembagaan SKPD dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku
Sesuai Sesuai Sesuai
16 Rasio dana DAK, TP, Dekonsentrasi dan dana hibah serta dana bantuan lainnya terhadap total APBD
17% 16% 18%
17 Jumlah asset daerah yang dikelola pihak lain. 17% 19% 25%
18 Rasio nilai asset daerah yang dikelola 75% 75% 80%
19 Jumlah kerjasama dengan lembaga keuangan 2 4 3
20 Jumlah kerjasama dengan swasta Ada Ada Ada
21 Jumlah dan jenis bank dan cabang 54 35 55
22 Jenis dan jumlah perusahaan asuransi dan cabang 11 5 11
23 Jumlah dan macam pajak 7 10 9
24 Jumlah dan macam restribusi Daerah 3 3 3
25 Jumlah dan jenis kerjasama antar daerah yang berhasil dijalin
3 3 3
Keterangan :
: Tercapai / melampaui ( Realisasi tahun 2014≥100%target 2014 atau ≥100%target RPJMD)
: Akan tercapai (Realisasi tahun 2013>80%target 2013 atau>80% Target RPJMD)
: Perlu Upaya keras (Realisasi tahun 2014 ≤ 80% target 2014 atau ≤ 80 % target RPJMD)
21) Ketahanan Pangan
Penyelenggaraan pembangunan ketahanan pangan di Kota Magelang
berkaitan erat dengan sektor pertanian. Ketersediaan pangan di Kota Magelang
sangat bergantung pada hasil produksi pangan daerah sekitarnya. Hal ini
disebabkan karena maraknya alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian,
untuk kebutuhan perumahan, industry dan sarana prasarana umum. Selain itu
juga belum ada regulasi daerah yang mengatur tentang perlindungan lahan
pertanian, sehingga ketersediaan pangan asal Kota Magelang belum dapat
sepenuhnya terwujud. Alokasi anggaran pada urusan ini adalah Rp
422.097.000,- dan terserap sejumlah Rp 144.692.650,-. Berikut ini capaian
kinerja penyelenggaraan pembangunan urusan ketahanan pangan tahun 2014 di
Kota Magelang:
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 113
Tabel II.69
Target dan Realisasi Kinerja Urusan Ketahanan Pangan Tahun 2014
NO INDIKATOR TARGET
2014 REALISASI
2014 TARGET
2015 KET
1. Adanya regulasi ketahanan pangan Ada ada Ada
2. Ketersediaan pangan utama 100% 100 % 100%
3. Tingkat kerawanan pangan dan gizi Tidak ada Tidak ada Tidak ada
4. Ketersediaan dan cadangan pangan:
a. Ketersediaan energi Kkal/kap/th 2200 2345,2 2090
b. Ketersediaan protein gram/kap/ tahun 57 64,13 57
5. Distribusi dan akses pangan:
a. Ketersediaan informasi pasokan harga dan akses pangan daerah
87% 96% 90%
b. Stabilitas harga dan pasokan pangan 88% 100% 100%
6. Penganekaragaman dan keamanan pangan:
a. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) 94 94,5 95
b. Pengawasan dan Pembinaan Keamanan Pangan
0 0 0
7. Penanganan kerawanan pangan :
a. Penanganan daerah rawan pangan 100% 100% 100%
Keterangan :
: Tercapai / melampaui ( Realisasi tahun 2012 ≥ 100% target 2012 atau ≥ 100% target RPJMD) : Akan tercapai (Realisasi tahun 2012 >80% target 2012 atau > 80% Target RPJMD)
: Perlu Upaya keras (Realisasi tahun 2012 ≤ 80% target 2012 atau ≤ 80 % target RPJMD)
Tabel diatas menunjukkan bahwa target indikator RPJMD urusan ketahanan
pangan tahun 2014 telah tercapai. Selanjutnya mengacu pada Undang-undang
nomor 18 tahun 2012, guna memenuhi kebutuhan dan konsumsi pangan bagi
masyarakat, rumah tangga dan perseorangan secara berkelanjutan, maka perlu
dilakukan upaya-upaya:
a. mengembangkan Produksi Pangan yang bertumpu pada sumber daya,
kelembagaan, dan budaya lokal;
b. mengembangkan efisiensi sistem usaha Pangan;
c. mengembangkan sarana, prasarana, dan teknologi untuk produksi,
penanganan pascapanen, pengolahan, dan penyimpanan Pangan;
d. membangun, merehabilitasi, dan mengembangkan prasarana Produksi
Pangan;
e. mempertahankan dan mengembangkan lahan produktif; dan
f. membangun kawasan sentra Produksi Pangan
Disamping itu Pemerintah juga berkewajiban mengelola stabilisasi pasokan
dan harga Pangan Pokok, mengelola cadangan Pangan Pokok Pemerintah, dan
distribusi Pangan Pokok untuk mewujudkan kecukupan Pangan Pokok yang aman
dan bergizi bagi masyarakat.
Tabel II.70
Ketersediaan Pangan Hasil Pertanian Kota Magelang
No Jenis Pangan Hasil
Pertanian
Tahun
2008 2009 2010 2011 2012
1. Padi (ton) 2.750 2.799 2.847 3.131,98 3.272
2. Jagung (ton) 10 12,7 12,80 19,50 -
3. Ketela Pohon (ton) 42 140 155 126 148,96
4. Daging Ruminansia (kg) 958.902 898.568 686.220 604.292 668.122
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 114
No Jenis Pangan Hasil
Pertanian
Tahun
2008 2009 2010 2011 2012
5. Daging Unggas (kg) 264.291 1.374.513 1.109.797 712.017 3.022.127
6. Susu (lt) 28.270 21.867 28.270 36.432 86.410
7. Telur (kg) 84.662 1.467.144 80.972 44.020 1.130.960
Sumber: DDA Kota Magelang 2009, 2010, 2011, 2012, 2013
Keberadaan lahan sawah di Kota Magelang dari tahun ke tahun semakin
menurun akibat alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian untuk
kebutuhan perumahan, industri perdagangan, dan fasilitas umum lainnya. Pada
tahun 2008 luas lahan sawah di Kota Magelang adalah sebesar 211,73 ha namun
pada tahun 2013 luas lahan sawah semakin berkurang sebesar 0,96% atau
menjadi 209,70 ha. Maraknya alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian,
serta belum adanya kebijakan Pemerintah Daerah untuk melindungi lahan
pertanian pangan berkelanjutan tentunya akan berdampak buruk bagi ketahanan
pangan di Kota Magelang.
Tabel II.71
Kebutuhan Pangan Penduduk Kota Magelang Tahun 2012-2013
Kelompok Pangan Konsumsi
(kg/kap/thn)
Kebutuhan Pangan Penduduk
Kota Magelang (Kg) Pertumbuhan
(%) 2012 2013
1. Padi-padian
a. Beras 93.32 12,052,371.32 11,174,323.44 (7,29)
b. Jagung 0.45 58,117.95 53,883.90 (7,29)
c. Terigu 11.54 1,490,402.54 1,381,822.68 (7,29)
2. Umbi-umbian
a. Singkong 7.12 919,555.12 852,563.04 (7,29)
b. Ubi Jalar 1.57 202,767.07 187,994.94 (7,29)
c. Kentang 1.19 153,689.69 142,492.98 (7,29)
d. Sagu 0.01 1,291.51 1,197.42 (7,29)
e. Umbi lainnya 0.08 10,332.08 9,579.36 (7,29)
3. Pangan Hewani
a. Daging ruminansia 1.73 223,431.23 207,153.66 (7,29)
b. Daging unggas 4.14 534,685.14 495,731.88 (7,29)
c. Telur 6.00 774,906.00 718,452.00 (7,29)
d. Susu 2.24 289,298.24 268,222.08 (7,29)
e. Ikan 8.92 1,152,026.92 1,068,098.64 (7,29)
4. Minyak dan Lemak
a. Minyak kelapa 0.42 54,243.42 50,291.64 (7,29)
b. Minyak sawit 6.89 889,850.39 825,022.38 (7,29)
c. Minyak lainnya 0.09 11,623.59 10,776.78 (7,29)
5.Buah/Biji Berminyak
a. Kelapa 1.70 219,556.70 203,561.40 (7,29)
b. Kemiri 0.44 56,826.44 52,686.48 (7,29)
6. Kacang-kacangan
a. Kedelai 9.81 1,266,971.31 1,174,669.02 (7,29)
b. Kacang tanah 0.30 38,745.30 35,922.60 (7,29)
c. Kacang hijau 0.39 50,368.89 46,699.38 (7,29)
d. Kacang lain 0.02 2,583.02 2,394.84 (7,29)
7. Gula
a. Gula pasir 7.99 1,031,916.49 956,738.58 (7,29)
b. Gula merah 1.52 196,309.52 182,007.84 (7,29)
8. Sayur dan Buah
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 115
Kelompok Pangan Konsumsi
(kg/kap/thn)
Kebutuhan Pangan Penduduk
Kota Magelang (Kg) Pertumbuhan
(%) 2012 2013
a. Sayur 54.95 7,096,847.45 6,579,822.90 (7,29)
b. Buah 21.61 2,790,953.11 2,587,624.62 (7,29)
9. Lain-lain
a. Minuman 20.85 2,692,798.35 2,496,620.70 (7,29)
b. Bumbu-bumbuan 3.71 479,150.21 444,242.82 (7,29)
Sumber : Hasil Susenas, 2009, diolah UPTB KP
Standar Pelayanan Minimal (SPM) urusan ketahanan pangan meliputi: 1)
Ketersedian dan cadangan pangan, 2) Distribusi dan akses pangan, 3)
Penganekaragaman dan keamanan pangan, dan 4) Penanganan kerawanan
pangan.
22) Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Pemberdayaan masyarakat secara umum dipandang sebagai sebuah proses
untuk mendorong masyarakat meningkatkan kemandirian dalam
mengembangkan perkehidupan mereka, khususnya bagi mereka yang kurang
memiliki akses ke sumber daya pembangunan. Upaya pemberdayaan
masyarakat dapat dicapai dengan menciptakan suasana yang memungkinkan
potensi masyarakat berkembang (enabling), memperkuat potensi atau daya
yang dimiliki oleh masyarakat (empowering) dengan langkah-langkah positif
yang nyata. Dengan kata lain, salah satu kunci dari pemberdayaan masyarakat
adalah menciptakan kondisi yang memungkinkan masyarakat untuk
berpartisipasi aktif dalam proses perencanaan dan pelaksanaan pembangunan.
Upaya pemberdayaan masyarakat secara nyata dan masif terlihat pada
tahun 2007 saat pemerintah secara nasional meluncurkan Program
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) sebagai upaya penanggulangan kemiskinan
berbasis masyarakat. Sejak tahun 2008, PNPM Mandiri Perkotaan dimulai di Kota
Magelang. Selain PNPM, pemerintah mengintesifkan pembinaan terhadap
lembaga-lembaga kemasyarakatan di kelurahan, seperti misalnya PKK dan LPM,
sebagai upaya empowering masyarakat untuk mencapai mewujudkan
pemberdayaan masyarakat.
Alokasi anggaran untuk urusan pemberdayaan masyarakat dan desa di
Kota Magelang sebesar Rp 4702142000,- dengan penyerapan sebesar Rp
1.681.924.477,-. Terdapat 3 indikator dalam urusan ini yaitu rata-rata jumlah
kelompok binaan lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM), rata-rata jumlah
kelompok binaan PKK, dan jumlah LSM yang ada di Kota Magelang. Capaian
kinerja untuk masing-masing indikator pada tahun 2014 terlihat pada tabel
berikut:
Tabel II.72
Target dan Realisasi Udikator Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
NO URAIAN Target 2014
Realisasi Target 2015
Keterangan
1 Rata – rata jumlah kelompok binaan lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM)
65% 65% 4 ●
2 Rata – rata jumlah kelompok binaan PKK 44.11% 44.11% 7 ●
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 116
3 Jumlah LSM yang ada di Kota Magelang 17 17 18 ●
Dari 3 indikator yang ada, hanya 1 indikator yang belum mencapau target
yaitu jumlah LSM yang dilihat dari jumlah LSM yang aktif di Kota Magelang. LSM
sebenarnya memiliki peran penting untuk membuka akses bagi masyarakat
dalam penyusunan kebijakan yaitu untuk menjamin proses yang partisipatif,
transparan, dan akuntabel. Dapat dikatakan bahwa absennya LSM menjadi celah
kelemahan dalam upaya mewujudkan pemberdayaan masyarakat, karena LSM
merupakan wadah bagi masyarakat untuk menyuarakan aspirasi mereka, dan
upaya mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance) yang
mensyaratkan adanya partisipasi dan transparansi publik.
23) Statistik
Alokasi anggaran untuk Urusan Statistik pada Tahun Anggaran 2014
sebesar Rp 336.704.000,- yang bersumber dari APBD Kota Magelang, dengan
serapan sebesar Rp 317.157.150,-. Adapun target indikator Urusan Statistik
Tahun 2014 dan adalah adanya Buku Daerah Dalam Angka dan Buku PDRB Kota
Magelang sebagaimana tampak sebagai berikut:
Tabel II.73 Target dan Realisasi Indikator Urusan Statistik Tahun 2014
INDIKATOR TARGET
2014 REALISASI
2014 TARGET
2015 KET
1 Tersedianya dokumen data/ informasi/ statistik daerah:
- Buku Daerah dalam Angka ada ada ada
- Buku PDRB Kota ada Ada. ada
Keterangan :
: Tercapai / melampaui ( Realisasi tahun 2014≥100%target 2014 atau ≥100%target RPJMD)
: Akan tercapai (Realisasi tahun 2014>80%target 2014 atau>80% Target RPJMD)
: Perlu Upaya keras (Realisasi tahun 2014 ≤ 80% target 2014 atau ≤ 80 % target RPJMD)
24) Kearsipan
Urusan Kearsipan dengan alokasi anggaran Tahun 2014 sebesar Rp
342.568.000,- yang berasal dari dana APBD Kota Magelangdengan serapan
sebesar Rp 333.167.550,-. Dibawah ini target dan capaian indikator Urusan
Kearsipan Tahun 2014:
Tabel II.74 Target dan RealisasiIndikator Urusan Kearsipan Tahun 2014
INDIKATOR TARGET
2014 REALISASI
2014 TARGET
2015 KET
1 Persentase SKPD yang melaksanakan arsip baku 65% 65% 100%
2 Peningkatan SDM pengelola kearsipan 45% 45% 60%
3 Terlaksananya penyelamatan dan pelestarian dokumen/ arsip daerah
80% 80% 100%
4 Terpeliharanya sarana dan prasarana kearsipan 70% 70% 85%
Keterangan :
: Tercapai / melampaui ( Realisasi tahun 2014≥100%target 2014 atau ≥100%target RPJMD)
: Akan tercapai (Realisasi tahun 2014>80%target 2014 atau > 80% Target RPJMD)
: Perlu Upaya keras (Realisasi tahun 2014 ≤ 80% target 2014 atau ≤ 80 % target RPJMD)
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 117
25) Komunikasi dan informatika
Alokasi anggaran untuk Urusan Komunikasi dan Informatika Tahun 2014
sebesar Rp 2.788.354.000,- bersumber dari APBD Kota Magelang dengan
serapan anggaran sebesar Rp 2.438.410.947,-. Target dan capaian indikator
Urusan Komunikasi dan Informatika Tahun 2014 sebagai berikut :
Tabel II.75 Target dan Capaian Indikator Urusan Komunikasi dan Informatika
Tahun 2014
INDIKATOR TARGET
2014 REALISASI
2014 TARGET
2015 KET
1 e-Government
- e-Procurement (LPSE) 90% 100% 100% - Jumlah SKPD yang menggunakan Sistem
Informasi 46 46 46
- Jumlah SKPD yang memiliki website 46 22 46 - WAN (Wide Area Network) setiap SKPD 60% 37% 75% - Penggunaan software legal/ OSS di setiap
SKPD 100% 24,68% 100%
2 Jumlah jaringan komunikasi operator dengan kondisi baik
8 buah 8 buah 15
3 Jumlah sarana penyedia informasi melalui media informasi
13 buah 13 buah 13
4 Jumlah Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) 14buah 13 buah 17 5 Rasio wartel/warnet terhadap penduduk 0,068% 0,045% 0,059 6 Tersedianya / Jumlah Hot Spot pada ruang
terbuka publik di Kota Magelang 3 20 5
Keterangan :
: Tercapai / melampaui ( Realisasi tahun 2014≥100%target 2014 atau ≥100%target RPJMD)
: Akan tercapai (Realisasi tahun 2014>80%target 2014 atau>80% Target RPJMD)
: Perlu Upaya keras (Realisasi tahun 2014 ≤ 80% target 2014 atau ≤ 80 % target RPJMD)
Dari beberapa indikator terkait dengan pelaksanaan Urusan Komunikasi
dan Informatika, dari target yang ditetapkan di Tahun 2014 ada beberapa
indikator yang perlu upaya keras agar mampu mencapai target RPJMD 2015
sebagaimana nampak pada tabel di atas. Jumlah penggunaan software
legal/OSS di setiap SKPD dan WAN (Wide Area Network) setiap SKPD harus
diupayakan sebagai prioritas utama.
Urusan Komunikasi dan informatika merupakan salah satu urusan wajib
yang berperan dalam rangka mensosialisasikan hasil – hasil pembangunan dan
sarana promosi daerah untuk menjaring investor masuk ke daerah sehingga
perlu di dukung oleh Sumber daya manusia yang berkompenten dan profesional
di bidangnya.
26) Perpustakaan
Urusan Perpustakaan dengan alokasi anggaran tahun 2014 sebesar Rp
2.251.008.000,- dengan sumber dana yang berasal dari APBD Kota
Magelangdengan serapan sebesar Rp 2.061.206.248,-. Berikut ini target dan
realisasi indikator Perpustakaan Tahun 2014:
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 118
Tabel II.76 Target dan Realisasi Indikator Urusan Perpustakaan Tahun 2014
INDIKATOR
TARGET 2014
REALISASI 2014
TARGET 2015
KET
1 Koleksi buku yang tersedia di perpustakaan daerah 39500 41476 39.500
2 Jumlah pengunjung perpustakaan per tahun 52.834 78483 58.834
3 Jumlah Perpustakaan 230 250 230
Keterangan :
: Tercapai / melampaui ( Realisasi tahun 2014≥100%target 2014 atau ≥100%target RPJMD)
: Akan tercapai (Realisasi tahun 2014>80%target 2014 atau > 80% Target RPJMD)
: Perlu Upaya keras (Realisasi tahun 2014 ≤ 80% target 2014 atau ≤ 80 % target RPJMD)
b. Fokus Urusan Pelayanan Pilihan
Analisis kinerja atas layanan urusan pilihan dilakukan terhadap indikator-
indikator kinerja penyelenggaraan urusan pilihan pemerintahan daerah yaitu bidang
urusan: (i) Pertanian, (ii) Kehutanan, (iii) Enegri dan Sumber Daya Mineral, (iv)
Pariwisata, (v) Kelautan dan Perikanan, (vi) Perdagangan, (vii) Perindustrian, dan
(viii) Ketransmigrasian. Gambaran dari masing-masing penjelasan urusan pilihan
tersebut adalah sebagai berikut:
1) Pertanian
Sektor Pertanian dengan alokasi anggaran tahun 2013 sebesar Rp
7.091.349.000,- dengan sumber dana APBD Kota Magelang dan sumber dana
lainnya dan serapan sebesar Rp 5.288.685.309,-.
Penyelenggaraan pembangunan pertanian yang diarahkan untuk
meningkatkan sumber daya petani melalui pelatihan yang dilakukan oleh Dinas
Pertanian, Peternakan, dan Perikanan telah mencapai target RKPD tahun 2014.
Target rasio petani terlatih di bidang pertanian, peternakan, dan perikanan
adalah 90%, terealisasi sebesar 90%.
Tabel II.77
Target dan Capaian Kinerja Urusan Pertanian
NO INDIKATOR TARGET
2014 REALISASI
2014 TARGET
2015 KET
1. Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB
2. Rasio petani terlatih di bidang pertanian 90% 90%
3. Rasio petani terlatih di bidang peternakan 90% 90%
Keterangan :
: Tercapai / melampaui ( Realisasi tahun 2014 ≥ 100% target 2014 atau ≥ 100% target RPJMD)
: Akan tercapai (Realisasi tahun 2014 >80% target 2014 atau > 80% Target RPJMD)
: Perlu Upaya keras (Realisasi tahun 2014 ≤ 80% target 2014 atau ≤ 80 % target RPJMD)
Berdasarkan monitoring dan evaluasi pelaksanaan RKPD 2014, ada
beberapa indikator kinerja program RPJMD yang targetnya akan sulit tercapai,
yaitu:
a. Jumlah produksi peternakan yang meliputi: daging, susu, dan produksi
perikanan kelompok tani;
b. Jumlah ternak yang diperiksa kesehatannya.
Pengembangan sektor pertanian di Kota Magelang dengan luas wilayah
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 119
yang hanya 18,12 Km2 di tahun-tahun mendatang akan menghadapi kendala,
karena terbatasnya lahan pertanian seiring dengan tingginya laju alih fungsi
lahan pertanian. Oleh karena itu Pemerintah Kota Magelang perlu menetapkan
suatu wilayah sebagai lahan pertanian abadi.
Optimalisasi produksi peternakan di Kota Magelang dapat diupayakan
melalui peningkatan populasi ternak dengan menerapkan good farming
practice. Sementara peningkatan produksi perikanan dapat ditempuh melalui
pengembangan budidaya ikan di lahan milik masyarakat (termasuk pekarangan
rumah) dengan menggunakan: benih yang berkualitas, sarana dan prasarana
perbenihan yang memadai, serta terjaminnya siklus produksi perikanan di
masyarakat.
2) Kehutanan
Sektor Kehutanan Tahun 2014 dengan alokasi dana sebesar Rp
300.126.000,- dengan sumber dana APBD Kota Magelangdan DAK dengan
serapan anggaran sebesar Rp 280.996.650,-. Target dan Realisasi indikator
Urusan Kehutanan Tahun 2014 tampak sebagai berikut :
Tabel II.78 Target dan Realisasi Indikator Urusan Kehutanan Tahun 2014
INDIKATOR TARGET 2014 REALISASI 2014 TARGET 2015 KET
1 Rehabilitasi hutan dan lahan kritis 23 Ha 28 Ha 25 Ha
2 Konservasi kawasan hutan 71 Ha 69 Ha 71 Ha
3 Kerusakan kawasan hutan 2 Ha 1 Ha 0 Ha
Keterangan :
: Tercapai / melampaui ( Realisasi tahun 2014≥100%target 2014 atau ≥100%target RPJMD): Akan tercapai
(Realisasi tahun 2014 >80%target 2014 atau>80% Target RPJMD)
: Perlu Upaya keras (Realisasi tahun 2014 ≤ 80% target 2014 atau ≤ 80 % target RPJMD)
Satu-satunya hutan yang di Kota Magelang adalah hutan Gunung Tidar.
Realisasi indicator rehabilitasi hutan dan lahan kritis hutan Gunung Tidar (28%)
telah melebihi target RPJMD (23%). Konservasi kawasan hutan Gunung Tidar
yang dilakukan oleh Dinas Pertanian, Peternakan, dan Perikanan telah
mencapai target RPJMD sebesar 69 Ha. Selanjutnya, pada tahun 2014 tidak
terjadi kerusakan kawasan hutan Gunung Tidar.
3) Energi dan Sumber Daya Mineral
Alokasi anggaran tahun 2014 untuk urusan energi dan sumber daya
mineral sebesar Rp 1.371.862.000,- dari sumber dana APBD KOTA MAGELANG
dengan serapan Rp 1.355.957.715,-. Kota Magelang sudah memiliki 4 buah
SPBU yang tersebar di tempat-tempat strategis yang dapat melayani kebutuhan
masyarakat dengan segera. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan gas elpiji
di Kota Magelang sudah ada SPBE 1 (satu) Buah.
4) Kelautan dan Perikanan
Alokasi dana Kelautan dan Perikanan Tahun 2014 sebesar Rp
811.163.000,- yang berasal dari APBD Kota Magelangdengan serapan sebesar
Rp 799.114.500,-. Target indikator Kelautan dan Perikanan yaitu Rasio petani
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 120
perikanan terlatih tahun 2014 sebesar 70 % dengan capaian sebesar 80 %.Hal
yang perlu diperhatikan dalam kegiatan pembangunan tahun 2015 adalah
peningkatan SDM petani di bidang perikanan, peningkatan produksi perikanan,
dan pengembangan budidaya ikan di lahan sempit.
5) Perdagangan
Urusan Perdagangan pada tahun 2014 dialokasikan dana sebesar Rp
2.217.136.000,- dengan serapan sebesar Rp 1.851.324.799,-. Target dan
realisasi Indikator Urusan Perdagangan Tahun 2013 ditunjukkan pada tabel
dibawah ini :
Tabel II.79 Target dan realisasi Indikator Urusan Perdagangan Tahun 2014
INDIKATOR TARGET 2014 REALISASI 2014
TARGET 2015
KET
1 Jumlah sektor informal / PKL yang tertata 151 143 310
2 Jumlah kelembagaan PKL yang tertib administrasi
20 20 26
Keterangan :
: Tercapai / melampaui ( Realisasi tahun 2014≥100%target 2014 atau ≥100%target RPJMD)
: Akan tercapai (Realisasi tahun 2014 >80%target 2014 atau > 80% Target RPJMD)
: Perlu Upaya keras (Realisasi tahun 2014 ≤ 80% target 2014 atau ≤ 80 % target RPJMD)
Program pembinaan pedagang kakilima dan asongan, pada tahun 2014
realisasinya telah mencapai 143 PKL yang artinya belum mencapai target 151
PKL. Kondisi ini jika dirujuk ke target RPJMD 2011-2015 yang mentargetkan
310 PKL tertata, maka optimistis bahwa pada tahun 2015 akan tercapai. Untuk
indikator jumlah kelembagaan PKL yang tertib administrasi, tahun 2014 telah
mencapai 20 lembaga, sedangkan target yang ingin diraih di tahun 2015 adalah
26 lembaga. Maka harus ada penekanan terhadap kegiatan-kegiatan yang
mendukung pencapaian indikator tersebut.
6) Perindustrian
Dialokasikan dana Urusan Perindustrian Tahun 2014 sebesar Rp
789.851.000,- dengan serapan sebesar Rp 586.718.895,-. Target dan realisasi
indikator Urusan Perindustrian Tahun 2014 tampak pada tabel berikut:
Tabel II.80 Target dan Realisasi Indikator Urusan Perindustrian Tahun 2014
INDIKATOR TARGET 2014 REALISASI 2014 TARGET 2015 KET
1 Jumlah industri rumah tangga 2000 2190 2.150
2 Kontribusi sektor industri terhadap PDRB 5% 5% 5,5%
Keterangan :
: Tercapai / melampaui ( Realisasi tahun 2013≥100%target 2013 atau ≥100%target RPJMD)
: Akan tercapai (Realisasi tahun 2013>80%target 2013 atau > 80% Target RPJMD)
: Perlu Upaya keras (Realisasi tahun 2013 ≤ 80% target 2013 atau ≤ 80 % target RPJMD)
Indikator jumlah industri rumah tangga realisasinya telah mencapai
target. Berdasarkan data dari Dinas Koperasi, Perindustrian dan
PerdaganganKota Magelang pada Tahun 2014, pengembangan sektor industri,
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 121
baik industri kecil maupun menengah dilakukan melalui pendekatan sentra,
klaster, kelompok usaha bersama (KUB) dan OVOP (one village one product).
7) Ketransmigrasian
Alokasi dana Urusan Ketransmigrasian Tahun 2014 sebesar Rp.
216.290.000,- dengan sumber dana dari APBD Kota Magelang dengan serapan
anggaran Rp. 185.543.300,-. Target dan realisasi Indikator Urusan
Ketransmigrasian Tahun 2014 seperti tampak pada tabel berikut:
Tabel II.81
Target dan Realisasi Indikator Urusan Ketransmigrasian Tahun 2014
No Uraian Target
2014
Realisasi 2014
Target 2015
Ket
1 Peserta transmigrasi yang dikirim 4 KK 4 KK
2 Jumlah sosialisasi transmigrasi 300 KK 300 KK 300 KK
Keterangan :
: Tercapai / melampaui ( Realisasi tahun 2014≥100%target 2014 atau ≥100%target RPJMD)
: Akan tercapai (Realisasi tahun 2014>80%target 2014 atau > 80% Target RPJMD)
: Perlu Upaya keras (Realisasi tahun 2014 ≤ 80% target 2014 atau ≤ 80 % target RPJMD)
Capaian indikator urusan ketransmigrasian pada Tahun 2014 ini telah
tercapai semua sesuai dengan yang ditargetkan.
Untuk indikator peserta transmigrasi yang dikirim Instansi
kabupaten/kota tidak bisa menargetkan karena lokasi tujuan transmigrasi dan
kuota ditentukan oleh Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI dalam hal
ini Ditjen Pembinaan Penyiapan Pemukiman dan Penempatan Transmigrasi
(P4T) pada tahun yang bersangkutan. Pada Tahun 2014, lokasi yang
ditetapkan adalah Kab. Kubu Raya, Provinsi Kalimantan Barat dengan potensi
usaha kelapa sawit. Untuktarget pada tahun 2016 masih menunggu hasil
koordinasi antara pemerintah pusat dengan lokasi tujuan penempatan
transmigrasi di awal Tahun 2016.
Untuk indikator jumlah sosialisasi transmigrasi juga telah mencapai target
yang ditetapkan. Sosialisasi dimaksudkan untuk memberikan informasi
mengenai potensi lokasi transmigrasi agar minat, motivasi dan partisipasi
masyarakat masyarakat Kota Magelang untuk bertransmigrasi bisa muncul.
Selama ini penyuluhan dilaksanakan dalam lingkup kelurahan dengan
menghadirkan pemuka setempat dan masyarakat miskin, serta dengan
memanfaatkan teknologi informasi yang berkembang di masyarakat.
8) Pariwisata
Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor primadona karena mampu
menggerakkan sektor-sektor lainnya. Urusan Pariwisata dengan alokasi
anggaran Tahun 2014 sebesarRp 1.047.603.000,- bersumber dari APBD Kota
Magelang dengan serapan sebesar Rp 746.876.260,-. Kinerja urusan Pariwisata
diindikasikan dari 2 indikator yang termasuk dalam Program Pengembangan
Pemasaran Pariwisata dengan capaian sampai dengan triwulan II tahun 2014
sebagai berikut:
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 122
Tabel II.82
Target Indikator Urusan Pariwisata Tahun 2014
Dan Realisasi Pencapaian hingga Triwulan IV Tahun 2014
NO URAIAN TARGET
2014
CAPAIAN
2014
TARGET
2015 KET
Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata
1 Jumlah kunjungan wisata 1.107.063 994.187 1.119.365
2 Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB 8% 3,5% 8% Sumber: Disporabudpar Kota Magelang
Keterangan:
: Sudah tercapai/melampaui (Realisasi hingga TW IV tahun 2014 ≥ 100% target 2014)
: Akan tercapai (Realisasi hingga TW IV tahun 2014 >70% target tahun 2015)
: Perlu Upaya keras (Realisasi hingga TW IV tahun 2014 ≤ 70% target tahun 2015)
Berdasarkan kondisi capaian kinerja sampai dengan triwulan IV tahun
2014 sebagaimana tabel di atas kinerja urusan pariwisata tergolong masih
rendah karena tidak mampu memenuhi target yang ditetapkan tahun 2014.
Apabila dihadapkan dengan target 2015, maka 1 target yaitu jumlah kunjungan
wisata optimis akan tercapai, sedangkan 1 target lainnya yaitu kontribusi sektor
pariwisata terhadap PDRB memerlukan upaya keras untuk memenuhi target.
Jumlah kunjungan wisata sampai dengan triwulan IV Tahun 2014 hanya
tercapai 994.187 wisatawan, atau terpaut 112.879 wisatawan dari target
1.107.063. Dengan demikian kinerja jumlah kunjungan wisata pada tahun 2014
hanya tercapai 89,80% dari target yang ditetapkan. Walaupun demikian apabila
dihadapkan pada target 2015, jumlah kunjungan wisata optimis dapat tercapai,
apalagi pada tahun 2015 dilaksanakan agenda Ayo Ke Magelang 2015 yang
dimeriahkan kurang lebih 115 event kebudayaan dan kesenian. Agenda Ayo Ke
Magelang Tahun 2015 dimulai dengan pencanangan “Ayo ke Magelang” pada
hari Kamis 1 Januari 2015 dini hari pukul 00.00 WIB bertepatan dengan
pergantian tahun baru yang dimeriahkan dengan berbagai atraksi budaya dan
kesenian serta pesta kembang api.
Demikian pula dengan kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB
capaiannya hanya sebesar 3,5% kurang dari 50% dari target 8% pada tahun
2014. Capaian kinerja indikator ini terpaut jauh dibandingkan dengan target
tahun 2015 sebesar 8% sehingga perlu upaya keras untuk mencapainya.
Berbagai kendala yang dihadapi dalam upaya pencapaian target pada
akhir tahun 2014 adalah rendahnya kunjungan wisata sebagai akibat lemahnya
promosi, informasi dan pemasaran pariwisata, kurang memadainya sarana dan
prasarana kepariwisataan, kurangnya kreativitas, kreasi, atraksi dan berbagai
fasilitas pendukung destinasi pariwisata, serta masih rendahnya sumber daya
manusia pengelola pariwisata. Disamping itu juga kurangnya inventarisasi dan
penggalian berbagai keunikan atau ciri khas Kota Magelang yang mampu
menarik wisatawan berkunjung. Berbagai keunikan tersebut bisa berupa
potensi pariwisata dan budaya Kota Magelang, dan juga even-even pariwisata
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 123
maupun destinasi-destinasi pariwisata.
Pemasaran dan promosi kepariwisataan merupakan salah satu faktor yang
sangat krusial dalam peningkatan kunjungan wisatawan. Pemasaran pariwisata
perlu dilakukan bekerja sama dengan berbagai stake holder pariwisata, dan
bekerja sama dengan daerah/ kabupaten kota lain di sekitar Kota Magelang
yang mempunyai potensi wisata skala nasional dan internasional. Pemasaran
dan promosi pariwisata juga perlu dilakukan melalui penciptaan berbagai even-
even pariwisata dan pameran skala provinsi dan nasional, leaflet, booklet, dan
foto-foto. Di sisi lain, saat ini dalam pemasaran dan promosi pariwisata perlu
memanfaatan kemajuan teknologi informasi seperti melalui media televisi
maupun internet atau website agar dapat dikenal tidak hanya secara nasional
tetapi juga sampai ke luar negeri.
Permasalahan utama lainnya adalah tindak lanjut dari agenda Ayo Ke
Magelang pada tahun 2015. Pasca berakhirnya Agenda Ayo Ke Magelang Tahun
2015 perlu upaya untuk mempertahankan tingkat kunjungan wisata ke Kota
Magelang. Agenda Ayo Ke Magelang merupakan momentum peningkatan sektor
kepariwisataan di Kota Magelang, ke depan Kota Magelang perlu disiapkan
Menuju Kota Budaya. Berbagai sarana prasarana Kota Magelang yang sudah
dilengkapi, taman-taman yang dibangun dan dipercantik dalam rangka
mendukung city branding Magelang Kota Sejuta Bunga perlu terus
dipertahankan dan ditingkatkan untuk meningkatkan citra dan daya tarik Kota
Magelang. Disamping sarana prasarana, perlu pula peningkatan sumber daya
manusia, manajemen maupun promosi dan pemasaran dalam rangka
mengenalkan dan mempromosikan Kota Magelang tidak hanya pada level
regional, tetapi sampai ke tingkat internasional agar dapat mendatangkan
wisatawan sebanyak-banyaknya dari dalam maupun luar negeri serta dapat
meningkatkan daya tarik wisata Kota Magelang.
B. Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD sampai Tahun Berjalan dan
Realisasi RPJMD
Evaluasi hasil pelaksanaan RKPD tahun 2014 dan capaian kinerja
penyelenggaraan pemerintahan mencakup telaahan terhadap hasil evaluasi status dan
kedudukan pencapaian kinerja pembangunan daerah, berdasarkan rekapitulasi hasil
evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan RKPD tahun lalu dan realisasi RPJMD yang
bersumber dari telaahan hasil evaluasi pelaksanaan Renja SKPD tahun lalu dan
realisasi Renstra SKPD oleh masing-masing SKPD dan/atau dari laporan pertanggung
jawaban APBD menurut tahun-tahun yang berkenaan.
Evaluasi evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan daerah
meliputi seluruh program dan kegiatan yang dikelompokkan menurut kategori urusan
wajib/pilihan pemerintahan daerah, menyangkut realisasi capaian target kinerja
keluaran kegiatan dan realisasi target capaian kinerja program tahun lalu terhadap
RPJMD.
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 124
Telaahan hasil evaluasi mencakup:
1. Realisasi program atau kegiatan yang tidak memenuhi target kinerja hasil atau
keluaran yang direncanakan.
2. Realisasi program atau kegiatan yang telah memenuhi target kinerja hasil atau
keluaran yang direncanakan.
3. Realisasi program atau kegiatan yang melebihi target kinerja hasil atau keluaran
yang direncanakan
4. Faktor-faktor penyebab tidak tercapainya, terpenuhinya atau melebihi target
kinerja program atau kegiatan
5. Implikasi yang timbul terhadap target capaian program RPJMD dan kinerja
pembangunan daerah
6. Kebijakan atau tindakan perencanaan dan penganggaran yang perlu diambil untuk
mengatasi faktor-faktor penyebab tersebut.
Setelah menguraikan deskripsi sub-bab ini dicantumkan tabel evaluasi
pelaksanaan program dan kegiatan RKPD tahun 2013 dan realisasi RPJMD sebagai
berikut:
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 125
Tabel II.83
Evaluasi Hasil Pelaksanaan Perencanaan Daerah
Kota Magelang sampai dengan Tahun 2014
Kode
Bidang urusan/ Pogram
Indikator Kinerja (outcome)
Target Capaian Kinerja
RPJMD Tahun
2015
Capaian Kinerja Target dan Capaian Kinerja
Tahun 2014
Target Kinerja Kondisi Kinerja pada Akhir Periode RPJMD
SKPD Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2015
Target Rp capaian Rp
Capaian
Rp Capai
an Rp Target
Realisasi
Rp Target Rp
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (10) (11) (9) (14) (15) (16) (17) (18)
MISI KE 1
Program dan kegiatan pada setiap SKPD
1 Peningkatan sarana dan
prasarana aparatur
1. Rasio pemenuhan
sarana prasarana
perkantoran
100% 80%
15.618.779.000
100%
90% 95% 1.013.858
.497
100% 15.387.988.000
100% 15.387.988.000
Semua SKPD
1.25.
Urusan Wajib Komunikasi dan Informatika
1 Pengembangan komunikasi,
informasi, dan media masa
1. Penerapan e-Procurement
(LPSE)
100% 0%
123.935.000
75% 121.028.650
0% 80% 100%
100% 140.518.000
100% 140.518.000
Dishubkominfo
2. Penerapan e-Government yang
diukur dari:
a. Jumlah SKPD yang
menggunakan Sistem Informasi
46 SKPD 18SKPD
18 SKPD
18 SKPD
30 SKPD 46
46 SKPD 46 SKPD Dishubkominfo
b. SKPD yang memiliki website
46 SKPD 6SKPD 16SKPD
6 SKPD 24 SKPD 22 46 SKPD 46 SKPD didukung
semua SKPD
c. WAN (Wide Area Network)
setiap SKPD
75% 10%
10%
10 % 50% 37%
75% 75% Dishubkominfo
2 Fasilitasi peningkatan
sumber daya manusia bidang
komunikasi dan informasi
1. Penggunaan software legal/ OSS di setiap
SKPD
100% 40%
59.915.000
40%
40% 100% 23.346.15
0
100% 64.853.000
100% 64.853.000
Dishubkominfo
1.2 Urusan Wajib Statistik
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 126
Kode
Bidang urusan/ Pogram
Indikator Kinerja (outcome)
Target Capaian
Kinerja RPJMD Tahun
2015
Capaian Kinerja Target dan Capaian Kinerja
Tahun 2014
Target Kinerja Kondisi Kinerja pada Akhir Periode RPJMD
SKPD Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2015
Target Rp capaian Rp
Capaian
Rp Capai
an Rp Target
Realisasi
Rp Target Rp
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (10) (11) (9) (14) (15) (16) (17) (18)
3
1 Pengembangan data/
informasi
Tersedianya dokumen data/ informasi/
statistik daerah:
138.657.
000
241.171.3
50
- Buku Daerah dalam Angka
ada ada Ada 74.507.2
00 ada ada ada
Ada Ada Kantor Litbang & Statistik
- Buku PDRB Kota ada ada
Ada 77.552.000
ada ada ada Ada Ada Kantor Litbang
& Statistik
1.24
Urusan Wajib Kearsipan
1 Peningkatan kualitas pelayanan
informasi
Persentase SKPD yang melaksanakan arsip baku
100% 35%
80.000.000
55% 24.240.500
60% 121.083.6
50 60% 65%
69.884.050
70% 253.000.000
70% 253.000.000
Kantor Perpus Daerah, Arsip &
Dokumentasi
Didukung semua SKPD
Peningkatan SDM
pengelola kearsipan
60% 25%
35%
35% 40% 45%
50% 50% Kantor Perpus Daerah, Arsip & Dokumentasi
Didukung semua SKPD
2 Penyelamatan dan
pelestarian dokumen/ arsip daerah
Terlaksananya penyelamatan dan pelestarian
dokumen/ arsip daerah
100% 35%
174.197.000
60% 49.999.800
60% 34.969.40
0 70% 80%
82.200.150
90% 224.537.000
90% 224.537.000
Kantor Perpus Daerah, Arsip
& Dokumentasi
Didukung
semua SKPD
3 Pemeliaraan rutin berkala sarana &
prasarana kearsipan
Terpeliharanya sarana dan prasarana kearsipan
85% 20%
50.000.000
50% 34.987.500
50 % 60% 70%
80% 80.000.000
80% 80.000.000
Kantor Perpus Daerah, Arsip &
Dokumentasi
Didukung semua SKPD
1.20
Urusan Wajib Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi
Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan
Persandian
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 127
Kode
Bidang urusan/ Pogram
Indikator Kinerja (outcome)
Target Capaian
Kinerja RPJMD Tahun
2015
Capaian Kinerja Target dan Capaian Kinerja
Tahun 2014
Target Kinerja Kondisi Kinerja pada Akhir Periode RPJMD
SKPD Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2015
Target Rp capaian Rp
Capaian
Rp Capai
an Rp Target
Realisasi
Rp Target Rp
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (10) (11) (9) (14) (15) (16) (17) (18)
1 Peningkatan pengawasan sistem internal
dan pengendalian
pelaksanaan kebijakan
kepala daerah
Hasil opini BPK untuk Laporan Keuangan
WTP WDP
668.029.000
WDP 710.322.060
WDP 699.330.3
70 WDP WDP
661.748.160
WTP 1.048.304.000
WTP 1.048.304.000
Inspektorat
Didukung smeua SKPD
2 Program peningkatan pengembanga
n sistem pelaporan capaian
kinerja dan keuangan
Tingkat capaian kinerja pemerintah kota
Sgt baik Sgt baik
1.698.367.00
Sgt baik 298.012.150
Sangat baik
360.258.850
Sgt baik Sangat
baik
Sangat baik
2.514.852.000
Sangat baik
2.514.852.000
Setda
Di dikung
semua SKPD
3 Mengintensifkan penanganan pengaduan
masyarakat
Index Kepuasan Masyarakat (IKM)
Memuaskan
baik
653.838.000
Baik 78.453.600
memuaskan
114.203.800
Memuaskan
memuaskan
memuaskan
808.372.000
memuaskan
808.372.000
Setda
Ketersediaan Standar Operasional
Prosedur bidang perizinan dan pelayanan umum
100% 100%
100%
100 % 100%
100% 100% Setda
Penyelesaian aduan masyarakat
100% 100% 100%
100 % 100% 100 100% 100% Setda
4 Peningkatan Kapasitas Sumberdaya
Aparatur
Tingkat kompetensi aparatur
92% 83.61%
1.977.734.000
90% 157.008.200
91% 95.363.00
0
91%
91%
61.655.000
92% 1.683.837.000
92% 1.683.837.000
5 Program optimalisasi
pemanfaatan teknologi informasi
Penyederhanaan prosedur pelayanan publik
100% 100%
100% 152.733.650
100% 87.987.65
0
100%
100% 22.539.000
100% 22.539.000
Setda
Didukung smeua SKPD
1.10
Urusan wajib Kependudukan dan Catatan Sipil
1 Penataan administrasi
Rasio penduduk berKTP per satuan
100% 100% 998.967.
000
100% 875.786.600
88.88%
909.792.400
100% 90.1 1.052.675
.825
100% 100% Dispendukcapil
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 128
Kode
Bidang urusan/ Pogram
Indikator Kinerja (outcome)
Target Capaian
Kinerja RPJMD Tahun
2015
Capaian Kinerja Target dan Capaian Kinerja
Tahun 2014
Target Kinerja Kondisi Kinerja pada Akhir Periode RPJMD
SKPD Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2015
Target Rp capaian Rp
Capaian
Rp Capai
an Rp Target
Realisasi
Rp Target Rp
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (10) (11) (9) (14) (15) (16) (17) (18)
kependudukan penduduk
Rasio bayi berakte kelahiran
100% 100% 100% 100%
100% 91
100% 100% Dispendukcapil
Rasio pasangan berakte nikah
100% 100% 100%
100% 100%
100% 100% Dispendukcapil
Kepemilikan KTP 100% 100%
100% 88.88
% 100%
100% 100% Dispendukcapil
Kepemilikan akta kelahiran per 1000 penduduk
691 733 790 860
813
847 847 Dispendukcapil
Penerapan KTP
Nasional berbasis NIK
ada ada
ada ada
ada
ada ada Dispendukcapil
1.20
Urusan Wajib Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi
Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan
Persandian
1 Peningkatan Disiplin Aparatur
Tingkat pelanggaran etika aparat yg mencakup:
716.449.
000
111.488.450 0.024
225.818.080
BKD
1. Persentase PNS yang mendapat hukuman disiplin
2% 0.15% 0.06%
0.14 7.38% 93.46 2.11% 2.11% BKD
2. Persentase Rata-rata tingkat
kehadiran PNS dalam 1 Tahun
96% 97.18%
98%
95.02%
95.50% 4
96% 96% BKD
3. Penanganan kasus pelanggaran
disiplin PNS
15 org 9 org
10org 10
orang 20 orang
15 org 15 org BKD
1.06
Urusan Wajib Perencanaan pembangunan
1 Perencanaan
Bidang Ekonomi
Dokumen Perencanaan Pembangunan
Bidang Ekonomi, Sosial dan Budaya, serta Fisik
30 dokumen
5 dokumen
70.000.0
00
11
dokumen
265.155.
500 6 dokum
en
710.984.200
6 dokumen
541.460.5
25
7
dokumen
75.770.0
00
7
dokumen
75.770.0
00
Bappeda
Didukung
semua SKPD
2 Perencanaan 25.000.0 480.568.5 842.111.8 27.060.0 27.060.0
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 129
Kode
Bidang urusan/ Pogram
Indikator Kinerja (outcome)
Target Capaian
Kinerja RPJMD Tahun
2015
Capaian Kinerja Target dan Capaian Kinerja
Tahun 2014
Target Kinerja Kondisi Kinerja pada Akhir Periode RPJMD
SKPD Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2015
Target Rp capaian Rp
Capaian
Rp Capai
an Rp Target
Realisasi
Rp Target Rp
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (10) (11) (9) (14) (15) (16) (17) (18)
Bidang Sosbud Prasarana yang berkualitas (udate
dan valid)
00 00 94 00 00
3 Perencanaan Tata Ruang
251.300.
000
246.431.500
584.094.7
35
272.015.000
272.015.000
4 Perencanaan
Pembangunan Daerah
Dokumen RPJPD
yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
ada ada
1.045.12
8.00
Ada 258.071.
750
ada
617.337.550
ada
ada
1.158.228.300
ada 1.140.88
3.000
ada 1.140.88
3.000
Bappeda
Didukung
semua SKPD
Dokumen RPJMD yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
ada ada
Ada ada
ada
ada
Ada Ada Bappeda
Didukung
semua SKPD
Dokumen RKPD yang ditetapkan dengan Peraturan
Walikota
ada ada
Ada ada
ada
ada
Ada Ada Bappeda
Didukung
semua SKPD
Tingkat Konsistensi Penjabaran program RPJMD
kedalam RKPD
90% 90%
90%
90% 90%
90% 90% Bappeda
Didukung semua SKPD
Ditetapkannya dokumen
perencanaan sesuai peraturan yang berlaku (RPJM,
RKPD)
sesuai sesuai
sesuai
sesuai sesuai
sesuai sesuai Bappeda
Didukung semua SKPD
1.20
Urusan Wajib Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat
Daerah, Kepegawaian dan Persandian
1 Penataan peraturan perundang-undangan
Jumlah peraturan yang mengatur penyelenggaraan
pelayanan publik yang dikeluarkan daerah
50.000.000
942.004.210
1.030.572
.455 3 3
834.406.525
Setda
Jumlah dengar pendapat dengan masyarakat dalam
20 kali
4 kali 5
4 kali 4 kali Setda
Didukung Setwan
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 130
Kode
Bidang urusan/ Pogram
Indikator Kinerja (outcome)
Target Capaian
Kinerja RPJMD Tahun
2015
Capaian Kinerja Target dan Capaian Kinerja
Tahun 2014
Target Kinerja Kondisi Kinerja pada Akhir Periode RPJMD
SKPD Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2015
Target Rp capaian Rp
Capaian
Rp Capai
an Rp Target
Realisasi
Rp Target Rp
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (10) (11) (9) (14) (15) (16) (17) (18)
penyusunan Perda
Jumlah Perda/ Raperda yang
mengakomodasi masukan masyarakat
60 raperda
r
27 buah
7 raperda
12
raperda 5
12 raperda
12 raperda
Setda
Didukung Setwan
Ditetapkannya Perda APBD tepat waktu
Tepat waktu
75%
Tepat waktu
Tepat waktu
tepat
Tepat waktu
Tepat waktu
DPPKD Didukung semua SKPD
Kesesuaian kelembagaan SKPD
dengan Peraturan Perundang-undangan yang
berlaku
sesuai sesuai
Sesuai
sesuai sesuai
sesuai sesuai Setda
Didukung semua SKPD
MISI 2
1.20
Urusan Wajib Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi
Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan
Persandian
1 Perencanaan Pembangunan Daerah
Rasio dana DAK, TP, Dekonsentrasi dan dana hibah serta
dana bantuan lainnya terhadap total APBD
18%
92.450.000
287.708.780
370.590.7
80 16% 16
61.763.000
18% 100.000.000
18% 100.000.000
Setda
2 Penataan Penguasaan, Penggunaan
dan Pemanfaatan Tanah
Rasio nilai asset daerah yang dikelola
80%
245.280.000
19% 140.227.200
274.739.2
00 70% 69
317.456.950
80% 265.498.000
80% 265.498.000
Setda didukung seluruh SKPD
3 Peningkatan dan Pengembangan
Pengelolaan Keuangan Daerah
Asset daerah yang dikelola pihak lain.
25%
3.466.863.000
19% 454.957.270
963.658.8
95
21%
19
25% 3.490.000.000
25% 3.490.000.000
setda
Jumlah kerjasama 3 1 4 Setda
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 131
Kode
Bidang urusan/ Pogram
Indikator Kinerja (outcome)
Target Capaian
Kinerja RPJMD Tahun
2015
Capaian Kinerja Target dan Capaian Kinerja
Tahun 2014
Target Kinerja Kondisi Kinerja pada Akhir Periode RPJMD
SKPD Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2015
Target Rp capaian Rp
Capaian
Rp Capai
an Rp Target
Realisasi
Rp Target Rp
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (10) (11) (9) (14) (15) (16) (17) (18)
dengan lembaga keuangan
Jumlah kerjasama dengan swasta
ada
ada Ada
Jumlah dan dan jenis bank dan
cabang perusahaan asuransi
55 bank/BPR
11
asuransi
52 bank/BPR
11
asuransi
5
4 Peningkatan dan
pengembangan pengelolaan
keuangan daerah
Jumlah dan macam pajak
7 9
115.422.000
9 3.520.201.680
7 10
7 197.000.000
7 207.000.000
DPPKD
5 Program Peningkatan
Promosi dan Kerjasama
Investasi
Bertambahnya laju pertumbuhan investasi
358
259
118.134.500
100 237.821.200
272
125
358 172.960.722
358 172.960.722
KPM
Jumlah Perda yang mendukung iklim usaha
3 2
2 4 KPM
Nilai investasi
swasta
41,000,00
0,000
192.725.45
6.698
40,000,0
00,000
45.063.0
96.864
41.000.0
00.000
41.000.0
00.000
KPM
6 Program Peningkatan Kerjasama
Antar Pemerintah
Daerah
Jumlah dan jenis kerjasama antar
daerah yang berhasil dijalin
3
2 1
3 3 KPM
1.16
Urusan wajib Penanaman modal daerah
1 Program Peningkatan
Iklim Investasi dan Realisasi Investasi
Kenaikan/penurunan Nilai Realisasi PMDN
24.660.000.000
192.725.456.698
53.368.000
105.256.500
105.256.500
24.630.0
00.000 45.063.0
96.864
24.650.000.000
30.804.664
24.660.000.000
30.804.664
KPM
Didukung seluruh SKPD
Jumlah investor 199 PMDN:30 33 160 76 180 199 KPM
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 132
Kode
Bidang urusan/ Pogram
Indikator Kinerja (outcome)
Target Capaian
Kinerja RPJMD Tahun
2015
Capaian Kinerja Target dan Capaian Kinerja
Tahun 2014
Target Kinerja Kondisi Kinerja pada Akhir Periode RPJMD
SKPD Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2015
Target Rp capaian Rp
Capaian
Rp Capai
an Rp Target
Realisasi
Rp Target Rp
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (10) (11) (9) (14) (15) (16) (17) (18)
berskala nasional (PMDN/PMA)
PMA:1 Didukung seluruh SKPD
Jumlah nilai investasi berskala nasional
(PMDN/PMA)
93,584,932,514
192.725.456.698
5872.546.376
66,002,0
05,036
93.584.932.415
93.584.932.514
KPM
Didukung
seluruh SKPD
Lama proses perijinan
2 hari
Bid ekonomi(2 s/d %
hari) Kesra (2
s/d 14
hari)pemb (2s/d 14
hari)
5 hari
5 hari 3 hari
2 hari 2 hari BP2T
2 Program Penyiapan Potensi
Sumber Daya, Sarana dan
Prasarana Daerah
Bertambahnya jumlah
pengembangan kawasan strategis
dan cepat tumbuh
3 3
7.506.000
1 23.880.000
1
2 10.989.535
3 10.989.535
KPM
Bappeda
PU
1.15
Urusan wajib Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
1 Program Pengembangan Sistem
Pendukung bagi Usaha Mikro Kecil
Menengah
Jumlah kerja sama PES (Payment for Ecological/
environment Services = imbal
jasa lingkungan
1 0
0 18.867.50
0 0 0 13.834.650
1 1 Diskoperindag
1.14
Urusan wajib tenaga kerja
1 Peningkatan kesempatan
kerja
Prosentase pencari kerja yang
ditempatkan
32% 66.05% 357.078.
000
30% 704.428.350
1.500.944.388
31% 1.467.692
.780
32% 586.000.000
32% 586.000.000
Disnakertransos
Rasio daya serap tenaga kerja
195301 1.567
13500
15500
17500 195301 KPM
Didukung seluruh SKPD
Sebaran informasi bursa kerja yang
17 kel 17 kel 17 kel
17 kel 17 kel 17 kel Disnakertranso
s
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 133
Kode
Bidang urusan/ Pogram
Indikator Kinerja (outcome)
Target Capaian
Kinerja RPJMD Tahun
2015
Capaian Kinerja Target dan Capaian Kinerja
Tahun 2014
Target Kinerja Kondisi Kinerja pada Akhir Periode RPJMD
SKPD Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2015
Target Rp capaian Rp
Capaian
Rp Capai
an Rp Target
Realisasi
Rp Target Rp
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (10) (11) (9) (14) (15) (16) (17) (18)
terupdate
Jumlah wirausaha baru
25 orang 20 org 20 org
20 orang 25 org 25 org Disnakertranso
s
2 Peningkatan
kualitas dan produktifitas tenaga kerja
Tingkat partisipasi angkatan kerja
63,2% BPS
16.975.0
00
62.9% 340.403.
300
370.608.900
63.0% 68.49% 390.286.6
00
63.2% 106.565.
000
63.2% Disnakertranso
s
Tingkat pengangguran terbuka
9% BPS 13.0%
12% 7.38% 9% 9% Disnakertranso
s
Calon tenaga kerja yang terdidik
(pencari kerja terlatih)
10,5% BPS
9.3%
9.7% 68.8%
10.5% 10.5% Disnakertransos
Prosentase
Pencapaian UMK terhadap KHL
100% 90.12%
94.07%
96.05% 98.1%
100% 100% Disnakertranso
s
Jumlah BLK 1 0
0% 0 0 0
1 1 Disnakertransos
3 Perlindungan dan pengembangan lembaga
ketenagakerjaan
Angka perselisihan pengusaha pekerja per tahun
15% 7%
98.450.000
18% 325.689.975
322.108.6
50 17% 9
333.958.950
15% 106.565.000
15% 106.565.000
Disnakertransos
Jumlah LKS Bipartit 33 33
33 33 52
Disnakertranso
s
jumlah lembaga penyelenggara pelatihan kerja
berperan aktif dalam peningkatan kualitas
produktivitas tenaga kerja.
15 15
13
13 11
Disnakertransos
Prosentase penurunan kasus-
kasus ketenagakerjaan di Kota Magelang, baik
kasus perselisihan
2%
3% 2%
2%
200
Disnakertransos
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 134
Kode
Bidang urusan/ Pogram
Indikator Kinerja (outcome)
Target Capaian
Kinerja RPJMD Tahun
2015
Capaian Kinerja Target dan Capaian Kinerja
Tahun 2014
Target Kinerja Kondisi Kinerja pada Akhir Periode RPJMD
SKPD Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2015
Target Rp capaian Rp
Capaian
Rp Capai
an Rp Target
Realisasi
Rp Target Rp
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (10) (11) (9) (14) (15) (16) (17) (18)
hubungan industrial maupun kasus TKI
Prosentase perusahaan yang telah menerapkan
norma keselamatan dan perlindungan ketenagakerjaan
3,73% 0,75%
2.80% 6.2
Disnakertransos
MISI KE 3
1.15
Urusan wajib Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
1 Program penciptaan
iklim usaha kecil menengah
yang kondusif Jumlah bidang usaha Sektor riil yang berkembang
1500 1036
43.420.000
1100 473.892.325
3750. 574.656.9
75 1200 3093
436.253.400
1400 268.602.000
1500 268.602.00
Dinas Koperasi,
Perindustrian dan Perdagangan
SKPD Pendukung:
Setda Bappeda,DPP,
PM, BP2T,
2 Program pengembanga
n sistem pendukung bagi UMKM Jumlah pelaku usaha
ekonomi kerakyatan menerima akses permodalan
1500 140 33.466.0
00 900
18.867.500
898 7.718.250 1000 900 13.834.65
0 1300
71.300.000
1500 71.300.0
00
Dinas Koperasi,
Perindustrian dan Perdagangan
SKPD Pendukung:
Setda Bappeda,DPP,
PM, BP2T,
3 Program pengembanga
n kewirausahaan dan
keunggulan kompetitif
UKM
Jumlah UMKM yang sudah memanfaatkan teknologi dan
terpenuhi sarana prasarana
350 86
136.291.000
175 164.532.200
200 55.416.37
5 200 250
37.879.050
300 347.693.000
350 347.693.000
Dinkopperindag
Didukung:
Setda, DPPKD,
Bappeda
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 135
Kode
Bidang urusan/ Pogram
Indikator Kinerja (outcome)
Target Capaian
Kinerja RPJMD Tahun
2015
Capaian Kinerja Target dan Capaian Kinerja
Tahun 2014
Target Kinerja Kondisi Kinerja pada Akhir Periode RPJMD
SKPD Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2015
Target Rp capaian Rp
Capaian
Rp Capai
an Rp Target
Realisasi
Rp Target Rp
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (10) (11) (9) (14) (15) (16) (17) (18)
Jumlah UMKMK, Jumlah UKM non
BPR/LKM UKM, Usaha nikro dan kecil
1000 240
800
900 850 2886
950 1000 Dinkopperindag
Didukung:
Setda, DPPKD,
Bappeda
Jumlah UMKMK yang memanfaatkan
kredit
400 132
350
508 360 60%
400 400
Dinkoperindag
Didukung:
Setda, DPPKD, Bappeda
Persentase UMKMK yang produktif
100% 30%
40%
55 50% 60%
70% 100% Dinkopperinda
g
Didukung:
Setda, DPPKD, Bappeda
4 Program
peningkatan kualitas kelembagaa
n koperasi
Jumlah koperasi 220 217
40.269.0
00
216 99.943.0
50
208 60.625.25
0 216 207
59.232.900
220 83.502.0
00
220 83.502.0
00
Dinkopperinda
g
Didukung:
Setda, DPPKD, Bappeda
Prosentase Koperasi Aktif
75% 68.7%
72%
73% 95%
75% 75% Dinkopperindag
Didukung:
Setda, DPPKD, Bappeda
2.06
Urusan pilihan peradagangan
1 Program pembinaan pedagang kaki
lima dan asongan
Jumlah sektor informal / PKL yang tertata
310 100
545.066.000
150 439.794.600
100 12.962.25
0 101 143
1.013.352.950
310 589.996.000
310 589.996.000
DPP
didukung oleh
Diskoperindag, Setda, DPU, Bappeda
Jumlah kelembagaan PKL
26 4 10
15 20 26 26 DPP
didukung oleh
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 136
Kode
Bidang urusan/ Pogram
Indikator Kinerja (outcome)
Target Capaian
Kinerja RPJMD Tahun
2015
Capaian Kinerja Target dan Capaian Kinerja
Tahun 2014
Target Kinerja Kondisi Kinerja pada Akhir Periode RPJMD
SKPD Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2015
Target Rp capaian Rp
Capaian
Rp Capai
an Rp Target
Realisasi
Rp Target Rp
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (10) (11) (9) (14) (15) (16) (17) (18)
yang tertib administrasi
Diskoperindag, Setda, DPU,
Bappeda
2 Program peningkatan
efisiensi perdagangan dalam negeri
Jumlah promosi UMKMK
16 4
168.219.000
7 313.073.450
8 191.264.7
20 10 7
224.158.800
13 1.699.331.000
16 1.699.331.000
Dinkopperindag
Didukung:
Setda, DPPKD,
Bappeda
Jumlah kontak dagang dan temu usaha.
24 5
11
8 16 14
24 24 Dinkopperindag
Didukung:
Setda, DPPKD,
Bappeda
Jumlah industri rumah
tangga(jumlah IKM yang dibina,diganti oleh diskoperindah)
2150
205 1800
700 824.799.7
00 1800 590
2150 2150 Dinkopperindag
Didukung:
Setda, DPPKD,
Bappeda
Kontribusi sektor industri terhadap PDRB
5.5%
4%
4,5%
5% 5.5% Dinkopperindag
Didukung:
Setda, DPPKD,
Bappeda
2.01
Urusan pilihan Pertanian
1 Program peningkatan
produksi pertanian/perk
ebunan
Prosentase konservasi
sumberdaya lahan dan sumber daya
hayati
10% 3%
5% 19.385.000
7% 9% 2.768.869
10% 40.000.000
10% 40.000.000
Dinas Pertanian
Prosentase pemanfaatan lahan
100% 100% 100% 100%
100%
Dinas Pertanian
Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB
2,91% 2.91%
2,91% Dinas
pertanian
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 137
Kode
Bidang urusan/ Pogram
Indikator Kinerja (outcome)
Target Capaian
Kinerja RPJMD Tahun
2015
Capaian Kinerja Target dan Capaian Kinerja
Tahun 2014
Target Kinerja Kondisi Kinerja pada Akhir Periode RPJMD
SKPD Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2015
Target Rp capaian Rp
Capaian
Rp Capai
an Rp Target
Realisasi
Rp Target Rp
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (10) (11) (9) (14) (15) (16) (17) (18)
Jumlah jenis bidang usaha agribisnis
11 7 jenis 8 Jenis
9 Jenis Dinas
Pertanian
Jumlah penggunaan benih padi bermutu
6000 5000 kg 5000 kg
5500 kg 5750 kg 6000 6000 Dinas
Pertanian
2 Peningkatan Ketahan
Pangan Pertanian/perkebunan
Tersedianya database produk pangan lokal
ada Tidak ada
250.250.000
ada 150.782.030
ada 126.508.6
50 ada
335.017.950
ada 598.606.000
ada 598.606.000
BPMPKB
Didukung Dinas
Pertanian, Diskoperindag
Adanya regulasi ketahanan pangan
ada ada
ada Ada
BPMPKB
Didukung Dinas
Pertanian, SETDA
Ketersediaan pangan utama
100%
100%
100%
100%
BPMPKB
Didukung oleh
Dinas
Pertanian, SETDA
Cakupan beras bersubsidi pada KK
miskin
4.598 RTS-PM
6.961 RTS
6000 RTS
5.500 RTS-PM
5.000
4.598 RTS
4.598 RTS
BPMPKB
Didukung oleh
Dinas
Pertanian, SETDA
Tingkat kerawanan pangan dan gizi
Tidak ada Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada 8.77%
Tidak ada
Tidak ada
BPMPKB
Didukung oleh
Dinas Pertanian,
SETDA
Tingkat diversifikasi
komsumsi Pangan yang beragam bergizi, seimbang
dan aman
93,7% 89.9%
90 %
90% 93.7 224.190.1
50
93.7% 93.7% BPMPKB
Didukung oleh
Dinas Pertanian,Disk
operindag
3 Peningkatan kesejahteraan
Petani
1. Rasio petani terlatih
a. Pertanian
80% 70 %
21.000.000
70 % 95.472.000
75% 90
80 % 30.000.000
80% 30.000.000
Dinas Pertanian
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 138
Kode
Bidang urusan/ Pogram
Indikator Kinerja (outcome)
Target Capaian
Kinerja RPJMD Tahun
2015
Capaian Kinerja Target dan Capaian Kinerja
Tahun 2014
Target Kinerja Kondisi Kinerja pada Akhir Periode RPJMD
SKPD Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2015
Target Rp capaian Rp
Capaian
Rp Capai
an Rp Target
Realisasi
Rp Target Rp
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (10) (11) (9) (14) (15) (16) (17) (18)
b. Peternakan 75% 40 % 65% 90
c. Perikanan 80% 45 % 75% 90
2. Penguatan kelembagaan
petani:
a. Pertanian
16 klp
16 klp
16klp 4
16 klp 16 klp Dinas Pertanian
b. Peternakan 10 klp 4 klp 6 klp 2 10 klp 10 klp
c. Perikanan 17 klp 17 klp 17 klp 3 17 klp 17 klp
4 Peningkatan
pemasaran hasil produksi pertanian/
perkebunan
Jumlah tempat
pengolahan pasca panen:
Pertanian
5 3
37.000.0
00
3 39.929.7
50
3 213.797.1
00
4 85.000.0
00
5 85.000.0
00
Dinas
pertanian
5 Program peningkatan
pemasaran hasil produksi
peternakan
Jumlah tempat pengolahan pasca
panen:
Peternakan
3 1
6.000.000
1
2 70.075.92
5
2 52.000.000
3 52.000.000
Dinas pertanian
6 Program optimalisasi
pengelolaan dan
pemasaran produksi perikanan
Jumlah tempat pengolahan pasca panen:
Perikanan
3 3
709.993.000
3 8.000.000
3 529.110.9
00
3 12.000.000
3 12.000.000
Dinas pertanian
7 Program peningkatan penerapan tehnologi
pertanian perkebunan
jumlah serangan OPT yang dapat
diatasi
100%
20.900.000
100%
100% 100 114.524.5
50
100% 95.000.000
100% 95.000.000
Dinas Pertanian
jumlah penggunaan teknologi tepat guna( Panca usaha tani )
5 paket
5 Paket
Dinas Pertanian
8 Peningkatan produksi peternakan
Jumlah populasi
unggas
76401
59.879
17.500.000
66851 43.210.500
70034 13245 206.628.4
00
76401 19.500.000
76401 19.500.000
Dinas Pertanian
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 139
Kode
Bidang urusan/ Pogram
Indikator Kinerja (outcome)
Target Capaian
Kinerja RPJMD Tahun
2015
Capaian Kinerja Target dan Capaian Kinerja
Tahun 2014
Target Kinerja Kondisi Kinerja pada Akhir Periode RPJMD
SKPD Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2015
Target Rp capaian Rp
Capaian
Rp Capai
an Rp Target
Realisasi
Rp Target Rp
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (10) (11) (9) (14) (15) (16) (17) (18)
Domba / kambing 603 477 527 552 1570 603 603
sapi 222 273 194 203 371 222 222
Jumlah produksi peternakan:
Daging (kg)
4004635 2.412.247
3775409
3851818
4004635 4004635 Dinas pertanian
Telor (kg)
379042
252.073
357388 364606 169.683
379042 379042
Susu (lt)
445672
299.896
420232 428712 33.038
445672 445672
Produksi perikanan kelompok petani
335 ton/tahun
63.607
161
219 ton 153.2
335 335
Jumlah ternak yg diperiksa
kesehatannya
7.582 Ekor
6197
ekor
6659 Ekor
7582 ekor
7582 ekor
Dinas Pertanian
2.02
Urusan pilihan kehutanan
1 Program Pemanfaatan
Potensi Sumber daya hutan
Rehabilitasi hutan dan lahan kritis
25 ha. 20 ha
20 ha
23 ha 28 ha
25 ha 40.000.000
25 ha 40.000.000
Dinas Pertanian
Konservasi kawasan hutan
71 ha 71 ha 71 ha
71 ha 69 71 ha 71 ha Dinas
Pertanian
Kerusakan kawasan hutan
MISI 4
1.05
Urusan wajib Penataan Ruang
1 Program Perencanaan
Tata Ruang
Tersediannya dokumen RTRW dan
Perda RTRW 2010 -2030, RDTRK dan
Perda RDTRK 2010 -2020, RTH, dan
RTBL Kawasan Strategis Lingkungan Hidup (Gunung
70% 0%
25%
25% 50%
584.094.735
70% 160.000.000
70% 160.000.000
Bappeda
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 140
Kode
Bidang urusan/ Pogram
Indikator Kinerja (outcome)
Target Capaian
Kinerja RPJMD Tahun
2015
Capaian Kinerja Target dan Capaian Kinerja
Tahun 2014
Target Kinerja Kondisi Kinerja pada Akhir Periode RPJMD
SKPD Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2015
Target Rp capaian Rp
Capaian
Rp Capai
an Rp Target
Realisasi
Rp Target Rp
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (10) (11) (9) (14) (15) (16) (17) (18)
Tidar)
tersedianya sarana informasi Rencana
tata Ruang Wilayah Kota Magelang kepada masyarakat
100% 35%
50%
60% 80%
100% 100% Bappeda
Jumlah Ijin Lokasi yang sesuai dengan peruntukan ruang
100% 100% 100% 100%
100%
100% 100% DKPT
1.03
Urusan wajib Pekerjaan Umum
1 Program Pembangunan Jalan dan
Jembatan
Proporsi Panjang Jalan Kota Magelang dengan
kondisi baik
90% 75%
10.372.022.000
75% 10.257.145.500
85 % 25.168.592.600
80% 85 1.497.503.800
90% 5.075.000.000
90% 5.075.000.000
DPU
Rasio Pasar Tradisional dalam kondisi baik
90% 90%
90% 90 90% 90% DPP
2 Program pengembangan wilayah
strategis dan cepat tumbuh
Pengembangan Infrastruktur Kawasan Strategis
dan Cepat Tumbuh sebanyak sebanyak 4 Kawasan yaitu
GOR Samapta, Sidotopo, Sentra
Ekonomi Lembah Tidar,dan Alun-alun
75% 25%
8.330.223.000
55% 10.446.494.000
60% 65 7.824.991.000
75% 9.000.000.000
75% 9.000.000.000
DPU
1.04
Urusan wajib perumahan
1 Program Pengembangan Perumahan
Rasio luas lingkungan permukiman kumuh
44% 49% 3.070.46
3.000
9.3% 192.165.000 84 %
620.288.000
46% 75% 606.109.000
44% 2.491.464.000
44% 2.491.464.000
DPU
Rasio jumlah rumah layak huni
83% 84 DPU
Tersedianya Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK) Bidang Permukiman
(non-fisik)
ada Belum
ada
Belum ada
Belum ada
Belum ada
Belum ada
Belum ada
ada DPU
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 141
Kode
Bidang urusan/ Pogram
Indikator Kinerja (outcome)
Target Capaian
Kinerja RPJMD Tahun
2015
Capaian Kinerja Target dan Capaian Kinerja
Tahun 2014
Target Kinerja Kondisi Kinerja pada Akhir Periode RPJMD
SKPD Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2015
Target Rp capaian Rp
Capaian
Rp Capai
an Rp Target
Realisasi
Rp Target Rp
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (10) (11) (9) (14) (15) (16) (17) (18)
1.08
Urusan wajib Lingkungan Hidup
1 Program pengembangan
kinerja pengelolaan
persampahan
Prosentase penanganan
sampah di TPSA (pengolahan
sanitary landfill)
100% 70%
1.319.211.000
25% 2.391.000.000
100 % 1.257.181.766
100%
100% 7.008.487.600
100% 2.502.555.426
100% 2.502.555.426
DKPT
2 Program Pengelolaan ruang terbuka
hijau (RTH)
Rasio Ruang Terbuka Hijau per Satuan Luas Wilayah
ber HPL/HGB
20% 13%
807.413.000
3.177.025.950
2.126.155.250
15% 17% 3.815.709.484
20% 1.297.500.000
20% 1.297.500.000
DKPT
Pengembangan RTH Publik Pusat Kota (Kaw alon- alon )
100% 50%
80 % 80% 100% 100% 100% DKPT
3 Program Perlindungan dan
Konservasi Sumber Daya Alam
Cakupan pengawasan
terhadap pelaksanaan AMDAL
75% 100%
468.289.000
269.299.287
80 % 224.877.000
55% 100% 225.658.500
75% 75% KLH
Sempadan sungai yang dipakai bangunan liar
15% 20%
20 % 20% 20 15% 15% DKPT
4 Program Peningkatan
Pengendalian Polusi
Rasio ketersediaan IPAL
30% 23%
481.750.000
287.105.000
77 % 150.000.000
26% 77
30% 984.596.204
30% 984.596.204
KLH
5 Program Peningkatan Kualitas dan Akses
Informasi Sumber Daya
Alam dan Lingkungan Hidup
Tersedianya Dokumen SLHD
ada ada
46.100.000
109.205.475
Ada 35.360.000
ada ada
ada 34.406.350
ada 34.406.350
KLH
Penegakan hukum lingkungan hidup
100% 100% 100% Tidak
ada 100% 100
100% 100%
1.07
Wajib Perhubungan
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 142
Kode
Bidang urusan/ Pogram
Indikator Kinerja (outcome)
Target Capaian
Kinerja RPJMD Tahun
2015
Capaian Kinerja Target dan Capaian Kinerja
Tahun 2014
Target Kinerja Kondisi Kinerja pada Akhir Periode RPJMD
SKPD Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2015
Target Rp capaian Rp
Capaian
Rp Capai
an Rp Target
Realisasi
Rp Target Rp
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (10) (11) (9) (14) (15) (16) (17) (18)
1 Peningkatan dan Pengamanan
Lalu Lintas
Jumlah sarana prasarana lalu lintas
jalan raya (APPIL)
85% 77%
941.600.000
75% 1.064.081.000
75 % 2.043.530.750
80% 85% 1.518.935.250
85% 941.600.000
85% 941.600.000
Dishubkominfo
2 Pembangunan sarana dan
Prasarana Perhubungan
Tersedianya Sarana dan Prasarana serta
fasilitas Terminal tipe A dg kondisi yg baik di Kota
Magelang
80% 50%
288.902.000
75% 170.252.475
75 % 252.106.300
75% 80%
80 % 288.902.000
80% 288.902.000
Dishubkominfo
Prasarana angkutan darat berupa
terminal angkutan barang dengan kondisi baik
75% 0%
70%
70 %
70% 70%
75% 75% Dishubkominfo
Jumlah Sub terminal ( TERMINAL Type c ) yang tertata
70% 50% 50%
1 buah
65% 2% 70% 70% Dishubkominfo
Rasio prasarana parkir dengan
kondisi baik
90% 70%
80%
85 %
85% 85%
90% 90% Dishubkominfo
Tingkat pelayanan parkir di tepi jalan
umum
90% 60% 75 %
80 %
80% 80% 15 buah 15 buah Dishubkominfo
Jumlah tempat-tempat pemberhentian
Angkutan Umum (Halte/Sub terminal
yang ada di Kota Magelang)
15 19
9 buah
9 buah
13 buah 9 buah
2218 KBWU
2218 KBWU
Dishubkominfo
3 Peningkatan kelaikan
pengoperasional kendaraan bermotor
Jumlah uji KIR angkutan umum dan
angkutan barang di Kota Magelang
2218KBWU
9486 KBWU
89.398.000
9937 KBWU
94.40.150
10721 KBWU
2218KBWU
10721 284.231.050
5% 89.398.000
5% 89.398.000
Dishubkominfo
Rasio kepemilikan KIR angkutan umum
5% 5 %
10% 5
30 Menit 30 Menit Dishubkominfo
Lama pengujian kelayakan angkutan umum (KIR)
30 mnt
15 menit
30 menit 15
36000 36000 Dishubkominfo
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 143
Kode
Bidang urusan/ Pogram
Indikator Kinerja (outcome)
Target Capaian
Kinerja RPJMD Tahun
2015
Capaian Kinerja Target dan Capaian Kinerja
Tahun 2014
Target Kinerja Kondisi Kinerja pada Akhir Periode RPJMD
SKPD Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2015
Target Rp capaian Rp
Capaian
Rp Capai
an Rp Target
Realisasi
Rp Target Rp
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (10) (11) (9) (14) (15) (16) (17) (18)
Biaya pengujian kelayakan angkutan umum
36000
Sesuai perda
36000 40300
0.82% 229.590.000
0.82% 229.590.000
Dishubkominfo
5 Peningkatan pelayanan angkutan
Rasio ijin trayek 0,82%
0.256 %
0,82% 0.799
356.028.080
170.000 170.000 Dishubkominfo
Jumlah arus
penumpang angkutan umum
170000
2.987.5
72 175000
2.972.853
170.000 170.000 Dishubkominfo
Jumlah orang/barang yang
melalui terminal per tahun
170000 179.986
3052278
2.987.572
175000 2.972.85
3
170000 170000 Dishubkominfo
1.25
Urusan Wajib Komunikasi dan Informatika
1 Pengembangan komunikasi, informasi dan
media massa
Jumlah jaringan komunikasi operator dengan kondisi baik
8 16
181.819.000
8 315.488.200
8 455.716.100
8 8 1.013.858.497
8 181.819.00
8 181.819.00
Dishubkominfo
Jumlah sarana penyedia informasi melalui media
informasi
13 11
11
12 12 13
13
13
Dishubkominfo
Jumlah Kelompok Informasi Masyarakat (KIM)
17 7 10
13 12 13 17
17
Dishubkominfo
Rasio wartel/warnet terhadap penduduk
0,59% 0.098% 0.65%
0.65 % 0.078% 0.045 0.059% 0.059% Dishubkominfo
Tersedianya / Jumlah Hot Spot pada ruang terbuka
publik di Kota Magelang
5 titik 2 titik
4 titik
4 titik 3 titik 20
5 titik 5 titik Dishubkominfo
2.04
Urusan pilihan pariwisata
1 Program Pengembangan Pemasaran
Pariwisata
Jumlah Kunjungan wisata
1,119,365 170.091
237.300.000
208.175 270.439.925
508.229.255
1,094,761
1.119.365
501.000.000
1.119.365
501.000.000
Disbudparpora
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 144
Kode
Bidang urusan/ Pogram
Indikator Kinerja (outcome)
Target Capaian
Kinerja RPJMD Tahun
2015
Capaian Kinerja Target dan Capaian Kinerja
Tahun 2014
Target Kinerja Kondisi Kinerja pada Akhir Periode RPJMD
SKPD Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2015
Target Rp capaian Rp
Capaian
Rp Capai
an Rp Target
Realisasi
Rp Target Rp
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (10) (11) (9) (14) (15) (16) (17) (18)
Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB
8,0 7.8
7.9 Disporabudpar
1.17
Urusan wajib kebudayaan
1 Program Pengelolaan
Keragaman Budaya
Jumlah kelompok seni dan budaya
yang ada di seluruh Kota Magelang
165 160
210.286.000
151.151.000
162 316.380.
000 163 164
506.137.
260
165 672.842.600
165 672.842.600
Disporabudpar
Jumlah gedung kesenian
2 1
1 1 1 Disporabudpar
2 Pengelolaan
Kekayaan Budaya
Jumlah festival seni dan budaya.
5 1 130.000.
000
4 117.420.000
4 5 218.923.000
5 477.000.
000
5 477.000.
000
Disporabudpar
Jumlah Benda, Situs dan Kawasan Cagar
Budaya yang dilestarikan
36 36
36 36 34
Disporabudpar
1.22
Urusan wajib Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
1 Peningkatan keberdayaan masyarakat
pedesaan
rata-rata jumlah kelompok binaan lembaga
pemberdayaan masyarakat
70% 100%
550.711.000
41% 339.121.900
55 % 237.591.000
4 307.200.050
70% 804.128.000
70% 804.128.000
BPMPKB
LPM berprestasi 17,65 17.6% 26% 31% 17.65 17.65 BPMPKB
Swadaya masyarakat
terhadap program pemberdayaan
masyarakat
95% 55%
55% 60
100% 100% BPMPKB
pemeliharaan Pasca Program pemberdayaan
masayarakat
100% 100%
100% 100%
100% 100% BPMPKB
Jumlah LKM yang dapat dapat
melaksanakan program dengan baik
100% 100%
70%
17%
100% 100% BPMPKB
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 145
Kode
Bidang urusan/ Pogram
Indikator Kinerja (outcome)
Target Capaian
Kinerja RPJMD Tahun
2015
Capaian Kinerja Target dan Capaian Kinerja
Tahun 2014
Target Kinerja Kondisi Kinerja pada Akhir Periode RPJMD
SKPD Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2015
Target Rp capaian Rp
Capaian
Rp Capai
an Rp Target
Realisasi
Rp Target Rp
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (10) (11) (9) (14) (15) (16) (17) (18)
2 Peningkatan partisipasi masyarakat
dalam membangun
desa;
Kelurahan yang menerapkan TTG
100% 25%
19.500.000
40% 339.121.900
70 % 48.102.450
30% 20% 63.185.950
100% 129.500.000
100% 129.500.000
BPMPKB
3 Program pengembangan lembaga
ekonomi pedesaan
Jumlah LKK dan lembaga keuangan masyarakat yang
sehat dan berkualitas
70% 60%
17.000.000
41% 76.549.900
55 %
55% 82.125.500
70% 65.000.000
70% 65.000.000
BPMPKB didukung oleh:
SETDA, DISKOPERIND
AG, KECAMATAN,
KELURAHAN
1.06
Urusan wajib perencanaan pembangunan
1 Perencaanan Sosial budaya
Jumlah Krenova
yang terdata 15 27
63.480.000
28 65.000.000
13 35 45.951.5
00
15 110.000.000
15 110.000.000
KANTOR LITBANG DAN
STATISTIK
2 Perencanaan Sosial Budaya
Jumlah rakor dan monev TKPK
6 kali 4 kali 8 kali 59.745.0
00
5 kali 8 kali
6 kali 6 kali Bappeda
1.12
Urusan wajib Kesehatan
1 Program Perbaikan gizi masyarakat
Jumlah anak sekolah yang mendapatkan PMTAS
450 550
100.000.000
450 223.960.000
350 231.099.00
450 45.000.000
450 450.000.000
BPMPKB DINAS
Didukung oleh:
PENDIDIKAN
Posyandu aktif 100%
100%
100%
100%
100
100% 100% BPMPKB
Didukung:
KECAMATAN & KELURAHAN
Jumlah posyandu yang berprestasi
2,58% 0.6%
1.04%
1.56%
2.58% 2.58% BPMKB
Didukung:KEC
AMATAN & KELURAHAN
1.11
Wajib pemberdayaan perempuan
1 Program
Peningkatan Rasio KDRT 0,16% 0.7%
55.200.0
00
0.9% 14.359.5
00
0.14% 0.80
163.017.800
0.16% 109.500.
000
0.16% 109.500.
000
BPMPKB
Didukung:
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 146
Kode
Bidang urusan/ Pogram
Indikator Kinerja (outcome)
Target Capaian
Kinerja RPJMD Tahun
2015
Capaian Kinerja Target dan Capaian Kinerja
Tahun 2014
Target Kinerja Kondisi Kinerja pada Akhir Periode RPJMD
SKPD Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2015
Target Rp capaian Rp
Capaian
Rp Capai
an Rp Target
Realisasi
Rp Target Rp
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (10) (11) (9) (14) (15) (16) (17) (18)
Kualitas Hidup dan
Perlindungan Perempuan
SETDA, KECAMATAN,
KELURAHAN
Penyelesaian
pengaduan perlindungan perempuan dan anak
dari tindakan kekerasan
77% 100%
74% 94
77% 77% 77% 77% BPMPKB
Didukung:
SETDA,
KECAMATAN, KELURAHAN
2 Program Peningkatan
peran serta dan kesetaraan
jender dalam pembangunan
Persentase partisipasi perempuan di
lembaga pemerintah
70,2%
157.734.000
42.27% 55.560.000
56.43% 54.79
70.03% 294.0287.000
70.03% 294.0287.000
BPMPKB
Didukung:
SETDA,
KECAMATAN, KELURAHAN
Persentase partisipasi
perempuan di lembaga swasta
60% 30%
30%
50% 55
60% 60% BPMPKB
Didukung:
SETDA,
KECAMATAN, KELURAHAN
rata-rata jumlah kelompok binaan PKK
47,06 20%
20%
41.17% 44.11
47.06% 47.06% BPMPKB
Didukung:
SETDA, KECAMATAN,
KELURAHAN
Partisipasi angkatan kerja perempuan
77 0%
72.27%
74 76
77 77 BPMPKB
Didukung:
SETDA, KECAMATAN,
KELURAHAN
PKK Aktif 100% 100% 100% 100% 100 % 100% 100% BPMPKB
Persentase tenaga kerja di bawah umur
0 0%
BPMKB
MISI 5
1.02
Urusan wajib kesehatan
1 Program peningkatan
Cakupan komplikasi kebidanan yang
100% Lap.belum masuk
100% 24.173.800
100 % 47.798.750
100% 100.51 66.882.053
100% 103.000.000
103.000.000
DKK
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 147
Kode
Bidang urusan/ Pogram
Indikator Kinerja (outcome)
Target Capaian
Kinerja RPJMD Tahun
2015
Capaian Kinerja Target dan Capaian Kinerja
Tahun 2014
Target Kinerja Kondisi Kinerja pada Akhir Periode RPJMD
SKPD Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2015
Target Rp capaian Rp
Capaian
Rp Capai
an Rp Target
Realisasi
Rp Target Rp
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (10) (11) (9) (14) (15) (16) (17) (18)
keselamatan ibu
melahirkan dan anak
ditangani.
Angka kelangsungan
hidup bayi
995,19/
1000 KH
999.98/10
00 KH
995.19/
1000 KH
995,19/
1000 KH 996.6
995.1/10
00 KH
DKK
2 Program promosi kesehatan
ibu, bayi dan anak melalui kelompok
kegiatan di masyarakat
Angka kelangsungan hidup bayi
995,19/ 1000 KH
999,9/1000 KH
13.000.000
995.19/1000 KH
995,19/ 1000 KH
996.6 475.691.150
995.1/1000 KH
13.000.000
13.000.000
DKK
Angka kematian bayi
3 Program Standarisasi Pelayanan
Kesehatan
rasio dokter persatuan penduduk
0,995 0.0019
12.250.000
0.995 55.455.850
0.0019 9.019.500
0.934 1.170 63.447.500
0.995 17.500.000
0.995 17.500.000
DKK
rasio tenaga medis persatuan penduduk
1936 0.00136 1.936
1.829 1.610 DKK
4 Program Upaya
Kesehatan Masyarakat
Cakupan rawat jalan
terhadap jumlah penduduk
15%
5.921.879.000
3.412.986.455
8.855.475.415
15%
18%
13.876.976.880
15% 4.584.210.650
15% 4.584.210.650
DKK
Cakupan rawat inap terhadap jumlah
penduduk
1,50%
1.50%
14.03
1.5% 1.5% DKK
Cakupan Puskesmas 100% 0.000039 100% 166. 100% 100% DKK
Cakupan Pembantu Puskesmas (PUSTU)
80%
0.000093
70%
70.58
80% 80% DKK
Rasio puskesmas, poliklinik, pustu per
satuan penduduk
18% 0.00016
1.26%
17%
17
18% 18% DKK
rasio Rumah sakit persatuan penduduk
8% 0.000069 8%
7% 7
8% 8% DKK
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 148
Kode
Bidang urusan/ Pogram
Indikator Kinerja (outcome)
Target Capaian
Kinerja RPJMD Tahun
2015
Capaian Kinerja Target dan Capaian Kinerja
Tahun 2014
Target Kinerja Kondisi Kinerja pada Akhir Periode RPJMD
SKPD Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2015
Target Rp capaian Rp
Capaian
Rp Capai
an Rp Target
Realisasi
Rp Target Rp
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (10) (11) (9) (14) (15) (16) (17) (18)
Terwujudnya RSU Tidar terakreditasi 16 pelayanan yang
menjadi rujukan bagi daerah sekitar
100%
100%
100
100% 100% DKK
5 Program peningkatan pelayanan kesehatan
lansia
Angka usia harapan hidup
70,93 BPS
50.022.070
70.69 70.74 9.468.600
70.93 201.320.0000
70.93 201.320.0000
DKK
Jumlah puskesmass santun usila
6
4 5 6
6
DKK
6 Perbaikan gizi masyarakat
Angka usia harapan hidup
70.93 74.1753.
100 70.69 70.74
80.247.420
70.93 140.000.000
70.93 140.000.000
DKK
7 Program peningkatan
pelayanan kesehatan
anak balita
Persentase balita gizi buruk
1% 1.59%
78.152.700
1%
0.19 14.197.050
1% 252.907.000
1% 252.907.000
DKK
8 Program Pelayanan Kesehatan
Penduduk Miskin
Cakupan Jaminan pemeliharaan kesehatan Keluarga
Miskin dan Masyarakat Rentan
100% 100%
3.708.000.000
8.144.606.898
629.745.550
100% 100 8.080.000
100% 1.008.000.000
100% 1.008.000.000
DKK
Cakupan pelayanan
kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin.
100% 100%
147.94
%
100%
5.15
DKK
9 Pencegahan dan penanggulang
an penyakit menular
Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit
TBC BTA.
>85%
91.11% 356.559.100
565.670.290
90%
100 528.659.900
85% 741.400.000
85% 741.400.000
DKK
Cakupan penemuan dan penanganan
penderita penyakit DBD
100% 100%
100%
100% 100
100% 100% DKK
Cakupan Kelurahan Universal Child
Immunization (UCI)
100% 100%
84%
100% 95.8
100% 100% DKK
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 149
Kode
Bidang urusan/ Pogram
Indikator Kinerja (outcome)
Target Capaian
Kinerja RPJMD Tahun
2015
Capaian Kinerja Target dan Capaian Kinerja
Tahun 2014
Target Kinerja Kondisi Kinerja pada Akhir Periode RPJMD
SKPD Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2015
Target Rp capaian Rp
Capaian
Rp Capai
an Rp Target
Realisasi
Rp Target Rp
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (10) (11) (9) (14) (15) (16) (17) (18)
10 Obat dan pembekalan kesehatan
Prosentase ketersediaan obat sesuai kebutuhan
100% 83% 1.489.20
8.380
1.458.355.615
100% 57 100% 2.764.00
0.000
100% 2.764.000.000
DKK
11 Pengawasan obat dan makanan
Prosentase jumlah obat dan makanan yang mendapatkan
uji kemanan sehingga aman dikonsumsi
masyaraka
100% 0
59.900.000
42.566.400
80% 50 47.456.100
100% 119.000.000
100% 119.000.000
RSU
12 Pengawasan dan
pengendalian kesehatan makanan
Prosentase penurunan angka
korban keracunan obat dan makanan.
0 100%
25.500.000
64.877.700
0 0 41.265.800
0 55.000.000
0 55.000.000
RSU
13 Promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat
Cakupan Rumah tangga sehat
98% 88.24%
8.604.000
862.262.750
1.065.534.000
97.75% 97.47 475.691.150
98% 734.000.000
98% 734.000.000
DKK
Cakupan Kelurahan
Siaga Aktif, Strata 3 100% 88.24%
60% 100
100% 100% DKK
14 Pengembangan Lingkungan Sehat
Penyediaan air bersih dan sanitasi dasar
97.5%
92.934.000
170.707.700
164.583.350
97.5%
93 55.238.900
97.5% 187.900.000
97.5% 187.900.000
DKK
Pengawasan lingkungan:
Industri Rumah
Tangga
- Industri Rumah Tangga
55%
53% 91.8
DKK
Rasio Pengembangan
wilayah sehat (Permukiman,
Obyek Wisata, Industri Rumah Tangga)
80,35%
80.25%
DKK
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 150
Kode
Bidang urusan/ Pogram
Indikator Kinerja (outcome)
Target Capaian
Kinerja RPJMD Tahun
2015
Capaian Kinerja Target dan Capaian Kinerja
Tahun 2014
Target Kinerja Kondisi Kinerja pada Akhir Periode RPJMD
SKPD Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2015
Target Rp capaian Rp
Capaian
Rp Capai
an Rp Target
Realisasi
Rp Target Rp
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (10) (11) (9) (14) (15) (16) (17) (18)
1.12
Urusan Wajib keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
1 Program Keluarga
Berencana
Rata-rata jumlah
anak per keluarga 0,20
3
75.96%
846.380.000
232.157.050
627.178.
400 0,5 0.23
733.834.
500
0.2 60.000.000
0.2 60.000.000
BPMPKB
Rasio akseptor KB 100% 76% 76% 80 % 78% 75 100% 100% BPMPKB
Cakupan peserta KB aktif
90% 74% 81.83% 85 %
78% 79
90% 90% BPMPKB
Peserta KB Keluarga Pra Sejahtera dan keluarga Sejahtera
I
100%
74.93% 80 %
64%
66
100% 100% BPMPKB
1.13
Wajib sosial
1 Program pembinaan
panti asuhan/ panti jompo
jumlah sarana sosial (panti jompo, panti
asuhan, panti rehabilitasi)
9 11
18.500.000
11 6.499.900
8 46.035.000
8
13 11.463.500
9 18.500.000
9 18.500.000
Disnakertransos
2 Pelayanan dan rehabilitasi kesejahteraan
sosial
Prosentase penanganan terhadap penyandang
masalah kesejahteraan sosial
12,92 2.8%
6.15%
8.45 % 190.901.000
8.45% 8.4 139.412.500
12.92% 281.195.700
12.92 281.195.700
Disnakertransos
PMKS yang
memperoleh bantuan sosial
1.5%
8.45% 4.9
Disnakertranso
s
1.01
Wajib Pendidikan
1 Pendidikan Anak Usia Dini
APK PAUD 90% 61.05% 307.242.
000
224.160.00
86 % 173.040.000
86% 96.89 251.995.000
90% 1.071.440.000
90% 1.071.440.000
DINAS PENDIDIKAN
2 Wajib belajar pendidikan dasar
sembilan tahun
Angka Partisipasi Murni (APM)
SD/MI/Paket A
100% 93.14%
16.599.473.000
115.76%
10.567.261.600
3.917.29
4.976 116,90%
114.87
16.805.8
51
11.180.000.000
11.180.000.000
DINAS PENDIDIKAN
Angka Partisipasi Murni (APM)
100% 84.2% 121.65
%
142,35 117.77
100% 100% DINAS PENDIDIKAN
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 151
Kode
Bidang urusan/ Pogram
Indikator Kinerja (outcome)
Target Capaian
Kinerja RPJMD Tahun
2015
Capaian Kinerja Target dan Capaian Kinerja
Tahun 2014
Target Kinerja Kondisi Kinerja pada Akhir Periode RPJMD
SKPD Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2015
Target Rp capaian Rp
Capaian
Rp Capai
an Rp Target
Realisasi
Rp Target Rp
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (10) (11) (9) (14) (15) (16) (17) (18)
SMP/MTs/Paket B
Angka Partisipasi Kasar (APK)
SD/MI/Paket A
170,30% 123.7%
130.65%
133,90 129.53
175.3% 175.3% DINAS PENDIDIKAN
Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs/Paket B
100% 151.4% 154.68
%
182,58 159.53
100% 100% DINAS PENDIDIKAN
Angka rata-rata lama sekolah SD/MI
6 6
6 6
6
6 6 DINAS PENDIDIKAN
Angka rata-rata lama sekolah SMP/MTs
3 3 3
3 3
3 3 DINAS
PENDIDIKAN
Angka pendidikan yang ditamatkan
SD/MI
1,60
1.9 1,90 1.9
1.6 1.6 DINAS PENDIDIKAN
Angka pendidikan yang ditamatkan
SMP/MTs
2,29 2.37
2,37 2.37
2.29 2.29 DINAS
PENDIDIKAN
Rasio ketersediaan sekolah/ penduduk usia sekolah
1 :70 1:184 0.098
1:78 1:61
1:70 1:70 DINAS
PENDIDIKAN
Rasio guru/ murid
Rasio guru/ murid per kelas rata-rata
Angka Melanjutkan (AM) dari SD/MI ke SMP/MTs
175 154.65% 134.3% 134,5% 135
175 175 DINAS
PENDIDIKAN
3 Program Pendidikan Menengah
Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA/SMK/MA/Paket
B
172.7%
182.25%
1.262.571.000
108,80 186
3.337.530.000
172.7% 278.000.000
172.7% 278.000.000
DINAS PENDIDIKAN
Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/SMK/MA/Paket
B
140 125.07%
133.57%
80,65 89
140 140 DINAS PENDIDIKAN
Angka rata-rata lama sekolah SMA/SMK/MA
3 3 3
3 3
3 3 DINAS
PENDIDIKAN
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 152
Kode
Bidang urusan/ Pogram
Indikator Kinerja (outcome)
Target Capaian
Kinerja RPJMD Tahun
2015
Capaian Kinerja Target dan Capaian Kinerja
Tahun 2014
Target Kinerja Kondisi Kinerja pada Akhir Periode RPJMD
SKPD Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2015
Target Rp capaian Rp
Capaian
Rp Capai
an Rp Target
Realisasi
Rp Target Rp
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (10) (11) (9) (14) (15) (16) (17) (18)
Angka pendidikan yang ditamatkan
3,11 3.62
3,45 3.62
3.11 3.11 DINAS
PENDIDIKAN
Angka Partisipasi Sekolah
SMA/SMK/MA
94%
86%
88,5%
88.5
94% 94% DINAS PENDIDIKAN
Rasio ketersediaan sekolah terhadap
penduduk usia sekolah
100% 1:238
100%
100%
100
100% 100% DINAS PENDIDIKAN
Rasio guru terhadap murid
1:10 1:10 1:10
1:10 1:11
1:10 1:10 DINAS
PENDIDIKAN
Rasio guru terhadap
murid per kelas rata-rata
1;10:31 1:10:29
1:30
1;10:31
1:11:31
1:10:31 1:10:31 DINAS
PENDIDIKAN
Penduduk yang berusia>15 Tahun
melek huruf (tidak buta aksara)
87164
87764
87564
88.364
87164 87164 DINAS PENDIDIKAN
Angka Melanjutkan (AM) dari SMP/MTs
ke SMK/SMA/MA
200 50,95%
70%
75%
120
200% 200% DINAS PENDIDIKAN
4 Pendidikan non formal
Angka melek huruf 97% 94.14% 354.432.
000
95% 245.628.256
96%
98.89 391.940.000
97% 318.000.000
97% 318.000.000
DINAS PENDIDIKAN
Angka lulus pendidikan
kesetaraan PaketA
97%
94%
95%
68.75
97% 97% DINAS PENDIDIKAN
Angka lulus pendidikan
kesetaraan Paket B
97% 73.91%
92%
93%
85.47
95% 95% DINAS PENDIDIKAN
Angka lulus pendidikan
kesetaraan Paket C
90% 69.01%
84%
86%
89.95
90% 90% DINAS PENDIDIKAN
usia dewasa yang belum bersekolah
terlayani pendidikan
kesetaraan
60% 82.44%
54%
56%
31
60% 60% DINAS PENDIDIKAN
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 153
Kode
Bidang urusan/ Pogram
Indikator Kinerja (outcome)
Target Capaian
Kinerja RPJMD Tahun
2015
Capaian Kinerja Target dan Capaian Kinerja
Tahun 2014
Target Kinerja Kondisi Kinerja pada Akhir Periode RPJMD
SKPD Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2015
Target Rp capaian Rp
Capaian
Rp Capai
an Rp Target
Realisasi
Rp Target Rp
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (10) (11) (9) (14) (15) (16) (17) (18)
persentase pengangguran usia 15-44 th
memperoleh layanan pendidikan
Kecakapan Hidup
9%
7%
8%
9% 9% DINAS PENDIDIKAN
persentase lembaga PNF terakreditasi c.
3%
65% 28.51
3% 3% DINAS
PENDIDIKAN
Jumlah model layanan PNF Unggulan
50% 2%
34% 6.66
50% 50% DINAS
PENDIDIKAN
5 Pendidikan luar biasa
pendidikan khusus terakreditasi
50% 60%
70% 75
80% 80% DINAS
PENDIDIKAN
6 Program Peningkatan Mutu Pendidik
dan Tenaga Kependidikan
Pendidik yang berkualifikasi dan Prasarana pada
pendidikan khusus
100%
940.853.000
1.351.162.350
90% 95 969.730.000
100% 890.000.000
100% 890.000.000
DINAS PENDIDIKAN
Guru yang memenuhi kualifikasi
S1/D-IV
100%
90%
95
100% 100% DINAS PENDIDIKAN
Pendidik yang berkualifikasi dan Prasarana pada
pendidikan khusus terpenuhi
100% 76.02%
75%
100% 95
5 5 DINAS PENDIDIKAN
Penerapan Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO
5 1 7
3 13 5 5 5 5 DINAS
PENDIDIKAN
7 Pengembangan budaya baca
dan pembinaan perpustakaan
Koleksi buku yang tersedia di
perpustakaan daerah
39500 34.561
459.194.000
36870 336.088.200
36,718 414.76 74.298.000
39.500 1.414.184.000
39.500 1.414.184.000
KANTOR PERPUSTAKAA
N
Jumlah pengunjung perpustakaan per
tahun
58834 58.834
49.934
54,834 41476
58.834 58.834 KANTOR PERPUSTAKAA
N
8 Program Manajemen
Pelayanan
Prosentase sekolah melaksanakan
kurikulum Bahasa
100% 100% 8.728.91
7.000
11.090.200.100
100% 100
5.270.080.500
100% 13.010.000.000
100% 13.010.000.000
DINAS PENDIDIKAN
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 154
Kode
Bidang urusan/ Pogram
Indikator Kinerja (outcome)
Target Capaian
Kinerja RPJMD Tahun
2015
Capaian Kinerja Target dan Capaian Kinerja
Tahun 2014
Target Kinerja Kondisi Kinerja pada Akhir Periode RPJMD
SKPD Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2015
Target Rp capaian Rp
Capaian
Rp Capai
an Rp Target
Realisasi
Rp Target Rp
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (10) (11) (9) (14) (15) (16) (17) (18)
Pendidikan Jawa
1.18
Urusan wajib Pemuda dan Olah Raga
1 Program
pengembangan dan Keserasian
kebijakan Pemuda
Jumlah kegiatan kepemudaan
20 7
0 10
13 16 27.010.000
20 40.000.0
00
20 40.000.0
00
DISPORABUDP
AR
2 Program peningkatan
peran serta kepemudaan
Jumlah organisasi pemuda
30 28
235.928.000
250.861.175
29 31 399.384.000
30 569.500.000
30 569.500.000
DISPORABUDPAR
3 Pembinaan dan pemsyarakatan olahraga
i. Jumlah klub olah raga
180 156
545.100.000
31
168 169 973.379.350
180 1.317.500.000
180 1.317.500.000
DISPORABUDPAR
Jumlah organisasi olah raga
35 30 183
32 32 35
35
DISPORABUDPAR
jumlah even/ kegiatan olah raga yang
diselenggarakan
30
43
21 30
30 30 DISPORABUDPAR
Jumlah prestasi olah raga dalam even Nasional
50 4
37 3 50 50 DISPORABUDP
AR
4 Peningkatan Sarana Dan Prasarana olahraga
Jumlah gedung olah raga
29 27
124.550.00
27
28 28 55.657.500
DISPORABUDPAR
Gelanggang/balai remaja(selain milik swasta)
1
0 0 DISPORABUDP
AR
Lapangan olah
raga 250 231
180 240 240
250 250 DISPORABUDP
AR
MISI 6
1.19
Urusan wajib Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 155
Kode
Bidang urusan/ Pogram
Indikator Kinerja (outcome)
Target Capaian
Kinerja RPJMD Tahun
2015
Capaian Kinerja Target dan Capaian Kinerja
Tahun 2014
Target Kinerja Kondisi Kinerja pada Akhir Periode RPJMD
SKPD Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2015
Target Rp capaian Rp
Capaian
Rp Capai
an Rp Target
Realisasi
Rp Target Rp
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (10) (11) (9) (14) (15) (16) (17) (18)
1 Program kemitraan pengembanga
n wawasan kebangsaan
Frekuensi kegiatan Forum Persaudaraan
Bangsa Indonesia (FPBI)
2 1
229.923.000
2 30.123.000
2 2 45.584.00
2 303.759.131
2 303.759.131
Badan Kesbangpolinmas
2 Program pendidikan politik masyarakat
Frekwensi dialog antara warga masyarakat dengan Forum
Pimpinan Daerah
4 2
43.712.000
3 43.986.800
2 1 116.083.000
4 212.500.000
4 212.500.000
Badan Kesbangpolinmas
Persentase partisipasi
masyarakat dalam pembinaan politik daerah
75% 100%
73.25% 66.70
75% 75% Badan Kesbangpolinm
as
3 Program pengembangan wawasan
kebangsaan
Jumlah ormas yang mengikuti kegiatan wawasan
kebangsaan di tingkat Provinsi dan Nasional
15 2
139.058.000
14 43.400.000
13 25 63.025.0
00
15 358.757.000
15 358.757.000
Badan Kesbangpolinmas
Frekuensi koordinasi FKUB
3 1 3
3 2 3 3 Badan
Kesbangpolinmas
4 Program peningkatan
keamanan dan
kenyamanan lingkungan
Angka kriminalitas yang tertangani
6,50%
806.950.000
72.79% 178.121.000
13,5% 6.89 193.570.250
6.5 806.950.000
6.5 806.950.000
Badan Kesbangpolinm
as
Jumlah Polisi Pamong Praja per
10.000 penduduk
7,00 4.9
5 5 6 6 Badan Kesbangpolinm
as
Jumlah Linmas per 10.000 penduduk
84.62 0.007660 56.61%
82.69 59.77 84.62 84.62 Badan Kesbangpolinmas
Petugas Linmas di Kota
1,100 766 740
800 782 1.100 1.100 Badan Kesbangpolinmas
Jumlah Pos Kamling
per jumlah 14 13 15 13 15 14 14 Badan
Kesbangpolinm
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 156
Kode
Bidang urusan/ Pogram
Indikator Kinerja (outcome)
Target Capaian
Kinerja RPJMD Tahun
2015
Capaian Kinerja Target dan Capaian Kinerja
Tahun 2014
Target Kinerja Kondisi Kinerja pada Akhir Periode RPJMD
SKPD Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2015
Target Rp capaian Rp
Capaian
Rp Capai
an Rp Target
Realisasi
Rp Target Rp
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (10) (11) (9) (14) (15) (16) (17) (18)
Kelurahan as
Tingkat penyelesaian
pelanggaran K3 (ketentraman, ketentraman,
keindahan)
50%
35% 35 50% 50%
Badan Kesbangpolinm
as
jumlah aparat yg mendapatkan diklat
linmas/ kamtibmas/SAR/Satpol PP
45 9
127
80 295 45 45
Badan Kesbangpolinm
as
90 3 61 60 55 90 90 Satpol PP
15 9 11 15 15 DPU
5 Program pencegahan dini dan
penanggulangan korban
bencana alam
Tersedianya Satlinmas inti
penanggulangan bencana
90 60
80 50.152.850
62 62 24.799.000
90 65.000.0
00 90
65.000.000
Badan Kesbangpolinmas
Kelengkapan sarana/prasarana penanggulangan
bencana di setiap SKPD/perusahaan/p
erkampungan
65%
60% 65 65% 65%
Badan Kesbangpolinmas
1.13
Wajib sosial
Peningkatan pemberantasa
n penyakit masyarakat
Persentase
penurunan penyakit masyarakat
30
25
Disnakertransos
1.04
Urusan wajib perumahan
Program peningkatan kesiagaan dan
pencegahan bahaya kebakaran
Cakupan pelayanan bencana kebakaran
Kota
1 mobil:2
0000
1 mobil :
26000
2 mobil : 26000
89.219.000
3 mobil:26
000
2:26.000 105.270.
000
1 mobil :20000
1 mobil :20000
DPU
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 157
Kode
Bidang urusan/ Pogram
Indikator Kinerja (outcome)
Target Capaian
Kinerja RPJMD Tahun
2015
Capaian Kinerja Target dan Capaian Kinerja
Tahun 2014
Target Kinerja Kondisi Kinerja pada Akhir Periode RPJMD
SKPD Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2015
Target Rp capaian Rp
Capaian
Rp Capai
an Rp Target
Realisasi
Rp Target Rp
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (10) (11) (9) (14) (15) (16) (17) (18)
Tingkat waktu tanggap daerah layanan Wilayah
Manajemen Kebakaran
100% 100%
100%
100% 100
100% 100% DPU
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 158
C. Permasalahan Pembangunan Daerah
Prioritas permasalahan yang akan disolusikan ditentukan oleh aspek urgensi dan
konektivitas dengan tujuan dan sasaran pembangunan khususnya program
pembangunan daerah (RPJMD) dengan prioritas pembangunan daerah (RKPD) pada
tahun rencana serta prioritas lain dari mandat kebijakan nasional/provinsi yang
bersifat harus dilakukan sebagai bagian tak terpisahkan.
Mekanisme identifikasi permasalahan pembangunan daerah tersebut dilakukan
agar permasalahan paling prioritas atau isu strategis daerah, sudah mengakomodasi
informasi dari permasalahan yang (mungkin) muncul dari hasil identifikasi kebijakan
nasional/provinsi, dinamika lingkungan eksternaldan isu-isu regional, nasional maupun
global.
Hasil evaluasi pelaksanaan pembangunan berbagai urusan pemerintahan hingga
tahun 2014 masih menyisakan permasalahan yang harus segera mendapatkan solusi
antara lain sebagai berikut:
1. Urusan Pendidikan
Permasalahan yang dihadapi dalam penyelenggaraan urusan pendidikan, yaitu:
a. Kurang optimalnya layanan Pendidikan Anak Usia Dini disebabkan; belum
terpenuhinya sarana prasarana, akses, pemerataan dan kualifikasi serta
kompetensi tenaga pendidik pada jenjang Pendidikan Anak Usia Dini, belum
adanya tenaga penilik PAUD, dan kurangnya pemahaman masyarakat akan
arti pentingnya pendidikan anak pada usia dini.
b. Belum optimalnya layanan pendidikan dasar disebabkan kurangnya
kualifikasi, kompetensi dan distribusi pendidik dan tenaga kependidikan,
kelebihan jumlah guru mata pelajaran tertentu karena adanya perubahan
struktur kurikulum.
c. Adanya perubahan regulasi terkait kewenangan pengelolaan pendidikan
khusus dan pendidikan menengah dari pemerintah daerah ke pemerintah
provinsi yang berimbas terhadap pengelolaan aset, personalia, pembiayaan
dan dokumen.
d. Belum optimalnya implementasi kurikulum 2013 dalam aspek pemahaman,
pembelajaran, penilaian dan pemanfaatan media.
e. Kurangnya sumber daya, kompetensi dan kualifikasi pustakawan dan laboran.
f. Kurang memadainya sarana prasarana dan tenaga pendidikan pada
pendidikan non formal.
g. Belum efektifnya pendidikan karakter di sekolah diindikasikan dengan masih
adanya vandalisme, kurangnya ketertiban dan kedisiplinan siswa.
2. Urusan Kesehatan
Permasalahan yang masih dihadapi dalam penyelenggaraan urusan kesehatan
yaitu:
a. Masih terdapat kasus penyakit menular seperti:
- Masih rendahnya angka kesembuhan penderita TBC dan masih tingginya
angka default
- Masih tingginya kasus DBD (Demam Berdarah Dengue)
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 159
- Meningkatnya kasus chikungunya
- Kasus HIV-AIDS dan IMS (Infeksi Menular Seksual)
b. Kurangnya kesadaran masyarakat upaya pencegahan penyakit seperti upaya
PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) yang mengakibatkan ABJ (Angka
Bebas Jentik) masih rendah
c. Masih kurangnya kesadaran masyarakat akan pola hidup bersih dan sehat
(PHBS) dan tidak BABS (buang air besar sembarangan)
d. Baru 41,17 % atau 7 kelurahan berpredikat Kelurahan Siaga Aktif Mandiri
(Strata 3), sedangkan 58,83% atau 10 kelurahan yang lain belum.
e. Masih perlu peningkatan status gizi masyarakat terutama pada balita dengan
masih ditemukan kasus balita gizi buruk.
f. Masih terdapat peralatan pelayanan kesehatan di RSUD Tidar yang belum
sesuai dengan tipologi RS yang bertipe B
g. Semakin banyak ditemui kasus PTM (penyakit tidak menular)
h. Masih kurangnya perhatian dan pelayanan kesehatan bagi para lansia,
termasuk belum adanya gedung untuk kegiatan posyandu LANSIA
i. Banyaknya tenaga kesehatan yang belum memiliki ijin praktek
j. Masih terdapat kekurangan tenaga di RSU daerah baik dari jumlah maupun
kompetensinya
k. Data tenaga kesehatan dan sarana kesehatan belum terkelola dengan baik
l. Para relawan kesehatan baik untuk Posyandu KIA, Posbindu maupun
Posyandu LANSIA masih terbatas dan masih memiliki kemampuan dan
ketrampilan yang sangat terbatas pula
m. Sarana prasarana layanan kesehatan yang kurang memadai
3. Urusan Pekerjaan Umum
Secara umum penyelenggaraan urusan pekerjaan umum di Kota Magelang
telah cukup baik, yang berupa penyediaan infrastruktur perkotaan yang meliputi:
prasarana perhubungan darat, prasarana air bersih, prasarana sanitasi,
prasarana drainase, prasarana irigasi dan prasarana dasar permukiman.
Tantangan utama yang sedang dihadapi yaitu:
a. Masih banyaknya air limbah domestik yang masuk ke saluran irigasi.
b. Masih perlunya penambahan jaringan jalan yang menghubungkan Pusat
kegiatan , terutama di sisi Barat dan Timur wilayah Kota Magelang.
c. Secara fisik kondisi ruas jalan sudah dalam kondisi mantap, tapi masih perlu
pemeliharaan rutin berkala.
d. Perlu adanya normalisasi geometri jalan, dikarenakan semakin menurunnya
kecepatan di ruas jalan dibanding kecepatan rencananya.
e. Belum terpenuhinya semua kebutuhan pengelolaan jaringan irigasi dan
jaringan pengairan lainnya dalam mendukung pembangunan pertanian dan
penyediaan air baku.
f. Hampir seluruh sistem drainase perkotaan menggunakan sistem campuran.
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 160
g. Belum optimalnya kinerja prasarana dan sarana air bersih, sanitasi, dan
persampahan terutama di lingkungan masyarakat berpenghasilan rendah.
h. Masih adanya jalan dan jembatan yang rusak. Prasarana jalan dan jembatan
senantiasa membutuhkan pemeliharaan dan peningkatan.
i. Rendahnya kualitas pembangunan dan pengelolaan bangunan gedung
Pemerintah diakibatkan tidak dipatuhinya NSPM dan rendahnya sosialisasi
serta pengawasan pelaksanaan NSPM.
j. Belum berkembangnya jasa konstruksi karena kurangnya pembinaan dan
pengawasan serta belum mantapnya mekanisme sertifikasi kompetensi
4. Urusan Perumahan
Permasalahan yang dihadapi dalam penyelenggaraan urusan perumahan
yaitu:
a. Masih adanya pemukiman kumuh dan rumah tidak layak huni di Kota
Magelang.
b. Keterbatasan lahan dan semakin tingginya harga tanah di wilayah perkotaan
menjadi kendala dalam penyediaan rumah layak huni.
c. Belum optimalnya pemanfaatan lahan dengan pola pembangunan vertikal
terutama pada kawasan-kawasan permukiman yang padat.
d. Belum optimalnya upaya pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan
kualitas lingkungan permukimannya.
e. Belum optimalnya upaya pemeliharaan terhadap sarana permukiman yang
ada guna memperpanjang usia pakai sarana tersebut.
f. Masih perlunya peningkatan kualitas prasarana dasar permukiman
perkotaan, yang meliputi prasarana jalan lingkungan, prasarana drainase
lingkungan, prasarana air bersih lingkungan, serta prasarana sanitasi
lingkungan.
g. Lemahnya konsolidasi dan koordinasi komunitas perumahan dalam
pengelolaan, pemeliharaan serta sharing pembangunan termasuk
pembiayaan perumahan dan infrastrukturnya.
5. Urusan Penataan Ruang
Permasalahan utama yang dihadapi dalam pelaksanaan urusan penataan
ruang adalah:
a. Rencana Detail Tata Ruang Daerah Kota Magelang sebagai salah satu
rencana rinci sampai saat ini belum ditetapkan menjadi produk hukum.
Proses menuju legalisasi raperda RDTR sangat panjang. Hal ini memberikan
hambatan dalam aplikasi dan operasional rencana tata ruang, serta dalam
memberikan pertimbangan perijinan yang tepat dan andal teknis.
b. Masih lemahnya pengendalian dan penegakan hukum terhadap pemanfaatan
ruang karena belum didukung oleh penyidik pegawai negeri sipil (PPNS)
Penataan ruang.Kesadaran masyarakat dalam upaya pelaksanaan
pembangunan ruang sesuai arahan tata ruang masih rendah. Hal ini
ditunjukkan dengan belum optimalnya partisispasi masyarakat dalam
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 161
penataan ruang (pemanfaatan dan pengendalian) serta pemahaman dan
kesadaran masyarakat untuk mengurus perisinan kegiatan masih kurang.
c. Tenaga, sarana dan prasarana untuk pengawasan dan pengendalian
perizinan kegiatan masih terbatas.
d. Luasan RTH publik di Kota Magelang hingga saat ini belum memnuhi syarat
minimal 20% sesuai yang diatur dalam UU Nomor 26 tahun 2007 tentang
penataan ruang. Selama ini program kegiatan yang dilaksanakan cenderung
pada peningkatan kualitas dan aspek visual dari RTH taman, tetapi belum
fokus pada penambahan kuantitas RTH.
e. Sistem informasi di bidang penataan ruang belum berjalan optimal karena
peta-peta yang menjadi bahan informasi masih berupa peta RTRW dengan
skala besar (1:25.000). untuk peta-peta detail masih menunggu proses
legalisasi RDTR.
f. Belum finalnya keputusan penyelesaian batas wilayah, berdampak pada
ketidakpastian tata ruang wilayah perbatasan.
6. Urusan Perencanaan Pembangunan
Permasalahan yang dihadapi pada penyelenggaraan urusan perencanaan
pembangunan yaitu:
a. Sinergisitas proses perencanaan pembangunan daerah dari pendekatan
politik (proses politik) ke pendekatan teknokratik perlu dilakukan dengan
pemahaman yang sama antara lain terkait perumusan pokok-pokok pikiran
DPRD.
b. Perencanaan dan penganggaran pembangunan daerah yang belum konsisten
yang perlu terus dilakukan minimalisasi deviasi, antara lain dengan integrasi
sistem informasi perencanaan, penganggaran dan evaluasi.
c. Adanya ego atau kepentingan antarsektor yang mengakibatkan adanya
kesulitan dan miskoordinasi. Disamping itu persoalan yang bersifat lintas
sektor seringkali ditangani secara parsial dan terfragmentasi sehingga
cenderung tidak menyentuh atau menyelesaikan persoalan yang
sebenarnya.
d. Perlunya pemahaman yang sama di SKPD terkait urgensi dan signifikansi
perencanaan pembangunan daerah beserta indikator-indikator keberhasilan
di masing-masing urusan yang diemban pada setiap level struktural. Hal ini
akan meningkatkan fokus pencapaian indikator sebagai garda depan
perencanaan dan penganggaran, bukan perencanaan penganggaran yang
inkremental.
e. Proses perencanaan teknokratik yang berbasis pada data sekunder dan
primer, baik dari hasil monitoring dan evaluasi maupun hasil
kajian/telaahan, dianggap masih belum memadai sehingga kekuatan data
dan informasi dalam memproyeksikan arah pembangunan berikutnya masih
lemah.
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 162
f. Masih terdapat kesulitan untuk memastikan adanya konsistensi antara
perencanaan (program/kegiatan) pembangunan dan alokasi
penganggarannya.
g. Perlunya optimalisasi monitoring dan evaluasi hasil Renja SKPD maupun
RKPD sehingga tahapan dan isu permasalahan antara bisa disolusikan
bersama SKPD dan Bappeda serta implemantasi E-Monev untuk kecepatan
dan keakuratan serta ketertelusuran progress pelaksanaan Renja maupun
RKPD.
7. Urusan Perhubungan
Permasalahan yang dihadapi sehubungan dengan penyelenggaraan urusan
perhubungan yaitu:
a. Berkurangnya kualitas pelayanan/sarana prasarana yang diberikan bagi
pengguna kendaraan umum yang mendukung Kota Magelang sebagai Kota
Jasa.
b. Kurangnya disiplin pengguna jalan terhadap rambu-rambu dan aturan-
aturan yang berlaku.
c. Masih adanya terminal bayangan, di Canguk dan Meteseh.
d. Kurangnya keterpaduan sistem jaringan jalan.
e. Tingginya volume pergerakan/Mobilitas terutama pada jam-jam sibuk yang
kurang didukung oleh keterpaduan sistem jaringan jalan shingga
mengakibatkan kecenderungan untuk terjadinya kemacetan dan potensi
peningkatan kecelakaan lalu lintas.
8. Urusan Lingkungan Hidup
Permasalahan yang timbul dalam rangka penyelenggaraan urusan
lingkungan hidup yaitu:
a. Belum optimalnya kapasitas kelembagaan dalam mendukung pencapaian
tujuan pengelolaan lingkungan hidup. Penegakan hukum lingkungan
dilakukan berdasarkan hasil pengawasan yang dilakukan oleh PPLHD, dalam
UU No 32 tahun 2009 pengawasan dilakukan oleh PPLH yg merupakan
pejabat fungsional ditetapkan melalui SK Walikota. Dalam rangka penegakan
hukum maka Walikota melakukan pelimpahan wewenang kepada Kepala
KLH untuk mengeluarkan sanksi administratif. KLH Kota Magelang belum
memiliki kedua alat tersebut.
b. Belum optimalnya pelaksanaan kegiatan usaha/industri terkait dengan
pengendalian dan pemanfaatan sumber daya sehingga daya dukung. Hal ini
karena kurangnya kontrol terhadap kegiatan usaha/industri dalam
pelaksanaan dan pelaporan dokumen lingkungan sehingga menyebabkan
kurangnya data primer dalam menetapkan status mutu air pada kegiatan
industri.
c. Masih kurangnya ketatalaksanaan yang tersedia sesuai dengan kebutuhan
organisasi. Hal ini sejalan dengan belum tersusunnya Perwal/Perda tentang
izin pengelolaan lingkungan hidup secara lengkap salah satunya adalah izin
IPLC, yang baru dimiliki oleh Kota Magelang baru izin TPS dan pengumpulan
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 163
limbah B3. Tahun ini KLH akan mengajukan raperda untuk menindaklanjuti
UU NO 32 tahun 2009.
d. Perubahan regulasi dalam penyaluran bantuan kepada masyarakat dan
pengelolaan aset. Perubahan regulasi didasarkan Permendagri 32 tahun
2011 dan 39 tahun 2012 tentang HIBAH dan BANSOS yg bersumber dari
APBD sehingga berpengaruh dalam pembangun IPAL untuk
masyarakat/UKM.
e. Belum optimalnya penanganan sampah perkotaan, dilihat dari:
Masih rendahnya pemilahan sampah rumah tangga, composting sampah
dan kegiatan 3R di masyarakat;
Pelayanan penyapuan jalan di jalan utama belum mencapai 100%;
Karakteristik beberapa tempat penampungan sampah (baik berupa
transper depo dan TPS) yang belum mengakomodir penampungan
sampah terpilah;
Belum adanya kegiatan komposting sampah di TPS;
Pengangkutan sampah yang belum terpilah (masih tercampur organic
dan anorganik);
keterbatasan lahan untuk Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah.
9. Urusan Pertanahan
Permasalahan dalam bidang pertanahan adalah
a. Sulitnya pengendalian penggunaan lahan. Antara lain disebabkan karena
persepsi bahwa dengan kepemilikan lahan yang dimiliki oleh masyarakat
sendiri masyarakat berhak mengelola/menggunakannya sesuai dengan
keinginan sendiri..
b. Banyaknya konversi lahan pertanian menjadi non pertanian, utamanya pada
sektor perumahan/properti. Peruntukan penggunaan tanah sawah untuk
lahan berkelanjutan tidak dapat berjalan.
c. Terbatasnya ketersediaan lahan yang akan dijadikan dan ditetapkan
sebagai lahan sawah berkelanjutan sebagai penopang ketersediaan pangan
baik tingkat Provinsi maupun nasional.
d. Penyediaan tanah untuk pemukiman atau perumahan belum memenuhi
kebutuhan, sehingga berkembang rumah kumuh di perkotaan dengan
intensitas yang tidak terkendali.
e. Belum teridentifikasi tanah negara/tanah terlantar secara detail (data base)
belum akurat
f. Belum adanya insentif dan desinsentif dibidang pertanahan.
10. Urusan Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Permasalahan dalam penyelenggaraan urusan ini yaitu:
a. Masih kurangnya SDM pelayanan administrasi kependudukan, baik dari segi
jumlah maupun kompetensinya.
b. Fungsi koordinasi kurang optimal yang mengakibatkan data kependudukan
menjadi kurang akurat.
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 164
c. Sistem teknologi informasi yang sudah ada masih belum bisa mem- back up
arsip pencatatan sipil dan belum dapat memilah data akte kelahiran per
kelompok umur.
d. Masih kurangnya partisipasi masyarakat yang disebabkan oleh kurangnya
pemahaman akan pentingnya dokumen kependudukan.
11. Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Masalah yang dihadapi dalam penyelenggaraan pemberdayaan perempuan
dan perlindungan anak yaitu:
a. Masih kurangnya pemahaman tentang hak-hak perempuan dan anak.
b. Focal point gender belum optimal dalam menyampaikan informasi gender
dan pembuatan laporan PUG.
c. Perencanaan Pembangunan Responsif Gender (PPRG) belum dapat
diimplementasikan dalam perencanaan pembangunan.
d. Belum intensnya porsi keterlibatan perempuan dalam proses pembangunan.
e. Masih rendahnya kualitas sumber daya manusia perempuan.
f. Program Pengarus Utamaan Gender dan Perempuan masih digambarkan
hanya sebagai program untuk mengejar ketertinggalan perempuan agar
dapat setara dengan laki-laki.
12. Urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
Beberapa hal yang masih terus mendapat perhatian dalam rangka
penyelenggaraan urusan keluarga berencana dan keluarga sejahtera yaitu:
a. Kurangnya partisipasi laki-laki dalam ber KB karena beranggapan KB hanya
untuk perempuan
b. Belum optimalnya peran pemerintah, masyarakat dan dunia usaha dalam
menggerakan KB (SKPD mengkampanyekan program KB)
c. Citra MOP merugikan pria dan perempuan / isteri melarang suami untuk
MOP, dengan alasan bisa selingkuh secara bebas
d. Berkurangnya tenaga penyuluh KB sebagai ujung tombak di lini lapangan
e. Kurangnya peran serta masyarakat dalam penciptaan keluarga sejahtera
f. Belum optimalnya kapasitas kelembagaan KB-KS.
13. Urusan Sosial
Permasalahan yang dihadapi dalam rangka penyelenggaraan urusan sosial
yaitu:
a. Kualitas pelayanan, rehabilitasi, bantuan sosial dan jaminan kesejahteraan
sosial bagi PMKS masih rendah.
b. Penanganan PGOT (pengemis, gelandangan dan orang terlantar) yang
belum memadai karena belum ada panti rehabilitasi ataupun tempat
pembinaan agar mereka tidak kembali ke jalan.
c. Penanganan kesehatan jiwa bagi orang memerlukan payung hukum dan
mekanisme yang jelas, sehingga dapat tertangani dengan baik
d. Masih rendahnya jaminan perlindungan dan bantuan sosial serta belum
optimalnya akses pelayanan sosial bagi masyarakat
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 165
e. Kurangnya koordinasi antar kab/ kota terutama dengan adanya aksi
penipuan dengan modus mengaku sebagai orang terlantar yang meminta
sedekah.
14. Urusan Ketenagakerjaan
Permasalahan yang selalu dihadapi dalam ketenagakerjaan adalah:
a. Sebagian pengusahan memberi upah kepada pekerja dibawah UMK.
b. Disnakertransos Kota Magelang belum memiliki instruktur, pada pelaksanaan
kegiatan bekerjasama dengan BLK Kabupaten Magelang sehingga jadwal
pelatihan mengikuti BLK Kabupaten Magelang.
c. Belum tersertifikasi kompetensi para peserta pelatihan.
d. Masih adanya pelanggaran pelaksanaan UMK di beberapa dunia
usaha/industri.
e. Masih tingginya angka perselisihan antara pengusaha dengan pekerja
f. Masih dijadikannya UMK sebagai standar pengupahan secara umum
g. Kurang berminatnya pencari kerja untuk bekerja di luar negeri
h. Rendahnya animo dunia industri untuk menjalankan sertifikasi K3
dikarenakan biaya pengujian yang cukup besar, sementara standar pelayanan
minimal sertifikasi K3 adalah 50 persen.
i. Kurangnya ahli K3 dikarenakan biaya pelatihan yang cukup tinggi.
j. Peningkatan iklim investasi belum dibarengi dengan pelaksanaan norma
ketenagakerjaan (keselamatan dan perlindungan tenaga kerja) akibat
kurangnya koordinasi antara stakeholder terkait.
k. Belum terakreditasinya Lembaga Pelatihan Kerja Swasta yang ada di Kota
Magelang sehingga mutu pendidikan/pelatihan dan peserta didik kurang
optimal yang pada akhirnya berimbas pada daya saing peserta didik di pasar
kerja.
l. Kurangnya kesadaran akan pentingnya sertifikasi kompetensi di pasar kerja.
m. Rendahnya produktivitas dan etos kerja para pencari kerja.
n. Belum adanya perencanaan tenaga kerja tingkat kota
15. Urusan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
Kendala dalam pengembangan koperasi yaitu :
a. Rendahnya manajemen usaha, seringkali ada yang belum melakukan
pemisahan antara bisnis/usaha dan rumah tangga.
b. Belum memiliki legitimasi tempat usaha.
c. Belum memiliki legitimasi hukum atas asset, sehingga terjadi kesulitan
dalam mengakses kredit perbankan.
d. Rendahnya kualitas SDM, sehingga pola kemitraan sulit diterapkan baik di
bidang produksi, pemasaran maupun teknologi.
e. Rendahnya ketersediaan skim permodalan secara khusus bagi UKM.
16. Urusan Penanaman Modal
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 166
Permasalahan-permasalahan yang ada dalam pengembangan investasi di
daerah, antara lain :
a. Masih belum efektifnya peningkatan promosi tentang daya saing Kota
Magelang bagi investor ;
b. Kurang optimalnya dukungan terhadap potensi investasi karena
kekurangsiapan sumberdaya dan sarana prasarana dalam menarik investor
termasuk terbatasnya lahan.
17. Urusan Kebudayaan
Permasalahan dalam penyelenggaraan urusan kebudayaan antara lain:
a. Belum memadainya kualitas sumber daya manusia seni dan budaya.
b. Kurangnya pembinaan dan pengembangan seni dan budaya daerah serta
fasilitasi penyelenggaraan berbagai even seni dan budaya yang dikemas
secara atraktif dan menarik serta berskala regional.
c. Budaya daerah belum banyak mendapatkan apresiasi dari masyarakat.
d. Belum optimalnya pembinaan/pendidikan moral, etika dan budi pekerti bagi
para remaja dan siswa sekolah.
e. Belum optimalnya pelestarian dan pengelolaan Benda, Situs dan Cagar
Budaya.
f. Kurangnya perlindungan dan pelestarian terhadap kekayaan budaya
nasional/daerah, sehingga sangat rentan untuk diambil alih/diakui oleh
pihak-pihak lain.
g. Kurangnya promosi budaya daerah, efektivitas system inventarisasi dan
penyajian informasi mengenai jenis dan ragam budaya daerah Kota
Magelang.
18. Urusan Kepemudaan dan Olahraga
Permasalahan yang masih dihadapi dalam penyelenggaraan urusan
kepemudaan dan olah raga yaitu:
a. Kurangnya ketrampilan, daya kreasi dan inovasi pemuda
b. Terjadinya pengangguran sebagai akibat rendahnya tingkat pendidikan dan
ketrampilan, tidak sesuainya kualifikasi yang dibutuhkan pasar kerja dengan
kompetensi pendidikan yang dimiliki, kurangnya kemandirian, dan
sempitnya lapangan kerja.
c. Kurangnya sarana prasarana pendukung kegiatan kepemudaan seperti youth
center.
d. Penurunan prestasi olahraga Kota Magelang karena: kurangnya
penghargaan dan perlindungan terhadap atlet berprestasi sehingga diambil
daerah lain, kurangnya ajang latih tanding dan monitoring prestasi atlet,
lemahnya pembibitan atlet sejak usia muda, belum adanya klub olahraga di
sekolah-sekolah, dan kurang memadainya sarana prasarana olahraga.
e. Kurang optimalnya sinkronisasi dan koordinasi pembangunan olahraga
antara Dinas Pendidikan, Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan
Pariwisata, Pengurus Daerah dan Komite Olahraga Nasional Indonesia
(KONI) Kota Magelang.
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 167
19. Urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
Beberapa potensi masalah dalam penyelenggaraan urusan ini yaitu:
a. Masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam penggunaan hak pilih.
b. masih tingginya penyandang PMKS di kota magelang
c. Masih ditemukan kasus narkoba
d. Kota Magelang termasuk memiliki ancaman bencana dan masih kurangnya
kesadaran masyarakat dalam upaya mitigasi bencana.
20. Urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah,
PerangkatDaerah, Kepegawaian, dan Persandian
Masalah yang dihadapi dalam rangka penyelenggaraan urusan ini meliputi:
a. Belum sinerginya peraturan perundangan yang yang diterbitkan
pemerintahan pusat dan daerah, yang berakibat pada terjadinya tumpang
tindih, perbedaan persepsi dan kekosongan peraturan perundangan yang
berlaku;
b. Belum optimalnya penyelenggaraan pemerintahan umum dalam pelayanan
publik yang disebabkan oleh kurangnya kapasitas, kompetensi dan
profesionalitas SDM aparatur berikut sarana dan prasarana yang
dibutuhkan;
c. belum optimalnya intensifikasi penerapan E-Government di seluruh SKPD
dengan memaksimalkan system informasi, penggunaan WAN dan website;
d. Belum optimalnya kerja sama antar daerah, daerah dengan swasta dan
daerah dengan perguruan tinggi dalam penyelenggaraan pemerintahan dan
pelayanan publik;
e. Belum sebandingnya peningkatan pendapatan daerah yang bersumber dari
pusat dan pendapatan asli daerah dengan pembiayaan yang harus di
keluarkan daerah;
f. Kurang tuntasnya penyelesaian kasus-kasus pelanggaran disiplin pegawai;
g. Banyaknya hasil temuan pemeriksaan interen yang mencerminkan
ketidakdisiplinan pengelolaan anggaran;
h. Rendahnya pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan (litbang) yang
digunakan sebagai acuan dalam pengambilan kebijakan di pemerintah
daerah;
21. Urusan Ketahanan Pangan
Permasalahan yang senantiasa dihadapi dalam penyelenggaraan urusan
ketahanan pangan adalah:
a. Maraknya alih fungsi pertanian menjadi non pertanian, sehingga berdampak
negative pada ketersediaan pangan yang cukup, baik jumlah maupun
mutunya, aman, merata, dan terjangkau.
b. Belum optimalnya pemanfaatan lahan pekarangan di rumah tangga untuk
budidaya tanaman pangan.
c. Belum adanya cadangan pangan di Kota Magelang.
d. Belum optimalnya upaya yang dilakukan untuk stabilisasi pasokan dan harga
pangan pokok, sehingga harga bahan pangan masih fluktuatif.
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 168
e. Masih tingginya jumlah penduduk miskin di Kota Magelang yang berpotensi
meningkatkan kerawanan pangan dan gizi.
f. Budaya dan kebiasaan makan penduduk Kota Magelang yang kurang
mendukung konsumsi pangan B2SA (beragam, bergizi, seimbang, dan
aman).
g. Masih adanya penggunaan zat aditif berupa penyedap, pewarna, pemanis,
pengawet, pengental, pemucat, dan anti gumpal pada bahan makanan.
22. Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Hambatan-hambatan yang ditemui dalam upaya pemberdayaan
masyarakat adalah:
a. Belum optimalnya peran lembaga dan organisasi kemasyarakatan untuk
turut serta dalam meningkatkan kemandirian masyarakat, disebabkan
kurangnya pemahaman pengurus lembaga-lembaga tersebut tentang tugas
mereka.
b. Belum sinerginya LPM, LKK, dan PNPM dalam melaksanakan tugas, masih
terjadi tumpang tindih (overlap) area antara LPM dan LKM.
c. Kurangnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan kelurahan.
d. Data profil kelurahan belum mencerminkan potensi kelurahan.
23. Urusan Statistik
Statistik berkaitan dengan penyediaan data yang harus selalu mengikuti
perkembangan terkini (up to date). Permasalahan yang dihadapi dalam
penyelenggaraan urusan statistik yaitu:
a. Belum adanya instansi sebagai pengelola/ pusat data terpadu;
b. Data sektoral dari SKPD tidak konsisten sehingga kualitas data yang
dihasilkan rendah;
c. Kurangnya kesadaran (awareness) terhadap pentingnya eksistensi dan
kualitas data;
d. Sarana dan prasarana pengelolaan data belum memadai;
e. Belum tercukupinya SDM statistic yang professional dan kompeten;
f. Belum terpenuhinya ketersediaan ragam data dan informasi statistic wilayah
dalam skala kecil; dan
g. Ketersediaan beberapa data yang sangat tergantung dari hasil publikasi
instansi lain (missal: Data PDRB, Inflasi, Telekomunikasi, dll).
24. Urusan Kearsipan
Permasalahan yang dihadapi pada penyelenggaraan urusan kearsipan
yaitu:
a. Belum optimalnya sistem kearsipan yang disebabkan oleh kurangnya SDM
dan sarana dan prasarana kearsipan serta rendahnya perhatian dan
pengawasan terhadap pelaksanaan sistem kearsipan;
b. Belum optimalnya penyelamatan dan pelestarian dokumen/arsip daerah
yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara banyaknya arsip dengan
jumlah SDM yang menangani;
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 169
c. Kurangnya khasanah arsip yang disebabkan oleh kurangnya kesadaran
masyarakat akan pentingnya arsip;
d. Belum optimalnya pelayanan informasi kearsipan daerah yang disebabkan
oleh belum tersedianya sistem informasi kearsipan yang memadai.
e. Digitalisasi arsip belum menjadi fokus kebijakan.
25. Urusan Komunikasi dan Informatika
Beberapa permasalahan yang menjadi kendala dalam penyelenggaraan
urusan komunikasi dan informatika di antaranya:
a. Masih kurangnya kualitas dan kuantitas sistem informatika yang memadai
untuk mendukung efisiensi pelayanan publik dan transparansi.
b. Belum optimalnya jangkauan dan akses komunikasi informasi yang
disebabkan masih terbatasnya sarana dan prasarana serta pengembangan
komunikasi informasi.
c. Belum optimalnya kerjasama di bidang komunikasi dan informasi antara
pemerintah dan mass media yang disebabkan oleh masih kurangnya
publikasi pemerintah daerah di berbagai mass media.
d. Belum optimalnya penelitian di bidang komunikasi dan informasi yang
disebabkan oleh belum terintegrasinya kegiatan penelitian dalam suatu
jaringan penelitian yang efektif.
e. Masih lemah dan kurangnya kualitas SDM di bidang komunikasi dan
informasi yang disebabkan oleh kesenjangan antara kemajuan IPTEK yang
sangat cepat dengan penguasaan teknologi oleh aparatur bidang komunikasi
dan informasi.
f. Masih kurangnya pemahaman tenatng aturan-aturan baru yang terkait di
bidang perhubungan, komunikasi dan informatika.
26. Urusan Perpustakaan
Permasalahan yang masih dihadapi dalam penyelenggaraan urusan
perpustakaan di Kota Magelang yaitu:
a. Perlunya optimalisasi untuk lebih meningkatkan minat baca di dalam
masyarakat yang disebabkan oleh masih kurangnya budaya membaca
masyarakat;
b. Perlunya peningkatan kualitas pelayanan perpustakaan (perpustakaan
daerah, perpustakaan perguruan tinggi, perpustakaan khusus/instansi,
perpustakaan kelurahan, perpustakaan rumah ibadah, dan perpustakaan
sekolah).
c. Kurangnya kesadaran masyarakat tentang serah simpan karya cetak dan
karya rekam.
d. Perpustakaan digital belum menjadi fokus program
D. Isu Strategis
Mengacu pada permasalahan pembangunan daerah yang dihadapi Kota
Magelang, maka perlu dirumuskan permasalahan paling prioritas yang sekaligus
merupakan isu strategis daerah untuk mendapatkan solusi pada tahun 2016.
Informasi lain pada level provinsi maupun nasional baik itu berupa permasalahan
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 170
maupun kebijakan serta isu dan dinamika global menjadi entitas selanjutnya yang
harus diselaraskan, sehingga diharapkan isu strategis yang muncul dapat terkoneksi
secara baik sebagai bagian integral untuk solusi regional maupun nasional.
Selain dengan memperhatikan permasalahan pembangunan nasional dan
provinsi tersebut, identifikasi isu strategis Kota Magelang mempertimbangkan
beberapa hal, yakni:
a. Merupakan tugas dan tanggung jawab Pemerintah Kota Magelang;
b. Besarnya dampak yang ditimbulkan terhadap publik;
c. Tingkat kemungkinan/ kemudahan penanganan;
d. Memiliki pengaruh yang besar/ signifikan terhadap pencapaian sasaran
pembangunan;
e. Memiliki daya ungkit terhadap pencapaian untuk pembangunan daerah; dan
f. Janji politik yang harus diwujudkan.
Isu Strategis yang menjadi prioritas Pemerintah Kota Magelang untuk ditangani
Tahun 2015 adalah sebagai berikut:
1. Bidang Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama
Khususnya untuk isu strategis di urusan Pendidikan, makaupaya untuk
mewujudkan peningkatan akses pendidikan yang berkualitas, terjangkau,
relevan, kemandirian, keluhuran budi pekerti dan karakter bangsa yang kuat
serta sebagai salah satu usaha dalam rangka pencapaian Misi 5, menghadapi
tantangan dan permasalahan yang harus diselesaikan di Tahun 2015 adalah
sebagai berikut:
a. Masih terbatasnya sarana prasarana, akses, pemerataan, kualitas layanan,
kualifikasi serta kompetensi tenaga pendidikan pada jenjang pendidikan anak
usia dini;
b. Belum optimalnya ketersediaan, kualitas, kualifikasi dan kompetensi tenaga
pendidik serta distribusi pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan dasar;
c. Transisi pengelolaan pendidikan luar biasa dan pendidikan menengah dari
pemerintah kota magelang ke pemerintah Provinsi Jawa Tengah;
d. Belum optimalnya pengelolaan perpustakaan dan laboratorium sekolah;
e. Perlunyan kesiapan implementasi kurikulum 2013 dalam penyediaan
sarana, peyiapan tenaga pendidik, aspek pemahaman, pembelajaran,
penilaian dan pemanfaatan media;
f. Belum efektifnya pendidikan karakter di sekolah diindikasikan dengan masih
adanya vandalisme, kurangnya ketertiban dan kedisiplinan siswa;
g. Kurangnya ketersediaan dan akurasi data pendidikan; dan
h. Masih perlunya optimalisasi pemenuhan pemenuhan hak-hak anak.
Sementara itu di sektor Kesehatan, beberapa permasalahan ke depan yang
memerlukan perhatian dalam rangka pencapaian Misi 5 antara lain:
a. Belum optimalnya upaya pencegahan penyebaran penyakit menular dan upaya
penanganan pasien penyakit menular;
b. Masih minimnya upaya deteksi dini penyakit tidak menular melalui
pemberdayaan kader kesehatan;
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 171
c. Kurangnya koordinasi lintas sektoral dalam upaya promosi kesehatan
masyarakat;
d. Belum optimalnya peningkatan kesadaran masyarakat akan PHBS;
e. Masih perlunya optimalisasi peningkatan kualitas pelayanan kesehatan bagi
ibu dan anak;
f. Belum optimalnya angka usia harapan hidup ;
g. Masih rendahnya produktivitas dan kesehatan kaum lansia;
h. Kurangnya penyediaan data sarana, tenaga medis dan kondisi kesehatan
masyarakat yang selalu up to date;
i. Masih adanya prevalensi angka balita bergizi;
j. Minimnya registrasi dan sertifikasi tenaga kesehatan;
k. Rendahnya pemanfaatan peralatan medis berteknologi terkini dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan;
l. Belum optimalnya penyediaan elektronik data tenaga kesehatan dan sarana
kesehatan yang akurat dan terpercaya;
m. Kurangnya tenaga kesehatan yang mencukupi dan sesuai spesialisasi yang
dibutuhkan; dan
n. Perlunya peningkatan pelayanan kesehatan melalui skema BPJS.
Isu strategis lainnya yang muncul dari bidang ini adalah terkait Penanggulangan
Kemiskinan. Tingkat kemiskinan cenderung menurun. Namun demikian
permasalahan dan tantangan yang harus dihadapi untuk mempercepat
turunnya tingkat kemiskinan pada tahun 2016 yang pencapaian Misi ke 2, 3, 4
dan 5, adalah sebagai berikut:
a. Optimalisasi peran Balai Latihan Kerja (BLK) setelah penyelesaian
pembangunan tahun 2015 untuk menciptakan tenaga kerja terampil;
b. Perlunya pemantapan kualitas dan akses layanan pemenuhan kebutuhan
dasar bagi masyarakat miskin termarginalkan untuk mengembangkan
kehidupan mereka secara layak;
c. Tingkat pengangguran terbuka yang masih cukup tinggi. Hal ini menjadi
tantangan bagi pemerintah kota magelang untuk terus mendorong
pertumbuhan lapangan kerja dan penyerapan tenaga kerja;
d. Perlunya pendekatan integratif untuk penanggulangan kemiskinan daerah
sehingga program–program dan penanganan kemiskinan yang diupayakan
dapat mendorong akselerasi dan efektitas penurunan jumlah penduduk
miskin, anatara lain melalui pendekatan pembangunan kewilayahan dan fokus
pada pemberdayaan masyarakat;
e. Perlunya keterpaduan antar SKPD dalam upaya percepatan pengentasan
kemiskinan; dan
f. Pemanfaatan scheme bantuan permodalan seperti KUR masih belum dapat
menyerap tenaga kerja seperti yang diharapkan.
2. Bidang Ekonomi
Berbagai permasalahan dan tantangan yang harus diselesaikan dalam tahun
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 172
2016 di bidang ekonomi terkait dengan upaya peningkatan ketahanan pangan dan
lanjutan revitalisasi pertanian, yang diwujudkan dalam pencapaian Misi 3 adalah
sebagai berikut:
a. Maraknya alih fungsi pertanian menjadi non pertanian, sehingga berdampak
negatif pada ketersediaan pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya,
aman, merata, dan terjangkau;
b. Belum optimalnya pemanfaatan lahan pekarangan di rumah tangga untuk
budidaya tanaman pangan;
c. Belum adanya cadangan pangan di Kota Magelang;
d. Belum optimalnya upaya yang dilakukan untuk stabilisasi pasokan dan harga
pangan pokok, sehingga harga bahan pangan masih fluktuatif;
e. Masih tingginya jumlah penduduk miskin di kota magelang yang berpotensi
meningkatkan kerawanan pangan dan gizi;
f. Budaya dan kebiasaan makan penduduk kota magelang yang kurang
mendukung konsumsi pangan b2sa (beragam, bergizi, seimbang, dan aman);
dan
g. Masih adanya penggunaan zat aditif berupa penyedap, pewarna, pemanis,
pengawet, pengental, pemucat, dan anti gumpal pada bahan makanan.
Isu strategis lainnya yang mendesk untuk diselesaikan adalah di ketenagakerjaan,
yaitu:
a. Sebagian pengusahan memberi upah kepada pekerja dibawah umk.
b. Disnakertransos Kota Magelang belum memiliki instruktur, pada pelaksanaan
kegiatan bekerjasama dengan BLK Kabupaten Magelang sehingga jadwal
pelatihan mengikuti BLK Kabupaten Magelang;
c. Belum tersertifikasi kompetensi para peserta pelatihan;
d. Masih adanya pelanggaran pelaksanaan UMK di beberapa dunia
usaha/industri;
e. Masih tingginya angka perselisihan antara pengusaha dengan pekerja;
f. Masih dijadikannya UMK sebagai standar pengupahan secara umum;
g. Kurang berminatnya pencari kerja untuk bekerja di luar negeri;
h. Rendahnya animo dunia industri untuk menjalankan sertifikasi K3
dikarenakan biaya pengujian yang cukup besar, sementara standar pelayanan
minimal sertifikasi K3 adalah 50 persen;
i. Peningkatan iklim investasi belum dibarengi dengan pelaksanaan norma
ketenagakerjaan (keselamatan dan perlindungan tenaga kerja) akibat
kurangnya koordinasi antara stakeholder terkait;
j. Belum terakreditasinya lembaga pelatihan kerja swasta yang ada di Kota
Magelang sehingga mutu pendidikan/ pelatihan dan peserta didik kurang
optimal yang pada akhirnya berimbas pada daya saing peserta didik di pasar
kerja;
k. Kurangnya kesadaran akan pentingnya sertifikasi kompetensi di pasar kerja;
l. Rendahnya produktivitas dan etos kerja para pencari kerja; dan
m. Tantangan dalam era Masyarakat Ekonomi ASEAN.
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 173
Isu di dalam urusan Koperasi dan UKM dan kesjahteraan masyarakat yang layak
diperhatikan antara lain
a. Rendahnya manajemen usaha, seringkali ada yang belum melakukan
pemisahan antara bisnis/ usaha dan rumah tangga;
b. Belum memiliki legitimasi tempat usaha serta legitimasi hukum atas asset,
sehingga terjadi kesulitan dalam mengakses kredit perbankan;
c. Rendahnya kualitas SDM, sehingga pola kemitraan sulit diterapkan baik di
bidang produksi, pemasaran maupun teknologi;
d. Rendahnya ketersediaan skim permodalan secara khusus bagi UKM;
e. Tindak lanjut dari agenda ayo ke magelang tahun 2015 dalam upaya untuk
mempertahankan dan meningkatkan daya tarik wisata Kota Magelang;
f. Rendahnya kunjungan wisata sebagai akibat lemahnya promosi, informasi
dan pemasaran pariwisata, kurang memadainya sarana dan prasarana
kepariwisataan;
g. Kurangnya inovasi, kreativitas, kreasi, atraksi destinasi pariwisata dan
berbagai fasilitas pendukung destinasi pariwisata, serta masih rendahnya
sumber daya manusia pengelola pariwisata;
h. Kurangnya penyelenggaraan even pariwisata yang dilaksanakan secara
periodik yang dikemas dalam atraksi yang menarik dan atraktif serta berskala
luas sehingga mampu menarik wisatawan berkunjung;
i. Perlunya intensifikasi image branding yang telah dilaksanakan sejauh ini.
Peningkatan kualitas produk dan jasa pariwisata, dan ketersediaan sarana
dan prasarana yang memadai di lingkungan obyek dan daya tarik wisata,
masih rendahnya kualitas SDM pengelola obyek dan daya tarik wisata,
pramuwisata maupun para pelaku pariwisata lainnya;
j. Sebagai kota jasa, perlu terus untuk mendorong agar kota magelang dapat
menjadi ajang bagi pendatang untuk aktivitas Meeting, Incentive,
Conference and Exhibition (MICE) yang akan mampu menghadirkan
pemasukan bagi daerah dan masyarakat baik secara langsung maupun tidak
langsung;
k. Sumbangan sektor pariwisata terhadap pad harus semakin dioptimalkan. Hal
ini disebabkan oleh belum optimalnya promosi yang dilakukan, baik di dalam
maupun luar negeri, sehingga jumlah kunjungan, lama tinggal dan
pengeluaran belanja wisatawan masih relatif kecil;
l. Kecenderungan menurunnya prestasi dan pemasyarakatan olahraga
disebabkan oleh lemahnya pembibitan, pembinaan, pemanduan dan
pemasyarakatan olahraga serta tidak adanya penelitian dan pengembangan
keolahragaan; dan
m. Masih rendahnya partisipasi pemuda dalam pembangunan daerah yang
diantaranya disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan dan ketrampilan,
daya tangkal, kepedulian terhadap masalah-masalah pembangunan,
keterbatasan akses dan kemitraan.
Sementara itu di sektor pertanian, beberapa isu yang patut di kedepankan antara
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 174
lain:
a. Sebagian besar petani kota magelang adalah petani penggarap, sehingga
program diversifikasi usaha tani menjadi kurang optimal;
b. Petani belum menggunakan sarana produksi yang sesuai dengan teknologi
pertanian;
c. Semakin berkurangnya lahan pertanian produktif sebagai akibat dari alih
fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian;
d. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang budidaya tanaman hortikultura;
e. Rendahnya pengetahuan masyarakat dalam budidaya florikultur, sehingga
budidaya tanaman hias dan bunga belum berkembang di masyarakat;
f. Masyarakat membudidaya tanaman hias dan bunga masih sebatas hobi,
belum menjadi mata pencaharian;
g. Rendahnya minat generasi muda terhadap sektor pertanian, menyebabkan
tidak adanya regenerasi dalam bidang pertanian; dan
h. Belum berkembangnya urban farming di Kota Magelang;
3. Bidang ilmu Pengetahuan dan Teknologi
a. Masih rendahnya peran aktif dan kemampuan masyarakat dalam
berkreativitas dan inovasi serta pendayagunaan teknologi tepat guna untuk
mengembangkan keunggulan komparatif dan kompetitif; dan
b. Perlunya optimalisasi sistem inovasi daerah (SIDA) secara efektif dan efisien.
4. Bidang Sarana dan Prasarana
Permasalahan dan tantangan pokok yang dihadapi bidang ini dalam rangka
pencapaian Misi ke 4, antara lain adalah:
a. Belum optimalnya fungsi prasarana dan sarana drainase pengendalian banjir
pada musim penghujan;
b. Masih adanya jalan dan jembatan yang rusak. Prasarana jalan dan jembatan
senantiasa membutuhkan pemeliharaan dan peningkatan;
c. Belum terpenuhinya semua kebutuhan pengelolaan jaringan irigasi dan
jaringan pengairan lainnya dalam mendukung pembangunan pertanian dan
penyediaan air baku;
d. Terbatasnya sumber air bersih di Kota Magelang;
e. Rendahnya kualitas pembangunan dan pengelolaan bangunan gedung
pemerintah diakibatkan tidak dipatuhinya NSPM dan rendahnya sosialisasi
serta pengawasan pelaksanaan NSPM;
f. Masih adanya pemukiman kumuh dan rumah tidak layak huni di Kota
Magelang;
f. Belum optimalnya pengembangan kawasan strategis dan cepat tumbuh;
g. Perlunya mengakomodir hak hak masyarakat rentan termarginalkan dalam
desain sarpras kota;
h. Tingginya volume pergerakan/ mobilitas terutama pada jam-jam sibuk yang
tidak didukung oleh sarana prasarana jaringan jalan sehingga mengakibatkan
kecenderungan untuk terjadinya kemacetan dan peningkatan kecelakaan lalu
lintas; dan
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 175
i. Belum optimalnya jangkauan dan akses komunikasi informasi yang
disebabkan masih terbatasnya sarana dan prasarana serta pengembangan
komunikasi informasi.
5. Bidang Politik
Beberapa permasalahan dan tantangan pokok yang dihadapi di bidang
politik, hukum dan keamanan sebagaimana diwujudkan dalam Misi 6, antara lain
adalah perlunya antisipasi pelaksanaan Pilkada tahun 2015, agar situasi tetap
kondusif dan ketertiban umum tetap terjaga.
6. Bidang Pertahanan dan Keamanan
a. Masih adanya ancaman terorisme, konflik SARA (baik vertikal maupun
horizontal) dan gerakan yang bersifat radikalisme yang kadang bersifat laten
dengan daya destruktif yang tinggi.
b. Masih terdapatnya berbagai penyakit masyarakat
7. Bidang Hukum dan Aparatur
Dalam rangka khususnya pencapaian terwujudnya tata kelola pemerintahan
yang baik yang merupakan bagian dari perwujudan misi 1, tantangan dan
permasalahan yang harus diselesaikan di tahun 2016 adalah sebagai berikut:
a. Belum optimalnya penyelenggaraan pemerintahan umum dalam pelayanan
publik yang disebabkan oleh kurangnya kapasitas, kompetensi dan
profesionalitas sdm aparatur berikut sarana dan prasarana yang dibutuhkan
(perlunya optimalisasi pelayanan yang berbasis pada „menghadirkan
pemerintah sedekat mungkin dengan masyarakat’);
b. Masih perlu intensifikasi penerapan e-government di seluruh skpd dengan
memaksimalkan sistem informasi, penggunaan wan dan penggunaan website;
c. Belum optimalnya ketersediaan data dan statistik daerah valid dan akurat
sebagai bahan penyusunan kebijakan dan perencanaan;
d. Belum optimalnya penyelamatan dan pelestarian dokumen/arsip daerah yang
disebabkan oleh ketidakseimbangan antara banyaknya arsip dengan jumlah
SDM yang menangani, dan belum dikembangkannya digitalisasi arsip daerah;
e. Persiapan SDM dan implementasi pelaksanaan Undang-Undang Aparatur
Sipil Negara (ASN) perlu mendapat perhatian yang serius;
f. Belum optimalnya pengelolaan administrasi keuangan dan
pertanggungjawabannya, termasuk eksistensi aset daerah di mana hasil opini
BPK untuk laporan keuangan tahun 2014 adalah WDP dan perlu dicari model
yang cocok untuk transparansi informasi dan publikasi anggaran belanja
daerah kepada masyarakat umum sehingga masyarakat memahami kondisi
keuangan daerah, sehingga status Wajar Tanpa Pengecualian dapat
tercapai;
g. Masih perlu akselerasi implementasi sistem perencanaan dan penganggaran
berbasis kinerja secara optimal salah satunya implementasi Analisa Standar
Belanja (ASB) dan penentuan pagu indikatif kewilayahan (kecamatan
& kelurahan) dan pagu indikatif SKPD;
h. Perencanaan dan penganggaran pembangunan daerah yang masih belum
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2016 BAB II - 176
konsisten yang perlu untuk terus dilakukan minimalisasi deviasi, antara lain
dengan integrasi sistem informasi perencanaan, penganggaran dan evaluasi;
i. Sinergisitas proses perencanaan pembangunan daerah dari pendekatan politik
(proses politik) ke pendekatan teknokratik perlu dilakukan dengan
pemahaman yang sama antara lain terkait perumusan pokok-pokok pikiran
DPRD; dan
j. Masih perlu optimalisasi implementasi RAD pemberantasan korupsi (RAD
PK).
8. Bidang Wilayah dan Tata Ruang
Beberapa permasalahan yang dihadapi antara lain :
a. Masih belum selesainya permasalhan batas wilayah dengan Kabupaten
Magelang;
b. Masih perlunya pengendalian pemanfaatan tata ruang kota; dan
c. Perlunya intensifikasi pembangunan berbasis kewilayahan secara
terpadu dengan pembangunan sektoral.
9. Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Beberapa permasalahan dan tantangan pokok yang dihadapi dalam upaya
menjaga Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana sebagaimana
diwujudkan dalam Misi 4 dan 6, antara lain adalah:
a. Pengelolaan manajemen persampahan masih belum optimal;
b. Masih banyaknya perusahaan/kegiatan industri yang belum memiliki Instalasi
Pengolahan Limbah (IPAL);
c. Umur teknis TPA yang akan segera berakhir;
d. Perlu terus untuk diupayakan pengelolaan sampah dari sumbernya yang
berbasis pada masyarakat antara lain optimalisasi program kampung organik,
dan model pengelolaan manajemen persampahan berbasis masyarakat
lainnya;
e. Kurangnya lahan terbuka hijau (RTH);
f. Banyaknya kegiatan industri atau kegiatan usaha yang belum memilki
dokumen lingkungan AMDAL, UKL-UPL , DPPL; dan
g. Masih perlunya pembinaan petugas penanggulangan bencana alam.