bab ii dasar teori - digilib.itb.ac.id filedesa/kelurahan. dalam tugas akhir ... jalan rel kereta...

28
6 BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Batas Darat Batas darat ialah tempat kedudukan titik-titik atau garis-garis yang memisahkan daratan atau bagiannya kedalam dua atau lebih wilayah kekuasaan yang berbeda [Suhardiman,1994]. Batas wilayah disini dapat berarti batas negara,batas wilayah propinsi, batas wilayah kabupaten, batas wilayah kecamatan, atau batas wilayah desa/kelurahan. Dalam tugas akhir ini batas wilayah yang dimaksud adalah batas wilayah kabupaten. Pengertian tentang batas diatas masih bersifat umum yang memungkinkan dapat terjadi perbedaan penafsiran tentang arti batas yang berlaku di Indonesia dan beberapa istilah lain yang berkaitan dengan batas. Adapun beberapa istilah tersebut adalah : Batas adalah tanda pemisah antara wilayah yang bersebelahan, baik berupa tanda alam maupun buatan Batas Buatan adalah unsur-unsur buatan seperti pilar batas, jalan rel kereta api,saluran irigasi dan sebagainya, yang dinyatakan atau ditetapkan sebagai batas wilayah Batas Wilayah Desa/Kelurahan antara Kecamatan disebut batas wilayah Kecamatan, maka kewenangan dalam penetapan/pemasangan tanda batasnya menjadi tanggung jawab Camat yang bersangkutan dengan memperhatikan Desa/Kelurahan yang berbatasan. Batas Wilayah Desa/Kelurahan antar Kabupaten/Kotamadya/Dati II, disebut batas wilayah kabupaten/kotamadya/Dati II, maka kewenangan dalam penetapan/pemasangan tanda batas menjadi tanggung jawab Bupati/Walikotamadya KDH tingkat II yang bersangkutan dengan memperhatikan Desa/Kelurahan dan Kecamatan yang berbatasan. Batas Wilayah Desa/Kelurahan antar Propinsi/Dati I, disebut batas wilayah Propinsi/Dati I, maka kewenangan dalam penetapan/pemasangan tanda batas menjadi tanggung jawab Gubernur KDH tingkat I yang bersangkutan dengan

Upload: truongtram

Post on 16-Feb-2018

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II DASAR TEORI - digilib.itb.ac.id filedesa/kelurahan. Dalam tugas akhir ... jalan rel kereta ... Peta batas daerah kartometrik dibuat sesuai spesifikasi teknis yang ditentukan

6

BAB II DASAR TEORI

2.1 Pengertian Batas Darat

Batas darat ialah tempat kedudukan titik-titik atau garis-garis yang memisahkan daratan

atau bagiannya kedalam dua atau lebih wilayah kekuasaan yang berbeda

[Suhardiman,1994]. Batas wilayah disini dapat berarti batas negara,batas wilayah

propinsi, batas wilayah kabupaten, batas wilayah kecamatan, atau batas wilayah

desa/kelurahan. Dalam tugas akhir ini batas wilayah yang dimaksud adalah batas wilayah

kabupaten.

Pengertian tentang batas diatas masih bersifat umum yang memungkinkan dapat terjadi

perbedaan penafsiran tentang arti batas yang berlaku di Indonesia dan beberapa istilah

lain yang berkaitan dengan batas. Adapun beberapa istilah tersebut adalah :

• Batas adalah tanda pemisah antara wilayah yang bersebelahan, baik berupa tanda

alam maupun buatan

• Batas Buatan adalah unsur-unsur buatan seperti pilar batas, jalan rel kereta

api,saluran irigasi dan sebagainya, yang dinyatakan atau ditetapkan sebagai batas

wilayah

• Batas Wilayah Desa/Kelurahan antara Kecamatan disebut batas wilayah

Kecamatan, maka kewenangan dalam penetapan/pemasangan tanda batasnya

menjadi tanggung jawab Camat yang bersangkutan dengan memperhatikan

Desa/Kelurahan yang berbatasan.

• Batas Wilayah Desa/Kelurahan antar Kabupaten/Kotamadya/Dati II, disebut batas

wilayah kabupaten/kotamadya/Dati II, maka kewenangan dalam

penetapan/pemasangan tanda batas menjadi tanggung jawab

Bupati/Walikotamadya KDH tingkat II yang bersangkutan dengan

memperhatikan Desa/Kelurahan dan Kecamatan yang berbatasan.

• Batas Wilayah Desa/Kelurahan antar Propinsi/Dati I, disebut batas wilayah

Propinsi/Dati I, maka kewenangan dalam penetapan/pemasangan tanda batas

menjadi tanggung jawab Gubernur KDH tingkat I yang bersangkutan dengan

Page 2: BAB II DASAR TEORI - digilib.itb.ac.id filedesa/kelurahan. Dalam tugas akhir ... jalan rel kereta ... Peta batas daerah kartometrik dibuat sesuai spesifikasi teknis yang ditentukan

7

memperhatikan Desa/Kelurahan, Kecamatan dan Kabupaten/Kotamadya Dati II

yang berbatasan.

Jenis-Jenis Batas Darat

Berdasarkan unsur yang digunakan dalam penetapan batas,secara umum batas darat

terbagi menjadi tiga jenis yaitu batas alam, batas buatan, dan pilar batas.

Batas Alam

Batas alam merupakan batas yang ditentukan berdasarkan unsur-unsur alam

tertentu yang bersifat umum, mudah diketahui masyarakat umum, dan

keberadaannya tidak mudah hilang atau musnah karena faktor alam lainnya atau

aktivitas manusia. Beberapa unsur alam yang umum digunakan dalam penetapan

batas diantaranya sungai,danau, watershed dan sebagainya. Penggunaan bentuk

dari unsur alam yang bersifat umum dan dapat mewakili dari suatu garis batas

akan memudahkan dalam penegasan batas di lapangan.

Batas Buatan

Batas buatan merupakan batas yang ditentukan berdasarkan unsur buatan yang

bersifat umum dan dapat mewakili sebagai tanda batas. Unsur buatan yang dapat

digunakan sebagai tanda batas wilayah adalah unsur-unsur buatan yang bersifat

umum dan permanen sehingga dapat digunakan sebagai tanda batas wilayah.

Beberapa unsur buatan yang dapat digunakan sebagai tanda batas antara lain

jalan, jalan kereta api, saluran irigasi, kanal dan lain sebagainya.

Batas Pilar

Batas pilar merupakan unsur buatan yang dibuat khusus untuk menandai batas

wilayah. Dilihat dari fungsinya pilar batas terbagi menjadi tiga yaitu Pilar

Perapatan Batas, Pilar Kontrol Batas dan Pilar Batas Utama.

Yang dimaksud dengan Pilar Perapatan Batas adalah pilar yang berfungsi untuk

menandai batas wilayah yang merupakan perapatan dari Pilar Batas Utama. Pilar

Kontrol Batas adalah pilar yang berfungsi untuk mengetahui atau mengontrol titik

atau garis batas. Sedangkan yang dimaksud Pilar Batas Utama ialah pilar yang

berfungsi sebagai tanda batas wilayah dan sebagai titik kontrol. Untuk lebih jelas

akan divas pada

Page 3: BAB II DASAR TEORI - digilib.itb.ac.id filedesa/kelurahan. Dalam tugas akhir ... jalan rel kereta ... Peta batas daerah kartometrik dibuat sesuai spesifikasi teknis yang ditentukan

8

2.2 Penetapan dan Penegasan Batas Daerah di Darat

2.2.1 Penetapan Batas di Darat

Penetapan batas daerah di darat adalah proses penetapan batas daerah secara kartometrik

di atas suatu peta dasar yang disepakati. Proses penetapan ini terdiri atas tiga tahapan

kegiatan, yaitu :

1. Penelitian dokumen batas

2. Penentuan peta dasar

3. Pembuatan peta batas kartometrik

1. Tahap kesatu : Penelitian dokumen Batas

a. Dokumen batas yang perlu diteliti adalah ketentuan peraturan perundang-

undangan tentang pembentukan daerah yang bersangkutan serta data dan

dokumen lainnya yang dianggap perlu.

b. Di samping ketentuan peratuaran perundang-undangan tentang

pembentukkan daerah yang bersangkutan yang perlu diteliti, data dan

dokumen pendukung lainnya yang berguna untuk penetapan batas daerah di

darat secara kartometrik yang perlu dipersiapkan antara lain adalah :

Peta rupabumi (topografi) kawasan perbatasan,

Peta administrasi daerah yang telah ada,

Peta batas daerah di darat yang ada,

Dokumen sejarah

2. Tahap Kedua : Penentuan peta dasar

a. Peta dasar yang digunakan untuk menggambarkan batas daerah di darat

secara kartometrik adalah peta rupabumi atau peta topografi dengan

spesifikasi berikut :

Skala tipikal : 1:500.000(untuk Provinsi)

1:100.000(untuk Kabupaten)

1:50.000(untuk Kota)

Datum : DGN 95 (WGS 84)

Sistem Proyeksi Peta : TM (Transverse Mercator)

Page 4: BAB II DASAR TEORI - digilib.itb.ac.id filedesa/kelurahan. Dalam tugas akhir ... jalan rel kereta ... Peta batas daerah kartometrik dibuat sesuai spesifikasi teknis yang ditentukan

9

Sistem Grid : UTM (Universal Transverse Mercator)

dengan grid geografis dan metrik

b. Apabila menggunakan peta topografi lainnya (misalnya JOG, AMS) maka

peta tersebut harus ditransformasikan terlebih dahulu sehingga memiliki

spesifikasi seperti di atas

c. Tim PPBD dari daerah-daerah yang berbatasan menentukan peta dasar

yang akan digunakan untuk penggambaran batas daerah, serta

melaksanakan proses transformasi datum maupun koordinat yang

diperlukan.

3. Tahap Ketiga : Pembuatan peta batas daerah kartometrik

Peta batas daerah kartometrik dibuat sesuai spesifikasi teknis yang ditentukan pada

pembuatan peta batas daerah sesuai pada bab 2.3.1 tentang spesifikasi teknis pembuatan

peta batas daerah.

2.2.2 Penegasan Batas Daerah di Darat

Dalam setiap tahap kegiatan penegasan batas daerah di lapangan dilakukan oleh Tim

Teknis PPBD Pusat bersama dengan Tim Teknis PPBD Daerah yang saling berbatasan.

Tahapan Kegiatan Penetapan dan Penegasan Batas Daerah(PPBD) di Darat meliputi :

1. Tahap Penelitian Dokumen Batas

2. Tahap Pelacakan Batas

3. Tahapa Pemasangan Pilar Batas Daerah

4. Tahap Penentuan Posisi Pilar Batas dan Pengukuran Garis Batas

5. Tahap Pembuatan Peta Batas

Apabila tidak diperoleh kesepakatan terhadap hasil dari setiap tahap kegiatan penegasan

batas, akan diselesaikan oleh Tim PPBD Pusat dan dituangkan dalam Berita Acara.

1. Tahap Kesatu : Penelitian Dokumen Batas

a. Pada tahap ini masing-masing Tim Teknis PPBD melakukan inventarisasi

dasar hukum tertulis maupun dasar hukum lainnya yang berkaitan dengan

batas daerah. Dasar hukum lainnya yang berkaitan dengan batas daerah. Dasar

hukum penegasan batas daerah di darat antara lain adalah :

Page 5: BAB II DASAR TEORI - digilib.itb.ac.id filedesa/kelurahan. Dalam tugas akhir ... jalan rel kereta ... Peta batas daerah kartometrik dibuat sesuai spesifikasi teknis yang ditentukan

10

Staatssblad, nota residen, Undang-undang pembentukkan daerah, atau

kesepakatan-kesepakatan yang pernah ada termasuk peta-peta kesepakatan

mengenai batas wilayah, peta minit (Minuteplan), Peta Topografi, peta

Rupabumi atau peta-peta lain yang memuat tentang batas daerah yang

bersangkutan dan Kesepakatan antara dua daerah yang berbatasan yang

dituangkan dalam dokumen kesepakatan penentuan batas daerah.

b. Jika tidak ada sumber hukum yang disepakati, maka kedua tim

bermusyawarah untuk membuat kesepakatan baru dalam menentukan batas

daerah.

c. Kedua tim melakukan penelitian/pengkajian terhadap dokumen/ data batas

daerah tersebut untuk :

Menentukan dokumen/data yang akan dijadikan dasar dalam

melakukan pelacakan di lapangan

Menentukan titik-titik batas yang disepakati

Pembuatan peta kerja pelacakan dan penegasan batas daerah

Menentukan metode pelacakan, pemasangan pilar batas, pengukuran

dan penentuan posisi pilar batas dan pembuatan peta batas daerah

d. Berdasarkan hasil penelitian dokumen ini dibuat Berita Acara Penelitian

Dokumen Batas Daerah untuk dijadikan dasar bagi kegiatan selanjutnya

(lihat Formulir Bentuk 01 pada lampiran)

e. Berita Acara Penelitian Dokumen Batas Daerah ditandatangani oleh Tim

Teknis dan dibuat beberapa rangkap sesuai dengan daerah yang berbatasan

ditambah untuk Depdagri dan Arsip Nasional.

2. Tahap Kedua : Pelacakan Batas

a. Pelacakan batas dilaksanakan oleh Tim Teknis PPBD

b. Teknis pelacakan batas daerah di lapangan mencakup dua kegiatan yaitu

penentuan garis batas sementara dan pelacakan garis batas di lapangan.

Page 6: BAB II DASAR TEORI - digilib.itb.ac.id filedesa/kelurahan. Dalam tugas akhir ... jalan rel kereta ... Peta batas daerah kartometrik dibuat sesuai spesifikasi teknis yang ditentukan

11

c. Kegiatan penentuan garis batas sementara adalah untuk menentukan garis

batas sementara di atas peta yang sudah disepakati sebagai dasar hukum

batas daerah. Penentuan garis batas sementara didasarkan pada :

Tanda/Simbol batas-batas yang tertera di peta, baik batas administrasi

maupun batas kenampakan detail lain di peta,

Koordinat titik batas yang tercantum dalam dokumen-dokumen batas

daerah,

Toponimi (nama geografis) dari objek-objek geografis sepanjang garis

batas, baik itu objek alam, objek buatan manusia,maupun objek

administratif,

Jika tidak ada tanda-tanda batas yang tertera sebelumnya, maka

penentuan garis sementara di atas peta ini dilakukan melalui

kesepakatan bersama.

d. Pelacakan garis batas di lapangan.

Pelacakan di lapangan adalah kegiatan untuk menentukan letak batas

daerah secara nyata di lokasi sepanjang batas daerah berdasarkan garis

batas sementara pada peta atau berdasarkan kesepakatan sebelumnya.

Kegiatan ini merupakan tahap untuk mendapatkan kesepakatan letak

garis batas di lapangan, dengan atau tanpa sumber hokum tertulis

mengenai batas tersebut.

Kegiatannya dimulai dari awal yang diketahui kemudian menyusuri

garis batas sampai dengan titik akhir sesuai dengan peta kerja

Berdasarkan kesepakatan, pada titik-titik tertentu atau pada jarak

tertentu di lapangan dapat dipasang tanda atau patol kayu sementara

sebagai tanda posisi untuk memudahkan pemasangan pilar-pilar batas.

e. Dalam melakukan pelacakan batas daerah di lapangan, Tim Teknis dapat

mengikutsertakan aparat Kecamatan, Desa/Kelurahan, Tokoh/Pemuka

Masyarakat yang bertempat tinggal di daerah perbatasan dari masing-

masing daerah

f. Pelacakan Batas daerah di lapangan menggunakan Peta Batas

Daerah Kartometrik yang dibuat pada proses penetapan batas.

Page 7: BAB II DASAR TEORI - digilib.itb.ac.id filedesa/kelurahan. Dalam tugas akhir ... jalan rel kereta ... Peta batas daerah kartometrik dibuat sesuai spesifikasi teknis yang ditentukan

12

g. Berdasarkan hasil pelacakan batas daerah dibuatkan Berita Acara

Hasil Pelacakan Batas Daerah yang ditandatangani asli oleh Tim

Teknis dan dibuat beberapa rangkap sesuai dengan daerah yang

berbatasan ditambah untuk Departemen Dalam Negeri dan Arsip

Nasional.

h. Hasil Pelacakan Batas Daerah dilaporkan oleh Tim Teknis kepada

ketua Tim PPBD dengan sistematika sebagai berikut :

Pendahuluan

Maksud dan Tujuan

Dasar Pelacakan

Pelaksanaan Pelacakan

Lampiran yang berisi :

1. Berita acara hasil pelacakan batas daerah

2. Peta kerja hasil pelacakan

3. Dokumen hasil pelacakan

4. Catatan-catatan lain yang dianggap penting dibuat pada

waktu pelacakan.

3. Tahap Ketiga : Pemasangan Pilar Batas Daerah

a. Pembuatan dan Pemasangan Pilar Batas Daerah ditujukan untuk

memperoleh kejelasan dan ketegasan batas antar daerah di darat sesuai

dengan kesepakatan yang telah ditetapkan sebelumnya.

b. Jenis-jenis Pilar Batas adalah :

Pilar Batas Utama (PBU) adalah pilar batas yang dipasang di titik-titik

tertentu terutama di titik awal, titik akhir garisbatas, dan atau pada

jarak tertentu disepanjang garis batas daerah.

PilarBatas Antara (PBA) adalah pilar batas yang dipasang diantara

pilar-pilar batas utama dengan tujuan untuk menambah kejelasan garis

batas antara dua daerah, atau pada titik-titik tertentu yang

dipertimbangkan perlu untuk dipasang pilar batas antara.

Pilar Acuan Batas(PAB) adalah pilar yang dipasang di sekitar batas

daerah dengan tujuan sebagai petunjuk keberadaan batas daerah. Pilar

Page 8: BAB II DASAR TEORI - digilib.itb.ac.id filedesa/kelurahan. Dalam tugas akhir ... jalan rel kereta ... Peta batas daerah kartometrik dibuat sesuai spesifikasi teknis yang ditentukan

13

acuan dipasang sehubungan pada batas yang dimaksud tidak dapat

dipasang pilar batas utama karena kondisinya yang tidak

memungkinkan (seperti pada kasus sungai atau jalan raya sebagai

batas) atau keadaan tanah yang labil.

c. Ketentuan untuk Kerapatan PBU sesuai dengan criteria berikut ini :

Untuk batas Provinsi yang mempunyai potensi tinggi (tingkat

kepadatan penduduk, nilai ekonomi, SDA, nilai budaya, dll), kerapatan

pilar tidak melebihi 5 km dan untuk batas Provinsi yang kurang

potensi tidak melebihi 10 km.

Untuk batas Kabupaten/Kota yang mempunyai potensi tinggi

kerapatan pilar tidak melebihi 3 km dan untuk batas yang kurang

potensi kerapatan pilar tidak melebihi 5 km.

d. Pemasangan pilar batas harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

Pada kondisi tanah yang stabil, terhindar dari erosi dan abrasi.

Mudah ditemukan dan mudah dijangkau,

Aman dari gangguan aktivitas manusia maupun binatang

Punya ruang pandang ke langit yang relatif luas(untuk pilar batas yang

akan diukur dengan metode GPS)

e. Ketentuan Pemasangan Pilar adalah sebagai berikut :

Sebagai tanda pemisah batas Provinsi dipasang pilar batas tipe “A”

dengan ukuran 50cm x 50cm x100 cm di atas tanah dan kedalaman

150 cm di bawah tanah.

Sebagai tanda pemisah batas Kabupaten/Kota dipasang pilar batas tipe

“B” dengan ukuran 40cm x 40cm x 75 cm di atas tanah dan kedalaman

100 cm di bawah tanah.

Jika dipandang perlu diantara dua PBU dapat dipasang Pilar Batas

Antara (PBA) sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lapangan. PBA

pada batas Provinsi, Kabupaten atau Kota dipasang dengan ukuran

Page 9: BAB II DASAR TEORI - digilib.itb.ac.id filedesa/kelurahan. Dalam tugas akhir ... jalan rel kereta ... Peta batas daerah kartometrik dibuat sesuai spesifikasi teknis yang ditentukan

14

20cm x 20cm x 25cm di atas tanah dan kedalaman 50 cm di bawah

tanah.

Pada setiap pilar dipasang brass tablet pada bagian atas pilar sebagai

informasi atas pilar. Selain itu dipasang plak pada tepi pilar yang

menghadap ke masing-masing daerah sebagai keterangan tentang pilar

batas daerah tersebut

f. Hasil pemasangan Pilar Batas dituangkan dalam Berita Acara Pemasangan

Pilar Batas yang ditandatangani asli oleh Tim Teknis PPBD dan dibuat

beberapa rangkap sesuai dengan daerah yang berbatasan ditambah untuk

Departemen Dalam Negeri dan Arsip Nasional

4. Tahap Keempat : Penentuan Posisi Pilar Batas dan pengukuran Garis Batas

a. Penentuan Posisi Pilar Batas

Penentuan posisi pilar batas diukur sesegera mungkin setelah tahap

pemasangan pilar batas selesai dilaksanakan

Standar ketelitian untuk koordinat pilar batas (satu simpangan baku)

adalah :

• Untuk PBU dan PABU : + 15 cm

• Untuk PBA dan PABA : + 25 cm

Untuk menghasilkan penentuan posisi dengan ketelitian tersebut,

pengukuran posisi PBU/PABU untuk batas daerah Provinsi,Kabupaten

dan Kota ditentukan berdasarkan metode survey GPS menggunakan

receiver GPS tipe geodetik

Dalam kondisi tertentu, dan dengan persetujuan dari Tim PPBD Pusat

koordinat pilar-pilar batas pada suatu segmen garis batas tertentu,dapat

ditentukan dengan tingkat ketelitian yang lebih rendah dari standar

ketelitian diatas.

Sebelum pengukuran dimulai,maka harus diketahui paling sedikit sebuah

titik referensi geodesi nasional yang terdekat dengan daerah perbatasan,

Page 10: BAB II DASAR TEORI - digilib.itb.ac.id filedesa/kelurahan. Dalam tugas akhir ... jalan rel kereta ... Peta batas daerah kartometrik dibuat sesuai spesifikasi teknis yang ditentukan

15

yang koordinatnya diketahui dalam Sistem Referensi Nasional yaitu

Datum Geodesi Nasional 1995 atau DGN- 95.

b. Pengukuran Garis Batas

Pengukuran garis batas hanya dilaksanakan kalau dianggap perlu, dan

dilaksanakan terhadap segmen garis batas yang dianggap penting dan

ditetapkan secara bersama oleh daerah-daerah yang berbatasan.

Pengukuran Garis Batas dimaksudkan untuk menentukan koordinat

horizontal dan vertical titik-titik batas yang berbentuk patok-patok pada

jarak tertentu sehingga dapat digambarkan bentuk garis batas sepanjang

batas daerah.

Peralatan yang digunakan dapat berupa alat ukursudut (Theodolit, Total

station), alat ukur jarak (pita ukur, EDM) dan receiver GPS.

Teknik dan metode pengukuran garis batas di setiap titik-titik perapatan

patok-patok batas dapat dilaksanakan menggunakan metode terestris

seperti polygon, pengikatan kemuka atau pengikatan ke belakang, sesuai

dengan situasi dan kondisi daerah yang berbatasan, sedangkan untuk

mengukur posisi vertical titik-titik pada garis batas dapat dilakukan

dengan menggunakan cara tachimetri.

Semua pengukuran menggunakan minimum dua titik ikat yangsudah

diketahui koordinatnya dan koordinat titik-titikpada garis batas dihitung

berdasarkan koordinat titik-titik ikat tersebut.

Data hasil pengukuran metode terestris dihitung menggunakanmetode

hitungan yang umum digunakan seperti Metode Bowditch untuk

pengukuran polygon. Perhitungan posisi vertical pada pengukuran situasi

dilakukan berdasarkan hitungan rumus tachimetri.

Data yang berupa deskripsi Pilar-pilar Batas dan titik-titik pada garis batas

tersebut didokumentasikan bersama buku ukur bersama berita acara

kesepakatan batas daerah yang ditandatangani oleh kedua pihak yang

berbatasan.

Page 11: BAB II DASAR TEORI - digilib.itb.ac.id filedesa/kelurahan. Dalam tugas akhir ... jalan rel kereta ... Peta batas daerah kartometrik dibuat sesuai spesifikasi teknis yang ditentukan

16

5. Tahap ke-lima: Pembuatan Peta Batas Daerah

Peta batas daerah dapat dibuat berdasarkan :

• Penurunan/kompilasi dari peta-peta yang sudah ada

• Pemetaan terestris, atau

• Pemetaan fotogrametris

2.3 Spesifikasi Teknis

2.3.1 Pembuatan Peta Batas Daerah

1. Jenis Peta Batas

Jenis peta batas berdasarkan prosedur pembuatannya terdiri dari :

a. Peta Hasil Penetapan Batas

Peta batas hasil penetapan batas adalah peta yang dibuat secara kartometrik dari

peta dasar yang telah ada dengan tidak melakukan pengukuran di lapangan

b. Peta Hasil Penegasan Batas

Peta batas hasil pengukuran adalah peta yang dibuat dengan peta dasar yang ada

ditamabah dengan data yang diperoleh dari hasil pengukuran di lapangan.

c. Peta Hasil Verifikasi

Peta batas hasil verifikasi adalah peta batas yang telah dibuat oleh daerah dan

hasilnya dilakukan verifikasi oleh Tim PPBD Pusat sebelum ditandatangani oleh

Menteri Dalam Negeri.

2. Proses Pembuatan Peta

Proses pembuatan peta batas daerah dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain:

a. Penurunan/kompilasi dari peta-peta yang sudah ada :

Peta batas daerah dapat diperoleh dari peta-peta yang ada seperti peta-peta

dasar, peta pendaftaran tanah, peta blok atau berdasarkan foto udara, citra

satelit dan lain-lain.

Prosesnya dapat dilakukan secara kartografis manual atau digital dan jika

perlu diadakan penyesuaian skala, peralatan (seperti Pantograph) atau

metode yang sesuai dapat digunakan.

Page 12: BAB II DASAR TEORI - digilib.itb.ac.id filedesa/kelurahan. Dalam tugas akhir ... jalan rel kereta ... Peta batas daerah kartometrik dibuat sesuai spesifikasi teknis yang ditentukan

17

Detail yang digambarkan adalah unsur-unsur yang berkaitan dengan batas

daerah seperti lokasi pilar-pilar batas, jaringan jalan, garis pantai, perairan

dan detail yang menonjol lainnya.

Pada cara digital, peta sumber tersebut digitasi dan dipilih melalui layar

komputer untuk digambarkan kembali oleh plotter.

b. Pemetaan Terestris

Metode ini merupakan rangkaian pengukuran menggunakan alat ukur sudut, jarak

dan beda tinggi yaitu :

1. Prisma dan pita ukur

Prinsip pengukuran metode ini adalah memanfaatakan garis tegak lurus

yang ditentukan oleh prisma dan pengukuran jarak oleh pita ukur.

Tahapan pengukurannya adalah :

Pembuatan kerangka titik Bantu (x,y)

Pengukuran detail menggunakan prisma dan pita ukur

Penggambaran

2. Tachimetri

Prinsip pengukuran metode ini adalah mengukur sudut horizontal (azimuth

magnetik), sudut miring(zenith) dan jarak optis melalui pembacaan skala

rambu ukur menggunakan theodolit.

Tahapan pengukurannya adalah :

Pembuatan kerangka titik kontrol (x,y,h)

Pengukuran poligon dan detail situasi/detail

Proses hitungan

Penggambaran

3. Total Station

Alat yang digunakan adalah total station yang dilengkapi dengan fasilitas

pengukuran, perhitungan dan penggambaran secara otomatis/elektronis

sehingga dapat dilakukan secara cepat dan mudah.

Tahapan pengukuran dan penggambaran sama dengan metode Tachimetri.

Page 13: BAB II DASAR TEORI - digilib.itb.ac.id filedesa/kelurahan. Dalam tugas akhir ... jalan rel kereta ... Peta batas daerah kartometrik dibuat sesuai spesifikasi teknis yang ditentukan

18

3. Pengesahan Peta

Peta batas yang telah diverifikasi oleh Tim PPBD Pusat dan disetujui oleh Kepala

Daerah yang berbatasan dicetak minimal tujuh rangkap untuk mendapatkan

pengesahan Menteri Dalam Negeri.

4. Penyimpanan Dokumen Batas

a. Berita Acara Penelitian Dokumen Batas Daerah

b. Berita Acara Pelacakan Batas Daerah dan Data Survei Pelacakan Lokasi

Pamasangan Pilar Batas Batas Daerah

c. Berita Acara Penetapan/pemasangan pilar batas daerah

d. Peta Batas Daerah

e. Dokumen lainnya yang berkaitan dengan kegiatan penegasan batas disimpan

di :

Daerah yang berbatasan

DEPARTEMEN DALAM NEGERI

ARSIP NASIONAL

2.3.2 Pilar Titik Batas Daerah

Jenis Pilar batas

Pilar batas daerah di darat terdiri dari tiga jenis yaitu :

Pilar Batas Utama (PBU) adalah pilar batas yang dipasang di titik-titik tertentu

terutama di titik awal, titik akhir garisbatas, dan/atau pada jarak tertentu disepanjang

garis batas daerah.

PilarBatas Antara (PBA) adalah pilar batas yang dipasang pada garis batas diantara

dua PBU yang berurutan dengan tujuan untuk menambah kejelasan garis batas antara

dua daerah, atau pada titik-titik tertentu yang dipertimbangkan perlu untuk dipasang

pilar batas antara dengan spasi yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi

lapangan.

Page 14: BAB II DASAR TEORI - digilib.itb.ac.id filedesa/kelurahan. Dalam tugas akhir ... jalan rel kereta ... Peta batas daerah kartometrik dibuat sesuai spesifikasi teknis yang ditentukan

19

Gambar 2.1 Contoh kedudukan PBU dan PBA

Pilar Acuan Batas(PAB) adalah pilar yang dipasang di sekitar batas daerah dengan

tujuan sebagai petunjuk keberadaan batas daerah. Pilar acuan dipasang sehubungan

pada batas yang dimaksud tidak dapat dipasang pilar batas utaman karena kondisinya

yang tidak memungkinkan (seperti pada kasus sungai atau jalan raya sebagai batas)

atau keadaan tanah yang labil.

Gambar 2.2 Contoh kedudukan PABU dan PABA

1. Kriteria Lokasi Pilar

a. Pada kondisi tanah stabil

b. Aman dari gangguan manusia maupun binatang

c. Mudah ditemukan

d. Mudah dijangkau

e. Punya ruang pandang ke langit yang relatif luas (untuk pilar batas yang

akan diukur dengan metode GPS)

Garis Batas

PBUPBU

PBUPBU

PBAPBA

PBA

PABU

PABU

PABU

PABA

PABUPABA

PABAGaris Batas

Page 15: BAB II DASAR TEORI - digilib.itb.ac.id filedesa/kelurahan. Dalam tugas akhir ... jalan rel kereta ... Peta batas daerah kartometrik dibuat sesuai spesifikasi teknis yang ditentukan

20

2. Spasi tipikal antar PBU

Spasi tipikal antar PBU/PABU seperti pada tabel 2.1 dibawah ini.

Tabel 2.1 Spasi tipikal PBU/PABU: Spasi tipikal antar PBU atau PABU

Kawasan batas Berpontesi

tinggi

Kawasan batas kurang

berpotensi

Batas Propinsi 3-5 km 5-10 km

Batas Kabupaten atau

Kota 1-3 km 3-5 km

3. Dimensi dan Warna Pilar Batas

a). Pilar batas tipe A

Pilar dipakai sebagai tanda pemisah batas Propinsi, dengan ukuran

50 cm x 50 cm x 100 cm dan kedalaman 150 cm warna PUTIH

b). Pilar batas tipe B

Pilar ini dipakai sebagai pembatas Kabupaten/kota dengan ukuran

40 cm x 40 cm x 75 cm dan kedalaman 100 cm. Warna PUTIH

c). Pilar batas antara

Pilar ini merupakan pilar perapatan dari pilar PBU yang sudah ada,

dengan ukuran 20 cm x 20 cm x 25 cm dan kedalaman 50 cm

warna PUTIH

4. Penomoran Pilar Batas

Untuk setiap segmen garis batas, pilar batas darat di lapangan diberi nomor secara

berurutan sebagai berikut :

a. Untuk PBU : PBU-ZZZZ

b. Untuk PBA : PBA-ZZZZ

c. Untuk PABU : PABU-ZZZZ

d. Untuk PABA : PABA-ZZZZ

Dimana :

ZZZZ adalah Nomor Urut Pilar

Page 16: BAB II DASAR TEORI - digilib.itb.ac.id filedesa/kelurahan. Dalam tugas akhir ... jalan rel kereta ... Peta batas daerah kartometrik dibuat sesuai spesifikasi teknis yang ditentukan

21

Keberadaan lokasi pilar (yaitu Propinsi dan Kabupaten/Kotamadya) diinformasikan

melalui informasi tepi (plak).

5. Bentuk dan Ukuran Pilar Batas

a). Pilar batas tipe A

Pilar dipakai sebagai tanda pemisah batas Propinsi, dengan ukuran 50 cm x 50 cm

x 100 cm dan kedalaman 150 cm. Seperti pada gambar 2.3 dibawah ini :

Gambar 2.3 Pilar tipe A untuk Propinsi

Page 17: BAB II DASAR TEORI - digilib.itb.ac.id filedesa/kelurahan. Dalam tugas akhir ... jalan rel kereta ... Peta batas daerah kartometrik dibuat sesuai spesifikasi teknis yang ditentukan

22

b). Pilar batas tipe B

Pilar ini dipakai sebagai pembatas Kabupaten/kota dengan ukuran

40 cm x 40 cm x 75 cm dan kedalaman 100 cm. Seperti pada gambar 2.4

dibawah ini :

Gambar 2.4 Pilar tipe B untuk kabupaten

Page 18: BAB II DASAR TEORI - digilib.itb.ac.id filedesa/kelurahan. Dalam tugas akhir ... jalan rel kereta ... Peta batas daerah kartometrik dibuat sesuai spesifikasi teknis yang ditentukan

23

c). Pilar batas antara

Pilar ini merupakan pilar perapatan dari pilar PBU yang sudah ada,

dengan ukuran 20 cm x 20 cm x 25 cm dan kedalaman 50 cm. Seperti pada

gambar 2.5 dibawah ini :

Gambar 2.5 Pilar batas antara

6. Informasi Pilar Batas

Setiap pilar batas dilengkapi dengan informasi atas pilar(brass tablet) dan informasi

tepi ( plak ). Seperti pada gambar 2.6 dibawah ini :

Page 19: BAB II DASAR TEORI - digilib.itb.ac.id filedesa/kelurahan. Dalam tugas akhir ... jalan rel kereta ... Peta batas daerah kartometrik dibuat sesuai spesifikasi teknis yang ditentukan

24

Tampak belakang

BATAS PROPINSID.I. ACEH –SUMUT

Tampak muka

satuan dalam cm Tampak belakangTampak belakang

BATAS PROPINSID.I. ACEH –SUMUT

Tampak muka

satuan dalam cm

BATAS PROPINSID.I. ACEH –SUMUT

Tampak muka

satuan dalam cm

DILARANG MERUSAK DANMENGGANGGU TANDA INI

PBU - 0015

DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

DILARANG MERUSAK DANMENGGANGGU TANDA INI

PBU - 0015

DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

Gambar 2.6 Plak untuk pilar batas tipe A dan tipe B

2.3.3 Survei dan Pemetaan

1. Sistem Referensi Koordinat titik acuan

a. Koordinat dari semua pilar batas, titik acuan, maupun titik batas harus

dinyatakan dalam system referensi koordinat nasional, yang pada saat ini

adalah system Datum Geodesi Nasional 1995( DGN 95) dengan parameter

ellipsoid referensinya ( WGS 1984) sebagai berikut :

a (setengah sumbu panjang) = 6378137 m

penggepengan (f) = 1/298,257

b. Semua koordinat pilar batas, titik acuan, maupun titik dasar dan titik batas

dinyatakan dalam sistem koordinat geodetik( Lintang, Bujur) dalam datum

DGN 95 dan juga dalam sistem koordinat proyeksi peta UTM ( x,y) dalm

zone kawasan yang bersangkutan.

c. Koordinat selalu dinyatakan berikut deviasi standar untuk setiap komponen

koordinatnya

2. Keranga referensi koordinat titik acuan

a. Pengukuran semua pilar batas dan titik acuan harus terikat secara langsung

atau tidak langsung dengan minimal satu titik kerangka geodetic nasional

yang terdekat yang koordinatnya(j,l,h) diketahui dalam system DGN 95, atau

dengan satu titik kerangka geodetic global IGS yang terdekat.

Titik kerangka geodetik nasional yang dapat digunakan adalah kerangka dasar

GPS nasional adalah seperti yang diberikan pada tabel 2.2

Page 20: BAB II DASAR TEORI - digilib.itb.ac.id filedesa/kelurahan. Dalam tugas akhir ... jalan rel kereta ... Peta batas daerah kartometrik dibuat sesuai spesifikasi teknis yang ditentukan

25

Tabel 2.2 Titik Kerangka geodetik nasional Titik

GPS

Instansi

Pembangun Lokasi

Spasi tipikal antar

titik

Orde-0 Bakosurtanal

Ibukota Propinsi dan kota-kota

besar 200 - 1000 km

Orde-1 Bakosurtanal Ibukota kabupaten dan kodya 100 - 200 km

Orde-2 BPN

Pemukiman, diluar kawasan

hutan 10 - 15 km

Orde-3 BPN

Pemukiman, diluar kawasan

hutan 1 - 2 km

b. Pilar batas dan titik acuan juga dapat diikatkan secara langsung ke suatu titik

stasiun tetap GPS Indonesia atau ke suatu titik kerangka GPS global, yaitu

kerangka IGS yang terletak di sekitar Indonesia.

3. Penentuan Posisi Pilar Batas Utama, PBU atau PABU

a. Dilaksanakan dengan metode survey GPS, menggunakan minimal receiver

GPS tipe geodetik satu frekuensi dan sebaiknya menggunakan receiver GPS

tipe geodetik dua frekuensi

Lama pengamatan tipikal disesuaikan dengan jenis receiver yang digunakan dan

panjang baseline (jarak antara PBU/PABU ke titik ikat GPS yang digunakan)

seperti pada tabel 2.3 dibawah ini.

Tabel 2.3 Tabel Hubungan lama pengamatan dan panjang baseline pada

pengukuran posisi pilar batas PBU Lama Pengamatan Tipikal

Panjang Baseline (Jarak antara PBU/PABU

dengan titik ikat) Satu frekuensi Dua frekuensi

1 - 3 km 15 menit 10 menit

3 - 5 km 20 menit 15 menit

5 - 10 km 30 menit 20 menit

10 - 20 km 2 jam 1 jam

20 - 100 km 4 jam 2 jam

100 - 200 km 6 jam 3 jam

200 - 500 km 12 jam 6 jam

Page 21: BAB II DASAR TEORI - digilib.itb.ac.id filedesa/kelurahan. Dalam tugas akhir ... jalan rel kereta ... Peta batas daerah kartometrik dibuat sesuai spesifikasi teknis yang ditentukan

26

b. Pada survey GPS, penentuan koordinat PBU/PABU relatif terhadap titik

ikatnya dapat dilakukan secara radial

c. Pada survey GPS, seandainya titik ikat GPS(nasional atau global) relatif jauh

dari daerah lokasi pilar-pilar batas utama berada, maka untuk efisiensi survey,

suatu titik ikat GPS local dibangun di sekitar lokasi survey dan koordinatnya

ditentukan relative terhadap titik ikat GPS(nasional atau global ) yang sudah

ada tersebut. Koordinat PBU/PABU selanjutnya ditentukan relative terhadap

titik ikat local tersebut.

d. Pada survey GPS, perhitungan koordinat PBU/PABU sebaiknya dilaksanakan

dangan data fase yang ambiguitas fasenya telah ditetapkan ke nilai integernya.

e. Perangkat lunak komersial untuk pengolahan data survey GPS dapat

digunakan untuk penentuan koordinat pilar batas.

f. Perangkat lunak ilmiah untuk pengolahan data survey GPS hanya digunakan

untuk kasus penentuan titik ikat GPS local dari titik ikat GPS nasional atau

titik IGS yang relatif berjarak jauh ( dalam orde ratusan atau ribuan km)

g. Koordinat PBU/PABU diberikan dalam dua sistem yaitu :

Koordinat geodetic (Lintang, Bujur, tinggi ellipsoid) berikut nilai standar

deviasi untuk setiap komponen koordinatnya.

Koordinat UTM(x,y) berikut nilai standar deviasi untuk setiap komponen

koordinatnya.

4. Penentuan Posisi Pilar Batas Antara,PBA atau PABA

a. Dapat ditentukan dengan menggunakan metode survey GPS ataupun metode

polygon.

b. Posisi PBA atau PABA ditentukan relative terhadap satu atau beberapa PBU

atau PABU nya yang terdekat

c. Metode survey GPS yang dapat digunakan untuk penentuan posisi pilar batas

antara (PBA) adalah metode static singkat (rapid static)

d. Seandainya digunakan metode survey GPS singkat untuk penentuan posisi

PBA/PABA, maka survey GPS cukup dilaksanakan dengan menggunakan

Page 22: BAB II DASAR TEORI - digilib.itb.ac.id filedesa/kelurahan. Dalam tugas akhir ... jalan rel kereta ... Peta batas daerah kartometrik dibuat sesuai spesifikasi teknis yang ditentukan

27

receiver GPS tipe geodetik satu frekuensi dan receiver GPS tipe geodetic dua

frekuensi boleh digunkan seandainya tersedia.

e. Lama Pengamatan tipikal disesuaikan dengan jenis receiver GPS yang

digunakan dan panjang baseline ( jarak antara PBA/PABA ke titik

PBU/PABU yang digunakan sebagai titik ikat ) seperti pada tabel 2.3.

Tabel 2.3 Hubungan lama pengamatan dan panjang baseline pada pengukuran

posisi pilar batas PBA/PABA. Lama Pengamatan Tipikal Panjang Baseline ( Jarak antara

PBA/PABA dengan titik ikat) Satu frekuensi Dua frekuensi

1 - 3 km 15 menit 10 menit

3 - 5 km 20 menit 15 menit

5 - 10 km 30 menit 20 menit

f. Penentuan koordibnat PBA/PABA relative terhadap titik ikatnya

(PBU/PABU) dapat dilakukan secara radial.

g. Perhitungan koordinat pilar batas PBA/PABA sebaiknya dilaksanakan dengan

data fase yang ambiguitas fasenya telah ditetapkan ke nilai integernya.

h. Perangkat lunak komersial untuk pengolahan data GPS, dapat digunakan

untuk penentuan koordinat PBA/PABA.

i. Seandainya digunakan metode polygon untuk penentuan posisi PBA/PABA,

maka spesifikasi teknis untuk sistem peralatan yang harus digunakan seperti

pada tabel 2.4

Tabel 2.4 Spesifikasi alat pengukur sudut dan jarak untuk penentuan posisi pilar

PBA/PABA sebagai berikut : Pengukur

sudut alat ukur theodolit 1"

Pengukur

jarak alat ukur EDM ( Electronic Distance Measurement ) atau pita ukur

j. Seandainya digunakan metode poligon untuk penentuan posisi PBA/PABA,

maka spesifikasi teknis untuk strategi pengamatan yang harus digunakan

seperti pada tabel 2.5

Page 23: BAB II DASAR TEORI - digilib.itb.ac.id filedesa/kelurahan. Dalam tugas akhir ... jalan rel kereta ... Peta batas daerah kartometrik dibuat sesuai spesifikasi teknis yang ditentukan

28

Tabel 2.5 Spesifikasi teknis untuk penentuan posisi pilar dengan metode poligon Selisih bacaan B dan LB dalam pengukur sudut < 10"

Jumlah seri pengamtan suatu sudut ( minimum) 2 seri

Seisih ukuran sudut antar sesi < 5"

Pengecekan kesalahan kolimasi sebelum pengamatan

5 kali (untuk EDM ) jumlah pembacaan untuk satu ukuran jarak

(minimum ) 2 kali (untuk pita ukur)

Sudut jurusan

di awal dan akhir

jaringan

Teknik pengadaan sudut jurusan

Pengamatan matahari

atau dari 2 titik GPS

k. Seandainya digunakan metode poligon untuk penentuan posisi PBA/PABA,

maka spesifikasi teknis untuk strategi pengolahan data yang harus digunakan

seperti pada tabel 2.6

Tabel 2.6 Spesifikasi teknis untuk strategi pengolahan data dengan metode

poligon

Metode pengolahan data

hitung perataan kuadrat terkecil metode

parameter atau metode bowdicth

Salah penutup sudut

< 10 Vn

dimana n adalah jumlah titik poligon

Salah penutup linier jarak < 1/6000

l. Koordinat PBA/PABA diberikan dalam dua sistem yaitu :

Koordinat geodetik (Lintang, Bujur, tinggi ellipsoid) berikut nilai standar

deviasi untuk setiap komponen koordinatnya.

Koordinat UTM(x,y) berikut nilai standar deviasi untuk setiap komponen

koordinatnya

5. Pengukuran Garis Batas

a. Pengukuran garis batas hanya dilaksanakan kalau dianggap perlu, dan

dilaksanakan terhadap segmen garis batas yang dianggap pengitng dan

ditetapkan secara bersama oleh daerah-daerah yang berbatasan

Page 24: BAB II DASAR TEORI - digilib.itb.ac.id filedesa/kelurahan. Dalam tugas akhir ... jalan rel kereta ... Peta batas daerah kartometrik dibuat sesuai spesifikasi teknis yang ditentukan

29

b. Seandainya dilaksanakan, pengukuran garis batas dapat dilakukan dengan

beberapa metode seperti :

Metode terestris (seperti poligon)

Metode fotogrametris (termasuk metode small format fotogrametri)

untuk garis batas alam yang nampak dari udara, seperti sungai dan

jalan raya

Metode survey GPS singkat atau GPS kinematik untuk medan garis

batas yang relative terbuka

c. Seandainya digunakan metode polygon atau metode survey GPS singkat atau

GPS kinematik maka pengukuran garis batas harus terikat kedua ujungnya

pada dua pilar pembatasnya,baik itu PBU/PABU maupun PBA/PABA.

6. Pemetaan Situasi Garis Batas

a. Pemetaan situasi garis batas hanya dilaksanakan kalau dianggap perlu, dan

dilaksanakan terhadap segmen garis batas yang dianggap penting dan

ditetapkan secara bersama oleh daerah-daerah yang berbatasan

b. Peta garis batas daerah di darat yang diturunkan dari pemetaan situasi, dibuat

dengan spesifikasi berikut :

Skala : 1 : 1000

Datum : DGN 95

Ellipsoid referensi : WGS 1984

Sistem proyeksi peta : TM (Traverse Mercator )

Sistem grid : UTM (Universal Traverse Mercator),

dengan grid geografis dan metric

Cakupan : koridor selebar 100 m ke kiri dan 100 m ke kanan

dari garis batas

Interval Kontur : 0.5 m

c. Seandainya dilaksanakan pemetaan situasi dapat dilakukan dengan metode

terestris ( seperti tachimetri ) ataupun metode fotogrametris (termasuk metode

small format fotogrametri ).

d. Pada pemetaan situasi dengan metode terestris, pengolahan data polygon

dapat dilakukan dengan metode Bowdicth, sedangkan perhitungan posisi

Page 25: BAB II DASAR TEORI - digilib.itb.ac.id filedesa/kelurahan. Dalam tugas akhir ... jalan rel kereta ... Peta batas daerah kartometrik dibuat sesuai spesifikasi teknis yang ditentukan

30

horinsontal dan vertical dari objek yang akan dipetakan dilakukan berdasarkan

hitungan rumus-rumus ilmu ukur tanah yang umum digunakan

7. Penentuan Posisi Pilar Titik Acuan

a. Penentuan koordinat titik acuan harus dilaksanakan dengan metode survey

GPS yaitu secara diferensial menggunakan data fase, relative terhadap suatu

titik ikat GPS yang telah diketahui koordinatnya

b. Metode survey GPS harus dilaksanakan menggunakan minimal receiver GPS

tipe geodetik satu frekuensi dan sebaiknya menggunakan receiver GPS tide

geodetik dua frekuensi

c. Lama pengamatan tipikal disesuaikan dengan jenis receiver yang digunakan

dan panjang baseline (jarak antara titik acuan ke titik ikat GPS yang

digunakan).

d. Penentuan koordinat titik acuan dapat dilakukan secara radial, baik langsung

maupun tidak langsung, ari suatu titik kerangka GPS nasional yang terdekat

atau kalau tidak dengan satu titik kerangka geodetic global IGS yang terdekat.

e. Perhitungan koordinat titik acuan sebaiknya dilaksanakan dengan data fase

yang ambiguitas fasenya telah ditetapkan ke nilai integernya.

f. Perangkat lunak komersial untuk pengolahan data GPS, dapat digunakan

untuk penentuan koordinat titik acuan.

g. Perangkat lunak ilmiah untuk pengolahan data survey GPS hanya digunakan

untuk kasus dimana titik acuan diikatkan langsung ke salah satu titik IGS di

dalam dn di sekitar Indonesia.

h. Koordinat titik acuan diberikan dalam dua sistem yaitu :

Koordinat geodetik (Lintang, Bujur, tinggi ellipsoid) berikut nilai standar

deviasi untuk setiap komponen koordinatnya.

Koordinat UTM(x,y) berikut nilai standar deviasi untuk setiap komponen

koordinatnya.

Page 26: BAB II DASAR TEORI - digilib.itb.ac.id filedesa/kelurahan. Dalam tugas akhir ... jalan rel kereta ... Peta batas daerah kartometrik dibuat sesuai spesifikasi teknis yang ditentukan

31

2.4 Global Positioning System (GPS)

GPS pada awalnya dimulai dari pengembangan sistem satelit angkatan laut

Amerika Serikat seperti LORAN dan TRANSIT DOPPLER (Navy Navigation Satellite

System). Dan setelah beberapa tahun kemudian baru sukses diluncurkan. Secara lugas

GPS adalah system radio navigasi dan penentuan posisi menggunakan satelit. Formalnya

NAVSTAR GPS (NAVigation Satellite Timming and Ranging GPS). GPS didisain dan

dikembangkan oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat (US DoD) sebagai

keperluan strategi militer terutama penentuan posisi di muka bumi. Walaupun pada

awalnya GPS hanya diperuntukkan untuk keperluan militer, masyarakat sipil pun

diperbolehkan menggunakan fasilitas GPS secara gratis cukup dengan mempunyai

peralatan penerima sinyal GPS (Receiver GPS). Masa percobaan dilakukan dari tahun

1978 sampai dengan 1994 yang semua system satelitnya beroperasi penuh. Hingga tahun

1983, masa pemerintahan Presiden Ronald Reagan mengizinkan penggunaan GPS untuk

pesawat sipil setelah terjadi insiden penembakan pesawat Korean Airlines, penerbangan

007 yang dianggap "nyasar" melintasi perbatasan Uni Soviet. Sejak saat itu, GPS mulai

disiapkan untuk dipergunakan oleh kalangan sipil secara internasional, terutama untuk

kalangan penerbangan dan kelautan. Lonjakan pesat industri GPS pertama terjadi di

tahun 1991 saat terjadinya Perang Teluk. Pada saat itu, Pentagon memesan 10.000 unit

dan 3.000 unit perangkat GPS nonmiliter dari Trimble Navigation dan Magellan Systems.

Satelit GPS bisa dianalogikan sebagai stasiun radio di angkasa yang diperlengkapi

dengan antena-antena untuk mengirim dan menerima sinyal gelombang, yang kemudian

sinyal ini diterima oleh receiver GPS di permukaan bumi. Tujuan utama GPS adalah

untuk mewujudkan sistem penentuan posisi di darat, laut, dan udara. Pada perkembangan

selanjutnya, perangkat GPS terus dikembangkan semakin baik, andal, dan terjangkau

harganya.

2.4.1 Metode Penentuan Posisi dengan GPS

Konsep dasar penentuan posisi dengan GPS adalah reseksi (pengikatan

kebelakang) dengan jarak, yaitu dengan pengukuran jarak secara simultan

ke beberapa satelit GPS yang koordinatnya diketahui. Dimana posisi satelit

diketahui kemudian dihitung posisi pengamat, dengan mengukur jarak

Page 27: BAB II DASAR TEORI - digilib.itb.ac.id filedesa/kelurahan. Dalam tugas akhir ... jalan rel kereta ... Peta batas daerah kartometrik dibuat sesuai spesifikasi teknis yang ditentukan

32

antara satelit dan pengamat. Dalam hal ini terdapat tiga parameter posisi

pengamat. Pengukuran jarak dari satelit ke receiver dapat dilakukan melalui

pengamatan Pseudorange dan Carrier Phase. Karena jarak yang diperoleh

dari pengukuran mengandung kesalahan waktu akibat ketidaksinkronan

antara jam satelit dan receiver, maka kesalahan waktu tersebut harus

diketahui besarnya agar jarak hasil pengukuran bebas dari kesalahan

tersebut, sehingga dengan demikian terdapat empat parameter yang harus

dipecahkan untuk dapat menghitung posisi pengamat. Keempat parameter

tersebut yaitu tiga parameter posisi pengamat dan satu parameter kesalahan

waktu. Untuk itu diperlukan minimal empat buah persamaan yang diperoleh

dari pengukuran jarak keempat buah satelit secara umum. Metode

differential positioning minimal membutuhkan 2 receiver, ketelitian yang

diperoleh bisa sampai ke fraksi millimeter. Hal ini disebabkan atara lain

karena differencing process dapat mengeliminir atau mereduksi efek-efek

dari berbagai kesalahan dan bias. Selain itu, posisi titik juga ditentukan

relative terhadap monitor station. Aplikasi utama yang biasa digunakan

pada metode ini adalah survey geodesi, geodinamika dan seismik maupun

navigasi yang berketelitian tinggi. Pada gambar berikut ini adalah

visualisasi differensial positioning.

Gambar 2.7 Penentuan posisi secara differensial

Ketelitian posisi yang diperoleh dari survai GPS mempunyai tingkat ketelitian

yang berbeda-beda dari yang sangat teliti (orde millimeter) sampai orde meteran.

Tingkat ketelitian tersebut secara umum bergantung pada empat faktor yaitu

ketelitian data yang digunakan, geometri pengamatan, strategi pengamatan yang

Page 28: BAB II DASAR TEORI - digilib.itb.ac.id filedesa/kelurahan. Dalam tugas akhir ... jalan rel kereta ... Peta batas daerah kartometrik dibuat sesuai spesifikasi teknis yang ditentukan

33

digunakan, dan strategi pengolahan data yang diterapkan. Selengkapnya dapat

dilihat pada buku Penentuan Posisi dengan GPS dan Apikasinya,Abidin,2000.

Adapun metode yang dipakai dalam penentuan posisi pilar batas

kabupaten Bandung ini adalah metode diferensial menggunakan data Fase

dan code dengan moda radial. Dalam hal ini metode yang dipilih adalah

statik geodetik. Gambar di bawah ini adalah moda yang dipakai dalam

Survey GPS untuk penentuan posisi pilar batas kabupaten Bandung.

Gambar 2.8 Moda radial pengamatan penentuan batas daerah

Titik base

Titik rover