bab i pendahuluan - perpustakaan digital itb ... ini bisnis ritel modern di indonesia sedang...
TRANSCRIPT
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini bisnis ritel modern di Indonesia sedang mengalami kemajuan yang
sangat pesat. Kemajuan ini dapat dilihat dengan semakin banyaknya pemain
yang masuk dalam bisnis ini, baik pemain lokal maupun internasional.
Perubahan yang cukup besar dalam bisnis ritel modern dirasakan mulai
tahun 1998. Saat pemerintahan Orde Baru tumbang akibat aksi unjuk rasa
besar‐besaran dan perekonomian Indonesia yang dirasakan sangat sulit saat
itu, 2 raksasa ritel modern dunia justru masuk ke pasar Jakarta. Mereka
adalah Carrefour dan Continental, dimana pada tahun 2000, kedua
hypermarket tersebut melakukan merger dan berdiri dengan nama Carrefour.
Kedatangan dua operator ritel raksasa ini memperkenalkan berbagai konsep
baru dalam modern retailing, antara lain konsep one‐stop shopping, progressive
pricing and promotion, modern merchandising sampai dengan paradigma baru
dalam merchandise supply chain (supplier relationship management).
Masuknya peritel modern asing ini menyebabkan peritel modern lokal mulai
bangkit dan berbenah diri, bahkan beberapa group retailer mulai
mengembangkan bidang bisnisnya. Pada tahun 2002 – 2003, Group HERO
yang awalnya berbisnis di Supermarket memulai bisnis hypermarket‐nya
dengan menggunakan brand Giant. Pada tahun ini juga gerai minimarket
nasional Indomaret dan Alfamaret mengalami tahap pertumbuhan
tercepatnya. Kedua minimarket nasional ini juga menawarkan konsep
franchise kepada para investor yang berminat dan ternyata konsep ini
mendapat sambutan baik dari masyarakat sehingga perkembangan
minimarket Indomaret dan Alfamaret melalui franchise berjalan sangat cepat.
2
Pada tahun 2004, Group Matahari yang awalnya bergerak dalam bentuk
Department Store dan Supermarket meluncurkan 4 gerai Hypermart yang
juga mengusung konsep One Stop Buy. Berbagai pemain ritel modern yang
telah disebutkan di atas adalah pemain dengan ruang lingkup nasional,
dimana selain para pemain nasional itu, juga ada pemain‐pemain lokal di
daerah‐daerah tertentu, seperti: Yogya Group dan Borma Group di Jawa
Barat. Banyaknya pemain yang ada di industri ritel modern saat ini tentu saja
menyebabkan terjadinya persaingan yang semakin ketat, yang menyebabkan
para pebisnis ritel harus memiliki strategi sehingga bisnis mereka dapat
tetap bertahan.
Saat ini daerah Bandung dan sekitarnya, merupakan salah satu daerah yang
mengalami persaingan bisnis sangat ketat di industri ritel modern selain
Jakarta dan beberapa kota besar lainnya. Berbagai pemain ritel sudah hadir
di Bandung (dan sekitarnya, termasuk Tasikmalaya dan Sumedang), antara
lain Carrefour (dengan 2 gerai), Hypermarket (dengan 2 gerai), Hero
Supermarket (5 gerai), Giant (2 gerai), Yogya/Griya (45 gerai), Borma (24
gerai), Jaringan Chainstore Indomaret (216 gerai, meliputi, Bandung, Cimahi,
Garut, Indramayu, Purwakarta‐Subang, Ciamis‐Pangandaran, Sumedang‐
Majalengka dan Cirebon), Jaringan Chainstore Alfamaret (+/‐ 309 outlet
sampai dengan Cirebon), Jaringan Chainstore Yomart (+/‐ 114 gerai) dan
berbagai pemain lainnya seperti Lion Superindo (5 gerai), Circle‐K, Tujuh
Sebelas, OMI, Toko Setia Budhi dll.
Banyaknya pemain dalam bisnis ini menyebabkan persaingan bisnis menjadi
sangat ketat. Peritel modern tidak hanya bersaing dengan peritel modern
sekelasnya melainkan juga sudah bersaing dengan ritel yang sedianya
bermain di target market yang lain. Contohnya adalah minimarket
Indomaret tidak lagi hanya bersaing dengan sesama minimarket seperti
3
Alfamaret dan Yomart saja, melainkan juga harus bersaing dengan
Yogya/Griya Supermarket bahkan dengan Carrefour dan Hypermarket yang
sedianya adalah hypermarket dengan konsep One Stop Buy. Demikian pula
sebaliknya.
Persaingan yang dimaksud disini adalah dalam segi harga. Saat ini hampir
seluruh ritel modern yang ada di Bandung, mengusung harga murah sebagai
senjata marketing. Akibatnya adalah terjadi ’price war’ yang lama‐kelamaan
semakin menggerus margin dari pada peritel modern tersebut. Kondisi
perang harga ini juga dipicu oleh belum jelasnya regulasi pemerintah perihal
pemberian ijin pendirian gerai baru, khususnya bagi pendirian gerai
minimarket. Sehingga tidak jarang kita melihat Indomaret, Alfamaret dan
Yomart tidak hanya berada dalam 1 daerah tertentu, melainkan bisa berdiri
bersebelahan atau berhadapan secara langsung. Hal ini tentu saja
menyebabkan head to head competition, dimana dengan kondisi seperti ini,
salah satu faktor yang paling cepat dan mudah untuk dibandingkan oleh
konsumen adalah harga. Akibatnya demi mengikuti persaingan maka ritel
modern seringkali harus mengorbankan margin mereka untuk tetap menjaga
image murah, dengan harapan konsumen tidak beralih ke kompetitor.
IDMR adalah salah satu jaringan chainstore minimarket yang merasakan
langsung beratnya persaingan di industri ritel modern saat ini. Sehingga
diperlukan suatu langkah strategic yang diharapkan dapat mendorong
perusahaan ini untuk mencapai marketing objectives‐nya pada tahun 2007, dan
tidak terjebak dalam persaingan yang mulai memasuki kondisi perang harga
seperti sekarang ini.
4
1.2 Sejarah Perusahaan
IDMR adalah nama dari unit usaha ritel yang berada dalam naungan PT. IP.
PT. IP berdiri pada tahun 1988, sebagai unit ritel dari Salim Group. Tujuan
pembukaan PT. IP adalah untuk semakin memperluas jalur distribusi Salim
Group. Gerai ritel pertama dengan nama IDMR dibuka pada bulan
November 1988, di kawasan perkebunan kayu lapis di Pontianak.
PT. IP berada dalam pimpinan Bp. Sinarman Jonathan, yang menjabat
sebagai CEO mulai tahun 1988 hingga sekarang. Sebelum memimpin PT. IP,
Bp. Sinarman Jonathan merupakan orang pertama dari Group Salim yang
menangani perusahaan distributor. Pada saat itu Group Salim mengambil
alih PT. Pebapan (distributor farmasi) yang kemudian berubah menjadi
distributor consumer goods dengan bendera PT. Indomarco Adiprima.
Produk‐produk yang didistribusikan oleh PT. Indomarco Adiprima 95 %‐
nya adalah produk yang dihasilkan oleh sister company‐nya di Group Salim
seperti Indomie (mie instan) dan Bimoli (minyak goreng) (Soelaeman,
2005:1).
Dalam kepemimpinan Bp. Sinarman Jonathan, PT. Indomarco Adiprima
berkembang hingga memiliki 100‐an lokasi, baik cabang maupun depo.
Setelah sukses mengembangkan PT. Indomarco Adiprima sebagai salah satu
distributor terbesar di Indonesia, saat itulah Bp. Sinarman Jonathan diminta
untuk lebih berkonsentrasi untuk mengembangkan unit ritel Salim Group
(PT. IP), dimana kemudian PT. Indomarco Adiprima diserahkan kembali
kepada Indofood.
Setelah Group Salim mengambil alih beberapa gerai ritel, maka didirikanlah
Super IDMR dengan menggandeng Gelael. Super IDMR di Bumi Serpong
5
Damai, Tangerang inilah yang menjadi cikal bakal Superindo yang dalam
perkembangannya selanjutnya merangkul Del Heiz untuk mewujudkan
Superindo. Selain IDMR dan Superindo, Bp. Sinarman juga merintis
perkembangan Indogrosir.
Saat ini, PT. IP berada dalam naungan INTRACO Group, yaitu suatu holding
company yang membawahi beberapa perusahaan yang memiliki unit usaha
yang berbeda‐beda, antara lain:
‐ PT. IP : Unit ritel IDMR dan Ceria Mart
‐ PT. Inti Cakrawala Citra : Unit ritel Indogrosir
‐ PT. Inti Idola Anugerah : Unit ritel Charmant dan Finco, serta berperan
sebagai importir
‐ Merchandising Unit : yaitu unit yang bertanggung jawab terhadap
penyediaan/supply product bagi semua unit dalam INTRACO Group
Adapun Lion Super Indo, semenjak tahun 2002 sudah terpisah secara
management dari INTRACO Group.
1.3 Lingkup Bidang Usaha
PT. IP adalah perusahaan yang bergerak dalam bisnis ritel berbentuk
jaringan minimarket yang menyediakan kebutuhan pokok dan kebutuhan
sehari‐hari dengan luas penjualan kurang dari 200 m2 (indomaret.co.id,
2007). Proses bisnis yang dijalankan PT. IP dapat dilihat dalam Gambar 1.1.
1.3.1 Unit Kerja
Dalam proses bisnisnya, PT. IP didukung oleh beberapa unit kerja, yaitu
Merchandising Unit dan Operation Unit sebagai core unit dan Finance and Tax
Unit, System Unit serta Human Resources Unit sebagai support unit.
6
Gambar 1.1 Proses Bisnis PT. IP dengan Unit Ritel IDMR
1.3.1.1 Core Unit
1.3.1.1.1 Merchandising
Merchandising adalah unit yang bertanggungjawab dalam hubungan dengan
supplier yang menjadi produsen product yang akan dijual di unit IDMR.
Merchandising juga bertanggungjawab terhadap penentuan harga jual
product, service level supplier, pencarian other income diluar margin karena
penjualan product serta mengelola dana promosi yang diberikan supplier
bersama dengan team marketing. Saat ini Merchandising unit dipimpin oleh
seorang Vice Director yang membawahi Senior Manager Food, Senior Manager
Non Food, dan Senior Manager General Merchandise.
1.3.1.1.2 Operation unit
Operation unit unit saat ini dipimpin oleh seorang Director Operation yang
langsung berada di bawah CEO. Operation unit terbagi menjadi :
7
1. Marketing Unit : bertugas untuk membuat dan mengkoordinasikan
berbagai program promosi dengan memanfaatkan dana promosi yang
diterima dari supplier untuk menghasilkan sales.
2. Sales Unit : bertugas sebagai ujung tombak penjualan di toko. Sales unit
dikoordinir oleh Branch Manager dan para Area Manager.
3. Distribution center: bertugas untuk menerima pengiriman product dari
supplier dan mendistribusikannya ke seluruh toko IDMR. Distribution
Center juga bertugas untuk mengalokasikan berbagai hadiah yang akan
digunakan dalam program marketing serta menerima product delisting dari
store yang akan dikembalikan/retur ke supplier. Saat ini IDMR memiliki 8
pusat distribusi (Distribution Center), yaitu di Ancol Jakarta, Cimanggis
Depok, Tangerang, Bekasi, Parung, Bandung, Semarang dan Surabaya.
1.3.1.2 Support Unit
Unit yang menjadi support unit di PT. IP adalah:
1. Finance and Tax Department : bertanggung jawab terhadap masalah
keuangan perusahaan baik internal maupun eksternal. Finance and Tax
Department dipimpin oleh seorang Finance Director
2. System Unit : bertanggung jawab terhadap seluruh masalah system yang
berlaku di PT . IP. System unit dipimpin oleh seorang Senior Manager
3. Human Resources Unit: bertanggung jawab terhadap masalah
kepegawaian di PT. IP. Unit ini dipimpin oleh seorang Director.
1.3.2 Supplier
Saat ini IDMR menjalin kerjasama dengan lebih dari 500 pemasok/supplier.
Para supplier tersebut bisa merupakan produsen, distributor tunggal,
distributor maupun importir. Dengan jaringan yang sangat luas dengan para
pemasok/supplier, dan kerjasama diwujudkan dalam bentuk trading term
secara nasional, maka seluruh cabang IDMR dipastikan akan memperoleh
harga yang terbaik (dan berlaku sama secara nasional) dari seluruh supplier.
8
1.3.3 Customer/Konsumen
Konsumen IDMR pada dasarnya adalah seluruh masyarakat yang
membutuhkan akses yang mudah dan cepat untuk memenuhi kebutuhan
pokok dan kebutuhannya sehari‐hari. Dalam perkembangannya IDMR
mulai membagi konsumennya menjadi konsumen yang ada di daerah
perumahan, perkantoran dan daerah wisata.
1.3.4 Product dan Service
IDMR adalah minimarket yang menjual kebutuhan pokok dan kebutuhan
sehari‐hari. Apapun product yang dijual di minimarket IDMR tercakup
dalam divisi Food, Non Food, General Merchandise dan Perishable. Divisi‐divisi
tersebut kemudian dibagi lagi menjadi department dan kategori. Detil
pembagian divisi, department dan kategori product dapat dilihat dalam
Lampiran 1.
Dalam hal service, IDMR berupaya meningkatkan pelayanan dan
kenyamanan belanja konsumen dengan menerapkan sistem check out yang
menggunakan scanner di setiap kasir dan pemasangan fasilitas pembayaran
Debit BCA.
1.3.5 Visi, Misi, Motto dan Budaya Perusahaan
1.3.5.1 Visi IDMR
Menjadi aset nasional dalam bentuk jaringan ritel waralaba yang unggul
dalam persaingan global
1.3.5.2 Misi IDMR Tahun 2007
Memenangkan persaingan dengan meningkatkan produktivitas dan efisiensi
1.3.5.3 Motto IDMR
Mudah & hemat
9
1.3.5.4 Budaya Perusahaan
Dalam bekerja, karyawan IDMR menjunjung tinggi nilai‐nilai:
‐ Kejujuran, kebenaran dan keadilan
‐ Kerjasama tim
‐ Kemajuan melalui inovasi yang ekonomis
‐ Kepuasan Pelanggan
1.3.6 Waralaba
Sesuai dengan visi IDMR yaitu menjadi aset nasional dalam bentuk jaringan
ritel waralaba yang unggul dalam persaingan global, maka sejak tahun 1997,
IDMR mulai menawarkan konsep bisnis waralaba bagi para investor yang
tertarik berbisnis minimarket.
Pola waralaba ini ditawarkan setelah IDMR terbukti sehat dengan memiliki
lebih dari 700 gerai, yang didukung oleh sistem dan format bisnis yang baik.
Salah satu wujud keberhasilan IDMR dalam mengembangkan waralabanya
adalah pada tahun 2003, IDMR dinobatkan sebagai waralaba terbaik di
Indonesia.
Pengalaman panjang yang telah teruji itu mendapat sambutan positif dari
masyarakat, terlihat dari meningkatnya secara pesat jumlah gerai waralaba
IDMR, dari 2 gerai di tahun 1997 menjadi 785 gerai pada Desember 2006.
(indomaret.co.id, 2007).
Saat ini ada 2 pola kerja sama waralaba yang ditawarkan IDMR, yaitu:
1. Jika calon investor tidak memiliki tempat usaha
IDMR menawarkan 2 opsi kerjasama:
10
a. Usulan lokasi toko baru: IDMR menawarkan lokasi yang telah
disurvey disertai perencanaan matang, mulai dari desain layout toko,
estimasi investasi, pendapatan, pengeluaran dan payback period.
b. Take over kepemilikan : IDMR menawarkan toko milik IDMR (toko
reguler), yang sudah teruji dan menguntungkan. Sistem ini relatif
lebih safe namun nilai investasinya lebih tinggi dibanding dengan
membuka toko baru karena ada nilai goodwill, sebagai pengganti biaya
pengembangan toko, sejak dibuka hingga mencapai kondisi mapan.
2. Jika calon investor memiliki tempat usaha, maka IDMR menawarkan
kerja sama:
a. Ruang usaha/rumah/tanah
Prosedur kerjanya sama dengan ʺUsulan lokasi toko baruʺ. IDMR
terlebih dulu melakukan survey kelayakan lokasi yang diusulkan oleh
calon investor, mulai dari potensi wilayah, peruntukan bangunan dan
perijinan, perencanaan layout toko sampai dengan estimasi payback
period‐nya. Jika semua dinilai layak, kerja sama dapat dilakukan. Akan
tetapi jika tidak atau ada kendala lain, IDMR akan menyarankan
untuk mencari lokasi yang lain.
b. Minimarket existing
Bagi calon investor yang memiliki toko yang kurang berkembang dan
ingin mengembangkannya, maka calon investor tersebut dapat
bergabung dengan IDMR. Prosedur standarnya sama, mulai dari
survey kelayakan lokasi sampai dengan estimasi payback period.
Perlakuan yang membedakannya adalah dalam menghitung investasi
perlengkapan toko. Jika perlengkapan toko tersebut sesuai dengan
standar IDMR maka investasinya lebih murah. Namun jika tidak
sesuai dengan standar IDMR, perlengkapan tersebut harus diganti
dengan yang baru.
11
1.3.7 Perkembangan Gerai
Saat ini gerai IDMR tersebar di Jakarta, Bandung, Surabaya, Yogyakarta,
Semarang, Bali dan Lampung. Dengan jumlah toko per Desember 2006
adalah 1857 gerai, yang terdiri dari dari 785 gerai waralaba dan 1072 gerai
reguler.
Tabel 1.1 Tabel Perkembangan Toko IDMR Periode tahun 2000 ‐ 2006
1.3.8 Sistem Teknologi Informasi
Laju pertumbuhan gerai IDMR yang pesat dengan jumlah transaksi 14,99
juta transaksi per bulan didukung oleh sistem teknologi yang handal. Sistem
teknologi informasi IDMR pada setiap point of sales di setiap gerai mencakup
sistem penjualan, persediaan dan penerimaan barang. Sistem ini dirancang
untuk memenuhi kebutuhan saat ini dengan memperhatikan perkembangan
jumlah gerai dan jumlah transaksi di masa mendatang.
Pada setiap pusat distribusi (distribution center) diterapkan digital picking
system (DPS). Sistem teknologi informasi ini memungkinkan pelayanan
12
permintaan dan suplai barang dari pusat distribusi (distribution center) ke
toko‐toko dijalankan dengan tingkat kecepatan yang tinggi dan efisiensi
yang optimal.
1.4 PT. IP Cabang Bandung
1.4.1 Sejarah Perusahaan
PT. IP cabang Bandung merupakan salah satu cabang yang pertama
didirikan setelah Jakarta. Cabang ini berdiri pada tahun 1989, dimana pada
tahun yang sama IDMR Bandung membuka gerai pertamanya di Jl. M. Toha.
Akan tetapi saat ini gerai pertama IDMR Bandung tersebut sudah ditutup
karena tidak lagi memberikan hasil yang optimal.
1.4.2 Struktur Organisasi dan Jumlah Pegawai
PT. IP Bandung per Maret 2007, memiliki 1306 pegawai, dimana 228 orang
bekerja di kantor, 325 orang di Distribution Center, dan 753 tersebar di
seluruh toko. Seluruh karyawan ini berada dalam pimpinan Branch Manager,
dibantu oleh seorang Deputy Branch Manager. Struktur organisasi secara
lengkap dapat dilihat pada Gambar 1.2.
1.4.3 Perkembangan Gerai IDMR Bandung
Sampai dengan bulan Maret 2007, IDMR Bandung memiliki 216 gerai,
dengan komposisi 156 toko reguler dan 60 toko franchise. Gerai yang
termasuk dalam ruang lingkup IDMR Bandung adalah gerai yang terdapat
dalam Kodya Bandung, Kabupaten Bandung, Cimahi, Garut, Cirebon,
Indramayu, Purwakarta/Subang, Ciamis/Pangandaran, dan
Sumedang/Majalengka.
13
Gambar 1.2 Struktur Organisasi PT. IP Bandung
Branch Manager
Area Jr Manager PGA Jr Manager Distribution Center (DC) Jr Mgr
Development Jr. Manager
Deputi Branch Manager
Franchise Jr. Manager
Finance Jr Manager Tax Jr Manager Location Jr. Manager
Area Supervisor
Kepala Toko
Ass. Kepala Toko
Merchandiser
Kasir
Pramuniaga
Supervisor
Clerk
Deputi DC Jr Mgr
Supervisor
Clerk
Spv Promosi Nasional
Spv Promosi Lokal
Clerk Clerk
Supervisor
Clerk
Supervisor
Clerk
Supervisor
Picker
Driver
Clerk
Supervisor
Clerk
14
Komposisi lokasi gerai IDMR Bandung per April 2007, adalah sebagai
berikut:
Bandung dan Cimahi : 105 gerai
Garut : 11 gerai
Cirebon : 37 gerai
Indramayu : 15 gerai
Purwakarta/Subang : 22 gerai
Ciamis/Pangandaran : 5 gerai
Sumedang/Majalengka : 17 gerai
1.5 Isu Bisnis PT. IP Bandung
Saat ini chainstore IDMR Bandung benar‐benar merasakan persaingan yang
cukup berat, yang disebabkan banyaknya pemain ritel modern di daerah
Bandung. IDMR tidak saja bersaing dengan minimarket Alfamart dan
minimarket Yomart melainkan harus bersaing juga dengan Yogya/Griya
Supermarket.
Dalam perjalanannya saat ini, dirasakan persaingan semakin mengarah
kepada ’price war’ untuk memperoleh image murah dalam persepsi
konsumen, dan berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada salah
seorang Junior Manager Merchandising di PT. IP, diketahui bahwa di antara
demikian banyak kompetitor, IDMR Bandung saat ini menempatkan Yomart
sebagai kompetitor utama dari segi harga. Berdasarkan hasil analisa
terhadap pricing strategy yang dilakukan Alfamart dan Yomart didapati
bahwa secara umum harga di minimarket Yomart lebih murah dibandingkan
dengan harga di Alfamart (Dinny Fitrawati, Wawancara Pribadi, 9 Maret
2007).
15
Yomart adalah salah satu unit dari Yogya Group yang baru berdiri dan
bergerak dalam bidang minimarket. Kehadiran Yomart diyakini sebagai
salah satu cara Yogya Group yang selama ini bergerak dalam bisnis
department store dan supermarket untuk menahan laju pertumbuhan
chainstore nasional minimarket IDMR dan Alfamaret di Jawa Barat, yang
selama ini merupakan daerah utama bisnis Yogya Group. Yogya Group
merupakan pemain lokal Jawa Barat yang memiliki brand yang sangat kuat
khususnya di kota Bandung, dan tentu saja hal ini memberikan keuntungan
bagi Yomart sebagai salah satu unit usaha dari Yogya Group. Hal ini
dibuktikan dengan cepatnya pertumbuhan toko Yomart dimana per Maret
2007, Yomart sudah memiliki sekitar 100 gerai dimana waktu yang
dibutuhkan Yomart untuk mencapai jumlah tersebut relatif singkat yakni 3
tahun (gerai pertama Yomart berdiri sekitar tahun 2004). Saat ini dari sekitar
114 toko Yomart, ada sekitar 74 toko yang memiliki area coverage yang sama
dengan gerai IDMR. Kondisi ini tentu saja menjadikan kompetisi yang
sangat berat bagi gerai IDMR khususnya bagi gerai IDMR yang hadir
terlebih dahulu di lokasi tersebut.