bab ii aspek hukum para pihak dalam transaksi...

25
BAB II ASPEK HUKUM PARA PIHAK DALAM TRANSAKSI PERBANKAN A. Pengertian Hukum Perbankan dan Jenis-Jenis Transaksi Perbankan Hukum yang mengatur masalah perbankan disebut hukum perbankan (Banking Law) yakni merupakan seperangkat kaedah hukum dalam bentuk peraturan perundang undangan, yurisprudensi, doktrin, dan lain-lain sumber hukum yang mengatur masalah-masalah perbankan sebagai lembaga, dan aspek kegiatannya sehari-hari, rambu-rambu yang harus dipenuhi oleh suatu bank, perilaku petugas-petugasnya, hak, kewajiban, tugas dan tanggung jawab, para pihak yang tersangkut dengan bisnis perbankan, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh bank, eksistensi bank, dan lain-lain yang berkenaan dengan dunia perbankan tersebut. 15 Ruang lingkup dari pengaturan hukum perbankan adalah sebagai berikut : 16 1. Asas-asas perbankan, seperti norma efisiensi, keefektifan, kesehatan bank, profesionalisme pelaku perbankan, maksud dan tujuan lembaga perbankan, hubungan, hak dan kewajiban bank. 2. Para pelaku bidang perbankan, seperti dewan komisaris, direksi dan karyawan, maupun pihak terafiliasi. Mengenai bentuk badan hukum pengelola, seperti PT. Persero, Perusahaan Daerah, koperasi atau perseroan 15 Muhammad Djumhana, Asas-Asas Hukum Perbankan Indonesia, (Bandung :Citra Aditya Bakti, 1993), hlm 10. 16 Munir Fuadi, Hukum Perbankan Modern (Bandung:PT: citra Aditya Bakti, 1999),hlm 14 Universitas Sumatera Utara

Upload: volien

Post on 02-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II ASPEK HUKUM PARA PIHAK DALAM TRANSAKSI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17934/3/Chapter II.pdf · finansial, yaitu cek, tanda terima, tagihan, akta, kwitansi, kontrak

BAB II

ASPEK HUKUM PARA PIHAK DALAM TRANSAKSI PERBANKAN

A. Pengertian Hukum Perbankan dan Jenis-Jenis Transaksi Perbankan

Hukum yang mengatur masalah perbankan disebut hukum perbankan

(Banking Law) yakni merupakan seperangkat kaedah hukum dalam bentuk

peraturan perundang undangan, yurisprudensi, doktrin, dan lain-lain sumber

hukum yang mengatur masalah-masalah perbankan sebagai lembaga, dan aspek

kegiatannya sehari-hari, rambu-rambu yang harus dipenuhi oleh suatu bank,

perilaku petugas-petugasnya, hak, kewajiban, tugas dan tanggung jawab, para

pihak yang tersangkut dengan bisnis perbankan, apa yang boleh dan tidak boleh

dilakukan oleh bank, eksistensi bank, dan lain-lain yang berkenaan dengan dunia

perbankan tersebut. 15

Ruang lingkup dari pengaturan hukum perbankan adalah sebagai berikut :

16

1. Asas-asas perbankan, seperti norma efisiensi, keefektifan, kesehatan bank,

profesionalisme pelaku perbankan, maksud dan tujuan lembaga perbankan,

hubungan, hak dan kewajiban bank.

2. Para pelaku bidang perbankan, seperti dewan komisaris, direksi dan

karyawan, maupun pihak terafiliasi. Mengenai bentuk badan hukum

pengelola, seperti PT. Persero, Perusahaan Daerah, koperasi atau perseroan

15 Muhammad Djumhana, Asas-Asas Hukum Perbankan Indonesia, (Bandung :Citra

Aditya Bakti, 1993), hlm 10. 16 Munir Fuadi, Hukum Perbankan Modern (Bandung:PT: citra Aditya Bakti, 1999),hlm

14

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB II ASPEK HUKUM PARA PIHAK DALAM TRANSAKSI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17934/3/Chapter II.pdf · finansial, yaitu cek, tanda terima, tagihan, akta, kwitansi, kontrak

terbatas. Mengenai bentuk kepemilikan, seperti milik pemerintah, swasta,

patungan dengan asing atau bank asing.

3. Kaedah-kaedah perbankan yang khusus diperuntukkan untuk mengatur

perlindungan kepentingan umum dari tindakan perbankan, seperti

pencegahan persaingan yang tidak sehat, antitrust, perlindungan nasabah,

dan lain-lain.

4. Yang menyangkut dengan struktur ogranisasi yang berhubungan dengan

bidang perbankan, seperti eksistensi dari Dewan Moneter, Bank Sentral,

dan lain-lain.

5. Yang mengarah kepada pengamanan tujuan-tujuan yang hendak dicapai

oleh bisnisnya bank tersebut, seperti pengadilan, sanksi, insentif,

pengawasan, prudent banking, dan lain-lain.

“Berdasarkan PBI Pasal 1 angka 5 No.7/7/PBI/2005 Jo. No.

10/10/PBI/2008 tentang Penyelesaian Pengaduan Nasabah transaksi keuangan

adalah pemanfaatan produk dan atau jasa perbankan maupun produk dan atau jasa

lembaga keuangan lain dan atau pihak ke tiga lainnya yang ditawarkan melalui

bank.”

Dari defenisi tersebut jelaslah bahwa transaksi keuangan berkaitan dengan

produk dan jasa yang ditawarkan oleh pihak perbankan. Perlu dicatat bahwa

sistem transaksi dari berbagai bank di Indonesia berbeda-beda karakteristiknya.

Hal ini bergantung pada produk perbankan masing-masing bank. Transaksi sangat

berhubungan erat dengan kontrak, menurut Pasal 1313 Kitab Undang-undang

Hukum Perdata kontrak atau perjanjian adalah kesepakatan antara dua orang atau

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB II ASPEK HUKUM PARA PIHAK DALAM TRANSAKSI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17934/3/Chapter II.pdf · finansial, yaitu cek, tanda terima, tagihan, akta, kwitansi, kontrak

lebih mengenai hal tertentu yang disetujui oleh mereka. Dalam melakukan sebuah

kontrak dan transaksi harus sesuai dengan ketentuan syarat-syarat kontrak yang

diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata, yaitu sepakat mereka yang mengikatan

dirinya, kecakapan untuk membuat suatu perjanjian atau perikatan, adanya suatu

hal tertentu, dan sesuatu yang diperjanjikan merupakan sesuatu yang halal dan

tidak melanggar hukum.

Menurut Rachmadi Usman Sistem Keuangan didefenisikan sebagai suatu sistem yang terdiri dari sistem moneter dan diluar dari sistem moneter. Sistem moneter ini terdiri dari otoritas moneter dan diluar otoritas moneter. Sistem moneter terdiri dari otoritas moneter, yang mempunyai kemampuan untuk menciptakan uang primer dari bank-bank pencipta uang giral, sedang lembaga keuangan lainnya termasuk dalam kelompok diluar sistem moneter.17

Pendapat lainnya menurut Rachmadi Usman memberi cakupan daripada

sistem keuangan itu lebih luas dan jelas. Sistem keuangan adalah suatu sistem

yang terdiri dari :

18

a. Lembaga-lembaga keuangan, lembaga-lembaga intermediasi yang

menghubungkan unit yang surplus dan yang defisit dalam suatu ekonomi.

b. Instrumen-instrumen keuangan, dikeluarkan oleh lembaga-lembaga

tersebut.

c. Pasar tempat instrumen-instrumen tersebut diperdagangkan.

d. Jadi, dalam hal ini tampak bahwa selain bank sebagai lembaga keuangan

moneter, maka dapat juga sebagai lembaga yang mengeluarkan produk,

dan jasa lembaga keuangan itu sendiri untuk kepentingan nasabah.

Dalam dunia perbankan ada dua jenis transaksi keuangan, yaitu :19

17 Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan Indonesia,(Jakarta:PT.Garamedia

Pustaka Utama,2003),hlm 60 18 Ibid Rachmadi Usman

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB II ASPEK HUKUM PARA PIHAK DALAM TRANSAKSI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17934/3/Chapter II.pdf · finansial, yaitu cek, tanda terima, tagihan, akta, kwitansi, kontrak

1. Taransaksi Tunai

Yaitu suatu metode menjalankan transaksi finansial secara khusus melalui

penggunaan mata uang.

2. Transaksi Usaha

Yaitu suatu metode menjalankan transaksi yang menghasilkan catatan

finansial, yaitu cek, tanda terima, tagihan, akta, kwitansi, kontrak.

Kelebihan sistem transaksi tunai ini adalah:

a. Setiap orang dapat datang dengan mata uang untuk membayar barang dan

jasa.

b. Kurangnya catatan keuangan menjadikannya sulit untuk menghubungkan

seseorang dengan aktifitas kejahatan atau dengan pembelian atau

penjualan barang atau jasa ilegal (bagi pihak yang melakukan tindak

pidana).

c. Pemasukan yang tidak dilaporkan sehingga tidak kena pajak.

d. Mata uang yang diterima kelihatannya sudah merupakan yang biasa dan

umum.

Kekurangan sistem transaksi tunai ini, adalah:

a. Dalam jumlah besar uang tunai mencurigakan dan menarik perhatian pada

siapapun yang mengambil atau bagi pihak yang menyimpannya.

b. Kurangnya catatan sehingga apabila dalam jumlah besar menjadikannya

sulit untuk mencegah dari pencurian.

c. Uang tunai dalam jumlah besar sulit ditangani dan dipindahkan.

19 TB. Irman S, Hukum Pembuktian Pencucian Uang,(Bandung:MQS Publishing

&AYYCCS Group,2006),hlm 61-62

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB II ASPEK HUKUM PARA PIHAK DALAM TRANSAKSI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17934/3/Chapter II.pdf · finansial, yaitu cek, tanda terima, tagihan, akta, kwitansi, kontrak

Kelebihan transaksi usaha, adalah :

a. Terdapat suatu efisiensi dan keamanan yang lebih besar apabila transfer

dana tersebut.

b. Kehilangan akibat pencurian lebih dapat dikurangi.

c. Kesempatan dalam kegiatan usaha tersedia lebih besar seperti investasi

legal dalam real estate, properti dan sekuritas.

Kekurangan transaksi usaha ini, adalah :

a. Harus membayar pajak atas pemasukan yang dilaporkan.

b. Catatan-catatan transaksi usaha merupakan bahan pemeriksaan oleh pihak

berwenang.

c. Pemalsuan catatan transaksi usaha merupakan kejahatan yang merupakan

pembuktian adanya aktivitas kejahatan.

d. Transaksi usaha dapat diikuti sumber dan tujuan yang dapat mengarah

pada aktivitas kejahatan.

B. Sumber-Sumber Hukum Perbankan

Sumber hukum perbankan dapat dibedakan atas sumber hukum dalam arti

formal dan sumber hukum dalam arti materil. Sumber hukum dalam arti materil

adalah sumber hukum yang menentukan isi hukum itu sendiri dan itu tergantung

dari sudut mana dilakukan peninjauannya, apakah dari sudut pandang ekonomi,

sejarah, sosiologi, filsafat, dan lain sebagainya. Seorang ahli perbankan cenderung

akan menyatakan bahwa kebutuhan-kebutuhan terhadap lembaga perbankan

dalam suatu masyarakat itulah yang menimbulkan isi hukum yang bersangkutan.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB II ASPEK HUKUM PARA PIHAK DALAM TRANSAKSI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17934/3/Chapter II.pdf · finansial, yaitu cek, tanda terima, tagihan, akta, kwitansi, kontrak

Sumber hukum dalam arti material baru diperhatikan jika dianggap perlu

diketahui akan asal usul hukum. Sumber hukum dalam arti formal adalah tempat

ditemukannya ketentuan hukum dan perundang-undangan, baik yang tertulis

mupun tidak tertulis.20

Sumber hukum perbankan adalah tempat ditemukannya ketentuan hukum dan

perundang-undangan perbankan yang dimaksud adalah hukum positif, yaitu

ketentuan perbankan yang sedang berlaku pada saat ini. Ketentuan yang secara

khusus mengatur atau yang berkaitan dengan perbankan tersebut dapat ditemukan

dalam :

21

1. UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan

2. UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia

3. UU No. 24 Tahun 1999 tentang Lalu Lintas devisa dan Sistem Nilai Tukar

4. Kitab Undang Undng Hukum Perdata, buku II dan buku III mengenai

hukum jaminan dan perjanjian

5. UU tentang Perseroan Terbatas

6. UU tentang Pasar Modal

7. UU tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang

Berkitan Dengan Tanah.UU lain yng mengatur tentang hal itu.

20 Muhammad Djumhan. Hukum Perbankan Di Indonesia. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.2000. hlm 5

21 Ibid Rachmadi Usman hlm 4-5

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB II ASPEK HUKUM PARA PIHAK DALAM TRANSAKSI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17934/3/Chapter II.pdf · finansial, yaitu cek, tanda terima, tagihan, akta, kwitansi, kontrak

C. Asas- Asas Hukum Perbankan.

Dalam melaksanakan kemitraan antara bank dengan nasabahnya, untuk

terciptanya sistem perbankan yang sehat, kegiatan perbankan perlu dilandasi

dengan beberapa asas hukum (khusus) yaitu :22

1. Asas Demokrasi Ekonomi

Asas demokrasi ekonomi ditegaskan dalam Pasal 2 UU Perbankan

yang diubah. Pasal tersebut menyatakan bahwa perbankan Indonesia

dalam melakukan usahnya berasaskan demokrasi ekonomi dengan

menggunakan prinsip kehati-hatian. Ini berarti fungsi dan usaha

perbankan diarahkan untuk melaksankan prinsip-prinsip yang

terkandung dalam demokrasi ekonomi yang bedasarkan Pancasila dan

UUD 1945.

2. Asas Kepercayaan

Asas kepercayaan adalah suatu asas yang menyatakan bahwa usaha

bank dilandasi oleh hubungan kepercayaan antara bank dengan

nasabahnya. Bank terutama bekerja dengan dana dari masyarakat

yang disimpan padanya atas dasar kepercayaan, sehingga setiap bank

perlu terus menjaga kesehatannya dengan tetap memelihara dan

mempertahankan kepercayaan masyarakat padanya. Kemauan

masyarakat untuk menyimpan sebagian uangnya di bank, semata-mata

dilandasi oleh kepercayaan bahwa uangnya akan dapat diperolehnya

kembali pada waktu yang diinginkan atau sesuai dengan yang

22 Ibid Rachmadi Usman hlm 14-18

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB II ASPEK HUKUM PARA PIHAK DALAM TRANSAKSI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17934/3/Chapter II.pdf · finansial, yaitu cek, tanda terima, tagihan, akta, kwitansi, kontrak

diperjanjikan dan disertai dengan imbalan. Apabila kepercayaan

nasabah penyimpan dana terhadap suatu bank telah berkurang, tidak

tertutup kemungkinan akan terjadi rush terhadap dana yang

disimpannya. Sutan Remy Sjahdeini menyatakan bahwa hubungan

antara bank dengan nasabah penyimpan dana adalah hubungan

pinjam-meminjam uang antara debitur (bank) dan kreditur (nasabah).

3. Asas Kerahasiaan

Asas kerahasiaan adalah asas yang mengharuskan atau mewajibkan

bank merahasiakan segala sesuatu yang berhubungan dengan

keuangan dan lain-lain dari nasabah bank yang menurut kelaziman

dunia perbankan wajib dirahasiakan. Kerahasiaan ini adalah untuk

kepentingan bank sendiri karena bank memerlukan kepercayaan

masyarakat yang menyimpan uangnya di bank. Dalam Pasal 40 UU

perbankan menyatakan bahwa bank wajib merahasiakan informasi

mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya. Ketentuan rahasia

bank ini dapat dikecualikan dalam hal tertentu yakni, untuk

kepentingan perpajakan, penyelesaian piutang bank, peradilan pidana,

perkara perdata antara bank dengan nasabahnya, tukar menukar

informasi antara bank atas permintaan, persetujuan atau kuasa dari

nasabah penyimpan dana.

4. Asas Kehati-hatian (Prudential Principle)

Asas Kehati-hatian adalah suatu asas yang menyatakan bahwa bank

dalam menjalankan fungsi dan kegiatan usahanya wajib menerapkan

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB II ASPEK HUKUM PARA PIHAK DALAM TRANSAKSI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17934/3/Chapter II.pdf · finansial, yaitu cek, tanda terima, tagihan, akta, kwitansi, kontrak

prinsip kehati-hatian dalam rangka melindungi dana masyarakat yang

dipercayakan padanya. Hal ini disebutkan dalam Pasal 2 Undang-

undang Perbankan bahwa perbankan Indonesia dalam melaksankan

usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan asas

kehati-hatian. Tujuan diberlakukannya prinsip kehati-hatian tidak lain

adalah agar bank selalu dalam keadaan sehat. Dengan diberlakukannya

prinsip kehati-hatian diharapkan agar kepercayaan masyarakat

terhadap perbankan tetap tinggi, sehingga masyarakat besedia dan

tidak ragu-ragu menyimpan dananya di bank.

D. Para Pihak Dalam Transaksi perbankan

1. Pihak Nasabah

a. Pengertian Nasabah

Dalam Peraturan Bank Indonesia No.7/7/PBI/2005 jo No. 10/10/PBI/2008

tentang penyelesaian pengaduan nasabah Pasal 1 angka 2 yang dimaksud dengan

nasabah adalah Pihak yang menggunakan jasa bank, termasuk pihak yang tidak

memiliki rekening namun memanfaatkan jasa bank untuk melakukan transaksi

keuangan (walk-in customer).

Di dalam UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan dimuat tentang jenis

dan pengertian nasabah. Dalam Pasal 1 angka 17 disebutkan bahwa pengertian

nasabah yaitu pihak yang menggunakan jasa bank. Jenis-jenis nasabah ada 2,

yakni :23

23 Yusuf Shofie, Perlindungan Konsumen,(Bandung:citra Aditya Bakti,2000), hlm 32-33

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB II ASPEK HUKUM PARA PIHAK DALAM TRANSAKSI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17934/3/Chapter II.pdf · finansial, yaitu cek, tanda terima, tagihan, akta, kwitansi, kontrak

1. Nasabah Penyimpan, yakni nasabah yang menempatkan dananya di

bank dalam bentuk simpanan berdasarkan perjanjian bank dengan

nasabah yang bersangkutan.

2. Nasabah Debitur, yakni nasabah yang memperoleh fasilitas kredit atau

pembiayaan berdasarkan prinsip syariah atau yang dipersamakan

dengan itu berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang

bersangkutan.

Dari praktek-praktek perbankan, setidaknya dikenal tiga macam nasabah :

a. Nasabah Deposan, yaitu nasabah yang menyimpan dananya pada

suatu bank, misalnya dalam bentuk deposito atau tabungan lainnya.

b. Nasabah yang memanfaatkan fasilitas kredit perbankan, misalnya

kredit usaha kecil, kredit kepemilikan rumah, dan sebagainya.

c. Nasabah yang melakukan transaksi dengan pihak lain melalui bank.

Misalnya antara importir sebagai pembeli dengan eksportir diluar

negeri. Untuk transaksi semacam ini

d. Biasanya importir membuka letter of credit (L/C) pada suatu bank

demi kelancaran dan keamanan pembayaran.

Dalam kedudukannya sebagai subjek hukum, nasabah dapat terwujud

dalam dua bentuk sebagaimana subjek hukum yang diakui dalam hukum, yaitu :24

1. Orang

Nasabah bank sebagaimana dikaitkan dengan kedudukannya sebagai

subjek hukum dapat berupa orang atau badan hukum. Nasabah bank

24 Try Widyono, Operasional Transaksi Produk Perbankan di

Indonesia,(Bandung:Ghalia Indonesia, 2006),hlm 24-27

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB II ASPEK HUKUM PARA PIHAK DALAM TRANSAKSI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17934/3/Chapter II.pdf · finansial, yaitu cek, tanda terima, tagihan, akta, kwitansi, kontrak

terbagi menjadi orang yang dewasa dan orang yang belum dewasa.

Nasabah orang dewasa hanya diperbolehkan untuk nasabah kredit atau

nasabah giro. Sedangkan nasabah simpanan dan atau jasa di

peruntukkan orang yang belum dewasa, misalnya nasabah tabungan

atau nasabah lepas (working customer) untuk transfer dan lain

sebagainya.

Perjanjian yang dibuat antara bank dengan nasabah yang belum

dewasa tersebut telah disadari konsekuensi hukum yang

diakibatkannya. Konsekuensi hukumnya adalah bahwa perjanjian itu

tidak memenuhi persyaratan sahnya perjanjian sebagaimana diatur

dalam Pasal 1320 KUHPerdata, yaitu syarat perjanjian itu

dilaksanakan oleh pihak yang cakap untuk membuat perjanjian. Dalam

hukum perdata perjanjian yang dilakukan oleh pihak yang belum

dewasa berarti tidak memenuhi persyaratan subjektif. Ancaman atas

pelanggaran tersebut adalah perjanjian dapat dibatalkan, artinya

perjanjian itu dapat dibatalkan oleh pihak yang dapat mewakili anak

yang belum dewasa tersebut. Yaitu orang tua atau walinya dengan

melalui cara gugatan pembatalan. Dengan kata lain sepanjang orang

tua anak itu tidak melakukan gugatan pembatalan, maka perjanjian

tetap sah dan berlaku mengikat.

Nasabah kredit dan Nasabah rekening giro yang biasanya mewajibkan

nasabahnya orang dewasa. Hal ini dikarenakan resiko bank sangat

besar jika dalam pemberian kredit dan/atau pembukaan rekening giro

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB II ASPEK HUKUM PARA PIHAK DALAM TRANSAKSI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17934/3/Chapter II.pdf · finansial, yaitu cek, tanda terima, tagihan, akta, kwitansi, kontrak

diperbolehkan bagi orang yang belum dewasa. Disamping itu dalam

rekening giro biasanya, tidak diterima bagi orang yang belum dewasa

karena berkaitan dengan alat pembayaran berupa cek dan/atau bilyet

giro. Jika bank menerima giro bagi orang yang belum dewasa maka

cek dan/atau bilyet giro dipermasalahkan, yang akhirnya dapat

mengurangi kepercayaan kepada bank, karena transaksi tersebut

melibatkan berbagai pihak, yakni penarik, tertarik, pembawa serta

endosemen, dan lain-lain yang lebih kompleks.

2. Badan Hukum

Nasabah berupa badan hukum, perlu diperhatikan aspek legalitas

badan tersebut, serta kewenangan bertindak dari pihak yang

berhubungan dengan bank. Hal ini terkait dengan aspek hukum

perseroan (corporate law). Adapun jenis-jenis badan hukum adalah

sebagai berikut :

a. Badan hukum publik, seperti negara atau pemda.

b. Perseroan Terbatas, diatur dalam UU No. 40 Tahun 2007

tentang Perseroan Terbatas, termasuk perseroan terbatas

terbuka yang diatur dalam UU No. 8 Tahun 1995 tentang

Pasar Modal.

c. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), diatur dalam UU No. 32

Tahun 2004 tentang Pemda.

d. Badan Usaha Milik Negara (BUMN), diatur dalam UU No.19

Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara. BUMN ini

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB II ASPEK HUKUM PARA PIHAK DALAM TRANSAKSI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17934/3/Chapter II.pdf · finansial, yaitu cek, tanda terima, tagihan, akta, kwitansi, kontrak

terdiri dari : Perusahaan persero, Perusahaan umum, dan

Perusahaan jawatan

e. Koperasi, diatur dengan UU No. 25 Tahun 1992 tentang

Perkoperasian dan PP No. 4 Tahun 1994 tentang Persyaratan

dan Tata Cara Pengesahan Akta Pendirian dan Perubahan

Anggaran Dasar Koperasi.

f. Yayasan, diatur dalam UU No. 17 Tahun 2001, yang diubah

dengan UU No. 28 tahun 2004.

g. Badan Hukum Milik Negara (BUMN), diatur dalam PP No.

152 Tahun 2000 tentang BUMN Universitas Indonesia.

h. Dana Pensiun, diatur dalam UU No. 11 Tahun 1992 tentang

Dana Pensiun.

2.Pihak Perbankan

Pengertian dan Fungsi Perbankan.25

25 Op.cit Rachmadi Usman, hlm 59

Bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah

memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan

peredaran uang. Sementara itu, Undang-undang Perbankan yang diubah

pada Pasal 1 angka 2 mendefinisikan bank sebagai badan hukum yang

menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-

bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB II ASPEK HUKUM PARA PIHAK DALAM TRANSAKSI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17934/3/Chapter II.pdf · finansial, yaitu cek, tanda terima, tagihan, akta, kwitansi, kontrak

Dari pengertian di atas jelaslah bahwa bank berfungsi sebagai

“Financial Intermediary”dengan usaha utama menghimpun dan

menyalurkan dana masyarakat serta memberikan jasa-jasa lainnya dalam

lalu lintas pembayaran. Dua fungsi itu tidak bisa dipisahkan. Sebagai

badan usaha, bank akan selalu berusaha mendapatkan keuntungan yang

sebesar-besarnya dari usaha yang dijalankannya. Sebaliknya sebagai

lembaga keuangan, bank mempunyai kewajiban pokok untuk menjaga

kestabilan nilai uang, mendorong kegiatan ekonomi, dan perluasan

kesempatan kerja.

Fungsi dan tujuan perbankan dalam kehidupan ekonomi nasional

bangsa Indonesia, yaitu :

1. Bank berfungsi sebagai “Financial Intermediary” dengan

kegiatan usaha pokok menghimpun dan menyalurkan dana

masyarakat atau pemindahan dana masyarakat dari unit surplus

kepada unit defisit atau pemindahan uang dari penabung

kepada peminjam.

2. Penghimpunan dan penyaluran dana masyarakat tersebut

bertujuan menunjang sebagian tugas penyelenggaraan negara,

yakni :

a. Menunjang pembangunan nasional, termasuk pembangunan

daerah ; bukan melaksanakan misi pembangunan suatu

golongan apabila perseorangan ; jadi perbankan Indonesia

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB II ASPEK HUKUM PARA PIHAK DALAM TRANSAKSI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17934/3/Chapter II.pdf · finansial, yaitu cek, tanda terima, tagihan, akta, kwitansi, kontrak

diarahkan untuk menjadi agen pembangunan ( agent of

development ) ;

b. Dalam rangka mewujudkan trilogi pembangunan nasional,

yakni :

1. Meningkatkan pemeratan kesejahteraan rakyat banyak,

bukan kesejahteraan segolongan orang atau perseorangan

saja ; melainkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia

tanpa kecuali.

2. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, bukan

pertumbuhan ekonomi segolongan orang atau perorangan,

melainkan pertumbuhan ekonomi seluruh rakyat

Indonesia, termasuk pertumbuhan ekonomi yang

diserasikan.

3. Meningkatkan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.

4. Meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat banyak,

artinya tujuan yang hendak dicapai oleh perbankan

nasional adalah meningkatkan pemerataan taraf hidup dan

kesejahteraan rakyat Indonesia, bukan segolongan orang

atau perseorangan saja.

3. Dalam menjalankan fungsi tersebut, perbankan Indonesia harus

mampu melindungi secara baik apa yang dititipkan oleh

masyarakat kepadanya dengan menerapkan prinsip kehati-

hatian (prudentian banking) dengan cara :

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB II ASPEK HUKUM PARA PIHAK DALAM TRANSAKSI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17934/3/Chapter II.pdf · finansial, yaitu cek, tanda terima, tagihan, akta, kwitansi, kontrak

1. Efisien, sehat, wajar dalam persaingan yang sehat yang

semakin mengglobal atau mendunia.

2. Menyalurkan dana masyarakat tersebut kebidang-bidang

yang produktif bukan konsumtif.

4. Peningkatkan perlindungan dana masyarakat yang

dipercayakan pada bank, selain melalui penerapan prinsip

kehati-hatian. Juga pemenuhan ketentuan persyaratan kesehatan

bank, serta sekaligus berfungsi untuk mencegah terjadinya

praktek-praktek yang merugikan kepentingan masyarakat luas.

Fungsi perbankan tidak hanya sekedar sebagai wadah penghimpun dan

penyalur dana masyarakat atau perantara penabung dan investor, tetapi fungsinya

akan diarahkan kepada peningkatan taraf hidup rakyat banyak, agar masyarakat

menjadi lebih baik dan sejahtera dari pada sebelumnya. Oleh karena itu dalam

menjalankan fungsinya, perbankan Indonesia seyogianya selalu mengacu pada

tujuan perbankan Indonesia itu sendiri.

a. Jenis-jenis Bank

Bank merupakan sektor perekonomian yang sangat penting disetiap

negara. Secara umum tentulah dalam suatu negara terdapat berjenis-jenis

bank yang selalu melayani kepentingan nasabahnya.

Terhadap jenis-jenis bank tersebut, dan dilihat dari fungsinya serta

kinerjanya, dapatlah diberikan pembagian dari masing-masing bank

tersebut. Pembagian jenis bank ini sangat penting karena terdapatnya

perbedaan jenis kegiatan yang boleh dilakukan oleh bank-bank yang

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB II ASPEK HUKUM PARA PIHAK DALAM TRANSAKSI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17934/3/Chapter II.pdf · finansial, yaitu cek, tanda terima, tagihan, akta, kwitansi, kontrak

berbeda tersebut. Dalam hal kegiatan ini dapatlah disebutkan

pembagiannya berdasarkan jenis karena telah diatur oleh bank Indonesia

tentang kegiatan yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan oleh bank-

bank tersebut. Jenis kegiatan yang dilakukan bank senantiasa di bawah

pengawasan bank Indonesia. Melihat praktek operasional perbankan yang

ada tersebut maka dapatlah dibedakan jenis-jenis bank.

Secara teoretis jenis-jenis bank tersebut ditentukan dari :26

1. Segi fungsi.

2. Segi kepemilikannya.

3. Segi penciptaan uang giral.

Ad. 1 Dari segi Fungsi dibedakan atas 4 jenis bank, antara lain :

a. Bank Sentral (Central Bank), yaitu bank yang dapat bertindak sebagai

bankers, bank pimpinan, penguasa moneter, mendorong dan

mengarahkan semua jenis bank yang ada.

b. Bank Umum ( Commercial Bank ), yaitu bank milik negara, swasta,

maupun koperasi, baik pusat maupun daerah yang dalam pengumpulan

dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk giro, deposito

serta tabungan dan dalam usahanya terutama memberikan kredit

jangka pendek. Dikatakan sebagai bank umum karena bank tersebut

mendapatkan keuntungannya dari selisih bunga yang diterima dari

peminjam dengan yang dibayarkan oleh bank pada deposito.

26 Muhammad Djumhana, Op.Cit hlm 83

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB II ASPEK HUKUM PARA PIHAK DALAM TRANSAKSI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17934/3/Chapter II.pdf · finansial, yaitu cek, tanda terima, tagihan, akta, kwitansi, kontrak

c. Bank Tabungan ( Saving Bank ), yaitu bank milik negara, swasta,

maupun koperasi yang dalam pengumpulan dananya terutama

menerima simpanan dalam bentuk tabungan sedangkan usahanya

terutama memperbungakan dananya dalam kertas berharga.

d. Bank Pembangunan (Development Bank), yaitu bank baik milik

negara, swasta, maupun koperasi baik pusat maupun daerah yang

dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam

bentuk deposito, dan/atau mengeluarkan kertas berharga jangka

menengah dan panjang dibidang pembangunan.

Ad. 2 Dari segi Kepemilikannya, dikenal 4 jenis bank, antara lain :

a. Bank Milik Negara

b. Bank Milik Pemerintah Daerah

c. Bank Milik Swasta baik dalam negeri maupun luar negeri

d. Bank Koperasi

Ad. 3 dari segi Penciptaan Uang Giral, dikenal 2 jenis bank, antara lain :

a. Bank Primer, yaitu bank yang dpat menciptakan uang giral, yang dapat

bertindak sebagai bank primer adalah bank umum.

b. Bank Sekunder, yaitu bank-bank yang tidak dapat menciptakan uang

melalui simpanan masyarakat yang ada padanya, bank ini hanya

bertugas sebagai perantara dalam menyalurkan kredit. Umumnya bank

yang bergerak pada bank sekunder adalah bank tabungan dan bank

pembangunan.

Universitas Sumatera Utara

Page 19: BAB II ASPEK HUKUM PARA PIHAK DALAM TRANSAKSI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17934/3/Chapter II.pdf · finansial, yaitu cek, tanda terima, tagihan, akta, kwitansi, kontrak

Apabila dilihat lebih lanjut dalam Undang-undang Perbankan yang ada di

Indonesia mulai dari Undang-undang pertama sampai undang-undang sekarang,

maka pembagian jenis-jenis bang dapat diperinci sebagai berikut :

a. Bank Sentral

b. Bank Umum

c. Bank Tabungan

d. Bank Pembangunan

e. Bank Lainnya

Dalam Pasal 5 Undang-undang Perbankan yang diubah.dikatakan menurut

jenisnya bank terdiri atas :27

1. Bank Umum

Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara

konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam

kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Dengan

sendirinya bank umum adalah bank pencipta uang giral. Bank umum

dapat mengkhususkan diri untuk melaksanakan kegiatan tertentu atau

memberikan perhatian yang lebih besar kepada kegiatan tertentu.

Kegiatan tertentu tersebut antara lain melaksanakan kegiatan

pembiayaan jangka panjang, pembiayaan untuk mengembangkan

koperasi, pengembangan pengusaha golongan ekonomi

lemah/pengusaha kecil, pengembangan eksport non migas, dan

pengembangan pembangunan perumahan.

27 Rachmadi Usman op. cit , hlm 62

Universitas Sumatera Utara

Page 20: BAB II ASPEK HUKUM PARA PIHAK DALAM TRANSAKSI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17934/3/Chapter II.pdf · finansial, yaitu cek, tanda terima, tagihan, akta, kwitansi, kontrak

2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan

usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang

dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas

pembayaran. Dengan sendirinya Bank Perkreditan Rakyat adalah

bukan bank pencipta uang giral, sebab Bank Perkreditan Rakyat tidak

ikut memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Dengan adanya pembagian jenis bank tersebut terjadilah spesialisasi yang

memungkinkan bank untuk lebih mengenal bidng usahanya, menunjang misi

pemerintah dalam mendorong perekonomian. hal ini dapat dikhususkan untuk

membantu orang-orang yang perekonomiannya lemah dan membantu berbagai

kesulitan masyarakat yang terdaftar sebagai nasabah pihak perbankan itu sendiri.

Dalam hal pelaksanaan sistem perbankan, haruslah dilakukan secara

universal, yakni lewat pertahanan terhadap peranan perbankan sebagai agen

pembangunan. Yaitu, dapat menunjang upaya pemeratan pembangunan dan tetap

memperhatikan kepentingan orang banyak.

E. Hubungan Hukum Nasabah dan Bank.

Hubungan antara bank dan nasabah didasarkan pada dua unsur yang paling

terkait, yaitu hukum dan kepercayaan. Suatu bank hanya bisa melakukan kegiatan

dan mengembangkan banknya, apabila masyarakat “percaya” untuk menempatkan

uangnya, pada produk-produk perbankan yang ada pada bank tersebut.

Berdasarkan kepercayaan masyarakat tersebut, bank dapat memobilisir dana dari

Universitas Sumatera Utara

Page 21: BAB II ASPEK HUKUM PARA PIHAK DALAM TRANSAKSI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17934/3/Chapter II.pdf · finansial, yaitu cek, tanda terima, tagihan, akta, kwitansi, kontrak

masyarakat, untuk ditempatkan pada banknya dan bank akan memberikan jasa-

jasa perbankan.28

Berdasarkan dua fungsi utama dari suatu bank, yaitu fungsi pengerahan

dana dan penyaluran dana, maka terdapat dua hubungan hukum antara bank dan

nasabah yaitu :

29

1. Hubungan hukum antara bank dan nasabah penyimpan dana

Artinya bank menempatkan dirinya sebagai peminjam dana milik

masyarakat (para penanam dana). Bentuk hubungan hukum antara bank

dan nasabah menyimpan dana, dapat terlihat dari hubungan hukum yang

muncul dari produk-produk perbankan, seperti deposito, tabungan, giro,

dan sebagainya. Bentuk hubungan hukum itu dapat tertuang dalam bentuk

peraturan bank yang bersangkutan dan syarat-syarat umum yang harus

dipatuhi oleh setiap nasabah penyimpan dana. Syarat-syarat tersebut harus

disesuaikan dengan produk perbankan yang ada, karena syarat dari suatu

produk perbankan tidak akan sama dengan syarat dari produk perbankan

yang lain. Dalam produk perbankan seperti tabungan dan deposito, maka

ketentuan dan syarat-syarat umum yang berlaku adalah ketentun-ketentuan

dan syarat-syarat umum hubungan rekening deposito dan rekening

tabungan.

2. Hubungan hukum antara bank dan nasabah debitur

28 Ronny Sautma Hotma Bako, Hubungan Bank Dan Nasabah Terhadap Produk

tabungan dan Deposito. Bandung : PT. citra Aditya Bakti, 1995. Hal 32 29 Ibid

Universitas Sumatera Utara

Page 22: BAB II ASPEK HUKUM PARA PIHAK DALAM TRANSAKSI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17934/3/Chapter II.pdf · finansial, yaitu cek, tanda terima, tagihan, akta, kwitansi, kontrak

Artinya bank sebagai lembaga penyedia dana bagi para debiturnya.

Bentuknya dapat berupa kredit, seperti kredit modal kerja, kredit investasi,

atau kredit usaha kecil.

Dari segi kacamata hukum, hubungan antara nasabah dengan bank

terdiri dari dua bentuk yaitu :30

1. Hubungan Kotraktual

2. Hubungan Non Kontraktual

a. Hubungan Kontraktual

Hubungan yang paling utama dan lazim antara bank dengan

nasabah adalah hubungan kontraktual. Hal ini berlaku hampir pada semua

nasabah, baik nasabah debitur, nasabah deposan, ataupun nasabah non

debitur-non deposan.

Terhadap nasabah debitur hubungan kontraktual tersebut

berdasarkan atas suatu kontrak yang dibuat antara bank sebagai kreditur

(pemberi dana) dengan pihak debitur ( peminjam dana ). Hukum kontrak

yang menjadi dasar hubungan bank dengan nasabah debitur bersumber

dari ketentuan-ketentuan KUHPerdata tentang kontrak (buku ketiga).

Sebab, menurut Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata, bahwa semua perjanjian

yang dibuat secara sah berkekuatan sama dengan undang-undang bagi

kedua belah pihak.

Berbeda dengan nasabah debitur, maka untuk nasabah deposan

atau nasabah non debitu-non deposan, tidak terdapat ketentuan khusus

30 Op.cit Munir Fuadi, hlm 102

Universitas Sumatera Utara

Page 23: BAB II ASPEK HUKUM PARA PIHAK DALAM TRANSAKSI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17934/3/Chapter II.pdf · finansial, yaitu cek, tanda terima, tagihan, akta, kwitansi, kontrak

yang mengatur untuk kontrak jenis ini dalam KUHPerdata. Karena itu,

kontrak-kontrak untuk nasabah seperti itu hanya tunduk kepada ketentuan-

ketentuan umum dari KUHPerdata mengenai kontrak.

Prinsip hubungan nasabah penyimpan dana dengan bank adalah

hubungan kontraktual, dalam hal ini hubungan kreditur-debitur, dimana

pihak bank berfungsi sebagai debitur sedangkan pihak nasabah berfungsi

sebagai pihak kreditur, prinsip hubungan seperti ini juga tidak dapat

diberlakukan secara mutlak.

Ada tiga tingkatan dari pemberlakuan hubungan kontraktual

kepada hubungan antara nasabah penyimpan dana dengan pihak bank,

yaitu :

1. Sebagai hubungan bank dan nasabah

2. Sebagai hubungan kontraktual lainnya yang lebih luas dari

hanya sekedar hubungan debitur-kreditur

3. Sebagai hubungan implied contract, yaitu hubungan kontrak

yang tersirat.

b. Hubungan Non Kontraktual

Selain hubungan kontraktual, apakah ada hubungan hukum yang

lain antara pihak bank dengan pihak nasabah, terutama dengan nasabah

deposan dengan nasabah non deposan-non debitur. Ada enam jenis

hubungan hukum antara bank dengan nasabah selain dari hubungan

kontraktual sebagaimana yang disebutkan di atas, yaitu :

1. Hubungan fidusia

Universitas Sumatera Utara

Page 24: BAB II ASPEK HUKUM PARA PIHAK DALAM TRANSAKSI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17934/3/Chapter II.pdf · finansial, yaitu cek, tanda terima, tagihan, akta, kwitansi, kontrak

2. Hubungan konfidensial

3. Hubungan bailor-bailee

4. Hubungan principal-agent

5. Hubungan mortgagor-mortgagee

6. Hubungan trustee-beneficiary

Berhubung hukum di Indonesia tidak dengan tegas mengakui

hubungan-hubungan tersebut, maka hubungan-hubungan tersebut baru

dapat dilaksanakan jika disebutkan dengan tegas dalam kontrak untuk hal

tersebut. Atau setidak-tidaknya ada kebiasaan dalam praktek perbankan

untuk mengakui eksistensi kedua hubungan tersebut. Misalnya dalam

hubungan dengan lembaga trust yang merupakan salah satu kegiatan

perbankan, mesti ada kebijaksanaan bank yang bersangkutan dengan

lembaga trust tersebut, juga dibutuhkan pengakuan dalam kontrak-kontrak

trust seperti yang diinginkan kedua belah pihak.

Nasabah bank wajib memberitahukan oleh bank setiap perubahan

policy yang signifikan yang dapat mempengaruhi accountnya pihak

nasabah atau mempengaruhi jasa bank yang selama ini diberikan oleh

bank.

Apabila bank memberikan jasa pengiriman uang untuk kepentingan

nasabahnya, maka dalam hal ini akan menempatkan posisinya sebagai

“pelaksana amanat” dari nasabahnya.

Hubungan formal antara nasabah dengan bank terdapat pada

formulir-formulir yang telah diisi oleh nasabah dan disetujui oleh bank.

Universitas Sumatera Utara

Page 25: BAB II ASPEK HUKUM PARA PIHAK DALAM TRANSAKSI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17934/3/Chapter II.pdf · finansial, yaitu cek, tanda terima, tagihan, akta, kwitansi, kontrak

Formulir-formulir itu berisi tentang permohonan atau perintah atau kuas

pada bank. Formulir tersebut pada umumnya dibuat oleh bank. Dalam

formulir tersebut akan saling menunjuk ketentuan yang berkaitan dengan

transaksi yang dikehendaki oleh nasabah. Masing-masing formulir tersebut

pada hakikatnya merupakan bagian dari satu-kesatuan yang tidak

terpisahkan.31

31 Try Widyono, Op.Cit hlm 21-24

Nasabah yang mengisi formulir permohonan, perintah, atau kuasa

kepada bank pada dasarnya merupakan tindak lanjut dari kepercayaan

masyarakat pada bank. Nasabah atau konsumen mewujudkan

kepercayaannya itu dalam bentuk pengajuan aplikasi permohonan yang

dipercayanya.

Hubungan antara bank dengan nasabah seringkali menunjuk pada

berlakunya ketentuan yang lebih luas dan ketentuan tersebut dinyatakan

sebagai ketentuan yang lebih luas dan ketentuan tersebut dinyatakan

sebagai ketentuan yang berlaku dan merupakan bagian serta satu kesatuan

yang tidak terpisahkan dengan aplikasi tersebut.

Universitas Sumatera Utara