bab i,2,3,4 dan daftar pustaka

37
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan pendidikan merupakan tanggung jawab semua elemen baik pemerintah, orang tua, guru maupun masyarakat. Keberhasilan pendidikan formal yang diselenggarakan di lingkungan madrasah dipengaruhi oleh komponen input, proses dan produk. Proses yang diselenggarakan merupakan bentuk usaha yang dilakukan untuk mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan. Sebagaimana termaktub dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3 menyebutkan tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Kenyataan di madrasah menunjukkan bahwa tidak semua siswa dapat memahami dengan baik kelemahan dan kelebihannya, bakat dan minat siswa serta ciri-ciri kepribadiannya. Siswa sebagai mahluk sosial, tentunya memiliki kemampuan sosial, 1

Upload: khoir-riyah

Post on 28-Dec-2015

29 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I,2,3,4 Dan Daftar Pustaka

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelaksanaan pendidikan merupakan tanggung jawab semua elemen

baik pemerintah, orang tua, guru maupun masyarakat. Keberhasilan

pendidikan formal yang diselenggarakan di lingkungan madrasah

dipengaruhi oleh komponen input, proses dan produk. Proses yang

diselenggarakan merupakan bentuk usaha yang dilakukan untuk

mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan. Sebagaimana termaktub

dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, Pasal 3 menyebutkan tujuan pendidikan nasional adalah

mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab.

Kenyataan di madrasah menunjukkan bahwa tidak semua siswa

dapat memahami dengan baik kelemahan dan kelebihannya, bakat dan

minat siswa serta ciri-ciri kepribadiannya. Siswa sebagai mahluk sosial,

tentunya memiliki kemampuan sosial, ternyata tidak semua siswa

memiliki kemampuan untuk mengenal lingkungannya, seperti mengenal

lingkungan madrasah, keluarga, serta lingkungan di luar madrasah secara

lebih baik, termasuk mengenal teman-teman sebayanya serta tidak semua

siswa dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal,

sehingga perlu adanya program-program pendidikan yang dapat

membantu siswa untuk mengatasi permasalahan tersebut sebagai salah

satu usaha untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Bimbingan dan konseling di madrasah sebagai usaha untuk

membantu siswa dalam mengatasi hal-hal tersebut. Guru dapat

memberikan bantuan kepada siswa dengan tujuan agar siswa mandiri dan

1

Page 2: BAB I,2,3,4 Dan Daftar Pustaka

berkembang secara optimal berdasarkan norma-norma yang berlaku.

Kemandirian siswa diantaranya ditujukkan melalui kemampuan

memahami dirinya sendiri, seperti memahami kelebihan dan kekurangan

yang dimilikinya.

Pelaksanaan bimbingan dan konseling di madrasah diwujudkan

dalam bentuk program-program yang dapat langsung diterapkan di

madrasah. Program-program tersebut disusun dan diterapkan dengan

harapan dapat mencapai tujuan dari bimbingan dan konseling itu sendiri,

sedangkan untuk mengetahui apakah program tersebut dapat mencapai

tujuan yang yang telah ditetapkan perlu adanya evaluasi program. Menurut

Ralph Tyler (dalam Akrikunto, 2009:5) evaluasi program adalah proses

untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan sudah dapat terealiasasikan.

Evaluasi program adalah upaya menyediakan informasi untuk

disampaikan kepada pengambil keputusan.

Madrasah Aliyah Negeri 2 Situbondo merupakan lembaga

pendidikan sederajat dengan sekolah menengah atas. Secara geografis

MAN 2 Situbondo berada di daerah perkotaan, yang dapat dijangkau

dengan mudah oleh sarana transportasi umum sehingga siswa yang

bermadrasah di MAN 2 Situbondo berasal tidak hanya dari dalam kota,

tetapi dari pedesaan bahkan ada yang dari luar kota dengan latar belakang

yang berbeda. MAN 2 Situbondo memiliki jumlah siswa kurang lebih 850

siswa, sedangkan guru yang memiliki latar belakang atau kualifikasi

pendidikan strata satu Bimbingan dan Konseling jumlahnya hanya 1

orang. Guru pembimbing dan konseling juga dapat memberikan bahan

pertimbangan dalam peminatan atau penjurusan siswa melalui program-

program bimbingan dan konseling yang telah disusun dan dilaksanakan.

Oleh karena itu, penulis merasa perlu melakukan evaluasi pelaksanaan

program bimbingan dan konseling di MAN 2 Situbondo.

1.2 Rumusan Masalah

2

Page 3: BAB I,2,3,4 Dan Daftar Pustaka

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan,

sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pelaksanaan program Bimbingan dan Konseling di

MAN 2 Situbondo ?

2. Apakah kegiatan pelayanan sebagai bentuk program Bimbingan dan

Konseling di MAN 2 Situbondo sudah efektif dan efisien?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari penyelenggaraan evaluasi program bimbingan dan

koseling sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui hasil pelaksanaan program bimbingan dan

konseling di MAN 2 Situbondo;

2. Untuk mengetahui tingkat efisiensi dan efektifitas dari kegiatan

pelayanan sebagai bentuk program bimbingan dan konseling di MAN

2 Situbondo.

1.4 Manfaat

Manfaat dari penulisan ini sebagai berikut:

a. Manfaat Teoritis

Melalui evaluasi program bimbingan dan konseling guru pembimbing

diharapkan dapat menambah pengalaman dan pengetahuan penyebaran

alat/instrumen evaluasi program bimbingan dan konseling di madrasah.

b. Manfaat Praktis

Melalui evaluasi program bimbingan dan konseling, guru pembimbing

diharapkan mendapatkan bahan masukan dalam menyusun dan

melaksanakan program bimbingan dan konseling dan melakukan tindak

lanjut pelaksanaan program bimbingan dan konseling dimadrasah.

3

Page 4: BAB I,2,3,4 Dan Daftar Pustaka

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Evaluasi Program

Evaluasi merupakan proses yang menentukan kondisi, dimana suatu tujuan

telah dapat dicapai. Menurut Sukardi (2009:1), evaluasi merupakan proses

memahami, memberi arti, mendapatkan, dan mengkomunikasikan suatu informasi

bagi keperluan pengambilan keputusan. Menurut Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sitem Pendidikan Nasional Pasal 57 ayat

(1), evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara

nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-

pihak yang berkepentingan, diantaranya terhadap peserta didik, lembaga, dan

program pendidikan.

Menurut Suchman (dalam Arikunto, 2009:1) memandang evaluasi sebagai

sebuah proses menentukan hasil yang dicapai beberapa kegiatan yang

direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan. Jadi, dapat disimpulkan

bahwa evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang

bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk

menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan.

Program didefinisikan sebagai suatu unit atau kesatuan kegiatan yang

merupakan realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam

proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang

melibatkan sekelompok orang. Ada tiga pengertian penting dan perlu ditekankan

dalam menentukan program, yaitu 1) realisasi atau implementasi suatu kebijakan,

2) terjadi dalam waktu relatif lama bukan kegiatan tunggal tetapi jamak

berkesinambungan dan 3) terjadi dalam organisasi yang melibatkan sekelompok

orang. Program adalah suatu rencana yang melibatkan berbagai unit yang berisi

4

Page 5: BAB I,2,3,4 Dan Daftar Pustaka

kebijakan dan rangkaian kegiatan yang harus dilakukan dalam kurun waktu

tertentu.

Evaluasi program adalah suatu unit atau kesatuan kegiatan yang bertujuan

mengumpulkan informasi tentang realisasi atau implementasi dari suatu

kebijakan, berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam

suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang guna pengambilan keputusan

(Arikunto, 2009:5). Evaluasi program mencakup pokok bahasan yang lebih luas.

Cakupan bisa dimulai dari evaluasi kurikulum sampai pada evaluasi program

dalam suatu bidang studi. Sesuai dengan cakupan yang lebih luas maka yang

menjadi objek evaluasi program juga dapat bervariasi, termasuk diantaranya

kebijakan progam, implementasi progam dan efektivitas program.

2.2 Program Bimbingan dan Konseling

Bimbingan dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada

individu yang dilakukan secara berkesinambungan, agaru individu tersebut dapat

memahami dirinya sendiri. Menurut Rochman Natawidjaja dalam Sukardi

(2008:2), bimbingan membantu individu mencapai perkembangan secara optimal

sebagai mahluk sosial. Bimbingan ialah suatu proses pemberian bantuan secara

terus-menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar

tercapai kemandirian dalam pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri dan

perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan

penyusuaian diri dengan lingkungannya.

Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada seseorang

(individu) atau sekelompok orang agar mereka itu dapat berkembang menjadi

pribadi-pribadi yang mandiri. Kemandirian ini mencakup lima fungsi pokok yang

hendaknya dijalankan oleh pribadi mandiri, yaitu: a) mengenal diri sendiri dan

lingkungannya, b) menerima diri sendiri dan lingkungannya secara positif dan

dinamis, c) mengambil keputusan, d) mengarahkan diri dan e) mewujudkan diri.

Berdasarkan uraian diatas tentang pengertian bimbingan dapat

disimpulkan bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang diberikan

kepada seseorang atau sekelompok orang secara terus-menerus dan sistematis oleh

5

Page 6: BAB I,2,3,4 Dan Daftar Pustaka

pembimbing agar individu atau sekelompok individu menjadi pribadi yang

mandiri. Kemandirian yang menjadi tujuan usaha bimbingan ini mancakup lima

fungsi pokok sebagaimana telah diuraikan diatas yang hendaknya dijalankan oleh

pribadi yang mandiri. Sedangkan, konseling merupakan inti dan alat yang paling

penting dalam bimbingan.

Menuru Rochman Natawidjaja dalam Sukardi (2008:4) konseling adalah

satu jenis pelayanan yang merupakan bagian terpadi dari bimbingan. Konseling

dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik antara dua orang individu, dimana

yang seorang (yaitu konselor) berusaha membantu yang lain (klien) untuk

mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan masalah-

masalah yang dihadapinya pada waktu yang akan datang. Konseling adalh suatu

upaya bantuan yang dilakukan dengan empat mata atau suatu upaya bantuan yang

dilakukan degan empat mata atau tatap muka, antara konselor dan konseli yang

berisi usaha yang laras unik dan manusiawi yang dilakukan dalam suasana

keahlian dan yang didasarkan atas norma-norma yang berlaku. Hal ini

dimaksudkan agar konseli memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri

dalam memperbaiki tingkah lakunya pada saat ini dan mungkin untuk masa yang

akan datang.

Sasaran dari bimbingan dan konseling adalah mengembangkan apa yang

terdapat pada diri tiap-tiap individu secar optimal agar setiap individu bisa

berguna badi dirinya sendiri, lingkungan, dan masyarakat pada umumnya. Secara

lebih khusus sasaran pembinaan pribadi siswa melalui layanan bimbingan

mencakup tahapan-tahapan pengembangan kemampuan-kemampuan : 1)

pengungkapan, pengenalan dan penerimaan diri, 2) pengenalan lingkungan, 3)

pengambilan keputusan, 4) pengarahan diri, dan 5) perwujudan diri. Pelayanan

bimbingan di madrasah mempunyai lingkung yang cukup luas. Lingkup

bimbingan di madrasah dapat ditinjau dari berbagi segi, yaitu dari segi fungsi,

sasaran, layanan, dan masalah. Adapun uraian dari ruang lingkup bimbingan dan

konseling tersebut sebagai berikut:

a. Segi fungsi

6

Page 7: BAB I,2,3,4 Dan Daftar Pustaka

Bimbingan dan koseling di madrasah berfungsi untuk 1) pemahaman, 2)

pencegahan, 3) pengentasan, 4) pemeliharaan dan pengembangan.

b. Segi sasaran

Dari segi sasarannya, pelayanan bimbingan dan konseling di madrasah,

diperuntukkan bagi seluruh siswa dengan tujuan siswa secara individual

mencapai perkembangan optimal melalui kemampuan pengungkapan dan

pengenalan penerimaan diri dan lingkungan, pengambilan keputusan,

pengarahan diri, dan perwujudan diri.

c. Segi pelayanan

Layanan bimbingan dan konseling dapat mencakup pelayanan-pelayanan

berikut:

1. Pelayanan orientasi

2. Pelayanan informasi

3. Pelayanan penempatan dan penyaluran

4. Pelayanan pembelajaran

5. Pelayanan konseling perorangan

6. Pelayanan bimbingan kelompok

7. Pelayanan konseling kelompok

8. Aplikasi instrumen bimbingan dan konseling

9. Penyelenggaraan himpunan data

10. Konferensi kasus

11. Kunjungan rumah

12. Alih tangan kasus

d. Segi Masalah

Ditinjau dari masalah yang dihadapi para siswa, bimbingan di madrasah

mencakup 4 bidang berikut:

1. Bimbingan Pribadi

2. Bimbingan Sosial

3. Bimbingan Belajar

4. Bimbingan Karier

7

Page 8: BAB I,2,3,4 Dan Daftar Pustaka

Berdasarkan uraian diatas tentang ruang lingkup bimbingan dan konseling,

maka program-program bimbingan dan konseling yang disusun akan melibatkan

keempat segi dari ruang lingkup tersebut, antara lain kegiatan pelayanan-

pelayanan dan bimbingan yang akan diberikan kepada siswa.

2.3 Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling

Evaluasi program bimbingan dan koseling di madrasah ialah berupaya

untuk menelaah program pelayanan bimbingan dan konseling yang telah dan

sedang dilaksanakan untuk mengembangkan dan memperbaiki program

bimbingan dan konseling di madrasah bersangkutan, dengan demikian

penilaian layanan bimbingan dan koseling di madrasah adalah bertujuan: 1)

membantu mengembatumbuhkan kurikulum madrasah kearah kesesuaian dan

kebutuhan siswa, 2) membantu guru memperbaiki cara mengajar di kelas, dan

3) memungkinkan program bimbingan dan konseling berfungsi lebih efektif.

Evaluasi terhadap kegiatan bimbingan dan konseling, mengandung tiga aspek

penilaian, yaitu:

a. Evaluasi personal atau diri sendiri;

b. Evaluasi program;

c. Evaluasi hasil.

          Menurut pendapat Gysbers berpendapat bahwa evaluasi yang

dilakukan konselor dalam rangka mengembangkan potensi dan kesuksesan

siswa ada dalam tiga hal, yaitu :

a. Penilaian terhadap program bimbingan dan konseling.

b. Penilaian terhadap proses pelaksanaan bimbingan dan konseling.

c. Penilaian terhadap hasil (product) dari pelaksanaan kegiatan pelayanaan

bimbingan dan konseling.

2.4 Hakekat Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling

Program BK adalah keseluruhan yang mencakup kegiatan yang

dilakukan oleh petugas BK di madrasah atau perguruan tinggi. Menurut

prayitno ( 2002:21 ) program BK adalah satuan besar atau kecil rencana

8

Page 9: BAB I,2,3,4 Dan Daftar Pustaka

kegiatan layanan dan kegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling yang

akan dilaksanakan pada perode tertentu.

Unsur-unsur dalam program BK adalah :

a. Kebutuha siswa

b. Jumlah siswa

c. Bidang bimbingan

d. Jenis pelayanan

e. Kegiatan pendukung

f. Volume kegiatan

g. Frekuensi layanan

h. Lama kegiatan

i. Waktu kegiatan

j. Kegiatan khusus

Menurut Gybers dan Handerson, Pekerjaan mengevaluasi program

adalah prosedur untuk mengetahui tingkat keberhasilan/keberfungsian

bimbingan dan konseling, dimana adas tandar/ kriteria yang menjadi patokan

untuk menilainya. Menurut suharsimi Arikunto, evaluasi program bimbingan

dan konseling adalah upaya untuk mengetahui keberhasilan dan kelemahan

atau ketidakberhasilan suatu program dengan cermat, rinci, akurat, yang

didasarkan atas atandar/criteria dari objek yang dievaluasi.

2.5 Prinsip Evaluasi Pelakasanaan Program Bimbingan dan Konseling

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007

tentang Standar Penilaian, evaluasi didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai

berikut:

1. Sahih, berarti evaluasi didasarkan pada data yang mencerminkan

kemampuan yang diukur.

2. Objektif, berarti evaluasi didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas,

tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.

9

Page 10: BAB I,2,3,4 Dan Daftar Pustaka

3. Adil, berarti evaluasi tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik

karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku,

budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.

4. Terpadu, berarti evaluasi merupakan salah satu komponen yang tak

terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.

5. Terbuka, berarti prosedur evaluasi, kriteria evaluasi, dan dasar

pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.

6. Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti evaluasi mencakup semua

aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang

sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik.

7. Sistematis, berarti evaluasi dilakukan secara berencana dan bertahap

dengan mengikuti langkah-langkah baku.

8. Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian

kompetensi yang ditetapkan.

9. Akuntabel, berarti evaluasi dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi

teknik, prosedur, maupun hasilnya.

2.6 Komponen-Komponen Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling

Komponen dan sub komponen dalam evaluasi program bimbingan dan

konseling di madrasah sebagai berikut :

1. Evaluasi program bimbingan dan konseling

Program bimbingan dan konseling dimadrasah dibagi menjadi beberapa

kegiatan pelayanan sebagai sub komponen evaluasi, yaitu:

a. Pelayanan kepada perserta didik,

b. Pelayanan kepada guru,

c. Pelayanan kepada kepala madrasah

d. Layanan kepada orang tua siswa

2. Evaluasi administrasi dan organisasi bimbingan dan konseling,

Pelaksanaan evaluasi terhadap administrasi dan organisasi bimbingan dan

konseling di madrasah maka perlu pemahaman terhadap manajemen

bimbingan dan konseling. Adapun sub komponen evaluasinya adalah :

10

Page 11: BAB I,2,3,4 Dan Daftar Pustaka

a. Struktur oranisasi bimbingan dan konseling

b. Sarana administrasi pelayanan bimbingan dan konseling, yang

mencakup sarana personel dan sarana material (fisik dan teknis)

c. Anggaran

Jenis data yang dikumpulkan dari komponen administarasi dan organisasi

bimbingan dan koseling dimadrasah berupa :

a. Ketersediaan ruangan bimbingan dan konseling (ruang konseling,

ruang konsultasi, ruangan media bimbingan dan konseling dan

kelengkapan sarana prasarananya).

b. Ketersediaan personel (guru pembimbing),

c. Sarana material (sarana fisik dan sarana teknis)

d. Struktur organisasi bimbingan dan konseling.

3. Evaluasi proses bimbingan dan konseling

Adapun sub komponen dari evaluasi proses atau pelaksanaan bimbingan

dan konseling di madrasah sebagai berikut:

a. Organisasi dan administrasi program bimbingan dan konseling

b. Petugas pelaksana atau personel

(1) Tenaga profesional

(2) Tenaga nonprofesional

c. Fasilitas dan perlengkapan

(1) Fasilitas teknis: tes, inventori, angket, format, dan sebagainya

(2) Fasilitas fisik, seperti: ruang konselor, ruang konseling, ruang

tunggu, ruang pertemuan, ruang administrasi bimbingan dan

konseling (penyimpanan data)

d. Perlengkapan, seperti : meja, kursi, lemari, papan media bimbingan,

alat perekaman dan sebagainya

e. Anggaran biaya

Anggaran biaya perlu dipersiapkan secara rinci untu menunjang

pelaksanaan program bimbingan dan konseling. Anggaran yang

diperlukan dalam pos-pos seperti berikut :

11

Page 12: BAB I,2,3,4 Dan Daftar Pustaka

(1) Honorarium pelaksana/personel

(2) Pengadaan dan atau pengembangan alat-alat teknis

(3) Pengadaan dan pemeliharaan sarana fisik

(4) Biaya operasional: perjalanan, pertemuan, kunjungan rumah, dan

sebagainya

(5) Penilaian dan penelitian

f. Kegiatan pelaksanaan program bimbingan dan konseling

4. Evaluasi hasil (produk) bimbingan dan konseling

Evaluasi hasil bimbingan dan konseling diadakan melalui

peninjauan kembali terhadap hasil yang diperoleh seseorang yang

berparitisipasi dalam kegiatan-kegiatan bimbingan dan melalui peninjauan

terhadap kegiatan itu sendiri dalam berbagai aspeknya. Jadi, untuk

memperoleh gambaran tentang keberhasilan dari pelaksanaan program

bimbingan di madrasah dapat dilihat dari hasil yang diperoleh dari

pelaksanaan bimbingan dan konseling di madrasah. Sedangkan, untuk

mendapatkan gambaran hasil dari pelaksanaan layanan bimbingan dan

konseling di madrasah, maka harus dilihat dari siswa yang memperoleh

layanan bimbingan itu sendiri. Evaluasi terhadap hasil ditujukan pada

pengumpulan data atau informasi mengenai keberhasilan dan pengaruh

kegiatan layanan bimbingan yang telah diberikan.

2.7 Penilaian Pelayanan Konseling

Penilaian (evaluasi) dalam pelaksanakan pelayanan konseling pada dasarnya

dilakukan terhadap: (1) Proses Kegiatan pelayanan konseling, dan (2) Hasil

Kegiatan Pelayanan Konseling, sebagai berikut:

a. Penilaian Proses Kegiatan Pelayanan Konseling

Penilaian proses kegiatan pelayanan konseling dilakukanmelalui analisis

terhadap keterlibatan unsur-unsur sebagaimana tercantum di dalam satlan

dan satkung, untuk mengetahui efektivitas dan efesiensi pelaksanaan

kegiatan.

12

Page 13: BAB I,2,3,4 Dan Daftar Pustaka

1) penyelenggaraan bimbingan meliputi: (bidang-bidang pribadi, sosial,

belajar, dan karier),

2) jenis-jenis layanan bimbingan meliputi: (orientasi, informasi,

pembelajaran, bimbingan kelompok, penempatan dan penyaluran,

konseling perorangan, dan konseling kelompok).

b. Penilaian Hasil Kegiatan Pelayanan Konseling.

Untuk layanan konseling yang telah diselenggarakan konselor,

dilaksanakan penilaian terhadap hasil layanan yang dimaksud.

1) Penilaian hasil layanan konseling, khusus layanan konseling

perorangan, meliputi penguasaan dan kondisi klien yang difokuskan

pada:

a) Acuan (A) yang digunakan klien terkait dengan pengentasan

masalah dan pengembangan dirinya pasca pelayanan.

b) Kompetensi (K) yang dimiliki klien berkenaan dengan penanganan

masalahnya dalam rangka pengembangan dirinya.

c) Upaya (U) yang akan dilaksanakan klien pasca pelayanan dalam

penanganan masalah dan pengembangan diri.

d) Kondisi afektif atau perasaan(R) klien pasca pelayanan konseling

terhadap suasana dan materi pelayanan yang sudah berlangsung serta

upaya yang hendak dilaksanakan klien.

e) Kesungguhan (S) klien dalam kaitanya dengan upayanya untuk

implementasi hasil layanan konseling.

2) Penilaian terhadap hasil Layanan Konseling dilakukan dengan

tahapan sebagai berikut:

a) Untuk setiap kali layanan konseling, khususnya layanan konseling

perorangan, diselenggarakan penilaian segera (LAISEG) menjelang

diakhirinya proses layanan.

b) Untuk klien-klien yang menjadi tanggung jawab konselor dalam

kurun waktu tertentu (satu minggu sampai dengan satu bulan),

konselor melakukan penilaian jangka pendek (LAIJAPEN) dan

13

Page 14: BAB I,2,3,4 Dan Daftar Pustaka

penilaian jangka panjang (LAIJAPANG) satu bulan sampai dengan

satu semester sesuai dengan tahapan. (Lihat lampiran 1)

3) Untuk pelayanan dengan formatklasikal/kelompok dilakukan

penilaian dengan meminta peserta layanan merefleksikan (secara

lisan atau tertulis) diri mereka masing-masing berkenan dengan

materi pembelajaran yang telah mereka ikuti melalui ekspresi

tentang bagaimana mereka;

a) Berfikir (B) atau memikrkan tentang hal-hal yang telah dibahas

dalam pelayanan.

b) Merasa (M) atau merasakan berkenaan dengan hal-hal yang telah

dibahas dalam pelayanan.

c) Bersikap (B) atau menyikapi hal-hal yang telah dibahas atau suasana

yang terjadi dalam pelaksanaan pelayanan.

d) Bertindak (B) atau akan melakukan sesuatu berkenan dengan hal-hal

yang telah dibahas dalam pelayanan.

e) Bertanggung jawab (B) apabila hal-hal yang dibicarakan dalam

pelayanan terkait dengan diri mereka sendiri. (Tim Penyusun modul

PPPPTK Penjas dan BK, hal. 20-21).

2.8 Kriteria Penilaian Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling

Kriteria atau patokan yang dipakai untuk mengevaluasi keberhasilan

pelaksanaan program bimbingan dan konseling di madrasah adalah mengacu

pada terpenuhinya tidaknya kebutuhan-kebutuhan peserta didik dan pihak-

pihak yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung berperan membantu

peserta didik memperoleh perubahan-perubahan perilaku dan pribadi kearah

yang lebih baik. Secara rinci kebutuhan-kebutuhan dimaksud, adalah;

1. Kebutuhan-kebutuhan peserta didik untuk mengerti dan menerima dirinya,

mengembangkan kemampuan dirinya untuk membuat ketentuan-ketentuan

dan merumuskan serta melaksanakan ketentuan-ketentuan dan

merumuskan serta melaksanakan rencana untuk perkembangan lebih

lanjut.

14

Page 15: BAB I,2,3,4 Dan Daftar Pustaka

2. Kebutuhan-kebutuhan dari staf madrasah untuk mengerti betapa

pentingnya individu peserta didik dan membantu menyediakan pendidikan

yang cocok untuk perkembangannya.

3. Kebutuhan-kebutuhan bagi para guru dan orang tua untuk informasi-

informasi tentang perkembangan peserta didik.

4. Kebutuhan-kebutuhan akan berbagai macam bantuan yang bersumber dari

luar madrasah untuk beberapa anak tertentu.

2.9 Prosedur Pelaksanaan Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling

Dalam mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan program bimbingan

dan konseling di madrasah dapat melalui prosedur sebagai berikut:

1. Fase persiapan

Pada fase ini terdiri dari kegiatan penyusunan kisi-kisi evaluasi. Dalam

kegiatan penyusunan kisi-kisi ini langkah-langkah yang dilakukan adalah:

a. Langkah Pertama – Penetapan aspek-aspek yang di evaluasi, ada

beberapa aspek yang dievaluasi meliputi:

- Penentuan dan Perumusan masalah yang hendak dipecahkan atau

tujuan yang akan dicapai

- Program kegiatan bimbingan dan konseling

- Personal

- Fasilitas material

- Pengelolaan dan administrasi

- Pembiayaan

- Partisipasi personal

- Proses kegiatan

- Akibat sampingan

b. Langkah kedua-Penetapan kriteria keberhasilan evaluasi

c. Langkah ketiga-Penetapan alat-alat/instrumen yang digunakan

d. Langkah keempat-Penetapan prosedur evaluasi bimbingan dan

konseling

e. Langkah kelima-Penetapan tim evaluator bimbingan dan konseling

15

Page 16: BAB I,2,3,4 Dan Daftar Pustaka

f. Langkah keenam-Penetapan waktu evaluasi bimbingan dan konseling

2. Fase persiapan Alat/Instrumen

Dalam fase kedua ini dilakukan beberapa kegiatan, yang berupa:

a. Memilih alat-alat/instrumen evaluasi yang ada atau menyusun dan

mengembangan alat-alat evaluasi yang diperlukan,

b. Penggandaan alat-alat/instrumen evaluasi yang akan digunakan.

3. Fase Pelaksanaan Kegiatan Evaluasi Bimbingan dan Konselinng di dalam

fase ini kegiatan dari evaluator berupa:

a. Persiapan pelaksanaan kegiataan evaluasi bimbingan dan konseling,

b. Melaksanakan kegiatan evaluasi sesuai dengan jadual yang telah

ditetapkan.

4. Fase Menganalisis Hasil Bimbingan dan Konseling

Dalam fase analisis atau pengelolaan data hasil evaluasi ini dilakukan

mengacu pada jenis datanya. Langkah-langkahnya, diantaranya:

a. Tabulasi data,

b. Analisis hasil pengumpulan data melalui statistik atau non statistik.

5. Fase Penafsiran (interpretasi) dan Pelaoran Hasil Evaluasi

Pada fase ini dilakukan kegiatan membandingkan hasil analisa

data, dengan kriteria penilaian keberhasilan dan kemudian

diinterpretasikan dengan memakai kode-kode tertentu, untuk kemudian

dilaporkan serta digunakan dalam rangka perbaikan program pelayanan

bimbingan dan konseling.

Secara skematis evaluasi program pelayanan konseling dapat

digambarkan sebagai berikut (Tim Penyusun modul PPPPTK Penjas dan

BK, hal. 11):

16

Page 17: BAB I,2,3,4 Dan Daftar Pustaka

Bagan1. Skema Evaluasi Program

17

Page 18: BAB I,2,3,4 Dan Daftar Pustaka

BAB III

METODE EVALUASI

3.1 Subjek Evaluasi

Subjek evaluasi yang dimaksudkan adalah sumber data yang relevan

sebagau usaha untuk memperoleh data yang akurat dalam melakukan evaluasi

program bimbingan dan konseling di MAN 2 Situbondo. Adapun sumber data

tersebut, yaitu:

1. Kepala madrasah

2. Wakil Kepala Urusan Kesiswaan

3. Koordinator bimbingan dan konseling (BK)

4. Guru mata pelajaran

5. Wali Kelas

6. Para Siswa

7. Orang tua

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengambilan data yang digunakan dalam evaluasi program

bimbingan dan konseling sebagai berikut :

a. Angket

Metode angket mendasarkan diri pada laporan tentang diri pada laporan

tentang diri sendiri atau self reports. Adapun asumsi yang digunakan

dalam menggunakan metode ini ialah :

1. Subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri

18

Page 19: BAB I,2,3,4 Dan Daftar Pustaka

2. Apa yang dinyatakan subjek kepada evaluator adalah benar dan dapat

dipercaya

3. Interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan

kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh evaluator

( Arikunto, 2008:116).

Angket diberikan kepada responden yaitu kepala madrasah, wakil

kepala madrasah, guru pembimbing, wali kelas , guru mata pelajaran

dan beberapa siswa MAN 2 Situbondo.

b. Observasi

Observasi dilakukan untuk pengamatan pada objek fisik sebagai

pendukung proses atau layanan bimbingan dan konseling dan pemusatan

pada data-data yang relevan serta observasi yang dilakukan pada saat

kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling.

c. Wawancara

Metode wawancara digunakan untuk menguji kebenaran dan kemantapan

suatu data yang diperoleh dengan cara lain (angket dan observasi).

3.3 Langkah-Langkah Melaksanakan Evaluasi Program Bimbingan dan

Konseling

Pelaksanakan evaluasi program bimbingan dan konseling ditempuh melalui

langkah-langkah berikut (Depdiknas, 2008):

1. Meidentifikasi dan Merumuskan masalah. Pertanyaan-pertanyaan itu pada

dasarnya terkait dengan dua aspek pokok yang dievaluasi yaitu : (1)

tingkat keterlaksanaan program, dan (2) tingkat ketercapaian tujuan

program yang dilihat dari tingkat pelayanan bimbingan dan konseling

2. Menentukan komponen dan subkomponen yang sesuai dengan rumusan

masalah.

3. Menyusun instrumen pengumpul data. Penyusun instrumen mengacu pada

komponen dan subkomponen evaluasi yang lebih rinci dijabarkan pada

indikator. Berdasarkan indikator yang ditentukan maka instrumen

pengumpulan data dapat disusun sehingga butir-butir tersebut sesuai atau

19

Page 20: BAB I,2,3,4 Dan Daftar Pustaka

relevan dengan apa yang diukur. Instrumen itu diantaranya inventori,

angket, pedoman wawancara, pedoman observasi, dan studi dokumentasi.

4. Mengumpulkan dan menganalisis data. Setelah data diperoleh maka data

itu dianalisis, untuk mengambil sebuah kesimpulan atau keputusan tentang

program atau layanan apa yang sudah terlaksana dan mencapai tujuan.

5. Melakukan tindak lanjut (Follow Up). Berdasarkan temuan yang

diperoleh, maka dapat dilakukan kegiatan tindak lanjut. Kegiatan ini dapat

meliputi dua kegiatan, yaitu (1) memperbaiki hal-hal yang dipandang

lemah, kurang tepat, atau kurang relevan dengan tujuan yang ingin dicapai,

dan (2) mengembangkan program, dengan cara merubah atau menambah

beberapa hal yang dipandang dapat meningkatkan kualitas layanan atau

efektivitas program.

3.4 Analisis Data

A. Pedoman penskoran instrumen evaluasi program bimbingan dan

konseling

Setalah lembar jawaban oleh responden yang dievaluasi maka langkah

selanjutnya dilakukan penskoran untuk setiap item dari masing-masing

komponen instrumen evaluasi bimbingan dan konseling, sebagai berikut:

a. Komponen evaluasi program bimbingan dan konseling

Penskoran untuk instrumen ini sebagai berikut :

Setiap dijawab pada angka 3 mendapat skor 3

Setiap dijawab pada angka 2 mendapat skor 2

Setiap dijawab pada angka 1 mendapat skor 1

Setiap dijawab pada angka 0 mendapat skor 0

Skor maksimal adalah 3 x 10 = 30, sedang skor minimalnya 0 (nol).

Responden ini yaitu kepala madrasah, wakil kepala madrasah, beberapa

wali kelas, beberapa guru mata pelajara, dan beberapa orang siswa.

b. Komponen evaluasi administrasi dan organisasi bimbingan dan

konseling

20

Page 21: BAB I,2,3,4 Dan Daftar Pustaka

Penskoran untuk item 1, 3, 4, 5 dan 6 dijawab a skor 3, dijawab b skor

2, dijawab c skor 1

Penskoran untuk item 2, 7, 8 dan 10 dijawab a skor 4, dijawab b skor 3,

dijawab c skor 2, dijawab d skor 1

Penskoran untuk item 9 setiap dijawab 1 mendapat skor 1, dijawab 2

mendapat skor 2 dan seterusnya.

Skor maksimal 37, skor minimal 0

Responden ini disarankan guru pembimbing itu sendiri.

c. Komponen evaluasi proses bimbingan dan konseling

Peskoran untuk item 1, 5, dan 7 setiap dijawab satu mendapat sekor satu

Peskoran untuk item 2, 6, dan 8 dijawab a mendapat skor 0 dan jika

dijawab b mendapat skor 1.

Peskoran untuk item 3 dan 4 jika tidak dijawab mendapat sebanyak

option. Setiap dijawab 1, skor dikurangi 1 dari jumlah option

Peskoran untuk item 10 jika dijawab a mendapat skor 0, dijawab b

mendapat skor 1 dan jika dijawab c mendapat skor 2.

Peskoran untuk item 9 dijawab a skor 0, dijawab b skor 1, dijawab c skor

2, dijawab d skor 3 dan dijawab e skor 4.

Skor maksimal = 26

Skor minimal = 12

Responden untu instrumen ini adalah guru pembimbing itu sendiri.

d. Komponen evaluasi produk bimbingan dan konseling

Perskoran untuk instrumen ini, sebagai berikut:

Jika dijawab SS (sangat sesuai) skor 5

Jika dijawab S (sesuai) skor 4

Jika dijawab KS (kurang sesuai) skor 3

Jika dijawab TS (tidak sesuai) skor 2

Jika dijawab STS (sangat tidak sesuai) skor 1

Skor maksimal 50, skor minimal 10

21

Page 22: BAB I,2,3,4 Dan Daftar Pustaka

Responden untuk instrumen ini para siswa.

B. Menentukan Kualiatas Pelayanan Bimbingan dan Konseling

Untuk menentukan kualitas pelayanan bimbingan dan konseling dapat

ditempuh langkah-langkah sebagai berikut :

a. skor instrumen yang telah disebarkan sesuai dengan petunjuk perskoran

b. Menghitung jumlah skor masing-masing responden

c. Mencari rata-rata aktualnya dengan rumus:

¿∑ X

N

Dimana, X = jumlah skor dan N jumlah responden

d. Menghitung koefisien kualitas pelayanan bimbingan dan konseling (KBK)

dengan rumus :

KBK = ❑

SMi× 100 %

Dimana SMi = skor maksimal ideal

e. Menentukan kualitas layanan bimbingan dan konseling dengan kriteria

sebagai berikut :

KBK = 80-100 % = Sangat Baik

KBK = 60-79 % = Baik

KBK = 40-59 % = Cukup

KBK = 20-39 % = Kurang

KBK = 0-19 % = Sangar Kurang (Sukardi,2008:12).

22

Page 23: BAB I,2,3,4 Dan Daftar Pustaka

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan didepan maka dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Evaluasi program bimbingan konseling dilakukan di madrasah mencakup

empat komponen, yaitu :

a. Evaluasi program bimbingan konseling

b. Evaluasi administrasi dan organisasi bimbingan konseling

c. Evaluasi proses bimbingan konseling

d. Evaluasi produk bimbingan konseling

2. Hasil evaluasi bimbingan konseling menunjukkan gambaran tentang

pelaksanaan program bimbingan konseling dan kualitas layanan

bimbingan konseling.

4.2 SARAN

1. Agar dalam mengevaluasi dilakukan secara berkesinambungan dengan alat

instrumentasi yang valid dan reliabel.

2. Agar hasil evaluasi dijadikan bahan masukan untuk penyusunan program

berikutnya.

23

Page 24: BAB I,2,3,4 Dan Daftar Pustaka

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi dan Jabar, Cepi S.A. 2009. Evaluasi Program Pendidikan Edisi Kedua. Jakarta: Bumi Aksara

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi VI. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.

Sukardi, H.M.. 2009. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta: Bumi Aksara.

Sukardi., Dewa ketut dan Kusmawati, Desak P.E. Nila. 2008. Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Tim Penyusun. Tanpa Tahun. Modul 8 Penilaian Layanan Bimbingan dan Konseling. Parung: Naskah Bahan Ajar PPPPTK Penjas & BK.

Tim Penyusun. 2008. Bahan Belajar Mandiri Kegiatan Pelatihan Pengawas Sekolah. Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik  dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional. Melalui http://akhmadsudrajat.wordpress.com /2010/02/03/evaluasi-program-bimbingan-dan-konseling-di-sekolah/. [diakses tanggal 9 Nopember 2013].

24