bab ii analisis data - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/c0112031_bab2.pdfmakna...

41
BAB II ANALISIS DATA Berdasarkan permasalah dalam penelitian ini, maka yang akan dideskripsikan dalam analisis data meliputi bentuk, makna leksikal dan makna kultural dan fungsi yang terkandung dalam sesaji pada rangkaian upacara tradisi dhekahan dhusun di Dusun Mangurejo Desa Guli Kecamataan Nogosari Kabupaten Boyolali. Adapun uraiannya sebagai berikut. A. Bentuk Istilah Perlengkapan Sesaji dalam Tradisi Dhekahan Dhusun di Dusun Mangurejo Desa Guli Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali Berdasarkan hasil analisis data ditemukan bentuk Istilah Perlengkapan Sesaji dalam Tradisi Dhekahan Dhusun di Dusun Mangurejo Desa Guli Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali, berupa monomorfemis, polimorfemis, dan frasa. Bentuk sesaji meliputi semua sesaji yang digunakan dalam upacara tradisi dhekahan dhusun. Uraiannya sebagai berikut. 1. Monomorfemis Monomorfemis adalah kata bermorfem satu, tidak dibagi atas bagian yang lebih kecil, dan merupakan satuan bahasa terkecil. Istilah sesaji yang termasuk monomorfemis adalah sebagai berikut: 26

Upload: leduong

Post on 09-Mar-2018

218 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112031_bab2.pdfMakna leksikal kinang adalah soeroeh saadoene (dianggo ngabang lambe) (Poerwadarminta,

26

BAB II

ANALISIS DATA

Berdasarkan permasalah dalam penelitian ini, maka yang akan

dideskripsikan dalam analisis data meliputi bentuk, makna leksikal dan makna

kultural dan fungsi yang terkandung dalam sesaji pada rangkaian upacara tradisi

dhekahan dhusun di Dusun Mangurejo Desa Guli Kecamataan Nogosari

Kabupaten Boyolali. Adapun uraiannya sebagai berikut.

A. Bentuk Istilah Perlengkapan Sesaji dalam Tradisi Dhekahan Dhusun

di Dusun Mangurejo Desa Guli Kecamatan Nogosari Kabupaten

Boyolali

Berdasarkan hasil analisis data ditemukan bentuk Istilah

Perlengkapan Sesaji dalam Tradisi Dhekahan Dhusun di Dusun

Mangurejo Desa Guli Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali, berupa

monomorfemis, polimorfemis, dan frasa. Bentuk sesaji meliputi semua

sesaji yang digunakan dalam upacara tradisi dhekahan dhusun. Uraiannya

sebagai berikut.

1. Monomorfemis

Monomorfemis adalah kata bermorfem satu, tidak dibagi atas

bagian yang lebih kecil, dan merupakan satuan bahasa terkecil. Istilah

sesaji yang termasuk monomorfemis adalah sebagai berikut:

26

Page 2: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112031_bab2.pdfMakna leksikal kinang adalah soeroeh saadoene (dianggo ngabang lambe) (Poerwadarminta,

27

1) Ambeng [amb|G]

(dokumen Lina, 07 Agustus 2015)

Ambeng ‘nasi yang dibentuk seperti gunungan’, ambeng

berkategori nomina (N).

2) Ampyang [ampyaG]

(dokumen Lina, 07 Agustus 2015)

ampyang ‘makanan yang terbuat dari gula jawa dan kacang

tanah’, ampyang berkategori nomina (N).

3) Apem [ap|m]

(dokumen Lina, 07 Agustus 2015)

Page 3: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112031_bab2.pdfMakna leksikal kinang adalah soeroeh saadoene (dianggo ngabang lambe) (Poerwadarminta,

28

apem ‘makanan yang terbuat dari tepung beras’, apem

berkategori nomina (N).

4) Bawang [bawaG]

(dokumen Lina, 07 Agustus 2015)

bawang ‘bawang putih’, bawang berkategori nomina (N).

5) Bongkrek [boGkrE?]

(dokumen Lina, 07 Agustus 2015)

bongkrek ‘lauk pauk yang terbuat dari sari kedelai’, bongkrek

berkategori nomina (N).

6) Brambang [brambaG]

(dokumen Lina, 07 Agustus 2015)

Page 4: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112031_bab2.pdfMakna leksikal kinang adalah soeroeh saadoene (dianggo ngabang lambe) (Poerwadarminta,

29

brambang ‘bawang merah’, brambang berkategori nomina (N).

7) Jadah [jadah]

(dokumen Lina, 07 Agustus 2015)

jadah ‘makanan yang terbuat dari beras ketan’, jadah

berkategori nomina (N).

8) Jungkat [juGkat]

(dokumen Lina, 07 Agustus 2015)

jungkat ‘sisir’, jungkat berkategori nomina (N).

9) Kinang [kinaG]

(dokumen Lina, 07 Agustus 2015)

kinang ‘terdiri dari daun sirih, gambir, tembakau, dan enjet’,

kinang berkategori nomina (N).

10) Krupuk [krupU?]

Page 5: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112031_bab2.pdfMakna leksikal kinang adalah soeroeh saadoene (dianggo ngabang lambe) (Poerwadarminta,

30

(dokumen Lina, 07 Agustus 2015)

krupuk ‘kerupuk’, krupuk berkategori nomina (N).

11) Lombok [lOmbO?]

(dokumen Lina, 07 Agustus 2015)

lombok ‘cabai’, lombok berkategori nomina (N).

12) Peyek [pEyE?]

(dokumen Lina, 07 Agustus 2015)

peyek ‘sejenis kerupuk yang terbuat dari tepung beras dan

kacang tanah’, peyek berkategori nomina (N).

13) Rengginan [r|Gginan]

Page 6: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112031_bab2.pdfMakna leksikal kinang adalah soeroeh saadoene (dianggo ngabang lambe) (Poerwadarminta,

31

(dokumen Lina, 07 Agustus 2015)

rengginan ‘makanan sejenis kerupuk yang terbuat dari beras

ketan’, rengginan berkategori nomina (N).

14) Tahu [tahu]

(dokumen Lina, 07 Agustus 2015)

tahu ‘lauk-pauk yang terbuat dari kedelai’, tahu berkategori

nomina (N).

15) Takir [takIr]

(dokumen Lina, 07 Agustus 2015)

takir ‘wadah yang dalamnya berisi sesaji’, takir berkategori

nomina (N).

Page 7: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112031_bab2.pdfMakna leksikal kinang adalah soeroeh saadoene (dianggo ngabang lambe) (Poerwadarminta,

32

16) Tampah [tampah]

(dokumen Lina, 07 Agustus 2015)

tampah ‘anyaman bambu yang berbentuk lingkaran, dijadikan

tempat sesaji’, tampah berkategori nomina (N).

17) Tape [tape]

(dokumen Lina, 07 Agustus 2015)

tape ‘makanan yang terbuat dari beras ketan’, tape berkategori

nomina (N).

18) Tempe [tempe]

Page 8: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112031_bab2.pdfMakna leksikal kinang adalah soeroeh saadoene (dianggo ngabang lambe) (Poerwadarminta,

33

(dokumen Lina, 07 Agustus 2015)

tempe ‘makanan yang terbuat dari kedelai’, tempe berkategori

nomina (N).

19) Panggang [paGgaG]

(dokumen Lina, 07 Agustus 2015)

panggang ‘ayam yang dipanggang’panggang berkategori

nomina (N).

20) Wajib [wajIb]

(dokumen Lina, 07 Agustus 2015)

wajib ‘pemberian seikhlasnya berupa uang’, wajib berkategori

nomina (N).

Page 9: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112031_bab2.pdfMakna leksikal kinang adalah soeroeh saadoene (dianggo ngabang lambe) (Poerwadarminta,

34

2. Polimorfemis

Polimorfemis merupakan kata yang telah mengalami proses

morfologis, yang meliputi pengimbuhan/afiksasi,

pengulangan/reduplikasi, pemajemukan/komposisi. Adapun istilah

sesaji yang termasuk dalam polimorfemis adalah sebagai berikut.

2.1 Pengimbuhan atau afiksasi

21) Gudhangan [guDaGan]

(dokumen Lina, 07 Agustus 2015)

gudhangan

gudhang -an (sufiks)

gudhang [guDaG] ‘beberapa macam dedaunan yang dimasak’

gudhangan [guDaGan] ‘makanan yang terbuat dari beberapa

dedauan biasanya daun bayam dan daun kacang panjang yang

dikasih bumbu’.

gudhangan merupakan Nomina.

22) Ngilon [GilOn]

Page 10: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112031_bab2.pdfMakna leksikal kinang adalah soeroeh saadoene (dianggo ngabang lambe) (Poerwadarminta,

35

(dokumen Lina, 07 Agustus 2015)

ngilon

ngilo -an (sufiks)

ngilo [Gilo] ‘melihat wujudnya di kaca atau cermin’

ngilon [GilOn] ‘cermin atau kaca digunakan untuk melihat

wujud bayangan dirinya’.

ngilon merupakan Nomina.

23) Sonthongan [sonToGan]

(dokumen Lina, 07 Agustus 2015)

sonthongan

sonthong -an (sufiks)

sonthong [sOnTOG] ‘daun pisang yang dibentuk seperti wadah

yang dipincuk kedua pinggirnya mengunakan lidi’

Page 11: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112031_bab2.pdfMakna leksikal kinang adalah soeroeh saadoene (dianggo ngabang lambe) (Poerwadarminta,

36

sonthongan [sOnTOGan] ‘suatu wadah yang terbuat dari daun

pisang yang berisi berbagai macam makanan yang diletakkan

di atas tampah’.

sonthongan merupakan Nomina.

2.2 Pemajemukan atau komposisi

24) Gedhang raja [g|DaG rOjO]

(dokumen Lina, 07 Agustus 2015)

gedhang raja

gedhang raja

Merupakan pemajemukan dari kata gedhang ‘pisang’ dan raja

gedhang raja ‘jenis pisang yang rasanya paling enak dan

bentuknya tidak terlalu panjang.’

gedhang raja merupakan kategori Nomina.

25) Jenang sengkala [j|naG s|GkOlO]

Page 12: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112031_bab2.pdfMakna leksikal kinang adalah soeroeh saadoene (dianggo ngabang lambe) (Poerwadarminta,

37

(dokumen Lina, 07 Agustus 2015)

jenang sengkala

jenang sengkala

Merupakan pemajemukan dari kata jenang ‘sejenis bubur yang

terbuat dari tepung beras ’ dan sengkala ‘marabahaya’ jenang

sengkala ‘sejenis bubur yang berwarna putih dan merah.’

jenang sengkala merupakan kategori Nomina.

26) Kembang setaman [k|mbaG s|taman]

(dokumen Lina, 07 Agustus 2015)

kembang setaman

kembang setaman

Merupakan pemajemukan dari kata kembang ‘bunga’ dan

setaman ‘ada beberapa macam’ kembang setaman ‘bunga

Page 13: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112031_bab2.pdfMakna leksikal kinang adalah soeroeh saadoene (dianggo ngabang lambe) (Poerwadarminta,

38

yang terdiri dari empat macam yaitu bunga mawar, bunga

melati, bunga kantil, dan bunga kenanga.’

kembang setaman merupakan kategori Nomina.

27) Sambel goreng [samb|l gorEG]

(dokumen Lina, 07 Agustus 2015)

sambel goreng

sambel goreng

Merupakan pemajemukan dari kata sambel ‘sambal yang

terbuat dari cabe rawit’ dan goreng ‘memasak menggunakan

minyak’ sambel goreng ‘sejenis sayuran yang bersantan dan

rasanya pedas.’

sambel goreng merupakan kategori Nomina.

28) Sega asahan [s|gO asahan]

Page 14: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112031_bab2.pdfMakna leksikal kinang adalah soeroeh saadoene (dianggo ngabang lambe) (Poerwadarminta,

39

(dokumen Lina, 07 Agustus 2015)

sega asahan

sega asahan

Merupakan pemajemukan dari kata sega ‘nasi’ dan asahan

‘nasi yang dibentuk gunungan atau setengah lingkaran’ sega

asahan ‘nasi yang ditaruh di atas tampah lengkap dengan lauk

pauknya, digunakan untuk kenduri.’

sega asahan merupakan kategori Nomina.

29) Sega golong [s|gO gOlOG]

(dokumen Lina, 07 Agustus 2015)

sega golong

sega golong

Page 15: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112031_bab2.pdfMakna leksikal kinang adalah soeroeh saadoene (dianggo ngabang lambe) (Poerwadarminta,

40

Merupakan pemajemukan dari kata sega’nasi’ dan golong

‘berbentuk lingkaran’ sega golong ‘nasi yang dibentuk bulan

untuk kenduri dan biasanya jumlahnya ganjil.’

sega golong merupakan kategori Nomina.

30) Endhog jawa [|nDOg jOwO]

(dokumen Lina, 07 Agustus 2015)

endhog jawa

endhog jawa

Merupakan pemajemukan dari kata endhog ‘telur’ dan jawa

‘nama pulau’ endhog jawa ‘telur ayam kampung.’

Endhog jawa merupakan kategori Nomina.

31) Palawija [pOlOwijO]

(dokumen Lina, 07 Agustus 2015)

Page 16: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112031_bab2.pdfMakna leksikal kinang adalah soeroeh saadoene (dianggo ngabang lambe) (Poerwadarminta,

41

palawija

pala wija

Merupakan pemajemukan dari kata pala dan wija

palawija ‘hasil bumi berupa umbi-umbian’

palawija merupakan kategori Nomina.

32) Dhuwit receh [DuwIt rEcEh]

(dokumen Lina, 07 Agustus 2015)

dhuwit receh

dhuwit receh

Merupakan pemajemukan dari kata dhuwit dan receh

dhuwit receh ‘uang koin/logam yang jumlahnya lebiah dari

satu’

dhuwit receh merupakan Nomina.

33) Jajan pasar [jajan pasar]

Page 17: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112031_bab2.pdfMakna leksikal kinang adalah soeroeh saadoene (dianggo ngabang lambe) (Poerwadarminta,

42

(dokumen Lina, 07 Agustus 2015)

Jajan pasar

Jajan pasar

Merupakan pemajemukan dari kata jajan dan pasar

Jajan pasar ‘makanan yang dibeli di pasar’

jajan pasar merupakan Nomina.

B. Makna Leksikal dan Makna Kultural Bentuk Istilah Sesaji dalam

Tradisi Dhekahan Dhusun di Dusun Mangurejo Desa Guli Kecamatan

Nogosari Kabupaten Boyolali

1. Makna Leksikal

1.1 Monomorfemis

1) Ambeng [amb|G]

Makna leksikal ambeng adalah sega sarampadane kang dikepoeng

ing nalikane slametan (Poerwadarminta, 1939:8) ‘nasi seisinya

yang dikepung ketika selamatan.’

2) Ampyang [ampyaG]

Page 18: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112031_bab2.pdfMakna leksikal kinang adalah soeroeh saadoene (dianggo ngabang lambe) (Poerwadarminta,

43

Makna leksikal ampyang adalah panganan (katjang ditjampoer

goela) (Poerwadarminta, 1939:10)‘makanan kacang dicampur

gula.’

3) Apem [ap|m]

Makna leksikal apem adalah srabi legi (dianggo slametan)

(Poerwadarminta, 1939:17) ‘serabi manis untuk selamatan.’

4) Bawang [bawaG]

Makna leksikal bawang adalahbrambang roepane poetih

(Poerwadarminta, 1939:34) ‘bawang berwarna putih.’

5) Bongkrek [boGkrE?]

Makna leksikal bongkrek adalah tempe gembus.

6) Brambang [brambaG]

Makna leksikal brambang adalah bawang roepane abang

(Poerwadarminta, 1939:59) ‘bawang berwarna merah.’

7) Jadah [jadah]

Makna leksikal jadah adalah jadah.

8) Jungkat [juGkat]

Makna leksikal jungkat adalah sisir.

9) Kinang [kinaG]

Page 19: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112031_bab2.pdfMakna leksikal kinang adalah soeroeh saadoene (dianggo ngabang lambe) (Poerwadarminta,

44

Makna leksikal kinang adalah soeroeh saadoene (dianggo ngabang

lambe) (Poerwadarminta, 1939:223) ‘daun sirih saadune untuk

membuat bibir merah.’

10) Krupuk [krupU?]

Makna leksikal krupuk adalah lawoeh gorengan (kang digawe

glepoeng ditjampoer bleng, oerang) (Poerwadarminta, 1939:252)

‘lauk yang digoreng terbuat dari tepung campur bleng, udang.’

11) Lombok [lOmbO?]

Makna leksikal lombok adalah tetoewoehan wohe rasane pedes

dianggo njambel (Poerwadarminta, 1939:282) ‘tumbuhan buahnya

rasanya pedas untuk membuat sambal.’

12) Panggang [paGgaG]

Makna leksikal panggang adalah panggang.

13) Peyek [pEyE?]

Makna leksikal peyek adalah rempeyek.

14) Rengginan [r|Gginan]

Makna leksikal rengginan adalah panganan sing digawe ketan

(Poerwadarminta, 1939:528) ‘makanan yang dibuat dari ketan.’

15) Tahu [tahu]

Makna leksikal tahu adalah lelawoehan sing digawe dele poetih

digiling (Poerwadarminta, 1939:585) ‘lauk pauk terbuat dari

kedelai putih yang digiling.’

16) Takir [takIr]

Page 20: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112031_bab2.pdfMakna leksikal kinang adalah soeroeh saadoene (dianggo ngabang lambe) (Poerwadarminta,

45

Makna leksikal takir adalah takir.

17) Tampah [tampah]

Makna leksikal tampah adalah tambir (tebok) gede

(Poerwadarminta 1939:588) nampan besar.’

18) Tape [tape]

Makna leksikal tape adalah panganan sing digawe ketan, ketela,

diragi (Poerwadarminta, 1939:593) ‘makanan terbuat dari ketan,

ketela, diragi.’

19) Tempe [tempe]

Makna leksikal tempe adalah lawoeh sing digawe kedele, diragi

(Poerwadarminta, 1939:596) ‘lauk yang dibuat dari kedelai,

diragi.’

20) Wajib [wajIb]

Makna leksikal wajib adalah wajib.

1.2 Polimorfemis

2.1 Pengimbuhan atau afiksasi

21) Gudhangan [guDaGan]

Makna leksikal gudhang adalah gudhang.

Makna leksikal gudhangan adalah djanganan sing diolah dikrawoe

krambil (Poerwadarminta, 1939:153) ‘sayuran yang dimasak

dicurap dengan kelapa.’

22) Ngilon [GilOn]

Page 21: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112031_bab2.pdfMakna leksikal kinang adalah soeroeh saadoene (dianggo ngabang lambe) (Poerwadarminta,

46

Makna leksikal ngilo adalah nonton woedjoede ing pangilon

(Poerwadarminta, 1939: 401) ‘melihat wujudnya di cermin atau

kaca.’

Makna leksikal ngilon adalah cermin atau kaca.

23) Sonthongan [sonToGan]

Makna leksikal sonthong adalah sonthong.

Makna leksikal sonthongan adalah sonthongan.

2.2 Pemajemukan atau komposisi

24) Dhuwit receh [DuwIt rEcEh]

Makna leksikal dhuwit adalah sarananing oeroep-oeroepan kang

diwoedjoedi ing tjitakan tembaga, slaka (Poerwadarminta,

1939:110) ‘sarana jual-beli yang berwujud cetakan tembaga atau

kertas.’

Makna leksikal receh adalah receh.

Makna leksikal dhuwit receh adalah uang receh.

25) Endhog jawa [|nDOg jOwO]

Makna leksikal endhog adalah djasad oerip kang kaboentel ing

kendangan , tjangkok bakal dadi kewan (Poerwadarminta,

1939:122) ‘jasad hidup yang berada di cangkang, nantinya bakal

jadi hewan.’

Makna leksikal jawa adalah djawa (Poerwadarminta, 1939:176)

‘jawa.’

Makna leksikal endhog jawa adalah telur ayam kampung.

26) Gedhang raja [g|DaG rOjO]

Page 22: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112031_bab2.pdfMakna leksikal kinang adalah soeroeh saadoene (dianggo ngabang lambe) (Poerwadarminta,

47

Makna leksikal gedhang adalah wit sarta wohe, djenenge warna-

warna (Poerwadarminta, 1939:139) ‘pohon beserta buahnya,

namanya berbeda-beda.’

Makna leksikal raja adalah raja.

Makna leksikal gedhang raja adalah pisang raja.

27) Jajan pasar [jajan pasar]

Makna leksikal jajan adalah membeli.

Makna leksikal pasar adalah papan kang dianggo dol tinoekoe

barang-barang (Poerwadarminta, 1939:474) ‘tempat yang

digunakan untuk jual-beli barang.’

Makna leksikal jajan pasar adalah makanan yang dibeli dipasar.

28) Jenang sengkala [j|naG s|GkOlO]

Makna leksikal jenang adalah jenang.

Makna leksikal sengkala adalah sengkala.

Makna leksikal jenang sengkala adalah jenang merah dan putih.

29) Kembang setaman [k|mbaG s|taman]

Makna leksikal kembang adalah bunga.

Makna leksikal setaman adalah setaman.

Makna leksikal kembang setaman addalah bunga setaman.

30) Palawija [pOlOwijO]

Makna leksikal pala adalah pala.

Makna leksikal wija adalah wija.

Makna leksikal palawija adalah umbi-umbian.

31) Sambel goreng [samb|l gorEG]

Page 23: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112031_bab2.pdfMakna leksikal kinang adalah soeroeh saadoene (dianggo ngabang lambe) (Poerwadarminta,

48

Makna leksikal sambel adalah lelawoehan sing digawe lombok

diboemboni warna-warna digawe sambel (Poerwadarminta,

1939:541) ‘lauk-pauk yang dibuat dari cabai dikasih bumbu

macam-macam dibuat sambal.’

Makna leksikal goreng adalah sing dikongseng, diratengi ing lenga

(Poerwadarminta, 1939:160) ‘yang digoreng, dimatangkan

menggunakan minyak.’

Makna leksikal sambel goreng adalah sambal goreng.

32) Sega asahan [s|gO asahan]

Makna leksikal sega adalah beras sing wis mateng (diliwet,

diedang) (Poerwadarminta, 1939:552) ‘beras yang sudah matang.’

Makna leksikal asahan adalah asahan.

Makna leksikal sega asahan adalah nasi asahan.

33) Sega golong [s|gO gOlOG]

Makna leksikal sega adalah beras sing wis mateng (diliwet,

diedang) (Poerwadarminta, 1939:552) ‘beras yang sudah matang.’

Makna leksikal golong adalah wis noenggal (koempoel) dadi sidji,

gloendoengane gede (Poerwadarminta, 1939:159) ‘sudah

berkumpul menjadi satu, bentuknya bulat besar.’

Makna leksikal sega golong adalahsega diglindingi dianggo

slametan (Poerwadarminta, 1939:552)‘sega dibentuk bulat untuk

selamatan.’

2. Makna kultural

Page 24: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112031_bab2.pdfMakna leksikal kinang adalah soeroeh saadoene (dianggo ngabang lambe) (Poerwadarminta,

49

1) Ambeng [amb|G]

Makna kultural ambeng adalah nasi yang berbentuk gunungan atau

setengah lingkaran yang ditaruh diatas tampah. Bagi masyarakat

Dusun Mangurejo ambeng sebagai simbol kerukunan antar warga

Dusun Mangurejo, amberng berasal dari kata pambeng

‘hambatan’. Hambatan bisa dilalui dengan adanya gotong royong

dan kebersamaan tanpa membedakan pangkat, usia, kekayaan

sehingga terjalinlah suatu kerukunan, kesejahteraan, persatuan

antar warga Dusun Mangurejo dan dan warga bisa makan bersama-

sama yang dirangkum dalam tradisi dhekahan dhusun. Kerukunan,

kesejahteraan, persatuan antar warga Dusun Mangurejo

digambarkan seperti nasi yang nglumpuk dadi siji ‘berkumpul

menjadi satu’ tanpa membedakan status sosial.

(Informan bapak Wakidi (Rabu, 05 Agustus 2015))

2) Ampyang [ampyaG]

Makna kultural ampyang adalah makanan tradisional khas Jawa

yang terbuat dari gula jawa dan kacang tanah, rasanya manis

bentuknya bundar pipih. Bagi masyarakat Dusun Mangurejo

ampyang sebagai simbol agar kehidupan warga Dusun mangurejo

selalu bahagia, damai, dan tentram yang digambarkan seperti rasa

ampyang yaitu manis. Dengan demikian, masyarakat berharap

kehidupan warga Dusun Mangurejo akan terus terikat maksudnya

selalu bermusyawarah dalam mengambil keputusan, bersatu

maksudnya selalu bergotong royong dalam segala hal, dan tidak

Page 25: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112031_bab2.pdfMakna leksikal kinang adalah soeroeh saadoene (dianggo ngabang lambe) (Poerwadarminta,

50

lepas maksudnya selalu bersama-sama menjaga kerukunan dan

keharmonisan antara warga Dusun Mangurejo.

(Informan bapak Wakidi (Rabu, 05 Agustus 2015))

3) Apem [ap|m]

Makna kultural apem adalah makanan yang terbuat dari tepung

beras yang didiamkan semalam dengan mencampurkan telur,

santan, gula, dan tape serta sedikit garam kemudian dibakar atau

dikukus dalam cetakan, bentuknya mirip serabi namun lebih tebal.

Bagi masyarakat Dusun Mangurejo apem sebagai simbol

memohonkan ampunan untuk arwah leluhurnya yang sudah

meninggal supaya diterima disisiNya. Apem menurut masyarakat

setempat sebagai seperangkat sesaji secara simbolis sebagai

pernyataan saling memaafkan maksudnya kita sebagai manusia

diharapkan selalu bisa memberi maaf atau memaafkan kesalahan-

kesalahan orang lain. Dengan demikian warga masyarakat Dusun

Mangurejo hidup rukun.

(Informan bapak Samlani (Selasa, 04 Agustus 2015))

4) Bawang [bawaG]

Makna kultural bawang adalah sejenis umbi yang bisa digunakan

sebagai salah satu bahan rempah utama dalam berbagai masakan.

Bagi masyarakat Dusun Mangurejo bawang dijadikan simbol

sebagai bumbu dalam kehidupan agar tidak hambar, dalam

menjalani kehidupan pasti ada suka maupun duka. Warna putih

dalam bawang melambangkan kebaikan dalam hidup. Secara

Page 26: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112031_bab2.pdfMakna leksikal kinang adalah soeroeh saadoene (dianggo ngabang lambe) (Poerwadarminta,

51

kultural bawang juga dimaksudkan bahwa warga Dusun

Mangurejo agar dapat melakukan hidup gotong royong.

Terangkum dalam ekspresi bawang dipahami sebagai akronim dari

bahwang ‘gelem obah, bergaul, gotong royong, dan suka

membantu.

(Informan bapak Jumadi (Rabu, 05 Agustus 2015))

5) Bongkrek [boGkrE?]

Makna kultural bongkrek adalah sejenis lauk pauk yang terbuat

dari ampas kedelai atau ampas tahu dan ampas kelapa yang sudah

diambil minyaknya.

(Informan ibu Wartini (Selasa, 04 Agustus 2015))

6) Brambang [brambaG]

Makna kultural brambang adalah bawang merah yang digunakan

sebagai bumbu untuk memasak, jika diiris bisa membuat mata

pedih. Bagi masyarakat Dusun Mangurejo bramban sebagai simbol

bumbu dalam kehidupan agar tidak hambar. Warna merah pada

brambang sebagai lambang bahwa dalam menjalani hidup

dibutuhkan keberanian untuk menghadapi gangguan.

(Informan bapak Jumadi (Rabu, 05 Agustus 2015))

7) Dhuwit receh [DuwIt rEcEh]

Makna kultural dhuwit receh adalah alat untuk transaksi jual beli

dalam bentuk koin dan jumlahnya lebih dari satu. Dhuwit receh

biasanya sebagai isi takir. Bagi masyarakat Dusun Mangurejo

dhuwit receh sebagai simbol agar saat panen padi yang dihasilkan

Page 27: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112031_bab2.pdfMakna leksikal kinang adalah soeroeh saadoene (dianggo ngabang lambe) (Poerwadarminta,

52

banyak seperti dhuwit receh yang jumlahnya lebih dari satu. Hasil

panennya bagus tidak banyak yang gabug ‘tidak berisi’ dan tidak

diserang hama yang dapat merusak padi.

(Informan bapak Suyatno (Selasa, 04 Agustus 2015))

8) Endhog jawa [|nDOg jOwO]

Makna kultural endhog jawa adalah telur yang bentuknya lebih

kecil dari telur pada umumnya, berwarna putih, berasal dari ayam

kampung. Bagi masyarakat Dusun Mangurejo endhog jawa sebagai

simbol kanggo ngedhemake ‘untuk mendinginkan’ maksudnya

agar dalam pelaksanaan tradisi dhekahan dhusun suasananya tetap

dingin dan emosi-emosi dapat terkontrol dengan baik, dapat

menerima pendapat/masukan dari orang lain pada saat sedang

bermusyawarah bersama sepanjang pelaksanaan dhekahan

dhususn.

(Informan bapak Suyatno (Selasa, 04 Agustus 2015))

9) Gedhang raja [g|DaG rOjO]

Makna kultural gedhang raja adalah jenis pisang yang sering

digunakan dalam sesajian. Pisang raja ini berwarna kuning dan

rasanya paling enak diantara pisang yang lain bentuknya tidak

terlalu panjang. Bagi masyarakat Dusun Mangurejo adalah sebagai

simbol agar pemimpin (raja) didukung oleh seluruh rakyatnya.

Suatu masyarakat akan hidup tentram dan bahagia jika antara

pemimpin dan rakyatnya akan saling mendukung dan saling

melengkapi. Pemimpin (raja) tidak semena-mena pada rakyatnya

Page 28: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112031_bab2.pdfMakna leksikal kinang adalah soeroeh saadoene (dianggo ngabang lambe) (Poerwadarminta,

53

tetapi ngayomi pada rakyatnya, sehingga kehidupan akan tentram,

makmur, dan bahagia tanpa membedakan status sosial.

(Informan bapak Samlani (Selasa, 04 Agustus 2015))

10) Gudhangan [guDaGan]

Makna kultural gudhangan adalah beberapa macam sayuran yang

direbus dan disajikan dengan menggunakan bumbu sambal kelapa

parut. Bagi masyarakat Dusun Mangurejo gudhangan sebagai

simbol kesegaran dalam sayuran melambangkan kesegaran jasmani

dan rohani. Kesegaran jasmani diharapkan akan selalu diberikan

kesehatan, sedangkan kesegaran rohani diharapkan akan selalu

berpikir jernih (berbuat baik) sehingga terhindar dari sifat jelek.

Sayur sebagai simbol perbedaan agama, sosial, dan pendidikan

tetapi disatukan dengan diurap ‘dicampur’ sebagai simbol

bersatunya perbedaan yang ada dengan satu tujuan tercipta suasana

aman, tenteram, dan penuh kekeluargaan. Gudhangan biasanya

terdiri dari bayem, kacang lanjaran, dan bumbu ‘bayam, kacang

panjang dan bumbu.’Bayem mempunyai makna supaya hidupnya

ayem ‘tenteram’ yaitu selalu rukun, saling tolong menolong.

Kacang lanjaran mempunyai makna dalam menjalani hidup harus

sabar narima ‘sabar menerima’ selalu bersyukur dengan apa yang

dimiliki. Bumbu mempunyai makna karena terasa pedas jadi dalam

menjalani hidup kadang terasa manis dan pedas ‘suka maupun

duka.’

(Informan bapak Wakidi (Rabu, 05 Agustus 2015))

Page 29: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112031_bab2.pdfMakna leksikal kinang adalah soeroeh saadoene (dianggo ngabang lambe) (Poerwadarminta,

54

11) Jadah [jadah]

Makna kultural jadah adalah sejenis makanan yang terbuat dari

beras ketan yang di masak dengan cara ‘diadang’ yang dicampur

dengan parutan kelapa dan garam kemudian ditumbuk sampai

halus, rasanya gurih dan biasanya ditaruh dijajan pasar. Jadah

bagi masyarakat Dusun Mangurejo mempunyai simbol sebagai

lambang kebenaran dan kesucian untuk menjauhkan diri dari

gangguan alam gaib dengan cara selalu mendekatkan diri kepada

Tuhan Yang Mahaesa dan selalu berada dijalan Allah. Lambang

kebenaran dan kesucian diambil dari warna jadah yang putih.

Makna sesuai cara membuatnya yaitu dalam menumbuk harus

sungguh-sungguh supaya hasilnya lembut, begitu pula dalam

memohon sesuatu keinginan harus mantap ‘madhep mantep’ dan

dalam memohon harus bersungguh-sungguh supaya keinginan

dapat terkabulkan dan harus disertai dengan usaha, karena dengan

berdoa saja tidak akan cukup.

(Informan bapak Wakidi (Rabu, 05 Agustus 2015))

12) Jajan pasar [jajan pasar]

Makna kultural jajan pasar adalah beberapa jenis makanan atau

buah-buahan yang dibeli dipasar untuk perlengkapan sesaji. Bagi

masyarakat Dusun Mangurejo Jajan pasar memiliki simbol

anggota masyarakat yang terdiri dari berbagai macam latar

belakang sosial, sehingga sebagai masyarakat harus bisa

menyesuaikan sedemikian rupa agar dapat diterima masyarakat

Page 30: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112031_bab2.pdfMakna leksikal kinang adalah soeroeh saadoene (dianggo ngabang lambe) (Poerwadarminta,

55

sekitarnya. Masyarakat akan harmonis jika setiap komponen

masyarakat bisa rukun, kompak, mau bergotong royong, dan saling

membantu satu sama lain.

(Informan ibu Semi (Rabu, 05 Agustus 2015))

13) Jenang sengkala [j|naG s|GkOlO]

Makna kultural jenang sengkala adalah jenang yang berwarna

merah dan putih yang terbuat dari tepung beras, santan dan gula

jawa, rasanya gurih dan manis. Bagi masyarakat Dusun Mangurejo

jenang sengkala mempunyai simbol sebagai penolak bala menolak

marabahaya baik dari hal-hal ghaib ataupun manusia yang

mungkin akan datang dan merusak jalannya upacara tadisi

dhekahan dhusun.

(Informan bapak Sutar (Rabu, 05 Agustus 2015))

14) Jungkat [juGkat]

Makna kultural jungkat adalah sebuah alat yang terbuat dari

plastik, biasanya berbentuk pipih, bergigi, dan digunakan untuk

menata rambut. Bagi masyarakat Dusun Mangurejo jungkat

mempunyai simbol sebagai penyisir biji-biji padi yang keluar

supaya tidak banyak yang gabug ‘tidak berisi.

(Informan ibu Wartini (Selasa, 04 Agustus 2015))

15) Kembang setaman [k|mbaG s|taman]

Makna kultural kembang setaman adalah bunga yang digunakan

untuk sesaji yang terdiri dari bunga mawar, bunga melati, bunga

kanthil. Bagi masyarakat Dusun Mangurejo kembang setaman

Page 31: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112031_bab2.pdfMakna leksikal kinang adalah soeroeh saadoene (dianggo ngabang lambe) (Poerwadarminta,

56

mempunyai arti bunga melati sabagai simbol kesucian, bunga

kanthil berwarna kuning sebagai simbol kehidupan, bunga mawar

sebagai simbol manusia yang berasal dari perpaduan antara darah

merah dan darah putih. Kembang setaman secara keseluruhan

merupakan simbol trimurti antara pencipta, makhluk dan alam

semesta atau antara Tuhan, manusia, dan kehidupan. Selain makna

tersebut kembang setaman juga mempunyai makna salah satu

simbol untuk mencapai tujuan utama yaitu keselamatan warga desa

dari kejahatan baik kejahatan manusia maupun kejahatan ghaib.

(Informan bapak Samlani (Selasa, 04 Agustus 2015))

16) Kinang [kinaG]

Makna kultural kinang adalah suruh atau daun sirih yang dikasih

enjet, dan gambir yang biasanya digunakan para nenek untuk

‘nginang’ dengan cara dikunyah. Bagi masyarakat Dusun

Mangurejo kinang sebagai simbol penghormatan kepada roh nenek

moyang. Karena pada jaman dahulu banyak nenek moyang yang

suka nginang.

(Informan bapak Suyatno (Selasa, 04 Agustus 2015))

17) Krupuk [krupU?]

Makna kultural krupuk adalah makanan ringan yang pada

umumnya terbuat dari adonan tepung tapioka yang dicampur

dengan bumbu. Kerupuk dibuat dengan mengukus adonan sampai

matang, kemudian dipotong tipis-tipis, dikeringkan dibawah sinar

matahari sampai kering dan digoreng dengan minyak goreng yang

Page 32: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112031_bab2.pdfMakna leksikal kinang adalah soeroeh saadoene (dianggo ngabang lambe) (Poerwadarminta,

57

banyak. Dalam sesaji ini, krupuk yang digunakan adalah krupuk

merah. Bagi masyarakat Dusun Mangurejo krupuk melambangkan

dalam menjalani kehidupan jangan mudah putus asa/patah (krupuk

jangan mlempem ‘lembek’ harus renyah), harus semangat, dan

pantang menyerah. Selain itu krupuk juga mempunyai makna

simbolis agar masyarakat Dusun Mangurejo selalu diberi

keringanan/diringankan oleh Tuhan Yang Mahaesa dalam

menghadapi suatu masalah-masalah dalam kehidupan.

(Informan bapak Wakidi (Rabu, 05 Agustus 2015))

18) Lombok [lOmbO?]

Makna kultural lombok adalah tanaman perdu yang buahnya

berbentuk bulat panjang dengan ujung meruncing, apabila sudah

tua berwarna merah atau hujau tua, berisi banyak biji dan rasanya

pedas. Bagi masyarakat Dusun Mangurejo lombok mempunyai

simbol salah satu bumbu dalam hidup manusia agar tidak hambar.

Pedas yang dihasilkan lombok sebagi lambang rintangan yang

biasanya berup masalah-masalah yang harus dihadapi dalam

kedidupan, tetapi dalam menghadapi masalah harus dengan kepala

dingin, jangan emosi, dan harus sabar. Karena setiap masalah pasti

ada jalan keluarnya.

(Informan bapak Wakidi (Rabu, 05 Agustus 2015))

19) Ngilon [GilOn]

Page 33: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112031_bab2.pdfMakna leksikal kinang adalah soeroeh saadoene (dianggo ngabang lambe) (Poerwadarminta,

58

Makna kultural ngilon adalah sebuah benda dengan permukaan

yang dapat memantulkan bayangan benda dengan sempurna. Bagi

masyarakat Dusun Mangurejo kaca mempunyai simbol sebagai

instrofeksi diri agar terjalin kerukunan dan tidak membeda bedakan

status sosial.

(Informan bapak Sutar (Rabu, 05 Agustus 2015))

20) Palawija [pOlOwijO]

Makna kultural palawija adalah tanaman selain padi biasanya

ditanam di sawah atau di ladang. Bagi masyarakat Dusun

Mangurejo palawija mempunyai simbol warna-warni sikap dan

sifat manusia dalam hidup seperti halnya umbi-umbian yang

banyak macamnya. Karena dalam kehidupan sifat manusia tidak

selalu sama, ada yang baik dan ada yang buruk. Tetapi dalam hal

ini yang diharapkan adalah agar masyarakat Dusun Mangurejo

mempunyai sifat yang baik.

(Informan bapak Samlani (Selasa, 04 Agustus 2015))

21) Panggang [paGgaG]

Makna kultural panggang adalah satu ekor ayam yang disembelih

dan dibersihkan bulunya serta kotoran yang ada didalamnya,

bagian dada ayam dibelah kemudian bagian tengahnya ditusuk

menggunakan kayu. Setelah itu dipanggang diatas mawa tanpa

dikasih bumbu. Bagi masyarakat Dusun Mangurejo adalah sebagai

simbol rasa syukur kepada Tuhan karena telah memberi

perlindungan dan kemakmuran bagi masyarakat dusun. Dengan

Page 34: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112031_bab2.pdfMakna leksikal kinang adalah soeroeh saadoene (dianggo ngabang lambe) (Poerwadarminta,

59

kata lain panggang digunakan sebagai persembahan pada Tuhan

yang telah memberikan perlindungan dan kemakmuran selama

hidup bermasyarakat. Masyarakat percaya dengan memberikan

sesaji panggang akan jauh dari marabahaya dan musibah.

Panggang iku ngalap gegadhuhipun raja kaya maksudnya

panggang itu sebagi korban persembahan kepada Tuhan Yang

Mahaesa. Panggang juga menjadi simbol bagi orang Jawa yakni

dalam menjalani kehidupan kita harus pasrah, selalu bersyukur

pada saat keadaan di atas maupun di bawah.

(Informan bapak Wakidi (Rabu, 05 Agustus 2015))

22) Peyek [pEyE?]

Makna kultural peyek adalah sejenis kerupuk yang terbuat dari

tepung beras yang dicampur dengan air hingga membentuk adonan

kental, diberi bumbu dan biasanya dicampur dengan kacang,

masaknya dengan cara digoreng tipis-tipis sampai kering berwarna

kuning kecoklatan. Bagi Dusun Mangurejo peyek mempunyai

simbol sebagai lambang bersatunya kebudayaan dan masyarakat

dalam mencapai tujuan bersama, dalam hal ini supaya terlaksana

dengan baik dalam upacara dhekahan dhusun. Terlihat dari adonan

peyek yang diberi kacang tanah, adonan sebagai simbol kehidupan,

kacang tanah sebagai simbol kebudayaan artinya meskipun

mempunyai budaya yang berbeda tetapi mempunyai tujuan yang

sama yaitu hidup tentram, bahagia, terikat, tidak goyah, dan

bersatu.

Page 35: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112031_bab2.pdfMakna leksikal kinang adalah soeroeh saadoene (dianggo ngabang lambe) (Poerwadarminta,

60

(Informan bapak Wakidi (Rabu, 05 Agustus 2015))

23) Rengginan [r|Gginan]

Makna kultural rengginan adalah makanan sejenis kerupuk yang

ditaruh disesaji jajan pasar terbuat dari beras ketan dan santan,

kemudian dikukus, setelah itu dicetak menjadi bundar pipih dan

dijemur sampai kering. Memasaknya dengan cara digoreng

menggunakan minyak yang banyak. Bagi Dusun Mangurejo

rengginan mempunyai simbol berbentuk bundar gepeng ‘pipih’

menyerupai bunga, sehingga diharapkan warga Dusun Mangurejo

dalam menjalani hidup selalu harmonis, bahagia, bersatu, dan

saling gotong royong untuk menjalin suatu kerukunan.

(Informan bapak Suyatno (Selasa, 04 Agustus 2015))

24) Sambel goreng [samb|l gorEG]

Makna kultural sambel goreng adalah makanan sejenis sayuran

bersantan rasanya pedas yang terbuat dari sambal, santan, jepan,

brabasan atau krecek kulit dan diberi bumbu. Memasaknya dengan

cara sambal dan bumbu ditumis dengan menggunakan sedikit

minyak lalu dicampur dengan kentang yang dipotong kecil-kecil

berbentuk dadu, brabasan atau krecek kulit, santan dan diaduk jadi

satu dibiarkan sampai santannya habis. Bagi masyarakat Dusun

Mangurejo sambel gorang sebagai simbol dalam berjuang butuh

keberanian dan persatuan. Keberanian digambarkan dengan bumbu

dengan cabe merah, sedangkan persatuan digambarkan dengan

Page 36: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112031_bab2.pdfMakna leksikal kinang adalah soeroeh saadoene (dianggo ngabang lambe) (Poerwadarminta,

61

bersatunya jepan, krecek kulit dan santan. Dalam persatuan tidak

membedakan status sosial antarwarga Dusun Mangurejo.

(Informan bapak Suyatno (Selasa, 04 Agustus 2015))

25) Sega asahan [s|gO asahan]

Makna kultural sega asahan adalah nasi yang dibentuk seperti

gunungan atau setengah lingkaran yang ditahur diatas tampah yang

dilengkapi dengan lauk pauk, digunakan untuk kenduri. Sega

asahan sebagai simbol dari semua harapan yang telah selesai (sah)

atau telah terlaksana tidah ada hal-hal yang kurang dan diharapkan

semua warga masyarakat selalu mendapat berkah dari Tuhan

dengan kehidupan yang tenteram. Selain itu sega asahan juga

mempunyai makna lambang kebersamaan dan kerukunan antar

warga. Dapat dilihat dari nasi yang ditata lengkap dengan lauk

paiknya menjadi satu rapat padat.

(Informan bapak Wakidi (Rabu, 05 Agustus 2015))

26) Sega golong [s|gO gOlOG]

Makna kultural sega golong adalah nasi yang dibentuk lingkaran

yang ditaruh diatas tampah dan digunakan untuk kenduri. Bagi

masyarakat Dusun Mangurejo sega golong sebagai simbol bahwa

masyarakat Dusun Mangurejo harus mempunyai tekad yang bulat

(golong) sehingga apa yang dicita-citakan akan terwujud dan

komponen masyarakat merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

dipisahkan seperti halnya sega golong yang dikepal sampai benar-

benar menyatu.

Page 37: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112031_bab2.pdfMakna leksikal kinang adalah soeroeh saadoene (dianggo ngabang lambe) (Poerwadarminta,

62

(Informan bapak Samlani (Selasa, 04 Agustus 2015))

27) Sonthongan [sonToGan]

Makna kultural sonthongan adalah tempat atau wadah yang

digunana untuk tempat sesaji, terbuat dari daun pisang. Bagi

masyarakat Dusun Mangurejo sonthongan sebagai simbol kanggo

nylameti kabeh sing anan ing desa ‘untuk selamatan keseluruhan

yang ada di Dusun Mangurejo, baik masyarakat maupun alamnya.’

(Informan bapak Semi (Rabu, 05 Agustus 2015))

28) Tahu [tahu]

Makna kultural tahu adalah lauk pauk yang ada dalam sesaji,

terbuat dari kedelai yang sudah dihaluskan dan ambil sarinya,

memasaknya dengan cara digoreng dengan minyak yang banyak.

Tahu hanya sebagai pelengkap lauk pauk.

(Informan bapak Sutar (Rabu, 05 Agustus 2015))

29) Takir [takIr]

Makna kultural takir adalah suatu tempat atau wadah yang

didalamnya, cabai, bawang putih, bawang merah, uang logam/koin

dan telur ayam kampung. Bagi masyarakat Dusun Mangurejo takir

mempunyai simbol kerukunan antara warga yang satu dengan yang

lainya yang digambarkan melalui beberapa macam sesaji yang

berbeda-beda yang ada didalam takir.

(Informan ibu Wartini (Selasa, 04 Agustus 2015))

30) Tampah [tampah]

Page 38: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112031_bab2.pdfMakna leksikal kinang adalah soeroeh saadoene (dianggo ngabang lambe) (Poerwadarminta,

63

Makna kultural tampah adalah wadah atau tempat yang terbuat dari

anyaman bambu bentuk bulat, dijadikan tempat sesaji dan untuk

kenduri. Bagi masyarakat Dusun Mangurejo tampah sebagai

simbol untuk menggambarkan keadaan Dusun Mangurejo sebagai

tempat hidup masyarakat yang mempunyai bermacam-macam

karakter dan juga memiliki kekayaan alam yang beraneka ragam.

Keanekaragaman tersebut digambarkan melalui tampah sebagai

tempat untuk segala macam makanan didalamnya sebagai

penggambaran keanekaragaman masyarakat dan alam Dusun

Mangurejo.

(Informan bapak Wakidi (Rabu, 05 Agustus 2015))

31) Tape [tape]

Makna kultural tape adalah makanan yang terbuat dari beras ketan

yang sudah dikukus dan dicampur dengan ragi, dibungkus

menggunakan daun pisang, didiamkan selama dua malam. Tape

biasanya ditaruh disesaji jajan pasar. Bagi masyarakat Dusun

Mangurejo tape sebagai simbol tanpa petung ‘tanpa perhitungan’

maksudnya dalam kehidupan harus saling tolong menolong dalam

hal kebaikan dan tanpa mengharapkan imbalan apapun

(Informan bapak Wakidi (Rabu, 05 Agustus 2015))

32) Tempe [tempe]

Page 39: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112031_bab2.pdfMakna leksikal kinang adalah soeroeh saadoene (dianggo ngabang lambe) (Poerwadarminta,

64

Makna kultural tempe adalah lauk pauk yang terbuat dari kedelai

dan dicampur dengan ragi. Tempe hanya digunakan sebagai

pelengkap sesaji.

(Informan ibu Semi (Rabu, 05 Agustus 2015))

33) Wajib [wajIb]

Makna kultural wajib adalah pemberian uang seikhlasnya, yang

dijadikan upah untuk seseorang yang memimpin doa. Bagi

masyarakat Dusun Mangurejo wajib sebagai simbol pengganti jika

sesaji masih ada yang kurang atau belum lengkap, sehingga

diharapkan uang dapat digunakan sebagai pengganti sesaji yang

kurang, karena menurut masyarakat jika dalam suatu upacara

tradisional masih ada sesaji yang kurang atau belum lengkap maka

akan muncul bencana atau mara bahaya. Hasil uangnya nanti

diberikan kepada seseorang yang memimpin doa.

(Informan bapak Wakidi (Rabu, 05 Agustus 2015))

3. Fungsi Tradisi Dhekahan Dhusun di Dusun Mangurejo Desa Guli

Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali

1. Fungsi Religius

Dalam fungsi religius upacara dhekahan dhusun hanya ditujukan

kepada Tuhan Yang Mahaesa. Dhekahan dhusun diadakan

masyarakat Dusun Mangurejo sebagai bentuk ungkapan rasa

syukur masyarakat kepada Tuhan yaitu atas rizki yang telah

diberikan kepada mereka berupa hasil panen yang melimpah.

Masyarakat Dusun Mangurejo juga berharap kepada Tuhan,

Page 40: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112031_bab2.pdfMakna leksikal kinang adalah soeroeh saadoene (dianggo ngabang lambe) (Poerwadarminta,

65

dengan menjalankan upacara dhekahan dhusun mereka percaya

segala pekerjaan yang dilakukan tidak ada hambatan/tantangan

atau gangguan, sehingga segala usaha mereka untuk mencari rizki

selalu diberi kemudahan dan kelancaran dan hubungan manusia

dengan Tuhan dapat terjalin dengan baik jika mereka menjalankan

agama dan tradisi upacara dhekahan dhusun setiap tahunnya.

2. Fungsi Sosial

Dalam fungsi sosial, upacara dhekahan dhusun mengandung nilai

luhur yaitu kebersamaan dan gotong royong sehingga menciptakan

keharmonisan dalam kehidupan masyarakat Dusun Mangurejo,

ketentraman, dan kerukunan antarwarga, melestarikan budaya

nenek moyang, dan memohon keselamatan untuk Dusun

Mangurejo agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.

Aktivitas inilah yang menjadikan satu pandangan sebuah

kebersamaan sosial masyarakat dan mempunyai rasa saling

memiliki.

3. Fungsi Ekonomi

Dalam fungsi ekonomi, adanya tradisi dhekahan dhusun banyak

pedagang yang datang pada saat pelaksanaan tradisi dhekahan

dhusun sehingga dapat menambah penghasilan bagi warga sekitar

yang sedang berjualan di sekitar pelaksanaan tradisi itu, karena di

situ banyak anak-anak yang ikut orang tuanya untuk menghadiri

upacara tradisi dhekahan dhusun. Selain itu, dengan tetap

melaksanakan upacara tradisi dhekahan dhusun masyarakat akan

Page 41: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112031_bab2.pdfMakna leksikal kinang adalah soeroeh saadoene (dianggo ngabang lambe) (Poerwadarminta,

66

lebih mudah dan bisa memenuhi kebutuhan hidupnya, serta hasil

panen akan meningkat di tahun depan.

4. Fungsi Kultural

Dalam fungsi kultural, dengan adanya tradisi dhekahan dhusun

masyarakat Dusun Mangurejo bisa terbebas dari bencana dan agar

terhindar dari jiwa egois karena jarang berkumpul, banyak warga

yang bekerja di luar kota, silaturahmi tetap terjalin dengan baik dan

seluruh dusun akan merasa aman. Maka dari itu sampai saat ini

upacara tradisi dhekahan dhusun masih menjadi suatu tradisi yang

penting bagi masyarakat Dusun Mangurejo sehingga tidak

mengherankan apabila di Dusun Mangurejo tradisi dhekahan

dhusun masih terus dilestarikan sampai sekarang dan dilaksanakan

secara turun-temurun.