bab ii asas demokrasi sebagai perlindungan minoritas...memuat ukuran/kriteria nilai...

26
9 BAB II ASAS DEMOKRASI SEBAGAI PERLINDUNGAN MINORITAS Dalam bab ini, penulis hendak memaparkan mengenai asas demokrasi sebagai perlindungan minoritas. Asas ini merupakan suatu asas yang lama dan terbilang krusial karena menyangkut kebebasan setiap warga negara. Asas ini merupakan asas yang diturunkan langsung oleh negara melalui UUD NRI 1945 sehingga dapat dilihat bahwa asas demokrasi merupakan satu kesatuan dengan konstitusi. Oleh karena itu, yang menjadi pembahasan utama dalam bab ini adalah perlindungan minoritas sebagai salah satu unsur dari asas demokrasi. Untuk mengetahui lebih dalam mengenai pembahasan dalam bab ini, maka sistematika pembahasan dalam bab ini adalah sebagai berikut. Pertama, mengenai penyelenggaraan negara berlandaskan asas demokrasi (infra Sub-judul A). Kedua, menguraikan mengenai pengertian asas demokrasi, yaitu demokrasi sebagai asas hukum. (infra Sub-judul B). Ketiga, menguraikan mengenai perlindungan minoritas sebagai salah satu unsur dari asas demokrasi (infra Sub-judul C). A. Penyelenggaraan Negara Berlandaskan Asas Demokrasi Negara harus diselenggarakan berdasarkan asas demokrasi. Artinya negara tidak boleh diselenggarakan berdasarkan asas otoriterianisme atau bahkan totaliterianisme. Asas otoriterianisme dijalankan berdasarkan kehendak penguasa yang berakibat pada tidak tercerminnya kehendak rakyat dalam kebijakan yang

Upload: others

Post on 16-Feb-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 9

    BAB II

    ASAS DEMOKRASI SEBAGAI PERLINDUNGAN

    MINORITAS

    Dalam bab ini, penulis hendak memaparkan mengenai asas demokrasi

    sebagai perlindungan minoritas. Asas ini merupakan suatu asas yang lama dan

    terbilang krusial karena menyangkut kebebasan setiap warga negara. Asas ini

    merupakan asas yang diturunkan langsung oleh negara melalui UUD NRI 1945

    sehingga dapat dilihat bahwa asas demokrasi merupakan satu kesatuan dengan

    konstitusi. Oleh karena itu, yang menjadi pembahasan utama dalam bab ini adalah

    perlindungan minoritas sebagai salah satu unsur dari asas demokrasi.

    Untuk mengetahui lebih dalam mengenai pembahasan dalam bab ini, maka

    sistematika pembahasan dalam bab ini adalah sebagai berikut. Pertama, mengenai

    penyelenggaraan negara berlandaskan asas demokrasi (infra Sub-judul A). Kedua,

    menguraikan mengenai pengertian asas demokrasi, yaitu demokrasi sebagai asas

    hukum. (infra Sub-judul B). Ketiga, menguraikan mengenai perlindungan

    minoritas sebagai salah satu unsur dari asas demokrasi (infra Sub-judul C).

    A. Penyelenggaraan Negara Berlandaskan Asas Demokrasi

    Negara harus diselenggarakan berdasarkan asas demokrasi. Artinya negara

    tidak boleh diselenggarakan berdasarkan asas otoriterianisme atau bahkan

    totaliterianisme. Asas otoriterianisme dijalankan berdasarkan kehendak penguasa

    yang berakibat pada tidak tercerminnya kehendak rakyat dalam kebijakan yang

  • 10

    diambil penguasa untuk penyelenggaraan negara. Dalam asas otoriterianisme,

    negara berperan besar menentukan kehidupan setiap warga negara dalam semua

    aspek kehidupan. Asas otoriterianisme sangat bertolak belakang dengan negara

    yang diselenggarakan berdasarkan asas demokrasi karena negara yang

    diselenggarakan berdasarkan asas otoriterianisme dalam proses penentuan organ

    negara hanya berlaku sistem pengangkatan13

    yang biasanya dilakukan berdasarkan

    sistem kekeluargaan.14

    Sedangkan negara yang diselenggarakan berdasarkan asas

    demokrasi penentuan organ negara selalu dilakukan melalui proses yang

    demokratis yaitu sistem pemilihan.15

    Penyelenggaraan negara berdasarkan asas otoriterianisme selalu akan

    mengalami benturan dengan penyelenggaraan negara berdasarkan asas demokrasi.

    Perbedaan yang mendasar antara kedua asas tersebut adalah ide kebebasan

    berpolitik.16

    Idealnya dalam negara yang diselenggarakan berdasarkan asas

    13

    Hans Kelsen, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara, terjemahan oleh Raisul

    Muttaqien, Cetakan VII, Penerbit Nusa Media, Bandung, 2011, h. 421. Pengangkatan oleh sebuah

    organ yang dipilih oleh rakyat dengan sendirinya merupakan sesuatu yang memperlemah prinsip

    demokrasi sebab pengangkatan adalah metode otokratis.

    14 Munir Fuady, Konsep Negara Demokrasi, Op.Cit., h. 112. Dalam sistem negara

    otokratis, berlaku sistem primordial berdasarkan kepada agama, ras, suku bangsa, dan berbagai

    model strata sosial, sehingga kurang memperhatikan asas persamaan di antara warga negara.

    Unsur hak dan kebebasan individu diabaikan tetapi yang diberlakukan adalah unsur kolektivisme,

    dengan kekuasaan yang otokrasi dan oligarki yang bertumpu pada sistem kekerabatan dan

    kekeluargaan.

    15 Hans Kelsen, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara, Op.Cit., h. 413. Dalam

    demokrasi perwakilan dimana prinsip demokrasi dikonkretkan menjadi pemilihan organ-organ

    pembuat hukum, sistem pemilihan adalah menentukan derajat perwujudan ide demokrasi.

    Tindakan memilih seorang individu, yakni pemilihan, terdiri atas tindakan-tindakan bagian dari

    para pemilih, yakni tindakan pemungutan-pemungutan suara.

    16 Ibid., h. 404. Seseorang memiliki kebebasan politik sepanjang kehendak pribadinya

    sesuai dengan kehendak umum yang dinyatakan dalam tatanan sosial. Kebebasan politik, yakni

    kebebasan di bawah tatanan sosial, adalah penentuan kehendak sendiri dengan jalan turut serta

    dalam pembentukan tatanan sosial. Kebebasan politik adalah kemerdekaan, dan kemerdekaan

    adalah kemandirian. Maka prinsip mayoritaslah yang menjamin kebebasan politik tertinggi yang

    mungkin diperoleh di masyarakat.

  • 11

    demokrasi ide kebebasan berpolitik menjadi hak setiap individu tetapi negara

    hanya mengatur mengenai batasan-batasan perwujudan ide kebebasan berpolitik

    tersebut. Kondisi ini bertolak belakang dengan negara yang diselenggarakan

    berdasarkan asas otoriterianisme. Dalam negara yang diselenggarakan

    berdasarkan asas otoriterianisme, ide kebebasan politik bukan lagi menjadi hak

    bagi warga negara akan tetapi ide kebebasan politik diambilalih oleh negara

    sebagai bentuk pelaksanaan ide kebebasan berpolitik warga negara.

    Perbedaan lain yang terlihat dari kedua asas tersebut adalah proses dan

    sistem pengambilan keputusan menyangkut masyarakat umum. Dalam negara

    yang diselenggarakan berdasarkan asas otoriterianisme, keputusan diambil oleh

    penguasa yang bersifat mutlak sehingga warga negara tidak dapat melakukan

    perlawanan terhadap keputusan penguasa dan tidak ikut andil dalam pengambilan

    keputusan yang menyangkut kehidupan mereka. Sifat dan tata cara pengambilan

    keputusan ini berbeda dengan negara yang diselenggarakan berdasarkan asas

    demokrasi. Negara yang diselenggarakan berdasarkan asas demokrasi akan

    melibatkan warga negara untuk menentukan keputusan dengan sistem

    musyawarah mufakat sehingga keputusan yang diambil mempresentasikan

    keinginan warga negara. Apabila keputusan yang diambil pemerintah tidak sesuai

    dengan keinginan warga negara maka mereka dapat melakukan perlawanan

    terhadap keputusan tersebut kepada pengadilan sebagai tempat perlindungan hak

    warga negara.

    Berdasarkan penjelasan sebelumnya mengenai tidak dikehendakinya asas

    otoriterianisme dijadikan sebagai landasan dalam penyelenggaraan negara dapat

    dilihat pada kasus negara-negara di dunia yang sebelumnya menerapkan asas

  • 12

    otoriterianisme sebagai penyelenggaraan negara beralih menjadi asas demokrasi

    dalam penyelenggaraan negaranya. Contohnya tumbangnya rezim otoriter pada

    pemerintahan militer Amerika Latin, rezim satu partai di Taiwan, diktator

    Spanyol, Filipina, Rumania.17

    Setelah tumbangnya rezim otoriter di negara-negara

    eropa tersebut yang bertransisi menuju negara yang diselenggarakan berdasarkan

    asas demokrasi, kondisi tersebut diikuti oleh negara-negara di Asia seperti Korea

    Selatan, Thailand, Myanmar, dan Indonesia.18

    Indonesia yang menghendaki penyelenggaraan negara berdasarkan asas

    demokrasi dapat dibuktikan dengan fakta bahwa dua rezim otoriter ditumbangkan

    rakyat pada masa orde lama dan orde baru. Artinya, tumbangnya rezim otoriter

    membuktikan bahwa rakyat tidak menginginkan negara Indonesia

    diselenggarakan berdasarkan asas otoriterianisme melainkan harus

    diselenggarakan berdasarkan asas demokrasi.

    Indonesia adalah negara demokratis bukan otokratis atau bahkan totaliter.

    Demokrasi merupakan sebuah cita-cita bangsa Indonesia dalam kehidupan

    bernegara. Cita-cita menuju negara demokrasi dapat terwujud apabila dalam

    penyelenggaraan negaranya mengikutsertakan rakyat dalam penentuan kebijakan

    negara. Kehendak rakyat dapat terlihat dari diterapkannya prinsip pembagian

    kekuasaan dalam negara Indonesia. Prinsip pembagian kekuasaan diterapkan

    dengan tujuan untuk mencegah kecenderungan kekuasaan pada satu tangan yaitu

    17

    Erfandi, Parliamentary Threshold dan HAM Dalam Hukum Tata Negara Indonesia,

    Op.Cit., h. 92. Dalam berbagai kasus di rezim militer ini, kelompok reformis menguat di internal

    otoriter untuk mendorong menuju pemerintahan yang lebih demokratis. Namun perubahan ini

    dapat timbul diakibatkan lengsernya rezim otoriter.

    18 Ibid., h. 94. Transisi negara-negara di Asia menuju demokrasi dipicu oleh munculnya

    gelombang demokrasi ketiga sejak tahun 1974, yaitu dengan munculnya gelombang gerakan pro

    demokrasi di Eropa Selatan seperti Yunani, Spanyol, dan Portugal yang kemudian berlanjut pada

    negara-negara Amerika Latin seperti Brazil dan Argentina.

  • 13

    eksekutif sebagai bentuk besarnya kehendak penguasa. Pernyataan di atas

    diperkuat oleh pendapat Hans Kelsen bahwa “prinsip pembagian kekuasaan

    berfungsi menentang suatu pemusatan kekuasaan, bukannya berfungsi sebagai

    pemisahan kekuasaan.”19

    Besarnya kehendak penguasa ini merupakan ciri negara

    otokratis sehingga bertolak belakang dengan negara demokrasi yang

    mengedepankan kehendak rakyat. Prinsip pembagian kekuasaan penting sebagai

    perlindungan terhadap kehendak rakyat dalam negara demokrasi. Negara

    demokrasi tanpa prinsip pembagian kekuasaan adalah kesalahan fatal. Prinsip

    pemisahan kekuasaan akan sempurna apabila fungsi eksekutif, legislatif, maupun

    eksekutif berjalan secara seimbang tanpa adanya satu fungsi yang super power,

    seimbangnya ketiga fungsi tersebut harus dibarengi dengan adanya check and

    balances.

    Apabila melihat kembali definisi dari demokrasi itu sendiri maka yang

    menjadi aspek fundamental dari demokrasi adalah keikutsertaan warga negara

    dalam penyelenggaraan negara dan pengawasan terhadap keputusan-keputusan

    yang diambil pemerintah. Menurut Sri Soemantri Martosoewignjo “demokrasi

    adalah pemerintahan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat.”20

    Negara

    demokrasi sesungguhnya tidak akan ada tetapi yang ada adalah penyelenggaraan

    negara harus dijalankan atas dasar asas demokrasi. Pernyataan di atas dipertegas

    oleh pendapat Jean-Jacques Rousseau sebagai berikut:

    Kalau dipegang arti kata seperti diartikan umum, maka

    demokrasi yang sungguh-sungguh tidak pernah ada dan ia tidak

    akan ada. Adalah berlawanan dengan kodrat alam, bahwa yang

    19

    Hans Kelsen, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara, Op.Cit., h. 399.

    20 Sri Soemantri Martosoewignjo, Pengantar Perbandingan Antar Hukum Tata Negara,

    Penerbit CV. Rajawali, Jakarta, 1981, h. 25.

  • 14

    berjumlah terbesar memerintah, sedang yang paling sedikit

    jumlahnya harus diperintah.21

    Negara harus diselenggarakan berdasarkan asas demokrasi karena asas

    demokrasi mencerminkan perlindungan kebebasan warga negara. Dalam

    melakukan perlindungan terhadap kebebasan warga negara, negara demokrasi

    tidak hanya sebatas melakukan perlindungan terhadap kelompok mayoritas tetapi

    juga melakukan perlindungan terhadap kelompok minoritas22

    sekalipun hanya

    seorang warga negara. Pernyataan di atas mengandung arti dalam negara yang

    diselenggarakan berdasarkan asas demokrasi berlaku ide persamaan23

    dalam

    perlindungan kebebasan setiap warga negara sehingga mereka mempunyai

    tuntutan yang sama atas kebebasan yang mereka miliki.

    B. Pengertian Asas Demokrasi

    Asas-asas hukum dapat dikategorikan sebagai jenis kaidah non-positif24

    yang sangat penting untuk dipahami dalam sistem hukum indonesia. Paul

    Scholten memberikan definisi mengenai asas hukum sebagai berikut:

    21

    Ibid., h. 26.

    22

    Hans Kelsen, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara, Op.Cit., h. 407. Dalam

    negara demokrasi prinsip mayoritas dalam mengambil keputusan adalah mutlak tetapi bukan

    berarti mayoritas dapat melakukan kediktatoran terhadap minoritas. Prinsip mayoritas dalam

    negara demokrasi hanya dapat dijalankan apabila warga negara diperbolehkan turut serta dalam

    pembentukan, meski pada akhirnya isi dari hukum ditentukan oleh kelompok mayoritas. Tidaklah

    demokratis apabila dalam pembentukan hukum kelompok minoritas tidak dilibatkan, meski

    kembali lagi kelompok mayoritas yang menentukan keterlibatan tersebut. Oleh karena itu terdapat

    pembatasan untuk mencegah hukum yang ditentukan oleh mayoritas tidak bertentangan mutlak

    dengan kelompok minoritas. Inilah salah satu unsur yang mendasari demokrasi.

    23 Ibid., h. 406. Ide kesamaan mengandung arti bahwa semua individu mempunyai nilai

    politik yang sama dan setiap orang mempunyai tuntutan yang sama atas kebebasan sehingga

    kehendak mayoritas harus memperhitungkan kehendak minoritas dalam negara berdasarkan asas

    demokrasi.

    24 Titon Slamet Kurnia, Pengantar Sistem Hukum Indonesia, Penerbit PT Alumni,

    Bandung, 2009, h. 105. Yang dimaksud oleh kaidah-kaidah non-positif adalah kaidah-kaidah

  • 15

    Pikiran-pikiran dasar, yang terdapat di dalam dan di belakang

    sistem hukum masing-masing dirumuskan dalam aturan-aturan

    perundang-undangan dan putusan-putusan hakim, yang

    berkenaan dengannya ketentuan-ketentuan dan keputusan-

    keputusan individual dapat dipandang sebagai penjabarannya.25

    Perihal definisi asas hukum, Bruggink memberikan pengertian asas hukum

    sebagai berikut:

    Asas hukum adalah kaidah yang berpengaruh kepada kaidah

    perilaku, karena asas hukum ini memainkan peran pada

    interpretasi terhadap aturan hukum dan dengan itu menentukan

    wilayah penerapan kaidah hukum. Berdasarkan itu maka asas

    hukum dapat dinyatakan termasuk tipe meta-kaidah. Asas

    hukum itu juga sekaligus merupakan perpanjangan dari kaidah

    perilaku, karena asas hukum juga memberikan arah pada

    perilaku yang dikehendaki.26

    Karl Larenz memberikan pengertian mengenai asas-asas hukum bahwa ”asas-asas

    hukum adalah gagasan yang membimbing dalam pengaturan hukum (yang

    mungkin ada atau yang sudah ada), yang dirinya sendiri bukan merupakan aturan

    yang dapat diterapkan, tetapi yang dapat diubah menjadi demikian.”27

    Menurut

    Robert Alexy asas hukum adalah “Optimie rungsgebote” yang berarti aturan yang

    mengharuskan bahwa sesuatu berdasarkan kemungkinan-kemungkinan yuridis

    kabur yang ketika dijadikan sebagai pedoman dalam berperilaku tidak mungkin memberikan

    preskripsi yang jelas seperti halnya kaidah-kaidah hukum positif. Namun kaidah-kaidah non-

    positif ini sering kali berguna sebagai dasar argumen bagi hakim terutama berfungsi sebagai

    penilaian terhadap peraturan perundang-undangan. Macam-macam kaidah-kaidah non-positif

    adalah kaidah keadilan, kepatutan, kesusilaan atau moralitas umum, dan asas-asas hukum.

    25 J.J.H. Bruggink, Refleksi tentang Hukum, terjemahan oleh B. Arief Sidharta, Cetakan

    ke-II, Penerbit PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999, h. 119-120. Dari definisi tersebut dapat

    dilihat bahwa peranan asas hukum sebagai meta-kaidah berkenaan dengan kaidah hukum dalam

    bentuk kaidah perilaku.

    26 Ibid., h. 120. Pengertian asas hukum yang dijelaskan Bruggink tersebut dalam bentuk

    yang lemah yang dapat dianggap termasuk dalam tipe kaidah yang berkenaan dengan kaidah

    perilaku.

    27 Ibid., h. 121.

  • 16

    dan faktual seoptimal mungkin terealisasikan.”28

    Kemudian Ron Jue membatasi

    pengertian asas hukum sebagai berikut:

    Nilai-nilai yang melandasi kaidah-kaidah hukum disebut asas-

    asas hukum. Asas itu menjelaskan dan melegitimasi kaidah

    hukum; di atasnya bertumpu muatan ideologis dari tatanan

    hukum. Karena itu, kaidah-kaidah hukum dapat dipandang

    sebagai operasionalisasi atau pengolahan lebih jauh dari asas-

    asas hukum.29

    Dari definisi di atas, menurut Bruggink bahwa “asas hukum dipandang juga

    sebagai kaidah hukum.”30

    Bruggink menarik kesimpulan sekaligus memberi

    penjelasan tentang pengertian asas-asas hukum sebagai berikut:

    Asas hukum sebagai jenis meta-kaidah berkenaan dengan kaidah

    perilaku, sementara itu asas hukum juga dapat memenuhi fungsi

    yang sama seperti kaidah perilaku. Sebab, meta-kaidah ini

    memuat ukuran/kriteria nilai (waardemaatstaven). Fungsi asas

    hukum itu adalah merealisasikan ukuran nilai itu sebanyak

    mungkin dalam kaidah-kaidah dari hukum positif dan

    penerapannya.31

    Kemudian Bruggink menjelaskan alasan asas hukum disebut meta-kaidah sebagai

    berikut:

    Asas hukum adalah sejenis meta-kaidah berkenaan dengan

    kaidah-kaidah perilaku. Asas hukum itu di satu pihak memiliki

    suatu sifat yang berbeda dari kaidah perilaku, karena sebagai

    kaidah penilaian berada pada landasan dari kaidah-kaidah

    perilaku dan dalam interpretasi aturan hukum turut menentukan

    wilayah penerapan aturan-aturan. Itu sebabnya asas hukum itu

    disebut meta-kaidah.32

    28

    Ibid.

    29 Ibid.

    30 Ibid. Bruggink menggunakan pengertian kaidah hukum yang lebih luas ketimbang

    Ron Jue.

    31 Ibid., h.122.

    32 Ibid., h. 132.

  • 17

    Asas hukum itu berisikan ukuran nilai yang memiliki fungsi mewujudkan

    kaidah hukum dalam suatu sistem hukum positif. Maka dari itu hanya asas

    hukumlah yang dapat berfungsi sebagai fondasi sistem hukum positif. Pendapat

    penulis tersebut diperkuat oleh pendapat J. Gijssels (1989) dalam artikelnya

    bahwa “hanya asas yang menjalankan fungsi yang pertama (sebagai fondasi

    sistem hukum positif) adalah asas hukum.”33

    Bruggink menjelaskan definisi

    mengenai asas hukum sebagai berikut:

    Asas-asas hukum merupakan kaidah-kaidah penilaian yang

    fundamental bagi landasan suatu sistem hukum. Asas hukum itu

    terlalu umum untuk dapat berperan sebagai pedoman bagi

    perbuatan. Karena itu, asas hukum harus dikonkretisasikan. Jika

    pengkonkretisasian telah terjadi dan sudah ditetapkan aturan-

    aturan hukum positif, maka asas hukum tetap memiliki sifat

    sebagai kaidah penilaian.34

    Pengertian asas-asas hukum yang dikemukakan para ahli di atas menjadi

    acuan penulis untuk mengkualifikasi bahwa asas demokrasi itu termasuk dalam

    asas-asas hukum bagi penyelenggaraan negara. Asas demokrasi merupakan

    perpanjangan kaidah perilaku yang dikonkretisasi ke dalam aturan-aturan hukum

    sehingga memberikan legitimasi berlakunya. Asas demokrasi sebagai asas hukum

    mengandung nilai-nilai yang ideal untuk menentukan kaidah-kaidah hukum

    sebagai operasionalisasi asas-asas hukum serta memberikan arah pengaturan bagi

    penyelenggaraan negara.

    Pengkualifikasian asas demokrasi termasuk dalam asas hukum tersebut

    sebagai bentuk klarifikasi penulis bahwa demokrasi di sini bukan konsep politik

    melainkan asas hukum bagi politik (penyelenggaraan negara). Politik melihat

    33

    Ibid., h. 133.

    34 Ibid., h. 119.

  • 18

    demokrasi sebagai realitas (hal ada), bukan sebagai norma (hal harus). Dengan

    demikian secara politik, demokrasi diposisikan sebagai kenyataan; artinya,

    demokrasi adalah semata-mata tentang fakta, ada atau tidaknya kenyataan yang

    menentukan (dipraktikkan atau tidak oleh suatu rezim). Demokrasi dalam konsep

    politik bertolak belakang dengan demokrasi sebagai asas hukum, karena

    demokrasi sebagai asas hukum merupakan suatu keharusan. Artinya asas

    demokrasi sebagai asas hukum harus dijadikan dasar penyelenggaraan negara.

    Asas demokrasi dalam mengatur arah penyelenggaraan negara berpedoman pada

    kaidah-kaidah hukum yaitu konstitusi (UUD NRI 1945) yang di dalamnya

    mengandung nilai-nilai ideal demokrasi sebagai tindak lanjut dari asas-asas

    hukum salah satunya diberlakukannya sistem pemilihan langsung dalam

    menentukan organ negara. Asas demokrasi yang terkandung dalam UUD NRI

    1945 terealisasikan dan terkonkretisasikan dalam berbagai kaidah-kaidah hukum

    antara lain; Pertama, pembatasan masa jabatan Presiden (Pasal 7 UUD NRI

    1945). Kedua, pemilihan Presiden secara langsung (Pasal 6A Ayat (1) UUD NRI

    1945). Ketiga, penegasan kedudukan DPR dalam fungsi legislasi (Pasal 20 Ayat

    (1) UUD NRI 1945). Kelima, pembentukan Mahkamah Konstitusi (Pasal 24C

    UUD NRI 1945). Keenam, pengaturan tentang hak-hak asasi manusia (BAB XA

    Pasal 28A-28J UUD NRI 1945).35

    Asas demokrasi yang berkedudukan sebagai asas hukum bagi

    penyelenggaraan negara memberikan pengertian bahwa asas demokrasi adalah

    35

    Titon Slamet Kurnia, Pengantar Sistem Hukum Indonesia, Op.Cit., h. 32. Perubahan

    terhadap UUD NRI 1945 dijustifikasi oleh dua asas utama yaitu asas demokrasi (Pasal 1 Ayat 2)

    dan asas negara hukum (Pasal 1 Ayat 3). Pembatasan masa jabatan Presiden bertujuan untuk

    menghindari penyalahgunaan kekuasaan yang menjurus pada negara otoriter. Pembatasan masa

    jabatan Presiden berimplikasi pada keharusan adanya pemilihan Presiden secara langsung lima

    tahun sekali yang dijustifikasi oleh asas demokrasi.

  • 19

    standar untuk menilai kelayakan penyelenggaraan negara, termasuk peraturan

    perundang-undangan yang dihasilkannya.36

    Dalam pembentukan peraturan

    perundang-undangan, fungsi hakiki asas demokrasi ialah untuk memastikan

    bahwa kehendak mayoritas adalah dasar dalam mengambil keputusan yang

    valid.37

    Asas demokrasi memberikan posisi yang seimbang antara kehendak

    mayoritas yang mengambil keputusan dengan perlindungan hak-hak minoritas

    dalam keputusan yang diambil. Asas demokrasi yang hidup di Indonesia adalah

    kekeluargaan untuk mengabdi kepentingan bersama dalam mencapai tujuan yang

    sama.38

    Demokrasi secara umum diartikan pemerintahan rakyat. Pengertian secara

    umum mengenai demokrasi merujuk pada pendapat Abraham Lincoln yang

    mengatakan bahwa “demokrasi ialah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan

    untuk rakyat.”39

    Pendapat Abraham Lincoln membuktikan bahwa dalam suatu

    negara rakyatlah yang berdaulat, pemerintah hanya berfungsi sebagai pelaksanan

    kedaulatan rakyat. Pendapat lain berasal dari Harris Soche yang menyimpulkan

    demokrasi berdasarkan pendapat Abraham Lincoln bahwa “demokrasi ialah

    36

    Ibid., h. 5.

    37 Ibid., h. 55. Keputusan yang diambil oleh kehendak mayoritas dalam asas demokrasi

    tidak boleh merugikan hak-hak minoritas. Asas demokrasi selalu disandingkan berlakunya dengan

    asas negara hukum dalam UUD NRI 1945 karena dengan adanya kedua asas tersebut memberikan

    legitimasi bagi badan yudisial untuk melakukan pengujian peraturan perundang-undangan yang

    merugikan minoritas.

    38 Abu Daud Busroh dan H. Abubakar Busro, Asas-Asas Hukum Tata Negara, Penerbit

    Ghalia Indonesia, Jakarta, 1983, h. 13. Tetapi beda halnya dengan asas demokrasi yang diterapkan

    bagi masyarakat barat yang sifatnya individualistis, justru kepentingan perseorangan akan lebih

    diutamakan, bahkan lebih menonjol daripada kepentingan bersama.

    39 Harris Soche, Supremasi hukum dan Prinsip Demokrasi di Indonesia, Op.Cit., h. 21.

    Sesuai pendapat Abraham Lincoln mengenai demokrasi maka pemerintah dalam menjalankan

    pemerintahannya tidak boleh merugikan, memperkosa, dan melanggar hak-hak rakyat baik secara

    kolektif atau perseorangan.

  • 20

    pemerintahan rakyat mayoritas.”40

    Demokrasi seperti yang dipaparkan di atas

    adalah bentuk pemerintahan rakyat41

    , karena itu kekuasaan pemerintah melekat

    pada rakyat, diri orang banyak dan merupakan hak bagi rakyat atau orang untuk

    mengatur, mempertahankan, dan melindungi diri dari tindakan paksa yang

    dilakukan pemerintahan sebagai pelaksana mandat dari rakyat.

    Tidak dapat dihindari bahwa dalam demokrasi, mayoritas anggota

    masyarakat yang mengambil keputusan dalam menjalankan pemerintahan.

    Mayoritas masyarakat ini diharapkan akan menjamin kedaulatan rakyat secara

    benar dengan bentuk pertanggungjawaban pemerintah terhadap mayoritas anggota

    masyarakat tersebut. Jadi dapat diartikan bahwa demokrasi adalah kedaulatan

    ditangan rakyat yang dijalankan oleh mayoritas masyarakat. Sementara itu, Hans

    Kelsen mengemukakan pengertian tentang demokrasi sebagai berikut: “demokrasi

    berarti bahwa kehendak yang dinyatakan dalam tata hukum negara identik dengan

    kehendak umum.”42

    Apabila hukum yang dibuat oleh pemerintah sesuai dengan

    kemauan rakyat maka apa yang dinamakan demokrasi itu telah tertuang dalam

    hukum yang dibuat.

    Demokrasi mempunyai arti penting bagi masyarakat, bahwa dengan

    demokrasi masyarakat merasa haknya terjamin dalam menentukan sendiri

    jalannya negaranya. Maka dari itu semua pengertian mengenai demokrasi

    40

    Ibid., h. 17.

    41 Ibid. Bentuk pemerintahan rakyat tersebut dapat dimanifestasikan dalam bentuk ikut

    serta dalam menentukan arah perkembangan dan cara mencapai tujuan dan gerak politik negaranya

    dalam batas-batas yang ditentukan oleh hukum yang berlaku. Salah satunya bebas berorganisasi,

    berkumpul, dan menyatakan pendapat.

    42 Hans Kelsen, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara, Op.Cit., h. 284. Kesesuaian

    hukum dengan kehendak rakyat berarti demokrasi mengandung makna bahwa setiap warga negara

    dilibatkan dalam pengambilan keputusan, adanya persamaan derajat, serta memperoleh jaminan

    kemerdekaan dan kebebasan.

  • 21

    memberikan posisi yang penting kepada rakyat dalam suatu negara. Demokrasi

    sebagai dasar hidup bernegara memberi pengertian bahwa pada tingkat terakhir

    rakyat yang menentukan terkait kehidupannya dan rakyatlah yang dapat menilai

    kebijakan yang dibuat pemerintah apakah kebijakan tersebut telah sesuai dengan

    kemauan rakyat. Kemudian pengertian lain tentang demokrasi sebagai berikut:

    “pemerintahan yang didasarkan pada kehendak dan kemauan rakyat serta

    pengorganisasian negara harus atas persetujuan rakyat karena kedaulatan berada

    ditangan rakyat.”43

    Secara umum, demokrasi diartikan pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat,

    dan untuk rakyat. Terkait demokrasi, Munir Fuady memberikan definisi mengenai

    demokrasi sebagai berikut:

    Demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan dalam suatu

    negara dimana semua warga negara secara memiliki hak,

    kewajiban, kedudukan, dan kekuasaan yang baik dalam

    menjalankan kehidupannya maupun dalam berpartisipasi

    terhadap kekuasaan negara, di mana rakyat berhak ikut serta

    dalam menjalankan negara atau mengawasi jalannya kekuasaan

    negara, baik secara langsung misalnya melalui ruang publik

    (public sphere) maupun melalui wakil-wakilnya yang dipilih

    secara adil dan jujur dengan pemerintahan yang dijalankan

    semata-mata untuk kepentingan rakyat, sehingga sistem

    pemerintahan dalam negara tersebut berasal dari rakyat,

    dijalankan oleh rakyat, untuk kepentingan rakyat (from the

    people, by the people, to the people).44

    Bonger dalam bukunya mengemukakan adanya dua pengertian demokrasi,

    yaitu 45

    :

    43

    Moh. Mahfud MD, Hukum dan Pilar-Pilar Demokrasi, Op.Cit., h. 8.

    44 Munir Fuady, Konsep Negara Demokrasi, Op.Cit., h. 2.

    45 Sri Soemantri Martosoewignjo, Pengantar Perbandingan Antar Hukum Tata Negara,

    Op.Cit., h. 27- 34.

  • 22

    a. Sudut formeel daripada demokrasi Bersumber pada kemerdekaan dan persamaan sehingga

    dalam prosesnya yang dilaksanakan adalah demokrasi di

    bidang politik.

    b. Sudut materiil daripada demokrasi a) Didasarkan pertama-tama pada kemerdekaan; b) Didasarkan pertama-tama kepada kemajuan di bidang

    sosial dan ekonomi;

    c) Demokrasi yang berdasar atas kedua hal di atas bersama-sama secara simultan.

    Pernyataan resmi mengenai demokrasi pernah dikemukakan oleh HOS

    Tjokroaminoto bahwa demokrasi yang ia inginkan adalah demokrasi dalam

    rangka pluralisme yang harus memberikan peluang yang sebesar-besarnya bagi

    peranan rakyat untuk menentukan jalannya negara.46

    Pendapat selanjutnya

    mengenai demokrasi, dikemukakan oleh Ismail Suny bahwa: “demokrasi berakar

    pada teori kedaulatan rakyat yang dapat dirumuskan sebagai wewenang tertinggi

    yang menentukan segala wewenang yang ada dalam suatu negara adalah

    rakyat.”47

    Sejalan dengan pendapat-pendapat sebelumnya mengenai demokrasi,

    Jimly Asshiddiqie memberikan pengertian demokrasi yang lebih partisipatif

    bahwa “demokrasi sebagai konsep kekuasaan dari, oleh, untuk, dan bersama

    rakyat.”48

    Pendapat Jimly Asshiddiqie di atas didasari oleh ide bahwa untuk

    kemanfaatan rakyat sesungguhnya segala kegiatan negara harus ditujukan bagi

    46

    Moh. Mahfud MD, Hukum dan Pilar-Pilar Demokrasi, Op.Cit., h. 34, dikutip dari

    Arief, Bentuk Negara dan Pemerataan Hasil-Hasil Pembangunan, dalam Prisma No 7 Tahun

    1982, h. 4.

    47 Sodikin, Hukum Pemilu: Pemilu Sebagai Praktek Ketatanegaraan, Penerbit Gramata

    Publishing, Bekasi, 2014, h. 15, dikutip dari Ismail Suny, Mekanisme Demokrasi Pancasila,

    Aksara Baru, Jakarta, 1984, h. 7.

    48 Jilmy Asshiddiqie, Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi, Op.Cit., h. 293.

    Arti dari demokrasi yang lebih partisipatif bahwa kekuasaan itu pada pokoknya diakui berasal dari

    rakyat, dan karena itu rakyatlah yang sebenarnya menentukan dan memberikan arah serta yang

    sesungguhnya menyelenggarakan kehidupan kenegaraan. Keseluruhan sistem penyelenggaraan itu

    pada dasarnya diperuntukkan bagi seluruh rakyat itu sendiri. Bahkan negara yang baik diidealkan

    pula agar diselenggarakan bersama-sama dengan rakyat dalam arti dengan melibatkan masyarakat

    dalam arti yang seluas-luasnya.

  • 23

    rakyat.49

    Keempat unsur yang terdapat dalam demokrasi itulah yang tercakup

    dalam pengertian kedaulatan rakyat, yaitu bahwa kekuasaan tertinggi ada ditangan

    rakyat, diselenggarakan untuk rakyat dan oleh rakyat sendiri, serta dengan terus

    membuka diri dengan melibatkan seluas mungkin peran serta rakyat dalam

    penyelenggarakan negara.50

    Dengan demikian konsep demokrasi merujuk pada

    pemerintahan suatu negara merupakan pemerintahan oleh rakyat.51

    Demokrasi

    menempatkan manusia sebagai pemilik kedaulatan yang kemudian dikenal dengan

    prinsip kedaulatan rakyat.52

    Pada masa kemerdekaan Indonesia istilah yang

    dipakai untuk menyebut demokrasi adalah kedaulatan rakyat. Atas dasar sejarah

    kemerdekaan itulah sumber kekuasaan pemerintah adalah rakyat dengan

    kedaulatannya. Inilah akar teori kedaulatan rakyat yang kemudian disebut

    demokrasi.53

    Demokrasi sering diidentikkan dengan ajaran kedaulatan rakyat.

    Keidentikan tersebut mengerucut pada satu pengertian bahwa kekuasaan tertinggi

    berada ditangan rakyat. Dalam suatu negara yang menganut asas demokrasi,

    wewenang tertinggi berasal dari rakyat bukan berasal dari penguasa yang otoriter.

    49

    Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Penerbit Sinar

    Grafika, Jakarta, 2010, h, 118.

    50 Jilmy Asshiddiqie, Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi, Op.Cit., h. 294.

    51 Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Op.Cit., h. 120.

    Pemerintahan oleh rakyat dalam suatu negara mengandung arti bahwa rakyat berdaulat baik dalam

    perencanaan, penetapan, pelaksanaan, maupun evaluasi dan pengawasan terhadap pelaksanaan

    produk hukum yang mengatur proses pengambilan keputusan dalam dinamika penyelenggaraan

    negara dan pemerintahan yang berkaitan dengan nasib dan masa depan mereka sendiri sebagai

    rakyat negara yang bersangkutan.

    52 Ibid., h. 200.

    53 Ibid., h. 96. Dengan teori kedaulatan rakyat ini, dasar kekuasaan negara itu bukan lagi

    vox dei (suara Tuhan), tetapi vox populi (suara rakyat). Inilah dasar legitimasi baru (menggantikan

    teori kedaulatan Tuhan) bagi kekuasaan pemerintah.

  • 24

    Negara hanya menempati posisi sebagai penampung aspirasi rakyat sehingga

    rakyat dapat ikut serta dalam pemerintahan kedepannya.

    UUD NRI 1945 tidak pernah menggunakan kata demokrasi dalam pasal-

    pasalnya tetapi UUD NRI 1945 menggunakan kata kedaulatan rakyat sebagai

    penyebutan lain demokrasi dalam Pasal 1 Ayat (2) UUD NRI 1945. Asas

    demokrasi sebagai asas hukum sering disebut sebagai kedaulatan rakyat. Asas

    kedaulatan rakyat, yaitu rakyatlah yang mempunyai kekuasaan tertinggi dalam

    pemerintahan negara, rakyat yang menentukan kehendak negara, rakyat yang akan

    menentukan apa yang akan diperbuatnya dan rakyat yang akan menentukan pula

    bagaimana cara berbuatnya.54

    Pendapat tersebut menunjukkan bahwa dalam asas

    kedaulatan rakyat terkandung makna bahwa rakyat memegang kekuasaan tertinggi

    atas berjalannya negaranya sendiri. Kedaulatan rakyat apabila diartikan secara

    sederhana adalah rakyat yang menjadi sumber kekuasaan tertinggi negara.

    Menurut Jean Jacques Rosseau:

    Manusia itu berdaulat penuh atas dirinya, ia memiliki hak-hak

    yang lahir dari dan atas dirinya sendiri. Kedaulatan orang yang

    satu tidak kurang tetapi juga tidak lebih dari yang lain. Dalam

    situasi yang seperti itu tidak akan mungkin ada kemajuan. Maka

    manusia itu serentak bersama-sama menyerahkan kedaulatan

    masing-masing kepada masyarakat, lalu pelaksanaan perintah-

    perintah ialah negara dan pemerintahan. Penyerahan itu disertai

    dengan satu syarat: ia harus turut serta untuk menyusun

    kemauan umum, volonte generale, yang akan dijadikan

    kemauan negara.55

    Dengan demikian maka rakyat secara sukarela mau menyerahkan

    keinginannya kepada suatu organisasi yaitu negara untuk selanjutnya menjalankan

    54

    Joeniarto, Demokrasi dan Sistem Pemerintahan Negara, Penerbit PT Bina Aksara,

    Jakarta, 1982, h. 17.

    55 M. Hutauruk, Asas-Asas Ilmu Negara, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1978, h. 25.

  • 25

    kekuasaaan berdasarkan rakyat. Pengertian ajaran kedaulatan oleh Imanuel Kant

    yang menyatakan bahwa:

    Tujuan negara itu adalah untuk menegakkan hukum dan

    menjamin kebebasan para warganya. Dalam pengertian bahwa

    kebebasan di sini adalah kebebasan dalam batas-batas

    perundang-undangan, sedangkan undang-undang yang di sini

    yang berhak membuat adalah rakyat sendiri. Maka undang-

    undang itu merupakan penjelmaan dari pada kemauan atau

    kehendak rakyat. Jadi, rakyatlah yang mewakili kekuasaan

    tertinggi atau kedaulatan.56

    Namun kedaulatan tidak serta-merta dapat dilakukan oleh rakyat dalam

    menentukan keputusan. Keputusan rakyat yang akan menjadi pedoman

    pemerintah dalam menjalankan pemerintahan harus dibentuk sesuai dengan

    prosedur dan tata cara yang telah ditetapkan konstitusi. Selanjutnya Bagir Manan

    mengemukakan arti kedaulatan rakyat sebagai berikut:

    Kedaulatan rakyat berarti bahwa kekuasaan untuk mengatur

    pemerintahan negara ada pada rakyat. Rakyat yang berdaulat,

    berkuasa untuk menentukan cara bagaimana ia harus diperintah.

    Tetapi putusan rakyat yang menjadi peraturan pemerintah bagi

    semua orang, ialah keputusan yang ditetapkan dengan cara

    mufakat dalam suatu perundingan yang teratur bentuk dan

    jalannya. Bukan keputusan yang sekonyong-konyong diambil

    dengan cara yang tersendiri saja, dengan menyerukan bersama-

    sama “mufakat”. Di sini tidak ada permusyawaratan terlebih

    dahulu, sebab itu bukanlah keputusan menurut kedaulatan

    rakyat.57

    Dalam kaitannya dengan negara Indonesia, bahwa negara Indonesia

    berdasarkan asas demokrasi. Dalam sistem konstitusional berdasarkan Undang-

    Undang Dasar, pelaksanaan kedaulatan rakyat disalurkan dan diselenggarakan

    56

    Soehino, Ilmu Negara, Penerbit Liberty, Yogyakarta, 2001, h. 161.

    57 Sodikin, Hukum Pemilu: Pemilu Sebagai Praktek Ketatanegaraan, Op.Cit., h. 15,

    dikutip dari Bagir Manan, Perjalanan Historis Pasal 18 UUD 1945 (Perumusan dan Undang-

    Undang Pelaksananya), Unsika, Karawang, 1993, h. 47-48.

  • 26

    menurut prosedur konstitusional yang ditetapkan dalam hukum dan konstitusi

    (constitutional democracy).58

    UUD NRI 1945 tidak berbicara tentang demokrasi

    tetapi menyebut asas demokrasi adalah kedaulatan rakyat yang berposisi sebagai

    asas hukum. Konstitusi Indonesia merupakan landasan bagi pemerintah dalam

    menyelenggarakan negara atas kehendak rakyat. Indonesia dalah negara

    demokratis tertuang dalam konstitusi Pasal 1 Ayat (2) “kedaulatan berada

    ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”59

    , ketentuan

    ini memberikan penegasan bahwa MPR tidak mempunyai kewenangan untuk

    memilih Presiden dan Wakil Presiden. MPR tidak dapat secara serta-merta

    memberhentikan Presiden dan Wakil Presiden dalam masa jabatannya yang

    dianggap melakukan pelanggaran hukum dan penghianatan terhadap negara.

    Kemudian bukti negara Indonesia menganut asas demokrasi diturunkan

    dalam ketentuan-ketentuan lain yang mencerminkan demokrasi pada beberapa

    Pasal dalam konstitusi. Antara lain yang mencerminkan bahwa negara Indonesia

    adalah demokrasi yaitu perubahan pemilihan Presiden yang semula dipilih oleh

    MPR menjadi Presiden dan Wakil Presiden dipilih secara langsung oleh rakyat.

    Ketentuan pemilihan Presiden secara langsung termuat dalam pasal 6A Ayat (1)

    UUD NRI 1945 “Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan

    secara langsung oleh rakyat.”60

    Pemilihan Presiden secara langsung ini

    58

    Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Op.Cit., h. 58.

    59 Amandemen ketiga UUD NRI 1945 Pasal 1 Ayat (2).

    60 Amandemen ketiga UUD NRI 1945 Pasal 6A Ayat (1).

  • 27

    dijustifikasi oleh asas demokrasi.61

    Bukti lain yang menguatkan bahwa Indonesia

    adalah negara demokrasi adalah dimuatnya pengakuan dan penghormatan

    terhadap Hak Asasi Manusia dalam konstitusi, salah satunya adalah pengakuan

    hak politik setiap warga negara dalam Pasal 28E Ayat (3) UUD NRI 1945 “setiap

    orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan

    pendapat."62

    Dalam rangka membatasi kekuasaan Presiden dan Wakil Presiden

    Indonesia, konstitusi telah memberikan ketentuan mengenai batasan waktu

    mereka menjabat dan batasan periode masa kepemimpinan. Batasan tersebut

    termuat dalam konstitusi Pasal 7 “Presiden dan Wakil Presiden memegang

    jabatan selama lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam masa

    jabatan yang sama, hanya untuk satu kali mas jabatan.”63

    Penegasan tentang

    pembatasan masa jabatan Presiden ini ditujukan untuk mencegah penyalahgunaan

    kekuasaan sekaligus menutup peluang Presiden dapat menjabat tanpa batas waktu

    seperti pada rezim Orde Baru.64

    Termuatnya berbagai ketentuan dalam UUD NRI

    1945 tersebut dijustifikasikan oleh salah satu asas utama dalam UUD NRI 1945

    yaitu demokrasi (Pasal 1 UUD NRI 1945).65

    61

    Titon Slamet Kurnia, Pengantar Sistem Hukum Indonesia, Op.Cit., h. 33. Pemilihan

    secara langsung ini sangat tepat sebagai wadah terhadap hak-hak rakyat untuk berpartisipasi secara

    aktif dalam pemerintahan.

    62 Amandemen kedua Pasal 28E Ayat (3) UUD NRI 1945.

    63 Amandemen pertama Pasal 7 UUD NRI 1945.

    64 Titon Slamet Kurnia, Pengantar Sitem Hukum Indonesia, Op.Cit., h. 32.

    65 Ibid.

  • 28

    Berdasarkan pendapat di atas mengenai arti kedaulatan rakyat maka dapat

    disimpulkan bahwa kedaulatan rakyat adalah demokrasi. Kesimpulan tersebut

    diperkuat oleh Sodikin bahwa: “bahwa dapat juga dikatakan bahwa ajaran

    kedaulatan rakyat memperoleh bentuk yang lebih konkret ke dalam apa yang

    disebut dengan demokrasi.”66

    Kedaulatan di sini oleh para ahli sering diartikan

    dengan kekuasaan. Jadi dengan demikian dominasi kekuasaan berada di tangan

    rakyat.67

    Rumusan kedaulatan berada di tangan rakyat di dalam Undang-Undang

    Dasar 1945 ”menunjukkan bahwa dalam sistem ketatanegaraan Indonesia

    kedudukan rakyatlah yang paling menonjol dan paling sentral.”68

    C. Perlindungan Minoritas sebagai Salah Satu Unsur dari Asas

    Demokrasi

    Pemerintahan oleh mayoritas merupakan konsekuensi logis dari dianutnya

    asas demokrasi dalam suatu negara. Pemerintahan mayoritas tersebut mempunyai

    legitimasi keberadaannya ketika didasarkan pada kedaulatan rakyat seperti yang

    tertuang dalam Pasal 1 Ayat (2) UUD NRI 1945. Kedaulatan rakyat mengandung

    arti bahwa kehendak rakyat dalam negara demokrasi akan sahih apabila

    dijalankan oleh mayoritas. Prinsip mayoritas didasari dengan prinsip penentuan

    66

    Sodikin, Hukum Pemilu: Pemilu Sebagai Praktek Ketatanegaraan, Op.Cit., h. 18.

    67 Harris Soche, Supremasi Hukum dan Prinsip Demokrasi di Indonesia, Op.Cit., h. 20,

    dari Ismail Suny, Mekanisme Demokrasi Pncasila, Aksara Baru, Jakarta, 1978, h. 15.

    68 Sodikin, Hukum Pemilu: Pemilu Sebagai Praktek Ketatanegaraan, Op.Cit., h. 33,

    dikutip dari Dahlan Thalib, Konsepsi Kedaulatan Rakyat Menurut Undang-Undang Dasar 1945

    dan Implementasinya Dalam Praktek Ketatanegaraan (Studi Tentang MPR Sebagai Pelaku

    Kedaulatan Rakyat Sepenuhnya), Disertasi, Universitas Padjajaran, Bandung, 2000, h. 293-294.

  • 29

    kehendak sendiri69

    ; artinya, setiap keputusan yang diambil kelompok mayoritas

    akan berkekuatan mengikat apabila keputusan tersebut disetujui oleh semua

    elemen. Keputusan yang ditentukan oleh mayoritas tersebut berimplikasi pada

    keharusan persetujuan semua elemen pembuat keputusan apabila keputusan

    tersebut akan diubah.70

    Prinsip mayoritas yang sejalan dengan prinsip penentuan kehendak sendiri

    perlu mendapatkan batasan agar tidak menjadi dominasi mayoritas absolut.71

    Pembatasan tersebut dijamin oleh kemerdekaan individu72

    bahwa perubahan

    terhadap setiap keputusan tidak serta-merta dapat dirubah tetapi memerlukan

    persetujuan oleh sebagian besar individu. Menurut prinsip mayoritas, jumlah

    individu yang menyetujuinya selalu lebih besar dari jumlah individu yang tidak

    menyetujuinya, baik sebagian ataupun seluruhnya, akan tetapi mereka yang tidak

    menyetujuinya akan tetap terikat oleh keputusan tersebut.73

    Ide yang melandasi

    prinsip mayoritas adalah ”keputusan yang ditetapkan harus selaras dengan dari

    para subyek sebanyak-banyaknya, dan tidak selaras dengan kehendak para subyek

    69

    Hans Kelsen, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara, Loc.Cit. Penentuan

    kehendak sendiri menuntut bahwa tatanan sosial harus dibuat dengan keputusan bulat dari semua

    subyeknya dan bahwa keputusan itu harus tetap mengikat hanya sepanjang keputusan tersebut

    mendapat persetujuan dari semua subyeknya.

    70 Ibid.

    71 Ibid., h. 407. Prinsip mayoritas tidak sama dengan keabsolutan mayoritas terhadap

    minoritas. Dengan demikian untuk batas tertentu dimungkinkan mencegah isi keputusan yang

    dibuat oleh mayoritas tidak bertentangan mutlak dengan kepentingan minoritas.

    72 Ibid., h. 405.

    73 Ibid. Ketika jumlah mereka yang tidak menyetujui keputusan tersebut lebih besar dari

    yang menyetujuinya, maka dimungkinkan perubahan kembali keputusan tersebut di mana

    keputusan tersebut nantinya akan selaras dengan kehendak yang lebih besar jumlahnya daripada

    yang kehendaknya tidak selaras dengan keputusan.

  • 30

    dalam jumlah sekecil-kecilnya.”74

    Apabila suatu keputusan tidak dapat diubah

    oleh kehendak mayoritas tetapi hanya oleh kehendak seluruhnya, atau kehendak

    dari mayoritas bersyarat maka sekelompok kecil orang saja dapat mencegah

    terjadinya perubahan tatanan sosial. Dengan demikian tatanan sosial tersebut

    dapat menjadi tidak selaras dengan kehendak dari sejumlah subyek yang mungkin

    lebih besar dari jumlah subyek yang kehendaknya selaras dengan tatanan sosial

    tersebut.75

    Prinsip mayoritas sangat erat hubungannya dengan ide-ide kebebasan dan

    persamaan. Derajat kebebasan seseorang dapat dilihat dari seberapa jauh

    perlakuan negara terhadap persamaan hak-hak minoritas dengan mayoritas. Setiap

    individu pada dasarnya mempunyai nilai politik yang sama dan setiap orang

    mempunyai tuntutan yang sama atas kebebasan; artinya setiap orang dapat

    menuntut agar kehendak mayoritas selaras dengan kehendaknya.76

    Prinsip

    mayoritas tidak sama dengan dominasi absolut mayoritas atau kediktatoran

    mayoritas atas minoritas.77

    Keterlibatan minoritas menentukan tata hukum

    penting, namun pada akhirnya isi dari keputusan tersebut ditentukan oleh

    kehendak mayoritas.78

    Keterlibatan minoritas dalam pembentukan maupun

    perubahan sebuah keputusan merupakan konsekuensi dari prinsip mayoritas.

    74

    Ibid., h. 406.

    75 Ibid.

    76 Ibid.

    77 Ibid., h. 407.

    78 Ibid. Walaupun penentuan isi dari keputusan tersebut ditentukan oleh kehendak

    minoritas, namun tetap harus dilandasi oleh ide kebebasan dan persamaan sebagai batasan prinsip

    mayoritas.

  • 31

    Namun pada akhirnya keterlibatan tersebut diputuskan oleh mayoritas.79

    Keterlibatan minoritas dalam pembentukan sebuah keputusan memunculkan suatu

    proses kompromi80

    antara mayoritas dan minoritas sehingga kepentingan mereka

    dapat disatukan menjadi sebuah keputusan yang adil.

    Kompromi merupakan suatu bentuk yang ideal dari perlindungan terhadap

    hak-hak minoritas yang biasanya tersingkirkan oleh kelompok mayoritas yang

    memerintah. Namun persoalan lain yang sangat krusial adalah masalah persamaan

    dalam hukum dan pemerintahan dari setiap warga negara yaitu kaitannya dengan

    hak-hak minoritas yang selalu kalah oleh prinsip mayoritas. Menurut ajaran

    demokrasi, “golongan minoritas ini tetap mempunyai hak sesuai kedudukannya

    sebagai minoritas, sementara yang memerintah adalah pihak mayoritas dengan

    atau tanpa mengikutsertakan pihak minoritas.”81

    Demokrasi yang ideal adalah

    demokrasi yang memberikan perlindungan terhadap minoritas; artinya,

    keikutsertaan dan tindakan minoritas dalam pemerintahan akan sahih apabila hak-

    hak minoritasnya dalam politik maupun non politik diakui dan dilindungi oleh

    negara. Perlindungan terhadap hak-hak minoritas menjadi pedoman bagi

    pemerintahan mayoritas untuk menyelenggarakan negara berdasarkan asas

    demokrasi. Perlindungan minoritas tersebut sering disebut dengan konsep

    79

    Ibid. Keterlibatan tersebut ditujukan untuk mengurangi kemungkinan keputusan yang

    dibuat oleh mayoritas dipengaruhi oleh kehendak minoritas. Keterlibatan minotitas dalam

    pembentukan keputusan ditujukan juga untuk mencegah terjadinya kediktatoran mayoritas atas

    minoritas.

    80 Ibid., h. 408. Kompromi berarti penyelesaian suatu konflik melalui suatu norma yang

    tidak seluruhnya sesuai dengan kepentingan-kepentingan dari salah satu pihak, tidak juga

    seluruhnya bertentangan dengan kepentingan-kepentingan pihak lain. Metode kompromi ini

    merupakan suatu pendekatan ke arah penentuan kehendak sendiri secara sempurna.

    81 Munir Fuady, Konsep Negara Demokrasi, Op.Cit., h. 51.

  • 32

    “pemerintahan oleh mayoritas dengan mempertahankan hak dari minoritas

    (majority rule, minority rights).”82

    Perlindungan minoritas dalam sebuah negara demokrasi menjadi aspek

    yang paling penting. Perlindungan minoritas dalam negara demokrasi dapat dilihat

    pada catatan kaki yang terkenal di Amerika serikat dalam kasus United States v.

    Carolene Products Co., yang diputuskan pada tahun 1938. Pada kasus ini terdapat

    hubungan dengan perlindungan minoritas yang menyebutkan bahwa kepentingan

    setiap individu adalah esensial83

    ; artinya kepentingan setiap individu ini dalam

    negara demokrasi dianggap setara sehingga dengan adanya kesetaraan

    kepentingan maka mayoritas tidak dapat melakukan tirani terhadap minoritas.

    Demi mengatasi kesewenang-wenangan mayoritas terhadap minoritas, maka perlu

    adanya mekanisme kerjasama84

    antara mayoritas dengan minoritas. Pemerintahan

    mayoritas agar tidak menjadi mayoritas absolut perlu dilakukan pemisahan

    kepentingannya dari kepentingan-kepentingan mayoritas, namun di sisi lain ia

    juga tidak memisahkan koalisi mayoritas dari beragam minoritas.85

    Mengenai

    perlindungan yang sama diantara warga negara, Mahkamah Agung Amerika

    Serikat dalam membuat peraturan pada kondisi tertentu harus melindungi

    kepentingan minoritas yang tidak memiliki suara kemudian melalui konstitusi

    82

    Ibid.

    83 John Hart Elly, Democracy and Distrust: A Theory of Judicial Review, Harvard

    University Press, Cambridge-Massachusetts, 1980, h. 79. Kepentingan setiap individu harus

    menjadi suatu unsur yang harus dipatuhi dalam proses legislasi sebab legislasi yang

    memperhatikan kepentingan setiap individu akan menghasilkan peraturan yang tidak saja

    menguntungkan mayoritas tetapi di sisi lain melindungi kepentingan minoritas.

    84 Ibid., h. 81. Kerjasama antara mayoritas dan minoritas akan membantu proses

    demokrasi manakala pemerintahan yang dijalankan oleh mayoritas menjaga kepentingan rakyat

    secara keseluruhan sehingga menciptakan kepercayaan antara kedua kelompok tersebut.

    85 Ibid., h. 82.

  • 33

    kepentingan mereka dititipkan kepada kelompok-kelompok yang memiliki

    kekuasaan politik sehingga kelompok-kelompok tersebut diharapkan dapat

    menjamin kepentingan minoritas.86

    Pemerintahan yang dijalankan oleh mayoritas harus memberikan ruang

    kepada setiap warga negara termasuk di dalamnya kelompok minoritas untuk

    diadakannya diskusi terbuka dan informasi yang penuh tentang isu-isu politik

    yang bertujuan untuk memastikan dan mengecek proses pemerintahan yang

    dilakukan oleh mayoritas bekerja sesuai dengan cita-cita demokrasi yaitu

    perlindungan minoritas.87

    Perlindungan yang sama terhadap setiap warga negara

    ditegaskan melalui Amandemen ke-4 konstitusi Amerika Serikat yang

    memfokuskan untuk menghindari perlakuan yang tidak adil.88

    Perlakuan yang

    tidak adil ini biasanya dialami oleh kelompok minoritas yang tidak memiliki

    kekuatan politik di pemerintahan sehingga memungkinkan terjadinya tirani oleh

    mayoritas. Mayoritas yang tirani akan mengganggu kebebasan kelompok

    minoritas untuk berpartisipasi dalam menjalankan roda pemerintahan, kondisi

    yang seperti ini memungkinkan mengesampingkan kepentingan minoritas yang

    sepatutnya menjadi perhatian pemerintahan mayoritas. Untuk menjamin kebijakan

    yang dibuat pemerintah selaras dengan kehendak minoritas maka diperlukan

    86

    Ibid., h. 84. Penitipan kepentingan-kepentingan minoritas kepada kelompok-

    kelompok yang memiliki kekuasaan politik dilakukan melalui mekanisme kontrak politik.

    87 Ibid., h. 94. Perlindungan minoritas perlu dikuatkan agar menjamin kebebasan

    berekspresi, kebebasan berbicara, dan berorganisasi sekaligus menjadi jembatan bagi penyaluran

    hak politik setiap individu untuk memiliki kedudukan yang sama dalam pemerintahan. Kedudukan

    yang sama setiap individu berakibat pada keharusan bagi pemerintah untuk memerintah dengan

    mempertimbangkan kehendak dari minoritas.

    88 Ibid., h. 97.

  • 34

    keputusan yang bersifat terbuka89

    bagi seluruh warga negara. Selain harus bersifat

    terbuka, keputusan yang dibuat oleh pemerintah harus berpegang pada

    kepentingan semua elemen masyarakat.90

    Perlindungan pada kelompok minoritas

    yang tergolong kecil seperti misalnya Amish, hari ketujuh kaum Adven, dan

    kesaksian Jehovahs.

    89

    Ibid., h. 100. Keputusan yang bersifat terbuka menjadi konsekuensi logis dari

    dianutnya asas demokrasi. Keputusan yang bersifat terbuka akan mengurangi tingkat kecurigaan

    masyarakat kepada pemerintah terhadap kebijakan yang ditetapkan.

    90 Ibid.