bab ii bentuk kamar parlemen dan kewenagan lembaga ...repository.ubb.ac.id/1683/6/bab ii.pdf · ia...
TRANSCRIPT
16
BAB II
BENTUK KAMAR PARLEMEN DAN KEWENAGAN
LEMBAGA LEGISLATIF DI INDONESIA
A. BENTUK KAMAR PARLEMEN
1. Sistem Unikameral
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, bahwa dalam
unikameral yang berarti satu kamar. Berarti tidak mengenal juga
pemisahaan antara DPR dan senat atau majelis tinggi dan majelis rendah.
Sistem unikameral banyak dianut di negara asia seperti Vietnam,
Singapura, Laos, Libanon, Syiria, dan Kuwait. Pada umumnya sistem
satu kamar ini diterapkan di negara-negara yang berukuran kecil, mereka
rata-rata lebih menyukai untuk memilih satu kamar dari pada dua kamar,
karena pertimbangan masalah keseimbangan kekuatan politik sangat
kecil, dibandingkan kesulitan untuk memecahkan dalam suatu negara
besar.
Sistem unikameral juga banyak diterapkan di negara-negara
kesatuan sosialis, karena sistem bikameral dipandang membawa kepada
komplikasi-komplikasi, penundaan dan biaya-biaya, dengan sedikit
kompensi yang menguntungkan. Hemat penulis, negara kesatuan dengan
sistem sentralistik juga, nampaknya cocok untuk menerapkan sistem satu
kamar, oleh karena tidak ada perbedaan kepentingan yang mendominasi
daerah-daerahnya. Daerah-daerah tersebut sudah dianggap telah
menyerahkan kewenangannya kepusat, dan otomatis perwakilannya,
17
tidak ada yang bersumber dari daerah.16
Jimly Asshiddiqie
mengemukakan bahwa sistem unikameral terdiri atas satu kamar,
sedangkan sistem bikameral memiliki dua kamar yang memiliki fungsi
sendiri-sendiri. Dikemukakan oleh Freidrich, fungsi parlemen sebagai
representative assembliesdan deliberative assemblies, dimana menurut
Freidrich, parlemen pada negara-negara modern tidak hanya mewakili
keinginan (will) dari rakyat, tetapi juga parlemen merupakan tempat
membahas pengawasan oleh parlemen (deliberate).17
2. Sistem Bikameral
Sistem parlemen bikameral adalah sistem parlemen yang terdiri dari
dua kamar atau badan. Kamar pertama (first chamber) biasa disebut
dengan majelis rendah (lower house)atau DPR atau house of commons
atau house of representatives, sedangkan kamar kedua (Second Chamber)
disebut majelis tinggi (Upper House) atau senat atau House of lords.
Hanya di Belanda yang menanamkan Majelis Tingginya dengan kamar
pertama (Erste Kamer)dan majelis rendahnya adalah kamar kedua
(Tweede Kamer).
Majelis rendah pada umumnya mewakili kepentingan partai yang
sekalanya internasional, sedangkan majelis tinggi pada umumnya adalah
lembaga yang mewakili kepentingan kewilayahan atau kelompok
16
http://www.negarahukum.com/hukum/sistem-unikameral.html,diakses tanggal 13 Juni
2018 17
Fatmawati, Struktur dan fungsi Legislasi Parlemen dengan Sistem Multikameral, UI
Presss, Jakarta, 2010, hlm. 34.
18
kelompok fungsional. Selanjutnya akan digunakan senat untuk menyebut
majelis tinggi atau kamar kedua, dan DPR untuk meneyebut majelis
rendah atau kamar pertama sepanjang tidak menunjuk pada suatu
negra.18
Giovanni Sartori membagi model bikameral menjadi 3 jenis
yaitu :(1) sistem bikameral yang simetris atau relatif sama kuat
(symmetric bicameralism atau strong bicameralism), yaitu apabila
kekuatan antara dua kamarnya nyaris sama kuat, (2) sistem bikameral
yang lemah (asymetric bicameralism/weak bicameralism,soft
bicameralism), yaitu, apabila kekuatan salah satu kamar lebih dominan
atas kamar lainnya,dan (3) perfect bicameralism, yaitu apabila kekuatan
antara kedua kamar betul-betul seimbang.19
Sistem parlemen bikameral dapat dibagi menjdai dua bagian besar
yaitu, strong bicameralism dan weak bicameralism. Masing-masing
bagian terdiri dari beberapa sub-bagian yang memiliki karakteristik
berlainan. Yang menjadi ukuran utama dalam menentukan sistem
bikameral kuat atau lemah adalah kekuasaan yang diberikan konstitusi
kepada kedua kamar tersebut. Pola umum yang ada adalah bahwa kamr
kedua cenderung subordinat terhadap kamar pertama. Sebagai hak veto
atau usulan legislasi kamar kedua bisa ditolak oleh kamar pertama.
Namun ada pula yang mengatur jika ada ketidak setujuan antara kedua
18
Muchammad Ali Safa’at, Parlemen Bikameral, studi perbandingan di Amerika serikat,
Prancis, Belanda, Inggris, Austria, dan Indonesia, UB Press, Malang, 2010, hal. 32 19
Saldi Isra, Op.Cit., hlm 236
19
kamar, diselesaikan melalui sidang bersama (joint session), seperti di
India dan Venezuela.20
Semula, sistem bicameral yang disarankan oleh banyak kalangan
para ahli supaya dikembangkan adalah sistem bicameral yang kuat
(strong bicameralism) dalam arti kedua kamar dilengkapi dengan
kewenangan yang sama-sama kuat dan saling mengimbangi satu sama
lain. Untuk itu, masing-masing kamar diusulkan dilengkapi dengan hak
veto.
Usulan semacam ini berkaitan erat dengan sifat kebijakan otonomi
daerah yang cenderung sangat luas dan hampir mendekati pengertian
sistem federal. Hal ini dianggap sesuai dengan kecenderungan umum
didunia, dimana negara-negara federal yang memiliki parlemen dua
kamar selalu mengembangkan tradisi ‘strong becameralism’sedangkan
dilingkungan negara-negara kesatuan becameralisme yang diperaktekan
adalah ‘soft becameralism’. Kebijakan otonomi daerah di Indonesia
dimasa depan dinilai sebagaian besar ilmuan politik hukum cenderung
bersifat federalistis dan karena itu lebih tepat mengembangkan struktur
parlemen bersifat ‘strong becameralism’.21
3. Sistem Trikameral
Sistem Trikameral (tricameral system) adalah, sebuah sistem dimana
parlemen terdiri dari 3 (tiga) kamar, yang masing-masing kamar tersebut
memiliki kewenangan sesuai dengan fungsi dari parlemen (representative
20
Muchammad Ali Safa’at, Op.Cit,. hlm. 35 21
Jimly Asshiddiqie, Op.Cit., hlm.52
20
assemblies dan deliberative assemblies), memiliki anggota terdiri, yang
merupakan wakil dari warga negara dengan katagori tertentu, dan
memiliki struktur kelembagaan tersendiri dan aturan-aturan tersendiri
tentang prosedur dalam lembaga tersebut.22
Dalam sistem 3 (tiga) kamar (trikameral), menurut Jimly
Asshiddiqie, struktur organisasi lembaga perwakilan nasional terdiri atas
3 (tiga) badan yang masing-masing mempunyai fungsi sendiri-
sendri.23
sistem trikameral juga dapat terjadi karena masing-masing kamar
merepresentasikan katagori pemilih yang berbeda, Wade dan Phillips
juga menjelaskan tentang kamar-kamar dalam parlemen Inggris, yaitu:
“Parliament consist of the King, the House of Lords and the House of
Commons. The two Houses sit separately and are constituted different
principles.Tsebelis dan Money mengemukakan keanggotaan dari kedua
kamar berdasarkan metode sleksi dan katagori dari warga negara yang
diwakili.
Di kemukakan bahwa pada sebagian besar lower house (majelis
rendah) dipilih secara langsug oleh warga negara, sedangkan sleksi pada
upper house (majelis tinggi) dapat melalui metode sleksi keturunan
(heredity), pengangkatan (appointment), pemilihan tidak langsung
(indirect election), dan pemilihan lansung (direct election), atau
golongan yang diwakili (the type of representation). Berdasarkan negara-
negara yang ditelitinya, Tseblis dan Money mengemukakan bahwa
22
Fatmawati, Op. Cit., hlm. 37 23
Ibid, hlm. 34
21
secara umum upper houses merupakan replikasi lower houses dan
mewakili warga negara berdasarkan equal basis, selain itu dapat
merupakan perwakilan dari daerah (subnationalgeographics units),
perwakilan pekerjaan (professional occupation), perwakilan etnis
minoritas (minority ethnic representation), dan perwakilan komunitas
tertentu (seperti linguistic communities yang memiliki wakil pada senat
Belgia). Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka kriteria untuk
menentukan kamar dalam parlemen dapat disimpulkan oleh penulis,
sebagai berikut:
a. Memiliki kewenangan sesuai dengan fungsi dari parlemen
(representative assemblies dan deliberative assemblies)
b. Memiliki anggota tersendiri, yang merupakan wakil dari warga
negara dengan katagori tertentu dan metode sleksi tertentu.24
c. Memiliki struktur kelembagaan tersendiri dan aturan-aturan
tersendiri tentang prosedur dalam lembaga tersebut.
B. Lembaga Legislatif
Lembaga legislatif adalah lembaga yang memiliki kekuasaan untuk
membentuk undang-undang.25
Didalam cabang kekuasaan legislatif adalah
cabang kekuasaan yang pertama-tama mencerminkan kedaulatan rakyat.
Dalam suatu negara, merupakan suatu kelaziman bila dikatakan pada
dasarnya parlemenlah memiliki supermasi tertinggi atas lembaga lainnya,
24
Ibid, hlm. 35 25
Romi Librayanto, Op. Cit., hlm. 75
22
karena rakyat melalui wakilnya yang memegang kedaulatan dalam suatu
negara.
Dengan berkembangnya gagasan bahwa kedaulatan ada ditangan rakyat,
maka badan legislatif menjadi badan yang memiliki otoritas untuk
menyelenggarakan kedaulatan itu melalui penentuan kebijakan umum dan
menuangkan nya dalam bentuk norma hukum yang mengikat dan membatasi.
Fungsi utama parlemen sebagai perwakilan rakyat adalah fungsi representasi
atau perwakilan itu sendiri.
Lembaga perwakilan tanpa representasi tentu tidak bermakna sama sekali.
Dalam hubungan itu, penting di bedakan antara pengertian representation in
presence, dan representation in ideas. Untuk yang pertama, hal tersebut
bersifat formal, yaitu keterwakilan dipandang dari segi kehadiran fisik,
sedang kan yang kedua, keterwakilan dimaknai secara subtantif, yaitu
perwakilan berdasarkan kepentingan nilai, ide, dan aspirasi.26
Menurut Jimly Asshiddiqie, ada tiga hal penting yang harus diatur oleh
para wakil rakyat melalui lembaga legislatif atau parlemen, yaitu (1)
pengaturan yang dapat mengurangi hak dan kebebasan warga negara, (2)
pengaturan yang dapat membebani harta kekayaan, dan (3) pengaturan
mengenai pengeluaran-pengeluaran oleh penyelenggara negara. Lebih lanjut
ia menjelaskan fungsi legislatif menyanggkut empat bentuk kegiatan, yaitu:
1. Perakarsa pembuatan undang-undang (legislative initiation).
26
Gunawan A. Tauda. S.H., LL.M., Komisi Negara Independen Eksistensi Independent
Agencies sebagai cabang kekuasaan baru dalam sistem ketatanegaraan , Genta Press,
Yogyakarta, 2012, hal. 34
23
2. Pembahasan rancangan undang-undang (law making process)
3. Persetujuan atau pengesahan rancangan undang-undang (law anacment
approval)
4. Pemberian persetujuan pengikatan atau ratifikasi atas perjanjian atau
persetujuan internasional dan dokumen-dokumen hukum mengikat
lainnya (binding decision making on international agreement and
treaties or other legal binding documents).
Lembaga legislatif berkewajiban untuk mengawasi aktivitas lembaga
eksekutif agar menjalankan kebijakan sesuai dengan kebijakan yang telah di
tetapkannya. Pengawasan dilakukan melalui sidang-sidang panitia legislatif
dan melalui hak-hak kontrol yang khusus, seperti hak bertanya, interpelasi,
dan sebagainya.Lembaga perwakilan rakyat diberikan kewenangan untuk
melakukan kontrol dalam tiga hal, yaitu (1) kontrol atas pemerintahan
(control of executive), (2) kontrol atas pengeluaran (control of expediture),
dan (3) kontrol atas pemungutan pajak (control of taxation).27
Secara teoritis, jika dirinci, fungsi-fungsi kontrol atau pengawasan oleh
parlemen sebagai lembaga perwakilan rakyat dapat pula dibedakan menjadi:
1. Pengawasan terhadap penentuan kebijakan (control of policy making).
2. Pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan (control of policy
executing).
27
Ibid., hlm. 35
24
3. Pengawasan terhadap penganggaran dan belanja negara (control of
budgeting)
4. Pengawasan terhadap pelaksanaan anggaran dan belanja negara (control
of budgeting implementation)
5. Pengawasan terhadap kinerja pemerintah (control of government
performances)
6. Pengawasan terhadap pengangkatan pejabat publik dalam bentuk
persetujuan dan penolakan, ataupun dalam bentuk pemberian
pertimbangan kepada DPR.28
C. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
Perubahan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 (UUD NRI 1945) melahirkan sebuah lembaga baru dalam struktur
ketatanegaraan Indonesia, yaitu DPD. Dengan kehadiran DPD tersebut,dalam
sistem perwakilan Indonesia, DPR didukung dan diperkuat oleh DPD. DPR
merupakan lembaga perwakilan berdasarkan aspirasi dan paham politik rakyat
sebagai pemegang kedaulatan, sedangkan DPD merupakan lembaga
perwakilan penyalur keanekaragaman aspirasi daerah. Keberadaan lembaga
DPD merupakan upaya menampung prinsip perwakilan daerah. Sistem
perwakilan yang dianut Indonesia merupakan sistem yang khas Indonesia
28
Ibid, hlm. 36.
25
karena dibentuk sebagai perwujudan kebutuhan, kepentingan serta tantangan
bangsa dan negara Indonesia.29
Dewan Perwakilan Daerah merupakan lembaga legislatif. Semula ide
pembentukan DPD dikaitkan dengan upaya untuk merestrukturisasikan
bangunan parlemen Indonesia menjadi dua kamar (bicameralism).
Lembaga DPD diatur dalam Undang-Undang Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 di dalam Pasal 22 C dan Pasal 22 D. Oleh karena itu perlu diatur
dan ditentukan dengan tepat pembagian tugas dan kewenangan masing-
masing lembaga perwakilan ini yang pada hakikatnya sama-sama merupakan
lembaga legislatif.30
Kedudukan Dewan Perwakilan Daerah di dalam sistem peraktik
ketatanegaran Indonesia, Dewan Perwakilan Daerah berkedudukan sebagai
lembaga negara Indonesia yang mana termasuk kedalam lembaga legislatif.
Adapun susunan anggota Dewan perwakilan daerah yaitu, Pertama DPD
terdiri atas wakil-wakil daerah provinsi yang dipilih melalui pemilihan umum,
Kedua Anggota DPD dari setiap provinsi ditetapkan sebanyak empat orang,
Ketiga Jumlah seluruh anggota DPD tidak lebih dari 1/3 jumlah anggota DPR,
Keempat Keanggotaan DPD diresmikan dengan keputusan Presiden, Kelima
Anggota DPD berdomisili didaerah pemilihannya dan selama bersidang
bertempat tinggal di ibukota negara Republik Indonesia, Keenam Masa
jabatan anggota DPD adalah lima tahun dan berakhir bersama pada saat
29
Dedi Ismatullah, Beni Ahmad Saebani, op. cit., hlm. 143 30
Jimly Asshiddiqie, Op. Cit., hal. 17
26
anggota DPD yang baru mengucapkan sumpah dan janji, Dan yang terakhir
ketujuh Anggota DPD sebelum memangku jabatannya mengucapkan
sumpah/janji secara bersama-sama yang dipandu oleh ketua Mahkamah
Agung dalam sidang paripurna DPD.
Pasal 22 C Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 menyebutkan bahwa,” anggota Dewan Perwakilan Daerah dipilih dari
setiap provinsi melalui pemilihan umum (Pasal 22 C ayat 1), anggota Dewan
Perwakilan Daerah dari setiap Provinsi jumlahnya sama dan jumlah seluruh
anggota Dewan Perwakilan Daerah itu tidak lebih dari sepertiga jumlah
anggota dewan Perwakilan Rakyat (Pasal 22 C ayat 2), dan Dewan
Perwakilan bersidang sedikitnya sekali dalam setahun (Pasal 22 C ayat 3),
serta susunan dan kedudukan Dewan Perwakilan Daerah diatur dengan
undang-undang (Pasal 22 C ayat 4).31
Selain itu Dewan Perwakilan Daerah mempunyai Peran sebagai mana
diatur didalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indnesia Tahun1945
Pasal 22D :
1. DPD dapat mengajukan kepada DPR rancangan undang-undang yang
berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah,
pembentukan dan pemekaran, dan penggabungan daerah, pengelolaan
sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta berkaitan
dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah
31
Lihat Pasal 22 C Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
27
2. DPD mengusulkan rancangan undang-undang sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) kepada DPR dan DPR mengundang DPD untuk membahas
sesuai tata tertib DPR
3. Pembahasan rancangan undang-undang sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dilakukan sebelum DPR membahas rancangan undang-undang
dimaksud pada ayat (1) dengan pemerintah.DPD memberikan
pertimbangan kepada DPR atas rancangan undang-undang APBN dan
rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan dan
agama.
4. DPD dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang
mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan
daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan
sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan,
agama.
5. Pengawasan sebagaimana dimaksud diatas merupakan pengawasan atas
pelaksanaan undang-undang.32
Selain tugas dan fungsi Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan
Daerah berserta anggota-angota didalamnya juga memiliki Hak dan
kewajiban yaitu,
1. Mengajukan rancangan undang-undang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 42 ayat (1) dan ayat (2) kepada DPR.
32
Lihat pasal 22D Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
28
2. Ikut membahas rancangan undang-undang sebagaimana dimaksud dalam
pasal 43 ayat (1).
Dewan Perwakilan Daerah juga mempunyai fungsi dan peran
sebagaimana diatur dilama Pasal 248 dan Pasal Undang-Undang Nomor 17
tahun 2014 tentang Majelis permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan rakyat daerah
(UU MD3). Yang mana Dewan Perwakilan Daerah mempunyai fungsi
sebagai:
1. Pengajun Rancangan Undang-Undang yang berkaitan dengan otonomi
daerah, hubungan pusat dan daerah , pembentukan dan pemekaran serta
penggabungan daerah, ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan
perimbangan keuangan pusat dan daerah kepada DPR.
2. Ikut membahas Rancangan Undang-Undang yang berkaitan dengan
otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan, pemekaran
dan penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber
daya ekonomi lainnya, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah
3. Pemberian pertimbangan kepada DPR atas Rancangan Undang-Undang
tentang anggaran pendapatan dan belanja negara dan rancangan undang-
undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama.
Pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah,
pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan
29
daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi
lainnya, pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan, dan agama.33
Selain dari pada itu Anggota Dewan Perwakilan Daerah juga mempunyai
hak, Pengajun Rancangan Undang-Undang yang berkaitan dengan otonomi
daerah, hubungan pusat dan daerah , pembentukan dan pemekaran serta
penggabungan daerah, ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan
perimbangan keuangan pusat dan daerah. DPD Kemudian DPD mengusulkan
Rancangan Undang-Undang tersebut, kepada DPR dan DPR mengundang
DPD untuk membahas sesuai tata tertib DPR. Ikut membahas Rancangan
Undang-Undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan
daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, pengelolaan
sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta perimbangan
keuangan pusat dan daerah, yang diajukan baik oleh DPR maupun oleh
Pemerintah.34
Sebagaimana diatur didalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014
tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD, termuat didalam Pasal 257
sebagaimana mempunyai Hak dan kewajiban sebagai berikut:
1. Mempunyai usul dan pendapat
2. Memilih dan dipilih
3. Membela diri
33
Lihat Pasal 248 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 UU MD3. 34
Efriza Syafuan Rozi, Parlemen Indonesia Geliat Volksraad Hingga DPD, Menembus
Lorong Waktu Doeloe, Kini, dan Nanti, Alfabeta, Bandung, 2010, hlm. 301
30
4. Imunitas
5. Protokoler; dan
6. Keuangan dan administratif.35
Anggota DPD mempunyai hak dan kewajiban antara lain;
1. Mengamalkan pancasila
2. Melaksanakan undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 dan menataati peraturan perundang-undangan
3. Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintah
4. Memperhatikan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan negara
kesatuan Republik Indonesia.36
Selain itu adapun alat-alat kelengkapan DPD sesuai dengan peraturan
Pasal 259 (UU MD3 Nomor 17 Tahun 2014) yaitu, pimpinan, panitia
musyawarah, panitia kerja, panitia perancang undang-undang, panitia urusan
rumah tangga, badan kehormatan, dan alat kelengkapan lain yang diperlukan
dan dibentuk oleh rapat paripurna.
1. Pimpinan DPD adalah kelengkapan DPD dan merupakan satu kesatuan
pimpinan yang bersifat kolektif, pimpinan DPD terdiri atas seorang ketua
dan sebanyak-banyaknya dua orang wakil ketua yang dipilih dari dan
oleh anggota dari sidang paripurna DPD.37
35
Lihat Pasal 257 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 UU MD3. 36
C.S.T, Kansil, Christine S.T., Op. Cit., hlm. 144 37
Efriza Syafuan Rozi, Op. Cit,. hlm 303
31
2. Panitia musyawarah bertugas, merancang dan menetapkan acara serta
kegiatan DPD untuk 1 (satu) tahun sidang, satu (1) masa persidangan,
atau sebagian dari suatu masa sidang dan perkiraan waktu penyelesaian
suatu masalah, serta jangka waktu penyelesaian RUU, dengan tidak
mengurangi hak sidang paripurna untuk mengubahnya, dan memberikan
pendapat kepada pimpinan DPD dalam menentukan garis kebijaksanaan
yang menyangkut pelaksanaan dan tugas wewenang DPD, serta meminta
dan/atau memberikan kesempatan kepada alat kelengkapan DPD yang
lain untuk memberikan keterangan/penjelasan mengenai hal yang
menyangkut pelaksanaan tugas tiap tiap alat kelengkapan tersebut.38
3. Panitia kerja hubungan antar lembaga adalah alat kelengkapan yang
mempunyai tugas yang bersifat eksternal, tugas utama dari panitia kerja
hubungan antar lembaga adalah mengadakan hubungan dengan lembaga
sejenis yang terdapat di luar negri. Dengan adanya tugas tersebut
diharapkan terbangun kerja sama antara negara yang baik, sehingga DPD
pun dapat meningkatkan kualitas kerjanya.39
4. Panitia perancang undang-undang, merencanakan dan menyusun program
serta urutan prioritas pembahasan usul rancangan undang-undang untuk 1
(satu) masa keanggotaan DPD dan setiap tahun anggaran, membahas usul
rancangan undang-undang berdasarkan program prioritas yang telah
ditetapkan , melakukan kegiatan, pembahasan, harmonisasi, pembulatan,
38
Ibid, hlm. 310 39
M. Yusuf, Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, Arsitektur Histori, Perandan
Fungsi DPD RI Terhadap Daerah di Era Otonomi Daerah, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2013, hlm.
57
32
dan pemantapan konsepsi usul rancangan undang-undang yang disiapkan
oleh DPD, dan melakukan pembahasan, pengubahan, dan/atau
penyempurnaan rancangan undang-undang yang secara khusus
ditugaskan oleh panitia musyawarah dan/atau sidang paripurna.40
5. Panitia urusan rumah tangga, membantu pimpinan DPD dalam
menentukan kebijaksanaan kerumah tanggaan DPD, termasuk
kesejahteraan anggota dan pegawai sekjen DPD, membantu pimpinan
DPD dalam pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dan kewajiban yang
dilakukan oleh sekjen, dan melaksanakan hal hal lain yang berhubungan
dengan masalah kerumah tanggaan DPD yang ditugaskan oleh pimpinan
DPD berdasarkan hasil rapat panmus.41
6. Badan kehormatan ini sama halnya dengan badan kehormatan yang ada
di DPR, badan kehormatan DPD pun dibentuk untuk menyelesaikan
pelanggaran yang dilakukan oleh anggota DPD. Badan kehormatan
melakukan penyelidikan dan verifikasi atas pengaduan Pimpinan DPD,
masyarakat umum, atau masyarakat pemilih terhadap anggota DPD, hal
tersebut diatur dalam tata tertib DPD RI.42
D. Dewan Perwakilan Daerah (DPR)
Lembaga Dewan Perwakilan Rakyat atau disingkat (DPR) merupakan
lembaga legislatif. Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
40
Ibid, hlm. 54 41
Efriza Syafuan Rozi, Op. Cit,. hlm. 312 42
M. Yusuf , Op. Cit,. hlm. 55
33
Tahun 1945ditegaskan bahwa Presiden dan DPR mempunyai wewenang yang
sama membahas setiap rancangan undang-undang untuk kemudian di setujui
bersama pasal 20 ayat (2).43
Anggota DPR diberi hak untuk mengajukan usul
rancangan undang-undang (Pasal 21). Presiden mempunyai hak untuk
menetapkan peraturan pemerintah, menetapkan menjalankan undang-undang
Pasal 5 ayat (2), serta peraturan pemerintah sebagai pengganti undang-undang
Pasal 22 ayat (1) . selain itu, DPR mempunyai hak melakukan pengawasan
terhadap Presiden/pemerintah sebagai salah satu ciri sistem presidensil [Pasal
20 ayat (1)].
Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
menetapkan bahwa Presiden tidak dapat membubarkan DPR dan DPR tidak
dapat menjatuhkan Presiden. Sehubungan dengan hal tersebut, salah satu
fungsi DPR adalah fungsi pengawasan terhadap presiden (dan wakil Presiden
serta pemerintah secara umum). Dalam pelaksanaan fungsi pengawasan
tersebut, DPR dapat berpendapat bahwa Presiden dan/atau wakil Presiden
diduga telah melakukan pelanggaran hukum, atau perbuatan tercela, dan/atau
tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau wakil Presiden. Karena
kedudukan DPR sejajar/atau seimbang dengan kedudukan Presiden sehingga
keduanya tidak dapat saling menjatuhkan, DPR tidak memperoses dan tidak
mengambil putusan terhadap pendapatnya sendiri.
Oleh karena itu, DPR mengajukan kepada Mahkamah Konstitusi atau
disingkat (MK) untuk memeriksa dan mengadili, dan memutuskan pendapat
43
Dedi Ismatullah, Beni Ahmad Saebani, Op. Cit., hlm. 136
34
yang berisi dugaan DPR itu. Jika putusan MK menyatakan Presiden dan/atau
wakil Presiden terbukti melakukan pelanggaran hukum, atau perbuatan
tercela, dan/atau terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden
dan/atau wakil Presiden, DPR meneruskan usul pemberhentian kepada
MPR.44
Ketentuan ini juga merupakan salah satu pelaksanaan prinsip saling
mengawasi dan saling mengimbangi antara lembaga negara khususnya antara
DPR, MK, dan MPR sesuai dengan kedudukan dan wewenangnya yang
berbeda.
Kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat merupakan lembaga perwakilan
yang berkedudukan sebagai lembaga negara. Hal ini ditegaskan dalam
perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
tercantum dalam Pasal 7 C yang menyebutkan “Presiden tidak dapat
membekukan dan atau membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat”. 45
hal ini
sesuai dengan prinsip Presidensial sebagai sistem pemerintahan Indonesia
yang dipertahankan dan lebih disempurnakan dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesi Tahun 1945. Presiden dan DPR dipilih langsung
oleh rakyat, sehingga keduanya memiliki legitimasi yang sama dan kuat serta
masing-masing tidak bisa saling menjatuhkan.
Selain itu Dewan Perwkilan Rakyat mempunyai fungsi dan peran:
1. Legislasi, fungsi legislasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1)
huruf a dilaksanakan sebagai perwujudan Dewan Perwakilan Rakyat
selaku pemegang kekuasaan membentuk undang-undang.
44
Dedi Ismatullah, Beni Ahmad Saebani, Op. Cit., hlm. 137 45
Lihat pasal 7C Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945
35
2. Anggaran, fungsi anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat
(1) huruf b dilaksanakan untuk membahas dan memberikan persetujuan
atau tidak memberikan persetujuan terhadap rancangan undang-undang
tentang APBN yang diajukan oleh Presiden.
3. Pengawasan, fungsi pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69
ayat (1) huruf c dilaksanakan melalui pengawasan atas pelaksanaan
undang-undang dan APBN.46
4. Membntuk undang-undang yang dibahas dengan Presiden untuk
mendapat persetujuan bersama
5. Membahas dan memberikan persetujuan peraturan pemerintah pengganti
undang-undang
6. Menerima dan membahas usulan dan rancangan undang-undang yang
diajukan dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang berkaitan dengan bidang
tertentu dan mngikut sertakannya dalam pembahasan
7. Memperhatikan pertimbangan DPD atas Rancangan Undang-Undang
yang berkaitan dengan pajak pendidikan dan agama
8. Menetapkan APBN bersama Presiden dengan memperhatikan
pertimbangan DPD
9. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang
anggaran pendapat dan belanja negara, serta kebijakan pemerintah.
46
Lihat pasal 69 ayat (1) dan pasal 70 ayat (1), (2), (3) Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD, (UU MD3).
36
Fungsi utama Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dalam sistem
ketata negaraan indonesia yaitu,
1. Fungsi legislasi
Berkenaan dengan fungsi legislasi, dapat dikatakan mencangkup
kegiatan mengkaji, merancang, membahas, dan mengesahkan undang-
undang. Fungsi legislasi merupakan fungsi utama DPR yang disahkan
oleh UUD NRI 1945 pada khusunya yaitu, Pasal 20 A ayat (1) dan
didalam UU MD3 termuat di dalam Pasal 70 ayat (1). Fungsi legislasi
sebagaimana dimaksud adalah fungsi utama DPR untuk membentuk
undang-undang yang dibahas bersama dengan Presiden untuk
mendapatkan persetujuan bersama. Fungsi legislasi tersebut didalam
Pasal 70 ayat (1) UU MD3 di kontribusikan sebagai perwujudan DPR
selaku pemegang kekuasaan untuk membentuk undang-undang.47
Dalam mekanisme pembentukan undang-undang dilakukan DPR
merupakan sebagai wujud dari fungsi legislasi terdapat beberapa dasar
hukum yang dijadikan pedoman atau landasannya, yaitu UU NRI 1945
(Pasal-pasal dalam UUD NRI 1945 yang ada hubungannya dengan
pembentukan undang-undang), UU MD3, Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2011 tentang pembentukan peraturan Perundang-Undangan, dan
peraturan DPR Nomor 1 Tahun 2014 tentang tata tertib DPR.
2. Fungsi anggaran
47
Jimly Asshiddiqie, Op. Cit,. hlm 170
37
Fungsi anggaran atau dikenal dengan fungsi budgeting adalah fungsi
pokok DPR sebagaimana diatur didalam ketentuan UUD NRI 1945 yang
termuat didalam Pasal 20 A ayat (1) dan berdasarkan didalam ketentuaan
UU MD3 yang termuat didalam Pasal 70 ayat (2) fungsi anggaran
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf b dilaksankan
untuk membahas dan memberikan persetujuan atau tidak memberikan
persetujuan atau tidak memberikan persetujuan terhadap rancangan
undang-undang tentang APBN yang diajukan oleh Presiden. Penyebutan
fungsi anggaran. Baik dalam praktek maupun dunia ilmu pengetahuan,
hak DPR dibidang anggaran adalah hak budget yaitu hak intuk turut serta
menetapkan anggaran belanja tahunan negara.
Secara subtantif, hak anggaran adalah fungsi kontrol bukan fungsi
anggaran. Fungsi anggaran adalah fungsi eksekutif, karena itu hak budget
hanya diartikan sebagai turut serta menetapkan anggaran. Melalui hak
anggaran, DPR melakukan kontrol terhadap penentuan sumber
pendapatan dan belanja negara untuk waktu satu tahun.48
3. Fungsi pengawasan
Fungsi pegawasan atau yang dikenal dengan fungsi controling yaitu
adalah fungsi pokok ke 3 (ketiga) DPR yang juga diamanatkan oleh
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
khususnya didalam pasal 20 A ayat (1) dan dan di dalam UU MD3 yang
termuat didalam Pasal 70 ayat (3) fungsi pengawasan merupakan fungsi
48
Bagir Manan, DPR, DPD dan MPR dalam UUD 1945 Baru, FH UII Press,
Yogyakarta, 2005, hlm. 37-38
38
DPR untuk melakukan pengawsan terkait dengan pelaksanaan suatu
undang-undang. Mengenai fungsi kontrol, fungsi ini build in dalam
kekuasaan membentuk undang-undang, hak atas anggaran dan berbagai
hak DPR lainnya yaitu, hak interpelasi hak angket, hak menyatakan
pendapat, dan hak bertanya bagi anggota.49
dalam rangka fungsi
pengawasan, parlemen dapat melakukan kegiatan-kegiatan sebagai
berikut, yaitu pentuan pengangkatan dan pemberhentian pejabak publik,
pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang dasar dan undang-
undang, penentuan dan pengawasan anggaran dan keuangan negara, serta
perlindungan hak milik dan kekayaan warga negara dari pembebanan
oleh negara.50
Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai hak dan kewajiban yang termuat
di dalam Pasal 79 ( UU MD3) yaitu:
1) Interpelasi, Yang dimaksud hak interpelasi adalah hak DPR untuk
meminta keterangan kepada pemerintah mengenai kebijakan pemerintah
yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.
2) Hak Angket, Yang dimaksud dengan hak angket adalah hak DPR untuk
melakukan penyelidikan terhadap kebijakan pemerintah yang penting dan
strategis serta berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat dan
49
Ibid, hlm. 38 50
Jimly Asshiddiqie, Op. Cit,. hlm.167-168
39
bernegara yang diduga bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan.51
3) Menyatakan pendapat, Yang dimaksud dengan hak menyatakan pendapat
adalah hak DPR sebagai lembaga untuk menyatakan pendapat terhadap
kebijakan pemerintah atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi
ditanah air atau situasi dunia internasional disertai dengan rekomendasi
penyelesaiannya atau sebagai tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi
dan hak angket atau terhadap dugaan bahwa Presiden dan/atau wakil
Presiden melakukan pelanggaran hukum berupa penghianatan terhadap
negara, penyuapan, tindak pidana berat lannya atau perbuatan tercela
maupun tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau wakil
Presiden.52
51
C.S.T, Kansil, Christine S.T.,op. cit., hlm. 142. 52
Ibid, hlm. 143.