bab i · web viewperkembangan persetujuan pmdn dan pma tersebut juga diikuti dengan meningkatnya...

126
UMUM

Upload: trinhxuyen

Post on 01-Apr-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I · Web viewPerkembangan persetujuan PMDN dan PMA tersebut juga diikuti dengan meningkatnya persebaran investasi ke kawasan Timur Indonesia (KTI). Dari keseluruhan nilai tersebut

UMUM

Page 2: BAB I · Web viewPerkembangan persetujuan PMDN dan PMA tersebut juga diikuti dengan meningkatnya persebaran investasi ke kawasan Timur Indonesia (KTI). Dari keseluruhan nilai tersebut
Page 3: BAB I · Web viewPerkembangan persetujuan PMDN dan PMA tersebut juga diikuti dengan meningkatnya persebaran investasi ke kawasan Timur Indonesia (KTI). Dari keseluruhan nilai tersebut

BAB I

U M U M

Bahan-bahan ini merupakan lampiran Pidato Kenegaraan Presiden Republik Indonesia di depan Sidang Dewan Perwakilan Rakyat dalam rangka memperingati hari Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1997 yang berisikan laporan mengenai pelaksanaan pembangunan dalam Repelita VI, khususnya pada tahun ketiga yang baru saja diselesaikan. Bab Umum ini memuat rangkuman perkembangan pelaksanaan pembangunan di berbagai bidang dan sektor baik berupa kebijaksanaan, program, dan proyek pembangunan, maupun hasil-hasil yang telah dicapai.

Penyusunan dan pelaksanaan pembangunan nasional dalam Repelita VI mengacu kepada Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1993 sebagai landasan operasional dalam mewujudkan cita-cita masyarakat yang adil dan makmur. Sebagai tahapan lima tahun pertama pembangunan jangka panjang kedua (PJP II), pelaksanaan pembangunan dalam Repelita VI berpedoman kepada tujuan dan

I/3

Page 4: BAB I · Web viewPerkembangan persetujuan PMDN dan PMA tersebut juga diikuti dengan meningkatnya persebaran investasi ke kawasan Timur Indonesia (KTI). Dari keseluruhan nilai tersebut

sasaran PJP II yang telah ditetapkan dalam GBHN 1993. Dalam PJP II sasaran umum yang ingin diwujudkan adalah membentuk masyarakat yang maju, mandiri, adil, dan sejahtera. Untuk itu, dalam Repelita VI sasaran umum yang ingin dicapai adalah tumbuhnya sikap kemandirian melalui peningkatan peran serta, efisiensi, dan produktivitas masyarakat. Dalam rangka mencapai sasaran tersebut, kebijaksanaan pembangunan dalam Repelita VI tetap berlandaskan pada Trilogi Pembangunan, yaitu pemerataan pembangunan dan hasil- hasilnya, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, serta terciptanya stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.

Secara umum pelaksanaan pembangunan dalam tiga tahun Repe-lita VI telah menghasilkan banyak kemajuan, walaupun untuk menca- painya berbagai tantangan harus dihadapi.

Pelaksanaan pembangunan nasional dalam Repelita VI tidak lepas dari pengaruh perkembangan situasi internasional. Dalam konteks global, perubahan-perubahan mendasar yang terjadi di berbagai belahan dunia terus berlanjut. Di bidang politik internasional, berakhir- nya perang dingin telah menghilangkan ketegangan serta mendorong penyelesaian konflik melalui jalan damai dan perundingan. Di lain pihak perhatian pada penyelesaian masalah-masalah ekonomi telah menjadi agenda utama hampir semua negara.

Dengan berbagai perkembangan tersebut, perekonomian dunia pada tahun 1996 berkembang cukup baik, setelah mengalami perlam- batan pada tahun 1995. Laju pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 1996 mencapai 4,0 persen, lebih tinggi daripada tahun 1995 yang mencapai 3,7 persen namun masih lebih lambat dibandingkan tahun 1994 yang mencapai 4,1 persen.

I/4

Page 5: BAB I · Web viewPerkembangan persetujuan PMDN dan PMA tersebut juga diikuti dengan meningkatnya persebaran investasi ke kawasan Timur Indonesia (KTI). Dari keseluruhan nilai tersebut

Negara-negara maju memang belum sepenuhnya pulih dari per- lambatan kegiatan ekonomi yang terjadi sejak tahun 1995. Hal ini ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi yang tidak berubah pada tahun 1996 dibandingkan dengan tahun 1995 yaitu sebesar 2,5 persen. Laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 1995 dan 1996 tersebut lebih rendah daripada tahun 1994 yang mencapai 3,1 persen. Namun, beberapa negara industri utama telah menunjukkan kegiatan ekonomi yang meningkat. Pada tahun 1996 perekonomian Jepang dan Amerika Serikat tumbuh sebesar 3,6 persen dan 2,4 persen, lebih tinggi daripada tahun sebelumnya yang sebesar 1,4 persen dan 2,0 persen. Pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat tersebut masih lebih rendah daripada tahun 1994 yang mencapai 3,5 persen, sedangkan untuk Jepang, pertumbuhan tahun 1996 tersebut lebih tinggi daripada tahun 1994 yang sebesar 0,6 persen.

Negara-negara berkembang justru menunjukkan perbaikan dalam kegiatan perekonomiannya. Pada tahun 1996 perekonomian negara-negara berkembang tumbuh sebesar 6,5 persen, lebih cepat daripada tahun sebelumnya yang sebesar 6,0 persen namun masih lebih lambat daripada tahun 1994 yang mencapai 6,8 persen. Negara-negara Asia walaupun pertumbuhan ekonominya terus melambat sejak 1995, namun pada tahun 1996 tetap tumbuh dengan mantap yakni mencapai 8,2 persen. Sementara itu, negara-negara dalam masa transisi masih terus memantapkan proses reformasinya sehingga aktivitas perekonomiannya belum benar-benar berkembang walaupun terus mengalami perbaikan. Perekonomian Rusia terus menurun, yaitu turun sebesar 12,6 persen tahun 1994 kemudian turun 4,0 tahun 1995, dan turun lagi sebesar 2,8 persen tahun 1996. Sementara itu, perekonomian Eropa Timur dan Tengah pada tahun 1995 dan 1996 tumbuh sebesar 1,6 persen, membaik daripada tahun 1994 yang turun sebesar 1,8 persen.

I/5

Page 6: BAB I · Web viewPerkembangan persetujuan PMDN dan PMA tersebut juga diikuti dengan meningkatnya persebaran investasi ke kawasan Timur Indonesia (KTI). Dari keseluruhan nilai tersebut

Pemulihan perekonomian dunia pada tahun 1996 nampaknya lebih disebabkan oleh perkembangan kegiatan ekonomi domestik setiap negara. Sementara itu, kegiatan ekonomi eksternal masih memperlihatkan kelesuan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Pertumbuhan volume perdagangan dunia melambat dari 9,2 persen pada tahun 1994 dan 1995 menjadi 5,6 persen pada tahun 1996.

Di sisi ekspor, laju pertumbuhan volume ekspor negara-negara

maju terus melambat dari 8,9 persen tahun 1994, kemudian sebesar 8,4 persen pada tahun 1995, dan pada tahun 1996 adalah sebesar 5,0 persen. Perlambatan ini juga terjadi di negara-negara berkembang, yaitu dari 12,4 persen tahun 1994, kemudian sebesar 11,2 persen pada tahun 1995 dan menjadi sebesar 7,0 persen pada tahun 1996.

Di sisi impor, seperti halnya volume ekspor, perlambatan pertumbuhan volume impor juga terjadi pada periode 1994-96. Di negara-negara maju pertumbuhan volume impor melambat dari 9,7 persen tahun 1994, kemudian sebesar 8,7 persen tahun 1995, dan menjadi sebesar 5,3 persen tahun 1996. Sementara itu di negara-negara berkembang, pertumbuhan volume impor tahun 1996 adalah sebesar 8,3 persen, lebih lambat daripada tahun 1995 yang sebesar 11,6 persen namun lebih tinggi daripada tahun 1994 yang sebesar 7,2 persen.

Pemulihan perekonomian dunia dimungkinkan antara lain oleh ekspansi moneter serta turunnya tingkat suku bunga di beberapa nega- ra industri. Ekspansi moneter terlihat dari pertumbuhan jumlah uang beredar (M2). Pada tahun 1996 jumlah uang beredar (M2) di negara-negara industri utama tersebut tumbuh sebesar 4,3 persen, lebih tinggi daripada tahun 1994 dan 1995 yang masing- masing tumbuh sebesar 1,7 persen dan 3,8 persen. Sementara itu, tingkat suku bunga pada

I/6

Page 7: BAB I · Web viewPerkembangan persetujuan PMDN dan PMA tersebut juga diikuti dengan meningkatnya persebaran investasi ke kawasan Timur Indonesia (KTI). Dari keseluruhan nilai tersebut

tahun 1996 adalah 4,3 persen, turun dibandingkan tahun 1994 dan 1995 yang masing-masing sebesar 5,2 persen dan 4,9 persen.

Ekspansi moneter tersebut mendorong peningkatan aktivitas perekonomian domestik seperti terlihat dari peningkatan konsumsi masyarakat dan investasi. Pada tahun 1996 pertumbuhan konsumsi masyarakat di negara-negara industri utama adalah sebesar 2,3 persen, lebih tinggi dari tahun 1995 yang sebesar 2,1 persen namun masih lebih rendah dari tahun 1994 yang mencapai 2,4 persen. Sementara itu, pertumbuhan investasi di negara-negara tersebut pada tahun 1996 adalah sebesar 4,7 persen, lebih tinggi dari tahun 1994 dan 1995 yang masing-masing mencapai 4,5 persen dan 3,3 persen.

Membaiknya perekonomian dunia pada tahun 1996 juga tercer- min pada stabilitas ekonomi yang mantap. Laju inflasi di negara-negara industri melambat dari 2,6 persen pada tahun 1994 dan 1995 menjadi 2,4 persen pada tahun 1996. Demikian pula halnya di negara- negara berkembang, laju inflasinya berkurang bahkan cukup tajam, yaitu dari 51,3 persen tahun 1994, kemudian turun menjadi 21,3 persen tahun 1995, dan pada tahun 1996 turun menjadi 13,1 persen. Laju inflasi di negara-negara Asia pada tahun 1996 bahkan dapat ditekan menjadi di bawah dua digit, yaitu sebesar 6,6 persen, setelah pada tahun 1994 dan 1995 masing-masing mencapai 14,7 persen dan 11,8 persen.

Dalam masa pemulihan perekonomian dunia ini, terjadi beberapa gejolak keuangan internasional. Fluktuasi mata uang yen yang cukup tajam dalam rentang waktu tiga tahun terakhir, yaitu dari awal 1994 hingga awal 1997 mempengaruhi situasi perekonomian internasional. Mata uang yen mengalami apresiasi terhadap US$ dari 103,15 pada triwulan I 1994 menjadi 84,60 pada triwulan II 1995, kemudian disusul dengan depresiasi hingga mencapai 124,05 pada triwulan I

I/7

Page 8: BAB I · Web viewPerkembangan persetujuan PMDN dan PMA tersebut juga diikuti dengan meningkatnya persebaran investasi ke kawasan Timur Indonesia (KTI). Dari keseluruhan nilai tersebut

1997. Hal ini telah mempengaruhi kinerja ekspor-impor beberapa negara termasuk Indonesia.

Dengan situasi perkembangan ekonomi internasional seperti diuraikan di atas, perekonomian Indonesia berkembang dengan man- tap. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 1996 mencapai 8,0 persen (tepatnya 7,98 persen), lebih rendah dari tahun 1995 yang mencapai 8,2 persen, tetapi lebih tinggi dari tahun 1994 yang sebesar 7,5 persen. Dengan demikian, selama tiga tahun pelaksanaan Repelita VI pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai rata-rata 7,9 persen per tahun. Tingkat pertumbuhan ekonomi tersebut melampui sasaran pertumbuhan rata-rata tahunan Repelita VI yang telah direvisi sebesar 7,1 persen per tahun.

Sementara itu, pertumbuhan penduduk dapat terus ditekan. Selama tiga tahun Repelita VI, pertumbuhan penduduk adalah 1,6 persen rata-rata per tahun. Dengan pertumbuhan ekonomi yang jauh lebih tinggi daripada pertumbuhan penduduk tersebut, pendapatan per kapita terus meningkat. Dalam periode 1994-1996, pendapatan per kapita berturut-turut meningkat dari US$ 928 pada tahun 1994 menjadi US$ 1.044 pada tahun 1995, dan terakhir adalah US$ 1.155 pada tahun 1996. Pendapatan per kapita tersebut juga telah melampaui sasaran pendapatan per kapita tahun ketiga Repelita VI yang telah direvisi, yakni sebesar US$ 1.118.

Kegiatan ekonomi yang berkembang cukup pesat tersebut dirasa- kan hasilnya oleh seluruh lapisan masyarakat. Didukung oleh program-program pengentasan kemiskinan, jumlah penduduk miskin terus berkurang. Pada tahun 1993 jumlah penduduk miskin adalah 25,9 juta orang, atau 13,7 persen dari jumlah penduduk total. Pada tahun 1996, jumlah penduduk miskin tersebut turun lebih dari 3 juta

I/8

Page 9: BAB I · Web viewPerkembangan persetujuan PMDN dan PMA tersebut juga diikuti dengan meningkatnya persebaran investasi ke kawasan Timur Indonesia (KTI). Dari keseluruhan nilai tersebut

orang sehingga menjadi 22,5 juta, atau tinggal 11,3 persen dari jumlah keseluruhan penduduk.

Perkembangan kegiatan ekonomi bukan hanya terjadi di tingkat nasional, tetapi tersebar pula di semua daerah. Pada tahun 1994 dan 1995 pertumbuhan ekonomi di kawasan timur Indonesia (KTI) dan kawasan barat Indonesia (KBI) cukup tinggi, yaitu di atas 7 persen.

Sejalan dengan prioritas pembangunan ekonomi, sektor industri pengolahan terus tumbuh melampaui sasaran Repelita VI. Pada tahun 1996, sektor industri pengolahan tumbuh sebesar 11,6 persen, lebih tinggi daripada tahun 1995 yang mencapai 10,9 persen. Industri pengolahan nonmigas mempunyai andil yang besar terhadap partum- buhan sektor industri pengolahan tersebut. Walaupun pertumbuhan industri pengolahan nonmigas pada tahun 1996 sebesar 11,7 persen lebih lambat daripada tahun 1995 yang mencapai 13,1 persen, tetapi dalam tiga tahun Repelita VI pertumbuhan industri pengolahan nonmigas rata-rata mencapai 12,8 persen per tahun, lebih tinggi daripada sasaran Repelita VI yang telah direvisi, yakni sebesar 11,3 persen.

Sementara itu, sektor pertanian masih belum berkembang sebagaimana diharapkan. Pada tahun 1996, sektor pertanian tumbuh sebesar 3,0 persen, lebih rendah dibandingkan dengan tahun 1995 yang mencapai 4,4 persen, tetapi lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 1994 yang mencapai 0,6 persen. Dengan demikian, selama tiga tahun Repelita VI pertumbuhan sektor pertanian rata-rata mencapai 2,7 persen per tahun, lebih rendah dibandingkan dengan sasaran rata-rata tahunan Repelita VI yang telah direvisi sebesar 3,3 persen. Perlambatan pertumbuhan tersebut sangat dipengaruhi oleh rendahnya pertumbuhan subsektor tanaman bahan makanan, yaitu hanya rata-rata

I/9

Page 10: BAB I · Web viewPerkembangan persetujuan PMDN dan PMA tersebut juga diikuti dengan meningkatnya persebaran investasi ke kawasan Timur Indonesia (KTI). Dari keseluruhan nilai tersebut

1,59 persen per tahun selama tiga tahun Repelita VI. Terjadinya alih fungsi lahan, terutama sawah beririgasi, belum memadainya dukungan prasarana, serta belum mantapnya kelembagaan menyebabkan subsektor tanaman bahan makanan belum berkembang dengan baik.

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi selama tiga tahun Repelita VI tidak lepas dari dukungan penyediaan prasarana ekonomi yang terus membaik yang telah memungkinkan cepatnya pertumbuhan nilai tambah yang tercipta di sektor listrik, gas, dan air bersih serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Pada tahun 1996 kedua sektor tersebut masing-masing tumbuh sebesar 12,8 persen dan 8,7 persen. Pertumbuhan sektor listrik, gas, dan air minum pada tahun 1996 tersebut lebih rendah dibandingkan dengan tahun 1995 yang mencapai 15,9 persen, tetapi lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 1994 yang sebesar 12,5 persen. Sementara itu, pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi pada tahun 1996 tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 1994 dan 1995 yang masing-masing mencapai 8,3 persen dan 8,5 persen. Dengan demikian, selama tiga tahun pertama Repelita VI pertumbuhan sektor listrik, gas, dan air bersih serta sektor pengangkutan dan komunikasi masing-masing mencapai 13,7 persen dan 8,5 persen. Pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi dalam periode tersebut melampaui sasaran rata-rata tahunan Repelita VI yang telah direvisi sebesar 7,6 persen.

Pola pertumbuhan sektoral tersebut telah makin memantapkan struktur ekonomi Indonesia menuju masyarakat industri baru. Peran sektor industri pengolahan dalam produksi nasional semakin kukuh, yaitu dari sebesar 22,3 persen dalam tahun 1993 menjadi 25,5 persen dalam tahun 1996. Sedangkan pada periode yang sama peran sektor pertanian terus menurun, yaitu dari 17,9 persen pada tahun 1993 menjadi 16,5 persen pada tahun 1996.

I/10

Page 11: BAB I · Web viewPerkembangan persetujuan PMDN dan PMA tersebut juga diikuti dengan meningkatnya persebaran investasi ke kawasan Timur Indonesia (KTI). Dari keseluruhan nilai tersebut

Ketergantungan perekonomian Indonesia pada minyak dan gas bumi juga makin berkurang seperti tercermin pada struktur produksi, ekspor, dan penerimaan negara. Peran sektor migas dalam produksi nasional terus menurun, yaitu dari 10,0 persen pada tahun 1993 menjadi 7,9 persen pada tahun 1996. Sumbangan ekspor nonmigas dalam keseluruhan ekspor terus meningkat, yaitu dari 74,4 persen dalam tahun 1993/94 menjadi 75,5 persen dalam tahun 1996/97. Sementara itu, sumbangan penerimaan nonmigas terhadap keseluruhan penerimaan dalam negeri meningkat dari 77,7 persen dalam tahun 1993/94 menjadi 79,2 persen pada tahun 1995/96, tetapi kemudian menurun pada tahun 1996/97 menjadi 76,6 persen. Penurunan peran penerimaan nonmigas pada tahun 1996/97 tersebut lebih diakibatkan oleh melonjaknya harga minyak bumi dalam beberapa waktu terakhir ini. Namun, secara absolut, penerimaan nonmigas terus meningkat, yaitu dari Rp 56,7 triliun pada tahun 1995/96 menjadi Rp 64,9 triliun pada tahun 1996/97.

Struktur yang makin kukuh juga terlihat dalam bidang tenaga kerja. Bila pada tahun 1985 jumlah pekerja, yaitu angkatan kerja yang bekerja, adalah 62,5 juta orang, maka pada tahun 1995 meningkat menjadi 78,3 juta orang. Dalam periode tersebut pertumbuhan kesempatan kerja di sektor industri pengolahan lebih cepat daripada di sektor pertanian sehingga peran sektor industri pengolahan terus meningkat sedangkan sektor pertanian menurun. Pada tahun 1985 kontribusi kesempatan kerja di sektor industri pengolahan adalah 9,3 persen, dan pada tahun 1995 meningkat menjadi 12,6 persen. Pada periode yang sama, peran sektor pertanian menurun dari 54,7 persen menjadi 43,4 persen.

Dalam mewujudkan iklim berusaha yang semakin kondusif,

berbagai kebijaksanaan deregulasi terus dilakukan, terutama di sektor riil agar kegiatan perekonomian semakin efisien dan mempunyai daya

I/11

Page 12: BAB I · Web viewPerkembangan persetujuan PMDN dan PMA tersebut juga diikuti dengan meningkatnya persebaran investasi ke kawasan Timur Indonesia (KTI). Dari keseluruhan nilai tersebut

saing yang tinggi. Selama tiga tahun pelaksanaan Repelita VI beberapa kebijaksanaan deregulasi penting telah dikeluarkan, yaitu Paket Deregulasi 27 Juni 1994, Paket Deregulasi 23 Mei 1995, Paket Deregulasi 26 Januari 1996, dan Paket Deregulasi 4 Juni 1996. Pada bulan Juli 1997 pemerintah mengeluarkan lagi paket deregulasi sebagai kelanjutan dari deregulasi-deregulasi sebelumnya. Paket deregulasi ini antara lain berisi penurunan tarif, penyederhanaan prosedur, penanaman modal, dan kebijaksanaan perkreditan. Tujuan utama keseluruhan deregulasi tersebut adalah peningkatan daya saing ekonomi Indonesia dalam menghadapi globalisasi ekonomi serta untuk memperlancar arus distribusi penyediaan berbagai barang dan jasa kebutuhan rakyat. Langkah-langkah deregulasi tersebut juga menunjukkan kesungguhan Indonesia di dalam melaksanakan kesepakatan World Trade Organization (WTO), Asia-Pasific Economic Cooperation (APEC), dan ASEAN Free Trade Agreement (AFTA) secara konsisten.

Berbagai kebijaksanaan yang ditempuh pemerintah selama ini telah mendorong gairah dunia usaha dalam melakukan investasi. Hal ini di antaranya tercermin pada nilai persetujuan penanaman modal dalam negeri (PMDN) dan penanaman modal asing (PMA) yang tetap tinggi. Pada tahun 1996/97 persetujuan PMDN mencapai Rp 105,3 triliun, meningkat 20,3 persen dari tahun sebelumnya. Sementara itu, persetujuan PMA pada tahun 1996/97 mencapai US$ 26,6 miliar. Walaupun nilai persetujuan PMA tersebut menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya, tetapi nilainya masih cukup besar.

Tingginya gairah investasi tersebut tercermin pula pada tingginya pertumbuhan realisasi investasi, khususnya pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTB). Pada tahun 1996 pertumbuhan PMTB cukup tinggi relatif terhadap tahun 1994 dan 1995 yang masing-masing mencapai 13,8 persen dan 14,0 persen. Dengan demikian, dalam tiga

I/12

Page 13: BAB I · Web viewPerkembangan persetujuan PMDN dan PMA tersebut juga diikuti dengan meningkatnya persebaran investasi ke kawasan Timur Indonesia (KTI). Dari keseluruhan nilai tersebut

tahun Repelita VI pertumbuhan PMTB rata-rata mencapai di atas 13 persen. Dengan pertumbuhan tersebut, realisasi investasi, yaitu PMTB dan perubahan stok, atas dasar harga berlaku sampai dengan tahun ketiga Repelita VI mencapai Rp 434,6 triliun. Angka realisasi tersebut melampaui sasaran kumulatif investasi sampai dengan tahun ketiga Repelita VI sebesar Rp 428,4 triliun.

Sementara itu, pengeluaran konsumsi rumah tangga tumbuh sebe- sar 9,1 persen pada tahun 1996, lebih lambat dibandingkan dengan ta- hun 1995. Pada tahun 1995 terjadi percepatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang relatif tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 1994 yang sebesar 7,8 persen. Peningkatan konsumsi rumah tangga ini telah mendorong pertumbuhan impor. Akibatnya, pada tahun 1995 pertumbuhan impor barang konsumsi mencapai 66,1 persen. Namun dengan langkah kebijaksanaan fiskal dan moneter un- tuk menekan laju permintaan domestik, laju konsumsi masyarakat dapat dikendalikan. Hal ini pada gilirannya dapat menekan laju per- tumbuhan impor barang konsumsi pada tahun 1996, yakni menjadi sebesar 18,2 persen.

Di sisi lain, perkembangan ekspor masih belum memperlihatkan gambaran yang membaik. Pertumbuhannya masih di bawah sasaran Repelita VI dan lebih lambat dari pertumbuhan impor. Pada tahun 1996/97 ekspor hanya tumbuh sebesar 9,0 persen, lebih rendah dari tahun 1995/96 yang mencapai 13,3 persen. Perlambatan tersebut sangat dipengaruhi oleh melambatnya ekspor nonmigas yang pada tahun 1996/97 hanya tumbuh sebesar 5,7 persen, jauh lebih rendah daripada tahun 1995/96 yang mencapai 17,1 persen. Kurang berkem- bangnya ekspor Indonesia belakangan ini disebabkan oleh permintaan dunia yang masih belum pulih dari kelesuan, makin ketatnya per- saingan terutama untuk produk-produk industri padat karya, serta makin merebaknya isu lingkungan terhadap produk-produk hasil

I/13

Page 14: BAB I · Web viewPerkembangan persetujuan PMDN dan PMA tersebut juga diikuti dengan meningkatnya persebaran investasi ke kawasan Timur Indonesia (KTI). Dari keseluruhan nilai tersebut

hutan. Melambatnya kinerja ekspor dialami pula oleh negara-negara "emerging markets" di Asia, seperti Thailand, Korea Selatan, Taiwan, dan Malaysia.

Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dalam tahun 1994 dan 1995 ternyata disertai memanasnya suhu perekonomian. Hal ini tercermin dari cukup tingginya laju inflasi dan defisit transaksi berjalan. Dalam tahun 1994/95 dan tahun 1995/96 laju inflasi masing- masing mencapai 8,6 persen dan 8,9 persen. Sedangkan defisit transaksi berjalan mencapai US$ 3,5 miliar pada tahun 1994/95 dan US$ 7,0 miliar pada tahun 1995/96.

Dengan berbagai langkah efisiensi dan pengetatan di bidang fiskal dan moneter serta deregulasi di sektor riil, suhu perekonomian yang tinggi tersebut dapat dikendalikan. Di sisi keuangan negara, anggaran pendapatan dan belanja negara selama tiga tahun pelaksanaan Repelita VI disusun dengan prinsip kehati-hatian dan penajaman prioritas pembangunan guna menjaga stabilitas ekonomi. Sementara itu, kebijakan pengetatan di sektor moneter melalui pengendalian jumlah uang beredar terus dilakukan agar permintaan domestik tidak melebihi kemampuan produksi nasional. Pengendalian tersebut dilaku- kan di antaranya dengan memperbesar giro wajib minimum bank umum dan mendorong peningkatan efisiensi lembaga keuangan.

Langkah-langkah tersebut di atas telah dapat menekan laju inflasi sehingga pada tahun 1996 mencapai 6,5 persen, dan bahkan pada tahun 1996/97 hanya mencapai 5,2 persen, lebih rendah dari rata-rata sasaran Repelita VI yang telah direvisi sebesar 6,7 persen. Meskipun demikian, defisit transaksi berjalan masih terus membesar menjadi US$ 8,1 miliar pada tahun 1996/97. Besarnya defisit tersebut terutama disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan ekspor nonmigas

I/14

Page 15: BAB I · Web viewPerkembangan persetujuan PMDN dan PMA tersebut juga diikuti dengan meningkatnya persebaran investasi ke kawasan Timur Indonesia (KTI). Dari keseluruhan nilai tersebut

serta masih tingginya pertumbuhan impor walaupun telah mengalami perlambatan.

Keberhasilan pembangunan nasional tidak saja didukung oleh stabilitas ekonomi makro, tetapi juga oleh situasi politik dan keamanan yang terkendali dengan mantap. Stabilitas dalam negeri yang mantap dan dinamis ini telah mendorong pembangunan di segala bidang, termasuk penyediaan kebutuhan pokok rakyat.

Penyediaan beras, daging, telur, dan ikan per kapita masing-masing telah meningkat dari 151,8 kg; 7,9 kg; 3,4 kg; dan 15,5 kg pada tahun 1995 menjadi 158,6 kg; 8,4 kg; 3,5 kg; dan 16,4 kg pada tahun 1996. Dengan perkembangan penyediaan pangan tersebut, ketersediaan energi dan protein per kapita per hari terus membaik, dan telah melampaui angka kecukupan yang dianjurkan yaitu 2.500 kilokalori energi dan 55 gram protein. Pada tahun 1996, ketersediaan energi telah mencapai 3.208 kilokalori per kapita per hari, sedangkan ketersediaan protein mencapai 73,1 gram per kapita per hari.

Berbagai hasil dan upaya pembangunan yang beberapa pokoknya telah diuraikan di atas, secara lebih terinci akan diuraikan pada bagian selanjutnya dalam bab ini dan secara lebih dalam dijelaskan pada bab- bab berikutnya dalam lampiran pidato ini.

Dalam bidang keuangan negara, pada tahun ketiga Repelita VI sumber-sumber pembiayaan nasional melalui anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN), terutama yang bersumber dari dalam negeri, terus meningkat. Dalam tahun 1996/97, penerimaan dalam negeri meningkat sebesar 14,6 persen dari tahun sebelumnya, yakni mencapai Rp 84.792,1 miliar. Sementara itu, bantuan luar negeri mengalami penurunan dari Rp 11.170,0 miliar pada tahun 1995/96 menjadi Rp 11.048,1 miliar pada tahun 1996/97. Perkembangan ini

I/15

Page 16: BAB I · Web viewPerkembangan persetujuan PMDN dan PMA tersebut juga diikuti dengan meningkatnya persebaran investasi ke kawasan Timur Indonesia (KTI). Dari keseluruhan nilai tersebut

sejalan dengan arah kebijaksanaan pembangunan nasional bahwa kita harus semakin mengandalkan pembiayaan pembangunan pada sumber- sumber dalam negeri, sedangkan sumber dana dari bantuan luar negeri semata-mata hanyalah sebagai pelengkap saja.

Dari sisi belanja negara, pengeluaran rutin meningkat dari Rp 52.540,9 miliar pada tahun 1995/96 menjadi Rp 61.568,0 miliar pada tahun 1996/97 atau meningkat sekitar 17,2 persen. Apabila dibanding- kan dengan tahun 1993/94, maka pengeluaran rutin tahun 1996/97 mengalami kenaikan sebesar 52,8 persen atau rata-rata naik 15,2 per- sen per tahun dalam tiga tahun Repelita VI. Kenaikan pengeluaran ru- tin tersebut terutama disebabkan oleh meningkatnya belanja pegawai sesuai dengan upaya peningkatan kesejahteraan aparatur negara, per- cepatan pembayaran hutang luar negeri, serta meningkatnya kebu- tuhan operasi dan pemeliharaan proyek-proyek yang sudah selesai dibangun, yang jumlahnya makin besar dan tersebar di seluruh tanah air.

Walaupun anggaran pengeluaran rutin meningkat dengan cepat, tabungan pemerintah pada tahun 1996/97 masih dapat meningkat menjadi Rp 23.224,2 miliar atau naik 22,1 persen dari tahun sebelumnya. Besarnya peningkatan tabungan pemerintah ini jauh lebih tinggi dari pada peningkatan tahun 1995/96 yang hanya sekitar 4,5 persen. Sedangkan apabila dibandingkan dengan tahun 1993/94, besarnya tabungan pemerintah tersebut mengalami kenaikan 46,8 persen. Hal ini berarti bahwa selama tiga tahun Repelita VI tabungan pemerintah rata-rata naik sebesar 13,6 persen per tahun.

Dalam tahun 1996/97, kebijaksanaan moneter tetap diarahkan untuk mengendalikan permintaan dalam negeri agar tumbuh dalam batas-batas yang aman, sesuai dengan pertumbuhan produksi nasional. Langkah tersebut dilaksanakan antara lain melalui pengendalian uang

I/16

Page 17: BAB I · Web viewPerkembangan persetujuan PMDN dan PMA tersebut juga diikuti dengan meningkatnya persebaran investasi ke kawasan Timur Indonesia (KTI). Dari keseluruhan nilai tersebut

beredar seperti operasi pasar terbuka (OPT). Selain itu, pengendalian uang beredar juga dilakukan melalui imbauan (moral suasion) kepada perbankan untuk mengendalikan ekspansi kredit sesuai dengan kemampuannya agar tercapai sinergi perkembangan perekonomian nasional dan kinerja perbankan.

Kebijaksanaan moneter yang berhati-hati dalam tahun anggaran 1996/97 tersebut terlihat dari pertumbuhan likuiditas (M2) sebesar 26,7 persen, yang lebih rendah dari pertumbuhan tahun 1995/96 sebesar 28 persen, tetapi lebih tinggi dari pertumbuhan tahun 1993/94 dan 1994/95. Pertumbuhan likuiditas, yang meliputi perubahan jumlah uang beredar dan uang kuasi, selama tiga tahun pelaksanaan Repelita VI terutama berasal dari sektor dalam negeri yaitu pemberian kredit pada perusahaan swasta dan perorangan. Pada tahun 1996/97 pemberian kredit tersebut mencapai Rp 58,4 triliun, atau meningkat 23 persen dibandingkan dengan jumlah kredit tahun 1995/96 yang sebesar Rp 45,1 triliun. Dalam tahun 1995/96 dan 1996/97, sektor luar negeri turut pula memberikan efek ekspansi terhadap likuiditas masing-masing sebesar Rp 9,1 triliun dan Rp 15,2 triliun. Ekspansi aktiva luar negeri bersih yang tinggi tersebut mencerminkan makin mantapnya kondisi fundamental perekonomian nasional yang tercermin dari pertumbuhan ekonomi yang tetap tinggi dan laju inflasi yang menurun sehingga menjadi daya tarik investor asing.

Untuk mengurangi dampak negatif dari gejolak yang tinggi dari

arus modal asing jangka pendek, antara lain diupayakan peningkatan fleksibilitas nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat dengan memperlebar spread kurs intervensi. Selain itu ketentuan mengenai penerimaan pinjaman komersial luar negeri (PKLN) oleh bank dan badan usaha bukan bank disempurnakan yang berlaku mulai bulan Maret 1997. Langkah lain yang juga ditempuh adalah mengupayakan

I/17

Page 18: BAB I · Web viewPerkembangan persetujuan PMDN dan PMA tersebut juga diikuti dengan meningkatnya persebaran investasi ke kawasan Timur Indonesia (KTI). Dari keseluruhan nilai tersebut

perbedaan suku bunga dalam negeri dan suku bunga luar negeri pada tingkat yang wajar.

Dalam upaya untuk menciptakan sistem perbankan nasional yang sehat dan andal, pada tahun 1996/97 perbankan terus didorong untuk melakukan konsolidasi dengan memperkuat kondisi keuangan dan mempersiapkan diri menghadapi liberalisasi sektor keuangan. Merger antarbank merupakan salah satu upaya yang disarankan untuk memperkukuh struktur perbankan. Berbagai langkah lain juga dilaku- kan seperti pemantapan praktek kehati-hatian dan self regulatory principles, peningkatan kualitas penerapan manajemen resiko, pening- katan kualitas sumber daya manusia, dan pengadaan infrastruktur yang diperlukan, termasuk penerapan teknologi. Penerbitan Peraturan Pemerintah No. 68 tahun 1996 tentang likuidasi bank pada bulan Desember 1996 telah makin memperjelas pengaturan kegiatan operasional perbankan dan mempertegas prinsip mengutamakan kepentingan masyarakat bila terjadi likuidasi suatu bank.

Lembaga keuangan lainnya yang meliputi perusahaan pembiaya- an, asuransi, dana pensiun, pegadaian, dan pasar modal berkembang pesat dalam tahun 1996/97. Perkembangan ini didorong oleh mening- katnya kegiatan investasi di dalam negeri dengan dana yang semakin besar dan alternatif pendanaan yang makin beragam. Hal ini antara lain tercermin pada melonjaknya kegiatan perusahaan reksadana di pasar modal yang hingga akhir tahun 1996/97 berhasil menghimpun dana sebesar Rp 3,7 triliun dibandingkan dengan Rp 300 miliar tahun 1995/96. Peningkatan kegiatan reksa dana ini turut mendorong peningkatan pangsa investor domestik dalam perdagangan saham dari 34 persen tahun 1995/96 menjadi 45,5 persen pada tahun 1996/97.

I/18

Page 19: BAB I · Web viewPerkembangan persetujuan PMDN dan PMA tersebut juga diikuti dengan meningkatnya persebaran investasi ke kawasan Timur Indonesia (KTI). Dari keseluruhan nilai tersebut

Perkembangan pembangunan nasional tidak terlepas dari hubungan ekonomi dengan negara lain, yang seluruh transaksinya tercatat dalam neraca pembayaran.

Dalam tahun 1996/97 nilai ekspor secara keseluruhan meningkat sebesar 9,0 persen menjadi US$ 52,0 miliar dari US$ 47,7 miliar pada tahun 1995/96. Laju pertumbuhan tersebut menurun dibanding- kan dengan kenaikan sebesar 13,3 persen dalam tahun 1995/96. Melambatnya pertumbuhan ekspor dalam tahun 1996/97 tersebut di- sebabkan menurunnya laju pertumbuhan ekspor nonmigas dari 17,1 persen menjadi 5,7 persen. Sementara itu, sejalan dengan naiknya harga minyak bumi di pasaran internasional, pertumbuhan nilai ekspor minyak bumi dan gas alam cair (LNG) termasuk gas minyak bumi cair (LPG) mengalami percepatan masing-masing dari 3,4 persen menjadi 15,1 persen dan dari -1,1 persen menjadi 28,7 persen. Dengan demikian peranan ekspor nonmigas dalam nilai ekspor keseluruhan sedikit menurun dari 77,8 persen dalam tahun 1995/96 menjadi 75,5 persen dalam tahun 1996/97.

Sementara itu, dalam tahun 1996/97 nilai impor (fob) secara keseluruhan pertumbuhannya melambat dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu dari 21,6 persen pada tahun 1995/96 menjadi 10,4 persen pada tahun 1996/97. Penurunan laju pertumbuhan impor ini terutama berasal dari melambatnya pertumbuhan impor nonmigas dari 23,4 persen menjadi 9,4 persen. Di sisi lain, sejalan dengan meningkatnya konsumsi dalam negeri untuk keperluan angkutan dan industri, laju pertumbuhan impor migas mengalami peningkatan dari 7,1 persen menjadi 20,2 persen.

Pengeluaran devisa neto untuk jasa-jasa mengalami peningkatan sebesar 7,9 persen atau meningkat dari US$ 13,2 miliar pada tahun 1995/96 menjadi US$ 14,3 miliar pada tahun 1996/97. Defisit

I/19

Page 20: BAB I · Web viewPerkembangan persetujuan PMDN dan PMA tersebut juga diikuti dengan meningkatnya persebaran investasi ke kawasan Timur Indonesia (KTI). Dari keseluruhan nilai tersebut

transaksi jasa yang cukup besar ini terjadi pada jasa pengangkutan barang impor dan pembayaran bunga hutang luar negeri. Sementara itu, penerimaan devisa dari jasa-jasa, di luar jasa-jasa sektor migas, masih bertumpu pada sektor pariwisata dan pendapatan dari tenaga kerja Indonesia di luar negeri.

Dengan perkembangan seperti itu, defisit transaksi berjalan meningkat dari US$ 7,0 miliar atau sekitar 3,4 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) pada tahun 1995/96 menjadi sebesar US$ 8,1 miliar atau sekitar 3,5 persen terhadap PDB pada tahun 1996/97. Meskipun meningkat, defisit transaksi berjalan tersebut masih dalam batas-batas yang aman.

Bersamaan dengan defisit transaksi berjalan yang membesar, arus modal bersih yang masuk menunjukkan peningkatan. Di sektor swasta, pemasukan modal lain bersih meningkat dari US$ 11,7 miliar pada tahun 1995/96 menjadi US$ 11,9 miliar pada tahun 1996/97. Peningkatan ini terutama berasal dari peningkatan investasi langsung (PMA), yaitu dari US$ 7,1 miliar pada tahun 1995/96 menjadi US$ 8,6 miliar pada tahun 1996/97. Di sektor pemerintah, realisasi pinjaman luar negeri mengalami penurunan dari US$ 5,7 miliar pada tahun 1995/96 menjadi US$ 5,4 miliar pada tahun 1996/97, sedangkan pelunasan pinjaman pemerintah meningkat dari US$ 5,9 miliar pada tahun 1995/96 menjadi US$ 6,1 miliar pada tahun 1996/97.

Dari keseluruhan gambaran neraca pembayaran di atas, maka jumlah cadangan devisa meningkat sebesar US$ 3,9 miliar dari US$ 16,0 miliar pada akhir tahun 1995/96 menjadi US$ 19,9 miliar pada akhir tahun 1996/97. Jumlah cadangan devisa tersebut cukup untuk membiayai impor (c&f) nonmigas selama 5,2 bulan.

I/20

Page 21: BAB I · Web viewPerkembangan persetujuan PMDN dan PMA tersebut juga diikuti dengan meningkatnya persebaran investasi ke kawasan Timur Indonesia (KTI). Dari keseluruhan nilai tersebut

Sementara itu, untuk menjaga kesinambungan penciptaan lapangan kerja kegiatan pembangunan di bidang ketenagakerjaan terus dilanjutkan dengan dukungan pembinaan iklim bagi perluasan lapang- an kerja, peningkatan efisiensi dan produktivitas, pendayagunaan tenaga kerja produktif, peningkatan kualitas tenaga kerja, serta pengembangan kesejahteraan tenaga kerja.

Dalam rangka memperluas lapangan kerja produktif dan mengu- rangi pengangguran, khususnya di kalangan tenaga kerja terdidik, antara lain dilakukan upaya pemanfaatan tenaga kerja sarjana dan non sarjana menjadi tenaga kerja mandiri profesional (TKMP). Pada tahun 1996/97 telah dilaksanakan pendayagunaan dan pembinaan TKMP sebanyak 5.484 orang. Untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja, dilanjutkan dan ditingkatkan pelatihan keterampilan melalui balai-balai latihan kerja (BLK) dan kursus-kursus latihan kerja (KLK), dengan mengikutsertakan dunia usaha. Pada tahun 1996/97, telah dilatih tenaga kerja melalui berbagai keterampilan sebanyak 96.928 orang.

Peningkatan kesejahteraan tenaga kerja diupayakan antara lain melalui penetapan kenaikan upah minimum regional (UMR), yang secara bertahap menunjukkan peningkatan yang cukup berarti. Pada tahun 1996, UMR telah mencapai rata-rata sebesar Rp 4.088 per hari, yang berarti 92,5 persen dari kebutuhan hidup minimum (KHM).

Keberhasilan pembangunan pertanian juga ditunjukkan oleh pe- ningkatan ketersediaan pangan. Ketersediaan beras, jagung, ubi kayu, daging, telur, dan ikan terus meningkat. Peningkatan yang pesat terjadi pada ketersediaan jagung yang meningkat sebesar 30,5 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Seiring dengan perkembangan tersebut, ketersediaan rata-rata energi dan protein per kapita per hari juga menunjukkan peningkatan, yakni masing-masing menjadi 3.208 kilokalori energi dan 73,1 gram protein. Angka ini

I/21

Page 22: BAB I · Web viewPerkembangan persetujuan PMDN dan PMA tersebut juga diikuti dengan meningkatnya persebaran investasi ke kawasan Timur Indonesia (KTI). Dari keseluruhan nilai tersebut

sudah melampaui angka ketersediaan yang dianjurkan, yaitu 2.500 kilokalori energi dan 55 gram protein per kapita per hari.

Rata-rata konsumsi energi dan protein per kapita per hari selama tiga tahun terakhir juga meningkat dengan rata-rata kenaikan masing- masing sebesar 2,4 persen dan 6,2 persen per tahun. Pada tahun 1996, konsumsi energi dan protein masing-masing telah mencapai 2.019,8 kilokalori per kapita per hari dan 54,5 gram per kapita per hari. Dengan demikian, konsumsi energi telah semakin menuju pada angka konsumsi yang dianjurkan yaitu sebesar 2.150 kilokalori per kapita per hari, sedangkan konsumsi protein telah melampaui angka kecukupan konsumsi protein yang dianjurkan, yaitu 46,2 gram per kapita per hari.

Pangan yang siap dikonsumsi baik dalam jumlah, kualitas, keragaman, maupun keseimbangan diukur dengan skor pola pangan harapan (PPH), pada tahun 1996 telah mencapai 71,7. Skor PPH tersebut sudah mendekati sasaran skor mutu pangan sebesar 72,0 yang diharapkan tercapai pada akhir Repelita VI.

Sementara itu, kebijaksanaan penetapan harga dasar gabah bertujuan agar pendapatan nyata petani senantiasa meningkat sehingga petani tetap terdorong untuk meningkatkan produksi. Harga dasar gabah terus ditingkatkan dengan tetap memperhatikan perkembangan biaya produksi termasuk harga barang dan jasa yang dibutuhkan petani. Harga dasar gabah kering panen (GKP), gabah kering simpan (GKS), dan gabah kering giling (GKG) yang ditetapkan pada tahun 1996 meningkat masing-masing sebesar 15,8 persen, 13,2 persen dan 12,5 persen dibandingkan dengan harga dasar gabah pada tahun 1995, sehingga menjadi Rp 330, Rp 385, dan Rp 450 per kilogram.

I/22

Page 23: BAB I · Web viewPerkembangan persetujuan PMDN dan PMA tersebut juga diikuti dengan meningkatnya persebaran investasi ke kawasan Timur Indonesia (KTI). Dari keseluruhan nilai tersebut

Erat kaitannya dengan ketersediaan pangan adalah perbaikan gizi masyarakat. Kebijaksanaan perbaikan gizi dalam Repelita VI diarahkan untuk meningkatkan status gizi masyarakat sebagai salah satu tolok ukur kualitas sumber daya manusia. Untuk itu, upaya perbaikan gizi dilanjutkan dengan meningkatkan penyuluhan gizi pada masyarakat; meningkatkan kegiatan penanggulangan masalah gizi kurang seperti gangguan akibat kekurangan iodium (GAKI), anemia gizi besi (AGB) terutama pada ibu hamil, wanita pekerja, dan balita; menanggulangi kurang vitamin A (KVA) dan kurang energi protein (KEP); meningkatkan kualitas dan kuantitas pengelolaan upaya perbaikan gizi melalui peningkatan jumlah dan mutu tenaga gizi yang profesional untuk berbagai jenjang dan tingkatan; meningkatkan kegiatan penelitian unggulan, pengembangan penerapan teknologi pascapanen untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pangan yang beraneka ragam dan bergizi; dan meningkatkan kemitraan antara dunia usaha, dunia pendidikan, masyarakat, lembaga kemasyarakatan, dan pemerintah.

Upaya perbaikan gizi masyarakat, dilakukan melalui pemberian kapsul iodium kepada sekitar 10,5 juta penduduk yang tinggal di daerah endemik dan pemberian tablet besi kepada 2,6 juta ibu hamil beresiko tinggi terutama di desa-desa tertinggal. Selain itu, telah dilaksanakan penyuluhan gizi di 250,3 ribu posyandu. Penanggulangan masalah kekurangan vitamin A, antara lain dilakukan melalui penyediaan kapsul vitamin A bagi 12,6 juta anak balita.

Dalam rangka mengatasi masalah gizi anak sekolah, pada tahun 1996/97 program makanan tambahan anak sekolah (PMT-AS) telah dikembangkan menjadi program nasional. Sasaran program ini adalah seluruh sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah (SD/MI) di desa Inpres Desa Tertinggal (IDT) di luar Jawa dan Bali yang mencakup 175 kabupaten, 14.445 desa IDT, 18.518 SD/MI, dan sekitar 2,3 juta

I/23

Page 24: BAB I · Web viewPerkembangan persetujuan PMDN dan PMA tersebut juga diikuti dengan meningkatnya persebaran investasi ke kawasan Timur Indonesia (KTI). Dari keseluruhan nilai tersebut

orang murid. Program ini dilancarkan dalam upaya mendukung pelaksanaan program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun.

Faktor penting yang ikut menentukan keberhasilan pembangunan nasional adalah peningkatan investasi. Perkembangan investasi dewasa ini mencerminkan iklim berusaha yang semakin kondusif dan telah menciptakan peluang usaha yang semakin luas. Perkembangan demi- kian tercermin dengan meningkatnya kegairahan investasi swasta dalam PMDN dan PMA, termasuk meningkatnya penanaman modal di KTI. Pada tahun ketiga Repelita VI persetujuan penanaman modal dalam negeri (PMDN) mencapai nilai sebesar Rp 105,3 triliun atau meningkat 20,3 persen dari tahun sebelumnya. Nilai persetujuan PMA yang berjumlah US$ 26,6 miliar masih merupakan nilai yang cukup besar meskipun relatif menurun dibandingkan nilai persetujuan investasi tahun sebelumnya.

Sektor industri pengolahan memperoleh porsi yang paling besar dalam keseluruhan nilai persetujuan PMDN dan PMA, terutama untuk industri kimia, kertas, makanan dan logam dasar. Dengan tambahan persetujuan tersebut, selama tiga tahun Repelita VI telah dikeluarkan persetujuan PMDN dan PMA dengan nilai investasi masing-masing sebesar Rp 245,8 triliun dan US$ 98,6 miliar. Perkembangan persetujuan PMDN dan PMA tersebut juga diikuti dengan meningkatnya persebaran investasi ke kawasan Timur Indonesia (KTI). Dari keseluruhan nilai tersebut di atas, sebesar 22,1 persen dan 18,0 persen masing-masing merupakan rencana investasi PMDN dan PMA di KTI.

Sejalan dengan meningkatnya irama pembangunan, peran dunia usaha nasional yang meliputi koperasi, usaha negara, dan usaha swasta menunjukkan perkembangan yang semakin mantap dalam

I/24

Page 25: BAB I · Web viewPerkembangan persetujuan PMDN dan PMA tersebut juga diikuti dengan meningkatnya persebaran investasi ke kawasan Timur Indonesia (KTI). Dari keseluruhan nilai tersebut

memacu pertumbuhan ekonomi, pemerataan pendapatan, dan perluas- an kegiatan ekonomi di daerah-daerah.

Badan usaha koperasi sebagai wadah gerakan ekonomi rakyat terus dikembangkan dengan makin mantapnya organisasi koperasi dan meluasnya jaringan usaha serta meningkatnya kemampuan untuk melayani anggota koperasi dan masyarakat sekitarnya. Sampai tahun 1996 telah dibentuk 49,1 ribu unit koperasi dengan anggota sebanyak 27,1 juta orang. Dari segi perkembangan kualitasnya, sampai dengan tahun 1996 telah berkembang sebanyak 9,6 ribu koperasi menjadi koperasi mandiri, di antaranya terdapat 312 KUD yang telah berkembang menjadi KUD Mandiri Inti. Sementara itu, sebanyak 4.696 koperasi telah memiliki omzet rata-rata di atas Rp 1 miliar per tahun dan telah tergolong sebagai usaha menengah.

Perkembangan usaha koperasi ditandai pula oleh kenaikan dalam jumlah modal usaha, jumlah simpanan anggota, dan nilai usaha. Jumlah modal usaha koperasi pada tahun 1996 telah mencapai Rp 6,6 triliun dengan jumlah simpanan anggota sebesar Rp 3,3 triliun. Hal ini berarti terjadi peningkatan masing-masing sebesar 10,0 persen dan 16,0 persen dari tahun sebelumnya. Sejalan dengan itu, nilai usaha koperasi juga meningkat sebesar 16,6 persen dari tahun sebelumnya menjadi Rp 12,6 triliun pada tahun 1996. Penyaluran kredit bagi koperasi seperti kredit kepada koperasi primer untuk anggota (KKPA), kredit usaha tani (KUT), dan kredit kepada KUD (KKUD) terus meningkat serta telah mendukung upaya koperasi dan anggotanya dalam memanfaatkan peluang usaha yang terbuka. Pada tahun 1996, penyaluran KKPA mencapai Rp 1.052,1 miliar atau meningkat 76,2 persen dari tahun sebelumnya. Di samping itu, pada tahun tersebut penyaluran KUT dan KKUD masing-masing mencapai Rp 312,4 miliar dan Rp 98,7 miliar.

I/25

Page 26: BAB I · Web viewPerkembangan persetujuan PMDN dan PMA tersebut juga diikuti dengan meningkatnya persebaran investasi ke kawasan Timur Indonesia (KTI). Dari keseluruhan nilai tersebut

Perkembangan usaha kecil terus meningkat dengan didukung oleh berbagai skim dan fasilitas pembiayaan, antara lain dalam bentuk kredit usaha kecil (KUK) termasuk kredit umum pedesaan (kupedes). Penyaluran KUK sampai dengan akhir tahun 1996 mencapai Rp 49,3 triliun atau meningkat 20,4 persen dari tahun sebelumnya. Peningkatan KUK ini juga diikuti peningkatan jumlah nasabah KUK sebesar 14,1 persen menjadi 7,4 juta orang. Dalam pada itu penyaluran kupedes meningkat sebesar 22,0 persen menjadi Rp 4,1 triliun dengan jumlah nasabah mencapai 2,5 juta orang atau meningkat 8,7 persen dari tahun sebelumnya. Sumber permodalan bagi pengembangan usaha kecil dalam bentuk modal ventura menunjukkan perkembangan yang sangat pesat, yaitu meningkat lebih dari 46 kali lipat dari tahun sebelumnya sehingga nilai penyertaan modal oleh perusahaan modal ventura pada usaha kecil telah mencapai Rp 260 miliar pada tahun 1996. Sementara itu peran serta BUMN dalam pembinaan usaha kecil dan koperasi diwujudkan dalam bentuk penyaluran dana 1-3 persen dari laba setelah pajak. Sampai tahun 1996 jumlah dana BUMN yang disalurkan untuk usaha kecil dan koperasi mencapai Rp 753 miliar atau meningkat 29,3 persen dari tahun sebelumnya. Penyaluran dana ini digunakan untuk membina 93,5 ribu pengusaha kecil dan 24,5 ribu unit koperasi.

Dalam pada itu, perkembangan BUMN juga menunjukkan kinerja yang semakin efisien dan produktif sebagai hasil dari langkah- langkah restrukturisasi usaha dan organisasi yang telah dirintis sejak Repelita V. Dari hasil kegiatan usahanya, sumbangan BUMN terhadap penerimaan negara pada tahun 1996/97 yang berupa pajak penghasilan mencapai sebesar Rp 2,3 triliun dan penerimaan bukan pajak mencapai sebesar Rp 1,9 triliun atau masing-masing meningkat 12,5 persen dan 26,7 persen dari tahun sebelumnya. Walaupun sumbangan BUMN terhadap penerimaan negara mengalami peningkatan, tetapi sumbangannya dalam pajak penghasilan menurun,

I/26

Page 27: BAB I · Web viewPerkembangan persetujuan PMDN dan PMA tersebut juga diikuti dengan meningkatnya persebaran investasi ke kawasan Timur Indonesia (KTI). Dari keseluruhan nilai tersebut

yaitu dari 9,9 persen pada tahun 1995/96 menjadi 9,6 persen pada tahun 1996/97. Sementara itu, sumbangan BUMN dalam penerimaan bukan pajak meningkat dari 18,9 persen pada tahun 1995/96 menjadi 25,8 persen pada tahun 1996/97.

Pembangunan perdagangan dalam negeri diarahkan untuk mencip- takan sistem perdagangan nasional yang lebih efisien dan efektif, serta makin meluas dan mantapnya sistem distribusi. Secara bertahap sistem perdagangan semakin disempurnakan sehingga menjadi lebih trans- paran dan kompetitif serta makin berorientasi kepada pasar. Sampai dengan tahun ketiga Repelita VI telah dilakukan pemantapan tata niaga beberapa komoditas yang masih dianggap strategis bagi kepentingan rakyat dalam upaya memperlancar arus barang dan jasa.

Pada tahun 1996 pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran adalah sebesar 8,0 persen, sehingga peranannya terhadap PDB telah mencapai 16,7 persen. Dengan demikian selama tiga tahun Repelita VI, sektor perdagangan, hotel, dan restoran telah tumbuh dengan rata-rata sebesar 7,9 persen per tahun. Seiring dengan itu, pada tahun 1995 sektor perdagangan telah mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 13,7 juta orang atau 17,5 persen dari keseluruhan jumlah tenaga kerja.

Dalam upaya meningkatkan daya saing dan nilai tambah produk nasional, pembangunan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) terus ditingkatkan dan telah menghasilkan berbagai kemajuan. Melalui program teknik produksi dan teknologi, dalam tahun 1996/97 telah dihasilkan 4 varietas unggul padi dan 4 varietas unggul palawija. Selain itu, telah dihasilkan prototipe berbagai jenis peralatan mutakhir antara lain alat pengering bahan baku makanan instan, alat diagnostik kelainan fungsi ginjal (renograf), stepping motor, turbin uap berskala kecil, dan instrumen kendali pada industri.

I/27

Page 28: BAB I · Web viewPerkembangan persetujuan PMDN dan PMA tersebut juga diikuti dengan meningkatnya persebaran investasi ke kawasan Timur Indonesia (KTI). Dari keseluruhan nilai tersebut

Pembangunan kelautan diarahkan pada pendayagunaan sumber daya laut dan dasar laut serta pemanfaatan fungsi wilayah laut nasional, termasuk zona ekonomi eksklusif (ZEE) yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat serta memperluas kesem- patan usaha dan lapangan kerja. Dalam pembangunan kelautan ini, pada tahun 1996/97, telah dihasilkan data potensi sumber daya kelautan yang meliputi flora dan fauna di beberapa perairan Indonesia, dan pengembangan teknik budidaya biota laut. Selain itu melalui Konvensi Nasional Pembangunan Benua Maritim Indonesia telah dihasilkan kerangka dasar pembangunan kelautan sebagai aktualisasi Wawasan Nusantara, dan telah pula diselesaikan peta batimetri wilayah laut terluar di Selatan Jawa Barat dan verifikasi titik-titik pangkal Selatan Pulau Jawa, Barat Pulau Sumatera, dan Selat Malaka dalam rangka penetapan batas laut nasional.

Pembangunan kedirgantaraan ditujukan pada upaya memperoleh pengakuan internasional atas hak penggunaan wilayah dirgantara nasional dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menghasilkan produk dan jasa kedirgantaraan. Dalam tahun 1996/97, pembangunan kedirgantaraan telah menghasilkan pengakuan internasional atas kinerja pesawat terbang N250 buatan Indonesia melalui berbagai uji coba baik di dalam negeri maupun di luar negeri, pengetahuan tentang pemanfaatan teknologi inderaja seperti untuk pembuatan peta rupa bumi berbagai skala, peta citra, dan peta digital untuk kebutuhan perencanaan dengan menggunakan sistem informasi geografis.

Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional diupayakan untuk lebih memeratakan pembangunan dan hasil-hasilnya. Untuk itu, upaya pembangunan daerah dilakukan antara lain melalui peningkatan kemampuan keuangan daerah termasuk pemberian bantuan dana pembangunan daerah, di samping

I/28

Page 29: BAB I · Web viewPerkembangan persetujuan PMDN dan PMA tersebut juga diikuti dengan meningkatnya persebaran investasi ke kawasan Timur Indonesia (KTI). Dari keseluruhan nilai tersebut

pembangunan berbagai prasarana di daerah dan peningkatan kemampuan aparatur dan kelembagaan daerah.

Kemampuan daerah dalam pembiayaan pembangunan telah menunjukkan peningkatan yang cukup berarti. Dalam kurun waktu 1994/95 sampai dengan 1996/97, realisasi penerimaan asli daerah (PAD) meningkat dengan laju pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 16,3 persen, yaitu dari Rp 3.010,3 miliar dalam tahun 1994/95 menjadi Rp 4.071,3 miliar dalam tahun 1996/97. Dengan meningkatnya PAD tersebut, maka peran pembiayaan pemerintah pusat melalui bantuan pembangunan daerah tingkat I (Inpres dati I) telah semakin menurun. Peranan bantuan pembangunan daerah tingkat I terhadap APBD tingkat I menurun dari 41,7 persen pada tahun 1995/96 menjadi 34,0 persen pada tahun 1996/97, meskipun besarnya bantuan pembangunan dati I secara nominal meningkat dari Rp 1.339,6 miliar pada tahun 1995/96 menjadi Rp 1.421,2 miliar pada tahun 1996/97, atau meningkat sebesar 6,1 persen.

Sumber penerimaan keuangan pemerintah dati I lainnya, selain bantuan pembangunan dati I dan pendapatan asli daerah (PAD), adalah penerimaan bagi hasil pajak dan bukan pajak yang sebagian besar berasal dari pajak bumi dan bangunan (PBB). Penerimaan PBB untuk dati I meningkat dari sebesar Rp 1.686,9 miliar pada tahun 1994/95 menjadi Rp 1.909 miliar pada tahun 1995/96 atau naik 13,1 persen, dan pada tahun 1996/97 meningkat lagi menjadi Rp 2.437,6 miliar, atau meningkat sebesar 27,6 persen dari tahun sebelumnya.

Untuk mendukung perkembangan perekonomian daerah telah ditingkatkan prasarana jalan dan jembatan di seluruh dati I. Pada tahun 1995/96 telah dialokasikan dana bantuan peningkatan jalan propinsi sebesar Rp 430,6 miliar yang digunakan untuk meningkatkan jalan propinsi sepanjang 3.685 kilometer, serta mengganti dan

I/29

Page 30: BAB I · Web viewPerkembangan persetujuan PMDN dan PMA tersebut juga diikuti dengan meningkatnya persebaran investasi ke kawasan Timur Indonesia (KTI). Dari keseluruhan nilai tersebut

merehabilitasi jembatan sepanjang 11.833 meter. Pada tahun 1996/97 bantuan tersebut meningkat menjadi sebesar Rp 513,5 miliar, atau meningkat sebesar 19,2 persen dari tahun sebelumnya, yang berhasil meningkatkan jalan propinsi sepanjang 3.901 kilometer serta mengganti dan merehabilitasi jembatan sepanjang 10.114 meter.

Selain bantuan kepada dati I, bantuan juga diberikan kepada dati II berupa bantuan umum dan bantuan khusus. Jumlah bantuan umum pada tahun 1996/97 telah mencapai Rp 1.177 miliar, sedangkan bantuan khusus sebesar Rp 1.728,1 miliar. Jumlah bantuan kepada dati II ini setiap tahun terus meningkat. Disamping itu dati II juga menerima bagian PBB sebesar 74,8 persen, atau sebesar Rp 1.823,3 miliar selama tiga tahun Repelita VI.

Dalam rangka memperluas jaringan jalan kabupaten terutama di luar Jawa, pada tahun 1994/95 dialokasikan dana sebesar Rp 967,6 miliar untuk peningkatan jalan sepanjang 40.394,9 kilometer dan jembatan sepanjang 28.198 meter. Sedangkan pada tahun 1996/97 telah dialokasikan dana sebesar Rp 1.097 miliar untuk peningkatan jalan sepanjang 47.387 kilometer dan jembatan sepanjang 18.896,6 meter.

Dalam rangka meningkatkan ekonomi perdesaan telah diberikan bantuan pembangunan dan pemugaran pasar. Pada tahun 1996/97, dana yang dialokasikan telah mencapai sebesar Rp 7,0 miliar yang digunakan untuk membangun 67 pasar kecamatan. Hal ini berarti meningkat dibandingkan dengan bantuan pada tahun 1993/94 yang sebesar Rp 5,0 miliar untuk membangun 47 pasar kecamatan. Dengan demikian sampai dengan tahun 1996/97 telah dibangun 2.880 pasar yang tersebar di 27 provinsi.

I/30

Page 31: BAB I · Web viewPerkembangan persetujuan PMDN dan PMA tersebut juga diikuti dengan meningkatnya persebaran investasi ke kawasan Timur Indonesia (KTI). Dari keseluruhan nilai tersebut

Dalam upaya pemantapan kelembagaan pemerintahan desa juga telah diberikan bantuan pembangunan desa. Dalam tahun 1996/97, jumlah bantuan ini telah meningkat menjadi Rp 6,5 juta per desa dari Rp 6,0 juta per desa pada tahun 1994/95. Peningkatan jumlah bantuan tersebut seiring dengan diberikannya perhatian yang lebih besar untuk meningkatkan pembinaan anak dan remaja di desa/kelurahan.

Salah satu komponen penting dalam pembangunan daerah adalah upaya penanggulangan kemiskinan yang dilakukan antara lain melalui Program Inpres Desa Tertinggal (IDT). Pada tahun 1996/97 dialokasi- kan bantuan untuk 22.054 desa tertinggal dengan jumlah dana sebesar Rp 441,08 miliar.

Sampai dengan akhir Maret 1997 jumlah desa/kelurahan yang telah mencairkan bantuan dana program IDT adalah sebanyak 18.313 desa atau 83,04 persen. Sementara kelompok masyarakat (pokmas) yang telah menggunakan dana program IDT untuk kegiatan sosial ekonomi secara kumulatif sampai dengan tahun 1996/97 telah mencapai sebanyak 123.000 pokmas yang mencakup 3.447 ribu kepala keluarga (KK) atau sekitar 17,2 juta jiwa.

Dalam rangka menunjang program IDT, mulai tahun anggaran 1995/96 dilaksanakan Program Pembangunan Prasarana Pendukung Desa Tertinggal (P3DT). Kegiatan ini diarahkan untuk mendukung pengembangan perekonomian desa tertinggal. Prasarana pendukung desa tertinggal meliputi pembangunan jalan, jembatan, tambatan perahu, serta prasarana air bersih dan sanitasi/mandi, cuci, kakus (MCK).

Bantuan pengembangan prasarana pendukung desa tertinggal diberikan berdasarkan kategori desa tertinggal parah, potensial, dan produktif yang perhitungannya didasarkan kepada lima variabel, yaitu

I/31

Page 32: BAB I · Web viewPerkembangan persetujuan PMDN dan PMA tersebut juga diikuti dengan meningkatnya persebaran investasi ke kawasan Timur Indonesia (KTI). Dari keseluruhan nilai tersebut

kondisi lembaga ketahanan masyarakat desa (LKMD), jarak ke ibukota kecamatan, fasilitas pasar desa, kepadatan penduduk, dan tingkat partisipasi pendidikan anak usia sekolah. Pada tahun 1996/97 pembangunan prasarana pendukung desa tertinggal untuk Pulau Jawa dan Madura ditujukan kepada desa-desa tertinggal dengan kategori parah (jumlah skor 7-8) sebanyak 815 desa dengan bantuan sebesar Rp 120 juta setiap desa, sedangkan untuk provinsi di luar Jawa dan Bali ditujukan pada desa-desa tertinggal dengan kategori potensial (jumlah skor 11-13) dan produktif (jumlah skor lebih dari 13) sebanyak 1.812 desa dengan dana sebesar Rp 130 juta setiap desa.

Jumlah dana yang disalurkan pada Program Prasarana Pendukung Desa Teringgal (P3DT) untuk tahun anggaran 1996/97 sebesar Rp 329,2 miliar, mencakup 25 propinsi di Indonesia kecuali DKI Jakarta dan Bali, 124 kabupaten, 450 kecamatan dan 2.627 desa. Dalam pelaksanaan program P3DT tahun anggaran 1996/97 telah berhasil dibangun jalan sepanjang 7.397 km, jembatan 26.766 meter, tambatan perahu 632 unit, serta air bersih 6.303 dan MCK (sanitasi) 3.257 unit.

Erat kaitannya dengan pembangunan daerah adalah pembangunan daerah-daerah yang masih terbelakang dan kurang tenaga kerja melalui program transmigrasi. Kegiatan transmigrasi ini dilaksanakan dalam berbagai pola, yaitu pola transmigrasi umum (TU) yang sepenuhnya dibiayai pemerintah, transmigrasi swakarsa berbantuan (TSB) yang sebagian dananya disediakan pemerintah, dan transmit- grasi swakarsa mandiri (TSM) yang hampir sepenuhnya dilaksanakan secara swakarsa. Dalam Repelita VI diupayakan untuk mendorong berkembangnya transmigrasi swakarsa mandiri.

Pada tahun 1996/97 telah dibuka 156 unit permukiman trans- migrasi (UPT) dan dikembangkan sebanyak 26 desa yang kurang penduduknya yang menampung sekitar 53.749 KK TU dan TSB.

I/32

Page 33: BAB I · Web viewPerkembangan persetujuan PMDN dan PMA tersebut juga diikuti dengan meningkatnya persebaran investasi ke kawasan Timur Indonesia (KTI). Dari keseluruhan nilai tersebut

Selain itu dikembangkan pula beberapa unit permukiman transmigrasi yang sudah dibuka pada tahun-tahun sebelumnya sehingga dapat menampung sejumlah 34.513 KK TSM.

Sesuai dengan kebijaksanaan dalam Repelita VI, maka 107 UPT atau 68,6 persen dari seluruh permukiman transmigrasi yang dibuka terdapat di kawasan timur Indonesia. Tiga propinsi yang mempunyai permukiman transmigrasi baru terbesar terdapat di kawasan timur Indonesia yaitu Irian Jaya, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah. Pada tahun 1996/97 telah dimulai pengembangan pertanian lahan gambut di Kalimantan Tengah yang terintegrasi dengan kegiatan transmigrasi dan akan mendukung pemantapan swasembada pangan nasional khususnya beras.

Untuk meningkatkan aksesibilitas ke kawasan permukiman transmigrasi, pada tahun 1996/97 telah dibangun jalan bagi permukiman transmigrasi sepanjang 2.925 kilometer dan jembatan sepanjang 14.860 meter, sehingga pada tahun itu untuk setiap permukiman baru rata-rata telah dibangun 16,0 kilometer jalan dan 81,7 meter jembatan.

Dalam rangka mengarahkan pembangunan perkotaan yang lebih efisien dan efektif, diperlukan rencana tata ruang kota yang jelas dan mampu dilaksanakan oleh semua pihak. Penyusunan Rencana Tata Ruang Kota yang merupakan bagian dari Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah Tingkat II mengacu pada arahan-arahan yang dimuat dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang serta pada ketentuan-ketentuan yang berlaku. Sejalan dengan arahan undang-undang tersebut, pembangunan perkotaan telah mengacu pada pembangunan yang seimbang dan selaras, baik antara kota dan wilayah pengaruhnya termasuk kawasan perdesaan maupun antara kota besar dan kota-kota yang lebih kecil dalam satu sistem

I/33

Page 34: BAB I · Web viewPerkembangan persetujuan PMDN dan PMA tersebut juga diikuti dengan meningkatnya persebaran investasi ke kawasan Timur Indonesia (KTI). Dari keseluruhan nilai tersebut

kota-kota yang terkait. Pembangunan perkotaan juga dikaitkan dengan pengembangan kawasan-kawasan andalan yang mempunyai fungsi untuk mendukung pertumbuhan dan memeratakan pembangunan melalui sistem kota-kota yang terkait. Sebagai pengembangan selanjutnya dalam penataan ruang nasional, maka kota-kota di seluruh Indonesia yang berjumlah sekitar 1.200 buah telah diatur peran dan fungsinya masing-masing dan keterkaitannya dalam tata ruang nasional berdasarkan hirarki fungsional kota yaitu Pusat Kegiatan Nasional (PKN) sebanyak 14 kota, Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) sebanyak 55 kota, dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL) sebanyak 453 kota, serta pusat-pusat lainnya.

Erat kaitannya dengan pembangunan perkotaan, pembangunan perumahan dan permukiman terus ditingkatkan dan diupayakan dapat makin menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Dalam kaitan itu, sampai dengan tahun ketiga Repelita VI telah dibangun 422.801 unit rumah sederhana (RS) dan rumah sangat sederhana (RSS) atau 84,56 persen dari sasaran pembangunan RS/RSS sebesar 500.000 unit dalam Repelita VI.

Dalam upaya peningkatan kualitas perumahan dan permukiman, kegiatan pengolahan air limbah, sampah, penyediaan drainase, dan air bersih terus ditingkatkan. Sampai dengan tahun ketiga Repelita VI pengelolaan air limbah perkotaan telah dilaksanakan di 275 kota yang mampu melayani 6,6 juta penduduk. Sedangkan di perdesaan dilaksanakan pengelolaan air limbah di 6.673 desa yang mampu melayani 2,1 juta penduduk.

Pada tahun 1996/97, kegiatan pengelolaan persampahan telah dilaksanakan di 101 kota yang mampu melayani penduduk sejumlah 2,4 juta jiwa. Dengan demikian, hingga tahun ketiga Repelita VI,

I/34

Page 35: BAB I · Web viewPerkembangan persetujuan PMDN dan PMA tersebut juga diikuti dengan meningkatnya persebaran investasi ke kawasan Timur Indonesia (KTI). Dari keseluruhan nilai tersebut

pengelolaan persampahan telah dilaksanakan di 368 kota, yang mampu melayani sekitar 8,2 juta penduduk.

Kegiatan penyediaan drainase, sampai dengan tahun ketiga Repelita VI telah dilaksanakan di 421 kota yang mampu melayani 3,9 juta penduduk. Sedangkan dalam penyediaan air bersih, selama tiga tahun Repelita VI telah ditingkatkan kapasitas produksi air bersih di kawasan perkotaan menjadi sebesar 20.538 liter/detik, sambungan rumah 1.004.537 unit, dan hidran umum 25.669 unit dengan jumlah penduduk yang dilayani sebanyak 9,6 juta jiwa. Di kawasan perdesaan kapasitas produksi air bersih telah ditingkatkan menjadi sebesar 665.2 liter/detik, hidran umum sebanyak 3.601 buah, pembuatan sumur sebanyak 15.603 buah, penampungan air hujan (PAH) 3.813 buah, dan perlindungan mata air (PMA) 199 buah yang mampu melayani 1.073,3 ribu penduduk yang terletak di 2.513 desa.

Upaya khusus penyediaan air bersih di desa-desa tertinggal dilaksanakan melalui pembangunan air bersih dengan sistem penyediaan air bersih sederhana (sipas) yang melibatkan peran serta masyarakat desa (LKMD, Pramuka, pesantren, dan karang taruna/ taruna karya). Pada tahun 1996/97, melalui upaya ini telah dibangun 11.552 unit sipas di 1.770 desa tertinggal yang lebih besar cakupannya dibandingkan dengan tahun 1995/1996 yang mencapai 6.300 unit sipas di 1.072 desa tertinggal.

Dalam upaya menjaga pembangunan yang berkesinambungan, pembangunan nasional memperhatikan kelestarian lingkungan hidup. Untuk itu, dalam rangka meningkatkan kuantitas dan kualitas infor- masi tentang sumber daya alam dan lingkungan, sampai dengan tahun 1996/97 telah diselesaikan produksi peta rupa bumi sebanyak 2.093 nomor lembar peta (NLP) pada berbagai skala atau telah meliputi 70 persen dari seluruh wilayah nasional. Selanjutnya dalam rangka peme-

I/35

Page 36: BAB I · Web viewPerkembangan persetujuan PMDN dan PMA tersebut juga diikuti dengan meningkatnya persebaran investasi ke kawasan Timur Indonesia (KTI). Dari keseluruhan nilai tersebut

taan dasar kelautan, sampai dengan tahun 1996/97 telah dihasilkan peta lingkungan pantai Indonesia sebanyak 102 NLP.

Selain itu, dalam tahun 1996/97 melalui penafsiran citra Landsat telah dihasilkan tambahan cakupan pemetaan luas hutan seluas 46 juta hektare. Hasil pemetaan ini merupakan bahan dasar bagi kegiatan penataan hutan selanjutnya.

Dalam pengelolaan taman nasional, peran serta masyarakat terus ditingkatkan, antara lain dengan mengikutsertakan kelompok masyarakat di sekitar taman nasional dalam penyusunan rencana pengelolaan taman nasional di 26 lokasi dan dalam pengembangan di 210 desa daerah penyangga.

Pengelolaan lingkungan hidup tidak saja dilaksanakan oleh peme- rintah, tetapi juga oleh masyarakat termasuk dunia usaha. Dalam kaitan itu, berbagai pola kemitraan terus dikembangkan melalui berbagai kerja sama antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat.

Selain itu, peningkatan kesadaran masyarakat perkotaan terhadap pentingnya kelestarian lingkungan hidup terus didorong melalui upaya menjaga kebersihan dan keindahan kota untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang baik serta meningkatkan kesehatan warganya. Peng- hargaan diwujudkan melalui pemberian anugrah Adipura untuk kota yang berprestasi baik. Jumlah kota penerima Adipura telah bertambah dari 213 kota pada tahun 1995/96 menjadi 263 kota pada tahun 1996/97, atau ada penambahan sebanyak 50 kota dari tahun sebelumnya.

Dalam rangka meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan, pemerintah memberikan penghargaan Kalpataru. Dalam tahun 1996/97 penghargaan Kalpataru diberikan kepada 1 (satu) orang

I/36

Page 37: BAB I · Web viewPerkembangan persetujuan PMDN dan PMA tersebut juga diikuti dengan meningkatnya persebaran investasi ke kawasan Timur Indonesia (KTI). Dari keseluruhan nilai tersebut

perintis lingkungan, 2 (dua) kelompok penyelamat lingkungan, 1 (satu) orang pengabdi lingkungan, dan 1 (satu) orang pembina lingkungan.

Dalam penataan ruang, sampai dengan tahun 1996/97, 27 provinsi dati I telah menyelesaikan materi rencana tata ruang wilayah propinsi (RTRWP) dan telah menetapkannya menjadi Peraturan Daerah (Perda). Sementara itu di tingkat daerah tingkat II kabupaten, sekitar 70 persen rencana tata ruang wilayah kabupaten (RTRW kabupaten) telah menjadi peraturan daerah tingkat II kabupaten. Sedangkan untuk daerah tingkat II kotamadya, sekitar 80 persen rencana tata ruang wilayah kota madya (RTRW kota madya) telah menjadi Perda tingkat II Kota madya. Selain itu, pada tahun 1996/97 telah diupayakan koordinasi penanganan masalah-masalah penataan ruang untuk kawasan-kawasan yang cepat berkembang seperti Kawasan Bogor-Puncak-Cianjur, Kawasan Pengembangan Lahan Gambut Satu Juta Hektare, dan Kawasan Reklamasi Pantai Utara Jakarta.

Erat kaitannya dengan penyusunan tata ruang adalah kegiatan penataan pertanahan. Kegiatan tersebut telah berkembang dan mengarah kepada peningkatan pelayanan dalam pemberian status hukum atas tanah dan penyediaan data dasar pertanahan. Di bidang penatagunaan tanah, kegiatannya dititikberatkan pada penyediaan informasi tentang penggunaan dan kemampuan tanah di seluruh wilayah tanah air baik di perkotaan maupun di perdesaan. Pemilihan lokasi kegiatannya memperhatikan prioritas pengembangan kawasan yang telah dicanangkan dalam rencana tata ruang wilayahnya masing- masing.

Selama tiga tahun Repelita VI telah dilakukan redistribusi tanah objek landreform seluas 14.168 hektare, pendataan penguasaan dan

I/37

Page 38: BAB I · Web viewPerkembangan persetujuan PMDN dan PMA tersebut juga diikuti dengan meningkatnya persebaran investasi ke kawasan Timur Indonesia (KTI). Dari keseluruhan nilai tersebut

pemilikan tanah perkotaan untuk 23.142 persil, dan konsolidasi tanah perkotaan untuk 13.023 bidang. Di samping itu juga telah dilakukan pendataan pemilikan dan penguasaan tanah perdesaan seluas 31.393 persil dan konsolidasi tanah pertanian beririgasi seluas 9.971 hektare.

Dalam kurun waktu 1995/96 dan 1996/97 telah diterbitkan surat keputusan (SK) hak atas tanah sebanyak 194.815 bidang, sertifikat untuk para transmigran sebanyak 269.756 buah dan hak pengelolaan untuk lahan transmigrasi seluas 124.451 hektare, serta 635.805 sertifikat untuk masyarakat golongan ekonomi lemah melalui Proyek Operasi Nasional (Prona) pertanahan yang merupakan kegiatan pemberian sertifikat tanah secara masal yang dibiayai, baik dengan dana APBN maupun swadaya masyarakat.

Sesuai dengan arah pembangunan ekonomi nasional, peran sektor industri makin besar. Sektor industri berperan sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi, perluasan kesempatan kerja, pemenuhan kebutuhan dasar rakyat, peningkatan dan pemerataan pendapatan masyarakat, serta pengentasan rakyat dari kemiskinan. Dalam strategi industrialisasi juga diupayakan untuk selalu menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup.

Atas dasar harga konstan tahun 1993, sektor industri pengolahan dalam kurun waktu 1994 - 1996 tumbuh rata-rata sebesar 11,6 persen per tahun, sedangkan industri pengolahan nonmigas tumbuh rata-rata sebesar 12,8 persen. Sumbangan kedua kelompok industri tersebut terhadap PDB pada tahun 1996 masing-masing adalah 25,5 persen dan 22,8 persen. Dengan pertumbuhan tersebut, tenaga kerja yang terserap di industri pengolahan sampai dengan tahun kedua Repelita VI berjumlah 9,9 juta orang atau meliputi 12,6 persen dari jumlah pekerja secara keseluruhan.

I/38

Page 39: BAB I · Web viewPerkembangan persetujuan PMDN dan PMA tersebut juga diikuti dengan meningkatnya persebaran investasi ke kawasan Timur Indonesia (KTI). Dari keseluruhan nilai tersebut

Pada tahun ketiga Repelita VI, keragaman dan nilai tambah produk ekspor hasil industri juga meningkat. Ekspor hasil industri pengolahan nonmigas telah mencapai nilai sebesar US$ 32,1 miliar, atau mengalami peningkatan sebesar 37,8 persen dibandingkan dengan nilai ekspor pada tahun terakhir Repelita V, sebesar US$ 23,3 miliar. Peran ekspor industri nonmigas dalam keseluruhan ekspor nasional telah mencapai 64,5 persen, dan 76,5 persen dari total ekspor non migas. Komoditas yang menunjukkan kenaikan nilai ekspor yang cukup tinggi terhadap total ekspor industri adalah industri elektronika. Di samping itu, ekspor jasa industri dalam bidang rancang bangun dan perekayasaan termasuk pembangunan pabrik secara utuh menunjukkan perkembangan yang cukup berarti.

Perkembangan industri sampai dengan tahun ketiga Repelita VI didukung oleh meningkatnya investasi, termasuk PMDN dan PMA. Rencana investasi di sektor industri yang telah mendapatkan persetujuan pada tahun 1996/97 terdiri atas PMDN sebesar Rp 62,1 triliun dan PMA sebesar US$ 15,7 miliar. Dibandingkan dengan persetujuan rencana investasi tahun 1995/96, rencana investasi PMDN tahun 1996/97 mengalami peningkatan sebesar 19,9 persen sedangkan untuk PMA mengalami penurunan sebesar 40,2 persen.

Industri kecil juga makin berperan dalam perluasan kesempatan berusaha dan kesempatan kerja, pengembangan ekonomi perdesaan, dan pengentasan kemiskinan. Pengembangan industri kecil, terutama industri kerajinan dan rumah tangga di perdesaan, dilaksanakan melalui pembinaan sentra-sentra yang tersebar di seluruh daerah meliputi antara lain bimbingan dan pelatihan keterampilan, pengembangan iklim usaha, serta pengembangan sistem pendukung. Pada tahun 1996 hasil industri kecil makin mampu menembus pasar dunia dengan nilai ekspor sebesar US$ 2,5 miliar, atau 7,8 persen dari keseluruhan nilai ekspor industri pengolahan nonmigas.

I/39

Page 40: BAB I · Web viewPerkembangan persetujuan PMDN dan PMA tersebut juga diikuti dengan meningkatnya persebaran investasi ke kawasan Timur Indonesia (KTI). Dari keseluruhan nilai tersebut

Pembangunan pertanian selama tiga tahun Repelita VI, antara lain ditunjukkan oleh produksi komoditas pertanian yang terus meningkat, tersedianya kebutuhan pangan, dan meningkatnya penda- patan petani, serta meningkatnya ekspor hasil pertanian.

Pada tahun ketiga Repelita VI produksi padi mengalami pening- katan sebesar 2,7 persen dibandingkan tahun sebelumnya atau meningkat dari 49.744 ribu ton menjadi 51.102 ribu ton. Peningkatan produksi tersebut terutama disebabkan oleh meningkatnya luas panen sebesar 1,1 persen dibandingkan tahun sebelumnya, terutama di luar Jawa yang meningkat 2,0 persen sedangkan di Pulau Jawa hanya meningkat 0,2 persen.

Dalam rangka meningkatkan mutu intensifikasi mulai tahun 1995/96 telah dilaksanakan pengembangan teknologi dan manajemen usaha tani melalui sistem usahatani berbasis padi yang berorientasi agrobisnis seluas 46 ribu hektare di 14 propinsi sebagai upaya terobosan untuk mempercepat alih teknologi. Pengembangan SUTPA terbukti sangat efektif dalam meningkatkan produktivitas usaha tani. Pada tahun 1996/97 upaya tersebut ditingkatkan dan diintegrasikan secara mantap ke dalam pola pembinaan intensifikasi pertanian.

Sementara itu, upaya ekstensifikasi pertanian terus dilaksanakan terutama melalui program pengembangan lahan gambut (PLG) satu juta hektare di Kalimantan Tengah. Pada tahun 1996/97 telah dilaksanakan pengembangan unit percontohan penerapan teknologi pertanian lahan gambut seluas 8.000 hektare. Sementara itu berbagai teknologi usaha tani pasang surut yang telah ditemukan dan diperagakan dalam gelar teknologi di Karang Agung Ulu, Sumatera Selatan, akan terus dikembangkan dan dimasyarakatkan. Selain itu dilakukan intensifikasi di areal transmigrasi dan perluasan penanaman tumpang sari padi gogo di areal perkebunan.

I/40

Page 41: BAB I · Web viewPerkembangan persetujuan PMDN dan PMA tersebut juga diikuti dengan meningkatnya persebaran investasi ke kawasan Timur Indonesia (KTI). Dari keseluruhan nilai tersebut

Pada tahun 1996, produksi palawija seperti jagung dan ubi kayu meningkat masing-masing 12,9 persen dan 10,1 persen dibanding tahun sebelumnya. Peningkatan produksi tersebut antara lain disebabkan oleh meningkatnya luas panen masing-masing 2,5 persen dan 6,9 persen. Produksi buah-buahan dan sayuran meningkat sebesar 3,7 persen dan 1,4 persen sebagai hasil dari peningkatan produktivitas buah-buahan sebesar 13,4 persen dan sayur-sayuran sebesar 0,6 persen.

Sementara itu, produksi beberapa komoditas perkebunan terpen- ting seperti inti sawit, minyak sawit, lada, kopi, kakao, teh, dan karet dalam tahun 1996 telah meningkat masing-masing sebesar 11,6 persen, 10,7 persen, 7,7 persen, 4,6 persen, 4,2 persen, 2,9 persen, dan 2,6 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya, sedangkan produksi gula tebu menurun sebesar 0,1 persen, sebagai akibat menurunnya produksi perkebunan besar swasta sebesar 10,9 persen.

Produksi daging, telur, dan susu pada tahun 1996 juga meningkat masing-masing sebesar 7,9 persen, 6,9 persen, dan 0,2 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Pada tahun 1996 produksi perikanan seperti ikan laut dan ikan darat masing-masing meningkat sebesar 6,4 persen dan 4,7 persen dibandingkan tahun sebelumnya atau meningkat menjadi 3.503 ribu ton dan 1.017 ribu ton. Peningkatan produksi perikanan darat ter- utama berasal dari usaha budi daya kolam, tambak, perairan umum, dan sawah yang masing-masing meningkat sebesar 6,8 persen; 5,8 persen, 3,2 persen dan 2,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Dalam upaya pengembangan dan pemantapan kelompok tani, pada tahun 1996/97 telah dibina 364,2 ribu kelompok tani. Guna mendukung upaya peningkatan produksi pertanian pembinaan

I/41

Page 42: BAB I · Web viewPerkembangan persetujuan PMDN dan PMA tersebut juga diikuti dengan meningkatnya persebaran investasi ke kawasan Timur Indonesia (KTI). Dari keseluruhan nilai tersebut

terhadap penyuluh pertanian terus ditingkatkan. Pada tahun 1996/97 jumlah penyuluh pertanian mencapai 37.259 orang, terdiri atas penyuluh pertanian spesialis 3.356 orang dan penyuluh pertanian lapangan 33.903 orang.

Nilai ekspor komoditas pertanian yang penting umumnya menga- lami kenaikan pada tahun ketiga Repelita VI. Komoditas perkebunan menyumbang devisa sebesar US$ 4,9 miliar atau meningkat sebesar 7,7 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Volume ekspor kakao, teh, dan minyak sawit mengalami peningkatan masing-masing sebesar 38,3 persen, 28,2 persen, dan 27,7 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Komoditas perikanan menyumbangkan devisa sebesar US$ 1,89 miliar atau meningkat sebesar 7,3 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hasil peternakan menyumbangkan devisa sebesar US$ 61,8 juta atau turun sebesar 5,8 persen dibandingkan dengan tahun kedua Repelita VI.

Pembangunan pertanian tidak dapat dilepaskan dari dukungan sektor-sektor yang lain, khususnya sektor pengairan. Pembangunan pengairan pada tahun 1996/97 telah berhasil menambah areal irigasi seluas 68.131 hektare dalam bentuk penyediaan prasarana pada lahan tadah hujan maupun membuka lahan produksi di daerah baru. Dengan demikian, selama tiga tahun Repelita VI, pembangunan pengairan telah meningkatkan areal irigasi menjadi sekitar 5,9 juta hektare. Selain itu telah diselesaikan pembangunan 7 unit waduk, 213 unit embung, 122.020 hektare percetakan sawah baru, dan sepanjang 95 kilometer saluran air baku. Dengan hasil itu, pembangunan pengairan telah dapat meningkatkan penyediaan air bagi berbagai keperluan permukiman, industri, dan pariwisata dari sebesar 155 meter kubik per detik pada tahun 1993/94 menjadi 285 meter kubik per detik pada tahun 1996/97.

I/42

Page 43: BAB I · Web viewPerkembangan persetujuan PMDN dan PMA tersebut juga diikuti dengan meningkatnya persebaran investasi ke kawasan Timur Indonesia (KTI). Dari keseluruhan nilai tersebut

Dalam upaya mengembalikan kinerja dan efisiensi jaringan irigasi yang mengalami kerusakan, pada tahun 1996/97 dilakukan rehabilitasi dan peningkatan jaringan irigasi pada areal seluas 151.540 hektare. Dalam upaya meningkatkan keandalan penyediaan air irigasi serta mengatasi masalah kekurangan air akibat terjadinya kemarau panjang, pada tahun 1996/97 telah diselesaikan perbaikan dan peningkatan sistem irigasi seluas 477.520 hektare yang tersebar di 26 propinsi. Dengan demikian keseluruhan kegiatan rehabilitasi jaringan irigasi pada tahun 1996/97 telah dilaksanakan pada areal seluas 629.060 hektare.

Pembangunan kehutanan telah memberikan kontribusi yang besar terhadap penerimaan negara melalui peningkatan produksi dan hasil hutan lainnya. Selain itu upaya konservasi dan rehabilitasi hutan dalam menjaga fungsi lingkungan hidup, ekosistem dan keanekaraga- man hayati dunia terus ditingkatkan.

Pada tahun ketiga Repelita VI tata batas hutan yang telah diselesaikan mencapai 13,9 ribu kilometer atau meningkat 8,7 persen dibandingkan tahun sebelumnya, yang terdiri atas batas luar, yaitu batas antara kawasan hutan dan nonhutan, sepanjang 10,1 ribu kilometer dan batas fungsi, yaitu batas antara penggunaan kawasan hutan sebagai fungsi tertentu, sepanjang 3,8 ribu kilometer. Penataan batas tersebut dilaksanakan dalam rangka pemantapan kawasan hutan tetap seluas 113 juta hektare. Selain itu dilakukan pula penetapan batas areal kerja hak pengusahaan hutan (HPH) yang meliputi sepanjang 12,5 ribu kilometer atau 75,8 persen dari target sepanjang 16,5 ribu kilometer.

Sampai dengan tahun ketiga Repelita VI jumlah HPH yang beroperasi adalah sebanyak 447 unit, atau menurun sebesar 7,5 persen dibandingkan dengan tahun kedua Repelita VI. Luas areal HPH juga

I/43

Page 44: BAB I · Web viewPerkembangan persetujuan PMDN dan PMA tersebut juga diikuti dengan meningkatnya persebaran investasi ke kawasan Timur Indonesia (KTI). Dari keseluruhan nilai tersebut

menurun sebesar 4,2 persen, yaitu dari 56,1 juta hektare menjadi 53,8 juta hektare. Terjadinya penurunan jumlah dan luas HPH itu, disebabkan makin ketatnya pengawasan pengelolaan HPH disertai tuntutan agar pengusahaan hutan produksi dikelola lebih efisien dan berhasil guna.

Produksi kayu bulat rimba dan jati pada tahun ketiga Repelita VI adalah sebesar 26,1 juta meter kubik atau meningkat 4,9 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Produksi kayu gergajian, kayu lapis dan pulpa masing-masing adalah sebesar 3 juta meter kubik, 10,3 juta meter kubik, dan 1,8 juta meter kubik atau masing-masing meningkat sebesar 48,5 persen, 12,6 persen, dan 94 persen dibandingkan dengan tahun kedua Repelita VI.

Pada tahun ketiga Repelita VI telah dibangun hutan tanaman industri (HTI) seluas 527,6 ribu hektare, atau meningkat 33,4 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hingga tahun ketiga Repelita VI terdapat 2,1 juta hektare HTI terdiri atas HTI pulpa 838,1 ribu hektare, HTI kayu perkakas 760,5 ribu hektare, HTI Trans 210 ribu hektare, dan penanaman jenis unggulan lainnya 300,2 ribu hektare.

Realisasi nilai ekspor hasil hutan berupa kayu olahan pada tahun ketiga Repelita VI adalah sebesar US$ 4.429,6 juta atau meningkat sebesar 3,2 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Nilai ekspor hasil hutan bukan kayu sebesar US$ 362,9 juta menurun 18,8 persen dibanding tahun kedua Repelita VI. Ekspor kayu gergajian mencapai sebesar US$ 147 ribu turun 82,7 persen. Penurunan ekspor kayu gergajian merupakan implikasi dari pengetatan ekspor kayu olahan setengah jadi untuk mendorong peningkatan pengolahan kayu di dalam negeri dalam rangka peningkatan nilai tambah hasil hutan. Pada tahun 1996/97, ekspor kayu lapis adalah sebesar US$ 4.429,5

I/44

Page 45: BAB I · Web viewPerkembangan persetujuan PMDN dan PMA tersebut juga diikuti dengan meningkatnya persebaran investasi ke kawasan Timur Indonesia (KTI). Dari keseluruhan nilai tersebut

ribu atau meningkat sebesar 12,3 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Sampai dengan tahun ketiga Repelita VI telah dilakukan uji coba teknis rehabilitasi hutan mangrove sebanyak 23 unit dengan areal seluas 2.455 hektare di 16 propinsi, serta pengkajian 11 lokasi baru untuk kawasan konservasi perairan.

Peningkatan produksi dan penyebaran barang dan jasa yang makin luas dimungkinkan dengan makin membaiknya sarana dan pra- sarana perhubungan. Dalam tahun 1996/97 telah dilakukan rehabilitasi dan pemeliharaan jalan arteri dan kolektor sepanjang 32.419 kilometer, dan jembatan sepanjang 9.461 meter.

Dalam tahun 1996/97 dilakukan pula peningkatan jalan arteri dan kolektor sepanjang 5.773 kilometer serta penggantian jembatan sepanjang 15.222 meter. Selain itu dilakukan pula peningkatan jalan lokal dan poros desa sepanjang 10.364 kilometer dan jembatan lokal dan poros desa sepanjang 16.204 meter.

Pembangunan jalan arteri dan kolektor yang dilakukan pada tahun 1996/97 adalah sepanjang 1.221 kilometer dan jembatan sepanjang 4.397 meter. Pada tahun 1996/97 telah dibangun jalan tol sepanjang 23 kilometer.

Panjang jalan arteri dan kolektor yang dalam kondisi mantap terus meningkat. Pada tahun 1996/97, jalan arteri dan kolektor dalam kondisi mantap adalah sepanjang 59.020 kilometer, berarti meningkat sebesar 7,1 persen dibandingkan dengan tahun 1995/96. Di samping itu jalan yang berfungsi sebagai arteri dan kolektor mencapai 66.600 kilometer yang terdiri dari jalan mantap sepanjang 59.020 kilometer

I/45

Page 46: BAB I · Web viewPerkembangan persetujuan PMDN dan PMA tersebut juga diikuti dengan meningkatnya persebaran investasi ke kawasan Timur Indonesia (KTI). Dari keseluruhan nilai tersebut

atau 88,6 persen dan yang dalam kondisi tidak mantap 7.580 kilometer atau 11,4 persen.

Dengan meningkatnya panjang dan kondisi jalan di seluruh tanah air, dan sesuai dengan perkembangan ekonomi masyarakat sarana angkutan juga bertambah. Sampai dengan tahun 1996/97 jumlah kendaraan meningkat menjadi 15,2 juta buah yang meliputi armada bis 607,0 ribu buah, truk 1,5 juta buah, mobil penumpang 2,5 juta buah, dan sepeda motor 10,6 juta buah.

Dengan meningkatnya prasarana dan sarana kereta api, pengguna jasa angkutan penumpang kereta api terus meningkat. Pada tahun 1996/97, jumlah penumpang meningkat menjadi 153,6 juta orang atau 15,2 miliar orang-kilometer. Jumlah barang yang diangkut dengan kereta api juga mengalami kenaikan, yaitu dari 17,1 juta ton atau 4,2 miliar ton-kilometer pada tahun 1995/96 menjadi 18,5 juta ton atau 4,7 miliar ton-kilometer pada tahun 1996/97.

Sementara itu, jumlah penumpang yang diangkut oleh angkutan sungai, danau, dan penyeberangan telah meningkat menjadi 79,2 juta orang pada tahun 1996/97 dari 77,2 juta orang pada tahun 1995/96. Angkutan barang telah meningkat dari 30,2 juta ton pada tahun 1995/96 menjadi 31,3 juta ton pada tahun 1996/97, sedangkan angkutan kendaraan meningkat dari 7,6 juta unit pada tahun 1995/96 menjadi 8,5 juta unit pada tahun 1996/97.

Di bidang transportasi laut, pembangunan fasilitas pelabuhan yang dilakukan dalam tahun 1996/97 meliputi pembangunan dermaga sepanjang 2.372 meter, rehabilitasi dermaga seluas 8.102 meter persegi, pembangunan gudang 9.960 meter persegi, rehabilitasi lapangan penumpukan seluas 2.500 meter persegi dan pembangunan terminal penumpang 1.900 meter persegi. Dalam pembangunan

I/46

Page 47: BAB I · Web viewPerkembangan persetujuan PMDN dan PMA tersebut juga diikuti dengan meningkatnya persebaran investasi ke kawasan Timur Indonesia (KTI). Dari keseluruhan nilai tersebut

dermaga tersebut 1.500 meter atau 63,2 persen adalah untuk dermaga perintis yang tersebar di 38 lokasi pelabuhan perintis.

Keselamatan pelayaran mencakup pengerukan alur pelayaran, fasilitas navigasi, kesyahbandaran, dan penjagaan keamanaan pantai yang investasinya merupakan tanggung jawab pemerintah. Dalam tahun 1996/97 telah dibangun fasilitas sarana bantu navigasi berupa pembangunan 11 menara suar dan 40 rambu suar, serta pengadaan 20 pelampung suar dan 70 unit peralatan radio komunikasi. Dalam rangka pemeliharaan alur pelayaran telah dilakukan pengerukan sebanyak 12 juta meter kubik.

Pelayaran rakyat yang merupakan pelayaran tradisional dan dikelola oleh usaha kecil dan dibina oleh koperasi dikembangkan kemampuannya sebagai sarana angkutan laut antarpulau khususnya di daerah kepulauan dan desa sekitar pantai. Dalam tahun 1996/97 jumlah kapal pelayaran rakyat bertambah sebanyak 529 buah dengan total kapasitas 98.099 dead weight ton (DWT). Seiring dengan peningkatan jumlah dan kapasitas pelayaran rakyat tersebut muatan yang diangkut juga naik sebesar 960,7 ribu ton atau naik 13,0 persen bila dibandingkan tahun 1995/96.

Pelayaran perintis yang merupakan moda angkutan untuk daerah- daerah terpencil yang belum terjangkau oleh moda angkutan lainnya secara memadai juga terus meningkat. Dalam tahun 1996/97 jumlah kapal dan trayeknya bertambah dari 34 menjadi 36, dan jumlah pelabuhan yang disinggahi naik dari 279 menjadi 286 pelabuhan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Di bidang angkutan luar negeri yang dilayari oleh pelayaran samudera, pada tahun 1996/97 jumlah kapal dan kapasitas armada nasional apabila dibandingkan dengan kondisi tahun 1995/96 menurun

I/47

Page 48: BAB I · Web viewPerkembangan persetujuan PMDN dan PMA tersebut juga diikuti dengan meningkatnya persebaran investasi ke kawasan Timur Indonesia (KTI). Dari keseluruhan nilai tersebut

4 kapal dengan kapasitas 35.663 DWT. Namun, muatan yang dia- ngkut meningkat dari 43,6 juta ton menjadi 44,9 juta ton, atau naik sebesar 3,9 persen.

Di bidang transportasi udara dalam tahun 1996/97 telah dilakukan pembangunan prasarana bandar udara berupa landasan, terminal, dan bangunan operasional. Pada tahun 1996/97 jumlah bandar udara besar mencapai 67 buah dan bandar udara kecil 117 buah. Dari sejumlah 67 bandar udara besar tersebut 7 bandar udara dapat melayani pesawat sejenis B-747.

Sarana angkutan udara juga meningkat yang tercermin dari peningkatan jumlah pesawat udara sebesar 6,3 persen menjadi 920 buah pada tahun 1996/97, yang terdiri atas 188 buah pesawat bermesin jet, 534 buah pesawat bermesin baling-baling, serta 198 helikopter. Jumlah pesawat yang beroperasi untuk penerbangan berjadwal, meningkat 0,9 persen dari 213 buah pada tahun 1995/96 menjadi 215 buah pada tahun 1996/97.

Peningkatan prasarana dan sarana angkutan udara tersebut telah mendorong peningkatan jumlah penumpang dalam negeri sehingga pada tahun 1996/97 menjadi 13.558 ribu orang, atau meningkat sebesar 8,3 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Demikian pula jumlah barang yang diangkut meningkat menjadi 136.852 ton pada tahun 1996/97 atau naik sebesar 9,1 persen. Hal ini juga mencerminkan peningkatan kemampuan dan kegiatan ekonomi masyarakat. Jumlah penumpang rute luar negeri yang diangkut pada tahun 1996/97 menurun sebesar 3,8 persen bila dibandingkan dengan tahun 1995/96, atau menjadi 3.498 ribu orang. Demikian pula jumlah barang yang diangkut tahun 1996/97 menurun sebesar 2,5 persen bila dibandingkan dengan tahun 1995/96, atau menjadi 122.932 ton.

I/48

Page 49: BAB I · Web viewPerkembangan persetujuan PMDN dan PMA tersebut juga diikuti dengan meningkatnya persebaran investasi ke kawasan Timur Indonesia (KTI). Dari keseluruhan nilai tersebut

Dalam pembangunan di bidang meteorologi dan geofisika untuk meningkatkan kecepatan dan keakuratan pengolahan data/informasi cuaca, pada tahun 1996/97 telah dilakukan pembangunan 11 stasiun meteorologi, 3 stasiun geofisika, dan 4 stasiun klimatologi. Selain itu, selama tahun 1996/1997 telah dilaksanakan pula pengadaan berbagai peralatan telekomunikasi.

Pembangunan di bidang pencarian dan penyelamatan selama tahun 1996/1997 dititik-beratkan kepada peningkatan pelayanan jasa search and resque (SAR) dengan prioritas pada peningkatan kemampuan dan kecepatan tindak awal SAR. Untuk itu, telah dilak- sanakan pengadaan berbagai peralatan SAR. Guna meningkatkan kemampuan, kerjasama dan koordinasi antar berbagai potensi SAR yang ada, telah dilaksanakan berbagai pertemuan maupun pelatihan gabungan dengan organisasi potensi SAR lainnya.

Sektor pertambangan dan penggalian dalam tiga tahun Repelita VI tumbuh sebesar 5,6 persen pada tahun 1994, 6,7 persen pada tahun 1995, dan 5,8 persen pada tahun 1996. Dengan demikian, dalam tiga tahun Repelita VI sektor pertambangan dan penggalian telah tumbuh rata-rata sebesar 6,1 persen, melampaui sasaran Repelita VI yang telah direvisi, yaitu sebesar 4,0 persen. Pertumbuhan itu dicapai karena pesatnya perkembangan pertambangan nonmigas, yang meningkat dari sebesar 13,6 persen, naik menjadi 35,3 persen, dan mencapai 16,4 persen pada periode yang sama. Hal ini disebabkan antara lain oleh karena meningkatnya produksi sejumlah komoditi pertambangan seperti batubara, tembaga, emas, dan mineral logam lainnya serta berbagai bahan galian industri.

Meningkatnya pertumbuhan sektor pertambangan selama Repelita VI antara lain ditentukan oleh ketersediaan data di bidang geologi dan sumber daya mineral yang telah berhasil menyediakan berbagai data

I/49

Page 50: BAB I · Web viewPerkembangan persetujuan PMDN dan PMA tersebut juga diikuti dengan meningkatnya persebaran investasi ke kawasan Timur Indonesia (KTI). Dari keseluruhan nilai tersebut

geologi untuk menunjang kegiatan eksplorasi sumber daya mineral dan energi. Selama tiga tahun Repelita VI telah diselesaikan peta geologi bersistem Indonesia dengan skala 1:250.000 yang berjumlah 181 lembar dan untuk daerah yang mempunyai prospek ekonomis bagi pertambangan juga dilakukan pemetaan geologi tematis dengan skala yang lebih kecil.

Sementara itu, penggunaan energi primer meningkat dari 426,2 juta setara barel minyak (SBM) pada tahun 1993/94, menjadi 476,5 juta SBM pada tahun 1994/95, dan mencapai 541,2 juta SBM pada tahun 1996/97. Sejalan dengan pesatnya perkembangan ekonomi, laju penggunaan energi per kapita juga mengalami peningkatan. Pada tahun 1993/94, konsumsi energi per kapita mencapai 2,4 SBM dan meningkat menjadi 2,7 SBM pada tahun 1996/97. Laju pertumbuhan penggunaan energi ini lebih tinggi dari laju pertumbuhan penggunaan rata-rata energi dunia sebesar 2,5 SBM per kapita.

Di bidang minyak dan gas (migas), produksi minyak bumi dan kondensat tahun 1996/97 sebesar 1,59 juta barel per hari, telah melampaui sasaran produksi Repelita VI yaitu sebesar 1,51 juta barel per hari, dan sasaran APBN 1996/97 sebesar 1,52 juta barel per hari.

Di bidang tenaga listrik, produksi tenaga listrik meningkat dari 46.718,7 giga watt hour (GWh) pada tahun terakhir Repelita V menjadi 67.172,5 GWh pada tahun ketiga Repelita VI. Jumlah pe- langgan juga meningkat dari 15.157.409 konsumen pada tahun 1993/94 menjadi 22.554.849 konsumen pada tahun ketiga Repelita VI. Dengan demikian rasio elektrifikasi secara nasional telah berhasil ditingkatkan dari 41 persen pada akhir Repelita V menjadi 50,7 persen pada tahun ketiga Repelita VI.

I/50

Page 51: BAB I · Web viewPerkembangan persetujuan PMDN dan PMA tersebut juga diikuti dengan meningkatnya persebaran investasi ke kawasan Timur Indonesia (KTI). Dari keseluruhan nilai tersebut

Jumlah desa yang memperoleh aliran listrik terus bertambah, baik dengan memperluas jaringan distribusi listrik maupun dengan memanfaatkan energi setempat, antara lain melalui listrik tenaga surya dan minihidro. Dalam tiga tahun pertama Repelita VI, ada tambahan 11.570 desa yang dapat menikmati listrik sehingga sampai dengan tahun ketiga Repelita VI, desa berlistrik telah mencapai 43.259 desa, diantaranya sebanyak 8.585 desa berada di KTI atau sekitar 45,5 persen dari seluruh desa di wilayah ini, dan sebanyak 21.013 desa berlistrik berada di Jawa-Bali. Dengan demikian, rasio elektrifikasi desa meningkat dari 50,5 persen pada tahun terakhir Repelita V menjadi 66,3 persen pada tahun ketiga Repelita VI.

Di bidang pariwisata, jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia meningkat dari 3,4 juta kunjungan pada tahun 1993/94 menjadi 5,1 juta kunjungan pada tahun 1996/97 dengan perolehan devisa mencapai US$ 6.229,4 juta. Seiring dengan itu, arus kunjungan wisatawan Nusantara telah meningkat pula, yaitu dari 85,6 juta kunjungan pada tahun 1993/94 menjadi 120,0 juta kunjungan pada tahun 1996/97 dengan jumlah pengeluaran lebih dari Rp 13 triliun.

Di bidang pos dan giro pada tahun 1996/97, telah dilakukan penambahan 78 buah kantor pos pembantu/kantor pos tambahan, 8 buah kantor pos pembantu kelas IV, 24 buah pos serba ada (poserba), 6 buah sentral giro gabungan dan 12 unit loket ekstensi, sehingga dengan penambahan tersebut secara keseluruhan jumlah kantor pos dan giro, serta sentral-sentral pelayanannya telah menjadi 5.074 buah atau meningkat dibandingkan tahun 1993/94 yang berjumlah 4.722 buah. Demikian pula telah dilakukan penambahan kendaraan roda empat dan kendaraan roda dua untuk pos keliling kota (PKK) dan pos keliling desa (PKD) guna memperluas jangkauan pelayanan termasuk

I/51

Page 52: BAB I · Web viewPerkembangan persetujuan PMDN dan PMA tersebut juga diikuti dengan meningkatnya persebaran investasi ke kawasan Timur Indonesia (KTI). Dari keseluruhan nilai tersebut

ke daerah-daerah terpencil, sehingga secara keseluruhan jumlah PKK telah mencapai 557 unit dan PKD mencapai 2.921 unit.

Sementara itu, di bidang jasa telekomunikasi pada tahun 1996/97 telah dibangun sentral telepon dengan kapasitas lebih dari 1,5 juta satuan sambungan (ss), sehingga jumlah kapasitas telepon dalam tahun 1996/97 telah menjadi lebih dari 6,3 juta ss. Apabila dalam tahun 1993/94 kepadatan telepon baru mencapai 1,6 per 100 penduduk, maka pada tahun 1996/97 telah meningkat menjadi 3,2 per 100 penduduk atau menjadi dua kali lipat.

Sejalan dengan arahan GBHN 1993, selain pembangunan ekonomi, pembangunan sumber daya manusia terus ditingkatkan utamanya menyangkut pembangunan agama, pendidikan, kesehatan, kesejahteraan sosial, dan kependudukan serta keluarga sejahtera.

Di bidang agama, telah dibangun 2,4 ribu tempat peribadatan berbagai agama, sehingga sampai dengan tahun 1996/97 tempat beribadat telah berjumlah 669,7 ribu buah, yang terdiri 597,5 ribu masjid, 30,7 ribu gereja Protestan, 13,7 ribu gereja Katolik, 23,8 ribu pura dan 4,0 ribu wihara.

Dalam upaya meningkatkan ketersediaan sarana keagamaan di

masyarakat, pemerintah membantu pengadaan kitab suci berbagai agama, terjemahan dan tafsirnya, serta buku-buku keagamaan lainnya. Pada tahun 1996/97 pemerintah melakukan pengadaan kitab suci berbagai agama sebanyak 814,9 ribu eksemplar, terdiri dari 650,6 ribu kitab suci agama Islam, 46,8 ribu kitab suci agama Kristen Protestan, 50.5 ribu kitab suci agama Katolik, 40 ribu kitab suci agama Hindu, dan 27 ribu kitab suci agama Budha. Pengadaan kitab suci selama tiga tahun pelaksanaan Repelita VI adalah sebanyak 2,4 juta eksemplar, yang terdiri atas 1,9 juta kitab suci agama Islam,

I/52

Page 53: BAB I · Web viewPerkembangan persetujuan PMDN dan PMA tersebut juga diikuti dengan meningkatnya persebaran investasi ke kawasan Timur Indonesia (KTI). Dari keseluruhan nilai tersebut

163,8 ribu kitab suci agama Kristen Protestan, 162,5 ribu kitab suci agama Katolik, 124,5 ribu kitab suci agama Hindu, dan 78 ribu kitab suci agama Budha.

Peningkatan kesejahteraan masyarakat yang diikuti oleh pening- katan penghayatan agama telah meningkatkan hasrat dan kemampuan umat Islam untuk melaksanakan ibadah haji. Jumlah jemaah yang melaksanakan ibadah haji pada tahun 1996/97 tercatat sebanyak 199,1 ribu orang, sehingga selama tiga tahun pelaksanaan Repelita VI jumlah jamaah haji telah mencapai 560 ribu orang atau rata-rata 180 ribu orang per tahun.

Di samping melalui pembinaan kehidupan beragama, peningkatan kerukunan antarumat beragama dan pelayanan ibadah haji, pembangu- nan agama juga dilaksanakan melalui pendidikan. Keberhasilan program pendidikan agama tercermin antara lain pada bertambahnya murid pada madrasah tsanawiyah dan madrasah aliyah dari masing-masing 1,4 juta orang dan 443,8 ribu orang pada tahun 1995/96 menjadi 1,7 juta orang dan 474,9 ribu orang pada tahun 1996/97. Pada jenjang pendidikan tinggi, jumlah mahasiswa perguruan tinggi agama tercatat 280,4 ribu orang mahasiswa pada tahun 1996/97.

Di samping pembangunan di bidang agama, pembangunan di bidang pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam pembangunan sumber daya manusia Indonesia. Melalui pembangunan pendidikan, angka partisipasi kasar (APK) sekolah dasar (SD) termasuk madrasah ibtidaiyah (MI) telah meningkat dari 111,9 persen pada tahun 1995/96 menjadi 112,4 persen pada tahun 1996/97.

Untuk memperluas kesempatan belajar pada tingkat SLTP pada tahun 1996/97 telah dibangun sebanyak 392 unit gedung baru (UGB) dan 6,5 ribu ruang kelas baru (RKB) yang seluruhnya setara dengan

I/53

Page 54: BAB I · Web viewPerkembangan persetujuan PMDN dan PMA tersebut juga diikuti dengan meningkatnya persebaran investasi ke kawasan Timur Indonesia (KTI). Dari keseluruhan nilai tersebut

8,9 ribu RKB. Upaya tersebut telah berhasil meningkatkan daya tampung murid baru SLTP dari sekitar 2,6 juta orang pada tahun 1995/96 menjadi 2,8 juta orang pada tahun 1996/97. Jumlah murid seluruhnya juga meningkat yaitu dari 6,9 juta orang pada tahun 1995/96 menjadi sekitar 7,6 juta orang pada tahun 1996/97. Dengan demikian, APK sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) termasuk madrasah tsanawiyah (MTs) naik dari 60,8 persen pada tahun 1995/1996 menjadi 68,7 persen pada tahun 1996/1997 yang berarti telah melampaui sasaran tahun ketiga Repelita VI, yaitu 60,2 persen.

Pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi juga terjadi peningkatan, yaitu pada sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) yang terdiri atas sekolah menengah umum (SMU) dengan jumlah murid yang meningkat dari sekitar 2,6 juta orang pada tahun 1995/96 menjadi sekitar 2,8 juta orang pada tahun 1996/97 dan sekolah menengah kejuruan (SMK) dengan jumlah murid yang meningkat dari sekitar 1,7 juta orang menjadi sekitar 1,8 juta orang. Dengan demikian, APK SLTA meningkat dari 32,8 persen pada tahun 1995/96 menjadi 34,4 persen pada tahun 1996/97. Apabila jumlah murid madrasah aliyah (MA) diperhitungkan maka APK SLTA pada tahun ketiga Repelita VI tersebut mencapai 38,0 persen yang berarti telah melampaui sasaran tahun ketiga Repelita VI, yaitu 35,4 persen.

Pada jenjang pendidikan tinggi (PT) jumlah mahasiswa mening- kat dari 2,4 juta orang pada tahun 1995/96 menjadi sekitar 2,5 juta orang pada tahun 1996/97. Namun, karena kenaikan jumlah penduduk usia 19-24 tahun, APK PT pada tahun ketiga Repelita VI masih tetap seperti tahun sebelumnya, yaitu 10,6 persen. Apabila jumlah mahasiswa perguruan tinggi agama (PTA) diperhitungkan, maka APK PT pada tahun 1996/97 adalah 11,8 persen yang berarti telah mencapai sasaran tahun ketiga Repelita VI yang juga sebesar 11,8 persen.

I/54

Page 55: BAB I · Web viewPerkembangan persetujuan PMDN dan PMA tersebut juga diikuti dengan meningkatnya persebaran investasi ke kawasan Timur Indonesia (KTI). Dari keseluruhan nilai tersebut

Guna lebih mengefektifkan pelaksanaan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun pada jalur luar sekolah, pelaksa- naan kelompok belajar (kejar) Paket A setara SD dan kejar Paket B setara SLTP juga terus ditingkatkan. Pada tahun 1996/97 kejar Paket A menjangkau sekitar 1,8 juta orang, sementara kejar Paket B menjangkau 330 ribu orang.

Dalam rangka membentuk manusia Indonesia yang sehat dan

menghargai kesehatan pada tahun 1996/97 telah dilakukan upaya perluasan pemasalan olahraga, peningkatan kesegaran jasmani dan rekreasi, pemantauan bakat, pembibitan, dan peningkatan prestasi olahraga. Pemasalan olahraga diselenggarakan melalui pembinaan dan pembentukan 1.216 klub/perkumpulan olahraga yang tersebar di sekolah maupun luar sekolah. Pada tahun 1996/97, kegiatan-kegiatan tersebut didukung dengan pembangunan berbagai sarana dan prasarana olahraga, antara lain di 10 perguruan tinggi dan 8 daerah tingkat II. Pemilihan terhadap perguruan tinggi dan daerah tingkat II tersebut didasarkan pada prioritas pembangunan di bidang olah raga.

Guna melestarikan nilai-nilai budaya nasional, maka pada tahun 1996/97 telah dilakukan upaya pembinaan dan pengembangan kebahasaan dan kesastraan, kepustakaan, kesenian, dan peninggalan sejarah serta permuseuman. Selain itu, dalam tahun 1996/97 telah dilanjutkan pembangunan 5 Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradi- sional, serta penyelenggaraan Festival Seni Internasional yang diikuti oleh negara-negara nonblok.

Pembangunan kesehatan merupakan unsur yang sangat penting pula dalam rangka pembangunan sumber daya manusia. Berbagai kegiatan program kesehatan dalam tahun ketiga Repelita VI telah dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kualitas serta pemerataan

I/55

Page 56: BAB I · Web viewPerkembangan persetujuan PMDN dan PMA tersebut juga diikuti dengan meningkatnya persebaran investasi ke kawasan Timur Indonesia (KTI). Dari keseluruhan nilai tersebut

jangkauan pelayanan kesehatan dan gizi, mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi, mendorong peran serta aktif masyarakat termasuk dunia usaha dalam pembangunan kesehatan, serta meningkatkan kesadaran masyarakat untuk hidup sehat dan bersih serta peduli terhadap lingkungannya.

Pembangunan kesehatan meliputi antara lain kegiatan imunisasi. Vaksinasi polio melalui pekan imunisasi nasional (PIN) telah mencakup 23,5 juta anak balita. Imunisasi dasar (BCG, DPT, Polio, dan Campak) pada bayi mencapai 91 persen. Kinerja tersebut telah melampaui sasaran Universal Child Immunization (UCI) yang dite- tapkan oleh konferensi tingkat tinggi anak sedunia (World Summit for Children), yaitu sebesar 80,0 persen. Imunisasi hepatitis B bagi bayi baru lahir mulai dikembangkan di seluruh propinsi walaupun masih terbatas di beberapa dati II.

Kegiatan penanggulangan berbagai penyakit menular juga meningkat. Dalam upaya penanggulangan penyakit tuberkulosis paru (TB-paru), pemeriksaan bakteriologis mencapai sekitar 659,9 ribu sediaan dahak serta pengobatan dilaksanakan terhadap sekitar 148,9 ribu penderita melalui penggunaan panduan obat jangka pendek (6 bulan) dan pengawasan langsung menelan obat sesuai dengan rekomendasi World Health Organization (WHO).

Peningkatan jumlah sarana pelayanan kesehatan seperti pus- kesmas dan rumah sakit juga menunjukkan penyebaran yang makin merata dengan didukung oleh peningkatan jumlah dan penyebaran yang makin baik dalam tenaga kesehatan terutama dokter, dokter gigi, tenaga paramedis, dan bidan. Berbagai upaya tersebut diharapkan dapat meningkatkan kesehatan ibu dan anak, keadaan gizi masyarakat, menurunkan angka kematian bayi dan balita, serta memperpanjang usia harapan hidup rata-rata penduduk.

I/56

Page 57: BAB I · Web viewPerkembangan persetujuan PMDN dan PMA tersebut juga diikuti dengan meningkatnya persebaran investasi ke kawasan Timur Indonesia (KTI). Dari keseluruhan nilai tersebut

Dalam rangka mewujudkan kemandirian rumah sakit, secara bertahap rumah-rumah sakit pemerintah yang dinilai mampu mulai dikembangkan menjadi unit swadana, yaitu dengan memberikan otonomi yang lebih besar kepada rumah sakit terutama dalam pengelolaan pendapatan dan pengeluaran rumah sakit dengan tetap memperhatikan fungsi-fungsi sosial dan prinsip-prinsip ekonomi. Dengan demikian melalui pengembangan unit swadana ini dimungkinkan terjadinya subsidi silang kepada rumah sakit yang lemah, sedangkan rumah sakit yang telah mandiri dapat meningkatkan mutu pelayanannya. Di samping itu melalui pola ini dimungkinkan pula subsidi silang antara penderita yang mampu dengan yang tidak mampu. Sampai dengan tahun 1996/97, rumah sakit yang terdaftar sebagai rumah sakit swadana telah berjumlah 48 rumah sakit.

Dalam pembangunan kesejahteraan sosial, dilakukan upaya pembinaan masyarakat terasing, pembinaan kesejahteraan sosial bagi fakir miskin, pembinaan petugas sosial, pemberian bantuan bagi orang lanjut usia, pelayanan sosial anak telantar, serta rehabilitasi penyandang cacat dan korban narkotika. Kegiatan pembinaan masyarakat terasing dalam tahun 1996/97 mencapai 6.485 KK. Sementara itu pembinaan kesejahteraan sosial bagi fakir miskin pada tahun 1996/97 mencapai 21.500 KK yang tersebar di 592 desa di luar desa IDT di seluruh propinsi. Di samping itu untuk mendukung program IDT pada tahun 1996/97 dilanjutkan pembinaan bagi 718 orang petugas sosial kecamatan (PSK) yang ditempatkan di desa-desa miskin yang membutuhkan penanganan khusus sebagai pendamping purna waktu bagi kelompok masyarakat yang memperoleh bantuan program IDT.

Dalam upaya pemberian bantuan bagi orang lanjut usia yang tidak mampu, pada tahun 1996/97 telah diberikan bantuan bagi lebih

I/57

Page 58: BAB I · Web viewPerkembangan persetujuan PMDN dan PMA tersebut juga diikuti dengan meningkatnya persebaran investasi ke kawasan Timur Indonesia (KTI). Dari keseluruhan nilai tersebut

dari 48 ribu orang. Sementara itu pelayanan sosial bagi anak telantar pada tahun 1996/97 telah diberikan kepada 261 ribu orang anak telantar baik yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun masyarakat atau meningkat 9,3 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Selain itu, telah dilayani dan direhabilitasi sejumlah 46,6 ribu orang penyandang cacat, sedangkan anak nakal dan korban penyalahgunaan narkotika yang telah direhabilitasi berjumlah 3,0 ribu orang anak. Pada tahun tersebut juga telah direhabilitasi dan diresosialisasikan sebanyak 4,4 ribu orang tunasosial yang terdiri dari 1,2 ribu orang tuna susila, 1,7 ribu orang gelandangan dan pengemis, serta 1,6 ribu orang mantan narapidana.

Kejadian bencana alam, antara lain, bencana alam banjir, tanah longsor, angin ribut, gempa bumi dan kebakaran pada tahun 1996/97 relatif kecil bila dibandingkan dengan tahun 1995/96. Bencana alam yang terjadi tersebar dibeberapa propinsi rawan bencana. Bantuan pada saat terjadinya bencana diberikan dalam bentuk pelayanan gawat darurat berupa pertolongan pertama pada saat terjadinya bencana, pemberian bantuan darurat obat dan bahan kesehatan lainnya, pengobatan dan perawatan kesehatan baik di sekitar lokasi kejadian, di puskesmas-puskesmas terdekat, serta di rumah-rumah sakit bagi korban yang memerlukan perawatan khusus dokter ahli, serta pengungsian dan penampungan korban bencana di tempat yang lebih aman dengan didukung penyediaan dapur umum. Setelah itu diberikan bantuan untuk merehabilitasi rumah, prasarana, dan bangunan umum yang mengalami kerusakan karena bencana alam tersebut.

Untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana alam geologis pada tahun 1996/97 terus dilakukan kegiatan pemetaan, identifikasi, dan penyelidikan daerah-daerah rawan bencana. Di samping itu dilakukan pula kegiatan perbaikan dan pengendalian alur

I/58

Page 59: BAB I · Web viewPerkembangan persetujuan PMDN dan PMA tersebut juga diikuti dengan meningkatnya persebaran investasi ke kawasan Timur Indonesia (KTI). Dari keseluruhan nilai tersebut

sungai yang dilaksanakan pada beberapa ruas sungai kritis sepanjang 184 km, antara lain dalam bentuk waduk tunggu, tanggul, perbaikan alur, perkuatan tebing, saluran banjir, dan stasiun pompa. Kegiatan pengendalian banjir juga dilakukan untuk mengamankan sentra produksi pertanian di sepanjang sungai-sungai dan mengendalikan daya rusak banjir lahar akibat letusan gunung berapi yang sekaligus melindungi desa dan kota di bagian hilirnya.

Upaya mendayagunakan dan menyiapkan tenaga pertahanan sipil (hansip) dan satuan perlindungan masyarakat (linmas) dalam penang- gulangan bencana terus dilanjutkan. Guna memelihara kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana, pada tahun 1996/97 telah dilatih sebanyak 100 orang instruktur penanggulangan bencana, dan 800 orang satuan tugas sosial penanggulangan bencana (satgasos - PB).

Peningkatan tanggap darurat terhadap kejadian bencana pada tahun 1996/97, telah dilaksanakan melalui upaya-upaya peningkatan pelayanan jasa pencarian dan penyelamatan (SAR) yang difokuskan pada peningkatan kemampuan dan kecepatan tindak awal SAR.

Upaya pembangunan di bidang kependudukan telah menunjukkan hasil yang menggembirakan. Laju pertumbuhan penduduk telah dapat diturunkan menjadi 1,6 persen, angka kematian bayi menjadi sebesar 54 per seribu kelahiran, angka kematian kasar turun menjadi 7,6 per seribu penduduk, angka kelahiran kasar menjadi 23,3 per seribu penduduk, dan angka rata-rata harapan hidup telah meningkat menjadi 63,9 tahun. Pada tahun 1996, jumlah penduduk Indonesia diperkirakan telah mencapai 198,3 juta orang, yang terdiri dari 98,9 juta laki-laki dan 99,4 juta perempuan. Sedangkan jumlah penduduk secara keseluruhan telah berkembang menjadi sekitar 200 juta orang pada awal Pebruari 1997.

I/59

Page 60: BAB I · Web viewPerkembangan persetujuan PMDN dan PMA tersebut juga diikuti dengan meningkatnya persebaran investasi ke kawasan Timur Indonesia (KTI). Dari keseluruhan nilai tersebut

Upaya peningkatan kualitas keluarga dilakukan melalui pening- katan pengaturan kelahiran, pendewasaan usia perkawinan, serta pengembangan pengetahuan, sikap dan perilaku yang positif pada generasi muda dan remaja terhadap masalah pembangunan keluarga sejahtera. Jumlah peserta keluarga berencana (KB) baru telah meningkat dari 4,2 juta orang pada tahun 1993/94 menjadi 5,8 juta orang pada tahun 1996/97. Di samping itu juga terdapat peningkatan pada jumlah peserta KB aktif, dari sebesar 21,5 juta orang pada akhir Repelita V, menjadi 25,5 juta orang pada tahun 1996/97.

Upaya peningkatan peran wanita dilakukan, antara lain melalui pendidikan dan pelatihan. Pada tahun 1996/97 jumlah murid wanita di tingkat SD tidak termasuk MI, SLTP tidak termasuk MTs, SLTA tidak termasuk MA, dan Perguruan Tinggi masing-masing adalah 12,4 juta orang, 3,6 juta orang, 2,1 juta orang, dan 946,8 ribu orang. Kecuali pada tingkat SD tidak termasuk MI, dimana jumlah murid wanitanya menurun dibandingkan dengan tahun 1995/96 yang sebesar 12,5 juta orang, jumlah murid wanita pada jenjang pendidikan lainnya meningkat bila dibandingkan dengan tahun 1995/96, yaitu masing-masing sebesar 3,2 juta orang, 1,9 juta orang, dan 904,1 ribu orang. Penurunan jumlah murid wanita di tingkat SD sejalan dengan penurunan jumlah murid SD keseluruhan.

Dalam upaya perluasan kesempatan kerja bagi wanita dilakukan penyuluhan dan pelatihan dalam bentuk kelompok usaha bersama (KUB) antara lain melalui proyek pembinaan dan peningkatan pendapatan petani nelayan kecil (P4K). Sampai dengan tahun 1996/97, kegiatan P4K telah mencakup 17.950 kelompok petani-nelayan kecil (KPK) wanita. Satuan penggerak Pembinaan Kesejah- teraan Keluarga (PKK) sejak tahun 1995/96 telah mencakup seluruh desa dan kelurahan di Indonesia. Pembinaan bagi ibu dan anggota

I/60

Page 61: BAB I · Web viewPerkembangan persetujuan PMDN dan PMA tersebut juga diikuti dengan meningkatnya persebaran investasi ke kawasan Timur Indonesia (KTI). Dari keseluruhan nilai tersebut

keluarganya melalui Kelompok Bina Keluarga Balita (BKB) terus ditingkatkan. Juga terus dikembangkan usaha swadaya wanita desa (USWD) sebagai bagian dari pembangunan kesejahteraan sosial. Pada tahun 1996/97, mulai diupayakan pembentukan indikator jender menurut sektor yang ditujukan untuk mengukur keberhasilan pemba- ngunan kemitrasejajaran pria dan wanita di setiap sektor pembangunan.

Pembinaan anak dan remaja merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) sebagai insan sejak dalam kandungan sampai usia dewasa. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut dilaksanakan program lintas sektor yang didukung oleh partipasi masyarakat. Pembinaan anak dan remaja telah mencatat berbagai kemajuan penting terutama di bidang pendidikan, kesehatan dan gizi, serta pembinaan dan perlindungan hukum.

Pemuda memegang peran yang sangat penting sebagai generasi penerus bangsa. Kegiatan pembangunan pemuda dalam tahun 1996/97 dilakukan diantaranya melalui peningkatan peran serta pemuda dalam pembangunan dan peningkatan kepeloporan dan kepemimpinan pemuda dalam pembangunan.

Peningkatan kepeloporan dan kepemimpinan pemuda dalam pembangunan tercermin dengan ditempatkannya sebanyak 1.500 orang sarjana penggerak pembangunan perdesaan (SP3) dan sebagai sarjana pendamping purna waktu yang tersebar di daerah perdesaan dengan tujuan membantu dan meningkatkan motivasi masyarakat dalam mengembangkan usaha-usaha ekonomi produktif.

Pembangunan hukum telah menyadarkan masyarakat akan pen- tingnya berperilaku tertib. Kesadaran hukum yang tinggi mencer- minkan kesadaran setiap orang akan hak dan kewajibannya sebagai warga negara dan warga masyarakat. Sebagai hasil pembangunan,

I/61

Page 62: BAB I · Web viewPerkembangan persetujuan PMDN dan PMA tersebut juga diikuti dengan meningkatnya persebaran investasi ke kawasan Timur Indonesia (KTI). Dari keseluruhan nilai tersebut

tuntutan masyarakat untuk memperoleh perlakuan yang layak dalam melaksanakan hak dan kewajibannya telah semakin meningkat. Pembaharuan hukum terus dilaksanakan melalui penyesuaian dan penyusunan berbagai peraturan perundang-undangan agar lebih tanggap dalam menghadapi perubahan global maupun meningkatnya tuntutan akan pelayanan umum yang berkualitas.

Upaya untuk meningkatkan kesadaran politik rakyat dan mem- bangun kehidupan politik di atas landasan Pancasila dan UUD 1945 terus dilanjutkan, disertai dengan upaya memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa. Kegiatan yang penting dalam pembangunan politik adalah penghayatan, pengamalan, dan pembudayaan Pancasila dalam segenap aspek kehidupan bangsa. Pemilu tahun 1997 telah diselenggarakan dengan baik dan dengan hasil yang menggembirakan, dalam arti bahwa lebih dari 90 persen dari warganegara yang berhak memilih telah menggunakan hak pilihnya. Suasana keterbukaan yang berkembang telah memberikan peluang bagi berkembang dan tersalurnya aspirasi masyarakat yang semakin meningkat dalam mekanisme yang konstitusional dan demokratis.

Di bidang hubungan luar negeri, sikap politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif dan selalu diarahkan untuk mendukung terciptanya perdamaian dunia, telah menempatkan Indonesia dalam posisi dan peranan yang makin mantap dan dipercaya dalam perca- turan politik regional dan global.

Pembangunan penerangan, komunikasi, dan media massa dalam tahun ke tiga Repelita VI terus ditingkatkan melalui berbagai kegiatan pengembangan operasi penerangan, pembinaan, serta pengembangan radio, televisi, film, dan pers.

I/62

Page 63: BAB I · Web viewPerkembangan persetujuan PMDN dan PMA tersebut juga diikuti dengan meningkatnya persebaran investasi ke kawasan Timur Indonesia (KTI). Dari keseluruhan nilai tersebut

Pembangunan pertahanan keamanan (hankam) dalam Repelita VI telah berjalan dengan mantap. Angkatan Bersenjata Republik Indo- nesia (ABRI) sebagai komponen inti pertahanan keamanan negara (hankamneg) bersama-sama komponen lainnya telah senantiasa mampu mengantisipasi dan mengatasi segala macam gangguan yang dapat mengancam stabilitas nasional, keutuhan dan persatuan serta kesatuan bangsa.

Keberhasilan pembangunan nasional ditentukan oleh kualitas dan kemampuan aparatur pemerintah dan sistem pengawasan baik dalam rangka menyelenggarakan tugas pemerintahan umum maupun pembangunan. Pembangunan aparatur negara berupaya meningkatkan pendayagunaan seluruh aspek sistem administrasi negara baik di tingkat pusat maupun daerah. Sejalan dengan itu, sistem dan pelaksanaan pengawasan terus disempurnakan dan ditingkatkan agar proses pembangunan dapat berjalan lebih efisien, efektif, dan mencapai hasil yang optimal.

Di bidang kelembagaan, antara lain dilakukan penataan kembali susunan, koordinasi dan saling hubungan, serta tata kerja pada organisasi pemerintah pusat, daerah, dan perwakilan RI di luar negeri. Di bidang ketatalaksanaan antara lain dilakukan penyem- purnaan peraturan, ketentuan, dan prosedur saling hubungan peme- rintah dan masyarakat. Di bidang kepegawaian dilakukan penyempur- naan sistem formasi dan pengadaan pegawai, peningkatan kualitas dan pembinaan karier pegawai, dan perbaikan penghasilan pegawai baik sebelum maupun pada masa pensiun.

Dalam rangka menghadapi proses globalisasi dan liberalisasi perdagangan yang menuntut peningkatan kemampuan daya saing bangsa, pembangunan sistem informasi dan statistik yang merupakan instrumen penting dalam menunjang manajemen pembangunan

I/63

Page 64: BAB I · Web viewPerkembangan persetujuan PMDN dan PMA tersebut juga diikuti dengan meningkatnya persebaran investasi ke kawasan Timur Indonesia (KTI). Dari keseluruhan nilai tersebut

nasional dilanjutkan dan ditingkatkan. Kegiatan yang dilakukan selama tiga tahun pelaksanaan Repelita VI diprioritaskan pada penataan kelembagaan, peningkatan kualitas sumber daya manusia, pengembangan sistem data, pembangunan infrastruktur informasi dan diseminasi informasi, serta pembinaan industri teknologi informasi. Melalui upaya tersebut, sistem informasi di berbagai sektor makin maju dan berkembang, akses terhadap informasi makin mudah, penyelenggaraan sistem informasi makin terpadu, jumlah dan mutu tenaga profesional di bidang teknologi informasi makin meningkat, serta produksi dan ekspor industri teknologi informasi juga meningkat.

Salah satu kegiatan pengumpulan data yang dilakukan pada tahun

1996/97 ini adalah Sensus Ekonomi 1996 (SE96) yang telah memasuki tahun ketiga. SE96 mencakup kegiatan sensus sampel peru- sahaan nondirektori (tidak berbadan hukum) atau usaha rumah tangga (PND/URT), post enumeration survey (PES) pencacahan usaha PND/URT, persiapan pemutakhiran direktori terpadu perusahaan, pilot pencacahan perusahaan direktori SE96, serta gladi bersih pencacahan perusahaan direktori SE96.

Dalam rangka penyempurnaan kelembagaan statistik pada tahun 1996/97 telah diundangkan UU No. 16 Tahun 1997 Tentang Statistik. UU ini menggantikan UU No. 6 Tahun 1960 tentang Sensus dan UU No. 7 Tahun 1960 tentang Statistik. Melalui undang-undang ini di- harapkan kelembagaan statistik akan dapat menampung perkembangan kestatistikan yang pesat, yang didorong oleh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang cepat sehingga dapat menunjang pembangunan nasional dan segenap kegiatan kehidupan masyarakat yang membutuhkan informasi statistik dalam memasuki abad ke-21.

I/64