bab i - wawasan pendidikan | semua serba pendidikan … · web view... di lapangan ada beberapa...

195
Pengantar : Tulisan ini merupakan naskah karya Prof. Dr. Nana Sudjana, dkk. (2006), yang berjudul Standar Mutu Pengawas yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Direktorat Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional. Dalam naskah ini dibahas tentang : (1) Pendahuluan; (2) Hakekat Pengawas dan Kepengawasan; (3) Tugas Pokok dan Fungsi; (4) Kompetensi dan Sertifikasi; (5) Kualifikasi Rekruitmen dan Seleksi; dan (6) Kinerja dan Hasil Kerja; (7) Pembinaan dan Pengembangan; (8) Pendidikan dan latihan; (9) Penghargaan dan Perlindungan; (10) Pemberhentian dan Pensiun dan (11) Penutup Isi naskah bukanlah merupakan kebijakan formal tentang kepengawasan sekolah, akan tetapi merupakan naskah akademik yang sudah diuji secara empiris dengan melibatkan berbagai pihak, terutama pengawas sekolah, dinas pendidikan, kepala sekolah dan pihak terkait lainnya. Untuk kepentingan penyebaran pengetahuan, maka penulis berusaha mempublikasikan naskah tersebut melalui forum ini. Semoga bermanfaat.

Upload: vantram

Post on 20-May-2018

217 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

Pengantar :

Tulisan ini merupakan naskah karya Prof. Dr. Nana Sudjana, dkk. (2006), yang berjudul Standar Mutu Pengawas yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Direktorat Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional. Dalam naskah ini dibahas tentang : (1) Pendahuluan; (2) Hakekat Pengawas dan Kepengawasan; (3) Tugas Pokok dan Fungsi; (4) Kompetensi dan Sertifikasi; (5) Kualifikasi Rekruitmen dan Seleksi; dan (6) Kinerja dan Hasil Kerja; (7) Pembinaan dan Pengembangan; (8) Pendidikan dan latihan; (9) Penghargaan dan Perlindungan; (10) Pemberhentian dan Pensiun dan (11) Penutup

Isi naskah bukanlah merupakan kebijakan formal tentang kepengawasan sekolah, akan tetapi merupakan naskah akademik yang sudah diuji secara empiris dengan melibatkan berbagai pihak, terutama pengawas sekolah, dinas pendidikan, kepala sekolah dan pihak terkait lainnya.

Untuk kepentingan penyebaran pengetahuan, maka penulis berusaha mempublikasikan naskah tersebut melalui forum ini.

Semoga bermanfaat.

Page 2: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

STANDAR MUTU PENGAWAS

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONALDIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN

TENAGA KEPENDIDIKANDIREKTORAT TENAGA KEPENDIDIKAN

2006

Page 3: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

STANDAR MUTU PENGAWAS

KELOMPOK KERJA PENGAWAS

Prof. Dr. Nana Sudjana (Ketua)Dr. Nugroho, M.Psi. (Sekretaris)

Dr. Slameto, M.Pd. (Anggota)Drs. Sofjan Salim, MM (Anggota)Drs. Mudiyono, M.Pd. (Anggota)

Dra. Maria Widiani, MA (Anggota)Ir. Oktavia Suwardana, M.Pd. (Anggota)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONALDIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN

TENAGA KEPENDIDIKANDIREKTORAT TENAGA KEPENDIDIKAN

2006

© DEPDIKNAS 2006

Page 4: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

KATA PENGANTAR

Peningkatan mutu pendidikan telah menjadi komitmen Departemen Pendidikan Nasional yang ditunjukkan dengan dibentuknya Direktorat Jenderal Baru yakni Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK). Ada beberapa Direktorat di lingkungan Ditjen PMPTK, satu diantaranya adalah Direktorat Tenaga Kependidikan. Direktorat ini bertugas meningkatkan mutu tenaga kependidikan yang terdiri atas tenaga pengawas sekolah/satuan pendidikan, kepala sekolah, tata usaha, laboran/teknisi dan tenaga perpustakaan. Berkaitan dengan itu maka program kerja dari Direktorat Tenaga Kependidikan Ditjen PMPTK adalah menyiapkan berbagai rumusan kebijakan yang terkait dengan upaya peningkatan mutu kelima tenaga kependidikan di atas.

Salah satu tenaga kependidikan yang dinilai strategik dan penting untuk meningkatkan kualitas kinerja sekolah adalah tenaga pengawas sekolah/satuan pendidikan atau supervisor yang bertugas melakukan pembinaan dan pengawasan di bidang akademik dan bidang manajerial. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan mutu tenaga pengawas ditempuh melalui perbaikan dan penyem-purnaan sejumlah komponen mulai dari rumusan; konsep-prinsip dan tugas pokok pengawas, kompetensi dan sertifikasi, kualifikasi-rekruitmen dan seleksi, kinerja dan hasil kerja, pembinaan dan pengembangan karir, pernghargaan dan perlindungan sampai pada pemberhentian dan pensiun. Naskah ini berisi uraian tentang komponen-komponen di atas dalam rangka meningkatkan mutu tenaga pengawas sekolah/satuan pendidikan.

Naskah ini disiapkan oleh Direktorat Tenaga Kependidikan dengan bantuan kelompok kerja dari akademisi LPTK. Isi naskah sudah diuji secara empiris melibatkan berbagai pihak terutama pengawas sekolah, dinas pendidikan, kepala sekolah dan pihak terkait lainnya.

Pada akhirnya besar harapan kami peningkatan mutu tenaga pengawas sebagaimana dikembangkan dalam naskah ini dapat dilaksanakan oleh berbagai pihak dalam kerangka peningkatan mutu pendidikan. Kepada semua pihak yang berpartisipasi dalam penyusunan naskah ini kami ucapkan terima kasih dan penghargaan tak terhingga, semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahnya. Amien.

Jakarta Juni 2006Direktur Tenaga Kependidikan

Surya Dharma, MPA, Ph.DNIP. 130783511

© DEPDIKNAS 2006 i

Page 5: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1

BAB II HAKIKAT KEPENGAWASAN....................................................... 5

A. Pengawas dan Kepengawasan ................................................... 5B. Bidang Pengawasan ................................................................... 13

BAB III TUGAS POKOK DAN FUNGSI....................................................... 16

A. Tugas Pokok............................................................................... 16B. Fungsi ....................................................................................... 21C. Kewenangan dan Hak................................................................. 22

BAB IV KOMPETENSI DAN SERTIFIKASI ............................................... 25

A. Kompetensi................................................................................. 25B. Sertifikasi ................................................................................... 31

BAB V KUALIFIKASI REKRUITMEN DAN SELEKSI ........................... 37

A. Kualifikasi................................................................................... 37B. Persyaratan ................................................................................. 38C. Rekruitmen................................................................................. 41D. Seleksi Calon Pengawas ............................................................ 44

BAB VI KINERJA DAN HASIL KERJA ..................................................... 46

A. Kinerja dan Penilaian KinerjaPengawas..................................... 46B. Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja Pengawas...................... 48C. Indikator Kinerja Pengawas ....................................................... 50D. Instrumen Penilaian Kinerja....................................................... 52E. Mekanisme Penilaian Kinerja .................................................... 54

BAB VII PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN ..................................... 59

A. Pentingnya Pembinaan dan Pengembangan Karir...................... 59B. Tujuan Pembinaan...................................................................... 62C. Pembinaan untuk Peningkatan Kualifikasi Pendidikan ............ 63D. Pembinaan Kemampuan Profesional.......................................... 67E. Pembinaan Karir......................................................................... 73F. Sumber Daya Pembinaan............................................................ 75

© DEPDIKNAS 2006 ii

Page 6: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

BAB VIII PENDIDIKAN DAN PELATIHAN .............................................. 78

A. Kebutuhan Diklat ....................................................................... 78B. Tujuan dan Hasil Diklat.............................................................. 79C. Diklat Jenjang Dasar................................................................... 80D. Diklat Jenjang Lanjut.................................................................. 83E. Diklat Jenjang Menengah........................................................... 82F. Diklat Jenjang Tinggi................................................................. 88G. Perencanaan dan Pelaksanaan Diklat.......................................... 88H. Evaluasi Diklat............................................................................ 90

BAB IX PENGHARGAAN DAN PERLINDUNGAN.................................. 96

A. Konsep Penghargaan dan Perlindungan..................................... 96B. Penghargaan dan Perlindungan serta Prestasi Kerja .................. 97C. Tujuan Penghargaan .................................................................. 99D. Prinsip Pemberian Penghargaan................................................. 100E. Sasaran dan Ruang Lingkup Penghargaan ................................ 102F. Jenis Penghargaan Pengawas...................................................... 102G. Bentuk Penghargaan................................................................... 103H. Kriteria Penghargaa.................................................................... 104I. Mekanisme Penghargaan............................................................ 105J. Perlindungan .............................................................................. 105

BAB X PEMBERHENTIAN DAN PENSIUN ............................................. 107

1. Pemberhentian............................................................................. 1072. Pensiun......................................................................................... 110

BAB IX PENUTUP......................................................................................... 114

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 115

© DEPDIKNAS 2006 iii

Page 7: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

BAB IPENDAHULUAN

Masalah pokok pendidikan kita dewasa ini adalah peningkatan mutu pada setiap

jenis, jenjang dan jalur pendidikian. Oleh sebab itu, pemerintah menetapkan

delapan standar nasional pendidikan yakni: (1) standar isi, (2) standar proses, (3)

standar kompetensi lulusan, (4) standar pendidik dan tenaga kependidikan, (5)

standar sarana dan prasarana, (6) standar pengelolaan, (7) standar pembiayaan,

dan (8) standar penilaian pendidikan (PP. No. 19 Tahun 2005). Standar nasional

pendidikan sebagaimana dikemukakan di atas, pada hakekatnya menjadi arah dan

tujuan penyelenggaraan pendidikan. Dengan kata lain, standar nasional

pendidikan harus menjadi acuan sekaligus kriteria dalam menetapkan

keberhasilan penyelenggaraan pendidikan.

Salah satu standar yang dinilai paling langsung berkaitan dengan mutu lulusan

adalah standar pendidik dan tenaga kependidikan. Untuk dapat mencapai mutu

pendidikan yang diinginkan, tenaga pendidik atau guru dituntut memiliki

kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran. Kualifikasi

akademik ditunjukkan dengan ijazah dan atau sertifikat keahlian yang relevan

dengan kualifikasi minimal sarjana (S1) pada setiap jenis dan jenjang pendidikan.

Sedangkan kompetensi tenaga pendidik mencakup kompetensi pribadi,

pedagogik, sosial dan kompetensi professional.

Selain tenaga pendidik, peningkatan mutu pendidikan juga menuntut adanya

tenaga kependidikan yang memadai. Tenaga kependidikan yang ada dan

memerlukan pembinaan dan pengembangannya pada saat ini terdiri atas: (1)

tenaga kepala sekolah, (2) tenaga pengawas, (3) tenaga laboran/teknisi, (4) tenaga

perpustakaan dan (5) tenaga tata usaha. Tenaga kependidikan di atas terutama

tenaga laboran, tenaga perpustakaan dan tata usaha kurang mendapat perhatian

dalam hal pembinaan dan pengembangannya dibandingkan dengan tenaga

pendidik. Sedangkan tenaga kepala sekolah dan tenaga pengawas sudah ada dan

© DEPDIKNAS 2006 1

Page 8: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

sudah berfungsi di setiap jenis dan jenjang pendidikan, walaupun pembinaan dan

pengembangan secara akademik masih belum terpola dan berkesinambungan.

Tenaga pengawas TK/SD, SMP, SMA dan SMK merupakan tenaga kependidikan

yang peranannya sangat penting dalam membina kemampuan profesional tenaga

pendidik dan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja sekolah. Pengawas

sekolah berfungsi sebagai supervisor baik supervisor akademik maupun

supervisor manajerial. Sebagai supervisor akademik, pengawas sekolah

berkewajiban untuk membantu kemampuan profesional guru agar guru dapat

meningkatkan mutu proses pembelajaran. Sedangkan sebagai supervisor

manajerial, pengawas berkewajiban membantu kepala sekolah agar mencapai

sekolah yang efektif. Pembinaan dan pengawasan kedua aspek tersebut hendaknya

menjadi tugas pokok pengawas sekolah. Oleh sebab itu tenaga pengawas harus

memiliki kualifikasi dan kompetensi yang lebih unggul dari guru dan kepala

sekolah. Peranan pengawas hendaknya menjadi konsultan pendidikan yang

senantiasa menjadi pendamping bagi guru dan kepala sekolah dalam

meningkatkan mutu pendidikan. Lebih dari itu kehadiran pengawas harus menjadi

agen dan pelopor dalam inovasi pendidikan di sekolah binaannya. Kinerja

pengawas salah satunya harus dilihat dari kemajuan-kemajuan yang dicapai oleh

sekolah binaannya. Dalam konteks itu maka mutu pendidikan di sekolah yang

dibinanya akan banyak tergantung kepada kemampuan profesional tenaga

pengawas.

Kondisi saat ini kualifikasi dan kompetensi pengawas belum sebagaimana yang

diharapkan. Di beberapa daerah para pengawas menyatakan bahwa wawasan

akademik dirinya berada di bawah guru dan kepala sekolah sebab mereka tidak

pernah disentuh dengan inovasi yang terjadi. Temuan di lapangan dari pengawas

yang hampir mewakili semua propinsi, menunjukkan tenaga pengawas kurang

diminati sebab rekruitmen pengawas bukan karena prestasi tetapi semacam

tenaga buangan dari kepala sekolah dan guru atau tenaga struktural yang

memperpanjang masa pensiun. Kualifikasi pendidikan para pengawas umumnya

sarjana (S1) namun masih ada yang belum sarjana terutama pengawas TK/SD,

© DEPDIKNAS 2006 2

Page 9: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

dan yang berpendidikan sarjana pun bidang ilmunya masih ada yang kurang

relevan dengan bidang kepengawasannya. Usia rata-rata pengawas cukup tua

yakni 52 tahun dengan rata-rata masa kerja sebagai PNS 25 tahun. Sedangkan

masa kerja menjadi pengawas rata-rata 6 tahun. Jenjang karir pengawas masih

kurang jelas dan tidak berjalan sebagaimana mestinya. Pembinaan dan

pengembangan kemampuan profesional tenaga pengawas boleh dikatakan tidak

ada baik berupa Diklat kepengawasan, penataran khusus pengawas, seminar,

lokakarya dan kegiatan ilmiah lainnya. Bahkan dalam kegiatan

penataran/pelatihan guru, pelatihan kepala sekolah dan kegiatan akademik lainnya

pengawas tidak pernah dilibatkan. Tugas pokok yang rancu bahkan di beberapa

daerah menempatkan pengawas bukan lagi sebagai supervisor akademik dan

manajerial. Selain itu daya dukung kurang menunjang untuk melaksanakan tugas

kepengawasan satuan pendidikan. Biaya operasional/rutin untuk melaksanakan

tugas kepengawasan tidak memadai terlebih lagi untuk pengawasan di daerah

terpencil. Pengawas juga kurang diberikan penghargaan sebagaimana tenaga

pendidik seperti adanya guru teladan dan penghargaan lainnya.

Atas dasar itu, maka Direktorat Tenaga Kependidikan, Ditjen PMPTK sebagai

institusi baru di lingkungan Depdiknas menaruh perhatian terhadap pembinaan

dan pengembangan tenaga pengawas dalam kerangka peningkatan mutu

pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Pembinaan dan

pengembangan tenaga pengawas dimulai sejak rekruitmen dan seleksi, tugas

pokok dan fungsinya, kualifikasi dan kompetensi, pembinaan dan pengembangan

karir, penghargaan dan perlindungan, kesejahteraan serta aspek-aspek lainnya

sampai kepada pemberhentian dan hak pensiun. Pembinaan dan pengembangan

aspek di atas mutlak diperlukan agar dapat meingkatkan citra dan wibawa

akademik tenaga pengawas sehingga dapat melaksanakan tugas dan fungsinya

sebagai supervisor akademik dan supervisor manajerial demi tercapainya

peningkatan mutu sekolah. Pada sisi lain Direktorat Tenaga Kependidikan

memandang perlu melakukan pemetaan tenaga pengawas saat ini serta kebutuhan

tenaga pengawas di masa mendatang. Dalam konteks inilah Direktorat Tenaga

Kependidikan meluncurkan sejumlah program dan kegiatan untuk meningkatkan

© DEPDIKNAS 2006 3

Page 10: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

mutu tenaga pengawas satuan pendidikan/sekolah. Salah satu programnya

dituangkan dalam tulisan ini.

Isi tulisan ini menjelaskan program peningkatan standar mutu tenaga pengawas

sekolah/satuan pendidikan yang terdiri atas sebelas bab. Bab I pendahuluan yang

menguraikan kemengapaan peningkatan mutu tenaga pengawas dilakukan. Bab II

berisi hakekat kepengawasan yang menjelaskan arti pengawas dan pengawasan.

Bab III berisi tugas pokok dan fungsi. Bab IV berisi kualifikasi, rekruitmen dan

seleksi. Bab V berisi kompetensi dan sertifikasi. Bab VI berisi kinerja dan hasil

kerja. Bab VII berisi pembinaan dan pengembangan karir. Bab VIII berisi

Pendidikan dan Latihan. Bab IX berisi penghargaan dan perlindungan. Bab X

berisi pemberhentian dan pensiun. Bab XI penutup.

Naskah ini diharapkan menjadi bahan dan rujukan bagi siapapun yang tugasnya

berkaitan dengan peningkatan mutu pendidikan khususnya pada pendidikan dasar

dan menengah.

© DEPDIKNAS 2006 4

Page 11: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

BAB IIHAKIKAT KEPENGAWASAN

A. Pengawas dan Pengawasan

Ketika perencanaan pendidikan dikerjakan dan struktur organisasi

persekolahannyapun disusun guna memfasilitasi perwujudan tujuan

pendidikan, serta para anggota organisasi, pegawai atau karyawan dipimpin

dan dimotivasi untuk mensukseskan pencapaian tujuan, tidak dijamin

selamanya bahwa semua kegiatan akan berlangsung sebagaimana yang

direncanakan. Pengawasan sekolah itu penting karena merupakan mata rantai

terakhir dan kunci dari proses manajemen. Kunci penting dari proses

manajemen sekolah yaitu nilai fungsi pengawasan sekolah terletak terutama

pada hubungannya terhadap perencanaan dan kegiatan-kegiatan yang

didelegasikan (Robbins 1997). Holmes (t. th.) menyatakan bahwa ‘School

Inspection is an extremely useful guide for all teachers facing an Ofsted

inspection. It answers many important questions about preparation for

inspection, the logistics of inspection itself and what is expected of schools

and teachers after the event’.

Pengawasan dapat diartikan sebagai proses kegiatan monitoring untuk

meyakinkan bahwa semua kegiatan organisasi terlaksana seperti yang

direncanakan dan sekaligus juga merupakan kegiatan untuk mengoreksi dan

memperbaiki bila ditemukan adanya penyimpangan yang akan mengganggu

pencapaian tujuan (Robbins 1997). Pengawasan juga merupakan fungsi

manajemen yang diperlukan untuk mengevaluasi kinerja organisasi atau unit-

unit dalam suatu organisasi guna menetapkan kemajuan sesuai dengan arah

yang dikehendaki (Wagner dan Hollenbeck dalam Mantja 2001).

Oleh karena itu mudah dipahami bahwa pengawasan pendidikan adalah fungsi

manajemen pendidikan yang harus diaktualisasikan, seperti halnya fungsi

manajemen lainnya (Mantja 2001). Berdasarkan konsep tersebut, maka proses

perencanaan yang mendahului kegiatan pengawasan harus dikerjakan terlebih

© DEPDIKNAS 2006 5

Page 12: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

dahulu. Perencanaan yang dimaksudkan mencakup perencanaan:

pengorganisasian, wadah, struktur, fungsi dan mekanisme, sehingga

perencanaan dan pengawasan memiliki standard dan tujuan yang jelas.

Dalam proses pendidikan, pengawasan atau supervisi merupakan bagian tidak

terpisahkan dalam upaya peningkatan prestasi belajar dan mutu sekolah.

Sahertian (2000:19) menegaskan bahwa pengawasan atau supervisi

pendidikan tidak lain dari usaha memberikan layanan kepada stakeholder

pendidikan, terutama kepada guru-guru, baik secara individu maupun secara

kelompok dalam usaha memperbaiki kualitas proses dan hasil pembelajaran.

Burhanuddin (1990:284) memperjelas hakikat pengawasan pendidikan pada

hakikat substansinya. Substansi hakikat pengawasan yang dimaksud menunjuk

pada segenap upaya bantuan supervisor kepada stakeholder pendidikan

terutama guru yang ditujukan pada perbaikan-perbaikan dan pembinaan aspek

pembelajaran. Bantuan yang diberikan kepada guru harus berdasarkan

penelitian atau pengamatan yang cermat dan penilaian yang objektif serta

mendalam dengan acuan perencanan program pembelajaran yang telah dibuat.

Proses bantuan yang diorientasikan pada upaya peningkatan kualitas proses

dan hasil belajar itu penting, sehingga bantuan yang diberikan benar-benar

tepat sasaran. Jadi bantuan yang diberikan itu harus mampu memperbaiki dan

mengembangkan situasi belajar mengajar.

Pengawas satuan pendidikan/sekolah adalah pejabat fungsional yang

berkedudukan sebagai pelaksana teknis untuk melakukan pengawasan

pendidikan terhadap sejumlah sekolah tertentu yang ditunjuk/ditetapkan dalam

upaya meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar/bimbingan untuk

mencapai tujuan pendidikan (Pandong, A. 2003). Dalam satu kabupaten/kota,

pengawas sekolah dikoordinasikan dan dipimpin oleh seorang koordinator

pengawas (Korwas) sekolah/ satuan pendidikan (Muid, 2003).

Aktivitas pengawas sekolah selanjutnya adalah menilai dan membina

penyelenggaraan pendidikan pada sejumlah satuan pendidikan/sekolah

tertentu baik negeri maupun swasta yang menjadi tanggung jawabnya.

© DEPDIKNAS 2006 6

Page 13: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

Penilaian itu dilakukan untuk penentuan derajat kualitas berdasarkan kriteria

(tolak ukur) yang ditetapkan terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah.

Sedangkan kegiatan pembinaan dilakukan dalam bentuk memberikan arahan,

saran dan bimbingan (Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Republik Indonesia Nomor 020/U/1998 tanggal 6 Februari 1998).

Dengan menyadari pentingnya upaya peningkatan mutu dan efektifitas

sekolah dapat (dan memang tepat) dilakukan melalui pengawasan. Atas dasar

itu maka kegiatan pengawasan harus difokuskan pada perilaku dan

perkembangan siswa sebagai bagian penting dari: kurikulum/mata pelajaran,

organisasi sekolah, kualitas belajar mengajar, penilaian/evaluasi, sistem

pencatatan, kebutuhan khusus, administrasi dan manajemen, bimbingan dan

konseling, peran dan tanggung jawab orang tua dan masyarakat (Law dan

Glover 2000). Lebih lanjut Ofsted (2005) menyatakan bahwa fokus

pengawasan sekolah meliputi: (1) standard dan prestasi yang diraih siswa, (2)

kualitas layanan siswa di sekolah (efektifitas belajar mengajar, kualitas

program kegiatan sekolah dalam memenuhi kebutuhan dan minat siswa,

kualitas bimbingan siswa), serta (3) kepemimpinan dan manajemen sekolah.

Dari uraian di atas dapat dimaknai bahwa kepengawasan merupakan kegiatan

atau tindakan pengawasan dari seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab

dan wewenang melakukan pembinaan dan penilaian terhadap orang dan atau

lembaga yang dibinanya. Seseorang yang diberi tugas tersebut disebut

pengawas atau supervisor. Dalam bidang kependidikan dinamakan pengawas

sekolah atau pengawas satuan pendidikan. Pengawasan perlu dilakukan

dengan tujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan secara berkesinambung-

an pada sekolah yang diawasinya.

Indikator peningkatan mutu pendidikan di sekolah dilihat pada setiap

komponen pendidikan antara lain: mutu lulusan, kualitas guru, kepala sekolah,

staf sekolah (Tenaga Administrasi, Laboran dan Teknisi, Tenaga

Perpustakaan), proses pembelajaran, sarana dan prasarana, pengelolaan

sekolah, implementasi kurikulum, sistem penilaian dan komponen-lainnya. Ini

© DEPDIKNAS 2006 7

Page 14: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

berarti melalui pengawasan harus terlihat dampaknya terhadap kinerja sekolah

dalam meningkatkan mutu pendidikannya. Itulah sebabnya kehadiran

pengawas sekolah harus menjadi bagian integral dalam peningkatan mutu

pendidikan, agar bersama guru, kepala sekolah dan staf sekolah lainnya

berkolaborasi membina dan mengembangkan mutu pendidikan di sekolah

yang bersangkutan seoptimal mungkin sesuai dengan standar yang telah

ditetapkan.

Kiprah supervisor menjadi bagian integral dalam peningkatan mutu

pendidikan di sekolah yang dimaksud dapat dijelaskan dalam visualisasi

Gambar 1 tentang Hakikat Pengawasan. Dari visualisasi Gambar 1. tersebut

tampak bahwa hakikat pengawasan memiliki empat dimensi: (1) Support, (2)

Trust, (3) Challenge, dan (4) Networking and Collaboration. Keempat

dimensi hakikat pengawasan itu masing-masing dijelaskan berikut ini.

Dialog:NEGOSIASI, KOLABORASI

danNETWORKING

Data Sekolah:PRODUKTIVITAS, EFEKTIVITAS dan

EFISIENSI

Profil Dinamik:MASA DEPAN SEKOLAH

EVALUASI DIRISekolah

PENGAWASAN

Komunikasi:

ANTARSTAKEHOLDER

Kerjasama:PENGEMBANGAN

SEKOLAH scrKOLABORATIF

Gambar 1. Hakikat Pengawasan diadopsi dari Ofsted, 2003

© DEPDIKNAS 2006 8

Page 15: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

Dimensi pertama dari hakikat pengawasan yaitu dimensi Support. Dimensi ini

menunjuk pada hakikat kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh supervisor

itu harus mampu mendukung (support kepada) pihak sekolah untuk

mengevaluasi diri kondisi existing-nya. Oleh karena itu, supervisor bersama

pihak sekolah dapat melakukan analisis kekuatan, kelemahan dan potensi serta

peluang sekolahnya untuk mendukung peningkatan dan pengembangan mutu

pendidikan pada sekolah di masa yang akan datang.

Dimensi kedua dari hakikat pengawasan yaitu dimensi Trust. Dimensi ini

menunjuk pada hakikat kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh supervisor

itu harus mampu membina kepercayaan (trust) stakeholder pendidikan dengan

penggambaran profil dinamika sekolah masa depan yang lebih baik dan lebih

menjanjikan.

Dimensi ketiga dari hakikat pengawasan yaitu dimensi Challenge. Dimensi

ini menunjuk pada hakikat kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh

supervisor itu harus mampu memberikan tantangan (challenge)

pengembangan sekolah kepada stakeholder pendidikan di sekolah. Tantangan

ini harus dibuat serealistik mungkin agar dapat dan mampu dicapai oleh pihak

sekolah, berdasarkan pada situasi dan kondisi sekolah pada sat ini. Dengan

demikian stakeholder tertantang untuk bekerjasama secara kolaboratif dalam

rangka pengembangan mutu sekolah.

Dimensi keempat dari hakikat pengawasan yaitu dimensi Networking and

Collaboration. Dimensi ini menunjuk pada hakikat kegiatan pengawasan yang

dilakukan oleh supervisor itu harus mampu mengembangkan jejaring dan

berkolaborasi antar stakeholder pendidikan dalam rangka meningkatkan

produktivitas, efektivitas dan efisiensi pendidikan di sekolah.

Fokus dari keempat dimensi hakikat pengawasan itu dirumuskan dalam tiga

aktivitas utama pengawasan yaitu: negosiasi, kolaborasi dan networking.

Negosiasi dilakukan oleh supervisor terhadap stakeholder pendidikan dengan

fokus pada substansi apa yang dapat dan perlu dikembangkan atau

ditingkatkan serta bagaimana cara meningkatkannya. Kolaborasi merupakan

© DEPDIKNAS 2006 9

Page 16: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

inti kegiatan supervisi yang harus selalu diadakan kegiatan bersama dengan

pihak stakeholder pendidikan di sekolah binaannya. Hal ini penting karena

muara untuk terjadinya peningkatan mutu pendidikan ada pada pihak sekolah.

Networking merupakan inti hakikat kegiatan supervisi yang prospektif untuk

dikembangkan terutama pada era globalisasi dan cybernet teknologi seperti

sekarang ini. Jejaring kerjasama dapat dilakukan baik secara horisontal

maupun vertikal. Jejaring kerjasama secara horisontal dilakukan dengan

sesama sekolah sejenis untuk saling bertukar informasi dan sharing

pengalaman pengembangan mutu sekolah, misalnya melalui MKP, MKKS,

MGBS, MGMP. Jejaring kerjasama secara vertikal dilakukan baik dengan

sekolah pada aras dibawahnya sebagai pemasok siswa barunya, maupun

dengan sekolah pada jenjang pendidikan di atasnya sebagai lembaga yang

akan menerima para siswa lulusannya.

Berdasarkan ketentuan yang berlaku saat ini pengawas sekolah atau pengawas

satuan pendidikan adalah tenaga kependidikan profesional yang diberi tugas,

tanggung jawab, dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwewenang

untuk melakukan pembinaan dan pengawasan pendidikan di sekolah baik

pengawasan dalam bidang akademik (teknis pendidikan) maupun bidang

manajerial (pengelolaan sekolah). Jabatan pengawas adalah jabatan fungsional

bukan jabatan struktural sehingga untuk menyandang predikat sebagai

pengawas harus sudah berstatus tenaga pendidik/guru dan atau kepala

sekolah/wakil kepala sekolah, setidak-tidaknya pernah menjadi guru.

Berdasarkan rumusan di atas maka kepengawasan adalah aktivitas profesional

pengawas dalam rangka membantu sekolah binaannya melalui penilaian dan

pembinaan yang terencana dan berkesinambungan. Pembinaan diawali dengan

mengidentifikasi dan mengenali kelemahan sekolah binaannya, menganalisis

kekuatan/potensi dan prospek pengembangan sekolah sebagai bahan untuk

menyusun program pengembangan mutu dan kinerja sekolah binaannya.

Untuk itu maka pengawas harus mendampingi pelaksanaan dan

pengembangan program-program inovasi sekolah. Ada tiga langkah yang

© DEPDIKNAS 2006 10

Page 17: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

harus ditempuh pengawas dalam menyusun program kerja pengawas agar

dapat membantu sekolah mengembangkan program inovasi sekolah. Ketiga

langkah tersebut adalah :

1. Menetapkan standar/kriteria pengukuran performansi sekolah

(berdasarkan evaluasi diri dari sekolah).

2. Membandingkan hasil tampilan performansi itu dengan ukuran dan

kriteria/benchmark yang telah direncanakan, guna menyusun program

pengembangan sekolah.

3. Melakukan tindakan pengawasan yang berupa pembinaan/pendampingan

untuk memperbaiki implementasi program pengembangan sekolah.

4. Dalam melaksanakan kepengawasan, ada sejumlah prinsip yang dapat

dilaksanakan pengawas agar kegiatan kepengawasan berjalan efektif.

Prinsip-prinsip tersebut antara lain:

1. Trust, artinya kegiatan pengawasan dilaksanakan dalam pola hubungan

kepercayaan antara pihak sekolah dengan pihak pengawas sekolah

sehingga hasil pengawasannya dapat dipercaya

2. Realistic, artinya kegiatan pengawasan dan pembinaannya dilaksanakan

berdasarkan data eksisting sekolah,

3. Utility, artinya proses dan hasil pengawasan harus bermuara pada manfaat

bagi sekolah untuk mengembangkan mutu dan kinerja sekolah binaannya,

4. Supporting, Networking dan Collaborating, artinya seluruh aktivitas

pengawasan pada hakikatnya merupakan dukungan terhadap upaya

sekolah menggalang jejaring kerja sama secara kolaboratif dengan seluruh

stakeholder,

5. Testable, artinya hasil pengawasan harus mampu menggambarkan kondisi

kebenaran objektif dan siap diuji ulang atau dikonfirmasi pihak manapun.

Prinsip-prinsip di atas digunakan pengawas dalam rangka melaksanakan tugas

pokoknya sebagai seorang pengawas/ supervisor pendidikan pada sekolah

yang dibinanya. Dengan demikian kehadiran pengawas di sekolah bukan

untuk mencari kesalahan sebagai dasar untuk memberi hukuman akan tetapi

© DEPDIKNAS 2006 11

Page 18: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

harus menjadi mitra sekolah dalam membina dan mengembangkan mutu

pendidikan di sekolah sehingga secara bertahap kinerja sekolah semakin

meningkat menuju tercapainya sekolah yang efektif.

Prinsip-prinsip kepengawasan itu harus dilaksanakan dengan tetap

memperhatikan kode etik pengawas satuan pendidikan. Kode etik yang

dimaksud minimal berisi sembilan hal berikut ini.

1. Dalam melaksanakan tugasnya, pengawas satuan pendidikan senantiasa

berlandaskan Iman dan Taqwa serta mengikuti perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi.

2. Pengawas satuan pendidikan senantiasa merasa bangga dalam mengemban

tugas sebagai pengawas.

3. Pengawas satuan pendidikan memiliki pengabdian yang tinggi dalam

menekuni tugas pokok dan fungsinya sebagai pengawas.

4. Pengawas satuan pendidikan bekerja dengan penuh rasa tanggungjawab

dalam melaksanakan tugas profesinya sebagai pengawas.

5. Pengawas satuan pendidikan menjaga citra dan nama baik profesi

pengawas.

6. Pengawas satuan pendidikan menjunjung tinggi disiplin dan etos kerja

dalam melaksanakan tugas profresional pengawas.

7. Pengawas satuan pendidikan mampu menampilkan keberadaan dirinya

sebagai supervisor profesional dan tokoh yang diteladani.

8. Pengawas satuan pendidikan sigap dan terampil dalam menanggapi dan

membantu pemecahan masalah-masalah yang dihadapi stakeholder

sekolah binaannya

9. Pengawas satuan pendidikan memiliki rasa kesetiakawanan sosial yang

tinggi, baik terhadap stakeholder sekolah binaannya maupun terhadap

koleganya.

© DEPDIKNAS 2006 12

Page 19: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

B. Bidang Pengawasan

Dalam sistem pendidikan nasional, pendidikan dibedakan berdasarkan jalur,

jenjang dan jenis pendidikan. Berdasarkan jalur pendidikan, pendidikan

dibedakan ke dalam jalur: (1) pendidikan formal/sekolah, (2) pendidikan

nonformal dan (3) pendidikan informal. Berdasarkan jenjang pendidikan,

pendidikan dibedakan ke dalam jenjang: (1) pendidikan dasar, (2) pendidikan

menengah dan (3) pendidikan tinggi. Sedangkan berdasarkan jenis

pendidikan, pendidikan dibedakan ke dalam jenis: (1) pendidikan umum, (2)

pendidikan kejuruan, (3) pendidikan akademik, (4) pendidikan vokasi, (5)

pendidikan profesi, (6) pendidikan keagamaan dan (7) pendidikan khusus.

Jalur, jenjang dan jenis pendidikan di atas dapat diwujudkan dalam bentuk

satuan pendidikan baik yang diselenggarakan oleh pemerintah dan atau oleh

masyarakat.

Mengacu pada konsep di atas kepengawasan ada pada jalur pendidikan

formal/sekolah dan ada pada jalur pendidikan nonformal. Pada jalur

pendidikan formal disebut pengawas dan pada jalur pendidikan nonformal

disebut penilik. Keduanya mempunyai peran yang sama yakni sebagai

supervisor pendidikan. Dalam naskah ini kepengawasan dimaknai dalam

konteks pendidikan formal. Oleh sebab itu dibedakan menjadi: (1) pengawas

TK/SD (pendidikan dasar), (2) pengawas pendidikan menengah (SMP-SMA-

SMK). Mengingat pada pendidikan menengah diberlakukan guru mata

pelajaran dan atau bidang studi maka pengawas pada pendidikan menengah

dikaitkan dengan mata pelajaran atau rumpun mata pelajaran.

Atas dasar itu, dalam peraturan yang ada sekarang ini, bidang pengawasan

dibedakan menjadi empat bidang pengawasan yakni: (1) Bidang pengawasan

TK/RA, SD/MI-LB, (2) Bidang pengawasan Rumpun Mata Pelajaran, (3)

Bidang pengawasan Pendidikan Luar Biasa dan (4) Bidang pengawasan

Bimbingan dan Konseling.

© DEPDIKNAS 2006 13

Page 20: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

Gambaran di lapangan, terutama di beberapa daerah, pengawas rumpun mata

pelajaran sudah ditinggalkan dan beralih menjadi pengawas sekolah/satuan

pendidikan seperti halnya pengawas TK/SD. Dengan kata lain, di SMP-

SMA-SMK tidak lagi diberlakukan pengawas rumpun mata pelajaran tetapi

pengawas satuan pendidikan. Oleh karena itu, berkembang wacana perlu

adanya pengawas SMP, pengawas SMA dan pengawas SMK. Kecenderungan

ini disebabkan masih belum terpenuhinya pengawas yang memiliki keahlian

yang sesuai dengan jumlah rumpun/mata pelajaran di SMP/SMA/SMK dan

adanya ketidak sesuaian bidang keahlian pengawas rumpun dengan mata

pelajaran yang harus diawasi/dibinanya di pendidikan menengah. Selain itu,

hampir di semua kabupaten dan kota, pengawas rumpun mata pelajaran masih

sangat terbatas jumlahnya, sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan untuk

setiap rumpun mata pelajaran, terlebih lagi untuk semua mata pelajaran.

Pengawas sekolah/satuan pendidikan berstatus sebagai pejabat fungsional

yang berkedudukan atau ditempatkan di tingkat propinsi, kabupaten/kota

bahkan di tingkat kecamatan untuk pengawas TK/SD. Seiring dengan

berlakunya otonomi daerah maka status kepegawaian pengawas adalah

pegawai negeri sipil daerah yang ditempatkan di kabupaten/kota atau propinsi.

Ada semacam harapan dari pengawas agar di masa depan status pengawas

adalah pegawai pusat yang bisa ditempatkan di LPMP atau di Dinas

Pendidikan Propinsi, Kabupaten dan Kota.

Setiap pengawas pada bidang manapun wajib melakukan pembinaan dan

pengawasan pendidikan terhadap sejumlah sekolah yang ditetapkan. Satu

pengawas membina 15 sekolah. Sekalipun ukuran ini bervariasi bergantung

kepada kondisi geografis daerahnya, besar atau jumlah kelas/guru di setiap

sekolah dan ukuran lainnya. Pengawas TK/SD tidak mengenal rumpun mata

pelajaran mengingat guru SD adalah guru kelas, sehingga pengawasan berlaku

untuk semua bidang studi/mata pelajaran yang ada di SD. Tidak

mengherankan apabila pengawas TK/SD tugasnya lebih berat, sebab mereka

harus menguasai semua bidang studi/mata pelajaran. Itulah sebabnya

© DEPDIKNAS 2006 14

Page 21: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

kualifikasi pengawas TK/SD seharusnya minimal Sarjana Pendidikan

khususnya S1 PGSD bukan S1 Pendidikan bidang ilmu/mata pelajaran.

Demikian halnya untuk pengawas SLB berlaku sama dengan pengawas

TK/SD bahkan sulitnya mencari pengawas SLB yang profesional mengingat

terbatasnya Sarjana Pendidikan dengan keahlian pendidikan khusus/luar biasa.

Jika masih akan dipertahankan pengawas rumpun mata pelajaran, maka

pengawas pendidikan pada pendidikan menengah yakni SMP-SMA dan SMK

idealnya ditingkatkan menjadi pengawas mata pelajaran (SMP dan SMA) dan

pengawas mata Diklat (SMK). Mata pelajaran prioritas sekarang antara lain

Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Fisika, Kimia, Biologi dan

mata Diklat keahlian pada SMK. Dengan demikian pengangkatan pengawas

dalam mata pelajaran tersebut semakin diperlukan. Pada tahap berikutnya

baru diperluas dengan pengawas untuk mata-mata pelajaran lainnya. Keahlian

atau keilmuan pengawas mata pelajaran harus relevan dengan mata pelajaran

yang dibinanya sehingga pembinaan dan pengembangan mutu pendidikan

akan lebih optimal. Kenyataan di lapangan ada beberapa pengawas rumpun

mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas tidak

sesuai dengan mata pelajaran yang harus dibinanya. Sama halnya dengan

bidang pengawasan Bimbingan Konseling. Pengawas Bimbingan Konseling

seharusnya minimal Sarjana Pendidikan jurusan/program studi Bimbingan

Konseling yang sekarang berstatus guru BK di sekolah.

Sulitnya mencari guru BK yang profesional menyebabkan langkanya

pengawas bidang ini padahal peranan bimbingan konseling di sekolah pada

masa sekarang ini sangat diperlukan. Tidak mengherankan kalau pengawas

BK yang ada sekarang ini sangat beragam keahliannya dan lebih parah lagi

mereka tidak dipersiapkan terlebih dahulu melalui pendidikan dan pelatihan

atau penataran yang terpola dan terprogram.

Berdasarkan gambaran dan kondisi obyektif di lapangan saat ini, sudah

saatnya dilakukan pembenahan tenaga pengawas mulai dari rekruitmen calon

pengawas, tugas pokok dan fungsinya, kompetensi yang dipersyaratkannya,

© DEPDIKNAS 2006 15

Page 22: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

pembinaan dan pengembangannya serta penilaian kinerjanya dalam rangka

peningkatan mutu pendidikan di sekolah yang menjadi binaannya.

BAB IIITUGAS POKOK DAN FUNGSI

1. Tugas Pokok

Tugas pokok pengawas sekolah/satuan pendidikan adalah melakukan

penilaian dan pembinaan dengan melaksanakan fungsi-fungsi supervisi, baik

supervisi akademik maupun supervisi manajerial. Berdasarkan tugas pokok

dan fungsi di atas minimal ada tiga kegiatan yang harus dilaksanakan

pengawas yakni:

1. Melakukan pembinaan pengembangan kualitas sekolah, kinerja kepala

sekolah, kinerja guru, dan kinerja seluruh staf sekolah,

2. Melakukan evaluasi dan monitoring pelaksanaan program sekolah beserta

pengembangannya,

3. Melakukan penilaian terhadap proses dan hasil program pengembangan

sekolah secara kolaboratif dengan stakeholder sekolah.

Mengacu pada SK Menpan nomor 118 tahun 1996 tentang jabatan fungsional

pengawas dan angka kreditnya, Keputusan bersama Mendikbud nomor

03420/O/1996 dan Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara nomor

38 tahun 1996 tentang petunjuk pelaksanaan jabatan fungsional pengawas

serta Keputusan Mendikbud nomor 020/U/1998 tentang petunjuk teknis

pelaksanaan jabatan fungsional pengawas sekolah dan angka kreditnya, dapat

dikemukakan tentang tugas pokok dan tanggung jawab pengawas sekolah

yang meliputi:

1. Melaksanakan pengawasan penyelenggaraan pendidikan di sekolah sesuai

dengan penugasannya pada TK, SD, SLB, SLTP dan SLTA.

© DEPDIKNAS 2006 16

Page 23: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

2. Meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar/bimbingan dan hasil

prestasi belajar/bimbingan siswa dalam rangka mencapai tujuan

pendidikan.

Tugas pokok yang pertama merujuk pada supervisi atau pengawasan

manajerial sedangkan tugas pokok yang kedua merujuk pada supervisi atau

pengawasan akademik. Pengawasan manajerial pada dasarnya memberikan

pembinaan, penilaian dan bantuan/bimbingan mulai dari rencana program,

proses, sampai dengan hasil. Bimbingan dan bantuan diberikan kepada kepala

sekolah dan seluruh staf sekolah dalam pengelolaan sekolah atau

penyelenggaraan pendidikan di sekolah untuk meningkatkan kinerja sekolah.

Pengawasan akademik berkaitan dengan membina dan membantu guru dalam

meningkatkan kualitas proses pembelajaran/bimbingan dan kualitas hasil

belajar siswa.

Sedangkan wewenang yang diberikan kepada pengawas sekolah meliputi: (1)

memilih dan menentukan metode kerja untuk mencapai hasil yang optimal

dalam melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kode etik

profesi, (2) menetapkan tingkat kinerja guru dan tenaga lainnya yang diawasi

beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya, (3) menentukan atau

mengusulkan program pembinaan serta melakukan pembinaan. Wewenang

tersebut menyiratkan adanya otonomi pengawas untuk menentukan langkah

dan strategi dalam menentukan prosedur kerja kepengawasan. Namun

demikian pengawas perlu berkolaborasi dengan kepala sekolah dan guru agar

dalam melaksanakan tugasnya sejalan dengan arah pengembangan sekolah

yang telah ditetapkan kepala sekolah.

Berdasarkan kedua tugas pokok di atas maka kegiatan yang dilakukan oleh

pengawas antara lain:

1. Menyusun program kerja kepengawasan untuk setiap semester dan setiap

tahunnya pada sekolah yang dibinanya.

2. Melaksanakan penilaian, pengolahan dan analisis data hasil

belajar/bimbingan siswa dan kemampuan guru.

© DEPDIKNAS 2006 17

Page 24: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

3. Mengumpulkan dan mengolah data sumber daya pendidikan, proses

pembelajaran/bimbingan, lingkungan sekolah yang berpengaruh terhadap

perkembangan hasil belajar/bimbingan siswa.

4. Melaksanakan analisis komprehensif hasil analisis berbagai faktor sumber

daya pendidikan sebagai bahan untuk melakukan inovasi sekolah.

5. Memberikan arahan, bantuan dan bimbingan kepada guru tentang proses

pembelajaran/bimbingan yang bermutu untuk meningkatkan mutu proses

dan hasil belajar/ bimbingan siswa.

6. Melaksanakan penilaian dan monitoring penyelenggaran pendidikan di

sekolah binaannya mulai dari penerimaan siswa baru, pelaksanaan

pembelajaran, pelaksanaan ujian sampai kepada pelepasan

lulusan/pemberian ijazah.

7. Menyusun laporan hasil pengawasan di sekolah binaannya dan

melaporkannya kepada Dinas Pendidikan, Komite Sekolah dan

stakeholder lainnya.

8. Melaksanakan penilaian hasil pengawasan seluruh sekolah sebagai bahan

kajian untuk menetapkan program kepengawasan semester berikutnya.

9. Memberikan bahan penilaian kepada sekolah dalam rangka akreditasi

sekolah.

10. Memberikan saran dan pertimbangan kepada pihak sekolah dalam

memecahkan masalah yang dihadapi sekolah berkaitan dengan

penyelenggaraan pendidikan.

Berdasarkan uraian di atas maka tugas pengawas mencakup: (1) inspecting

(mensupervisi), (2) advising (memberi advis atau nasehat), (3) monitoring

(memantau), (4) reporting (membuat laporan), (5) coordinating

(mengkoordinir) dan (6) performing leadership dalam arti memimpin dalam

melaksanakan kelima tugas pokok tersebut (Ofsted, 2003).

Tugas pokok inspecting (mensupervisi) meliputi tugas mensupervisi kinerja

kepala sekolah, kinerja guru, kinerja staf sekolah, pelaksanaan

kurikulum/mata pelajaran, pelaksanaan pembelajaran, ketersediaan dan

© DEPDIKNAS 2006 18

Page 25: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

pemanfaatan sumberdaya, manajemen sekolah, dan aspek lainnya seperti:

keputusan moral, pendidikan moral, kerjasama dengan masyarakat.

Tugas pokok advising (memberi advis/nasehat) meliputi advis mengenai

sekolah sebagai sistem, memberi advis kepada guru tentang pembelajaran

yang efektif, memberi advis kepada kepala sekolah dalam mengelola

pendidikan, memberi advis kepada tim kerja dan staf sekolah dalam

meningkatkan kinerja sekolah, memberi advis kepada orang tua siswa dan

komite sekolah terutama dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam

pendidikan.

Tugas pokok monitoring/pemantauan meliputi tugas: memantau penjaminan/

standard mutu pendidikan, memantau penerimaan siswa baru, memantau

proses dan hasil belajar siswa, memantau pelaksanaan ujian, memantau rapat

guru dan staf sekolah, memantau hubungan sekolah dengan masyarakat,

memantau data statistik kemajuan sekolah, memantau program-program

pengembangan sekolah.

Tugas pokok reporting meliputi tugas: melaporkan perkembangan dan hasil

pengawasan kepada Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Propinsi

dan/atau Nasional, melaporkan perkembangan dan hasil pengawasan ke

masyarakat publik, melaporkan perkembangan dan hasil pengawasan ke

sekolah binaannya.

Tugas pokok coordinating meliputi tugas: mengkoordinir sumber-sumber

daya sekolah baik sumber daya manusia, material, financial dll,

mengkoordinir kegiatan antar sekolah, mengkoordinir kegiatan preservice dan

in service training bagi Kepala Sekolah, guru dan staf sekolah lainnya,

mengkoordinir personil stakeholder yang lain, mengkoordinir pelaksanaan

kegiatan inovasi sekolah.

Tugas pokok performing leadership/memimpin meliputi tugas: memimpin

pengembangan kualitas SDM di sekolah binaannya, memimpin

pengembangan inovasi sekolah, partisipasi dalam meminpin kegiatan

© DEPDIKNAS 2006 19

Page 26: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

manajerial pendidikan di Diknas yang bersangkutan, partisipasi pada

perencanaan pendidikan di kabupaten/kota, partisipasi pada seleksi calon

kepala sekolah/calon pengawas, partisipasi dalam akreditasi sekolah,

partisipasi dalam merekruit personal untuk proyek atau program-program

khusus pengembangan mutu sekolah, partisipasi dalam mengelola konflik di

sekolah dengan win-win solution dan partisipasi dalam menangani pengaduan

baik dari internal sekolah maupun dari masyarakat. Itu semua dilakukan guna

mewujudkan kelima tugas pokok di atas.

Berdasarkan uraian tugas-tugas pengawas sebagaimana dikemukakan di atas,

maka pengawas satuan pendidikan banyak berperan sebagai: (1) penilai, (2)

peneliti, (3) pengembang, (4) pelopor/inovator, (5) motivator, (6) konsultan,

dan (7) kolaborator dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah

binaannya. Dikaitkan dengan tugas pokok pengawas sebagai pengawas atau

supervisor akademik yaitu tugas pokok supervisor yang lebih menekankan

pada aspek teknis pendidikan dan pembelajaran, dan supervisor manajerial

yaitu tugas pokok supervisor yang lebih menekankan pada aspek manajemen

sekolah dapat dimatrikkan dalam tabel berikut ini.

Tabel 1. MATRIK TUGAS POKOK PENGAWAS

Rincian Tugas

Pengawasan Akademik(Teknis Pendidikan/Pembelajaran)

Pengawasan Manajerial(Administrasi dan Manajemen Sekolah)

A. Inspecting/Pengawasan

1. Pelaksanaan kurikulum mata pelajaran2. Proses pembelajaran/praktikum/ studi lapangan3. Kegiatan ekstra kurikuler4. Penggunaan media, alat bantu dan sumber belajar 5. Kemajuan belajar siswa6. Lingkungan belajar

1. Pelaksanaan kurikulum sekolah2. Penyelenggaraan administrasi sekolah3. Kinerja kepala sekolah dan staf sekolah4. Kemajuan pelaksanaan pendidikan di sekolah5. Kerjasama sekolah dengan masyarakat

B. Advising/Menasehati

1. Menasehati guru dalam pembelajaran/bimbingan yang efektif

2. Guru dalam meningkatkan kompetensi professional3. Guru dalam melaksanakan penilaian proses dan hasil

belajar4. Guru dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas5. Guru dalam meningkatkan kompetensi pribadi, sosial dan

pedagogik

1. Kepala sekolah di dalam mengelola pendidikan

2. Kepala sekolah dalam melaksanakan inovasi pendidikan

3. Kepala sekolah dalam peningkatan kemamapuan professional kepala sekolah

4. Menasehati staf sekolah dalam melaksanakan tugas administrasi sekolah

5. Kepala sekolah dan staf dalam kesejahteraan sekolah

C. Monitoring/Memantau

1. Ketahanan pembelajaran2. Pelaksanaan ujian mata pelajaran3. Standar mutu hasil belajar siswa4. Pengembangan profesi guru5. Pengadaan dan pemanfaatan sumber-sumber belajar

1. Penyelenggaraan kurikulum2. Administrasi sekolah3. Manajemen sekolah4. Kemajuan sekolah5. Pengembangan SDM sekolah6. Penyelenggaraan ujian sekolah7. Penyelenggaraan penerimaan siswa baru

D. Coordinating/ 1. Pelaksanaan inovasi pembelajaran 1. Mengkoordinir peningkatan mutu

© DEPDIKNAS 2006 20

Page 27: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

mengkoordinir 2. Pengadaan sumber-sumber belajar3. Kegiatan peningkatan kemampuan profesi guru

SDMsekolah2. Penyelenggaraan inovasi di sekolah3. Mengkoordinir akreditasi sekolah4. Mengkoordinir kegiatan sumber daya

pendidikan

E. Reporting1. Kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran2. Kemajuan belajar siswa3. Pelaksanaan tugas kepengawasan akademik

1. Kinerja kepala sekolah2. Kinerja staf sekolah3. Standar mutu pendidikan4. Inovasi pendidikan

4. Fungsi

Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, pengawas sekolah melaksanakan

fungsi supervisi, baik supervisi akademik maupun supervisi manajerial.

Supervisi akademik adalah fungsi supervisi yang berkenaan dengan aspek

pembinaan dan pengembangan kemampuan profesional guru dalam

meningkatkan mutu pembelajaran dan bimbingan di sekolah.

Sasaran supervisi akademik antara lain membantu guru dalam: (1)

merencanakan kegiatan pembelajaran dan atau bimbingan, (2) melaksanakan

kegiatan pembelajaran/ bimbingan, (3) menilai proses dan hasil pembelajaran/

bimbingan, (4) memanfaatkan hasil penilaian untuk peningkatan layanan

pembelajaran/bimbingan, (5) memberikan umpan balik secara tepat dan

teratur dan terus menerus pada peserta didik, (6) melayani peserta didik yang

mengalami kesulitan belajar, (7) memberikan bimbingan belajar pada peserta

didik, (8) menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, (9)

mengembangkan dan memanfaatkan alat Bantu dan media pembelajaran dan

atau bimbingan, (10) memanfaatkan sumber-sumber belajar, (11) me-

ngembangkan interaksi pembelajaran/bimbingan (metode, strategi, teknik,

model, pendekatan dll.) yang tepat dan berdaya guna, (12) melakukan

penelitian praktis bagi perbaikan pembelajaran/bimbingan, dan (13)

mengembangkan inovasi pembelajaran/bimbingan.

Dalam melaksanakan fungsi supervisi akademik seperti di atas, pengawas

hendaknya berperan sebagai:

1. Mitra guru dalam meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran dan

bimbingan di sekolah binaannya

© DEPDIKNAS 2006 21

Page 28: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

2. Inovator dan pelopor dalam mengembangkan inovasi pembelajaran dan

bimbingan di sekolah binaannya

3. Konsultan pendidikan di sekolah binaannya

4. Konselor bagi kepala sekolah, guru dan seluruh staf sekolah

5. Motivator untuk meningkatkan kinerja semua staf sekolah

Supervisi manajerial adalah fungsi supervisi yang berkenaan dengan aspek

pengelolaan sekolah yang terkait langsung dengan peningkatan efisiensi dan

efektivitas sekolah yang mencakup: (1) perencanaan, (2) koordinasi, (3)

pelaksanaan, (3) penilaian, (5) pengembangan kompetensi SDM kependidikan

dan sumberdaya lainnya. Sasaran supervisi manajerial adalah membantu

kepala sekolah dan staf sekolah lainnya dalam mengelola administrasi

pendidikan seperti: (1) administrasi kurikulum, (2) administrasi keuangan, (3)

administrasi sarana prasarana/perlengkapan, (4) administrasi personal atau

ketenagaan, (5) administrasi kesiswaan, (6) administrasi hubungan sekolah

dan masyarakat, (7) administrasi budaya dan lingkungan sekolah, serta (8)

aspek-aspek administrasi lainnya dalam rangka meningkatkan mutu

pendidikan. Dalam melaksanakan fungsi supervisi manajerial, pengawas

hendaknya berperan sebagai:

1. Kolaborator dan negosiator dalam proses perencanaan, koordinasi,

pengembangan manajemen sekolah,

2. Asesor dalam mengidentifikasi kelemahan dan menganalisis potensi

sekolah binaannya

3. Pusat informasi pengembangan mutu pendidikan di sekolah binaannya

4. Evaluator/judgement terhadap pemaknaan hasil pengawasan

5. Kewenangan dan Hak Pengawas

Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pengawas

sekolah/satuan pendidikan, setiap pengawas memiliki kewenangan dan hak-

hak yang melekat pada jabatannya. Beberapa kewenangan yang ada pada

pengawas adalah kewenangan untuk:

© DEPDIKNAS 2006 22

Page 29: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

4. Bersama pihak sekolah yang dibinanya, menentukan program peningkatan

mutu pendidikan di sekolah binaannya.

5. Menyusun program kerja/agenda kerja kepengawasan pada sekolah

binaannya dan membicarakannya dengan kepala sekolah yang

bersangkutan,

6. Menentukan metode kerja untuk pencapaian hasil optimal berdasarkan

program kerja yang telah disusun.

7. Menetapkan kinerja sekolah, kepala sekolah dan guru serta tenaga

kependidikan guna peningkatan kualitas diri dan layanan pengawas.

Hak yang seharusnya diperoleh pengawas sekolah yang profesional adalah :

1. Menerima gaji sebagai pegawai negeri sipil sesuai dengan pangkat dan

golongannya,

2. Memperoleh tunjangan fungsional sesuai dengan jabatan pengawas yang

dimilikinya,

3. Memperoleh biaya operasional/rutin untuk melaksanakan tugas-tugas

kepengawasan seperti; transportasi, akomodasi dan biaya untuk kegiatan

kepengawasan.

4. Memperoleh tunjangan profesi pengawas setelah memiliki sertifikasi

pengawas.

5. Menerima subsidi dan insentif untuk menunjang pelaksanaan tugas dan

pengembangan profesi pengawas.

6. Memperoleh tunjangan khusus bagi pengawas yang bertugas di daerah

terpencil, rawan kerusuhan dan atau daerah bencana alam.

Semua biaya hak di atas dibebankan pada Pemerintah Pusat dan Daerah.

Sedangkan tunjangan kesejahteraan diharapkan diberikan oleh pemerintah

daerah. Besarnya tunjangan-tunjangan di atas disesuaikan dengan kemampuan

pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Subsidi dan

insentif untuk peningkatan profesionalitas pengawas diberikan sekali dalam

setahun oleh pemerintah melalui Direktorat Tenaga Kependidikan. Besarnya

subsidi dan insentif disesuaikan dengan kemampuan anggaran. Subsidi

© DEPDIKNAS 2006 23

Page 30: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

diberikan kepada pengawas melalui koordinator pengawas (korwas) yang ada

disetiap Kabupaten/Kota. Untuk itu setiap korwas perlu menyusun program

dan kegiatan peningkatan kemampuan profesionalisme pengawas di daerah-

nya.

Perlu adanya pemikiran lebih lanjut mengenai status kepegawaian pengawas

sekolah, apakah berstatus pegawai pusat yang ditempatkan di daerah. Ataukah

tetap sebagai pegawai daerah, baik di tingkat provinsi (pengawas SMA dan

SMK), di kabupaten (pengawas SLB dan SMP) dan di kecamatan (pengawas

TK/SD).

© DEPDIKNAS 2006 24

Page 31: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

BAB IVKOMPETENSI DAN SERTIFIKASI

A. Kompetensi

Untuk dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsi pengawas sebagaimana

yang dikemukakan di atas, setiap pengawas dituntut memiliki kemampuan

dasar tertentu yang berbeda dengan tenaga kependidikan lainnya.

Kemampuan dasar tersebut dinamakan kompetensi. Kompetensi adalah

pengetahuan, ketrampilan, kecakapan atau kapabilitas yang dicapai seseorang,

yang menjadi bagian dari keberadaannya sampai ia mampu mengkinerjakan

perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor tertentu secara optimal. Dengan kata

lain, kompetensi merupakan perpaduan dari penguasaan pengetahuan,

ketrampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan

bertindak pada sebuah tugas/pekerjaan. Dapat juga dikatakan bahwa

kompetensi merupakan gabungan dari kemampuan, pengetahuan, kecakapan,

sikap, sifat, pemahaman, apresiasi dan harapan yang mendasari karakteristik

seseorang untuk berunjuk kerja dalam menjalankan tugas atau pekerjaannya

guna mencapai standar kualitas dalam pekerjaan nyata. Kompetensi juga

merujuk pada kecakapan seseorang dalam menjalankan tugas dan tanggung-

jawab yang diamanatkan kepadanya dengan hasil baik dan piawai.

Atas dasar rumusan di atas kompetensi dapat dipilah menjadi tiga aspek,

yaitu:

1. Kemampuan, pengetahuan, kecakapan, sikap, sifat, pemahaman, apresiasi

dan harapan yang menjadi ciri dan karakteristik seseorang dalam

menjalankan tugas,

2. Ciri dan karakteristik kompetensi yang digambarkan dalam aspek pertama

itu tampil nyata (manifest) dalam tindakan, tingkah laku dan unjuk

kerjanya.

3. Hasil unjuk kerjanya itu memenuhi suatu kriteria standard kualitas

tertentu.

© DEPDIKNAS 2006 25

Page 32: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

Aspek pertama menunjuk pada kompetensi sebagai gambaran substansi/

materi ideal yang seharusnya dikuasai atau dipersyaratkan untuk dikuasai oleh

seseorang dalam menjalankan pekerjaan tertentu. Substansi/materi ideal yang

dimaksud meliputi: kemampuan, pengetahuan, kecakapan, sikap, sifat,

pemahaman, apresiasi dan harapan-harapan penciri karakter dalam

menjalankan tugas. Dengan demikian seseorang dapat dipersiapkan atau

belajar untuk menguasai kompetensi tertentu sebagai bekal ia bekerja secara

profesional. Substansi apa yang dipersiapkan atau apa yang diajarkan adalah

materi-materi yang relevan dengan gambaran lingkup tugas dan tanggung

jawabnya dalam suatu pekerjaan.

Aspek kedua merujuk pada kompetensi sebagai gambaran unjuk kerja nyata

yang tampak dalam kualitas pola pikir, sikap dan tindakan seseorang dalam

menjalankan pekerjaannya secara piawai. Seseorang dapat saja berhasil

menguasai secara teoritik seluruh aspek material kompetensi yang

diajarkannya dan dipersyaratkan. Namun begitu jika dalam praktek sebagai

tindakan nyata saat menjalankan tugas atau pekerjaan tidak sesuai dengan

standard kualitas yang dipersyaratkannya maka ia tidak dapat dikatakan

sebagai seseorang yang berkompeten atau tidak piawai.

Aspek ketiga merujuk pada kompetensi sebagai hasil (output dan atau

outcome) dari unjuk kerja. Kompetensi seseorang mencirikan tindakan,

berlaku serta mahir dalam menjalankan tugas untuk menghasilkan tindakan

kerja yang efektif dan efisien. Hasil tindakan yang efektif dan efisien

merupakan produk dari kompetensi seseorang dalam menjalankan tugas dan

pekerjaannya. Keefektifan itu utamanya dari pihak di luar dirinya, sehingga

pihak lain dapat menilai seseorang apakah dalam menjalankan tugas dan

pekerjaan berkompeten dari unjuk hasil kinerjanya apakah efektif dan

terkesan profesional atau tidak.

Secara umum, kompetensi pengawas merupakan seperangkat kemampuan,

baik berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dituntut untuk jabatan

© DEPDIKNAS 2006 26

Page 33: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

profesional sebagai pengawas. Seperangkat kemampuan yang harus dimiliki

pengawas tersebut searah dengan kebutuhan manajemen pendidikan di

sekolah, kurikulum, tuntutan masyarakat, dan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Kompetensi pengawas berarti kesesuaian antara

kemampuan, kecakapan dan kepribadian pengawas dengan perilaku dan

tindakan atau kemampuan yang mumpuni dalam melaksanakan tugas

berkaitan dengan aktivitas-aktivitas yang menjadi tanggung-jawabnya sebagai

pengawas. Dengan demikian kompetensi pengawas merupakan himpunan

pengetahuan, kemampuan, dan keyakinan yang dimiliki pengawas dan

ditampilkan dalam tindakannya untuk peningkatan mutu pendidikan/sekolah.

Lebih lanjut kompetensi tersebut berupa tingkah laku pengawas yang dapat

diamati. Tingkah laku yang dimaksud diperoleh melalui pendidikan dan

pelatihan sebelumnya.

Kompetensi pengawas satuan pendidikan mengacu pada standar kompetensi

tenaga kependidikan sebagaimana dituangkan dalam Peraturan Pemerintah

No. 19 Tahun 2005 yang mencakup kompetensi pedagogik, kompetensi

kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial. Kompetensi

inilah yang secara sederhana dipersyaratkan untuk dapat menjalankan tugas

sebagai pengawas profesional, dengan fokus pada kompetensi profesional.

Setiap dimensi kompetensi pengawas sekolah dijabarkan lebih lanjut menjadi

beberapa indikator sebagai dasar dalam menyusun instrumen untuk menguji

kompetensi dan menyusun materi pendidikan dan latihan bagi pengawas.

Berikut ini dijelaskan kompetensi pengawas sekolah mencakup 4 bidang

kompetensi di atas.

1. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik pengawas secara umum terdiri atas lima aspek

utama yakni:

a. Menguasai prosedur dan teknik supervisi akademik, supervisi

manajerial sekolah, nasihat/advising, monitoring, pelaporan,

koordinasi, leadership/kepemimpinan, pengelolaan sekolah efektif,

© DEPDIKNAS 2006 27

Page 34: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

pengembangan SDM sekolah efektif, dan implementasi kebijakan

pendidikan.

b. Memahami masalah yang menyangkut tugas-tugas kepengawasan

dalam berbagai konteks/perspektif.

c. Mampu menganalisis permasalahan pendidikan dari kajian: filsafat

manusia dan pendidikan, psikologi perkembangan dan organisasi,

sosiologi, dan andragogi (pendidikan orang dewasa).

d. Mampu memperhitungkan implikasi jangka pendek maupun jangka

panjang atas tindakan pedagogik yang dilakukannya.

e. Mampu menciptakan dan mengembangkan pendekatan/

metode/teknik/cara-cara baru dalam kepengawasan.

2. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional pengawas sekolah secara umum mencakup tiga

dimensi yaitu dimensi: (a) Pembinaan/pengembangan kurikulum dan

pembelajaran, (b) Pembinaan dan pengembangan profesi kepengawasan,

(c) Penilaian, penelitian dan pengembangan pendidikan. Setiap dimensi

memiliki beberapa aspek atau indikator.

Dimensi pertama yaitu Pembinaan/Pengembangan Kurikulum dan

Pembelajaran terdiri atas delapan indikator yakni:

a. Menguasai bidang studi/rumpun mata pelajaran sesuai bidang

tugasnya

b. Mampu membina guru binaannya untuk mengembangkan rumpun

mata pelajaran

c. Mampu melaksanakan, membina, menilai dan mengembangkan

kurikulum sekolah termasuk kurikulum bidang ilmunya.

d. Responsif terhadap upaya perbaikan dan atau penyempurnaan

kurikulum dan pembelajaran/bimbingan

e. Mampu menilai kompetensi dan kinerja guru dan memanfaatkan hasil

penilaian bagi peningkatan layanan pembelajaran/bimbingan

f. Mampu memberikan bimbingan konseling dan atau bantuan belajar

© DEPDIKNAS 2006 28

Page 35: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

g. Mampu mengembangkan berbagai inovasi dalam pembelajaran dan

bimbingan (model, strategi, metode, teknik)

h. Mampu menyusun dan mengembangkan kurikulum muatan lokal

sesuai kebutuhan masyarakat.

Dimensi kedua yaitu Pembinaan dan Pengembangan Profesi Pengawas

terdiri atas enam indikator yakni:

a. Menguasai teknologi informasi dan sistem informasi manajemen

berbasis komputer/TI dalam pendidikan

b. Mampu menyusun kriteria dan indikator keberhasilan pendidikan pada

satuan pendidikan dan memanfaatkannya untuk kepengawasan

c. Mampu menulis artikel ilmiah yang terkait dengan masalah-masalah

kepengawasan

d. Mampu menulis buku atau bahan ajar kependidikan

e. Mampu melaksanakan berbagai inovasi pendidikan pada sekolah yang

dibinanya dan menularkannya kepada kepala sekolah, guru dan warga

sekolah lainnya.

f. Menguasai sistem pengembangan karir tenaga kependidikan.

Dimensi ketiga Penilaian, Penelitian dan Pengembangan Pendidikan

terdiri atas enam indikator yakni:

a. Menguasai sistem penilaian pendidikan mencakup penilaian konteks,

input, proses, output dan dampak pendidikan

b. Mampu mengolah dan menganalisis data hasil pengukuran dan

penilaian serta memanfaatkan hasil-hasilnya untuk peningkatan mutu

pendidikan

c. Menguasai sistem penilaian untuk akreditasi satuan pendidikan

d. Mampu melaksanakan penilaian tentang kinerja sekolah, kinerja guru,

kinerja kepala sekolah, kinerja staf sekolah serta memanfaatkan

hasilnya untuk peningkatan mutu sekolah binaannya

e. Menguasai metodologi penelitian pendidikan termasuk penelitian

tindakan kelas untuk perbaikan pembelajaran dan bimbingan

© DEPDIKNAS 2006 29

Page 36: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

f. Mampu menggunakan dan memanfaatkan hasil-hasil penelitian untuk

peningkatan kualitas kepengawasan.

3. Kompetensi Personal

Kompetensi personal pengawas sekolah secara umum dijabarkan ke dalam

lima indikator berikut ini.

a. Memiliki kesadaran diri akan tugas dan tanggungjawabnya sebagai

pengawas sekolah berdasarkan keimanan dan ketaqwaan terhadap

Tuhan Yang Maha Esa.

b. Memiliki kreativitas dan imajinasi yang tinggi tentang prospek

perbaikan mutu pendidikan melalui peranannya sebagai pengawas.

c. Memiliki kebebasan dalam berpikir dan bertindak dengan tetap

mempertimbangkan lingkungan/konteks pekerjaannya.

d. Terbuka dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi akan hal-hal yang

baru.

e. Memiliki kesadaran akan pentingnya motivasi kerja baik bagi dirinya

maupun bagi stakeholder sekolah.

4. Kompetensi sosial

Kompetensi sosial pengawas sekolah secara umum dijabarkan menjadi

tujuh indikator berikut ini.

a. Memiliki kemampuan antisipatif terhadap hal-hal positif dan yang

negatif dalam kehidupan bermasyarakat

b. Mampu menunjukkan kepemimpinannya dalam mengendalikan situasi

sosial yang kurang menguntungkan bagi pendidikan

c. Mampu bekerja sama dengan profesi lain dalam mengembangkan

tugas profesinya

d. Memiliki kesadaran akan pentingnya berkerja sama dalam penyelesain

masalah terutama masalah pendidikan

e. Mampu mengelola konflik dan mencari solusi untuk mengatasinya

© DEPDIKNAS 2006 30

Page 37: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

f. Berprakarsa dalam kegiatan-kegiatan ilmiah seperti symposium,

seminar, diskusi dan sejenisnya

g. Aktif dalam kegiatan kemasyarakatan dan organisasi profesi (seperti

APSI) baik pusat maupun daerah.

Semua komponen dan indikator yang dikemukakan di atas merupakan hasil

penyusunan dari berbagai sumber baik sumber resmi terbitan Direktorat

Tenaga Kependidikan maupun literatur lain dan hasil pengujin secara empirik

terhadap para pengawas dilapangan yang hampir mewakili seluruh daerah di

Indonesia. Selain itu juga telah mengokomodasi masukan dan penilaian dari

pejabat Diknas Kabupaten/Kota dan para kepala sekolah di hampir seluruh

kawasan Nusantara.

Untuk keperluan yang lebih jauh kompetensi dan indikator di atas dapat

dirinci lebih khusus lagi untuk semua bidang pengawasan. Penjabaran

kompetensi ini ke dalam kompetensi yang lebih khusus berdasarkan bidang

pengawasan dikerjakan tersendiri setelah disahkannya kompetensi pengawas

satuan pendidikan/sekolah.

B. Sertifikasi

Pengawas sekolah adalah jabatan profesional, oleh sebab itu jabatan pengawas

sekolah harus melalui program pendidikan profesi pengawas sekolah. Guna

mendapatkan pengawas yang profesional, diperlukan pendidikan profesi yang

secara khusus menyiapkan mereka menjadi pengawas satuan pendidikan/

sekolah. Pendidikan profesi pengawas dilaksanakan di LPTK Negeri atau

yang ditunjuk oleh Pemerintah dalam hal ini Depdiknas. Pendidikan profesi

pengawas hanya diberlakukan pada calon-calon pengawas.

Sedangkan bagi pengawas yang sudah menjadi pengawas satuan

pendidikan/sekolah, pendidikan profesi pengawas dilakukan melalui Diklat

kepengawasan yang diselenggarakan oleh Direktorat Tenaga Kependidikan

berkerjasama dengan Asosiasi Pengawas Sekolah Indonesia (APSI) Pusat

(BNSP bab XIV pasal 89 ayat 5). Kepada mereka yang telah mengikuti diklat

© DEPDIKNAS 2006 31

Page 38: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

ini dan dinyatakan lulus diberikan sertifikat dari APSI. Untuk itu APSI perlu

mempersiapkan program dan pengelenggaraan Diklat Serifikasi Pengawas

serta membentuk Lembaga Sertifikasi Mandiri di bawah organisasi profesi

(APSI). Progam Diklat Sertifikasi ini disetarakan dengan program Pendidikan

Profesi Pengawas yang diselenggarakan oleh LPTK.

Dengan demikian sertifikasi pengawas satuan pendidikan/sekolah diberikan

oleh LPTK bagi calon pengawas dan diberikan oleh APSI bagi yang telah

menjadi pengawas.

1. Sertifikat oleh LPTK untuk Calon Pengawas.

Kepada calon pengawas dapat diberikan sertifikat pengawas apabila telah

menempuh pendidikan profesi pengawas pada LPTK. Pendidikan profesi

pengawas dengan tagihan sekitar 36-40 Sks setelah lulus S1 atau S2,

selama dua semester. Bagi mereka yang lulus pendidikan profesi

pengawas termasuk lulus uji kompetensinya bisa diangkat menjadi

pengawas satuan pendidikan/sekolah. Pembinaan lebih lanjut bagi mereka

wajib mengikuti Diklat Pengawas. Setelah selesai mengikuti Diklat ini dan

dinyatakan berhasil barulah diterjunkan sebagai pengawas sesuai dengan

pangkat dan golongannya. Kepada mereka yang telah memiliki sertifikat

pengawas dapat diusulkan untuk memperoleh tunjangan profesi pengawas.

Kurikulum pendidikan profesi pengawas minimal berisi pengetahuan dan

kemampuan keahlian sebagai berikut:

a. Perencanaan Pendidikan (3 SKS),

b. Administrasi dan Manajemen Sekolah (3 SKS),

c. Evaluasi Pendidikan (3 SKS),

d. Penelitian Pendidikan/Kepengawasan (3 SKS),

e. Supervisi Pendidikan (3 SKS),

f. Program Pengembangan Kepengawasan (2 SKS),

g. Sistem Informasi Manajemen Pendidikan (2 SKS),

h. Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (2 SKS),

© DEPDIKNAS 2006 32

Page 39: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

i. Inovasi dan Kebijakan Pendidikan (3 SKS),

j. Pengembangan Profesi Pengawas (2 SKS)

k. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum (3 SKS)

l. Teknologi Pembelajaran dan Bimbingan (3 SKS)

m. Studi Kasus dan Praktikum Kepengawasan (4 SKS)

Adapun deskripi tiap matakuliah minimal berisi materi kajian sebagaiman

dipaparkan pada tabel belikut ini.

No Matakuliah Deskripsi SKS

1. Perencanaan Pendidikan

Konsep dasar perencanaan pendidikan; nilai pentingnya perencanaan pendidikan; prinsip-prinsip, model, dan sistem perencanaan pendidikan; prosedur penyusunan perencanaan pendidikan; latihan menyususun perencanaan pendidikan dalam pengawasan dan pemanfaatannya dalam supervisi manajerial bagi kepala sekolah; menilai hasil latihannya.

3

2.Administrasi dan Manajemen Sekolah

Konsep dasar administrasi dan kedudukan manajemen sekolah dalam administrasi pendidikan; bidang-bidang manajemen sekolah; peran stakeholder sekolah dalam manajemen sekolah; pendekatan dan metode manajemen sekolah; kasus-kasus manajemen sekolah dan peran serta tanggung jawab pengawas dalam mengatasinya.

3

3. Evaluasi Pendidikan

Konsep dasar evaluasi pendidikan dalam kepengawasan; prosedur dan teknik evaluasi dalam pengawasan; jenis dan pendekatan evaluasi dalam pengawasan (evaluasi input, proses, output, outcome); nilai pentingnya evaluasi dalam pengawasan pendidikan; akreditasi sekolah; prosedur dan teknik evaluasi dalam pengawasan; analisis hasil evaluasi dan pemanfaatannya bagi program kepengawasan serta pemanfaatannya dalam supervisi akademik bagi guru.

3

4.Penelitian Pendidikan/ Kepengawasan

Konsep dasar penelitian pendidikan dalam kepengawasan; masalah-masalah pendidikan dalam bidang kepengawasan terutama difokuskan pada kinerja sekolah, komponen dan faktor-faktor yang mempengaruhinya; pendekatan penelitian, prosedur dan teknik penelitian; latihan menyusun proposal penelitian bidang kepengawasan; latihan menganalisis data hasil penelitian; latihan menulis laporan penelitian dan pemanfaatannya bagi program kepengawasan.

3

5. Supervisi Pendidikan

Konsep dasar dan hakikat supervisi pendidikan; hakikat pengawas dan kepengawasan; tugas pokok dan fungsi supervisi; kompetensi, kinerja dan pengembangan karir pengawas; menilai kinerja guru dan kepala sekolah; latihan menerapkan teknik-teknik supervisi pendidikan.

3

6.Program Pengembangan Kepengawasan

Teori dan konsep dasar program pengembangan kepengawasan; pendekatan, prosedur dan teknik penyusunan program kepengawasan; latihan penyusunan program pengembangan kepengawasan; analisis hasil dan pelaporan kepengawasan.

2

© DEPDIKNAS 2006 33

Page 40: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

7.Sistem Informasi Manajemen Pendidikan

Konsep dasar dan hakikat SIM dalam supervisi pendidikan; nilai penting dari SIM dalam kepengawasan; pengenalan fungsi SIM dalam kepengawasan; latihan menggunakan komputer dan teknologi infornasi dalam SIM pendidikan/kepengawasan.

2

8. Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan

Konsep dasar dan hakikat penjaminan mutu pendidikan; penjaminan mutu pendidikan sebagai suatu sistem; peran pengawas dalam penjaminan mutu sekolah; prosedur dan teknik penerapan sistem penjaminan mutu pendidikan; isu-isu tentang mutu sekolah dan analisisnya, serta implikasinya bagi kepengawasan.

2

9.Inovasi dan Kebijakan Pendidikan

Teori inovasi pendidikan; teori kebijakan pendidikan; faktor-faktor yang mempengaruhi inovasi dan kebijakan pendidikan; berbagai inovasi pendidikan yang sedang berjalan/dilakukan; menganalisis berbagai inovasi dan kebijakan pendidikan yang ada; peran pengawas sebagai inovator pendidikan.

3

10. Pengembangan Profesi Pengawas

Konsep dasar dan hakikat profesi pengawas; syarat-syarat profesi pengawas: organisasi, standard kompetensi, dan kode etik; jenjang dan prosedur pengembangan profesi; analisis kasus aktual profesi pengawas.

2

11.Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum

Konsep dasar dan hakikat kurikulum; prosedur dan teknik pengembangan kurikulum, evaluasi kurikulum; pemanfaatan hasil evaluasi kurikulum untuk membina guru agar menggembangkan kurikulum.

3

12.Teknologi Pembelajaran dan Bimbingan

Konsep dasar dan hakikat pembelajaran dan bimbingan; peran teknologi dalam pembelajaran dan bimbingan; jenis-jenis teknologi pembelajaran dan bimbingan; latihan membuat media pembelajaran dan media bimbingan; latihan membina guru untuk mengembangkan media dalam pembelajaran dan media bimbingan

3

13.Studi Kasus dan Praktikum Kepengawasan

Orientasi di tiga kategori sekolah (belum/tidak terakreditasi, terakreditasi baik, dan sekolah unggul); mengususn program kepengawasan berdasarkan hasil orientasi; simulasi/praktikum implementasi program yang dibuat; mengevaluasi, menganalisis hasil evaluasi, dan memanfaatkannya untuk menyusun program lebih lanjut.

4

2. Sertifikasi Bagi Yang Telah Menjadi Pengawas

Bagi yang telah menjadi pengawas juga diberikan sertifikat pengawas

apabila telah mengikuti Diklat Profesi Pengawas dan lulus uji kompetensi

pengawas. Diklat Profesi Pengawas diselenggarakan oleh APSI Pusat

bekerja sama dengan Direktorat Tenaga Kependidikan. Diklat

dilaksanakan selama satu bulan dengan jumlah alokasi waktu 300 jam

setara dengan 20 SKS. Uji kompetensi Pengawas diselenggarakan oleh

Direktorat Tenaga Kependidikan melalui LPMP daerah. Apabila belum

lulus uji kompetensi diberi kesempatan mengulang satu kali lagi. Apabila

© DEPDIKNAS 2006 34

Page 41: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

dalam ujian ulang masih belum lulus juga, pengawas yang bersangkutan

wajib mengikuti pendidikan profesi pengawas seperti yang diberlakukan

kepada calon pengawas dengan catatan ada beberapa pengetahuan dan

kemampuan praktis tentang kepengawasan yang dikonversikan setara

dengan mata kuliah sebagai berikut:

a. Perencanaan Pendidikan

b. Administrasi dan Manajemen Sekolah

c. Supervisi Pendidikan.

d. Praktikum Kepengawasan.

e. Teknologi Pembelajaran dan Bimbingan.

Kurikulum Diklat Profesi Pengawas yang diselenggarakan oleh APSI

bekerjasama dengan Direktur Tenaga Kependidikan minimal berisi

pengetahuan dan kemampuan keahlian sebagai berikut:

a. Monitoring dan Evaluasi Pendidikan (30 jam),

b. Kajian/Studi/Penelitian Kepengawasan (45 jam),

c. Pengembangan Program dan Profesi Kepengawasan (30 jam),

d. Pengembangan Teknologi Informasi Kepengawasan (45 jam),

e. Penjaminan Mutu Pendidikan (30 jam),

f. Inovasi dan Kebijakan Pendidikan (30 jam),

g. Pengembangan Kurikulum dan pembelajaran (45 jam)

h. Studi Kasus Kepengawasan (45 jam)

© DEPDIKNAS 2006 35

Page 42: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

Adapun deskripi tiap matapelajaran Diaklat minimal berisi materi kajian

sebagaiman dipaparkan pada tabel berikut ini.

No Matakuliah Deskripsi Jam

1.1

Monitoring dan Evaluasi Pendidikan

Konsep dasar monitoring dan evaluasi pendidikan dalam kepengawasan; prosedur dan teknik monitoring dan evaluasi dalam pengawasan; jenis dan pendekatan monitoring dan evaluasi dalam pengawasan (evaluasi input, proses, output, outcome); nilai pentingnya monitoring dan evaluasi dalam pengawasan pendidikan; prosedur dan teknik monitoring dan evaluasi dalam pengawasan; analisis hasil monitoring dan evaluasi dan pemanfaatannya bagi program kepengawasan.

30

2.Kajian/ Studi/Penelitian Kepengawasan

Konsep dasar penelitian pendidikan dalam kepengawasan; masalah-masalah pendidikan dalam bidang kepengawasan terutama difokuskan pada kinerja sekolah, komponen dan faktor-faktor yang mempengaruhinya; pendekatan penelitian, prosedur dan teknik penelitian; latihan membahas hasil-hasil penelitian kependidikan dan kepengawasan untuk dimanfaatkan dalam kepengawasan.

45

3.

Pengembangan Program dan Profesi Kepengawasan

Teori dan konsep dasar pengembangan program dan profesi kepengawasan; pendekatan, prosedur dan teknik pengembangan program profesi kepengawasan; latihan penyusunan program pengembangan profesi pengawas.

30

4.

Pengembangan Teknologi Informasi Kepengawasan

Konsep dasar dan hakikat SIM dalam supervisi pendidikan; nilai penting dari SIM dalam kepengawasan; pengenalan fungsi SIM dalam kepengawasan; latihan menggunakan komputer dan teknologi infornasi dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi kepengawasan.

45

5.Penjaminan Mutu Pendidikan

Konsep dasar dan hakikat penjaminan mutu pendidikan; penjaminan mutu pendidikan sebagai suatu sistem; peran pengawas dalam penjaminan mutu sekolah; prosedur, teknik dan latihan menerapkan sistem penjaminan mutu pendidikan.

30

6.Inovasi dan Kebijakan Pendidikan

Teori inovasi pendidikan; teori kebijakan pendidikan; faktor-faktor yang mempengaruhi inovasi dan kebijakan pendidikan; berbagai inovasi pendidikan yang sedang berjalan/dilakukan; menganalisis berbagai inovasi dan kebijakan pendidikan yang ada; simulasi peran pengawas sebagai inovator pendidikan.

30

7.Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran

Konsep dasar dan hakikat pengembangan kurikulum dan pembelajaran; prosedur dan teknik pengembangan kurikulum dan pembelajaran, evaluasi kurikulum dan pembelajaran; latihan membina guru untuk mengembangkan kurikulum dan pembelajaran

45

8. Studi Kasus Kepengawasan

Orientasi di tiga kategori sekolah (belum/tidak terakreditasi, terakreditasi baik, dan sekolah unggul); mengususn program kepengawasan berdasarkan hasil orientasi; simulasi/praktikum implementasi program yang dibuat di dalam kelas; implementasi program kepengawasan dibuat; mengevaluasi, menganalisis hasil evaluasi; menyusun laporan pelaksanaan dan hasilnya; presentasi dan refleksi serta menyusun program tindak lanjut kepengawasan..

45

© DEPDIKNAS 2006 36

Page 43: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

BAB VKUALIFIKASI REKRUITMEN DAN SELEKSI

A. Kualifikasi

Dengan asumsi jabatan pengawas di masa depan, lebih menarik bagi guru dan

tenaga kependidikan lainnya maka kualifikasi yang dituntut dari calon

pengawas bisa ditingkatkan. Kualifikasi calon pengawas bisa dilihat dari

beberapa aspek yakni; tingkat pendidikan dan keahlian/keilmuan,

pangkat/jabatan dan pengalaman kerja serta usia.

1. Tingkat Pendidikan dan Keahlian

Tingkat pendidikan dan keahlian atau keilmuan bagi pengawas dan calon

pengawas sekolah dibedakan antara pengawas TK/SD, SLB, rumpun/

mata pelajaran dan bimbingan konseling.

a. Kualifikasi untuk pengawas TK/SD hendaknya memiliki berlatar

belakang pendidikan minimal Sarjana (S1) atau D IV dengan keahlian

kependidikan, lebih diutamakan lagi berpendidikan S2 dalam

kependidikan seperti Administrasi Pendidikan, Teknologi Pendidikan

dan Pendidikan bidang ilmu seperti pendidikan Matematik, Pendidikan

Biologi, Pendidikan Bahasa Indonesia dan pendidikan bidang ilmu

lainnya.

b. Kualifikasi untuk pengawas SLB berpendidikan minimal S1

kependidikan dalam bidang Pendidikan Luar Biasa (pendidikan

khusus), diutamakan S2 kependidikan dan atau Psikologi.

c. Kualifikasi untuk pengawas rumpun mata pelajaran/matapelajaran,

berpendidikan minimal S1 kependidikan dan S1 non-kependidikan

dalam rumpun ilmu yang relevan dan memiliki Akta IV. Sangat

diutamakan yang berpendidikan S2-S3 kependidikan dan atau S2-S3

non-kependidikan yang memiliki Akta IV. Pengawas rumpun mata

pelajaran terutama di SMA dan SMK sebaiknya menjadi pengawas

mata pelajaran agar keahlian pengawas lebih relevan dengan mata-

© DEPDIKNAS 2006 37

Page 44: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

mata pelajaran yang diberikan di SMA dan mata Diklat di SMK.

Mata-mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,

Fisika, Kimia, Biologi memerlukan pengawas dengan keahlian yang

sama. Demikian halnya untuk mata Diklat di SMK.

d. Kualifikasi untuk pengawas bimbingan konseling hendaknya

berpendidikan minimal S1 kependidikan khususnya jurusan/program

studi Bimbingan Konseling diutamakan yang berpendidikan S2-S3

Kependidikan terlebih lagi Jurusan Bimbingan Konseling. Calon

pengawas untuk semua kualifikasi di atas dipersyaratkan lulus

Pendidikan Profesi Pengawas (30-36 Sks) pada LPTK Negeri yang

telah ditunjuk pemerintah dan mengikuti Diklat Pengawas.

2. Jabatan/Pangkat dan Pengalaman Kerja.

Berdasarkan jabatan/pangkat dan pengalaman kerja, yang bisa diangkat

sebagai calon pengawas adalah yang sedang menjadi dan atau pernah

menjadi guru dan Kepala Sekolah/Wakil Kepala Sekolah, berstatus

jabatan fungsional dengan pangkat serendah-rendahnya III/b untuk guru

dan III/d untuk Kepala Sekolah/Wakil Kepala Sekolah. Sedangkan

pengalaman kerja yang dipersaratkan adalah 8 tahun bagi yang sedang

menjadi guru dan 4 tahun bagi yang sedang menjadi Kepala Sekolah.

Idealnya calon pengawas berasal dari Kepala Sekolah atau minimal Wakil

Kepala Sekolah yang pernah menjadi guru agar ada jenjang karir yang

jelas dari guru - wakil kepala sekolah - kepala sekolah - pengawas.

Persyaratan di atas menunjukkan bahwa yang menjadi pengawas harus

berstatus pegawai negeri sipil. Jika dimungkinkan calon pengawas bisa

diangkat dari Kepala Sekolah non-PNS berpendidikan S2 Kependidikan.

Setelah menempuh pendidikan profesi pengawas dan Diklat pengawas,

mereka bisa diangkat sebagai PNS dengan jabatan pengawas pratama atau

muda. Jika mereka diberi kesempatan menjadi pengawas nampaknya tidak

akan mengalami kesulitan dalam merekrut pengawas pada masa sekarang.

© DEPDIKNAS 2006 38

Page 45: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

3. Usia.

Dari hasil studi empirik ditemukan usia pengawas rata-rata 52 tahun

dengan pengalaman kerja sebagai PNS sekitar 26 tahun dan masa kerja

sebagai pengawas rata-rata 6,5 tahun. Data di atas terlihat bahwa usia dan

masa kerja pengawas sebagai PNS cukup tinggi sehingga masa kerja

mereka tinggal beberapa tahun lagi sehingga kecenderunagn untuk

berprestasi di masa tua menjadi agak menurun terlebih lagi citra pengawas

saat ini kurang menguntungkan. Oleh sebab itu rekruitmen pengawas

perlu peremajaan dengan mengangkat tenaga pengawas pada usia

sekurang-kurangnya 35 tahun dan setinggi-tingginya 45 tahun, sehingga

dimungkinkan punya masa bakti cukup lama dan bisa diberikan

pembinaan yang bersinambungan.

B. Persyaratan

Selain kualifikasi sebagaimana dikemukakan di atas diberlakukan pula

sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi oleh calon pengawas. Ada dua

kategori persyaratan calon pengawas sekolah yakni persyaratan administrasi

dan persyaratan akademik. Berdasarkan kualifikasi di atas maka persyaratan

administratif calon pengawas adalah:

1. Berpengalaman sebagai guru minimal 8 tahun secara terus menerus, wakil

kepala sekolah dan atau kepala sekolah minimal berpengalaman 4 tahun

dan menunjukkan prestasi selama ia menjadi guru, wakil kepala sekolah

atau kepala sekolah.

2. Memiliki sertifikat Pendidikan Profesi Pengawas dari LPTK Negeri.

3. Pangkat/golongan sekurang-kurangnya golongan III/b yang dibuktikan

dengan SK kepangkatan

4. Sehat jasmani dan rohani, dibuktikan dengan Surat Keterangan Dokter

dari Rumah Sakit yang ditunjuk.

5. Tidak sedang terkena hukuman pelanggaran disiplin kategori sedang atau

berat.

© DEPDIKNAS 2006 39

Page 46: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

6. Menyatakan secara tertulis bersedia mengikuti Pendidikan dan Pelatihan

Pengawas Tipe A (Orientasi Pekerjaan Pengawas Sekolah).

7. Menyatakan secara tertulis bersedia ditempatkan di mana saja dalam

wilayah Kabupaten/Kota/ Provinsi tempat sekolah yang akan dibinanya.

8. Menyatakan secara tertulis bersedia berpartisipasi aktif dalam Organisasi

Profesi Pengawas (misalnya APSI).

9. Diusulkan oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan mendapat

rekomendasi dari Kepala Sekolah, setelah melalui proses pemilihan di

sekolah yang bersangkutan.

Persyaratan di atas dituangkan dalam formulir pendaftaran calon pengawas

disertai lampiran-lampirannya yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan.

Selain kelengkapan administrasi tersebut di atas, calon pengawas dapat

menyerahkan bukti prestasi seperti:

1. Pernah menjadi guru teladan/berprestasi yang dibuktikan dengan foto copy

surat keterangan/piagam

2. Pernah menjadi guru inti atau instruktur peningkatan mutu guru, menjadi

ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau yang sejenis,

dibuktikan dengan foto copy surat penetapan/keterangan/ piagam

3. Pernah berprestasi dalam melaksanakan tugas sebagai kepala

sekolah/wakil kepala sekolah yang dibuktikan dengan foto copy surat

penetapannya.

Sedangkan Persyaratan akademik calon pengawas sekolah adalah sebagai

berikut :

1. Memiliki pengetahuan yang luas tentang pendidikan dan wawasan Wiyata

Mandala;

2. Memiliki keahlian keilmuan yang relevan dengan bidang kepengawasan

yang dibuktikan dengan fotocopi ijazah S1 dan atau S2 yang telah

dilegalisir oleh yang berwewenang.

3. Memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melaksanakan tugas

kepengawasan;

© DEPDIKNAS 2006 40

Page 47: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

4. Mampu menyusun program kepengawasan untuk sekolah-sekolah

binaannya;

5. Memiliki prestasi, dedikasi dan loyalitas yang dibuktikan dengan DP3

PNS.

6. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;

7. Lulus seleksi calon pengawas yang diselenggarakan secara khusus oleh

instansi yang ditunjuk dan dibuktikan dengan Surat Tanda Lulus (STL)

Calon Pengawas.

8. Menyusun dan menyerahkan karya tulis di bidang kepengawasan

9. Khusus untuk Pengawas Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), selain

memenuhi persyaratan di atas, juga harus memenuhi persyaratan sebagai

berikut:

10. Memiliki pengetahuan dan kemampuan membina guru dan tenaga

kependidikan dalam mengembangkan kerjasama dengan dunia usaha

dan/atau dunia industri;

11. Memiliki pengetahuan, wawasan dan kemampuan mengembangkan

laboratorium/praktikum dan mengembangkan unit produksi pada SMK

yang dibinanya.

Persyaratan akademik di atas dapat dilihat dari hasil seleksi calon pengawas

selain dari persyaratan administratif di atas dan lampiran-lampirannya.

C. Rekruitmen

Mekanisme dan prosedur rekruitmen calon pengawas satuan pendidikan

dilakukan secara transparan, akuntabel, terbuka dan adil serta kompetitif.

Rekruitmen diawali dengan analisis kebutuhan tenaga pengawas oleh Dinas

Pendidikan Kota/Kabupaten agar diketahui pengawas bidang apa yang

diperlukan dan berapa banyak dibutuhkan. Berdasarkan kebutuhan tersebut

rekruitmen calon pengawas dilaksanakan di tingkat kabupaten/kota melalui

pendaftaran calon pengawas kepada Kepala Dinas Pendidikan setempat.

Beberapa tahapan yang ditempuh adalah sebagai berikut

© DEPDIKNAS 2006 41

Page 48: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

1. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota menyampaikan informasi

kepada setiap UPTD dan setiap sekolah tentang adanya rekruitmen calon

pengawas TK/SD, SLB, rumpun mata pelajaran/mata pelajaran dan

pengawas Bimbingan Konseling disertai kualifikasi dan persaratannya.

Informasi dan sosialisasi ini diberi waktu sekurang-kurangnya satu bulan

agar semua tenaga pendidik dan tenaga kependidikan di Kabupaten/Kota

mengetahuinya secara terbuka. Formulir pendaftaran beserta kualifikasi

dan persaratan calon pengawas dikirim ke setiap UPTD atau setiap sekolah

agar diketahui oleh guru dan kepala sekolah yang berminat.

2. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota menerima berkas pendaftaran

calon pengawas dari setiap UPTD atau Sekolah. Masa pendaftaran diberi

waktu minimal dua minggu. Berkas pendaftaran terdiri atas formulir yang

telah diisi lengkap disertai lampiran-lampirannya termasuk rekomendasi

dari atasan langsung calon. Formulir Pendaftaran calon Pengawas

disiapkan oleh Direktorat Tenaga Kependidikan.

3. Kepala Dinas memeriksa dan menyeleksi kelengkapan berkas pendaftaran

yang terdiri atas persyaratan administratif dan lampiran-lampirannya untuk

menetapkan calon yang memenuhi persyaratan. Berkas pendaftaran calon

yang dinilai lengkap dikirimkan oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota

kepada Dinas Pendidikan Provinsi dan Lembaga Penjaminan Mutu

Pendidikan (LPMP). Berkas pendaftaran yang tidak lengkap segera

dikembalikan kepada calon untuk dilengkapi sebagaimana mestinya.

Waktu yang diperlukan untuk melakukan pemeriksaan berkasi pendaftaran

paling lama satu bulan.

4. LPMP melakukan verifikasi data hasil pem,eriksaan Kepala Dinas

Pendidikan Kota/kabupaten dan melakukan seleksi administratif calon

pengawas. Berdasarkan hasil verifikasi dan seleksi tersebut selanjutnya

LPMP menetapkan dan mengirimkan calon pengawas yang memenuhi

syarat kepada Direktorat Tenaga Kependidikan. Kriteria yang digunakan

dalam seleksi administratif dilihat dari kualifikasi, persaratan administrtif

dan kelengkapan lampiran yang diminta dari calon pengawas (lihat seleksi

© DEPDIKNAS 2006 42

Page 49: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

tahap I pada butir seleksi). Waktu yang disediakan untuk melakukan

verifikasi dan seleksi persaratan administratif paling lama dua minggu.

5. Kepada calon yang memenuhi semua persaratan administratif Direktorat

Tenaga Kependidikan mengirim surat pemberitahuan yang menyatakan

calon berhak mengikuti seleksi calon pengawas serta diminta membuat

karya tulis tentang kepengawasan dan menyerahkannya kepada Direktorat

Tenaga Kependidikan paling lama satu bulan setelah menerima

pemberitahuan. Dalam surat pemberitahuan tersebut dicantumkan waktu

dan tempat pelaksanaan seleksi. Sedangkan calon yang tidak memenuhi

persaratan dberitahu tidak memenuhi persaratan sebagai calon pengawas.

6. Seleksi calon pengawas dilaksanakan oleh Direktorat Tenaga

Kependidikan bekerja sama dengan LPMP yang pelaksanaannya bisa

diselenggarakan di tingkat provinsi atau di LPMP. Seleksi dilaksanakan

setahun satu kali yang waktunya diatur secara tersendiri. Berkas

pendaftaran calon yang memenuhi persaratan mengikuti seleksi harus

sudah di Direktorat Tenaga Kependidikan paling lambat satu bulan

sebelum seleksi dilaksanakan.

7. Penetapan calon yang lulus seleksi sepenuhnya menjadi kewenangan

Direktorat Tenaga Kependidikan. Pengumuman hasil seleksi paling lambat

satu bulan setelah seleksi dilaksanakan dan dikirimkan kepada Kepala

Dinas Kabupaten/ Kota dengan tembusan kepada Kepala Dinas

Pendidikan tingkat Propinsi dan LPMP.

8. Direktorat Tenaga Kependidikan mengajukan pengangkatan calon

pengawas yang telah lulus seleksi, sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Status kepegawaian pengawas sekolah sebaiknya berstatus sebagai

pegawai pusat yang ditempatkan di LPMP.

© DEPDIKNAS 2006 43

Page 50: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

D. Seleksi Calon Pengawas

Calon pengawas yang telah memenuhi kualifikasi dan persaratan

sebagaimana dikemukakan di atas berhak mengikuti seleksi calon pengawas.

Seleksi dilaksanakan dua tahap. Tahap pertama seleksi administrasi yang

dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan LPMP sebagaimana

telah dijelaskan di atas. Tahap kedua seleksi akademik yang dilaksanakan oleh

Direktorat Tenaga Kependidikan bekerjasama dengan LPMP.

Seleksi Tahap I: Seleksi tahapan ini dilaksanakan oleh LPMP bekerja sama

dengan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan atau Propinsi yang disesuaikan

dengan kepentingan daerah. Kriteria seleksi dilihat dari:

1. Surat Keterangan Dokter yang menyatakan sehat jasmani dan rohani,

2. Daftar Riwayat Hidup yang memuat identitas diri, pekerjaan sekarang,

pengalaman kerja, tingkat pendidikan, pangkat dan golongan, usia, prestasi

yang pernah dicapai dll.

3. Surat keterangan aktif mengajar atau membimbing dari atasan langsung,

4. Daftar penilaian pekerjaan pegawai (DP3) dua tahun terakhir,

5. Foto copy ijazah yang telah dilegalisir sesuai dengan kualifikasi yang

ditetapkan

6. Makalah atau karya tulis yang berkaitan dengan kepengawasan dari salah

satu tema (boleh dipilih) di bawah ini:

a. Pengelolaan kepengawasan sekolah yang efektif dan efisien

b. Pengembangan Kurikulum sekolah yang akan dibinanya

c. Strategi pengembangan sekolah berbasis Iptek

d. Inovasi dalam meningkatkan kinerja sekolah

e. Manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah

Seleksi Tahap II: Seleksi tahapan kedua dilaksanakan oleh LPMP dengan

bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan atau Propinsi,

dengan menggunakan acuan dari Direktorat Tenaga Kependidikan. Seleksi

terdiri atas :

© DEPDIKNAS 2006 44

Page 51: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

1. Tes tertulis yang telah distandarisasi meliputi:

- Test Potensi Akademik

- Tes Kecerdasan Emosi

-Tes Penguasaan substansi kepengawasan (kompetensi),

2. Tes Kepribadian

3. Tes Kreativitas.

4. Presentasi karya ilmiah yang dilengkapi dengan wawancara.

Materi dasar yang dijadikan kriteria seleksi terdiri atas:

1. Potensi Akademik (kemampuan verbal, numerical, penalaran dan persepsi

ruang), Penguasaan kompetensi pengawas yang mencakup semua dimensi

dan indikatornya,

2. Penguasaan ilmu dalam bidang yang relevan, dengan bidang kepengawas-

annya (TK/SD, Rumpun Mata pelajaran/mata pelajaran, Pendidikan luar

biasa dan bimbingan konseling.

3. Kepribadian yang meliputi: sikap, motivasi, kerjasama, inisiatif dan

kreativitas.

Batas kelulusan dapat dipilih salah satu dari dua pendekatan yakni pendekatan

acuan patokan (PAP) atau pendekatan acuan norma (PAN). Jika jumlah calon

yang lulus dengan pendekatan patokan melebihi jumlah pengawas yang

dibutuhkan, pendekatan acuan norma lebih tepat untuk diterapkan. Namun jika

peserta yang lulus dengan acuan patokan lebih sedikit dari yang dibutuhkan,

penetapan kelulusan bisa menggunakan acuan norma dengan syarat bagi calon

yang dibawah standar lulus tetapi diperlukan karena kebutuhan, perlu

mendapatkan perlakuan khusus (pendampingan intensif) sampai memenuhi

standar kelulusan. Pada tahap selanjutnya calon yang telah dinyatakan lulus

perlu mengikuti pendidikan profesi pengawas untuk mendapatkan sertifikat

pengawas dan mengikuti Diklat Pengawas Type A (Kompetensi dan Orientasi

Tugas Pokok dan Fungsi).

© DEPDIKNAS 2006 45

Page 52: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

BAB VIKINERJA PENGAWAS

A. Kinerja dan Penilaian Kinerja Pengawas

Rekruitmen dan seleksi calon pengawas satuan pendidikan/sekolah

diperlukan untuk menghasilkan sumber daya pengawas yang bermutu,

yaitu calon pengawas yang berkualifikasi sebagai pengawas

profesional. Dengan adanya pengawas yang profesional diharapkan

kinerja pengawas di masa mendatang semakin membaik dan

profesional.

Kinerja pengawas satuan pendidikan yang profesional tampak dari

unjuk kerjanya sebagai pengawas dalam melaksanakan tugas pokok

dan fungsinya menampilkan prestasi kerja atau performance hasil kerja

yang baik, serta berdampak pada peningkatan prestasi dan mutu

sekolah binaannya. Dalam MBS misalnya, kinerja pengawas tentunya

juga akan nampak secara tidak langsung dalam mengupayakan

bagaimana Kepala Sekolah: memiliki peran yang kuat dalam meng-

koordinasikan, menggerakkan, dan menyerasikan semua sumber daya

pendidikan yang tersedia, terwujudkannya visi, misi, tujuan dan

sasaran sekolahnya melalui program-program yang dilaksanakan secara

terencana dan bertahap. Bagaimana kemampuan manajemen dan

kepemimpinan kepala sekolah mampu mengambil inisiatif/prakarsa

untuk meningkatkan mutu sekolah.

Kinerja pengawas satuan pendidikan juga tampak dampaknya pada

bagaimana guru menerapkan PAKEM (pembelajaran siswa yang aktif,

kreatif, efektif, dan menyenangkan), bagaimana pemahaman guru

tentang implikasi dari implementasi MBS, penilaian portofolio dalam

penilaian (Masdjudi, 2002). Selain itu kinerja pengawas satuan

pendidikan juga berkaitan dengan kiprah dan keberadaan komite

sekolah dan peran serta orang tua dan masyarakat dalam pendidikan.

© DEPDIKNAS 2006 46

Page 53: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

Jadi kinerja pengawas diartikan sebagai unjuk kerja atau prestasi kerja

yang dicapai oleh pengawas yang tercermin dari pelaksanaan tugas

pokok dan fungsinya, kreativitas dan aktivitasnya dalam proses

kepengawasan, komitmen dalam melaksanakan tugas, karya tulis

ilmiah yang dihasilkan serta dampak kiprahnya terhadap peningkatan

prestasi sekolah yang menjadi binaannya.

Harapan yang demikian itu didasari adanya kenyataan pengawas di lapang

menunjukkan kinerja sebagaimana dilaporkan Subijanto (2003) bahwa

dalam pelaksanaan supervisi, sebagain besar pengawas satuan

pendidikan tidak melakukan supervisi kelas. Namun sebaliknya,

pengawas satuan pendidikan cenderung melakukan supervisi dalam

hal-hal yang berkaitan dengan kelengkapan administrasi proses belajar-

mengajar.  Pelaksanaan supervisi semacam inipun hanya dilakukan di

ruang kepala sekolah dan atau di ruang KKG. Hal ini terjadi karena

pengawas satuan pendidikan tidak menguasai substansi (materi yang

berkaitan dengan TK, SD, dan SDLB).  Selanjutnya fakta

menunjukkan bahwa supervisi kelas oleh pengawas satuan pendidikan

ke sekolah: Taman Kanak-kanak (TK) dan Sekolah Dasar Luar Biasa

(SDLB) tidak pernah dilakukan. Sehingga wajar jika saran dan

keberadaan pengawas satuan pendidikan kurang dipertimbangkan oleh

pihak Cabang Dinas Pendidikan kecamatan dan Dinas Pendidikan

kabupaten.  Padahal hasil penilaian yang dibuat oleh pengawas satuan

pendidikan sebagai bagian dari tugas pokok dan fungsinya dapat

memberikan informasi yang dapat digunakan untuk memberi masukan

terhadap keseluruhan sistem dengan seluruh komponen yang saling

terkait secara sistematis satu dengan lainnya, yaitu komponen input,

proses, output dan outcome serta konteks sekolah (Abutarya, E. 2003).

© DEPDIKNAS 2006 47

Page 54: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

B. Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja merupakan bagian penting dari seluruh proses

pengembangan pengawas yang bersangkutan. Nilai penting penilaian

kinerja itu terletak pada kegunaannya sebagai sarana umpan balik

tentang dirinya dan akan berguna untuk menentukan: tujuan, jalur,

rancangan, dan pengembangan kariernya. Bagi Dinas Pendidikan, hasil

penilaian kinerja itu berguna untuk membuat keputusan, misalnya

tentang jabatan, gaji, subsidi, penghargaan, dll. Dari sudut pandang

manajemen organisasi, penilaian kinerja pengawas satuan pendidikan

mempunyai empat tujuan:

1. Untuk memperoleh dasar untuk pengambilan keputusan, promosi, transfer

demosi/penurunan pangkat, PHK.

2. Sebagai kriteria bagi kesahihan/kevaliditasan sarana-sarana seleksi dan

program-program pendidikan dan pelatihan.

3. Untuk mengalokasikan dana guna pemberian penghargaan, insentif,

subsidi, dan lain-lain bagi staf.

4. Untuk meyakinkan umpan balik bagi staf yang dapat menunjang

pengembangan diri dan karyanya.

Adapun manfaat penilaian kinerja pengawas satuan pendidikan dapat

dirinci berikut ini.

1. Peningkatan prestasi kerja pengawas, dengan dilakukan penilaian

kinerja, pihak Dinas Pendidikan memperoleh umpan balik, dan

pengawas yang bersangkutan dapat memperbaiki pekerjaan mereka.

2. Kesempatan kerja yang adil, dengan adanya penilaian kinerja yang

akurat maka akan menjamin setiap pengawas memperoleh

kesempatan menempati posisi jabatan fungsional maupun

profesional sesuai dengan kemampuannya.

3. Kebutuhan-kebutuhan pelatihan / pengembangan, dengan adanya

penilaian kinerja pengawas, akan terdeteksi pengawas yang

© DEPDIKNAS 2006 48

Page 55: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

kemampuannya rendah kemudian dapat ditentukan program

pelatihan untuk meningkatkan kemampuan mereka.

4. Penyesuaian Kompensasi, penilaian kinerja dapat membantu para

pejabat untuk mengambil keputusan dalam menentukan

penghargaan, subsidi, kompensasi gaji, bonus, dsb.

5. Keputusan-keputusan promosi dan demosi, hasil penilaian kerja

terhadap pengawas dapat digunakan untuk mengambil keputusan

dalam mempromosikan pengawas yang berprestasi dan

mendemosikan yang berprestasi rendah.

6. Kesalahan-kesalahan desain kerja, penilaian kinerja pengawas dapat

membantu mendiagnosis kesalahan-kesalahan desain kerja.

Di dalam menilai kinerja pengawas agar bermanfaat seperti tersebut di

atas, minimal ada empat prinsip yang perlu diperhatikan yaitu:

1. Penilaian kinerja harus mempunyai hubungan dengan pekerjaan/

tugas pokok dan fungsi pengawas.

2. Sistem penilaian kinerja benar-benar menilai perilaku atau kerja

yang mendukung kegiatan pengembangan mutu sekolah binaan dan

kualitas Dinas Pendidikan di mana pengawas bekerja.

3. Adanya standard pelaksanaan tugas pengawas. Standar pelaksanaan

tugas pengawas adalah ukuran yang dipakai untuk menilai kinerja

tersebut. Standar penilaian hendaknya berhubungan dengan hasil

yang diharapkan, supaya penilaian itu berjalan dengan efektif,

dengan alat ukur yang baik yaitu yang validit dan reliabel.

4. Praktis, sistem penilaian yang praktis yaitu mudah dipahami dan

dimengerti serta digunakan, baik oleh penilai maupun pengawas.

© DEPDIKNAS 2006 49

Page 56: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

C. Indikator Kinerja Pengawas Sekolah

Indikator kinerja pengawas sekolah meliputi 4 dimensi yakni: 1). pelaksanaan

pengawasan, 2). prestasi kerja, 3). Pengembangan profesi dan 4). dampaknya

terhadap pengembangan mutu sekolah.

1. Dimensi Pelaksanaan Pengawasan

a. Kualitas program pengawasan, pelaksanaan program, serta laporan

pelaksanaan program

b. Kreativitas, inovasi, dalam penyusunan program dan

aktivitas/kedisiplinan pengawas selama proses pelaksanaan

pengawasan

c. Komitmen pengawas dalam menjalankan tugas, kepekaannya terhadap

masalah serta kejituannya dalam mengatasi masalah

d. Keharmonisan hubungan pengawas dengan anggota komite sekolah

dan kebanggaan anggota komite sekolah terhadap pengawas

e. Terobosan baru dalam penerapkan strategi/langkah pembinaan

peningkatan mutu sekolah

f. Kualitas hubungan antar pribadi pengawas dengan guru dan

bannyaknya manfaat langsung dalam pengembangan profesi yang

diperoleh guru dari layanan pengawas

g. Kualitas hubungan pribadi pengawas dengan kepala sekolah dan

tingkat kepatuhan para kepala sekolah dalam melaksanakan

saran/nasehat pengawas

h. Respons atau reaksi pihak Dinas Pendidikan setelah menerima laporan

pelaksanaan program pengawasan

i. Kegigihan pengawas mempengaruhi stakeholder yang dibina dalam

meningkatkan mutu sekolah dan peningkatan kinerja sekolah binaan

© DEPDIKNAS 2006 50

Page 57: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

2. Dimensi Prestasi Kerja

a. Peningkatan kinerja para kepala sekolah.

b. Kebanggaan para kepala sekolah terhadap proses dan hasil

pengawasan serta terhadap performance pengawas.

c. Tingkat kepatuhan guru-guru dalam menjalankan saran/nasehat

pengawas dan manfaat langsung dalam pengembangan pembelajaran

yang diperolehnya.

d. Peningkatan kinerja guru-guru dalam mempertinggi mutu

pembelajarannya.

e. Kebanggaan guru-guru terhadap proses dan hasil pengawasan,

performance pengawas, serta terhadap pengawas yang bersangkutan.

f. Manfaat langsung yang diperoleh sekolah dari layanan pengawas

dalam meningkatkan mutu sekolah.

g. Peningkatan rata-rata prestasi belajar siswa yang signifikan pada setiap

sekolah binaannya.

3. Dimensi Pengembangan Profesi

a. Jumlah karya ilmiah yang dihasilkan.

b. Jumlah penyajian karya tulis dalam seminar atau sejenisnya atas

permintaan (diluar tugas dinas pengawas).

c. Jumlah karya ilmiah yang terpublikasikan.

d. Jumlah karya inovatif bidang kepengawasan yang ditemukan.

e. Jumlah penyajian karya tulis dalam lokakarya, penataran atau

sejenisnya atas permintaan (di luar tugas dinasnya).

4. Dimensi Dampak Terhadap Mutu Sekolah

a. Penurunan jumlah dan frekuensi pelanggaran disiplin siswa pada setiap

sekolah yang dibina.

b. Keberhasilan sekolah-sekolah binaan dalam menggalang partisipasi

orang tua, dunia usaha dan industri untuk meningkatkan mutu sekolah.

© DEPDIKNAS 2006 51

Page 58: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

c. Banyaknya manfaat langsung yang diperoleh komite sekolah dari

layanan pengawas sekolah dan peningkatan kinerja mereka.

d. Peningkatan jumlah siswa yang berhasil pada aspek non-akademik

pada setiap sekolah binaannya seperti porseni, keagamaan, ekstra

kurikuler.

D. Instrumen Penilaian Kinerja Pengawas

Kinerja pengawas satuan pendidikan dinilai oleh Kepala Dinas

Pendidikan Kabupaten/Kota melalui tim independen yang ditunjuk oleh

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. Tim independen ini terdiri dari

pejabat struktural Dinas Pendidikan, organisasi profesi (misalnya APSI, PGRI,

ISPI), akademisi dan Dewan Pendidikan yang jumlahnya 5 orang. Aspek yang

dinilai mencakup aspek-aspek yang terdapat dalam Daftar Penilaian Prestasi

Pegawai (DP3) ditambah dengan penilaian kompetensi dan prestasi

pelaksanaan tugas dan tanggungjawabnya serta dedikasinya. Keberhasilan

kinerja pengawas satuan pendidikan diukur dari:

1. Pelaporan hasil kerja setiap semester

2. Peningkatan prestasi dan atau kinerja sekolah yang menjadi binaannya

3. Derajat kreativitas dan aktivitasnya dalam proses kepengawasan

4. Jumlah dan kualitas hasil karya tulis ilmiah yang dipublikasikan

5. Dedikasi dalam melaksanakan tugas terutama di daerah terpencil, daerah

kerusuhan/konflik dan di daerah bencana.

1. Penilaian Kinerja Berorientasi Waktu yang Lalu

Pada umumnya penilaian kinerja berorientasi pada masa lalu,

artinya penilaian kinerja pengawas berdasarkan hasil yang telah

dicapai selama ini. Teknik-teknik penilaian ini antara lain:

a. Rating Scale

Dalam hal ini penilai melakukan penilaian subyektif terhadap

kinerja pengawas dengan skala tertentu. Penilai memberikan

tanda pada skala yang sudah ada dengan cara membandingkan

© DEPDIKNAS 2006 52

Page 59: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

antara hasil pekerjaan pengawas dengan kriteria yang telah

ditentukan berdasar justifikasi penilai yang bersangkutan.

b. Check list

Dalam chek list penilai hanya memilih pernyataan-pernyataan

yang tersedia. Cara ini dapat memberikan gambaran kinerja

yang akurat. Metode ini mudah digunakan, ekonomis dan

mudah mengadministrasikan, sedang kekurangannya faktor

sikap pengawas tidak tercermin dan tidak memungkinkan

adanya relatifitas penilaian. Biasanya disusun daftar check yang

terpisah bagi setiap pengawas yang berbeda.

c. Metode peninjauan lapangan

Metode ini dilakukan dengan cara para penilai terjun langsung

ke sekolah untuk menilai pengawas. Hal ini dapat dilakukan

dengan 2 cara. Cara pertama dapat dilakukan bersamaan dengan

kegiatan supervisi, cara kedua penilai mendatangi sekolah untuk

melakukan penilaian kinerja pengawas yang bersangkutan.

d. Tes prestasi kerja

Metode ini termasuk penilaian tidak langsung karena hanya

berbentuk tertulis dan tidak mencerminkan langsung kinerja

seseorang/pengawas.

2. Penilaian kinerja pengawas yang berorientasi waktu yang akan

datang

Metode penilaian ini memusatkan prestasi kerja pengawas saat ini

serta penerapan sasaran prestasi kerja dimasa yang akan datang.

Teknik-teknik yang dapat digunakan antara lain:

a. Penilaian diri (self appraisals)

Metode penilaian ini menekankan bahwa penilaian itu dinilai

oleh pengawas sendiri. Tujuannya adalah pengembangan diri

pengawas dalam rangka pengembangan profesi dan mutu

sekolah sebagai organisasi belajar.

© DEPDIKNAS 2006 53

Page 60: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

b. Pendekatan “Manajement by Objective (MBO)”

Metode ini ditentukan bersama-sama antara penilai dengan

pengawas. Mereka bersama-sama menentukan tujuan dan

sasaran pelaksanaan kerja di waktu mendatang. Keunggulan

MBO adalah bahwa perhatian pimpinan dan pengawas

difokuskan pada hasil akhir tugas secara eksklusif.

Kelemahannya adalah MBO tidak membantu pimpinan dalam

mengamati dan menilai perilaku pengawasnya.

c. Penilaian psikologis

Metode ini dilakukan dengan mengadakan wawancara

mendalam, diskusi atau tes psikologi yang akan dinilai. Aspek-

aspek yang dinilai antara lain: intelektual, emosi, motivasi, dll.

Instrumen uji kinerja pengawas satuan pendidikan merupakan instrumen

khusus yang sudah divalidasi dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari

naskah akademik ini.

E. Mekanisme Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja pengawas dilaksanakan setiap tahun satu kali yakni pada

akhir tahun akademik. Tujuan penilaian kinerja pengawas ini untuk

menentukan kualitas pengawas dalam rangka pembinaan dan pengembangan

karirnya. Mekanisme penilaian kinerja pengawas ditempuh melalui tiga

tahapan sebagai berikut:

1. Tahap 1: Uji kinerja dengan inventori untuk menentukan indeks kinerja

pengawas,

2. Tahap 2: Penilaian kinerja dengan tes tertulis: analisis kasus nyata

kepengawasan, penguasaan bidang kepengawasan, dan tes performance

dalam bentuk presentasi hasil karya tulis ilmiah dalam forum seminar.

Kemudian ditetapkan kategori kinerja pengawas atas dasar hasil tahap 1

dan tahap 2 yang hasilnya dibedakan menjadi tiga kategori yakni: tidak

layak (berindeks 0), layak (berindeks 1-3), dan sangat layak (berindeks 4

dan 5).

© DEPDIKNAS 2006 54

Page 61: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

3. Tahap 3: Menetapkan tindak lanjut hasil penilaian tahap 2, yaitu untuk

menetapkan pembinaan dan pengembangan karir pengawas. Bagi

pengawas yang termasuk kategori tidak layak perlu diberikan perlakuan

khusus agar kelak menjadi pengawas kategori layak. Bagi pengawas

termasuk kategori layak wajib diberi subsidi dan insentif agar dapat me-

ningkatkan kinerjanya di masa yang akan datang. Bagi pengawas kategori

sangat layak diusulkan untuk mendapatkan penghargaan yang diatur

secara tersendiri pada bab penghargaan dan perlindungan.

Penilaian kinerja pengawas sebaiknya dilaksanakan oleh Tim Independen

yang diangkat oleh Kepala Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten. Tim terdiri atas

seorang dari Pejabat Dinas Pendidikan, seorang dari Asosiasi Pengawas,

seorang dari Akademisi, dan seorang dari Anggota Dewan Pendidikan. Tim

bertanggungjawab kepada Kepala Dinas Pendidikan Kota/ Kabupaten.

Untuk melaksanakan penilaian kinerja pengawas satuan pendidikan

seperti langkah-langkah tersebut dimungkinkan akan ada masalah-

masalah berikut ini.

1. Hallo Efect: yang dimaksudkan adalah bahwa opini seseorang

mengenai orang lain berpengaruh terhadap penilaian yang

dilakukannya baik dalam arti yang positif ataupun negatif.

2. Menghindari nilai yang ekstrim: Penilaian demikian sering

dihindari karena harus dijelaskan kepada fihak yang mengelola

SDM pembenaran dari sistem itu. Agar tidak harus menjelaskan

sistem peringkat yang digunakan penilai cenderung mengambil

jalan tengah, yaitu dengan memberikan nilai yang akan merata.

3. Bersikap lunak dan murah hati: Hal ini biasanya dilakukan dengan

memberikan nilai yang tinggi kepada semua pengawas. Biasanya

ini digunakan oleh penilai yang ingin mencari popularitas.

4. Bersikap pelit dan keras: Hal ini dilakukan dengan memberikan

nilai yang rendah kepada pengawas, walaupun mungkin ada yang

berprestasi memuaskan dan sebagian lagi kurang memuaskan.

© DEPDIKNAS 2006 55

Page 62: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

5. Prasangka pribadi: Hal ini berakibat pada penilaian yang subyektif.

Selanjutnya hasil penilaian kinerja pengawas disampaikan oleh tin

penilai independen kepada Kepala Dinas Pendidikan. Selanjutnya

Kepala Dinas Pendidikan menetapkan hasil penilaian melalui surat

keputusan tentang kinerja pengawas. Ada tiga jenis keputusan

penilaian kinerja pengawas yakni:

1. Bagi pengawas yang tidak layak diputuskan wajib mengikuti pembinaan/

perlakuan khusus seperti pelatihan khusus, pendampingan, penugasan, dan

lain-lain.

2. Bagi pengawas yang layak diputuskan untuk melaksanakan tugas

kepengawasan secara mandiri, promosi kenaikan jabatan fungsional

setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan, promosi kenaikan jabatan

karir pengawas (pengawas pratama, muda, madya, utama) setelah

memenuhi persyaratan yang ditentukan.

3. Bagi pengawas yang sangat layak diputuskan untuk melaksanakan tugas

membina pengawas baru (pratama), mendampingi pengawas yang

termasuk kategori tidak layak, diusulkan menjadi pengawas samapta, serta

diusulkan mengikuti seleksi pengawas terbaik tingkat kabupaten/kota,

provinsi dan atau nasional dalam rangka pemberian penghargaan.

Berdasarkan hasil penilaian kinerja pengawas itu perlu tindak lanjut

dalam bentuk: (1) penetapan indeks kinerja pengawas dan (2)

pengembangan profesi pengawas.

Penetapan indeks kinerja pengawas diperoleh dari penghitungan hasil uji

kinerja yang berbentuk angka dengan rentang nilai antara 0 – 5. Indeks kinerja

pengawas satuan pendidikan terdiri dari jenjang yaitu:

1. Indeks kinerja 0 (nol) berarti tidak berprestasi;

2. Indeks kinerja 1 (satu) berarti sangat rendah;

3. Indeks kinerja 2 (dua) berarti kinerjanya rendah;

4. Indeks kinerja 3 (tiga) berarti kinerjanya cukup;

© DEPDIKNAS 2006 56

Page 63: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

5. Indeks kinerja 4 (empat) berarti kinerjanya tinggi;

6. Indeks kinerja 5 (lima) berarti kinerjanya sangat tinggi atau cemerlang.

Adapun bentuk pengembangan profesi pengawas sebagai lebih lanjut

dari kinerja pengawas ada tiga program yakni: (1) program pre-service

education, (2) program in-service education dan (3) program in-service

training.

Program pre-service education adalah program pendidikan yang

dilakukan pada pendidikan sekolah sebelum peserta didik mendapat

tugas tertentu dalam suatu jabatan. Lembaga penyelenggaraan program

pre-service education adalah pendidikan tinggi. Pada bidang ilmu

pendidikan program in-service education diselenggarakan oleh

lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) baik non gelar

maupun yang bergelar.

Program in-service education adalah program pendidikan yang

mengacu pada kemampuan akademik maupun profesional sesudah

peserta didik mendapat tugas tertentu dalam suatu jabatan. Bagi mereka

yang sudah memiliki jabatan pengawas dapat berusaha meningkatkan

kinerjanya melalui pendidikan lanjut yang berijasah S-1, ke S-2 dan

S-3 pada jurusan tertentu yang relevan.

Program in-service training adalah suatu usaha pelatihan yang memberi

kesempatan kepada pengawas, untuk mendapat pengembangan kinerja.

Pada umumnya yang paling banyak dilakukan dalam program in-

service training adalah melalui: (1) penataran penyegaran, (2)

penataran peningkatan kualifikasi, dan (3) Diklat pengembangan

profesionalisme pengawas satuan pendidikan secara gradual.

1. Penataran penyegaran yaitu usaha pengembangan profesi atau

kompetensi pengawas agar sesuai dengan tuntutan kemajuan ilmu

pengetahuan, teknologi, serta menetapkan kinerja pengawas agar

dapat melakukan tugas sehari-hari dengan baik. Sifat penataran ini

© DEPDIKNAS 2006 57

Page 64: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

memberi penyegaran sesuai dengan perubahan yang terjadi di

masyarakat agar tidak ketinggalan jaman.

2. Penataran peningkatan kualifikasi adalah usaha peningkatan

kemampuan pengawas sehingga mereka memperoleh kualifikasi

formal tertentu (sertifikasi) sesuai dengan standar yang ditentukan.

3. Diklat pengembangan profesionalisme pengawas secara gradual

adalah suatu usaha meningkatkan kemampuan dan kinerja

pengawas satuan pendidikan dalam bidang jenjang fungsional

pengawas sehingga memenuhi persyaratan suatu pangkat atau

jabatan tertentu sesuai dengan standar yang ditentukan.

© DEPDIKNAS 2006 58

Page 65: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

BAB VIIPEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KARIR

A. Pentingnya Pembinaan dan Pengembangan Karir

Pengawas satuan pendidikan diangkat dengan tugas melakukan pembinaan dan

pengawasan pendidikan pada satuan pendidikan atau sekolah yang menjadi binaannya.

Pengawasan satuan pendidikan meliputi pengawasan akademik dan pengawasan

manajerial. Pengawasan akademik bertujuan membantu atau membina guru dalam

meningkatkan mutu proses pembelajaran agar diperoleh hasil belajar siswa yang lebih

optimal. Sedangkan pengawasan manajerial bertujuan membantu dan membina kepala

sekolah dalam upayanya meningkatkan mutu pendidikan melalui optimalisasi kinerja

sekolah. Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pengawas satuan

pendidikan/sekolah, diperlukan kemampuan-kemampuan dasar yang dipersyaratkan

sebagai pengawas professional. Oleh sebab itu, kompetensi pengawas sekolah perlu

ditingkatkan dan dikembangkan secara bekelanjutan. Tanpa memiliki kompetensi

profesional dalam hal kepengawasan, para pengawas akan sulit meningkatkan

kinerjanya sehingga langsung maupun tidak langsung tidak akan berdampak terhadap

mutu kinerja sekolah atau satuan pendidikan yang dibinanya.

Pembinaan dan pengembangan kemampuan profesional pengawas satuan pendidikan

harus terus dilakukan agar mereka dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya

sebagai pengawas satuan pendidikan. Pembinaan menjadi tanggung jawab Kepala

Dinas Pendidikan setempat.

Pembinaan pengawas satuan pendidikan mencakup pembinaan profesi dan pembinaan

karir. Pembinaan profesi diarahkan untuk meningkatkan dan mengembangkan

kemampuan profesionalnya agar dapat melaksanakan fungsi kepengawasan baik

pengawasan akademik maupun pengawasan manajerial. Sedangkan pembinaan karir

pengawas diarahkan untuk meningkatkan pangkat dan jabatan fungsionalnya sesuai

dengan ketentuan yang berlaku.

© DEPDIKNAS 2006 59

Page 66: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap sejumlah pengawas dari seluruh propinsi

ternyata pembinaan terhadap para pengawas satuan pendidikan dalam rangka

meningkatkan kemampuan profesionalnya boleh dikatakan belum berjalan

sebagaimana mestinya. Pengawas sekolah berjalan apa adanya dengan tugas pokok dan

fungsinya melakukan pengawasan dengan berbekal kemampuan yang telah

dimilikinya. Pengawas juga membuat laporan kepada Kepala Dinas Pendidikan tentang

apa yang telah dilakukannya sesuai dengan tupoksinya namun laporan tersebut belum

dijadikan dasar bagi upaya pembinaan para pengawas. Kalaupun ada pembinaan

terbatas pada arahan dan penjelasan Kepala Dinas Pendidikan tentang berbagai

kebijakan pendidikan dalam rapat-rapat khusus dengan para pengawas dan pejabat

lainnya. Pembinaan para pengawas yang dilaksanakan secara terencana dan

bersinambungan yang mengarah pada kemampuan profesional para pengawas dan

pengembangan karirnya sebagai tenaga fungsional belum banyak dilaksanakan.

Lemahnya pembinaan para pengawas diduga berkaitan dengan sumberdaya yang

terbatas pada setiap dinas pendidikan, baik sumber daya manusia, sumber daya

keuangan maupun sumber daya informasi. Selain itu komitmen dinas pendidikan

terhadap pentingnya peran pengawas dalam meningkatkan mutu pendidikan terkesan

kurang optimal, sehingga program pembinaan bagi para pengawas belum menjadi

prioritas.

Pada sisi lain, hasil kerja yang dicapai para pengawas dari pelaksanaan tugas pokok

dan fungsinya belum begitu signifikan terhadap kemajuan-kemajuan sekolah

binaannya. Oleh karena itu, posisi, peran dan eksisteni pengawas kurang mendapat

perhatian dibandingkan dengan guru dan kepala sekolah.

Dalam konteks peningkatan mutu pendidikan sejalan dengan PP No. 19 Tahun 2005

tentang standar mutu pendidikan, peranan pengawas satuan pendidikan/sekolah sangat

penting dalam meningkatkan mutu pendidikan pada satuan pendidikan binaannya.

Oleh sebab itu, pembinaan pengawas agar dapat melaksanakan tugas kepengawasan

akademik dan manajerial mutlak diperlukan.

Selain dari itu, posisi, peran dan eksistensi pengawas harus dibina agar citra pengawas

satuan pendidikan/sekolah lebih meningkat sebagaimana yang kita harapkan. Pengawas

© DEPDIKNAS 2006 60

Page 67: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

harus mempunyai nilai lebih dari guru dan kepala sekolah baik dari segi kualifikasi,

kemampuan, kompetensi, finansial dan dimensi lainnya agar kehadirannya di sekolah

betul-betul didambakan stakeholder sekolah.

Pembinaan pengawas satuan pendidikan atau pengawas sekolah harus dirancang dan

dikembangkan secara terpola dan bersinambungan agar kemampuan profesional dan

karir pengawas satuan pendidikan mendorong peningkatan kinerjanya. Pembinaan

dilaksanakan oleh Direktorat Tenaga Kependidikan dan oleh Kepala Dinas Pendidikan

Kota/Kabupaten dan atau Dinas Pendidikan tingkat propinsi melalui program-program

yang jelas, terarah serta dievaluasi secara terencana.

Penempatan tugas pengawas satuan pendidikan menjadi tanggung jawab

Kepala Dinas Pendidikan Provinsi dan atau Kabupaten/Kota dengan

mempertimbangkan tipe dan kondisi geografis letak sekolah selaras dengan

bidang dan jenjang jabatan pengawas. Selanjutnya pembinaan dan

pengembangan pengawas satuan pendidikan dilaksanakan secara

berkelanjutan agar kemampuan profesional serta karirnya sebagai pengawas

satuan pendidikan meningkat sejalan dengan prestasi yang dicapainya. Dengan

kata lain pembinaan dan pengembangan pengawas diarahkan untuk

memelihara, mempertahankan serta mempertinggi kinerjanya sehingga

berdampak pada peningkatan mutu sekolah binaannya. Pembinaan pengawas

dimaksudkan sebagai upaya yang terencana dalam memelihara dan

meningkatkan kemampuan profesi dan karirnya sehingga mempertinggi

kinerjanya sebagai pengawas satuan pendidikan yang professional.

Ruang lingkup pembinaan mencakup pembinaan kualifikasi, profesi dan

pembinaan karir. Pembinaan kualifikasi ditujukan agar para pengawas dapat

meningkatkan tingkat pendidikan formal sampai minimal berpendidikan

Sarjana (SI) bagi yang berpendidikan diploma, dan berpendidikan S2 bagi

pengawas yang berpendidikan S1. Pengembangan profesi diarahkan pada

peningkatan kompetensi pengawas mencakup kompetensi pribadi, kompetensi

sosial, kompetensi pedagogik dan kompetensi professional. Sedangkan

pembinaan karir pengawas diarahkan untuk mempercepat kenaikan pangkat

© DEPDIKNAS 2006 61

Page 68: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

dan jabatan pengawas sesuai dengan ketentuan yang berlaku melalui

pengumpulan angka kredit. Jenjang jabatan pengawas mulai dari pengawas

pratama sampai pada pengawas utama.

B. Tujuan Pembinan

Tujuan umum dari pembinaan dan pengembangan karir pengawas satuan

pendidikan/sekolah adalah meningkatnya kemampuan dan karir pengawas sehingga

dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pengawas satuan

pendidikan/sekolah yang profesional. Tujuan tersebut mengimplikasikan pentingnya

pembinaan kualifikasi, kompetensi dan peningkatan karir pengawas sebagai jabatan

fungsional. Kualifikasi dan kompetensi profesional diharapkan berdampak terhadap

peningkatan kinerja dan hasil kerjanya. Sedangkan pengembangan karir diharapkan

berdampak terhadap kesejahteraannya.

Tujuan umum pembinaan dan pengembangan karir pengawas satuan pendidikan

sebagaimana dikemukakan di atas perlu dijabarkan lebih lanjut menjadi tujuan-tujuan

yang lebih khusus agar memudahkan dalam menetapkan program pembinaan. Adapun

tujuan khusus pembinaan pengawas satuan pendidikan adalah agar para pengawas

satuan pendidikan/sekolah:

1. Mampu melaksanakan tugas pokok dan fungsinya melaksanakan pengawasan

akademik dan pengawasan manajerial pada satuan pendidikan yang dibinanya.

2. Meningkatnya kompetensi pribadi, kompetensi sosial, kompetensi pedagogik dan

kompetensi profesional sehingga dapat mempertinggi kinerjanya.

3. Mampu bekerjasama dengan guru, kepala sekolah, staf sekolah dan komite sekolah

dalam meningkatkan kinerja satuan pendidikan/sekolah binaannya.

4. Mampu melakukan berbagai inovasi pendidikan dalam rangka meningkatkan mutu

pendidikan di sekolah binaannya.

5. Berjalannya jenjang karir jabatan pengawas melalui angka kredit jabatan

fungsional.

© DEPDIKNAS 2006 62

Page 69: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

Hasil yang diharapkan dari pembinaan dan pengembangan karir pengawas satuan

pendidikan/sekolah adalah diperolehnya pengawas yang profesional sehingga dapat

melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dalam rangka meningkatkan mutu

pendidikan di sekolah binaannnya.

Keberhasilannya pembinaan dan pengembangan karir pengawas satuan

pendidikan/sekolah harus terlihat dalam indikator-indikator sebagai berikut :

1. Meningkatnya kualifikasi pengawas minimal berpendidikan sarjana (SI)

terutama bagi pengawas yang berpendidikan Diploma.

2. Meningkatnya motivasi kerja para pengawas dalam melaksanakan tugas

dan tanggung jawabnya sebagai pengawas profesional.

3. Meningkatnya kinerja dan hasil kerja pengawas yang ditunjukkan oleh

kamjuan-kemajuan mutu pendidikan pada sekolah binaannya.

4. Meningkatnya pangkat dan jabatan pengawas setelah memenuhi angka

kredit sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta kesejahteraan materil

dan non-material sesuai dengan jabatan dan prestasi yang dicapainya.

5. Meningkatnya citra positif para pengawas satuan pendidikan dikalangan

stakeholder sekolah.

6. Meningkatnya kemauan pengawas untuk studi lanjut dan atau

meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya sebagai pengawas

profesional.

C. Pembinaan untuk Peningkatan Kualifikasi Pendidikan

Dari studi yang dilakukan di setiap kabupaten dan kota di seluruh propinsi

masih adanya pengawas satuan pendidikan/sekolah yang belum memiliki

kualifikasi sarjana (S1) terutama pengawas TK/SD. Mengacu pada PP No. 19

Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pengawas satuan

pendidikan minimal berpendidikan S1 bahkan diutamakan berpendidikan S2.

Untuk itu, maka pembinaan pengawas satuan pendidikan untuk meningkatkan

kualifikasi pendidikan dapat ditempuh melalui program sebagai berikut:

© DEPDIKNAS 2006 63

Page 70: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

1. Beasiswa Pemerintah Pusat untuk mengikuti pendidikan program sarjana

pada LPTK Negeri atau LPTK Swasta yang terakreditasi minimal B

program studi PGSD/PGTK. Beasiswa diperioritaskan kepada pengawas

satuan pendidikan yang berpendidikan Diploma terutama pengawas

TK/SD agar mencapai kualifikasi Sarjana (S1). Program beassiswa

dilaksanakan secara bertahap, sehingga dalam kurun waktu 5 tahun ke

depan semua pengawas yang belum sarjana bisa menempuh pendidikian

program sarjana. Pada tahap pertama pengawas yang diberikan beasiswa

adalah pengawas yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Berusia maksimal 48 tahun.

b. Telah berpengalaman sebagai pengawas satuan pendidikan minimal 3

tahun.

c. Berpendidikan minimal Diploma.

d. Menyatakan sanggup menyelesaikan program sarjana maksimal 5

semester.

e. Diperioritaskan yang bertugas di daerah terpencil atau daerah

perbatasan, atau daerah konflik/rawan keamanan atau daerah bencana.

f. Menunjukkan kemauan dan motivasi untuk mengikuti pendidikan.

g. Pangkat dan golongan minimal III/b dan maksimal IV/a.

2. Bantuan Biaya Pendidikan. Bantuan biaya pendidikan dari Pemerintah

Pusat dan atau dari Pemerintah Daerah untuk mengikuti pendidikan

program sarjana pada LPTK Negeri dan atau Swasta terakreditasi minimal

B dengan program Studi PGSD/PGTK (khusus untuk pengawas TK/SD).

Bantuan biaya pendidikan bisa digunakan untuk biaya SPP, bantuan untuk

penulisan skripsi, bantuan untuk membeli buku. Besarnya bantuan

maksimum yang diterimakan tiap tahun selama maksimal tiga tahun

sebesar gaji pokok PNS golongan IV/a. Bantuan biaya pendidikan bisa

diberikan kepada pengawas yang melanjutkan studi pada program sarjana

dan yang melanjutkan studi pada program pascasarjana baik S2 maupun

S3. Kriteria pemberian bantuan biaya pendidikan adalah sebagai berikut :

© DEPDIKNAS 2006 64

Page 71: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

a. Pengawas berperestasi dalam melaksanakan tugas kepengawasan,

yakni memperoleh indeks kinerja 4 dan 5.

b. Berpengalaman sebagai pengawas satuan pendidikan berturut-turut

selama minimal 5 tahun.

c. Bersedia untuk tetap menjadi tenaga pengawas satuan pendidikan

sampai masa pensiun.

d. Pangkat/Golongan minimal III/d.

3. Izin Belajar untuk Pendidikan Lanjutan baik untuk program sarjana

maupun program pascasarjana. Izin belajar dikeluarkan oleh Dinas

Pendidikian setempat. Fasilitas yang diberikan kepada yang memperoloeh

izin belajar adalah penggunaan waktu untuk belajar sehingga dapat

meninggalkan tugas paling lama tiga hari dalam seminggu. Bagi

pengawas satuan pendidikan yang memperoleh izin belajar semua

pembiayaan ditanggung oleh pengawas yang bersangkutan. Bagi

pengawas TK/SD disarankan mengambil S1 program studi PGSD/PGTK,

bagi pengawas rumpun mata pelajaran di SMP-SMA-SMK disarankan

mengambil program sarjana atau pascasarjana bidang kependidikan untuk

program studi yang relevan dengan bidang tugasnya, atau program studi:

Manajemen Pendidikan, Teknologi Pendidikan, Evaluasi Pendidikan,

Pendidikan Usia Dini, Pengembangan Kurikulum, Bimbingan Konseling,

Pendidikan Khusus (PLB).

Agar program peningkatan kualifikasi pendidikan ini berjalan efektif beberapa

langkah yang bisa ditempuh oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten dan

Kota adalah sebagai berikut:

1. Melakukan pemetaan tenaga pengawas yang belum berpendidikan sarjana

pada setiap UPTD yang ada di wilayahnya. Pemetaan dilakukan untuk

memperoleh gambaran karakteristik pengawas yang mencakup ;

pendidikan terahir, pangkat dan golongan, usia, pengalaman kerja sebagai

pengawas, jenis kelamin, jumlah sekolah binaannya, alamat tempat

© DEPDIKNAS 2006 65

Page 72: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

tinggal. Demikian halnya pendataan pengawas satuan pendidikan yang

berminat melanjutkan pendidikan pada program pascasarjana.

2. Dari pemetaan dan pendatan tersebut akan diperoleh jumlah pengawas

yang belum memiliki kualifikasi sarajana dan data pengawas yang mau

melanjutkan studi pada program pascasarjana. Dari jumlah tersebut secara

bertahap Kepala Dinas Pendidikan mengajukan nama-nama Pengawas

Satuan Pendidikan kepada Direktorat Tenaga Kependidikan atau kepada

Pemda setempat untuk diusulkan mendapatkan (1) Beasiswa Pendidikan

Program Sarjana dan (2) Bantuan Biaya Pendidikan baik untuk Program

Sarjana maupun Program pascasarjana.

3. Direktorat Tenaga Kependidikan dan atau Kepala Dinas Pendidikan

mengadakan kerjasama dengan LPTK agar proses pendidikan bagi para

pengawas satuan pendidikan yang diberikan beasiswa pemerintah pusat

dapat dilaksanakan secara efektif. Lebih dari itu Direktorat dan atau Dinas

Pendidikan bisa mengusulkan kepada LPTK agar diberikan mata-mata

kuliah yang sangat diperlukan oleh profesi kepengawasan antara lain:

Supervisi Pendidikan, Strategi Pembelajaran Efektif, Penelitian Tindakan

Kelas. Mata-mata kuliah di atas sangat diperlukan terutama untuk

pengawas yang mengambil program studi di luar program studi

Manajemen Pendidikan, Teknologi Pendidikan dan Evaluasi Pendidikan

baik program sarjana maupun pascasarjana.

Selama pengawas satuan pendidikan mengikuti studi lanjut dengan beasiswa

maupun bantuan biaya pendidikan dari pemerintah pusat dan atau pemerintah

daerah, Kepala Dinas Pendidikian meminta laporan kemajuan studi pengawas

satuan pendidikan pada setiap semester kepada pimpinan LPTK. Jika tidak

menunjukkan kemajuan diberikan peringatan lisan dan atau tertulis.

© DEPDIKNAS 2006 66

Page 73: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

D. Pembinaan Kemampuan Profesional

Pembinaan kemampuan profesional pengawas satuan pendidikan bertujuan

untuk meningkatkan kompetensi pengawas baik kompetensi pribadi,

kompetensi sosial, kompetensi pedagogik maupun kompetensi profesional.

Dengan meningkatnya kompetensi pengawas diharapkan terjadi peningkatan

kinerjanya sehingga berdampak terhadap mutu pendidikan pada satuan

pendidikan yang dibinanya. Pembinaan diberikan kepada para pengawas

satuan pendidikan untuk semua kategori jabatan pengawas yakni pengawas

pratama, pengawas muda, pengawas madya dan pengawas utama. Program

pembinaan yang dilakukan antara lain adalah sbb :

1. Program Pendampingan Tugas Pokok dan Fungsi Pengawas

Program Pendampingan Tugas Pokok dan Fungsi Pengawas ditujukan bagi

pengawas pratama dan atau pengawas muda kurang dari 3 tahun.

Pendampingan dilaksanakan oleh pengawas utama atau pengawas Samapta

(Golongan IV/d atau IV/e), dan bila tidak ada maka dibina oleh pengawas

yang Golongannya berada setingkat di bawahnya.

Pendampingan terutama difokuskan pada pelaksanaan tugas

kepengawasan di sekolah binaannya. Melalui pendampingan diharapkan

pengawas pratama dan pengawas muda memperoleh keterampilan dan

kemampuan melaksanakan tugas pokok kepengawasan. Pendampingan

pengawas dilaksanakan dengan melaksanakan tugas kepengawasan di

satuan pendidikan/sekolah binaannya minimal satu semester.

Pengawas utama selain mengarahkan tugas-tugas pokok pengawas satuan

pendidikan yang menjadi bimbingannya juga memberikan penilaian

terhadap kemajuan dan prestasi pengawas yang didampinginya. Kelebihan

dan kekurangan pengawas bimbingannya didiskusikan dan dipecahkan

bersama-sama. Pengawas pratama dan pengawas muda dilatih dan

dimbimbing membuat program kerja kepengawasan, metode dan tehnik

© DEPDIKNAS 2006 67

Page 74: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

melaksanakan program pengawasan serta menilai keberhasilan tugas

kepengawasan. Program pendampingan ini mirip dengan program magang

yang selama ini dilaksanakan.

Pendamping diangkat melalui SK Kepala Dinas Pendidikan. Tugas

melaksanakan program pendampingan ini merupakan salahsatu

pelaksanaan Tupoksi Pengawas Samapta.

2. Diskusi Terprogram. Diskusi terprogram antar pengawas dilakukan

secara berkala minimal dua kali setiap semester. Diskusi dikoordinir oleh

Korwas. Tujuan diskusi terprogram adalah meningkatkan kemampuan

profesional di bidang kepengawasan agar para pengawas satuan

pendidikan dapat mempertinggi kinerjanya di bidang kepengawasan.

Materi yang dibahas berkisar pada: (a) peningkatan kompetensi pengawas,

(b) tugas pokok dan fungsi pengawas, (c) kinerja dan hasil kerja

pengawas, (d) penyusunan program kerja pengawas, (e) pelaporan hasil

kerja, (g) inovasi pendidikan dan pembelajaran/bimbingan, (h) sistem

evaluasi, (i) pengembangan kurikulum, (j) manajemen sekolah, (k)

administrasi sekolah dan (l) kegiatan akademik lainnya sesuai dengan

kebutuhan. Setiap pengawas bisa bertukar pikiran berdasarkan

pengalamannya masing-masing. Hasil-hasil diskusi dicatat dan

didesiminasikan kepada seluruh pengawas. Direktorat Tenaga

Kependidikan dan Dinas Pendidikan memfasilitasi dan memberikan

dukungan sumberdaya untuk terselenggaranya kegiatan diskusi

terprogram. Fasilitas dan dukungan yang diberikan meliputi: (a) dana, (b)

alat tulis, dan (c) fasilitas kerja serta (d) sumberdaya lainnya yang

diperlukan.

3. Forum Ilmiah. Forum ilmiah diikuti oleh semua pengawas dan

dikoordinir oleh Asosiasi Pengawas Sekolah Indonesia (APSI) Kabupaten

dan Kota. Tujuan forum ilmiah adalah meningkatkan wawasan dan

kemampuan profesional pengawas satuan pendidikan termasuk

kemampuan dalam menulis karya ilmiah.

© DEPDIKNAS 2006 68

Page 75: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

Forum ilmiah membahas tentang: (a) berbagai inovasi pendidikan dan

kepengawasan serta, (b) penyusunan karya tulis ilmiah dalam rangka

pengumpulan angka kredit untuk kenaikan jabatan pengawas. Topik-topik

bahasan yang berkaitan dengan inovasi pendidikan antara lain: (a)

berbagai inovasi dalam pembelajaran dan bimbingan, (b) berbagai inovasi

dalam sistem penilaian, (c) pengembangan kurikulum, (d) manajemen

pendidikan, (e) sistem informasi manajemen, (f) supervisi akademik, (g)

supervisi klinis, (h) supervisi manajerial dan (ii) topik-topik lain yang

diperlukan untuk peningkatan kemampuan tugas pokok pengawas satuan

pendidikan.

Sedangkan topik bahasan yang berkaitan dengan karya tulis ilmiah antara

lain: (a) penyusunan makalah, (b) penulisan artikel, (c) penelitian

pendidikan dengan tema kepengawasan, (4) teknik penyusunan karya tulis

ilmiah, (e) teknik penyusunan proposal, (f) penelitian tindakan

kepengawasan, (g) statistik terapan dan (h) angka kredit jabatan

fungsional. Dalam forum ilmiah bisa mengundang orang luar dari

perguruan tinggi (akademisi), pakar pendidikan, pejabat pendidikan dari

Dinas Pendidikan dan atau dari Direktorat Tenaga Kependidikan, Balibang

Diknas, LPMP, dan intansi terkait lainnya. Forum ilmiah bisa

dilaksanakan minimal satu kali dalam satu semester. Blok grand yang

diberikan oleh Ditendik kepada APSI setiap tahunnya dapat digunakan

untuk kegiatan ini. Forum ilmiah dapat dilaksanakan dalam bentuk:

seminar, workshop, lokakarya, simposium, diskusi panel, dan kegiatan

sejenis lainnya.

4. Monitoring dan Evaluasi. Pembinaan dan pengembangan kemampuan

professional pengawas satuan pendidikan/ sekolah ditangani langsung oleh

Kepala Dinas Pendidikan melalui monitoring dan evaluasi secara berkala.

Tujuan monitoring dan evaluasi ini adalah untuk melihat pelaksanaan

tugas dan tanggung jawab pengawas satuan pendidikan/ sekolah dalam

melaksanakan pembinaan dan pengawasan pada sekolah yang dibinanya.

© DEPDIKNAS 2006 69

Page 76: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

Hasil-hasil monitoring dan evaluasi dijadikan bahan guna melakukan

pembinaan lebih lanjut. Monitoring dan evaluasi minimal mencakup tiga

komponen yakni: (a) kegiatan yang dilakukan pengawas pada saat

melakukan pembinan dan pengawasan, (b) kinerja dan hasil kerja

pengawas, (c) keberhasilan dan kemajuan pendidikan pada sekolah

binaannya.

Alat evaluasi menggunakan kuesioner yang harus diisi oleh guru dan

kepala sekolah mengungkap kegiatan pengawas, kinerja dan hasil kerja

pengawas, kemajuan sekolah setelah mendapat pembinaan oleh pengawas.

Untuk memudahkan pengolahan data hasil monitoring dan evaluasi

sebaiknya menggunakan kuesioner terstruktur yakni daftar pertanyaan

yang telah disertai kemungkinan jawabannya sehingga responden tinggal

memilih salah satu jawaban yang dinilai paling tepat. Untuk itu, Kepala

Dinas Pendidikan harus menyiapkan kuesioner monitoring dan evaluasi

pengawas yang mengungkap ketiga komponen tersebut. Monitoring dan

evaluasi dilaksanakan setiap akhir semester. Hasil monitoring dan evaluasi

dijadikan dasar bagi penilaian kinerja pengawas serta landasan untuk

melakukan pembinaan lebih lanjut.

5. Partisipasi Dalam Kegiatan Ilmiah. Upaya lain yang dapat dilakukan

Kepala Dinas Pendidikan dalam membina dan mengembangkan

kemampuan profesional pengawas dapat dilakukan dengan memfasilitasi

pengawas untuk berpartisipasi dalam kegiatan seminar, lokakarya, diskusi

panel, simposisum dan kegiatan ilmiah lainnya. Kegiatan ilmiah tersebut

dapat diselenggarakan baik oleh pihak luar misalnya: Perguruan Tinggi,

Pemda, Organisasi Profesi, dan pihak terkait lainnya, maupun yang

diselenggarakan oleh pihak Dinas Pendidikan itu sendiri. Tema seminar

terutama yang membahas berbagai masalah tentang pendidikan dan atau

tugas-tugas kepengawasan. Kegiatan ilmiah ini akan bermanfaat bagi

pengawas dalam meningkatkan pengetahuan dan wawasan baru tentang

pendidikan dan kepengawasan, agar mereka tidak ketinggalan dengan

© DEPDIKNAS 2006 70

Page 77: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

inovasi-inovasi pendidikan yang sedang berlangsung. Hal yang sama

mengikutsertakan dan memfasilitasi pengawas untuk mengikuti kegiatan

penataran dan lokakarya yang diselengarakan bagi guru dan atau kepala

sekolah. Melalui kegiatan ini wawasan pengawas tidak ketinggalan oleh

guru dan kepala sekolah. Manfaat lain dari kegiatan ini adalah

diperolehnya penghargaan berupa sertifikat yang dapat digunakan untuk

pengumpulan angka kredit jabatan fungsional.

6. Studi Banding. Studi banding pengawas satuan pendidikan/sekolah ke

daerah kabupaten/kota lain yang dinilai telah maju pendidikannya akan

sangat membantu menambah wawasan, dan pengalaman para pengawas

dalam melaksanakan tugas-tugas kepengawasan. Mereka akan

memerpoleh tambahan informasi yang dapat dijadikan bekal dan bahan

untuk diterapkan di temapt tugasnya. Untuk keperluan studi banding

Pemerintah pusat melalui Direktorat Tenaga Kependidikan dan atau

Pemerintah Daerah melalui Dinas Pendidikan perlu memfasilitasinya

terutama dana atau pembiayaannya. Sudah barang tentu studi banding

diberikan kepada pengawas yang berprestasi sebagai reward atas

prestasinya. Studi banding bisa dilaksanakan di dalam daerah satu

propinsi, antar propinsi atau ke luar negeri. Studi banding di kabupaten

kota di dalam satu propinsi yang sama sebaiknya diselenggarakan oleh

Dinas Pendidikan setempat dengan biayai oleh pemerintah daerahnya.

Studi banding antar propinsi sebaiknya diselenggarakan dan dibiayai oleh

Dinas Pendidikan Propinsi. Sedangkan studi banding ke luar negeri

dilaksanakan oleh Direktorat Tenaga Kependidikan dengan biaya dari

pusat.

Pengawas satuan pendidikan yang diikutsertakan untuk studi banding ke

luar negeri adalah pengawas satuan pendidikan yang paling berprestasi

dari setiap propinsi atau kabupaten/kota. Program studi banding ke luar

negeri disusun dan dipersiapkan oleh Direktorat Tenaga Kependidikan.

Kegiatan studi banding di dalam negeri antara lain: diskusi dengan Dinas

© DEPDIKNAS 2006 71

Page 78: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

Pendidikan dan Para pengawasnya, kunjungan ke beberapa sekolah yang

dinilai berhasil, simulasi dan observasi serta berdiskusi atau bertukar

pengalaman dengan kepala sekolah dan guru yang ada di sekolah tersebut.

Diskusi dengan para pengawas dari daerah yang dikunjungi serta

kunjungan ke sekolah yang dinilai baik menjadi fakus utama studi banding

agar diperoleh wawasan dan pengalaman baru dalam melaksanakan tugas

kepengawasan. Kegaitan studi banding ke luar negeri pada dasarnya sama

yakni melakukan diskusi tentang kepengawasan dan melakukan kunjungan

ke beberapa sekolah yang dinilai berprestasi di negaranya. Laporan studi

banding dibuat secara tertulis dan dilaporkan kepada Kepala Dinas

Pendidikan. Setiap pengawas yang mengikuti studi banding juga

diwajibkan menulis makalah dengan tema atau topik yang berkaitan

dengan penemuannya dari kegiatan studi banding tersebut dan diserahkan

kepada Dinas Pendidikan dan Direktorat Tenaga Kependidikan.

Semua temuan yang diperoleh dari studi banding harus dipaparkan dan

ditularkan kepada pengawas satuan pendidikan yang tidak mengikuti studi

banding dalam satu kegiatan khusus yang dikordinir oleh Kepala Dinas

Pendidikan setempat. Sudah barang tentu temuan-temuan yang dinilai

penting dan baru harus diterapkan dalam melaksanakan tugas

kepengawasannya.

7. Rakor Pengawas. Rapat Koordinasi pengawas satuan pendidikan/sekolah

dilaksanakan pada tiap awal tahun ajaran baru di setiap daerah

kabupaten/kota lain. Rakor pengawas bertujuan untuk: (a) meningkatkan

pemahaman pengawas satuan pendidikan mengenai berbagai kebijakan

dinas pendidikan, (b) membahas laporan hasil kepengawasan tahun lalu,

(c) mengevaluasi dan menganalisis hasil kepengawasan, (d) menyusun

program pengawasan tahun yang akan datang. Kegiatan Rakor pengawas

adalah: (a) mengevaluasi ketercapaian program kerja tahun sebelumnya,

(b) menganalisis kendala-kendala/masalah dan temuan, (c) menyusun

program kerja dan anggaran satu tahun yang akan datang berdasarkan hasil

© DEPDIKNAS 2006 72

Page 79: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

evaluasi analisis tersebut, (d) menyusun dan membuat instrumen supervisi

yang baru sesuai dengan tuntutan kebutuhan yang baru dan mendasarkan

hasil revisi terhadap instrumen yang lama, (e) sosialisasi kebijakan-

kebijakan baru dalam bidang pendidikan, (f) pemaparan makalah dari

Korwas atau pengawas senior yang ditunjuk dengan moderator pengawas

setingkat di bawahnya, (g) koordinasi lintas bidang serta pembagian tugas

kepengawasan pada sekolah binaannya masing-masing, (h) pemetaan

ketenagaan pengawas yang baru dan yang akan memasuki usia pensiun, (i)

membahas persiapan penetapan kandidat pengawas berprestasi untuk

memperoleh penghargaan, (j) menyusun standard pelayanan minimal

(SPM) dan standard prosedur operasional (SPO) kepengawasan, (k)

analisis kebutuhan pengawas satuan pendidikan, termasuk pergantian antar

waktu Korwas. Rakor dilaksanakan dan dibiayai oleh Dinas Pendidikan

Kabupaten/ Kota setempat serta diikuti oleh seluruh pengawas dan pejabat

struktural terkait. Hasil Rakor dijadikan landasan atau acuan dalam

meningkatkan tugas-tugas kepengawasan. Penjabaran hasil-hasil Rakor

ditindaklanjuti dalam rapat-rapat rutin para pengawas secara berkala.

E. Pembinaan Karir

Pembinaan dan pengembangan karir pengawas dilaksanakan dalam rangka

kenaikan pangkat dan jabatan fungsionalnya yang di dalamnya melekat

kemampuan professional dan penampilan kinerjanya. Oleh sebab itu,

pembinaan dan pengembangan karir pengawas adalah upaya terencana untuk

membantu para pengawas dalam kenaikan pangkat dan jabatannya melalui

pengumpulan angka kredit jabatan fungsional. Kenaikan pangkat dan

jabatannya harus mengindikasikan meningkatnya kemampuan professional

dan kinerjanya sebagai pengawas profesional.

Pangkat dan jabatan pengawas mengacu pada Keputusan Menteri PAN nomor

118 tahun 1996 tentang jabatan fungsional pengawas sekolah dan angka

kreditnya. Berdasarkan keputusan tersebut jabatan fungsional pengawas

bergradasi mulai dari: (1) Pengawas Sekolah Pratama golongan III/a – III/b,

© DEPDIKNAS 2006 73

Page 80: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

(2) Pengawas Sekolah Muda golongan III/c – III/d, (3) Pengawas Sekolah

Madya golongan IV/a – IV/c, (4) Pengawas Sekolah Utama golongan IV/d –

IV/e dengan perhitungan angka kredit. Seiring dengan berlakunya PP No 19

tahun 2005, maka ke depan jabatan pengawas bisa disederhanakan menjadi

tiga kategori yakni: (1) pengawas muda, (2) pengawas madya dan (3)

pengawas utama. Pengawas pratama tidak diperlukan mengingat semua

pengawas yang diangkat dengan kualifikasi sarjana, diprediksi sudah

menduduki pangkat/jabatan minimal III/c. Pembinaan dilakukan agar

kenaikan pangkat dan jabatan pengawas bisa tepat waktu. Artinya Kepala

Dinas Pendidikan harus memotivasi para pengawas agar secara terencana

mendesain program kerjanya sehingga setiap pengawas memperoleh

kesempatan untuk mengumpulkan bahan-bahan yang mempunyai nilai kredit

untuk kenaikan pangkat dan jabatannya. Program-program pembinaan yang

dijelaskan pada berbagai macam program pembinaan profesi di atas, hampir

seluruhnya mempunyai nilai angka kredit. Artinya pembinaan kemampuan

profesional seperti dijelaskan di atas pada dasarnya berdampak terhadap

peingkatan karir pengawas.

Program lain yang bisa dikembangkan adalah memfasilitasi pengawas satuan

pendidikan untuk melakukan kegiatan penelitian/kajian/studi tentang

kepengawasan. Hasil kajian/penelitian/studi tersebut ditulis dalam bentuk

laporan penelitian berdasarkan ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam

penulisan karya ilmiah. Untuk itu para pengawas harus memiliki kemampuan

dalam bidang penelitian dan penulisan karya ilmiah. Kemampuan tersebut bisa

diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan (Diklat) khusus tentang penelitian

pendidikan dan penulisan karya ilmiah.

Kenyataan di lapangan banyak pengawas yang berpangkat/golongan IV/a dan

IV/b sulit naik ke jenjang berikutnya disebabkan kurangnya angka kredit yang

dimilikinya terutama bidang karya tulis. Oleh sebab itu, perioritas pembinaan

karir pengawas ada pada pengawas madya yakni pengawas yang menduduki

© DEPDIKNAS 2006 74

Page 81: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

pangkat IV/a dan IV/b. Namun demikian tidak berarti pengawas dangan

jabatan/pangkat lainnya dikesampingkan.

Dalam melaksanakan pembinaan dan pengembangan profesi pengawas

peranan Korwas dan Asosiasi Pengawas Sekolah Indonesia (APSI) sangat

diperlukan. Untuk itu pemerintah pusat dan daerah perlu memfasilitasi

Korwas dan APSI baik dalam hal dana/anggaran maupun daya dukung

lainnya. Tidak berlebihan apabila kepada Koordinator Pengawas diberikan

tunjangan khusus selain anggaran rutin untuk melakukan pembinaan dan

pengembangan karir pengawas.

Adanya blockgrant atau bantuan lainnya untuk pengawas sebaiknya

disalurkan melalui Koordinator Pengawas (Korwas) dan APSI secara langsung

sehingga pembinaan dan pengembangan profesi pengawas bisa berjalan

sebagaimana yang diharapkan.

F. Sumber Daya Pembinaan

Pembinaan dan pengembangan profesi dan karir pengawas menjadi

tanggungjawab Direktorat Tenaga Kependidikan dan Kepala Dinas

Pendidikan Kabupaten/Kota dan atau Propinsi. Dalam melaksanakan

pembinaan dan pengembangan profesi dan karir tersebut Kepala Dinas

Pendidikan bisa bekerjasama dengan Asosiasi Pengawas (APSI), LPMP,

Akademisi dari Perguruan Tinggi Kependidikan serta memberdayakan fungsi

dan peran dari Koordinator Pengawas yang ada di setiap Kabupaten/Kota.

Untuk itu, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota setiap tahun anggaran harus

menyusun dan mengajukan anggaran pembinaan dan pengembangan

pengawas kepada (1) Depdiknas dalam hal ini Direktorat Tenaga

Kependidikan dan atau (2) Pemerintah daerah setempat. Mekanisme

pengajuan anggaran sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Mata anggaran untuk pembinaan dan pengembangan karir pengawas

sekurang-kurangnya terdiri atas beberapa kegiatan antara lain kegiatan :

© DEPDIKNAS 2006 75

Page 82: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

1. Monitoring dan evaluasi kinerja pengawas satuan pendidikan/sekolah

untuk setiap bidang pengawasan.

2. Forum kegiatan ilmiah untuk pengembangan kompetensi pengawas satuan

pendidikan/sekolah yang dilaksanakan oleh Korwas dan atau APSI

setempat.

3. Penelitian dan pengembangan yang dilaksanakan oleh para pengawas

sekolah yang menunjang tugas pokok profesinya (kepengawasan).

4. Keterlibatan dalam kegiatan ilmiah yang dilaksanakan oleh lembaga lain

seperti oleh perguruan tinggi, Departemen Pendidikan dan lembaga lain

yang relevan.

5. Studi lanjut/pelatihan/pendampingan dan studi banding dalam rangka

meningkatkan kinerja pengawas sekolah.

6. Penyusunan laporan kegiatan kepengawasan serta tindak lanjut hasil-hasil

pengawasan untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah binaannya.

Anggaran pembinaan dan pengembangan profesi dan karir pengawas baik dari

Dinas Pendidikan maupun dari Direktorat Tenaga Kependidikan sebaiknya

disalurkan melalui Koordinator Pengawas. Untuk itu setiap Korwas harus

mengajukan proposal kegiatannya kepada Kepala Dinas Pendidikan dan

kepada Direktorat Tenaga Kependidikan yang diketahui oleh Kepala Dinas

Pendidikan. Proposal kegiatan Korwas berisi: (1) Pendahuluan yang bersisi

uraian tentang pentingnya kegiatan untuk meningkatkan kemampuan

profesional pengawas satuan pendidikan, (2) Tujuan dan manfaat kegiatan, (3)

Hasil yang diharapkan dari kegiatan tersebut, (4) Materi yang dibahas dalam

kegiatan, (5) Proses pelaksanaan kegiatan, (7) Jadwal waktu kegiatan, (8)

Peserta yang terlibat dan nara sumber, (9) Anggaran biaya dan fasilitas yang

diperlukan, (10) Tindak lanjut kegiatan.

Setiap kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka pembinaan karir dan profesi

pengawas satuan pendidikan harus dilaporkan baik prosesnya maupun hasil-

hasilnya termasuk laporan pertanggungjawaban keuangan. Laporan

© DEPDIKNAS 2006 76

Page 83: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

disampaikan kepada Kepala Dinas Pendidikan dan Direktur Tenaga

Kependidikan Depdiknas jika pendanaannya bersumber dari Direktorat

Tenaga Kependidikan.

Direktorat Tenaga Kependidikan dan Kepala Dinas Pendidikan melaksanakan

monitoring dan evaluasi terhadap kegiatan pembinaan dan pengembangan

pengawas yang dilaksanakan baik oleh Korwas maupun oleh APSI setempat.

© DEPDIKNAS 2006 77

Page 84: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

BAB VIIIPENDIDIKAN DAN PELATIHAN

A. Kebutuhan Diklat

Gambaran obyektif di lapangan menunjukkan bahwa kualifikasi dan

kompetensi tenaga pengawas masih perlu ada peningkatan disebabkan adanya

tuntutan peningkatan mutu pendidikan dan belum adanya pembinaan tenaga

pengawas yang terpola dalam meningkatkan kemampuan profesionalnya.

Pentingnya pendidikan profesi pengawas agar memiliki kompetensi pengawas

yang profesional hanya bisa dilakukan pada calon-calon pengawas di masa

mendatang. Namun bagi pengawas yang telah ada dalam pengertian telah

menjadi pengawas, pendidikan profesi pengawas akan menjadi beban

tersendiri apalagi bagi pengawas yang telah berusia 50 tahun.

Sungguhpun demikian kompetensi pengawas yang telah ada perlu

ditingkatkan seiring dengan pembinaan karir mereka sebagai pengawas

profesional. Adanya sertifikasi pengawas seperti halnya bagi tenaga pendidik

dalam kaitannya dengan tunjangan profesinya dan uji kompetensi bagi

pengawas tidak bisa dihindarkan lagi. Hanya pengawas yang memiliki standar

kompetensi yang patut diberikan sertifikat sehingga jabatan pengawas bisa

melekat pada dirinya. Oleh sebab itu upaya meningkatkan kemampuan

profesional pengawas yang telah ada melalui uji kompetensi agar mereka bisa

memenuhi standar yang ditentukan mutlak diperlukan. Salah satu upaya yang

bisa dilakukan adalah melalui pendidikan dan pelatihan atau Diklat Pengawas.

Diklat pengawas pada hakekatnya berlaku bagi calon pengawas maupun bagi

yang telah menjadi pengawas walaupun telah melalui pendidikan profesi

pengawas di LPTK. Pendidikan dan pelatihan merupakan suatu kebutuhan

bagi tenaga pengawas bukan sekedar untuk mencapai kompetensi profesional

semata melainkan karena adanya tuntutan dan kebutuhan pengawas dalam

rangka pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya secara berkelanjutan. Adanya

perubahan kebijakan pendidikan, perkembangan iptek serta berbagai inovasi

© DEPDIKNAS 2006 78

Page 85: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

pendidikan yang terjadi dan akan terjadi di masa mendatang, pendidikan dan

pelatihan merupakan keharusan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Adanya

jenjang jabatan pengawas yang berlaku saat ini yakni jabatan pengawas

pratama, pengawas muda, pengawas madya dan pengawas utama tidak hanya

dilihat dari golongan dan kepangkatan sesuai dengan aturan yang ada tetapi

juga harus mengimplikasikan kemampuan profesionalnya. Kemampuan

profesional tersebut salah satu diantaranya dibekali dengan pendidikan dan

pelatihan yang terpola dan berjenjang. Hal ini menunjukkan perlu adanya

jenjang atau tingkat Diklat untuk pengawas. Jika ini bisa dilaksanakan maka

pembinaan dan pengembangan karir pengawas sesuai dengan jabatannya serta

peningkatan kompetensi profesional pengawas akan berjalan sebagaimana

harusnya.

Pendidikan dan pelatihan (Diklat) yang diberikan kepada pengawas dan calon

pengawas satuan pendidikan/sekolah dibagi menjadi empat jenjang secara

gradual. Keempat jenjang tersebut adalah: (1) Diklat Jenjang Dasar, (2)

Diklat Jenjang Lanjut, (3) Diklat Jenjang Menengah dan (4) Diklat

Jenjang Tinggi.

Diklat Jenjang Tinggi diberikan kepada pengawas yang telah mengikuti Diklat

Jenjang Menengah. Diklat Jenjang menengah diberikan kepada pengawas

yang telah mengikuti Diklat Jenjang Lanjut. Diklat Jenjang lanjut diberikan

kepada pengawas yang telah mengikuti Diklat Jenjang Dasar. Semua jenjang

Diklat dilaksanakan selama satu minggu dengan tagihan waktu 60-70 jam.

Satu jam dihitung 45 menit. Materi Diklat untuk semua jenjang terdiri tiga

kategori yakni: materi umum sekitar 10%, materi inti/pokok sekitar 75%, dan

materi penunjang sekitar 15%.

B. Tujuan dan Hasil Diklat

Pendidikan dan pelatihan (Diklat) Pengawas secara umum bertujuan untuk

membina dan mengembangkan kemampuan profesional tenaga pengawas

sehingga dapat meningkatkan kinerja pengawas sesuai dengan tugas dan

tanggungjawabnya. Kinerja pengawas dapat dilihat dari peningkatan mutu

© DEPDIKNAS 2006 79

Page 86: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

penyelenggaraan pendidikan pada sekolah yang dibinanya. Oleh sebab itu

muara dari tujuan diklat pengawas, secara umum adalah meningkatnya mutu

pendidikan pada sekolah-sekolah yang menjadi binaannya. Tujuan umum

Diklat pengawas satuan pendidikan dijabarkan lebih lanjut kedalam tujuan-

tujuan khusus Diklat sesuai dengan jenjang Diklat. Sedangkan hasil yang

diharapkan dari Diklat pengawas ini adalah diperolehnya tenaga pengawas

yang memiliki kompetensi profesional, yang ditunjukkan dengan optimalnya

kinerja pengawas dalam melaksanakan tugas kepengawasan baik pengawasan

akademik maupun pengawasan manajerial.

Bagi pengawas sekolah yang sudah aktif tetapi belum memiliki Sertifikat

Pendidikan Profesi Pengawas, tanda lulus Diklat Jenjang dasar dan jenjang

lanjut diakui dan dihargai untuk pendidikan profesi pengawas, maksimal

setara 10 SKS. Peserta yang gagal dalam setiap tipe Diklat pengawas, wajib

menempuh ulang satu kali dengan harapan berhasil. Jika tetap gagal maka

dinyatakan tidak layak menjadi pengawas. Pengawas yang tidak layak

dikembalikan fungsinya ke jabatan semula, atau pensiun dini atau alih tugas

pada jabatan/pekerjaan lain.

C. Diklat Jenjang Dasar

Diklat jenjang Dasar diberikan kepada: (1) calon pengawas yang sudah selesai

mengikuti pendidikan profesi pengawas dan akan diangkat sebagai pengawas

pratama atau pengawas muda, dan (2) pengawas yang telah jadi (sudah

bekerja sebagai) pengawas dengan masa kerja pengawas kurang dari 3 tahun

dan belum lulus uji kompetensi pengawas, sehingga belum memperoleh

sertifikat pengawas.

Tujuan Diklat Jenjang Dasar adalah mempersiapkan pengawas dan calon

pengawas agar memiliki kompetensi profesional sebagai pengawas satuan

pendidikan sehingga dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsi

kepengawasan baik pengawasan akademik maupun pengawasan manajerial.

Dengan kata lain, Diklat Jenjang Dasar diarahkan kepada orientasi kerja

© DEPDIKNAS 2006 80

Page 87: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

pengawas dan kepengawasan. Alokasi waktu Diklat Jenjang Dasar selama 7

hari efektif dengan alokasi waktu berkisar antara 60-70 jam.

Materi Diklat Dasar diberikan dalam bentuk teori dan praktek dengan

perbandingan 60 persen teori dan 40 persen praktek. Diklat Jenjang Dasar

diselenggarakan di tingkat Kabupaten/Kota dan dilaksanakan oleh Dinas

Pendidikan Kabupaten dan Kota bekerjasama dengan LPMP setempat.

Bagi peserta yang statusnya telah menjadi pengawas dan telah dinyatakan

lulus Diklat Jenjang Dasar diberikan surat tanda lulus Diklat (STL). Demikian

juga bagi calon pengawas yang telah selesai dan lulus mengikuti pendidikan

profesi pengawas di LPTK dan dinyatakan lulus Diklat Jenjang Dasar

diberikan STL. Mereka itu berhak menyandang jabatan pengawas pratama

atau pengawas muda sesuai dengan pangkat dan golongannya.

Pengawas satuan pendidikan yang telah mengikuti Diklat ini

ditempatkan/diterjunkan sebagai pengawas satuan pendidikan/ sekolah sesuai

dengan ketentuan yang berlaku. Semua pengawas yang telah memperoleh STL

Diklat Jenjang Dasar berhak untuk mengikuti Diklat Jenjang Lanjut setelah

memenuhi persyaratan yang ditentukan.

Materi Diklat Jenjang Dasar adalah materi Diklat yang dapat membekali

pengawas satuan pendidikan agar dapat melaksanakan tugas pokok dan

fungsinya sebagai pengawas professional. Ada dua bidang pengawasan yakni

pengawasan bidang akademik dan pengawasan bidang manajerial.

Pengawasan akademik berkaitan dengan pembinaan guru dalam mempertinggi

kualitas proses dan hasil belajar. Sedangkan pengawasan manajerial berkaitan

dengan pembinaan kepala sekolah dan stakeholder lainnya dalam rangka

mempertinggi kinerja sekolah. Berikut ini adalah materi atau bahan Diklat

yang diberikan pada Diklat Jenjang Dasar.

© DEPDIKNAS 2006 81

Page 88: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

Materi Umum Diklat Jenjang Dasar

1. Kebijakan Pendidikan Nasional (3 jam)

Bahan kajian terdiri atas: peraturan perundang-undangan pendidikan, arah

dan tujuan pendidikan nasional (Renstra Depdiknas), delapan standar

nasional pendidikan, struktur organisasi departemen pendidikan.

2. Kebijakan Direktorat Jenderal PMPTK ( 3 jam)

Bahan kajian terdiri atas: visi, misi, dan tujuan Ditjen PMPTK, program-

program Ditjen PMPTK, peningkatan mutu tenaga pendidik, peningkatan

mutu tenaga Kependidikan, program dan kegiatan Direktorat Tenaga

Kependidikan serta implikasinya bagi pengawas.

Materi Inti Diklat Jenjang Dasar

1. Kepengawasan/Supervisi Pendidikan (6 jam)

Bahan kajian terdiri atas: konsep pengawas dan kepengawasan, bidang

pengawasan, tugas pokok dan fungsi pengawas, prinsip-prinsip

pengawasan, teknik-teknik supervisi/pengawasan, pengawasan akademik,

pengawasan manajerial, kinerja, hasil kerja dan tindak lanjut pengawasan,

indikator keberhasilan pengawasan.

2. Kompetensi Pengawas Satuan Pendidikan (8 jam)

Bahan kajian terdiri atas: arti dan ciri kompetensi, kompetensi pribadi,

kompetensi social, kompetensi pedagogic, kompetensi professional, uji

kompetensi, simulasi uji kompetensi, analisis hasil uji kompetensi,

kompetensi dan profesionalisme pengawas.

3. Kinerja Pengawas Satuan Pendidikan (6 jam)

Bahan kajian terdiri atas: pengertian kinerja dan hasil kerja, indikator

keberhasilan kinerja, indeks kinerja pengawas, prosedur dan tehnik

penilaian kinerja, analisisi SWOT, pelaporan hasil kerja.

4. Program Kerja Pengawas ( 8 jam)

Bahan kajian terdiri atas: pengertian dan ruang lingkup program kerja,

langkah dan prosedur penyusunan program kerja kepengawasan, program

© DEPDIKNAS 2006 82

Page 89: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

kerja sekolah, strategi pelaksanaan program kerja kepengawasan, penilaian

dan umpan balik, praktek penyusunan program kerja kepengawasan.

5. Angka Kredit Jabatan Pengawas (4 jam)

Bahan kajian terdiri atas: pengertian jabatan fungsional, jenjang dan

pangkat, rincian tugas pengawas dan angka kreditnya, bidang dan unsur

kegiatan serta angka kreditnya, penilaian dan penetapan angka kredit,

mekanisme penilaian

6. Praktek Kepengawasan di Sekolah (20 jam)

Praktek pelaksanaan supervisi akademik dan supervisi manajerial di

sekolah, analisis hasil praktek lapangan di sekolah, masalah dan kendala

yang dihadapi serta alternative pemecahannya, menyusun laporan

pelaksanaan supervisi, mempresentasikan hasil laporannya.

Materi Penunjang Diklat Jenjang Dasar

1. Evaluasi Pendidikan (4 jam)

Bahan kajian terdiri atas: pengertian dan ruang lingkup penilaian

pendidikan, model-model penilaian pendidikan, penilaian program

pendidikan, penilaian proses pembelajaran, penilaian hasil belajar,

instrument/alat penilaian, pemanfaatan hasil penilaian

2. Penelitian Tindakan (5 jam)

Bahan kajian Diklat terdiri atas; pengertian penelitian tindakan kelas

(PTK), karakteristik PTK, prinsip-prinsip PTK, tujuan dan manfaat PTK,

prosedur pelaksanaan PTK, penyusunan proposal PTK, penulisan laporan

PTK.

D. Diklat Jenjang Lanjut

Diklat Jenjang Lanjut diberikan kepada pengawas satuan pendidikan yang

telah mengikuti dan memperoleh STL Diklat Jenjang Dasar. Tujuan Diklat

Jenjang Lanjut adalah membina para pengawas agar memiliki kemampuan

untuk mengembangkan kemampuan professionalnya sebagai pengawas satuan

pendidikan. Dengan kata lain Diklat ini berorientasi pada pengembangan diri

pengawas satuan pendidikan/sekolah dalam membina dan mengembangkan

© DEPDIKNAS 2006 83

Page 90: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

kemampuan professional guru dan kepala sekolah binaannya. Alokasi waktu

pelaksanaan Diklat Jenjang Lanjut sekitar 70-80 jam atau sekitar satu minggu.

Diklat Jenjang Lanjut diselenggarakan di tingkat propinsi, dilaksanakan oleh

LPMP bekerjasasama dengan Dinas Pendidikan Tingkat Propinsi. Tempat

penyelenggaraan Diklat di gedung LPMP atau di tempat lain pada tingkat

propinsi. Bagi pengawas yang telah mengikuti Diklat Jenjang Lanjut dan

dinyatakan lulus diberikan STL Diklat Jenjang Lanjut dan berhak mengikuti

Diklat Jenjang Menengah secaara kompetitif apabila calon peserta Diklat

jumlahnya melebihi quota yang tersedia. Materi/mata Diklat terdiri atas dua

bidang yakni (1) materi yang berkaitan dengan berbagai aspek yang

menunjang pengembangan teknis edukatif/ pengawasan akademik dan (2)

materi yang berkaitan berbagai aspek yang menunjang pengembangan

kepeminpinan pendidikan/pengawasan manajerial. Materi/mata Diklat yang

diberikan kepada peserta terdiri atas teori dan praktrek dengan perbandingan

50 persen teori dan 50 persen praktek. Materi/mata Diklat adalah sebagai

berikut :

Materi Umum Diklat Jenjang Lanjut

1. Kebijakan Pendidikan Nasional (3 jam)

Bahan kajian terdiri atas: peraturan perundang-undangan pendidikan, arah

dan tujuan pendidikan nasional (Renstra Depdiknas), delapan standar

nasional pendidikan, struktur organisasi departemen pendidikan.

2. Kebijakan Direktorat Jenderal PMPTK ( 3 jam)

Bahan kajian terdiri atas: visi, misi, dan tujuan Ditjen PMPTK, program-

program Ditjen PMPTK, peningkatan mutu tenaga pendidik, peningkatan

mutu tenaga Kependidikan, program dan kegiatan Direktorat Tenaga

Kependidikan serta implikasinya bagi pengawas.

Materi Inti/Pokok Diklat Jenjang Lanjut

1. Model-model Pembelajaran (6 jam)

Bahan kajian Diklat terdiri atas: hakekat belajar dan pembelajaran, teori

belajar dan pembelajaran, desain pembelajaran, model pembelajaran

© DEPDIKNAS 2006 84

Page 91: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

expository, model pembelajaran kolaboratif, model pembelajaran inquiry,

model pembelajaran deduktif, model pembelajaran induktif, model

pembelajaran konstruktivisme, model pembelajaran interaksi social, model

pembelajaran analisis tugas, evaluasi pembelajaran.

2. Bimbingan Konseling di Sekolah (4 jam)

Bahan kajian Diklat terdiri atas: pengertian bimbingan konseling, azas-

azas bimbingan konseling, teknik pemahaman individu, metode dan teknik

konseling, analisisi kasus, bimbingan pribadi, bimbingan sosial,

bimbingan belajar, bimbingan karir, penyusunan program bimbingan

konseling di sekolah, penilaian program bimbingan konseling.

3. Penilaian Proses dan Hasil Belajar ( 6 jam)

Bahan kajian Diklat terdiri atas; pengertian dan fungsi penilaian, jenis-

jenis penilaian, penilaian proses belajar, penilaian hasil belajar, alat

penilaian, penulisan butir soal, analisis butir soal, sistem penilaian,

pemanfaatan hasil penilaian, praktek penyusunan alat penilaian.

4. Kurikulum Berbasis Kompetensi ( 4 jam)

Bahan kajian Diklat terdiri atas ; pengertian dan fungsi kurikulum,

komponen kurikulum, landasan kurikulum, konsep kompetensi dalam

kurikulum, pengembangan kurikulum/silabus mata pelajaran, kompetensi

lintas kurikulum, kompetensi mata pelajaran, kurikulum dan hasil belajar.

5. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (8 jam)

Bahan kajian Diklat terdiri atas: Pengertian mutu pendidikan, konsep

manajemen pendidikan, konsep dasar MPMBS, karakteristik MPMBS,

desentralisasi sekolah, konsep pelaksanaan MPMBS, monitoring dan

evaluasi.

6. Praktek Pengawasan Akademik dan Pengawasan Manajerial (20 jam)

Praktek pengawasan akademik dan pengawasan manajerial di sekolah,

seminar hasil praktek lapangan, uimpan balik dan tindak lanjut.

© DEPDIKNAS 2006 85

Page 92: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

Materi Penunjang Diklat Jenjang Lanjut

1. Profesionalisme Guru ( 3 jam)

Bahan kajian terdiri atas: Pengertian profesi, konsep profesionaliosme

guru, kompetensi professional guru, kinerja guru, pengembangan

kemampuan professional guru, kemampuan professional guru dan

peningkatan mutu pendidikan.

2. Angka kredit jabatan fungsional Guru (3 jam)

Bahan kajian terdiri atas ; jabatan fungsional guru, jenjang jabatan dan

pangkat, rincian tugas dan unsur kegiatan serta angka kreditnya, bidang

dan unsur kegiatan dan angka kerditnya, penetapan angka kredit,

mekanisme penilaian angka kredit jabatan guru.

E. Diklat Jenjang Menengah

Diklat Jenjang Menengah diberikan kepada pengawas madya dan utama yang

telah menempuh dan lulus Diklat Jenjang Lanjut. Tujuan Diklat Jenjang

Menengah adalah mempersiapkan pengawas satuan pendidikan agar memiliki

kemampuan dalam merencanakan dan melaksanakan penelitian pendidikan

khususnya kepengawasan serta mampu menyusun karya tulis ilmiah untuk

pengumpulan angka kredit jabatan fungsioanl pengawas satuan pendidikan.

Diklat Jenjang Menengah dilaksanakan di tingkat propinsi oleh LPMP

bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Propinsi dengan bimbingan Direktorat

Tenaga Kependidikan. Alokasi waktu untuk pelaksanaan Diklat ini berkisar

antara 60-70 jam atau sekitar satu minggu. Materi Diklat diberikan dalam

bentuk teori dan praktek dengan perbandingan 40 persen teori dan 60 persen

praktek. Materi Diklat terdiri atas :

Materi Umum Diklat Jenjang Menengah

1. Kebijakan Pendidikan Nasional (3 jam)

Bahan kajian terdiri atas: peraturan perundang-undangan pendidikan, arah

dan tujuan pendidikan nasional (Renstra Depdiknas), delapan standar

nasional pendidikan, struktur organisasi departemen pendidikan.

© DEPDIKNAS 2006 86

Page 93: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

2. Kebijakan Direktorat Jenderal PMPTK ( 3 jam)

Bahan kajian terdiri atas: visi, misi, dan tujuan Ditjen PMPTK, program-

program Ditjen PMPTK, peningkatan mutu tenaga pendidik, peningkatan

mutu Tenaga Kependidikan, program dan kegiatan Direktorat Tenaga

Kependidikan serta implikasinya bagi pengawas.

Materi Inti/Pokok Diklat Jenjang Menengah

1. Hakekat Penelitian Pendidikan ( 3 jam)

Bahan kajian terdiri atas: pengertian penelitian pendidikan, langkah-

langkah penelitian, jenis dan ruang lingkup penelitian pendidikan,

penelitian kualitatif dan kuantitatif, bidang kajian penelitian

kepengawasan.

2. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif (6 jam )

Bahan kajian terdiri atas ; Perumusan masalah, kajian teori dan hipotesis,

metode penelitian, populasi dan sample, tehnik pengumpulan data dan

instrumen, tehnik analisis data

3. Metodologi Penelitian Kualitatif ( 6 jam)

Bahan kajian terdiri atas, fokus masalah, acuan teori, pendekatan dan

metode, data dan sumber data, tehnik pengumpulan data, tehnik analisis

data.

4. Penyusunan proposal penelitian ( 4 jam)

Bahan kajian terdiri atas: pengertian dan fungsi proposal penelitian,

langkah penyusunan proposal penelitian, isi dan sistematika proposal

penelitian kuantitatif dan kualitatif, penilaian proposal penelitian.

5. Teknik Penulisan Karya Ilmiah (3 jam)

Bahan kajian terdiri atas: pengertian karya ilmiah, tata cara/teknik

penulisan, notasi ilmiah, bahasa ilmiah, penulisan makalah, penulisan

artikel.

6. Praktek Penyusunan Proposal Penelitian (12 jam)

Praktek penyusunan proposal kuantitatif dan penelitian kualitatif dalam

bidang kepengawasan

© DEPDIKNAS 2006 87

Page 94: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

Materi Penunjang Diklat Jenjang Menengah

1. Statistika Untuk Penelitian ( 4 jam)

Bahan kajian terdiri atas: pengertian dan fungsi statistika, jenis data dan

pengukurannya, statistika parametrik dan non-parametrik, statistika

deskriptif, statistika inferensial.

2. Praktek Pengolahan dan Analisis Data Hasil Penelitian (4 jam)

Bahan kajian: studi kasus pengolahan dan analisis data hasil penelitian.

6. Diklat Jenjang Tinggi

Diklat Jenjang Tinggi diberikan kepada pengawas utama yang telah

menempuh Diklat Jenjang Menengah. Tujuan Diklat ini adalah

mempersiapkan pengawas yang siap memberikan pendampingan dan

bimbingan kepada pengawas pratama dan muda dalam melaksanakan tugas

dan tanggungjawabnya serta siap melaksanakan tugas apapun di bidang

kepengawasan termasuk pengawasan Sekolah Nasional Bertaraf Internasional.

Diklat pengawas jenjang tinggi dilaksanakan di tingkat Nasional oleh

Direktorat Tenaga Kependidikan selama 7 hari efektif atau sekitar 70 jam

dalam bentuk TOT dan atau Workshop Manajerial Skill Kepengawasan.

Materi atau mata Diklat diberikan daslam bentuk teori dan praktek dengan

proporsi 50 persen teori dan 50 persen praktek. Materi atau mata Diklat

adalah sebagai berikut :

Materi Umum Diklat Jenjang Tinggi

1. Kebijakan Pendidikan Nasional (3 jam)

Bahan kajian terdiri atas: peraturan perundang-undangan pendidikan, arah

dan tujuan pendidikan nasional (Renstra Depdiknas), delapan standar

nasional pendidikan, struktur organisasi departemen pendidikan.

2. Kebijakan Direktorat Jenderal PMPTK ( 3 jam)

Bahan kajian terdiri atas: visi, misi, dan tujuan Ditjen PMPTK, program-

program Ditjen PMPTK, peningkatan mutu tenaga pendidik, peningkatan

© DEPDIKNAS 2006 88

Page 95: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

mutu tenaga Kependidikan, program dan kegiatan Direktorat Tenaga

Kependidikan serta implikasinya bagi pengawas.

Materi Pokok/ Inti

1. Inovasi Pendidikan (6 jam)

Bahan kajian terdiri atas: inovasi kurikulum, inovasi pembelajaran,

inovasi kepengawasan, inovasi penilaian dan ujian, inovasi manajemen

pendidikan, inovasi tentang pendidikan alternatif.

2. Pendampingan Tugas Kepengawasan (4 jam)

Bahan kajian terdiri atas: pengertian tujuan dan fungsi pendampingan

pengawasan, model-model pendampingan, perencanaan pendampingan

tugas kepengawasan, strategi pelaksanaan pendampingan, penilaian

keberhasilan tugas pendampingan, pelaporan tugas pendampingan.

3. Sekolah Nasional Berstandar Internasional (6 jam)

Bahan kajian terdiri atas: kurikulum dan system, pendidikan, strategi

pembelajaran, sistem penilaian dan ujian, administrasi dan manajemen

pendidikan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana pendidikan,

kompetensi lulusan, pembiaayan pendidikan, peran serta masyarakat,

networking lembaga pendidikan.

4. Sistem Informasi Manajemen Pendidikan (6 jam)

Bahan kajian terdiri atas: pengenalan komputer (bagi pemula), konsep

dasar sistem informasi, teknologi informasi, pemanfaatan teknologi

informasi, jaringan kepengawasan, penggunaan computer untuk sistem

informasi.

5. Manajemen Kepengawasan (4 jam)

Bahan kajian terdiri atas: otonomi pendidikan dan implikasinya bagi

kepengawasan, struktur organisasi kepengawasan, pengembangan

networking, koordinasi internal dan eksternal, koordinasi tugas

kepengawasan, penilaian dan pengendalian kepengawasan, kepengawas-

an dan peningkatan mutu pendidikan.

© DEPDIKNAS 2006 89

Page 96: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

6. Studi Banding/Studi lapangan (20 jam)

Studi banding ke Sekolah Nasional Bertaraf Internasional di Jakarta dan

kota lainnya di Nusantara selama dua hari penuh.

Materi Penunjang

1. Praktek Komputer ( 8 jam)

Bahan praktek terdiri atas: pengenalan computer, pengenalan

program/software,

2. Praktek penggunaan komputer, website, email dll.

Silabus semua jenjang Diklat yang dikemukakan di atas sebagaimana

terlihat pada lampiran.

F. Perencanan dan Pelaksanaan Diklat

Semua jenjang Diklat yang dikemukakan di atas perlu dibuat perencanaan

yang matang sebelum Diklat tersebut dilaksanakan. Tanpa perencanaan yang

matang dan komprehensif baik dari segi teknis edukatif maupun dari segi

teknis administratif, pelaksanaan Diklat tidak akan mencapai hasil yang

optimal.

1. Perencanaan Diklat.

Perencanaan Diklat adalah proyeksi atau perkiraan tentang apa dan

bagaimana Diklat itu harus dilaksanakan. Perencanaan Diklat dibuat oleh

penyelenggara Diklat jauh sebelum pelaksanaan Diklat. Untuk itu

penyelenggara Diklat, dalam hal ini Dinas Pendidikan atau LPMP bahkan

Direktorat Tenaga Kependidikan perlu membentuk Panitia Diklat. Panitia

terdiri atas: (1) panitia pengarah (steering commite), dan (2) panitia

pelaksana (organizing commite). Sudah barang tentu di luar dua panitia

tersebut ada organisasi di atasnya misalnya Penanggung Jawab, Pembina

atau sebutan lain yang diperlukan.

Panitia pengarah bertanggung jawab atas teknis edukatif atau bidang

akademik berkaitan dengan: materi/mata Diklat, kualifikasi dan

kompetensi pelatih dan fasilitator, peserta Diklat dan kompetensi yang

© DEPDIKNAS 2006 90

Page 97: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

diharapkan setelah Diklat selesai, kegiatan pembelajaran selama Diklat

berlangsung, penilaian keberhasilan Diklat dan aspek akademik lainnya.

Panitia pelaksana bertanggung jawab atas teknis penyelenggaraan Diklat

yang mencakup: administrasi, faslitas/daya dukung serta sumber daya

(dana, manusia, peralatan, waktu, tempat) yang diperlukan untuk

terselenggaranya kegiatan Diklat. Koordinasi kerja dari kedua panitia

tersebut sangat diperlukan.

Perencanan Diklat dibuat bersama oleh Panitia Diklat (pantia pengarah dan

panitia pelaksana). Perencanaan dituangkan dalam bentuk proposal atau

pedoman/program Diklat dan atau sebutan lain sesuai dengan kebutuhan

(biasanya harus sesuai dengan Dipa). Isi proposal/perencanaan Diklat

sekurang-kurangnya memuat:

a. Latar belakang atau pendahuluan, yang berisi: kemengapaan Diklat itu

dilaksanakan.

b. Tujuan, manfaat dan hasil yang diharapkan, yang berisi: target yang

ingin dicapai dan indikator keberhasilannya serta manfaat yang

diperoleh dari Diklat.

c. Materi/mata Diklat yang akan diberikan (lihat kurikulum setiap jenjang

Diklat) termasuk siapa pelatihnya, dan berapa jam diberikan, bahan

atau makalah dari setiap pelatih.

d. Kegiatan pembelajaran selama pelatihan, seperti ceramah umum/pleno,

tanya jawab, diskusi kelompok, simulasi, praktek lapangan,

demonstrasi, dan metode lain yang diperlukan sesuai dengan isi mata

Diklat.

e. Nama pelatih dan fasilitator yang akan dibutuhkan/digunakan.

Pemilihan pelatih dan nara sumber hendaknnya dipilih berdasarkan

jumlah yang diperlukan, kualifikasi, kompetensi, keahlian, pekerjaan

dan jabatan, kesediaan, waktu yang tersedia serta jarak tempat tinggal

pelatih dengan tempat Diklat. Mintalah curriculum vitae (CV) dari

setiap pelatih dan nara sumber.

© DEPDIKNAS 2006 91

Page 98: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

f. Peserta pelatihan. Peserta pelatihan memperhatikan persyaratan peserta

dari setiap jenjang Diklat. Selain itu dipertimbangkan tentang jumlah

peserta, kualifikasi akademik, pengalaman kerja sebagai pengawas,

prestasi kerja dan faktor lain sesuai dengan persyaratan dan tujuan

Jenjang Diklat.

g. Tempat dan waktu pelaksanaan Diklat, kemukakan alamat lengkap

tempat pelatihan secara jelas dengan nomor telpon dan fax. Demikian

juga waktu pelaksanaan Diklat: berapa hari pelaksanaan, kapan

dimulai/dibuka dan kapan berakhir/ditutup.

h. Jadwal kegiatan pelatihan. Jadwal kegiatan berisi: hari dan tanggal,

jam belajar, topik dan kegiatan yang dibahas untuk setiap jam belajar,

pembicara dan moderator, termasuk acara pembukaan dan penutupan

Diklat. Jadwal kegiatan bisa dimasukkan dalam isi proposal, bisa pula

dilampirkan dalam proposal.

i. Anggaran biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan Diklat. Anggaran

biaya yang diajukan mulai dari: persiapan, pelaksanaan dan tindak

lanjut Diklat. Rincian anggaran minimal memuat untuk keperluan: (a)

rapat-rapat persiapan, (b) alat tulis, (c) akomodasi, (d) transfortasi, (e)

perlengkapan peserta, (f) honor panitia, pelatih dan nara sumber, (g)

penggandaan bahan dan makalah, (h) studi lapangan (kalau ada), (i)

penyadiaan fasilitas pelatihan, (j) penulisan laporan Diklat, dll. sesuai

kebutuhan. Besarnya anggaran disesuaikan dengan mata anggaran

yang tersedia.

j. Organisasi pelaksana Diklat. Organisasi pelaksanaan Diklat memuat

susunan kepanitiaan beserta nama-namanya dan jika perlu dengan job

deskripsinya.

k. Tata tertib Diklat, baik untuk peserta, panitia dan pembicara/nara

sumber. Tata tertib menjelaskan hak dan kewajiban peserta, panitia,

pembicara/fasilitator selama berlangsungnya Diklat.

© DEPDIKNAS 2006 92

Page 99: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

Proposal Diklat yang telah dibuat oleh panitia setelah dibahas dan

disiskusikan serta disetujui oleh semua anggota panita Diklat diajukan

kepada pimpinan kelembagaan penyelenggara Diklat untuk pengesahan-

nya sebelum Diklat dilaksanakan. Proposal yang telah disetujui

digandakan dan dibagikan kepada peserta pada saat peserta datang dan

mencatatkan dirinya pada petugas/panitia di tempat pelaksanaan Diklat.

2. Pelaksanaan Diklat

Pelaksanaan Diklat pada hakikatnya mewujudkan pelaksanaan kegiatan

Diklat sesuai jadwal kegiatan yang telah disusun dalam proposal Diklat

termasuk komponen-komponen lainnya. Untuk itu kegiatan yang harus

dilaksanakan diurutkan sebagai berikut, dengan asumsi tempat dan waktu

pelaksanaan telah dipastikan:

Pemberitahuan sekaligus pemanggilan secara tertulis kepada Peserta

Diklat, Pembicara/Fasilitator sesuai jadwalnya masing-masing. Dalam

surat opemberitahuan/pemanggilan tersebut disertakan borang Curriculum

Vitae (CV) mereka masing-masing serta surat kesediaan mengikuti peserta

yang harus dikirimkan secepatnya sebelum Diklat dimulai. Khusus

kepada pembicara selain CV dan surat kesediaan, juga diminta menulis

makalah sesuai dengan topiknya masing-masing dan harus dikirimkan

kepada panitia sebelum Diklat disediakan. Surat pemberitahuan sekaligus

pemanggilan tersebut paling lambat dua minggu sebelum Diklat

dilaksanakan harus sudah diterima peserta.

3. Evaluasi Diklat

Setiap Diklat yang diberikan kepada pengawas sekolah/satuan pendidikian

harus dinilai keberhasilannya. Penilaian Diklat terdiri atas penilaian proses

pelaksanaan Diklat atau penilaian formatif, penilaian hasil Diklat atau

penilaian sumatif dan penilaian performance dalam melaksanakan hasil

Diklat atau penilaian dampak.

© DEPDIKNAS 2006 93

Page 100: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

Penilaian pelaksanaan Diklat atau penilaian formatif dilaksanakan pada

saat berlangsungnya kegiatan Diklat. Aspek yang dinilai adalah:

kedisiplinan (peserta, pelatih, fasilitator, penitia pelaksana), keterlibatan

peserta dalam kegiatan belajar/pelatihan, sikap dan motivasi peserta,

tanggung jawab sebagai peserta diklat, proses pembelajaran selama Diklat

berlangsung, kemampuan pelatih dan fasilitator/nara sumber, fasilitas yang

tersedia, waktu pelaksanaan, tempat dan akomodasi, dll. Alat evaluasi

yang digunakan antara lain: kuesioner terstruktur, observasi terstruktur dan

wawancara. Hasil penilaian formatif ini dijadikan dasar atau bahan bagi

perbaikan dan penyempurnaan penyelenggaraan Diklat selanjutnya.

Penilaian hasil Diklat atau penilaian sumatif dilaksanakan pada akhir

kegiatan Diklat. Aspek yang dinilai adalah: penguasaan materi yang

diberikan, penguasaan keterampilan tertentu yang berkaitan dengan materi

yang diberikan, sikap terhadap pemanfaatan hasil Diklat dalam

melaksanakan tugas kepengawasan. Alat evaluasi yang digunakan antara

lain tes (pretest dan post-test), observasi, simulasi dan skala sikap. Hasil

penilaian ini dijadikan bahan untuk menentukan prestasi pengawas dalam

mengikuti Diklat termasuk penetapan peserta Diklat terbaik, pemberian

sertifikat dan penghargaan kepada peserta Diklat.

Penilaian dampak hasil Diklat dilaksanakan setelah peserta Diklat kembali

melaksanakan tugas di tempat masing-masing, paling lama tiga bulan

setelah pengawas mengikuti Diklat. Tujuannya untuk melihat sejauhmana

hasil-hasil Diklat dilaksanakan oleh para pengawas dalam melaksanakan

tugas kepengawasannya masing-masing serta mengidentifikasi relevansi

materi Diklat dengan kebutuhan kepengawasan di lapangan/di sekolah.

Alat evaluasi yang digunakan adalah observasi, uji kinerja pengawas,

wawancara terfokus (focused group disscussion) dan kuesioner. Hasil

penilaian ini dijadikan bahan pertimbangan dalam menetapkan kinerja

pengawas sekolah melalui indeks kinerja yang dicapainya. Selain itu dapat

© DEPDIKNAS 2006 94

Page 101: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

juga dijadikan bahan untuk memperbaiki dan menyempurnakan

program/kurikulum Diklat di masa mendatang.

Penilaian Diklat pengawas sekolah/satuan pendidikan sebagaimana

dijelaskan di atas dilaksanakan oleh penyelenggaran Diklat dan atau oleh

Kepala Dinas Pendidikan.

© DEPDIKNAS 2006 95

Page 102: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

BAB IXPENGHARGAAAN DAN PERLINDUNGAN

A. Konsep Penghargaan & Perlindungan

Penghargaan merupakan salah satu komponen penting dalam aspek

motivasional dalam dunia kerja. Setiap individu yang menjadi bagian dari

suatu sistem kerja akan merasa nyaman dan aman manakala keberadaaannya

diakui dan dihargai. Penghargaan memiliki arti penting serta dimensi yang

luas bagi tumbuhkembangnya motivasi kerja dan penampilan kerja individu

dalam suatu unit organisasi.

Penghargaan dimaknai sebagai suatu pengakuan terhadap eksistensi dan

pekerjaan yang dilakukan seseorang dalam melaksanakan tanggungjawabnya.

Penghargaan sesungguhnya melibatkan siklus berkesinambungan yang

dimulai dari pemahaman terhadap job deskripsi, kompetensi, pelaksanaan

tugas pokok dan fungsinya, pembinaan karir, penilaian kinerja, dan

penghargaan.

Seseorang akan mampu melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya manakala

ia mampu memahami job deskripsi tugas pokok dan fungsi dengan baik dan

memiliki kompetensi untuk menjalankan job deskripsi, tugas pokok dan

fungsinya. Pelaksanaan tugas yang dijalankan oleh seseorang pada akhirnya

akan dinilai oleh pengguna jasa dengan perangkat sistem penilaian kinerja

karyawan. Dari hasil penilaian kinerja itulah akan menjadi dasar bagi

pemberian penghargaan baik yang sifatnya langsung maupun tidak langsung.

Penghargaan atas suatu pelaksanaan tugas pada akhirnya juga akan membawa

imbas terhadap munculnya penghargaan kepada profesi yang diemban oleh

individu yang bersangkutan.

Dalam keseharian penghargaan terhadap individu terkait dengan bidang

tugasnya dapat dilakukan dalam berbagai bentuk mulai dari yang sifatnya

verbal (sanjungan, pujian verbal), non verbal seperti tepukan pundak, acungan

jempol, tepuk tangan dan berbagai bahasa tubuh yang menunjukkan

© DEPDIKNAS 2006 96

Page 103: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

penghargaan. Di sisi lain, penghargaan juga diberikan dalam bentuk sertifikat

semacam Satyalencana, Bintang Maha Putera dan sejenisnya. Sekarang ini

umumnya penghargaan juga diberikan dalam bentuk penghargaan finansiil

seperti: pemberian hadiah tabungan, hadiah beasiswa dan sejenisnya.

Ringkasnya semakin jelas penghargaan yang diberikan kepada karyawan akan

semakin besar dampaknya terhadap motivasi dan kinerja karyawan tersebut.

Semua pakar psikologi motivasi, menampilkan betapa penting peran

penghargaan bagi tumbuhkembangnya motivasi kerja karyawan. Berikut ini

disajikan diagram Mainspring Of Motivation yang menampilkan urgensi

pemberian penghargaan untuk memotivasi kinerja karyawan:

MAINSPRING OF MOTIVATION

Self-actualizationand fulfillmen

Esteem and status

Safety andSecurity

Physiologicalneeds

Growth

Relatedness

Existence

Work itselfAchievementPossibility ofgrowthAdvancementRecognitionStatusRelations with supervisorsPeer relationsRelations with subordinatesQuality of supervisionCompany policyand administrationJob securityWorking conditionsPay

Model of Maslow’s hierarchy of needs

Herzberg’s motivation-maintenancec model Adlerfer’s E-R-G

model

B. Penghargaan dan Perlindungan serta Prestasi Kerja

Perlindungan dan rasa aman psikologis menjadi syarat agar pengawas merasa

aman dan nyaman dalam bekerja. Rasa aman dalam bekerja berpengaruh pada

daya konsentrasi kerja, kesungguhan dan totalitas kerja. Hal ini sangat penting

karena konsentrasi menjadi basis kecermatan, ketepatan dan efesiensi serta

efektivitas kerja. Konsentrasi dan totalitas kerja akan menjadi elemen penting

dalam melaksanakan tugas. Tanpa adanya jaminan perlindungan kerja yang

komprehensif pengawas satuan pendidikan akan bekerja dengan penuh

keraguan, kurang totalitas kerja. Dalam kondisi semacam itu, pengawas

© DEPDIKNAS 2006 97

Page 104: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

satuan pendidikan akan sulit mengambil keputusan yang tepat terkait dengan

pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya sebagai pengawas profesional.

Perlindungan kerja pengawas adalah suatu bentuk atau cara menciptakan

situasi kerja yang aman dan nyaman. Perlindungan itu dapat diberikan dalam

bentuk perlindungan hukum yang dilandasi oleh aturan perundang-undangan

yang secara terprogram disusun dengan maksud untuk bisa memberikan

jaminan kepastian hukum setiap individu pengawas untuk bisa melakukan

berbagai tugas dan kegiatan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

Adanya jaminan kepastian hukum yang dapat memberikan perlindungan

hukum bagi setiap pengawas satuan pendidikan dalam melaksanakan

tugasnya akan menumbuhkan iklim kerja yang sehat sehingga mampu

meningkatkan produktivitas kinerja dan hasil kerjanya.

Rollomay (1989) menyatakan bahwa ada dua hal yang harus dikembangkan

untuk mendorong tumbuhkembangnya kreativitas dan produktivitas kerja.

Pertama, rasa aman psikologis (psychological safety). Kedua, kebebasan

psikologis (psychological freedom).

Rasa aman psikologis (psychological safety) dapat dibangun jika setiap

pengawas satuan pendidikan memiliki jaminan kepastian hukum atas dasar

undang-undang atau peraturan pemerintah yang dapat dijadikan pedoman

dalam menjalankan tugas profesionalnya. Selama mereka menjalankan tugas

dalam koridor tupoksi yang menjadi kewenangan sesuai dengan aturan hukum

dan tata cara kerja birokrasi yang disepakati maka pengawas satuan

pendidikan akan merasa aman secara psikologis.

Adapun yang dimaksud dengan kebebasan psikologis adalah suasana hati

yang merasa tanpa beban, tidak tertekan, tidak terintimidasi oleh lingkungan

kerja, ataupun orang lain. Kebebasan psikologis ini dapat diwujudkan jika

dalam bekerja setiap tenaga pengawas satuan pendidikan punya pedoman atau

rujukan aturan hukum perundang-undangan yang jelas dan rinci. Dengan

demikian kebebasan psikologis bukan berarti kebebasan yang tanpa batas

© DEPDIKNAS 2006 98

Page 105: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

melainkan justru kebebasan yang terbatas pada koridor hukum dan

perundang-undangan yang menjadi acuan.

Kebebasan dan rasa aman psikologis ini menjadi modal utama dalam

meningkatkan kreativitas, inovasi dan produktivitas kerja pengawas satuan

pendidikan. Dengan rasa aman dan kebebasan psikologis itu memungkinkan

setiap pengawas satuan pendidikan dapat bekerja dengan penuh dedikasi,

tidak cemas, tidak diliputi rasa takut, dan was-wqas sehingga mampu

melaksanakan tugas pokok dan fungsinya secara efektif dan efisien.

Dampak lain dari rasa aman dan kebebasan psikologis adalah berkembangnya

budaya kerja yang sehat, disiplin dan produktif. Bekerja dengan rasa aman

dan bebas dapat menumbuhkan berbagai ide kreatif dan inovasi produk dalam

memberikan layanan pada stakeholder pendidikan. Hal inilah yang

menjadikan perlunya implementasi kebijakan Harlindung bagi pengawas

satuan pendidikan untuk dilakukan secara optimal.

C. Tujuan Penghargaan

1. Tujuan Umum:

Meningkatkan self esteem dan motivasi kerja pengawas satuan pendidikan

yang pada perkembangannya diharapkan memiliki dampak positif

terhadap dedikasi kerja, produktivitas kerja dan daya inovasi dalam

melaksanakan Tupoksinya secara profesional.

2. Tujuan Khusus:

a. Meningkatkan harkat dan martabat pengawas satuan pendidikan

sebagai pengawas satuan pendidikan yang profesional.

b. Meningkatkan self esteem dan self confidence pengawas satuan

pendidikan dalam mengemban tanggungjawab tugas pokok dan

fungsinya sebagai pengawas profesional.

c. Meningkatkan dedikasi kerja, loyalitas dan kinerja pengawas satuan

pendidikan.

© DEPDIKNAS 2006 99

Page 106: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

d. Membangun civil effect bagi masyarakat luas, utamanya stakeholder

pendidikan agar lebih apresiatif terhadap keberadaan pengawas satuan

pendidikan.

e. Membangun tradisi kultural untuk selalu dapat menghargai prestasi

kerja setiap pengawas satuan pendidikan sehingga menumbuhkan

iklim dan budaya kerja yang berorientasi pada dedikasi dan prestasi.

D. Prinsip Pemberian Penghargaan

Agar kegiatan pemberian penghargaan terhadap pengawas satuan pendidikan

ini dapat dilakukan sesuai dengan target yang ditetapkan maka dalam

penyelenggaraannya dilandasi oleh prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Prinsip Pengganjaran: Pada prinsipnya pengawas satuan pendidikan

menjalankan tugas pokok dan fungsinya sesuai dengan bidang

pengawasannya. Namun dalam pelaksanaan tugas itu melibatkan dedikasi,

loyalitas dan penampilan kerja yang optimal. Mereka ini bekerja tanpa

pamrih, layak mendapatkan ganjaran (reward) sebagai wujud dari

perhatian, pengakuan, rasa terima kasih dan pujian dari Dit Tendik sebagai

institusi yang menaungi pengawas satuan pendidikan.

2. Prinsip Keadilan: pemberian penghargaan pada pengawas satuan

pendidikan harus memperhatikan prinsip keadilan. Artinya pemberian

penghargaan terhadap pengawas satuan pendidikan harus bebas dari

kepentingan kelompok atau golongan berdasarkan suku, agama, ras,

daerah, politik dan lain-lain, tetapi sepenuhnya didasarkan atas

pertimbangan keadilan berdasarkan prestasi, pengabdian, dedikasi dan

loyalitasnya dalam melaksanakan tugas kepengawasannya.

3. Prinsip Akuntabilitas: pemberian penghargaan harus didasarkan pada

hasil penilaian yang terbuka, obyektif dan jujur, dengan mengikutsertakan

semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) pada proses dan hasil

kepengawasan di sekolah dalam rangka mencapai kinerja sekolah yang

efektif.

© DEPDIKNAS 2006 100

Page 107: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

4. Prinsip Transparansi: pemberian penghargaan harus didasari oleh

kepercayaan pada kemampuan melakukan penilaian secara obyektif oleh

aparat di lapangan termasuk pihak yang berkepentingan (stakeholders),

yang langsung dapat mengamati dan mengikuti kegiatan kepengawasan.

Semua tahap penilaian dalam rangka pemeberian penghargaan harus

dilakukan secara transparan.

5. Prinsip Motivasi dan Promosi: pemberian penghargaan harus di fokuskan

pada aspek-aspek yang berhubungan dengan kinerja kepengawasan,

pengabdian, kesetiaan, disiplin, dedikasi dan loyalitas, agar berfungsi

dalam meningkatkan motivasi dan kinerjanya, sehingga berpengaruh pada

pembinaan dan pengawasan sekolah secara efektif dan efisien.

6. Prinsip Keseimbangan: pemberian penghargaan harus seimbang dalam

arti tidak hanya memberikan peluang yang tinggi bagi pengawas satuan

pendidikan yang bekerja di perkotaan yang dekat dengan pusat-pusat

pendidikan tinggi sehingga selalu terbuka kesempatan meningkatkan

kemampuan profesionalitasnya, sementara itu mengabaikan pengawas-

pengawas di desa-desa atau wilayah sulit dan terpencil. Oleh karena itu

penghargaan harus memberi kesempatan yang seimbang untuk semua

pengawas. Keseimbangan ini dapat ditempuh dengan menetapkan jenis-

jenis atau kategori penghargaan yang memungkinkan pengawas-pengawas

yang bekerja di daerah yang berbeda kondisi, fasilitas kerja, kesempatan

untuk maju dan berkembang, kondisi social ekonomi orang tua dan

masyarakat sekitarnya dan lain-lain, semuanya memiliki peluang yang

sama untuk mendapatkan penghargaan. Oleh karena itu perlu ditetapkan

Kriteria yang relevan untuk kelompok masing-masing.

7. Prinsip Demokrasi: pemberian penghargaan harus memberikan peluang

yang sama pada semua pengawas untuk berkompetisi dalam suasana

kebebasan dalam mengimplementasikan profesionalitasnya, melalui

kreatifitas, inisiatif, prakarsa dan kepeloporan dalam bekerja, sepanjang

tidak merugikan kepentingan guru, kepala sekolah, masyarakat, bangsa

dan negara.

© DEPDIKNAS 2006 101

Page 108: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

E. Sasaran dan Ruang Lingkup Penghargaan

1. Sasaran

Sasaran pemberian penghargaan adalah:

a. Pengawas satuan pendidikan dari semua bidang pengawasan, baik

pengawas TK/SD, SMP, SMA, SMK maupun SLB.

b. Pengawas satuan pendidikan di semua jabatan pengawas yang

mencakup pengawas muda, pengawas madya, pengawas

utama/samapta.

2. Ruang Lingkup

Aspek penilaian yang dijadikan landasan pemilihan pengawas yang akan

mendapat penghargaan mencakup ruang lingkup: kualitas kepribadian,

profesionalisme dalam mengimplementasikan kompetensi kepengawasan,

hubungan dan keterampilan sosial/kemasyarakatan, prestasi, dedikasi,

disiplin, loyalitas, inisiatif dan kreatifitas dalam melaksanakan tugas

kepengawasan. Informasi mengenai aspek penilaian dapat diperoleh dari

guru, kepala sekolah dan staf sekolah lainnya, sejawat/korwas, dan Kepala

Dinas Pendidikan setempat.

F. Jenis Penghargaan Pengawas

Penghargaan untuk pengawas satuan pendidikan hanya diberikan kepada: (1)

pengawas berprestasi dan (2) pengawas berdedikasi. Pengawas berprestasi

adalah pengawas satuan pendidikan yang secara nyata mampu meningkatkan

kinerja sekolah binaannya sehingga menjadi sekolah yang bermutu, sekolah

yang efektif, atau pengawas sekolah yang mampu melakukan inovasi pada

sekolah binaannya, atau pengawas satuan pendidikan yang memperoleh indeks

kinerja 4 dan 5. Sedangkan pengawas berdedikasi adalah pengawas satuan

pendidikan yang mempunyai komitmen dan loyalitas tinggi dalam

melaksanakan tugas kepengawasan selama kurun waktu tertentu atau bekerja

di daerah terpencil, daerah rawan bencana, daerah perbatasan dan daerah

rawan konflik. Jadi jenis penghargaan pengawas satuan pendidikan adalah:

© DEPDIKNAS 2006 102

Page 109: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

1. Penghargaan Pengawas Berprestasi

Penghargaan pengawas berprestasi, adalah penghargaan yang diberikan

kepada pengawas satuan pendidikan yang mempunyai prestasi dalam

bidang kepengawasan yang ditunjukkan oleh keberhasilan sekolah-sekolah

yang menjadi binaannya, melalui berbagai hal, antara lain:

a. Pembaharuan (inovasi) dalam kepengawasan atau pembinaan; atau

b. Menemukan metode, prosedur atau teknik yang terkait dengan

pelaksanaan tugas kepengawasan dan pembinaan guru serta kepala

sekolah.

c. Penulisan buku yang terkait dengan pelaksanaan tugas kepengawasan

d. Pengembangan teknologi tepat guna terkait dengan pelaksanaan tugas

kepengawasan dan pembinaan sekolah binaannya.

2. Penghargaan Pengawas Berdedikasi

Penghargaan pengawas berdedikasi, adalah penghargaan yang diberikan

kepada pengawas satuan pendidikan yang mengabdikan dirinya di daerah

terpencil, daerah rawan bencana, daerah perbatasan dan daerah rawan

konflik secara berturut-turut sekurang-kurangnya selama 5 (lima) tahun.

G. Bentuk Penghargaan

Penghargaan kepada pengawas satuan pendidikan yang dapat diberikan antara

lain berupa:

1. Pemberian medali / satya lencana dan / atau piagam / sertifikat; atau

2. Hadiah berupa uang dan/atau cinderamata; atau

3. Tugas belajar, ijin belajar dan/atau pendidikan dan pelatihan lain yang

bersifat peningkatan kualitas; atau

4. Mengikuti seminar, studi banding, pendidikan dan pelatihan/penataran

atau yang sejenis dalam rangka penyegaran dan/atau peningkatan

kemampuan profesi; atau

5. Beasiswa bagi putera/puteri pengawas; atau

© DEPDIKNAS 2006 103

Page 110: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

6. Pengadaan fasilitas tertentu, baik sebagai barang inventaris (hak pakai)

dan/atau hak milik, seperti perumahan dan/atau alat transportasi; atau

7. Pemberian tunjangan khusus bagi pengawas satuan pendidikan yang

bertugas ke daerah terpencil atau ke daerah rawan bencana, atau ke daerah

rawan konflik, atau daerah perbatasan; atau

8. Kenaikan pangkat otomatis; atau

9. Penghargaan khusus mirip dengan ”hadiah Nobel” yang diberikan oleh

pemerintah pusat, khusus bagi pengawas yang sangat berjasa dalam

mengembangkan atau menemukan inovasi di bidang kepengawasan dan

temuannya diakui oleh pakar pendidikan.

Penghargaan tersebut di atas diberikan secara berjenjang mulai dari tingkat

kabupaten/kota, propinsi sampai tingkat pusat. Waktu pemberian penghargaan

disampaikan pada suatu upacara bersamaan dengan perayaan hari-hari

bersejarah.

H. Kriteria Penghargaan

Kriteria pemberian penghargaan bagi pengawas satuan pendidikan adalah

sebagai berikut:

1. Pengawas satuan pendidikan berprestasi diberi penghargaan, bila

menghasilkan:

a. Temuan baru dalam pengawasan dan pembinaan, seperti: (a) Metode

identifikasi masalah dan pemecahan masalah; (b) Materi pembinaan

guru, kepala sekolah, dan staf sekolah lainnya; dan (c) model, sistem,

pendekatan, strategi kepengawasan.

b. Teknologi tepat guna dalam bidang kepengawasan, terutama berupa

media/alat bantu untuk pemecahan masalah dan memperlancar

pelaksanaan tugas pokok dan fungsi kepengawasan.

c. Karya ilmiah hasil penelitian dalam bidang kepengawasan, yang

dimuat dalam jurnal nasional terakreditasi dan atau jurnal internasional

dan belum pernah dipublikasikan sebelumnya.

© DEPDIKNAS 2006 104

Page 111: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

d. Indeks kinerja pengawas satuan pendidikan sebesar 4 atau 5. dari skala

indeks kinerja 0 sampai dengan 5.

2. Pengawas satuan pendidikan berdedikasi diberi penghargaan, bila

mampu membuktikan:

a. melaksanakan tugas di daerah terpencil sekurang-kurangnya selama 5

(lima) tahun berturut-turut, atau selama 8 (delapan) tahun terputus-

putus, dengan melampirkan bukti-bukti otentik dan hasil kinerjanya;

atau

b. melaksanakan tugas di daerah terpencil atau daerah rawan bencana,

atau daerah rawan konflik, atau daerah perbatasan sekurang-

kurangnya 3 (tiga) tahun secara berturut-turut, atau bertugas selama 8

(delapan) tahun secara tidak berturut-turut, dengan melampirkan bukti-

bukti otentik dan hasil kinerjanya.

I. Mekanisme Penghargaan

Penghargaan bagi pengawas satuan pendidikan yang berprestasi terbaik pada

setiap tahun, aras nasional diberikan oleh Presiden, dan pada aras propinsi

diberikan oleh Gubernur, pada aras kabupaten/kota diberikan oleh

Bupati/Walikota pada waktu Hari Pendidikan, Hari Kemerdekaan atau Hari

Jadi Propinsi/ kabupaten/kota. Mekanisme lebih lanjut tentang proses

pemberian penghargaan sebagai pengawas berprestasi mengikuti aturan dan

ketentuan yang dirumuskan oleh Direktorat Tenaga Kependidikan tahun 2006.

J. Perlindungan

Pengawas satuan pendidikan sebagai tenaga profesional yang berhimpun

dalam organisasi profesi (APSI) berhak mendapat perlindungan hukum dalam

rangka memberikan penjaminan mutu layanan tugasnya kepada stakeholder,

masyarakat dan pemerintah, sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Oleh

sebab itu, pemerintah berkerja sama dengan organisasi profesi pengawas

(APSI) berkewajiban memberikan pembinaan, pengawasan termasuk sanksi

© DEPDIKNAS 2006 105

Page 112: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

jika diperlukan dan pengendalian mutu layanan/pelaksanaan tugas dan

tanggungjawabnya.

Bagi pengawas yang terlibat masalah hukum, diberikan pendampingan

hukum/advokasi oleh LKBH Tendik. Perlindungan profesi pengawas satuan

pendidikan dilakukan sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku.

© DEPDIKNAS 2006 106

Page 113: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

BAB XPEMBERHENTIAN DAN PENSIUN

A. Pemberhentian

Jabatan pengawas adalah jabatan profesional, sehingga perlu diadakan

penilaian, pembinaan dan pengembangan secara berkelanjutan. Dengan

demikian tidak tertutup kemungkinan adanya pengawas yang tidak memenuhi

persyaratan profesional. Bagi pengawas yang tidak memenuhi persyaratan

tersebut, tidak layak untuk dipertahankan selamanya dalam jabatan pengawas.

Dengan kata lain tidak tertutup kemungkinan untuk diberhentikan dari

jabatannya sebagai pengawas.

Pemberhentian pengawas satuan pendidikan dalam masa tugasnya dilakukan

apabila yang bersangkutan:

1. melanggar kode etik pengawas, dan telah mendapatkan keputusan tetap

dari Dewan Kehormatan Organisasi Profesi Pengawas,

2. tidak memenuhi persyaratan (kelayakan) sebagai pengawas profesional

walaupun telah diberikan pembinaan, pelatihan, pendampingan secara ber-

kelanjutan,

3. mengundurkan diri karena alasan kesehatan atau alasan lainnya yang sah

dan dapat dipertanggung jawabkan,

4. pindah atau alih jabatan pada profesi lain baik promosi maupun mutasi

berdasarkan ketentuan yang berlaku,

5. cacat fisik dan atau mental sehingga tidak dapat melaksanakan tugas

profesinya,

6. meninggal dunia,

7. terlibat tindakan melawan hukum yang diatur sesuai dengan peraturan

perundang-undangan pegawai negeri sipil secara simultan.

Ketentuan di atas pada hakekatnya sejalan dengan pemberhentian pengawas

sebagai pegawai negeri sipil sebagaimana diatur dalam PP Nomor 32 Tahun

1979. Pemberhentian dapat dibedakan atas:

© DEPDIKNAS 2006 107

Page 114: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

1. Pemberhentian atas permintaan sendiri.

2. Pemberhentian karena mencapai batas usia pensiun (BUP).

3. Pemberhentian karena adanya penyederhanaan organisasi.

4. Pemberhentian karena tidak cakap jasmani atau rohani.

5. Pemberhentian karena meninggalkan tugas minimal 3 (tiga) bulan

berturut-turut.

6. Pemberhentian karena meninggal dunia atau hilang, dan tidak diketahui

penyebabnya selama 3 (tiga) bulan berturut-turut.

7. Pemberhentian karena melakukan pelanggaran/tindak pidana

penyelewengan

8. Pemberhentian sementara karena alasan-alasan sebagai berikut:

a. Ditugaskan secara penuh di luar jabatan pengawas oleh pemerintah.

b. Mendapat tugas belajar lebih dari enam tahun.

c. Terkena hukuman disiplin pegawai dengan tingkat sedang dan berat.

d. Diberhentikan sementara sebagai Pegawai Negeri Sipil berdasarkan

peraturan yang berlaku.

e. Cuti di luar tanggungan negara, kecuali untuk cuti persalinan ke tiga

dan seterusnya.

Untuk pemberhentian pengawas satuan pendidikan karena tidak cakap jasmani

atau rohani, kepada pengawas sebagai pegawai negeri sipil, dapat diberikan

hak cuti sebelum diberhentikan dengan klasifikasi sebagai berikut;

1. Cuti sakit diberikan kepada pengawas sebagai pegawai negeri sipil.

2. Setiap pengawas satuan pendidikan yang sakit lebih dari 1 (satu) atau 2

(dua) hari harus memberitahukan kepada atasannya baik secara tertulis

maupun dengan pesan melalui orang lain.

3. Pengawas satuan pendidikan yang sakit lebih dari dua hari sampai dengan

empat belas hari harus mengajukan permintaan cuti sakit secara tertulis

kepada pejabat yang berwenang memberi cuti sakit dengan melampirkan

surat keterangan dokter pemerintah/swasta.

© DEPDIKNAS 2006 108

Page 115: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

4. Cuti sakit diberikan paling lama satu tahun dapat ditambah paling lama

enam bulan berikutnya. Jika belum sembuh dari penyakitnya, ia harus diuji

kembali kesehatannya oleh dokter yang ditunjuk Menteri Kesehatan. Jika

ternyata dari hasil pemeriksaan dokter dinyatakan tidak ada harapan

sembuh lagi, maka pengawas satuan pendidikan tersebut diberhentikan

dengan hormat dan memperoleh hak kepegawaian sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

5. Selain ketentuan di atas pengawas satuan pendidikan dapat diberikan cuti di

luar tanggungan negara. Cuti di luar tanggungan negara diatur dengan ketentuan:

a. Cuti di luar tanggungan negara bukan hak pengawas satuan pendidikan sebagai

pegawai negeri sipil, tetapi dapat diberikan untuk kepentingan pribadi yang

mendesak, misalnya pengawas satuan pendidikan wanita yang mengikuti

suaminya yang ditugaskan pemerintah ke luar negeri.

b. Cuti di luar tanggungan negara ini diberikan kepada pengawas satuan

pendidikan yang telah bekerja secara terus-menerus selama lima tahun.

c. Cuti di luar tanggungan negara diberikan paling lama tiga tahun secara

berturut-turut, tetapi kalau belum cukup dapat diperpanjang satu tahun lagi.

d. Cuti di luar tanggungan negara baru bagi pengawas satuan pendidikan dapat

dilaksanakan setelah ada persetujuan dari Badan Kepegawaian Daerah (BKD).

e. Selama menjalankan cuti di luar tanggungan negara pengawas satuan

pendidikan yang bersangkutan tidak mendapat gaji dan tidak diperhitungan

masa kerjanya, serta tidak mumpunyai hak untuk kenaikan pangkat.

f. Apabila melebihi ketentuan tersebut di atas, pengawas satuan pendidikan yang

bersangkutan diberhentikan sebagai pegawai negeri sipil karena dianggap

meninggalkan tugas.

B. Pensiun

© DEPDIKNAS 2006 109

Page 116: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

Pengawas satuan pendidikan yang tidak dapat bekerja lagi sebagai pengawas

disebabkan mengalami cacat fisik dan atau cacat mental, tidak layak menjadi

pengawas dan tidak bekerja lagi sebagai PNS, dapat dikenakan pensiun dini.

Sedangkan pengawas satuan pendidikan yang bekerja mencapai usia 60 tahun

tanpa cela, dan memiliki masa kerja sebagai PNS selama minimal 10 tahun

berhak mendapatkan hak pensiun sesuai dengan peraturan yang berlaku di

lingkungan PNS (PP No. 32 tahun 1979. Surat Edaran Kepala BAKN No.

02/SE/1987, tanggal 8 Januari 1987).

Pemensiunan bagi seorang pengawas satuan pendidikan sebagai pegawai negeri

sipil adalah pemberian jaminan hari tua dan sebagai penghargaan kepada

pengawas satuan pendidikan yang selama bertahun-tahun bekerja dan mengabdi

untuk kepentingan bangsa dan negara.

Pensiun bagi pengawas satuan pendidikan dapat diberikan karena: (1) batas

usia pensiun (BUP), dan (2) non batas usia pensiun (Non BUP) yang diatur

dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979. Batas usia pensiun

normal bagi pengawas satuan pendidikan sebagai PNS adalah 56 tahun.

Namun atas pertimbangan kebutuhan tenaga pengawas maka batas usia

pensiun bagi para pengawas satuan pendidikan dapat diperpanjang sampai

dengan 60 tahun. Khusus untuk pengawas satuan pendidikan yang telah

menduduki jabatan Pengawas Utama (Samapta) dapat diperpanjang batas usia

pensiunnya sampai dengan mencapai usia 65 tahun, dengan ketentuan:

1. Perpanjangan batas usia pensiun pengawas satuan pendidikan dari usia 60

tahun ke 65 tahun diberikan atas dasar permintaan yang bersangkutan dan

kebutuhan daerah, serta disetujui oleh Kepala Dinas Pendidikan.

2. Permohonan perpanjangan masa dinas di atas diajukan kepada BKD

selambat-lambatnya 12 (dua belas) bulan sebelum pengawas Samapta

yang bersangkutan mencapai usia 60 tahun.

3. Permintaan yang diajukan dilampiri hasil uji kesehatan dari pihak yang

berwenang untuk itu.

© DEPDIKNAS 2006 110

Page 117: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

Dana pensiun yang dipakai untuk menentukan besarnya pensiun berpedoman

pada gaji pokok (gaji pokok terakhir/gaji pokok tambahan peralihan) terakhir

sebulan yang berhak diterima oleh pegawai yang berkepentingan berdasarkan

peraturan yang berlaku.

Pengawas satuan pendidikan berhak mengajukan pensiun dini apabila:

1. Telah mencapai usia sekurang-kurangnya 50 tahun dan mempunyai masa

kerja sebagai PNS sekurang-kurangnya 20 tahun.

2. Di luar usia 50 tahun, pengawas satuan pendidikan berhak pensiun dini

apabila mempunyai masa kerja sebagai pengawas sekurang-kurangnya 4

tahun, dan oleh Tim Penguji Kesehatan PNS dinyatakan tidak dapat

bekerja lagi dalam jabatan apapun, juga karena alasan keadaan jasmani

atau rohani yang menyebabkan ia tidak mampu lagi melaksanakan tugas

dan kewajiban sebagai pengawas.

3. Dalam keadaan tertentu yang diatur oleh perundang-undangan, pengawas

satuan pendidikan dapat dipensiun dini secara terhormat sebagai PNS atau

dari jabatan Negara karena alasan: (1) rasionalisasi kepegawaian, (2)

kelebihan jumlah pengawas, (3) alih fungsi pada profesi lain atas inisiatif

pemerintah.

Perhitungan besarnya uang pensiun yang diterimakan tiap bulan diatur dengan

ketentuan sebagai berikut:

1. Pensiun sebulan sebanyak-banyaknya adalah 75% dan sekurang-

kurangnya 40% dari besarnya gaji pokok pada pangkat dan golongan

terakhir. Angka prosentase itu diperoleh dari perkalian antara masa kerja

dengan 2,5% sebagai indek dasar penghitungan besarnya uang pensiun.

2. Bagi pengawas satuan pendidikan yang mengalami keuzuran

jasmani/rohani sehingga tidak dapat melaksanakan Tupoksinya maka

besaran pensiun yang diterimakan adalah 75% (pensiun penuh).

3. Besaran uang pensiun pengawas satuan pendidikan yang diterima oleh

pensiunan berindeks minimal (40%) tidak boleh kurang dari ketentuan gaji

pokok terendah yang sedang berlaku.

© DEPDIKNAS 2006 111

Page 118: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

Persyaratan pengajuan pensiun sebagai pengawas satuan pendidikan dilakukan

secara aktif oleh yang bersangkutan dengan mengajukan surat permintaan

kepada Kepala BKN/BKD dilengkapi dengan:

1. Salinan dan surat keputusan pemberhentian sebagai pengawas satuan

pendidikan

2. Daftar riwayat pekerjaan disusun/disahkan oleh pejabat yang berwenang

untuk memberhentikan pengawas yang bersangkutan.

3. Surat keterangan dari pengawas yang bersangkutan menyatakan bahwa

semua surat-surat baik asli atau kutipan, dan barang-barang lainnya milik

negara yang ada padanya telah diserahkan kepada yang berwajib (UU No.

11 tahun 1969).

Pemberian hak pensiun bagi pengawas satuan pendidikan diberikan mulai

bulan berikutnya setelah memperoleh SK Pensiun. Hak pensiun pengawas

satuan pendidikan yang meninggal dunia diberikan hak pensiun janda/duda

dari pengawas yang bersangkutan, sepanjang menjadi isteri/suami sah secara

hukum negara. Jumlah besaran pensiun janda/dudanya adalah 36% dari hak

pensiun yang diterima sebelum meninggal dunia, dengan ketentuan:

1. Kalau terdapat lebih dari seorang yang berhak mendapat pensiun janda,

jumlah pensiun janda sebesar 36% itu dibagi rata untuk masing-masing

isteri.

2. Jumlah besaran pensiun janda/duda sebesar 36% itu tidak boleh kurang

dari 75% dari gaji pokok terendah yang berlaku saat ini.

3. Hak pensiun pengawas satuan pendidikan yang meninggal dunia dan tidak

mempunyai istri atau suami hak pensiun janda/dudanya diberikan kepada

anak-anaknya, sampai berusia 20 tahun.

4. Apabila seorang pensiun janda/duda dari pengawas satuan pendidikan

tidak meninggalkan suami/isteri/anak yang berhak menerima pensiun

janda/duda, maka kepada orang tua almarhum diberikan pensiun orang

tua. Apabila tidak ada ayah-ibu kandung dari almarhum tersebut, Pedoman

pengurusan Pensiun PNS janda/dua diatur dengan surat Edaran Bersama

© DEPDIKNAS 2006 112

Page 119: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

Kepala BKN/BKD dan Direktoran Jenderal Anggaran No. 10/SE/1980,

dan SE-1-16, DKJ/I-0/3/1980.

© DEPDIKNAS 2006 113

Page 120: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

BAB XIP E N U T U P

Standar Mutu Pengawas Sekolah yang dijelaskan dalam naskah ini berisi

program dan kegiatan yang akan dilaksanakan Direktorat Tenaga Kependidikan

Ditjen PMPTK dalam rangka meningkatkan mutu tenaga kependidikan khususnya

tenaga pengawas satuan pendidikan/sekolah. Ada beberapa komponen utama yang

menjadi fokus perhatian dalam peningkatan mutu tenaga pengawas satuan

pendidikan. Komponen tersebut adalah hakekat kepengawasan, tugas pokok dan

fungsi, kualifikasi rekruitmen dan seleksi, kompetensi dan sertifikasi, kinerja dan

hasil kerja, pembinaan karir, pendidikan dan latihan, penghargaan dan

perlindungan serta pemberhentian dan pensiun.

Walaupun isi naskah ini ditulis berdasarkan data dan informasi yang dijaring

dari lapangan melalui pengawas sekolah di enam kabupaten/kota di pulau Jawa

dan dari wakil-wakil APSI seluruh propinsi di Indonesia, masih dimungkinkan

adanya penyempurnaan dan perbaikan agar naskah ini lebih sahih dan

komprehensif. Untuk itu kepada berbagai pihak yang menaruh perhatian terhadap

standar mutu tenaga pengawas diharapkan bisa memberikan masukkan, saran dan

koreksinya guna penyempurnaannya. Selain itu naskah ini masih memerlukan

pengujian lebih lanjut secara empiris untuk mengetahui keterandalannya sehingga

program peningkatan standar mutu pengawas bisa dilaksanakan tanpa kendala

yang berarti.

© DEPDIKNAS 2006 114

Page 121: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

DAFTAR PUSTAKA

Abutarya, E. (2003). Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar. Badan Diklat Depdagri & Diklat Depdiknas.

………………. (2003a). Pemantauan Penilaian dan Pelaporan dalam Diklat Pengantar Sekolah, Badan Diklat Depdagri & Diklat Depdiknas.

Bell, D. (2004). Ofsted Strategic Plan 2005 to 2008. London: Ofsted

Brown, S., Raleigh, M., & Shippam. (2005). The New Inspection Arrangements. London: Ofsted.

Burhanudin. (1990). Analisis Administrasi Manajemen Dan Kepemimpinan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Crown. (2005). Every Child Matters: Frame work for the Inspection of Schools in England From September 2005. London: Ofsted.

Crown. (2005.a). Independent Schools Council Inspection 2004/2005. London: Ofsted.

Crown. (2005.b). Conducting the Inspection: Guidance for Inspectors of Schools. London: Ofsted.

Danim, S. (2002). Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung: Pustaka Setia

Departement for Education and Skills. (2005). A New Relationship with Schools. London: Ofsted.

Depdiknas. (2002). Mengelola Ketenagan Tingkat Kabupaten/ Kota. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.

Depdiknas. (2002.a). Manajeman Tenaga Kependidikan. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.

Dirjen PMPTK. (2005) Standar Kompetensi Pengawas Sekolah TK/SD Matapelajaran/Rumpun Matapelajaran. Jakarta: Dirjen PMPTK.

Dollansky, T., (tth.). Rural Saskatchewan Elementary K-6 Teachers' Perceptions of Supervision and Professional Development. http://www.ssta.sk.ca/research/ leadership/ 98-04.htm seperti yang diterima pada 21 Mar 2006 06:38:53 GMT

Fajar, M. (1993). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Yogyakarta: Aditya Media.

© DEPDIKNAS 2006 115

Page 122: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

Glickman, C. D. (1990). Supervision of instruction: A developmental approach. (2nd ed.). Boston: Allyn & Bacon.

Glickman, C.D., (1981).  Developmental supervision:  Alternative practices for helping teachers improve instruction.  Alexandria, VA  Association of Supervision and Curriculum Development.

Holmes. (tth.). School Inspection (A teacher's guide to preparing, surviving and evaluating Ofsted inspection). Buckingham. Philadelphia: Open University Press.

Hoy, W. K., & Forsyth, P. B. (1986). Effective supervision: Theory into practice. New York: Random House.

Jonasson, H.G. (1993). Effective schools link professional development, teacher supervision and student learning. Canadian School Executive, 12, 18-21.

Keputusan bersama Mendikbud nomor 03420/O/1996 dan Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara nomor 38 tahun 1996 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas.

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara. No. 118/1996 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.

Keputusan Mendikbud nomor 020/U/1998 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah Dan Angka Kreditnya.

Law dan Glover. (2000). Educational Leadership and Learning. Buckingham. Philadelphia: Open University Press.

Mahnuri. (2003). Penulisan Program Pengawas Sekolah. Badan Diklat Depdagri & Diklat Depdiknas.

Mantja, W. (2001). Organisasi dan Hubungan Kerja Pengawas Pendidikan. Makalah disampaikan dalam Rapat Konsultasi Pengawasan antara Inspektorat Jendral Departemen Pendidikan Nasional dengan Badan Pengawasan Daerah di Solo, tanggal 24 s/d 28 September 2001.

Muid, F. (2003). Standar Pelayanan Pendidikan. Badan Diklat Depdagri & Diklat Depdiknas.

Pandong, A. (2003). Tugas Pokok dan Fungsi Pengawas. Badan Diklat Depdagri & Diklat Depdiknas.

Pandong, A. (2003). Jabatan Fungsional Pengawas. Badan Diklat Depdagri & Diklat Depdiknas.

© DEPDIKNAS 2006 116

Page 123: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

Matthews, P. and Smith, G. (1995). OFSTED: Inspecting schools and improvement through inspection. Cambridge Journal of Education, 25, 1:23-34.

Muid, F. (2003). Standar Pelayanan Pendidikan. Badan Diklat Depdagri & Diklat Depdiknas.

Ofsted. (1992a-2001a). Handbook for the Inspection of Schools. (successive annual versions). London: Ofsted.

Ofsted. (1992b-2001b). Framework for the Inspection of Schools. (successive annual versions). London: Ofsted.

Ofsted. (2001c). Leadership in Schools. In the Knowledge Pool at National College for School Leadership. London: Ofsted.

Ofsted. (2001d). Improving inspection, improving schools. Consultation on future arrangements for school inspection. London: Ofsted.

Ofsted. (2003). Inspecting schools Framework for inspecting schools. London: Office for Standards in Education.

Ofsted. (2005). Ofsted inspection of teacher education. London: Office for Standards in Education.

Pandong, A. (2003). Jabatan Fungsional Pengawas. Badan Diklat Depdagri & Diklat Depdiknas.

Pandong, A. (2003a). Tugas Pokok dan Fungsi Pengawas. Badan Diklat Depdagri & Diklat Depdiknas.

Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 1992 tentang Tenaga Kependidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2000. Jakarta: Dirjen PMPTK.

Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Sinar Grafika

Robins, S.P. (1984). Management: Concepts and Practices. Englewood Cliffs: Prentice-Hall

Sahertian, P.A. (2000). Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan. Jakarta: Bineka Cipta.

Sapari, A. (2003). Otonomi Sekolah dalam Multitafsir. Portal Pendidikan SMUnet. o v x y z www.smu-net.com

© DEPDIKNAS 2006 117

Page 124: BAB I - Wawasan Pendidikan | Semua serba pendidikan … · Web view... di lapangan ada beberapa pengawas rumpun mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahlian/keilmuan pengawas

SK Menpan nomor 118 tahun 1996 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Dan Angka Kreditnya.

Subijanto. (2003). Pemantauan Tenaga Kependidikan TK, SD dan SDLB Di Kabupaten Badung Propinsi Bali. Jurnal pendidikan dan kebudayaan edisi 38.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Sinar Grafika.

Wang, M. Haertel, G. and Walberg, H. (1993). Towards a knowledge base for school learning. Review of Educational Research, 63 (3), p.249-294.

Wolfgang, C.H., & Glickman, C.D. (1980).  Solving discipline problems:  Alternative strategies for teachers.  Boston:  Allyn & Bacon.

© DEPDIKNAS 2006 118