bab i - afud1428.files.wordpress.com · web viewundang-undang no 20 tahun 2003 pasal 48...
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
“Pendidikan merupakan upaya yang dapat mempercepat pengembangan potensi
manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan untuk mempengaruhi
perkembangan fisik, mental, emosional, moral, serta keilmuan dan ketakwaan
manusia”1. Hal ini sangat erat hubugannya dengan pendidik atau guru.
Menurut Zakiyah Derajat, “tugas guru tidak hanya mentransfer ilmu kepada
murid, lebih dari itu guru menjalankan tugas mendidik, mengawasi dan membimbing
sebagai penyampaian cita-cita kepada anak yang telah diamanatkan kepadanya”2.
Bahkan bagi guru agama khususnya harus lebih dari itu semua yakni harus sanggup
menjadi pendukung sebenar-benarnya akan kebenaran cita-cita agama sehingga dirinya
di mata anak didik betul-betul merupakan personifikasi dari agama yang diajarkannya.
Itulah sebabnya guru sebagai pendidik di sekolah harus memenuhi syarat-syarat yang
dapat dipertanggung jawabkan dalam pendidikan baik dari segi jasmaniyah maupun
rohaniyah.
Menurut Usman tentang profesi guru yaitu :
Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik
berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti
meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan
melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa”3
Agama Islam sangat menghargai orang-orang yang berilmu pengetahuan
seperti guru, sehingga hanya orang yang berilmu sajalah yang dapat mencapai taraf
kesempurnaan hidup beragama setinggi-tingginya. Hal ini Islam memberikan
penghargaan tersebut, terbukti dengan firman Allah dalam surat Al-Qur’an sebagai
berikut :
العلم اوت��وا والذين منكم آمن��وا الذين الله يرفع(11)المجادلة: درجات
1 Udin Syaefudin Sa’ud dan Abin Syamsuddin Makmun. Perencanaan Pendidikan Suatu Pendekatan Komprehensif. (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2006) Hal. 6
2 Zakiyah Derajat, Pendidikan Agama Islam. (Jakarta:Bulan Bintang,1996), hlm. 353 Moh. Usman Uzer, Menjadi Guru Profesional, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2001)
1
Artinya : “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. (Al-Mujadalah,
58:11)4
Berdasarkan ayat di atas dapat dipahami bahwa orang yang berilmu akan
dilebihkan derajatnya dari pada orang yang tidak berilmu. Sebagai bukti nyata, untuk
menjadi guru diperlukan ijazah yang merupakan bukti tertulis dalam sebuah jenjang
pendidikan disamping itu guru harus dibekali dengan pelatihan berupa peningkatan
mutu keahlian dan kemandirian agar menjadi guru yang profesional. Tapi realita yang
ada masih terdapat sebagian guru yang pendidikannnya cukup, namun dalam bidang
keterampilan dalam mengajar masih kurang, hal ini yang dapat mengurangi
profesionalisme guru dalam mengajar.
Selain hal-hal diatas juga diperlukan menejemen pendidikan yang baik untuk
menciptakan sekolah dengan kualitas baik. Begitu besarnya pengaruh menejemen
pendidikan dalam sekolah sehingga tujuan dari pendidikan tidak akan tercapai tanpa
adanya menejemen. Begitu pula untuk menciptakan sebuah sekolah yang idial
diperlukan menejemen yang baik.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat ditentukan rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Ingin mengetahui cirri-ciri dari sekolah yang idial
2. Ingin mengetahui kelemahan dan kelebihan dari sekolah yang dianalisa
4 Yayasan Penterjemah dan Penafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta:Depag) hlm. 910
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Data Sekolah Yang dianalisa
1. Nama Sekolah
Nama sekolah yang dianalisa oleh penulis Sekolah Dasar Negeri Romben Barat I
Kecamatan Dungkek Kabupaten Sumenep
2. Waktu/Tempat
Analisa ini dilakukan pada tanggal 13 Desember 2010 pada tahun pelajaran 2010-
2011 bertempat di SDN Romben Barat I Kecamatan Dungkek
3. Kurikulum
Kurikulum yang digunakan pada SDN Romben Barat I Kec Dungkek yaitu
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sesuai dengan petunjuk Dinas
Pendidikan.
4. Kesiswaan
Sekolah yang penulis analisa adalah Sekolah Dasar (SD) yang masih belum
mempunyai organisasi siswa (OSIS) serta belum adanya pengurus/pegawai khusus
yang menangani kesiswaan.
5. Manajemen Sarana dan Prasarana
Manajemen sarana dan prasarana yang ada di SDN Romben Barat I Kec. Dungkek
Sudah terbilang cukup baik, itu dapat dilihat administrasi infentaris barang sudah
dibukukan, papan data yang sudah cukup lengkap sampai pada alat pembelajaran
yang cukup memadai.
6. Keuangan Sekolah
Keuangan sekolah 100% diperoleh dari bantuan pemerintah seperti BOS. Jadi pada
SDN Romben Barat I tidak dipungut SPP bahkan untuk seragam, buku, kaos olah
raga, perlengkapan menulis dll, semua itu di anggarkan dari bantuan pemerintah.
7. Tenaga Kependidikan
Tenaga kependidikan yang ada di SDN Romben Barat I terdiri dari : 1 orang kepala
sekolah yang berpendidikan D.II, 2 orang guru kelas berpendidikan D.II, 1 orang
guru kelas berpendidikan S-1, 2 orang guru PAI berpendidikan D.II, 1 orang
penjaga sekolah berpendidikan paket C serta 4 orang tenaga sukwan.
3
8. Hubungan Masyarakat
Mengenai hubungan masyarakat dan sekolah penulis anggap cukup baik dan bagus,
itu dapat dilihat dari antusiasnya warga/wali murid ketika menghadiri undangan
pertemuan wali murid. Selain itu, masyarakat sekitar sekolah juga sangat
mendukung terlaksananya pendidikan yang baik demi meningkatkan mutu
pendidikan yang ada.
B. Data Sekolah Yang Idial
Suatu sekolah dibilang idial apabila didalamnya terdapat menejemen yang baik,
diantaranya :
1. Kurikulum
Seperti yang telah dicanangkan oleh pemerintah, kurikulum yang harus
digunakan sekarang ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebuah kurikulum
operasional pendidikan yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing
satuan pendidikan di Indonesia. KTSP secara yuridis diamanatkan oleh Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan. Penyusunan KTSP oleh sekolah dimulai tahun ajaran 2007/2008
dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
untuk pendidikan dasar dan menengah sebagaimana yang diterbitkan melalui
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional masing-masing Nomor 22 Tahun 2006 dan
Nomor 23 Tahun 2006, serta Panduan Pengembangan KTSP yang dikeluarkan oleh
BSNP.
Pada prinsipnya, KTSP merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari SI,
namun pengembangannya diserahkan kepada sekolah agar sesuai dengan
kebutuhan sekolah itu sendiri. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan
pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender
pendidikan, dan silabus. Pelaksanaan KTSP mengacu pada Permendiknas Nomor
24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL5.
Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang
dituangkan dalam persyaratan kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian
5 http://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum_Tingkat_Satuan_Pendidikan
4
kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi peserta
didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi merupakan pedoman
untuk pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang memuat:
kerangka dasar dan struktur kurikulum,
beban belajar,
kurikulum tingkat satuan pendidikan yang dikembangkan di tingkat satuan
pendidikan, dan
kalender pendidikan.
SKL digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan
peserta didik dari satuan pendidikan. SKL meliputi kompetensi untuk seluruh mata
pelajaran atau kelompok mata pelajaran. Kompetensi lulusan merupakan
kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati.
Pemberlakuan KTSP, sebagaimana yang ditetapkan dalam peraturan Menteri
Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL,
ditetapkan oleh kepala sekolah setelah memperhatikan pertimbangan dari komite
sekolah. Dengan kata lain, pemberlakuan KTSP sepenuhnya diserahkan kepada
sekolah, dalam arti tidak ada intervensi dari Dinas Pendidikan atau Departemen
Pendidikan Nasional. Penyusunan KTSP selain melibatkan guru dan karyawan juga
melibatkan komite sekolah serta bila perlu para ahli dari perguruan tinggi setempat.
Dengan keterlibatan komite sekolah dalam penyusunan KTSP maka KTSP yang
disusun akan sesuai dengan aspirasi masyarakat, situasi dan kondisi lingkungan dan
kebutuhan masyarakat.
2. Kesiswaan
a. Tujuan Administrasi Kesiswaan
Tujuan administrasi kesiswaan adalah mengatur kegiaatan-kegiatan peserta
didik dari mulai masuk sekolah sampai lulus sekolah. Pengaturan kegiatan
peserta didik tersebut diarahkan pada peningkatan mutu kegiatan belajar
mengajar baik intra maupun ekstrakulikuler, sehingga memberikan konstribusi
bagi pencapaian visi, misi, dan tujuan sekolah serta tujuan pendidikan secara
keseluruhan. Dengan demikian administrasi kesiswaan di sekolah menengah
(SMA-SMK) disusun untuk memberi petunjuk bagi penyelenggara dan
5
pengelola administrasi kesiswaan dapat tertib dan teratur sehingga mendukung
tercapainya tujuan sekolah.
b. Sasaran Kesiswaan
Sasaran kesiswaan adalah seluruh siswa pada setiap tingkat, dan jenjang
pendidikan
c. Ruang Lingkup Kesiswaan
Ruang lingkup kesiswaan meliputi :
1. perencanaan peserta didik yang diawali dengan penerimaan siswa baru, dan
Masa Orientasi Siswa (MOS).
2. Mengatur kehadiran, dan ketidakhadiran peserta didik di sekolah
3. Mengatur pengelompokan peserta didik
4. Mengatur evaluasi peserta didik, baik dalam rangka memperbaiki proses
belajar mengajar, bimbingan penyuluhan maupun kepentingan peserta
didik.
5. Mengatur kenaikan tingkat/ kenaikan kelas peserta didik
6. Mengatur peserta didik yang drop out
7. Mengatur kode etik, dan peningkatan disiplin peserta didik
8. Mengatur organisasi peserta didik yang meliputi seperti OSIS, Organisasi
Pramuka, PMR, KIR, Kelompok Studitour, Club Pecinta Alam, Peringatan
hari besar keagamaan
9. Mengatur layanan peserta didik
• Layanan BP/ BK,
• Layana perpustakaan
• Layanan laboratorium
• Layanan penasihat akademik (wali kelas)
• Layanan koperasi siswa/i 6
3. Menejemen Sarana dan Prasarana
a. Pengertian
Dalam rangka melaksanakan tugas-tugas yang di kelompokkan sebagai substansi perlengkapan sekolah itu, di gunakan suatu pendekatan administratif tertentu yang disebut juga manajemen, yang merupakan istilah yang cukup populer.
6 http://sekolah-dasar.blogspot.com/2010/07/administrasi-kesiswaan.html
6
Manajemen merupakan proses pendayagunaan semua sumber daya dalam rangka mencapai tujuan yang telah di tetapkan. Pendayagunaan melalui tahapan proses yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan disebut manajemen.Secara sederhana, manajemen sarana prasarana sekolah dapat didefinisikan sebagai proses kerja pendayagunaan semua perlengkapan pendidikan secara efektif dan efisien. Perlengkapan sekolah, atau juga sering disebut dengan fasilitas sekolah, dapat dapat di kelompokan menjadi sarana pendidikan dan prasarana pendidikan
b. Proses Manajemen Sarana dan Prasarana
Sebelum telah di tegaskan bahwa manajemen sarana prasarana sekolah merupakan proses kerjasama pendayagunaan semua perlengkapan sekolah secara efektif dan efisien. Satu hal yang perlu di pertegas dalam definisi tersebut adalah bahwa manajemen sarana prasarana sekolah merupakan suatu proses pendayagunaan yang sasarannya adalah perlengkapan pendidikan, seperti perlengkapan sekolah, perlengkapan perpustakaan, media pengajaran, dan perlengkapan lainnya, manajeman perlengkapan sekolah itu terwujud sebagai suatu proses yang terdiri atas langkah-langkah tertentu secara sistematis7.Akhir- akhir ini banyak sekali uraian tentang langkah-langkah manajemen sarana prasarana sekolah sebagaimana di kemukakan oleh para teoritisi penggelolaan perlengkapan pendidikan. Stoops dan Johnson (1967) pernah menggungkapkan bahwa langkah-langkah manajemen sarana prasarana pendidikan itu meliputi analisis kebutuhan, analisis anggaran, seleksi, penetapan kebutuhan, pembelian, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pemakaian, inventarisasi dan pemeliharaan. Sementara pakar manajemen
7 http://antoniusmakas.blogspot.com/2009/09/manajemen-sarana-prasarana.html
7
pendidikan lainnya menyimpulkan bahwa manajemen sarana prasarana pendidikan disekolah itu meliputi analisis dan penyusunan kebutuhan, pengadaan, penyaluran, pemakaian dan pemeliharaan, inventarisasi dan penghapusan.
8
4. Keuangan Sekolah
a. Tujuan Manajemen Keuangan
Melalui kegiatan manajemen keuangan maka kebutuhan pendanaan kegiatan
sekolah dapat direncanakan, diupayakan pengadaannya, dibukukan secara
transparan, dan digunakan untuk membiayai pelaksanaan program sekolah
secara efektif dan efisien. Untuk itu tujuan manajemen keuangan adalah
Meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan keuangan sekolah
Meningkatkan akuntabilitas dan transparansi keuangan sekolah.
Meminimalkan penyalahgunaan anggaran sekolah
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dibutuhkan kreativitas kepala sekolah
dalam menggali sumber-sumber dana, menempatkan bendaharawan yang
menguasai dalam pembukuan dan pertanggung-jawaban keuangan serta
memanfaatkannya secara benar sesuai peraturan perundangan yang berlaku
b. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan 8
Manajemen keuangan sekolah perlu memperhatikan sejumlah prinsip. Undang-
undang No 20 Tahun 2003 pasal 48 menyatakan bahwa pengelolaan dana
pendidikan berdasarkan pada prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan
akuntabilitas publik. Disamping itu prinsip efektivitas juga perlu mendapat
penekanan. Berikut ini dibahas masing-masing prinsip tersebut, yaitu
transparansi, akuntabilitas, efektivitas, dan efisiensi
1) Transparansi
Transparan berarti adanya keterbukaan. Transparan di bidang manajemen
berarti adanya keterbukaan dalam mengelola suatu kegiatan. Di lembaga
pendidikan, bidang manajemen keuangan yang transparan berarti adanya
keterbukaan dalam manajemen keuangan lembaga pendidikan, yaitu
keterbukaan sumber keuangan dan jumlahnya, rincian penggunaan, dan
pertanggungjawabannya harus jelas sehingga bisa memudahkan pihak-
pihak yang berkepentingan untuk mengetahuinya. Transparansi keuangan
sangat diperlukan dalam rangka meningkatkan dukungan orangtua,
masyarakat dan pemerintah dalam penyelenggaraan seluruh program
pendidikan di sekolah. Disamping itu transparansi dapat menciptakan
kepercayaan timbal balik antara pemerintah, masyarakat, orang tua siswa
8 http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/01/18/konsep-dasar-manajemen-keuangan-sekolah/
9
dan warga sekolah melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan
di dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai
2) Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kondisi seseorang yang dinilai oleh orang lain karena
kualitas performansinya dalam menyelesaikan tugas untuk mencapai tujuan
yang menjadi tanggung jawabnya. Akuntabilitas di dalam manajemen
keuangan berarti penggunaan uang sekolah dapat dipertanggungjawabkan
sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Berdasarkan perencanaan
yang telah ditetapkan dan peraturan yang berlaku maka pihak sekolah
membelanjakan uang secara bertanggung jawab. Pertanggungjawaban dapat
dilakukan kepada orang tua, masyarakat dan pemerintah. Ada tiga pilar
utama yang menjadi prasyarat terbangunnya akuntabilitas, yaitu (1) adanya
transparansi para penyelenggara sekolah dengan menerima masukan dan
mengikutsertakan berbagai komponen dalam mengelola sekolah , (2)
adanya standar kinerja di setiap institusi yang dapat diukur dalam
melaksanakan tugas, fungsi dan wewenangnya, (3) adanya partisipasi
untuk saling menciptakan suasana kondusif dalam menciptakan pelayanan
masyarakat dengan prosedur yang mudah, biaya yang murah dan pelayanan
yang cepat
3) Efektifitas
Efektif seringkali diartikan sebagai pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan. Garner mendefinisikan efektivitas lebih dalam lagi, karena
sebenarnya efektivitas tidak berhenti sampai tujuan tercapai tetapi sampai
pada kualitatif hasil yang dikaitkan dengan pencapaian visi lembaga.
Effectiveness ”characterized by qualitative outcomes”. Efektivitas lebih
menekankan pada kualitatif outcomes. Manajemen keuangan dikatakan
memenuhi prinsip efektivitas kalau kegiatan yang dilakukan dapat
mengatur keuangan untuk membiayai aktivitas dalam rangka mencapai
tujuan lembaga yang bersangkutan dan kualitatif outcomes-nya sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan
4) Efisiensi
Efisiensi berkaitan dengan kuantitas hasil suatu kegiatan. Efficiency
”characterized by quantitative outputs”. Efisiensi adalah perbandingan
10
yang terbaik antara masukan (input) dan keluaran (out put) atau antara daya
dan hasil. Daya yang dimaksud meliputi tenaga, pikiran, waktu, biaya.
5. Tenaga Kependidikan
Ada beberapa kompetensi yang harus dimiliki oleh guru sebagai tenaga
kependidikan. Guru sering dianggap sebagai sosok yang memiliki kepribadian
ideal. Pribadi guru sering dianggap sebagai model atau panutan yang dapat digugu
dan ditiru oleh siswa. Sebagai seorang model, guru harus memiliki kompetensi
yang berhubungan dengan pengembangan kepribadiannya (personal
competencies).
Kompetensi kepribdian guru sangat penting terhadap pendidikan watak para
siswa. Guru harus menjadi teladan, karena para siswa bersifat suka meniru. Di
antara tujuan pendidikan adalah untuk membentuk perilaku baik siswa, yang hal ini
hanya tercapai bila guru memiliki kompetensi kepribadian baik. Guru yang tidak
memiliki kompetensi kepribadian baik, sulit kiranya untuk membentuk perilaku
baik siswa. Dengan demikian, kompetensi kepribadian baik ini harus dimiliki dan
ditunjukkan kepada para siswanya agar menjadi teladan yang kemudian diikuti dan
dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Beberapa kompetensi kepribadian yang harus dimiliki dan dipertunjukkan
oleh guru kepada siswanya menurut Wina Sanjaya adalah:
a. Kemampuan yang berhubungan dengan pengamalan ajaran agama sesuai
dengan keyakinan agama yang dianutnya.
b. Kemampuan untuk menghormati dan menghargai antar umat beragama.
c. Kemampuan untuk berperilaku sesuai dengan norma, aturan, dan sistem nilai
yang berlaku di masyarakat.
d. Mengembangkan sifat-sifat terpuji sebagai seorang guru, misalnya sopan
santun dan tata krama.
e. Bersikap demokratis dan terbuka terhadap pembaruan dan kritik.9
Sementara kompetensi kepribadian yang harus dimiliki dan dipertunjukkan
oleh guru kepada siswa menurut Moh. Uzer Usman adalah:
9 Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (Jakarta: Prenada Media, 2005), hlm. 145.
11
a. Mengembangkan kepribadian
1) Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2) Berperan dalam masyarakat sebagai warga negara yang
berjiwa Pancasila.
3) Mengembangkan sifat-sifat terpuji yang dipersyaratkan bagi
jabatan guru.
b. Berinteraksi dan berkomunikasi
1) Berinteraksi dengan sejawat untuk meningkatkan kemampuan profesional.
2) Berinteraksi dengan masyarakat untuk penunaian misi pendidikan.
c. Melaksanakan bimbingan dan penyuluhan
1) Membimbing siswa yang mengalami kesulitan belajar.
2) Membimbing siswa yang berkelainan dan berbakat khusus.10
Beberapa kompetensi kepribadian tersebut di atas harus dimiliki dan
kemudian ditampilkan oleh guru dalam mengadakan interaksi dengan berbagai
lingkungannya, baik dengan sesama guru, staf, para siswa, maupun dengan para
orang tua siswa dan masyarakat pada umumnya. Hal itu disebabkan guru
merupakan figur teladan yang segala tindakan, tingkah laku, dan ucapannya
menjadi teladan, baik bagi para siswa yang dipimpinnya maupun bagi para orang
tua siswa dan masyarakat secara umum. Bila kepribadian guru baik menurut
pandangan siswa, maka akan baik pula kepribadian siswa tersebut, dan begitu juga
sebaliknya, bila kepribadian guru itu jelek menurut pandangan siswa, akan jelek
pulalah kepribadian siswa tersebut. Jadi kepribadian guru itu menjadi barometer
bagi siswa yang turut menentukan baik buruknya kepribadian siswa.
6. Hubungan dengan Masyarakat
Keberhasilan pendidikan tidak hanya ditentukan oleh proses pendidikan di
sekolah dan tersedianya sarana dan prasarana saja, tetapi juga ditentukan oleh
lingkungan keluarga dan atau masyarakat. Karena itu pendidikan adalah tanggung
jawab bersama antara pemerintah (sekolah), keluarga dan masyarakat. Ini berarti
mengisyaratkan bahwa orang tua murid dan masyarakat mempumyai tanggung
jawab untuk berpartisipasi, turut memikirkan dan memberikan bantuan dalam
penyelenggaraan pendidikan di sekolah
10 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 16.
12
Partisipasi yang tinggi dari orang tua murid dalam pendidikan di sekolah
merupakan salah satu ciri dari pengelolaan sekolah yang baik, artinya sejauhmana
masyarakat dapat diberdayakan dalam proses pendidikan di sekolah adalah
indikator terhadap manajemen sekolah yang bersangkutan. Pemberdayaan
masyarakat dalam pendidikan ini merupakan sesuatu yang esensial bagi
penyelenggaraan sekolah yang baik. Tingkat partisipasi masyarakat dalam proses
pendidikan di sekolah ini nampaknya memberikan pengaruh yang besara bagi
kemajuan sekolah, kualitas pelayanan pembelajaran di sekolah yang pada akhirnya
akan berpengaruh terhadap kemajuan dan prestasi belajar anak-anak di sekolah.
Hal ini secara tegas dinyatakan oleh Husen (1988) dalam penelitiannya bahwa
siswa dapat belajar banyak karena dirangsang oleh pekerjaan rumah yang diberikan
oleh guru dan akan berhasil dengan baik berkat usaha orang tua mereka dalam
memberikan dukungan
Kalau dianalisis dari pengertian hubungan masyarakat di atas,sedikitnya ada
dua kepentingan dalam manajemen pendidikan. pertama, kepentingan sekolah.
Kepentingan sekolah dapat dilihat dari pemberian informasi dari pihak sekolah
kepada masyarakat,sehingga masyarakat membentuk opini tersendiri terhadap
sekolah. Kepentingan lain agar sekolah dapat mengerti berbagai sumber yang ada
dalam masyarakat yang dapat didayagunakan untuk kepentingan belajar mengajar
dan usaha pendidikan pada umumnya
Kedua, kepentingan masyarakat. Dilihat dari segi kepentingan masyarakat,
maka dapat dikatakan bahwa masyarakat dapat mengambil manfaat dan menyerap
hasil-hasil pemikiran dan perkembangan pengetahuan dan teknologi yang berguna
bagi masyarakat itu sendiri. Pengertian, penerimaan dan pemahaman masyarakat
akan membentuk persepsi masyarakat terhadap sekolah 11.
Sedangkan hakikat humas dalam manajemen pendidikan Islam dapat kita
artikan sebagai suatu proses hubungan timbal balik antara lembaga pendidikan
Islam dengan masyarakat yang dilandasi dengan I’tikad saling mengenal (ta’aruf),
saling memahami (tafahum), saling mengasihi (tarahum), saling menolong
(ta’awun), dan saling menanggung (takaful) dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan yang telah direncanakan sebelumnya yang didasarkan pada nilai-nilai
dalam ajaran Islam.11 http://kiflipaputungan.wordpress.com/2010/05/21/administrasi-hubungan-sekolah-dengan-
masyarakat-ii/
13
Karena itu sejak lama Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan itu
berlangsung pada tiga lingkungan yaitu lingkungan Keluarga, Sekolah dan
Masyarakat. Artinya pendidikan tidak akan berhasil kalau ketiga komponen itu
tidak saling bekerjasama secara harmonis. Kaufman menyebutkan patner/mitra
pendidikan tidak hanya terdiri dari guru dan siswa saja, tetapi juga para orang
tua/masyarakat. Dari uraian di atas jelaslah bahwa lembaga pendidikan bukanlah
lembaga yang berdiri sendiri dalam membina pertumbuhan dan perkembangan
putra-putra bangsa, melainkan ia merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan
dari masyarakat yang luas, dan bersama masyarakat membangun dan
meningkatkan segala upaya untuk memajukan sekolah. Hal ini dapat tercipta
apabila lembaga pendidikan mau membuka diri dan menjelaskan kepada
masyarakat tentang apa dan bagaimana masyarakat dapat berperan dalam upaya
membantu sekolah/lembaga pendidikan memajukan dan meningkatkan kualitas
penyelenggaraan pendidikan. Sekolah pada hakekatnya melaksanakan dan
mempunyai fungsi ganda terhadap masyarakat, yaitu memberi layanan dan sebagai
agen pembaharuan bagi masyarakat sekitarnya, yang oleh Stoop disebutnya sebagai
fungsi layanan dan fungsi pemimpin (fungsi untuk memajukan masyarakat melalui
pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas). Setiap aktivitas pendidikan,
apalagi yang bersifat inovatif, seharusnya dikomunikasikan dengan masyarakat
khususnya orang tua siswa, agar mereka mengerti mengapa aktivitas tersebut harus
dilakukan oleh sekolah dan pada sisi mana mereka dapat berperan membantu
sekolah dalam merealisasikan program inovatif tersebut.
14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah penulis malakukan analisa pada Sekolah Dasar Negeri Romben Barat I
dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Kelebihan
- Kurikulum yang ada di SDN Romben Barat I kecamatan Dungkek adalah
KTSP yang berjalan baik dan memuaskan, ini dapat dilihat dari hasil ulangan
siswa yang cukup baik.
- Menejemen sekolah yang terbilang baik, ini dapat kita ketahui dari manajemen
infentaris yang tercatat secara rapi.
- Manajemen Keuangan terbilang baik, ini terlihat dari transparansi kepala
sekolah yang berkoordinasi dengan bendara sekolah untuk melaporkan
pengeluaran serta pemasukan keuangan sekolah setiap bulan secara rutin.
- Cukup maksimalnya kinerja pendidik pada SDN ini, sehingga juga dapat
menunjang peningkatan mutu pendidikan.
- Hubungan masyarakat dengan sekolah cukup harmonis.
2. Kekurangan
- Tidak adanya pegawai/pengurus khusus yang menangani bagian kesiswaan
B. SARAN
Manajemen pendidikan merupakan salah satu faktor penunjang peningkatan mutu
pendidikan, oleh sebab itu perlu kiranya kepada seluruh pendidik yang ada pada
SDN Romben Barat I untuk lebih meningkatkan lagi kualitas dari manajemen
pendidikan yang ada.
15
DAFTAR PUSTAKA
Moh. Usman Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2001
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja Rosdakarya, 2008
Udin Syaefudin Sa’ud dan Abin Syamsuddin Makmun. Perencanaan Pendidikan Suatu Pendekatan Komprehensif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2006
Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta : Prenada Media, 2005
Yayasan Penterjemah dan Penafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta : Depag
Zakiyah Derajat, Pendidikan Agama Islam. Jakarta : Bulan Bintang, 1996
Internet :
- http://sekolah-dasar.blogspot.com/2010/07/administrasi-kesiswaan.html - http://antoniusmakas.blogspot.com/2009/09/manajemen-sarana-prasarana.html - http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/01/18/konsep-dasar-manajemen-
keuangan-sekolah/- http://kiflipaputungan.wordpress.com/2010/05/21/administrasi-hubungan-sekolah-
dengan-masyarakat-ii/
16