bab ii-deskripsi umum daerah

Upload: diniar-m-fazza

Post on 02-Mar-2016

86 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I : PENDAHULUAN

PAGE

BAB II

GAMBARAN UMUM

KONDISI DAN PERMASALAHAN

2.1. KONDISI GEOGRAFIS Kabupaten Gresik berada antara 7 derajat dan 8 derajat Lintang Selatan dan antara 112 derajat dan 113 derajat Bujur Timur. Sebagian besar wilayahnya merupakan dataran rendah dengan ketinggian antara 012 meter di atas permukaan laut kecuali sebagian kecil di bagian utara (Kecamatan Panceng) mempunyai ketinggian sampai 25 meter di atas permukaan laut.

Bagian Utara Kabupaten Gresik dibatasi oleh Laut Jawa, bagian Timur dibatasi oleh Selat Madura dan Kota Surabaya, bagian Selatan berbatasan dengan Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Mojokerto, sementara bagian Barat berbatasan dengan Kabupaten Lamongan.

Kabupaten Gresik mempunyai kawasan kepulauan yaitu Pulau Bawean dan beberapa pulau kecil di sekitarnya. Luas wilayah Gresik seluruhnya 1.192,25 Km2 terdiri dari 996,14 Km2 luas daratan ditambah sekitar 196,11 Km2 luas Pulau Bawean. Sedangkan luas wilayah perairan adalah 5.773,80 Km2 yang sangat potensial dari subsektor perikanan laut.Sebagian besar tanah di wilayah Kabupaten Gresik terdiri dari jenis Aluvial, Grumusol, Mediteran Merah dan Litosol. Curah hujan di Kabupaten Gresik adalah relatif rendah, yaitu ratarata 2.000 mm per tahun sehingga hampir setiap tahun mengalami musim kering yang panjang.

Berdasarkan ciriciri fisik tanahnya, Kabupaten Gresik dapat dibagi menjadi 4 (empat) bagian yaitu:

a.Kabupaten Gresik bagian Utara (meliputi wilayah Panceng, Ujung Pangkah, Sidayu, Bungah, Dukun, Manyar) adalah bagian dari daerah pegunungan Kapur Utara yang memiliki tanah relatif kurang subur (wilayah Kecamatan Panceng). Sebagian dari daerah ini adalah daerah hilir aliran Bengawan Solo yang bermuara di pantai Utara Kabupaten Gresik/Kecamatan Ujungpangkah Daerah hilir Bengawan solo tersebut sangat potensial karena mampu menciptakan lahan yang cocok untuk permukiman maupun usaha pertambakan. Potensi bahanbahan galian di wilayah ini cukup potensial terutama dengan adanya beberapa jenis bahan galian golongan C. Kondisi tanah tidak termasuk Pulau Bawean

b.Kabupaten Gresik bagian Tengah (meliputi wilayah; Duduk Sampeyan, Balong Panggang, Benjeng, Cerme, Gresik, Kebomas ) merupakan kawasan dengan tanah relatif subur. Di wilayah ini terdapat sungaisungai kecil antara lain Kali Lamong, Kali Corong, Kali Manyar sehingga di bagian tengah wilayah ini merupakan daerah yang cocok untuk pertanian dan pertambakan.

c.Kabupaten Gresik bagian Selatan ( meliputi Menganti, Kedamean, Driyorejo dan Wringin Anom) adalah merupakan sebagian dataran rendah yang cukup subur dan sebagian merupakan daerah bukitbukit (Gunung Kendeng). Potensi bahanbahan galian di wilayah ini diduga cukup potensial terutama dengan adanya beberapa jenis bahan galian golongan C, bahan galian yang bukan strategis dan juga bukan vital seperti batu kapur, posphat, dolomit, batu bintang, tanah liat, pasir dan bahan galian lainnya. Sebagian dari bahan golongan C ini telah diusahakan dengan baik, dan sebagian lainnya masih dalam taraf eksplorasi.

d.Kabupaten Gresik Wilayah kepulauan Bawean dan pulau kecil sekitarnya yang meliputi wilayah Kecamatan Sangkapura dan Tambak berpusat di Sangkapura.Kabupaten Gresik adalah salah satu dari wilayah penyanggah kota Surabaya. Dimana Kota Surabaya adalah ibu kota sekaligus pusat ekonomi Jawa Timur dan kawasan Indonesia Timur. Disamping Kabupaten Gresik daerah lain yang juga dapat dikatakan sebagai kawasan penyanggah Kota Surabaya adalah Kabupaten Sidoarjo, Bangkalan, Mojokerto dan Lamongan. Keenam wilayah ini dikenal dengan istilah kawasan Gerbangkertosusila. Fungsi wilayah penyanggah bagi Kabupaten Gresik dapat bernilai positif secara ekonomis, jika Kabupaten Gresik dapat mengantisipasi dengan baik kejenuhan perkembangan kegiatan industri Kota Surabaya. Yaitu dengan menyediakan lahan alternatif pembangunan kawasan industri yang representatif, kondusif, dan strategis.

Hampir sepertiga bagian dari wilayah Kabupaten Gresik merupakan daerah pesisir pantai, yaitu sepanjang 140 Km meliputi Kecamatan Kebomas, sebagian Kecamatan Gresik, Kecamatan Bungah dan Kecamatan Ujungpangkah, Sidayu dan Panceng, serta Kecamatan Tambak dan Kecamatan Sangkapura yang berada di Pulau Bawean. Sebagai wilayah pesisir yang juga telah difasilitasi dengan pelabuhan besar, maka Kabupaten Gresik memiliki akses perdagangan regional, nasional bahkan internasional. Keunggulan geografis ini menjadikan Gresik sebagai alternatif terbaik untuk investasi atau penanaman modal.Dengan fasilitas pelabuhan yang ada, Gresik memiliki potensi akses regional maupun nasional sebagai pintu masuk baru untuk kegiatan industri dan perdagangan untuk kawasan Indonesia Timur setelah Surabaya mengalami kejenuhan. Disamping itu Kabupaten Gresik merupakan kabupaten yang berpengalaman didalam mengelola kegiatan industri besar dan telah memiliki reputasi nasional hingga internasional selama puluhan tahun, seperti industri Semen Gresik dan Petrokimia.

Demikian pula dengan dukungan sarana dan prasarana transportasi darat, seperti; akses jalan tol menuju kota Surabaya, jarak yang relatif dekat dengan pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, jalan beraspal dan angkutan umum keseluruh pelosok wilayah kecamatan, dan sarana transportasi laut yang memadai berupa pelabuhan atau dermaga, Gresik siap menunjang aktivitas berdagangan dalam taraf internasional.2.2. PEREKONOMIAN DAERAH Produk Pemerintah Daerah yang paling utama adalah hasil penyusunan dan pelaksanaan kebijakan publik yang berdampak kepada kinerja sosial dan ekonomi masyarakatnya. Secara alami kebijakan publik kurang dapat diukur secara langsung, namun lebih dapat diukur secara tidak langsung melalui salah satu diantaranya indicator ekonomi. Pembangunan daerah dilaksa-nakan pada berbagai aspek kehidupan, yang antara lain diupayakan dengan melaksanakan pembangunan di bidang ekonomi.

Pada hakekatnya pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja dan pemerataan pembagian pendapatan masyarakat. Pembangunan ekonomi mempunyai kedudukan yang amat penting, karena keberhasilan di bidang ekonomi dapat menyediakan sumber daya yang lebih luas bagi pembangunan di bidang lainnya. Untuk melakukan pembangunan diperlukan landasan yang kuat, yaitu pengambilan kebijakan yang tepat, akurat dan terarah, supaya hasil yang dicapai akan benar-benar sesuai dengan yang direncanakan.

A. STRUKTUR EKONOMI

Tak dapat dipungkiri bahwa perkembangan ekonomi di Kabupaten Gresik dari tahun ke tahun menunjukan arah positif. Ditinjau dari struktur perekonomian yang ada, pilar utamanya adalah industri pengolahan. Terhadap sumbangannya pada PDRB, sektor industri pengolahan menyumbang 48,63 % dari seluruh konstruksi ekonomi daerah Gresik. Dengan banyaknya industri tersebut akan ada kecenderungan semakin cepat berdiri industri baru yang merupakan mata rantai industri yang saling menunjang. Dengan demikian sektor Industri merupakan sektor yang bisa diharapkan memulihkan perekonomian kabupaten Gresik, karena sektor ini disamping menyerap banyak tenaga kerja juga menggerakkan perkembangan sektor-sektor yang lain.

Perdagangan, Hotel dan Restoran merupakan sektor yang sangat erat dengan sektor Industri, sehingga mempunyai sumbangan diurutan kedua yaitu sebesar 22,98 % pada tahun 2004 yang sebelumnya sebesar 19,01 % pada tahun 2003. Pembangunan infra struktur yang menunjang sektor Industri merupakan kebutuhan utama, ini bisa dilihat dari perannya yang selalu naik dari tahun ke tahun yaitu : sektor Listrik, Gas dan Air Bersih yakni sebesar 4.44 % di tahun 2004 yang sebelumnya sebesar 4,28 % ditahun 2003.

Wilayah kabupaten Gresik yang memanjang dari utara ke selatan atau dari kecamatan Panceng hingga kecamatan Wringinanom sejauh lebih dari 82 km, apalagi jika ditambah dengan kecamatan Tambak di pulau Bawean menjadi berjarak lebih dari 208 km, ternyata kabupaten Gresik masih memiliki potensi sektor Pertanian yang cukup besar. Sektor Pertanian mempunyai peranan diurutan ketiga yakni sebesar 9,30 % di tahun 2004.

Ketiga sektor tersebut diatas selalu menunjukan kecenderungan menguat dari tahun ketahun, oleh karena itu perlu terus didukung dengan kebijakan-kebijakan efektif menyangkut iklim usaha, sarana dan prasarana serta komitmen pengembangannya.

B. PERTUMBUHAN EKONOMI

Secara nyata kemajuan ekonomi Kabupaten Gresik dapat dilihat dari indikator pertumbuhban ekonomi. Dari sejak tahun 2000 hingga 2004 pertumbuhan ekonomi Gresik berkecenderungan naik dari 3,05 % tahun 2000 hingga mencapai 5,74 % pada akhir tahun 2004. Pertumbuhan ini mengindikasikan bahwa dalam kurun waktu tersebut memang ada akselerasi pergerakan nyata ekonomi daerah yang cukup dinamis, sebab pertumbuhan daerah ini juga diiringi oleh kecenderungan inflasi PDRB yang menurun.

Kondisi ini bergerak ke arah situasi sebelum krisis dimana sebelum tahun 1997 pertumbuhan ekonomi di kabupaten Gresik pernah mencapai diatas 13 %. Sektor Industri yang mendominasi struktur ekonomi hingga diatas 45 % yang menentukan baik buruknya perekonomian wilayah ini, jika sektor Industri jatuh akan mempengaruhi sektor-sektor yang lain jatuh, sebaliknya sektor ini membaik maka akan membaik pula sektor-sektor yang lain.

C. PENDAPATAN PERKAPITA

Rata-rata pendapatan perkapita yang diukur dengan PDRB harga berlaku dibagi jumlah penduduk pertengahan tahun, menunjukkan angka peningkatan dari tahun ke tahun. Secara berangsur pendapatan per kapita naik mulai dari Rp. 9.6635.490,33 pada tahun 2000 hingga mencapai angka tertingginya di tahun 2004 yaitu Rp. 13.860.285,04. Dari perspektif kesejahteraan masyarakat, kenaikan pendapatan perkapita tersebut memiliki makna sebagai kenaikan status ekonomi masyarakat pula. Dengan lain kata, kondisi empiris tersebut, mengindikasikan bahwa perekonomian daerah Kabupaten Gresik memang mengalami pergerakan positif hingga berdampak pada peningkatan kesejahteraan penduduknya.

Namun demikian, kenaikan-kenaikan tersebut masih dipengaruhi inflasi, sehingga tidak langsung menggambarkan kenaikan kesejahteraan penduduk. Pendapatan perkapita yang diukur dengan PDRB harga konstan dibagi jumlah penduduk pertengahan tahun akan menggambarkan ukuran tanpa pengaruh inflasi, sehingga akan menggambarkan perubahan yang sesungguhnya.

Struktur ekonomi, pertumbuhan ekonomi, pendapatan perkapita dan inflasi PDRB merupakan ukuran global tentang kondisi perekonomian di suatu wilayah. Untuk mendapatkan gambaran lebih rinci, maka diperlukan tinjauan sektoral / lapangan usaha.

D. INDUSTRI Pertumbuhan ekonomi kabupaten Gresik saat ini sangat tergantung dari semakin meningkatnya peran sektor Industri yakni 48,20 % di tahun 2002, 48,55 % di tahun 2003 dan 48,63 % di tahun 2004. Sektor ini merupakan tulang punggung perekonomian Kabupaten Gresik. Industri kecil, sedang dan besar rata-rata tercatat mengalami kenaikan signifikan pada periode tahun 2000 hingga tahun 2004. Dalam kurun waktu empat tahun tersebut, industri kecil kecil bertambah lebih dari 1000 unit, sedangkan industri sedang dan besar juga mengalami pertumbuhan tak kurang dari 320 unit.

Produksinya disamping memenuhi kebutuhan lokal juga mempunyai pangsa pasar nasional maupun internasional. Sektor ini juga diharapkan mengatasi masalah pengangguran, karena sektor ini banyak menyerap tenaga kerja.

Pada tahun 2003, tercatat rekor tertinggi pertumbuhan sektor Industri yaitu mengalami pertumbuhan yang relatif tajam yaitu 6,43 % dan lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya sebesar 6,11 %.

Hal ini berarti bahwa sejak tahun 2003 sektor Industri pada tahun 1999 mulai bergerak keluar dari krisis ekonomi, ini bisa dilihat dari pertumbuhan ekonomi yaitu sebesar 1,31 %. Padahal tahun sebelumnya minus 17,38 %.

Prospek sektor ini cukup cerah, oleh sebab itu debirokratisasi diharapkan lebih digalakkan pemerintah, dengan memberi kemudahan para investor untuk menanamkan modalnya, memberi keamanan dan kepastian hukum, sehingga dapat memacu pertumbuhan sektor ini.Sumbangan terbesar sub sektor di sektor Industri pada tahun 2004 adalah sub sektor Industri Kayu dan sejenisnya yaitu 16,26 %, kemudian sub sektor Industri Kimia, Minyak Bumi, Karet dan Plastik sebesar 9,80 %, Industri Tekstil, Pakaian Jadi dan Kulit sebesar 7,72 %. Sementara itu, Sub sektor Industri Pengolahan Logam Dasar yang mengalami pertumbuhan paling tinggi sebesar 8,68 % di tahun 2003. Kemudian Sub sektor Industri Kayu dan sejenisnya sebesar 8,18 %. Sub sektor Industri Barang dari Logam, Mesin dan Peralatan sebesar 7,84 % dan sub sektor Industri Tekstil, Pakaian Jadi dan Kulit sebesar 7,76 %.

E. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN

Mengingat struktur ekonomi kabupaten Gresik terbesar disumbang oleh Industri, dimana Industri merupakan sektor yang menghasilkan produk barang, maka Perdagangan, Hotel dan Restoran berperan sebagai penunjang kegiatan tersebut sehingga wajar sektor ini menempati urutan kedua didalam pembentukan PDRB.

Pada tahun 2001 sumbangan sektor perdagangan pada PDRB adalah sebesar 19,33 %, kemudian sedikit menurun pada tahun 2002 sebesar 19,14 %, ditahun 2003 sebesar 19,01 % dan di tahun 2004 naik kembali menjadi sebesar 22,98 %.

Dilihat dari perkembangan usaha perdagangan (berdasarkan SIUP), nampak bahwa ketiga jenis perusahaan perdagangan yang ada (perusahaan kecil, perusahaan menengah, dam perusahaan besar) menunjukan berangsur naik sejak tahun 2000 sampai dengan 2004. Tercatat hanya ada 5.117 unit usaha dagang kecil di tahun 2000 tumbuh menjadi 6.483 unit di tahun 2004. Demikian pula, untuk jenis usaha dagang berskala menengah dan besar juga mengalami kenaikan jumlah unit usahanya. Perusahaan dagang menengah dicatat ada 1010 unit di tahun 2000 menjadi 1.130 unit usaha di tahun 2002 dan tertinggi tahun 2004 menjadi sebanyak 1.236 unit. Sedangkan perusahaan dagang besar juga bertambah dari hanya 249 unit usaha di tahun 2000 menjadi 347 unit usaha dagang di akhir tahun 2004.

Sementara itu, perkembangan nilai eksport perdagangan mencatat angka fantastis antara tahun 2002 hingga 2003. Setelah turun dari 90,9 juta US $ menjadi hanya 1,8 juta US $ di tahun antara tahun 2001 dengan tahun 2002, kemudian meningkat hampir 700 % menjadi 662,7 juta US $ di akhir tahun 2003.

F. PERTANIAN

Sektor Pertanian dalam pembentukan struktur ekonomi menempati urutan ketiga setelah sektor Industri dan Perdagangan, yaitu sebesar 10,62 % di tahun 2003 dan 9,38 % di tahun 2004.

Di tahun 2002 peranan sektor ini sebesar 12,00 %, ini berarti di tahun 2003 turun sebesar 1,38 % dan kemudian turun terus hingga tahun 2004. Walaupun produksi dan harga bisa ditingkatkan dari tahun ke tahun, sektor ini perannya akan semakin mengecil dan digeser sektor-sektor yang lain, hal ini disebabkan kenaikan sektor ini tidak akan secepat sektor Industri, Perdagangan dan sektor-sektor yang lain. Kejadian lain yang tidak bisa dihindari adalah lahan pertanian yang ada semakin banyak berubah menjadi lahan selain Pertanian seperti Perumahan dan Industri. Oleh sebab itu walaupun segala upaya intensifikasi menggunakan teknologi terapan, produksi tidak begitu saja naik.

Deskripsi lebih mendetail, sub sektor Tanaman Bahan Makanan mempunyai peranan 5,13 %, Perikanan 4,02 %, Peternakan dan hasilnya 1,26 % dan Tanaman Perkebunan sebesar 0,21 %. Pertumbuhan sektor Pertanian ditahun 2003 sebesar 0,42 %, angka ini 1,25 % lebih kecil dibanding tahun sebelumnya sebesar 1,67 %. Sub sektor Perikanan di tahun 2003 mempunyai pertumbuhan paling tinggi di sektor ini yaitu sebesar 4,08 %, kemudian sub sektor Perkebunan 3,14 %, sub sektor Tanaman Peternakan sebesar 1,28 % dan sub sektor Tanaman Bahan Makanan turun sub sektor Tanaman Bahan Makanan turun sebesar 0,17 %, sub sektor Tanaman Perkebunan sebesar 1,43 %, sub sektor Peternakan sebesar 2,51 % dan sub sektor Perikanan sebesar 3,99 %.

2.3. SOSIAL BUDAYA A. KEPENDUDUKANMenurut catatat statistik Kantor Kependudukan Kabupaten Gresik, hingga akhir tahun 2004 memiliki total penduduk sejumlah 1.059.033 orang yang terbagi ke dalam sejumlah 279.103 keluarga. Jumlah penduduk yang melebihi angka satu juta tersebut menghuni area wilayah seluas 1.191,25 Km2, sehingga kemudian dapat dihitung ratio kepadatannya adalah sebedsar 885 jiwa/km2, dengan rata-rata per keluarga terdiri dari 4 orang.

Namun demikian, masalahnya bahwa tingkat kepadatan penduduk Gresik tersebut tidaklah merata pada keseluruhan wilayah.

Wilayah perkotaan jauh dipadati penduduk sebesar 1814 jiwa/km2 dibandingkan wilayah pedesaan yang hanya dihuni 736 jiwa/km2.

Kondisi empiris ini tentu harus direspon secara objektif oleh pemerintah daerah, terutama menyangkut alokasi fasilitas dasar kebutuhan penduduk melalui komitmen membangun desa menata kota.

Problematika lain adalah bahwa dari sejumlah 279.103 keluarga yang ada di Gresik, masih terdapat sejumlah 39.697 keluarga tergolong miskin. Fakta ini tentu perlu direspon dengan kebijakan efektif, terutama perumusan prioritas program kebijakan pengentasan kemiskinan bagi keluarga-keluarga miskin tersebut.

B. PENDIDIKAN

Survey pendidikan mengungkapkan bahwa jumlah institusi pendidikan di Kabupaten Gresik sebagian besar dibentuk oleh masyarakat secara swadaya (swasta). Tercatat pemerintah hanya menyediakan kurang dari separonya (502 lembaga pendidikan) dari yang disediakan oleh masyarakat (1.287 lembaga pendidikan) mulai dari TK, RA/BA, SD, MI, SMP, MTs, SMA, SMK dan MA.

Jumlah institusi pendidikan terbesar di kabupaten ini merupakan sekolah-sekolah swasta yang berorientasi keagamaan, misalnya Madrasah Ibtidaiyah sebanyak 356, MTs sebanyak 117 dan madrasah aliyah sebanyak 55. Institusi pendidikan berstatus swasta ini jauh lebih banyak dibandingkan institusi pendidikan setara yang berstatus negeri yaitu SMPN yang hanya 32 buah dan SMA yang berjumlah 9 buah saja.

Paparan data tahun 2004 tentang ratio jumlah murid sekolah negeri dan murid swasta, terungkap bahwa sekolah swasta jauh menampung lebih banyak (144.324 murid) dari pada murid sekolah negeri sebanyak (89.254 murid). Jumlah murid sekolah swasta yang jauh lebih banyak ini berkonsekuensi pada tuntutan jumlah guru yang lebih banyak pula dari pada guru berstatus negeri.

Berdasarkan data yang dicatat Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Gresik tahun 2004, Guru swasta berjumlah lebih dari dua kali lipat dari guru negeri. Guru negeri (5218 orang) sementara guru swasta berjumlah 12.713 orang. Berdasarkan kondisi empiris bahwa institusi pendidikan, jumlah murid, dan guru swasta jauh lebih banyak daripada yang berstatus negeri ini, maka sudah selayaknyalah; fasilitas, anggaran dan program-program kebijakan diorientasikan pada pemberdayaan swasta atau masyarakat.Ditinjau dari ketersediaan sarana perpustakaan dan laboratorium sekolah dan dibandingkan dengan jumlah murid sekolah yang ada, maka kedua jenis sarana pendidikan ini masih sangatlah kurang. Jumlah total perpustakaan (negeri + swasta) adalah 844 buah. Jumlah sarana ini jelas kurang memadai karena harus digunakan oleh sejumlah 233.578 murid.

Demikian pula, ketersediaan laboratorium praktek sekolah hanya terdapat 674 buah (123 milik negeri + 551 milik swasta). Oleh karena itu dalam lima tahun kedepan, kiranya masih perlu ditambah jumlah perpustakaan dan laboratorium ini baik untuk sekolah negeri maupun swasta yang diswadayai masyarakat.

Tingkat kemajuan pendidikan masyarakat, dapat ditinjau dari besarnya prosentase angka partisipasi pendidikan. Angka partisipasi pendidikan dapat pula menjadi indikator dan jaminan keberhasilan program pendidikan wajib belajar 9 tahun. Menurut catatan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Gresik di tahun 2004, Angka Partisipasi Murni (APM) untuk tingkat SD/MI sudah cukup tinggi (99.40 %) ini berarti dari hampir seluruh anak usia masuk sekolah SD/MI sudah tertampung, dan kurang dari 1 % yang tidak sekolah. Namun angka partisipasi murni ini menurun seiring tingginya derajat pendidikan lanjutan. APM untuk SMP/MTs hanya 73,10 % bahkan pada level SMA/MA lebih dari separo remaja yang seharusnya sekolah SMA/MA tersebut tidak lagi belajar di sekolah lanjutan itu.

Berdasarkan data statistik yang dihimpun Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Gresik tahun 2004, maka ratio jumlah murid dengan jumlah ruang kelas yang tersedia sudah cukup memadai. Akan tetapi data menunjukan bahwa hampir separo ruang kelas yang tersedia bagi anak sekolahan tersebut dalam keadaan rusak (ringan maupun berat).

Dari sejumlah 9.723 ruang kelas yang ada hanya 4.981 ruang dalam kondisi baik, sedangkan sisanya (3.393 ruang) rusak ringan bahkan sebanyak 1.181 dalam keadaan rusak berat. Permasalahan ini jelas memerlukan solusi dalam jangka waktu pendek maupun menengah, sebab dukungan sarana ruang kelas ini sangat signifikan bagi kelangsungan proses belajar mengajar si sekolah.

Ratio pendidikan antara murid per kelas, murid per guru dan murid per sekolah di Kabupaten Gresik memang belum ideal menurut standard pendidikan, namun masih cukup memadai dan dalam batas toleransi kewajaran. Menurut data lapangan ratio murid per guru untuk tingkat pendidikan SD/MI adalah 15 sedangkan SMP/MTs adalah 10 dan SMA/MA ialah juga 10 murid/guru. Survey data lapangan juga mencatat bahwa rata-rata kelas SD/MI hanya diisi oleh 21 murid sedangkan SMP/MTs dan SMA/MA masing-masing diisi oleh 37 dan 36 murid.

Data ini menunjukan sinyalemen cukup baik, akan tetapi demi mengantisipasi pertumbuhan penduduk (1,2 %) dan kenaikan jumlah anak masuk usia sekolah, maka kebutuhan jumlah sekolah, ruang kelas dan guru ini harus di proyeksikan untuk lima tahun kedepan.

C. KESENIAN DAERAH

Kabupaten Gresik memiliki kasanah kesenian daerah, tradisional dan modern yang cukup kaya serta variatif. Jenis kesenian yang ada sebagian bersifat modern seperti Band (18 group) dan terbanyak Orkes melayu (sebanyak 118 group) namun jenis kesenian yang bercorak tradisional juga sangat banyak dan variatif, seperti; karawitan (10), ludruk (9), Kuda Kencak (13), reog (4), wayang kulit (15), Mocopat (1), sandur madura (1) dan pelandang (12).

Secara endemik juga terdapat unit kesenian yang berkarakteristik keagamaan seperti; samroh (1), hadrah rodat dan qosidah (27). Kekayaan kesenian daerah yang banyak dan variatif ini merupakan produk kebudayaan dan peradapan masyarakat yang heterogen dan kreatif. Dimasa depan potensi ini perlu dilestarikan, didukung bahkan dikembangkan dengan kebijakan serta program-program pemerintah daerah yang tepat.

Ditinjau dari sejarah dan nilai budaya yang ada di kabupaten Gresik, diketemukan wareisan yang cukup banyak dan karenanya perlu dilestarikan. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Gresik Tahun 2004 berhasil menginventarisir bahwa terdapat tidak kurang dari 25 naskah kuno, 10 jenis upacara tradisional, 8 cerita rakyat, 4 bangunan sejarah, 2 permainan rakyat dan 1 buah monumen sejarah.

Data temuan bersejarah dan nilai budaya ini berkonsekuensi bahwa dimasa depan perlu dilakukan upaya atau program pelestarian budaya daerah.

D. KESEHATAN

Berdasarkan jumlah fasilitas kesehatan yang tersedia di Kabupaten Gresik tahun 2004, tampak bahwa keseluruhan masyarakat cukup terlayani dengan fasilitas kesehatan baik rumah sakit maupun Puskesmas.

Secara keseluruhan terdapat 5 rumah sakit dan seluruh wilayah kecamatan juga terlayani dengan minimal satu Puskesmas yang juga didukung dengan sebanyak 77 Puskesmas Pembantu dan 29 Puskesmas keliling. Bagi ibu yang hendak melahirkan, selain terlayani dengan keberadaan rumah sakit juga terdapat rumah sakit bersalin sebanyak 9 buah. Kebutuhan obat bagi masyarakat luas juga cukup terpebuhi dengan keberadaan Balai Pengobatan (klinik) sebanyak 53 buah, yang lazimnya sekaligus juga menyediakan obat. Sedangkan jumlah apotik dan toko obat masing-masing tercatat 56 buah dan 14 buah.

Kesehatan merupakan hak dan kebutuhan dasar masyarakat yang harus dipenuhi. Di Kabupaten Gresik, anggaran untuk pelayanan Kesehatan telah menyedot lebih dari 10 % anggaran daerah (APBD), yaitu Rp. 49,25 milyar lebih.

Walaupun anggaran kesehatan di Kabupaten Gresik ini juga dapat bersumber dari APBN dan Pinjaman/Hutang Luar Negeri (PHLN) serta sumber-sumber pemerintah lainnya, namun sumber yang berasal dari APBD selalu terbesar mencapai 90 %. Oleh karena itu, di masa datang, perlu diupayakan strategi kebijakan untuk mengurangi ketergantungan pada APBD ini dan perlu dicarikan sumber alternatif pendanaan lainnya.

Tingkat kecukupan sarana pelayanan kesehatan mulai rumah sakit dan puskesmas terhadap jumlah penduduk Gresik, kiranya masih memadai. Namun bila ditinjau dari ratio pasien terhadap dokter (umum, gigi, dan spesialis), maka masih menunjukan kesenjangan yang sangat signifikan. Terungkap dalam statistik kesehatan bahwa 1 orang dokter umum di Gresik harus melayani 1.333 pasien. Ratio ini semakin membesar pada pasien-pasien yang hendak berobat pada dokter gigi (1 : 3226) dan Dokter spesialis (1 : 3333). Namun demikian, ketersediaan Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling pada setiap kecamatan menjadi sangat membantu, ditambah jumlah Bidan desa yang cukup banyak. Rationya 1 (satu) orang bidan bisa melayani 281 pasien (1 : 281). Jarak geografis Gresik dengan Kota Surabaya juga sangat berpengaruh sehingga kekurangan Dokter tersebut tidak begitu terasa, warga Gresik biasa berobat ke dokter-dokter di kota Surabaya.

E. KETENAGAKERJAAN

Sebagaimana kondisi nasional, Kabupaten Gesik juga mengalami problematika ketenagakerjaan. Jumlah pengangguran terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.

Terlihat dalam catatan statitik bahwa dari sebanyak 721.051 penduduk yang berusia kerja, 545.672 orang merupakan angkatan kerja yang seharusnya produktif menafkahi diri atau keluargannya. Dari sejumlah angkatan kerja tersebut tercatat 15.557 orang sedang mencari pekerjaan.

Ditinjau dari tingkat pendidikannya, pencari pekerja tersebut hanya berkualifikasi SLTA umum (34 %), selebihnya SLTA kejuruan (25%) dan sarjana sebanyak 3.346 orang atau 27%.

2.4. SARANA DAN PRASARANA DAERAH

A. PRASARANA JALAN

Estimasi pembangunan Kabupaten Gresik untuk lima tahun ke depan sesungguhnya sangat prospektif. Hal tersebut karena adanya dukungan sarana dan prasarana jalan darat yang memadai, seperti; akses jalan tol menuju kota Surabaya, jarak yang relatif dekat dengan pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, jalan beraspal dan angkutan umum keseluruh pelosok wilayah kecamatan, dan transportasi laut yang memadai dan siap menunjang aktivitas berdagangan dalam taraf internasional, sebagaimana rencana meningkatkan kapasitas, salah satu pelabuhan atau dermaga yang ada di Kabupaten Gresik, untuk menjadi pelabuhan yang bertaraf internasional dimasa mendatang bukan hanya untuk memenuhi jasa angkut penumpang.

Perkembangan maju prasarana jalan darat dapat dilihat dari semakin panjangnya kondisi jalan mantap Kabupaten dari hanya 290,32 km (55,21 %) saja yang berkondisi mantap (bagus) di tahun 2000 menjadi 406,74 km (77,35 %) dari seluruh jalan kabupaten yang ada di tahun 2004

Demikian pula, dalam kurun waktu tahun 2000 hingga 2004 telah terjadi perkembangan maju pada kondisi jalan poros desa. Jalan poros desa ini sangat penting karena menghubungkan seluruh pelosok antar desa. Terlihat dalam chart diatas bahwa telah terjadi perkembangan positif terhadap panjang jalan poros desa dari hanya 76,142 km di tahun 2000 hingga menjadi 132,007 km di tahun 2004.

B. UTILITAS (LISTRIK,dan AIR BERSIH)

Peranan sektor ini (utilitas) pada pembentukan struktur ekonomi terus meningkat dari tahun ke tahun, yaitu pada tahun 2002 sebesar 5,28 %, kemudian tahun 2003 sebesar 6,32 % dan terakhir tahun 2004 sebesar 4,44 %. Hal ini dikarenakan sektor ini merupakan penunjang seluruh kegiatan ekonomi, dan sebagai infra struktur yang mendorong aktivitas proses produksi sektoral maupun pemenuhan kebutuhan masyarakat.

Sub sektor di sektor ini yang ada di kabupaten Gresik adalah sub sektor Listrik yang sebagian besar dihasilkan PLN dan sedikit dihasilkan Non PLN, mempunyai peranan di tahun 2001 sebesar 4,47 %, kemudian di tahun 2002 meningkat menjadi 5,16 % dan di tahun 2003 meningkat lagi menjadi 6,21 %.

Sub sektor Air Bersih dihasilkan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Tahun 2001 mempunyai peranan sebesar 0,10 % kemudian tahun 2002 dan tahun 2003 meningkat lagi menjadi 0,11 %. Pertumbuhan sektor ini di tahun 2001 sebesar 7,15 % kemudian di tahun 2002 sebesar 2,32 % dan tahun 2003 naik menjadi 9,31 %.

Prospek sub sektor air bersih ini sangat cerah mengingat ada kecenderungan konsumsi baik oleh perusahaan maupun masyarakat untuk menggunakan air bersih yang diproduksi oleh PDAM, disamping listrik, merupakan kebutuhan vital konsumen. Pertumbuhan sektor ini terbesar dialami oleh sub sektor Listrik yaitu pada tahun 2003 sebesar 9,32 % yang tahun sebelumnya sebesar 2,16 %. Ini merupakan hal yang wajar karena peranan pada struktur ekonomi sangat kecil. Pertumbuhan sub sektor Air Bersih pada tahun 2001 sebesar 48,56 % kemudian tahun 2002 menurun menjadi 8,80 % dan tahun 2003 naik menjadi 8,84 %.

Kabupaten Gresik juga siap go international karena memiliki pelabuhan khusus kegiatan industri yang dapat digunakan bongkar muat dalam skala besar seperti log dan kayu masak, plywood, bahan baku batu bara/BBM, semen, pupuk, dan hasil industr lainnya serta aktivitas penumpang umum meskipun belum setaraf pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Beberapa pelabuhan atau dermaga yang dimiliki seperti dermaga milik PT. Petrokimia dapat disandari kapal sampai 40.000 DWT. Dermaga PT. Semen Gresik 10.000 DWT, sedang dermaga-dermaga swata lainnya hanya bisa disandari kapal 10.000 DWT kebawah. Lebih jauh tentang beberapa dukungan sarana dan prasarana dalam berinvestasi ini akan dikupas pada sub-bab faktor-faktor pendukung investasi.

Untuk wilayah Jawa Timur, Kabupaten Gresik merupakan Kabupaten satu-satunya, diluar Kota Surabaya, yang memiliki pelabuhan khusus kegiatan industri yang dapat digunakan bongkar muat dalam skala besar seperti log dan kayu masak, plywood, bahan baku batu bara/BBM, semen, pupuk, dan hasil industr lainnya serta aktivitas penumpang umum meskipun belum setaraf pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Beberapa pelabuhan atau dermaga yang dimiliki seperti dermaga milik PT. Petrokimia dapat disandari kapal sampai 40.000 DWT. Dermaga PT. Semen Gresik 10.000 DWT, sedang dermaga-dermaga swata lainnya hanya bisa disandari kapal 10.000 DWT kebawah. Lebih jauh tentang beberapa dukungan sarana dan prasarana dalam berinvestasi ini akan dikupas pada sub-bab faktor-faktor pendukung investasi

2.5. PEMERINTAHAN UMUMSecara umum Pemerintah Kabupaten Gresik dalam masa kepemimpionan tahun 2000 sampai dengan 2004 telah melaksanakan tugas Pemerintahan dan Pelaksanaan Pembangunan sesuai dengan norma dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku dengan mengupayakan secara maksimal situasi dan kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat serta stabilitas Daerah yang kondusif dengan disertai pemantapan koordinasi, interaksi serta kesetaraan antar unsur, aparatur maupun lembaga sehingga dapat memberikan makna bagi kehidupan masyarakat di Kabupaten Gresik.

Implementasi pembangunan daerah yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Gresik telah membawa dampak dan hasil yang positif bagi masyarakat dengan ditandai adanya perbaikan ekonomi dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat, meskipun demikian tetapi masih ada permasalahan dan kendala yang perlu mendapat perhatian serta solusi terbaik untuk penanganannya.

Jumlah pegawai yang tersebar pada kelembagaan pemerintahan Kabupaten Gresik dap;at mencerminkan potensi palayanan pada masyarakat. Menurut catatan kepegawaian Kabupaten Gresik tahun 2004, sebagian besar pegawai Pemerintah Kabupaten berada pada lembaga teknis pelayanan, yaitu Dinas sebanyak 7.102 (83 %) dan sebanyak 590 (7%) di kecamatan-kecamatan. Kondisi ini mencerminkan konstruksi kepegawaian yang strategis sekaligus potensial, karena Dinas dan Kecamatan merupakan lembaga yang terlatak di garis depan berhadapan langsung dengan masyarakat.

Ciri pemerintahan Gresik sebagai pelayan masyarakat, juga dapat dilihat dari fakta bahwa terdapat sejumlah pejabat fungsional sebanyak hampir 8 kali lipat daripada pejabat struktural. Jumlah pejabat strukturak adalah 722 (11%), sedangkan pejabat fungsional adalah sebanyak 5.741 (89%). Data kepegawaian ini relatif dapat mengungkapkan bahwa struktur kelembagaan di Kabupaten Gresik telah mampu menuju design miskin struktur kaya fungsi.

Namun demikian, problematika kepegawaian yang perlu segera dicarikan alternatif pemecahaanya adalah bahwa jumlah pegawai golongan tinggi (III dan IV) sangat dominan. Tercatat dalam data kepegawaian bahwa jumlah pegawai Golongan III adalah terbesar yaitu sebanyak 4.582 atau 54 %. Sedangkan jumlah pegawai daerah bergolongan IV sebanyak 2.363 atau 28 %.

Hal ini berarti 82 % dari seluruh pegawai daerah yang ada memiliki Golongan III dan IV. Kondisi ini akan berkonsekuensi pada beban gaji dan fasilitas yang harus dipenuhi melalui anggaran rutin kepegawaian daerah.

Berdasarkan data produk hukum, Peraturan daerah yang ditetapkan pada tahun sejak 2000 hingga 2004, dapat disimpulkan bahwa kinerja pemerintah ddaerah bersama-sama DPRD sudah cukup optimum dan produktif. Rata-rata setiap bulan lebih dari satu perda berhasil disusun (lihat chart), bahkan di tahun 2000, telah lebih dari 3 (tiga) Peraturan Daerah dihasilkan setiap bulannya. Tercatan ada 40 Perda. Disusun pada tahun 2000, 20 Perda disusun pada tahun 2001, sementara tahun 2002 dan 2003 masing-masing lahir 18 Perda. Namun demikian, kemunculan Perda-perda tersebut kurang diimbangi dengan kegiatan penyuluhan hukum. Rata-rata hanya dilakukan 4 (empat) kegiatan penyuluhan hukum setiap tahunnya, dan maksimal ada 6 (enam) kali penyuluhan hukum pada tahun 2003.

Dalam kurun tahun 2000 hingga 2004, kinerja pemerintah daerah (eksekutif) terlihat sangat optimum. Kinerja tinggi tersebut tercermin dari sangat produktifnya pihak eksekutif mengeluarkan Keputusan Bupati. Terungkat terdapat 1.297 SK Bupati keluar di tahun 2000, bahkan meningkat hampir 3 kali lipat menjadi sebanyak 3.342 SK Bupati keluar di tahun 2001, dan terus meningkat sebanyak 4.741 Keputusan Bupati keluar pada tahun 2002. Terakhir puncaknya adalah pada tahun 2003 terdapat keputusan Bupati Baru sebanyak 6.942. Hal ini berarti bahwa setiap bulan di tahun 2003 tersebut Bupati telah mengeluarkan 579 lebih SK Bupati baru, atau lebih dari 19 SK Bupati yang ditetapkan setiap harinya, belum lagi ditambah keluarnya Instruksi Bupati.

Namun demikian, kinerja tinggi Pemerintah Daerah dan DPRD tersebut diatas belumlah cukup mengakomodasi seluruh aspirasi masyarakat. Hal ini terungkap dari fakta bahwa masih banyak pengaduan masyarakat baik yang muncul, baik yang diajukan kepada DPRD, maupun kemudian dilanjutkan kepada Bupati dan Gubernur.

Terrungkap dalam catatan statistik bahwa animo artikulasi kepentingan (aspirasi) masyarakat pada DPRD berkecenderungan naik dari tahun 2000 hingga tahun 2003. bahkan tercatat rata-rata terdapat lebih dari 22 pengaduan masyarakat kepada DPRD setiap bulannya. Sebaliknya, pada kurun waktru yang sama, ada kecenderungan penurunan pengaduan masuyarakat yang diajukahn pada Buypati maupun Gubernur, bahkan hanya ada 4 (empat) pengaduan pada tahun 2003 yang diajukan baik kepada Bupati maupun Gubernur.

Dalam rangka pelaksanaan Otonomi Daerah, Pemerintah Daerah harus mampu mengakomodir aspirasi masyarakat dan dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, oleh karena itu dituntut adanya PNS yang profesional, minimal PNS harus mampu menjabarkan tugas pokok dan fungsi yang terdapat dalam struktur organisasi dimana PNS tersebut bekerja.

2.6. PERMASALAHAN UMUM DAERAH

1. KUALITAS KEIMANAN DAN KETAQWAAN

Kabupaten Gresik merupakan pintu gerbang masuknya agama islam di tanah Jawa, hal ini membawa konsekuensi peningkatan kualitas dan kuantitas kehidupan beragama di masyarakat. Namun untuk kondisi sekarang, pemahaman, penghayatan dan pengamalan kehidupan beragama di Kabupaten Gresik masih belum seluruhnya diterapkan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, hal ini disebabkan makin berkembangnya informasi, teknologi dan globalisasi.

Upaya-upaya yang telah dilakukan adalah memberikan kurikulum pendidikan agama, mengadakan pondok romadlon bagi siswa siswi, melakukan pembinaan bagi para pegawai negeri sipil mulai tingkat Kabupaten sampai desa/kelurahan, melaksanakan BAZIZ dan lain sebagainya.

2. PENDIDIKAN

Permasalahan pendidikan yang kita hadapi sekarang antara lain rendahnya angka partisipasi murni peserta didik baik tingkat dasar maupun menengah, kurangnya sarana dan prasarana belajar mengajar yang representatif, kurangnya kualitas dan kesejahteraan guru yang memenuhi harapan, masih rendahnya sebagian masyarakat yang belum mendapatkan lanyanan pendidikan formal, ketrampilan yang dimiliki para siswa yang telah menamatkan pendidikannya masih relatif rendah.

Upaya-upaya yang telah dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan dan kesejahteraan para pendidik di Kabupaten Gresik bekerjasama dengan pemerintah propinsi Jawa Timur dan Pemerintah Pusat telah memberikan subsidi biaya minimal pendidikan bagi murid SD/MI, SMP/MTs, baik negeri maupun swasta. menambah kesejahteraan guru negeri maupun swasta, ustadz dan ustadzah bagi guru TPA/TPQ. Disamping itu juga membangun sarana dan prasarana sekola, serta memberikan pelayanan kepada masyarakat yang belum memperolah layanan pendidikan misalnya; mendirikan kelompok bermain/PADU, pemberantasan buta huruf, menyelenggarakan program kejar paket A setara dengan SD, paket B setara dengan SMP, paket C setara dengan SMA, serta memberikan pendidikan luar sekolah lainnya, bahkan tahun 2004 pemerintah Kabupaten Gresik telah menapatkan penghargaan dari presiden Republik Indoensia tentang keberhasilan Kabupaten Gresik dalam penganganan pendidikan luar sekolah.

3. PERAN PEREMPUAN

Perhatian terhadap perempuan belum selaras dengan tuntutan dan kebutuhan akan peran sertanya dalam pembangunan yang membutuhkan profesionalisme dan kualitas kompetensi perempuan dalam berbagai hal, termasuk memberikan kesempatan yang sama dengan kaum laki-laki. Hal ini sangat logis karena jumlah penduduk perempuan di Kabupaten Gresik mencapai hampir 60 %.

4. KUALITAS SDM APARATUR

Sebagian aparat birokrasi sebagai pelayan publik memiliki kualitas Sumber Daya Manusia, Kesadaran terhadap aturan dan kedisiplinan, ketrampilan dan profesionalisme masih rendah/belum sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat. Upaya-upaya yang dilakukan adalah melakukan pelatihan sesuai dengan kompetensinya dan pendidikan penjenjangan bagi aparatur yang telah memenuhi syarat.

5. DEMOKRASI

Permasalahan demokrasi di Kabupaten Gresik adalah rentannya sebagian masyarakat dalam penggunakan hak suara dan hak berpendapat dalam pembangunan. Hal ini disebabkan karena kesadaran masyarakat dalam bidang pendidikan politik masih rendah. Upaya-upaya yang telah dilakuakn adalah mamnerikan penyuluhan dan pelatihan serta pendidikan politik kepada masyarakat baik melakukan dialog terbuka maupun diskusi kelompok.

6. PERTANIAN

Sebagian besar lahan di Gresik bagian selatan adalah tanah tadah hujan, terbatasnya irigasi teknis, sehingga produktivitas pertanian relatif rendah. Sedangkan di Gresik bagian utara di dominasi lahan tambak, namun produktivitasnya sangat dipengaruhi oleh musim dan hama penyakit. Upaya yang dilakukan dalam rangka meningkatkan pendapatan petani adalah memberikan penyuluhan terhadap para petani tentang peningkatan kualitas tanaman pangan dan jenis tanaman.

7. KEMISKINAN

Di Kabupaten Gresik masih terdapat masyarakat miskin. Hal ini dapat dilihat dari data keluarga pra sejahtera sebanyak 103.708 keluarga, dan keluarga sejahtera sebanyak 166.831 keluarga. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Gresik, contohnya melakukan gerakan terpadu pengentasan kemiskinan, program pengentasan kemiskinan perkotaan dan lain sebagainya. Dan di masa yang akan datang, hal ini merupakan prioritas program.

8. PEREKONOMIAN

Income per kapita masyarakat mulai tahun 2000-2004 mengalami suatu peningkatan yang cukup signifikan (rata-rata per tahun 4,66%). Peningkatan income per kapita tersebut masih di dominasi oleh masyarakat ekonomi menengah keatas, sedangkan masyarakat ekonomi menengah ke bawah (mayoritas) relatif masih kecil.

Upaya yang telah dilakukan pemerintah Kabupaten Gresik adalah pembinaan wirausaha bagi usahawan/home industri, pemberian modal usaha dengan sistem bergulir, dan lain sebagainya. Hal ini akan tetap dipertahankan untuk tahun-tahun mendatang.

9. KESEHATAN

Pelayanan kesehatan belum secara keseluruhan menjangkau ke pelosok desa, kurangnya sarana prasarana kesehatan dan kurangnya tenaga medis dan paramedis dibandingkan dengan masyarakat yang dilayani.

Namun demikian upaya pelayanan telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Gresik dan senantiasa ditingkatkan pelayanannya guna memperoleh derajat kesehatan yang lebih baik, bahkan tahun 2004 telah memperoleh penghargaan dari pemerintah pusat di bidang pelayanan kesehatan

10. AIR BERSIH

Pelayanan air bersih di Kabupaten Gresik relatif masih kurang di bandingkan dengan kebutuhan yang diperlukan oleh masyarakat. Hal ini dapat digambarkan pelayanan kepada masyarakat perkotaan 70% dan masyarakat pedesaan 30%. Sedangkan jumlah penduduk pedesaan jauh lebih besar bila dibandingkan dengan penduduk perkotaan. Penanganan ketersediaan air bersih senantiasa dilakukan, baik dari segi manajemen, pengembangan jaringan, maupun optimalisasi sumberdaya air yang ada. Namun demikian pemenuhan keburtuhan air bersih yang bisa terlayani baru mencapai 20% dari kebutuhan masyarakat.

11. KETENAGAKERJAAN

Masih terdapat angkatan usia kerja yang belum memperoleh pekerjaan pekerjaan, rendahnya ketrampilan/skill yang dimiliki oleh calon tenaga kerja, rendahnya upah minimum tenaga kerja, rendahnya kesejahteraan para tenaga kerja dan kasus pemutusan hubungan kerja sepihak.

Upaya-upaya penyelesaian permasalahan tenaga kerja telah dilakukan pemerintah Kabupaten Gresik, namun karena banyaknya permasalahan ketenagakerjaan belum dapat terselesaikan secara keseluruhan sehingga ke depan hal ini perlu mendapatkan perhatian secara khusus.

12. INFRASTRUKTUR

Belum seluruhnya wilayah pedesaan di Kabupaten Gresik terjangkau prgram jalan poros Desa, hal ini menyebabkan kelancaran roda perekonomian dan akses antar wilayah mengalami hambatan.

Untuk transportasi laut, belum terwujudnya pembangunan pelabuhan bertaraf internasional di Kali Mireng.

Terkait dengan program jalan poros desa telah dilakukan pemerintah Kabupaten Gresik selama lima tahun yang lalu, bahkan Pemerintah Kabupaten Gresik telah mendapatkan perhargaan dari pemerintah pusat dengan keberhasilan program ini. Pada lima tahun berikutnya diupayakan penyelesaian daerah-daerah pedesaan yang belum terjangkau program jalan poros desa.

13. BANJIR

Di Kabupaten Gresik masih tedapat daerah-daerah banjir, antara lain wilayah kecamatan Balongpanggang, Benjeng, Cerme, Menganti, Wringinanom dan Gresik. Hail ini karena Kabupaten Gresik merupakan daerah hilir kali lamong dan mengendapnya sedimen transport.

Namun demikian berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Gresik baik permsalahan banjir di pedesaan maupun banjir di perkotaan dan hal ini tetap menjadikan perhatian di masa yang akan datang.

14. PARIWISATA

Wisata di Kabupaten Gresik adalah wisata religi dan wisata alam. Walaupun berbagai kegiatan dalam rangka penataan fasilitas wisata telah dilakukan, namun masih terdapat kekurangan penataan fasilitas penunjang untuk mewujudkan rasa aman, senang dan nyaman bagi wisatawan domestik maupun luar negeri. Disamping itu potensi alam di Kabupaten Gresik belum seluruhnya di kemas sebagai tenpat wisata, sebagai contoh potensi alam di Ujung Pangkah, Bawean, Goa Gelang Agung di Kecamatan Bungah.

15. PENCEMARAN

Di dalam tata Ruang propinsi jawa Timur, Kabupaten Gresik ditetapkan sebagai kawasan atau Zona industri. Sehingga keberadaan industri di Kabupaten Gresik berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan. Umutk memperkecil dampak pencemaran telah dilakukan upaya-upa penanganan, namun demikian masalah pencemaran akan tetap menjadi perhatian.

16. PELAYANAN PERIJINAN

Pelayanan perijinan masih belum terintegrasi, di sisi lain kepastian hukum, standard tarif dan waktu penyelesaian masih menjadi keluhan masyarakat maupun dunia usaha. Meskipun upaya pengintegrasian serta kepastian pelayanan perijinan telah dilakukan, namun bidang pelayanan ini perlu mendapat perhatian.

PAGE II - 42RPJMD Kabupaten Gresik, 2006 - 2010