bab ii anas -...
TRANSCRIPT
5
BAB II
Kemampuan Berbahasa Arab Dan Hasil Belajar Al-Qur’an Hadits
A. Kemampuan Berbahasa Arab.
1. Pengertian Kemampuan.
Kata kemampuan yang dalam bahasa inggrisnya competency,
ability, capability, capacity,1 merupakan kata jadian yang sudah jelas
maknanya dan menyatakan keadaan, yaitu keadaan yang dimiliki oleh
seseorang bahwa seseorang mampu melakukan suatu perbuatan.
Menurut Wood Woorth dan Marquis sebagaimana dikutip oleh
Sumadi Surya Brata, kata kemampuan mempunyai tiga pengertian yaitu :
a. Achievement yang merupakan actual ability yang dapat diukur secara
tidak langsung dengan alat tes.
b. Capacity yang merupakan potensial abilty yang dapat diukur secara tidak
langsung dengan melalui pengukuran terhadap kecakapan individu,
dimana kecakapan itu berkembang melalui training yang intensif dan
pengalaman.
c. Attitude, yaitu kualitas yang hanya dapat diungkap atau diukur dengan tes
khusus yang sengaja dibuat untuk itu.2
Jadi kemampuan adalah keadaan yang berupa kecakapan pada diri
seseorang yang mencakup potensi serta kualitas. Kemampuan tersebut bisa
diukur berdasarkan standar tertentu untuk menentukan sejauhmana
kemampuan yang sudah dimiliki oleh seseorang tersebut.
2. Berbahasa Arab
Sedangkan berbahasa merupakan alat komunikasi penting dalam
kehidupan, bahasa dijadikan sesuatu yang harus dipelajari dan difahami secara
1 John M.Echols dan Hassan Shadily, Kamus Indonesia-Inggris, PT. Gramedia, Jakarta,
Edisi Ketiga, 2001, hlm.359. 2 Sumadi Surya Brata, Psikologi Pendidikan, Rajawali, Jakarta, 1986, hlm.169.
6
sungguh-sunguh, karena bahasa disamping sebagai alat untuk komunikasi
yang ampuh untuk berhubungan dan kerjasama.
Kemampuan dasar manusia untuk berbahasa merupakan
kemampuan yang sejalan dengan potensi hidup manusia sebagai sarana ujaran
sekaligus alat hidup untuk saling mengenal dan berinteraksi, meskipun
demikian, kemampuan dan tingkat perkembangan ujaran sebagai
penampilannya erat hubungnnya dengan tingkat kecerdasan dan
perkembangan kreatifitas seseorang juga erat hubungannya dengan
pertimbangan individu yang dilandasi nilai-nilai tertentu. Oleh karena itu
timbul berbagai macam bahasa yang dipengaruhi oleh adanya dialek atau latar
belakang suatu daerah tertentu, salah satunya adalah bahasa Arab dipakai
sebagai bahasa sehari-hari oleh bangsa arab dan negara-negara sekitarnya.
Firman Allah Dalam surat Al-Hujaraat :
ايايها الناس انا خلقنا آم من ذ آر و ا نثى و جعنا آم شعو با و قبا ئل لتعا ر فو
) 13 ا لحجرات ( ان اآر مكم عند ا هللا اتقكم ان اهللا عليم خبير
Artinya : Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan
kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan
menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku- suku
supaya kamu saling kenal- mengenal . Sesungguhnya orang
yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang
yang paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Melihat. ( Al-Hujaraat ayat 13 )
Dapat dikatakan bahwa belajar bahasa Arab merupakan usaha
untuk membentuk kebiasaan baru secara dasar, artinya dalam proses belajar
bahasa arab ada kurikulum dan tujuan yang hendak dicapai sehingga tercapai
suatu kebiasaan baru yaitu kemampuan berbahasa Arab.
Jadi kemampuan berbahasa Arab adalah kemampuan yang berupa
kecakapan pada diri seseorang dalam berbahasa arab. Kemampuan tersebut
7
bisa diukur berdasarkan standar tertentu untuk menentukan sejauhmana
kemampuan yang sudah dimiliki oleh seseorang tersebut.
3. Aspek – aspek kemampuan berbahasa Arab.
Mempelajari bahasa Arab sebagai bahasa asing, tidak lepas dari
prinsip-prinsip linguistik, yang menyatakan bahwa bahasa adalah bahasa
ucapan, karena itu sebelum siswa belajar membaca dan menulis terlebih
dahulu belajar mendengarkan.3
Adapun aspek-aspek kemampuan / kemahiran berbahasa Arab
dapat ditunjukkan dengan adanya kemampuan menyimak ( ),
kemampuan membaca ( ), kemampuan menulis ( ).
Aspek-aspek tersebut pada dasarnya dapat digolongkan menjadi dua bagian
yaitu; Kemampuan Reseptif (menerima), dan kemampuan ekspresif
(mengeluarkan).4
Kemampuan reseptif meliputi, menyimak, artinya seseorang
dikatakan mahir berbahasa Arab yaitu apabila dia mampu memahami segala
ucapan orang lain yang berbahasa Arab, baik disengaja ataupun tidak
disengaja. Sedangkan kemampuan ekspresif, meliputi tiga aspek, yaitu;
Kemampuan membaca, kemampuan berbicara, dan kemampuan menulis. Dari
tiga ini termasuk diantara tanda-tanda seseorang memiliki kemampuan
berbahasa arab.
Kemampuan berbahasa Arab merupakan kecakapan yang harus
dimiliki sebagai dasar dalam penggunaan bahasa itu sendiri, baik itu secara
aktif maupun pasif. Dalam praktek berbahasa ada kegiatan-kegiatan
mendengarkan, berbicara, mendengar membaca dan menulis.5
3 Muljanto Sumardi, Pedoman Mempelajari Bahasa Arab Pda Perguruan Tinggi Agama
Islam, DEPAG RI, Jakarta, 1975, hlm.118. 4 Muljanto Sumardi, Ibid., hlm.118. 5 A. Akrom Malibary, Pengajaran Bahasa Arab Di Madrasah Aliyah, Bulan Bintang,
Jakarta, 1987, hlm.2.
8
Menurut Henry Guntur Tarigan, kemampuan atau kemahiran
berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu : ketrampilan menyimak,
ketrampilan berbicara, ketrampilan membaca, ketrampilan menulis.6
Kegiatan-kegiatan dalam berbahasa yang tersebut diatas
merupakan aturan-aturan umum, jadi tidak semua bahasa mencakup keempat
komponen tersebut. Demikian juga dengan berbahasa Arab, seseorang dapat
dikatakan mampu atau mahir berbahasa Arab, apabila dapat terampil dari
keempat komponen tersebut.
Berbahasa Arab diajarkan secara intensif dalam pengajaran bahasa
arab di sekolah ataupun di madrasah. Sebagai tujuan pengajaran bahasa pada
umumnya dan pengajaran bahasa Arab pada khususnya. Kemampuan
berbahasa Arab dalam pelajaran bahasa Arab yang diberikan di madrasah
adalah sebagai penunjang dalam memahami dan mendalami ajaran agama
islam, sehingga kemampuan bahasa Arab pada siswa madrasah belum
mencapai taraf yang sempurna, karena pengajaran bahasa Arab di madrasah
bersifat pada pengenalan atau penguasaan tahap awal dan belum sampai pada
taraf mempraktekkan bahasa Arab tersebut secara sempurna.
Di bawah ini akan diuraikan tentang empat komponen ketrampilan,
kemampuan, kemahiran berbahasa, yaitu :
a. Mendengar, menyimak. ( )
Mendengar merupakan ketrampilan dalam berbahasa yang suatu
kali dikenal atau dimengerti oleh sipengguna bahasa. Tingkatan mendengar
secara penuh perhatian dan pemahaman muncul setelah pengguna bahasa
mendengarkan hal-hal yang dianggap sepele, yang kemudian dianggap sebagai
tingkat menyimak. Oleh karena itu mendengar dan menyimak merupakan
suatu urutan dalam ketrampilan berbahasa.
6 Henry Guntur Tarigan, Strategi Pengajaran dan Pembelajaran Bahasa, Angkasa,
Bandung, 1990, hlm.191.
9
Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-
lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi serta
intrepretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi serta memahami
makna komunikasi yang tidak disampaikan oleh si pembicara melalui ajaran
atau bahaas lisan7.
Dalam bahasa Arab mendengar dan menyimak disebut istima’.
Mendengar dan menyimak dalam bahasa Arab sulit dilakukan karena bahasa
arab itu merupakan bahasa asing di Indonesia, sehingga tingkat menyimak ini
adalah kegiatan yang memerlukan ketekunan dalam mempelajarinya.
Menyimak dalam bahasa Arab akan dapat dicapai melalui suatu latihan-
latihan, sehingga mampu membedakan bahasa lisan dan memahami isinya.
Hal ini beralasan bahwa bahasa Arab dalam hal menyimak harus memerlukan
latihan secara intensif dan kontinyu karena mayoritas dari kita agak sulit
dalam memahami dan mengerti bahasa Arab.
b. Berbicara. ( )
Berbicara dalam bahasa Arab disebut muhadasah, inti dari materi
muhadatsah adalah mampu mengucapkan kalimat-kalimat bahasa arab untuk
disampaikan kepada lawan bicara. Muhadatsah adalah menerangkan dengan
lisan apa yang terlintas dalam hati dengan perkataan yang betul dan sesuai
dengan yang dimaksud8.
Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi agar
dapat menyampaikan pikiran secara efektif9. Berbicara dalam bahasa Arab
akan dicapai apabila dilakukan latihan-latihan percakapan lisan secara intensif,
guna mencapai kemampuan berbicara dalam bahasa arab secara sempurna,
7 Henry Guntur Tarigan, Menyimak Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa, Angkasa,
Bandung, 1985, hlm.19. 8 Mahmud Yunus, Metodik Khusus Bahasa Arab, Hida Karya, Jakarta. 1999, hlm. 68. 9 Heny Guntur Tarigan, Berbicara Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa, Angkasa,
Bandung, 1985, hlm. 56
10
latihan-latihan lisan ini diberikan dalam bentuk latihan ucapan, dan latihan
ekspresi atau menyatakan pikiran dan perasaan secara lesan.10
Latihan ucapan dalam bahasa arab merupakan latihan kemampuan
bahasa yang sangat penting. Dalam tata bunyi mengatakan unsur kata (fonem)
yang merupakan unsur terkecil dalam kata yang mempunyai daya untuk
membedakan arti. Dengan kata lain, jika suatu kata tidak diucapkan
sebagaimana mestinya akan dapat merubah arti,yang berarti salah ucapan bisa
menimbulkan salah pengertian dalam kata berkomunikasi dengan orang yang
menggunakan bahasa Arab.
c. Membaca. ( )
Membaca memiliki beberapa pengertian. Ada yang
mengartikannya sebagai sekedar menyuarakan lambang-lambang tertulis tanpa
mempersoalkan apakah rangkaian kata atau kalimat yang dilisankan itu
dipahami atau tidak, ada pula yang lebih jauh dari itu. Membaca adalah usaha
memahami bahan bacaan sebaik-baiknya, tanpa dipersoalkan bacaan itu
disuarakan atau tidak. Namun, seandainya bacaan itu disuarakan, pembacanya
harus jelas, lancar, benar, dan bagus, sedangkan yang membaca itu juga harus
paham sungguh-sungguh akan teks yang dibacanya.
Anderson dalam Tarigan mengemukakan membaca adalah suatu
proses penyandian kembali dan pembacaan sandi (a recording and decoding
process), berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan
penyandian (encoding)11. Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding) adalah
menghubungkan kata-kata tulis (written word) dengan makna bahasa lisan
(oral language meaning) yang mencakup pengubahan tulisan atau cetakan
menjadi bunyi yang bermakna.
10 Muljanto Sumardi, Pengajaran Bahasa Asing Sebuah Tinjauan dari Segi Metodologi,
Bulan Bintang, Jakarta, 1974, hlm. 57. 11 Henry Guntur Tarigan, Op.Cit., hlm.7.
11
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dikatakan bahwa
membaca berarti melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis,
mengeja/melafalkan, meramalkan, menduga, memperhitungkan dan
memahami.12
Hodgson dalam Tarigan berpendapat bahwa membaca adalah
proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh
pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau
bahasa tulis13. Menurut Frederick dalam Moesono (2002:2) membaca adalah
suatu keterampilan yang menuntut suatu kemampuan serangkaian respon yang
kompleks, berupa kognisi, sikap, afek, pemahaman, dan bukan sekedar
perilaku motorik yang sederhana yang dalam pengembangan keterampilannya
perlu suatu proses yang terpadu (integrative) yang harus dilatih35.
Wiryodijoyo yang merujuk pendapat Cole menyatakan bahwa
membaca adalah proses psikologis untuk menentukan arti kata-kata tertulis36.
Membaca melibatkan penglihatan, gerak mata, pembicaraan batin, ingatan,
pengetahuan mengenai kata yang dapat dipahami, dan pengalaman
pembacanya. Jadi pendapat Cole tentang membaca selain merupakan proses
psikologis untuk menentukan arti kata-kata tertulis juga sebagai pengalaman
bagi pembaca.
Dengan demikian membaca adalah suatu proses untuk memperoleh
pesan dengan cara melihat, menangkap dan memahami bahasa tertulis dari
sebuah buku atau bacaan. Dalam membaca diperlukan keterampilan–
keterampilan agar pembaca lebih mudah dan cepat memahami isi bacaan
tersebut.
12 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta. 2000. hlm 20 13 Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai suatu Keterampilan Berbahasa,Angkasa.
Bandung, 1994. hlm 7 35 Anggadewo Maesono. Pembelajaran Keterampilan : Lokakarya Nasional
Pengembangan Materi Membaca dan Menulis Bagi Guru SLTP Tahun 2002. Lembaga Penelitian UNNES. Semarang. 2002. hlm. 9
36 Maesono, Anggadewo. Ibid, hlm.2.
12
Berdasarkan pendapat di atas, penulis sependapat dengan Burhan
yang pada intinya membaca tidak hanya terdiri dari faktor-faktor fisik saja,
melainkan faktor mental juga. Pada saat membaca, kita menggunakan mata
untuk melihat apa yang tercetak, kemudian menafsirkan apa yang telah kita
lihat sehingga akan memiliki gagasan atau pandangan mengenai apa saja yang
baru di baca.
Jadi dapat disimpulkan bahwa membaca adalah kombinasi
pengenalan kata, intelek dan emosi yang berkaitan dengan pengetahuan
sebelumnya untuk memahami pesan yang dikomunikasikan atau dapat
dikatakan membaca adalah memahami pola-pola bahasa dari gambaran
tertulisnya. Hal ini perkuat dengan pendapat Tarigan yang menyatakan bahwa
dalam kegiatan membaca pengertian bukan hanya didapat dari deretan kata
yang tersurat saja, melainkan juga makna yang terdapat di antara baris, bahkan
juga makna yang terdapat dibalik deretan baris tersebut37. Dalam kajian
membaca jenis membaca semacam ini digolongkan ke dalam membaca kritis
serta membaca kreatif.
Dalam tataran yang lebih tinggi membaca bukan hanya sekedar
memahami lambang bahasa tulis belaka melainkan pula berusaha memahami
penguasaan, menerima, menolak, membandingkan dan meyakinkan pendapat
yang dikemukakan oleh pengarang. Dengan kata lain proses membaca itu
tidak ubahnya dengan proses ketika seseorang sedang berfikir atau sedang
bernalar.
1. Tujuan Membaca
Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta
memperoleh informasi mengenai cakupan isi, dan memahami makna bacaan.
Makna, arti (meaning) erat sekali berhubungan dengan maksud tujuan atau
37 Tarigan, Henry Guntur. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa,.Angkasa,
Bandung, 1986. hlm. 8.
13
intensif kita dalam membaca 38. Lebih lanjut Tarigan mengemukakan
beberapa tujuan membaca sebagai berikut:
a.) Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-
penemuan yang telah dilakukan oleh sang tokoh; apa yang telah di
buat, apa yang telah terjadi, atau untuk memecahkan masalah, dan
masalah yang di buat sang tokoh. Membaca seperti ini disebut
membaca untuk memperoleh perincian atau fakta-fakta.
b.) Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik
yang baik dan menarik, masalah yang terdapat dalam kalimat, apa
yang dipelajari dan dipahami oleh sang pengarang, dan merangkum
hal-hal yang dilakukan oleh sang pengarang untuk mencapai
tujuan. Membaca seperti ini dilakukan untuk memperoleh ide atau
gagasan dalam memahami kalimat.
c.) Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi
pada setiap bagian cerita, apa yang terjadi mulai pertama, kedua
dan ketiga atau seterusnya. Setiap tahap di buat untuk memecahkan
suatu masalah dan kejadian. Membaca ini disebut membaca untuk
mengetahui urutan atau susunan organisasi cerita.
d.) Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa yang hendak
diperlihatkan oleh sang pengarang kepada pembaca.
e.) Membaca untuk menemukan serta mengetahui apakah isi dalam
kalimat itu benar atau tidak benar.
2. Kegemaran Membaca
Membaca merupakan metode untuk memahami isi sesuatu melalui
wacana tulis. Kegemaran membaca ditujukan agar siswa mampu memperoleh
informasi dan memberikan gambaran dengan tepat mengenai berbagai hal,
menyerap ungkapan tertulis, perasaan orang lain baik secara tersurat maupun
secara tersirat, serta memberi tanggapan dengan tepat, dan menyerap gagasan
38 Henry Guntur Tarigan, Op.Cit., hlm. 9
14
berbagai sumber dari membaca. Berkaitan dengan membaca, Tampubolon
mengatakan apabila suatu kegiatan atau sikap, baik yang bersifat fisik maupun
mental, telah mendarah daging pada diri seseorang maka dikatakan bahwa
kegiatan atau sikap itu telah menjadi kebiasaan atau kegemaran39.
Terbentuknya suatu kegiatan tidak dapat terjadi dalam waktu
singkat, tetapi pembentukan itu adalah suatu proses perkembangan yang
memakan waktu lama. Selain faktor waktu, keinginan, keamanaan serta
motivasi harus ada. Selain ketiga faktor tersebut faktor lingkungan juga sangat
berpengaruh. Jika lingkungan tidak mendorong, bahkan menghambat maka
kebiasaan tersebut akan sukar bahkan tidak akan terbentuk walaupun ada
minat, keamanan, dan motivasi.
Membaca merupakan kegiatan fisik dan mental yang dapat
berkembang menjadi suatu kebiasaan atau kegemaran. Dalam usaha
pembentukan kegemaran membaca, ada dua aspek yang perlu diperhatikan,
yaitu minat (perpaduan antara keinginan, kemauan, dan motivasi) dan
keterampilan membaca. Keterampilan yang dimaksud adalah penguasaan
teknik membaca.
Membaca dalam ketrampilan berbahasa dianggap sebagai suatu
kegiatan yang harus dilakukan oleh pengguna bahasa. Membaca adalah
serangkaian kegiatan pikiran seseorang yang dilakukan secara penuh perhatian
untuk memahami makna suatu keterangan yang disajikan kepada indra
penglihatan dalam bentuk lambang.40
Pengertian membaca disini bukan sekedar membaca, tetapi yang lebih
penting adalah memahami isi bacaan itu sendiri, membaca pada pokoknya
untuk memahami dan menganalisis susunan kata-kata, bentuk kosakata dan
39 Tampubolon. Kemampuan Membaca, Teknik Membaca Efektif dan Efesien.: Angkasa.
Bandung, 1987. hl. 227-228 40 The Liang Grang Gie, Cara yang Efisien, Pusat Belajar Ilmu Berguna, PUIBB,
Yogyakarta, 1994, hlm. 61.
15
kecepatan membaca yang tujuan akhirnya adalah dapat memahami arti kata-
kata dalam konteks kalimat tertentu.20
Jadi membaca merupakan kegiatan memahami kalimat tertentu
sebagai informasi dengan indra penglihatan. Dalam bahasa arab dinamakan
dengan qira’ah yang dimasukkan dalam hal muthola’ah. Tujuan dari
muthola’ah dalam bahasa arab adalah sebagai berikut: 1) Agar dapat
mengucapkan dengan baik dan lancar dalam hal makhraj hurufnya. 2) Untuk
memperkaya bahasa, berupa kata-kata atau susunan kalimat yang indah. 3)
Agar memahami dan mengerti maksud dari yang dibaca21.
d. Menulis. ( )
1. Pengertian Menulis
Aktivitas menulis merupakan suatu bentuk menifestasi kemampuan
dan keterampilan berbahasa paling akhir dikuasai pelajaran bahasa Arab
setelah kemampuan mendengarkan, berbicara dan membaca. Di bandingkan
tiga kemampuan berbahasa tersebut, kemampuan menulis lebih sulit dikuasai,
hal ini di sebabkan kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai
unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi
tulisan.
Jika dalam kegiatan membaca orang harus menguasai lambang-
lambang bunyi, dalam kegiatan menulis menghendaki orang untuk menguasai
lambang atau simbol-simbol visual dan aturan tata tulis, khususnya yang
menyangkut masalah nahfu sorofnya. Agar komunikasi lambang tulis dapat
seperti yang diharapkan, penulis hendaknya menuangkan gagasannya ke
dalam bahasa yang tepat, teratur, dan lengkap. Untuk lebih jelasnya mengenai
menulis di bawah ini akan di kemukakan teori menulis menurut beberapa
tokoh.
20 Yusuf Amir Faisal, Reorientasi Pendidikan Islam, Gema Insan Press, Jakarta, 1995,
hlm. 367.
21 Mahmud Yunus, Op Cit.,hlm. 33.
16
Hastuti mengatakan bahwa kegiatan menulis adalah kegiatan yang
sangat kompleks. Kegiatan ini melibatkan cara berpikir yang teratur dan
kemampuan mengungkapkan dalam bentuk tertulis. Lebih lanjut Hastuti
mengatakan ada beberapa syarat mutlak yang harus dikuasai dalam menulis,
yakni:
1. Kesatuan gagasan
2. Kemampuan menyusun kalimat dengan jelas dan efektif,
3. Keterampilan menyusun paragraf atau alinea,
4. Menguasai teknik penulisan, dan
5. Memiliki sejumlah kata yang diperlukan22.
Sementara Tarigan mengatakan kemampuan menulis merupakan
kemampuan berbahasa siswa di samping tiga kemampuan berbahasa yang lain
yaitu kemampuan menyimak, berbicara dan membaca.23 Menulis adalah
menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan
suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat
membaca lambang-lambang grafik tersebut.
Soenardji menyatakan bahwa kemampuan menulis bukanlah
semata-mata milik golongan berbakat menulis, melainkan dengan latihan yang
sungguh-sungguh kemampuan itu dapat dimiliki oleh siapa saja24.
Untuk mendapatkan keterampilan menulis tidak cukup dengan
mempelajari tata bahasa dan pengetahuan tentang teori menulis, apalagi tujuan
menghafalkan definisi istilah-istilah yang terdapat dalam bidang karang
mengarang.. Sehubungan dengan hal tersebut Akhadiyah berpendapat bahwa
kegiatan menulis merupakan suatu proses. Jadi dalam proses menulis semakin
kritis seseorang berfikir, semakin jelas jalan pikirannya25. Karena itu
22 P. H. Sri. Hastuti Konsep-konsep Dasar Pengajaran Bahasa Indonesia, FPBS IKIP
Yogyakarta. . Yogyakarta, 1989. hl. 1 23 Henry Guntur Tarigan, Op.Cit., hlm. 21 24 Soenardji. Asas-asas Menulis. CV IKIP Semarang Press. Semarang. 1998. hlm. 17. 25 Akhadiah, dkk. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Erlangga. Jakarta.
1998. hlm. 2
17
keterampilan menulis bukanlah keterampilan yang diwariskan secara turun
temurun, tetapi merupakan hasil proses dan ketekunan berlatih.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
menulis adalah suatu kegiatan mengungkapkan gagasan, ide, buah pikiran
yang memperhatikan persyaratan-persyaratan yang ada berdasarkan kaidah
yang berlaku serta perlu dilatih secara terus- menerus dan sungguh-sungguh.
Di dalam kegiatan penulisan yang merupakan kegiatan inti dari
proses menulis yang perlu diperhatikan adalah pilihan kata atau diksi,
penyusunan kalimat efektif, pengembangan paragraf beserta penyusunannya,
penggunaan ejaan dan tanda baca. Kemampuan menulis (kaligrafi) di sekolah
lanjutan pertama diperoleh melalui pengetahuan tentang teknik menulis dari
guru sebagai nara sumber dan buku-buku paduan kaligrafi.
Keterampilan menulis diperoleh melalui latihan yang disertai
bimbingan secara intensif. Pada sisi lain keterampilan menulis melibatkan cara
berpikir tertentu serta mengungkapkannya dalam bentuk tertulis dengan
memperhatikan beberapa syarat. Persyaratan mutlak yang harus dikuasai
adalah ;
1. Kesatuan gagasan yang harus dimiliki lebih dahulu oleh calon
penulis.
2. Kemampuan menyusun kalimat dengan jelas dan efektif.
3. Kemampuan menyusun paragraf atau alinea.
4. Menguasai teknik penulisan seperti penempatan tanda baca.
5. Memiliki penguasaan sejumlah kata yang diperlukan26.
Dengan mengikuti beberapa syarat di atas, diharapkan
keterampilan menulis arab siswa semakin baik.
2. Tujuan Menulis
Seseorang melakukan kegiatan menulis karena mempunyai tujuan
tertentu.. Tujuan seseorang melaksanakan kegiatan menulis ada bermacam-
26 P. H. Sri. Hastuti, Op.Cit, hlm. 39
18
macam seperti yang dikatakan oleh Keraf bahwa tujuan menulis di antaranya
adalah untuk mengungkapkan fakta-fakta, perasaan, sikap dan isi pikiran
secara jelas dan efektif kepada para pembaca27.
Berkaitan dengan tujuan menulis, Sujanto menyatakan bahwa
tujuannya adalah untuk mempertajam kepekaan siswa terhadap kesalahan-
kesalahan baik ejaan, struktur, maupun pemilihan kosakata28.
Menulis merupakan keterampilan produktif yang berkaitan erat
dengan dua macam keterampilan reseptif dalam berbahasa yaitu keterampilan
menyimak dan membaca. Sebaiknya dalam menulis menggunakan kalimat-
kalimat efektif, logika, sistematika, ejaan, tanda baca, pilihan kata, dan pilihan
kalimat.
3. Keterampilan Menulis
Kemampuan keterampilan berbahasa sebagai tujuan pengajaran
bahasa arab meliputi keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis. Keterampilan menyimak, berbicara, dan keterampilan membaca
merupakan bekal dalam keterampilan menulis, karena dalam keterampilan
menulis diperlukan pemahaman dan perhatian tersendiri.
Pada saat ini keterampilan menulis merupakan sarana yang penting
dalam kehidupan masyarakat karena dengan menguasai keterampilan menulis
kita akan lebih leluasa mengungkapkan gagasan secara tertulis kepada para
pembaca. Menulis juga merupakan alat komunikasi yang selalu digunakan
dalam proses belajar-mengajar di sekolah terutama untuk mengabadikan
bahasa dengan tanda–tanda grafis.
Kegiatan menulis sebagai salah satu bentuk keterampilan
merupakan kegiatan yang harus di dasari pengetahuan, seperti pengetahuan
membaca, menyimak, berbicara. Hal ini tidak berarti bahwa ruang lingkup
proses dan wujud yang dihadirkannya identik, karena menulis sebagai salah
27 Keraf, Gorys. Komposisi. Ende: Nusa Indah, 1994. hlm. 34 28 J. Ch. Sujanto, Keterampilan Berbahasa Membaca-Menulis-Berbicara Untuk Mata
Kuliah Dasar Umum Bahasa Indonesia. Depdikbud. Jakarta, 1988. hlm. 58
19
satu bentuk keterampilan berbahasa memiliki ruang lingkup, proses, dan ciri
perwujudannya sendiri. Menulis sebagai padanan istilah “mengarang”
memiliki pengertian keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang dalam
mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada
pembaca untuk dipahami.
Dari pengertian menulis tersebut, tampaklah bahwa menulis merupakan
kegiatan yang cukup kompleks. Perwujudannya diperlukan sejumlah
persyaratan formal yang tentunya juga melibatkan berbagai faktor yang saling
berkaitan dan saling berpengaruh. Berdasarkan lingkup dan aspeknya, menulis
memang dapat ditinjau dari berbagai segi. Ditinjau dari proses kegiatan yang
ditempuh, menulis melibatkan sejumlah kegiatan yang beragam, antara lain:
pengolahan gagasan, penataan kalimat, pengembangan paragraf dan
pengembangan karangan dalam jenis wacana tertentu.
Ditinjau dari perwujudannya kegiatan menulis akan menghadirkan
bentuk tulisan yang mengandung dua unsur utama yaitu kode kebahasaan dan
pesan yang diinginkan oleh penulisnya. Dalam pelaksanaannya kebahasaan
akan berkaitan dengan masalah pembahasan, sementara itu pesan akan
berkaitan dengan masalah pengolahan gagasan sebagai lapis isi yang
terkandung dalam kode kebahasaan. Penataan kode kebahasaan yang berkaitan
dengan sejumlah unsur yang relatif banyak. Unsur-unsur itu antara lain: diksi
atau pemilihan kata, penyusunan kalimat, penggunaan piranti kohensi sebagai
alat pemersatu jalinan struktur kebahasaan, pengembangan paragraf dan
pengembangan unit struktur antar paragraf. Dengan demikian kemampuan
berbahasa arab dapat mempengaruhi kemampuan siswa menulis.
Hastuti mengatakan ada beberapa prinsip yang dapat membantu
siswa untuk menghasilkan tulisan yang baik adalah sebagai berikut:
1. Penyusunan kalimat yang tidak berbelit-belit dan sebaliknya tidak
pendek-pendek dan tidak kaku karena terpotong-potong.
2. Kalimat-kalimat tersebut hendaknya mengandung maksud yang jelas
serta mengandung nilai makna yang tepat pula.
20
3. Variasi pilihan kata baik yang denotasi maupun konotasi yang tepat
dan mengena agar menjaga pengertian yang jelas.
4. Kesinambungan pikiran tersirat dalam kalimat-kalimat yang saling
berhubungan dengan teratur.
5. Pemilihan kata atau istilah sesuai dengan bidang yang diuraikan.29
Ketrampilan menulis dimaksudkan bahwa seseorang dapat
menyatakan konsepsi pikirannya melalui susunan kata yang teratur dengan
menggunakan kalimat-kalimat yang tepat. Menulis dalam bahasa Arab
termasuk dalam unsur imla’ atau dikte, imla’ merupakan realisasi dari isi hati
yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Menulis dalam bahasa Arab sebagai
bukti bahwa seseorang itu menguasai atau mampu mengerti dan memahami
bahasa Arab.
Tujuan imla’ adalah untuk dapat menuliskan kata-kata dalam
bahasa arab secara benar. Kemampuan menulis ini dilakukan melalui cara
menyalin atau mencontoh, kemudian berkembang menjadi modifikasi kalimat
yang ada dengan berbagai cara misalnya; didekte atau menulis tanpa contoh
tulisan yang ada. Menulis dalam bahasa Arab juga dipelajari agar bisa
mengarang dengan tulisan Arab.
4. Faktor yang mempengaruhi kemampuan berbahasa arab.
a. Faktor internal.
Adalah merupakan faktor yang timbul dari dalam diri siswa itu
sendiri. Faktor ini sangat besar pengaruhnya pada kemajuan belajar siswa,
atau dalam hal ini kemampuan berbahasa arab, yang termasuk faktor internal
ini adalah sebagai berikut :
1. Bakat, diartikan sebagai dasar atau sifat pembawaan dari lahir, faktor-
faktor yang sudah dibawa sejak lahir dan didapat dari faktor keturunan.
Suatu keadaan pada diri seseorang yang memungkinkannya dengan
29 P. H. Sri. Hastuti Op.Cit, hlm. 9
21
suatu latihan khusus mencapai suatu kemahiran, pengetahuan dan
ketrampilan khusus atau dapat mengembangkan suatu kecakapan
tertentu yang biasanya sifatnya khusus, merupakan interaksi dari faktor
keturunan dan faktor lingkungan.30 Bakat adalah salah satu
kemampuan manusia untuk melakukan sesuatu kegiatan dan sudah ada
sejak manusia itu ada. Hal ini dekat dengan persoalan intelegensia
yang merupakan struktur mental yang melahirkan “Kemampuan”
untuk memahami sesuatu.31 Secara sederhana bakat merupakan
kemampuan atau potensi yang dimiliki seseorang sejak lahir. Setiap
anak (siswa) mempunyai bakat (kemampuan bawaan) yang berbeda-
beda. Jadi bakat dalah modal dasar dalam menentukan hasil yang akan
dicapai, dalam hal ini kemampuan berbahasa arab di tingkat Madrasah
Tsanawiyah.
2. Minat, berarti perhatian, kesukaan (kecenderungan hati), keinginan dan
perhatian yang mengandung unsur-unsur suatu dorongan untuk berbuat
sesuatu (belajar). Minat merupakan suatu perangkat mental yang terdiri
dari suatu campuran dari perasaan, harapan, pendirian, prasangka dan
rasa takut, kecenderungan-kecenderungan yang mengarahkan individu
kepada suatu pilihan tertentu.32 Minat adalah kecenderungan yang agak
menetap dalam subyek merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu
dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu.33 Jadi minat
adalah kecenderungan yang ada pada diri seseorang untuk menyukai
atau menyenangi sesuatu yang nampak dengan adanya identifikasi
dirinya terhadap sesuatu itu. Dengan adanya minat ini, khususnya
30 Sudarsono, Kamus Filsafat dan Psikologi, Rineka Cipta, Jakarta, 1993, hlm.21. 31 Sardiman. Am., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2000, hlm.44 32 Sudarsono, Op Cit. hlm. 156 33 Ws. Winkel., Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, Gramedia, Jakarta, 1983,
hlm.30.
22
dalam bidang studi bahasa arab, maka kemampuan berbahasa arab
akan dapat tercapai secara optimal ditingkat Madrasah Tsa awiyah.
3. Konsentrasi, diartikan sebagai pemusatan perhatian, suatu tingkat
perhatian yang tinggi.34dimaksudkan memusatkan segenap kekuatan
perhatian pada suatu situasi belajar. Dalam konsentrasi ini keterlibatan
mental secara detail sangat diperlukan, sehingga tidak “perhatian”
sekedarnya.35 konsentrasi yang serius dalam belajar berbahasa arab
sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.
b. Faktor eksternal.
Faktor eksrernal adalah faktor yang timbul dari luar diri siswa, hal
ini berpengaruh terhadap kemajuan belajar (kemampuan) siswa dalam bidang
studi bahasa arab. Faktor eksternal tersebut adalah sebagai berikut:
1. Guru, merupakan unsur manusia yang ikut menentukan keberhasilan
pendidikan. Begitu peranannya, sehingga seseorang yang telah
memilih guru sebagai profesinya maka dia harus benar-benar
memenuhi kompetensi keguruan. Guru adalah pengajar yang
mendidik, ia tidak hanya mengajar bidang studi yang sesuai dengan
keahliannya, tetapi juga pendidik generasi muada bangsanya. Sebagai
pendidik, ia memusatkan perhatian pada kepribadian siswa, khususnya
yang berkenaan dengan kebangkitan belajar. Kebangkitan belajar
tersebut merupakan emansipasi diri siswa.36
2. Prasarana dan sarana pembelajaran. Sarana pembelajaran meliputi;
buku pelajaran, buku bacaan, alat dan fasilitas laboratorium sekolah,
dan berbagai media pengajaran yang lain. Lengkapnya prasarana dan
sarana pembelajaran merupakan kondisi pembelajaran yang baik. Hal
34 Sudarsono, Op Cit., hlm.132
35 Sardiman.AM., Op Cit , hlm.38.
36 Dimyati, dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta, 1999, hlm.
248.
23
itu berarti bahwa lengkapnya sarana dan prasarana menentukan
jaminan terselenggaranya proses belajar mengajar yang baik. Disinilah
timbul masalah bagaimana mengelola prasarana dan sarana
pembelajaran sehingga terselenggara proses belajar mengajar yang
berhasil baik.37 Prasarana dan sarana dalam hal ini adalah segala
sesuatu yang menunjang pada terselenggaranya proses belajar
mengajar dalam bidang studi bahasa arab atau terciptanya kemampuan
siswa dalam berbahasa arab secara optimal di tingkat Madrasah
Tsanawiyah.
c. Lingkungan sosial.
Siswa disekolah membentuk suatu lingkungan pergaulan, yang
dikenal sebagai lingkungan sosial siswa. Dalam lingkungan sosial tersebut
ditemukan adanya kedudukan dan peranan tertentu tiap siswa dalam
lingkungan sosial siswa disekolah. Ia memiliki kedudukan dan peranan
yang diakui oleh sesama. Pengaruh tersebut berupa hal-hal sebagai
berikut:38
1. Pengaruh kejiwaan yang bersifat menerima atau menolak siswa, yang
akan berakibat memperkuat atau memperlemah konsentrasi siswa
dalam belajar.
2. Lingkungan sosial mewujud dalam suasana akrab, gembira, rukun dan
damai.
3. Lingkungan siswa di sekolah atau juga di kelas dapat berpengaruh
pada semangat belajar siswa.
37 Dimyati, dan Mujiono Ibid., 249. 38 Dimyati, dan Mujiono, Op Cit., hlm. 252-253.
.
24
d. Kurikulum sekolah.
Program pembelajaran di sekolah mendasarkan diri pada suatu
kurikulum. Kurikulum yang diberlakukan sekolah adalah kurikilum nasional
yang disahkan oleh pemerintah atau kurikulum yang disahkan oleh suatu
Yayasan pendidikan. Kurikulum sekolah tersebut berisi tujuan pendidikan, isi
pendidikan, kegiatan belejar dan evaluasi. Berdasarkan kurikilum tersebut
guru menyusuun desain intruksional unutk membelajarkan siswa. Hal itu
berarti bahwa program pembelajaran di sekolah sesuai dengan sistem
pendidikan nasional. Kurikulum disusun berdasarkan tuntutan kemajuan
masyarakat. Kemajuan masyarakat didasarkan suatu rencana pembangunan
lima tahunan yang diberlakukan oleh pemerintah. Dengan kemajuan dan
perkembangan masyarakat, timbul tuntutan kebutuhan baru dan akibatnya
kurikulum sekolah perlu direkontruksi. Adanya rekontruksi tersebut
menimbulkan kurikulum baru. Demikian perubahan kurikulum yang terkait
dengan pengembanagn masyarakat.39 Begitu juga dalam hal kemampuan
berbahasa arab, siswa di tingkat Madrasah Tsanawiyah tidak lepas dari adanya
perubahan kurikulum yang didasarkan perkembangan jaman. Oleh karena itu
perubahan kurikulum ditingkat Madrasah Tsanawiyah akan mempengaruhi
berhasil atau tidaknya siswa dalam mempelajari bahasa Arab (dalam
meningkatkan kemampuan berbahasa Arab siswa).
e. Ruang lingkup pengajaran bahasa arab.
Ruang lingkup pengajaran bahasa arab bertujuan untuk memberi
ketrampilan komunikasi dalam bahasa arab kepada siswa, yang dijabarkan di
dalam kurikulum yang berbentuk unsur-unsur bahasa dan kegiatan berbahasa
yang sesuai dengan tingkat Madrasah Tsanawiyah yaitu :
1. Unsur bahasa. Bentuk kata (sharfy), seperti Isim isyarah
untuk mufrod dan
39 Dimyati, dan Mujiono, Op.Cit, hlm. 254.
25
2. Mufrodat. Mufrodat yang diajarkan secara komulatif berjumlah kurang
lebih 700 kata serta ungkapan atau idiom yang komulatif dan tinggi
frekuensinya dalam kehidupan sehari-hari yang berkenaan dengan
lingkungan sekolah serta yang berhubungan dengan aqidah, ibadah dan
akhlak.40
f. Kegiatan berbahasa.
Kegiatan berbahasa yang diajarkan dalam bidang studi bahasa arab
di madrasah meliputi;
1. Bercakap atau berbicara, yang mengajarkan ketrampilan menggunakan
bahasa arab secara lisan untuk mengembangkan kemampuan,
mengungkapkan berbagai fungsi komunikasi bahasa.
2. Membaca yang mengajarkan ketrampilan membaca untuk
mengembangkan kemampuan memahami dan mengungkapkan
kembali isi wacana.
3. Mengarang, yang ketrampilan menulis untuk mengembangkan
kemampuan menyusun kalimat-kalimat dalam bahasa arab yang benar
dengan kegiatan insya’ muwajjah.41
B. Hasil Belajar Al-Qur’an Hadist.
1. Pengertian hasil belajar.
Hasil belajar sama dengan prestasi belajar, yang berarti penilaian
hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk angka, huruf atau kalimat yang
mencerminkan hasil yang sudah dicapai siswa dalam periode tertentu.42 WS.
40 Departemen Agama, Landasan Program dan pengembangan kurikulum Madrsah
Tsanawiyah, Jakarta, 1993. hlm.3.
41 Tim Penyusun Kamus Pusat dan Pengembangan Bahasa Departemen Agama dan
Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 2003. hlm. 45 42 Sutrinah Tirto Negoro, Anak Super Normal dan Pro Pendidikan, Bina Aksara, Jakarta,
1984, hlm.4.
26
Winkel mengemukakan prestasi belajar merupakan hasil belajar yang
ditampakkan oleh siswa berdasarkan kemampuan internal yang diperolehnya
sesuai dengan tujuan intruksional.43
Hasil belajar al-Qur’an Hadist, biasanya berupa nilai yang
diperoleh siswa melalui tes yang kemudian dimasukkan kedalam buku raport.
Dalam pengisian buku raport ini tidaklah dapat dilakukan tanpa terlebih
dahulu mengadakan pengukuran hasil belajar siswa.
Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah hasil yang telah dicapai dari latihan atau pengalaman kegiatan belajar
melalui pengukuran serta penilaian usaha belajar.
2. Faktor- faktor yang mempengaruhi hasil belajar al-Qur’an Hadist.
Sebelum membicarakan lebih jauh tentang faktor yang
mempengaruhi prestasi atau hasil belajar perlu dikemukakan lebih dahulu
syarat-syarat agar dapat belajar dengan baik, antara lain :
a. Kesehatan jasmani, badan yang sehat, tidak mengalami
gangguan penyakit tertentu, cukup vitamin, dan seluruh
fungsi badan berjalan dengan baik.
b. Rohani yang sehat, tidak berpenyakit syaraf, tidak mengalami
gangguan emosional.
c. Lingkungan yang tenang, tidak ribut, bila mungkin jauh dari
keramaian gangguguan lalu lintas.
d. Tempat belajar menyenangkan cukup udara, cukup matahari,
cukup penerangan.
e. Tersedianya bahan dan alat-alat yang diperlukan dalam belajar
akan turut memperlancar belajar.44
43 Oemar Hamalik, Metodik Belajar Mengajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar, Tarsito,
Bandung, 1983, hlm.21.
44 Oemar Hamalik, Ibid, hlm.21.
27
a. Faktor internal siswa, meliputi dua aspek yaitu;
1. Faktor fisiologis.
Yakni kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang memadai
tingkat kebugaran, organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat
mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti
pelajaran. Dan hal ini apabila terjadi pada siswa dalam belajar al-
Qur’an Hadist, maka akan berpengaruh pada hasil belajar alqur’an
Hadits.
2. Faktor psikologis.
Aspek ini terkait dengan kondisi kejiwaan siswa, ada beberapa hal
yang berhubungan dengan aspek psikologis yang dapat mempengaruhi
belajar siswa antara lain ;
a. Motivasi (pemberian dorongan).
Motivasi merupakan suatu proses yang menentukan tingkat
kegiatan, intensitas, konsistensi, serta arah umum dari tingkah laku
manusia. Juga merupakan konsep yang rumit yang berkaitan dengan
konsep seperti minat, konsep diri, sikap dan sebagainya.
Menurut Suryabrata mengemukakan bahwa motivasi adalah
“keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong individu untuk
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapai tujuan”.45
Wood word, yang dikutip oleh B. Simanjuntak mengatakan
bahwa motivasi adalah “suatu keadaan dalam diri individu yang
menyebabkan orang melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai
tujuan”.46
Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa
motivasi adalah merupakan hasrat atau keingann seseorang untuk
45 Soemadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Ed.IV, cet. II, Fak. Psikologi UGM,
Yogyakarta, 1981, halaman. 70
46 B. Simanjuntak dan LL. Pasaribu, Psikologi Perkembangan, Tarsito, Bandung, 1979,
halaman. 203
28
melakukan aktifitas-aktifitas tertentu karena tujuan-tujuan yang hendak
dicapai.
Selanjutnya untuk melengkapi uraian mengenai makna motivasi
itu, perlu di kemukakan adanya beberapa ciri motivasi. Motivasi yang ada
pada diri setiap orang itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Tekun menghadapi tugas
b. Ulet menghadapi kesulitan
c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah
d. Lebih senang bekerja mandiri
e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin
f. Dapat mempertahankan pendapatnya
g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu
h. Senang mencari dan memecahkan masalah sosial-sosial.47
Apabila seseorang memiliki ciri-ciri seperti tersebut, berarti
orang itu selalu memiliki motivasi yang kuat. Ciri-ciri motivasi seperti itu
akan sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan
belajar mengajar akan berhasil baik, kalau siswa tekun mengerjakan tugas,
ulet dalam memecahkan berbagai masalah dan hambatan secara mandiri.
Siswa yang belajar dengan baik tidak akan terjebak pada sesuatu
yang rutinitas dan mekanis. Siswa juga harus mampu mempertahankan
pendapatnya, kalau ia sudah yakin dan dipandangnya cukup rasional.
Bahkan lebih lanjut siswa harus juga peka dan responsip terhadap
pemecahanntya. Hal-hal itu semua harus dipahami benar oleh guru, agar
dalam berinteraksi dengan siswa dapat memberikan motivasi yang tepat
dan optimal.
Jadi keinginan akan menimbulkan suatu dorongan, rangsangan,
kekuatan atau motivasi dalam diri individu yang bersangkutan untuk
berusaha keras memperoleh atau mencapai apa yang diinginkan. Begitu
47 Serdiman A.M., op.cit., halaman. 83
29
juga dengan hasil belajar al-Qur’an Hadist, Semakin kuat motivasi seorang
siswa untuk meraih suatu hasil belajar al-Qur’an Hadist, maka semakin
kuat pula potensinya dalam usaha untuk mencapai prestasi yang
diharapkan.
b. Tingkat kecerdasan atau intelegensi siswa.
Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan
psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan
lingkungn dengan cara yang tepat. Tingkat kecerdasan siswa tidak dapat
diragukan lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.48Ini
bermakna “semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa, maka
semakin besar peluangnya untuk meraih hasil yang maksimal dalam
belajar al-Qur’an Hadist, dan sebaliknya.
c. Minat dan konsentrasi dalam belajar.
Minat dan konsentrasi merupakan dua aspek yang saling
berhubungan. Konsentrasi sering ditimbulkan oleh adanya minat terhadap
materi yang dipelajari, minat merupakan perhatian yang bersifat khusus.
Jadi konsentrasi itu timbul oleh perhatian. Apabila perhatian lebih intensif,
maka akan lebih baik dalam hasil belajar al-Qur’an Hadist. Karena
semakin intensif perhatian yang menyertai suatu aktivitas akan semakin
sukseslah aktivitas itu. 49
d. Bakat.
Bakat merupakan kemampuan potensial yang dimiliki seseorang
untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Mengarahkan
pelajaran dan pemberian pelajaran dengan paksaan tanpa memperhatikan
bakat siswa, menjauhkan siswa dari kemungkinan tercapainya tujuan yang
diharapkan.
48 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, PT.Logos Wacana Ilmu, Jakarta,1999, hlm.133.
49 Sumadi Surya Brata, Op Cit.,hlm.15.
30
e. Kesiapan (readness) untuk belajar.
Kesiapan belajar pada dasarnya merupakan kapasitas
(kemampuan potensial) fisik dan atau mental disertai dengan ketrampilan
yang dimiliki dan latar belakang untuk mengerjakan sesuatu.50
f. Faktor waktu dan disiplin dalam belajar.
Maksudnya membiasakan diri mengatur waktu belajar dengan
baik, disertai rasa disiplin tinggi, sehingga meskipun kemampuan
seseorang itu rata-rata asalkan belajarnya teratur dan disisplin dalam
menggunakan waktu, maka akan mendapatkan hasil belajar al-Qur’an
Hadist yang baik.
g. Belajar dengan tujuan dan pengertian.
Tujuan yang dimaksud disini adalah tujuan belajar pada waktu si
subyek akan belajar dengan tujuan yang jelas, maka proses belajar akan
lebih terarah dan membuahkan hasil yang maksimal.
Demikianlah uraian mengenai faktor psikologi yang dapat
mempengaruhi belajar seseorang. Belajar akan lebih berhasil dengan baik
dan optimal apabila ke tujuh faktor tersebut berhasil dilaksanakan secara
bersama.
b. Faktor eksternal siswa meliputi dua aspek yatu;
1. Faktor sosial.
Yang dimaksud sosial dalam belajar adalah manusia atau yang
paling utama Pembimbing atau guru yang mengarahkan dan membimbing
dalam belajar. Faktor ini dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu;
i. Faktor lingkungan keluarga, yang meliputi faktor orang tua, saudara dan
keadaan social ekonomi keluarga. Keluarga merupakan lingkungan yang
paling dekat dalam kehidupan anak, oleh sebab itu diharapkan hubungan
mereka yakni antara anak dan orang tua diharapkan selalu terbuka dan
50 Samidjo Srimardiani, Bimbingan Belajar Dalam Rangka Penerapan Sistem SKS dan
Pola Belajar yang Efisien, Penerbit Armico, Bandung, 1985, hlm.12.
31
dekat dengan anak sehingga anak tidak mempunyai kekhawatiran untuk
menyatakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Pendidikan kelurga
adalah fundamental atau dasar dari pendidikan anak selanjutnya Hasil-
hasilmpendidikan yang diperoleh anak disekolah maupun masyarakat.51
ii. Faktor dalam lingkungan pendidikan formal. Faktor ini merupakan atau
mencakup segala sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan anak
tersebut sekolah atau menerima pendidikan dari gurunya. Faktor tersebut
dapat berupa metode mengajar guru atau faktor penyajian, fasilitas
belajar dsb. Karena itu sering dikatakan bahwa keberhasilan belajar itu
banyak ditentukan oleh metode yang tepat, kurikulum yang memadai
dan guru yang cakap.
iii. Faktor dari masyarakat, meliputi mass media, kegiatan siswa dalam
masyarakat, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.52
2. Faktor non sosial.
Kelompok faktor ini boleh dikatakan tidak terbilang jumlahnya,
yaitu factor-faktor yang berasal dari luar selain manusia, misalnya; a)
Keadaan alam, seperti cuaca, udara, waktu dsb. b) Tempat belajar yang
dipakai, seperti letak pergedungan, ruang belajar. c) Alat-alat yang dipakai
dalam belajar, buku bacaan, alat-alat tulis dan alat peraga lainnya.
Semua faktor diatas termasuk faktor non sosial yang harus diatur
sedemikian rupa sehingga membantu proses atau perbuatan belajar secara
maksimal.
Itulah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar dan
keberhasilan belajar siswa. Dimana tentunya ada faktor-faktor penunjang
lainnya yang tidak penulis bahas dalam skripsi ini.
51 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, PT.Remaja Rosda Karya,
Bandung, 1995, hlm.79.
52 Slameto, Belajar Dan Faktor Yang Mempengaruhi, Ririneka Cipta, Jakarta, 1991,
hlm.72.
32
C. Hubungan antara kemampuan berbahasa arab dengan hasil belajar Al-Qur’an Hadits siswa.
Kemampuan berbahasa Arab mempunyai hubungan yang erat
dengan hasil belajar al-Qur’an Hadits,karena dapat dikatakan bahwasanya
siswa yang kemampuan berbahasa Arabnya baik, maka dalam memahami al-
Qur’an Hadist akan baik pula,sehingga menghasilkan nilai yang maksimal,
karena al-Qur’an Hadits berbahasa Arab. Begitu juga sebaliknya siswa yang
hasil belajar al-Qur’an Hadits nya baik,maka kemampuan berbahasa arabnya
juga baik.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa kemampuan
berbahasa Arab dengan baik dan benar mempunyai kaitan langsung dengan
hasil belajar al-Qur’an Hadits, oleh karena itu siswa yang ingin hasil belajar
al-Qur’an Hadits nya baik, hendaknya terlebih dahulu ia belajar bahasa arab
yang maksimal. Karena bahasa Arab merupakan salah satu sarana untuk dapat
memahami al-Qur’an Hadits.
Dengan demikian, kemampuan berbahasa Arab mempunyai
hubungan yang positif dengan hasil belajar al-Qur’an Hadits. Dengan kata
lain, bahwa semakin tinggi kemampuan berbahasa Arab siswa, maka semakin
baik hasil belajar al-Qur’an Hadits siswa dan sebaliknya.