bab i pendahuluan - digilib.itb.ac.id · pemasangan iklan di stasiun dan pusat kota ... •...
TRANSCRIPT
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Sejarah Perusahaan
Formula rahasia mengenai Coca Cola ditemukan pertama kali pada tanggal 8
Mei 1886 di Georgia di Amerika Serikat oleh Dr. John Styth Pemberton. Pada
awalnya, Coca Cola adalah suatu obat sakit kepala. Coca Cola pertama kali
dipasarkan di toko obat Jacob’s Pharmacy yang sebagian dimiliki oleh Dr.
Pemberton. Lalu akuntan dari Jacob’s Pharmacy memberikan usul nama
Coca Cola. Coca Cola pada saat itu hanya salah satu dari ribuan paten yang
ada pada tahun 1800‐an. Awal mulanya, Coca Cola ditulis dengan
menggunakan huruf ‘kola’ tetapi akhirnya oleh Frank M Robinson kata
tersebut diubah menjadi ‘cola’. Hal itu dilakukan dengan adanya
pertimbangan bahwa dengan adanya dua huruf ‘c’ akan terlihat lebih bagus
dan lebih mudah diingat. Kemudian pada suatu waktu ada seorang
pelanggan yang mengeluh pusing dan agar lebih cepat sembuh ia
mencampur ‘Coca Cola’ dengan air biasa. Lalu penjaga toko lebih
menganjurkan untuk menambah campurannya dengan soda. Sejak saat itu,
dilahirkan suatu versi ‘Coca Cola’ dengan berkarbonasi.
Asa Griggs Chandler adalah seorang yang membeli hak merek ‘Coca Cola’
sebelum wafatnya Dr. John pada tahun 1888 dan akhirnya Chandler mulai
menjual ke toko obat yang lainnya. Kemudian, dia mulai menjual ke toko
obat lainnya. Bisnis minuman ini semakin meluas dan diwarnai dengan
pemasangan iklan di stasiun dan pusat kota. Iklan yang dilakukan mencapai
budget $100,000 pada tahun 1901. Selain itu, dia juga memperkenalkan
2
sistem promosi dengan memberikan cindera mata berupa kalender, poster,
jam dinding, gelas dan lain ‐ lain yang bertuliskan Coca Cola yang khas
kepada konsumen dan penggemar Coca Cola. Ide untuk menyediakan Coca
Cola dalam botol datang dari Joseph Biedeharn, seorang pemilik toko dari
Missisipi. Setelah ide ini diberikan, lalu seorang pengusaha Tenesse
memberikan suatu tanggapan yang positif dan akhirnya mendirikan pabrik
Coca Cola yang pertama pada tahun 1899. Pengusaha ini juga mengenal cara
pemasaran langsung pada konsumen. Melalui cara ini, Chandler juga mulai
menggunakan franchise untuk memperluas bisnisnya pada tahun 1899.
Dalam hal ini, The Coca Cola Company menyediakan bahan baku berupa
Concentrate bagi pabrik minuman, sedangkan pabrik mengolahnya menjadi
minuman Coca Cola. Sistem ini diberlakukan bagi seluruh pabrik Coca Cola
yang ada di dunia.
Ernest Woodruff adalah seorang membeli perusahaan Coca Cola yang
dimiliki oleh Asa Candler dengan harga $25 juta pada tahun 1919. Kemudian
putranya yang bernama Robert W. Woodruff melakukan suatu langkah
penting untuk perkembangan Coca Cola. Pada tahun 1923, ia
memperkenalkan Coca Cola kepada pasar international dengan mendirikan
perusahaan The Coca Cola Company Export Corporation, sebuah
perusahaan yang memiliki tugas untuk menangani Coca Cola yang ada
diluar Amerika Serikat. Ia menjadi CEO pertama untuk perusahaan Coca
Cola dan mengembangkan bisnisnya dengan tujuan agar Coca Cola mudah
didapat oleh konsumen. “Kemudian pada tahun 1929, Woodruff
mengembangkan suatu periklanan dengan ditekankan pada gaya hidup.”
(Harvard Business School, 9‐391‐179, “Coca Cola versus Pepsi Cola and The
Soft Drink Industry”. Rebecca Wayland under the supervisor Professor
3
Michael E. Porter). Selain itu, dia juga mengeluarkan suatu standar mutu
yang digunakan untuk meningkatkan kualitas minuman Coca Cola yang ada
di dunia.
Coca Cola Di Indonesia
Coca Cola mulai diperkenalkan pada rakyat Indonesia pada tahun 1927.
Pada waktu itu, Indonesia masih dijajah oleh Belanda dan Coca Cola berada
di bawah De Nederlands Insische Mineral Water Fabriek di Jakarta. Proses
produksi untuk pertama kalinya dibuat pada tahun 1932. Proses pertama
kali tersebut adalah sebesar 10.000 krat dengan dibantu oleh 3 buah truk
pengangkut dengan jumlah karyawan sebanyak 25 orang. Sedangkan pada
masa penjajahan Jepang (1942 – 1945), produksi Coca Cola dihentikan.
Setelah kemerdekaan Indonesia, perusahaan ini diambil alih oleh The
Indonesia Bottlers Ltd.NV (IBL) dengan status perusahaan nasional.
Setelah sekian lama di Indonesia, permintaan pasar mulai naik dan
diperlukan adanya suatu pengembangan pabrik. Oleh karena itu, pada
tahun 1970, pabrik tersebut berkembang dan bergabung dengan perusahaan
Jepang dengan nama PT Djaya Beverages Bottling Company sebagai pabrik
pembotolan modern pertama di Indonesia dan pada saat tersebut pula jenis
produknya bertambah dengan datangnya Fanta dan Sprite. Tahun 1980an
terdapat sebelas perusahaan pembotolan independen yang tersebar di
seluruh Indonesia yang memproduksi dan mendistribusikan produk‐produk
berlisensi The Coca Cola Company. PT Tirtalina Bottling Company
merupakan pabrik Coca Cola ketiga di Indonesia. Pada awalnya perusahaan
ini dimiliki oleh pengusaha nasional Indonesia, tetapi pada tahun 1991
dengan diberlakukannya penanaman modal asing oleh pemerintah, lama
kelamaan perusahaan Tirta dan perusahaan Pan Java dibeli oleh Coca Cola
4
Amatil (CCA) dan menyusul pada tahun 1992 perusahaan Djaya Beverage
Bottling dibeli juga oleh CCA.
Pada tahun 1997, didirikan pabrik pembotolan Coca Cola yang terbesar di
Indonesia dan berlokasi di jalan Teuku Umar km 46, Cibitung dengan nama
Cibitung National Plant. Pada tanggal 1 Januari 2000, nama Coca Cola
Bottling Indonesia mulai resmi digunakan dan nama tersebut menjadi suatu
nama dagang pada sejumlah perusahaan patungan antara perusahaan lokal
dengan Coca Cola Amatil Limited, yang merupakan produsen dan
distributor terbesar produk‐produk Coca Cola yang berpusat di Sydney,
Australia. Pada tahun 2002 perusahaan mengganti namanya menjadi PT
Coca Cola Bottling Indonesia (PT CCBI).
1.1.1 Visi, Misi, Nilai dan Budaya Perusahaan
Sebagai perusahaan nasional, CCBI memiliki visi dan misi sebagai landasan
untuk menjalankan Corporate Strategy dengan sebaik‐baiknya.
Visi dari CCBI:
Di Coca Cola Bottling Indonesia, mereka memiliki visi yaitu:
• Menjalankan filosofi usaha dari The Coca Cola Company.
• Menerapkan Sistem Manajemen kualitas berstandar Internasional, yaitu
ISO 9002, secara konsisten.
• Melaksanakan Pedoman Lingkungan bertaraf International secara
konsisten.
• Peduli terhadap keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan karyawan.
5
• Menjadi perusahaan yang bertanggung jawab terhadap lingkungan
hidup dan lingkungan sosial.
Misi Perusahaan:
Di Coca Cola Bottling Indonesia, mereka memiliki misi yaitu:
• Coca Cola Bottling Indonesia bertekad untuk memberikan nilai terbaik
bagi pemegang saham dengan menjadi perusahaan yang tumbuh
terdepan dalam pasar minuman.
• Coca Cola Bottling Indonesia sangat menghargai karyawan. Berbagai
merek dari The Coca Cola Company dan karyawan Coca Cola Bottling
Indonesia yang berdedikasi serta berdisiplin memberikan Coca Cola
Bottling Indonesia suatu keunggulan bersaing yang berkesinambungan.
• Coca Cola Bottling Indonesia mengembangkan kemitraan sejati dengan
para pelanggan untuk memuaskan lebih dari 200 juta konsumen yang
dahaga.
Nilai dan Budaya Perusahaan:
Di Coca Cola Bottling Indonesia, mereka memiliki nilai dan budaya yaitu:
• Manusia Sebagai Sumber Daya
• Memberikan Kepuasan Pelanggan
• Keinginan Besar menjadi yang Terbaik
• Selalu Mencari Pembaharuan
• Menjadi yang Lebih Unggul
• Warga Negara Bertanggungjawab
6
1.1.2 Lima Pilar – 2007 Key Strategies CCBI & System CCBI
CCBI pada tahun 2007 memiliki lima pilar yang digunakan untuk
memajukan perusahaannya. Kelima pilar tersebut adalah:
1. Pengembangan SDM
• Mensosialisasikan pentingnya kesadaran terhadap kinerja bisnis
perusahaan.
• Meningkatkan kompetensi dan kemampuan kerja karyawan.
• Meningkatkan usaha pengembangan SDM berbasis kompetensi.
• Menjadikan Manufacturing Excelent sebagai tujuan utama dan
mengembangkan personel produksi yang fleksibel.
2. Pelayanan Utama (Ultimate Service)
• Meningkatkan stock availability dan inventory level di Sales Center dan
Pabrik.
• Meningkatkan perencanaan dan koordinasi dengan Marketing untuk
keakuratan Forecast dan Inventory.
• Menurunkan trade absorption seminimal mungkin.
• Melakukan peningkatkan kualitas produk dan kemasan secara terus‐
menerus dengan fokus pada Bussiness Driver Map.
3. Pengembangan Kualitas (Quality Improvement)
• Menerapkan PET Age Management secara efektif pada setiap lokasi
rantai pasok.
• Berkoordinasi dengan bagian Engineering untuk memastikan semua
peralatan produksi terawat dengan benar untuk dapat menghasilkan
produk yang berkualitas secara konsisten.
• Melakukan perbaikan kinerja Bottle Washer.
7
• Memperketat pelaksanaan Quality Monitoring Program seperti, SPC,
HACCP, Root Cause Analysis, dll.
4. Biaya Operasional (Operation Cost)
• Meningkatkan kemampuan produksi untuk mencapai yield yang
tinggi dalam penggunaan bahan baku.
• Melakukan program hemat energi.
• Melakukan perencanaan produksi secara efektif.
• Meminimalkan biaya transpor ekstra untuk kembalian RGB.
• Memaksimalkan penggunaan Warehouse dan mengoptimalkan
penanganan bahan baku/jadi.
5. Efektivitas Operasional (Operation Effectiveness)
• Meningkatkan kesadaran akan pentingnya GMP, QMS, EMS & OHS.
• Mensosialisasikan kinerja sales dan produksi untuk meningkatkan
rasa kepemilikan karyawan terhadap bisnis perusahaan.
• Meningkatkan continual improvement pada setiap level karyawan.
• Meningkatkan preventive maintenance untuk meningkatkan GLE.
Selain lima pilar sebagai key strategies 2007, maka CCBI juga memiliki sistem
yang digunakan untuk menunjang kinerja perusahaan. Sistem tersebut
adalah:
1. Quality Management System (QMS)
Adalah sistem pengelolaan yang berhubungan dengan kualitas (Quality).
2. Environmental Management System (EMS)
Adalah sistem pengelolaan yang berhubungan dengan lingkungan
(Environmental).
8
3. Occupational & Health Safety (OHS)
Adalah sistem pengelolaan yang berhubungan dengan Keselamatan dan
Kesehatan kerja.
4. Core Management System (CMS)
Adalah sistem pengelolaan yang dapat diterapkan untuk semua
fungsi/sistem/area baik QMS, EMS, dan OHS (Core) dan bukan suatu sistem
manajemen, hanya suatu istilah untuk integrasi dari ketiga sistem.
1.1.3. Struktur Organisasi Coca Cola Bottling Indonesia
CCBI merupakan salah satu perusahaan terbesar yang ada di Indonesia.
Struktur organisasi yang dimiliki memiliki jenis struktur organisasi matriks.
Dengan memiliki ribuan karyawan, struktur yang ada sangatlah kompleks.
Untuk itu akan digambarkan struktur organisasi yang sederhana dan mudah
dipahami. Secara garis besar terdapat 6 divisi utama yang dibawahi oleh
seorang president director. Keenam divisi tersebut adalah Sales & Marketing,
Financial, Technical Operation & Logistic, H&R, Business Service, dan Regional
Operation (Jakarta, Jawa, Sumatera, Balinusa Kalimantan Sulawesi Irian,
North & Eastern Region).
Selain adanya divisi, terdapat pula subdivisi yang merupakan bagian dari
ke‐6 divisi yang ada. Hal itu dapat dilihat pada Gambar 1.1 yang
menjelaskan subdivisi yang ada pada struktur organisasi di CCBI.
9
Gambar 1.1. Struktur Organisasi Perusahaan CCBI
1.2. Lingkup Bidang Usaha
CCBI merupakan suatu perusahaan yang melakukan produksi minuman
ringan siap saji pada seluruh wilayah di Indonesia. Produksi yang dilakukan
adalah untuk produk‐produk yang memiliki lisensi dari The Coca Cola
Company. CCBI melakukan pengoperasian 10 pabrik pembotolan yang
tersebar di seluruh Indonesia. Seluruh kebijakan dan pengembangan
produksi diarahkan oleh National Office yang berkedudukan di National
Plant, Cibitung, Bekasi.
1.2.1. Produk ‐ Produk yang Dihasilkan
Total produk yang dapat diproduksi dan didistribusikan oleh National Plant
CCBI adalah ± 117 SKU. Semua itu atas ijin The Coca Cola Company dan
berikut ini adalah produk yang dihasilkan:
10
• Coca Cola: kemasan botol gelas, kaleng, dan PET (Polyethelene
terephthalate). Produk baru Coca Cola yaitu Coca Cola Zero dengan
memiliki zero sugar zero calorie pada kemasan PET dan kaleng.
• Diet Coke: kemasan kaleng dan PET.
• Sprite: Sprite dan Sprite Ice dengan kemasan botol gelas, kaleng dan
PET.
• Fanta: dengan banyak rasa yaitu Strawberry, Orange, Pineapple,
Oranggo, Creamy, Grape, Melon dengan kemasan botol gelas, kaleng,
dan PET.
• Schweppes: Tonic, Ginger‐Ale, Lemon, Aquarius dan Soda Water
kemasan kaleng.
• A&W rasa Sarsaparilla dengan kemasan kaleng.
• Powerade: dengan banyak rasa yaitu Lemon, Orange, Red Rush dengan
kemasan PET dan kaleng.
• Nestea: Nestea Lemon Tea.
Selain itu, terdapat produk–produk lain dari Coca Cola di Indonesia saja
yaitu:
• Frestea: Frestea, Frestea green, Frestea Jasmine dalam kemasan botol
gelas dan tetra‐pack (kotak).
• Frestea Frutcy: dengan banyak rasa yaitu lemon, apple dan markisa
dengan kemasan tetra pack dan PET.
• Ades Royal dengan kemasan PET berbagai ukuran.
• Extra Joss: kemasan kaleng.
11
Seluruh produk yang diproduksi ini dapat dikelompokkan menjadi tiga
kelompok besar yaitu RGB (Returnable Glass Bottle) dan OWP (One Way
Package) dan TWA (Tetra Wedge Aseptic) / TBA (Tetra Brik Aseptic).
1.2.2. Cakupan Wilayah Operasi dan Pemasaran
Di Indonesia, terdapat 11 pabrik pembotolan dan area pemasaran. 10
diantaranya dikelola dan diatur oleh CCBI, dan PT Coca Cola Distribution
Indonesia. Jumlah karyawan yang dimiliki 10 pabrik tersebut hampir
mencapai 10.000 karyawan dan digunakan untuk melayani konsumen
berupa gerai di lebih dari 450.000 gerai di Indonesia, kecuali Sulawesi Utara.
Ke‐10 wilayah tersebut adalah Medan (Sumatera bagian Utara), Padang
(Sumatera Tengah), Lampung (Sumatera bagian Selatan), Cibitung/Bekasi
(Jabotabek dan seluruh Indonesia), Bandung (Jawa Barat), Semarang (Jawa
Tengah), Surabaya (Jawa Timur), Bali (Bali, NTT, dan NTB), Banjarmasin
(Kalimantan), serta Ujung Pandang (Sulawesi Selatan).
1.2.3. Proses Bisnis Utama
Proses bisnis utama yang dimiliki oleh perusahaan CCBI dapat dilihat pada
Gambar 1.2. Untuk lebih detailnya, maka akan dijelaskan mengenai proses
bisnis yang dimiliki satu persatu.
12
Gambar 1.2. Proses Bisnis Utama dari CCBI
• Supplier Empties
Supplier Empties disini berarti pihak manapun yang memberikan supply
berupa botol kosong untuk diisi kembali. Pihak–pihak yang dapat disebut
dengan supplier empties disini adalah:
a) Sales Center (SC). Pihak SC disini setelah mendapatkan botol‐botol
kosong hasil pengumpulan dari berbagai pihak seperti kios, warung
makan dan lainnya, maka Sales Center mengirimkan kembali botol
kosong tersebut ke pabrik.
b) Pabrik botol. Pabrik botol ini merupakan supplier empties berupa botol‐
botol baru yang nantinya digunakan untuk menggantikan botol‐botol
lama yang mungkin sudah rusak, pecah dan lainnya.
c) Pabrik Coca Cola lainnya. National Plant Cibitung ini juga menerima
botol‐botol kosong dari pabrik Coca Cola lainnya karena National Plant
Cibitung ini memproduksi beberapa barang yang mungkin pabrik
lainnya tidak memproduksi atau botol tersebut dipinjam dari pabrik
lainnya tersebut.
13
• Supplier Raw Material
Supplier dari Coca Cola ini adalah para perusahaan yang memberikan raw
material dalam pembuatan produk–produk dari The Coca Cola Company.
Supplier yang ada berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri.
Untuk itu diperlukan koordinasi yang baik agar kebutuhan raw material
dapat dipenuhi dengan baik tanpa adanya shortage di kemudian hari. Raw
material yang dibutuhkan oleh CCBI ini antara lain adalah: concentrate,
gula, CO2, can body, RGB, carton, label, crown/closure untuk can dan PET,
Plastik untuk membuat langsung botol plastik liter PET yang telah dapat
dibuat sendiri. Raw material yang diimpor berupa gula, closure, dan
concentrate.
Supplier diharuskan untuk memenuhi standar yang dimiliki oleh CCBI
sesuai dengan standar ISO dan The Coca Cola Company. Untuk itu, CCBI
memiliki suatu proses yang digunakan untuk melakukan pengecekan
kualitas dari raw material yang dikirimkan. Proses tersebut antara lain
Quality Assurance (QA) dan Quality Control (QC). QA merupakan proses
untuk menjamin adanya strandardisasi raw material hingga menjadi
finished good, sedangkan QC merupakan proses pemeriksaan raw material
dari kedatangannya sampai digunakan pada saat proses produksi di line
production.
Selain supplier harus memenuhi standar yang ditentukan, pemilihan
supplier juga harus dapat mengkaji beberapa hal yang menjadi persyaratan
untuk meyakinkan diri mereka sendiri bahwa pengadaan barang dan jasa
dari supplier akan menguntungkan perusahaan. Terdapat pula proses
14
pemilihan supplier yang harus sesuai dengan hal yang tertera pada Tabel
1.1.
Tabel 1.1. Cara Pemilihan Supplier (sumber: CCBI)
IDR Pemilihan Supplier (jml) 1.000.000 – 5.000.000 1 supplier 5.000.001 – 50.000.000 >= 2 supplier 50.000.001 – 100.000.000 >= 3 supplier 100.000.001 – 150.000.000 >= 3 supplier dan SVBM* 150.000.001 ‐ ~ >=3 supplier dan SVBM* dengan
approval orang yang berbeda *proses tender (Secured Vendor Bidding Management System – SVBM)
• Sales & Marketing
Tugas dari sales dan marketing ini adalah memasarkan produk dari CCBI
ke seluruh wilayah Indonesia. Dari pihak sales marketing juga memiliki
tugas untuk menentukan adanya sales forecasting. Sales forecasting ini
sangat berguna nantinya sebagai acuan dalam melakukan perencanaan
produksi yang nantinya dilakukan oleh bagian Demand Operation
Planning.
• Empties Warehouse
Empties Warehouse berfungsi sebagai tempat penyimpanan empties sebelum
digunakan untuk proses produksi. Untuk lebih jelasnya nanti akan
dijelaskan secara mendetail pada proses bisnis divisi W&T.
• Raw material Warehouse
Raw material Warehouse merupakan suatu tempat yang digunakan untuk
menyimpan Raw material yang nantinya akan digunakan pada proses
15
produksi. Penjelasan lebih lanjut juga akan dijelaskan pada proses bisnis
divisi W&T.
• Demand Operation Planning
Demand Operation Planning (DOP) merupakan bagian untuk menerima
input forecasting dari pihak Sales yang beroperasi di seluruh Indonesia
baik Jakarta Operation maupun unit lain. Hasil input ini kemudian
dianalisis dan akhinya didapatkan suatu hasil forecast yang digunakan
untuk menentukan suatu skala prioritas dan penjadwalan produksi yang
didasarkan pada kemampuan production line dan ketersediaan full goods,
empties dan material stock.
• Production
Produk dari CCBI sangatlah bervariasi. Demikian pula pada proses
produksi yang dilakukannya. Oleh karena itu, proses produksi yang akan
dijelaskan disini adalah proses produksi untuk produk Coca Cola adalah:
1. Pertama–tama adalah tahap membuat sirup yang berasal dari gula, air
dan konsentrat. Sebelum dilakukan pencampuran, air yang berasal dari
sumber air dilakukan suatu perlakukan khusus (water treatment) untuk
menghasilkan suatu air yang berkualitas tinggi. Air tersebut harus
memenuhi persyaratan yaitu: tidak mengandung bibit penyakit, tidak
mengandung logam yang berbahaya atau zat beracun, tidak berwarna
dan berbau, mempunyai kesadahan rendah. Air tersebut dilakukan
penyaringan berkali–kali dan akhirnya digunakan untuk membuat
produk akhir.
2. Mesin‐mesin canggih membantu teknisi memeriksa semua segi proses,
baik dari kondisi kemasan hingga kadar CO2, rasa & kandungan sirup.
16
Pada tahap ini campuran sirup diperiksa. Sirup pada tahap ini sering
disebut dengan simple sirup.
3. Simple sirup tersebut lalu ditambahkan dengan konsentrat Coca Cola.
Sirup yang ada menjadi final sirup dan dilakukan pemeriksaan secara
ketat. Lalu final sirup ini dialirkan pada pompa, kemudian dicampur
dengan air dari water treatment dan CO2. Lalu dialirkan menuju filling
room.
4. Lalu rangkaian botol gelas, botol PET maupun kaleng disediakan untuk
diisi dengan produk akhir. Untuk botol gelas terdapat perlakukan
terlebih dahulu agar bersih dan higienis.
5. Kemasan kemudian dialirkan melalui ban berjalan agar diisi di filling
room secara otomatis dan menjamin isi pada tiap botol berada pada
batas–batas yang ditentukan. Penutupan kemasan pun secara otomatis
agar menjaga kehigienitas dari produk yang ada.
6. Lalu botol diberi label, kode produksi dan di cek kembali dan akhirnya
dilakukan palletizer dan diletakkan di warehouse.
7. Setelah itu dilakukan pendistribusian ke konsumen.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.3. Sebenarnya yang
dijelaskan sebelumnya merupakan suatu proses secara garis besar.
• Finished Goods Warehouse/Full Goods Warehouse
Finished Goods Warehouse atau yang sering disebut dengan Full Goods
Warehouse memiliki tugas untuk menyimpan setiap produk yang telah
dihasilkan oleh bagian produksi baik merupakan RGB, OWP dan
TWA/TBA. Penjelasan lebih detail akan dilakukan pada proses bisnis yang
dilakukan oleh warehouse.
17
Gambar 1.3. Proses Produksi Singkat (sumber: CCBI)
• Distribution
Sebagian besar produk dari PT Coca Cola Company di Indonesia
didistribusikan oleh PT CCBI melalui Sales Center yang tersebar di seluruh
Indonesia. Sales Center yang ada sekarang ini mencapai kurang lebih 118
Sales Center.
Sales Center menerima produk‐produk dari PT CCBI dengan
menggunakan alat transportasi berupa truk dengan berbagai ukuran.
Setelah itu Sales Center melakukan pendistribusian kembali kepada pada
pedagang‐pedagang eceran dengan alat transportasi yang lebih kecil lagi.
Tabel 1.2 merupakan jumlah Sales Center berdasarkan area operasional
yang ada di Indonesia:
18
Tabel 1.2. Jumlah Sales Center Dalam Tiap Area Operasional (sumber: CCBI)
Area Operasional Jumlah Sales Center Jakarta 16 buah Jawa Barat 12 buah Jawa Tengah 16 buah Jawa Timur 16 buah Balinusa 12 buah Sumatera Utara 9 buah Sumatera Tengah 8 buah Sumatera Selatan 11 buah Kalimantan 12 buah Sulawesi Selatan 3 buah Irian dan Maluku 3 Buah
Distribusi yang ada pada CCBI dapat dikelompokan menjadi dua jenis
yaitu sistem direct distribution dan indirect distribution. Direct distribution
merupakan pendistribusian yang dilakukan oleh CCBI langsung dari
National Plant Cibitung. Sedangkan indirect distribution adalah distribusi
yang dilakukan melalui Modern Wholesalers, Traditional Wholesalers, Grosir,
Area Marketing Contractor (AMC) dan Street Vendor. Pada Gambar 1.4
merupakan gambaran mengenai supplier dan distribusi dari CCBI.
Gambar 1.4. Supplier dan Distribusi CCBI (Sumber: CCBI)
19
• Customer
CCBI memiliki customer yang sangat banyak. Oleh karena itu CCBI
melakukan pengelompokan yang digunakan untuk mempermudah
pelayanan yang akan dilakukan oleh CCBI. Pembagian customer tersebut
adalah sebagai berikut:
• Channel Modern Food Store
Segmen yang dilayani adalah Supermarket, Hypermarket, Mini
market dan Convinience Store.
• Channel Provision Store
Segmen yang dilayani adalah toko eceran dan warung belanja.
• Channel Modern Food Service
Segmen yang dilayani adalah quick service restaurant, modern
restaurant/café, food court, dan catering service.
• Channel Street vendor
Segmen yang dilayani adalah kios, push cart, becak coordinator, mobile
vendor.
• Channel Traditional Food Service
Segmen yang dilayani adalah rumah makan, warung makan/minum
dan TFS partner.
• Channel Health & Well Being
Segmen yang dilayani adalah Medical Facility, Pharmacy dan Sport
and health facility.
• Channel Entertainment Recreation & Leisure
Segmen yang dilayani adalah cinema/theater, accommodation, licensed,
other entertainment & leisure, recreation facility, dan games and net.
20
• Channel Transportation
Segmen yang dilayani adalah petroleum, airports, train/bus/ferry
station, transportation terminal.
• Channel Education
Segmen yang dilayani adalah SD, SMP, SMA, university, dan courses
• Channel at Work
Segment yang dilayani adalah office, factory, office site, industrial site
dan speciality retail.
• Channel Wholesaler
Segment yang dilayani adalah modern wholesaler, traditional wholesaler,
toko grosir.
• Channel Managed Third Party
Segment yang dilayani adalah area marketing contractor, distributor,
area distribution partner, third party partner.
• Channel Non Export
Segment yang dilayani adalah BWBC Manado.
• Channel Export
Segment yang dilayani adalah CCA Bottlers.
• Channel Non CCBI
Segment yang dilayani adalah non CCA Bottlers.
• Channel Internal
Segment yang dilayani adalah house Sales, sampling/drinkage, internal,
shortage/overage.
21
1.3. Unit Analisis
Dalam proyek akhir ini akan dibahas mengenai bagian Warehouse &
Transportation (W&T). W&T merupakan salah satu dari unit bisnis yang
dimiliki oleh PT CCBI yaitu Technical & Operation Logistic (TOL). Selain
merupakan bagian dari TOL, bagian W&T memiliki suatu KPI yang harus
dijaga oleh TOL tersebut. Berikut ini adalah enam dari KPI yang dimiliki
oleh TOL.
1. BPQ/ Product Quality Index
Hal yang termasuk disini adalah BPQI (Beverage Product Quality Index)
yang meliputi parameter: Brix, Micro, Gas Volume, Appearance taste;
PCQI (Primary Container Quality Index) atau Package Quality Index
meliputi: Container Condition, Closure Condition, Closure Function, Date
Coding, Net Content; Sales Weighted (produk yang diambil oleh sampling
CCI tidak hanya yang diproduksi oleh Plant yang ada di market area);
Produced View (produk yang diambil oleh sampling CCI hanya
diproduksi oleh Plant yang ada di market area). Target 2007 BPQI: 86 &
Target PCQI: 79.
2. Stock Availability
Adalah ketersediaan stok semua produk di Sales Center untuk mencukup
kebutuhan produk di Market. Target 2007 adalah 94% ketersedian stock
di Sales Center.
22
3. Warehouse & Transportation Cost
Merupakan biaya pengeluaran yang terdiri dari: Warehouse Cost;
Employee Cost; Vehicles; Storage; Bulk Transport; Cost Capital; Product Losses;
Others. Target pada tahun 2007 adalah Rp 2.707’‐ per Cs artinya bahwa
biaya yang dikeluarkan untuk mengirim dan menyimpan produk hingga
ke Sales Center untuk setiap cases produk sebesar tersebut.
4. Conversion Cost
Adalah biaya pengeluaran biaya produksi per Cs yang terdiri dari:
Employee; Chemical; Utilities; Repair & Maintenance; Usage Variance; Other
I.P.E. Target pada tahun 2007 adalah Rp 4.209 per cs artinya bahwa biaya
yang dikeluarkan untuk membuat produk setiap cases product sebesar
tersebut.
5. Gross Line Efficiency (GLE)
Merupakan perhitungan jumlah actual cases yang diproduksi selama
waktu kerja dengan jumlah teoritis cases yang mungkin diproduksi pada
kecepatan line yang terhambat. Parameter GLE adalah:
EPL (Equipment Performance Loss) adalah berhenti proses yang
diakibatkan oleh mesin.
OPL (Operational Performance Loss) adalah berhentinya proses yang
diakibatkan operational.
Planned Stopped adalah pengukuran kegiatan yang tidak terkait
dengan produksi (start up, CIP, & PM dll).
UDT (Unrecorded Down Time) adalah berhenti produksi yang tidak
tercatat.
Line Constraint Loss.
23
Net Line Efficiency.
Full Good Reject.
Target dari tahun 2007 adalah 66%.
6. Labor Productivity Cs./Mhr.
Adalah pengukuran penggunaan total karyawan di dalam operasi
produksi yang termasuk direct labor, management/supervisor, all service,
maintenance, crew cleaning & sanitasi. Perhitungan: . Total
Labor Hours adalah jumlah total waktu kerja, termasuk lembur oleh
seluruh karyawan di dalam operasi produksi tanpa memperhentikan
employment status. Target pada tahun 2007 adalah Rp 50’‐ cases/Mhr.
Setelah mengetahui bahwa W&T merupakan salah satu dari enam KPI TOL
dan harus ditingkatkan untuk dapat meningkatkan performansi dari
perusahaan maka berikut ini adalah penjelasan lebih mendetail dari bagian
W&T.
Warehouse and Transportation
Merupakan bagian yang bertugas untuk mengatur keadaan Warehouse dan
transportasi baik di dalam perusahaan maupun transportasi ke luar
perusahaan. Bagian W&T ini memiliki komposisi sumber daya manusia
yang terdiri dari:
1 orang manager
19 supervisor
149 member
85 permanent
72 third party
24
Dalam Warehouse & Transportation dibagi menjadi tiga bagian besar yaitu:
1. Physical Distribution
Bagian ini merupakan bagian dari W&T yang mengatur hal‐hal yang
berhubungan dengan transportasi baik didalam Warehouse maupun
keluar Warehouse serta melakukan pengecekan akan barang yang keluar
sesuai dengan yang dibutuhkan. Dalam physical distribution ini terdapat
beberapa subbagian yang memiliki tugas masing‐masing tetapi juga
harus berkoordinasi satu dengan lainnya. Subbagian tersebut adalah:
a) Operational Distribution. Orang‐orang yang berada pada subbagian ini
memiliki tugas untuk melakukan persiapan pengiriman barang
setelah mendapatkan informasi dari DOP. Nantinya orang pada
bagian ini akan berkoordinasi dengan orang pada bagian traffic dan
storeman fullgoods untuk menyiapkan segala sesuatu untuk melakukan
pengiriman barang. Tujuan pengiriman barang seperti: Sales Center‐
Jakarta Operation, Other operation, McD, DSD, Other’s (Uniplast,
NWW).
b) Shipping. Orang‐orang pada subbagian ini akan memiliki tugas untuk
melakukan pemeriksaan ulang dan memastikan bahwa barang‐barang
yang telah dimuat pada truk yang sesuai dengan order yang diberikan
sebelum barang keluar melalui warehouse. Kemudian dilakukan lagi
pengecekan di bagian security.
c) Arrange. Orang‐orang pada subbagian ini memiliki tugas untuk
melakukan pengaturan mengenai jadwal dan ketersediaan truk.
Pengaturan ini dilakukan seperti mengatur: Truck availability, Windows
Time Schedule SC Cbt, dan schedule untuk ETA Truck. Pengaturan ini
juga melakukan kolaborasi dengan Operational Distribution dan Third
25
Party (dalam menyediakan truk untuk distribusi keluar) sehingga
nantinya semua barang akan dapat terkirim tepat waktu.
d) Traffic. Orang‐orang pada subbagian ini memiliki kewajiban untuk
mengatur lalu lintas dari Capacity Loading Area untuk bagian Jakarta,
Other Unit dan Bandung/RGB.
e) Forklift. Orang‐orang pada bagian ini bertugas untuk mengambil
barang‐barang yang telah diberikan oleh pihak storeman fullgoods
dan harus mengambil sesuai dengan yang diinginkan. Forklift yang
ada di bagian W&T ini terdapat yang dimiliki sendiri dan juga
dipinjam dari tempat lain.
2. Warehouse Storage
Bagian ini juga merupakan bagian pada W&T yang mengatur tentang
penyimpanan barang. Pada bagian ini juga harus melakukan koordinasi
dengan bagian‐bagian lainnya sehingga nantinya dapat berjalan dengan
sebaik‐baiknya. Bagian ini juga terdapat subbagian untuk lebih
memfokuskan dan memudahkan pekerjaan yang harus dilakukan.
Subbagiannya adalah sebagai berikut:
a) Storage
Pada subbagian ini juga terdapat bagian sesuai dengan barang yang
disimpannya yaitu:
• Finished Goods/Full Goods
Untuk subbagian ini mengatur segala sesuatu pada full goods ini.
Hal‐hal yang dilakukannya antara lain adalah receiving (menerima
dari bagian produksi, other operation (dari plant lain), dan transfer
interWarehouse), shipping (mengeluarkan barang dari storage ke other
operation, Sales Center dan DSD), stock take (melakukan pengecekan
26
secara fisik dari storage) dan write off (melakukan pengurangan stock
karena stock rusak). Selain itu, pihak Full Goods ini memiliki
kewajiban untuk melakukan penataan layout sebaik mungkin agar
tercipta keefektifan dan keefisienan kerja dengan catatan sesuai
dengan aturan‐aturan penyimpanan barang.
• Empties Bottle
Untuk subbagian ini mengatur segala sesuatu pada bagian empties.
Aktivitas yang dilakukannya adalah receiving (menerima botol
kosong dari Sales Center, pabrik botol (botol baru), dan other operation,
shipping (mengeluarkan botol kosong untuk produksi, other
operation), melakukan stock take (melakukan pengecekan secara fisik
dari storage) dan write off (melakukan pengurangan stock karena
stock rusak misalnya pecah, gumpil dan lainnya, tetapi untuk empties
biasanya dapat dijual kembali sehingga mendapatkan pemasukan).
Selain itu pihak Empties ini memiliki kewajiban untuk melakukan
penataan layout sebaik mungkin agar tercipta keefektifan dan
keefisienan kerja dengan catatan sesuai dengan aturan‐aturan
penyimpanan barang.
• Raw Material
Untuk subbagian ini mengatur segala sesuatu untuk raw material.
Aktivitas yang dilakukannya adalah receiving (menerima Raw
material dari supplier yang telah ditunjuk), shipping (mengeluarkan
Raw material untuk produksi, other operation), melakukan stock take
(melakukan pengecekan secara fisik dari storage) dan write off
(melakukan pengurangan stock karena rusak misalnya kena hujan,
27
kotor dan lainnya). Selain itu, pihak Raw Material ini memiliki
kewajiban untuk melakukan penataan layout sebaik mungkin agar
tercipta keefektifan dan keefisienan kerja dengan catatan sesuai
dengan aturan‐aturan penyimpanan barang.
• Spare‐part
Untuk subbagian ini mengatur segala sesuatu untuk pengadaan
spare‐part bagi mesin dan lainnya. Aktivitas yang dilakukannya
adalah receiving (menerima spare‐part dari supplier yang telah
ditunjuk), shipping (mengeluarkan spare‐part untuk perbaikan dan
lainnya), melakukan stock take (melakukan pengecekan secara fisik
dari storage) dan write off (melakukan pengurangan stock karena
rusak). Selain itu pihak Spare‐part ini memiliki kewajiban untuk
melakukan penataan layout sebaik mungkin agar tercipta keefektifan
dan keefisienan kerja dengan catatan sesuai dengan aturan‐aturan
penyimpanan barang.
b) Solid Waste
Pada subbagian ini melakukan pengaturan mengenai limbah padat
yang dihasilkan oleh produksi.
3. Warehouse Supporting System
Pada bagian ini bertugas untuk melakukan:
a) Inventory Control
Pada subbagian ini memiliki tugas untuk melakukan perhitungan
inventory secara sistem dan nantinya dilakukan cross check dengan
bagian storeman sehingga apabila terjadi selisih maka dilakukan
28
perhitungan kembali dari keduanya dan ditelusuri mengapa selisih
tersebut dapat terjadi. Seperti pada storage pada bagian ini terdapat
subbagian yaitu Full goods, empties bottle, spare‐part dan material.
b) Customer Service
Pada subbagian merupakan bagian terluar dari bagian Warehouse
dimana memiliki tugas untuk menerima SPM (Surat Perintah Muat)
dan kemudian meneruskannya kepada bagian forklift dengan
membuat LO (Loading Order)/SPK (Surat Perintah Kerja). Selain itu
bagian ini juga melakukan pembuatan akan surat jalan setelah barang
dimuat.
c) Warehouse Reporting
Subbagian ini bertugas untuk mengatur hal‐hal administrasi yang
berhubungan dengan bagian W&T. Output untuk subbagian ini
berupa report yang berhubungan dengan W&T seperti Daily Activity
Report (FDD, EDD, etc), Prepare Billing Third Party, Product Age
Monitoring (PER, BIB, etc).
d) Apollo Project
Subbagian ini bertugas untuk mencatat segala hal yang berhubungan
dengan receiving barang. Segala barang yang masuk ke dalam National
Plant ini pihak Apollo Project ini mencatatnya ke dalam sistem
sehingga setiap orang mengetahui mengenai kedatangan barang ke
dalam National Plant. Subbagian ini dibutuhkan karena sebelumnya
setiap orang dapat menerima barang yang datang ke National Plant ini
29
sehingga informasi belum tentu dapat mencapai semua orang yang
ada di National Plant.
e) Improvement KPI
Subbagian ini bertugas untuk melakukan improvement terutama pada
KPI yang ada dibagian W&T ini. Subbagian ini belum tentu selalu ada
tetapi apabila terdapat usulan untuk improvement KPI maka dibentuk
dan digunakan untuk melakukan improvement.
f) Document Verification
Subbagian ini bertugas untuk melakukan verifikasi mengenai
dokumen‐dokumen yang telah dibuat. Contohnya adalah: payment
request, jakarta operation, product from other operation (Liter, Canslim,
etc).
Setelah mengetahui pembagian W&T maka selanjutnya akan diberikan
penjelasan mengenai KPI yang dimiliki masing‐masing bagian di W&T
tersebut. Berikut ini adalah KPI dari bagian W&T.
Tabel 1.3. KPI dari Bagian W&T dan Targetnya (sumber: CCBI)
Area KPI Target Full Goods/Mts: 1. Accuracy
2. Losses 3. Delivery Fulfilment 4. GMP
99.95% 20 >100% 85%
Spare‐part 1. Accuracy 2. Transaction Accuracy 3. S/P Availability 4. GMP
99.95% 100 70 85%
Direct Material 1. Accuracy 2. Transaction Accuracy 3. Losses 4. GMP
99.95% 99.5% 0.05% 85%
30
Penjelasan mengenai Tabel 1.3 dimana:
• Accuracy adalah ketepatan pihak W&T pada saat melakukan cross check
storeman dan sistem.
• Losses adalah ada tidaknya kehilangan barang yang tidak dapat
dilakukan tracking sehingga barang benar‐benar dianggap hilang.
• Delivery Fullfilment adalah kemampuan dari pihak W&T untuk
memenuhi permintaan produk yang diberikan kepada pihak W&T.
• GMP (Good Manufacturing Process) adalah tingkat kepatuhan para
pegawai terhadap peraturan yang ada. Hal ini dilakukan oleh internal
audit.
• Transaction Accuracy adalah keakuratan dalam melakukan transaksi.
• S/P Avaliability adalah tingkat ketersediaan dari spare‐part.
Sebagai bagian ujung tombak perusahaan, maka baik produk maupun
barang dibagian ini memiliki status yang berbeda‐beda. Status ini
dikeluarkan oleh bagian Quality Assurance yang digunakan untuk menjaga
barang atau produk dapat dikeluarkan atau digunakan atau tidak. Berikut
ini adalah jenis‐jenis status yang terdapat pada barang atau produk pada
bagian W&T.
1. Released
Merupakan suatu status untuk produk dimana produk tersebut dapat
dijual atau dapat keluar dari National Plant untuk dijual.
2. Drink age
Merupakan suatu status untuk produk dimana produk tersebut boleh
atau dapat diminum tetapi tidak boleh untuk dijual ke konsumen.
Contoh dari produk dengan status seperti ini adalah produk Coca Cola
31
yang mengalami kekurangan CO2, sehingga walaupun produk tersebut
dapat untuk diminum tetapi kurang memenuhi standar untuk dijual
sehingga produk tersebut digunakan untuk kalangan pabrik saja.
3. Hold
Merupakan suatu status dari barang maupun produk yang ditahan. Hal
ini dapat terjadi karena beberapa sebab seperti: dalam masa inkubasi
(beberapa produk dari CCBI memerlukan masa inkubasi untuk
mengetahui kandungan mikroba di dalam produk), status tidak jelas
(misalnya saja kelengkapan surat tidak terpenuhi dan lainnya), belum
ada keputusan dari CCI (misalkan saja produk baru) dan kemasan tidak
memenuhi standar (misalkan tidak terdapat kode produksi).
4. Reject
Merupakan suatu status dari produk maupun barang yang jelek dan
tidak seusai standar yang ada sehingga barang itu harus di‐return untuk
material dan untuk produk harus dimusnahkan atau dibuang.
1.4. Isu Bisnis
W&T adalah bagian yang cukup besar dalam CCBI, dan terdapat empat
bagian penting yaitu full good, empties, material dan spare‐part. Dari keempat
bagian tersebut akan dipilih bagian full good saja karena tidak mungkin
menyelesaikan keseluruhan masalah yang ada pada bagian W&T tersebut
dengan waktu yang sangat terbatas. Pemilihan bagian tersebut juga
merupakan kehendak dari perusahaan karena warehouse Full Good
merupakan ujung tombak dari perusahaan sehingga menjadi prioritas
32
perusahaan untuk menyelesaikan masalahnya terlebih dahulu daripada
bagian warehouse lainnya.
Isu‐isu yang dihadapi oleh warehouse full good sekarang ini adalah sebagai
berikut.
• KPI yang tidak tercapai
Key Performance Index yang dimiliki oleh warehouse full good dapat dilihat
pada Tabel 1.3. Target KPI yang dimiliki oleh warehouse full good tersebut
belum tercapai. Dengan tidak tercapainya target KPI dari warehouse full good
memperlihatkan adanya masalah yang dihadapi oleh warehouse full good dan
harus segera diselesaikan sehingga nantinya target KPI tersebut dapat
tercapai.
• Kapasitas warehouse yang kurang
Adanya produk jadi (full good) yang berada di luar pagar (luar area)
warehouse full good dalam jangka waktu yang cukup lama memperlihatkan
bahwa adanya kekurangan kapasitas yang dimiliki oleh warehouse full good.
Kurangnya kapasitas warehouse full good ini pasti akan mempengaruhi kinerja
yang dimiliki oleh warehouse full good.