bab ii administrasi dan organisasi
DESCRIPTION
administrasi dan organisasi biaya proyekTRANSCRIPT
BAB II
ADMINISTRASI DAN ORGANISASI
2.1 Umum
Proyek adalah proses pengadaan dari yang belum ada menjadi ada dalam
jangka waktu tertentu. Pengertian proyek pada umumnya mengacu pada rangkaian
aktivitas yang mempunyai dimensi waktu, mutu, dan biaya untuk mewujudkan suatu
gagasan. Perkembangan sebuah proyek dimulai dari timbulnya gagasan atau ide
dasar hingga menjadi kenyataan secara fisik di lapangan. Dalam usaha
merealisasikan suatu proyek sangat mutlak diperlukan suatu pemikiran yang matang.
Mulai dari penjajakan terhadap kemungkinan realisasi proyek, kelayakan proyek,
perencanaan, pelaksanaan hingga pada pengoperasian serta pemeliharaan proyek
tersebut.
Dalam melaksanakan suatu proyek, salah satu faktor yang berperan penting
adalah pengelolaan proyek yaitu bagaimana menciptakan administrasi dan susunan
organisasi yang baik. Dengan prosedur administrasi dan susunan organisasi yang
baik akan tercapai hasil pembangunan suatu proyek seperti yang diharapkan,
sehingga proyek besar maupun proyek kecil harus menerapkan sistem tersebut agar
sesuai dengan yang diharapkan. Faktor-faktor organisasi dan administrasi memegang
peranan yang sangat penting karena:
1. Apabila susunan organisasinya tidak baik, akan mengakibatkan keterlambatan
dan bahkan bisa menyebabkan tidak terselesaikannya suatu proyek yang
sedang dilaksanakan.
2. Apabila sistem administrasinya yang tidak baik, akan menimbulkan beberapa
kendala, baik itu mengenai persoalan-persoalan intern perusahaan maupun
hubungan dengan instansi/perusahaan lain.
Dengan organisasi yang sehat akan tercapainya perencanaan proyek yang
efektif dan efisien. Serta dengan administrasi yang baik dan teratur maka akan dapat
ditetapkan segala peraturan-peraturan dan ketetapan-ketetapan yang harus dipatuhi
misalnya keuangan, kepegawaian dan sebagainya.
Organisasi merupakan wadah atau bentuk kerjasama beberapa pihak yang
terlibat dalam bentuk struktur organisasi. Struktur ini akan menggambarkan
hubungan formal, tetapi tidak melukiskan hubungan informal yang umumnya timbul
bila ada interaksi sosial. Untuk mencapai tujuan proyek yang telah ditetapkan
bersama, maka akan diadakan pembagian kerja dimana masing-masing orang
mempunyai tugas dan wewenang serta kedudukan yang saling berkaitan. Untuk
menjamin terlaksananya realisasi proyek dengan baik, kelengkapan administrasi
pihak-pihak terkait juga merupakan hal mutlak yang harus disiapkan. Berdasarkan
pendapat para ahli di bidang manajemen, terdapat hubungan yang sangat erat antara
oerganisasi dan administrasi. Di bawah ini dijelaskan uraian definisi secara singkat
tentang administrasi dan organisasi.
2.2 Proses Realisasi Proyek
Proyek merupakan suatu rangkaian kegiatan yang memiliki dimensi biaya,
mutu, dan waktu dalam mewujudkan gagasan atau ide seseorang sehingga menjadi
kenyataan atau terlihat secara fisik di lapangan (dari belum ada menjadi ada). Sebuah
proyek dapat terealisasi dengan baik, diperlukan suatu perencanaan yang matang dan
proses realisasi pada umumnya merupakan urutan kegiatan yang sistematis dengan
tujuan agar proyek yang dibangun dapat berdaya guna semaksimal mungkin
Umumnya realisasi suatu proyek melalui proses-proses kegiatan seperti adanya
kebutuhan (need), pemikiran kemungkinan keterlaksanaannya (feasibility study),
keputusan untuk membangun dan pembuatan penjelasan (penjabaran) yang lebih
rinci tentang rumusan kebutuhan tersebut (briefing), penuangan dalam bentuk
rancangan awal (preliminary design), pembuatan rancangan yang lebih rinci dan
pasti (design development dan detail design), persiapan administrasi untuk
pelaksanaan pembangunan dengan memilih calon pelaksana (procurement),
kemudian pelaksanaan pembangunan pada lokasi yang telah disediakan
(construction), serta pemeliharaan dan persiapan penggunaan bangunan tersebut
(maintenance, start-up, dan implementation).
2.2.1 Adanya kebutuhan (Need)
Adanya suatu proyek disebabkan karena adanya keinginan akan suatu
kebutuhan (need) dari manusia itu sendiri. Sehingga untuk mengungkapkannya
ke bentuk nyata diperlukanlah suatu bentuk media sehingga keinginan dapat
terwujud.
Pada proyek pembangunan Kantor Perpustakaan, Arsip dan Depo
Kabupaten Badung, pihak pemilik yaitu pemerintah kabupaten badung
mempunyai keinginnan untuk memenuhi kebutuhan akan perpustakaan sebagai
tempat penyimpanan buku-buku dan arsip-arsip penting yang didukung dengan
adanya ruang baca yang memadai.
2.2.2 Tahap Studi Kelayakan (Feasibility Study)
Tahap ini bertujuan meyakinkan pemilik proyek bahwa proyek
konstruksi yang diusulkannya layak untuk dilaksanakan, baik dari aspek
perencanaan dan perancangan, aspek ekonomi (biaya dan sumber pendanaan)
maupun aspek lingkungannya.
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap studi kelayakan ini adalah:
1. Menyusun rancangan proyek secara kasar dan membuat estimasi biaya
yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek tersebut.
2. Meramalkan manfaat yang diperoleh jika proyek tersebut dilaksanakan,
baik manfaat langsung (non ekonomis) maupun manfaat tidak langsung
(fungsi sosial).
3. Menyusun analisa kelayakan proyek, baik ekonomis maupun finansial.
4. Menganalisis dampak lingkungan yang mungkin terjadi apabila proyek
tersebut dilaksanakan.
2.2.3 Tahap Penjelasan (Briefing)
Tujuan dari tahap ini adalah untuk memungkinkan pemilik proyek
menjelaskan fungsi proyek dan biaya yang diijinkan, sehingga konsultan
perencana dapat secara tepat menafsirkan keinginan pemilik proyek dan
membuat taksiran biaya yang diperlukan.
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah:
1. Menyusun rencana kerja dan menunjuk para perencana dan tenaga ahli.
2. Mempertimbangkan kebutuhan pemakai, keadaan lokasi dan lapangan,
merencanakan rancangan, taksiran biaya, persyaratan mutu.
3. Mempersiapkan ruang lingkup kerja, jadwal waktu, taksiran biaya dan
implikasinya, serta rencana pelaksanaan.
4. Mempersiapkan sketsa dengan skala tertentu sehingga dapat
menggambarkan denah dan batas-batas proyek.
2.2.4 Tahap Perancangan (Design)
Tahap ini bertujuan melengkapi penjelasan proyek dan menentukan tata
letak, rancangan, metoda konstruksi, dan taksiran biaya agar mendapatkan
persetujuan dari pemilik proyek dan pihak berwenang yang terlibat. Kegiatan
yang dilaksanakan pada tahap ini adalah:
1. Mengembangkan ikhtisar proyek menjadi penyelesaian akhir.
2. Memeriksa masalah teknis.
3. Meminta persetujuan akhir ikhtisar dari pemilik proyek.
4. Mempersiapkan:
- Rancangan skema (pra perancangan) termasuk taksiran biaya.
- Rancangan terinci.
- Gambar kerja, spesifikasi dan jadwal.
- Daftar kuantitas, taksiran biaya akhir
- Program pelaksanaan pendahuluan termasuk jadwal waktu.
2.2.5 Tahap Pengadaan/ Pelelangan (Procurement/ Tender)
Tujuan dari tahap ini adalah untuk menunjuk kontraktor sebagai
pelaksana yang akan melaksanakan konstruksi di lapangan. Kegiatan-kegiatan
yang mungkin dilakukan dalam tahap ini adalah:
1. Proses Prakualifikasi adalah proses penilaian kompetensi dan
kemampuan usaha serta pemenuhan persyaratan tertentu lainnya dari
penyedia barang/ jasa sebelum memasukkan penawaran.
2. Dokumen kontrak merupakan metoda penyampaian dokumen penawaran
berdasarkan jenis barang/ jasa yang akan diadakan dan metoda
penyampaian dokumen penawaran tersebut harus dicantumkan dalam
dokumen lelang.
Berikut penjabaran kualifikasi lelang proyek pembangunan Gedung
Kantor Perpustakaan, Kantor Arsip dan Depo Arsip Puspem Badung
Kode Lelang : 1927113
Nama Lelang : Pembangunan Gedung Kantor Perpustakaan, Kantor
Arsip dan Depo Arsip di Kawasan Puspem Kabupaten Badung
Agency : LPSE Badung
Satuan Kerja : Dinas Cipta Karya
Kategori : Pekerjaan Konstruksi
Metode Pengadaan : Lelang Umum
Metode Dokumen: Satu File
Metode Kualifikasi : Pascakualifikasi
Metode Evaluasi : Sistem Gugur
Anggaran : 2014 – APBD
Nilai Pagu Paket : Rp 32.448.749.745,00
Nilai HPS Paket : Rp 32.448.194.000,00
Cara Pembayaran : Harga Satuan
Pembebanan Tahun Anggaran : Tahun Tunggal
Sumber Pendanaan : Pengadaan Tunggal
Kualifikasi Usaha : Perusahaan Non Kecil
Lokasi Pekerjaan : Di Kecamatan Mengwi – Badung (Kab.)
Syarat Kualifikasi :
Ijin Usaha
a. SIUJK : Jasa Pelaksana Konstruksi
b. SBU : Kualifikasi Non Kecil, Sub Bidang/ Sub
Klasifikasi Bangunan Non Perumahan Lainnya atau Jasa
Pelaksana untuk Konstruksi Bangunan Gedung Lainnya
Telah melunasi kewajiban pajak tahun terakhir (SPT/PPh) serta
memiliki laporan bulanan PPh Pasal 25 atau Pasal 21/Pasal 23 atau
PPN sekurangkurangnya 3 (tiga) bulan yang lalu;
Telah melunasi kewajiban pajak tahun terakhir (SPT/PPh) serta
memiliki laporan bulanan PPh Pasal 25 atau Pasal 21/Pasal 23 atau
PPN sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan yang lalu (Bulan Oktober
2013, November 2013 dan Desember 2013) atau SPT dapat diganti
dengan Surat Keterangan Fiskal Tahun Pajak 2012.
Memiliki Surat Dukungan Keuangan dari Bank pemerintah swasta
sesuai dengan Dokumen Pengadaan.
Minimal memiliki staf ahli sesuai dengan Dokumen Pengadaan.
Minimal memiliki pengalaman yang sesuai dengan bidang/sub
bidang paket yang dilelangkan.
Menyampaikan daftar pekerjaan yang sedang berjalan.
Minimal memiliki peralatan sesuai dengan Dokumen Pengadaan.
Mengisi data kualifikasi melalui Aplikasi SPSE dengan lengkap.
Pada proyek pembangunan Gedung Kantor Perpustakaan, Kantor Arsip dan
Depo Arsip Puspem Badung ini, sebagai pelaksana proyek adalah PT. Tunas
Jaya Sanur.
2.2.6 Tahap Pelaksanaan (Construction)
Tujuan dari tahap ini adalah untuk mewujudkan bangunan yang
dibutuhkan oleh pemilik proyek yang sudah dirancang oleh CV. Dana Sularsa
Cipta selaku Konsultan Arsitektur, Konsultan Struktur dan Konsultan M & E.
dalam batasan biaya dan waktu yang sudah disepakati serta dengan mutu yang
disyaratkan, sedangkan PT. Tunas Jaya Sanur bertindak sebagai pelaksana
proyek pembangunan gedung kantor perpustakaan, kantor arsip dan depo arsip
di kawasan Puspem ini
2.2.7 Tahap Pemeliharaan dan Persiapan Penggunaan (Maintenance and
Start Up)
Tujuan dari tahap ini adalah untuk menjamin agar bangunan yang telah
selesai sesuai dengan dokumen kontrak dan semua fasilitas bekerja dengan
sebagaimana mestinya. Kegiatan ini dimulai sejak proyek teralisasi dan
berfungsi, serta berlangsung terus hingga batas umur proyek.
2.3 Administrasi
Administrasi merupakan pencatatan mengenai segala aktifitas yang berkaitan
dengan suatu proyek. Administrasi dan organisasi mempunyai hubungan yang erat
dan saling berkaitan. Organisasi merupakan alat atau wadah dari administrasi dalam
rangka mencapai tujuan tertentu.
Administrasi yang baik dan teratur, akan dapat menetapkan segala peraturan-
peraturan dan ketetapan-ketetapan yang harus dipatuhi, misalnya dalam bidang
keuangan, kepegawaian, dan sebagainya. Peraturan dan ketetapan tersebut
mempunyai tujuan dan sasaran sesuai dengan bidangnya masing-masing, yaitu:
2.3.1 Administrasi keuangan
Bertujuan untuk menjamin keberhasilan terlaksananya program
pembangunan dengan sempurna, serta menyusun dan mengawasi pemasukan
dan pengeluaran keuangan.
2.3.2 Administrasi di bidang teknik logistik
Bertujuan untuk mengawasi jumlah, waktu, dan kebutuhan keluar
masuknya barang dan perlengkapan yang digunakan untuk menyelesaikan
proyek tersebut.
2.3.3 Administrasi kepegawaian
Bertujuan supaya tercapai penempatan personil yang mantap sesuai
dengan keahlian serta mewujudkan struktur kepegawaian yang mantap,
efektif, dan tetap.
Dari uraian di atas, dalam penyusunan administrasi yang baik maka harus ada
hal-hal sebagai berikut :
1 Kelompok manusia
2 Kerjasama dalam kelompok
3 Kerja tim/usaha/proses
4 Bimbingan/kepemimpinan/pengawasan
5 Tujuan
Dalam proyek kontstuksi, pemilik (owner), konsultan, dan kontraktor
memiliki administrasi untuk mendukung setip pekerjaan masing-masing.
Dengan didukung oleh administrasi yang baik, maka proyek yang dikerjakan
akan berjalan dengan baik dan sesui dengan apa yang diharapkan.
2.4 Manajemen Pengendalian Proyek
Pengelolaan suatu proyek akan berhasil apabila semua fungsi
manajemen berjalan secara efektif. Ini dapat dicapai dengan jalan
menyediakan sumber daya yang dibutuhkan untuk menjalankan setiap fungsi
tersebut dan menyediakan kondisi yang tepat sehingga memungkinkan orang-
orang untuk melaksanakan tugasnya masing-masing.
Adapun fungsi dasar manajemen untuk setiap proyek konstruksi
dikelompokkan menjadi tiga kelompok kegiatan, yaitu
Kegiatan Perencanaan
- Penetapan tujuan (goal setting)
- Perencanaan (planning)
- Pengorganisasian (organizing)
Kegiatan Pelaksanaan
- Pengisian staf (staffing)
- Pengarahan (directing)
Kegiatan Pengendalian
- Pengawasan (supervising)
- Pengendalian (controlling)
- Koordinasi (coordinating)
2.4.1 Penetapan Tujuan
Tahap awal yang harus ditentukan adalah penetapan tujuan yang akan
dicapai. Dalam menetapkan tujuan, yang harus diingat adalah :
1 Tujuan yang ditetapkan harus realistis atau memungkinkan
untuk dicapai.
2 Tujuan yang ditetapkan harus spesifik atau memiliki kejelasan
mengenai apa yang ingin dicapai.
3 Tujuan yang ditetapkan harus terukur atau tujuan itu memiliki
ukuran keberhasilan.
4 Tujuan yang ditetapkan terbatas waktu atau mempunyai durasi
pencapaian.
2.4.2 Perencanaan
Perencanaan mencakup penentuan berbagai cara yang memungkinkan
kemudian menentukan salah satu cara yang tepat dengan mempertimbangkan
semua kendala yang mungkin ditimbulkan.
Perkiraan jenis dan jumlah sumber daya yang dibutuhkan dalam suatu
proyek konstruksi menjadi sangat penting untuk mencapai keberhasilan
proyek tersebut. Kontribusi sumber daya dalam perencanaan adalah
memungkinkan perumusan dari suatu rencana atau beberapa rencana yang
akan memberi gambaran secara menyeluruh metode yang digunakan untuk
mencapai tujuan.
Perencanaan dapat didefinisikan sebagai peramalan masa yang akan
datang dan perumusan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk
mencapai tujuan yang akan ditetapkan berdasarkan peramalan tersebut.
Bentuk perencanaan dapat berupa perencanaan prosedur, perencanaan metoda
kerja, perencanaan standar pengukuran hasil, perencanaan anggaran biaya,
perencanaan pemrograman.
2.4.3 Pengorganisasian
Pengorganisasian bertujuan melakukan pengaturan dan
pengelompokan kegiatan proyek konstruksi agar kinerja yang dihasilkan
sesuai dengan harapan. Pengelompokan kegiatan dapat dilakukan dengan
menyusun jenis kegiatan dari yang besar hingga yang kecil. Penyusunan ini
disebut Work Breakdown Structure (WBS). Penyusunan tersebut kemudian
dilanjutkan dengan menetapkan pihak yang nantinya bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan pekerjaan tersebut. Proses ini disebut dengan
Organization Breakdown Structure (OBS).
2.4.4 Pengisian Staf
Tahap ini merupakan tahap awal dalam perencanaan personel yang
akan ditunjuk pengelola pelaksanaan proyek. Kesuksesan proyek juga
ditentukan oleh kecermatan dan ketepatan dalam memosisikan
seseorangsesuai keahliannya.
Definisi pengisian staf adalah pengerahan, penmpatan, pelatihan,
pengembangan tenaga kerja dengan tujuan menghasilkan kondisi tepat
personel (right people), tepat posisi (right postion), dan tepat waktu (right
time).
2.4.5 Pengarahan
Jika penenmpatan staf telah dilakukan dengan tepat, maka tim
tersebut harus mendapat penjelasan tentang lingkup pekerjaan dan paparan
waktu untuk memulai dan menyelesaikan pekerjaan tersebut.
Tahap pengarahan didefinisikan sebagai kegiatan mobolisasi sumber
daya yang ada agar dapat bergerak sebagai kesatuan sesuai rencana.
Termasuk didalamnya adalah memberikan motivasi dan melaksanakan
koordinasi terhadap seluruh staf.
2.4.6 Pengawasan
Pengawasan adalah interaksi langsung antara individu-individu dalam
organisasi untuk mencapai kinerja dalam tujuan organisasi. Proses ini
berlangsung secara menerus untuk mendapatkan keyakinan bahwa
pelaksanaan kegiatan berjalan sesuai dengan prosedur.
Dalam kenyataanya, kegiatan ini dilakukan oleh pelaksana dan
pemilik. Pengawasan yang dilakukan oleh pelaksana bertujuan untuk
mendapatkan hasil yang telah ditetapkan oleh pemilik proyek. Sedangkan
pengawasan yang dilakukan oleh pemilik bertujuan untuk memperoleh
keyakinan bahwa apa yang akan diterimanya sesuai dengan apa yang telah
direncanakan. Parameter hasil pelaksanaan kegiatan dituangkan dalam
spesifikasi.
2.4.7 Pengendalian
Pengendalian adalah proses penetapan atas apa yang telah dicapai,
evaluasi kinerja dan langkah perbaikan bila diperlukan. Proses ini dapat
dilakukan jika telah ada kegiatan perencanaan sebelumnya karena secara
esensi pengendalian adalah membandingkan apa yang seharusnya terjadi
dengan apa yang telah terjadi.
Instrumen pengendalian yang biasa digunakan dalam proyek
konstruksi adalah diagram batang dan kurva “S”. pembuatan kurva “S”
dilakukan pada tahap awal sebelum proyek dimulai dengan menerapkan
asumsi-asumsi sehingga dihasilkan rencana kegiatan yang rasional. Instrumen
ini nantinya digunakan pedoman atas apa yang seharusnya terjadi dalam
proyek konstruksi.
Pemantauan kegiatan yang telah terjadi di lapangan seharusnya
dilakukan dari waktu ke waktu dan selanjutnya dilakukan pembandingan
antara apa yang seharusnya terjadi dengan apa yang telah terjadi. Jika
realisasi prestasi kegiatan melebihi prestasi rencana maka dikatakan proyek
tersebut dalam keadaan lebih cepat (up-shedule). Namun, jika sebaliknya
maka proyek dikatakan dalam keadaan terlambat (behind schedule). Harapan
pengelola proyek tentunya proyek selesai lebih cepat.
2.4.8 Koordinasi
Semua permasalahan dalam proyek harus diselesaikan bersama antara
pihak-pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi sehingga diperlukan
agenda acara yang mempertemukan semua unsure. Kegiatan ini disebut
langkah koordinasi.
Koordinasi dilakukan setiap periode tertentu, umumnya dilakukan
satu minggu sekali. Namun, tidak menutup kemungkinan dilakukan lebih
sering karena situasi dan kondisi tertentu. Koordinasi dapat dilakukan internal
maupun eksternal. Koordinasi internal dilakukan untuk evaluasi diri terhadap
kinerja yang telah dilakukan, sedangkan koordinasi eksternal dilakukan untuk
proses evaluasi yang melibatkan pihak-pihak dalam proyek (pemilik,
konsultandan kontraktor). Koordinasi dilakukan untuk menyelesaikan
masalah-masalah yang timbul saat berjalannya proyek. Hal inimenjadi sangat
penting karena kelancaran kegiatan sangat tergantung dari pemilik proyek,
terutama dalam pengambilan keputusan yang bersifat mendesak.
Pimpinan Umum
Manajer Proyek
Manajer Perencana Layanan Pendukung
Manajer Konstruksi
2.5 Organisasi
Pengertian bentuk organisasi yang paling sederhana adalah bersatunya
kegiatan-kegiatan dari dua individu atau lebih dibawah satu koordinasi
(Wulfram I. Ervianto, Manajemen Proyek Konstruksi. 2002, hal. 23).
Sedangkan pengertian organisasi proyek adalah organisasi yang bersangkutan
untuk tugas khusus pengelolaan proyek, misal organisasi fungsional dan
organisasi proyek matriks. (Imam Suharto, Manajemen Proyek , 2001, hal.
302)
Untuk mengoptimalkan proses mengorganisir proyek maka dilakukan
diferensiasi pekerjaan , yang terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut :
1. Melakukan identifikasi dan klasifikasi pekerjaan.
2. Mengelompokkan pekerjaan.
3. Menyiapkan pihak yang akan menangani pekerjaan.
4. Mengetahui wewenang dan tanggumg jawab, serta melakukan
pekerjaan.
5. Menyusun mekanisme koordinasi.
2.5.1 Tipe-Tipe Organisasi
Berdasarkan proses pengembangan organisasi, ada beberapa bentuk
struktur organisasi yang umumnya dipilih, yaitu:
1. Organisasi Garis ( Line Organization )
Gambar 2. 1 Bentuk Struktur Organisasi Garis
(Sumber: Ervianto,Wulfram I. 2002. Manajemen Proyek Konstruksi. Yogyakarta: Penerbit ANDI)
OWNER
MANAJER PROYEKDIVISI PERENCANAAN
LAYANAN PENDUKUNG
DIVISI KONSTRUKSI
MANAJER PERENCANA
MANAJER KONSTRUKSI
Karakteristik :
a. Bentuk organisasi yang paling sederhana.
b. Jumlah karyawan sedikit,karena pemilik merupakan pimpinan
tertinggi.
c. Pemberi wewenang dan tanggung jawab bergerak vertikal dari
atas ke bawah.
Keunggulan :
a. Bentuk organisasi sederhana, mudah dipahami dam dilaksanakan.
b. Pembagian tugas, tanggung jawab dan wewenang cukup jelas.
c. Pengambilan keputusan dapat dilakukan secara cepat karena
komunikasi mudah.
Kekurangan :
a. Bentuk organisasi tidak fleksibel.
b. Kemungkinan pimpinan bertindak otokratis cukup besar.
c. Ketergantungan pada seseorang cukup besar, jika salah satu hilang
akan terjadi kekacauan.
2. Organisasi Garis dan Staf ( Line and Staff O rganization )
Gambar 2. 2 Bentuk Organisasi garis dan Staff
(Sumber: Ervianto,Wulfram I. 2002. Manajemen Proyek Konstruksi. Yogyakarta:
Penerbit ANDI)
OWNER
DIVISI PERENCANAAN DIVISI KONSTRUKSI
MANAJER PROYEK
Keunggulan :
a. Pembagian tugasnya jelas (antara orang yang menjalankan tugas
pokok dan pemberi saran).
b. Pengambilan keputusan lebih matang.
c. Spesialisasi keahlian dapat dikembangkan.
d. Adanya staf ahli memungkinkan pencapaian mutu pekerjaan lebih
baik.
Kekurangan :
a. Saran dari staf mungkin sulit dilaksanakan, karena kurangnya
tanggung jawab pekerjaan.
b. Jika pejabat garis mengabaikan gagasan dari staf, maka gagasan
menjadi tidak berguna.
c. Bagi pelaksana operasional, perbedaan antara perintah dengan saran
tidak selalu jelas.
3. Organisasi Fungsional ( Functional O rganization )
Gambar 2. 3 Bentuk Struktur Organisasi fungsional
(Sumber: Ervianto,Wulfram I. 2002. Manajemen Proyek Konstruksi.Yogyakarta: Penerbit ANDI)
Keunggulan :
a. Adanya spesialisasi menyebabkan tugas dilaksanakan dengan baik.
b. Koordinasi antara orang-orang dalam satu fungsi mudah dijalankan.
Kekurangan :
KetuaWakil Ketua
SEKRETARIS BENDAHARA
SIE CSIE ASIE B
a. Ditinjau dari karyawan, banyaknya atasan akan membingungkan.
b. Terjadi saling mementingkan fungsi masing-masing yang
menyebabkan koordinasi menyeluruh sulit dijalankan.
c. Mutasi pekerjaan sulit dilaksanakan karena telah terspesialisasi.
4. Organisasi panitia ( Commitee Organization )
Gambar 2.4 Bentuk Organisasi Panitia
(Sumber: Ervianto,Wulfram I.2002. Manajemen Proyek Konstruksi. Yogyakarta:
Penerbit ANDI)
Karakteristik :
a. Pelaksanaan tugas atau kegiatan memiliki jangka waktu yang
terbatas, volume kegiatan tertentu.
b. Tanggung jawab dan kepemimpinan dilaksanakan secara bersama.
c. Semua anggota dan pimpinan memiliki tanggung jawab,
wewenang dan hak yang sama.
d. Anggota kelompok dipisahkan menurut bidang tugas kegiatan
tertentu dan dilaksanakan dalam bentuk satuan tugas.
Keunggulan :
a. Keputusan dapat diambil secara tepat.
b. Pembinaan kerjasama antar anggota mudah dilaksanakan.
Kekurangan :
Pimpinan Umum
Kepala Proyek A
Kepala Proyek B
Kepala Proyek C
Staf Perencanaan
Staf Perencanaan
Staf Perencanaan
Staf Pelaksanaan
Staf Pelaksanaan
Staf Pelaksanaan
Staf Pengendalian
Staf Pengendalian
Staf Pengendalian
a. Kemampuan anggota kurang dapat berkembang.
b. Sulit menentukan penanggung jawab apabila terjadi hambatan.
c. Jalur perintah seringkali membingungkan.
5. Organisasi Proyek Matrik (OPM)
Gambar 2. 5 Bentuk Organisasi Matrik
(Sumber: Ervianto,Wulfram I.2002. Manajemen Proyek Konstruksi. Yogyakarta: Penerbit ANDI)
Bentuk organisasi matrik terbagi dalam beberapa bentuk organisasi
yaitu organisasi matrik lemah (weak matrix), organisasi matrik
seimbang (balance matrix), organisasi matrik (strong matrix) kuat dan
organisasi matrik proyek.
Keunggulan organisasi matrik secara umum antara lain :
a. Dengan adanya penanggung jawab tunggal, maka kepentingan
proyek dapat dijaga, dipelihara, dan dikerjakan terus – menerus
secara berkesinambungan.
b. Memungkinkan tanggapan atas persoalan yang timbul dengan
cepat.
c. Memungkinkan pemakaian bersama terhadap tenaga ahli atau
sumber daya lain secara efisien. (Imam Suharto, Manajemen
Proyek , 2001, hal. 313)
Kelemahan organisasi proyek matrik antara lain :
a. Keputusan mengenai pelaksanaan pekerjaan dan keperluan
personil berada di departemen lain.
b. Adanya sifat ketergantungan antara proyek dan organisasi lain
pendukung proyek.
2.5.2 Organisasi Proyek
Pihak – pihak yang terlibat dalam proyek pembangunan Gedung
Kantor Perpustakaan, Kantor Arsip dan Depo Arsip Puspem Badung, yaitu :
a. Pemberi Tugas (Owner)
Proyek pembangunan gedung kantor perpustakaan, kantor arsip dan
depo arsip di kawasan Puspem merupakan proyek negara, dan owner
proyek ini adalah : Pemerintah Daerah Kabupaten Badung Dinas Cipta
Karya.
Adapun hak dan kewajiban pemberi tugas (owner) adalah sebagai
berikut:
Mempunyai hak tertinggi dalam penentuan kebijaksanaan serta
pengambilan keputusan mengenai pembangunan.
Mengambil keputusan terakhir dalam penentuan segala sesuatu yang
terkait dengan pembangunan proyek.
Menerima atau menolak usul-usul/ saran pada tahap perencanaan,
anggaran biaya pelaksanaan dan lain-lain yang ada hubungannya
dengan proses pembangunan proyek.
Mengambil keputusan terakhir tentang pemilihan kontraktor,
penyalur bahan, konsultan perencana, serta konsultan-konsultan ahli
yang telah ada.
Menandatangani semua surat perintah kerja (SPK) dengan
kontraktor, serta mengesahkan dokumen pembayaran kepada
kontraktor.
Merumuskan dan menyampaikan keinginan, kebutuhan dan sasaran
yang hendak dicapai.
Menyediakan dana dan sarana yang diperlukan, sesuai dengan
jumlah dan jadwal yang telah disepakati.
Menunjuk atau membentuk sebuah tim atau wakil yang diberi
wewenang penuh untuk membuat keputusan yang sah dan mengikat.
Mengambil ketetapan, pengarahan dan keputusan secepatnya untuk
menjamin kelancaran pekerjaan.
b. Tim Pengelola Proyek
Tim pengelola proyek merupakan penyelenggara kegiatan yang
bertanggung jawab kepada pemberi tugas atau owner . Tim pengelola
proyek terdiri dari :
Pemimpin Proyek, memimpin penyelenggaraan proyek dan
bertanggung jawab kepada pemberi tugas/ owner.
Kasir, membantu pemimpin proyek dalam melaksanakan
pengelolaan keuangan proyek dan bertanggung jawab kepada
pemimpin proyek.
Pengelola Administrasi Proyek, membantu pemimpin proyek dalam
melaksanakan administrasi proyek dan bertanggung jawab kepada
pemimpin proyek.
Pengelola Teknis Proyek, merupakan tenaga bantuan yang
membantu pemimpin proyek mengelola kegiatan teknis selama
penyelenggaraan proyek baik tahap perencanaan maupun
pelaksanaan.
c. Perencana
Perencana merupakan suatu badan hukum maupun perorangan yang
menerima pekerjaan dari owner dalam bidang perencanaan.
Identitas Perencana :
Manajemen Konsultan : Dinas Cipta Karya
Konsultan Struktur : CV. Dana Sularsa Cipta
Konsultan Arsitektur : CV. Dana Sularsa Cipta
Konsultan M & E : CV. Dana Sularsa Cipta
Konsultan Lanscape : CV. Dana Sularsa Cipta
d. Pengawas
Pengawas merupakan badan hukum atau perorangan yang diangkat
atau ditunjukan oleh pelelang yang bertugas setiap harinya mengawasi
pelaksanaan pekerjaan. Pada proyek Pembangunan Gedung Kantor
Perpustakaan, Kantor Arsip dan Depo Arsip Puspem Badung
pengawasan struktur dan arsitektur dilaksanakan oleh CV. Dana Sularsa
Cipta. Adapun struktur organisasi CV. Dana Sularsa Cipta dapat di lihat
pada Gambar 2.6.
e. Pelaksana
Pelaksana adalah perusahaan perorangan maupun badan hukum yang
menerima pekerjaan dari owner untuk melaksanakan pekerjaan
konstruksi.
Identitas Pelaksana:
Nama : PT. Tunas Jaya Sanur
Direktur : I Wayan Suwirta (Bali Regional Director)
Alamat : Jalan By Pass Ngurah Rai No. 52X, Sanur, Denpasar,
Bali
Adapun struktur organisasi PT. Tunas Jaya Sanur
dalam Proyek Pembangunan Gedung Kantor Perpustakaan, Kantor Arsip
dan Depo Arsip Puspem Badung dapat dilihat pada Gambar 2.7.
2.5.3 Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Masing - Masing Personil
1) Regional Diectur/Branch Manager (Kepala Cabang)
Kepala Cabang adalah orang yang bertanggung jawab penuh
terhadap perusahaan dan pelaksanaan proyek pada suatu daerah
yang ditangani oleh perusahaan cabang tersebut.
2) Project Manager (Manager Proyek)
Manager Proyek adalah orang yang diberi wewenang dan
tanggung jawab oleh kontraktor untuk memimpin, mengatur dan
mengawasi serta membuat keputusan yang terbaik dalam
pelaksanaan proyek secara keseluruhan. Manager proyek adalah
pemegang kekuasaan tertinggi pada organisasi di lapangan,
adapun tugas – tugasnya adalah:
a. Menguasai detail kontrak dan spesifikasi teknis kontrak;
b. Menyusun Rencana Mutu Proyek termasuk jadwal serta
metode kerja bersama-sama dengan Site Manager pada
awal proyek;
c. Menyusun Rencana Anggaran Pelaksana (RAP)
berdasarkan RAP awal dari Estimate Manager dan
mempresentasikan pada Direksi hingga diperoleh
persetujuan;
d. Mengidentifikasikan dan menyelesaikan masalah yang
timbul selama proses kegiatan konstruksi di proyek.
3) Site Manager (Manager Lapangan)
Tugas-tugas dari manager lapangan yang dalam melaksanakan
tugasnya selalu bertanggung jawab kepada manager proyek
untuk membantu kelancaran pekerjaan di lapangan adalah:
a. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan metode konstruksi
untuk memenuhi persyaratan mutu, waktu dan biaya yang
telah disepakati;
b. Memberikan pengarahan dan pembinaan staf yang ada di
bawahnya;
c. Membuat keputusan dalam batasan yang telah digariskan
oleh manager proyek;
d. Mengarahkan, mengkoordinasi dan mengawasi tenaga
kerja agar efisien terhadap pemakaian tenaga, alat dan
material serta target kemajuan proyek agar tercapai sesuai
dengan time schedule yang telah ditetapkan;
e. Memeriksa bobot pekerjaan setiap akhir bulan dan jika
terjadi kemunduran dari time schedule maka site manager
memutuskan untuk melaksanakan pekerjaan lembur;
f. Mempelajari kemungkinan – kemungkinan perubahan
metode konstruksi yang menguntungkan;
g. Memeriksa laporan pemakaian alat dan membuat surat
permohonan pemindahan alat dan bahan bila diperlukan;
h. Dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab atas
segala sesuatu yang bersangkutan dengan masalah teknis
atau pengelola proyek;
i. Bertanggung jawab atas surat masuk dan surat keluar dari
proyek tersebut;
j. Menjamin:
a) Tersedianya tenaga kerja, material dan alat yang
memadai.
b) Tersedianya gambar kerja untuk dilaksanakan oleh
mandor / subkontraktor.
c) Tersedianya dana pembayaran upah / opname Mandor.
4) Keuangan/Bendahara
a. Membuat laporan keuangan proyek meliputi laporan saldo
kas bank dan saldo hutang proyek;
b. Melakukan verifikasi mengenai bukti-bukti pelaksanaan
pekerjaan yang akan dibayar;
c. Mempelajari dan mengevaluasi kontrak pekerjaan;
d. Bertanggung jawab kepada Project Manager
5) Engineering Manager
Tugas Engineering Manager yaitu:
a. Sebagai coordinator dari staff enginer
b. Mengawasi pekerjaan yang dikerjakan oleh Bar Bending
Scheduler(BBS), Drafter dan Quantity Surveyor(QS);
c. Bersama dengan Coordinator NSC melakukan koordinasi
terhadap pekerjaan struktur, arsitektur dengan pekerjaan
instalasi MEP;
d. Bertanggung jawab kepada Project Manager.
6) Coordinator NSC
Tugas Coordinator NSC
a. Melakukan pengawasan terhadap pekerjaan instalasi MEP
b. Bersama dengan Engineering Manager melakukan
koordinasi terhadap pekerjaan struktur, arsitektur dengan
pekerjaan instalasi MEP;
c. Bertanggung jawab kepada Project Manager.
7) Engineering MEP
Tugas Engineering MEP yaitu:
a. Menjalankan pelaksanaan dari rencana instalasi MEP;
b. Bersama dengan NSC (subcontractor MEP) menjalankan
rencana pelaksanaan instalasi MEP;
c. Bertanggung jawab kepada Project Manager.
8) Construction Manager
Tugas Engineering Manager yaitu:
a. Sebagai pengawas pekerjaan dari pihak kontraktor
pelaksana;
b. Mengawasi pelaksanaan pekerjaan struktur dan arsitektur;
c. Melakukan pemeriksaan terhadap hasil pekerjaan dari
Supervisor sebelum dilakukan pemeriksaan oleh pihak
Owner;
d. Bertanggung jawab kepada Project Manager.
9) Safety
Tugas Engineering Manager yaitu:
a. Bertanggung jawab terhadap keselamatan staff dan pekerja
di lingkungan proyek;
b. Menjalankan program keselamatan kerja K3;
c. Memastikan setiap pekerja dan staff memakai pakaian
keselamatan kerja;
d. Bertanggung jawab kepada Project Manager.
10) Cad Drafter
Tugas pelaksana Cad Drafter yaitu:
a. Memeriksa Gambar agar sesuai dengan Bill Of Quantity;
b. Mempelajari gambar terutama gambar detail;
c. Menyiapkan perubahan – perubahan pada gambar rencana
yang diakibatkan oleh lingkungan namun tetap
berdasarkan gambar dari konsultan perencana sebagai
persetujuan;
d. Melakukan pengecekan gambar
11) Bar Bending Scheduler
Tugas Bar Bending Scheduler:
a. Melakukan perhitungan dan mengontrol kebutuhan
pembesian, seperti : pembengkokan besi, pemotongan
besi;
b. Mengontrol kebutuhan besi di lapangan agar tidak terjadi
penyimpangan dengan anggaran;
c. Memeriksa hasil pengelolaan besi dari pembengkokan,
pemotongan besi danmembuat laporan penolahan besi
tersebut;
d. Bertanggung jawab kepada Engineering Manager.
12) Supervisor
a. Menjalankan tugas lapangan sesuai dengan schedule
mingguan/bulanan yang dibuat site manager;
b. Mengkoordinasikan seluruh pekerjaan ke setiap pelaksana
lapangan dan surveyor;
c. Membuat laporan pekerjaan di lapangan sesuai dengan
format yang telah disepakati;
d. Menjamin terlaksananya pekerjaan sesuai dengan
persyaratan mutu dan waktu yang telah ditentukan;
e. Bertanggung jawab kepada Site Manager.
13) Surveyor
a. Membuat rencana dan mengusulkan kepada Site Manager
mengenai kebutuhan alat – alat ukur (Theodolit, Auto level,
dan Aksesorisnya) sesuai dengan besarnya areal dan
schedule master kerja;
b. Memastikan pengadaan alat – alat ukur yang telah
disetujui Site Manager perihal jumlah, jenis, dan
kelayakan pakai;
c. Memastikan bahwa hasil survei di lapangan sesuai dengan
persyaratan teknis yang ditentukan;
d. Melaporkan dan berkomunikasi langsung dengan site
manager, bila terjadi ketidak sesuaikan gambar dengan
keadaan di lapangan.
14) Mekanik
a. Mengatur dan mengontrol semua peralatan yang
mendukung pelaksanaan pekerjaan;
b. Mengkoordinasikan dengan site manager dan supervisor
untuk penggunaan peralatan di lapangan;
c. Memastikan semua peralatan yang digunakan untuk
mendukung pelaksanaan di lapangan siap pakai.
15) Logistik
Tugas logistik antara lain:
a. Bertanggung jawab kepada Project Manager;
b. Bertanggung jawab terhadap pengadaan jumlah dan mutu
material yang diperlukan dalam pelaksanaan proyek tepat
pada waktunya;
c. Menjaga keamanan material dan alat-alat yang disimpan di
dalam gudang penyimpanan;
d. Mengurus dan bertanggung jawab terhadap semua surat -
surat transaksi peralatan maupun material sebagai arsip;
e. Membuat laporan keuangan, absensi pegawai dan tenaga
kerja;
f. Mengawasi pengadaan, pemakaian dan penempatan
material di gudang;
g. Mengadakan pengecekan atas kebenaran barang yang
datang dari rekanan harus sesuai dengan yang diminta;
h. Menerima dan mengeluarkan barang.
2.6 Pengelolaan Proyek
2.6.1 Pemilik/ Owner
Pemilik atau pemberi tugas merupakan pihak yang mempunyai
gagasan untuk membangun. Pemilik merupakan perseorangan atau badan
yang memberi tugas kepada ahli (konsultan), membayar honor serta
mengganti semua ongkos ahli. Pemilik merupakan perseorangan atau badan
swasta/ pemerintah yang memberi tugas kepada pemborong atau kontraktor
untuk melaksanakan suatu pekerjaan, apabila pelaksanaan sudah cukup layak
dan tidak timbul keberatan, maka pemberi tugas menerima pekerjaan dan
menyetujuinya dan membayar biaya dari pekerjaan tersebut.
Jenis-jenis dari pemberi tugas antara lain :
1. Perseorangan atau individu.
2. Wakil suatu perusahaan atau organisasi swasta.
3. Wakil suatu dinas atau jawatan, biasanya pada proyek pemerintah
disebut pengelola proyek.
Hubungan kerja antara pemberi tugas, konsultan dan kontraktor dapat
digambarkan sebagai berikut :
Pemberi Tugas/ Pemilik
Tim Pengelola
Kontraktor Konsultan
Proyek
Gambar 2.6 Hubungan Kerja Proyek
2.6.2 Kontraktor/ Pelaksana
Kontraktor atau Pelaksana atau Jasa Pemborongan merupakan salah
satu bentuk badan hukum pengadaan barang / jasa menurut Keputusan
Presiden Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2000 tentang Pedoman
Pelaksanaan Barang / Jasa Instansi Pemerintah.
2.7 Pedoman Pelaksanaan Proyek Bangunan Gedung
2.7.1 Kontrak
Maksud dan tujuan dari penyusunan dan pelaksanaan kontrak adalah
untuk menyamakan pola pikir, pengertian dan memberi pedoman sehingga
memudahkan bagi pengguna barang/ jasa dan pengawas untuk menyusun,
memeriksa dan melaksanakan kontrak sehingga sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2.7.2 Gambar Kerja
Gambar kerja merupakan penjelas proyek secara visual yang akan
didirikan. Gambar kerja memperlihatkan ruang lingkup dan bentuk pekerjaan
yang harus dibuat. Gambar kerja harus dibuat secara jelas, lengkap, relevan
dengan proyek dan mudah dibaca oleh para pelaksana lapangan, serta
menghasilkan interpretasi yang sama.
Jumlah dan tipe gambar bervariasi antara proyek yang satu dengan
proyek lainnya, bergantung kepada tipe kontrak yang dipergunakan. Ada
beberapa jenis gambar dalam pekerjaan konstruksi, yaitu:
a. Gambar Pra-rencana (preliminary drawing)
Gambar ini dibuat untuk memberikan konsep dasar dari ide atau gagasan
yang akan dilaksanakan. Gambar ini diperlukan bila pekerjaan yang
dilelangkan menggunakan sistem design and build contract dan
negotiated contract.
b. Gambar Informasi (information drawings)
Gambar dibuat agar para peserta lelang dapat menghitung dan
mengajukan penawaran.
c. Gambar Kerja (shop drawing/ detail work drawing)
Merupakan gambar pelaksanaan yang memberikan penjelasan visual
sehingga gambar harus teliti, jelas, akurat dan eksplisit karena dibaca
oleh pekerja-pekerja lapangan ditingkat pelaksana.
d. Gambar Jadi (as build drawings)
Merupakan gambar yang benar-benar sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya yang telah dibangun di lapangan dan sebagai gambar akhir
dari semua perubahan dan perbaikan pada gambar kerja.
2.7.3 RKS (Rencana Kerja dan Syarat)
Rencana Kerja dan Syarat Merupakan uraian dari penjabaran tugas
(job description) untuk pemborong mengenai ketentuan peraturan,
pelaksanaan, material sampai hal yang sekecil – kecilnya.
Dalam RKS tersebut memuat:
a. Kondisi umum (general condition)
Memuat persyaratan-persyaratan yang berlaku umum untuk semua
macam proyek konstruksi. Di Indonesia dikenal A. V. atau S. U. (syarat-
syarat umum).
b. Kondisi khusus (special condition)
Memuat persyaratan-persyaratan yang berlaku khusus untuk proyek
tersebut, seperti pemilik proyek, perencana, waktu pelelangan dan
sebagainya.
c. Spesifikasi teknis (technical specification)
Memuat merk produk yang digunakan, mutu yang dihasilkan dan cara
pengerjaannya.
Sedangkan menurut peraturan pemerintah pada Keppres 29 tahun 1984,
Rencana Kerja dan Syarat – syarat (RKS) pekerjaan sekurang – kurangnya
memuat:
a. Syarat umum
Keterangan mengenai pemberi tugas, perencana, direksi, syarat-syarat
peserta pelelangan, serta bentuk surat penawaran dan cara
penyampaiannya.
b. Syarat administrasif
Jangka waktu pelaksanaan, tanggal penyerahan pekerjaan, syarat-syarat
pembayaran, denda atas keterlambatan, besarnya jaminan pelelangan,
dan besarnya jaminan pelaksanaan.
c. Syarat teknis
Jenis dan uraian pekerjaan yang harus dilaksanakan, jenis dan mutu
bahan, gambar detail, gambar konstruksi dan sebagainya.
2.7.4 RAB (Rencana Anggaran Biaya)
Rencana Anggaran Biaya adalah merencanakan suatu
perkiraan/perhitungan (anggaran) besarnya pengeluaran (biaya) dari setiap
jenis pekerjaan sesuai dengan gambar kerja dan persyaratannya (spesifikasi
teknis dan administrasi) dari suatu bangunan yang akan dilaksanakan.
RKS Harga Satuan Upah/ Bahan
Perhitungan Volume Kegiatan Perhitungan Satuan Tiap Jenis Pekerjaan
PerhitunganRAB
Tujuan dari RAB adalah sebagai estimasi rincian biaya yang dapat
diajukan suatu perusahan dalam penawaran pada suatu pelaksanaan
pelelangan.
Gambar 2.7 Proses dan Tata Cara Pembuatan RAB
2.7.5 Rencana Kerja dan Rencana Lapangan Rencana Kerja
Sebelum mpelaksanaan kegiatan proyek konstruksi dimulai, biasanya
didahului dengan penyusunan rencana kerja waktu kegiatan yang disesuaikan
dengan metoda konstruksi yang digunakan. Pihak pengelola proyek
melakukan pendataan lokasi proyek guna mendapat informasi untuk
keperluan penyusunan rencana kerja.
Pertimbangan penyusunan rencana kerja :
a. Keadaan lapangan lokasi proyek,
b. Kemampuan tenaga kerja,
c. Pengadaan material konstruksi,
d. Pengadaan alat pembangunan,
e. Gambar kerja,
f. Kontinuitas pelaksanaan pekerjaan.
Manfaat penyusunan rencana kerja :
a. Alat koordinasi bagi pimpinan
b. Sebagai pedoman kerja para pelaksana
c. Sebagai penilaian kemajuan pekerjaan
d. Sebagai evaluasi pekerjaan
Rencana Lapangan
Rencana lapangan adalah suatu rencana peletakan bangunan-bangunan
pembantu yang bersifat temporal yang diperlukan sebagai sarana pendukung
untuk pelaksanaan pekerjaan. Tujuan dari pembuatan rencana lapangan
adalah mengatur letak bangunan-bangunan pembantu sedemikian rupa
sehinnga pelaksanaan pekerjaan dapat berjala efisien, lancar, aman, dan
sesuai rencana kerja yang disusun.
Kompleksitas dari pelaksanaan pembangunan menuntut pengelola
konstruksi untuk memperhitungkan dengan cermat segala sesuatu yang akan
dihadapi di lapangan. Pada umumnya, penyiapan lokasi lapangan adalah
sebagai berikut :
a. Penyelidikan lapangan,
b. Pertimbangan tata letak,
c. Keamanan lokasi proyek,
d. Penerangan lokasi proyek,
e. Kantor proyek,
f. Penyimpanan material,
g. Jenis dan komponen material yang akan disimpan,
h. Kebutuhan ruang penyimpanan
i. Alokasi ruang dalam tata letak lokasi proyek
j. Setting out.