bab i · web view... perda provinsi jawa timur nomor 8 tahun 2005 tentang rpjmd/rpjpd jawa timur...

Bab 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Memasuki abad ke-21, pergaulan antar bangsa telah berkembang menjadi dunia tanpa batas (borderless world), sehingga baik batas geografis, politis, ekonomis maupun batas sosial budaya semakin kabur. Tidak satu pun negara, baik dibelahan utara yang lebih maju, maupun di belahan selatan yang tertinggal tanpa saling berhubungan. Namun itu bersifat timbal balik satu sama lain (reciprocal relationship). Namun dalam hubungan seperti itu seringkali terjadi, siapa yang lebih siap dan lebih kuat akan menang, baik secara langsung maupun tidak langsung pihak yang kuat ikut menentukan nasib dan masa depan negara yang kurang siap dan lemah.

Berbagai istilah seperti ketergantungan ekonomi, ketergantungan teknologi dan sebagainya merupakan jargon yang membuktikan adanya hubungan timbal balik yang kurang seimbang tersebut. Hubungan seperti ini akan berlanjut terus menerus, kecuali jika ada motivasi yang kuat dan usaha yang nyata berkelanjutan dari negara yang tertinggal dan kurang maju untuk menyiapkan diri secara baik, sehingga pada saatnya mampu berdiri setara dengan negara yang lebih dulu maju.

Acapkali kemampuan untuk mendayagunakan potensi sumber daya manusia (SDM) maupun sumber daya alam (SDA) yang dimiliki dapat menjadi obat mujarab yang menyembuhkan penyakit ketergantungan ini. Pendayagunaan berbagai potensi tersebut pada hakikatnya harus dilalui melalui penanaman modal jangka panjang (long term investment) yang salah satu pilar utamanya adalah pendidikan. Melalui pendidikan dapat digali dan dikembangkan baik keunggulan kompetitif maupun keunggulan komparatif SDM suatu bangsa, sehingga berbagai ketertinggalan yang ada lambat laun dapat dikejar dan pada gilirannya terjadi kesejajaran hubungan antar bangsa yang simbiosis mutualistis atas dasar menang-

Grand Design Pendidikan Kabupaten Jombang Menuju Tahun 2025

1

menang (win-win solution). Untuk menjawab berbagai tantangan tersebut maka paradigma hambatan dan kendala harus diubah menjadi paradigma peluang. Pengelolaan pendidikan harus dititikberatkan kiprahnya untuk menciptakan pendidikan yang bermutu, baik dari segi konteks, masukan, proses, keluaran dan dampaknya (context, input, process, output and outcome). Pendidikan yang bermutu seperti ini diharapkan dapat menghasilkan keunggulan SDM, yang tidak hanya unggul dalam bidang akademik atau aspek kognitif atau aspek ciptanya sendiri, tetapi unggul secara terpadu karena sinergi antara aspek cipta, rasa (afektif) dan karsa dan karyanya.

Di sisi lain, manusia yang unggul adalah manusia paripurna yang mampu menyelaraskan aspek intelektual, emosional dan spiritual, mampu mengembangkan berbagai potensi kecerdasan majemuk yang dimiliki secara optimal dan seimbang. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa manusia yang unggul adalah manusia yang beriman dan bertakwa mulia, berbudi luhur yang tidak segan-segan berkarya, tidak canggung-canggung mencipta semata-mata karena hasrat pengabdiannya bagi manusia dan kemanusiaan, bagi negara dan bangsa dalam era globalisasi yang penuh dengan persaingan ini.

Dalam pada itu, pendidikan merupakan wahana untuk mewujudkan keinginan untuk memanusiakan manusia (hormonisasi), membuat manusia menjadi berdaya dalam mengembangkan sisi kemanusiaannya. (humanisasi), pendidikan juga harus memberdayakan manusia (empowering), mencerahkan (enlighting) dan memuliakan kehidupan (ennobling).

Bahwa SDM menjadi kunci pemberdayaan tidak dapat dipungkiri, hal ini sesuai dengan pengalaman dunia bahwa berbagai kegagalan proyek rekayasa (engineering projects) 65% karena kesalahan manusia (human errors). Oleh sebab itu melalui pendidikan, SDM harus dirancang menjadi soko guru modal maya (virtual capital), yang diperkuat menjadi jejaring di berbagai bidang (networking) dengan semangat


2

desentralisasi untuk mengembangkan kepemilikan berbagai akses sumber daya (decentralization in the spirit of extended resources) disertai visi yang etis (ethical vision) berbingkai moral (moral based) dan menjunjung tinggi hak asasi manusia (HAM).

Pendidikan sebenarnya tidak sekedar investasi jangka panjang. Karena sekaligus juga dapat merupakan investasi jangka pendek. Sistem pendidikan yang disusun dengan benar dan memiliki derajat akuntabilitas tinggi, terbukti dalam jangka pendek juga memberikan sumbangan yang berarti bagi devisa negara. Sebagai contoh banyak siswa atau mahasiswa yang belajar di negara yang memiliki tradisi pendidikan yang akuntabel. Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Australia, Jepang Malaysia dan Singapura menangguk banyak devisa, karena sistem pendidikannya yang tangguh dan akuntabel, sehingga kedatangan banyak siswa dan mahasiswa dari luar negeri. Walhasil, pendidikan yang bermutu justru memberi balikan dampak ekonomi yang positif.

Dalam kaitan ini, perlu penyadaran akan pentingnya apresiasi dari pemegang kebijakan (eksekutif dan legislatif) bahwa pendidikan yang bermutu merupakan investasi yang menjanjikan. Oleh sebab itu pemikiran yang gamang dan meragukan akan pentingnya investasi dalam bidang pendidikan dan kebudayaan adalah pemikiran yang kadaluwarsa. Diperlukan langkah bersama dan sinergis untuk memperbaiki kondisi pendidikan yang semakin terpuruk.

Tantangan yang diuraikan diatas juga berlaku untuk Kabupaten Jombang yang memerlukan langkah besar untuk memperbaiki kondisi pendidikan yang tentu tidak dapat dilakukan secara sepotong-sepotong dengan cara tambal sulam, apalagi dilakukan secara serampangan. Diperlukan langkah besar yang terpogram secara baik dan berkesinambungan untuk memperbaiki situasi pendidikan saat ini. Untuk itu perlu disusun sebuah skenario jangka panjang yang komprehensif yang disebut Grand Design


3

Pendidikan Kabupaten Jombang menuju Tahun 2025. Grand Design tersebut diharapkan akan memandu semua pihak dalam menata sistem dan isi pendidikan di Kabupaten Jombang agar memiliki keunggulan komparatif maupun keunggulan kompetitif.

Grand Design pendidikan dan kebudayaan harus sesuai dengan kondisi demografis, geografis, geosentris serta kultur sosial budaya yang dominan. Oleh karena itu penyusunan Grand Design harus memperhatikan aspirasi seluruh lapisan masyarakat Kabupaten Jombang. Disamping itu, Grand Design pendidikan Kabupaten Jombang harus merupakan terjemahan kebijakan nasional tentang pendidikan dan kebudayaan, visi, misi, pengembangan, dan searah dengan kebijakan umum pengembangan dan pembangunan Kabupaten Jombang ke masa depan.

B. Analisis Lingkungan Strategis

Pergeseran dan perubahan struktural di bidang ekonomi dan tenaga kerja, percepatan perkembangan ilmu dan teknologi, dan perubahan jenis ketrampilan kerja yang diperlukan, akan menimbulkan sejumlah kecenderungan dan tantangan baru yang pada gilirannya berakibat kepada perubahan sistem pendidikan di masa depan. Diantara perubahan penting itu adalah, (1) makin pentingnya orientasi nilai tambah, (2) perubahan dalam struktur sosial sebagai proses penemuan bentuk transformasi dari masyarakat agraris ke masyarakat industri, dan (3) dampak dari proses globalisasi.

Tantangan pertama, yakni makin pentingnya orientasi nilai tambah (value-added orientation) terkait makin mendesaknya kebutuhan untuk menaikkan tingkat produktivitas nasional dan pertumbuhan ekonomi sebagai wahana untuk mempertahankan dan memperbaiki seluruh tatanan pembangunan sosial. Orientasi nilai tambah untuk menaikkan daya saing manusia Indonesia hanya dapat diraih dengan menciptakan SDM yang berkualitas unggul


4

yang menguasai iptek secara efektif, dan mampu beradaptasi terhadap budaya industri nasional.

Tantangan kedua, merupakan akibat dari suatu proses yang belum selesai dan belum menemukan bentuk bakunya, yakni transformasi dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Transformasi ini timbul sebagai konsekuensi dari makin lajunya peran dan posisi sektor industri yang memerlukan berbagai ketrampilan dan keahlian inovatif yang kondusif dengan perkembangan ipteks. Berbagai posisi dan keahlian baru juga menyebabkan perubahan dalam struktur fisis dan sosial seiring dengan pergeseran berbagai sistem nilai. Perubahan sistem nilai dapat memunculkan konflik kepentingan yang harus disikapi dengan bijak, yakni konflik antara pemegang nilai tradisional yang berlandaskan pada budaya agraris dengan pemegang nilai baru yang berpegang pada budaya industri.

Tantangan ketiga, berkait dengan proses perkembangan arus globalisasi. Globalisasi yang semakin meluas dan masif tak dapat dihindari akan berpengaruh kepada kondisi sosial politik bahkan budaya bangsa Indonesia. Globalisasi akan melahirkan persaingan yang semakin intensif lintas kultural dan lintas bangsa, terutama sekali dalam bidang ekonomi seperti halnya dalam bidang ipteks dan sosial budaya. Hanya bangsa yang memiliki daya saing tinggi dalam bidang ekonomi dan ipteks yang akan mampu meraih dan memanfaatkan (opportunity) yang terbuka luas dalam era global, sebaliknya bangsa yang kurang siap akan melihat kesempatan tersebut sebagai ancaman (threat). Sistem pendidikan Indonesia ke depan harus kondusif dengan ketiga tantangan tersebut di atas. Dengan kata lain dalam kerangka SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity and Threat) maka pendidikan ke depan harus mampu mengoptimalkan kekuatan (strenght) potensi bangsa untuk ditumbuhkembangkan secara adaptif dan fleksibel, mampu melihat kekurangan (weakness) dan kelemahan potensi bangsa untuk diperkuat dan ditumbuhkan sehingga secara


5

berangsur-angsur dapat setara dan sederajat dengan bangsa lain yang lebih maju.

Tantangan Keempat, perkembangan kemajuan teknologi komunikasi dan informasi yang sangat pesat mendorong kearah e-learning. Yang perlu dirumuskan ke depan adalah bagaimana optimalisasi teknologi komunikasi dan informasi tersebut untuk mendukung kemajuan pendidikan dan kebudayaan.

Pergeseran struktur ekonomi terjadi sebagai akibat perubahan yang berkelanjutan dari dominasi sektor ekonomi tradisional dan informal menjadi dominasi oleh sektor ekonomi. Industrial. Makin cepat ekspansi sektor ekonomi industrial, makin cepat pula transformasi struktur ekonomi menjadi institusi sosial yang lebih maju. Dalam hubungan ini peran pendidikan menjadi strategis karena diharapkan turut membantu proses akselerasi transformasi struktur ekonomi tersebut secara sepadan, relevan dan seimbang. Pengertian seimbang disini menggambarkan upaya agar proses transformasi tersebut dapat meminimalisasi berbagai konflik nilai yang pasti terjadi.

Pergeseran struktural lapangan kerja terjadi sebagai akibat proporsi yang tidak seimbang antara tenaga kerja lulusan perguruan tinggi dengan proporsi tenaga kerja yang berasal dari pendidikan yang lebih rendah. Hal semacam ini akan memberikan efek ganda pada struktur lapanga kerja. Pertama, efek terhadap efisiensi dan kualitas kerja karena lulusan perguruan tinggi lebih mampu menggunakan teknologi maju secara efektif yang diharapkan memberi dampak positif pada produktivitas. Kedua, efek berupa penciptaan lapangan kerja baru yang pada gilirannya berdampak pula terhadap berbagai aktivitas sektor ekonomi, berlandaskan asumsi bahwa lulusan universitas lebih mampu berwirahusaha. Disamping kondisi eksternal yang telah diuraikan diatas, kondisi internal Indonesia khususnya Provinsi Jawa Timur juga perlu dicermati. Provinsi Jawa Timur kini sedang mengalami perubahan yang sangat cepat, sebagai hasil


6

interaksi transisional dan transkultural dalam kondisi perubahan global yang akselerasinya makin hari makin cepat. Fakta menyuguhkan, dalam menghadapi era perdagangan bebas di tingkat Asia, bahkan di tingkat ASEAN pun kita kedodoran, serbuan berbagai institusi pendidikan dari wilayah Asia-Pasifik saja ke dalam negeri telah membuat institusi pendidikan kita kewalahan. Apalagi nanti pada tahun 2025. saat era global perdagangan bebas menjadi kenyataan tentu kita akan menjadi semakin tidak berdaya, jika kesiapan dan cara pandang kita tentang esensi pendidikan tidak berubah.

Saat ini pendidikan di Indoensia, sebagaimana sebagian besar negara di dunia sedang dalam proses menuju globalisasi baik dalam aspek teknologi, ekonomi, sosial, politik, kultural dan pembelajaran (Yin Cheong Cheng, 2001). Dunia bergerak amat cepat menjadi desa global, dalam situasi itu berbagai bagian dunia menjadi bagian dari jejaring (networked) dan mendunia (globalized) secara cepat melalui internet dan berbagai jenis teknologi informasi, komunikasi dan transportasi (Naisbitt dan Aburdence, 1991).

Dalam kaitan dengan era global, sesuai dengan apa yang dilansir oleh Fukuyama bahwa akan terjadi kondisi negara yang tanpa batas (borderless state) maka agaknya pendidikan di Indonesia, mulai abad XXI ini , tidak bisa dielakkan lagi akan diwarnai oleh serbuan lembaga pendidikan dari negara lain. Apalagi Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional juga telah membuka kesempatan untuk itu. Hal semacam ini tentu akan merupakan tantangan nasional bagi Provinsi Jawa Timur sebagai kota terbesar kedua di Indonesia.Minimal, ada dua ciri penting terkait dengan lingkungan eksternal yang patut diantisipasi. Pertama, perubahan dunia termasuk di dalamnya perubahan ipteks serta perubahan sosio kultural, akibat interaksi transisional yang makin intensif akan makin cepat laju akselerasinya, hal ini seiring dengan kemajuan pesat dalam ICT (Information, Communication, and Technology). Kedua, tantangan negara


7

bangsa ke depan akan semakin berat, sementara jumlah penduduk makin bertambah, sumber daya alam makin berkurang, persaingan antar bangsa juga makin ketat dan terbuka.

Pemerintah dapat saja membuat sejumlah Peraturan Pemerintah sebagai regulai yang dapat memberi perlindungan kepada lembaga pendidikan lokal/nasional. Namun pada akhirnya masyarakatlah yang akan menentukan, karena pilihan ada pada mereka, dan itu amat bergantung kepada mutu lembaga pendidikan nasional yang bersangkutan. Pengalaman menunjukkan banyak orang tua yang mengirimkan anaknya sekolah di luar negeri, dengan keyakinan memperoleh pendidikan yang lebih baik dibanding jika sekolah di dalam negeri.

Dengan demikian, hal ini hanya satu jawaban untuk mampu menghadapi tantangan tersebut, yakni bahwa sejak di tingkat dasar sampai ke tingkat perguruan tinggi pendidikan Indonesia harus dirancang berlandaskan pada mutu, berorientasi pada pengembangan mutu, tiada hari tanpa perbaikan, continuous improvement, kaizen! Kita harus kembali berkaca kepada masa lalu, Sang Mahapatih Gajah Mada mampu (enabling) dan berdaya (empowering) menguasai Nusantara karena semboyan berbasis mutu “ginong pratidhina”, tiada hari tanpa perbaikan dalam bertindak.

Dewasa ini sistem pendidikan nasional menghadapi berbagai tantangan cukup besar dan mendasar, terutama dalam konteks pembangunan masyarakat, negara dan bangsa. Pembangunan bangsa telah dihadapkan secara diametral dengan kondisi bangsa yang sedang terpuruk. Berbagai data kutipan berikut akan lebih menyadarkan kita tentang bagaimana keterpurukan bangsa yang terkait dengan derajat kepedulian kita terhadap pendidikan yang pada gilirannya menyebabkan kondisi pendidikan terpuruk, terseok pada taraf yang menyedihkan dan memprihatinkan.

Tabel 1. Anggaran Pendidikan (%GNP) dan HDI, 2000


8

No Negara Anggaran Pendidikan

(%GNP)

No urut HDI

1 INDONESIA 1,4% 1052 Australia 5,6% 73 Jepang 3,6% 94 Malaysia 4,9% 595 Thailand 4,8% 706 Singapura 3,0% 257 Filipina 3,4% 77

Catatan : Diolah dari berbagai sumber

Pada tabel 1 di atas memperlihatkan korelasi antara kepedulian terhadap pendidikan yang dibuktikan dengan alokasi anggaran pendidikan dengan indeks Pembangunan Manusia (IPM = HDI, Human Development Index). Makin rendah alokasi anggaran untuk pendidikan makin rendah pula indeks pembangunan manusianya. Hal ini sejalan dengan pemikiran Sularto (Kompas 16 Agustus 2005) bahwa kecilnya anggaran pendidikan dituding sebagai biang keladi walaupun sepanjang sejarah Indonesia merdeka belum pernah ada anggaran lebih dari 8%. Kecilnya anggaran mencerminkan belum adanya good will dari pemerintah untuk pengembangan pendidikan.

Rendahnya tingkat HDI (tahun 2005, HDI Indonesia nomor 111 dari 177 negara) antara lain ditentukan jumlah penduduk yang melek huruf. Pada tabel 2 menunjukkan angka melek huruf di Indonesia sebagai tantangan yang harus dihadapi, dibandingkan dengan beberapa negara ASEAN.

Tabel 2. Angka Melek Huruf Beberapa Negara ASEAN 2000-2004

No Negara Melek (%) Buta Aksara (%)

1 INDONESIA 87,9 12,12 Malaysia 88,7 11,3


9

3 Singapura 92,5 7,54 Brunei 93,9 6,15 Filipina 92,6 7,4

Catatan : Dioalah dari berbagai sumber

Meneliti besarnya angka buta aksara tersebut tidak mustahil bila angka HDI Indonesia menduduki peringkat rendah. Perlu upaya yang nyata dan berkesinambungan agar pendidikan mampu mengembangkan strategi pemberdayaan agar berdaya dalam memotong lingkaran kemiskinan sehingga secara tidak langsung juga mampu meningkatkan angka HDI, mengingata besarnya angka melek huruf pada nyatanya seiring dengan besarnya angka kemiskinan.

Fakta di atas harus mendapat perhatian, tetapi kita tidak boleh larut dalam penyesalan yang berkepanjangan. Yang dilakukan adalah bangkit untuk mengambil langkah nyata untuk memperbaikinya. Untuk konteks Jawa Timur, adalah bagaimana akan memulai menata pendidikan di Provinsi ini yang diduga kondisinya tidak terlalu jauh dari gambaran secara nasional tersebut.

Paling tidak terdapat dua faktor yang dihadapi oleh pendidikan di masa depan, yaitu semakin tidak jelasnya batas negara, dan perkembangan dunia yang serba cepat dan bahkan seringkali tidak terduga. Borderless world menuntut pendidikan di satu negara dan negara lain tidak boleh terlalu jauh berbeda, karena manfaat pendidikan harus mampu memberikan bekal untuk kehidupan yang seakan tanpa batas negara. Disamping harus mampu mengembangkan keunggulan budaya setempat, pendidikan harus mampu menerapkan standar dasar yang dapat ditransfer (transferable), ketika lulusan harus menghadapi tuntutan kehidupan global.Terkait dengan perkembangan dunia yang seakan tidak terdua, Charles Handy (1997), filosof bisnis terkemuka dari Inggris, dalam kumpulan pemikiran para pakar manajemen berjudul Rethinking the Future, menyatakan bahwa dunia ke depan adalah dunia yang penuh dengan ketidakpastian


10

(uncertainly). Oleh sebab itu tidak ada lagi jawaban tunggal dalam dunia pendidikan. Paradigma pendidikan konvensional menyatakan bahwa seluruh masalah di dunia telah terpecahkan serta bawa para guru mengetahui semua jawaban segala persoalan, harus ditinggalkan.

Dalam kondisi seperti itu, Handy menyarankan untuk selalu optimis ketimbang tenggelam dalam pesimisme. Hidup seharusnya dijalani seperti perahu mengikuti air mengalir dengan sesekali mengubah arah kemudi untuk menghindari benturan bebatuan atau pusaran air (all we can do now is go with the flow, and try to steer things a little). Masa depan dihadapi dengan penuh kegairahan, kegairahan terbesar terkait dengan masa depan adalah karena kita dapat membentuknya sesuai dengan keinginan dan potensi kita (The great excitement of the future is that we can shape it).

Sejalan dengan pemikiran tersebut, pendidikan di masa depan tidak lagi menekankan pada pemberian informasi/pengetahuan, tetapi mengembangkan kemampuan anak didik bagaimana menggali informasi dan menganalisisnya menjadi suatu simpulan serta menggunakannya untuk memecahkan problema kehidupan secara arif dan kreatif. Tugas guru bukan lagi menyampaikan informasi atau pengetahuan, tetapi mengembangkan kemampuan belajar anak (learning how to learn). Belajar dalam konteks ini dimaknai sebagai aktivitas untuk menggali dan memilih informasi yang diperlukan, menganalisis dan menggunakannya secara bijak dalam memecahkan problema kehidupan yang dihadapi.

Pemikiran tentang Pendidikan Kecakapan Hidup (life skill education/LSE) yang berkembang akhir-akhir ini juga penting untuk dicermati. LSE ingin mengubahkan paradigma pendidikan yang cenderung diarahkan untuk penguasaan ilmu pengetahuan, menjadi pendidikan yang diarahkan untuk mengembangkan kemampuan menghadapi kehidupan. Dalam konteks ini penguasaan ilmu pengetahuan bukan dihilangkan, tetapi digeser menjadi alat dan bukan tujuan. Dengan demikian jenis dan jenjang ilmu


11

pengetahuan yang dipelajari sesuai dengan tantangan kehidupan yang akan dihadapi anak didik. Bahwa sistem pendidikan kita saat ini adalah salah atau belum tepat arahnya, banyak para pakar yang setuju dan kita harus mengubahnya. Namun hal itu bukan berarti bahwa kita harus bebas dari sekolah (deschooling society) seperti gagasan Ivan Illich. Sejalan dengan Handy, kesalahan terbesar sistem sekolah saat ini adalah menyebabkan terjadinya manusia-manusia yang tidak terampil (being deskilling) menentukan masa depannya sendiri akibat sering dijejali dengan jawaban tunggal bagi suatu masalah. Hal semacam itu yang harus diubah. Sekolah harusnya mampu memberi pencerahan dan pemberdayaan untuk menghadapi kehidupan yang penuh dengan masalah berujung terbuka dan berkesinambungan (a succession of open-ended problem), tanpa satu jawaban, penyelesaian tunggal yang benar, namun toh, jawabannya sendiri, senantiasa harus dicari, digali dan dieksplorasi dari dunia nyata. Sistem sekolah harus mampu menjawab pertanyaan mendasar : Does schooling matter? (Apakah sistem sekolah memberikan makna bagi kehidupan anak didik setelah lulus?).

Kecuali hal-hal yang bersifat konseptual, pendidikan tahun 2020 ke depan juga perlu memperhitungkan implikasi berkelanjutan dari penerapan berbagai konsep pendidikan pada awal abad XXI ini. Misalnya Kurikulum Berbasis Kompetensi, konsep Pendidikan Kecakapan Hidup, Pendidikan Kontekstual, Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, bahkan mungkin juga dampak penerapan Undang-undang Guru yang sekarang sedang digodok rancangannya.

Sehubungan dengan makin terbukanya persaingan dengan lembaga dari luar negeri yang umumnya bermutu baik, maka di samping menyiapkan semua sekolah untuk memenuhi standar kualitas nasional (yang pada hakekatnya merupakan standar miminal itu) perlu juga dipikirkan untuk


12

menyiapkan sejumlah sekolah yang memenuhi standar internasional, sehingga siap bersaing dengan lembaga sekolah dari luar negeri. Kewajiban pemerintah lah untuk menyiapkan kondisi yang kondusif, baik melalui kebijakan regulasi maupun aksi nyata agar tersedia lembaga pendidikan nasional bermutu internasional yang relevan dan memadai.

Dalam konteks penerapan Manajemen Berbasis Sekolah, sekolah ke depan harus mampu mewujudkan dirinya sebagai miniatur masyarakat belajar (mini learning society). Sekolah menjadi wahana pengembangan siswa, bukan sebuah birokrasi yang sarat dengan beban-beban administrasi. Aktifitas di dalamnya adalah sebuah proses pelayanan jasa, murid adalah pelanggan (client, customer) yang datang ke sekolah untuk mendapatkan pelayanan, bukan bahan mentah (raw input) yang akan dicetak menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan dan lainnya adalah tenaga profesional yang terus-menerus berinovasi untuk kemajuan sekolah. Konsep sekolah sudah selayaknya mengacu kepada konsep sekolah efektif (effective school), yang memiliki profil yang kuat, mandiri, inovatif, dan memberikan iklim yang kondusif bagi warganya untuk mengembangkan sikap kritis, kreativitas dan motivasi.

Sekolah harus mampu merepresentasikan karakter kolektif warga sekolah secara keseluruhan (iklim sekolah). Iklim sekolah diupayakan peduli terhadap budaya mutu, budaya progresif, demokratis, partisipasi warga, kejelasan visi dan misi, caring and sharing (peduli dan berbagi) dan sebagainya. Setiap pribadi, dalam konteks learning person ini harus senantiasa belajar seumur hidup (long-life learning) dalam jejaring masyarakat belajar (learning society or knowledge society) yang diperlukan bagi keberhasilan perkembangan majemuk yang berkesinambungan (continous multiple development) baik dari setiap individu dan masyarakat dalam abad baru yang berubah (Peter F. Drucker, 1993).


13

Persekolahan di masa depan, juga termasuk di Kabupaten Jombang juga harus mampu memecahkan, paling tidak mengurangi kesenjangan sosial ekonomi masyarakat. Sebagaimana diketahi, sebagai dampak persaingan yang semakin keras, kesenjangan sosial ekonomi di masyarakat juga semakin tajam. Yang kaya semakin kaya, sementara yang miskin tetap miskin. Anak-anak keluarga yang terdidik semakin terdidik, sementara anak-anak keluarga tidak terdidik tetap tidak terdidik. Persekolahan ke depan harus mampu menjadi tangga mobilitas vertikal bagi mereka yang kurang mampu dan kurang terdidik, sekaligus mampu memotong lingkaran kemiskinan yang banyak memerangkap keluarga di Indonesia. Oleh karena itu kebijakan pendidikan ke depan, harus diarahkan untuk mampu memfasilitasi masyarakat kurang mampu tanpa melupakan pelayanan kepada masyarakat secara keseluruhan. Prinsip to reach the unreach perlu mendapat perhatian dalam kebijakan pendidikan.

C. Karakteristik Pendidikan di Masa Depan

Paling tidak terdapat dua faktor yang dihadapi oleh pendidikan di masa depan, yaitu semakin tidak jelasnya batas negara, dan perkembangan dunia yang serba cepat dan bahkan seringkali tidak terduga. Borderless world menuntut pendidikan di satu negara dan negara lain tidak boleh terlalu jauh berbeda, karena manfaat pendidikan harus mampu memberikan bekal untuk kehidupan yang seakan tanpa batas negara. Disamping harus mampu mengembangkan keunggulan budaya setempat, pendidikan harus mampu menerapkan standar dasar yang dapat ditransfer (transferable), ketika lulusan harus menghadapi tuntutan kehidupan global.

Terkait dengan perkembangan dunia yang seakan tidak terdua, Charles Handy (1997), filosof bisnis terkemuka dari Inggris, dalam kumpulan pemikiran para pakar manajemen berjudul Rethinking the Future, menyatakan bahwa dunia ke depan adalah dunia yang penuh dengan ketidakpastian (uncertainly). Oleh sebab itu tidak ada lagi jawaban tunggal


14

dalam dunia pendidikan. Paradigma pendidikan konvensional menyatakan bahwa seluruh masalah di dunia telah terpecahkan serta bawa para guru mengetahui semua jawaban segala persoalan, harus ditinggalkan.

Dalam kondisi seperti itu, Handy menyarankan untuk selalu optimis ketimbang tenggelam dalam pesimisme. Hidup seharusnya dijalani seperti perahu mengikuti air mengalir dengan sesekali mengubah arah kemudi untuk menghindari benturan bebatuan atau pusaran air (all we can do now is go with the flow, and try to steer things a little). Masa depan dihadapi dengan penuh kegairahan, kegairahan terbesar terkait dengan masa depan adalah karena kita dapat membentuknya sesuai dengan keinginan dan potensi kita (The great excitement of the future is that we can shape it).

Sejalan dengan pemikiran tersebut, pendidikan di masa depan tidak lagi menekankan pada pemberian informasi/pengetahuan, tetapi mengembangkan kemampuan anak didik bagaimana menggali informasi dan menganalisisnya menjadi suatu simpulan serta menggunakannya untuk memecahkan problema kehidupan secara arif dan kreatif. Tugas guru bukan lagi menyampaikan informasi atau pengetahuan, tetapi mengembangkan kemampuan belajar anak (learning how to learn). Belajar dalam konteks ini dimaknai sebagai aktivitas untuk menggali dan memilih informasi yang diperlukan, menganalisis dan menggunakannya secara bijak dalam memecahkan problema kehidupan yang dihadapi.

Pemikiran tentang Pendidikan Kecakapan Hidup (life skill education/LSE) yang berkembang akhir-akhir ini juga penting untuk dicermati. LSE ingin mengubahkan paradigma pendidikan yang cenderung diarahkan untuk penguasaan ilmu pengetahuan, menjadi pendidikan yang diarahkan untuk mengembangkan kemampuan menghadapi kehidupan. Dalam konteks ini penguasaan ilmu pengetahuan bukan dihilangkan, tetapi digeser menjadi alat dan bukan tujuan. Dengan demikian jenis dan jenjang ilmu pengetahuan yang dipelajari sesuai dengan tantangan


15

kehidupan yang akan dihadapi anak didik. Bahwa sistem pendidikan kita saat ini adalah salah atau belum tepat arahnya, banyak para pakar yang setuju dan kita harus mengubahnya. Namun hal itu bukan berarti bahwa kita harus bebas dari sekolah (deschooling society) seperti gagasan Ivan Illich. Sejalan dengan Handy, kesalahan terbesar sistem sekolah saat ini adalah menyebabkan terjadinya manusia-manusia yang tidak terampil (being deskilling) menentukan masa depannya sendiri akibat sering dijejali dengan jawaban tunggal bagi suatu masalah. Hal semacam itu yang harus diubah. Sekolah harusnya mampu memberi pencerahan dan pemberdayaan untuk menghadapi kehidupan yang penuh dengan masalah berujung terbuka dan berkesinambungan (a succession of open-ended problem), tanpa satu jawaban, penyelesaian tunggal yang benar, namun toh, jawabannya sendiri, senantiasa harus dicari, digali dan dieksplorasi dari dunia nyata. Sistem sekolah harus mampu menjawab pertanyaan mendasar : Does schooling matter? (Apakah sistem sekolah memberikan makna bagi kehidupan anak didik setelah lulus?).

Kecuali hal-hal yang bersifat konseptual, pendidikan tahun 2020 ke depan juga perlu memperhitungkan implikasi berkelanjutan dari penerapan berbagai konsep pendidikan pada awal abad XXI ini. Misalnya Kurikulum Berbasis Kompetensi, konsep Pendidikan Kecakapan Hidup, Pendidikan Kontekstual, Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, bahkan mungkin juga dampak penerapan Undang-undang Guru yang sekarang sedang digodok rancangannya.

Sehubungan dengan makin terbukanya persaingan dengan lembaga dari luar negeri yang umumnya bermutu baik, maka di samping menyiapkan semua sekolah untuk memenuhi standar kualitas nasional (yang pada hakekatnya merupakan standar miminal itu) perlu juga dipikirkan untuk menyiapkan sejumlah sekolah yang memenuhi standar


16

internasional, sehingga siap bersaing dengan lembaga sekolah dari luar negeri. Kewajiban pemerintah lah untuk menyiapkan kondisi yang kondusif, baik melalui kebijakan regulasi maupun aksi nyata agar tersedia lembaga pendidikan nasional bermutu internasional yang relevan dan memadai.

Dalam konteks penerapan Manajemen Berbasis Sekolah, sekolah ke depan harus mampu mewujudkan dirinya sebagai miniatur masyarakat belajar (mini learning society). Sekolah menjadi wahana pengembangan siswa, bukan sebuah birokrasi yang sarat dengan beban-beban administrasi. Aktifitas di dalamnya adalah sebuah proses pelayanan jasa, murid adalah pelanggan (client, customer) yang datang ke sekolah untuk mendapatkan pelayanan, bukan bahan mentah (raw input) yang akan dicetak menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan dan lainnya adalah tenaga profesional yang terus-menerus berinovasi untuk kemajuan sekolah. Konsep sekolah sudah selayaknya mengacu kepada konsep sekolah efektif (effective school), yang memiliki profil yang kuat, mandiri, inovatif, dan memberikan iklim yang kondusif bagi warganya untuk mengembangkan sikap kritis, kreativitas dan motivasi.

Sekolah harus mampu merepresentasikan karakter kolektif warga sekolah secara keseluruhan (iklim sekolah). Iklim sekolah diupayakan peduli terhadap budaya mutu, budaya progresif, demokratis, partisipasi warga, kejelasan visi dan misi, caring and sharing (peduli dan berbagi) dan sebagainya. Setiap pribadi, dalam konteks learning person ini harus senantiasa belajar seumur hidup (long-life learning) dalam jejaring masyarakat belajar (learning society or knowledge society) yang diperlukan bagi keberhasilan perkembangan majemuk yang berkesinambungan (continous multiple development) baik dari setiap individu dan masyarakat dalam abad baru yang berubah (Peter F. Drucker, 1993).


17

Persekolahan di masa depan, juga termasuk di Jawa Timur juga harus mampu memecahkan, paling tidak mengurangi kesenjangan sosial ekonomi masyarakat. Sebagaimana diketahi, sebagai dampak persaingan yang semakin keras, kesenjangan sosial ekonomi di masyarakat juga semakin tajam. Yang kaya semakin kaya, sementara yang miskin tetap miskin. Anak-anak keluarga yang terdidik semakin terdidik, sementara anak-anak keluarga tidak terdidik tetap tidak terdidik. Persekolahan ke depan harus mampu menjadi tangga mobilitas vertikal bagi mereka yang kurang mampu dan kurang terdidik, sekaligus mampu memotong lingkaran kemiskinan yang banyak memerangkap keluarga di Indonesia. Oleh karena itu kebijakan pendidikan ke depan, harus diarahkan untuk mampu memfasilitasi masyarakat kurang mampu tanpa melupakan pelayanan kepada masyarakat secara keseluruhan. Prinsip to reach the unreach perlu mendapat perhatian dalam kebijakan pendidikan.

D. Kebijakan Pendidikan Nasional, Kebijakan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Timur, dan Kebijakan Pendidikan Kabupaten Jombang

i. Arah dan Kebijakan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan Nasional

1. Pemerataan dan Perluasan Akses

Pemerataan dan perluasan akses pendidikan diarahkan pada upaya memperluas daya tampung satuan pendidikan sesuai dengan prioritas nasional, serta memberikan kesempatan yang sama bagi semua peserta didik dari berbagai golongan masyarakat yang berbeda baik secara sosial, ekonomi, gender, lokasi tempat tinggal dan tingkat kemampuan intelektual serta kondisi fisik. Kebijakan ini ditujukan untuk meningkatkan kapasitas penduduk Indonesia untuk belajar sepanjang hayat dalam rangka peningkatan daya saing bangsa di era global, serta meningkatkan peringkat IPM hingga


18

mencapai posisi sama dengan atau lebih baik dari peringkat IPM sebelum krisis. Untuk itu, sampai dengan tahun 2009 dilakukan upaya-upaya sistematis dalam pemerataan dan perluasan pendidikan, dengan mempertahankan APM-SD pada tingkat 95%, memperluas SMP/MTs hingga mencapai APK 98,0%, serta menurunkan angka buta aksara penduduk usia 15 tahun ke atas hingga 5%.

Penuntasan wajar dikdas 9 tahun memperhatikan pelayanan yang adil dan merata bagi penduduk yang menghadapi hambatan ekonomi dan sosial-budaya (yaitu penduduk miskn memiliki hambatan geografis, daerah perbatasan, dan derah terpencil), maupun hambatan atau kelainan fisik, emosi, mental serta intelektual peserta didik. Untuk itu, diperlukan strategi yang lebih efektif antara lain dengan membantu dan mempermudah mereka yang belum sekolah, putus sekolah, serta lulusan SD/MI/SDLB yang tidak melanjutkan ke SMP/MTs/SMPLB yang masih besar jumlahnya, untuk memperoleh layanan pendidikan. Di samping itu, akan dilakukan strategi yang tepat untuk meningkatkan aspirasi masyarakat terhadap pendidikan, khususnya pada masyarakat yang menghadapi hambatan tersebut.

Penuntasan Wajar Dikdas 9 Tahun akan menambah jumlah lulusan SMP/MTs/SPMLB setiap tahunnya, sehingga juga akan mendorong perluasan pendidikan menengah. Dengan bertambahnya permintaan pendidikan menengah, pemerintah juga melakukan perluasan pendidikan menengah terutama bagi mereka yang karena satu dan lain hal tidak dapat menikmati pendidikan SMA yang bersifat reguler, melalui SMA Terbuka dan Paket C, sehingga pada gilirannya mendorong peningkatan APM-SMA. Oleh karena SMA cenderung semakin meluas jauh di atas SMK, maka pemerintah lebih mempercepat pertumbuhan SMK diringi dengan upaya mendorong peningkatan program pendidikan kejuruan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang terus berubah.


19

Pemerintah akan memperluas akses pendidikan tinggi untuk menjawab meningkatnya partisipasi sekolah menengah. Meningkatnya angka partisipasi PT tersebut diiringi oleh kebijakan yang mengarah pada pencapaian daya saing lulusan PT secara global. Secara bersamaan, dilakukan upaya untuk meningkatkan proporsi jumlah keahlian yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan. Salah satu upaya untuk pemenuhan tersebut diantaranya melalui jumlah peningkatan keahlian bidang vokasi melalui institusi politeknik. Selain itu, dikembangkan program community college yang merupakn upaya harmonisasi antara pendidikan kejuruan di SMK, pendidikan non-formal berkelanjutan, dan PT vokasi. Disamping itu, untuk meningkatkan APK PT dapat dicapai dengan memberikan kesempatan kepada anak-anak berkebutuhan khusus untuk dapat mendapatkan pelayanan pendidikan yang memadai.

Dengan mempertimbangkan keterbatasan kapasitas fiskal pemerintah, strategi pemerataan dan Perluasan Akses pendidikan tinggi lebih diarahkan pada peran partisipasi swasta untuk mendirikan lembaga pendidikan tinggi baru. Namun, strategi perluasan akan dikaitkan dengan pencapaian mutu yang lebih baik dalam rangka peningkatan daya saing bangsa di era global. Untuk itu, pemerintah akan terus membenahi peraturan dan perundang-undangan serta memperkuat kapasitas kelembagaan yang terkait dengan fungsi pengendalian dan penjaminan mutu.

Kebijakan perluasan pendidikan tinggi juga dilakukan searah dengan upaya membuka kesempatan bagi calon mahasiswa yang berasal dari penduduk di atas usia ideal pendidikan tinggi (>24 tahun) seperti karyawan, guru sekolah, tenaga specialist industri, termasuk dalam pendidikan non-gelar dan pendidikan profesi yang mengutamakan penguasaan pengetahuan, ketrampilan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja industri.


20

Perluasan akses pendidikan tinggi juga dilakukan melalui pengembangan kapasitas pembelajaran digital jarak jauh yang semakin luas dan efektif. Universitas Terbuka dan institusi sejenis lainnya ditugaskan untuk mengimplementasikan strategi ini, dengan memanfaatkan secara optimal ICT dalam proses pembelajaran, pengelolaan, dan akses informasi. Dalam kaitan itu, Ditjen Pendidikan Tinggi memprioritaskan investasi infrastruktur ICT untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran jarah jauh pada Universitas Terbuka dan perguruan tinggi lainnya serta Pusat Teknologi Komunikasi dan Informasi Pendidikan.

Beberapa kebijakan strategis yang disusun dalam rangka memperluas pemerataan dan akses pendidikan adalah sebagai berikut.

a. Memperluas akses bagi anak usia 0-6 tahun, baik laki-laki maupun perempuan untuk memiliki kesempatan tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai potensi yang dimiliki dan tahap perkembangannya agar memiliki kesiapan dalam mengikuti pendidikan sekolah dasar.

b. Menghapus hambatan biaya (cost barriers) melalui pemberian Bantuan Operasional Sekolah (BOS) bagi semua siswa pada jenjang pendidikan dasar (dikdas) baik pada sekolah umum maupun madarasah yang dimiliki oleh pemerintah atau masyarakat, yang besarnya dihitung berdasarkan unit cost per siswa dikalikan dengan jumlah seluruh siswa pada jenjang tersebut. Di samping itu, dilakukan kebijakan pemberian subsidi biaya personal terutama bagi siswanya berasal dari keluarga miskin pada jenjang dikdas melalui pemanfaatan BOS untuk tujuan tersebut. Secara bertahap BOS akan dikembangkan menjadi dasar untuk penentuan satuan biaya pendidikan berdasarkan formula (based-on funding) yang memperhitungkan siswa miskin maupun kaya serta tingkat kondisi ekonomi daerah setempat.


21

c. Membentuk “SD-SMP Satu Atap” bagi daerah terpencil yang berpenduduk jarang terpencar, dengan menambahkan ruang belajar SMP di SD untuk menyelenggarakan program pendidikan SMP bagi lulusannya. Untuk mengatasi kesulitan tenaga pengajar dalam kebijakan ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan guru SD untuk mengajar di SMP pada beberapa mata pelajaran yang relevan atau dengan meningkatkan kompetensi guru sehingga dapat mengajar di SMP. Selain itu, dilakukan upaya memaksimalkan fasilitas yang sudah ada, baik ruang kelas maupun bangunan sekolah dengan membuat jaringan sekolah antara SMP dengan SD-SD yang ada di wilayah layanannya (catchment areaa) serta menggabungkan SD-SD yang sudah tidak efisien lagi.

d. Memperluas akses bagi anak usia sekolah 7-15 tahun, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak/belum terlayani di jalur pendidikan formal untuk memiliki kesempatan mendapatkan layanan pendidikan di jalur non formal maupun program pendidikan terpadu/inklusif bagi anak-anak yang berkebutuhan khusus terutama untuk daerah-daerah yang tidak tersedia layanan pendidikan khusus luar biasa. Disamping itu, untuk memperluas akses bagi penduduk usia 13-15 tahun dikembangkan SMP Terbuka melalui optimalisasi daya tampung dan pengembangan SMP Terbuka model maupun melalui layanan pendidikan alternatif yang inovatif.

e. Memperluas akses bagi penduduk buta aksara usia 15 tahun ke atas baik laki-laki maupun perempuan untuk memiliki kesempatan mendapatkan layanan pendidikan keaksaraan melalui jalur pendidikan nonformal. Perluasan kesempatan bagi penduduk buta aksara dilakukan dengan menjalin berbagai kerjasama dengan stakeholder pendidikan, seperti organisasi keagamaan, organisasi perempuan, dan


22

organisasi lain yang dapat menjangkau lapisan masyarakat, serta PT.

f. Memfasilitasi peran serta masyarakat dalam memperluas akses SMA, khususnya pada daerah-daerah yang memiliki lulusan SMP cukup besar. Di sisi lain dikembangkan SM terpadu, yaitu pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan umum dan kejuruan dalam satu satuan pendidikan. Bagi siswa yang berkebutuhan khusus, dilakukan kebijakan strategis dalam melaksanakan program pendidikan inklusif.

g. Memperluas akses terhadap pendidikan di SMK dengan kebutuhan dan keunggulan lokal. Perluasan SMK ini dilaksanakan melalui penambahan program pendidikan kejuruan yang lebih fleksibel sesuai dengan tuntutan pasar kerja yang berkembang.

h. Memperluas daya tampung PT yang ada dengan memberikan fasilitas pada universitas untuk membuka program-program keahlian yang dibutuhkan masyarakat dan mengalihfungsikan atau menutup sementara secara fleksibel program-program yang lulusannya sudah jenuh.

i. Memperluas kesempatan belajar pada perguruan tinggi yang lebih dititikberatkan pada program-program politeknik, pendidikan tinggi vokasi dan profesi yang berorientasi lebih besar pada penerapan teknologi tepat guna untuk kebutuhan dunia kerja.

j. Memperluas kesempatan belajar sepanjang hayat bagi penduduk dewasa yang ingin meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, dan kecakapan hidup yang relevan dengan kebutuhan masyarakat melalui program-program pendidikan berkelanjutan. Perluasan kesempatan belajar sepanjang hayat dapat juga dilakukan dengan mengoptimalkan berbagai fasilitas pendidikan formal yang sudah ada sebagai


23

bagian dari harmonisasi pendidikan formal dan non-formal.

k. Memperhatikan secara khusus kesetaraan gender, pendidikan untuk layanan khusus di daerah terpencil dan daerah tertinggal, daerah konflik, perbatasan, dan lain-lain, serta mengimplementasikannya dalam berbagai program secara terpadu.

l. Melaksanakan komunikasi, informasi, Edukasi (KIE), serta advokasi kepada masyarakat agar keluarga makin sadar akan pentingnya pendidikan serta mau mengirimkan anak-anaknya ke sekolah dan/atau mempertahankan anaknya untuk tetap bersekolah.

m. Memanfaatkan secara optimal sarana radio, televisi, komputer dan perangkat ICT lainnya untuk digunakan sebagai media pembelajaran dan untuk pendidikan jarak jauh sebagai sarana belajar alternatif selain menggunakan modul atau tutorial, terutama bagi daerah terpencil dan mengalami hambatan dalam transportasi, serta jarang penduduk.

2. Peningkatan Mutu, Relevansi, dan Daya Saing

Peningkatan mutu , relevansi dan daya saing di masa depan diharapakn dapat memberikan dampak bagi perwujudan eksistensi manusia dan interaksinya sehingga dapat hidup bersama dalam keragaman sosial dan budaya. Selain itu, upaya peningkatan mutu dan relevansi dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat serta daya saing bangsa. Mutu pendidikan juga dilihat dari meningkatnya penghayatan dan pengamalan nilai-nilai humanisme yang meliputi keteguhan iman dan takwa serta berakhlak mulia, etika, wawasan kebangsaan, kepribadian tangguh, ekspresi estetika, dan kualitas jasmani. Peningkatan mutu dan relevansi pendidikan diukur dari pencapaian kecakapan akademik yang lebih tinggi yang memungkinkan lulusan dapat


24

proaktif terhadap perubahan masyarakat dalam berbagai bidang baik di tingkat lokal, nasional maupun global.

Kebijakan peningkatan mutu pendidikan diarahkan pada pencapaian mutu pendidikan yang semakin meningkat yang mengacu pada Standar Nasional Pendidikan (SNP). SNP meliputi berbagai komponen yang terkait dengan mutu pendidikan mencakup standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar biaya, dan standar penilaian pendidikan. Pemerintah mendorong dan membimbing satuan-satuan dan program (studi) pendidikan untuk mencapai standar yang diamanatkan oleh SNP. Standar-standar tersebut digunakan juga sebagai dasar untuk melakukan penilaian terhadap kinerja satuan dan program pendidikan, mulai dari PAUD, Dikdas, Pendidikan Menengah (Dikmen), PNF, sampai dengan Pendidikan Tinggi (Dikti).

Peningkatan mutu pendidikan semakin diarahkan pada perluasan inovasi pembelajaran baik pada pendidikan formal maupun non-formal dalam rangka mewujudkan proses yang efisien, menyenangkan dan mencerdaskan sesuai tingkat usia, kematangan, serta tingkat perkembangan peserta didik. Pengembangan proses pembelajaran pada PAUD serta kelas-kelas rendah sekolah dasar lebih memperhatikan prinsip perlindungan dan penghargaan terhadap hak-hak anak dengan lebih menekankan pada upaya pengembangan kecerdasan emosional, sosial dan spiritual dengan prinsip bermain sambil belajar. Peningkatan mutu pendidikan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi semakin memperhatikan pengembangan kecerdasan intelektual dalam rangka memacu penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi di samping memperkokoh kecerdasan emosional, sosial, dan spiritual peserta didik.

Upaya peningkatan mutu dan relevansi pendidikan secara berkelanjutan akan dilakukan oleh pemerintah,


25

pemerintah daerah, dan satuan pendidikan secara terpadu yang pengelolaannya dikoordinasi secara terpusat. Dalam pelaksanaannya koordinasi tersebut didelegasikan kepada Gubernur atau aparat vertikal yang berkedudukan di provinsi. Manajemen mutu tersebut akan dilaksanakan melalui kebijakan strategis sebagai beriktu.

a. Mengembangkan dan menetapakn standar nasional pendidikan sesuai dengan PP SNP No. 19/2005, sebagai dasar untuk melaksanakan penilaian pendidikan, peningkatan kapasitas pengelolaan pendidikan, peningkatan sumber daya pendidikan, akreditasi satuan dan program pendidikan, serta upaya penjaminan mutu pendidikan.

b. Melaksanakan evaluasi pendidikan melalui ujian sekolah oleh sekolah dan ujian nasional yang dilakukan oleh sebuah badan mandiri yaitu Badan Nasional Pendidikan (BSNP). Ujian nasional mengukur ketercapaian kompetensi siswa/peserta didik berdasarkan standar kompetensi lulusan yang ditetapkan secara nasional (benchmark). Hasil ujian nasional tidak merupakan satu-satunya alat untuk menentukan kelulusan siswa pada setiap satuan pendidikan tetapi terutama sebagai sarana untuk melakukan pemetaan dan analisis mutu pendidikan yang dimulai dari tingkat satuan pendidikan, kabuputen/kota, provinsi sampai tingkat nasional.

c. Melaksanakan penjaminan mutu (quality assurance) melalui suatu proses analisis yang sistematis terhadap hasil ujian nasional dan hasil evaluasi lainnya yang dimaksudkan untuk menentukan faktor pengungkit dalam upaya peningkatan mutu, baik antar-satuan pendidikan, antara kabupaten/kota, antar-provinsi atau melalui pengelompokan lainnya. Analisis dilakukan oleh pemerintah bersama pemerintah provinsi yang secara teknis dbantu oleh lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) pada


26

masing-masing wilayah. Berdasarkan analisis itu, diberikan intervensi terhadap satuan dan program (studi) pendidikan diantaranya melalui : pendidikan dan pelatihan terutama pengembangan proses pembelajaran efektif, pemberian bantuan teknis, pengadaan dan pemanfaatan sumber daya pendidikan, serta pemanfaatan ICT dalam pendidikan. Di samping itu untuk mempercepat tercapainya pemerataan mutu pendidikan dilakukan pemberian subsidi yang diarahkan pada satuan pendidikan yang belum mencapai standar nasional.

d. Melaksanakan akreditasi satuan dan/atau program pendidikan untuk menentukan status akreditasi masing-masing. Penilaian dilakukan setiap lima tahun dengan mengacu pada SNP. Akreditasi juga dapat menggunakan rata-rata hasil ujian nsional dan/atau ujian sekolah sebagai dasar pertimbangan dalam penentuan status akreditasi tersebut. Hasil akreditasi dijadikan sebagai landasan untuk melakukan program pengembangan kapasitas dan peningkatan mutu setiap satuan atau program pendidikan. Pelaksanaan akreditasi ini dilakukan secara independen oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) Badan Akreditasi Nasional Sekolah dan Madrasah (BAN-SM), Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Non formal (BAN-PNF).

3. Penguatan Tata Kelola, Akuntabilitas, dan Pencitraan Publik.

Tujuan jangka panjang Depdiknas adalah mendorong kebijakan sektor agar mampu memberikan arah reformasi pendidikan secara efektif, efisien dan akuntabel. Kebijakan ini diarahkan pada pembenahan perencanaan jangka menengah dengan menetapkan kebijakan strategis serta program-program yang didasarkan pada urutan prioritas. Di samping itu, disusun pula pola-pola pendanaan bagi keseluruhan sektor berdasarkan prioritas, baik dari sumber pemerintah,


27

orang tua maupun stakeholder lain di setiap tingkat pemerintahan.

Pengelolaan pendidikan nasional menggunakan pendekatan secara menyeluruh dari sektor pendidikan (sector-wide approach) yang bercirikan : (a) program kerja disusun secara kolaboratif dan sinergis untuk menguatkan implementasi kebijakan pada semua tingkatan, (b) reformasi institusi dilaksanakan secara berkelanjutan yang didukung program pengembangan kapasitas, dan (c) perbaikan program dilakukan secara berkelanjutan dan didasarkan pada evaluasi kinerja tahunan yang dilaksanakan secara sistematis dan memfungsikan peran-peran stakeholder yang lebih luas.

Pemerintah melaksanakan pengembangan kapasitas institusi pendidikan secara sistemik dan terencana dengan menggunakan pendekatan keseluruhan sektor tersebut di atas. Strategi pengembangan kapasitas lebih diarahkan pada proses manajemen perubahan secara endogenous atau perubahan yang didorong secara internal. Perubahan didorong secara internal akan lebih menjamin terjadinya perubahan secara berkelanjutan, menumbuhkan rasa kepemilikan, kepemimpinan, serta komitmen bersama.

Kebijakan tata kelola dan akuntabilitas meliputi sistem pembiayaan berbasis kinerja baik di tingkat satuan pendidikan maupun pemerintah daerah, dan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), untuk membantu pemerintah dan pemerintah daerah dalam mengalokasikan sumber daya serta memonitor kinerja pendidikan secara keseluruhan. Di samping itu, peran serta masyarakat dalam perencanaan, pengelolaan, dan pengawasan kinerja pendidikan ditingkatkan melalui peran komite sekolah/satuan pendidikan dan dewan sekolah pendidikan.

Pemerintah bertekad mewujudkan pemerintahan yang bersih dan KKN serta memberikan pelayanan yang lebih


28

bermutu, efektif, dan efisien sesuai kebutuhan masyarakat. Pemerintah yang bersih dari KKN diwujudkan melalui internalisasi etos kerja serta disiplin kerja yang tinggi sebagai bentuk akuntabilitas aparatur negara serta perwujudan profesionalisme aparatur. Untuk itu, segenap aparatur yang ada di Departemen Pendidikan Nasional perlu meningkatkan kinerjanya untuk mewujudkan pelayanan yang bermutu, merata dan adil dalam suatu tata kelola pemerintahan yang sehat. Aparatur juga perlu mengubah mindset atas perilaku dan sikap seorang birokrat menjadi pelayanan masyarakat yang profesional.

Kebijakan perwujudan tata kelola pemerintahan yang sehat dan akuntabel dilakukan secara intensif melalui Sistem Pengendalian Internal (SPI), pengawasan masyarakat, serta pengawasan fungsional yang terintegrasi dan berkelanjutan. Pemerintah mengembangkan dan melaksanakan SPI pada berkelanjutan. Pemerintah mengembangkan dan melaksanakan SPI pada masing-masing satuan kerja dalam mengelola kegiatan pelayanan pendidikan sehari-hari. Pengawasan fungsional dilakukan oleh inspektorat Jenderal, Badan Pengawas Keuangan RI, dan BPKP terhadap hasil pembangunan pendidikan, sedangkan pengawasan masyarakat dilakukan langsung oleh individu-individu atau anggota masyarakat yang mempunyai bukti-bukti penyalahgunaan wewenang.

Sejalan dengan pembagian kewenangan antar tingkat pemerintahan berdasarkan otonomi dan desentralisasi, pemerintah pusat mengkoordinasikan manajemen mutu pendidikan, sementara pemerintah daerah berperan dalam manajemen sarana/prasarana dan operasional layanan pendidikan. Untuk peningkatan efisiensi dan mutu pelayanan, diperlukan pengembangan kapasitas daerah serta penataan tata kelola pendidikan yang sehat dan akuntabel, baik pada tingkat satuan pendidikan maupun tingkat kabupaten/kota. Dalam kaitan itu, pemerintah daerah lebih berperan dalam mendorong


29

otonomi satuan pendidikan melalui pengembangan kapasitas dalam pelaksanaan proses pembelajaran yang bermutu.

Berdasarkan pembagian kewenangan tersebut di atas terdapat fungsi-fungsi baru yang harus dijalankan oleh pusat maupun daerah. Untuk itu dikembangkan mekanisme yang akan mengatur berbagai fungsi baru yang telah diidentifikasi tersebut dalam struktu, sistem dan mekanisme yang baru didukung oleh peraturan perundangan yang sesuai. Berbagai identifikasi dan kajian mengenai pentingnya fungsi dan institusi baru yang diperlukan untuk pelayanan pendidikan dalam masa otonomi dan desentralisasi dilakukan secara komprehensif oleh Depdiknas.

Sesuai dengan kerangka pengaturan dan kerangka institusional, disusun kebijakan untuk mendorong terjadinya penguatan kapasitas dan program pendidikan yang ada pada setiap tingkatan pemerintahan. Penguatan kapasitas satuan atau program pendidikan diorientasikan untuk mencapai status kapasitas tertinggi suatu satuan pendidikan, yaitu jika dapat memenuhi atau di atas SNP. Pengembangan kapasitas dilakukan untuk mendorong agar sebagian besar satuan pendidikan yang masih berada di bawah SNP secara bertahap akan diperkuat sehingga mampu melampaui SNP. Bagi satuan-satuan pendidikan yang sudah mencapai SNP, akan didorong untuk memacu mutunya lebih tinggi lagi hingga dapat mencapai standar internasional. Pada tahun 2009, pemerintah akan mendorong peningkatan proporsi satuan pendidikan untuk dapat mencapai sama atau di atas SNP setidak-tidaknya mencapai 25% SD, 40% SMP, 50% SMA, dan 50% SMK pada tahun 2009.

Pengembangan kapasitas diarahkan pada peningkatan kemampuan Kabupaten/kota secara sistematis untuk memberikan pelayanan pendidikan yang efektif dan akuntabel sesuai dengan SNP. Untuk meningkatkan


30

kinerja pengelolaan pendidikan pada kabupaten/kota dikembangkan dan diremajakan pengelolaan indikator-indikator kinerja pengelolaan layanan pendidikan, baik pada jalur formal maupun nonformal yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Dalam jangka menengah diperkuat kapasitas pengelolaan layanan pendidikan terhadap kabupaten/kota sehingga dapat menambah kabupaten/kota yang memiliki kapasitas pelayanan sesuai dengan SNP.

Penguatan kapasitas pendidikan tinggi dilakukan melalui pengembangan mekanisme untuk mewujudkan kesehatan organisasi dan otonomi masing-masing perguruan tinggi. Secara keseluruhan, upaya tersebut dilakukan dengan menetapkan sistem, mekanisme , norma-norma, dan standar yang relevan yang dapat dijadikan acuan bagi masing-masing perguruan tinggi untuk meningkatkan kesehatan institusinya. Pada tahun 2009, diharapkan mekanisme kerja institusi dan aturan perundangan yang diperlukan sudah diselesaikan.

Pengembangan kapsitas bagi setiap tingkat pemerintahan harus diarahkan pada peningkatan efisiensi pendidikan sebagai berikut.

a. Pada tingkat pemerintah, prioritas pengembangan kapasitas mencakup penataan kelembagaan, penguatan sistem advokasi strategis dan monitoring, perbaikan sistem informasi kinerja dalam memetakan pencapaian SNP oleh satuan pendidikan dan pemerintah daerah.

b. Pada tingkat provinsi, pengembangan kapasitas harus lebih diarahkan pada peningkatan institusi pengelolaan dalam melaksanakan fungsi dekonsentrasi, yaitu kemampuan provinsi sebagai wakil pemerintah pusat di daerah dalam mengelola pelaksanaan kegiatan yang menjadi wewenagn pusat, misalnya pengendalian mutu, penjaminan mutu, evaluasi dan monitoring program, sreta akreditasi.


31

Kapasitas provinsi juga perlu ditingkatkan dalam melakukan koordinasi pelaksanaan kegiatan antar kabupaten/kota.

c. Pada tingkat kabupaten/kota, perlu penguatan kapasitas dalam menyusun kebijakan, rencana strategis dan operasional, sistem informasi dan sistem pembiayaan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan pendidikan. Kabupaten/kota berfungsi sebagai fasilitator yang memberikan kemudahan dan otonomi yang lebih luas bagi satuan pendidikan dan upaya mencapai kemandirian.

d. Pada pendidikan tinggi, terutama dalam masa transisi dari sentralisasi menuju masa otonomi, pengembangan kapasitas dilakukan ke arah mewujudkan perguruan tinggi yang memiliki keleluasaan untuk memberikan pelayanan pendidikan tinggi yang bermutu secara sehat dan akuntabel. Perguruan tinggi yang sehat memiliki kapasitas untuk merespon lingkungan yang berubah secara otonom dan unik.

e. Pada satuan pendidikan, penguatan kapasitas tercermin dari kemampuan satuan pendidikan dalam melaksanakan proses pembelajaran efektif untuk mancapai standar nasional pendidikan. Untuk itu, perlu ditingkatkan kemampuan kepala sekolah, pendidik, dan tenaga kependidikan lainnya dalam memanfaatkan sumber daya pendidikan agar mendorong kegiatan belajar peserta didik secara optimal.

Dalam rangka peningkatan akuntabilitas satuan pendidikan, sistem monitoring dan evaluasi ditata melalui mekanisme pelaporan kinerja satuan pendidikan. Peningkatan akuntabilitas dilakukan melalui pemberian bantuan bagi kabupaten/kota untuk melakukan monitoring kinerja pada satuan pendidikan. Melalui suatu tata kelola, sistem audit kinerja akan lebih difokuskan


32

pada pelaksanaan block grants yang tepat sasaran. Block grant dilengkapi dengan dana pendamping dari penerima sehingga dapat menimbulkan rasa kepemilikan dari suatu program pembangunan.Dengan strategi-strategi tersebut di atas akuntabilitas publik dapat diwujudkan secara sehat melalui peningkatan fungsi kontrol dan stakeholder pendidikan dalam rangka meningkatkan efisiensi layanan pendidikan. Diharapkan dalam lima tahun yang akan datang (2009) informasi tentang kinerja satuan pendidikan dapat diakses oleh keluarga dan masyarakat. SMK dan pendidikan tinggi dan vokasi didorong untuk menyediakan layanan informasi tentang penempatan kerja lulusannya sebagai bagian dari akuntabilitas satuan pendidikan.

Penerapan ICT akan dimanfaatkan secara optimal untuk membantu merealisasikan manajemen pendidikan yang transparan dan akuntabel. Model penerapannya dapat diwujudkan melalui media on-line yang membuat informasi dan laporan perencanaan dan pelaksanaan kebijakan kepada publik atau stakeholder pendidikan lainnya. Dengan media tersebut, partisipasi masyarakat dalam bentuk usulan, kritik, atau informasi lainnya dapat diakomodasi secara lebih mudah dan terbuka kepada pembuat kebijakan.

4. Memperkokoh Ketahanan Budaya

Kebudayaan memiliki fungsi yang sangat besar bagi individu dan masyarakat dalam menghadapi kebutuhan hidup dan tantangan-tantangan yang ada. Tantangan itu bermacam-macam kekuatan sosial dan alam dimana mereka bertempat tinggal. Kecuali itu seseorang dan masyarakat memerlukan pula kepuasaan baik di bidang spiritual maupun material. Kebutuhan-kebutuhan masyarakat tersebut diatas dipenuhi oleh kebudayaan yang bersumber dari individu sebagian masyarakat itu sendiri. Kebudayaan merupakan kompleksibilitas yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,


33

hukum, adat istiadat, dan lain kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh masyarakat dan anggota masyarakat.

Indonesia yang memiliki bermacam-macam suku bangsa, setiap suku itu mempunyai ciri-ciri khas kebudayaan, disebabkan oleh latar belakang masng-masing yang berbeda satu dengan lainnya.

Semboyan bangsa Indonesia bhinneka tunggal ika, berbeda-beda tetapi satu merupakan satu kebanggaan kekayaan budaya yang harus dipertahankan untuk memperkokoh ketahanan nasional, sebagai perwujudan bahwa rakyat Indonesia menghargai pluralisme dalam kebudayaan. Dewasa ini kebudayaan kita mengalami ancaman budaya asing. Untuk mempertahankan kebudayaan kita supaya tetap berkembang dengan baik perlu ada komitmen yang kuat untuk mempertahankan budaya dan perlu adanya perekat yang kuat untuk menyatukan beragam suku bangsa yang ada di negara kita. Kita jangan kalah bersaing dengan budaya asing.

Banyaknya budaya asing yang masuk ke negara kita menyebabkan rasa ikut memiliki budaya kita bagi kebanyakan orang sudah mulai berkurang. Masyarakat khususnya para remaja lebih bangga dengan tarian asing, bangga dengan pakaian asing, bangga dengan segala sesuatu budaya asing, dan secara bertahap mulai meninggalkan budaya kita sendiri. Apabila hal itu dibiarkan tidak mustahil pada suatu saat akan kehilangan budaya kita. Jika budaya asing dibiarkan masuk ke negara kita, budaya kita akan homogen, dan akan kita kehilangan keragaman budaya. Upaya yang harus dilakukan untuk memperkokoh ketahanan budaya adalah menata kembali kekayaan, aset dan nilai-nilai budaya yang selama ini menjadi kebanggaan kita. Perlu komitmen menjadi Indonesia, Jawa, menjadi Bali, menjadi Batak, menjadi Madura, dan sebagainya sesuai dengan jati dirinya. Perlu adanya kesadaran budaya, harus bangkit dan harus mempertahankan.


34

Dengan mengacu kepada Kepmendikbud RI nomor 136/U/1997 tentang kebijaksanaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, dalam kebijakan umum disebutkan bahwa program kebudayaan adalah meningkatkan penggalangan kebudayaan nasional melalui dialog nasional tentang dinamika kebudayaan, penyiapan dan pembuatan bahan-bahan ajar bermuatan budaya, pengkajian khazanah budaya bangsa, pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia, pembinaan nilai-nilai budaya nasional yang meliputi pendalaman dan penghayatan Pancasila sebagai pedoman kehidupan berbangsa, bernegara, berbudi luhur, dan berkeilimihaan religius, serta meningkatkan rasa cinta seni.

Dalam mengembangkan nilai kebudayaan, perlu memanfaatkan secara optimal sarana radio, TV, komputer dan perangkat ICT serta media cetak lainnya sebagai media informasi budaya untuk membina dan mengembangkan nilai-nilai budaya nasional melalui tayangan, sajian, siaran radio, dialog interaktif, dan media on-line.

Beberapa kebijakan strategis yang relavan dalam bidang kebudayaan yang disusun dalam rangka memperkokoh ketahanan budaya sebagai berikut.

a. Melanjutkan pengungkapan, penanaman, dan pemasyarakatan nilai-nilai luhur budaya bangsa Indonesia dan pengembangan kebudayaan masa kini dan berakar pada budaya bangsa melalui kegiatan inventarisasi, penelitian, pengkajian, bimbingan dan penyuluhan pameran, peragaan budaya, sayembara dan pengembangan informasi kebudayaan, pemberian penghargaan kepada budayawan yang kreatif, dan mampu menghasilkan karya budaya bermutu, pendayaagunaan media massa, lokakarya, serta pertemuan-pertemuan ilimiah.


35

b. Melanjutkan pembinaan dan pengembangan kesenian melalui kegiatan penelitian, penggalian, pengolahan, pendokumentasian, pengemasan informasi, perekaman, bimbingan teknis, penyuluhan, penataran, latihan, temu seniman, temu karya, pengiriman duta seni pameran seni rupa, festival kesenian di tingkat nasional dan internasional, Galeri Nasional dan pembangunan pusat kebudayaan nasional, serta pemberian bantuan dan penghargaan bagi seniman dan organisasi kesenian dan berprestasi.

c. Mengembangkan jiwa kejuangan dan kebanggan nasional serta semangat cinta tanah air kepada masyarakat, mengembangkan dialog nasional sejarah melalui penelitian, perekaman, penjernihan, dan pertemuan ilmiah mengenai sejarah nasional dan lokal, regional dan internasional, pengkajian masalah kesejarahan yang hidup dalam masyarakat dan pengungkapan keteladanan para tokoh sejarah Indonesia, serta penulisan dan penerbitan buku sejarah dengan perhatian khusus pada kawasan timur Indonesia.

d. Meningkatkan pelestarian dan pemanfaatan, perlindungan dan pemeliharaan, serta pengamanan dan penyelamatan benda cagar budaya melalui investasi dan dokumentasi, studi kelayakan, studi teknis, rehabilitasi dan pemugaran, ganti rugi/pembelian benda cagar budaya yang perlu diselamatkan, penyebarluasan informasi kepurbakalaan, khususnya mengenai benda cagar budaya, penelitian dan pengkajian cagar budaya bawah air, serta peningkatan pengamatan situs dan peninggalan sejarah dan purbakala.

e. Melanjutkan peningkatan fungsi museum sebagai pusat penelitian, pendidikan dan rekreasi edukatif melalui pemantapan sistem permuseuman, termasuk perangkat lunak dan keras, pelestarian dan


36

pengamanan benda cagar budaya, serta pengembangan museum nasional, dan museum Empu Tantular Jawa Timur persiapan pendirian museum sejarah perjuangan diplomasi, serta perintisan museum iptek.

f. Memperkukuh kepribadian anak dan remaja melalui penggalangan wawasan kebangsaan, wawasan budaya dan kesadaran sejarah, penulisan cerita kepahlawanan, penyebarluasan cerita rakyat, peragaan budaya daerah dan permainan rakyat, bimbingan dan penyuluhan, penyelenggraan sayembara, penelitian minat terhadap musik, serta penelitian terhadap norma sosial, musik dan film, dan figur orang tua idaman.

ii. Arah dan Kebijakan Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Timur

Dalam Undang-undang Nomor 25 tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) Tahun 2000-2004, pemerintah telah menyatakan ada tiga tantangan besar yagn dihadapi dunia pendidikan di Indonesia. Pertama,sebagai akibat dari krisis ekonomi, dunia pendidikan dituntut untuk dapat mempertahankan hasil-hasil pembangunan pendidikan yang telah dicapai. Kedua, untuk mengantisipasi era global, dunia pendidikan dituntut untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang kompeten agar mampu bersaing dalam pasar kerja global. Ketiga, sejalan dengan diberlakukannya otonomi daerah, perlu dilakukan perubahan dan penyesuaian sistem pendidikan nasional sehingga mewujudkan proses pendidikan yang lebih demokratis, memperhatikan keberagaman kebutuhan/keadaan daerah dan peserta didik, serta mendorong peningkatan partisipasi masyarakat.

Sistem persekolahan di Indonesia yang berlaku sampai saat ini juga bukan sistem pendidikan yang ideal. Tidak ada keseimbangan antara berbagai sub-sistem yang menopang sistem persekolahan, sehingga seolah-olah setiap sub-


37

sistem itu berjalan sendiri-sendiri, sementara masih kuatnya cengkaraman budaya feodal telah menyebabkan kondisi pendidikan di Indonesia cenderung pada proses yang instant,pragmatis dan berorientasi materialistik. Banyaknya orang membeli ijazah atau gelar aspal (asli tapi palsu) adalah contoh hasil sinergi negatif antara budaya feodal formal simbolik dengan budaya instant yang cenderung tidak mau bersusah payah akibat motivasi dan komitmen yang rendah, disamping merepresentasikan ketidakberdayaan dan keputusasaan karena kalah dalam persaiangan. Maka sistem sekolah Indonesia juga harus bertumpu kepada pendidikan yang berlandaskan pengembangan karakter, moral dan kebermaknaan.

Pergeseran struktur demografi terjadi sebagai akibat makin rendahnya laju pertumbuhan penduduk Indonesia pada abad XXI juga peru dicermati. Pada tahun 2025, diperkirakan pertumbuhan penduduk usia sekolah 7-12 tahun akan cenderung menurun, sementara itu penduduk usia sekolah 13-15 tahun yang semula naik, juga secara bertahap akan menurun. Bahkan hal yang sama terjadi juga pada kelompok usia sekolah 16-18 tahun serta kelompok usia 19-24 tahun, semula naik kemudian menurun juga pada tahun 2025. pendidikan harus mengantisipasi hal ini, gelaja awal yang sudah terlihat saat ini berupa banyaknya SD yang harus ditutup atau dimerger tidak mustahil akan diikuti oleh makin banyaknya SMP bahkan SMA/SMK karena berkurangnya jumlah siswa.


Upaya peningkatan perluasan dan pemerataan kesempatan belajar seringkali terkendala oleh kondisi sosial ekonomi, budaya serta geografi dan demografi, sehubungan dengan itu maka strategi yang akan ditempuh adalah :

a. Terus mengupayakan keberlanjuta Program Pemberian Biaya Operasional Sekolah (BOS) sampai jenjang SD/M serta SMP/MTs disertai dengan


38

sosialisasi, pembinaan dan pengendalian yang tertib dan akurat dalam rangka menjaga kepercayaan smua pihak tentang manfaat program tersebut;

b. Memperbanyak pemberian beasiswa serta subsidi-subsidi lainnya khususnya bagi mereka yang kurang mampu secara ekonomi dan pemberian beasiswa bagi siswa yang memasuki program keahlian berbasis keunggulan potensi daerah;

c. Memperbanyak implementasi program school come to client, sekolah mendatang siswa, khususnya untuk wilayah miskin dan pedesaan/terpencil melalui penyelenggaraan sekolah kecil kelas jauh, mobile training unit (MTU) dan sebagainya;

d. Efisiensi investasi pembangunan sarana pendidikan dan optimalisasi pemanfaatan fasilitas pendidikan yang telah ada melalui penyelenggaraan sekolah terpadu melalui program diklat jangka pendek, SMK Rintisan, Carrier Center (CC), dan pengalihan fungsi lembaga SMA ke SMK;

e. Pemanfaatan teknologi dalam penyelenggaraan pendidikan (pembelajaran jarah jauh, broadcasting-radio, dan TV Pendidikan)

f. Pembiayaan penyelenggaraan secara gotong royong antara masyarakat, pemerintah Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat, termasuk pembangunan unit sekolah baru.

3. Peningkatan Mutu dan Relevansi Pendidikan

Pada dasarnya indikator mutu pendidikan adalah kualitas lulusannya, sedangkan aspek yang sangat dominan dalam peningkatan mutu penyelenggaraan pendidikan adalah guru, manajemen, fasilitas, kurikulum, sistem yang diterapkan serta dana yang tersedia. Sehubungan dengan itu maka strategi yang akan ditempuh adalah :


39

a. Mengupayakan pelaksanaan program peningkatan mutu pendidikan dengan komprehensif, holistik, tidak linear dan parsial;

b. Mengupayakan peningkatan kompetensi guru dibuktikan dengan sertifikasi kompetensi terstandar (nasional/internasional)

c. Pembinaan manajemen sekolah;d. Pemanfaatan ICT sebagai sarana Pusat Sumber

Belajar (PSB);e. Penyelenggaraan lomba dan kompetisi antar sekolah

dan atau antar kabupaten/kota secara rutin;f. Pemberian penghargaan yang riil atas prestasi;g. Pemberian subsidi untuk kegiatan inovasi maupun

peningkatan fasilitas pendidikan/pembelajaran serta peningkatan dan sertifikasi kompetensi guru;

h. Mempercepat sinergi sekolah, orang tua, masyarakat, dunia usaha, dunia industri, dan kondisi daerah;

i. Penetapan Standar Pelayanan Minimal.

4. Peningkatan Penguatan Tata Kelola, Akuntabilitas, dan Pencitraan Publik

Sesuai dengan kondisi sosial ekonom dan budaya sekolah, pada dasarnya efisiensi manajemen pendidikan sangat ditentukan oleh ketetapan sosialisasi program, koordinasi, disiplin, etos kerja serta kecermatan perencanaan. Sehubungan dengan itu peru ditempuh strategi :a. Peningkatan monitoring dan evaluasi dengan fokus

pada supervisi (pembinaan dan pengembangan) yang intensif, tertib dan akuntabel;

b. Review terhadap pelaksanaan program;c. Penyelenggaraan Kotak Pos 33;d. Pembudayaan peningkatan layanan publik;e. Terciptanya standar ISO di SMK;f. Pemanfaatan ICT untuk meningkatkan layanan

pendidikan

5. Memperkokoh Ketahanan Budaya


40

Sebagai konsekuensi dari majunya teknologi informasi, komuikasi dan transportasi adalah adanya penetrasi budaya asing tanpa disadari. Penetrasi tersebut ada yang positif dan mendukung budaya bangsa tetapi banyak diantaranya yang justru merusak budaya bangsa yang sangat mungkin akan berpengaruh terhadap eksistensi budaya Indonesia. Sehubungan dengan itu maka satu-satunya benteng yang masih memungkinkan dan harus diperkuat adalah dengan “memperkokoh ketahanan budaya.” Strateginya adalah :

a. Meningkatkan publikasi, sosialisasi, pagelaran seni dan budaya bangsa seintensif mungkin;

b. Mengintegrasikan kegiatan seni dan kebudayaan pada kegiatan sekolah di luar kegiatan pembelajaran (agar tidak membebani, karena jika membebani justru akan ditinggalkan)

c. Optimalisasi teknologi informasi dan komunikasi untu informasi budaya (pertunjukan, sosialilsasi, akses informasi sebagai sumber belajar dan lain-lain.

iii.Arah dan Kebijakan Pendidikan Kabupaten Jombang


Pemerataan dan perluasan akses merupakan kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka menyediakan pelayanan pendidikan bagi semua penduduk baik usia sekolah maupun usia luar sekolah. Penyediaan pelayanan pendidikan dilaksanakan untuk memberikan jaminan pelayanan bagi penduduk Kabupaten Jombang untuk memperoleh pendidikan.

Indikator pelayanan pendidikan atau angka partisipasi merupakan merupakan alat ukur keberhasilan pembangunan pendidikan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat di bidang pendidikan, yang merupakan hak dasar masyarakat sebagaimana


41

dituangkan dalam UUD 1945 pasal 31. Adapun upaya perluasan akses pendidikan diarahkan pada memperluas daya tampung satuan pendidikan sesuai dengan prioritas nasional, propinsi dan kabupaten jombang dengan mempertahankan Angka Partisipasi Murni SD/MI sebesar 89,61%, SMP/MTs pada tingkat 79,44%, SMA/MA 61,76% dan pada tahun 2025 tercapai APM SD/MI sebesar 98%, SMP/MTs 98%, SMA/MA 95% serta menurunkan angka drop out usia sekolah sebesar 0,2% dan penduduk buta aksara usia 15 tahun keatas hingga 4%Dengan tercapainya angka partisipasi murni pada tahun 2025 sebagaimana disebutkan diatas, merupakan tekat pemerintah kabupaten jombang, tidak hanya menuntaskan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun, tetapi juga menuntaskan wajib belajar 12 tahun, dimana setiap penduduk menimal memiliki kesempatan memperoleh pendidikan setingkat SMA.

Untuk mempercepat terwujudnya pemerataan dan perluasan akses pendidikan bagi masyaarakat Kabupaten Jombang pada tahun 2025, diperlukan penyediaan lembaga layanan pendidikan dengan membuka SD-SMP satu atap, Kejar Paket B dan lembaga pendidikan setingkat SMA disetiap kecamatan dengan mendorong berdirinya SMK Negeri/swasta di tiap kecamatan yang diringi pembukaan program yang fleksiel sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang selalu berubah setiap saat.

Kebijakan strategis yang disusun dalam rangka memperluas pemerataan dan akses pendidikan di Kabupaten Jombang Tahun 2025 adalah sebagai berikut :

a) Merivitalisasi Tim Wajib Belajar Tingkat Kabupaten, Kecamatan dan tingkat Desa, dengan mengoptimalkan peran dan fungsinya, sehingga dapat mendeteksi secara dini penduduk usia sekolah yang belum mendapatkan kesempatan memperoleh pendidikan.


42

b) Memfasilitasi berdirinya Pendidikan Anak Usia Dini (Play Group dan TK) baik formal maupun non formal, dengan menyederhanakan proses perizinan lembaga yang didirikan oleh kelompok masyarakat dan membuka TK Negeri di tiap kecamatan, sebagai lembaga percontohan.

c) Memfasilitasi berdirinya SDLB dan SMPLB dengan menyederhanakan proses perizinan lembaga yang didirikan oleh kelompok masyarakat.

d) Menyediakan anggaran pendamping Bantuan Operasional Sekolah (BOS) melalui APBD Kabupaten Jombang, dengan harapan tidak ada lagi siswa drop out dikarenakan biaya sekolah.

e) Membuka SD-SMP satu atap bagi daerah terpencil yang penduduknya terpencar dan kesulitan akses ke SMP.

f) Memberikan Beasiswa bagi siswa berprestasi pada satuan pendidikan SD/SMP/SMA dan SMK

g) Membentuk dan meningkatkan peran fungsi pendidikan non formal dengan program terpadu yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat, untuk menampung penduduk usia 7-15 yang belum memiliki kesempatan mendapatkan layanan pendidikan.

h) Memperluas akses bagi anak usia 13-15 dikembangkan SMP Terbuka melalui optimalisasi daya tampung dan pengembangan SMP Terbuka model maupun melalui layanan pendidikan alternative yang inovatif.

i) Memfasilitasi peran serta masyarakat untuk membuka atau meningkatkan daya tampung Sekolah Kejuruan atau SM terpadu pada Kecamatan yang memiliki lulusan SMP/MTs cukup besar, melalui pembukaan program pendidikan kejuruan yang lebih fleksibel sesuai dengan kebutuhan dan keunggulan lokas serta tuntutan pasar kerja yang berkembang.

j) Mensosialisasikan dan mendorong masyarakat untuk memperoleh pendidikan pada sekolah kejuruan, sehingga akan terjadi perimbangan jumlah siswa sekolah umum dan kejuruan.


43

2. Peningkatan Mutu, Relevansi, dan Daya Saing

Dengan berkembangnya Teknologi dan informasi pada era globalisasi mengakibatkan berkembangnya pergaulan antar bangsa sehingga seolah-olah dunia menjadi tanpa batas, sehingga terjadi persaingan yang serba bebas antar manusia dan antar bangsa. Untuk memenangkan persaingan tersebut diperlukan dukungan sumber daya manusia (SDM) yang memiliki daya saing tinggi. Pembangunan dalam rangka untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM) hanya melalui proses pendidikan yang bermutu pada lembaga pendidikan yang bermutu pula.

Kebijakan peningkatan mutu di Kabupaten Jombang diarahkan pada upaya peningkatan mutu yang mengacu pada Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang meliputi Standar Isi, Standar Proses, dan Standar Kompetensi Lulusan. Upaya peningkatan mutu tersebut dapat terwujud jika didukung oleh a) Penjaminan Mutu dari Pengawas Sekolah, b) sarana dan prasarana yang standar, c) Kompetensi Guru yang Standar, d) Sistem Pendidikan yang tepat e) Sistem pembelajaran yang inovatif.

Kebijakan strategis yang disusun dalam rangka meningkatkan mutu, relevansi dan daya saing di Kabupaten Jombang Tahun 2025 adalah sebagai berikut :

a) Revitalisasi Pengawas Dikmenum, Pengawas TK/SD, dan Penilik PLS sebagai penjamin mutu pendidikan pada satuan pendidikan dan Pendidikan Luar Sekolah.

b) Mengoptimalkan peran dan fungsi KKG SD dan MGMP SMP, SMA dan SMK.

c) Mewujudkan 10 SMK Negeri/Swasta berbasis keunggulan lokal yang bertaraf internasional.

d) Mewujudkan 15 SMA Negeri/Swasta menjadi Sekolah Standar Nasional Bertaraf Internasional.


44

e) Melaksanakan Ujian Nasional dengan pencapaian nilai rata-rata 8 untuk SD, 7,5 untuk SMP dan 7 untuk SMA/SMK.

f) Memberikan subsidi biaya ujian nasional terhadap semua siswa SD/SMP/SMA dan SMK.

g) Melaksanakan akreditasi sekolah pada satuan pendidikan SD dan SMP, untuk menentukan status akreditasi masing-masing sekolah. Penilaian dilakukan setiap satuan pendidikan 5 tahun.

h) Menyediakan buku pelajaran SD/SMP/SMA dan SMK dengan rasio 1:1 pada tiap mata pelajaran yang diajarkan.

i) Meningkatkan kompetensi guru SD/SMP/SMA dan SMK dengan memberikan diklat sesuai dengan bidang studinya masing-masing.

j) Mewujudkan semua guru SD, SMP, SMA dan SMK memiliki kwalifikasi pendidikan S-1 atau D4.

k) Mewujudkan semua guru SD, SMP, SMA dan SMK telah lulus uji sertifikasi kompetensi dan mendapatkan tunjangan professional guru.

l) Memberikan bea siswa S-1 bagi guru SD, SMP, SMA dan SMK yang belum memiliki kwalifikasi pendidikan S-1

m)Mengadakan rehabilitasi gedung SD, SMP, SMA dan SMK Negeri Swasta.

n) Membangun RKB SMP, SMA dan SMK untuk menurunkan rasio kelas dan murid.

o) Mendorong 30% SD, 80% SMP, 100% SMA da SMK menerapkan ICT Based Learning.

p) Menetapkan 10 jenis dan variasi program Pendidikan Non Formal unggulan.

q) Melaksanakan standarisasi terhadap 50% lembaga Non Formal.

3. Penguatan Tata Kelola, Akuntabilitas, dan Pencitraan Publik.

Pembangunan Pendidikan di kabupaten Jombang diarahkan pada terwujudnya Pendidikan yang bermutu di semua jenjang dan jalur Pendidikan dengan


45

memberdayakan organisasi dan stake holder Pendidikan dalam peran serta pengelolaan pendidikan serta mampu berkreasi, berinovasi dalam menghadapi tantangan dan hambatan dalam rangka mewujudkan mutu Pendidikan.

Kebijakan strategis yang disusun dalam rangka penguatan tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik di Kabupaten Jombang Tahun 2025 adalah sebagai berikut : a). Menguatkan implementasi kebijakan Pendidikan ke

sektor terkecilb). Menumbuhkan kinerja dan disiplin serta bebas dari KKNc). Merubah prilaku birokrat menjadi pelayanan

masyarakat yang profesional.d). Mewujudkan pelayanan prima bidang Pendidikan

kepada masyarakat sesuai dengan standar ISO-9001-2000 tentang managemen pelayanan publik;

e). Meningkatkan pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja dan keuangan yang akuntabel dan transparan.

f). Meningkatkan pembinaan kelembagaan sekolah dan managemen sekolah dengan penerapan manajemen berbasis sekolah di satuan dan jenjang pendidikan.

E. Dasar Hukum

Grand Design Pendidikan Menuju Tahun 2025 disusun di bawah pijakan hukum. Pijakan hukum di samping memberi aspek legal juga memberikan gambaran tentang komponen apa saja yang harus dipersiapkan dan dikembangkan sesuai dengan standar nasional, regional maupun lokal yang berlaku. Landasan hukum dan perundangan juga merupakan acuan pokok bagi analisis awal, preconditioning dari rancangan induk pendidikan. Landasan hukum penyusunan Grand Design Pendidikan Kabupaten Jombang Menuju Tahun 2025 adalah,

1. Undang-Undang Dasar 1945, sesuai dengan amandemen terakhir;


46

2. Undang-undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia;

3. Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;

4. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;

5. Undang-undang Nomor 23 tahun 2003 tentang Perlindungan Hak Anak;

6. Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah;

7. Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai daerah Otonom;

9. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan;

10. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar isi untuk Satuan Pendidikan dasar dan Menengah;

11. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah;

12. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Permendiknas Nomor 22 dan Nomor 23 Tahun 2006;

13. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 056/U/2001 tentang Pedoman Pembiayaan Penyelenggaraan Pendidikan Nasional;

14. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 122/U/2001 tentang Rencana Strategis Pembangunan Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Tahun 2000-2004;

15. Perda Provinsi Jawa Timur Nomor 8 Tahun 2005 tentang RPJMD/RPJPD Jawa Timur

16. Perda Nomor 10 Tahun 2003 tentang Rencana Strategis Kabupaten Jombang

17. Perda Nomor 30 Tahun 2004 tentang Susunan dan Tata Kerja Dinas Pendidikan Kabupaten Jombang.


47

F. Maksud, Tujuan dan Metode Penyusunan Grand Design Pendidikan Kabupaten Jombang Menuju Tahun 2025

Grand Design pendidikan yang disusun oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Jombang, merupakan dokumen perencanaan jangka panjang (long term planning). Grand Design ini dapat disebut sebagai pengejawantahan rencana pembangunan jangka panjang (RPJP) bidang pedidikan. Karenanya, maksud dan tujuan disusunnya Grand Design pendidikan ini, antara lain sebagai berikut :

a. Menggambarkan kondisi saat ini dan trend masa mendatang pendidikan dan kebudayaan, baik pada skala nasional maupun skala regional (Kabupaten Jombang).

b. Menetapkan arah, visi, dan misi, serta strategis Dinas Pendidikan Kabupaten Jombang dalam mencapai visi dan misi pada tahun 2025.

c. Mensinkronisasikan, mengintegrasikan, dan menyelaraskan pelaksanaan pembangunan bidang pendidikan baik pada tataran nasional, Propinsi maupun pada tataran Kabupaten Jombang.

Adapaun Tujuan Penyusunan Grand Design ini yaitu :

d. Memberikan pedoman, petunjuk, referensi dalam menyusun Rencana Strategis (Renstra) bidang pendidikan, baik bagi unit kerja dilingkungan Dinas Pendidikan, Dinas Pendidikan Kabupaten Jombang, maupun Pemerintah Kabupaten Jombang yang berkewenangan menyelenggarakan pendidikan.

e. Memberikan pedoman, petunjuk, referensi dalam menyusun Rencana Kinerja (Renja) dan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) bidang pendidikan, baik bagi Dinas Pendidikan Kabupaten Jombang beserta unit kerja dilingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Jombang,


48

maupun maupun Pemerintah Kabupaten Jombang yang berkewenangan menyelenggarakan pendidikan.

Secara metodologis, penyusunan Grand Design Pendidikan Kabupaten Jombang melalui tahapan-tahapan sebagaimana tampak pada gambar di bawah. Penyusunan Grand Design dimulai dengan merumuskan gagasan awal, yang selanjunya dibahas pada Pra Wrokshop ( focus group discussion ) dengan mengundang berbagai pihak stakeholder pendidikan. Pra workshop dimaksudkan untuk menggali pendapat dan menjaring pendapat dari berbagai pihak. Dari FGD diharapkan menghasilkan Draf Grand Design Pendidikan Kabupaten Jombang.

Pemikiran yang berkembang dan muncul selama pra workshop/FGD selanjutnya dibahas, digali, dianalisis, dirumuskan butir-butir penting dan hasilnya berupa Draf Grand Design. Hasil Draf Grand Design kemudian dilakukan penyempurnaan I berdasarkan review internal yang melibatkan mulai dari sekolah, Dewan Pendidikan eselon IV sampai dengan Eselon II dalam jajaran Dinas pendidikan Kabupaten Jombang. Hasil dari penyempurnaan I dilakukan penyempurnaan II berdasarkan hasil review external yang


49

Pra Workshop

(FGD)

Draf Grand Design

Penyempurnaan I (Internal)

Gagasan Awal

Penyempurnaan II (External) Finalisasi

melibatkan berbagai Stakholder pendidikan khususnya yang tidak berada di Jajaran Dinas Pendidikan Kabupaten Jombang, dan sekaligus sebagai uji publik terhadap grand design. Dalam Uji publik, semua pihak berkesempatan memberi koreksi dan masukan guna penyempurnaan grand design dan ditampung oleh Tim Penyusun sebagai bahan penyempurnaan gran design. Setelah disempurnakan, maka grand design Pendidikan Kabupaten Jombang dinyatakan final dan selanjutnya diserahkan ke Pemerintah Kabupaten Jombang untuk dapatnya sebagai produk hukum.


50

Bab 2 KONDISI PENDIDIKAN KABUPATEN JOMBANG

A. Kondisi Umum Wilayah Kabupaten Jombang

1. Administrasi Pemerintahan Daerah

Sesuai dengan UU. No. 32 tahun 2004, pemerintah daerah merupakan koordinator semua instansi sektoral dan kepala daerah yang bertanggung jawab sepenuhnya terhadap pembinaan dan pengembangan wilayahnya. Pembinaan dan pengembangan tersebut mencakup segala bidang kehidupan dan bidang pembangunan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kabupaten Jombang sebagai kesatuan wilayah pemerintahan, telah memiliki arah dan tujuan tertentu yang harus dicapai melalui pembangunan terpadu, termasuk di bidang pendidikan. Hal itu berarti bahwa rencana pembangunan pendidikan di Jombang tidaklah berdiri sendiri, tetapi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari rencana pembangunan kabupaten maupun provinsi secara keseluruhan. Oleh karena itu, segala usaha dan kegiatan pembinaan dan pengembangan di bidang pendidikan di Kabupaten Jombang harus berada dibawah koordinasi atau sepengetahuan pemerintah Kabupaten Jombang. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga keserasian dan keterkaitannya dengan sektor lain dalam rangka mencapai sasaran dan tujuan pembangunan daerah yang telah ditetapkan.

Kabupaten Jombang terdiri dari 21 Kecamatan terbagi dalam 306 kelurahan/desa, 1.258 dusun dengan luas wilayah seluruhnya 1.159,50 km2. Dari jumlah kelurahan/desa tersebut, 70 desa diantaranya atau 22,88% masih merupakan desa tertinggal.

2. Demografi


51

Berdasarkan undang-undang, pendidikan diperuntukkan bagi seluruh masyarakat Indonesia yang salah satu tujuannya adalah meningkatkan kecerdasan dan kesejahteraan penduduk secara optimal. Dengan demikian, penduduk baik sebagai perorangan maupun sebagai kelompok masyarakat merupakan sasaran kegiatan pembangunan pendidikan. Oleh karena itu, aspek-aspek kependudukan, dinamika penduduk dan masalah yang ditemui dalam masyarakat akan sangat mempengaruhi pendidikan. Dengan demikian, aspek kependudukan perlu dipertimbangkan dalam pengembangan pendidikan.

Jumlah penduduk di Kabupaten Jombang akhir tahun 2007 adalah 1.168.623 orang. Terdiri dari 577.360 laki-laki dan 591.263 perempuan. Dari jumlah tersebut, 124.707 orang berusia 7-12 tahun (10,68%) dan 65.948 orang berusia 13-15 tahun (5,65%) serta 61.557 orang berusia 16-18 tahun (5,27%).

Kecamtan dengan jumlah penduduk terbesar adalah Kecamatan Jombang (118.537 jiwa), diikuti dengan Kecamatan Diwek (92.630 jiwa) dan Kecamatan Mojowarno (81.317 jiwa). Sedangkan kecamatan dengan jumlah penduduk terkecil adalah Kecamatan Ngusikan (20.735 jiwa), diikuti dengan Kecamatan Kudu (29.970 jiwa) dan Kecamatan Wonosalam (31.268 jiwa).

Dari sisi kepadatan penduduk, Kabupaten Jombang kepadatannya sebesar 1.007 jiwa/km2. Apabila dilihat dari tingkat kepadatan di kecamatan, kecamatan yang paling tinggi tingkat kepadatannya adalah Kecamatan Jombang (3.256 jiwa/km2 ), diikuti dengan kKecamatan Peterongan (1.941 jiwa/km2 ) dan Kecamatan Diwek ( 1.940 jiwa/km2 ). Sedangkan Kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah berada di kecamatan daerah pegunungan yaitu Keacamatan Wonosalam (257 jiwa/km2), Kecamatan Kabuh (295 jiwa/km2), Kecamatan Plandaan (314 jiwa/km2), dan Kecamatan Ngusikan (412 jiwa/km2).


52

3. Geografi

Secara administratif batas wilayah Kabupaten Jombang sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Lamongan, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Mojokerto, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Kediri dan Kabupaten Malang, dan sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Nganjuk. Kabupaten Jombang dilalui Sungai Brantas.

Faktor geografi yang dimaksud antara lain mencakup aspek keadaan alam dan sumber daya alam (SDA) yang berpengaruh besar terhadap pembangunan pendidikan. Pengaruh ini dapat bersifat menunjang dan dapat pula bersifat menghambat. Tersedianya SDA merupakan faktor yang menunjang pendidikan baik langsung maupun tidak langsung. Keadaan geografi yang tidak menguntungkan antara lain keadaan pemukiman penduduk yang berpencar-pencar dan terpencil serta pemukiman yang padat merupakan kendala dalam upaya peningkatan perluasan dan pemerataan kesempatan belajar.

Keadaan topografi di Kabupaten Jombang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan (1) rencana penentuan lokasi sekolah; (2) rencana rayonisasi penerimaan siswa baru; (3) rencana supervisi sekolah dan pengendalian; (4) rencana penempatan guru; (5) rencana pengadaan dan pendistribusian buku-buku serta peralatan pendidikan lainnya.

Sumber daya alam baik yang terkandung di daratan, di sungai, merupakan potensi ekonomi yang besar. Hal itu berarti bahwa pengelolaan SDA secara efisien akan meningkatkan pendapatan pemerintah daerah dan secara tidak langsung akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan pendapatan daerah dan kesejahteraan masyarakat jelas akan memberikan dampak positif terhadap penyediaan dana dan fasilitas


53

pendidikan sehingga pengembangan pendidikan dapat terlaksana sesuai dengan harapan. Di Kabupaten Jombang, terdapat berbagai sumber daya alam, yang menjadi andalan, di antaranya adalah : a) Pertanian/perkebunan, b) Peternakan/perikanan, c) Kehutanan, dan d) Pertambangan/penggalian.

Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) Kabupaten Jombang yang berwawasan ramah lingkungan harus dijadikan pedoman perencanaan terpadu pembangunan, agar tatanan lingkungan hidup dan pemanfaatan sumber daya alam (SDA), dan sumber daya manusia (SDM) dapat dilakukan secara tepat guna, berdaya guna serta berhasil guna secara berkelanjutan.

Faktor iklim yang mencakup antara lain aspek lamanya musim kemarau dan musim penghujan serat banyaknya curah hujan, juga akan berpengaruh terhadap lingkungan seperti tingkat kesuburan lahan, kekeringan, banjir dan sebagainya, yang pada gilirannya berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat. Secara tidak langsung, faktor iklim juga akan mempengaruhi pendidikan. Musim kemarau di Kabupaten Jombang biasanya pada bulan Mei sampai Oktober, sedangkan musim hujan terjadi bulan Nopember sampai April dan curah hujan rata-rata adalah 4.771 mm per bulan.

4. Ekonomi

Bidang ekonomi merupakan penggerak utama pembangunan seiring dengan pengembangan kualitas SDM. Oleh karena itu, pembangunan di bidang pendidikan yang merupakan bagian dari upaya peningkatan SDM memegang peranan yang sangat penting. Melalui pendidikan diharapkan dapat berbentuk manusia yang berkualitas sebagaimana yang dicita-citakan, yaitu manusia yang memiliki kemampuan mamanfaatkan, mengambangkan dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperlukan untuk


54

mendukung pembangunan ekonomi, sosial budaya dan berbagai bidang lainnya secara serasi dan seimbang.

Tingkat pendapatan suatu daerah dapat diukur antara lain dari pendapatan per kapita, penerimaan pajak bumi dan bangunan (PBB), pendapatan asli daerah (PAD) serta gambaran kulitatif tentang keadaan sandang, pangan dan perumahan masyarakat. PAD tahun 2007, Kabupaten Jombang adalah sebesar Rp 56.757.701.203, penerimaan dari Pajak Daerah sebesar Rp 12.081.644.000,- Pendapatan dari sektor retrebusi daerah, hasil pengelolaan daerah yang dipisahkan, lain-lain pendapatan daerah yang syah Rp. 44.676.057.203,- dan rata-rata pendapatan per kapita adalah Rp 4.682.661 sedangkan UMR yang berlaku adalah Rp 690.000,00

5. Sosial Budaya dan Agama

Kondisi cultural keagamaan di Kabupaten Jombang juga cukup komplek, berdasarkan agama struktur kependudukan di Kabupaten Jombang didominasi oleh pemeluk agama Islam, yaitu lebih kurang 98% dari penduduk yang ada, sedangkan agama yang lain yaitu Kristen Protestan 1,2%, Katolik 0,3%, Hindu 0,06% dan Budha 0,09%. Namun dominasi ini tidak menghilangkan identitas kebudayaan umat beragama yang lain, dengan kata lain bahwa kerukunan hidup antar umat beragama selain Islam dapat berkembang dengan baik di tengah-tengah lingkungan pondok pesantren dan masyarakat yang beragama Islam.

6. Transportasi dan Komunikasi

Saran dan prasarana perhubungan baik transportasi dan komunikasi merupakan sarana untuk mobilitas penduduk maupun sarana untuk memperpendek jarak antara daerah satu dengan yang lain. Transportasi merupakan alat angkut baik transportasi darat (kereta api, bus, mobil, pribadi, sepeda motor, sepeda dan lain-lain).


55

Semua sarana tersebut ditujukan untuk memperlancar arus barang dan jasa dari satu tempat ke tempat lain, meningkatkan mobilitas manusia ke tempat tujuan baik dari pedesaan sampai ke perkotaan, daerah perbatasan sampai ke daerah terpencil, ataupun membantu kemudahan siswa dari tempat tinggal menuju ke sekolah.

B. Kondisi Pendidikan Kabupaten JombangMelalui berbagai upaya intensif dalam perencanaan dan pelaksanaan serta pengendalian program-program pembangunan pendidikan yang didukung dengan semakin harmonisnya koordinasi antar sektor serta stakeholders, maka dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir telah dapat diwujudkan peningkatan keberhasilan pembangunan pendidikan, khususnya dalam aspek perluasan pemerataan kesempatan belajar pada jenjang pra sekolah, pendidikan dasar dan pendidikan menengah yang ditandai dengan peningkatan APK pada setiap jenis dan jenjang pendidikan.

Keberhasilan tersebut dapat dipergunakan sebagai pijakan untuk menyusun perencanaan program dan proyeksi pembangunan pendidikan pada masa yang akan datang. Namun demikian, keberhasilan berdasarkan peningkatan APK harus terus dikaji dan dievaluasi sebelum ditetapkan sebagai dasar penyusunan proyeksi karena pada dasarnya tinggi rendahnya APK ditentukan juga oleh perkembangan jumlah penduduk.

1. Taman Kanak-kanak (TK) dan Raudhatul Athfal (RA)

Kondisi pendidikan pada Taman Kanak-kanak (TK) dan Raudhatul Athfal (RA) dapat kita lihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 3Perkembangan pendidikan di Taman Kanak-kanak (TK)

dan Raudhatul Athfal (RA)tahun 2005 – 2007

No. Uraian 2005/2006

2006/2007

2007/2008


56

1. Jml Penduduk usia 4 - 6 th

40.536 39.253 38.499

2. Jml Penduduk usia 4 - 6 th yang bersekolah TK/RA

24.466 25.320 23.053

3. Jml Siswa TK/RA 34.011 35.449 34.9514. APM TK/RA 60,36 64,50 59,885. APK TK/RA 83,90 90,31 90,786. Jumlah lembaga 555 597 6017. Jumlah Guru 2.076 2.366 1.899

Perkembangan TK dan RA, sebagaimana disajikan pada Tabel 3, selama tiga tahun terakhir jumlah peserta didik Taman Kanak-kanak mengalami fluktuasi. Dari sebanyak 34.011 orang pada tahun 2005 meningkat menjadi 35.449 orang pada tahun 2006 dan pada tahun 2007 menjadi 34.951 peningkatan jumlah peserta didik tersebut juga disertai dengan peningkatan jumlah lembaga, ruang kelas dan guru TK serta peningkatan APK-nya, tetapi pada tahun 2007 mengalami penurunan baik jumlah siswa, APM dan jumlah guru.

2. Tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah

Kondisi Pendidikan pada Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah dapat kita lihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 4Perkembangan Pendidikan

di tingkat SD/MI tahun 2005 – 2007

No. Uraian 2005/2006

2006/2007

2007/2008

1. Jml Penduduk usia 7-12 th

125.326 124.707 123.722

2. Jml Penduduk usia 13-15 th yang bersekolah SMP/MTs

50.160 52.477 52.346

3. Jml Siswa SD/MI 128.492 127.916 127.376


57

4. APM SD/MI 89,73 89,61 89,875. APK SD/MI 102,52 102,57 102,956. Jumlah lembaga 844 840 8407. Jumlah Guru 7.933 8.435 8.439

Perkembangan pendidikan pada jenjang pendidikan SD/MI, terjadi penurunan penduduk usia sekolah 7-12 tahun dan jumlah siswa, tetapi pada APM terjadi fluktuatif, sedangkan APK pada kurun waktu tahun 2005 s.d tahun 2007 mengalami peningkatan.

Dari tabel 4, meskipun jumlah penduduk, usia, jumlah siswa dan APM dan APK meningkat, tetapi jumlah lembaga dan jumlah ruang kelas justru menurun, sedangkan jumlah gurunya meningkat. Penurunan jumlah lembaga dan ruang kelas tersebut terutama terjadi karena dilaksanakannya program regrouping SD.3. Tingkat Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SMP)

dan Madrasah Tsanawiyah MTs.

Kondisi Pendidikan pada SMP dan MTs dapat kita lihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 5Perkembangan Pendidikan

di tingkat SMP/MTs tahun 2005 – 2007

No.

Uraian 2005/2006

2006/2007

2007/2008


66.735 65.948 65.737

2. Jml Penduduk usia 13-15 th yang bersekolah SMP/MTs

50.160 52.477 52.346

3. Jml Siswa SMP/MTs 65.703 65.387 65.1454. APM SMP/MTs 75,16 79,57 79,635. APK SMP/MTs 98,45 99,15 99,106. Jumlah lembaga 245 245 2397. Jumlah Guru 5.835 5.822 5.825


58

Pada jenjang pendidikan SMP/MTs, selama kurun waktu tahun 2005 s.d 2007 terdapat penurunan baik jumlah penduduk usia 13-15 tahun maupun jumlah siswa. Meskipun terjadi penurunan pada jumlah penduduk dan jumlah siswa, tetapi ternyata baik APK maupun APM-nya konstan meningkat dalam kurun waktu tersebut, yang berarti bahwa penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun tidak terhambat. Aspek yang menurun dalam kurun waktu tersebut adalah jumlah ruang kelas sedangkan jumlah guru mengalami fluktuasi.

4. Tingkat SMA, MA, dan SMK

Tabel 6Perkembangan Pendidikan pada jenjang

SMA/SMK/MA tahun 2005 – 2007

No.

Uraian 2005/2006

2006/2007

2007/2008


70.937 61.557 60.757

2. Jml Penduduk usia 16-18 th yg bersekolah diSMA/SMK/MA

36.103 38.016 38.069

3. Jumlah Siswa SMA/SMK/MA

47.962 52.478 52.452

4. APM SMA/SMK/MA 50,89 61,76 62,685. APK SMA/SMK/MA 67,61 85,25 86,336. Jumlah lembaga 166 167 1717 Jumlah Guru 4.619 4.788 4.790

Perkembangan pendidikan SMA/MA/SMK selama kurun waktu tahun 2005 s.d 2007, perkembangan penduduk usia 16-18 tahun juga mengalami penurunan terus. sedangkan jumlah siswa SMA dan SMK, MA usia 16-18 tahun maupun jumlah siswa keseluruhan meningkat terus dalam kurun waktu tersebut. APK dan APM secara keseluruhan naik, jika dirinci APM sempat naik tajam dari 67,61 ditahun 2005, menjadi 85,25 ditahun 2006 dan tahun 2007 naik menjadi 86,33. Jumlah guru dan Lembaga mengalami peningkatan.


59

5. Sekolah Luar Biasa (SLB)

5.1. Sekolah Dasar Luar Biasa

No.

Uraian 2005/2006

2006/2007

2007/2008

1. Jumlah Siswa 2. Jumlah lembaga3. Jumlah Guru

5.2. Sekolah Menengah Tingkat Pertama Luar Biasa (SMPLB)

No.

Uraian 2005/2006

2006/2007

2007/2008


5.3. Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB)No.

Uraian 2005/2006

2006/2007

2007/2008


6. SMP Terbuka


60

No.

Uraian 2005/2006

2006/2007

2007/2008


7. Pendidikan Non Formal

Program Pendidikan Non Formal diarahkan untuk memberikan pelayanan pendidikan yang belum bersekolah, tidak pernah sekolah atau buta aksara, putus sekolah dan warga masyarakat lain yang kebutuhan pendidikannya tidak dapat terpenuhi melalui jalur pendidikan formal. Pendidikan Non Formal bertujuan untuk memberikan layanan pendidikan kepada semua warga masyarakat baik laki-laki maupun perempuan agar memiliki kecakapan hidup untuk mengembangkan potensi diri dengan penekanan pada pengusaan pengetahauan dan ketrampilan vokasional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesiaonal. Dengan demikian maka Pendidikan Non Formal dapat berfungsi sebagai pengganti, penambah dan atau pelengkap pendidikan non formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.

Pendidikan Non Formal yang dilaksanakan di kabupaten Jombang :

1. Pemberantasan Buta Aksara/Keaksaraan Fungsional;

Pendidikan Keaksaraan Fungsional bertujuan untuk memberantas tiga Buta Membaca, Menulis dan Berhitung. Program ini sampai akhir tahun 2007 untuk anak usia 15–44 tahun. Program ini merupakan program prioritas Pendidikan Non Formal karena Pendidikan Keaksaraan erat kaitannnya dengan kebodohan, keterbelakangan dan ketidak berdayaan.

Hal ini dilakukan untuk membekali penduduk yang telah terbebaskan dari kebutaan aksaranya untuk memfungsikan kemampuan membaca menulis dan berhitung yang telah


61

dimiliki untuk meningkatkan kesejahteraan hidup secara sosial, ekonomi dan budaya. Program Pendidikan Keaksaraan di Kabupaten Jombang mendapat bantuan pada tahun 2007 sebanyak 381 kelompok atau sebanyak 7.620 warga belajar. Dengan demikian pada tahun 2007 Kabupaten Jombang telah dinyatakan Tuntas Buta Aksara sehingga Kabaupaten Jombang. Atas apresiasi penanganan Buta Aksara tersebut Pemerintah Kabupaten Jombang mendapat Penghargaan dari Mendiknas.

2. Pendiidikan Kesetaraan meliputi ; Paket A setara SD, Paket B setara SMP; Paket C setara SMA;

Program pendidikan kesetaraan bertujuan untuk menurunkan jumlah penduduk usia sekolah yang karena berbagai faktor tidak dapat melanjutkan sekolah pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Program pendidikan kesetaraan selain diarahkan pada anak usia wajar dikdas usia 9 tahun juga diarahkan bagi masyarakat yang telah terbebas dari buta huruf (Paket A dan Paket B) dan menyediakan pendidikan lanjuta yaitu (Paket C) diarahkan kepada masyarakat yang ingin mengikuti jenjang pendidikan yang lebih tinggi dari yang telah dimilikinya.

Pada tahun 2007 Pendidikan Kesetaraan diarahkan pada pelaksanaan program paket A dengan sasaran kelas IV sebanyak 329 wajib belajar, kelas V sebanyak 60 wajib belajar, dan kelas VI sebanyak 149 wajib belajar. Dan telah menempuh UNPK sebanyak 149 warga belajar

Adapun program Paket B dengan sasaran kelas I sebanayak 360 peserta didik, kelas II sebanyak 440 peserta didik, kelas III sebanyak 500 peserta, dan peserta Ujian Nasional 220 peserta didik.

3. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD);

No Jenis LembagaJumlah

LembagaJumlah Siswa

Jumlah Tutor

2006

2007

2006 2007

2006

2007

1 Kelompok 92 152 2.26 2.90 360 476


62

Bermain 2 32 Temapat

Penitipan Anak1 2 10 15 4 5

3 Pendidikan Integram Posyandu

3 7 45 80 9 21

Jumlah 96 160 2.317

2.998

473

501

4. Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill) 5. Pembinaan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat6. Pembinaan kursus dan pelatihan

Program Pembinaan Kursus dan pelatihan bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan kursus sesuai dengan kebutuhan belajar masyarakat di berbagai bidang ketrampilan . Kursus yang diselenggarakan oleh masyarakat atas pembinaan Dinas Pendidikan Kabupaten Jombang terdapat beberapa rumpun meliputi :

1. Rumpun Kerumah tanggan terdiri dari Kursus Modes sebanyak 18 lembaga, Perhotelan sebanyak 2 lembaga dan Kursus Bay Suster sebanyak 1 lembaga.

2. Rumpun Kesenian terdiri dari Tata Rias Pengantin sebanyak 4 lembaga dan Kesenian 1 lembaga

3.

8. Peningkatan Budaya Bacaan Masyarakat

Program peningkatan baca budaya masyarakat dilaksanakan selain untuk meningkatakan kemampuan keaksaraan warga masyarakat yang telah terbebas dari buta aksara juga untuk mencegah terjadinya fenomena kembalinya mereka yang telah melek aksara menjadi buta aksara lagi.Di Kabupaten Jombang masih sangat terbatas Taman Bacaan Masyarakat baru ada 17 Taman Bacaan Masyarakat yang tersebar di 12 kecamatan termasuk kemampuan membaca masyarakat yang baru melek huruf sangatlah minim sehingga


63

perlu mendapat perhatian dan bantuan fasilitas –fasilitas buku baik berupa buku pelajaran maupun ilmu pengetahuan lainnya serta fasilitas yang menunjang kelancaran taman bacaan masyarakat. Fasilitas transportasi yang ada baru berupa motor pintar di berikan pada tahun 2007 di SKB Mojoagung.

C. Hasil Kinerja Pendidikan Kabupaten Jombang

1. Pemerataan Pendidikan dan perluasan Akses Pendidikan

Berdasarkan APK yang dicapai sebagaimana disajikan pada Tabel 4,5,dan 6 ternyata APK tertinggi terdapat di tingkat SD+MI yaitu 102,95% dan yang terendah di tingkat SM yaitu 86,33%. Tingginya APK adalah akibat banyaknya siswa usia di luar usia sekolah yang berada pada jenjang pendidikan tersebut.

APM yang tertinggi terdapat di tingkat SD + MI yaitu 89,87 % dan yang terendah di tingkat SM yaitu 62,66%. berdasarkan APM dapat diketahui pula bahwa pada tingkat SD + MI anak usia sekolah yang bersekolah lebih banyak dibandingkan dengan tingkat lainnya. Hal itu juga menunjukkan kinerja yang paling baik terdapat di tingkat SD+MI.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pada jenjang SD tingkat keberhasilannya dalam pelaksanaan program pemerataan dan perluasan lebih tinggi dibandingkan dengan pencapaian pada jenjang SMP/MTs maupun jenjang SMA/MA/SMK.

Bila sekolah dibandingkan antar jenjang, maka makin tinggi sekolah makin kurang, hal itu ditunjukkan dari jumlah tingkat SD+MI berbanding tingkat SMP+MTs sebesar 3,51 dan tingkat SMP berbanding tingkat SM sebesar 1,40.


64

Sedikitnya jumlah sekolah yang tersebut, maka perlu adanya penambahan Ruang Kelas Baru di tingkat SM.

Rasio siswa per guru bervariasi dengan rasio terbesar terdapat pada tingkat SD + MI yaitu 15 dan terendah terdapat pada SMP + MTs dan SM yaitu 11. besarnya rasio siswa per guru ini menunjukkan kurangnya guru di tingkat tersebut. Sebaliknya, rasio terkecil menunjukkan cukupnya guru di tingkat tersebut. Hal ini berarti bahwa pada tingkat tersebut masih memerlukan ruang kelas tambahan jika diharapkan jumlah kelas sama dengan kebutuhan ruang kelas sehingga tidak ada ruang kelas yang digunakan lebih dari sekali.

Sejalan dengan perbandingan antar sekolah di tingkat SMP dan SD yang cukup tinggi, maka angka melanjutkan ke tingkat SMP juga cukup tinggi. Diharapkan apabila jumlah tingkat SMP ditingkatkan maka angka melanjutkan juga akan meningkat. Sebaliknya, angka melanjutkan ke tingkat SM lebih kecil.

Salah satu faktor yang diyakini sebagai penyebab rendahnya angka melanjutkan ke SM (SMA/MA/SMK) adalah karena jumlah SM yang jauh lebih sedikit dibandingkan jumlah SMP/MTs (daya tampungnya lebih rendah dari pada lulusan SMP/MTs).

Faktor lain yang juga diyakini sangat dominan mempengaruhi angka melanjutkan lulusan SMP/MTs ke SMA/MA/SMK adalah karena pada umumnya SMA/SMK berada di perkotaan sehingga menjadi kendala bagi lulusan SMP yang tinggal di daerah pedesaan, juga karena biayanya yang relatif lebih tinggi, sebagai akibat dari relatif lebih tingginya biaya investasi maupun biaya operasional pembelanjaan utamanya untuk praktek mata pelajaran produktif.

Perbedaan pencapaian di tingkat SD, SMP dan SM juga karena akibat perbedaan kepadatan penduduk usia sekolah, kepadatan terbesar terdapat di tingkat SD + MI


65

dan terkecil terdapat di tingkat SMP + MTs. Di samping itu, banyak desa tertinggal juga mempengaruhi kinerja pendidikan dasar dan menengah.

Berdasarkan pencapaian indikator pada Tabel 4, 5 dan 6 maka pencapaian setiap indikator untuk setiap jenjang pendidikan, dapat dikatakan bahwa tingkat SD+MI. mempunyai kinerja yang lebih unggul dibandingkan dengan tingkat SMP+MTs maupun tingkat SM. Kinerja yang lebih unggul ini diambil dari banyaknya nilai yang lebih tinggi pada tingkat tersebut.

2. Peningkatan Mutu, Relevansi dan Daya Saing Pendidikan

Indikator mutu dapat dibedakan menjadi lima indikator mutu yaitu: (1) mutu masukan, (2) mutu proses, (3) mutu SDM, (4) mutu fasilitas, dan (5) biaya. Berdasarkan mutu masukan dapat diketahui bahwa 9.42 persen siswa baru tingkat I untuk tingkat SD adalah berasal dari tamatan TK atau sejenis.

Berdasarkan indikator mutu proses yaitu angka mengulang, angka putus sekolah, dan angka lulusan, ternyata angka mengulang terbesar terdapat pada tingkat SD/MI. yaitu sebesar 2.19 persen dan terendah terdapat pada tingkat SMP/MTs yaitu sebesar 0.18 persen.

Selanjutnya angka putus sekolah terbesar terdapat pada tingkat SM/MA yaitu sebesar 1.72 persen dan terendah terdapat pada tingkat SD/MI yaitu sebesar 0.09 persen. Bila dilihat angka lulusan ternyata angka tertinggi terdapat pada tingkat SD/MI yaitu sebesar 98.41 persen dan terendah terdapat pada tingkat SMP/MTs yaitu sebesar SMP/MTs persen.

Dengan melihat ketiga indikator mutu proses ini dapat dikatakan bahwa kinerja terbaik adalah pada tingkat SD/MI. Hal itu ditunjukkan dengan adanya angka


66

mengulang dan putus sekolah paling rendah serta angka lulusan yang paling tinggi.

Bila dilihat dari mutu SDM (guru), maka persentase guru yang layak mengajar terbesar adalah pada tingkat SMP/MTs yaitu 84.35 persen dan guru yang layak mengajar terendah adalah pada tingkat SM/M yaitu 60.07. Mutu guru juga menunjukkan kinerja sekolah, hal itu terlihat pada kesesuaian ijazah guru dengan bidang studi yang diajarkan. Khusus SLTP, banyaknya guru yang sesuai terlihat pada bidang studi PPKn, yaitu sebesar 100.51 persen dan yang paling tidak sesuai adalah bidang studi IPA yaitu 110.62, sedangkan SMU, banyaknya guru yang sesuai terlihat pada bidang studi Bahasa Indonesia Yaitu sebesar 100 persen dan yang paling tidak sesuai terlihat pada bidang studi Pend Agama yaitu sebesar 113.89 persen.

Tabel 7Indikator Mutu Pendidikan

Tahun 2006/2007

No. Indikator SD+MI SLTP+MTs

SM+MA

1. Persentase Lulusan TK/RA/BA

67.85 - -

2. Angka Mengulang 2.19 0.18 0.423. Angka Putus

Sekolah0.09 0.70 1.72

4. Angka Lulusan 98.41 91.05 94.485. Angka Kelayakan

Mengajara. Layak 75.63 84.35 60.07b. Semi layak 13.24 6.10 32.85c. Tidak layak 11.13 9.55 7.08

6. Persentase Kesesuaian Guru Mengajar a. PPKn - 100.51 108.24


67

b. Pend. Agama - 94.3 113.89c. Bhs Indonesia - 110.71 100d. Bhs Inggris - 111.76 101.44e. Sejarah & Sejarah Budaya

- 9.55 92.41

f. Pend. Jasmani - 104.35 94.94g. Matematika - 109.20 93.24h. IPA - 110.62h.1 Fisika - - 96.46h.2 Biologi - - 104.21h.3 Kimia - - 105.68i. IPS - -i.1 Ekonomi - - 104.46i.2 Sosiologi - - 106.90

No. Indikator SD+MI SLTP+MTs

SM+MA

i.3 Geografi - - 110.53j. Seni & Kerajinan - 28.67k. Muatan Lokal - 91.65l. Tata Negara - - 21.43m. Antropolgi - - 67.74n. Pendidikan Seni - - 54.05o. Bahasa Asing - - 105.88p. B dan P - 88.00q. Lain-lain - 129.46

7. Persentase Kondisi Ruang Kelasa. Baik 45.57 83.37 92.08b. Rusak Ringan 38.15 12.93 6.33c. Rusak Berat 16.28 3.70 1.59

8. Persentase Fasilitas Sekolaha. Perpustakaan 27.70 93.64 73.09b. Lapangan OR 93.18 158.84 55.16c. UKS 78.98 154.72 58.13d. Laboratorium 170.07 157.38e. Keterampilan 31.23f. Bimbingan 67.02


68

Penyuluhang. Serba Guna 25.06h. Bengkel 102.08i. Ruang Praktik 81.25

9. Angka Partisipasi (persen)a. Pemerintah Pusat 78.60 35.05 15.85b. Orang tua 5.72 17.63 62.37c. Pemerintah Daerah

15.30 41.76 17.71

10. Satuan biaya (000 Rp.)

792.98 650.02 671.16

Indikator berikutnya adalah tentang mutu prasarana dan sarana pendidikan. Ruang kelas dengan kondisi baik paling banyak terdapat pada tingkat SM+MA yaitu sebesar 92.08 persen sedangkan kondisi rusak berat yang paling banyak terdapat pada tingkat SD/MI yaitu sebesar 16.28 persen. Banyaknya ruang kelas yang rusak berat ini menunjukkan mutu prasarana yang buruk dan berakibat secara tidak langsung akan menurunkan mutu sekolah.

Indikator mutu prasarana lainnya adalah ketersediaan fasilitas sekolah yang ada. Jumlah sekolah yang memiliki perpustakaan terbesar ada pada tingkat SMP/MTs yaitu sebesar 93.64 persen dan terendah ada pada tingkat SD/MI sebesar 27.70. Jumlah lapangan olahraga terbesar pada tingkat SMP/MTs Yaitu sebesar 158.84 persen dan terendah ada pada tingkat SM+MA sebesar 55.16 persen. Fasilitas sekolah lainnya yaitu ruang UKS terbesar terdapat pada tingkat SMP/MTs yaitu sebesar 154.72 persen. Dengan demikian, bila setiap sekolah diharuskan memiliki ketiga fasilitas tersebut, maka tingkat SMP/MTs Memiliki angka terbesar.

Indikator mutu yang ditunjukkan dari biaya dilihat dari angka partisipasi pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan orang tua siswa. Dari ketiga angka partisipasi dalam hal biaya tersebut, angka partisipasi terbesar adalah pada


69

pemerintah pusat yaitu 78.60. Partisipasi pemerintah pusat lebih banyak terdapat di tingkat SD/MI dan partisipasi orang tua siswa lebih banyak terdapat di tingkat SM. Berdasarkan tabel di atas, ternyata partisipasi pemerintah daerah paling rendah jika dibandingkan dengan partisipasi lainnya.

Berdasarkan indikator mutu yang terdapat pada Tabel 7 dan dengan melihat pencapaian setiap indikator untuk setiap jenjang pendidikan, maka dapat dikatakan bahwa tingkat SD/MI mempunyai kinerja yang lebih unggul dibandingkan dengan tingkat SMP/MTs dan tingkat SM/MA. Kinerja yang lebih unggul ini diambil dari banyaknya nilai yang lebih tinggi dalam hal mutu pada tingkat tersebut.

1. Tingkat SD (SD dan MI)

Berdasarkan mutu masukan dapat diketahui bahwa 67.85 persen siswa baru tingkat I SD/MI yang berasal dari tamatan TK/RA atau sejenis. Berdasarkan indikator mutu proses yaitu angka mengulang, angka putus sekolah, dan angka lulusan, ternyata angka mengulang terbesar terdapat pada SD/MI yaitu sebesar 2.19 persen, angka putus sekolah terbesar terdapat pada SM+MA yaitu sebesar 1.72 persen, dan angka lulusan ternyata angka tertinggi terdapat pada SD/MI yaitu sebesar 98.41 persen. Dengan melihat ketiga indikator mutu proses ini dapat dikatakan bahwa kinerja terbaik adalah pada SMP/MTs. Hal itu ditunjukkan dengan adanya angka mengulang dan putus sekolah paling rendah serta angka lulusan yang paling tinggi.

Bila dilihat dari mutu SDM (guru), maka persentase guru yang layak mengajar di SD lebih besar daripada MI. Mutu guru juga menunjukkan kinerja sekolah. Indikator berikutnya adalah tentang mutu prasarana dan sarana pendidikan. Ruang kelas dengan kondisi baik lebih banyak terdapat pada SM/MA yaitu sebesar 92.08 persen


70

sedangkan kondisi rusak berat yang paling banyak terdapat pada SD/MI yaitu sebesar 16.28 persen. Banyaknya ruang kelas yang rusak berat ini menunjukkan mutu prasarana yang buruk dan berakibat secara tidak langsung akan menurunkan mutu sekolah.

Indikator mutu prasarana lainnya adalah ketersediaan fasilitas sekolah yang ada. SMP/MTs Jumlah 93.64 memiliki perpustakaan lebih besar. Jumlah lapangan olahraga lebih besar pada SMP/MTs dan ruang UKS lebih besar pada SMP/MTs. Dengan demikian, bila setiap sekolah diharuskan memiliki ketiga fasilitas tersebut, maka SMP/MTs Memiliki angka terbesar yaitu 103 persen.

Indikator mutu yang ditunjukkan dari biaya dilihat dari angka partisipasi pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan orang tua siswa. Dari ketiga angka partisipasi dalam hal biaya tersebut, angka partisipasi terbesar adalah pada partisipasi pemerintah pusat yaitu 78.60 dengan persentase terbesar pada tingkat partisipasi orang tua yaitu 62.37. Partisipasi pemerintah pusat lebih banyak terdapat di SD, demikian juga partisipasi orang tua siswa terdapat di SM/MA. Berdasarkan Tabel 8, ternyata partisipasi pemerintah daerah paling rendah jika dibandingkan dengan partisipasi lainnya.

Berdasarkan indikator mutu yang terdapat pada Tabel 8 dan dengan melihat pencapaian setiap indikator untuk SD dan MI, maka dapat dikatakan bahwa SD/MI mempunyai kinerja mutu yang lebih unggul dibandingkan dengan SMP/MTs . Kinerja yang lebih unggul ini diambil dari banyaknya nilai yang lebih tinggi dalam hal mutu pada tingkat tersebut.

Tabel 8Indikator Mutu Pendidikan Tingkat SD

Tahun 2006/2007

No. Indikator SD MI


71

1. Persentase Lulusan TK/RA/BA

2. Angka Mengulang 2.88 0.863. Angka Putus Sekolah 0.06 0.164. Angka Lulusan 98.96 97.355. Angka Kelayakan Mengajar

a. Layak 82.57 64.39b. Semi layak 5.93 25.09c. Tidak layak 11.51 10.52

6. Persentase Kondisi R. Kelasa. Baik 41.73 54.54b. Rusak Ringan 40.93 31.65c. Rusak Berat 17.35 13.81

7. Persentase Fasilitas sekolaha. Perpustakaan 21.45 33.95b. Lapangan OR 99.65 86.72c. UKS 74.57 83.39d. Laboratorium

8. Angka Partisipasi (persen)a. Pem Pusat 83.84 77.16b. Orang tua 5.19 12.72c. Pemda 10.68 8.59

9. Satuan biaya (000 Rp.) 1114.17 163.29

2. Tingkat SLTP (SLTP dan MTs)

Berdasarkan mutu masukan yang terdapat Tabel 3.7 dapat diketahui bahwa rasio NEM lulusan dibandingkan dengan NEM siswa baru, ternyata SLTP Lebih besar daripada MTs. Berdasarkan indikator mutu proses yaitu angka mengulang, angka putus sekolah, dan angka lulusan, ternyata angka mengulang memiliki kesamaan antara SLTP dan MTs yaitu sebesar 0,18 persen, angka putus sekolah terbesar terdapat pada SLTP yaitu sebesar 0.87 persen, dan ternyata angka lulusan tertinggi terdapat pada MTs yaitu sebesar 96,08 persen. Dengan melihat ketiga indikator mutu proses ini dapat dikatakan bahwa kinerja terbaik adalah pada MTs. Hal itu ditunjukkan dengan adanya angka mengulang dan putus


72

sekolah paling rendah serta angka lulusan yang paling tinggi.

Bila dilihat dari mutu SDM (guru), maka persentase guru yang layak mengajar di SLTP lebih besar daripada di MTs. Mutu guru juga menunjukkan kinerja sekolah. Indikator berikutnya adalah tentang mutu prasarana dan sarana pendidikan. Ruang kelas dengan kondisi baik lebih banyak terdapat pada SLTP yaitu sebesar 88.62 persen sedangkan kondisi rusak berat yang paling banyak terdapat pada MTs. yaitu sebesar 5.34 persen. Banyaknya ruang kelas yang rusak berat ini menunjukkan mutu prasarana yang buruk dan berakibat secara tidak langsung akan menurunkan mutu sekolah.

Tabel 9Indikator Mutu Pendidikan tingkat SLTP

Tahun 2006/2007

No.

Indikator SLTP MTs

1. Rasio NEM Lulusan/Siswa Baru

7,62 6,81

2. Angka Mengulang 0.18 0.183. Angka Putus Sekolah 0.87 0.454. Angka Lulusan 87.91 96.085. Angka Kelayakan Mengajar

a. Layak 89.16 79.26b. Semi layak 4.40 7.89c. Tidak layak 6.44 12.85

6. Persentase Kesesuaian guru mengajara. PPKn 100.51b. Pend. Agama 94.3c. Bhs Indonesia 110.71d. Bhs Inggris 111.76e. Sejarah & Sejarah Budaya 9.55f. Pend. Jasmani 104.35g. Matematika 109.20


73

h. IPA 110.62i. IPS 132.34j. Seni & Kerajinan 28.67k. Muatan Lokal 91.65l. B dan P 103.42m. Lain-lain

7. Persentase Kondisi R. Kelasa. Baik 88.62 76.10b. Rusak Ringan 8.87 18.56c. Rusak Berat 2.51 5.34

8. Persentase Fasilitas sekolaha. Perpustakaan 78.05 56.39b. Lapangan OR 53.66 52.63c. UKS 57.72 33.83d. Laboratorium 111.38 66.17

9. Angka Partisipasi (persen)a. Pem Pusat 55.14 67.63b. Orang tua 18.62 16.17c. Pemda 22.29 7.62

10.

Satuan biaya (000 Rp.) 786.53 450.49

Indikator mutu prasarana lainnya adalah ketersediaan fasilitas sekolah yang ada. Jumlah SLTP memiliki perpustakaan lebih besar. Jumlah lapangan olahraga lebih besar pada SLTP , ruang UKS lebih besar pada SLTP , dan ruang laboratorium lebih besar pada MTs Dengan demikian, bila setiap sekolah diharuskan memiliki keempat fasilitas tersebut, maka SLTP memiliki angka terbesar yaitu 111,38 persen (Tabel 9).

Indikator mutu yang ditunjukkan dari biaya dilihat dari angka partisipasi pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan orang tua siswa. Dari ketiga angka partisipasi dalam hal biaya tersebut, angka partisipasi terbesar adalah pada Pemerintah Pusat dengan persentase terbesar pada tingkat MTs. . Partisipasi pemerintah pusat lebih banyak terdapat di MTs, demikian juga partisipasi orang tua siswa SLTP. Berdasarkan Tabel 9 di atas, ternyata


74

partisipasi pemerintah daerah paling rendah jika dibandingkan dengan partisipasi lainnya.

Berdasarkan indikator mutu yang terdapat pada Tabel 9 dan dengan melihat pencapaian setiap indikator untuk SLTP dan MTs, maka dapat dikatakan bahwa SLTP. mempunyai kinerja mutu yang lebih unggul dibandingkan dengan MTs. Kinerja yang lebih unggul ini diambil dari banyaknya nilai yang lebih tinggi dalam hal mutu pada tingkat tersebut. Dengan demikian, kinerja mutu yang lebih buruk ini yang harus ditangani lebih lanjut.

3. Tingkat SM (SMU, SMK, dan MA)

Berdasarkan mutu masukan yang terdapat pada Tabel 10 dapat diketahui bahwa rasio NEM lulusan dibandingkan dengan NEM siswa baru, ternyata …. terbesar jika dibandingkan dengan kedua jenis sekolah lainnya yang sejenis. Berdasarkan indikator mutu proses yaitu angka mengulang, angka putus sekolah, dan angka lulusan, ternyata angka mengulang terbesar terdapat pada MA yaitu sebesar 0,62. persen, angka putus sekolah terbesar terdapat pada SMK yaitu sebesar 0,78. persen, dan ternyata angka lulusan tertinggi terdapat pada SMA yaitu sebesar 96,08 persen. Dengan melihat ketiga indikator mutu proses ini dapat dikatakan bahwa mutu masukan terbaik adalah pada MA. Hal itu ditunjukkan dengan adanya angka mengulang dan putus sekolah paling rendah serta angka lulusan yang paling tinggi.

Bila dilihat dari mutu SDM (guru), maka persentase guru yang layak mengajar di SMA terbesar jika dibandingkan dengan kedua jenis sekolah lainnya yang setingkat. Mutu guru juga menunjukkan kinerja sekolah. Indikator berikutnya adalah tentang mutu prasarana dan sarana pendidikan. Ruang kelas dengan kondisi baik terbesar terdapat pada SMA yaitu sebesar 93,51 persen sedangkan kondisi rusak berat yang terbanyak terdapat


75

pada MA yaitu sebesar 2,01. persen. Banyaknya ruang kelas yang rusak berat ini menunjukkan mutu prasarana yang buruk dan berakibat secara tidak langsung akan menurunkan mutu sekolah.

Indikator mutu prasarana lainnya adalah ketersediaan fasilitas sekolah yang ada. Jumlah SMA memiliki perpustakaan terbesar jika dibandingkan dengan jenis sekolah lainnya yang setingkat. Jumlah lapangan olahraga terbesar pada 71,70,, ruang UKS terbesar pada SMA, ruang laboratorium terbesar pada SMA. Dengan demikian, bila setiap sekolah diharuskan memiliki ketujuh fasilitas tersebut, maka SMA memiliki angka terbesar yaitu 188,68 persen. Dengan melihat indikator mutu sarana prasarana dapat dikatakan bahwa SMA mempunyai mutu prasarana terbaik.

Indikator mutu yang ditunjukkan dari biaya dilihat dari angka partisipasi pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan orang tua siswa. Dari ketiga angka partisipasi dalam hal biaya tersebut, angka partisipasi terbesar adalah pada orang tua siswa dengan persentase terbesar pada SMA jika dibandingkan dengan jenis sekolah lainnya. Partisipasi pemerintah pusat terbanyak terdapat di MA, demikian juga partisipasi orang tua siswa. Berdasarkan Tabel 10 di atas, ternyata partisipasi pemerintah daerah paling rendah jika dibandingkan dengan partisipasi lainnya.

Tabel 10Indikator Mutu Pendidikan tingkat SM

Tahun 2006/2007

No. Indikator SMU SMK MA1. Rasio NEM

Lulusan/Siswa Baru2. Angka Mengulang 0.50 0.20 0.623. Angka Putus Sekolah 1.44 2.71 0.784. Angka Lulusan 96.08 96.07 93.545. Angka Kelayakan


76

Mengajara. Layak 83.87 82.42 13.92b. Semi layak 11.09 13.06 74.38c. Tidak layak 5.04 4.52 11.69

6. % Kesesuaian guru mengajara. PPKn 108.24b. Pend. Agama 113.89c. Bhs Indonesia 100d. Bhs Inggris 101.44e. Sejarah & Sejarah Budaya

92.41

f. Pend. Jasmani 94.94g. Matematika 93.24h. IPAh.1 Fisika 96.46h.2 Biologi 104.21h.3 Kimia 105.68i. IPSi.1 Ekonomi 104.46i.2 Sosiologi 106.90i.3 Geografi 110.53j. Seni & Kerajinank. Muatan Lokall. Tata Negara 21.43m. Antropolgi 67.74n. Pendidikan Seni 54.05o. Bahasa Asing 105.88p. B dan P 88.00q. Lain-lain

7. % Kondisi R. Kelasa. Baik 93.51 90.10 92.62b. Rusak Ringan 5.02 8.59 5.37c. Rusak Berat 1.46 1.30 2.01

8. % Fasilitas sekolaha. Perpustakaan 86.79 64.58 77.78b. Lapangan OR 71.70 47.92 55.56c. UKS 77.36 56.25 47.22


77

d. Laboratorium 188.68 129.17 183.339. Angka Partisipasi

(persen)a. Pem Pusat 25.27 28.59 32.56b. Orang tua 63.07 54.28 60.86c. Pemda 8.12 4.38 1.37

10. Satuan biaya (000 Rp.)

824.00 710.52 479.12

Berdasarkan indikator mutu yang terdapat pada Tabel 10 dan dengan melihat pencapaian setiap indikator untuk SMU, SMK, dan MA, maka dapat dikatakan bahwa SMA. mempunyai kinerja mutu yang lebih unggul dibandingkan dengan SMK dan MA. Kinerja yang lebih unggul ini diambil dari banyaknya nilai yang lebih tinggi dalam hal mutu pada tingkat tersebut. Dengan demikian, kinerja mutu yang lebih buruk ini yang harus ditangani lebih lanjut.

3. Pendidikan Luar Biasa

Bentuk Satuan Pendidikan Luar Biasa terdiri atas : Taman Kanak-Kanak Luar Biasa (TKLB), Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Luar Biasa (SLTPLB), dan Sekolah Menengah Luar Biasa (SMLB).

Program prioritas pendidikan luar biasa meliputi :a. Peningkatan fungsi SLB sebagai lembaga

pendidikan yang menangani peserta didik yang mengalami keterbatasan kecakapan / kelainan.

b. Penyelenggaraan Pendidikan Olah raga Adaptif bagi siswa PLB

c. Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi dengan berbagai model.

d. Pengembangan program rehabilitasi pada semua jenis kelamin.

4. Penyelenggaraan Pendidikan Luar Sekolah


78

Selain melalui jalur pendidikan sekolah, pelayanan pendidikan diselenggarakan pula melalui jalur pendidikan luar sekolah. Penyelenggaraan pendidikan luar sekolah diarahkan pada peningkatan pengetahuan dasar dan ketrampilan berwiraswasta/kewirausahaan sebagai bekal dalam bekerja dan berusaha.

Program pendidikan luar sekolah meliputi : (1) Pemberantasan Buta Aksara/Keaksaraan Fungsional; (2) Paket A setara SD (3) Paket B setara SMP; (4) Paket C setara SMA; (5) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD); dan (6) Pendidikan berkelanjutan dan pendidikan keluarga.

Program Pemberantasan Buta Aksara/Keaksaraan Fungsional adalah untuk menuntaskan tiga buta (Buta Aksara Latin Dan Angka, Buta Bahasa Indonesia, dan buta pendidikan dasar). Program Paket A setara SD dan Paket B setara SMP adalah untuk menampung siswa putus sekolah pada jenjang SD dan SMP untuk melanjutkan pendidikan sehingga dapat menyelesaikan jenjang tersebut.

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD); dimaksudkan untuk mengoptimalkan perkembangan kapabilitas kecerdasan anak, jadi bukan hanya sekedar untuk memberikan pengalaman belajar, program pendidikan berkelanjutan dimaksudkan untuk menyiapkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia sejak usia dini.

Satuan pendidikan dalam Pendidikan Luar Sekolah adalah Kelompok Belajar (Kejar) Keaksaraan Fungsional. Peserta didik pada jalur pendidikan luar sekolah disebut peserta didik, sedangkan tenaga kependidikannya dikenal dengan sebutan sumber belajar/totor belajar.

Kelompok belajar merupakan satuan pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah adalah kejar Paket A (untuk buta keaksaraan fungsional dan angka Arab, buta Bahasa Indonesia, buta pendidikan dasar), dan Kejar Paket A setara SD (untuk putus sekolah


79

kelas 4 s.d. 6 SD), dan Kejar Paket B setara SMP (untuk putus sekolah SMP), sedangkan untuk jenis pendidikan kejuruannya oleh pemerintah diselenggarakan dalam bentuk Kejar Usaha (KBU) yang terdiri berbagai rumpun ketrampilan.

Satuan Pendidikan Luar Sekolah yang disenggarakan oleh masyarakat/swasta adalah kelompok bermain, Taman Penitipan Anak (TPA), dan Lembaga Kursus, khusus bagi anak yang berusia di bawah 5 tahun (Balita) diselenggarakan program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang pelaksanaannya diintegrasikan dengan satuan-satuan pendidikan sekolah maupun luar sekolah serta program lintas sektoral yang relevan. Termasuk di dalamnya pendidikan berkelanjutan ini adalah pendidikan bagi masyarakat yang tidak/belum mampu memiliki ketrampilan dan tidak/belum bekerja serta tidak mampu karena faktor ekonomi, agar dapat berkompetisi di dunia kerja maupun berusaha membuka lapangan kerja.


80

BAB 4 VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARANDINAS PENDIDIKAN KABUPATEN JOMBANG

A. Visi Dinas Pendidikan Kabupaten Jombang menetapkan visi “Tercapainya Pendidikan Berkualitas Yang Agamis, Mandiri dan Berdaya Saing Pada Tahun 2008 ”.

Rumusan visi dari Dinas Pendidikan Kabupaten Jombang ini pada dasarnya adalah :1) Mencerminkan apa yang ingin dicapai oleh Dinas

Pendidikan Kabupaten Jombang;2) Merupakan arah dan fokus strategi yang ingin

diwujudkan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Jombang;

3) Sebagai orientasi masa depan segenap jajaran organisasi Dinas Pendidikan Kabupaten Jombang;

4) Diharapkan mampu menumbuhkan komitmen seluruh jajaran organisasi Dinas Pendidikan Kabupaten Jombang;


81

5) Membentuk satu ikatan dan menjamin kesinambungan kepemimpinan Dinas Pendidikan Kabupaten Jombang;

Guna lebih memperjelas arah yang dituju, maka perlu diuraikan makna dari visi Dinas Pendidikan Kabupaten Jombang tersebut sebagai berikut :1) Kedepan yang diinginkan, mewujudkan pendidikan

yang bermutu di semua jenjang dan jalur pendidikan;2) Untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu, perlu

memberdayakan organisasi dan stake holder pendidikan dalam peran serta pengelolaan pendidikan;

3) Untuk mewujudkan mutu pendidikan, para stake holder harus mampu berkreatif, inovatif dalam menghadapi tantangan yang menghambat terwujudnya mutu pendidikan;

4) Terwujudnya mutu pendidikan sekarang (masa kini) akan menjamin terwujudnya SDM yang berkualitas di masa mendatang.

B. Misi Misi organisasi Dinas Pendidikan, memberikan pelayanan yang menyakinkan masyarakat dan memiliki daya saing, keuntungan dan manfaat sesuai kebutuhan masyarakat dalam bidang pendidikan, adapun misi sebagai berikut : 1. Meningkatkan pelayanan prima dan pengawasan

penyelenggaraan pendidikan. 2. Meningkatkan mutu dan perluasan kesempatan

memperoleh pendidikan TKSD. 3. Meningkatkan mutu dan perluasan kesempatan

memperoleh pendidikan menengah. 4. Meningkatkan mutu dan perluasan kesempatan

memperoleh pendidikan luar sekolah (PLS). 5. Meningkatkan kualitas dan tercukupinya jumlah

tenaga kependidikan.

D. Motto Pendidikan adalah investasi kualitas sumber daya manusia dimasa depan.


82

E. Nilai yang Dikembangkan - Transparansi - Akuntanbel - Efektif dan efisien - Profesionalisme dan disiplin

F. Tujuan Merupakan hasil akhir yang dicapai misi tersebut secara konsisten untuk : 1. Mewujudkan pelayanan prima dan fungsi pengawasan

penyelenggaraan pendidikan. 2. Mewujudkan tercapainya mutu pendidikan dan

kesempatan memperoleh pendidikan TK/SD. 3. Mewujudkan tercapainya mutu pendidikan dan

kesempatan memperoleh pendidikan menengah. 4. Mewujudkan tercapainya mutu Pendidikan Luar

Sekolah (PLS)5. Mewujudkan tenaga kependidikan yang berkualitas

dan memenuhi jumlah kebutuhan tenaga kependidikan.

b. Sasaran dan Indikator Sasaran Merupakan penjabaran dari tujuan yang akan dicapai dalam jangka waktu 2006-2008 dengan kriteria spesifik (spesific), terukur (measurable), monitoring top dicapai (Agresive But Attainable), berorientasi pada hasil (Result Oriented) dan kurun waktu pasti (Time Bond). Jadi sasarannya sebagai berikut :

No Sasaran Indikator1 Terwujudnya aparatur

pemerintah yang bersih, Berwibawa, Profesional dan berdedikasi tinggi dibidang pendidikan.

Tertib administrasi dan kecepatan pelayanan.


83

2 a. Meningkatnya Wajib Belajar 9 Tahun.

b. Meningkatnya Angka Partisipasi Murni Tingkat SLTP dan SLTA.

a. Mempertahankan AP SD 100%b. Meningkatnya daya

tampung 100%c. Meningkatnya AT SD ke SMP

sampai 100%.d. Meningkatnya daya tampung. e. Meningkatnya AP SMP

sampai 90%.f. Meningkatkan AT SMP ke

SMA/SMK sampai 85%.

3 Terpenuhinya rasio ideal sarana dan prasarana pendidikan terhadap jumlah anak usia sekolah.

Terpenuhinya Sarana Prasarana Pendidikan sesuai dengan SPM Bidang Pendidikan.

4 Meningkatnya Derajat Pendidikan Masyarakat.

Meningkatnya minat baca masyarakat.

5 Terwujudnya Managemen Pendidikan Berbasis Sekolah.

Meningkatnya peran serta masyarakat dalam pendidikan.

6 Tersusunnya Kurikulum Muatan Lokal Sesuai Dengan Potensi Daerah.

Meningkatnya kompetensi muatan lokal.


84

BAB 5 STRATEGI PENCAPAIAN TUJUAN DAN SASARANDINAS PENDIDIKAN KABUPATEN JOMBANG

A. Kebijakan StrategisKebijakan, strategi serta hasil-hasilnya penyelenggaraan pendidikan terfokus pada perluasan dan pemerataan pendidikan yang sejalan dengan peningkatan mutu. Perbaikan sistem manajemen dan implementasi program dalam kerangka desentralisasi pendidikan dengan pengembangan kapasitas pemerintah daerah di Kabupaten Jombang.

Renstra Dinas Pendidikan tahun 2006-2008 fokus pada 3 (tiga) tema yaitu : perluasan dan kesempatan, peningkatan mutu dan relevansinya, setiap tema tercermin dalam kebijakan, program, sasaran dan penganggarannya, upaya secara sistematis sampai tahun 2008, dengan mempertahankan APM-SD pada tingkat 100% lebih,memperluas SMP hingga mencapai APM 95%, memperluas SMA/SMK hingga mencapai APM 80%, serta menurunkan angka buta aksara usia 15-44 tahun hingga 10% sampai tahun 2008. Adapun kebijakan strategi adalah : 1). Pemerataan dan Perluasan Akses Pendidikan

a. Membebaskan biaya pendidikan bagi keluarga miskin di jenjang SD, SMP, dengan program BOS, dan SMA/SMK dengan program BKM.

b. Memperluas akses pendidikan anak usia dini (usia 0-6 tahun) dan anak usia 7-15 tahun.

c. Memperluas akses kebutuhan pendidikan dengan keunggulan lokal bagi siswa SMK.

d. Mengembangkan pendidikan terpadu pendidikan umum dan kejuruan di satuan pendidikan.


85

e. Melaksanakan komunikasi, informasi dan advodkasi kepada masyarakat keluarga miskin.

f. Mengembangkan sarana teknologi sebagai sarana pembelajaran.

2). Peningkatan Mutu dan Relevansi Pendidikan a. Meningkatnya nilai-nilai spiritual keagamaan. b. Meningkatkan budi pekerti dan kesehatan jasmani. c. Pencapaian mutu mengacu Standar Nasional

Pendidikan (SNP) mencakup dimensi mutu yaitu : - Standar lulusan - Standar isi - Standar proses - Standar pendidikan dan tenaga kependidikan - Standar sarana/prasarana - Standar pengelolaan - Standar pembiayaan - Standar penilaian

d. Penerapan pelatihan kecakapan hidup

3). Penguatan Tata Kelola, Akuntabilitas dan Pencitraan Publik

a. Menguatkan implementasi kebijakan ke sektor terkecil.

b. Reformasi pengembangan kapasitas yang memadai dan sistemik.

c. Evaluasi kinerja tahunan yang terukur d. Bebas dan bersih dari KKN dan menumbuhkan

kinerja dan disipline. Mengubah perilaku birokrat menjadi pelayanan

masyarakat yang profesional

B. Program Strategis

Berdasarkan tujuan, sasaran dan kebijakan, maka program yang dituangkan ke dalam Rencana Strategis Dinas Pendidikan Kabupaten Jombang Tahun 2006 – 2008 adalah sebagai berikut :


86

No

Program Kegiatan

1 Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun

1. Pembinaan SLB dan SDLB2. Pengadaan Bangku Sekolah SD Negeri.3. Pengembangan Sarana Olahraga SD.4. Rehabilitasi Gedung SD / MI

2 Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan

1. Workshop Peningkatan Guru TK/RA, SD/MI SMP/MTs, SMA/MA/SMK dan Kualitas Kurikulum Mulok & Budi Pekerti.

2. Peningkatan dan Pembinaan MBS SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA.

3. Kelompok Kerja Guru (KKG) SD.

4. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) SMP, SMA dan SMK

5. Peningkatan Percontohan SD, SMP, SMA / SMK.

6. Ujian Akhir sekolah / Nasional SD / MI.

7. Ujian Akhir NasionalSMP/SMA/SMK.

8. Penilaian Angka Kredit Guru / Pengawas, Pamong Belajar

11.Seleksi Pelajar Berprestasi dan Guru Berprestasi SD, SMP, SMA, SMK.

3 Pendidikan Anak Usia Dini

1. Hari Anak Nasional ( HAN ).

4 Pendidikan Menengah

1. Operasional Rombel SMA/ MA dan SMK Swasta.

2. Penerimaan Siswa Baru SMP / SMA / SMK.3. Pembangunan Pagar Keliling Sekolah


87

5 Pendidikan Non Formal

1. Keaksaraan Fungsional2. Kejar Paket .

6 Peningkatan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan

1. Pengadaan Buku Bacaan Perpustakaan Daerah.

7 Managemen Pelayanan Pendidikan

1. Akreditasi Sekolah SD / SMP2. Pemetaan dan Profil

Pendidikan3. Bintek Tenaga Laborat dan

Perpustakaan4. Pekan Seni Pelajar5. Penyusunan Raperda

Tentang Pendidikan6. Pembinaan Lingkungan

Sekolah Sehat / LSS dan UKS7. Pekan Olahraga Pelajar8. Pembinaan Olahraga

Pelajar SMP / SMA / SMK 8 Program

Pendampingan Pemerintah Pusat / Provinsi di Bidang Pendidikan

1. Dana Pendamping SMK Terpadu.

2. Sekolah Standar Nasional SMP.


Upaya peningkatan perluasan dan pemerataan kesempaatn belajar seringkali terkendala oleh kondisi sosial ekonomi budaya, serta geografi dan demografi, sehubungan dengan itu maka strategi yang akan ditempuh adalah :

a. Terus mengupayakan keberlanjutan program Pemberian Biaya Opreasional Pendidikan (BOS) sampai jenjang SD/Mi serta SMP/MTs disertai dengan sosialisasi, pembinaan dan pengendalian yang tertib dan akurat dalam rangka menjaga kepercayaan semua pihak tentang manfaat program tersebut;


88

b. Memperbanyak pemberian beasiswa serta subsidi-subsidi lainnya khususnya bagi mereka yang kurang mampu secara ekonomi dan pemberian beasiswa bagi siswa yang memasuki program keahlian berbasis keunggulan potensi daerah;

c. Memperbanyak implementasi program school come to client, sekolah mendatangi siswa, khususnya untuk wilayah miskin dan pedesaan/terpencil melalui penyelenggaraan sekolah kecil kelas jauh dan SD Satu Atap.

d. Efisiensi investasi pembangunan sarana pendidikan dan optimalisasi pemanfaatan fasilitas pendidikan yang telah ada melalui penyelenggaraan sekolah terpadu;

e. Pemanfaatan teknologi dalam penyelenggaraan pendidikan (pembelajaran jarak jauh, broadcasting-radio dan tv pendidikan);

f. Pembiayaan penyelenggaraan secara gotong royong antara masyarakat, pemerintah Kabupaten, Provinsi dan Pusat, termasuk pembangunan unit sekolah baru.

2. Peningkatan Mutu, Relevansi dan Daya Saing

Pada dasarnya indikator mutu pendidikan adalah kualitas lulusannya, sedangkan aspek yang sangat dominan dalam peningkatan mutu penyelenggaraan pendidikan adalah guru, manajemen, fasilitas, kurikulum, sistem yang diterapkan serta dana yang tersedia. Sehubungan dengan itu maka strategi yang akan ditempuh adalah :

a. Mengupayakan pelaksanaan program peningkatan mutu pendidikan dengan komprehensif, holistik, tidak linear dan parsil


89

b. Mengupayakan peningkatan kompetensi guru melalui pelatihan formal dibuktikan dengan sertifikasi kompetensi terstandar (nasional/internasional);

c. Pembinaan manajemen sekolahd. Pemanfaatan ICT sebagai sarana

Pusat Sumber Belajar (PSB)e. Penyelenggaraan lomba dan

kompetisi antar sekolah dan atau antar kabupaten secara rutin;

f. Pemberian penghargaan yang riil atas prestasi;

g. Pemberian subsidi untuk kegiatan inovasi maupun peningkatan fasilitas pendidikan/pembelajaran serta peningkatan dan sertifikasi kompetensi guru;

3. Penguatan Tata Kelola, Akuntabilitas dan Pencitraan Publik

a. Pendidikan Anak Usia Dini

Peningkatan tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik di bidang PAUD diarahkan pada bagaimana partisipasi masyarakat dalam melakukan kontrol dan evaluasi kinerja PAUD dapat mengambil peran makin nyata dan efektif. Untuk itu akan dilakukan peningkatan advokasi, sosialisasi/pemasyarakatan dan pembudayaan pentingnya PAUD pada orang tua, masyarakat dan pemerintah daerah. Penyediaan data dan sistem informasi PAUD, serta peningkatan kerja sama stakeholder pendidikan, merupakan faktor pendukung untuk membangun kesamaan persepsi, pencitraan yang positif, dan kebersamaan tanggung jawab dalam pengelolaan PAUD yang akuntabel.

b. Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun


90

Pengembangan kapasitas Dewan Pendidikan (DP) dan Komite Sekolah (KS), serta Komite PLS merupakan bagian masyarakat untuk ikut bertanggung jawab mengelola dikdas. Berfungsinya kedua kelembagaan tersebut secara optimal akan memperkuat pelaksanaan prinsip good governance dan akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan.

c. Pengembangan kapasitas juga akan terus dilakukan terhadap para pengurus sekolah atau satuan pendidikan non-formal lainnya untuk meningkatkan kemampuan manajerial dan leadership menuju otonomi pengelolaan. Kegiatan ini, bersama dengan penguatan DP/KS/Komite PLS, merupakan bagian dari upaya penerapan MBS dan Manajemen Berbasis Masyarakat (MBM) secara maksimal.

d. Pengembangan Jardiknas sebagai sistem pendukung manajemen akan dilakukan untuk menunjang keberhasilan upaya mengukur sejumlah indikator penting perluasan, mutu, dan efisiensi sesuai dengan standar nasional dikdas.

e. Program Pendidikan Menengah.

Seperti pada jenjang dikdas, peningkatan tata kelola, akuntabilitas dan mekanisme yang sama, dalam isu-isu partisipasi masyarakat, MBS (DP/KS), pengembangan kapasitas, dan pengembangan Jardiknas. Perluasan partisipasi masyarakat akan didorong lebih luas dengan melibatkan dunia usaha dan industri dalam pengelolaan pendidikan kejuruan.

Melaksanakan perintisan Wajib Belajar Pendidikan Menengah 12 tahun dalam rangka pemerataan Pendidikan, maka perlu mendorong partisipasi masyarakat dalam pembiayaan Pendidikan. Untuk itu, kemampuan akan kemauan untuk melakukan pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel, sangat strategis untuk memberikan citra


91

kelembagaan yang positif, yang selanjutnya akan meningkatkan kepercayaan masyarakat pada pengelola. Masyarakat juga diharapkan untuk proaktif dalam perencanaan, pengawasan, dan evaluasi anggaran penyelenggaraan pendidikan.

f. Program Pendidikan Non-Formal

Prinsip fundamental dari penyelenggaraan pelayanan pendidikan non-formal adalah aktifnya peran atau partisipasi masyarakat dalam kemandirian dan kreativitas yang dinamis untuk membantu mengangkat derajat dan taraf hidup masyarakat yang kurang beruntung. Oleh karenanya, berhasilnya penyelenggaraan PNF yang efektif, efisien dan akuntabel, berada pada tanggung jawab bersama antara masyarakat penyelenggara dan pemerintah daerah setempat. Karena prinsip penyelenggaraan yang partisipatif ini, pencitraan kelembagaan yang transparan dan akuntabel menjadi kebutuhan mutlak yang harus dapat dipenuhi oleh setiap penyelenggara pendidikan non-formal

Dalam penyelenggaraan PNF yang lebih banyak melibatkan partisipasi masyarakat, pemerintah pusat berperan memberikan fasilitasi dan pengendalian/penjaminan mutu, melalui bantuan pembiayaan dan program-program sosialisasi dan pelatihan.

g. Peningkatan Efisiensi Manajemen Pendidikan

Sesuai dengan kondisi sosial ekonomi dan budaya sekolah, pada dasarnya efisiensi manajemen pendidikan sangat ditentukan oleh ketepatan sosialisasi program, koordinasi, disiplin, etos kerja serta kecermatan perencanaan. Sehubungan dengan itu perlu ditempuh strategi :


92

1) Peningkatan monitoring dan evaluasi dengan fokus pada supervisi (pembinaan dan pembimbing) yang intensif, tertib dan akuntabel;

2) Review terhadap pelaksanaan program;

3) Penyelenggaraan Radio Pendidikan sebagai sarana komunuikasi yang efektif.

4) Pembudayaan peningkatan layanan publik;

5) Terciptanyan standar ISO di SMK;6) Peningkatan ICT untuk meningkatkan

layanan pendidikan

C. Sasaran Strategis, Kebijakan Strategis, Program Prioritas serta Tahapan Pencapaian Setiap Tahun Selama Tahun 2006-2025.

Sasaran strategis, kebijakan strategis, program prioritas serta tahapan pencapaian setiap tahun selama tahun 2006-2025, dapat dilihat seperti pada Tabel berikut ini :


93

Sasaran Strategis, Kebijakan Strategis, Program Prioritas Serta Tahapan Pencapaian Setiap Tahun Selama Tahun 2006 - 2025

Periode rencana

2006 – 2010 2011-2015 2016-2020 2021-2025

TemaPembangu

nan

Peningkatan kapasitas dan modernisasi

Penguatan Pelayanan Daya Saing Regional Daya Saing Internasional

Visi dinasPendidikan Kabupaten Jombang

“Tercapainya Pendidikan Berkualitas Yang Agamis, Mandiri dan Berdaya Saing Pada Tahun 2008 ”.

Sasaran strategis

1. Perluasan dan Pemerataan Kesempatan Belajar

a. Pemberian biaya operasional pendidikan (BOS) yang disertai dengan pembinaan dan pengendalian berlanjut


a. Peningkatan Pemberian BOS yang disertai dengan pengendalian yang berke-lanjutan






68

b. Pemanfaatan secara optimal radio, TV, internet, dan perangkat ITC lainnya sebagai media pembelajaran dan sarana belajar alternatif (pendidikan jarah jauh)




c. Siswa yang kurang mampu secara ekonomi dan yang memasuki program keahlian berbasis keunggulan potensi daerah berbeasiswa

c. School come to client, sekolah mendatangi siswa, khususnya untuk wilayah miskin dan pedesaan/terpencil melalui penyelenggaraan sekolah kecil kelas jauh dan penyelenggaraan SMP Satu Atap




69

d. Pendidikan terselenggara secara gotong royong antara masyarakat, pemerintah kabupaten, provinsi dan pusat, termasuk dalam hal pembangunan unit sekolah baru

d. Investasi pembangunan sarana pendidikan efisien dan pemanfaatan fasilitas pendidikan yang telah ada melalui penyelenggaraan sekolah terpadu optimal

d. Investasi pembangunan sarana pendidikan efisien dan pemanfaatan fasilitas pendidikan yang telah ada melalui penyelenggaraan sekolah terpadu bertaraf regional optimal

d. Investasi pembangunan sarana pendidikan efisien dan pemanfaatan fasilitas pendidikan yang telah ada melalui penyelenggaraan sekolah terpadu bertaraf internasional optimal


70

e. Terbentuk “SD-SMP satu atap” bagi daerah terpencil yang berpenduduk jarang dan terpencar dengan menambahkan ruang belajar SMP di SD untuk menyelenggarakan program pendidikan SMP bagi lulusannya

e. Terdapat perhatian secara khusus terhadap kesejahteraan gender, pendidikan untuk layanan khusus di daerah terpencil, konflik, perbatasan, dan sejenisnya.



f. Terdapat perluasan akses bagi anak usia 7 – 15 tahun melalui jalur non formal atau program pendidikan terpadu/inclusif bagi anak – anak yang berkebutuhan khusus

f. Komunikasi informasi, edukasi, dan advokasi kepada masyarakat terlaksana dengan baik




71

g. Terdapat perluasan akses bagi penduduk buta aksara usia 15 tahun keatas melalui jalur pendidikan non formal

h. Terdapat perluasan akses terhadap pendidikan di SMK sesuai dengan kebutuhan dan keunggulan lokal

i. Terdapat perluasan kesempatan belajar sepanjang hayat bagi penduduk dewasa yang ingin meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kecakapan hidup


72

2. Peningkatan Mutu dan relevansi pendidikan.

a. Mutu pendidikan meningkat sesuai standar internasional > 75%


a. Mutu pendidikan meningkat sesuai standar internasional > 90%


a. Mutu pendidikan bertaraf regional


a. Mutu pendidikan bertaraf internasional

b. Kompetensi guru meningkat yang ditandai dengan > 75% berijazah S1 dan memperoleh sertifikasi

b. Kompetensi guru meningkat yang ditandai dengan > 90% berijazah S1 dan memperoleh sertifikasi

b. Kompetensi guru berstandar regional

b. Kompetensi guru berstandar internasional

c. Kualita+s manajemen berbasis sekolah meningkat.

c. Kualitas manajemen berbasis sekolah meningkat.

c. Kualitas manajemen sekolah bertaraf regional .

c. Kualitas manajemen sekolah bertaraf internasional

d. Kualitas siswa dan sekolah meningkat secara signifikan

d. Kualitas siswa dan sekolah meningkat secara signifikan

d. Kualitas siswa dan sekolah bertaraf regional

d. Kualitas siswa dan sekolah bertaraf internasional


73

e. Terdapat penghargaan yang riil atas prestasi

e. Terdapat penghargaan yang riil atas prestasi

e. Terdapat penghargaan yang riil atas prestasi tingkat regional

e. Terdapat penghargaan yang riil atas prestasi tingkat internasional

f. Kegiatan inovasi peningkatan fasilitas pendidikan/pembelajaran dan peningkatan kompetensi guru bersubsidi




g. SNP sesuai dengan PP no. 19 tahun 2005 tentang SNP dikembangkan



g. Terdapat perhatian secara khusus terhadap kesejahteraan gender, pendidikan untuk pelayanan khusus di daerah terpencil,sejenisnya.


74

h. Evaluasi pendidikan dilaksanakan melalui ujian sekolah oleh sekolah dan ujian nasional yang dilakukan oleh sebuah badan yaitu BSNP



h. Komunikasi, informasi, edukasi, dan advokasi kepada masyarakat terlaksana dengan baik

i. Penjaminan mutu dilaksanakan melalui proses yang sistematis



i. Radio, televisi, komputer, dan perangkat ICT lain sebagai media pembelajaran dan sarana belajar alternatif dimanfaatkan secara optimal.


75

j. Terlaksana akreditasi satuan dan/atau program pendidikan untuk menentukan status akreditasi masing – masing.



j. Pemanfaatan secara optimal Radio, TV, internet dan perangkat ICT lainnya sebagai media pembelajaran dan sarana belajar alternatif (pendidikan jarak jauh).

k. Pemanfaatan secara optimal Radio, TV, internet dan perangkat ICT lainnya sebagai media pembelajaran dan sarana belajar alternatif (pendidikan jarak jauh).




76

3. Tata Kelola, Akuntabilitas dan Pencitraan Publik

a. Pemanfaatan ICT secara optimal untuk meningkatkan layanan pendidikan

3. Tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik


3. Tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik


3. Tata Kelola, Akuntabilitas dan Pencitraan Publik


b. Program pendidikan anak usia dini berjalan dengan baik, optimal dan dikelola dengan baik

b. Program pendidikan anak usia dini berjalan dengan baik

b. Program pendidikan anak usia dini bertaraf nasional berjalan dengan baik

b. Program pendidikan anak usia dini bertaraf regional berjalan dengan baik

c. Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun tuntas dan dikelola sesuai aturan dan baik



c. Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 12 Tahun tuntas


77

d. Program Pendidikan Menengah berjalan dengan baik, optimal dan dikelola dengan baik, transparan dan akuntabel.

d. Program Pendidikan Menengah berjalan dengan baik

d. Program Pendidikan Menengah bertaraf regional berjalan dengan baik

d. Program Pendidikan Menengah bertaraf internasional berjalan dengan baik

e. Program Pendidikan non formal berjalan dengan baik, optimal dan dikelola dengan baik, transparan dan akuntabel

e. Program Pendidikan non formal berjalan dengan baik

e. Program Pendidikan non formal bertaraf regional berjalan dengan baik

e. Program Pendidikan non formal bertaraf internasional berjalan dengan baik

f. Efisiensi Manajemen Pendidikan meningkat

f. Efisiensi Manajemen Pendidikan meningkat

f. Efisiensi Manajemen Pendidikan bertaraf regional meningkat

f. Efisiensi Manajemen Pendidikan bertaraf internasional meningkat


78

Kebijakan

Strategis

1. Perluasan dan pemerataan kesempatan belajar

a. Terus mengupayakan keberlanjutan program pemberian biaya operasional pendidikan (BOS) sampai jenjang SD/MI serta SMP/MTs disertai dengan sosialisasi, pembinaan dan pengendalian yang tertib dan akurat dalam rangka menjaga kepercayaan semua pihak tentang manfaat program tersebut.


a. pemanfaatan teknologi dalam penyelenggaraan pendidikan (pembelajaran jarak jauh, broad casting-radio dan TV pendidikan)


a. pemanfaatan teknologi dalam penyelenggaraan pendidikan (pembelajaran jarak jauh, broad casting-radio dan TV pendidikan)


a. Pemanfaatan teknologi dalam penyelenggaraan pendidikan (pembelajaran jarak jauh, broad casting-radio dan TV pendidikan)


79

b. Memperbanyak pemberian beasiswa serta subsidi – subsidi lainnya khususnya bagi mereka yang kurang mampu secara ekonomi dan pemberian beasiswa bagi siswa yang memasuki program keahlian berbasis keunggulan potensi daerah

b. Memperbanyak implementasi program school come, to client, sekolah mendatangi siswa, khususnya untuk wilayah miskin dan pedesaan/terpencil melalui penyelenggaraan sekolah kecil kelas jauh, mobile training unit (MTU) dan sebagainya




80

c. Pembiayaan penyelenggaraan secara gotong royong antara masyarakat, pemerintah kabupaten/kota, provinsi dan pusat, termasuk pembangunan unit sekolah baru.

c. Efesien investasi pembangunan sarana pendidikan dan optimali-sasi pemanfaatan fasilitas pendidikan yang telah ada melalui penyelenggaraan sekolah terpadu (SMK di SMP negeri, SMK di SMA dan sebaliknya).

c. Efesien investasi pembangunan sarana pendidikan dan optimali-sasi pemanfaatan fasilitas pendidikan yang telah ada melalui penyelenggaraan sekolah terpadu bertaraf regional

c. Efesien investasi pembangunan sarana pendidikan dan optimali-sasi pemanfaatan fasilitas pendidikan yang telah ada melalui penyelenggaraan sekolah terpadu bertaraf internasional

d. Membentuk SD-SMP satu atap, bagi daerah terpencil jarang dan terpencar dengan menambah ruang belajar SMP di SD untuk menyelenggarakan program pendidikan SMP bagi lulusannya.

d. Memperlihatkan secara khusus kesetaraan gender, pendidikan untuk layanan khusus di daerah terpencil, konflik perbatasan dan sejenisnya.


81

e. Memperluas akses bagi anak usia 7 – 15 tahun melalui jalur nonformal atau program pendidikan terpadu/inklusif bagi anak – anak berkebutuhan khusus.

e. Melaksanakan komunikasi, informas, edukasi, dan advokasi kepada masyarakat

f. Memperluas akses bagi penduduk buta aksara usia 15 tahun keatas melalui jalur pendidikan non formal

f. Memanfaatkan secara optimal sarana radio, televisi, komputer, dan perangkat ITC lain sebagai media pembelajar dan sarana belajar alternatif

g. Memperluas akses terhadap pendidikan di SMK sesuai dengan kebutuhan dan keunggulan lokal


82

h. Memperluas daya tampung perguruan tinggi, khususnya yang bertitik berat pada program – program politeknik, vokasi dan profesi

i. Memperluas kesempatan belajar sepanjang hayat bagi penduduk dewasa yang ingin meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kecakapan hidup.


83

2. Peningkatan mutu dan relevansi pendidikan

a. Mengupayakan peningkatan kompetensi guru dibuktikan dengan sertifikasi standar nasional


a. Mengupayakan peningkatan kompetensi guru dibuktikan dengan sertifikasi standar nasional


a. Mengupayakan peningkatan kompetensi guru dibuktikan dengan sertifikasi standar regional


a. Mengupayakan peningkatan kompetensi guru dibuktikan dengan sertifikasi standar internasional

b. Perbaikan sarana dan prasaran




c. Pembinaan manajemen sekolah




d. Penyelenggaraan lomba dan kompetisi antar sekolah dan atau antar kabupaten/kota secara rutin





84

e. Pemberian penghargaan yang riil atas prestasi




f. Pemberian subsidi untuk kegiatan inovasi maupun peningkatan fasilitas pendidikan/pembelajaran serta peningkatan dan sertifikasi kompetensi guru




g. Pengembangan sekolah berbasis keunggulan lokal




h. Penerapan telematika dalam pendidikan





85

i. Melaksanakan penjaminan mutu melalui suatu proses analisis yang sistematis terhadap hasil ujian nasional dan hasil evaluasi lainnya baik antara satuan kabupaten.




j. Melaksanakan akreditasi satuan dan atau program pendidikan untuk menentukan status akreditasi




k. Perluasan Pendidikan kecakapan hidup




l. Implementasi SNP l. Implementasi SNP l. Implementasi SNP l. Implementasi SNP


86

m.Pembangunan sekolah bertaraf nasional disetiap kabupaten /kota

m.Pembangunan sekolah bertaraf nasional disetiap kabupaten /kota

m.Pembangunan sekolah bertaraf regional disetiap kabupaten /kota

m.Pembangunan sekolah bertaraf internasional disetiap kabupaten /kota

n. Peningkatan jumlah dan mutu publikasi ilmiah

n. Peningkatan jumlah dan mutu publikasi ilmiah

n. Peningkatan jumlah dan mutu publikasi ilmiah bertaraf regional

n. Peningkatan jumlah dan mutu publikasi ilmiah bertaraf internasional

3. Tata Kelola, Akuntabilitas dan Pencintraan Publik

a. Program pendidikan anak usia dini







b. Program wajib belajar 9 dasar tahun





87

c. Program pendidikan menengah




d. Program pendidikan non formal




e. Peningkatan efesiensi manajemen pendidikan




f. Peningkatan kapasitas dan kompetensi aparat perencanaan dan penganggaran




g. Peningkatan kapasitas dan komptensi managerial aparat





88

h. Peningkatan ketaatan pada peraturan perundang – undangan




i. Penataan regulasi pengelolaan pendidikan




j. Peningkatan kecitraan publik




k. peningkatan kapasitas dan komptensi pengelola pendidikan




l. Pelaksanaan Inpres nomor 5 tahun 2004 tentang percepatan pemberantasan KKN





89

Program Strategis


a. Terus mengupayakan keberlanjutan program pemberian biaya operasional pendidikan (BOS) sampai jenjang SD/MI serta SMP/MTs disertai dengan sosialisasi, pembinaan dan pengendalian yang tertib dan akurat dalam rangka menjaga kepercayaan semua pihak tentang manfaat program tersebut.

1. Perluasan dan Pemeraan Kesempatan Belajar

a. Memperbanyak implementasi program school come, to client, sekolah mendatangi siswa, khususnya untuk wilayah miskin dan pedesaan/terpencil melalui penyelenggaraan sekolah kecil kelas jauh dan SMP Satu Atap.






90

b. Memperbanyak pemberian beasiswa serta subsidi – subsidi lainnya khususnya bagi mereka yang kurang mampu secara ekonomi dan pemberian beasiswa bagi siswa yang memasuki program keahlian berbasis keunggulan potensi daerah

b. Efesien investasi pembangunan sarana pendidikan dan optimali-sasi pemanfaatan fasilitas pendidikan yang telah ada melalui penyelenggaraan sekolah terpadu (SMK di SMP negeri, SMK di SMA dan sebaliknya).




91

c. Pembiayaan penyelenggaraan secara gotong royong antara masyarakat, pemerintah kabupaten, provinsi dan pusat, termasuk pembangunan unit sekolah baru.

c. Pemanfaatan teknologi dalam penyeleggaraan pendidikan (pembelajaran jarak jauh, broadcasting radio dan tv pendidikan)




a. Mengupayakan pelaksanaan program mutu pendidikan dengan kompre-hensif, holistik, tidak linier dan parsial








92

b. Mengupayakan peningkatan kompetensi guru dibuktikan dengan sertifikasi standar nasional

b. Mengupayakan peningkatan kompetensi guru dibuktikan dengan sertifikasi standar nasional

b. Mengupayakan peningkatan kompetensi guru dibuktikan dengan sertifikasi standar regional

b. Mengupayakan peningkatan kompetensi guru dibuktikan dengan sertifikasi standar internasional







d. Penyelenggaraan lomba dan kompetisi antar sekolah tingkat regional

d. Penyelenggaraan lomba dan kompetisi antar sekolah tingkat internasional



e. Pemberian penghargaan yang riil atas prestasi tingkat regional

e. Pemberian penghargaan yang riil atas prestasi tingkat internasional


93



f. Pemberian subsidi untuk kegiatan inovasi maupun peningkatan fasilitas pendidikan/pembelajaran tingkat regional

f. Pemberian subsidi untuk kegiatan inovasi maupun peningkatan fasilitas pendidikan/pembelajaran tingkat internasional

g. Meningkatkan kapasitas dan kompetensi aparat perencanaan dan penganggaran




h. Meningkatkan kapasitas dan komptensi managerial aparat

h. Meningkatan kapasitas dan komptensi managerial aparat




94

i. Meningkatkan ketaatan pada peraturan perundang – undangan

i. Meningkatan ketaatan pada peraturan perundang – undangan



j. Penataan regulasi pengelolaan pendidikan




k. Meningkatkan kecitraan publik

k. Meningkatan kecitraan publik

k. Meningkatan kecitraan publik

k. Meningkatkan kecitraan publik

l. Meningkatkan kapasitas dan kompetensi pengelola pendidikan




m.Melaksanakan Inpres nomor 5 tahun 2004 tentang percepatan pemberantasan KKN





95


a. Program pendidikan anak usia dini secara transparan dan akuntabel


a. Pendidikan anak usia dini


a. Pendidikan anak usia dini bertaraf regional


a. Pendidikan anak usia dini bertaraf internasional

b. Program wajib belajar 9 dasar tahun secara transparan dan akuntabel





96

c. Pengembangan kapasitas terhadap para pengurus sekolah atau satuan pendidikan non formal untuk meningkatkan manjerial dan learder ship menju otonomi pengelolaan

c. Pengembangan kapasitas terhadap para pengurus sekolah atau satuan pendidikan non formal untuk meningkatkan manjerial dan learder ship menuju otonomi pengelolaan

c. Pengembangan kapasitas terhadap para pengurus sekolah atau satuan pendidikan non formal untuk meningkatkan manjerial dan learder ship menuju otonomi pengelolaan bertaraf regional

c. Pengembangan kapasitas terhadap para pengurus sekolah atau satuan pendidikan non formal untuk meningkatkan manjerial dan learder ship menuju otonomi pengelolaan bertaraf internasional


97

d. Pengembangan Jardiknas sebagai sistem pendukung manajemen dilakukan untuk menunjang keberhasilan pengukuran indikator penting perluasan, mutu dan efisiensi sesuai standar nasional diknas.


d. Pengembangan Jardiknas sebagai sistem pendukung manajemen dilakukan untuk menunjang keberhasilan pengukuran indikator penting perluasan, mutu dan efisiensi bertaraf regional

d. Pengembangan Jardiknas sebagai sistem pendukung manajemen dilakukan untuk menunjang keberhasilan pengukuran indikator penting perluasan, mutu dan efisiensi bertaraf internasional

e. Program pendidikan menengah




f. Program pendidikan nonformal





98

g. Peningkatan efesiensi manajemen pendidikan


g. Peningkatan efesiensi manajemen pendidikan bertaraf regional

g. Peningkatan efesiensi manajemen pendidikan bertaraf internasional

Indikator Kinerja


a. Keberlanjutan program pemberian biaya operasional pendidikan (BOS) SD-SMP disertai sosialisasi, pembinaan dan pengendalian program tersebut.




a. Keberlanjutan

program pemberian biaya operasional pendidikan (BOS) SD-SMP disertai sosialisasi, pembinaan dan pengendalian program tersebut.




99

b. Pemberian beasiswa dan subsidi bagi siswa yang kurang mampu secara ekonomi dan pemberian beasiswa yang memasuki program keahlian yang berbasis keunggulan potensi daerah




c. Penyelenggaraan pendidikan secara gotong royong





100


a. Diatas 75% pelaksanaan program peningkatan mutu pendidikan dengan komprehensif dan holistik


a. Pelaksanaan program peningkatan mutu pendidikan dengan komprehensif dan holistik


a. Pelaksanaan program peningkatan mutu pendidikan dengan komprehensif dan holistik

2. Peningkatan mutu dan relevansi pendidikan a. Pelaksanaan

program peningkatan mutu pendidikan dengan komprehensif dan holistik

b. Meningkatnya kompetensi melalui pelatihan formal guru dibuktikan dengan sertifikasi kompetensi berstandar nasional >75%

b. Meningkatnya kompetensi melalui pelatihan formal guru dibuktikan dengan sertifikasi kompetensi berstandar nasional



c. Terbinanya manajemen sekolah





101

d. Terselenggaranya lomba dan kompetisi antar sekolah dan kabupaten




e. Pemberian penghargaan yang riil atas prestasi 75%




f. 100% laporan monitoring dan evaluasi implementasi snp oleh satuan pendidikan di setiap akhir tahun

f. Laporan monitoring dan evaluasi implementasi snp oleh satuan pendidikan di setiap akhir tahun

f. Laporan monitoring dan evaluasi implementasi snp oleh satuan pendidikan di setiap akhir tahun

f. Laporan monitoring dan evaluasi implementasi snp oleh satuan pendidikan setiap akhir tahun

g. 100% laporan penilaian mutu pendidikan berstandar nasional kepada diknas provinsi setiap dua tahun

g. Laporan penilaian mutu pendidikan berstandar nasional kepada diknas provinsi setiap dua tahun




102

h. 100 % penilaian laporan penilaian mutu pendidikan bersatandar nasional kepada diknas provinsi setiap 2 tahun

h. Penilaian laporan penilaian mutu pendidikan bersatandar nasional kepada diknas provinsi setiap dua tahun




103

i. Dihasilkan usulan standar, isi, standar kompetensi lulusan, standar proses pembelajaran, standar penilaian, standar tenaga pendidikan, standar sarana prasarana, dan standar pembiayaan dengan mengacu SNP dan disahkan oleh Diknas provinsi di atas 75%

i. Dihasilkan usulan standar, isi, standar kompetensi lulusan, standar proses pembelajaran, standar penilaian, standar tenaga pendidikan, standar sarana prasarana, dan standar pembiayaan dengan mengacu SNP dan disahkan oleh Diknas provinsi



j. Dihasilkannya pedoman penyusunan kurikulum yang mengacu pada SNP 90%

j. Dihasilkannya pedoman penyusunan kurikulum yang mengacu pada SNP




104

k. 100% laporan pelaksanaan dan hasil akreditasi sekolah/madrasah oleh BAS kepada diknas provinsi setiap tahun

k. Laporan pelaksanaan dan hasil akreditasi sekolah/madrasah oleh BAS kepada diknas provinsi setiap tahun



l. 100% direktori akreditasi sekolah yang di up date setiap tahun

l. Direktori akreditasi sekolah yang di up date setiap tahun



m.100% laporan pelaksanaan dan hasil akreditasi satuan pendidikan nonformal oleh BAS kepada diknas provinsi setiap tahun

m.Laporan pelaksanaan dan hasil akreditasi satuan pendidikan nonformal oleh BAS kepada diknas provinsi setiap tahun

m. Laporan pelaksanaan dan hasil akreditasi satuan pendidikan nonformal oleh BAS kepada diknas provinsi setiap tahun

m.Laporan pelaksanaan dan hasil akreditasi satuan pendidikan nonformal oleh BAS kepada diknas provinsi setiap tahun


105

n. 100% direktori akreditasi satuan pendidikan nonformal yang di up date setiap tahun

n. Direktori akreditasi satuan pendidikan nonformal yang di up date setiap tahun
















106






107

d. Pengembangan Jardiknas stem pendukung manajemen dilakukan untuk menunjang keberhasilan pengukuran indikator penting perluasan, mutu dan efisiensi sesuai standar nasional diknas.

















108

a. Terdapat pergelajaran seni dan budaya

a. Terdapat pergelajaran seni dan budaya

a. Terdapat pergelajaran seni dan budaya tingkat regional

a. Terdapat pergelajaran seni dan budaya tingkat internasional


109

D. Strategi Implementasi Kebijakan Kebijakan dan program strategis sebagaimana dipaparkan pada bab sebelumnya, perlu dicarikan strategi implementasi untuk mencapai apa yang menjadi tujuan dan sasaran strategi, dalam kerangka melaksanaka misi untuk mewujudkan visi pendidikan dan kebudayaan pada tahun 2025.

Grand design yang disusun oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Jombang dikemukakan sebelumnya merupakan pengejawantahan. Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RJPJ) bidang Pendidikan, karenanya, implementasi grand design ini, dilaksanakan melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) yang diwujudkan dalam bentuk Rencana Strategis (Renstra) Dinas Pendidikan Kabupaten Jombang

Penyusunan Renstra Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD), di samping bertumpu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Departemen Pendidikan Nasional, rencana bertumpu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) provinsi Jawa Timur dan RPJMD Pemerintah Kabupaten Jombang. Hal ini disebabkan Dinas Pendidikan Kabupaten Jombang, disamping sebagai pelaksana urusan otonomi daerah bidang pendidikan juga sebagai implikasi pelaksanaan azas desentralisasi, juga sebagai pelaksana urusan pemerintahan bidang pendidikan pemerintah pusat, sebagai implikasi pelaksanaan azas dekonsentrasi. Sementara masa RPJMD ini mengikuti masa jabatan Bupati Jombang. Pada tahun 2008, masa jabatan gubernur telah habis, dan pada tahun berikutnya merupakan masa jabatan Bupati baru, karenanya, dalam penyusunan renstra dinas pendidikan dan kebudayaan sebagai salah satu Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD), disusun dengan masa renstra sebagai berikut:

Renstra tahun pertama, Renstra tahun 2007 sampai dengan 2008, tahun kedua, Renstra tahun 2009 sampai dengan 2013, tahun ketiga, Renstra tahun 2014 sampai dengan 2018, dan tahun keempat, Renstra tahun 2019 sampai dengan 2024. tahun kelima, Renstra tahun 2025 sampai dengan 2029.


99

Renstra yang telah disusun oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Jombang, akan ditindak lanjuti dengan Rencana Kinerja Tahunan (RKT). Dalam penyusunan RKT ihi, bertumpu pula pada Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Jombang. Setiap penyusunan RKPD, senantiasa ditetapkan kebijakan dan program prioritas setiap bidang tertentu. Dan karenanya, kebijakan dan program prioritas yang ditetapkan dalam RKPD bidang pendidikan dan kebudayaan menjadi acuan bagi dinas pendidikan dan kebudayaan dalam menyusun Rencana Kinerja Tahunan (RKT).

Berdasarkan strategi umum implementasi kebijakan dan program strategis di atas. Maka akan melahirkan strategi implementasi kebijakan dan program strategis bersifat teknis dan operasional. Beberapa strategi implementasi kebijakan dan program strategis, dalam kerangka mencapai tujuan dan sasaran strategis, untuk melaksanakan misi guna mewujudkan visi tahun 2029, dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Penetapan skala prioritas bidang pendidikan 2. Penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Dinas Pendidikan

Kabupaten Jombang, setiap lima tahun 3. Penyusunan Rencana Kinerja Tahunan (RKT), Dinas

Pendidikan Kabupaten Jombang4. Strategis Teknis Implementasi Kebijakan dan Program

Strategis

Beberapa strategis teknis implementasi kebijakan dan program stratejik dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran stratejik, untuk melaksanakan misi guna mewujudkan visi Dinas Pendidikan Kabupaten Jombang pada tahun 2029, tersebut diatas akan dipaparkan sebagai berikut.

1. Strategi Penetapan Prioritas Kebijakan dan Program Strategis Penetapan skala prioritas bidang pendidikan merupakan tahap awal dalam menyusun renstra dan RKT dinas pendidikan dan kebudayaan, penetapan skala prioritas bidang pendidikan dan kebudayaan, disamping mengacu pada skala prioritas bidang pendidikan yang ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional, mengacu skala


100

prioritas bidang pendidikan yang ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur juga mengacu skala perioritas yang ditetapkan Pemerintah Kabupaten Jombang. Skala prioritas bidang pendidikan dan kebudayaan pada tatara departemen, dapat ditemukan pada RPJP maupuan RPJM departemen pendidikan Nasaional, sementara, skala prioritas Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Timur, dapat ditemukan pula pada RPJPD, RPJMD dan RKPD provinsi jawa timur. Demikian juga skala prioritas pembangunan bidang Pendidikan di kabupaten dapat ditemukan RPJPD, RPJMD dan RKPD Pemerintah Kabupaten Jombang. Sekalipun demikian, skala prioritas bidang pendidikan, berdasarkan kecenderungan isu stratejik (strategic issues), dan berdasarkan pada RPJP, RPJM Departemen Pendidikan Nasional, serta RPJPD, RPJMD, RKPD Provinsi Jawa Timur, maka skala prioritas bidang pendidikan di Kabupaten Jombang antara lain sebagai berikut:1. Aspek Pemerataan Dan Perluasan Akses Pendidikan 2. Aspek Peningkatan Mutu, Relevansi dan Daya Saing 3. Aspek Tata Kelola Pendidikan yang baik (akuntabilitas

dan pencitraan publik)

2. Strategi Penyusunan Rencana Strategis (Resntra)

Perencana strategi merupakan suatu proses yang beriorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) tahun secara sistematis, dan berkesinambungan dengan mempertimbangkan potensi, peluang dan kendala yang ada atau yang mungkin timbul. Proses menghasilkan suatu rencana strategi (renstra) instansi pemerintah, yang setidaknya memuat visi, misi, tujuan ,sasaran, strategi, kebijakan, dan program serta ukuran keberhasilan dan kegagalan dalam pelaksanannya.

Berkaitan dengan hal tersebut, penyusunan Renstra Dinas Pendidikan Kabupaten Jombang, sebagai salah satu Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) Pemerintah Kabupaten Jombang, harus senantiasa berkesinambungan, relevan dan konsistensi, tidak saja dengan RPJM Departemen


101

Pendidikan Nasional, RPJMD Provinsi Jawa Timur, RPJMD Kabuopaten Jombang, tapi juga antara Renstra periode tahun ke satu dengan periode tahun berikutnya, dibawah koridor grand design pendidikan yang telah disusun dan ditetapkan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Timur. dan grand design pendidikan Pemerintah Kabupaten Jombang Karenanya, Dinas Pendidikan Kabupaten Jombang dalam menyusun apa yang menjadi muatan Renstra, senantiasa di samping bertumpu pada dokumen perencanaan yang telah disebut tadi, juga bertumpu pada strategi issues yang senantiasa tumbuh kembang pada saat renstra Dinas Pendidikan Kabupaten Jombang dibuat.

3. Penetapan Prioritas Kebijakan dan Program Strategis Berdasarkan prinsip pembangunan pendidikan di Kabupaten Jombang serta serangkaian isu strategis tersebut diatas, disusun program pembangunan pendidikan di Kabupaten Jombang yang dilandasi tiga pilar pembangunan pendidikan nasional, pembangunan pendidikan di Propinsi Jawa Timur, yakni: a) Pemerataan dan perluasan akses pendidikan, b) peningkatan mutu, relevansi dan daya saing, dan c) governance, akuntabilitas dan pencitraan publik. Program pembangunan di setiap satuan pendidikan serta aspek pembangunan pendidikan yang lain dinarasikan di bawah ketiga pilar pembangunan pendidikan tersebut. Berdasarkan jenis dan tingkatan satuan pendidikan, maka dalam kaitan peningkatan mutu, relevansi dan daya saing pendidikan di Kabupaten Jombang disusun program – program pengembangan pendidikan sebagai berikut:a. Program Pemerataan dan Perluasan Akses Pendidikan

Berdasarkan jenis dan tingkatan satuan pendidikan, maka dalam kaitan pemerataan dan perluasan akses pendidikan di Jawa Timur disusun program kegiatan pokok strategis pendidikan sebagai berikut:1) Program : PAUD (pendidikan anak usia dini)

Perluasan akses PAUD baik jalur formal maupun non formal, dengan kegiatan pokok strategis: a) Peningkatan Unit Sekolah Baru (USB) dan

Penambahan Ruang Kelas Baru RKB TK/RAb) Peningkatan jumlah lembaga PAUD non formal :

KB, TPA dan lain – lain


102

c) Pendanaan biaya operasional PAUD, bantuan/subsidi untuk TK/RA

d) Rehabilitasi ruang kelas TK/RAe) Pengangkatan guru PNS/DPK untuk TK/RAf) Pengangkatan tenaga kependidikan KB/TPAg) Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat

tentang pentingnya PAUD (terkait dengan konsep the golden age)

h) Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat yang masih terhambat budaya, bahwa perempuan pun punya hak untuk mendapatkan akses belajar dan berkembang

i) Kerjasama lembaga PAUD dengan organisasi masyarakat.

2) Program : Pendidikan Dasar di SDKegiatan pokok strategis yang direncanakan:a) Pembangunan RKB SDb) Rehabilitasi RK SD baik negeri maupun swasta c) Pemberian bantuan operasional bagi SD yang

menyelenggarakan SSN d) Bantuan/subsidi bagi SD swastae) Pemberian Bantuan Operasional Sekolah (BOS).f) Pembangunan SD kecil di wilayah terpencil g) Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat yang

masih terhambat budaya, bahwa perempuan pun punya hak untuk mendapatkan akses belajar dan berkembang

3) Program : Pendidikan Dasar di SMPKegiatan pokok strategis yang direncanakan:a) Pembangunan RKB SMPdi wilayah tertentu, karena

perkembangan kebutuhan masyarakat tentang Pendidikan.

b) Pembangunan RKB SMPc) Rehabilitasi RK SMP baik negeri maupun swasta d) Pemberian bantuan pendampingan bagi SMP yang

menyelenggarakan SBIe) Bantuan/subsidi bagi SMP swastaf) Pemberian Bantuan Operasional Sekolah (BOS).


103

g) Pengangkatan tenaga kependidikan, TU dan perpustakaan

h) Pembangunan SMP kecil, SD-SMP satu atap di wilayah terpencil

i) Menambah jumlah SMP terbuka j) Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat yang


k) Pembinaan, pemberiaan rekomendasi, dan izin operasional bagi pendirian SMP swasta.

4) Program : Pendidikan menengah di SMAKegiatan pokok strategis yang direncanakan:a) Pembangunan USB SMAdi wilayah tertentu, karena

perkembangan kebutuhan masyarakat tentang Pendidikan.

b) Pembangunan RKB SMAc) Rehabilitasi RK SMA baik negeri maupun swasta d) Pemberian bantuan pendampingan bagi SMA

menyelenggarakan SBIe) Pemberian BKSM berdasar data akurat dan

terkontrol baik, agar tidak terjadi pemberian rangkap

f) Bantuan/subsidi bagi SMA swastag) Pengangkatan tenaga kependidikan, TU dan

perpustakaanh) Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat yang


i) Pembinaan, pemberiaan rekomendasi, dan izin operasional bagi pendirian SMP swasta.

5) Program : Pendidikan menengah di SMKKegiatan pokok strategis yang direncanakan:a) Pembangunan USB SMK di wilayah tertentu,

karena perkembangan kebutuhan masyarakat tentang Pendidikan.

b) Pembangunan RKB SMKc) Rehabilitasi RK SMK baik negeri maupun swasta


104

d) Pemberian BKSM berdasar data akurat dan terkontrol baik, agar tidak terjadi pemberian rangkap

e) Pemberian bantuan pendampingan bagi SMK yang menyelenggarakan SBI.

f) Bantuan/subsidi bagi SMK swastag) Mengembangkan SMK terutama yang berbasis

unggulan lokal, dan berstandar internasional h) Bantuan pendirian bengkel kerja dan ruang pamer

(showroom) hasil produksi i) Pengangkatan guru (mata pelajaran dan muatan

lokal)j) Pengangkatan tenaga kependidikan, TU dan

perpustakaank) Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat yang

masih terhambat budaya, penambahan program keahlian/unit produksi atau SMK berbasis keunggulan lokal

l) Budaya bahwa perempuan juga punya hak untuk mendapatkan akses belajar

m)Pembinaan, pemberiaan rekomendasi, dan izin operasional bagi pendirian SMK.

6) Program : Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

Kegiatan pokok strategis yang direncanakan:a) Pembangunan USB SLB dengan berbagai

variannya b) Pembangunan RKB SLBc) Rehabilitasi RK SLB baik negeri maupun swasta d) Pembangunan sekolah inklusif di SD, SMP, SMAe) Peningkatan bantuan biaya operasional sekolah

inklusif f) Bantuan/subsidi bagi SLB swastag) Pengangkatan guru h) Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat yang


i) Melengkapi fasilitas bagi penyelenggaraan sekolah inklusif bagi anak berkebutuhan khusus.


105

7) Program : pendidikan non formal Kegiatan pokok strategis yang direncanakan:a) Pembangunan ruang kelas untuk sanggar belajar

dan sejenisnya b) Rehabilitasi ruang kelas sanggar belajar, rumah

singgah dan sejenisnya c) Bantuan/subsidi bagi yayasan penyelenggara d) Bantuan biaya pendampingan e) Bantuan modal bagi usaha kewirausahaan f) Bantuan pendampingan pembentukan jejaring

(networking) antar penyelenggara dan pesertag) Pengangkatan tutor yag berkompetensi memadai h) Bantuan biaya peralatan seni sanggar bagi anak

jalanan i) Bantuan dana penyelenggaraan paket A/B/Cj) Melaksankan program kejar paket A/B/C di

pesantren k) Bantuan modal awal usaha bagi lulusan KFl) Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat yang


m)Mengaktifkan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) secara maksimal untuk mencegah terjadinya buta aksara kembali

b. Program Peningkatan Mutu, Relevansi dan Daya Saing Berdasarkan jenis dan tingkat satuan pendidikan, maka dalam kaitan peningkatan mutu, relevansi dan daya saing pendidikan di jawa timur disusun program – program pengembangan pendidikan sebagai berikut:1) Program : PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini)

a) Pengembangan bahan ajar, model pembelajaran dan sistem penilaian

b) Bantuan pengadaan perpustakaan dan penambahan koleksi bagi TK/RA

c) Bantuan pengembangan media belajar, alat bermain dan alat pendidikan

d) Bantuan pendampingan akreditasi bagi TK/RAe) Sertifikasi dan uji kompetensi pendidik di TK/RA


106

f) Diklat pengembangan konsep dan metodologi pembelajaran (terutama model pembelajaran beyond centres and circles time) bagi guru KB/TPA/TK

g) Bantuan penyusunan modul pembelajaran di KB/TPA/TK

2) Program : pendidikan dasar di SDa) Pengembangan dan pelaksanaan KTSPb) Pengembangan bahan ajar, model pembelajaran

dan sistem penilaian c) Bantuan pengadaan perpustakaan dan

penambahan koleksi bagi SDd) Bantuan pembelian buku ajar standar e) Membangun laboratorium komputer bagi SD dan

atau melengkapi sarana laboratorium sainsf) Bantuan pengembangan media belajar dan alat

pendidikan g) Bantuan pembinaan dan pelaksanaan akreditasi

bagi SDh) Pengembangan SD inti menjadi SSNi) Perintisan SD bertaraf internasional j) Pengembangan muatan lokal bahasa jawa k) Pemberian beasiswa bagi siswa SD berprestasi l) Pemilihan siswa SD teladan m)Olympiade sains dan matematika bagi SD di

tingkat lokal, regional, nasional dan internasionaln) Lomba kreativitas bagi siswa SDo) Pelatihan penulisan karya ilmiah (berbasis PTK dan

lain - lain) bagi guru p) Lomba penulisan karya ilmiah bagi guru SDq) Lomba kreatifitas bagi guru SDr) Pemilihan guru SD teladan tingkat kabupaten.s) Penyelenggaraan porseni tingkat SD se

kabupaten/kota dan se provinsi Jawa Timur t) Penyelenggaraan pekan seni pelajar tingkat

SD/MI/SMP/MTs/SMA/MAu) Bantuan untuk sertifikasi (kuliah) dan uji

kompetensi pendidik SD


107

v) Diklat pengembangan konsep dan metodologi pembelajaran terkini berlandaskan transformative learning dan paradigma learn-unlearn-relearn

w) Dilat UKS dan pendidikan gici bagi guru penjakes x) Diklat penggunaan ICT (termasuk e-learning) bagi

guru/tenaga pendidikan dan kepala sekolahy) Diklat teknologi dan pengolahan produk potensi

daerah bagi guru muatan lokal z) Lokakarya implementasi budi pekerti luhur di

sekolah aa) Bantuan penyusunan modul pembelajaran

etika dan budi pekerti luhurbb) Revitalisasi gerakan kepanduan/pramuka di SDcc) Diklat Siaran Radio Pendidikan (SRP) bagi

guru/tenaga kependidikan dd) Peningkatan penerimaan insentif bagi

guru/tenaga kependidikan ee) Pelaksanaan UNAS silang penuh baik lokasi

maupun pengawasan ff) Monitoring dan evaluasi serta supervisi

pelaksanaan kurikulum dan pembelajaran di SDgg) Meningkatkan kemitraan sekolah dengan DUDI

yang dilaksanakan berdasarkan peraturan daerah yang mengikat

3) Program : Pendidikan Dasar di SMPa) Pengembangan dan pelaksanaan KTSPb) Pengembangan bahan ajar, model pembelajaran


penambahan koleksi bagi SMPd) Bantuan pembelian buku ajar standar e) Membangun laboratorium komputer bagi SMP dan



bagi SMPh) Pengembangan SMP SSN menjadi rintisan SBI.i) Perintisan SMP bertaraf internasional dimulai dari

penerapan billingual


108

j) Pengembangan muatan lokal bahasa jawa di SMP k) Pemberian beasiswa bagi siswa SMP berprestasi l) Olympiade sains dan matematika bagi SMP di

tingkat lokal, regional, nasional dan internasionalm)Lomba kreativitas bagi siswa SMPn) Pelatihan penulisan karya ilmiah (berbasis PTK dan

lain - lain) bagi guru o) Lomba penulisan karya ilmiah bagi guru SMPp) Lomba kreatifitas bagi guru SMPq) Pemilihan guru SMP teladan tingkat kabupatenr) Penyelenggaraan Popda tingkat SMP se

kabupaten/kota dan se provinsi Jawa Timur s) Bantuan untuk sertifikasi (kuliah) dan uji

kompetensi pendidik SDt) Diklat pengembangan konsep dan metodologi

pembelajaran terkini berlandaskan transformative learning dan paradigma learn-unlearn-relearn

u) Diklat penggunaan ICT (termasuk e-learning) bagi guru/tenaga pendidikan dan kepala sekolah

v) Lokakarya implementasi budi pekerti luhur di sekolah

w) Bantuan penyusunan modul pembelajaran etika dan budi pekerti luhur

x) Revitalisasi gerakan kepanduan/pramuka di SMPy) Diklat Siaran Radio Pendidikan (SRP) bagi

guru/tenaga kependidikan z) Peningkatan penerimaan insentif bagi guru/tenaga

kependidikan aa) Pelaksanaan UNAS silang penuh baik lokasi

maupun pengawasan bb) Monitoring dan evaluasi serta supervisi

pelaksanaan kurikulum dan pembelajaran di SMPcc) Meningkatkan kemitraan sekolah dengan DUDI


4) Program : Pendidikan Menengah di SMAa) Pengembangan dan pelaksanaan KTSPb) Pengembangan bahan ajar, model pembelajaran

dan sistem penilaian


109

c) Bantuan pengadaan perpustakaan dan penambahan koleksi bagi SMA

d) Bantuan pembelian buku ajar standar e) Membangun laboratorium komputer bagi SMA dan



bagi SMAh) Pengembangan SMA nasional berstandar

internasional sebagai SMA asuh bagi SMA lainnya dalam satu wilayah

i) Perintisan SMP bertaraf internasional dimulai dari penerapan billingual

j) Pengembangan muatan lokal bahasa jawa di SMA k) Pemberian beasiswa bagi siswa SMA berprestasi l) Pemilihan siswa SMA teladan m)Olympiade sains dan matematika bagi SMA di

tingkat lokal, regional, nasional dan internasionaln) Lomba kreativitas bagi siswa SMAo) Pelatihan penulisan karya ilmiah (berbasis PTK dan

lain - lain) bagi guru p) Pemilihan guru SMA teladan tingkat kabupatenq) Penyelenggaraan POPDA tingkat SMA se

kabupaten/kota dan se provinsi Jawa Timur r) Bantuan untuk sertifikasi (kuliah) dan uji

kompetensi pendidik SMAs) Diklat pengembangan konsep dan metodologi

pembelajaran terkini berlandaskan transformative learning dan paradigma learn-unlearn-relearn

t) Diklat penggunaan ICT (termasuk e-learning) bagi guru/tenaga pendidikan dan kepala sekolah

u) Lokakarya implementasi budi pekerti luhur di sekolah

v) Bantuan penyusunan modul pembelajaran etika dan budi pekerti luhur

w) Revitalisasi gerakan kepanduan/pramuka di SMAx) Diklat Siaran Radio Pendidikan (SRP) bagi

guru/tenaga kependidikan y) Peningkatan penerimaan insentif bagi guru/tenaga

kependidikan


110

z) Pelaksanaan UNAS silang penuh baik lokasi maupun pengawasan

aa) Monitoring dan evaluasi serta supervisi pelaksanaan kurikulum dan pembelajaran di SMA

bb) Meningkatkan kemitraan sekolah dengan DUDI yang dilaksanakan berdasarkan peraturan daerah yang mengikat

5) Program : Pendidikan Menengah di SMKa) Pengembangan dan pelaksanaan KTSPb) Pengembangan bahan ajar, model pembelajaran


penambahan koleksi bagi SMKd) Bantuan pembelian buku ajar standar e) Membangun laboratorium komputer bagi SMK dan

atau melengkapi sarana, laboratorium bahasa, bengkel kerja, bengkel praktek, dan showroom

f) Bantuan pengembangan media belajar dan alat pendidikan, dan subsi bahan praktek pelajaran

g) Bantuan pembinaan dan pelaksanaan akreditasi bagi SMK

h) Pengembangan SMA nasional berstandar internasional

i) Pengembangan muatan lokal di SMK berbasis potensi daerah

j) Pemberian beasiswa bagi siswa SMK berprestasi, miskin dan yang masuk pada program keahlian khusus

k) Pemilihan siswa SMK berprestasi melalui lomba kompetensi siswa

l) Olympiade sains siswa (skill olympic) bagi siswa SMK baik di tingkat lokal regional, nasional, dan ASEAN

m)Lomba kreativitas bagi siswa SMKn) Pelatihan penulisan karya ilmiah (berbasis PTK dan

lain - lain) bagi guru o) Pemilihan guru SMK teladan tingkat kabupatenp) Penyelenggaraan POPDA tingkat SMK se

kabupaten/kota dan se provinsi Jawa Timur


111

q) Bantuan untuk sertifikasi (kuliah) dan uji kompetensi pendidik SMK

r) Diklat pengembangan konsep dan metodologi pembelajaran terkini berlandaskan transformative learning dan paradigma learn-unlearn-relearn

s) Diklat penggunaan ICT (termasuk e-learning) bagi guru/tenaga pendidikan dan kepala sekolah

t) Lokakarya implementasi budi pekerti luhur di sekolah

u) Bantuan penyusunan modul pembelajaran etika dan budi pekerti luhur

v) Revitalisasi gerakan kepanduan/pramuka di SMKw) Diklat Siaran Radio Pendidikan (SRP) bagi

guru/tenaga kependidikan x) Peningkatan penerimaan insentif bagi guru/tenaga

kependidikan y) Pelaksanaan UNAS silang penuh baik lokasi

maupun pengawasan z) Monitoring dan evaluasi serta supervisi

pelaksanaan kurikulum dan pembelajaran di SMKaa) Meningkatkan kemitraan sekolah dengan DUDI


bb) ICT dan ber-ISO 9001:2000

6) Program : Sekolah bagi Anak Berkebutuhan Khusus a) Pengembangan dan pelaksanaan KTSPb) Pengembangan bahan ajar, model pembelajaran


penambahan koleksi bagi SLBd) Bantuan pembelian buku ajar standar e) Bantuan pengembangan media belajar dan alat

pendidikan f) Bantuan pembinaan dan pelaksanaan akreditasi

bagi SLBg) Pemberian beasiswa bagi siswa SLB berprestasi h) Pemilihan siswa SLB teladan i) Lomba kreativitas bagi siswa SLBj) Pelatihan penulisan karya ilmiah (berbasis PTK dan

lain - lain) bagi guru


112

k) Penyelenggaraan porseni tingkat SLB se kabupaten/kota dan se provinsi Jawa Timur

l) Bantuan untuk sertifikasi (kuliah) dan uji kompetensi pendidik SLB

m)Diklat pengembangan konsep dan metodologi pembelajaran terkini berlandaskan transformative learning dan paradigma learn-unlearn-relearn

n) Diklat penggunaan ICT (termasuk e-learning) bagi guru/tenaga pendidikan dan kepala sekolah

o) Lokakarya implementasi budi pekerti luhur di sekolah

p) Bantuan penyusunan modul pembelajaran etika dan budi pekerti luhur

q) Diklat Siaran Radio Pendidikan (SRP) bagi guru/tenaga kependidikan

r) Peningkatan penerimaan insentif bagi guru/tenaga kependidikan

s) Monitoring dan evaluasi serta supervisi pelaksanaan kurikulum dan pembelajaran di SLB

t) Pengadaan kelas akselerasi di SD, SMP dan SMAu) Meningkatkan kemitraan sekolah dengan DUDI

yang dilaksanakan berdasarkan peraturan daerah yang mengikat.

7) Program : sekolah non formal a) Pengembangan bahan ajar, model pembelajaran

dan sistem penilaian b) Bantuan pengadaan Taman Bacaan Masyarakat

(TBM) dan penambahan koleksinyac) Bantuan block grant TBM, Life skill, kesetaraan dan

beasiswa d) Bantuan pembelian buku ajar standar e) Bantuan pengembangan media belajar dan alat

pendidikan f) Bantuan pendampingan dalam penyusunan modul

tematik dan bahan ajar g) Diklat pengembangan konsep dan metodologi

pembelajaran terkinih) Bantuan penyusunan modul pembelajaran etika

dan budi pekerti luhur


113

i) Peningkatan penerimaan insentif bagi tutor j) Pelaksanaan evaluasi formatif dan tahap akhir k) Monitoring dan evaluasi serta supervisi

pelaksanaan kurikulum dan pembelajaran di PLSl) Meningkatkan kemitraan sekolah dengan DUDI

yang dilaksanakan berdasarkan peraturan daerah yang mengikat.

c. Program tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik 1) Program : PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini)

a) Pembinaan Administrasi Kinerja TK, TP, dan KBb) Pengadaan komputer untuk kelancaraan

administrasi c) Diklat MBS bagi kepala sekolah dan yayasan d) Diklat supervisi dan pengawasan bagi pengawas

PAUDe) Sosialisasi terpadu tentang pentingnya peranan

PAUD f) Lokakarya Pemantapan dan Penyusunan

Penetapan Angka Kredit (PAK) bagi guru/tenaga kependidikan dan pengawas

2) Program : pendidikan dasar di SDa) Pembinaan Administrasi Kinerja SDb) Pengadaan komputer untuk kelancaraan

administrasi c) Pemberian BOMM (Bantuan Operasional

Managemen Mutu) secara selektif berdasar data akurat

d) Diklat MBS bagi kepala sekolah dan yayasan e) Menerapkan pola rekruitmen kepala sekolah

secara ketat dan objektif berdasarkan kompetensi dan kinerja nya melalui fit and proper test

f) Diklat supervisi dan pengawasan bagi pengawas SD

g) Lokakarya Pemantapan dan Penyusunan Penetapan Angka Kredit (PAK) bagi guru/tenaga kependidikan dan pengawas

3) Program : pendidikan dasar di SMPa) Pembinaan Administrasi Kinerja SMP


114

b) Pengadaan komputer untuk kelancaraan administrasi

c) Pemberian BOMM (Bantuan Operasional Managemen Mutu) secara selektif berdasar data akurat



f) Diklat supervisi dan pengawasan bagi pengawas SMP


4) Program : pendidikan menengah di SMAa) Pembinaan Administrasi Kinerja SMAb) Pengadaan komputer untuk kelancaraan





f) Diklat supervisi dan pengawasan bagi pengawas SMA


5) Program : pendidikan menengah di SMKa) Pembinaan Administrasi Kinerja SMKb) Pengadaan komputer untuk kelancaraan



d) Diklat MBS bagi kepala sekolah dan yayasan


115

e) Menerapkan pola rekruitmen kepala sekolah secara ketat dan objektif berdasarkan kompetensi dan kinerja nya melalui fit and proper test

f) Workshop Diklat supervisi dan pengawasan bagi pengawas SMK

g) Workshop koordinasi pengawas SMK provinsi dan kabupaten/kota;

h) Lokakarya Pemantapan dan Penyusunan Penetapan Angka Kredit (PAK) bagi guru/tenaga kependidikan dan pengawas

6) Program : pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus di SLBa) Pembinaan Administrasi Kinerja SLBb) Pengadaan komputer untuk kelancaraan





f) Diklat supervisi dan pengawasan bagi pengawas SLB


7) Program : pendidikan non formal (PLS)a) Pembinaan dan pendampingan pelaksanaan

administrasi kinerja PLSb) Pengadaan komputer untuk kelancaraan

administrasi c) Diklat MBS bagi kepala sekolah dan yayasan d) Diklat supervisi dan pengawasan bagi pengawas

PLS


116

BAB 6Penutup

Pembangunan pendidikan merupakan proses pembanguan masyarakat ekonomi. Critical mass yang dapat dicapai dalam pembangunan pendidikan akan meningkatkan kemampuan dan ketrampilan yang diperlukan dalam proses produksi dan distribusi sehingga akan memberikan sumbangan pada peningkatan kesejahteraan penduduk.

Upaya meningkatkan pendidikan rata – rata penduduk akan meningkatkan kemapuan penerapan teknologi sehingga akan meningkatkan produktivitas kerja dan pada giliranya akan meningkatkan kesejahteraan penduduk. Meningkatkan pendidikan rata – rata penduduk akan menambah jumlah konsumen produk barang dan jasa yang mempunyai kandungan teknologi, sehingga akan memacu produksi dan distribusi sehingga pada gilirannya akan meningkatkan proses produksi akan mendorong peluang untuk meningkatkan kemampuan mereka menjadi produksi teknologi, sehingga memacu produksi dan apda gilirannya meningkatkan kesejahteraan penduduk. Meningkatnya pendidikan rata – rata penduduk akan meningkatkan kegiatan distribusi dan selanjutnya meningkatkan kesejahteraan peduduk.

Untuk mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan penerapan teknologiu duperlukan juga suatu lapisan penduduk dengan mutu pendidikan yang lebih tinggi daripada tingkat pendudukan rata – rata penduduk. Peningkatan mutu pendidikan dan wawasan keunguulan merupakan landasan utama pembangunan pendidikan.

Dengan demikian, pembangunan pendidikan memerlukan upaya peningkatan pendidikan rata – rata penduduk dan juga peningkatan mutu pendidikan suatu lapisan masyarakat yang mampu menguasai teknologi canggih. Meningkatnya kesejahteraan penduduk akan ditandai oleh bergesernya struktur produksi atau struktur ekonomi dari sektor pertanian ke sektor industri dan ke sektor jasa yang lebih canggih lagi. Pergeseran struktur ekonomi ini akan disusu dengan berlangsungnya pergeseran struktur tenaga kerja sehingga mereka yang bekerja


117

di sektor pertaian akan bergeser bekerja di sektor industri. Pergeseran struktur tenaga kerja ini perlu didukung oleh pergeseran struktur pendidikan karena meningkatnya tingkat pendidikan rata – rata penduduk dan mutu pendidikan akan menunjang atau mempercepat pergeseran struktur tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri dan sektor jasa yang lebih canggih.

Wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun digerakkan untuk menunjang terbentuknya keseimbangan dinamis antara pembangunan pendidikan dan pembangunan pendidikan dan pembagunan masyarakat ekonomi. Upaya pelaksanaan wajib belajar tingkat SLTP+MTs ini perlu terus digiatkan. Melihat kemampuan kemajuan pada tahun – tahun yang lalu dan kemampuan di masa depan agaknya target penuntasan wajar pendidikan dasar 9 tahun (wajib belajar SLTP+SMP) akan dapat dicapai pada tahun 2007.

Mutu pendidikan ditingkatkan melalui beberapa cara. Melengkapi buku, alat – alat laboratorium, perpustakaan, dan sarana pendidikan lainnya merupakan salah satu cara untuk meningkatkan mutu pendidikan. Melengkapi jumlah dan meningkatkan kemampuan guru, termasuk meningkatkan kemampuan kepala sekolah untuk mengelola sekolah, merupakan suatu cara lain untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Mutu pendidikan dapat ditingkatkan juga melalui quality control untuk menjamin lulusan yang baik (mutu output) dan quality untuk menghindari lulusan yang tidak memenuhi standar minimum (mutu proses).

Relevansi pendidikan dengan berkebutuhan pembangunan perlu lebih disesuaikan lagi. Pembangunan berlangsung sangat cepat membawa berbagai perubahan di segala bidang. Pendidikan harus juga bisa mengantisipasi perubahan – perubahan tersebut dan menyesuaikan diri dengan perubahan – perubahan tersebut pada saat yang tepat.

Strategi penuntasan wajib belajar pendidikan 9 tahun tidak dapat dilakukan menggunakan strategi tunggal yang berlaku umum


118

untuk semua lapisan masyarakat. Strategi pendidikan harus mempertimbangkan keanekaragaman keadaan berbagai lapisan masyarakat.

Pada garis besarnya heterogenitas lapisan – lapisan masyarakat tersebut dapat dikelompokkan dalam empat kelompok: (1) kelompok masyarakat memiliki aspirasi pendidikan yang tinggi dan pendapatan tinggi; (2) kelompok masyarakat memiliki aspirasi dan pendapatan rendah; (3) kelompok masyarakat memiliki aspirasi pendidikan yang rendah dan pendapatan tinggi. (4) kelompok masyarakat memiliki aspirasi pendidikan yang rendah dan pendapatan yang rendah. Strategi pendidikan atau penuntasan wajib belajar bagi satu kelompok akan berbeda dari kelompok lain. Operasionalisai strategi tersebut mencakup langkah–langkah sebagai berikut: (1) mengadakan pemetaan sasaran; (2) meningkatkan partisipasi dan koordinasi unit – unit pelaksanaan seperti pamong desa, tokoh – tokoh masyarakat, dan usahawan; (3) melaksanakan sosialisasi secara tepat; (4) mengembangkan sistem insentif; (5) meningkatkan pengendalian atau monitoring pelaksanaan wajib belajar; dan (6) memanfaatkan teknologi untuk menuntaskan pelaksanaan wajib belajar. Disamping itu diperlukan mobilisasi dana secara nasional.

Pendidikan masih menghadapi berbagai kendala yang perlu dihilangkan agar pendidikan menjadi berkualitas. Wawasan keunggulan untuk meningkatkan kemampuan bersaing perlu dijadikan pedoman dalam peningkatan mutu pendidikan. Untuk itu pada level kelas proses belajar perlu ditingkatkan dengan meningkatkan motivasi guru untuk mengajar dengan baik dan usaha keras agar siswa mampu mencapai hasil yang terbaik dari dirinya. Pada level sekolah perlu diciptakan iklim yang kondusif untuk terjadinya proses belajar yang baik, kemampuan dan inisiatif kepala sekolah untuk mengelola sekolahnya sebagai suatu unit pendidikan yang tangguh merupakan faktor yang sangat perlu didorong kerjasama yang lebih erat antara sekolah, orang tua, dan masyarakat agar mereka lebih peduli dan memperhatikan kemajuan siswa, guru dan sekolahnya.

Meningkatkan pendidikan rata – rata penduduk, mutu pendidikan dan relevansi pendidikan dengan kebutuhan pembangunan akan


119

meningkatkan proses pembangunan masyarakat ekonomi sehingga tingkat kesejahteraan masyarakat akan meningkat lebih tinggi lagi. Dengan demikian, berbagai tantangan yang mempunyai skala luas dan sulit dibayangkan di masa depan, seperti terbukanya perdagangan bebas ASEAN tahun 2003, perdagangan bebas asia fasifik (APEC) tahun 2010 dan perdagangan bebas dunia tahun 2020, akan dapat dihadapi. Serta, dilaksanakan secara operasional mulai pada unit pendidikan paling ujung yaitu pada tempat belajar mengajar, melalui upaya peningkatan kemampuan murid, peningkatan mutu guru dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, dan peningkatan kemampuan kepala sekolah dalam pengelolaan unit terdepan dalam pendidikan.


120

bab i · web view... perda provinsi jawa timur nomor 8 tahun 2005 tentang rpjmd/rpjpd jawa timur...

Documents